44
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dengan tetap menjaga kelestarian dan kelangsungan fungsi hutan. Dalam pelaksanaan pembangunan kehutanan sangat diperlukan peran serta masyarakat di dalam dan di luar kawasan hutan. Untuk itu keberhasilan pembangunan kehutanan sangat ditentukan oleh keberhasilan pembangunan masyarakat sekitar terutama untuk peningkatan kesejahteraan. Perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi areal pertanian merupakan kenyataan yang terjadi sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk. Alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian disadari menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi, kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan global. Masalah ini bertambah berat dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya luas areal hutan yang dikonversikan menjadi lahan usaha lain. Dalam praktiknya, pemanfaatan luas lahan yang terbatas memberikan inovasi- inovasi pola yang secara bebas memberikan ruang pilihan kepada petani. Agroforestri adalah salah satu sistem pengelolaan lahan yang mungkin dapat ditawarkan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat adanya alih fungsi lahan tersebut dan sekaligus untuk mengatasi masalah ketersediaan pangan (Irwanto, 2012)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan Kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat yang

sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dengan tetap menjaga kelestarian dan

kelangsungan fungsi hutan. Dalam pelaksanaan pembangunan kehutanan sangat

diperlukan peran serta masyarakat di dalam dan di luar kawasan hutan. Untuk itu

keberhasilan pembangunan kehutanan sangat ditentukan oleh keberhasilan

pembangunan masyarakat sekitar terutama untuk peningkatan kesejahteraan.

Perubahan penggunaan lahan dari hutan menjadi areal pertanian

merupakan kenyataan yang terjadi sejalan dengan peningkatan jumlah

penduduk. Alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian disadari

menimbulkan banyak masalah seperti penurunan kesuburan tanah, erosi,

kepunahan flora dan fauna, banjir, kekeringan dan bahkan perubahan lingkungan

global. Masalah ini bertambah berat dari waktu ke waktu sejalan dengan

meningkatnya luas areal hutan yang dikonversikan menjadi lahan usaha lain.

Dalam praktiknya, pemanfaatan luas lahan yang terbatas memberikan inovasi-

inovasi pola yang secara bebas memberikan ruang pilihan kepada petani.

Agroforestri adalah salah satu sistem pengelolaan lahan yang mungkin dapat

ditawarkan untuk mengatasi masalah yang timbul akibat adanya alih fungsi

lahan tersebut dan sekaligus untuk mengatasi masalah ketersediaan pangan

(Irwanto, 2012)

Page 2: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

2

Pola agroforestri-tumpangsari menggunakan jenis-jenis yang mempunyai

prospek pasar yang menjanjikan (Sabarnurdin et al. 2011) petani memiliki

tujuan menanam, yaitu: petani memperoleh manfaat sosial dari tumpangsari

tanaman semusim seperti jagung, singkong, pisang, serta rumput gajah bagi

petani yang memelihara ternak; manfaat ekonomi berupa hasil kayu untuk

industri dengan pemasaran lokal maupun ekspor. Agroforestri juga merupakan

salah satu sistem pengelolaan lahan hutan dengan tujuan untuk mengurangi

kegiatan perusakan/perambahan hutan sekaligus meningkatkan penghasilan

petani secara berkelanjutan (Hairiah et al., 2000; de Foresta et el., 2000).

Agroforestri sebagai salah satu sistem pengelolaan lahan yang berfungsi

produktif dan protektif (mempertahankan keanekaragaman hayati, ekosistem

sehat, konservasi tanah dan air), sehingga seringkali dipakai sebagai salah satu

contoh sistem pengelolaan lahan yang berkelanjutan. Namun demikian tidak

banyak pembinaan yang didapatkan oleh petani dalam mengembangkan pola dan

sistem agroforestri, jenis yang dipilih dan cara pengelolaan komoditi lebih

banyak hanya mengandalkan insting dan minat para petani yang kurang

memperhatikan peluang pasar dan pengorganisasian jenis komoditi yang

ditanam serta kesesuaian lahan. Seperti juga yang terjadi dimasyarakat

Kalampangan Kalimantan Tengah dimana dengan kondisi lahan yang cenderung

bergambut masyarakatnya masih mengalami kesulitan untuk mencoba

mengelola jenis komoditi tertentu karena khawatir akan menuai kegagalan,

otomatis komoditi yang dikembangkan hanya jenis-jenis yang selama ini mampu

tumbuh dan menghasilkan saja.

Page 3: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

3

Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang

mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

sehingga dapat diketahui pola agroforestri yang sesuai agar mampu memberikan

manfaat dan hasil maksimal bagi masyarakat.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui sistem pemanfaatan lahan

dengan pola agroforestri dan sistem pemasaran hasil produksinya.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan

pertimbangan kepada masyarakat agar bisa dijadikan sebagai referensi

mengenai berbagai struktur dan pola agroforestri yang mampu meningkatkan

nilai guna lahan bagi masyarakat.

Page 4: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Agroforestri

Agroforestri adalah budidaya tanaman kehutanan (pohon-pohon) bersama

dengan tanaman pertanian (tanaman semusim). Pengertian agroforestri seperti di

atas merupakan pengertian sederhana karena agroforestri dapat diartikan lebih

luas lagi dengan pengabungan sistem budidaya kehutanan, pertanian, peternakan

dan perikanan. Agroforestri merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa

Inggris "Agroforestry" yaitu Agro berarti pertanian dan Forestry berarti

Kehutanan. Agroforestri dikenal juga dengan istilah "Wanatani" yaitu gabungan

kata Wana berarti Hutan dan Tani atau Pertanian.

Lundgren dan Raintree (1982) dalam Hairiah et al. (2003) mengajukan

ringkasan dari banyak definisi agroforestri dengan rumusan sebagai berikut:

Agroforestri adalah istilah kolektif untuk sistem-sistem dan teknologi-teknologi

penggunaan lahan, yang secara terencana dilaksanakan pada satu unit lahan

dengan mengkombinasikan tumbuhan berkayu (pohon, perdu, palem, bambu

dll.) dengan tanaman pertanian dan/atau hewan (ternak) dan/atau ikan, yang

dilakukan pada waktu yang bersamaan atau bergiliran sehingga terbentuk

interaksi ekologis dan ekonomis antar berbagai komponen yang ada.

Berdasarkan definisi tersebut agroforestri memiliki unsur-unsur: (1) Penggunaan

lahan atau sistem penggunaan lahan oleh manusia, (2) Penerapan teknologi, (3)

Komponen tanaman semusim, tanaman tahunan dan/atau ternak atau hewan, (4)

Waktu bisa bersamaan atau bergiliran dalam suatu periode tertentu, dan (5) Ada

interaksi ekologi, sosial, ekonomi.

Page 5: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

5

Menurut International Council for Research in Agroforetry,

mendefinisikan Agro forestry sebagai berikut : " Suatu sistem pengelolaan lahan

dengan berasaskan kelestarian, yang meningkatkan hasil lahan secara

keseluruhan, mengkombinasikan produksi tanamaan (termasuk tanaman pohon-

pohonan) dan tanaman hutan dan/atau hewan secara bersamaan atau berurutan

pada unit lahan yanag sama, dan menerapkan cara-cara pengelolaan yang sesuai

dengan kebudayaan penduduk setempat". (King dan Chandler, 1978) dalam

Hairiah et al. (2003)

Dalam suatu seminar mengenai Agroforestry dan pengendalian

perladangan berpindah-pindah, di Jakarta Nopember 1981, mendefinisikan

Agroforestry sebagai berikut : " Suatu metode penggunaan lahan secara optimal,

yang mengkombinasikan sitem-sistem produksi biologis yang berotasi pendek

dan panjang (suatu kombinasi kombinasi produksi kehutanan dan produksi

biologis lainnya) dengan suatu cara berdasarkan azas kelestarian, secara

bersamaan atau berurutan, dalam kawasan hutan atau diluarnya, dengan

bertujuan untuk mencapai kesejahteraan rakyat " (Satjapradja, 1981).

