31
1 DAFTAR ISI MATERI AJAR KRIDA – II KRIDA PENYULUH PARIWISATA Halaman Daftar Isi 1 I PESERTA PELATIHAN 2 II WAKTU PELATIHAN 2 III PERSYARATAN ADMINISTRASI DAN KUALIFIKASI PESERTA PELATIHAN 2 IV TINGKAT KEMAMPUAN PESERTA USAI PELATIHAN 2 V TINGKAT KEMAMPUAN PESERTA USAI PELATIHAN 2 VI TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM 2 VII TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 2 VIII INDIKATOR KEBERHASILAN 2 IX RANCANGAN MATERI TOT 3 1. PENGERTIAN KRIDA PEMANDU WISATA 3 2. LINGKUP SYARAT KECAKAPAN KHUSUS (SKK) KRIDA PENYULUH PARIWISATA 3 3. MATERI AJAR SKK KRIDA PENYULUH PARIWISATA 3 3.1. SKK SKK Penyuluh Sadar Wisata 3 3.2. SKK SKK Penyuluh Ekowisata 22 I. PESERTA PELATIHAN Peserta Diklat Saka Pariwisata adalah : Pengurus KWARDA Anggota Pramuka Pandega Staff di lingkungan Dinas Pariwisata Kota dan Daerah. II. WAKTU PELATIHAN 2 hari (Krida Pemandu Wisata dibagi ke dalam 4 Sesi ) III. PERSYARATAN ADMINISTRASI DAN KUALIFIKASI PESERTA PELATIHAN 1) Mereka yang memenuhi persyaratan sebagai peserta (butir ke 1) 2) Mereka yang telah memiliki pengetahuan dasar tentang Pariwisata dan atau Pramuka 3) Bersedia mengikuti pelatihan dari awal hingga akhir 4) Bersedia menjadi tutor dalam kegiatan pengembangan Saka Pariwisata di daerahnya

II MATERI AJAR SKK KRIDA PENYULUH PARIWISATA · bidang ekonomi sosial budaya dan lingkungan kepada masyarakat . 4 A.2. Materi Manfaat pariwisata dapat dilihat dari beberapa bagian

  • Upload
    hakiet

  • View
    251

  • Download
    6

Embed Size (px)

Citation preview

1

DAFTAR ISI

MATERI AJAR KRIDA – II

KRIDA PENYULUH PARIWISATA

Halaman

Daftar Isi 1

I PESERTA PELATIHAN 2

II WAKTU PELATIHAN 2

III PERSYARATAN ADMINISTRASI DAN KUALIFIKASI PESERTA PELATIHAN

2

IV TINGKAT KEMAMPUAN PESERTA USAI PELATIHAN

2

V TINGKAT KEMAMPUAN PESERTA USAI PELATIHAN

2

VI TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM 2

VII TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS 2

VIII INDIKATOR KEBERHASILAN 2

IX RANCANGAN MATERI TOT 3

1. PENGERTIAN KRIDA PEMANDU WISATA 3

2. LINGKUP SYARAT KECAKAPAN KHUSUS (SKK) KRIDA PENYULUH PARIWISATA

3

3. MATERI AJAR SKK KRIDA PENYULUH PARIWISATA

3

3.1. SKK SKK Penyuluh Sadar Wisata 3

3.2. SKK SKK Penyuluh Ekowisata 22

I. PESERTA PELATIHAN

Peserta Diklat Saka Pariwisata adalah :

Pengurus KWARDA

Anggota Pramuka Pandega

Staff di lingkungan Dinas Pariwisata Kota dan Daerah.

II. WAKTU PELATIHAN

2 hari (Krida Pemandu Wisata dibagi ke dalam 4 Sesi )

III. PERSYARATAN ADMINISTRASI DAN KUALIFIKASI PESERTA PELATIHAN 1) Mereka yang memenuhi persyaratan sebagai peserta

(butir ke 1) 2) Mereka yang telah memiliki pengetahuan dasar tentang

Pariwisata dan atau Pramuka 3) Bersedia mengikuti pelatihan dari awal hingga akhir 4) Bersedia menjadi tutor dalam kegiatan pengembangan

Saka Pariwisata di daerahnya

2

IV. TINGKAT KEMAMPUAN PESERTA USAI PELATIHAN

Kemampuan yang diharapkan peserta setelah selesai mengikuti pelatihan ini adalah: 1) Peserta mampu memahami Konsep Krida Penyuluh

Pariwisata 2) Peserta memiliki kecakapan Kepramukaan dalam

penyelenggaraan dan pepenyuluhan di bidang pariwisata,

3) Peserta memahami dan menguasai 2 SSK dalam Krida Penyuluh Pariwisata yaitu: SKK Penyuluh Sadar Wisata dan SKK Penyuluh Ekowisata

V. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Peserta pelatihan Saka Pariwisata Krida Penyuluh Pariwisata cakap dan terampil untuk berperan dalam penyelenggaraan dan pemanduan perjalanan wisata.

VI. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS

1) Mampu bertindak sebagai Penyuluh Sadar Wisata 2) Mampu bertindak sebagai Penyuluh Ekowisata

VII. INDIKATOR KEBERHASILAN

Setelah menyelesaikan mata pendidikan dan latihan dalam acara pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu : 1) Mempraktekkan peran sebagai Penyuluh Sadar Wisata 2) Mempraktekkan peran sebagai Penyuluh Ekowisata

VIII. RANCANGAN MATERI TOT

MATERI AJAR KRIDA – II

KRIDA PENYULUH PARIWISATA

2.1. PENGERTIAN

Krida Penyuluh Pariwisata adalah salah satu krida Saka Pariwisata, yang bertujuan memberikan kecakapan bagi Pramuka untuk dapat berperan sebagai motivator dan komunikator dalam penyelenggaraan kepariwisataan.

2.2. LINGKUP SYARAT KECAKAPAN KHUSUS (SKK) KRIDA PENYULUH PARIWISATA

Krida Penyuluh Pariwisata, terdiri atas 2 (dua) SKK :

1) SKK Penyuluh Sadar Wisata

2) SKK Penyuluh Ekowisata

2.3. MATERI AJAR SYARAT KECAKAPAN KHUSUS (SKK) KRIDA PENYULUH PARIWISATA

3

2.3.1. SKK PENYULUH SADAR WISATA

2.3.1.1. PENGERTIAN

SKK Penyuluh Sadar Wisata adalah syarat kecakapan khusus yang berkaitan dengan kemampuan untuk dapat menjalankan tugas sebagai penyuluh sadar wisata dalam rangka mendorong peran masyarakat untuk mewujudkan lingkungan dan suasana yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan di daerah.

2.3.1.2. TUJUAN

Agar pramuka dapat memiliki bekal dan materi penyuluh sadar wisata

2.3.1.3. MATERI KECAKAPAN SKK PENYULUH SADAR WISATA

Materi ajar SKK Penyuluh Sadar Wisata mencakup:

A. Nilai manfaat Pembangunan Pariwisata

B. Posisi dan peran masyarakat dalam pembangunan pariwisata

C. Pengertian Sadar Wisata dan Sapta Pesona

D. Penerapan komponen Sapta Pesona

PENJABARAN MATERI AJAR

A. NILAI MANFAAT PEMBANGUNAN PARIWISATA

A.1. Kecakapan yang harus dikuasai setiap tingkatan Pramuka

Kecakapan dan penguasaan materi ini di tiap tingkatan Pramuka adalah sebagai berikut:

A. PRAMUKA SIAGA (7-10 tahun)

Dapat menyebutkan salah satu manfaat pembangunan pariwisata

B. PRAMUKA PENGGALANG (11-15 tahun)

Dapat menyebutkan contoh manfaat pembangunan pariwisata di daerahnya (minimal 2)

C. PRAMUKA PENEGAK (16-20 tahun)

Dapat menjelaskan manfaat pembangunan pariwisata di bidang ekonomi sosial budaya dan lingkungan kepada lingkungan terbatas (gudep, sekolah, dsb)

D. PRAMUKA PANDEGA (21-25 tahun)

Dapat menjelaskan manfaat pembangunan pariwisata di bidang ekonomi sosial budaya dan lingkungan kepada masyarakat

4

A.2. Materi

Manfaat pariwisata dapat dilihat dari beberapa bagian yaitu:

1) Manfaat Pariwisata di bidang ekonomi

a. Meningkatkan devisa

Sektor pariwisata mempunyai peluang besar untuk mendapatkan devisa.hal ini dapat di lihat dengan semakin meningkatnya kunjungan wisatawan manca negara ke Indonesia. Sebagai penghasil devisa yang diandalkan, pembangunan pariwisata dapat mendukung kelanjutan pembangunan nasional.

b. Meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha

Peningkatan pembangunan pariwisata dapat membuka lapangan kerja dan lapangan berusaha, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik pada waktu sebelum dan sesudah berlangsungnya kegiatan kepariwisataan tersebut secara langsung pada usaha akomodasi, restaurant dan hiburan, cinderamata, informasi pariwisata, pramuwisata dan pemerintah. Secara tidak langsung pada usaha taxi, pusat perbellanjaan, industri kecil, katering dan pengolahan makanan, pertanaian, peternakan, perkebunan, perbankan, olah raga, sanggar tari dan teater dan jasa-jasa lain.

c. Menunjang pembangunan daerah

Pembangunan pariwisata cenderung untuk tidak terpusat di kota, melainkan ke daerah pedalaman dan pantai yang bebas dari kebisingan kota. Dengan demikian sektor pariwisata amat sangat berperan dalam menunjang pembangunan daerah.

d. Meningkatkan Penerimaan devisa

Pajak langsung, yaitu dari pajak penjualan dan penghasilan dari perusahan pariwisata serta pajak dari wisawan yang menggunakan fasilitas umum. Pajak tak langsung, yaitu bea masuk dan bea cukai dari penghasilan barang dan jasa.

e. Meningkatkan dan memeratakan pendapatan rakyat

Belanja di DTW akan meningkatkan pendapatan dan pemerataan pada masyarakat setempat baik secara langsung maupun tidak langsung melalui dampak berganda (multiflier effect )

f. Meningkatkan ekspor

Dengan semakin banyaknya wisatawan manca-negara yang berkunjung berarti akan ikut memperkenalkan barang-barang produksi dalam negeri yang di nikmati wisatawan yang kemudian akan membuka peluang untuk ekspor.

