1
IVANA Garcia tidak kabur saat melihat dua mayat tak berkepala teronggok di hala- man balai kota. Ia pun tidak beranjak pergi saat memergoki sesosok mayat tanpa kaki dan tangan tergantung di pusat kota. Namun, ia sontak melarikan diri saat kerusuhan terjadi di sekitar halaman rumahnya. Puluhan tentara bayaran yang mengendarai kendaraan lapis baja memburu geng kartel narkotika dengan melancar- kan tembakan ke berbagai penjuru kota. Dalam sekejap, Kota Ciudad Mier berubah menjadi medan perang. Garcia tidak punya pilih- an selain lari meninggalkan kampung halaman bersama dengan 6.000 warga Ciudad Mier lainnya untuk menye- lamatkan diri. Mereka sadar, tidak ada satu pun orang yang akan melindungi nyawa me- reka. Tidak pemerintah, tidak pula militer. Kota kecil yang terletak di pinggiran Sungai Rio Grande itu kini berubah menjadi kota hantu. Ciudad Mier dan mayoritas kota lainnya di Meksiko adalah saksi bisu bagaimana militer menanga- ni kartel-kartel narkotika dengan berbagai tindakan kekerasan. Selama empat tahun ter- akhir, pemerintah Meksiko menggunakan militer untuk memerangi kartel narkotika yang merajalela di negara tersebut. Namun, sampai saat ini hasilnya nihil. Sejumlah pengamat me- ngatakan keterlibatan mili- ter justru membawa masalah baru. Namun, Presiden Felipe Calderon mengaku tidak ada lagi pihak yang bisa ia percaya untuk menyelesaikan masalah itu, kecuali militer. Kriminalitas Di Ciudad Juarez, lebih dari 3.000 kasus pembunuhan ter- jadi dalam satu tahun terakhir membuat kota tersebut dino- batkan sebagai kota dengan angka kriminalitas tertinggi di dunia. Baku tembak antargeng narkotika dan militer juga mewarnai pesisir Acapulco. Di Desa Pradexis, seorang perempuan berusia 20 tahun diangkat sebagai kepala polisi karena tidak ada satu orang pun yang berani menerima pekerjaan tersebut. Berbagai berita kriminal yang mengerikan sudah menjadi santapan rutin warga Meksiko. Media massa nasional kerap diwarnai berbagai pemberitaan soal penculikan, pemerasan, dan pembunuhan. Bahkan ada sejumlah blog yang khusus memampang foto-foto korban kekerasan di Meksiko yang diabadikan melalui kamera telepon seluler. Sedikitnya 29 ribu orang terbunuh dalam perang antar- geng narkotika selama empat tahun terakhir. Tahun ini, jum- lah korban tewas bertambah dua kali lipat menjadi 12 ribu. Ironisnya, 98% kasus krimi- nal di Meksiko tidak pernah diproses secara hukum. Kondisi itu sudah berlang- sung selama empat tahun sejak Calderon menjabat presiden dan berjanji memerangi kartel, organisasi beromzet miliaran dolar yang menyuplai kokain, heroin, dan ganja ke Amerika Serikat: pasar narkotika terbe- sar di dunia. Calderon melibatkan 45 ribu tentara dan polisi fede- ral untuk menyukseskan janji kampanyenya. Tidak ada lagi pihak yang bisa ia percaya, termasuk polisi lokal dan gu- bernur. Selama Calderon berkuasa, sejumlah gembong narkotika telah dapat ditangkap atau dibunuh, termasuk pemimpin kartel La Familia yang tewas awal bulan ini. Namun, hal itu tidak memperlemah gerak geng kartel narkotika di Mek- siko. (Mps/I-5) MEREKA memancung, me- nyiksa, dan memeras. Sete- lah itu, mereka berdoa serta memberi amal untuk sekolah, fasilitas umum masyarakat, dan beberapa gereja. Mereka adalah kartel narkotika La Fa- milia di Meksiko, musuh besar Presiden Felipe Calderon. “La Familia sebenarnya ber- awal dari struktur masyarakat sosial. Mereka punya prinsip dan nilai-nilai yang dipatuhi para pengikut,” ujar mantan Jaksa Agung Meksiko sekaligus ahli kriminal, Profesor Samuel Gonzalez Ruiz. Kartel narkoba itu dibentuk pada 1980-an oleh gabungan petani mariyuana di Negara Bagian Michoacan yang ter- letak 80 kilometer dari ibu kota Meksiko, Mexico City. La Familia meraup keuntungan dengan menjual narkotika ke kawasan Meksiko dan wilayah lain yang tidak melintasi Kari- bia. Bahkan, La Familia men- jadi pengontrol jalur penye- lundupan kokain di Pantai Pasifik Meksiko. Kesempatan sebagai pengontrol digunakan para pemimpin organisasi ini dengan membuat sebuah pro- gram ekspansi dan diversifikasi perdagangan narkotika. