Upload
dinhcong
View
251
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 1
I. PENDAHULUAN
BPTP Lampung dalam era desentralisasi dituntut harus selalu pro-
aktif, responsif dan antisipatif dalam mendukung pembangunan pertanian,
khususnya pembangunan sistem dan usaha agribisnis di daerah. Hal ini
berarti BPTP Lampung harus dapat menjadi institusi yang mampu memberi-
kan masukan dalam membantu mengarahkan pembangunan pertanian di
daerah. BPTP juga harus dapat dengan segera merespon permasalahan-
permasalahan di sektor pertanian yang muncul di daerah.
Selama keberadaannya, BPTP Lampung tetap aktif melaksanakan peng-
kajian, perakitan dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik
lokasi di Provinsi Lampung. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain SL-PTT
Padi dan Jagung, PSDSK, Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP),
Analisis Kebijakan, Sinkronisasi dan Koordinasi dalam Pendampingan
Teknologi Program Utama Kementerian Pertanian, Pengkajian Kompetitif,
Diseminasi dan Advokasi Inovasi Pertanian, Model Kawasan Rumah Pangan
Lestari (M-KRPL), Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi
(MP3MI); yang berdampak langsung maupun tidak langsung bagi
kesejahteraan masyarakat petani di Lampung.
Laporan Tahunan ini merupakan laporan kegiatan BPTP Lampung
selama Tahun 2013 dalam mengisi dan mencapai misinya. Dokumentasi
capaian kinerja BPTP Lampung yang dituangkan dalam bentuk laporan tahun-
an ini, menggambarkan secara menyeluruh dari dua sudut pandang yaitu ke-
berhasilan dan kegagalan. Hal ini dilakukan sebagai wahana evaluasi dan
bahan pembelajaran ke depan, mulai dari perencanaan dan perumusan
program sampai dengan implementasi kegiatan. Materi pokok yang disajikan
dalam Laporan Tahunan ini meliputi sumberdaya manusia, sarana dan
prasarana, program, anggaran serta sinopsis kegiatan litkaji yang dilakukan
BPTP Lampung pada TA. 2013.
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 2
II. ORGANISASI
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung adalah Unit
Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Badan
Litbang Pertanian) yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung
kepada Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 16/Permentan/OT.140/3/
2006 tanggal 1 Maret 2006, BPTP Lampung mempunyai tugas melaksanakan
pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
Dalam melaksanakan tugas tersebut BPTP Lampung menyelenggarakan
fungsi :
(1) Inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna
spesifik lokasi.
(2) Penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna
spesifik lokasi.
(3) Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian
serta perakitan materi penyuluhan.
(4) Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan
pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan
teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
(5) Pelayanan teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan pengembangan
teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.
(6) Pelaksanaan Urusan Tata Usaha dan Rumah Tangga Balai.
Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, Kepala Badan Litbang
Pertanian melalui keputusan No: OT.130.95.2003 tanggal 31 Desember 2003,
BPTP Lampung dilengkapi 4 kelompok pengkaji (Kelji) yaitu: Kelji Sumber-
daya, Kelji Budidaya, Kelji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian (MTHP),
dan Kelji Sosial Ekonomi.
Susunan organisasi dan tata kerja BPTP Lampung terdiri dari :
a. Subbagian Tata Usaha
Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, per-
lengkapan, surat menyurat, dan kearsipan, serta rumah tangga.
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 3
b. Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP)
Seksi KSPP mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan
rencana, program, anggaran, pemantauan, dan evaluasi serta laporan,
dan penyiapan bahan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penye-
barluasan dan pendayagunaan hasil, serta pelayanan sarana pengkajian,
perakitan, dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik
lokasi.
c. Kelompok Jabatan Fungsional
Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari jabatan fungsional Peneliti,
Penyuluh Pertanian dan sejumlah jabatan fungsional lainnya yang terbagi
dalam berbagai kelompok jabatan fungsional berdasarkan bidang
masing-masing, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Gambar 1. Struktur organisasi BPTP Lampung
KEPALA BPTP
Kasubbag Tata Usaha Kasie Kerjasama dan
Pelayanan Pengkajian (KSPP)
Koordinator Kepegawaian
Koordinator Keuangan
Koordinator Rumah Tangga Koordinator
Program Koordinator Kerjasama
dan Pelayanan Pengkajian
Koordinator Pendaya-gunaan
Hasil Pengkajian
Kepala KP. Natar
Kepala KP. Tegineneng
Kepala Lab Diseminasi
Masgar
Kelji Budidaya
Kelji Sumberdaya
Kelji Sosial Ekonomi
Kelji MTHP
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 4
III. KELEMBAGAAN
A. PROGRAM PENELITIAN DAN EVALUASI
Visi
Setiap organisasi perlu memiliki visi agar mampu eksis dan unggul
dalam persaingan yang semakin ketat dan perubahan lingkungan yang cepat.
Visi BPTP Lampung adalah “Pada Tahun 2014 menjadi lembaga pengkajian
yang menghasilkan dan mendiseminasikan teknologi pertanian spesifik lokasi
berstandar internasional.”
Misi
Dalam rangka untuk mewujudkan visinya, BPTP Lampung menetapkan
misinya yakni menghasilkan dan mendiseminasikan inovasi pertanian spesifik
lokasi sesuai dengan kebutuhan pengguna dengan didukung oleh SDM yang
profesional.
Tujuan
Penetapan tujuan pada umumnya didasarkan kepada faktor-faktor
kunci keberhasilan yang ditetapkan setelah penetapan visi dan misi. Tujuan
akan mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan
dalam rangka merealisasikan misi, yang menunjukkan suatu kondisi yang
ingin dicapai dimasa mendatang. Sasaran menggambarkan hal-hal yang ingin
dicapai melalui tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.
Sasaran akan memberikan fokus pada penyusunan kegiatan, bersifat spesifik,
terinci, dapat diukur, dan dapat dicapai.
Dalam jangka menengah (2010-2014) visi dan misi BPTP Lampung
dijabarkan ke dalam tujuan dan sasaran pengkajian, pengembangan serta
diseminasi teknologi pertanian. Untuk mencapai tujuan dan sasaran tersebut,
maka disusun strategi yang disusun atas dasar evaluasi mendalam terhadap
faktor internal dan faktor eksternal yang telah diuraikan pada perkembangan
lingkungan strategis yang terkait dengan kinerja BPTP Lampung ke depan.
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 5
Tujuan kegiatan pengkajian dan pengembangan teknologi di BPTP
Lampung dalam lima tahun ke depan (2010-2014) terdiri atas :
1. Meningkatkan ketersediaan inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi.
2. Meningkatkan penyebarluasan inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi.
3. Meningkatkan kapasitas dan kompetensi pengkajian inovasi pertanian
unggulan spesifik lokasi.
Sasaran
Sasaran strategis dan indikator kinerja sebagai alat ukur keberhasilan
sasaran strategis selama tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut :
Sasaran Indikator Utama
Tujuan 1 : meningkatkan ketersediaan inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi
Sasaran strategis 1:
Meningkatnya ketersediaan inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi.
Jumlah inovasi pertanian unggulan spesifik agroekosistem
Tujuan 2 : meningkatkan penyebarluasan inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi
Sasaran strategis 2:
Meningkatnya penyebarluasan inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi.
1. Jumlah teknologi yang didise-minasikan ke pengguna.
2. Jumlah laporan kegiatan pen-dampingan model spektrum diseminasi multi chanel dan program strategis nasional/ daerah
3. Jumlah rekomendasi kebijakan mendukung empat sukses Kementerian Pertanian
Tujuan 3 : meningkatkan kapasitas dan kompetensi pengkajian inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi.
Sasaran strategis 3 :
Meningkatnya sinergi operasional pengkajian inovasi pertanian spesifik lokasi.
Jumlah sinergi operasional peng-kajian dan pengembangan inovasi pertanian
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 6
Sasaran strategis 4 :
Meningkatnya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian.
Jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kegiatan serta administrasi keuangan, kepegawaian dan sarana prasarana.
Jumlah laboratorium yang terfungsi-kan secara produktif.
Jumlah kebun percobaan yang ter-fungsikan secara produktif.
Jumlah unit usaha pengelolaan benih sumber yang terfungsikan secara produktif.
Jumlah website dan database yang ter-update secara berkelanjutan.
Sasaran strategis 5 :
Meningkatnya kerjasama daerah, nasional dan internasional (di bidang pengkajian dan diseminasi inovasi pertanian spesifik lokasi.
Jumlah laporan kerjasama peng-kajian, pengembangan dan pemanfaatan inovasi pertanian.
Sasaran 1. Meningkatnya ketersediaan inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah dengan meningkatkan
fokus kegiatan dan capaian hasil pengkajian yang ingin dicapai sesuai dengan
kebutuhan pengguna dan berorientasi pasar/preferensi konsumen dengan
mempertimbangkan potensi sumberdaya wilayah. Strategi ini diwujudkan ke
dalam sub-sub kegiatan yaitu:
a. Pengkajian dan perakitan inovasi teknologi pertanian spesifik lokasi.
b. Pengkajian dan perakitan inovasi pertanian unggulan nasional dan
daerah.
c. Pengkajian ekonomi dan sosiobudaya spesifik lokasi.
d. Analisis kebijakan pembangunan pertanian yang bersifat antisipatif dan
responsif.
Sasaran 2. Meningkatnya penyebarluasan inovasi pertanian spesifik
lokasi
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah dengan meningkatkan
kuantitas/kualitas informasi, media dan lembaga diseminasi teknologi spesifik
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 7
lokasi sesuai kebutuhan pengguna. Strategi ini diwujudkan ke dalam sub-sub
kegiatan yaitu:
e. Percepatan penyampaian inovasi hasil pengkajian kepada pengguna.
f. Penyebaran benih, bibit/alat produk Litbang, dan jasa analisis/uji.
g. Pendampingan program strategis Kemtan dan program pembangunan
pertanian daerah.
Sasaran 3. Meningkatnya sinergi operasional pengkajian inovasi pertanian spesifik lokasi.
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah penguatan koordinasi
dan sinkronisasi kegiatan pengkajian inovasi pertanian spesifik lokasi.
Strategi ini diwujudkan ke dalam dua sub-sub kegiatan yaitu:
h. Koordinasi dan sinkronisasi operasional pengkajian inovasi pertanian.
i. Penyediaan petunjuk pelaksanaan (juklak), petunjuk teknis (juknis)
pengkajian inovasi pertanian.
Sasaran 4. Meningkatnya manajemen pengkajian inovasi pertanian spesifik lokasi.
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah peningkatan
efektivitas manajemen institusi. Strategi ini diwujudkan ke dalam lima sub-
sub kegiatan yaitu :
j. Penguatan manajemen mencakup perencanaan dan evaluasi kegiatan
serta administrasi institusi.
k. Pengembangan kompetensi SDM.
l. Peningkatan pengelolaan laboratorium dan kebun percobaan.
m. Peningkatan pengelolaan perpustakaan dan SMS center.
n. Peningkatan pengelolaan database dan website.
Sasaran 5. Meningkatnya kerjasama daerah, nasional dan internasional (di bidang pengkajian, diseminasi dan pendayagunaan teknologi pertanian spesifik lokasi).
Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah peningkatan kapasitas
penyelenggaraan pengkajian dan diseminasi untuk memperluas jejaring
kerjasama. Strategi ini diwujudkan ke dalam dua sub-sub kegiatan yaitu:
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 8
o. Kerjasama daerah, nasional dan internasional dalam pengkajian inovasi
pertanian spesifik lokasi.
p. Kerjasama daerah, nasional dan internasional dalam pendayagunaan
inovasi pertanian spesifik lokasi.
