112
i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT DAN TUBUHKU UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains Oleh ISFI MUZARI S831308022 PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN SAINS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNUVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

i

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA

TEMA MAKANAN SEHAT DAN TUBUHKU UNTUK MENINGKATKAN

HASIL BELAJAR

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Magister Pendidikan Sains

Oleh

ISFI MUZARI

S831308022

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN SAINS

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNUVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2015

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

ii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

iii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

iv

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

v

MOTTO

Sesungguhnya di samping kesukaran ada kemudahan. Maka apabila engkau telah

selesai, maka bersusah payahlan mengerjakan yang lain.

(Q.S. Al-Insyirah: 6-7)

Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan sukses

Aku percaya bahwa apapun yang aku terima saat ini adalah yang terbaik dari

Alloh dan Aku percaya Dia akan selalu memberikan yang terbaik untukku pada

waktu yang telah Ia tetapkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada:

1. Suamiku yang selalu memberikan motivasi untuk terselesainya tesis ini.

2. Kedua orangtuaku yang telah tulus ikhlas mendokan dan merawat

cucunya.

3. Anak-anaku yang merupakan penyemangat dalam hidupku.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT atas rahmat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Pengembangan

Modul IPA Terpadu Berbasis SETS pada Tema Makanan Sehat dan Tubuhku

untuk Meningkatkan Hasil Belajar ini dengan baik.

Penyelesaian tesis ini tidak lepas dari kesulitan karena keterbatasan

kemampuan. Berkat bantuan, bimbingan, dan motivasi yang diberikan berbagai

pihak kepada penulis, maka tesis ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan fasilitas dalam menempuh

pendidikan di Program Pascasarjana Pendidikan Sains Universitas Sebelas

Maret.

2. Dr. M. Masykuri, M.Si., selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan

Sains dan validator ahli media yang telah berkenan memberikan fasilitas,

pengarahan, saran, dan motivasi hingga terselesaikannya usulan tesis ini.

3. Prof. Dr. Ashadi, sebagai dosen pembimbing pertama yang telah berkenan

memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi, dan saran hingga

terselesaikannya tesis ini.

4. Dr. Baskoro Adi Prayitno, M.Pd., sebagai dosen pembimbing kedua yang

telah berkenan memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi, dan saran

hingga terselesaikannya tesis ini.

5. Dr. Maridi, M.Pd., selaku validator ahli materi yang telah memberikan saran

untuk perbaikan isi modul.

6. Karjiyadi, M.Pd. selaku validator ahli bahasa yang telah memberikan saran

untuk perbaikan tata tulis kebahasaan modul.

7. Jauhari Iswahyudi, M.Pd. dan Susi Prasetyaningtyas, M.Pd. selaku praktisi

yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan

modul.

8. Suami dan anak-anakku yang selalu memberikan motivasi untuk terselesainya

tesis ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

viii

9. Segenap dosen program Studi Magister Pendidikan Sains FKIP UNS yang

telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

10. Supardi, S.Pd. dan Drs. Dwinabut selaku kepala MTs YAPPI Mulusan dan

kepala MTs YAPPI Jetis yang telah memberikan fasilitas sehingga

terselesainya penelitian ini.

11. Riyata, S.Pd., Suwarsono, S.Pd., Sri Endang Y, S.Pd., Warsita, S.Pd., dan

Amin Salamah, S.Pd.Bio. yang telah memberikan penilaian modul, serta

Sugersi Wahyuni sebagai observer.

12. Teman-teman mahasiswa program Studi Magister Pendidikan Sains angkatan

September 2013 atas kerja sama dan motivasinya.

Penulis sadar sepenuhnya bahwa dalam penulisan tesis ini masih jauh dari

sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan. Semoga tesis ini bermanfat bagi yang membacanya.

Surakarta, Maret 2015

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

ix

Isfi Muzari. 2015. Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis SETS pada

Tema Makanan Sehat dan Tubuhku untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Tesis.

Pembimbing I: Prof. Dr. Ashadi. Pembimbing II: Dr. Baskoro Adi Prayitno,

M.Pd. Program Studi Magister Pendidikan Sains, Fakultas Kegiruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan karakteristik modul IPA

Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk

meningkatkan hasil belajar; (2) mengetahui kelayakan modul IPA Terpadu

berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil

belajar; (3) mengetahui efektivitas modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema

makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar.

Penelitian ini mengacu pada model pengembangan oleh Borg and Gall

yang direduksi menjadi 9 tahap: 1) analisis kebutuhan, 2) perencanaan, 3)

pengembangan produk, 4) uji lapangan awal, 5) revisi produk awal, 6) uji

lapangan utama, 7) revisi produk utama, 8) uji lapangan operasional, 9) revisi

produksi operasional. Subyek pengembangan untuk kelayakan modul divalidasi

oleh ahli media, ahli materi, ahli bahasa dan guru IPA (praktisi). Pengumpulan

data dilakukan dengan angket, lembar observasi, wawancara. Jenis data yang

diperoleh adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data

tentang hasil observasi, wawancara, serta saran saat validasi dan uji lapangan

terhadap kelayakan modul IPA Terpadu berbasis SETS hasil pengembangan.

Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari penilaian hasil validasi modul, penilaian

angket pada uji lapangan awal, uji lapangan utama, uji lapangan operasional, dan

hasil belajar. Efektivitas modul diperoleh dengan menggunakan gain score

ternormalisasi untuk pretest-postest. Sedangkan untuk sikap dan keterampilan

proses dengan membandingkan hasil setiap kegiatan belajar.

Hasil penelitian ini adalah: (1) karakteristik produk modul IPA Terpadu

berbasis SETS sebagai berikut: a) berbentuk modul cetak IPA terpadu berbasis

SETS dengan tema makanan sehat dan tubuhku untuk guru dan untuk siswa; b)

materi yang disajikan dikaitkan dengan masalah di sekitar kehidupan siswa yang

sering dijumpai dalam kehidupan, sehingga siswa lebih mudah memahami materi

tersebut; c) penyusunan modul mengacu pada alur pembelajaran SETS; d) modul

berisi keterkaitan unsur SETS yang tertuang dalam bagan-bagan SETS; e) modul

dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas dan belajar mandiri bagi siswa di

rumah; (2) Kelayakan modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan

sehat dan tubuhku berdasarkan penilaian ahli, praktisi, respon guru dan siswa

memberikan kategori sangat baik dan layak digunakan; (3) produk ini efektif

dalam meningkatkan pengetahuan (gain score = 0,344), sikap (18%) dan

keterampilan (14%).

Kata Kunci: Modul, IPA Terpadu, SETS, Hasil belajar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

x

Isfi Muzari. Development of SETS-based Integrated Natural Science Module on the

Theme of Healthy Food and My Body to Improve the Achievement. Thesis: Advisor:

Prof. Dr. Ashadi, Co-advisor: Dr. Baskoro Adi Prayitno, M.Pd., The Graduate Program in

Science Education, the Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret

University, Surakarta 2015.

ABSTRACT

The objectives of this research are: (1) to describe the characteristics of SETS-

based Integrated Natural Science module on the theme of Healthy Food and My Body to

improve the achievement; (2) to investigate the feasibility of SETS-based Integrated

Natural Science module on the theme of Healthy Food and My Body to improve the

acievement; and (3) to investigate the effectiveness of SETS-based Integrated Natural

Science module on the theme of Healthy Food and My Body to improve the achievement.

This research used the research and development (R&D) method which referred

to the model claimed by Borg and Gall with some reductions into nine phases, namely:

(1) need analysis, (2) planning, (3) development of product, (4) preliminary field testing,

(5) revision of preliminary product, (6) primary field testing, 7) revision of main product,

(8) operational field testing, and (9) revision of operational product. The subject of

development for the module feasibility was validated by a learning media expert, a

learning material expert, a language expert, and two practitioners (Natural Science

teachers). The data of research were collected through questionnaire, observation sheet,

and in-depth interview. The data obtained were qualitative and quantitative ones. The

former were those of the results of observation, in-depth interview, and suggestion during

the validation and field testing of the feasibility of the developed SETS-based Integrated

Natural Science module, and the latter were obtained from the evaluation of the results of

module validation, the evaluation of questionnaire during the preliminary field testing,

main field testing, and operational field testing, and learning result.. The effectiveness of

the module on the achievement was analyzed by using the normalized N-gain score for

pretest post test, and that of attitudes and skills of process was obtained by comparing the

achievement in each activity.

The results of research are as follows: 1) The characteristics of SETS-based

Integrated Natural Science module on the theme of Healthy Food and My Body include

the following: (a) the developed SETS-based Integrated Natural Science module on the

theme of Healthy Food and My Body is in the printed form; (b) the learning materials

presented are related to the problems surrounding the students’ life so that they can

easily understand them; (c) the module preparation refers to the SETS learning

procedure; (d) the module contains the interrelation of elements of SETS as presented in

the diagrams of SETS; and (e) the developed module can be used for learning activities in

the class and for independent learning at home by the students. 2) In term of feasibility,

the developed SETS-based Integrated Natural Science Module on the theme of Healthy

Food and My Body according to the judgment of the experts and practitioners and the

response of teachers and students belongs to the very good category and is feasible to be

used. 3) The developed product is effective to improve the knowledge as indicated by the

normalized N-gain score of 0.344, attitudes (18%), and skills (14%).

Keywords: Module, integrate Natural Science, SETS, and achievement.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………….…........ i

PESETUJUAN PEMBIMBING……………………………………..…… ii

PENGESAHAN………………………………..………………………..... iii

PERNYATAAN………………………………………………………....… iv

MOTTO…………………………………………………………............… v

PERSEMBAHAN…………………………………………………..…....… vi

KATA PENGANTAR…………………………………………………....... vii

ABSTRAK……………………………………………………………….... ix

ABSTRACT................................................................................................... x

DAFTAR ISI…………………………………………………………..…… xi

DAFTAR TABEL………………………………………………………..… xiii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………….………… xv

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………….………… xvi

BAB I PENDAHULUAN………………………….……………… 1

A. Latar Belakang…………………………….…………… 1

B. Batasan Masalah…………………………..…………… 6

C. Rumusan Masalah……………………………………… 6

D. Tujuan Penelitian……………………………….……… 7

E. Spesifikasi Produk……………………………...……… 7

F. Manfaat Penelitian………………………………...…… 8

G. Asumsi ………………………………….………...…… 9

H. Definisi Istilah………………………………………….. 9

BAB II LANDASAN TEORI………………………………………. 10

A. Tinjauan Pustaka…………………………………..…… 10

1. Pembelajaran Terpadu…………………………...… 10

2. IPA Terpadu………………………………………… 11

3. Pembelajaran Berbasis SETS……………….……… 17

4. Modul…………………………………….………… 20

5. Hasil Belajar……………………………...………… 24

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

xii

6. Materi Makanan Sehat dan Tubuhku………..…….. 26

B. Hasil Penelitian yang Relevan………….……………….. 39

C. Kerangka Berpikir………………………………………. 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN…………………….………. 45

A. Model Pengembangan……………………..…………….. 45

B. Tempat dan Waktu Penelitian……………..…………… 45

C. Subyek Penelitian………………………………………. 45

D. Prosedur Penelitian…………………………..…………. 46

E. Jenis Data………………………………….……………. 50

F. Metode Pengumpulan Data…………..………………… 51

G. Teknik Analisis Data……………………………………. 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………….… 61

A. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pengembangan……..….. 61

B. Pembahasan Hasil Penelitian dan Pengembangan…….... 76

C. Keterbatasan dan Temuan dalam Penelitian……………… 89

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN………………. 90

A. Kesimpulan…………………………………..………… 90

B. Implikasi…………………………………..……………. 91

C. Saran………………………………...........…………….. 91

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 93

LAMPIRAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Analisis Hasil UAN Tahun 2012/2013…………..……..… 3

Tabel 2.1 Model Pembelajaran IPA Terpadu………………………..... 16

Tabel 2.2 Makanan yang Mengandung Vitamin……………… …..…. 28

Tabel 2.3 Zat Aditif dan Penyakit yang Ditimbulkan…………............ 32

Tabel 3.1 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen…….……….…. 51

Tabel 3.2 Tingkat Reliabilitas………………………………………… 54

Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Ahli …………………….......................... 57

Tabel 3.4 Kriteria Hasil Angket Guru dan Siswa ……………….....… 57

Tabel 4.1 Perbaikan Modul Berdasarkan Saran Ahli Media .............. 66

Tabel 4.2 Perbaikan Modul Berdasarkan Saran Ahli Bahasa …......... 67

Tabel 4.3 Perbaikan Modul Berdasarkan Saran Ahli Materi …….… 67

Tabel 4.4 Perbaikan RPP Berdasarkan Saran Validator ………….… 67

Tabel 4.5 Perbaikan Soal Kognitif Berdasarkan Saran validator….... 67

Tabel 4.6 Perbaikan Modul Berdasarkan Saran Praktisi...................... 68

Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Uji Validasi Ahli dan Praktisi………..... 68

Tabel 4.8 Rangkuman Hasil Uji Validitas............................................. 69

Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran……………..…….. 69

Tabel 4.10 Rangkuman Hasil Uji Daya Beda…………...………….….. 70

Tabel 4.11 Perbaikan Modul hasil Uji Lapangn Awal………………… 70

Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Respon Siswa pada Uji Lapangan Awal 70

Tabel 4.13 Perbaikan Modul hasil Uji Lapangn Utama……………… 71

Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Respon Siswa pada Uji Lapangan Utama 71

Tabel 4.15 Rangkuman Hasil Respon Guru............................................. 71

Tabel 4.16 Hasil Belajar Pretes………………………………………… 72

Tabel 4.17 Hasil BelajarPostes………………………………………… 72

Tabel 4.18 Rangkuman Hasil Analisis Perbedaan Hasil Belajar………. 73

Table 4.19 Nilai Sikap Kelas Kontrol………………………………..… 73

Table 4.20 Nilai Sikap Kelas Pengguna Produk…………………..…… 73

Tabel 4.21 Rangkuman Penilaian Sikap Kelas Kontrol ……. ………… 74

Tabel 4.22 Rangkuman Penilaian Sikap Kelas Pengguna Produk…...… 74

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

xiv

Table 4.23 Nilai Keterampilan Kelas Kontrol………………………… 74

Table 4.24 Nilai Keterampilan Kelas Pengguna Produk……………… 74

Tabel 4.25 Rangkuman Nilai Keterampilan Kelas Kontrol………..…... 75

Tabel 4.26 Rangkuman Nilai Keterampilan Kelas Penggun Produk…... 75

Tabel 4.27 Rangkuman Respon Siswa pada Uji Lapangan Operasional 75

Tabel 4.28 Perbaikan Modul Hasil Uji Operasional………………… 76

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Tahap Pembelajaran STM……………………………….……. 18

Gambar 2.2 Makanan yang Mengandung Karbohidrat……...…………….. 27

Gambar 2.3 Makanan yang Mengandung Protein…………………............ 27

Gambar 2.4 Makanan 4 Sehat 5 Sempurna……………...……………...… 29

Gambar 2.5 Sistem Pencernaan……………………...………………......... 34

Gambar 2.6 Lambung………………………………………………………. 35

Gambar 2.7 Kerangka Berpikir……………………………...……………… 44

Gambar 3.1 Borg & Gall Direduksi…………………..…….…................... 46

Gambar 3.2 Desain Percobaan…………………………………….……...… 50

Gambar 4.1 Tampilan Sampul Modul Bagian Depan dan Belakang........... 63

Gambar 4.2 Tampilan Mengenal Modul IPA Terpadu Berbasis SETS….. 64

Gambar 4.3 Tampilan Ayo Mengamati dan Diskusi…………..………... 64

Gambar 4.4 Tampilan Ayo Menghubungkan……………………..……… 65

Gambar 4.5 Tampilan Ayo Bereksperimen………………………...…… 65

Gambar 4.6 Tampilan Ayo Menganalisis....……………………………… 65

Gambar 4.7 Cover Sebelum dan Sesudah Validasi……………………… 80

Gambar 4.8 Halaman Francis Sebelum dan Sesudah Validasi………...... 81

Gambar 4.9 Halaman BAB II Sebelun dan Sesudah Validasi …. …......... 81

Gambar 4.10 Ilustrasi Kegiatan Belajar Sebelum dan Sesudah Validasi.... 82

Gambar 4.11 Bagan SETS Sebelum dan Sesudah Validasi ……………..... 82

Gambar 4.12 Peta Konsep Keterpaduan………………………..………...... 83

Gambar 4.13 Kolom Tugas dan Diskusi………………....……………..... 83

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Hasil Observasi Sekolah……………………............……. 97

Lampiran 2 Hasil UAN MTs YAPPI Mulusan Tahun 2013……………. 98

Lampiran 3 Kisi-kisi dan Angket Pengungkap Kebutuhan…………… 103

Lampiran 4 Pedoman Wawancara …………….……………………...… 113

Lampiran 5 Hasil Analisis Pengungkap Kebutuhan……………………. 116

Lampiran 6 Silabus…………………………………………………...… 121

Lampiran 7 RPP ……………………………………………………….. 145

Lampiran 8 Matrik Modul………………………………………………. 172

Lampiran 9 Kisi-kisi dan Soal Try Out ………………………………. 196

Lampiran 10 Hasil Uji Soal Try Out…………………………….…..…. 209

Lampiran 11 Instrumen Validasi………………………………………… 213

Lampiran 12 Perhitungan Hasil Validasi Ahli…………………………… 243

Lampiran 13 Perhitungan Respon Siswa pada Uji Lapangan Awal…..… 255

Lampiran 14 Perhitungan Respon Siswa pada Uji Lapangan Utama …… 258

Lampiran 15 Perhitungan Respon Guru pada Uji Lapangan Utama……. 261

Lampiran 16 Perhitungan Respon Siswa pada Uji Lapangan Operasional 263

Lampiran 17 Perhitungan Efektifitas N-Gain……………………………. 265

Lampiran 18 Perhitungan Uji T………………………………………… 266

Lampiran 19 Hasil Belajar Siswa………...……………………………… 274

Lampiran 20 Dokumentasi………………………………………………. 288

Lampiran 21 Perijinan…………………………………………………… 291

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari

pengaruh perkembangan globalisasi, yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi. Seiring

dengan itu, maka pendidikan juga harus mampu mengimbangi dan mengembangkan

kualitas dalam bidang pendidikan agar keluaran institusi pendidikan mampu

menghadapi era globalisasi.

Pendidikan merupakan salah satu sarana menciptakan sumber daya manusia

yang berkualitas sebagai modal dasar pembangunan suatu negara. Pendidikan berfungsi

untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan memiliki keterkaitan erat dengan globalisasi. Dalam menuju era

globalisasi, Indonesia harus melakukan reformasi dalam proses pendidikan, yaitu

dengan menciptakan sistem pendidikan yang lebih komprehensif dan fleksibel, sehingga

para lulusan dapat berfungsi secara efektif dalam kehidupan masyarakat global. Oleh

karena itu, pendidikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga anak didik dapat

mengembangkan potensi yang dimiliki secara alami dan kreatif dalam suasana penuh

kebebasasn, kebersamaan dan tanggung jawab.

Perubahan kurikulum pendidikan merupakan dampak dari pesatnya arus

globalisasi. Pengembangan kurikulum Nasional menjadi penting sejalan dengan

kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat

pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Karena itu,

implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam menghadapi

globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia di masa depan. Kurikulum 2013 yang

bertumpu pada pendidikan karakter, penyempurnaan pola pikir dan pendalaman materi

untuk menciptakan siswa yang unggul secara kemampuan dan prilaku.

Tema Kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang produktif,

kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan penguatan yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

2

terintegrasi (Sumiyati, 2013). Oleh karena itu, untuk mewujudkan hal tersebut dalam

implementasi kurikulum, guru dituntut untuk secara profesional merancang

pembelajaran efektif dan bermakna, mengorganisasikan pembelajaran, serta memilih

pendekatan pembelajaran yang tepat.

Inti dari Kurikulum 2013 adalah pada upaya penyederhanaan dan tematik-

integratif. Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam

menghadapi masa depan. Karena itu kurikulum disusun untuk mengantisipasi

perkembangan masa depan.

Keberhasilan proses pembelajaran IPA ditandai dengan tercapainya tujuan

dalam penanaman dan pengembangan konsep – konsep IPA. Hal ini dapat dilihat dari

nilai rata-rata siswa yang menunjukkan sama dengan atau lebih besar dari rata-rata

nasional melalui ujian nasional dalam suatu Negara.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 dan kurikulum

2013 yang mengisyaratkan bahwa isi mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) pada

tingkat SMP/MTs merupakan IPA Terpadu. Hal ini didasarkan kecenderungan materi

IPA yang memiliki potensi untuk dipadukan dalam suatu tema tertentu.

IPA Terpadu memberikan dampak bagi guru, peserta didik, bahan ajar maupun

sarana dan prasarana yang dibutuhkan (Tim IPA Terpadu, 2009). Bahan ajar IPA sudah

selayaknya dapat dipergunakan oleh guru maupun peserta didik dalam mempermudah

dan mencerna materi IPA. Segala bentuk upaya perlu dikerahkan dalam proses

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. Kegiatan

pembelajaran semacam itu dapat ditunjang dengan menggunakan bahan ajar salah

satunya berupa modul.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pembelajaran IPA Terpadu di MTs

YAPPI Mulusan Gunungkidul masih perlu mendapatkan perhatian. Hal ini dapat dilihat

dari hasil rata-rata belajar siswa pada ujian nasional masih rendah, sarana belajar yang

tidak memadai, yang tampak dari penggunaan buku siswa yang belum merata dan

sistem peggunaannya secara bergilir untuk tiap kelas pararel, dan belum memiliki

laboratorium. Selanjutnya dapat dilihat permasalahan yang terjadi di dalam proses

belajar, di kelas siswa belum mampu berdiskusi dan mengomunikasikan hasil

pekerjaannya dengan baik. Sedangkan permasalahan dihadapi guru yaitu pembelajaran

IPA selama ini belum dikaitkan dengan lingkungan sekitar dan belum terpadu.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

3

Berdasarkan hasil analisis butir soal UAN tahun pelajaran 2012/2013

menunjukkan bahwa daya serap materi sistem pencernaan dan zat aditif pada makanan

masih di bawah rata-rata nasional. Soal pada sistem pencernaan pada tingkatan

mengamati (observasi) dan soal pada zat aditif pada tingkatan mengelompokkan

(mengklasifikasikan). Kedua tingkatan soal tersebut merupakan indikator keterampilan

proses. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan proses di MTs YAPPI Mulusan

masih rendah. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Analisis hasil UAN tahun 2012/2013

Kemampuan yang

diuji

Daya Serap Indikator

Keterampilan Proses Sekolah Nasional

Sistem Pencernaan 50,91 % 73, 07 % Mengamati (observasi)

Zat Aditif 41,82% 68, 04 % Mengelompokkan (klasifikasi)

Hasil analisis pengungkap kebutuhan (2014) tehadap siswa MTs YAPPI

Mulusan menunjukkan bahwa 100 % siswa tidak memiliki buku pegangan IPA, 72,7%

siswa tidak mencari sumber belajar lain, 59,1% mengalami kesulitan dalam mempelajari

buku paket dan baku baru menyajikan masalah yang ada di lingkungan sekita, serta

90,9% siswa tidak dapat melakukan percobaan secara mandiri. Berdasarkan hasil

penelitian tersebut menunjukkan MTs YAPPI Mulusan memerlukan bahan ajar yang

dapat mengatasi permasalahan siswa dalam mempelajari IPA dan mengkaitkanya

dengan lingkungan sekitar serta menuntun siswa melakukan percobaan secara mandiri.

Hasil analisis pengungkap kebutuhan guru (2014) menunjukkan bahwa guru

belum memiliki bahan ajar IPA Terpadu yang seuai dengan kebutuhan siswa. Hal ini

menunjukkan perlunya dikembangkan bahan ajar IPA Terpadu untuk memenuhi

kebutuhan.

Hasil analisis terhadap buku paket yang digunakan di MTs YAPPI Mulusan

menunjukkan tingkat keterpaduan baru 50%, hubungan materi dengan lingkungan

teknologi dan masyarakat 44%, dan keterampilan proses sains yang dilatihkan 50%.

Sedangkan jika dilihat dari kefektivan mengukur hasil belajar untuk ranah pengetahuan

(kognitif) 54,2%, ranah sikap 43,75%, dan ranah keterampilan 55%. Hal ini

menunjukkan bahwa buku tersebut untuk MTs YAPPI Mulusan perlu dimodifikasi.

Seadangkan hasil observasi terhadap sikap siswa dalam proses pembelajaran

tampak siswa bekerja kurang teliti, kurang tanggung jawab dan belum mampu bekerja

sama dengan baik. Hal ini tampak dari siswa dalam bekerja yaitu tidak menuliskan hasil

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

4

pengamatan dengan lengkap, ada siswa yang tidak menyelesaikan tugasnya, dan tidak

bekaerja karena belum ada pembagian tugas yang jelas dalam satu kelompok.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas

adalah dengan mengembangkan modul pembelajaran IPA Terpadu berbasis Science,

Environment, Technology, and Society (SETS) dalam bahasa Indonesia dikenal dengan

sebutan salingtemas yang merupakan sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Isi

materi modul itu disesuaikan dengan kondisi daerah setempat. Modul yang

dikembangkan berperan sebagai pendamping buku siswa dari pemerintah. Oleh karena

itu dalam proses pembelajaran, siswa mendapatkan contoh konkret yang ada di

sekitarnya. Mereka mendapatkan pengalaman yang terjadi di lingkungan sekitar,

sehingga mereka dapat menentukan sikap yang tepat jika dihadapkan dengan

permasalahan di lingkungan sendiri. Jadi dapat ditegaskan dengan sikap dan

keterampilan akan diperoleh suatu pengetahuan yang jelas, sehingga jika pengetahuan

dikuasai makaakan berimbas terhadap hasil belajar.

Keterampilan proses menekankan cara siswa belajar dan cara mengelola

perolehannya, sehingga mudah dipahami dan digunakan dalam kehidupan di

masyarakat. Dalam proses pembelajaran diusahakan agar siswa memperoleh

pengalaman dan pengetahuan sendiri, melakukan penyelidikan ilmiah, melatih

kemampuan intelektualnya, dan merangsang keingintahuan serta dapat memotivasi

kemampuannya untuk meningkatkan pengetahuan yang baru diperolehnya. Dengan

mengembangkan keterampilan proses anak akan mampu menemukan dan

mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan mengembangkan

sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian, keterampilan-keterampilan itu menjadi

roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep, serta penumbuhan dan

pengembangan sikap dan nilai (Semiawan, 1992: 18)

Modul IPA perlu dikembangkan karena anatara lain tuntutan kurikulum 2013

bahwa pembelajaran IPA untuk tingkat SMP/MTs harus terpadu, kurangnya panduan

bahan ajar di MTs YAPPI Mulusan, dan dengan modul siswa dapat belajar mandiri serta

mempunyai kesempatan belajar sendiri dalam waktu tak terbatas untuk memahami

pokok bahasan tertentu.

