Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
INOVASI PENDIDIKAN FORMAL
STUDI PROGRAM KEMAH DAKWAH SMA PLUS TAUHIDUL
AFKAR, KECAMATAN PACET, KABUPATEN CIANJUR
Tesis
Diajukan kepada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister
Oleh:
Neng Umukulsum
21171200000069
Pembimbing :
Prof Dr. Suwito, MA
MAGISTER PENGKAJIAN ISLAM KONSENTRASI PENDIDIKAN ISLAM
SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis persembahkan kepada
Allah, Tuhan seluruh manusia dan beserta isinya, yang telah menganugerahkan
penulis kesempatan hingga terselesaikannya penulisan tesis ini. Menyelesaikan
studi di Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta adalah sebuah pengalaman terdasyat
dan sangat berharga yang menyenangkan dan juga mengesankan dalam hidup
penulis.
Penelitian yang berbentuk tesis ini merupakan tugas akhir sekaligus syarat
kelulusan studi Program Magister dalam bidang keilmuan Pendidikan pada
Sekolah Pascasarjana di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta. Dalam penelitian ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih
sedalam-dalamnya kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis
dalam menyelesaikan tugas ini diantaranya:
Direktur dan pimpinan Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Prof. Dr. Jamhari, MA, kepada Prof Dr. Suwito, MA, sebagai pembimbing
dalam penulisan tesis ini. Para dosen di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah khususnya Dr. JM. Muslimin, MA., Dr. Nuryanto Arief., Dr. Gazi
Salam., Prof Iik Arifin Mansurnoor, MA., Dr. Halid., Arif Zamhari, M.Ag, Ph.D.,
Dr. Imam Sujoko, MA., Dr. Prof. Dr. Husni Rahim., Suparto, M.Ed, Ph.D.,
Hamka Hasan, MA., yang merupakan tim penguji pada setiap ujian.
Pimpinan beserta pegawai akademik dan staf perpustakaan Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan kontribusi
berupa fasilitas dan pelayanan dalam penyelenggaraan ujian dan proses penulisan
tesis.
Segenap keluarga besar Tauhidul Afkar yang memudahkan proses
penelitian dan sumbangan ilmu serta pengalaman yang banyak diterima oleh
penulis selama melakukan penelitian, serta semua pendamping yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Terima kasih untuk orang tuaku Ayahanda Yadi Supriadi dan Ibunda Euis
Maemunah yang begitu luar biasa keikhlasannya memberikan bantuan biaya
pendidikan selama masa studi penulis hingga menghasilkan sebuah tulisan yang
semoga bermanfaat bagi banyak orang. Tanpa kekuatan doa dan restu yang
diberikan dari kedua orang tua penulis tidak akan mempu menyelesaikan tesis ini.
Adik tersayang Mimi Hanipah, terima kasih atas support selama ini. Terimakasih
kepada Nenek H. Syamsiah yang selalu memberikan doa tiada henti.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada kawan-kawan Sekolah
Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas perhatian, tempat berbagi
keluh kesah dan gundah selama proses penyelesaian studi dan penyelesaian tesis
ini. Teman-teman berdiskusi Keluarga Besar Korps Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia Puteri (KOPRI) PMII atas dukungannya selama ini.
Sepenuhnya penulis sadar bahwa tesis ini masih jauh dari kata sempurna.
Tetapi, penulis berharap tesis ini dapat memberikan kontribusi dalam menjadikan
kualitas pendidikan dalam kaitannya dengan pendidikan Islam lebih baik lagi.
Atas kritik dan saran dari semua pihak untuk kesempurnaan tesis ini, penulis
sampaikan terima kasih yang tak terhingga. Akhir kata, penulis memohon maaf
apabila terdapat kekurangan dan keterbatasan dalam penyelesaian tesis ini.
iii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Neng Umukulsum
Tempat/Tanggal Lahir : Cianjur, 03 November 1993
NIM : 21171200000069
Alamat : Kp. Cinengah Girang, Kecamatan. Pacet,
Kabupaten. Cianjur 43253
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul
“Inovasi Pendidikan Islam Formal Studi Program Kemah Dakwah SMA Plus
Tauhidul Afkar, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur” adalah benar merupakan
karya asli penulis, kecuali kutipan yang disebutkan sumber rujukannya. Apabila
terdapat kesalahan dan kekeliruan di dalamnya, sepenuhnya akan menjadi
tanggung jawab penulis.
Demikian pernyaataan ini dibuat dengan sebenarnya.
Jakarta, 27 Januari 2020
Saya yang membuat pernyataan,
(Neng Umukulsum)
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tesis dengan judul “Inovasi Pendidikan Islam Formal Studi Program
Kemah Dakwah SMA Plus Tauhidul Afkar, Kecamatan Pacet, Kabupaten
Cianjur” yang ditulis oleh:
Nama : Neng Umukulsum
NIM : 21171200000069
Program Studi : Pengkajian Islam
Konsentrasi : Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Telah disetujui dan diperiksa untuk dibawa ke dalam sidang ujian
tesis.
Pembimbing,
(Prof Dr. Suwito, MA)
Tanggal…………………2020
vi
PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI
Tesis mahasiswi ini:
Nama : Neng Umukulsum
NIM : 21171200000069
Judul Tesis : “Inovasi Pendidikan Islam Formal Studi
Program Kemah Dakwah SMA Plus Tauhidul Afkar, Kecamatan Pacet,
Kabupaten Cianjur”
Telah lulus dalam Ujian Promosi pada tanggal 20 Januari 2020
dan telah diperbaiki sesuai dengan saran dan masukan dari Dewan
Penguji. Selanjutnya tesis ini dapat diajukan untuk di terbitkan menjadi
buku ber-ISBN.
Jakarta, 27 Januari 2020
Dewan Penguji:
1. Dr. Hamka Hasan, MA
(Ketua Sidang/ merangkap penguji)
……………………………
Tanggal
2. Prof. Dr. Suwito, MA
(Pembimbing/ Penguji)
……………………………
Tanggal
3. Prof. Dr. Husni Rahim
(Penguji)
……………………………
Tanggal
4. Suparto, M.Ed, Ph.D
(Penguji)
……………………………
Tanggal
5. Toni Kurniawan (Sekretaris)
……………………………
Tanggal
……………………………
vii
INOVASI PENDIDIKAN ISLAM FORMAL
STUDI PROGRAM KEMAH DAKWAH SMA PLUS TAUHIDUL AFKAR
Oleh: Neng Umukulsum (21171200000069)
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis inovasi dalam kegiatan kemah
dakwah dan menganalisis evaluasi paska kegiatan kemah dakwah. Dalam
pembinaan calon siswa sebagai penerus yang menghayati permasalahan masyarakat
dalam konteks kekinian, serta mampu menyebarluaskan program pemberdayaan
masyarakat dan memberikan umpan balik pada pengembangan.
Penelitian ini sejalan dengan tesis yang berjudul “Inovasi Pendidikan
Agama Islam di Lembaga Pendidikan Islam Berbasis Boarding School di SMP IT
Abu Bakar Yogyakarta” yang ditulis oleh Mohammad Jakfar dari UIN Sunan
Kalijaga tahun 2015, yang menyatakan bahwa dibutuhkan adanya inovasi dalam
dunia pendidikan Islam untuk meningkatkan potensi yang dimiliki oleh para siswa.
Penelitian inipun sejalan dengan buku yang ditulis oleh Anwar dengan judul,
“Pendidikan Kecakapan Hidup”. Dalam buku ini Anwar memaparkan secara rinci
teknis pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup di lembaga pendidikan formal
maupun non formal di Indonesia sebagai respon terhadap Departemen Pendidikan
Nasional tentang pendidikan kecakapan hidup di lembaga pendidikan formal
maupun non formal.
Penelitian ini berbeda dengan tesis Ida Royani yang berjudul “Pengaruh
Inovasi Pendidikan terhadap Loyalitas Siswa Melalui Kepuasan Siswa Di SMA
Harapan 1 Medan” tahun 2015, yang menyatakan bahwa hanya sekolah sebagai
lembaga penyedia jasa pendidikan perlu belajar dan memiliki inisiatif untuk
meningkatkan kepuasan siswanya dan seluruh kegiatan akademik menggunakan
teknologi informasi sehingga akan mewujudkan rasa loyal siswa terhadap sekolah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi pendidikan. Metode
yang digunakan adalah mengembangkan teori terdahulu. Jenis penelitian yang
digunakan adalah mengembangkan kaidah yang sudah ada. Tempat penelitian
adalah di SMA Plus Tauhidul Afkar. Waktu penelitiannya adalah kemah dakwah
tahun 2018-2019. Sumber primer dari penelitian ini adalah wawancara langsung
kepada peserta kemah dakwah, elemen sekolah dan masyarakat sekitar yang
menjadi lokasi penempatan kemah dakwah. Teknik pengumpulan datanya adalah
partisipasi langsung dan wawancara. Teknik analisis datanya adalah kualitatif.
Teknik penulisan kesimpulannya adalah deskriptif.
Keywords: Inovasi, Pendidikan Islam, Kemah Dakwah.
ix
INOVASI PENDIDIKAN ISLAM FORMAL
STUDI PROGRAM KEMAH DAKWAH SMA PLUS TAUHIDUL AFKAR
Oleh: Neng Umukulsum (21171200000069)
Email: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kegiatan kemah dakwah
berlangsung dalam mengembangkan inovasi pendidikan peserta dan menganalisis
evaluasi paska kegiatan kemah dakwah dalam mengembangkan inovasi pendidikan
peserta. Dalam pembinaan calon siswa sebagai penerus yang menghayati
permasalahan masyarakat dalam konteks kekinian, serta mampu menyebarluaskan
program pemberdayaan masyarakat dan memberikan umpan balik pada
pengembangan.
Penelitian ini sejalan dengan tesis yang berjudul “Inovasi Pendidikan
Agama Islam di Lembaga Pendidikan Islam Berbasis Boarding School di SMP IT
Abu Bakar Yogyakarta” yang ditulis oleh Mohammad Jakfar dari UIN Sunan
Kalijaga tahun 2015, bahwa dibutuhkan adanya inovasi dalam dunia pendidikan
khususnya lembaga pendidikan Islam, karena sekolah sebagai media pendidikan yang
harus mendukung dan memfasilitasi semua aktivitas siswa untuk meningkatkan
potensi yang dimiliki oleh para siswa, sehingga dapat meningkatkan prestasi mereka.
Penelitian inipun sejalan dengan buku yang ditulis oleh Anwar dengan judul,
“Pendidikan Kecakapan Hidup”. Dalam buku ini Anwar memaparkan secara rinci
teknis pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup di lembaga pendidikan formal
maupun non formal di Indonesia sebagai respon dari apa yang telah dicanangkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional tentang pendidikan kecakapan hidup di lembaga
pendidikan formal maupun non formal.
Penelitian ini berbeda dengan tesis Ida Royani yang berjudul “Pengaruh
Inovasi Pendidikan Terhadap Loyalitas Siswa Melalui Kepuasan Siswa Di SMA
Harapan 1 Medan” tahun 2015, yang menyatakan bahwa hanya sekolah sebagai
lembaga penyedia jasa pendidikan perlu belajar dan memiliki inisiatif untuk
meningkatkan kepuasan siswanya dan berpendapat prasarana kelas yang dilengkapi
dengan teknologi yang terbaru dan seluruh kegiatan akademik menggunakan
teknologi informasi sehingga akan mewujudkan rasa loyal siswa terhadap sekolah.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Psikologi Pendidikan, metode yang
digunakan adalah mengembangkan teori terdahulu jenis penelitian yang digunakan
adalah mengembangkan kaidah yang sudah ada, tempat penelitian adalah di Sekolah
SMA Plus Tauhidul Afkar penelitiannya dan waktu penelitiannya kemah dakwah
tahun 2017 dan 2018, sumber primer dari penelitian ini adalah wawancara langsung
kepada peserta kemah dakwah, elemen sekolah dan masyarakat sekitar yang menjadi
lokasi penempatan kemah dakwah, teknik pengumpulan datanya adalah partisipasi
langsung dan wawancara, teknik analisis datanya adalah kualitatif, teknik penulisan
kesimpulannya adalah deskriptif.
Keywords: Inovasi, Pendidikan Islam, Kemah Dakwah.
ix
ملخص ا البحث إلى تحليل انشطة خيمة الدعوة التي تعقد لتطوير كفائة الابتكاريهدف هذ
بكفائة الابتكار التعليمي وتحليل ما بعد الأنشطة مما يتعلق فيها لدي الدشتكين التعليميالذين في أعناقهم أمور المجتمع في هذا اليوم، وهذا بالنسبة إلى تريبة الطلبة لديهم.
ج الاجتماعية في الدستقبل.ويستطيعون تطوير البراميتماشى البحث مع ما كتبه محمد جعفر طالب جامعة سونن كالي جاغا الاسلامية
Inovasi Pendidikan Agama Islam di Lembaga تحت العنوان " 5102الدولية سنة
Pendidikan Islam Berbasis Boarding School di SMP IT Abu Bakar Yogyakarta " قائلا إنه؛ لأن الددرسة تاج إلى الابتكار التعليمي خصوصا في مجال التبية الإسلامية اليوميح
الإسلامية كمكان لتعليم الطلبة لابد أن تدعم جميع ما يحتاجه الطلبة من مرافق النشاط وما Pendidikanذلك، حتى ارتفعت انجازاتهم. وأيضا ينسجم هذا البحث بالكتاب " إلى
kecakapan Hidup" تحدث فيه الكاتب، أنوار عن مهارات الحياة في مدرسة تعليمية رسمية أو غير رسمية بإندونيسيا التي أسسها قسم التبية الوطنية الإندونيسية.
Pengaruh "تحت العنوان 5102في سنة لاف ما كتبته إيدا راينوالبحث يخ
Inovasi Pendidikan Terhadap Loyalitas Siswa Melalui Kepuasan Siswa Di SMA
Harapan 1 Medan " وهي قائلة إن الددرسة هي الوحيدة التي تحتاج إلى التعلم والتفكر فيرفع رضا الطلبة وتحسين وسائلها الحديثية في جميع البرامج الأكادمية؛ كي اشتد حب الطلبة
إليها.بحث هو مدرسة بتطوير الدنهج القديم. ومكان ال استخدم البحث منهج علم النفس التبوي
SMA Plus Tauhidul Afkar و برامج خيمة الدعوة. في 20195102/بين السنةالدصادر الرئيسية للبحث منها الحوار الدباشر مع الطلبة والددرسين والمجتمع في مكان الخيمة.
ثم استخدمت باحثة أما طريقة ضم الدعلومات ألا وهي الاشتاك الدباشر والحوار معهم. النوعي عند تحليل البحث والنهج الوصفي عند كتابة الخلاصة.النهج
الكلمات الدفتاحية: الابتكار، الددرسة الإسلامية، خيمة الدعوة.
viii
ISLAMIC FORMAL EDUCATION INNOVATION
KEMAH DAKWAH STUDY PROGRAM AT HIGH SCHOOL PLUS OF
TAUHIDUL AFKAR
By Neng Umukulsum (21171200000069)
Email: [email protected]
ABSTRACT
This research aims to analyze the activity of kemah dakwah and to analyze
the evaluation of the kemah dakwah activity. In founding nominee students as
successor who comprehend the problems of society in the present context, and are
able to disseminate community empowerment programs and provide feedback on
development.
This research is in line with the thesis entitled “Islamic Education
Innovation in Islamic Education Institution based on Boarding School in Abu Bakar
Junior High School in Yogyakarta" written by Mohammad Jakfar from UIN Sunan
Kalijaga in 2015, that innovation is needed in education in order to increase students
potential. This research is also in line with the book written by Anwar entitled "Life
Skills Education". In this book Anwar describes in detail the technical
implementation of life skills education in formal and non formal education
institutions in Indonesia as a response to the Ministry of National Education about
life skills education in formal and non formal education institutions.
This research differs from Ida Royani's thesis entitled "The Effect of
Educational Innovation on Student Loyalty through Student Satisfaction at High
School of Harapan 1 in Medan" in 2015, which states that only schools as
educational service providers need to learn and have initiatives to increase student
satisfaction and all academic activities using information technology so it will create
students' loyalty to the school.
This research uses the Educational Psychology approach. Developing
previous theories is used as the method. The type of research is to develop existing
rules. This research is conducted at the High School plus of Tauhidul Afkar from
2018 to 2019. The primary sources of this research are a direct interview to the
participants of the Kemah Dakwah, elements of the school and the society where
Kemah Dakwah are located. The data collection technique is direct participation and
interview. The data analysis technique is qualitative. The conclusion writing
technique is descriptive.
Keywords: Inovation, Islamic Education, Kemah Dakwah.
x
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
A. Konsonan
b = ب
t = ت
th = ث
j = ج
h{ = ح
kh = خ
d = د
dh = ذ
r = ر
z = ز
s = ش
sh = ظ
s} = ص
d} = ض
t} = ط
z} = ظ
ع = ‘
gh = غ
f = ف
q = ق
k = ك
l = ل
m = م
n = ى
w = و
h =
y = ي
x
B. Vocal
1. Vocal Tunggal
Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah a A
Kasrah i I
Dhammah u U
2. Vocal Rangkap
Tanda Nama Gabungan
Huruf
Nama
Fathah a A ي
Kasrah i I و
Contoh:
H{aul : حول H{usain : حطيي
C. Ta’ Marbut}ah
Transliterasi ta’ marbut}ah ditulis dengan ‚ha‛, baik dirangkai
dengan kata sesudahnya maupun tidak, contoh (هرأة) , madrasah (هدرضة)
Contoh:
al-Madi>nah al-Munawwarah :الودية الوورة
D. Shaddah
Shaddah atau tashdid ditransliterasi, dilambangkan dengan
huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang bershaddah tersebut.
Contoh:
<Rabbana : ربا
Nazzala : سل
E. Kata Sandang
Kata sandang ‚ال‛ dilambangkan berdasar huruf yang
mengikutinya, jika diikuti huruf syamsiyah maka ditulis sesuai huruf
x
yang bersangkutan, dan ditulis ‚al‛ jika diikuti dengan huruf
qamariyah. Selanjutnya ‚ال‛ditulis lengkap baik menghadapi al-
Qamariyah contoh kata al-Qamar (القور) maupun al-Syamsiyah seperti
kata al-Rajulu (الرجل).
Contoh:
al-Qalam : القلن al-Shams : الشوص
F. Pengecualian Transliterasi
Pengecualian transliterasi adalah kata-kata bahasa Arab yang
telah lazim digunakan di dalam bahasa Indonesia dan menjadi bagian
dalam bahasa Indonesia, seperti lafal الله , Asmaul Husna dan Ibn,
kecuali menghadirkannya dalam konteks aslinya dan dengan
pertimbangan konsistensi dalam penulis.
xiii
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul………………………………………………………………………..i
Kata Pengantar…………………………………...…………………………….……ii
Lembar Pernyataan Plagiarisme…………………………...…………………….....iii
Lembar Pengecekan Plagiarisme…...……………………………………………....iv
Lembar Persetujuan Pembimbing...……………...……….........................................v
Lembar Persetujuan Dewan Penguji…………………………...…………………...vi
Abstrak Bahasa Indonesia…………………...……………………………..….…...vii
Abstrak Bahasa Inggris……………………...……………………………...……..viii
Abstrak Bahasa Arab…………………………...…………………………………..ix
Pedoman Transliterasi…………………..…………………………………….…….x
Daftar Isi…………………………………………………………..…………...…..xii
BAB I PENDAHULUAN….………………………………………….……………1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………...1
B. Permasalahan…………………………………………….……………….15
1. Identifikasi Masalah……..……………………………………………15
2. Perumusan Masalah…………………..……………………………….15
3. Pembatasan Masalah……………………….…………………………15
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian…………………………………………16
1. Tujuan Penelitian……………………………………………………...16
2. Kegunaan Penelitian……………………………………..……………16
D. Penelitian Terdahulu yang Relevan………………………………………16
E. Metodologi Penelitian……………………………………………………19
F. Sistematika Penulisan……………………….……………………………20
BAB II PENDIDIKAN APLIKATIF….………………….…………………..….22
A. Pengertian Pendidikan Aplikatif….…………………………...…………..22
B. Tujuan Pendidikan Aplikatif….……………..………………………..…...30
C. Peran Pendidikan Aplikatif dalam Pengembangan Pendidikan………..…36
BAB III INOVASI KEGIATAN KEMAH DAKWAH………………...…....…..47
A. Kemah Dakwah ....….………………………………………..……………47
xiii
xii
1. Pengertian Kemah Dakwah ..…………………………………………47
2. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Kemah Dakwah………….………….50
B. Inovasi Pendidikan ….….………………………………………..………..60
C. Peran dan Pengaruh Masyarakat dalam Kegiatan Kemah Dakwah.………66
D. Pengaruh Stakeholder dalam Kegiatan Kemah Dakwah….………………73
BAB IV EVALUASI KEGIATAN KEMAH DAKWAH……………….………..83
A. Evaluasi Kemah Dakwah dalam Bidang Agama, Pemerintah dan
Masyarakat….……………….……………………………..……….……..83
1. Kemah Dakwah dalam Bidang Agama….………………….…….…..89
2. Kemah Dakwah dalam Bidang Pemerintah………..…………….……91
3. Kemah Dakwah dalam Bidang Masyarakat….…………………….…92
B. Dampak Kemah Dakwah….………………………………………………96
C. Kelebihan dan Kekurangan Peserta dalam Pelaksanaan Kemah Dakwah.101
BAB V PENUTUP……………………..…………………………………………106
A. Kesimpulan………………………………………………………………106
B. Saran……………………………………………………………………...106
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….108
LAMPIRAN-LAMPIRAN…………………………………………….…………124
GLOSARIUM……..…………………………………………………………..….154
RIWAYAT HIDUP.…………………………………...………………………….155
INDEX…………….………………………………..…………………………….157
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan kehilangan daya tariknya di dunia kontemporer khususnya
pada pendidikan Islam, maka tidak bisa menghasilkan orang untuk menghadapi
tantangan masyarakat modern. Rosnani Hashim menjelaskan bahwa tantangan-
tantangan dan ketidakmampuan pendidikan Islam, metode pengajaran dan
kurikulum untuk menghasilkan para sarjana dan siswa untuk menghadapi
tantangan-tantangan modern. Dia menggambarkan pendidikan Islam kehilangan
hati dan pikirannya, lebih jauh negara-negara Muslim yang berkembang secara
ekonomi dan kaya menghadapi penyakit sosial yang terkait dengan modernisasi.1
Perubahan mendasar yang terjadi di dunia pendidikan sebagian besar gaya
belajar dapat dianggap sebagai lalu lintas satu arah atau tradisional dimana guru
mengajar dan siswa mendengarkan. Metode ini dianggap tidak memberikan banyak
bantuan kepada siswa dalam memahami mata pelajaran karena interaksi satu arah2
karakteristik peserta didik pada level individu kurang mendapatkan perhatian,
sekarang pendidikan memperhatikan karakteristik individual peserta didik (minat,
kecepatan belajar dan lain-lain, pendidikan diindividualisasikan (individualized
education) dan manajemen pendidikan dahulu tersentralisasi pada pemerintah pusat,
sekarang didesentralisasikan ke level kabupaten/kota, bahkan sekolah (school based
management).3
Perubahan yang dialami oleh pendidikan belakangan ini, dalam sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Bay Conoly mengungkapkan bahwa berkonsentrasi
melindungi anak-anak dari bahaya efek masyarakat modern sehingga mereka dapat
tumbuh menjadi orang dewasa yang sehat dan bertanggung jawab.4 Realita
pendidikan hari ini di seluruh dunia dianggap menjadi hak dan kewajiban negara
dalam rangka melestarikan kekuasaan negara. Oleh sebab itu, tidak mengherankan
apabila pendidikan nasional cenderung dikuasai oleh negara.5
1 Muhamad Faisal Ashaari dkk,
An Assessment Of Teaching And Learning
Methodology In Islamic Studies, Journal Social and Behavioral Sciences, (2011), (Diakses
tanggal 24 April 2019 jam 13.49 WIB). 2 Irwan Mohd Subri dkk,
Creativity In The Teaching Of Shariah Studies In
Institutions Of Higher Education, Journal Social and Behavioral Sciences, (2012), (Diakses
tanggal 22 April 2019 jam 15.19 WIB). 3 Sudardja Adiwikarta, Sosiologi Pendidikan Analisis Sosiologi tentang Praksis
Pendidikan, h. 117 4 C.R. Margolin, The Movement for Children's Rights in a Historical Context,
Social Problems, Vol. 25, No. 4 (Apr., 1978), pp. 441-452 (Diakses tanggal 15 Januari 2019
jam 07.37 WIB). 5 H.A.R. Tilaar, Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Pedagogik
Transformatif untuk Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 93
2
2
Lebih kompetitif dan untuk berpikir kreatif, guru atau dosen harus kreatif
dalam metode pengajaran. Tidak ada salahnya guru atau dosen mencoba teknik baru
apapun perlunya inovasi menjadi salah satu perhatian paling penting dari setiap
pembelajaran dan perannya dalam pengembangan pendidikan. Inovasi di semua
bidang manusia berlaku mulai dari pengembangan produk, metode manajemen, cara
melakukan pekerjaan, ini menjadi proses yang dimulai dengan pengenalan rencana
ide dan akan menjadi fungsi baru sehingga berbeda dari penciptaan, poin utamanya
bahwa inovasi sama dengan kreativitas.6 Apabila kreativitas berarti memiliki
kemampuan atau kekuatan untuk menciptakan sesuatu. Maka dapat disimpulkan
bahwa kreativitas merupakan kondisi khusus, sikap atau keadaan yang
mencerminkan hasrat untuk bekerja, kemandirian, penetapan tujuan, orisinalitas,
fleksibilitas, berbagai minat, rata-rata atau kecerdasan dan motivasi di atas rata-
rata.7
Adapun masalah-masalah yang menuntut diadakan inovasi pendidikan di
Indonesia, yaitu pertama, perkembangan ilmu pengetahuan menghasilkan kemajuan
teknologi yang mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi, politik, pendidikan dan
kebudayaan bangsa Indonesia. Sistem pendidikan yang dimiliki dan dilaksanakan di
Indonesia belum mampu mengikuti dan mengendalikan kemajuan-kemajuan
tersebut sehingga dunia pendidikan belum dapat menghasilkan tenaga-tenaga
pembangunan yang terampil, kreatif dan aktif sesuai dengan tuntutan dan keinginan
masyarakat. Kedua, laju eksplosi penduduk yang cukup pesat yang menyebabkan
daya tampung, ruang dan fasilitas pendidikan yang sangat tidak seimbang. Ketiga,
melonjaknya aspirasi masyarakat untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik,
sedangkan (dipihak lain) kesempatan sangat terbatas. Keempat, mutu pendidikan
yang dirasakan semakin menurun yang belum mampu mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Kelima, belum mekarnya alat organisasi yang
efektif, serta belum tumbuhnya suasana yang subur dalam masyarakat untuk
mengadakan perubahan-perubahan yang dituntut oleh keadaan sekarang dan yang
akan datang.8
Bentuk inovasi pendidikan yang di gunakan dalam penelitian ini, yaitu
membahas tentang inovasi pendidikan yang dilaksanakan dalam satu program
bernama “Kemah Dakwah”. yang dilaksanakan di sekolah SMA Plus Tauhidul
Afkar, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Kemah dakwah menjadi suatu
kegiatan ekstrakulikuler wajib yang memadukan pelaksanakan syiar dakwah dengan
metode pemberian pengalaman belajar dan bekerja kepada siswa. Kemah dakwah
merupakan wahana penerapan serta pengembangan ilmu dan teknologi,
dilaksanakan di luar sekolah dalam waktu, mekanisme kerja dan persyaratan
6 Hamid Tohidi, Mohammad Mehdi Jabbari,
The Important of Innovation And Its
Crucial Role in Growth, Survival and Success of Organizations, Journal Procedia
Technology, (2012), (Diakses tanggal 22 April 2019 jam 15.24 WIB). 7 Samih Mahmoud Al-karasneh dan Ali Mohammad Jubran Saleh,
Islamic
Perspective Of Creativity: A Model For Teachers Of Social Studies As Leaders, Journal
Social and Behavioral Sciences, (Januari 2010), (Diakses tanggal 24 April 2019 jam 15.28
WIB). 8 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2005), h.
193-194.
3
3
tertentu. Oleh karena itu, kemah dakwah diarahkan untuk menjamin keterkaitan
antara dunia akademik-teoritis dengan dunia empirik-praktis. Dengan demikian
akan terjadi interaksi sinergis, saling menerima dan memberi, saling asah, asih dan
asuh antara siswa dan masyarakat.
Kemah dakwah merupakan pendidikan dengan cara memberikan
pengalaman belajar kepada siswa untuk hidup di tengah-tengah masyarakat di luar
sekolah dan secara langsung mengidentifikasi serta membantu mengatasi masalah-
masalah yang dihadapi masyarakat. Dengan demikian di dalam kemah dakwah
siswa haruslah aktif menyelami kehidupan masyarakat untuk selanjutnya dengan
bekal ilmu pengetahuan yang sudah dimiliki mampu mengembangkan tradisi yang
ada di masyarakat. Kemah dakwah juga merupakan kegiatan sejenis KKN, dimana
para siswa dilatih untuk hidup bermasyarakat, bertujuan untuk belajar hidup
bermasyarakat, mempraktekan atau merealisasikan ilmu yang telah dipelajari di
sekolah.
Seperti halnya pendidikan yang ada di dalam pembelajaran kemah dakwah
siswa benar-benar dihadapkan pada dunia nyata. Perlu diperhatikan hal-hal yang
sangat mendasar dalam kegiatan kemah dakwah, yaitu kemah dakwah merupakan
bentuk pembelajaran yang menggabungkan konsep pengabdian. Di dalam kemah
dakwah terdapat pendidikan atau pelatihan, penelitian, pengabdian masyarakat dan
juga pengembangan Islam. Pentingnya pendidikan multidisipliner dan kompherensif
dilapangan siswa akan menemukan masalah-maslah yang tidak cukup hanya
diselesaikan dengan satu disiplin ilmu, melainkan harus didekati berbagai disiplin
ilmu. Dengan demikian siswa harus meninggalkan egoisme keilmuannya dan
sebaliknya harus tebuka dan banyak belajar mengenai berbagai disiplin ilmu.
Perlunya dilakukan kegiatan lintas sektoral. Kompleksitas peroalan yang ada di
masyarakat menunjukan bahwa penting untuk melakukan koordinasi dan kerjasama
dengan berbagai sektor, baik pemerintah maupun swasta dengan kelompok maupun
perorangan, tua maupun muda dan dengan berbagai lapisan masyarakat yang
memiliki tingkat pendidikan, ekonomi dan profesi yang berbeda-beda. Penting
adanya keterlibatan masyarakat dan pemerintah setempat secara aktif, keberhasilan
kemah dakwah tidak semata-mata bergantung pada siswa, melainkan juga
bergantung pada masyarakat dan pemerintah setempat. Itulah sebabnya selain siswa,
masyarakat dan pemerintah setempat juga dituntut untuk aktif dalam pelaksanaan
kemah dakwah. Syiar dakwah ke-Islaman pada kontek kekinian.9
Menurut Immanuel Kant, filsuf abad ke-18 yang berpandangan bahwa
pendidikan itu sangat penting dan harus percaya bahwa perolehan umat manusia
dan pelepasan kebiadaban dimungkinkan hanya dengan pendidikan dan juga
menegaskan bahwa peneguhan harus menjadi bagian dari pendidikan. Menurutnya
mengklaim bahwa pendidikan etika menjadi tingkat pendidikan terbaru dan terhebat
9 Wawancaa dengan Agus Wahyudi, tanggal 27 April 2019, Di sekolah SMA Plus
Tauhidul Afkar.
4
4
yang jika dicapai pendidikan akan selesai. Mengenai perubahan dalam masyarakat
manusia dan pemikiran manusia, bidang pendidikan dan etika juga telah berubah.10
Bangsa Indonesia tidak mungkin akan menjadi bangsa yang besar jika
mengabaikan tradisi ilmu yang sebagaimana digariskan dalam Al-Qur`an ini. Jika
budaya santai budaya hedonis, budaya jalan pintas, terus dikembangkan, maka
hanyalah mimpi saja untuk berangan-angan bangsa Indonesia akan menjadi bangsa
yang besar yang disegani dunia. Dalam perspektif Islam, manusia beradab haruslah
yang menjadikan aktivitas keilmuan sebagai aktivitas utama mereka.11
Apabila memperhatikan ayat-ayat yang pertama kali diturunkan oleh
Allah kepada Nabi Muhammad, maka nyatalah bahwa Allah telah menekankan
perlunya orang belajar untuk baca tulis dan belajar ilmu pengetahuan. Firman Allah
dalam Surat Al-Alaq ayat 1-5:
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah Tuhanmu yang
Maha Pemurah. Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam. Dia
mengajarkan kepada apa yang tidak ketahui.” (QS. Al-„Alaq : 1-5).12
Dalam meniti pendidikan harus memperhatikan standar keadilan
menyatakan bahwa semua anggota masyarakat harus diberikan kesempatan yang
sama adilnya untuk memperoleh pendidikan yang tepat. Keadilan, dalam pengertian
ini, tidak dimaksudkan untuk berarti bahwa peluang harus identik, karena tidak
semua orang membawa kemampuan warisan atau latar belakang sosial yang sama
ke pendidikan pengaturan rasional. Oleh karena itu, agar sama-sama adil, peluang
pendidikan seringkali perlu dibedakan agar dapat mengakomodasi perbedaan dalam
pemekaran genetik dan peluang masa lalu yang dibawa peserta didik ke lingkungan
pendidikan.13
Hak pendidikan merupakan budaya yang dapat berkembang terutama
karakterisasi yang melihat disatu sisi hak-hak begitu saling berkaitan, contohnya
orang tua, mengajar menempatkan hak-hak keduanya dengan sangat tegas dalam
sosial dan budaya sering tumpang tindih dengan penegakan hak-hak yang lain.
Dalam hal ini kualitas keberadaan orang tua yang mengatur hubungan antara
10
Zahra Jabal-Ameli Foroushani dkk, Islamic Perspective Of Creativity: A Model
For Teachers Of Social Studies As Leaders, Journal Social and Behavioral Sciences, (2010),
(Diakses tanggal 24 April 2019 jam 15.33 WIB). 11
Adian Husaini, Filsafat Ilmu Persspektif Barat dan Islam, (Jakarta: Gema
Insani, 2013), h.220 12
Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, h. 597 13
R. Murray Thomas, Education Law as a Mirror of Maturity: The Indonesian
Case, International Review of Education / Internationale Zeitschrift für
Erziehungswissenschaft / Revue Internationale de l'Education, Vol. 36, No. 1 (1990), pp.
719 (Diakses tanggal 17 Januari 2019 jam 09.22 WIB).
5
5
mereka dengan anak-anaknya dalam masalah pendidikan di rumah,14
keterlibatan
orang tua menopang keterlibatan belajar anak-anak mereka dan meningkatkan
prestasi akademik. Pentingnya dalam pendidikan anak-anak telah menjadi fokus
selama lebih dari 40 tahun. Studi Epstein tentang peran orang tua dalam pendidikan
mengarah pada pengembangan enam jenis keterlibatan untuk kemitraan orang tua-
sekolah-masyarakat yang telah dirujuk secara luas dalam memajukan manfaat
pendidikan.15
Selama bertahun-tahun dalam proses pengajaran pendidikan Islam,
penerapan teknologi pendidikan telah diabaikan. Diasumsikan bahwa sejak
pengetahuan Islam diwahyukan atau pesan suci, itu tidak boleh dianalisis atau
diajarkan melalui teknologi, tetapi untuk menyampaikannya hanya dengan
mengenang generasi yang akan datang. Seperti yang diungkapkan oleh Asyafah
yang menyatakan bahwa pengajaran Islam di lembaga-lembaga pendidikan tinggi
masih terbatas pada konseptualisasi dan menghafal. Sebenarnya, menggunakan
metode pengajaran yang inovatif dalam pendidikan Islam telah dianjurkan dan
bahkan ada contoh yang berakar dalam pada sejarah panjang pendidikan Islam.
Namun, sebagian besar sekolah Islam bahkan departemen pendidikan Islam di
universitas masih membatasi diri mereka dengan metode hafalan dalam proses
pengajaran mereka.16
Setiap generasi yang hidup dari satu tradisi ke tradisi yang lain memiliki
karakteristik tersendiri dalam memahami konteks sosialnya. Pertumbuhan dan
perkembangan ilmu pengetahuan akan ditentukan oleh kesungguhan ilmuan untuk
terus menerus mencari, menggali dan memahami serta menjelaskan perubahan
dalam struktur sosial, politik dan budaya untuk menentukan hukum-hukum baru
dalam masyarakat. Kebudayaan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan
kehidupan dunia akan terus menerus mengalami perubahan. Dalam konteks
perubahan dan dinamika sosio-politik masyarakat itulah sebenarnya ilmu
pengetahuan dapat dikontruksi dengan berbagai paradigma yang juga beragam.17
Kondisi lingkungan tempat tinggal manusia merupakan penyesuaian atas
individu itu sendiri. Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa sering terjadi
gejala perilaku yang bersumber dari lingkungan masyarakat. Kejadian-kejadian
14
Luisa Molinari dkk, Children's Rights In Educational Relationships, European
Journal of Psychology of Education, Vol. 17, No. 2 (JUNE 2002), pp. 140 (Diakses tanggal
15 Januari 2019 jam 07.23 WIB). 15
Misnaton Rabahi dkk, Leading Learning: A Grounded Theory Perspective of
Orang Asli Parental Involvement and Engagement, Journal Social and Behavioral Sciences,
(2015), (Diakses tanggal 24 April 2019 jam 12.40 WIB). 16
Ashraf M. Zedan dkk, An innovative Teaching Method in Islamic Studies: the
Use of PowerPoint in University of Malaya as Case Study, Journal Procedia Social and
Behavioral Sciences, (2015), (Diakses tanggal 22 April 2019 jam 16.07 WIB). 17
Syarifuddin Jurdi, Awal Mula Sosiologi Modern: Kerangka Epistimologi,
Metodologi dan Perubahan Sosial Perspektif Ibn Khaldun, (Bantul: Kreasi Wacana, 2012),
h. 39
6
6
yang disebabkan oleh kenakalan remaja pasti mempengaruhi pola perilaku remaja,
ini merupakan hubungan erat dengan kondisi lingkungan masyarakat.18
Untuk mendapatkan lingkaran yang berbudi luhur ini, berasumsi bahwa
kepala sekolah dan guru pendidikan haruslah guru yang berpikiran terbuka dan
memiliki komitmen mendalam terhadap pendidikan berkualitas tinggi, didukung
oleh keyakinan dan kemampuan untuk membantu siswa menempuh jalan mencari
kebenaran dan mempromosikan minat yang jelas dalam jadwal formatif nyata dari
generasi baru. Selanjutnya, masalah direktur dan guru pendidikan yang terlatih dan
berbudi luhur dibahas, menyoroti pentingnya menjadi contoh yang baik sejauh
kerendahan hati, kecerdasan, cinta, iman dan alasan diperhatikan sementara secara
kritis tertarik pada orang lain dan terbuka terhadap ide yang berbeda dan
perspektif.19
Kehidupan manusia tak terpikirkan di luar masyarakat, kesaling
tergantungan ini menghasilkan bentuk kerja sama tertentu yang bersifat ajek dan
menghasilkan bentuk masyarakat tertentu karena manusia merupakan mahluk
sosial.20
Eksistensi pendidikan tidak bisa dilepaskan dari situasi dan kondisi
masyarakat yaitu lingkungan yang membantu menunjang kegiatan pendidikan.
Pentingnya menata lingkungan yang membantu mengembangkan pendidikan,
dikarenakan siswa tidak dapat dipisahkan dengan perilaku komunitas sosialnya.21
Perubahan sosial dapat disamakan sebagai perubahan yang terjadi di
dalam atau mencakup sistem sosial. Seperti contoh pada tingkat mikro, komunitas
lokal, asosiasi, perusahaan, keluarga atau ikatan pertemanan dapat diperlakukan
sebagai sebuah sistem kecil. Begitu pula, segmen tertentu dari masyarakat seperti
aspek ekonomi, politik dan budaya secara kualitatif juga dapat dibayangkan sebagai
sebuah sistem.22
Perkembangan perubahan sosial pada dasarnya ditujukan kepada
pembangunan masyarakat Indonesia baru dalam perwujudannya manusia dan
masyarakat Indonesia yang cerdas, membangun suatu masyarakat terbuka dan
demokratis memerlukan warga negara yang berkembang inteligensinya. Rakyat
yang bodoh akan mudah dikendalikan oleh kekuasaan, rakyat yang kritis akan
menjadi anggota yang produktif di dalam masyarakat demokratis. Oleh sebab itu,
suatu masyarakat demokratis memerlukan dan menempatkan program
pengembangan sumber daya manusianya sebagai program yang utama.23
18
Mohamad Surya, Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi, (Bandung: Alfabeta,
2013), h, 181-182 19
Olga Lucia Pardo Vargasa, The Quality Of Educational Institutions: Well-
Trained And Virtuous Educational Directors And Teachers, Journal Social and Behavioral
Sciences, (2015), (Diakses tanggal 22 April 2019 jam 15.56 WIB). 20
Tom Campbell, Seven Theories of Human Society, Diterjemahkan oleh F. Budi
Hardiman, Tujuh Teori Sosial, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), h. 3 21
Samsul Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka
tentang Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana, 2008), h. 189. 22
Piotr Sztompka, The Sociology Of Social Change, dialihbahasakan oleh
Alimandan, Sosiologi Perubahan Sosial, h. 3 23
H.A.R. Tilaar, Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Pedagogik
Transformatif untuk Indonesia, h. 88
7
7
Berpikir kritis menjadi kompetensi yang diperlukan dari siswa dalam
kehidupan pribadi dan profesional mereka. Untuk alasan ini, universitas harus
melakukan yang terbaik untuk memasukkannya dalam silabus, program dan kelas
mereka. Namun, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan karena tidak ada
definisi yang jelas tentang kompetensi ini dan juga metodologi aktif baru perlu
ditingkatkan untuk pengembangannya. Informasi ini kontras dengan konsep yang
dimiliki para guru ini tentang pemikiran kritis, berdasarkan penelitian sebelumnya
dimana enam kategori konsep yang berbeda ditemukan.24
Pembangunan pendidikan nasional menjadi suatu usaha yang bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas, maju, mandiri dan
modern. Pembangunan pendidikan bagian penting dari upaya membangun karakter
secara menyeluruh dan sungguh-sungguh untuk meningkatkan harkat dan martabat
bangsa. Keberhasilan pendidikan dalam membangun karakter manusia diperlukan
pendidikan yang akurat karena pendidikan akan memberikan kontribusi besar pada
pencapaian tujuan pembangunan nasional secara keseluruhan. Dewasa ini,
pembangunan dan pembinaan karakter suatu bangsa menjadi suatu istilah yang
semakin sering diungkapkan namun diperlukan pemahaman yang lebih baik,
khususnya dalam menjadikan pembangunan fisik suatu bangsa sebagai salah satu
instrumen dalam pembinaan karakter manusia.
Pelaksanaan kegiatan pendidikan merupakan kewajiban semuanya, ketika
disandingkan antara keluarga elemen masyarakat. Pada dasarnya, masyarakat yang
merupakan salah satu lembaga pendidikan memberikan dampak besar terhadap
pendidikan. Maka, semakin tinggi tingkat pendidikan yang dicapai oleh sebagian
warga masyarakat, maka menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut
baik, begitu pula sebaliknya. Kehadiran suatu konflik di masyarakat tentunya
membuka peluang baru anggota masyarakatnya untuk mensiasati berakhirnya
konflik dengan bermacam-macam strategi, upaya rekonsiliasi dengan
mengedepankan prinsip peace building keniscayaan yang senantiasa
diperjuangkan.25
Dibutuhkan partisipasi masyarakat dalam keterlibatan warga dalam
pembuatan keputusan mengenai penggunaan sumber daya publik dan pemecahan
masalah publik untuk pembangunan daerahnya. Dalam beberapa kesempatan
dibutuhkannya partisipasi, warga menjadi lebih tertarik dan membantu
permasalahan yang terjadi di lingkungannya.26
Dalam masyarakat Indonesia dikenal paling sedikit dua lingkungan tempat
tinggal, yaitu kompleks perumahan dan perkampungan. Kompleks perumahan
dipandang sebagai suatu lingkungan tempat tinggal yang tertata dengan rapih dan
terencana dibandingkan dengan perkampungan yang dilihat sebagai lingkungan
24
Bezanilla MJ dkk, Title: Methodologies For Teaching-Learning Critical
Thinking In Higher Education: The Teacher’s View, Journal Thinking Skills and Creativity,
(2019), TSC 100584, (Diakses tanggal 28 Juli 2019 jam 13.46 WIB). 25
Damsar, Pendidikan Pascakonflik Pendidikan Multikultural Berbasis Konseling
Budaya Masyarakat Maluku Utara , (Yogyakarta: LKIS, 2013), h. 52 26
Hetifah Sj. Sumarto, Inovasi, Partisipasi dan Good Governance: 20 Prakarsa
Inovatif dan Partisipatif di Indonesia , h. 109
8
8
tempat tinggal yang berkembang secara alamiah dan relatif lebih homogen secara
sosial dan budaya dari penghuninya.27
Ada dua elemen penting yang menjadi kajian
sosiologi yaitu aspek kelompok masyarakat dan aspek interaksi antar individu.
Bagaimana sekelompok individu berperan dalam proses interaksi yang terjadi dalam
suatu masyarakat. Posisi individu dalam suatu komunitas menjadi aspek penting
dalam perkembangan komunitas tersebut.28
Pengaruh yang terjadi dalam lingkungan dapat terjadi kepada siapa saja
yang hidup di dalamnya dengan bentuknya yang beragam, terlebih untuk kalangan
anak-anak. Diantara keragaman bentuk yang dapat mempengaruhi kemudian
membentuk opini lewat media informasi menjadi salah satu bentuk yang paling
cepat berkembang pada saat ini. Diantaranya, disaksikan semakin banyaknya
stasiun televisi dan radio bermunculan.
Pendidikan sekarang menjadi faktor yang berkontribusi terhadap
pengembangan masyarakat dan individu atau menghambat mereka. Kecerdasan
manusia dipandang di seluruh dunia sebagai sumber daya yang kuat untuk
pengembangan masyarakat, ini merupakan salah satu syarat utama untuk penciptaan
inovasi yang sangat cerdas di berbagai bidang aktivitas manusia dan memberikan
keunggulan kompetitif dan posisi kepemimpinan baik untuk satu individu maupun
negara secara keseluruhan. Pengembangan kepribadian melibatkan aktivasi proses
mental internal yang menghasilkan pengayaan pribadi yang mencakup perubahan
kreatif yang memungkinkan seseorang untuk terlibat dalam produksi produk
inovatif yang sangat cerdas. Tatanan sosial yang rumit dengan sistem sekolah
mengubah sifat kegiatan guru sekolah modern menjadikannya sains intensif dan
berbasis pengetahuan. Pertama, karena tujuan utama dan hasil pembelajaran hari ini
tidak memberi siswa pengetahuan atau mengembangkan keterampilan dan
kebiasaan mereka; itu menjadikan pengembangan pribadi mereka yang penting,
serta kekuatan penting, kemampuan dan bakat siswa. Kedua, untuk mencapai tujuan
ini secara efektif, guru perlu memiliki pengetahuan tentang pencapaian modern
dalam semua ilmu tentang manusia. Ketiga, kegiatan mengajar sekarang didasarkan
pada teori pembelajaran baru, pendekatan dan teknologi pendidikan. Instrumen
yang lebih baik dan kegiatan didaktik, terutama penggunaan perangkat komputer,
juga meningkatkan intensitas penelitian dari proses pembelajaran. Karena
kecenderungan ini, masuk akal untuk berbicara tentang prasyarat supaya
menciptakan inovasi pendidikan yang sangat cerdas yang secara efektif akan
menjawab tantangan kontemporer yang dihadapi sistem pendidikan.29
Bila berfikir dengan teori sistem, segala sesuatu dapat dikerangkai dengan
tiga hal yaitu input, proses dan output. Dalam dunia pendidikan, inputnya siswa
(apakah ia telah disiapan memiliki semangat untuk belajar oleh orang tuanya),
prosesnya seluruh kegiatan di sekolah dan outpunya kualitas kelulusan. Harefa
27
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 79 28
Wardi Bactiar, Sosiologi Klasik, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006), h.140 29
Nadezhda N. Savina, Educational Innovations, Journal Social and Behavioral
Sciences, (2014), (Diakses tanggal 22 April 2019 jam 13.37 WIB).
9
9
menuliskan tiga output pendidikan yang seharusnya dicapai oleh sistem
persekolahan yaitu siap pakai, siap hidup dan siap belajar.30
Manusia budaya yang individu memiliki hubungan integral dengan
kelompoknya di dalam sebuah masyarakat. Kelompok yang paling utama bagi
individu yaitu keluarga yang merupakan bagian integral dari dirinya. Keluarga
dalam kaitan ini ialah unit sosial dasar dalam setiap kebudayaan yang menghimpun
individu-individu. Pembentukan keluarga dilakukan oleh semua anggota
masyarakat.31
Hak untuk memiliki perasaan menuju pendidikan perasaan pribadi orang
tua tentang sekolah, guru dan administrator menjadi wajar dan dibenarkan karena
dua alasan penting. Pertama, sekolah memiliki pengaruh yang pasti terhadap
kehidupan anak-anak mereka. Perhatian yang mendalam terhadap kesejahteraan
anak-anak mereka sering menyebabkan orang tua memiliki perasaan yang kuat
tentang efektivitas sekolah. Kedua, orang tua juga telah mengalami bertahun-tahun
bersekolah sendiri yang membuat mereka mengembangkan kesan mereka sendiri
tentang apa yang terjadi di sekolah. Karena latar belakang yang sangat beragam dan
beragam pengalaman, masing-masing orang tua membawa perasaan unik tentang
sistem pendidikan ke hubungan orang tua-sekolah. Penerimaan terhadap perbedaan
pendapat ini merupakan tanda sehat dari pertumbuhan berkelanjutan dari sebuah
institusi yang dirancang untuk melayani keluarga. Pertukaran ide yang konstruktif
tentang terselenggaranya pendidikan dapat meningkatkan pemahaman antara orang
tua dan sekolah. Namun, dialog yang produktif hanya dapat terjadi ketika orang tua
menerima tanggung jawab sebagai pengetahuan tentang tujuan, teknik dan prinsip
pendidikan. Pemahaman dasar tentang proses pendidikan merupakan kunci
mendasar untuk pengembangan hubungan yang efektif antara rumah dan sekolah.
Hak untuk memiliki perasaan tentang tempat anak dalam sistem pendidikan, orang
tua mengetahui banyak hal tentang anak mereka sendiri. Orang tua sering dapat
memahami kebutuhan anak-anak mereka lebih baik dari pada orang lain.32
Saat ini kualitas proses pendidikan tunduk pada terus menerus
menggabungkan pendekatan pedagogis baru dan teknik yang saling berhubungan
dengan hasil kegiatan penelitian-ilmiah dan pengetahuan terbaru dari praktik.
Desain baru dan inovasi dari program studi yang ada sehubungan dengan persiapan
untuk akreditasi yang kompleks mengikuti penetapan prospektif mata pelajaran baru
yang tergantung juga pada tren di lingkungan ekonomi dan kegiatan bisnis yang
mendasari lulusan self statement di pasar tenaga kerja. Peran yang sangat penting
juga berperan dalam persiapan bahan studi yang unggul.33
30
Dedi Mulyadi, Mengayuh Negeri dengan Cinta, (Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2009), h. 44 31
Yakob Tomatala, Pengantar AntropologiKebudayaan: Dasar-dasar Pelayanan
Lintas Budaya, h.171 32
Michael L. Henniger, Parental Rights and Responsibilities in the Educational
Process, The Clearing House, Vol. 60, No. 5 (Jan., 1987), pp. 226-229 (Diakses tanggal 15
Januari 2019 jam 07.35 WIB). 33
Katarína Buganova dan Mária Luskova, Innovation Of Educational Content And
Study Materials With Respect To Knowledge Society Needs And Labour Market At The
10
10
Banyak hal yang harus digaris bawahi. Pertama, ditemukan bahwa sikap
dan perhatian akan pendidikan ada kaitannya dengan pelapisan status sosial. Orang-
orang dari lapisan sosial bawah kurang perhatian akan pendidikan. Disamping tidak
mampu untuk membiayai, mereka tidak melihat pentingnya pendidikan itu, anak-
anak mereka lebih diharapkan untuk bisa membantu orang tua dalam memenuhi
kebutuhan ekonomi atau cepat-cepat lepas dari tanggung jawab. Orang-orang dari
lapisan dan status sosial tinggi juga kurang menaruh perhatian akan pendidikan
karena mereka merasa telah berkecukupan secara ekonomis, telah memiliki
kepuasan hidup yang tinggi serta tidak perlu khawatir dengan masa depan
kehidupannya. Jadi mereka tidak melihat peran pendidikan dalam perbaikan status
sosialnya. Sebaliknya, orang-orang dari lapisan menengah, mereka berpendapat
bahwa pendidikan itu bisa menolong kehidupan mereka, mengangkat derajat dan
merupakan sarana mobilitas sosial, orang tua dari lapisan ini rata-rata ingin
menyekolahkan anak-anaknya sampai ke tingkat setinggi-tingginya. Diduga
pemalsuan status-status pendidikan yang banyak terjadi belakangan juga terjadi di
lapisan sosial ini. Kedua, pendidikan lebih menguntungkan kelas menengah ke atas
ketimbang kelas sosial rendah. Kemampuan ekonomi kelas menengah dan kelas
atas cukup kuat untuk mendukung kepentingan pendidikan bagi anak-anakanya.
Materi kurikulum dan metode pembelajarannya lebih cocok dengan situasi
kehidupan mereka. Semua hal tersebut mungkin disebabkan karena penyelenggara
pendidikan, termasuk penyusun kurikulum dan para guru, kebanyakan berasal dari
lapisan sosial menengah juga. Ketiga, keberhasilan pendidikan disekolah tidak
semata-mata disebabkan oleh kemampuan peserta didik dalam belajar, melainkan
lebih sering tergantung kepada dukungan finansial dari orang tua. Bisa dan disiplin
atau karena tidak mampu melaksanakan segi-segi teknis yang menjadi tanggung
jawabnya.
Kesempatan mobilitas naik diberikan kepada orang yang memiliki
keunggulan kualitatif secara komparatif baik dalam bidang wawasan, pengetahuan
dan lain-lain. Oleh karena sistem pelapisan sosial merupakan piramida, maka
persaingan untuk mendapatkan posisi lebih baik berlangsung ketat. Dalam situasi
demikian, peran pendidikan menjadi sangat penting karena seperti telah
dikemukakan, pendidikan merupakan variable utama dalam pembentukkan pribadi.
Barang siapa yang berhasil dalam pendidikan ialah yang memiliki potensi yang
paling kuat untuk naik dalam tangga sosial. Pendidikan merupakan sarana yang
diperlukan dalam suatu mobilitas sosial vertikal ke atas.34
Pendidikan menjadi pengembangan pro sosialisasi melalui program
pendidikan tertentu, gaya pendidikan dan metode khusus. Tema-tema dasar
mewakili semacam ikhtisar tentang kepribadian dan keterampilan sosial yang
diperoleh seseorang yang mampu hidup sesuai dengan prinsip dan etika moral,
mencapai beberapa tingkat refleksi diri, pengembangan diri dan manajemen diri,
menciptakan dan memelihara hubungan interpersonal yang sehat dan positif,
University Of Zilina, Faculty Of Special Engineering, Journal Social and Behavioral
Sciences, (2015), (Diakses tanggal 22 April 2019 jam 15.03 WIB). 34
Sudardja Adiwikarta, Sosiologi Pendidikan Analisis Sosiologi tentang Praksis
Pendidikan, h. 109-110
11
11
menciptakan dan memelihara lingkungan hidup yang sehat, menstimulasi dan tidak
mengancam.
Gagasan utama dari konsep ini merupakan konfirmasi moral dan etika
dalam tema-tema kompleks yang berkaitan dengan kehidupan. Murid-murid yang
progresif diminta untuk mengeksplorasi esensi dari perilaku pro-sosial tidak hanya
dalam konsep etis tetapi juga dalam konsep-konsep keagamaan, hubungan antara
etika dan ekonomi, kehidupan keluarga, aktivitas seksual dan menjadi orang tua,
serta dampak manusia terhadap lingkungan hidup atau pengakuannya. dari
kemampuan sendiri untuk berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan.35
Pembelajaran pendidikan Islam yang diterapkan dengan baik dalam sistem
pendidikan membantu menghasilkan individu yang kuat secara spiritual, fisik,
intelektual dan emosional serta seimbang untuk generasi yang lebih dinamis dan
progresif. Untuk tujuan ini, pembelajaran tersebut perlu direncanakan dengan baik,
membutuhkan persiapan komprehensif sambil memperhatikan detail dan aspek
kepraktisan.36
Siswa mendefinisikan realita sosial sekolah dan lingkungannya, dilakukan
pula melalui komponen-komponen proses pembelajaran.37
Sebagian dari
masyarakat beranggapan bahwa pendidikan bukan suatu hal yang terpenting dalam
kehidupannya. Anggapan ini juga didasari oleh kurangnya pemahaman masyarakat
terhadap pendidikan. Pandangan tersebut dapat menyebabkan anak mereka tidak
akan merasakan pendidikan formal sebagaimana mestinya dan anak tersebut pada
akhirnya akan menjadi beban bagi masyarakat.