Kegiatan Manajemen dan Pengkajian BPTP Lampung
Kegiatan BPTP Lampung tahun anggaran 2012 mencakup kegiatan
manajemen BPTP Lampung dan kegiatan pengkajian serta diseminasi hasil
pengkajian.
Kegiatan manajemen BPTP Lampung tahun 2013 terdiri atas:
1) Penyusunan Program dan Rencana Kerja/Teknis/Program,
2) Dokumen Monitoring, Evaluasi, SPI dan Pelaporan,
3) Peningkatan Layanan Perkantoran,
4) Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran,
5) Pengelolaan Administrasi Satuan Kerja,
6) Pengelolaan Sekretariat UAPPA/B-W,
7) Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia dan Mutu Manajemen
Satuan Kerja BPTP Lampung,
8) Kerjasama Pengkajian, Pengembangan dan Pemanfaatan Hasil Litbang
(Pendampingan),
9) Pengawalan Pengembangan Padi Hibrida di Lampung,
10) Pengelolaan Instalasi Pengkajian,
11) Koordinasi dan Sinkronisasi Pelaksanaan Kegiatan,
12) Pengelolaan website/database/kepustakaan,
13) Kerjasama ACIAR.
Kegiatan penelitian dan diseminasi hasil litkaji BPTP Lampung tahun
2013 tercakup dalam 11 RPTP dan 11 RDHP sebagai berikut:
(1) Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian di Provinsi Lampung,
(2) Pemetaan Sebaran Lada Di Provinsi Lampung,
(3) Pemetaan Sebaran Tanaman Hortikultura Pisang Dan Cabai Merah di
Kabupaten Lampung Selatan dan Pesawaran,
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 9
(4) Kajian Penghematan Pupuk dalam Pola Tanam Padi-Padi di Sawah Irigasi
Lampung,
(5) Peningkatan Produksi Kedelai pada Lahan Sub Optimal Melalui
Pemberdayaan Pupuk Hayati,
(6) Kajian Agroekologi untuk Perwilayahan dan Peningkatan Produktivitas
Komoditas Pertanian di Provinsi Lampung (AEZ II),
(7) Model Kelembagaan Perbenihan Kedelai di Provinsi Lampung,
(8) Pemanfaatan Limbah Padat dan Cair Industri Tapioka Rakyat Sebagai
Pakan Ternak Fermentasi dan Pupuk Organik Untuk Meningkatkan Berat
Badan Sapi Menjadi 1,2 kg/ekor/hari dan Produktifitas Jagung Menjadi 9
ton,
(9) Peningkatan Nilai Gizi dan Kecernaan Kulit Buah Kakao (KBK) sebagai
Pakan Ternak Kambing Burawa,
(10) Kajian Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi, Pendapatan dan
Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah di Provinsi Lampung,
(11) Pengelolaan Sumberdaya Genetik,
(12) Diseminasi dan Advokasi Inovasi Pertanian,
(13) Pendampingan Teknologi SL-PTT Padi,
(14) Pendampingan Teknologi SL-PTT Jagung,
(15) Pendampingan PSDSK,
(16) PTT Tebu,
(17) Kalender Tanam,
(18) Demfarm Kedelai,
(19) Koordinasi Pendampingan PUAP,
(20) Pengelolaan UPBS BPTP Lampung,
(21) Model Kawasan Rumah Pangan Lestari Mendukung Usaha Diversifikasi
Pangan di Provinsi Lampung,
(22) Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI).
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 10
B. PENATAKELOLAAN PENELITIAN DAN PENGKAJIAN DI BPTP LAMPUNG
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung telah menerapkan
Sistem Pengendalian Intern (SPI) dalam rangka mengendalikan pelaksanaan
kegiatan penelitian dan pengkajian serta pelaksanaan kepemerintahan yang
baik (good governance) serta memberikan keyakinan atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan asset negara dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan.
Selain telah menerapkan sistem pengendalian intern, BPTP Lampung
juga menerapkan sistem manajemen mutu berbasis ISO 9001:2008 dalam
rangka penerapan pelayanan prima kepada masyarakat. Sertifikat KAN telah
diperoleh pada tahun 2010 berdasarkan hasil penilaian lembaga sertifikasi
terhadap kepatuhan institusi dalam mengimplementasikan dokumen panduan
mutu yang telah disusun.
C. PENGELOLAAN SUMBER DAYA
C.1. Anggaran Tahun 2013
Dalam melaksanakan tupoksinya, BPTP Lampung pada Tahun 2012 di-
dukung oleh sumber dana yang berasal dari dana APBN dalam bentuk Rupiah
Murni (RM) sebelum revisi anggaran sebesar Rp. 16.923.623.000,- (enam
belas milyar sembilan ratus dua puluh tiga juta enam ratus dua puluh tiga
ribu rupiah) setelah revisi I tertanggal 19 Maret 2013 dan revisi II tertanggal
14 Juni 2013 pagu anggaran tidak berubah, kemudian setelah revisi III
tertanggal 26 September 2013 pagu anggaran berubah menjadi Rp.
15.888.265.000,- (lima belas milyar delapan ratus delapan puluh delapan juta
dua ratus enam puluh lima ribu rupiah) dan terakhir revisi IV tertanggal 1
Nopember 2013 pagu anggaran berubah menjadi Rp. 16.160.795.000,-
(enam belas milyar seratus enam puluh juta tujuh ratus Sembilan puluh lima
ribu rupiah) karena adanya dana kerjasama ACIAR, rincian pagu anggaran
setelah revisi IV sebagai berikut:
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 11
- Belanja pegawai Rp. 6.911.697.000,-
- Belanja barang Rp. 6.592.819.000,-
- Belanja modal Rp. 2.656.279.000,-
Realisasi anggaran per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp.
15.740.092.652,- (lima belas milyar tujuh ratus empat puluh juta sembilan
puluh dua ribu enam ratus lima puluh dua rupiah) atau 97,40% dari pagu
anggaran, dengan rincian belanja pegawai Rp. 6.576.465.512,- (95,15%),
belanja barang Rp. 6.548.038.740,- (99,32%), dan belanja modal Rp.
2.615.588.400,- (98,47%).
Tabel 1. Realisasi anggaran per 31 Desember 2013
Uraian Anggaran
(Rp)
Realisasi
(Rp) %
1. Realisasi Pendapatan Negara
- Penerimaan Pajak - - -
- Penerimaan Negara Bukan Pajak
- 162.334.366 -
- Penerimaan hibah - - -
2. Realisasi Belanja Negara 16.160.795.000 15.740.092.652 97,40
A. Rupiah Murni
- Belanja Pegawai 6.911.697.000 6.576.465.512 95,15
- Belanja Barang 6.326.289.000 6.281.508.740 99,29
- Belanja Modal 2.650.279.000 2.609.588.400 98,46
B. B. Pinjaman dan Hibah
- Belanja Barang 266.530.000 266.530.000 100,00
- Belanja Modal 6.000.000 6.000.000 100,00
Realisasi belanja Tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar Rp.
3.707.540.180,- atau mencapai 28,45% dibandingkan periode yang sama
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 12
tahun sebelumnya disebabkan antara lain oleh adanya kenaikan gaji PNS
sebesar 10%, kenaikan belanja uang makan pegawai, adanya pembangunan
gedung kantor, kenaikan atas belanja barang berupa belanja pemeliharaan,
serta bertambahnya volume perjalanan dinas. Perbandingan realisasi belanja
Tahun 2013 dan 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2. Perbandingan realisasi belanja tahun 2013 dan 2012
Jenis Belanja
Realisasi Belanja (Rp) Naik/Turun
2013 2012 Rp. %
Pegawai 6.107.449.763 5.749.215.047 358.234.716 5,87
Barang 6.045.650.560 3.212.355.166 2.833.295.394 46,87
Modal 880.842.000 364.831.930 516.010.070 58,58
Jumlah 13.033.942.323 9.326.402.143 3.707.540.180 28,45
Selain mengelola dana APBN, pada tahun 2013 BPTP Lampung juga
mengelola anggaran yang bersumber dari kerjasama hibah antara Pemerintah
Indonesia melalui BPTP Lampung dengan Pemerintah Australia melalui ACIAR
(The Australian Centre for International Agricultural Research) LPS/2008/038
sebesar Rp. 214.248.945,- (terdiri dari Rp. 214.247.952,- dana hibah Tahun
2012 dan Rp. 993,- sisa dana Tahun 2011 yang menjadi saldo awal tahun
2012). Realisasi hibah tahun 2012 sebesar Rp. 214.247.000,- terdiri dari
realisasi belanja barang Rp.209.247.000,- dan belanja modal sebesar
Rp.5.000.000,-. Sisa dana hibah Tahun 2012 sebesar Rp.993,- dan Rp. 952,-
untuk Tahun 2012 sudah disetor ke Kas Negara.
C.2. Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Tahun 2013
Realisasi Pendapatan Negara Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung
per 31 Desember 2013 adalah sebesar Rp. 143.230.808,- atau mencapai
205% dari estimasi pendapatan yang ditetapkan untuk tahun 2013 yaitu
sebesar Rp.70.000.000. Realisasi ini berasal dari Pendapatan Negara Bukan
Pajak lainnya yang berasal dari penjualan hasil Pertanian, Kehutanan dan
Perkebunan berupa tanaman padi, singkong, lada, kakao, dan jagung;
pendapatan sewa tanah, gedung dan bangunan berupa sewa mess;
pendapatan jasa tenaga, pekerja, informasi, pelatihan dan teknologi berupa
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 13
analisa kimia di Laboratorium BPTP Lampung; jasa giro; serta penerimaan
kembali belanja pegawai pusat tahun yang lalu. BPTP Lampung tidak memiliki
pendapatan hibah. Rincian Estimasi Pendapatan dan realisasi PNBP lainnya
tahun 2013 dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 3. Estimasi Pendapatan dan Realisasi PNBP lainnya Tahun 2013
URAIAN Estimasi
Pendapatan Realisasi %
Pendapatan dari pemanfaatan BMN
Pendapatan Penjualan Hasil Pertanian,
Kehutanan dan Perkebunan 47.700.000 85.809.500 180
Pendapatan Penjualan Lainnya 2.000.000 9.400.000 470
Pendapatan Sewa Tanah, Gedung, dan
Bangunan 19.200.000 18.327.757 95,46
Jumlah Penerimaan 68.900.000 113.537.257 164,79
Pendapatan Jasa
Pendapatan Jasa Tenaga, Pekerja,
Informasi, Pelatihan dan Teknologi
sesuai dengan tugas dan fungsi masing-
masing Kementerian dan Pendapatan
DJBC
0 27.076.260 0,00
Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan/
Jasa Giro 100.000 586.279 586
Jumlah Penerimaan 100.000 27.662.539 27.662,54
Pendapatan Lain-lain
Penerimaan Kembali Belanja Pegawai
Pusat TAYL 1.000.000 2.031.012 203,10
Jumlah Penerimaan 1.000.000 2.031.012 203,10
Total Pendapatan dan Hibah 70.000.000 143.230.808 205
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 14
C.3. Sumber Daya Manusia (SDM)
Sumberdaya manusia (SDM) merupakan potensi dan kekuatan yang
tidak bisa diabaikan dalam suatu lembaga/instansi, termasuk bagi BPTP
Lampung. Ketersediaan SDM yang memadai dengan tingkat keahlian dan
kompetensi yang berimbang akan memberikan dampak yang cukup signifikan
bagi pencapaian misi dan visi lembaga. Untuk tahun 2013, PNS di BPTP
Lampung berjumlah 101 orang (tidak termasuk satminkal) dan tenaga
kontrak sebanyak 14 orang, yang tersebar pada 4 unit kerja (Tabel 4).
