113
i IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI SOSIAL KARYA WANITA MIRAH ADI MATARAM oleh Haerul Azmi NIM. 15.3.1.13.4.012 JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM (BKI) FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI (FDIK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM 2017

IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

i

IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI SOSIAL KARYA WANITA MIRAH ADI MATARAM

oleh Haerul Azmi

NIM. 15.3.1.13.4.012

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM (BKI)

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI (FDIK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

2017

Page 2: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

ii

IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI SOSIAL KARYA WANITA MIRAH ADI MATARAM

Skripsi

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar sarjana Sosial (S.Sos)

oleh

Haerul Azmi NIM. 15.3.1.13.4.012

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM (BKI)

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI (FDIK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

2017

Page 3: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi Oleh: Haerul Azmi, NIM: 153.134.012 dengan judul, “Implementasi Bimbingan Konseling Bagi Klien Balai Sosial Karya Wanita Mirah Adi Mataram” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.

Disetujui pada tanggal: 11 Januari 2018

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. H. Fahrurrozi, MA Rendra Khaldun, M. Ag NIP. 197512312005011010 NIP. 197807252007101001

Page 4: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

iv

NOTA DINAS PEMBIMBING

Mataram, 11 Januari 2018

Hal: Ujian Skripsi

Yang Terhormat Rektor UIN Mataram di Mataram

Assalamu’alaikum, Wr. Wb Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi maka kami berpendapat bahwa skripsi saudara: Nama Mahasiswa : Haerul Azmi NIM : 153.134.012 Jurusan/Prodi : BimbinganKonseling Islam Judul : “Implementasi Bimbingan Konseling Bagi

......................... .Klien Balai Sosial Karya Wanita Mirah Adi ………………….Mataram”

telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang munaqasyah

skripsi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Mataram. Oleh karena itu, kami berharap agar skripsi ini dapat segera dimunaqasyahkan.

Wassalamualaikum, Wr. Wb. Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. H. Fahrurrozi, MA Rendra Khaldun, M. Ag NIP. 197512312005011010 NIP.

197807252007101001

Page 5: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

vi

PENGESAHAN

Skripsi Oleh: Haerul Azmi, NIM: 15.3.13.4.012 dengan judul: Implementasi Bimbingan Konseling Bagi Klien Balai Sosial Karya Wanita Mirah Adi Mataram, telah dipertahankan di depan dewan penguji Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Mataram pada tanggal, 15 Januari 2018

Dewan Penguji

Dr. H. Fahrurrozi, MA (...............................) (KetuaSidang/Pemb. I)

Rendra Khaldun, M.Ag (...............................) (SekretarisSidang/Pemb. II)

Dr. H. Ms Udin, M.Ag

(...............................) (Penguji I)

Murdianto, M.Si (...............................) (Penguji II)

Mengetahui, Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Dr. H. Subhan Abdullah Acim, MA NIP. 197107102001121002

Page 6: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

vii

MOTTO

Artinya: Janganlah kamumendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah

suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk” (Sumber: Al-Quran Surah Al-Isra’: 32)1

1Al-Qur’an surah Al-Isra’ Ayat 32

Page 7: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

viii

PERSEMBAHAN

“Kupersembahkan skripsi ini untuk Allahku, Ibuku Raknah dan Amakku Sahlan, semua Dosenku, saudara-saudaraku Intan Komala Sari, Khaeril Makki, serta lembagaku UIN Mataram”

Page 8: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam dan

shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad, juga

kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya. Amin.

Penulis menyadari bahwa proses penyelesaian skripsi ini tidak akan sukses

tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu, yaitu mereka antara lain adalah:

1. Bapak Dr. H. Fahrurrozi, MA selaku dosen pembimbing I dan Bapak Rendra

Khaldun, M.Ag selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dan

memberikan motivasi serta pengetahuan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

2. Bapak Rendra Khaldun, M.Ag selaku ketua jurusan Bimbingan dan Konseling

Islam UIN Mataram dan Bapak Masruri, Lc., MA selaku sekertaris jurusan

Bimbingan dan Konseling Islam UIN Mataram.

3. Dr. H Subhan Abdullah Acim, MA selaku Dekan FDIK UIN Mataram yang

telah memberikan izin bagi terlaksananya penelitian ini.

4. Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi

tempat bagi peneliti untuk menuntut ilmu dan memberi bimbingan dan

peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus.

5. Terimakasih kepada ibu bapakku yang sudah bekerja keras dalam memenuhi

kebutuhanku selama saya kuliah, dan taklupa pula kepada adekku Intan

Komala Sari, adekku Khaeril Makki yang sudah memberikan semangat dalam

Page 9: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

x

penyusunan skripsi ini, dan semoga nantinya kalian juga bisa melanjutkan ke

UIN Mataram dan perguruan tinggi lainnya.

6. Kepada sahabat-sahabatku, Syukur, M.Si, Murniati, Eli, Lila, Rupawan, Nasri,

Hartawan, Sirajudin, Darmawan, dll, selanjutnya guru tercinta sahabat

Bahwan, yang saat ini lagi meneruskan jenjang S2 di Jakarta, dan saudara

Aziz Muslim, yang selama ini memberikan arahan serta motivasi dan

sarannya, tentunya tidak lupa juga kepada PMII yang telah banyak

mengajariku berbagai macam pengalaman yang sangat berarti dan terakhir

saya ucapkan terimakasih juga kepada Hilyatun Zohriana yang telah

memberikan dukungan, dan fasilitas untuk mengerjakan skripsiku ini. Tanpa

bantuan kalian penyusunan ini tidak akan sempurna.

7. Atas semua bantuan yang telah diberikan maka penulis hanya mampu

mengucapkan “Jaza Kumullah Khairon Jaza” semoga apa yang telah mereka

berikan dicatat sebagai amal kebaikannya disisi Allah SWT. Amin yaa robbal

alamin. dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi semesta. Amin.

Mataram,

Penulis,

Haerul Azmi

Page 10: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL. ........................................................................................................... i

HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................................ iii

NOTA DINAS PEMBIMBING ............................................................................................ iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................................... v

PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ................................................................................... vi

HALAMAN MOTTO ........................................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ix

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................. xiv

ABSTRAK ............................................................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 1

B. Fokus Penelitian ................................................................................................ 7

C. TujuandanManfaat ............................................................................................ 7

D. RuangLingkupPenelitian ................................................................................... 8

E. Telaah Pustaka .................................................................................................. 9

F. Kerangka Teoritik ............................................................................................ 17

G. Metode Penelitian............................................................................................. 30

BAB II PAPARAN DATA DAN HASIL TEMUAN ........................................ 43 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................................ 43

1. Sejarah berdirinya BSKW Mirah Adi ........................................................ 43

2. Letak Geografis .......................................................................................... 44

Page 11: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

xii

3. Landasan Hukum ....................................................................................... 45

4. Visi dan Misi .............................................................................................. 46

5. Tujuan dan Fungsi ...................................................................................... 47

6. Playanan dan Program BSKW Mirah Adi Mataram .................................. 47

7. Struktur Organisasi..................................................................................... 48

8. Sarana dan Prasarana.................................................................................. 50

B. Hasil Temuan Lapangan ................................................................................... 51

1. Proses Bimbingan dan Konseling yang Efektif untuk Pegawai Seks Komersial di BSKW Mirah Adi Mataram ................................................. 51

2. Hambatan-hambatan BSKW Mirah Adi Mataram dalam proses bimbingan dan konseling ........................................................................... 63

BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................... 70 A. Bimbingan Konseling Bagi PSK di BSKW Mirah Adi Mataram .............. 70

B. Hambatan-hambatan dalam Bimbingan Konseling Bagi PSK di BSKW Mirah Adi Mataram.................................................................................... 90

BAB IV PENUTUP ............................................................................................... 94 A. Kesimpulan ................................................................................................ 94

B. Saran ........................................................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 97 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 12: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 01. I Telaah Pustaka

Tabel 02. I Rancangan, Target Informasi dan Data Wawancara

Tabel 01. II Data Kepengurusan/Pegawe BSKW Mirah Adi Mataram

Tabel 02.II Data Intervie Sarana dan Pra Sarana BSKW Mirah Adi

Mataram

Tabel 03.II Data Tentang Pelaksanaan Kegiatan Dalam Memberikan

Bantuan Bimbingan Klien BSKW Mirah Adi Mataram

Page 13: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 01.II Struktur organisasi BSKW Mirah Adi Mataram

Page 14: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

xv

IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BSKW MIRAH ADI MATARAM

Oleh:

Haerul Azmi NIM: 153.134.013

ABSTRAK

Penelitianini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses bimbingan dan konseling yang efektif untuk PSK di BSKW Mirah Adi Mataram. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan serta hambatan dan rintangan dalam proses bimbingan konseling.

Penelitian ini menggunakan pendekatan metode deskriptif, kualitatif Pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi dengan 5 pegawai sebagai informan. Analisis data menggunakan tiga komponen yaitu, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil dari penelitian ini menemukan adanya klien di BSKW “Mirah Adi” Mataram yang ditampung mengikuti binaan atau bimbingan berupa: a) bimbingan fisik, b) bimbingan mental, dan c) bimbingan keterampilan. Selain itu adanya jenis bimbingan keterampilan berupa: a) bimbingan tata busana, b) bimbingan tata boga, dan c) bimbingan tata rias.

Selain itu penelitian tentang implementasi bimbingan konseling bagi klien BSKW “Mirah Adi” Mataram, tentunya pada kasus tertentu akan menghasilkan dampak positif jika memang para klien betul-betul mengikuti proses bimbingan dengan baik.

Kata kunci: Implementasi Bimbingan Konseling, PSK, Klie.

Page 15: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Prostitusi saat ini tumbuh dan berkembang di Indonesia pada

umumnya dan di NTB pada khususunya adalah hal yang tidak tabu. Faktor

sosial, budaya, ekonomi, dan agama menjadi beberapa hal yang

melatarbelakangi yang tentu saja semua itu mempunyai dampak yang sangat

kompleks dalam kehidupan. Misalkan dalam bidang sosial, masih banyaknya

kita temukan generasi muda yang berpendidikan rendah sehingga dapat

terjerumus dalam hal-hal yang negatif dan kurangnya pengawasan lingkungan

itu sendiri. Dalam bidang budaya, adanya pengaruh budaya asing tanpa

memilah dan memilih budaya yang cocok untuk diterapkan dalam kehidupan

bermasyarakat baik dalam bidang ekonomi, kurangnya lapangan pekerjaan

didaerah tempat tinggal sehingga masyarakat akan melakukan apa saja untuk

dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari termasuk dengan cara menjual

kehormatan.2

Menurut G. May dalam Kartini Kartono yang memandang prostitusi

menekankan masalah barter atau dengan kata lain perdagangan secara tukar

menukar, yaitu menukarkan pelayanan seks dengan bayaran uang, hadiah atau

barang berharga lainnya. Selanjutnya, penulis mengemukakan definisi

2 Kartini Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2015), h. 209.

Page 16: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

17

pelacuran sebagai berikut. Prostitusi adalah bentuk penyimpangan seksual,

dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan tidak

terintegrasi dalam bentuk pelampiasan nafsu-nafsu sek tanpa kendali dengan

banyak orang, disertai eksploitasi dan komersialisasi seks yang impersonal

tanpa afeksi sifatnya.3 Namun dalam kenyataannya, gadis-gadis itu dijadikan

korban oleh calo-calo atau organisasi-organisasi gelap penjual wanita.

Mereka kemudian di jerumuskan kedalam dunia pelacuran, untuk melakukan

pelayanan bandit-bandit seks dan melakukan adegan-adegan yang sangat

cabul dan menjijikkan.

Norma adat pada dasarnya melarang pelacuran. Akan tetapi, setiap

daerah itu tidak sama peraturannya dan kebanyakan norma tersebut tidak

tertulis. Pelarangan pelacuran itu berdasarkan pelarangan sebagai berikut,

tidak menghargai diri wanita, diri sendiri, penghinaan terhadap istri dan pria-

pria yang melacurkan diri tidak menghormati kesucian perkelaminan

(sakralitas seks), menyebabkan penyebaran penyakit kotor, dan mengganggu

keserasian perkawinan.

Norma agama pada umumnya juga melarang pelacuran. Surat Al-Isra’

ayat 32, menyebutkan “Dan janganlah kamu sesekali melakukan perzinaan,

sesungguhnya perzinaan itumerupakan suatu perbuatan yang keji, tidak

sopan, dan jalan yang buruk”. Dan juga surat An-Nur ayat 2 menyatakan

pelarangan “Perempuan dan laki-laki yang berzina, deralah kedua-duanya,

masing-masing seratus kali dera. Janganlah sayang pada kedua-duanya

3 Ibid.,h.209

Page 17: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

18

dalam menjalankan hukum agama Allah, kalau kamu betul-betul beriman

kepada Allah dan hari kemudian, dan hendaknya hukuman bagi keduanya itu

disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman”.

Sebab perzinaan adalah persetubuhan antara laki-laki dengan

perempuan yang tidak sopan di luar perkawinan yang melanggar kesopanan,

merusak keturunan, menyebabkan penyakit kotor, menimbulkan

persengketaan, ketidak rukunan dalam keluarga, dan malapetaka lainnya.4

Menurut pendapat para ahli jiwa, yang mengendalikan kelakuan dan

tindakan seseorang adalah kepribadiannnya. Kepribadian tumbuh dan

terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang dilaluinya sejak lahir. Bahkan

sejak dalam kandungan, seorang ibu sudah memiliki pengaruh terhadap

kelakuan si anak dan terhadap kesehatan mentalnya pada umumnya. Dengan

berkembangnya ilmu jiwa (psikologi), diketahui bahwa manusia memerlukan

bantuan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapinya dan munculah berbagai

bentuk pelayanan kejiwaan, dari yang paling ringan (bimbingan), sedang

(konseling) dan paling berat (terapi) sehingga berkembanglah psikologi yang

memiliki cabang-cabang terapan, diantaranya, bimbingan, konseling, dan

terapi.5

Selanjutnya, ditemukan bahwa agama terutama agama Islam,

mempunyai fungsi-fungsi pelayanan bimbingan, konseling, dan terapi yang

filosofinya didasarkan atas ayat-ayat al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Proses

pelayanan bimbingan, konseling, dan psikoterapi dalam Islam, membawa

4 Ibid., h. 212. 5 Anas Salahudin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h. 103

Page 18: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

19

umatnya pada peningkatan iman, ibadah, dan jalan hidup yang diridhoi Allah

SWT. Dengan demikian, semangat ajaran Islam sesungguhnya berisi

bimbingan kepada umatnya agar selalu hidup dalam kebenaran dan

kedamaian, yang dilalui dengan penuh kesabaran dan ketawakkalan kepada

yang Maha Pencipta. Semangat ajaran bimbingan ini bahkan tertuang dalam

surah al-Isra’ dan surah an-Nur yang menurut para ahli tafsir al-Qur’an al-

Karim surat ini dinamakan sebagai surah mu’addibah, yakni tata cara bergaul

dengan sesama manusia.6

Jadi, sangat jelas bahwa peranan agama, tentunya yang diyakini oleh

umatnya, sangat berpengaruh pada kepribadiannya. Oleh karena itu, pribadi

seseorang dapat dipengaruhi oleh ajaran agamanya. Dengan begitu, peran

agama dalam kegiatan bimbingan dan konseling, tentu sangat besar, terutama

dalam membentuk aspek kepribadian dan kejiwaan seseorang.7

Untuk mencapai tujuan tersebut supaya bagaimana caranya seorang

konselor mempengaruhi klien guna untuk bisa keluar dari permasalahan yang

dialami. Sikap dan keterampilan konselor adalah yang utama untuk

menciptakan peran serta klien secara aktif dalam konseling secara

keseluruhan. Faktor intelegensi klien juga mempengaruhi apakah tujuan

konseling dapat tercapai atau tidak. Hal ini disebabkan karena klienlah yang

bertindak paling banyak dalam menentukan pilihan atau keputusan yang

ditujukan untuk dirinya sendiri. Pemahaman dan penalaran yang baik dari

klien akan mempermudah memecahkan masalah sekaligus proses aktualisasi

6 Ibid. h. 102 7 Ibid., h.104

Page 19: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

20

dirinya. Maka apabila proses konseling telah usai dimana tujuan-tujuan yang

ingin dicapai telah terjadi, maka pada saat itulah terminasi dilakukan. Hal

yang berbeda yang dinyatakan dalam APA (American psichological

association) bahwa konselor harus berusaha mengakhiri proses konseling

apabila telah jelas klien tidak memperoleh manfaat dari hubungan tersebut. 8

Ada beberapa penyebab lain yang memungkinkan terminasi dilakukan

sebelum proses konseling selesai sehingga beberapa tahap kerja tidak dilalui.

Hal yang perlu dipahami menyikapi hal ini adalah baik konselor ataupun

klien tidak akan melakukan terminasi tanpa alasan yang jelas. Oleh karena

itu, bila salah satu pihak melakukan terminasi prematur, ada baiknya pihak

lain menghormati keputusan tersebut.9

Kehidupan manusia memang membutuhkan dukungan moral diwaktu

menempuh kekecewaan, kesulitan, dan kekalutan. Karena manusia gagal

mengejar aspirasinya. Dihadapkan dengan problema yang mengecewakan dan

membingungkan, maka agama menyediakan sarana penting dalam

menghadapi problemnya itu. Dalam kondisi demikian, agama telah

memberikan dukungan dalam mengatasi kesulitan, menopang nilai-nilai,

memperkuat mental dan membantu mengurangi kekecewaan.10

Penanganan sebuah kasus dapat dipandang sebagai upaya-upaya

khusus untuk secara langsung menangani pokok permasalahan yang

dimaksudkan. Penanganan kasus dalam pengertian khusus menghendaki

8Namora Lurmongga Lubis, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan

Praktek, (Jakarta: PT Kharisma Putra Utama, 2011), h. 128. 9 Ibid. 129 10Anas Salahudin, Bimbingan..., h. 124.

Page 20: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

21

strategi dan teknik-teknik yang sifatnya khas sesuai dengan pokok

permasalahan yang akan ditangani. Disinilah diperlukan keahlian konselor

untuk menjelajahi masalah, menetapkan masalah pokok yang menjadi sumber

permasalahan secara umum, memilih strategi dan teknik penanganan masalah

pokok, serta menerapkan strategi dan teknik yang dipilihnya.

Keadaan demikian telah membuat kondisi dan kinerja dari Balai

Sosial Karya Wanita Mirah Adi Mataram untuk terus mengadakan perbaikan

dalam program kesejahteraan terhadap pelayanan kesejahteraan sosial,

dengan memberikan pelayanan pengganti dalam memenuhi kebutuhan yaitu

dengan adanya bimbingan fisik, mental, dan sosial serta agama. Konsep

kesejahteraan sosial sebagai suatu sistem lembaga-lembaga dan pelayanan

sosial. Tujuan dari sistem tersebut adalah untuk mewujudkan

keanekaragaman pelayanan sosial dan meningkatkan pengetahuan serta

keterampilan atau keahlian bagi yang mengalami masalah sosial sehingga

dapat memiliki kemampuan yang bisa di terapkan di tengah-tengah

perkembangan tuntutan dan kebutuhan yang nyata.