Nair (1989) menyebutkan bahwa agroforestri adalah suatu nama kolektif

untuk sistem-sistem penggunaan lahan dan teknologi, dimana tanaman keras

berkayu (pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis palma, bambu dan sebagainya)

ditanam secara bersamaan dengan tanaman pertanian, dan/atau hewan, dengan

suatu tujuan tertentu dalam suatu bentuk pengaturan spasial atau urutan

temporal, dan didalamya terdapat interaksi ekologi dan ekonomi diantara

komponen yang bersangkutan.

Page 6: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

6

Konsep agroforestri merupakan rintisan dari tim Canadian International

Development Centre, yang bertugas untuk mengindentifikasi prioritas-prioritas

pembangunan di bidang kehutanan di negara-negara berkembang dalam tahun

1970-an. Oleh tim ini dilaporkan bahwa hutan-hutan di negara tersebut belum

cukup dimanfaatkan. Pemanfaatan di bidang kehutanan sebagian besar hanya

ditujukan kepada dua aspek produksi kayu, yaitu eksploitasi secara selektif di

hutan alam dan tanaman hutan secara terbatas. Agroforestri diharapkan

bermanfaat selain untuk mencegah perluasan tanah terdegradasi, melestarikan

sumberdaya hutan, meningkatkan mutu pertanian serta menyempurnakan

intensifikasi dan diversifikasi silvikultur.

B. Peran dan Fungsi Agroforestri

Berbagai hipotesis yang mendukung kegiatan agroforestri dikemukakan

oleh beberapa pakar: Noordwijk and Dommergues (1990), Wilson (1990), Oeng

et al. (1991), Sanchez (1995) dan Young (1997) in Huxley (1999), mereka

memberikan komentar bahwa agroforestri memiliki fungsi:

1. Mengontrol/mengurangi erosi

2. Memelihara bahan organik tanah

3. Meningkatkan kondisi fisik tanah

4. Menambah jumlah nitrogen dengan penanaman pohon

5. Menyediakan hara mineral dalam tanah

6. Membentuk sistem ekologikal

7. Mengurangi kemasaman tanah

8. Mereklamasi lahan

Page 7: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

7

9. Meningkatkan kesuburan tanah

10. Meningkatkan aktifitas biologi tanah

11. Adanya asosiasi mikoriza pada campuran pohon dan pertanian,

12. Meningkatkan penangkapan hujan, cahaya dan hara mineral

13. Meningkatkan efisiensi penangkapan cahaya, air dan hara mineral

Dalam sistem agroforestri terdapat interaksi ekologis dan ekonomis antara

komponen-komponen yang berbeda. Agroforestri ditujukan untuk

memaksimalkan penggunaan energi matahari, meminimalkan hilangnya unsur

hara didalam sistem, mengoptimalkan efesiensi penggunaan air dan

meminimalkan runoff serta erosi. Dengan demikian mempertahankan manfaat-

manfaat yang dapat diberikan oleh tumbuhan berkayu tahunan (perennial) setara

dengan tanaman pertanian konvensional dan juga memaksimalkan keuntungan

keseluruhan yang dihasilkan dari lahan sekaligus mengkonservasi dan

menjaganya.

Menurut Young dalam Suprayogo et al (2003) ada empat keuntungan terhadap

tanah yang diperoleh melalui penerapan agroforestri antara lain adalah:

1. Memperbaiki kesuburan tanah.

2. Menekan terjadinya erosi.

3. Mencegah perkembangan hama dan penyakit.

4. Menekan populasi gulma.

Page 8: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

8

Peran utama agroforestri dalam mempertahankan kesuburan tanah, antara lain

melalui empat mekanisme:

1. Mempertahankan kandungan bahan organik tanah,

2. Mengurangi kehilangan hara ke lapisan tanah bawah,

3. Menambah N dari hasil penambatan N bebas dari udara,

4. Memperbaiki sifat fisik tanah

C. Klasifikasi Agroforestri

Pengklasifikasian agroforestri dapat didasarkan pada berbagai aspek sesuai

dengan perspektif dan kepentingannya (Sardjono et al., 2003).

1. Klasifikasi berdasarkan komponen penyusunnya, yaitu:

- Agrisilvikultur (Agrisilvicultural sistems) adalah kombinasi komponen

kehutanan (atau tanaman berkayu/woody plants) dengan komponen

pertanian (atau tanaman non-kayu).

- Silvopastura (Silvopastural sistems) meliputi komponen kehutanan (atau

tanaman berkayu) dengan komponen peternakan (atau binatang

ternak/pasture) disebut sebagai sistem silvopastura. Contoh silvopastura:

pohon atau perdu pada padang penggembalaan.

- Agrosilvopastura (Agrosilvopastural sistems) adalah pengkombinasian

komponen berkayu (kehutanan) dengan pertanian (semusim) dan sekaligus

peternakan/binatang pada unit manajemen lahan yang sama.

Page 9: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

9

Di samping ketiga kombinasi tersebut, Nair (1987) menambah sistem-

sistem lainnya yang dapat dikategorikan sebagai agroforestri. Beberapa contoh

yang menggambarkan sistem lebih spesifik yaitu :

(1) Silvofishery = kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan dengan

perikanan, (2) Apiculture = budidaya lebah atau serangga yang dilakukan dalam

kegiatan atau komponen kehutanan.

2. Klasifikasi ditinjau dari masa perkembangannya, dibagi menjadi:

- Agroforestri tradisional/ klasik (traditional/ classical agroforestry), yaitu

setiap sistem pertanian, di mana pohon-pohonan baik yang berasal dari

penanaman atau pemeliharaan tegakan/ tanaman yang telah ada menjadi

bagian terpadu, sosial-ekonomi dan ekologis dari keseluruhan sistem

(agroecosistem).

- Agroforestri modern (modern/introduced agroforestry), umumnya hanya

melihat pengkombinasian antara tanaman keras atau pohon komersial

dengan tanaman sela terpilih. Berbeda dengan agroforestri tradisional/

klasik, ratusan pohon bermanfaat di luar komponen utama atau juga satwa

liar yang menjadi bagian terpadu dari sistem tradisional kemungkinan

tidak terdapat lagi dalam agroforestri modern.

Page 10: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

10

Tabel 1. Perbedaan antara Agroforestri Tradisional dan Agroforestri Modern

Aspek Tinjauan Agroforestri Tradisional Agroforestri Modern

Kombinasi Jenis Tersusun atas banyak jenis (polyculture), dan hampir keseluruhannya dipandang penting; banyak dari jenis-jenis lokal (dan berasal dari permudaan alami)

Hanya terdiri dari 2-3 kombinasi jenis, dimana salah satunya merupakan komoditi yang diunggulkan;seringkali diperkenalkan jenis unggul dari luar (exotic species)

Struktur Tegakan Kompleks, karena pola tanamnya tidak teratur, balk secara horizontal ataupun vertikal (acak1random)

Sederhana, karena biasanya Menggunakan pola lajur atau hails yang berselang-seling dengan jarak tanam yang jelas.

Orientasi Penggunaan Lahan

Subsisten hingga semi komersial (meskipun tidak senantiasa dilaksanakan dalam skala kecil)

Komersial, dan umumnya diusahakan dengan skala besar dan oleh karenanya padat modal (capital intensive)

Keterkaitan Sosial Budaya

Memiliki keterkaitan sangat erat dengan sosbud lokal karena telah dipraktekkan secara turun temurun oleh masyarakat /pemilik lahan

Secara umum tidak memiliki keterkaitan dengan sosial budaya setempat, karena diintrodusir oleh pihak luar (proyek atau pemerintah)

Lebih lanjut Sardjono et al (2003) mengemukakan klasifikasi agroforestri

berdasarkan orientasi ekonomi, yaitu:

1) Agroforestri skala subsisten (Subsistence agroforestry) adalah bentuk

pengusahaan lahan sebagai upaya mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari,

terutama pemenuhan kebutuhan pangan keluarga.