Modul IPA berbasis SETS diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar.

Modul ini memaparkan bahan ajar yang dirancang untuk dipelajari secara mandiri.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

5

Pendekatan SETS dapat membantu siswa membuka wawasan tentang hakikat

pendidikan IPA yang dikaitkan dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat secara

utuh. Tema yang diangkat dalam modul tidak lepas dari lingkungan siswa di MTs

YAPPI Mulusan. Siswa setiap hari tidak lepas dari jajanan dan kadang tidak

menhiraukan dampak jajanan terhadap kesehatan tubuh dan kebersihan lingkungga.

Pengembangan modul berbasis SETS diangkat sebagai sebagai alternatif solusi

untuk meningkatkan hasil belajar. Modul ini memiliki beberapa kelebihan yang

mengarahkan dalam penyelesaian masalah seperti yang telah diuraikan di atas.

Kelebihan itu antara lain modul berbasis SETS dapat memperjelas permasalahan yang

terjadi di lingkungan secara konkret sehingga siswa dapat memahaminya dan

mengambil sikap untuk mengatasi permasalahan yang terjadi. Selanjutnya jika dilihat

dari fungsinya, modul akan memberikan waktu lebih kepada siswa untuk belajar

mandiri sehingga pemahaman terhadap materi pelajaran dapat ditingkatkan maka hasil

belajar yang dicapai juga akan meningkat.

Hasil penelitian Frank dan Barzilai (2006) menunjukkan bahwa 95% siswa

berpendapat jika konsep salingtemas dimasukkan ke dalam proses pembelajaran, maka

memberi kesempatan kepada mereka untuk memperoleh pengetahuan dan mempertinggi

pemahaman mereka antar cabang ilmu pengetahuan sehingga diharapkan melalui

kegiatan pembelajaran yang berwawasan salingtemas akan diperoleh pemikiran tentang

hasil teknologi dari transformasi sains, tanpa harus merusak atau merugikan lingkungan

dan masyarakat.

Berdasarkan hasil pengembangan modul IPA oleh Wenno (2010) menyatakan

pembelajaran sains dengan menggunakan bahan ajar modul akan sangat bermanfaat

bagi guru sains dalam menyampaikan materi kepada peserta didik, karena mereka akan

lebih kreatif mengembangkan dirinya dan kegiatan pembelajaran menjadi menarik.

MTs YAPPI Mulusan pada proses pembelajaran IPA belum melaksakan IPA

terpadu. Guru masih melakukan proses pembelajaran yang terpisah yaitu fisika, biologi,

dan kimia. Hal itu dikarenakan berbagai kendala yaitu latar belakang pendidikan para

guru bukan IPA, keterbatasan waktu dan kemampuan guru belum berani mencoba

sesuatu yang berbeda dengan kebiasaan selama ini berjalan. Model pembelajaran

terpadu merupakan salah satu model implementasi kurikulum yang dianjurkan untuk

diaplikasikan pada jenjang pendidikan tingkat SMP. Berdasarkan temuan masalah di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

6

atas, maka langkah selanjutnya adalah dirancangan produk modul IPA terpadu yang

diharapkan dapat mengatasi masalah yang ada.

Modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku

untuk meningkatkan hasil belajar yang akan dikembangkan dengan memadukan dua

kompetensi dasar kelas VIII kurikulum 2013 yang ada keterpaduannya yaitu KD 3.6

tentang sistem pencernaan yang dikaitkan dengan sistem tubuh yang lain dan KD 3.7

tentang zat aditif pada makanan. Penyusunan modul ini mengacu pada alur

pembelajaran SETS (Poedjiadi, 2010). Materi dalam modul yang akan disusun sangat

dekat dengan kehidupan sehari-hari dan biasa keluar pada ujian nasional SMP/MTs.

Berpijak dari fakta di lapangan maka perlu pengembangan modul berbasis SETS

pada tema makanan sehat dan tubuhku yang isinya disesuaikan dengan situasi kondisi

lingkungan setempat diharapkan dapat menambah pengetahuan dan mengarahkan siswa

dalam mengatasi permasalahan yang terjdi di lingkungan, serta meningkatkan hasil

belajarnya.

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan judul penelitian sebagai

berikut : “Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis SETS Pada Tema Makanan

Sehat dan Tubuhku Untuk Meningkatkan Hasil Belajar “.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pengembangan modul IPA berbasis SETS

dengan tema Makanan Sehat dan Tubuhku Kelas VIII semester gasal di MTs YAPPI

Mulusan Paliyan Gunungkidul DIY tahun pelajaran 2014/2015.

C. Rumusan Masalah

Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini, dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik modul IPA berbasis SETS pada tema makanan sehat dan

tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar?

2. Bagaimana kelayakan modul IPA berbasis SETS pada tema makanan sehat dan

tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar?

3. Bagaimana keefektifan modul IPA berbasis SETS pada tema makanan sehat dan

tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar?

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

7

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Menemukan karakteristik modul IPA berbasis SETS pada tema makanan sehat dan

tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar.

2. Mengetahui kelayakan modul IPA berbasis SETS pada tema makanan sehat dan

tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar.

3. Mengetahui efektifitas modul IPA berbasis SETS pada tema makanan sehat dan

tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar.

E. Spesifikasi Produk

Produk yang dihasilkan berupa modul dengan spesifikasi sebagai berikut :

1. Berbentuk modul cetak IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan

tubuhku untuk guru dan untuk siswa.

a. Modul untuk siswa memiliki sub bagian yaitu: 1) Halaman awal modul yang

terdiri dari: halaman francis, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, dan

daftar tabel; 2) BAB I: pendahuluan yang berisi deskripsi pembelajaran,

mengenal modul berbasis SETS, peta kompetensi, rencanan pembelajaran,

indikator pencapaian kompetensi, peta kedudukan modul, dan peta

keterpaduan; 3) BAB II : kegiatan pembelajaran yang berisi uraian singkat

tema, kegiatan belajar ke-1 sampai ke-3 dengan urutan ayo mengamati dan

diskusi, ayo menghubungkan, ayo bereksperimen, ayo menganalisis,

rangkuman, dan tes formatif; 4) BAB III: penilaian yang berisi evaluasi, tugas

dan diskusi; 5) Penutup: glosarium, indeks, dan daftar pustaka.

b. Modul untuk guru memiliki sub bagian yaitu: 1) Halaman awal modul yang

terdiri dari: halaman francis, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, dan

daftar tabel; 2) BAB I: pendahuluan yang berisi deskripsi pembelajaran,

mengenal modul berbasis SETS, peta kompetensi, indikator pencapaian

kompetensi, peta kedudukan modul, peta keterpaduan, dan rencanan

pembelajaran; 3) BAB II : kegiatan pembelajaran yang berisi uraian singkat

tema, kegiatan belajar ke-1 sampai ke-3 dengan urutan ayo mengamati dan

diskusi, ayo menghubungkan, ayo bereksperimen, ayo menganalisis,

rangkuman, tes formatif dan umpan balik, ; 4) BAB III: penilaian yang berisi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

8

evaluasi, tugas dan diskusi, kunci jawaban; 5) Penutup: glosarium, indeks, dan

daftar pustaka.

2. Materi yang disajikan dikaitkan dengan masalah di sekitar kehidupan siswa yang

sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa lebih mudah

memahami materi tersebut.

3. Penyusunan modul mengacu pada alur pembelajaran SETS.

4. Modul berisi keterkaitan unsur SETS yang tertuang dalam bagan SETS.

5. Modul dapat digunakan dalam pembelajaran di kelas dan belajar mandiri di rumah.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang

terlibat dan memiliki kepentingan dengan masalah yang diteliti, khususnya:

1. Bagi Siswa:

a. Sebagai bahan ajar bagi siswa secara aktif dan mandiri.

b. Memberikan pengalaman baru bagi siswa sehingga dapat meningkatkan hasil

belajar sesuai dengan kompetensi yang ditetapkan.

c. Menumbuhkan kreativitas siswa dalam menuangkan gagasan dalam

pembelajaran sains yang dikaitkan dengan SETS dalam bentuk aplikasi.

2. Bagi Guru:

a. Memberi inspirasi untuk lebih kreatif dalam inovasi pembelajaran IPA Terpadu

di SMP/MTs.

b. Meningkatkan kekritisan guru dalam memilih masalah yang nyata/faktual dalam

lingkungan sekitar terkait materi yang akan diajarkan.

3. Bagi Sekolah:

a. Menyediakan bahan ajar IPA Terpadu berupa modul sesuai dengan kurikulum.

b. Sebagai referensi dalam menyediakan bahan ajar IPA Terpadu SMP/MTs.

4. Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman dan keterampilan serta wawasan dalam pengembangan

modul sebagai bahan ajar yang berkualitas baik.

5. Bagi peneliti lain sebagai bahan acuan untuk penelitian pengembangan sejenis.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

9

G. Asumsi Pengembangan

Asumsi dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa SMP/MTs kelas VIII dapat belajar mandiri dengan adanya modul.

2. Siswa dapat mengaitkan materi pelajaran dengan masalah di lingkungan sekitar.

3. Siswa dapat menerapkan ilmu yang didapatkan di sekolah dalam lingkungan.

H. Definisi Istilah

Definisi istilah yang diidentifikasikan dalam pengembangan produk adalah:

1. SETS (Science, Environment, Technology, and Society) yaitu penerapan

pendekatan pembelajaran yang mengkaitkan keempat unsurnya yakni; sains,

lingkungan, teknologi, dan masyarakat dalam pembelajaran.

2. Modul yaitu suatu unit lengkap yang terdiri dari materi, rangkaian kegiatan belajar

dan evaluasi yang disusun untuk membantu siswa dalam mencapai tujuan yang

telah dirumuskan.

3. Modul berbasis SETS yaitu modul yang isi materinya disusun dengan mengkaitkan

keempat unsurnya yakni; sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat dalam

pembelajaran.

4. Hasil belajar yaitu hasil yang diperoleh siswa selama terjadinya proses

pembelajaran sikap, pengetahuan, dan keterampilan pada materi pelajaran pada satu

pokok bahasan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Terpadu

a. Filosofi Pembelajaran Terpadu

Secara filosofis kemunculan pembelajaran terpadu dikembangkan dengan landasan

pemikiran progresivisme, konstruktivisme, developmentally appropriate practice

(DAP), landasan normatif, dan landasan praktis. Aliran Progesivisme menyatakan

bahwa pembelajaran seharusnya berlangsung secara alamiah. Konstruktivisme

beranggapan bahwa pengalaman langsung siswa adalah kunci dalam pembelajaran.

Developmentally appropriate practice (DAP) menyatakan bahwa pembelajaran harus

disesuaikan dengan perkembangan usia dan individu yang meliputi perkembangan

kognisi, emosi, minat, dan bakat siswa. Landasan normatif menghendaki bahwa

pembelajaran terpadu dilaksanakan berdasarkan tujuan pembelajaran. Sedangkan

landasan praktis mengharapkan pembelajaran disesuaikan dengan memperhatikan

situasi dan kondisi praktis terhadap pelaksanaan untuk hasil yang optimal (Trianto,

2013: 69)

Pembelajaran terpadu memiliki arti penting dalam kegiatan belajar mengajar. Ada

beberapa alasan yang mendasarinya (Trianto, 2013: 60), antara lain: 1) tingkat

perkembangan mental anak selalu dimulai dengan tahap berpikir nyata, 2) proses

pemahaman anak terhadap suatu konsep lebih terorganisir, 3) pembelajaran akan lebih

bermakna, 4) pemberi peluang siswa untuk mengembangkan kemampuan diri, dan 4)

memperkuat kemampuan yang diperoleh.

b. Karakteristik Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu sebagai sutu proses menpunyai karakteristik atau ciri-ciri

(Trianto, 2013: 62), yaitu:

1) Holostik, yaitu fenomena yang menjadi pusat dalam pembelajaran terpadu diamati

dan dikaji dari berbagai bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang

terkotak-kotak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

11

2) Bermakna, yaitu pengkajian fenomena dari berbagai aspek memungkinkan

terbentuknya jalinan antar konsep yang disebut skema. Hal ini berdampak pada

kebermaknaan dari materi yang dipelajari.

3) Otentik, yaitu siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep yang ingin

dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung, sehingga informasi dan

pengetahuan yang diperoleh sifatnya menjadi lebih otentik.

4) Aktif, yaitu pembelajaran menekankan keaktifan siswa baik secara fisik, mental,

intelektual, maupun emosional untuk hasil yang optimal dengan

mempertimbangkan hasrat, minat, dan kemampuan siswa sehingga mereka

termotivasi untuk terus belajar.

2. IPA Terpadu

a. Hakikat Pembelajaran IPA

Secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang melalui

langkah-langkah observasi, perumusan masalah, menyusun hipotesis, eksperimen,

penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Dapat pula dikatakan bahwa

hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gelala-gejala melalui

serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap

ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen

terpenting berupa konsep, prisip dan teori yang berlaku secara universal (Trianto, 2013:

141)

Hakikat dan tujuan pembelajaran IPA (Depdiknas, 2003: 2) diharapkan dapat

memberikan antara lain sebagai berikut: 1) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan

alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; 2)

Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada

di alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi; 3)

Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah dan

melakukan obsevasi; 4) Sikap ilmiah, antara lain skeptis, kritis, sensitif, obyektif,

jujur terbuka, benar dan dapat bekerja sama; 5) Kebiasaan mengembangkan

kemampuan berpikir analitis, induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan

prisip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam; 6) Apresiatif terhadap sains

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

12

dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta

penerapanya dalam teknologi.

Menurut Nur dan Wikandari (2000) dalam Triatno 2013 menyatakan bahwa proses

belajar mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, sehingga

siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep, teori-teori dan sikap ilmiah

siswa itu sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses

pendidikan maupun produk pendidikan.

b. Pengertian IPA Terpadu

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 secara tegas

menyatakan bahwa substansi mata pelajaran IPA di SMP merupakan IPA Terpadu,

bukan IPA yang terpisah-pisah sebagai mata pelajaran Fisika, Biologi, dan Kimia.

Adanya kurikulum tersebut membuat IPA diajarkan secara lebih meyeluruh dan saling

berkaitan satu sama lain.

IPA Terpadu merupakan IPA yang disajikan sebagai satu kesatuan yang tidak

terpisahkan, artinya peserta didik tidak belajar ilmu fisika, biologi, dan kimia secara

terpisah sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, melainkan semua diramu dalam

kesatuan (Das Salirawati, 2009). Menurut Das Salirawati, mata pelajaran ini lebih tepat

dinamakan IPA, tidak perlu diberi tambahan “terpadu” di belakangnya, karena dari

lahirnya dahulu itulah hakikat IPA yang sesungguhnya, artinya IPA lahir bukan dari

penyatuan fisika, biologi, dan kimia, tetapi lahir sebagai IPA.

UNESCO mengemukakan bahwa IPA Terpadu terdiri dari berbagai pendekatan

dimana konsep dan prinsip IPA disajikan sehingga tampak adanya kesatuan pemikiran

yang fundamental (Dyah Hikmawati, 2000: 204). Salah satu cirinya adalah perpaduan

dua disiplin ilmu atau lebih dalam pokok bahasan, tanpa batas-batas yang nyata dari

disiplin ilmunya.

Pada kurikulum 2013 KD mata pelajaran IPA sudah memadukan konsep dari aspek

fisika, biologi kimia dan IPBA, tetapi tidak semua aspek dipadukan karena pada suatu

topik IPA tidak semua aspek dapat dipadukan.

Bersarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA Terpadu merupakan

perpaduan objek dan fenomena cabang-cabang materi IPA (fisika, biologi, kimia) yang

dipelajari secara terpadu dan menyeluruh sehingga pembelajaran serta kompetensi yang

diinginkan dapat tercapai.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

13

c. Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu

Ada beberapa tujuan dengan dilaksanakannya pembelajaran IPA Terpadu (Puskur,

2007: 7) dalam Trianto (2013), antara lain:

1) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Pembelajaran yang disajikan

terpisah-pisah dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai

siswa memungkinkan tumpang tindih dan pengulangan, sehingga membutuhkan

waktu dan energi yang lebih banyak, serta membosankan bagi siswa. Bila konsep

yang tumpang tindih dan pengulangan dapat dipadukan, maka pembelajaran akan

lebih efektif dan efisien.

2) Meningkatkan minat dan motivasi. Pembelajaran IPA Terpadu dapat

mempermudah dan memotivasi siswa untuk mengenal, menerima, menyerap, dan

memahami keterkaitan atau hubungan antar konsep pengetahuan dan nilai atau

tindakan yang termuat dalam tema tersebut. Oleh karena itu, dengan model

pembelajaran yang terpadu dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari, siswa digiring

untuk berfikir luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan

konseptual yang disajikan guru.

3) Beberapa kompetensi dapat dicapai sekaligus. Model Pembelajaran IPA Terpadu

dapat menghemat waktu, tenaga, sarana, serta biaya karena pembelajaran beberapa

kompetensi dasar dapat diajarkan sekaligus. Selain itu, pembelajaran terpadu juga

dapat menyederhanakan langkah-langkah pembelajaran. Hal ini dapat terjadi karena

adanya proses pemaduan dan penyatuan sejumlah standar kompetensi dan

kompetensi dasar, serta langkah pembelajaran yang dipandang memiliki kesamaan

dan keterkaitan.

Bersarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran IPA Terpadu

bertujuan agar pembelajaran IPA Terpadu efektif dan efisien, dapat meningkatkan

motivasi siswa sehingga pembelajaran serta kompetensi yang diinginkan dapat tercapai

dalam kurun waktu pembelajaran.

d. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran IPA Terpadu

Kelebihan pembelajaran IPA Terpadu (Trianto, 2013: 157) antara lain: 1)

tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan; 2) siswa dapat melihat

hubungan yang bermakna antar berbagai konsep dan perubahannya; 3) meningkatkan

taraf kecakapan berfikir siswa, karena siswa dihadapkan pada gagasan yang lebih luas;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

14

4) pembelajaran terpadu menyajikan penerapan tentang dunia nyata, sehingga

memudahkan pemahaman konsep dan kepemilikan kompetensi IPA; 5) motivasi belajar

peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan; 6) pembelajaran terpadu membantu

menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatani antara pengetahuan awal siswa

dengan pengalaman belajar yang terkait; 7) akan terjadi peningkatan kerja sama antara

guru bidang terkait, guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan

narasumber, sehingga pembelajaran lebih menyenangkan, nyata, dan bermakna.

Pembelajaran IPA Terpadu memiliki beberapa kelemahan (Trianto, 2013: 158)

antara lain: 1) guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan

metodologi yang andal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan

mengembangkan materi; 2) pelajaran terpadu menuntut kemampuan belajar siswa yang

baik yaitu memiliki akademik dan kreativitas. Model pembelajaran terpadu

menekankan pada kemampuan mengurai, menghubung, eksploratif, dan elaborasi; 3)

pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup

banyak dan bervariasi; 4) kurikulum haru luwes, berorentasi pada pencapaian

ketuntasan pemahaman siswa (bukan target pencapaian materi). Guru perlu diberi

kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan siswa; 5)

pembelajaran terpadu membutuhkan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif),

yaitu menetapkan keberhasilan belajar siswa dari beberapa bidang kajian terkait yang

dipadukan; 6) pembelajaran terpadu berkencenderungan mengutamakan salah satu

bidang kajian dan menenggelamkan bidang kajian lain. Hal ini berarti pada saat

mengajarkan sebuah tema, maka guru cenderung mengutamakan substansi gabungan

sesuai dengan pemahaman, selera, latar belakang pendidikan guru itu sendiri.

e. Pemaduan Konsep dalam Pembelajaran IPA Terpadu

Salah satu kunci pembelajaran terpadu yang terdiri dari beberapa bidang kajian

yaitu menyediakan lingkungan belajar yang menempatkan siswa mendapatkan

pengalaman belajar yang dapat mengkaitkan konsep-konsep dari berbagai bidang

kajian.

Pembelajaran IPA Terpadu adalah pembelajaran IPA yang mencoba memadukan

beberapa pokok bahasan dari berbagai bidang kajian (fisika, kimia, biologi, bumi dan

alam semesta) pada mata pelajaran IPA dalam satu bahasan (Depdiknas: 2006).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

15

Lintas bidang kajian dalam IPA adalah mengkoordinasikan berbagai disiplin ilmu.

Sebenarnya IPA dapat juga dipadukan dengan bidang kajian lain di luar bidang kajian

IPA. Mengingat pembahasan materi IPA pada tingkat SMP/MTs, akan lebih baik bila

keterpaduan dibatasi pada bidang kajian yang termasuk bidang kajian IPA saja . Hal ini

dimaksudkan agar tidak terlalu banyak guru yang terlibat, yang akan membuka peluang

munculnya kesulitan dalam pembelajaran dan penilaian, karena semakin tinggi jenjang

pendidikann, maka semakin luas pula pemahaman konsep yang harus dikuasai siswa

(Trianto, 2013: 160).

Pembelajara terpadu diawali dengan penentuan tema, karena penentuan tema akan

membantu siswa dalam beberapa aspek (Trianto, 2013: 160), yaitu sebagai berikut: 1)

Siswa yang bekerja sama dengan kelompoknya akan bertanggung jawab, disiplin, dan

mandiri; 2) Siswa lebih percaya diri dan termotivasi dalam belajar bila mereka berhasil

menerapkan yang dipelajarinya; 3) Siswa lebih memahami dan lebih mudah mengingat,

karena mereka mendengar, berbicara, membaca, menulis, dan „melakukan‟ kegiatan

penyelidikan masalah yang sedang dipelajari; 4) Memperkuat kemampuan berbahasa

siswa; 5) Belajar lebih baik jika siswa terlibat aktif melalui tugas, kolaborasi, dan

berinteraksi dengan teman, guru, dan dunia nyata.

Oleh karena itu, jika guru hendak melakukan pembelajaran terpadu dalam IPA,

sebaiknya memilih tema yang menghubungkan antara IPA-lingkungan-teknologi-

masyarakat (Trianto, 2013: .161)

f. Model Pembelajaran IPA Terpadu

Dari sejumlah model pembelajaran yang dikemukakan Fogarty 1991(dalam

Trianto, 2013: 39) terdapat beberapa model yang potensial untuk diterapkan dalam

pembelajaran IPA terpadu, yaitu connected, webbed, shared, dan integrated. Empat

model tersebut dipilih karena konsep-konsep dalam KD IPA memiliki karakteristik

yang berbeda-beda, sehingga memerlukan model yang sesuai agar memberikan hasil

keterpaduan yang optimal.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

16

Tabel 2.1. Model Pembelajaran IPA Terpadu yang Potensial untuk Diterapkan

Model Karakteristik Kelebihan Keterbatasan

integrated Membelajarkan

konsep pada

beberapa KD yang

beririsan atau

tumpang tindih,

hanya konsep yang

beririsan yang

dibelajarkan

Pemahaman

terhdap konsep

lebih utuh

(holistik),

lebih efisien,

sangat

kontekstual

KD-KD yang konsepnya

beririsan tidak selalu

dalam semester atau kelas

yang sama, menuntut

wawasan dan penguasaan

materi yang luas, sarana-

prasarana misalnya buku

belum mendukung

Shared

Membelajarkan

semua konsep dari

beberapa KD,

dimulai dari konsep

yang beririsan

sebagai unsur

pengikat

Pemahaman

terhadap konsep

utuh, efisien, dan

Kontekstual

KD-KD yang konsepnya

beririsan tidak selalu

dalam semester atau kelas

yang sama, menuntut

wawasan dan penguasaan

materi yang luas, sarana-

prasarana misalnya buku

belum mendukung

Webbed Membelajarkan

beberapa KD yang

berkaitan melalui

sebuah tema

Pemahaman

terhadap konsep

utuh, kontekstual,

dapat dipilih

tema-tema

menarik yang

dekat dengan

kehidupan

KD-KD yang konsepnya

berkaitan tidak selalu

dalam semester atau kelas

yang sama, tidak mudah

menemukan tema pengait

yang tepat.

connected Membelajarkan

sebuah KD, konsep-

konsep pada KD

tersebut dipertautkan

dengan konsep pada

KD yang lain

Melihat perma-

salahan tidak

hanya dari satu

bidang kajian,

pembelajaran

dapat mengikuti

KD-KD dalam

standar isi

Kaitan antara bidang

kajian sudah tampak

tetapi masih didominasi

oleh bidang kajian

tertentu

Pengembangan bahan ajar yang akan dilakukan dalam penelitian ini

menggunakan model connected/terhubung merupakan model integrasi interbidang studi.

Model ini secara nyata mengintegrasikan suatu konsep, keterampilan atau kemampuan

pada pokok bahasan atau sub pokok bahasan lain dalam satu bidang studi, kaitan dapat

diadakan secara spontan atau direncanakan terlebih dahulu. Dengan demikian,

pembelajaran menjadi lebih bermakna dan efektif.

tema

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

17

Kelebihan model keterpaduan connected (Fogarty dalam Trianto: 2013) antara

lain: a) dengan pengintegrasian ide-ide interbidang studi, maka siswa mempunyai

gambaran yang luas, b) siswa dapat mengembangkan kosep kunci secara terus menerus,

dan c) memungkinkan siswa mengkaji, mengkoseptualisasi, memperbaiki, serta

mengasimilasi ide-ide dalam memecahkan masalah. Sedangkan kelemahanya antara

lain: a) masih kelihatan terpisahnya interbidang studi, b) tidak mendorong guru untuk

bekerja tim antarbidang studi, dan c) usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar

bidang studi menjadi terabaikan.

3. Pembelajaran Berbasis SETS (Science, Environment, Technology, Society)

a. Pengertian SETS

Menurut Yager (1996) pengetahuan teknologi masyarakat merupakan pendekatan

kurikulum yang dirancang untuk membuat konsep dan proses traidisional yang

dikaitkan dengan bentuk pengetahuan dan program studi masyarakat yang lebih cocok

dan relevan dengan kehidupan siswa.