Tabel 4. Jumlah PNS BPTP Lampung berdasarkan golongan kepangkatan dan unit kerja
No Unit kerja Golongan (orang)
Jumlah IV III II I
1. 2.
3. 4.
BPTP Lampung-Hajimena KP Natar
KP Tegineneng Lab Diseminasi Masgar
23 -
- -
37 1
- 3
18 10
3 3
3 -
- -
81 11
3 6
Jumlah 21 51 33 4 101
PNS BPTP Lampung yang berpendidikan S3 berjumlah 4 orang, S2
berjumlah 17 orang, dan S1 berjumlah 34 orang (Tabel 5). Proporsi jumlah
tenaga berdasarkan kriteria pendidikan tersebut belum mencukupi
persyaratan critical mass. Untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi
tenaga SDM perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan sesuai bidang ilmu
yang dibutuhkan.
Tabel 5. Sebaran PNS BPTP Lampung berdasarkan golongan dan pendidikan per Desember 2013
No Gol/ruang Tingkat Pendidikan
JUMLAH S3 S2 S1 D4 SM D3 D2 D1 SLTA SLTP SD
1. IV/e 1 - - - - - - - - - - 1
1. IV/d - 1 - - - - - - - - - 1
2. IV/c 1 1 2 - - - - - - - - 4
3. IV/b 1 4 2 - - - - - - - - 7
4. IV/a 1 8 1 - - - - - - - - 10
5. III/d - - 1 - - - - - - - - 1
6. III/c - 3 3 - - 1 - - - - - 7
7. III/b - 1 8 - - 2 - - 6 - - 17
8. III/a - - 11 1 - 3 1 - - - - 16
9. II/d - - - - - 1 - - 5 - - 6
10. II/c - - - - - 1 - - 5 - - 6
11. II/b - - - - - - - - 12 - - 12
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 15
No Gol/ruang Tingkat Pendidikan
JUMLAH S3 S2 S1 D4 SM D3 D2 D1 SLTA SLTP SD
12. II/a - - - - - - - - 2 2 6 10
13. I/d - - - - - - - - - 2 - 2
14. I/c - - - - - - - - - - 1 1
JUMLAH 4 18 28 1 - 8 1 - 30 4 7 101
Sampai dengan tahun 2013 BPTP Lampung memiliki 43 orang tenaga
fungsional, terdiri dari 27 orang peneliti, 10 orang penyuluh, 5 orang
litkayasa, dan 1 orang arsiparis (Tabel 6).
Tabel 6. Sebaran tenaga fungsional berdsarkan jabatan fungsional per Desember 2012
No. Jabatan Fungsional Jumlah
1. Peneliti:
Peneliti Utama 2
Peneliti Madya 12
Peneliti Muda 8
Peneliti Pertama 5
Jumlah 27
2. Penyuluh:
Penyuluh Pertanian Madya 4
Penyuluh Pertanian Muda 1
Penyuluh Pertanian Pertama 5
Jumlah 10
No. Jabatan Fungsional Jumlah
3. Litkayasa:
Teknisi Litkayasa Penyelia 1
Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan 3
Teknisi Litkayasa Pelaksana 1
Jumlah 5
4. Arsiparis:
Arsiparis Ahli Pertama 1
Jumlah 1
TOTAL 43
C.3.1. Pelatihan Jangka Panjang dan Jangka Pendek
Selama tahun anggaran 2013, BPTP Lampung telah melaksanakan
pembinaan tenaga dengan mengirimkan pegawai untuk mengikuti pelatihan
jangka panjang dan jangka pendek, magang, workshop dan lokakarya ke
berbagai instansi di lingkup Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian
maupun pelatihan yang diselenggarakan oleh instansi di luar Kementerian
Pertanian. Tabel 7 menunjukkan pelatihan jangka panjang ke berbagai
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 16
universitas dan sekolah tinggi dan Tabel 8 memperlihatkan peserta dan nama
pelatihan yang diikuti oleh pegawai BPTP Lampung selama tahun 2013.
Tabel 7. Daftar pelatihan jangka panjang yang diikuti pegawai BPTP Lampung tahun 2013
No Nama Program Tempat Studi/ Bidang Studi
Status Sumber Dana
1. Arfi Irawati, SP S2 IPB/Ilmu Tanah Penelitian DIPA Litbangtan 2. Drs. Jekvy Hendra, MSi S3 IPB/Phytopatologi Thesis
3. Nandari Dyah Suretno, SPt., MSi S3 IPB/Ilmu Ternak Penelitian
4. Ir. Nila Wardani, MSi S3 IPB/Hama Penyakit Thesis
5. Endriani, SP S2 IPB Penelitian
6. Ir. Slameto, MSi S3 UGM/Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan
Penelitian
7. Tri Kusnanto D4 STPP Bogor/ Perkebunan Penelitian BPSDMP
8. Andi Maryanto D4 STPP Bogor/ Peternakan Teori
Tabel 8. Daftar Pelatihan Jangka Pendek dan Workshop yang diikuti pegawai
BPTP Lampung tahun 2012
No. Nama Nama Kegiatan Tanggal Tempat
1. Ir. Jamhari HP, MP Suresmi Sugiono
Workshop Penyusunan Laporan Keuangan Semester II TA. 2012 UAPPA/B-W Propinsi Lampung
15-17 Januari 2013
Bogor, Jawa Barat
2. Hardoyo Suresmi
Workshop Penyusunan Laporan keuangan Tahun 2013
21-24 Januari 2013
3. Ely Novrianty, SP
Diklat dasar Ahli bagi Penyuluh
5-24 februari 2013
BPP Bandar Lampung
4. Suresmi M. Hairul Anam M. Zainuddin
Bimtek Aplikasi SAKPA 2013 12 Februari 2013
Bandar Lampung
5. Rel Hevrizen, SPt Dian Meithasari, SP
Pelatihan dan Sertifikasi Pengadaan Barang/Jasa
12-15 Februari 2013
Bogor, Jawa Barat
6. Asropi, STP Meidaliyantisyah, STP
Diklat Fungsional peneliti I Kelas IPA Gel. II
27 Februari - 20 Maret 2013
Lipi Cibinong
7. Dr. Yulia Pujiharti Pelatihan Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Peneliti Sosial Ekonomi
Bogor, Jawa Barat
8. Ir. Robet Asnawi, M.Si Ir. Bambang Wijayanto, MP Ir. Firdausil AB, MS A. Romdhan Fauzi, SP
Pelatihan Teknologi Budidaya Padi Hibrida
27 februari 2013
Hotel Sofyan Bandara, Natar
9. Agung Lasmono, SP Pelatihan Perbenihan Hortikultura
4-7 Maret 2013 Balitsa, Lembang
10. Ir. Robet Asnawi, M.Si Aolikasi E-Proposal dan Workshop Aplikasi Monev 2013
5-7 Maret 2013 Bandung
11. Reli Hevrizen, S.Pt Diklat Teknis Perencanaan 11-20 Maret 2013
PPMKP, Bogor
12. Ir. Jamhari HP, MP Pembekalan Pejabat Pengelola Keuangan
20-21 Maret 2013
Jakarta
13. Reli Hwvrizen, S.Pt Diklat Fungsional Peneliti Pertama Kelas IPA Gel. III
24 Maret-13 April 2013
LIPI, Cibinong
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 17
No. Nama Nama Kegiatan Tanggal Tempat
14. Oman Rochman Suryana,A.Md
Temu Teknis Pengelolaan Perpustakaan Digital
16-19 April 2013
Bandung
15. Dr.Ir. Jiko Susilo Utomo, MP Dr. Ir. Bariot Hafif, M.Sc
Joint Workshop Penyusunan DAP
8-14 Mei 2013 Bogor, Jawa Barat
16. Ir. Firdausil AB, MS Ir. Rr. Ernawati,M.TA
Konsorsium Penguatan Program Pemuliaan Melalui SDG
29-31 Mei 2013 Bogor, Jawa Barat
17. Dr. Ir. Bariot Hafif, M.Sc Workshop Penguatan SDM IPTEK
29-30 Mei 2013 Bandar Lampung
18. Ir. Andarias Makka M Workshop Perubahan Iklim Sektor Pertanian
4-5 Juni 2013 Medan
19. Saliah, SE Pra Workshop Penyusunan Laporan Keuangan Semester I 2013
KPKNL, Bandar Lampung
20. Ir. Kiswanto, MP Writeshop Peningkatan Kapasitas Penyuluh dalam Penulisan Informasi Praktisi Bagi Petani
11-14 Juni 2013
BBP2TP, Bogor
21. Eka Miftahul Jannah, SP Diklat Fungsional Peneliti Pertama Kelas IPS Gel. I
13 juni-13 Juli 2013
LIPI, Cibinong
22. Sugiono Pelatihan Aplikasi Penyusutan Operator SIMAK BMN
20-22 Juni 2013
Yogyakarta
23. Dede Rohayana, SP Pelatihan Nilai Tambah untuk Penyuluh
1-8 April 2013 BPP Lampung
24. Meidaliyantisyah, SP Temu Koordinasi Pengelola SAPK Online
29-30 Januari 2013
Bogor, Jawa Barat
25. Ely Novrianty, SP Diklat Teknis Budidaya Umbi-umbian
26 Juni-3 Juli 2013
BPP Lampung
26. Ir. Kiswanto, MP Workshop Pengawalan/Pendampingan SLPTT
2-4 Juli 2013 Jakarta
27. Medi Siyono Diklat Prajabatan Gol II Tahun 2013
7-25 Juli 2013 Ciawi, Bogor
28. Ir. Jamhari HP, MP Sugiyono Suresmi
Workshop penyusunan LK SM I TA. 2013
15-17 Juli 2013 Jawa Tengah
29. Dr. Ir. Bariot Hafif, M.Sc Pelatihan Management Development Program Batch 2
11-20 September 2013
Filipina
30. Endriani, SP Pelatihan Predepture Training Petugas belajar Dalam negeri
26 Agustus 2013
Bogor, Jawa Barat
31. Dra. Alvi Yani, M.Sc Workshop Tengah Tahun Keg. Strategis Lingkup BBP2TP
26-28 Agustus 2013
Bogor, Jawa Barat
32. Yulis Aisyah Diklat Program Perencanaan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah
1-22 September 2013
Jakarta
33. Mirna Yuni Sartika Diklat Sertifikasi Bendahara Pengeluaran Angkatan I dan II
Bogor, Jawa Barat
34. Dr. Ir. Bariot Hafif, M.Sc Workshop dan FGD Kunjungan Kerja Tematik
30 September-2 Oktober
35. Dr.Ir. bariot Hafif, M.Sc Rahadian Mawardi, SP
Workshop AEZ I 16-18 Oktober 2013
Depok, Jawa Barat
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 18
C.3.2. Pegawai yang pensiun dan pindah instansi tahun 2013
Pegawai BPTP Lampung yang memasuki masa pensiun dan mutasi
(pindah instansi) pada tahun 2013 sebanyak 10 orang (Tabel 9). Pensiun dan
mutasi mengurangi ketersediaan jumlah pegawai di BPTP Lampung.
