15
6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Road Map Penelitian Penelitian tentang pengembangan e-learning untuk meningkatkan kualitas pembelajaran telah banyak dilakukan anatara lain oleh Lismanto (2009) yaitu penelitian dengan topik perancangan dan pembuatan aplikasi e-learning berbasis Moodle pada Universitas Kristen Petra. Penelitian ini menjelaskan tentang dua aplikasi e-learning yang diimplementasikan pada Universitas Petra yaitu e-course dan PCU Camel. Hasil dari penelitian ini adalah dikembangkan teknologi open source Moodle versi 1.9, dengan memberikan penambahan fitur yang dapat dipergunakan oleh universitas. Pada penelitian tersebut peneliti tidak membahas masalah secara detail tentang konten dari bahan ajar seperti apa yang akan diunggah ke e-learning. Penelitian lain, dilakukan oleh Tahang (2009) dengan topik pengembangan pembelajaran sosiologi berbasis e-learning di SMAN 4 Kendari, penelitian ini bertujuan mengembangkan program pembelajaran Sosiologi berbasis e-Learning. Hasil dari penelitian ini menguraikan tentang syarat yang dapat dijadikan rambu- rambu dalam merencanakan dan mendesain pembelajaran sosiologi berbasis e- learning. Seperti peneliti sebelumnya pada penelitian ini peneliti tidak membahas masalah bahan ajar seperti apa yang aka diunggah ke e-learning. Penelitian lain, dilakukan oleh Kristofora (2010) dengan topik membangun e-learning SMA Panca Setya Sintang dengan Moodle. Pada penelitian ini dibuat sistem e-learning yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun. Sistem e-learning SMA Panca Setya Sintang dibuat untuk mempermudah sistem pembelajaran, dan meningkatkan kemampuan dalam bidang teknologi informasi. 2.2 Peranan Media Ajar dalam Proses Pembelajaran Strategi mengajar menurut Syah (2002), didefinisikan sebagai sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi mengajar ini mecakup beberapa tahapan, seperti :

II. TINJAUAN PUSTAKA - repository.ipb.ac.id · langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi mengajar ini mecakup beberapa tahapan, seperti

Embed Size (px)

Citation preview

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Road Map Penelitian

Penelitian tentang pengembangan e-learning untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran telah banyak dilakukan anatara lain oleh Lismanto (2009) yaitu

penelitian dengan topik perancangan dan pembuatan aplikasi e-learning berbasis

Moodle pada Universitas Kristen Petra. Penelitian ini menjelaskan tentang dua

aplikasi e-learning yang diimplementasikan pada Universitas Petra yaitu e-course

dan PCU Camel. Hasil dari penelitian ini adalah dikembangkan teknologi open

source Moodle versi 1.9, dengan memberikan penambahan fitur yang dapat

dipergunakan oleh universitas. Pada penelitian tersebut peneliti tidak membahas

masalah secara detail tentang konten dari bahan ajar seperti apa yang akan

diunggah ke e-learning.

Penelitian lain, dilakukan oleh Tahang (2009) dengan topik pengembangan

pembelajaran sosiologi berbasis e-learning di SMAN 4 Kendari, penelitian ini

bertujuan mengembangkan program pembelajaran Sosiologi berbasis e-Learning.

Hasil dari penelitian ini menguraikan tentang syarat yang dapat dijadikan rambu-

rambu dalam merencanakan dan mendesain pembelajaran sosiologi berbasis e-

learning. Seperti peneliti sebelumnya pada penelitian ini peneliti tidak membahas

masalah bahan ajar seperti apa yang aka diunggah ke e-learning.

Penelitian lain, dilakukan oleh Kristofora (2010) dengan topik membangun

e-learning SMA Panca Setya Sintang dengan Moodle. Pada penelitian ini dibuat

sistem e-learning yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun. Sistem e-learning

SMA Panca Setya Sintang dibuat untuk mempermudah sistem pembelajaran, dan

meningkatkan kemampuan dalam bidang teknologi informasi.