5

2) Manfaat pariwisata di bidang sosial dan budaya

Keanekaragaman kekayaan sosial budaya Indonesia merupakan modal dasar dari pengembangan pariwisata. Oleh sebab itu pengembangan kepariwisataan harus mampu melestarikan dan mengembangkan budaya yang ada. Memudarnya daya tarik budaya kita pasti akan merugikan pengembangan pariwisata indonesia.

3) Manfaat Pariwisata di bidang lingkungan hidup

Pada dasarnya pengembangan pariwisata memanfaatkan kondisi lingkungan senantiasa menghindari dampak kerusakan lingkungan senantiasa menghindari dampak kerusakan lingkungan hidup, yaitu dengan pengaturan yang teratur dan terarah.

B. POSISI DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN PARIWISATA.

B.1. Kecakapan yang harus dikuasai setiap tingkatan Pramuka

Kecakapan dan penguasaan materi ini di tiap tingkatan Pramuka adalah sebagai berikut:

A. PRAMUKA SIAGA (7-10 tahun)

B. PRAMUKA PENGGALANG (11-15 tahun)

1. Dapat menyebutkan pihak-pihak yang terkait (pemangku kepentingan) dalam pembangunan kepariwisataan

2. Dapat menyebutkan posisi dan peran masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan

C. PRAMUKA PENEGAK (16-20 tahun)

1. Dapat menjelaskan pihak-pihak yang terkait (pemangku kepentingan) dalam pembangunan kepariwisataan kepada kepada lingkungan terbatas (gudep, sekolah, dsb)

2. Dapat menjelaskan posisi dan peran masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan kepada lingkungan terbatas (gudep, sekolah, dsb)

D. PRAMUKA PANDEGA (21-25 tahun)

1. Dapat menjelaskan pihak-pihak yang terkait (pemangku kepentingan) dalam pembangunan kepariwisataan kepada masyarakat

2. Dapat menjelaskan posisi dan peran masyarakat dalam pembangunan pariwisata kepada masyarakat

6

B.2. Materi

Pariwisata memiliki hubungan yang sangat erat dengan masyarakat, mengingat masyarakat merupakan bagian atau komponen dari penyelenggaraan kegiatan pariwisata melalui keunikan entitas masyarakat dengan tradisi dan budaya lokal sebagai daya tarik kepariwisataan.

Hubungan pariwisata dan masyarakat

Masyarakat berperan sebagai salah satu pemangku kepentingan (stakeholder) dalam pengembangan pariwisata dalam kedudukannya sebagai komunitas yang turut berperan dalam proses pengembangan, maupun sebagai pelaku usaha kepariwisataan (misalnya: pengusaha penginapan, rumah makan, pemandu wisata, pengrajin, pertunjukan seni, dan sebagainya). Selain itu masyarakat juga merupakan tuan rumah (host) bagi tamu atau wisatawan yang berkunjung ke daerahnya.

Stakeholders dalam pengembangan pariwisata (Sumber: Murphy, 1990)

Oleh karena itu pengembangan pariwisata harus memperhatikan posisi, potensi dan peran masyarakat sebagai aktor atau subjek pengembangan, karena posisi, peran dan dukungan masyarakat turut menentukan sukses atau keberhasilan jangka panjang pengembangan kegiatan pariwisata.

Terkait dengan nilai strategis pengembangan destinasi pariwisata bagi masyarakat, maka kegiatan kepariwisataan dapat menjadi instrumen strategis dalam pengentasan dan penanggulangan kemiskinan pada masyarakat setempat dimana kegiatan kepariwisataan itu berada.

Dimana tujuan penanggulangan kemiskinan dalam jangka panjang adalah untuk mewujudkan penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin secara bertahap dan progresif agar dapat menjalani

tuan rumah, pelaksana/

subjek pengembangan

MASYARAKAT

PEMERINTAH

fasilitator danregulator

pelaksana/

pengembang/

investor

SWASTA

tuan rumah, pelaksana/

subjek pengembangan

MASYARAKAT

tuan rumah, pelaksana/

subjek pengembangan

MASYARAKAT

PEMERINTAH

fasilitator danregulator

PEMERINTAH

fasilitator danregulator

pelaksana/

pengembang/

investor

SWASTA

pelaksana/

pengembang/

investor

SWASTA

Pariwisata Masyarakat

Akomodas

i

Transportasi

Objek/Atraksi

Makan/Minum

Hiburan

souvenir

Wisatawan

Pariwisata Masyarakat

Akomodas

i

Transportasi

Objek/Atraksi

Makan/Minum

Hiburan

souvenir

Wisatawan

Akomodas

i

Transportasi

Objek/Atraksi

Makan/Minum

Hiburan

souvenir

WisatawanWisatawan

7

kehidupan yang bermartabat, dan menurunkan jumlah penduduk miskin laki-laki dan perempuan.

Berikut adalah nilai-nilai strategis manfaat kegiatan kepariwisataan bagi masyarakat setempat, terkait dengan:

1) Pariwisata yang memiliki karakter “IN SITU” yaitu konsumen/wisatawan harus datang ke lokasi untuk mengkonsumsi produk, sehingga hal ini berarti memberikan peluang dan kontribusi sangat besar bagi pengembangan wilayah, membuka isolasi wilayah dan penanggulangan kemiskinan.

Karakter in situ pariwisata

2) Pariwisata memiliki keterkaitan lintas sektor yang mampu membuka peluang investasi sangat luas. Sistem keterkaitan produk dan jasa layanan dalam kegiatan kepariwisataan akan melibatkan unsur-unsur jaringan maskapai penerbangan, tranportasi, jaringan hotel, biro-biro perjalanan, industri jasa boga dan berbagai jasa terkait lainnya dari seluruh dunia. Prospek ini menciptakan

peluang yang sangat besar bagi ketersediaan lapangan kerja dan tumbuhnya sektor-sektor usaha yang terkait.

Keterkaitan produk dan jasa dalam pariwisata

3) Pariwisata mampu membangkitkan dampak ekonomi multiganda. Pariwisata yang memiliki keterkaitan lintas sektor dan usaha mampu membangkitkan DAMPAK EKONOMI MULTI GANDA (multiplier effect) yang sangat signifikan bagi tumbuhnya mata rantai usaha lintas skala, terutama UKM sehingga membantu penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat.

Akomodasi

Wisatawan

ORIGIN

/ ASAL

DESTINATION/ TUJUAN

Akomodasi

WisatawanWisatawan

ORIGIN

/ ASAL

DESTINATION/ TUJUAN

8

Dampak ekonomi multiganda dalam sektor pariwisata

C. KONSEP SADAR WISATA DAN SAPTA PESONA

C.1. Kecakapan yang harus dikuasai setiap tingkatan Pramuka

Kecakapan dan penguasaan materi ini di tiap tingkatan Pramuka adalah sebagai berikut:

A. PRAMUKA SIAGA (7-10 tahun)

1. Dapat menyebutkan pengertian sadar wisata

2. Dapat menyebutkan unsur sapta pesona

B. PRAMUKA PENGGALANG (11-15 tahun)

1. Dapat menyebutkan tujuan dan sasaran Sadar Wisata

2. Dapat menguraikan pengertian unsur – unsur sapta pesona

C. PRAMUKA PENEGAK (16-20 tahun)

1. Dapat menjelaskan pengertian, tujuan dan sasaran Sadar Wisata kepada lingkungan terbatas (gudep, sekolah, dsb)

2. Dapat menjelaskan pengertian sapta pesona kepada lingkungan terbatas (gudep, sekolah, dsb)

D. PRAMUKA PANDEGA (21-25 tahun)

1. Dapat menjelaskan pengertian , tujuan dan sasaran Sadar Wisata kepada masyarakat

2. Dapat menjelaskan pengertian sapta pesona kepada masyarakat

C.2. Materi

Sadar Wisata dapat didefinisikan sebagai sebuah konsep yang menggambarkan partisipasi dan dukungan segenap komponen masyarakat dalam mendorong terwujudnya iklim yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan di suatu wilayah dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Sapta Pesona merupakan jabaran konsep Sadar Wisata yang terkait dengan dukungan dan peran masyarakat sebagai tuan rumah dalam upaya untuk menciptakan lingkungan dan suasana kondusif yang mampu mendorong tumbuh dan berkembangnya industri pariwisata melalui perwujudan tujuh unsur dalam Sapta Pesona tersebut.

