Upload
hakiet
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
INTERAKSI SOSIAL REMAJA ETNIK DAYAK
DENGAN REMAJA ETNIK JAWA DALAM
PERSPEKTIF INTERAKSIONISME SIMBOLIK
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Magister Pendidikan
Oleh:
HADI WIYONO
NIM. 0301513012
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPS
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
ii
PENGESAHAN UJIAN TESIS
Tesis dengan judul “Interaksi Sosial Remaja Etnik Dayak dengan Remaja Etnik Jawa
dalam Perspektif Interaksionisme Simbolik” karya:
Nama : Hadi Wiyono
NIM : 0301513012
Program Studi : Pendidikan IPS, S2
telah dipertahankan dalam Sidang Panitia Ujian Tesis Program Pascasarjana,
Universitas Negeri Semarang pada hari Jumat, tanggal 19 Februari 2016.
Semarang, Februari 2016
Panitia Ujian
Ketua, Sekretaris,
Prof. Dr.rer.nat. Wahyu Hardyanto M.Si Prof. Dr. Suyahmo, M.Si
NIP: 19601124 198403 1 002 NIP: 19550328 198303 1 003
Penguji I, Penguji II,
Prof. Dr. Muhammad Jazuli, M.Hum. Moh. Yasir Alimi, S.Ag., M.A., Ph.D.
NIP: 19610704 198803 1 003 NIP: 19751016 200912 1 001
Penguji III,
Prof. Dr. Sucihatiningsih D.W.P., M.Si.
NIP: 19681209 199702 2 001
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam tesis ini benar-benar
karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain atau pengutipan dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku, baik sebagian
atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam tesis ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Atas pernyataan ini saya siap
menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan apabila ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika kelimuan dalam karya ini.
Semarang, 23 Februari 2016
Yang membuat pernyataan,
Hadi Wiyono
NIM. 0301513012
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Moto
Manusia semakin maju karena manusia selalu mengembangkan simbol.
Pelajari dan pahamilah setiap simbol yang ada karena itu terdapat makna untuk
memahami masyarakat.
Persembahan :
1. Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.
2. Dinas Pendidikan Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan Barat.
3. Kepala Desa Salatiga Kecamatan Mandor Kabupaten Landak.
v
PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya kepada seluruh alam semesta dan kepada seluruh makhluk-Nya. Atas
limpahan karunia-Nya juga, penyusunan karya tesis ini yang berjudul “ Interaksi
Sosial Remaja Etnik Dayak dengan Remaja Etnik Jawa dalam Perspektif
Interaksionisme Simbolik” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Tesis
ini disusun sebagai salah satu persyaratan meraih gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Pascasarjana
Universitas Negeri Semarang.
Penyusunan penelitian ini dapat diselesaikan atas dukungan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian
penelitian ini. Ucapan terima kasih pertama kali kepada para pembimbing: Prof.
Dr. Sucihatiningsih Dian Wisika Prajanti, M.Si (Pembimbing I) dan Moh Yasir
Alimi, S.Ag, M.A, Ph.D. (Pembimbing II) yang telah banyak memberikan
bimbingan dan arahan selama penyusunan tesis ini. Prof. Dr. Muhammad Jazuli,
M.Hum sebagai penguji utama yang telah memberikan masukan dan kritikan yang
membangun sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.
Ucapan terima kasih peneliti sampaikan juga kepada semua pihak yang
telah membantu selama proses penyelesaian studi, diantaranya:
vi
1. Direksi Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, yang telah
memberikan arahan dan dukungan kepada peneliti selama menjalani
pendidikan sampai selesai.
2. Ketua Program Studi Pendidikan IPS Program Pascasarjana Universitas
Negeri Semarang yang telah banyak memberikan bimbingan akademik selama
masa pendidikan.
3. Bapak dan Ibu Dosen Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang
yang telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat selama perkuliahan.
4. Kedua orang tua saya Bapak Sumardi dan Ibu Paini serta adik-adik saya yang
telah memberikan semangat untuk terus belajar.
5. Kepada Desa Salatiga yang telah memberikan izin dan bantuan kepada
peneliti selama penelitian di lapangan.
6. Para informan remaja-remaja Desa Salatiga yang telah memberikan data dan
informasi yang diperlukan peneliti untuk menyusun tesis ini.
7. Semua pihak yang telah membantu dan memperlancar penelitian tesis ini.
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan baik isi
maupun tata penulisan. Oleh karena itu, saran dan kritikan yang membangun baik
dari berbagai pihak sangat peneliti harapkan. Akhir kata, semoga hasil penelitian
ini berguna dan memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu sosial. Terima
kasih.
Semarang, 23 Februari 2016
Hadi Wiyono
vii
ABSTRAK
Hadi Wiyono, 2016. “Interaksi Sosial Remaja Etnik Dayak dengan Remaja Etnik
Jawa dalam Perspektif Interaksionisme Simbolik”. Tesis. Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Pascasarjana Universitas
Negeri Semarang. Pembimbing I Prof. Dr. Sucihatiningsih Dian Wisika
Prajanti, M.Si, Pembimbing II Moh Yasir Alimi, S.Ag, M.A, Ph.D.