Tabel 9. Daftar pegawai BPTP Lampung yang Pensiun dan pindah instansi pada tahun 2012
No. Nama Gol Keterangan
1. Khirul Toni III/c Pensiun TMT 1 September 2013
2. Yusmeinardi III/c Pensiun TMT 1 Juni 2013
3. Soerachman IV/a Pensiun TMT 1 Februari 2013
4. Dadin Suherlan IV/a Pensiun TMT 1 Apri 2013
5. Sumiyati III/c Pensiun TMT 1 Maret 2013
6. Sundari JS III/c Pensiun TMT 1 Maret 2013
7. Hardoyo III/c Pensiun TMT 1 Mei 2013
8. Suranto III/c Pensiun TMT 1 Februari 2013
9. Solamer P. Malau III/c Pensiun TMT 1 Oktober 2013
6. A. Romdhan Fauzi, SP
III/a Mutasi ke Dirjen Hortikultura
C.4. Fasilitas
Seperti halnya dengan sumberdaya manusia, sarana dan prasarana
merupakan salah satu sumber energi utama untuk menjalankan roda
organisasi. Dukungan sarana dan prasarana yang memadai akan sangat
menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan di BPTP Lampung. Barang-
barang tidak bergerak yang dimiliki oleh BPTP Lampung meliputi tanah dan
bangunan. Keseluruhan tanah yang dimiliki oleh BPTP Lampung adalah seluas
738.217 m2, yang terdiri dari tanah bangunan rumah negara golongan III,
tanah bangunan kantor pemerintah, dan tanah kebun percobaan. Sedangkan
gedung dan bangunan yang dimiliki BPTP Lampung sebanyak 62 unit terdiri
atas 4 unit bangunan gedung kantor permanen, 7 unit bangunan gedung
tertutup permanen, 2 unit bangunan gedung laboratorium permanen, 2 unit
gedung garasi/pool, 1 unit bangunan lantai jemur permanen, 4 unit
bangunan gedung tempat kerja lainnya, 40 unit rumah negara golongan II,
dan 2 unit mess permanen.
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 19
C.4.1. Kebun Percobaan (KP)
BPTP Lampung memiliki dua buah Kebun Percobaan dan satu buah lab
diseminasi yang masing-masing berlokasi di Kecamatan Natar, Tegineneng,
dan Masgar. Keragaan kebun percobaan lingkup BPTP Lampung dapat
dijelaskan sebagai berikut. Kebun Percobaan Natar merupakan salah satu dari
3 kebun milik BPTP Lampung yang mempunyai areal paling luas yaitu 60 ha.
KP. Natar berada di Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten
Lampung Selatan, berjarak sekitar 10 km dari kantor induk BPTP Lampung, di
Bandar Lampung. Kebun berada pada ketinggian 135 m dpl laut, mempunyai
jenis tanah latosol dan sebagian posolik merah kuning, bahan induk dari tuf
vulkan, mempunyai tingkat kesuburan sedang. Komoditas yang
dikembangkan pada jenis tanah ini antara lain untuk tanaman perkebunan
(karet, kakao, kopi robusta, lada, panili, dan jarak pagar), tanaman pangan
lahan kering (jagung, ubikayu, kedelai dan kacang tanah), tanaman
hortikultura (pisang, mangga dan cabai), serta tanaman obat-obatan (temu-
temuan, solanaceae dan jahe). Implasement dan penggunaan lahan di KP.
Natar dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Luas Implasement dan Penggunaan Lahan KP Natar.
No. Penggunaan Luas 1. Implasement kantor/perumahan 3,8 ha 2. Kantor kebun dan ruang staf 170 m2 3. Mess 2 unit 240 m2 4. Laboratorium (OPT dan Tanaman) 340 m2 5. Gudang 250 m2 6. Lantai Jemur 400 m2 7. Rumah Kaca 5 unit 450 m2 8. Bengkel Peralatan 75 m2 9. Musholla 50 m2 10. Rumah Mesin Pengupas Jarak 75 m2 11. Rumah Generator 24 m2 12. Stasiun Iklim 6 m2 13. Para-para persemaian 300 m2 14. Pos jaga satpam 12,5 m2 15. Bangunan tower air 15 m2 16. Tanah rawa 0,75 ha 17. Lahan kerjasama dengan koperasi 15,20 ha 18. Lahan kerjasama pihak ketiga 22,28 ha 19. Jalan kebun 12.540 m2
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 20
KP. Tegineneng berada di Kampung Banyuwangi, Desa Mandah,
Kecamatan Tegineneng, Kabupaten Pesawaran mempunyai areal seluas ± 11
ha terdiri dari 3 ha digunakan untuk implasement, visitor plot, dan kebun
koleksi dan sisanya seluas ± 8 ha digunakan untuk tanaman pangan
(singkong). Kebun berada pada ketinggian 69 m dpl, jenis tanah pod solik
merah kuning, dan pH 4,5-5,5. Kebun koleksi digunakan untuk menanam
tanam jambu mete varietas Thailand, sirsak manis, pisang, dan cempaka.
Visitor plot ditanami tanaman kakao dan pisang serta sayuran (bayam,
kacang panjang, terong, caisim, pare dsb) yang ditanam dipekarangan kantor
sebagai bagian dari visitor plot KRPL.
Lab Diseminasi Masgar berlokasi di Desa Masgar, Kecamatan
Tegineneng, Kabupaten Pesawaran mempunyai areal seluas 18.056 m2 yang
digunakan untuk tanah dan bangunan, bangunan kantor seluas 7.881 m2,
dan kebun visitor plot seluas 5.690 m2.
C.4.2. Laboratorium Teknis
Laboratorium teknis BPTP
Lampung bertugas untuk melayani
permintaan analisis dari peneliti
lingkup BPTP Lampung, instansi
pemerintah lainnya, perusahaan
swasta, para peneliti, mahasiswa,
masyarakat umum dan petani. Analisa
yang dilayani adalah analisis tanah,
analisis pupuk organik, analisis pupuk
anorganik, analisis jaringan tanaman,
dan analisis air.
Laboratorium teknis BPTP Lampung memiliki peralatan utama pengujian
antara lain: Atomic Absorption Spectofotometer (AAS) GBC 933 Plus,
Spectrophotometer Optima SP-300, PH Meter, Laboratory Mill Retsch,
Analytical Balance, serta beberapa alat penunjang lainnya seperti Alat
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 21
Destruksi, Destilasi, Oven, Sheker, centrifuge, Magnetic Stirrer, Hot Plate,
Autoclave, Mikroskop, Laminar Flow, Incubator, Glassware, dan lain-lain.
C.4.3. Perpustakaan
Perpustakaan BPTP Lampung merupakan salah satu unit pen-dukung
kegiatan Balai dalam mem-berikan layanan informasi hasil-hasil
penelitian/pengkajian yang dilakukan BPTP Lampung kepada masyarakat
pengguna. Layanan perpustakaan di-berikan kepada semua pengguna baik
karyawan di lingkup Balai mau-pun masyarakat luas.
Peningkatan kapasitas institusi BPTP melalui peningkatan pelayanan
jasa perpustakaan terhadap pengguna akhir, pengguna antara, dan penentu
kebijakan serta mendukung peningkatan adopsi dan difusi teknologi hasil
penelitian dan pengkajian secara digital melalui perpustakaan digital.
Website
Jumlah pengunjung web BPTP Lampung yang beralamatkan situs
www.lampung.litbang.deptan.go.id dari Januari sampai 22 Desember 2013
sebanyak 79.827 pengunjung.
Gambar 2. Jumlah pengunjung website BPTP Lampung Tahun 2013
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 22
jumlah pengunjung paling sedikit di bulan Februari sebanyak 1.170
pengunjung sedangkan jumlah pengunjung paling banyak terjadi di bulan
Oktober sebanyak 13.503 pengunjung. Rataan pengunjung perbulan yaitu
6.652 pengunjung dan rataan pengunjung perhari 222 pengunjung. Data
Desember merupakan data yang terekap samapai tanggal 22 Desember
sehingga masih terlihat sedikit karena sebagaian yang terekam. Berita yang
telah dimuat pada tahun 2013 Dari Januari sampai 22 Desember sebanyak 73
berita. Berita berupa diupayakan dapat diupdate setiap harinya.
C.4.4. Kendaraan dinas
Pada tahun 2013, kendaraan dinas yang dimiliki BPTP Lampung
sebanyak 8 unit kendaraan roda empat (minibus), 2 unit kendaraan bermotor
angkutan barang lainnya, dan 17 unit kendaraan roda dua, dengan kondisi
kendaraan masih berfungsi baik. Kendaraan roda dua dan roda empat ini di-
gunakan untuk mendukung aktivitas kegiatan penelitian maupun administrasi
di BPTP Lampung. Inventaris kendaraan dinas dan kondisinya disajikan pada
Tabel 11.
Tabel 11. Daftar kendaraan roda empat BPTP Lampung, Desember 2013
No. Nama Kendaraan Tahun Perolehan Kondisi (Baik/Rusak)
1. Pick UP Grandmax 2013 Baik
2. Toyota Kijang Inova 2011 Baik
3. Hilux 2010 Baik
4. Daihatsu Espass 2005 Baik
5. Toyota Kapsul 1999 Baik
6. Toyota Kapsul 1998 Baik
7. Toyota Kapsul 1997 Baik
8. Toyota Kijang Super 1993 Baik
C.5. Pengadaan Peralatan C.5.1. Pengadaan peralatan dari APBN
Pada Tahun 2012 BPTP Lampung mengadakan 3 unit PC, 3 buah
printer, 4 buah notebook, dan lain-lain. Pengadaan peralatan selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 12.
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 23
Tabel 12. Daftar pengadaan peralatan BPTP Lampung Tahun 2012.
No. Nama Peralatan Volume
1. Kendaraan Roda 4 1 unit
2. Komputer PC 2 unit
3. Laptop 2 unit
4. TV LED 1 unit
5. Printer 4 unit
6. UPS 2 unit
7. Scaner 1 unit
8. Mesin Fax 1 unit
9. LCD projector 1 unit
10. GPS 4 unit
11. Chroma Meter 1 unit
12. Gerobak Sorong 2 buah
13. Vacum Packager 1 buah
14. Threser 1 unit
15. Rak Buku 1 unit
16. Lemari Arsip 4 pintu 2 unit
17. Kardek 2 buah
18. Kursi Kerja 4 unit
19. Mesin Absensi 4 unit
20. AC 1,5 PK 2 unit
21. Embung 150 M2
22. Pagar Keliling KP Natar 4.391,19 M2
23. Instalasi pipa distribusi air KP Natar 1.042 M
D. KERJASAMA HASIL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PEMANFAATAN HASIL LITBANG
Pada tahun 2013 telah dilakukan kerjasama penelitian antara BPTP
Lampung dengan instansi lain. Judul kegiatan kerjasama penelitian tahun
2013 dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Kerjasama penelitian dengan instansi lain, tahun 2013
No. Judul Kerjasama Mitra Kerjasama
1. Improving reproductive performance of cows and performance of fattening cattle in low input systems of Indonesia and northern Australia-Variation
The Australian Centre for International Agricultural Research (ACIAR), Australia
2. Pupuk Anorganik dan Organik pada Tanaman Ubikayu
PT. Petrokimia Gresik
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 24
No. Judul Kerjasama Mitra Kerjasama
3. Pembinaan Pertanian dan Peternakan kepada peserta didik dan Guru
PT. ASTRA dan YP-Michael D Ruslim
IV. HASIL PENGKAJIAN
A. ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI PROVINSI LAMPUNG (Pelaksana: Risfaheri, Bariot Hafif, Kiswanto, Fauziah YA, Novilia Santri, Meidaliyantisyah, Reli Hevrizen, Dian Meithasari)
Analisis kebijakan pemda dalam optimalisasi lahan sub optimal untuk pencapaian swasembada bahan pangan di Provinsi Lampung
Lahan yang terhampar dalam skala luas yang dapat dikategorikan
sebagai lahan sub-optimal di Provinsi Lampung adalah lahan kering masam
dan lahan rawa. Hamparan lahan kering yang direkomendasikan untuk
pengembangan pertanian baik tanaman semusim maupun tanaman tahunan
sekitar 1,7 jutaan ha dari 3.2 jutaan ha keseluruham wilayah Propinsi. Luas
lahan rawa di Lampung mencapai 108.473 ha. Lahan rawa terluas terdapat di
Kabupaten Tulang Bawang, dan saat ini telah dimanfaatkan untuk per
sawahan sekitar 44.335 ha (BPS, 2010).