Pendidikan formal yang dilakukan di sekolah menjadikan siswa
diinstrumentasi dengan penelitian dasar dan teknik inovasi, dalam konteks kegiatan
pengajaran dan pendidikan yang meliputi pemecahan masalah nyata atau fiktif,
pendekatan investigasi atau eksplorasi, penerapan strategi pembelajaran melalui
penemuan. Pada tingkat literatur psiko-pedagogik, hampir secara aklamasi diakui
fakta bahwa pendidikan formal, terutama sekolah, memiliki peran utama dalam
proses pengembangan kepribadian individu. Namun, dalam konteks masyarakat
kontemporer, mengikuti perkembangan sosial, ekonomi, budaya, menyaksikan
diversifikasi bentuk pendidikan non-formal dan informal. Karena itu, sangat penting
suatu global atau pendekatan pendidikan holistik di semua tingkatan, konteks dan
bentuk pencapaian. Dalam hal ini, para guru harus mengetahui sumber daya
pendidikan informal, lembaga pendidikan non-formal dengan mempertimbangkan
bahwa sumber-sumber pendidikan informal harus mempertimbangkan pendidikan
formal sebagai titik awal. Pendekatan dalam interaksi dan saling ketergantungan
dari bentuk-bentuk pendidikan memastikan peningkatan potensi pedagogik kegiatan
35
Katarína Buganova dan Mária Luskova, Innovation Of Educational Content And
Study Materials With Respect To Knowledge Society Needs And Labour Market At The
University Of Zilina, Faculty Of Special Engineering, Journal Social and Behavioral
Sciences, (2015), (Diakses tanggal 22 April 2019 jam 15.03 WIB). 36
Maimun Aqsha Lubis dkk, Systematic Steps in Teaching and Learning Islamic
Education in the Classroom, Journal Procedia Social and Behavioral Sciences, (2010),
(Diakses tanggal 22 April 2019 jam 16.00 WIB). 37
Ahmad Muthali`in, Bias Gender dalam Pendidikan, (Surakarta: Muhammadiyah
University Press, 2001) h. 219
12
12
pembentukan atau pengembangan kepribadian manusia, baik dari perspektif sosial
dan individu, di tingkat didaktik, formal dan ekstra-didaktik, non-formal dan
informal tingkat.38
Dalam masyarakat demokratis, seseorang tidak dapat berbicara tentang
kebutuhan tanpa juga mempertimbangkan hak asasi manusia yang mendasar dan
martabat dan nilai seseorang. Ungkapan-ungkapan ini berlaku untuk anak-anak
kecil serta remaja dan dewasa. Orang-orang dari segala usia memiliki hak asasi
manusia yang fundamental dan semua anak kecil memiliki hak dasar untuk
mendapatkan pendidikan melalui proses yang akan memperoleh potensi penuh
mereka. Di sinilah fungsi bimbingan berperan penting karena kebutuhan, hak dan
martabat semua anak harus dipertimbangkan dalam proses pendidikan ini.39
Di daerah pedesaan umumnya kesadaran untuk melanjutkan pendidikan
sangat kurang. Beberapa dari mereka lebih memilih bekerja daripada melanjutkan
sekolah. Hal ini dikarenakan kesadaran terhadap pendidikan masih minim dan juga
faktor sosial yang berkaitan dengan kultur masyarakat setempat berupa kebiasaan
dan adat istiadat. Keseharian dari anak dilingkungan masyarakat, menjadikan
seorang anak akan sering berinteraksi dengan masyarakat tersebut. Interaksi yang
intens tentu akan memberikan pengaruh bagi anak, baik itu pengaruh positif
maupun pengaruh negatif termasuk didalamnya pandangan masyarakat tentang
pendidikan. Apabila masyarakat berpandangan pendidikan bukan merupakan hal
yang penting maka pandangan tersebut akan mempengaruhi pola pikir anak karena
sifat dari seorang anak lebih cendrung meniru sifat orang dewasa. Pengaruh negatif
lain yang diterima apabila anak tersebut berteman dengan anak yang putus sekolah
maka sikap dan perilakunya cendrung meniru anak yang putus sekolah tersebut dan
tidak menutup kemungkinan anak yang berteman dengan anak yang putus sekolah
juga ikut terpengaruh untuk berhenti sekolah.
Permasalahan yang terjadi bahkan sulit untuk dipecahkan oleh Persatuan
yang selama ini telah mampu mengusir penjajahan seakan diluluhlantahkan oleh
kepentingan pribadi atau golongan. Persoalan ini harus dapat dipecahkan oleh
peraturan yang berlaku. Karena dalam pembukaan UUD 1945 “Untuk memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa”. 40
Dapat dilihat ketika
pendidikan di Negara Indonesia harus menjadi sarana untuk membangun peradaban
manusia yang lebih baik lagi, sehingga pendidikan yang dilaksanakan dapat
memberikan jawaban atas pendidikan yang di jalankan.
Sebagaimana disebutkan pada sistem pendidikan nasional, pasal 26 ayat 3
UU No. 20 tahun 2003, bahwa pendidikan kecakapan hidup ialah pendidikan yang
memberikan kecakapan personal, sosial, intelektual dan kecakapan vokasional
38
Ana-Maria Petrescu dkk, Non-formal Education - Frame for Responsible
Research and Innovation Demarches, Journal Social and Behavioral Sciences, (2014),
(Diakses tanggal 24 April 2019 jam 11.44 WIB). 39
Lois Brooks and Jacque Coombs, Lobby For Children's Rights, Elementary
School Guidance & Counseling, Vol. 9, No. 4, SPECIAL ISSUE: CHILDREN'S RIGHTS
(May 1975), pp. 332-336 (Diakses tanggal 15 Januari 2019 jam 07.23 WIB). 40
Samsul Nizar dkk, Isu-isu Kontemporer tentang Pendidikan Islam (Jakarta:
Kalam Mulia, 2010), h. 1-2.
13
13
untuk bekerja atau usaha mandiri. Pendidikan kecakapan hidup merupakan proses
pendidikan yang menyiapkan siswa untuk mampu mengaktualisasikan kemampuan
dalam mencapai kompetensi, baik sebagai individu ataupun bagian dari masyarakat
sosial, kemampuan intelekual yang tinggi, mampu memecahkan permasalahan
hidup yang dihadapi dan siap menjalani hidup yang mandiri dan bermartabat, serta
proaktif ikut menyelesaikan permasalahan yang ada.
Kompetensi merupakan kombinasi dari pemahaman mendalam tentang
konten disiplin ilmu tertentu dan kompetensi atau kemampuan untuk menerapkan
informasi yang diperoleh dalam proses pembelajaran, dalam perjalanan kinerja
pekerjaan. Pendekatan pengembangan kompetensi ini diterapkan untuk
mengembangkan siswa atau spesialis masa depan dalam bidang pengetahuan serba
guna yang harus tahu bagaimana merumuskan dan mencapai tujuan, bagaimana
memecahkan masalah profesional dan bagaimana menjadi terbiasa dengan sosial
yang selalu berubah, lingkungan politik, ekonomi dan profesional.41
Kecakapan hidup dapat dibagi dua bagian, yakni kecakapan umum dan
kecakapan khusus. Kecakapan umum harus dimiliki oleh siapapun. Kecakapan
umum ada dua, yakni kecakapan personal dan kecakapa sosial. Kecakapan personal
ialah kecakapan untuk menemukan jati diri, memahami fungsi diri dan
mengaktualisasikan pada karakter kepribadian. Kecakapan personal ada dua.
Pertama kesadaran spiritualitas memiliki makna bahwa manusia sebagai mahluk
paling sempurna dapat mengaktualisasikan sifat-sifat ilahiah yang termaktub pada
Asmaul Al-Husna. Manusia sebagai cermin Tuhan memiliki potensi untuk meniru
dan menampilkan kualitas nama-nama Tuhan.42
Di dalam pengelompokan dan pelapisan sosial yang berkaitan dengan
masalah pendidikan, lapisan bawah yang ditandai dengan kondisi ekonomi yang
masih pas-pasan atau serba kekurangan. Meskipun punya mata pencaharian tetap
pendapatannya pas-pasan atau kurang. Mereka tinggal dilingkungan yang padat
penduduk, kurang sehat dan kumuh. Akhirnya, lapisan bawah biasanya ditandai,
selain dengan kondisi ekonomi yang problematis, ditambah lagi dengan tidak
memiliki tempat tinggal dan sumber pendapatan yang tetap, tidak berpendidikan
formal, berprilaku kasar dan cenderung kriminal.43
Apabila dilihat dalam dunia pendidikan, kesadaran spiritual dapat dibina
dengan usaha-usaha, seperti pembinaan pemahaman ajaran agama yang meliputi
aspek nilai-nilai moral spiritual, memupuk penghayatan terhadap nilai-nilai dan
membiasakan anak didik mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-
hari sehingga membentuk sikap dan kepribadian anak didik. Kedua, kecakapan
berfikir logis, pada sebuah ayat dinyatakan bahwa Allah Swt. akan menunjukkan
41
Olga Yudenkova dan Ekaterina Savina, Moscow Higher Education Institutions:
Eco-ergonomic Aspects of Operation and Environmental Initiatives, Journal Procedia
Engineering, (2014), (Diakses tanggal 28 Juli 2019 jam 15.19 WIB). 42
Abu Yasid, dkk, Paradigma Baru Pesantren Menuju Pendidikan Islam
Transformatif, (Yogyakarta: Diva Press, 2018, cet. 1) h. 239 43
Sudardja Adiwikarta, Sosiologi Pendidikan Analisis Sosiologi tentang Praksis
Pendidikan, h. 106
14
14
tanda-tandanya di jagat raya dan pada diri manusia, untuk mengeksplorasi alam,
manusia dilengkapi dengan berbagai instrument berupa indra.
Dengan kemampuan berfikir, manusia bisa membedakan mana yang baik
dan yang buruk, mampu merencanakan secara logis langkah-langkah untuk
mencapai tujuan. Manusia dengan kemampuan berfikirnya, diberi tugas yang lebih
mulia daripada makhluk yang lain, yakni sebagai khalifah. Manusia diciptakan
dimuka bumi sebagai wakil Tuhan untuk melestarikan dan memaksimalkan potensi
alam. Segala yang ada dibumi bisa dimanfaatkan oleh manusia untuk kepentingan,
keberlangsungan hidup dan kelestarian alam. Pengetahuan dan kemampuan manusia
dalam mengendalikan nafsu berperan penting bagi keberlangsungan hidup manusia
dan kelestarian alam.
Kecakapan berkolaborasi atau bekerjasama dapat ditanamkan dengan
pembiasaan pelaksanaan kerja teamwork. Seperti, melakukan tugas dan tanggung
jawab, menghargai pekerjaan orang lain, bersimpati membantu teman dan
sebagainya. Dapat pula dilakukan dalam berorganisasi, seperti kecakapan
membimbing junior dan menyelesaikan konflik dengan bijaksana. 44
Perlu ada sebuah terobosan dalam dunia pendidikan di Indonesia yang
mampu memberikan pencerahan bagi peserta didik. Pendidikan yang lebih terbuka,
terarah dan tidak hanya membahas soal teknis keilmuan semata, namun suatu
pendidikan yang mampu memberikan rangsangan inspiratif bagi terjadinya
perubahan untuk peserta didik. Layanan pendidikan alternatif yang diprogramkan di
luar sistem persekolahan tersebut bisa berfungsi sebagai pengganti, penambah dan
atau pelengkap pendidikan formal sistem persekolahan.45
Agar setiap pendidikan
dapat bertahan hidup dan makmur dalam lingkungan, inovasi sangat penting.
Namun, inovasi tidak lagi hanya untuk menciptakan nilai yang bermanfaat bagi
individu, pendidikan atau masyarakat. Tujuan akhir dari inovasi harus jauh lebih
menjangkau, membantu menciptakan masa depan yang cerdas dimana orang dapat
menikmati kualitas hidup sebaik mungkin. Dengan demikian, inovasi harus mencari
solusi cerdas untuk mengatasi penyakit sosial utama, mencari pendekatan yang
lebih proaktif untuk memprediksi masa depan yang tidak pasti dan mengejar strategi
untuk menghilangkan hambatan untuk masa depan yang cerdas.46
Transformasi dalam pembelajaran dalam pendidikan untuk keberlanjutan
membutuhkan komitmen antara pelajar dan akademisi. Dengan upaya mereka
motivasi dan ide-ide inovatif, perubahan dalam konten dan metode dapat
terwujud.47
Sebuah sistem pendidikan Islam akan memungkinkan anak-anak hidup
44
Abu Yasid, dkk, Paradigma Baru Pesantren Menuju Pendidikan Islam
Transformatif, h. 240 45
I. Ketut Sudarsana, Pemikiran Tokoh Pendidikan Dalam Buku Lifelong
Learning: Policies, Practices, And Programs (Perspektif Peningkatan Mutu Pendidikan di
Indonesia), (28 December 2016) .h. 43 46
Sang M. Lee dan Silvana Trimi, Innovation For Creating A Smart Future,
Journal of Innovation & Knowledge, (Des 2016), (Diakses tanggal 22 April 2019 jam 14.36
WIB). 47
W. Leal Filho dkk, The role of transformation in learning and education for
sustainability, Journal of Cleaner Production, (2018), (Diakses tanggal 22 April 2019 jam
16.16 WIB).
15
15
dan mati sesuai dengan kehendak Allah swt. Ia menawarkan pelatihan untuk
kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang, tanggung jawab terhadap
seluruh perbuatan disini dan sekarang serta menyadari akan pertanggung jawaban di
kehidupan yang akan datang.48
Dari beberapa permasalahan tersebut. Maka disini
peneliti menetapkan judul “Inovasi Pendidikan Islam Formal Studi Program Kemah
Dakwah SMA Plus Tauhidul Afkar”
B. Permasalahan
1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan yaitu:
a. Apa yang dimaksud dengan kemah dakwah?;
b. Bagaimana menentukan lokasi kemah dakwah agar mempertimbangkan
pemahaman masyarakat sehingga menjadi kendala terselenggaranya
kemah dakwah di tempat tujuan?
c. Bagaimana urgensi kemah dakwah dalam pendidikan Islam? .
d. Bagaimana konsep kemah dakwah dapat diimplementasikan dalam
pendidikan formal?.
e. Apa saja komponen yang mendukung pelaksanaan kegiatan kemah
dakwah?
f. Bagaimana evaluasi kegiatan program kemah dakwah belum efektif
untuk peserta didik?.
2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan
masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana inovasi kegiatan
kemah dakwah. Dari rumusan masalah ini, maka muncul beberapa pertanyaan
penelitian:
a. Bagaimana inovasi dalam kegiatan kemah dakwah?
b. Bagaimana evaluasi paska kegiatan kemah dakwah?
3. Pembatasan Masalah
Penelitian ini akan membahas mengenai Inovasi Pendidikan Islam Formal
Studi Program Kemah Dakwah SMA Plus Tauhidul Afkar. Analisis akan
menggunakan data-data hasil wawancara dan data-data yang relevan. Penelitian ini
dibatasi hanya melihat permasalahan inovasi dalam kegiatan kemah dakwah
berlangsung dan evaluasi paska kegiatan kemah dakwah.
48
Shabbir Akhtar, Handbook Buku Pegangan Orang Tua, (Jakarta: Mediacita,
2007), h. xiii.
16
16
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan dan pembatasan masalah di atas, penelitian terkait
Inovasi Pendidikan Islam Formal Studi Program Kemah Dakwah SMA Plus
Tauhidul Afkar ini bertujuan untuk:
a. Menganalisis inovasi dalam kegiatan kemah dakwah.
b. Menganalisis evaluasi paska kegiatan kemah dakwah.
2. Kegunaan Penelitian
a. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah
keilmuan tentang inovasi pendidikan Islam formal.
b. Secara praktis penelitian ini diharapkan bisa memberikan masukan
bagi seluruh elemen masyarakat dalam mengembangkan inovasi
pendidikan Islam.
D. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Dalam membuat tesis ini, peneliti telah menelusuri beberapa hasil
penelitian terdahulu baik dalam bentuk buku maupun artikel yang memiliki
keterkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan dengan tujuan untuk
mengetahui perkembangan seputar penelitian ini dan mengetahui perbedaan dan
persamaannya dengan penelitian terdahulu. Ada beberapa peneliti terdahulu yang
melakukan penelitian tentang Inovasi Pendidikan Islam Formal. Agar memperoleh
gambaran yang lebih jelas di bawah ini akan dijelaskan beberapa penelitian
terdahulu yaitu:
Penelitian ini akan sejalan dengan tesis yang berjudul “Inovasi Pendidikan
Agama Islam di Lembaga Pendidikan Islam Berbasis Boarding School di SMP IT
Abu Bakar Yogyakarta” yang ditulis oleh Mohammad Jakfar, bahwa dibutuhkan
adanya inovasi dalam dunia pendidikan khususnya lembaga pendidikan Islam,
karena sekolah sebagai media pendidikan yang harus mendukung dan memfasilitasi
semua aktifias siswa untuk meningkatkan potensi yang dimiliki oleh para siswa,
sehingga dapat meningkatkan prestasi mereka. Terlebih saat ini perkembangan
lingkungan sosial begitu pesat meningkat tantangan dan pengaruh yang tidak kecil
bagi perkembangan pendidikan dan pembentukan pribadi anak, seperti meluasnya
peredaran obat terlarang, narkotika, pergaulan bebas, tawuran remaja sehingga
menumbuhkan kekhawatiran para orang tua. Ditambah globalisasi dibidang budaya,
etika dan moral yang didukung oleh kemajuan teknologi di bidang transportasi dan
teknologi. Bagi anak yang tidak dapat memanfaatkan perkembangan dunia dengan
baik dan benar akan menghantarkan mereka pada perilaku menyimpang dan
mengakibatkan krisis moral pada anak bangsa. Tentu hal tersebut sangat menjadi
17
17
kekhawatiran bagi para orang tua mengenai pergaulan dan pendidikan anak-anak
mereka.49
H.A.R. Tilar, dalam tulisannya mengkritisi bahwa ternyata pendidikan
yang sentralistik menghasilkan manusia robot tanpa inisiatif sekadar menjadi
pengikut setia terhadap suatu struktur kekuasaan (orde baru), memasung kebebasan
berpikir, berinisiatif dan kebebasan berpendapat serta mematikan kebudayaan
daerah. Dalam buku ini Tilar mencatat kelemahan penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia yang mengikuti sistem sentralistik (sentralisasi) yang bersifat serba
beragam, top down policy dalam berbagai aspeknya yang berimplikasi pada
rendahnya mutu pendidikan. Kelemahan tersebut diantaranya yaitu: a) rendahnya
derajat relevansi pendidikan dengan tuntutan real kehidupan masyarakat dan kurang
memberi peluang untuk pengembangan kreativitas masyarakat, serta b) lahirnya
fenomena politik dan kultural yang destruktif bagi masyarakat, seperti: terjadinya
totaliterisme (sejak dari aspek perencanaan, pengelolaan, evaluasi, hingga model
pengembangan sekolah dan pembelajaran), terbentuknya keseragaman pola
pembudayaan masyarakat, melemahnya kebudayaan daerah, serta terwujudnya
kualitas manusia robotik bagi robot tanpa inisiatif dan realitivitas dan sebagainya.
Kebijakan sentralisasi, menjadikan pendidikan tidak memiliki daya respons yang
inklusif terhadap kebutuhan masyarakat yang sebenarnya.50
Hasil penelitian Dr. Marvin Berkowitz dari university of missouri-st.
Louis, menunjukkan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi
akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas
yag secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukan penurunan
drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan
akademik.51
Menurut Hamalik pengajaran dalam konteks sistem mengandung tiga
tahap utama, yaitu: tahap analisis (merumuskan dan menentukan tujuan), tahap
sistesis (perencanaan proses yang akan ditempuh) dan tahap evaluasi (pemeriksaan
tahap kesatu dan kedua). Hakikat pendekatan sistem dalam pengajaran, yaitu
seperangkat alat atau teknik yang berupa kemampuan dalam bidang yaitu,
merumuskan tujuan-tujuan secara operasional, mengembangkan deskripsi tugas-
tugas secara lengkap dan bertahap, melaksanakan analisis tugas-tugas, sebagai
aplikasi prinsip-prinsip belajar (secara ilmiah).52
49
Mohammad Jakfar, “Inovasi Pendidikan Agama Islam di Lembaga Pendidikan
Islam bersistem Boarding School di SMP IT Abu Bakar Yogyakarta” UIN Sunan Kalijaga
(2015). 50
Nurhattadi Fuad, Manajemen Pendidikan Berbasis Masyarkat Konsep Dan
Strategi Implementasi, (Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2014), h. 57. 51
Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter: Konsep & Implementasinya Secara
Terpadu Di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi dan Masyarakat,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2017), h. 32 52
Syafaruddin & Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: PT.Ciputat
Press, 2005), h. 48
18
18
Selamet Imam Santoso mengemukakan bahwa tujuan tiap pendidikan
yang murni untuk menyusun harga diri yang kukuh dan kuat dalam jiwa pelajar,
supaya mereka kelak dapat bertahan dalam masyarakat. Di bagian lain juga
mengemukakan bahwa pendidikan bertugas mengembangkan potensi individu
semaksimal mungkin dalam batas-batas kemampuannya, sehingga terbentuk
manusia yang pandai, terampil, jujur, tahu kemampuan dan batas
kemampuannya, serta mempunyai kehormatan diri. Dengan demikian,
pembinaan watak merupakan tugas utama pendidikan.53
Miri et al menjelaskan bahwa siswa harus siap untuk berpikir kritis
dalam konteks sekolah dan kehidupan sehari-hari. Untuk tujuan ini, strategi
pengajaran dan pembelajaran yang tepat perlu diterapkan sehingga siswa dapat
berpikir dan menghubungkan komponen pembelajaran satu sama lain. Perlunya
strategi pengajaran yang dapat mendorong keterlibatan aktif siswa, terutama
yang didasarkan pada pendekatan aktif, konstruktivisme dan pemecahan masalah
dalam pengajaran dan pembelajaran, karena ini penting dalam menghasilkan
siswa berpikir tingkat tinggi. Strategi seperti itu dikombinasikan dengan
teknologi akan memiliki dampak signifikan pada siswa.54
Ibnu Syarif Hidayat dalam penelitiannya yang berjudul “Manajemen
Inovasi Pendidikan Agama Islam di SD Muhammadiyah 01 dan 07 Kabupaten
Cilacap Tahun 2017” yang memaparkan bahwa manajemen pendidikan sangat
diperlukan dalam mengelola intansi pendidikan Islam. Sebagus apapun gedung
sekolah dan sebanyak apapun peserta didik namun tidak diiringi dengan manajemen
inovasi pendidikan Islam yang baik maka akan mengurangi citra baik sekolah.
Setidaknya ada 4 fungsi manajemen yang perlu diterapkan dalam sekolah Islam
antara lain perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating) dan pengawasan (controlling).55
Dalam buku yang ditulis oleh Anwar dengan judul, “Pendidikan Kecakaan
Hidup. Dalam buku ini Anwar memaparkan secara rinci teknis pelaksanaan
pendidikan kecakapan hidup di lembaga pendidikan formal maupun non formal di
Indonesia sebagai respon dari apa yang telah dicanangkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional tentang pendidikan kecakapan hidup di lembaga pendidikan
formal maupun non formal.
Djam`an Satori, Guru besar Universitas Pendidikan Indonesia, dalam
artikel yang berjudul “Implementasi Life Skill dalam Konteks Pendidikan di
Sekolah” mengemukakan bahwa implementasi life skill dalam pendidikan sekolah
menjadikan salah satu fokus analisis penting yang selalu dikaji dalam isu yang
53
M. Furqaon Hidayatullah, Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat Dan
Cerdas, (Surakatra: Yuma Pustaka, 2010), h. 15. 54
Nurul Syazwani Ismail dkk, The Effect of Mobile Problem-Based Learning
Application DicScience PBL on Students’ Critical Thinking, Journal Thinking Skills and
Creativity, (2018), TSC 503, (Diakses tanggal 28 Juli 2019 jam 14.42 WIB). 55
Ibnu Syarif Hidayat, “Manajemen Inovasi Pendidikan Agama Islam di SD
Muhammadiyah 01 dan 07 Kabupaten Cilacap Tahun 2017” Universitas Muhammadiyah
Surakarta (2018).
19
19
relevan fungsi sosial dan masalah kehidupan kontemporer yang berkembang di
masyarakat. Hal yang sama yang dikemukakan oleh Slamet PH dalam tulisannya
“MBS, Life Skill, KBK, CTL dan saling keterkaitannya” beliau mengisyaratkan
bahwa pencapaian pendidikan kecakapan hidup di sekolah hanya dapat terjadi jika
disertai dengan managemen berbasis sekolah.
E. Metodologi Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi pendidikan dan
merupakan penelitian lapangan (field research) dengan metode kualitatif. Data
yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik pengumpulan data observasi dan
wawancara (indept interview) secara mendalam serta studi kasus sebagai
metode analisis data kualitatif,56
untuk mengetahui inovasi dalam kegiatan
kemah dakwah dan evaluasi paska kegiatan kemah dakwah. Penelitian ini juga
menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil
observasi, dokumentasi dan wawancara langsung Kepala Sekolah (Dudi Ridwan,
S.Pd.I, M.Pd), Ketua Panitia Kemah dakwah (Agus Wahyudi, S.Pd), Sekretaris
Panitia sekaligus Tata Usaha (Arif, S.Pd.), Pembimbing Kelompok (Ahmad
Hamdan Malik, A.Md.), Guru (Yulianah, S.Pd), Tokoh Masyarakat (Ust.
Engkus), Kepala Sekolah SD Leweung Datar (Maryanto), Siswa SMP (Siti
Fatimah) Alumni Peserta Kemah Dakwah 2017-2018 (Hamid Solehudin, Siti
Najiah, Anisa Amanatullah, Suci Sumiati, Dede Rusmilawati, Septiandi Abdul
Haris, Ulfi Raahmah, Kris Ibnu Sina, Mudrik, Mimi Hanipah, Siti Nafisah, Eti
Rohimah, Suryani, Rida Nurul Adawiyah, Dede Sopia Zahra, Darul Fahmi, Ucu
Anisa, Islamiati, M. Akmal Muharom), Peserta Kemah Dakwah 2018-2019
(Riananda Ashari, Siti Rahmah, Eni Rohaeni, Siti Andrayani, Riska Khoerunisa)
yang terlibat dalam program kemah dakwah. Sedangkan, data sekunder berupa
data-data yang relevan untuk mendukung penelitian ini, jurnal-jurnal, buku-buku
dan sumber lainnya.
2. Sumber dan Jenis Data
Data yang dipakai dalam penelitian ini berdasarkan sumber yang
didapatkan, yaitu data primer dan sekunder. Data yang belum tersedia dan untuk
memperoleh data tersebut peneliti harus menggunakan beberapa instrument
penelitian seperti wawancara, observasi dan sebagainya, maka dinamakan data
primer, data ini didapatkan dari hasil wawancara langsung kepada peserta kemah
dakwah, elemen sekolah dan masyarakat yang menjadi lokasi penempatan
kemah dakwah. Data yang sudah siap untuk dipublikasikan oleh instansi terkait
dan dapat dimanfaat oleh peneliti disebut data sekunder, meliputi data-data yang
terkait dengan penelitian ini, jurnal-jurnal, buku-buku dan sumber lainnya yang
relevan dengan penelitian ini.
56
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Komunikasi, 154. Lihat juga Kristi
Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia, h. 123.
20
20
3. Instrumen dan Teknik pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan datanya menggunakan
observasi dan wawancara. Observasi merupakan pengamatan yang teliti
sistematis tentang suatu obyek.57
Ditinjau dari sisi terkontrol tidaknya observasi
itu dilakukan, maka observasi dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu:
Observasi terstruktur dan tidak terstruktur. Peneliti menggunakan observasi
terstruktur yang merupakan pengamatan yang menghindari kebohongan atau
bias dan kekurangcermatan daya ingat serta pengenalan perilaku yang dilakukan
atau dimiliki oleh subyek.58
Pengamatan dilakukan dengan melibatkan diri ke
dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan suku bangsa yang menjadi obyek
penelitian.59
F. Sistematika Penulisan
Penelitian ini secara keseluruhan terdiri dari lima bab. Data-data yang
didapatkan dilapangan yang menjadi sumber penelitian dirumuskan ke dalam
beberapa bab dan sub bab yang tersusun dalam sistematika penelitian. Berikut ini
merupakan sistematika penulisan dalam penelitian ini:
Bab Pertama yang berisi pendahuluan di dalamnya dijelaskan latar
belakang masalah sebagai bentuk perhatian akademik, serta permasalahan yang
terjadi sehingga topik ini layak untuk diteliti. Selanjutnya, ditentukan pokok-
pokok permasalahan yang dirinci ke dalam identifikasi masalah, perumusan
masalah dan pembatasan masalah. Perumusan masalah ini adalah pertanyaan
besar yang mengarah pada kesimpulan besar penelitian ini. Selanjutnya, terdapat
pemaparan tujuan dan manfaat penelitian baik secara akademik maupun praktis.
Dalam bab ini juga, dijelaskan pada sumber-sumber penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan fokus penelitian yang diteliti yang relevan sehingga
teridentifikasi perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
Pada bab pertama ini kemudian dilengkapi juga dengan metode penelitian yang
menjadi panduan penulis dalam melakukan penelitian, metode penelitian ini
terdiri dari desain penelitian, sumber dan jenis data penelitian, teknik
pengumpulan data, populasi sampel dan teknik sampling, serta teknik analisa
data. Sebagai pelengkap, bab pertama ini pun menyajikan dengan sistematika
penulisan sebagai garis besar isi penelitian.
Bab Kedua memaparkan tentang Pendidikan Aplikatif. Pada bab ini
penulis akan memaparkan tentang pengertian pendidikan aplikatif, tujuan
pendidikan aplikatif serta mengenai peran aplikatif dalam pengembangan
pendidikan.
57
A. Muri Yusuf, Asesmen dan Evaluasi Pendidikan Pilar Penyedia Informasi dan
Kegiatan Pengendalian Mutu Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2015), h. 102 58
M. Ibnu Hadjar, Ed, Dasar-dasar Metodo Penelitian Kuantitatif dalam
Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), h. 181-196 59
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan
Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, h. 117.
21
21
Bab Ketiga merupakan pokok bahasan penelitian tentang Inovasi
Pendidikan Islam Formal Studi Program Kemah Dakwah SMA Plus Tauhidul
Afkar. Ada beberapa hal yang penulis jelaskan dalam bab ini, yaitu tentang
kemah dakwah, inovasi pendidikan, peran dan pengaruh masyarakat dalam
kegiatan kemah dakwah dan pengaruh stakeholder dalam kegiatan kemah
dakwah.
Bab Keempat memaparkan evaluasi kegiatan kemah dakwah dalam
meningkatkan inovasi peserta beserta elemen sekolah dan pengaplikasiannya
terhadap masyarakat di lingkungan tempat tinggal paska kegiatan kemah dakwah
dalam bab ini penulis menjelaskan beberapa hal yaitu kemah dakwah dalam
bidang agama, pemerintah dan masyarakat, dampak kemah dakwah serta
kelebihan dan kekurangan peserta dalam pelaksanaan kegiatan kemah dakwah.
Bab Kelima yang merupakan bab penutup berisi kesimpulan dari lima
bab yang ditulis sebelumnya. Selain itu, bab ini juga memberikan rekomendasi
berupa saran-saran yang bisa dipakai dan dipertimbangkan dalam khazanah
keilmuan baik akademik maupun praktis. Diharapkan penelitian ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
22
22
BAB II
PENDIDIKAN APLIKATIF
A. Pengertian Pendidikan Aplikatif
Pendidikan sebagai domain mempersiapkan anak-anak untuk hasil
mereka, membangun mental dan kepribadian mereka. Desain lingkungan fisik
sesuai dengan peran yang diberikan kepadanya oleh prinsip-prinsip pendidikan
yang merupakan satu dari cara yang dapat digunakan untuk mengubah ide
pendidikan menjadi kenyataan. Penerjemahan tujuan pendidikan ke dalam
konsep desain operatif merupakan tugas yang kompleks; dibutuhkan
pertimbangan tujuan masyarakat, perkembangan proses dan karakteristik khusus
waktu dan tempat.1
Pendidikan aplikatif menurut pandangan Islam menurut Muhammad Al
Thuomi Al-Syaibani sebagaimana dikutip oleh Abdul Khaliq mendefinisikan
aplikasi pendidikan Islam sebagai proses mengubah tingkah laku individu pada
kehidupan pribadi, masyarakat dan alam sekitarnya dengan cara menjadikan
pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi diantara profesi-
profesi asasi lainnya dalam masyarakat atau suatu usaha untuk mengubah
tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan
kemasyarakatannya dan kehidupan alam sekitarnya melalui proses pendidikan
yang dilandasi oleh nilai-nilai Islami. Sedangkan Muhammad Fadlil Al-Jamaly
mengartikan aplikasi pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan,
mendorong, serta mengajak manusia lebih maju dengan berlandaskan nilai-nilai
yang tinggi dan kehidupan yang mulia sehingga terbentuk pribadi yang
sempurna, baik yang berkaitan dengan akal, perasaan, maupun perbuatan atau
aplikasi pendidikan Islam merupakan suatu proses yang mengarahkan manusia
pada kehidupan yang lebih baik dan mengangkat derajat kemanusiaannya sesuai
dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarnya.2
Pendidikan aplikatif terjadi pada pembelajaran aktif yang diterima oleh
siswa pada saat anak-anak aktif, terlibat dan peserta yang peduli dengan
pendidikan mereka sendiri. Siswa harus didorong untuk berfikir, menganalisa,
membentuk opini, praktik dan mengaplikasikan pembelajaran mereka dan bukan
hanya sekedar menjadi pendengar pasif atas apa yang disampaikan guru, tetapi
guru benar-benar mengarahkan suasana pembelajaran itu agar siswa benar-benar
1 Indjy M.Shawket dkk,
Improving Sustainability Concept In Developing
Countries, Educational Methods Instruct Outdoor Design Principles: Contributing to a Better
Environment, Journal Procedia Environmental Sciences, (2016), (Diakses tanggal 22 April
2019 jam 15.47 WIB). 2 Muhammad Karim, Pendidikan Kritis Transformatif, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2017), h. 178
23
23
ikut menikmati suguhan pembelajaran.3 Pendidikan sebagai sebuah kegiatan dan
proses aktivitas yang disengaja ini merupakan dampak dari masyarakat ketika
sudah mulai disadari pentingnya upaya untuk membentuk, mengarahkan dan
mengatur manusia sebagaimana yang dicita-citakan masyarakat.4
Pendidikan aplikatif bisa dilihat dalam kehidupan masyarakat yang
berpendidikan, bagaimana mereka mampu menata kehidupan dengan baik berkat
pendidikan yang telah diterima. Kemajuan suatu masyarakat dan suatu bangsa
sangat ditentukan pembangunan sektor pendidikan dalam penyiapan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang menjawab perkembangan zaman. Sumber daya
manusia bangsa Indonesia kedepan tidak terlepas dari fungsi pendidikan
nasional. Dalam pasal 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional dikatakan bahwa, pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Allah yang maha esa, berakhlak mulia,
berilmu, cakap, kreatif dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.5 Seperti pendidikan lingkungan menjadi bagian yang vital
dan sangat diperlukan dalam upaya mencapai pembangunan berkelanjutan,
karena ini merupakan cara paling langsung dan praktis untuk mencapai
setidaknya satu dari tujuannya yaitu partisipasi rakyat. Salah satu cara untuk
memperkenalkan pendidikan lingkungan kepada masyarakat adalah dengan
tindakan langsung dari guru di kelas dan dalam kegiatan ekstrakurikuler. Melalui
kegiatan seperti membaca, pekerjaan sekolah, penelitian dan diskusi, siswa dapat
memahami masalah yang mempengaruhi masyarakat.6
Pendidikan dijadikan proses suatu aktivitas untuk mendewasakan
manusia dalam aspek kehidupannya. Ini merupakan pengertian dari
pembaharuan-pembaharuan dibidang pendidikan.7 Pada akhirnya melalui
pendidikan akan mendapatkan perubahan hidup yang lebih baik.8 Pendidikan
harus diarahkan untuk menunjang kelancaran pembangunan nasional, yaitu
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Manusia terdidik bukan hanya
menonjol kecerdasannya, tetapi juga faktor-faktor manusiawi harus
3 Hamzah B.Uno, Belajar Dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif Inovatif
Lingkungan Kreatif Efektif Menarik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2015), h. 78. 4 Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter Kontruksi Teoretik & Praktik (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2011), h. 289 5 Idi Abdullah dan Safarina, Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat dan
Pendidikan,(Depok: PT. Rajagrafindo Persada, 2016), h. 60. 6 Tania R.S. Rauen dkk, Environmentalmanagement: An Overview In Higher
Education Institutions, Journal Procedia Manufacturing, (2014), (Diakses tanggal 28 Juli
2019 jam 15.23 WIB). 7 Zaiyardam Zubir, Menagak-an Banang Basah Membangun Tradisi Intelektual
dalam Masyarakat Kampus yang Hedonis (Padang: Minangkabau Press, 2010), h. 47 8 Darmaningtyas, Pendidikan yang Memiskinkan, (Yogyakarta: Galang Press,
2004), h.1
24
24
diperhatikan.9 Selanjutnya, kegiatan pendidikan pun menjadi satu tujuan yang
tidak bisa dipisahkan dari proses terciptanya alam semesta. Ketika manusia harus
mampu mengetahui tentang hakikat dirinya diciptakan dengan mencari
pengetahuan itu. Pendidikan haruslah memberikan jawaban pada kebutuhan dari
manusia itu sendiri. Pendidikan bukan dituangkan secara mengalir dari atas,
tetapi pendidikan tumbuh dari masyarakat dengan nilai yang hidup dari
masyarakat itu sendiri.10
Pendidikan menjadi inisiatif yang direncanakan terkait dengan proses
belajar mengajar untuk menghasilkan peserta didik yang aktif dalam
mengembangkan potensi mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan
masyarakat. Proses sinergis yang dilakukan pada akhirnya bertujuan untuk
menghasilkan percepatan output positif dari sumber daya manusia yang memiliki
kekuatan agama dan spiritual, kontrol diri, kepribadian, kecerdasan, karakter
yang baik dan kompeten yang didedikasikan untuk tantangan dan kebutuhan
abad ke-21. Berbekal komitmen tersebut, Menteri Pendidikan Tinggi Malaysia
2004-2008, Datuk Seri Mohamed Khaled Nordin dalam pidatonya sering
mengungkapkan keragaman masalah pendidikan di Malaysia terutama terkait
dengan pendidikan di tingkat tersier. Hasil analisis prosodi semantik
menunjukkan paling sering Khaled Nordin menyoroti empat informasi teks
yang berkaitan dengan tema utama pendidikan yaitu memperkuat kualitas
pendidikan tinggi dan akademisi, memperkuat penelitian dan pengembangan
inovasi di samping pengembangan kualitas siswa dan kemampuan kerja sumber
daya manusia.11
Pendidikan menjadi elemen penting bagi suatu negara karena membantu
suatu bangsa bergerak maju. Dalam proses ini, ketika sistem pendidikan tidak
berfungsi dengan baik, perlu inovasi. Tujuan utama dari penelitian ini untuk
menentukan kebutuhan inovasi sekolah dasar sesuai dengan pandangan guru.
Pendidikan merupakan salah satu elemen dasar suatu bangsa karena ia
memainkan peran penting dalam kehidupan manusia. Dalam hal ini, ketika
sistem pendidikan tidak bekerja atau memenuhi persyaratan dasar masyarakat
mana pun, itu harus direformasi. Oleh karena itu, administrator harus mengikuti
perkembangan terbaru, inovasi dan menyesuaikannya ke dalam strukturnya.
Namun, itu harus dilakukan dalam rencana. Oleh karena itu, banyak inisiatif
reformasi, inovasi dan perubahan tidak memenuhi masalah kehidupan nyata.
Memang, mereka harus menghilangkan masalah yang dihadapi dalam sistem dan
menemukan solusi untuk mereka.
9 Zaiyardam Zubir, Menagak-an Banang Basah Membangun Tradisi Intelektual
dalam Masyarakat Kampus yang Hedoni, h. 56 10
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Bandung: Penerbit Angkasa
Bandung, 2003), h. 139. 11
Hishamudin Isam dkk, Semantic Prosody Of [pendidikan / education] From
Khaled Nordin’s Perspective: An Analysis Of Speech Texts Based On Corpus Linguistic
Methodology, Journal Social and Behavioral Sciences, (2014), (Diakses tanggal 24 April
2019 jam 12.34 WIB).
25
25
Seperti yang diungkapkan oleh Judith Champan dan David Aspin, salah
satu contoh inovasi pendidikan yaitu menguraikan tentang peran sekolah dalam
mewujudkan belajar sepanjang hayat. Hal tersebut dilakukan melalui
pengembangan kerjasama antara sekolah dengan lembaga keluarga, lembaga
bisnis, lembaga lain dalam masyarakat dan dengan masyarakat sendiri.
Disamping itu, sekolah juga memiliki peran sendiri. Dalam kaitannya dengan
belajar sepanjang hayat, wajib belajar harus ditujukan pada provisi berbasis
pengetahuan dan pengembangan meta-skill untuk belajar. Oleh karena itu wajib
belajar harus dapat memberikan pengatahuan umum untuk pengembangan
kemampuan kognitif, afektif dan pemerolehan keterampilan belajar yang
diperlukan untuk belajar sepanjang hayat.
Menurut Yukiko Sawono, belajar sepanjang hayat telah mengalami
perkembangan yang sangat signifikan. Jika pada masa sebelumnya, belajar
dimaknai secara sempit pada pendidikan waktu luang dan hobi, sekarang
dipandang sebagai satu proses pendidikan untuk semua aspek pendidikan.
Perhatian terhadap penerapan prinsip ini pun semakin nyata. Hal ini dapat dilihat
dari berbagai kebijakan dan implementasi pembaharuan pendidikan.
Albert H. Yee dan Joseph Y.S. Cheng mengupas tentang fenomena
belajar sepanjang hayat yang terjadi di Amerika dan Hongkong. Aspek
psikologis dan kultural dijadikan pijakan dalam analisisnya. Kedua faktor
tersebut dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar
sepanjang hayat. Proses pertumbuhan dan pengasuhan berkait dengan
perkembangan manusia dan hal tersebut terjadi dalam dan dipengaruhi oleh
lingkungan sosial budaya.
Gerakan-gerakan ini sebagian besar berasal dari kekuatan eksternal atau
internal. Namun, satu hal yang jelas bahwa bidang pendidikan memerlukan
beberapa perubahan di beberapa bidang seperti administrasi sekolah,
administrator pelatihan dan guru, teknologi pendidikan, keuangan pendidikan,
program dan pengajaran dan hubungan manusia dan demokrasi. Karena dunia
berubah dengan cepat, lembaga-lembaga pendidikan tidak dapat mengabaikan
gerakan ini. Namun, organisasi pendidikan dianggap sebagai organisasi yang
canggung dan tradisional. Dengan melihat pada sudut pandang ini, reformasi dan
inisiatif inovasi tidak dapat dihindari untuk organisasi-organisasi ini. Studi ini
terutama mencari jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan berikut: Menurut
pandangan guru, apa tingkat kebutuhan inovasi di sekolah dasar sekolah? Apa
pendapat guru tentang kebutuhan inovasi sekolah dasar? Apakah ada perbedaan
signifikan antara pandangan mereka tentang gender dan pengalaman
profesional?12
Pendidikan, apabila dilihat dari sudut psikososial atau kewajiban
kemasyarakatan, menjadi usaha untuk mengembangkan sumber daya manusia,
dalam hal ini pendidikan masyarakat dan keluarga. Berdasarkan hal tersebut,
tentu tidak menjadikan siswa untuk menggantungkan tanggapannya terhadap
12
Yuksel Günduz dkk, Examining Innovation Needs of Primary Schools:
Teachers’ Perceptions, Journal Social and Behavioral Sciences, (2014), (Diakses tanggal 24
April 2019 jam 15.32 WIB).
26
26
kegiatan pembelajaran dikelas baik itu terhadap guru pengajar dan teman-teman
sekelasnya.13
Dalam perkembangannya pendidikan Islam yang menyatakan dirinya
bersumber pada Al-Qur`an dan Hadis, sumber yang hidup sepanjang masa,
sumber yang terkadang umat tidak mengambil semangatnya untuk kehidupannya
tetapi yang diambil semangat akhiratnya. Semangat yang seimbang telah diambil
oleh umat-umat terdahulu di era Abbasiyah dan Umayyah, mereka dicatat
dengan tinta emas oleh sejarawan dunia, padahal sumber mereka sama dengan
sumber umat sekarang ini.14
Pendidikan harus diarahkan untuk menunjang kelancaran pembangunan
nasional, yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Manusia terdidik
bukan hanya menonjol kecerdasannya, tetapi juga faktor-faktor manusiawi harus
diperhatikan. Oleh karena itu, hakekat pembangunan nasional menjadikan
pembangunan seluruh masyarakat seluruhnya yang berasaskan pancasila dan
undang-undang dasar, sehingga pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
selain menjadi asas juga menjadi tujuan pembangunan itu sendiri.15
Selanjutnya,
kegiatan pendidikan pun menjadi satu tujuan yang tidak bisa dipisahkan dari
proses terciptanya alam semesta. Ketika manusia harus mampu mengetahui
tentang hakikat dirinya diciptakan dengan mencari pengetahuan itu. Pendidikan
haruslah memberikan jawaban pada kebutuhan dari manusia itu sendiri.
Pendidikan bukan dituangkan secara mengalir dari atas, tetapi pendidikan
tumbuh dari masyarakat yang hidup dari masyarakat itu sendiri.16
Allah menciptakan manusia dalam bentuk sebaik-baiknya. Manusia
diciptakan dalam struktur biologis yang sempurna dan dilengkapi dengan potensi
inderawi, serta emosi dan akal. Bahkan dapat disebut bahwa manusia merupakan
puncak ciptaan dan mahluk Tuhan yang tertinggi dan kemudian manusia
diangkat-Nya sebagai pemimpin di bumi. Manusia sebagai ciptaan Tuhan
dengan sendirinya juga berlaku hukum-hukum Tuhan terhadap kehidupannya.
Dengan kata lain, Tuhan menciptakan manusia itu dan menetapkan peraturan
kehidupannya, baik kehidupan sendiri maupun hubungannya dengan sesama
manusia dan hubungannya dengan Allah Swt.17
Manusia menjadi mahluk yang paling utama, dikatakan benar bahwa
manusia lebih utama daripada malaikat, keutamaan manusia ini tiada lain
terletak dari akalnya. Akal inilah yang telah mengangkat kedudukan manusia
dan sekaligus menjadikannya sebagai mahluk yang paling utama. Allah
mengaruniakan akal kepada manusia dengan maksud agar manusia dapat berfikir
sehingga mampu ma`rifat kepada Allah. Akal manusia memiliki peran yang
13
Muhibbin Syah, Psikologi Pelajar , (Depok: Raja Grafindo Persada, 2017, cet.
15) h. 36 14
Hasbi Indra, Pendidikan Islam Tantangan dan Peluang di Era Globalisasi, h.vii 15
Zaiyardam Zubir, Menagak-an Banang Basah Membangun Tradisi Intelektual
dalam Masyarakat Kampus yang Hedoni, h. 56 16
Abuddin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Bandung: Penerbit Angkasa
Bandung, 2003), h. 139. 17
Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2011), h.2
27
27
sangat penting dalam masalah keimanan. Setelah akal berproses menjadi
sempurna, maka saat itu manusia sudah memasuki masa baligh dan dituntut
untuk berfikir dan mencari dalil untuk ma`rifat kepada Allah. Allah telah
menciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna dan kemudian Allah
memberikan potensi kepada manusia berupa potensi kehidupan yang terdiri dari
naluri-naluri dan kebutuhan jasmani. Dengan dua potensi hidup ini, manusia
tidak ada bedanya dengan hewan. Hewan juga mempunyai naluri (insting) dan
kebutuhan jasmani, hanya saja bedanya hewan tidak mempunyai akal sedangkan
manusia memilikinya, sehingga tidak salah kalau manusia didiskripsikan sebagai
hewan yang berbicara.18
Akal menjadikan sebuah potensi yang berfungsi utamanya untuk berfikir
dan memahami dengan melalui proses. Dalam proses berfikir melibatkan 4
komponen, 2 komponen yang ada pada manusia, yaitu otak dan panca indera,
sedangkan 2 komponen lainnya berada diluar diri manusia, yaitu fakta (realitas
yang terindera) dan informasi yang sudah dimiliki sebelumnya.19
Sekalipun dilihat dari fisik dan kekuatan lakhiriah manusia merupakan
mahluk yang kecil dan lemah. Namun, dari segi psikis dan potensi internal yang
tersimpan dalam dirinya tidak bisa diingkari bahwa manusia merupakan
makhluk pilihan. Bahkan dalam segi tubuhnya yang serba lengkap itu saja telah
menjadi miniatur alam raya. Dilihat dari segi usia hidup di dunia, manusia tidak
ubahnya bagai noktah mungil dari perjalanan masa yang demikian panjang,
orang mu`min tidak melihat kematian sebagai akhir dari kisah hidupnya.
Nantinya akan melanjutkan perjalanan hidup seterusnya yang amat jauh menuju
persinggahan abadi.20
Ketika essensialisme menjadi falsafah pendidikan tradisional yang
memandang bahwa nilai-nilai pendidikan hendaknya bertumpu pada nilai-nilai
yang jelas dan tahan lama sehingga menimbulkan kestabilan dan arah yang jelas
pula. Nilai-nilai humanisme yang dipegangi oleh essensialisme dijadikan sebagai
tumpuan hidup untuk menentang kehidupan yang materialistik, sekuler dan
saintifik yang gersang dari nilai-nilai kemanusiaan. Dalam hubungannya dengan
pendidikan, essensialisme menekankan pada tujuan pewarisan nilai-nilai kultural
historis kepada peserta didik melalui pendidikan yang akumulatif dan terbukti
dapat bertahan lama serta bernilai untuk diketahui oleh semua orang.
Pengetahuan ini dilaksanakan dengan memberikan skill, sikap dan nilai-nilai
yang tepat yang merupakan bagian esensial dari unsur-unsur pendidikan.
Maka kurikulum dipusatkan pada penguasaan materi pelajaran (subject-
centered) dan karenanya fokus pendidikan selama sekolah dasar yaitu
keterampilan membaca, menulis dan berhitung. Penguasaan terhadap materi
kurikulum merupakan ini dianggap sebagai pondasi esensial bagi keutuhan
pendidikan secara umum untuk memenuhi kebutuhan hidup. Asumsinya bahwa
18
Dalam buku Mafahim Islamiyah karya Muhammad Husain Abdullah hal 1.
Dinyatakan bahwa perkataan manusia adalah hewan yang berbicara merupakan kalimat
yang memiliki realita eksternal yang dimengerti oleh akal manusia. 19
Hri Moekti, Mencetak Generasi Cerdas dan Bertaqwa, h.20-21 20
Ali Syamsuddin, Mengukir Sifat Kepribadian Mslim, h.44-45
28
28
dengan pendidikan yang ketat terhadap disiplin ilmu ini akan membantu
mengembangkan intelek siswa dan pada saat yang sama akan menjadikannya
sadar terhadap lingkungan dunia fisiknya. Menguasai dasar konsep dan fakta
dari disiplin ilmu yang esensial tadi merupakan keharusan.21
Bakat ada yang ditunjukkan dalam bentuk kemampuan diri.
Penampakkan bakat pada umumnya dapat diketahui dari kesukaan atau
ketertarikan pada suatu aktifitas benda tertentu, untuk masa remaja, penelurusan
bakat anak harus melibatkan orang tua yang bersangkutan, agar bakat anak
semasa kanak-kanak dapat dikembangkan. Ketika anak berubah pilihan maka
dapat memberikan masukan atau gambaran tentang apa benar dia akan
mengganti kesenangannya.22
Pendidikan Islam memberikan informasi tentang pelaksanaan
pendidikan dan segala aspeknya bagi pengembangan ilmu pengetahuan
pendidikan Islam tersebut. Ia memberikan bahan masukan yang berharga kepada
ilmu ini. Mekanisme yang berasal dari penerimaan input (bahan masukan), lalu
diproses dalam kegiatan pendidikan (dalam bentuk kelembagaan atau non
kelembagaanyang disebut truput) kemudian berakhir dengan output (hasil yang
diharapkan). Dari hasil yang diharapkan timbul umpan balik (feed back) yang
mengoreksi bahan masukan. Mekanisme proses semacam ini berlansung secara
terus selama proses pendidikan terjadi. Semakin banyak diperoleh bahan
masukan dari pengalaman operasional itu, semakin berimbang ilmu pendidikan
Islam. Ketiga, menjadi pengoreksi kekurangan teori-teorinya ilmu pendidikan
Islam itu sendiri, sehingga kemungkinan pertemuan antara teori dan praktek
semakin dekat dan hubungan antara keduanya semakin bersifat saling
mempengaruhi (interaktif) yang menjadi satu kekuatan pendidikan Islam
mengkaji mengenai kependidikan yang mempunyai peran penting untuk
dipelajari setiap muslim yang berkeinginan agar pendidikan dapat berlangsung
secara lancar dan mencapai tujuan. Urgensi mempelajari ilmu pendidikan agama
Islam antara lain yaitu ilmu pendidikan Islam sebagai usaha membentuk pribadi
manusia harus melalui proses yang panjang dengan hasil yang tidak dapat
diketahui dengan segera, berbeda dengan membentuk benda mati yang dapat
dilakukan sesuai dengan keinginan pembuatnya, ilmu pendidikan Islam
khususnya yang bersumberkan nilai-nilai agama Islam disamping menanamkan
dan membentuk sikap hidup yang dijiwai nilai-nilai tersebut, juga
mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan sejalan dengan nilai-nilai
Islam yang melandasinya merupakan proses ikhtiar yang secara pedagogis
mampu mengembangkan hidup anak didik ke depan kearah kedewasaan atau
kematangan yang menguntungkan dirinya, Islam sebagai agama wahyu yang
diturunkan oleh Allah SWT. Dengan tujuan untuk mensejahterakan dan
membahagiakan hidup dunia dan akhirat, baru dapat mempunyai arti fungsional
dan aktual dalam diri manusia jika dikembangkan dalam proses pendidikan yang
sistematik.
21
Munir Fuady, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam: Hadharah keilmuan Tokoh
Klasik sampai Modern, (Depok: Rajawali Pers, 2013), h. 37-38 22
Hri Moekti, Mencetak Generasi Cerdas dan Bertaqwa, h.28-29
29
29
Ruang lingkup ilmu pendidikan Islam mencakup segala bidang
kehidupan umat manusia di dunia, dimana manusia mampu memanfaatkan
sebagai tempat menanam benih-benih amaliah yang buahnya dipetik di akhirat,
maka pembentukan sikap dan nilai-nilai amaliah dalam pribadi manusia dapat
efektif bila mana dilakukan melalui proses kependidikan yang berjalan di atas
kaidah-kaidah ilmu pengetahuan kependidikan.23
Ibn Sina berpendapat bahwa ilmu pendidikan menjadi sangat penting
karena ilmu pendidikan merupakan suatu asas dalam pendidikan Islam. Baginya
bidang pendidikan itu menjadi suatu bidang yang sangat bernilai dan berharga.24
Islam secara doktrinal sangat mendukung pengembangan ilmu. Dalil naqli yang
sering dikemukakan para ahli misalnya ayat-ayat pertama yang diturunkan Allah
kepada Nabi Muhammad Saw dalam Surat Al-Alaq ayat 1-5. Terdapat pula
sejumlah Hadis Nabi Saw yang sangat relevan dengan tuntutan pencarian dan
pengembangan ilmu. Salah satu yang paling popular yaitu: Menuntut ilmu itu
fardu (wajib) bagi muslimin dan muslimat (HR. Bukhori dan Muslim). Dengan
demikian, Al-Qur`an dan Hadis Nabi Saw merupakan sumber bagi ilmu-ilmu
Islam dalam pengertian seluas-luasnya, lebih khas lagi dua sumber pokok Islam
ini memainkan peran ganda dalam penciptaan dan pengembangan ilmu-ilmu.
Pertama, dalam prinsip-prinsip seluruh ilmu dipandang kaum muslim terdapat
dalam Al-Qur`an dan sejauh pemahaman terhadap Al-Qur`an terdapat pula
penafsiran yang bersifat eksoteris terhadap kitab suci ini yang memungkinkan
tidak hanya pengungkapan misteri yang dikandungnya tetapi juga pencarian
makna secara lebih mendalam yang berguna untuk pembangunan paradigma
ilmu.
Kedua, Al-Qur`an dan Hadis Nabi Muhammad Saw menciptakan iklim
yang kondusif bagi pengembangan ilmu dengan menekankan kebijakan dan
keutamaan menuntut ilmu; pencarian ilmu dalam segi apapun berujung pada
penegasan Tauhid-Keunikan dan Keesaan Tuhan. Karenanya, seluruh metafisika
dan kosmologi yang terbit dari kandungan Al-Qur`an dan Hadis Nabi Saw
merupakan dasar pembangunan dan pengembangan ilmu Islam. Kedua sumber
ini, singkatnya, menciptakan atmosfer khas yang mendorong aktivitas intelektual
dalam konformitas dengan semangat Islam.25
Allah berfirman dalam Al-Qur`an
surat At-Taubah ayat 122:
23
Hasniyati Gani Ali, Ilmu Pendidikan Islam, (Ciputat: Quantum Teaching, 2008),
h. 4-6 24
Munir Fuady, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam: Hadharah keilmuan Tokoh
Klasik sampai Modern, h. 95 25
Baharuddin, dkk, Kepemimpinan Pendidikan Islam Antara Teori dan praktek,
(Yoyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 12-13
30
30
Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke
medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya.” (Q.S. Al-Taubah:122)26
Berdasarkan ayat di atas, wilayah pendidikan Islam paling tidak
mencakup empat hal utama, yakni: pertama, wilayah akidah Islamiah yang
tergambar dalam kalimat “Membacakan ayat-ayatnya kepada mereka”; kedua,
menyucikan mereka; ketiga, mengajarkan mereka kitab; keempat, hikmah as-
Sunnah.27
B. Tujuan Pendidikan Aplikatif
Pendidikan aplikatif terjadi dalam lingkup kegiatan ekstrakurikuler yang
kegiatannya terjadi di luar pelajaran biasa yang dilakukan di sekolah atau di luar
sekolah. Tujuannya memperluas pengetahuan siswa, mengenai antara berbagai
bidang pengembangan atau mata pelajaran, menyalurkan bakat dan minat,
menunjang pencapaian tujuan institusional serta melengkapi upaya pembiasaan
manusia seutuhnya.28
Bentuk kegiatannya bisa individu atau pun kelompok.