Pada dasarnya pendekatan sains dan teknologi masyarakat dalam pembelajaran,

baik pembelajaran sains maupun pembelajaran bidang sosial, dilaksanakan oleh guru

melalui topik yang dibahas dengan jalan menghubungkan antara sains dan teknologi

yang terkait dengan kegunaannya di masyarakat (Poedjiadi, 2010: 84)

Berdasarkan definisi di atas maka pendekatan SETS merupakan pendekatan konsep

dan proses tradisional yang digunakan dalam pembelajaran sains maupun sosial dengan

mengaitkan topik yang dibahas dengan kehidupan siswa sehari-hari atau kehidupan

masyarakat yang relevan.

b. Karakteristik SETS

Karakteristik pembelajaran IPA bervisi SETS (Binadja, 1999) adalah: 1)

pembelajaran konsep IPA (sains) tetap diberikan; 2) peserta didik dibawa ke situasi

untuk melihat teknologi yang terkait; 3) peserta didik diminta untuk menjelaskan

keterhubungan antara unsur sains yang dibincangkan dengan unsur lain dalam SETS

yang ada kaitannya; 4) peserta didik dibawa untuk mempertimbangkan manfaat atau

kerugian menggunakan konsep sains IPA tersebut bila diubah dalam bentuk teknologi;

5) peserta didik diajak mencari alternatif pengatasan terhadap kerugian (bila ada) yang

ditimbulkan oleh penerapan sains ke bentuk teknologi terhadap lingkungan dan

masyarakat; 6) dalam konteks konstruktivisme, peserta didik diajak berbincang tentang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

18

SETS berkaitan dengan konsep sains yang dibelajarkan, dari berbagai macam titik awal

tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki peserta didik.

c. Tujuan Pembelajaran SETS

Tujuan Pembelajaran SETS ialah untuk membentuk individu yang memiliki literasi

sains dan teknologi serta memiliki kepedulian terhadap masalah masyarakat dan

lingkungannya. Literasi sains dan teknologi adalah memiliki kemampuan

menyelesaikan masalah menggunakan konsep-konsep sains yang diperoleh dalam

pendidikan, mengenal produk teknologi dan dampaknya yang ada di sekitar, maupun

menggunakan produk teknologi dan memeliharanya, kreatif membuat hasil teknologi

yang disederhanakan dan mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai (Poedjiadi,

2010: 123).

d. Langkah-langkah pembelajaran SETS

Pendekatan STM memiliki tahap-tahap pembelajaran yang khas, yaitu selalu

diawali dengan adanya isu yang berkembang di masyarakat. Tahapan-tahapan

pembelajaran STM secara lengkapnya tergambar pada Gambar 2.1. berikut (Poedjiadi,

2010: 126).

d

Gambar 2.1 Tahap Pembelajaran STM

Enam ranah yang terlibat dalam model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat

(Poedjiadi, 2010: 131-132), antara lain: 1) konsep, fakta, generalisasi, yang diambil dari

bidang ilmu tertentu dan merupakan kekhasan masing-masing bidang studi; 2) proses

yaitu bagaimana proses memperoleh konsep atau bagaimana cara-cara memperoleh

konsep dalam bidang ilmu tertentu; 3) aplikasi konsep dalam kehidupan sehari-hari

merupakan aplikasi yang lebih luas dari C-3nya Benjamin Bloom; 4) kreativitas

Isu atau

masalah

Pendahuluan:

Inisiasi/invitasi/apersepsi/eksplorasi

terhadap siswa Tahap 1

Pembentukan/pengembangan konsep Pemantapan

konsep Tahap 2

Aplikasi konsep dalam kehidupan:

Penyelesaian masalah atau analisis isu Pemantapan

konsep Tahap 3

Tahap 4 Pemantapan konsep

Tahap 5 Penilaian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

19

mencakup lima perilaku individu, yakni: kelancaran, fleksibilitas, originalitas, elaborasi,

sensitivitas; 5) sikap, mencakup menyadari kebesaran Tuhan, menghargai hasil

penemuan para ilmuan dan penemuan produk teknologi, namun menyadari

kemungkinan adanya dampak negatif produk teknologi; 6) cenderung untuk ikut

melaksanakan tindakan nyata apabila terjadi sesuatu dalam lingkungannya yang

memerlukan peran sertanya.

Alasan mengapa enam ranah di atas perlu dikembangkan pada tiap individu dalam

pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut (Poedjiadi, 2010: 132-133): 1)

meningkatkan keterampilan kognitif; 2) dengan melatih keterampilan proses siswa

diharapkan terbiasa selalu merancang proses-proses yang perlu dilakukan untuk

mencapai produk-produk ilmiah; 3) aplikasi dalam kehidupan sehari-hari membuat

siswa merasa bahwa belajar di sekolah bermanfaat bagi dirinya maupun

lingkungannya, sehingga mendorong siswa untuk melakukan belajar sepanjang hayat;

4) kreativitas mendorong untuk memperoleh ide-ide yang dapat disumbangkan kepada

orang lain dan masyarakat; 5) sikap akan mendorong untuk mensyukuri keadaanya dan

berbuat baik selama hidup; 6) membentuk sikap kepedulian untuk ikut serta berkiprah

dalam lingkungannya.

e. Kelebihan dan Kekurangan SETS

Kelebihan diterapkan pendekatan SETS menurut Nono Sutarno (2007), adapun

kelebihan SETS adalah : 1) Siswa memiliki kemampuan memandang sesuatu secara

terintegrasi dengan memperhatikan keempat unsur SETS, sehingga dapat memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang pengetahuan yang telah dimiliki; 2) Melatih

siswa peka terhadap masalah yang sedang berkembang di lingkungan mereka; 3) Siswa

memiliki kepedulian terhadap lingkungan dengan mengetahui sains dan perkembangan

sains dapat mempengaruhi lingkungan, teknologi dan masyarakat secara timbal balik.

Sedangkan kekurangan SETS antara lain : 1) siswa mengalami kesulitan dalam

menghubungkan antara unsur-unsur dalam pembelajaran; 2) membutuhkan waktu yang

lebih banyak dalam pembelajaran; 3) pendekatan SET hanya dapat diterapkan dikelas

atas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

20

4. Modul

a. Pengertian Modul

Beberapa ahli memberikan definisi tentang modul, salah satu pengertian modul

yang dirumuskan oleh Kunandar (2009: 236) modul merupakan seperangkat

pembelajaran yang dikembangkan dari setip kompetensi dan pokok bahasan yang akan

disampaikan. Modul ini berisi materi, lembar kerja, lembar kegiatan siswa, dan juga

lembar jawaban siswa.

Menurut Mudlofir (2011: 149) modul adalah bahan ajar yang disusun secara

sistematis dan menarik meliputi materi ajar, metode dan evaluasi yang digunakan secara

mandiri. Modul merupakan salah satu bahan ajar cetak yang disusun sedemikian rupa

sehingga siswa dapat belajar secara individual.

Pengertian modul menurut Sabri (2007: 143) modul adalah suatu unit lengkap yang

terdiri dari rangkaian kegiatan belajar disusun untuk membantu siswa dalam mencapai

yang telah dirumuskan. Modul merupakan suatu paket kurikulum yang disediakan untuk

dapat digunakan siswa belajar sendiri, sehingga tanpa kehadiran guru siswa dapat

belajar mandiri.

Modul menurut Depdiknas (2008: 7) merupakan alat atau sarana pembelajaran

yang berisi materi, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang

secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai

dengan tingkat kompetensinya.

Sedangkan Nasution (2010: 205) mengemukakan modul dapat dirumuskan sebagai:

suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan

belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang

dirumuskan secara khusus dan jelas.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan modu dalam

penelitian ini adalah modul merupakan suatu unit lengkap yang terdiri dari materi,

rangkaian kegiatan belajar dan evaluasi yang disusun untuk membantu siswa dalam

mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Modul merupakan suatu bahan ajar cetak paket

kurikulum yang disediakan untuk dapat digunakan siswa belajar sendiri, sehingga tanpa

kehadiran guru siswa dapat belajar mandiri.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

21

b. Fungsi Modul

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2002: 4-5), mengungkapkan kriteria dalam

memilih dan menggunakan media pembelajaran yaitu: 1) ketepatannya dengan tujuan

pembelajaran, 2) dukungan terhadap isi bahan pembelajaran, 3) kemudahan

memperoleh media, 4) keterampilan guru dalam menggunakannya, 5) tersedia waktu

untuk menggunakannya, 6) sesuai dengan taraf berpikir peserta didik.

Sedangkan Azhar Arsyad (2011: 75), mengemukakan beberapa kriteria yang patut

diperhatikan dalam pemilihan media, yaitu:1) sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,

2) tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau

generalisasi, 3) praktis, luwes, dan bertahan, 4) guru terampil menggunakannya, 5)

pengelompokan sasaran, 6) mutu teknis.

Depdiknas (2008), mengemukakan tujuan pembelajaran modul adalah sebagai

berikut:

“1) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat

verbal, 2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa

maupun guru/instruktur, 3) Agar dapat digunakan secara tepat dan bervariasi,

seperti untuk meningkatkan motivasi dan gairah belajar, 4) Mengembangkan

kemampuan dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar

lainnya yang memungkinkan siswa belajar secara mandiri sesuai kemampuan dan

minatnya, 5) Memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil

belajarnya.”

Modul sebagai pegangan bahan belajar dalam proses pembelajaran harus disusun

secara efektif dan terperinci. Penulisan modul yang ideal adalah modul yang dapat

membawa siswa untuk bergairah dalam belajar dengan menyajikan materi sesuai

dengan minat dan kemampuannya. Inti dari dibuatnya modul agar siswa lebih leluasa

dalam belajar walaupun tidak di lingkungan sekolah dan dengan atau tanpa didampingi

oleh guru.

c. Karakteristik Modul

Pedoman penulisan modul yang dikeluarkan oleh Direktorat Pendidikan Menengah

Kejuruan, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan

Nasional Tahun 2008, agar modul mampu meningkatkan motivasi dan efektifitas

penggunaanya, modul harus memiliki kriteria sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

22

1) Self instructional

Merupakan karakteristik yang penting dalam modul, dengan karakter tersebut

memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan tidak tergantung pada pihak lain.

Untuk memenuhi karakter self instruction, maka modul harus: a) membuat tujuan yang

jelas, dan dapat menggambarkan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar;

b) memuat materi pembelajaran yang dikemas dalam unit-unit kegiatan yang

kecil/spesifik, sehingga memudahkan dipelajari secara tuntas; c) tersedia contoh dan

ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran; d) terdapat soal-

soal latihan, tugas, dan sejenisnya yang memungkinkan untuk mengukur penguasaan

siswa; e) kontektual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana, tugas atau

konteks kegiatan dan lingkungan siswa; f) menggunakan bahasa yang sederhana dan

komunikatif; g) terdapat rangkuman materi pembelajaran; h) terdapat instrument

penilaian, yang memungkinkan siswa melakukan penilaian sendiri (self assessment); i)

terdapat umpan balik atas siswa, sehingga siswa mengetahui tingkat penguasaan materi;

j) terdapat informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendukung materi

pembelajaran.

2) Self contained

Modul dikatakan self contained bila seluruh materi pembelajaran yang dibutuhkan

termuat dalam modul tersebut. Tujuan dari konsep ini adalah memberikan kesempatan

kepada siswa mempelajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi belajar

dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh. Jika harus dilakukan pembagian atau

pemisahan materi dari satu standar kompetensi, harus dilakukan dengan hati-hati dan

memperhatikan keluasan standar kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa.

3) Berdiri sendiri (Stand Alone)

Stand alone atau berdiri sendiri merupakan karakteristik modul yang tidak

tergantung pada bahan ajar atau media lain, atau tidak harus digunakan bersama-sama

dengan media lain. Sehingga siswa tidak perlu menggunakan bahan ajar lain untuk

mempelajari modul tersebut. Jika siswa masih menggunakan dan bergantung pada

bahan ajar selain modul yang digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak termasuk

sebagai modul yang berdiri sendiri.

4) Adaptif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

23

Modul hendaknya memiliki adaptasi yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan

teknologi. Dikatakan adaptif jika modul tersebut dapat menyesuaikan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel/luwes.

5) Bersahabat (user friendly)

Modul juga hendaknya memenuhi kaidah user friendly atau bersahabat/akrab

dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat

membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakaian dalam

merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan. Modul disusun dengan

menggunakan kalimat aktif dengan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta

menggunakan istilah yang umum digunakan.

Penelitian ini akan dikembangkan modul yang tidak sepenuhnya memiliki

karakteristik berdiri sendiri (stand alone ) karena modul yang disusun berfungsi sebagai

pendamping buku siswa dari pemerintah jika digunakan dalam kelas serta sebagai

petunjuk kerja kelompok. Selain itu, modul juga dapat digunakan sebagai bahan ajar

mandiri bagi siswa di rumah.

d. Komponen Modul

Komponen modul dalam Depdiknas (2008), menyampaikan komponen isi modul

yaitu terdiri atas bagian pembuka (judul, daftar isi, peta informasi, daftar tujuan

kompetensi, tes awal), bagian inti (tinjauan materi, hubungan dengan materi lain,

uraian materi, penugasan, rangkuman), dan bagian akhir (glosarium, tes akhir, indeks).

Garis besar isi modul menurut Purwanto (2007: 57) dapat dikembangkan dalam

bentuk matriks dan narasi, yang lebih penting adalah komponen dalam modul garis

besar isi modul yang meliputi judul, pokok bahasan, tujuan pembelajaran, pokok-

pokok materi, penilaian, dan kepustakaan.

Pengembangan bahan ajar modul penting dilakukan guru untuk meningkatkan

kualitas dan efisiensi pembelajaran. Pengembangan modul memiliki komponen-

komponen tertentu yang harus diperhatikan oleh guru agar dapat dihasilkan modul yang

memiliki peran penting baik bagi guru maupun siswa. Dengan adanya modul yang

sesuai dengan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran maka tingkat pemahaman

siswa terhadap pelajaran akan meningkat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

24

e. Pengembangan Modul

Menurut Nurma dan Endang (2010), pengembangan modul merupakan seperangkat

prosedur yang dilakukan secara berurutan untuk melaksanakan pengembangan sistem

pembelajaran modul. Dalam mengembangkan modul diperlukan prosedur tertentu yang

sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai, struktur isi pembelajaran yang jelas, dan

memenuhi kriteria yang berlaku bagi pengembangan pembelajaran.

Pengembangan modul harus mengikuti beberapa langkah yang sistematis sebagai

mana dikatakan oleh Nasution (2010: 216), langkah-langkah pengembangan modul

antara lain: 1) merumuskan sejumlah tujuan secara jelas, spesifik, dalam bentuk

kelakuan siswa yang dapat diamati dan diukur; 2) urutan tujuan itu yang menentukan

langkah-langkah yang diikuti dalam modul; 3) test diagnostik untuk mengukur latar

belakang siswa, pengetahuan dan kemampuan yang telah dimilikinya sebagai pra-syarat

untuk menempuh modul; 4) adanya butir test dengan tujuan-tujuan modul; 5) Menyusun

alasan atau rasional pentingnya modul bagi siswa; 6) kegiatan-kegiatan belajar

direncanakan untuk membantu dan membimbing siswa agar mencapai kompetensi

seperti dirumuskan dalam tujuan; 7) menyusun post-test untuk mengukur hasil belajar

siswa; 8) menyiapkan pusat sumber-sumber berupa bacaan yang terbuka bagi siswa

setiap waktu memerlukannya.

5. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta didik mengharapkan

mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu

peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui

proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan

terjadinya hasil belajar yang baik.

Hasil Belajar menurut Nana Sudjana (2013 : 2) merupakan suatu kompetensi atau

kecakapan yang dapat dicapai oleh siswa setelah melalui kegiatan pembelajaran yang

dirancang dan dilaksanakan oleh guru.

b. Hasil Belajar

Nana Sudjana (2013: 3) menyatakan bahwa hasil belajar siswa pada hakikatnya

adalah perubahan tingkah laku dan sebagai umpan balik dalam upaya memperbaiki

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

25

proses belajar mengajar. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas

mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik.

Suratinah Tirtonegoro (2001: 43) mengemukakan hasil belajar adalah penilaian

hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf

maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa

dalam periode tertentu.

Syaiful Bahri Djamarah (1996: 23) mengungkapkan hasil belajar adalah hasil yang

diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu

sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

Permendikbud No. 66 tahun 2013 tentang standar penilaian kurikulum 2013

menjelaskan bahwa ruang lingkup penilaian hasil belajar peserta didik mencakup

kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang

sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap

standar yang telah ditetapkan.

c. Ranah Hasil Belajar

Benyamin Bloom (Nana Sudjana, 2010: 22-31) mengemukakan secara garis besar

membagi hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah

psikomotorik.

1. Ranah kognitif

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam

aspek, kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek

berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud

adalah: 1) pengetahuan, 2) pemahaman, 3) aplikasi, 4) analisis, 5) sintesis, dan 6)

evaluasi.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek. Kelima

aspek dimulai dari tingkat dasar atau sederhana sampai tingkat yang kompleks sebagai

berikut: 1) reciving/ attending (penerimaan), 2) responding (jawaban), 3) Valuing

(penilaian), 4) organisasi, dan 5) karaakteristik nilai atau internalisasi nilai.

3. Ranah Psikomotor

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan

kemampuan bertindak individu. Ada enam tingkatan keterampilan, yakni:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

26

1) gerakan refleks yaitu keterampilan pada gerakan yang tidak sadar; 2) keterampilan

pada gerakan-gerakan dasar; 3) kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya

membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain; 4) kemampuan di

bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan; 5) gerakan-gerakan skill,

mulai dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks; 6)

kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan

ekspresif dan interpretatif.

6. Materi Makanan Sehat dan Tubuhku

Zat makanan adalah segala sesuatu zat yang dimakan atau diperlukan oleh tubuh

makhluk hidup dalam menunjang dan mempertahankan kelangsungan hidup dan

kehidupannya.

Secara garis besarnya fungsi makanan itu adalah untuk mempertahankan hidup dan

kehidupan setiap individu, artinya makan itu untuk hidup dan kehidupan bukan hanya

untuk mencari makan. Zat-zat makanan diperlukan oleh tubuh manusia untuk : a)

Pertumbuhan dan pembangun tubuh; b) Pemeliharaan jaringan dan perbaikan sel-sel

jaringan tubuh yang rusak atau telah tua; c) Penyediaan bahan baker agar tubuh

memperolah energi yang diperlukan untuk aktivitas; d) Mengatur proses-proses tubuh,

misalnya mengatur metabolisme dan berbagai keseimbangan cairan tubuh; e)

Pertahanan tubuh terhadap berbagai macam penyakit.

Ditinjau dari peranan makanan bagi kehidupan setiap makhluk hidup yang penting,

maka ada dua faktor utama yang perlu dipenuhi agar manfaat itu memenuhi kebutuhan

hidup setiap individu. Pertama makanan yang dimakan harus lengkap dari zat-zat yang

diperlukan oleh tubuh dan kedua, makanan yang dimakan harus bisa dicerna oleh tubuh

dengan baik. Sealai kedua faktor ini, berdasarkan penelitian makanan sehat juga

ditentukan oleh kealamian bahannya. Jadi kriteria untuk menentukan standar makanan

yang baik, dapat dikelompokkan menjadi 3 antara lain : 1) Berdasarkan nilai gizi; 2)

Kefektifan dalam mencerna; 3) Zat aditif dalam makanan.

a. Makanan Sehat

Makanan yang sehat adalah makanan yang mengandung semua zat gizi. Zat gizi

dibutuhkan tubuh untuk memperoleh energi. Selain itu, zat gizi digunakan untuk

pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan sel-sel tubuh serta memelihara kesehatan. Zat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

27

makanan yang diperlukan tubuh, di antaranya karbohidrat, protein, lemak, vitamin,

mineral, dan air. Untuk lebih jelasnya, akan dijelaskan sebagai berikut.

Karbohidrat diperlukan tubuh sebagai sumber tenaga dalam melakukan kegiatan.

Sumber makanan yang mengandung karbohidrat, di antaranya nasi, jagung, kue, roti,

ubi, dan kentang.

Sumber: http://kelompok5rsbi2biologi.blogspot.com

Gambar 2.2 Makanan yang mengandung karbohidrat

Protein dapat diperoleh dari hewan dan dari tumbuhan. Contoh protein yang

diperoleh dari hewan yaitu susu, daging, ikan dan telur, sedangkan contoh yang berasal

dari tumbuhan adalah dari kacang-kacangan (kedelai, kacang). Perhatikan Gambar 2.3

berikut yang menunjukkan contoh makanan mengandung protein.

.

Gambar 2.3. Makanan yang mengandung protein

Jika tubuh kekurangan protein akan menderita penyakit kwashiorkor. Penderita

kwashiorkor akan terhambat pertumbuhannya, kulit bersisik, kurus, dan rambutnya

kusam.

Lemak berfungsi sebagai sumber tenaga atau energi dan sebagai cadangan

makanan. Lemak ada 2 macam, yaitu lemak hewani dan lemak nabati. Lemak hewani

adalah lemak yang dihasilkan hewan. Contoh lemak hewani adalah daging, keju,

minyak ikan, telur, dan mentega, sedangkan lemak nabati adalah lemak yang bearasal

dari tumbuh-tumbuhan. Contoh lemak nabati adalah kelapa dan kacang tanah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

28

Vitamin merupakan zat makanan yang berguna untuk melancarkan semua proses

yang terjadi di dalam tubuh. Kebanyakan vitamin tidak dapat dibuat di dalam tubuh.

Vitamin dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Vitamin ini bermacam-macam, yaitu

vitamin A, B, C, D, E, dan K. Vitamin B dan C larut di dalam air, sedangkan vitamin

A, D, E, dan K larut dalam lemak. Penyakit yang disebabkan kekurangan vitamin

disebut avitaminosis. Untuk mengetahuinya, perhatikan tabel 2.2.

Tabel 2.2: Bahan Makanan yang Mengandung Vitamin dan Kegunaannya

Vitamin Sumber Manfaat Akibat jika

kekurangan

Vitamin A Wortel, hati sapi, apel,

sawi

Memelihara

kesehatan mata Rabun senja

Vitamin B Kacang merah, hati,

susu, kacang kedelai

Menjaga kesehatan

saraf Beri-beri

Vitamin C Buah-buahan Membantu proses

penyembuhan Skorbut (sariawan)

Vitamin D Minyak ikan, susu, ikan

tuna

Pengerasan tulang

dan gigi Rakitis

Vitamin E Beras merah, kacang-

kacangan

Penyubur sistem

reproduksi

Sulit memiliki

keturunan

Vitamin K Kangkung, kedelai,

brokoli

Membantu

pembekuan darah Pendarahan

Mineral diperlukan tubuh dalam jumlah yang sedikit. Fungsi mineral bagi tubuh

adalah melancarkan semua proses yang terjadi di dalam tubuh. Beberapa macam

mineral yang diperlukan oleh tubuh, di antaranya kalsium, besi, fosfor, dan iodin.

a) Kalsium berfungsi sebagai pembentuk tulang dan gigi. Selain itu, kalsium

membantu dalam pembekuan darah jika tubuh mengalami luka. Bahan makanan

yang banyak mengandung kalsium adalah susu, ikan, dan roti.

b) Zat besi berfungsi sebagai pengikat oksigen di dalam darah. Jika kekurangan zat

besi, tubuh kita akan mengalami anemia (kekurangan darah). Bahan makanan yang

banyak mengandung zat besi adalah daging, roti, kuning telur, dan kacang-

kacangan.

c) Fosfor berfungsi menjaga kesehatan serta kekuatan gigi dan gusi. Jika kekurangan

fosfor dapat menyebabkan radang gusi dan kerusakan gigi. Fosfor terdapat dalam

susu dan kuning telur.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

29

d) Iodin berfungsi mencegah penyakit gondok. Kekurangan iodin dapat pula

menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan cacat mental. Iodin terdapat dalam

garam dapur beriodin, air minum, dan ikan laut.

Air merupakan zat yang sangat penting bagi tubuh. Air berfungsi memperlancar

metabolisme, seperti proses pencernaan dan peredaran darah.

b. Makanan Empat Sehat Lima Sempurna

Makanan bergizi adalah makanan yang mengandung zat-zat yang dibutuhkan

tubuh. Zat-zat tersebut di antaranya adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin,

mineral, dan air. Empat sehat lima sempurna adalah makanan dengan gizi yang lengkap

dan seimbang. Empat sehat terdiri atas empat macam makanan, yaitu:

1) makanan pokok (misalnya beras, dan kentang);

2) lauk pauk (misalnya ikan, daging, telur);

3) sayuran (misalnya bayam dan kangkung);

4) buah-buahan (misalnya apel, pepaya, dan pisang).

Sumber: http://kelompok5rsbi2biologi.blogspot.com

Gambar 2.4 Makanan 4 sehat 5 sempurna

c. Keefektifan bahan makanan dalam Proses Pencernaan

Menurut Dr. Ir. Nuri Andarwulan, M.Si, pakar pangan dan gizi Jurusan Ilmu dan

Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor, mengelompokkan ada lima makanan yang

sulit dicerna, yaitu:

1) Makanan Pedas

Senyawa kapsaicin yang berukuran kecil tidak dapat dipecah oleh tubuh sehingga

dapat menyebabkan iritasi pada usus halus. Iritasi pada usus halus akan mengganggu

gerakan peristaltik, sehingga makanan terdorong ke usus besar. Akibatnya, timbul rasa

mulas yang bisa berujung pada diare.

2) Kubis-Kubisan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 46: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

30

Kol dan brokoli adalah makanan kaya serat dan nutrisi, tetapi serat pangan dan

senyawa dalam kubis sulit dicerna, sehingga kubis juga menjadi makanan yang sedap

bagi mikroflora (bakteri dalam usus). Mikroflora inilah yang menghasilkan

penumpukan gas yang mengandung belerang dalam usus besar kita. Sehingga, perut

terasa sesak akibat penumpukan gas dalam usus.

3) Nangka, Sirsak dan Cempedak

Makan nangka, sirsak, dan cempedak dalam jumlah sangat banyak dapat

menghadirkan rasa kembung seharian.

4) Kacang-Kacangan

Aneka jenis kacang memang bermanfaat untuk mengobati penyakit jantung,

kolesterol, diabetes, kanker, hingga menurunkan berat badan. Namun, kacang juga

dapat menyebabkan timbulnya stres pada lambung, sebab kadar lemak dalam kacang

mencapai 60%.

5) Es Krim

Lemak pada es krim yang dimakan akan melekat di perut lebih lama dari makanan

lain, sebelum akhirnya dapat dicerna.

d. Zat Aditif Pada Makanan

Zat aditif adalah zat-zat yang ditambahkan pada makanan selama proses produksi,

pengemasan atau penyimpanan untuk tujuan tertentu. Penambahan zat aditif dalam

makanan berdasarkan pertimbangan agar mutu dan kestabilan makanan tetap terjaga dan

untuk mempertahankan nilai gizi yang mungkin rusak atau hilang selama proses

pengolahan.

