26
1 IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB Oleh: Lutfi Nur Fadhilah S2 Ilmu Falak UIN Walisongo [email protected] Abstrak „Umar terkenal sebagai seorang sahabat yang memiliki kemampuan mensinergikan nas dengan maqāṣid al-syarī‟ah demi mewujudkan kemaslahatan dan keadilan sesuai dengan kaidah umum syariah. Kemaslahatan bisa diwujudkan dalam bentuk pertimbangan terhadap kondisi dan situasi sosial, untuk selanjutnya menafsirkan hukum yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar bin Khaṭṭāb tentang hukum Islam yang berlaku dalam syariat pada waktu itu yaitu ijtihad „Umar bin Khaṭṭāb pada nas-nas khusus dan ijtihad „Umar bin Khaṭṭāb pada masalah yang tak ada nas-nya. Adapun contoh ijtihad fikih „Umar adalah penghapusan pemberian hak zakat al-muallafah qulūbuhum, penolakan „Umar bin Khaṭṭab membagikan harta rampasan perang, dan penghentian hukuman potong tangan terhadap pencuri. Namun, para pemikir kontemporer beranggapan bahwa apa yang dilakukan oleh Umar adalah sesuatu yang liberal karena menyalahi nash. Padahal, jika ditelaah secara mendalam, apa yang diijtihadkan oleh Umar adalah bentuk usaha implementasi syariat Islam, bukan menyelisihinya apalagi menghapusnya. Key word: „Umar, Ijtihad, Maslahah. Pendahuluan Umat Islam pada masa Rasulullah tidak melakukan ijtihad bila menghadapi suatu masalah yang baru, mereka mendatangi Nabi untuk bertanya. Mereka bertanya, lalu Nabi menjawab dengan petunjuk wahyu yang diturunkan kepadanya, atau dengan petunjuk ijtihadnya yang mendapat kebenaran dari wahyu. Mereka hanya

IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB - if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Ijtihad-Umar-bi… · yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB - if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Ijtihad-Umar-bi… · yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar

1

IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB

Oleh:

Lutfi Nur Fadhilah

S2 Ilmu Falak UIN Walisongo

[email protected]

Abstrak

„Umar terkenal sebagai seorang sahabat yang memiliki kemampuan

mensinergikan nas dengan maqāṣid al-syarī‟ah demi mewujudkan

kemaslahatan dan keadilan sesuai dengan kaidah umum syariah.

Kemaslahatan bisa diwujudkan dalam bentuk pertimbangan terhadap

kondisi dan situasi sosial, untuk selanjutnya menafsirkan hukum

yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar bin Khaṭṭāb tentang

hukum Islam yang berlaku dalam syariat pada waktu itu yaitu ijtihad

„Umar bin Khaṭṭāb pada nas-nas khusus dan ijtihad „Umar bin

Khaṭṭāb pada masalah yang tak ada nas-nya. Adapun contoh ijtihad

fikih „Umar adalah penghapusan pemberian hak zakat al-mu‟allafah

qulūbuhum, penolakan „Umar bin Khaṭṭab membagikan harta

rampasan perang, dan penghentian hukuman potong tangan terhadap

pencuri. Namun, para pemikir kontemporer beranggapan bahwa apa

yang dilakukan oleh Umar adalah sesuatu yang liberal karena

menyalahi nash. Padahal, jika ditelaah secara mendalam, apa yang

diijtihadkan oleh Umar adalah bentuk usaha implementasi syariat

Islam, bukan menyelisihinya apalagi menghapusnya.

Key word: „Umar, Ijtihad, Maslahah.

Pendahuluan

Umat Islam pada masa Rasulullah tidak melakukan ijtihad

bila menghadapi suatu masalah yang baru, mereka mendatangi Nabi

untuk bertanya. Mereka bertanya, lalu Nabi menjawab dengan

petunjuk wahyu yang diturunkan kepadanya, atau dengan petunjuk

ijtihadnya yang mendapat kebenaran dari wahyu. Mereka hanya

Page 2: IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB - if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Ijtihad-Umar-bi… · yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar

2

mempergunakan ijtihad bila mereka tak dapat bertanya. Ijtihad itu

mereka sampaikan kepada Nabi, lalu Nabi memberikan putusannya.

Sepeninggal Rasulullah, para sahabat menghadapi berbagai

permasahalan baru. Mereka melakukan ijtihad terhadap

permasalahan tersebut. Salah satu yang terkenal dengan ijtihadnya

yaitu „Umar bin Khaṭṭāb yang merupakan khalifah kedua setelah Abu

Bakar. Ia terkenal tegas dan cerdas. Ijtihad „Umar sering kali

bertentangan dengan zahir nas, maka dari itu penulis tertarik untuk

membahas Ijtihad „Umar serta metode yang digunakannya.

Biografi ‘Umar bin Khaṭṭāb

Nama lengkap dari „Umar adalah „Umar ibn al-Khaṭṭāb ibn

Nufayl ibn „Abd al-„Uzzā ibn Riyah ibn „Abdullāh ibn Qurṭ ibn

Razah ibn „Ādī ibn Ka'ab ibn Lu'ay al-Quraisy al-Adawiy. Orang

tuanya bernama Khaṭṭāb ibn Nufail al-Mahzumi al-Quraisyi dan

Hantamah binti Hasyim ibn Mughīrah ibn „Abdullāh ibn „Umar ibn

Makhzum. „Umar lahir di Mekah dan berasal dari Bani „Adi (salah

satu rumpun suku Quraisy). „Umar adalah seorang sahabat terdekat

dan setia kepada Rasulullah. Ia bertemu dengan nasab Rasulullah

Saw pada Ka‟ab ibn Lu‟ay. Kecerdasan Umar dalam berpikir dan

memahami syari‟at Islam sangat luar biasa dan diakui sendiri oleh

Nabi.1

1 Jalāluddīn „Abd Raḥmān bin Abī Bakr al-Sayūṭī, al-Jāmi‟ al-Ṣagīr,

(Kairo: Dār al-Fikr, tt), h. 8.

