24

Click here to load reader

Infeksi Dan Imunitas

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah infeksi dan imunitas

Citation preview

Page 1: Infeksi Dan Imunitas

BLOK 12

Infeksi dan Imunitas

Makalah mandiri

Nama: shannaz

Nim: 10.2008038

Page 2: Infeksi Dan Imunitas

DAFTAR ISI

I. Pendahuluan 2

A. Latar Belakang 2

B. Tujuan BELUM

II.Isi 3

A.Anamnesis 3

B. Pemeriksaan Fisik 5

C. Pemeriksaan Penunjang 5

D. Diagnosis Kerja 8

E. Diagnosis Banding 8

F. Patofisiologik 11

G. Terapi 11

H. Komplikasi 13

III. Penutup 14

A.Kesimpulan 14

Infeksi dan Imunitas –Blok 12 Page 2

Page 3: Infeksi Dan Imunitas

1. Pendahuluan

DEMAM TYPHOID

A. Latar belakang

Demam tifoid adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella enterica

serotype typhi. Demam tifoid merupakan manifestasi dari adanya infeksi akut pada usus halus

yang mengakibatkan gejala sistemik atau menyebabkan enteritis akut.

Demam tifoid merupakan permasalahan kesehatan penting di banyak negara berkembang. Secara

global, diperkirakan 17 juta orang mengidap penyakit ini tiap tahunnya. Kebanyakan penyakit ini

terjadi pada penduduk negara dengan pendapatan yang rendah, terutama pada daerah Asia

Tenggara, Afrika, dan Amerika Latin. Di Sulawesi Selatan, Indonesia. Demam typhoid

merupakan salah satu dari penyakit infeksi terpenting. Penyakit ini endemik diseluruh daerah di

provinsi ini dan merupakan penyakit infeksi terbanyak keempat yang dilaporkan dari seluruh 24

kabupaten. Di Sulawesi Selatan, typhoid merupakan penyebab terpenting terjadinya septisemia

terkait komunitas, dengan insiden rate yang dilaporkan melebihi 2500/100.000 penduduk.

Tanda dari demam typhoid adalah invasi dan multiplikasi bakteri Salmonella typhiii

pada sel mononuklear fagositik pada hati, limpa, nodus limfe, dan peyer patches dari ileum.

Setelah tertelan, organisme ini melalui traktus gastrointestinal bagian atas hingga ke usus halus,

tempat bakteri ini menginvasi secara langsung atau berganda sebelum invasi. Sel M yaitu sel

epitellial yang melapisi Peyer’s patches merupakan tempat potensial S.typhii untuk menginvasi

dan sebagai portal transportasi menuju jaringan lympoid sekitar. Setelah penetrasi ini terjadi,

organisme ini menuju ke folikel lymphoid usus dan nodus lymphe mesenterica. Salmonella dapat

menghindari asidifikasi dari sel fagosom, sehingga dapat bertahan pada follikel lymphoid, nodus

lymphoid, hati, dan limpa. Pada keaadan ini terdapat perubahan degeneratif, proliferatif, dan

granulomatosa pada villi, kelenjar kript, dan lamina propria pada usus halus dan kelenjar lymphe

mesenterica. Pada keadaan tertentu yang dipengaruhi oleh keadaan imun host, jumlah dan

virulensi bakteri, akan terlepas dari habitat lingkungan intrasel usus dan masuk ke pembuluh

darah sehingga akan memicu mediator yang akan memicu gejala klinis.

Infeksi dan Imunitas –Blok 12 Page 3

Page 4: Infeksi Dan Imunitas

2. ISI

A. ANAMNESIS

Anamnesa selalu didahului dengan pengambilan data identitas pasien secara lengka, seperti

nama, tanggal lahir, umur, jenis kelamin, alamat,pekerjaan dll, kemudian diikuti dengan keluhan

utama dan selanjutnya baru ditanyakan riwayat penyakit sekarang yang dikeluhkannya,

kemudian dinyatakan riwayat penyakit dahulu, dan riwayat kesehatan dan penyakit dalam

keluarga.