1) Kegiatan kelompok
Mempunyai arti penting guna menampung kebutuhan siswa di sekolah dan
di masyarakat
Contoh: mengadakan peninjauan kegiatan paska panen padi dengan tujuan
memperoleh pengetahuan yang nyata, bermanfaat bagi kehidupan siswa
dilingkungannya, di samping untuk menghubungkan sekolah dengan
masyarakat.
2) Kegiatan individu atau perorangan
Kegiatan perorangan mempunyai arti penting guna menampung kebutuhan
siswa secara perseorangan di sekolah dan di masyarakat.
Contoh: siswa membuat kerajinan seperti alat-alat dapur bahan diambil dari
lingkungan, mereka bebas mengorelasi dan memanfaatkan sumber daya
yang ada. Misalnya, di daerah itu banyak bumbu, serat kayu dan sabut
kelapa. Dengan bahan-bahan itu lah dibuatnya alat-alat dapur sesuai dengan
kebutuhan diri atau masyaraktnya.29
Cara mengatur manusia dalam pendidikan tentunya berkaitan dengan
bagaimana masyarakat akan diatur. Artinya, tujuan dan pengorganisasian
26 Al-Qur'an terjemahan cet. Toko Kitab Mubarokatan Toyyibah, Kudus, h. 187
27 Heri Gunawan, Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), h. 19 28
Jamaluddin dkk, Pembelajaran Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset, 2016), h. 79 29
Jamaluddin dkk, Pembelajaran Perspektif Islam, h. 80.
31
31
pendidikan mengikuti arah perkembangan sosio-ekonomi yang berjalan. Maka
tujuan-tujuan pendidikan harus didefinisikan berdasarkan ide-ide yang dominan
dalam percaturan sosio-ekonomi tersebut.30
Perbaikan pendidikan perlu dilaksanakan dari dua segi, yaitu segi
praktik dan teori. Keduanya diarahkan ketujuan menghasilkan orang yang
bijaksana dan bijak dalam kehidupannya, yaitu manusia yang berhubungan
dengan sesamanya manusia dan yang hidup beriman sebagai makhluk yang
bergantung pada Tuhan.31
Pendidikan sejatinya bertujuan membentuk pribadi
manusia dalam kaitannya dengan arah terkhir kehidupan dan sekaligus dalam
kaitannya dengan kebaikan seluruh masyarakat; sebab dalam masyarakat itulah
seseorang hidup dan melaksanakan tanggung jawabnya sebagai warga dewasa.32
Tujuan umum pembelajaran yang diturunkan dari tiga sumber yaitu:
masyarakat, siswa dan bidang studi. Yang diturunkan dari masyarakat
menyangkut konsep luas seperti membentuk manusia, menjadikan manusia
pembangunan, manusia berkepribadian, manusia bertanggung jawab dan
sebagainya. Pendidikan mencakup kesiapan jabatan, keterampilan memecahkan
masalah, penggunaan waktu senggang secara membangun dan sebagainya,
karena tiap anak/siswa memiliki harapan yang berbeda.33
Miller dan Seller menjelaskan bahwa Education Should Teach Shildren
To Restrain And Control Themselves. Ada dua tujuan pendidikan di atas
mengandung aspek kematangan karakter, kepribadian atau moral. Sekolah
didirikan untuk mencerdaskan dan mengembangkan afektif dan moral murid.
Karena itu, masyarakat menaruh harapan pada sekolah untuk membina murid
menuju kematangan intelektual, emosional dan spiritual.34
Makna ini membawa untuk lebih memahami tujuan-tujuan pendidikan
yang melampaui makna proses-prosesnya universalnya. Misalnya, secara umum
orang memahami bahwa tujuan pendidikan untuk mengarahkan manusia agar
berdaya, berpengetahuan, cerdas, serta memiliki wawasan dan keterampilan agar
siap menghadapi kehidupan dengan potensi-potensinya yang telah diasah dalam
proses pendidikan. Misalnya sering memahami bahwa proses pendidikan itu
berkaitan dengan kegiatan yang terdiri proses dan tujuan berikutnya.35
Dalam
proses pendidikan tujuan pendidikan merupakan kristalisasi nilai-nilai yang
ingin diwujudkan ke dalam pribadi murid. Oleh karena itu, rumusan tujuan
pendidikan bersifat komprehensif mencakup semua aspek dan terintegrasi ke
dalam pola kepribadian yang ideal. Menurut Sikun Pribadi dalam A. Zayadi,
30
Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter Kontruksi Teoretik & Praktik (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2011), h. 289 31
Tung, Khoe Yao, Pembelajaran Dan Perkembangan Belajar, (Jakarta: Indeks,
2015), h.6. 32
Mardiatmadja, Belajar Mendidik, (Yogyakarta: Penerbit PT. Kanisius, 2017), h.
109 33
Idi Abdullah dan Safarina, Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat dan
Pendidikan,(Depok: PT. Rajagrafindo Persada, 2016), h.61 34
Jejen Musfah, Menejemen Pendidikan Teori, Kebijakan dan Praktik, (Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015), h. 14. 35
Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter Kontruksi Teoretik & Praktik, h. 289-290
32
32
tujuan pendidikan merupakan masalah inti dalam pendidikan dan sari pati dari
seluruh renungan pedagogik.
Sedangkan M. Artiyah al-Abrasyi menyimpulkan lima tujuan umum
pendidikan Islam yakni, untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia,
persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat, persiapan untuk
mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatannya, menumbuhkan roh
ilmiah pada pelajar dan memuaskan keinginan arti untuk mengetahui dan
memungkinkan ia mengkaji ilmu, menyiapkan pelajar dari segi profesionalisme,
teknis dan perusahaan supaya ia juga menguasai profesi tertentu agar dapat
mencari rezki. Pendidikan berfungsi sebagai mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk bekembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang
maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.36
Sedangkan tujuan khusus pendidikan Islam yang dimaksudkan untuk
penumbuhan dorongan agama dan akhlak tujuan-tujuannya antara lain:
Memperkenalkan pada generasi muda akidah Islam, dasar-dasarnya, asal usul
ibadah dan tata cara melaksanakannya dengan betul dengan membiasakan
mereka berhati-hati dan menghormati syiar-syiar agama, menumbuhkan
kesadaran yang betul pada diri anak didik terhadap agama termasuk prinsip-
prinsip dan dasar-dasar akhlak yang mulia, menambah keimanan kepada Allah
pencipta alam, juga kepada malaikat, rasul-rasul, kitab-kitab dan hari kemudian
berdasarkan paham kesadaran dan keharusan perasaan, menumbuhkan minat
generasi muda menambahkan pengetahuan dalam adab dan pengetahuan
keagamaan agar patut mengikuti hukum-hukum agama dengan kecintaan dan
kerelaan, menanamkan rasa cinta dan penghargaan kepada Al-Qur`an, membaca
dengan baik, memahaminya dan mengamalkan ajaran-ajarannya, menumbuhkan
rasa bangga terhadap sejarah dan kebudayaan Islam dan pahlawan-pahlawannya
dan mengikuti jejak mereka, menumbuhkan rasa rela, optimisme, kepercayaan
diri, tanggung jawab, menghargai kewajiban, tolong menolong, atas kebaikan
dan taqwa, kasih sayang, cinta kebaikan, sabar, perjuangan untuk kebaikan,
memegang teguh pada prinsip-prinsip berkorban untuk agama dan tanah air,
serta setia untuk membelanya, mendidik naluri, motivasi atau keinginan generasi
muda dan membentengi mereka menahan untuk mengatur emosinya dan
membimbingnya, menanamkan iman yang kuat kepada Allah pada diri mereka,
menguatkan perasaan agama, menyuburkan hati mereka dengan kecintaan, zikir
dan taqwa kepada Allah, membersihkan hati mereka dari dengki, iri hati, benci,
kezaliman, egoisme, tipuan perpecahan dan perselisihan.
Pendidik dan tenaga pendidik memiliki peran dan posisi yang sama
penting dalam konteks penyelenggaraan pendidikan (pembelajaran). Karena itu
pula pada dasarnya, baik pendidik dan tenaga kependidikan memiliki peran dan
tugas yang sama yaitu melaksanakan berbagai aktivitas yang berujung pada
terciptanya kemudahan dan keberhasilan siswa dalam belajar. Tenaga pendidik
36
Musriadi, Profesi Kependidikan Secara Teoretis Dan Aplikatif, h. 5
33
33
dan kependidikan dalam proses pendidikan memegang peran strategis terutama
dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan
nilai-nilai yang diinginkan.37
Pendidikan agama Islam akan membimbing manusia dengan
kerpribadian yang Islami. Pendidikan Islam memfasilitasi manusia untuk belajar
dan melatih mengaktualisasikan segenap potensi yang dimilikinya, baik yang
bersifat fisik (jasmaniah) maupun nonfisik (rohaniah) yang profilnya
digambarkan Allah dalam Al-Qur`an sebagai sosok ulil albab, sebagai manusia
muslim paripurna yaitu manusia yang beriman, berilmu dan selalu produktif
menjalankan amal saleh sesuai dengan tunttan ajaran Islam.38
Zuhairini menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam menjadikan
upaya pembentukan kepribadian muslim, dimana bersandingnya iman dan amal
shaleh dengan keyakinan adanya kebenaran mutlak yang menjadi satu-satunya
tujuan hidup dan sentral pengabdian diri dan perbuatan yang sejalan dengan
harkat kemanusiaan. Widodo Supriyono sebagaimana dikutip Ismail SM,
menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam demi terwujudnya pribadi yang
shaleh sempurna yang beriman, bertaqwa, berilmu, bekerja dan berakhlak mulia
sehingga dapat mengakhiri hidupnya dengan khusnul khotimah, diakhirat, hayat
yang baik, mati dalam keadaan Islam.39
Sedangkan Ibnu Sahnun mengatakan
tujuan pendidikan Islam sangat menekankan kepada guru dan siswa untuk kreatif
dalam hal pelajaran Al-Qur`an dan ilmu-ilmu agama seperti fiqih, tafsir dan
hadis dalam rangka beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Sejalan
dengan itu, Ibnu Khaldun menjelaskan tujuan pendidikan Islam berupaya bagi
pembentukkan akidah yang mendalam, menumbuhkan dasar-dasar akhlak
karimah melalui jalan agama yang diturunkan untuk menduduki jiwa manusia
serta menegakkan budi pekerti yang mengantarkan kepada perbuatan terpuji.
Sasaran dan tujuan pendidikan Islam menjadikan manusia yang ulil
albab, menusia yang berzikir sekaligus berfikir, berfikir dan berzikir, disertai
dengan sifat produktif dalam mengerjakan amal saleh dimanapun manusia
berada, berdoa dan tawadhu terhadap Allah, lebih jauh lagi insan ulul albab ini
menggambarkan sosok manusia yang kompeten, yaitu seseorang yang beriman
(zikir/afektif), berilmu (fikir/kognitif) dan memanfaatkan ilmunya dalam
kehidupan (amal/psikomotorik). Dengan demikian, pendidikan Islam berfungsi
dan berperan dalam membangun manusia yang beriman berilmu dan sekaligus
menghiasi dirinya dengan akhlak mulia. Penanaman agama Islam harus
diberikan sejak dini. Mulai dari usia anak-anak, remaja, bahkan sampai dewasa.
Dalam Islam dikenal dengan istilah pendidikan sepanjang hayat yang selama
hidup manusia hakikatnya belajar baik langsung maupun tidak langsung.
Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, pendidikan agama Islam
mutlak harus diberikan, karena pada jenjang itulah terjadi pembentukan
kepribadian, pembiasaan untuk menguasai konsep-konsep Islam dan
mengamalkannya dalam kehidupan, pada anak usia dini, Islam harus dijadikan
37
Musriadi, Profesi Kependidikan Secara Teoretis Dan Aplikatif, h. 7 38
Mahmud Arif, Pendidikan Islam Transformatif, (Yogyakarta: LKiS, 2008), h. 16 39
Hasniyati Gani Ali, Ilmu Pendidikan Islam, h. 29-31
34
34
sebagai landasan bagi pembelajaran, hingga generasi ke depan benar-benar
menjadi generasi Islam yang berkualitas. Pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah harus terhapuskan kesan ajaran Islam ekslusif, kejam dan kesan-kesan
negatif lainnya. Hal tersebut sangat diperlukan agar tidak terjadi
kesalahpahaman yang dapat menimbulkan berbagai friksi dan aliansi yang tidak
dapat dipertanggungjawabkan. Seperti sekarang ini muncul berbagai aliran-
aliran sesat dan menyesatkan yang menimbulkan friksi yang mengguncang
keutuhan Islam sebagai agama yang sempurna. Berkaitan dengan hal itu, peran
dan fungsi pendidikan Islam dalam membangun manusia sangatlah penting
keberadaannya, karena melalui pendidikan islam inilah yang diharapkan muncul
generasi muda Islam yang kaffah.40
Abdurrahman Saleh Abdullah dalam buku Educational Theory a
Qur`anic Outlook, sebagaimana dikutip oleh Ahmad Zayadi menyatakan bahwa
tujuan pendidikan harus meliputi empat aspek, yaitu:
1. Tujuan jasmani, bahwa proses pendidikan ditujukan dalam kerangka
mempersiapkan diri manusia sebagai pengemban tugas melalui pelatihan
keterampilan fisik. Beliau berpijak pada pendapat Imam al-Nawawi yang
menafsirkan Al-Qawy sebagai kekuatan iman yang ditopang oleh kekuatan
fisik.
2. Tujuan rohani dan agama, bahwa proses pendidikan ditujukan dalam
kerangka meningkatkan pribadi manusia dari kesetiaan yang hanya kepada
Allah semata dan melaksanakan akhlak qurani yang diteladani oleh Nabi
SAW sebagai perwujudan perilaku keagamaan.
3. Tujuan intelektual, bahwa proses pendidikan ditujukan dalam rangka
mengarahkan potensi intelektual manusia untuk menentukan kebenaran dan
sebab-sebabnya dengan menelaah ayat-ayat-Nya yang membawa kepada
perasaan keimanan kepada Allah. Tahapan intelektual ini tujuan pertama,
pencapaian kebenaran ilmiah; kedua, pencapaian kebenaran empiris; ketiga,
pencapaian kebenaran metempiris atau mungkin lebih tepatnya kebenaran
filosofis.
4. Tujuan sosial, bahwa proses pendidikan ditujukan dalam kerangka
pembentukan kepribadian yang utuh. Pribadi disini tercermin sebagai
manusia yang hidup pada masyarakat yang plural.41
Pendidikan Islam sebagai sebuah proses memiliki dua tujuan, yaitu
tujuan akhir (tujuan umum) yang disebut sebagai tujuan primer dan tujuan antara
(tujuan khusus) yang disebut dengan tujuan sekunder. Tujuan akhir pendidikan
Islam untuk penyerahan dan penghambaan diri secara total kepada Allah. Tujuan
ini bersifat tetap dan berlaku umum, tanpa memperhatikan tempat, waktu dan
keadaan. Tujuan antara pendidikan Islam merupakan penjabaran tujuan akhir
yang diperoleh melalui usaha ijtihad para pemikir pendidikan Islam yang
karenanya terkait oleh kondisi locus dan tempus. Tujuan antara harus
mengandung perubahan-perubahan yang diharapkan subjek didik setelah
melakukan proses pendidikan, baik yang bersifat individual, sosial, maupun
40
Mahmud Arif, Pendidikan Islam Transformatif, h. 17 41
Mahmud Arif, Pendidikan Islam Transformatif, h. 18-19
35
35
professional. Tujuan antara ini perlu jelas keberadaannya sehingga pendidikan
Islam dapat diukur keberhasilannya tahap demi tahap. Tujuan antara inilah yang
biasanya dijabarkan dalam bentuk kurikulum atau program pendidikan.42
Pasal 3 (Fungsi Pendidikan Nasional) digabung menjadi satu degan
rumusan: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.43
Pendidikan di tanah air merupakan ranah yang strategis untuk
membangun bangsa agar menjadi bangsa yang bermartabat. Umumnya,
pendidikan bertujuan membentuk manusia yang berilmu, cerdas, bermoral,
memiliki etos keilmuan dan teknologi yang tinggi serta memiliki skill guna
membangun bangsanya. Hanya saja capaian tujuan ini masih jauh dari harapan,
apalagi ketika dilihat dari kualitas pendidikan dalam peringkat indeks kualitas
pendidikan yang diukur pada sekolah-sekolah umum, Indonesia masih berada
dari peringkat bawah dibandingkan dengan Negara-negara Asia Tenggara
lainnya. Bagaimana dengan kualitas pendidikan Islam tentu saja masih dibawah
pendidikan nasional dimana bantuan dana pemerintah kesektor pendidikan Islam
yang tentu saja indeknya berada dibawahnya.44
Kognitif (pengetahuan atau penalaran), afektif (sikap, kelakuan atau
akhlak atau budi pekerti) dan aspek psikomotorik (keterampilan). Hasil akhir
pendidikan bertujuan untuk melahirkan lulusan yang harus memadukan ketiga
aspek tersebut, yaitu berpengetahuan luas dan mendalam serta memiliki banyak
gagasan (penalaran tinggi) dan berakhlak mulia (berbudi pekerti luhur), serta
terampil (mampu menterjemahkan gagasannya dalam bentuk nyata).45
Dengan demikian arah pendidikan sesungguhnya menuju pada proses
agar dalam diri seseorang, semakin tumbuh suburlah hal-hal yang bernilai bagi
dirinya sendiri dan bagi lingkungannya, dihadapan Tuhan yang memanggilnya
kearah hidup abadi, puncak segala nilai. Dari sudut pandangan itu, para pendidik
mempunya panggilan yang sekaligus manusiawi (supaya murid menjadi orang
baik) dan rohani (supaya murid dijiwai roh suci) yang melampaui segala batas
kelompok manusia dan alam semesta.46
42
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam Menguatkan Epistimologi Islam Dalam
Pendidikan (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), h.88-89 43
Anwar Arifin, Paradigmma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Balai Pustaka,
2005), h.23 44
Hasbi Indra, Pendidikan Islam Tantangan dan Peluang di Era Globalisasi,
(Yogyakarta : Deepublish, 2016), h.180 45
Anwar Arifin, Paradigmma Baru Pendidikan Nasional, h.24 46
Mardiatmadja, Belajar Mendidik, (Yogyakarta: Penerbit PT. Kanisius, 2017), h.
110.
36
36
C. Peran Pendidikan Aplikatif dalam Pengembangan Pendidikan
Aplikasi pendidikan merupakan pengembangan kemampuan dan
membentuk watak, kepribadian serta peradaban yang bermartabat dalam hidup
dan kehidupan atau cara untuk memanusiakan manusia agar menjadi manusia
yang benar sesuai dengan norma yang dijadikan landasannya.47
Persiapan dalam
pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan guru untuk menjamin
keberhasilan proses pembelajaran, tapi hal ini harus didukung oleh upaya-upaya
perbaikan yang didasarkan pada evaluasi, sekaligus hal ini merupakan umpan
balik dan kajian untuk melihat seberapa jauh keberhasilan persiapan dan
pelaksanaan proses pembelajaran.48
Proses pendidikan berlangsung dalam dua tahapan, sehingga pendidikan
bisa disebut aplikatif yakni, proses pendidikan jangka pendek dan pendidikan
jangka panjang yang diterima oleh para siswa. Secara spesifik, barangkali dapat
dikemukakan bahwa untuk mencapai tujuan intruksional diperlukan strategi
pendidikan jangka pendek. Dalam arti, dalam waktu yang singkat, dikatakan
dalam satu atau dua kali pertemuan, maka sejumlah tujuan intruksional telah
tercapai. Sedangkan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tidak mungkin
hanya tercapai hanya dalam satu atau dua kali pertemuan intruksional. Untuk
mencapai kesempurnaan dalam pengaplikasiannya maka diperlukan pendidikan
yang matang.49
Siswa dievaluasi pada setiap unit kompetensi secara individu dan hanya
sekali, siswa yang sudah menguasai satu unit kompetensi tertentu, siswa
melanjutkan proses pembelajaran keunit kompetensi yang lebih tinggi atau lebih
kompleks tingkat penguasaan dan terisolasi dari unit kompetensi yang lain.
Dengan kata lain, pada proses pembelajaran berbasis kompetensi menjadikan
kemampuan untuk melewati bahan pembelajaran (satu unit kompetensi)
sepenunya jika peserta dapat menunjukkan telah memiliki kompetensi sehingga
dilakukan pengujian performansi dan formatif.50
Dalam kaitan ini siswa agar dapat melibatkan pembelajaran bersama
ataupun membentuk group belajar untuk mendorong pembelajaran antar siswa.
Selain itu, pembelajaran aktif dapat juga dilakukan dengan basis individu
ataupun kelompok besar. Peran guru dalam hal ini juga dapat membantu siswa
menghubungkan apa yang mereka pelajari di sekolah dengan apa yang mereka
lakukan atau akan lakukan dikehidupan nyata.51
Evaluasi hasil proses
pembelajaran yang salah satu teknik dalam evaluasi mempunyai posisi strategi
47
Abdul Kadir dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2012), h 81 48
Sri Teguh Waluyo, Teknik Aplikatif Pelaksanaan Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dan Sertifikasi, (Bandung: PT. SEWU (Srikandi Empat Widya Utama), 2016), h. 114. 49
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,
(Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1990), h. 30. 50
Sri Teguh Waluyo, Teknik Aplikatif Pelaksanaan Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dan Sertifikasi, h. 11 51
Hamzah B.Uno, Belajar Dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif Inovatif
Lingkungan Kreatif Efektif Menarik, h. 78.
37
37
dalam evaluasi, sebab pada umumnya para pelatih selalu menggunakan evaluasi
hasil proses pembelajaran untuk menilai proses pembelajaran. Oleh karenanya,
tidaklah cukup alasan jika seorang pelatih ingin mengabaikan evaluasi hasil
pembelajaran dalam proses evaluasi. Selain itu evaluasi memiliki kegunaan,
memunculkan perilaku dalam relatif kontrol, mengukur sempel kemampuan
peserta, mengukur kemampuan sesuai dengan tujuan, mengungkap perilaku yang
tidak nampak, melokalisasi komponen perilaku, meramalkan kemungkinan
perilaku, kemampuan yang akan datang dan menyediakan data sebagai bahan
umpan balik.52
Mengkaji hakikat pendidikan akan memberikan landasan yang kuat
terhadap praktik pendidikan dalam upaya memanusiakan manusia. Hakikat
pendidikan menjadikan arah pendidikan menjadi kokoh dan kuat untuk
memuliakan manusia. Upaya dalam praktik pendidikan perlu mendasarkan diri
pada hakikat pendidikan sebagai tiang penyangga.53
Aplikasi pendidikan sebagai
upaya sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia.
Menurut Muhajir pendidikan berfungsi untuk menumbuhkan kreativitas peserta
didik, menjaga kelestarian nilai-nilai insani dan ilahi, menyiapkan tenaga-tenaga
kerja produktif dan memiliki metode.54
Ada berbagai definisi istilah kreativitas dalam kaitannya dengan aspek
atau bidang tertentu. Menurut Hasan Langgulung, kreativitas berarti kemauan
atau kemampuan untuk berkreasi. Dalam al-Quran, dinyatakan bahwa ada empat
karakteristik Allah sebagai Pencipta Yang Maha Kuasa yaitu al-Khaliq, al-
Khallaq, al-Badi dan al-Musawwir. Kreativitas manusia dapat dilihat dalam
bentuk ketiga penciptaan, yaitu penciptaan langsung, dalam hal mengubah
bentuk barang dari satu ke yang lain. Ini bisa dilihat, salah satu contohnya,
dalam pembuatan rumah dari kayu atau batu bata antara lain. Seperti halnya
dengan kecerdasan, kreativitas tidak dapat lari dari asal-usul ilahi. Dengan kata
lain, ada tiga aspek, yaitu manusia, alam semesta dan kitab suci (wahyu) yang
menggambarkan tanda-tanda (kata-kata) Allah, di mana masing-masing
menempati tempatnya sendiri dan yang tidak dapat berfungsi tanpa satu sama
lain.
Sementara itu berpikir kreatif kemampuan untuk menghasilkan berbagai
solusi untuk suatu masalah yang sangat tidak umum dan menentang norma. Ini
termasuk kemampuan untuk menganalisis ide-ide, menjadi imajinatif dan
menghasilkan ide-ide yang baru, asli dan beragam. Pemikiran kreatif berbeda
dari pemikiran konvensional dan diidentifikasi oleh kemampuan untuk melihat
sesuatu dari perspektif yang berbeda. Dengan demikian, pemikiran semacam ini
akan berusaha merumuskan berbagai cara dalam melakukan berbagai hal. Ketika
seorang individu mempraktikkan pemikiran kreatif, tujuannya untuk
menciptakan persepsi, konsep, ide, teori, penemuan, prosedur dan yang serupa.
Sifat pemikiran ini biasanya dimulai dari rasa ingin tahu, minat, kebutuhan untuk
52
Sri Teguh Waluyo, Teknik Aplikatif Pelaksanaan Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dan Sertifikasi, h. 114. 53
Teguh Triwiyanto, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 19. 54
Abdul Kadir dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, h 65
38
38
bereksperimen dan sebagainya. Proses kemudian berlanjut ke cara menghasilkan
atau menemukan solusi. Ini diikuti oleh individu yang mendapatkan inspirasi
dari berbagai situasi yang mungkin. Setelah melalui proses berpikir aktif dalam
mencari alternatif inovatif, maka gagasan abstrak akan diwujudkan dalam bentuk
yang lebih konkret. Pada saat yang sama, gagasan pendukung juga diperlukan
untuk melengkapi solusi. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa kreativitas
menumbuhkan hasil imajinasi dan kemauan untuk bereksperimen dengan hal-hal
baru. Ini diikuti oleh tindakan atau implementasi dari ide yang diusulkan. Ini
penting untuk memastikan bahwa siswa tidak akan puas dengan sudut pandang
tunggal atau tindakan.
Sistem pendidikan seperti itu membentuk perilaku konformitas atau
“taklid” terhadap lingkungan di sekitar kita. Mentalitas ini tidak memungkinkan
individu untuk menantang lingkungan di mana mereka berfungsi. Ketika
dihadapkan dengan masalah, mereka akan dipaksa untuk mengadopsi solusi
yang sudah tersedia. Mereka tidak akan mempertanyakan solusi yang ditentukan
untuk mencari yang lain yang pasti akan tersedia dan bahkan mungkin terbukti
lebih baik. Agar siswa menjadi lebih agresif lebih kompetitif dan untuk berpikir
kreatif, guru atau dosen harus kreatif dalam metode pengajaran. Tidak ada
salahnya guru atau dosen mencoba teknik baru apa pun55
Agar setiap organisasi dapat bertahan hidup dan makmur dalam
lingkungan seperti itu, inovasi sangat penting. Namun, inovasi tidak lagi hanya
untuk menciptakan nilai yang bermanfaat bagi individu, organisasi atau
masyarakat. Tujuan akhir dari inovasi harus jauh lebih menjangkau, membantu
menciptakan masa depan yang cerdas di mana orang dapat menikmati kualitas
hidup sebaik mungkin. Dengan demikian, inovasi harus mencari solusi cerdas
untuk mengatasi penyakit sosial utama, mencari pendekatan yang lebih proaktif
untuk memprediksi masa depan yang tidak pasti dan mengejar strategi untuk
menghilangkan hambatan untuk masa depan yang cerdas. Studi ini
mengeksplorasi persyaratan terperinci dari masa depan yang cerdas, termasuk
jenis perangkat keras dan komponen sosial.
Perubahan cepat yang terjadi di dunia global menimbulkan tantangan
bagi pendidikan untuk mempersiapkan pelajar berketerampilan tinggi untuk
mengatasi masalah baru dan situasi yang berubah56
Inovasi telah menjadi tugas
utama manusia sepanjang sejarah, untuk bertahan hidup dan meningkatkan
kualitas hidup, upaya inovasi berkelanjutan sangat penting. Semua gelombang
revolusioner utama dalam sejarah manusia pertanian, industri, informasi dan
sekarang konvergensi semuanya tentang inovasi untuk menciptakan nilai baru
dan lebih baik. Para pemimpin politik mendesak pentingnya inovasi untuk
keadilan sosial dan lingkungan hidup yang lebih berkualitas bagi warga negara.
55
Irwan Mohd Subri dkk, Creativity In The Teaching Of Shariah Studies In
Institutions Of Higher Education, Journal Social and Behavioral Sciences, (2012), (Diakses
tanggal 24 April 2019 jam 12.42 WIB). 56
Miri Barak, A Model of Flexible Thinking in Contemporary Education, Journal
Thinking Skills and Creativity, (2016), TSC 372, (Diakses tanggal 28 Juli 2019 jam 14.27
WIB).
39
39
Eksekutif global menekankan pentingnya inovasi berkelanjutan untuk produk
layanan baru dan usaha untuk pelanggan, namun 94% menyatakan
ketidakpuasan dengan kinerja inovasi mereka. Manajer organisasi nirlaba
mengejar inovasi untuk menantang penyakit sosial kesenjangan ekonomi,
kesenjangan digital dan kesenjangan tujuan. Tujuan inovasi jauh lebih mendalam
daripada hanya menciptakan nilai pelanggan yang lebih besar, keunggulan
kompetitif yang lebih baik dari perusahaan dan lingkungan untuk kualitas hidup
yang lebih baik. Tujuan akhir inovasi haruslah menciptakan masa depan yang
lebih baik.
Manfaat inovasi dapat diperoleh individu, kelompok orang, komunitas,
industri, masyarakat, negara, wilayah dan aspirasi yang tergantung pada
perspektif seseorang. Keadaan cerdas bergantung pada kondisi, lingkungan,
budaya dan sistem nilai orang tersebut. Namun demikian, konsep umum tentang
masa depan yang cerdas harus berarti lingkungan hidup yang jauh lebih baik
daripada keadaan saat ini. Masa depan yang cerdas harus di mana inovasi akan
membantu mengembangkan solusi cerdas untuk masalah kompleks untuk
mengamankan lingkungan yang manusiawi. Dalam masa depan yang cerdas
seperti itu, orang-orang dapat lebih bebas mengejar peluang untuk belajar dan
tumbuh, terlibat dalam hubungan yang baik, bahagia dengan masyarakat dan
tempat kerja dan juga memiliki gaya hidup yang nyaman dan sehat dengan
sumber daya keuangan yang memadai. Menciptakan masa depan yang cerdas
seperti itu membutuhkan lebih dari sekadar gadget pintar, teknologi canggih,
strategi konvergensi dan dukungan pemerintah. Dibutuhkan jalinan inovasi lunak
yang dapat memupuk masa depan yang aspirasional seperti keadilan sosial,
supremasi hukum, transparansi, akuntabilitas, kearifan kolektif masyarakat dan
berbagi visi dan tujuan.57
Dapat dipahami bahwa aplikasi pendidikan Islam menjadi rangkaian
usaha membimbing dan mengarahkan potensi hidup manusia. Potensi hidup
manusia itu berupa (fitrah) dan kemampuan belajar yang memungkinkan
terjadinya perubahan didalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk individu
dan makhluk sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitar tempat ia
hidup. Proses tersebut senantiasa dilandasi oleh nilai-nilai ideal Islam yang
melahirkan norma-norma dan akhlakul karimah untuk mempersiapkan
kehidupan dunia dan akhirat yang hasanah.58
Kreativitas menjadi aspek penting dari perkembangan manusia. Tren
menuju globalisasi dengan perkembangan teknologi membutuhkan produk
energi yang produktif dan orang-orang yang inovatif di semua lapisan
masyarakat. Kreativitas akulturasi diperlukan dalam pengembangan awal pikiran
seorang individu. Institusi pendidikan merupakan tempat paling penting untuk
menumbuhkan bakat dan kemampuan kreatif siswa dan juga sebagai media
57
Sang M. Lee dan Silvana Trimi, Innovation For Creating A Smart Future,
Journal of Innovation & Knowledge, (2018), (Diakses tanggal 22 April 2019 jam 15.21
WIB). 58
Muhammad Karim, Pendidikan Kritis Transformatif, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2017), h. 179.
40
40
penting dalam generasi pikiran kreatif siswa. Di antara tantangan yang dihadapi
dalam pengembangan keterampilan berpikir kreatif dalam belajar dan mengajar
dibutuhkan pengetahuan guru tentang pengajaran kreativitas, tidak untuk
menekankan penerapan kreativitas oleh guru, siswa yang pemalu dan tidak ingin
menunjukkan kreativitas mereka.
Kreativitas sebagai proses mewujudkan, menerapkan atau menguraikan
prinsip-prinsip dan ide-ide Tuhan pada waktu atau tempat tertentu, untuk
memenuhi tantangan yang muncul, di semua bidang kehidupan. Selanjutnya,
dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan kondisi khusus, sikap atau
keadaan yang mencerminkan hasrat untuk bekerja, kemandirian, penetapan
tujuan, orisinalitas, fleksibilitas, berbagai minat, rata-rata atau kecerdasan dan
motivasi di atas rata-rata. Seperti yang dinyatakan di atas, menekankan bahwa
kreativitas harus bertujuan menerapkan Prinsip-prinsip Tuhan untuk semua
aspek kehidupan. Dalam hal ini, mereka yang berurusan dengan kreativitas harus
memastikan bahwa karya atau penemuan mereka tidak bertentangan dengan
prinsip-prinsip Islam. Pada saat yang sama, mereka harus merasakan tanggung
jawab untuk mengangkat masyarakat Islam ke tingkat yang lebih tinggi,
memungkinkan mereka untuk menghadapi tantangan masa depan secara kreatif
dan sukses.
Perubahan semacam ini merupakan pergeseran dari sistem yang hanya
didasarkan pada imitasi generasi tua menjadi model baru dan unik yang
didasarkan pada pemikiran, perwujudan dan pemahaman misi orang-orang di
bumi. Al-Qur'an sendiri mengandung ide-ide hebat dan kreatif termasuk sistem
tuntunan lengkap untuk kehidupan, memungkinkan orang untuk hidup sesuai
dengan fondasi Islam. Masyarakat Islam pertama yang didirikan oleh Nabi pada
dasarnya bersifat kreatif dalam arti kebaruan dan keunikan dan bahwa
masyarakat kecil harus menjadi basis peradaban Islam yang besar untuk diikuti.
Dalam situasi seperti itulah agama, Al-Quran, Nabi dan masyarakat Muslim
pada dasarnya kreatif dan banyak cendekiawan Muslim mampu menghasilkan
secara kreatif. Empat ahli hukum agung dari sekolah-sekolah yurisprudensi baru
atau ahli matematika; Abu Hanifa al-Najman, Malik Bin Anas, Mohammad Idris
al-Syafi'i dan Ahmad Bin Hanbal merupakan contoh yang sangat baik. Masing-
masing mampu mendirikan sekolah unik dalam Fiqh Islam. Setiap sarjana
memiliki sekolahnya sendiri menggunakan metodologi yang berbeda. Mereka
memiliki siswa sendiri yang melanjutkan pengembangan sekolah masing-
masing.59
Guru atau dosen harus kreatif dalam metode pengajaran. Tidak ada
salahnya guru atau dosen mencoba teknik baru apa pun pengajaran. Seorang
guru atau dosen yang percaya bahwa teknik yang diterapkan selama ini pastilah
yang terbaik dari semuanya tidak akan dapat mendorong potensi siswa untuk
berusaha lebih baik di masa depan. Ini merupakan salah satu alasan mengapa,
menurut Hasan Langgulung, para sarjana Islam telah menggunakan metode
59
Hamid Tohidi dan Mohammad Mehdi Jabbari, Islamic Perspective Of Creativity:
A Model For Teachers Of Social Studies As Leaders , Journal Social and Behavioral
Sciences, (2010), (Diakses tanggal 24 April 2019 jam 10.18 WIB).
41
41
eksperimental dalam sejarah perkembangan ilmiah dalam Islam selama masa
keemasan. Saat itulah kreativitas tumbuh di semua bidang pengetahuan di
kalangan umat Islam. Dia lebih lanjut menambahkan, kreativitas pada usia itu
didorong, bahkan sistem pendidikan pada waktu itu mempromosikan
pengembangan kreativitas di kalangan umat Islam. Salah satu aspek yang
menyangkut pertumbuhan kreativitas menggunakan studi eksperimental dalam
penelitian akademik.
Inovasi menjadi salah satu perhatian paling penting dari setiap organisasi
dan perannya dalam pengembangan dan koordinasi pasar tidak dapat dicabut.
Inovasi di semua bidang manusia berlaku mulai dari pengembangan produk,
metode manajemen, cara melakukan pekerjaan dan sebagainya. Dalam semua
definisi yang digunakan untuk inovasi, perubahan atau peningkatan proses atau
produk merupakan hal yang biasa. Inovasi merupakan proses yang dimulai
dengan pengenalan rencana ide dan akan menjadi fungsi baru sehingga berbeda
dari penciptaan.60
Dunia pembelajaran yang menantang saat ini dalam iklim ekonomi
global lebih mementingkan inovasi dan kreativitas. Kreativitas bukan lagi
sesuatu yang unik atau khas. Sekarang telah menjadi penting dan mendasar
untuk pencapaian seseorang, organisasi atau negara. Kreativitas tidak hanya
tunduk pada penemuan saja, tetapi mencakup semua tindakan dan pikiran.
Akibatnya, kreativitas harus ada dengan pemikiran kritis untuk mengarahkannya
ke arah yang lebih produktif dan akuntabel.
Ketika negara ini bergerak menuju status negara maju, generasi sekarang
harus siap dengan segala bentuk pengetahuan dan keterampilan. Sejalan dengan
perkembangan teknologi dan globalisasi yang semakin menantang lingkungan,
Keterampilan berpikir kreatif menjadi salah satu kemampuan individu untuk
menggunakan pikiran untuk menghasilkan ide-ide baru, kemungkinan baru dan
penemuan baru berdasarkan orisinalitas dalam produksinya. Ini dapat diberikan
dalam bentuk ide nyata atau abstrak. Ini dapat dilihat dalam contoh-contoh
berikut, seperti membuat ide-ide baru, membuat analogi dan metafora. Normee
menyatakan bahwa berpikir kreatif membawa tujuan penggunaan operasi
pemikiran dasar untuk memperluas atau menciptakan ide-ide baru.
Berpikir kreatif menumbuhkan pemikiran bahwa gagasan penerbitan
tidak konsisten dengan pemikiran kritis dalam mengevaluasi gagasan. Gagasan
yang diterbitkan baru dan terkadang bertentangan dengan logika. Namun,
pemikiran kreatif harus didasarkan pada manipulasi pengalamannya dan
pengetahuan yang ada. Melalui pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya,
seseorang akan berusaha untuk menemukan berbagai ide masukan dalam
berbagai perspektif dan dimensi untuk menciptakan ide atau produk baru yang
lebih baik dari sebelumnya dalam membuat keputusan dan memecahkan
masalah. Situasi ini dijelaskan oleh Rikards sebagai kreativitas melibatkan
60
Hamid Tohidi dan Mohammad Mehdi Jabbari, The Important of Innovation and
its Crucial Role in Growth, Survival and Success of Organizations, Journal Procedia
Technology, (2012), (Diakses tanggal 24 April 2019 jam 10.09 WIB).
42
42
melarikan diri dari kebuntuan dan membuka kemungkinan. Yager mengatakan
bahwa program pengetahuan ilmiah melihat program sebagai sesuatu yang harus
dianggap penting dalam pembentukan pikiran kreatif Menurutnya, ini merubah
beberapa kemampuan manusia yang penting dalam domain ini:
memvisualisasikan gambar mental, menggabungkan objek dan ide dengan cara
baru, menghasilkan penggunaan alternatif atau tidak biasa untuk objek,
memecahkan masalah dan teka-teki, menyarankan penjelasan yang layak untuk
objek dan peristiwa di alam, merancang tes untuk memverifikasi penjelasan
visualisasi, merancang perangkat dan mesin, menghasilkan ide-ide yang tidak
biasa, mengkomunikasikan informasi kepada orang lain yang bukti telah
diproduksi dan diilustrasikan. Menjadi kreatif merupakan aspek fundamental
dari sifat manusia. Setiap orang memiliki potensi sehingga potensi harus
ditingkatkan dengan memberi individu kesempatan dan peluang untuk kegiatan
yang meningkatkan kreativitas.61
Menurut Gagne dalam Winkel, menyatakan bahwa fase dalam kegiatan
pembelajaran pertama, fase motivasi menjadikan siswa sadar akan tujuan yang
harus dicapai dan bersedia melibatkan diri. Hal ini sangat berperan, karena siswa
harus berusaha memeras otaknya sendiri, apabila kadar motivasinya lemah,
siswa akan cenderung membiarkan permasalahan yang diajukan, peran guru
dalam hal ini untuk menimbulkan motivasi belajar siswa dan menyadarkan siswa
akan tujuan pembelajaran yang harus dicapai; kedua, fase menaruh perhatian
untuk siswa memperhatikan unsur-unsur yang relevan sehingga terbentuk pola-
pola perseptual tertentu. Secara khusus memperhatikan hal yang akan dipelajari,
sehingga konsentrasi terjamin; ketiga, fase pengolahan: siswa memahami
informasi dalam memori jangka pendek dan mengolah informasi untuk diambil
maknanya, dalam hal ini siswa harus menggali ingatan siasat-siasat yang pernah
digunakannya, mana yang cocok untuk problem ini. Kalau tidak tersedia siasat
(strategi) dalam ingatan siswa harus menciptakan siasat baru dalam hal ini
membutuhkan pikiran kreatif, paling sedikit pikiran terarah; keempat, fase
umpan balik untuk siswa mendapatkan konfirmasi, sejauh prestasinya tepat,
siswa mendapat konfirmasi tentang tepat tidaknya penyelesaian yang
ditemukannya; komunikasi ini dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi
siswa untuk berusaha memeras otak lagi pada lain kesempatan.62
William Mc Gucken SJ seorang tokoh katolik berpendapat, bahwa
pendidikan aplikatif menjadi sebuah perkembangan dan ketangkapan dari
kemampuan manusia baik moral, intelektual, maupun jasmani yang
diorganisasikan dengan atau kepentingan individu atau sosial untuk mencapai
tujuan akhir.63
Pendidikan aplikatif berupa hasil dari belajar siswa ranah afektif
berupa hasil kepekaan rasa atau emosi. Jenis hasil belajar ranah ini terdiri dari
lima jenis yang membentuk tahapan pula. Kelima jenis ini terdiri dari meliputi:
61
Adzliana Mohd Daud dkk UKM Teaching and Learning Congress 2011:
Creativity in Science Education, Journal Social and Behavioral Sciences, (2012), (Diakses
tanggal 24 April 2019 jam 12.40 WIB). 62
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, h.69-70 63
Sofyan Rofi, Profesi Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2016), h. 4.
43
43
Pertama kepekaan, yaitu sensitivitas mengenai situasi dan kondisi tertentu serta
mau memperhatikan keadaan tersebut; kedua partisipasi, mencakup kerelaan,
kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan; ketiga
penilaian dan penentuan sikap, mencakup menerima suatu nilai, menghargai,
mengakui dan menentukan sikap. Misalnya menerima pendapat orang lain;
keempat organisasi, kemampuan membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman
atau pegangan hidup; kelima membentukan pola hidup, mencakup kemampuan
menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.64
Pendidikan aplikatif bila dikaitkan dengan konteks demokratisasi
pendidikan dalam kelas, Darmaningtyas mengharapkan agar pendidik mampu
menjadi orang tua bagi anak didik, memberikan ruang agar mereka bisa
menyampaikan segala pendapat secara terbuka. Setidaknya, pola pendidikan
demikian dapat membantu anak-anak didik belajar hidup demokratis, mau
mendengarkan pendapat orang lain dan bisa menjadi pribadi-pribadi yang
berpikiran terbuka.65
Peserta sering menemukan keterampilan individu yang berbeda lebih
sulit dari pada yang lain. Metode pembelajaran memungkinkan peserta untuk
belajar keterampilan individu peserta berlatih dan pengulangan sebanyak yang
telah ditargetkan dalam bahan ajar. Dengan demikian peserta dapat bergerak
cepat melalui keterampilan dan peserta lebih mahir (kompeten).66
Guna
mencapai tujuan pembelajaran, peserta bekerja pada satu unit kompetensi pada
waktu tertentu sesuai standar yang kemungkinan merupakan komponen kecil
dari tujuan pembelajaran yang lebih besar. Mengkaji hakikat pendidikan akan
memberikan landasan yang kuat terhadap praktik pendidikan dalam upaya
memanusiakan manusia. Hakikat pendidikan menjadikan arah pendidikan
menjadi kokoh dan kuat untuk memuliakan manusia. Upaya dalam praktik
pendidikan perlu mendasarkan diri pada hakikat pendidikan sebagai tiang
penyangga.67
Metode pembelajaran berdasarkan pengalaman mempromosikan
pengembangan keterampilan tertentu yang diperlukan untuk pembelajaran siswa
seperti, kerja tim, penggunaan logika, mengetahui cara merencanakan, menjadi
partisipatif, motivasi, berbagi informasi untuk mencapai tujuan, mengetahui cara
menerapkan pengetahuan ke tugas-tugas praktis, menganalisis dan mensintesis
data, antara lain. Ketika menganalisis siswa belajar lebih baik ketika mereka
melakukan kontak langsung dengan pengalaman mereka sendiri, karena
kebutuhan pelatihan yang dimiliki orang sepanjang hidup mereka, mengajar
harus disesuaikan dengan keadaan sosial yang baru dan juga dengan tuntutan
siswa dan bisnis. Dalam hal ini, perlu dicatat bahwa populasi siswa merupakan
64
Deni Kurniawan, Pembelajaran Terpadu Tematik (Teori,Praktik dan Penilaian),
(Bandung: Alfabeta, 2014), h. 11-12. 65
Moh Yamin,. Menejemen Mutu Kurikulum Pendidikan, (Jogjakarta: DIVA
Press, 2009), h. 213 66
Sri Teguh Waluyo, Teknik Aplikatif Pelaksanaan Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dan Sertifikasi, h. 11 67
Teguh Triwiyanto, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 19.
44
44
entitas yang semakin heterogen yang berarti bahwa sistem pendidikan harus
menemukan kunci baru untuk secara efisien memenuhi kebutuhan siswa untuk
mencapai tujuan mereka. Mengajar bukan hanya transmisi informasi belaka,
tetapi lebih merupakan proses yang membutuhkan pemahaman dan asimilasi
oleh penerima pesan yang dikirimkan. Oleh karena itu, sangat penting bahwa
saluran yang dipilih oleh guru (cara untuk mengirimkan informasi) menjadi
saluran yang tepat untuk mencapai tujuan pengajaran dan pembelajaran. Ini
menjadi satu alasan mengapa metode yang diusulkan di bawah ini sangat
penting, jika mereka digunakan dengan benar, mereka mengarah ke tingkat
pembelajaran yang sangat signifikan dan bertahan lama, karena penerima
mengembangkan serangkaian hal penting keterampilan untuk membuat akuisisi
pengetahuan menjadi efektif.
Idealnya, studi Islam harus mampu menjawab tantangan yang dibawa
oleh modernitas pada tingkat teori dan aplikasi. Oleh karena itu, pengajaran dan
pembelajaran studi Islam harus dikembangkan sebagai subjek yang relevan
untuk mengatasi kebutuhan kontemporer dunia modern dalam terang prinsip-
prinsip sebagaimana dinyatakan dalam al-Quran dan al-Sunnah. Memang, Islam
harus menjadi bagian dari modernitas global dan harus sejalan dengan zaman.
Bangga dengan kemuliaan peradaban Islam masa lalu tetapi stagnan dengan
berinovasi ide-ide baru di tingkat praktis tidak membantu Islam dilihat sebagai
subjek yang relevan di dunia modern ini. Studi Islam harus mempertahankan
semua prinsip Islam dan menginspirasi semua manusia tentang cara untuk hidup
di dunia modern ini dalam hidup berdampingan dan damai.68
Menjadi suatu pembelajaran penting ketika pendidikan demokratis
dalam kelas tidak semata memberikan aplikasi bangunan kehidupan yang
menerima perbedaan, namun mampu mengumpulkan perbedaan dalam satu
konteks yang lebih besar, reformatif dan transformatif. Pendidikan demokratis
dalam kelas berperan dalam mengembangkan budaya berfikir anak-anak didik
yang saling mendukung menuju kebersamaan hidup, saling berada dalam
konteks untuk saling melengkapi dan berada dalam konsep hidup untuk tidak
menjatuhkan.
Keterampilan berpikir kritis menjadi strategi kognitif yang digunakan
untuk membantu memecahkan masalah secara efektif. Pemikiran kritis muncul
sebagai keterampilan penting yang, sekali ini, perlu dilengkapi oleh seseorang
untuk bersaing dengan perkembangan dan perubahan dalam era informasi baru
saat ini. Oleh karena itu, kebutuhan untuk menerapkan keterampilan ini sejak
tingkat sekolah dan sebagai bagian dari siswa persiapan untuk dunia kerja
sejalan dengan apa yang Miri et al tekankan, secara khusus, bahwa siswa harus
siap untuk berpikir kritis dalam konteks sekolah dan kehidupan sehari-hari.
Untuk tujuan ini, strategi pengajaran dan pembelajaran yang tepat perlu
diterapkan sehingga siswa dapat berpikir dan menghubungkan komponen
pembelajaran satu sama lain. Perlunya strategi pengajaran yang dapat
68
Muhamad Faisal Ashaari dkk, UKM Teaching and Learning Congress 2011,
Journal Social and Behavioral Sciences, (2012), (Diakses tanggal 24 April 2019 jam 13.27
WIB).
45
45
mendorong keterlibatan aktif siswa, terutama yang didasarkan pada pendekatan
aktif, konstruktivisme dan pemecahan masalah dalam pengajaran dan
pembelajaran, karena ini penting dalam menghasilkan siswa berpikir tingkat
tinggi. Strategi seperti itu dikombinasikan dengan teknologi akan memiliki
dampak signifikan pada siswa.69
Ada beberapa aplikasi dalam pelaksanaan pendidikan demokrasi di
dalam kelas:
1) Membangun kedewasaan berpikir merupakan keharusan tak terbantahkan,
sebab ini memberikan penanaman sikap untuk siap menerima perbedaan
dalam segala hal. Pendidik sebagai pengelola kelas bertanggung jawab dan
berkewajiban memiliki hal sedemikian apabila menghendaki sebuah
pelaksanaan demokratisasi pendidikan dalam kelas. Adanya pembentukan
kedewasaan akan menjadikan pendidik dan pelaksanaan pembelajaran
mengalami dinamika pendidikan yang kondusif dan konstruktif. Ini bisa
membangun suasana dan keadaan pembelajaran yang sangat menarik dan
membawa kenyamanan tersendiri.
2) Memunculkan sikap terbuka dalam sikap pendidik merupakan sebuah hal
yang perlu dipraktikkan. Ini akan membentuk budaya pendidikan yang
penuh dengan kedamaian dan perdamaian. Ketika kelas mengalami
persoalan disebabkan kebisingan anak-anak didik, pendidik tidak langsung
menyalahkan mereka, sebab itu terjadi karena adanya faktor-faktor tertentu
yang melatarbelakanginya. Keterbukaan pandangan sangat mendukung
demokratisasi pendidikan dalam kelas. Setidaknya, kondisi sedemikian akan
mewarnai sebuah praktis pendidikan yang tidak otoriter.
3) Berkehendak tinggi untuk menerima perubahan dari luar selama hal itu baik.
Diakui maupun tidak, perubahan tidak harus selalu dari dalam, melainkan,
dari luar dengan cakupan yang lebih luas. Dengan kata lain, masukan-
masukan konstruktif yang dapat mengembangkan dan memajukan sebuah
penyelenggaraan demokratisasi dalam kelas sangat dibutuhkan untuk
mengaplikasikan pendidikan yang telah diterima.70
Kemajuan belajar melalui program pembelajaran pada tingkat peserta
sendiri dengan menunjukkan pencapaian evaluasi performansi kompetensi
tertentu. Kebanyakan pembelajaran lainnya menggunakan pengujian kognitif
saja, sedangkan pelatihan berbasis kompetensi memerlukan penguasaan tiga
domain (psychomotor, cognitive dan affective) setiap hasil belajar individu (satu
unit kompetensi), sehingga sangat cocok untuk kredensial belajar dimana
keselamatan dan kerja menjadi masalah. Dengan uji performansi dan formatif,
selanjutnya peserta ini dapat diizinkan untuk beralih kepembelajaran unit.
69
Nurul Syazwani Ismail dkk, The Effect of Mobile Problem-Based Learning
Application DicScience PBL on Students’ Critical Thinking, Journal Thinking Skills and
Creativity, (2018), TSC 503, (Diakses tanggal 28 Juli 2019 jam 14.42 WIB). 70
Moh Yamin,. Menejemen Mutu Kurikulum Pendidikan, h. 213-215.
46
46
Kebanyakan dari diri seseorang kelihatan super sibuk namun prestasinya
nol, banyak dari peserta didik pun sulit untuk mengaplikasikan pendidikannya
dalam kehidupan. Dalam hidup untuk mendapatkan nama baik perlunya
perbuatan baik pula yang dimana perbuatan baik tersebut bersumber dari
pendidikan yang baik sehingga dalam hal pengaplikasiannya tidak salah, dalam
hal untuk menghindari kegagalan dalam hidup yaitu harus memiliki rencana
yang teratur, menjadikan pendidikan sebuah prioritas, juga menetapkan batas
waktu, disitulah cara untuk supaya benar dalam mengaplikasikan sebuah
pendidikan.71
Apabila dilihat ciri utama strategi pembelajaran berbabsis masalah yang
lebih menghubungkan dengan pendidikan praktik siswa diantaranya: pertama,
belajar dimulai dengan satu masalah dan masalah yang diberikan berhubungan
dengan dunia nyata peserta didik; kedua, pengorganisasikan pembelajaran
diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu (interdisipliner); ketiga
memberikan tanggung jawab yang besar kepada peserta didik dalam membentuk
dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri, dalam krangka
berfikir ilmiah; keempat menuntut peserta didik untuk mendemonstrasikan apa
yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja.72
Dalam
kinetik proses pembelajaran, pelatih akan memungkinkan menunjukkan skill
individu beberapa kali kemudian peserta akan dipandu melakukan praktik
sampai peserta dapat menunjukkan kompetensinya.73
Penggunaan teori-teori yang bersifat terpakai (applied). Teori-teori dan
pengalaman itu tidak saja dipakai sebagai dasar pemikiran, tetapi juga
dipergunakan dalam menyusun kesimpulan dan implementasinya yang
dihubungkan dengan data yang telah dihimpun. Dengan demikian akan terjadi
proses analisis yang tajam, sebagai manifestasi dari cara berfikir yang rasional,
kritis dan objektif.74
Eksakta atau alam, yaitu yang objeknya fakta-fakta alam
yang tidak dipengaruhi oleh manusia. Baik dari penelitian sosial maupun eksakta
merupakan penelitian yang hanya mendayagunakan satu disiplin ilmu saja
(interdisipliner).
71
Eddy Efendy dan Paulus Winarto, Lead A Tour Like Leader Pelajaran Dan
Inspirasi Kepemimpinan Praktis Aplikatif Dari Seorang Tour Leader, h. 12. 72
Ali Mudlofir dan Evi Fatimatur Rusydiyah, Desain Pembelajaran Inovatif Dari
Teori Ke Praktik, h.73. 73
Sri Teguh Waluyo, Teknik Aplikatif Pelaksanaan Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dan Sertifikasi, h. 12. 74
Masyhuri dan M.Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis Dan
Aplikatif, h. 43.
47
47
BAB III
INOVASI KEGIATAN KEMAH DAKWAH
A. Kemah Dakwah
1. Pengertian Kemah Dakwah
Kemah dakwah merupakan pendidikan dengan cara memberikan
pengalaman belajar kepada siswa untuk hidup di tengah-tengah masyarakat di
luar sekolah dan secara langsung mengidentifikasi serta menangani masalah-
masalah yang dihadapi masyarakat. Dengan demikian di dalam kemah dakwah
siswa harus aktif menyelami kehidupan masyarakat untuk selanjutnya dengan
bekal ilmu pengetahuan yang sudah dimiliki mampu membangun masyarakat
untuk menjadi lebih baik dan maju. Kemah dakwah merupakan suatu kegiatan
ekstrakulikuler wajib yang memadukan pelaksanakan syiar dakwah dengan
metode pemberian pengalaman belajar dan bekerja kepada siswa. Kemah
dakwah juga merupakan wahana penerapan serta pengembangan ilmu dan
teknologi, dilaksanakan di luar sekolah dalam waktu, mekanisme kerja dan
persyaratan tertentu. Oleh karena itu, kemah dakwah diarahkan untuk menjamin
keterkaitan antara dunia akademik-teoritis dengan dunia empirik-praktis. Dengan
demikian akan terjadi interaksi sinergis, saling menerima dan memberi, saling
asah, asih dan asuh antara siswa dan masyarakat.1 Dengan demikian di dalam
kemah dakwah siswa haruslah aktif menyelami kehidupan masyarakat untuk
selanjutnya dengan bekal ilmu pengetahuan yang sudah dimiliki mampu
mengembangkan tradisi yang ada di masyarakat. Kemah dakwah juga
merupakan kegiatan sejenis Kuliah Kerja Nyata (KKN), bertujuan untuk belajar
hidup bermasyarakat, mempraktekan atau merealisasikan ilmu yang telah
dipelajari di sekolah.
