Upload
hoanghanh
View
238
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH
INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM UNTUK PEMBENTUKAN
AKHLAK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
DI SD MUHAMMADIYAH 16 KARANGASEM,
LAWEYAN, SURAKARTA
Diajukan Kepada
Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister
dalam Ilmu Manajemen Pendidikan
OLEH :
UMI NOPIARTI
NIM. Q 10011O187
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2015
2
HALAMAN PENGESAHAN
INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM UNTUK PEMBENTUKAN AKHLAK
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
DI SD MUHAMMADIYAH 16 KARANGASEM,
LAWEYAN, SURAKARTA
Naskah Publikasi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna
Memperoleh Gelar Magister Manajemen Pendidikan
Pembimbing I,
Prof.Dr. Abdul Ngalim, MM.,M.Hum
Pembimbing II,
Drs. Budi Sutrisno, M.Pd
3
ABSTRACT
INTERNALISASI NILAI-NILAI ISLAM UNTUK PEMBENTUKAN AKHLAK DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
DI SD MUHAMMADIYAH 16 KARANGASEM,
LAWEYAN, SURAKARTA
Oleh :
Umi Nopiarti; Abdul Ngalim; Budi Sutrisno
Universitas Muhammadiyah Surakarta
The purpose of the study is described. 1) The planning process of the
internalization Islamic values for moral formation in learning Indonesia
language. 2) The Organizing process of internalization Islamic values for moral
formation in learning Indonesia language.3) The process of internalization
Islamic values for moral formation in learning Indonesia language.4) Evaluation
of the internalization Islamic values for moral formation in learning Indonesia
language .5) The factors supporting and inhibiting in the process of
internalization Islamic values for moral formation in learning Indonesia
language.
This type of research is qualitative and use an ethnographic approach to
research. Subjects were principal, teachers, and students. the Methods of data
collection use in-depth interviews, observation, and documentation. The Analysis
use a triangulation. Results of the research are: 1) The process of internalization
Islamic values for moral formation in learning Indonesia language in SD
Muhammadiyah Surakarta 16 Karangasem has done with some reference to the
teacher's task according to the standard of teacher work.2) The Organizing
process internalization of Islamic values for moral formation in Indonesian
language learning in SD Muhammadiyah Surakarta 16 Karangasem focused on
language acquisition, not on language learning. 3) The process of internalization
Islamic values for moral formation in learning Indonesia in SD Muhammadiyah
Surakarta Karangasem 16 includes learning implementation strategies, that use
4
of media and learning resources, and the implementation has done with focus of
the characteristics SD Muhammadiyah 16 education in Karangasem Surakarta.4 )
Evaluation of the process internalization of Islamic values for moral formation in
learning Indonesia language in SD Muhammadiyah Surakarta Karangasem 16
includes classroom-based assessment to obtain information on the development
and progress competence and achievement students.5) Supporting factors in the
process of internalization of Islamic values for morals in the learning Indonesia
language in SD Muhammadiyah Surakarta 16 Karangasem is formed on
institutional support, human resources, and the support of parents. The factors
that barrier is the limited of time.
Keywords: internalization, moral, Indonesian language.
5
PENDAHULUAN
Penurunan moral dalam diri masyarakat terlihat semakin nyata akhir-akhir
ini. Sangat ironis bahwa penurunan tersebut terjadi di setiap lapisan masyarakat,
mulai dari generasi muda hingga pada elite negeri ini. Kondisi ini menjadikan
banyak pihak untuk menyalahkan, menyudutkan, dan juga melontarkan berbagai
macam kritikan terhadap dunia pendidikan Indonesia. Hal ini bukan suatu hal
yang berlebihan karena pada dasarnya, pendidikan merupakan salah satu
elemen penting bagi pembentukan karakter individu, seperti pembentukan
perilaku dan cara pandang. Dalam segala sendi kehidupan, perilaku manusia atau
akhlak menjadi sebuah indikator utama dalam keberlangsungan kehidupan yang
lain. Manusia yang berakhlak baik akan menjadikan kehidupannya lebih tertata
dan teratur sesuai dengan aturan agama maupun Undang-undang.