Berdasarkan latar belakang di atas yang menarik adalah model

bimbingan apa saja yang dilakukan dan bagaimana proses bimbingan itu

dilakukan untuk pekerja seks komersial (PSK) di Balai Sosial Karya Wanita

Mirah Adi Mataram. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik

melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Bimbingan Konseling

Bagi Klien Balai Sosial Karya Wanita Mirah Adi Mataram”.

Page 21: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

22

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka fokus penelitian yang

diteliti tersebut muncul pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana proses bimbingan dan konseling yang efektif bagi pekerja seks

komersial di BSKW Mirah Adi Mataram?

2. Apa saja hambatan-hambatan dalam proses bimbingan dan konseling bagi

pekerja seks komersial di BSKW Mirah Adi Mataram?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

secara umum maupun secara khusus adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui proses bimbingan dan konseling yang efektif bagi pekerja

seks komersial di BSKW Mirah Adi Mataram.

b. Mengetahui hambatan-hambatan dalam proses bimbingan dan

konseling bagi pekerja seks komersial di BSKW Mirah Adi Mataram.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Secara Teoritis

1) Dapat memperkaya dan menambah khazanah keilmuan terutama

dalam bidang sosial. Serta dapat memperoleh pengetahuan dan

memperluas wawasan peneliti tentang peranan BSKW Mirah Adi

Mataram dalam mengatasi masalah prostitusi.

Page 22: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

23

2) Sebagai informasi untuk penelitian yang lain dalam melakukan

penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor lain yang belum

diungkap.

b. Manfaat Secara Praktis

1) Bagi lembaga atau panti sosial yang bersangkutan mendapat

masukan-masukan yang bermanfaat untuk perbaikan dalam

menangani bimbingan dan konseling bagi kliennya kedepan.

2) Diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui kelemahan dan

kekurangan serta hambatan dan rintangan dalam bimbingan dan

konseling. Sehingga dapat direalisasikan program bimbingan dan

konseling yang lebih efektif dimasa yang akan datang.

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di BSKW “Mirah Adi” Mataram.

Lokasi ini menjadi obyek penelitian peneliti dengan didasari oleh beberapa

pertimbangan yaitu :

1. Balai sosial “Mirah Adi” Mataram adalah satu-satunya tempat

rehabilitasi bagi wanita tuna susila (WTS) yang terjaring dalam operasi

penertiban atau masyarakat penyandang masalah sosial.

2. Prostitusi adalah penyakit sosial yang sulit dan bahkan tidak mungkin

untuk dihilangkan, dan Balai Sosial Karya Wanita “Mirah Adi” Mataram,

sebagai tempat rehabilitasi mendapat sorotan atau perhatian penuh dari

berbagai kalangan masyarakat terhadap sepak terjangnya.

Page 23: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

24

3. Balai Sosial Karya Wanita “Mirah Adi” Mataram adalah tempat yang

tepat dalam pandangan penulis terhadap persoalan PSK, dan lokasi

penelitian sangat strategis (tidak jauh) sehingga tidak terlalu memakan

waktu yang banyak untuk mencari data, dan mudah bagi penulis dalam

mengambil dan menggali data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

E. Telaah Pustaka

Penulisan skripsi tentang Implementasi Bimbingan Konseling Bagi

Klien BSKW Mirah Adi Mataram memang tidak pernah dilakukan oleh orang

lain. Walaupun ada pembahasan secara khusus mengenai PSK dan WTS.

Dalam beberapa skripsi mahasiswa UIN Mataram, seperti yang ditulis oleh:

1. Shuratul Aini, “Efektifitas Pola Pembinaan Sosial Dalam Rangka

Pemberdayaan Klien di Balai Seks Kerja Wanita (BSKW) Mirah Adi

Mataram”, peneliti memfokuskan kajian dalam penelitian, lebih kepada

cara pembinaan dan cara pemberdayaan. Karena pembinaan serta

pemberdayaan itu sangat penting bagi para pekerja seks komersial, dalam

rangka merehabilitasi para pecandu seks yang ada di BSKW Mirah Adi.

Perbedaan dalam penelitian ini adalah, di mana Shuratul meneliti tentang

bagaimana pola pembinaan sosial dalam rangka pemberdayaan Klien,

sedangkan peneliti meneliti tentang bagaimana penerapan bimbingan dan

konseling bagi PSK. Sedangkan persamaan dalam penelitian ini adalah

sama-sama meneliti di bskw Mirah Adi Mataram.11

11Shuratul Aini, “Efektifitas Pola Pembinaan Sosial dalam Rangka Pemberdayaan “ di

Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mirah Adi Mataram, (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram, Mataram, 2008), h. 28.

Page 24: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

25

2. Riana Amelia, mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

program studi Bimbingan Penyuluhan Islam UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta pada tahun 2011 juga melakukan penelitian dalam bentuk skripsi

yang berjudul “Metode Bimbingan Mental Spiritual terhadap

Penyandang Masalah Tuna Susila di PSKW “Mulya Jaya” Jakarta”.

Relevansi penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan penulis

yaitu sama-sama meneliti mengenai pelayanan dan rehabilitasi sosial

terhadap PSK. Di dalam penelitian ini dijelaskan bahwa maraknya tuna

susila merupakan permasalahan yang diakibatkan karena rendahnya

pengetahuan spiritual para penyandang masalah tuna susila, sehingga perlu

adanya bimbingan mental spiritual agar para penyandang masalah tuna

susila dapat mengenal dan mengetahui ilmu agama lebih dalam dan dapat

mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka tidak

lagi terjerumus dalam kegiatan seks komersial. Penelitian ini lebih

menekankan hanya pada pelayanan dan rehabilitasi sosial PSK dalam

bentuk bimbingan mental spiritual. Sedangkan dalam penelitian ini,

peneliti terfokus kepada bagaimana penerapan bimbingan dan konseling.

Letak perbedaan dengan peneliti adalah lokasi penelitian, dimana Riana

meneliti di PSKW Mulya Jaya Jakarta, dan peneliti meneliti di BSKW

Mirah Adi Mataram. 12

12 Riana Amelia, “Metode Bimbingan Mental Spiritual Terhadap Penyandang Masalah

Tuna Susila di PSKW Mulya Jakarta, (Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah , Jakarta, 2011), h. 30.

Page 25: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

26

3. Siti Zulaeha, “Metode Dakwah Islamiah Dalam Pembinaan Tuna Susila

di Balai Sosial Karya Wanita (BSKW) Mirah Adi Mataram”. Perbedaan

dalam penelitian ini adalah Siti Zulaeha memfokuskan kajian dalam

penelitian lebih kepada metode dakwah islamiah, sedangkan peneliti lebih

membahas tentang bagaimana penerapan bimbingan dan konseling.

Sedangkan persamaan dalam penelitian ini adalah lokasi penelitian,

dimana dalam penelitian ini sama-sama meneliti di BSKW Mirah Adi

Mataram. 13

13Siti Zulaeha, “Metode Dakwah Islamiah Dalam Pembinaan Tuna Susila” di Panti

Sosial Karya Wanita (PSKW) Mirah Adi Mataram, (Skripsi, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram, Mataram, 2008), h. 23.

Page 26: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

27

Tabel 01.1

Tabel Telaah Pustaka

No Nama Judul Skripsi Metode Penelitian Kerangka Teori Persamaan Perbedaan

1 Shuratul

Aini

“Efektifitas Pola

Pembinaan Sosial

Dalam Rangka

Pemberdayaan

Klien di Balai Seks

Kerja Wanita

(BSKW) Mirah Adi

Mataram”,

Penelitian yang di

pakai dalam penelitian

skripsi Shuratul Aini

adalah metode kua-

litatif

1. Pengertian

a. Efektivitas

b. Pembinaan

c. Pemberdayaan

d. Klien

e. Panti sosial

2. Prostitusi

a. Sejarah

prostitusi

b. Peng. Prostitusi

Sama-sama me-

neliti di BSKW

Mirah Adi Ma-

taram

Shuratul Aini

meneliti tentang

bagaimana pola

pembinaan sosial

dalam rangka

pemberdayaan

klien, sedangkan

peneliti meneliti

tentang

bagaimana

Page 27: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

28

c. Faktor-faktor

penyebab

maraknya

prostitusi

d. Jenis danbentuk

praktek pros-

titusi

e. Dampak sosial

yang ditim-

bulkan

penerapan

bimbingan

konseling bagi

PSK.

2 Riana

Amelia

“Metode

Bimbingan Mental

Spiritual terhadap

Penyandang

Penelitian yang di

pakai dalam penelitian

skripsi Riana Amelia

adalah metode kua-

A. Pengertian metode

bimbingan

1. Pengertian me-

tode

Penelitian ini le-

bih menekankan

hanya pada pe-

layanan dan re-

Perbedaan pe-

nelitian adalah

lokasi peneliti-

annya

Page 28: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

29

Masalah Tuna

Susila di PSKW

“Mulya Jaya”

Jakarta”.

litatif 2. Pengertian bim

bingan

B. Pengertian mental

spritual

1. Pengertian

mental

2. Pengertian

spritual

C. Penyandang ma-

salah tuna susila

1. Pengertian tuna

susila

2. penyebab tim-

bulnya

habilitasi sosial

dalam bentuk

bimbingan men-

tal spiritual. Se-

dangkan dalam-

penelitian ini,

peneliti terfokus

kepada bagai-

mana penerapan

bimbingan dan

konseling.

Page 29: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

30

pelacuran

3. Akibat pelacuran

4. Penanggulangan

pelacuran atau

prostitusi

3 Siti

Zulaeha

Metode Dakwah

Islamiah Dalam

Pembinaan Tuna

Susila di Balai

Sosial Karya

Wanita (BSKW)

Mirah Adi

Mataram

Penelitian yang di

pakai dalam penelitian

skripsi Siti Zulaeha

adalah metode kua-

litatif

A. Pengertian Metode

Dakwah Islamiah

1. Pengertian Metode

2. Pengertian Dakwah

3. Pengertian Islami

B. Penyandang Masa-

lah Tuna Susila

1. Pengertian Tuna

Susila

Sama-sama me-

neliti di BSKW

Mirah Adi Ma-

taram

Siti Zulaeha

memfokuskan

kajiannya dalam

penelitian lebih

kepada metode

dakwah islamiah.

Sedangkan

peneliti lebih

membahas ten-

Page 30: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

31

2. Sejarah Prostitusi

3. Akibat Prostitusi

4. Penanganan Pro-

stitusi

tang bagaimana

penerapan bim-

bingan dan kon-

seling.

4 Haerul

Azmi

Implementasi

Bimbingan

Konseling Bagi

Klien Balai

SosialKarya

Wanita Mirah Adi

Mataram

Penelitian yang di

pakai dalam penelitian

skripsi Haerul Azmi

adalah metode kua-

litatif

1. Pengertian Bim-

bingan Konse-

ling

2. Tujuan Dan

Fungsi Bimbi-

ngan Konseling

3. Langkah-Lang-

kah dalam Kon-

seling

4. Pekerja Seks

Komersial

Sama-sama me-

neliti di BSKW

Mirah Adi Ma-

taram

Peneliti lebih

Menekankan pada

Proses

danhambatanKon

seling yang

dilakukan di balai

sosialkarya

wanita Mirah Adi

Mataram.

Page 31: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

32

F. Kerangka Teoritik

1. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling berasal dari dua kata, yaitu bimbingan

dan konseling. Bimbingan merupakan terjemahan guidance yang di

dalamnya terkandung beberapa makna yakni menunjukkan, mengarahkan,

menentukan, mengatur atau mengemudikan. Bimbingan merupakan

bimbingan yang diberikan kepada individu dari seorang yang ahli. Akan

tetapi, tidak sesederhana itu untuk memahami pengertian bimbingan.

Pengertian formal telah diungkapkan formal sejak awal abad ke-20, yang

diprakarsai oleh Frank Parson pada tahun 1908. Menurut Frank Person,

Bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu untuk memilih,

mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan, serta mendapat

kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya.14

Konseling (counseling) biasanya kita kenal dengan istilah

penyuluhan, yang secara awam dinamakan penerangan, informasi, atau

nasihat kepada pihak lain. Istilah penyuluhan sebagai padanan konseling

bisa diterima secara luas, tetapi dalam pembahasan ini, konseling tidak

dimaksudkan dalam pengertian tadi. Konseling sebagai cabang ilmu dan

peraktek pemberian bantuan kepada individu pada dasarnya memiliki

pengertian yang spesifik sejalan dengan konsep yang dikembangkan dalam

lingkup profesinya

14Anas Salahudin, Bimbingan..., h. 13.

Page 32: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

33

Diantara berbagai disiplin ilmu, yang memiliki kedekata hubungan

dengan konseling iyalah psikologi, bahkan secara khusus dapat diartikan

bahwa konseling merupakan aplikasi dari psikologi terutama jika dilihat

dari tujuan teori yang digunakan, dan proses penyelenggaraannya.

Carl Rogers dalam Latipun, seorang psikolog humanistik

terkemuka, berpandangan bahwa konseling merupakan hubungan terapi

dengan klien yang bertujuan untuk melakukan perubahan self (diri) pada

pihak klien. Pada intinya Rogers dengan tegas menekankan pada

perubahan sistem self klien sebagai tujuan konseling akibat dari struktur

hubungan konselor denga kliennya. Sedangkan konseling menurut

Prayitno dan Erman Amti adalah proses bantuan yang dilakukan melalui

wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu

yang sedang mengalami masalah (disebut klien) yang bermuara pada

teratasinya masalah yang dihadapi klien15.

Dari pengertian diatas maka dapat dinyatakan bahwa bimbingan

dan konseling adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada individu

secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli

yang telah mendapatkan latihan khusus untuk hal itu, dengan tujuan

individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat

mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk

15 Latipun, Psikologi Konseling, (Malang, UMM Pres 2015), h. 3

Page 33: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

34

mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejahteraan

dirinya dan kesejahteraan masyarakat.16

2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Dan Konseling

Bimbingan dan konseling yang merupakan sebagai bentuk usaha

atau upaya dalam membantu klien baik dalam merubah maupun dalam

menemukan solusi terhadap masalah yang dihadapi. Selain itu, bimbingan

dan konseling pada dasarnya memiliki tujuan dan fungsi yang sangat

penting untuk dipahami oleh seorang konselor, karena tujuan dan fungsi

dapat mengarahkan konselor untuk melakukan bimbingan dan konseling

lebih sistematis dan terarah dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

Adapun tujuan dan fungsi bimbingan dan konseling adalah sebagai

berikut:

f. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Adapun beberapa tujuan bimbingan dan konseling seperti yang

dijelaskan oleh Prayitno dalam Deni Febrini, adalah:

1) Menemukan pribadi.

Pada tujuan ini, konselor mengarahkan pada prinsip

pengenalan kekuatan dan kelemahan diri sendiri serta menerima

secara positif dan dinamis sebagai modal dalam pengembangan

diri lebih lanjut.

16 Ibid., h.15-16.

Page 34: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

35

2) Mengenal lingkungan.17

Pada konteks ini, pengenalan lingkungan sosial secara

obyektif dan ekonomi lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan

norma maupun lingkungan fisik dan menerima segala kondisi

lingkungan itu (baik pada tataran lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah maupun lingkungan masyarakat) secara positif dan

dinamis pula.

3) Merencanakan masa depan

Perencanaan masa depan merupakan langkah yang harus

dipahami oleh seorang klien, yang mana hal ini merupakan tugas

dan kewajiban konselor dalam membimbing dan mengkonseling

klien. Di mana perencanaan masa depan dimaksudkan untuk

memberikan atau mendorong klien agar mampu

mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa

depannya sendiri, baik yang menyangkut pendidikan, karir, dan

keluarga.18

g. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan konseling sangatlah penting bagi lembaga-

lembaga sosial maupun pendidikan utuk dilakukan. Karena dapat

memeberikan manfaat dan fungsi bagi semua pihak, tidak hanya

manfaat bagi konselor secara langsung juga bagi klien. Adapun

17 Deni Febrini, Bimbingan Konseling, (Yogyakarta: Teras, 2011), h.13 18 Ibid.,h.14

Page 35: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

36

beberapa fungsi dalam bimbingan dan konseling adalah sebgai

berikut:

1) Fungsi pemahaman

Fungsi pemahaman merupakan fungsi yang dapat

membantu klien dalam memiliki pemahaman terhadap dirinya

(potensi yang dimiliki) maupun dalam memahami lingkungannya

(baik pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Sejalan dengan

ini klien diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya

secara optimal dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan

secara dinamis dan konstruktif.

2) Fungsi preventif

Pada pemahaman ini fungsi priventif berkaitan dengan

upaya konselor untuk senantiasa memiliki upaya pencegahan

dalam mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi,

guna tidak dialami oleh klien. Selain itu, konselor dapat

memberikan cara dalam menghindari diri dari perbuatan atau

kegiatan yang membahayakan. Misalnya bahanya minuman keras,

penyalah gunaan obat-obatan dan atau pergaulan bebas.

3) Fungsi pengembangan

Bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari

fungsi-fungsi lainnya merupakan fungsi dari pengembangan itu

sendiri. Dalam hal ini, konselor senantiasa berupaya untuk

menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Konselor secara

Page 36: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

37

sinergi merupakan sebagai teamwork berkolaborasi atau

bekerjasama dalam merencanakan dan melaksanakan program

bimbingan yang secara sistematis dan berkesinambungan guna

membantu klien untuk mencapai tugas-tugas perkembangannya.

4) Fungsi penyembuhan

Pada kontek ini, penyembuhan dalam bimbingan dan

konseling harus bersifat kuratif. Dimana fungsi ini berkaitan erat

dengan upaya pemberian bantuan kepada klien yang telah

mengalami masalah, baik yang menyangkut aspek pribadi, sosial,

belajar, maupun karir.

5) Fungsi adaptasi

Fungsi adaptasi merupakan fungsi yang dapat membantu

para konselor atau pelaksana pendidikan untuk menyesusaikan

program bimbingan dan konseling atau pendidikan terhadap

latarbelakang pendidikan, minat, kemampuan, dan ataupun

kebutuhan klien.

6) Fungsi perbaikan

Fungsi perbaikan yaitu, fungsi bimbingan dan konseling

untuk membantu klien dalam memperbaiki baik kekeliruan dalam

berfikir, berperasaan, dan bertindak. Dimana konselor dalam hal

ini dapat melakukan intervensi terhadap klien agar memiliki pola

fikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat

Page 37: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

38

sehingga dapat mengantarkan klien kepada tindakan atau

kehendak yang produktif dan normatif.