Dampak Langsung

Hotel, Guide/ Restoran, /

ODTW/ Perush Airline/

Angkt/ BPW/

Galleri/ art shop

Jasa keuangan

Dampak Ikutan

Petani sayuran, bunga dan buah

Peternak ayam, ikan dan sapi

Penghasil bahan baku kerajinan

Sektor industri & perdagangan

Sektor agribisnis

Dampak Tak Langsung

Karyawan hotel, restoran,

BPW, ODTW, dsb.

Supir angkt. Umum

Pemerintah (pajak)

Pengrajin cinderamata

Pompa bensin

Penjual sayuran, buah &

bahan makanan

Seniman iklan/ Percetakan

Dampak Langsung

Hotel, Guide/ Restoran, /

ODTW/ Perush Airline/

Angkt/ BPW/

Galleri/ art shop

Jasa keuangan

Dampak Ikutan

Petani sayuran, bunga dan buah

Peternak ayam, ikan dan sapi

Penghasil bahan baku kerajinan

Sektor industri & perdagangan

Sektor agribisnis

Dampak Tak Langsung

Karyawan hotel, restoran,

BPW, ODTW, dsb.

Supir angkt. Umum

Pemerintah (pajak)

Pengrajin cinderamata

Pompa bensin

Penjual sayuran, buah &

bahan makanan

Seniman iklan/ Percetakan

9

Logo Sapta Pesona berbentuk matahari tersenyum yang

menggambarkan semangat hidup dan kegembiraan. Tujuh sudut pancaran sinar yang tersusun rapi di sekeliling matahari menggambarkan unsur-

unsur Sapta Pesona yang terdiri dari: unsur aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah dan kenangan. Berikut ini penjabaran dari unsur-unsur sapta pesona:

AMAN

Pengertian Suatu kondisi lingkungan di destinasi pariwisata atau daerah tujuan wisata yang memberikan rasa tenang, bebas dari rasa takut dan kecemasan bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan atau kunjungan ke daerah tersebut.

Bentuk aksi yang perlu diwujudkan antara lain :

Tidak menganggu kenyamanan wisatawan Menolong dan melindungi wisatawan Menunjukkan sifat bersahabat terhadap

wisatawan Memelihara keamanan lingkungan Membantu memberi informasi kepada wisatawan

Menjaga lingkungan yang bebas dari bahaya penyakit menular

Meminimalkan resiko kecelakaan dalam penggunaan fasilitas publik.

TERTIB

Pengertian kondisi lingkungan dan pelayanan di destinasi pariwisata/daerah tujuan wisata yang mencerminkan sikap disiplin yang tinggi serta kualitas fisik dan layanan yang konsisten dan teratur serta efisien sehingga memberikan rasa nyaman dan kepastian bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan atau kunjungan ke daerah tersebut.

Bentuk aksi yang perlu diwujudkan antara lain :

Mewujudkan budaya antri

Memelihara lingkungan dengan mentaati peraturan yang berlaku

Disiplin waktu/tepat waktu

Serba jelas, teratur, rapi dan lancar.

BERSIH

Suatu kondisi lingkungan serta kualitas produk dan pelayanan di destinasi pariwisata/daerah tujuan wisata yang mencerminkan keadaan yang sehat/hygienik sehingga memberikan rasa nyaman

10

dan senang bagi wisatawan dalam melakukan perjalanan atau kunjungan ke daerah tersebut.

Bentuk aksi yang perlu diwujudkan antara lain :

Tidak membuang sampah sembarangan

Menjaga kebersihan lingkungan objek wisata

Menjaga lingkungan yang bebas dari polusi udara

Menyiapkan sajian makanan dan minuman yang higienis

Menyiapkan perlengkapan penyajian makanan dan minuman yang bersih

Pakaian dan penampilan petugas bersih dan rapi.

SEJUK

Suatu kondisi di destinasi pariwisata/daerah tujuan wisata yang mencerminkan keadaan yang sejuk dan teduh yang akan memberikan perasaan nyaman bagi wisatawan dalam melakukan kunjungannya ke daerah tersebut.

Bentuk aksi yang perlu diwujudkan antara lain :

Melaksanakan penghijauan dengan menanam pohon

Memelihara penghijauan di lingkungan objek wisata

Menjaga kondisi sejuk dalam berbagai area di daerah tujuan wisata.

INDAH

Suatu kondisi di daerah tujuan wisata yang mencerminkan keadaan yang indah dan menarik dan memberikan kesan yang mendalam bagi wisatawan sehingga mewujudkan potensi kunjungan ulang serta mendorong promosi ke pasar wisatawan yang lebih luas.

Bentuk Aksi yang perlu diwujudkan antara lain :

Menjaga objek wisata dalam tatanan yang estetik, alami dan harmoni

Menata lingkungan secara teratur

Menjaga keindahan vegetasi, tanaman hias dan peneduh.

RAMAH

Suatu kondisi lingkungan yang bersumber dari sikap masyarakat di destinasi pariwisata yang mencerminkan suasana yang akrab dan terbuka.

Bentuk Aksi yang perlu diwujudkan:

Bersikap sebagai tuan rumah yang baik serta selalu membantu wisatawan

Memberi informasi tentang adat istiadat secara sopan

Menunjukkan sikap menghargai dan toleransi terhadap wisatawan

11

Memberikan senyum yang tulus.

KENANGAN

Suatu bentuk pengalaman yang berkesan di destinasi pariwisata yang akan memberikan rasa senang dan kenangan yang indah bagi wisatawan.

Bentuk aksi yang perlu diwujudkan :

Menggali dan mengangkat keunikan budaya lokal

Menyajikan makanan dan minuman khas lokal yang bersih dan sehat

Menyediakan cinderamata yang menarik, unik/khas serta mudah dibawa

D. PENERAPAN DAN MANFAAT SAPTA PESONA

D.1. Kecakapan yang harus dikuasai setiap tingkatan Pramuka

Kecakapan dan penguasaan materi ini di tiap tingkatan Pramuka adalah sebagai berikut:

A. PRAMUKA SIAGA (7-10 tahun)

B. PRAMUKA PENGGALANG (11-15 tahun)

Dapat menyebutkan contoh-contoh tindakan dalam rangka penerapan unsur –unsur Sapta Pesona (minimal 2)

C. PRAMUKA PENEGAK (16-20 tahun)

Dapat menjelaskan contoh-contoh tindakan dalam rangka penerapan unsur – unsur Sapta Pesona kepada lingkungan terbatas (gudep, sekolah, dsb)

D. PRAMUKA PANDEGA (21-25 tahun)

1. Dapat menjelaskan berbagai tindakan dalam rangka penerapan unsur –unsur Sapta Pesona kepada masyarakat

2. Dapat menyusun program aksi sapta pesona di daerahnya

D.2. Materi

1) Aman

Apa yang akan Anda rasakan jika melancong ke tempat yang lingkungannya aman ?” Tentu Anda menyukai tempat wisata tersebut, kan?. Sebaliknya jika tempat atau daerah obyek wisata yang kita kunjungi dinyatakan tidak aman, maka kita akan takut dan pasti ingir cepat-cepat meninggalkan tempat tersebut. Inilah akibat kita tidak menciptakan rasa aman.

Oleh karena itu, marilah kita ciptakan, kondisikan, pelihara, dan masyarakatkanlah situasi aman agar terwujud rasa aman yang sesungguhnya dengan cara yang tidak melanggar aturan, norma adat dan budaya kita sebagai bangsa yang besar dan beradab. Ada beberapa cara yang bisa anda lakukan untuk menciptakan dan menjaga rasa aman, di antaranya adalah:

12

a. Kita semua harus sadar akan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban; harus selalu disadari bahwa setiap perilaku kita dalam bergaul dengan siapapun dan di manapun apa yang kita lakukan pasti berhubungan dengan kepentingan orang lain bahkan dengan kepentingan sistem, dan prosedur yang berlaku.

b. Membangun sistem keamanan yang kuat. Sistem keamanan bisa dibangun mulai dari sikap disiplin kita baik secara individu maupun secara komunitas sosial, masyarakat.

c. Kita juga harus taat kepada hukum; artinya bahwa negara kita adalan negara hukum dan harus bangga bahwa bangsa kita sudah mampu membangun sistem keamanan melalui bidang hukum Untuk itu seyogianya kita semua menjungjung tinggi dan menjaga sistem, hukum yang ada agar keberadaannya mampu melindungi hak dan kewajiban. Jadi, sudah tentu hukum itu patut ditaati. Dalam kaitan pelaksanaan Program Sadar Wisata juga dapat dikatakan sebagai sikap taat dan menjunjung tinggi hukum secara tidak langsung

d. Memfungsikan semua alat penerangan lampu terutama pada malam hari khususnya di daerah obyek wisata sesungguhnya hal ini adalah hal sederhana yang mendasar dalam Iingkungan hidup bermasyarakat. Namun apakah kita sudah

melaksanakannya berkaitan dengan kepentingan sebagai tempat obyek wisata?

e. Disiplin dalam melakukan segala sesuatu berhubungan dengan orang lain; maksudnya bahwa setiap warga masyarakat diharapkan mampu berdisiplin, baik secara individu maupun dalam interaksi dengan orang lain di mana pun berada. Dengan demikian, akan tumbuh sikap saling menghargai yang secara tidak langsung sudah memberikan rasa arnan bagi semua orang.

f. Memberikan kepercayaan kepada orang lain sesuai dengan potensinya, terutama terhadap petugas keamanan; maksudnya bahwa kita semua diharapkan bisa memberikan rasa percaya dan menghormati sikap orang lain sesuai dengan profesinya sebagai petugas keamanan.