Generasi yang berakhlak mulia menjadi sebuah salah satu tujuan utama
dalam tujuan pendidikan Indonesia. Dasar dari tujuan tersebut termuat dalam
UU no. 20 tahun 2003, bab II pasal 3 mengenai fungsi dan tujuan pendidikan
nasional. Dalam Undang-undang tersebut disebutkan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Berpijak pada tujuan nasional tersebut, sudah menjadi sebuah keharusan
bagi dunia pendidikan nasional untuk mampu mewujudkannya. Bukan hal yang
berlebihan apabila pembentukan akhlak mulia pada diri anak didik dijadikan
sebagai sebuah tujuan utama pelaksanaan praktik pendidikan di Indonesia. Ini
dapat diawali dengan memberikan kesadaran pada diri para pendidik mengenai
urgensi hal tersebut. Selanjutnya, pelaksanaan pendidikan perlu disertai dengan
penguatan nilai-nilai agama.
6
Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk muslim
terbesar. Dengan kondisi tersebut, nilai-nilai Islam dapat diterapkan sebagai
salah satu upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut di atas.
Penerapan nilai-nilai Islam di dalam pelaksanaan pendidikan nasional diharapkan
mampu memberikan penguatan dan memberikan kontribusi yang besar
terhadap pembentukan akhlak mulia peserta didik. Penerapan tersebut dapat
dilakukan dengan mengintegrasikan materi-materi pembelajaran dengan nilai-
nilai Islam. Sebagai contoh dengan menyisipkan materi-materi akhidah dan
syariah.
Persepsi tersebut di atas muncul sebagai salah satu solusi yang dapat
ditawarkan berdasar pada kompleksnya permasalahan yang terjadi di pendidikan
nasional. Permasalahan ini dapat dilihat dari terjadinya kemunduran akhlak pada
diri peserta didik dan bahkan pada diri pendidik. Kenyataan tersebut diperkuat
dengan adanya berbagai macam pemberitaan mengenai berbagai macam
pelanggaran, mulai dari pelanggaran asusila hingga hal yang berbau kriminal
yang turut memberikan sumbangan noda hitam bagi dunia pendidikan nasional.
Selain itu, juga dapat dilihat pada perilaku yang ditunjukkan oleh para elite
negeri ini yang tidak sedikit pula melakukan berbagai penyimpangan, baik
agama, hukum, maupun sosial.
Ada berbagai bentuk dan contoh nyata berbagai penyimpangan yang
terjadi di Indonesia. Penyimpangan yang dilakukan oleh remaja yang notabene
masih berstatus sebagai pelajar atau mahasiswa, antara lain bolos pada jam
sekolah, merebaknya geng motor yang pada akhirnya banyak terjadi kebut-
kebutan di jalanan, minum minuman keras, penyalahgunaan obat-obatan
terlarang, hingga pada tindakan asusila. Penyimpangan yang terjadi pada elite
pun tidak jauh berbeda, misalnya tindak korupsi, kolusi, dan nepotisme yang
makin merebak di segala lini, perebutan kekuasan, dan tindakan asusila pun tidak
luput menjangkiti diri para elite.
7
Indikator lain dari penurunan perilaku ini adalah sopan santun individu
yang mulai berkurang. Sopan santun ini dilihat pada perilaku dan bahasa yang
digunakan. Perilaku menghargai dan kata-kata halus dari individu kini menjadi
sebuah barang mewah dalam kehidupan sehari-hari. Individu cenderung
mementingkan dirinya sendiri dan mengabaikan kepentingan orang lain. Individu
juga cenderung mengabaikan perasaan orang lain dan mengartikan kebebasan
berpendapat adalah kebebasannya untuk berpendapat apapun dengan
mengabaikan orang lain.
Apabila dilihat lebih dalam, permasalahan tersebut tidak sepenuhnya
disebabkan oleh remaja atau anak tetapi lebih dari itu. Pendidikan yang anak-
anak terima baik dari sekolah maupun yang ditanamkan di dalam keluarga perlu
kita koreksi lebih dalam. Sebenarnya banyak dari anak-anak atau remaja yang
melakukan penyimpangan-penyimpangan tersebut justru mereka yang berasal
dari latar belakang keluarga dan latar pendidikan yang bagus tetapi banyak dari
mereka yang justru keluar dari garis-garis keteraturan sosial. Perlu kita
memahami bagimana pendidikan yang disampaikan kepada anak-anak ini
menempatkan pada pemahaman dan porsi yang tepat yang bisa diterima oleh
anak. Banyak kasus yang berseberangan dengan teori serta konsep yang
dikemukakan oleh para ahli dan tokoh pendidikan maupun tokoh psikologi
tentang konsep pendidikan yang sesuai dengan pemahaman dan porsi yang pas
bagi anak.
