121
Implementasi Konsep Pelayanan Ramah Gender pada Pasien dengan Gangguan Mental di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur. Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar S.Sos Di susun oleh : Istihanah Jamil Ali NIM 1112052000004 JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M/ 1440 H

Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

Implementasi Konsep Pelayanan Ramah

Gender pada Pasien dengan Gangguan Mental

di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta

Timur.

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar S.Sos

Di susun oleh :

Istihanah Jamil Ali

NIM 1112052000004

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M/ 1440 H

Page 2: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan
Page 3: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan
Page 4: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan
Page 5: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

i

Page 6: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

ii

ABSTRAK

Istihanah Jamil Ali 1112052000004, Implementasi KonsepPelayanan Ramah Gender Pada Pasien dengan GangguanMental di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Jakata Timur.Dibawah bimbingan Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si.

Indonesia sudah lama menggaungkan konsep dan kebijakantentang gender, hal tersebut terbukti dengan adanya PermendagriNo.15 tentang pengarustamaan gender, Permen tersebutmencakup undang-undang, implementasi taraf institusi danlembaga, serta pengawalan berlangsungnya pengarustamaangender. Salah satu upaya implementasi pengarustamaan genderadalah pelayanan ramah gender. Pelayanan ramah gendermerupakan pelayanan yang menjunjung tinggi martabat manusia,karena dalam konsep gender melarang adanya segala bentukdiskriminasi, marjinalisasi, subordinasi, strereotip, beban ganda,dan kekerasan yang dilatarbelakangi oleh perbedaan jeniskelamin.Penelitian ini menjadi sangat penting dilakukan karenapada kenyataannya penerapan pelayanan ramah gender belummassive dan menyeluruh.

Peneliti kemudian tertarik untuk mengadakan penelitian diRumah Sakit Jiwa Islam Klender yang mengususng pelayananIslami dan Manusiawi. Peneliti memilih metode penelitiankualitatif dengan jenis deskriptif. Subyek penelitian ini adalah 3orang pasien dengan gangguan mental (mampu berkomunikasidengan baik), 1 orang kepala Diklat, 1 orang staff sekretariat, 1orang perawat dan penanggungjawab program. Adapun teknikmenentukan informan untuk dijadikan subyek dalam penelitianini menggunakan teknik purposive sampling. Analisis data yangdigunakan adalah teknik analisis domain yang analisis hasilpenelitiannya ditujukan untuk memperoleh gambaran seutuhnyadari objek yang diteliti atau yang biasa disebut juga denganeksplorasi.

Adapun hasil penelitian melalui observasi dan wawancarayang peneliti lakikan menunjukkan bahwa tidak ditemukannyadiskrimnasi, marjinalisasi, beban ganda, stereotip, dan kekerasanpada pelayanan yang diberikan di Rumah Sakit Jiwa IslamKlender Jakarta Timur.

Kata Kunci: Pelayanan ramah gender, gangguan mental.

Page 7: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

iii

KATA PENGANTAR

مــــــــــــــسم الله الرحمن الرحیــــــــــــــب

Alhamdulillahirrabbil ‘aalamin. Segala puja dan puji mutlak

kembali pada pemilik yang maha agung dan penyayang, Allah

Subhaanahu wa Ta’ala. Berkat segenap rahmat dan berkah serta

cinta-Nya penulis mampu merampungkan tugas akhir jenjang S1

Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Shallawat berangkai salam pun jua jangan

tertinggal untuk kekasih Allah, pemimpin sekalian umat.

Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam

Proses penyusunan skripsi ini merupakan pengalaman berharga

yang akan penulis ingat sampai kapanpun. Terlepas dari

kepayahan, susah dalam bentuk materil dan moril penulis sangat

bersyukur dianugerahkan lingkungan baik yang sangat

mensupport seluruh proses skripsi ini. Untuk itu, dalam

kesempatan ini dengan hati tulus penulis mengucapkan terima

kasih yang tiada terhingga kepada kedua orang tua penulis Ibunda

dan Ayahanda serta keluarga terkasih yang tak pernah lelah dan

tanpa henti mendoakan dan mendukung penulis siang dan malam.

Ucapan terima kasih dan penghargaan tak terhingga juga penulis

sampaikan kepada yang terhormat:

1. Suparto, M.Ed, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr.

Siti Napsiyah, S.Ag, BSW, MSW selaku Wakil Dekan

Page 8: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

iv

Bidang Akademik, Dr. Sihabudin Noor, MA. selaku

Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, serta Cecep

Castrawijaya, MA. selaku Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama.

2. Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si. selaku Ketua Jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam yang senantiasa

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk

memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan

skripsi ini.

3. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi. selaku Sekretaris Jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan

Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si. selaku Dosen Pembimbing

Skripsi sekaligus Dosen Pembimbing Akademik Jurusan

Bimbingan dan Penyuluhan Islam angkatan tahun 2012

yang selalu memberikan bimbingan, waktu, semangat,

tenaga dan pikiran serta saran kepada penulis.

5. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik

dan memberikan ilmunya kepada penulis selama

perkuliahan.

6. Bapak Amir, Petugas Rumah Sakit Jiwa Islam Klender

selaku pembimbing di tempat penelitian, yang telah

banyak membantu penulis selama di melakukan

Page 9: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

v

penelitian. Mudah-mudahan Allah membalas jasa-jasa

kalian dengan sebaik-baiknya.

7. Segenap staff dan karyawan Rumah Sakit Jiwa Islam

Klender yang telah dengan sangat ramah dan baik

membimbing dan membantu penulis dalam mengambil

data guna kepentingan penelitian

8. Teman-teman yang selalu mengingatkan dan menasehati,

keluraga ke-dua Capolista, yang selalu mendoakan tanpa

diminta Bedil, Agung, Kebel, Emmow, Evi, Faisal, Iyan,

Joni, Lulut, Nene Latipeh, Maria D’rain Angel, Pashdut,

Rani, Rinrin Lavigne, Rizka, Yaya Salim, Zakky dan

UKM Bahasa-FLAT UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

9. Teman-teman seangkatan dan seperjuangan BPI 2012.

yang selalu memberikan semangat, Ali Udin, Abah

Fahri, Upay, Neng Diah, Aceng Fikri, Novi Boto,

Piping, Cipa, Yanto, Widy, Nidaul, Firdaul, Ochin, Bibi,

Ahriani, Saadah, Lusi, Sopet Oppa, Irpan Ndut, saran

dan masukan kepada penulis. Terimaksih untuk

kebersamaannya selama ini dalam menggapai impian

sebagai penyuluh professional. Apa yang terjadi selama

perkuliahan akan selalu menjadi pengalaman yang tak

akan pernah terlupakan.

10. Untuk semua pihak yang telah membantu dalam

penelitian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan datu

Page 10: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

vi

per satu tanpa mengurangi rasa hormat, penulis ucapkan

terimakasih.

Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa memberikan

kemudahan, kelancaran dan kesuksesan kepada semua pihak yang

telah memberikan segala bantuan dan dukungannya kepada

penulis.

Akhir kata, penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari

sempurna, namun harapan penulis semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi yang membaca pada umumnya, dan bagi

segenap keluarga besar jurusan Bimbingan dan Penyuluhan

Islam.

Wassalamu’alakum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 28 Juni 2019

Istihanah Jamil Ali

Page 11: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

vii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................... iLEMBAR PENGESAHAN ..................................................... iiLEMBAR PERNYATAAN ...................................................... iiiABSTRAK ................................................................................. ivKATA PENGANTAR .............................................................. vDAFTAR ISI.............................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN................................................... 1A. Latar Belakang .................................................. 1B. Batasan Masalah................................................ 14C. Rumusan Masalah ............................................. 14D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................... 15

1. Tujuan ........................................................ 152. Manfaat ...................................................... 15

E. Tinjauan Kajian Terdahulu ............................... 16F. Metodologi Penelitian ....................................... 23

1. Subjek Penelitian ....................................... 232. Objek Penelitian......................................... 26

G. Sistematika Penulisan ....................................... 31

BAB II KAJIAN PUSTAKA .............................................. 33A. Landasan Teori.................................................. 33

1. Pengertian Gender...................................... 332. Masalah yang kerap kali terjadi

dilatarbelakangi isu Gender ....................... 403. Gender dalam Agama Islam...................... 454. Gender dalam dan kehidupan

masyarakat Indonesia................................. 485. Gender dalam Pelayanan Kesehatan .......... 49

B. Gangguan Mental .............................................. 501. Pengertian Gangguan Mental..................... 50

Page 12: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

viii

2. Aspek dan Simtom Gangguan Mental ....... 523. Pelayanan Terhadap Pasien Gengguan

Mental ........................................................ 55C. Implementasi & Pelayanan Ramah Gender ...... 55

1. Implementasi.............................................. 552. Pelayanan Ramah Gender .......................... 56

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN... 58A. Sejarah............................................................... 58B. Visi Misi............................................................ 59C. Motto................................................................. 60D. Tujuan ............................................................... 60E. Kerjasama Rujukan ........................................... 60F. Pelayanan .......................................................... 61G. Jadwal Dokter.................................................... 66

BAB IV DATA TEMUAN PENELITIAN.......................... 67A. Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Pelayanan

Berbasis Islami .................................................. 67B. Pelayanan Ramah Gender ................................. 681. Peraturan ........................................................... 682. Pasien berhak untuk memilih tindakan ............. 723. Fasilitas ............................................................. 72

BAB V PEMBAHASAN ..................................................... 74A. Asumsi Peneliti ................................................. 75B. Pembahasan....................................................... 75

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............ 87A. Simpulan ........................................................... 87B. Implikasi............................................................ 88C. Saran ................................................................. 89

DAFTAR PUSTAKA ................................................................ 90LAMPIRAN...............................................................................

Page 13: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

1

Bab I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

“Kemanusiaan yang adil dan beradab” merupakan bunyi

dari bulir pancasila sila ke-2. Pengakuan terhadap manusia

sesuai dengan harkat dan martabat, manusia sebagai makhluk

Tuhan, serta manusia sebagai makhluk sosial. Kemanusiaan

yang adil dan beradab merupakan kesadaran sikap dan

perbuatan manusia yang didasarkan kepada potensi akal budi

dan hati nurani manusia dalam hubungan dengan norma-

norma dan kesusilaan umum.1 Namun pada kenyataan prilaku

adil dan beradab masih kurang terwujud sebagaimana

kehendak luhur pancasila sebagai nilai pemersatu rakyat

Indonesia.

Kemanusiaan yang adil dan beradab masih belum

menyeluruh dan menjadi budaya serta pandangan hidup

masyarakat Indonesia. Salah satu problema yang menyangkut

dengan masalah pengaplikasian sila kemanusiaan yang adil

dan beradab tersebut adalah masalah gender, khususnya

keadilan dan kesetaraan gender serta prilaku ramah gender.

Kebijakan pengarustamaan gender atau Gender

Mainstreaming telah lama digaungkan dalam beragam lini

1 Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-2014,

Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, (Jakarta: Sekretariat MPR

RI,2012), h.51.

Page 14: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

2

masyarakat Indonesia, seperti pendidikan, pembangunan dan

pemberdayaan sosial. Andil pemerintah maupun lembaga

swadaya masyarakat terhadap pengarustamaan gender pun

sudah bukan hal yang asing dan baru seperti dalam lingkup

pemerintahan ada Permendagri No 15. Tahun 2008 tentang

Pengarustamaan Gender. Permendagri tersebut berupa

kebijakan yang meliputi undang-undang, implementasi taraf

institusi dan lembaga, serta pengawalan terhadap

berlangsungnya pengarustamaan gender, namun demikian, hal

tersebut kiranya belum cukup untuk mewujudkan keadilan

dan kesetaraan gender dan prilaku ramah gender di

Indonesia.2

Berikut beberapa kasus yang berkaitan dengan keadilan

dan kesetaraan gender di Indonesia: Kasus kekerasan berbasis

gender pada buruh perempuan, kasus kekerasan ini muncul

dengan beberapa bentuk, seperti kekerasan fisik dan

pelecehan seksual. Hal ini terungkap setelah diperoleh hasil

dari survey yang dilakukan di 25 perusahaan industri oleh

Federasi Buruh Lintas Pabrik (FBLP). Berdasarkan informasi

yang didapat dari industry tempat dilaksanakannya survei,

setidaknya ada 25 kasus pelecehan terhadap buruh perempuan

dilingkungan pabrik industry sejak tahun 2012. Beberapa hal

yang sangat disayangkan antara lain adalah minimnya

2 Ida Rosyidah, Hermawati, Relasi Gender dalam Agama-Agama,(Jakarta:

UIN Jakarta Press,2013),h.2.

Page 15: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

3

pengetahuan buruh terhadap bentuk pelecehan yang terjadi,

terutama jika sudah menyangkut subordinasi.

"Kalangan buruh tidak mengerti itu adalah

pelecehan, kadang juga karena ketakutan. seperti tidak

dapat menolak ajakan kencan dari atasan mereka

Padahal PKB atau Konfederasi Persatuan Buruh

Indonesia sudah beri dukungan agar upaya isu

perempuan ini sama pentingnya ketika kita perjuangkan

upah buruh, union busting dan lainnya,"

Ucap salah satu perwakilan buruh saat acara peluncuran

Sekolah Buruh Perempuan di Aula Balai Dinas

Ketenagakerjaan Jakarta Utara, Jalan Plumpang Semper,

Koja, Jakarta Utara, Sabtu (17/12/2016).3

Tidak hanya terjadi di lingkungan pabrik, kriminalisasi

perempuan pun juga terjadi di lingkungan tinggi sekelas

parlemen negara. Kriminalisasi tersebut berupa stereotip

terhadap kemampuan perempuan dalam bekerja di ranah

publik kemudian digadang-gadang menjadi salah satu

penyebab rendahnya keterwakilan perempuan di parlemen.

Setidaknya keterwakilan perempuan harus menempati 30%

dari total keseluruhan, namun hingga saat ini angka tersebut

masih sulit dipenuhi.4 Faktanya, Indonesia telah meratifikasi

3 Jabbar Ramdhani- Detik News, terbit Minggu 18 Desember 03:33 WIB

2016 https://news.detik.com/berita/d-3374132/cerita-buruh-perempuan-yang-

alami-diskriminasi-gender-di-lingkungan-kerja. Diakses pada tanggal 10

November 2017. 4

Muhammad Yamin, terbit Selasa 23 Februari 2016

www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/579/keterwakilan-politik-

perempuan-di-parlemen. Diakses pada 5 Januari 2019.

Page 16: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

4

CEDAW dan secara internasional sudah mengakui adanya

hak-hak perempuan yang harus dilindungi. Namun dalam

pelaksanaannya sering kali tidak sesuai dengan peraturan

yang ada.

Perempuan masih mengalami diskriminasi di beberapa

bidang, bentuknya pun bermacam-macam. Ada tindak

kekerasan, stigma sosial, domestikasi, dan peminggiran atau

marginalisasi. Hal ini disampaikan oleh Estu Fanani, seorang

peneliti dari CEDAW (The Convention on the Elimination of

all Forms of Discrimination Against Women) dalam diskusi

bertajuk "Politik, Keragaman dan Keadilan Gender di

Indonesia" di kantor Lembaga Bantuan Hukum (LBH)

Jakarta, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (21/8/2016).5

Berdasarkan contoh kasus diatas jelas dapat

disimpulkan bahwa pemaknaan dan penerapan terhadap

keadilan dan kesetaraan gender masih belum dapat dikatakan

berjalan dengan baik. Keadilan dan kesetaraan gender adalah

kondisi dimana tidak ada pihak yang dirugikan, terpinggirkan

dan terhalang haknya dalam ranah sosial lantaran perbedaan

jenis kelamin. Perbedaan perlakuan disebabkan perbedaan

jenis kelamin terjadi karena adanya aturan, tradisi serta

hubungan sosial timbal balik yang menentukan batas antara

5 Kristian Erdianto- Kompas.com, terbit 21 Agustus 2016, 16:19 WIB

http://nasional.kompas.com/read/2016/08/21/16192911/perempuan.indonesia.

masih.dalam.belenggu.diskriminasi Diakses pada 5 Januari 2019.

Page 17: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

5

feminitas dan maskulinitas.6

Hal tersebut mengakibatkan

adanya pembagian kekuasaan antara perempuan dan laki laki

kemudian berimbas dalam kehidupan sosial.7

Guna menyokong terwujudnya keadilan dan kesetaraan

gender dibutuhkan hal lain selain kebijakan yang dilindungi

oleh undang-undang yaitu penerapan konsep ramah gender.

