Upload
others
View
51
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN JENIS KERANG (Bivalvia) DAERAH PASANG SURUT DI PERAIRAN
PANTAI PULAU GOSONG SANGKALAN
ACEH BARAT DAYA
SKRIPSI
YUSRAN
07CI0432051
PROGRAM STUDI PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH 2014
IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN JENIS KERANG (Bivalvia) DAERAH PASANG SURUT DI PERAIRAN
PANTAI PULAU GOSONG SANGKALAN
ACEH BARAT DAYA
SKRIPSI
YUSRAN
07CI0432051
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksanakan Penelitian Pada Fakultas
Perikanandan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI PERIKANAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH 2014
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia memiliki wilayah perairan laut yang sangat luas dan kurang
terjaga sehingga mudah mendatangkan ancaman sengketa batas wilayah dengan
negara tetangga. Untuk landas kontinen negara kita berhak atas segala kekayaan
alam yang terdapat di laut sampai dengan kedalaman 200 meter. Batas laut
teritorial sejauh 12 mil dari garis dasar lurus dan perbatasan laut zona ekonomi
ekslusif sejauh 200 mil dari garis dasar laut. (Hutomo, Malikusworo & Moosa.
2005).
Sumberdaya alam yang ada di wilayah pesisir dan lautan ini telah
dimanfaatkan untuk pemenuhan berbagai kebutuhan manusia, baik sebagai mata
pencaharian sumber pangan, mineral, energi, laut juga merupakan sumber hayati
yang kaya hasil alam karna sumber daya laut tidak akan habis di ambil ole h
manusia, baik secara hasil alam maupun sumber devisa Negara dan lain - lain.
Agar potensi sumberdaya alam ini dapat di manfaatkan sepanjang masa dan
diperlukan supaya pengelolaan yang memperhatikan aspek - aspek lingkungan
dalam arti memperoleh manfaat yang optimal secara ekonomi akan tetapi juga
sesuai dengan daya dukung dan kelestarian lingkungan. Sehingga dalam
pengelolaan tidak hanya memanfaatkan akan tetapi juga memelihara dan jugak
melestarikan. spesies dari kelas Bivalvia yang sudah dimanfaatkan sebagai
sumber bahan pangan alternatif (Hutomo, Malikusworo & Moosa. 2005).
Wilayah persisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut yang
masih di pengaruhi sifat - sifat laut sepeti pasang surut dan proses alami yang
2
terjadi di darat sepeti aliran air tawar maupun yang di sebabkan oleh kegiatan
manusia di darat
Laut merupakan ekosistem yang memiliki keanekaragaman hayati yang
tinggi, hampir dari setiap filum hewan dapat di temukan dilaut. Organisme yang
hidup dilaut dipengaruhi oleh sifat air laut untuk sekeliling nya, baik berupa
tumbuhan ataupun hewan sehingga banyak bentuk umum yang di jumpai
merupakan hasil adaptasi terhadap medium cair dan penggerakanya (Bengen,
2009)
Kerang merupakan hewan aquatik yang hidup pada substrat dasar perairan
dan ada juga yang menempel pada substrat keras pada badan perairan.
Kerang termasuk dalam kelas Pelecypoda dalam kelompok Moluska berdasarkan
karakteristik yang dimiliki seperti kaki, insang dan dua keping cangkang. Kerang
hidup pada semua tipe perairan yaitu air tawar, estuari dan perairan laut. Kerang
laut terdistribusi dari daerah intertidal, perairan laut dangkal dan ada yang
mendiami perairan laut dalam (Bachok, Mfilinge & Tsuchiya, 2006).
Faktor biologi yang mempengaruhi kehidupan kerang laut adalah
fitoplankton, zooplankton, zat organik tersuspensi dan makhluk hidup di
lingkungannya. Kerang laut mendapatkan makanan dengan feeding filter
menggunakan sifons. Secara ekologi, filtrasi yang dilakukan oleh kerang laut
digunakan untuk menghindari kompetisi makanan sesama spesies (Bachok,
Mfilinge & Tsuchiya, 2006).
Bivalvia meliputi kerang, tiram, remis dan sebangsanya. Tubuh lateral
compresses (pipih pada salah satu sisi), dan tubuh moluska tertutup oleh
cangkang yang berasal dari sekretnya sendiri dengan dua bagian yang disebut
3
valves. Bivalvia tidak mempunyai kepala dan radula (Castro & Huber, 2007).
Moluska tersebar luas dalam habitat laut, air tawar dan darat, tetapi lebih banyak
terdapat di lautan (Brotowidjoyo, 1994).
Kerang yang hidup pada masing - masing habitat memiliki organ khusus
yang sudah teradaptasi seperti byssus, kaki dan sifons. Kerang yang hidup
menempel di substrat akan mengembangkan organ byssus, sedangkan kaki tidak
berkembang. Kerang yang hidup di substrat dasar perairan, organ kaki akan lebih
berkembang dan tidak memiliki byssus. Kakinya berupa suatu sol atau telapak
kaki yang lebar untuk melata dan mendorong hewan ini dengan gerakan otot atau
gerakan bulu getar atau dengan kedua - duanya. Selain itu, organ kaki mengalami
perkembangan, tergantung pada kedalaman kerang tersebut hidup dalam substrat.
Salah satu spesies kerang laut yang hidup pada substrat dasar adalah kerang darah
Anadara antiquate L. (Brotowidjoyo, 1994). Oleh karena itu setiap jenis kerang
yang terdapat setiap pantai pasti berbeda. Maka penelitian ingin mengetahui ada
berapa jenis kerang (Bivalvia) yang terdapat di Pulau Gosong Sangkalan,
Kecamatan Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka telah di ungkapkan
bahwa, permasalahannya jenis - jenis kerang (bilvavia) apa saja yang terdapat di
Pulau Gosong Sangkalan, Kecamatan Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya.
1.3. Tujuan Penelitan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis - jenis kerang
(Bivalvia) yang terdapat di Pulau Gosong Sangkalan, Kecamatan Susoh,
Kabupaten Aceh Barat Daya.
4
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi
mengenai jenis - jenis kerang kepada masyarakat dan bermafaat bagi
Dinas Perikanan dan Kelautan. Dapat memberikan manfaat pula dalam
menambah ilmu pengetahuan serta wawasan bagi saya sendiri serta dapat
dijadikan sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian yang
selanjutnya.
Penelitan ini di harapkan dapat menambahkan infomasi tentang jenis
Kerang (bilvavia) yang terdapat di Pulau Gosong Sangkalan, Kecamatan
Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Moluska
Moluska adalah hewan lunak dan tidak memiliki ruas, Tubuh hewan ini
tripo blastik, bilateral simentri, umumnya memiliki mantel yang dapat meng
hasilkan bahan cangkok berupa kasium karbornat. Cangkang tersebut berfungsi
sebagai rumah (rangka luar) yang terbuat dari zat kapur misalnya kerang, tiram,
siput, sawah dan bekicot. Namun ada juga moluska yang tidak memiliki cangkok,
sepeti cumi - cumi, sotong, gurita atau siput telanjang. Molluska memiliki struktur
berotot yang disebut kaki yang bentuk dan fungsinya berbeda untuk setiap
kelasnya. (Setyono, 2006).
Bivalvia adalah kelas dalam moluska yang mencakup semua kerang-
kerangan, memiliki sepasang cangkang (nama "Bivalvia" berarti dua cangkang).
Nama lainnya adalah Lamelli branchia, Pelecypoda, atau Bivalva. Ke dalam
kelompok ini termasuk berbagai Kerang, Kupang, Remis, Kijing, Lokan,
Simping, Tiram, serta Kima; meskipun variasi di dalam Bivalvia sebenarnya
sangat luas (Razak, 2002).
Cangkang kerang ini terdiri dari dua belahan, sedang kan cangkang siput
berbentuk sepeti kerucut yang melingkar. Perbedaan lainya, kaki siput tipis dan
rata. Fungsinya adalah untuk berjalan dengan cara kontraksi otot. Lain halnya
dengan kerang yang mempunyai kaki sepeti mata kapak yang di pengunakan
untuk berjalan di lumpul atau pasir (Afiati, 2005).
Filum kerang adalah suatu kelompok besar dari arthropoda, terdiri dari
kurang lebih 52.000 spesies yang terdeskripsikan, dan biasanya dianggap sebagai
suatu sub filum. Kelompok ini mencakup hewan - hewan yang cukup dikenal
6
seperti lobster, kepiting, udang, udang karang, serta teritip, Mayoritas merupakan
hewan air, baik air tawar maupun laut, walaupun beberapa kelompok telah
beradaptasi dengan kehidupan darat, seperti Kepiting darat, Kebanyakan
anggotanya dapat bebas bergerak, walaupun beberapa takson bersifat parasit dan
hidup dengan menumpang pada inangnya. (Setyono, 2006).
2.2. Bivalvia
Kerang (Bivalvia) adalah dalam kelas Molluska yang mencakup semua
kerang - kerangan yang memiliki sepasang cangkang (nama Bivalvia berarti dua
cangkang). Nama lain Bivalvia adalah Lamelli Branchia, Bivalvia. Kedalam
kelompok ini termasuk berbagai kerang, Kupang, Remis, Kijing, Lokan, Simping,
Tiram, serta Kima. Meskipun demikian variasi di dalam Bivalvia sebenarnya
sangat luas. Bivalvia merupakan salah satu kelompok organisme invertebra
seterusnya, yang banyak ditemukan dan hidup di daerah intertidal. Hewan ini
memiliki adaptasi khusus yang memungkinkan dapat bertahan hidup pada daerah
yang memperoleh tekanan fisik dan kimia seperti terjadi pada daerah intertidal.