Pembinaan keimanan dan taqwa di sekolah bukan hanya tanggung jawab
guru agama. Setiap komponen dalam pendidikan harus ikut bertanggung jawab
secara serius agar tercipta satu kondisi yang memungkinkan terintegrasinya nilai-
nilai keimanan dan ketakwaan dalam setiap proses pembelajaran. Setiap guru
bidang studi hendaknya tidak hanya mengajarkan bidang studinya, namun juga
harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai keimananan dan ketakwaan dalam
setiap proses pembelajaran tersebut.
8
Dengan demikian, pembinaan keimanan dan ketakwaan terintegrasi
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian halnya
dengan integrasi nilai imtaq (iman dan taqwa) dalam pembelajaran bahasa
Indonesia.
Pengintegrasian nilai-nilai keimanan dan taqwa ke dalam mata pelajaran
merupakan salah satu aspek dari pendidikan karakter. Pendidikan karakter
adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang
meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME),
diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia
insan kamil. .
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional, maka pendidikan karakter adalah
suatu program pendidikan (sekolah dan luar dekolah) yang mengorganisasikan
dan menyederhanakan sumber-sumber moral dan disajikan dengan
memerhatikan pertimbangan psikologis untuk pertimbangan pendidikan..
Di sisi lain pendidikan karakter pada anak usia dini , dewasa ini sangat di
perlukan di karenakan saat ini Bangsa Indonesia sedang mengalami krisis
karakter dalam diri anak bangsa. Karakter di sini adalah watak, tabiat, akhlak,
atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai
kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang,
bepikir, bersikap dan bertindak. Kebajikan tersebut berupa Sejumlah nilai moral,
dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, hormat pada orang
lain, disiplin, mandiri, kerja keras, kreatif.
Pendidikan karakter di nilai sangat penting untuk di mulai pada anak usia
dini karena pendidikan karakter adalah proses pendidikan yang ditujukan untuk
mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau
budi pekerti luhur. Nilai-nilai positif dan yang seharusnya dimiliki seseorang
menurut ajaran budi pekerti yang luhur tersebut perlu diinternalisasikan sejak
dini.
9
Batasan pendidikan yang dibuat para ahli tampak begitu beraneka ragam
dan kandungannya juga berbeda antara yang satu dengan yang lain. Pendidikan
selalu dapat dibedakan menjadi teori dan praktek, teori pendidikan adalah
pengetahuan tentang makna dan bagaimana seyogyanya pendidikan itu
dilaksanakan. Sedangan praktek adalah tentang pelaksanaan pendidikan secara
konkretnya.
SD Muhammadiyah 16 Karangasem Laweyan Surakarta sebagai lembaga
formal ingin menanamkan sejak dini ajaran Islam lewat internalisasi nilai-nilai
Islam kepada para siswanya melalui kegiatan berbagai kegiatan. Tentu saja hal
ini sangat baik ditanamkan kepada para siswa dengan pembiasaan ataupun
dengan keteladanan maka akan melekat pada diri mereka untuk selalu
menjalankan ajaran Islam dan menjadi hamba Allah sesuai dengan ketentuan Al-
Qur’an dan Sunnah nabi. Oleh karena itu dalam penelitian ini mempunyai tujuan
mengkaji dan mendiskripsikan internalisasi nilai-nilai islam untuk pembentukan
akhlak yang terdiri dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada
dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ialah
jenis penelitian yang berusaha menggambarkan gejala dan fenomena, baik
fenomena alamiah maupun rekayasa (Ibrahim 2007: 4). Tujuan penelitian ini
untuk mendiskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat
serta huungan antar fenomena yang diselidiki sehingga menghasilkan banyak
temuan penting (Nasir 2003:54). Penelitian deskriptif ditujukan untuk
mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya ( Sutama
2012 : 38).
Penelitian kualitatif memiliki ciri-ciri antara lain (1) dilakukan pada latar
alami, karena alat penting adalah data langsung dan perisetnya,(2) peneliti
sebagai instrument, (3) menggunakan metode kualitatif, (4) penelitian bersifat
10
deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata atau gambar yang
mengutamakan data langsung, (5) lebih memperhatikan proses daripada hasil,(6)
adanya batas yang ditentukan oleh fokus,(7) adanya criteria khusus untuk
keabsahan data, dan(8) desain bersifat sementara (Moleong, 2006:4).
Penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan subyek penelitian terkait
internalisasi nilai-nilai Islam untuk pembentukan akhlak dalam pembelajaran
bahasa Indonesia di subyek penelitian. Subyek penelitian ini adalah sebuah
sekolah dasar yaitu SD Muhammadiyah 16 yang terletak di Kelurahan
Karangasem, Kecamatan Laweyan, Surakarta. Sebuah sekolah swasta yang
menjadikan Islam sebagai nilai-nilai yang dikembangkan dalam pengelolaan
manajemen sekolahnya.