2) Agroforestri skala semi-komersial (Semi-commercial agroforestry) adalah

pengusahaan lahan untuk meningkatkan produktivitas serta kualitas hasil.

Namun keterbatasan investasi, jangkauan pemasaran, serta masih subsisten,

menjadikan pemenuhan kebutuhan sehari-hari tetap menjadi dasar

Page 11: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

11

pertimbangan terpenting.

3) Agroforestri skala komersial (Commercial agroforestry) adalah pengusahaan

lahan untuk memaksimalkan produk utama, yang biasanya hanya dari satu

jenis tanaman saja dalam kombinasi yang dijumpai.

Menurut Suharjito et al. (2003) dalam penerapan agroforestri, terdapat

empat aspek dasar yang mempengaruhi keputusan petani, yaitu:

1) Kelayakan (feasibility), mencakup aspek kemampuan petani dalam

mengelola agroforestri dengan sumber daya dan teknologi yang dimiliki.

2) Keuntungan (profitability), ciri khas agroforestri: menghasilkan lebih dari

satu macam produk, pada lahan yang sama ditanam paling sedikit satu jenis

tanaman semusim dan satu jenis tanaman tahunan/pohon, produk-produk

yang dihasilkan dapat bersifat terukur (tangible) dan tak terukur (intangible),

dan terdapat kesenjangan waktu (time lag) antara waktu penanaman dan

pemanenan produk tanaman tahunan/pohon yang cukup lama.

3) Kemudahan untuk diterima (acceptibility), hal ini memungkinkan bila

manfaat sistem agroforestri itu lebih besar daripada kalau menerapkan sistem

lain. Aspek ini mencakup atas perhitungan risiko, fleksibilitas terhadap peran

gender, kesesuaian dengan budaya setempat, keselarasan dengan usaha yang

lain.

4) Kesinambungan (sustainability), sistem penguasaan lahan dan hasil

agroforestri (singkatnya sumber daya agroforestri) menggambarkan tentang

sekumpulan hak-hak yang dipegang oleh seseorang atau kelompok orang-

orang dalam suatu pola hubungan sosial terhadap suatu unit lahan dan hasil

Page 12: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

12

agroforestri dari lahan tersebut.

Sedangkan Strout (1975) dalam Andayani (2005) melaporkan bahwa pola

tanam ganda yang sering disebut juga dengan multiple cropping atau multiple

crops diversification perlu dianjurkan. Strout memberikan beberapa alasan

mengapa pola tersebut perlu dan penting, yaitu:

1) Memperbaiki intensitas tanah dan penggunaan tenaga kerja

2) Membantu meningkatkan keuntungan dan

3) Membantu dalam stabilitas petani.

Menurut Thaher (1975) dalam Andayani (2005) ada beberapa faktor yang

mendorong semakin meningkatnya petani melaksanakan pola tanam campuran

tersebut, antara lain:

1) Iklim Indonesia sebagai negara tropis memungkinkan pengusahaan usaha

tani sepanjang tahun.

2) Sebagian besar petani sudah memiliki pengalaman sistem usaha tani

campuran tersebut.

3) Sifat beberapa jenis tanaman pangan maupun non pangan yang memiliki

ketahanan tertentu sehingga memungkinkan untuk mengatur pola tanam

yang paling menguntungkan.

4) Luas pemilikan lahan yang relatif terbatas, dan

5) Kemampuan tenaga kerja dalam keluarga yang sangat terbatas.

Page 13: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

13

D. Struktur Agroforestri

Secara sederhana agroforestri merupakan pengkombinasian komponen

tanaman berkayu (woody plants) / kehutanan dengan tanaman pertanian

(tanaman semusim) dan/atau hewan (peternakan), baik secara tata waktu

(temporal arrangement) ataupun secara tata ruang (spatial arrangement).

Pengkombinasian secara tata waktu dimaksudkan sebagai durasi interaksi antara

komponen kehutanan dengan pertanian dan atau peternakan (Sardjono et al.,

2003).

Huxley (1977) dan Nair (1993) dalam Sardjono et al. (2003)

mengkategorikan kombinasi secara waktu menjadi 4 (empat): (1) Co-incident,

yaitu kombinasi selama jangka waktu budidaya jenis/komponen agroforestri; 2)

Concomitant, kombinasi pada awal atau akhir waktu budidaya suatu

jenis/komponen agroforestri; (3) Overlapping, kombinasi bergantian yang

tumpang tindih antara akhir dan awal dari dua (atau lebih) jenis/komponen

agroforestri; (4) Interpolated, yaitu kombinasi tersisip pada jangka waktu

budidava jenis/komponen agroforestri. Jika kombinasi komponen agroforestri

secara tata waktu disederhanakan, maka secara garis besar kombinasi tersebut

dapat dibagi menjadi dua, yaitu kombinasi permanen (permanent combination)

dan sementara (temporary combination).

Pengkombinasian secara tata ruang merupakan penyebaran komponen

kehutanan dan pertanian, dalam suatu sistem agroforestri dapat secara horizontal

(bidang datar) ataupun vertikal. Penyebaran tersebut juga dapat bersifat merata

atau tidak merata (Combe & Budowski, 1979 dalam Sardjono et al.. 2003).

Page 14: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

14

Penyebaran secara horizontal ditinjau dari bidang datar pada lahan yang

diusahakan untuk agroforestri (dilihat dari atas, sebagaimana suatu potret udara).

Sedangkan secara vertikal penyebaran dilihat dari struktur kombinasi komponen

penyusun agroforestri berdasarkan bidang samping atau penampang melintang

(cross-section). Disini yang terlihat bukan hanya strata kombinasi, tetapi juga

kemerataan distribusi masing-masing jenis.

E. Pengelolaan dan Pengembangan Agroforestri

1. Agroforest Sebagai Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat

Sebenarnya pengelolaan hutan di Indonesia mempunyai dasar yang

cukup kuat yaitu dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Kehutanan tentang

Hutan Kemasyarakatan yaitu:

a. Pengelolaan hutan diubah dari sistem hutan berbasis produksi kayu

(timber management) menjadi berbasis sumber daya hutan yang

berkelanjutan (resources based management)

b. Pemberian hak penguasaan hutan yang awalnya lebih ditujukan kepada

usaha skala besar, beralih pada usaha berbasis masyarakat (community

based forest management)

c. Orientasi kelestarian hutan yang ditekankan pada aspek ekonomi

(produksi kayu) saja, diubah pada upaya mengakomodir kelestarian

fungsi sosial, ekonomi, dan lingkungan

d. Pengelolaan hutan yang semula sentralistis menuju desentralistis,

memberikan kesempatan kepada daerah untuk mengelola hutan secara

demokratis, partisipatif, dan terbuka

Page 15: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

15

e. Era produksi, yang mengutamakan hasil kayu akan dikurangi secara

bertahap (soft landing process), menuju era rehabilitasi dan konservasi

untuk pemulihan kualitas lingkungan yang lestari.

2. Arah Pengembangan Agroforestri

Praktek agroforestri sudah dilaksanakan petani berabab-abad lamanya,

namun agroforestri sebagai ilmu pengetahuan masih relatif baru. Karenanya

pemahaman ilmiah tentang agroekosistem kompleks seperti praktek agroforestri

tradisional ini masih lemah. Akan tetapi sudah disadari bahwa petani dan

masyarakat lokal yang mengelola berbagai macam agroekosistem telah banyak

belajar dan menghasilkan pengetahuan yang kompleks, canggih dan tepat guna

untuk kondisi pertanian setempat (Sinclair dan Walker, 1998).

Dalam pengembangan sistem agroforestri beberapa hal penting yang

harus diketahui adalah kapasitas petani dalam memahami lingkungan biofisik

dan budaya setempat untuk meramalkan dan menjelaskan hasil suatu percobaan.