Riwayat penyakit sekarang

Demam sejak 6 hari yang lalu, sepanjang hari dan memburuk (lebih tinggi) pada sore-

malam hari , demam disertai nyeri kepala, nyeri ulu hati, mual dan muntah, serta susah BAB.

Rongga abdomen/perut

1. Nyeri abdomen

Perlu ditanyakan bagaimana rasa nyeri yang dirasakan , apakah nyeri seperti ditusuk,

pedih atau kolik/melilit atau mules. Tanyakan dimana lokasinya, apakah menetap pada

satu tempat atau menjalar atau berpindah, tanyakan juga kualitas nyerinya, serta waktu

terjadinya nyeri, faktor yang dapat menambah berat rasa nyeri, dan yang

meringankannya, serta gejala penyerta lainnya yang dikeluhkan pasien.

Infeksi dan Imunitas –Blok 12 Page 4

Page 5: Infeksi Dan Imunitas

2. Disfagia

Kesulitan menelan ini perlu ditanyakan waktu terjadknya, apakah akut atau perlahan-

lahan, apakah rasa nyeri timbul saat menelan atau adanya kesukaran menelan dan faktor

yang mengurangi atau menambah disfagia dan gejala apa yang menyertai.

3. Konstipasi

Keadaan dimana penderita tidak dapat buang air besar secara teratur setiap hari.

Pada keluhan ini perlu ditanya lebih mendalam mengenai kebiasaan pasien untuk

berdefekasi, adanya rasa neyri yang menyertai, penggunaan obat-obat yang dapat

menyebabkan konstipasi seperti opiate,antikolinergik,antasida,verpamil dll, juga adanya

gangguan nerologis, seperti trauma tulang belakang,sklerosis multiple,serta kelainan

metabolic seperti hiptiroidisme dan juga pada kehamilan.

4. Diare

Keluhan diare sering dijumpai pada praktek sehari-hari, sehingga anamnesa diare perlu

dikuasai. Tanyakan kapan terjadinya diare apakah akut, atau kronis. Tanyakan juga

karkterisktik dari tinja, encer seperti bubur atau cair seperti air, apakah disertai

darah ,ingus/lender, atau nanah. Apakah disertai rasa mulas (sakit perut). Perlu lebih

spesifik lokasi rasa nyeri serta gejala seperti

muntah,mual,demam,anoreksia,kembung,lemas,pusing, dan berat badan turun dll.

5. Nausea dan vomitus

Keluhan nausea (mual) dan vomitus (muntah). Sering oleh pasien dengan

gangguan/penyakit abdomen dan penyakit di luar abdomen.

Nausea dan vomitus yang terjadi apakah berkaitan dengan intake makanan atau tidak,

atau terjadi pada saat perut kosong, atau pada posisi tubuh tertentu (tidur,bangun,berdiri)

atau setelah makan obat, makanan atau minuman tertentu.

Infeksi dan Imunitas –Blok 12 Page 5

Page 6: Infeksi Dan Imunitas

6. Meteorismu

Rasa penuh pada perut(distended/tegang). Disebut juga rasa begah atau sebah adalah

gejala yang sering dijumpai pada penyakit gastrointestinal. Pasien biasanya mengeluh

perut penuh dengan angin/gas, merasa perut membengakak sehingga pasien merasa

kurang nyaman, intake makanan menjadi sukar dan sering diikuti nausea dan vomitus.

B. PEMERIKSAAN FISIKa. Keadaan umum

Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas,pucat, mual, perut tidak

enak, anorexia.

Suhu: 38,6°C

TD: 110/80mmHg

RR: 20x/mnt

N: 80x/mnt

b. Keadaan khusus

Inspeksi

Palpasi

Perkusi

Auskultasi

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium meliputi pemeriksaan hematologi, urinalis, kimia klinik,

imunoreologi, mikrobiologi, dan biologi molekular. Pemeriksaan ini ditujukan untuk membantu

menegakkan diagnosis (adakalanya bahkan menjadi penentu diagnosis), menetapkan prognosis,

memantau perjalanan penyakit dan hasil pengobatan serta timbulnya penyulit.