Organisme ini juga memiliki adaptasi untuk bertahan terhadap arus dan
gelombang. Namun Bivalvia tidak memiliki kemampuan untuk berpindah tempat
secara cepat (motil), sehingga menjadi organisme yang sangat mudah untuk
ditangkap (dipanen). (Setyono, 2006).
Bivalvia banyak bermanfaat dalam kehidupan manusia sejak masa purba,
dagingnya dimakan sebagai sumber protein. Cangkangnya di manfaatkan sebagai
perhiasan, bahan kerajinan tangan, bekal kubur, serta alat pembayaran pada masa
7
lampau. Mutiara di hasilkan oleh beberapa jenis tiram. Pemanfaatan moderen juga
menjadikan kerang - kerangan sebagai biofilter terhadap polutan (Ketut dian,
2008).
Menurut (Putri, 2005). Bivalvia merupakan salah satu dari lima anggota
dari Fillum molusca yang memilik nilai ekonomis, Bivalvia (Pelecypoda) terdiri
dari clams, mussels, oyster dan scallops. Sejumlah dari mereka merupakan
komersial yang penting.
Bivalvia mempunyai dua keping cangkang yang setangkup. Diperkirakan
terdapar sekitar 1000 jenis yang hidup di perairan Indonesia. Mereka menetap di
dasar laut, membenam di dalam pasir, lumpur maupun menempel pada batu
karang. Bivalvia meletakkan diri pada seubstrat dengan menggunakan byssus yang
berupa benang - benang yang sangat kuat. Cangkang Bivalvia berfungsi untuk
melindungi diri dari lingkungan dan predator serta sebagai tempat melekatnya
otot. (Putri, 2005).
2.3. Biologi Kerang Bivalvia
Hewan ini memiliki alat pencernaan sempurna mulai dari mulutnya yang
mempunyai lidah perut (Radula) sampai dengan anus terbuka di daerah rongga
mantel. Di samping itu juga terdapat kelenjar pencernaan yang sudah berkembang
biak. Peredaran darah terbuka ini terjadi pada semua kelas Bivalvia kecuali kelas
Cephalopoda. Perrnafasan dilakukan dengan menggunakan insang atau “paru -
paru”, mantel atau oleh bagian epidermis. Alat ekskresi berupa ginjal dan sistem
saraf terdiri dari atas tiga pasang ganglion yaitu cerebral, ganglion visceral dan
ganglion pedal yang ketiganya dihubungkan oleh tali - tali saraf longi tudinal. Alat
8
reproduksi umumnya terpisah atau bersatu dan pembuahan internal atau eksternal
(Soegianto & Supriyanto. 2008).
Bivalvia biasanya melepaskan sperma dan telur ke air pada malam hari.
Pembuahan atau fertilisasi terjadi di luar tubuh atau di kolam air. Kebiasaan
memijah pada malam hari dan pada saat air laut pasang, ada kaitannya dengan
naluri keamanan, yaitu untuk menghindarkan telur dari ancaman Faktor biologi
yang mempengaruhi kerang adalah fitoplankton dan zooplankton, zat organik
tersuspensi yang ada di lingkungannya. Kerang mendapatkan makanan dengan
menggunakan feeding filter yang menggunakan siphon untuk mendapatkan
makanan (Afiati, 2007).
Keanekaragaman kerang tidak hanya menunjukkan keanekaragaman
jumlah spesies, tetapi memiliki keanekaragaman bentuk, ukuran, struktur tigkatan
tropik dan keanekaragaman makro dan mikro dalam komunitas alami.
(Suwanjarat, 2009).
Keanekaragaman spesies Bivalvia telah diekploitasi sebagai sumber
makanan dan hiasan. Bivalvia secara umum dipanen untuk kebutuhan protein dan
komersil. Sekarang cangkang kerang telah digunakan bahan campuran alami
untuk menghasilkan semen dan kapur. Daging kerang telah digunakan sebagai
suplement protein untuk budidaya udang - udangan dan makanan burung.
Beberapa jenis kerang seperti famili Cardidae, Spndylidae telah lama
digunakan sebagai bahan campuran beberapa jenis kosmetik. Beberapa jenis
kerang menghasilkan perhiasan yang sangat berharga yaitu mutiara. Jenis kerang
yang menghasilkan mutiara yaitu Pinctada margaratifera dan Pinctada maxima
(Nurdin et al., 2008).
9
2.4. Habitat dan Penyebaran
Menurut (Setyono, 2006) jenis - jenis kekerangan laut ada yang hidup di
dasar perairan (Benthic) maupun di permukaan (Pelagic). Mayoritas kekerangan
adalah benthik, baik hidup diperairan dangkal (Littoral) maupun perairan dalam
(Deep zone). Sedangkan menurut. (Oemarjati & Wardhana, 1990) manyatakan
bahwa jenis bivalve umumnya terdapat pada habitat perairan litoral sampai
bertahan pada kedalaman kurang lebih 500 m. Hewan ini sebagian besar
membenamkan diri dalam pasir atau lumpur. Keanekaragaman kerang di daerah
yang mendiami habitat berpasir dan berlumpur di kawasan pesisir sebagai
penyusun komunitas macrozoo bentos. Kerang ini juga merupakan salah satu
komponen utama dikomunitas sedimen lunak di kawasan pesisir. Kerang
mempunyai bentuk dan ukurang cangkang yang bervariasi. Variasi bentuk
cangkang ini sangat penting dalam menentukan jenis - jenis Bivalva.
(Romimohtarto & Juwana., 2001) ditinjau dari cara hidupnya, jenis - jenis
kerang mempunyai habitat yang berlainan walaupun mereka termasuk dalam satu
suku dan hidup dalam satu ekosistem. Kerang pada umumnya hidup
membenamkan dirinya dalam pasir atau pasir berlumpur dan beberapa jenis
diantaranya ada yang menempel pada benda - benda keras dengan semacam yang
dinamakan byssus. Habitat kerang bisanya hidup pada tanah atau pasir yang
menetap didasar laut dengan cara membenamkan diri di dalam pasir atau lumpur
bahkan pada karang - karang batu.
Akan tetapi pada beberapa spesies kerang seperti Mytillus edulis dapat
hidup di daerah intertidal karena mampu menutup rapat cangkang nya untuk
mencegah kehilangan air. Bahwa binatang infauna seringkali memberikan reaksi
10
yang mencolok terhadap ukuran butir atau tekstur dasar laut, sehingga habitat
Molusca dari berbagai lereng pasir lumpur akan berbeda. (Nybakken,1982).
Pada ekologi kerang dibutuhkan kondisi alami dengan air yang tenang
dengan sirkulasi air dan salinitas yang cukup mendukung, beberapa faktor seperti
iklim, kedalaman perariran, salinitas dan jenis substar merupakan bebrapa variabel
lingkungan yang dapat mendukung kehidupan moluska dengan habitat yang
ditempati, dimana hal ini terkait dengan suplai makanan bagi Bivalvia. Di estuaria
berbagai hal merupakan salah satu yang diperlukan untuk kelangsungan hidup
kerang salah satunya yang paling penting adalah adaptasi yang mempertahankan
keseimbangan cairan ion tubuh menghadapi fluktuasi salinitas eksternal.
Pengaturan osmosis pada kerang merupakan salah satu cara mempertahankan
keseimbangan ion tubuh terhadap salinitas yang rendah. (Putri, 2005).
Menurut (Putri, 2005) mengatakan bahwa kerang yang hidup pada estuaria
akan menyaring partikel yang masuk dalam tubuh melalui inhalant dan ek halant,
siphon, insang, silia, umumnya partikel ini masuk ke mulut dan ada juga yang
tidak masuk ke mulut. Beberapa peran utama silia lain adalah sebagai pembangkit
aliran air serta sebagai penyaring partikel makanan, sebagai penggerak makanan,
serta menolak benda - benda asing yang diperlukan oleh tubuh. Gerakan simultan
dari miliaran silia pada insang dan mantel akan menimbulkan arus yang kuat dan
aliran ini penting sebagai pembawa partikel makanan,
2.5. Reproduksi Kerang
Menurut (Afiati, 2007) menyatakan bahwa aktivitas reproduksi merupakan
suatu siklus dan mengikuti pola tahunan atau perubahan musim, siklus gamet
11
ogenesis terdiri atas akumulasi nutrisi untuk digunakan selama gametogenesis,
deferensiasi gamet, pemijahan dn waktu istirahat reproduksi (Resting Periode).
Gonad melalui tahap awal, pembentukan gamet, pembentukan sel kelamin dan
berakhir dengan pemijahan. Proses ini pada dasarnya berkaitan dengan tahap
pembentukan dan penyimpanan antara lain karbohidrat, lemak dimana hasilnya
akan dimanfaatkan oleh bivalvia selama proses perkembangan gonad. (Afiati,
2007).
Sel telur yang telah matang akan dikeluarkan dari ovarium kemudian
masuk ke dalam ruangan supra branchial, di sini terjadi pembuahan oleh sperma
yang dilepaskan oleh hewan jantan, telur yang telah dibuahi berkembang menjadi
larva glochidium, larva ini pada beberapa jenis ada yang memiliki alat kait dan
ada pula yang tidak, selanjutnya larva akan keluar dari induknya dan menempel
pada ikan sebagai parasit, lalu menjadi kista. Setelah beberapa hari kista tadi akan
membuka dan keluarlah Mollusca muda. Akhirnya kerang ini hidup bebas di alam
(Baron, 2006)
Kerang dewasa akan menghasilkan telur dan spermatozoa. Kelamin kerang
dewasa dapat diketahui dengan ukuran panjang cangkang kerang tersebut,
selanjutnya kelamin kerang dewasa apabila terdapat di dalam folikel telah
berbentuk sel telur dan spermatozoa dalam jumlah yang kecil namun kerang
dalam keadaan yang demikian sangat mudah memijah apabila ada rangsangan,
pada kerang gonad biasanya terdapat pada bagian yang berkaitan dengan usus di
bagian basal dari kaki atau antara stomach, instestin dan digestive gland, saluran
pencernaan dari bivalvia tersedia hanya untuk menyalurkan gamet ke saluran
exhalant dan sistem reproduksi juga berhubungan langsung dengan sistem
pencernaan (Putri, 2005).