Kata Kunci : Interaksi Sosial, Remaja, Interaksionisme Simbolik
Hubungan sosial di kalangan remaja yang berbeda etnik memunculkan
interaksi-interaksi yang berupa pertemanan maupun perselisihan. Interaksi remaja
antar etnik memunculkan makna-makna tersendiri sesuai pemahaman individu.
Makna tersebut juga dijadikan dasar dalam memunculkan suatu sikap dan
tindakan tertentu kepada remaja lain yang berbeda etnik.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui interaksi sosial antara remaja etnik
Dayak dan etnik Jawa dilihat dari bentuk-bentuk interaksi, pemaknaan proses
interaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial serta bagaimana
interaksi sosial remaja Dayak dengan remaja Jawa dilihat dari sudut
Interaksionisme Simbolik Herbert Blumer.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi dan
dokumentasi. Keabsahan data dengan teknik triangulasi sumber dan triangulasi
teori. Analisis data menggunakan analisis Interaktif model Miles dan Huberman
Hasil penelitian menunjukan interaksi sosial yang terjadi pada remaja etnik
Dayak dengan remaja etnik Jawa bersifat asosiatif dengan adanya kerjasama-
kerjasama, akomodasi yang berupa toleransi dan asimilasi. Remaja Dayak
memandang orang Jawa adalah orang yang baik, dan ramah, sedangkan remaja
Jawa memandang orang Dayak adalah orang kasar dan keras. Hari lebaran dan
Natal dimaknai sebagai hari toleransi, silaturahmi, tenggang rasa dan kebersamaan
dalam keberagaman antaragama dan antaretnik. Acara kesenian Kuda Lumping
dan Jonggan dimaknai sebagai sarana atau ajang bertemu dan berkumpulnya
mereka dengan teman-temannya dalam suasana yang ramai dan meriah. Acara
Belala’ dimaknai sebagai acara yang mengganggu dan menghambat interaksi
sosial. Faktor penghambat berupa stereotip dan etnosentrisme, faktor yang
mendorong berupa sikap saling menghargai dan rasa toleransi.
Simpulan penelitian ini bahwa interaksi sosial yang terjadi pada remaja etnik
Dayak dengan remaja etnik Jawa berlangsung secara asosiatif dan banyak
dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan agama maupun tradisi-tradisi etnik. Saran,
diharapkan adanya wadah yang dapat mengintensifkan interaksi sosial di antara
remaja walaupun terdapat perbedaan agama maupun budaya.
viii
ABSTRACT
Wiyono, Hadi. 2015. "Social Interactions Between Ethnic Dayak Ethnic Youth
Jawa Perspective Symbolic Interactionism". Thesis. Education
Department IPS S2. Postgraduate Programme. Semarang State
University. Supervisor Prof. Dr. Sucihatiningsih Dian Wisika
Prajanti, M.Si, and Moh Yasir Alimi, S.Ag, M.A, Ph.D.
Key Word : Social interaction, Adolescent, Symbolic interactionism
The social relationships among teens of different ethnic interactions bring the
form friendships and disputes. Interaction between ethnic teenagers bring their
own meanings corresponding individual understanding. That meaning is also
used as the basis in eliciting a specific attitudes and actions of the other teens of
different ethnic.
The purpose of this study was to determine the social interaction among
adolescents and ethnic Dayak ethnic Javanese seen from the forms of interaction,
meaning the process of interaction and the factors that affect social interaction
and how the adolescent social interaction with teens Java Dayak from the
standpoint of Herbert Blumer symbolic interactionism.
The method used in this study is a qualitative method. Data collected by
interview, observation and documentation. The validity of the data with source
triangulation techniques and triangulation theory. Interactive analyzed using
models of Miles and Huberman
The results show that social interaction occurs in adolescents with juvenile
Dayak ethnic Javanese is associative with the cooperation-cooperation,
accommodation in the form of tolerance and assimilation. Dayak teenagers
looked Javanese are good, and friendly, while teenagers Java looked Dayaks were
rude and loud. Eid and Christmas Day is defined as a day of tolerance,
friendship, tolerance and togetherness in interreligious and inter-ethnic diversity.
Kuda Lumping art events and Jonggan interpreted as a means or event to meet
and gather them with their friends in a lively and festive atmosphere. Belala event
'is defined as an event that disrupt and prevent social interaction. Inhibiting
factors such as stereotypes and ethnocentrism, the form factor that encourages
mutual respect and tolerance.
