6
2 nd International Seminar on Education 2017 Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue Batusangkar, September 05-06-2017 141 INTRODUCTION OF CULTURE AND LOCAL WISDOM IN BIOLOGY LEARNING Dwi Rini Kurnia Fitri Biology Department, State Institute for Islamic Studies (IAIN) Batusangkar, Indonesia [email protected] ABSTRACT This article discusses the importance of introducing cultures and local wisdom in biology learning in the conservation of biodiversity. Some of the things discussed in this article are about understanding the culture and local wisdom, the introduction of culture and local wisdom in biology learning in the form of local wisdom in some areas in West Sumatra and Indonesia. Keywords: culture, local wisdom, biology learning, conservation INTRODUCTION endidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 Ayat 1 menyebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (Jufri, 2003). Tujuan Pendidikan Nasional merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana termuat dalam Pasal 3 UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan untuk ber- kembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta ber-tanggung jawab. Pembelajaran Biologi merupakan bagian dari pendidikan IPA, yang mengupayakan terbentuknya subjek didik sebagai manusia yang memiliki modal literasi sains, yaitu manusia yang membuka kepekaan diri, mencermati, menyaring, mengaplikasikan, dan turut serta berkontribusi bagi per-kembangan sains dan teknologi untuk peningkatan kesejahteraan dan kemaslahatan masyarakat. Selain kemampuan intelektual, literasi sains juga menyangkut keterampilan berpikir tingkat tinggi, sosial dan interdisipliner (Nbina dan Obomanu, 2010). Pembelajaran biologi berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam secara sistematis, sehingga biologi bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi subjek didik untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya. Pembelajaran biologi merupakan bagian dari sains, yang terus mengalami perkembangan seiring dengan berkembangnya teknologi. Selain menyumbangkan manfaat positif bagi masyarakat, perkembangan sains dan teknologi juga mengakibatkan terbentuknya berbagai aktivitas negatif seperti eksplorasi sumber tambang, pemanfaatan hutan secara bebas, perburuan hewan lindung dan sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan bekal pengetahuan dan sikap peserta didik yang kokoh dalam mengikuti arus perkembangan sains dan teknologi tetapi masih peduli terhadap kelestarian lingkungan. P

INTRODUCTION OF CULTURE AND LOCAL WISDOM IN …

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

141

INTRODUCTION OF CULTURE AND LOCAL WISDOMIN BIOLOGY LEARNING

Dwi Rini Kurnia Fitri

Biology Department, State Institute for Islamic Studies (IAIN) Batusangkar, [email protected]

ABSTRACT

This article discusses the importance of introducing cultures and local wisdom in biologylearning in the conservation of biodiversity. Some of the things discussed in this article are about

understanding the culture and local wisdom, the introduction of culture and local wisdom inbiology learning in the form of local wisdom in some areas in West Sumatra and Indonesia.

Keywords: culture, local wisdom, biology learning, conservation

INTRODUCTION

endidikan merupakan salah satu faktorpenting dalam menentukan kemajuan

suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor20 Tahun 2003 tentang Sistem PendidikanNasional, Pasal 1 Ayat 1 menyebutkan bahwa“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencanauntuk mewujudkan suasana belajar dan prosespembelajaran agar peserta didik secara aktifmengembangkan potensi dirinya untukmemiliki kekuatan spiritual keagamaan,pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,akhlak mulia, serta keterampilan yangdiperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dannegara” (Jufri, 2003).