12
Kerang dan siput laut biasanya melepaskan sperma dan telur ke air pada
malam hari, pembuahan atau fertilisasi terjadi di luar tubuh atau di kolam air.
Kebiasaan memijah pada malam hari dan pada saat air laut pasang, ada kaitannya
dengan naluri keamanan, yaitu untuk menghindarkan telur dari ancaman predator
dan upaya penyebaran zygot secara luas melalui arus air pasang. Semua tingkat
pada fase - fase reproduksi kerang dikontrol oleh sistem hormonal dan
peningkatan kadar hormonal di dalam tubuh kerang dipengaruhi oleh faktor
lingkungan termasuk lama penyinaran (Photopheriod), suhu air (Temperature)
dan nutrisi (Setyono, 2006).
2.5.1. Kebiasaan Makan
Bedasarkan pada makanan dan kebiasaan makanya jenis - jenis kerang
dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu pemakan suspensi dan pemakan
endapan. Kerang umunya memperoleh makanannya dengan cara menyaring
pratiker - pratiker yang ada dalam air laut. (Nybakken, 1982). Pada golongan
pemakan endapan kerang ini membenamkan diri dalam lumpur atau pasir yang
mengandung sisa - sisa zat organik dan fitoplanton yang hidup di dasar laut.
Makanan tersebut dihisap dari dasar perairan melalui siphon. Semakin dalam
kerang membenamkan diri syphonnya semakin panjang. Secara ekologi, filtrasi
yang dilakukan oleh kerang laut bertujuan untuk menghindari kompetisi makanan
sesama spesies (Bachok, Mfilinge & Tsuchiya, 2006)
2.5.2. Kedalaman Perairan
Pada perairan dangkal interaksi ombak dan harus akan menimbulkan
terbulensi. Pengerakan ombak adalah menjadi paktor utama pada daerah ini,
13
ombak dapat menimbulkan gelombang yang besar yang dapat menimbulkan
starbilitas sutrat. Kerang menyukai daerah perairan dangkal dengan kedalaman
lebih kurang dua meter. (Nybakken, 1982)
2.5.3. Suhu dan pH
Perubahan suhu akan berpengaruh terhadap pola kehidupan organisme
perairan. Pengaruh suhu yang utama adalah mengontrol penyebaran hewan dan
tumbuhan. Suhu mempengaruhi secara lansung aktifitas organisme seperti
pertubuhan dan metebolisme bahkan menyebabkan kematian terhadap organisme.
Sedangkan pengaruh tidak lansung meningkatkan daya akumulasi berbangai zat
kimia dan menurunkan kadar oksigen dalam air. Suhu juga merupakan merupakan
faktor bagi beberapa hewan biologis air sepeti mingrasi, pemijahan, kecepatan
proses, pekembangan embrio, seta kecepatan begerak. Setiap hewan Mollusca
mempunyai toleransi yang berbeda terhadap suhu. Suhu yang optimum bagi
Mollusca berkisar antara 250C samapai 280C (Dance, 1977).
Sedangkan kadar pH dalam perairan merupakan parameter lingkungan
yang berpengaruh terhadap lingkungan terhadap kehidupan organisme. Setiap
organisme mempunyai pH yang optimal pada Molusca berkisar antara 6,5 - 7,5
(Dance, 1977).
14
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Kabupaten Aceh Barat Daya terletak antara 3034’24” - 4005’37” Lintang
Utara dan 96034’57” - 97009’19” Bujur Timur, sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten, Seribu Bukit atau dengan nama lain Kabupaten Gayo Lues. Sebelah
selatan berbatasan dengan samudra Indonesia sedangkan sebelah timur berbatasan
dengan Kabupaten Aceh Selatan dan Kabupaten Nagan Raya menjadi batasan
wilayah bagain barat wilayah ini termasuk dalam gugusan pengunungan Bukit
Barisan. Penelitianini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2013 di Pulau Gosong
Sangkalan, Kecamatan Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya. Pemilihan lokasi di
dasarkan pada karakteristik kawasan dan kemudahan dalam menegak lokasi yang
dipilih.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang disiapkan yaitu:
Alat
Kamera. Perahu motor. Rol jangkar. Sepatu. Pinset. Meteran. Kaca mata air, Buku
kunci identifikasi atau kunci determinasi.
Bahan
Buku. Balpoint dan pensil. Kayu patok. Tali rafia dan Kantong Plastik.
3.3. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode observasi yaitu metode penglihatan
secara lansung. Menurut Singarimbun dan (Effendi, 2011) observasi adalah
15
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang diselidiki.
Metode observasi dalam penelitian ini, digunakan untuk melihat daerah habitat
kerang, kedalaman kerang serta melakukan dokumentasi dan dilanjutkan dengan
studi pustaka untuk mengidentifikasi kerang.
3.4. Prosudur Penelitian
3.4.1. Jarak Pengambilan Data
Jarak pengambilan data didasarkan pada karakteristik kawasan,
kenampakan secara jelas dalam menegak lokasi yang dipilih yang berjarak sekitar
15 meter dari bibir pantai, penelitian akan dilakukan di sekeliling Pantai Pulau
Gosong dengan membuat lima buah Stasiun. Tujuan pengamatan cara
kenampakan cara jelas agar pengamatan tidak terlalu rumit bagi peneliti.
3.4.2. Waktu Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan pada siang hari, karena siang hari air laut
sedang surut dan apabila air sedang surut maka Kerang, mudah didapatkan di
sekitar bibir pantai atau yang menepel pada karang.
3.4.3. Penetapan Stasiun
Aceh Barat Daya, terletak antara 30’ 34’ 24” - 400 5’37” Lintang Utara dan
96034’ 57” - 97009’19”. Bujur Timur. Lokasi penelitian meliputi satu lokasi dan
lima Stasiun yaitu: Stasiun I, Stasiun II, Stasiun III, Stasiun IV, dan Stasiun V.
Tali transek ditarik tegak lurus dari posisi titik surut terendah kearah tubir pantai
16
sepanjang 10 meter, dengan plot pengamatan (sampling) digunakan kerangka
berukuran 4x3 meter. Titik plot pengamatan dilakukan setiap jarak 5 meter
sepanjang garis transek.
3.4.4. Metode Pengambilan Data
Metode pengambilan data dalam penelitian ini mengunakan metode
purposive sampling, dimana pengambilan data dilakukan dengan secara sengaja
tanpa memperhatikan strata yang ada maka sampel yang diambil secara purposive
sampling bertujuan untuk mengetahui jenis kerang (bivalvia), dan kedalaman
yang ada. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer yang diperoleh dilapangan sedangkan data sekunder
diperoleh dari acuan buku yang berkaitan identifikasi kerang.
Data Primer
Data Primer merupakan data yang sacara langsung di dapat dari lapangan
dengan cara pengamatan langsung dengan keanekaragam jenis kerang (Bivalvia)
Data sekunder
Data sekunder adalah data tidak langsung, tetapi data tersebut yang
dikumpulkan dari buku, media pelantara atau dari dinas DKP.
3.4.5. Indek Keanekaragaman (H’)
Keanekaragaman bivalvia dihitung dengan menggunakan indeks
keanekaragaman dari (Shannon Wiener, 1963) da lam (Odum, 1994)
Seringkali peneliti menggunakan formula Shannon - Wiener menggunakan Log
10. dengan formula berikut :
17
𝐻 ′ = − Pi (In Pi)
𝑠
𝑖=1
Keterangan:
Dimana:
Pi = ∑ni/N
H : Indeks Keragaman Shannon-Wiener
Pi : Jumlah individu suatu spesies/jumlah total seluruh spesies
ni : Jumlah individu spesies ke-i
N : Jumlah total individu
Angka indeks keanekaragaman tersebut selanjutnya dinilai sebagai
berikut:
H’ yaitu:
H’ < 1,0 = Keanekaragaman rendah
1,0 < H’ < 3,322 = Keanekaragaman sedang
H’ > 3,322 = Keanekaragaman tinggi
– Indeks keanekaragaman Shannon - Wiener (H’) disamping dapat
menggambarkan keanekaragaman species, juga dapat menggambarkan
produktivitas ekosistem, tekanan pada ekosistem, dan kestabilan
ekosistem.
– Semakin tinggi nilai indeks H’ maka semakin tinggi pula keanekaragaman
spesies, produktivitas ekosistem, tekanan pada ekosistem, dan kestabilan
ekosistem
Nilai tolok ukur indeks keanekaragaman H’:
H’ < 1,0 :
18
Keanekaragaman rendah,
Miskin (produktivitas sangat rendah) sebagai indikasi adanya tekanan
ekologis yang berat ,dan
Ekosistem tidak stabil
1,0 < H’ < 3,322 :
Keanekaragaman sedang,
Produktivitas cukup,
Kondisi ekosistem cukup seimbang,
Tekanan ekologis sedang.
