25
IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PROSES MAKRO DI INSTALASI LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK IGD RSUD TARAKAN JAKARTA Budi Riadi Adi Ikmal Kesehatandan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat [email protected] Abstrak Laboratorium klinik merupakan sarana penunjang medis dalam menegakkan diagnosis berdasarkan pemeriksaan spesimen biologis. Fokus penelitian ini adalah analisis deskriptif semi- kuantitatif dengan pendekatan survey dalam identifikasi risiko dan analisis risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Instalasi Laboratorium Patologi Klinik IGD-RSUD Tarakan. Dalam melakukan teknik identifikasi risiko digunakan metode Job Hazard Analysis, kemudian dilakukan analisis risiko berdasarkan kriteria Fine untuk menetapkan tingkat risiko yang mengacu pada konsep AS/NZS 4360:2004. Nilai risiko tertinggi mencapai 540 (very high) berasal dari bahaya ergonomi, disusul bahaya biologi mencapai 450. Perlu ditingkatkan program K3 untuk mengelola bahaya dan risiko serta menjaga produktivitas pekerja Kata kunci: AS/NZS 4360:2004, Analisis Risiko, Instalasi Laboratorium Patologi Klinik IGD RSUD Tarakan Jakarta Abstract Clinical laboratory is means of medical support in establishing the diagnosis based on the examination of biological specimens. The focus of this study was descptive analysis of semi- quantitative survey approach to identification and risk analysis of Occupational Health and Safety in an Emergency Clinical Pathology Laboratory of Jakarta Tarakan Hospital. Identification was used Job Hazard Analysis method and risk analysis based on Fine criteria for determine risk level refers to the concept of AS/NZS 4360:2004. The highest risk value, reaching 540 (very high) came from ergonomic hazard, followed by biological hazard reaches 450. It should be improved OHS program to manage hazard and risk and maintaining workers’ productivities Keywords: AS/NZS 4360:2004, Risk Analysis, Installation of Emergency Clinical Pathology Laboratory Jakarta Tarakan Hospital Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016

IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN …

  • Upload
    others

  • View
    24

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN …

IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

PADA PROSES MAKRO DI INSTALASI LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK IGD RSUD TARAKAN JAKARTA

Budi Riadi Adi Ikmal

Kesehatandan Keselamatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat

[email protected]

Abstrak

Laboratorium klinik merupakan sarana penunjang medis dalam menegakkan diagnosis berdasarkan pemeriksaan spesimen biologis. Fokus penelitian ini adalah analisis deskriptif semi-kuantitatif dengan pendekatan survey dalam identifikasi risiko dan analisis risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Instalasi Laboratorium Patologi Klinik IGD-RSUD Tarakan. Dalam melakukan teknik identifikasi risiko digunakan metode Job Hazard Analysis, kemudian dilakukan analisis risiko berdasarkan kriteria Fine untuk menetapkan tingkat risiko yang mengacu pada konsep AS/NZS 4360:2004. Nilai risiko tertinggi mencapai 540 (very high) berasal dari bahaya ergonomi, disusul bahaya biologi mencapai 450. Perlu ditingkatkan program K3 untuk mengelola bahaya dan risiko serta menjaga produktivitas pekerja Kata kunci: AS/NZS 4360:2004, Analisis Risiko, Instalasi Laboratorium Patologi Klinik IGD RSUD Tarakan Jakarta

Abstract

Clinical laboratory is means of medical support in establishing the diagnosis based on the examination of biological specimens. The focus of this study was descptive analysis of semi-quantitative survey approach to identification and risk analysis of Occupational Health and Safety in an Emergency Clinical Pathology Laboratory of Jakarta Tarakan Hospital. Identification was used Job Hazard Analysis method and risk analysis based on Fine criteria for determine risk level refers to the concept of AS/NZS 4360:2004. The highest risk value, reaching 540 (very high) came from ergonomic hazard, followed by biological hazard reaches 450. It should be improved OHS program to manage hazard and risk and maintaining workers’ productivities Keywords: AS/NZS 4360:2004, Risk Analysis, Installation of Emergency Clinical Pathology Laboratory Jakarta Tarakan Hospital

Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016

Page 2: IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN …

Pendahuluan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah hak setiap para pekerja,

oleh karena itu setiap perusahaan harus menerapkan K3. Dijelaskan dalam

Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja bahwa setiap tenaga

kerja memiliki hak dan kewajiban untuk memenuhi dan mentaati semua syarat-

syarat keselamatan dan kesehatan kerja. Disamping itu Undang-Undang Nomor

13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Pasal 86 ayat 1 dinyatakan bahwa

setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan

dan kesehatan kerja dan ayat 2 dinyatakan bahwa untuk melindungi keselamatan

pekerja guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan

upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam pelaksanaannya diperlukan suatu

bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas

pencemaran lingkungan sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari

kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Sehinga upaya K3 harus

diselenggarakan di semua tempat kerja.

Berdasarkan data International Labour Organization (ILO), setiap 15

detik seorang pekerja meninggal dunia akibat kecelakaan kerja dan 153 pekerja

mengalami kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan. Setiap hari, 6.300

orang meninggal akibat kecelakaan kerja, dan lebih dari 2.3 juta orang di seluruh

dunia meninggal setiap tahun akibat penyakit kerja dan kecelakaan kerja. Selain

itu, ada 860.000 kecelakaan kerja setiap hari, dengan konsekuensi cedera. Biaya

langsung maupun tidak langsung mengenai penyakit akibat kerja dan kecelakaan

kerja diperkirakan US $ 2,8 triliun di seluruh dunia (International Labour

Organization, 2015). Di Indonesia PT. Jamsostek (Persero) yang saat ini telah

berubah menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan

mencatat sepanjang tahun 2013 bahwa ada 9 orang meninggal akibat kecelakaan

kerja, sebenarnya hanya menunjukan 10% dari kondisi aktual yang sesungguhnya

terjadi. Hal ini terkait dengan kondisi bahwa tidak semua pekerja menjadi anggota

Jamsostek/BPJS Ketenagakerjaan dan pekerja yang bersifat informal dan

nonformal. Berdasarkan data dari ILO menunjukkan, rata-rata terdapat 99.000

kasus kecelakaan kerja dan sekitar 70% berakibat fatal, yakni kematian atau cacat

Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016

Page 3: IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN …

seumur hidup (L. Meily, 2015). Sementara itu, data dari Direktorat Bina

Kesehatan Kerja dan Olahraga Kementerian Kesehatan RI 2014, kecelakaan

akibat kerja pada tahun 2014 mencapai 24.910 dan penyakit akibat kerja mencapai

40.694 (Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2015).