Tujuan Pendidikan Nasional merupakansalah satu faktor penting dalam menentukankemajuan suatu bangsa. Tujuan PendidikanNasional sebagaimana termuat dalam Pasal 3UU Nomor 20 tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional menyebutkan bahwaPendidikan Nasional bertujuan untuk ber-kembangnya potensi peserta didik agarmenjadi manusia yang beriman dan bertakwakepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlakmulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,dan menjadi warga negara yang demokratisserta ber-tanggung jawab. PembelajaranBiologi merupakan bagian dari pendidikanIPA, yang mengupayakan terbentuknya subjekdidik sebagai manusia yang memiliki modalliterasi sains, yaitu manusia yang membuka

kepekaan diri, mencermati, menyaring,mengaplikasikan, dan turut serta berkontribusibagi per-kembangan sains dan teknologi untukpeningkatan kesejahteraan dan kemaslahatanmasyarakat. Selain kemampuan intelektual,literasi sains juga menyangkut keterampilanberpikir tingkat tinggi, sosial daninterdisipliner (Nbina dan Obomanu, 2010).

Pembelajaran biologi berkaitan dengancara mencari tahu dan memahami tentang alamsecara sistematis, sehingga biologi bukanhanya penguasaan kumpulan pengetahuanyang berupa fakta-fakta, konsep-konsep,prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakansuatu proses penemuan. Pembelajaran biologidiharapkan dapat menjadi wahana bagi subjekdidik untuk mempelajari dirinya sendiri danalam sekitarnya.

Pembelajaran biologi merupakan bagiandari sains, yang terus mengalamiperkembangan seiring dengan berkembangnyateknologi. Selain menyumbangkan manfaatpositif bagi masyarakat, perkembangan sainsdan teknologi juga mengakibatkanterbentuknya berbagai aktivitas negatif sepertieksplorasi sumber tambang, pemanfaatanhutan secara bebas, perburuan hewan lindungdan sebagainya. Oleh karena itu, diperlukanbekal pengetahuan dan sikap peserta didikyang kokoh dalam mengikuti arusperkembangan sains dan teknologi tetapimasih peduli terhadap kelestarian lingkungan.

P

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

142

Salah satu pengetahuan yang diberikandalam pembelajaran biologi adalah pengenalanbudaya dan kearifan lokal. Pengetahuan inibertujuan untuk memberikan edukasi kepadapeserta didik tentang bagaimana melindungisumber daya alam yang ada, atau lebih dikenaldengan konservasi biodiversiti. Tulisan iniakan menguraikan tentang pengenalan budayadan kearifan lokal, serta bentuk-bentukkearifan lokal dalam konservasi biodiversitipada pembelajaran biologi.

PENGENALAN BUDAYA DANKEARIFAN LOKAL DALAMPEMBELAJARAN BIOLOGI

1. Pengertian Budaya dan Kearifan Lokal

Budaya diambil dari bahasa Sanskertabuddhayah, yang berarti segala sesuatu yangada hubungannya dengan akal budi manusia.Pengertian budaya dalam Kamus Besar BahasaIndonesia (KKBI) dikatakan sebagai pikiranatau akal budi, adat istiadat, sesuatu yangsudah menjadi kebiasaan yang sukar diubah.Budaya secara umum merupakan cara hidupyang dimiliki oleh sekelompok masyarakatyang telah diwariskan secara turun menurunkepada generasi berikutnya. Ishak (2008)menyatakan bahwa budaya mengacu pada polasikap dan mental dan fisik menurut sistemnilai kepercayaan yang dianut bersama olehsuatu kelompok manusia. Dalam hal inibudaya dipandang sebagai sesuatu yang netraldan bebas nilai.

Antropolog Melville J. Herkovits danBronislaw Malinowski (dalam Dimyati, 2010)mengemukakan bahwa cultural determinismberarti segala sesuatu yang terdapat di dalammasyarakat ditentukan adanya olehkebudayaan yang dimiliki masyarakat itu.Herkovits memandang kebudayaan sebagaisesuatu yang “superorganic”. Hal ini karenakebudayaan yang turun temurun lintasgenerasi. Antropolog lain yaitu E.B. Tylor(1871) dalam Dimyati (2010) menyatakanbahwa budaya adalah kompleks yangmencakup pengetahuan, kepercayaankesenian, moral, hukum, adat istiadat, sertaberbagai kemampuan lain dan kebiasaan yangdiperoleh oleh manusia sebagai anggotamasyarakat.