Dari beberapa pendapat peserta kemah dakwah dapat dilihat bahwa
kemah dakwah ini menjadi jembatan program yang bagus untuk dilanjutkan,2
melatih peserta didik untuk bersosialisasi dengan masyarakat,3 program yang
menjadi pelantara untuk pembelajaran hidup di masyarakat,4 program yang
melatih spiritual, sosial, intelektual, juga keterampilan,5 program yang menguji
1 Wawancaa dengan Agus Wahyudi, tanggal 27 April 2019, Di sekolah SMA Plus
Tauhidul Afkar. 2 Wawancara dengan Anisa Amanatullah, tanggal 1 November 2019, Di Taman
Bunga Nusantara 3 Wawancara dengan Suci Sumiati, tanggal 2 November 2019, Di Cinegah Girang
4 Wawancara dengan Hamid Solehudin, tanggal 1 November 2019, Di Cibadak
Pesantren 5 Wawancara dengan Dede Rusmilawati, tanggal 1 November 2019, Di SMA Plus
Tauhidul Afkar
48
48
kompetensi bersosialisasi di masyarakat,6 sistem pembelajaran hidup yang bisa
diambil hikmah sejak usia dini beranjak dewasa dimana kebiasaan karakter anak
usia 16-18 tahun rentan akan kehidupan anti sosial terhadap kepekaan
masyarakat luas dengan kemah dakwah ini setiap remaja bisa menerapkan
pelajaran hidup dalam jangka waktu singkat yang membuat kesan keperdulian
terhadap masyarakat di suatu lingkungan yang minim akan pengetahuan tentang
pentingnya peran remaja di suatu wilayah atau tempat yang mampu
menghidupkan suasana wilayah tersebut.7 program kemah baru dilaksanakan di
sekolah SMA Plus Tauhidul Afkar belum terdapat di sekolah lain di kabupaten
Cianjur,8 kegiatan ini memberi banyak pelajaran ilmu dan pengalaman,
9 kegiatan
pengabdian kepada masyarakat yang mewajibkan peserta tinggal di suatu tempat
untuk menjalankan suatu program. Diantara bidang garapannya yaitu
keagamaan, pendidikan, keterampilan, sosial, olahraga dan ilmu teknologi,10
Pendapat yang lain bahwa kemah dakwah menjadi kegiatan pengabdian
masyarakat secara nyata yang dilaksanakan oleh SMA Plus Tauhidul Afkar
khusus untuk siswa kelas XI dengan tujuan untuk membangun kreatifitas siswa,
pembinaan mental, membangun watak dan karakter di lingkungan masyarakat,11
sebuah langkah untuk mengekspresikan ilmu apa yang siswa mampu dan
dimiliki untuk dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,12
kemah dakwah
membantu mendewasakan diri dalam bermasyarakat khususnya bagi peserta
dalam segala bidang salah satu contohnya tingginya rasa percaya diri
bersosialisasi dimasyarakat dan membantu pembekalan kualitas perekonomian
dikemudian hari,13
adanya kemah dakwah melatih peserta lebih kompak dan
aktif dan komunikatif dimasyarakat14
sehingga menjadi gambaran bagaimana
kehidupan di masyarakat15
dan menjadikan pelajaran atau simulasi untuk para
peserta bersosialisasi yang baik saat terjun ke masyarakat.16
ini menjadi langkah
awal salah satu pelajaran hidup untuk lebih siap lagi terjun ke masyarakat,17
6 Wawancara dengan Septiandi Abdul Haris, tanggal 1 November 2019, Di
Koperasi Cibadak Pesantren 7 Wawancara dengan Ulfi Rahmah, tanggal 4 November 2019, Di Jakarta
8 Wawancara dengan Kris Ibnu Sina, tanggal 1 November 2019, Di Cibadak
Pesantren 9 Wawancara dengan Mudrik, tanggal 1 November 2019, Di STAI Imam Syafi`i
10 Wawancara dengan Yulianah, tanggal 2 November 2019, Di Cianjur
11 Wawancara dengan Siti Najiah, tanggal 2 November 2019, Di Cinengah Girang
12 Wawancara dengan Mimi Hanipah, tanggal 2 November 2019, Di Cinengah
Girang 13
Wawancara dengan Siti Nafisah, tanggal 2 November 2019, Di Cinengah Girang 14
Wawancara dengan Suryani, tanggal 1 November 2019, Di Cipanas 15
Wawancara dengan Rida Awaliyah, tanggal 1 November 2019, Di Cipanas 16
Wawancara dengan Dede Sopia Zahra, tanggal 1 November 2019, Di Cibadak
Pesantren 17
Wawancara dengan Darul Fahmi, tanggal 2 November 2019, Di Cinengah
Girang
49
49
kemah dakwah bermanfaat untuk bersosialisasi dengan lingkungan baru,
menambah wawasan dan pengalaman hidup kedepan. 18
Di dalam kegiatan kemah dakwah siswa dihadapkan pada kondisi
langsung bersentuhan dengan masyarakat. Untuk itu, di dalam kemah dakwah
perlu diperhatikan hal-hal yang sangat mendasar, yaitu:
a. Kemah dakwah merupakan bentuk pembelajaran yang menggabungkan
konsep pengabdian. Di dalam kemah dakwah terdapat pendidikan atau
pelatihan, penelitian, pengabdian masyarakat dan juga pengembangan Islam.
b. Pentingnya pendekatan multidispliner dan komprehensif. Di lapangan siswa
akan menemukan masalah-masalah yang tidak cukup hanya diselesaikan
dengan satu disiplin ilmu, melainkan harus didekati berbagai disiplin ilmu.
Dengan demikian siswa harus meninggalkan egoisme keilmuannya dan
sebaliknya harus terbuka dan banyak belajar mengenai berbagai disiplin
ilmu.
c. Perlunya dilakukan kegiatan lintas sektoral. Kompleksitas persoalan yang
ada di masyarakat menunjukan bahwa penting untuk melakukan koordinasi
dan bekerja sama dengan berbagai sektor, baik pemerintahan maupun swasta
dengan kelompok maupun perorangan dengan kelompok tua maupun muda
dan dengan berbagai lapisan masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan,
tingkat ekonomi dan profesi yang berbeda-beda.
d. Penting adanya keterlibatan masyarakat dan pemerintah setempat secara
aktif. Keberhasilan kemah dakwah tidak semata-mata bergantung pada
pemerintah setempat dan masyarakat. Itulah sebabnya selain siswa,
masyarakat dan pemerintah setempat juga dituntut untuk aktif dalam
pelaksanaan kemah dakwah.
e. Syiar dakwah ke-Islaman dalam konteks kekinian.
Sasaran kegiatan kemah dakwah SMA Plus Tauhidul Afkar adalah
sebagai berikut:
1. Siswa
a. Memperdalam pengertian dan penghayatan siswa tentang: Cara berfikir
dan bekerja secara interdisipliner atau cross sectoral; Kegunaan hasil
pendidikan umumnya bagi pemberdayaan masyarakat dan khususnya
bagi daerah pedesaan.
b. Mendewasakan pikiran siswa untuk melaksanakan setiap penelaahan
dan pemecahan masalah yang ada di dalam masyarakat secara
pragmatis ilmiah.
c. Memberikan keterampilan kepada siswa untuk melaksanakan program-
program pengembangan dan pembangunan desa.
d. Membina siswa untuk menjadi seorang motivator dan problem solver.
e. Memberikan pengalaman dan keterampilan kepada siswa sebagai kader
pembangunan, di samping diharapkan terbentuknya sikap dan rasa cinta
serta tanggung jawab terhadap kemajuan masyarakat pedesaan,
18
Wawancara dengan M Akmal Muharam, tanggal 2 November 2019, Di Cianjur
50
50
sehingga bila telah menjadi masyarakat kelak, sanggup ditempatkan
dimana saja.
f. Perluasan dan pemahaman siswa terhadap kenyataan tentang kehidupan
keberagaman di masyarakat; Penumbuhan semangat pengabdian siswa
dalam memecahkan kemiskinan rohaniah sebagai bentuk dari amar
ma`ruf nahi munkar dalam masyarakat Islam pedesaan; Penumbuhan
dan pengembangan gairah kegiatan pengajaran (real contect).19
2. Tahapan pelaksanaan kegiatan Kemah Dawah
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan dan pelaksanaan
program kegiatan kemah dakwah yaitu, penyusunan program kerja didasarkan pada
problem-problem riil yang ditemukan di lapangan pada saat melakukan pendalaman
medan lokasi. Dengan demikian program yang akan dilaksanakan program yang
diperlukan oleh masyarakat, penyusunan program dilakukan berdasarkan
musyawarah seluruh peserta kemah dakwah dalam satu kelompok. Jadi, tidak hanya
dirumuskan oleh koordinator kelompok. Namun demikian sebelum dilakukan
musyawarah koordinator harus mempersiapkan draftnya sehingga musyawarah akan
berjalan secara efektif dan efisien, program kegiatan harus disususn dengan
mempertimbangkan analisis SWOT, baik terhadap diri siswa maupun terhadap
masyarakat. Analisis SWOT terhadap diri siswa berarti memetakan kekuatan,
kelemahan, peluang dan tantangan yang dimiliki dan dihadapi siswa. Sedangkan
analisis SWOT terhadap masyarakat berarti memetakan kekuatan, kelemahan,
peluang dan tantangan serta hambatan masyarakat. Dengan demikian, program yang
akan disusun benar-benar realistis, bermanfaat dan dapat dilakukan oleh siswa,
program kegiatan harus diorganisir, yaitu dengan menentukan penanggung jawab,
jadwal pelaksanaan, metode, peserta kegiatan dan anggaran yang diperlukan, setiap
kegiatan dibuatkan proposal. Proposal bisa dalam bentuk setiap kegiatan, bisa juga
dalam bentuk gabungan dari seluruh kegiatan.20
Dalam persiapan pelaksanaan kegiatan kemah dakwah terlebih dahulu
siswa harus memperhatikan beberapa persyaratan yang harus di lengkapi sebelum
melaksanakan kegiatan Kemah Dakwah. Dalam tahapan kegiatannya yaitu sebagai
berikut:
a. Survey Lokasi Sekolah melaksanakan survey ke lokasi yang menjadi tempat kegiatan
kemah dakwah dengan melakukan koordinasi dengan pejabat setempat,
khususnya kepala desa dan aparatur desa. Siswa juga melaksanakan survey
lokasi, sehingga pada saat pelaksaan kemah dakwah siswa tidak akan
menemukan kesulitan-kesulitan yang tidak perlu, seperti tidak tahu lokasi
kemah dakwah, tidak mengetahui arah jalan menuju lokasi dan sebagainya.
Pelaksanaan kegiatan kemah dakwah pada tahun 2018-2019 dilaksanakan di
Desa Batulawang. Desa Batulawang adalah desa yang berada di kecamatan
Cipanas, kabupaten Cianjur, provinsi Jawa Barat
19
Agus Wahyudi, Buku Panduan Kemah Dakwah , h. 2-3 20
Agus Wahyudi, Buku Panduan Kemah Dakwah , h. 18
51
51
b. Pendaftaran dan Tahapan Kegiatan
Untuk bisa mengikuti kegiatan kemah dakwah, siswa harus
mendaftarkan diri sebagai peserta dan mengikuti kegiatan sebagai berikut
1) Mendaftarkan diri sebagai peserta kemah dakwah dengan
persyaratan pendaftaran, yaitu: mengisi formulir pendaftaran dan
membayar administrasi kemah dakwah ke bendahara sekolah
maksimal 1 minggu sebelum pelaksanaan kegiatan;
2) Perindividu siswa menerima buku yang yang harus diisi catatan
keseharian pada saat kegiatan kemah dakwah, sedangkan
perkelompok diberikan buku panduan dan buku catatan
perkelompok diwakili oleh ketua kelompok
a) Buku panduan kelompok berisi tentang latar belakang kegiatan
(visi dan misi), dasar pelaksanaan kegiatan, tujuan, sasaran,
persyaratan, waktu dan tempat kegiatan, pembagian kelompok,
tugas-tugas kegiatan, persiapan kegiatan, pelaksanaan kemah
dakwah dan tata tertib selama kegiatan;
b) Dan buku catatan perkelompok yang berisi tata tertib kegiatan
dan catatan yang harus diisi mengenai program kerja peserta
selama pelaksanaan kegiatan kemah dakwah berlangsung.
3) Mengikuti pembekalan kemah dakwah di sekolah yang
dilaksanakan 1 minggu sebelum kegiatan kemah dakwah
berlangsung, dalam pembekalan kegiatan kemah dakwah ini
sekolah menyiapkan beberapa pemateri dari dewan guru dan jajaran
pemerintah kabupaten yang mumpuni dalam bidangnya masing-
masing yaitu dalam bidang pendidikan oleh H. Taufik Hidayat,
S.Ag. Inti yang disampaikan dalam pembekalan bidang pendidikan
guru menyampaikan beberapa hal yang harus di persiapkan
terutama keilmuan ketika para peserta masuk ke beberapa sekolah
untuk belajar mengajar dan harus mampu menggali keilmuan yang
sudah pernah diajarkan di sekolah terutama dalam pelajaran
keislaman, bidang keagamaan oleh Ai Maskuroh, SE. hal yang
disampaikan bagaimana para siswa menjadi khalifah Allah untuk
senantiasa menyampaikan hal-hal terkait keagamaan kepada
masyarakat dan tentunya menjadi bekal untuk para peserta selama
kegiatan berlangsung, bidang sosial/lingkungan oleh Lepi Ali
Firmansyah (Anggota komisi 4 DPRD Kab. Cianjur) dalam bidang
lingkungan sosial peserta dituntut untuk bisa menyesuaikan diri di
tempat yang baru dan berbaur dengan masyarakat luas serta
berkontribusi dalam setiap kegiatannya, bidang ilmu teknologi oleh
Deden Tosin K, SE. dalam bidang ini para peserta harus menggali
kemampuannya masing-masing di bidang ilmu teknologi sehingga
dapat membantu sedikit banyak dalam ruang lingkup administrasi
masyarakat di tempat kegiatan kemah dakwah, bidang
olahraga/kesehatan oleh Faisal Fadilah, S.Pd. memberikan arahan
mengenai budaya hidup sehat, bidang keterampilan/industry oleh
52
52
Uuh Suhaemi, S.Pd. menggali keterampilan dan bakat peserta agar
dalam pengembangan ada yang bisa di terapkan atau
membudayakan yang sudah ada di masyarakat, bidang
adimistrasi/laporan oleh Agus Wahyudi, S.Pd, mengarahkan
sekaligus mempraktekkan bagaimana membuat karya tulis yang
baik untuk pembekalan peserta dalam membuat proposal atau
laporan kegiatan akhir kemah dakwah dan pengenalan keadaan
desa Batulawang oleh Sukarno (Bagian Administrasi Desa
Batulawang) menjelaskan ruang lingkup desa Batulawang dari
mulai ekonomi masyarakat, tingkat pendidikan termasuk rutinitas
kegiatan masyarakat sehari-hari.
4) Mengikuti pelepasan oleh kepala sekolah yang dilaksanakan di
lapangan SMA Plus Tauhidul Afkar;
5) Mengikuti pembukaan atau serah terima peserta kemah dakwah
dari kepala sekolah kepada pejabat terkait yang dilaksanakan di
aula desa batulawang yang dihadiri langsung oleh kepada desa
Batulawang (H. Nanang Rohaendi);
6) Mengikuti penutupan/ lokakarya yang dilaksanakan di aula desa
Batulawang yang di hadiri oleh kepala desa Batulawang, Tokoh
masyarakat setempat, Kepala Sekolah beserta jajaran dewan guru
SMA Plus Tauhidul Afkar;
7) Membuat laporan kegiatan kemah dakwah selambat-lambatnya 2
minggu setelah pelaksanaan kegiatan untuk selanjutnya dijadikan
bahan evaluasi dalam sidang penentuan kelulusan kegiatan kemah
dakwah. 21
c. Pembukaan dan Serah Terima
Pembukaan dan serah terima dilaksanakan oleh kepala sekolah dihadiri
oleh para pemimpin dan pejabat serta tokoh masyarakat setempat.
Pembukaan dan serah terima dilaksanakan di desa Batulawang yang menjadi
lokasi kemah dakwah tahun 2018-2019, seluruh peserta kemah dakwah
wajib hadir dalam acara pembukaan dan serah terima.
d. Konsolidasi dengan Pejabat dan Tokoh Masyarakat
Setelah terlaksana kegiatan pembukaan kemah dakwah, siswa berarti
secara resmi telah diterima oleh masyarakat setempat untuk melaksanakan
kegiatan kemah dakwah. Sejak itulah maka siswa mulai bisa melaksanakan
aktifitas kemah dakwah di tengah-tengah masyarakat. Namun demikian,
sebagai pendatang baru di masyarakat, langkah pertama yang dilakukan
siswa adalah melakukan konsolidasi baik internal maupun eksternal.
1. Konsolidasi internal
Konsolidasi internal dilakukan dengan membentuk struktur susunan
kelompok dan menunjuk salah satu siswa untuk dijadikan koordinator,
21
Agus Wahyudi, Buku Panduan Kelompok Kemah Dakwah , h. 13
53
53
baik di tingkat kecamatan ataupun di tingkat desa oleh guru pembimbing
lapangan (GPL). Adapun pembagian kelompok kemah dakwah 2018-
2019 yaitu sebagai berikut;
Kelompok 1
Pembimbing: Ade Sudrajat, S.Pd.I,
M.M.Pd.
Ketua: Rusdian
M. Mikyal
Akmal
Faisal
Rijalis
Faiz Mubarok
Agung
Faturahman
Muhammad Asep
Rahman
M. Azhar Dhiya Ulhaq
Dilah Ubaidillah
M. Lutfi
Ardiansyah
Mohammad Natsir
Kelompok 2
Pembimbing: Lidiawati, SP
Ketua: Siti Ruhaya
Riska
Khoerunnisa
Anisa Pramesti
Rahma
Siti Rahma
Riananda Ashari
Tia Nuraini
Hana
Nurhalisa
Siti Hani
Yuliana
Siti Nuraeni
Usi
Safitri
Mita Pratiwi
Kelompok 3
Pembimbing: Ahmad Hamdan
Malik, A.Md
Ketua: Deri
Mintarja
Muhammad Lucky
Akbar
M. Wildan
Sopian
Muhammad Akbar M
Calvin Melando
Suparman
Muhammad Rahman
Moh. Supardi
Andi
Alpandi
Irfan
Hakim
Kelompok 4
Pembimbing: Desi Rianasari, S.Pd.
Ketua: Siti Andrayani
Sifa Ayuni
Ai Rosita
Rosdiana
Nurhasanah
Eni
Rohaeni
Yulia
Fitri
Siti Asri
Laila
Siti Nur Laila Latif
Sania
Rismayani
Eka Septiani
Mely
Untuk kelancaran pelaksanaan tugas di lapangan, maka dibentuk
kelompok kerja tingkat desa. Di tingkat desa terdiri atas ketua, sekretaris
54
54
dan sekurang-kurangnya tiga anggota. Sedangkan untuk tingkat
kecamatan koordinator terdiri atas ketua, sekretaris dan bendahara.
a. Tugas koordinator tingkat desa
1) Mengkoordinasikan palaksanaan kegiatan kemah dakwah di tingkat
desa;
2) Mengadakan hubungan serta kerjasama yang baik sesama peserta,
pemerintah setempat maupun masyarakat;
3) Memberikan informasi kepada pengelola atau guru pembimbing
lapangan tentang segala perkembangan di lokasi;
4) Membuat laporan akhir.
b. Tugas koordinator tingkat Kecamatan
1) Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan kemah dakwah di tingkat
kecamatan;
2) Menjadi penghubung dengan kepala kecamatan dan instansi lain
dalam kegiatan kemah dakwah di tingkat desa;
3) Mengkoordinasikan pembuatan makalah dan pelaksanaan
lokakarya tingkat desa;
4) Mengadakan pertemuan berkala dengan para pembimbing
lapangan;
5) Membuat laporan hasil lokakarya dan lain-lainnya kepada sekolah.
Pembentukan koordinator baik di tingkat kecamatan maupun desa
dilaksanakan secara demokratis oleh sekolah. Guru yang terpilih sebagai
koordinator wajib menyampiakan hasil pemilihannya secara tertulis
kepada sekolah. Selanjutnya sekolah akan menerbitkan surat keputusan
(SK) pengurus koordinator kemah dakwah, baik di tingkat kecamatan
maupun desa.
2. Konsolidasi eksternal
Konsolidasi eksternal dilakukan dengan cara melakukan koordinasi
dengan pejabat dan tokoh-tokoh masyarakat setempat. Hari pertama
kegiatan kemah dakwah para peserta melakukan konsolidasi kepada pihak
camat, kepala desa, RT , RW , Ketua PKK, Ketua Pemuda, Ulama dan
sebagainya yang dipandang memiliki peran. Koordinasi ini dilakukan
selain untuk mendapatkan berbagai informasi tentang karakter dan
dinamika serta persoalan-persoalan di masyarakat, juga dimaksudkan
untuk mendapatkan dukungan dalam pelaksanaan kemah dakwah,
sehingga ketika melaksanakan program kegiatan kemah dakwah bisa
berjalan dengan lancar.
e. Pendalaman Medan Lokasi
Untuk mendapatkan informasi tentang banyak hal dari lokasi kemah
dakwah, siswa perlu melakukan pendalaman medan lokasi. Pendalaman
medan lokasi ini penting untuk mengenal lebih jauh tentang karakter atau
budaya masyarakat, potensi yang dimiliki, tokoh-tokoh yang berperan,
problem-problem yang dihadapi masyarakat dan berbagai informasi lainnya.
55
55
dalam kegiatan pembekalan sekolah sudah memberikan materi pengenalan
khusus mengenai daerah yang akan di jadikan lokasi kegiatan kemah
dakwah, pengenalan keadaan desa Batulawang tersebut di sampaikan oleh
Sukarno (Bagian Administrasi Desa Batulawang). Selanjutnya, pendalaman
lokasi kemah dakwah dilakukan dengan berbagai cara oleh para peserta,
yaitu :
1) Mengamati atau meneliti terhadap hal-hal yang berupa lingkungan fisik
maupun lingkungan non-fisik di desa Batulawang;
2) Wawancara atau tanya jawab terhadap pejabat, tokoh masyarakat atau
terhadap masyarakat pada umumnya yang berada di sekitar desa
Batulawang;
3) Silaturahmi dengan melakukan kunjungan kepada para pajabat atau
tokoh masyarakat desa Batulawang, hal penting dalam melakukan
pendalaman ini adalah seluruh aktifitas pendalaman ini di
dokumentasikan, baik dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk foto
dengan demikian seluruh informasi akan bisa diolah dengan mudah.
f. Penyusunan dan Pelaksanaan Program Kegiatan
Dalam penyusunan dan pelaksanaan program kegiatan kemah dakwah
harus didasarkan pada problem-problem riil yang ditemukan di lapangan
pada saat melakukan pendalaman medan lokasi. Dengan demikian program
yang akan dilaksanakan yaitu program yang diperlukan oleh masyarakat;
Dalam penyusunan program dilakukan berdasarkan musyawarah seluruh
peserta kemah dakwah dalam satu kelompok, sebelum dilakukan
musyawarah, koordinator harus mempersiapkan program yang akan
dilaksanakan sehinnga musyawarah akan berjalan secara efektif dan efisien;
Tawaran program-program kegiatan yang telah dirancang dan tersusun
oleh sekolah dapat dilakukan oleh peserta kemah dakwah, meliputi bidang-
bidang sebagai berikut :
1. Bidang Kependidikan
a. Pemberian pelajaran tambahan SD/MI, SMP/MTs;
b. Bimbel SD/MI, SMP/MTs;
c. Pelatihan/bimbingan kegiatan ekstrakulikuler;
d. Pelatihan bahasa arab dan bahasa inggris SD/MI, SMP/MTs,
SMA/MA/SMK, umum;
e. Penyuluhan ke sekolah SD/MI, S MP/MTs, SMA/MA/SMK;
f. Perlombaan SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK dan umum.
2. Keagamaan
a. Pembinaan pengajian anak-anak;
b. Menghadiri kegiatan pengajian rutin di desa;
c. Membentuk takmir masjid ( jika belum ada);
d. Pembentukan ikatan remaja masjid;
e. Pembinaan TPA;
f. Mengaktifkan shalat berjama’ah;
g. Pelatihan pembuatan kaligrafi;
56
56
h. Pengadaan administrasi kelengkapan masjid;
i. Mengembangkan kesenian islam;
j. Seminar keputrian.
3. Sosial, masyarakat, ekonomi
a. Bidang pembangunan masyarakat desa;
1. Peningkatan administrasi desa/RT/RW;
2. Gotong royong;
b. Bidang pemuda dan olahraga;
1. Bekerjasama dalam pembinaan karang taruna;
2. Keterampilan pemuda;
3. Penerangan media massa;
4. Pemutaran film edukatif;
5. Kerja bakti.
4. Kesenian dan budaya
a. Memberikan pelatihan music untuk siswa dan umum bertemakan
islami ( qosidah, marawis, nasyid);
b. Lomba seni dan budaya untuk siswa dan umum;
c. Pelatihan kaligrafi.
5. Peningkatan produksi
a. Penanaman apotek hidup;
b. Dan lain-lain yang berhubungan dengan keahlian program studi.
6. Kesehatan
a. Penyuluhan kesehatan;
b. Membantu kegiatan posyandu;
c. Pemeriksaan golongan darah;
d. Donor darah.
7. Prasarana fisik
Membuat papan nama jalan, gang dan masjid-masjid.
8. Administrasi ( Bidang Teknologi )
a. Membantu memperbaiki dan menyempurnakan administrasi
pedesaan, RW, RT.
b. Membantu melengkapi administrasi masjid atau musolla (stempel,
papan nama masjid, struktur organisasi masjid).
Program kegiatan harus disusun dengan mempertimbangkan analisis
SWOT, baik terhadap diri siswa maupun terhadap masyarakat. Analisis
SWOT terhadap diri siswa berarti memetakan kekuatan, kelemahan, peluang
dan tantangan yang dimiliki dan dihadapi siswa. Sedangkan analisis SWOT
terhadap masyarakat berarti memetakan kekuatan, peluang dan tantangan
serta hambatan masyarakat. Dengan demikian, program yang akan disusun
57
57
benar-benar realistis, bermanfaat dan dapat dilakukan oleh siswa. Dalam
kesehariannya rutinitas yang dilaksanakan oleh peserta kemah dakwah yaitu:
Pukul Kegiatan
03.00-05.00 Sholat tahajud, baca al-Qur`an dan sholat berjamaah di
Madrasah Al-Ikhlas
05.30-07.00 Persiapan pelaksanaan program kegiatan
07.30-12.00 Melaksanakan program bidang masing-masing ada yang
melaksanakan bidang pendidikan membantu kegiatan
mengajar (Paud Dahlia, TK Assyifa, SD Loji dan SMP
Al-Husna), bidang ilmu teknologi membantu administrasi
desa Batulawang, bidang keagamaan pengajian di majelis
taklim desa Batulawang, bidang kesehatan membantu di
puskesmas desa Batulawang, bidang sosial membantu
kegiatan berkebun di wilayah Situhapa desa Batulawang.
13.00-14.00 Istirahat, sholat dan makan
14.00-15.00 Kegiatan ke TPQ Al-Husna dan kegiatan membaca serta
belajar bahasa Arab tingkat umum
15.00-16.00 Sholat ashar berjamaah di Masjid Al-Ikhlas
16.30-17.30 Giat pribadi
17.30-18.00 Sholat magrib berjamaah Masjid Al-Ikhlas
18.30-20.00 Pengajian
20.10-21.00 Evaluasi kegiatan selama satu hari
21.00-03.00 Istirahat
Dalam pelaksanaannya dari beberapa program kemah dakwah di atas
yang sudah di rancang para peserta mempunyai garapan bidangnya masing-
masing yang setiap harinya para peserta harus menulis kegiatan mereka di
buku catatan individu yang diberikan oleh sekolah yang nanti di akhir
kegiatan kemah dakwah harus dilaporan ke Guru Pembimbing Lapangan
(GPL) dan di serahkan kepada dewan penguji, dalam program-program
yang telah disusun tidak semuanya bidang garapan terealisasi.22
Program-
program yang terealisasi dalam kegiatan kemah dakwah tahun 2018-2019
yaitu dalam bidang pendidikan membantu kegiatan mengajar umum dan
keagamaan di beberapa sekolah yaitu: Paud Dahlia membantu mengarahkan
para siswa untuk belajar membaca dan berhitung, TK Assyifa membantu
mengarahkan para siswa untuk belajar membaca dan berhitung, TPQ Al-
Husna membantu para siswa untuk belajar membaca Al-Quran dan bahasa
Arab, SD Loji membantu mengarahkan pembelajaran umum dan SMP Al-
Husna membantu kegiatan ekstrakulikuler pramuka dan belajar Bahasa Arab
serta membaca tingkat umum setiap sore di RT. 05/ RW.02 sekretariat puteri
belakang desa Batulawang); Bidang ilmu teknologi membantu administrasi
desa Batulawang salah satunya merekapitulasi data Kartu Indonesia Pintar
22
Agus Wahyudi, Buku Panduan Kelompok Kemah Dakwah , h. 20
58
58
(KIS); Bidang keagamaan pengajian di majelis taklim masjid Al-Ikhlas desa
Batulawang secara bergilir sesuai dengan jadwal pengajian ibu-ibu setiap
pagi puul 09.00 sampai dengan pukul 11.00 dan pengajian bapak-bapak di
mulai dari selesai sholat berjamaah magrib sampai jam 20.00 serta shalat
berjamaah setiap subuh, magrib dan isya di masjid Al-Ikhlas; Bidang
kesehatan membantu di puskesmas desa Batulawang, menerapkan kegiatan
Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) TK Assyifa serta dalam rangkaian
penutupan melaksanakan kegiatan donor darah secara gratis di kantor
wilayah desa; Bidang sosial membantu kegiatan berkebun di wilayah
Situhapa desa Batulawang, menjalankan kegiatan Kangmas (Kantong
Masyarakat) mengumpulkan sampah menjadi uang, kerja bakti merenovasi
depan masjid Al-Kohar dan WC umum, pembersihan kandang sapi desa
Batulawang.
g. Penutupan
Di akhir kemah dakwah siswa biasanya akan melaksanakan penutuan
dalam bentuk perpisahan. Beberapa rangakaian acara sebelum dilaksanakan
pada saat perpisahan yaitu kunjungan dan kajian di rumah tokoh masjid Al-
Ikhlas (Kakek Ahmad), donor darah gratis untuk umum yang dilaksanakan
di desa Batulawang dan lomba pidato bertempat di SMP Al-Husna Madani.
Seperti halnya pada pembukaan atau serah terima peserta kemah dakwah,
dalam acara penutupan kegiatan kemah dakwah tahun 2018-2019 dihadiri
kepala desa Batulawang, Kepala Sekolah, guru pembimbing lapangan, tokoh
masyarakat (Sekretaris desa, Ketua DKM Masjid Al-Ikhlas, perwakilan
guru Paud Al-Azkiya, Ketua Karang Taruna) dan peserta kemah dakwah,
pelaksanaan penutupan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, koordinator
kemah dakwah di tingkat desa berkoordinasi dengan pihak sekolah maupun
guru pembimbing lapangan, penutupan kegiatan ini dilaksanakan secara
sederhana tetapi penuh hikmat di kantor desa Batulawang.
h. Penyusunan Laporan dan Penilaian
Setelah seluruh kegiatan selesai dilaksanakan, maka siswa dapat
mengakhiri kegiatan kemah dakwah dan di buktikan dengan surat
keterangan selesai dari kepala desa Batulawang. Selanjutnya siswa dapat
menyusun laporan kemah dakwah yang dimaksud dengan laporan kemah
dakwah adalah karya tulis yang disusun oleh siswa yang isinya berupa
informasi berbagai hal yang dialami dan dilakukan oleh siswa selama
melaksanakan kegiatan kemah dakwah.
Berikut beberapa keentuan pembuatan laporan kemah dakwah yaitu:
a) Laporan dibuat secara berkelompok;
b) Laporan ditulis setelah siswa melaksanakan kemah dakwah;
c) Dalam penulisan laporan, siswa akan dibimbing oleh guru pembimbing
lapangan;
d) Sebelum diserahkan kepada sekolah, laporan kemah dakwah harus
sudah ditandatangani oleh guru pembimbing lapangan;
59
59
e) Laporan ditulis komputer dengan ketentuan: jarak tulisan dua spasi,
menggunakan huruf times new roman dengan ukuran 12, menggunakan
kertas berukuran A4, margin atas dan margin kiri 4 cm, sedangkan
margin kanan dan bawah berukuran 3 cm;
f) Laporan disusun secara deskriptif, yaitu menjelaskan atau
menggambarkan fakta , data-data, gambar dan foto-foto yang ditemukan
di lapangan dan analitis, yaitu menilai sejauh mana efektivitas
pelaksanaan dan hasil kemah dakwah, baik bagi siswa, sekolah, maupun
masyarakat;
g) Laporan dibuat dalam tiga rangkap masing-masing untuk sekolah, guru
pembimbing lapangan, kepala desa dan arsip siswa, selambat-lambatnya
dua minggu setelah selesai kemah dakwah.
Penilaian kemah dakwah di lihat dari kepribadian siswa. Komponen-
komponen penilaiannya ada yang diambil dari siswa pribadi dan ada juga
yang diambil berdasarkan kelompok. Beberapa ketentuan dalam penilaian
kemah dakwah adalah sebagai berikut :
1. Penilaian dilakukan oleh pejabat atau tokoh masyarakat, guru
pembimbing lapangan berkoordinasi dengan sekolah;
2. Rentang penilaian adalah 0 s.d 100;
3. Komponen yang dinilai, kualifikasi penilaian, bobot penilaian dan
penilai kemah dakwah adalah sebagai berikut :23
KOMPONEN KUALIFIKASI BOBOT PENILAI
Kualitas dan dampak
kegiatan
Kelompok 40 % Pejabat atau
tokoh
masyarakat
Peran dan keaktifan
siswa dalam kegiatan
Individu 20 % Guru
pembimbing
lapangan
Kualitas laporan Kelompok 25 % Sekolah
Peran dan keaktifan
dalam penyusunan
laporan
Individu 15 % Guru
pembimbing
23
Agus Wahyudi, Buku Panduan Kelompok Kemah Dakwah , h. 24
60
60
B. Inovasi Pendidikan
Inovasi merupakan sebuah proses hasil pengembangan, pemanfaatan
atau mobilisasi pengetahuan, keterampilan (termasuk keterampilan teknologis)
dan pengalaman untuk menciptakan, memperbaiki produk (barang dan jasa),
proses sistem yang baru yang memberikan nilai yang berarti secara signifikan,
metode atau alat.24
Ada beberapa pendapat mengenai inovasi pendidikan Ibrahim25
mengemukakan bahwa inovasi pendidikan merupakan inovasi dalam bidang
pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi, inovasi
pendidikan menjadikan suatu ide, barang, metode yang dirasakan atau atau
diamati berbagai hal yang baru bagi hasil seseorang atau kelompok orang
(masyarakat), baik berupa hasil inverse (penemuan baru) atau discovery (baru
ditemukan orang) yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk
memecahkan masalah pendidikan. Inovasi merupakan ciptaan-ciptaan yang baru
walaupun sebenarnya bisa saja bukan sesuatu yang benar-benar baru melainkan
pengembangan dari yang sudah ada dengan memberikan tampilan baru.26
Demikian pula Ansyar Nurtain27
mengemukakan inovasi tinggi gagasan,
perbuatan atau sesuatu yang baru dalam konteks sosial tertentu, untuk menjawab
masalah yang dihadapi.
Salah satu inovasi dalam pendidikan yaitu adanya program kegiatan
kemah dakwah. Kemah dakwah merupakan inovasi pendidikan yang
memadukan pendidikan dengan cara memberikan pengalaman belajar kepada
siswa untuk hidup di tengah-tengah masyarakat di luar sekolah dan secara
langsung mengidentifikasi serta menangani masalah-masalah yang dihadapi
masyarakat. Dengan demikian di dalam kemah dakwah siswa haruslah aktif
menyelami kehidupan masyarakat untuk selanjutnya dengan bekal ilmu
pengetahuan yang sudah dimiliki mampu membangun masyarakat untuk menjadi
lebih baik dan maju. Kemah dakwah merupakan suatu kegiatan ektrakulikuler
wajib yang memadukan pelaksanakan syiar dakwah dengan metode pemberian
pengalaman belajar dan bekerja kepada siswa. Kemah dakwah juga merupakan
wahana penerapan serta pengembangan ilmu dan teknologi , dilaksanakan di luar
sekolah dalam waktu, mekanisme kerja dan persyaratan tertentu. Oleh karena itu,
kemah dakwah diarahkan untuk menjamin keterkaitan antara dunia akademik-
teoritis dengan dunia empirik-praktis. Dengan demikian akan terjadi interaksi
24
Barkah Alkhaliq, Praktis Berinovasi Buku Manual Untuk Mencari Ide Inovasi
Dan Tahapan Dalam Membuat Inovasi, (Depok:Indie Publishing, 2011), h. 4 25
Slameto, Metodologi Penelitian & Inovasi Pendidikan, (Jl.Diponegoro 52-60
Salatiga 50711: Satya Wacana University Press, 2015), h. 380. 26
Barkah Alkhaliq, Praktis Berinovasi Buku Manual Untuk Mencari Ide Inovasi
Dan Tahapan Dalam Membuat Inovasi, (Depok:Indie Publishing, 2011), h. 4 27
Slameto, Metodologi Penelitian & Inovasi Pendidikan, (Jl.Diponegoro 52-60
Salatiga 50711: Satya Wacana University Press, 2015), h. 380.
61
61
sinergis, saling menerima dan memberi, saling asah, asih dan asuh antara siswa
dan masyarakat.28
Inovasi menjadi subjek organisasi untuk waktu yang lama, meskipun
dengan menghasilkan produk baru, mungkin dapat menarik pelanggan untuk
sementara waktu tetapi lebih penting daripada inovasi dan penemuan menjadi
proses yang dapat mengalir seperti siklus waktu dengan mencapai periode jatuh
tempo pesaing lain dapatkan teknologi produksinya dan bisa mendapat
manfaatnya.29
Saat ini ada banyak lembaga pendidikan menggunakan sarana
pembelajaran dan penilaian modern menyediakan pelatihan dan pelatihan
khusus, dalam kurikulum mereka menjadikan mata pelajaran yang jelas memiliki
aplikasi praktis, terlepas dari profil mereka. Banyak dari subyek ini, termasuk
masalah saat ini, mempromosikan pengembangan kapasitas penerima manfaat,
keterampilan kewirausahaan mereka, mengembangkan kreativitas mereka,
meningkatkan hubungan stok dan memperkuat sifat kewirausahaan dari
penerima manfaat pendidikan.30
Dengan demikian pengembangan profesional digunakan untuk
mendukung perubahan struktur atau teknologi atau untuk memenuhi fungsi
pemeliharaan. Perubahan satu tipe akan mendorong perubahan tipe lainnya.
Misalnya, perubahan penyampaian pengajaran menggunakan media komputer
akan menuntut guru untuk mempelajari keterampilan baru mengenai komputer,
sehingga ia mampu menggunakannya dengan baik.31
Secara intelektual, pendidik berkewajiban menghantarkan peserta didik
kearah kecerdasan dalam mengelola semesta alam untuk kebutuhan hidupnya.
Secara moral, pendidik mengajarkan peserta didik tingkah laku, sopan santun
dan tatakrama dalam pergaulannya dengan makhluk lain. Secara estetika,
pendidik mengajarkan kepada anak didik seni dan keindahan sebagai bumbu
kehidupan yang lebih dinamis, tidak menjenuhkan dan membosankan.32
Kata
baru dapat diartikan apa saja yang baru dipahami, diterima atau dilakukan oleh
penerima inovasi, meskipun bukan baru lagi bagi orang lain. Namun, setiap yang
baru itu belum tentu baik untuk setiap situasi, kondisi dan tempat.33
Santoso S.
Hamijoyo menjabarkan bahwa kata baru diartikan sebagai apa saja yang belum
28
Wawancaa dengan Agus Wahyudi, tanggal 27 April 2019, Di sekolah SMA Plus
Tauhidul Afkar. 29
Hamid Tohidi, Mohammad Mehdi Jabbari, The important of Innovation and its
Crucial Role in Growth, Survival and Success of Organizations, Journal Procedia
Technology, (2012), (Diakses tanggal 22 April 2019 jam 15.24 WIB). 30
Manoela Popescu dkk, Innovation And Change In Education Economic Growth
Goal In Romania In The Context Of Knowledge-Based Economy, Journal Social and
Behavioral Sciences, (2012), (Diakses tanggal 22 April 2019 jam 15.56 WIB). 31
Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta:Kencana Prenada Media
Group, 2011), h. 66 32
Samsul Nizar & Zainal Effendi Hasibuan, Pendidik Ideal Bangunan Character
Building, (Depok: Prenadamedia Group, 2018), h. 15. 33
Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2005), h.
191
62
62
dipahami, diterima atau dilaksanakan oleh penerima pembaharuan, meskipun
mungkin bukan baru lagi bagi orang lain. Akan tetapi yang lebih penting dari
sifatnya yang baru ini bersifat kualitatif yang berbeda dari sebelumnya.
Kualitatif berarti bahwa inovasi itu memungkinkan adanya reorganisasi atau
pengaturan kembali dalam bidang yang mendapat inovasi. Inovasi dapat
dikelompokan juga atas inovasi besar dan inovasi kecil-kecil namun sangat
banyak, inovasi itu tidak harus mahal tetapi dapat dilakukan oleh siapa saja,
kapan saja, dimana saja. Menurut Joseph Schumpeter definisi inovasi dalam
ekonomi mengenalkan barang baru dimana para pelanggan belum mengenalnya
atau kualitas baru dari sebuah barang.34
Inovasi dalam pendidikan dihubungkan dengan implementasi berbagai
hal baru dalam proses pendidikan (penemuan non-pendidikan, komputer dan
perangkat lunak pembelajaran, alat belajar, metode pengajaran). Hal-hal baru
seperti itu mengoptimalkan praktik pedagogis yang ada tanpa mengubah
esensinya. Inovasi pendidikan menandakan pengorganisasian kembali sistem
pendidikan itu sendiri, memodifikasi orientasi dan prinsip-prinsip pendidikan.35
Di sisi lain, hubungan antara inovasi pengajaran dan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) telah ditaksir terlalu tinggi. TIK telah menjadi
tulang punggung proses inovasi, tidak hanya karena kelebihan dan fitur baru
mereka, tetapi juga oleh pengaruhnya terhadap motivasi guru. Tetapi harus ingat
bahwa proses inovasi dalam pendidikan jauh lebih luas, mencakup jenis prosedur
dan mekanisme lain tidak harus didasarkan pada pengembangan teknologi dan
kemungkinannya. Tidak setiap model pengajaran yang mengintegrasikan TIK
dapat dianggap sebagai pendidikan yang inovatif dan tidak serta-merta
berkontribusi pada proses perubahan di lembaga pendidikan. Namun, untuk
mendapatkan proses inovasi pendidikan yang efektif, relaksasi, tidak hanya dari
tugas mengajar, tetapi seluruh struktur universitas dengan keterlibatan semua
pemangku kepentingan guru, siswa, manajer diperlukan.36
Pendidikan menjadi mekanisme penting untuk pengembangan kualitas
warga. Setiap negara dengan warga negara yang berkualitas lebih baik
memungkinkan negara itu untuk maju lebih cepat dan lebih kompetitif dengan
yang lain. Salah satu kunci utama untuk meningkatkan kualitas warga negara
untuk pendidikan.37
34
Slameto, Metodologi Penelitian & Inovasi Pendidikan, (Jl.Diponegoro 52-60
Salatiga 50711: Satya Wacana University Press, 2015), h. 380. 35
Aliaksandr Palonnikau dkk,
Educational Research in Changing University,
Journal Social and Behavioral Sciences, (2015), (Diakses tanggal 22 April 2019 jam 14.11
WIB). 36
Rosana de Pablo Redondo dkk, Teaching Innovation Network: An educational
virtual model, Journal Social and Behavioral Sciences, (2011), (Diakses tanggal 22 April
2019 jam 13.57 WIB). 37
Kanita Nitjarunkul , The Study Of Concepts Understanding And Using
Competence Of Teachers In Educational Innovation And Technology For Teaching
Management At Schools Of The Unrest Areas Of Three Southern Border Provinces, Journal
Social and Behavioral Sciences, (2015), (Diakses tanggal 22 April 2019 jam 14.34 WIB).
63
63
Dalam kontek kelembagaan pendidikan Indonesia, memang ada
pemisahan antara lembaga pendidikan di sekolah umum dan pendidikan
keagamaan atau dengan kata lain adanya dikotomi lembaga pendidikan.
Lembaga pendidikan keagamaan sepenuhnya mengajarkan mata pelajaran agama
dan kalaupun mempelajari mata pelajaran umum itupun hanya sebagai
pelengkap. Sementara itu, lembaga pendidikan umum hanya sedikit memberikan
mata pelajaran Agama. Adanya pemisahan ini menjadi kendala untuk mencetak
manusia yang kreatif dan inovatif karena pelajar dijejali mata pelajaran yang
demikian banyak.38
Pemasukan atau pengenalan hal-hal yang baru, pembaharuan
yang paling drastis dalam dasawarsa terakhir ialah pembangunan jaringan satelit
komunikasi. Penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah
dikenal sebelumnya (gagasan, metode atau alat).39
Model inovatif pendidikan etis dirinci dalam tiga bidang utama
diagnostik pedagogis murid, didaktik metodologi pendidikan etika dan penelitian
tindakan. Pencantuman diagnostik pedagogis dan penelitian tindakan dalam
model pengajaran pendidikan etis didukung oleh anggapan bahwa penting untuk
mengetahui keadaan mereka saat ini (diagnostik pedagogis) untuk merencanakan
pengembangan pribadi dan sosial-moral siswa dan dengan mengusulkan,
melaksanakan dan mengevaluasi konten dan intervensi inovatif metodologis
(penelitian tindakan) dapat mengubah keadaan ini. Model pengajaran direvisi
terutama di bagian didaktis dan metodologis. Dasar dari perubahan itu
merupakan perencanaan pendidikan etis berdasarkan pada model pengajaran
yang proaktif. Oleh karena itu, fokus pada penciptaan tujuan dan persyaratan
pendidikan di bidang kognitif dan afektif (sikap) dan kemudian pada penciptaan
tugas yang berfokus pada pembelajaran siswa dalam konteks tujuan yang
ditetapkan. Area spesifik dari model pengajaran pendidikan etika untuk
penjabaran dari sejumlah metode dan teknik kelas drama, metodologi permainan,
metode pemecahan dilema moral, serta metode diskusi dalam kaitannya dengan
kognisi peran mereka dalam proses etika. pendidikan dalam fase individu
(sensitisasi kognitif dan emosional, refleksi nilai-nilai, pelatihan kelas, transfer
ke kondisi sehari-hari).40
Malik Fadjar41
mengatakan bahwa pada era global ini, penerapan ilmu
pengetahuan atau pengaplikasian pendidikan dan teknologi harus didukung oleh
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas melalui pendidikan dan pelatihan,
penyediaan sarana dan prasarana, penataan sistem kelembagaan, serta sistem
penghargaan dan kesejahteraan yang memadai. Inovasi dalam dunia pendidikan
mulai menjadi pilihan yang harus dilaksanakan. Inovasi-inovasi tersebut
38
Hasbi Indra, Pendidikan Islam Tantangan dan Peluang di Era Globalisasi, h.182 39
Barkah Alkhaliq, Praktis Berinovasi Buku Manual Untuk Mencari Ide Inovasi
Dan Tahapan Dalam Membuat Inovasi, (Depok:Indie Publishing, 2011), h. 3 40
Petra Fridrichova, Innovations In Ethical Education: Dilemmas In Theory And
Practice, Journal Social and Behavioral Sciences, (2014), (Diakses tanggal 22 April 2019
jam 15.17 WIB). 41
Samsul Nizar & Zainal Effendi Hasibuan, Pendidik Ideal Bangunan Character
Building, (Depok: Prenadamedia Group, 2018), h.16.
64
64
dilakukan menyeluruh seluruh aspek pendidikan baik dari segi kurikulum,
pembelajaran, program-program pendidikan, metode-metode yang digunakan
dan sebagainya. Diantara kesemuanya hal yang paling penting bagaimana
memperbaiki hasil dari pembelajaran.42
Inovasi dapat menjadi positif dan dapat menjadi negatif. Inovasi positif
didefinisikan sebagai proses membuat perubahan terhadap sesuatu yang telah
mapan dengan memperkenalkan sesuatu yang baru yang memberikan nilai
tambah bagi pelanggan. Inovasi negatif menyebabkan pelanggan tidak mau
untuk memakai produk tersebut karena tidak memiliki nilai tambah, merusak cita
rasa dan kepercayaan pelanggan hilang.43
Keterampilan atau kecakapan (skill)
menjadi kemampuan teknis yang memiliki seseorang karena suatu proses
pelatihan dan pembelajaran, misalnya keterampilan komputer, kemampuan
berbahasa, berpidato, persentasi, kemampuan komunikasi.44
Pada hari-hari ini dunia terhubung tidak seperti sebelumnya. Berkat
globalisasi ada peluang baru untuk pendidikan, kemajuan dalam sains, penelitian
dan inovasi serta penerapan ide-ide inovatif ke dalam praktik, karena perluasan
internet dan komunikasi seluler, timbul kondisi dan area baru yang memengaruhi
kehidupan kita. Peluang-peluang baru muncul dalam pendidikan, kemajuan
dalam sains, penelitian dan inovasi dan untuk penerapan ide-ide baru dalam
praktik.
Perlu memodernisasi sistem pendidikan di semua tingkatan. Kualitas
terbaik lebih penting daripada sebelumnya.45
Pembaharuan mengiringi
perputaran zaman yang tidak henti-hentinya berputar sesuai dengan kurun waktu
yang telah ditentukan. Kebutuhan akan layanan individual terhadap peserta didik
dan perbaikan kesempatan belajar bagi mereka, telah menjadi pendorong utama
timbulnya pembaharuan pendidikan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan harus
mampu mengantisipasi perkembangan tersebut dengan terus menerus
mengupayakan suatu program yang sesuai dengan perkembangan anak,
perkembangan zaman, situasi kondisi dan kebutuhan peserta didik.46
Adapun tujuan inovasi pendidikan di Indonesia pada umumnya lebih
meratanya pelayanan pendidikan, lebih serasinya kegiatan belajar, lebih efisien
dan ekonomisnya pendidikan, lebih efektif dan efisiensinya sistem penyajian,
lebih lancar dan sempurnanya sistem informasi kebijakan, lebih dihargainya
unsur kebudayaan nasional, lebih kokohnya kesadaran, identitas dan kesadaran
nasional, tumbuhnya masyarakat gemar belajar, tersebarnya paket pendidikan
42
Marhaeni A.A.I.N, Landasan Dan Inovasi Pebelajaran, (Singaraja:Universitas
Pendidikan Ganesha, 2013), h. 96 43
Slameto, Metodologi Penelitian & Inovasi Pendidikan, (Jl.Diponegoro 52-60
Salatiga 50711: Satya Wacana University Press, 2015), h. 379 44
Hri Moekti, Mencetak Generasi Cerdas dan Bertaqwa, h.33-34 45
Dana Likeschova dkk, Multicultural Education, Creativity And Innovation At
Universities In The Czech Republic, Journal Social and Behavioral Sciences, (2013),
(Diakses tanggal 24 April 2019 jam 15.56 WIB). 46
Marhaeni A.A.I.N, Landasan Dan Inovasi Pebelajaran, (Singaraja:Universitas
Pendidikan Ganesha, 2013), h. 98.
65
65
yang memikat, mudah dicerna dan mudah diperoleh mulusnya kesempatan
kerja.47
Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk
memecahkan suatu masalah tertentu. Inovasi pendidikan menjadi tujuan dalam
bidang pendidikan atau inovasi untuk memecahkan masalah pendidikan.48
Arah
tujuan inovasi pendidikan Indonesia tahap demi tahap yaitu, pertama
mengajarkan ketertinggalan-ketertinggalan yang dihasilkan oleh kemajuan-
kemajuan ilmu dan teknologi sehingga semakin lama pendidikan di Indonesia
semakin berjalan sejajar dengan kemajuan-kemajuan tersebut, kedua,
mengusahakan terselenggarakannya pendidikan sekolah maupun luar sekolah
bagi setiap warga Negara, misalnya meningkatkan daya tampung usia sekolah
SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi.49
Salah satu aspek penting dalam pengajaran dan pembelajaran pendidikan
Islam yaitu memberikan siswa komunikasi yang kreatif dan proaktif dengan
orang lain. Kegiatan belajar mengajar yang proaktif ini mencakup kreativitas,
reflektifitas, timbal balik dan tanggung jawab dan dapat diatur sebagai 8 langkah
sistematis dan langkah yang tepat dalam proses belajar mengajar di kelas.
Contoh inovasi pendidikan berikutnya terjadi dalam pengelolaan pendidikan
secara mandiri, managemen yang diterapkan dalam lembaga pendidikan, yakni
manajemen berbasis entrepreneurship. Dengan manajemen tersebut, lembaga
pendidikan dapat menyelenggarakan wirausaha serta menggunakan prinsip-
prinsip entrepreneurship. Menyelenggarakan wirausaha dalam lembaga
pendidikan juga melatih peserta didik untuk terjun dalam lembaga pendidikan.
Selain itu, prinsip-prinsip entrepreneurship memudahkan lembaga pendidikan
untuk meningkatkan mutu pendidikan.50
Inovasi mengklaim lebih dari sekadar proses dan situasi, meskipun itu
sesuatu yang lain mencakup karakteristik proses dan situasi. Inovasi terjadi
dalam hubungan yang maknanya diberikan oleh subjek dari hubungan itu dan
tindakan yang dihasilkan dari situasi ini. Bahwa sesuatu yang lain mengacu pada
pertimbangan ketiga, karakter mediasi dari tindakan majikan, pendidik antara
akhir dan proses. Kebutuhan untuk memperkuat inovasi pendidikan dan kualitas
inovatif muncul sebagai prioritas sehingga mereka dapat menghasilkan dampak
yang langgeng untuk penataan kembali masyarakat, oleh karena itu,
mengembangkan kemampuan untuk berinovasi pada anak-anak, remaja dan
pendidik di seluruh aksi pendidikan merupakan tantangan bagi sekolah. Masa
depan masyarakat tergantung pada tindakan inovatif dan kemampuan untuk
47
Slameto, Metodologi Penelitian & Inovasi Pendidikan, (Jl.Diponegoro 52-60
Salatiga 50711: Satya Wacana University Press, 2015), h. 383 48
Marhaeni A.A.I.N, Landasan Dan Inovasi Pebelajaran, (Singaraja:Universitas
Pendidikan Ganesha, 2013), h. 96 49
Slameto, Metodologi Penelitian & Inovasi Pendidikan, (Jl.Diponegoro 52-60
Salatiga 50711: Satya Wacana University Press, 2015), h. 383 50
Kiki Saputra, Pendidikan Berbasis Entrepreneurship, (Yogyakarta: DIVA Press,
2015), h. 54
66
66
memodifikasi peristiwa, membuka kemungkinan baru. Tanpa tindakan yang
efektif dan tekad dari inovator, perubahan yang inovatif tidak akan terjadi.51
C. Peran dan Pengaruh Masyarakat dalam Kegiatan Kemah Dakwah
Masyarakat menjadi salah satu penentu dalam pelaksanaan kegiatan
kemah dakwah, kesan pertama kedatangan para peserta kemah dakwah akan
menentukan berjalan atau tidaknya program kegiatan, maka di hari pertama
setelah serah terima para peserta kemah dakwah harus melakukan konsolidasi
dengan pejabat dan tokoh masyarakat yang berada di wilayah desa Batulawang
(Camat, Kepala desa, RT, RW, Ketua PKK, Karang Taruna dan para ulama
setempat yang berada di wilayah desa Batulawang) terutama tokoh-tokoh yang
menjadi fokus garapan bidang baik dalam bidang pendidikan, keagamaan, sosial
masyarakat, kesehatan. Respon masyarakat menerima dengan baik setelah para
peserta melakukan konsolidasi dan selanjutnya para peserta bisa melaksanakan
program garapan bidang masing-masing dihari selanjutnya yang berlangsung
selama satu bulan sampai di akhir penutupan kegiatan kemah dakwah para
peserta menjalin silaturahmi dengan baik dengan masyarakat. Sebuah timbal
balik yang menjadikan masyarakat memperoleh bantuan tenaga dan pikiran,
meningkatkan cara berpikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan perencanaan
program pembangunan masyarakat dan terbentuknya kader-kader dalam
masyarakat sehingga ada penerus dalam pembangunan masyarakat di desa
Batulawang.
Pembekalan pendidikan yang menjadikan salah satu kebutuhan pokok
dalam kehidupan manusia yang berfikir bagaimana menjalani kehidupan dunia
ini dalam rangka mempertahankan hidup dalam hidup dan penghidupan manusia
yang mengemban tugas dari Tuhan untuk beribadah. Berdasarkan Undang-
Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 bahwa pendidikan merupakan suatu usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bagsa dan negara.52
Pendidikan menjadi proses dimana semua kemampuan manusia (bakat
dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat mengetahui pembiasaan,
disempurnakan dengan pembiasaan-pembiasaan yang baik melalui sarana yang
secara artistik dibuat untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri untuk
mencapai kebiasaan yang baik.53
Ilmu pendidikan bukan hanya mencari
pengetahuan deskriptif tentang objek pendidikan, tetapi juga ingin mengetahui
bagaimana untuk memperoleh manfaat terhadap objek didiknya. Jika dilihat dari
maksud dan tujuannya, ilmu pendidikan dapat disebut ilmu praktis sebab
51
Luz Yolanda Sandoval dkk, The Personal Ethos, Innovation Channel Of
Educational Institutions For Social Consistency, Journal Social and Behavioral Sciences,
(2011), (Diakses tanggal 22 April 2019 jam 14.48 WIB). 52
Sofyan Rofi, Profesi Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2016), h. 3 53
Sofyan Rofi, Profesi Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2016), h. 3
67
67
ditujukan kepada praktik dan perubahan-perubahan yang memengaruhi anak
didik. Walaupun ilmu pendidikan ditujukan kepada praktek pendidikan, namun
untuk mendalami kajian bagaimana praktik mendidik itu dilaksanakan
diperlukan suatu teori (ilmu teori) agar dapat dijadikan landasan dan mencari
kebenaran melalui praktik (ilmu praktis). Hasil yang didapat merupakan kajian
yang sistematis terarah dan empirik. Ilmu pendidikan lahir dan berkembang
setelah praktik pendidikan berlangsung lama sehingga tampilan ilmu pendidikan
sebagai ilmu masih belum final. Itu berarti, ilmu pendidikan masih dalam proses
pembentukan jati diri.54
Pendidikan dapat mengubah manusia dari tidak tahu menjadi tahu, dari
perilaku buruk menjadi tabiat yang baik, pendidikan mengubah semuannya.