Penerapan konsep ramah gender kiranya dapat mereduksi

dilemma kabut yang menyelubungi kasus isu gender di

Indonesia. Sebagaimana yang dipaparkan diatas, penerapan

konsep gender masih belum menyeluruh sementara konsep

keilmuan bahkan kebijakannya sudah dibahas sejak dua

dekade lalu. Konsen terhadap konsep gender tidak hanya

digiatkan oleh lembaga swasta non pemerintahan (Non

Goverment Organization) namun juga negeri bahkan

pemerintahan. Hal ini dibuktikan dengan adanya bentuk

perhatian pemerintah terhadap perempuan dan anak dalam

beberapa peraturan, seperti undang-undang Pemerintah No.

25 Tahun 2000 tentang program pembangunan nasional

(Propenas) tahun 2004 pada Bab VII (Pembangunan Sosial

dan Budaya) bagian C (Program pembangunan tentang

Kedudukan dan Peran Perempuan), Keppres No. 163 Tahun

2000 tentang pengkordinasian dan penggerakan upaya-upaya

6 Dr. Umi Sumbullah, M.Ag., dkk, Spektrum Gender. (Malang: UIN

Malang Press, 2008). h,9 7 Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pengantar Kajian

Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

2003),h. vii

Page 18: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

6

pembangunan di bidang pemberdayaan perempuan serta

kesejahteraan dan perlindungan anak, juga Inpress No.9

Tahun 2000 tentang pengarustamaan gender dalam

pembangunan nasional.8

Bahkan upaya pensejahteraan tanpa memandang

perbedaan jenis kelamin telah lama digaungkan pemerintah

RI pada tingkat internasional (1950-2001) pemerintah RI

telah meratifikasi berbagai komitmen antara lain: Konvensi

ILO Nomor 100 Tahun 1950 dengan UU No.80 Tahun 1957

tentang pengupahan yang sama bagi laki-laki dan perempuan

dalam pekerjaan yang sama nilainya.9Komitmen Pemerintah

Indonesia untuk mewujudkan Kesetaraan dan Keadilan Jender

(KKJ) dilandaskan pada UUD 1945 pasal 27 yang

menyatakan bahwa “Segala warga negara bersamaan

kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan wajib

menjunjung hukum dan pemerintahan itu tanpa terkecuali”.

Tidak hanya berbagai ratifikasi di atas.10

Pendekatan juga

telah dilakukan antara lain adalah; Gender and Development

(GAD) yaitu pendekatan pembangunan yang

mengintegrasikan aspirasi, kepentingan, dan peranan

perempuan dan laki-laki dalam pembangunan, serta Women in

Development (WID) yaitu pembangunan yang

8 Zaitunah Subhan, Peningkatan Kesetaraan & Keadilan Jender dalam

Membangun Good Governance. (Jakarta : El-Kahfi, 2003) h.2 9 Ibid., Zaitunah Subhan, h.3

10 Ibid., Zaitunah Subhan, h.3

Page 19: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

7

mengintegrasikan kebijakan dan strategi pembangunan

diberbagai bidang dan sektor.

Penyadaran bahwa gender bukan hanya berisikan

pembelaan hak kaum perempuan. Kesetaraan gender adalah

hal yang diperjuangkan untuk laki-laki maupun perempuan.

Bahkan dalam agama pun masalah gender telah jelas

termaktub, misalnya agama Islam. Adanya larangan berlaku

diskriminatif dikarenakan perbedaan jenis kelamin jelas

tertulis dalan Al-Qur‟an Surah At-Taubah

71. Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,

sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi

sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan)

yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan

shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan

Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah;

Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Qur‟an surah At-Taubah menjelaskan bahwa setiap

orang bisa menjadi „Awliya (penolong) baik itu mukmin laki-

laki maupun perempuan. Semua mempunyai hak yang sama

dalam mengaktualisasikan diri tidak terbatas oleh perbedaan

jenis kelamin. Maka sudah sewajarnya lingkungan (baik

Page 20: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

8

lingkungan keluarga inti maupun lingkungan dengan cakupan

yang lebih luas) dapat mendukung proses pengaktualisasian

diri tersebut agar seseorang dapat menjalankan hidup dan

kehidupannya dengan baik dan sesuai dengan apa yang

diharapkan. Dukungan dari berbagai pihak diharapkan dapat

memperkuat konsep diri, dukungan yang baik akan

memperkuat konsep diri yang baik begitupula sebaliknya.11

Maka sesuai dengan apa yang tertera di atas, tentang

laki-laki dan perempuan tidak seharusnya mendapat perlakuan

yang berbeda di ranah sosial dan terhalang hak-haknya

lantaran perbedaan jenis kelamin. Penulis mengkhususkan

gender dalam penelitian dengan definisikan sebagai

pembedaan peran fungsi dan tanggung jawab antara

perempuan dan laki-laki yang dihasilkan dari konstruksi sosial

budaya dan dapat berubah sesuai dengan pertmbuhan dan

perkembangan zaman.12

Gender berbeda dengan seks, Ida

Rosyida dalam Relasi Gender dalam Agama – Agama

mengutip Helen Tierney dalam bukunya berjudul Women’s

Studies Encylopedia menerangkan bahwa gender adalah

konsep kultural yang membuat pembedaan antara laki-laki dan

perempuan dalam hal peran, prilaku, mentalitas, dan

karakteristik emosional yang berkembang di masyarakat.13

11

Dede Rahamat Hidayat, Pengantar Psikologi Untuk Tenaga Kesehatan

Ilmu Prilaku Manusia, (CV TransMedia, Jkarta; 2013) h. 38 12

Dra. Hj. Mufidah Ch. M.Ag, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan

Gender. Cet ke-1 (Malang: UIN Malang Press, 2008). h,3. 13

Ida Rosyida & Hermawati , Relasi Gender dalam Agama-agama, Cet

ke-1 (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press) h. 13.

Page 21: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

9

Berikut merupakan tabel yang memperlihatkan

penggolongan kategori seks sebagai anugrah kodrati /given

dan gender sebagai bagian dari konstruk sosial.14

Tabel 1 :

Identifi

kasi

Pria Wanita Sifat Kategori

Ciri

Biologis

Penis,

Jakun,

Sperma.

Vagina,

Payudara (ASI),

Ovum, Rahim,

Haid, Hamil,

Melahirkan,

Menyusui.

Tetap, Tidak dapat

dipertukarkan,

Kodrati, Pemberian

Tuhan

Jenis

Kelamin/

Seks

Sifat/

Karakter

Rasional,

kuat,

cerdas,

Berani,

superior,

maskulin

Emosional,

lemah, bodoh,

penakut,

inferior,

feminine

Ditentukan oleh

masyarakat.

Disosialisasikan.

Dimiliki oleh pria

maupun wanita.

Dapat berubah

sesuai kebutuhan

Gender

Konsep pentingnya gender dan kesetaraan gender

bahkan dalam aplikasinya di kehidupan umat Islam, yaitu: 15

Salah satu misi Nabi Muhammah SAW sebagai

pembawa Islam adalah mengangkat harkat dan martabat

14

Dra. Hj. Mufidah Ch. M.Ag, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan

Gender. Cet ke-1 (Malang : UIN Malang Press, 2008). h,4. 15

Ibid.,h.19

Page 22: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

10

perempuan (keadaan perempuan sebelum diutusnya Nabi

Muhammad amat tertindas), karena ajaran yang

dibawanya memuat misi pembebasan dari penindasan.

Perempuan merupakan bagian dari kelompok tertindas,

termarjinalkan dan tidak mendapatkan hak-haknya

dalam kehidupan. Semenjak menjadi bayi, perempuan

dalam tradisi masyarakat arab jahiliyah sudah terancam

hak hidupnya. Perempuan dianggap sebagai makhluk

yang tidak produktif, membebani bangsa, dan sumber

fitnah, oleh kerena itu jumlah perempuan tidak perlu

banyak. Tradisi membunuh bayi perempuan menjadi

cara trend yang paling mudah untuk mengendalikan

populasinya dan menghindari rasa malu.

Maka jelas secara epistimologis, proses pembentukan

kesetaraan gender yang dilakukan oleh Rasulullah tidak hanya

pada wilayah domestik, tetapi hamper menyentuh seluruh

aspek kehidupan masyarakat. Baik peran manusia sebagai

makhluk sosial, maupun sebagai hamba Allah16

Namun

demikian masyarakat Indonesia khususnya termasuk sebagai

masyarakat yang “Slow Respond” terhadap isu-isu yang

beririsan dengan masalah gender. Hingga isu terkuak dan

netizen mulai menaruh perhatian dan berkoar. Maka perlu

dilakukan penyadaran secara massiv terhadap isu ini, tidak

hanya dalam isu pendidikan namun juga dalam cakupan ranah

yang lebih luas. Beberapa masalah yang beririsan dengan

pengarustamaan gender seperti; Gender dalam pembangunan

16

Dra. Hj. Mufidah Ch. M.Ag, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan

Gender. Cet ke-1 (Malang : UIN Malang Press, 2008). h,19.

Page 23: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

11

good governance, penyusunan anggaran ramah gender, kultur

akademik berspektif gender17

.

Sementara gangguan mental yang dimaksud dalam

penelitian ini adalah orang yang memiliki gangguan kesehatan

mental dan gangguan kejiwaan baik yang dibawa sejak lahir

maupun yang timbul dalam masa tumbuh kembangnya.

Gangguan tersebut dapat mempengaruhi beberapa aspek yaitu

perasaan, pikiran, kelakuan, dan kesehatan tubuh.18

Untuk

mengetahui seseorang sehat mental atau terganggu mentalnya

memang tidaklah mudah karena sulit untuk diukur, diperiksa

atau dilihat dengan alat-alat seperti halnya mengetahui

kesehatan badan. Alat yang dijadikan bahan penyelidikan

untuk mengetahui tanda-tanda dari kesehatan mental adalah

tindakan, tingkah laku atau perasaan seseorang. Orang

diketahui terganggu mentalnya bila terjadi kegoncangan

emosi, kelainan tingkah laku atau tindakannya. 19

Gangguan emosional/mental juga meliputi

ketidakpuasan dengan karakteristik, kemampuan, dan prestasi

diri; hubungan yang tidak efektif atau tidak memuaskan; tidak

puas hidup didunia atau koping yang tidak efektif terhadap

17

Tim Penulis PSW, Membangun Kultur Akademik Berperspektif

Gender. (Jakarta: PSW UIN, 2005). h, 9. 18

Dr. Zakiah Daradjat , Islam dan Kesehatan Mental, cet ke- 8 (Jakarta:

Toko Gunung Agung, 1996). h,9. 19

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko Gunung

Agung, 2001), h. 9

Page 24: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

12

peristiwa kehidupan dan tidak terjadi pertumbuhan personal.20

Gangguan mental ini juga kerap disebut dengan psikosis dan

psikosis ini biasanya diklasifikasikan menjadi dua kelompok

utama yaitu psikosis organik dan psikosis fungsional. Psikosis

fungsional ialah gangguan mental yang berat dan sangat

melibatkan seluruh kepribadian tanpa ada kerusakan jaringan

saraf. Kategori psikosis fungsional terbagi lagi menjadi tiga

kelompok yaitu, cacat mental, gangguan bipolar, dan

gangguan-gangguan psikotik lain. Konsep gangguan mental

ini merupakan suatu gangguan mental yang berat dengan ciri-

ciri khasnya adalah tingkah laku aneh (bizar), pikiran-pikiran

aneh, dan halusinasi-halusinasi pendengaran dan penglihatan

(yakni “mendengar suara-suara atau melihat hal-hal yang tidak

ada”).21

Sementara faktor yang menyebabkan gangguan

mental ialah faktor individual meliputi struktur biologis,

ansietas, kekhawatiran dan ketakutan, ketidakharmonisan

dalam hidup dan kehilangan arti hidup. Hal lain yang juga

menyebabkan gangguan jiwa ialah faktor interpersonal seperti

komunikasi yang tidak efektif dan lingkungan yang kurang

sehat.22

20

Sheila L. Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Jakarta:

Keperawatan: 2008), h. 4. 21

Yustinus Semiun, OFM, Kesehatan Mental 3 (Yogyakarta: Kanisius,

2006), h. 20. 22

Sheila L. Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa Jiwa (Jakarta:

Keperawatan: 2008), h. 4.

Page 25: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

13

Menilik penerapan kesetaraan dan keadilan gender,

khususnya konsep pelayanan ramah gender, peneliti merasa

penting untuk mengulas dan menelaah lebih lanjut tentang

penerapan serta lingkungan kerja yang bersifat pelayanan

dalam mengupayakan penerapan konsep ramah gender sebagai

bagian dari langkah pengarustamaan gender di Indonesia.

Secara khusus di lembaga pelayanan masyarakat berbasis

pelayanan kesehatan pada penyandang gangguan mental.

Sinergi antar kebijakan pemerintah berupa Permendagri No.15

tahun 2008, konsep, perspektif gender, kesadaran gender yang

baik, serta penerapan yang berkesinambungan akan

menciptakan implementasi yang mendalam, kemudian dari

implementasi akan terlihat implikasi terhadap pasien

penyandang gangguan mental . Bagaimana bentuk penerapan

konsep ramah gender yang telah lama digaungkan oleh

pemerintah, apakah konsep dan ketetepan yang telah lama

disusun juga diaplikasikan dalam bidang pelayanan kesehatan

mental, khususnya para penyandang gangguan mental.

Bagaimana bentuk perlakuan dan pelayanan orang sehat

kepada para penyandang gangguan mental dan adakah

penerapan tersebut mengasilkan dampak bagi para pasien

penyandang gangguan mental. Peneliti pun melakukan

penelitian dengan judul penelitian sebagai Implementasi

Konsep Pelayanan Ramah Gender Pada Pasien dengan

Gangguan Mental di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender,

Jakarta Timur.

Page 26: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

14

B. Batasan Masalah

Perlu dilakukan pembatasan terhadap masalah agar

fokus pembahasan lebih konperhensif dan mendetail, sebab

itu peneliti membatasi masalah dengan:

Konsep pelayanan ramah gender, merupakan jenis

pelayanan yang tidak mendiskriminasi seseorang berdasarkan

dengan jenis kelaminnya. Pelayanan ramah gender juga

mengoptimalisasikan pelayanan berdasarkan kebutuhan

individu sebagai makhluk sosial dan makhluk hidup yang

unik serta memiliki kebutuhan yang berbeda. Fokus penlitian

diarahkan pada bagaimana segenap instrumen tenaga

kesehatan yang terdiri dari kepala instansi selaku pemegang

kebijakan dokter dan staff memberikan pelayanan yang ramah

gender kepada pasien dengan gangguan mental.

Masalah dibatasi pada objek penelitian yaitu pelayanan

ramah gender dari pemberi pelayanan kepada pasien dengan

gangguan jiwa ringan. Pasien dengan gangguan jiwa ringan

yang dimaksud adalah pasien yang masih dapat diajak

berkominikasi, tidak dalam kategori tindakan khusus atau

isolasi.

C. Rumusan Masalah

Bagaimana bentuk pelayanan ramah gender yang

diterapkan oleh Rumah Sakit Jiwa Islam Klender?

Page 27: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

15

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan

Melihat penerapan pelayanan ramah gender di Rumah

Sakit Jiwa Islam Klender, Jakarta Timur.

Manfaat

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan

pengembangan kurikulum Jurusan Bimbingan dan

Penyuluhan Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan

Komunikasi UIN Sayrif Hidayatullah Jakarta terutama

keilmuan yang beririsan dengan masalah Gender dan

Kesehatan Mental.

2. Sebagai kontribusi untuk jurusan yang dapat dijadikan

bahan rujukan dalam membuat program praktikum.

3. Hasil penelitian dapat memberikan masukan atau referensi

tambahan bagi panti tempat diadakannya penelitian dalam

penyusunan program kerja dalamupaya pelayanan ramah

gender bagi pasien dengan gangguan mental.

4. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber

referensi bagi peneliti lainnya yang hendak melakukan

penelitian dibidang yang sama ataupun penelitian

lanjutan.

5. Menjadi bahan informasi dan evaluasi bagi pihak lembaga

penelitian, Rumah Sakit Jiwa Islam Klender, Jakarta

Timur.

Page 28: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

16

E. Tinjauan Kajian Terdahulu

Dalam melakukan penyususnan Skripsi ini, peneliti

melakukan beberapa tijauan pustaka guna memperkaya

referensi dan memastikan tidak adanya kesamaan

pembahasan. Tinjauan Pustaka peneliti lakukan di beberapa

tempat meliputi:

1. Tahun 2008, Thesis karya Linda Dwi Novial Fitri,

Mahasiswa fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia berjudul Hubungan Pelayanan Mental

Community Mental Health Nursing (CMHN) Dengan

Tingkat Kemandirian Pasien Gangguan Jiwa Di

Kabupaten Bireun Aceh Thesis membahas tentang

pelayanan pada pasien gangguan jiwa dengan

menspesifikasikan bentu pelayanan pada metode

pelayanan berbasis komunitas kemudian mentelaah hasil

pelayanan komunitas yang diberikan terhadap tingkat

kemandirian pasien gangguan jiwa. Data diperoleh

dengan metode gabungan yaitu pendekatan kuantitafif dan

kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk

pengambilan data awal, dan pendekatan kualitatif

fenomenologi digunakan untuk pengkajian mendalam

terhadap data yang ditemukan.