Kerugian materi akibat kecelakaan kerja sangat besar seperti kerusakan

sarana produksi akibat terhentinya proses industri, kehilangan waktu kerja,

pelatihan ulang, biaya pengobatan dan kompensasi, perkiraan kerugian ini sekitar

4 persen dari GNP (Gross National Product) global setiap tahun. Secara

keseluruhan pengeluaran kompensasi untuk kelompok negara OECD (The

Organizatiton for Economic Co-operation and Development) diperkirakan US $

122 miliar untuk tahun 1997 saja, dengan 500 juta hari kerja yang hilang akibat

kecelakaan atau gangguan kesehatan (International Labour Organization, 2014).

Di masa lalu, kecelakaan dan gangguan kesehatan di tempat kerja

dipandang sebagai bagian tak terhindarkan dari produksi. Namun, zaman telah

berubah, karena ada berbagai standar hukum nasional dan internasional tentang

keselamatan dan kesehatan kerja yang harus dipenuhi di tempat kerja. Standar-

standar tersebut mencerminkan kesepakatan luas antara pengusaha/pengurus,

pekerja dan pemerintah bahwa biaya sosial dan ekonomi dari kecelakaan kerja

dan penyakit akibat kerja harus diturunkan (International Labour Organization,

2013).

Rumah Sakit merupakan tempat yang terorganisir dalam memberikan

pelayanan kesehatan kepada pasien, baik yang bersifat dasar, spesialistik, maupun

subspesialistik (Wiku Adisasmito, 2007). Dalam melakukan aktivitas kerja,

Rumah Sakit memiliki potensi bahaya yang tinggi sehigga perlu dikelola dengan

baik agar tidak menimbulkan dampak kesehatan bagi para pekerja.

Rumah Sakit memiliki berbagai macam potensi bahaya yang disebabkan

oleh faktor biologi, faktor fisik, faktor kimia, faktor ergonomi, dan faktor

psikososial yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan para pekerja,

sehingga perlu mendapat perhatian serius dalam upaya melindungi para pekerja

dalam melakukan pekerjaan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).

Pada tahun 2011, Rumah Sakit Amerika Serikat terdapat 58.860 kecelakaan kerja

dan penyakit terkait kerja yang menyebabkan beberapa pekerja kehilangan

Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016

Page 4: IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN …

pekerjaannya. Dalam hal tingkat kerugian kehilangan waktu kerja, rumah sakit

lebih berbahaya dibandingkan bekerja di konstruksi dan manufaktur. Rumah sakit

memiliki bahaya yang serius termasuk mengangkut, memindahkan, mengatur

posisi tubuh pasien, mendapatkan perilaku kekerasan, tertusuk jarum suntik, dan

kekhawatiran lainnya. Bekerja di rumah sakit berlangsung dalam lingkungan yang

tak terduga dengan budaya yang khas. Pekerja di rumah sakit merasa

berkewajiban untuk tidak melakukan suatu kesalahan pada pasien dan beberapa

dari mereka bahkan akan mengesampingkan kesehatan dan keselamatan mereka

sendiri untuk mengambil risiko dalam membantu pasien (Occupational Safety and

Health Administration, 2013).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Universitas Hindia

Barat, didapatkan hasil bahwa 96% Porter pernah mengalami terkena percikan

dari cairan tubuh pasien, sedangkan dokter dan perawat masing-masing sebesar

94% dan 86%, disusul dengan Ahli Teknologi Laboratorium Medis (ATLM)

sebesar 50%. Sedangkan untuk cedera karena benda tajam dan jarum suntik untuk

dokter adalah 64%, perawat 60%, ATLM 38 %, dan Porter 12% (Kurt Vaz et al.,

2010). Di Indonesia, hasil prasurvei awal tahun 2012 di beberapa rumah sakit di

Jakarta memperlihatkan, perawat di rumah sakit yang paling banyak pekerjaan

angkat angkut pasien adalah di unit kerja yang memberikan pelayanan 24 jam

yaitu di ruang Rawat Inap dan di Unit Gawat Darurat. Data kunjungan poli

karyawan RSUD Tarakan Jakarta pada tahun 1990–2012 didapatkan 18 perawat

yang menderita Hernia Nukleus Pulposus (HNP), 5 diantaranya sudah menjalani

operasi laminektomi (L. Meily, 2014). Untuk mencegah dan mengurangi bahaya

yang dapat mengancam kesehatan dan keselamatan pekerja salah satu upaya

adalah melakukan manajemen risiko.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tarakan Jakarta Pusat merupakan

Rumah Sakit tipe A yang memiliki aktivitas pelayanan kesehatan yang kompleks,

antara lain unit pelayanan IGD, tindakan operasi, radiologi, laboratorium patologi

anatomi, ruangan rawat inap, poli klinik, pelayanan transfusi darah dan lain-lain.

Semua aktivitas dan fasilitas pada unit tersebut tidak terlepas dari berbagai macam

bahaya pada setiap unit kerja. Salah satu unit kerja yang ada di RSUD Tarakan

adalah Instalasi Laboratorium IGD Patologi Klinik.

Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016

Page 5: IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN …

Instalasi Laboratorium IGD Patologi Klinik merupakan sarana penunjang medis

dalam menegakkan diagnosis klinis. Dalam aktivitasnya para pekerja yang ada di

Instalasi Laboratorium IGD Patologi Klinik berhadapan dengan bahan

pemeriksaan yang infeksius seperi darah, urin, dan bahan spesimen lainnya. Para

petugas laboratorium medis juga memiliki risiko yang tinggi tertusuk jarum suntik

dalam melakukan phlebotomi. Oleh karena itu, kegiatan operasional yang

dilakukan di laboratorium memiliki potensi bahaya yang perlu dikelola dengan

baik. Langkah awal yang perlu untuk meminimalisir potensi bahaya tersebut yaitu

dengan melakukan identifikasi bahaya dan analisis risiko yang ada di tempat

tersebut.

Rumusan Masalah

Terdapat berbagai bahaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Instalasi

Laboratorium IGD Patologi Klinik RSUD Tarakan dengan tingkat risiko tinggi

pada saat melakukan aktivitas pekerjaan. Para pekerja laboratorium medis

terpajan bahaya biologi dari sampel infeksius, bahaya kimia dari reagensia yang

dipakai untuk melakukan pemeriksaan, serta bahaya ergonomi dalam melakukan

input data pasien dan melakukan sampling darah. Dari hasil prasurvei yang

dilakukan pada awal tahun 2016 memperlihatkan, pekerja di Instalasi

Laboratorium IGD paling banyak berinteraksi dengan pasien dalam melakukan

phlebotomi sehingga beberapa pekerja laboratorium medis pernah mengalami

tertusuk jarum suntik. Selain itu, belum pernah dilakukan penelitian mengenai

identifikasi risiko dan analisis risiko terhadap proses kerja di Instalasi

Laboratorium IGD Patologi Klinik.