The conclusions of this study that social interaction that occurs in adolescents
with juvenile Dayak ethnic Javanese take place by association and is heavily
influenced by the activities of the religious and ethnic traditions. Saran, the
container is expected to intensify social interaction among adolescents although
there are differences in religion and culture.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
PERSETUJUAN PENGUJI DRAF TESIS…………………………………. ii
PERNYATAAN KEASLIAN………...…………………………………….. iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ………………………………………….... iv
PRAKATA …………………………………………………………………. v
ABSTRAK………………………………………………………………….. vii
ABSTRACT………………………………………………………………...... viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………... ix
DAFTAR TABEL…………………………………………………………... xii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….. xiii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………... xiv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ………………………………………... 1
1.2 Identifikasi Masalah…………………………………………….. 10
1.2 Cakupan Masalah ………………………………………………. 11
1.3 Rumusan Masalah ……………………………………………… 12
1.4 Tujuan Penelitian ……………………………………………….. 12
1.5 Manfaat Hasil Penelitian …………………………………..…… 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS DAN
KERANGKA BERFIKIR…………………………………………………. 15
2.1 Kajian Pustaka…………………………………………………... 15
x
2.2 Kerangka Teoritis…………….…………………………………. 25
2.2.1 Konsep Interaksi Sosial..……………….……………...….. 25
2.2.2 Interaksi Sosial di Kalangan Remaja …..…………..…….. 37
2.2.3 Etnik Dayak..……..………………………………………. 43
2.2.4 Etnik Jawa…...………..…………………………………... 46
2.2.5Teori Interaksionisme Simbolik Blumer…………..………. 49
2.3 Kerangka Berpikir………………………………………………. 55
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………….. 58
3.1 Desain Penelitian………………………………………………... 58
3.2 Lokasi Penelitian ……………………………………………….. 58
3.3 Fokus Penelitian ………………………………………………... 60
3.4 Data dan Sumber Data Penelitian ………………………………. 60
3.5 Teknik Pengumpulan Data……………………………………… 63
3.6 Teknik Keabsahan Data ………………………………………… 69
3.7 Teknik Analisis Data……………………………………………. 71
BAB IV GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN………………... 74
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Landak……………...…………… 74
4.2 Gambaran Umum Kecamatan Mandor………………………….. 83
4.3 Gambaran Umum Desa Salatiga…………...…………………… 86
4.4 Informan Remaja Desa Salatiga.………………………….…….. 89
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………….. 99
5.1 Bentuk Interaksi Sosial Remaja Etnik Dayak dengan Remaja
Etnik Jawa……………………………………………………..... 100
5.2 Pemaknaan Proses Interaksi Sosial Remaja Etnik Dayak dengan
Remaja Etnik Jawa……………………………………………… 127
5.3 Faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial Remaja Etnik 173
xi
Dayak dengan Remaja Etnik Jawa………………………..……..
5.4 Interaksi Sosial Remaja Dayak dan Jawa dalam Perspektif
Interaksionisme Simbolik Herbert Blumer……………………... 178
5.5 Agama dan Integrasi Sosial……………………………………... 189
BAB VI PENUTUP………………………………………………………... 193
6.1 Simpulan………………………………………………………… 193
6.2 Implikasi ………………………………………………………... 194
6.3 Saran…………………………………………………………….. 195
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….... 197
LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………… 200
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu……………………………………………... 23
Tabel 3.1 Daftar Informan Remaja Desa Salatiga Kecamatan Mandor…….. 62
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kabupaten Landak Perkecamatan………………… 75
Tabel 4.2 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Landak Tahun 2010 79
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Landak Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Tahun 2010……..…………………………………… 81
Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Luas Wilayah
Masing-Masing Desa di Kecamatan Mandor……………………. 85
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Desa Salatiga menurut Dusun………………... 87
Tabel 4.6 Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Salatiga……………………. 88
Tabel 5.1 Ringkasan Interaksi Sosial Remaja Etnik Dayak dengan Remaja
Etnik Jawa………………………………………………………... 176
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Diagram Alir Kerangka Berpikir…………………..…………... 56
Gambar 3.1 Komponen analisis data Interactive model Miles Huberman…. 73
Gambar 4.1 Peta Aministrasi Kabupaten Landak.………………………….. 78
Gambar 4.2 Peta Administrasi Kecamatan Mandor..………………….......... 84
Gambar 5.1 Interaksi sosial remaja Dayak dengan remaja Jawa di Desa
Salatiga Kecamatan Mandor…………………………………… 109
Gambar 5.2 Acara kesenia Kuda Lumping di Desa Sambora………………. 159
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Instrument Penelitian
Lampiran 2. Pedoman Observasi
Lampiran 3. Pedoman Wawancara
Lampiran 4. Data Informan Penelitian
Lampiran 5. Surat Rekomendasi Permohonan Ijin Riset
Lampiran 6. Surat Keterangan Telah Melakukan Riset
Lampiran 7. Foto Foto Penelitian
Lampiran 8. Transkrip Wawancara
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Manusia dalam kehidupannya selalu berinteraksi dengan manusia lain.