Desain penelitian ini adalah etnografi. Studi etnografi merupakan studi
yang mendeskripsikan dan menginterprestasikan budaya, kelompok sosial atau
sistem. Etnografi menurut Muhadjir (94: 1996) merupakan model penelitian yang
mempelajari peristiwa kultural, yang menyajikan pandangan hidup subyek yang
menjadi studi, dan dikonstruksi dengan pola perilaku masyarakat yang menjadi
obyek penelitiannya. Menurut Wollcot (Santana, 2007:102) aspek-aspek
etnografi menjelaskan dan menyakinkan pembaca untuk mengenali keragaman
kultur. Masalah etnografi memfokuskan diri pada fenomena yang berjalan, gejala
yang sedang berlangsung (Sutama, 2010:77).
Pendekatan etnografi sebagaimana dikemukakan oleh Garfinkel (Bungin,
2004: 118) sebagai ”refer to the investigation of the rational properties of
indexical expressions and other practical actions as contingent ongoing
accomplishments of organized artful practices of everyday life”.
Menurut Garfinkel di atas, etnografi mengacu pada suatu studi mengenai
bagaimana seorang individu dalam masyarakat bertindak dan berkreasi serta
memahami hidup keseharian mereka. Ciri khas kajian etnografi adalah pada kerja
lapangan yang intens dan menuntut perhatian total dari peneliti terhadap
budaya dan kehidupan sehari-hari kelompok masyarakat atau individu yang
11
menjadi subjek penelitian. Kondisi tersebut mengharuskan adanya hasil yang
mendalam dan deskriptif, maka biasanya jumlah informan yang diambil sedikit,
kurang lebih 5 sampai 7 orang saja. Perlu digaris bawahi bahwa penelitian
etnografi bukanlah bermaksud untuk mencapai generalisasi terhadap fenomena
yang diamati, tetapi bagaimana menanamkan kebenaran suatu peristiwa dengan
tetap mengaitkannya pada konteks yang ada
Data dalam penelitian ini berupa kata-kata, perilaku, dan tindakan subjek
penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam (indepth interview)
dan pengamatan langsung di lapangan.yang terkait dengan internalisasi nilai-
nilai Islam untuk pembentukan akhlak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di
SD Muhammadiyah 16 Karangasem, Laweyan, Surakarta. Selain itu, untuk
keperluan dalam pembahasan tentang internalisasi nilai-nilai Islam untuk
pembentukan akhlak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Muhammadiyah 16 Karangasem, Laweyan, Surakarta juga dilengkapi dengan
data yang berupa dokumen, catatan-catatan yang dimiliki oleh sekolah. Data-
data tersebut merupakan data yang berkaitan dengan internalisasi nilai-nilai
Islam untuk pembentukan akhlak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di
sekolah tersebut
Dalam penelitian ini, data terdiri atas data primer dan data sekunder. data
primer adalah data yang dikumpulkan peneliti langsung dari sumber utamanya
(Kountur,2007 :1820. untuk memperoleh data primer, dilakukan melalui
wawancara,observasi, dan dokumentasi di lapangan. Data-data ini merupakan
data tentang internalisasi nilai- nilai Islam untuk pembentukan akhlak dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Muhammadiyah 16 Karangasem, Laweyan,
Surakarta, yang mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
evaluasi pembelajaran.
Data sekunder adalah data yang bersumber dari penelitian orang lain yang
dibuat untuk maksud yang berbeda. data tersebut dapat berupa fakta, tabel
gambar dan lain-lain (Kountur, 2007 :177). Data sekunder dalam penelitian ini
12
didapat dari dokumen-dokumen atau artikel tentang internalisasi nilai- nilai
Islam untuk pembentukan akhlak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Muhammadiyah 16 Karangasem, Laweyan, Surakarta, yang mencakup
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
Analisis data ini dilakukan dengan model interaktif. Proses analisis
interaktif dimulai pada waktu pengumpulan data dan peneliti selalu membuat
reduksi data dan kajian data. Artinya data yang berupa catatan lapangan yang
terdiri dari bagian deskripsi dan refleksinya adalah data yang dikumpulkan, dari
itu peneliti membuat ringkasan tentang pebgertian yang ada atau reduksi
data.Adapun hubungan antar komponen dalam analisis kualitatif digambarkan
seperti pada bagan berikut ini.