Metode Penelitian

Desain penelitian ini adalah survei yang menggunakan metode deskriptif

analitik dalam identifikasi risiko dan analisis risiko di Instalasi Laboratorium

Patologi Klinik IGD-RSUD Tarakan. Dalam melakukan teknik identifikasi risiko

dilakukan metode JHA (Job Hazard Analysis). Sedangkan untuk analisis risiko

digunakan cara penilaian Consequences, Exposure dan Probability untuk

Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016

Page 6: IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN …

menetapkan tingkat risiko berdasarkan kriteria penilaian risiko William T. Fine J.

yang mengacu pada konsep AS/NZS 4360:2004.

Data primer didapat dari hasil wawancara terhadap pekerja dan

observasi lapangan terhadap proses kerja, peralatan yang digunakan, dan

kondisi tempat kerja di Instalasi Laboratorium IGD Patologi Klinik.

Dikonsultasikan selalu dengan koordinator laboratorium patologi klinik untuk

klarifikasi hasil penilaian risiko dan usulan perbaikan yang mampu

dilaksanakan. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari data

perusahaan yaitu profil RSUD Tarakan, Standar Operational Procedure

(SOP), Manual Book peralatan kerja, dan dokumen Job Description

Laboratorium Patologi Klinik.

Risiko diperoleh dari perhitungan exposure (E), probablity (P), dan

Consequence (C) yang ditentukan berdasarkan kriteria W. T. Fine J., dengan

rumus di bawah ini.

Risiko = P x E x C

Existing risk adalah tingkat risiko diperoleh dari tindakan pengendalian

yang telah dilakukan di tempat kerja. Predictive risk adalah tingkat risiko

dihasilkan dari tindakan pengendalian yang dianjurkan.

Tingkat risiko akhir penelitian ini di klasifikasikan ke lima tingkat:

very high (>350), priority 1 (181-350), substantial (71-180), priority 3 (21-

70), dan acceptable (≤20).

Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016

Page 7: IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN …

Hasil dan Pembahasann

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat 14 jenis risiko K3 yang

ditemukan pada tahap pra analitik dengan presentase tingkat risiko sebagai

berikut.

Gambar 1. Diagram Presentase Tingkat Risiko K3 Tahap Pra Analitik

Jenis risiko K3 dengan tingkat risiko very high yaitu tertusuk jarum suntik

pada saat pengambilan sampel di dalam tabung pneumatic; nyeri pergelangan

tangan pada saat pengetikan data secara cepat dan berulang; nyeri punggung

karena posisi canggung (berdiri dengan posisi membungkung dan kepala

menunduk) pada saat plebotomi sampling pasien IGD; dan tertusuk jarum suntik

pada saat melakukan plebotomi. Jenis risiko K3 dengan tingkat risiko priority 1

yaitu nyeri punggung pada saat input data pasien. Tidak ditemukan jenis risiko K3

dengan ringkat risiko substantial. Jenis risiko K3 dengan tingkat risiko priority 3

yaitu nyeri punggung pada saat manual lifting reagen; terciprat reagen enzymatic

cleaner concentrate pada kulit ketika melakukan pencucian alat Cell-Dyne Ruby;

mata pedih dan silau terpapar cahaya komputer; droplet infection pasien TB pada

saat melakukan sampling darah pasien IGD; dan tekanan kerja tinggi dalam

pengambilan sampel darah pada pasien yang sulit dilakukan pengambilan darah.

Jenis risiko K3 dengan tingkat acceptable yaitu terciprat reagen pada kulit ketika

pengisian reagen Cell-Dyne Ruby; terciprat reagen pada kulit ketika memasukkan

Very  high,  4,  28%  

Priority  1,  1,  7%  

Subtan8al,  0,  0%  

Priority  3,  5,  36%  

Acceptable,  4,  29%  

Presentase Tingkat Risiko K3 Tahap Pra analitik

Very  high  

Priority  1  

Subtan8al  

Priority  3  

Acceptable  

Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016

Page 8: IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN …

reagen Ck, Billirubin total, dan Ceratinine ke dalam alat Pentra 600; terpapar uap

alkohol 70% pada membasahi kapas; dan terjatuh, terpeleset, tertabrak troli pasien

pada saat berjalan untuk mengambil formulir permintaan pemeriksaan

laboratorium.

Tertusuk jarum suntik pada saat pengambilsan sampel darah yang terdapat

di dalam tabung penumatic

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat 10 jenis risiko K3 yang

ditemukan pada tahap analitik dengan presentase tingkat risiko sebagai berikut.

Gambar 2. Diagram Presentase Tingkat Risiko K3 Tahap Analitik

Jenis risiko K3 dengan tingkat risiko very high berjumlah 4 yaitu mata

terciprat specimen darah pada saat melakukan homogenisasi sampel darah; mata

terciprat specimen urin ketika melakukan pemeriksaan protein urin; mata terciprat

specimen darah pada saat membuka tutup tabung reaksi dan mata terciprat

specimen darah pada saat melakukan pemeriksaan glukosa darah menggunakan

stick pada alat Optium. Jenis risiko K3 dengan tingkat risiko priority 1 berjumlah

0. Jenis risiko K3 dengan tingkat risiko substantial berjumlah 2 yaitu terpapar uap

methanol pada saat melakukan fiksasi slide apusan darah tepi dan tangan terkena

pecahan tabung reaksi yang terkontaminasi darah. Jenis risiko K3 dengan tingkat

risiko priority 3 berjumlah 2 yaitu terciprat zat warna Wright pada mata ketika

Very  high,  4,  40%  

Priority  1,  0,  0%  Subtan8al,  2,  

20%  

Priority  3,  2,  20%  

Acceptable,  2,  20%  

Presentase tingkat Risiko K3 Tahap Analitik

Very  high  

Priority  1  

Subtan8al  

Priority  3  

Acceptable  

Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016

Page 9: IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN …

melakukan pewarnaan apusan darah tepi dan nyeri punggung pada saat melakukan

pemeriksaan apusan darah tepu menggunakan mikroskop. Jenis risiko K3 dengan

tingkat risiko acceptable berjumlah 2 yaitu terciprat methanol pada kulit ketika

melakukan fiksasi slide apusan darah tepi dan tangan terkena pecahan tabung

reaksi pada saat mengambil sampel setelah proses centrifuge.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat 6 jenis risiko K3 yang

ditemukan pada tahap pasca analitik dengan presentase tingkat risiko sebagai

berikut.