2.2 Peranan Media Ajar dalam Proses Pembelajaran

Strategi mengajar menurut Syah (2002), didefinisikan sebagai sejumlah

langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu. Strategi mengajar ini mecakup beberapa tahapan, seperti :

7

1. Strategi perumusan sasaran proses belajar mengajar (PBM), berkaitan

dengan strategi yang akan digunakan oleh pendidik dalam

menentukan pola ajar untuk mencapai sasaran PBM.

2. Strategi perencanaan proses belajar mengajar, berkaitan dengan

langkah-langkah pelaksanaan mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

Dalam tahap ini termasuk perencanaan tentang media ajar yang akan

digunakan.

3. Strategi pelaksanaan proses balajar mengajar, berhubungan dengan

pendekatan sistem pendidikan yang benar-benar sesuai dengan pokok

bahasan materi ajar.

Dalam pelaksanaannya, teknik penggunaan dan pemanfaatan media turut

memberikan andil yang besar dalam menarik perhatian peserta didik dalam PBM,

karena pada dasarnya media mempunyai dua fungsi utama, yaitu media sebagai

alat bantu dan media sebagai sumber belajar bagi peserta didik (Djamarah et al,

2002; 137). Hamalik (1986), Sadiman, et al (1986), mengelompokkan media ini

berdasarkan jenisnya ke dalam beberapa jenis :

a. Media auditif, yaitu media yang hanya mengandalkan kemampuan

suara saja, seperti tape recorder.

b. Media visual, yaitu media yang hanya mengandalkan indra

penglihatan dalam wujud visual.

c. Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai unsur suara dan

unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih

baik.

Media pembelajaran secara umum dibagi ke dalam dua jenis yaitu:

a. Audiovisual diam, yang menampilkan suara dan visual diam, seperti

film sound slide.

b. Audiovisual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara

dan gambar yang bergerak, seperti film, video cassete dan VCD.

Sementara itu, selain media-media tersebut, kehadiran perangkat komputer

di lembaga pendidikan merupakan suatu hal yang harus dikondisikan dan

disosialisasikan untuk menjawab tantangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Di sisi lain sangat banyak pengguna jasa di bidang komputer yang

8

mengharapkan dapat membantu mereka baik sebagai tutor, tutee maupun tools

yang belum mampu dipenuhi oleh tenaga yang profesional dibidangnya yang

dihasilkan melalui lembaga pendidikan yang ada. Hal ini juga dikeluhkan oleh

para pendidik terhadap kemampuan untuk memahami, mengimplementasikan,

serta mengaplikasikan pendidikan sejalan dengan tuntutan kurikulum karena

keterbatasan informasi dan pelatihan yang mereka peroleh.

2.3 Definisi E-learning

Di dunia pendidikan dan pelatihan sekarang, banyak sekali praktik yang

disebut e-Learning. Sampai saat ini pemakaian kata e-learning sering digunakan

untuk menyatakan semua kegiatan pendidikan yang menggunakan media

komputer dan Internet. Banyak pula terminologi lain yang mempunyai arti hampir

sama dengan e-Learning, diantaranya : Web-based training, online learning,

computer-based training/ learning, distance learning, computer-aided instruction,

dan lainnya. Terminologi e-learning sendiri dapat mengacu pada semua kegiatan

pelatihan yang menggunakan media elektronik atau teknologi informasi (Effendi

& Zhuang 2005).

Koran (2002), mendefinisikan e-learning sebagai sembarang pendidikan

dan pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau

internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan. Ada

pula yang menafsirkan e-learning sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang

dilakukan melalui media internet. Sedangkan Dong (dalam Kamarga, 2002)

mendefinisikan e-learning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui

perangkat elektronik komputer yang memperoleh bahan belajar yang sesuai

dengan kebutuhannya.