Anda pasti bisa merasakan betapa besar kebutuhan akan rasa aman in ketika berkunjung ke daerah wisata tertentu. Terpenuhinya kebutuhan akan rasa aman akan menghasilkan kepuasan berwisata. Tentu siapa pun ingin mengulangi kepuasaan ini dan mengunjungi lagi tempat wisata tersebut di lain waktu. Inilah seharusnya yang kita upayakan bersama. Bagi kita sebagai pihak yang berupaya menciptakan dan memelihara, maupun bagi pihak lain yang turut menikmatinya, ada beberapa manfaat minimal yang dapat dirasakan dari rasa aman yaitu:

a. Tidak ada rasa takut untuk bepergian

13

b. Keinginan wisatawan untuk berkunjung lebih besar.

c. Citra positif pariwisata tetap terjaga

d. Memberikan peluang pembangunan dan penyempurnaan fasilitas dan sistem pelayanan jasa informasi yang bermanfaat baik di tempat-tempat obyek wisata maupun di tempat-tempat lain.

Itulah manfaat terciptanya rasa aman! Apakah hal itu mendatangkan keuntungan dan peluang bagi pengembangan kualitas daerah obyek wisata yang kita miliki? Tentunya pasti!

Berdasarkan uraian di atas, marilah kita beraktivitas dengan selalu menaati rambu-rambu atau aturan-aturan yang mengatur dan mejaga keamanan demi terwujudnya keselamatan bersama. Jika semua itu terwujud, maka kondisi bidang kepariwisataan di Indonesia akan membaik dan terbangun kembali.

2) Tertib

Apa yang anda rasakan ketika harus berebutan untuk mendapatkan sebuah tiket masuk sebuah pertunjukan musik? Apakah anda merasa senang berdesakan saling sikut dan saling injak dengan pengunjung lain? Jawabannya cuma satu ” tidak senang.”

Dan kunci pengondisian ketidakteraturan tersebut adalah dengan ”Tertib”. Untuk itu seyogianya kita semua bersikap tertib demi kepuasan bersama. Perlu disadari bahwa

suasana tertib merupakan cerminan tingkat disiplin yang tinggi dari sebuah masyarakat yang terpuji.

Berikut ini cara-cara yang dapat kita lakukan dalam menciptakan ketertiban umum :

a. Ikuti ketentuan atau tata tertib yang berlaku, di manapun kita berada;

Perlu diakui, kita sering menyepelekan dan mengabaikan masalah tata tertib. Padahal kita semua tahu pasti tujuan dan manfaat diberlakukannya sebuah tata tertib.

Pemberlakuan tata tertib diharapkan mampu memberikan pemenuhan atas aspek-aspek seperti rasa aman, nyaman dan rasa keindahan. Contohnya jika kita berjalan-jalan di taman kemudian melihat tanda pemberitahuan yang berbunyi: Dilarang menginjak rumput. Sudah tentu maksud papan peringatan tersebut agar taman tetap kelihatan indah dengan tanaman yang tetap subur dan enak dipandang mata. Untuk itu marilah kita kendalikan diri kita untuk tidak melanggar tata tertib apapun, baik itu yang berhubungan dengan pribadi maupun dengan orang lain, apalagi bila sudah berkaitan dengan kepariwisataan, pemeliharaan keindahan dan kenyamanan wisatawan tentu perlu diutamakan.

b. Janganlah kita menciptakan suasana berisik atau gaduh;

14

Ajakan ini bertujuan agar setiap warga masyarakat Indonesia bisa saling menghormati, menghargai tertib dan teratur dalam melakukan segala sesuatu, baik demi kepentingan pribadi maupun kepentingan umum. Sebagai contoh, pada waktu ada kunjungan wisatawan asing atau domestik ke tempat obyek wisata sebagai tuan rumah kita diharapkan bisa menciptakan situasi yang tenang di lingkungan sekitar. Hal ini bertujuan agar wisatawan dapat benar-benar merasakan kenyamanan, dan keindahan obyek wisata yang mereka kunjungi. Dengan demikian, para wisatawan pun akan menghargai dan menghormati kita sebagai warga masyarakat yang berbudi luhur, ramah, dan berwibawa.

Sehubungan dengan uraian di atas, berikut ini diketengahkan manfaat terwujudnya suasana tertib, yaitu: a) terciptanya ketenangan; b) terciptanya kondisi teratur; dan c) terbentuknya wibawa sebagai masyarakat yang berbudaya. Nah, jika kita semua menyadari manfaat menciptakan situasi ”tertib” ini, janganlah menciptakan suasana yang sebaliknya. Karena ketidaknyamanan yang kita rasakan, juga akan dirasakan oleh tamu kita, para wisatawan.

3) Bersih

Jika Iingkungan disekitar kita bersih, semua orang akan merasakan kenyamanan dalam penglihatan, pernapasan, dan aktivitas hidup lainnya. Terlebih jika aktivitas itu adalah pelancongan ke tempat wisata. Jika sebuah tempat

wisata bersih, tentu akan membuat wisatawan betah berlama-lama menikmatinya.

Tidak sukar membiasakan diri hidup bersih. Mulailah dari hal-hal kecil pada diri sendiri, karena lingkungan keluarga, lingkungan di sekitar sehingga akhirnya kita akan terbiasa hidup bersih di manapun berada.

Berikut ini adalah cara sederhana melakukan dan membiasakan hidup bersih ini bermula dari diri kita sendiri, yaitu:

a. Selalu teratur membersihkan badan;

b. Makan, minum secara teratur dan bersih;

c. Tidak membuang sampah sembarangan;

d. Tidak meludah di sembarang tempat, atau membuang kotoran seenaknya;

e. Menyediakan tempat sampah;

f. Lakukan pemusnahan sampah secara teratur dan memerhatikan sanitasi lingkungan;

g. Penataan saluran air dan tempat pembuangan sampah di sekitar lingkungan anda;

h. Memasyarakatkan nilai-nilai santasi lingkungan.

Jika terbiasa hidup sehat, tentunya anda akan selalu memakan rnakanan sehat yang higienis den selalu menjaga kebersihan lingkungan. Membiasakan hidup bersih berarti kita menciptakan :

15

a. pola hidup sehat;

b. suasana hidup yang lebih menyenangkan;

c. semangat hidup yang lebih bergairah.

Untuk itu marilah kita senantiasa membiasakan diri hidup bersih dalam setiap aspek kehidupan, demi kepentingan kita bersama.

4) Sejuk

Kondisi yang sejuk pasti sangat didambakan semua orang. Kondisi alam yang segar, enak dipandang nikmat dihirup udaranya dan mampu membawa pikiran anda ke dalam nuansa ketenangan. Kondisi itulah yang dicari oleh para wisatawan dalam perjalanan wisatanya.

Jadi, akibat kesejukan ini tiada lain tercipta dari kondisi lingkungan yang sehat, bersih dan nyaman. Untuk itu marilah kita menciptakan kondisi yang memberikan makna sejuk bagi lingkungan dan tempat-tempat obyek wisata.

Ada beberapa cara sederhana yang kita semua bisa melakukarnya sehingga kondisi sejuk bisa terwujud. Yaitu:

a. melakukan penghijauan di lingkungan, termasuk tempat-tempat yang menjadi objek wisata;

b. menjaga kebersihan ingkungan; dan

c. melestarikan segala potensi wisata yang dimiliki lingkungan sekitar kita; dan yang terpenting adalah

d. mengatur sirkulasi udara bebas yang baik. khususnya untuk ruangan -ruangan tertutup

Marilah kita ciptakan kondisi yang sejuk di manapun kita berada. Berikut in manfaat kesejukan yaitu:

a. tubuh dan pikiran kita menjadi segar dan fit setiap saat;

b. stamina kita dalam beraktivitas bertahan lebih lama.

5) Indah

Keindahan merupakan cerminan atas kuasa Tuhan dan karya manusia kreatif. Semua insan pasti menyukai keindahan, tetapi keindahan yang bagaimanakah yang perlu kita mewujudkan dan nikmati bersama terutama di bidang pariwisata? Anda mungkin pernah melihat pemandangan di Pantai Kuta Bali, pada saat melihatnya anda pasti merasakan keindahan alam waktu itu. Atau mungkin di tempat wisata lainnya.