7) Fungsi pemeliharaan

Fungsi pemeliharaan merupakan fungsi bimbingan dan

konseling untuk membantu klien supaya dapat menjaga diri dan

mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam

dirinya. Dengan memfasilitasi klien, konselor sedini mungkin

dapat menghindarkan klien dari kondisi-kondisi yang dapat

menyebabkan penurunan produktivitas klien.19

3. Langkah-langkah Dalam Bimbingan Dan Konseling

Adapun langkah-langkah dalam bimbingan dan konseling adalah

sebagai berikut:

a. Identifikasi Masalah

Pada langkah ini, yang harus diperhatikan konselor dalam

mengidentifikasi masalah klien adalah mengenal gejala-gejala awal dari

suatu masalah yang dihadapi. Gejala-gejala awal adalah apabila klien

menunjukkan tingkah laku berbeda atau menyimpang dari biasanya

yang mana hal ini harus dilakukan secara teliti dan hati-hati dengan

memperhatikan gejala-gejala yang nampak, kemudian di analisis, yang

pada akhirnya di evaluasi. Dengan demikian, gejala-gejala yang

berbeda dari biasanya tersebut maka dapat di identifikasi sebagai gejala

dari suatu masalah yang sedang dialami.

19 Deni Febrini, Bimbingan Konseling, (Yogyakarta: Teras, 2011), h.17

Page 38: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

39

b. Diagnosis

Langkah diaknosis merupakan langkah penetapan “masalah”

berdasarkan analisis dari latar belakang yang menjadi timbulnya

masalah. Dalam langkah ini juga dilakukan pengumpulan data

mengenai berbagai hal yang menjadi latar belakang atau yang

melatarbelakangi gejala yang muncul.

c. Prognosis

Langkah prognisis ini, pembimbing atau konselor menetapkan

alternatif tindakan bantuan yang akan diberikan, yang kemudian

melakukan perencanaan mengenai jenis dan bentuk masalah yang

sedang dihadapi klien. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan konselor

dalam menetapkan prognosis adalah sebagai berikut:

1) Pendekatan yang akan diberikan dilakukan secara perorangan atau

kelompok.

2) Siapa yang akan memberikan bantuan, apakah guru, konselor, dokter

atau individu lain yang lebih ahli.

3) Kapan bantuan akan dilaksanakan, atau hal-hal yang perlu

dipertimbangkan. Dengan kata lain, apabila dalam memberikan

bimbingan konselor mengalami kendala, yaitu tidak bisa

diselesaikan karena terlalu sulit untuk ditangani oleh konselor, maka

penanganan kasus terbut perlu dialihkan penyelesaiannya kepada

orang yang lebih berwenang.

Page 39: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

40

4) Pemberian bantuan. Setelah konselor merencanakan pemberian

bantuan maka dilanjutkan dengan merealisasikan langkah-langkah

alternatif bantuan berdasarkan masalah dan latarbelakang yang

menjadi penyebabnya.

d. Evaluasi

Pada tahap akhir ini setelah konselor dan klien melakukan

beberapa kali pertemuan dan mengumpulkan data dari beberapa klien

maka langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi. Dari beberapa

data yang telah terkumpul baik melalui wawancara, angket, observasi

diskusi, dokumentasi dan sebagainya. Kemudian konselor mengadakan

evaluasi untuk mengetahui sampai sejauh mana upaya pemberian

bantuan telah dilaksanakan dan bagaimana hasil dari pemberian

tersebut. Dari evaluasi tersebut dapat dimabil langkah-langkah

selanjutnya: apabila pemberian bantuan kurang berhasil, maka konselor

dapat merubah tindakan atau mengembangkan bantuan kedalam bentuk

yang berbeda.20

4. Pekerja Seks Komersial

Seks merupakan energi psikis yang ikut mendorong manusia untuk

aktif bertingkah laku. Freud dalam Kartini Kartono menyebutnya seks

sebagai libido sexualis. Seks juga merupakan mekanisme bagi manusia

untuk mengadakan keturunan. Karena itu, seks dianggap sebagai

mekanisme yang sangat vital, di mana manusia bisa mengabadikan

20 Ibid.., h. 123-126

Page 40: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

41

jenisnya.21 Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut pekerja seks

komersial (PSK) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perempuan

yang melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya secara

berulang-ulang di luar pernikahan yang sah dengan mendapatkan materi

(uang) dan atau jasa. Pekerja seks komersial (PSK) merupakan sasaran

utama penelitian di bskw Mirah Adi Mataram

W. A Bonger dalam Kartini Katono mendevinisikan prostitusi

sebagai gejala masyarakat di mana wanita menjual diri melakukan

perbuatan-perbuatan seksual sebagai mata pencaharianya. Pada definisi ini

jelas dinyatakan adanya proses penjualan diri sebagai “profesi” atau mata

pencaharian sehari-hari, dengan jalan mencari relasi-relasi seksual. Sarjana

P. J. De Bruine Van Amstel dalam Kartini Kartono juga menyatakan

sebagai berikut: prostitusi adalah penyerahan diri kepada banyak lelaki

dengan pembayaran. Pada definisi ini dijelaskan ada unsur ekonomis, dan

penyerahan diri wanita yang dilakukan berulang-ulang atau terus menerus

dengan banyak lelaki.22

5. Sebuah Landasan Teori: Kenakalan Remaja

Seks merupakan gejala penyimpangan dan patologis secara sosial

itu juga dapat dikelompokkan dalam satu hal yang dianggap serius.

Dimana dapat disimpulkan dengan beberapa teori mengenai terjadinya

prostitusi. Adapun teori tersebut:

21 Kartini Kartono, Patologi Sosial..., h. 222. 22Ibid., h. 213-214.

Page 41: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

42

a. Teori Biologis

Tingkah laku sosiopatik atau delinkuen dapat muncul karena

faktor-faktor fisiologis dan struktur jasmaniah seseorang, juga dapat

cacat jasmaniah yang dibawa sejak lahir. Dalam hal ini akan dijelaskan

melalui 3 hal:

1) Melalui gen atau plasma pembawa sifat dalam keturunan dapat

memunculkan penyimpangan tingkah laku;

2) Melaui pewarisan tipe-tipe kecenderungan yang luar biasa

(abnormal) sehingga membuahkan tingkah laku delinkuen;

3) Melalui pewarisan kelemahan jasmaniah atau kondisi badan memicu

seorang individu melakukan prostitusi.

b. Teori Psikogenis

Teori ini menekankan sebab-sebab tingkah laku delinkuen dari

aspek psikologis atau isi kejiwaannya. Antara lain faktor intelegensi,

ciri kepribadian, motivasi, sikap-sikap yang salah, fantasi, rasionalisasi,

internalisasi diri yang keliru, konflik batin, emosi yang kontroversial,

kecenderungan psikopatologis, dan lain-lain. Selain itu, teori ini

memandang bahwa delinkuensi cenderung lebih banyak dilakukan oleh

anak-anak dan remaja ketimbang dilakukan oleh orang-orang dengan

kedewasaan muda. Remaja ini mempunyai moralitas sendiri, dan

biasanya tidak mengindahkan norma-norma moral yang berlaku di

tengah masyarakat.

Page 42: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

43

Disamping itu, semua fase transisi juga fase transisi masa

kanak-kanak menuju kedewasaan. Meskipun banyak terdapat

kesejahteraan, kemakmuran, penghasilan yang tinggi dan kesempatan

kerja di tengah masyarakat. Semangat protes atau memberontak inilah

yang ikut memainkan peranan penting dalam membentuk pola tingkah

laku delinkuen.

c. Teori Sosiogenis

Dalam teori ini sifat seseorang murni disebabkan oleh faktor

sosiologis. Misalnya, disebabkan oleh pengaruh lingkungan, tekanan

dari kelompok, dan kondisi masyarakat. Menurut Healy dan Broner,

kota-kota yang berkembang pesat dapat menyebabkan frekuensi

kenakalan remaja lebih tinggi dibandingkan kejahatan yang dilakukan

oleh orang-orang dewasa di kota -kota besar. Cepatnya pertambahan

penduduk menjadikan kota-kota besar ikut berkembang pula. Sebagian

besar daerah kota dipakai untuk mendirikan industri-industri besar,

pusat perdagangan, perumahan penduduk, kantor pemerintahan, pusat-

pusat militer, dan sebagainya. Semua itu akan membawa dampak

negatif, seperti semakin meningkatnya keluarga yang pecah berantakan,

kasus bunuh diri, alkoholisme, korupsi, kriminalitas, pelacuran, dan

kenakalan remaja.

Dengan demikian, sebab-sebab kenakalan remaja itu sendiri

tidak hanya terletak pada lingkungan famili dan tetangga saja, namun

juga dapat disebabkan oleh pengaruh budaya di lingkungan sekitarnya.

Page 43: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

44

Dalam teori Sutherland menyatakan bahwa seorang menjadi nakal

disebabkan oleh keikutsertaannya di tengah lingkungan sosial. Oleh

karena itu, semakin lama seseorang bergaul dan semakin intensif

relasinya dengan orang nakal lainnya. Dalam hal ini akan semakin lama

pula proses asosiasi deferensial (pengalihan 26 budaya) tersebut.

Akibatnya, semakin besar pula kemungkinan seseorang untuk menjadi

kriminal.

d. Teori Subkultur Delinkuensi

Dalam teori ini kenakalan yang dilakukan seseorang disebabkan

oleh dua hal berikut ini:

1) Bertambahnya jumlah kejahatan, meningkatnya kualitas kekerasan,

dan kekejaman yang dilakukan oleh anak-anak remaja yang

memiliki subkebudayaan menyimpang (subkultur delinkuen);

2) Meningkatnya jumlah kriminalitas mengakibatkan kerugian dan

kerusakan secara keseluruhan terutama terdapat di negara-negara

industri maju yang disebabkan meluasnya kejahatan anak-anak

remaja. Menurut teori subkultur ini, sumber juvenlie deliquency ialah

sifat-sifat suatu kultur sosial dengan pola budaya (subkultur) yang

khas dari lingkungan keluarga, tetangga, dan masyarakat sekitar.

Adapun sifat-sifat masyarakat tersebut ialah:

1) Mempunyai populasi yang padat;

2) Status sosial ekonomi penghuninya renah;

3) Kondisi fisik perkampungan yang sangat buruk;

Page 44: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

45

4) Banyak disorganisasi keluarga dan sosial tingkat tinggi.23

G. Metodologi Penelitian

1. Desain Penelitian

Setiap penelitian memerlukan desain, yang menunjukkan cara

mengumpulkan data, mengenalisa data, dan memperoleh kesimpulan agar

penelitian dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien dengan tujuan

penelitian. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan dengan cara deskripsi

dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.24

Penelitian kualitatif juga sebagai penelitan yang menghasilkan data

deskriptif yaitu kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang

dapat diamati dari orang-orang yang diteliti. Sehingga peneliti lebih

mudah berhadapan dengan masyarakat banyak dan berhubungan langsung

antar peneliti dan yang diteliti.25 Berdasarkan metode kualitatif, penelitian

ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana proses bimbingan konseling

pekerja seks komersial di BSKW Mirah Adi Mataram

23 Kartini Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 25-27

24Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011). hal.6.

25Bagong Suyanto, Sutinah, Metode Penellitian Sosial, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2005), h. 166.

Page 45: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

46

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti di lokasi penelitian yaitu sebagai instrumen

kunci untuk mengumpulkan data, serta peneliti mengajukan beberapa

pertanyaan yang menyangkut isi dari penelitian dan peneliti juga langsung

melibatkan diri di dalam kegiatan subjek dan semua hal yang berkaitan

dengan subjek peneliti yang telah ditetapkan oleh peneliti sesuai dengan

jadwal penelitian. Sehingga peneliti mendapatkan data yang akurat, valid,

dan dapat dipertanggung jawabkan dan dalam pengumpulan data peneliti

berusaha mengumpulkan data yang diperoleh baik dari hasil interview

(wawancara), observasi, dan metode dokumentasi.

Sebelum Peneliti hadir di lapangan, peneliti memperoleh izin

terlebih dahulu dari pihak-pihak atau instansi-instansi terkait yang

bertanggung jawab sesuai dengan prosedur yang berlaku. Peneliti hadir

sebagai pewawancara atau pengumpul data tanpa mempengaruhi

kehidupan subyek.

3. Data dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian sehingga mendapat

data yang cocok dengan situasi yang empiris dan melakukan fungsi teori,

yaitu meramalkan, menerangkan, dan menafsirkan.26 Dan untuk

keakuratan, kualitas, dan validitas informasinya di mana sumber data

dibagi menjadi dua yaitu:

26Saebani, Metodologi Penelitian, (Bandung: Pustaka Setia, 2006), h. 93.

Page 46: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

47

a) Sumber Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung melalui proses

wawancara, pengamatan dan tindakan yang dilakukan oleh subjek

penelitian ataupun informan. Data primer dalam penelitian ini diperoleh

dari subjek dan informan. Adapun sumber data primer dalam penelitian

ini adalah: Rudi Handoyo, I Wayan Aryana, Muhammad Ikhsan,

Mawardin, Dewi, Nurhasanah, Nurhasanawati, dan Nurman.

b) Sumber Data Sekunder

Data sekunder diperlukan untuk mendukung dan melengkapi

data primer. Data sekunder dalam penelitian ini berupa dokumen atau

arsip, foto-foto maupun sumber-sumber tertulis lainnya yang berguna

untuk memperkuat bukti penelitian dan memperkuat data hasil

penelitian secara non verbal.

Dokumen yang digunakan dalam penelitian antara lain berupa

gambar foto yang diambil pada saat pelaksanaan pelatihan

keterampilan, dan voice recorder yang mendukung penelitian. Selain

itu juga menggunakan dokumen atau arsip dari dokumen dan arsip dari

pihak Balai Sosial Karya Wanita (BSKW) Mirah Adi Kota Mataram.

Catatan mengenai bimbingan dan konseling yang diperoleh dari

pengurus BSKW Mirah Adi Mataram juga digunakan unutuk

membantu melengkapi data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Dokumentasi tersebut bermanfaat untuk memperkuat validitas data.

Page 47: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

48

4. Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data merupakan salah satu hal yang sangat

penting bagi sebuah penelitian sehingga data yang diperoleh benar-benar

sesuai dengan judul yang ditentukan. Teknik pengumpulan data tergantung

pada permasalahan yang akan dikaji, demikian pula dalam pemilihan

permasalahan yang akan dikaji, peneliti hendaknya sudah memikirkan

kemungkinan dapat dikumpulkannya data yang diperlukan.27

Dan teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan melakukan

pengamatan, wawancara, angket, dokumentasi, dan gabungan dari

keempatnya.28 Dalam penelitian yang dilakukan, teknik yang digunakan

peneliti adalah:

a) Teknik Observasi (Operasional)

Metode observasi merupakan prosedur yang sistematis dan

standar dalam pengumpulan data.29 Penggunaan metode observasi

dalam penelitian ini adalah sebagai metode operasional atau sebagai

penunjang, karena dengan menggunakan metode observasi ini peneliti

berharap dapat memperoleh gambaran kehidupan sosial yang lebih

jelas. Metode observasi juga dilakukan bila belum banyak keterangan

yang dimiliki tentang masalah yang diteliti.

Metode observasi juga merupakan suatu proses yang kompleks,

suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis.

27Murti Sumarni, Salamah Wahyuni, Metodologi Peneltian Bisnis, (Yogyakarta: C.V

Andi Offset, 2006), h. 85. 28Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan

R&D, (Bandung: Alfabeta, 2006), h.193. 29Murti Sumarni, Metodologi..., h. 92.

Page 48: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

49

Dua diantaranya yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan

ingatan.30

Objek penelitiaan dalam penelitian kualitatif yang diobservasi

menurut Spradley dinamakan situasi sosial, yang terjadi atas tiga

komponen yaitu:31

a) Place, atau tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang

berlangsung.

b) Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang mempermainkan peran

tertentu.

c) Aktivity, atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial

yang sedang berlangsung.

Dari penjelasan tentang metode, manfaat dan objek observasi di

atas dapat dipahami bahwa metode observasi adalah pengamatan yang

dilakukan terhadap objek penelitian secara sistematis terhadap gejala

yang tampak dengan menggunakan seluruh alat indera dengan tanpa

memanipulasi data yang diperoleh. Pelaksanaan pengamatan

menempuh dua cara yaitu:

a) Pengamatan langsung, yaitu pengamatan yang dilakukan tanpa

perantara (secara lansung) terhadap obyek yang diteliti. Sehingga

peneliti bisa mendapatkan hasil penelitian yang valid dan dapat

secara langsung mengamati adat-istiadat yang ada pada masyarakat.

30 Sugiyono, Metodologi..., h. 145. 31 Ibid., h. 68.

Page 49: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

50

b) Pengamatan tak langsung, yaitu peneliti menggunakan alat untuk

mendapatkan informasi seperti telepon.32

b) Teknik Wawancara

Teknik wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan

data dalam suatu penelitian. Karena menyangkut data, maka

wawancara merupakan salah satu elemen penting dalam proses

penelitian. Wawancara (interview) dapat diartikan sebagai cara yang

dipergunakan untuk mendapatkan informasi (data) dari responden

dengan cara bertanya langsung secara bertatap muka (face to face).

Namun demikian tehnik wawancara ini dalam perkembangannya tidak

harus dilakukan dengan cara berhadapan langsung, melainkan dapat

saja dengan memanfaatkan sarana komunikasi lain, misalnya telepon

dan internet.33

Peneliti menggunakan wawancara non struktur (indenpt

interview). Wawancara non struktur yaitu wawancara yang bebas dan

peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data. Dalam

tahapan ini peneliti hanya menggunakan garis-garis besar dari

permasalahan yang dipertanyakan kepada responden. Biasanya

32 Bagong Suyanto, Metode..., h. 69. 33Ibid., h.69

Page 50: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

51

wawancara non struktur ini menuntut keterampilan pewawancara dalam

berbahasa34.

Walaupun pada dasarnya penelitian ini, peneliti menggunakan

wawancara non terstruktur sehingga peneliti tidak perlu membuat

pedoman wawancara yang akan dipakai ketika penelitian. Namun, agar

tidak menghilangkan kesan ilmiah dalam penelitian ini, dipandang perlu

untuk membuat sebuah rancangan serta target data yang ingin peneliti

peroleh dari masing-masing Informen. Namun, dalam melakukan

penelitian, rancangan ini hanya dipakai sebagai acuan garis besarnya

saja, dan peneliti sendiri menjabarkan pada saat melakukan wawancara

pada subjek penelitian, sehingga peneliti tidak menyusun pertanyaan

yang terstruktur.

Adapaun rancangan yang dimaksud adalah sebagaimana dalam

tabel berikut :

Tabel: 02. II Racangan, Target Informen dan Data Wawancara

No Informen Jabatan Data Mengenai

1 Drs. Ikhsan

Kepala seksi bim-

bingan dan advo-

kasi sosial

Latar Belakang PSK di

BSKW Mirah Adi Mataram.

34Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, (Yogyakarta:

Rineka Cipta, 2010), h, 272.