Bagan III.1. Komponen-komponen Analisis data Model Interaktif
(Mattew B. Milles dan A. Michael Huberman, 1992 : 20).
Pemeriksaan keabsahan data, yang digunakan agar penelitian betul-betul
akurat dan dapat dipercaya dengan menggunakan model yaitu :Kredibilitas.
Dalam menguji kredibilitas Guba dalam Sutama (2012:71) menyarankan tiga cara
yaitu: memperpanjang waktu dilapangan sehingga dapat menghimpun dan
memeriksa seluruh data yang dibutuhkan, melakukan pengamatan hingga
Pengumpulan data
Reduksi data
Penyajian data
Penarikankan kesimpulan atau verifikasi
13
terperinci dengan memfokuskan penelitian pada hal-hal tertentu secara
mendalam dan terus-menerus, untuk menguji temuan tersebut dengan metode
triangulasi. Seperti disarankan oleh Denzin dalam Sutama (2012:71).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Perencanaan internalisasi nilai-nilai Islam untuk pembentukan akhlak dalam
pembelajaran bahasa Indonesia. Perencanaan pembelajaran bahasa
Indonesia di SD Muhammadiyah 16 Karangasem Surakarta dilakukan
beberapa kegiatan. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan pemetaan
kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus,
dan penyusunan rencana pelaksanaan pelajaran (RPP).
2. Pengorganisasian internalisasi nilai-nilai Islam untuk pembentukan akhlak
dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Pengorganisasian materi dalam
pembelajaran bahasa Indonesia di SD Muhammadiyah 16 Karangasem
Surakarta lebih difokuskan pada aspek pemerolehan bahasa.
Implementasinya dilakukan dengan cara memperluas materi ketrampilan
berbahasa praktis dan aktual, baik dalam pengembangan kosa kata,
mendengarkan, membaca, bercakap-cakap, dan menulis. Prioritas atau
penekanan diberikan pada materi yang paling berguna atau dibutuhkan
siswa dalam berbahasa, sesuai dengan tujuan belajar bahasanya.
3. Pelaksanaan internalisasi nilai-nilai Islam untuk pembentukan akhlak dalam
pembelajaran bahasa Indonesia . Pelaksanaan dilakukan dengan mengacu
pada beberapa kekhususan dalam pendidikan di SD Muhammadiyah 16
Karangasem Surakarta. Ketiga karakteriastik tersebut meliputi:
a) Mengintegrasikan nilai Islam ke dalam bangunan kurikulum;
b) Menerapkan dan mengembangkan metode pembelajaran untuk
mencapai optimalisasi proses belajar mengajar;
c) Menjamin seluruh proses kegiatan sekolah untuk selalu berorientasi
pada mutu; dan
14
d) Menumbuhkan budaya profesionalisme yang tinggi di kalangan tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan.
4. Evaluasi internalisasi nilai-nilai Islam untuk pembentukan akhlak dalam
pembelajaran bahasa Indonesia.
a. Model evaluasi pembelajaran bahasa Indonesia di SD Muhammadiyah 16
Karangasem Surakarta menggunakan penilaian berbasis kelas. Penilaian
tersebut dilakukan secara terus-menerus, yaitu pada saat siswa
melaksanakan proses pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas.
b. Penilaian dilakukan untuk memperoleh informasi perkembangan dan
kemajuan siswa dalam pencapaian kompetensi. Oleh karena itu, jika siswa
belum mencapai kompetensi tertentu, guru harus mengulang hingga
siswa menguasai kompetensi tersebut. Program perbaikan dan
pengayaan adalah salah satu cara penilaian berkesinambungan.
c. Selain dilakukan oleh guru, evaluasi pembelajaran juga dilakukan oleh
kepala sekolah. Evaluasi yang dilakukan oleh guru berupa evaluasi
pembelajaran, sedangkan pengendalian yang dilakukan kepala sekolah
dilakukan melalui supervisi pembelajaran.
5. Faktor pendukung dalam proses internalisasi nilai-nilai Islam untuk
pembentukan akhlak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor pendukung dalam proses internalisasi nilai-nilai
Islam untuk pembentukan akhlak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di
SD Muhammadiyah 16 Karangasem, Laweyan, Surakarta berupa dukungan
kelembagaan, sumber daya manusia, dan dukungan orang tua siswa. Adapun
faktor yang menjadi penghambat adalah keterbatasan waktu. Untuk itu
solusi yang dilakukan adalah dengan melakukan kolaborasi antar guru.