Gambar 3. Diagram Presentase Tingkat Risiko K3 Tahap Pasca Analitik

Untuk jenis risiko K3 dengan tingkat risiko very high berjumlah 1 yaitu

nyeri pergelangan tangan pada saat validasi hasil dan pencetakan hasil. Jenis risiko

K3 dengan tingkat risiko priority 1 berjumlah 0. Jenis risiko K3 dengan tingkat

risiko substantial berjumlah 2 yaitu nyeri punggung pada saat validasi hasil dan

pencetakan hasil dan mata terciprat air limbah pada saat melakukan pembuangan

limbah. Jenis risiko K3 dengan tingkat risiko priority 3 berjumlah 2 yaitu mata

pedih dan silau terpapar cahaya komputer dan tangan terhisap pipa pneumatic

pada saat memasukkan tabung ke dalam pneumatic tube transport. Jenis risiko K3

dengan tingkat risiko acceptable berjumlah 1 yaitu Terjatuh, terpeleset, dan

tertabrak troli pasien pada saat berjalan untuk mengirim hasil pemeriksaan

laboratorium.

Dari hasil identifikasi dan analisis risiko yang dilakukan pada proses

pekerjaan di Instalasi Laboratorium IGD Patologi Klinik, penulis memberikan

saran berupa rekomendasi pengendalian yang bertujuan untuk menurunkan risiko

Very  high,  1,  17%  Priority  1,  0,  0%  

Subtan8al,  2,  33%  

Priority  3,  2,  33%  

Acceptable,  1,  17%  

Presentase Tingkat Risiko K3 Tahap Pasca Analitik

Very  high  

Priority  1  

Subtan8al  

Priority  3  

Acceptable  

Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016

Page 10: IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN …

yang ada menjadi lebih rendah pada setiap tahap proses kegiatan yang terbagi

dalam tiga tahap yaitu tahap pra analitik, analitik, dan pasca analitik. Dalam

melakukan rekomendasi pengendalian, penulis mengacu pada pedoman

pengendalian risiko OHSAS 18001.

Evaluasi Risiko K3 Tahap Pra Analitik

Berikut ini merupakan pembahasan penilaian risiko yang diperoleh dari

pengukuran pengendalian yang direkomendasikan.

1. Nyeri punggung pada saat manual lifting reagen

Nyeri punggung pada saat manual lifting reagen memiliki nilai risiko

45 dengan tingkat risiko priority 3, untuk menurunkan nilai risiko menjadi

lebih rendah peneliti menyarankan untuk menyediakan hand trolley khusus

untuk laboratorium IGD dan meningkatkan pengetahuan pekerja mengenai

ergonomi. Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat menurunkan nilai

risiko yang ada sebesar 83.3% menjadi 7.5 dengan kategori tingkat risiko

acceptable.

2. Terciprat reagen pada kulit ketika pengisian reagen Cell-Dyne Ruby

Bahaya kimia pada kegitan tersebut memiliki nilai risiko 3 dengan

kategori tingkat risiko acceptable, untuk menurunkan nilai risiko menjadi

lebih rendah peneliti menyarankan untuk menyediakan MSDS bahan terkait

dan sosialisasi mengenai MSDS bahan kimia terkait. Rekomendasi

pengendalian ini diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang ada sebesar

50% menjadi 1.5 dengan kategori tingkat risiko acceptable.

3. Terciprat reagen enzymatic cleaner concentrate pada kulit ketika melakukan

pencucian alat Cell-Dyne Ruby

Bahaya kimia pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 36 dengan

kategori tingkat risiko priority 3, untuk menurunkan nilai risiko menjadi lebih

rendah peneliti menyarankan untuk membuat SOP pencucian alat Cell-Dyne

Ruby, menyediakan MSDS bahan terkait dan sosialisasi mengenai MSDS

bahan kimia terkait. Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat

menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 83.3% menjadi 6 dengan kategori

tingkat risiko acceptable.

Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016

Page 11: IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN …

4. Terciprat reagen pada kulit ketika memasukkan reagen CK, Billirubin total,

dan Creatinin ke dalam alat Pentra 600

Bahaya kimia pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 9 dengan

kategori tingkat risiko acceptable, untuk menurunkan nilai risiko menjadi

lebih rendah peneliti menyarankan untuk membuat SOP, menyediakan

menyediakan MSDS bahan terkait dan sosialisasi mengenai MSDS bahan

kimia terkait. Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat menurunkan

nilai risiko yang ada sebesar 66.7% menjadi 3 dengan kategori tingkat risiko

acceptable.

5. Terpapar uap alkohol pada saat membasahi kapas dengan alkohol 70%

Bahaya kimia pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 15 dengan

kategori tingkat risiko acceptable, untuk menurunkan nilai risiko menjadi

lebih rendah peneliti menyarankan untuk penambahan exhaust fan mengingat

kurangnya ventilasi udara di ruangan laboratorium IGD, menyediakan MSDS

bahan terkait dan sosialisasi mengenai MSDS bahan kimia terkait kepada para

pekerja. Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat menurunkan nilai

risiko yang ada sebesar 50% menjadi 7.5 dengan kategori tingkat risiko

acceptable.

6. Terjatuh, terpeleset, tertabrak troli pasien pada saat berjalan untuk mengambil

formulir permintaan pemeriksaan laboratorium

Bahaya mekanik pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 10

dengan kategori tingkat risiko acceptable, untuk menurunkan nilai risiko

menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk melakukan pemasangan

safety sign di sepanjang jalur dan menyediakan kotak P3K3 untuk

menurunkan risiko dari dampak yang ditimbulkan pada kegiatan tersebut.

Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang

ada sebesar 50% menjadi 5 dengan kategori tingkat risiko acceptable.

7. Tertusuk jarum suntik pada saat pengambilan sampel di dalam tabung

pneumatic

Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016

Page 12: IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN …

Bahaya biologi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 450

dengan kategori tingkat risiko very high, untuk menurunkan nilai risiko

menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk membuat SOP dan

sosialisasi perlakuan transportasi pengiriman sampel di setiap ruangan rawat

inap dan peningkatan pengawasan manajemen melalui pengawasan dan

monitoring. Rekomendasi pengendalian tersebut diprediksi dapat menurunkan

nilai risiko yang ada sebesar 83.3% menjadi 75 dengan kategori tingkat risiko

subtantial.

