1
Indonesia, Dulu dan Sekarang Pada tanggal 17 Agustus tahun ini, genap sudah 64 tahun negeri kita, Indonesia, merdeka. Begitu banyak hal-hal yang telah terjadi, menghasilkan perubahan pada pola kehidupan dan pemerintahan di negeri ini. Ada perubahan yang positif, dan tentu saja ada juga perubahan yang negatif. Dahulu, negeri kita dihadapkan dengan keadaan kurangnya pengakuan dari negara lain yang tidak lagi terjadi pada masa ini. Begitu juga dengan demokrasi, masyarakat baru berani berpendapat secara bebas sejak tergulingnya mantan presiden Republik Indonesia kedua, Bapak Soeharto, yang diikuti dengan proses reformasi. Tentu saja, dengan adanya demokrasi, diskriminasi rasial mulai memudar dan dimulailah pemberlakuan sistem desentralisasi pemerintahan. Namun, di balik semua kemajuan itu, ada pula kemunduran yang dihadapi seluruh masyarakat Indonesia, yaitu kondisi masyarakat saat ini yang pada umumnya berada dalam himpitan ekonomi yang terus memburuk sejak tergerus krisis moneter serta resesi ekonomi global yang baru-baru ini terjadi. Kemunduran dalam bidang ekonomi juga disertai kegagalan pemerintah dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang kemudian diikuti oleh kemunduran Badan Usaha Milik Negara atau BUMN. Sebenarnya, sejak kejatuhan mantan presiden Soeharto, mayoritas perusahaan milik negara mulai mengalami kemunduran. Salah satu contoh konkret seputar kemunduran dapat dilihat dari penurunan kulaitas salah satu BUMN, yaitu PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Tbk. Banyak daerah yang masih mengalami defisit maupun belum terjangkau listrik. Untungnya, walaupun mayoritas BUMN mengalami kemunduran, masih ada BUMN yang mengalami kemajuan, seperti dalam sektor perbankan, yaitu Bank Mandiri, serta dalam sektor transportasi seperti yang dialami Garuda Indonesia yang belakangan ini mulai meraih keuntungan serta melakukan upaya perbaikan kualitas layanan. Di samping itu, negeri kita juga dilanda kemunduran dalam bidang pendidikan, baik dari segi administrasi maupun materi pengajaran. Sebelumnya, para pelajar Malaysia datang ke Indonesia untuk mengenyam pendidikan, tetapi sekarang justru para pelajar Indonesialah yang mencari pendidikan di negara tetangga itu. Perubahan ini juga tampak dari penurunan persentase kelulusan pelajar di beberapa daerah. Mata uang Rupiah mengalami depresiasi nilai yang sangat signifikan. 1 dollar Amerika Serikat yang semula bernilai Rp1.000,00 sampai Rp2.000,00 sekarang berada pada kisaran Rp10.000,00. Meningkatnya jumlah pengangguran, baik karena dampak resesi ekonomi global, kurangnya lapangan pekerjaan, ataupun karena buruknya kualitas tenaga kerja juga tidak boleh luput dari perhatian. Tentu saja, di balik semua hal-hal itu, tetap ada satu hal yang tidak berubah dari Indonesia, yaitu keramah-tamahan penduduknya yang begitu membekas di hati para pelancong yang pernah ke Indonesia. Selamat ulang tahun, bangsaku Indonesia! Semoga di usiamu yang semakin “dewasa” engkau semakin berkembang pula.

Indonesia, Dulu dan Sekarang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sebuah persepsi pandangan dari seorang siswa smak 1 (teman saya) mengenai negara ini.

Citation preview

Page 1: Indonesia, Dulu dan Sekarang

Indonesia, Dulu dan Sekarang

Pada tanggal 17 Agustus tahun ini, genap sudah 64 tahun negeri kita, Indonesia, merdeka. Begitu banyak hal-hal yang telah terjadi, menghasilkan perubahan pada pola kehidupan dan pemerintahan di negeri ini. Ada perubahan yang positif, dan tentu saja ada juga perubahan yang negatif.

Dahulu, negeri kita dihadapkan dengan keadaan kurangnya pengakuan dari negara lain yang tidak lagi terjadi pada masa ini. Begitu juga dengan demokrasi, masyarakat baru berani berpendapat secara bebas sejak tergulingnya mantan presiden Republik Indonesia kedua, Bapak Soeharto, yang diikuti dengan proses reformasi. Tentu saja, dengan adanya demokrasi, diskriminasi rasial mulai memudar dan dimulailah pemberlakuan sistem desentralisasi pemerintahan. Namun, di balik semua kemajuan itu, ada pula kemunduran yang dihadapi seluruh masyarakat Indonesia, yaitu kondisi masyarakat saat ini yang pada umumnya berada dalam himpitan ekonomi yang terus memburuk sejak tergerus krisis moneter serta resesi ekonomi global yang baru-baru ini terjadi. Kemunduran dalam bidang ekonomi juga disertai kegagalan pemerintah dalam mengelola sumber daya alam dan sumber daya manusia yang kemudian diikuti oleh kemunduran Badan Usaha Milik Negara atau BUMN. Sebenarnya, sejak kejatuhan mantan presiden Soeharto, mayoritas perusahaan milik negara mulai mengalami kemunduran. Salah satu contoh konkret seputar kemunduran dapat dilihat dari penurunan kulaitas salah satu BUMN, yaitu PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), Tbk. Banyak daerah yang masih mengalami defisit maupun belum terjangkau listrik. Untungnya, walaupun mayoritas BUMN mengalami kemunduran, masih ada BUMN yang mengalami kemajuan, seperti dalam sektor perbankan, yaitu Bank Mandiri, serta dalam sektor transportasi seperti yang dialami Garuda Indonesia yang belakangan ini mulai meraih keuntungan serta melakukan upaya perbaikan kualitas layanan.

Di samping itu, negeri kita juga dilanda kemunduran dalam bidang pendidikan, baik dari segi administrasi maupun materi pengajaran. Sebelumnya, para pelajar Malaysia datang ke Indonesia untuk mengenyam pendidikan, tetapi sekarang justru para pelajar Indonesialah yang mencari pendidikan di negara tetangga itu. Perubahan ini juga tampak dari penurunan persentase kelulusan pelajar di beberapa daerah.

Mata uang Rupiah mengalami depresiasi nilai yang sangat signifikan. 1 dollar Amerika Serikat yang semula bernilai Rp1.000,00 sampai Rp2.000,00 sekarang berada pada kisaran Rp10.000,00. Meningkatnya jumlah pengangguran, baik karena dampak resesi ekonomi global, kurangnya lapangan pekerjaan, ataupun karena buruknya kualitas tenaga kerja juga tidak boleh luput dari perhatian. Tentu saja, di balik semua hal-hal itu, tetap ada satu hal yang tidak berubah dari Indonesia, yaitu keramah-tamahan penduduknya yang begitu membekas di hati para pelancong yang pernah ke Indonesia.

Selamat ulang tahun, bangsaku Indonesia!Semoga di usiamu yang semakin “dewasa” engkau semakin berkembang pula.