Interaksi terjadi karena manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa hidup
saling mengadakan hubungan timbal balik antar individu satu dengan yang lain
dan karena itulah manusia mengadakan interaksi. Interaksi antar manusia tersebut
semula terjadi secara perorangan. Setelah manusia berkumpul membentuk
kelompoknya masing-masing maka interaksi pun meluas tidak hanya terjadi antar
individu tetapi juga antar kelompok. Interaksi yang terjadi antar kelompok
menimbulkan berbagai macam bentuk interaksi, seperti asimilasi, kerjasama-
kerjasama ataupun pertentangan-pertentangan kelompok. Di berbagai kelompok
masyarakat yang berinteraksi, bentuk-bentuk interaksi yang terjadi dapat berupa
interaksi positif seperti kerjasama, kompromi, asimilasi, dan interaksi negatif
seperti persaingan atau konflik. Bentuk-bentuk interaksi sosial tersebut kemudian
oleh Gillin dan Gillin (Soekanto, 2013:64-65) dikelompokan menjadi dua meliputi
interaksi asosiatif yaitu interaksi sosial yang mengarah pada bentuk penyatuan
seperti kerja sama, akomodasi, akulturasi, asimilasi, dan interaksi dissosiatif yaitu
interaksi sosial yang mengarah pada bentuk pemisahan seperti persaingan,
kontravensi dan konflik.
Interaksi kelompok yang berbeda etnik merupakan fenomena sosial yang
sering terjadi di berbagai tempat di Indonesia. Hal itu terjadi karena penduduk
Indonesia terdiri dari berbagai etnik atau suku bangsa. Interaksi antar kelompok-
2
kelompok etnik tersebut terjadi karena mereka tinggal ditempat yang sama
membaur atau berdekatan. Definisi etnik menurut Barth dan Zastrow (Liliweri,
2003: 335) diartikan sebagai himpunan manusia karena kesamaan ras, agama,
asal-usul bangsa ataupun kombinasi dari ketiganya yang terikat oleh sistem nilai
dan budayanya. Jadi interaksi antar kelompok etnik di Indonesia terjadi karena
persamaan ras, agama, asal-usul bangsa atau campuran ketiganya yang disatukan
karena nilai dan budaya yang sama kemudian berinteraksi dengan kelompok lain
yang berbeda ras, agama, asal-usul, nilai dan budaya.
Interaksi antarenik yang terjadi di Kalimantan Barat yang merupakan
sebuah Provinsi di Pulau Kalimantan dengan penduduk yang terdiri dari
bermacam-macam etnik juga berlangsung secara intensif. Hal itu terjadi karena
terdapat banyak etnik yang ada di Kalimantan Barat antara lain etnik Dayak, etnik
Melayu, etnik Jawa, etnik Tionghoa, etnik Madura, etnik Bugis, etnik Padang,
etnik Sunda dan lain sebagainya. Masing-masing etnik ada yang tinggal
terkonsentrasi membentuk kelompok sesuai dengan etniknya di daerah tertentu
dan ada pula yang menyebar membaur dengan etnik lain. Masing-masing etnik
hidup dan beraktifitas sesuai dengan kebiasaan-kebiasaannya di dalam kelompok
maupun di luar kelompoknya. Setiap kelompok interaksi mengikuti kebiasaan-
kebiasaan kelompoknya. Kehidupan berinteraksi antarenik juga tidak terlepas dari
kebiasaan-kebiasaan kelompoknya yang kemudian terbawa ketika berinteraksi
dengan kelompok lain yang berbeda etnik seperti etnik Dayak yang hidup
berkelompok dan ada juga yang menyebar membaur dengan etnik lain dan etnik
3
Jawa yang hidup berkelompok tetapi banyak juga yang tinggalnya menyebar
bergabung dengan permukiman etnik Dayak.
Salah satu tempat di Kalimantan Barat yang penduduknya saling membaur
walaupun berbeda etnik yaitu di Desa Salatiga yang berada di wilayah Kecamatan
Mandor Kabupaten Landak. Sebagian besar penduduknya adalah etnik Dayak dan
etnik Jawa serta sedikit dari etnik Melayu. Budaya penduduk etnik Dayak berbeda
dengan penduduk etnik Jawa seperti dalam hal perbedaan bahasa, tradisi, norma,
dan adat istiadatnya. Perbedaan tersebut dapat dijumpai di kehidupan sehari-hari
seperti pada cara berkomunikasi, bergaul, bertutur kata, pada saat mengadakan
syukuran, dan juga pada kegiatan tradisi adat lainnya. Selain itu, warga etnik
Dayak hampir semua beragama Kristen sedangkan warga etnik Jawa beragama
Islam sehingga muncul anggapan di masyarakat tersebut bahwa “Dayak itu
Kristen, Jawa itu Islam” walaupun ada beberapa warga dari etnik Dayak yang
beragama Islam tetapi itu dikarenakan pindah agama setelah menikah dengan
orang Jawa yang beragama Islam atau sebaliknya. Oleh karena itu, selain budaya
yang berbeda, kedua etnik ini juga memiliki latar belakang agama yang berbeda.
Sehingga perbedaan-perbedaan kedua etnik ini juga didasari oleh ajaran agama
masing-masing.