H’ > 3,322 :
– Keanekaragaman tinggi,
– Stabilitas ekosistem mantap,
– Produktivitas tinggi,
3.4.6. Analisa Data
Analisa data yang digunakan adalah metode deskriptif. Menurut (Whitney,
1960) di acuan dalam deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang
tepat. Analisa deskriptif digunakan untuk mengetahui jenis kerang, kedalaman
kerang, habitat kerang (bivalvia) yang diperoleh dari data primer dan data
sekunder.
19
19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Aceh Barat Daya terletak antara 3034’24” - 4005’37” Lintang
Utara dan 96034’57” - 97009’19” Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan
Kabupaten Seribu Bukit’ atau dengan nama lain Kabupaten Gayo Lues. Sebelah
Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Selatan dan Samudra Indonesia. Dan
menjadi batasan wilayah bagian Barat dengan Kabupaten Nagan Raya. Sedangkan
sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues. Luas wilayah Kabupaten
Aceh Barat Daya ± 2.334.01 km². Dan Jumlah Penduduk 137,661 Jiwa (2010)
dengan 9 Kecamatan, dan 22 Mukim, 134 Desa. (Aceh Barat Daya dalam angka,
2012)
4.2. Keadaan Umum Pulau Gosong
Sejarah pulau Gosong Sangkalan, Pulau Gosong yang terletak dekat
dengan Desa Sangkalan, Kecamatan Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya, luas
pulau Gosong sekitar Tiga hektar (3 ha), dan jarak dari bibir pantai sekitar satu
kilo meter (1 km), Pulau Gosong Sangkalan mempunyai dua masa air, yang
bergerak dari Samudra Hindia (selatan). Kemudian masa air yang kedua, bergerak
dari arah darat (desa). Wilayah perairan pulau Gosong lumanyan luas, agak
tertutup dan relatif terlindung dari pengaruh gelombang yang besar karena
terhalang oleh batu karang di sekeliling pantai.
Sedangkan pasang surut yang terjadi di perairan sekitar pulau Gosong
Sangkalan adalah dalam sehari satu kali air pasang dan satu kali air surut. Pulau
20
20
Gosong Sangkalan mempunyai sejarah bagi masyarakat Sangkalan, bahkan bagi
warga Aceh Barat Daya.
Timbul nama pulau Gosong Sangkalan karena masyarakat Desa Sangkalan
dari zaman ke zaman mereka yang membuang tenaga untuk di jadikan pulau
Gosong Sangkalan jadi indah, bahkan tempat itu bisa di jadikan sebagai tempat
wisata, karena pulau tersebut hanya nampak hamparan batu karang dan pasir putih
disaat itulah masyarakat Desa Sangkalan mulai membawa satu batang pohon
kelapa dan beberapa jenis pohon lainnya, bahkan sampai satu semut serangga di
bawa ke pulau tersebut agar masyarakat tidak bisa menebang pohon yang sudah
tumbuh di pulau Gosong Sangkalan Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat
Daya.
Pulau tersebut bukan hanya orang biasa yang datang tapi sampai para
kelompok anak sekolah untuk berlibur, karena pulau tersebut sangat indah sebagai
tempat wisata atau tempat berlibur. 26 - Desember - 2004 Aceh dilanda musibah
besar yaitu Tsunami. Menurut informasi masyarakat sekitar pulau Gosong
Sangkalan, sebelum Tsunsmi pulau tersebut luas dan saat air laut sedang surut
hamparan terumbu karang sangat luas tapi saat kejadian Tsunami pulau Gosong
Sangkalan jadi kecil karna diperkirakan saat gempa bumi pulau Gosong
Sangkalan turun sekitar satu meter kebawah. Setelah kejadian gempa bumi
masyarakat semua mendekati bibir pantai untuk melihat air laut surut disaat itulah
ada masyarakat melihat bahwa pulau Gosong Sangkalan bentuk seperti batang
pohon yang besar dan sekeliling pulau tersebut di tutupi oleh batu karang.
Tinggi pulau Gosong sekitar lima meter dari tanah sampai ke permukaan
pulau Gosong Sangkalan. Pada saat pimpinan dinas setempat meninjau pulau
21
21
Gosong Sangkalan setelah meraka tinjau para pejabat Aceh Barat Daya langsung
membangun sebuah bangunan kayu yang memiliki ruangan yang luas,
mempunyai satu kamar, dan satu pelabuhan kecil untuk tempat berlabuh para
pendatang serta dilengkapi satu tower lampu sinar cahaya matahari, agar saat
malam tiba pulau tersebut mempunyai cahaya lampu seperti ada penghuninya.
Bahkan para pejababat Aceh Barat Daya sering ketempat tersebut untuk dijadikan
sebagai tempat rapat tertutup, namun saat ini bangunan tersebut sudah mulai
terawat lagi.
Tabel 1 : Profil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2011
Profil Kabupaten Aceh Barat Daya Tahun 2011
1 Ibukota : Blang Pidie
2 Batas Daerah : Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten seribu
bukit’ atau dengan nama lain Kabupaten Gayo Lues. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Aceh Selatan dan Samudra Indosesia.
Dan menjadi batasan wilayah bagian Barat dengan Kabupaten Nagan Raya. Sedangkan sebelah Timur
berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues.
3 Luas : ±2.334.01km²
4 Letak Koordinat : 3°34’24”-
4°05’37” LU dan 96°34’ 57” 97°09’19”30 BT
5 Jumlah Penduduk : 137.661 Jiwa(2010)
6 Kecamatan : 9
7 Mukim : 22
8 Desa/kelurahan : 134/0
9 Kode area telepon : -
10 Situs webresmi : -
Sumber : Aceh Barat Daya dalam angka Tahun 2011
22
22
Tabel 2 : Rata - Rata Curah Hujan dan Hari Hujan di Kabupaten Aceh
Barat Daya Tahun 2009 - 2011
Bulan Keadaan Hujan
Curah Hujan Hari Hujan
2009 2010 2011 2009 2010 2011
Januari
Februari Maret
April Mei Juni
Juli Agustus
September Oktober Nopember
Desember
328
119,70 347,70
192,70 282,00 58,70
244,90 325,30
241,20 179,23 695,30
271,00
295,50
317,30 524,80
439,00 266,00 255,00
136,60 251,90
503,70 447,68 592,20
193,30
293,70
262,40 451,70
470,00 203,30 132,00
123,20 316,60
407,40 459,53 439,40
436,60
11,33
5,00 15,00
9,70 8,67 5,00
11,00 13,67
10,70 13,70 19,30
17,67
14,75
14,00 18,30
17,00 10,50 12,00
10,80 9,50
15,30 12,80 20,30
12,75
14,25
13,75 19,00
18,00 11,50 10,50
7,00 13,00
11,00 16,00 18,40
16,80
3285,73
mm
4222,98
mm
3995,83
mm
140,74
mm
168
mm
169,2
mm
Sumber : Aceh Barat Daya dalam angka Tahun 2012
Tabel 3 : Propil dan Sarana Prasarana Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya.
No Propil dan Sarana Prasarana Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya
I Luas Daerah Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya di perinci menurut
Tahun 2011
1 Kecamatan : Susoh
2 Luas area (km2) : 32,01 km2
3 Banyak Gampong : 29 Gampong
II Jumlah Mukim dan Gampong Dirinci Kecamatan Susoh Tahun 2010
4 Mukim : 5 Mukim
5 Gampong : 29 Gampong
III Sarana Transportasi dan Sarana Wisata di Kecamatan Susoh 6 Sarana Transportasi : Pelabuhan Susoh
7 Sarana Wisata : Pantai Cemara Indah : Pantai Gosong Sangkalan
IV Banyaknya Penduduk, Gampong dan Rumah Tangga Kecamatan
Susoh Tahun 2011 8 Banyaknya/Unit
9 Rumah Tangga : 2,870 Unit 10 Penduduk : 23,157 Jiwa
23
23
Tabel 3 . (Lanjutan)
V Jumlah Nelayan Menurut Kecamatan dalam Kabupaten Aceh Barat
Daya Tahun 2011
11 Tetap : 2,715 Jiwa 12 Sambilan : 220 Jiwa
13 Jumlah : 2,935 Jiwa VI Jumlah Armada Kapal motor dan Perahu motor dalam Kecamtan
Susoh 14 Motor : 215 Unit
15 Kapal Motor
16 0-5 GT : 39 Unit
17 5-10GT : 137 Unit
18 10-20GT : 13 Unit
19 20-30GT : 19 Unit
20 Jumlah : 423 Unit
VII Jumlah Armada Perahu Tanpa Motor Dalam Kecamatan Susoh
Tahun 2011
21 Jekung : 0 Unit
22 Kecil : 25 Unit
23 Sedang : 0 Unit
24 Besar : 0 Unit
X Produksi Perikanan (Laut, Budidaya dan Perairan) Dalam
Kecamatan Susoh Tahun 2011
25 Laut : 6,002.89 Ton
26 Budidaya : 24,85 Ton
27 Perairan : 11,22 Ton
28 Jumlah : 6,038.96 Ton
Sumber : Aceh Barat daya dalam angka Tahun 2011
4.3. Karakteristik Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini di fokuskan pada satu wilayah yang terdiri lima Stasiun
yang terletak di pulau Gosong Sangkalan, Kecamatan Susoh, Kabupaten Aceh
Barat Daya. Kondisi lingkungan perairan pulau Gosong Sangkalan masih dalam
keadaan normal karena tidak ada pencemaran baik itu pembuangan limbah rumah
tangga maupun limbah industri. Kondisi di sekitar perairan bibir pantai pulau
Gosong Sangkalan masih sangat jernih saat di lihat, apalagi saat siang hari dan
masih banyak di tumbuhi batu karang, diikuti dengan gelombang yang tidak
terlalu besar. Pulau Gosong Sangkalan yang luas sekitar tiga hektar (3 ha) dan
24
24
jarak dari bibir pantai Sangkalan sekitar satu kilo meter ke perairan bibir pantai
pulau Gosong Sangkalan. (http://gudang-care.blogspot.com)
Kondisi perairan yang cukup baik hal ini terlihat dari letak penelitian
dengan perairannya terlihat sangat jelas, lokasi penelitian memiliki gelombang
yang tidak telalu besar. Hal ini perairan pulau Gosong Sangkalan masih bisa di
jadikan tempat penelitian ataupun tempat praktikum lainnya.