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tim pimpinan Profesor Ruiz, sebesar 85% kekuatan bisnis di Michoacan dikuasai oleh La Familia. Mere- ka berinvestasi dalam produksi sintesis obat metamfetamin di beberapa negara bagian di Meksiko, mengambil alih bisnis lokal DVD bajakan, dan mengatur semua jasa layanan tagihan utang yang dikenal kejam. Prinsip Dalam menjalankan tugas- tugas mereka, para pemimpin La Familia menerapkan prinsip- prinsip dan nilai sendiri kepada seluruh anggota. Berdasarkan dokumen yang dimiliki oleh Badan Intelijen Meksiko, kartel tersebut tidak menganjurkan anggotanya untuk mengon- sumsi narkoba maupun alko- hol. Selain itu, mereka meng- anut ideologi agama sendiri de- ngan pemimpin rohani Nazario Moreno Gonzalez atau yang dikenal dengan sebutan El Mas Loco. Ia menerbitkan dan mendistribusikan Injil versi- nya. Salah satu kepercayaan mereka, yaitu meninggalkan pesan tertulis pada jasad ang- gota kartel saingan yang telah dimutilasi. “Sangat jelas bahwa ini bagian dari organisasi mereka. Tidak peduli apakah pemimpin mereka memercayainya atau tidak,” kata seorang pengamat antropologi Meksiko, Elio Masferrer. Kekuatan politik Tiga tahun terakhir La Fami- lia menunjukkan peningkatan penyerangan terhadap kartel- kartel tandingan. Pada 2006, lima penggal kepala dilempar- kan ke sebuah kelab malam di Kota Uruapan. Sebuah tulisan ditempelkan di kepala-kepala itu yang berbunyi ‘Hanya yang pantas mati yang akan mati se- perti ini’. Kemudian pada 2008, sebuah granat dilemparkan dalam perayaan hari kemerde- kaan di Negara Bagian Morelia. Masih pada tahun yang sama, 12 polisi ditangkap, disiksa, dan dibunuh. Pemerintah Meksiko di bawah pimpinan Presiden Felipe Calderon menyatakan perang terhadap kartel narko- ba, termasuk kartel La Familia. Ia mengirim ribuan pasukan dan polisi ke Negara Bagian Michoacan. Pemerintah juga mengatakan terdapat bukti yang menunjuk- kan bahwa La Familia menggu- nakan kekuatan ekonomi untuk membeli kekuatan politik. Pada Mei 2010, pejabat pe- merintah menangkap 10 wali kota dan 20 pejabat pemerintah lokal di Michoacan yang di- duga memberi bantuan kepada La Familia. Namun, beberapa kalangan meyakini bahwa kelemahan pemerintah Meksiko membuat upaya penumpasan kartel-kar- tel narkoba berjalan di tempat. Kelemahan itu, antara lain, tingkat pengangguran yang kian meningkat, praktik korup- si dalam penegakan hukum, dan jurang besar antara kaum kaya dan kaum miskin. “Perdagangan narkotika adalah proyeksi dari sakitnya negara ini,” tegas Profesor Gonzalez Ruiz. (*/AP/Reu- ters/BBC/I-5) 23 SELASA, 1 FEBRUARI 2011 | MEDIA INDONESIA ERNASIONAL Menyelesaikan Masalah dengan Masalah Kiprah Keluarga Kartel La Familia Calderon melibatkan 45 ribu tentara dan polisi federal untuk menyukseskan janji kampanyenya. Tidak ada lagi pihak yang bisa ia percaya, termasuk polisi lokal dan gubernur.” memberantas ladang ganja di suatu lokasi berjarak setengah jam berkendara dari Culia- can. Dalam kurun waktu dua bulan, sambung Mendoza, akan ada ladang lain di lokasi tersebut. (AP/Reuters/BBC/ CS Monitor/I-4) [email protected] buah jalan yang biasa menjadi medan perang dad Juarez, Meksiko, beberapa waktu lalu. TERTEMBAK: Polisi membantu rekannya yang tertembak oleh para pedagang obat bius di Ciudad Juarez, Meksiko, beberapa waktu lalu. AP /DARIO LOPEZ-MILLS REUTERS/ALEJANDRO BRINGAS TEMA: Paceklik Panjang di Samudra Selatan NUSANTARA RABU (2/2/2011) FOKUS