Page 51: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

52

2 Rudi Handoyo

Seksi bimbingan

dan Advokasi sos-

ial

Pengumpul dan pengolah

data di BSKW Mirah Adi

Mataram.

3 Dewi Klien

Kesan dalam mengikuti

kegiatan Bimbingan Kon-

seling dalam Pemberdayaan

di BSKW Mirah Adi

Mataram.

4 Nurman Klien

Kesan dalam mengikuti

kegiatan Bimbingan Ko-

nseling dalam Pember-

dayaan di BSKW Mirah Adi

Mataram.

5 Nurhasanah Klien

Alasan Mengikut Kegia-tan

Bimbingan Konseling dalam

Pemberdayaan di BSKW

Mirah Adi Mataram

6 Faizatul Rohmi Fungsional

Faktor Penghambat Ke-

giatan BK dalam Pem-

berdayaan di BSKW Mi-rah

Adi Mataram.

Page 52: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

53

7 Mawardin

Kepala seksi per-

lindungan dan pen-

yantunan

Latar Belakang PSK di

BSKW Mirah Adi Mataram

dan Dampak Kegiatan BK

bagi Pemberdayaan di

BSKW Mirah Adi Mataram

8 Nurhasnawati Klien

Kesan terhadap Kegiatan

BK dalam Pemberdayaan di

BSKW Mirah Adi Mataram

c) Tehnik Dokumentasi

Dokumen merupakan bahan tertulis maupun film, dokumen

digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak

hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji,

menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.35 Metode dokumentasi ini

juga merupakan tahapan untuk mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya36.

Adapun data yang dikumpulkan melalui metode dokumentasi

adalah data tentang gambaran umum lokasi dan data kegiatan sehari-

hari yang dilakukan oleh obyek yang akan diteliti dengan judul

Implementasi Bimbingan dan Konseling Bagi PSK Mirah Adi

Mataram.

35Lexi j Moleong, Metodologi..., h. 217. 36Ibid., h. 274.

Page 53: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

54

5. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses mengatur urutan data,

mengorganisasikan kedalam suatu pola, katagori, dan satuan aturan dasar,

dikarenakan data tersebut masih bersifat bertebaran, sehingga peneliti

diwajibkan mengklasifikasikan ke dalam katagori tertentu untuk

mendapatkan pemaknaan terhadap data.37

Untuk mengelompokkan data yang diperoleh dari observasi,

wawancara, maupun dokumentasi penulis menggunakan analisis data yang

ditampilkan secara deskriptif berupa ungkapan-ungkapan atau kalimat-

kalimat dan dipisahkan menurut katagori yang ada untuk mendapatkan

kesimpulan yang jelas dan rinci, prinsipnya tehnik-tehnik analisis data

menggunakan analisis induktif.

1) Proses Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak

sebelum memasuki lapangan, setelah selesai di lapangan. Namun dalam

peneliitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses

dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data.

2) Analisis selama di lapangan model Miles and Hubermanan

Untuk itu, analisis data yang digunakan adalah metode analisis

induktif, ialah jalan berfikir dengan mengambil kesimpulan dari data

yang bersifat khusus .Bertolak dari pengertian di atas, peneliti

37Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana, 2006), h.

196.

Page 54: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

55

menggunakan metode ini adalah untuk menyimpulkan hasil observasi,

wawancara, dan penelitian lainnya.

Metode induktif adalah fakta-fakta empiris yang diitemukan

kemudian dicocokkan dengan landasan teori yang ada. Dengan

demikian dapat ditegaskan bahwa tehnik yang digunakan dalam

menganalisa data penelitian ini adalah tehnik induktif.

6. Keabsahan Data

Keabsahan data bertujuan untuk membuktikan bahwa apa yang

diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam

kenyataan. Dan apakah penjelasan yang diberikan tentang dunia nyata

sesuai dengan sebenarnya terjadi.

Untuk memperoleh keabsahan data atau data yang valid diperlukan

tehnik pemeriksaan. Supaya diperoleh temuan-temuan dan informasi yang

absah dapat digunakan tehnik-tehnik seperti:“ perpanjangan keikutsertaan,

ketekunan pengamatan, pemeriksaan sejawat melalui diskusi, tringulasi

analisis kasus negatif, kecukupan refrensi, pengecekan anggota, dan

auditing.38 Namun dalam penelitian ini tehnik pemeriksaan yang

digunakan peneliti adalah: kecukupan refrensi, ketekunan pengamat,

pengecekan anggota.

38Lexy j Moleong, Metode..., h. 175.

Page 55: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

56

a. Kecukupan Referensi

Dalam hal ini kecukupan refrensi yang dimaksud adalah

kelengkapan refrensi yang digunakan sebagai pendukung dalam

penelitian ini baik berupa catatan atau hasil penemuan.

b. Ketekunan Pengamatan

Dimaksudkan untuk menemukan data, bagaimana peneliti

melakukan penelitian sehingga dapat menghasilkan data yang valid.

c. Triangulasi

Tringulasi dalam penelitian ini adalah untuk mengecek

keabsahan data tertentu dengan membandingkan data yang diperoleh

dengan sumber lain. Tringulasi yang dipergunakan adalah tringulasi

data dan tringulasi metode, tringulasi sumber data dilakukan untuk

mendapatkan informasi atau sumber yang lain berbeda. Hal tersebut

dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara.

2) Membandingkan hasil wawancara dengan dokumentasi.

3) Membandingkan persepsi orang dengan pendapat dan pandangan

orang lain.

Sedangkan yang dimaksud dengan tringulasi metode dilakukan

dengan menggunakan berbagai tehnik pengumpulan data yang ditunjuk

untuk memperoleh informasi yang serupa. Tringulasi metode dilakukan

secara bersamaan dalam suatu kegiatan wawancara dengan para

responden.

Page 56: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

57

d. Pengecekan

Pengecekan yang dilakukan oleh peneliti adalah untuk

mengkonfirmasikan kembali informasi atau interprestasi penelitian

dengan pandangan subjek peneliti maupun informasi. Dalam

pengecekan ini peneliti tidak melibatkan semua subjek, melainkan

melibatkan kepada objek yang oleh peneliti dianggap representative

dalam hal ini adalah peserta rehabilitasi (WTS).

Page 57: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

58

BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Balai Sosial KaryaWanita “MirahAdi”

Balai Sosial Karya Wanita (BSKW) “Mirah Adi” Mataram didirikan

pada tanggal 1 April 1982 sesuai dengan SK Mentri Sosial RI No.

91/HUK/Kep/IX/1982 dengan nama Sasana Rehabilitasi Wanita (SRW)

“Budi Rini” Mataram, merupakan satu-satunya tempat menampung dan

merehabilitasi wanita tuna susila untuk wilayah Provinsi Nusa Tenggara

Barat yang marak pada saat itu. Dipilih nama Budi Rini dengan harapan agar

mereka yang yang dibina dapat menjadi wanita yang berbudi dan berakhlak

baik. Seiring berjalannya waktu, pada tanggal 1April 1994, berdasrkan SK

mentri RI NO./HUK/1994, SRW “Budi Rini” Mataram dirubah namanya

menjad panti karya wanita (PSKW) “Budi Rini” Mataram dan pada tahun

2017, sesuai dengan Pergub No. 53 Th 2016 nomenklatur pada organisasi

perangkat daerah berubah nama menjadi Balai Sosial Karya Wanita (BSKW)

“Mirah Adi”39

Kehadiran Balai Sosial Karya Wanita (BSKW) “Mirah Adi” Mataram

sebagai salah satu Unit Pelaksanaan Teknis dari Dinas Sosial Kependudukan

dan Catatan Sipil Provisi Nusa Tenggara Barat yang bertujuan untuk

melaksanakan rehabilitasi sosial kepada penyandang masalah tuna susila

yaitu wanita tuna susila atau lebih dikenal sebutan PSK, wanita rawan tindak

39 Mawardin Wawancara 4 Juli 2017. h.1

Page 58: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

59

asusila, korban tindak kekerasan, traffeking dan orang dengan HIV/AIDS

(ODHA), melalui pembinaan fisik, mental, sosial, mengubah sikap dan

perilaku, pelatihan keterampilan, resosialisasi dan pembinaan lanjut, agar

mampu melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik dan dapat hidup secara

normal di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat40

2. Letak Geografis Balai Sosial Karya Wanita (BSKW) “Mirah Adi”

Mataram

Secara geografis Balai Sosial Karya Wanita Mirah Adi Mataram terletak

di Desa Salagalas Kecamatan Cakranegara. Tempat ini merupakan dataran

tinggi yang cukup sejuk, di kelilinggi berbagai macam tumbuhan rindang dan

agak jauh dari pemukiman penduduk sehingga sangat tepat untuk pembinaan

dan rehabilitasi mental. Jalur dan arus transportasi menuju kelokasi ini mudah

di tempuh dengan berbagai macam kendaraan sehingga memudahkan siapa

saja yang berkepentingan untuk berkunjung ke Balai Sosial Mirah Adi

Mataram.

Berdasarkan Data Laporan Tahunan Balai Sosial Mirah Adi Mataram

digambarkan mengenai letak geografis Balai Sosial Karya Wanita Mirah Adi

Mataram adalah sebagai berikut :

a) Sebelah barat berbatasan dengan Desa Sindu

b) Sebelah timur berbatasan dengan Desa Dasan Jangkri

c) Sebelah utara berbatasan dengan Desa Nyangget

40Profil Balai Sosial Karya Wanita“Mirah Adi” Mataram Tahun 2017. h.1

Page 59: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

60

d) Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kebon Duren.41

3. Landasan Hukum Pembentukan Balai Sosial Karya Wanita (BSKW)

“Mirah Adi” Mataram

1) Undang Undang dasar 1945 pasal 27 ayat 2, pasal 28 dan pasal 34

2) Undang Undang Nomor 23 tahun 1992 Tentang Kesehatan.

3) Undang Undang No 7tahun 1994 tentang pengesahan Konfensi

Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap

Perempuan.

4) Undang Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

5) Undang Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

6) Undang Undang Nomor 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Perdagangan Orang.

7) Undang Undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejaahtraan Sosial.

8) Surat Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor :

91/HUK/Kep/IX/1982 dengan nama Sasana Rehabilitasi Wanita (SRW)

9) Surat keputusan Menteri Sosial RI. Nomor 14/HUK/1994 tanggal 1

April 1994, dengan tugas pokok memberikan pelayanan dan rehabilitasi

sosial terhadap wanita tuna susila dan wanita rawan tindak asusila.42

41 Profil Balai Sosial Karya Wanita“Mirah Adi” Mataram Tahun 2017. h.2 42 Profil Balai Sosial Karya Wanita“Mirah Adi” Mataram Tahun 2017.h.2

Page 60: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

61

4. Visi dan Misi Balai Sosial Karya Wanita (BSKW) “Mirah Adi”

Mataram

a) Visi

Terwujudnya harkat dan martabat wanita menuju masyarakat yang

berbudaya, beriman dan berdaya saing.

b) Misi

1) Meningkatkan pelayanan ketatausahaan dan Sumberdaya Manusia

yang menunjang pelayanan bagi wanita.

2) Meningkatkan Pelayanan dan rehabilitasi terhadap penyandang

masalah kesejahteraan sosial wanita tuna susila, wanita rawan tindak

asusila, korban tindak kekerasan, Traffeking dan HIV/AIDS (ODHA)

melalui kegiatan Bimbingan dan Advokasi Sosial.

3) Meningkatkan Pelayanan dan rehabilitasi terhadap penyandang

masalah kesejahteraan sosial, wanita tuna susila, wanita rawan tindak

asusila, korban tindak kekerasan, Trafficking dan HIV/AIDS (ODHA)

melalui perlindungan dan penyantunan.

4) Mengembangkan jaringan kerjasama dengan pihak-pihak terkait,

pemerintah dan masyarakat dalam rangka meningkatkan pelayanan

dan rehabilitasi wanita tuna susila, wanita rawan tindak asusila,

korban tindak kekerasan, Trafficking dan HIV/AIDS (ODHA)43

43 Profil “Mirah Adi” Mataram Tahun 2017. h.3

Page 61: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

62

5. Tujuan dan Fungsi Balai Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mirah Adi”

Mataram

a. Tujuan

Melindungi hak-hak perempuan di NTB

b. Fungsi

Pusat rujukan berbagai permasalahan perempuan di NTB44

6. Pelayanan, dan Program Balai Sosial Karya Wanita (PSKW) “Mirah

Adi” Mataram

a. Pelayanan

1. Prinsip Pelayanan

a. Penerimaan

b. Prinsip Idividualisasi

c. Prinsip Kerahasiaan

d. Prinsip Komunikasi

e. Prinsip Tidak Menghakimi

f. Prinsip Rasionalisasi

g. Prinsip Sikap adil dan Tidak Memihak

h. Prinsip Kesadaran Diri

b. Sasaran Pelayanan

Wanita tuna susila, wanita rawan tindak asusila, korban tindak

kekerasan, traffeking dan HIV/AIDS (ODHA)

44 Profil “Mirah Adi” Mataram Tahun 2017. h.4

Page 62: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

63

c. Program

1) Kegiatan

b) Pelayanan dan rehabilitasi masalah perempuan

c) Pelayanan dan perlindungan khusus bagi perempuan yang

mengalami tindakan kekerasan dan ancaman (Shelter Home).

d) Sasaran : wanita tuna susila, wanita rawan tindak asusila,

korban tindak kekerasan, traffeking dan HIV/AIDS (ODHA)

7. Keadaan Pengurus dan Struktur Organisasi Balai Sosial Karya Wanita

(BSKW) “Mirah Adi Mataram” Mataram

Berdasarkan data Kepengurusan (Pegawai) Balai Sosial Karya Wanita

(BSKW) “Mirah Adi” Mataram seluruhnya sebanyak 22 orang dengan rincian

sebagai sebagaimana tabel berikut:

Tabel 01.II Data Kepengurusan/Pegawai Balai Sosial Karya Wanita (BSKW)

“Mirah Adi” Mataram Tahun 2017 45

NO. TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH

1. Magister 3 Orang

2. Sarjana 6 Orang

3 Diploma (D3) 2 Orang

3. SLTA/ Sederajat 9 Orang

4. SLTP/ Sederajat 2 Orang

JUMLAH 22 orang

45Profil “Mirah Adi” Mataram Tahun 2017. h.5

Page 63: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

64

Adapun struktur organisasi tahun 2017, sesuai dengan Pergub No 53

Th 2016 Balai Sosial Karya Wanita (BSKW) “Mirah Adi” Mataram:46

Gambar. 01.II Data Kepengurusan/Pegawai Balai Sosial Karya Wanita (BSKW)

“Mirah Adi” Mataram Tahun 2017

46 Dokumentasi, 5 Juli 2017. h.6

Page 64: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

65

8. Keadaan Sarana dan Prasarana Balai Sosial Karya Wanita (BSKW)

“Mirah Adi” Mataram

Adapun keadaan Sarana dan Prasarana Balai Sosial Karya Wanita

(BSKW) “Mirah Adi Mataram” Mataram adalah sebagaimana tabel

berikut :

Tabel. 02. II Data Inventaris Sarana dan Prasarana Balai Sosial Karya Wanita

(BSKW) “Mirah Adi” Mataram Tahun 201747

NO Sarana/Prasarana Jumlah (Unit) Keadaan

1 Gedung Kantor 1 Baik

2 Gedung/ruangan Bim. Sos. 1 Baik

3 Gedung Asrama 1 Baik

4 Gedung/ruang Keterampilan 1 Baik

5 Gedung/ruang showroom 1 Baik

6 Ruang Pertemuan 1 Baik

7 Ruang Makan dan Dapur 1 Baik

8 Mushala 1 Baik

9 Gedung Shelter 1 Baik

10 Rumah Dinas Pegawai 3 Baik

47 Profil “Mirah Adi” Mataram Tahun 2017. h.7

Page 65: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

66

B. Proses Bimbingan Dan Konseling Yang Efektif Untuk Pekerja Seks

Komersial di BSKW Mirah Adi Mataram?

Bimbingan dan konseling pada dasarnya suatu upaya pemulihan yang

dilakukan oleh seseorang baik secara formal maupun nonformal, yang

terencana dan sistematis. Seperti yang diungkapkan oleh Rudi Handoyo

bahwa bimbingan dan konseling merupakan pemulihan yang dilakukan secara

terencana, baik secara fisik maupun psikis.48 Dengan demikian, bimbingan

dan konseling merupakan suatu usaha dalam menyelesaikan persoalan dengan

langkah-langkah atau melalui proses yang terencana.

Dalam hal ini, Handoyo lebih lanjut mengungkapkan bahwa langkah-

langkah atau proses yang dilakukan oleh pihak BSKW dalam melakukan

bimbingan dan konseling untuk PSK yang ada, adalah sebagai berikut:

a. Mendalami persoalan atau masalah yang dihadapi klien (PSK)

Pada tahap ini, persoalan atau masalah yang dihadapi oleh klien

adalah informasi penting yang harus ditemukan oleh seorang konselor,

yang tidak hanya membutuhkan ketelitian juga harus berhati-hati dalam

mendalami masalah yang dihadapi oleh klien. Hal ini disampaikan oleh

Muhammad Ikhsan bahwa tidak mudah dalam mendalami atau

mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh klien, karena klien terkadang

tidak mudah untuk bicara jujur.49 Begitu juga dengan Rudi Handoyo yang

mengungkapkan bahwa proses identifikasi masalah pada klien tidak

mudah, apalagi bagi klien yang baru datang di BSKW Mirah Adi

48 Rudi Handoyo, Wawancara, BSKW, 6 Juli 2017 49 Muhammad Ikhsan, Wawancara, BSKW, 4 Juli 2017

Page 66: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

67

Mataram. disini konselor mendalami persoalan selama tiga atau empat hari

dan atau (dengan batas waktu sampai menemukan kesimpulan atau

masalah yang dihadapi klien yang sebenarnya) dengan cara pendekatan

client centered di gedung Shelter, dengan tujuan agar konselor bisa

menaruh kepercayaan yang besar pada kesanggupan klien untuk mengikuti

jalan terapi dan menemukan arahnya sendiri, 50

Kendati demikian, menemukan informasi sedalam-dalamnya

terhadap persoalan merupakan tujuan yang harus dicapai. Karena tanpa

adanya informasi yang mendalam, pengambilan keputusan yang tepat

dalam melakukan penanganan masalah bisa saja tidak sesuai dengan yang

diharapkan.51 Dengan kata lain, informasi yang mendalam adalah dasar

yang baik dalam memberikan bimbingan dan konseling.

Rudi Handoyo menjelaskan bahwa informasi yang mendalam dari

klien adalah rujukan bagi BSKW dalam memberikan penanganan.52

Dengan demikian klien maupun konselor dalam hal ini harus saling

membantu guna kebaikan bersama. Klien harus mampu terbuka dalam

setiap persoalan yang dihadapi. Sedangkan konselor harus mampu hati-

hati dan sabar dalam menghadapi klien.

b. Pengambilan keputusan dalam mengarahkan masalah yang dihadapi klien

(PSK).