Kelebihan thesis ini adalah dengan menggunakan dua

metode pendekatan kuantitatif dan kualitatif hasil

penelitian terjabarkan dengan jelas dan mendalam.

Page 29: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

17

Perbedaan dengan penelitian penulis adalah model

pelayanan, penulis berfokus pada pelayanan yang

dilakukan dalam lingkup rumah sakit selaku instansi

penyedia pelayanan, sedangkan penelitian diatas berfokus

pada pelayanan berbasis komunitas.

2. Tahun 2011, Skripsi Karya Dwi Asriani Nugraha Jurusan

Komunikasi Penyuaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan

Komunikasi NIM: 1111051000088 dengan judul

Komunikasi Antar Pribadi Perawat Terhadap Pasien

Cacat mental Dalam Proses Peningkatan Kesadaran di

Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

Membahas tentang bagaimana pola komunikasi antar

pribadi yang diterapkan oleh para perawat terhadap pasien

yang mengidap penyakit cacat mental. Skripsi ini

menggunakan pendekatan penelitian kualitatif serta

metode field research (studi lapangan) dan descriptive

qualitative case study methode. Bagaimana pola

komunikasi efektif yang diterapkan agar rasa percaya diri

pasien semakin meningkat sehingga pasien tersebut

termotivasi untuk sembuh dan hidup normal seperti

sediakala.

Kelebihan Skripsi di atas adalah, pemaparan yang

baik dan mendalam tentang penyandang cacat mental,

serta pelayanan dengan komunikasi efektif untuk

menunjang kesembuhan pasien cacat mental.

Page 30: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

18

Perbedaan terletak pada objek yang dijadikan tempat

penelitian. Kendati sama-sama membahas para

penyandang cacat mental, skripsi yang penulis ajukan

imbang melibatkan pemberi pelayanan dan penerima

pelayanan berbasis ramah gender.

Perbedaan skripsi tersebut dengan penelitian yang

diajukan penulis adalah fokus masalah dan objek

pembahasan yang berbeda. Pada Skripsi diatas, berfokus

pada keterlibatan dan partisipasi perempuan serta objek

lainnya adalah program yang berkaitan dengan

peningkatan peran perempuan. Sementara skripsi yang

diajukan penulis tidak hanya berfokus pada perempuan

namun juga laki-laki, dimana perempuan dan laki-laki

merupakan objek yang berperan sama dalam penelitian.

3. Tahun 2011, Skripsi yang disusun oleh Endang Tri Santi,

Mahasiswi Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta berjudul “Implementasi Kebijakan

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak Republik Indonesia (Studi

Terhadap Tap Menag KPP&PA No 08/2010

Tentang Pedoman Perencanaan dan Penganggaran

Responsif Gender Bidang Ketenaga Kerjaan dan

Ketransmigrasian)”. Skripsi tersebut membahas tentang

kebijakan dan implementasi Kementrian Pemberdayaan

Page 31: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

19

Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP & PA) dalam

Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender

Bidang Ketenaga Kerjaan dan Ketransmigrasian.

Kelebihan dari Skripsi ini adalah pemaparan yang

baik mengenai teori dan konsep Gender dalam

mewujudkan kesetaraan gender. Menariknya skripsi ini

adalah pemaparan tentang implementasi yang diuraikan

dan dapat dipahami dengan sederhana bahkan bagi orang

yang belum mendapat pengetahuan tentang gender.

Kurangnya skripsi ini, menurut penulis adalah

konsep yang diangkat terlalu umum untuk implementasi

sebuah kebijakan, sehingga cakupannya terlalu luas.

Berbeda dengan penelitian yang penulis usung,

Skripsi di atas hanya berkutat pada kesetaraan gender di

ranah ketenagakerjaan saja.

4. Skripsi Karya David Ilham Yusuf NIM: 03220070

Fakultas Dakwah Universitas Islam Negri Yogyakarta

dengan judul Metode Pengasuhan Emosi Pada Anak

Cacat Mental. Dengan pembahasan meliputi

pengasuhan, pengajaran dan penanganan khusus bagi anak

cacat mental, bagaimana meredam emosi atau bahkan

membantu agar emosi penyandang cacat mental

tersalurkan dengan baik.

Kelebihan skripsi ini adalah membahas dengan baik jenis

emosi dan perlakuan terhadap penyandang cacat mental.

Page 32: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

20

Perbedaan skripsi diatas dengan skripsi yang penulis

ajukan adalah, skripsi diatas tidak mensignifikasi

pelayanan terhadap penyandang cacat, sedangkan skripsi

yang penulis ajukan tersignifikasi sebagai pelayanan

ramah gender.

5. Tahun 2011, Skripsi karya Muhammad Ali Nurdin,

mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1112052000017 Program Rahabilitasi Mental Pasien

Gangguan Mental Pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa

Dan Narkoba, Purbalingga, Jawa Tengah. Seperti

halnya penulis, skripsi menggunakan metode penelitian

kualitatif sebagai metode utama dan teknik purposive

sampling dalam memilih subjek penelitian. Menariknya

skripsi ini membahas tipikal pengobatan non-medis seperti

ruqiah dan air karomah yang dianggap mampu membawa

kesembuhan.

Perbedaan skripsi ini dengan penulis adalah objek

penelitian, dimana pasien yang diteliti merupakan pasein

dengan gangguan mental yang disesbabkan oleh efek dari

penggunaan ketergantungan obat-obatan terlarang serta

metode penyembuhan lebih difokuskan pada model

penyembuhan non medis.

6. Tahun 2014, Jurnal Ners Volume 09. No. 2 Oktober 2014,

305-312, berjudul: Sustanability Yang Berhubungan

Page 33: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

21

dengan Implementasi Comunity Mental Health

Nursing (CMHN) Di Jakarta Selatan dan Barat oleh

Neng Esti Winadhiayu, Budi Anna Keliat, dan Ice

wardhani. Departemen Keperawatan Jiwa, Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Indonesia.

Jurnal membahas tentang implementasi CMHN,

penerapan pengobatan alternafif bagi para penderita

gangguan mental dengan konsep komunitas. Komunitas

menjadi pusat semua kegiatan penelitian, mulai dari

prilaku yang diterapkan serta kondisional yang diciptakan

untuk menunjang kesembuhan para penderita gangguan

mental.

7. Tahun 2016, Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 05, No 01

November 2016, ISSN 2303-1433, berjudul Analisa

Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Jiwa

Menggunakan Pendekatan Model Adaptasi Stress oleh

Fajar Rinawati, Moh Alimansur. Dosen Akademi

Keperawatan Dharma Husada Kediri.

Jurnal membahas tentang segala bentuk gangguan jiwa

secara mudah dimengerti dan sederhana dengan

menggunakan pendekatan model adaptasi Stress yang

dipopulerkan oleh Stuart.

8. Jurnal HumanityUniversitas Muhammadiya Malang ISSN

0216-8995 berjudul Konsep Dasar Implementasi

Page 34: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

22

Pengarustamaan Gender Pada Pendidikan

Keaksaraan Fungsional Di Provinsi Jawa Timur oleh

Trisakti Handayani dan Wahyu Widodo, Jurusan Civic

Hukum, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan

Jurusan Peternakan, Fakultas Peternakan Universitas

Muhammadiyah Malang. Jurnal membahas tentang gender

mainstreaming, atau pengarustamaan gender pada ranah

pendidikan fungsional, mentelaah tentang adakah akses

pendidikan fungsional didapat dengan sama tanpa

adapembedaan berdasarkan jenis kelamin di daerah tempat

penelitian tersebut dilakukan.

Adapun perbedaan jurnal ini dengan penelitian pada

skripsi ini adalah pada objek penelitian, dimana objek

penelitian jurnal diatas adalah ranah pendidikan

9. Tahun 2016, Jurnal Pendidikan Sosiologi UNY 2016

berjudul Implementasi Kesetaraan Gender Dalam

Resimen Mahasiswa Pasopati Universitas Negeri

Yogyakarta oleh Yudha Ari Winanda, Prof. Dr. Farida

Hanum, M.Si, dan Puji Lestari M.Hum.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauhmana

implementasi kesetaraan gender terterapkan dalam ranah

Unit Kegiatan Mahasiswa, khususnya Resimen

Mahasiswa.

Page 35: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

23

F. Metodologi Penelitian

Peneliti memilih mengunakan jenis pendekatan kualitatif

dengan dasar bahwa penelitian kualitatif dirasa mampu

menjabarkan dan menguraikan secara mendalam kejadian

yang terjadi di lingkup penelitian. Berdasarkan pengertiannya,

kualitatif menurut Moleong dalam buku Metodologi Penelitian

kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan dan lain sebagainya secara

holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah.23

Penelitian kualitatif

ditujukan untuk memahami fenomena secara utuh dalam

bentuk kata-kata dan bahasa.

Penelitian kualitatif sesuai dengan kebutuhan penulis

dimana penulis ingin melihat penerapan sebuah konsep

terimplementasikan dalam keseharian pelayanan di Rumah

Sakit Jiwa Islam Klender, Jakarta Timur. Penulis ingin melihat

dan mengamati lebih mendalam tentang pelayanan ramah

gender, dimulai dari motivasi pemberi pelayanan, tindakan,

maupun prilaku yang muncul serta suasana yang terbangun.

Penelitian kualitatif ini menggunakan jenis descriptive

qualitatif method. Alasan mengapa peneliti merasa cocok

untuk menggunakan metode studi kasus deskriptif ini karena

23

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet ke-26

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 6.

Page 36: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

24

dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan objek

penelitian berdasarkan fakta yang terjadi dan apa adanya.

Kata deskriptif sendiri berasal dari bahasa Inggris,

descriptive, yang berarti bersifat menggambarkan atau

melukiskan sesuatu hal. Menggambarkan atau melukiskan

dalam hal ini dapat dalam arti sebenarnya (harfiah), yaitu

berupa gambar-gambar atau foto-foto yang didapat dari data

lapangan/ peneliti menjelaskan hasil penelitian dengan

gambar-gambar atau dapat pula berarti menjelaskannya

dengan kata-kata.24

Melalui jenis penelitian deskriptif ini, penulis dapat

menggambarkan/ melukiskan hasil penelitian yang didapatkan

dengan menggunakan kata-kata mengenai implementasi

konsep pelayanan ramah gender di Rumah Sakit Jiwa Islam

Kelnder, Jakarta Timur.

Adapun komponen penelitian ini meliputi:

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dipilih dengan menggunakan

metode purposive sampling, atau ditentukan dengan

sengaja dan petimbangan terlebih dahulu. Teknik purposive

sampling merupakan teknik pengambilan sampel sumber

data yang memudahkan peneliti dalam menggali informasi

24

Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian

Sosial, Edisi ke-2 (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 129.

Page 37: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

25

lebih dalam dikerenakan sampel-sampel dipilih berdasarkan

kualifikasi terhadap objek penelitian.25

Setidaknya ada beberapa prosedur yang harus diikiuti

dalam menentukan sampel sumber data atau subjek

penelitian dalam penelitian kualitatif, umumnya

menampilkan karakteristik sebagai berikut:

a. Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar

melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan

masalah penelitian.

b. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal tetapi dapat

berubah baik dalam hal jumlah maupun karakteristik

sampelnya sesuai dengan pemahaman konseptual yang

berkembang dalam penelitian.

c. Tidak diarahkan pada keterwakilan dalam arti jumlah

atau peristiwa acak melainkan pada kecocokan dan

konteks.26

Berdasarkan prosedur diatas maka subjek penelitian

dalam skripsi tertuju pada praktisi pihak rumah sakit yang

terdiri dari Pemegang kebijakan, Kepala Bangsal, Terapis,

dan Perawat dan pasien dengan gangguan mental di Rumah

Sakit Jiwa Islam Klender, Jakarta Timur.

25

Madhel Wirartha, Metode Penelitian Sosial Ekonomi,( Yogyakarta:

Penerbit Andi,2006),h 154. 26

E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku

Manusia, Cet ke-4 (Depok: LPSP3 UI, 2011), h. 109-110

Page 38: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

26

2. Objek Penelitian

Objek Penelitian adalah Pelayanan yang diberikan

oleh petugas Rumah Sakit Jiwa Islam Klender kepada

pasien.

a. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan

beberapa teknik yaitu:

Studi Kepustakaan/dokumen

Maksud dari studi kepustakaan ini ialah

dengan menggunakan metode kajian literatur seperti

mengkaji beberapa jurnal ataupun buku yang

memiliki tema yang sama dengan objek penelitian

sehingga hasil penelitian tidak hanya dapat

dibuktikan secara praktis saja namun juga dapat

dibuktikan secara akademis.

Wawancara

Menurut Prof. Dr H. M Burham Bungin,

S.Sos.,M.Si. dalam bukunya “Penelitian Kualitatif”

menyebutkan bahwa wawancara secara umum

adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan Tanya jawab sambil bertatap

muka antara pewawancara dan informan atau orang

yang diwawancarai, dengan atau tanpa

menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana

pewawancara dan informan terlibat dalam

Page 39: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

27

kehidupan social yang relative lama. Dengan

demikian, kekhasan wawancaramendalam adalah

keterlibatannya dalam kehidupan informan. 27

Peneliti memilih menggunakan metode

wawancara dalam pengambilan data dan informasi

dengan alasan bahwa metode wawancara adalah

metode yang sesuai dengan permasalahan yang

diangkat dalam skripsi ini, pengambilan informasi

juga dapat dilakukan dengan lebih mendetil.

Sedangkan untuk pemilihan model wawancara,

peneliti memilih model wawancara mendalam

sebagaimana yang telah didefinisikan diatas.

Peneliti akan bertindak langsung sebagai

pemimpin dalam wawaancara dan dengan

kesepakatan kedua belah pihak yaitu peneliti

sebagai pewawancara dan informan yang terdiri dari

narasumber kunci (Pimpinan Instansi), dan

informan (Kepala Bangsal, Perawat dan keluarga

pasien).

Dokumentasi

Teknik ini merupakan teknik dengan

mengambil foto-foto saat wawancara berlangsung

dan juga saat peneliti melakukan observasi sehingga

penelusuran data secara historis dapat dengan jelas

27

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta : Kencana 2011) cet. ke-

5, h.111

Page 40: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

28

dilihat bukti fisiknya, khususnya pada data yang

diambil untuk keperluan penelitian skripsi ini.28

Observasi

Istilah observasi berasal dari bahasa latin yang

berarti melihat dan memerhatikan. Dalam hal

penelitian, observasi didefinisikan sebagai

pengamatan kegiatan (dalam pengambilan data)

menggunakan panca indra sebagai alat bantu utama.

Dengan kata lain observasi adalah metode

pengumpulan data yang digunakan untuk

menghimpun data penelitian melalui pengamatan

dan pengindraan.29

b. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses pencarian dan

pengaturan secara sistematik hasil wawancara, catatan-

catatan, dan bahan-bahan yang dikumpulkan untuk

meningkatkan pemahaman terhadap semua hal yang

dikumpulkan dan memungkinkan meyajikan apa yang

ditemukan. Menurut Bodgan & Biken [1982]30

Analisis

data kualitatif dipaparkan sebagai upaya yang dilakukan

dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan

28

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta : Kencana 2011) cet. ke-

5, h. 124 29

Ibid., Burhan Bungin, h. 118 30

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatatif, ( Bandung, PT

Remaja Rosdakarya ; 2007), h. 248

Page 41: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

29

data, memilih-milahnya menjadi satuan data yang dapat

dikelola, mensitesiskannya, mencari dan menemukan

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang

dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan

kepada orang lain.

Sementara Analisis data kualitatif menurut

Seiddel [1998] dijabarkan dengan proses sebagai

berikut:

Membuat cactatan lapangan, kemudian diberi

kode hal tersebut bertujuan agar sumber data

dapat ditelusuri

Mengumpulkan,memilih-milah,

mengklasifikasikan, mensitesiskan, membuat

ikhtisar, dan membuat indeksnya.

Berfikir, dengan jalan membuat agar kategori

data itu mempunyai makna, mencari dan

menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan

membuat temuan-temuan umum.31

Teknik pengumpulan data agar data yang

diperoleh vaild dalam kasus ini ialah dengan teknik

studi pustaka, wawancara, observasi dan dokumentasi.