Bahkan sesungguhnya keindahan juga bisa kita ciptakan mulai dari lingkungan sekitar. Misalnya dengan menata pekarangan rumah, atau menata lingkungan tempat kita tinggal. Hakikat keindahan itu cenderung kita nikmati melalui penglihatan yang pada akhirnya berpusat pada perasaan estetis dengan demikian mulailah menciptakan keindahan ini dengan menata segala apa yang kita lihat

16

Ada beberapa cara sederhana untuk menciptakan dan menjaga keindahan yang tentunya bisa anda lakukan, diantaranya:

a. Gemar menata ruang

Artinya kita semua mencoba menyadari bahwa segala kegiatan kita yang berhubungan dengan menata ruang, baik itu di ruangan rumah, pekarangan, lingkungan, bahkan tempat obyek wisata tertentu, merupakan upaya nenciptakan keindahan visual.

Jadi ketika anda melakukan penataan di tempat-tempat tersebut, maka indera penglihatanlah yang pertama kali merasakan keindahan yang muncul dihadapan kita semua. Inilah yang seyogianya kita kembangkan sebagai perilaku individu bangsa Indonesia yang mampu memaknai nilai-nilai dan pengalaman Sadar Wisata melalui pembenahan dan pengembangan Sapta Pesona dalam kehidupan sehari-hari

b. Melestarikan lingkungan;

Artinya kita semua harus mampu, menjaga keseimbangan lingkungan mulai dari lingkungan pribadi sampai dengan lingkungan tempat kita beraktivitas sehari-hari. Melestarikan lingkungan dapat dilalukan dalam dua sudut pandang:

menjaga dan mempertahankan keseimbangan alam yang sudah ada;

melestarikan dalam arti kita semua berupaya mengubah alam yang tadinya belum memunculkan rasa ketenangan, keindahan, dan kenyamanan, menjadi lebih memberikan rasa ketenangan, keindahan, dan kenyamanan.

Untuk itu marilah kita wujudkan kelestarian baik dalam bentuk tindakan menjaga, mempertahankan serta mewujudkan keindahan.

c. Mencegah dan menghilangkan aksi corat-coret

Aksi corat-coret pada pagar atau dinding rumah jelas amat merusak nilai keindahan Oleh sebab itu, mari kita bersarna-sama menjaga dan mencegah agar diri kita bali sebagai orang tua, pemuda-pemudi, dan anak-anak menjaga lingkungan sekitar agar aksi menjadi ajang aksi corat-coret tersebut. Jika anda melihat di suatu tempat obyek wisata ada corat-coret yang dilakukan wisatawan tentunya hal itu akan mengurangi nilai keindahan. Terlebih jika yang melakukan kita sendiri sebagai pribumi, perilaku tersebut jelas tidak sesuai dengan kampanye ”Sadar Wisata” melalui “Sapta Pesona” ini.

d. Gemar akan kegiatan hias-menghias secara teratur;

17

Jika Anda seorang seniman atau seniwati mungkin tidak asing lagi dengan kegiatan hias-menghias. Akan tetapi, melalui kampanye Sadar Wisata dan Sapta Pesona ini kita semua sebagai warga masyarakat Indonesia diharapkan bisa melakukan kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam kategori hias-menghias ini. Apalagi jika ditujukan untuk menghasilkan daya tarik bagi orang lain atau wisatawan baik domestik mapun mancanegara tentunya hal ini sangat kita harapkan bersama. Jadi secara langsung kita semua yang terlibat di dalamnya sudah mampu menunjukkan dukungar terhadap kebangkitan kembali pariwisata Indonesia melalui program Sadar Wisata dan Sapta Pesona.

Manfaat keindahan adalah :

Timbulnya kesadaran akan kebesaran Tuhan ;

Terciptanya perasaan senang;

Mencegah munculnya perasaan stress

Mempertajam kepekaan estetis.

Kita semua tahu bahwa segala sesuatu yang memiliki nilai keindahan pasti membuat orang tertarik. Jika suatu tempat wisata memiliki keindahan yang khas, wisatawan pun akan berdatangan. Sekali lagi marilah kita ciptakan, jaga dan lestarikan nilai-nilai keindahan ini bersama-sama.

6) Ramah

Keramahan merupakan sikap positif dari seseorang yang memiliki etika moral dan berpendidikan. Akan tetapi keramahan dapat menjadi milik kita semua sebagai warga masyarakat yang berbudaya dan memiliki adat istiadat ketimuran.

Perilaku atau pribadi yang ramah memang disukai banyak orang. Keramahan inilah yang harus kita munculkan dan tingkatkan kembali dalam kehidupan sehari-hari dan dalam segala aspek kehidupan. Jika sudah terwujud, marilah kita semua mempertahankan keramahan tersebut sampai betul-betul bisa dinikmati dan dicontoh oleh orang Iain. Aspek keramahan inilah yang selama ini menjadi kebanggaan dan diharapkan dapat mengembalikan prestasi bidang pariwisata Indonesi ini ke masa kejayaan yang pernah kita capai pada masa Ialu. Memasyarakatkan keramahan bisa di muIai pada diri kita sendiri di antaranya dengan cara:

a. Bertutur kata yang sopan dengan mimik wajah yang menyenangkan:

Keramahan yang diwujudkan lewat perilaku tutur kata dan ekspresi wajah yang manis bukan berarti harus dibuat-buat akan tetapi diharapkan sudah menjadi kepribadian kita sebagai rnasyarakat Indonesia yang cinta damai dan persahabatan.

18

Untuk itu kita semua harus mampu membargun kepribadian hakiki yang bertutur kata sopan, penuh senyum yang ramah. Hal ini dapat kita mulai dan diri masing-masing. Di mana pun berada, tunjukkanlah tutur kata yang sopan dan ramah ini, karena hal ini pasti akan melahirkan persahabatan dan membuat orang senang dan menghargai kita.

b. Pengendalian diri;

Maksudnya mengendalikan diri terhadap perilaku-perilaku yang dapat meresahkan masyarakat, apalagi meresahkan warga negara asing (sebagai wisatawan mancanegara). Pengendalian diri ini juga berlaku pada perilaku yang dapat mengakibatkan bencana alam. Kita semua bisa melatih sikap pengendalian diri pada diri sendiri di manapun dan dalam kondisi apapun.

Maka upayakanlah mengedepankan pengendalian diri pasti kita semua akan selamat dan dihargai orang lain.

c. Saling menghormati

Mungkin anda sudah tidak asing lagi dengan ungkapan “hormat menghormati” ini karena sejak dibangku SD bahkan para orang tua dan guru telah mengajari kita akan hal ini. Sikap saling menghormati terutama diperlukan dalam pergaulan sosial. Akan tetapi, kita kadangkala sukar untuk bersikap seperti itu. Hal ini terjadi ketika kita merasa lebih baik, lebih pintar, atau lebih tahu daripada orang lain.

Sebagai konsekuensinya, sulit pula orang lain menghargai kita. Untuk itu marilah kita saling merendahkan hati, saling menghargai perasaan, pikiran, maupun karya orang lain sehingga kita pun menerima perlakuan yang sama dari orang lain.

Sikap seperti inilah yang seyogyanya bisa dikembangkan tatkala kita ingin mewujudkan kembali keluhuran nilai-nilai pariwisata Indonesia kepada dunia internasional.

d. Gemar bertegur-sapa dengan baik;

Pada intinya sikap inilah yang menjadi salah satu dasar keberhasila kita dalam pergaulan. Melalui bertegur sapa maka kita akan rnenebar kebaikan dan menciptakan ikatan persaudaraan, persahabatan, dan kekeluargaan di manapun kita berada. Dengan bertegur sapa secara baik-baik, maka ketika anda sedang berada di negeri asing sekalipun pasti tidak akan mendapat kesulitan. Terlebih jika dilakukan di lingkungan sekitar kita atau di tempat-tempat wisata yang banyak dikunjungi wisatawan asing, tegur sapa akan memberikan kesan keramahan sehingga akhirnya mereka kerasan untuk menikmati lebih lama lagi pesona tempat-tempat wisata yang mereka kunjungi di negara kita.

Manfaat tegur-sapa yang ramah adalah

19

Terjadinya keakraban; dengan tegur-sapa suasana hangat akan senantiasa tercipta dalam perasaan setiap individu meskipun tidak saling mengenal satu dengan lainnya.

Terciptanya rasa damai keakraban yang tercipta pada akhirnya tentu membuat hati kita menjadi damai, tanpa rasa was-was meski berada di lingkurgan dan orang-orang yang asing bagi kita.

Mencegah terjadinya konflik; melalui tegur sapa bisa tercipta tali persaudaraan dan kekeluargaan yang akan mampu mencegah terjadinya konflik.

7) Kenangan

Pernahkah anda merasa terbayang lagi akan keindahan panorama tempat wisata yang telah dikunjungi sehingga amda merasa ingin kembali mengunjungi tempat itu? Pasti pernah kan? Perasaan itulah yang dimaksud dengan istilah “Kenangan" dalam dunia pariwisata.

Kenangan merupakan ingatan ataupun kesan positif yang tersimpan di dalam pikiran seseorang setelah mendapatkan dan merasakan pelayanan yang baik menyangkut 6 (enam) unsur aman, tertib, bersih, sejuk, indah, dan ramah. Disamping ada produk yang dibawa sebagai oleh-oleh.