4.4. Deskripsi Lokasi Penelitian
Wilayah perairan pulau Gosong lumanyan luas, agak tertutup dan relatif
terlindung dari pengaruh gelombang yang besar karena terhalang oleh batu
Karang di sekeliling pantai. Sedangkan pasang surut yang terjadi di perairan
sekitar pulau Gosong Sangkalan adalah dalam sehari satu kali air pasang dan satu
kali air surut. Luas pulau Gosong sekitar Tiga hektar (3 ha), dan jarak dari bibir
pantai sekitar satu kilo meter (1 km), Pulau Gosong Sangkalan mempunyai dua
masa air, yang bergerak dari Samudera Hindia (selatan). Kemudian masa air yang
kedua, bergerak dari arah darat (desa). Pulau Gosong Sangkalan bentuk sperti
batang pohon yang besar dan sekeliling pulau tersebut di tutupi oleh batu karang.
Tinggi pulau Gosong sekitar lima meter dari tanah sampai ke permukaan pulau
Gosong Sangkalan. Pulau Gosong tidak ada penghuni baik dari masyarakat
setempat dan mahluk - mahluk lainnya. Maka dari hasil yang kami lihat daerah
pulau Gosong Sangkalan mempunyai sebuah bangunan kayu yang memiliki
ruangan yang luas, mempunyai satu kamar, dan satu pelabuhan kecil untuk tempat
berlabuh para pendatang serta dilengkapi satu tower lampu sinar cahaya matahari,
Kondisi lingkungan perairan pulau Gosong Sangkalan masih dalam keadaan
normal karena tidak ada pencemaran baik itu pembuangan limbah rumah tangga
25
25
maupun limbah industri. Kondisi di sekitar perairan bibir pantai pulau Gosong
Sangkalan masih sangat jernih saat di lihat, apalagi saat siang hari dan masih
banyak di tumbuhi batu karang, diikuti dengan gelombang yang tidak terlalu
besar. Pulau Gosong Sangkalan yang luas sekitar tiga hektar (3 ha) dan jarak dari
bibir pantai Sangkalan sekitar satu kilo meter ke perairan bibir pantai pulau
Gosong Sangkalan.
Kondisi perairan dangkalnya yang cukup baik hal ini terlihat dari letak
penelitian dengan perairannya terlihat sangat jelas, lokasi penelitian memiliki
gelombang yang tidak besar. Hal ini perairan pulau Gosong Sangkalan masih bisa
di jadikan tempat Penelitian ataupun tempat praktikum lainnya. Pada lokasi Pantai
Pulau Gosong Sangkalan mempunyai subtrat pasir halus yaitu dimulai dengan
zona pasir, diikuti oleh zona pertumbuhan terumbu karang. Pada lokasi pantainya
memiliki pemandangan yang indah dengan pasir putihnya yang landai dan air
lautnya yang jernih.
Hasil yang di dapatkan selama penelitian baik dari Stasiun I sampai
Stasiun V, maka jumlah spesies Bivalvia yang di kumpulkan ada enam jenis yaitu
: Kerang Kima (Pincatada maxima), Kerang Tiram (Hippopus pocellanus),
Kupang Putih (Carbulu fabahinds), Kerang Kipah, (Trachicardium Subrugosum),
Kerang Putih (Periglypta puerpera) Kerang Samping (Periglypta Reticulate).
Maka hasil pengamatan lebih rinci dapat di uraikan di setiap Stasiun pengamatan
di bawah ini.
4.4.1. Stasiun I
Pada Staiun satu yang teletak di Pulau Gosong yang di beri tanda pancang
kayu dengan di ikat tali ravia yang berwarna hitam terletak di ujung bibir pantai
26
26
sebangaitanda stasiun pertama, jarak Stasiun ini dari bibir pantai berukuran 15
Meter. Dengan keadaan lokasi banyak di tumbuhi terumbu karang yang masih
hidup, dengan tanah yang berpasir yang bercampur batu karang dan banyak hidup
biota - biota lainnya yang hidup di dalam terumbu karang. Maka pada Stasiun satu
spesies yang saya dapatkan adalah Kima (Pincatada maxima), Tiram (Hippopus
Porcelanus), dengan kedalaman 30 - 70 cm.
4.4.2. Stasiun II
Setelah dilakukan Penelitian pada Stasiun satu yang di beri tanda pancang
kayu yang di ikat dengan tali ravia yang berwarna hitam sebagai tanda Stasiun
pertama dengan jarak sekitar 5 meter dari Stasiun pertama. Maka pada starsiun
dua ini yang di beri tanda yang berbeda dengan Stasiun pertama maka pada
Stasiun dua ini dengan jarak 15 meter dari bibir pantai, dengan pengamatan lokasi
tidak di tumbuhi terumbu karang, dan subtrat nya tanah berpasir, maka setelah di
lakukan penelitian pada Stasiun dua kerang yang di dapatkan yaitu Kupang Putih
(Carbulu fabahinds), Kerang Kipah, (Trachicardium Subrugosum), Kerang Putih
(Periglypta puerpera) Kerang Samping (Periglypta Retikulate), dengan
kedalaman 30 - 80 Cm.
4.4.3. Stasiun III
Stasiun tiga yang berada ditegah diantara Stasiun satu dan Stasiun dua
dengan jarak 3 meter, maka pada Stasiun tiga dengan diberi tanda tali ravia yang
di pancang kayu yang berwarna hijau dengan posisi yang berukuran jauh dari
bibir pantai sekitar 15 meter yang berukuran sama. dengan keadaan lokasi yang
banyak tumbuhi terumbu karang maka dengan kedalaman lokasi sekitar 30 - 70
27
27
cm. Maka dilokasi tersebut banyak di temui kerang (Bivalva) di antaranya Kerang
Kima (Pincatada maxima), Kerang Tiram (Hippopus pocellanus), Kupang Putih
(Carbulu fabahinds), Kerang kipah, (Trachicardium Subrugosum), Kerang
Samping (Periglypta Retikulate). dengan kedalaman 30 - 70 cm.
4.4.4. Stasiun IV
Setelah di lakukan Penelitian pada Stasiun tiga, pada Stasiun empat yang
jarak sekitar 5 meter dari Stasiun tiga dengan jauh sekitar 15 meter dari bibir
pantai, maka di setiap Stasiun dengan lokasi yang berbeda dengan diberi tanda tali
ravia warna merah, dan keadaan lokasi pada Stasiun empat tidak banyak
ditumbuhi karang karena distasiun empat banyak karang yang sudah mati dengan
tanah yang bercampur pasir. Maka spesies yang ditemukan pada Stasiun empat
adalah Kerang Kima (Pincatada maxima), Kerang Tiram (Hippopus pocellanus),
Kupang Putih (Carbulu fabahinds), Kerang Putih (Periglypta puerpera), Kerang
Kipah (Trachicardium Subrugosum), dengan kedalaman sekitar 40 - 60 cm.
4.4.5. Stasiun V
Stasiun lima sangat berbeda dengan Stasiun satu sampai empat karena di
Stasiun lima arus gelombangnya agak sedikit besar karena Stasiun lima sangat
dekat dengan muara dan pada Stasiun lima di beri tanda pancang kayu dengan
tanda tali ravia warna putih, pada keadaan lokasi pada Stasiun lima tidak ada
tumbuh karang tetapi batu berpasir dengan kedalaman lokasi 30 - 50 cm, maka
dari hisil pengamatan penelitan sangat sedikit ditemukan kerang karena di
sebabkan arus gelombang yang agak sedikit besar, maka spesies yang terdapat
28
28
pada Stasiun lima adalah Kupang Putih (Carbulu fabahinds), Kerang Putih
(Periglypta puerpera), Kerang Samping (Periglypta Retikulate),
4.5. Hasil Penelitian
Setelah melakukan penelitian selama bulan April - bulan Juni 2014
berdasarkan hasil kegiatan penelitian yang telah saya lakukakan di Pulau Gosong
Kecamatan Susoh Kabupaten Aceh Barat Daya. Hasil pengamatan dan koleksi
fauna Bivalvia pada lima Stasiun yaitu : 19 individu Kerang Kima (Pincatada
maxima), 20 individu Kerang Tiram (Hippopus pocellanus), 20 individu Kupang
Putih (Carbulu fabahinds), 23 individu Kerang Kipah, (Trachicardium
Subrugosum), 12 individu Kerang Putih (Periglypta puerpera) 22 individu Kerang
Samping (Periglypta Retikulate). (Sugiati Suwingnyo, 2005).
Hal ini disebabkan biota tersebut biasanya tempat hidupnya di daerah pasir
sehingga sulit untuk di temukan. Seperti di kemukakan oleh (Jaswir. 2009).
Hewan ini sering ditemukan pada bagian pasir pada bagian dasar laut. Aktifitas
makanan dilakukan terutama di malam hari, siang hari kebanyakan kerang
bersembunyi dibawah pasir, atau pada tanah berpasir. Pada waktu aktifitas makan
kerang ini tidak semuannya bergerombolan hanya sebagian saja dan ketika
berjalan berbentuk semacam barisan dan posisi tangan berkembang seperti kipas
dan mengarah kepada pasir, (Jaswir. 2009). Kerang juga memiliki cangkang yang
mempunyai rib-rib yang sangat besar arah radial, di bagian cangkang yang
terbuka.