Rosenberg (2001) menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan

teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Hal ini senada dengan Cambell

(2002), dan Kamarga (2002) yang intinya menekankan penggunaan internet dalam

pendidikan sebagai hakekat e-learning. Bahkan Purbo (2001) menjelaskan bahwa

istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai

istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha

9

pendidikan lewat teknologi elektronik internet. Intranet, satelit, tape audio/video,

TV interaktif dan CD-ROM adalah sebagian dari media elektronik yang

digunakan. Pendidikan boleh disampaikan secara synchronously (pada waktu

yang sama) ataupun asynchronously (pada waktu yang berbeda). Materi

pendidikan dan pembelajaran yang disampaikan melalui media ini mempunyai

teks, grafik, animasi, simulasi, audio dan video. E-learning juga harus

menyediakan kemudahan untuk ‘discussion group’ dengan bantuan profesional

dalam bidangnya.

Perbedaan pembelajaran konvensional dengan e-learning yaitu pada kelas

konvensional, pendidik dianggap sebagai orang yang serba tahu dan ditugaskan

untuk menyalurkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Sedangkan di dalam

pembelajaran e-learning fokus utamanya adalah peserta didik. Peserta didik

mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung-jawab untuk pembelajarannya.

Suasana pembelajaran e-learning akan ‘memaksa’ peserta didik memainkan

peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Peserta didik membuat

perancangan dan mencari materi dengan usaha dan inisiatif sendiri.

Tung (2000) mengatakan bahwa setelah kehadiran pendidik dalam arti

sebenarnya, internet akan menjadi suplemen dan komplemen dalam menjadikan

wakil pendidik yang mewakili sumber belajar yang penting di dunia. Cisco (2001)

menjelaskan filosofis e-learning sebagai berikut. Pertama, e-learning merupakan

penyampaian informasi, komunikasi, pendidikan, pelatihan secara on-line. Kedua,

e-learning menyediakan seperangkat alat yang dapat memperkaya nilai belajar

secara konvensional (model belajar konvensional, kajian terhadap buku teks, CD-

ROM, dan pelatihan berbasis komputer) sehingga dapat menjawab tantangan

perkembangan globalisasi. Ketiga, e-learning tidak berarti menggantikan model

belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat model belajar tersebut

melalui pengayaan materi dan pengembangan teknologi pendidikan. Keempat,

kapasitas peserta didik amat bervariasi tergantung pada bentuk isi dan cara

penyampaiannya. Makin baik keselarasan antar materi dan alat penyampai dengan

gaya belajar, maka akan lebih baik kapasitas peserta didik yang pada gilirannya

akan memberi hasil yang lebih baik.

10

2.4 Fungsi dan Manfaat E-Learning

Rosenberg (2001) memaparkan kelebihan e-learning sebagai berikut:

a. Memerlukan biaya yang lebih rendah.

E-learning dapat mengurangi biaya perjalanan, memangkas waktu yang

digunakan untuk pendidikan serta mengurangi secara signifikan

kebutuhan penyediaan infrastruktur kelas untuk proses pembelajaran.

b. Menyediakan akses tak terbatas.

E-learning dapat menangani secara tak terbatas jumlah pengguna virtual

secara simultan.

c. Variasi penyediaan materi

E-learning memungkinkan untuk meng-kostumisasi materi untuk proses

pembelajaran yang berbeda sesuai dengan kebutuhan.

d. Selalu up to date.

E-learning sangat mudah untuk dilakukan pemutakhiran dengan cepat.

e. Pembelajaran.

Pengguna dapat melakukan akses dimana saja dan kapan saja setiap saat.

f. Universal.

E-learning dapat disesuaikan dengan protokol universal (contoh internet

dan browser).

g. Komunitas.

Mendorong dan memfasilitasi terbentuknya komunitas dengan beragam

minat dan kepentingan.

h. Mampu menangani berbagai skala.

E-learning merupakan solusi dalam berbagai skala dengan hanya

membutuhkan perubahan sedikit dalam pengembangannya baik

infrastruktur maupun biaya.

i. Meningkatkan layanan.