Setelah data terkumpul maka data akan diolah dengan

cara direduksi terlebih dahulu data-data yang relevan

agar sinkron dengan tujuan penelitian dan data yang

31

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatatif, ( Bandung, PT

Remaja Rosdakarya ; 2007), h. 248

Page 42: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

30

didapat dilapangan yang masih dikatakan data mentah

diringkas, kemudian disusun secara sistematis lalu

ditonjolkan berdasarkan pokok-pokok yang penting

sehingga data lebih mudah dikendalikan. Setelah data

dirangking maka data dianalisis atau diolah dengan

wujud kata-kata kedalam tulisan yang lebih luas dan

mudah dipahami dan bukan hanya itu data juga diolah

berdasarkan teori-teori gender dan prinsp pelayanan

kepada pasien dengan gangguan mental.

Peneliti memilih teknik analisis data domain,

upaya peneliti dalam memperoleh gambaran data dalam

menjawab fokus penelitian. Upaya tersebut dilakukan

dengan membaca naskah data secara umum dan

menyeluruh, untuk memperoleh domain atau ranah apa

saja yang berada didalam data tersebut. Pemahaman

data secara rinci belum diperlukan pada tahapan ini

karena targetnya adalah untuk memperoleh doamain

atau ranah. Hasil analisis ini masih berupa pengetahuan

tingkat permukaan tentang berbagai ranah konseptual.

Selanjutnya, melalui pembacaan naskah diperoleh hal-

hal penting dari kata, frase, atau bahkan kalimat untuk

dibuat catatan pinggir.32

32

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif : Teori dan Praktik

(Jakarta: Bumi Aksara, 2013),h. 55

Page 43: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

31

c. Tempat dan waktu penelitian

Terkait dengan subjek penelitian diatas maka

dapat disimpulkan bahwa penelitian ini akan

dilaksanakan di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender,

dengan waktu yang belum dapat ditentukan. Alasan

peneliti memilih lokasi tresebut adalah karena Rumah

Sakit Jiwa Islam Klender ini merupakan Rumah sakit

jiwa berbasis pelayanan Islami yang mempunyai tujuan

dasar sebagai: Mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang

setinggi-tingginya bagi semua lapisan masyarakat

melalui pendekatan pemeliharaan kesehatan,

pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan

pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara

menyeluruh sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

G. Sistematika Penulisan

Guna mencapai pembahasan skripsi yang runtut dan

sistematis, penuliasan skripsi ini dibagi kedalam VI BAB

yang terdiri dari beberapa sub-bab sehingga menjadi kesatuan

yang rampung. Adapun penjelasannya sebagai:

BAB I: Isi BAB I merupakan pendahuluan dari

keseluruhan BAB yang ada pada skripsi ini. BAB

I terdiri dari Latar Belakang Masalah, Metode

Penelitian, Pembatasan dan Perumusan Masalah,

Page 44: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

32

Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan

Pustaka dan Sistematika Penulisan.

BAB II: Dalam BAB ini akan dipaparkan mengenai teori-

teori ataupun pembahasan yang berkaitan dengan

program, teori gender, konsep pelayanan ramah

gender, dan gangguan mental.

BAB III: Isi BAB III ini terdiri dari Gambaran umum latar

tempat dilakukannya penelitian, meliputi lokasi

Penelitian, Profil Lembaga, Sejarah Singkat

Lembaga, Visi-Misi Lembaga, Struktur Lembaga

dan Program Lembaga serta Temuan dan Analisa

yang meliputi Deskripsi pasien di Rumah Sait

Jiwa Islam Klender, Jakarta Timur Subyek dan

Obyek Penelitian, Teknik Pengumpulan Data,

Sumber Data

BAB IV: Isi BAB ini terdiri dari Data dan Temuan

Penelitian

BAB V: Pada BAB ini diuraikan pembahasan dan kaitan

antara latar belakang, teori dan rumusan teori

baru dari penelitian.

BAB VI: Pada BAB initerdapat simpulan, implikasi dan

saran

Daftar Pustaka

Lampiran

Page 45: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

33

Page 46: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

33

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Gender

Gender sebenarnya bukan lagi istilah baru di

Indonesia, Istilah gender sebagai sebuah konsep sudah

mulai diperkenalkan sejak awal pemerintahan Orde Baru,

kendati masih banyak masyarakat Indonesia yang belum

memahami istilah tersebut dengan baik.1 Beberapa

kelompok menggunakan penulisan “jender” ketimbang

“gender” yang kesannya lebih kebarat-baratan. Karena hal

tersebut, secara langsung maupun tidak menyebabkan

banyak masyarakat Indonesia kurang peduli terhadap isu

dan wacana gender seperti yang telah disebutkan

sebelumnya “terkesan kebaratan”.

Ada hal yang terlebih dulu harus diluruskan terkait

kata gender seperti penggunaan “gender” dalam beberapa

literatur penulisan. Kerap kali kata “gender” difungsikan

sebagai padanan untuk kata jenis kelamin yang tertera

dalam beberapa formulir. Padanan kata “gender”

seringkali disalah artikan seperti contoh diatas pun

sebenarnya tidak sepenuhnya salah. Kamus Bahasa

Inggris karangan John Echols dan Hassan Shadily juga

memaknai “gender” dengan “jenis kelamin”.2 Hal lain

1 Ida Rosyidah & Hermawati, Relasi Gender dalam Agama-agama. h.11

2 John Echoles & Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta,

Gramedia Pustaka Utama, Cet ke-XXIX 2010). h, 265.

Page 47: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

34

yang perlu diluruskan adalah, pemaknaan “gender” yang

kerap diidentikkan dengan permasalahan wanita,

misalnya seringkali ditemukan pejabat yang

merekomendasikan hanya pegawai perempuan untuk

menghadiri training terkait gender.3

Jenis kelamin atau seks berhubungan dengan

pembedaan manusia secara biologis, laki-laki dan

perempuan.4 Bersifat melekat sejak manusia dilahirkan

dan merupakan anugrah dari Allah SWT. Misalkan

manusia digolongkan kepada laki-laki karena memiliki

testis sedari lahirnya, dan hanya dengan testis tersebut

sperma dapat dihasilkan,begitupula dengan wanita yang

sudah kodratnya memiliki rahim, melahirkan dan

menyusui. Hal tersebut mutlak dan bukan sesuatu yang

dapat dengan mudah diubah seperti peran social yang

dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman, kultur

kebiasaan dan penerimaan masyarakat setempat.

Berikut tabel yang menunjukan perbedaan antara

seks dan gender.5

3 Ida Rosyidah & Hermawati, Relasi Gender dalam Agama-agama. h.12.

4 Nurul Ramadhani Makaro, Gender dalam Bidang Kesehatan,

(Bandung : Alfabeta, 2009). h,14. 5 Ibid., Nurul Ramadhani Makaro.h,15.

Page 48: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

35

Tabel 2:

Seks Gender

Secara biologis, telah

dimiliki sejak lahir, tidak

akan berubah

Hanya perempuan saja

yang bisa menstruasi,

memiliki payudara hamil,

melahirkan dan menyusui.

Hanya laki-laki saja yang

memiliki sperma dan

testis.

Bukan bawaan lahir,

dibangun oleh kultur sosial,

merupakan prilaku yang

diajari dan ditanamkan, bisa

diubah

Perempuan hanya tinggal di

rumah dan mengurus anak,

tetapi laki-laki dapat pula

tinggal di rumah dan

mengurus anak

Salah satu jenis pekerjaan

bagi laki-laki adalah supir

taksi, tetapi perempuan juga

dapat mengemudikan taksi

sebaik laki-laki.

Di dalam Encyclopedia of Feminism dikatakan

untuk seks dan gender disebutkan bahwa6

Gender is a term for the socially

imposed division between the sexes.

Whereas sex refers to the biological,

anatomical, differences between male and

6 Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat

Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003). h, 54.

Page 49: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

36

female. Gender refers to the emotional and

psychological attributes wich a given culture

exspects to coincide with physical maleness or

femaleness.

Gender adalah sebuah istilah yang

menunjukan pembagian peran social anatar

pria dan wanita serta mengacu kepada

pemberian ciri emosional dan psikologis yang

diharapkan oleh budaya tertentu yang

disesuaikan dengan fisik laki-laki dan

perempuan. Adapun istilah seks mengacu

kepada perbedaan secara biologis dan

anatomis antara laki-laki dan perempuan

(Tuttle, 1987).

Dapat ditarik kesimpulan bahwa gender dimaknai

sebagai konstruksi sosial tentang pembedaan sifat,

tanggung jawab sosial, mentalitas,peran/ kontribusi sosial,

nilai , sifat dan prilaku dalam kehidupan sosial. Seperti

konsrtuk sosial tentang laki-laki dengan pemberian sifat

kuat, tidak cengeng dan bertanggung jawab hal tersebut

tentu tidak serta merta menjadi wajib dimiliki bagi semua

laki-laki, karena hal tersebut hanyalah ekspektasi

masyarakat sosial yang kemudian menjadi sebuah

konstruk dalam kehidupan sosial.

Selain pemahaman terhadap konsep gender, perlu

diketahui beberapa istilah yang kerap digunakan dalam

issu gender, seperti Kesetaraan Gender, Keadilan Gender,

Peran Gender, Bias Gender, Streotip Gender, Analisis

Gender, dan Pengarustamaan Gender (Gender

Page 50: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

37

Mainstreaming). Berikut adalah pengertian dari istilah-

istilah tersebut.

Bias Gender, bias gender yaitu suatu keadaan

yang menunjukan adanya keberpihakan kepada jenis

kelamin tertentu. Misalnya produk hukum yang lebih

memihak kepada laki-laki dan cenderung merguikan

perempuan adalah ketika terjadi kasus aborsi ilegal.

Dalam kasus tersebut, cenerung hanya pihak perempuan

yang mengalami hukuman atas tindakan tersebut,

sementara laki-laki yang turut andil dalam insiden

tersebut cenderung bebas dari tuntutan masyarakat dan

produk hukumm itu sendiri.7

Peran Gender, adalah peran ekonomi dan sosial

yan dipandang layak oleh masyarakat untuk diberikan

kepada laki-laki atau perempuan. Laki-laki diberikan

peran prodduksi/pencari nafkah, yang cenderung bersifat

sekuensial, sementara perempuan memmpunyai peran

ganda, yaitu tanggung jawab terhadap pekerjaan rumah

tangga, pencari nafkah tambahan dan kegiatan di

masyarakatyang sering harus dilakukan secara simultan.

Hal yan paling penting adalah peran dan tanggung jawab

gender dapat berbeda pada budaya atau waktu yang

berbeda.8

7 Nurul Ramadhani, Gender Dalam Bidang Kesehatan, (Bandung :

Alfabeta, 2009). h, 37 8Nurul Ramadhani, Gender Dalam Bidang Kesehatan, (Bandung :

Alfabeta, 2009). h, 36

Page 51: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

38

Stereotip Gender, merupakan hal yang dianggap

sesuai dan biasa untuk jenis kelamin tertentu, dipengaruhi

oleh budaya setempat dan dikadikan norma pada

lingkungan budaya tersebut. Namun pada kenyataan

dalam kehidupan nyata dikeseharian, baik laki-laki

maupun perempuan secara inividu tidak selalu sesuai

dengan tereotip tersebut. Misalnya, Perempuan dengan

peran pengurus rumah tangga dengan tugas memasak dan

menjaga anak di rummah, sementara laki-laki yang

bertugas mencari nafkah. 9

Pengarustamaan Gender (Gender

Mainstreaming) didefinisikan oleh UN ECOSOC ( United

Nation Economic and Social Council) pada tahun 1997

ssebagai berikut : Pengarustamaan gender adalah

penerapan kepeulian gender dalam analisis, formulasi,

implementasi dan pemantauan suatu kebijakan dan

program dengan tujuan mencegah terjadinya

ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan.10

Pengarustamaan gender bercirikan sebagai

berikut.11

Bertujuan mencapai kesetaraan gender dan

menghapuskan kesenjangan gender.

9 Ibid., Nurul Ramadhani,). h, 36

10 Ibid., Nurul Ramadhani,. h, 36.

11Nurul Ramadhani, Gender Dalam Bidang Kesehatan, (Bandung :

Alfabeta, 2009), h, 37.

Page 52: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

39

Adanya pertimbangan terhadap peran dan

hubungan gender serta dampaknya terhadap

ketidaksetaraan gender.

Menggunakan strategi dan pendekatan yang

tanggap gender kedalam kebijakan dan proses

perencanaan program pembangunan.

Kesetaraan Gender, merupakan keadaan tanpa

diskriminasi (sebagai akibat dari perbedaan jenis kelamin)

dalam memperoleh kesempatan, pembagian sumber-

sumber dan hasil pembangunan, serta akes terhadap

pelayanan.12

Keadilan Gender, adalah keadilan dalam

distribusi manfaat dan tanggung jawab antara laki-laki dan

perempuan, yang didasari atas pemahaman bahwa laki-

laki dan perempuan mempunyai perbedaan kebutuhan dan

kekuasaan. Perbedaan ini perlu dikenalidan diperhatikan

untuk dipakai dasar atas perbedaan perlakuan yan

diterapkan bagi laki-laki dan perempuan.

Berdasarkan keterangan diatas, maka Ramah

Gender dapat dijabarkan sebagai; Keadaan atau kondisi

yang tidak membedakan laki-laki dan perempuan (sama)

dalam memperoleh kesempatan serta hak sebagai manusia

tanpa dibatasi oleh perbedan jenis kelamin. Kondisi

tersebut diharapkan dapat mendorong laki-laki dan

perempuan agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam

12

Ibid., Nurul Ramadhani,h, 36

Page 53: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

40

kegiatan politik, hukum, ekonomi, sosial budaya,

pendidikan dan pertahanan dan keamanan nasional

(hankamnas) serta kesamaan dalam menikmati hasil

pembangunan. Terwujudnya kesetaraan gender ditandai

dengan tidak adanya diskriminasi antara perempuan dan

laki-laki, dan dengan demikian mereka memiliki akses,

kesempatan berpartisipasi, kontrol atas pembangunan dan

memperoleh manfaat yang setara dan adil dari

pembangunan

2. Masalah yang kerap kali terjadi dilatarbelakangi isu

Gender

Perbedaan jenis kelamin tidaklah menjadi masalah

jika manusia dapat hidup rukun dan dapat mewujudkan

aktualisasi diri serta memperoleh kehidupan yang layak.

Baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak untuk

hidup bahagia tanpa harus terdiskriminasi oleh apapun

termasuk jenis kelamin yang seyogyanya merupakan

anugerah Tuhan yang maha esa.

Undang - undang Republik Indonesia Nomor 7

Tahun 1984 tentang “Pengesahan Konvensi Mengenai

Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap

Wanita ( Convetion the Elimination of all Forms of

Discrimination Againt Women)13

menegaskan bahwa

13

Kelompok Kerja Convetion Watch dan Yayasan Pustaka Obor

Indonesia, Hak Azasi Perempuan Instrumen Hukum untuk Mewujudkan

Keadilan Gender, (Jakarta, Yayasan Pustaka Obor Indonesia : 2012), h. 5-7.

Page 54: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

41

Indonesia telah mengesahkan bahwa segala bentuk

diskriminasi terhadap perempuan adalah dilarang. Bahwa

semua manusia dilahirkan bebas dan sama dalam hak dan

martabat, bahwa tiap orang berhak atas semua kebebasan

yang dimuat didalamnya tanpa perbedaan apapun,

termasuk perbedaan berdasarkan jenis kelamin.