Bivalvia ini biasanya di temukan di daerah tanah bercanpur pasir, merayap
melewati pasir-pasir dan tinggal dalam pasir. Secara kusus Bivalvia
29
29
menyembunyikan dirinya dibagian bawah pasir se lama siang hari, dan aktif lagi
pada sore dan malam hari. (Lutaenko, 2007).
Jumlah yang didapatkan setiap Stasiun dapat di sajikan pada talel di bawah
ini :
Tabel 4 : Nama, Spesies dan jumlah Kerang (Bivalvia)
N
o Nama Spesies Jumlah tiap Stasiun
St I St II St III St IV St V
1 Kerang Kima Pincatada maxima + - + + -
2 Kerang Tiram Hippopus pocellanus + - + + -
3 Kerang Kupang Putih Carbulu fabahinds - + + + +
4 Kerang Kipah Trachicardium
Subrugosum - + + + -
5 Kerang Putih Periglypta puerpera - + + + +
6 Kerang Samping Periglypta Reticulate - + + - +
Sumber : Yusran. Hasil Analisis, (2013)
Keterangan : + = ditemukan
- = tidak ditemukan
4.6. Klasifikasi dan Mofologi Kerang
4.6.1. Kerang Kima
Kerang kima (Pincatada Maxima) Kerang ini memiliki cangkang yang
sangat besar mempunyai rib - rib yang sangat besar arah radial .dengan warna
cangkang agak ke coklatan dengan garis putih di bagian cangkang yang terbuka.
Dengan panjang Kerang sekitar 15 cm, dengan lebar sekitar 20 cm, denga n
panjang lingkaran ke seluruhanya sekitar 55 cm di temukan kedalaman sektar 30-
80 cm. Kerang yang berukuran besar ini menyesuaikan diri menurut cara
hidupnya membenamkan diri, menempel atau tergeletak diatas batu karang.
30
30
4.6.2. Klasifikasi dan Mofologi kerang Kima
1. Klasifikasi
Filum : Mollusca
Klas : Bivalvia
Ordo : Venoirida
Family : Tridaccnidae
Genus : Hippopus
Spesies : Pincatada Maxima
2. Morfologi
Cangkang Kima pada umumnya berwarna putih kekuning - kuningan.
Permukaan cangkang bagian luar membentuk lekukan dan tonjolan ini tersusun
sedemikian rupa sehingga terbentuklah suatu bangunan seperti kipas. Pada bagian
yang menonjol tersebut terdapat lipatan berupa lempengan - lempengan yang
tajam dan tersusun rapi. Pada tiap - tiap jenis Kima lipatan tersebut bentuknya
agak berbeda. Bagian umbo dan engsel (hinge) letaknya di bagian (dorsal),
sedangkan bagian tepi katup bagian bawah adalah ventral (Guilbert, 2007).
Gambar 1 : Kerang Kima (Pincatada Maxima)
Sumber : Yusran, (2013)
4.6.3. Kerang Tiram
Tiram (Hippopus Pocellanus) ini memiliki cangkang yang bentuknya
warna putih dengan mempunyai rib - rib agak besar di bagian radial. tiramini di
31
31
tumbuhan karang dengan mengunakan bysuss atau pecahan karang yang udah
mati dan ada jugak yang mengedap di dalam tanah yang bepasir. Dengan
berukuran Tiram yang saya didapatkan dengan pan jang sekitar 12 cm, dengan
lebar 20 cm, dengan ukuran lingkaran 55 cm dengan permukaan tempat melekat
atau membenam diri pada dasar perairan. Habitatnya terumbu karang, pasir dan
pecahan karang, terdapat di perairan dangkal yang masih dapat ditembus oleh
cahaya mata hari, substrat dasar terutama jenis batu karang, pasir dan bongkahan
karang. Kima melekatkan diri dengan menggunakan benang byssus yang kuat.
Dengan kedalaman sekitar 30 - 70 cm. menurut (Baron, 2006). Menyatakan
Cangkang Tiram tersebut tidak sama bentuknya, kulit sebelah kanan agak pipih,
sedangkan sebelah kiri lebih cembung. Kedua cangkang tersebut bersatu pada
bagian punggung (dorsal) dan dihubungkan oleh sepasang engsel (hinge line)
yang berfungsi untuk membuka dan menutup cangkang. Tiram muda mempunyai
warna cangkang bervariasi dengan warna dasar kuning pucat, atau agak keputi -
putihan. Pada cangkang bagian luar terdapat garis - garis radier yang menonjol
seperti sisik, berwarna lebih terang dari warna cangkang, berjumlah dengan
ukurannya lebih besar dibandingkan pada spesies lain, kerang tiram di temukan
pada saat penelitian berlangsung ditemukan pada bagian terumbu karang.
4.6.4. Klasifikasi dan mofologi Kerang Tiram
1. Klasifikasi
Filum : Mollusca Genus : Pinctada
Klas : Bivalvia Spesies : Hippopus Pocellanus
Ordo : Anisomyaria
Famili : Pteridae
32
32
2. Mofologi
Tiram mutiara memiliki sepasang cangkang yang bentuknya tidak sama
(inequivalve). Cangkang tersebut berfungsi melindungi mantel dan organ bagian
dalam lainnya. Bagian cangkang sebelah kanan agak pipih dan cangkang sebelah
kiri lebih cembung. Kedua cangkang tersebut dihubungkan oleh sepasang engsel
(hinge), sehingga akan mempermudah tiram dalam membuka dan menutup
cangkangnya (Baron, 2006).
Gambar 2 : Kerang Tiram (Hippopus Pocellanus)
Sumber : Yusran, (2013)
4.6.5. Kupang Putih
Kupang putih (Carbula Fabahinds) yang berukuran kecil ini dengan panjang
3 cm, dengan lebar 4,5 cm, dengan panjang lingkaran sekitar 9 cm, dengan
hidupnya di dalam tanah yang berpasir dengan kedalaman sekitar 30 - 70 cm,
kupang putih ini bentuk tubuhnya agak bulat, cangkang berwarna putih. Menurut
(Ketut dian, 2008). Hewan laut semacam kerang kecil ini di sebut juga kerang
putih, hidup di air asin salah satu jenis kerang kecil yang termsuk binatang lunak
bercangkang belah dengan yang berlapis sepeti jalan berkaki kapak (Pelacypoda).
Kupang kecil ini hidup secara gerombolan, habitat nya berada pada dasar perairan
tanah yang berpasir atau tanah yang belumpur.
33
33
4.6.6. Klasifikasi dan Morfologi Kupang Putih
1. Klasifikasi
Filum : Mollusca
Klas : Bivalvia
Ordo : Mytiloida
Famili : Mytilidae
Genus : Mytilus
Spesies : Carbula Fabahinds
2. Mofologi
Warna putih dengan panjang 3 cm. Tekstur permukaan cangkang halus.
Memili gigi bertipe heterodont. Garis palial kelihatan jelas memiliki ligamen dan
mempunyai bekas otot adductor anterior dan posterior, mempunyai lekuk palial
yang sangat dalam.
Gambar 3 : Kerang Kupang putih (Carbulu Fabahinds)
Sumber : Yusran, (2013)
4.6.7. Kerang Kipah
Kerang kipah (Trachycardium Subrugosom) ini membentuk cangkang
kurang kecil atau sedang dan yang tipis atau tebal dan mempuyai rib - rib radial,
bentuk cangkang bulat segitiga atau oval. kerang ini mengedap di dalam tanah
yang berpasir dengan warna cangkang putih begaris - garis dengan berukuran
panjang cangkang 5 cm dangan lebar cangkang 6 cm, dan panjang lingkaran 14
cm, dengan kedalaman 40 - 80 cm. kerang ini hidup di dalam tanah bepasir dan
34
34
ada juga yang melekat di terumbu karang dan ada juga yang sudah mati
cangkangnya di bawa oleh arus gelombang kebibir pantai. Menurut (Setyono,
2006). Menyatakan Hewan ini gemar memendamkan dirinya kedalam pasir atau
lumpur dengan kedewasanya ukuran 5 sampai 6 cm panjang 4 sampai 5 cm.
Kerang ini mempuyai dua buah cangkang yang dapat membuka dan menutup
dengan mengunakan otot aduktor dalam tubuhnya.
4.6.8. Klasifikasi dan mofologi Kerang kipah
1. Klasifikasi
Filum : Mollusca
Klas : Bivalvia
Ordo : Arcoida
Famili : Cardiidae
Genus : Anadara
Spesies : Trachycardium Subrugosom
2. Mofologi
Cangkang berbentuk segitiga. Persengi panjang atau oval. Mempunyai rib
- rib arah yang radial. Engsel terdiri gigi - gigi yang halus yng banyak. Umumnya
hidup di laut dangkal di daerah tropis. ada juga yang hidup di laut yang sangat
dalam. (Razak, 2002).
Gambar 4 : Kerang Kipah (Trachycardium Subrugosom)
Sumber : Yusran, (2013)
39
39
4.6.9. Kerang Samping
Kerang Samping (Periglypta Retikulate) ini hidup dalam tanah berpasir atau di bawah terumbu karang dengan mengendapkan diri
dengan kedalaman sekitar 30 - 80 cm. Kerang ini berjalan mengunakan kaki yang berbentuk kapak pipih yang dapat di jalukan keluar
berfungsi untuk merayap dan menggali lumpur atau pasir. Kerang Samping ini memiliki cangkang membentuk oval segi tiga atau bulat
cangkang ada yang tipis atau tebal, Hidup kerang Samping ini di dalam tanah yang berpasir atau pasir yang berbatu dengan bentuk
cangkang kerang berwarna putih dengan ada bintik - bintik coklat dengan panjang cangkang berukuran 5,5 cm, lebar 6 cm dengan panjang
lingkaran 15 cm dengan kedalaman 30 - 70 cm, cangkang yang dapat membuka dan menutup.