Sejauh ini terlihat upaya pengambil kebijakan di daerah untuk
pemanfaatan lahan kering masam dan lahan rawa sub-optimal bagi upaya
pencapaian swasembada pangan belum optimal. Optimalisasi lahan sub-
optimal di Provinsi Lampung untuk percepatan pembangunan pertanian
komoditas perkebunan dan hortikultura terlihat lebih nyata. Program yang
khusus diarahkan untuk mengatasi masalah mendasar bagi perbaikan
produktivitas lahan kering masam yang sedang digarap, seperti reaksi tanah
masam, miskin hara, tanah berpotensi erosi dan kendala-kendala lainnya juga
belum begitu terlihat. Disisi lain lahan kering masam sub-optimal dibawah
naungan tanaman keras, potensinya untuk percepatan pencapaian
swasembada pangan juga belum digarap. Optimalisasi potensi lahan rawa
untuk pencapaian swasembada pangan masih belum begitu terlihat. Program
kebijakan yang sudah dilaksanakan untuk areal itu baru dilakukan pada skala
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 25
sempit seperti di lahan rawa Sragi Lampung Selatan dan adanya pencetakan
sawah baru di Mesuji, serta kajian varietas unggul baru yang adaptif di
Tulang Bawang.
Berhubung lahan yang tersedia di Provinsi Lampung untuk
ekstensifikasi tanaman pangan sudah sangat sedikit maka lahan kering
masam yang telah digarap dan produktivitasnya masih rendah perlu
direhabilitasi agar produktivitasnya optimal. Selain itu lahan kering masam
dibawah naungan tanaman perkebunan rakyat yang jumlahnya cukup luas,
perlu diberdayakan untuk mendorong pencapaian swasembada pangan.
Terkait hal itu perlu dicarikan varietas/galur unggul baru tanaman pangan
yang adaptif dan komoditas bernilai lainnya yang sesuai ditanam pada lahan
dibawah naungan.
B. PEMETAAN SEBARAN LADA DI PROVINSI LAMPUNG (Pelaksana: Junita Barus, Suprapto, Dadin Suherlan, Agung Lasmono, dan Suroso)
Pemetaan lada di Propinsi Lampung dilakukan secara bertahap selama
dua tahun, mulai pada tahun 2013 dilakukan di dua Kabupaten, yaitu
Kabupaten Lampung Utara dan Lampung Timur dan pada tahun 2014
dilakukan di tiga Kabupaten yaitu di Lampung Barat, Way Kanan dan
Tanggamus. Pemetaaan tanaman lada dimaksudkan untuk mengetahui
sebaran tanaman, produksi dan produktivitas, serangan hama dan penyakit,
cara budidaya lada yang diterapkan petani dan respon petani
membudidayakan lada didaerah produksi lada untuk mendukung Program
Daerah Pengembangan Tanaman Perkebunan dalam usaha peningkatan
produksi dan produktivitas lada lebih terfokus di wilayah sasaran komoditas
unggulan daerah.
Luas areal tanaman lada di dua kabupaten sentra lada di Lampung
yaitu kabupaten Lampung Utara dan Lampung Timur telah menurun tajam.
Bila dibandingkan dengan data pada tahun 2010, maka luas areal lada yang
tersisa hanya sekitar 20 – 40 % (telah menurun antara 60 – 80 %). Tanaman
lada pada umumnya beralih fungsi menjadi tanaman singkong, karet, sawit,
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 26
kakao, dll. Menurut petani alih fungsi tersebut disebabkan antara lain : 1).
Hama penyakit tanaman, banyaknya tanaman lada yang mati akibat
serangan penyakit busuk pangkal batang dimana petani belum mengerti cara
mengatasinya. Tanaman lada yang mati tersebut ada yang disulam kembali
dengan tanaman lada, tetapi ada pula yang di sulam dengan tanaman lainnya
seperti pisang, singkong, dan kakao, sehingga banyak kebun lada yang tidak
lagi monokultur melainkan campuran; 2) Produksi lada yang rendah,
sehingga dari segi ekonomi menurut petani lebih menguntungkan apabila
diganti dengan tanaman lain; dan 3). Harga lada yang tidak stabil, dimana
beberapa tahun lalu harga lada turun drastis sehingga menurunkan semangat
petani untuk memelihara kebun ladanya.
Gambar 3. Peta Sebaran Lada
Peta Sebaran Lada di Provinsi
Lampung
Peta Sebaran Lada di Kabupaten
Lampung Utara
Peta Sebaran Lada di
kabupaten Lampung Timur
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 27
C. PEMETAAN SEBARAN TANAMAN HORTIKULTURA PISANG DAN CABAI MERAH DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN DAN PESAWARAN (Pelaksana: Nina Mulyanti, Dewi RM, Andarias Makka Murni, Agung L, dan Zahara)
Pemetaan Sebaran Varietas cabai dan pisang untuk mendukung
percepatan inovasi teknologi budidaya spesifik lokasi telah dilakukan di
sentra utama ke 2 komoditas tersebut, yaitu Kabupaten Lampung Selatan
untuk komoditas cabai dan Kabupaten Pesawaran untuk komoditas pisang,
dengan survei persebaran varietas, identifikasi komponen teknologi budidaya
dan analisis kinerjanya. Kegiatan survei persebaran varietas dilakukan untuk
mengumpulkan data luas sebaran varietas cabai dan pisang masing-masing di
3 kecamatan, produktivitas setiap varietas yang ada.
Berdasarkan hasil inventarisasi varietas pada dua Kabupaten masing-
masing untuk komoditas cabai dan pisang, varietas cabai terluas ditanam di
Lampung Selatan berturut-turut adalah TM-09, Lado dan Kio, masing-masing
79,5 ha, 56,0 ha dan 18,5 ha. Sementara itu di Pesawaran, varietas pisang
terluas ditanam berturut,turut adalah Jantenn, Raja Nangka, Muli dan
Tanduk, , masing-masing 7.860 ha, 3.430 ha, 2.428 ha, dan 1.110 ha.
Varietas cabai dengan kinerja terbaik adalah Varietas TM-09 (9,7 ton/ha)
sedangkan Lado (5,5 ton/ha) dan Kio (5,0 ton/ha) berkinerja buruk. Pada
komoditas pisang Janten, Muli dan raja nangka mempunyai kinerja baik yaitu
masing-masing 23,5 dan 18,5 ton/ha. Dari hasil analisa kinerja budidaya
cabai berdasarkan produksinya, kecamatan Penengahan mempunyai kinerja
sedang, sedang Kecamatan Candipuro dan Kalianda berkinerja tinggi.
Sementara pada budidaya pisang pada 3 kecamatan (Way Lima, Kedondong
dan Padang Cermin) mempunyai kinerja buruk. Keragaman penerapan
teknologi cukup tinggi baik pada budidaya cabai maupun pisang.
D. KAJIAN PENGHEMATAN PUPUK DALAM POLA TANAM PADI-PADI PADA LAHAN IRIGASI DI LAMPUNG (Pelaksana: Andarias Makka Murni, Fauziah YA, Soraya, dan Sunaryo)
Untuk menghemat penggunaan pupuk terutama anorganik. Diperlukan
teknik budidaya yang dapat menghemat penggunaan pupuk. Upaya tersebut
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 28
dapat ditempuh melalui pemanfaatan bahan organik dari limbah pertanian
lokal penanaman varietas berumur genjah, serta metode pemupukan yang
tepat sesuai kebutuhan tanaman. Masalah tersebut menjadi alasan
dilakukannya Pengkajian Penghematan Pupuk Dalam Pola Tanam Padi-padi
pada lahan Irigasi di Lampung.
Pemupukan berdasarkan rekomendasi umum, Bahan Organik 10 t/ha
dan PHSL + 3 t/ha Bahan Organik memberikan pertumbuhan dan hasil gabah
kering giling tertinggi terhadap varietas Inpari 1. Nilai penghematan pupuk
anorganik berkisar dari Rp 526.000-1.410.000 bila pupuk organik
diaplikasikan sebanyak 3-10 t/ha. Teknologi pemupukan berbasis bahan
organik dapat menghemat pupuk anorganik ≥ 50% dan mendukung
kelestarian lingkungan pada usahatani padi.
Gambar 4. Perlakuan Pemupukan Tanaman Padi
Pemupukan Berdasarkan Rekomendasi
Umum (60hst)
Perlakuan Pemupukan Berdasarkan
PHSL on Line (60 hst)
Perlakuan Pemupukan Bahan
Organik 10 t/ha (60 hst)
Perlakuan Pemupukan berdasarkan
PHSL online + Bahan Organik (60
hst)
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 29
E. PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KEDELAI PADA LAHAN
SUB OPTIMAL MELALUI PEMBERDAYAAN PUPUK HAYATI
(Pelaksana : Junita Barus, Amrizal Nazar, Endriani, dan Tusrimin)
Pengembangan tanaman kedelai di Propinsi Lampung masih perlu
dilakukan mengingat kebutuhan akan biji kedelai cukup tinggi sebagai bahan
baku tempe dan tahu serta pakan ternak masih melebihi dari produksi yang
ada sekarang ini. Mengingat Lahan kering cukup luas terdapat di Propinsi
lampung, yaitu lebih dari 2 juta hektar. Sebagian besar lahan kering tersebut
diperuntukkan untuk tanaman perkebunan (kelapa, Lada, kopi, kakao,dll).
Penanaman tanaman sela diantara tanaman kelapa sangat potensial
dilakukan mengingat perkebunan kelapa rakyat cukup luas terdapat di
Lampung.Sebagian besar darl lahan tersebut dapat dimanfaatkan untuk
tanaman semusim seperti kedelai dengan diikuti upaya-upaya perbaikan
kesuburan lahan. Salah satu upaya untuk perbaikan kesuburan lahan adalah
penggunaan pupuk hayati dengan memanfaatkan potensi bahan baku
organik insitu sebagai bahan baku pupuk hayati yang digunakan.
Dari hasil analisis pupuk organik (kompos) terlihat bahwa dari kadar C-
Organik dan N-total cukup tinggi, dan nisbah C/N kompos sudah memadai
untuk di aplikasikan pada tanaman (11.21). Kadar hara P dan K cukup tinggi,
terutama Kalium (1.75 %), hal ini disebabkan adanya bahan serbuk kelapa
yang menurut beberapa hasil penelitian mengandung kadar hara K cukup
tinggi. Pengaruh pupuk hayati (Illetrysoy) dan pupuk organik (kompos)
terlihat nyata meningkatkan jumlah polong dan jumlah biji tanaman kedelai
Varietas Anjasmoro. Illetrysoy mengandung Rhizobium efektif dapat memacu
pembentukan bintil akar pada tanah kering masam. Peningkatan
pembentukan bintil akar akibat inokulasi isolat rhizobium Illetrysoy tersebut,
mampu meningkatkan kadar N daun dibanding tanpa inokulasi terutama pada
tanaman yang tumbuh pada tanah yang tidak diberi amelioran.
Pemberian pupuk hayati dan pupuk organik mampu meningkatkan
secara nyata hasil biji kedelai per ubinan, dimana perlakuan dengan pupuk
hayati Illetrysoy dan 2 t/ha kompos (A2B2) memberikan hasil 2.35 kg/ubinan
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 30
dan aplikasi pupuk hayati dan kompos 4 t/ha (A2B3) memberikan hasil 2.46
kg/ubinan. Salah satu bahan kompos yang digunakan dalam penelitian ini
adalah serbuk kelapa dimana dari hasil analisis mengandung kadar kalium
yang tinggi, sehingga dapat menekan perkembangan hama penyakit dan
meningkatkan hasil tanaman.