Oleh karena itu untuk menciptakan sistem bertani yang berwawasan lingkungan

dibutuhkan kerjasama yang erat dengan para petani. Pengetahuan indigenous

merupakan pelengkap (complement) penting bagi pengetahuan ilmiah formal.

Seperti yang dinyatakan oleh Grandstaff and Grandstaff (1986), para petani

memang tidak punya pengetahuan ilmiah untuk memprediksi apa yang mungkin

terjadi, akan tetapi tak seorangpun mampu lebih baik dalam memahami kondisi

lokal mereka selain mereka sendiri.

Dalam pengembangan sistem agroforestri tersebut, petani tidak hanya

menyumbang pengetahuan ekosistem lokal saja, tetapi pengalaman melakukan

Page 16: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

16

percobaan dan adaptasi teknologi dalam kondisi setempat juga sangat penting

dan membantu mempercepat proses adopsi. Inovasi yang dihasilkan para petani

dalam menghadapi masalah dan menyikapi peluang baru memberikan indikasi

perbaikan potensial penting sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan bio-

fisik yang harus mereka miliki.

3. Produksi dan strategi pemasaran hasil

Secara umum produksi diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses

yang menstransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output).

Dalam pengertian yang bersifat umum ini penggunaannya cukup luas, sehingga

mencakup keluaran (output) yang berupa barang atau jasa. Dalam arti sempit,

pengertian produksi hanya dimaksud sebagai kegiatan yang menghasilkan

barang baik barang jadi maupun barang setengah jadi, bahan industri dan

suku cadang atau spareparts dan komponen. Produksi adalah kegiatan untuk

menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa. (Sofjan

Assauri, 1999)

Jika kita berpikir pemasaran adalah penjualan, maka itu salah! Dan jika

kita memahami apabila penjualan merupakan salah satu bagian dari pemasaran,

maka itu benar! Namun nyatanya masih ada banyak pihak yang menganggap

marketing is selling, padahal itu dua kata kerja yang berbeda, meskipun pada

intinya memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk meningkatkan profit.

Pemasaran didefinisikan oleh American Marketing Association (AMA)

sebagai “kegiatan, seperangkat institusi, dan proses untuk membuat,

Page 17: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

17

berkomunikasi, memberikan, dan penawaran pertukaran yang mempunyai nilai

bagi pelanggan, klien, mitra, dan masyarakat pada umumnya.

Pemasaran menurut W. Y. Stanton pemasaran adalah sesuatu yang

meliputi seluruh sistem yang berhubungan dengan tujuan untuk merencanakan

dan menentukan harga sampai dengan mempromosikan dan mendistribusikan

barang dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan pembeli aktual maupun

potensial. Pemasaran adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan

kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang

bernilai dengan pihak lain.

Pemasaran produk agroforestry merupakan salah satu praktik pemasaran

yang telah dilakukan masyarakat di beberapa wilayah yang berada dalam

kawasan hutan maupun sekitar hutan di kebun-kebun milik. Praktik pemasaran

produk agroforestri memiliki pola pemasaran yang sama dengan pemasaran

hasil-hasil pertanian. Setiap komoditas agroforestri memiliki saluran pemasaran

yang berbeda terhadap komoditas hasil usaha tani lain, misal saluran komoditas

jahe berbeda dengan saluran pemasaran manggis ataupun cabai keriting. Saluran

pemasaran tersebut dapat berupa rantai yang panjang ataupun pendek. Saluran

pemasaran dengan rantai panjang menunjukkan semakin banyaknya lembaga

yang terlibat di dalamnya. Saluran atau rantai pemasaran dapat diartikan sebagai

suatu jalur atau hubungan yang dilewati oleh arus barang-barang, aktivitas dan

informasi dari produsen sampai kepada konsumen.

Page 18: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

18

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan dikebun/ lahan masyarakat yang berada di

Kelurahan Kalampangan, Kota Palangka Raya Provinsi Kalimantan

Tengah.

2. Waktu penelitian

Adapun waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini

dari tahap persiapan hingga pembuatan laporan penelitian yakni mulai

dari bulan Maret 2013 – Mei 2014.

B. Objek dan Alat Penelitian

1. Objek

Dalam penelitian ini yang menjadi obyek pengamatan adalah petani

dan lahan yang mereka olah/ kelola.

2. Alat penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

- Alat tulis (buku, pulpen, penggaris)

- Lembar Quesioner

- Peta

- Komputer

- Kamera digital

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Triangulasi (Triangular Method) yaitu

Page 19: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

19

dengan membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda.

Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

berbeda dalam penelitian kualitatif.

Sebagaimana yang dikenal, dalam penelitian kualitatif menggunakan

metode wawancara, observasi dan survei. Melalui berbagai perspektif atau

pandangan diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran..

1. Persiapan

Persiapan yang dilakukan meliputi studi literatur, hasil-hasil penelitian

terdahulu dan sumber yang relevan sebagai bahan untuk mencari data dan

fakta-fakta awal penelitian, selain itu juga dilakukan pengamatan awal

dilapangan untuk mengetahui kondisi umum daerah penelitian dan langkah-

langkah yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian

2. Penentuan sampel

Teknik sampling purposive yaitu “teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu”. Teknik ini bisa diartikan sebagai suatu proses

pengambilan sampel dengan menentukan terlebih dahulu jumlah sampel yang

hendak diambil, kemudian pemilihan sampel dilakukan dengan berdasarkan

tujuan-tujuan tertentu, asalkan tidak menyimpang dari ciri-ciri sampel yang

ditetapkan. (Sugiyono, 2008)

Pengambilan sampel pada penelitian ini berjumlah 50 orang

berdasarkan dari sebaran jumlah penduduk yang berprofesi sebagai petani di

kelurahan Kalampangan

Page 20: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

20

3. Pengumpulan data

Berdasarkan sumbernya, data penelitian dapat dikelompokkan dalam

dua jenis yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara

langsung dari sumber datanya, data primer disebut juga sebagai data asli

atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan data

primer, peneliti harus mengumpulkannya secara langsung. Teknik yang

dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data primer antara lain

dengan melakukan wawancara secara langsung kepada masyarakat yang

menjadi objek penelitian dengan panduan Quisioner yang telah disiapkan

sebelumnya sebagai alat pemandu dalam kegiatan wawancara sehingga

pertanyaan yang diajukan menjadi terarah dan juga dilakukan observasi

dilapangan untuk mengamati secara langsung sistem agroforestri yang

dilakukan oleh masyarakat.

2. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai

sumber yang telah ada. Data sekunder dapat diperoleh dari berbagai

sumber seperti buku, laporan, jurnal, dan lain-lain.

Pemahaman terhadap kedua jenis data di atas diperlukan sebagai landasan

dalam menentukan teknik serta langkah-langkah pengumpulan data

penelitian.