Page 3: IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB - if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Ijtihad-Umar-bi… · yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar

3

Pada masa kecilnya, „Umar giat bekerja menggembalakan

kambing milik ayahnya. Didikan keras dan disiplin ayahnya

membuat „Umar tumbuh menjadi pribadi yang tegas dan dikenal

tanpa kompromi. Bagi kabilahnya sendiri, „Umar adalah seorang

kurir yang istimewa dalam menghubungkan Quraisy dengan kabilah-

kabilah lain. Ia seorang yang vokal berbicara, fasih lidahnya dan

pandai menjelaskan sesuatu. Ia juga seorang penyair yang mampu

menghafal banyak syair dan bahkan juga membacakannya kepada

orang lain.2 Sebelum masuk Islam „Umar sangat menentang seruan

Rasulullah dan termasuk salah satu tokoh Quraisy yang dengan nyata

menolak Islam. „Umar baru memeluk Islam ketika berumur 27 tahun,

tepatnya 5 tahun setelah kenabian. Dakwah Islam menjadi semakin

terbantu dengan kehadiran „Umar, karena ia hadir sebagai kekuatan

besar dan berharga dalam penyebaran Islam ketika itu.3

Pengetahuan „Umar dalam ilmu agama dan sosial, Maḥmūd

al-„Akkad menjelaskan bahwa „Umar adalah seorang laki-laki yang

cukup terpandang memiliki pengetahuan pada zamannya. „Umar

adalah seorang sastrawan, sejarawan, dan ahli fikih, terlatih dalam

gerak badan dan memiliki kemampuan dalam pidato dan berorasi.

Oleh Sebab itu, „Umar merupakan seorang yang istimewa dalam hal

2 Syibli Nu‟mani, „Umar yang Agung, Sejarah dan Analisa Kepemimpinan

Khalifah II, (Bandung: Penerbit Pustaka, 1981), h. 30. 3 Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī, Tārīkh al-Khulafā‟, (Mesir: Maṭba„ah Sa„ādah,

1952), h. 121.

Page 4: IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB - if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Ijtihad-Umar-bi… · yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar

4

pengetahuan yang dimilikinya.4 Muhammad „Alī al-Sāys mengatakan

bahwa „Umar adalah orang yang paling terampil dan berani di antara

para sahabat Nabi Saw dalam menggunakan pikiran (berijtihad) dan

orang yang paling luas pandangannya. Hal ini karena ia diberi daya

pandang dan akal yang luar biasa. Lebih lanjut, al-Sāys menganggap

„Umar sebagai filosof hukum Islam. Hal ini dikarenakan „Umar tidak

selalu berhenti pada zahir nas, namun ia juga mendalami jiwanya,

kemudian dilaksanakan ketentuan hukum sesuai dengan jiwa yang

mendasarinya.5

Suatu ketika Rasulullah Saw pernah bersabda, “Tatkala aku

sedang tidur, aku diberi segelas susu. Aku meminumnya hingga aku

lihat ar-rayy (sari pati) mengalir pada kuku-kukuku. Lalu lebihnya

aku berikan pada Umar”. “Bagaimana anda menakwilnya?” Tanya

sahabat. Beliau menjawab “(Itu adalah) ilmu”. (HR. Bukhori dan

Muslim). Adapun yang dimaksud dengan ilmu pada hadits tersebut

adalah ilmu untuk memimpin muat manusia dengan perpedoman

pada kitab Allah dan sunah Rasulullah Saw.6 Inilah kedudukan

istimewa Umar, yaitu kemampuan berpikirnya yang kreatif.

4 Abbas Mahmoud al-„Akkad, Kecemerlangan Khalifah „Umar bin

Khaṭṭāb, terj. Bustani A. Gani dan Zainal Abidin Ahmad, (Jakarta: Bulan Bintang,

1978), h. 23-24. 5 Muḥammad „Alī al-Sāyis, Nasy‟ah al-Fiqh al-Ijtihādi, (Kairo: Silsilah al-

Buḥūṡ al-Islāmiyah, 1970), h. 65. 6 Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Umar bin Khattab, Cet. 1,

(Jakarta: Al-Kautsar, 2008), h. 191.

Page 5: IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB - if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Ijtihad-Umar-bi… · yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar

5

Ketika masih jahiliyah, „Umar adalah orang yang paling

berbahaya bagi kaum Muslimin saat itu, dan tatkala ia masuk Islam,

maka ia adalah orang yang paling berani menyatakan keislamannya,

sehingga Abū Mas‟ūd berkata: Tidak ada seorangpun yang berani

menyembah Allah secara terang-terangan di depan umum sampai

„Umar masuk Islam.7 Begitu pula ketika selesai perang Badar, terjadi

musyarawah di kalangan sahabat beserta Nabi Saw. Dalam

musyawarah tersebut ia menyatakan pendapat bahwa para tawanan

semuanya hendaknya dibunuh, namun dalam sejarah disebutkan

bahwa Rasulullah menolak usulannya itu.

Ketika menjabat sebagai khalifah, ia bersikap tegas kepada

para gubernurnya, karena ia merasa khawatir para gubernurnya

bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya. „Umar bin Khaṭṭāb

selalu membuka dirinya untuk menerima segala macam pengaduan

rakyatnya, baik yang beragama Islam maupun orang-orang kafir yang

hidupnya berada dalam kekuasaan Islam. Ia sangat memperhatikan

rakyatnya, khususnya kaum muslimin, baik dalam masalah

kehidupan, kesejahteraan, maupun harta kaum muslimin dan harta

yang menjadi milik negara.