8. Nyeri pergelangan tangan pada saat pengetikan data secara cepat dan berulang

Bahaya ergonomi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 540

dengan kategori tingkat risiko very high, untuk menurunkan nilai risiko

menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk meningkatkan pengetahuan

pekerja mengenai ergonomi dan melakukan perbaikan design tempat kerja

meliputi perbaikan meja kerja yang sesuai posisi lengan pekerja dan

meletakkan peralatan kerja pada posisi yang mudah dijangkau tangan.

Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang

ada sebesar 94.4% menjadi 30 dengan kategori tingkat risiko priority 3.

9. Nyeri punggung (posisi janggal) pada saat input data pasien IGD dan pasien

rawat inap

Bahaya ergonomi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 270

dengan kategori tingkat risiko priority 1, untuk menurunkan nilai risiko

menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk meningkatkan pengetahuan

pekerja mengenai ergonomi dan melakukan perbaikan design tempat kerja.

Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang

ada sebesar 88.9% menjadi 30 dengan kategori tingkat risiko priority 3.

10. Mata pedih dan silau terpapar cahaya komputer

Bahaya fisik pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 60 dengan

kategori tingkat risiko priority 3, untuk menurunkan nilai risiko menjadi lebih

rendah peneliti menyarankan untuk melakukan pengukuran pencahayaan

ruangan dan pemasangan pelindung layar monitor. Rekomendasi pengendalian

ini diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 91.6 % menjadi

5 dengan kategori tingkat risiko acceptable.

Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016

Page 13: IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN …

11. Nyeri punggung (berdiri dengan posisi tubuh membungkuk dan kepala

menunduk) pada saat melakukan plebotomi sampling pasien IGD.

Bahaya ergonomi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 450

dengan kategori tingkat risiko very high, untuk menurunkan nilai risiko

menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk meningkatkan pengetahuan

pekerja mengenai ergonomi, menyediakan kursi adjustable yang memiliki

samdaran, menyediakan ruang khusus plebotomi, dan melakukan perubahan

design trolley pasien. Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat

menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 97.8% menjadi 10 dengan kategori

tingkat risiko acceptable.

12. Tertusuk jarum suntik pada saat melakukan plebotomi sampling pasien IGD

Bahaya biologi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 450

dengan kategori tingkat risiko very high, untuk menurunkan nilai risiko

menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk memberikan pelatihan

pekerja mengenai K3, menyediakan perangkat jarum suntik yang dilengkapi

fitur keselamatan, sosialisasi pelaporan kecelakaan, peningkatan pengawasan

manajemen, serta melakukan evaluasi medis dari semua jarum suntik dan

cedera yang berhubungan dengan jarum suntik. Rekomendasi pengendalian ini

diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 83.3% menjadi 75

dengan kategori tingkat risiko substantial.

13. Droplet infection pasien TB pada saat melakukan sampling darah pasien IGD

Bahaya biologi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 45 dengan

kategori tingkat risiko priority 3, untuk menurunkan nilai risiko menjadi lebih

rendah peneliti menyarankan untuk membuat SOP penanganan pasien TB,

menggunakan masker N 95, dan memberikan masker kepada setiap pasien TB.

Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang

ada sebesar 83.9% menjadi 5 dengan kategori tingkat risiko acceptable.

14. Tekanan kerja tinggi dalam melakukan plebotomi untuk pasien yang sulit

diambil darah.

Bahaya psikososial pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 45

dengan kategori tingkat risiko priority 3, untuk menurunkan nilai risiko

menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk memberikan pelatihan

Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016

Page 14: IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN …

komunikasi kepada seluruh pekerja dan mengadakan pertemuan rutin dimana

masalah, frustasi, dan solusi dapat dibahas. Rekomendasi pengendalian ini

diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 66.7% menjadi 15

dengan kategori tingkat risiko acceptable.

Evaluasi Risiko K3 Tahap Analitik

Berikut ini merupakan pembahasan penilaian risiko yang diperoleh dari

pengukuran pengendalian yang direkomendasikan pada tahap analitik.

1. Mata terciprat specimen darah pada saat melakukan homogenisasi sampel

darah

Bahaya biologi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 450

dengan kategori tingkat risiko very high, untuk menurunkan nilai risiko

menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk menggunakan safety glasses

kepada seluruh pekerja yang terlibat. Rekomendasi pengendalian ini

diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 98.9% menjadi 5

dengan kategori tingkat risiko acceptable.

2. Kulit terciprat methanol ketika melakukan fiksasi slide apusan darah tepi

Bahaya kimia pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 3 dengan

kategori tingkat risiko acceptable, untuk menurunkan nilai risiko menjadi

lebih rendah peneliti menyarankan untuk melakukan peningkatan informasi

MSDS bahan terkait kepada pekerja yang terlibat. Rekomendasi pengendalian

ini diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 50% menjadi

1.5 dengan kategori tingkat risiko acceptable.

3. terpapar uap methanol pada saat melakukan fiksasi slide apusan darah tepi

Bahaya kimia pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 90 dengan

kategori tingkat risiko subtantial, untuk menurunkan nilai risiko menjadi lebih

rendah peneliti menyarankan untuk melakukan sosialisasi peningkatan MSDS

bahan terkait dan melakukan penambahan exhaust fan di area kegiatan

tersebut. Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat menurunkan nilai

risiko yang ada sebesar 90% menjadi 9 dengan kategori tingkat risiko

acceptable.

Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016

Page 15: IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN …

4. Terciprat zat warna Wright pada mata ketika melakukan pewarnaan apusan

darah tepi

Bahaya kimia pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 45 dengan

kategori tingkat risiko priority 3, untuk menurunkan nilai risiko menjadi lebih

rendah peneliti menyarankan untuk menggunakan safety glasses kepada

seluruh pekerja yang terlibat dan sosialisasi mengenai MSDS bahan terkait.

Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang

ada sebesar 93.3% menjadi 3 dengan kategori tingkat risiko acceptable.

5. Nyeri punggung dan leher (posisi tubuh membungkuk dan kepala menunduk)

ketika melakukan pemeriksaan apusan darah tepi menggunakan mikroskop

Bahaya ergonomi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 45

dengan kategori tingkat risiko priority 3, untuk menurunkan nilai risiko

menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk menyediakan poster duduk

yang benar, meningkatkan pengetahuan pekerja mengenai ergonomi, dan

melakukan stretching di antara waktu kegiatan tersebut. Rekomendasi

pengendalian ini diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang ada sebesar

66.7 % menjadi 15 dengan kategori tingkat risiko acceptable.

6. Mata terciprat specimen urin pasien ketika melakukan pemeriksaan protein

urin

Bahaya biologi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 450

dengan kategori tingkat risiko very high, untuk menurunkan nilai risiko

menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk menggunakan safety glasses

kepada seluruh pekerja yang terlibat. Rekomendasi pengendalian ini

diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 98.9% menjadi 5

dengan kategori tingkat risiko acceptable.