Setelah menemukan masalah yang dihadapi klien, kemudian

dianalisis secara teliti maka tahap selanjutnya adalah menetapkan masalah

50 Rudi Handoyo, Wawancara, 6 Juli 2017 51 Muhammad Ikhsan, Wwancara, 6 Juli 2017 52 Rudi Handoyo, Wawancara, 6 Juli 2017

Page 67: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

68

yang dihadapi sesuai dengan data-data yang terkumpul, baik data-data

yang menjadi peyebab munculnya gejala atau persoalan klien, maupun

penyebab lain yang mempengaruhi prilaku klien.53

Dari hasil wawancara, pada tahap ini, pendekatan yang digunakan

oleh pihak BSKW lebih kepada penggunaan analisis dalam menetapkan

masalah, Rudi Handoyo mengumpulkan data-data hasil wawancara

kemudian dianalisis berdasarkan masalah klien itu sendiri, bukan

berdasarkan perkiraan semata. Data-data yang terkumpul dan hasil analisis

serta kebutuhan klien kemudian digabungkan menjadi dasar dalam

menetapkan masalah. Sehingga penetapan masalah tidak rancu atau tepat

sesuai dengan masalah yang sebenarnya dan bantuan yang akan diberikan

sesuai dengan kebutuhan klien.54

Selain itu, I Wayan Aryana dalam hal ini mengungkapkan bahwa

pengumpulan data-data klien berdasarkan latarbelakang penyebab

terjadinya prilaku menyimpang (menjual diri demi keuntungan) sangat

penting untuk dilakukan guna dapat memutuskan atau menetapkan

masalah. Begitu juga dengan Rudi Handoyo yang mengungkapkan:

“Untuk dapat menetapkan masalah dalam mengambil keputusan penanganannya memerlukan data-data yang tepat dan mendalam. Dalam hal ini kami tidak sembarang memutuskan karena kami tidak ingin terjadi kesalahan dalam menetapkan masalah. Selain itu, kami juga melakukan musyawarah bersama para konselor atau pegawai BSKW lainnya (yang terkait dengan pelaku penanganan masalah) untuk dapat memberikan solusi dan menjadi bahan rujukan selanjutnya dalam memberikan penanganan”.55

53 Mawardin, Wawancara, 4 Juli2017 54 55 I Wayan Aryana, Wawancara, 4 Juli 2017

Page 68: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

69

c. Pengambilan Keputusan dalam Memberikan Bantuan Terhadap Klien

(PSK).

Pengambilan ketusan dalam memberikan bantuan yang tepat

kepada klien (PSK) tentunya tidak terlepas dari proses yang dilakukan

sebelumnya, yakni pendalaman masalah yang kemudian penetapan

masalah berdasarkan hasil wawancara dan data pendukung lainnya.

Setelah mengambil keputusan, kemudian BSKW memberikan penanganan

atau pemberian bantuan guna penyelesaian masalah yang dihadapi.

Tabel. III.II

Data tentang pelaksanaan kegiatan dalam memberikan bantuan bimbingan kepada klien di BSKW Mirah Adi Mataram tahun 2017.

No Jenis

Bimbingan

Waktu Kegiatan Keterangan

1

Fisik

07:00 s/d

08:00

Olahraga /

Senam

Salah satu cara untuk mem-

berikan pemahaman kepada

klien agar menjaga kese-

hatannya dengan ber-

olahraga. (Lapangan BSKW)

08:00 s/d

08:30

Istirahat /

Makan

2

Keterampilan

08:30 s/d

12:30

Tata Rias

Tata Boga

Menjahit

Dalam hal bimbingan kete-

rampilan, Klien dikelom-

pokkan menjadi tiga sesuai

dengan keterampilan dan

ketersediaan sarana. Setiap

minggu diberikan pelatihan-

pelatihan sesuai dengan yang

13:00 s/d

14:00

14:00 s/d

15:45

Page 69: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

70

telah ditentukan. Tata boga

misalnya adalah diberikan

pelatihan cara membuat kue

dan lainnya.

3

Mental

15:45 s/d

18:15

Sholat,

Istirahat dan

Makan

18:15 s/d

selesai

Sholat

Berjamaah +

Ngaji

Pelaksanaan Ngaji dilaksa-

nakan sehabis sholat magrib

sampai dengan mau sholat

Isya’

19:30 s/d

selesai

Sholat Isya’

Berjamaah

20:00 s/d

selesai

Pengajian

atau

Ceramah

Pengajiana atau ceramah ini

dilakukan dalam upaya pem-

bimbingan mental klien,

yang mana diupayakan agar

klien memahami apa yang

dilakukan dan melakukan

perubahan (berbuat sesuatu

yang baik).

Page 70: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

71

Adapun dalam hal ini, bantuan yang diberikan oleh pihak BSKW

“Mirah Adi” selama ini dalam memberikan bimbingan dan konseling bagi

klien (PSK) berdasarkan hasil observasi dan wawancara berikut:

1) Bimbingan Fisik

Dalam bimbingan fisik ini para WTS melakukan pelacuran

bukan karena badannya sakit, melainkan karena masalah-masalah yang

erat hubungannya dengan masalah finansial dan psikologis. Bimbingan

fisik dimaksudkan untuk menjaga biar kesehatannya tetap terpelihara

dengan baik. Bimbingan fisik ini dilakukan setiap hari dilapangan

dengan melakukan kegiatan olah raga dan senam yang dipandu oleh Sri

Wahyu Ningsih salah satu pegawai di BSKW Mirah Adi Mataram dan

diikuti oleh semua klien. Selain itu, para klien dapat mengikuti semua

program pembinaan yang ada di BSKW “Mirah Adi” Mataram. Seperti

halnya yang diungkapkan oleh Dewi, bahwa:

“Setiap hari, kami dikumpulkan dilapangan untuk mengikuti kegiatan olah raga, kegiatan olah raga ini dilakukan dengan harapan dapat menjaga kesehatan diri seperti yang selalu dijelaskan oleh para BSKW. Kami juga merasa ini adalah hal yang baik untuk dilakukan, terutama bagi saya yang ingin sehat selalu dan kembali kemasyarakat”.56 Begitu juga dengan Nurhasanah yang mengungkapkan bahwa

olah raga menjadi aktivitas yang tidak terlupakan setiap hari. Selain

sebagai usaha para BSKW, ini juga menjadi wahana dalam menjaga

kesehatan tubuh.57 Dengan demikian, olah raga yang diprogramkan

56 Dewi, Wawancara, Klien BSKW, 6 Juli 2017 57 Nurhasanah, Wawancara, Klien BSKW, 6 Juli 2017

Page 71: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

72

oleh pihak BSKW ini merupakan bagian dari usaha dalam memberikan

pemahaman kepada klien yang ada mengenai pentingnya menjaga

kesehatan dan atau kesegaran tubuh setiap hari. Sebuah bimbingan fisik

yang tidak hanya dapat memberikan manfaat secara kesehatan, juga

manfaat secara lebih luas.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan Rudi Handoyo terkait

dengan bimbingan fisik yang dilakukan di BSKW “Mirah Adi”

Mataram, diutarakan bahwa:

“Balai Sosial Karya Wanita (BSKW) “Mirah Adi” Mataram mengadakan program bimbingan fisik ini tidak lain maksudnya untuk membina para klien supaya peningkatan pola fikir, dan peningkatan kesehatan setabil dan tetap terjaga”.58

Sama halnya dengan apa yang diuatarakan oleh Mawardin

selaku kepala seksi perlindungan dan penyantunan.

“Balai Sosial Karya Wanita (BSKW) “Mirah Adi” Mataram menyediakan beberapa program bimbingan termasuk salah satunya yaitu, bimbingan fisik, dalam program ini para klien betul-betul dibina dan dikanter guna untuk menjaga kesehatan, baik kesehatan psikologis klien”.59

Kenyataan di atas, sebagai upaya BSKW dalam membina klien

yang ada, tidak hanya dipandang penting oleh klien Mirah Adi, pada

dasarnya adalah idelogi umum yang dipahami dan diketahui oleh

masyarakat luas. Karena melalui olah raga yang teratur dapat

memberikan kebaikan yang banyak bagi individu maupun kelompok.

Nurman dan Nurhasawati dalam hal ini membenarkan bahwa:

58 Rudi Handoyo, Wawancara, BSKW, 6 Juli 2017. 59 Mawardin, Wawancara, BSKW, 4 Juli 2017.

Page 72: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

73

“Olah raga menjadi kebutuhan semua orang, tidak hanya kami yang ada disini. Hanya saja kami disini diprogramkan setiap hari oleh pihak BSWK. Sehingga mau tidak mau kami harus menjalankannya demi menjaga kesehatan kami sendiri, juga mengikuti atuan yang berlaku”.60

2) Bimbingan Mental

Dalam bimbingan ini para klien di Balai Sosial Karya Wanita

(BSKW) “Mirah Adi” Mataram adalah orang yang mentalnya

terguncang atas permasalahan yang selama ini mereka hadapi. Kondisi

yang labil menyebabkan mereka melakukan suatu hal yang tidak

menentu, tanpa mental yang kuat akan mengakibatkan mereka cepat

goyah. Dan bimbingan mental dilakukan dengan metode dakwah yang

diadakan di Mushola dengan menghadirkan para tokoh-tokoh

penceramah seperti, Tuan Guru dan Ustadz yang berada diseputaran

Lombok dengan cara dijadwalkan, di mana bimbingan mental ini mulai

dilakukan pada waktu shalat magrib sampai jam 10 malam.

Nurman dan Nurhasanah dalam hal ini mengungkapkan bahwa

setiap malam kami disuguhkan sosok-sosok penceramah yang

memberikan berbagai macam pemahaman mengenai kehidupan, baik

hal-hal yang harus (wajib) dilakukan, sampai pada ranah yang tidak

boleh untuk dikerjakan (seperti melakukan persetubuhan tanpa adanya

ikatan sama sekali).61 Disisi lain, persoalan hidup menjadi sebuah

tantangan yang terkadang berat dan sulit untuk dilalui, sehingga jalan

satu-satunya adalah melakukan sesuatu (bekerja sebagai pemuas nafsu)

60 Nurman dan Nurhasawati, Wawancara, BSKW 6 Juli 2017 61 Nurman dan Hasanah, Wawancara, BSKW 6 Juli 2017

Page 73: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

74

yang dilarang dalam ajaran islam, dengan landasan ketidakmampuan

dalam memenuhi kebutuhan hidup.62

Berdasarkan wawancara peneliti dengan, Rudi Handoyo terkait

dengan bimbingan mental yang dilakukan di BSKW “Mirah Adi”

Mataram, diutarakan bahwa:

“Balai Sosial Karya Wanita “Mirah Adi” Mataram dalam melakukan bimbingan mental, para pembina melakukan kegiatan-kegiatan pengajian, dan shalat berjamaah, dengan adanya bimbingan mental ini para klien mulai sadar dengan apa yang telah diperbuat, dan para klien betul-betul bertaubat”.63

Sama halnya dengan penjelasan Muhammad Ikhsan selaku

kepala seksi bimbingan dan advokasi sosial, beliau mengutarakan:

“Dalam menjalankan bimbingan mental ini para klien sedikit tidak bisa sadar meskipun banyak diantara klien ada yang masih kurang bisa secara penuh mengikuti jenis bimbingan yang satu ini, namun para pembina terus menerus melakukan secara rutinitas, sehingga para klien bisa menyadari manfaat dari bimbingan mental ini”.64

Disisi klien, langkah BSKW dalam memberikan bantuan

melalui bimbingan mental dirasakan tidak terlalu berdampak pada

kehidupan Dewi. Seperti yang diungkapkan oleh Dewi bahwa

bimbingan mental sesungguhnya tidak memiliki dampak yang begitu

positif. Karena selain hanya bersifat rohani, juga tidak memberikan

solusi dalam mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Terlebih lagi,

tantangan hidup yang semakin hari semakin besar, dan materi memiliki

62 Dewi, Wawancara, BSKW 6 Juli 2017 63 Rudi Handoyo, Wawancara, BSKW 6 Juli 2017 64 Muhammad Ikhsan, Wawancara, BSKW 6 Juli 2017

Page 74: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

75

posisi lebih dalam hidup.65 Begitu juga dengan Nurman yang

menjelaskan bahwa:

“Ceramah yang diadakan setiap habis sholat Isya’ berjamaah tidak dapat diterima secara utuh dalam hidup saya, walau pada dasarnya hal tersebut adalah hal yang terbaik bagi kehidupan kelak (akhirat). Namun, tentunya dalam menjalani hidup membutuhkan materi (uang) dalam memenuhi kebutuhan yang ada. Apalagi dalam kebutuhan untuk beribadah, beramal dan lainnya sesuai dengan ajaran islam. Saya yang sebagai tulang punggung dan berada dalam kategori miskin, tentu saya membutuhkan uang yang lebih, sehingga bagi saya kehidupan (PSK) bukan hanya sekedar mencari kesenangan semata, tapi biaya hidup”.66

3) Bimbingan Keterampilan

Bimbingan keteramapilan yang diprogramkan oleh pihak Balai

Sosial Karya Wanita (BSKW) “Mirah Adi” Mataram para klien

mengikuti dengan cermat, belajar dengan giat, atas apa yang

disampaikan oleh pembina dengan wajah yang penuh dengan sejuta

harapan akan masa depan. Dalam bimbingan keterampilan ini pihak

balai sosial Mirah Adi Mataram menyediakan beberapa pelatihan

keterampilan seperti, Tata Rias, Tata Boga, dan Menjahit yang

dilakukan di rung keterampilan. Dalam hal bimbingan keterampilan,

klien dikelompokkan menjadi tiga sesuai dengan keteampilan dan

ketersediaan sarana. Setiap minggu diberikan pelatihan-pelatihan sesuai

dengan yang telah ditentukan.

Hasil wawancara dengan Dewi dalam hal ini mengungkapkan

bahwa bimbingan keterampilan yang diprogramkan oleh BSKW ini

65 Dewi, Wawancara, Klien BSKW, 6 Juli 2017 66 Nurman, Wawancara, Klien BSKW, 6 Juli 2017

Page 75: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

76

sangat bermanfaat. Karena dapat menjadi bekal hidup yang lebih baik

dimasyarakat nantinya. Sehingga ini menjadi prioritas utama dalam hal

mengikuti program-program yang ada.67 Begitu juga dengan

Nurhasanah yang menjelaskan bahwa bimbingan keterampilan adalah

tepat ketika seseorang tidak memiliki keterampilan dalam hidup.

Sehingga bisa bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.68

Berdasarkan hasil wawancara dengan Muhammad Ikhsan,

mengutarakan bahwa:

“Minimnya keterampilan yang rata-rata dimiliki oleh wanita di daerah ini menyebabkan mereka kesulitan dalam mencari penghidupan. Dan karena tidak punyanya bekal keterampilan maka tidak ada yang membuat para wanita menjadi sibuk, sehingga waktu luang ditambah lagi dengan sulitnya mencari penghidupan mendorong mereka terjun melakukan pelacuran. Agar para klien BSKW “Mirah Adi” Mataram ketika terjun atau kembali kedaerah asal mereka merasa siap, karena mereka terlebih dahulu dibekali dengan beberapa jenis keterampilan yaitu, tata rias, tata busana, dan tata boga”.69

Sama halnya dengan apa yang diutarakan oleh I Wayan Aryana,

selaku kelompok jabatan fungsional bahwa:

“Keterampilan memang harus menjadi keilmuan yang semestinya kita miliki, karena dengan kita memilki keterampilan maka kita tak kan merasa kekurangan dalam berusaha, sehingga kita tidak terpuruk dalam menjalani hidup, ketika susah ada yang kita kembangkan. Sehingga dengan melihat kondisi penghidupan dimasyarakat, sehingga kita tidak heran dengan banyaknya wanit-wanita keluyuran, dan bahkan tidak ada yang akan dikerjakan dirumah, dan kemudian merasa bosan, lalu mengerjakan hal yang tidak diingikan, sehingga mereka kebanyakan terjerumus pada pekerjaaan yang tidak wajar. Oleh karena itu balai sosial “Mirah Adi” Mataram, mengadakan bimbingan keterampilan

67 Dewi, Wawancara, Klien BSKW, 6 Juli 2017 68 Nurhasanah, Wawancara, Klien BSKW, 6 Juli 2017 69 Muhammad Ikhsan, Wawancara, 6 Juli 2017

Page 76: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

77

ini salah satu tujuannya iyalah untuk mengajari kepada klien atau wanita tuna susila biar mereka bisa mengembangkan usaha nantinya.70

d. Mengevaluasi apa yang telah dilakukan

Pada tahap evaluasi, pencapaian tujuan menjadi penting untuk

diketahui, guna dapat memberikan tindakan selanjutnya. Cara melakukan

evaluasi, konselor lebih banyak mencari jawaban-jawaban pada diri klien

terhadap masalah-masalah yang dihadapinya. Seperti yang dijelaskan oleh

Rudi Handoyo bahwa evaluasi bertujuan mengetahui pencapaian-

pencapaian dari pemberian bantuan. Karena tanpa adanya evaluasi, pihak

BSKW tidak akan mengetahui sejauh mana keberhasilan atau kegagalan.

Tahap evaluasi ini dilakukan setiap satu kali dalam sebulan dan tempat

evaluasi dilakukan digedung shelter. 71 Begitu juga dengan I Wayan yang

menegaskan pentingnya evaluasi dalam setiap pemberian tindakan atau

bantuan yang diberikan.72

Lebih lanjut, Rudi Handoyo mengungkapkan bahwa:

“Dari berbagai kenyataan yang kita hadapi, baik yang berhasil maupun masih pada tataran pemberian bantuan secara lebih lanjut, selama ini kami selalu berpatokan pada hasil evaluasi dari beberapa pertemuan dengan klien. Dari hasil evaluasi tersebut kami jadikan sebagai bahan untuk memberikan penanganan lebih lanjut. Dengan kata lain, kami memberikan bimbingan dan konseling yang berbeda atau mengembangkannya kedalam bentuk bantuan yang berbeda guna dapat mengatasi persoalan klien”.

Dalam pelaksanaan evaluasi, pihak BSKW mengadakan

rapat/musyawarah bersama dalam rangka mengetahui sejauh mana

70 I Wayan Aryana, Wawancara, 4 Juli 2016 71 Rudi Handoyo, Wawancara, 6 Juli 2017 72 I Wayan Aryana, Wawancara, 4 Juli 2016

Page 77: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

78

perkembangan dan kegagalan dalam setiap tindakan bantuan yang

diberikan. Dan pelaksanaan evaluasi dilakukan 1 kali dalam satu bulan,

yang mana hal ini dilandasi oleh semangat dalam melakukan perubahan.

Dan kemudian, perubahan itu harus segera diidentivikasi dengan cara

evaluasi.73 Dengan demikian, evaluasi dalam hal BSKW ini merupakan

langkah yang diambil dalam menentukan hasil kerja selama satu bulan

dalam hal melakukan bimbingan dan konseling kepada klien.