Gambar 5. Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Kedelai
F. KAJIAN AGROEKOLOGI UNTUK PERWILAYAHAN DAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KOMODITAS PERTANIAN DI PROVINSI LAMPUNG (AEZ II) (Pelaksana : Bariot Hafif, Rahadian M, Meidaliyantisyah, Suroso, Andarias Makka Murni, dan Andi Sofyan)
Hasil kajian zonasi agroekologi (ZAE) untuk wilayah Propinsi
Lampung yang dipetakan dalam skala 1:250.000, telah tersedia. Untuk
penggunaan yang lebih aplikatif terutama bagi kepentingan petani dan
pengguna lainnya perlu dilakukan identifikasi karakteristik agroekologi yang
lebih detil sebagai dasar dari penyusunan peta perwilayahan komoditas.
Penyusunan peta perwilayahan komoditas selain berdasarkan hasil analisis
karakteristik agroekologi untuk kesesuaian pengembangan komoditas
tersebut, juga perlu didukung oleh hasil analisis kelayakan usahatani. Hasil
analisis kelayakan usahatani ini sangat menentukan dalam penetapan
komoditas yang diunggulkan. Pada hakekatnya konsepsi perwilayahan
komoditas ingin membatasi upaya pengembangan suatu komoditas pertanian
Tanaman Kedelai sudah mulai
berbunga berumur sekitar 40 hari
Pengamatan pertumbuhan
tanaman Kedelai
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 31
pada lokasi yang memenuhi persyaratan agroekologis, memenuhi kelayakan
agroekonomi dan agro-sosio-teknologi, aksesibilitas lokasi memadai, dan
diseconomic-externality yang ditimbulkannya dapat dikendalikan.
Secara umum lahan di Kabupaten Pesawaran merupakan kawasan
yang berpotensi dikembangkan sebagai daerah agribisnis. Zona agroekologi
IVax2 yang berpotensi untuk usahatani tanaman semusim khususnya untuk
tanaman serelia, kacang-kacangan, umbi-umbian dan hortikultura cukup luas
yaitu sekitar 30 ribu ha. Sementara areal persawahan (zona IVax1) telah
berkembang seluas 15 ribuan hektar. Selain itu sebagian wilayah juga
berpotensi untuk pengembangan system wanatani (zona IIIax2) yaitu
usahatani campuran antara tanaman pangan/semusim dengan tanaman
industry. Luas zona IIIax2 untuk pengembangan system wanatani adalah
sekitar 37 ribuan hektar. Zona agroekologi yang paling luas yang hanya
direkomendasikan untuk pengembangan tanaman industri/pepohonan yaitu
zona IIax2 didapatkan seluas 57 ribuan hektar.
Beberapa sifat agroekologi yang dianggap sebagai factor pembatas
pertumbuhan dan produksi tanaman di Kabupaten Pesawaran adalah kondisi
iklim (kelembaban udara dan curah hujan), tanah bereaksi masam (pH<6)
dan kemiringan lahan. Kelembaban udara yang relative tinggi cenderung
menghambat produktivitas kakao. Untuk mengurangi dampak kelembaban
perlu adanya pemangkasan dau tanaman secara periodic. Jumlah curah hujan
sebagai factor pembatas pertumbuhan tergantung komoditas. Untuk
komoditas jagung, bila penanaman dilakukan di musim hujan maka CH
tahunan 1800 mm dianggap mengganggu pertumbuhan tanaman
(berlebihan), karenanya perlu penataan saluran drainase, demikian juga
untuk cabai. Sebaliknya untuk komoditas kopi, kelapa dalam dan lada, jumlah
CH dianggap kurang (tidak mencukupi). Dalam kondisi seperti ini solusinya
adalah irigasi suplemen. Namun yang menjadi factor pembatas untuk hampir
semua komoditas adalah pH tanah (pH < 6) yang erat kaitannya dengan
retensi hara. Penggunaan kapur dan pupuk organic yang cukup akan
mengurangi sifat retensi hara dari tanah. Sementara kemiringan lahan akan
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 32
menjadi factor pembatas bila penanaman dilakukan pada lahan miring (lereng
> 8%).
Dilihat dari kondisi usahatani eksisting, sifat-sifat agro-ekologi lahan,
dan analisis ekonomi (pasar), komoditas tanaman pangan dan hortikultura
yang diunggulkan di wilayah Pesawaran adalah padi, jagung, pisang, cabai,
salak dan ubikayu. Sementara untuk tanaman industry komoditas yang
diunggulkan adalah kakao, kelapa dalam, lada, kopi dan cengkeh.
G. MODEL KELEMBAGAAN PERBENIHAN KEDELAI DI PROVINSI
LAMPUNG (Pelaksana: Muchlas, Yulia Pujiharti, Eka Miftahul. J, Zahara,
Edwin Herdiansyah, dan Gohan OM)
Penangkaran benih kedelai di Lampung belum banyak dilakukan baik
oleh kelompok tani, perusahaan negara, swasta maupun para petani.
Keengganan para pihak-pihak penangkar benih kedelai baik petani, kelompok
tani, perusahaan negara, maupun swasta antara lain disebabkan karena (1)
rendahnya kesadaran dan daya beli petani dalam penggunaan benih unggul
bermutu, (2) belum berfungsinya institusi penyedia benih (BBI) akibat
keterbatasan fasilitas/sarana penunjang, sumber dana pendukung kegiatan
perbenihan, dan tenaga profesional, (3) kurang terjaminnya pemasaran
benih, dan (4) kebijakan pemerintah yang belum mendorong makin
kondusifnya industri perbenihan. Ditambahkan oleh Balai Pengawasan
Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung
mengatakan bahwa di Lampung tidak ditemukan kelompok tani yang
melakukan penangkaran benih kedelai secara terus menerus. Hal ini
disebabkan karena harga jual kedelai relatif murah, bahkan sulit
memasarkan.
Beberapa petani baik di Lampung Tengah, Tanggamus dan Lampung
Timur ada yang pernah melakukan penangkaran kedelai secara berkelompok
hal ini dilakukan karena mendapat bantuan dari pemerintah (program).
Namun setelah panen petani tidak difasilitasi sehingga dijual sebagai
konsumsi dan bahkan kesulitan memasarkan. Apabila tidak ada
program/bantuan pemerintah umumnya petani enggan melakukan
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 33
penangkaran, sehingga penanaman kedelai menggunakan benih asalan yang
berasal dari tanaman sebelumnya. Untuk menumbuhkan minat petani
melakukan penangkaran benih diperlukan kerjasama dengan berbagai pihak
yang dapat memberi jaminan, benih yang akan dihasilkan dapat
terjual/terserap dengan harga yang menguntungkan petani. Kerjasama yang
telah dirintis oleh kelompok tani Merta Santi Desa Rejobinangun Kecamatan
Raman Utara dengan PT Pertani dapat dijadikan model kerjasama yang saling
menguntungkan, sehingga petani dapat lestari dalam memproduksi benih
kedelai.
Gambar 1. Dengan diikutinya model kerjasama kelembagaan perbenihan ini
oleh kelompok tani yang lainya di Provinsi Lampung ketersediaan dan
kebutuhan benih kedelai dapat dipenuhi.
Gambar 6. Model Kelembagaan Perbenihan Kedelai
Model kelembagaan penangkaran benih kedelai yang dijalankan oleh
Kelompok Tani Merta Santi Desa Rejobinangun Kecamatan Raman Utara,
Lampung Timur dapat dijadikan contoh/acuan bagi kelompok lainnya di
Lampung dalam berkerjasama dengan P.T. Pertani memproduksi benih
kedelai.
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 34
H. PEMANFAATAN LIMBAH PADAT DAN CAIR INDUSTRI TAPIOKA RAKYAT SEBAGAI PAKAN TERNAK FERMENTASI DAN PUPUK ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN BERAT BADAN SAPI MENJADI 1,2 KG/EKOR/HARI DAN PRODUKTIVITAS JAGUNG MENJADI 9 TON/HA (Pelaksana: Robet Asnawi, Dewi Rumbaina M, Ratna Wylis Arief, Elma Basri, Dede Rohayana, Rahardian Mawardi, Reli Hevrizen, dan Sunaryo)
Pemanfaatan limbah padat industri tapioka sebagai pakan
ternak fermentasi. Penerapan teknologi pakan fermentasi dengan
perlakukan beberapa jenis Probiotik (biodekomposer) dan fermentasi alami.
Fermentasi dengan menambahkan biodekomposer dilakukan sesuai
petunjuk/cara kerja pada masing-masing produk biokomposer, sedangkan
fermentasi alami dilakukan dengan mengumpulkan limbah padat yang
ditumpuk di bak semen yang dilapisi menir jagung dan bonggol jagung yang
dihaluskan pada setiap ketebalan limbah padat 30 cm. Pakan limbah padat
ubikayu fermentasi dengan kandungan protein dan serat tinggi dijadikan
rekomendasi sebagai pakan tambahan (substitusi pakan) untuk
penggemukan sapi. Ternak yang dijadikan pengujian berasal dari mitra
sebanyak 10 ekor sapi jenis limosin. Perlakuan jenis pakan terdiri atas P0 =
limbah padat industri tapioka non fermentasi + konsentrat + hijauan; dan P1
= limbah padat industri tapioka fermentasi + konsentrat + hijauan.
Parameter yang diamati pada kegiatan ini adalah penambahan bobot badan
sapi (kg/ekor/hari), dan jumlah rata-rata komposisi pakan sisa (kg/hari).
Hasil pengamatan dan perhitungan nilai rata-rata bobot sapi dapat
dilihat pada Tabel 14.
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 35
Tabel 14. Pertambahan berat badan sapi akibat pemberian pakan limbah
padat industri tapioka.
Perlakuan Bobot Sapi
8 Mei 2013
(kg)
Bobot Sapi
10 Juni 2013
(kg)
Bobot Sapi
10 Juli 2013
(kg)
Bobot Sapi
29 Juli
2013
(kg)
Rata-rata
Kenaikan
82 hari (kg)
P0 = limbah padat
industri tapioka
non fermentasi +
konsentrat +
hijauan
336,00
(0)
375,0
(1,12)
410,0
(1,18)
432,5
(1,16)
1,18
P1 = limbah padat
industri tapioka
fermentasi +
konsentrat +
hijauan
339,3
(0)
385,5
(1,40)
422,4
(1,23)
447,1
(1,30)
1,32
Dari keseluruhan data pengamatan tersebut pada Tabel 1, bahwa rata-rata
peningkatan bobot badan sapi selama kegiatan penelitian (82 hari) maka
rata-rata penambahan bobot badan sapi untuk perlakuan P0 adalah 1,18
kg/ekor/hari dan P1 adalah 1,32 kg/ekor/hari
Pemanfaatan limbah cair tapioka sebagai pupuk cair pada
tanaman jagung. Untuk perlakuan pupuk cair dari limbah tapioka ini terdiri
atas : perlakuan A (tanpa limbah cair tapioka dan penggunaan dosis pupuk
anjuran yakni 300 kg Urea + 200 kg SP36 + 100 kg KCl); perlakuan B
(pemberian limbah cair tapioka sebanyak 10.000 lt limbah cair/ha + 100 kg
Urea/ha + 150 kg SP36 + 50 kg KCl); perlakuan C (pemberian limbah cair
tapioka 10.000 lt + 300 kg Urea + 200 kg SP36 + 100 kg KCl). Pengujian
limbah cair diberikan pada areal tanaman jagung milik petani dengan total
luas areal 1 ha, dengan 2 ulangan. Pengamatan dilakukan terhadap tanaman
jagung antara lain persentase tanaman tumbuh, tinggi tanaman, tinggi buah
jagung, berat brangkasan, panjang tongkol, diameter tongkol, jumlah
bulir/tongkol, produktivitas jagung, dan serangan hama serta penyakit
jagung.