Beberapa masalah yang kerap terjadi

dilatarbelakangi perbedaan jenis kelamin dan termasuk

kedalam permasalahan bias gender adalah :

a. Stereotip

Stereotip adalah pelabelan terhadap

kelompok, suku, bangsa tertentu yang selalu

berkonotasi negatif, sehingga sering merugikan dan

menimbulkan ketidakadilan. Misalnya label

perempuan sebagai ibu rumah tangga

(domestik) dan laki-laki sebagai pencari nafkah

(publik), perempuan lemah, laki-laki kuat dan lain-

lain.14

b. Marjinalisasi

Marjinalisasi seringkali dimaknai peminggiran

bagi salah satu jenis kelamin dalam memperoleh

akases seperti ekonomi dan pendidikan.15

Misalkan

marjinalisasi, atau peminggiran dari segi pendidikan

14

Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi

Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 76 15

Ida Rosyiah & Hermawati, Relasi Gender dalam Agama – agama,

(Jakarta, UIN Jakarta Press). h, 26

Page 55: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

42

yang diterima oleh kebanyak anak laki-laki yang

dilahirkan dari keluarga nelayan. Pendidikan formal

tidak dianggap penting, setiap anak laki-laki

diharuskan ikut serta melaut mencari ikan ketimbang

turut mengecap jenjang pendidikan. Selain

peminggiran terhadap salah satu jenis kelamin, Alison

Scott, seorang ahli sosiologi Inggris melihat berbagai

macam bentuk marginalisasi yakni 1). Proses

pengucilan, 2). Proses pergeseran perempuan ke

pinggiran (margins), 3). Proses feminisasi atau

segregasi, pemusatan perempuan pada jenis

pekerjaan tertentu (feminisasi pekerjaan), atau

pemisahan yang semata- mata dilakukan oleh

perempuan saja atau laki-laki saja, 4). Proses

ketimpangan ekonomi yang mulai meningkat

yang merujuk diantaranya perbedaan upah (Saptari

dan Holzner, 1997)16

c. Beban ganda

Beban ganda atau double burden adalah kondisi

dimana beban pekerjaan yang diterima salah satu jenis

kelamin lebih banyak dibandingkan jenis kelamin

lainnya.17

Misalkan karena dilatar belakangi

anggapan bahwa perempuan memiliki kemapuan

16

Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi

Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 73-74. 17

Ida Rosyiah & Hermawati, Relasi Gender dalam Agama – agama,

(Jakarta, UIN Jakarta Press), h. 27

Page 56: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

43

untuk memelihara, lemah sebagai pemimpin maka

perempuan ditempatkan dalam ranah domestik dengan

beban pekerjaan rumah seperti bersih-bersih,

memasak, dan mencuci menjadi tanggung jawab

perempuan, ditambah dengan pekerjaan mengurus

suami ketika perempuan tersebut sudah menikah, dan

mengurus anak ketika perempuan tersebut sudah

memiliki anak. Seringkali tambahan beban berlaku,

terutama jika keadaan ekonomi dirasa kurang

memuaskan, perempuan dituntut turut bekerja untuk

memenuhi ekonomi keluarga.

d. Subordinasi

Merupakan diskriminasi yang terdapat dalam

kekuasaan dan pengambilan keputusan18

. Salah satu

jenis kelamin mendominasi kekuasaan dan

pengambilan keputusan. Misalkan dalam contoh kasus

rumah tanggga, kerapkali perempuan menjadi sasaran

subordinasi, pelabelan perempuan sebagai makhluk

yang bodoh, lemah dan cengeng menjadi salah satu

faktor perempuan dipandang sebagai the second sex.

e. Kekerasan

18

Ida Rosyiah & Hermawati, Relasi Gender dalam Agama – agama,

(Jakarta, UIN Jakarta Press), h. 25

Page 57: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

44

Kekerasan seringkali dipicu oleh beberapa

faktor sebelumnya, misalnya, dikarenakan adanya

subordinasi dan marjinalisasi terhadap salah satu jenis

kelamin, maka jenis kelamin lainya kan bertingkah

superior dan dominan. Keadaan superior dan dominan

inilah yang mengakibatkan kekerasan. Kekerasan

dapat berupa serangan terhadap fisik ataupun

integritas mental psikologis seseorang terhadap jenis

kelamin tertentu, umumnya memang terjadi pada

perempuan. 19

3. Gender dalam Agama Islam

a. Laki- laki dan perempuan diciptakan sebagai khalifah

di bumi dengan tujuan yang sama yaitu menyembah

Allah. Sebagaimana esensi kehidupan manusia yang

termaktub dalam kitab suci umat islam Al Qur’an

surah Adz Zariyat ayat 56 :

وما خلقت الجن والنس إل ليعبدون

“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia

melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”

Tidak ada pembedaan kewajiban untuk

menyembah dan beribadat lantaran perbedaan jenis

kelamin. baik perempuan maupun laki-laki sama

wajibnya untuk mengabdi dengan beribadah pada

19

Nurul Ramadhani Makaro, Gender dalam Bidang Kesehatan,

(Bandung : Alfabeta, 2009), h.49

Page 58: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

45

Allah SWT. Kewajiban seperti rukun iman, dan rukun

islam tidak berbeda sedikitpun anata laki-laki dan

perempuan.

b. Tidak ada pembedaan derajat antara laki-laki dan

perempuan kecuali ketaqwaan.

Dalam islam siapapun bisa lebih baik, laki-laki

bisa lebih baik dari perempuan begitu pula sebaliknya,

perempuan bisa lebih baik dari laki-laki dan kebaikan

tersebut diukur semata dalam segi ketaqwaan, bukan

hal lain seperti harta, pendidikan, jabatan,

kesempurnaan fisik, dan sebagainya. Sementara

perbedaan jenis kelamin bukanlah suatu penghalang,

melainkan anugrah yang menuntut kita agar saling

mengenal satu dan lainnya bukan justru menjadi

tembok penghalang yang membatasi.

Sebagaimana yang tertera dalam Al Qur’an surah Al

Hujarat, ayat 13 :

Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu

dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan

menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-

suku supaya kamu saling kenal-mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara

Page 59: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

46

kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa

diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha

mengetahui lagi Maha Mengenal.

c. Islam datang membawa kebebasan bagi perempuan.

Sebelum Islam datang ke tanah arab, perempuan

kerap kali menjadi korban tindak diskriminasi.

Stereotip masyarakat arab tentang perempuan yang

lemah dan tidak produktif kerap kali membawa

kemalangan yang sangat buruk bagi para perempuan

kala itu. Bukan saja kebebasan diranah publik seperti

mendapat pendidikan yang setara, masyarakat arab

jahiliyah bahkan membunuh bayi perempuan yang

dilahirkan dikeluarganya lantaran mereka

menganggap keahiran bayi tersebut merupakan suatu

aib yang harus dihilangkan. Rasulullah S.A.W

kemudian diutus Allah untuk mengakhiri tindakan

jahiliyah tersebut.

Sejatinya manusia diciptatan untuk menjadi

khalifah di muka bumi. Khalifah sebagaimana

dimaksud dalam Q.S Al-an’am;165

Dan Dialah yang menjadikan kamu

penguasa-penguasa di Bumi, dan dia meninggikan

Page 60: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

47

sebahagian kamu, diatas sebahagian (yang lain)

beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa

yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya

Tuhanmu amat cepat siksaanNya dan

sesungguhnya Dia maha pengampun lagi maha

penyayang

Khalifah tidaklah menunjuk pada salah satu

jenis kelamin atau etnis tertentu. Sebagai khalifah di

muka bumi, laki-laki dan perempuan mempunyai

fungsi dan tugas yang sama. Laki-laki dan perempuan

akan mempertanggungjawabkan tugas-tugas

kekhalifahannya kelak kepada Allah. Dalam

melaksanakan tugas-tugas baik sebagai hamba

maupun sebagai khalifah, laki-laki dan perempuan

memiliki peluang yang sama untuk meraih prestasi

yang maksimal.20

4. Gender dalam dan kehidupan masyarakat Indonesia

Budaya Pathriarkhi tidak dapat dinafikan

dalam konstruk sosial beberapa suku yang ada di

Indonesia. Namun demikian bukan lantas melegalkan

tindak pensubordinatan pada kaum perempuan. Ada

dua sistem budaya yang selama ini dianggap

menyudutkan posisi perempuan di masyakat, yakni

budaya patrilinial dan patriarki. Budaya patrilinial

adalah budaya di mana masyarakatnya mengikuti

20

Ida Rosyiah & Hermawati, Relasi Gender dalam Agama – agama,

(Jakarta, UIN Jakarta Press), h. 124-125.

Page 61: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

48

garis laki-laki seperti anak bergaris keturunan

ayah. Sedangkan patriarki dipahami secara harfiah

yang berarti “kekuasaan bapak” (role of the father)

atau “patriarkh” (patriarch) yang digunakan untuk

menyebut “keluarga yang dikuasai kaum laki-laki”.

Secara istilah kata patriarki digunakan untuk

menyebutkan kekuasaan laki-laki, hubungan

kekuasaan dengan apa laki-laki menguasai

perempuan, serta sistem yang membuat

perempuan tetap dikuasai melalui bermacam-

macam cara (Bashin, 1996).21

Patriarki cendrung pada penerapan pandangan

hidup yang didominasi oleh laki-laki (male-

dominated), ditentukan oleh laki-laki (male-

identified), dan berpusat pada laki-laki (male-

centered). Ciri khas dari budaya tersebut

ditopang dan dilembagakan, sehingga menjadi

landasan dan pandangan hidup secara umum

(Johnson, 1997).22

5. Gender dalam Pelayanan Kesehatan

Tenaga kesehatan pada umumnya sudah

mengetahui tentang isu gender dalam pemberian

pelayanan kesehatan, terutama dalam tindak

penanggulangan untuk mengurangi kemungkinan

21

Fadilah Suralaga, dkk., Pengantar Kajian Gender, (Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003), h. 58.

22Ibid., Fadilah Suralaga, dkk.,h. 60.

Page 62: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

49

terjadinya ketidakadilan dan ketidaksetaraan peran

dan tanggung jawab dalam lingkungan tempat mereka

bekerja.23

Namun demikian pengetahuan saja belum

cukup untuk menerapkan pelayanan yang berkeadilan

gender.

Ketidakadilan gender dalam kesehatan, yaitu

ketidakadilan berdasarkan norma dan standar yang

berlaku, dalam hal distribusi manfaat dan tanggung

jawab antara laki-laki dan perempuan (dengan

pemahaman bahwa laki-laki dan perempuan

mempunyai kebutuhan dan kekuasaan). Keadilan yang

ditentukan oleh norma atau standar yang dianggap

pantas atau adil dalam suatu masyarakat, yang

mungkin berbeda satu dengan yang lain dan mungkin

berubah dari waktu ke waktu.

B. Gangguan Mental

1. Pengertian Gangguan Mental

Gangguan mental yang dimaksud dalam skripsi ini

adalah kondisi mental yang tidak sehat serta mengalami

gangguan. Termasuk kedalamnya seseorang yang terkena

penyakit mental ataupun cacat yang disebabkan oleh

kurang sempurnanya kromosom sejak lahir atau yang

biasa disebut dengan retradasi mental.

23

Nurul Ramadhani, Gender Dalam Bidang Kesehatan, (Bandung :

Alfabeta, 2009). h, 1

Page 63: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

50

Secara sederhana gengguan atau penyakit mental

terdefinisi sebagai gangguan atau penyakit yang

menghalangi seseorang hidup sehat seperti yang

diinginkan oleh diri individu yang bersangkutan maupun

orang lain.24

Seseorang dapat dikatakan memiliki

ganggunan mental apabila dia tidak memenuhi kriteria

yang ada pada seseorang yang bermental sehat. Seseorang

dikatakan bermental sehat apabila dia terhindar dari

simtom-simtom neurosis dan psikosis.25

Lebih lanjut

seseorang yang bermental sehat dapat menyesuaikan diri

dengan diri sendiri, orang lain, dan masyarakat dimana

individu tersebut hidup, sebaliknya, orang yang mentalnya

terganggu akan sulit untuk menyesuaikan diri dengan

individu maupun lingkungan tempat orang tersebut hidup.

Gangguan mental dapat diklasifikasikan menjadi

tiga, yaitu, gangguan mental ringan, gangguan mental

sedang dan gangguan mental berat. Gangguan mental

ringan (gangguan mental saja) seringkali disebut dengan

neurosis, merupakan kondisi dimana gangguan yang

dialami oleh individu yang bersangkutan dan merugikan

bagi dirinya sendiri. Gangguan mental berat (Penyakit

mental) seringkali disebut psikosis, merupakan kondisi

dimana gangguan mental yang diderita mengakibatkan

24

Yustinus Semiun, Kesehatan Mental 3, (Yogyakarta : Kanisuis 2006).

h, 9 25

Yustinus Semiun, Kesehatan Mental 2, (Yogyakarta : Kanisuis 2006).

h, 50

Page 64: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

51

kerugian baik bagi individu yang bersangkutan maupun

bagi lingkungan sekitarnya.26

2. Aspek dan Simtom Gangguan Mental

Adapun aspek yang terdampak dari gangguan

mental, baik itu gangguan mental yang bersifat neurosis

(menyerang syaraf tergolong gangguan mental ringan)

maupun yangtergolongkedalam gangguan psikosis

( gangguan jiwa tergolong kedalam gangguan mental

yang berat) adalah sebagai berikut: 27

1. Kognitif ( aspek berfikir)

Aspek kognisi pun memiliki beberapa irisan antaralain

sebagai persepsi, sensasi, perhatian, ingatan, dan

asosiasi pikiran serta kesadaran. Sebagai contoh

gangguan kognitif pada aspek persepsi adalah,

seseorang akan merasa mendengar bisikan untuk

melakukan sesuatu atau bahkan melihat sesuatu yang

bahkan tidak dapat dilihat oleh orang lain.

2. Kemauan

Pasien gangguan mental dengan aspek terganggu

kemauannya akan memiliki kemauan yang lemah,

sulit bagi pasien tersebut untuk membuat keputusan

ataupun memulai tingkahlaku. Kesulitan untuk bangun

pagi, mandi dan bahkan membiarkan dirinya tidak

26

Yustinus Semiun, Kesehatan Mental 3, (Yogyakarta : Kanisuis 2006).

h, 10 27

Indra Majid, terbit Juli 2016

http://www.psikoterapis.com/files/rangkuman-gejala-gangguan-psikologis.pdf

diakses pada September,2018.

Page 65: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

52

terawatt sehinggamenjadi kotor, bau dan berantakan.

Contoh lain dari pasein dengan gangguan

kemauanadalah bertindak bertentengan dengan apa

yang diperintahkan.

3. Afektif (aspek emosi)

Pasien gangguan mental dengan kategori teranggu

emosinya, akan merasa senang dan gembira

secaraberlebihan. Pasien kerap merasa sebagai orang

penting, penguasa, atau bahkan raja. Tetapi dilain

waktu pasien akan measa sangat sedih, menangis,

meratap takberdaya, bahkan muncul kemauan untuk

mengakhiri hidupnya sendiri.

4. Psikomotorik ( aspek prilaku)

Pasien dengan gangguan mental yang tergolong dalam

gangguan psikomotarik akan bertingkah dan

beraktivitas secara berlebihan, melakukan hal yang

bahkantidak diperintahkan, bahkan sulituntuk tetap

diam dan tenang dalam waktu tertentu.

Beberapa gejala lain yang dimiliki oleh penderita

gangguan mental antara lain adalah :

Perasaan bersalah tak menentu

Kecemasan- kecemasan yang tidak produktif dan

terasa sangat mengancam individu yang

bersangkutan.

Page 66: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

53

Ketidak mampuan dalam menangani krisis dengan

baik.

Perasaan bersalah karena ketidak mampuan dalam

menangani krisis menyebabkan berkurangnya rasa

kepercayaan diri.

Terkadang bila ancaman dari luar dirasa sangat

berat bagi individu yang bersangkutan maka

cenderung berkembang menjadi gangguan tingkah

laku.28

Sedangkan retradasi mental adalah kondisi dimana

fungsi intelektual dibawah angka 7, muncul bersamaan

dengan kurangnya prilaku adaptif, serta kemampuan

beradaptasi dengan kehidupan sosial sesuai tingkat

perkembangan dan budaya. Menurut Muslim [2004]

Retraddasi mental adalah suatu keadaan perkembangan

jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, ditandai dengan

kendala keterampilan selama masa perkembangan

sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara

menyeluruh seperti kemampuan kognitif, bahasa, motorik

dan sosial. Penderita Retradasi mental memiliki

keterbatasan dalam bersosialisasi akibat kecerdasan yang

rendah, sementara kemampuan untuk bersosialisasi

dipengaruhi oleh kecerdasan yang dimiliki.

28

Indra Majid, terbit Juli 2016

http://www.psikoterapis.com/files/rangkuman-gejala-gangguan-psikologis.pdf

diakses pada September,2018.

Page 67: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

54

3. Pelayanan Terhadap Pasien Gengguan Mental

Pelayanan terhadap pasien dengan gangguan

mental tentunya berbeda dengan pelayanan pada pasien

umumnya. Pasien dengan ganguan mental akan lebih

membutuhkan perhatian khusus terutama dalam segi

pelayanan maupun fasilitas baik yang bersifat medis dan

non-medis. Kendati tidak banyak perbedaan yang

signifikan dalam pelayanan medis seperti pemberian obat

–obatan dan tindakan yang sifatnya diberikan sesuai

dengan kebutuhan pasien dengan gangguan jiwa. Namun

pada praktiknya mestilah ada perbedaan semisal pola

komunikasi sebagai stimulus yang digunakan para

pemberi pelayanan termasuk kedalamnya dokter, perawat

dan petugas harian yang senantiasa bersentuhan langsung

dengan pasien.