1) Macam zat aditif makanan

Pada awalnya zat-zat aditif tersebut berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan yang

selanjutnya disebut zat aditif alami. Umumnya zat aditif alami tidak menimbulkan efek

samping yang membahayakan kesehatan manusia. Zat aditif alami antara lain bunga

cengkeh, pala, merica, dan cabai.

Jumlah penduduk bumi semakin bertambah menuntut jumlah makanan yang lebih

besar sehingga zat aditif alami tidak mencukupi lagi. Oleh karena itu, industri makanan

memproduksi makanan yang memakai zat aditif buatan (sintetis). Bahan baku

pembuatannya adalah dari zat-zat kimia yang tidak alami kemudian direaksikan. Contoh

zat aditif buatan adalah monosodium glutamat, natrium benzoat, dan tartrazin.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 47: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

31

2) Kegunaan zat aditif makanan

Berikut adalah beberapa kegunaan dari zat aditif makanan

a. Penguat rasa

Monosodium Glutamat (MSG) sering digunakan sebagai penguat rasa makanan

buatan dan juga untuk melezatkan makanan. Adapun penguat rasa alami diantaranya

adalah bunga cengkeh, pala, merica, cabai, laos, ketumbar. Contoh penguat rasa buatan

adalah monosodium glutamat/vetsin.

b. Pemanis

Zat pemanis buatan biasanya digunakan untuk membantu mempertajam rasa

manis. Beberapa jenis pemanis buatan yang digunakan adalah sakarin, siklamat, dulsin,

dan aspartam. Pemanis buatan ini juga dapat menurunkan resiko diabetes, namun

siklamat merupakan zat yang bersifat karsinogen.

Pemakaian pemanis buatan di Indonesia diatur oleh peraturan Menteri

Kesehatan RI No 208/Menkes/Per/1V/85 tentang pemanis buatan dan Peraturan

Menteri Kesehatan RI No 722/Menkes/Per/1X/88 tentang bahan tambahan pangan.

Peraturan Menteri tersebut menyatakan bahwa pada makanan atau minuman olahan

khusus yang berkalori rendah dan untuk penderita diabetes mellitus kadar maksimum

sakarin yang diperoleh adalah 300mg/kg bahan makanan/minuman, sedangkan menurut

WHO batas konsumsi harian siklamat yang aman adalah 11 mg/kg berat badan.

c. Pengawet

Bahan pengawet adalah zat kimia yang dapat menghambat kerusakan pada

makanan, karena serangan bakteri, ragi, cendawan. Reaksi-reaksi kimia yang sering

harus dikendalikan adalah reaksi oksidasi, pencoklatan (browning) dan reaksi enzimatis

lainnya. Pengawetan makanan sangat menguntungkan produsen karena dapat

menyimpan kelebihan bahan makanan yang ada. Contoh bahan pengawet adalah

natrium benzoat dan natrium nitrat.

d. Pewarna

Warna dapat memperbaiki dan memberikan daya tarik pada makanan.

Penggunaan pewarna dalam bahan makanan seperti kunyit, daun pandan, angkak, daun

suji, coklat, wortel, dan karamel. Zat warna sintetis mulai digunakan sejak tahun 1956

dan saat ini ada kurang lebih 90% zat warna buatan digunakan untuk industri makanan.

Salah satu contohnya adalah tartrazin, yaitu pewarna makanan buatan yang mempunyai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 48: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

32

banyak macam pilihan warna, diantaranya tartrazin CI 19140. Selain tartrazin ada pula

pewarna buatan, seperti sunsetyellow FCF (jingga), karmoisin (merah), dan brilliant

blue FCF (biru).

e. Pengembang

Bahan pengembang digunakan untuk mengembangkan adonan kue. Contoh bahan

pengembang yaitu ragi dan natrium bikarbonat.

3) Bahaya zat aditif

Jika mengonsumsi zat aditif buatan pada makanan dalam jumlah berlebih dan

dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti pada

pada table 2.3.

Tabel 2.3:Zat aditif dan penyakit yang ditimbulkan

No Nama zat aditif Penyakit yang ditimbulkan

1 Formalin Kanker paru-paru, gangguan pada alat pencernaan,

penyakit jantung dan merusak sistem saraf.

2 Borak Mual, muntah, diare, penyakit kulit, kerusakan

ginjal, serta gangguan pada otak dan hati.

3 Kalium Asetat Kerusakan fungsi ginjal

4 Nitrit dan Nitrat Keracunan, mempengaruhi kemampuan sel darah

membawa oksigen ke berbagai organ tubuh, sulit

bernapas, sakit kepala, anemia, radang ginjal, dan

muntah-muntah.

5 Kalsium Benzoat Memicu terjadinya serangan asma.

6 Tartrazin Meningkatkan kemungkinan hiperaktif pada masa

kanak-kanak.

7 Sunset Yellow Menyebabkan kerusakan kromosom

8 Karmoisin

(merah)

Menyebabkan kanker hati dan menimbulkan alergi.

9 Quinoline Yellow Hipertropi, hiperplasia, karsinomas kelenjar tiroid

10 Siklamat Kanker (karsinogenik)

11 Aspartam Gangguan saraf dan tumor otak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 49: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

33

f. Sistem Pencernaan Pada Manusia

Sistem pencernaan merupakan sistem yang memproses mengubah makanan dan

menyerap sari makanan yang berupa nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Sistem

pencernaan juga akan memecah molekul makanan yang kompleks menjadi molekul

yang sederhana dengan bantuan enzim sehingga mudah dicerna oleh tubuh.

Sistem pencernaan pada manusia hampir sama dengan sistem pencernaan hewan

lain yaitu terdapat mulut, lambung, usus, dan mengeluarkan kotorannya melewati anus.

Proses pencernaan pada manusia terbagi atas:

1) Pencernaan Mekanik

Proses pencernaan mekanik yaitu proses mengubah makanan menjadi kecil dan

lembut. Pencernaan mekanik dilakukan oleh gigi dan alat bantu lain seperti batu kerikil

pada burung merpati. Proses ini bertujuan untuk membantu untuk mempermudah proses

pencernaan kimiawi. Proses ini dilakukan secara sadar sesuai dengan keinginan kita.

2) Pencernaan Kimiawi

Proses pencernaan kimiawi yaitu proses mengubah molekul-molekul zat makanan

yang kompleks menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana sehingga mudah

dicerna. Pencernaan kimiawi dilakukan oleh enzim dan air. Proses ini dilakukan secara

tidak sadar karena yang mengaturnya adalah enzim.

Alat-alat pencernaan pada manusia terdiri atas:rongga mulut (cavum oris), tekak

(faring), kerongkongan (esofagus), lambung (gaster), usus halus (intestinum tenue)

terdiri atas usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejenum), dan usus penyerapan

(ileum), usus besar (intestinum crasum, colon), poros usus (rectum), dan anus.

1. Rongga Mulut

Alat-alat yang terdapat pada rongga mulut adalah gigi, lidah, dan kelenjar ludah.

a. Gigi

Gigi manusia berfungsi untuk memotong dan menghaluskan makanan. Bila gigi

dipotong memanjang, maka akan tampak bagian-bagian sebagai berikut: lapisan email

yaitu bagian yang paling luar dan paling keras dari gigi, tulang gigi, yang tersusun atas

zat dentin pulpa, merupakan rongga dalam gigi yang berisi serabut saraf dan pembuluh-

pembuluh darah, akar gigi yang tertanam di dalam gusi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 50: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

34

b. Lidah

Selain sebagai alat pengecap, dalam pencernaan makanan lidah berfungsi untuk:

membantu mengaduk makanan di dalam rongga mulut, membantu, membersihkan

mulut, membantu bersuara dan bicara, membantu mendorong makanan dalam proses

penelanan .

c. Kelenjar ludah (glandula saliva)

Pada rongga mulut bermuara tiga pasang saluran dari kelenjar ludah.antara lain :

glandula parotis,di dekat telinga menghasilkan ludah yang berbentuk cair, glandula

submaksilaris atau kelenjar ludah bawah rahang atas, glandula sublingualis atau

kelenjar ludah bawah lidah.

Fungsi air ludah adalah untuk memudahkan menelan, pencernaan, serta sebagai

pelindung selaput mulut dari panas, dingin, asam maupun basa.

Sumber: http://biologimediacentre.com

Gambar 2.5 Sistem Pencernaan

2. Kerongkongan (oesofagus)

Kerongkongan merupakan saluran penghubung antara mulut dengan lambung.

Melalui kerongkongan makanan didorong masuk ke dalam lambung dengan gerak

peristaltik.

3. Lambung (ventrikulus/gaster)

Dinding lambung terdiri atas lapisan-lapisan otot yang tersusun memanjang,

melingkar, dan menyerong. Akibat dari kontraksi otot tersebut makanan akan teraduk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 51: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

35

dengan baik sehingga tercampur merata dengan getah lambung, dan menyebabkan

makanan di dalam lambung berbentuk seperti bubur yang disebut kim.

Sumber: http://biologimediacentre.com

Gambar 2.6 Lambung

Getah lambung mengandung: lendir atau musin, asam klorida (HCl) , enzim renin

dan pepsinogen, hormon gastrin yang berfungsi untuk merangsang sekresi getah

lambung.

Fungsi HCl antara lain: menciptakan suasana asam, membunuh kuman-kuman

yang masuk bersama makanan, aktivator pepsinogen menjadi pepsin, dan merangsang

sekresi getah usus.

4. Usus Halus (intestinum tenue)

Usus halus merupakan bagian dari saluran pencernaan yang paling panjang (± 8,5

meter). Terdiri atas tiga bagian, yaitu: doudenum atau usus duabelasjari, panjangnya ±

0,25 m , jejenum atau usus kosong, panjangnya ± 7 meter, ileum atau usus penyerapan,

panjangnya 1 meter .

Pencernaan yang terjadi di dalam usus halus berlangsung secara kimiawi atau

secara enzimatis. Makanan yang berbentuk bubur masuk ke usus halus bersifat asam

karena mengandung HCl. Akibatnya akan merangsang sel-sel kelenjar usus untuk

mengeluarkan getah usus.

Getah pankreas mengandung antara lain:

1) tripsinogen, oleh enterokinase akan diaktifkan menjadi tripsin, yang selanjutnya

berfungsi untuk memecah pepton menjadi peptida dan asam-asam amino;

2) amilase pankreas (diastase), memecah amilum menjadi disakarida;

3) lipase pankreas (steapsin), memecah emulsi lemak menjadi asam lemak dan

gliserol;

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 52: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

36

4) natrium hidrokarbonat (NaHC03) untuk menciptakan lingkungan basa, sehingga

ketiga enzim yang dihasilkan pankreas akan bekerja dengan baik.

5. Usus besar (intestinum crassum/ colon)

Makanan yang tidak berhasil dicerna, bersama-sama sel-sel epitel usus yang

rusak, akan menuju ke usus besar atau kolon dan diubah menjadi feses. Di sini sisa-sisa

makanan tersebut akan mengalami pembusukan dan pembentukan vitamin K dengan

bantuan Escherichia coli.

6. Anus

Anus adalah lubang akhir dari saluran pencernaan sebagai jalan pembuangan.

g. Proses Pencernaan Makanan

Pertama-tama, pencernaan dilakukan oleh mulut. Disini dilakukan pencernaan

mekanik yaitu proses mengunyah makanan menggunakan gigi dan pencernaan kimiawi

menggunakan enzim ptialin (amilase). Enzim ptialin berfungsi mengubah makanan

dalam mulut yang mengandung zat karbohidrat (amilum) menjadi gula sederhana

(maltosa). Maltosa mudah dicerna oleh organ pencernaan selanjutnya. Enzim ptialin

bekerja dengan baik pada pH antara 6,8 – 7 dan suhu 37oC.

Makanan selanjutnya dibawa menuju lambung dan melewati kerongkongan.

Makanan bisa turun ke lambung karena adanya kontraksi otot-otot di kerongkongan. Di

lambung, makanan akan melalui proses pencernaan kimiawi menggunakan zat sebagai

berikut:

1) Renin, berfungsi mengendapkan protein pada susu.

2) Pepsin, berfungsi untuk memecah protein menjadi pepton.

3) HCl (asam klorida), berfungsi untuk mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin.

Sebagai disinfektan, serta merangsang pengeluaran hormon sekretin dan

kolesistokinin pada usus halus.

4) Lipase, berfungsi untuk memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Namun

lipase yang dihasilkan sangat sedikit.

Setelah makanan diproses di lambung yang membutuhkan waktu sekitar 3 – 4 jam,

makanan akan dibawa menuju usus dua belas jari. Pada usus dua belas jari terdapat

enzim-enzim berikut yang berasal dari pankreas:

1) Amilase, yaitu enzim yang mengubah zat tepung (amilum) menjadi gula lebih

sederhana (maltosa).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 53: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

37

2) Lipase, yaitu enzim yang mengubah lemak menjadi asam lemak dan gliserol.

3) Tripsinogen, jika belum aktif, maka akan diaktifkan menjadi tripsin, yaitu enzim

yang mengubah protein dan pepton menjadi dipeptida dan asam amino yang siap

diserap oleh usus halus.

Selain itu, terdapat juga empedu. Empedu dihasilkan oleh hati dan ditampung di

dalam kantung empedu. Selanjutnya, empedu dialirkan melalui saluran empedu ke usus

dua belas jari. Empedu mengandung garam-garam empedu dan zat warna empedu

(bilirubin). Garam empedu berfungsi mengemulsikan lemak. Zat warna empedu

berwarna kecoklatan, dan dihasilkan dengan cara merombak sel darah merah yang telah

tua di hati. Empedu merupakan hasil ekskresi di dalam hati. Zat warna empedu

memberikan ciri warna cokelat pada feses.

Selanjutnya makanan dibawa menuju usus halus. Di dalam usus halus terjadi proses

pencernaan kimiawi dengan melibatkan berbagai enzim pencernaan. Karbohidrat

dicerna menjadi glukosa. Lemak dicerna menjadi asam lemak dan gliserol, serta protein

dicerna menjadi asam amino. Jadi, pada usus dua belas jari, seluruh proses pencernaan

karbohidrat, lemak, dan protein diselesaikan. Selanjutnya, proses penyerapan (absorbsi)

akan berlangsung di usus kosong dan sebagian besar di usus penyerap. Karbohidrat

diserap dalam bentuk glukosa, lemak diserap dalam bentuk asam lemak dan gliserol,

dan protein diserap dalam bentuk asam amino. Vitamin dan mineral tidak mengalami

pencernaan dan dapat langsung diserap oleh usus halus.

Di dalam usus besar terdapat bakteri Escherichia coli. Bakteri ini membantu dalam

proses pembusukan sisa makanan menjadi feses. Selain membusukkan sisa makanan,

bakteri E. coli juga menghasilkan vitamin K. Vitamin K berperan penting dalam proses

pembekuan darah. Sisa makanan dalam usus besar masuk banyak mengandung air.

Karena tubuh memerlukan air, maka sebagian besar air diserap kembali ke usus besar.

Penyerapan kembali air merupakan fungsi penting dari usus besar.

Selanjutnya sisa-sisa makanan akan dibuang melalui anus berupa feses. Proses ini

dinamakan defekasi dan dilakukan dengan sadar.

h. Hubungan sistem pencernaan dengan sistem lain dalam tubuh

Sistem pencernaan adalah sistem pembentukan energi atauk menghasilkan sari

makanan , sedangkan sistem pernapasan adalah sistem yang merombak sari maknan

dengan oksigen, dan sistem peredaran darah adalah sistem dimana darah sebagai organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 54: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

38

tubuh menyediakan asupan O2 yang diikat oleh sel darah merah (oksihemoglobin) bagi

pembentukan energi dan pembuangan sisa-sisa perombakan energi berupa CO2. Proses

pertukaran gas CO2 dengan gas O2 terjadi di alveolus (bagian dari paru-paru) dengan

aliran peredaran darah kecil pada jantung.

Tujuan pernafasan adalah untuk mendapatkan energi.

Proses pernafasan atau pembakaran atau oksidasi:

C6HI2O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + Energi

Karbohidrat oksigen karbondioksida uap air

i. Penggunaan Energi Makanan

Energi dan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk semua proses fisiologis untuk

melangsungkan dan mempertahankan kehidupan berasal dari makanan dan minuman

yang dikonsumsi. Gizi yang kita peroleh dari makanan bisa dibagi paling tidak menjadi

5 golongan yaitu karbohidrat atau zat hidrat arang, protein, lemak, vitamin, dan mineral.

Ada pula yang memasukkan air sebagai salah satu unsur nutrisi, karena memang tidak

dapat dipungkiri air merupakan zat yang sangat penting untuk kelangsungan hidup.

Tidak semua zat makanan yang kita konsumsi memberikan energi bagi tubuh.

Hanya karbohidrat, protein dan lemak yang memberikan energi. Lemak ada yang tidak

memberikan energi seperti kolesterol. Kebanyakan lemak yang dikonsumsi dalam

bentuk trigliserida yang secara kasat mata bisa kita lihat bentuknya misalnya pada

lemak yang menempel pada daging. Trigliserida ini adalah merupakan cadangan

makanan yang disimpan dibawah kulit dan sekitar organ dalam perut baik pada manusia

maupun hewan yang akan dipecah saat tubuh memerlukan sumber energi tambahan

apabila kadar glukosa darah menurun dan glikogen di hati telah menipis.

Karbohidrat memberikan 4 kcal/gram, protein memberikan 4 kcal/gram, dan lemak

memberikan 9 kcal/gram. Di sini sudah terlihat jelas bahwa lemak memiliki kandungan

kalori yang lebih banyak tiap satuan gramnya dibanding lemak dan protein. Hanya saja

perlu diingat bahwa mayoritas makanan kita mengandung lebih dari satu nutrisi.

Energi yang dihasilkan digunakan untuk: 1) Kerja otot atau aktifitas; 2) Kerja alat -

alat tubuh; 3) Memanaskan suhu badan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 55: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

39

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Dimopoulos (2009), penelitiannya membuktikan bahwa penggunaan modul mampu

mengakomodasi kemampuan siswa, secara positif mempengaruhi kemampuan

kognitif dan afektif siswa. Modul mampu mengakomodir kemampuan siswa dengan

memanfaatkan waktu pembelajaran menjadi lebih efisien. Pelaksanaan modul

menunjukkan keberhasilan untuk mencapai tujuan pendidikan.

2. Cooper, Hanmer dan Cerbin (2006) dalam jurnalnya menyatakan bahwa: 1) modul

membuat siswa lebih memahami sebuah konsep yang harus diselidikai dan dianalisis

di kelas, sehingga guru dapat mengidentifikasi kesulitan dan pemahaman siswa, 2)

modul dapat memfasilitasi interaksi antar siswa dan mendorong pembentukan kerja

sama yang baik dalam kelompok kecil, 3) dalam kelas pembelajaran dengan modul

lebih menyenangkan. Hasil penelitian ini juga mengungkapkan kelemahan modul

yaitu tidak efektif jika di terapkan dalam kelas besar, karena membutuhkan waktu

yang lama dalam proses pembelajaran. Perbedaan dengan penelitian ini adalah

penelitian tersebut menggunakan modul Problem Solving sedangkan penelitian ini

dengan modul berbasis SETS.

3. Donelly dan Fiztmaurice (2005) menyatakan bahwa dalam desai modul untuk

pembelajaran harus memperhatikan hubungan yang logis antara kebutuhan dalam

proses belajar mengajar, tujuan pembelajaran, hasil belajar yang akan dicapai,

sumber belajar, strategi pembelajaran, kriteria pembelajaran, dan evaluasi.

4. Ereckson dan Shumway (2006) dalam jurnal penelitianya mengutip pernyataan

Palmer (1995) bahwa integritas kurikulum dapat meningkatkan efektivitas

pendidikan dan penyajian pembelajaran terpadu dapat meningkatkan pemahaman,

ingatan, dan aplikasi. Selanjutntnya pernyataan La Porter & Sander (1995)

menyatakan bahwa mengintegritaskan berbagai mata pelajaran di sekolah dapat

memberikan makna keterkaitan antar mata pelajaran dan memberikan solusi

tentang keterbatasan dalam pengajaran.

5. Izaak H. Wenno (2010) dalam hasil penelitiannya menyatakan model modul sains

berbasis problem solving method dapat dikategori baik, dan layak digunakan dalam

proses pembelajaran sains SMP/MTs, baik di kelas maupun di laboratorium. Hal ini

dapat digambarkan bahwa sikap, minat dan kemampuan siswa memecahkan

masalah sains meningkat pada uji coba yang lebih luas. Hasil penelitian

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 56: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

40

menunjukkan bahwa hasil belajar sains siswa dengan menerapkan media

pembelajaran sains, yakni modul sains berbasis problem solving method sangat

baik. Hasil penelitian yang diperoleh,dapat dikatakan bahwa pembelajaran sains di

SMP/MTs Propinsi Maluku dengan menggunakan modul sangat bermanfaat bagi

guru sains dalam menyampaikan materi sains kepada siswa. Persamaan dalam

penelitian ini adalah pengembangan modul. Sedangkan perbedaan dalam penelitian

ini adalah berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku.

6. Penelitian oleh Hartono Nuroso dan Joko Siswanto (2010) tentang model

pengembangan modul IPA Terpadu. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain

model pengembangan modul IPA Terpadu berdasarkan perkembangan kognitif.

Persamaan dengan penelitian yang dilakukan adalah mengembangkan modul IPA

Terpadu. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah berbasis SETS

pada tema makanan sehat dan tubuhku.

7. Nuryanto & Ahmad Binadja (2010) tingkat efektivitas pembelajaran Ikatan Kimia

dengan pendekatan SALINGTEMAS ditinjau dari hasil belajar dapat

dikategorikan efektif, hal ini dapat diketahui dari hasil belajar siswa kelas

eksperimen mengalami peningkatan secara signifikan (86), sedangkan

peningkatan hasil belajar yang telah dicapai oleh kelas kontrol tidak terlalu besar

(68). Persamaan dengan penelitian ini adalah pendekata SETS, sedangkan

perbedaan pada penelitian ini adalah modul IPA Terpadu pada tema makanan sehat

dan tubuhku.

8. Hasil penelitian Mukhklis Rohmadi (2011) bahwa pendekatan CEP bervisi SETS

dapat meningkatkan nilai kognitif, afektif, psikomotorik, keaktifan, motivasi, dan

minat siswa dalam belajar. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan

adalah menggunakan SETS dan menekankan pada hasil belajar siswa. Perbedaan

dengan penelitian yang akan dilakukan adalah SETS yang mewarnai modul IPA

Terpadu.

9. Penelitian tentang modul berbasis SETS pernah dilakukan oleh Oni Arlitasari dkk

(2013) yang bertujuan untuk mengembangan modul IPA Terpadu berbasis

Salingtemas dengan tema Biomassa Sumber Energi Alternatif Terbarukan.

Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pengembangan modul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 57: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

41

IPA Terpadu berbasis Salingtemas/SETS. Perbedaan dengan penelitian yang akan

dilakukan adalah tema modul Makanan Sehat dan Tubuhku.

10. Uswatun Hasanah (2013) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa bahan ajar

IPA terpadu berbasis salingtemas pada tema energi yang dikembangkan layak

digunakan sebagai bahan ajar dan efektif digunakan dalam pembelajaran pada

peserta didik kelas VIII MTs Manba‟ul Ilmin Nafi‟. Persamaan dengan penelitian

yang akan dilakukan adalah pengembangan modul IPA Terpadu berbasis

Salingtemas/SETS. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah tema

modul Makanan Sehat dan Tubuhku.

11. Penelitian oleh Alifa Noora Rahma (2012) tentang perangkat pembelajaran

penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan perangkat pembelajaran model

inquiri berpendekatan SETS pada materi kelarutan dan hasil kali kelarutan untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan empati siswa terhadap lingkungan .

Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah menggunakan SETS dan

menekankan pada hasil belajar. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan

adalah SETS diterapkan pada pengembangan modul IPA Terpadu dengan tema

Makanan Sehat dan Tubuhku.

12. Penelitian oleh Dwi Handayani (2013) tentang pengembangan modul IPA Terpadu

berbasis SETS dengan penekanan berpikir kritis pada tema Bahan Kimia pada

Makanan layak untuk digunakan dan efektifitas pengembangan modul IPA Terpadu

dianalisis dengan gaint score menunjukkan bahwa kelas pengujian produk lebih

tinggi dibandingkan dengan kelas baseline. Persamaan dengan penelitian yang akan

dilakukan adalah mengembangkan modul IPA Terpadu berbasis SETS. Perbedaan

dengan penelitian yang akan dilakukan adalah meningkatkan hasil belajar dengan

tema makanan sehat dan tubuhku.

13. Penelitian oleh Rusmiyati (2009) tentang efektivitas penerapan model problem

based-instruction untuk menumbuhkan keterampilan proses yang didisain dalam

bentuk tindakan kelas dengan mengambil pokok bahasan fluida. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa model yang diterapkan dapat menumbuhkan keterampilan

proses sains sekaligus dapat meningkatkan kemampuan kognitif serta melatihsikap

ilmiah siswa. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah

meningkatkan kemampuan kognitif. Perbedaan dengan penelitian yang akan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 58: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

42

dilakukan adalah diterapkan pada pengembangan modul IPA Terpadu dengan tema

Makanan Sehat dan Tubuhku.

14. Rosario (2009) dalam jurnalnya mengemukakan bahwa SETS (Science,

Envoronment, Technology, and Society) merupakan pendekatan yang melibatkan

empat faktor penting yaitu pengetahuan, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

Pendekatan STSE memiliki tiga implikasi pada kurikulum sains. Pertama, kerangka

untuk isu-isu penting dan masalah yang relevan disajikan sebagai dasar kurikulum.

Kedua, model STSE yang menyajikan masalah yang relevan dan menarik dapat

digunakan tanpa harus merusak kurikulum secara keseluruhan. Ketiga, model ini

juga berfungsi sebagai alat refleksi untuk analisis kritis dan evaluasi. Model STSE

mampu memberikan iklim yang unik sebagai metodologi untuk mempengaruhi pola

kinerja akademik, penguasaan ilmu, lingkungan, dan sosial budaya siswa.

15. Yoruk, Morgil, dan Secken (2009) dalam jurnalnya mengemukakan bahwa

perkembangan ilmu pengetahuan akan mempengaruhi teknologi, lingkungan, dan

masyarakat secara positif dan negatif. Ilmu akan berkembang seiring dengan

perubahan masyarakat dan teknologi. Hal ini merupakan penerapan ilmu

pengetahuan secara teoritik. Dampak dari perkembangan ini mempengaruhi cara

menyampaikan pengetahuan pada proses belajar mengajar.