1. Hematologi

• Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan usus atau

Infeksi dan Imunitas –Blok 12 Page 6

Page 7: Infeksi Dan Imunitas

perforasi.

• Hitung leukosit sering rendah (leukopenia), tetapi dapat pula normal atau tinggi.

• Hitung jenis leukosit: sering neutropenia dengan limfositosis relatif.

• LED ( Laju Endap Darah ) : Meningkat

• Jumlah trombosit normal atau menurun (trombositopenia).

2. Urinalis

• Protein: bervariasi dari negatif sampai positif (akibat demam)

• Leukosit dan eritrosit normal; bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit.

3. Kimia Klinik

Enzim hati (SGOT, SGPT) sering meningkat dengan gambaran peradangan sampai hepatitis

Akut.

4. Imunorologi

• Widal

Pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya antibodi (didalam darah) terhadap

antigen kuman Samonella typhi / paratyphi (reagen). Uji ini merupakan test kuno yang masih

amat popular dan paling sering diminta terutama di negara dimana penyakit ini endemis seperti

di Indonesia. Sebagai uji cepat (rapitd test) hasilnya dapat segera diketahui. Hasil positif

dinyatakan dengan adanya aglutinasi. Karena itu antibodi jenis ini dikenal sebagai Febrile

agglutinin.

Hasil uji ini dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga dapat memberikan hasil positif palsu atau

negatif palsu. Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh faktor-faktor, antara lain pernah

mendapatkan vaksinasi, reaksi silang dengan spesies lain (Enterobacteriaceae sp), reaksi

anamnestik (pernah sakit), dan adanya faktor rheumatoid (RF). Hasil negatif palsu dapat

disebabkan oleh karena antara lain penderita sudah mendapatkan terapi antibiotika, waktu

pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit, keadaan umum pasien yang buruk, dan adanya

penyakit imunologik lain.

Diagnosis Demam Tifoid / Paratifoid dinyatakan bila a/titer O = 1/160, bahkan mungkin sekali

nilai batas tersebut harus lebih tinggi mengingat penyakit demam tifoid ini endemis di Indonesia.

Titer O meningkat setelah akhir minggu. Melihat hal-hal di atas maka permintaan tes widal ini

pada penderita yang baru menderita demam beberapa hari kurang tepat. Bila hasil reaktif

Infeksi dan Imunitas –Blok 12 Page 7

Page 8: Infeksi Dan Imunitas

(positif) maka kemungkinan besar bukan disebabkan oleh penyakit saat itu tetapi dari kontrak

sebelumnya.

• Elisa Salmonella typhi/ paratyphi lgG dan lgM

Pemeriksaan ini merupakan uji imunologik yang lebih baru, yang dianggap lebih sensitif dan

spesifik dibandingkan uji Widal untuk mendeteksi Demam Tifoid/ Paratifoid. Sebagai tes cepat

(Rapid Test) hasilnya juga dapat segera di ketahui. Diagnosis Demam Typhoid/ Paratyphoid

dinyatakan 1/ bila lgM positif menandakan infeksi akut; 2/ jika lgG positif menandakan pernah

kontak/ pernah terinfeksi/ reinfeksi/ daerah endemik.

5. Mikrobiologi

• Kultur (Gall culture/ Biakan empedu)

Uji ini merupakan baku emas (gold standard) untuk pemeriksaan Demam Typhoid/ paratyphoid.

Interpretasi hasil : jika hasil positif maka diagnosis pasti untuk Demam Tifoid/ Paratifoid.

Sebalikanya jika hasil negati, belum tentu bukan Demam Tifoid/ Paratifoid, karena hasil biakan

negatif palsu dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu antara lain jumlah darah terlalu sedikit

kurang dari 2mL), darah tidak segera dimasukan ke dalam medial Gall (darah dibiarkan

membeku dalam spuit sehingga kuman terperangkap di dalam bekuan), saat pengambilan darah

masih dalam minggu- 1 sakit, sudah mendapatkan terapi antibiotika, dan sudah mendapat

vaksinasi.