C. Implementasi & Pelayanan Ramah Gender

1. Implementasi

Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia,

Implementasi didefinisikan sebagai “Pelaksanaan atau

Penerapan”29

. Sementara Pelayanan terdefinisi sebagai

“perihal atau cara melayani, usaha melayani kebutuhan

orang lain dengan memperoleh imbalan (uang); jasa.30

29

Tim Penyusun Kamus Besar bahassa Indonesia, Kamus Besar Bahasa

Indonesia,Edisi Ke-tiga,(Jakarta: Balai Pustaka, 2007),Cet. Ke-4,h. 247. 30

http://kbbi.web.id/pelayanan, diakses pada tanggal 19 Oktober 2018

Page 68: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

55

Maka Implementasi konsep Pelayanan yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah bentuk konkret dari usaha dan

upaya yang dilakukan dari objeknya sebagai konsep

pelayanan ramah gender dengan subjek sebagai Rumah

Sakit Jiwa Klender (termasuk kedalamnya pemegang

kebijakan selaku narasumber, dokter dan staff selaku

informan). Adakah Rumah Sakit Jiwa Islam Klender

dengan segenap kebijakan, pelayanan, pegawai

berkontribusi dalam menerapkan konsep pelayanan

Ramah Gender di rumah sakit tersebut.

2. Pelayanan Ramah Gender

Telah terdefinisi pada bahasan sebelumnya tentang

gender, maka Pelayanan Ramah Gender dapat dikatakan

sebagai bentuk pelayanan yang tidak mendiskreditkan

salah satu jenis kelamin, tidak merugikan dan tidak

menghalangi aktualisasi diri berdasarkan jenis kelamin

sebagai pembeda. Termasuk juga kedalam pelayanan

ramah gender sebagai pengklasifikasian fasilitas

berdasarkan tingkat kebutuhan individu, tanpa

memberikan perlakuan berbeda berdasarkan jenis

kelamin.

Pelayanan Ramah Gender memungkinkan

seseorang untuk dapat mengaktualisasikan dirinya dengan

baik tanpa harus terhalang oleh stereotip jenis kelamin

yang dimilikinya. Misalkan, tidak melulu laki-laki

dianggap kuat dan tegar sehingga menyebabkan laki-laki

Page 69: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

56

yang sakit cenderung kurang mendapat perhatian

ketimbang perempuan yang melulu dianggap rapuh dan

lemah. Laki-laki dan perempuan berhak mendapatkan hal-

hal yang sama sesuai dengan kebutuhan bukan sesuai

dengan jenis kelamin.

Page 70: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

57

BAB III

GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

A. Sejarah

Rumah Sakit Jiwa Islam Klender adalah amal usaha

perserikatan Muhammadiyah melalui Piagam

Muhammadiyah tahun 1975 antara YRSIJ yang diwakili oleh

Dr. Kusnadi dengan PP Muhammadiyah yang diwakili oleh

Dr Kh. A.R. Fakhruddin. Bangunan didirikan tahun 1987, di

atas tanah sumbangan dari Bazis DKI Jakarta, kemudian

diresmikan oleh Gubernur R.Soeprapto.

Awal berdiri dari 1987-1990 Rumah Sakit berfokus

pada Rumah Sakit Ibu dan Anak, kemudian beralih menjadi

yayasan RSIJ atau Dr. H.Mmuadz menjadi RSJ Islam

Klender. Tahun 1993, perizinan diurus dengan nama RS Jiwa

Islam Klender ( DepKes RI). Seiring dengan berjalannya

waktu, peubahan dan perubahan terjadi yaitu:

Tahun 1987-1996 berada di bawah RSIJ Putih dan RSIJ

Pondok Kopi.

Tahun 1996-1998 mendapat bantuan WIC

Tahun 1997 jumlah kapasitas bertambah menjadi 36

tempat tidur

Tahun 1998-saat ini kapasitas bertambah menjadi 50

tempat tidur

Tahun 2001, terjadi pergantian pimpinan RS dari Dr.

Muadz dan Dr. Al Bahri kepada Dr. H. Rusdi dan

Dr.Alinur

Page 71: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

58

Tahun 2003-2004 mendapat bantuan BAMUIS BNI untuk

renovasi ruang kelas 1

Tahun 2006 mendapat bantuan BPH RSIJ Yayasan RSIJ

renofasi tampak depan dan mulia melakukan rintisan

program ISO

Tahun 2008 mendapat bantuan dari Bapak Suhadi Gd.

Ruang perawat kelas 1 laki 2

Tahun 2009 tersertivikasi ISO 9001=2000

Tahun 2010, terjadi pergantian pejabat dari Dr. Rusdi

Efendi kepada Dr. Meta Desfini Primadona Sp.KJ dan Dr.

Prasila Darwin

Tahun 2012 terakreditasi 5 jenis pelayanan

B. Visi Misi

Visi

Menjadi Rumah Sakit Jiwa Islam pilihan dalam

pelayanan dan pendidikan kesehatan jiwa, serta

tempatpengkaderan persyerikatan Muhammadiyah.

Misi

1. Memberikan pelayanan kesehatan jiwa islami,

profesional, serta peduli kaum dhuafa yang didukung oleh

sarana prasarana yang berkualitas.

2. Menjadikan rumah sakit sebagai wahana pendidikan bagi

tenaga kesehatan yang berkualitas dan berakhlak mulia.

3. Menjadikan rumah sakit sebagai tempat dakwah

persyarikatan Muhammadiyah.

Page 72: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

59

C. Motto

Adapun Motto Rumah Sakit Jiwa Islam Klender

adalah pelayanan berlandaskan IMAN, yaitu;

I = Ikhlas

M = Manusiawi

A = Amanah

N = Nyaman

D. Tujuan

Mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang setinggi-

tingginya bagi semua lapisan masyarakat melalui pendekatan

pemeliharaan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit

(preventif), pneyambuhan penyakit (kuratuf), dan pemulihan

kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara

menyeluruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan

serta tuntutan ajaran islam dengan tidak memandang agama,

golongan, dan kedudukan.

E. Kerjasama Rujukan

Rumah Sakit Jiwa Islam Kelnder memiliki kerjasama

dengan Rumah Sakit Islam lain yaitu;

1. Rumah Sakit Islam Jakarta, Cempaka Putih Tengah I/1

Jakarta Pusat. Telp 4250451

2. Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi, Jl. Raya Pondok

Kopi, jakarta Timur. Telp 8610471

Page 73: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

60

3. Rumah Sakit Islam Jakarta Sukapura, Jl. Tipar Cakung

No.5 Sukapura, Jakarta 14140. Telp 4400778

F. Pelayanan

1. Pelayanan UGD Psikiatri

2. Pelayanan Rawat jalan

a) Memiliki tiga klinik Psikiatri dengan spesialisasi

terdiri dari;

Ketergantungan obat

Gangguan tidur

Hiperaktif

Autisme

Depresi

Schizofrenia

Bipolar, dan lain-lain

b) Klinik Psikologi

c) Klinik Spiritual

d) Pelayanan Penunjang sebagai;

Laboratorium

EEG

EKG

MMPI (Tes Kejiwaan)

Psikotest

Test Bakat dan minat

3. Pelayanan Rawat Inap

Page 74: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

61

Rawat inap ditujukan untuk pasien yang

membutuhkan perhatian khusus, seperti psikoterapi

dan komunikasi terapeutik. Adapun pelayanannya

terbagi dalam fasilitas kelas sebagai;

Kelas Utama

Fasilitas :

Kamar dengan 1 tempat tidur

Ruangan ber-AC

Televisi LED

Kulkas

SofaTunggu

Teras dan Kursi Taman

Kamar Mandi di dalam

Ruang Tunggu Pasien Khusus

Pintu besuk pengunjung tersendiri

Lemari

Pengharum Ruangan

Kamera CCTV

Kelas I

Fasilitas :

Kamar dengan 3 temat tidur

Ruangan ber-AC

Teras dan kursi taman

Kamar mandi di dalam

Page 75: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

62

Lemari

Kamera CCTV

Kelas II

Fasilitas :

Kamar dengan 4 temat tidur

Ruangan ber-AC

Kamar mandi di dalam

Lemari

Kamera CCTV

Kelas III

Fasilitas :

2 kamar barak laki-laki

Kamar wanita ( 8 tempat tidur)

Kamar mandi di dalam

Kipas angin

Exhausefan

Kamera CCTV

Ruang Isolasi

Fasilitas :

Satu tempat tidur

Ruanganan ber-AC

Pengawasan khusus

Kamera CCTV

Page 76: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

63

Ruang Observasi

Fasilitas :

Kamar dengan 5 tempat tidur

Kipas angin

Pengawasan khusus

Kamera CCTV

4. Terapi Rehabilitasi Psikososial

Terapi aktifitas kelompok

Musik

Olahraga

Terapi spiritual (rehabilitasi rohani)

Terapi rekreasi

Daycare

Psikoterapi

Okupasi terapi

Dll

5. Terapi Spiritual

Shalat berjamaah

Membaca Al-Qur’an

Ruqyah Syariah

Dzikir

Bagi pasien non muslim disediakan, atau boleh

memilih pendamping ibadah

Page 77: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

64

6. Pelayanan lain-lain

Antar & jemput Pasien

Pemeriksaan Narkoba

Psikotest

Home Care / Home Visit

ECT ( Electro Convulsive Theraphy)

Pelayanan Terapi Ruqyah

Penyuluhan Kesehatan Jiwa Masyarakat

Lahan pendidikan bagi tenaga kerja kesehatan,

kedokteran, dan keperawatan atau Psikologi

Pelayanan Jenazah (kerja sama dengan yayasan Nafsul

Muthmainnah)

Page 78: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

65

G. Jadwal Dokter

Tabel 3 :

No Nama Dokter Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu

1 dr.Metta

Desvini, Sp.KJ

-

9.00-

sds

-

9.00-sds

-

-

2 dr.Prasilla

D.Sp.KJ

7.30-10.0

7.30-9.00

12.00-13.00

-

3 dr.Ni Wayan,

Sp.KJ

-

12.00-sds

-

-

-

4 dr.Hj Dahsriati

Sp.KJ

Dengan Perjanjian (DP)

9.00-selesai

DP

5 dr. Rusdi

Effendi Sp.KJ

12.00-sds

-

10.00-12.00

12.00-sds

-

12.00-sds

6 dr.Agung

Priyanto Sp.KJ

-

-

-

-

-

9.00-sds

7 dr.H. Isa M.

Noor Sp.KJ

-

-

-

-

-

8.00-sds

8 dr.H Erie D.

Irawan Sp.KJ

-

-

-

-

-

9.00-12.00

9 dr.M. Riza

Syah Sp.KJ

-

17.00-sds

9.00-sds

-

10 dr.Hevi Eka

Tajrum

08.00-14.30

Page 79: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

66

Bab IV

DATA TEMUAN PENELITIAN

A. Rumah Sakit Jiwa Islam Klender Pelayanan Berbasis

Islami

Nuansa islami sangat terasa ketika baru memasuki

ruang tunggu Rumah Sakit Jiwa Islam Klender. Terpampang

banyak sekali hiasan islami diantaranya adalah kaligrafi. Ada

dua kaligrafi yang dipajang dengan ukuran yang cukup besar

sehingga mudah dibaca oleh semua orang yaitu:

وإذا مرضت فهو يشفين “Dan bila aku sakit, maka Dia (Allah)lah yang

menyembuhkan”

Q.S Asyu’ara 80

ؤمنين ول تهنوا ول تحزنوا وأنتم ٱلعلون إن كنتم م“Dan janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah

(pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang

yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang

yang beriman”

Q.S Ali Imran 139

Dua penggalan ayat suci di atas merupakan penggalan

ayat untuk figura kaligrafi ayat suci yang terpampang dengan

besar dan jelas di ruang tunggu Rumah Sakit Jiwa Islam

Klender Berlokasi di Jalan Bunga Rampai X, RT 08 / RW 06,

Malaka Jaya, Duren Sawit, RT.8/RW.6, Malaka Jaya, Duren

Sawit, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta

13460.

Page 80: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

67

Seperti yang telah disebutkan dalam bab III

sebelumnya, Rumah Sakit Jiwa Islam ini tidak hanya tempat

pelayanan kesehatan jiwa, namun juga sebagai wadah

pengkaderan Muhammadiyah. Suasana Islami sangat nampak

nyata, tidak hanya dari segi hiasan kaligrafi, namun juga staff

dan pegawai mengenakan seragam muslim, khusus untuk

perempuan menggunakan hijab.

Berdasarkan informasi awal tentang Rumah Sakit Jiwa

Islam Klender tersebut, peneliti kemudian merasa penting

untuk melihat pelayanan Islami dan manusiawi yang menjadi

dasar pondasi pelayanan yang diterapkan oleh Rumah Sakit

Jiwa Islam Klender, bagaimana Implementasi (penerapan)

konsep pelayanan Ramah Gender dalam pelayanan

Manusiawi dan Islami di RSJI Klender. Peneliti kemudan

melakukan wawancara, pengamatan dan dokumentasi selama

penelitian.

B. Pelayanan Ramah Gender

Ramah gender dalam penelitian ini didefinisikan

sebagai peraturan, tindakan dan fasilitas yang tidak

mendiskriminasi manusia berdasarkan jenis kelaminnya.

1. Peraturan

Peraturan adalah landasan yang menjadi basis dari

segala aktifitas yang dijalankan, sesuatu yang

diperbolehkan atau sesuatu yang dilarang dalam sebuah

kelompok atau instansi. Dalam hal ini menelaah

terterapkannya konsep ramah gender dapat dengan mudah

Page 81: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

68

dilihat dari peraturan yang ada. Adakah didalamnya

tertulis peratutan yang mendeskrredtkan satu jenis

kelamin, atau bahkan tidak ada sama sekali.

Peraturan tertulis mengenai hak dan kewajiban

pasien terpampang dengan jelas dan besar di ruang tunggu

obat dan rawat jalan. Semua orang baik pasien maupun

pendamping pasien dapat dengan mudah melihat dan

mengakses peratutan tersebut. Adapun peraturan hak dan

kewajiban pasien sebagai :

Hak Pasien

1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan

peraturan yang berlaku di Rumah Sakit

2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban

pasien

3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan

tanpa diskriminasi

4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai

dengan standar prifesi dan standar prosedur

5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga

pasien terhindar dar kerugian materi

6. Mengajukan pengaduan atas kualitas layanan yang

didapat

7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan

keinginannya dan peraturan yang berlaku

Page 82: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

69

8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya

kepada dokter lain, yang mempunyai surat izin praktik

(SIP), baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit

9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang

diderita, termasuk data-data medisnya

10. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata

caratindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif

dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis

terhadap tindakan yang dilakukan srta perkiraan biaya

pengobatan

11. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan

yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap

penyakit yang dideritanya.

12. Didampingi oleh keluarganya dalam keadaan kritis

13. Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan

yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu

pasien lainnya

14. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya

dalam perawatan di Rumah Sakit

15. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan

Rumah Sakit terhadap dirinya

16. Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak

sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya

17. Menggugat dan/menuntut Rumah Sakit apabila

Rumah Sakit diduga memberikan tidak sesuai dengan

standar baik secara perdata ataupun pidana

Page 83: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

70

18. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak

sesuai dengan standar pelayanan cetak dan elektronik

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang

undangan

Kewajiban Pasien

1. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang

masalah kesehatannya

2. Mematuhi nasehat dan petunjuk Dokter

3. Mematuhi ketentuan danperaturan yang berlaku di

sarana pelayanan kesehatan

4. Memberikan imbalan jasa atau pelayanan yang

diberikan

5. Memenuhi hal-hal yang telah disepakati/perjanjian

yang telah dibuat

Selain peraturan tertulis yang terpampang dan

mudah diakses oleh siapapun, peneliti juga melakukan

pengamatan dan wawancara terkait penerapan peraturan

tersebut

“Meskipun kami merupakan Rumah Sakit

Islam, bukan berarti kami hanya menerima pasien

muslim saja, kami juga menerima pasien non-

muslim, misalnya pasien kristen, kami juga

menyediakan terapi rohani, namun boleh pilih,

apakah mau dengan pastur yang bekerja sama

dengan rumah sakit atau dengan pastur yang

diinginkan. Semuanya tetap kami berikan pilihan

Page 84: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

71

lagi ke pasiennya, jadi tidak ada paksaan sama

sekali”1

2. Pasien berhak untuk memilih tindakan

Tindakan dalam hal ini meliputi pelayanan yang

diberikan. Melalui peraturan yang telah ada ataupun tidak

tertulis didalam peraturan yang ada. Bagaimana segenap

elemen dalam Instansi tempat penelitian dilaksanakan

selaku subjek bersikap menerapkan konsep pelayanan

ramah gender selaku objjek terhadap pasien di Instansi

tersebut selaku predikat. Dengan instrument sebagai

berikut :

a) Pelayanan yang diberikan tidak bersifat sama dan adil

sesuai dengan kebutuhan, bukan pada penggolongan

jenis kelamin semata

b) Pelayanan yang diberikan tidak mendiskriinasi

c) Pelayanan terhindar dari kekerasan

3. Fasilitas

Terakhir adalah fasilitas. Fasilitas yang dimaksud

di sini adalah sarana untuk menunjang pelayanan yang

diberikan oleh instansi/lembaga tempat dilakukannya

penelitian, dalam hal inifasilitas dibagi menjadi;

a) Fasilitas non benda, berupa pelayanan. Tidak adanya

diskriminasi dalam akses fasilitas non benda

dikerenakan jenis kelamin, misalkan pasien laki laki

1 Wawancara pribdadi dengan Ibu Rosna, Ketua Diklat Rumah Sakit Jiwa

Islam Klender, Jakarta Timur, 12 Juni 2019.Sebelumnya Ibu Rosna juga

pernah terlibat langsung pada perawatan pasien

Page 85: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

72

dengan gangguan mental tidak lebih diperhatikan

ketimbang pasien wanita dengan gangguan mental,

dengan stereotip bahwa laki laki seharusnya lebih kuat

daripada perempuan.

b) Fasilitas berupa alat / benda penunjang pelayanan.