C. Hambatan-hambatan dalam Proses Bimbingan dan Konseling bagi

Pekerja Seks Komersial di BSKW Mirah Adi Mataram

Bimbingan Pekerja Seks Komersial (PSK) yang ada di BSKW “Mirah

Adi” Mataram membutuhkan sebuah upaya yang masif dan berkelanjutan,

supaya Keberadaan Balai Sosial Karya Wanita (BSKW) seperti “Mirah Adi”

Mataram sangat membantu bagi masyarakat khususnya bagi Pekerja Seks

Komersial (PSK) untuk dapat memiliki harapan baru, dengan bimbingan atau

pembinaan yang diadakan oleh Balai Sosial Karya Wanita (BSKW) “Mirah

Adi” Mataram.

Berdasarkan pengamatan dan temuan hasil penelitian di lokasi

penelitian, yaitu implementasi bimbingan konseling bagi klien BSKW Mirah

Adi Mataram adalah:

1. Berkelompok-kelompok

Berdasarakan hasil observasi dan wawancara tentang apa yang

menjadi hambatan-hamabatan bimbingan konseling bagi klien BSKW

73 Hasil wawancara dengan Rudi Handoyo, Wawancara, 6 Juli 2017 dan I Wayan

Aryana, Wawancara, 4 Juli 2016.

Page 78: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

79

“Mirah Adi” Mataram, bahwa terdapat adanya klien yang berkelompok-

kelompok atau berkubu-kubu, disebabkan mereka datang dari berabagai

macam suku. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan dari Rudi Handoyo

selaku seksi bimbingan dan advokasi sosial bahwa:

“Kendala yang sering kita hadapi di balai sosial pada saat proses bimbingan dalam kesehariannya yaitu adanya klien yang berkubu-kubu pada saat mereka baru datang di balai sosial BSKW Mirah Adi Mataram ini. Selain itu, terlihat juga pada saat kesehariannya mereka bermain dengan teman yang berasal dari sukunya masing-masing”74 Sama halnya dengan apa yang diutarakan oleh Mawardin selaku

kepala seksi per-lindungan dan penyantunan bahwa:

“Kendala yang sangat sering kita hadapi di balai sosial pada saat proses bimbingan dalam kesehariannya yaitu para klien yang berkelompok-kelompok dengan teman kampungnya atau teman dari daerah asalnya, inilah hambatan yang selama ini terjadi di balai sosial ini”.75 Berkelompok-kelompoknya para klien di BSKW ini pada

dasarnya disebabkan oleh kesulitan dalam bergaul dengan yang lain (asal

klien). Selain kesulitan bahasa, juga kesulitan dalam memahami satu

sama lainnya. Seperti halnya yang diungkapkan oleh Dewi dan

Nurhasanawati bahwa bergaul dengan sesama (asal daerah) lebih nyaman

dan nyambung dalam berkomunikasi, terutama dengan menggunakan

bahasa daerah.76 Nurhasanah juga memiliki pandangan yang sama bahwa

74 Rudi Handoyo, Wawancara, 6 Juli 2017. 75 Mawardin, Wawancara, 4 Juli 2017. 76 Dewi, Wawancara, Klien BSKW, 6Juli 2017

Page 79: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

80

bergaul dengan sesama bahasa lebih asik dalam berkomunikasi, karena

bisa bercerita dengan bahasa sendiri.77

Begitu juga sama halnya dengan apa yang telah diutarakan oleh I

Wayan Aryana selaku yang membidangi kelompok jabatan fungsional,

bahwa:

“Tempat kesulitan pihak pengelola panti yang menangani para klien yang berada di “Mirah Adi” iyalah, para klien sangat kerap kali sulit untuk dikasih tau, sulit untuk dipisahkan dari kelompok-kelompok saudara dari tempat asalnya, meskipun dari pihak panti terutama saya dengan temen-temen yang memegang jabatan fungsional sering dibentak sama klien pada saat saya dengan temen-temen dari pihak panti yang memeberi tahunya”.78

Penjelasan di atas juga dibenarkan oleh Nurman yang

mengungkapkan akan sulitnya bergaul dengan tidak sesama bahasa atau

sesama asal. Karena harus menggunakan bahasa indonesia baru bisa

nyambung dalam berkomunikasi, dan hal ini dirasa tidak asik dalam

bercerita tentang pengalaman yang ada. Terlebih lagi bercerita tentang

kepuasan dan pendapatan. Sehingga sesama bahasa atau asal itu lebih

asik dan nyaman serta nyambung dalam bercerita.79

Dari observasi langsung yang peneliti lakukan di lokasi,

penelitian memperoleh gambaran bahwa sebagian dari PSK atau WTS

masih sangat sulit diatur meskipun petugas atau para pembimbing sering

memisahkan mereka, sehingga hal yang demikian ini yang menjadi

tantangan para pegawai dan pembimbing untuk diatasi.

77 Nurhasanah,Wawancara, Klien BSKW, 6 Juli 2017 78 I Wayan Aryana, Wawancara, 4 Juli 2017. 79 Nurman, Wawancara, Klien BSKW, 6 Juli 2017

Page 80: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

81

2. Sering Menggunakan Bahasa Daerah

Berdasarakan hasil observasi dan wawancara tentang apa yang

menjadi hambatan-hamabatan bimbingan konseling bagi klien BSKW

“Mirah Adi” Mataram, bahwa terdapat adanya klien yang datang dari

berbagai macam daerah, berbagai macam suku, baik dari suku Samawa,

Sasak, Ambojo dan ada juga yang berasal dari luar daerah Nusa

Tenggara Barat. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan dari Rudi

Handoyo selaku seksi bimbingan dan advokasi sosial bahwa:

“Dalam hal hambatan yang selanjutnya yaitu, para klien menggunakan bahasa daerah, misalkan orang Sasak menggunakan bahasa Sasaknya, dan begitu juga dengan klien-klien lainnya, sehingga hal ini yang membuat mereka sulit bergaul, terkadang saya dan para pegawai yang lain perihatin melihat kondisi yang terjadi, padahal sering kita pisahkan dengan teman-temannya yang dari sama suku untuk disatukan dengan orang yang beda suku, namun hal itu tidak bisa berhasil kami lakukan, katanya mereka sih takutnya ketika disatukan apabila nanti orang samawa ngomong dengan bahasanya sendiri orang sasak misalkan merasa tersinggung, merasa diomongi, merasa dicaci, sehingga hal ini yang menjadi PR besar para pegawai di balai sosial “Mirah Adi” Mataram ini”.80

Penggunaan bahasa daerah merupakan kebiasaan dan memiliki

kenyamanan sendiri bagi klien. Nurhasanah misalnya merasa bebas

bercerita dan lebih menarik ketika menggunakan bahasa daerah dalam

bercerita tentang pengalaman. Serta lebih seru ketika mendengarkan

cerita dari teman sebahasa.81 Dengan demikian, menggunakan bahasa

sendiri dalam hal ini dianggap sebagai bentuk dalam menjaga rahasia.

Karena selain penggunaan bahasa indonesia dapat dipahami oleh yang

80 Rudi Handoyo, Wawancara , 6 Juli 2017 81 Nurhasanah,Wawancara, Klien BSKW, 6 Juli 2017

Page 81: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

82

lainnya, juga rahasia yang ada akan terbuka dan bisa dimanfaatkan oleh

yang lainnya (baik dalam hal mengejek maupun yang lainnya). Seperti

halnya ungkapan Dewi dan Nurman bahwa menggunakan bahasa

indonesia seakan-akan sedang membuka aib sendiri. Terlebih lagi kamar

yang disediakan tidak untuk berdua, melainkan berame-rame.82

Muhammad Ikhsan selaku kepala seksi bimbingan dan advokasi

sosial yaitu:

“Hambatan yang sering kita hadapi di balai sosial “Mirah Adi” Mataram ini iyalah, para klien yang sudah berada di balai sosial maupun klien yang baru datang, mereka sering sekali memakai bahasa daerah dengan teman-teman dari daerahnya, meski dari pihak balai sering menegur, dan sering memberitahu tapi sebentar-bentar lagi mereka ngomong dengan bahasa daerahnya, nah sehinggga inilah yang menjadi tantangan kami disini dalam membimbing klien yang datang dari berbagai macam suku, ras, dan etnis”.83 Hasil obserpasi yang peneliti temukan dilapangan bahwa para

pegawai harus mampu menyelesaikan permasalahan yang ada pada

kliennya, maka dengan perjuangan serta semanagat yang kuat untuk

merubah sifat dan sikap para klien yang berada di Balai Sosial Karya

Wanita (BSKW) “Mirah Adi” Mataram, para pegawai dan pembimbing

harus tetap bersabar dalam menjalankan tugas dan kewajiban, demi

terwujudnya cita-cita yang telah diinginkan.

3. Klien Yang Menikah

Berdasarakan hasil observasi dan wawancara tentang apa yang

menjadi hambatan-hamabatan bimbingan konseling bagi klien BSKW

82 Dewi dan Nurman,Wawancara, Klien BSKW, 6 Juli 2017 83 Muhammad Ikhsan, Wawancara, 6 Juli 2017

Page 82: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

83

“Mirah Adi” Mataram, bahwa para klien kebanyakan menikah. Menikah

pada dasarnya adalah hal yang lumrah diinginkan oleh perempuan,

terutama PSK yang ingin membina hidup bahagia bersama laki-laki

dengan menerima apa adanya, dan tidak mempermasalahkan masa lalu.

Dewi misalnya berharap laki-laki yang menjadi suaminya nanti tidak

menjadikan masa lalu sebagai masalah, dan menerima segalanya dengan

apa adanya.84 Begitu juga dengan Nurhasanah dan Nurman yang

menginginkan pernikahan tanpa harus melihat masa lalu.85

Lebih lanjut Dewi menjelaskan bahwa teman-temannya yang

telah menikah (Dewi tidak mau menyebutkan namanya) berharap

hubungannya selalu bahagia, dan tidak mempermasalahkan pekerjaan

yang telah lalu, yang mana sudah belasan tahun hidup menjadi PSK.86

Selain itu Nurhasanah juga mengungkapkan hal yang sama bahwa teman-

temannya “sepekerjaan” yang telah menikah tidak mengalami

permasalahan-permasalahan keluarga yang rumit, terutama bisa diterima

dengan baik oleh suaminya.87

Hal ini dibuktiikan dengan pernyataan dari Rudi Handoyo selaku

seksi bimbingan dan advokasi sosial bahwa:

“Berbicara maslah hambatan selanjutnya, kerapkali para klien di Balai Sosial Karya Wanita (BSKW) “Mirah Adi” Mataram menikah setelah mereka diberikan izin pulang, nah biasa dari pihak lembaga memberikan izin pada saat dua hari sebelum lebaran, tentu tidak lain maksudnya untuk bersilaturrahim

84 Dewi, Wawancara, Klien BSKW, 6 Juli 2017 85 Nurman, Wawancara, Klien BSKW, 6 Juli 2017 86 Dewi,Wawancara, Klien BSKW, 6 Juli 2017 87 Nurhasanah,Wawancara, Klien BSKW, 6 Juli 2017

Page 83: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

84

bersama keluarga, tapi setelah leberan para klien menikah dan tidak balik lagi ke balai sosial “Mirah Adi” Mataram.”88 Sama halnya dengan apa yang diutarakan oleh Faizatul Rohmi

selaku kelompok jabatan fungsional bahwa,

“Dalam hal kesulitan atau yang sering menjadi penghabat pada saat penahanan klien di Balai Sosial Karya Wanita “Mirah Adi” Matarm, iyalah banyaknya dianatara klien yang menjadi tahanan atau bimbingan kita menikah, disebabkan karena adanya diberikan izin untuk pulang pada saat lebaran mau tiba, nah pada saat itulah para bimbingan atau yang menjadi klien di balai sosial “Mirah Adi” menikah”.

88 Rudi Handoyo Wawancara 6 Juli 2017

Page 84: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

85

BAB III

PEMBAHASAN

A. Proses Bimbingan Konseling Bagi Pekerja Seks Komersial di BSKW

“Mirah Adi” Mataram.

a. Mendalami persoalan atau masalah yang dihadapi klien (PSK)

Bimbingan konseling yang dilakukan oleh pihak BSKW dalam

memberikan bantuan kepada klien merupakan upaya dalam membantu

klien untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Seperti halnya pandangan

Rudi handoyo yang lebih menekankan makna pada “perubahan” seseorang

ke hal yang lebih baik. Baik dari persoalan abnormal menuju normal,

hingga pada persoalan perbuatan-perbuatan yang negatif menuju perbuatan

yang positif.89 begitu juga dengan I Wayan yang memandang bimbingan

konseling sebagai upaya “pemulihan” persoalan-persoalan yang dihadapi

klien.

Indentifikasi masalah sebagai langkah dalam proses bimbingan dan

konseling juga ditekankan pada mengenali secara mendalam gejala-gejala

awal dari masalah yang dihadapi. Di mana gejala-gejala awal ini

menunjukkan tingkah laku yang berbeda atau menyimpang dari biasanya.

Mendalami persoalan klien dengan tujuan menemukan data-data atau

informasi yang dibutuhkan dalam menentukan masalah dan memberikan

bantuan yang tepat, merupakan langkah yang harus dipahami oleh seorang

89Rudi Handoyo Wawancara 6 Juli 2017

Page 85: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

86

konselor. Yang mana tidak hanya pada kontek tujuan dan fungsi

bimbingan konseling, juga pada langkah evaluasi dalam menentukan

keberhasilan dan kegagalan proses bimbingan dan konseling. Seperti yang

dijelaskan oleh Ikhsan bahwa mendalami persoalan klien dalam hal

menemukan informasi sebagai acuan dalam menentukan masalah dan

memberikan bantuan kepada klien harus dilakukan dengan hati-hati dan

mendalam.

Selaras dengan hal di atas, tujuan bimbingan konseling pada

dasarnya adalah kesadaran klien dalam mengenal dirinya sendiri, keluarga

dan lingkungan maupun lainnya sehingga mampu mengambil keputusan

yang tepat terhadap hal tersebut. Karena hal ini sesuai dengan tujuan (baik

menemukan diri, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan)

dan fungsi bimbingan konseling yang meliputi fungsi pemahaman, fungsi

preventif, fungsi pengembangan dan lainnya.90

Bimbingan dan konseling pada dasarnya memiliki makna berbeda,

di mana bimbingan dalam pandangan Frank Person dalam Anas Solahudin

dianggap sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk memilih,

mempersiapkan diri, dan memangku suatu jabatan, serta mendapat

kemajuan dalam jabatan yang dipilihnya.91 Sedangkan konseling dimaknai

Prayitno dan Erman Amti dalam Latipun sebagai proses bantuan yang

dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (konselor)

90 Deni Febrini, Bimbingan konseling..., h. 17 91Anas Salahudin, Bimbingan..., h. 13.

Page 86: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

87

kepada individu yang sedang mengalami masalah (klien) yang bermuara

pada teratasinya masalah yang dihadapi klien.92

Dengan demikian, bimbingan dan konseling dalam hal ini

merupakan proses bantuan terhadap permasalahan yang dihadapi oleh

klien sehingga tercapainya solusi dalam menghadapi permasalahan yang

dialami. Selain itu, bimbingan dan konseling merupakan upaya

penyelesaian masalah klien dengan melakukan wawancara mendalam

untuk mendapatkan data sebagai acuan dalam memberikan bantuan yang

tepat.

Dengan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk

mencapai keberhasilan dalam memberikan bimbingan dan konseling yang

sejalan dengan maknannya, maka langkah pertama yang harus dilakukan

adalah mendalami persoalan atau masalah yang dihadapi klien (PSK).

Sehingga dengan pendalaman masalah tentunya seoang konselor dapat

memutuskan tindakan-tindakan yang harus diberikan. Rudi Handoyo

dalam hal ini menganggap bahwa mendalami masalah dan menemukan

informasi sedalam-dalamnya dengan telaten dan penuh kehati-hatian

merupakan inti dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi klien.93

Senada dengan penjelasan di atas, Muhammad Ikhsan juga

menjelaskan arti penting dalam mendalami persoalan klien, yang mana hal

tersebut merupakan langkah utama dalam menemukan jawaban dari

masalah yang dihadapi, seperti halnya gejala-gejala awal yang dapat

92 Latipun, Psikologi Konseling, (Malang: UMM Pres, 2015), h. 3 93 Rudi Handoyo, Wawancara, 6 Juli 2017

Page 87: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

88

menjadi sumber rujukan untuk memberikan bantuan.94 Dengan demikian,

dalam mendalami persoalan klien memiliki kedudukan yang penting guna

dapat membantu klien dalam mengambil keputusan terbaik yang dapat

dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat.

Persoalan klien yang memiliki pekerjaan sebagai PSK pada

dasarnya memiliki warna yang berbeda. Tidak hanya pada sisi kesenangan

semata, juga pada sisi ekonomi yang dapat menjamin kehidupan sehari-

hari. Dewi memandang bahwa menjadi PSK bukanlah seperti pemikiran

orang-orang tentang kesenangan semata, melainkan memenuhi kebutuhan

hidup keluarga. Lebih lanjut, dewi menjelaskan bahwa:

“Ketika hidup dihadapkan pada berbagai persoalan, terlebih saya sebagai tulang punggung keluarga, adek saya sedang sekolah, ibu saya sakit-sakitan, yang intinya semua ini membutuhkan biaya. Tentunya untuk mendapatkan uang dengan mudah dan cepat, salah satu jalannya bagi saya adalah menjadi PSK. Karena selain saya tidak memiliki keterampilan, juga didesak oleh kebutuhan. Walau semua ini tidak diketahui oleh keluarga saya, yang penting ada uang untuk membiayai semuanya”.95

Selain itu, Nurhasanah dan Nurman juga memandang bahwa

persoalan perbuatan (yang tidak sesuai dengan masyarakat dan ajaran

agama) individu bukanlah persoalan orang banyak. Selain didasari pada

tanggungjawab masing-masing, juga pada cara memandang hidup.

Sehingga menjadi PSK pada dasarnya bukanlah harapan atau cita-cita,

melainkan karena situasi dan kondisi.96 Dengan demikian, persoalan PSK

pada dasarnya merupakan sebuah persoalan yang tidak mudah untuk

94 Muhammad Ikhsan, Wawancara, 4 Juli 2017 95 Dewi, Wawancara, Klien BSKW, 6 Juli 2017 96 Nurhasanah dan Nurman, Wawancara, Klien BSKW, 6 Juli 2017

Page 88: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

89

ditemukan “benang merahnya” sehingga membutuhkan pendalaman

identifikasi guna mendapatkan data-data yang akurat dan kredibel.

Dengan kenyataan ini, pendalaman masalah terhadap klien

mengenai persoalan prostitusi merupakan hal utama. Dengan pendalaman

masalah, konselor akan lebih mengetahui dan memahami latar belakang

klien dalam melakukan pelacuran. Mulai dari latar ekonomi, kebiasaan

(kesenangan) dan lain sebagainya. Sehingga konselor dapat menentukan

masalah dan dapat memberikan bantuan sesuai dengan latar yang dialami

oleh klien. Sehingga persoalan tersebut dapat teratasi sejak dini dan

berkelanjutan.