„Umar meninggal dunia dalam usia 63 tahun, pada bulan

Zulhijjah tahun 23 H/644 M. Ia meninggal pada saat akan

mengimami jamaah Subuh karena ditikam oleh seorang budak yang

7 Ibnu Hajar, Al-Iṣābah fī Tamyīz al-Ṣahābah, (Kairo: Dār al-Ma‟ārif, 1323

H), h. 169.

Page 6: IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB - if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Ijtihad-Umar-bi… · yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar

6

bernama Fairuz yang lebih dikenal dengan nama Abū Lu‟lu„ah, ia

adalah seorang budak milik al-Mugīrah bin Syu‟bah. Abū Lu‟lu„ah

membunuh „Umar bin Khaṭṭāb dengan sebilah pisau bermata dua.8

Metode Ijtihad ‘Umar bin Khaṭṭāb

Ijtihad secara harfiyah merupakan bentuk masdar dari kata

kerja ijtahada-yajtahidu-ijtihādan yang berarti mencurahkan segala

kemampuan dan menanggung beban. Al-Gazāli (w. 505 H) dalam al-

Mustasyfā min „Ilmi al-Uṣūl memberikan definisi ijtihad sebagai:

تيد ل بذ ج عو ال م س ي عة بأحكام ل عل ن طلبا في الشز

“Kesungguhan mujtahid untuk mencurahkan kemampuan maksimal

untuk menemukan hukum-hukum syara‟.9

Ijtihad menurut Khudari Bek yaitu pengerahan segenap

kesanggupan oleh seorang mujtahid untuk memperoleh pengetahuan

tentang hukum-hukum syara‟.10

Ijtihad secara umum diartikan

pengerahan seluruh kemampuan seorang fāqih (ahli fikih) untuk

menggali dan merumuskan hukum-hukum amaliyah (hukum praktis)

8 Hasan Ibrahim Hasan, Tārīkh al-Islām al-Siyāsiy wa al-Ṡaqāfiy wa al-

Ijtimā‟iy, terjemahan: Sejarah Kebudayaan Islam oleh A. Bahaudin, (Jakarta: Kalam

Mulia, 2001), h. 479. 9 Abu Hamid al-Gazālī, al-Mustaṣfā min „Ilmi al-Uṣūl, (Kairo: Maktabah

Dār al-Kutub al-Islāmiyyah, 2004), h. 479. 10 Amir Mualim Yusdani, Ijtihad dan Legislasi Muslim Kontemporer,

(Yogyakarta: UII Pers, 2004), h. 12.

Page 7: IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB - if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Ijtihad-Umar-bi… · yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar

7

dari dalil-dalil yang terperinci.11

Ijtihad memiliki beberapa esensi,

yaitu:

a. Ijtihad adalah mencurahkan usaha dan kemampuan seorang

faqīh semaksimal yang ia bisa;

b. Tujuan ijtihad adalah untuk mencapai hukum yang ẓannī;

c. Yang dituju oleh ijtihad adalah hukum yang bersifat praktis;

d. Cara untuk mendapatkan hukum yang dituju dengan istinbāṭ;

e. Objek ijtihad hanyalah pada dalil-dalil yang ẓanni atau tidak

ada dalilnya sama sekali.12

Beberapa poin tersebut menunjukkan adanya kecenderungan

tekstualitas yang begitu kuat dalam konsep ijtihad. Adapun ijtihad

„Umar adalah sesuatu yang menarik. Umar berani keluar dari teks

dengan mempertimbangkan realitas sosial yang tengah ada.

Terhadap kasus yang telah diijtihadi oleh „Umar bin Khaṭṭāb,

beberapa alasan yang melatarbelakangi perubahan hukum dalam

ijtihad „Umar bin Khaṭṭāb, baik sebagai pemikiran tentang implikasi

teks ataupun pemikiran yang berkenaan dengan kejadian-kejadian

yang terjadi ketika absennya teks-teks itu secara langsung. Pada

akhirnya terlihat bahwa pertimbangan „Umar bin Khaṭṭāb senantiasa

bertumpu kepada kemaslahatan.13

Ruang lingkup ijtihad „Umar bin

11 Muḥammad Abū Zahrah, Muḥāḍarah fī Tārīkh al-Madhāhib al-

Fiqhiyah (Mesir: Maṭba‟ah al-Madānī, t.th.), h. 235. 12 Fahmi Jawwas, Posisi Naṣ dalam Ijtihad „Umar ibn Khaṭṭāb, dalam

Jurnal Studia Islamika, Vol. 10, No. 2, (Palu: STAIN Datokarama, 2013), h. 363. 13 Amiur Nuruddin, Ijtihad..., h. 167.

Page 8: IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB - if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Ijtihad-Umar-bi… · yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar

8

Khaṭṭāb tentang hukum Islam yang berlaku dalam syariat pada waktu

itu di antaranya:

1. Ijtihad „Umar bin Khaṭṭāb pada nas-nas khusus

Bukan berarti „Umar bin Khaṭṭāb berijtihad pada

wilayah yang sudah ada nas-nya. Namun, perlakuannya terhadap

beberapa nas yang sekilas terlihat bertentangan, tetapi

hakikatnya tidaklah demikian.

2. Ijtihad „Umar bin Khaṭṭāb pada masalah yang tak ada nas-nya

„Umar bin Khaṭṭāb juga melakukan ijtihad di berbagai

masalah yang tidak ada nas-nas khusus seperti ide

mengumpulkan alqur‟an, penanggalan hijriyah, perpajakan,

dīwān al-māl, bait al-māl, administrasi negara, dan lain-lain.14

Perubahan hukum secara formal dilakukan oleh „Umar bin

Khaṭṭāb karena adanya pemahaman yang total terhadap pesan-pesan

al-Qur‟an dan Sunnah. Perubahan bukan berarti pembatalan nas-nas

al-Qur‟an itu adalah suatu kekeliruan. Sebenarnya „Umar bin Khaṭṭāb

telah menerapkannya dengan baik dan memahami secara kreatif

tanpa keraguan terhadap tujuan-tujuan syariat. Walaupun pembatalan

terjadi antara syariat, namun pembatalan semacam itu tidak berlaku

lagi setelah berakhirnya wahyu. Perubahan dan pembatalan hukum

menurut Muhammad Ma‟ruf Dawalibi ada beberapa perbedaan.