Begitu penting pendidikan dalam Islam, sehingga menjadi kewajiban
perorangan.55
Dalam masyarakat saat ini yang pengembangannya didasarkan
pada pengetahuan, guru mewakili salah satu sumber daya terpenting yang
dipanggil untuk menghadapi tantangan ini untuk memastikan modernisasi dan
efisiensi berkelanjutan dari upaya yang didedikasikan untuk kapitalisasi lengkap
potensi manusia. Studi saat ini bertujuan untuk membuat katalog cara
mewujudkan inovasi di tingkat manajemen unit sekolah dan efek yang
dihasilkannya mengenai dimensi kemitraan sekolah-masyarakat, kurikulum yang
dirancang sekolah dan staf didaktik yang bekerja di unit sekolah.
Globalisasi yang ditandai kemajuan penting dalam teknologi informasi
dan komunikasi, mendorong terjadinya pula perubahan dalam pembelajaran,
guru atau tenaga pengajar kini tidak lagi merupakan satu-satunya narasumber
dalam proses pembelajaran. Teknologi komunikasi dan informasi yang kini ada
(exiting) dan juga yang akan terus berkembang semakin memungkinkan peserta
didik unuk mengakses sendiri beragam sumber belajar.56
Cakupan lain yang juga
perlu diketahui oleh seorang guru terhadap para siswanya menjadi evaluasi yang
berkaitan erat dengan tingkat adaptasi atau penyesuaian siswa secara personalitas
atau secara bersamaan dengan teman dikelas atau di sekolah yang pada tingkat
pengaplikasian pendidikannya tinggi ketika di kelas atau di sekolah.57
Dengan mengacu pada inovasi dalam pendidikan, ini merupakan
kegiatan yang disengaja yang bertujuan untuk memperkenalkan kebaruan ke
dalam konteks tertentu. Kepala sekolah harus merencanakan seluruh kegiatannya
sesuai dengan finalitas pendidikan untuk melatih anak-anak dalam arti
demokrasi sosial dan politik, akses pengetahuan dan pedagogi yang
berkontribusi pada pengembangan kepribadian. Reorganisasi kurikulum dapat
dianggap sebagai tindakan inovatif, terutama karena hal itu diperlukan dalam
sistem pendidikan postmodern, sebagai konsekuensi dari komersialisasi
54
Abdul Kadir, Ahmad Fauzi Dkk, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2012), h. 64. 55
Sofyan Rofi, Profesi Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2016), h. 1 56
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012), h. 52. 57
Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2008), h.7.
68
68
penawaran informasi. Berkurangnya keterlibatan Negara dalam mengorganisasi
sistem pendidikan menyebabkan berkurangnya anggaran yang dialokasikan,
bersamaan dengan desentralisasi. Situasi ini semakin menekankan adopsi oleh
berbagai lembaga pendidikan tentang manajemen mandiri dan prinsip-prinsip
pembiayaan sendiri, serta kepedulian terhadap daya saing, sebagai kondisi dasar
untuk bertahan hidup dalam konteks realitas pendidikan yang kompetitif.58
Saat ini peningkatan pesat dalam teknologi, politik, sosiologi, ekonomi,
ilmu pengetahuan dan di sejumlah bidang lainnya menyebabkan perubahan besar
pada kehidupan manusia. Manusia perlu belajar lebih cepat, berpikir
multidimensi dan kreatif untuk menerima konsekuensi baru dalam hidup mereka.
Dalam nada itu, pendidik menekankan pentingnya individu yang memikul
tanggung jawab pribadi dan kontrol untuk perolehan pengetahuan dan
keterampilan mereka sendiri. Erdogdu menyatakan perlunya individu yang
berpendidikan yang dapat mengabadikan diri dan menjadi kreatif untuk terlibat
dalam keadaan baru. Ini menjadi tanggung jawab pemimpin pendidikan dan
pendidik untuk mengembangkan iklim yang mendorong kreativitas serta
menemukan diri. Halpern menyatakan bahwa perubahan teknologi dan tempat
kerja telah membuat kemampuan berpikir kritis lebih penting daripada
sebelumnya. Instruksi yang dirancang untuk membantu mahasiswa berpikir kritis
berfokus pada keterampilan yang dapat diterapkan secara luas di seluruh domain
pengetahuan dan kecenderungan untuk menggunakan keterampilan ini.59
Pentingnya sumber daya manusia yang ada di sekolah sebagai sumber
yang vital dan memberikan sumbangan bermakna terhadap pencapaian tujuan
pendidikan, serta menjamin bahwa sumber itu dimanfaatkan secara efektif dan
adil demi kemaslahatan individu, sekolah dan masyarakat. Dalam pengertian ini,
dilihat dari nilai kebermaknaan sumbangannya terhadap sekolah, posisi sumber
daya manusia pendidikan tidak bisa diganti oleh sumber daya yang lain. Seorang
pendidik atau tenaga kependidikan dinyatakan memiliki nilai sumbangan
bermakna kepada sekolah apabila kehadirannya diperlukan, memiliki nilai
manfaat yang bermakna terhadap produktivitas sekolah dan kegiatannya berbeda
dalam mata rantai keutuhan sistem sekolah. Tingkat keberhasilan sumber daya
manusia pendidikan dalam suatu sekolah dapat dikaji dari ketepatannya dalam
melaksanakan fungsi-fungsi menejemen sumber daya manusia. 60
Model pembelajaran lebih terfokus pada upaya mengaktifkan siswa
lebih banyak dibandingkan guru namun tetap dalam ruang lingkup pembelajaran
satu tema tertentu yang jelas dapat mencapai tujuan pada saat tertentu dengan
pembuktian indikator-indikator tertentu pula. Mempergunakan model
pembelajaran bertujuan untuk mengefektifkan dan mengefisienkan pencapaian
58
Adriana Denisa Manea, Innovation In The Management Of Educational
Institutions, Journal Social and Behavioral Sciences, (2015), (Diakses tanggal 22 April
2019 jam 13.39 WIB). 59
Onur Topoglu, Critical Thinking and Music Education, Journal Research in
Social Stratification and Mobility, (2014), (Diakses tanggal 28 Juli 2019 jam 14.15 WIB). 60
Nurul Ulfatin & Teguh Triwiyanto, Menejemen Sumber Daya Manusia Bidang
Pendidikan, (Jakarta:PT.Rajagrafindo Persada,2016), h. 11.
69
69
tujuan pembelajaran. Indikatornya guru dan siswa fokus pada materi
pembelajaran, guru mudah mentransfer isi pembelajaran kepada siswa, siswa
juga mudah menangkap isi pembelajaran tersebut. Sehingga waktu yang tersedia
untuk satu materi pembelajaran dapat dimanfaatkan secara efisien dan efektif.61
Kelompok yang baik merupakan kelompok yang dapat memotivasi
anggotanya untuk terus belajar dan meningkatkan kecakapannya. Proses kerja
kelompok tidak mungkin bisa berjalan dengan baik, bila anggota tidak memiliki
semacam tata laksana dalam kelompok. Baik yang terkait dengan pekerjaannya
maupun yang terkait dengan proses interaksinya. Pendidik harus bisa
memastikan bahwa setiap anggota menjalankan tata laksana ini.62
Kinerja masing-masing anggota maupun secara berkelompok,
menentukan sukses atau tidaknya proses belajar kelompok. Karena itu, pendidik
harus mengingatkan hal ini secara terus menerus. Bila perlu, mereka
mendapatkan bagian secara terpisah, untuk menjamin perubahan cara belajar
bukan saja terjadi pada pendidik, tetapi juga pada siswa sendiri. Ada dua hal
penting yang harus perhatikan tentang komunikasi dalam kerja kelompok.
Pertama, mendiskusikan apa yang harus dikerjakan, yakni komunikasi-
komunikasi yang terkait dengan pekerjaan kelompok. Kedua, mengatur
bagaimana anggota harus berinteraksi, yakni komunikasi-komunikasi yang
terkait dengan tata cara kerja kelompok.63
Contohnya, untuk mengajar ekonomi
perdagangan yang berarti sebuah realitas masyarakat manusia, ditunjukkan film
audio-visual berbagai aktivitas manusia (jual-beli, kafilah dagang, bank). Diakhir
film disampaikan ayat Al-Qur’an atau Hadits tentang manusia yang
menghubungkan intelektualitas ke spiritualitas.64
Untuk mempelajari sesuatu, informasi yang diterima harus dikerjakan
dan diproses. Menurut ide ini, dapat memulai dengan pengalaman langsung dan
spesifik atau dengan pengalaman abstrak seperti yang miliki ketika membaca
tentang sesuatu atau ketika diberitahu tentang hal itu. Pengalaman yang miliki,
baik nyata atau abstrak, kemudian ditransformasikan menjadi pengetahuan
ketika menguraikannya dalam salah satu dari dua cara baik dengan merenungkan
dan memikirkannya atau dengan secara aktif bereksperimen dengan informasi
yang diterima. Untuk alasan ini, apa pun metode atau teknik yang digunakan,
mereka harus membantu siswa terlibat dalam pengalaman belajarnya, siswa
merupakan orang yang harus mengamati, menguji, menganalisis dan
berpartisipasi dalam berbagai kegiatan proses untuk mengintegrasikan
pengetahuan baru. Mengingat hal ini, pengalaman belajar mempengaruhi siswa
dalam dua cara, itu meningkatkan struktur kognitifnya dan memodifikasi sikap,
61
Syafruddin Nurdin & Adriantoni, Kurikulum Dan Pembelajaran,
(Jakarta:PT.Rajagrafindo Persada, 2016), h. 181. 62
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning
Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, h. 52 63
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning
Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, h. 54 64
Anshori LAL, Transformasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaung Persada Press,
2010), h. 87
70
70
nilai, persepsi dan pola perilaku. Kedua elemen individu ini selalu hadir dan
saling berhubungan. Oleh karena itu, belajar siswa bukanlah pengembangan
yang terisolasi dari perkembangan kognitif, melainkan perubahan dalam
keseluruhan sistem afektif-sosial kognitif. Dengan demikian melalui partisipasi
aktif, signifikan dan pengalaman bahwa siswa akan membangun pengetahuan
baru dan bermakna yang akan mempengaruhi pendidikan mereka dan
menghasilkan tanggung jawab dan komitmen untuk pembelajaran mereka
sendiri.65
Produk pendidikan belum mencapai hasil yang maksimal. Dengan kata
lain, bangsa yang bermartabat sebagai salah satu hasil proses pendidikan belum
sepenuhnya terwujud, secara singkat, bangsa yang bermartabat yaitu bangsa
yang disegani, diperhitungkan dan diakui keberadaannya oleh bangsa lain.66
Berikan penekanan pada belajar kelompok karena pentingnya bekerjasama harus
selalu ditekankan pada siswa. Dengan pembelajaran kelompok diharapkan
mendapatkan banyak kecakapan (dari pada hanya pengetahuan yang dihafal).
Mulai dari kecakapan memecahkan masalah, kecakapan berfikir kritis,
kecakapan bekerja dalam kelompok, kecakapan interpersonal dan komunikasi,
serta kecakapan pencarian dan pengelolaan informasi.
Pembangunan kecakapan-kecakapan seperti tersebut diatas baru dapat
terjadi dengan baik bila siswa terlibat dalam proses secara maksimal. Siswa
perlu diingatkan terus menerus untuk tidak lagi menggunakan cara-cara kerja
kelompok lama misanya, datang ke kelas tidak membawa buku referensi apalagi
tidak membacanya terlebih dahulu, dalam kelompok sering membicarakan hal
yang tidak terkait dengan masalah, terburu-buru, tidak berfikir lebih jauh dalam
mengemukakan pendapat, terlalu cepat mengambil kesimpulan, tidak aktif dalam
diskusi, membiarkan orang-orang tertentu menyelesaikan tugas, tidak membaca
panduan, malas mencari referensi buku, membuat laporan seadanya dan
sebagainya.
Dalam konteks kompleksitas organisasi ekonomi yang tumbuh, didorong
oleh adaptasinya terhadap ketidakpastian tinggi dan peran sentral kolaborasi,
membedakan kapasitas inovasi berbagai jenis jaringan bisnis dengan
kompleksitas interaksi internal mereka, sehingga mengidentifikasi tempat
ekosistem inovasi di dunia jaringan bisnis, serta tempat kluster inovasi diantara
ekosistem inovasi lainnya.67
Ketika diberikan teori tentang kebersihan diri dengan lingkungan yang
sering dikaitkan dengan hadis kebersihan itu merupakan sebagian daripada iman,
tetapi dilihat dari kenyataanya banyak masjid atau disekolah-sekolah Islam
kurang memelihara kebersihan. Selain itu, perlu pula ditumbuhkan kecerdasan
65
Masoumeh Sadat Abtahi, The effectiveness in distance education for Iranian
higher education, Journal Social and Behavioral Sciences, (2012), (Diakses tanggal 24 April
2019 jam 15.35 WIB).
66 Cucu Sutarsyah, Pendidikan di Indonesia Permasalahan dan Solusinya, h. 9
67 Martha G. Russell, Nataliya V. Smorodinskaya, Leveraging complexity for
ecosystemic innovation, Journal Technological Forecasting & Social Change, (2018),
(Diakses tanggal 22 April 2019 jam 16.14 WIB).
71
71
personal, sosial dan kemanusiaan. Fokusnya bukanlah semata kemampuan ritual
dan keyakinan Tauhid, melainkan juga akhlak sosial dan peran kemanusiannya.
Dalam ilmu psikologi, mengenal yang disebut dengan locus of control sejauh
mana seorang meyakini mereka punya pengaruh pada nasibnya. Disisi lain,
sejauh mana manusia memandang dirinya adalah akibat dari kejadian dan
kekuatan eksternal.68
Hasil dari pendidikan ini memunculkan lulusan yang
banyak menguasai teori, tetapi kering penerapannya.69
Masyarakat saat ini tidak lagi diintegrasikan pada dasar nilai-nilai umum
yang diakui secara universal dan aturan moral, tetapi telah menghasilkan
pluralisme yang sangat besar dari model dan perilaku pendahulu dari
ketidakpastian dan ketidaktaatan untuk mendapatkan pengetahuan tentang tujuan
akhir juga merupakan alasan peran orang dewasa dan krisis sistem pendidikan.
Dengan demikian, sangat penting bahwa sekolah mengambil tantangan dan
mengembangkan dimensi baru untuk metode belajar mengajar. Sekolah harus
memainkan peran "transaksional" untuk kepentingan siswa, menciptakan cara
berkomunikasi yang baru dan strategi pendidikan yang lebih inovatif yang
ditandai oleh hubungan terutama dengan pengajaran yang kreatif dan menawan.
Mendidik siswa untuk otonomi, sosialitas, kepekaan kritis dan, terutama, untuk
kreativitas yaitu cara untuk membantu mereka mengembangkan pemikiran kritis
- prasyarat dasar untuk mempelajari pengetahuan baru dan, lebih dari segalanya,
untuk memulai perilaku baru.
Meskipun ada berbagai macam pendekatan untuk pendidikan agama,
secara umum pergeseran dari pengakuan ke pendekatan liberal dapat diamati. Ini
berarti bahwa sosialisasi agama telah digantikan dengan cara-cara yang lebih
jauh dan obyektif untuk mempelajari agama serta dengan peningkatan fokus
pada tujuan sosial, seperti toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan. Dalam
situasi kontemporer, dimana hubungan antara budaya dan agama menjadi lebih
kompleks, agama berjuang untuk keaslian dan hambatan dibangun antara
religiusitas eksklusif dan dunia sekuler, pentingnya pendidikan agama dipandang
sebagai mencegah instrumen politik agama dan berkontribusi untuk dialog.
Agama semakin dianggap berkontribusi terhadap toleransi.70
Pendidikan Islam dalam era globalisasi ini pada umumnya masih lebih
banyak seutuhnya hanya pada qalbu atau hati, sementara sentuhan kepada akal
belum optimal. Begitupula dalam metode pembelajarannya, seutuhnya
cenderung, kepada qalbu atau segi afektif melalui hafalan, sementara sentuhan
terhadap akal atau kognitif melalui pemahaman dan analisis kurang memadai.
Pembelajarannya kebanyakan tidak bersifat dialogis, hanya mendikte. Materi
pembelajaran yang sepenuhnya agama yang disentuh qalbu atau hati nurani, ada
68
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning
Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, h. 85 69
Hasbi Indra, Pendidikan Islam Tantangan dan Peluang di Era Globalisasi, h.
181 70
Inkeri Rissanen , Teaching Islamic education in Finnish schools: A field of
negotiations, Journal Social and Behavioral Sciences, (2012), (Diakses tanggal 24 April
2019 jam 10.39 WIB).
72
72
pula mata pelajaran non agama tetapi juga kurang dalam hal-hal tersebut.
Pendidikan Islam lebih menekankan pada segi afektif dan sangat sedikit segi
kognitif dan lebih sedikit lagi dalam segi psikomotoriknya. Dari segi proses
penyelenggara pendidikan Islam ini tentu saja tidak dapat menghantarkan anak
didik yang memiliki kreativitas yang tinggi yang sangat dibutuhkan di era
globalisasi saat ini. Keimanan dan ketaqwaan (selanjutnya disingkat dengan
imtaq) merupakan salah satu ciri manusia Indonesia seutuhnya yang hendak
dicapai melalui sistem pendidikan nasional. Dalam tujuan pendidikan nasional
tersebut dimensi imtaq merupakan, bagian yang terpadu dari tujuan pendidikan
nasional. Hal ini mengimplikasikan bahwa pembinaan imtaq bukan hanya tugas
dari bidang kegiatan atau bagian dari kajian bidang tertentu secara terpisah,
melainkan tugas pendidikan secara keseluruhan sebagai suatu sistem. Artinya
sistem pendidikan nasional dan seluruh upaya pendidikan sebagai suatu sistem
yang terpadu harus secara sistematis diarahkan untuk menghasilkan manusia
yang utuh yang salah satu cirinya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap tuhan yang maha esa.71
Pemikiran kreatif semua tentang pertanyaan, mengatasi masalah melalui
calon baru dengan tujuan untuk mendapatkan solusi inovatif yang cocok untuk
setiap bidang penerapan. Kreativitas membuat orang mengembangkan
serangkaian kemampuan khusus memanfaatkan mereka. Kreativitas telah
memungkinkan dunia untuk membuat kemajuan, mencapai pengetahuan,
membuat budaya dan kegiatan yang semakin kompleks. Kreativitas di atas
semua kemampuan untuk mengoordinasikan persepsi otak belahan kiri dan
kanan, mendapatkan kesimpulan dan memberikan bentuk pada apa yang tidak
bisa dibuat oleh logika atau fantasi saja. Kreativitas menjadi kemampuan untuk
mengajukan pertanyaan dan itu dapat dianggap sebagai perilaku mental yang
ditandai oleh dua bagian penting motivasi dan kebutuhan. Sebaliknya,
kebanyakan orang biasanya melihat perubahan sebagai peristiwa berbahaya.
Pengembangan kemampuan kreatif, inovatif dan kritik mencatat tekanan yang
meningkat yang berarti tidak memadainya metode pengajaran tradisional
berdasarkan pelajaran yang berpusat pada guru. Pendidikan untuk kreativitas
menangani semua itu dan akibatnya membawa tindakan memperbaharui dengan
strategi penting yaitu bekerja dengan cara yang tidak konvensional, melampaui
yang diketahui, mengembangkan rasa ingin tahu, mengambil jarak dari prosedur
formal dan apa yang dianggap rasional apriori, mengevaluasi ketidakpastian dan
kemungkinan solusi alternatif.72
71
Dedi Supriadi, Membangun Bangsa melalui Pendidikan, (Jakarta: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), h. 122 72
Francesca Saliceti, Educate For Creativity: New Educational Strategies, Journal
Social and Behavioral Sciences, (2015), (Diakses tanggal 22 April 2019 jam 15.44 WIB).
73
73
D. Pengaruh Stakeholder dalam Kegiatan Kemah Dakwah
Peran guru dalam kegiatan kemah dakwah dalam kaiannya dengan
peserta didik, sekolah maupun masyarakat menjadi salah satu perolehan kasus
berharga yang dapat digunakan sebagai contoh dalam proses pendidikan,
meningkatkan kerjasama antar sekolah sebagai pusat ilmu dan teknologi dan
kerjasama dengan intansi atau lainnya dalam pembangunan masyarakat. Selain
itu, upaya kongkrit untuk menjembatani teori-teori atau pengetahuan keagamaan
islam dengan realitas kehidupan masyarakat, dapat menggali kenyataan empirik
keberagaman di masyarakat.73
Pelaksanaan kegiatan kemah dakwah dipengaruhi oleh steakholder,
berikut beberapa peran sekolah yaitu, menerbitkan panduan kemah dakwah,
merencanakan, memutuskan mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi
serta menyempurnakan hal-hal yang bekaitan dengan tercapainya tujuan kemah
dakwah, menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga, instansi, dinas yang
berhubungan dengan program dan pemegang wilayah kemah dakwah (camat,
kepala desa, RW, RT, serta tokoh masyarakat), menyiapkan berbagai
administrasi surat menyurat yang berhubungan dengan pelaksanaan kemah
dakwah, mendokumentasikan kegiatan kemah dakwah, menerima laporan
kegiatan kemah dakwah dari siswa dan guru pembimbing lapangan dalam hal
program kemah dakwah dan penilaian, membentuk tim penilai laporan kemah
dakwah, menyusun anggaran kemah dakwah.
Selanjutnya peran guru dalam kegiatan kemah dakwah yaitu sebagai
Koordinator guru pembimbing lapangan (wakasek kesiswaan) mempunyai
pengaruh sebagai berikut: meninjau lokasi kemah dakwah sekurang-kurangnya
dua kali selama kegiatan kemah dakwah, mengkoordinir kegiatan GPL di tingkat
desa, menghadiri pembekalan, pembukaan dan penutupan kemah dakwah,
Kedudukan guru maupun dosen sebagai tenaga profesional bertujuan
untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang maha esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.74
Guru Pembimbing Lapangan (GPL) GPL merupakan guru yang diangkat
oleh kepala sekolah untuk mendampingi siswa selama pelaksanaan kemah
dakwah. Fungsi GPL secara umum sebagai : penasihat, penghubung, pengawas,
penyuluh dan pengarah. Adapun tugas GPL secara rinci sebagai berikut:
melaksanakan orientasi study wilayah dan pengamatan pendahuluan ke lokasi
kemah dakwah dalam rangka membuat program kerja, membantu memperlancar
proses pendekatan sosial dengan masyarakat desa, tokoh masyarakat dan
pemerintah setempat di lokasi kemah dakwah, menegakkan disiplin siswa agar
melaksanakan tugas kemah dakwah dengan penuh tanggung jawab,
mengakomodasi dan ikut menyelesaikan semua permasalahan yang timbul
73
Agus Wahyudi, Buku Panduan Kemah Dakwah , h.5 74
Nizar, Samsul dan Zainal Efendi Hasibuan. Pendidik Ideal Bangun Karakter
Building, (Depok: Prenadamedia Group, 2018), Hal. 231.
74
74
ketika melaksanakan kemah dakwah, memantau, mengendalikan, mengarahkan,
serta mengawasi peserta agar dapat melaksanakan program kemah dakwah,
membimbing siswa dalam menulis laporan kemah dakwah, memeriksa daftar
hadir dan jurnal kegiatan siswa, mengarahkan perilaku dan moralitas siswa
kemah dakwah, mengadak koordinasi dengan sekolah, minimal kunjungan ke
lokasi kemah dakwah sebanyak 3 kali kunjungan, memberikan penilaian
terhadap peran dan keaktifan siswa dalam kegiatan kemah dakwah dan
penyusunan laporan kemah dakwah.75
Dalam pengembangan kemah dakwah, masyarakat akan memperoleh
bantuan tenaga dan pikiran dari orang-orang yang terdidik dalam perencanaan
dan pelaksnaan proyek pembangunan masyarakat, meningkatkan cara berpikir,
bersikap dan bertindak sesuai dengan perencanaan atau program pembangunan
masyarakat, memperoleh ide-ide pembaharuan yang diperlukan dalam
menggerakan pembangunan masyarakat, terbentuknya kader-kader terbaik dalam
masyarakat, sehingga terjamin dengan adanya penerus pembangunan
masyarakat. Secara khusus bagi SMA Plus Tauhidul Afkar diarahkan pula pada76
upaya memperkuat kesadaran tentang pentingnya ketahanan sosial keagamaan
dalam kehidupan yang majemuk yang dilandasi dengan iman yang kokoh dan
mempunyai pemahaman yang luas tentang nilai agama Islam dan upaya
menumbuhkan pemahaman tentang kaitan antara nilai-nilai ajaran Islam dengan
realitas kehidupan sehari-hari yang tercermin dalam partisipasi di dalam segala
bidang pembangunan. Jika dilihat dari kacamata entrepreneurship, maka
lembaga pendidikan merupakan suatu organisasi produksi yang menghasilkan
jasa pendidikan. Konsumen utama yang menikmati produksi lembaga
pendidikan itu untuk para peserta didik. Agar para konsumen merasa puas
dengan produksi lembaga pendidikan, maka lembaga pendidikan harus
meningkatkan mutu pendidikan terlebih dahulu.77
Kebermutuan sekolah dapat dilihat dalam dua hal: pertama, derajat
keterlaksanaan visi sekolah yang bersangkutan melalui pelaksanaan misalnya
dan tingkat pemenuhan kebutuhan penggunaan jasa (stakeholders), yaitu,
kebutuhan kemasyarakatan, kebutuhan dunia kerja dan kebutuhan profesional.
TQM sebagai roh peningkatan mutu dalam pendidikan ada lima unsur pokok
sebagai acuan dasar pengembangan QM, yaitu: Quality first, stakeholders-in, the
next process is our stakeholders, speak with data, upstream manajemen.78
Pendidikan tidak hanya melingkupi bidang pengajaran di sekolah-
sekolah atau di rumah, tetapi juga meliputi segala yang dapat mempengaruhi
kebaikan jiwa manusia sejak kecil hingga dewasa dan hingga menjadi orang tua.
Manusia masih bisa menerima pendidikan asalkan masih mempunyai roh
75
Agus Wahyudi, Buku Panduan Kemah Dakwah , h. 10 76
Agus Wahyudi, Buku Panduan Kemah Dakwah , h.6 77
Kiki Saputra, Pendidikan Berbasis Entrepreneurship, (Yogyakarta: DIVA Press,
2015), h. 54 78
Fachruddin Saudagar & Ali Idrus. Pengembangan Profesionalitas Guru
(Jakarta:Gp Press, 2009), h. 90
75
75
kesucian (kemanusiaan) atau pikiran yang sehat. Siapa pun dan dimanapun
pendidikan harus terus berjalan kearah yang dituju.79
Dalam perspektif Islam, tujuan diselenggarakannya pendidikan untuk
membentuk karakter bangsa ini sesuai dengan misi kenabian yang dibawa oleh
Nabi Muhammad saw, yaitu menyempurnakan akhlak manusia. Menggambarkan
misi kenabian di atas yang tepat dijadikan sebagai dasar utama dalam
pelaksanaan pendidikan karakter yang melandasi dasar-dasar lainnya yang
bersifat yuridis-formal.80
Karakter sendiri, ditinjau dari struktur antropologi
kodrati, merupakan sesuatu yang bisa diubah. Untuk itu, perlu dibedakan antara
karakter sebagaimana yang dilihat (character as seen) dan karakter sebagaimana
dialami (character as experienced).81
Karakter sebagai suatu kondisi yang diterima tanpa kebebasan dan
karakter yang diterima sebagai kemampuan seseorang untuk secara bebas
mengatasi keterbatasan kondisinya ini, membuat tidak serta merta jauh dalam
fatalisme akibat determinasi alam ataupun terlalu tinggi optimisme, seolah
kodrat alamiah tidak menentukan pelaksanaan kebebasan yang miliki.82
Karakter, menurut pengamatan seorang filsuf kontemporer bernama Michael
Novak, merupakan campuran kompatibel dari seluruh kebaikan yang
diidentifikasi oleh tradisi religius, cerita sastra, kaum bijaksana dan kumpulan
orang berakal sehat yang ada dalam sejarah. Sebagaimana yang ditunjukkan
Novak, tidak ada seorangpun yang memiliki semua kebaikan itu,dan setiap orang
memiliki beberapa kelemahan. Orang-orang yang dengan karakter sering dipuji
bisa jadi sangat berbeda antara satu dengan yang lainnya.83
Langkah-langkah penerapan: pertama, memutuskan kapan mulainnya
persiapan menentukan misi, memilih pembaru tim dan alokasi sumber-sumber.
Dalam tahap ini mulai menentukan fungsi dan proses atau produk dan pelayanan
yang spesifik yang akan dilakukan, termasuk menetapkan tujuan, serta tindakan-
tindakan secara lebih terperinci. Disamping itu, pada tahap ini dibutuhkan
dukungan data awal mengenai hasil-hasil identifikasi variabel kinerja
berdasarkan ukuran-ukuran kebutuhan, keinginan dan harapan-harapan
stakeholders. Variable kinerja merupakan kumpulan yang luas dari faktor
kulitatif dan kuantitatif. Kedua, melakukan riset terhadap operasi-operasi
internasional dengan memfokuskan kepada keefektifan prosese yang sedang
berjalan, mengidentifikasi permasalahan dan mengembangkan pertanyaan-
pertanyaan awal yang kemungkinan dijawab oleh upaya-upaya pembaruan yang
diinginkan dan mengidentifikasi organisasi-organisasi yang terbaik dikelasnya
yang layak dijadikan pembanding. Kesimpulan-kesimpulan hasil riset ini dapat
79
R. Zainuddin Fananie, Pedoman Pendidikan Modern, (Solo: Ikapi, 2011), h. 4 80
Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Karakter Berbasis Total Quality Management,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2018), h. 99-100. 81
Ngainun Naim, Character Building, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 53 82
Ngainun Naim, Character Building, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 52 83
Thomas Lickona, Mendidik Untuk Membentuk Kerakter Bagaimana Sekolah
Dapat Memberikan Pendidikan Tentang Sikap Hormat Dan Bertanggung Jawab, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2013), h. 81
76
76
dijadikan bahan untuk assessment lembaga yang dirumuskan dalam program
operasional. 84
Guru Pendidikan Islam harus berkomitmen untuk mewujudkan
pendidikan multi-budaya dan harus memahami konsep perbedaan budaya
melalui perbedaan etnis, bahasa dan praktik budaya. Untuk mempromosikan
keanekaragaman budaya, guru harus menggunakan metode yang sesuai dengan
keanekaragaman budaya siswa sehingga mereka tidak akan ketinggalan dalam
proses belajar mereka.85
Orientasi ke masa depan (future oriented) merupakan kunci atau isu
pokok dalam merencanakan pendidikan masyarakat yang berubah dengan
kecepatan tinggi. Berikut beberapa strategi pendidikan yang future oriented.
Pertama, guru sebagai pemegang peran kunci dalam pendidikan. Kedua, peserta
didik dalam posisi sebagai sasaran pendidikan. Ketiga, menyediakan model
pendidikan yang bersifat progresif dan antisipatif. Keempat, model
penyelenggara pendidikan yang menempel di belakang atau mengikuti
kehidupan masyarakat.86
Era global dan globalisasi tidak terelakan lagi, juga menimbulkan
perubahan penting dalam berbagai aspek dunia pendidikan. Secara kelembagaan,
globalisasi mendorong terjadinya proses otonomisasi, devolusi, desentralisasi
dan privatisasi pendidikan. Pada tingkat pendidikan dasar dan menengah, orang
biasa menyaksikan gejala desentralisasi, dimana pemerintah lokal dan
masyarakat tempatan semakin memainkan peranan lebih besar dalam merancang
dan menyelenggarakan pendidikan. Pada tingkat pendidikan tinggi, terjadi
peningkatan proses otonomisasi dan privatisasi, dimana peranan pemerintah
semakin kecil dan sebaliknya, peranan stake holders kian membesar.87
Organisasi dalam entrepreneurship dibagi dua, yaitu organisasi yang
mengejar profit dan yang tidak mengejar profit. Sedangkan, konsep
entrepreneurship dalam lembaga pendidikan termasuk organisasi yang tidak
mengejar profit atau keuntungan semata. Jika lembaga pendidikan mendapatkan
profit dari wirausahanya, maka digunakan untuk menunjang penyelenggaraan
lembaga pendidikan agar dapat berjalan dan maju tanpa menggantungkan
anggaran dari pemerintah. Selain itu, keuntungannya mampu mensejahterakan
masyarakat.88
Fenomena keagamaan merupakan perwujudan sikap dan perilaku
manusia yang menyangkut hal-hal yang dipandang suci. Ilmu pengetahuan sosial
dengan caranya masing-masing atau metode, teknik dan peralatannya, dapat
84
Bahtiar Irianto, Yoyon. Kebijakan Pembaruan Pendidikan Konsep, Teori dan
Model, (Jakarta, PT. Rajagrafindo Persada, 2012), h. 29. 85
Maimun Aqsha Lubis dkk, Multicultural education practice in Malaysia, Journal
Procedia Social and Behavioral Sciences, (2014), (Diakses tanggal 22 April 2019 jam 16.05
WIB). 86
Sudardja Adiwikarta, Sosiologi Pendidikan Analisis Sosiologi tentang Praksis
Pendidikan, h. 118-120 87
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012), h. 51. 88
Kiki Saputra, Pendidikan Berbasis Entrepreneurship, (Yogyakarta: DIVA Press,
2015), h. 55
77
77
mengamati dengan cermat perilaku manusia itu hingga menemukan segala unsur
yang menjadi komponen terjadinya perilaku. Ilmu sejarah mengamati proses
terjadinya perilaku itu, sosiologi menyoroti dari sudut posisi manusia yang
membawanya kepada perilaku itu dan antropologi memperhatikan terbentuknya
pola-pola perilaku itu dalam tatanan nilai yang dianut dalam kehidupan
manusia.89
Secara normatif, pembangunan karakter bangsa merupakan wujud nyata
langkah mencapai tujuan negara, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia; memajukan kesejahteraan umun;
mencerdaskan kehidupan bangsa; ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.90
Sekolah
merupakan lembaga formal yang diberi tanggung jawab untuk meningkatkan
perkembangan peserta didik, termasuk perkembangan intelektualnya. Dalam hal
ini, pendidik hendaknya menyadari benar bahwa perkembangan intelektual anak
terletak di tangannya. Hal senada yang disampaikan Russefenddi dalam motonya
selalu mengatakan, secanggih apapun alat yang digunakan, tetap kunci ada pada
seorang guru.91
Menurut Endang Komara, untuk dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memiliki keterampilan
yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang
efektif, kreatif dan menyenangkan. Sebagai pendidik akan lebih mampu memilih
model-model pembelajaran yang inovatif dan mengaplikasikannya dalam
pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif.
Pembelajaran yang efektif akan menjadi vioner bagi terwujudnya sekolah yang
efektif. Sekolah yang efektif inilah yang merupakan tuntutan masyarakat di era
milenium ketiga ini. Pembelajaran yang efektif untuk pembelajaran yang tidak
membebani peserta didik dan pembelajaran yang bersifat enjoy.92
Pengembangan profesi pendidik (guru) atau tenaga kependidikan
(pengawas) melibatkan kegiatan yang dilakukan oleh guru dan pengawas dalam
rangka pengalaman ilmu dan pengetahuan, teknologi dan keterampilan untuk
meningkatkan mutu bagi proses belajar mengajar dan profesionalisme tenaga
kependidikan lainnya maupun dalam rangka menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat bagi pendidikan dan kebudayaan.93
Dalam mempermudah
penelaahan signifikansi perkembangan kognitif bagi proses belajar peserta didik
diperlukan adanya pemahaman guru yang memadai tentang proses pematangan
89
Taufik Abdullah, dkk, Metodologi Penelitian Agama, (Yogyakarta: Tiara Wicana
Yogya, 1989), h. 1 90
Siti Musdah Mulia & Ira D. Aini, Karakter Manusia Indonesia, (Bandung:
Nuansa Cendekia, 2013), h. 22-23. 91
Sutirna, Perkembangan & Pertumbuhan Peserta Didik, (Yogyakarta: CV. Andi
Offset, 2013), Hal. 67. 92
Mahmudin, Penelitian Tindakan Kelas Dan Inovasi Pembelajaran Pendidiakan
Agama Islam, (Yogyakarta: Media Akademi, 2018), h. 101 93
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi
Pendidikan & Tenaga Kependidikan, (Jakarta: Prenada Media, 2010), h. 77.
78
78
fungsi kognitif peserta didik dan proses belajarnya. Selain itu, guru juga perlu
memahami arti pembawaan atau bakat yang terdapat dalam diri peserta didik.94
Suatu perencanaan pendidikan yang sempurna mencakup desain
konseptual awal sampai dengan tahap evaluasi akhir dan terdapat trethment pada
setiap komponen di dalamnya. Antara perencanaan sumber manusiawi dan
perencanaan pendidikan ada perbedaan. Maksud utama perencanaan pendidikan
ialah untuk mendisain kebijaksanaan pendidikan, daerah studi ini meliputi topik-
topik seperti seleksi kurikulum, desain fasilitas fisik, strategi alokasi sumber-
sumber, perhitungan pembiayaan, analisis jadwal pengajian dan proyek populasi
siswa.95
Inovasi pendidikan berupa pengembangan total quality manajemen
pendidikan. Dibidang pendidikan secara fungsional dalam struktur organisasi
lembaga pendidikan terbagi atas tiga tingkatan, pertama quality control,
diperankan oleh para guru sebagai lini terdepan pelaksanaan proses
pembelajaran, kedua, quality assurance, dijalankan oleh para pemimpin.
Menengah yang dalam hal ini menjadi tingkat jurusan atau prodi, ketiga quality
management yaitu merupakan tanggungjawab pucuk pimpinan organisasi.96
Dalam semua definisi yang digunakan untuk inovasi, perubahan atau
peningkatan proses atau produk merupakan hal biasa.97
Sesuai dengan fitrahnya, manusia terdiri dari tiga dimensi, yaitu jasad,
akal dan ruh. Ketiga dimensi dalam diri manusia harus dipelihara agar seimbang
(tawazun). Jika diri manusia hanya dipelihara fisiknya saja, sementara akal dan
ruh tidak diperhatikan, maka manusia yang demikian hanya akan kuat fisik dan
jasad, tapi memiliki hati yang kering dan gersang, sehingga hidupnya hampa dan
tidak tentram. Begitu juga halnya jika manusia yang diasah hanya otaknya saja,
sedangkan fisik dan ruhaninya tidak dijaga, maka manusia itu ibarat orang yang
memiliki ilmu pengetahuan, tapi jasadnya sakit-sakitan, hatipun tidak tentram
dan ruhaninya tumpul.98
Pendidikan diibaratkan menyalakan api semangat dan kreativitas supaya
bisa menggarap potensi eksternalnya untuk masa sekarang dan masa mendatang.
Pendidikan yaitu bagaimana mengeluarkan sesuatu. Tetapi untuk merealisasikan
berbagai potensi yang dimiliki itu, jalan yang ditempuh manusia tidak mulus,
tidak mudah dan tidak murah harus ada yang dikorbankan.99
Dalam hubungan
94
Muhibbin Syah, Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik,
(Jakarta:PT.Rajagrafindo Persada, 2016), h. 178. 95
Oemar Hamalik, Perencanaan Dan Manajemen Pendidikan, (Bandung: CV.
Mandar Maju, 1991), h.72-73. 96
Fachruddin Saudagar & Ali Idrus. Pengembangan Profesionalitas Guru
(Jakarta:Gp Press, 2009), h. 89-90 97
Samih Mahmoud Al-karasneh, Ali Mohammad Jubran Saleh, Islamic perspective
of creativity: A model for teachers of social studies as leaders, Journal Social and
Behavioral Sciences, (Januari 2010), (Diakses tanggal 24 April 2019 jam 15.28 WIB). 98
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2005), h. 69 99
Hudaya Latuconsina, Pendidikan Kreatif Menuju Generasi Kreatif dan
Kemajuan Ekonomi Kreatif di Indonesia, h. 23
79
79
kepemimpinan pendidikan, terdapat tiga macam pendekatan dalam aplikasi
dalam pendidikan, pertama pendekatan sifat, perilaku dan situasional sangat
diperlukan. Ketiga tiganya merupakan variable pokok yang dapat mempengaruhi
keberhasilan dan ketidak berhasilan dalam aplikasi pendidikan. Pendekatan sifat-
sifat sangat diperlukan dalam kepemimpinan aplikasi pendidikan. Sebagai
pendidik, guru dan pendidik lainnya diharapkan menjadi suri tauladan dalam
mengaplikasikan pendidikan. Memiliki sifat yang baik kepada anak-anak dan
antar pendidik yang lainnya.
Pendekatan perilaku merupakan konsep kepemimpinan yang dengan
prinsip-prinsip mendidik. Tidak seorangpun akan mengingkari bahwa salah satu
fungsi pendidikan untuk mengubah tingkah laku, apakah itu tingkah laku siswa
ataupun tingkah laku subjek didik lainnya. Setiap pendidik di dalam melakukan
tugasnya perlu memperhatikan dan menyesuaikan diri dengan perilaku subjek
didiknya, baik perilaku sebagai individu maupun perilaku kelompok.100
Fenomena keagamaan merupakan perwujudan sikap dan perilaku
manusia yang menyangkut hal-hal yang dipandang suci. Ilmu pengetahuan sosial
dengan caranya masing-masing atau metode, teknik dan peralatannya., dapat
mengamati dengan cermat perilaku manusia itu hingga menemukan segala unsur
yang menjadi komponen terjadinya perilaku. Ilmu sejarah mengamati proses
terjadinya perilaku itu, sosiologi menyoroti dari sudut posisi manusia yang
membawanya kepada perilaku itu dan antropologi memperhatikan terbentuknya
pola-pola perilaku itu dalam tatanan nilai yang dianut dalam kehidupan
manusia.101
Kreatif merupakan sikap yang dimiliki seseorang yang diwujudkan
dalam perilaku yang menghasilkan karya yang bermanfaat bagi diri sendiri,
keluarga, masyarakat dan bangsa. Lahirnya individu dan kelompok,yang
berkreatif merupakan hasil salah satu pendidikan karakter atau budi pekerti.
Kreatif merupakan watak kerja keras, beretos kerja tinggi, bertanggung jawab
menyelesaikan pekerjaan agar tuntas.102
Teori-teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran moral di Indonesia seharusnya dikembangkan dengan berpijak
pada informasi tentang karakteristik siswa dan budayanya. Pada tahap penalaran
moral mana mereka berbeda, bagaimana kepercayaan eksistensial atau iman,
empati dan peran sosial mereka. Ini semua amat diperlukan oleh para guru,
pendidik, teknolog dan perancang pembelajaran dalam upaya pengembangan
program-program pembelajaran moral dan produksi sumber-sumber belajar
moral, seperti buku-buku teks, program-program audio, video, tv, maupun
program pendidikan moral melalui komputer.103
100
Ngalim Purwanto, Administrasi Dan Supervise Pendidikan, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2007), h. 45-46. 101
Taufik Abdullah, dkk, Metodologi Penelitian Agama, (Yogyakarta: Tiara
Wicana Yogya, 1989), h. 1 102
Maswardi M. Amin, Pendidikan Karakter Anak Bangsa Edisi 2, (Yogyakarta:
Calpulis, 2015), h. 36. 103
C. Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h.17
80
80
Praktek kegiatan mendidik yang telah berlangsung jutaan tahun lamanya
yang dilakukan oleh umat manusia dimuka bumi ini terkadang terjadi secara
berulang dan dan kurang mendapatkan evaluasi yang cukup oleh para pelakunya,
termasuk oleh orang-orang yang menanamkan dirinya sebagai pendidik
sekalipun. Sebagian dari mereka melakukan praktek ini dari hari kehari. Hal
tersebut lazim terjadi pada beberapa pendidik di lembaga pendidikan informal
dan nonformal, bahkan juga pendidikan formal.104
Karakter menjadi sesuatu yang baik, misalnya terkait dengan sikap jujur,
toleransi, kerja keras, adil dan amanah. Akan tetapi, tanpa disertai iman yang
kuat kepada Allah, karakter tersebut mungkin akan melampaui batas-batas ajaran
agama dalam hal ini agama Islam. Sebagai contoh, karakter toleransi harus
dibatasi dengan keimanan. Seorang muslim yang baik boleh bertoleransi kepada
umat lain dalam urusan muamalah ataupun dalam bermasyarakat. Muslim yang
baik harus menghargai hak-hak umat lain selama tidak menganggu keimanan
kepada Allah. Akan tetapi, seorang muslim tidak boleh bersikap toleransi
terhadap kemusyrikan atau kemungkaran karena setiap muslim berkewajiban
menjalankan amar makruf nahi mungkar.105
Dengan karakter pendidikan
menemukan ruhnya dan kehidupan menemukan esensinya. Apakah yang lebih
berharga dari seorang guru ketika dia berhasil menemani perjalanan anak
didiknya untuk menemukan hakikat kehidupan.106
Strategi pembangunan karakter bangsa melalui program pendidikan
memerlukan dukungan penuh dari pemerintah yang dalam hal ini berada di
jajaran kementerian pendidikan nasional. Oleh karena itu, fasilitas yang perlu
didukung berupa hal-hal sebagai berikut.
1) Pembangunan karakter dasar dan perangkat kurikulum, inovasi pembelajran
dan pembudayaan karakter, standardisasi perangkat dan proses penilaian,
krangka dan standardisasi media pembelajaran yang dilakukan secara
sinergis oleh pusat-pusat dilingkungan badan penelitian dan pengembagan
pendidikan nasional.
2) Pengembangan satuan pendidikan yang memiliki budaya kondusif bagi
pembangunan karakter dalam berbagai modus dan konteks pendidikan usia
dini, pendidikan dasar dan menengah, serta pendidikan tinggi dilakukan
secara sistemik oleh semua direktorar terkait di lingkungan kementerian
pendidikan nasional.
3) Pengembangan kelembagaan dan program pendidikan non formal dan
informal dalam rangka pendidikan karakter melalui berbagai modus dan
konteks dilakukan secara sistemik oleh semua direktorat terkait dilingkungan
direktorat jenderal pendidikan usia dini, non formal dan informal.
104
Arif Rohman, Memahami pendidikan Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: LaksBang
Mediatama Yogyakarta: 2009), h. 13 105
Ridwan Abdullah Sani & Muhammad Kadri. Pendidikan Karakter
Mengembangkan Karakter Anak Yang Islami, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016), h. 8. 106
Ana Farida, Pilar-Pilar Pembangunan Karakter Remaja, (Bandung: Nuansa
Cendikia, 2013), h. 145.
81
81
4) Pengembangan dan penyegaran kompetensi pendidik dan tenaga
kependidikan, baik di jenjang pendidikan usia dini, dasar, menengah maupun
pendidkan tinggi yang relevan dengan pendidikan karakter dalam berbagai
modus dan konteks dilakukan secara sistemik oleh semua direktorat terkait.
5) Pengembangan karakter peserta didik di perguruan tinggi melalui penguatan
standar isi dan proses, serta kompetensi pendidikan untuk kelompok mata
kuliah pengembangan kepribadian (MPK) dan mata kuliah berkehidupan
bermasyarakat (MBB) penelitian dan pengembangan pendidikan karakter,
pembinaan lembaga pendidikan tenaga kependidikan, pengembangan dan
penguatan jaringan informasi profesional pembangunan karakter dilakukan
secara sistemik oleh semua diektorat terkait.107
Konsep manajemen berbasis entrepreneurship dalam lembaga
pendidikan sangat membantu dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
Pada hakikatnya, konsep entrepreneurship menekankan efektivitas dan
kreativitas untuk meningkatkan produktivitas serta menjaga kualitas dan mutu
pendidikan. Begitu juga konsep pemasaran. Intinya, memuaskan para konsumen.
Dengan konsep pemasaran jasa pendidikan, pengelola mengetahui keinginan
konsumen. Sehingga, upaya memuaskan konsumen dapat diperoleh melalui
pemasaran.108
Membangun karakter memang bukan tugas sederhana. Karena
didefinisikan sebagai perpaduan ciri khas dan kualitas seseorang yang
membedakan seseorang dari yang lain, jelas bahwa karakter merupakan hasil
yang tercapai setelah menyisihkan ratusan pilihan. Dengan demikian, jelas
bahwa karakter menjadikan sesuatu yang bisa dibangun. Setelah mengalami
berbagai ujian, karakter itu akan terbentuk dan menjadi kuat dan menjadi
landasan gerak kehidupan selamanya. Tentu semua orang yang terlibat dalam
pendidikan bertanggung jawab dalam terbangunnya karakter peserta didik.
Tugas besar yang disandang guru berkaitan dengan karakter anak didiknya dalah
menanamkannya pada remaja yang tengah meghadapi berbagai perubahan
dalam hidupnya. Tugas ini hanya bisa berjalan dengan cara pandang positif,
bahwa masa remaja merupakan awal yang baik untuk berubah menjadi lebih
baik untuk brerubah menjadi lebih baik, lebih mandiri dan lebih
bertanggungjawab. Diusia ini, remaja mulai mampu menangkap pesan
lingkungan dengan jelas, baik secara tersurat maupun tersirat.109
Hasil dari penelitian ini merupakan sesuatu yang baru atau
penyempurnaan dari produk sebelumnya, terdapat pembelajaran-pembelajaran
mandiri yang menciptakan atau menyempurnakan sesuatu yang sudah ada.
Dalam kajian inovasi kegiatan kemah dakwah siswa mampu menggali
107
Sita Acerylena, Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara, (Malang: Madani,
2018), h.6-7 108
Kiki Saputra, Pendidikan Berbasis Entrepreneurship, (Yogyakarta: DIVA
Press, 2015), h. 564 109
Ana Farida, Pilar-Pilar Pembangunan Karakter Remaja, (Bandung: Nuansa
Cendikia, 2013), h. 144
82
82
kemampuan dirinya sebagai penerus yang menghayati permasalahan masyarakat
serta mampu menyebarluaskan program pemberdayaan masyarakat untuk
memberikan umpan balik pada pengembangan dirinya masing-masing,
membantu pemerintah desa Batulawang untuk mempercepat gerak pembangunan
masyarakat dalam menyiapkan kader-kader, membantu meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan, menerapkan jiwa kemandirian, kepemimpinan
dan kewirausahaan serta mengajarkan hidup berdampingan antar masyarakat.
83
83
BAB IV
EVALUASI KEGIATAN KEMAH DAKWAH
A. Evaluasi Kemah Dakwah dalam bidang Agama, Pemerintah dan
Masyarakat
Evaluasi merupakan salah satu komponen penting dalam sistem
pembelajaran pada khususnya dan sistem pendidikan pada umumnya. Artinya,
kegiatan evaluasi merupakan bagian integral dalam setiap proses pembelajaran,
termasuk kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam. Dalam dekade ini
dunia pendidikan telah mengalami banyak perubahan. Selama satu waktu
perubahan itu sedemikian cepat. Diatara contoh perubahan tersebut ialah
kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menjadi kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP), mamajemen sekolah terpusat menjadi mamajemen berbasis
sekolah (MBS), pengajaran berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat
pada siswa dan standar nasional pendidikan.1
Saat ini menurut Mukhtar, banyak orang yang melakukan kegiatan
evaluasi, tetapi tidak mempunyai pemahaman yang utuh terhadap istilah evaluasi
tersebut. Hal ini tentunya dapat menimbulkan masalah dalam proses pendidikan.
Aktivitas evaluasi yang tidak memenuhi syarat sebagai suatu konsep pendidikan
mengakibatkan banyaknya pelaksanaan aktivitas evaluasi Pendidikan Agama
Islam yang bersifat parsial saja.2
Evaluasi paska kegiatan kemah dakwah ini menjadi langkah selanjutnya
setelah seluruh kegiatan selesai dilaksanakan, maka siswa dapat mengakhiri
kegiatan kemah dakwah dan di buktikan dengan surat keterangan selesai dari
kepala desa, lalu selanjutnya, peserta dapat menyusun laporan kemah dakwah.
Yang dimaksud dengan laporan kemah dakwah adalah karya tulis yang disusun
oleh siswa yang isinya berupa informasi berbagai hal yang dialami dan
dilakukan oleh siswa selama melaksanakan kegiatan kemah dakwah.
Berikut beberapa ketentuan pembuatan laporan kemah dakwah yaitu:
a) Laporan dibuat secara berkelompok;
b) Laporan ditulis setelah siswa melaksanakan kemah dakwah;
1 Jejen Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta:Kencana Prenada Media
Group, 2011), h. 66 2 Lihat Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Misaka
Galiza, 2003), Cet. II., h. 148. Terkait dengan evaluasi, Tylor dalam teorinya,
mengemukakan bahwa tujuan evaluasi adalah untuk mengembangkan suatu kebijakan yang
bertanggung jawab mengenai pendidikan, See Tylor, Basic Principles of Curriculum and
Intruction (Chicago: Chicago University Press, 1967), p. 13. Sedangkan Cronbach,
menyebutkan bahwa tujuan evaluasi adalah membuat keputusan. See Lee J. Cronbach,
Course Improvement Through Evaluation (USA: The Tearchers` College Record, 1963), p.
44. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari kegiatan evaluasi adalah untuk
membuat keputusan, termasuk keputusan dalam Pendidikan Agama Islam di sekolah.
Musfah, Peningkatan Kompetensi Guru, (Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2011), h.
84
84
c) Dalam penulisan laporan, siswa akan dibimbing oleh guru pembimbing
lapangan sesuai dengan kelompok masing-masing;
d) Sebelum diserahkan kepada sekolah, laporan kemah dakwah harus sudah
ditandatangani oleh guru pembimbing lapangan;
e) Laporan ditulis komputer dengan ketentuan: jarak tulisan dua spasi,
menggunakan huruf times new roman dengan ukuran 12, menggunakan
kertas berukuran A4, margin atas dan margin kiri 4 cm, sedangkan margin
kanan dan bawah berukuran 3 cm;
f) Laporan disususn secara deskriptif, yaitu menjelaskan atau menggambarkan
fakta, data-data, gambar dan foto-foto yang ditemukan di lapangan dan
analitis, yaitu menilai sejauh mana efektivitas pelaksanaan dan hasil kemah
dakwah, baik bagi siswa, sekolah, maupun masyarakat;
g) Laporan dibuat dalam tiga rangkap masing-masing untuk sekolah, guru
pembimbing lapangan, kepala desa dan arsip siswa, selambat-lambatnya dua
minggu setelah selesai kemah dakwah.
Penilaian kemah dakwah di lihat dari kegiatan siswa. Komponen-
komponen penilaiannya ada yang diambil dari siswa pribadi dan ada juga yang
diambil berdasarkan kelompok. Beberapa ketentuan dalam penilaian kemah
dakwah adalah sebagai berikut :
1. Penilaian dilakukan oleh pejabat atau tokoh masyarakat, guru pembimbing
lapangan berkoordinasi dengan sekolah;
2. Rentang penilaian adalah 0 s.d 100;
3. Komponen yang dinilai, kualifikasi penilaian, bobot penilaian dan penilai
kemah dakwah adalah sebagai berikut:3
KOMPONEN KUALIFIKASI BOBOT PENILAI
Kualitas dan dampak
kegiatan
Kelompok 40 % Pejabat atau
tokoh
masyarakat
Peran dan keaktifan
siswa dalam kegiatan
Individu 20 % Guru
pembimbing
lapangan
Kualitas laporan Kelompok 25 % Sekolah
Peran dan keaktifan Individu 15 % Guru
3 Agus Wahyudi, Buku Panduan Kelompok Kemah Dakwah , h. 24
85
85
dalam penyusunan
laporan
pembimbing
Setelah para peserta selesai menyusun laporan kegiatan kemah dakwah,
selanjutnya sekolah menjadwalkan sidang akhir evaluasi kegiatan dengan
ketentuan nilai dari 4 faktor di atas. Adapun dalam pelaksanaan pelaporan
peserta dipanggil perkelompok di dalam satu ruangan selanjutnya setiap siswa
melaporkan hasil program yang telah dilaksanakan selama kegiatan kemah
dakwah di desa Batulawang kepada 2 penguji. Para penguji yang bertugas
mengevaluasi kegiatan kemah dakwah yaitu: H. Taufik Hidayat, S.Ag., Ai
Maskuroh, SE., Ayi fauzul Jamil, S.Pd., Ahmad Hamdan Malik, A.Md., Agus
Wahyudi, S.Pd., Popi Syafiah, S.Pd.I., Uuh Suhaemi, S.Pd., Faisal Idris, S.Pd.