Secara etimologis, kearifan lokal terdiridari dua kata yaitu kearifan (wisdom) dan lokal(local). Pada KBBI, lokal berarti setempat,sedangkan kearifan sama dengankebijaksanaan. Sehingga jika dilihat secaraetimologis, kearifan lokal (local wisdom) dapatdiartikan sebagai gagasan-gagasan setempat(lokal) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan,bernilai baik, yang tertanam dan diikuti olehanggota masyarakatnya.

Istilah kearifan lokal pertama kalidikenalkan oleh HG. Quaritch Wales (dalamBudiwiyanto 2006) yang menyebut kearifanlokal sebagai “local genius” yang berartisejumlah ciri kebudayaan yang dimilikibersama oleh suatu masyarakat sebagai suatuakibat pengalamannya di masa lalu. Yunus(2012) mengartikan kearifan lokal sebagaibudaya yang dimiliki oleh masyarakat tertentudan ditempat-tempat tertentu yang dianggapmampu bertahan dalam menghadapi arusglobalisasi, karena kearifan lokal tersebutmengandung nilai-nilai yang dapat dijadikansebagai sarana pembangunan karakter bangsa.

Pengertian kearifan lokal yang laindikemukakan oleh Suhartini (2009) yangmenyatakan bahwa kearifan lokal merupakansuatu bentuk kearifan lingkungan yang adadalam kehidupan bermasyarakat di suatutempat atau daerah yang merujuk padalokalitas dan komunitas tertentu. SedangkanFajarini (2014) mengartikan kearifan lokalsebagai pandangan hidup dan ilmupengetahuan serta berbagai strategi kehidupanyang berwujud aktivitas yang dilakukan olehmasyarakat lokal dalam menjawab berbagaimasalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka.

Negara (2011) menyatakan bahwakearifan lokal bukan hanya menyangkutpengetahuan atau pemahaman masyarakatadat/lokal tentang manusia dan bagaimanarelasi yang baik diantara manusia, melainkanjuga menyangkut pengetahuan, pemahaman,dan adat kebiasaan tentang manusia, alam, danbagaimana relasi diantara semua, dimanaseluruh pengetahuan itu dihayati, dipraktikkan,diajarkan, dan diwariskan dari satu generasi kegenerasi.

Bentuk-bentuk kearifan lokal yang adadi masyarakat menurut Aulia dan Dharmawan(2010) dapat berupa nilai, norma, kepercayaan,

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

143

dan aturan-aturan khusus. Bentuk yangbermacam-macam ini mengakibatkan fungsikearifan lokal menjadi bermacam-macam pula.Fungsi kearifan lokal tersebut antara lainuntuk: (1) konservasi dan pelestarian sumberdaya alam; (2) mengembangkan sumberdayamanusia; (3) pengembangan kebudayaan danilmu pengetahuan; serta (4) petunjuk tentangpetuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan.

Beberapa definisi kearifan lokal di ataspada dasarnya memiliki konsep yang sama,dimana kearifan lokal diartikan sebagaikumpulan pengetahuan yang berupa nilai,norma, dan aturan-aturan khusus yangberkembang, ditaati, dan dilaksanakan olehmasyarakat di suatu tempat dan diwariskandari generasi ke generasi. Pengetahuan-pengetahuan tersebut bersifat lokal, dapatberbeda antara satu daerah dengan daerah yanglain, meskipun memiliki makna yang sama.