Pembatalan (naskh) menyangkut eksistensi teks itu sendiri. Teks

14 Amiur Nuruddin, Ijtihad..., h. 138-140.

Page 9: IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB - if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Ijtihad-Umar-bi… · yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar

9

yang datang belakangan menasakh yang terdahulu. Sedangkan

perubahan (tagyīr) hukum adalah pengamalan dan penerapan teks

yang sudah ada, dengan mempertimbangkan situasi teks itu yang

dikaitkan dengan kepentingan atau kemaslahatan yang sifatnya

situasional. Perbedaan lainnya bahwa yang berhak membatalkan

adalah syari‟ (Allah) sesuai dengan tuntutan titah-Nya yang terbaru,

sedangkan yang mengubah penerapan hukum adalah mujtahid untuk

disesuaikan dengan kemaslahatan yang telah berubah.15

Berikut kaidah umum dan metode „Umar bin Khaṭṭāb yang

sering digunakan dalam berijtihad di antaranya adalah:16

1. Berpegang pada nas/teks al-Qur‟an dan Sunnah

2. Ijma‟ dan qiyas. Namun bukanlah yang dimaksud disini Ijma‟

sebagaimana yang ada dalam istilah-istilah sebagian pendapat

ushul fikih. Namun dengan kesepakatan orang-orang yang

mengerti permasalahan yang dihadapi saat itu dan diikuti oleh

orang lain dengan menyetujuinya. Demikian halnya dengan

qiyas. Istilah-istilah ushul fikih belumlah ada pada masa „Umar

bin Khaṭṭāb. Namun ini diilhami dengan perbandingan suatu

masalah dengan yang yang serupa. Kecerdasan „Umar dalam

mengklasifikasikan suatu masalah sehingga masalah yang lain

bisa diqiyaskan. Seperti ijtihadnya zakat „urūdh tijārah yang

diqiyaskan pada zakat emas dan perak.

15 Amiur Nuruddin, Ijtihad..., h. 171-172. 16 Muhammad Baltaji, Manhaj „Umar bin Khaṭṭāb fī al-Tasyrī‟, (Kairo:

Maktabah al-Syabāb, 1998), h. 533-587.

Page 10: IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB - if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Ijtihad-Umar-bi… · yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar

10

3. Bermusyawarah dengan para sahabat. Terkadang Umar meminta

pendapat mereka atau mereka membenarkan ijtihad „Umar bin

Khaṭṭāb dengan ijma‟ sukuti.

4. Berpikir realistis. Pola ijtihad dan berpikirnya bukan pada hal-

hal iftirāḍī (yang diperkirakan ada). Sangat jarang kita

menemukan ia memberikan penyelesaian hukum pada

permasalahan yang memang belum ada. Ia menyelesaikan kasus

perkasus yang benar-benar terjadi dan dihadapi pada masanya

dan pada masyarakatnya secara realistis dan cerdas.

5. Kemungkinan benar dan salah. Ketika berijtihad, ia tak

memaksakan pendapatnya. Sebaliknya, ia sangat menghormati

pendapat orang lain yang berbeda dengannya.

6. Maṣlaḥah dan naṣ. Dua kutub ini yang sangat diperhatikan oleh

„Umar bin Khaṭṭāb dalam pengambilan hukum fikih. Karena jika

pengambilan hukum hanya didasarkan maslahah semata maka

akan cenderung membentur nas. Ketika itu pengambilan hukum

benar-benar akan kontroversi dan menabrak nas, seperti pada

contoh had pencuri atau masalah mu‟allaf.

7. Memperhatikan kemaslahatan bersama dan kemaslahatan

pribadi atau golongan. Jika bertentangan maka kemaslahatan

umumlah yang diprioritaskan.

8. Mentarjih salah satu kemungkinan-kemungkinan yang masuk

akal jika memang bisa berpihak pada kemaslahatan.

9. Maslahah dan saż al-żarāi‟. „Umar bin Khaṭṭāb memang belum

mengenal istilah usul fikih ini. Bahwa perlu ada proteksi hukum

Page 11: IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB - if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Ijtihad-Umar-bi… · yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar

11

dan akidah dengan saż al-żarāi‟yang dikedepankan dari pada

maslahah. Seperti penebangan pohon bai‟at al-Riḍwān. Hal

tersebut ia lakukan setelah melihat kaum muslimin berbondong-

bondong mendatangi pohon tersebut dan salat di bawahnya. Ia

mengkhawatirkan hal ini bisa mengembalikan kondisi jahiliyah

(menyembah berhala) secara perlahan dan berproses.

10. Ta‟zir, hukuman tertentu yang diterapkan beliau pada masalah-

masalah yang tidak ditentukan Rasulullah saw.

11. Qarīnah yang jelas. Seperti had zina kepada perempuan yang

hamil sedangkan ia belum punya suami. Adapun jika qarinah ini

ada kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa ditafsirkan maka

ia pun akan memutuskan lain.

12. Lafaz dan niat.

13. Konsep keadilan.

14. Menghargai hak milik pribadi.

15. Memperhatikan sisi-sisi kemanusiaan dan hak-haknya.

16. Persamaan hak dan akidah dan lain-lain.

Pada dasarnya, apa yang dilakukan oleh Umar adalah

menggunakan ijtihad yang sesuai dengan tujuan syariat Islam dan

kemaslahatan umat. Apa yang dilakukannya ini karena munculnya

masalah baru yang belum ada pada masa Rasulullah Saw.

