Metode Ijtihad Dalam Islam

Embed Size (px)

Citation preview

pertemuan ketiga fiqh/ushul fiqh

1

Al-Quran dan Hadits merupakan dua sumber hukum Islam Dalam al-Quran dan Hadits terdapat dalil-dalil ajaran-ajaran Islam yang bersifat qathI (pasti) yang menjelaskan hukum tertentu, semisal sholat, zakat, haji, aturan mahram, dan lain-lain. Dalam al-Quran dan Hadits terdapat juga dalildalil yang bersifat zhanni (bersifat relatif dan tidak menunjukkan secara pasti tentang hukumnya), seperti merokok, jenis pakaian, jual-beli online, donor mata, dan lain-lain.pertemuan ketiga fiqh/ushul fiqh 2

Pada dalil-dalil yang bersifat qathI kita diharuskan tunduk dan taat untuk melaksanakan, tidak ada ruang untuk merubahnya Untuk dalil-dalil yang bersifat zhanni masih dimungkinkan untuk dilakukan pengkajian hukum, dan disinilah lapangan ijtihad dapat dilakukan Berdasar ini dipahami bahwa proses ijtihad hanya boleh dilakukan pada hal-hal yang secara eksplisit tidak terdapat dalam al-Quran dan hadits, atau masalah-masalah yang tidak pasti penunjukkan hukumnya Karena ijtihad dilakukan pada hal-hal yang zhanni, maka hasilnya pun bersifat zhannipertemuan ketiga fiqh/ushul fiqh 3

Mencurahkan segenap kesanggupan mujtahid dalam mendapatkan hukum syara amali degan satu metode (Asymuni Abdurrahman) Mengerahkan segala kemampuan akal dalam menggali sumber ajaran Islam untuk mendapatkan kepastian hukumnya berdasarkan wahyu dengan metode dan pendekatan tertentu (lihat Syakir Jamaluddin, Kuliah Fiqh Ibadah, LPPI UMY)

pertemuan ketiga fiqh/ushul fiqh

4

Proses ijtihad telah berlangsung dari masa ke masa. Proses ini telah menghasilkan berbagai produk hukum terhadap permasalahan kehidupan masyarakat saat itu, dan mungkin juga saat ini Proses ijtihad ulama zaman dulu telah melahirkan berbagai tokoh terkenal, di antaranya Imam Empat Madzhab (SyafiI, Hanafi, Hambali, dan Maliki) yang sampai saat ini masih menajdi rujukan umat Islam Seiring berkembangnya masyarakat, maka berkembang pula berbagai problematika kehidupan yang perlu mendapat jawaban. Yusuf Qardlawi menyatakan bahwa sebuah sikap kepura-puraan dan tidak mengenal realita apabila kita menyatakan bahwa buku-buku lama (produk ijtihad ulama terdahulu) dapat memberikan jawaban masalah saat ini, sebab setiap zaman memiliki problematika dan kebutuhan yang senantiasa muncul. Untuk inilah pertemuan ketiga terhadap perlu dilakukan proses ijtihad fiqh/ushul fiqh masalah yang

5

Permasalahan yang muncul pada zaman terdahulu dan telah ada produk ijtihad oleh ulama terdahulu juga sangat mungkin akan mirip atau sama dengan masalah-masalah yang dibahas oleh ulama saat ini Untuk hal ini, pendapat-pendapat ulama terdahulu tidaklah boleh dikesampingkan, tetapi wajib untuk mempelajari dan meninjau kembali pendapatpendapat tersebut, kemudian disesuaikan dengan kondisi saat ini Hal ini sesuai dengan kaidah fiqh: al muhafadhatu ala al-qadiimi al-shaalih wa al-akhdzu bil al-jadiidi al-ashlah (mempertahankan yang lama yang baik, dan mengambil yang baru yang lebih baik)pertemuan ketiga fiqh/ushul fiqh 6

Sangat dimungkinkan pula bahwa permasalahanpermasalahan yang ada saat ini adalah merupakan masalah baru, sehingga ulama saat ini harus mengetahui secara baik masalah yang dimaksud kemudian membahasnya secara seksama, dengan tetap merujuk pada jiwa hukum Islam yang terkandung dalam al-Quran dan Hadits Berdasar hal itu, maka model ujtihad yang dapat dikembangkan/dilakukan saat ini adalah model ijtihad tarjihi/intiqaI dan ijtihad insyai/ibtidai.

pertemuan ketiga fiqh/ushul fiqh

7

Ijtihad tarjihi adalah ijtihad yang dilakukan untuk memilih pendapat para ahli fiqh terdahulu mengenai masalah-masalah tertentu, kemudian menyeleksi mana yang lebih kuat dalilnya dan lebih relevan dengan kondisi saat ini Mujtahid bertugas untuk mempertimbangkan dan menyeleksi dalil-dalil dan argumentasiargumentasi dari setiap pendapat itu, kemudian memberikan preferensinya terhadap pendapat yang dianggap kuat dan dapat diterima Proses pemilihan pendapat tidak dibatasi oleh ulama-ulama tertentu, dan penentuan kekuatan dalil (rajih) tetap memperhatikan kondisi saat ini dan semangat maqashid syariah (tujuan hukum Islam)pertemuan ketiga fiqh/ushul fiqh 8

1.