7. Tangan terkenan pecahan tabung rekasi pada saat mengambil sampel setelah

proses centrifuge

Bahaya mekanik pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 10

dengan kategori tingkat risiko accpetable, untuk menurunkan nilai risiko

menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk membuat SOP penggunaan

alat centrifuge, melakukan preventive maintenance alat centrifuge, dan

menyediakan kotak P3K. Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat

Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016

Page 16: IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN …

menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 50% menjadi 5 dengan kategori

tingkat risiko acceptable.

8. Tangan terkena pecahan tabung reaksi yang terkontaminasi darah

Bahaya biologi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 150

dengan kategori tingkat risiko subtantial, untuk menurunkan nilai risiko

menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk membuat SOP penggunaan

alat centrifuge, melakukan preventive maintenance alat centrifuge, membuat

SOP penangan tumpahan sampel darah, dan menyediakan kotak P3K.

Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang

ada sebesar 83.3% menjadi 25 dengan kategori tingkat risiko priority 3.

9. Mata terciprat specimen darah ketika membuka tutup tabung reaksi.

Bahaya biologi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 450

dengan kategori tingkat risiko very high, untuk menurunkan nilai risiko

menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk menyediakan safety glasses

bagi pekerja yang terlibat terhadap pekerjaan tersebut. Rekomendasi

pengendalian ini diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang ada sebesar

98.9% menjadi 5 dengan kategori tingkat risiko acceptable.

10. Mata terciprat specimen darah pada saat melakukan pemeriksaan screening

glukosa darah menggunakan stick Optium.

Bahaya biologi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 450

dengan kategori tingkat risiko very high, untuk menurunkan nilai risiko

menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk menyediakan alat pelindung

mata berupa safety glasses. Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat

menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 98.9% menjadi 5 dengan kategori

tingkat risiko acceptable.

Evaluasi Risiko K3 Tahap Pasca Analitik

Berikut ini merupakan pembahasan penilaian risiko yang diperoleh dari

pengukuran pengendalian yang direkomendasikan pada tahap pasca analitik

berdasarkan pedoman pengendalian risiko OHSAS 18001.

1. Nyeri pergelangan tangan pada saat validasi hasil dan pencetakan hasil

Bahaya ergonomi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 540

dengan kategori tingkat risiko very high, untuk menurunkan nilai risiko

Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016

Page 17: IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN …

menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk melakukan perbaikan design

tempat kerja terutama tinggi meja kerja yang harus dirubah menyesuaikan

posisi tubuh pekerja, meningkatkan pengetahuan pekerja mengenai ergonomi,

melakukan stretching diantara waktu kegiatan, dan meletakkan peralatan kerja

pada posisi yang mudah dijangkau tangan. Rekomendasi pengendalian ini

diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 94.4% menjadi 30

dengan kategori tingkat risiko priority 3.

2. Nyeri punggung pada saat validasi hasil dan pencetakan hasil

Bahaya ergonomi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 90

dengan kategori tingkat risiko subtantial, untuk menurunkan nilai risiko

menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk melakukan stretching

diantara waktu kegiatan, perbaikan design tempat kerja dengan menyediakan

meja kerja yang sesuai posisi lengan pekerja, dan meningkatkan pengetahuan

pekerja mengenai ergonomi. Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat

menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 93.3% menjadi 6 dengan kategori

tingkat risiko acceptable.

3. mata pedih dan silau terpapar cahaya komputer

Bahaya fisik pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 60 dengan

kategori tingkat risiko priority 3, untuk menurunkan nilai risiko menjadi lebih

rendah peneliti menyarankan untuk melakukan pengukuran cahaya ruangan

dan pemasangan pelindung layar monitor. Rekomendasi pengendalian ini

diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 91.6% menjadi 5

dengan kategori tingkat risiko acceptable.

4. terjatuh, terpeleset, dan tertabrak troli pasien pada saat berjalan untuk

mengirim hasil pemeriksaan laboratorium

Bahaya mekanik pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 10

dengan kategori tingkat risiko acceptable, untuk menurunkan nilai risiko

menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk melakukan pemasangan

safety sign dan menyediakan kotak P3K. Rekomendasi pengendalian ini

diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 50% menjadi 5

dengan kategori tingkat risiko acceptable.

Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016

Page 18: IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN …

5. Tangan terhisap pipa pneumatic pada saat memasukkan tabung ke dalam

pneumatic tube transport

Bahaya mekanik pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 30

dengan kategori tingkat risiko priority 3, untuk menurunkan nilai risiko

menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untuk membuat SOP pengiriman

sampel menggunakan pneumatic tube transport dan melakukan preventive

maintenance perbaikan pneumatic tube transport. Rekomendasi pengendalian

ini diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang ada sebesar 66.7% menjadi

10 dengan kategori tingkat risiko acceptable.

6. Mata terciprat air limbah infeksius pada saat pembuangan air limbah

Bahaya biologi pada kegiatan tersebut memiliki nilai risiko 135

dengan kategori tingkat risiko subtantial, untuk menurunkan nilai risiko

menjadi lebih rendah peneliti menyarankan untukmembuat SOP pembuangan

air limbah dan menyediakan alat pelindung mata berupa safety glasses.

Rekomendasi pengendalian ini diprediksi dapat menurunkan nilai risiko yang

ada sebesar 97.8% menjadi 3 dengan kategori tingkat risiko acceptable.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Instalasi

LaboratoriumIGD Patologi Klinik RSUD Tarakan Jakarta Pusat dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut.

1. Terdapat tiga tahapan proses kerja di Instalasi Laboratorium IGD Patologi

Klinik, yaitu tahap pra analitik, analitik, dan pasca analitik.