E-learning dapat secara efektif meningkatkan layanan pada proses

pembelajaran.

Penyampaian pembelajaran melalui e-learning dapat seefektif sistem

penyampaian pembelajaran konvensional tatap muka di kelas dalam proses

interaksi dan komunikasi antar individu yang terlibat apabila adanya kunci

11

penting yaitu materi yang menitikberatkan pada kebutuhan sasaran pembelajaran

(user), penggunaan teknologi dalam proses penyampaiannya, serta adanya

kebijakan dan pengelolaan penyelenggaraan e-learning.

Ada tiga fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan pembelajaran di

dalam kelas (classroom instruction), yaitu sebagai suplemen yang sifatnya

pilihan/opsional, pelengkap (komplemen), atau pengganti (substitusi) (Siahaan

2002).

a. Suplemen

Dikatakan berfungsi sebagai suplemen (tambahan), apabila peserta didik

mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materi elektronik

atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk

mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta

didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau

wawasan.

b. Komplemen (tambahan)

Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap) apabila materi

pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran

yang diterima peserta didik di dalam kelas. Sebagai komplemen berarti materi

pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement

(pengayaan) atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran konvensional. Materi pembelajaran elektronik dikatakan sebagai

enrichment, apabila kepada peserta didik yang dapat dengan cepat

menguasai/memahami materi pelajaran yang disampaikan pendidik secara tatap

muka (fast learners) diberikan kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran

elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya

agar semakin memantapkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi

pelajaran yang disajikan pendidik di dalam kelas. Dikatakan sebagai program

remedial, apabila kepada peserta didik yang mengalami kesulitan memahami

materi pelajaran yang disajikan pendidik secara tatap muka di kelas (show

learners) diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran

elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk mereka.

12

c. Substitusi (pengganti)

Beberapa pendidikan tinggi di negara-negara maju memberikan beberapa

alternatif model kegiatan pembelajaran/pendidikan kepada para peserta didiknya.

Tujuannya agar para peserta didik dapat secara mudah mengelola kegiatan

pendidikannya sesuai dengan waktu dan aktivitas lain sehari-hari peserta didik.

Ada tiga alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih peserta

didik, yaitu: (1) sepenuhnya secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara

tatap muka dan sebagian lagi melalui internet, atau bahkan (3) sepenuhnya

melalui internet. Alternatif model pembelajaran mana pun yang akan dipilih

peserta didik tidak menjadi masalah dalam penilaian. Karena ketiga model

penyajian materi pembelajaran mendapatkan pengakuan atau penilaian yang sama.

Jika peserta didik dapat menyelesaikan belajarnya dan lulus melalui cara

konvensional atau sepenuhnya melalui internet, atau bahkan melalui perpaduan

kedua model ini, maka institusi penyelenggara pendidikan akan memberikan

pengakuan yang sama. Keadaan yang sangat fleksibel ini dinilai sangat membantu

peserta didik untuk mempercepat penyelesaian pendidikannya.

2.5 Manfaat pembelajaran Electronic Learning

Menurut Wulf (1996) manfaat Pembelajaran elektronik learning (e-

Learning) itu terdiri atas empat hal, yaitu:

a. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dan

pendidik atau instruktur (enhance interactivity).

Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik dapat

meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara peserta didik dan

pendidik/instruktur, antar sesama peserta didik, maupun antara peserta

didik dan bahan belajar (enhance interactivity). Berbeda halnya dengan

pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak semua peserta didik

dalam kegiatan pembelajaran konvensional dapat, berani atau mempunyai

kesempatan untuk mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan

pendapatnya di dalam diskusi. Hal ini disebabkan oleh pada pembelajaran

yang bersifat konvensional, kesempatan yang ada atau yang disediakan

pendidik/ instruktur untuk berdiskusi atau bertanya jawab sangat terbatas.

13

b. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran di mana dan kapan saja

(time and place flexibility).

Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan

tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui internet, maka peserta

didik dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan

dari mana saja. Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan pembelajaran,

dapat diserahkan kepada pendidik/instruktur begitu selesai dikerjakan. Jadi

tidak perlu menunggu sampai ada janji untuk bertemu dengan

pendidik/instruktur.

c. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a

global audience).

Dengan fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah peserta didik yang

dapat dijangkau melalui kegiatan pembelajaran elektronik semakin banyak

atau meluas. Ruang dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan.

Siapa saja, dimana saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar. Interaksi

dengan sumber belajar dilakukan melalui internet. Kesempatan belajar

benar-benar terbuka lebar bagi siapa saja yang membutuhkan.

d. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran

(easy updating of content as well as archivable capabilities).

Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat

lunak (software) yang terus berkembang turut membantu mempermudah

pengembangan bahan belajar elektronik. Demikian juga dengan

penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar sesuai dengan tuntutan

perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan secara periodik dan

mudah. Di samping itu, penyempurnaan metode penyajian materi

pembelajaran dapat pula dilakukan, baik yang didasarkan atas umpan balik

dari peserta didik maupun atas hasil penilaian pendidik/ instruktur selaku

penanggungjawab atau pembina materi pembelajaran itu sendiri.

2.6 Teknologi Pendukung E-learning

Dalam praktiknya e-learning memerlukan bantuan teknologi. Karena itu

dikenal istilah: computer based learning (CBL) yaitu pembelajaran yang

14

sepenuhnya menggunakan komputer; dan computer assisted learning (CAL) yaitu

pembelajaran yang menggunakan alat bantu utama komputer.

Teknologi pembelajaran terus berkembang. Namun pada prinsipnya

teknologi tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: technology based

learning dan technology based web-learning. Technology based learning pada

prinsipnya terdiri atas audio Information technologies (radio, audio tape, voice

mail telephone) dan video information technologies (video tape, video text, video

messaging). Sedangkan technology based web-learning pada dasarnya adalah data

information technologies (bulletin board, Internet, e-mail, tele-collaboration).

Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari, yang sering dijumpai adalah

kombinasi dari teknologi yang dituliskan di atas (audio/data, video/data,

audio/video). Teknologi ini juga sering di pakai pada pendidikan jarak jauh

(distance education), yaitu dimaksudkan agar komunikasi antara peserta didik dan

pendidik bisa terjadi dengan keunggulan teknologi e-learning ini. Di antara

banyak fasilitas internet, menurut Purbo (2001), “ada lima aplikasi standar

internet yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan, yaitu email, mailing

list (milis), news group, file transfer protocol (FTC), dan world wide web (www)”.

Sedangkan Rosenberg (2001) mengkategorikan tiga kriteria dasar yang ada

dalam e-learning. Pertama, e-learning bersifat jaringan, yang membuatnya

mampu memperbaiki secara cepat, menyimpan atau memunculkan kembali,

mendistribusikan, dan sharing pembelajaran dan informasi. Kedua, e-learning

dikirimkan kepada pengguna melalui komputer dengan menggunakan standar

teknologi internet. Ketiga, e-learning terfokus pada pandangan pembelajaran yang

paling luas, solusi pembelajaran yang menggungguli paradigma konvensional

dalam pembelajaran.

Penggunaan e-learning tidak bisa dilepaskan dengan peran Internet.

Menurut Williams (1999). Internet adalah ‘a large collection of computers in

networks that are tied together so that many users can share their vast resources’.

Ada beberapa alternatif paradigma pendidikan melalui internet

Kardiawarman (2000). Paradigma ini dapat mengintegrasikan beberapa sistem

seperti, pertama, paradigma virtual teacher resources, yang dapat mengatasi

terbatasnya jumlah pendidik yang berkualitas, sehingga peserta didik tidak harus

15

secara intensif memerlukan dukungan pendidik, karena peranan pendidik maya

(virtual teacher) dan sebagian besar diambil alih oleh sistem belajar tersebut.

Kedua, virtual school system, yang dapat membuka peluang menyelenggarakan

pendidikan dasar, menengah dan tinggi yang tidak memerlukan ruang dan waktu.