Dalam pendidikan aplikatif sangat penting adanya evaluasi pembelajaran
untuk mengukur sejauh mana siswa paham dengan pendidian yang diterima juga
pengaplikasiannya. Evaluasi pembelajaran yang kegiatannya dalam lingkup
kelas atau dalam lingkup proses belajar mengajar. Evaluasi pembelajaran
kegiatannya termasuk kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh seorang guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa. Bagi seorang guru, evaluasi
pembelajaran merupakan media yang tidak terpisahkan dari kegiatan mengajar,
karena melalui evaluasi seorang guru akan mendapatkan informasi tentang
pencapaian hasil belajar. Disamping itu dengan evaluasi seorang guru juga akan
mendapatkan informasi tentang materi yang telah digunakan, apakah dapat
diterima oleh para siswa atau tidak.4
Pembelajaran yang dapat di ambil dalam kegiatan kemah dakwah yaitu
menumbuhkan rasa percaya diri dalam berkomunikasi dengan masyarakat,
kreatif untuk pengalaman masa depan,5 senantiasa mandiri dalam menjalankan
kegiatan sehari-hari, sekaligus dapat menggali potensi publik speaking ketika
belajar mengajar di SD atau SMP karena dibutuhkan keahlian dan kesabaran
sehingga menjadikan peserta lebih giat dalam mengingat kembali hal-hal yang
pernah dipelajari di sekolah, dapat berbaur langsung dengan masyarakat
sehingga tergali potensi, mendapatkan ilmu dari berbagai bidang yang
dilaksanakan dalam kegiatan kemah dakwah sehingga faham cara
mengembangkan suatu bidang usaha baik itu industri, pertanian perternakan, ,6
mengetahui bagaimana cara pengembangan produk rumahan untuk dipasarkan
dan memiliki lebel sendiri,7 dalam besosialisasi dengan masyarakat tidak merasa
canggung lagi,8 peserta dapat memahami arti sosial masyarakat dan dapat
memperpanjang silaturahmi dengan masyarakat sampai sekarang.9 Selain itu, ada
4 Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya, (Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2008), h. 5 5 Wawancara dengan Yulianah, tanggal 2 November 2019, Di Cianjur
6 Wawancara dengan Ucu Anisa, tanggal 2 November 2019, Di Cibadak Pesantren
7 Wawancara dengan Islamiati, tanggal 2 November 2019, Di Nagrak
8 Wawancara dengan M Akmal Muharam, tanggal 2 November 2019, Di Cianjur
9 Wawancara dengan Suci Sumiati, tanggal 2 November 2019, Di Cinegah Girang
86
86
beberapa pendapat peserta paska melaksanakan kegiatan kemah dakwah yaitu,
salah satu program yang pernah digarap yaitu bidang perkebunan sampai saat ini
pembelajaran mengenai tanaman di aplikasikan dalam dunia kerja,10
melatih
sosial para peserta didik, 11
mengerti karakter masyarakat dengan baik, belajar
arti sabar, solidaritas yang tinggi ketika menghadapi masalah,12
karena hidup di
masyarakat itu tidak mudah dan harus terus belajar,13
dapat mengamalkan ilmu-
ilmu yang didapat, belajar mandiri,14
tahu bagaimana proses yang terjadi di
masyarakat, meningkatkan mentalitas peserta kemah dakwah.15
respon positif
dari sikap masyarakat begitu antusias terhadap kegiatan kemah dakwah yang
mensupport sebagian mata pencaharian mereka salah satu contohnya dalam
pendidikan pertanian dan perdagangan,16
tahu tata cara terjun langsung ke
masyarakat atau wiayah baru,17
manusia sebagai insan akademik dan mahluk
sosial akan merasakan bahwa kepribadian manusia perlu di rubah agar menjadi
lebih baik lagi.18
Pendapat lain pembelajaran yang bisa diambil dari kegiatan kemah
dakwah yaitu belajar memposisikan diri di tengah-tengah masyarakat, belajar
team work, belajar cara memahami teman,19
manis pahitnya berbaur dengan
masyarakat, mengenal kegiatan sehari-hari masyarakat, juga dapat meneliti
tingkat perkembangan pendidikan di desa tersebut,20
mempunyai kepercayaan
dan jiwa sosial yang tinggi, kreatif, ulet dan pantang menyerah,21
mengetahui
secara outentik kehidupan bermasyarakat, mengetahui sifat banyak manusia
antara satu dengan yang lainnya,22
dapat belajar mengenai berbagai bidang
sekaligus berbaur dengan masyarakat,23
mendewasakan fikiran, belajar
bertoleransi,24
mengenal tradisi dan adat didaerah tersebut.25
10
Wawancara dengan Anisa Amanatullah, tanggal 1 November 2019, Di Taman
Bunga Nusantara 11
Wawancara dengan Anisa Amanatullah, tanggal 1 November 2019, Di Taman
Bunga Nusantara 12
Wawancara dengan Suci Sumiati, tanggal 2 November 2019, Di Cinegah Girang 13
Wawancara dengan Hamid Solehudin, tanggal 1 November 2019, Di Cibadak
Pesantren 14
Wawancara dengan Dede Rusmilawati, tanggal 1 November 2019, Di SMA Plus
Tauhidul Afkar 15
Wawancara dengan Septiandi Abdul Haris, tanggal 1 November 2019, Di
Koperasi Cibadak Pesantren 16
Wawancara dengan Ulfi Rahmah, tanggal 4 November 2019, Di Jakarta 17
Wawancara dengan Kris Ibnu Sina, tanggal 1 November 2019, Di Cibadak
Pesantren 18
Wawancara dengan Yulianah, tanggal 2 November 2019, Di Cianjur 19
Wawancara dengan Siti Najiah, tanggal 2 November 2019, Di Cinengah Girang 20
Wawancara dengan Mimi Hanipah, tanggal 2 November 2019, Di Cinengah
Girang 21
Wawancara dengan Siti Nafisah, tanggal 2 November 2019, Di Cinengah Girang 22
Wawancara dengan Dudi Ridwan, tanggal 27 April 2019, Di Sekolah eti
rohimah 23
Wawancara dengan Suryani, tanggal 1 November 2019, Di Cipanas 24
Wawancara dengan Rida Awaliyah, tanggal 1 November 2019, Di Cipanas
87
87
Evaluasi terhadap kompetensi seseorang mengacu pada standar
kompetensi kerja yang telah ditetapkan untuk pekerjaan tertentu, menjadi
mungkin untuk asesor menilai kompetensi seseorang terhadap orang-orang yang
diperlukan dalam pekerjaan tertentu. Penilaian ini dapat terjadi dengan cara
evaluasi perilaku dengan indikator standar kompetensi kerja dengan tingkat
kemampuan yang dibutuhkan dalam pekerjaan menggunakan beberapa metode
(uji-psychomotor, cognitive dan affective) untuk menilai masing-masing kriteria.
Misalnya seorang pelajar melakukan inseminasi buatan mungkin pertama-tama
harus menunjukan penguasaan “Aturan menginseminasi buatan” yaitu
keamanan, keselamatan kerja, organisasi inseminasi buatan dan lainnya.
Kemudian peserta dapat fokus pada unit kompetensi khusus, yaitu menangani
alat IB, merencanakan penggunaan semen beku. Setelah peserta menunjukkan
kompetensi pada unit kompetensi di atas, selanjutnya melaksanakan inseminasi
buatan dan melakukan evaluasi hasil inseminasi buatan.26
Kegiatan evaluasi dalam pendidikan agama Islam dilaksanakan untuk
menilai proses dan hasil belajar siswa. Evaluasi harus mencakup ketiga aspek
kemampuan hasil belajar peserta didik, baik kognitif, afektif mapun psikomotor.
Oleh karena itu, pencapaian hasil belajar harus merujuk kepada ketiga aspek
tersebut. Evaluasi aspek kognitif meliputi semua unsur pokok keimanan dan
akhlak dan evaluasi aspek psikomotorik penekanannya pada unsur pokok ibadah
dan Al-Qur`an.27
Evaluasi hasil proses pembelajaran dikerjakan peserta dalam suatu
kondisi yang sengaja diciptakan dengan demikian para peserta akan terdorong
untuk menunjukan kompetensinya termasuk kemampuan tersembunyi. Diakui
evaluasi seakurat apapun tidak akan terhindar seratus persen dari unsur
subjektivitas, namun demikian unsur tersebut akan dapat ditekan sekecil
mungkin sehingga putusan yang diambil dari suatu evaluasi akan lebih mengarah
pada objektivitas. Maksudnya untuk menetapkan apakah peserta dapat
melanjutkan belajar ke materi berikutnya atau harus mengulang materi pokok
bahasa yang bersangkutan. Untuk keperluan ini dibutuhkan data objektif tentang
kemajuan belajar peserta melalui evaluasi.28
Pendidikan menjadi seperangkat
hasil pendidikan yang dicapai oleh peserta didik setelah diselenggarakan
kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan yang diarahkan untuk mencapai tujuan
pendidikan itu. Dalam pembukaan UUD 1945 mencerdaskan kehidupan bangsa,
kecerdasan yang dimaksud disini bukan semata-mata kecerdasan yang hanya
berorientasi pada kecerdasan intelektual saja, melainkan kecerdasan menyeluruh
yang mengandung makna lebih luas.29
25
Wawancara dengan Dede Sopia Zahra, tanggal 1 November 2019, Di Cibadak
Pesantren 26
Sri Teguh Waluyo, Teknik Aplikatif Pelaksanaan Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dan Sertifikasi, h. 11-12 27
Lihat Akmal Hawi, Kompetensi Guru PAI (Palembang: IAIN Raden Fatah Press,
2008), Cet. IV., h. 44 28
Sri Teguh Waluyo, Teknik Aplikatif Pelaksanaan Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dan Sertifikasi, h. 115. 29
Musriadi, Profesi Kependidikan Secara Teoretis Dan Aplikatif, h. 6-7.
88
88
Dalam interaksi kegiatan pembelajaran di kelas, guru mempunyai
peranan yang sangat penting. Guru harus berusaha secara terus-menerus
membantu peserta didik dalam menggali dan mengembangkan potensinya. Salah
satu cara guru membantu peserta didik dengan memilih dan menentukan strategi
pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Afrisanti
Lusita, bagi seorang guru agar dapat mengajar dengan baik dan memerlukan
sebuah strategi pembelajaran yang dapat mengantarkannya kepada kesuksesan
pembelajaran.30
Solusi masalah ini didasarkan pada pendekatan kompleks untuk
pendidikan dan dukungan wirausahawan berdasarkan teknologi pendampingan
dan program pendidikan dasar, serta membentuk lingkungan yang bermanfaat
untuk mengimplementasikan ide-ide wirausaha melalui penyesuaian kerangka
hukum dan dukungan finansial dari usaha. Mengingat bahwa, program
pendidikan menjadi bagian integral dari sistem kewirausahaan dan memiliki
karakter yang sistematis dan berkelanjutan. Program pendidikan di sektor
ekonomi inovasi sangat penting, ketika kewirausahaan muncul berdasarkan
penemuan teknis dan teknologi dan penemu mengubah pekerjaannya menjadi
kegiatan kewirausahaan.
Dari berbagai upaya dan peralatan dilakukan manusia untuk
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan hidupnya dengan jalan
menerapkan pengetahuan. Secara metodologis oleh Keraf dinyatakan bahwa
dalam gejala terbentuknya pengetahuan manusia, dapat dibedakan antara dua
kutub berbeda dari gejala pengetahuan manusia itu, yaitu antara kutub pengenal
dan kutub yang dikenal atau antara subjek dan objek. Kendati keduanya dapat
dibedakan secara jelas dan tegas, untuk bisa terbentuknya pengetahuan,
keduanya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Supaya ada pengetahuan,
keduanya harus ada. Hal yang satu tidak dapat dipisahkansatu sama lain.
Keduanya merupakan suatu kesatuan asasi bagi terwujudnya pengetahuan
manusia.31
Anak-anak dapat belajar dengan baik dari pengalaman mereka mereka
belajar dengan cara melakukan, penggunaan indera mereka, menjelajahi
lingkungan, baik lingkungan berupa benda, tempat serta peristiwa-peristiwa di
sekitar. Mereka belajar dari pengalaman langsung dari pengalaman nyata
(menulis surat untuk temannya, menanam bunga, mengukur benda-benda di
sekitar dan sebagainya) maupun juga belajar dari bentuk-bentuk pengalaman
yang menyentuh perasaan mereka (seperti membaca buku, melihat lukisan,
mengunjungi suatu tempat). Keterlibatan yang aktif dengan objek-objek ataupun
gagasan-gagasan tersebut dapat mendorong aktivitas mental mereka untuk
berfikir, menganalisa dan menemukan pemahaman konsep baru dan
30
Mahmudin, Penelitian Tindakan Kelas Dan Inovasi Pembelajaran Pendidiakan
Agama Islam, (Yogyakarta: Media Akademi, 2018), h. 105 31
Teguh Triwiyanto, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 19-
20.
89
89
mengintegrasikannya dengan konsep yang sudah mereka ketahui sebelumnya.32
Dalam dunia pendidikan, dapat dikatakan bahwa ujung tombak dalam
tercapainya tujuan pendidikan terletak pada proses pembelajaran. Proses
pembelajaran yang efektif, efisien dan inovatif menjadi tuntutan yang tak dapat
dihindari. Dengan demikian, peran guru sebagai pendidiklah yang menjadi kunci
utama proses ini. Setidaknya, bagaimana seorang guru dapat menggunakan
berbagai model pembelajaran yang dapat membantu para siswa untuk belajar
secara efektif dan efisien.33
1. Kemah Dakwah dalam bidang Agama
Islam memang tidak pernah membedakan antara ilmu agama dan ilmu
umum (keduniaan) dan tidak berpandangan dikotomis mengenai ilmu
pengetahuan. Namun demikian, dalam realitas sejarahnya justru supremasi lebih
di berikan kepada ilmu-ilmu agama (al’-ulum al-diniyah) sebagai jalan tol untuk
menuju Tuhan. Pada priode pertengahan, lembaga pendidikan Islam (terutama
madrasah sebagai pendidikan tinggi atau al-jami’ah) tidak pernah menjadi
universitas yang difungsikan semata-mata untuk mengembangkan tradisi
penyelidikan bebas berdasarkan nalar. Banyak diabdikan kepada Al’-Ulum Al-
Diniyah (ilmu-ilmu agama) dengan penekanan pada fiqih, tafsir dan hadis.
Sementara ilmu-ilmu non agama (keduniaan), terutama ilmu-ilmu alam dan
eksakta sebagai akar pengembangan sains dan teknologi, sejak awal
perkembangan madrasah dan al-jami’ah sudah berada dalam posisi marginal.34
Program-program kegiatan yang dapat dilakukan oleh peserta kemah
dakwah, dalam bidang keagamaan yaitu, pengajian di majelis taklim masjid Al-
Ikhlas desa Batulawang secara bergilir sesuai dengan jadwal pengajian ibu-ibu
setiap pagi pukul 09.00 sampai dengan pukul 11.00 dan pengajian bapak-bapak
di mulai dari selesai sholat berjamaah magrib sampai jam 20.00 serta shalat
berjamaah setiap subuh, magrib dan isya di masjid Al-Ikhlas. Selain itu yang
masih berkaitan dengan bidang keagamaan yaitu bidang pendidikan membantu
kegiatan belajar Al-Quran di TPQ Al-Husna dan membaca serta belajar bahasa
Arab tingkat umum setiap sore di RT. 05/ RW.02 sekretariat puteri belakang
desa Batulawang.35
Guru diharapkan siap memproses pembelajaran melalui model
pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik (student centered
instruction) peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran (active learning) dan
pencapaian pembelajaran juga mengarah kepada pemenuhan dan keseimbangan
antara pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (soft skill dan
32
Hamzah B.Uno, Belajar Dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif Inovatif
Lingkungan Kreatif Efektif Menarik, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2015), h. 76. 33
Mahmudin, Penelitian Tindakan Kelas Dan Inovasi Pembelajaran Pendidiakan
Agama Islam, (Yogyakarta: Media Akademi, 2018), h. 101 34
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam,
(Jakarta:PT.Rajagrafindo Persada, 2014), h. 33 35
Agus Wahyudi, Buku Panduan Kemah Dakwah , h. 19
90
90
hard skill) dengan memuat strategi pembelajaran, metode pembelajaran yang
bervariatif dengan menggunakan teknologi kekinian dan teknik pembelajaran
yang spesifik, individu dan unik.36
Inovasi pendidikan agama Islam pada pengembangannya terdapat
dalam, yaitu pertama, pengembangan kurikulum; contohnya pengembangan
pembelajaran PAI berbasis multikultural, pengembangan media dan sumber
pembelajaran, pengembangan pembelajaran PAI bermodel ramah lingkungan
(go green), pengembangan evaluasi pembelajaran PAI dari kognitif oriented
menjadi afektif oriented. Kedua, pengembangan administrasi. Ketiga,
pengembangan sumber daya manusia, contohnya mengadakan out bound kreatif
untuk seluruh manusia yang terlibat dalam pengembangan PAI. Keempat,
pengembangan sarana dan prasarananya. Kelima, pengembangan nilai-nilai
dasar (intagible asset) lembaga pendidikan, contohnya mengadakan kegiatan
shalat duha dengan keyakinan bahwa ilmu yang didapat bisa bermanfaat.37
Dibutuhkan kreativitas dan keterampilan guru dalam memilih dan
menggunakan strategi pembelajaran, yaitu yang disusun berdasarkan
karakteristik peserta didik dan situasi kondisi yang dihadapi. Jika dikategorikan
pada jenisnya, paling tidak terdapat dua jenis stretegi pembelajaran, yaitu:
strategi ekspositorik, strategi ekspositorik ini menyiasati semua unsur sistem
pembelajaran yang mengarah pada tersampaikannya informasi (materi
pembelajaran) kepada siswa secara langsung dan strategi heuristik, strategi
heuristik ini menyiasati agar unsur-unsur sistem pembelajaran mengarah pada
pemberdayaan anak menjadi aktif dalam mencari dan menemukan sendiri fakta,
prinsip dan konsep yang mereka butuhkan, sedangkan peran guru menjadi
pembimbing dan atau oganisasi/ fasilitator.38
2. Kemah Dakwah dalam bidang Pemerintah
Program-program kegiatan yang dapat dilakukan oleh peserta kemah
dakwah, meliputi pemerintahan yaitu, bidang pembangunan masyarakat desa:
peningkatan administrasi desa Batulawang salah satunya merekapitulasi data
Kartu Indonesia Pintar (KIS); menjalankan kegiatan Kangmas (Kantong
Masyarakat) mengumpulkan sampah menjadi uang, gotong royong merenovasi
depan masjid Al-Kohar dan WC umum, bekerjasama dalam pembinaan karang
taruna.di desa Batulawang. Dalam bidang kesehatan membantu di puskesmas
desa Batulawang dalam mengelola administrasi keseharian masyarakat yang
berobat, menerapkan kegiatan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) TK Assyifa
serta dalam rangkaian penutupan melaksanakan kegiatan donor darah secara
gratis di kantor wilayah desa.
36
Mahmudin, Penelitian Tindakan Kelas Dan Inovasi Pembelajaran Pendidiakan
Agama Islam, (Yogyakarta: Media Akademi, 2018), h. 101 37
Muhaimin, Pengembangan Pendidikan Agama Islam, (Yogyakarta: Lkis Pelangi
Aksara, 2015), h. 19-20 38
Mahmudin, Penelitian Tindakan Kelas Dan Inovasi Pembelajaran Pendidiakan
Agama Islam, (Yogyakarta: Media Akademi, 2018), h. 106
91
91
Project citizen merupakan satu instructional trethment yang berbasis
masalah untuk mengembangkan pengetahuan, kecakapan dan watak
kewarganegaraan demokratis yang memungkinkan dan mendorong keikutsertaan
dalam pemerintahan dan masyarakat sipil. Program ini mendorong para siswa
untuk terlibat secara aktif dengan organisasi-organisasi pemerintah dan
masyarakat sipil untuk memecahkan suatu persoalan di sekolah atau di
masyarakat guna mengasah kecerdasan sosial dan intelektual yang penting bagi
kewarganegaraan demokratis yang bertanggungjawab.39
Pendidikan karakter telah menjadi perhatian banyak pihak, misalnya,
pemerintah telah mengagendakan pentingnya pendidikan karakter diterapkan
disekolah-sekolah dan telah menjadi kebijakan nasional yang dituangkan dalam
peraturan perundang-undangan. Pendidikan karakter sangatlah penting karena
karakter akan menunjukan siapa diri sebenarnya, karakter akan menunjukan
bagaimana seseorang membuat keputusan, karakter menentukan sikap, perkataan
dan perbuatan seseorang, sehingga menjadi identitas yang menyatu dan
mempersonalisasi terhadap dirinya, sehingga mudah membedakan dengan
identitas yang lain. Hal tersebut seperti disampaikan oleh Mufid bahwa karakter
membentuk ciri khusus suatu etnis lain. Kualitas yang menggambarkan suatu
karakter bersifat unik, khas yang mencerminkan pribadi atau entitas dimaksud
yang akan selalu nampak secara konsisten dalam sikap dan perilaku individu
atau entitas dalam menghadapi setiap permasalahan.40
Pendidikan yang tinggi tidak identik dengan pendidikan yang baik, bila
baik yang dimaksud disini yaitu memiliki nilai keutamaan dan akhlak dalam
dirinya disertai keikhlasan dalam berbuat dan menjaga diri dari hal-hal yang
dilarang, baik menurut ajaran agama maupun norma sosial. Kebaikan yang
melekat pada diri bangsa ini sesungguhnya diwarisi dari pribadi-pribadi leluhur
yang religius. Nilai-nilai yang terkandung dalam Islam berbeda dengan nilai-
nilai umum masyarakat. Akhlak, misalnya, mengandung pengertian sifat jiwa
yang melekat dalam diri seseorang sesuai dengan asal mula penciptaannya
(ahsani taqwim).41
Pada era globalisasi ini para siswa menghadapi beberapa kekuatan
globalisasi yang hendak membentuk dunia masa kini dan masa depan, yaitu:
kemajuan IPTEK dalam bidang informasi serta inovasi-inovasi baru di dalam
teknologi yang mempermudah kehidupan manusia, masyarakat yang serba
kompetitif, meningkatnya kesadaran terhadap hak-hak asasi manusia serta
kewajiban manusia dalam kehidupan bersama dan semakin meningkatnya
kesadaran bersama dalam alam demokrasi. Semuanya itu akan berpengaruh juga
pada kurikulum dan model pengembangan pendidikan agama yang akan
disajikan kepada peserta didik. Pemanfaatan teknologi di sekolah akan menjadi
39
Anita Trisiana, Furqon Hidayatullah, Dkk. Buku Siswa Model Pembelajaran
Project Citizen Untuk Pendidikan Karakter, (Yogyakarta: Deepublish, 2016), h. 1-2 40
Amirulloh Syarbini, Buku Pintar Pendidikan Karakter, (Jakarta: As@-Prima
Pustaka, 2012), h. 19. 41
Rusydi Sulaiman, Nilai-Nilai Karakter Islam Berhulu Dari Akhlak, Berhilir
Pada Rakhmat, (Bandung: Marja, 2013), h. 5.
92
92
suatu hal yang biasa di sekolah. Namun, sejauh mana sekolah dapat mendukung
keberadaan teknologi informasi ini masih bergantung pada beberapa hal. Ada
faktor keluasan pemakaiannya, yakni seberapa jauh teknologi informasi itu
diadakan di sekolah. 42
Dengan kemajuan IPTEK dalam bidang informasi maka para siswa
dihadapkan pada kehidupan yang dipacu oleh era media globalisasi yang
sifatnya bisa menghibur, mendidik dan mengajar, model-model kehidupan yang
paling kontroversial dapat disaksikan dalam waktu yang sama.43
3. Kemah Dakwah dalam bidang Masyarakat
Jalan pendidikan dilakukan dengan pengajaran atau transformasi ilmu
dan pengetahuan. Kegiatan kemah dakwah dalam bidang sosial, masyarakat,
ekonomi membantu kegiatan berkebun di wilayah Situhapa desa Batulawang,
menjalankan kegiatan Kangmas (Kantong Masyarakat) mengumpulkan sampah
menjadi uang, bekerja bakti membersihkan lingkungan sekitar desa Batulawang
setiap satu minggu sekali, pembersihan kandang sapi desa Batulawang.
Kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai suatu usaha untuk mentransformasikan
segala nilai meliputi nilai-nilai religi, budaya, seni dan nilai keterampilan.
Tujuan pentransformasian nilai tersebut dimaksudkan untuk mempertahankan
dan mengembangkan, kebudayaan yang dimiliki masyarakat.44
Proses pemberdayaan (empowerment), yaitu ketika pendidikan menjadi
sebuah proses kegiatan yang membuat manusia menjadi lebih berdaya
menghadapi keadaan, dari situasi yang lemah menjadi kuat dengan dilengkapi
dengan proses pemberian wawasan dan keterampilan agar itu membuatnya
berdaya, proses pencerahan (elighment) dan penyadaran (conscientization), yaitu
ketika pendidikan merupakan proses pencerahan manusia melalui dibukannya
wawasan dengan pengetahuan, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak
sadar menjadi sadar, akan (potensi) dirinya dan lingkungannya., proses
memberikan motivasi dan inspirasi, yaitu upaya agar para peserta didik tergerak
dan berperan bukan hanya sekedar karena arahan dan paksaan, melainkan karena
diinspirasi oleh apa yang dilihatnya yang memicu semangat dari dalam diri dan
sesuai dengan bakat kemampuannya proses mengubah perilaku, yaitu bahwa
pendidikan memberikan nilai-nilai yang ideal yang diharapkan mengatur
perilaku peserta didik. Anak-anak yang perilakunya menyimpang dan tidak
sesuai dengan kebiasaan masyarakat diharapkan akan berubah sesuai dengan
nilai-nilai sosial yang baik dan sekaligus perilaku tersebut mendukung
42
Deni Darmawan, Komunikasi Pendidikan Perspektif Bio-Komunikasi, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 92 43
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), h. 168-169. 44
Teguh Wangsa Gadhi HW, Filsafat Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2017, cet.II), h. 67-68
93
93
perkembangan kepribadian yang dibutuhkan untuk memainkan peran dari ilmu
dan nilai yang diperolehnya.45
Pedoman perilaku merupakan sebuah dokumen yang memuat jenis-jenis
kebiasaan baik yang hendak dikembangkan disekolah dalam kegiatan dan
interaksi sehari-hari, baik di dalam kelas, di luar kelas, maupun dalam interaksi
warga sekolah dengan masyarakat sekitarnya. Jenis-jenis kebiasaan baik ini
merupakan perwujudan karakter yang mendapatkan perhatian utama yang
hendak dikembangkan dan menjadi ciri khas warga sekolah bersangkutan.
Pedoman perilaku ini menyatakan kebiasaan baik minimum yang diharapkan
dilakukan setiap warga sekolah.46
Adanya pedoman perilaku yang tertulis akan sangat berguna dalam:
menyamakan persepsi antara kepala sekolah, guru, peserta didik dan orang tua
siswa dan unsur-unsur komunitas sekolah lainnya mengenai kebiasaan baik yang
hendak dikembangkan di sekolah, membangun komitmen untuk bersama-sama
menjalankan kebiasaan baik tersebut dalam perilaku anggorta komunitas sekolah
sehari-hari, membangun suasana pergaulan di sekolah yang diwarnai dengan
kebijakan, melakukan penilaian secara priodik seberapa jauh sekolah berhasil
mengembangkan kebiasaan baik dalam rangka pendidikan karakter di sekolah,
melakukan usaha-usaha yang lebih terarah dalam melakukan perbaikan
berkelanjutan terhadap pendidikan karakter di sekolah.47
Kesadaran akan terbentuknya manusia yang dapat berkembang dengan
baik, utuh dan padu semakin jelas apabila melihat paradigma pendidikan
internasional PBB yang cenderung semakin manusiawi, realistis, demokratis dan
religious. Paradigma pendidikan internasional tersebut yaitu learning to know,
learning to do, learning to be dan learning to live together. Dalam konteks ini,
teori kecerdasan ganda dari howard gadner yang kemudian dikembangkan oleh
para tokoh yang lain dapat memperkuat akan terwujudnya hasil pendidikan yang
dapat berkembang secara utuh dan padu.48
Manfaat praktis dari pembatasan yang dikenakan oleh disiplin tidak
langsung kelihatan jelas. Pembatasan selalu tampak sebagai pembatasan atas
sifat manusia. Pendidikan harus membantu anak untuk memahami sejak dini
bahwa diluar susunan batas-batas tertentu yang membentuk krangka historis
keadilan, masih ada batas-batas yang didasarkan atas sifat hakiki sesuatu, yakni
sifat hakiki diri masing-masing. Hal itu sama sekali tidak berarti bahwa harus
terus-menerus menanamkan sikap pasrah pada diri anak atau mengalihkan
45
Fatchul Mu’in, Pendidikan Karakter Kontruksi Teoretik & Praktik, (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2011), h. 290 46
Gede Raka, Yoyo Mulyana Dkk, Pendidikan Karakter Di Seklah: Dari Gagasan
Ke Tindaka, (Jakarta:PT. Gramedia, 2011), h. 120-121. 47
Gede Raka, Yoyo Mulyana Dkk, Pendidikan Karakter Di Seklah: Dari Gagasan
Ke Tindaka, (Jakarta:PT. Gramedia, 2011), h. 121 48
Jejen Musfah, Pendidikan Holistic Pendekatan Lintas Perspektif, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 37
94
94
keinginan-keinginannya yang absah atau menceghnya untuk melihat situasi yang
ada disekitarnya.49
Pendidikan yang diterima oleh peserta didik akan senantiasa
membuahkan hasil untuk perkembangan dirinya, adapun hasil belajar siswa akan
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya, hasil belajar siswa dipengaruhi
oleh dua faktor, yaitu dalam individu siswa berupa kemampuan personal
(internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian
hasil belajar menjadi sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya
usaha atau pikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan,
pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek
kehidupan sehingga nampak pada diri individu penggunaan penilaian terhadap
sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek
kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara
kuantitatif. Faktor dalam diri siswa merupakan perubahan kemampuan yang
dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark pada tahun 1981 bahwa hasil
belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30%
dipengaruhi oleh lingkungan.50
Dilihat dari faktor yang menjadi sasaran perubahan maka suatu
perubahan dalam masyarakat yang ikut juga memengaruhi atau dipengaruhi oleh
perubahan sektor hukum, terdapat ragam bentuknya yaitu: perubahan filosofi,
ideology dan cara pandang masyarakat, perubahan tujuan yang hendak dicapai,
perubahan fungsi dalam masyarakat, perubahan struktur masyarakat, perubahan
norma kehidupan masyarakat, perubahan antar sub sistem masyarakat,
perubahan komposisi masyarakat, perubahan garis batas dalam masyarakat,
perubahan lingkungan masyarakat, perubahan tingkat kualitas masyarakat.51
Salah satu faktor terpenting dalam pembentukan karakter ialah pengaruh
kelompok terhadap individu selama masa kanak-kanak dan menjelang dewasa.
Banyak kegagalan integrasi dalam kepribadian karena adanya konflik antara dua
kelompok yang berbeda dimana seorang anak menjadi bagian dari keduanya,
sementara kegagalan-kegagalan yang lain timbul dari konflik antara selera
kelompok dan selera individu. Hendaknya menjadi pertimbangan penting dalam
pendidikan untuk memastikan agar pengaruh kelompok tidak berlebih-lebihan
dan kegiatan-kegiatannya bermanfaat, bukan merugikan.52
Manusia telah diciptakan Tuhan dengan segenap potensi yang ada agar
menjadi pribadi-pribadi yang unggul, sehingga mampu mengemban tugas
sebagai khalifah fil ardi. Istilah insan kamil merupakan gambaran idealis bagi
sosok manusia yang memiliki kemampuan dan kematangan diri dari aspek
49
Emile Durkheim, Pendidikan Moral Suatu Studi Teori Dan Aplikasi Sosiologi
Pendidikan, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1990), h. 36. 50
Hantje Ponto, Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kejuruan, (Yogyakarta:
Penerbit Deepublish, 2016), h. 67. 51
Munir Fuady, Teori-teori dalam Sosiologi Hukum, (Jakarta: Kencana, 2013, cet.
2), h. 56-57 52
Bentrand Russell; penerjemah A.T. Ramadhan Bouqie, Pendidikan dan Tatanan
Sosial, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993), h. 68
95
95
inteligensi, emosi, kepribadian, sosial dan spiritual, sehingga mampu memahami
realitas alam profane dan sakral dengan baik serta dapat menjalankan peran dan
fungsi sebagai wakil Tuhan di bumi.53
Setelah Islam mengatur tata cara pelaksanaan aktivitas manusia dalam
hubungannya dengan Allah, hubungan dengan dirinya sendiri, agama yang amat
sempurna ini juga mengatur tata cara hubungan manusia dengan manusia
lainnya. Hal ini dapat terwujud di dalam:
1. Transaksi kebendaan atau muamalah, Muamalah yaitu peraturan yang
mengatur hubungan antara satu orang dengan orang lainnya dalam hal tukar
menukar harta (jual beli dan yang sejenisnya) diantaranya: dagang,
simpanan, penemuan, pengupahan, rampasan perang utang piutang,
pungutan, warisan, titipan, wasiat, nafkah, jizyah, pesanan dan lain-lain.
2. Hubungan kekeluargaan atau masyarakat, munakahat ialah peraturan
hubungan seseorang dengan orang lain dalam hubungan kekeluargaan
diantaranya: perkawinan, perceraian, pengaturan nafkah, penyusuan,
pemeliharaan anak, pergaulan suami isteri, mas kawin, berkabung dari suami
yang wafat, meminang, khulu` dan sebagainya.
3. Hubungan kemasyarakatan atau siyasah, siyasah ialah peraturan yang
menyangkut masalah-masalah kemasyarakatan (politik) diantaranya,
ukhuwah (persaudaraan), musyawarah (persamaan, keadilan), ta`awun
(tolong menolong), hurriyah (kebebasan), tasamuh (toleransi), takafulul
ijtima` (tanggung jawab sosial), musyawarah, zi`amah (kepemimpinan),
pemerintahan dan sebagainya.
4. Kaitan dengan kepidanaan atau jinayat, jinyat yaitu peraturan yang
menyangkut pidana, diantaranya: qisas, diyat, kifarat, pembunuhan, zina,
minuman keras, murtad, khianat dalam berjuang, kesaksian dan lain
sebagainya.54
Inovasi pengembangan pendidikan agama Islam di beberapa sekolah
sudah mulai dari pengembangan ruang khusus laboratorium pendidikan agama.
Laboratorium pendidikan agama ini berisi sumber belajar dengan menggunakan
teknologi tinggi, seperti ketersediaan komputer yang dapat digunakan untuk
internet, multimedia, audio visual yang menggambarkan tentang kegiatan-
kegiatan ritual keagamaan, kisah-kisah nyata kehidupan beragama, pusat-pusat
peradaban agama dan juga alat-alat peraga pendidikan agama. Selain hal-hal di
atas sarana pendidikan agama Islam yang cukup penting di sekolah ataupun
tempat-tempat pendidikan praktek ibadah, seperti tempat wudlu, shalat
berjamaah dan shalat jenazah serta untuk mu’ah bila memungkinkan. Bagi umat
Islam keberadaan tempat ibadah dan juga sekaligus sebagai tempat latihan
praktik ibadah di sekolah, terutama sekolah-sekolah yang berlangsung hingga
siang atau sore hari, sangat diperlukan. Tempat ibadah bagi penganut agama
Islam berfungsi untuk tempat menunaikan kewajiban shalat bagi para guru dan
53
Jejen Musfah, Pendidikan Holistic Pendekatan Lintas Perspektif, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2012), h. 35. 54
Muslim Ibrahim, Pendidikan Agama untuk Mahasiswa, (Jakarta: Erlangga,
1996), h. 76-77
96
96
siswa dewasa yang beragam Islam, serta untuk membiasakan para siswa untuk
melakukan praktik jama’ah shalat. Tampak jelas, dalam konteks penyediaan
tempat ibadah di sekolah ini pemerintah telah menetapkan sebagai salah satu
standar sarana dan prasarana yang harus disediakan di sekolah.55
Sebagai masyarakat kecil dan sebagai bagian dari masyarakat sekolah
harus membina hubungan dengan masyarakat. Di dalam masyaarakat banyak
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok-kelompok masyarakat.
Namun batas-batas kerjasama tidak mengganggu dan merusakkan tugas pokok
sebagai petugas dan penaggung jawab misi sekolah.
B. Dampak Kemah Dakwah
Karakter terdiri dari nilai operatif, nilai dalam tindakan. Berproses dalam
karakter kita, seiring suatu nilai menjadi suatu kebaikan, suatu disposisi batin
yang dapat diandalkan untuk menanggapi situasi dengan cara yang menurut
moral itu baik karakter yang terasa demikian memiliki tiga bagian yang saling
berhubungan: pengetahuan moral, perasaan moral dan perilaku moral. Karakter
yang baik terdiri dari mengetahui hal yang baik, mengiginkan hal yang baik dan
melakukan hal yang baik-kebiasaan dalam cara berpikir, kebiasaan dalam hati
dan kebiasaan dalam tindakan. Fungsi manusia merupakan melaksanakan aturan-
aturan Allah baik sebagai khalifah maupun sebagai hamba dengan seikhlas-
ikhlasnya dengan menghilangkan pamrih kepada yang lain, pamrih dari segala
perbuatan hanya semata-mata kepada Allah.56
Dalam posisi saat dampak ini yang dirasakan oleh para peserta kemah
dakwah yaitu dapat memposisikan diri di lingkungan masyarakat untuk
membantu dalam kegiatan, mempunyai gambaran ketika akan masuk perguruan
tinggi dan menghadapi kegiatan KKN, dari sisi dakwahnya bisa membantu
mengajar mengaji, mengajar disekolah, TK atau Paud,57
belajar mandiri menata
kehidupan rumah tangga, meskipun menjalani rutinitas sebagai ibu rumah tangga
tapi mempunyai penghasilan sendiri berkat bimbingan dan pengalaman selama
kemah dakwah, ilmu yang didapatkan bisa diamalkan dikehidupan nyata
contohnya membuat produk rumahan sendiri sehingga dapat memasarkan
produk tersebut melalui sistem online,58
belajar mengembangkan diri di tempat
baru,59
membentuk diri menjadi mandiri, jauh dari orang tua dan terbiasa dengan
55
Komaruddin Hidayat, Azyumardi Azra, Dkk. Mereka Bicara Pendidikan Islam
Sebuah Bunga Rampai, (Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2009), h. 118 56
Thomas Lickona, Mendidik Untuk Membentuk Kerakter Bagaimana Sekolah
Dapat Memberikan Pendidikan Tentang Sikap Hormat Dan Bertanggung Jawab, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2013), h. 82. 57
57
Wawancara dengan Siti Najiah, tanggal 2 November 2019, Di Cinengah
Girang 58
58
Wawancara dengan Siti Nafisah, tanggal 2 November 2019, Di Cinengah
Girang 59
Wawancara dengan Mimi Hanipah, tanggal 2 November 2019, Di Cinengah
Girang
97
97
semua karakter masyarakat,60
tidak canggung lagi dengan masyarakat, lebih
mudah mencari kerja karena ada pengalaman,61
tidak terlalu terkejut dengan
kehidupan masyarakat luas, lebih memudahkan kita berbaur dengan yang lain,
lebih bijak lagi dalam mengambil keputusan,62
bisa ikut serta dalam kegiatan
masyarakat seperti mengikuti pengajian, penyuluhan/seminar dan kerja bakti,63
orang yang aktif di sekolah belum tentu ia pandai dalam bercengkrama dengan
orang tua, itu menjadi sebuah tantangan tersendiri untuk memahami karakter
seseorang dan bisa dilihat dari bagaimana cara orang tersebut bersosialisasi,
selain itu jiwa kemandirian pun terbentuk ketika kita jauh dari orang tua.64
Pendapat selanjutnya, percaya diri ketika berhadapan dengan tokoh
masyarakat banyak, banyak contoh dalam bermasyarakat di lingkungan tempat
tinggal lebih percaya diri akan membangun hal-hal yang positif contohnya aktif
dalam kegiatan-kegiatan di tingakat RW bekerja sama dengan anggota
karangtaruna dalam beberapa kegiatan di kecamatan; Manfaat dari bidang
ekonomi contohnya pada saat kegiatan kemah dakwah belajar untuk membuat
makanan produk rumahan sendiri sehingga saat ini tertarik untuk belajar
memproduksi makanan ringan di rumah,65
bisa mengembangkan modal belajar
mengajar sampai saat ini, pada saat kuliah di tuntut untuk aktif dalam kegiatan
keagamaan tidak terlalu sulit lagi ikut membantu dalam kepengurusan DKM
masjid di daerah kampus, selain itu belajar bersama dan berinisiatif membuat
grup belajar,66
Hasil belajar pengetahuan meliputi kemampuan berupa ingatan terhadap
sesuatu yang telah dipelajari. Sesuatu yang diingat bisa berupa fakta, peristiwa,
pengertian, kaidah, teori, prinsip dan atau metode. Hasil belajar pemahaman,
yaitu kemampuan menangkap makna atau arti dari sesuatu yang dipelajari.
Penerapan, yaitu kemampuan untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang
dipelajari dalam suatu situasi tertentu, baik dalam situasi nyata maupun dalam
situasi tiruan. Hasil belajar analisis yaitu kemampuan untuk memecah sebuah
kesatuan etnis tertentu sehingga menjadi jelas unsur-unsur pembentuk kesatuan
suatu etnis. Hasil belajar jenis sintesis yaitu kemampuan untuk membuat intisari,
membentuk suatu pola tertentu berdasarkan pada elemen-elemen yang berbeda
sehingga membentuk suatu kesatuan tertentu yang bermakna. Selanjutnya
kemampuan evaluasi merupakan kemampuan untuk memberikan pendapat atau
kemampuan untuk menentukan baik dan tidak baik atas sesuatu dengan
menggunakan suatu kriteria tertentu. Kemampuan evaluasi akan terbentuk
60
Wawancara dengan Eti Rohimah, tanggal 1 November 2019, Di Cipanas 61
Wawancara dengan Suryani, tanggal 1 November 2019, Di Cipanas 62
Wawancara dengan Rida Awaliyah, tanggal 1 November 2019, Di Cipanas 63
Wawancara dengan Dede Sopia Zahra, tanggal 1 November 2019, Di Cibadak
Pesantren 64
Wawancara dengan Ucu Anisa, tanggal 2 November 2019, Di Cinengah Girang 65
Wawancara dengan Ulfi Rahmah, tanggal 4 November 2019, Di Jakarta 66
66
Wawancara dengan Mudrik, tanggal 1 November 2019, Di STAI Imam
Syafi`i
98
98
setelah kemampuan ranah kognitif yang lainnya telah ada.67
Dalam relasi antara
manusia dengan manusia harus dalam konteks melaksanakan aturan Allah, itu
berarti hidup sesuai dengan agama Islam karena hanya Islam yang diridhai
Allah. Orang yang hidupnya sesuai dengan agama Islam itu menjadikan orang
yang bersyukur dan orang yang meninggalkan aturan Islam disebut orang kufur
(menutupi ajaran Islam dengan yang lainnya) misalnya dengan materi, hawa
nafsu, jabatan dan lain-lain. Hidup teratur merupakan suatu keutamaan manusia,
karena itu manusia harus memelihara keharmonian antara aturan dan perilaku.68
Pengetahuan juga sangat mempengaruhi tingkah laku dan fikiran
seseorang. Ketika seseorang melaksanakan amalan tetapi tidak memiliki
pengetahuan maka ibadah tersebut tidak ada artinya hanya sekedar ibadah tanpa
pahala. Tetapi apabila memiliki pengetahuan atau ilmu tentang apa yang
dilakukan maka akan bernilai ibadah dan mendapatkan pahala, sehingga
seseorang mau melakukannya dengan ikhlas. Jadi memiliki ilmu pengetahuan
maka dapat menumbuhkan keyakinan dan menambah keimanan. Namun
sebaliknya, jika seseorang hanya memiliki pengetahuan, tetapi tidak
mengamalkannya atau tidak mengaktualisasikan, maka belum disebut beriman.69
Jadi ada dua aplikasi sistem dalam pengajaran: pertama pendekatan sistem
merupakan cara pandang atau pendapat yang mengarahkan kepada pengajaran,
sebagai suatu penataan yang memungkinkan guru dengan murid berinteraksi satu
sama lain untuk mencapai tujuan belajar untuk siswa mudah dalam belajar,
kedua penggunaan metode khusus untuk mendesain sistem pengajaran.
Metodologi ini, merupakan prosedur sistematik perencanaan, perencanaan,
pelaksanaan dan pengontrolan evaluasi.70
Pemuda menjadi sosok generasi yang memiliki semangat kekuatan yang
lebih dibandingkan dengan generasi sebelum dan sesudahnya. Dipemudalah
mulai dibangun kreativitas untuk menghasilkan karya-karya terbaik dan
spektakuler. Mereka merupakan orang-orang yang akan memegang tampuk
kepemimpinan 10-20 tahun lagi. Masa depan suatu bangsa sangat ditentukan
oleh kualitas generasi muda saat ini.71
Karakter menjadikan kebiasaan-kebiasaan yang tertanam kuat pada
seseorang, kelompok masyarakat atau bangsa, menjadi jiwa dan sifat yang
mencerminkan kualitas mental atau moral, akhlak dan budi pekerti seseorang,
kelompok masyarakat atau bangsa. Tingkatan kualitas itu bisa rendah maupun
tinggi atau kuat. Oleh karena itu, pembangunan atau pembinaan karakter
menjadi sangat penting untuk membentuk karakter yang kuat dan positif agar
67
Deni Kurniawan, Pembelajaran Terpadu Tematik (Teori,Praktik Dan
Penilaian), (Bandung: Alfabeta, 2014), h.10. 68
Ali Syamsuddin, Mengukir Sifat Kepribadian Mslim, h. 44 69
Abdul Kaulan, Cara Terbaik Mengubah Nasib Pendekatan Ibadah Untuk
Membuka Pintu Rezeki, h. 14-15 70
Syafaruddin & Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: PT.Ciputat
Press, 2005), h. 49. 71
Hri Moekti, Mencetak Generasi Cerdas dan Bertaqwa, (Jakarta: Cakrawala,
2004), h. 2-3
99
99
hidup manusia, masyarakat dan bangsa dapat bermakna serta dapat menjamin
kehidupan dan kemajuannya secara bermakna.72
Menjadi pribadi yang kuat dalam kehidupan pembelajaran tidak pernah
terlepas dari berbagai masalah. Bukan tidak mungkin berbagai kendala
menghadang siswa. Semuanya harus dapat diatasi dan jika perlu kendala tersebut
dijadikan motivasi untuk menjalankan kegiatan pembelajaran menjadi lebih baik
lagi.73
Suatu perencanaan pendidikan yang sempurna mencakup desain
konseptual awal sampai dengan tahap evaluasi akhir dan terdapat trethment pada
setiap komponen di dalamnya. Antara perencanaan sumber manusiawi dan
perencanaan pendidikan ada perbedaan. Maksud utama perencanaan pendidikan
ialah untuk mendisain kebijaksanaan pendidikan, daerah studi ini meliputi topik-
topik seperti seleksi kurikulum, desain fasilitas fisik, strategi alokasi sumber-
sumber, perhitungan pembiayaan, analisis jadwal pengajian dan proyek populasi
siswa.74
Pengetahuan akan menjadi baik atau berguna jika dipergunakan untuk
kebaikan. Pengetahuan hanya dimiliki oleh orang-orang yang terdidik dan
memiliki roh kebaikan. Oleh karena itu, perlu memperbanyak pengetahuan dan
menjadi orang-orang yang terdidik untuk meraih keselamatan hidup. Itulah
dasar-dasar pendidikan Islam yang bertujuan memperbaiki pergaulan hidup antar
manusia, sebagaimana sabda Rasulullah Saw dalam hadisnya, “Sesungguhnya
aku diutus (Allah di dunia supaya memimpin) ini untuk menyempurnakan
akhlak dengan sebaik-baiknya.”75
Pendidikan Islam dalam menghadapi globalisasi diharapkan dapat
memproduksi lulusan dengan pengetahuan agama yang mendalam, pengetahuan
umum yang tinggi, menguasai teknologi, memiliki keterampilan atau keahlian
dan berjiwa kewirausahaan serta memiliki moralitas yang kokoh dan konsisten,
begitupula pendidikan di masyarakat harus memiliki semangat yang sama.76
Lembaga pendidikan Islam sebagaimana lembaga pendidikan pada
umumnya merupakan agen peradaban dan perubahan sosial. Lembaga
pendidikan yang saat ini berada dalam atmosfer modernisasi dan globalisasi
dituntut untuk mampu memainkan perannya secara dinamis dan proaktif.
Keberadaannya diharapkan mampu memberikan kontribusi dan perubahan
positif yang berarti bagi perbaikan dan kemajuan peradaban umat Islam, baik
pada dataran intelektual teoretis maupun praktis. Pendidikan Islam bukan hanya
sebagai proses transformasi nilai-nilai moral yang telah ditanamkan lewat
pendidikan Islam tersebut mampu berperan aktif sebagai generator yang
72
Abdoel Fattah, Pembangunan Karakter Unggul Generasi Penerus Bangsa,
(Jakarta: PT. ARGA Publishing, 2008), h. 17-18. 73
M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning
Bagaimana Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, h. 89 74
Oemar Hamalik, Perencanaan Dan Manajemen Pendidikan, (Bandung: CV.
Mandar Maju, 1991), h.72-73. 75
R. Zainuddin Fananie, Pedoman Pendidikan Modern, h. 6-7 76
Hasbi Indra, Pendidikan Islam Tantangan dan Peluang di Era Globalisasi, h. viii
100
100
memiliki power pembebasan dari tekanan dan himpitan keterbelakangan sosial
budaya kebodohan, ekonomi dan kemiskinan di tengah mobilitas sosial yang
begitu cepat.
Maka lembaga pendidikan Islam secara otomatis-praktis perlu
melakukan pembenahan yang bersifat institusional untuk mensejajarkan, bahkan
bersaing dengan institusi sosial lain dalam menggapai kecemerlangan peradaban
Islam itu sendiri. Langkah tepat dalam hal ini merupakan transformasi lembaga
pendidikan Islam berbasis mutu pendidikan. Artinya, transformasi lembaga
pendidikan Islam era kontemporer menuju lembaga pendidikan Islam bermutu
terpadu, minimal diawali dengan komitmen bersama antara komponen
pendidikan Islam bermutu terpadu, minimal diawali dengan komitmen bersama
antara komponen pendidikan Islam terhadap mutu pendidikan Islam oleh komite
lembaga pendidikan Islam, administrator, guru, staf, peserta didik dan orang tua
dalam komunitas lembaga pendidikan Islam. Adapun prosesnya melalui
manajemen strategi yang berorientasi pada mutu dan difokuskan untuk
memenuhi kebutuhan konsumen (user education).
Walaupun pada riilnya, pengembangan dalam sektor pendidikan Islam
merupakan proses tambal sulam yang banyak mengadopsi dari berbagai konsep
dan yang paling dominan untuk konsep dalam mutu dalam dunia industri dapat
dipahami sebagai pintu masuk untuk perbaikan mutu pendidikan Islam. Akan
tetapi pengembangan mutu (output) yang dalam paradigma ini merupakan
barang yang notabene standar mutunya dapat terukur dan teruji dengan
parameter yang baku akhirnya merembes pada ranah pendidikan Islam menjadi
suatu konsep yang paten. Dengan demikian, mutu pendidikan Islam merupakan
suatu hal yang menjelma menjadi kebutuhan primer bagi lembaga pendidikan
Islam untuk bersaing.77
Begitu ruh manusia diciptakan, ruh itu sudah berjanji akan menjadi
hamba yang bersujud, seperti juga mahluk yang lain. Bersujud menjadikan
segala aktivitas, baik batin atau lahir yang akhirnya menyadarkan akan
kebesaran Tuhan, keagungan-Nya dan kebaikan-Nya. Seluruh mahluk pasti akan
bersujud, bedanya adanya yang dengan terpaksa dan ada yang dengan
kesadaran.78
Salah satu contoh yaitu pengajaran kreatif pengajaran yang kreatif itu
melibatkan sebanyak mungkin pertanyaan yang mendorong siswa untuk
menggunakan pikirannya secara kreatif. Terhadap jawaban yang dilontarkan
siswa itu, pengajaran yang kreatif tidak langsung memberikan judgment yang
hitam putih, tetapi mendorong siswa untuk melakukan eksplorasi dan
pembuktian. Pengajaran kreatif itu lebih banyak memberikan tantangan (tawaran
dan dorongan yang membuat siswa tertarik untuk menunjukan kehebatan dan
kebolehannya). Pembelajaran kreatif itu mampu menciptakan iklim belajar yang
membuat siswa senang dan bahagia di kelas, dekat dan berdialog dengan guru.
77
Akhyar Yusuf Lubis, Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer, (Depok: PT.
Raja Grafindo Persada, 2016, cet. 3), h. 254-255 78
Hudaya Latuconsina, Pendidikan Kreatif Menuju Generasi Kreatif dan
Kemajuan Ekonomi Kreatif di Indonesia, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2014), h. 13
101
101
Pengajaran kreatif itu mendorong siswa untuk bermain-main dengan koneksi dan
sinergi serta melihat hubungan yang menyatukan dari setiap perbedaan.
Pengajaran kreatif itu menghargai berbagai produk imajinasi, seperti visi anak-
anak ke depan, ide-ide baru yang muncul, solusi yang mereka gagas, eksperimen
yang mereka lakukan, eksplorasi yang mereka dalami dan seterusnya.
Pengajaran kreatif itu tidak melihat kesalahan sebagai dosa yang tak terampuni
sehingga harus mendapatkan hukuman dan larangan untuk melakukan
eksperimen, tetapi sebagai proses pembelajaran atau bahan untuk menciptakan
perubahan kearah yang lebih baik. Pengajaran kreatif itu menggunakan hasil
yang sudah ada sebagai pijakan atau lompatan untuk menciptakan hasil yang
lebih bagus dengan menerima berbagai masukan, kritik dan saran. Pengajaran
kreatif itu memfasilitasi kemandirian siswa, inisiatifnya, pilihannya dan
memberikan pengarahan yang memperkuat rasa percaya diri dan self-esteem
siswa sehingga mereka semakin menikmati, tertarik, semangat untuk menjadi
anak yang kreatif.79
Hampir semua sepakat bahwa krisis moral yang melanda generasi
bangsa ini diakibatkan telah melemahnya nilai-nilai moral bangsa dalam
kehidupan masyarakat. Hal ini diduga penyebabnya karena kurang berhasilnya
pendidikan yang membina karakter di sekolah. Pendidikan formal dewasa ini
lebih dominan mengembangkan aspek kognitif ketimbang aspek moral dan
karakter. Oleh karena itu, perlu pendidikan karakter diterapkan di sekolah.80
C. Kelebihan dan Kekurangan Peserta dalam Pelaksanaan Kemah
Dakwah
Di masyarakat primitive lembaga pendidikan secara khusus tidak ada,
anak-anak umumnya dididik di lingkungan keluarga dan masyarakat
lingkungannya. Pendidikan secara kelembagaan memang belum diperlukan,
karena variasi profesi dalam kehidupan belum ada. Jika anak dilahirkan di
lingkungan keluarga tani, maka dipastikan ia akan menjadi petani seperti orang
tua dan masyarakat lingkungannya. Demikian anak seorang nelayan ataupun
anak seorang pemburu.
Amanah undang-undang sistem pendidikan nasional tahun 2003
bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang
cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan
lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang benapas
nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Pendidikan yang bertujuan melahirkan
insan cerdas dan berkarakter kuat itu, juga pernah dikatakan Dr. Martin Luther
King, yakni: intelligence plus character.. this is the goal of true educational
79
Hudaya Latuconsina, Pendidikan Kreatif Menuju Generasi Kreatif Dan
Kemajuan Ekonomi Kreatif Di Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014), h.
208. 80
Amirulloh Syarbini, Buku Pintar Pendidikan Karakter, (Jakarta: As@-Prima
Pustaka, 2012), h. 18-19.
102
102
(kecerdasan yang berkarakter merupakan tujuan akhir pendidikan yang
sebenarnya).81
Masalah karakter sikap yang baik. sikap yang bisa diidentifikasi dari
ucapan, perbuatan dan motifasinya. Sikap anak dalam belajar ini tercermin
dalam lima hal sebagai berikut, sikap anak dalam mempersepsi belajar atau mata
pelajaran yang akan diikuti, sikap anak dalam mengikuti kegiatan belajar, sikap
anak terhadap gurunya, sikap anak terhadap teman-teman lainnya, sikap anak
dalam pergaulan di sekolah dan di luar sekolah.82
Karakter secara lebih jelas,
mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi
(motivations) dan keterampilan (skill). Karakter meiliputi sikap seperti keinginan
untuk melakukan hal yang baik, kapasitas intelektual, seperti berpikir kritis dan
alasan moral, perilaku seperti jujur dan bertanggung jawab, mempertahankan
prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh ketidakadilan, kecakapan interpersonal
dan emosional yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara efektif dalam
berbagai keadaan dan komitmen untuk berkontribusi dengan komunitas dan
masyarakat.83
Ada kalanya juga proses pendidikannya kurang baik tetapi dapat
menghasilkan hasil pendidikan yang baik. Jika demikian maka perlu diyakini
bahwa Allah ikut menentukan (mentakdirkan) hasil pendidikan itu. Oleh karena
itu mulailah pendidikan karakter dimulai dengan niat yang ikhlas. Sebagai
seorang yang beragama, maka perlu diyakini bahwa ketercapaian hasil
pendidikan yang dicita-citakan oleh siapapun yang bergerak dalam dunia
pendidikan tidak terlepas dengan keterlibatan Allah dalam menentukan hasilnya.
Manusia berusaha, Tuhanlah yang menentukan hasilnya. Untuk itu mulailah
pendidikan karakter yang sedang diupayakan dengan niat yang ikhlas semata-
mata karena Allah.84
Masyarakat merupakan lapangan pendidikan yang ketiga. Para pendidik
umumnya sependapat bahwa lapangan pendidikan yang ikut mempengaruhi
perkembangan anak didik menjadi keluarga, kelembagaan pendidikan dan
lingkungan masyarakat. Keserasian antara ketiga lapangan pendidikan ini akan
memberi dampak yang positif bagi perkembangan anak, termasuk dalam
pembentukan jiwa keagamaan mereka.85
Selain masyarakat selalu tumbuh dan
berkembang; ia memiliki identitas dan karakteristik tersendiri sesuai dengan
sosial budaya dan latar belakang sosial ekonominya. Identitas dan perkembangan
masyarakat tersebut sedikit banyak akan berpengaruh terterhadap sekolah.