Baik laki-laki maupun perempuan mendapatkan hak

yang sama dalam menggunakan dan mengakses

fasilitas yang ada. Misalkan perempuan dan laki laki

mempunyai hak yang sama untuk dapat mengakses

ruang makan, ruang kunjungan keluarga, musholla

dan fasiltas lainnya tanpa ada pembedaan berdasarkan

jenis kelamin, melainkan pembedaan berdasarkan

tingkat kebutuhan pasien dengan gangguan mental.

Page 86: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

73

Bab V

PEMBAHASAN

Berangkat dari Instruksi Presiden Nomer 9 Tahun 2000

tentang Pengarustamaan Gender dalam Pembangunan Nasional,

yang berisikan bahwa seluruh Departemen maupun Lembaga

Pemerintah Non Departemen dan Pemerintah Provinsi

Kabupaten/Kota harus melaksanakan pengarustamaan gender

dalam perencanaan, pemantauan dan evaluasi dari seluruh

kebijakan dan program pembangunan. Instruksi ini menjadi

landasan dan dasar hukum bagi pengarustamaan gender dalam

penyelenggaraan pembangunan Nasional.1

Sebagaimana dasar diatas, peneliti berasumsi bahwa sejak

dikeluarkannya Instruksi Presiden Nomer 9 Tahun 2000 tentang

Pengarustamaan Gender dalam Pembangunan Nasional yang

terhitung telah 17 tahun,maka isu gender sudah bukan lagi hal

yang bagi setiap lembaga, baik pemerintahan maupun non

pemerintahan. Oleh sebab itu peneliti berkeinginan untuk dapat

mengetahui dan membantu lembaga khususnya di tempat peneliti

melakukan penelitian adakah lembaga yang tempat dilakukannya

penelitian sudah menerapkan pengarustanaam gender, kendati

tempat penelitian bukan tergolong dalam lembaga instansi

pemerintahan.

A. Asumsi Peneliti

1 Nurul Ramadhani Makararo, Gender dalam Bidang Kesehatan,

(Bandung: CV Alfabeta, 2009), h.2.

Page 87: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

74

Asumsi peneliti adalah, lembaga tempat dilakukannya

penelitian belum menerapkan pelayanan berbasis ramah

gender dengan anggapan seperti yang disebutkan diatas, yaitu

lembaga tempat penelitian dilakukan bukan tergolong dalam

lembaga instansi resmi pemerintahan, kemudian landasan

dasar pelayanan di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender adalah

pelayanan Islami dan Manusiawi sehingga pelayanan ramah

gender mungikin tidak masuk dalam Standar Operasional

Prosedur dari lembaga tempat penelitian ini dilakukan.

Asumsi selanjutnya adalah stereotip masyarakat

tentang kemampuan perempuan dan laki-laki dalam

mengelola dan menerima sterss berbeda. Perempuan dianggap

lebih mampu, kuat dan tabah dalam menerima kenyataan

sehingga cenderung tidak anarkis ketika mengalami gangguan

kejiwaan. Sementara laki-laki yang terbiasa dicap kuat justru

dianggap kurang mampu mengelola stress dan cenderung

anarkis.

Berdasarkan asumsi- asumsi diatas, maka peneliti

ingin melihat bagaimana bentuk pelayanan ramah gender

yang diterapkan oleh Rumah Sakit Jiwa Islam Klender?

B. Pembahasan

Pertanyaan penelitian tentang Bagaimanakah bentuk

pelayanan ramah gender diterapakan pada pasien dengan

gangguan mental di Rumah Sakit Jiwa Klender Jakarta Timur

ini terjawab dalam pembahasan -pembahasan, yaitu:

1. Terdapat peraturan yang ramah bagi semua kalangan

Page 88: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

75

Sebagaimana yang telah dipaparkan di BAB IV

tentang hak dan kewajiban pasien, sama sekali tidak

ditemukan adanya peraturan yang mendiskriminasi.

“ Saya berobat memang memakai BPJS, tapi sama

saja dilayani seperti pasien dengan biaya sendiri,

selama saya berobat, saya tidak menemukan

pasien dibeda-bedakan”2

Pernyataan tersebut juga dikuatkan oleh pasien dan

perawat yaitu:

MF pasien yang telah berobat jalan selama 3 tahun,

merasa berobat di Rumah Sakit Islam Klender memiliki

pelayanan yang sangat baik dan ramah

“ Ya saya sangat puas, berobat di sini, sudah 3

tahun berobat rawat jalan, saya sih gak pernah

liat ada yang dibedain cewe atau cowo, tapi

palingan kalo antree agak lama buat obat, yang

dateng cepet ya cepet dapetnya, yang belakangan

ya belakangan juga, palingan begitu si”3

MT, orang tua dari saudara ER, mengungkapkan bahwa

anaknya telah berobat jalan selama 5 tahun dan sempat

dirtawat 1 bulan, tidak merasakan ada keluhan yang

bersifat diskriminatif

“Engga pernah liat sih seumur umur berobat lima

taun disini nganterin anak juga, yang cakep

diduluin atau yang miskin dibelakangin, an saya

juga ngobrol-ngobrol kalo lagi nganterin anak

2 Wawancara pribadi dengan pasien dan pendamping pasien, Bapak MT

10 Juni 2019 di Ruang Tunggu Rumah Sakit Jiwa Islam Klender, Jakarta

Timur 3 Wawancara pribadi dengan Saudara MF, di Loby Rumah Sakit Jiwa

Islam Klender pada 10 Juni 2019

Page 89: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

76

saya berobat, aman aja, makanya udah lima tahun

betah berobat disini, deket juga sih daripada di

Grogol”4

“Kita menerima semua pasien ya mba, mau

perempuan atau laki-laki sama aja, tapi ya yang

trans gender sih setau saya belum pernah ada” 5

2. Tidak ditemukan adanya ketidak sesuaian dengan konsep

gender yaitu: pelayanan diskriminatif karena stereotip,

subordinasi, kekerasan, dan marjinalisasi terhadap pasien

a. Stereotip

Merupakan hal yang dianggap sesuai dan biasa

untuk jenis kelamin tertentu, dipengaruhi oleh budaya

setempat dan dikadikan norma pada lingkungan

budaya tersebut. Namun pada kenyataan dalam

kehidupan nyata dikeseharian, baik laki-laki maupun

perempuan secara inividu tidak selalu sesuai dengan

tereotip tersebut. Misalnya, Perempuan dengan peran

pengurus rumah tangga dengan tugas memasak dan

menjaga anak di rumah, sementara laki-laki yang

bertugas mencari nafkah. 6 Mitos bahwa pasien

perempuan dengan gangguan jiwa lebih kuat dalam

menanggung stress ketimbang pasien laki-laki adalah

stereotip yang sama sekali tidak berlaku di Rumah

4 Wawancara pribdi dengan Bapak HT, di Rumah Sakit Jiwa Islam

Klender Jakarta Timur, 13 juni 2019 5 Wawancara pribadi dengan Ibu Pipit Aryadi Amd, Perawat yang

menangani langsung pasien Rumah Sakit Jiwa Klender, Jakarta 28 Juni 2019 6 Nurul Ramadhani, Gender Dalam Bidang Kesehatan, (Bandung :

Alfabeta, 2009). h, 36

Page 90: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

77

Sakit Jiwa Islam Klender ini, pasien baik laki-laki dan

perempuan diberikan perlakuan yang sama sesuai

dengan kebutuhannya.

b. Subordinasi

Merupakan diskriminasi yang terdapat dalam

kekuasaan dan pengambilan keputusan7. Salah satu

jenis kelamin mendominasi kekuasaan dan

pengambilan keputusan. Jika direfleksikan dalam

pelayanan di Rumah Sakit adalah Pasien tidak

diberikan kesempatan untuk ikit serta memutuskan

pelayanan ataupun tindakan yanga akan diterimanya

selama melakukan pengobatan di Rumah Sakit.

Berdasarkan pengamatan peneliti, sebuah papan besar

berisikan Hak dan Kewajiban Pasien jelas terpampang

di ruang tunggu Rumah Sakit Jiwa Islam Klender, di

papan tersebut jelas terpampang beberapa poin yang

menyatakan bahwa pasien berhak ikut andil dalam

keputusan terhadap dirinya, sebagai:

Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai

dengan keinginannya dan peraturan yang

berlaku

Meminta konsultasi tentang penyakit yang

dideritanya kepada dokter lain, yang

7 Ida Rosyiah & Hermawati, Relasi Gender dalam Agama – agama,

(Jakarta, UIN Jakarta Press), h. 25

Page 91: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

78

mempunyai surat izin praktik (SIP), baik di

dalam maupun di luar Rumah Sakit

Memberikan persetujuan atau menolak atas

tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga

kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.

Mengajukan usul, saran, perbaikan atas

perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya

Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang

tidak sesuai dengan standar pelayanan cetak

dan elektronik sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang undangan

Menggugat dan/menuntut Rumah Sakit apabila

Rumah Sakit diduga memberikan tidak sesuai

dengan standar baik secara perdata ataupun

pidana

Selain dari hak yang dibuktikan secara tertulis

tertulis, tidak adanya unsur subordinasi juga

dibuktikan melalui wawancara dan observasi yang

peneliti lakukan selama penelitian di Rumah Sakit

Jiwa Klender.

“ ya semuanya dikasih tau mba, nanti

kita boleh pilih mau gimana-gimananya, misal

dulu kan abis udahan berobat sempet

ditanyain, nanti mau lanjut lagi ga ikutan

program rehabilitasi, supaya bisa berbaur lagi

di masyarakat. Tapi ya ga dipaksa, kalo mau

ikut boleh, kalo ga mau ya ga papa, saya

Page 92: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

79

jugaawalnya ga mau, tapi abis itu ikutan

juga.”8

c. Kekerasan

Kekerasan seringkali dipicu oleh beberapa

faktor sebelumnya, misalnya, dikarenakan adanya

subordinasi dan marjinalisasi terhadap salah satu jenis

kelamin, maka jenis kelamin lainya kan bertingkah

superior dan dominan. Keadaan superior dan dominan

inilah yang mengakibatkan kekerasan. Kekerasan

dapat berupa serangan terhadap fisik ataupun

integritas mental psikologis seseorang terhadap jenis

kelamin tertentu, umumnya memang terjadi pada

perempuan. 9

Begitupula dengan kekerasan, masyarakat awam

mungkin beranggapan bahwa untuk menenangkan

orang dengan gangguan mental akan diberi perlakuan

keras atau mungkin dengan tindakan fisik, tapi tidak

demikian, berdasarkan pengalaman pasien yang

pernah menerima perawatan di Rumah SakitJiwa

Islam Klender selama satu bulan Bapak MT

“ ya disana biasa aja, seperti di rumah,

tapi ada kegiatan kegiatan kaya solat jamaah,

8 Wawancara pribdi dengan Bapak HT, di Rumah Sakit Jiwa Islam

Klender Jakarta Timur, 13 juni 2019 9 Nurul Ramadhani Makaro, Gender dalam Bidang Kesehatan, (Bandung

: Alfabeta, 2009), h.49

Page 93: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

80

ngaji juga, ga ada di pukul apa gimana-

gimana”10

Suster Pipit menambahkan

“Kita tidak pernah menangani pasien

dengan kekerasan, yaa paling kalau pasiennya

ngamuk dan jika itu membahayakan bagi

dirinya sendiri dengan terpaksa kami

memberikan tindakan penenangan, pasiennya

kami ikat dengan ikatan yang tidak

membahayakan, kemudian diberikan

penenang, nanti jika sudah tenang baru diajak

berkomunikasi, tergantung kebutuhan saja,

tapi ya tanpa main fisik”11

d. Marjinalisasi

Seringkali dimaknai peminggiran bagi salah satu

jenis kelamin dalam memperoleh akases seperti

ekonomi, kesehatan dan pendidikan.12

Peminggiran

terhadap pasien mungkin saja terjadi diantara pasien

Jamkesda (Jaminan-Kesehatan-Daerah) ataupun BPJS,

namun pada kenyataannya, setelah penelitian

dilakukan, melalui wawancara kepada beberapa pasien

di hari dan kesempatan yang berbeda beda peneliti

sama sekali tidak menemukan keluhan dari pasien

BPJS maupun non BPJS

“ Selama saya berobat, kuranglebih tiga

tahun saya tidak pernah ya mbak dibedakan

10

Wawancara pribdi dengan Bapak HT, di Rumah Sakit Jiwa Islam

Klender Jakarta Timur, 13 juni 2019 11

Wawancara pribadi dengan Ibu Pipit Aryadi Amd, Perawat yang

menangani langsung pasien Rumah Sakit Jiwa Klender, Jakarta 28 Juni 2019 12

Ida Rosyiah & Hermawati, Relasi Gender dalam Agama – agama,

(Jakarta, UIN Jakarta Press). h, 26

Page 94: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

81

karena pakenya BPJS, kan kalo di Rumah

Sakit laen kali aja dibedain, yang BPJS

mentang mentang geratisan dari pemerintah

jadinya dilayaninnya entar entaranlah, ato

perawatnya judes, engga mau senyum,

tapimah disini ya Alhamdulillah engga begitu

mba, makanya sayanya juga betah berobat

disini, resep gitu baik ramah walaupun kita

orang biasa juga”13

3. Pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan pasien

Pelayanan yang berorientasi pada kebutuhan pasien

adalah pelayanan yang efektif sebagaimana yang

disampaikan oleh ibu Rosna selaku kepala Diklat Rumah

Sakit Jiwa Islam Klender

“Pelayanan sesuai kebutuhan, ya.. kalau

disini kan lebih kepada rumah sakit dengan pasien

yang terganggu psikologisnya, mau itu laki-laki

atau perempuan, ya tergantung butuhnya apa,

jadi yang diberikan ya perawatan psikologis,

seperti psikoterapi dengan komunikasi terapetik,

atau bimbingan rohani, kalau mereka ga butuh

obat medik ya untuk apa dikasih, kan bukan sakit

fisiknya, kecuali jika mereka memang butuh

bantuan obat medik sebagai penenang baru kita

berikan, itu juga sesuai dengan dosis yang

dibutuhkan, Misalkan juga pasien perempuan, kita

sih lebih prefer perempuan ditangani oleh perawat

perempuan, dan pasien laki-laki ditangani oleh

perawat laki laki, itu juga demi kenyamanan dan

keamanan pasiennya kan”14

13

Wawancara pribadi dengan orangtua pasien FKR, sudah 3 tahun

berobat jalan, Ruang Tunggu Pasien Rumah 1 Juni 2019 14

Wawancara pribdadi dengan Ibu Rosna, Ketua Diklat Rumah Sakit

Jiwa Islam Klender, Jakarta Timur, 12 Juni 2019.Sebelumnya Ibu Rosna juga

pernah terlibat langsung pada perawatan pasien

Page 95: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

82

4. Fasilitas yang mudah di akses oleh pasien

Sebagai Rumah Sakit yang non profit, tentu tidak

banyak yang terdapat fasilitas mewah dan canggih

layaknya Rumah Sakit lain di Kota Jakarta. Meskipun

demikian, fasilitas wajib seperti apa yang telah menjadi

SOP sebuah Rumah Sakit tentu sudah terpenuhi. Misalkan

Ruang tunggu, toilet, Musholla berbagai jenis kelas rawat

inap.