Etnik Dayak merupakan nama yang diberikan kepada kumpulan puluhan
suku, sub-sub suku yang mendiami pulau Kalimantan. Menurut klasifikasi
Mallinckrodt (Weintre, 2004:1-2), ada enam suku induk etnik Dayak utama:
Kelompok pertama, Kenya–Kayan–Bahhau, yang pada umumnya
mendiami daerah Kalimantan Timur. Kedua, suku Ot Danum mendiami
Kalimantan Tengah. Ketiga, suku Iban tinggal di daerah Malaysia Timur,
Sabah dan Kalimantan Timur. Keempat, kelompok Murut, yang pada
4
umumnya di Malaysia Timur, bagian Sabah dan bagian utara Kalimantan
Timur. Kelima, kelompok Klemantan, juga sering diklasifikasikan sebagai
Dayak Darat yang tinggal di Kalimantan Barat dan keenam, kelompok
Punan yang pada umumnya tinggal di pedalaman Kalimantan.
Salah satu subsuku Dayak adalah etnik Dayak Kanayatn yang dominan di
Kalimantan Barat. Suku Dayak yang terdapat di Desa Salatiga Kecamatan Mandor
juga termasuk subsuku Dayak Kanayatn yang memakai bahasa ahe/nana' serta
damea/jare dan yang serumpun. Upacara-upacara adatnya yang biasa diadakan
oleh suku ini antara lain Naik Dango, Muakng Rate, Notokng, dan Gawai Dayak.
Penduduk etnik Jawa yang tinggal di Desa Salatiga merupakan etnik pendatang
yang berasal dari Pulau Jawa. Orang-orang Jawa datang dan menetap di berbagai
tempat di wilayah Kalimantan Barat dan salah satunya menetap di Desa Salatiga
Kecamatan Mandor Kabupaten Landak untuk membangun kehidupan yang baru.
Orang-orang Jawa baik yang berada di pulau Jawa ataupun orang Jawa
yang tinggal di pulau Kalimantan dan belum begitu mengenal suku Dayak masih
ada yang menganggap bahwa sebagian orang-orang Dayak sangat kuat dengan
ritual-ritual mistis karena mereka memiliki ukiran, lukisan, gambar dan tato yang
dianggap mistis, memiliki daun telinga yang panjang. Selain itu, menurut
anggapan negatif orang awam terhadap suku Dayak adalah manusia-manusia yang
hidup di hutan dan tertinggal dari kemajuan teknologi, dan juga terbayang seperti
orang primitif yang dicirikan menganut kepercayaan animisme, pemakan daging
manusia, memiliki ekor dan menyukai tradisi perburuan kepala yang telah
tertanam sejak lama dalam benak orang-orang Jawa.
Pengamatan yang dilakukan sebelumnya di Desa Salatiga Kecamatan
Mandor Kabupaten Landak, kedua etnik ini yaitu antara etnik Dayak dengan etnik
5
Jawa dalam berinteraksi antara satu dengan yang lain terlihat saling membantu
dan bekerja sama dalam berbagai bidang seperti bidang pertanian, pendidikan,
keamanan dan lainnya. Di bidang pertanian, saat masa tanam dan masa panen padi
tiba antara petani orang Jawa dengan orang Dayak saling bekerja sama. Mereka
saling meminta bantuan dalam menanam atau memanen padi yang jika tidak mau
dibayar dengan uang atau barang maka akan dibayar dengan tenaga dengan cara
bergantian membantu mengolah sawah orang yang membantunya. Di bidang
pendidikan, sekolah-sekolah yang ada di Desa Salatiga tidak membedakan etnik
tertentu dalam menerima siswa baru. Selain itu, sekolah juga dalam menerima
guru baru tidak membedakan-bedakan etnik. Di bidang keamanan, penduduk Desa
Salatiga saling membantu dengan bergantian jaga malam jika ada aksi-aksi
pencurian. Begitu juga ketika hari raya Idul Fitri dan Natal, kedua etnik ini saling
mengucapkan selamat dan saling mengundang untuk datang ke rumahnya sekedar
menghargai perayaan hari besar agama masing-masing. Dilihat dari hubungan
sosialnya, banyak sekali terjadi pernikahan antar kedua etnik ini yaitu antara
orang Dayak dengan orang Jawa, antara gadis Dayak dengan pemuda Jawa dan
sebaliknya antara pemuda Dayak dengan gadis Jawa. Ketika terjadi hubungan
pernikahan antara kedua etnik tersebut maka terjadi penyatuan keluarga dari etnik
yang berbeda dan semakin mempererat hubungan kedua keluarga tersebut.