2.

3.

Contoh dalam Kasus Thalaq (perceraian): Mayoritas ulama fiqh terdahulu menyatakan bahwa thalaq dinyatakan sah apabila dilakukan secara sadar dan atas kehendak sendiri dihadapan istrinya, tanpa ada saksi Ada ulama lain menyatakan bahwa sahnya perceraian apabila ada saksi Di Indonesia, UU Perkawinan Tahun 1974 menyatakan bahwa perceraian sah dilakukan didepan sidang Pengadilan Agamapertemuan ketiga fiqh/ushul fiqh 9

Ijtihad Insyai adalah usaha untuk menetapkan kesimpulan hukum mengenai peristiwa-peristiwa baru yang belum diselesaikan oleh para ahli fikih terdahulu Dalam ijtihad ini harus dipahami betul permasalahan yang akan dibahas, da harus mendapatkan masukan dari berbagai kelompok ilmu yang terkait, sehingga proses ijtihad harus dilakukan secara kolektif (jamai). Tanpa ini maka sulit untuk mendapatkan kesimpulan yang benar terkait hukum terhadap masalah tersebut Dalam ijtihad ini dapat dilakukan metode qiyas, ishtihsan, maslahat mursalah, dan saddu al-zariat. Proses ijitihad ini harus tetap didasarkan pada semangat maqashid al-syariah (tujuan hukum Islam)

pertemuan ketiga fiqh/ushul fiqh

10

Contoh pada kasus pencangkokan jaringan atau organ tubuh manusia Sebelum diputuskan hukumnya, harus dilakukan kesplorasi dan elaborasi mengenai pencangkokan jaringan atau organ tubuh dari multi perspektif, terutama kedokteran. Kemudian berdasar fakta itu dikaji bagaimana dalam ajaran Islam dan bagaimana dalam tinjauan tujuan hukum Islam Setelah dikaji secara mendalam maka dapat diambil kesimpulan terkait hukum masalah tersebutpertemuan ketiga fiqh/ushul fiqh 11

Mencari definisi yang tepat terhadap masalah yang akan dibahas 2. Melakukan penelusuran mengenai kemdharatan dan kemaslahatan yang akan ditimbulkan dari masalah yang dibahas 3. Melakukan ijtihad, baik tarjihi maupun insyaI dengan berbagai metode yang pilih 4. Menyimpulkan hasil ijtihad1.

pertemuan ketiga fiqh/ushul fiqh

12

Memahami al-Quran dan AsSunnah Menguasai ilmu fiqh dan ushul fiqh Memahami benar terhadap masalah yang dibahas Memiliki integritas pribadi muslim yang baik, pemahaman dan praktik/amalanpertemuan ketiga fiqh/ushul fiqh 13

Qiyas (analogi) -- menyamakan hukum suatu peristiwa yang tidak ada nash mengenai hukumnya, dengan suatu peristiwa yang ada nash hukumnya, karena ada persamaan illatnya Rukun Qiyas ---- Pokok/al-Ashl (masalah yang sudah ada nashnya), Cabang/al-Faru (masalah baru yang belum ada nashnya), Hukum Ashl (hukum yang ada berdasar nash), dan Illat (illat hukum) yaitu sesuatu yang ada pada ashl dan atasnyalah hukum berlaku (sebab hukum)pertemuan ketiga fiqh/ushul fiqh 14

Istihsan --- secara bahasa mengikuti yang lebih baik karena lebih tepat atau menganggap baik terhadap sesuatu Secara istilah, berpindah dari suatu hukum kepada hukum lain karena adanya dalil syara yang lebih tepat yang menghendaki demikian Contoh: bolehnya diperlihatkan bagian tubuh perempuan pada seorang dokter laki-laki karena alasan pengobatan

pertemuan ketiga fiqh/ushul fiqh

15

1.

2.3.

Istishlah --- secara bahasa mecari kemaslahatan, sering disebut maslahah mursalah Secara istilah, menetapkan hukum suatu masalah yang tidak ada nash dan ijmanya, yang dibangun dengan dasar untuk menjaga kemaslahatan semata Syarat kemaslahatan: Kemaslahatannya bersifat hakiki Kemaslahatannya bersifat umum Kemaslahatannya tidak bertentangan dengan nash atau ijma ulama Adanya keharusan pencatatan nikah oleh negara di Indonesiapertemuan ketiga fiqh/ushul fiqh 16