Keunggulan paradigma ini daya tampung peserta didik tak terbatas. Peserta didik

dapat melakukan kegiatan belajar kapan saja, dimana saja, dan darimana saja.

Ketiga, paradigma cyber educational resources system, atau dot com learning

resources system. Paradigma ketiga merupakan pendukung kedua paradigma di

atas, yaitu dalam membantu akses terhadap artikel atau jurnal elektronik yang

tersedia secara bebas dan gratis dalam internet.

2.7 Pemanfaatan Internet dalam Pembelajaran

Penggunaan Internet untuk keperluan pendidikan yang semakin meluas

terutama di negara-negara maju, merupakan fakta yang menunjukkan bahwa

dengan media ini memang dimungkinkan diselenggarakannya proses belajar

mengajar yang lebih efektif. Hal itu terjadi karena dengan sifat dan karakteristik

Internet yang cukup khas, sehingga diharapkan bisa digunakan sebagai media

pembelajaran sebagaimana media lain telah dipergunakan sebelumnya seperti

radio, televisi, CD-ROM interkatif dan lain-lain.

Sebagai media yang diharapkan akan menjadi bagian dari suatu proses

belajar mengajar di sekolah, internet harus mampu memberikan dukungan bagi

terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara pendidik dan peserta didik

sebagaimana yang dipersyaratkan dalam suatu kegiatan pembelajaran. Kondisi

yang harus mampu didukung oleh internet tersebut terutama berkaitan dengan

strategi pembelajaran yang akan dikembangkan, yang kalau dijabarkan secara

sederhana, bisa diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk

mengajak peserta didik mengerjakan tugas-tugas dan membantu siswa dalam

memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan. Gambaran umum tentang perangkat

keras yang digunakan untuk mengakses internet disajikan pada Gambar 1.

16

Gambar 1 Jaringan internet yang dapat diakses untuk pembelajaran (Hasbullah 2008)

Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengkondisikan peserta

didik untuk belajar secara mandiri. Para peserta didik dapat mengakses secara on-

line dari berbagai perpustakaan, museum, database, dan mendapatkan sumber

primer tentang berbagai peristiwa sejarah, biografi, rekaman, laporan, data

statistik, Gordon et. al. (1995). Informasi yang diberikan komputer server dapat

berasal dari commercial businesses (.com), goverment services (.gov), nonprofit

organizations (.org), educational institutions (.edu), atau artistic and cultural

groups.

Peserta didik dapat berperan sebagai seorang peneliti, menjadi seorang

analis, tidak hanya konsumen informasi saja. Peserta didik dapat menganalisis

informasi yang relevan dengan pembelajaran dan melakukan pencarian yang

sesuai dengan kehidupan nyatanya (real life). Peserta didik dan pendidik tidak

perlu hadir secara fisik di kelas (classroom meeting), karena peserta didik dapat

mempelajari bahan ajar dan mengerjakan tugas-tugas pembelajaran serta ujian

dengan cara mengakses jaringan komputer yang telah ditetapkan secara online.

Peserta didik juga dapat belajar bekerjasama (collaborative) satu sama lain.

Mereka dapat saling berkirim e-mail (electronic mail) untuk mendiskusikan bahan

17

ajar. Kemudian, selain mengerjakan tugas-tugas pembelajaran dan menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pendidik peserta didik dapat

berkomunikasi dengan teman sekelasnya (classmates). Internet memungkinkan

pihak berkepentingan (orang tua peserta didik maupun pendidik) dapat turut serta

menyukseskan proses pembelajaran, dengan cara mengecek tugas-tugas yang

dikerjakan peserta didik secara online.