2. Tingkat risiko yang ditemukan pada tiga tahap proses kerja antara lain yaitu:

a. Tingkat risiko very high (> 350)

• Tertusuk jarum suntik pada saat pengambilan sampel di dalam tabung

pneumatic tube

• Nyeri pergelangan tangan pada saat pengetikan input data pemeriksaan

laboratorium pasien ruangan IGD dan rawat inap

• Nyeri punggung (berdiri dengan posisi tubuh membungkuk dan kepala

menunduk) ketika melakukan plebotomi sampling pasien IGD

Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016

Page 19: IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN …

• Tertusuk jarum suntik pada saat melakukan plebotomi sampling pasien

IGD

• Mata terciprat specimen darah pada saat melakukan homogenisasi

sampel

• mata terciprat specimen urin ketika melakukan pemeriksaan protein

urin

• Mata terciprat specimen darah pada saat membuka tutup tabung reaksi

• Mata terciprat specimen darah ketika melakukan pemeriksaan glukosa

darah menggunakan stick glukosa

• Nyeri pergelangan tangan pada saat melakukan validasi hasil dan

pencetakan hasil.

b. Tingkat risiko priority 1 (181-350)

• Nyeri punggung pada saat input data pasien IGD dan rawat inap (tahap

pra analitik)

c. Tingkat risiko substantial (71-180)

• Terpapar uap methanol ketika melakukan fiksasi slide apusan darah

tepi

• Tangan terkena pecahan tabung reaksi yang terkontaminasi darah

• Nyeri punggung pada saat validasi hasil dan pencetakan hasil

• Mata terciprat air limbah pada saat melakukan pembuangan limbah

cair

d. Tingkat risiko priority 3 (21-70)

• Nyeri punggung pada saat manual lifting reagen

• Kulit terciprat reagen enzymatic cleaner concentrate ketika melakukan

pencucian alat Cell-Dyne Ruby

• Mata pedih dan silau terpapar cahaya komputer (tahap pra analitik)

• Droplet infection pasien TB ketika melakukan sampling darah pasien

IGD

• Tekanan kerja tinggi dalam melakukan plebotomi pada pasien yang

sulit diambil darah

Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016

Page 20: IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN …

• Mata terciprat zat warna Wrigh ketika melakukan pewarnaan apusan

darah tepi

• Nyeri punggung dan leher (posisi membungkuk dan kepala menunduk)

ketika melakukan pemeriksaan apusan darah tepi menggunakan

mikroskop

• Mata pedih dan silau terpapar cahaya komputer (tahap pasca analitik)

• Tangan terhisap pipa pneumatic ketika memasukkan tabung ke dalam

pneumatic tube transport

e. Tingkat risiko acceptable (≤ 20)

• Kulit terciprat reagen ketika pengisian reagen pada alat Cell-Dyne

Ruby

• Terciprat reagen pada kulit ketika memasukkan reagen CK, Billirubin

total, dan Creatinin ke dalam alat Pentra 600

• Terpapar uap alkohol pada saat membasahi kapas dengan alkohol 70%

• Terjatuh, terpeleset, tertabrak troli pasien pada saat berjalan untuk

mengambil formulir permintaan pemeriksaan laboratorium (tahap pra

analitik)

• Terciprat methanol pada kulit ketika melakukan fiksasi slide apusan

darah tepi

• Tangan terkena pecahan tabung reaksi pada saat mengambil sampel

setelah proses centrifuge

• Terjatuh, terpeleset, tertabrak troli pasien pada saat berjalan untuk

mengirim hasil pemeriksaan laboratorium (tahap pasca analitik)

3. Pengendalian risiko K3 yang telah implementasikan di Instalasi Laboratorium

IGD Patologi Klinik RSUD Tarakan adalah SOP proses kerja, tersedianya

emergency shower, penggunaan hand trolley, mengganti produk kapas dengan

alcohol swab, pembuatan garis demakasi jalur troli pasien, pemasangan anti

slip pada lantai bidang miring, pengaturan jadwal shiff, menyediakan kursi

adjustable, pelatihan sampling darah, medical checkup 1 tahun sekali,

pertolongan pertama tertusuk jarum, pemberian obat ARV, bekerja minimal 2

orang dalam melakukan sampling darah, menyediakan meja mikroskop yang

Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016

Page 21: IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN …

sesuai posisi tubuh, informasi pencegahan infeksi, dan bekerja menggunakan

APD.

4. Rekomendasi pengendalian untuk mengurangi nilai risiko yang ada yaitu:

• Meningkatkan pengetahuan pekerja mengenai ergonomi

• Memberikan pelatihan K3 untuk pekerja

• Membuat MSDS bahan kimia yang dipakai pada proses kerja di Instalasi

Laboratorium IGD dan sosialisasi mengenai penanganan bahan kimia

terkait

• Menyediakan hand trolley khusus untuk Laboratorium IGD agar seluruh

pekerja dapat menggunakannya sebagai kerperluan alat angkut barang.

• Membuat SOP untuk pekerjaan yang berkaitan dengan bahan kimia.

• Penambahan exhaust fan di dalam ruangan Laboratorium IGD

• Pemasangan safety sign pada jalan yang dilalui untuk mengambil formulir

permintaan pemeriksaan laboratorium

• Menyediakan kotak P3K

• Membuat SOP perlakuan transportasi pengiriman sampel dan melakukan

sosialisasi bagi seluruh pekerja yang terlibat.

• Melakukan perbaikan design tempat kerja mengingat tinggi meja kerja

yang tidak proporsional untuk pekerja.

• Melakukan pengukuran pencahayaan ruangan dan pemasangan pelindung

layar monitor untuk mengurangi cahaya radiasi komputer

• Menyediakan kursi adjustable untuk keperluan plebotomi sampling darah

pasien IGD.

• Menyediakan perangkat jarum suntik yang dilengkapi fitur keselamatan

dan evaluasi medis dari semua jarum suntik dan cedera yang berhubungan

demgam jarum suntik

• Membuat prosedur pencatatan data kecelakaan kerja di Instalasi

Laboratorium IGD dan melakukan sosialisasi bagi pekerja yang terlibat.

• Membuat SOP pengambilan sampel darah untuk pasien TB dan

memberikan masker kepada pasien TB

• Memberikan pelatihan komunikasi kepada seluruh pekerja

Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016

Page 22: IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN …

• Mengadakan pertemuan rutin dimana masalah, frustasi, dan solusi dapat

dibahas

• Menyediakan APD tambahan berupa safety glasses

• Peningkatan informasi melalui sarana poster.

• Melakukan preventive maintenance alat centrifuge

• Membuat SOP penanganan tumpahan sampel darah dan SOP pembuangan

air limbah

Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan melalui pengamatan dan berdasarkan

teori atau pemahaman yang diketahui oleh penulis, antara lain disarankan seperti

berikut.

1. Peningkatan informasi K3 melalui pelatihan K3 dan media promosi K3 yang

bertujuan untuk mengedukasi dan meningkatkan kesadaran pekerja tentang K3

pada umumnya, serta secara khusus tentang hazard dan cara pengendalian

risiko.

2. Melakukan pelaksanaan kegiatan internal meeting morning setiap pagi yang

membahas mengenai kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya serta

melakukan follow up terhadap masalah yang ditemukan pada waktu kerja.