Kekurangan uji ini adalah hasilnya tidak dapat segera diketahui karena perlu waktu untuk

pertumbuhan kuman (biasanya positif antara 2-7hari, bila belum ada pertumbuhan koloni

ditunggu sampai 7 hari). Pilihan bahan spesimen yang digunakan pada awal sakit adalah darah,

kemudian untuk stadium lanjut/ carrier digunakan urin dan tinja.

6. Biologi molekular.

• PCR (Polymerase Chain Reaction) Metode ini mulai banyak dipergunakan. Pada cara ini di

lakukan perbanyakan DNA kuman yang kemudian diindentifikasi dengan DNA probe yang

spesifik. Kelebihan uji ini dapat mendeteksi kuman yang terdapat dalam jumlah sedikit

(sensitifitas tinggi) serta kekhasan (spesifitas) yang tinggi pula. Spesimen yang digunakan dapat

berupa darah, urin, cairan tubuh lainnya serta jaringan biopsi.

Infeksi dan Imunitas –Blok 12 Page 8

Page 9: Infeksi Dan Imunitas

D. DIAGNOSIS KERJA

Demam Typhoid

Demam tifoid masih merupakan penyakit endemik di Indonesia. Penyakit ini termasuk

menular yang tercantum dalam Undang- undang nomor 6 Tahun 1962 tentang wabah. Kelompok

penyakit menular ini merupakan penyakit yang mudah menular dan dapat menyerang banyak

orang sehingga dapat menimbulkan wabah.

Insidens demam tifoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan sanitasi

lingkungan; di daerah rural (jawa barat) 157 kasus per 100.00 penduduk, sedangkan di daerah

urban ditemukan 760-810 per 100.000 penduduk. Perbedaan insidens di perkotaan berhubungan

erat dengan penyediaan air bersih yang belum memadai serta. Sanitasi lingkungan dengan

pembuangan sampah yang kurang memenuhi syarat kesehatan lingkungan. Case fatality rate

(CFR) demam tifoid di tahun 1996 sebesar 1,08% dari seluruh kematian di Indonesia. Namun

demikian berdasarkan hasil survey Kesehatan Rumah Tangga Departemen Kesehatan RI (SKRT

Depkes RI) tahun 1995 demam tifoid tidak termasuk dalam 10 penyakit dengan motalitas

tertinggi.

E. DIAGNOSIS BANDING

Demam berdarah dengue (DBD)

Definisi umum

Demam dengue dan demam berdarah dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan

oleh virus dengue dengan manifestasi klinik demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai

leucopenia,ruam,limfadenopati,trombositopenia dan diastesis hemoragik. Pada DBD terjadi

perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau

penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.

Infeksi dan Imunitas –Blok 12 Page 9

Page 10: Infeksi Dan Imunitas

Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang

termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan

diameter 30 nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tungal dengan berat molekul 4x 106.

Gejala klinik

Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini

dipenuhi:

demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.

terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:

- uji bending positif

- petekie, ekimosis, atau purpura

- perdarahan mukosa(tersering epistaksis atau perdarahan gusi), atau perdarahan dari

tempat lain.

- hematemesis atau melena.

Trombositopenia: jumlah trombosit < 100.000/uL

Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma) sebagai berikut:

- Peningkatan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan

dengan nilai hematokrit sebelumnya.

Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura,asites atau hipoproteinemi

MALARIA

Definisi umum

Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang

menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah. Infeksi

malaria memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali. Dapat

berangsung akut ataupun kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun

mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat. Sejenis infeksi parasit yang

menyerupai malaria ialah infeksi babesiosa yang menyebabkan babesiosa.