Berkaitan dengan perlindungan danpengelolaan lingkungan hidup terdapatbeberapa pengertian kearifan lokal yang lain.Pengertian kearifan lokal pada UU No. 32Tahun 2009 tentang Perlindungan danPengelolaan Lingkungan Hidup yaitu nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupanmasyarakat untuk antara lain melindungi danmengelola lingkungan hidup secara lestari.Pada Pasal 2 disebutkan bahwa perlindungandan pengelolaan lingkungan hidupdilaksanakan berdasarkan beberapa asas yangsalah satunya adalah asas kearifan lokal.Kemudian pada penjelasan Pasal 2 huruf (l)disebutkan yang dimaksud dengan “asaskearifan lokal” adalah bahwa dalamperlindungan dan pengelolaan lingkunganhidup harus memperhatikan nilai-nilai luhuryang berlaku dalam tata kehidupanmasyarakat. Lebih lanjut dalam undang-undang tersebut, pada Pasal 70 ayat (1)disebutkan bahwa masyarakat memiliki hakdan kesempatan yang sama dan seluas-luasnyauntuk berperan aktif dalam perlindungan danpengelolaan hidup yang pada ayat (3e)disebutkan salah satu peran masyarakat adalahmengembangkan dan menjaga budaya dankearifan lokal dalam rangka pelestarian fungsilingkungan hidup.

Pada hubungannya dengan kehidupanmanusia sebagai bagian dari sistem ekologis,

Keraf (2002) dalam Iskandar (2014)menyatakan istilah kearifan ekologi yangdiartikan sebagai pengetahuan, keyakinan,pemahaman atau wawasan, serta adatkebiasaan yang menuntun perilaku manusiadalam kehidupan di dalam komunitas ekologis.Pada umumnya, kearifan ekologi tersebutdimiliki dan disebarluaskan secara kolektifkepada semua anggota komunitas. Berbagaipengetahuan tersebut menyangkut banyakaspek misalnya tentang jenis-jenis tanaman,binatang, batuan dan mineral, topografi, tataguna lahan, jenis-jenis dan kesuburan tanah,tipe vegetasi, penggunaan tumbuhan danbinatang untuk bahan obat-obatan, penyakitmanusia dan hewan, gejala meteorologis, danlain sebagainya. Kearifan ekologi diturunkandan disebarluaskan antar generasi pada satukomunitas tertentu melalui berbagai mediadengan menggunakan “ bahasa ibu”.

2. Kearifan Lokal Dalam KonservasiBiodiversiti Pada Pembelajaran Biologi

Kearifan lokal merupakan adat dankebiasaan yang telah mentradisi dilakukanoleh sekelompok masyarakat secara turuntemurun yang hingga saat ini masihdipertahankan keberadaannya olehmasyarakat hukum adat dalam suatu wilayah

di negara Indonesia ini. Menurut Jim Ife(2002) kearifan lokal memiliki enam dimensiyaitu :

a. Pengetahuan Lokal

Setiap masyarakat dimanapun beradabaik di pedesaan maupun pedalaman selalumemiliki pengetahuan lokal yang terkaitdengan lingkungan hidupnya. Pengetahuanlokal terkait dengan perubahan dan siklusiklim kemarau dan penghujan, jenis-jenisfauna dan flora, dan kondisi geografi,demografi, dan sosiografi. Hal ini terjadikarena masyarakat mendiami suatu daerah itucukup lama dan telah mengalami perubahansosial yang bervariasi menyebabkan merekamampu beradaptasi dengan lingkungannya.Kemampuan adaptasi ini menjadi bagian daripengetahuan lokal mereka dalammenaklukkkan alam.