Page 21: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

21

4. Parameter yang diamati

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah :

- Pengelolaan tanah, sistem yang dipakai masyarakat untuk mengolah lahan

- Jenis- jenis tanaman, berbagai macam komoditi yang ditanam masyarakat

- Pola agroforestri, urutan tanam pada sebidang lahan yang dikelola oleh

masyarakat

- Hasil produksi, besaran jumlah akhir komoditi yang dihasilkan

- Pemasaran, pendistribusian berbagai jenis komoditi kepada konsumen

Untuk melihat dan mengkategorikan pola agroforestri yang dijalankan

masyarakat maka bisa diamati pada jenis-jenis berbagai komoditi yang

digunakan dan untuk memandu serta mempermudah penyusunan data maka

disiapkan tabulasi sebagai berikut :

Tabel 2. Tabulasi Pola Agroforestri

No Nama pemilik Jenis komoditi Pola agroforestri

1

2

3

4

Page 22: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

22

Untuk mengetahui bagaimana hasil produksi dan sistem pemasaran digunakan

tabel sederhana sebagai berikut :

Tabel 3. Tabulasi Produksi dan Pemasaran

No Nama Pemilik

Luas lahan

Jenis Komoditi

Masa Produksi

Pemasaran Keterangan

1

2

3

4

5

5. Teknik pengolahan dan analisis data

Metode menggunakan tabulasi dan diuraikan secara diskripsi serta

dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif. Metodologi kualitatif adalah

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati

Page 23: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

23

IV. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

A. Letak dan Tata Batas

Kelurahan Kalampangan terletak di Kecamatan Sebangau Kota Palangka

Raya, jarak yang perlu ditempuh menuju Kelurahan Kalampangan 18 Km dari

pusat Kota Palangka Raya atau dari bundaran besar. Sedangkan akses menuju

tempat tersebut bisa menggunakan alat transportasi darat baik mengunakan

transportasi umum ataupun kendaraan pribadi, hal ini dikarenakan jalan menuju

tempat tersebut sudah menjadi jalan lintas Trans Kalimantan yang

menghubungkan provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.

Secara administrasi Kelurahan Kalampangan termasuk dalam wilayah

Kecamatan Sebangau memiliki luas wilayah 46,25 km2 (5000 ha) dan jumlah

penduduk 3.670 jiwa (1172 kk) dengan kepadatan penduduk 79,35 jiwa/km2

berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Kecamatan Jekan Raya, Kecamatan Pahandut,

Kabupaten Pulang Pisau.

Sebelah Timur : Kabupaten Pulang Pisau.

Sebelah Selatan : Kabupaten Pulang Pisau

Sebelah Barat : Kabupaten Katingan

B. Kondisi Tanah

Secara geografis terletak pada 4002`3” Bujur Timur dan 13102`3”

Lintang Selatan. Memiliki permukaan tanah yang datar (kemiringan rata-rata 0-

2%) dengan ketinggian tempat antara 14-18 m dpl.

Page 24: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

24

Kondisi kesuburan tanahnya relatif rendah, sebagian besar memiliki jenis

tanah histosol yang merupakan kategori gambut pedalaman. Berdasarkan zona

Agroekologi, maka tanah gambut di Kelurahan Kalampangan memiliki

ketebalan >10 m. Tata guna lahan yang terdapat disini terbagi dalam 3 golongan

besar yaitu lahan pekarangan 200 ha, lahan kebun 1.000 ha dan jalur hijau 50 ha.

C. Iklim

Kelurahan Kalampangan beriklim tropis dengan kelembaban yang tinggi

yaitu 970 maksimum dan 790 minimum. Kondisi curah hujannya juga cukup

tinggi yaitu rata-rata 2.830 mm/tahun dengan suhu udara maksimum 340C dan

minimum 240C.

D. Sosial Ekonomi

Kalampangan merupakan desa eks transmigran asal Jawa Tengah dan

Yogyakarta yang mulai dibuka tahun 1979, bermata pencaharian paling banyak

adalah sebagai petani dan peternak. Hal tersebut dapat dilihat dari tabel dibawah

ini dimana pekerjaan sebagai petani merupakan yang terbanyak yaitu 917 jiwa

dan peternak sebanyak 436 jiwa.

Tabel 5. Data Pekerjaan Penduduk Kelurahan Kalampangan

No Jenis Pekerjaan Jumlah

1 Buruh Swasta -

2 Pegawai Negeri 80

3 Berkebun -

4 Pedagang -

5 Penjahit 3

6 Tukang gali sumur 3

Page 25: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

25

7 Tukang pijat 1

8 Peternak 436

9 Tukang cukur 2

10 Montir 3

11 Petani 917

12 Tukang besi 1

13 TNI 2

14 Polri 6

Sumber : Kelurahan Kalampangan (2013)

Terdapat juga beberapa jenis usaha yang dikelola oleh masyarakat

Kelurahan Kalampangan dimana paling banyak mereka membuka usaha yaitu

warung makan / kelontong yang berjumlah 45 buah disusul sebanyak 20 buah

untuk toko dan 10 buah bengkel, salah satu alasannya adalah karena Kelurahan

Kalampangan terletak di jalan negara yang menghubungkan ibukota Provinsi

dengan 2 kabupaten yaitu Kabupaten Pulang Pisau dan Kabupaten Kapuas serta

menghubungkan dengan provinsi tetangga yaitu Kalimantan Selatan. Lokasi

yang strategis inilah yang membuat mereka membuka usaha tersebut. Berikut

data berbagai jenis usaha yang dikelola oleh masyarakat Kelurahan

Kalampangan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Jenis Usaha yang dikelola masyarakat Kalampangan

No Jenis Usaha Jumlah

1 Koperasi 2

2 Industri Meubel 5

3 Warung Makan/ Kelontong 45

4 Bengkel 10

5 Toko serba ada 20

Page 26: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

26

6 Percetakan Sablon -

7 Percetakan Batu Bata/ Batako 2

8 Pasar 1

9 Pangkalan Minyak Tanah 2

10 Penyewaan Kamar / Barak 7

Sumber : Kelurahan Kalampangan (2013)

E. Kependudukan

Kelurahan Kalampangan yang berjarak sekitar 18 km dari kota Palangka

Raya memiliki penduduk yang tersebar di 5 RW dan 30 RT memiliki 3.670

jiwa, terdiri dari 1.051 laki-laki dan 881 perempuan yang merupakan penduduk

usia produktif. Sedangkan untuk umur 8-14 tahun yang mana merupakan usia

belum produktif (masih sekolah) berjumlah 357 laki-laki dan 300 perempuan.

Usia diatas 56 tahun yang merupakan usia tidak produktif lagi sebanyak 223

laki-laki dan 241 perempuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

No Jenis usia Laki-laki Perempuan

1 0-12 bln 48 45

2 >1-5 thn 204 196

3 >5-7 thn 66 65

4 >7-<15 thn (belum produktif) 350 300

5 >15-56 thn (usia produktif) 1.051 881

6 >56 thn (tidak produktif) 223 241

Jumlah 1.942 1.728

Sumber : BPS (2013)

Page 27: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

27

Mayoritas penduduk Kelurahan Kalampangan beragama Islam sebanyak

4666 jiwa kemudian beragama kristen sebanyak 192 jiwa. Terdapat pula sarana

peribadatan yang mendukung kegiatan-kegiatan keagamaan diantaranya 1 buah

mesjid dan 10 buah mushola/ langgar serta 4 buah gereja yang kesemuanya

dalam kondisi baik dan terawat. Berikut adalah tabel penduduk Kelurahan

Kalampangan berdasarkan agama dan kepercayaan :

Tabel 8. Jumlah Penduduk Kelurahan Kalampangan Berdasarkan Agama dan

Kepercayaan Yang Dianut

No Jenis kelamin Islam Kristen Katolik Hindu Aliran kepercayaan

1 Laki-laki 2.243 95 6 5 25

2 Perempuan 2.223 97 5 4 27

Jumlah 4.666 192 11 9 52

Sumber : BPS (2013)

Page 28: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

28

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pola Agroforestri di Kelurahan Kalampangan

Penelitian ini dilaksanakan dikebun/ lahan pekarangan masyarakat di

Kelurahan Kalampangan Kota Palangka Raya yang mempunyai 1172 kepala

keluarga dan sebagian besar penduduk setempat bermata pencaharian sebagai

petani buah buahan, sayuran dan peternak hewan dengan jumlah yaitu sekitar

917 kepala keluarga. Sebanyak 50 kk (10 %) yang diambil sebagai sampel dalam

penelitian ini dan untuk dapat melihat jumlah apa saja yang ditanam para petani

dan peternak sekitar dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9. Rekapitulasi Semua Jenis Komoditi yang Diusahakan

No Tanaman Keras

Jumlah Komoditi

Tanaman Semusim

Jumlah Komoditi

Hewan Ternak

Jumlah Ternak

1 Rambutan 47 Kangkung 43 Sapi 16 2 Mangga 31 Bayam

cabut 37 Ayam 31

3 Jambu biji 2 Bayam potong

3 Bebek 7

4 Kelapa 11 Jagung 18 Kambing 21 5 Karet 8 Seledri 11 6 Jeruk 6 Terong 3 7 Jambu air 2 Kacang

panjang 2

8 Nangka 2 Selada 1 9 Pisang 1 Timun 1 10 Kedondong 2 Sawi 3 11 Salak 1 Sayur manis 1 12 Sukun 1 Kemangi 22 13 Belimbing 2 Pepaya 1

Sumber : Data Primer

Berdasarkan hasil dari pengumpulan data yang dilaksanakan pada

penelitian ini mengenai pola Agroforestri yang dilaksanakan masyarakat

Kalampangan cenderung mengembangkan pola Agrosilvopastura.