Selain persolan prostitusi sebagai penyimpangan seksual yang

bersifat “barter” secara langsung.97 Agama juga dalam hal ini melarang

pelacuran dengan jelas, yang tergambar dalam surat al-Isra’ ayat 33 dan

surat an-Nur ayat 2.98 Bahkan Islam mengajarkan tata cara dalam bergaul

dengan sesama manusia. Yang pada intinya, persoalan pelacuran adalah

persoalan yang membutuhkan solusi tepat dan cepat. Karena selain

dianggap sebagai penyimpangan kebiasaan dalam masyarakat, pelacuran

juga dapat menyebabkan penderitaan yang tidak dapat disembuhkan (HIV

AIDS).

97 Konselor, BSKW, 2017 98 “Dan janganlah kamu sesekali melakukan perzinaan, sesungguhnya perzinaan itu

merupakan suatu perbuatan yang keji, tidak sopan, dan jalan yang buruk”. (Surat Al-Isra’ ayat 33). Dan “Perempuan dan laki-laki yang berzina, deralah kedua-duanya, masing-masing seratus kali dera. Janganlah sayang pada kedua-duanya dalam menjalankan hukum agama Allah, kalau kamu betul-betul beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan hendaknya hukuman bagi keduanya itu disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman”. (Surat An-Nur ayat 2).

Page 89: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

90

b. Pengambilan keputusan dalam menentukan masalah yang dihadapi klien

(PSK).

Pengambilan keputusan dalam menentukan masalah yang dihadapi

klien adalah bagian selanjutnya dalam melakukan bimbingan dan

konseling. Yang mana setelah melakukan pendalaman masalah, maka

seorang konselor kemudian menentukan masalah untuk dapat

memfokuskan dalam penanganannya. Pengambilan keputusan juga harus

didasari atas berbagai sisi kehidupan klien sebagai latar belakang

munculnya masalah. Merujuk pada pengalaman dalam pengambilan

keputusan selama ini, Rudi Handoyo menjelaskan bahwa dalam

mengambil keputusan untuk menentukan masalah harus memiliki kehati-

hatian, baik dalam menganalisis data-data yang sudah ada, maupun

berdasarkan pertemuan secara langsung.99

Muhammad Ikhsan juga memandang bahwa keputusan yang akan

diambil dalam penentuan masalah yang dihadapi klien, harus betul-betul

berdasarkan pada masalah yang sebenarnya terjadi. Yang mana hal

tersebut dapat didapatkan dengan wawancara yang mendalam untuk

menggali data-data yang dibutuhkan. Karena tanpa hal tersebut (data-data

yang akurat dan kredibel) maka konselor tidak bisa memutuskan atau

menetapkan masalah yang dihadapi oleh klien. Pelacuran misalnya adalah

persoalan yang tidak mudah dalam mendapatkan data-data yang akurat.

Terkadang, klien (PSK) tidak benar-benar menceritakan masalah yang

99 Rudi Handoyo, Wawancara, 6 Juli 2017

Page 90: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

91

sebenarnya (mengarang cerita) kepada konselor untuk menutupi aib yang

dipikul.

Lebih lanjut, M. Ikhsan mengungkapkan, bahwa:

“terkadang klien yang betul-betul malu dan merasa bahwa apa yang dikerjakan itu adalah perbuatan yang tidak boleh diketahui, mereka mengarang cerita dengan berbagai cara (misalnya: mimik wajah yang serius, menangis, dan lainnya) agar konselor percaya dan berharap untuk dibebaskan atau dilepas dari BSKW Mirah Adi mataram ini dan hal ini sering kali terjadi, walaupun sudah sering melakukan pertemuan untuk menggali informasi”.

Sejalan dengan penjelasan di atas, Deni Febrini memandang

langkah diaknosis sebagai langkah dalam penetapan “masalah”, yang

mana penetapan ini didasarkan pada analisis dari latar belakang yang

menimbulkan masalah. Dalam langkah ini juga dilakukan pengumpulan

data mengenai berbagai hal yang menjadi latar belakang atau yang

melatar-belakangi gejala yang muncul.100 Anas Salahudin menekankan

pentingnya dukungan terhadap masalah yang dihadapi, baik dukungan

moral maupun dukungan-dukungan lain yang dapat membantu klien utuk

dapat menganalisis dan dapat mengatasi masalah yang dihadapi. Bahkan

agama dalam hal ini memberikan dukungan yang dapat memperkuat dan

menopang nilai-nilai, kemudian dapat dijalankan oleh klien apa yang

terkandung dalam ajaran agama.101

Selain itu, menentukan masalah yang sedang dialami oleh klien,

harus didasarkan pada kekuatan dan kelemahan klien, yang mana nantinya

100 Deni Febrini, Bimbingan Konseling..., h.17 101 Anas Salahudin..., h. 123-124

Page 91: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

92

klien dapat memahami dirinya sendiri sehingga dapat mengambil

keputusan dengan tepat guna kehidupan yang lebih baik. Yang mana hal

ini sesuai dengan tujuan dari bimbingan konseling.102

Dari sisi lain, konselor sebagai pelaku bimbingan dan konseling

dalam hal ini mengarah pada beberapa fungsi bimbingan dan konseling.

Yang mana fungsi-fungsi tersebut sebagai modal dalam memberikan

bantuan kepada klien. Misalnya fungsi preventif yang harus dimiliki oleh

konselor, artinya konselor tidak hanya terpaku pada model bantuan yang

ada, namun harus memiliki model bantuan-bantuan lainnya sebagai

antasipasi ketika dihadapkan pada ketidak-berhasilan bantuan yang

diberikan.

Dengan demikian, pengambilan keputusan dalam hal ini dimaknai

sebagai landasan dalam memberikan bantuan kepada klien pasca

identifikasi masalah. Yang mana pengambilan keputusan ini tidak hanya

didasarkan pada informasi dari klien, juga dimusyawarahkan dengan pihak

BSWK dalam hal menentukan masalah. Selain itu, pengambilan keputusan

terhadap menentukan masalah yang dihadapi klien membutuhkan

ketelitian dan kehati-hatian, baik dalam menganalisis data-data yang ada

(latar belakang munculnya gejala dan lainnya) maupun dalam memberikan

keputusan terhadap penentuan masalah. Pihak BSKW dalam hal ini telah

mengambil langkah yang tepat, karena didasari oleh teori-teori yang ada,

yang pada dasarnya menjadi rujukan konselor dalam menangani klien.

102 Latipun. Psikologi Konseling..., h. 13

Page 92: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

93

Persoalan keputusan adalah persoalan yang tidak dibuat secara

individu, melainkan dibuat secara kolektif untuk dapat memutuskan

sesuatu yang dijadikan rujukan selanjutnya, guna tidak memunculkan

persoalan-persoalan yang tidak diinginkan. Dengan kata lain, BSKW

dalam hal ini sebagai lembaga pemberdayaan perempuan yang telah

dipercayai oleh masyarakat, tentunya tidak meningingkan nama baik

BSKW tercoreng oleh keputusan-keputusan yang “teledor” dalam

menentukan sesuatu, yang mana keputusan tersebut berdampak pada

semakin terpuruknya klien.103

c. Pengambilan keputusan dalam memberikan bantuan terhadap klien (PSK).

Adapun hal-hal yang dilakukan oleh BSKW dalam memberikan

bantuan terhadap klien, adalah sebagai berikut:

1) Bimbingan Mental

Para klien yang berada di Balai Sosisal Karya Wanita (BSKW)

“Mirah Adi” Mataram, adalah mentalnya terguncang atas permasalahan

yang selama ini dihadapi, kondisi yang labil menyebabkan tindakan

atau melakukan suatu hal yang tidak menentu. Tanpa mental yang kuat

akan membuat mental mereka akan cepat goyah. Umunya para klien

mengalami gangguan mental yang cukup berat pada awal mereka

masuk ke Balai Sosisal Karya Wanita (BSKW) “Mirah Adi” Mataram.

Dewi, Nurman dan Nurhasanah misalnya adalah perempuan-perempuan

muda yang memiliki mental lemah, artinya ketika dihadapkan pada

103 Hasil analisis dari beberapa wawancara dengan narasumber (sumber data) dalam

penelitian ini.

Page 93: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

94

persoalan kehidupan yang rumit (ketidak-mampuan ekonomi), harus

dijalani dengan menjalani profesi sebagai PSK.

Kenyataan di atas, mengindikasikan sebuah kelabilan yang

berdampak pada ketidak-mampuan dalam mengambil keputusan yang

tepat, sehingga apa pun kenyataan yang harus dihadapi tidak menjadi

persoalan. Karena selain hidup harus terus dijalani dan membutuhkan

biaya, juga tidak peduli lagi terhadap persoalan-persoalan yang akan

akan dihadapi.104 Sehingga dalam hal ini, bimbingan mental sebagai

program yang dilakukan oleh BSKW betul-betul mampu mengarahkan

pada penguatan mental, guna klien tidak tergoyah pada pilihan.

Selaras dengan penjelasan di atas, pada dasarnya merupakan

kesesuaian dari tujuan bimbingan konseling. Misalnya menemukan

pribadi, yang lebih menekankan pada prinsif pengenalan kekuatan dan

kelemahan serta menerima secara positif dan dinamis. Selain itu,

mengenal lingkungan sebagai upaya konselor dalam menunjukkan

kepada klien lingkungan sosial secara obyektif. Dan merencanakan

masa depan sebagai bentuk dorongan kepada klien dalam

mempertimbangkan setiap keputusan yang akan diambil, baik

keputusan dalam karir, pendidikan dan keluarga.105

Rudi Handoyo dalam hal ini memandang bahwa pemberian

pemahaman kepada klien mengenai dirinya sendiri, lingkungan dan

masa depan merupakan bagian yang harus diupayakan. Hal ini selain

104 Hasil dari beberapa wawancara dengan klien (Nurhasanah, Nurman dan Dewi). 105 Latipun. Psikologi Konseling..., h. 13

Page 94: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

95

didasari atas setiap manusia memiliki hak untuk bertahan hidup, juga

atas dasar kesempatan yang lebih baik. Karena klien dalam hal ini

memiliki hak dan kesempatan untuk menjadi yang lebih baik. Begitu

juga dengan Muhammad Ikhsan yang memandang kenselor harus

memberikan pengertian kepada klien secara mendalam terhadap

persoalan yang sedang dihadapi.

Adapun bentuk pembinaan mental yang dilakukan di Balai

Sosisal Karya Wanita (BSKW) “Mirah Adi” Mataram,

a) Pengajian, pengajian umum yang dilakukan di Balai Sosisal Karya

Wanita (BSKW) “Mirah Adi” Mataram, biasanya menghadirkan

para tuan guru dari berbagai tempat di Lombok ini, dari beberapa

kali hasil observasi yang penulis lakukan dan ikut serta sebagai

peserta pengajian menunjukkan sambutan para klien yang dibimbing

terhadap program ini cukup positif walaupun masih terdapat

beberapa klien yang ikut berpartisipasi dalam mengikuti ceramah

(mengikuti aturan).

b) Shalat berjamaah, setiap klien di Balai Sosisal Karya Wanita

(BSKW) “Mirah Adi” Mataram, diharuskan untuk mengikuti shalat

berjamaah pada waktunya. Hasil observasi yang penulis lakukan

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang muncul, sebagian

klien bener-bener “bertaubat” hal ini terbukti dengan kekhusyu’an

mereka dalam menjalankan shalat. Dan beberapa lagi masih pada

Page 95: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

96

tataran administasi (mengikuti program yang dijalankan pihak

BSKW).

Bimbingan mental dalam hal ini memiliki makna tersendiri,

yakni: bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus

menerus dan sistematis kepada individu untuk memecahkan masalah

yang di hadapinya. Dengan demikian individu tersebut memiliki

kemampuan untuk memahami dirinya.106 Mental adalah memberikan

kekuatan melalui kegiatan atau program, baik itu berupa nasihat,

dukungan, dan pencerahan.107 Dengan demikian, bimbingan mental

adalah sebuah upaya dalam memberikan bantuan kepada klien berupa

kekuatan diri, baik dengan cara memberikan nasehat maupun dukungan

moril atau materil.

Bimbingan metal yang dihadapkan pada positifnya tujuan yang

ingin dicapai oleh BSKW dan pada dasarnya adalah ajaran agama yang

melarang dalam perbuatan “pelacuran” merupakan usaha yang

terkadang memiliki dampak pro dan kontra. Ketika dihadapkan dengan

kesadaran pada diri klien, maka bimbingan mental ini menjadi hal yang

positif dilakukan. Begitu juga ketika dihadapkan pada persoalan “acuh

tak acuh” klien dan hanya sekedar mengikuti aturan, maka bimbingan

mental dalam hal ini harus memiliki metode yang lebih baik. Seperti

halnya yang terjadi pada BSKW ini bahwa bimbingan mental yang

106 Anas Salahudin, Bimbingan...., h. 15 107 DEPDIKBUD, Kamus Besar Bahasa Iindonesia......, hal.280

Page 96: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

97

dilakukan masih memerlukan metode yang tepat dan lebih mengena

pada klien, guna dapat melakukan perubahan pada diri klien.

Dengan demikian, fungsi perbaikan dalam sebuah bimbingan

konseling akan menjadi postif ketika dihadapkan dengan sifat klein

yang acuh tak acuh terhadap program-program yang bersifat ceramah

dan lainnya. Karena fungsi perbaikan dalam hal ini dimaksudkan

sebagai salah satu cara dalam memberikan pemahaman kepada klien

terhadap kesalahan atau kekeliruan dalam berpikir dan bertindak.108

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Rudi Handoyo

terkait dengan bimbingan mental yang dilakukan di BSKW “Mirah

Adi” Mataram, diutarakan bahwa:

“Balai Sosial Karya Wanita “Mirah Adi” Mataram dalam melakukan bimbingan mental, para pembina melakukan kegiatan-kegiatan pengajian, dan shalat berjamaah. Dengan adanya bimbingan mental ini, sebagian klien mulai sadar dengan apa yang telah diperbuat, dan para klien betul-betul bertaubat. Dan masih sebagian lagi berada pada tataran menerima program tersebut, namun hanya sekedar mengikutinya saja”.109

Sama halnya dengan penjelasan Muhammad Ikhsan selaku

kepala seksi bimbingan dan advokasi sosial, beliau mengutarakan:

“Dalam menjalankan bimbingan mental ini para klien sedikit tidak bisa sadar meskipun banyak diantara klien ada yang masih kurang bisa secara penuh mengikuti jenis bimbingan yang satu ini, namun para pembina terus menerus melakukan secara rutinitas, sehingga para klien bisa menyadari manfaat dari bimbingan mental ini”.110

108 Deni Febrini. Bimbingan Konseling..., h. 17 109 Rudi Handoyo, Wawancara, 6 Juli 2017. 110 Ikhsan, Wawancara, 6 Juli 2017.

Page 97: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

98

2) Bimbingan Keterampilan

Minimnya keterampilan yang rata-rata dimiliki oleh wanita

didaerah ini membuat mereka kesulitan dalam mencari penghidupan.

Karena tidak punya bekal dan keterampilan maka tidak ada yang

membuat para wanita menjadi sibuk, sehingga waktu luang ditambah

dengan sulitnya mencari penghidupan mendorong mereka terjun

menjadi pelacuran. Agar para klien Balai Sosisal Karya Wanita

(BSKW) “Mirah Adi” Mataram, akan terjun atau kembali kemasyarakat

mereka siap, mereka terlebih dahulu dibeklai dengan keterampilan.

Setiap orang memiliki bakat dan keterampilan yang merupakan

suatu talenta dari Yang Maha Kuasa. Sebagian orang menyadari akan

keterampilan yang dimilikinya, akan tetapi sebagian lagi belum atau

tidak menyadari keterampilan dalam dirinya sendiri. Definisi

keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam mengubah sesuatu

hal menjadi lebih bernilai dan memiliki makna. Menggunakan

keterampilan bisa saja dengan pikiran, akal dan kreatifitas. Jika

keterampilan itu diasah, tidak menutup kemungkinan bila akan

menghasilkan sesuatu yang menguntungkan.

Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus

menerus dan sistematis kepada individu untuk memecahkan masalah

yang di hadapinya. Dengan demikian individu tersebut memiliki

kemampuan untuk memahami dirinya.111 Sedangkan Keterampilan

111 Anas Salahudin, Bimbingan...., h.15

Page 98: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

99

adalah kecakapan untuk mengerjakan tugas sehingga mampu

menghasilkan hasil yang baik untuk mendapatkan kepuasan.112

Sehingga bimbingan keterampilan dalam penelitian ini adalah proses

bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien agar memiliki

kemampuan dalam memahami dirinya, sehingga dapat menyelesaikan

masalah yangdihadapinya.

Dengan demikian, fungsi pengembangan dalam hal ini menjadi

landasan dalam melakukan bimbingan, yang mana konselor senantiasa

berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Begitu

juga dengan fungsi penyembuhan dan perbaikan dalam bimbingan dan

konseling, karena kedua fungsi ini mengarah pada upaya dalam

mewujudkan kesembuhan dan perbaikan diri bagi klien.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Muhammad Ikhsan,

mengutarakan bahwa:

“Minimnya keterampilan yang rata-rata dimiliki oleh wanita di daerah ini menyebabkan mereka kesulitan dalam mencari penghidupan. Dan karena tidak punyanya bekal keterampilan maka tidak ada yang membuat para wanita menjadi sibuk, sehingga waktu luang ditambah lagi dengan sulitnya mencari penghidupan mendorong mereka terjun melakukan pelacuran. Agar para klien BSKW “Mirah Adi” Mataram ketika terjun atau kembali kedaerah asal mereka merasa siap, karena mereka terlebih dahulu dibekali dengan beberapa jenis keterampilan yaitu, tata rias, tata busana, dan tata boga”.113

Sama halnya dengan apa yang diutarakan oleh I Wayan Aryana,

selaku kelompok jabatan fungsional bahwa:

112 Kamus Besar Bahasa Iindonesia, hal. 247 113 Muhammad Ikhsan, Wawancara, 6 Juli 2017

Page 99: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

100

“Keterampilan memang harus menjadi keilmuan yang semestinya kita miliki, karena dengan kita memilki keterampilan maka kita tak kan merasa kekurangan dalam berusaha, sehingga kita tidak terpuruk dalam menjalani hidup, ketika susah ada yang kita kembangkan. Sehingga dengan melihat kondisi penghidupan dimasyarakat, sehingga kita tidak heran dengan banyaknya wanit-wanita keluyuran, dan bahkan tidak ada yang akan dikerjakan dirumah, dan kemudian merasa bosan, lalu mengerjakan hal yang tidak diingikan, dsehingga mereka kebanyakan terjerumus pada pekerjaaan yang tidak wajar. Oleh karena itu balai sosial “Mirah Adi” Mataram, mengadakan bimbingan keterampilan ini salah satu tujuannya iyalah untuk mengajari kepada klien atau wanita tuna susila biar mereka bisa mengembangkan usaha nantinya.114 BSKW dalam hal ini sebagai pemberi bantuan, yang dalam hal

ini adalah bimbingan keterampilan disambut positif oleh klien. Karena

selain sebagaio bentuk dalam mengatasi masalah klien, juga sebagai

upaya dalam membangun kemandirian klien dalam menghadapi

tantangan hidup dimasyarakat. Nurhasanah misalnya dalam hal ini

memiliki keseriusan yang kuat dalam menjalani bimbingan

keterampilan, karena Nurhasanah menganggap ini semua memiliki

manfaat besar bagi seseorang ketika memiliki kemampuan yang cukup

sebagai bekal hidup.115 Begitu juga dengan Dewi dan Nurman yang

memandang bimbingan keterampilan adalah bimbingan yang tepat

untuk dilakukan. Yang mana ini dapat membantu klien dalam memiliki

keterampilan, sehingga mampu beradaptasi dengan masyarakat di mana

tempat tinggal.116

114 I Wayan Aryana, Wawancara, 4 Juli 2016 115 Nurhasanah, Wawancara, 6 Juli 2017 116 Dewi dan Nurman, Wawancara, 6 Juli 2017

Page 100: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

101

Bisa disimpulkan bahwasanya bimbingan keterampilan tersebut

dapat dilatih sehingga mampu melakukan sesuatu, tanpa adanya latihan

dan proses pengasahan akal, fikiran tersebut tidak akan bisa

menghasilkan sebuah keterampilan yang khusus atau terampil karena

keterampilan bukanlah bakat yang bisa saja didapat tanpa melalui

proses belajar yang intensif dan merupakan kelebihan yang sudah

diberikan semenjak lahir. Sehingga untuk menjadi seorang yang

terampil yang memiliki keahian khusus pada bidang tertentu haruslah

melalui latihan dan belajar dengan tekun supaya dapat menguasai

bidang tersebut dan dapat memahami dan mengaplikasikannya.