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 36
Tabel 15. Hasil pengamatan pertumbuhan jagung akibat pemberian pupuk
organik limbah cair tapioka, pada umur 30 HST.
Perlakuan Tanaman
Tumbuh (%)
Tinggi
Tanaman (cm)
Jumlah Daun
(helai)
A = 200 kg Urea + 300 kg NPK
Phonska + 100 kg KCl
91,50 134,75 9,65
B = 100 kg Urea + 150 kg NPK
Phonska + 50 kg KCl + 10.000
lt limbah cair industri tapioka
91,25 128,40 10,00
C = 200 kg Urea + 300 kg NPK
Phonska + 100 kg KCl + 10.000
lt limbah cair industri tapioka
93,75 137,90 10,15
Tabel 16. Hasil pengamatan pertumbuhan jagung akibat pemberian pupuk
organik limbah cair tapioka, pada umur 60 HST.
Perlakuan Tinggi
Tanaman (cm)
Jumlah Daun
(helai)
Tinggi
Tongkol (cm)
A = 200 kg Urea + 300 kg NPK
Phonska + 100 kg KCl
265,55 13,80 138,75
B = 100 kg Urea + 150 kg NPK
Phonska + 50 kg KCl + 10.000
lt limbah cair industri tapioka
271,35 13,80 140,85
C = 200 kg Urea + 300 kg NPK
Phonska + 100 kg KCl + 10.000
lt limbah cair industri tapioka
268,10
14,25 141,10
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 37
Tabel 17. Hasil pengamatan komponen produksi jagung akibat pemberian
pupuk organik limbah cair industri tapioka, pada saat panen.
Pelakuan Kadar
air
(%)
Berat
100 btr
(gr)
Panjang
tongkol
(cm)
Lingkar
tongkol
(cm)
Jumlah
biji/baris
(butir)
Jumlah
baris
(baris)
Produk-
tivitas
(kg/ha)
Kenaik-
an
(%)
A = 200 kg Urea
+300 kg NPK
Phonska + 100 kg
KCl
25,5 36,2 16,8 16,2 36,6 16,3 7.542 -
B = 100 kg Urea
+150 kg NPK
Phonska + 50 kg
KCl + 10.000 lt
limbah cair industri
tapioka
25,4 34,5 17,2 16,0 38,15 17,3 7.705 2,16
C= 200 kg Urea +
300 kg NPK Phonska
+ 100 kg KCl +
10.000 lt klimbah
cair industri tapioka
26,8 35,5 16,9 16,4 37,8 17,2 7.900 4,74
Rata-rata nilai pengamatan pertumbuhan vegetatif dan generatif tertinggi
dihasilkan oleh perlakuan pemupukan dengan dosis anjuran maupun
setengah dosis anjuran ditambah limbah cair industri tapioka pada perlakuan
B dan C dibandingkan perlakuan A yang hanya menggunakan dosis pupuk
anjuran 200 kg Urea + 300 kg NPK Phonska + 100 kg KCl. Hal tersebut
diduga karena adanya penambahan limbah cair industri tapioka sebagai
pupuk cair organik yang diberikan melalui tanah. Berdasarkan hasil analisis
laboratorium limbah cair industri tapioka rakyat mengandung unsur N, P, K,
Ca, dan Mg yang cukup tinggi, sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan
dan produktivitas jagung dibandingkan dengan tanpa menggunakan limbah
cair industri tapioka.
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 38
Tabel 18. Serangan hama penggerek batang jagung
No Perlakuan Serangan Penggerek
Batang (%)
1. A = 200 kg urea +300 kg NPK Phonska +
100 kg KCl
68,87
2. B = 200 kg urea + 300 kg NPK Phonska +
100 kg KCl + 10.000 lt klimbah cair industri
tapioka
34,69
3. C = 100 kg urea +150 kg NPK Phonska +
50 kg KCl + 10.000 lt limbah cair industri
tapioka
33,28
Produktivitas jagung tertinggi dihasilkan oleh perlakuan C (200 kg Urea + 300
kg NPK Phonska + 100 kg KCl + 10.000 lt limbah cair industri tapioka) yakni
7.900 kg/ha pada musim kemarau (MK), setara dengan 11.250 kg/ha pada
musim hujan (MH) atau meningkat 4,74% dibandingkan dengan hanya
menggunakan dosis pupuk anorganik anjuran. Penambahan limbah cair
industri tapioka dengan 50% dosis pupuk anorganik anjuran mampu
meningkatkan produktivitas 2,16% atau menghemat biaya produksi sebesar
Rp. 795.000,- per hektar dibandingkan dengan penggunaan dosis pupuk
anorganik anjuran (tanpa limbah cair tapioka).
I. TEKNOLOGI PENINGKATAN NILAI GIZI DAN KECERNAAN KULIT
BUAH KAKAO (KBK) SEBAGAI PAKAN TERNAK KAMBING BURAWA (Pelaksana: Marsudin Silalahi, Reny Debora Tambunan, Elma Basri, Wisri
Puastuti, dan Revi Hevrizen) Perbandingan komposisi antara biji kakao, kulit buah dan plasenta
adalah masing-masing 24 : 74 : 2 (segar) atau 50,8 : 47,2 : 2 (kering).
Proses pembuatan silase kulit buah kakao : kulit buah kakao telah dicacah
dengan tebal 1-2 cm manual atau dengan mesin pencacah lalu dicampur
dengan dedak padi (10-20% BK) hingga merata kemudian dimasukkan ke
dalam kantong plastik dan ditutup rapat dalam kondisi udara seminimal
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 39
mungkin (anaerob) setelah 3 minggu siap deberikan ke ternak dalam
keadaan segar. Pengamatan organoleptik menunjukkan bahwa bentuk dan
lama penyimpanan tidak berpengaruh terhadap warna silase kulit buah
kakao tersebut.
Konsumsi pakan tergantung pada beberapa hal yaitu jenis ternak, jenis
pakan dan palatabilitas. Banyaknya jumlah makanan yang dikonsumsi oleh
seekor ternak merupakan salah satu faktor penting yang secara langsung
mempengaruhi produktivitas ternak. Perbaikan pakan kambing Saburai pada
perlakuan P2 menunjukkan ternak mampu mengkonsumsi pakan sebanyak
708.43 g per ekor per hari. Bila dihitung berdasarkan bobot hidup ternak
berarti mampu mengkonsumsi pakan sebanyak 3.15 % dari bobot hidup.
Dibandingkan dengan konsumsi pakan pada perlakuan P1 menunjukkan
konsumsi pakan kambing sebanyak 533.08 g per ekor per hari atau konsumsi
pakan berdasarkan bobot hidup ternak adalah 2.46 %.
Setelah dilakukan masa adaptasi selama 2 minggu dilakukan
penimbangan pertama diperoleh berat awal rata-rata untuk P1 : 18,25
kg/ekor dan P2 : 18.40 kg/ekor dengan kisaran bobot badan 17-21 kg.
Selama perlakuan 3 bulan (90 hari), diperoleh bobot badan rata-rata untuk
P1 : 23.08 kg dan P2 : 26,58 kg. Dengan demikian diperoleh pertambahan
bobot badan (PBB) pada P1 : 53.67 g/ekor/hari dan P2 : 90.89 gr/ekor/hari.
Tingginya konsumsi pakan pada perlakuan P2 memberi dampak pada
pertambahan bobot hidup sebesar 8.18 kg dalam 90 hari atau pertambahan
bobot hidup harian sebesar 90.89 g/ekor/hari. Dibanding pertambahan bobot
badan hidup perlakuan P1 lebih kecil yaitu 4.83 kg dalam waktu yang sama
yaitu 90 hari atau pertambahan bobot badan harian 53.67 g/ekor/hari.
Konversi pakan Perlakuan P2 yang lebih baik yaitu 7.79 dibanding perlakuan
P1 yaitu 9.93. Adapun yang dimaksud dengan konversi pakan yaitu jumlah
pakan yang dikonsumsi per hari dibagi pertambahan bobot badan harian.
Menurut Martawijaya et al, (1998) bahwa konversi pakan dipengaruhi kualitas
pakan, nilai kecernaan dan efisiensi pemanfaatan zat gizi dalam proses
metabolisme di dalam jaringan tubuh ternak.
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 40
J. KAJIAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PRODUKSI, PENDAPATAN DAN SOSIAL EKONOMI PETANI PADI SAWAH DI PROVINSI LAMPUNG (Pelaksana : Robet Asnawi, Yulia Pujiharti, Ratna Wylis A, Dede Rohayana, Edwin Herdiansyah, Zahara, Eka Miftahul Janah, Suryani dan Gohan O Manurung)
Perubahan iklim yang dengan asumsi waktu terjadinya pada tahun
2007-2011 dan saat belum terjadi perubahan iklim pada tahun 2002-2006,
menimbulkan persepsi yang berbeda di kalangan petani dengan asumsi yang
berbeda pula. Asumsi pertama, dampak perubahan iklim menyebabkan
peningkatan produksi diasumsikan petani bahwa sebelum perubahan iklim
sering terjadi kekeringan, dan setelah terjadi perubahan iklim banyak turun
hujan sehingga meningkatkan produktivitas padi sawahnya. Selain itu,
peningkatan produktivitas padi disebabkan oleh perubahan inovasi teknologi
yang ada, seperti penggunaan varietas unggul padi sawah Ciherang, dimana
sebelum perubahan iklim digunakan varietas local dan varietas padi yang
berproduksi rendah dan berumur panjang. Asumsi kedua, bahwa petani
menganggap perubahan iklimmenurunkan produktivitas padi sawah, dengan
alas an bahwa jika dibandingkan dengan kondisi normal pada saat yang sama
dalam kurun waktu tahun 2007-2011, maka terjadi penurunan produktivitas
yang disebabkan oleh serangan hama/penyakit dan kekeringan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi padi sawah akibat dampak
perubahan iklim antara lain biaya produksi, upah tenaga kerja, serangan
hama dan penyakit dan luas tanam. Sedangkan dampak perubahan iklim
mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap penggunaan pupuk kimia dan
organik serta perubahan musim tanam. Untuk mengatasi perubahan iklim
yang terjadi saat ini antara lain diperlukan inovasi teknologi terutama varietas
unggul baru yang toleran terhadap kekeringan dan perendaman (banjir) dan
berumur pendek sehingga dapat ditanam pada saat kondisi curah hujan
rendah.
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 41
K. PENGELOLAAN SUMBERDAYA GENETIK (Pelaksana: Firdausil AB, Rr. Ernawati, Endriyani, Andarias MM, Dian Meitasari, Agung Lesmono, Rahadian M, Suroso, dan Sumarko)
Sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian merupakan
bahan yang dapat dimanfaatkan secara langsung atau tidak langsung untuk
mendukung ketahanan pangan. Bagi SDG tanaman yang memiliki
keunikan secara geografis, maka dapat dilindungi untuk memperoleh
hak perlindungan Indikasi Geografis. Pemanfaatan SDG secara tidak
langsung, yaitu memanfaatkan keanekaragaman bahan genetik yang
terdapat di dalam SDG tanaman untuk merakit variertas unggul baru
melalui kegiatan pemuliaan tanaman.
Informasi keanekaragaman serta status keberadaan SDG tanaman di
Indonesia sangat diperlukan sebagai dasar penyusunan kebijakan
pengelolaan dan pemanfaatan SDG pertanian untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat. Informasi dapat diperoleh melalui serangkaian
kegiatan inventarisasi SDG tanaman, baik melalui inventarisasi SDG tanaman
yang berada di lahan pekarangan rumah petani, lahan petani maupun kebun
koleksi. Data inventariasi SDG tanaman mencakup identitas petani, lokasi,
jenis/spesies tanaman yang dibudidayakan, cakupan dan deskripsi serta
pemanfaatan. Hasil inventarisasi keanekaragaman SDG tanaman dapat
memberikan informasi tingkat keberagaman/diversitas dan potensi
pemanfaatan serta sumber keberadaannya berupa peta sebaran secara
spatial.