Ijtihad-Ijtihad ‘Umar bin Khaṭṭāb, Latar Belakang

Pemikirannya

Page 12: IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB - if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Ijtihad-Umar-bi… · yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar

12

Beberapa hasil ijtihad yang dilakukan oleh „Umar bin Khaṭṭāb yaitu:

1. Penghapusan pemberian hak zakat al-mu‟allafah qulūbuhum

Dalam surat al-Taubah ayat 60 diterangkan bahwa

terdapat delapan aṣnāf yang berhak mendapatkan zakat, sebagai

berikut:

Artinya: “Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk

orang-orang fakir, orang-orang miskin. pengurus-pengurus

zakat, para mu‟allaf yang dibujuk hatinya, untuk

(memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang untuk

jalan Allah, dan orang-orang yang sedang dalam

perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah;

dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.”17

Pada ayat tersebut bahwa mustaḥiq zakāt (orang yang

berhak menerima zakat) ada delapan, di antaranya adalah al-

muallafah qulūbuhum. Atas dasar ayat tersebut Nabi Saw selalu

memberikan zakat kepada delapan aṣnāf tersebut. Tetapi pada

masa akhir pemerintahan Abu Bakar dan masa „Umar bin

Khaṭṭāb keadaan berubah. Pada suatu hari „Uyainah bin Hasan

17 Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Bandung:

JABAL, 2010), h. 196.

Page 13: IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB - if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Ijtihad-Umar-bi… · yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar

13

dan Aqra‟ bin Habas datang meminta bagian zakat kepada Abu

Bakar. Mereka menjelaskan bahwa sejak masa Nabi terus

menerus mendapat zakat, tetap untuk tahun ini mereka belum

mendapatkan zakat. Lalu Abu bakar memberikan surat kepada

keduanya untuk menemui „Umar dan menyampaikan pesan Abu

Bakar. Spontan „Umar menjawab:

يكمهرسلاللهصلىاللهعليوسلنتأليفالكنىذاشىءكانيعط

زاللهالإسلامأغنىعنكنفإنثبتنعلىالإسلامإلافأماليمأع

فبنينابنينكنالسيف

“Ini adalah sesuatu yang Rasulullah dahulu memberikannya

padamu untuk mendekatkan dan melunakkan hatimu. Sekarang

Allah telah meninggikan Islam dan kamu tidak diperlukan lagi.

Jika kamu tetap pada Islam (terserah kepadamu) dan jika tidak,

maka di antara kami dengan kamu adalah pedang.18

Setelah mendengar jawaban dari „Umar, „Uyainah dan

Aqra‟ terkejut dan merasa bingung. Keduanya lalu kembali ke

Abu Bakar dan berkata: Apakah tuan yang khalifah atau „Umar?

Tuan memberikan surat kepada kami lalu „Umar merobeknya.

Abu Bakar menjawab: Memang dia, jika dia menghendaki.19

Sejak saat itu al-mu‟allafah qulūbuhum sampai akhir

pemerintahan „Umar.

18 Shobirin, Ijtihad Khulafā‟ al-Rasyidīn, (Semarang: RaSAIL Media

Group, 2008), h. 153-154. 19 Yusuf al-Qardawi, Fiqh al-Zakah Dirasah Muqaranah li Ahkamiha

wafalsafatiha fi Diui al-Qur'an wa al-Sunnah, Juz II, Cet. XXII, (Beirut: Muassasah

al-Risalah, 1994), h. 600.

Page 14: IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB - if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Ijtihad-Umar-bi… · yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar

14

Ijithad „Umar tersebut memancing sebuah problem

apakah penghapusan pemberian zakat kepada al-Muallafah

Qulūbuhum itu mengubah ketentuan nash al-Qur‟an? Padahal

dalam al-Qur‟an telah disebutkan dengan jelas.20

Kita harus

mengetahui pengertian dari al-mu‟allafah qulūbuhum yang

secara bahasa artinya orang yang dijinakkan hatinya.21

Sedangkan menurut istilah adalah sekelompok orang yang

dibujuk hatinya agar bergabung kepada Islam atau tetap

padanya, agar mereka menahan diri tidak melakukan kejahatan

terhadap orang-orang Islam, atau orang-orang diharapkan

jasanya untuk membantu dan membela kaum muslimin dari segi

kemauan.22

Latar belakang pemikiran dari ijtihad „Umar bin

Khaṭṭāb adalah bahwa bagian zakat diberikan kepada al-

mu‟allafah qulūbuhum karena diharapkan agar mereka berubah

dan masuk Islam serta menolak kemungkinan datangnya

kejahatan dari mereka.

Bagian Muallaf, sebagaimana dijelaskan secara rinci

oleh fuqaha dan ditulis Rasyid Rida dalam tafsirnya, diberikan

karena ada tujuan-tujuan dan maksud tertentu yang sifatnya

kondisional. Zakat diberikan untuk melindungi muallaf dari

kejelekan dan hal yang membahayakan imannya, serta untuk

20 Shobirin, Ijtihad..., h. 154. 21 Rasyīd Riḍā, Tafsīr al-Manār, Juz X, (Mesir: Matbah al-Manar, 1928),

h. 494. 22 Al-Sayyid Sābiq, Fiqh al-Sunnah, Jilid I, (Beirut: Dār al-Fikr, 1983), h.

328.