16. Elvan Ince Aka et al. (2010) dalam penelitiannnya tentang hasil metode pemecahan

masalah pada keterampilan proses sains dan pencapaian akademik. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nilai yang mencolok antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol pada nilai pretes keterampilan proses sains dan hasil

belajar. Hasil lain menunjukkan nilai postest keterampilan proses sains dan hasil

belajar kelas eksperimen lebih tinggi dari pada nilai postest kelas kontrol.

17. Yager (2008) hasil penelitianya menyatakan bahwa belajar degan pendekatan STM

memiliki keunggulan yaiti: 1) belajar konsep dasar, 2) pencapian konsep umum

yang banyak, 3) menerapkan konsep sains dalam situasi baru, 4) meningkatkan

sikap yang lebih positif terhadap ilmu pengetahuan, 5) menunjukksan sikap kreatif

yang lebih dan sering, 6) dapat menerapkan ilmu pengetahuan di rumah dan di

masyarakat. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah

menggunaka STS menekankan pada penguasaan konsep. Perbedaan dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 59: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

43

penelitian yang akan dilakukan adalah diterapkan pada pengembangan modul IPA

Terpadu.

18. Maria Sundus Retno Wijayanti (2013) Tujuan penelitian ini adalah untuk 1)

mengetahui tingkat kevalidan perangkat pembelajaran berbasis masalah bervisi

SETS yang dikembangkan. 2) mengetahui apakah model pembelajaran berbasis

masalah bervisi SETS yang dikembangkan dapat meningkatkan keterampilan

proses sains pada kompetensi yang terkait dengan pokok bahasan larutan

penyangga 3) mengetahui apakah model pembelajaran berbasis masalah bervisi

SETS yang dikembangkan dapat meningkatkan penguasaan konsep siswa 4)

mengetahui apakah model pembelajaran berbasis masalah bervisi SETS yang

dikembangkan dapat meningkatkan aktivitas siswa 5) mengetahui apakah siswa

memberikan respon positif terhadap model pembelajaran berbasis masalah bervisi

SETS yang dikembangkan. Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan

adalah menggunaka STS. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah

diterapkan pada pengembangan modul IPA Terpadu dengan tema makanan sehat

dan tubuhku.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori dapat disusun kerangka pemikiran guna

merumuskan jawaban sementara atas permasalahan yang telah dikemukakan. Bahan ajar

yang bersifat terpadu sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan pembelajaran IPA

Terpadu di SMP/MTs sesuai dengan anjuran kurikulum 2013. Kebutuhan bahan ajar

yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dapat diakomodasi melalui modul IPA

terpadu berbasis SETS. Modul berbasis SETS memiliki karakteristik dan keunggulan

diantaranya dapat digunakan sebagai saran belajar mandiri, mengatasi keterbatasan

bahan ajar dan waktu, tidak tergantung pada pihak dan media lain, serta

mengembangkan kemanpuan siswa dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan.

Basis SETS dalam modul diharapkan dapat membuka wawasan peserta didik untuk

memahami materi pelajaran, lingkungan, teknologi dan masyarakat secara utuh,

sehingga siswa dapat paham dan mampu mengambil sikap untuk mengatasi

permasalahan yang terjadi di lingkungan secara konkrit. SETS juga dapat melatihkan

keterampilan proses, dengan mengembangkan keterampilan proses anak akan mampu

menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta menumbuhkan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 60: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

44

mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian, keterampilan itu

menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep, serta

menumbuhan dan mengembangan sikap dan nilai yang pada akhirnya akan berimbas

pada hasil belajar yang dicapai juga meningkat.

Kerangka berpikir dari penelitian ini dapat digambarkan (Gambar 2.7) sebagai

berikut.

Gambar 2.7 Bagan Kerangka Berpikir

Bahan ajar belum mencukupi untuk siswa, bahan ajar masih terpisah-

pisah, pembelajaran IPA Terpadu belum dikaitkan dengan lingkungan

sekitar, hasil belajar rendah

me

m

Invitasi

Pengembangan modul IPA Terpadu berbasis

SETS

Evaluasi

Pembentukan

Konsep

Aplikasi

Konsep

Pemantapan

Konsep

Modul IPA Terpadu berbasis SETS

Bahan ajar IPA Terpadu berbasis SETS memberikan waktu lebih kepada

siswa untuk belajar mandiri

Tujuan

Untuk menunjang kegiatan pembelajaran IPA Terpadu

berbasis SETS dan meningkatkan hasil belajar siswa

Masalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 61: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

45

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Model Pengembangan

Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan modul IPA

Terpadu adalah penelitian dan pengembangan (research and development). Penelitian

ini bertujuan untuk menghasilkan sebuah produk dalam bidang pendidikan yaitu modul

IPA Terpadu. Modul IPA Terpadu yang dikembangkan berbasis SETS. Penelitian ini

mengembangan modul dengan berbagai pertimbangan, yaitu modul dapat digunakan

berulang-ulang, ada materi dan latihan soal dan kunci jawaban (untuk guru) sehingga

dapat digunakan untuk belajar mandiri. Materi yang disajikan dalam modul IPA

Terpadu ini adalah materi IPA MTs kelas VIII pada KD.3.6 dan KD.3.7

Model yang digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan modul IPA

Terpadu adalah model pengembangan oleh Borg and Gall yang direduksi menjadi 9

tahap yang terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut : (1) analisis kebutuhan, (2)

perencanaan, (3) pengembangan produk, (4) uji lapangan awal, (5) revisi produk awal,

(6) uji lapangan utama, (7) revisi produk utama, (8) uji lapangan operasional, (9) revisi

produksi operasional.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah MTs YAPPI Jetis yang beralamatkan Jetis, kecamatan

Saptosari, kabupaten Gunungkidul dan MTs YAPPI Mulusan, dengan alamat Mulusan,

kecamatan Paliyan, kabupaten Gunungkidul, propinsi DIY. Penelitian dilaksanakan

mulai bulan September sampai dengan Desember 2014.

C. Subyek Penelitian

Subyek pengembangan melibatkan 2 orang pakar pendidikan IPA dari

Universitas Sebelas Maret berlatar belakang doktor, 1 orang ahli bahasa, 2 orang

praktisi. Subyek uji lapangan awal 3 siswa dan uji lapangan utama 12 siswa MTs

YAPPI Jetis Saptosari dan 5 guru IPA. Subyek uji lapangan operasional siswa kelas

VIII MTs YAPPI Mulusan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 62: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

46

D. Prosedur penelitian

Borg & Gall dalam Nusa Putra (2013) menyatakan bahwa prosedur penelitian

pengembangan pada dasarnya terdiri dari dua tujuan utama, yaitu: (1) mengembangkan

produk, dan (2) menguji keefektivan produk dalam mencapai tujuan. Tujuan pertama

disebut sebagai fungsi pengembangan sedangkan tujuan kedua disebut sebagai validasi.

Dengan demikian, konsep penelitian dan pengembangan lebih tepat diartikan sebagai

upaya pengembangan produk yang sekaligu disertai dengan upaya validasinya. Dengan

tidak mengurangi proses validasi dalam penelitian ini, tahap-tahap tersebut direduksi

pada gambar 3.1.

Gambar 3.1. Alur Penelitian dan Pengembangan Borg & Gall Direduksi

Desain pengembangan model Borg and Gall pada penelitian ini memuat

beberapa tahapan hal penting antara lain:

1) Analisis Kebutuhan

Tahap analisis kebutuhan dengan subyek penelitian 22 siswa sebagai subyek

dan 2 orang guru IPA MTs. Penelitian berangkat dari adanya temuan temuan

permasalahan yang timbul dilapangan. Pada tahap ini peneliti mengidentifikasi

Perencanaan

Uji lapangan utama

Uji Coba lapangan awal

Merevisi hasil lapangan

utama

Uji lapangan operasional

Penyempurnaan produk

operasional

Analisis Kebutuhan

Pengembangan draf produk Uji lapangan awal

ji lapangan awal Merevisi hasil uji

lapangan awal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 63: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

47

permasalahan pada penyelenggaraan pembelajaran IPA di MTs YAPPI Mulusan.

Pengembangan modul tahap ini dilakukan dengan cara: 1) Analisis hasil pengungkap

kebutuhan guru dan siswa untuk menentukan kebutuhan bahan ajar; 2) Analisis hasil

UAN untuk menentukan kompetensi dasar; 3) Analisis buku IPA yang digunakan dalam

pembelajaran guna menetukan modifikasi bahan ajar yang akan di kembangkan.

Permasalahan yang muncul dijadikan dasar langkah berikutnya dalam perancangan

produk yang akan dibuat. Observasi dan wawancara dilajukan pada sarana dan pada

kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga diperoleh informasi yang berhubungan

dengan sekolah dalam usaha memperbaiki pembelajaran.

2) Tahap perencanaan

Temuan masalah yang diperoleh akan dijadikan dasar untuk langkah berikutnya

yaitu perancangan produk yang akan dibuat yaitu modul IPA terpadu berbasis SETS

pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar untuk kelas

VIII. Tahap penelitian mengacu pada langkah-langkah penelitian Borg & Gall yang

tahapannya telah direduksi menjadi 9, pada tahap perencanaan ini sebagai berikut:

a. Pengembangan matrik modul IPA Terpadu berbasis SETS

Pembuatan matrik bertujuan untuk merancang dan memberi gambaran tentang

kegiatan dan materi apa saja yang terdapat di dalam modul. Di dalam matrik

dirancang kegiatan pembelajaran dengan alur SETS. Alur SETS meliputi

invitasi/inisiasi, pembentukan konsep, aplikasi konsep, dan pemantapan konsep.

Pembelajaran IPA dengan alur SETS diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar

siswa. Penyusunan instrumen validasi modul yang digunakan untuk melakukan

penilaian terhadap modul yaitu angket validasi modul oleh pakar dan praktisi.

b. Penyusunan instrumen pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

dan soal kognitif.

c. Penyusunan instrumen validasi RPP dan soal kognitif yang digunakan untuk

melakukan penilaian terhadap RPP dan soal kognitif yaitu angket validasi oleh

pakar dan praktisi.

3) Pengembangan Draft Produk dan Validasi

Tahap ini akan dirancang modul pembelajaran IPA terpadu berbasis SETS.

Tahap perencanaan dilaksanakan bertujuan agar bahan belajar yang dikembangkan

dapat membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 64: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

48

Penyusunan awal draf modul akan dihasilkan draf modul dengan sekurang

kurangnya mencakup di dalamnya yaitu :

a) Judul modul yang menggambarkan materi yang akan dijabarkan di dalam modul

IPA terpadu

b) Indikator kompetensi yang akan tercapai setelah mempelajari modul IPA terpadu

c) Materi yang berisi penegtahuan, ketrampilan dan sikap yang harus dipelajari dan

dikuasai oleh siswa.

d) Prosedur atau kegiatan yang harus diikuti siswa untuk mempelajari modul.

e) Soal-soal dan tugas yang harus dikerjakan atau diselesaikan oleh siswa.

f) Evaluasi atau penilaian yang berfungsi mengukur kemampuan siswa dalam

menguasai materi

g) Kunci jawaban dari soal, latihan, dan pengujian

Dari pengembangan modul tahap ini menghasilkan produk berupa draft modul

yang siap masuk tahap validasi ahli.

Produk awal berupa draf modul diserahkan kepada ahli untuk dievaluasi dan

divalidasi. Ahli sebagai subyek penelitian antara lain:

a) Dosen ahli (materi, media) yang ditunjuk oleh prodi pendidikan Sains UNS.

b) Ahli bahasa (guru bahasa indonesia dengan kulifikasi S-2).

c) Praktisi ahli (guru senior) dengan kualifikasi sudah mengajar minimal 10 tahun dan

pendidikan S-2.

Tahap validasi bertujuan untuk menilai kelayakan modul dari segi komponen

kelayakan materi, kebahasaan, dan penyajian. Untuk menilai draf awal modul yang

dilakukan oleh ahli dengan acuan Depdiknas 2008 tentang penulisan modul, dan buku

Anna Poedjiadi tahun 2010 untuk SETS. Hasil revisi pada tahap ini menghasilkan

produk berupa draft I modul yang siap untuk uji lapangan awal.

4) Uji Lapangan Awal

Tahap uji lapangan awal dilakukan dengan draf I dengan subyek penelitian

siswa MTs sebanyak 3 siswa dengan karakteristik siswa pandai, sedang dan kurang

pandai. Uji lapangan awal ini bertujuan untuk mengetahui respon siswa terhadap modul

sebelum uji lapangan utama. Pada uji lapangan awal ini, setiap siswa diberikan draf I

modul untuk dipelajari. Setelah itu siswa diminta untuk mengisi angket tentang

pendapatnya mengenai kesulitan-kesulitan yang ditemukan saat membaca drat I modul.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 65: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

49

5) Revisi Hasil Uji Lapangan Awal

Pada tahap ini dilakukan evaluasi hasil uji lapangan awal dan mengkaji

kekurangannya. Berdasarkan hasil evaluasi, maka akan dilakukan penyempurnaan untuk

memperbaiki kekurangan yang ada. Hasil revisi pada tahap ini menghasilkan produk

berupa draf II modul yang siap masuk tahap uji lapangan utama.

6) Uji lapangan Utama

Tahap uji coba terbatas dilakukan dengan draf II dengan subyek penelitian 5

guru IPA dan siswa MTs YAPPI Jetis Saptosari sebanyak 12 siswa dengan karakteristik

siswa pandai, sedang dan kurang pandai. Uji lapangan utama ini bertujuan untuk

mengetahui respon guru dan siswa mengenai modul IPA Terpadu sebelum uji lapangan

operasional. Pada uji lapangan utama, setiap siswa diberikan draf II modul untuk

dipelajari. Setelah itu siswa diminta untuk mengisi angket tentang pendapatnya

mengenai kesulitan-kesulitan yang ditemukan saat membaca draf II modul.

7) Revisi Lapangan Utama

Tahap ini dilakukan evaluasi hasil uji coba lapangan utama dan mengkaji

kekurangannya. Berdasarkan hasil evaluasi, maka akan dilakukan penyempurnaan

untuk memperbaiki kekurangan yang ada. Hasil revisi pada tahap ini menghasilkan

produk berupa draft III modul yang siap masuk tahap uji lapangan operasional.

8) Uji Lapangan Operasional

Tahap uji coba lapangan ini diterapkan menggunakan draf III modul pada kelas

VIII MTs YAPPI Mulusan sebagai berikut:

a. Subjek penilaian

Uji coba lapangan diterapkan pada siswa MTs YAPPI Mulusan kelas VIII A

sebagai kelas kontrol yang proses belajarnya seperti biasa yang dilakukan oleh guru

dan kelas VIII B sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang proses pembelajarannya

menggunakan modul IPA terpadu yang dikembangkan.

b. Desain Penelitian

Uji coba lapangan menggunakan metode quasi experiment dengan menggunakan

desain penelitian nonequivalent control group design (pretest-postest yang tidak

ekuivalen). Desainnya seperti pada Gambar 3.2 berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 66: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

50

Gambar 3.2 Desain penelitian

Keterangan :

O1 : Pengukuran kemampuan awal kelompok eksperimen

O2 : Pengukuran kemampuan akhir kelompok eksperimen

X : Pemberian perlakuan

O3 : Pengukuran kemampuan awal kelompok kontrol

O4 : Pengukuran kemampuan akhir kelompok kontrol (Sugiyono, 2013:116)

Dalam pelaksanaan penelitian ini, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

diatur secara intensif sehingga kedua variabel mempunyai karakteristik yang sama atau

mendekati sama. Yang membedakan dari kedua kelompok ialah bahwa grup eksperimen

diberi treatment atau perlakuan yaitu pembelajaran dengan menggunakan modul IPA

Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan

hasil belajar, sedangkan grup kontrol diberikan pembelajaran seperti keadaan biasa

dengan menggunakan buku sekolah elektronik. Dengan pertimbangan sulitnya

pengontrolan terhadap semua variabel yang mempengaruhi variabel yang sedang diteliti

maka peneliti memilih eksperimen quasi. Dasar lain peneliti menggunakan desain

eksperimen kuasi karena penelitian ini termasuk penelitian sosial.

9) Penyempurnaan Produk Akhir

Setelah melakukan tahap uji lapangan operasional, berbagai data yang diperoleh

dalam uji coba ini dijadikan sebagai dasar dalam melakukan revisi dan perbaikan draf

III Modul. Setelah draf III modul direvisi dan diperbaiki maka akan dihasilkan modul

IPA terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan

hasil belajar.

E. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian dan pengembangan ini adalah data kualitatif dan data

kuantitatif. Jenis data kualitatif dalam penelitian pengembangan ini adalah data tentang

hasil observasi, wawancara, serta saran saat validasi dan uji lapangan terhadap

kelayakan modul IPA Terpadu berbasis SETS hasil pengembangan. Sedangkan data

kuantitatif diperoleh dari penilaian hasil validasi modul, penilaian angket pada uji

O1 X O2

O3 O4

k

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 67: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

51

lapangan awal, uji lapangan utama, uji lapangn operasional, dan adalah hasil belajar

yaitu data pretest-posttest siswa MTs YAPPI Mulusan.

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian pengmbangan ini yaitu:

Tabel. 3.1 Metode Pengumpulan Data dan Instrumen

Tahap

Borg & Gall Metode Instrumen Subjek Waktu

Analisis

Kebutuhan

Observasi Lembar

observasi

Sarpras dan proses

pembelajaran

Sebelum

pengembangan

Angket

Wawancara

Lembar angket

analisis

kebutuhan

Panduan

wawancara

Guru dan siswa Sebelum

pengembangan

Pengembangan Angket Lembar validasi Pakar

Praktisi

Sebelum uji

lapangan awal

Uji lapangan awal Angket Lembar angket Siswa Sebelum uij

lapangan utama

ii. Uji lapangan

utama

Angket Lembar angket Siswa

Guru

Sebelum uji

lapangan

operasional

iii. Uji lapangan

operasional

Angket Lembar angket Siswa Setelah

pemakaian

Prestasi Tes Soal Evaluasi Siswa Sebelum

pemakaian

(pretes)

Sesudah

pemakaian

(postes)

1) Lembar observasi untuk mengetahui kondisi sekolah

2) Metode Angket

a. Angket pengungkap kebutuhan guru dan siswa

Instrumen ini berisi daftar pertanyaan yang diberikan kepada guru dan siswa

tentang kebutuhan bahan ajar yang dilakukan pada studi pendahuluan. Angket ini

diberikan pada tahap analisis kebutuhan

b. Angket untuk lembar validasi modul

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 68: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

52

Angket digunakan untuk mendapatkan data tentang kelayakan modul IPA

Terpadu berbasis SETS hasil pengembangan ditinjau dari materi dan aspek

kegrafikan. Angket ini diperuntukkan bagi ahli materi, ahli desain, ahli bahasa, dan

praktisi. Penyusunan angket ini dilakukan berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun

dan sebelum digunakan angket divalidasi terlebih dahulu oleh ahli. Angket ini

diunakan pada tahap validasi ahli.

c. Angket respon siswa dan guru terhadap modul

Angket siswa dan guru digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru

terhadap kegiatan pembelajaran IPA Terpadu. Angket ini diberikan pada tahap uji

lapangan awal, uji lapangan utama, dan uji lapangan operasional.

3) Soal evaluasi Pretest-Postest

Instrumen tes digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap

materi yang telah diajarkan dalam bentuk pilihan ganda. Tes diberikan pada awal dan

akhir pelaksanana penelitian. Tujuan diberikannya adalah untuk mengetahui efektivitas

dan perbedaan hasil belajar penggunaan modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema

makanan sehat dan tubuhku.

Validitas adalah tingkat ketepatan alat ukur untuk mengukur aspek yang diukur.

Validitas pada penelitian ini ditinjau dalam 2 hal yaitu validitas internal dan validitas

eksternal. Sugiyono (2013: 174) menjelaskan bahwa instrumen dikatakan memiliki

validitas internal apabila kriteria yang ada dalam instrumen secara rasional (teoritis)

telah mencerminkan yang hendak diukur. Validitas internal dibagi menjadi 2 yaitu

validitas konstruk dan validitas isi. Pada penelitian ini yang akan digunakan adalah

validitas isi.

Validasi isi (Content validity) mempunyai tujuan agar isi instrumen sebagai alat

pengukur dapat terjaga tingkat keabsahannya. Instrumen yang digunakan untuk

pengambilan data harus dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan

materi yang seharusnya diukur. Sugiyono (2013: 182) menjelaskan bahwa validasi isi

untuk instrumen berupa tes dapat dilakukan dengan cara membandingkan isi instrument

dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Cara atau prosedur dalam melakukan

validasi isi dapat dilakukan dengan mendefinisikan domain yang hendak diukur yaitu

dengan membuat kisi-kisi, menentukan domain yang akan diukur masing-masing

pernyataan/soal, serta membandingkan masing-masing pernyataan atau soal dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 69: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

53

domain yang sudah ditetapkan. Konsultasi dengan experts judgement juga dilakukan

untuk meminta saran dan masukan. Experts judgement dalam penelitian ini yaitu

penilaian dosen ahli dan praktisi. Analisis validasi soal kognitif dengan formula

Gregory.

Formula Gregory adalah sebagai berikut:

𝐶𝑜𝑛𝑡𝑒𝑛𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑦 =

𝐷

𝐴+𝐵+𝐶+𝐷

Keterangan:

A= jumlah item yang kurang relevan menurut kedua panelis

B= jumlah item yang kurang relevan menurut panelis I dan relevan menurut panelis II

C= jumlah item yang relevan menurut panelis I dan kurang

relevan menurut panelis II

D= Jumlah item yang relevan menurut kedua panelis

Jika CV > dari 0,7 maka soal dapat dikatakan valid, maka soal dapat diujicobakan.

Validitas eksternal dilakukan apabila kriteria yang ada dalam instrument

mencerminkan fakta-fakta empiris dilapangan. Untuk menentukan tingkat validitas

eksternal instrumen tes, digunakan teknik analisis butir soal dengan korelasi point

biserial (Hartono, 2012), dengan persamaan sebagai berikut:

𝛤𝑝𝑏𝑖 =𝑀𝑝 −𝑀𝑡

𝑆𝑑 𝑝

𝑞

Mp : Rata-rata dari subjek yang menjawab benar bagi item yang diuji validitasnya

Mt : Rata-rata skor total

P : Proporsi responden menjawab benar

Q : Proporsi responden menjawab salah

SD : Standar deviasi

𝑆𝑡2 =

1

𝑛 ∙ 𝑛 − 1 𝑛 ∙ 𝑥2 − 𝑥

2

Penentuan valid atau tidaknya item butir soal adalah dengan membandingkan

hasil perhitungan rpbi dengan r-tabel yang diperoleh dari tabel r korelasi untuk n (jumlah

item soal).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 70: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

54

Dengan ketentuan:

rpbi > r-tabel butir soal dianggap valid

rpbi < r-tabel butir soal dianggap tidak valid

Pada pengujian ini, jumlah butir soal (n) 35 butir sehingga r-tabel diperoleh 0.396

Data analisis validitas butir soal dari program microsoft excel.

Reabilitas merupakan tingkat kestabilan hasil pengukuran suatu alat ukur. Soal

dikatakan reliabel apabila soal itu digunakan untuk test berulang-ulang hasilnya tetap.

Untuk menghitung reliabilitas suatu instrumen digunakan rumus K-R 20 (Sugiyono,

2013: 186) yaitu:

ri = 𝑘

𝑘−1 𝑠2− 𝑝𝑞

𝑠2

Keterangan :

ri : reliabilitas instrumen secara keseluruhan

k : jumlah item dalam instrumen

s2 : varians total (s

2 =

𝑥2

𝑛)

p : proporsi subjek menjawab item yang benar

q : proporsi subjek yang menjawab item salah

x : skor rata-rata

⅀ : jumlah skor

𝑛 : jumlah responden

Tabel 3.2 Tingkat reliabilitas

Interval Tingkat Reliabilitas

0,00 s.d. 0,20 Kurang Reliabel

0,20 s.d. 0,40 Agak Reliabel

0,40 s.d. 0,60 Cukup Reliabel

0,60 s.d. 0,80 Reliabel

0,80 s.d. 1,00 Sangat Reliabel

Soal yang akan digunakan dalam pembelajaran juga akan dihitung taraf

kesukaran dan daya pembeda soal. Taraf kesukaran soal test dihitung dengan cara

membandingkan siswa yang menjawab soal dengan benar terhadap jumlah subjek

seluruhnya. Rumus untuk menghitung taraf kesukaran soal adalah sebagai berikut

(Suharsimi Arikunto, 2013: 223).

P = 𝐵

𝐽𝑆

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 71: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

55

Keterangan:

P = taraf kesukaran soal

B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar

JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi taraf kesukaran soal sebagai berikut:

P = 0,00 – 0,30 termasuk kategori soal sukar

P = 0,31 – 0,70 termasuk kategori soal sedang

P = 0,71 – 1,00 termasuk kategori soal mudah

Soal yang baik adalah soal yang mempunyai taraf kesukaran sedang yaitu soal-soal

yang mempunyai indeks kesukaran 0,30 sampai dengan 0,70.

Rumus untuk menentukan indeks daya pembeda adalah sebagai berikut

(Suharsimi Arikunto, 2013: 228):

D = 𝐵𝐴

𝐽𝐴−

𝐵𝐵

𝐽𝐵

Keterangan:

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta kelompok atas

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

Menurut (Suharsimi Arikunto, 2013: 232). Indeks daya pembeda berkisar antara

0,00 sampai 1,00. Butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai

indeks diskriminasi 0,4 sampai 0,7. Adapun klasifikasi daya pembeda adalah:

D = 0,00 – 0,20 termasuk kategori tidak baik

D = 0,21 – 0,40 termasuk kategori cukup

D = 0,41 – 0,70 termasuk kategori baik

D = 0,71 – 1,00 termasuk kategori baik sekali

Dalam penelitian ini butir-butir soal yang digunakan adalah butir-butir soal

yang memiliki kriteria daya pembeda cukup, baik, dan baik sekali.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data digunakan untuk mengolah data yang diperoleh setelah

mengadakan penelitian, sehingga diperoleh suatu kesimpulan tentang obyek yang

diteliti dalam keadaan yang nyata. Analisis data dalam penelitian ini meliputi data pada

tahap-tahap sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 72: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

56

1. Analisis Kebutuhan

Data kualitatif yang diperoleh pada saat analisis kebutuhan dianalisis secara

kualitatif menghasilkan data yang mendukung dikembangkannya produk berupa modul

IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku.