Page 29: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

29

Agrosilvopastura (Agrosilvopastural sistems) adalah pengkombinasian

komponen berkayu (kehutanan) dengan pertanian (semusim) dan sekaligus

peternakan/ binatang pada unit manajemen lahan yang sama

1. Tanaman Keras

Berdasarkan pengamatan terhadap komoditi tanaman keras, diperoleh

data seperti gambar berikut :

Gambar 1. Grafik Komoditi Tanaman Keras

Komoditi tanaman keras yang paling banyak diusahakan adalah

rambutan sebanyak 47 kk (40%) disusul Mangga sebanyak 31 kk (26%) dan

Kelapa 11 kk (9%) diurutan kedua dan ketiga. Buah Rambutan merupakan

buah yang memiliki banyak rambut-rambut halus dibagian luarnya, sementara

di bagian dalam dagingnya berwarna putih dan memiliki biji yang lonjong,

buah ini masuk kedalam suku lerak-lerakan atau Sapindaceae yang memiliki

nama latin Nephelium berasal dari daerah kepulauan Asia Tenggara.

Page 30: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

30

Mangga atau yang lebih sering disebut mempelam ini termasuk ke dalam

marga Mangifera dan memiliki nama latin Mangifera Indica banyak disukai

orang karena mempunyai rasa yang sangat enak dan manis serta harganya

terjangkau, bahkan hampir setiap rumah menanamnya karena tidak perlu

perawatan khusus.

Beberapa hal yang menjadi alasan dari petani lebih banyak menanam

Rambutan dan Mangga diantaranya ;

Tanaman tersebut tidak tergantung pada letak dan kondisi tanah

karena keadaan tanah dapat dibentuk sesuai dengan tata cara

penanaman yang benar (bedengan)

Dapat menjadi tanaman pelindung dan peneduh pada pekarangan

Pohon yang berkualitas baik lebih cepat berbuah pada usia 2-3 tahun

Pemasaran hasil panen lebih mudah dan cepat

Panen setahun sekali yang menghasilkan buah yang banyak dan

bagus.

Sedangkan jenis-jenis yang paling sedikit ditanam diantaranya adalah

Sukun (Artocarpus Altilis) dan Salak (Salacca Edulis) yang masing-masing

hanya sebesar 1% saja dari total petani yang menanam komoditi ini,

beberapa hal yang menjadi alasan diantaranya :

- Sukun ( Artocarpus Altilis ) merupakan tanaman yang tidak berbiji dan

memiliki bagian mirip roti setelah dimasak atau digoreng, tidak dapat

disimpan dalam waktu yang lama dan tidak dibudidayakan secara intensif.

Salah satu kendala adalah rontok buah terutama buah muda, selain itu

Page 31: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

31

apabila musim kemarau maka tanaman akan kekurangan air dan daun

Sukun biasanya digunakan untuk pakan ternak (Kambing dan Sapi)

sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik dan maksimal hingga

menghasilkan buah yang banyak.

- Salak merupakan tanaman tropis yang memiliki nama ilmiah ( Salacca

Edulis ) yang hanya tumbuh di daerah tropis yaitu Indonesia, Malaysia,

Thailand dan banyak diminati oleh masyarakat Eropa dan Amerika.

Memiliki waktu berbuah yang lama serta tidak selalu mempunyai sifat-

sifat genetis dan unggul yang sama dengan pohon induknya bahkan

kadang sulit untuk memastikan bibit tersebut akan menjadi bibit jantan

atau bibit betina. Tanaman Salak juga tidak tahan terhadap genangan air

dalam waktu yang cukup lama.

40%

27%1%

9%

7%

5%

2% 2% 1% 2% 1% 1% 2%

Rambutan Mangga Jambu biji Kelapa Karet

Jeruk Jambu air Nangka Pisang Kedondong

Salak Sukun Belimbing

Gambar 2. Persentase Komoditi Tanaman Keras

Page 32: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

32

2. Tanaman Semusim

Data hasil penelitian dari komoditi tanaman semusim dapat dilihat pada

gambar dibawah ini :

Gambar 3. Grafik Komoditi Tanaman Semusim

Untuk tanaman semusim, mereka lebih memilih kangkung sebanyak 43 kk

(30 %) sebagai tanaman yang paling banyak ditanam. Kangkung (Ipomoea

aquatic Forsk) berasal dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia, Birma,

Indonesia, Cina Selatan, Australia dan Afrika. Merupakan tanaman yang dapat

hidup di dataran rendah dan dataran tinggi, tumbuh dengan cepat dan

memberikan hasil dalam waktu yang tidak lama yaitu sekitar 4-6 minggu sejak

dari benih. Yang perlu diperhatikan hanya masalah ketersediaan air, apabila

tidak turun hujan harus dilakukan penyiraman, hal lain adalah pengendalian

gulma waktu tanaman masih muda dan menjaga tanaman dari serangan hama

seperti ulat grayak (Spodoftera litura F), kutu daun (Myzus persicae Sulz) dan

Aphisgossypii serta penyakit karat putih yang disebabkan oleh Albugo ipomoea

Page 33: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

33

reptans.

Jenis kedua yang juga banyak ditanam oleh petani yaitu sekitar 37 kk /

(25 %) adalah Bayam cabut (Amaranthus Spp), dapat tumbuh dengan subur di

dataran rendah dan dataran tinggi hingga ketinggian 1000 m dari permukaan

laut. Tanaman Bayam mudah dibudidayakan karena umurnya yang relatif

singkat, bisa dipanen setelah 20 hari sehingga resiko serangan hama pun relatif

lebih kecil. Hal yang perlu diperhatikan adalah tanaman Bayam memerlukan

cahaya matahari penuh dengan suhu ideal berkisar antara 16-200 C, namun

Bayam juga bisa beradaptasi pada suhu panas seperti Jakarta sepanjang

kelembabannya tinggi.

Mentimun (Cucumis sativus L), Selada (Lactuca sativa), dan Sayur

manis merupakan jenis yang jarang ditanam/ diusahakan, menurut petani mereka

tidak menjadikannya sebagai tanaman utama pada lahan yang mereka kelola

dikarenakan beberapa hal diantaranya :

- Tanaman Mentimun lebih dominan menghasilkan bunga jantan

dibandingkan bunga betina sehingga hasilnya tak maksimal, untuk itu

diperlukan pemupukan yang berimbang dan pemangkasan agar dapat

merangsang terbentuknya bunga betina serta penggunaan zat perangsang

guna pembentukan bunga betina yang lebih banyak.

- Sebagai tanaman yang berasal dari daerah dingin selada membutuhkan suhu

dibawah 210 C untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Tanah asam dan

netral kurang baik bagi pertumbuhannya sehingga harus diberikan

penambahan pupuk untuk memperbaiki serta meningkatkan kapasitas

Page 34: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

34

penahan air yang memberikan kelembaban secara merata agar mendapatkan

kualitas produksi hasil yang baik.