“ semuanya bisa diakses mba, mau pake

asuransi atau non asuransi akses fasilitasnya

sama, tergantung mau pilihan yang mana

kelasnya kalau untuk yang rawat inap. Itukan

kembali pada pilihan pasien, tapi semuanya sudah

sesuai SOP yang ditentukan pemerintah untuk

sebah Rumah Sakit, ya palingan agak susah karen

kita Rumah Sakit kecit, jadi agak sempit, ruang

tuggu obat sama ruang tunggu pasien nyampur

aja”15

“ Sayamah walau kecil begini justru nyaman

mba, ga ribet abis dari mana terus kemana,

namanya juga kita nganterin anak yang lagi

mentalnya keganggu ya, kalo dibawa dilempar-

lempar ruangan kesini-kesitu yang ada malah

lieur anaknya gamau diajak berobat lagi. Enak si

biarkata begini, semuanya ada, palingan bat kita

yang nganter, musollahnya ada buat pasien doang

di dalem, buat kita ya agak jaoh, tapi ya ga

papalah.16

5. Pasien berhak memilih

15

Wawancara pribadi dengan Bapak Amir, staff pegawai merangkap

sekretariat di Rumah Sakit Jiwa Klender, Jakarta 28 Juni 2019 16

Wawancara pribadi dengan orangtua pasien FKR, sudah 3 tahun

berobat jalan, Ruang Tunggu Pasien Rumah 1 Juni 2019

Page 96: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

83

Point ini adalah dimana pasien diberikan

keleluasaan untuk memilih jenis pelayanan apa sesuai

dengan yang diinginkan dan dibutuhkan, misalnya untuk

pemilihan kelas bagi pasien residen. Pasien tidak

diharuskan untuk memilih kelas tertentu, melainkan

dengan keinginan dari pihak pasien dan keluarga, pun itu

juga tergantung dengan kebutuhan.

“ Iya, untuk kelas semua tergantung pada

pasiennya, tapi jika memang pasien perlu

tindakan khusus, misalkan pasien harus

ditemppatkan di ruang isolasi, tergantung

kebutuhan saja”17

6. Layanan tambahan bagi pasien kurang mampu

Hal yang teramat menarik saya temui setelah

melakukan wawancara adalah disaping tidak

membedakan pasien dari jenis kelamin, golongan ataupun

agama, Rumah Sakit Jiwa Islam Klender pun bahkan

memberikan batuan bagi para pasiennya yang kurang

mampu.

“Kami memiliki badan Zakat yang kami

kelola sendiri di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender

ini, jad semisal ada pasien yang sudah lama

berobat kemudian mengeluh tidak punya biaya,

akan kami berikan bantuan, sumbangan..

setidaknya untuk transport, jadi nanti ada divisi

khusus untuk meninjau kelayakan apa pasien ini

bener termasuk dalam kategori yang

17

Wawancara pribadi dengan Ibu Pipit Aryadi Amd, Perawat yang

menangani langsung pasien Rumah Sakit Jiwa Klender, Jakarta 28 Juni 2019

Page 97: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

84

membutuhkan, baru isi form dan menyertakan

surat keterangan tidak mampu juga”18

7. Memberdayakan dan mengaktualisasikan potensi pasien

yang sudah dinyatakan sembuh.

Hal lain yang sangat menarik dan peneliti ketahui

setelah melakukan penelitian adalah bahwa Rumah Sakit

Jiwa Islam Klender memiliki tawaran kegiatan rehabilitasi

bagi pasien. Kegitan rehabilitasi ditarwarkan pada pasien

untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan yang

bermanfaat dan mendukung proses penyembuhannya.

“ Kegiatan rehabilitasi cukup banyak ya,

mulai dari kerajinan, nih mba di etalase samping

meja resepsionis ada pajangan kerajinan itu yang

buat pasien, belajar bikin telor asin, terus juga

ada rekreasi bersama”19

“Bukan cuma rehabilitasi, kami juga

membantu memberdayakan pasien yang sudah

sembuh, mba liat kan di depan adapetugas parkir,

itu tadinya pasien kita, setelah sembuh, kita

tanyakan, dan lakukan penmbekalan kepada

pasien tersebut, yang jualan juga ada, bahkan ada

pasien kita yang kita bantu untuk buka usaha,

Alhamdulillah, jadi setelah sembuh bisa kembali

ke masyarakat lagi tanpa canggung20

18

Wawancara pribdi dengan Bapak HT, di Rumah Sakit Jiwa Islam

Klender Jakarta Timur, 13 juni 2019 19

Wawancara pribadi dengan Ibu Pipit Aryadi Amd, Perawat yang

menangani langsung pasien Rumah Sakit Jiwa Klender, Jakarta 28 Juni 2019 20

Wawancara pribadi dengan Bapak Amir, staff pegawai merangkap

sekretariat di Rumah Sakit Jiwa Klender, Jakarta 28 Juni 2019

Page 98: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

85

Bab VI

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Rumah Sakit yang berbasis pada nilai nilai islami,

Rumah Sakit Jiwa Islam Klender sudah menerapkan

pelayanan ramah gender, yaitu tidak ditemukannya unsur

diskriminasi, marjinalisasi, double burden, kekerasan, dan

stereotip. Hal tersebut dapat terlihat dan dibuktikan melalui:

1. Tertulis, yaitu kebijakan yang terpampang di ruang

tunggu Rumah Sakit Islam Kelender tentang Hak dan

Kewajiban Pasien, yaitu terdapat banyak poin dimana

pasien berhak menerima pelayanan yang adil, manusiawi

dan tidak terdiskriminasi terlepas dari apapun agama,

jenis kelamin, maupun ekonominya. Pasien juga berhak

untuk memilih jenis pelayanan sesuai dengan kebutuhan

pasien sendiri.

2. Tidak tertulis, yaitu bentuk pelayanan yang dapat dilihat

secara langsung pada di lingkungan Rumah Sakit Jiwa

Islam Klender sebagai: pelayanan yang tidak

membedakan antara pasien laki–laki dan perempuan,

kesempatan yang sama bagi pasien dalam memilih kelas

pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien sendiri, serta

mudahnya pasien dalam mengakses fasilitas di Rumah

Sakit Jiwa Islam Klender Jakarta Timur. Bahkan guna

mengoptimalisasikan bentuk pelayanan manusiawi, setiap

Page 99: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

86

pasien yang tergolong dalam kategori dhuafa (kurang

mampu) terlepas dari apapun agamanya, jenis kelamin

dan suku, akan mendapatkan santuntan dari pihak Rumah

Sakit Jiwa Islam Klender.

B. Implikasi

Pelayanan ramah gender merupakan pelayanan yang

sangat penting dalam pelayanan publik karena pelayanan

ramah gender dipastikan tidak terdapat unsur diskriminasi,

subordinasi, majinalisasi, kekerasan, streotip dan beban

ganda. Setelah melakukan penelitian di Rumah Sakit Jiwa

Islam Klender, peneliti menyadari bahwa pelayanan ramah

gender telah diterapkan dengan baik di Rumah Sakit Jiwa

Islam Kelender Jakarta Timur. Namun istilah gender sendiri

masih sering didefinisikan sebatas kelamin pembeda antara

laki-laki dan perempuan, padahal gender yang dimaksudkan

bukanlah identitas bawaan pemberian Allah SWT yang

sifatnya kodrati, melainkan peran sosial masyarakat dalam

kehidupan keseharian yang terbebas dari pembedaan karena

jenis kelamin.

Melalui penelitian ini peneliti mengupayakan

penyebaran informasi seputar gender, kebijakan pemerintah

tentang gender serta pelayanan ramah gender pada informan

dan segenap pihak yang terlibat dalam penelitian ini. Hal

tersebut kiraya bermplikasi pada pemahaman lebih baik

terhadap lingkup penelitian seputar pemaknaan gender,

Page 100: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

87

kebijakan gender, dan pelayanan ramah gender. Pemahaman

yang baik tersebut dapat mendukung pelayanan yang telah

berjalan baik dan semakin ramah gender untuk masa

mendatang.

C. Saran

Konsep Pelayanan Ramah Gender sudah dapat

dikatakan terimplementasi dengan baik di Rumah Sakit Jiwa

Islama Klender, Jakarta Timur. Konsep pelayanan tersebut

meliputi pelayanan yang ramah, terbebas dari diskriminasi,

peminggiran, marjinalisasi maupun kekerasan yang

dilatarbelakangi oleh perbedaan jenis kelamin pasien dalam

menerima dan mengakses pelayanan kesehatan di Rumah

Sakit Jiwa Islam Klender. Namun berdasarkan hasil

pengamatan peneliti, keilmuan tentang Gender masih kurang

dikalagan praktisi pemberi pelayanan Rumah Sakit Jiwa

Islam Klender. Hal tersebut terbukti dengan hasil yang

peneliti dapat selama melakukan pengamatan, yaitu gender

masih dipahami sebagai jenis kelamin laki-laki dan

perempuan saja. Maka peneliti menyarankan kepada lembaga

Rumah Sakit Jiwa Islam Klender untuk:

1. Menambah wawasan keilmuan gender melalui seminar

maupun diskusi

2. Mengikutsertakan staf ataupun perawat dalam pelatihan

pelayanan ramah gender.

Page 101: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

85

DAFTAR PUSTAKA.

Alwisol. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press, 2009.

Bungin, M Burhan. Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi.

Jakarta: Kencana, 2013.

Daradjat, Zakiah. Islam dan Kesehatan Mental. Jakarta: Toko

Gunung Agung, 1994.

Daradjat, Zakiyah, Kesehatan Mental, Jakarta: Toko Gunung

Agung, 2001

Echoles, John & Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia,

Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2010.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik.

Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

Hakim, Rustam. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap:

Prinsip, Unsur dan Aplikasi desain. Jakarta: Bumi Aksara,

2012.

Hawari, Dadang. Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri dan

Psikologi. Jakarta: FKUI Press, 2002.

Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif: Untuk

Ilmu-ilmu Sosial, Cet ke-3. Jakarta: Salemba Humanika,

2012.

Hidayat, Dede Rahmat, Pengantar Psikologi Untuk Tenaga

Kesehatan Ilmu Prilaku Manusia, Jakarta, 2013

Kartono, Kartini dan Jenny Andari. Hygiene Mental dan

Kesehatan Mental dalam Islam, cet ke-6. Bandung: Mandar

Maju, 1989.

Kartono, Kartini. Hygiene Mental, Cet ke-7. Bandung: Mandar

Maju, 2000.

Page 102: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

89

Kelompok Kerja Convetion Watch dan Yayasan Pustaka Obor

Indonesia, Hak Azasi Perempuan Instrumen Hukum untuk

Mewujudkan Keadilan Gender, Jakarta, Yayasan Pustaka

Obor Indonesia, 2012.

King, Laura A. Psikologi Umum. Jakarta: Salemba Humanika,

2010.

Langgulung, Hasan. Teori-teori Kesehatan Mental. Jakarta:

Pustaka Alhusna, 1992.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet ke-26.

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.

Mufidah, Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender,

Malang: 2008

Nawawi, Hadari dan Mimi Martini. Penelitian Terapan.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994.

Pimpinan MPR dan Tim Kerja Sosialisasi MPR Periode 2009-

2014, Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara,

Jakarta: Sekretariat MPR RI,2012

Poerwandari, E. Kristi. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian

Perilaku Manusia, Cet ke-4. Depok: LPSP3 UI, 2011.

Pusat Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Pengantar

Kajian Gender,Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2003

Ramadhani Makaro, Nurul, Gender dalam Bidang Kesehatan,

Bandung : Alfabeta, 2009.

Rasmun. Stress, Coping dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah

Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto, 2004.

Rosyidah, Ida Hermawati, Relasi Gender dalam Agama-Agama,

Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013.

Page 103: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

90

Semiun, Yustinius, Kesehatan Mental 2,Yogyakarta: Kanisius,

2006.

Semiun, Yustinius, Kesehatan Mental 3,Yogyakarta: Kanisius,

2006.

Sheila L. Videbeck, Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta:

Keperawatan: 2008

Subhan, Zaitunah, Peningkatan Kesetaraan & Keadilan Jender

dalam Membangun Good Governance. Jakarta : El-Kahfi,

2003

Sumbullah, Umi, dkk, Spektrum Gender. Malang: UIN Malang

Press, 2008

Suralaga, Fadilah dkk., Pengantar Kajian Gender, Jakarta: Pusat

Studi Wanita UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003..

Tim Penulis PSW, Membangun Kultur Akademik Berperspektif

Gender, Jakarta: PSW UIN, 2005

Tim Penyusun Kamus Besar bahassa Indonesia, Kamus Besar

Bahasa Indonesia,Edisi Ke-tiga, Jakarta: Balai Pustaka,

2007

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi

Penelitian Sosial, Edisi ke-2. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Wirartha, Mandhel, Metode Penelitian Sosial Ekonomi,

Yogyakarta, Penerbit Andi, 2006.

JURNAL:

Esti Winadhiayu, Neng, Budi Anna Keliat, dan Ice wardhani.

“Sustanability Yang Berhubungan dengan Implementasi

Comunity Mental Health Nursing (CMHN) Di Jakarta

Selatan dan Barat” Jurnal Ners Volume 09. No. 2 Oktober

2014, 305-312, Departemen Keperawatan Jiwa, Fakultas

Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Depok, 2014

Page 104: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

91

Handayani, Trisakti dan Wahyu Widodo, “Konsep Dasar

Implementasi Pengarustamaan Gender Pada Pendidikan

Keaksaraan Fungsional Di Provinsi Jawa Timur” Jurnal

Humanity Universitas Muhammadiyah Malang ISSN 0216-

8995 Jurusan Civic Hukum, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan dan Jurusan Peternakan, Fakultas Peternakan

Universitas Muhammadiyah Malang, 2016.

Rinawati, Fajar dan Moh Alimansur,“Analisa Faktor-Faktor

Penyebab Gangguan Jiwa Menggunakan Pendekatan

Model Adaptasi Stress” Jurnal Ilmu Kesehatan Volume 05,

No 01 November 2016, ISSN 2303-1433. Dosen Akademi

Keperawatan Dharma Husada Kediri, 2014.

Winanda, Yudha, Prof. Dr. Farida Hanum, M.Si, dan Puji Lestari

M.Hum “Implementasi Kesetaraan Gender Dalam Resimen

Mahasiswa Pasopati Universitas Negeri Yogyakarta”,

Jurnal UNY, Yogyakarta 2016

SKRIPSI:

Ali Nurdin, Muhammad, “Program Rahabilitasi Mental Pasien

Gangguan Mental Pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa Dan

Narkob Purbalingga, Jawa Tengah.” Prodi Bimbingan dan

Penyuluhan Islam, Jakarta 2018.

Asriani Nugraha, Dwi, “Komunikasi Antar Pribadi Perawat

Terhadap Pasien Cacat mental Dalam Proses Peningkatan

Kesadaran di Rumah Sakit Jiwa Dr. H. Marzoeki Mahdi

Bogor”. Jurusan Komunikasi Penyuaran Islam, Fakultas

Ilmu Dakwah dan Komunikasi Jakarta 2015

Dwi Novial Fitri, Linda, “Hubungan Pelayanan Mental

Community Mental Health Nursing (CMHN) Dengan

Tingkat Kemandirian Pasien Gangguan Jiwa Di Kabupaten

Bireun Aceh”.Thesis Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia Depok 2008.

Page 105: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

92

Ilham Yusuf, David, “Metode Pengasuhan Emosi Pada Anak

Cacat Mental.” Fakultas Dakwah Universitas Islam Negri

Yogyakarta, 2011.

Tri Santi, Endang, “Implementasi Kebijakan Menteri

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Republik Indonesia (Studi Terhadap Tap Menag

KPP&PA No 08/2010 Tentang Pedoman Perencanaan

dan Penganggaran Responsif Gender Bidang Ketenaga

Kerjaan dan Ketransmigrasian)”. Program Studi Ilmu

Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

INTERNET:

Jabbar Ramdhani- Detik News, terbit Minggu 18 Desember 03:33

WIB 2016 https://news.detik.com/berita/d-3374132/cerita-buruh-

perempuan-yang-alami-diskriminasi-gender-di-lingkungan-kerja.

Diakses pada tanggal 10 November 2017.

Muhammad Yamin, terbit Selasa 23 Februari 2016 www.kemenpppa.go.id/index.php/page/read/31/579/keterwakilan-

politik-perempuan-di-parlemen. Diakses pada 5 Januari 2019.

Kristian Erdianto - Kompas.com, terbit 21 Agustus 2016, 16:19

WIB http://nasional.kompas.com/read/2016/08/21/16192911/perempuan.

indonesia.masih.dalam.belenggu.diskriminasi Diakses pada 5

Januari 2019.

Indra Majid, terbit Juli 2016 http://www.psikoterapis.com/files/rangkuman-gejala-gangguan-

psikologis.pdf diakses pada September,2018.

Page 106: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

93

Page 107: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

94

Page 108: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

95

Page 109: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

96

Page 110: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

Implementasi Konsep Pelayanan RamahGender pada Pasien dengan Gangguan Mental

di Rumah Sakit Jiwa Islam Klender JakartaTimur.

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar S.Sos

Di susun oleh :

Istihanah Jamil AliNIM 1112052000004

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAMFAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH

JAKARTA2019 M/ 1440 H

Page 111: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan

2

Page 112: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan
Page 113: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan
Page 114: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan
Page 115: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan
Page 116: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan
Page 117: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan
Page 118: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan
Page 119: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan
Page 120: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan
Page 121: Implementasi Konsep Pelayanan Ramah pada Pasien dengan