internasional okus F 23 - ftp.unpad.ac.id filesoal penculikan, pemerasan, dan pembunuhan. Bahkan ada sejumlah blog yang khusus memampang fotofoto korban kekerasan di Meksiko yang diabadikan

Embed Size (px)

Citation preview

IVANA Garcia tidak kabur saat melihat dua mayat tak berkepala teronggok di hala­man balai kota. Ia pun tidak beranjak pergi saat memergoki sesosok mayat tanpa kaki dan tangan tergantung di pusat kota.

Namun, ia sontak melarikan diri saat kerusuhan terjadi di sekitar halaman rumahnya. Puluhan tentara bayaran yang mengendarai kendaraan lapis baja memburu geng kartel narkotika dengan melancar­kan tembakan ke berbagai penjuru kota. Dalam sekejap, Kota Ciudad Mier berubah menjadi medan perang.

Garcia tidak punya pilih­an selain lari meninggalkan kampung halaman bersama dengan 6.000 warga Ciudad Mier lainnya untuk menye­lamatkan diri. Mereka sadar, tidak ada satu pun orang yang

akan melindungi nyawa me­reka. Tidak pemerintah, tidak pula militer.

Kota kecil yang terletak di pinggiran Sungai Rio Grande itu kini berubah menjadi kota hantu. Ciudad Mier dan mayo ritas kota lainnya di Meksiko adalah saksi bisu bagaimana militer menanga­ni kartel­kartel narkotika dengan berbagai tindakan kekerasan.

Selama empat tahun ter­akhir, pemerintah Meksiko menggunakan militer untuk me merangi kartel narkotika yang merajalela di negara tersebut. Namun, sampai saat ini hasilnya nihil.

Sejumlah pengamat me­ngatakan keterlibatan mili­ter justru membawa masalah baru. Namun, Presiden Felipe Calderon mengaku tidak ada lagi pihak yang bisa ia percaya

untuk menyelesaikan masalah itu, kecuali militer.

KriminalitasDi Ciudad Juarez, lebih dari

3.000 kasus pembunuhan ter­jadi dalam satu tahun terakhir membuat kota tersebut dino­batkan sebagai kota dengan angka kriminalitas tertinggi di dunia. Baku tembak antargeng narkotika dan militer juga mewarnai pesisir Acapulco.

Di Desa Pradexis, seorang perempuan berusia 20 tahun diangkat sebagai kepala polisi karena tidak ada satu orang pun yang berani menerima pekerjaan tersebut.

Berbagai berita kriminal yang mengerikan sudah menjadi santapan rutin warga Meksiko. Media massa nasional kerap diwarnai berbagai pemberitaan soal penculikan, pemerasan, dan pembunuhan. Bahkan ada sejumlah blog yang khusus memampang foto­foto korban kekerasan di Meksiko yang diabadikan melalui kamera telepon seluler.

Sedikitnya 29 ribu orang terbunuh dalam perang antar­geng narkotika selama empat tahun terakhir. Tahun ini, jum­lah korban tewas bertambah dua kali lipat menjadi 12 ribu. Ironisnya, 98% kasus krimi­nal di Meksiko tidak pernah

diproses secara hukum. Kondisi itu sudah berlang­

sung selama empat tahun sejak Calderon menjabat presiden dan berjanji memerangi kartel, organisasi beromzet miliaran dolar yang menyuplai kokain, heroin, dan ganja ke Amerika Serikat: pasar narkotika terbe­sar di dunia.

Calderon melibatkan 45 ribu tentara dan polisi fede­ral untuk menyukseskan janji kampanyenya. Tidak ada lagi pihak yang bisa ia percaya, termasuk polisi lokal dan gu­bernur.

Selama Calderon berkuasa, sejumlah gembong narkotika telah dapat ditangkap atau dibunuh, termasuk pemimpin kartel La Familia yang tewas awal bulan ini. Namun, hal itu tidak memperlemah gerak geng kartel narkotika di Mek­siko. (Mps/I­5)

MEREKA memancung, me­nyiksa, dan memeras. Sete­lah itu, mereka berdoa serta memberi amal untuk sekolah, fasilitas umum masyarakat, dan beberapa gereja. Mereka adalah kartel narkotika La Fa­milia di Meksiko, musuh besar Presiden Felipe Calderon.

“La Familia sebenarnya ber­awal dari struktur masyarakat sosial. Mereka punya prinsip dan nilai­nilai yang dipatuhi para pengikut,” ujar mantan Jaksa Agung Meksiko sekaligus ahli kriminal, Profesor Samuel Gonzalez Ruiz.

Kartel narkoba itu dibentuk pada 1980­an oleh gabungan petani mariyuana di Negara Bagian Michoacan yang ter­letak 80 kilometer dari ibu kota Meksiko, Mexico City. La Familia meraup keuntungan dengan menjual narkotika ke kawasan Meksiko dan wilayah lain yang tidak melintasi Kari­bia. Bahkan, La Familia men­jadi pengontrol jalur penye­lundupan kokain di Pantai Pasifik Meksiko. Kesempatan sebagai pengontrol digunakan para pemimpin organisasi ini dengan membuat sebuah pro­gram ekspansi dan diversifikasi perdagangan narkotika.

Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh tim pimpinan Profesor Ruiz, sebesar 85% kekuatan bisnis di Michoacan dikuasai oleh La Familia. Mere­ka berinvestasi dalam produksi sintesis obat metamfetamin di beberapa negara bagian di Meksiko, mengambil alih bisnis lokal DVD bajakan, dan mengatur semua jasa layanan tagihan utang yang dikenal kejam.

PrinsipDalam menjalankan tugas­

tugas mereka, para pemimpin La Familia menerapkan prinsip­prinsip dan nilai sendiri kepada seluruh anggota. Berdasarkan dokumen yang dimiliki oleh Badan Intelijen Meksiko, kartel tersebut tidak menganjurkan anggotanya untuk mengon­sumsi narkoba maupun alko­hol. Selain itu, mereka meng­anut ideologi agama sendiri de­ngan pemimpin rohani Nazario Moreno Gonzalez atau yang dikenal dengan sebutan El Mas Loco. Ia menerbitkan dan mendistribusikan Injil versi­nya. Salah satu kepercayaan mereka, yaitu meninggalkan pesan tertulis pada jasad ang­gota kartel saingan yang telah dimutilasi.

“Sangat jelas bahwa ini bagian

dari organisasi mereka. Tidak peduli apakah pemimpin mereka memercayainya atau tidak,” kata seorang pengamat antropologi Meksiko, Elio Masferrer.

Kekuatan politikTiga tahun terakhir La Fami­

lia menunjukkan peningkatan penyerangan terhadap kartel­kartel tandingan. Pada 2006, lima penggal kepala dilempar­kan ke sebuah kelab malam di Kota Uruapan. Sebuah tulisan ditempelkan di kepala­kepala itu yang berbunyi ‘Hanya yang pantas mati yang akan mati se­perti ini’. Kemudian pada 2008, sebuah granat dilemparkan dalam perayaan hari kemerde­kaan di Negara Bagian Morelia. Masih pada tahun yang sama, 12 polisi ditangkap, disiksa, dan dibunuh.

Pemerintah Meksiko di bawah pimpinan Presiden Felipe Calderon menyatakan perang terhadap kartel narko­ba, termasuk kartel La Familia. Ia mengirim ribuan pasukan dan polisi ke Negara Bagian Michoacan.

Pemerintah juga mengatakan terdapat bukti yang menunjuk­kan bahwa La Familia menggu­nakan kekuatan ekonomi untuk membeli kekuatan politik.

Pada Mei 2010, pejabat pe­merintah menangkap 10 wali kota dan 20 pejabat pemerintah lokal di Michoacan yang di­duga memberi bantuan kepada La Familia.

Namun, beberapa kalangan meyakini bahwa kelemahan pemerintah Meksiko membuat upaya penumpasan kartel­kar­tel narkoba berjalan di tempat.

Kelemahan itu, antara lain, tingkat pengangguran yang kian meningkat, praktik korup­si dalam penegakan hukum, dan jurang besar antara kaum kaya dan kaum miskin.

“Perdagangan narkotika adalah proyeksi dari sakitnya negara ini,” tegas Profesor Gonzalez Ruiz. (*/AP/Reu­ters/BBC/I­5)

23seLAsA, 1 FeBRUARI 2011 | MeDIA INDONesIAFokus internasional

Menyelesaikan Masalah dengan Masalah

Kiprah Keluarga Kartel La Familia

Calderon melibatkan 45 ribu

tentara dan polisi fede ral untuk menyukseskan janji kampanyenya. Tidak ada lagi pihak yang bisa ia percaya, termasuk polisi lokal dan gubernur.”

memberantas ladang ganja di suatu lokasi berjarak setengah jam berkendara dari Culia­can. Dalam kurun waktu dua bulan, sambung Mendoza, akan ada ladang lain di lokasi tersebut. (AP/Reuters/BBC/CS Monitor/I­4)

[email protected]

PATROLI: Polisi Meksiko berpatroli di sebuah jalan yang biasa menjadi medan perang antarkartel dan transaksi narkoba di Ciudad Juarez, Meksiko, beberapa waktu lalu.

TERTEMBAK: Polisi membantu rekannya yang tertembak oleh para pedagang obat bius di Ciudad Juarez, Meksiko, beberapa waktu lalu.

AP /DArio LoPez-MiLLs reUTers/ALeJAnDro BringAs

Tema:Paceklik Panjang

di SamudraSelatan

NUSaNTaRaRABU (2/2/2011)

FOKUS