Infeksi dan Imunitas –Blok 12 Page 10

Page 11: Infeksi Dan Imunitas

Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang selain menginfeksi manusia juga

menginfeksi binatang seperti golongan burung, reptil, dan mamalia. Termasuk genus

plasmodium dari famili plasmodidae. Plasmodium ini pada manusia menginfeksi eritrosit dan

mengalami pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada

tubuh nyamuk yaitu anopheles betina. Secara keseluruhan ada lebih dari 100 plasmodium yang

menginfeksi binatang.

Gejala klinis

Keluhan podromonal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa kelesuan,

malaise,sakit kepala, sakit belakang,merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang, demam

ringan, anoreksia, perut tak enak, diare ringan dan kadang-kadang dingin. Keluhan ini sering

terjadi pada P. vivax dan ovale, sedang pada P.falciparum dan malariae keluhan podomonal

tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak.

Gejala klasik yaitu terjadinya “Trias Malaria” secara berurutan: periode dingin (15-60

menit) : mulai menggigil, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau sarung dan

pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, diikuti dengan

meningkatnya temperature; diikuti dengan periode panas : penderita muka merah, nadi cepat,

dan panas badan tetap tinggi beberapa jam, diikuti dengan keadaan berkeringat; kemudian

periode berkeringat : penderita berkeringat banyak dan temperature turun, dan penderita merasa

sehat.

Gejala yang juga sering dijumpai pada infeksi malaria

Anemia merupakan gejala yang sering dijumpai pada infeksi malaria. mekanisme:

pengrusakan eritrosit oleh parasit, hambatan eritropoiesis sementara, hemolisis oleh karena

proses complement mediated immune complex, eritrofagositosis, penghambatan pengeluaran

retikulosit, dan pengaruh sitokin.

Pemebesaran limpa (splenomegali) sering dijumpai pada penderita malaria, limpa akan

teraba setelah 3-hari dari seranangan infeksi akut, limpa menjadi bengkak, nyeri dan hipermis.

Infeksi dan Imunitas –Blok 12 Page 11

Page 12: Infeksi Dan Imunitas

F. PATOFISIOLOGI

Masuknya kuman Salmonella typhi (S.typhi) dan Salmonella paratyphi (S.paratyphi) ke

dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman

dimusnahkan dari lambung dan sebagian kuman lolos masuk ke dalam usus dan selanjutnya

berkembang biak. Bila respons imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik maka kuman

akan menembus sel-sel epitel (terutama sel-M) dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina

propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama oleh makrofag.

Kuman dapat hidup di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plak peyeri ileum distal dan

kemudian ke kelanjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman

ynag terdapat di dalam markofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakteremia

pertama yang asimptomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama

hati dan limpa. (KAYAKNYA BELUM SELESAI)

G. TERAPI

Medica Mentosa

Obat-obat antimikroba yang sering digunakan untuk mengobati demam tifoid adalah sebagai

berikut:

Kloramfenikol. Di Indonesia kloramfenikol masih merupakan obat pilihan utama untuk

mengobati demam tifoid. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg per hari dapat diberikan secara

per oral atau intravena. Diberikan sampai 7 hari bebas panas. Penyuntikan intramuscular tidak

dianjurkan oleh karena hidrolisis ester ini tidak dapat diramalkan dan tempat suntikan terasa

nyeri. Dari pengalaman penggunaan obat ini dapat menurunkan demam rata-rata 7,2 hari.

Tiamfenikol. Dosis dan efektivitas obat ini dilaporkan hamper sama dengan

kloramfenikol. Akan tetapi komplikasi hematologi seperti kemungkinan terjadinya anemia

aplastik lebih rendah dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis tiamfenikol adalah 4 x

500mg, demam rata-rata menurun pada hari ke-5 sampai ke-6

Kortimoksazol. Efektivitas obat ini dilaporkan hamper sama dengan kloramfenikol.

Dosis untuk orang dewasa adalah 2 x 2 tablet ( 1 tablet mengandung sulfametoksazol 400 mg

dan 80 mg trimetoprim) diberikan selama 2 minggu.