Page 15: IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB - if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Ijtihad-Umar-bi… · yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar

15

melemah lembutkan hati mereka. Jika Islam sudah berjaya dan

jumlah orang Islam sudah banyak serta mereka menjadi kuat,

maka mereka tidak boleh diberi bagian zakat. Ibnu Qudamah

menyebutkan bahwa pernah ada seorang musyrik meminta uang

kepada Umar, namun beliau tidak memberinya. Umar berkata

“siapa yang mau beriman, maka berimanlah. Dan siapa yang

mau kafir, kafirlah.”23

Bangsa Arab sebelum kedatangan Islam memang

berada dalam akar budaya akhlak yang rusak sehingga mereka

dijuluki dengan jahiliyah. Masa Umar adalah masa gemilang

bagi perkembangan Islam. Prestasi yang dicapai sangat banyak,

termasuk dalam bidang ekonomi dan keamanan serta perluasan

wilayah sehingga ada yang mengatakan „Umar sebagai pendiri

negara Islam.24

Namun, penyebutan negara Islam ini alangkah

lebih kepada tujuan utamanya yaitu memperkuat akidah, bukan

memperluas wilayah semata.

Maka, saat kondisi umat Islam telah kuat dan stabilitas

pemerintahan sudah mantap, „Umar mencabut perintah yang

dituliskan Abu Bakar. „Umar berijtihad bahwa Rasulullah telah

memberikan bagian kepada muallaf qulūbuhum dengan tujuan

23 Muhammad Rawwas, Mausu‟ah Fiqhi „Umar Ibn al-Khaṭṭāb RA, terj.

M. Abdul Mujieb AS. Eksikloedi Fiqih Umar bin Khattab ra., (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 1999), h. 679. 24 Abbas Mahmud Al Akkad, Abqariyatu Umar, Terj. Gazirah Abdi

Ummah “Kejeniusan Umar”, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2002), h. 95.

Page 16: IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB - if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Ijtihad-Umar-bi… · yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar

16

memperkuat Islam, tetapi karena keadaan yang telah berubah

maka bagian itu tidaklah sesuai.25

2. Penolakan „Umar membagikan harta rampasan perang

Pembagian harta rampasan perang terdapat dalam al-

Qur‟an surat al-Anfal ayat 41, sebagai berikut:

Artinya: “Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat

kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka

sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul,

anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnu sabil, jika

kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami

turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari al-

Furqan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah

Maha kuasa atas segala sesuatu”26

Ayat tersebut menyebutkan bahwa seperlima dari

harta rampasan dialokasikan sesuai dengan ketentuan yang

telah ditetapkan. Adapun empat perlimanya Rasulullah

membaginya kepada bala tentara yang ikut perang,

25 Shobirin, Ijtihad..., h. 154-155. 26 Departemen Agama RI, Al-Quran…, h. 182

Page 17: IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB - if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Ijtihad-Umar-bi… · yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar

17

pembagian jumlahnya disesuaikan dengan peranan masing-

masing tentara.27

Fazlur Rahman, Rasulullah sering

melaksanakan jika suatu suku tertentu tidak menyerah secara

damai, tetapi melalui pertempuran, maka tanah mereka disita

sebagai harta rampasan perang dan dibagi-bagikan kepada

kaum muslim yang ikut perang.28

Seperlima dibagikan kepada enam macam yaitu

Allah, rasul, kerabat rasul, anak-anak yatim, orang-orang

miskin dan ibnu sabil. Sedangkan selebihnya dibagikan

kepada para tentara yang ikut perang. Hal ini diperkuat oleh

perbuatan Nabi membagikan harta rampasan perang di

Khaibar kepada tentara-tentara yang telah berperang. Atas

dasar al-Qur‟an dan hadis tersebut, para tentara yang ikut

berperang meminta agar harta rampasan perang di Irak dan

Syam 1/5 dari padanya segera dikeluarkan untuk enam

macam yang disebutkan tadi dan selebihnya diberikan

kepada tentara yang telah berperang.

„Umar menolak untuk membagikan rampasan

tersebut. penolakan ini setelah diadakan musyawarah dengan

para sahabat. Karena, walaupun sekeras dan setegas apapun

Umar, ia tetap selalu menggunakan musyawarah sebagai

27 Amiur Nuruddin, Ijtihad „Umar ibn al-Khattab: Studi tentang

Perubahan Hukum dalam Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 1987), h. 155. 28 Fazhur Rahman, Membuka Pintu Ijtihad, (Bandung: Pustaka, 1983), h.

271-272.

Page 18: IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB - if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Ijtihad-Umar-bi… · yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar

18

jalan mengambil keputusan. „Umar menetapkan agar tanah

tersebut tetap berada pada pemilik dan penggarapnya, hanya

saja mereka diwajibkan membayar pajak dan pajak tersebut

untuk baitul mal yang nantinya juga digunakan untuk

kemaslahatan muslimin, termasuk para tentara.29

Maksud

„Umar membuat keputusan tersebut adalah:

a. Perlu adanya pemeliharaan setelah didapatkannya tanah

rampasan tersebut. Maka perlu ditempatkan tentara

untuk pengamanannya, yang tentunya tentara itu perlu

diberi tanah untuk tempat tinggal. Jika tanah tersebut

dibagi maka pemeliharaan tidak tercapai.

b. Apabila tanah itu dibagikan kepada tentara yang ikut

berperang, dikhawatirkan akan timbul perpecahan

karena pemilik tanah-tanah akan mengelompok kepada

kalangan tertentu yaitu tentara yang ikut berperang.

c. Dikhawatirkan akan melemahkan kekutan tentara Islam

karena akan menstimulasi untuk berperang dengan niat

untuk mendapatkan harta rampasan perang, bukan murni

karena Allah.30

3. Penghentian hukuman potong tangan terhadap pencuri

29 Shobirin, Ijtihad..., h. 164. 30 Shobirin, Ijtihad..., h. 165.

Page 19: IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB - if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Ijtihad-Umar-bi… · yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar

19

Allah menjelaskan dalam al-Qur‟an bahwa hukuman

tindakan pencurian adalah potong tangan sebagaimana dalam

surat al-Maidah ayat 38:

Artinya: “Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang

mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan

dari apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari

Allah. Dan Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana.”31

Pada zaman Rasulullah Saw dan Abu Bakar, setiap

pelaku pencurian yang mencapai satu nisab dikenai hukuman

potong tangan. Besarnya nisab barang yang dicuri menurut

Rasulullah adalah majni. Pada suatu hadis Nabi riwayat

Muslim dari Aisyah, tidaklah dipotong tangan pencuri yang

kurang dari delapan majni.