15
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang internalisasi nilai-nilai
Islam untuk pembentukan akhlak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Muhammadiyah 16 Karangasem Surakarta, maka dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut.
1. Perencanaan proses internalisasi nilai-nilai Islam untuk pembentukan akhlak
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Muhammadiyah 16 Karangasem
Surakarta dilakukan dengan mengacu pada tugas guru sesuai dengan standar
kerja guru. Standar kerja guru meliputi penyusunan program pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi, analisis hasil evaluasi, dan tindak lanjut
hasil evaluasi. Perencanaan proses internalisasi nilai-nilai Islam untuk
pembentukan akhlak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia perlu dilakukan
dengan memperhatikan nilai-nilai yang hendak diinternalisasikan melalui
pembelajaran bahasa yang hendak dilakukan. Langkah ini dilakukan dengan
memadukan materi-materi yang diajarkan dalam setiap ketrampilan bahasa
yang hendak diajarkan dengan materi-materi yang mengandung nilai-nilai
Islam untuk pembentukan akhlak.
2. Pengorganisasian proses internalisasi nilai-nilai Islam untuk pembentukan
akhlak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Muhammadiyah 16
Karangasem Surakarta difokuskan pada pemerolehan bahasa (language
acquisition), bukan pada pembelajaran bahasa (langauge learning).
Implementasinya dilakukan dengan cara memperluas materi ketrampilan
berbahasa praktis dan aktual, baik dalam pengembangan kosa kata,
mendengarkan, membaca, bercakap-cakap, dan menulis. Hal-hal yang
menjadi pertimbangan guru dalam pengorganisasian materi pelajaran
bahasa Indonesia meliputi: a) Pengetahuan dan keterampilan berbahasa
yang diperoleh; b) Kebutuhan berbahasa nyata siswa; c) Kemampuan siswa
dalam menangkap ide; d) Menjadikan kelas sebagai masyarakat pemakai
bahasa Indonesia yang produktif; dan e) Variasi penugasan.
16
Pengorganisasian materi pembelajaran yang difokuskan pada pemerolehan
bahasa (language acquisition) di SD Muhammadiyah 16 Karangasem
Surakarta dilakukan dengan membangun real-world tasks. Model tersebut
mengimplikasikan pembelajaran yang berisi contoh ujaran bahasa
Indonesia dari wacana autentik dan aktual. Harapannya, input yang
diterima siswa adalah input bermakna (comprehensible input), bukan
semata-mata input yang direkayasa (modified input).Materi diberikan
dengan latihan-latihan yang berupa tugas bercakap-cakap (berbicara),
membaca sebanyak-banyaknya, menulis terus-menerus, dan menggali
informasi melalui mendengarkan. Latihan-latihan yang diberikan selain
diberi porsi yang lebih banyak juga harus memberi motivasi yang
menyenangkan untuk berlatih terus-menerus.
3. Pelaksanaan proses internalisasi nilai-nilai Islam untuk pembentukan
akhlak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Muhammadiyah 16
Karangasem Surakarta meliputi sebagai berikut: a) Pelaksanaan program
pembelajaran bahasa Indonesia di SD Muhammadiyah 16 Karangasem
Surakarta dilakukan melalui tiga strategi yang saling bersinergi satu sama
lain untuk mewujudkan satu tujuan, yaitu peningkatan kualitas
pembelajaran. Ketiga strategi tersebut adalah: 1) pelaksanaan
pembelajaran di kelas maupun di luar kelas; 2) penggunaan strategi
pembelajaran; dan 3) penggunaan media dan sumber belajar; dan b)
Pelaksanaan dilakukan dengan mengacu pada beberapa karakteristik
pendidikan di SD Muhammadiyah 16 Karangasem Surakarta.
4. Evaluasi proses internalisasi nilai-nilai Islam untuk pembentukan akhlak
dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Muhammadiyah 16
Karangasem Surakarta meliputi: a) menggunakan penilaian berbasis kelas;
b) Penilaian dilakukan untuk memperoleh informasi perkembangan dan
kemajuan siswa dalam pencapaian kompetensi; dan c) Selain dilakukan
oleh guru, evaluasi pembelajaran juga dilakukan oleh kepala sekolah.
17
5. Faktor pendukung dalam proses internalisasi nilai-nilai Islam untuk
pembentukan akhlak dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
Muhammadiyah 16 Karangasem, Laweyan, Surakarta berupa dukungan
kelembagaan, sumber daya manusia, dan dukungan orang tua siswa.
Adapun faktor yang menjadi penghambat adalah keterbatasan waktu.