3) Bimbingan Fisik

Melakukan pelacuran bukan disebabkan karena badannya yang

sakit, melainkan penyakit yang erat hubungannya dengan penyakit

finansial dan psikologis. Kesehatan fisik atau jasmani juga cukup

berpengaruh dalam mengambil keputusan, bimbingan fisik

dimaksudkan untuk menjaga agar kesehatan mereka tetap terpelihara

dengan baik. Dengan begitu para klien dapat mengikuti semua program

pembinaan yang ada di Balai Sosisal Karya Wanita (BSKW) “Mirah

Adi” Mataram,

Oleh karena itu perlu kiranya setiap individu khususnya wanita

harus diperhatikan dan dibimbing dengan diberikan bantuan sebagai

bekal penunjang keberlansungan hidup. Karena pada dasarnya wanita

merupakan maahluk yang memiliki sejumlah kebutuhan jasmaniah dan

Page 101: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

102

rohaniah. Untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah itu manusia bekerja,

berusaha, walaupun bekerja dan berusaha yang dilakukan tidak semata-

mata untuk keperluan jasmaniah semata. Karena dalam pekerjaan

manusia dapat memenuhi memperoleh kepuasan jasmaniah dan

rohaniah.117

Sejalan dengan hal di atas, tujuan bimbingan dan konseling

yang mengarah pada pemberian pemahaman kepada klien dalam hal

pemeliharaan fisik. Karena profesi yang dimiliki adalah profesi yang

mengarah pada rentan terjangkit penyakit yang tidak dapat

disembuhkan. Sehingga fungsi bimbingan konseling yang mengarah

pada perbaikan, penyembuhan dan pemeliharaan kondisi fisik klien

menjadi penting untuk dijelaskan atau diarahkan menuju kehal-hal yang

lebih baik dan produktif.118

Berdasarkan wawancara peneliti dengan, Rudi Handoyo terkait

dengan bimbingan fisik yang dilakukan di BSKW “Mirah Adi”

Mataram, diutarakan bahwa:

“Balai Sosial Karya Wanita (BSKW) “Mirah Adi” Mataram mengadakan program bimbingan fisik ini tidak lain maksudnya untuk membina para klien supaya peningkatan pola fikir, dan peningkatan kesehatan setabil dan tetap terjaga”.119

Sama halnya dengan apa yang diuatarakan oleh Mawardin

selaku kepala seksi perlindungan dan penyantunan.

“Balai Sosial Karya Wanita (BSKW) “Mirah Adi” Mataram menyediakan beberapa program bimbingan termasuk salah

117 Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam...., h.334 118 Deni Febrini, Bimbingan Konseling..., h. 14-17 119 Rudi Handoyo, Wawancara, BSKW, 6 Juli 2017.

Page 102: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

103

satunya yaitu, bimbingan fisik, dalam program ini para klien betul-betul dibina dan dikanter guna untuk menjaga kesehatan, baik kesehatan psikologis klien”.120 Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus

menerus dan sistematis kepada individu untuk memecahkan masalah

yang di hadapinya. Dengan demikian individu tersebut memiliki

kemampuan untuk memahami dirinya.121 Menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia fisik adalah kekuatan, atau keinginan dalam berusaha demi

kekuatan jasmani dan kekuatan badaniah.122

Balai Sosial Karya Wanita (BSKW) Mirah Adi Mataram

menampung wanita-wanita yang bermasalah seperti wanita yang rawan

akan tindakan asusila, korban tindak kekerasan, trafficiking dan orang

dengan HIV atau AIDS (ODHA). Oleh karena itu BSKW Mira Adi

Mataram memberikan pembinaan fisik, mental, sosial dalam rangka

merubah sikap dan perilaku. Salah satunya adalah memberikan

bimbingan di mana tujuannya adalah untuk memfungsikan fungsi

sosialnya dengan baik dan dapat hidup secara normal di tengah-tengah

kehidupan masyarakat.

Dapat disimpulkan bahwa bimbingan yang diberikan kepada

pekerja seks komersial (PSK) sebagai modal dalam menjalani dan

menata hidup di tengah-tengah situasi dan kondisi masyarakat sekitar.

Sehingga dapat diterima dengan baik dan nantinya mampu mejadi

bagian penting dalam sistem sosial masyakarakat.

120 Mawardin, Wawancara, BSKW, 4 Juli 2017. 121 Anas Salahudin, Bimbingan...., h.15 122 Kamus Besar Baha Indonesia, h.2013

Page 103: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

104

d. Melakukan evaluasi

Tahap evaluasi adalah tahap dalam mengetahui sejauh mana

keberhasilan yang dicapai, apakah bantuan yang diberikan mengalami

kemonotonan dan atau kegagalan. Sehingga evaluasi dalam hal ini sangat

penting dilakukan. Seperti pelatihan menjahit, pelatihan memasak, dan

pelatihan spiritual. Muhammad Ikhsan misalnya menganggap evaluasi

adalah sebagai bentuk akhir dalam pemberian bantuan, di mana hasil

evaluasi dapat menjadi rujukan yang akurat dalam memberikan tindakan

atau bantuan selanjutnya. Bahkan dengan bantuan yang lebih masif dan

maksimal.123

Evaluasi dipandang oleh Rudi Handoyo sebagai upaya

pemutahiran kembali bantuan-bantuan yang diberikan, karena tidak

selamanya bantuan yang diberikan bersifat sekali, melainkan beberapa kali

yang disebabkan oleh persoalan-persoalan atau hambatan-hambatan, baik

secara internal klien maupun eksternal klien.124 Senada dengan ini, Deni

Febrini lebih menegaskan pada pentingnya evaluasi ketika dihadapkan

pada ketidak-berhasilan bantuan yang diberikan. Dengan kata lain,

konselor dapat merubah tindakan atau mengembangkan bantuan ke dalam

bentuk yang berbeda.125

123 Muhammad Ikhsan, Wancara, 6 Juli 2017 124 Rudi Handoyo, Wawancara, 6Juli 2017 125 Deni Febrini. Bimbingan konseling..., h. 126

Page 104: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

105

B. Hambatan-hambatan dalam Bimbingan Konseling bagi Pekerja Seks

Komersial di BSKW “Mirah Adi” Mataram.

Walaupun demikian, perbuatan baik tidak selalu mendapatkan respon

yang baik dari orang-orang di sekitar kita bahkan bisa sebaliknya. Artinya

tidak semua perbuatan yang kita laksanakan akan berjalan denga apa yang

kita bayangkan pasti ada hal yang akan terjadi diluar dugaan (Pleaning).

Seperti halnya kegiatan bimbingan di BSKW Mirah Adi Mataram

memiliki banyak sekali penghambat dalam merealisasikan kegiatan tersebut.

Walaupun pada dasarnya hajatan pemerintah melalui BSKW sangatlah mulia.

Terlebih lagi orang-orang yang dihadapi bukanlah orang-orang yang biasa

akan tetapi orang-orang yang sudah terbiasa dengan kehidupan yang instan

dan cenderung tidak ingin diatur.

“Mawardin selaku kepala seksi perlindungan dan penyantunan di BSKW Mirah Adi Mataram Mengatakan bahwa tidak gampang memberikan sebuah pemahaman kepada wanita-wanita tuna susila yang domain kehidupanya sudah biasa liar (dunia malam). Akan tetapi dengan ikhtiar dan keinginan untuk sama-sama berubah maka tidak ada yang mustahil untuk dirubah”.126

Ada tiga macam jenis bimbingan. Bimbingan tata rias, bimbingan tata

busana, dan bimbingan tata boga. Diantara ketiga bimbingan tersebut

penghuni Balai Sosial Wanita (BSKW) Mirah Adi Mataram tahun 2017 ini

yang mengikuti bimbingan tata rias berjumlah sepuluh orang. Sebagian dari

PSK atau WTS sering mengeluh karena model bimbingan yang disediakan

merupakan hal yang sangat sulit. Akan tetapi seiring dengan berjalannya

waktu dan pelatihan yang mereka terima dari hari Senin sampai hari Jum’at

126 Mawardin Wawancara 4 Juli 2017

Page 105: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

106

mulai dari jam 08. 00-22.00 membuat mereka mulai terbiasa akan hal itu.

Sehingga keluhan-keluhan yang keluar baik sesama teman maupun petugas

yang mendampingi tidak lagi terdengar atau terurai, bahkan keluhan ini

menjdi semangat untuk mereka bisa.

Walaupun demikian tidak sedikit dari mereka yang mengeluh bahkan

hampir tidak bisa mengikuti bimbingan yang sudah dijadwalkan dengan

alasan yang berbeda-beda akan tetapi dengan niat yang kuat serta di bantu

dengan keinginan berubah dari mereka kami yakin bisa melakukan itu.

Setiap kegiatan memiliki kendala positif maupun negatif. Seperti

halnya dalam memberikan bimbingan perempuan di lembaga sosial Mirah

Adi Mataram ini. Orang-orang yang di berdayakan dilembaga ini bukan orang

biasa akan tetapi orang-orang yang luar biasa yang hidup dengan penuh

kebebasan tanpa ada yang mengatur-atur.

Selain diberikan stimulasi untuk bimbingan dan pembinaan bagi para

PSK mereka juga memiliki factor pendukung lainya adalah diberikan

bimbingan mental sosial sebelum melakukan suatu kegiatan terlebihnya

dalam bimbingan tata rias, tata busana, dan tata boga ini dan hal lain yang

menjadi faktor pendungknya adalah di berikan pelatihan bimbingan

keagamaan, pelatihan shalat, bimbingan mental dimana tujuan untuk merubah

perilaku-perilaku yang tidak baik yang masih ada pada diri PSK tersebut dan

merekapun dianjurkan untuk memiliki pengetahuan tentang skill guna untuk

kelancaran atau ketelatan dalam melakukan sebuah keterampilan dimana

Page 106: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

107

tujuanya untuk merubah hidup serta mengajarkan kemandirian dalam

keberlangsungan untuk melanjutkan hidup di tengah-tengah masyarakat.

Sedangkan yang menjadi factor penghambat dalam bimbingan para

pekerja seks komirsial melalui ketiga jenis bimbingan di Balai Sosial Karya

Waanita “Mirah Adi” Mataram ini sebagaimana hasil wawancara peneliti

dengan salah satu pekerja sosial mengatakan:

“Kurang adanya kesadaran dari para wanita-wanita komersial, disebabkan karena perilaku atau tindakan mereka kurang baik, padahal kami disini sering melakukan bimbingan mental kerohanian, akan tetapi tindakan mereka masih sama seperti awal mereka di tampung di balai ini. Disisi lain mereka juga sering melakukan hal-hal yang tidak kami inginkan seperti halnya dengan ingin melarikan diri atau kabur dari lembaga ini, karena mereka memang tidak terbiasa dengan hidup di tengah-tengah dinginnya malam untuk mencari satu kebebasan dimana mereka tidak ingin terkekang seperti saat ini”.

Lain halnya yang dikatakan Rudi Handoyo yang merupakan salah satu

pekerja sosial yang menangani pengumpul dan pengolah data menuturkan

bahwa yang menjadi faktor penghambat dalam bimbingan untuk wanita-

wanita pekerja seks komirsial127:

“Salah satunya tempat untuk mereka magang, karna sering kali mereka mengeluh bahkan tidak mau dengan temptat yang telah kami tentukan dengan alasan-alasan yang berbeda seperti, sakit, capek, tidak ada barang yang dikerjakan dan lain sebagiannya. Dan waktu untuk melakukan magang ini kami kisarkan sekitar dua bulan akan tetapi mereka pun teteap berontak karena terlalu lama katanya”.

127 Rudi Handoyo, Wawacara, 6 Juli 2017

Page 107: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

108

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dapat

mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

Pertama : Proses bimbingan dan konseling yang efektif bagi pekerja

seks komersial di BSKW “Mirah Adi” mataram terdapat beberapa proses atau

langkah-langkah yang dilalui, yakni: mendalami persoalan atau masalah yang

dihadapi klien. Yang mana dalam hal ini bertujuan untuk mendapatkan data-

data atau informasi yang dibutuhkan. Langah selanjutnya adalah pengambilan

keputusan dalam menentukan masalah yang dihadapi klien (PSK). Dalam hal

ini berdasarkan penemuan dari pendalaman masalah yang sesuai dengan latar

belakang munculnya gejala. Langkah selanjutnya adalah pengambilan

keputusan dalam memberikan bantuan kepada klien (PSK). Dan pada langkah

akhir adalah melakukan evaluasi untuk mengetahui keberhasilan atau

kegagalan dalam pemberian bantuan.

Kedua : Hambatan-hambatan BSKW Mirah Adi Mataram dalam

proses bimbingan dan konseling meliputi tiga hal, yakni: Berkelompok-

kelompok, memakai bahasa daerah, klien yang menikah.

Page 108: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

109

B. Saran-saran

Dari hasil peneliti di atas, maka penulis mencoba mengajukan dan

memberikan beberapa saran, semoga dengan saran yang diajukan bisa

mengatasi problem yang dialami pihak panti dan kepada masyarakat banyak

bisa memahami keadaan dan menerima keberadaan para kelien yang sudah

kembali di tengah masyarakat, yaitu:

1. kepada peneliti berikutnya untuk memperhatikan perlunya meneliti kasus-

kasus yang menjadi akar permasalahan atau factor-faktor yang

menyebabkan prostitusi kembali terjadi terutama sebelum adanya

pemberdayaan dalam sosial. Mengambil upaya kongkrit yang sekiranya

dapat menjadi perempuan bersama dan upaya mencari solusi terhadap

pengentasan masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat khususnya

yang terkait dengan maslah dalam kajian ini.

2. Kepada Pihak Pemerintah

Kepada pihak pemerintah provinsi sebagai penanggung jawab

utama hrus lebih peka dan cermat dalam meliputi permasalahan yang ada

di balai sosial karya wanita mirah adi mataram. Karna kita meyakini

bahwa permasalahan tuna susila atau PSK merupakan suatu penyimpangan

seksual yang bisa merusak moral generasi muda dan dapat merendahkan

harga diri wanita yang bias diharapkan menjadi tiang Negara, karena

generasi muda adalah penerus nasip Negara ini, jika generasi muda

merusak moralnya maka Negara ini akan rusak dengan sendirinya.

Page 109: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

110

3. Kepada Orang Tua

Diharapkan kepada orang tua sebagai keluarga terdekat hendaknya

mereka lebih bertanggung jawab dalam mengawasi dan mengontrol anak

secara optimal, terutama pembinaan moral sehingga tidak mudah tersesat

oleh orang pengaruh-pengaruh diskontruktif terlebih kita yang sedang

hidup di era globalisasi masa kini maupun yang akan dating.

4. Pengelola Balai Sosial Karya Wanita Mirah Adi Mataram

Pada pihak balai khususnya dalam pola bimbingan keterampilan

hendaknya juga menejmen bimbingan keterampilan yang diajarkan

sebagai usaha lanjut program yang telah dilangsungkan di panti, dan

membuat relasi kerja kepada pihak luar agar dapat tercipta kerjasama yang

kondusip, sehingga dengan adanya jaringan tersebut diharapkan dapat

memberikan kesempatan kerja bagi eks-kelien pelacuran untuk dapat

memberikan kesempatan kerja bagi mereka yang memiliki skill atau

memiliki bakat. Dengan demikian eks-kelien juga dapat terkontrol

aktivitasnya yang mereka kerjakan setelah keluar dari panti nantinya.

Page 110: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

111

DAFTAR PUSTAKA

Albar Muhammad, Wanita Karir Dalam Timbangan Islam : Koadrat Kewanitaan Emansipasi dan Pelecehan Seksual”, Jakarta, 2000.

Alwisol, Psikologi Kepribadian, Malang, 2009.

Amin Samsul Munir, Bimbingan Konseling Islam, Jakarta 2010

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik Yogyakarta, 2010.

Lexi J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, 2011

Kartono Kartini, Patologi sosial, Jakarta, 2015.

Kriyantono Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta, 2006.

Lubis Namora Lumongga, Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori Dan Praktek, Jakarta, 2011.

Nasir, Sahilun A., Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema

Remaja, Jakarta Pusat, 2002. Saebani, Metodelogi Penelitian, Bandung, 2006.

Salahudin Anas, Bimbingan & Konseling, Bandung, 2010.

Salamah Wahyuni, Murti Sumarni, Metodologi Peneltian Bisnis, Yogyakarta, 2006.

Sugiyono, Metodologi Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif

dan R&D, Bandung, 2006. Suharto Edi, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat Kajian Strategis

Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerja Sosial, Bandung, 2010. Suyanto Bagong dan Sutinah, Metode Penellitian Sosial, Jakarta, 2005.

Page 111: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

112

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 112: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

115

Page 113: IMPLEMENTASI BIMBINGAN KONSELING BAGI KLIEN BALAI …etheses.uinmataram.ac.id/1600/1/Haerul Azmi153134012.pdf · dengan pola-pola organisasi impuls dorongan sek yang tidak wajar dan

116