Setiap anda akan mengunjungi suatu tempat wisata, pasti pada benak anda muncul perasaan ingin, memperoleh kenangan yang indah dan menyenangkan.

Oleh sebab itu, marilah kita berlomba-lomba menciptakan kenyamanan dan keunikan yang khas penuh pesona agar melahirkan kenangan yang indah bagi setap wisatawan yang datang, dalam rangka rnengampanyekan kembali dunia pariwisata Indonesia melalui Program Sadar Wisata dan Sapta Pesona. Kita bisa mulai menciptakan dan menjaga kenangan ini dengan cara-cara yang sederhana seperti :

a. Memberikan pelayanan yang baik; kita semua melakukannya ketika kita dihadapkan dalam kegiatan yang melibatkan orang lain, terutama yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan orang lain, seperti dalam pelayanan jasa memandu perjalanan, penyediaan makanan, dan sejenisnya.

b. Menjaga perasaan orang lain; kita bisa melakukannya tatkala kita sedang berbincang dengan orang lain, baik itu orang yang sudah lama dikenal atau orang yang baru dikenal baik dengan orang yang seusia, lebih tua, ataupun lebih muda daripada kita.

c. Menjaga kualitas produk; kita semua sadar, cinta tanah air berarti kita juga cinta produk negeri sendiri. Untuk itu kita harus berusaha agar kualitas produk dalam negeri tetap terjaga meningkatkan kualitasnya. Kualitas produk yang tinggi akan mendukung

20

terciptanya kenangan yang membuat orang lain datang kembali.

d. Percaya diri melalui kampanye Sadar Wisata dan Sapta Pesona ini marilah kita berbenah diri dan tunjukkan kemampuan kita sesuai dengan bidangnya masing-masing serta bekerja keras dengan mengedepankan rasa percaya diri agar semua yang dicita-citakan berhasil.

e. Jujur; kejujuran adalah modal kepercayaan orang lain terhadap kita. Dalan aspek kehidupan apapun termasuk dalam memberikan pelayanan wisata terhadap para wisatawan, kejujuran akan menumbuhkan rasa simpati. Pada akhirnya kita akan dipercaya dan disenangi, karena mampu memberikan perasaan tenang dan damai kepada mereka.

Kita sadari bersama bahwa unsur kenangan ini mampu memberikan berbagai manfaat pada kita semua. Manfaat tersebut, di antaranya adalah :

a. Terbentuknya penghormatan dan penghargaan dari orang lain

b. Terbentuknya citra yang baik bagi pribadi, masyarakat, dan negara kita;

c. Terciptanya kepuasan bagi diri kita dan terlebih bagi wisatawan;

d. Meningkatkan rasa saling percaya di antara sesama.

Marilah kita mulai dengan niat yang ikhlas, sadar, dan penuh percaya diri dengan bekal pengetahuan dan wawasan yang luas untuk merealisasikan suksesnya pembangunan dunia pariwisata Indonesia melalui Program Sadar Wisata dan Sapta Pesona berkat terbentuknya masyarakat yang mampu menjadi Tuan Rumah, yang baik bagi setiap wisatawan yang berkunjung.

Apabila konsep Tiga Serangkai ini dapat dilaksanakan dengan baik, maka hasilnya adalah berkembangnya dunia pariwisata Indonesia. Selanjutnya pergerakan dan penyebaran Wisatawan Nusantara akan berjalan dengan baik dan Wisatawan Mancanegara pun akan datang dan masuk ke Indonesia.

Untuk itu marilah kita semua bersama-sama mewujudkan konsep Tiga Serangkai ini dalam sikap serta aktivitas kita sehari-hari dimanapun berada, baik itu secara langsung maupun tidak langsung ditujukan pada upaya peningkatan prestasi pariwisata Indonesia sekarang dan masa yang akan datang.

E. PENGALAMAN PEMBINAAN

Kecakapan dan penguasaan materi ini di tiap tingkatan Pramuka adalah sebagai berikut:

A. PRAMUKA SIAGA (7-10 tahun)

B. PRAMUKA PENGGALANG (11-15 tahun)

C. PRAMUKA PENEGAK (16-20 tahun)

21

Telah melatih sedikitnya seorang pramuka Penggalang untuk memperoleh TKK Penyuluh Sadar Wisata

D. PRAMUKA PANDEGA (21-25 tahun)

Telah melatih sedikitnya seorang pramuka Penegak untuk memperoleh TKK Penyuluh Sadar Wisata

2.2. SKK PENYULUH EKOWISATA

1. PENGERTIAN

SKK Penyuluh Ekowisata adalah syarat kecakapan khusus yang berkaitan dengan kemampuan untuk dapat menjalankan tugas sebagai penyuluh ekowisata dalam rangka mewujudkan pembangunan pariwisata berkelanjutan melalui pengembangan kegiatan wisata yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan.

2. MANFAAT

Agar pramuka dapat memiliki bekal dan materi terkait dengan ekowisata dalam mendukung pengembangan dan pengelolaan pariwisata secara berkelanjutan.

3. MATERI KECAKAPAN SKK PENYULUH EKOWISATA

Materi ajar SKK Penyuluh Ekowisata mencakup:

A. Prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan

B. Pengertian dan prinsip Ekowisata

C. Penerapan prinsip-prinsip ekowisata dalam pengelolaan kepariwisataan

D. Kemampuan menyuluh Ekowisata kepada masyarakat dan wisatawan

PENJABARAN MATERI AJAR

A. PRINSIP PEMBANGUNAN PARIWISATA BERKELANJUTAN

A.1. Kecakapan yang harus dikuasai setiap tingkatan Pramuka

Kecakapan dan penguasaan materi ini di tiap tingkatan Pramuka adalah sebagai berikut:

A. PRAMUKA SIAGA (7-10 tahun)

ditiadakan

B. PRAMUKA PENGGALANG (11-15 tahun)

1. Dapat menyebutkan pengertian pembangunan pariwisata berkelanjutan

2. Dapat menyebutkan tujuan dan sasaran pembangunan pariwisata berkelanjutan

22

3. Dapat menyebutkan prinsip-prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan

C. PRAMUKA PENEGAK (16-20 tahun)

1. Dapat menjelaskan contoh prinsip-prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan

2. Dapat menjelaskan pengertian, prinsip dan tujuan sasaran pembangunan pariwisata berkelanjutan kepada lingkungan terbatas (gudep, sekolah, dsb)

D. PRAMUKA PANDEGA (21-25 tahun)

1. Dapat menjelaskan contoh program yang mewakili penerapan prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan

2. Dapat menjelaskan arti prinsip dan tujuan sasaran pembangunan pariwisata berkelanjutan kepada masyarakat

A.2. Materi

Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) telah menjadi agenda global dalam setiap proses pembangunan. Oleh karenanya, seluruh pemangku kepentingan termasuk pemerintah dalam berbagai sektor pembangunan harus menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan baik dalam setiap kebijakan

maupun rencana pembangunan yang akan dilaksanakan, tentu saja termasuk di dalamnya pembangunan sektor kepariwisataan.

Konsep pembangunan berkelanjutan dimunculkan pertama kali oleh World Commission on Environment and Development Report pada tahun 1987 dengan mendefinisikan Sustainble Development sebagai ‘meeting the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs’. Berdasarkan definisi tersebut, World Tourism Organization (WTO), telah menerapkannya pada sektor-sektor kepariwisataan dengan mendefinisikan Sustainable Tourism Development menjadi:

“Sustainable tourism development meets the needs of present tourists and host regions while protecting and enhancing opportunity for the future. It is envisaged as leading to management of all resources in such a way that economic, social, and aesthethic needs can be fulfilled while maintaining cultural integrity, essential ecological processes, and biological diversity, and life support system.”

Definisi tersebut diadopsi oleh banyak negara di seluruh belahan dunia dalam berbagai macam variasi, misalnya definisi dari Organization of East Carribean States (OECS) adalah sebagai berikut:

“The optimal use of natural and cultural resources for national development on an equitabel and self-sustaining

23

basis to provide a unique visitor experience and an improved quality of life through partnership among government, the private sector and communities.”

Definisi-definisi tersebut belum dapat membuat konsep keberlanjutan mudah diimplementasikan pada industri pariwisata. Pada tahun 1989, British Columbia, Canada (Rees, 1989 dalam Gunn, 1994) mencoba memformulasikan definisi Sustainable Development yang cukup relevan dengan perencanaan pariwisata yaitu,

“Sustainable development is positive socioeconomic change that does not undermine the ecological and social systems upon which communities and society are dependent. Its successful implementation requires integrated policy, planning, and social learning processes; its political viability depends on the full support of the people it affects through their governments, their social institutions, and their private activities.”