Para ulama berbeda pendapat tentang delapan majni,

namun mereka sepakat tentang adanya batas minimal untuk

dilaksanakannya hukuman potong tangan. Pencuri laki-laki

pertama yang dikenai potong tangan pada masa Rasulullah

adalah Khiyar bin „Ady bin Naufal bin Abdi Manaf,

sedangkan pencuri perempuan adalah Marrah binti Sufyan

bin Abd al-Asad dari Bani Makhzum. Pada zaman Abu

31 Departemen Agama RI, Al-Quran…, h. 114.

Page 20: IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB - if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Ijtihad-Umar-bi… · yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar

20

Bakar pencuri yang dipotong tangannya adalah Asma binti

Umais sedangkan pada masa „Umar adalah Ibnu Samrah.

Saudara dari Abdurrahman bin Samrah.

Ketika „Umar dihadapkan seorang pencuri bernama

Alamah al-Hatib bin Abi Baltaah. Pencuri tersebut mengakui

perbuatannya dan „Umar memerintahkan agar segera

dilakukan hukuman potong tangan padanya. Ketika hukuman

segera dilakukan, „Umar memerintahkan untuk

menghentikan hukuman karena ia tidak mengetahui bahwa

pencuri tersebut mencuri karena kelaparan. Kemudian, ia

bebaskan pencuri tersebut dari hukuman.32

Ijtihad „Umar dilatar belakangi oleh perbuatan

pencurian dilakukan saat musim kelaparan, sehingga dia

mencuri karena kepalaran. Menurut Fazlur Rahman, Umar

menangguhkan hukum hadd ketika makanan sulit

diperoleh.33

Keterangan lebih lanjut datang dari Taha Husein

bahwa peristiwa ini terjadi pada musim kemarau panjang,

yang karena kegersangan tanah yang tidak tertimpa hujan

selama sembilan bulan berturut-turut, bumi menjadi abu,

sehingga tahun itu diberi nama tahun abu („am al-ramadah).

Diperkirakan tahun Abu ini terjadi menjelang akhir abad

kedelapan belas hijriyyah, yang meliputi daerah-daerah

32 Shobirin, Ijtihad..., h. 177-179. 33 Fazlur Rahman, Islamic Methodology in History, (Pakistan: Islamic

Research Institute, 1964), h. 182.

Page 21: IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB - if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Ijtihad-Umar-bi… · yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar

21

Hijaz, Tihama, dan Najd.34

Munculnya wabah pers di negeri

Syam yang menyebabkan banyak warga meninggal,

menjadikan para pedagang yang mondar-mandir ke Syam

menghentikan dagangannya. Hal ini menjadi berpengaruh

pada arus perdagangan dari dan ke Syam, begitu pula

membawa pengaruh negatif bagi Hijaz. Inilah sebab

terjadinya krisis ekonomi dan masa paceklik di negeri Hijaz

pada masa Umar atau yang disebut dengan „am al-ramadah.

Sementara itu, terdapat hadis yang mengatakan

bahwa Nabi tidak memotong tangan pencuri yang melakukan

pencurian di daerah peperangan dan saat berlangsungnya

pertempuran. Menurut riwayat Abu Daud dari Junadah bin

Abi Umayah, Nabi bersabda: Tidaklah dipotong tangan

(pencuri) dalam (kondisi) peperangan.

Hadis ini menerangkan adanya pengecualian dalam

pelaksanaan potong tangan agar kekuatan Islam tetap utuh

dan terpusat dalam menghadapi orang kafir atau jangan

sampai dimanipulasi pihak lawan sebagai bahan provokasi

tentang ketidakbaikan Islam.

„Umar mungkin berfikir bahwa pada masa perang

Nabi mengecualikan suatu hukum guna menjaga

kemaslahan, maka untuk menjaga kemaslahatan kaum

34 Taha Husein, al-Syaikhan, al-Tab‟ah al-Rabi‟ah, (Mesir: Dar al-Ma‟arif,

1969), h. 194.

Page 22: IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB - if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Ijtihad-Umar-bi… · yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar

22

muslimin, pencuri dalam masa kelaparan (paceklik)

dikecualikan dari hukuman potong tangan.35

Pada masa

sekarang, adanya perbedaan hukuman pada pelaku kesalahan

merupakan wujud implementasi bahwa al-maqashid al-

syar‟iyyah atau maslahah „ammah sebagai pertimbangan

penentu dalam menggali sebuah hokum pada tiga ranah

utamanya. Tiga ranah itu meliputi daruriyah, hajjiyah, dan

tahsiniyyah.36

Kesimpulan

„Umar adalah seorang sahabat terdekat dan setia kepada

Rasulullah. Kecerdasannya dalam berpikir dan memahami syari‟at

Islam diakui sendiri oleh Nabi Saw. „Umar melakukan ijtihad seperti

halnya sahabat yang lain setelah meninggalnya Rasulullah. Ruang

lingkup ijtihad „Umar bin Khaṭṭāb tentang hukum Islam yang berlaku

dalam syariat pada waktu itu yaitu ijtihad pada nas-nas khusus dan

ijtihad terhadap permasalahan yang tidak terdapat dalam nas.

Terdapat banyak hasil ijtihad „Umar di antaranya yaitu

penghapusan pemberian hak zakat terhadap al-mu‟allafah

qulūbuhum, penolakan „Umar membagikan harta rampasan perang,

penghentian hukuman potong tangan terhadap pencuri pada saat

masa paceklik. Dilihat dari hasil ijtihadnya, „Umar tidak terpaku pada

35 Shobirin, Ijtihad..., h. 180. 36

Mahsun, “Rekonstruksi Pemikiran Hukum Islam Melalui Integrasi Metode Klasik dengan Metode Saintifik Modern”, al-Ahkam, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang 25 (2015), 1.