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

144

b. Nilai LokalUntuk mengatur kehidupan bersama

antar warga masyarakat, maka setiap masya-rakat memiliki aturan atau nilai-nilai lokalyang ditaati dan disepakati bersama olehseluruh anggotanya. Nilai-nilai ini biasanyamengatur hubungan antara manusia denganmanusia, manusia dengan alam dan manusiadengan Tuhannya. Nilai-nilai ini memilikidimensi waktu, nilai masa lalu, masa kini danmasa datang, dan nilai ini akan mengalamiperubahan sesuai dengan kemajuanmasyarakatnya.

c. Keterampilan LokalKemampuan bertahan hidup (survival)

dari setiap masyarakat dapat dipenuhi apalagimasyarakat itu memiliki keterampilan lokal.Keterampilan lokal dari yang paling sederhanaseperti berburu, meramu, bercocok tanamsampai membuat industri rumah tangga.Keterampilan lokal ini biasanya hanya cukupdan mampu memenuhi kebutuhan keluarganyamasing-masing atau disebut dengan ekonomisubsisten. Keterampilan lokal ini juga bersifatketerampilan hidup (life skill), sehinggaketerampilan ini sangat tergantung kepadakondisi geografi tempat dimana masyarakat itubertempat tinggal

d. Sumber Daya LokalSumber daya lokal ini pada umumnya

adalah sumber daya alam yaitu sumber dayayang terbarui dan yang dapat diperbarui.Masyarakat akan menggunakan sumber dayalokal sesuai dengan kebutuhannya dan tidakakan mengeksploitasi secara besar-besaranatau dikomersilkan. Sumber daya lokal inisudah dibagi peruntukannya seperti hutan,kebun, sumber air, lahan pertanian, danpemukiman. Kepemilikan sumber daya lokalini biasanya bersifat kolektif ataucommunitarian.

e. Mekanisme Pengambilan Keputusan LokalMenurut ahli adat dan atau budaya

sebenarnya setiap masayarakat itu memilikipemerintahan lokal sendiri atau disebutpemerintahan kesukuan. Suku merupakankesatuan hukum yang memerintah warganyauntuk bertindak sebagai warga masyarakat.

Masing-masing masyarakat mempunyaimekanisme pengambilan keputusan yangberbeda-beda. Ada masyarakat yangmelakukan secara demokratis atau duduk samarendah berdiri sama tinggi. Ada jugamasyarakat yang melakukan secara bertingkatatau berjenjang naik dan bertangga turun.

f. Solidaritas Kelompok LokalIkatan komunal yang mempersatukan

suatu masyarakat terletak pada solidaritaslokal. Setiap masyarakat mempunyai media-media untuk mengikat warganya, hal ini dapatdilakukan melalui ritual keagamaan atauupacara dan upacara adat lainnya. Masing-masing anggota masayarakat saling memberidan menerima sesuai dengan bidang danfungsinya masing-masing. Seperti dalamsolidaritas mengolah tanaman padi dan kerjabakti gotong royong.

Burhainy Faizal (2003) dalam SP Dailymencontohkan beberapa kekayaan budaya,kearifan lokal di Nusantara yang terkaitdengan pemanfaatan alam yang pantas digalilebih lanjut makna dan fungsinya sertakondisinya sekarang dan yang akan datang.Kearifan lokal yang terdapat di beberapadaerah diantaranya :1. Papua, terdapat kepercayaan te aro

neweak lako (alam adalah aku). GunungErstberg dan Grasberg dipercaya sebagaikepala mama, tanah dianggap sebagaibagian dari hidup manusia. Dengandemikian maka pemanfaatan sumber dayaalam secara hati-hati.

2. Serawai, Bengkulu, terdapatkeyakinan celako kumali. Kelestarianlingkungan terwujud dari kuatnyakeyakinan ini yaitu tata nilai tabu dalamberladang dan tradisi tanam tanjak.

3. Dayak Kenyah, Kalimantan Timur,terdapat tradisi tana‘ ulen. Kawasan hutandikuasai dan menjadi milik masyarakatadat. Pengelolaan tanah diatur dandilindungi oleh aturan adat.

4. Masyarakat Undau Mau, KalimantanBarat. Masyarakat ini mengembangkankearifan lingkungan dalam pola penataanruang pemukiman, dengan mengklasifikasihutan dan memanfaatkannya. Perladangandilakukan dengan rotasi dengan

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

145

menetapkan masa bera, dan merekamengenal tabu sehingga penggunaanteknologi dibatasi pada teknologi pertaniansederhana dan ramah lingkungan.