Interaksi sosial di kalangan remaja kedua etnik ini yaitu remaja etnik
Dayak dengan remaja etnik Jawa juga berlangsung positif. Remaja dalam
perkembangannya, salah satu hal agar menjadi pribadi yang berkembang yang
akan dihadapi remaja adalah berinteraksi dengan orang lain. Beberapa remaja
6
dapat mengalami kendala dalam menjalin interaksi misalnya kurang mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungan teman yang berbeda dengan lingkungan
keluarga. Kendala tersebut ditambah lagi dengan kehidupan lingkungan di
sekitarnya yang terdiri dari berbagai etnik yang berbeda membuat berbagai pilihan
tindakan dalam melakukan interaksi. Pengamatan di Desa Salatiga sebelumnya
menemukan bahwa para remaja etnik Dayak berinteraksi positif tidak hanya
dengan sesama etniknya tetapi dengan remaja lain yang ada di sekitarnya. Begitu
juga dengan remaja etnik Jawa selain berusaha menjalin relasi dengan sesama
orang Jawa juga berinteraksi dengan remaja Dayak yang dari bahasa kedua etnik
tersebut berbeda, selain itu perbedaan agama, tradisi atau budaya Dayak yang juga
berbeda tetapi proses interaksi yang terjadi berlangsung secara positif.
Berbagai bentuk interaksi sosial antara remaja etnik Dayak dengan remaja
etnik Jawa yang berbeda bahasa, agama dan budaya juga dapat dilihat dalam
kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Di
lingkungan sekolah tidak ada pemisahan ruang kelas karena beda etnik. Semua
berada dalam satu kelas yang sama. Begitu juga ketika jam istirahat sekolah, tidak
ada kelompok-kelompok khusus yang berbasis etnik tertentu yang berkumpul di
suatu tempat. Semua siswa berkumpul dan bersosialisasi dengan siswa yang lain
tanpa memandang etnik tertentu. Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya
yang menyatakan bahwa faktor etnik mempengaruhi interaksi remaja seperti
adanya keterikatan yang kuat pada sesama etnik dan kurang kuat terhadap teman
di luar etnik mereka (Kendra dan Robet, 2008; Yusuf, 2006; Paulina, 2014;
7
Tripambudi, 2012). Remaja dari etnik tertentu juga merasa lebih nyaman apabila
bergaul, mengobrol, bercanda dengan sesama etnik mereka sendiri.
Interaksi yang terjadi di kalangan remaja antarenik dapat dipengaruhi oleh
berbagai hal yang bisa saja penghambat interaksi. Hal yang menghambat bisa
karena rasa kurang percaya diri atau kurang percaya dengan etnik lain, seperti
yang dinyatakan Kendra dan Robert (2008) bahwa ketika seseorang berada dalam
suatu kelompok yang multietnik, ada keterikatan yang kuat pada sesama etnik dan
kurang kuat terhadap teman diluar etniknya. Hal itu menunjukan ada rasa tidak
percaya diri atau kurang percaya dengan etnik lain. Individu akan cenderung
memilih dan bekerjasama secara aktif dan kooperatif dengan seseorang atau
kelompok orang yang memiliki identitas yang sama. Identitas tersebut merujuk
pada persamaan etnik dan persamaan agama. Oleh karena itu, persamaan etnik
dan agama akan berpengaruh pada interaksi sosial seseorang. Perbedaan agama
juga berpengaruh terhadap interaksi sosial.
Faktor perbedaan agama ditambah lagi dengan kondisi mayarakat yang
multietnik akan lebih menghambat interaksi sosial ketika tidak ada rasa tenggang
rasa atau rasa toleransi dalam masyarakat tersebut, seperti yang dikatakan oleh
Ramli dan Jamaludin (2012) yang menyatakan bahwa interaksi sosial yang terjadi
di antara masyarakat yang multietnik dan plural dengan sarana interaksi yang
kurang akan sering terjadi konflik. Hal itu terjadi karena interaksi yang sangat
minim ditambah lagi dengan pemisahan pemukiman dan lingkungan kerja yang
berbeda yang menambah kesenjangan antaretnis. Masyarakat yang diteliti
merupakan masyarakat Malaysia yang terdiri dari etnik Melayu Muslim etnik
8
Cina yang beragama Budha, Taoisme dan Konghucu serta etnik India sebagian
besar beragama Hindu yang hidup secara terpisah.
Hal lainnya yang menunjukan adanya pengaruh perbedaan etnik dalam
interaksi sosial antaretnik yaitu adanya stereotip-stereotip. Ketika etnik yang
sangat berbeda baik sifat maupun karakter saling berinteraksi akan timbul
stereotip-stereotip, seperti yang ditunjukkan oleh Rosihan (2012). Rosihan
menemukan bahwa interaksi sosial antaretnik yaitu antara etnik Komering dan
etnik Jawa di sebuah sekolah menengah atas di Sumatera Selatan berlangsung
dengan adanya stereotip-stereotip tertentu yang dilakukan oleh etnik Komering
terhadap etnik Jawa. Remaja etnik Komering memberikan stereotip norak atau
katrok, penakut, dan pendiam terhadap remaja etnik Jawa. Stereotip yang
dilakukan remaja etnik Komering tersebut dilakukan dengan tujuan merendahkan
remaja etnik Jawa. Stereotip etnik Jawa yang katrok dan norak berkaitan dengan
tampilan etnik Jawa seperti pakaian, paras wajah, warna kulit, dan pergaulan,
sedangkan stereotip penakut atau pendiam berkaitan dengan sifat, gaya berbicara,
dan gaya berjalan etnik Jawa.