Pengaruh tersebut baik dalam orientasi dan tujuan pendidikan maupun proses
pendidikan itu sendiri. Dalam orientasi dan tujuan pendidikan jelas sedikit
81
Bafirman H.B., Pembentukan Karakter Siswa Melalui Pembelajaran
PENJASORKES, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 32. 82
Heru Kurniawan, Sekolah Kreatif Sekolah Kehidupan Yang Menyenangkan
Untuk Anak, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2017), h. 186. 83
Ngainun Naim, Character Building, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), h. 55. 84
Sa’dun Akbar, Ahmad Samawi, Dkk. Pendidikan Karakter: Best Practices,
(Malang: Universitas Negeri Malang, 2015), h. 11 85
Jalaluddin, Psikologi Agama , (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2000, cet. 4), h. 208
103
103
banyak akan diwarnai oleh masyarakat mengingat sekolah merupakan lembaga
masyarakat, sekolah berada di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu, wajar
bila kurikulum sering diadakan perubahan dan tujuan pendidikan rumusannya
mengalami perubahan mengingat keadaan masyarakat memang berkembang dan
berubah pula.86
Kondisi masa kini sangat berbeda dengan masa lalu. Pendekatan
pendidikan karakter yang dahulu cukup efektif, tidak sesuai lagi untuk
membangun generasi sekarang dan yang akan datang. Bagi generasi masa lalu,
pendidikan karakter yang bersifat indoktrinatif sudah cukup memadai untuk
membendung terjadinya perilaku yang menyimpang dari norma-norma
kemasyarakatan, meskipun tidak mungkin dapat membentuk pribadi-pribadi
yang memiliki kemandirian. Sebagai gantinya, diperlukan pendekatan
pendidikan karakter yang memungkinkan subjek didik mampu mengambil
keputusan secara mandiri dalam memilih nilai-nilai yang saling berkepentingan,
seperti yang terjadi dalam kehidupan pada saat sekarang. Strategi tunggal
tampaknya sudah tidak cocok, apalagi yang bernuansa indoktrinasi. Pemberian
teladan juga dinilai kurang efektif karena sulit menentukan contoh tepat guna
dijadikan sebagai teladan. Dengan kata lain, diperlukan multi-pendekatan atau
yang oleh Kirschenbaum disebut pendekatan komprehensif.87
Tujuan pendidikan yang harapkan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengambangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur. Selain itu,
manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan
ruhani, kepribadian yang mantap, mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan. Untuk mewujudkan itu semua tidaklah
mustahil, tetapi juga tidak gampang. Perlu kerja sama antara semua pihak, baik
orang tua, guru, masyarakat serta pemerintah. Orang tua sangat berpengaruh
besar tehadap pendidikan moral anak. Orang tua harus mampu memberikan
arahan, bimbingan serta teladan kepada anak. Karena sebelum anak terjun
kedunia luar (sekolah dan masyarakat), mereka mendapatkan pendidikan di
dalam keluarganya.88
Sepanjang sejarah pendidikan Islam, masyarakat muslim tetap dalam
skala yang tetap besar bukan hanya berperan serta artinya ikut berpartisipasi
tetapi mengambil posisi terdepan dalam pendirian, pengembangan dan
pemberdayaan pendidikan keagamaan. Peran serta masyarakat dalam
pemberdayaan pendidikan atau perguruan Islam bukan tidak bisa dituntut lebih
besar lagi. Secara garis besar, peningkatan peran serta masyarakat dalam
pemberdayaan itu dapat dikerangkakan sebagai berikut: Pertama, peningkatan
peran serta masyarakat dalam pemberdayaan menagemen pendidikan, yakni
pengembangan managemen yang lebih accountable, baik dari segi keuangan
86
Abu Ahmadi dkk, Ilmu Pendidikan, h. 38 87
Novan Ardy Wiyani, Membumikan Pendidikan Karakter Di SD, (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2013), h. 39 88
Rohinah M. Noor, Pendidikan Karakter Berbasis Sastra, (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2017), h. 63.
104
104
maupun organisasi pendidikan. Melalui peningkatan ini, sumber finansial
masyarakat dapat dipertanggungjawabkan secara lebih efisien untuk
pemberdayaan dan peningkatan kualitas pendidikan Islam. Kedua, peningkatan
peran serta masyarakat dalam pengembangan pendidikan Islam yang quality
oriented, yakni pendidikan berkualitas dan berkeunggulan yang pada gilirannya
akan mendorong perkembangan madrasah dan perkembangan madrasah dan
lembaga pendidikan Islam lainnya menjadi “conters of excellence” yang
menghasilkan anak didik yang berparadigma keilmuan “komprehensif”, yakni
pengetahuan umum dan agama, plus iman taqwa (imtak). Ketiga, peningkatan
peran masyarakat dalam pengelolaan sumber belajar lain yang terdapat dalam
masyarakat, sehingga sistem pendidikan Islam tidak terpisah atau tetap menjadi
bagian integral dari masyarakat muslim secara keseluruhan. Melalui
pengembangan ini, madrasah atau pendidikan Islam lainnya dapat menjadi
“core” dari “learning society” masyarakat belajar yang membuat anak didik
keluaran lembaga pendidikan Islam lebih berkualitas, fungsional dengan
masyarakatnya.89
Tuntutan reformasi yang amat penting menjadikan demokratisasi. Hal
ini dapat ditanggapi dalam dua segi yaitu pemberdayaan masyarakat dan
pemberdayaan pemerintah daerah (otonomi daerah).90
Demokratisasi
penyelenggaraan pendidikan, harus mendorong pemberdayaan masyarakat
dengan memperluas partisipasi masyarakat dalam pendidikan yang meliputi
peranan perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi dan organisasi
kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan
pendidikan (Pasal 54 ayat 1). Masyarakat tersebut dapat berperan sebagai
sumber, pelaksana dan pengguna hasil pendidikan (Pasal 54 ayat 2). Justru itu
masyarakat berhak menyelenggarakan pendidikan yang berbasis masyarakat
dengan mengembangkan dan melaksanakan kurikulum dan evaluasi pendidikan,
serta manajemen dan pendanaannya sesuai dengan standar nasional pendidikan
(Pasal 55 ayat 1 dan ayat 2). Dana pendidikan yang berbasis masyarakat dapat
bersumber dari penyelenggara, masyarakat dapat memperoleh bantuan teknis,
subsidi dana dan sumber daya lain secara adil dan merata dari pemerintah dan
atau pemerintah daerah.91
Pentingnya ikut berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat antara lain:
merupakan alat untuk mengubah citra masyarakat awam terhadap pengertian
salah tentang kebijakan sekolah dan para petugas sekolah, memberikan
informasi tentang program dan kebijakan sekolah, menghilangkan atau
mengurangi kritik-kritik tajam terhadap sekolah.92
Jika dilihat dari Undang-undang Dasar Negara Indonesia yang baru,
kelihatannya biaya pendidikan secara nasional seharusnya semakin murah.
Sebab, bila anggaran pendidikan nasoinal tidak pernah lebih dari 8% dari seluruh
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), maka berdasarkan UUD yang
89
John B. Thomson, Kritik Ideologi Global, h. 121-122 90
Anwar Arifin, Paradigmma Baru Pendidikan Nasional, h. 78 91
Anwar Arifin, Paradigmma Baru Pendidikan Nasional, h. 81-82 92
Abu Ahmadi dkk, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 31
105
105
baru tersebut pemerintah diharuskan mengalokasikan dana minimal sebesar
20%. Namun, semua itu tidak benar. Karena memang biaya yang direalisasikan
tidak lebih dari 4% untuk tahun anggaran 2003 ini. Sangat ironis dan sangat
menyakitkan. Pendidikan dengan biaya tinggi diatas mengakibatkan warga
masyarakat yang ingin mengikuti pendidikan mengalami kesulitan yang luar
biasa, bukan hanya dalam hal pembiayaan tetapi juga pada kesempatan untuk
berpartisipasi didalamnya. Karena terbukti pendidikan nasional belum dapat
dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.93
Nilai-nilai etika bergeser dikehidupan berbangsa. Pembangunan nasional
dalam segala bidang yang telah dilaksanakan selama ini telah mengalami
berbagai kemajuan. Ditengah-tengah kemajuan tersebut terdapat dampak negatif,
yaitu terjadinya pergeseran terhadap nilai-nilai etika dalam kehidupan
masyarakat dewasa ini, seperti penghargaan terhadap nilai budaya dan bahasa,
nilai solidaritas sosial, musyawarah mufakat, kekeluargaan, sopan santun,
kejujuran, rasa malu dan cinta tanah air dirasa semakin memudar. Perilaku
korupsi masih banyak dilakukan, ruang publik yang terbuka dimanfaatkan dan
dijadikan ruang pelampiasan kemarahan dan amuk masa. Benturan dan
kekerasan masih terjadi dimana-mana dan memberikan kesan seakan-akan
masyarakat Indonesia sedang mengalami krisis moral sosial yang
berkepanjangan. Banyak penyelesaian masalah yang diselesaikan secara
anarkis.94
Hasil dari evaluasi kegiatan ini mengembangkan jiwa kemandirian,
kepemimpinan dan kewirausahaan dalam pembangunan masyarakat, hidup
berdampingan antar keluarga, memperkuat kesadaran tentang pentingnya
ketahanan sosial keagamaan dalam kehidupan yang majemuk yang dilandasi
dengan iman yang kokoh dan pemahaman yang luas tentang nilai agama Islam
dan menumbuhkan pemahaman tentang kaitan antara nilai-nilai ajaran Islam
dengan kehidupan sehari-hari yang bercermin dalam partisipasi di dalam segala
bidang pembangunan.
93
Ainurrofiq Dawam, Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta: Inspeal, 2006), h. 8 94
David Wijaya, Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa untuk Sekolah dan
Perguruan Tinggi, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2017), h. 23
106
106
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjabaran penulis mengenai inovasi pendidikan formal
studi program kemah dakwah SMA Plus Tauhidul Afkar, Kecamatan Pacet,
Kabupaten Cianjur pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis
menyimpulkan permasalahan yang bertujuan untuk lebih mempermudah dalam
memahami pokok masalah. Penelitian ini telah menganalisis inovasi dalam
kegiatan kemah dakwah dan menganalisis evaluasi paska kegiatan kemah
dakwah yaitu: Jauh berjalan banyak dilihat, lama hidup banyak dirasai, semakin
banyak yang diperbuat maka semakin banyak yang dimaknai.
Analisis inovasi dalam kegiatan kemah dakwah terdapat
menyempurnakan pembelajaran-pembelajaran yang sudah ada. Dalam kajiannya
siswa menggali kemampuan dirinya sebagai penerus yang menghayati
permasalahan masyarakat serta menyebarluaskan program pemberdayaan
masyarakat untuk memberikan umpan balik pada pengembangan dirinya sendiri,
membantu pemerintah desa untuk mempercepat gerak pembangunan masyarakat
dalam menyiapkan kader-kader, membantu meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam pembangunan.
Dalam evaluasi kegiatan kemah dakwah siswa dapat mengembangkan
jiwa kemandirian, kepemimpinan dan kewirausahaan dalam pembangunan
masyarakat, hidup berdampingan antar keluarga, memperkuat kesadaran tentang
pentingnya ketahanan sosial keagamaan dalam kehidupan yang majemuk yang
dilandasi dengan iman yang kokoh dan pemahaman yang luas tentang nilai
agama Islam dan menumbuhkan pemahaman tentang kaitan antara nilai-nilai
ajaran Islam dengan kehidupan sehari-hari yang bercermin dalam partisipasi di
dalam segala bidang pembangunan, menerapkan jiwa kemandirian,
kepemimpinan dan kewirausahaan serta mengajarkan hidup berdampingan antar
masyarakat..
B. Saran
Beberapa saran yang diajukan yaitu sebagai berikut, perlunya penelitian
lebih lanjut terkait inovasi pendidikan yang dilakukan oleh lembaga pendidikan
di seluruh jenjang dan harus ada keseimbangan antara ilmu pendidikan dengan
praktek pendidikannya, ini harus menjadi solusi kreatif bagi keberlangsungan
pendidikan.
Perlunya kerjasama dan komitmen antara pendidik, peserta (siswa) dan
masyarakat untuk mengembangkan inovasi pendidikan secara terus menerus
karena menyelami kehidupan masyarakat menjadi bekal ilmu pengetahuan dan
mampu membangun masyarakat untuk menjadi lebih baik dan maju. Selain itu
perlu dibentuk keteladanan dalam keluarga, ini menjadi tugas orang tua dalam
107
107
menerapkan penanaman agama sejak dini supaya terjalinnya bentuk komunikasi
yang bersifat Islami antara orang tua dan anak dalam keluarga.
Selanjutnya, sekolah harus mempunyai bahan evalusi dalam penjalankan
pembelajaran untuk menjadi tolak ukur keberhasilan proses pendidikan. Apalagi
jika pembelajaran tersebut berhubungan dengan masyarakat karena sekolah
sebagai satuan dari masyarakat harus dapat menjaga hubungan antar pribadi
dengan baik, karena jika komunikasi tidak terjalin maka pendidikan anak dalam
kegiatan sehari-hari akan banyak kendala apalagi berinteraksi dengan
masyarakat.
108
108
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal dan Buku
A.A.I.N. Marhaeni, Landasan Dan Inovasi Pebelajaran, Singaraja:Universitas
Pendidikan Ganesha, 2013.
Aan Hasanah, Neng Gustiani, dkk., Nilai-Nilai Karakter Sunda, Internalisasi Nilai-
Nilai Karekter Sunda Di Sekolah, Yogyakarta: Deepublish, 2016.
Abbas, Ersis Warmansyah., Pendidikan Sejarah, Patriotism dan Karakter Bangsa
Malaysia-Indonesia, Banjarmasin: Fisip Unlam Press, 2017.
Abdoel Jalal AR., Pendidikan Karakter, Jakarta: Yayasan Dr. Abdoel Djalal AR,
2013.
Abdullah Idi dan Safarina., Etika Pendidikan Keluarga, Sekolah dan Masyarakat,
Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2016.
Abdullah, Taufik dkk., Metodologi Penelitian Agama, Yogyakarta: Tiara Wicana
Yogya, 1989.
Acerylena, Sita., Pendidikan Karakter Ki Hadjar Dewantara, Malang: Madani,
2018.
Adiwikarta, Sudardja. Sosiologi Pendidikan Analisis Sosiologi tentang Praksis
Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2016.
Ahmadi, Abu. Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Ahmadi, Abu dkk, Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1991.
Akhtar, Shabbir. Handbook Buku Pegangan Orang Tua, Jakarta: Mediacita, 2007.
Al Banna Choiruzzad, Shofwan., dkk, “Indonesia`S Islamic Economy Project and
the Islamic Scholars”, Journal Procedia Environmental Sciences, 2012, Pp.
957-966.
Alfredo, Jiménez., dkk, “The Impact Of Educational Levels On Formal And
Informal Entrepreneurship”, Journal Business Research, 2015, Pp. 204-
212.
Ali, Hasniyati Gani., Ilmu Pendidikan Islam, Ciputat: Quantum Teaching, 2008.
Ali, Mohammad., Metodologi Dan Aplikasi Riset Pendidikan, Bandung: Pustaka
Cendekia Utama, 2011.
Alkhaliq, Barkah., Praktis Berinovasi Buku Manual Untuk Mencari Ide Inovasi Dan
Tahapan Dalam Membuat Inovasi, Depok:Indie Publishing, 2011.
Alkouatli, Claire., dkk, “Potential Reproduction And Renewal In A Weekend
Mosque School in Canada: Educators' Perspectives Of Learning and
Development”, Journal Learning, Culture and Social Interaction, 2018.
Amin, Maswardi M., Pendidikan Karakter Anak Bangsa Edisi 2, Yogyakarta:
Calpulis, 2015.
Amir, M. Taufiq. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning Bagaimana
Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan, Jakarta:
Kencana, 2009.
Anita Trisiana, Furqon Hidayatullah, Dkk. Buku Siswa Model Pembelajaran
Project Citizen Untuk Pendidikan Karakter, Yogyakarta: Deepublish, 2016.
109
109
Arifin, Anwar., Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi, Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2011.
Arifin, Anwar., Paradigmma Baru Pendidikan Nasional, Jakarta: Balai Pustaka,
2005.
Arif, Mahmud., Pendidikan Islam Transformatif, Yogyakarta: LKiS, 2008.
Asmaun Sahlan dan Angga Teguh Prastyo., Desain Pembelajaran Berbasis
Pendidikan Karakter, Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2017.
Atabekova, Anastasia., dkk, “Web 3.0-Based Non-Formal Learning to Meet the
Third Millennium Education Requirements: University Students‟
Perceptions”, Journal Procedia Social and Behavioral Sciences, 2015, Pp.
511-519.
Aqsha Lubis, Maimun., dkk, “Systematic Steps in Teaching and Learning Islamic
Education in the Classroom”, Journal Procedia Social and Behavioral
Sciences, 2010, Pp. 665-670.
Azet, Akhmad Muhaimin., Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, Jakarta: Ar-
Ruzz Media,2017.
Azra, Arzyumardi. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan
Milenium III, Jakarta: Kencana, 2012.
Azra, Azyumardi., Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012.
B.Uno,Hamzah., Belajar Dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif Inovatif
Lingkungan Kreatif Efektif Menarik, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2015.
Baharuddin, dkk., Kepemimpinan Pendidikan Islam Antara Teori dan praktek,
Yoyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Bactiar, Wardi. Sosiologi Klasik, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006.
Bahtiar Irianto, Yoyon., Kebijakan Pembaruan Pendidikan Konsep, Teori dan
Model, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2012.
Brotosiswoyo, B.Suprapto., Sebuah Inovasi Dalam Pendidikan Tinggi, Jakarta:
Universitas Terbuka, Depdikbud, 1996.
Buchanan, Richard., “Systems Thinking and Design Thinking: The Search for
Principles in the World We Are Making”, The Journal of Design,
Economics, and Innovation, Vol 5, No 2, 2019.
Budiningsih, C. Asri., Pembelajaran Moral, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Buganova, Katarína., dkk, “Innovation of Educational Content and Study Materials
With Respect to Knowledge Society Needs and Labour Market at the
University of Zilina, Faculty of Special Engineering”, Journal of Social
and Behavioral Sciences, 2014, Pp. 3587-3594.
Bukut, Masriam., Strategi Dan Inovasi Pendidikan Kejuruan Dari Kompetensi Ke
Kompetisi, Bandung: Alfabeta, 2014.
Bungin, Burhan., Penelitian Kualitatif, Komunikasi, 154. Lihat juga Kristi
Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia.
Bungin, Burhan., Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan
Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2005.
110
110
Busyairi AS, M., Manajemen Pendidikan Perilaku Berbasis Budi Pekerti Luhur,
Malang: Universitas Wisnuwardhana Malang Press, 2015, cet. 2.
Campbell, Tom., Seven Theories of Human Society, Diterjemahkan oleh F. Budi
Hardiman, Tujuh Teori Sosial, Yogyakarta: Kanisius, 1994.
Chairunnisa, Connie., Menejemen Pendidikan Dalam Multi Perspektif, Jakarta:
PT.Rajagrafindo Persada, 2016.
Chernyavskaya, Valentina S. dan Alexander K. Samoylichenko, “Behavioural
Predictors of the Meta-Cognitive Aspects of Thinking in the Process of
Solving Super-Complex Tasks: A Case Study of Middle and Senior
Preschool Children”, Russia journal Social and Behavioral Sciences, 2016,
Pp 387 – 39.
Coombs, Jacque and Lois Brooks., lobby for children's rights, Elementary School
Guidance & Counseling, Vol. 9, No. 4, SPECIAL ISSUE: CHILDREN'S
RIGHTS (May 1975), pp. 332-336 (Diakses tanggal 15 Januari 2019 jam
07.23 WIB).
D‟Aiglepierre, Rohen., dkk, “The Choice Of Arab-Islamic Education In Sub-
Saharan Africa: Findings From A Comparative Study”, International
Journal of Educational Development, 2018, Pp. 47-61.
Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Renika Cipta, 2009.
Damsar, Pendidikan Pasca konflik Pendidikan Multikultural Berbasis Konseling
Budaya Masyarakat Maluku Utara , Yogyakarta: LKIS, 2013.
Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2011.
Dana Likeschová, Ph.D, M.A., dkk, “Multicultural Education, Creativity and
Innovation At Universities in the Czech Republic”, Journal of Social and
Behavioral Sciences, 2012, Pp. 349-355.
Darmaningtyas, Pendidikan yang Memiskinkan, Yogyakarta: Galang Press, 2004.
Darmawan, Deni., Komunikasi Pendidikan Perspektif Bio-Komunikasi, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2015.
Dawam, Ainurrofiq., Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Inspeal, 2006.
De Backer, Free., “Visual Arts As Leverage For Educational Innovation In Formal
And Lifelong Learning”, Journal of Social and Behavioral Sciences, 2012,
Pp. 1644-1648.
De Pablo Redondo, Rosana., “Teaching Innovation Network: An Educational
Virtual Model”, Journal of Social and Behavioral Sciences, 2011, Pp.
4053-4058.
Denisa Manea, Adriana., “Innovation in the Management of Educational
Institutions”, Journal of Social and Behavioral Sciences, 2015, Pp. 310-
315.
Di Stasio, Valentina., dkk, “What Makes Education Positional? Institutions,
Overeducation and the Competition for Jobs”, journal Research in Social
Stratification and Mobility, 2016, Pp 53–63.
111
111
Durkheim, Emile., Pendidikan Moral Suatu Studi Teori Dan Aplikasi Sosiologi
Pendidikan, Jakarta: Penerbit Erlangga, 1990.
Edwards, Monica., “The Nature and Variety of Innovation”, Journal International
Journal of Innovation Studies, 2018, Pp. 2096-2487.
Efendy, Eddy dan Paulus Winarto., Lead A Tour Like Leader Pelajaran Dan
Inspirasi Kepemimpinan Praktis Aplikatif dari Seorang Tour Leader,
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2016.
Eleni Voutsa, Maria., dkk, “The Role of The_Bretton Woods Institutions in
Forming Education Policies”, journal Procedia Economics and Finance,
2014, Pp 83 – 97.
Emiliani, Francesca. Luisa Molinari, and Giannino Melotti. Children's rights in
educational relationships, European Journal of Psychology of Education,
Vol. 17, No. 2 (JUNE 2002), pp. 140 (Diakses tanggal 15 Januari 2019 jam
07.23 WIB).
Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif, Depok: PT.
Rajagrafindo Persada, 2017.
Eva, M. Janssen., dkk, “Identifying Characteristics Associated With Higher
Education Teachers‟ Cognitive Reflection Test Performance and Their
Attitudes Towards Teaching Critical Thinking”, journal Teaching and
Teacher Education, 7 June 2019, Pp 139-149.
Ewin, Natalie., dkk, “Rethinking Project Management Education: A Humanistic
Approach based on Design Thinking”, Barcelona journal Procedia
Computer Science, 2017, Pp 503–510.
Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus., Pengembangan Profesionalitas Guru, Jakarta:
GP Press, 2009.
Faisal Ashaari, Muhamad., dkk, “An Assessment of Teaching and Learning
Methodology in Islamic Studies”, Journal Procedia Social and Behavioral
Sciences, 2011.
Fananie, R. Zainuddin., Pedoman Pendidikan Modern, Solo: Ikapi, 2011.
Farida, Ana., Pilar-Pilar Pembangunan Karakter Remaja, Bandung: Nuansa
Cendikia, 2013.
Fattah, Abdoel., Pembangunan Karakter Unggul Generasi Penerus Bangsa,
Jakarta: PT. ARGA Publishing, 2008.
Ferreira, Vanesa G. Lo-Iacono., dkk, “Key Performance Indicators to Optimize the
Environmental Performance of Higher Education Institutions With
Environmental Management System E A Case Study of Universitat
Politecnica De Valencia”, Journal of Cleaner Production, 2018, Pp 846-
865.
Filho, W. Leal., dkk, “The Role Of Transformation In Learning and Education for
Sustainability”, Journal of Cleaner Production, 2018, Pp. 286-295.
Filip, Alina., “Marketing Theory Applicability in Higher Education”, Journal Social
and Behavioral Sciences, 2012, Pp 912 – 916.
112
112
Findlow, Sally., “Challenging Bias in Ecological Education Discourses:
Emancipatory „Development Education‟ in Developing Countries”, Journal
Ecological Economics, 2018, Pp. 373-381.
Fitri, Agus Zaenul., Pendidikan Karakter Berbasis Nilai & Etika Di Sekolah,
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Fridrichova, Petra., Innovations in Ethical Education: Dilemmas in Theory and
Practice”, Journal of Social and Behavioral Sciences, 2014, Pp. 3385-
3389.
Fuad, Nurhattadi., Manajemen Pendidikan Berbasis Masyarkat Konsep Dan
Strategi Implementasi, Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada, 2014.
Fuady, Munir. Teori-teori dalam sosiologi hukum, Jakarta: Kencana, 2013, cet. 2.
Fuady, Munir., Aliran Pemikiran Pendidikan Islam: Hadharah keilmuan Tokoh
Klasik sampai Modern, Depok: Rajawali Pers, 2013
Fuentelsaz, Lucio., dkk, “Formal Institutions and Opportunity Entrepreneurship.
The Contingent Role of Informal Institutions”, Journal Business Research,
2018, Pp. 22-24.
G. Russell, Martha., dkk, “Leveraging Complexity for Ecosystemic Innovation”,
Journal Technological Forecasting & Social Change, 2017, Pp. 114-131.
Gabor dkk, “Title: Introduction to „Futures of Higher Education‟ Special Issue”,
journal Futures, 27 March 2019.
Gadhi, Teguh Wangsa HW., Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2017, cet.II.
Gocmen, Oznur. dan Hamit Coskun, “The Effects of the Six Thinking Hats and
Speed on Creativity In Brainstorming”, Journal Thinking Skills and
Creativity, 2019, Pp 284–295.
Gojkov, Grozdanka., dkk, “Critical Thinking of Students – Indicator of Quality in
Higher Education”, Journal Social and Behavioral Sciences, 2015, Pp 591
– 596.
Gorghiu, Gabriel., dkk, “Students‟ Perception Related to a Responsible Research
and Innovation Demarche”, Journal Procedia Social and Behavioral
Sciences, 2014, Pp. 600-605.
Gunawan, Ary H., Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010
Gunawan, Heri., Pendidikan Islam Kajian Teoritis dan Pemikiran Tokoh, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2014.
Gunduz, Yüksel., dkk, “Examining Innovation Needs of Primary Schools:
Teachers‟ Perceptions”, Journal of Social and Behavioral Sciences, 2013,
Pp. 139-143.
H.B, Bafirman., Pembentukan Karakter Siswa Melalui Pembelajaran
PENJASORKES, Jakarta: Kencana, 2016.
Hadjar, M. Ibnu Ed., Dasar-dasar Metodo Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996.
Hamalik, Oemar., Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1990.
113
113
Hamid, Tohidi., dkk, “The important of Innovation and its Crucial Role in Growth,
Survival and Success of Organizations”, Journal Procedia Technology,
2012, Pp. 535-538.
Hamidi, Farideh., dkk, “The Role of Islamic Education in Mental Health”, Journal
Procedia Social and Behavioral Sciences, 2010, Pp. 1991-1996.
Harisah, Afifuddin., Filsafat Pendidikan Islam Prinsip dan Dasar Pengembangan ,
Yogyakarta: Deepublish, 2018.
Hasnun, Anwar., Pengembangan Sekolah Bermutu Dan Berkarakter, Yogyakarta:
CV.Bildng Nusantara, 2018.
Henniger, Michael L. Parental Rights and Responsibilities in the Educational
Process, The Clearing House, Vol. 60, No. 5 (Jan., 1987), pp. 226-229
(Diakses tanggal 15 Januari 2019 jam 07.35 WIB).
Hidayatullah, M. Furqaon., Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat Dan
Cerdas, Surakatra: Yuma Pustaka, 2010.
Hidayat, Komaruddin., Azyumardi Azra, dkk., Mereka Bicara Pendidikan Islam
Sebuah Bunga Rampai, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2009.
Hudaya Latuconsina., Pendidikan Kreatif Menuju Generasi Kreatif Dan Kemajuan
Ekonomi Kreatif Di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2014.
Husaini, Adian., Filsafat Ilmu Persspektif Barat dan Islam, Jakarta: Gema Insani,
2013.
I. Wol, William., “A Chimera Of Sorts”: Rethinking Educational Technology Grant
Programs, Courseware Innovation, and the Language of Educational
Change”, Journal Computers & Education, 2007, Pp. 1184-1197.
Iacopetta, Maurizio., “Phases Of Economic Development And The Transitional
Dynamics Of An Innovation–Education Growth Model”, Journal European
Economic Review, 2009. Journal Procedia Social and Behavioral
Sciences, 2012, Pp. 317-330.
Ibrahim, Muslim., Pendidikan Agama untuk Mahasiswa, Jakarta: Erlangga, 1996.
Idi, Abdullah dan Safarina., Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat Dan
Pendidikan, Depok: PT. Rajagrafindo Persada, 2016.
Ihsan, Fuad., Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2005.
Indra, Hasbi., Pendidikan Islam Tantangan dan Peluang di Era Globalisasi,
Yogyakarta: Deepublish, 2016.
Irianto, Agus., Pendidikan Sebagai Investasi Dalam Pembangunan Suatu Bangsa,
Jakarta: Kencana, 2011.
Jaafar, Noornajihan., dkk, “The Importance of Self-Efficacy : A Need For Islamic
Teachers as Murabbi”, Journal of Social and Behavioral Sciences, 2012,
Pp. 359-366.
Jabal-Ameli Foroushani, Zahra., dkk, “Moral Education As Learner's Need In 21
Century: Kant Ideas on Education”, Journal Procedia Social and
Behavioral Sciences, 2012, Pp. 244-249.
Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2000, cet. 4.
Jamaluddin, Acep Komarudin, Dkk., Pembelajaran Perspektif Islam, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2016
114
114
Jose Bezanilla, Maria., dkk, “Title: Methodologies for Teaching-Learning Critical
Thinking in Higher Education: The Teacher‟s View”, Journal Thinking
Skills and Creativity, doi: 100584/TSC. 2019.
Jurdi, Syarifuddin., Awal Mula Sosiologi Modern: Kerangka Epistimologi,
Metodologi dan Perubahan Sosial Perspektif Ibn Khaldun, Bantul: Kreasi
Wacana, 2012.
Jurdi, Syarifuddin., Sosiologi Nusantara: Memahami Sosiologi Integralistik,
Jakarta: Kencana, 2013.
Kadir, Abdul dan Ahmad Fauzi dkk., Dasar-Dasar Pendidikan, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2012.
Kanda, Wisdom. dkk, “A Technological Innovation Systems Approach To Analyse
the Roles of Intermediaries In Eco-Innovation”, Journal of Cleaner
Production, 2019, doi: 10.1016/j.jclepro.2019.04.230.
Karahoca, Dilek., & Ayça Kurnaz, “Qualification Perception of Academics In
Universities For Innovation Management”, Journal of Social and
Behavioral Sciences, 2013, Pp. 211-217.
Karim, Abdullah., Pendidikan Agama Islam, Banjarmasin: Comdes Kalimantan,
2004.
Karim, Muhammad., Pendidikan Kritis Transformatif, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2017.
Kaulan, Abdul., Cara Terbaik Mengubah Nasib Pendekatan Ibadah Untuk
Membuka Pintu Rezeki, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2012.
Khu Shee, Naw., “Karen Education Department's Multilingual Education For
Language Maintenance”, Kasetsart Journal of Social Sciences, CC BY-NC-
ND LICENSE. 2018.
Kuenzi, Michelle., “Education, Religious Trust, and Ethnicity: The Case Of
Senegal”, International Journal of Educational Development, 2018, Pp.
254-263.
Kurniawan, Deni., Pembelajaran Terpadu Tematik, Teori, Praktik dan Penilaian,
Bandung: Alfabeta, 2014.
Kurniawan, Heru., Sekolah Kreatif Sekolah Kehidupan yang Menyenangkan untuk
Anak, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2017.
Kurniawan, Syamsul., Pendidikan Karakter: Konsep & Implementasinya Secara
Terpadu Di Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi dan
Masyarakat, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2017.
Kusa, Jana., dkk, “Multicultural Literary Education and Its Didactic Aspects”,
Journal Social and Behavioral Sciences, 2014, Pp 300 – 308.
LAL, Anshori., Transformasi Pendidikan Islam, Jakarta: Gaung Persada Press,
2010.
Laleye (Ph.D.), “Educational technology for effective service delivery in
educational training and research in Nigeria, Department of Science and
Technical Education, Faculty of Education, Adekunle Ajasin University,
Akungba-Akoko, Ondo State”, Journal of Innovation & Knowledge,
Nigeria 340001/IETC. 2014.
115
115
Lanny Octavia, Ibi Syatibi, dkk., Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesantren,
Jakarta: Rumah Kitab, 2014.
Larry P. Nucci dan Darcia Narvaez., Handbook Pendidikan Moral Dan Karakter,
Bandung: Nusa Media, 2014.
Latuconsina, Hudaya., Pendidikan Kreatif Menuju Generasi Kreatif dan Kemajuan
Ekonomi Kreatif di Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2014.
Leal Filho, Walter., dkk, “The Role Of Green and Sustainability Offices in
Fostering Sustainability Efforts At Higher Education Institutions”, Journal
of Cleaner Production, 2019, Pp 1394-1401.
Levenberg & Miri Barak, “Title: A Model of Flexible Thinking in Contemporary
Education”, journal Thinking Skills and Creativity, 7, doi: 372 /TSC. 2016.
Liang, Yinhe., dkk, “Has Education Led to Secularization? Based On The Study of
Compulsory Education Law in China”, Journal China Economic Review,
2019, 1267/CHIECO.
Lickona, Thomas., Educating for Character, terj. Juma Abdu Wamaungo,
Mendidik Untuk Membentuk Karakter Bagaimana Sekolah dapat
Memberikan Pendidikan tentang Sikap Hormat dan Bertanggung Jawab,
Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2013, Cet.2.
Lickona, Thomas., Mendidik untuk Membentuk Kerakter Bagaimana Sekolah Dapat
Memberikan Pendidikan Tentang Sikap Hormat Dan Bertanggung Jawab,
Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Lubis, Akhyar Yusuf., Filsafat Ilmu Klasik Hingga Kontemporer, Depok: PT. Raja
Grafindo Persada, 2016, cet. 3.
Lynch, Matthew., dkk, “Combining Technology And Entrepreneurial Education
Through Design Thinking: Students' Reflections on the Learning Process”,
Journal Technological Forecasting & Social Change, 24 juni 2019.
M. Zedan, Ashraf., dkk, “An innovative Teaching Method in Islamic Studies: the
Use of Power Point in University of Malaya as Case Study”, Journal
Procedia Social and Behavioral Sciences, 2014, Pp. 543-549
Mahmoud Al-karasneh, Samih., dkk, “Islamic Perspective Of Creativity: a Model
For Teachers of Social Studies as Leaders”, Journal Procedia Social and
Behavioral Sciences, 2010, Pp. 412-426.
Mahmudin, Penelitian Tindakan Kelas Dan Inovasi Pembelajaran Pendidiakan
Agama Islam, Yogyakarta: Media Akademi, 2018.
Majid. Abdul., Perencanaan Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2005.
Manuel F. Mendoza, Joan., dkk, “A Methodological Framework For
Implementation of Circular Economy Thinking in Higher Education
Institutions: Towards Sustainable Campus Management”, Journal of
Cleaner Production, doi: 16416/JCLP. 2019.
Mardiatmadja, Belajar Mendidik, Yogyakarta: Penerbit PT. Kanisius, 2017.
Margolin, C.R. The Movement for Children's Rights in a Historical Context, Social
Problems, Vol. 25, No. 4 (Apr., 1978), pp. 441-452 (Diakses tanggal 15
Januari 2019 jam 07.37 WIB).
116
116
Maria Petrescu, Ana., dkk, “Non-formal Education - Frame for Responsible
Research and Innovation Demarches”, Journal Procedia Social and
Behavioral Sciences, 2014, Pp. 682-687.
Martono, Nanang., Kekerasan Simbolik di Sekolah Sebuah Ide Sosiologi Pendidikan
Pierre Bourdieu, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012.
Masyhuri & M.Zainuddin, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif,
Bandung: PT. Refika Aditama, 2009.
Mioara Marin, Simona., “Change and Innovation in the Educational Policies and
Strategies For Human Resources Development”, Journal of Social and
Behavioral Sciences, 2012, Pp. 1662-1667.
Moekti, Hri., Mencetak Generasi Cerdas dan Bertaqwa, Jakarta: Cakrawala, 2004.
Mohd Khir, Masrur., dkk, “Islamic Personality Model: A Conceptual Framework”,
Journal Procedia Economics and Finance, 2016, Pp. 137-144.
Mohd Subri, Irwan., dkk, “Creativity in the Teaching of Shariah Studies in
Institutions of Higher Education”, Journal of Social and Behavioral
Sciences, 2011, Pp. 170-179.
Mu‟in, Fatchul., Pendidikan Karakter Kontruksi Teoretik & Praktik, Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2011.
Mubarok, Atang Abd Hakim dan Jaih., Moetodologi Studi Islam, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2011.
Muchsin, Bashori., Pendidikan Islam Kontemporer, Bandung: PT Reflika Aditama,
cet. 5, 2009.
Mudlofir, Ali dan Evi Fatimatur Rusydiyah., Desain Pembelajaran Inovatif Dari
Teori Ke Praktik, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2016.
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2014.
Muhaimin, Pengembangan Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta: Lkis Pelangi
Aksara, 2015.
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.
Muliawan, Jasa Ungguh., Ilmu Pendidikan Islam Jakarta: PT.Rajagrafindo Persada,
2015.
Mulyadi, Dedi., Mengayuh Negeri dengan Cinta, Bandung: Simbiosa Rekatama
Media, 2009.
Mulyasana, Dedy., Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing, Bandung: Rosda,
2011.
Muhammad Najib, Novan Ardy Wiyani, dkk., Manajeman Strategik Pendidikan
Karakter bagi Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Gava Media, 2016),
Munastiwi, Erni., “The Management Model of Vocational Education Quality
Assurance Using „Holistic Skills Education (Holsked)”, Journal Procedia
Social and Behavioral Sciences, 2011, Pp. 218-230.
Musfah, Jejen., Menejemen Pendidikan Teori, Kebijakan dan Praktik, Jakarta:
Prenadamedia Group, 2015.
117
117
Musfah, Jejen., Peningkatan Kompetensi Guru, Jakarta:Kencana Prenada Media
Group, 2011.
Musfah, Jejen., Pendidikan Holistic Pendekatan Lintas Perspektif, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2012.
Muthali`in, Ahmad., Bias Gender dalam Pendidikan, Surakarta: Muhammadiyah
University Press, 2001.
N. Savina, Nadezhda., “The Teachers‟ Willingness To Create Highly Intelligent
Educational Innovations”, Journal of Social and Behavioral Sciences,
2014, Pp. 2605-2608.
Naim, Ngainun., Character Building, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012.
Nata, Abuddin., Kapita Selekta Pendidikan Islam (Bandung: Penerbit Angkasa
Bandung, 2003.
Nitjarunkul, Kanita., “The Study of Concepts Understanding and Using
Competence of Teachers in Educational Innovation and Technology For
Teaching Management At Schools Of The Unrest Areas Of Three Southern
Border Provinces Of Thailand”, Journal of Social and Behavioral
Sciences, 2014, Pp. 2473-2480.
Nizar Samsul dan Zainal Effendi Hasibuan., Pendidik Ideal Bangunan Character
Building, Depok: Prenadamedia Group, 2018.
Nizar, Samsul dkk., Isu-isu Kontemporer tentang Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam
Mulia, 2010.
Nizar, Samsul., Memperbincangkan Dinamika Intelektual dan Pemikiran Hamka
tentang Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008.
Noor, Rohinah M., Pendidikan Karakter Berbasis Sastra, Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2017.
Nurdin, Diding dan Imam Sibawe., Pengelolaan Pendidikan Teori Menuju
Implementasi, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2015.
Nurdin. Syafruddin dan Adriantoni., Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2016.
Nuryanis, Panduan Pendidikan Agama Islam pada Masyarakat, Jakarta:
Departemen Agama, 2003
O'Neill, Onora., Children's Rights and Children's Lives, Ethics, Vol. 98, No. 3
(Apr., 1988), pp. 445 (Diakses tanggal 15 Januari 2019 jam 07.27 WIB).
Omar, Noraini., dkk, “Multicultural Education Practice in Malaysia”, Journal
Procedia Social and Behavioral Sciences, 2014, Pp. 1941-1948.
Palonnikau, Aliaksandr., dkk, “Educational Research in Changing University”,
Journal of Social and Behavioral Sciences, 2015, Pp. 684-692.
Paulo J, Ramísio., dkk, “Sustainability Strategy in Higher Education Institutions:
Lessons Learned From A Nine-Year Case Study”, Journal of Cleaner
Production, , doi:15987/JCLP. 2019.
Pedaste, Margus., dkk, “A Model of Innovation Schools: Estonian Case-Study”,
Journal of Social and Behavioral Sciences, 2013, Pp. 418-427.
118
118
Perez-Marín, Diana., dkk, “Can Computational Thinking Be Improved By Using A
Methodology Based on Metaphors and Scratch to Teach Computer
Programming to Children?”, journal Computers in Human Behavior, doi:
10.1016/j.chb.2018.12.02, CHB 5849.
Popescu, Manoela., dkk, “Innovation and Change in Education Economic Growth
Goal in Romania in the Context Of Knowledge-Based Economy”, Journal
of Social and Behavioral Sciences, 2012, Pp. 3982-3988.
Purwanto, Ngalim., Administrasi Dan Supervise Pendidikan, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007.
Poewadarminta., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2006.
Ponto, Hantje., Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kejuruan, Yogyakarta: Penerbit
Deepublish, 2016.
Rabahi, Misnaton., dkk, “Leading Learning: A Grounded Theory Perspective of
Orang Asli Parental Involvement and Engagement”, Journal of Social and
Behavioral Sciences, 2015, Pp. 94-103.
Raka, Gede, Yoyo Mulyana dkk., Pendidikan Karakter Di Seklah: Dari Gagasan
Ke Tindaka, Jakarta:PT. Gramedia, 2011.
Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri., Pendidikan Karakter
Mengembangkan Karakter Anak yang Islami, Jakarta: Bumi Aksara, 2016.
Rissanen, Inkeri., “Teaching Islamic Education In Finnish Schools: A Field Of
Negotiations”, Journal Teaching and Teacher Education, 2012, Pp. 740-
749.
Rochaety, Ety dkk., Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS, Jakarta:
Mitra Wacana Media, 2009.
Rofi, Sofyan., Profesi Pendidikan, Yogyakarta: Deepublish, 2016.
Rohman, Arif., Memahami pendidikan Ilmu Pendidikan, Yogyakarta: Laks Bang
Mediatama Yogyakarta, 2009.
Russell, Bentrand; penerjemah A.T. Ramadhan Bouqie, Pendidikan dan Tatanan
Sosial, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993.
Sa‟dun Akbar, Ahmad Samawi, dkk., Pendidikan Karakter: Best Practices,
Malang: Universitas Negeri Malang, 2015.
Sadat Abtahi, Masoumeh., dkk, “The Effectiveness in Distance Education for
Iranian Higher Education”, Journal Procedia Social and Behavioral
Sciences, 2012, Pp. 1315-1319.
Salam, Burhanudin., Pengantar Pedagogik, Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Saliceti, Francesca., dkk, “Educate For Creativity: New Educational Strategies”,
Journal of Social and Behavioral Sciences, 2015, Pp. 1174-1178.
Sanusi, Acmad., Pendidikan Untuk Kearifan Mempertimbangkan Kembali Sistem
Nilai, Belajar dan Kecerdasan, Bandung: Nuansa, 2017, cet. 2.
Saputra, Kiki., Pendidikan Berbasis Entrepreneurship, Yogyakarta: DIVA Press,
2015.
119
119
Sari, Arif., “Quality Assurance Issues in Higher Education Sectors of Developing
Countries; Case of Northern Cyprus”, Journal Procedia Social and
Behavioral Sciences, 2016, Pp. 326-334.
Sarka Janku, PhD. Ing., “The Using of Innovation and Creativity is Inexhaustible”,
Journal Procedia Economics and Finance, 2015, Pp. 638-643.
Schot, Johan., & W. Edward Steinmueller, “Three Frames For Innovation Policy:
R&D, Systems of Innovation and Transformative Change”, Journal of
Science Policy Research Unit, 2018, Pp. 1554-1567.
Setiawan, Marwan., Karakteristik Kriminalitas Anak & Remaja, Bogor: Ghalia
Indonesia, 2015.
Shindina, Tatyana., dkk, “Entrepreneurs‟ Training in Innovation-Oriented Society”,
Journal of Social and Behavioral Sciences, 2015, Pp. 1098-1108.
Slameto, Metodologi Penelitian & Inovasi Pendidikan, Jl.Diponegoro 52-60
Salatiga 50711: Satya Wacana University Press, 2015.
Siti Musdah Mulia dan Ira D. Aini., Karakter Manusia Indonesia, Bandung:
Nuansa Cendekia, 2013.
Singh, Rajendra., Gerakan Sosial Baru, Yogyakarta: Resist Book, 2010.
Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, Bandung: IKAPI, 2007, cet 10.
Suharto, Toto., Filsafat Pendidikan Islam Menguatkan Epistimologi Islam Dalam
Pendidikan , Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.
Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip & Operasionalnya, Jakarta: PT. Bumi
Aksara, 2008.
Sulaiman, Rusydi., Nilai-Nilai Karakter Islam Berhulu Dari Akhlak, Berhilir Pada
Rakhmat, Bandung: Marja, 2013.
Sumarto, Hetifah Sj., Inovasi, Partisipasi dan Good Governance: 20 Prakarsa
Inovatif dan Partisipatif di Indonesia , Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2009, cet.2.
Suparlan Al Hakim & Sri Utara., Pendidikan Multikultural Strategi Inovatif
Pembelajaran Dalam Pluralitas Masyarakat Indonesia, Malang: Madani
Media, 2018.
Supriadi, Dedi., Membangun Bangsa melalui Pendidikan, Jakarta: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004.
Suprihatiningrum, Jamil., Strategi Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2017.
Surya, Mohamad., Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi, Bandung: Alfabeta, 2013.
Sutarsyah, Cucu., Pendidikan di Indonesia Permasalahan dan Solusinya,
Yogyakarta: Media Akademik, 2016.
Sutirna, Perkembangan & Pertumbuhan Peserta Didik, Yogyakarta: CV. Andi
Offset, 2013.
Suwandi dan Basrori., Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta,
2008.
Suwardi dan Daryanto., Managemen Peserta Didik, Jakarta: Penerbit Gava Media,
2017.
Suwarno, Wiji., Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013.
Syafaruddin & Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, Jakarta: PT.Ciputat
Press, 2005.
120
120
Syaiful Sagala dan Syawal Gultom., Praktik Etika Pendidikan Di Seluruh Wilayah
NKRI, Bandung: Alfabeta, 2011.
Syah, Muhibbin., Psikologi Pelajar, Depok: Raja Grafindo Persada, 2017, cet. 15.
Syah, Muhibbin., Telaah Singkat Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2016.
Syamsuddin, Ali., Mengukir Sifat Kepribadian Mslim, Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009.
Syarbini, Amirulloh., Buku Pintar Pendidikan Karakter, Jakarta: As@-Prima
Pustaka, 2012.
Syazwani Ismail, Nurul., dkk, “Title: The Effect of Mobile Problem-Based
Learning Application Dic Science PBL on Students‟ Critical Thinking”,
Journal Thinking Skills and Creativity, doi:, 503/TSC. 2018.
Syukur, Taufik Abdillah., Pendidikan Karakter Berbasis Hadits, Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2016.
Tanjung, Hendri dan Abrista Devi., Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, Jakarta:
Gramata Publishing, 2013.
Tekin, Husnu., dkk, “World Conference on Technology, Innovation and
Entrepreneurship Socio-Cultural Dimension of Innovation”, Journal of
Social and Behavioral Sciences, 2014, Pp. 1417-1424.
Tilaar, H.A.R., Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Pedagogik
Transformatif untuk Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 2012.
Thomas, R. Murray., Education Law as a Mirror of Maturity: The Indonesian Case,
International Review of Education/ Internationale Zeitschrift für
Erziehungswissenschaft / Revue Internationale de l'Education, Vol. 36, No.
1 (1990), pp. 719 (Diakses tanggal 17 Januari 2019 jam 09.22 WIB).
Thomson, John B., Kritik Ideologi Global, Yogyakarta: IRCiSoD, 2015.
Tomatala, Yakob., Pengantar Antropologi Kebudayaan: Dasar-dasar Pelayanan
Lintas Budaya, Jakarta: YT Leadirship Foundation, 2007.
Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan
& Tenaga Kependidikan, Jakarta: Prenada Media, 2010.
Triwiyanto, Teguh. Pengantar Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
Tung, Khoe Yao., Pembelajaran dan Perkembangan Belajar, Jakarta: Indeks, 2015.
Ulfatin, Nurul dan Teguh Triwiyanto., Menejemen Sumber Daya Manusia Bidang
Pendidikan, Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2016.
Ulwan, Abdullah Nashih., Tarbiyatul Aulad fil Islam.. Terj. Khalilullah Ahmas
Masjkur Hakim, “Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak” (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 1992) 123 Jurnal Pendidikan Agama Islam Volume 03,
Nomor 01, Mei 2015.
Van der Bijl-Brouwer, Mieke., “Problem Framing Expertise in Public and Social
Innovation”, Journal of Design, Economics, and Innovation, 2019, Pp. 83-
106.
Veithzal, Rivai & Sylviana Murni., Education Management Analisisi Teori Dan
Praktik, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009.
121
121
Wrigley, Cara., “University of Technology Sydney, Australia, Design Innovation
Catalysts: Education and Impact”, Journal of Design, Economics, and
Innovation, Vol.2, 2016, Pp. 14-15.
Yanez, Susana., dkk, “The Sustainability Report as An Essential Tool For The
Holistic And Strategic Vision of Higher Education Institutions”, Journal of
Cleaner Production, doi: 10.1016/j.jclepro.2018.09.171.
Yasid, Abu. dkk, Paradigma Baru Pesantren Menuju Pendidikan Islam
Transformatif, Yogyakarta: Diva Press, 2018, cet. 1.
Yolanda Sandoval, Luz., “The Personal Ethos, Innovation Channel of Educational
Institutions For Social Consistency”, Journal of Social and Behavioral
Sciences, 2011, Pp. 3602-3607.
Yudenkova, Olga. dan Ekaterina Savina, “Moscow Higher Education Institutions:
Eco-ergonomic Aspects of Operation and Environmental Initiatives”,
journal Procedia Engineering, 2015, Pp 382 – 388.
Yusuf, A. Muri., Asesmen dan Evaluasi Pendidikan Pilar Penyedia Informasi dan
Kegiatan Pengendalian Mutu Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2015.
Wahyu, Perubahan Sosial dan Pembangunan, Jakarta: Hecca Mitra Utama, 2005.
Wall, John., "Ain't I a Person?": Reimagining Human Rights in Response to
Children, Journal of the Society of Christian Ethics, Vol. 30, No. 2 (Fall /
Winter 2010), pp. 41 (Diakses tanggal 15 Januari 2019 jam 07.37 WIB).
Waluyo, Sri Teguh., Teknik Aplikatif Pelaksanaan Pelatihan Berbasis Kompetensi
Dan Sertifikasi, Bandung: PT. SEWU, Srikandi Empat Widya Utama, 2016.
Wijaya, David., Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa, Jakarta: Mitra Wacana
Media, 2017.
Wiyani, Novan Ardy., Membumikan Pendidikan Karakter di SD, Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2013.
Wiyani, Novan Ardy., Pendidikan Karakter Berbasis Total Quality Management,
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2018.
Yamin, Moh., Menejemen Mutu Kurikulum Pendidikan, Jogjakarta: DIVA Press,
2009.
Zainal, Aqib dan Ahmad Amrullah., Pedoman Pendidikan Budaya Dan Karakter
Bangsa, Yogyakarta: Gava Media, 2011.
Zubaedi, Strategi Taktis Pendidikan Karakter (Untuk Paud Dan Sekolah), Depok:
PT. Rajagrafindo Persada, 2017.
Zubir, Zaiyardam. Menagak-an Banang Basah Membangun Tradisi Intelektual
dalam Masyarakat Kampus yang Hedonis, Padang: Minangkabau Press,
2010.
Zuriah, Nurul., Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan,
Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
122
122
Wawancara
Andrayani, Siti. Hasil wawancara dengan alumni kemah dakwah 2018-2019 pada
tanggal 28 Desember 2019 di Cibadak Pesantren.
Amanatullah, Anisa. Hasil wawancara dengan alumni kemah dakwah 2017-2018
pada tanggal 12 Juli 2019 di Taman Bunga Nusantara.
Anisa, Ucu. Hasil wawancara dengan alumni kemah dakwah 2017-2018 pada
tanggal 1 November 2019 di Cibadak Pesantren.
Arif. Hasil wawancara dengan sekretaris panitia kemah dakwah pada tanggal 22
Juni 2019 di sekolah SMA Plus Tauhidul Afkar.
Ashari, Riananda. Hasil wawancara dengan alumni kemah dakwah 2018-2019 pada
tanggal 28 Desember 2019 di Cibadak Pesantren.
Awaliyah, Rida. Hasil wawancara dengan alumni kemah dakwah 2017-2018 pada
tanggal 1 November 2019 di Cipanas.
Engkis. Hasil wawancara dengan tokoh masyarakat pada tanggal 12 Mei 2019 di
mesjid al ikhlas desa Batulawang.
Fahmi, Darul. Hasil wawancara dengan alumni kemah dakwah 2017-2018 pada
tanggal 2 November 2019 di Cinengah Girang.
Fatimah, Siti. Hasil wawancara dengan Siswa SMP pada tanggal 12 Juli 2019 di
SMP desa Batulawang
Hanipah, Mimi. Hasil wawancara dengan alumni kemah dakwah 2017-2018 pada
tanggal 2 November 2019 di Cinengah Girang
Haris, Septiandi Abdul. Hasil wawancara dengan alumni kemah dakwah 2017-2018
pada tanggal 1 November 2019 di Koperasi Cibadak Pesantren.
Hoerunnisa, Riska. Hasil wawancara dengan alumni kemah dakwah 2018-2019
pada tanggal 28 Desember 2019 di Cibadak Pesantren.
Malik, Ahmad Hamdan. Hasil wawancara dengan guru pembimbing lapangan
(GPL) pada tanggal 22 Juni 2019 di sekolah SMA Plus Tauhidul Afkar
Mudrik. Hasil wawancara dengan alumni kemah dakwah 2017-2018 pada tanggal 1
November 2019 di STAI Imam Syafi`I kabupaten Cianjur.
Muharam, M Akmal. Hasil wawancara dengan alumni kemah dakwah 2017-2018
pada tanggal 2 November 2019 di Cianjur.
Nafisah, Siti. Hasil wawancara dengan alumni kemah dakwah 2017-2018 pada
tanggal 2 November 2019 di Cinengah Girang.
Najiah, Siti. Hasil wawancara dengan alumni kemah dakwah 2017-2018 pada
tanggal 2 November 2019 di Cinengah Girang.
Rahmah, Siti. Hasil wawancara dengan alumni kemah dakwah 2018-2019 pada
tanggal 28 Desember 2019 di Cibadak Pesantren.
Rahmah, Ulfi. Hasil wawancara dengan alumni kemah dakwah 2017-2018 pada
tanggal 4 November 2019 di Jakarta.
Ridwan, Dudi. Hasil wawancara dengan kepala sekolah pada tanggal 11 Mei 2019
di sekolah SMA Plus Tauhidul Afkar.
Rohaeni, Eni. Hasil wawancara dengan alumni kemah dakwah 2018-2019 pada
tanggal 28 Desember 2019 di Cibadak Pesantren.
Rohimah, Eti. Hasil wawancara dengan alumni kemah dakwah 2017-2018 pada
tanggal 2 November 2019 di Cibadak Pesantren.
123
123
Rusmilawati, Dede. Hasil wawancara dengan alumni kemah dakwah 2017-2018
pada tanggal 1 November 2019 di SMA Plus Tauhidul Afkar.
Sina, Kris Ibnu. Hasil wawancara dengan alumni kemah dakwah 2017-2018 pada
tanggal 1 November 2019 di Cibadak Pesantren.
Solehudin, Hamid. Hasil wawancara dengan alumni kemah dakwah 2017-2018 pada
tanggal 1 November 2019 di Kp. Cibadak Pesantren.
Sumiati, Suci. Hasil wawancara dengan alumni kemah dakwah 2017-2018 pada
tanggal 2 November 2019 di Kp. Cinengah Girang.
Suryani. Hasil wawancara dengan alumni kemah dakwah 2017-2018 pada tanggal 1
November 2019 di Cipanas.
Wahyudi, Agus. Hasil wawancara dengan ketua panitia kemah dakwah pada tanggal
27 April 2019 di sekolah SMA Plus Tauhidul Afkar.
Yulianah. Hasil wawancara dengan alumni kemah dakwah 2017-2018 pada tanggal
2 November 2019 di jebrod kabupaten Cianjur
Zahra, Dede Sopia. Hasil wawancara dengan alumni kemah dakwah 2017-2018
pada tanggal 1 November 2019 di Cibadak Pesantren.
124
124
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Wawancara:
Kepala Sekolah (Dudi Ridwan, S.Pd.I, M.Pd)
Ketua Panitia Kemah dakwah (Agus Wahyudi, S.Pd)
Sekretaris Panitia sekaligus Tata Usaha (Arif, S.Pd.)
Pembimbing Kelompok (Ahmad Hamdan Malik, A.Md.)
Guru (Yulianah, S.Pd)
Tokoh Masyarakat (Ust. Engkus)
Kepala Sekolah SD Leweung Datar (Maryanto)
Siswa SMP 1 Sukaresmi Kelas Jauh (Siti Fatimah)
Alumni Peserta Kemah Dakwah
Hamid Solehudin
Siti Najiah
Anisa Amanatullah
Suci Sumiati
Dede Rusmilawati
Septiandi Abdul Haris
Ulfi Raahmah
Kris Ibnu Sina
Mudrik
Mimi Hanipah
Siti Nafisah
Eti Rohimah
Suryani
Rida Nurul Adawiyah
Dede Sopia Zahra
Darul Fahmi
Ucu Anisa
Islamiati
M. Akmal Muharom
Peserta Kemah Dakwah 2018-2019
Riananda Ashari
Siti Rahmah
Eni Rohaeni
Siti Andrayani
Riska Khoerunisa
125
125
Hari : Sabtu
Tanggal : 11 Mei 2019
Informan : Dudi Ridwan, S.Pd.I, M.Pd (Kepala Sekolah)
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
Inovasi pendidikan studi
program kemah dakwah
1. Inovasi pendidikan
dapat di terapkan
dalam program
kegiatan kemah
dakwah
2. Faktor pendukung
dalam kegiatan
kemah dakwah
3. Faktor penghambat
dalam kegiatan
kemah dakwah?
Kemah dakwah menjadi salah satu inovasi pendidikan
dengan cara memberikan pengalaman belajar kepada siswa
untuk hidup di tengah-tengah masyarakat di luar sekolah
dan secara langsung mengidentifikasi serta menangani
masalah-masalah yang dihadapi masyarakat. Kegiatan ini
dilaksanakan bertujuan untuk melatih keterampilan siswa di
lingkungan masyarakat dan sebagai pelaksana program
“Plus” yang terdapat dalam nama sekolah yaitu SMA Plus
Tauhidul Afkar, kegiatan ini dilaksanakan selama 2 minggu
dan dikhususkan untuk kelas XI saja.
Kegiatan kemah dakwah ini melatih siswa untuk belajar
mandiri sehingga dapat mengapresiasikan kemampuan
mereka dalam mengamalkan ilmu yang didapat di sekolah
dan belajar berwirausaha. Sehingga siswa terbiasa hidup di
masyarakat paska lulus dari sekolah dan tidak terlalu aneh
apabila setelah lulus sekolah hidup dengan masyarakat
secara nyata.