5. Masyarakat Kasepuhan PancerPangawinan, Kampung Dukuh JawaBarat. Mereka mengenal upacaratradisional, mitos, tabu, sehinggapemanfaatan hutan hati-hati, tidakdiperbolehkan eksploitasi kecuali atas ijinsesepuh adat.

6. Bali dan Lombok, masyarakatmempunyai awig-awig.

Di Propinsi Sumatera Barat yang seringjuga disebut dengan Ranah Minang, jugaterdapat beberapa jenis Kearifan Lokal yangberkaitan dengan pengelolaan hutan, tanahdan air diantaranya Rimbo Larangan, BandaLarangan, Tabek Larangan, Parak, MenanamTanaman Keras sebelum Nikah, Goro Basamodan masih banyak lagi yang lainnya.

Rimbo Larangan (Hutan Larangan )Yaitu hutan yang menurut aturan adat

tidak boleh ditebang karena fungsinya yangsangat vital sekali sebagai persediaan airsepanjang waktu untuk keperluan masyarakat,selain itu kayu yang tumbuh di hutan jugadipandang sebagai perisai untuk melindungisegenap masyarakat yang bermukim di sekitarhutan dari bahaya tanah longsor. Apabila adaterdapat diantara warga yang akan membuatrumah yang membutuhkan kayu, maka harusminta izin lebih dulu kepada aparat Nagarimelalui para pemangku adat untuk menebangkayu yang dibutuhkan dengan peralatan kapakdan gergaji tangan.

Banda Larangan (Sungai, Anak Sungai / KaliLarangan)

Merupakan suatu aliran sungai yangtetap dijaga agar tidak tercemar dari bahanatau benda yang bersifat dapat memusnahkansegenap binatang dan biota lainnya yang adadi aliran sungai sehingga tidak menjadi punah,seperti halnya warga masyarakat tidak bolehmenangkap ikan dengan cara pengeboman,memakai racun, memakai aliran listrik dan lainsebagainya. Untuk panen ikan dari BandaLarangan tersebut, pihak Pemangku Adat dan

Aparat Nagari melaksanakan dengan caramembuka larangan secara bersama-samamasyarakat untuk kepentingan bersama danhasilnya selain untuk masyarakat jugasebahagian untuk KAS Nagari. BiasanyaBanda Larangan ini dibuka sekali setahun atausekali dua tahun tergantung kesepakatan ParaPemangku Adat.

Tabek Larangan (Kolam Larangan)Yaitu Kolam air yang dibuat secara

bersama oleh masyarakat pada zaman duludengan tujuan untuk persediaan air bagikepentingan masyarakat dan didalam Tabektersebut juga dipelihara berbagai jenis ikan,saat untuk membuka Tabek Larangan tersebutsama dengan seperti di Banda Larangan.

ParakYaitu suatu lahan tempat masyarakat

berusaha tani dimana terdapat keberagamanjenis tanaman yang dapat dipanen sepanjangwaktu secara bergiliran, sehingga pada lahanparak ini terdapat nilai ekonomi yang yangberkelanjutan. Apabila dilihat dari jauh, parakdi pandang seolah-olah seperti hutan dan jugaberfungsi sebagai penyangga bagi daerahdibawahnya

Menanam Tanaman KerasDisaat seorang laki-laki akan memasuki

jenjang perkawinan bertujuan untuk tabungandisaat sudah punya keturunan nanti untukkebutuhan keluarga, biasanya tanaman yangditanam berupa Kelapa, Kayu ( Surian ) Surendan tanaman lainnya yang penuh denganmanfaat.

Goro BasamoKegiatan kerja bersama secara gotong

royong untuk kepentingan masyarakat banyakseperti membuat jalan baru, bangunan rumahibadah, membersihkan tali bandar (sungai),menanam tanaman keras dan lain sebagainya.