Infeksi dan Imunitas –Blok 12 Page 12

Page 13: Infeksi Dan Imunitas

Ampisilin dan amoksilin. Kemampuan obat ini untuk menurunkan demam lebih rendah

dibandingkan dengan kloramfenikol, dosis yang dianjurkan berkisar antara 50-150 mg/kgBB

dan digunakan selama 2 minggu.

Sefalosporin generasi ketiga. Hingga saat ini golongan sefalosporin generasi ke-3 yang

terbukti efektif untuk demam tifoid adalah seftriakson, dosis yang dianjurkan adalah antar 3-4

gram dalam dekstrosa 100 cc diberikan selama ½ jam perinfus sekali sehari, diberikan selama

3 hingga 5 hari.

Golongan flurokuinolon. Gol. Ini beberapa jenis bahan sediaan dan aturan

pemberiannya: - Norfloksasin dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari

- Spirofloksasin dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari

- Ofloksasin dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari

- Pefloksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari

- Fleroksasin dosis 400 mg/hari selama 7 hari\

Demam pada umumnya mengalami lisis pada hari ke-3 atau menjelang hari ke -4. Hasil

penurunan demam sedikit lebih lambat pada penggunaan norfloksasin yangmerupakan

fluorokuinolon pertama yang memiliki bioavailabilitas tidak sebaik fluorokuinolon yang

dikembangkan kemudian.

Azitromisin. Secara signifikan mengurangi kegagalan klinis dan durasi rawat inap,

terutama jika penelitian mengikutsertakan pula strain MDR (Multi drug resistance) maupun

NARST (Nalidixic Acid Resistance S.typhi). jika dibandingkan dengan cefriakson, peggunaan

azitromisin dapat mengurangi angka relaps. Mampu menghasilkan konsentrasi dalam jaringan

yang tinggi walaupunnkonsentrasi dalam darah cenderung rendah. Obat ini tersedia dalam

bentuk sediaan oral dan suntikan intravena.

Infeksi dan Imunitas –Blok 12 Page 13

Page 14: Infeksi Dan Imunitas

Non Medica Mentosa

Istirahat dan perawatan dengan tujuan mencegah komplikasi dan mempercepat

penyembuhan. Dalam perawatan perlu sekali dijaga kebersihan tempat tidur, pakaian, dan

perlengkapan yang dipakai.

Diet (simptomatik dan suportif), dengan tujuan mengembalikan rasa nyaman dan

kesehatan pasien secara optimal. Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses

penyembuhan demam tifoid. Karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan

umum dan gizi oenderita akan semakin turun. Di masa lampau penderita demam tifoid

diberikan diet bubur saring, kemudian ditingkatkan menjadi bubur kasar dan akhirnya

diberikan nasi. Pemberian bubur saring tersebut ditujukan untuk menghindari komplikasi

perdarahan saluran cerna atau perforasi usus.

H. KOMPLIKASI

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada demam tifoid:

Komplikasi intestinal: perdarahan usus, perforasi usus, ileus paralitik, pancreatitis

Perdarahan intestinal, pada plak peyeri usus yang terinfeksi (terutama ileum terminalis)

dapat terbentuk tukak/luka menembus lumen usus dan mengenai pembuluh darah maka

terjadi perdarahan. Selanjutnya bila tukak menembus dinding usus maka perforasi dapat

terjadi. Perforasi usus, mengeluh nyeri perut hebat terutama di daerah kuadran kanan

bawah yang kemudian menyebar ke seluruh perut dan disertai dengan tanda-tanda ileus.

Bising usus melemah pada 50% penderita dan pekak hati terkadang tidak ditemukan

karena adanya udara bebas di abdomen.

Komplikasi ekstra-intestinal:

- komplikasi hematologi .berupa trombositopenia, hipofibrino-genemia,

peningkatan protombin time, peningkatan fibrin degradation products sampai

koagulasi intravascular diseminata (KID) dapat ditemukan pada kebanyakan

pasien demam tifoid. Trombositopenia saja sering dijumpai, hal ini mungkin

terjadi karena menurunnya produksi trombosit di system retikuloendotel.