Studi lainnya yang membahas tentang pengaruh perbedaan bahasa
terhadap interaksi sosial dapat dilihat dalam penelitian Paulina Siska Sari (2014)
yang mengemukakan bahwa ketika remaja berinteraksi dengan temannya yang
berbeda etnik, remaja tersebut mencoba untuk menggunakan bahasa temannya
yang berbeda etnik agar dapat lebih diterima dan membaur bersama dengan
temannya tersebut. Remaja etnis keturunan Arab menggunakan bahasa daerah
atau bahasa Jawa supaya dia dapat lebih diterima dan membaur bersama etnik
9
Jawa. Penelitian yang dilakukan oleh Paulina tersebut menunjukkan bahwa
perbedaan bahasa karena perbedaan etnik dapat mempengaruhi interaksi sosial
antaretnik. Seorang remaja yang paham bahasa etnik lain ketika remaja tersebut
berkomunikasi dengan etnik tersebut akan merasa lebih mudah diterima dan
mudah membaur dengan leluasa tanpa kesulitan berkomunikasi.
Agama yang berpengaruh sebagai penghambat interaksi juga dapat
menjadi pendukung interaksi sosial. Agama dapat berperan sebagai perekat
masyarakat yang berbeda etnik, seperti penelitian Yusuf Hidayat (2013) yang
menemukan bahwa agama menjadi media integrasi antara entik Banjar dan etnik
Madura di Kota Banjarmasin yang kedua etnik tersebut sama-sama dikenal
sebagai etnik pedagang. Persamaan agama yaitu sama-sama memluk agama Islam
memberikan kesempatan antara kedua etnik ini untuk beribadah atau melakukan
aktivitas ritual bersama yang pada akhirnya meningkatkan integrasi sosial dan
mengurangi konflik. Hasil ini menunjukkan bahwa persamaan agama mempererat
kohesi sosial antaretnik sehinggan benturan-benturan dalam masyarakat dapat
diminimalisir.
Interaksi sosial remaja etnik Dayak dengan remaja etnik Jawa juga berisi
makna yang dikembangkan melalui adanya simbol-simbol tertentu ketika mereka
saling berinteraksi. Oleh karena itu, perlu dikaji makna dari simbol-simbol dan
tindakan-tindakan yang terjadi antara remaja tersebut, serta bagaimana remaja-
remaja itu menentukan tindakan sebagai respon dari stimulus yang diberikan
remaja lain dari etnik yang berbeda. Makna dan simbol dikaji dalam perspektif
interaksionisme simbolik yang dikembangkan oleh Herbert Blumer. Blumer
10
dalam Wirawan (2013:115-116) menyatakan bahwa (1) Manusia bertindak (act)
terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning), (2) Makna itu merupakan
hasil dari interaksi sosial dengan sesamanya, (3) Makna diperlakukan atau diubah
melalui suatu proses penafsiran (interpretative process) yang digunakan oleh
setiap individu dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya. Proses penafsiran
tersebut digunakan oleh masyarakat dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya.
Blumer menjelaskan bahwa makna yang muncul atau lahir dari proses interaksi
tersebut tidak begitu saja diterima seseorang, kecuali setelah individu itu
menafsirkannya terlebih dahulu. Artinya, makna yang muncul dari proses
interaksi sosial dalam kehidupan masyarakat, bukan serta-merta seperti hubungan
menurut pola stimulus-respon. Makna itu harus melalui proses penafsiran terlebih
dahulu. Penafsiran terhadap makna inilah yang menentukan respon terhadap
stimulus.
Berbagai kajian penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, belum
ditemukan penelitian yang membahas pemaknaan dari kegiatan-kegiatan atau
simbol etnik tertentu atas etnik lain. Oleh karena itu, peneliti mencoba mengkaji
interaksi yang terjadi pada remaja etnik Dayak dengan remaja etnik Jawa di Desa
Salatiga Kecamatan Mandor Kabupaten Landak yang tidak hanya dikaji dari
perbedaan etnik, bahasa dan agama saja, tetapi mencoba meneliti pemaknaan yang
muncul di antara kedua etnik tersebut. Hal tersebut menarik untuk dikaji agar
dapat diketahui bagaimana kedua remaja etnik ini berinteraksi dan bagaimana
kedua remaja etnik ini memaknai setiap tindakan atau simbol dalam berinteraksi
sehingga terjadi interaksi yang harmonis. Pemaknaan kedua etnik ini juga perlu
11
diketahui agar antara remaja etnik Jawa dan remaja etnik Dayak lain yang belum
mengenal atau berinteraksi satu sama lain dapat memahami makna dari simbol-
simbol interaksi antarenik tersebut serta menghilangkan anggapan-anggapan
negatif yang berkembang. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian secara lebih mendalam terhadap masalah tersebut. Dari hasil penelitian
itu, kemudian dituangkan dalam bentuk karya ilmiah tesis dengan judul
“Interaksi Sosial Remaja Etnik Dayak Dengan Etnik Jawa dalam Perspektif
Interaksionisme Simbolik”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, dapat
ditemukan berbagai masalah. Berikut diidentifikasi masalah yang ada pada latar
belakang:
1. Penduduk dominan yang tinggal di Desa Salatiga Kecamatan Mandor
Kabupaten Landak tidak hanya terdiri atas etnik Dayak saja, melainkan juga
terdiri atas etnik Jawa. Interaksi sosial antara Penduduk etnik Dayak dengan
etnik Jawa berlangsung secara intensif begitu pula dengan kalangan remaja
etnik tersebut. Interaksi sosial remaja etnik Dayak dengan remaja etnik Jawa
terjadi diberbagai tempat misalnya di lingkungan sekolah, lingkungan
bermain, tempat tinggal maupun tempat lain di luar Desa Salatiga. Interaksi
sosial yang terjadi antar remaja etnik Dayak dan etnik Jawa bisa saja bersifat
assosiatif maupun dissosiatif.