2. Analisis Data Validasi Ahli

Analisis data mengenai pengembangan modul dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

Sangat sesuai = 4

Sesuai = 3

Kurang sesuai = 2

Tidak sesuai = 1

Data penilaian ahli diukur dengan rumusan menurut Arikunto (2010)sebagai berikut:

K = ni

N x 100%

Keterangan:

K : Persentase skor yang diperoleh

∑Ni : Jumlah skor yang diperoleh

N : Jumlah skor maksimal

Hasil perhitungan dimasukkan dalam tabel persentase sesuai dengan kriteria

penerapan adalah dengan menentukan persentase tertinggi dan persentase terendah

terlebih dahulu menggunakan rumus sebagai berikut:

Persentase tertinggi = item X responden X skor nilai tertinggi

item X responden X skor nilai tertinggi x 100%

Persentase terendah = item X responden X skor nilai terenda h

item X responden X skor nilai tertinggi x100%

Setelah memperoleh persentase tertinggi dan terendah, langkah selanjutnya

menentukan interval kelas.

Interval kelas = % tertinggi − % terendah

kelas yang dikendaki

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 73: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

57

= 100 % − 25 %

4

= 18,75

Hasil perhitungan dimasukkan dalam tabel persentase sesuai dengan kriteria

penerapan seperti pada tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Ahli

Interval (%) Kriteria Keterangan

81,25 < skor ≤ 100 Sangat sesuai Layak tanpa revisi

62,50 < skor ≤ 81,25 Sesuai Layak dengan revisi

43,75 < skor ≤ 62,50 Kurang sesuai Kurang layak

25 < skor ≤ 43,75 Tidak sesuai Tidak Layak

3. Analisis Data Lapangan Awal, Utama, dan Operasional

Data angket tanggapan guru dan siswa pada uji coba lapangan awal dianalisis

menggunakan rating scala dengan kriteria:

Sangat baik = 4

Baik = 3

Kurang baik = 2

Tidak baik = 1

Data yang telah diberi skor kemudian dikonversikan kedalam persentase sebagai

berikut: K = ni

N x 100%

Keterangan:

K : Persentase skor yang diperoleh

∑Ni : Jumlah skor yang diperoleh

N : Jumlah skor maksimal

Hasil perhitungan dimasukkan dalam tabel persentase sesuai dengan kriteria penerapan

seperti padda tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kriteria Hasi Angket Guru dan Siswa

Interval (%) Kriteria Keterangan

81,25 < skor ≤ 100 Sangat baik Layak tanpa revisi

62,50 < skor ≤ 81,25 Baik Layak dengan revisi

43,75 < skor ≤ 62,50 Kurang Baik Kurang layak

25 < skor ≤ 43,75 Tidak Baik Tidak Layak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 74: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

58

4. Analisis Data Uji Pelaksanaan Lapangan

Analisis data pada tahap pelaksanaan lapangan dalam seting eksperimen

meliputi :

a. Uji Efektivitas Modul

Analisis untuk mengetahui keefektifan modul dalam pembelajaran menggunakan

gain score dinormalisasikan untuk postes kelas eksperimen dan kelas kontrol. Gain

score dinormalisasikan (<g>) merupakan indikator yang baik untuk menunjukkan

keefektifan dalam pembembelajaran. Perhitungan N-gain score dinormalisasikan

menurut Richard (1999) menggunakan persamaan sebagai berikut:

<Sf> - <Si>

<g> =-------------------------

(maxs core- <Si>)

Dengan <Sf> adalah rerata score final (postes) dan <Si> rerata score initial

(postest). Kriteria <g> dinormalisasika adalah:

(<g>) > 0,70 = gain score tinggi

0,70 > (<g>) > 0,30 = gain score sedang

(<g>) < 0,30 = gain score rendah

Modul IPA Terpadu berbasis SETS dikatakan efektif jika hasil N gain score

pretes-postes kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan katagori sedang atau

tinggi.

b. Uji untuk Mengetahui Perbedaan Hasil Belajar

Uji prasyarat analisis dilakukan untuk menentukan uji statistik yang akan

digunakan untuk menganalisis data hasil penelitian. Uji prasyarat yang dilakukan

adalah uji normalitas dan homogehitas data berupa nilai pretes dan nilai postes pada

kelas penguna produk dan kelas kontrol. Pada uji ini, terdapat 2 hipotesis yaitu HO

(Hipotesis nol) dan Ha (Hipotesis alternatif) dengan:

Ho = Data terdistribusi normal

Ha = Data tidak terdistribusi normal

HO diterima apabila taraf signifikasi ≥ 0,05

HO ditolak apabila taraf signifikasi < 0,05

Hipotesis dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 75: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

59

Ho : kedua varian populasi homogen

Ha : kedua varian populasi tidak homogen

Kriteri pengambilan keputusannya yaitu:

HO diterima apabila taraf signifikasi ≥ 0,05

HO ditolak apabila taraf signifikasi < 0,05

Jika terpenuhi syarat normalitas dan homogenitas, maka yang dilakukan adalah

melakukan uji t untuk mengetahui bahwa kedua kelas sama dari nilai pretes dan

mengetahui perbedaan hasil belajar penggunaan modul IPA Terpadu berbasis SETS

pada tema maknan sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar siswa

digunakan uji beda 2 rerata yaitu statistik parametrik uji t. Jika data tidak normal maka

digunakan uji statistik non-parametrik 2 sampel berhubungan (Wilcoxson). Analisis uji

prasyarat menggunakan software analisis statistik SPSS 18.

Pada uji ini, terdapat 2 hipotesis yaitu HO (Hipotesis nol) dan Ha (Hipotesis

alternatif) dengan:

Ho = tidak ada perbedaan yang signifikan

Ha = ada perbedaan yang signifikan

HO diterima atau Ha ditolak apabila taraf signifikasi ≥ 0,05

HO ditolak atau Ha diterima apabila taraf signifikasi < 0,05

c.Data nilai sikap

Data diperoleh dari hasil observasi pada kelas eksperimen selama penggunaaan

modul pada kegiatan belajar I, II dan III. Pemberian skor 4, 3, 2, atau 1 pada lembar

observasi dengan aspek peinilain kejujuran, ketelitian, tanggung jawab, dan kerja sama.

Rumus Penghitungan Skor Akhir

Skor akhir = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑘𝑜𝑟

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 4

Skor Maksimal = Banyaknya Indikator x 4

Kategori nilai sikap siswa didasarkan pada Permendikbud nomer 81A Tahun

2013 yaitu:

Sangat Baik (SB ): apabila memperoleh Skor Akhir: 3,33 < Skor Akhir ≤ 4,00

Baik (B: apabila memperoleh Skor Akhir: 2,33 < Skor Akhir ≤ 3,33

Cukup(C): apabila memperoleh Skor Akhir: 1,33 < Skor Akhir ≤ 2,33

Kurang (K) : apabila memperoleh Skor Akhir: Skor Akhir ≤ 1,33

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 76: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

60

d. Data Keterampilan Proses

Data diperoleh dari hasil observasi pada kelas eksperimen selama penggunaaan

modul pada kegiatan belajar I, II dan III. Pemberian skor 4, 3, 2, atau 1 pada lembar

observasi dengan aspek penilaian mengamati, mengelompokkan, menafsirkan,

menyimpulkan, dan menkomunikasikan.

Rumus Penghitungan Skor Akhir

Skor akhir = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ𝑎𝑛 𝑆𝑘𝑜𝑟

𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 4

Skor Maksimal = Banyaknya Indikator x 4

Kategori nilai sikap siswa didasarkan pada Permendikbud nomer 81A Tahun 2013

yaitu:

Sangat Baik (SB ): apabila memperoleh Skor Akhir: 3,33 < Skor Akhir ≤ 4,00

Baik (B: apabila memperoleh Skor Akhir: 2,33 < Skor Akhir ≤ 3,33

Cukup(C): apabila memperoleh Skor Akhir: 1,33 < Skor Akhir ≤ 2,33

Kurang (K) : apabila memperoleh Skor Akhir: Skor Akhir ≤ 1,33

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 77: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

61

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian dan Pengembangan

Deskripsi data disajikan untuk memperjelas penelitian dan pengembangan yang

menghasilkan produk berupa modul IPA Terpadu berbasis SETS untuk meningkatkan

hasil belajar. Kompetensi dasar yang di jadikan dasar pengembangan modul berbasis

SETS adalah dengan memadukan dua KD. Materi yang disajikan dalam modul IPA

Terpadu ini adalah materi IPA MTs kelas VIII pada KD.3.6 dan KD.3.7 yang dikemas

dengan tema “Makanan Sehat dan Tubuhku”.

Model yang digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan modul IPA

Terpadu adalah model pengembangan oleh Borg and Gall yang direduksi menjadi 9

tahap terdiri dari: (1) analisis kebutuhan, (2) perencanaan, (3) pengembangan produk,

(4) uji lapangan awal, (5) revisi produk awal, (6) uji lapangan utama, (7) revisi

produk utama, (8) uji lapangan operasional, (9) revisi produksi operasional yang dapat

dijelaskan sebagai berikut.

1. Pengumpulan Informasi Awal

Hasil obsevasi sekolah di MTs YAPPI Mulusan diperoleh data dari aspek saran

dan prasarana antara lain: 1) belum memiliki laboratorium dan peraratan praktikum, 2)

perpustakan menyediakan buku berbagai mata pelajaran dengan lengkap tetapi

jumlahnya tidak memadai untuk siswa, 3) buku yang tersedia buku dari penerbit, bukan

hasil pengembangan guru sendiri, 5) belum ditemukan modul di dalam perpustakaan, 6)

buku IPA yang tersedia belum terpadu dan penyajian materinya belum mendorong

siswa untuk mengaitkan konsep yang diperoleh dengan lingkungan sekitar.

Hasil analisis kebutuhan siswa diperoleh data: 1) kemampuan ranah kognitif

siswa yang masih rendah, ini dapat dilihat dari rata-rata hasi UAN, 2) keterampilan

proses siswa rendah, hal ini tampak dari proses pembelajaran di kelas siswa masih

kesulitan dalam megomunikasikan pendapatnya selain itu juga tampak dari rata-rata

hasil UAN yang masih rendah untuk soal yang merupakan indikator keterampilan

proses.

Sedangkan jika dilihat dari kelengkapan perangkat pembelajaran guru sudah

memiliki RPP yang dibuat sendiri, tetapi belum pernah membuat bahan ajar sendiri.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 78: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

62

Hasil analisis UAN Tahun Pelajaran 2013/2014 digunakan untuk menentukan

materi dan analisis buku yang digunakan selama ini guna menentukan ketrpaduan

serta basis pengembangan modul. Penelitian dan pengembangan mengambil tema “

Makanan Sehat dan Tubuhku” ditinjau berdasarkan kesesuaian pembelajaran dengan

pendekatan SETS dan nilai UAN yang masih di bawah rata-rata nasional (lampiran 2).

Langkah selanjutnya pengungkap kebutuhan guru dan siswa memberikan arahan

bahwa: 1) siswa tidak memiliki buku pegangan IPA; 2) siswa tidak mencari sumber

belajar lain; 3) siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari buku paket dan baku

paket juga belum sepenuhnya menyajikan materi yang ada hubungannya dengan

masalah di lingkungan sekitar; 4) siswa tidak dapat melakukan percobaan secara

mandiri; 5) bahan ajar dan motode guru perlu dimodifikasi; 6) perlu adanya

pengembangan bahan ajar berbasis SETS. Pada tahapan ini termasuk tahap analisis

kebutuhan. Rangkuman hasil pengungkap kebutuhan guru dan siswa secara lengkap

disajikan pada lampiran 3.

2. Pengembangan Produk

Tahap pengembangan modul pembelajaran IPA Terpadu berbasis SETS pada

tema makanan sehat dan tubuhku diawali dengan menelaah KI dan KD serta silabus,

selanjutnya pembuatan matrik modul (lampiran 7) yang bertujuan untuk merancang

dan memberi gambaran tentang kegiatan dan materi yang terdapat di dalam modul,

penyusunan instrumen validasi modul yang digunakan untuk melakukan penilaian

terhadap modul yaitu angket validasi modul oleh pakar dan praktisi, penyusunan

instrumen pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan soal

kognitif, penyusunan instrumen validasi RPP dan soal kognitif. Pada tahapan ini

termasuk pada tahap pengembagan yang kedua yaitu perancanaan.

Produk pengembangan modul IPA terpadu berbasis SETS dengan tema makanan

sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar berupa modul pembelajaran.

Modul pembelajaran ini dikembangkan dengan berpedoman pada Kompetensi Inti dan

Kompetensi Dasar sesuai dengan kerangka dasar kurikulum 2013. Peran modul

berfungsi sebagai pendamping buku yang sudah ada di sekolah dan dapat dipakai

sebagai media pembelajaran mandiri bagi siswa. Modul yang dikembangkan meliputi

modul untuk siswa dan modul untuk guru. Modul guru disusun sebagai buku pegangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 79: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

63

guru dalam pembelajaran yang telah dilengkapi dengan rencana pembelajaran,

petunjuk dan jawaban yang terdapat pada modul siswa, sehingga guru mempunyai

pedoman dan pegangan agar kompetensi yang harus dikuasai siswa dapat tercapai.

Gambar 4.1 Tampilan Sampul Modul Bagian Depan dan Belakang

Karakteristik modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan

tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar:

a. Modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk

meningkatkan hasil belajar, untuk modul siswa memiliki sub bagian yaitu: 1)

Halaman awal modul yang terdiri dari: halaman francis, kata pengantar, daftar isi,

daftar gambar, dan daftar tabel; 2) BAB I: pendahuluan yang berisi deskripsi

pembelajaran, mengenal modul berbasis SETS, peta kompetensi, rencanan

pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, peta kedudukan modul, dan peta

keterpaduan; 3) BAB II : kegiatan pembelajaran yang berisi uraian singkat tema,

kegiatan belajar ke-1 sampai ke-3 dengan urutan ayo mengamati dan diskusi, ayo

menghubungkan, ayo bereksperimen, ayo menganalisis, rangkuman, dan tes

formatif; 4) BAB III: penilaian yang berisi evaluasi, tugas dan diskusi; 5) Penutup:

glosarium, indeks, dan daftar pustaka.

b. Modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk

meningkatkan hasil belajar, untuk modul guru memiliki sub bagian yaitu: 1)

Halaman awal modul yang terdiri dari: halaman francis, kata pengantar, daftar isi,

daftar gambar, dan daftar tabel; 2) BAB I: pendahuluan yang berisi deskripsi

pembelajaran, mengenal modul berbasis SETS, peta kompetensi, indikator

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 80: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

64

pencapaian kompetensi, peta kedudukan modul, peta keterpaduan, dan rencanan

pembelajaran; 3) BAB II : kegiatan pembelajaran yang berisi uraian singkat tema,

kegiatan belajar ke-1 sampai ke-3 dengan urutan ayo mengamati dan diskusi, ayo

menghubungkan, ayo bereksperimen, ayo menganalisis, rangkuman, tes formatif

dan umpan balik, ; 4) BAB III: penilaian yang berisi evaluasi, tugas dan diskusi,

kunci jawaban; 5) Penutup: glosarium, indeks, dan daftar pustaka.

Gambar 4.2 Mengenal Modul IPA Terpadu Berbasis SETS

Gambar 4.3 Ayo Mengamati dan Diskusi

Gambar 4.3 ayo mengamati dan diskusi sesuai dengan alur pembelajaran SETS

yang pertama yaitu invitasi/inisiasi memuat masalah di masyarakat yang dapat

digali oleh siswa.

Merupakan alur

Pembelajaran

SETS

SETS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 81: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

65

Gambar 4.4 Ayo Menghubungkan

Gambar 4.4 ayo menghubungkan sesuai dengan alur pembelajaran SETS yang

kedua yaitu pembentukan konsep memuat fakta yang diambil dari bidang ilmu

dan merupakan bidang ilmu.

Gambar 4.5 ayo bereksperimen sesuai dengan alur pembelajaran SETS yang

ketiga yaitu aplikasi konsep merupakan kemampuan untuk melakukan transfer

belajar dengan menggunakan konsep yang telah dipelajari ke dalam situasi lain.

Gambar 4.6 ayo menganalisis sesuai dengan alur pembelajaran SETS yang

keempat yaitu pemantapan konsep merupakan kemampuan untuk melakukan dan

menunjukkan banyaknya ide guna menyelesaikan masalah.

Gambar 4.5 Ayo Bereksperimen Gambar 4.6 Ayo Menganalisis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 82: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

66

3. Kelayakan Produk

Draf awal modul yang telah dihasilkan selanjutnya divalidasi oleh para ahli

antara lain ahli media, ahli materi, ahli bahasa, dan praktisi. Validasi ini termasuk

dalam tahap pengembangan. Validasi oleh ahli media adalah kelayakan penyajian dan

kelayakan kegrafikan. Saran perbaikan hasil validasi ahli media pada table 4.1.

Tabel 4.1 Pebaikan Modul Berdasarkan Saran Ahli Media

No Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan

1 Tulisan di bagian gambar pada cover

depan dihilangkan dan diberi

pengguna serta tahun pengembangan

modul

Tulisan pada gambar di cover

dihapus dan diberi penngguna serta

tahun pengembangan modul

2 Sampul depan dengan halaman francis

tidak bolak-balik

Cover depan dan halaman francis

dibuat terpisah

3 Sumber gambar sampul belum ditulis

pada halaman francis bagian bawah

Sumber gambar sampul ditulis pada

halaman francis bagian bawah

4 Pada bagian pendahuluan atau

petunjuk penggunaan modul agar

ditambah penjelasan tentang SETS

sekitar 2 baris

Pada bagian pendahuluan ditambah

penjelasan tentang SETS sekitar 2

baris

5 Keterangan warna perlu ditambahkan

pada peta kedudukan modul

Keterangan warna ditambahkan pada

peta kedudukan modul

6 Bagian halaman awal kegiatan

pembelajaran agar digeser sejajar dan

warnanya harus sama

Bagian halaman awal kegiatan

pembelajaran digeser sejajar dan

warnanya dibuat sama

7 Panah pada SETS agar diperbaiki

dengan garis yang besar

Panah pada SETS diperbaiki dengan

garis yang besar

8 Keterangan gambar dan sumber

gambar agar dibedakan ukuran

tulisannnya

Keterangan gambar dan sumber

gambar dibedakan ukuran

tulisannnya

9 Kata-kata kunci agar dicetak tebal Kata-kata kunci dicetak tebal

10 Sumber gambar susu instan tidak

ditulis Sumber gambar susu instan dihapus

11 Gambar pada KB-3 tidak boleh bule

atau gambar diperbaiki

Gambar pada KB-3 diperbaiki

dengan menghitamkan rambut dan

ukuran hidung diperpendek

12 Gambar ilustrasi tiap KB kurang tepat Gambar ilustrasi tiap KB diperbaiki

sesuai saran

Validasi modul oleh ahli bahasa adalah kelayakan kebahasaan. Saran perbaikan

hasil validasi ahli materi dapat dilihat pada table 4.2.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 83: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

67

Tabel 4.2 Pebaikan Modul Berdasarkan Saran Ahli Bahasa

No Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan

1 Penyusunan struktur kalimat agar

diperbaiki

Penyusunan struktur kalimat diperbaiki

sesuai saran

2 Penulisan tata bahasa dan ejaan agar

diperbaiki

Penulisan tata bahasa dan ejaan diperbaik

sesuai saran

3 Teknik pengetikan agar disesuaikan

dengan aturan baku

Teknik pengetikan disesuaikan dengan

aturan baku sesuai saran

4 Keterkaitan antar kalimat agar

menggunakan konjungsi yang tepat

Keterkaitan antar kalimat menggunakan

konjungsi yang tepat sesuai saran

Validasi draf I modul oleh ahli materi antara lain kelayakan isi, kelayakan

keterpaduan, kelayakan basis SETS, RPP, dan soal kognitif. Saran perbaikan hasil

validasi ahli materi dapat dilihat pada table 4.3.

Tabel 4.3 Pebaikan Modul Berdasarkan Saran Ahli Materi

No Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan

1 Belum ada peta konsep yang

menunjukkan materi ketrpaduan

Pada bagian pendahuluan ditambah peta

konsep yang menunjukkan materi

keterpaduan

2 Berilah kolom diskusi pada bagian

evaluasi

Pada modul bagian evaluasi ditambah

kolom diskusi

3 Berilah kolom tugas pada bagian

evaluasi

Pada modul bagian evaluasi ditambah

kolom tugas

4 Bagian yang salah ketik harap

diperbaiki

Bagian yang salah ketik diperbaiki

Tabel 4.4 Pebaikan RPP Berdasarkan Saran Validator

No Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan

1 Berilah contoh vitamin dan mineral pada

RPP

Pada RPP bagian materi ditambah

contoh vitamin dan mineral

2 Sumber belajar perlu ditambah Pada RPP ditambah sumber belajar

3 Bagian yang salah ketik harap diperbaiki Bagian yang salah ketik diperbaiki

Tabel 4.5 Pebaikan Soal Kognitif Berdasarkan Saran Validator

No Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan

1 Istialah asing agar diganti dengan bahasa

sehari-hari yang digunakan siswa

Istialah asing diganti dengan bahasa

sehari-hari yang digunakan siswa

2 Bagian yang salah ketik harap diperbaiki Bagian yang salah ketik diperbaiki

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 84: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

68

Validasi modul oleh praktisi antara lain kelayakan isi, kelayakan keterpaduan,

kelayakan basis SETS, kelayakan penyajian, kelayakan kegrafikan, kelayakan

kebahasaan, RPP, dan soal Kognitif. Saran perbaikan hasil validasi praktisi dapat

dilihat pada table 4.6.

Tabel 4.6 Pebaikan Modul Berdasarkan Saran Praktisi

No Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan

1 Tampilan cover agar diperbaiki Tampilan cover diperbaiki

2 Ukuran huruf ada yang tidak konsiten Ukuran huruf diperbaiki sesuai saran

3 Perbaiki tanda baca, spasi antar kata,

dan jarak antar baris

Tanda baca, spasi antar kata, dan jarak

antar baris diperbaiki sesuai saran

4 Perbaiki daftar pustaka dengan acuan

yang baku

Daftar pustaka diperbaiki sesuai dengan

acuan yang baku

5 Kurangi penggunaan istilah asing,

gunakan padanan dalm bahasa

Indonesia

Istilah asing dikurangi dengan

meggunakan padanan dalm bahasa

Indonesia

6 Masih ada halaman yang kosong

terlalu luas

Halaman yang kosong dihilangkan

7 Belum ada peta konsep materi Peta konsep materi sudah ditambahkan

8 Ilustrasi gambar tiap KB kurang tepat Ilustrasi gambar tiap KB diperbaiki

9 Penulisan iodin harusnya I2 bukan I Penulisan iodin ditulis I2

10 Sumber gambar susu instan tidak

ditulis

Sumber gambar susu instan dihapus

11 Tujuan belum dituliskan pada kegiatan

pengamatan dan eksperimen

Tujuan dituliskan pada kegiatan

pengamatan dan eksperimen

12 Belum ada kolom tugas Kolom tugas ditambahkan pada bagian

evaluasi

Hasil validasi ahli dan praktisi modul IPA Terpadu berbasis SETS dapat dilihat

secara lengkap pada pembahasan, sedangkan rangkuman hasil validasi modul secara

keseluruhan dengan kategori sangat baik dapat disajikan pada table 4.7.

Tabel 4.7 Rangkuman Hasil Valdasi Ahli dan Praktisi

No Aspek Persentase (%) Kategori

1 Kelayakan Penyajian 83,85 Sangat sesuai

2 Kelayakan kegrafikan 83.5 Sangat sesuai

3 Kelayakan Bahasa 85,71 Sangat sesuai

4 Kelayakan Isi 83,3 Sangat sesuai

5 Keterpaduan 84,4 Sangat sesuai

6 Sintak SETS 83,3 Sangat sesuai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 85: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

69

Proses validasi menghasilkan catatan yang menjadi bahan pertimbangan untuk

melakukan revisi. Hasil dari proses validasi oleh ahli dan praktisi terhadap produk

modul yang siap untuk dilakukan uji lapangan selanjutnya.

Hasil validasi RPP adalah 84.8% dengan kategori sangat baik yang meliputi

perumusan tujuan, pengorganisasian materi, pemilihan sumber belajar dan media ajar,

model dan metode pembelajaran, dan penilaian hasil. Sedangkan untuk soal kognitif

83,3% yang menunjukan kategori sangat baik meliputi materi, penyajian soal,

penskoran, dimensi pengetahuan, serta dimensi proses kognitif soal. Berdasarkan hasil

validasi kerelevanan dianalisis dengan perhitungan Content Validity (CV) adalah 1, ini

berarti CV > 0,7 maka dapat soal dapat diujicobakan.

Langkah selanjutnya tahap ini juga dilakukan try out soal kognitif pada siswa

MTs YAPPI Mulusan kelas IX sebanyak 25 siswa. Hasil try out diuji validitas,

reliabilitas, daya beda, dan taraf kesukaran butir soal yang hasilnya dapat disajikan

sebagai berikut.

Tabel 4.8 Rangkuman Hasil Uji Validitas

Kriteria

Validitas Jumlah Nomor soal

Valid 28 1, 4, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20,

21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 32, 33, 34, 35

Tidak Valid 7 2, 3, 5, 8, 18, 24, 31

Jumlah 35

Bedasarkan data di atas dari 35 soal yang tidak valid ada 7 soal dengan taraf

reliabelitas 0,9123 dengan kriteria sangat reliabel. Soal yang tidak valid tidak akan

digunakan dan tidak diganti soal karena indikatornya sudah terwakili oleh soal yang

lain. Jadi soal kognitif yang gunakan untuk pretes dan postes sebanyak 28 butir soal.

Tabel 4.9 Rangkuman Hasil Uji Taraf Kesukaran

Taraf

Kesukaran Jumlah Nomor soal

Mudah 13 9, 10, 11, 13, 14, 16, 17, 23, 25, 28, 30, 34, 35

Sedang 19 1, 2, 5, 6, 7, 8, 12, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 26, 27, 29,

31, 32, 33

Sukar 3 3, 4

Jumlah 35

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 86: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

70

Tabel 4.10 Rangkuman Hasil Uji Daya Beda

Daya Beda Jumlah Nomor soal

Baik 2 20, 33

Cukup 11 7, 9, 13, 16, 22, 23, 25, 26, 27, 30, 35

Tidak Baik 22 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 14, 15, 17, 18, 19, 21,

24, 28, 29, 31, 32, 34

Jumlah 35

Uji lapangan awal dilakukan pada 3 siswa MTs YAPPI Jetis Gunungkidul pada

tanggal 12 November 2014. Uji lapangan awal dilakukan untuk mengetahui

respon/masukan siswa terhadap modul berbasis SETS dengan cara mengisi angket

respon uji lapangan awal.