Perkembangan/kemajuan teknologi Internet yang sangat pesat dan

merambah ke seluruh penjuru dunia telah dimanfaatkan oleh berbagai negara,

institusi, dan ahli untuk berbagai kepentingan termasuk di dalamnya untuk

pendidikan/pembelajaran. Berbagai percobaan untuk mengembangkan perangkat

lunak (program aplikasi) yang dapat menunjang upaya peningkatan mutu

pendidikan/pembelajaran terus dilakukan. Perangkat lunak yang telah dihasilkan

akan memungkinkan para pengembang pembelajaran (instructional developers)

bekerjasama dengan ahli materi (content specialists) mengemas materi

pembelajaran elektronik (online learning material).

2.8 Moodle

Sesuai dengan berkembangnya kebutuhan pada sistem e-learning yang

terintegrasi dan terandalkan, saat ini banyak aplikasi Learning Management

System (LMS) komersial maupun open source yang dikembangkan untuk

mendukung sistem pengajaran. LMS secara umum memiliki fitur-fitur standar

pembelajaran elektronik antara lain:

1. Fitur kelengkapan belajar mengajar: daftar mata kuliah dan kategorinya,

silabus mata kuliah, materi kuliah (berbasis text atau multimedia), daftar

referensi atau bahan bacaan

2. Fitur diskusi dan komunikasi: forum diskusi atau mailing list, instant

messenger untuk komunikasi realtime, papan pengumuman, profil dan

kontak instruktur, file and directory sharing

3. Fitur ujian dan penugasan: ujian online (exam), tugas mandiri

(assignment), rapor dan penilaian

LMS ada yang bersifat proprietary software dan ada yang open source.

LMS yang bersifat proprietary diantaranya adalah seperti: Saba, Apex Learning,

18

Blackboard, IntraLearn, SAP Enterprise Learning. Sedangkan LMS yang open

source diantaranya adalah Aberdour (2007): Atutor, Moodle, Ilias, Claroline, dan

dotLRN.

Moodle adalah sebuah paket perangkat lunak yang berguna untuk membuat

dan mengadakan kursus/pelatihan/pendidikan berbasis internet (Prakoso, 2005).

Moodle diberikan secara gratis sebagai perangkat lunak open source (di bawah

lisensi GNU Public License). Moodle dapat langsung bekerja tanpa modifikasi

pada Unix, Linux, Windows, Mac OS X, Netware dan sistem lain yang

mendukung PHP. Data diletakkan pada sebuah database. Data terbaik bagi

Moodle adalah MySQL dan PostgreSQL dan tak menutup kemungkinan untuk

digunakan pada Oracle, Acces, Interbase, ODBC, dan sebagainya. Moodle

didesain untuk mendukung kerangka konstruksi sosial (social construct) dalam

pendidikan. Moodle termasuk dalam model CAL+CALT (Computer Assisted

Learning + Computer Assisted Teaching) yang disebut LMS.

Moodle merupakan akronim dari Modular Object Oriented Dynamic

Learning Environment. Moodle adalah sebuah jalan menuju pendidikan tanpa

batas. Sebuah pionir yang akan membangun kreativitas dan pemikiran. Hal ini

dapat diterapkan ketika Moodle dibuat, dan ketika pengajar dan pendidik

melakukan aktivitas pengajaran dalam pembelajaran online (Prakoso 2005).

2.9 Metode Pengujian Black Box

Sebuah perangkat lunak bisa diuji dengan cara mengetahui kenerja sistem

secara fungsional. Metode ini melakukan pengujian secara dasar terhadap fungsi-

fungsi yang terdapat pada sistem yang telah dikerjakan dan mengetahui kesalahan

yang terjadi pada sistem (Pressman 2001). Metode black box merupakan suatu

pendekatan yang digunakan untuk mencari kesalahan yang berbeda dibandingkan

dengan pendekatan white box. Pengujian black box berusaha untuk mencari

kesalahan yang terdiri dari beberapa kategori, yaitu :

1. Fungsi-fungsi yang tidak benar atau hilang.

2. Kesalahan antarmuka.

3. Kesalahan dalam struktur data atau akses basis data internal.

4. Kesalahan tampilan.

19

2.11 Konsep Pusat Sumber Belajar (PSB)

Pusat Sumber Belajar SMA (PSB-SMA) merupakan sistem

pengelolaan yang terorganisasi untuk menyusun, mengembangkan, dan

menyediakan sumber belajar dalam mendukung proses pembelajaran dengan

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi sebagai media informasi

dan komunikasi, wahana belajar, dan media unjuk kinerja. Sistem pengelolaan

sumber belajar yang terorganisasi, pelaksanaannya berada di tingkat sekolah

yang kemudian diorganisasi secara nasional dengan memanfaatkan TIK, salah

satunya adalah dalam bentuk website PSB-SMA.