Definisi tersebut mengungkapkan kunci-kunci implementasi pembangunan pariwisata harus memenuhi paling tidak tiga kisi – kisi sebagai berikut :

a. “positive socioeconomic change” yang artinya perubahan harus membawa keadaan sosial dan ekonomi menjadi lebih baik.

b. “does not undermine the ecological and social systems” yang artinya menghindari penggunaan

sumber daya alam dan buatan secara gegabah dan tanpa perhitungan.

c. “integrated policy, planning, and social learning processes” yang artinya implementasi pembangunan berkelanjutan bergantung pada integrasi antara pemerintah dan masyarakat. Hal ini juga merupakan jantung dari perencanaan, prinsip, dan praktek kepariwisataan.

Kunci-kunci tersebut juga telah diadopsi di Indonesia seperti yang disebutkan dalam Piagam Pariwisata Berkelanjutan (1995) bahwa pembangunan pariwisata berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat didukung secara ekologis sekaligus layak secara ekonomi, juga adil secara etika, dan berkeadilan sosial terhadap masyarakat. Artinya, pembangunan berkelanjutan adalah upaya terpadu dan terorganisasi untuk mengembangkan kualitas hidup dengan cara mengatur penyediaan, pengembangan, pemanfaatan, dan pemeliharaan sumber daya secara berkelanjutan. Hal tersebut hanya dapat terlaksana dengan sistem penyelenggaraan kepemerintahan yang baik (good governance) yang melibatkan partisipasi aktif dan seimbang antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan tidak saja terkait dengan isu-isu lingkungan, tetapi juga isu demokratisasi, hak asasi manusia, dan isu lain yang lebih luas cakupannya.

Sementara itu, menurut United Nations Environment Programme on Tourism, sustainable tourism merupakan

24

pengembangan pariwisata yang mempertemukan kebutuhan wisatawan pada saat ini dengan tetap mempertimbangkan, melindungi, dan mempertinggi potensi asset untuk masa yang akan datang. Hal ini juga berarti pengembangan yang mempertimbangkan potensi masa yang akan datang dalam segala sektor, termasuk di dalamnya adalah faktor ekonomi, sosial, dan budaya yang akan dipenuhi, yang didukung oleh sistem integrasi kebudayaan, proses ekologi yang esensial, keragaman biologi, dan life support.

“Pembangunan pariwisata harus didasarkan pada kriteria keberlanjutan yang artinya bahwa pembangunan dapat didukung secara ekologis dalam jangka panjang sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial terhadap masyarakat.” (Piagam Pariwisata Berkelanjutan, 1995).

Dengan demikian secara ringkas, konsep pengembangan pariwisata secara berkelanjutan tersebut pada intinya menekankan pada 4 (empat) prinsip, sebagai berikut :

a. Berwawasan lingkungan (enviromentaly sustainable).

b. Diterima secara sosial & budaya (socially and culturally acceptable).

c. Layak secara ekonomi (economically viable).

d. Memanfaatkan teknologi yang pantas diterapkan (technologically appropriate).

Secara skematis konsep tersebut dapat digambarkan dalam gambar berikut:

Pendekatan Sustainable Tourism Development

Prinsip environmentally sustainable yang menekankan bahwa proses pembangunan kepariwisataan harus tanggap dan memperhatikan upaya-upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan (baik alam maupun budaya), dan mampu mencegah dampak negatif yang dapat menurunkan kualitas lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekologi.

Prinsip socially and culturally acceptable yang menekankan bahwa proses pembangunan dapat diterima secara sosial dan budaya oleh masyarakat setempat. Oleh karenanya, upaya-upaya pembangunan yang dilaksanakan harus memperhatikan nilai-nilai sosial-budaya dan nilai-nilai kearifan lokal yang dijunjung tinggi oleh masyarakat, dan bahwa dampak pembangunan tidak boleh merusak tatanan dan nilai-nilai sosial-budaya sebagai jati diri masyarakat.

25

Prinsip economically viable yang menekankan bahwa proses pembangunan harus layak secara ekonomi dan menguntungkan. Oleh karenanya, pembangunan harus dilaksanakan secara efisien agar dapat memberikan manfaat ekonomi yang signifikan baik bagi pembangunan wilayah maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal.

Prinsip technologically appropriate yang menekankan bahwa proses pembangunan secara teknis dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, dengan memanfaatkan sebesar-besar sumber daya lokal, dan dapat diadopsi masyarakat setempat secara mudah untuk proses pengelolaan yang berorientasi jangka panjang.

Tujuan pembangunan pariwisata berkelanjutan yang didasarkan atas prinsip-prinsip tersebut, akan bermuara pada 5 (lima) sasaran sebagai berikut (Fennel, 1999):

a. Terbangunnya pemahaman dan kesadaran yang semakin tinggi bahwa pariwisata dapat berkontribusi secara signifikan bagi pelestarian lingkungan dan pembangunan ekonomi

b. Meningkatnya keseimbangan dalam pembangunan

c. Meningkatnya kualitas hidup bagi masyarakat setempat

d. Meningkatnya kualitas pengalaman bagi pengunjung dan wisatawan

e. Meningkatnya dan menjaga kelestarian dan kualitas lingkungan bagi generasi yang akan datang.

Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan

KUALITAS PENGALAMAN

Keunikan

Keingintahuan mendalam

Imaginasi/ interpretasi

KUALITAS HIDUP

Keterpaduan dalam komunitas

Kelayakan secara ekonomi

Dampak sosial minimal

KUALITAS SUMBER DAYA

Keutuhan

Daya dukung

Pelestarian

26

B. PENGERTIAN DAN PRINSIP EKOWISATA

B.1. Kecakapan yang harus dikuasai setiap tingkatan Pramuka

Kecakapan dan penguasaan materi ini di tiap tingkatan Pramuka adalah sebagai berikut:

A. PRAMUKA SIAGA (7-10 tahun)

ditiadakan

B. PRAMUKA PENGGALANG (11-15 tahun)

1. Dapat menyebutkan pengertian ekowisata

2. Dapat menyebutkan tujuan dan sasaran pengembangan ekowisata.

3. Dapat menyebutkan potensi sumber daya ekowisata

4. Dapat menyebutkan bentuk-bentuk kegiatan ekowisata

C. PRAMUKA PENEGAK (16-20 tahun)

Dapat menjelaskan contoh-contoh jenis kegiatan ekowisata (minimal 3), contoh lokasi ekowisata, kepada lingkungan terbatas (gudep, sekolah, dsb)

D. PRAMUKA PANDEGA (21-25 tahun)

Dapat menjelaskan contoh-contoh jenis kegiatan ekowisata (minimal 3), contoh lokasi ekowisata, contoh penerapan prinsip-prinsip ekowisata kepada masyarakat.

B.2. Materi

1) Pengertian Ekowisata

Definisi Ekowisata menurut organisasi The Ecoturism Society (1990) sebagai berikut: Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat. Semula ekowisata dilakukan oleh wisatawan pecinta alam yang menginginkan di daerah tujuan wisata tetap utuh dan lestari, disamping budaya dan kesejahteraan masyarakatnya tetap terjaga.

Definisi Ekowisata menurut Eplerwood (1999) yaitu bentuk baru perjalanan bertanggungjawab ke area alami dan berpetualang yang dapat menciptakan industry pariwisata.

Definisi Ekowisata menurut Black (1999) yaitu wisata berbasis pada alam dengan mengikutkan aspek pendidikan dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya masyarakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis.

27

2) Prinsip Ekowisata

Pengembangan ekowisata harus memenuhi beberapa butir prinsip agar ekowisata dapat menjamin pembangunan yang ecological friendly dari pembangunan berbasis kerakyatan. Butir-butir prinsip ekowisata yaitu:

a. Berbasis Alam (Nature Based)

Ekowisata harus mendasarkan lingkungan alam dengan fokus pada atraksi biologi, fisik dan budaya.

b. Secara Ekologis Yang Berkelanjutan (Ecologically Sustainable)

Bahwa Ekowisata memberikan perhatian lebih kepada bagaimana pariwisata bisa dibuat secara berkelanjutan dan ekologis secara keseluruhan.

c. Memiliki Misi Pendidikan Lingkungan (Environmentally Educative)

Ekowisata dapat mendorong peningkatan kesadaran konservasi alam lewat pendidikan dan pengetahuan tentang alam dan lingkungan

d. Bernilai Manfaat Yang Tinggi Bagi Masyarakat Lokal (Locally Beneficial)

Kegiatan-kegiatan di dalam ekowisata dapat menciptakan manfaat yang signifikan bagi masyarakat lokal (yang terlibat dalam kegiatan ekowisata, dalam pemberian pengetahuan, pelayanan, fasilitas dan produk)

e. Memiliki Nilai Kualitas Pengalaman Bagi Wisatawan (Generates Tourist Satisfaction)

Sebuah destinasi ekowisata harus memberikan pengalaman yang memuaskan bagi wisatawan, sehingga akan menjadi promosi yang baik bagi destinasi tersebut.