4.11 Pebaikan Modul Tahap Uji Lapangan Awal

No Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan

1 Perbaikan tata tulis untuk kata:

dikelompokkkan, makana, peristalsis

Kata-kata dibenarkan menjadi

dikelompokkan, makanan, peristaltik

2 Pada bagan SETS ada yang masih

kurang tulisan teknologi

Pada bagan SETS yang masih

kosong ditambah tulisan teknologi

Saran perbaikan pada tahap ini terletak pada tata tulis yang masih salah dan

menhasilkan produk II modul IPA Terpadu berbasis SETS yang siap untuk diuji

lapangan utama.

Tabel 4.12 Rangkuman Hasil Respon Siswa pada Uji Lapangan Awal

No Aspek Persentase (%) Kategori

1 Pengorganisasian 83,3 Sangat baik

2 Keterbacaan 83.3 Sangat baik

3 Kemenarikan 87,5 Sangat baik

4 Keterpaduan 83,3 Sangat baik

5 Pendekatan SETS 84,7 Sangat baik

Uji lapangan utama dilakukani pada tanggal 15 November 2014 pada 12 siswa

MTs YAPPI Jetis Saptosari Gunungkidul. Uji lapangan ini dilakukan untuk mengetahui

respon dan masukan siswa pada modul IPA Terpadu berbasis SETS hasil

pengembangan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 87: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

71

4.13 Pebaikan Modul Tahap Uji Lapangan Utama

No Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan

1 Jumlah gigi anak-anak dan gigi orang

dewasa belum ditulis (saran dari siswa)

Ditambahkan jumlah gigi anak-anak

dan jumlah gigi orang dewasa

2 Sampul bagian belakang tulisanya

terlalu besar (saran dari guru)

Tulisan pada sampul belakang

diperkecil

Saran perbaikan pada tahap ini terletak pada penambahan materi untuk jumlah

gigi pada anak-anak dan orang dewasa, pada uji ini ada saran yang tidak dapat dipenuhi

yaitu saran untuk menambah materi selain di luar tema makanan sehat dan tubuhku.

Hasil revisi disebut produk III modul IPA Terpadu berbasis SETS yang siap untuk diuji

lapangan operasional.

Tabel 4.14 Rangkuman Hasil Respon Siswa pada Uji Lapangan Utama

No Aspek Persentase (%) Kategori

1 Pengorganisasian 85,4 Sangat baik

2 Keterbacaan 83,3 Sangat baik

3 Kemenarikan 88,5 Sangat baik

4 Keterpaduan 84,4 Sangat baik

5 Pendekatan SETS 88,2 Sangat baik

Tabel 4.15 Rangkuman Hasil Respon Guru

No Aspek Persentase (%) Kategori

1 Pengorganisasian 90 Sangat baik

2 Keterbacaan 90 Sangat baik

3 Kemenarikan 85 Sangat baik

4 Keterpaduan 90 Sangat baik

5 Pendekatan SETS 85 Sangat baik

4. Efektivitas Produk

Modul dari hasil draf III diujicobakan di dalam kelas yang lebih besar pada

siswa MTs YAPPI Mulusan kelas VIII B (kelas pengguna produk atau eksperimen)

dan kelas VIII A sabagai kelas kontrol. Uji coba ini digunakan untuk mengetahui

peningkatan prestasi belajar setelah menggunakan modul IPA Terpadu berbasis SETS

hasil pengembangan. Pelaksanaan uji coba ini 17 November sampai dengan 29

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 88: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

72

November 2014. Uji coba di kelas dilakukan pretest terlebih dahulu baik di kelas

pengujian produk maupun di kelas kontrol untuk mengetahui gambaran awal siswa

pada tema makanan sehat dan tubuhku sebelum dilakukan pembelajaran, dan setelah

selesai pembelajaran tema tersebut dilakukan postest pada kedu kelas yang sama.

a. Hasil Belajar Ranah Pengetahuan

Tabel 4.16 Hasil Belajar Pengetahuan Pretes

Aspek Kelas Kontrol Kelas Pengguna produk

Nilai Tertinggi 75 85,7

Nilai Terendah 25 35,7

Rata-rata 49,35 60,4

Standar Deviasi 14,09 13,22

Tabel 4.17 Hasil Belajar Pengetahuan Postes

Aspek Kelas Kontrol Kelas Pengguna produk

Nilai Tertinggi 92,9 96,4

Nilai Terendah 25 46,4

Rata-rata 54,87 73,44

Standar Deviasi 1671 14,88

1) Keefektifan modul dalam pembelajaran

Analisis untuk mengetahui keefektifan modul dalam pembelajaran dengan

menggunakan gain score ternormalisasi untuk pretest postest kelas kontrol dan kelas

pengguna produk. Berdasarkan perhitungan gain score untuk kelas kontrol 0,109

dengan kategori rendah, sedangkan pada kelas pengujian produk 0,344 dengan

kategori sedang sehingga modul IPA Terpadu berbasis SETS dikatakan efektif.

2) Perbedaan hasil belajar

Analisis untuk mengetahui perbedaan hasil belajar diuji dengan SPSS 18 yang

diawali dengan uji prasyarat yaitu uji normalitas, homogenitas dan dilanjut uji t yang

diambil dari nilai pretes dua kelas untuk mengetahui persamaan rerata dua kelas

(lampiran 18). Sedangkan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara dua kelas

diawali dengan uji prasyarat yaitu uji normalitas, homogenitas dan dilanjut uji t yang

diambil dari nilai postes.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 89: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

73

Tabel 4.18 Ringkasan Hasil Analisis Perbedaan Hasil Belajar Pengetahuan

No Uji Hasil Keputusan Kesimpulan

1 Normalitas Sig kelas kontrol

adalah 0,200 > 0,05

dan sig kelas pengguna

produk adalah 0,200 .>

0,05

Ho

diterima

Normal

2 Homogenitas Sig kelas kontrol dan

kelas pengguna produk

adalah 0,936 > 0,05

Ho

diterima

Homogen

3 Uji-t Sis kelas pengguna

produk dan kelas

kontrol adalah 0,000 <

0,05

Ho

ditolak

Ada perbedaan

secara signifikan

b. Hasil Belajar Ranah Sikap

Tabel 4.19 Nilai Sikap Kelas Kontrol

KB

Rata-rata Nilai Aspek Sikap Rata-

rata

Nilai

Kejujuran Ketelitian Tanggung Jawab Kerja Sama

I 2,18 2 1,9 2,02 2,2

II 2,18 2,05 1,95 2 2,05

III 2,23 2,09 2 2,05 2,09

Rata-

rata

2,2 2,05 1,95 2,09 2,1

Tabel 4.20 Nilai Sikap Kelas Pengguna Produk

KB

Rata-rata Nilai Aspek Sikap Rata-

rata

Nilai Kejujuran Ketelitian Tanggung Jawab Kerja Sama

I 2,82 2,86 2,45 2,45 2,65

II 3,32 3,36 3 2,64 3,08

III 3,32 3,41 3,41 3,32 3,36

Rata-

rata

3,15 3,21 2,95 2,8 3,03

Uji coba pelaksanan lapangan juga menilai sikap sosial dengan observasi dan

dibantu oleh seorang observer. Penilaian sikap sosial dilakukan pada kelas kontrol dan

kelas pengguna produk/eksperimen sebanyak 22 siswa disetiap kegiatan belajar. Hasil

rangkuman penilaian sikap sosial disaji dapat diasjikan dalam table berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 90: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

74

Tabel 4.21 Rangkuman Penilaian Sikap Kelas Kontrol

Kegiatan

Belajar

Kategori Penilaian (%) Rata-rata

Nilai Sangat Baik

3,3 <S ≤ 4,00

Baik

2,33<SA≤ 3,33

Cukup

1,33<SA≤ 2,33

Kurang

SA≤ 1,33

I - 13,6 77,3 9,1 2,02

II - 18,2 72,7 9,1 2,05

III - 22,7 68,2 9,1 2,09

Tabel 4.22 Rangkuman Penilaian Sikap Kelas Pengguna Produk

Kegiatan

Belajar

Kategori Penilaian (%) Rata-rata

Nilai Sangat Baik

3,3 <S ≤ 4,00

Baik

2,33<SA≤ 3,33

Cukup

1,33<SA≤ 2,33

Kurang

SA≤ 1,33

I 13,6 59,1 27,3 - 2,65

II 41 45,4 13,6 - 3,08

III 68,2 22,7 9,1 - 3,36

c. Hasil Belajar Ranah Keterampilan Proses

Tabel 2.23 Nilai Keterampilan Kelas Kontrol

KB

Rata-rata Nilai Aspek Sikap Rata

-rata

Nila

i

Mengam

ati

Mengelompokk

an

Menafsirk

an

Menyimpulk

an

Mengomunikasi

kan

I 2,05 1,86 1,82 1,82 1,82 1,87

II 2,09 1,95 1,86 1,86 1,86 1,93

III 2,14 2,05 1,86 1,86 1,86 1,95

Rata

-rata 2,09 1,95 1,85 1,85 1,85 1,92

Tabel 4.24 Nilai Keterampilan Kelas Pengguna Produk

KB

Rata-rata Nilai Aspek Sikap Rata

-rata

Nila

i

Mengam

ati

Mengelompokk

an

Menafsirk

an

Menyimpulk

an

Mengomunikasi

kan

I 2,5 2,86 2,27 2,63 2,4 2,63

II 2,91 2,95 3 2,95 2,82 2,93

III 3,32 3,23 3,2 3,2 3,2 3,26

Rata

-rata 2,91 3,01 2,82 2,93 2,81 2,94

Penilaian keterampilan proses dilakukan pada kelas pengguna produk sebanyak

22 siswa disetiap pembelajaran. Uji coba pelaksanan lapangan menilai keterampilan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 91: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

75

proses dengan observasi dan dibantu oleh seorang observer. Penilaian keterampilan

proses dilakukan pada kelas kontrol dan kelas pengguna produk/eksperimen disetiap

kegiatan belajar. Hasil rangkuman penilaian keterampilan disaji dapat diasjikan dalam

tabel berikut.

Tabel 4.25 Rangkuman Penilaian Keterampilan Proses Kelas Kontrol

Kegiatan

Belajar

Kategori Penilaian (%) Rata-rata

Nilai Sangat Baik

3,3 <SA≤4,00

Baik

2,33<SA≤3,33

Cukup

1,33<SA≤ 2,33

Kurang

SA≤1,33

I - 4,5 81,8 13,6 1,87

II - 9,1 77,3 13,6 1,93

III - 13,6 77,3 9,1 1,95

Tabel 4.26 Rangkuman Penilaian Keterampilan Proses Kelas Pengguna Produk

Kegiatan

Belajar

Kategori Penilaian (%) Rata-rata

Nilai Sangat Baik

3,3 <SA≤4,00

Baik

2,33<SA≤3,33

Cukup

1,33<SA≤ 2,33

Kurang

SA≤1,33

I 9,1 68,2 22,7 - 2,63

II 36,4 45,4 18,2 - 3,05

III 50 40,9 9,1 - 3,35

Pada tahap uji coba lapangan operasional dapat diketahui hasil respon siswa

terhadap modul IPA Terpdu berbasis SETS pada tabel 4.27.

Tabel 4.27 Rangkuman Hasil Respon Siswa Uji Lapangan Operasional

No Aspek Persentase (%) Kategori

1 Pengorganisasian 89,8 Sangat baik

2 Keterbacaan 90,3 Sangat baik

3 Kemenarikan 90,3 Sangat baik

4 Keterpaduan 90,3 Sangat baik

5 Pendekatan SETS 92,04 Sangat baik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 92: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

76

Tabel 4.28 Pebaikan Modul Tahap Uji Operasional

No Sebelum Perbaikan Setelah Perbaikan

1 Masih ada tabel yang terpotong berbeda

halaman

Tabel diperbaiki disatukan pada pada

halaman yang sama

Proses pembelajaran pada kelas uji coba lapangan operasional juga

menghasilkan catatan respon siswa terhadap modul IPA Terpadu berbasis SETS pada

tema makanan sehat dan tubuhku yang menyatakan siswa lebih tertarik dan merasa

mudah memahami materi dalam modul. Selain itu juga ada catatan yang perlu

diperbaiki untuk penulisan tabel yang masih terpotong berbeda halaman pada revisi

produk operasional.

B. Pembahasan Hasil Penelitian dan Pengembangan

1. Pengumpulan Informasi Awal

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara pembelajaran IPA Terpadu di MTs

YAPPI Mulusan masih perlu mendapatkan perhatian. Hal ini dapat dilihat dari hasil

rata-rata belajar siswa pada ujian nasional masih rendah, sarana belajar yang tidak

memadai, yang tampak dari penggunaan buku siswa yang belum merata dan sistem

peggunaannya secara bergilir untuk tiap kelas pararel, dan belum memiliki

laboratorium. Selanjutnya juga dapat dilihat dari permasalahan yang terjadi di dalam

proses belajar di kelas siswa belum mampu berdiskusi dan mengkomunikasikan hasil

pekerjaannya dengan baik, hal ini menunjukkan keterampilan proses perlu dilatihkan.

Sedangkan permasalahan dihadapi guru yaitu pembelajaran IPA selama ini belum

dikaitkan dengan lingkungan sekitar dan belum terpadu. Hal ini sejalan dengan Nur

dan Wikandari (2000) dalam Triatno 2013 menyatakan bahwa proses belajar mengajar

IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, sehingga siswa dapat

menemukan fakta-fakta, membangun konsep, teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu

sendiri yang akhirnya dapat berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan

maupun produk pendidikan.

Hasil analisis pengungkap kebutuhan tehradap siswa MTs YAPPI Mulusan

menunjukkan bahwa siswa tidak memiliki buku pegangan IPA, siswa tidak mencari

sumber belajar lain, siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari buku paket dan

buku paket belum mengaitkan materi dengan lingkungan sekitar, serta siswa tidak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 93: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

77

dapat melakukan percobaan secara mandiri. Berdasarkan hasil penelitian tersebut

menunjukkan MTs YAPPI Mulusan memerlukan bahan ajar yang dapat mengatasi

permasalahan siswa dalam mempelajari IPA dan mengkaitkanya dengan lingkungan

sekitar serta menuntun siswa melakukan percobaan secara mandiri.

Berdasarkan hasil analisis pengungkap kebutuhan guru menunjukkan bahwa

guru belum memiliki bahan ajar IPA Terpadu yang seuai dengan kebutuhan siswa.

Pembelajaran yang dilakukan selama ini masih terpisa-pisah. Hal ini menunjukkan

perlunya dikembamgkan bahan ajar IPA Terpadu untuk memenuhi kebutuhan di MTs

YAPPI Mulusan. Seperti yang diamanatkan dalam Peraturan Mentri Pendidikan

Nasional nomor 22 tahun 2006 secara tegas menyatakan bahwa substansi mata

pelajaran IPA di SMP merupakan IPA Terpadu, bukan IPA yang terpisah-pisah

sebagai mata pelajaran Fisika, Biologi, dan Kimia. Adanya kurikulum tersebut

membuat IPA diajarkan secara lebih meyeluruh dan saling berkaitan satu sama lain.

2. Pengembangan Produk

Modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku

untuk meningkatkan hasil belajar yang akan dikembangkan dengan memadukan dua

kompetensi dasar kelas VIII kurikulum 2013 yang ada keterhubungan (connected)

yaitu KD 3.6 tentang sistem pencernaan yang dikaitkan dengan sistem tubuh yang lain

dan KD 3.7 tentang zat aditif pada makanan. Kelebihan model keterpaduan connected

adalah hubungan intarbidang studi melihat permasalahan tidak hanya satu bidang

kajian saja, tetapi kegiatan pembelajaran dapat mengikuti KD-KD dalam standar isi.

Tahap perencanaan pembuatan modul pembelajaran IPA Terpadu berbasis SETS

dikembangkan antara lain menelaah KI dan KD serta silabus, pembuatan matrik modul

yang bertujuan untuk merancang dan memberi gambaran tentang kegiatan dan materi

apa saja yang terdapat di dalam modul, hal ini sesuai dengan pendapat Purwanto

(2007) yang menyatakan garis besar isi modul dapat dikembangkan dalam bentuk

matrik atau narasi. Selanjutnya penyusunan instrumen validasi modul yang digunakan

untuk melakukan penilaian terhadap modul yaitu angket validasi modul oleh pakar dan

praktisi, penyusunan instrumen pembelajaran yaitu Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dan soal kognitif, penyusunan instrumen validasi RPP dan soal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 94: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

78

kognitif yang digunakan untuk melakukan penilaian terhadap RPP dan soal kognitif

yaitu angket validasi oleh pakar dan praktisi.

Produk pengembangan modul IPA terpadu berbasis SETS dengan tema makana

sehat dan tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar berupa modul pembelajaran.

Modul pembelajaran ini dikembangkan dengan berpedoman pada Kompetensi Inti dan

Kompetensi Dasar sesuai dengan kerangka dasar kurikulum 2013. Peran modul

berfungsi sebagai pendamping buku yang sudah ada di sekolah dan dapat dipakai

sebagai media pembelajaran mandiri bagi siswa di rumah sehingga memberikan waktu

yang cukup kepada siswa untuk memahami suatu materi.

Modul yang dikembangkan meliputi modul untuk siswa dan modul untuk guru.

Modul untuk guru disusun sebagai buku pegangan guru dalam pembelajaran yang

telah dilengkapi dengan RPP, petunjuk dan jawaban yang terdapat pada modul siswa,

sehingga guru mempunyai pedoman dan pegangan agar kompetensi yang harus

dikuasai siswa dapat tercapai.

Karakteristik modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan

tubuhku untuk meningkatkan hasil belajar antara lain; sampul modul yang disajikan

memberi gambaran tentang materi yang akan dibahas. Warna kombinasi hijau dan

putih serta penambahan gambar berbagai jenis makanan dan organ pencernaan

manusia bertujuan untuk menarik minat siswa untuk mempelajarinya.

Bagian modul selanjutnya antara lain halaman awal modul yang terdiri dari

halaman francis, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, dan daftar tabel. Bagian

halaman francis berisi tentang personil yang terlibat dalam penyusunan modul, kata

pengantar berisi uraian diskripsi singkat tantang penyusunan modul IPA terpadu

berbasis SETS, selanjutnya untuk daftar isi, daftar gambar, dan daftar tabel berguna

sebagai petunjuk untuk mempermudah dalam mempelajari modul.

Pendahuluan (BAB I) yang berisi deskripsi pembelajaran, mengenal modul

berbasis SETS, peta kompetensi, rencanan pembelajaran (modul guru), indikator

pencapaian kompetensi, peta kedudukan modul, dan peta konsep. Bagian ini

memberikan deskripsi dan petunjuk dalam mempelajari modul serta memberi

gambaran susunan materi dalam modul.

Bagian yang menonjol dan menjadi ciri khas modul ini adalah kegiatan belajar

dalam modul ini mengacu pada alur pembelajaran SETS dan keterkaitan antara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 95: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

79

komponen SETS juga mewarnai dalam alur pembelajaran. Urutan penyajian materi

yang sesuai dengan alur pembelajaran SETS yang terbagi dalam segmen “Ayo

Mengmati dan Diskusi”; merupakan alur SETS yang pertama yaitu invitasi/inisiasi,

“Ayo Menghubungkan”; merupakan alur SETS kedua yaitu pembentukan konsep,

“Ayo Bereksperimen”; alur SETS ketiga yaitu aplikasi konsep, dan “Ayo

Menganalisis”; alur SETS keempat yaitu pemantapan konsep.

Kegiatan pembelajaran yang berisi uraian singkat tema, kegiatan belajar ke-1

sampai ke-3 dengan urutan ayo mengamati dan diskusi, ayo menghubungkan, ayo

bereksperimen, ayo menganalisis, rangkuman, tes formatif, dan umpan balik (modul

guru). Segmen ini merupakan kegiatan yang harus dikerjakan siswa dengan tujuan

untuk memahami materi. Pada segmen ayo menghubungkan dan ayo menanalisis

dilengkapi dengan bagan SETS diharapkan dapat memvisualisasikan dan memperjelas

keterkaitan masing-masing unsur dalam SETS. Pembelajaran sains dengan bagan

SETS yang ditampilkan mengacu pada Binadja (1999) dengan sains sebagai fokus

utama, yang menyatakan bahwa dengan meletakkan sains sebagai fokus perhatian,

maka guru dan siswa dapat dibawa untuk melihat keterkaitan sains dengan unsur lain

dalam SETS. Pada segmen ini siswa diuntut untuk berpikir dalam konteks SETS

melalui pertanyaan yang harus mereka jawab sebelum ke uraian materi.

Segmen akhir bagian kegiatan pembelajaran adalah rangkuman, tes formatif, dan

umpan balik (modul guru). Rangkuman berisi konsep-konsep penting yang harus

dipahami oleh siswa, tes formatif berisi latihan soal bagi siswa untuk hasil belajarnya,

sedangkan umpan balik merupakan cara untuk mengetahui keberhasilan siswa.

BAB III: penilaian yang berisi evaluasi, tugas dan diskusi, dan kunci jawaban

(modul guru), sedangkan bagian penutup berisi: glosarium, indeks, dan daftar pustaka.

Glosariun, merupakan bagian yang cukup penting untuk memberikan informasi

kepada pembaca mengenai hal yang belum diketahui.

Pengembangan bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

connected/terhubung, merupakan model integrasi interbidang studi. Model ini secara

nyata mengintegrasikan suatu konsep, keterampilan atau kemampuan pada pokok

bahasan atau sub pokok bahasan lain dalam satu bidang studi, kaitan dapat diadakan

secara spontan atau direncanakan terlebih dahulu. Dengan demikian, pembelajaran

menjadi lebih bermakna dan efektif. Kelebihan model keterpaduan connected

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 96: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

80

(Fogarty dalam Trianto: 2013) antara lain: a) dengan pengintegrasian ide-ide

interbidang studi, maka siswa mempunyai gambaran yang luas, b) siswa dapat

mengembangkan kosep kunci secara terus menerus, dan c) memungkinkan siswa

mengkaji, mengkoseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi ide-ide dalam

memecahkan masalah. Sedangkan kelemahanya antara lain: a) masih kelihatan

terpisahnya interbidang studi, b) tidak mendorong guru untuk bekerja tim antarbidang

studi, dan c) usaha untuk mengembangkan keterhubungan antar bidang studi menjadi

terabaikan.

3. Kelayakan Produk

Validasi modul oleh ahli media adalah kelayakan penyajian dan kelayakan

kegrafikan. Hasil revisi dari ahli media sebagai berikut

Gambar 4.7 Cover Sebelum dan Sesudah Validasi

Berdasarkan gambar di atas cover awal terdapat gambar yang masih ada

keterangannya, belum ada pengguna modul, dan pada keterangan universitas belum

diberi tahun pengembangan modul. Hasil setelah valdasi tampak keterangan gambar

sudah duhapus, pengguna modul dan tahun pengembangan modul sudah ditulis.

Halaman sampul modul yang disajikan memberi gambaran tentang materi yang

dibahas. Warna kombinasi hijau dan putih dan penambahan latar gambar makanan

dan zat aditif bertujuan untuk menarik minat siswa untuk mempelajarinya. Kegiatan

belajar dalam modul berisi alur pembelajaran SETS. Hal ini sesuai denga Purwanto

(2007) yang mengemukakan bahwa gagasan atau ide terkadang sangat abstrak dan

Cover Awal Cover Setelah Validasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 97: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

81

sulit dilukiskan dengan kata-kata. Untuk menyampaikan ide yang belum pernah ada

sebelumnya pada pikiran seseorang sering kali memerlukan waktu. Visualisasi

membantu terciptanya pengetahuan pada seseorang secara lebih mudah dan cepat,

sehingga visualisasi memiliki peran yang penting dan menentukan bagi pencapaian

tingkat keberhasilan proses belajar. Gambar merupakan ilustrasi yang baik untuk

bahan ajar, terutama untuk menunjukkan realita dan wujud suatu obyek. Simbol alur

pembelajaran SETS dibuat dengan gambar yang berbeda, agar tidak timbul rasa

bosan dan siswa lebih mudah serta tertari untuk mempelajarinya.

Gambar 4.8 Halaman Francis Sebelum dan Sesudah Validasi

Halaman Francis pada pengembangan awal belum diberi sumber cover, setelah validasi

sumber cover sudah ditulis pada halaman francis.

Gambar 4.9 Halaman BAB II Sebelun dan Sesudah Validasi

Halaman BAB II sebelum divalidasi tampak ada uraian tema yang bercabang menjadi

tiga kegiatan belajar dengan tema serta tertulis tidak sejajar dan dengan warna yang

Francis Awal Francis Setelah Validasi

BAB II Awal BAB II Setelah Validasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 98: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

82

tidak sama. Setelah validasi tampak kegiatan belajar tiap tema disusun secara sejajar

dan dengan warna yang sama.

Gambar 4.10 Ilistrasi Kegiatan Beljar Sebelum dan Sesudah Validasi

Gambar pada setiap kegiatan belajar pada awalnya sama dari KB I sampai KB II yaitu

gambar buah anggur saja. Berdasarkan saran saat validasi gambar tersebut harus diganti

dengan gambar berbagai macam makanan pada setiap kegiatan belajar dengan gambar

menyesuaikan tema.

Gambar 4.11 Bagan SETS Sebelum dan Sesudah Validasi

Pada gambar bagan SETS awal tanda panah antara komponen SETS masih satu garis,

setelah proses validasi gambar panah sudah dibuat garis ganda.

Adanya bagan salingtemas diharapkan dapat memvisualisasikan dan

memperjelas keterkaitan masing-masing unsur dalam salingtemas. Dalam konteks

Ilustrasi KB Awal Ilustrsai KB Setelah Validasi

Bagan SETS Awal Bagan SETS Setelah Validasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 99: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

83

pembelajaran sains, bagan salingtemas yang ditampilkan mengacu pada Binadja

(1999) dengan sains sebagai fokus utama.

Validasi draf I modul oleh ahli materi antara lain kelayakan isi, kelayakan

keterpaduan, kelayakan basis SETS serta RPP dan soal kognitif. Hasil revisi dari ahli

mater terlitat pada gambar 4.12.

Gambar 4. 12 Peta Keterpaduan

Gambar 4. 13 Kolom Tugas dan Diskusi

Peta Keterpaduan

Kolom Tugas dan Diskusi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 100: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

84

Pengembangan produk awal modul belum ada peta keterpaduan dan belum ada kolom

tugas dan diskusi. Hasil setelah validasi modul sudah diberi peta kompetensi serta

kolom tugas dan diskusi.

Sedangkan Validasi modul oleh ahli bahasa adalah kelayakan kebahasaan,

meliputi tata tulis dan penggunaan tanda baca.Validasi modul oleh praktisi antara lain

kelayakan isi, kelayakan isi, kelayakan keterpaduan, kelayakan basis SETS,

kelayakan keterampilan proses sains, kelayakan penyajian, kelayakan kegrafikan, dan

kelayakan kebahasaan.