- Hanya bersifat sebagai pelengkap saja karena permintaan pasar yang tidak

begitu besar dan tidak tahan lama.

- Kondisi cuaca dengan curah hujan yang tinggi.

29%

25%

2%

12%

8%

2%

1%1%

1%

2%

1%

15%

1% Kangkung

Bayam cabut

Bayam potong

Jagung

Seledri

Terong

Kacang panjang

Selada

Timun

Sawi

Sayur manis

Kemangi

Gambar 4. Persentase Komoditi Tanaman Semusim

3. Hewan Peliharaan

Hasil penelitian menunjukan bahwa hewan peliharaan yang dijumpai saat

penelitian adalah Sapi, Ayam, Bebek dan Kambing. Keberadaan hewan tersebut

dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 5. Grafik Komoditi Hewan Peliharaan

0

5

10

15

20

25

30

35

Hewan Ternak Sapi Ayam Bebek Kambing

Page 35: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

35

Ayam ( Gallus gallus ) adalah hewan yang paling banyak di pelihara

yaitu 42% / 31 kk, merupakan pemasok dua sumber protein dalam pangan yaitu

daging Ayam dan telur. Menurut Cahyono, B. 2004 keuntungan dari memelihara

Ayam diantaranya :

- Dapat diusahakan pada lahan yang tidak begitu luas

- Tidak memerlukan teknologi tinggi, cukup dengan pemeliharaan intensif

- Kotoran dan bulunya masih dapat dimanfaatkan

- Membuka lapangan kerja baru bagi peternak maupun orang lain

- Meningkatkan pendapatan dari sektor peternakan

Kambing adalah hewan peliharaan kedua yang cukup banyak di

pelihara yaitu 21 kk (28%), merupakan binatang memamah biak yang berukuran

sedang. Kambing ternak (Capra Aegagrus Hircus) adalah sub species Kambing

liar yang secara alami tersebar di Asia Barat Daya dan Eropa. Sistem

pemeliharaan kambing masih dilakukan secara tradisional, ternak dilepas atau

digembalakan di lapangan/ padang rumput pada siang hari, konsekuensi sistem

pemeliharaan seperti itu mengakibatkan terjadinya beban panas yang berlebih

pada ternak karena pengaruh langsung dari radiasi sinar matahari dan suhu

lingkungan yang tinggi. Kondisi ini memaksa ternak untuk mengaktifkan

mekanisme termorologi yaitu peningkatan suhu rektal, suhu kulit, frekuensi

pernapasan dan denyut jantung serta menurunkan konsumsi pakan ( Purwanto et

al., 1996). Menurut Smith dan Mangkuwidjojo (1998) bahwa daerah nyaman

bagi Kambing berkisar antara 18 – 300 C.

Page 36: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

36

Hewan peliharaan yang berada diurutan ketiga adalah Sapi atau Lembu

yang di pelihara oleh 16 kk (21%), merupakan hewan ternak anggota suku

Bovidae dan anak suku Bovinae. Sapi dipelihara untuk dimanfaatkan susu dan

dagingnya sebagai pangan manusia sedangkan bagian lainnya ( kulit, jeroan,

tanduk dan kotorannya) dimanfaatkan untuk keperluan manusia, bahkan

dibeberapa tempat Sapi juga dipakai sebagai penggerak alat transportasi

diantaranya untuk membantu pengolahan lahan tanam (bajak) dan alat industri

lain seperti peremas tebu,

Diurutan keempat adalah bebek yang cuma dipelihara oleh 7 kk (99%),

hewan yang berasal dari Amerika Utara merupakan Itik liar (Anas Moscha) atau

will mallard. Terus menerus dijinakkan oleh manusia hingga jadilah yang

sekarang yang disebut Anas domestiaca (itik ternak). Bebek merupakan ternak

unggas penghasil telur yang cukup potensial disamping Ayam. Kelebihan ternak

ini adalah tahan terhadap penyakit dibandingkan dengan Ayam ras sehingga

pemeliharaannya mudah dan tidak banyak mengandung resiko. Namun,

keberhasilan dari usaha ternak bebek yang dipelihara secara komersial

ditentukan oleh pakannya yang mana apabila terjadi kesalahan dalam penyajian

dan pemberian akan berakibat turunnya produksi, reproduksi dan mortalitas

Bebek.

Page 37: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

37

Sedangkan persentase untuk jenis komoditi hewan peliharaan dapat

dilihat pada gambar berikut :

Gambar 6. Persentase Komoditi Hewan Peliharaan.

B. Sistem Produksi dan Pemasaran

Kelurahan Kalampangan terletak di Kecamatan Sebangau kota Palangka

Raya yang merupakan 80% penghasil komoditi sayuran di Kota Palangka Raya.

Kebanyakan tanaman sayuran di Kelurahan Kalampangan mempunyai nilai

komersial cukup tinggi sebab tanaman sayuran merupakan produk pertanian

yang senantiasa dikonsumsi dan selalu dicari. Dengan melihat kebutuhan akan

sayuran yang terus menerus, maka nilai pasar tanaman sayuran akan semakin

membaik sehingga kecenderungan produksi dari tahun ke tahun meningkat

sehingga jarang mengalami penurunan berarti, bahkan akhir-akhir ini ada

kecenderungan di masyarakat untuk mengurangi konsumsi yang berlemak tinggi

terutama dari bahan hewani beralih ke bahan nabati yang disebut vegetarian

(Brili Antono, 2004)

21%

42%

9%

28% Sapi

Ayam

Bebek

Kambing

Page 38: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

38

Masyarakat Kelurahan Kalampangan masih menggunakan cara-cara

tradisional (non mekanik) dalam menggarap lahan yang mereka kelola seperti

pemakaian cangkul dan parang, tidak terdapatnya peralatan modern menjadikan

sebagian besar dari mereka mengelola sendiri secara bergantian dalam anggota

keluarga untuk mengurus lahan pertanian dan peternakan yang di usahakan.

Disamping itu mereka juga memiliki 1-3 orang tenaga kerja yang sangat

diperlukan pada awal awal masa tanam.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa sistem

produksi para petani di Kelurahan Kalampangan dilakukan dengan sistem

tumpangsari antara tanaman sayur mayur dan tanaman pangan (keras) terutama

jenis buah-buahan yang selalu diminati oleh orang-orang yang lewat, karena

kebanyakan komoditi tersebut dijual diwarung-warung kecil pinggir jalan ruas

Palangka Raya – Banjarmasin yang selalu ramai setiap waktu.

Penggunaan pupuk kandang sangat diperlukan pada awal penanaman untuk

menggemburkan tanah supaya subur kembali terutama pada jenis komoditi

tanaman semusim, selanjutnya diberikan pupuk kimia seperti urea dan ponska

pada pertengahan pertumbuhan sampai panen yang dilakukan 2-4 kali dalam

satu masa tanam. Untuk mengendalikan, menolak, memikat atau membasmi

organisme pengganggu seperti serangga, tikus, gulma, burung atau mikroba

yang dianggap pengganggu maka digunakan pestisida sekitar 1-2 kali saja

dalam satu masa tanam. Berikut adalah tabel dari sistem produksi dan pemasaran

dari komoditi yang diusahakan oleh petani Kelurahan Kalampangan.

Page 39: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

39

Tabel 10.Rekapitulasi Sistem Produksi dan Pemasaran No. Sistem Produksi Jumlah

Petani Pemasaran Jumlah

Petani 1 Mekanik - Langsung 21

2 Non Mekanik 50 Tidak Langsung 29

Pemasaran hasil pertanian atau tata niaga pertanian merupakan

serangkaian kegiatan ekonomi berturut-turut yang terjadi selama perjalanan

komoditas hasil-hasil pertanian mulai dari produsen primer sampai ke tangan

konsumen (FAO pada tahun 1958). Pemasaran hasil pertanian berarti kegiatan

bisnis dimana menjual produk berupa komoditas pertanian sesuai dengan

kebutuhan dan keinginan konsumen, dengan harapan konsumen akan puas

dengan mengkonsumsi komoditas tersebut.