2. Proses Interaksi sosial pada penduduk Salatiga Kecamatan Mandor Kabupaten
Landak antara etnik Dayak dengan etnik Jawa akan mengembangkan makna.
12
Begitu juga interaksi sosial pada remaja antara kedua etnik tersebut akan
menciptakan suatu makna. Makna yang diciptakan merupakan respon terhadap
tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh etnik lain. Remaja etnik Dayak
akan memaknai remaja etnik Jawa dan juga sebaliknya. Makna yang
dikembangkan mempengaruhi tindakan kedua remaja tersebut dalam
berinteraksi.
3. Interaksi sosial yang terjadi antara remaja etnik Dayak dengan remaja etnik
Jawa di Desa salatiga Kecamatan Mandor Kabupaten Landak akan
dipengaruhi oleh beberapa hal yang bisa saja mendukung ataupun
menghambat proses interaksi dan makna yang dikembangkan oleh kedua
remaja etnik tersebut.
1.3. Cakupan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ditemukan, kemudian dilakukan
pemilihan masalah. Dengan mempertimbangkan kekhasan bidang kajian dan
keluasan serta kelayakan masalah, penelitian ini difokuskan pada cakupan
masalah-masalah sebagai berikut:
1. Bentuk-bentuk interaksi sosial remaja etnik Dayak dengan etnik Jawa belum
diketahui secara mendalam.
2. Pemaknaan dalam proses interaksi remaja etnik Dayak dengan etnik Jawa
dalam kehidupan sehari-hari yang belum diketahui secara mendalam.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial remaja etnik Dayak dengan
etnik Jawa dalam kehidupan sehari-hari belum diketahui.
13
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah interaksi sosial remaja etnik Dayak
dengan remaja etnik Jawa tentang bentuk, makna dan faktor yang belum
diketahui yang difokuskan dalam cakupan masalah, kemudian dirumuskan dalam
bentuk-bentuk rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah bentuk-bentuk interaksi sosial pada remaja etnik Dayak
dengan etnik Jawa dalam kehidupan sehari-hari?
2. Bagaimanakah pemaknaan proses interaksi pada remaja etnik Dayak dengan
Etnik Jawa dalam kehidupan sehari-hari?
3. Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi proses interaksi sosial remaja
etnik Dayak dengan etnik Jawa dalam kehidupan sehari-hari?
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui dan menjelaskan bentuk-bentuk interaksi sosial remaja etnik
Dayak dengan etnik Jawa dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menganalisis dan menjelaskan pemaknaan proses interaksi pada remaja etnik
Dayak dengan etnik Jawa dalam kehidupan sehari-hari.
3. Menganalisis dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi
sosial pada remaja etnik Dayak dengan etnik Jawa dalam kehidupan sehari-
hari.
14
1.6. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik manfaat
teoritis maupun manfaat praktis. Adapun manfaat teoritis dan manfaat praktis
yang diharapkan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan pada ilmu-ilmu sosial pada umumnya dan
khususnya teori-teori Interaksionisme Simbolik, untuk mengkritisi,
menyanggah, atau memberi varian-varian baru pada teori-teori
Interaksionisme Simbolik
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat : manfaat bagi masyarakat diharapkan dapat menambah
informasi dan pemahaman tentang interaksi sosial para remaja khususnya
simbol-simbol dan maknanya antara remaja etnik Dayak dengan remaja
etnik Jawa di Desa Salatiga Kecamatan Mandor Kabupaten Landak
Provinsi Kalimantan Barat.
b. Bagi Remaja : manfaat bagi remaja khususnya terhadap remaja etnik
Dayak dan remaja etnik Jawa di Desa Salatiga Kecamatan Mandor
Kabupaten Landak diharapkan dapat memberikan penjelasan dalam
memahami fenomena-fenomena interaksi sosial remaja beda etnik dan
remaja etnik Dayak dengan remaja etnik Jawa.