Hasil dari proses validasi oleh ahli dan praktisi terhadap produk draf I modul

dengan kriteria sangat baik yang siap untuk dilakukan uji lapangan awal.

Ahli materi dan praktisi selain memvalidasi modul juga memvalidasi rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP). Saran perbaikan RPP dan soal kognitif dari praktisi

berupa tata tulis yang masih salah dan menambah materi dalam RPP.

Uji lapangan awal dilakukan pada 3 siswa MTs YAPPI Jetis Saptosari

Gunungkidul. Uji lapangan awal dilakukan untuk mengetahui respon/masukan siswa

terhadap modul berbasis SETS dengan cara mengisi angket respon siswa terhadap

modu IPA Terpadu berbasis SETS dengan hasil uji menyatakn bahwa modul sangat

baik.

Saran perbaikan pada tahap ini terletak pada tata tulis yang masih salah (tabel

4.11) dan menhasilkan produk II modul IPA Terpadu berbasis SETS yang siap untuk

diuji lapangan utama.

Uji coba lapangan utama dilakukan untuk mengetahui kelayakan modul dengan

respon dan masukan siswa pada modul IPA Terpadu berbasis SETS hasil

pengembangan dengan hasi uji coba menyatan modul sangat baik /layak digunakan.

Selain respon siswa juga respon dari guru yang menyatakan modul sangat baik dan

layak digunakan. Hal ini sejalan dengan penelitian Uswatun Hasanah (2013) yang

menyatakan bahwa bahan ajar IPA Terpadu berbasis salingtemas yang dikembangakan

layak digunakan sebagai bahan ajar.

Saran perbaikan pada tahap ini terletak pada penambahan jumlah gigi anak-anak

dan orang dewasa serta perbaikan memperkecil tulisan pada sampul bagian belakang

dengan menhasilkan produk III modul IPA Terpadu berbasis SETS yang siap untuk

diuji lapangan operasional.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 101: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

85

4. Efektivitas Produk

a. Hasil Belajar Ranah Pengetahuan

Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh dari pretes (tes awal) kelas kontrol dan

kelas pengguna produk tampak kedua kelas menunjukkan kondisi yang sama. Hal ini

juga diperkuat dengan uji t yang menyatakan kedua kelas sama (lampiran 18).

Seangkan jika dilihat dari hasil postes (tes akhir) menunjukkan kelas kontrol siswa

yang tuntas sesuai kriteria ketuntasan minimal (75) hanya 9,1% dan kelas pengguna

produk siswa yang tuntas mencapai 59,1%. Hal ini menunjukkan ada perbedaan hasil

belajar yang dicapai antara kelas kontrol dengan kelas pengguna produk, lebih lanjut

dibuktikan dengan uji berikut.

1) Kefektivan modul

Analisis untuk mengetahui keefektifan modul dalam pembelajaran dengan

menggunakan gain score ternormalisasi untuk pretest postest kelas kontrol dan kelas

pengguna produk. Berdasarkan perhitungan gain score untuk kelas kontrol 0,109 yang

termasuk dalam kategori rendah, sedangkan pada kelas pengguna produk 0,344

termasuk kategori sedang sehingga modul IPA Terpadu berbasis SETS dikatakan

efektif (Hake, Richard R.1999: 4)

2) Perbedaan hasil belajar

Analisis untuk mengetahui perbedaan hasil belajar diuji dengan SPSS 18 yang

diawali dengan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas. Hasil uji normalitas

menggunakan hasil pada Kolmogorof-Smirnova pada Tets of Normality dengan

hipotesis terhadap taraf signifikasi Ho: data terdistribusi normal. Hasil pengujian

menunjukkan Ho diterima karena nilai signifikasinya untuk kelas kontrol 0,200 dan

kelas pengguna produk 0,200. Taraf signifikasi yang dihasilkan memenuhi kriteria

lebih besar dari α= 0,05 (Sig >0,05). Kesimpulannya data terdistribusi normal.

Sedangkan pada Test Homogeneity of Variance menunjukkan taraf signifikasi sebesar

0,936 dengan Kriteria α= 0,05 (Sig >0,05), maka Ho diterima dengan kesimpulan pada

kelas kontrol dan kelas pengguna produk homogen.

Berdasarkan hasil uji prasyarat analisis, maka uji hipotesis menggunakan uji

statistik parametrik yaitu uji t Independent Samples Test bagian Sig.(2-tailed). Pada

hasil Independent Samples Test bagian Sig.(2-tailed) sebesar 0,000 memenuhi taraf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 102: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

86

signifikas α= 0,05 (Sig <0,05) maka ada perbedaan prestasi belajar antara kelas

kontrol dangan kelas pengguna produk.

Berdasarkan hasil uji statisti parametrik (uji t) terdapat perbedaan yang

signifikan antara hasil postes kelas kontrol dengan kelas pengguna produk, yang

menunjukkan hasil kelas pengguna produk lebih tinggi dari pada kelas kontrol.

Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa modul IPA terpadu berbasis

SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku efektif dalam meningkatkan hasil belajar

kognitif siswa.

Perbedaan yang signifikan dalam penggunaan modul IPA terpadu berbasis

SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku pada kelas pengguna produk

(eksperimen) ini sesuai dengan hasil penelitian Siska Fitriani et al. (2012) menyatakan

bahwa pendekatan salingtemas (SETS) berpengaruh positif terhadap hasil belajar

kognitif siswa.

Hasil yang positif juga disebabkan karena peserta didik merasa tertarik untuk

belajar menggunakan bahan ajar IPA terpadu. Peserta didik merasa mempelajari

merasa lebih mudah memahami tema makanan sehat dan tubuhku karena disajikan

dengan berbagai macam gambar, sehingga lebih mudah dalam mempelajarinya.

Berdasarkan hasil belajar tersebut, diketahui bahwa modul IPA terpadu berbasis SETS

pada temamakanan sehat dan tubuhku efektif digunakan dalam pembelajaran kelas

VIII di MTs YAPPI Mulusan Paliyan Gunungkidul. Penelitian ini sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Nuryanto & Binadja (2010), bahwa dengan bervisi

salingtemas hasil belajar peserta didik kelas eksperimen mengalami peningkatan

secara signifikan. Keefektifan modul ini dalam meningkatkan hasil belajar juga sesuai

dengan Depdiknas (2008) tentang tujuan pembelajaran dengan modul antara lain 1)

Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal, 2)

Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa maupun

guru/instruktur, 3) Agar dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk

meningkatkan motivasi dan gairah belajar, 4) Mengembangkan kemampuan dalam

berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya yang

memungkinkan siswa belajar secara mandiri sesuai kemampuan dan minatnya, 5)

Memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 103: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

87

b. Hasil Belajar Ranah Sikap

Penelitian ini yang dinilai hanya sikap sosil saja, untuk sikap sepiritual hanya

diberikan penguatan pada awal pembelajaran yaitu mengagumi dan mensyukuri

keagungan Tuhan.

Uji coba pelaksanan lapangan menilai sikap sosial dengan observasi dan

dibantu oleh seorang observer. Penilaian sikap sosial dilakukan pada kelas control dan

kelas pengujian produk (eksperimen) sebanyak 22 siswa pada setiap pembelajaran. Dari

hasil pengukuran terhadap sikap sosial siswa yang meliputi aspek kejujuran, ketelitian,

ketekunan dan tanggung jawab, serta kerja sama pada kegiatan belajar (KB) I sampai

KB III. Hasil penilaian pada kelas kontrol sebagai berikut KB pertama dengan nilai rata-

rata 2,02, KB kedua 2,05, dan KB ketiga 2,09.Pada KB I dengan kriteria baik 13,6%,

cukup 77,3%, dan kurang 9,1%. KB II dengan kriteria baik 18,2%, cukup 72,7%, dan

kurang 9,1%. KB III dengan kriteria baik 22,7%, cukup 68,2%, dan kurang 9,1%.

Berdasarkan hasil di atas tampak bahwa hasil belajar kelas kontrol untuk sikap sosial

mengalami peningkatan rata-rata 3,8% pada setip kegiatan belajar.

Sedangkan kelas pengguna produk menunjukkan nilai rata-rata setiap KB

mengalami peningkatan. KB pertama nilai rata-rata 2,65, KB kedua 3,08, dan KB ketiga

3,36. Pada KB I dengan dengan kriteria sangat baik ada 13,6%, baik 59,1%, dan cukup

27,3%. KB II dengan kriteria sangat baik ada 41%, baik 45%, dan cukup 13,6%. KB III

dengan kriteria sangat baik ada 68,2%, baik 22,7%, dan cukup 9,1%. Berdasarkan hasil

di atas tampak bahwa hasil belajar untuk sikap sosial mengalami peningkatan rata-rata

18% pada setip kegiatan belajar menggunakan modul IPA Terpadu berbasis SETS pada

tema makanan sehat dan tubuhku.

c. Hasil Belajar Ranah Keterampilan Proses

Uji coba pelaksanan lapangan juga menilai keterampilan proses sains dengan

observasi dan dibantu oleh seorang observer. Penilaian keterampilan proses sains

dilakukan pada kelas kontrol dan kelas pengujian produk sebanyak 22 siswa disetiap

pembelajaran. Dari hasil pengukuran terhadap keterampilan proses sains siswa yang

meliputi aspek mengamati, mengelompokkan, menafsirkan, menyimpulkan, dan

mengomunikasikan pada KB I sampai KB III. Hasil penilaian pada kelas kontrol

sebagai berikut KB pertama dengan nilai rata-rata 1,87, KB kedua 1,93, dan KB ketiga

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 104: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

88

1,95. Pada KB I dengan kriteria baik 4,5%, cukup 81,8%, dan kurang 13,6%. KB II

dengan kriteria baik 9,1%, cukup 77,3%, dan kurang 13,6%. KB III dengan kriteria baik

13,6%, cukup 77,3%, dan kurang 9,1%. Berdasarkan hasil di atas tampak bahwa hasil

belajar kelas kontrol untuk sikap sosial mengalami peningkatan rata-rata 3,02% pada

setip kegiatan belajar.

Sedangkan kelas pengguna produk menunjukkan nilai rata-rata setiap KB yang

mengalami peningkatan. KB pertama nilai rata-rata 2,63, KB kedua 3,05, dan KB ketiga

3,35. Pada KB I dengan dengan kriteria sangat baik ada 9,1%, baik 68,2%, dan cukup

22,7%. KB II dengan kriteria sangat baik ada 36,4%, baik 45,4%, dan cukup 18,2%.

KB III dengan kriteria sangat baik ada 50%, baik 40,9%, dan cukup 9,1%. Berdasarkan

hasil di atas menunjukkan bahwa modul IPA Terpadu berbasis SETS dapat

meningkatkan keterampilan proses rata-rata 14% pada setiap kegiatan belajar. Hal ini

sejalan dengan pendapat Izaak H. Wenno (2010) menyatakan bahwa penerapan modul

lebih kreatif dalam mengembangkan dirinya, kegiatan pembelajaran sains menjadi lebih

menarik, siswa lebih banyak mendapatkan kesempatan untuk belajar secara mandiri,

mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru sains, dan siswa juga akan

mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi sains yang harus

dikuasainya.

Uji coba juga mendapatkan hasil respon siswa terhadap modul IPA Terpadu

pada tema makanan sehat dan tubuhku yang menyatakan modul sangat baik. Pada setiap

uji coba menunjukkan bahwa tanggapan peserta didik terhadap modul persentasenya

meningkat dengan kriteria sangat baik. Hal ini disebabkan karena masukan siswa dari

setiap uji coba dan masukan dari ahli validasi digunakan oleh peneliti untuk merevisi

bahan ajar sebelum dilakukan uji coba lanjut, sehingga modul yang digunakan pada uji

coba berikutnya lebih baik dari pada bahan ajar pada uji coba sebelumnya.

Menurut respon siswa bahan ajar IPA terpadu berbasis SETS pada tema

makanan sehat dan tubuhku ini berbeda dengan bahan ajar biasanya, gambar yang

terdapat dalam bahan ajar membantu memahami tema karena dapat meringankan dalam

membaca dan mudah memahaminya. Menurut siswa bahan ajar juga mudah di pelajari

dan dipahami karena modul ini dilengkapi dengan berbagai kegiatan praktikum yang

bervariasi dan juga terdapat unsur SETS. Pendekatan SETS dapat membantu siswa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 105: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

89

untuk mengembangkan pengetahuannya dan mengaitkan pengetahuan yang diperoleh

dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

C. Keterbatasan danTemuan dalam Penelitian

Keterbatasan dan temuan dalam penelitian ini antara lain:

1. Belum ada publikasi secara luas.

2. Cakupan materi terbatas hanya pada tema makanan sehat dan tubuhku.

3. Waktu terbatas pada waktu uji lapangan awal dan uji lapangan utama, siswa

mempelajari modul secara mandiri dan hanya dilakukan satu kali tatap muka.

4. Respon guru terhapap modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat

dan tubuhku hanya dilakukan pada uji lapangan utama saja.

5. Ada kesalahan dalam penentuan model keterpaduan yang digunakan dalam

penelitian yaitu integrated, setelah ditinjau ulang yang lebih cocok adalah

keterpaduan model connected.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 106: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

90

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian teori, data hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan

bahwa :

1. Karakteristik modul IPA Terpadu berbentuk modul cetak IPA Terpadu berbasis

SETS pada tema makanan sehat dan tubuhku untuk guru dan untuk siswa.

a. Modul untuk siswa memiliki sub bagian yaitu: 1) Halaman awal modul yang

terdiri dari: halaman francis, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, dan

daftar tabel; 2) BAB I: pendahuluan yang berisi deskripsi pembelajaran,

mengenal modul berbasis SETS, peta kompetensi, rencanan pembelajaran,

indikator pencapaian kompetensi, peta kedudukan modul, dan peta

keterpaduan; 3) BAB II : kegiatan pembelajaran yang berisi uraian singkat

tema, kegiatan belajar ke-1 sampai ke-3 dengan urutan ayo mengamati dan

diskusi, ayo menghubungkan, ayo bereksperimen, ayo menganalisis,

rangkuman, dan tes formatif; 4) BAB III: penilaian yang berisi evaluasi, tugas

dan diskusi; 5) Penutup: glosarium, indeks, dan daftar pustaka.

b. Modul untuk guru memiliki sub bagian yaitu: 1) Halaman awal modul yang

terdiri dari: halaman francis, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, dan

daftar tabel; 2) BAB I: pendahuluan yang berisi deskripsi pembelajaran,

mengenal modul berbasis SETS, peta kompetensi, indikator pencapaian

kompetensi, peta kedudukan modul, peta keterpaduan, dan rencanan

pembelajaran; 3) BAB II : kegiatan pembelajaran yang berisi uraian singkat

tema, kegiatan belajar ke-1 sampai ke-3 dengan urutan ayo mengamati dan

diskusi, ayo menghubungkan, ayo bereksperimen, ayo menganalisis,

rangkuman, tes formatif dan umpan balik, ; 4) BAB III: penilaian yang berisi

evaluasi, tugas dan diskusi, kunci jawaban; 5) Penutup: glosarium, indeks, dan

daftar pustaka.

2. Kualitas berdasarkan hasil validasi modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema

makana sehat dan tubuhku yang dikembangkan termasuk dalam katagori sangat

baik, sedangkan untuk respon siswa dan guru yang menyatakan modul sangat

baik/layak untuk digunakan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 107: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

91

3. Modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makana sehat dan tubuhku efektif

dalam meningkatkan hasil belajar kognitif (gain score 0,344) yang menunjukkan

katagori sedang, sikap (18%), dan keterampilan (14%).

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan, implikasi yang dapat disampaikan adalah:

1. Implikasi Teoritik

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan modul IPA Terpadu

berbasis SETS pada makanan sehat dan tubuhku dalam pembelajaran dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Implikasi Praktis

Pembelajaran dengan modul IPA Terpadu berbasis SETS pada makanan sehat dan

tubuhku meningkatkan hasil belajar kognitif, sikap siswa yaitu aspek kejujuran,

ketelitian, ketekunan dan tanggung jawab, serta kerja sama. Untuk guru harus

dapat memilih tema yang tepat dalam penerapan pembelajaran SETS karena tidak

semua materi dapat dilakukan dengan basis tersebut.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi maka saran yang diajukan adalah:

1. Saran untuk guru

a. Sebelum menggunakan IPA Terpadu berbasis SETS pada makanan sehat dan

tubuhku hasil pengembangan sebaiknya, guru memahami penerapan alur

pembelajaran SETS dan menyiapkan alat serta bahan yang diperlukan sehingga

semua kegiatan dalam modul dapat diikuti dan dilaksanakan.

b. Guru harus dapat meningkatkan kreatifitasnya sehingga dapat mengembangkan

sendiri bahan ajar terpadu sesuai kebutuhn siswa.

2. Saran untuk peneliti

a. Hendaknya sebelum penelitian, siswa yang dijadikan obyek penelitian diberi

wawasan tentang pembelajaran berbasis SETS.

b. Hasil penelitian dan pengembangan ini dapat digunakan sebagai acuan untuk

penelitian berkutnya yang sejenis dengan penekanan pada pencapaian hasil

belajar, karena dalam penelitian ini belumsemua siswa dapat tuntas.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 108: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

92

3. Saran untuk pengelola pendidikan

a. Penerapan modul IPA Terpadu berbasis SETS yang dikembangkan perlu fasilitas

pendukung lain yaitu penyediaan kelengkapan alat dan bahan untuk percobaan.

b. Memberi kesempatan dan penyediaan dana bagi guru untuk melakukan

pengembangan bahan ajar khususnya modul.

4. Saran untuk siswa

a. Siswa hendaknya mengikuti prosedur yang tertera dalam modul IPA Terpadu,

petunjuk penggunaan modul, agar dapat menguasai kompetensi yang diharapkan

dengan baik.

b. Siswa hendaknya dapat melatih keterampilan proses secata mandiri dengan

menggunakan modul dan mengikuti petunjuk dalam modul.

c. Penerapan modul IPA Terpadu berbasis SETS pada tema makanan sehat dan

tubuhku memerlukan kerja sama dengan siswa lain, maka hendaknya siswa siswa

dapat bekerja sama dengan siswa lain selama proses pembelajaran.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 109: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

93

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta

-------------------------. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arsyad Azhar. 2011. Media Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Badan penelitian dan Pengembangan Pusat kurukulum (BPPK). 2006. Buram Panduan

Pengembangan IPA Terpadu. Jakarta: Depdiknas

Binadja, Achmad. 1999. Hakekat dan TujuanPendidikan SALINGTEMAS dalam

Konteks Kehidupan dan Pendidikan yang Ada. Makalah Disajikan dalam

Seminar Loka Karya Pendidikan SALINGTEMAS, Kerja Sama antara

SEAMEO RECSAM dan UNNES, 14-15 Desember 1999.

Cooper, S., Hanmer, B. 2006. Problem-Solving Modules in Large Introductory Biology

Lectures Enhance Studen Understanding. The American Biology Teacher, Pro

Ques Journals Vol. 68 No. 9 November/desember 2006 page 524-529.

Dimyati dan Mudjiono.2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Depdiknas. 2008. Penulisan Modul. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Dimopoulos D.I. 2009. Planning Educational Activities and Teaching Strategies On

Constructing a Conservation Educational Module. International Journal of

Environmental & Science Education. Vol. 4, No. 4, October 2009, 351-364

Djamarah, S. B. 1999. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta

Donelly, R and Fitzmaurice, M. 2005. Designing Modules for Learning pp.99-110

O’Neil, G., Moore, S, Mc. Mullin, B. (Eds). Emerging Issues in the Practice of

University Learning and Teaching. Dublin: AISHE.

Dwi Handayani N. 2013. Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis SETS Dengan

Penekanan Berpikir Kritis Pada Tema Bahan Kimia Pada Makanan. UNS:

Surakarta

Dyah Hikmawati. 2000. Upaya Peningkatan Mutu pembelajaran Fisika/IPA melalui

Indigasi Seni dan Budaya Lokal. Makalah Seminar Nasional Permasalahan dan

Alternatif Pemecahan Masalah pendidikan MIPA pada tanggal 23 Februari

2000.

Erekson, T. and Shumway, S. 2006. Integrating the Study of Technology into the

Curriculum: A Consulting Teacher Model. Journal of Technology Education

Volume 18 Number 1 page 27-38.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 110: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

94

Frank, M., & Barzilai, A. 2006. Project-Based Technology: Instructional Strategy

forDeveloping Technological Literacy. Journal of Technology Education, 18 (1).

39-53

Hake, Richard R. 1999. Analyzing Change/Gain Scores. Indiana Universiy 24245

Hattras Street. USA. http:// www..physics.Indiana.edu/-sdi/analyzing Change-

Gain.pdf

Harto Nuroso dan Joko Siswanto. 2010. Model Pengembangan Modul IPA Terpadu

Berdasarkan Perkembangan Kognitif Siswa. JP2F, Volume 1 Nomor 1 April 2010

Hartono. 2012. Statistika untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Izaak H. Wenno.2010. Pengembangan Model Modul IPA Berbasis Problem Solving

Method Berdasarkan Karakteristik Siswa Dalam Pembelajaran Di Smp/Mts.

Cakrawala Pendidikan, Juni 2010, Th. XXIX, No. 2

Kunandar. 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada

Maria Sundus Retno Wijayanti dkk. 2013. Pengembangan Model Pembelajaran Larutan

Penyangga Berbasis Masalah Bervisi Sets.

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jise

Modlofir. Ali.2011. Aplikasi Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan

Bahan Ajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Mukhlis Rohmad. 2011. Pembelajaran Dengan Pendekatan Cep (Chemo-

Entrepreneurship) Yang Bervisi Sets (Sceince, Environment, Technology And

Society) Guna Meningkatkan Kualitas Pembelajaran. Pendidikan Sains Pps Uns

Nasution. 2010. BerbagaiPendekatan dan Proses Belajar & Mengajar. Jakarta : Bumi

Aksara

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru

Algensindo

Nurma Yunita dan Endang Susilowati. Agustus 2010. Makalah Pengembangan Modul.

Surakarta: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. UNS

Nuryanto & Binadja, A. 2010. Efektivitas Pembelajaran Kimia dengan Pendekatan

Salingtemas Ditinjau dari Minat dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Inovasi

Pendidikan Kimia

Oni Arlitasari.2013. Journal. Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu Bebasis

Salingtemas Dengan Tema Biomassa Sumber Energi Alternatif Terbarukan.

Jurnal Pendidikan Fisika (2013) Vol.1 No.1 halaman 81.UNS

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 111: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

95

Permendikbud. 2013. Permendikbud RI No. 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian

Kurikulum 2013. Jakarta

Poedjiadi, A. 2013. Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Purwanto dkk. 2007. Pengembangan Modul. Jakarta: Depdiknas

Putra. Nusa. 2013. Reseacrch & Developmant. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Radzuan, N.R.M., Fatimah, A, Hafizoah, K., Haslinda, H., Najah Osman, dan Ramli

Abid, 2010. Developing Speaking Skills Module for Engineering Module for

Enginering Student. The International Journal of Learning, 14 (11): 61-70

Rosario, D.I.B. 2009. Science, Technology, Society and Environment (STSE)

Approach in Environmental Science for Nonscience Students in a local Culture.

Liceo Journal of Higher Education Research. 6(1): 269-283

Rusmiyati. 2009. Peningkatan Keterampilan Proses Sains Dengan Menerapkan Model

Problem Based-Instruction. Journal Unnes2013, (12 Juli 2014)

Sabri, Ahmad. 2007. Strategi Belajar Mengajar & Micro Teaching. Jakarta: Quantum

Teaching

Salirawati Das. 2009. Pembelajaran IPA Terpadu untuk Pendidikan Intensitas Siswa.

Makalah Seminar

Semiawan, C. 1992. Pendekatan keterampilan Proses. Jakarta: PT. Gramedia

Siska Fitriani, Achmad Binadja, Kasmadi Imam S. 2012. Penerapan Model Connected

Bervisi Science Environment Technology Society Pada pembelajaran IPA

Terpadu. Unnnes Science Educational Journal Volume 1, No 2 ISSN 2252-

6617. Online at:///journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej.

Sudjana, Nana. 2005. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru

Algasindo

---------------. 2013. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Sugiyono. 2013. Metode Penelitia Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R & D. Bandung: Alfabeta

Sumiyati. 2013. Implementasi Kurikulum 2013 Menuju Indonesia Maju. Makalah

Seminar Nasional Pendidikan Sains UNS. Diasampaikan pada tanggal 9

Nopember 2013

Sutarno, Nono. 2007. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta : Universitas Terbuka.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 112: i PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU BERBASIS SETS PADA TEMA MAKANAN SEHAT

96

Tirtonegoro, Sutratinah. 2001. Penelitian hasil belajar mengajar. Surabaya: Usaha

Nasional.

Trianto. 2013. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara

Uswatun Hasanah. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Ipa Terpadu Berbasis Salingtemas

Pada Tema Energi. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej

Yager. 1996. Science Technology Society as Reform in Science Education. Release

Date: January 1996. ISBN10: 0-7914-2769-2

Yager.2008. Comparison of Student Learning Outcomes in Middle School Science

Classes with an STS Approach and a Typical Textbook Dominated Approach.

RMLE Online—Volume 31, No. 7

Yoruk, N., Morgil, I., & Secken, N. 2009. The Effets of Science, Technology, Society

and Environment (STSE) Education on Students Carcer Planning US-China

Educaton Review. 6 (8): 68-74 ISSN 1548-6613.

Anonim.2012SistemPencernaanPernafasan.http://kelompok5rsbi2biologi.blogspot.com

.html. (1 Juli 2014, jam 00.20)

Anonim. Sistem dan Organ Pencernaan Manusia. (3 juli 2014, jam21.40)

Anonim.2008. Sistem pencernaan pada Manusia. http://gurungeblog.com. ( 3 juli 2014,

jam 21.59)

Anonim. Makanan yang Sulit dicerna Tubuh. http://seafast.ipb.ac.id/latest-news/259-5,

(4 juli 2014, jam 00.10)

Aminudin. 2009. Energi Makanan dalam tubuh. http://aminuddin01.wordpress.com

Nisa. 2011. Biologi Imtaq dan system makanan. http://nisabioers10.blogspot.com.html,

(2 Juli 2014, jam 00.45)

Rudi. 2011. http://rudy-unesa.blogspot.com.filosofi-tujuan-dan-manfaat.html

Saifulmujab. http://saifulmujab.staff.ugm.ac.id/wordpress/?p=1. (3 juli 2014, jam 22.16)

Septinas. 2013. Zat Aditif pada Makanan. blogspot.com.zat-aditif-pada-makanan.html.

(3 juli 2014, jam 21.05)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user