Konsep pemasaran berorientasikan pada pemenuhan kebutuhan dan

keinginan konsumen dengan efektif. Empat hal berikut merupakan prinsip

utama yang menjadi tonggak konsep pemasaran adalah :

1. Pasar sasaran, memilih pasar yang tepat dan membentuk aktifitas pasar

yang sempurna.

2. Keperluan pengguna, memahami kehendak sebenar konsumen dan

memenuhinya dengan lebih efektif.

3. Pemasaran berintegrasi, kesemua fungsi bekerjasama memenuhi

tanggung jawab pemasaran.

4. Keuntungan, mencapai keuntungan melalui kepuasan pelanggan.

Page 40: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

40

Berdasarkan orientasi ekonomi dapat diketahui bahwa masyarakat

Kelurahan Kalampangan menerapkan sistem Agroforestri skala semi-komersial

(Semi-commercial agroforestry) yang merupakan pengusahaan lahan untuk

meningkatkan produktivitas serta kualitas hasil. Namun keterbatasan investasi,

jangkauan pemasaran, serta masih subsisten menjadikan pemenuhan kebutuhan

sehari-hari tetap menjadi dasar pertimbangan terpenting.

Dari data yang dikumpulkan melalui kuesioner mengenai sistem

pemasaran hasil dari komoditi yang diusahakan oleh masyarakat Kelurahan

Kalampangan dapat diketahui bahwa mereka lebih memilih menjual langsung ke

tengkulak (tidak langsung) dari pada menjual sendiri ke pasar, hal tersebut

terjadi karena beberapa hal diantaranya :

- Memudahkan transaksi karena tengkulak mengambil komoditi yang

sudah siap dijual langsung ke rumah-rumah petani

- Efisiensi waktu, dimana petani bisa lebih leluasa dan banyak waktu

berada di lahan dalam mengelola komoditi yang diusahakan

- Tidak memiliki kendaraan yang memadai

- Lokasi tempat menjual/ pasar cukup jauh dari tempat tinggal petani yaitu

± 30 km dari Kota Palangka Raya

- Tanaman tidak sempat layu atau rusak karena disimpan lama

Beberapa komoditi terutama untuk jenis tanaman semusim (sayur mayur)

yang diusahakan oleh petani Kelurahan Kalampangan kebanyakan hanya

dipasarkan ke pasar induk/ besar Palangka Raya saja ketika subuh dan sore hari.

Sebagian lagi petani menjual sendiri komoditi yang diusahakannya ke pasar-

Page 41: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

41

pasar kaget yang berada di komplek perumahan seputar kota Palangka Raya

mulai dibuka ketika sore - malam hari secara bergantian.

Gambar 7 . Rekapitulasi Sistem Produksi dan Pemasaran

50%

21%

29%Mekanik

Non Mekanik

Langsung

Tidak Langsung

Page 42: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

42

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di Kelurahan Kalampangan

maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

A. Kesimpulan

1. Agrosilvopastura merupakan pola agroforestri yang paling banyak digunakan

oleh petani Kelurahan Kalampangan. Agrosilvopastura (Agrosilvopastural

sistems) adalah pengkombinasian komponen berkayu (Kehutanan) dengan

pertanian (semusim) dan sekaligus peternakan/ binatang pada unit manajemen

lahan yang sama.

2. Sistem pemasaran petani secara tidak langsung (tengkulak) lebih banyak

daripada yang langsung menjual sendiri, efisiensi waktu dan kemudahan

dalam bertransaksi adalah faktor penyebabnya.

B. Saran

1. Perlu pendampingan intensif dari penyuluh dan dinas pertanian dalam

pengolahan lahan, penggunaan pupuk dan pestisida.

2. Perlu adanya pengaturan soal pola tanam bergilir untuk komoditi tanaman

semusim sehingga bisa mengontrol hasil panen agar tidak terjadi over

produksi pada komoditi yang sama dalam satu masa tanam.

3. Pemasaran hasil produksi dari komoditi yang diusahakan kiranya lebih

menguntungkan bagi petani baik dari harga maupun efisiensi waktu.

Page 43: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

43

Daftar Pustaka

Andayani. W. 2005. Ekonomi Agroforesti. Debut press. Yogyakarta

Hairiah et al, 2000; de foresta et al., 2000 dalam http://www.slideshare.net/ ignoramus/pengertian-dan-penjelasan-agroforestry

Hairiah K, SE Williams, D Bignell, M Swift and M van Noordwijk. 2001.

Effects of landuse change on belowground biodiversity. ASB-LN 6A. In Van Noordwijk M,Williams SE and B Verbist (Eds.), Towards integrated natural resource management in forest margins of the humid tropics: local action and global concerns. ASB-Lecture Notes 1 – 12.

Irwanto,2012 dalam http:// fandicka. wordpress. com /2011/03/31 / sistem-

agroforestri- di-indonesia-dan-biodiversitas/ King dan chandler, 1978 dalam http://baskara90.wordpress.com / 2012/10/13

Peran-agroforestri-dalam-konservasi-tanah-dan-air Nair, 1987 dalam http://justnangeografi.blogspot.com/2012/06/agroforestry.html

Nair, P.K.R. 1989. Directions in Tropical Agroforestry Research: Past, Present, and Future. Agroforestry Systems

Nair, P.K.R. 1993. An Introduction to Agroforestry. The Netherlands : Kluwer

Academic Publisher. Sabarnurdin S., Budiadi, Suryanto P. (2011) Agroforestry Untuk Indonesia:

Strategi Kelestarian Hutan dan Kemakmuran Wanagama, Yogyakarta. Sardjono, M.A, T Djogo, HS Arifin, N Wijayanto. 2003. Bahan Ajar 2:

Klasifikasi dan Pola Kombinasi Komponen Agroforestri. World Agroforestri Centre (ICRAF) Southeast Asia. Bogor

Satjapradja, 1981 dalam http://fp.ub.ac.id/agroforestry/acara.html

Suharjito, D., Leti, S., Suyanto, & S.R. Utami. 2003. Bahan Ajar 5: Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya Agroforestri. World Agroforestri Centre (ICRAF) Southeast Asia. Bogor

Suprayogo. D, K Hairiah, N Wijayanto, Sunaryo dan M Noordwijk. 2003. Peran

Agroforestri pada Skala Plot: Analisis Komponen Agroforestri sebagai

Page 44: I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang file3 Berdasarkan permasalahan tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian yang mampu menganalisis pola agroforestri yang telah dilakukan masyarakat

44

Kunci Keberhasilan atau Kegagalan Pemanfaatan Lahan Indonesia. Bogor : World Agroforestry Centre (ICRAF), Southeast Asia Regional Office. PO Box 161 Bogor, Indonesia

Sinclair dan walker, 1998 dalam http://pengertian-definisi.blogspot.com/2012/03

Pengertian-dan-definisiagroforestri.html Sofjan assauri, 1999: hlm 11 dalam http://csuryana.wordpress.com/2010/03/25/

data-dan-jenis-data-penelitian

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D (Bandung: Alfabeta, 2008),

William J. Stanton, Prinsip Pemasaran, Alih Bahasa Wilhelmus W. Bokowatun,

Erlangga, Jakarta, 1991, hlm. 5. Cahyono, B. 2004. Ayam Buras Pedaging. Cetakan Ketiga. Trubus Agriwijaya.

Jakarta Freeman et al, 2002. Pedoman Penerapan Pengendalian Hama Terpadu

Holtikultura (tanaman jeruk, mangga dan pisang) http://palangkakota.bps.go.id/data/publikasi/publikasi_6/publikasi/files/search/se

archtext.xml http://infopublik.kominfo.go.id/read/18237/lahan-gambut-di-kalampangan-tak-

lagi-menakutkan.html