Page 23: IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB - if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Ijtihad-Umar-bi… · yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar

23

teks, namun ia melihat makna dari teks dan menyesuaikannya dengan

konteks yang terjadi pada mayarakat saat itu.

Dalam menetapkan keputusan pada permasalahan sosial,

„Umar terlebih dahulu mempertimbangkan kasus-kasus serupa pada

masa Rasulullah beserta metode penyelesaiannya dalam konteks

sosial historis. Ini berarti Umar menggunakan metode qiyas,

walaupun pada saat itu belum muncul istilah metode pengambilan

hukum melalui qiyas, dll. Namun Umar telah mempraktekannya.

Dalam pengambilan keputusan, ia sering mengaitkannya dengan

kondisi masyarakat dan waktu diturunkannya ayat tersebut, sehingga

maslahat yang dihasilkan pun sesuai dengan jiwa Sunnah. Karena

pada dasarnya ijtihad Umar adalah untuk tujuan syariah dan

kemaslahatan umat.

Daftar Pustaka

al-„Akkad, „Abbas Maḥmūd, Abqariyatu Umar, Terj. Gazirah Abdi

Ummah “Kejeniusan Umar”, Jakarta: Pustaka Azzam, 2002.

al-Gazālīy, Abū Ḥāmid, al-Mustaṣfā min „Ilmi al-Uṣūl, Kairo:

Maktabah Dār al-Kutub al-Islāmiyyah, 2004.

al-Qardawi, Yusuf, Fiqh al-Zakah Dirasah Muqaranah li Ahkamiha

wafalsafatiha fi Diui al-Qur'an wa al-Sunnah, Juz II, Cet.

XXII, Beirut: Muassasah al-Risalah, 1994.

Page 24: IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB - if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Ijtihad-Umar-bi… · yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar

24

al-Sāyis, Muḥammad „Alī, Nasy‟ah al-Fiqh al-Ijtihādī, Kairo:

Silsilah al-Buḥūṡ al-Islāmiyah, 1970.

al-Sayūṭī, Jalāluddīn „Abd Raḥmān bin Abī Bakr, al-Jāmi‟ al-Ṣagīr,

Kairo: Dār al-Fikr, t.th.

al-Suyūṭī, Jalāl al-Dīn, Tārīkh al-Khulafā‟, Mesir: Maṭba„ah

Sa„ādah, 1952.

Baltaji, Muḥammad, Manhaj „Umar bin Khaṭṭāb fī al-Tasyrī‟, Kairo:

Maktabah al-Syabāb, 1998.

Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Bandung:

JABAL, 2010.

Hajar, Ibnu, Al-Iṣābah fī Tamyīz al-Ṣahābah, Kairo: Dār al-Ma‟ārif,

1323 H.

Hasan, Ibrahim, Tārīkh al-Islām al-Siyāsiy wa al-Ṡaqāfiy wa al-

Ijtimā‟iy, terjemahan: Sejarah Kebudayaan Islam oleh A.

Bahaudin, Jakarta: Kalam Mulia, 2001.

Husein, Taha, al-Syaikhan, al-Tab‟ah al-Rabi‟ah, Mesir: Dar al-

Ma‟arif, 1969.

Jawwas, Fahmi, Posisi Naṣ dalam Ijtihād „Umar ibn Khaṭṭāb, Jurnal

Studia Islamika, vol. 10, No. 2, Palu: STAIN Datokarama,

2013.

Page 25: IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB - if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Ijtihad-Umar-bi… · yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar

25

Mahsun, “Rekonstruksi Pemikiran Hukum Islam Melalui Integrasi

Metode Klasik dengan Metode Saintifik Modern”, al-Ahkam,

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang, 25

(2015).

Nu‟mani, Syibli, „Umar yang Agung, Sejarah dan Analisa

Kepemimpinan Khalifah II, Bandung: Penerbit Pustaka,

1981.

Nuruddin, Amiur, Ijtihad „Umar ibn al-Khattab: Studi tentang

Perubahan Hukum dalam Islam, Jakarta: Rajawali Pers,

1987.

Rahman, Fazlur, Islamic Methodology in History, Pakistan: Islamic

Research Institute, 1964.

Rahman, Fazhur, Membuka Pintu Ijtihad, Bandung: Pustaka, 1983.

Rawwas, Muhammad, Mausu‟ah Fiqhi „Umar Ibn al-Khaṭṭāb RA,

terj. M. Abdul Mujieb AS. Eksikloedi Fiqih Umar bin

Khattab ra., Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999.

Riḍā, Rasyid, Tafsīr al-Manār, Juz X, Mesir: Matba‟ah al-Manar,

1928.

Sābiq, Al-Sayyid, Fiqh al-Sunnah, Jilid I, Beirut: Dār al-Fikr, 1983.

Shobirin, Ijtihad Khulafā‟ al-Rasyidīn, Semarang: RaSAIL Media

Group, 2008.

Page 26: IJTIHAD ‘UMAR BIN KHAṬṬĀB - if-pasca.walisongo.ac.idif-pasca.walisongo.ac.id/wp-content/uploads/2020/07/Ijtihad-Umar-bi… · yang telah mapan. Ruang lingkup ijtihad „Umar

26

Yusdani, Amir Mualim, Ijtihad dan Legislasi Muslim Kontemporer,

Yogyakarta: UII Pers, 2004.

Zahrah, Muḥammad Abū, Muḥāḍarah fī Tārīkh al-Mażāhib al-

Fiqhiyyah, Mesir: Maṭba‟ah al-Madānī, t.th.