4.6.10. Klasifikasi dan Mofologi Kerang Samping
1. Klasifikasi
Filum : Mollusca
Klas : Bivalvia
Ordo : Taxodonta
Family : Veneridae
Genus : Barbatia
Spesies : Periglypta Reticulate
2. Mofologi
40
40
Hewan ini merupakan anggota dari kelas Bivalvia karena memiliki dua buah cangkang yang setangkup. Mempunyai tipe gigi yang
taxodont (gigi engsel pendek dan berderet di tepi cangkang atau lurus). Mempunyai cangkang yang berukuran panjang sekitar 7 c m.
Tekstur cangkang bagian luar kasar dan bagian dalam halus. Warna cangkang putih dan ada yang berwarna coklat, tubuhnya pipih
laterolateral. Rongga mantel luas. Habitatnya di perairan laut, biasanya meliang atau membenamkan diri di dalam pasir atau lumpur di laut.
(Setyono, 2006)
Gambar 5 : Kerang Samping (Periglypta Reticulate)
Sumber : Yusran,(2013)
4.6.11. Kerang Putih
41
41
Kerang Putih (Periglyta Puerpera) ini hidup dalam tanah berpasir atau di bawah tumbu karang dengan mengendapkan diri dengan
kedalaman sekitar 30 - 80 cm. Kerang ini berjalan mengunakan kaki yang berbentuk kapak pipih yang dapat dijalurkan keluar berfungsi
untuk merayap dan memgali lumpur atau pasir. Kerang Putih ini memiliki cangkang membentuk oval segitiga atau bulat cangkang ada
yang tipis atau tebal, Hidup kerang putih ini di dalam tanah yang berpasir atau pasir yang berbatu dengan bentuk cangkang kerang
berwarna putih dan bintik - bintik coklat dengan panjang cangkang berukuran 5,5 cm, lebar 6 cm dengan panjang lingkaran 15 cm dengan
kedalaman 30-70 cm, cangkang yang dapat membuka dan menutup. Kerang putih mempunyai bentuk Kaki biasanya berbentuk seperti
baji namun kerang ini tidak memiliki kemampuan untuk bejalan dengan secara cepat.
4.6.12. Klasifikasi dan Mofologi Kerang Putih
1. Klasifikasi
Filum : Mollusca
Klas : Bivalvia
Ordo : Veneroida
Family : Veneridae
42
42
Genus : Periglypta
Spesies : Periglyta Puerpera
2. Mofologi
Kerang Putih adalah Mollusca yang memiliki sepasang cangkang yang dapat membuka dan menutup. Kerang putih mempunyai
bentuk simetri bilateral, namun hal ini tidak berkaitan dengan lokomosi yang cepat serta pipih secara lateral. Kaki biasanya berbentuk
seperti baji sehingga dikenal pula sebagai Pelecypoda (Oemardjati & Wardhana, 1990)
Gambar 6 : Kerang Putih (Periglyta Puerpera)
Sumber : Yusran,(2013)
4.7. Pembahasan
43
43
Berdasarkan hasil penelitian di Pulou Gosong yang di lakukan selama bulan Aprir - Juni 2013. Maka menunjukkan
keanekaragaman H' = 1,771 dengan nilai tersebut tingkat spesies kerang (Bivalvia) yang di temukan dengan nilai H’ nya adalah sedang,
yang berarti di perairan tersebut di katagorikan sedang dalam jumlah individu dan spesiesnya.
44
44
Lampiran I. Jenis - jenis Kerang (Bivalvia) yang terdapat masing - masing Stasiun
No Klas Spesies/Jenis
Lokasi
Ind Log10 pi Ln Pi Pi Ln Pi Pi2 Persentase St
I
St
II
St
III
St
IV
St
V
1 Kerang Kima Pincatada Maxima 10 0 5 4 0 19 1.278 0.163 -1.809 -0,296 0,327 16%
2 Kerang Tiram Hippopus Pocellanus 5 0 7 8 0 20 1.301 0.172 -1.757 -0,303 0,344 17%
3 Kupang Putih Carbulu Fabahinds 0 8 3 6 3 20 1.301 0.172 -1.757 -0,303 0,344 17%
4 Kerang Kipah Trachicardium
Subrugosum 3 9 7 4 0 23 1.361 0.198 -1.618 -0,32 0,396 19%
5 Kerang Putih Periglypta Puerpera 0 4 3 2 3 12 1.079 0.103 -2.268 -0,234 0,206 10%
6 Kerang Samping Periglypta Reticulate 0 11 5 0 6 22 1.342 0.189 -1.662 -0,315 0,379 18%
Jumlah individu (ind) 116
Jumlah Jenis (S) 6
Indeks keanekaragaman (H) 1,771
Ket:
Nilai (H') menunjukan bahwa tingkat keanekaragaman kerang Bivalvia di perairan pulou Gosong Sangkalan dalam katagori
sedang, dengan angka = 1,771
45
45
Lampiran II. Keterangan gambar nama Kerang dan Habitat nya
NO Spesies Nama Indonesia
Nama lokal Ciri - Ciri
Tipe
Subtrat Photo
1
Pincatada
maxima
Kima
Kimo
Kerang ini memiliki cangkang yang sangat
besar mempunyai rib - rib yang sangat besar arah
radial.dengan warna cangkang agak ke coklatan
dengan begaris putih di bagian cangkang yang
terbuka. Dengan panjang Kerang sekitar 15 cm,
dengan lebar sekitar 20 cm, dengan panjang
lingkaran keseluruhanya sekitar 55cm dengan
kedalaman sektar 30 - 80 cm. Kerang yang
berukuran besar ini menyesuaikan diri dengan
permukaan tempat melekat atau membenam diri
pada dasar perairan. Habitatnya terumbu karang,
pasir dan pecahan karang. Terdapat di perairan
dangkal yang masih dapat ditembus cahaya
matahari. substrat dasar terutama jenis batu
karang, pasir dan bongkahan karang. Kima
Tanah
berpasir
46
46
2
Hippopus
Porcellanus
Kerang Tiram
Kreung Tiram
melekatkan diri dengan menggunakan benang
byssus yang kuat. Menurut cara hidupnya.
Membenamkan diri, menempel atau tergeletak di
atas batu karang.
Tiram ini memiliki cangkang yang
bentuknya warna putih dengan mempunyai rib -
rib agak besar di bagian radial. Tiram ini di
tumbu karang dengan mengunakan bysuss atau
pecahan karang yang udah mati dan ada juga
yang mengedap didalam tanah yang bepasir.
Dengan berukuran Tiram yang saya didapatkan
dengan pan jang sekitar 12 cm, dengan lebar 20
cm, dengan ukuran lingkaran 55 cm dengan
permukaan tempat melekat atau membenam diri
pada dasar perairan. Habitatnya terumbu karang,
pasir dan pecahan karang. Terdapat di perairan
dangkal yang masih dapat ditembus oleh
cahaya mata hari. Substrat dasar terutama jenis
Tanah
berpasir
Lampiran 2 (Lanjutan)
47
47
batu karang, pasir dan bongkahan karang. Kima
melekatkan diri dengan menggunakan benang
byssus yang kuat. Dengan kedalaman sekitar 30
- 70 cm. menurut (Oemardjati & Wardhana,
1990). Menyatakan cangkang Tiram tersebut
tidak sama bentuknya, kulit sebelah kanan agak
pipih, sedangkan sebelah kiri lebih cembung.
Kedua cangkang tersebut bersatu pada bagian
punggung (dorsal) dan dihubungkan oleh
sepasang engsel (hinge line) yang berfungsi
untuk membuka dan menutup cangkang. Tiram
muda mempunyai warna cangkang bervariasi
dengan warna dasar kuning pucat, atau agak
keputi - putihan. Pada cangkang bagian luar
terdapat garis - garisra dier yang menonjol
seperti sisik, berwarna lebih terang dari warna
cangkang, berjumlah dengan ukurannya lebih
besar dibandingkan pada spesies lain,
Lampiran 2 (Lanjutan)
48
48
3
Carbulu
fabahinds
Kerang Kupang
Putih
Kreung Kupang
Gapue
Kerang ini hidup dalm tanah ber paratau
dibawah tumbu karang dengan mengendapkan
diri kedalaman sekitar 30 - 80 cm. Kerang ini
berjalan mengunakan kaki yang berbentuk kapak
pipih yang dapat di jalukan keluar berfungsi
untuk merayap danmemgali tanah lumpur
ataupasir. Kerang Putih ini memiliki cangkang
membentuk oval segitiga atau bulat cangkang
ada yang tipis atau tebal, Hidup kerang putih ini
di dalam tanah yang berpasir atau pasir yang
berbatu dengan bentuk
cangkang kerang berwarna putih dengan
ada bintik2 coklat dengan panjang cangkang
berukuran5,5 cm, lebar 6 cm dengan panjang
lingkaran 15 cm dengan kedalaman 30 - 70 cm,
cangkang yang dapat membuka dan menutup.