Tiadanya kearifan lokal, secara nyatadapat mengakibatkan hilangnya hutan, tanahgundul, berkurangnya populasi dan produksiternak, timbulnya perkara perebutan lahanyang tidak berkesudahan, serta pembakaranlahan yang timbul setiap musim kemarau

2nd International Seminar on Education 2017Empowering Local Wisdom on Education for Global Issue

Batusangkar, September 05-06-2017

146

(Bezalel Siagian, 2009). Dengandikembangkannya kearifan lokal diharapkanpermasalahan lingkungan hidup dapat lebihteratasi dan lingkungan hidup dapat lebihlestari. Untuk itu perlu diajarkan dalampembelajaran biologi tentang pentingnyakearifan lokal bagi konservasi biodiversiti.

CONCLUSION

Pengenalan budaya dan kearifan lokaldalam pembelajaran biologi sangat pentingdilakukan, hal ini terkait dengan perananbiologi dalam konservasi biodiversiti. Tidakadanya kearifan lokal mengakibatkanterganggunya keanekaragaman hayati ataubiodiversiti bahkan dapat menyebabankepunahan biodiversiti.

REFERENCES

Aulia, T.O.S; A.H., Dharmawan. 2010.Kearifan Lokal dalam PengelolaanSumberdaya Air di Kampung Kuta.Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi,Komunikasi, dan Ekologi Manusia. 4(3): 345-355.

Bezalel Siagian. 2009. Pemanfaatan KearifanLokal dalam Penanganan EkosistemDanau-Toba. http://hariansib.com. [5Juli 2017].

Budiwiyanto. 2005. Tinjauan TentangPerkembang-an Pengaruh Local Geniusdalam Seni Bangunan Sakral(Keagamaan) di Indonesia. Ornamen.2(1): 25-35.

Dimyati. 2010. Manusia dan Kebudayaan.(Online),(dimyati.staff.gunadarma.ac.id/.../bab2-manusia-dan-kebudayaan). [5 Juli2017].

Fajarini, U. 2014. Peranan Kearifan Lokaldalam Pendidikan Karakter. SosioDidaktika 1(2): 123-130.

Ishak, M. 2008. Penentuan PemanfaatanLahan: Kajian Land Use Planningdalam Pemanfaatan Lahan untukPertanian. Bandung: Jurusan IlmuTanah dan Sumber Daya LahanUniversitas Padjajaran.

Iskandar, J. 2014. Manusia dan Lingkungandengan Berbagai Perubahannya.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Jim Ife. 2002. Community Development,Creating Community Alternatif VisionAnalysis and Practice. Australia :Longmann.

Jufri, Wahab. 2003. BelajardanPembelajaranSAINS. Bandung: PustakaRekaCipta.

Nbina, J.B & B.J. Obomanu. 2010. Themeaning of science literacy : A Modelof Relevance in Science Education.Academic Leadership Journal (8). Issue

Negara, P.D. 2011. Rekonstruksi KebijakanPengelolaan Kawasan KonservasiBerbasis Kearifan Lokal sebagaiKontribusi Menuju Pengelolaan SumberDaya Alam yang Indonesia. JurnalKonstitusi. IV(2): 91-138.

Suhartini. 2009. Kajian Kearifan LokalMasyarakat dalam PengelolaanSumberdaya Alam dan Ling-kungan.Prosiding Seminar Nasional Penelitian,Pendidikan, dan Penerapan MIPA.Fakultas MIPA Universitas NegeriYogyakarta yang dise-lenggarakan pada16 Mei 2009.

Yunus, R. 2012. Nilai-Nilai Kearifan Lokal(Local Genius) sebagai PenguatKarakter Bangsa: Studi Empiris tentangHuyula. Yogyakarta: CV. Budi Utama.