Faktor pendukung dalam pelaksanaan kegiatan kemah
dakwah yaitu, pihak penyelenggara, berupa bantuan baik
berupa materi maupun tenaga, demi terwujud dan
terlaksananya kemah dakwah. Guru, berupa latar belakang
pendidikan yang baik, dimana guru mampu memberikan
pembekalan-pembekalan ilmu pengetahuan kepada peserta
kemah dakwah dan memberikan gambaran tentang
kehidupan di masyarakat. Siswa, berupa motivasi atau
dorongan untuk belajar, minat belajar, semangat dalam
melaksanakan program-program yang telah dirancang.
Kelengkapan dan keadaan sarana dan prasarana, karena
sarana dan prasarana yang lengkap dan baik akan
berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Keadaan
lingkungan siswa, baik di dalam sekolah maupun di luar
sekolah. Karena lingkungan yang baik akan berdampak baik
pada siswa dan sebaliknya lingkungan yang buruk akan
berdampak buruk pula pada siswa. Lingkungan sekolah,
seperti keadaan lingkungan sekolah yang bersih maka akan
memberikan kenyamanan siswa dalam belajar. Dan
lingkungan luar sekolah, seperti lingkungan keluarga yang
broken home atau berantakan maka akan memberikan
126
126
dampak yang buruk kepada siswa, seperti siswa malas
belajar, melakukan hal-hal negatif dan lain-lain.
Hari : Sabtu
Tanggal : 24 Mei 2019
Informan : Agus Wahyudi, S.Pd (Ketua Panitia Kemah dakwah)
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
1. Pembekalan khusus
untuk peserta kemah
dakwah sebelum
pemberangkatan ke
tempat kegiatan
2. Menentukan lokasi
yang akan digunakan
untuk tempat
kegiatan kemah
dakwah
3. Rangkaian acara dan
program yang
dilaksakan oleh
peserta kemah
dakwah
Sebelum pemberangkatan peserta kemah dakwah biasanya
diberikan pembekalan-pembekalan terlebih dahulu oleh
pemateri yang jadwalnya sudah disusun oleh panitia, pemeteri
yang menyampaikan pembekalan-pembekalan materi kemah
dakwah terdiri dari kepala sekolah, kurikulum dan dewan guru
yang sesuai dengan jurusannya. Adapun materi yang
disampaikan pada saat pembekalan kemah dakwah meliputi:
Materi pendidikan; Materi keagamaan; Materi
sosial/lingkungan; Materi ilmu teknologi; Materi olah
raga/kesehatan; Materi keterampilan/industri.
Ketika kegiatan pembekalan berlangsung panitia kemah
dakwah melakukan survei lapangan ke tempat lokasi kemah
dakwah kriteria tempat yang panitia cari adalah wilayah yang
masih kurang terhadap pendidikan, ilmu teknologi dan kultur
masyarakat yang masih menganut paham-paham zaman dahulu.
Panitia melaksanakan survei ke lokasi tersebut dengan
melakukan koordinasi dengan pejabat setempat, khususnya
kepala desa dan aparatur desa agar kegiatan ini dapat didukung
oleh seluruh warga masyarakat yang ada di desa tersebut.
Alangkah baiknya kalau sebelum pelaksanaan kemah dakwah,
siswa juga melaksanakan survei lokasi, sehingga pada saat
pelaksanaan kemah dakwah siswa tidak akan menemukan
kesulitan-kesulitan yang tidak perlu, seperti tidak tahu lokasi
atau arah jalan menuju lokasi dan sebagainya.
a. Pembukaan dan serah terima, pembukaan dan serah terima
dilaksanakan oleh kepala sekolah dihadiri oleh para
pemimpin dan pejabat serta tokoh masyarakat setempat.
Pembukaan dan serah terima dilaksanakan di Desa
Batulawang.
b. Konsolidasi dengan pejabat dan tokoh masyarakat dengan
pembukaan dan serah terima, siswa berarti secara resmi telah
diterima oleh masyarakat. Sejak itulah maka siswa mulai
bisa melaksanakan aktivitas kemah dakwah di tengah-tengah
masyarakat. Konsolidasi internal dilakukan dengan
127
127
membentuk struktur dan susunan kelompok atau yang
disebut dengan koordinator, baik di tingkat desa ataupun di
tingkat RW/RT. Konsolidasi eksternal dilakukan dengan
cara melakukan koordinasi dengan pejabat dan tokoh-tokoh
masyarakat setempat. Siswa bisa menghubungi kepala desa,
RT , RW , Ketua PKK, Ketua Pemuda, Ulama dan
sebagainya yang dipandang memiliki peran.
c. Pendalaman medan lokasi, untuk mendapatkan informasi
tentang banyak hal dari lokasi kemah dakwah, siswa perlu
melakukan pendalaman medan lokasi. Pendalaman lokasi
Kemah Dakwah bisa dilakukan dengan berbagai cara,
seperti: Penelitian, yaitu mengamati atau meneliti terhadap
hal-hal yang berupa lingkungan fisik maupun lingkungan
non-fisik; Wawancara, yaitu melakukan wawancara atau
tanya jawab terhadap pejabat, tokoh masyarakat atau
terhadap masyarakat pada umumnya; Silaturahmi, yaitu
dengan melakukan kunjungan kepada para pajabat atau
tokoh masyarakat setempat.
d. Penyusunan dan pelaksanaan program kegiatan kemah
dakwah meliputi bidang-bidang berikut ini:
1) Bidang Kependidikan, kegiatan yang dilaksanakan
dalam bidang ini adalah: Pemberian pembelajaran
tambahan SD/MI MTs/SMP, bimbingan belajar SD/MI
MTs/SMP, pelatihan/bimbingan kegiatan
ekstrakulikuler, pelatihan bahasa arab dan bahasa inggris
SD/MI MTs/SMP
2) Bidang Keagamaan yaitu: pembinaan pengajian anak-
anak, menghadiri pengajian rutin, membentuk takmir
masjid (jika belum ada), pembentukan Ikatan Remaja
Mesjid (IRMAS)
3) Bidang Sosial, Masyarakat yaitu: peningkatan
administrasi desa, RT, RW, bekerja sama dalam
pembinaan karang taruna, gotong royong, keterampilan
pemuda, penerangan media massa
4) Bidang Kesenian dan Budaya yaitu: memberikan
pelatihan musik islami (Qosidah, marawis, nasyid),
lomba seni dan budaya untuk siswa, pelatihan kaligrafi
5) Bidang Peningkatan Produksi yaitu: penanaman apotek
hidup
6) Bidang Kesehatan yaitu: penyuluhan kesehatan,
pembantu kegiatan posyandu, memeriksa golongan
darah, donor darah
7) Bidang Prasarana Fisik yaitu: membuat papan nama
jalan, gang dan mesjid-mesjid
8) Bidang Administrasi (Bidang Ekonomi) yaitu:
membantu memperbaiki dan menyempurnakan
128
128
administrasi desa, RT, RW, membantu melengkapi
administrasi masjid/ mushola (stempel, papan nama
masjid, struktur organisasi masjid)
Meskipun hanya beberapa program saja yang terealisasi
Hari : Sabtu
Tanggal : 22 Juni 2019
Informan : Arif (Sekretaris Panitia sekaligus Tata Usaha)
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
1. Program kemah
dakwah yang sudah
di susun dapat
terealisasi
seluruhnya.
2. Bidang kesehatan
dan bidang
prasarana fisik
belum dapat
terealisasi dalam
kegiatan kemah
dakwah.
3. Dampak yang
ditimbulkan dari
kegiatan kemah
dakwah.
4. Kendala pada saat
kegiatan kemah
dakwah
berlangsung
Kegiatan kemah dakwah siswa melaksanakan program-
program yang telah menjadi kesepakatan bersama antara
masyarakat dengan para peserta kemah dakwah dalam loka
karya dan program-program yang ditawarkan oleh peserta
kemah dakwah disepakati oleh masyarakat setempat hanya
untuk realisasinya tidak semua program dijalankan karena
faktor waktu yang mepet, sarana prasarana yang tidak
memungkinkan ataupun faktor dari lingkungan setempat yang
kurang merespon pada program tersebut. Program yang belum
dapat terealisasi pada pelaksaan kemah dakwah yaitu bidang
kesehatan dan bidang prasarana fisik.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan bidang-bidang
tersebut tidak dapat terealisasi yaitu karena waktu kegiatan
yang tidak cukup untuk melakukan program tersebut.
Dampak yang ditimbukan dari kegiatan kemah dakwah.ini
sangat besar terlihat dari program-program yang terealisasi
dan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh peserta kemah
dakwah.yang berdampak positif bagi peserta kemah dakwah.,
sekolah dan masyarakat. Dalam semua kegiatan peserta kemah
dakwah ikut terlibat meskipun dibentuk kelompok-kelompok
khusus yang membidangi program yang akan dilaksanakan.
Pada saat pelaksanaan kemah dakwah guru pembimbing
lapangan ataupun kepanitiaan diharapkan lebih mengawasi
peserta kemah dakwah karena dikhawatirkan terjadi sesuatu
yang tidak diinginkan.
Hari : Sabtu
129
129
Tanggal : 22 Juni 2019
Informan : Ahmad Hamdan Malik, A.Md (Pembimbing Kelompok)
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
1. Peserta kemah
dakwah dibagi ke
dalam beberapa
kelompok
sedangkan tempat
kegiatannya sama.
2. Kelompok khusus
untuk koordinasi
dengan aparatur
setempat
Berkenaan dengan pembagian kelompok, ada beberapa hal
yang dipertimbangkan oleh panitia dan pembimbing yaitu:
Siswa akan dibagi ke dalam tiga kelompok sesuai dengan
jumlah ke Rt-an dan Rw yang ada di desa yang dijadikan
obyek kegiatan kemah dakwah; Satu kelompok harus
mencerminkan keseimbangan antara laki-laki dan perempuan.
Untuk kelancaran pelaksanaan tugas di lapangan, maka
dibentuk kelompok kerja siswa yang tugasnya mengatur
tingkat desa. Ditingkat desa terdiri atas seorang ketua,
sekretaris dan sekurang-kurangnya tiga anggota. Sedangkan
untuk tingkat RW/RT koordinator terdiri atas seorang ketua,
sekretaris dan bendahara.
Hari : Minggu
Tanggal :12 Mei
Informan : Ust. Engkis (Tokoh Masyarakat)
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
Sekolah
1. Kegiatan yang
dilakukan peserta
kemah dakwah
dimasyarakat
2. Keefektifan kegiatan
masyarakat yang
dilaksanakan oleh
peserta kemah
dakwah
Kegiatan peserta kemah dakwah di masyarakat ikut
membantu para masyarakat dalam menjalankan kegiatan
seperti gotong royong, membantu di ladang dan juga aktif
di dalam kegiatan pengajian-pengajian di masyarakat.
Peserta kemah dakwah sangat antusias dalam menjalankan
kegiatan ini, mereka sangat aktif dan disiplin dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan pengajian apalagi dalam
pengajian rutinan yang dilaksanakan oleh masyarakat,
selain itu dalam pendalaman ilmu agama sudah cukup
baik dalam memberikan penjelasan mengenai Ayat-Ayat
Al-Qur`an kepada anak-anak pengajian di rumah.
Hari : Jum`at
Tanggal : 12 Juli 2019
Informan : Maryanto (Kepala Sekolah SD Leweung Datar)
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
130
130
1. Kegiatan yang
dilakukan peserta
kemah dakwah di
SD Leuweung
Datar
2. Keefektifan
kegiatan sekolah
yang dilaksanakan
oleh peserta
kemah dakwah
Kegiatan peserta kemah dakwah selama berada disini
membantu tenaga pengajar dalam menyampaikan
pembelajaran dan juga aktif dalam eskul serta ilmu
teknologi (computer). Dengan adanya peserta kemah
dakwah sangat membantu proses belajar mengajar sehingga
kegiatan belajar lebih aktif dilaksanakan dari sebelumnya
dengan semangat dan disiplin peserta kemah dakwah
menempuh perjalanan jauh sekitar 400 meter mereka tidak
pernah mengeluh dengan terus berjalan kaki menuju sekolah
ini.
Kegiatan kemah dakwah ini sangat bagus apabila
dikembangkan di setiap sekolah menengah atas, semangat
jiwa muda masih terlihat dari semua peserta kemah dakwah
apalagi ketika menyampaikan materi pembelajaran kepada
siswa kami sehingga berdampak positif dan semakin aktif
dalam belajar.
Hari : Jum`at
Tanggal : 12 Juli 2019
Informan : Siti Fatimah (Siswa SMP)
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
1. Kegiatan yang
dilakukan peserta
kemah dakwah di
SMP Sukaresmi
Kelas Jauh 1
2. Keefektifan
kegiatan sekolah
yang dilaksanakan
oleh peserta
kemah dakwah?
Kegiatan peserta kemah dakwah selama di sekolah membatu
kami sebagai siswa dalam menjalankan pembelajara,
memberikan ilmu tentang ilmu teknologi dan juga memberi
semangat kepada para siswa agar tidak mudah menyerah.
Kegiatan kemah dakwah sangat efektif karena memotivasi para
siswa supaya tidak mudah menyerah dan terus belajar, ketika
peserta Kemah Dakwah menyampaikan materi pembelajaran
siswa lebih semangat dan sangat antusias dalam belajar karena
dapat belajar bersama selain itu mempunyai gambaran tentang
pembelajaran-pembelajaran di SMA dan juga mengajarkan
kepada siswa tentang kegiatan ekstrakulikuler.
Hari : Jumat
Tanggal : 1 November 2019
Informan : Anisa amanatullah (Bekerja di Taman Bunga Nusantara)
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
131
131
Sekolah
1. Dampak dari kegiatan
kemah dakwah
2. Keefektifan kegiatan
Kemah Dakwah ini
dilaksanakan
3. Faktor pendukung dan
penghambat dalam
kegiatan kemah
dakwah
Kemah dakwah itu program yang bagus dan harus berkelanjutan
Kendala yang timbul pada saat kegiatan kemah dakwah ini
adalah : masyarakat yang kurang antusias dan kurangnya
koordinasi dengan pihak setempat.
Banyak sekali manfaat kegiatan kemah dakwah yaitu untuk
melatih sosial kita
Karena dulu pernah menjalankan program kemah dakwah di
bidang pertanian sehingga ada manfaat yang bisa di terapkan
sekarang di bidang tanaman karena saya sekarang bekerja di
taman bunga nusantara.
Hari : Sabtu
Tanggal : 2 November 2019
Informan : Suci sumiati (Bekerja di Alfa Mart)
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
Sekolah
1. Dampak dari
kegiatan kemah
dakwah
2. Keefektifan kegiatan
Kemah Dakwah ini
dilaksanakan
3. Faktor pendukung
dan penghambat
dalam kegiatan
kemah dakwah
4. Pengaruh yang
dirasakan oleh
peserta Kemah
Dakwah setelah
melaksanakan
kegiatan kemah
dakwah?
Melatih kita untuk bersosialisasi dengan masyarakat
Kekurangannya dalam masalah komunikasi kelompok,
kurangnya fasilitas
Manfaatnya memahami pembuatan makalah dengan baik, belajar
artinya sabar, solidaritas yang tinggi ketika menghadapi masalah
Kita jadi memahami arti sosial dengan masyarakat dan dapat
memperpanjang silaturahmi dengan masyarakat sampai
sekarang.
Hari : Jumat
Tanggal : 1 November 2019
132
132
Informan : Hamid solehuddin (Guru dan Mahasiswa)
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
Sekolah
1. Dampak dari kegiatan
kemah dakwah
2. Keefektifan kegiatan
Kemah Dakwah ini
dilaksanakan
3. Faktor pendukung dan
penghambat dalam
kegiatan kemah
dakwah
Kemah dakwah program yang bagus untuk pembelajaran hidup
di masyarakat
Kendalanya, kita di tempatkan di tempat yang baru jadi harus
menyesuaikan diri terlebih dahulu
Hidup di masyarakat itu tidak mudah dan harus terus belajar
Banyak manfaatnya ketika saya kemah dakwah di tempatkan di
program pendidikan dan saya bisa menerapkan program itu
sekarang ketika saya sudah menjadi seorang guru
Hari : Jumat
Tanggal : 1 November 2019
Informan : Dede rusmilawati (Guru dan Mahasiswa)
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
Sekolah
1. Dampak dari
kegiatan kemah
dakwah
2. Keefektifan kegiatan
Kemah Dakwah ini
dilaksanakan
3. Faktor pendukung
dan penghambat
dalam kegiatan
kemah dakwah
4. Pengaruh yang
dirasakan oleh
peserta Kemah
Dakwah setelah
melaksanakan
kegiatan kemah
dakwah?
Kemah dakwah merupakan program yang sangat bagus dalam
mengamalkan dan merealisasikan 4 kd di kurikulum tiga belas
karna melatih spiritual, sosial, intelektual, juga keterampilan.
Kendala yang dirasakan adalah ketidakmengertian diri sendiri
akan kegiatan kemah dakwah awalnya sehingga pada
keberjalanannya kurang bagus (khusus kelompok saya) untuk
kelompok yang lain berjalan sesuai program kelompok masing-
masing
Dengan kita mengikuti kegiatan kemah dakwah kita belajar
bermsayarakat dan mengamalkan ilmu-ilmu yang di dapat,
belajar mandiri dan lain-lain
Karena pada saat kegiatan kemah dakwah ada pembekalan
tentang bagaimana cara kita bermasyarakat, dalam keagamaan
pendidikan dan sekarang kita bisa ambilmanfaat dengan latihan
di kegiatan kemah dakwah itu, seperti tahu kehidupan di dunia
sekolah dan ini bisa dijadikan pengalaman-pengalaman atau
penunjang keberhasilan di masa depan.
133
133
Hari : Jumat
Tanggal : 1 November 2019
Informan : Septiandi abdul haris (Pembisnis)
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
Sekolah
1. Dampak dari
kegiatan kemah
dakwah
2. Keefektifan kegiatan
Kemah Dakwah ini
dilaksanakan
3. Faktor pendukung
dan penghambat
dalam kegiatan
kemah dakwah
4. Pengaruh yang
dirasakan oleh
peserta Kemah
Dakwah setelah
melaksanakan
kegiatan kemah
dakwah?
Kemah dakwah program yang bagus karena menguji kompetensi
bersosialisasi di masyarakat
Kendala alur kurang jelas, kurangnya dukungan dari
pembimbing serta fasilitas media pendukung, kekurangan lain
pembinaan pra kemah dakwah harus jelas terkait karakter,
tepologi/geografis kebiasaan masyarakat sasaran
Tahu bagaimana proses yang terjadi di masyarakat
meningkatkan mentalitas peserta kemah dakwah
Percaya diri ketika berhadapan dengan tokoh masyarakat
banyak, selain itu karena saya sekarang di bidang simpan pinjam
sekaligus pendampingan lapangan koperasi syariah sebagai
karyawan karena dulu pernah diterapkan bidang ekonomi,
sehingga banyak yang saya bisa ambil dari kegiatan tersebut.
Hari : Senin
Tanggal : 4 November 2019
Informan : Ulfi Rahmah (Pembisnis)
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
Sekolah
1. Dampak dari
kegiatan kemah
dakwah
Pandangan tentang kegiatan kemah dakwah, adalah suatu sistem
pembelajaran hidup yang bisa diambil hikmah sejak usia dini
beranjak dewasa dimana kebiasaan karakter anak usia 16-18
tahun rentan akan kehidupan anti sosial terhadap kepekaan
masyarakat luas. Dengan kemah dakwah ini setiap remaja bisa
menerapkan pelajaran hidup dalam jangka waktu singkat yang
membuat kesan keperdulian terhadap masyarakat di suatu
lingkungan yang minim akan pengetahuan tentang pentingnya
134
134
2. Keefektifan kegiatan
Kemah Dakwah ini
dilaksanakan
3. Faktor pendukung
dan penghambat
dalam kegiatan
kemah dakwah
4. Pengaruh yang
dirasakan oleh
peserta Kemah
Dakwah setelah
melaksanakan
kegiatan kemah
dakwah?
peran remaja di suatu wilayah atau tempat yang mampu
menghidupkan suasana wilayah tersebut.
Kendala saat menjalankan kegiatan kemah dakwah, minimnya
fasilitas dari penyedia program seperti alat transportasi dan
support system pembelajaran yang akan di sosialisasikan kepada
masyarakat (contoh pengadaan infocus, laptop dsb) adapun
kendala yang paling penting untuk di review kembali kepada
panitia agar memberikan sosialisasi terhadap sejumlah pemuka
atau masyarakat yang bertanggung jawab untuk mengingat
kembali kemah dakwah ini bukan kkn yang mana masyarakat
masih sangat mengharapkan bantuan dana sejumlah program
rt/rw di wilayah tersebut karena kami anak sma minim budget
untuk penggalangan dana tersebut dari setiap individual peserta
kemah dakwah
Pembelajaran yang bisa diambil bagaimana sikap masyarakat
begitu antusias terhadap remaja yang mensupport sebagian mata
pencaharian mereka dalam pendidikan pertanian dan
perdagangan
Banyak contoh dalam bermasyarakat di rumah lebih percaya diri
akan membangun hal-hal yang positif contohnya sering saya
selenggarakan acara baksos untuk beberapa rw tingkat
kecamatan bekerja sama dengan anggota karangtaruna aktif
dalam beberapa kecamatan. Mafaat dari bidang ekonomi banyak
tapi dala m bidang rumahan sekarang harus butuh karyawan
untuk produksinya keuntungannya itu 50%
Hari : Jumat
Tanggal : 1 November 2019
Informan : Kris ibnu sina (Pembisnis)
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
Sekolah
1. Dampak dari
kegiatan kemah
dakwah
2. Keefektifan kegiatan
Kemah Dakwah ini
dilaksanakan
3. Faktor pendukung
dan penghambat
dalam kegiatan
kemah dakwah
Program sekolah yang bagus yang harus dipertahankan dan
program sekolah yang tak ada di sekolah lain
Kendala untuk kegiatan kemah dakwah yaitu tempat tinggal
laki-laki kurang strategis (ruangan kosong desa), jarak tempat
tinggal laki-laki dan perempuan terlalu jauh, jangkauan kemah
dakwah terlalu jauh tidak fokus pada wilayah rt setempat
Sedikit banyak tau tentang cara terjun langsung ke masyarakat
atau wiayah baru
Ada yang bisa di terapkan setelah keluar sekolah tapi tidak
secara signifikan
135
135
Hari : Jumat
Tanggal : 1 November 2019
Informan : Mudrik (Guru dan Mahasiswa)
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
Sekolah
1. Dampak dari
kegiatan kemah
dakwah
2. Keefektifan kegiatan
Kemah Dakwah ini
dilaksanakan
3. Faktor pendukung
dan penghambat
dalam kegiatan
kemah dakwah
Kegiatan kemah dakwah ini bagus karena memberi pelaaran
banyak ilmu dan pengalaman
Kendalanya waktu pelaksanaan kegiatannya berdekatan dengan
try out, uas dan ujian yang lain
Pembelajaran yang dapat diambil dalam kegiatan kemah dakwah
ini adalah cara hidup bermasyarakat dan cara bekerja di intansi
Manfaat kegiatan kemah dakwah untuk kehidupan sekarang
adalah bisa mengembangkan modal pembelajaran mengajar
sampai saat ini, kerja bakti masyarakat dan sekarang untuk
kuliah karena pada saat itu di tuntut untuk aktif dalam kegiatan
keagamaan jadi pada saat masuk perkuliahan tidak terlalu sulit
contohya pada saat kegiatan kemah dakwah ada program shalat
berjamaah, memakmurkan masjid, sehingga pada saat ini saya
berkuliah di imam syafii pun masuk kepengurusan dkm masjid,
selain itu di kegiatan kemah dakwah ada belajar bareng sehingga
sekarang inisiatif membuat grup belajar.
Hari : Sabtu
Tanggal : 2 November 2019
Informan : Yulianah (Guru)
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
Sekolah
1. Dampak dari
kegiatan kemah
dakwah
2. Keefektifan kegiatan
Kemah Dakwah ini
dilaksanakan
3. Faktor pendukung
dan penghambat
Kegiatan kemah dakwah merupakan suatu kegiatan seperti kkn
pengabdian kepada masyarakat yang mewajibkan peserta
peserta tinggal di suatu tempat untuk menjalankan suatu
program. Diantara bidang garapannya yaitu keagamaan
pendidikan keterampilan sosial olahraga dan it. Hanya saja
kalau kemah dakwah dilaksanakan pada tingkat sma
Pembelajaran yang dapat diambil diantaranya pengembangan
pribadi dengan terjun di masyarakat kita sebagai insan
akademik dan mahluk sosial kita akan merasakan bahwa
kepribadian kita perlu di ubah agar menjadi lebih baik lagi
Ada manfaatnya misalnya jika dulu sebagai pelajar kita ingin
tidur kita hanya memikirkan sekolah esok hari maka kemah
136
136
dalam kegiatan
kemah dakwah
dakwah mengajarkan agar kita dapat memikirkan dan
menyusun apa dan bagaimana cara mensukseskan kegiatan
yang akan dilaksanakan besok dan hari-hari berikutnya.
Hari : Sabtu
Tanggal : 2 November 2019
Informan : Siti Najiah (Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim)
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
Sekolah
1. Dampak dari kegiatan
kemah dakwah
2. Keefektifan kegiatan
Kemah Dakwah ini
dilaksanakan
3. Faktor pendukung dan
penghambat dalam
kegiatan kemah
dakwah
4. Pengaruh yang
dirasakan oleh peserta
Kemah Dakwah
setelah melaksanakan
kegiatan kemah
dakwah?
Kegiatan kemah dakwah yaitu kegiatan pengabdian masyarakat
secara nyata dan religi yang dilaksanakan oleh sma tauhidul
afkar khusus untuk siswa sma kelas xi dengan tujuan untuk
membangun kreatifitas siswa, pembinaan mental, membangun
watak dan karakter di lingkungan masyarakat.
Kendalanya, waktu yang terbatas hanya 2 minggu jadi kurang
sosialisasi, alat transportasi, alat komunikasi yang kurang
memadai. Tidak ada motivasi pembimbing untuk membuat
laporan hasil kemah dakwah
Pembelajaran yang bisa diambil dari kegiatan kemah dakwah
yaitu belajar memposisikan diri di tengah-tengah masyarakat,
belajar team work, belajar cara memahami teman, karakter dll,
selebihnya seperti kegiatan kkn di masa kuliah hanya saja
kegiatan kemah dakwah sangat singkat.
Posisi sekarang manfaatnya ada yaitu membantu warga ketika
ada kegiatan atau peringatan hari besar, berkomunikasi jadi
lebih enak, setidaknya ada gambaran ketika ada masuk
perguruan tinggi mengenai kkn, dari sisi dakwahnya bisa
membantu mengajar ngaji, mengajar disekolah, tk atau paud
Hari : Sabtu
Tanggal : 2 November 2019
Informan : Mimi hanipah (Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung)
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
Sekolah
1. Dampak dari
kegiatan kemah
dakwah
2. Keefektifan kegiatan
Kemah Dakwah ini
dilaksanakan
Kemah dakwah sebuah ajang mengekspresikan apa yang siswa
miliki garis besarnya lebih kepada ilmu yang dimiliki, untuk
dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat umum
Kendalanya sangat banyak dari diri pribadi maupun lingkungan
umum, adapun pribadi kendala biasanya dari keterbatasan ilmu
yang belum terlalu luas hingga terkadang menyulitkan, seperti
137
137
3. Faktor pendukung
dan penghambat
dalam kegiatan
kemah dakwah
4. Pengaruh yang
dirasakan oleh
peserta Kemah
Dakwah setelah
melaksanakan
kegiatan kemah
dakwah?
contohnya ketika dituntut untuk bisa terjun ke daerah pertanian
mesti bisa minimalnya mencabuti rumput dekat tanaman,
adapun kendala lingkungan umumnya dari segi masyarakat ada
beberapa yang tidak sepaham dan sependapat mesti bisa dibujuk
sebaik mungkin untuk bisa mengikuti program yang sedang
diadakan oleh anak-anak peserta kemah dakwah tersebut
Pembelajaran yang bisa diambil yaitu manis pahitnya berbaur
dengan masyarakat, mengenal kegiatan sehari-hari masyarakat,
juga dapat meneliti tingkat perkembangan pendidikan di desa
tersebut.
Mengenai kemah dakwah yang dapat diterapkan dalam
kehidupan setelah keluar sma, yaitu karena saya notabenenya
mahasiswa yang merantau dari kampung halaman otomatis
dapat menerapkan cara berbaur dengan masyarakat sedikit
banyaknya belajar dari keadaan bermasyarakat pada saat
program kemah dakwah waktu itu.
Hari : Sabtu
Tanggal : 2 November 2019
Informan : Siti Nafisah (Bisnis Produk Rumahan)
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
Sekolah
1. Dampak dari kegiatan
kemah dakwah
2. Keefektifan kegiatan
Kemah Dakwah ini
dilaksanakan
3. Faktor pendukung dan
penghambat dalam
kegiatan kemah
dakwah
Menurut pendapat saya kemah dakwah sangatlah membantu
mendewasakan diri dalam bermasyarakat khususnya bagi
pribadi dalam segala bidang salah satu contohnya tingginya rasa
percaya diri bersosialisasi dimasyarakat dan membantu
pembekalan kualitas perekonomian dikemudian hari
Kendala yang timbul pada saat kegiatan kemah dakwah yaitu
kurangnya antusias masyarakat
Pembelajaran yang bisa diambil dari kegiatan kemah dakwah
yaitu: harus mempunyai kepercayaan dan jiwa sosial yang
tinggi, harus kreatif yang paling penting harus ulet dan pantang
menyerah
Penerapan dalam kegiatan kemah dakwah untuk posisi sekarang
semenjak 5 tahun berlaluacara kemah dakwah yang pernah
diikuti dengan adanya kemah dakwah membuat saya lebih bisa
mandiri menata kehidupan rumah tangga, meskipun saya
menjalani rumah tangga sebagai ibu rumah tangga tapi saya
mempunyai penghasilan sendiri berkat bimbingan dan
pengalaman selama kemah dakwah ilmu yang didapatkan bisa
diamalkan dikehidupan nyata.
138
138
Hari : Jumat
Tanggal : 1 November 2019
Informan : Eti Rohimah (Mahasiswa Universitas Dirgantara Marsekal
Suryadarma Halim Perdanakusuma)
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
Sekolah
1. Dampak dari
kegiatan kemah
dakwah
2. Keefektifan kegiatan
Kemah Dakwah ini
dilaksanakan
3. Faktor pendukung
dan penghambat
dalam kegiatan
kemah dakwah
4. Pengaruh yang
dirasakan oleh
peserta Kemah
Dakwah setelah
melaksanakan
kegiatan kemah
dakwah?
Pandangan menurut saya kegiatan kemah dakwah cukup
beresiko untuk anak-anak usia dibawah 20 tahun (sma), kecuali
dalam perjalanannya kegiatan di bimbing oleh guru secara
komprehensif, disamping mengajarkan siswa untuk menjadi
mandiri, tegas dan lugas. Beresikonya itu masalah tata letak
rumah yang dijadikan tinggal. Konsep kemah dakwah itu bagus
tapi objeknya remaja dibawah 20 tahun itu kurang tepat sasaran.
Kendalanya hanya masalah komunikasi
Pelajarannya lebih mengetahui secara outentik kehidupan
bermasyarakat, mengetahui cara bersosialisasi dengan baik,
lebih mengetahui sifat banyak manusia antara satu dengan yang
lainnya, masalah agama ternyata susah sekali mengamalkannya
meskipun sudah tau apa saja dosa dan bagaimana gambarannya
surganya.
Manfaat yang terasa sampai sekarang adalah membentuk diri
kita menjadi mandiri, jauh dari orang tua dan fokus semua
karakter baik itu ada hubungannya dengan kemah dakwah.
Hari : Jumat
Tanggal : 1 November 2019
Informan : Suryani
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
Sekolah
1. Dampak dari
kegiatan kemah
dakwah
2. Keefektifan kegiatan
Kemah Dakwah ini
Sangat bagus diadakannya kemda, melatih siswa/siswi lebih
kompak dan aktif dan komunikatif dimasyarakat.
Kendalanya di tempat yang sangat menantang sehingga guru-
guru dan yang lainnya suli untuk melihat dan mengontrol peserta
kemda
Sangat banyak pelajaran yang bisa diambil, siswa dan siswi
dapat merasakan menjadi berbagai bidang dan bisa berbaur
139
139
dilaksanakan
3. Faktor pendukung
dan penghambat
dalam kegiatan
kemah dakwah
dengan masyarakat.
Ada, jadi tidak canggung lagi dengan masyarakat, lebih mudah
mencari kerja karena ada pengalaman.
Hari : Jumat
Tanggal : 1 November 2019
Informan : Rida Nurul Adawiyah
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
Sekolah
1. Dampak dari
kegiatan kemah
dakwah
2. Keefektifan kegiatan
Kemah Dakwah ini
dilaksanakan
3. Faktor pendukung
dan penghambat
dalam kegiatan
kemah dakwah
4. Pengaruh yang
dirasakan oleh
peserta Kemah
Dakwah setelah
melaksanakan
kegiatan kemah
dakwah?
Program kemah dakwah bagus karena bisa menjadi gambaran
bagaimana kehidupan di masyarakat
Ada beberapa kendala seperti kurangnya pengarahan ketika
pembekalan contohnya di bagian pendidikan sebelum mengajar
harus membuat rpp terlebih dahulu sedangkan ketika
pembekalan tidak ada pengarahan mengenai pembuatan rpp
Memberikan pengalaman tentang kehidupan masyarakat
membuat kita lebih mandiri, mendewasakan fikiran, membuat
kita mengerti bagaimana bertoleransi yang sebenarnya
Ada manfaatnya, karena pernah menikuti kemah dakwah
sekarang saya tidak terlalu terkejut tentang kehidupan
masyarakat luar, lebih memudahkan kita berbaur dengan yang
lain, khususnya untuk yang merantau dalam menyelesaikan
masalahpun kita bisa lebih bijak lagi dalam mengambil
keputusan dan pengalaman itu membuat saya menjadi orang
yang chill and relax dalam menjalani hidup
Hari : Jumat
Tanggal : 1 November 2019
Informan : Dede Sopia Zahra
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
Sekolah Menurut saya kegiatan kemah dakwah itu bagus, sangat
140
140
1. Dampak dari
kegiatan kemah
dakwah
2. Keefektifan kegiatan
Kemah Dakwah ini
dilaksanakan
3. Faktor pendukung
dan penghambat
dalam kegiatan
kemah dakwah
4. Pengaruh yang
dirasakan oleh
peserta Kemah
Dakwah setelah
melaksanakan
kegiatan kemah
dakwah?
menjadikan pelajaran/ simulasi untuk para pelajar bagaimana
kehidupan sosial dan terjun ke masyarakat
Kendala tentunya ada banyak salah satunya dalam bidang
pendidikan di tuntut untuk pembuatan rpp sedangkan dalam
pembekalan kemah dakwah tidak di jelaskan dalam pembuatan
RPP
Pembelajaran yang bisa diambil kita tau dan mengenal
kehidupan masyarakat, tradisi dan adat didaerah tersebut,
memberikan wawasan dan pengalaman untuk diri sendiri
Manfaat sampai sekarang bisa ikut serta dalam kegiatan
masyarakat seperti mengikuti pengajian, penyuluhan/seminar
dan kerja bakti.
Hari : Sabtu
Tanggal : 2 November 2019
Informan : Darul Fahmi (Bekerja di Alfa Mart)
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
Sekolah
1. Dampak dari
kegiatan kemah
dakwah
2. Keefektifan kegiatan
Kemah Dakwah ini
dilaksanakan
3. Faktor pendukung
dan penghambat
dalam kegiatan
kemah dakwah
Kemah dakwah adalah salah satu pelajaran hidup untuk lebih
siap lagi terjun ke masyarakat.
Pembelajaran yang bisa di ambil dalam kegiatan kemah dakwah
yaitu harus percaya diri dan komunikasi ke masyarakat, kreatif
untuk pengalaman masa depan
Yang bisa di terapkan dalam kegiatan kemah dakwah tidak ragu
lagi untuk sosialisasi ke masyarakat dan belajar dapat membuat
produk-produk rumahan
Hari : Sabtu
Tanggal : 2 November 2019
Informan : Ucu Anisa (Bisnis Online)
141
141
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
Sekolah
1. Dampak dari
kegiatan kemah
dakwah
2. Keefektifan kegiatan
Kemah Dakwah ini
dilaksanakan
Pembelajaran yang bisa diambil dalam kegiatan kemah dakwah
adalah bisa berbaur langsung dengan masyarakat sehingga
tergali potensi sosialisasi dari masing-masing, mendapatkan
ilmu dari berbagai bidang mata pencaharian sehingga kita
faham cara mengembangkan suatu bidang usaha baik itu
industri, pertanian perternakan, menjadikan kita agar senantiasa
mandiri dalam menjalankan kegiatan sehari-hari sehingga
menjadi tidak egois, menggali potensi publik speaking ketika
berbagi ilmu di sekolah sd, smp karena yang namanya mengajar
itu butuh keahlian dan kesabaran sehingga menjadikan kita itu
giat merujaah mengingat kembali hal-hal yang pernah dipelajari
Ada manfaatnya yaitu sosialisasi dengan masyarakat karena itu
adalah sebuah tantangan yang besar, apalagi yang namanya
sosialisasi itu tidak bisa dilihat dari keseharian kita ketika di
sekolah terkadang orang yang aktif di sekolah belum tentu ia
pandai dalam bercengkrama dengan orang tua, itu menjadi
sebuah tantangan tersendiri untuk memahami karakter
seseorang itu bisa dilihat dari bagaimana cara orang tersebut
bersosialisasi. Selin itu jiwa kemandirian pun terbentuk ketika
kita jauh dari orang tua.
Hari : Sabtu
Tanggal : 2 November 2019
Informan : M. Akmal Muharom (Pembisnis)
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
Sekolah
1. Dampak dari kegiatan
kemah dakwah
2. Keefektifan kegiatan
Kemah Dakwah ini
dilaksanakan
3. Faktor pendukung dan
penghambat dalam
kegiatan kemah
dakwah
Menurut saya kemah dakwah bermanfaat untuk bersosialisasi
dengan lingkungan baru dan tambah wawasan atau pengalaman
untuk ke depannya.
Untuk kendala lebih ke antusias masyarakatnya
Pembelajaran yang bisa di ambil bersosialisasi lebih baik dengan
orang lain menguji mental bersosialisasi jadi lebih berani
Kegiatan kemah dakwah bisa di terapkan setelah keluar sekolah,
tergantung masing-masing yang mana menjalankannya, menurut
pribadi saya dapat benar-benar diterapkan bersosialsiasi dengan
masyarakat di lingkungan baru
Hari : Sabtu
142
142
Tanggal : 28 Desember 2019
Informan : Riananda Ashari (Peserta Kemah Dakwah 2019)
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
1. Fokus dalam
Program
2. Rutinitas kegiatan
3. Manfaat kegiatan?
Pendidikan
- Pengajian ibu-ibu dan anak-anak bertempat di Mesjid Al-
Ikhlas dan Mesjid Al-Kohar
- Membimbing anak-anak Paud Dahlia
Mendapatkan pengalaman berinteraksi dengan masyarakat
langsung menjadikan diri lebih mandiri.
Hari : Sabtu
Tanggal : 28 Desember 2019
Informan : Siti Rahmah (Peserta Kemah Dakwah 2019)
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
1. Fokus dalam
Program
2. Rutinitas kegiatan
3. Manfaat kegiatan?
Pendidikan
- Mengajar di TK Assifa, TPQ SMP Husna Madani
- Membimbing anak-anak minat baca di secretariat puteri
Mempererat hubungan antar teman, mandiri dan menghargai jasa
seorang guru karena ikut terlibat dalam bidang pendidikan.
Hari : Sabtu
Tanggal : 28 Desember 2019
Informan : Eni Rohaeni (Peserta Kemah Dakwah 2019)
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
1. Fokus dalam
Program
2. Rutinitas kegiatan
3. Manfaat kegiatan?
Industri
Membantu rutinitas para peternak seperti memberi makanan,
membersihkan kandang sapi
Mengenal masyarakat dan mengerti bidang Peternakan.
Hari : Sabtu
Tanggal : 28 Desember 2019
Informan : Riska Hoerunnisa (Peserta Kemah Dakwah 2019)
143
143
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
1. Fokus dalam
Program
2. Rutinitas kegiatan
3. Manfaat kegiatan?
Kesehatan
Donor Darah di Desa
Sosialisasi Cuci Tangan Pakai Sabun (TK Assyifa)
Sosialisasi PPGD (SMP Al-Husna Madani
Mempererat hubungan antar peserta dengan masyarakat tahu
cara berkomunikasi yang baik, memahami sifat perorangan dan
bertambah relasi
Hari : Sabtu
Tanggal : 28 Desember 2019
Informan : Siti Andrayani (Peserta Kemah Dakwah 2019)
Kegiatan : Wawancara
Topik Deskripsi
1. Fokus dalam
Program
2. Rutinitas kegiatan
3. Manfaat kegiatan?
Sosial
Pengembangan kantong masyarakat,
Pengelolaan sampah (sampah adalah uang),
Kerja bakti
Berkebun
Mempererat hubungan antar peserta dengan masyarakat dan
memahami akan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat di
masyarakat
144
144
LAMPIRAN FOTO-FOTO KEGIATAN
KEMAH DAKWAH
145
145
Bidang : Pendidikan
Kegiatan Belajar Mengajar
Tempat :TK Assyifa
Hal : Belajar Membaca Al-Qur`an dan Bahasa Arab Tempat :TPQ Al-Husna
146
146
Bidang: Agama
Kegiatan Belajar Mengajar Al-Quran
Tempat :TPQ Al-Husna
Bidang : Pemerintahan
Kegiatan Kegitan Rekapitulasi Data KIS
Tempat :Di Kantor Desa Batulawang
147
147
Bidang : Ekonomi
Kegiatan Perkebunan Menanam dan Memanen Sayuran
Tempat :Kebun Situhapa desa Batulawang
148
148
Bidang Sosial
Kerja Bakti Merenovasi depan masjid dan WC Umum
Tempat : Mesjid Al-Kohar
149
149
Bidang Sosial Kemasyarakatan
Kangmas (Kantong Masyarakat) mengmpulkan sampah
menjadi uang di tingkat desa
Tempat : Wilayah desa Batulawang
150
150
Bidang : Kesehatan
Cuci Tangan Pakai Sabun (CPTS)
Tempat :TK Assyifa
Bidang : Ekonomi
Kegiatan Pembersihan Sapi dan memeras susu
Tempat : Kp. Loji
151
151
Bidang : Pendidikan
Kegiatan Membaca dan belajar bahasa Arab tingkat umum
Tempat :Sekretariat Puteri Rt. 05/02 belakang desa
Batulawang
152
152
Bidang : Keagamaan
Lomba Pidato
Tempat: SMP Al-Husna Madani
Hal : Bidang Pendidikan
Lomba Mewarnai Tingkat TK dan Paud
Tempat : Paud Dahlia
153
153
Bidang : Kesehatan
Kegiatan Donor Darah
Tempat : Aula Desa Batulawang
154
154
GLOSARIUM
Kemah Dakwah: Kemah dakwah juga merupakan pendidikan dengan cara
memberikan pengalaman belajar kepada siswa untuk hidup di tengah-tengah
masyarakat di luar sekolah dan secara langsung mengidentifikasi serta membantu
mengatasi masalah-masalah yang dihadapi masyarakat. Dengan demikian di
dalam kemah dakwah siswa haruslah aktif menyelami kehidupan masyarakat
untuk selanjutnya dengan bekal ilmu pengetahuan yang sudah dimiliki mampu
mengembangkan tradisi yang ada di masyarakat.
SMA Plus Tauhidul Afkar : Lembaga Pendidikan Formal tingkat Sekolah
Menengah Atas yang berada di wilayah Kp. Cibadak Pesantren, Desa.
Sukanagalih, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur.
Batulawang : Nama wilayah yang berada di Kecamatan Cipanas, Kabupaten
Cianjur yang menjadi salah satu lokasi kegiatan Kemah Dakwah
155
155
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Neng Umukulsum dilahirkan di Cianjur pada
tanggal 03 November 1993, alamat lengkap Kp. Cinengah Girang, Desa.
Sukanagalih, Kecamatan. Pacet, Kabupaten. Cianjur. Penulis menempuh
pendidikan sekolah dasar negeri di Loji desa Batulawang tahun 1999-2005,
sekolah menengah pertama di Madrasah Tsanawiyah Tauhidul Afkar tahun
2005-2008, menyelesaikan sekolah menengah atas di Tauhidul afkar tahun 2008-
2011, mengikuti strata 1 jurusan Pendidikan Agama Islam di Sekolah Tinggi
Agama Islam Nahdlatul Ulama Jakarta tahun 2011-2016, meraih gelar Magister
pada jurusan pengkajian Islam konsentrasi Pendidikan Agama Islam di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2017-2020
dengan tesis berjudul Inovasi Pendidikan Formal: Studi Program Kemah
Dakwah SMA Plus Tauhidul Afkar, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur,
menempuh pendidikan Non formal di Pondok Pesantren Tauhidul Afkar dan
Yayasan Usaha Mulia.
Penulis mengikuti berbagai organisasi yaitu dalam pramuka masuk
dalam kepengurusan Dewan Kerja Raanting T&D di kecamatan Pacet sebagai
Bidang II Eksternal tahun 2010, Badan Eksekutif Mahasiswa STAINU di Bidang
Keperempuanan tahun 2014, Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia
(KOPRI) Pengurus Cabang Kabupaten Cianjur sebagai Ketua tahun 2016, Ikatan
Alumni STAINU Cianjur sebagai wakil sekretaris tahun 2016, Komite Nasional
Pemuda Indonesia Kabupaten Cianjur tahun 2017, Badan Komunikasi Pemuda
Remaja Masjid Kecamatan Pacet sebagai wakil bendahara tahun 2017, Korps
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (KOPRI) Pengurus Besar sebagai
sekretaris III bidang Keagamaan tahun 2017 sampai sekarang dan Ikatan Alumni
Pondok Pesantren Tauhidul Afkar sebagai Ketua tahun 2019 sampai sekarang.
Motto hidup penulis : Hidup Seperti Padi Semakin Tinggi Semakin
Merunduk.
156
156
INDEX
Aktivitas 3, 7, 10, 21, 22, 27, 30, 55, 65, 76, 77, 78, 84, 90, 92, 94, 98, 100,
111,
Evaluasi 10, 16, 17, 20, 35, 36, 43, 44, 45, 48, 50, 52, 59, 60, 64, 65, 66, 67,
68, 73, 79, 81, 86, 90, 91, 92, 94, 103, 104, 105, 109, 119, 120, 131, 132, 134,
Inovasi 1, 2, 6, 7, 8, 9, 14, 16, 17, 18, 20, 23, 24, 34, 38, 39, 43, 47, 48, 49,
50, 53, 55, 57, 58, 60, 61, 62, 66, 67, 68, 74, 76, 79, 81, 87, 91, 93, 94, 95, 96, 100,
111, 112, 113, 121, 122, 123, 129, 132,
Kreatif 1, 7, 22, 30, 31, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 49, 51, 58, 60, 67, 69, 78, 79,
81, 83, 85, 94, 103, 105, 111, 112, 115, 117, 123, 126, 128
Kreativitas 1, 2, 6, 10, 37, 39, 40, 41, 47, 48, 58, 59, 69, 77, 78, 79, 82, 83, 87,
91, 94, 95, 106.
Kompetitif 1, 7, 38, 47, 51, 68, 96
Kontemporer 1, 8, 11, 18, 12, 34, 35, 43, 54, 61, 74, 78, 110, 118, 122, 128, 129,
130.
Kurikulum 1, 6, 10, 25, 28, 33, 48, 49, 53, 56, 59, 63, 66, 68, 71, 72, 74, 81, 84,
87, 90, 94, 96, 110, 111,113, 116, 119, 129, 130, 134.
Metode Pengajaran 1, 4, 38, 40, 50, 72, 79,
Modern 1, 2, 6, 7, 8, 43, 48, 55, 65, 66, 68, 108, 110, 114, 117, 123, 125,
127.
Motivasi 2, 16, 31, 39, 41, 42, 43, 48, 50, 57, 59, 60, 72, 73, 78, 79, 98, 106,
108, 113, 114
Pendidikan Aplikatif 20, 21, 22, 28, 34, 35, 36, 42,
Pendidikan Islam 1, 4, 11, 16, 17, 18, 20, 21, 24, 26, 27, 28, 30, 32, 33, 34,
39, 56, 58, 59, 60, 64, 70, 71, 72, 76, 83, 92, 109, 110, 111, 115, 118, 119, 122, 123,
126, 127, 129, 130, 132, 134
Sosial 1, 2, 3, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 24, 33, 38, 39,
42, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 54, 55, 57, 61, 65, 67, 68, 69, 73, 74, 76, 77, 78,
79, 80, 82, 84, 85, 93, 95, 96, 97, 98, 102, 103, 104, 110, 114, 116, 119, 120, 123,
127, 131, 132, 133, 134.
157
157
BAB V ........................................................................................................................... 106
PENUTUP .................................................................................................................... 106
A. KESIMPULAN ....................................................................................................... 106 B. SARAN ................................................................................................................. 106
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 108
LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................................... 124
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................................... 155
INDEX .......................................................................................................................... 156
Notula Ujian Komprehensip
Rabu, 25 September 2019
Nama : Neng Umukulsum
NIM : 21171200000069
Konsentrasi : Pendidikan
Judul : Inovasi Pendidikan Islam Formal Studi Program Kemah Dakwah SMA
Plus Tauhidul Afkar
Penguji : Arif Zamhari, M.Ag. Ph.D
Prof Dr. Iik Arifin Mansurnoor, MA
Sekretaris : Toni Kurniawan
Komentar Penguji:
Arif Zamhari, M.Ag. Ph.D
1. Dikaji kembali mengenai ruang lingkup sejarah mengenai pondok pesantren tauhidul
afkar
Prof Dr. Iik Arifin Mansurnoor, MA
1. Lebih diperdalam kajian teori beserta tokoh yang membahas mengenai pondok
pesantren
2. Baca buku mengenai pondok pesantren karangan Gusdur
Notula Ujian Pendahuluan Tesis
Rabu, 04 Desember 2019
Nama : Neng Umukulsum
NIM : 21171200000069
Konsentrasi : Pendidikan
Judul : Inovasi Pendidikan Islam Formal Studi Program Kemah Dakwah SMA
Plus Tauhidul Afkar, Kecamatan. Pacet, Kabupaten. Cianjur
Penguji : Arif Zamhari, M.Ag. Ph.D
Prof. Dr. Suwito, MA
Prof. Dr. Husni Rahim
Suparto, M.Ed, Ph.D
Sekretaris : Toni Kurniawan
Komentar Penguji:
Arif Zamhari, M.Ag. Ph.D
1. Dikaji kembali mengenai ruang lingkup penelitian seputar kemah
dakwah
Prof. Dr. Suwito, MA
1. Abstrak B. Inggris di perbaiki
2. Penulisan Kesimpulan yang harus terdapat 4 kata kunci inti
3. Penulisan Indeks dan Glosarium lebih di pahami dan di edit kembali
Prof. Dr. Husni Rahim
1. Perbaiki EYD yang baik
2. Kesimpulan belum menjawab dari permasalahan yang sudah
dirumuskan
Suparto, M.Ed, Ph.D
1. Footnote diperbaiki perbab harus di pisah
2. Pembahasan kajian kemah dakwah masukkan di dalam Bab III
Notula Ujian Tesis
Rabu, 20 Januari 2020
Nama : Neng Umukulsum
NIM : 21171200000069
Konsentrasi : Pendidikan
Judul : Inovasi Pendidikan Islam Formal Studi Program Kemah Dakwah SMA
Plus Tauhidul Afkar, Kecamatan. Pacet, Kabupaten. Cianjur
Penguji : Dr. Hamka Hasan, MA
Prof. Dr. Suwito, MA
Prof. Dr. Husni Rahim
Suparto, M.Ed, Ph.D
Sekretaris : Toni Kurniawan
Komentar Penguji:
Dr. Hamka Hasan, MA
1. Dalam Bab I pembahasan Kegiatan Kemah Dakwah harrus di
masukkan di halaman awal
2. Penjabaran Pendidikan Aplikatif di sambungkan dengan judul tesis
Prof. Dr. Suwito, MA
1. 4 Kata kunci inti yang terdapat dalam kesimpulan belum menjawab
pertanyaan
Prof. Dr. Husni Rahim
1. Penjabaran mengenai Kemah Dakwah di tambah lagi
2. Wawancara dalam kegiatan kemah dakwah ini di jelaskan di Bab III
di rumuskan dan di jelaskan secara lebih rinci
Suparto, M.Ed, Ph.D
1. Abstrak Bahasa Inggris di perbaiki
2. Pembahasan EYD yang benar
3. Tambahkan penjelasan di dalam foto yang terdapat di dalam
lampiran
4. Penelitian terdahulu yang relevan di tambah lagi
Notula Ujian WIP 1 Tesis
Jumat, 23 Agustus 2019
Nama : Neng Umukulsum
NIM : 21171200000069
Konsentrasi : Pendidikan
Judul : Inovasi Pendidikan Islam Formal Studi Program Kemah Dakwah SMA
Plus Tauhidul Afkar
Penguji : Dr. JM. Muslimin, MA
Prof Dr. Iik Arifin Mansurnoor, MA
Dr. Halid
Sekretaris : -
Komentar Penguji:
Dr. JM. Muslimin, MA
1. Jangan terpacu dengan teori bahasa kaku
2. Kajian penelitian diperbaiki
Prof Dr. Iik Arifin Mansurnoor, MA
1. Tambahkan judul dengan Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur
2. Rubah teori bahasa dengan tulisan sendiri
3. Diperjelas arah penelitian
4. Perkaya lagi penelitian terdahulu
Dr. Halid
1. Perkaya dengan teori atau konsep yang akan dipilih
2. Perbanyak membaca buku tentang Penelitian Tindakan Kelas dan Evaluasi Pendidikan
3. Hasil wawancara di masukan ke setiap bab
Notula Ujian WIP 2 Tesis
Selasa, 29 Oktober 2019
Nama : Neng Umukulsum
NIM : 21171200000069
Konsentrasi : Pendidikan
Judul : Inovasi Pendidikan Islam Formal Studi Program Kemah Dakwah SMA
Plus Tauhidul Afkar, Kecamatan. Pacet, Kabupaten. Cianjur
Penguji : Arif Zamhari, M.Ag, Ph.D
Dr. JM. Muslimin, MA
Dr. Imam Sujoko, MA
Sekretaris : -
Komentar Penguji:
Arif Zamhari, M.Ag, Ph.D
1. Data hasil penelitian dilapangan masih kurang yang menjadi lebih menarik di kemah
dakwah
Dr. JM. Muslimin, MA
1. Rumusan masalah tidak sesuai dengan materi di daftar isi
2. Data-data penelitian lapangan di perbanyak bab 3 dan 4 dari mulai profil alumni untuk
dijadikan sampel pembelajaran
Dr. Imam Sujoko, MA
1. Hasil analisa penelitian kemah dakwah perbanyak
2. Penulisan halaman footnote ada beberapa yang salah
Notula Ujian Proposal Tesis
Senin, 26 Februari 2019
Nama : Neng Umukulsum
NIM : 21171200000069
Konsentrasi : Pendidikan
Judul : Peran Masyarakat dalam Meningkatkan Hak Pendidikan (Studi di SMA
Plus Tauhidul Afkar Kabupaten Cianjur) Penguji : Dr. JM. Muslimin, MA
Dr. Gazi, M.Si
Dr. M. Nur Rianto Al-Arif, M. Si
Sekretaris : -
Komentar Penguji:
Dr. JM. Muslimin, MA
1. Data dengan paparan belum sinkron dengan tema utama
2. Kajian penelitian diperbaiki
3. Belum menangkap permasalahan yang di fokuskan
Dr. Gazi, M.Si
1. Latar belakang belum menunjukkan research gap
2. Diperjelas arah penelitian
3. Merumuskan kembali permasalahan inti yang akan diangkat
4. Pelajari kembali tentang metodologi penelitian
5. Teori yang diambil di sesuaikan dengan tema
Dr. M. Nur Rianto Al-Arif, M. Si
1. Harus jelas arah masalah dan juga arah penelitian
2. Judul disesuaikan dengan masalah yang diteliti
3. Metode riset dipelajari lagi
4. Teori untuk penelitiannya di ganti
Notula Ujian Proposal Disertasi
Senin, 11 Februari 2019
Nama : Novia Nengsih
NIM : 31171200000007
Konsentrasi : Ekonomi Islam
Judul : Ketimpangan Ekonomi Pedesaan dan Religiusitas (Studi BUMNag di
Kabupaten Lima Puluh Kota) Penguji : Prof. Dr. Didin Saepudin, MA
Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si
Dr. Kamarusdiana, MH
Sekretaris : Jayadi, S.Kom
Komentar Penguji:
Prof. Dr. Didin Saepudin, MA
1. ketimpangan mempengaruhi religiusitas atau religiusitas mempengaruhi ketimpangan
2. berapa BUMNAg yang akan diteliti
3. perlu diperkuat lagi fokus penelitian
4. data-data lebih baik gunakan yang terbaru
5. jangan menulis huruf besar di subjudul
6. referensi jurnal harus ditmabha lagi
Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si
1. hubungan antar variabel harus diperkuat lagi
2. perumusan masalah cukup satu pertanyaan saja, menggunakan pertanyaan apakah
3. saran saya cukup menggunakan pendekatan kuantitatif saja, tidak perlu pendekatan
kualitatif
4. apa yang baru dari penelitian anda
5. jumlah sample yang ingin diambil berapa
Dr. Kamarusdiana, MH
1. teknik penulisan supaya disesuaikan dengan pedoman penulisan
2. latar belakang masalah, lebih bagus memunculkan penyataan tokoh dan dikomentari
3. identifikasi masalah supaya ditambah lagi
4. tujuan penelitian, tidak sekedar mengetahui tapi menemukan atau membuktikan
5. referensi jurnal harus diperbanyak lagi