Infeksi dan Imunitas –Blok 12 Page 14

Page 15: Infeksi Dan Imunitas

- Hepatitis Tifosa. Pembengkakan hati ringan sampai sedang dijumpai pada 50%

kasus dengan demam tifoid dan lebih banyak dijumpai karena S.typhi dan

S.paratyphi. untuk membedakan apakah hepatitis ini oleh karena tifoid,

malaria,atau amuba maka perlu diperhatikan kelainan fisik, parameter

laboratorium, dan bila perlu histopatologik hati. pada demam tifoid kenaikan

enzim transminase tidak relevan dengan kenaikan serum bilirubin (untuk

membedakan dengan hepatitis oleh karena virus).

- Pankreatitis Tifosa. merupakan kompliksasi yang jarang terjadi pada

demamtifoid. Pancreatitis sendiri dapat disebakan oleh mediator pro inflamasi,

virus, bakteri, cacing, maupun zat-zat farmakologik. Pemeriksaan enzim amylase

dan lipase seta ultrasonograafi/CT Scan dapat membantu diagnosis penyakit ini

dengan akurat.

- Miokarditis. Terjadi pada 1-5% penderita demam tifoid sedangkan kelainan

elektrokardiografi dapat terjadi pada 10-15% penderita. Pasien dengan

miokarditis biasanya tanpa gejala kardiovaskular atau dapat berupa keluhan sakit

dada, gagal jantung kongesti, aritmia, atau syok kardiogenik.

3. Penutup

Infeksi dan Imunitas –Blok 12 Page 15

Page 16: Infeksi Dan Imunitas

Kesimpulan

Wabah Salmonella dapat terjadi di mana-mana terutama didaerah yang tidak

memperhatikan kebesihan makanan dan air. Salmonella yang mencari makanan dan minuman

dapat berkembang biak dengan cepat karena keadaan lingkungan. Telah dibahas gejala klinis dan

diagnosis laboratorium penyakit demam tifoid yang disebabkan oleh infeksi Salmonella typhoid

dan Salmonella paratyphoid.

 Penyakit ini endemis di Indonesia dan potensial berbahaya dengan penyulit yang dapat

menyebabkan kematian. Kemampuan para tenaga medis untuk dapat mendiagnosis dini penting

untuk penyembuhan dan pencegahan timbulnya penyulit. Diagnosis laboratorium meliputi

pemeriksaan dari hematologi, urinalisis, kimia klinis, imunoserologis, mikrobiologi biakan

sampai PCR. Penting untuk mengetahui kelebihan dan disesuaikan dengan waktu (sudah berapa

hari sakit saat akan diperiksa) dengan beberapa metode  pemerikasaan  yang biasa digunakan

yaitu Widal dan Eliza juga jenis bahan spesimen serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

hasil pemeriksaan.

Daftar pustaka

Infeksi dan Imunitas –Blok 12 Page 16

Page 17: Infeksi Dan Imunitas

1. Pendahuluan demam tifoid, 23 november 2010, diunduh dari :

http://cetrione.blogspot.com

2. Metode pemeriksaan demam tifoid, 23 november 2010 , diunduh dari :

http://sodiycxacun.blogspot.com/2010/02/metode-pemeriksaan-demam-typhoid.html

3. Pemeriksaan penunjang, 23 november 2010, diunduh dari :

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-nafikalist-5139-2-babii.pdf

4. Aru W. sudoyo, Bambang setiyohadi,Idrus Alwi,Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati.

Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam,Ed.5,jilid III. Malaria 432 :November 2009 .Hal 2813.

5. Aru W. sudoyo, Bambang setiyohadi,Idrus Alwi,Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati.

Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam,Ed.5,jilid III. Demam Berdarah Dengue 425 :November

2009 .Hal 2773-2776.

6. Aru W. sudoyo, Bambang setiyohadi,Idrus Alwi,Marcellus Simadibrata K, Siti Setiati.

Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam,Ed.5,jilid III. Demam Tifoid 430 :November 2009 .Hal

2797-2803.

Infeksi dan Imunitas –Blok 12 Page 17