Untuk itu solusi yang dilakukan adalah dengan melakukan kolaborasi antar
guru.
18
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghazali, Imam.1966. Ikhtisar Ilhya Ulumuddin, terjemahan Mochtar Rasidi dan Mochtar Yahya. Yogyakarta: PT. Al. Falah
Al-Abrasyi.Athiyah. 1993. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam
(Terjemahan).Jakarta: PT. Bulan Bintang. Al Shammari, Zaid.2009. A Student Systematic Learning Theory. The International
journal of Learning. Kuwait.Vol18. Achmad Alfianto. Pelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah, Metamorfosis Ulat
Menjadi Kepompong. Diakases melalui: http://re-searchengines.com Adeyemi (2009) dengan judul “Teaching Character Education Across the
Curriculum and the Role of Stakeholders at the Junior Secondary Level in Botswana” International Journal of multicultural education Vol 11. No.9
Agboola dan Tsai 2012.“Bring Character Education into Classroom”. .European
Journal of Educational Research. Agbola, Alex, and Kaun Chen Tsai. 2012. Bring Character Education into
Classroom. European Journal of Educattional Research Vol. 1, No. 2 (2012), pp: 163-170, http://www.proquest.umi.com diakses pada 12 Desember 2013.
Al Quranul Karim. Departemen Agama RI. Cetakan 2009. PT. Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri Surakarta. Almabrururoh, Lilian Netya. 2007. Internalisasi Nilai-nilai Intelektual Profetik
Menuju Insan Kamil (Studi Tentang Pendidikan Intelektual Profetik menuju Insan Kamil Bagi Kader KAMMI Daerah Malang)
Aiinain, Ali Khalil Abu. 1985. Falsafah al-Tarbiyah fi al-Quran al-Karim. T.tp.: Dar
al-Fikr al-‘Arabiy. Anonim. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama .
Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
19
Anonim,2008. Panduan Pendidikan karakter. http://pendikar.dikti.go.id/gdp. Anshori,Dadang. 2012. Ruh Islam dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. di
akses 16 Februari 2013. http://ruh islam dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan
Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013. Pendekatan Dan Strategi Pembelajaran SD/SMP/SMA/SMK
Bungin, Burhan (Ed). 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa.
Creswell. J. W. 2012. Educational Research. Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Reserach, Second Edition. New Jersey: Pearson Merrill Prentice Hall
Dadang S. Anshori. Ruh Islam Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Diakses
pada 1 Maret 2013 melalui: file.upi.edu/Direktori/FPBS/. Dimyati. 1999. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta Departemen Agama RI. 1989. Al-Quran dan Terjemahannya, Semarang: Toha
Putra Djatmika, Rahmat, Sistematika Ethika Islam,Jakarta : Pustaka Panjimas, 1996 Echols, John. Shadily, Hasan. 2003. An English- Indonesian Dictionary. Jakarta :
PT. Gramedia. Endraswara,Suwardi. 25 November 2013.”Makalah Pendekatan Kontekstual.
http://eprints.uny.ac.id. Diakses tanggal 15 Februari 2013. Faisal Ismail. 1988. Paradigma Kebudayaan Islam. Yogyakarta: Titihan Ilahi Press. Fashihah, Hurrotun. 2007. Internalisasi nilai-nilai Islam Dalam Penerapan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (Studi Kasus Di sekolah Islam Terpadu Ibadurrahman srengat- Blitar ).
20
Harsono, 2008. Model-model Pengelola Perguruan Tinggi. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar. Harsono, 2011. Etnografi Pendidikan sebagai Desain Penelitian Kualitatif.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta Hasnain, Imtiaz.1993. Komunikasi menurut Pendekatan Islam. Jurnal Komunika. http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2175756-pengertian-internalisasi-
nilai/di akses tanggal 15 April 2013
http://mutiaraislam.wordpress.com/hvv diakses tanggal 15 April 2013
http://sharingkuliahku.wordpress.com/ diakses tanggal 15 April 2013
Kartono, Kartini. Pengantar Metodologi Riset Sosial, Bandung: Mandar Maju. Katilmis, Ahmet; Halil Eksi;Cemil Ozturk, 2005. “ Efficiency of Social Studies
Integrated Character Education Program”.Jounal Articles of educational Sciences . Turkey. Volume 11, num. 2.