3. Melaksanakan kegiatan safety and health induction yang dilakukan kepada

setiap pegawai baru dan mahasiswa yang membahas mengenai risiko K3 yang

ada di Instalasi Laboratorium IGD.

4. Evaluasi SOP proses kerja yang bertujuan untuk mendapatkan cara kerja yang

lebih aman dan nyaman.

5. Melaksanakan pengawasan dan monitoring melalui inspeksi rutin untuk

menunjang terkendalinya lingkungan kerja yang aman.

Daftar Referensi

A, Barbara., & J, Patricia. (2002). Fundamentals of Industrial Hygiene. September 25, 2015. www.chegg.com/

Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016

Page 23: IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN …

Adisasmito, W. (2007). Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit. RajaGrafindo Persada: Jakarta.

Baihaqi, R. (2014, Februari). Sepanjang 2013 192.911 peserta Jamsostek alami

kecelakaan kerja. September 23, 2015. http://ekbis.sindonews.com/ Dickson, T. (2001, July). Calculating risk: fine’s Mathematical formula 30 years

later. September 22, 2015. Australia Journal of Outdoor Education. https://www.questia.com/library/journal/

Dumitru, Iulia M., & Boscoianu, M. (2015). Human Factors Contribution To

Aviation Safety. Desember 27, 2015. “Henri Coanda” Air Force Academy Romania. http://www.afahc.ro/

F., Kinney G. (1976, June). Practical Risk Analysis for Safety Management.

September 22, 2015. www.researchgate.net/   Ferdian, S. (2016, Mei). K3 Belum Serius Diterapkan, Mari Kenang Perjuangan

Buruh. Juni 28, 2016. http://www.kompasiana.com/ Ghasemi, Pejman., et al. (2013, April). Aplication of Domino Theory to Justify

and Prevent Accident Occurance in Construction Sites. Journal of Mechanical and Civil Engineering. 06, 72-76. November 19, 2015. http://www.iosrjournals.org/

Harvey, Michael D. (1985, April). Model for Accident Ivestigation. November 24,

2015. http://www.iprr.org/ International Ergonomics Association ( 2015). Definition and Domains of

Ergonomics. November, 25. http://www.iea.cc/   International Labour Organization (2013). Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Sarana untuk Produktivitas. November 22, 2015. http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/

International Labour Organization (2014, August). Safe and Health at Work: A

Vision for Sustainable Prevention. September 23, 2015. http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/

International Labour Organization (2015). Investigation of Occupational

Accidents and Diseases. November 01, 2015. http://www.ilo.org/wcmsp5/ Jafari, Reza N., et al. (2014, March). Risk Assessment of Ilam Gas Refinery

Based on William Fine Method in 2012. Journal of Community Health Research, 03, 49-58. September 25, 2015. http://jhr.ssu.ac.ir/

Jean, Cross, Jhon Curran, and Bill Danahar. (2004). OHS Risk Management

Handbook. New South Wales: Standard Australia International Ltd.

Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016

Page 24: IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN …

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. (2005, Januari). Undang-undang

Ketenagakerjaan Indonesia. September 23, 2015. http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. (2009, Oktober). Undang-undang

No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. September 23, 2015. https://www.ilo.org/dyn/natlex/docs/  

Kurniawidjaja L.Meily. (2012). Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja. UI Press:

Jakarta. Meily, L., et al. (2014). Pengendalian Risiko Ergonomi Kasus Low Back Pain

pada Perawat di Rumah Sakit. Majalah Kedokteran Bandung, 04, 225-233. Juni 28, 2016. http://download.portalgaruda.org/

Occupational Safety and Health Administration. (2002). Job Hazard Analysis.

September 22, 2015. https://www.osha.gov/ Occupational Safety and Health Administration. (2013). How Safe Is Your

Hospital for Workers?. Juni 28, 2016. https://www.osha.gov/ Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2015, Mei). Situasi

Kesehatan Kerja. 5 Juni, 2016. http://www.depkes.go.id/resources/ Ramli, S. (2010). Pedoman Praktis Manajemen risiko dalam Perspektif K3 OHS

Risk Management. Dian Rakyat: Jakarta. Ramli, S. (2010). Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran. Dian Rakyat: Jakarta. S, SeikAllavudeen., & S, Sankar. (2015, June). Hazard Identification, Risk

Assessment and Risk Control in Foundry. International Journal of Industrial Engineering, 02, 01-04. September 25, 2015. http://www.internationaljournalssrg.org

SaravanaKumar, M., & SenthilKumar, P. Hazard Identification and Risk

Assessment in Foundry. International Organization of Scientific Research Journals, 01, 33-37. September 25, 2015. http://www.iosrjournals.org/

Sekhavati, Eghbal., et al. (2015). Noise Pollution Risk Assessment in Cement

Factory of Larestan Using Fine William Method. Journal of Aplied Environmental and Biological Sciences, 05, 208-213. September 25, 2015. http://www.textroad.com/

Sepang, Bryan Alfons W., et al. (2013). Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Proyek Pembangunan Ruko Orlens Fashion Manado. Jurnal Sipil Statik, 04, 282-288. September 25, 2015. http://download.portalgaruda.org/

Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016

Page 25: IDENTIFIKASI RISIKO DAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN …

Soputan, Gabby E. M., Sompie, Bonny F., & Mandagi, Robert J. M. (2014). Manajemen Risiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) (Studi Kasus Pada Pembangunan Gedung SMA Eben Haezer). Jurnal Ilmiah Media Engineering, 04, 229-238. Sepetember 25. http://download.portalgaruda.org/

Standards Australia International Ltd. (2004, Agustus). Risk Management

Guidelines Companion to AS/NZS 4360:2004. September 23, 2015. http://www.academia.edu/

T. Fine, William. (1971, March). Mathematical Evaluations for Controlling

Hazards. September 22, 2015. http://www.dtic.mil/dtic/ Underwood, P., & Waterson, P. (2013). Accident Analysis Models and Methods:

Guidance for Safety Professionals. November 01, 2015. Loughborough University. https://www.academia.edu/

Vaz, Kurt., et al. (2010). Prevalence of Injuries and Reporting of Accidents

Among Health Care Workers at The University Hospital of The West Indies. International Journal of Occupational Medicine and Environmental Health, 02, 133-143. Juni 28, 2016. www.ncbi.nlm.nih.gov/

Yonelia, A., & Meily, L. (2013). Risk Management of Occupational Health and

Safety in Rice Farmers in Ngrendeng, East Java In 2012. International

Journal on Advanced Science, Engineering and Information Technology, 03,

28-32. September 23, 2015. http://www.ijaseit.insightsociety.org/

Identifikasi Risiko ..., Budi Riadi Adi Ikmal, FKM UI, 2016