Sebagai media informasi dan komunikasi, PSB-SMA menyediakan

informasi berkaitan dengan proses pembelajaran dan kegiatan lain yang ada

di satuan pendidikan, kebijakan pemerintah tentang pendidikan, maupun

sebagai media komunikasi antarpendidik, peserta didik-peserta didik, pendidik-

peserta didik, dan satuan pendidikan-satuan pendidikan, serta satuan

pendidikan-masyarakat yang terkait dengan proses pembelajaran.

Sebagai wahana belajar, PSB-SMA menyediakan bahan ajar dan

bahan uji yang disusun oleh pendidik agar dapat dimanfaatkan oleh pendidik

lain. Dengan demikian terjadi proses pertukaran bahan ajar dan bahan uji

berbasis TIK. Hakikatnya semua pendidik dapat menyumbangkan hasil

karyanya untuk dimanfaatkan oleh pendidik lain sebagai referensi.

Sebagai media unjuk kinerja, PSB-SMA memberi ruang kepada

pendidik untuk mengembangkan ide kreatif dalam pembelajaran, inovasi

pembelajaran maupun hal-hal lain yang berkaitan dengan peningkatan mutu

pembelajaran. Pendidik dapat berbagi pengalaman pembelajaran yang telah

maupun yang sedang dilaksanakan untuk dijadikan referensi, tambahan

wawasan dan acuan bagi pendidik lain.

Ketiga fungsi PSB-SMA di atas dapat melayani kebutuhan Sekolah PSB

dan Sekolah mitra PSB maupun sekolah non-mitra dalam mengakses konten

PSB-SMA yang berkaitan dengan proses pembelajaran meliputi perencanaan,

pelaksanaan dan penilaian yang berbasis TIK, salah satunya dalam bentuk

website PSB-SMA.

20

Sekolah PSB merupakan SMA yang melaksanakan fungsi Pusat

Sumber Belajar sebagai media informasi dan komunikasi, wahana belajar,

serta media unjuk kinerja satuan pendidikan, pendidik dan peserta didik.

Dalam pelaksanaannya Direktorat Pembinaan SMA menetapkan dan

memfasilitasi sejumlah SMA model Sekolah Kategori Mandidri (SKM) untuk

mengelola dan mengembangkan konten PSB-SMA, melakukan sosialisasi dan

koordinasi dengan sekolah Mitra PSB.

Sekolah mitra PSB adalah SMA yang ditetapkan menjadi pendamping

sekolah PSB oleh sekolah PSB yang bersangkutan, yang memanfaatkan

PSB-SMA dan atau memberikan kontribusi untuk konten PSB-SMA dalam

rangka lebih memberdayakan PSB-SMA melalui sekolah PSB. Bentuk

kemitraan antara sekolah PSB dan sekolah mitra PSB diimplementasikan

dalam peningkatan SDM, pemanfaatan sarana prasarana, dan pertukaran

konten. Sekolah non-mitra adalah SMA yang memanfaatkan PSB-SMA dan atau

memberikan kontribusi untuk konten PSB-SMA melalui website PSB-SMA.

Keterkaitan antara sekolah PSB, sekolah mitra PSB, sekolah non-mitra

dan website PSB-SMA dalam melaksanakan dan memanfaatkkan PSB-SMA

dijelaskan dalam Gambar 2.

Gambar 2 Keterkaitan komponen PSB-SMA (Depdiknas 2010)