3) Potensi Sumber Daya Alam Ekowisata

Negara Indonesia memiliki sejumlah besar sumber daya wisata yang dapat dikembangkan dan dikemas sebagai bentuk kegiatan ekowisata. Walaupun Indonesia hanya memiliki luas daratan seluas 1,32% dari seluruh daratan di dunia, namun kekayaan yang dimiliki cukup berlimpah dengan potensi alam, seni, budaya, dan etnis yang beraneka ragam. Gambaran potensi ekowisata di Indonesia antara lain dapat diinventarisir sebagai berikut:

a. Di wilayah pulau Sumatera, meliputi antara lain: Taman Nasional (TN) Gunung Leuser yang membentang di Aceh dan Sumatera Utara, TN Bukit Barisan yang membentang di sepanjang sisi barat pulau Sumatera, TN Siberut – Sumatera Barat, TN Kerinci Seblat, TN Way Kambas, serta Taman laut dan pulau-pulai kecil di Pulau Rubiah, Weh, Nias, dan Mentawai.

b. Di wilayah pulau Kalimantan, meliputi antara lain: TN Kayan Mentarang (Kalimantan Timur), TN Kutai, TN Tanjung Puting (Kalimantan Tengah), Taman Laut Pulau Derawan – Maratua – Sangalaki

28

c. Di wilayah pulau Jawa, meliputi antara lain: Kawasan Gunung Krakatau, TN Gunung Halimun, TN Ujung Kulon, TN Gunung Merapi, Eko-karts Gombong dan pegunungan Sewu, TN Karimun Jawa, TN Gunung Bromo – Tengger –Semeru, TN Baluran, TN Meru Betiri

d. Di wilayah pulau Bali dan Nusa Tenggara, meliputi antara lain: TN Bali Barat, TN Gunung Rinjani, TN Pulau Komodo

e. Di wilayah pulau Sulawesi meliputi antara lain: TN Dumoga Bone, TN. Lore Lindu, TN Nani Wartabone, T Laut Bunaken, Perairan Teluk Amurang dan Selat Lembeh, TN Tangkoko Dua Sudara, TN Wakatobi, TN Takabonerate.

f. Di wilayah Maluku dan Papua, meliputi antara lain: TN Manusela, TN Lorenz, TN Laut Banda, TN Raja Ampat, Kawasan Perairan Biak.

Kekayaan potensi wisata alam tersebut dikombinasikan dengan kekayaan budaya yang tersebar di 17.000 lebih pulau di Indonesia, menjadi sebuah potensi yang luar biasa dan tidak ada habisnya bagi pengembangan ekowisata di Indonesia.

Kekayaan potensi ekowisata yang dimiliki Indonesia serta didukung oleh perkembangan tren pasar ekowisata dalam konteks internasional telah mendorong Departemen Kebudayaan dan Pariwisata untuk mendorong

pengembangan ekowisata secara lebih serius untuk meningkatkan diversifikasi produk wisata Indonesia.

Kekayaan potensi wisata alam tersebut dikombinasikan dengan kekayaan budaya yang tersebar di 17.000 lebih pulau di Indonesia, menjadi sebuah potensi yang luar biasa dan tidak ada habisnya bagi pengembangan ekowisata di Indonesia.

C. PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP EKOWISATA DALAM PENGELOLAAN KEPARIWISATAAN

C.1. Kecakapan yang harus dikuasai setiap tingkatan Pramuka

Kecakapan dan penguasaan materi ini di tiap tingkatan Pramuka adalah sebagai berikut:

A. PRAMUKA SIAGA (7-10 tahun)

B. PRAMUKA PENGGALANG (11-15 tahun)

Dapat menyebutkan Prinsip –prinsip ekowisata (berbasis sumber daya alam/ lingkungan, penguatan keberlanjutan ekologi, pendidikan lingkungan, pemberdayaan sumber daya lokal, kegiatan wisata yang berkualitas)

C. PRAMUKA PENEGAK (16-20 tahun)

Dapat menjelaskan contoh bentuk-bentuk penerapan prinsip ekowisata di lingkungan terbatas.

29

D. PRAMUKA PANDEGA (21-25 tahun)

1. Dapat menjelaskan contoh bentuk-bentuk penerapan prinsip ekowisata kepada masyarakat.

2. Dapat menyusun program-program kegiatan ekowisata yang mencerminkan penerapan 5 prinsip ekowisata

3. Dapat melaksanakan perintisan pengembangan kegiatan ekowisata di daerahnya.

C.2. Materi

Penerapan Prinsip-prinsip ekowisata harus memenuhi beberapa butir prinsip agar ekowisata dapat menjamin pembangunan yang ecological friendly dari pembangunan berbasis kerakyatan. Penerapan butir-butir prinsip ekowisata yaitu:

a) Berbasis Alam (Nature Based)

Konservasi sebagai cara melindungi keanekaragaman hayati dari kerusakan dan atau kepunahan, misalnya dengan membuat Taman Nasional, Hutan Lindung, Cagar Alam, dan lain-lain.

Biodiversity flora dan fauna

Menampilkan keindahan alam yang lestari dan alami

Menampilkan kebudayaan local sebagai atraksi utama

b) Secara Ekologis Yang Berkelanjutan (Ecologically Sustainable)

Pendapatan dari aktivitas wisata dan bea masuk digunakan untuk konservasi, managemen dan pelatihan pengelolaan aset wisata alam.

Meminimalkan penggunaan transportasi dengan bahan bakar yang menghasilkan polusi diganti dengan kendaraan ramah lingkungan di area wisata seperti sepeda, perahu dayung, berjalan kaki, kereta kuda dan lain-lain.

Menggunakan energy alternative, yaitu energy yang bisa diperbaharui dan tidak menggunakan energy fosil. Contohnya adalah energy matahari, energy angin, energy ombak, energy panas bumi, dan lain-lain.

Managemen Pengelolaan Sampah misalnya dengan memilah sampah menurut jenisnya (kertas, logam, kaca, bahan berbahaya), mengelola sampah organic menjadi kompos, memanfaatkan sampah menjadi barang yang berguna (reused).

Hanya menggunakan Arsitektur Lokal dengan menggunakan bahan-bahan local.

Mempromosikan makanan tradisional lokal

30

Menggunakan akomodasi local yang disediakan di tempat wisata

c) Memiliki Misi Pendidikan Lingkungan (Environmentally Educative)

Kelompok Masyarakat local di area ekowisata memiliki kewenangan menyelenggarakan kegiatan pendidikan alam.

Membuat zona khusus ekowisata yang ditawarkan kepada anak-anak sekolah, mahasiswa dan umum untuk berkemah agar dapat lebih mengenal alam dan konservasinya.

Membuka kelas pendidikan khusus (1/2 sampai 1 jam) dilakukan di lingkungan hutan/konservasi oleh staf terlatih untuk siswa dan umum

Penanda-penanda penting dan pelabelan pohon disediakan di semua jalur dan jalan di lokasi.

Selama program trekking, pemandu lokal yang terlatih dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan.

Pemuda lokal diberikan pelatihan tentang pengetahuan dan membantu kesempatan kerja untuk memanfaatkan diri dalam ekowisata

d) Bernilai Manfaat Yang Tinggi Bagi Masyarakat Lokal (Locally Beneficial)

Peningkatan ekonomi lokal (Guide profesional, porter, usaha akomodasi, kerajinan)

Program-program wisata (misalnya trekking) dikelola oleh kelompok swadaya/local yang didukung oleh swasta

Pemberdayaan SDM local dan peran wanita dalam kegiatan/aktifitas wisata. (mengelola kafetaria, took souvenir, dll)

Peningkatan kesadaran masyarakat akan manfaat konservasi

Peningkatan kemampuan / kapasitas masyarakat local (mengadakan training berkala)

Perbaikan mekanisme pengelolaan kawasan wisata alam dan produk-produknya dibantu oleh pemerintah.

e) Memiliki Nilai Kualitas Pengalaman Bagi Wisatawan (Generates Tourist Satisfaction)

Memiliki pelayanan, fasilitas dan akomodasi yang baik dan memadai

Memberikan pengalaman baru bagi wisatawan

Memiliki keunikan / kekhasan yang berbeda dari ekowisata lain

Wisatawan memperoleh berbagai informasi dan edukasi yang memadai tentang ekowisata tersebut

31

Wisatawan memperoleh kemudahan dalam akses dan perijinan

DAFTAR PUSTAKA

Black, R. 1999. Ecotour Guides: Performing A Vital Role in The Ecotourism Experience. World Ecotourism Conference. Kota Kinabalu. Sabah.

Ceballos-Lascurain, Hector (1996) Tourism, Ecotourism and Protected Areas, IUCN.

Eagles, P.F.J.; Sustainable Tourism in Protected Areas : Guidelines for Planning and Management, IUCN, 2002

Chafid Fandeli dkk, 2000, Pengusahaan Ekowisata. Yogyakarta:Pustaka Pelajar Offset

Eplerwood, M. 1999. Successful Ecotourism Business. The Right Approach. World Ecotourism Conference. Kota Kinabalu. Sabah.

Lindberg, Kreg, Hawkins, Donald E., Ecotourism, a guide for Planners and Managers, volume 1, The Ecotourism Society, Vermont, 1998.

Lindberg, Kreg, Wood, Epler, Megan, Engeldrum, David (1998) Ecotourism, a guide for Planners and Managers, volume 2, The Ecotourism Society, Vermont.

Page, Stephen J. and Dowling Ross K. (2002), Ecotourism, Pearson Education Limited, Prentice Hall.

The Ecotourism Society. 1993. Ecotourism Guidance for Planner and Manager. The Ecotourism Society. North Bennington. Vermont.