Tanah
berpasir
Lampiran 2 (Lanjutan)
49
49
4
Trachicardium
Subrugosum
Kerang Kipah
Kreung Kipah
Kerang kipah ini membentuk cangkan
gukurang kecil atau sedanga da yang tipis atau
tebal dan mempuyai rib - rib radial, bentuk
cangkang bulat segitiga. Kerang ini mengedap di
dalam tanah atu oval. yang berpasir dengan
warna cangkang putih begaris - garis
denganberukuran panjang cangkang 5 cm
dangan lebar cangkang 6 cm, dan panjang
lingkaran 14 cm, dengan kedalaman 40 - 80 cm.
kerang ini hidup didalam tanah bepasir dan ada
juga yang melekant di tumbu karang dan ada
jugak yang sudah mati cangkangnya di bawah
kolong arus gelombang kebibir pantai. Menurut
(Setyono, 2006). Menyatakan hewan ini gemar
memendamkan dirinya kedalam pasir atau
lumpur dengan kedewasanya berukuran 5
sampai 6 cm panjang 4 sampai 5 cm. Kerang ini
mempuyai dua buah cangkang yang dapat
membuka dan menutup dengan mengunakan otot
Tanah
berpasir
Lampiran 2 (Lanjutan) )
50
50
5
Periglypta
puerpera
Kerang Putih
Kreung puteh
aduktor dalam tubuhnya.
Kerang Putih ini memiliki cangkang
membentuk oval segitiga atau bulat cangkang
ada yang tipis atau tebal, Hidup kerang putih ini
di dalam tanah yang berpasir atau pasir yang
berbatu dengan bentuk cangkang kerang
berwarna putih dengan ada bintik2 coklat dengan
panjang cangkang berukuran5,5 cm, lebar 6 cm
dengan panjang lingkaran 15 cm dengan
kedalaman 30 - 70 cm, cangkang yang dapat
membuka dan menutup. Kerang putih
mempunyai bentuk kaki biasanya berbentuk
seperti baji namun kerang ini tidak memiliki
kemampuan untuk berjalan dengan secaracepat.
Tanah
berpasir
Lampiran 2 (Lanjutan)
51
51
6
Periglypta
Reticulate
Kerang Samping
Kreung Samping
Kerang simping ini bentuk cangkang
membentuk oval segitiga atau bulat. Cangkang
ada yang tipis ada yang tebar dengan warna
putih kecoklatan dengan panjang 7 cm, lebar 7,5
cm dengan panjang lingkaran 16 cm permukaan
cangkang kasar. Memiliki gigi cardinal bertipe
hete rodont. Garis palial kelihatan jelas.
Memiliki liga men yang berada di atas gigi
kardinal. Mempunyai bekas otot adductor
anterior dan posterior. Dan mempunyai
lekuk palial yang dalam
Tanah
berpasir
Lampiran 2 (Lanjutan)
47
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Hasil yang telah diuraikan maka dapat di tarik kesimpulan bahwa jenis -
jenis kerang (bivalvia) yang terdapat di Pulau Gosong, Kecamatan Susoh,
Kabupaten Aceh Barat Daya ialah, jenis kerang yang ditemukan pada Stasiun
satu, Kerang Kima (Pincatada maxima) sebanyak 19 individu, sedangkan Kerang
Tiram (Hippopus pocellanus) sebanyak 20 individu, Kupang Putih (Carbulu
fabahinds) sebanyak 20 individu, Kerang Kipah (Trachicardium Subrogosum)
sebanyak 23 individu, dan Kerang Putih (Periglypta puerpera) sebanyak 12
spesies, sedangkan kerang Samping (Periglypta reticulate) sebanyak 22 individu,
maka jumlah kerang (bivalvia) yang terdapat dari Stasiun satu sampai lima
sebanyak 116 individu. Yang berbeda dengan kedalaman 30 - 80 cm dengan
keadaan lokasi banyak tumbuh batu karang dan tanah yang berpasir.
5.2. Saran
Perlu dilakukan Penelitian Lanjutan untuk di dapatkan data kerang
(bivalvia) lebih komplit. Maka diharap pada pemerintah untuk dijaga kondisi
lingkugan Pulau Gosong tersebut agar tetap lestari.
48
DAFTAR PUSTAKA
Afiati, N. 2005. Karakteristik Pertumbuhan Alometri Cangkang Kerang (Bivalvia : Arcidae). Jurnal Saintek Perikanan 1, (2): 45-52.
Afiati, N. 2007. Gonad Maturation of Two Intertidal Blood Clams (Bivalvia: Arcidae) in Central java. Journal of Coastal Development 10, (2): 105-
113. Bachok, Z., P. L. Mfilinge dan M. Tsuchiya. 2006. Food Sources of Coexisting
Suspension - Feeding Bivalves as Indicated by Fatty Acid Biomarkers, Subjected to The Bivalves Abundance on a Tidal Flat. Journal of
Sustainability Science and Management. 1: 92-111. http://clade.ansp.org/obis/serch.php/19092 Diakses Tanggal7 desember 2013
Bengen, D. G. 2009. Luat Indonesia, Pentingnya Sumberdaya Moluska Dalam
Mendukung Ketahanan Pangan dan Penghela Ekonomi Perikanan. Makalah Seminar Nasional Moluska ke-2 Bogor, 11–12 Februari 2009. 18 hlm .
Baron, J. 2006. Reproductive Cycles of the Bivalvia Molluscs Atactodea
striata (Gmelin),Gafarium tumidum Roding and Anadara scapha (L.) in New Caledonia, Australian Journal of Marine and Freshwater Research, 43(2) p. 393–401. http://bivalvia/klarasa.com di akses Tanggal 10 maret
2013
Brotowidjoyo. 1994. Zoologi Dasar. Erlangga. hlm : 110. Castro, P. & M. E. Huber. 2007. Marine Biology, Sixth Edition. Published
by McGraw - Hill. hlm : 133-134.
Dance, S.P. 1977. The Encyclopedia of Shells. Blanford Press. London. 288p. Guilbert, A. 2007. State of The (Bivalvia: Archidae) Fishery In Las Perlas Archipelago, Panama. Submitted as Part Assessment for The Degree of
Master of Science (Master Thesis). Centre for Marine Biodiversity and Biotechnology School of Life Sciences Heriot - Watt University
Edinburgh. 72 p. Hutomo, Malikusworo dan M. K. Moosa. 2005. Indonesian Marine and Coastal
Biodiversity: Present Status. Indian Journal of Marine Sciences 34, (I), pp.88-97. http://bivalvia-pendekatan/dalm laut indonesia.com Diakses
Tanggal 23 mei 2013 Jaswir. 2009. Bacterial Pollution in Molluscs Arch Clam, Orbiciliaria orbiculata
and Blood Cockle, of Pahang Estuary, Malaysia. Journal of Biological
49
Science 2009. http://Asian Network for Scientific Information.com
Diakses Tanggal 27 mei 2013
Ketut dian. 2008. Philum Mollusca. http://Guru-ngeblog.com Diakses Tanggal 12 Februari 2013
Lutaenko, K. A. 2007. A Preliminary Review of Species Richness of The Bivalves (Arcidae) in The Indo-West Pacific Region. Biodiversity of The
Marginal Seas of The Northwestern Pacific Ocean: Proceedings of the Workshop, Institute of Oceanology CAS, Qingdao, China, November 21- 23, 2007. p94-98.
Nurdin, J., J. Supriatna, M. P. Patria, A. Budiman. 2008. Kepadatan dan
Keanekaragaman Kerang Intertidal (Mollusca: Bivalve) di Perairan Pantai Sumatera barat. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi-II 2008 Universitas Lampung, 17-18 November 2008.
Nybakken. 1982. Bilogi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Terjemahan Oleh
Muhammad Eiman. Dkk. http://PT Gramedia-Pustaka-Utama.com Diakses Tanggal 22 januari 2013
Oemardjati, B. S dan W. Wardhana. 1990. Taksonomi Avertebrata. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 177 hlm.
Odum, E.P., 1994. Dasar-dasar Ekologi (Terjemahan) Edisi ke tiga. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta: pp 174 – 200. http://Ekologi laut-
Universitas-pres.com Diakses Tanggal 22 januari 2013
Putri, R. E. 2005. Analisa Populasi dan Habitat Sebaran Ukuran dan Kematangan Gonand Kerang Lokan (Batisa violancae) di Muara Sungai Anai Padang, Sumatera Barat. Tesis Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Razak. A. 2002. Dinamika Karakteristik Fisika - Kimia Sedimen dan
hubungannya dengan Struktur Komunitas Molusca hentik di Muara Bandar Bakali Padang. Tesis Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.
Romimohtarto, K. dan S. Juwana. 2001. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan Tentang
Biota Laut. Djambatan. Jakarta. 540 p. Soegianto, A. and A. Supriyanto. 2008. Concentration of Pathogenic Bacteria and
Trace Metals in Bivalve Mollusk (Bivalvia: Arcidae) Harvested from East Java Coast, Indonesia. Jurnal Cah. Biologi Marine (49): 201-207.
http://Bivalve Mollusk of biologi.com Diases Tanggal 12 April 2013 Setyono, D. E. D. 2006. Karakteristik Biologi dan Produk Kekerangan
Laut. Jurnal Oseana 31, (1) : 1-7. http://Biologi/reproduksi bivalvia.com Diases Tanggal 12 April 2013
50
Suwanjarat, J . 2009. Reproductive Cycle of Pattani Bay and its Relationship with
Metal Concentrations in The Sediments. Songklanakarin Jurnal of Science and Technology 31 (5). http://www.seashellhub.com. Diases Tanggal 12
April 2013 Sugiati Suwingnyo, 2005. Avetrebrata air http://www.trubus-online.com/penebar
E-mail :ps@trubus - online.com.
Whitney, 1960. Biologi laut Suatu Pendekatan Ekologis. Terjemahan Oleh Muhamamad Eiman. Dkk. PT Gramedia Pustaka Utama. http://Biologi the marine.com Diases Tanggal 12 April 2013