Koesoema, Doni A. 2007. Pendidikan Karakter : strategi Mendidik anak di Zaman
Global.cet I. Jakarta: Grasindo. Kosasih, Engkos. 2008.Cerdas Berbahasa Indonesia. Jakarta : PT. Erlangga Kountur, Ronny. 2007. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis. Jakarta: PPM
Publising. Komaruddin. Erien.2005. Panduan Kreatif Bahasa Indonesia. Bogor : Yudhistira kridalaksana, Harimurti,dkk. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Lickona, Thomas.1992. Educating for Character, How Our Schools can Teach Respect and Responsibility. New York : Bantam Book
Mahbubi. 2012. Pendidikan Karakter. Yogyakarta : Pustaka Ilmu. Margono, S. 2000. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
21
Manshur, Ali Nashif. 2007. Mahkota Pokok-pokok Hadis Rasulullah SAW. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Marzuki. 2008. “Pembentukan Kultur Akhlak Mulia di Kalangan Mahasiswa
Universitas Negeri Yogyakarta Melalui Pembelajaran Pendidikan Agama Islam”. Laporan Penelitian. Yogyakarta: FISE UNY.
Muka Sa’id. 1986. Etika Masyarakat Indonesia. Jakarta: Pradnya Paramita. Moleong,C.J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya Muhadjir, Noeng. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake
Sarasin. Mulyana, Rohmat.(2004). Mengartikulasi Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Nasir, Muhammad. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Notodiputro, Khairil A. 2013. Implementasi Kurikulum 2013. www.
pendidikan.kurikulum 2013.go.id. Di akses 15 februari 2012. Nurhadi. 2012. Pembelajaran kontekstual dan penerapannya dalam KBK. Malang : Universitas Negeri Malang. Parawansa, Khofifah Indar. 2012. Pendidikan Karakter Implementasi Aswaja
sebagai Nilai Pendidikan karakter. Yogyakarta :Pustaka Ilmu Yogyakarta
Partanto, Pius a. dan M. dahlan al-Barry.1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya:
Arkola. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan.
Prestwich, Dorothy.L, 2011. “ Character Education in america’s Schools”. Academic Journal Article. school community Journal, Vol.14, No.1, Spring 204.
22
Rahman, Roli Abdul. 2009. Menjaga Akidah Dan Akhlak. Surakarta : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri
Ramayulis. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia
Russell & Busey 2011. “Using Case Studies to Engage Urban Students on the United States Constitution”. journal of Mulculturalismin Education. Florida. Vol.7.
Salim, Moh. Haitami. 2013. Pendidikan Agama dalam Keluarga. Yogyakarta : Ar- Ruzz Media.
Sagala, Syaiful. 2006.Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung :Alfabeta
Sanger, Dixie.2006. “ Communication and Behavioral Considerations in Planning Programs for Female Juvenile Delinquents”. the Jounal of correctional education Vol 57. No. 2
Sudrajat, Akhmad. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran dalam Paradigma Baru. Yogyakarta: Paramitra Publising
Sutama. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, PTK,R & D. Surakarta : Fairuz Media.
Suyanto.”Urgensi Pendidikan karakter, dalam: http://www.mandikdasmen.
Suyono. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Rosdakarya.
Spradley, James.P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta : Tiara Wacana
Sugiyono.2008. Memahami penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Tarigan, H.G. 2008. Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Edisi 3 Cet. I.
Thompson . Marthie P. 2006 “Associations Between Delinguency and Suicidal Behaviors in a Nationally Representative Sample of Adolescent”. Journal of Adolescent Healthvol.40.
Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
23
Zakiah Darajat. 1993. Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang.
Zakiyatul Jamilah (2013) pada acara Diklat Pendampingan Implementasi Kurikulum 2013, Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Ilmiah.
Zamroni, Iman. 2007. Proses Internalisasi Islam Dalam Membentuk Kepribadian Siswa (Studi Kasus Pada Proses Pembelajaran Di SD Raudhatul Aqo’I di Bangil)
Zuhdi, Darmiyati, dkk. 2012. Model Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Multi Presindo.
Sugiyono.2008. Memahami penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka. Edisi 3 Cet. I.
Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Zakiah Darajat. 1993. Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia. Jakarta: Bulan
Bintang.
Zakiyatul Jamilah (2013) pada acara Diklat Pendampingan Implementasi
Kurikulum 2013, Pendekatan dan Strategi Pembelajaran Ilmiah.
Zamroni, Iman. 2007. Proses Internalisasi Islam Dalam Membentuk Kepribadian
Siswa (Studi Kasus Pada Proses Pembelajaran Di SD Raudhatul Aqo’I di
Bangil)
Zuhdi, Darmiyati, dkk. 2012. Model Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Multi
Presindo.