Lokasi untuk pengumpulan data inventarisasi sumberdaya
genetik/plasmanutfah pada 8 Kecamatan di Kabupaten Pringsewu
menunjukkan bahwa rata-rata keberadaan bahan genetik terletak pada
ketinggian diatas 100 m dpl, 5 Kecamatan (Pardasuka,Adiluwih, Ambarawa,
Gadingrejo, dan Pringsewu) pada ketinggian >100 s/d <140 m dpl,
sedangkan 3 Kecamatan lainnya (Banyumas, Sukoharjo, dan Pagelaran) rata-
rata diatas 140 m yaitu 140 s/d 170 m dpl.
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 42
Provinsi Lampung mempunyai sumberdaya genetik/plasma nutfah
yang potensial dikembangkan menjadi ”varietas unggul masa depan”. Hasil
inventarisasi menunjukkan bahwa keragaman sumberdaya genetik yang ada
pada pekarangan dan di luar pekarangan umumnya hampir sama jenisnya
disemua wilayah Pringsewu, yaitu untuk tanaman terdiri atas komoditas
pangan, hortikultura, perkebunan, dan kelompok tanaman obat-obatan dan
untuk bumbu-bumbuan, sedangkan untuk ternaknya/hewan peliharaan
berupa ayam kampung, kambing dan juga domba, serta ikan. Sementara di
Lampung Barat di dominasi oleh tanaman sayuran dan perkebunan. Upaya
untuk pelestarian plasmanutfah telah dilakukan dengan terkumpulnya data
kebun koleksi baik milik Pemerintah maupun milik perorangan.
V. DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN
Keberhasilan kegiatan penelitian dan pengkajian di BPTP ditentukan
oleh tingkat pemanfaatan informasi dan penerapan teknologi yang digunakan
oleh masyarakat tani di wilayahnya. Agar hasil-hasil penelitian dan pengkajian
dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tani dan pelaku agribisnis lainnya, maka
dilakukan upaya diseminasi inovasi teknologi hasil pengkajian. Dalam
pelaksanaannya di lapangan, kegiatan diseminasi tidak terpisah atau berdiri
sendiri, melainkan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pelaksanaan penelitian dan pengkajian. Kegiatan ini mencakup berbagai
kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kapasitas institusi dari aspek
informasi dan komunikasi yang akan berdampak pada peningkatan adopsi
teknologi hasil litkaji dan dukungan dari pengguna terhadap institusi.
A. DISEMINASI DAN ADVOKASI (Pelaksana: Nasriati, Joko Susilo Utomo, Kiswanto, Bambang W, Robet Asnawi, Solamer P Malau, Fauziah YA, Dede Rohayana, Dani Purwadi, Edwin Herdiansyah, Gohan O Manurung, Kepala Kebun, Oman RS)
A.1. Pameran
Pameran merupakan salah satu media diseminasi yang efektif untuk
memperkenalkan dan menyebarluaskan informasi teknologi unggulan hasil
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 43
hasil penelitian dan pengkajian BPTP Lampung. Melalui pameran terjadi
komunikasi secara langsung antara penghasil/sumber inovasi dengan
pengguna teknologi. Pada 2013, BPTP Lampung melaksanakan pameran
sebanyak 2 (dua) kali dan sampai bulan Desember ini terlaksana 3 (tiga) kali
yaitu:
(a) Pameran Lampung Fair yang berlangsung di GOR Way Halim Bandar
Lampung pada tanggal 7 –27 Juni 2013, BPTP Lampung bergabung
bersama dengan Bakorluh. Pameran dilaksanakan selama 21 (dua
puluh satu) hari sejak tanggal 7. Pameran diikuti oleh Dinas/Instansi
dari masing-masing kabupaten dan kota se Provinsi Lampung. Selain itu
juga diikuti oleh BUMN dan Swasta yang ada di Provinsi Lampung.
Pameran dibuka oleh Bapak Gubernur Syachroedin ZA.
(b) Pameran dalam rangka Hari Kebangkitan Teknologi Nasional
(Harteknas) ke 18 yang berlangsung di di Ruang Abung Balai Keratun
Pemerintah Provinsi Lampung, pada hari Selasa tanggal 20 Agustus
2013, dengan tema “ Inovasi Teknologi untuk Meningkatkan Nilai
Tambah dan Daya Saing Daerah” pada Harteknas kali ini juga
dilaksanakan seminar dan lomba karya ilmiah.
(c) Pameran Dalam Rangka Pekan Pertanian Spesifik Lokasi (PPSL) II
di Kendari, Sulawesi Tenggara, pada tanggal 21 – 25 November 2013,
dengan mengambil tema “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi
Mendukung Sulawesi Sebagai Lumbung Pangan Nasional“. Serangkaian
acara PPSL yang di gelar adalah : Pameran Inovasi Pertanian Spesifik
Lokasi, Gelar Teknologi, Peragaan Teknologi dan Seminar Nasional
Inovasi Teknologi Spesifik Lokasi. Pembukaan PPSL dihadiri sekitar
1.250 orang terdiri dari petani, kelompok tani, penyuluh, peneliti, dan
institusi pertanian terkait. PPSL dibuka secara resmi oleh Wakil Menteri
Pertanian, didampingi oleh Gubernur Sulawesi Tenggara, Kepala Badan
Litbang Pertanian.
Selain itu pameran juga dilakukan pada saat acara Ekspo Nasional
Inovasi Perkebunan (ENIP) 2013 yang diselenggarakan di Jakarta Conventer
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 44
Center (JCC) pada tanggal 29 Agunstus sampai 31 Agustus 2013, dengan
menampilkan beberapa teknologi unggulan khusus komoditas perkebunan
berupa produk seperti: kompos dari limbah kopi, bibit dan buah lada, buah
kopi hasil pengolahan basah dan pengolahan kering, juga menampilkan
materi berupa media cetak leaflet, buku teknologi dan lainnya. Kegiatan
expo dengan tema” Perkebunan Sebagai Pilar Strategis Green Economy
Indonesia”
Gambar 7. Kegiatan pameran dibeberapa lokasi
A.2. Visitor Plot
A.2.1. Visitor Plot di KP. Natar
Teknologi pengembangan kebun induk lada Natar 1 dan Natar 2
Kebun induk lada Natar 1 dan Natar 2 di tanam seluas 0,5 ha dengan
jumlah tanaman lada Natar 1 dan Natar 2 sebanyak 1000 tanaman.
Pemeliharaan tanaman tetap dilakukan agar tanaman dapat tumbuh dan
berproduksi dengan baik.
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 45
Teknologi Budidaya tanaman kopi robusta poliklonal
Pemeliharaan kebun kopi robusta poliklonal seluas 1 ha. Kegiatan
Pemeliharaan kebun kopi robusta poliklonal tetap dilakukan agar tanaman
dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.
Teknologi Budidaya Tanaman Pangan
Display budidaya tanaman pangan meliputi pertanaman 2 (dua)
varietas ubi jalar yang berasal dari balikabi yaitu ubijalar umbi ungu dan
ubijalar umbi kuning. Pertanaman dilakukan pada lahan seluas 800 m2.
Display tanaman kacang hijau varietas Vima 1 seluas 2000 m2 telah
dipanen dan sedang dilakukan persiapan/pengolahan lahan untuk
pertanaman selanjutnya. Sedangkan display beberapa tanaman pangan lokal
baru pada tahap persiapan lahan.
Display Tanaman Fitofarmaka
Display tanaman fitofarmaka selain bertujuan untuk memperkenalkan
beberapa tanaman fitofarmaka dan kegunaannya juga diharapkan nantinya
dapat mensuplai bibit untuk kebutuhan M-KRPL setiap kabupaten.
Gambar 8. Visitor Plot Tanaman ubi jalar dan Fitofarmaka
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 46
A.2.2. Visitor Plot di KP. Tegineneng
Teknologi Budidaya tanaman pisang
Kegiatan meliputi pemeliharaan pisang dan kakao. Lahan kosong di antara
pohon pisang dan kakao dimanfaatkan untuk pertanaman hortikultura seperti
bayam, sawi dan kangkung dalam bedengan.
Display M-KRPL
Display M-KRPL untuk perkantoran dilakukan dengan menata tanaman dalam
polybag dan pembuatan bedengan untuk tanaman sayuran terutama
kangkung, bayam dan caisim. Selain itu, dilakukan pembibitan tanaman yaitu
kacang panjang dan caisin.
Gambar 9. Visitor Plot M-KRPL KP Tegineneng
A.2.3. Visitor Plot di Laboratorium Diseminasi Masgar
Teknologi Budidaya Ubikayu
Kegiatan yang telah dilakukan di Laboratorium Diseminasi Masgar
meliputi: persiapan/pengolahan lahan dan pertanaman ubikayu dengan
beberapa jarak tanam. Persiapan kegiatan display penerapan teknologi
budidaya ubikayu meliputi seting tata letak, jenis varietas, jarak tanam, jenis
pupuk yang akan digunakan. Varietas yang akan digunakan adalah UJ-5
(kasetsat) yang memiliki kandungan pati yang tinggi dan disukai oleh pabrik.
Jarak tanam yang akan digunakan yaitu JT yang umum dilakukan petani
(70x80cm), JT rekomendasi Balitkabi (100x100 cm) dan JT sistem double row
(80x80x160 cm). Pupuk organik yang digunakan adalah petroganik,
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 47
pertimbangan pemilihan petroganik adalah untuk mengurangi tenaga kerja
penyiangan. Penggunaan pupuk kandang terutama yang belum matang akan
meningkatkan pertumbuhan gulma akibat banyaknya biji gulma yang
tercampur dalam pupuk kandang.
Display M-KRPL
Display M-KRPL untuk perkantoran dilakukan dengan menata tanaman
dalam polybag; pembuatan bedengan untuk tanaman sayuran terutama
kangkung, bayam, ubi jalar, tomat, cabai dan caisim; membuat rak-rak
vertikultur; membuat jalaran untuk tanaman yang menjalar. Selain itu
dilakukan penggantian tanaman yang sudah tidak berproduksi. Selain itu,
kegiatan yang telah dilakukan adalah mendata penghuni komplek perumahan
sekaligus mensosialisasikan kegiatan MKRPL yang akan dilaksanakan di
pekarangan rumah setiap penghuni.
Gambar 10. Display M-KRPL di KP. Masgar
A.3. Diseminasi dan Publikasi Teknologi Spesifik Lokasi
A.3.1. Sosialisasi teknologi spesifik lokasi
Sosialisasi teknologi spesifik lokasi dilakukan di 2 Kabupaetn yaitu,
Kabupaten Lampung Tengah dan Tanggamus.
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 48
Sosialisasi teknologi spesifik lokasi di Kabupaten Lampung Tengah
dilaksanakan pada tanggal 16 April 2013, bertempat di Aula kantor BP4K
Kabupaten Lampung Tengah, dengan tema ” Melalui inovasi teknologi dan
kemandirian kita tingkatkan produktivitas ternak, mendukung swasembada
daging sapi dan kerbau (PSDSK). Acara sosialisasi teknologi spesifik lokasi
dihadiri oleh: Ka. BPTP Lampung, Ka. BP4K Kabupaten Lampung Tengah, Ka.
Dinas Peternakan Kabupaten Lampung Tengah, Ka. Bidang SDM BP4K
Kabupaten Lampung Tengah. Peserta berjumlah 50 orang terdiri dari:
penyuluh /petugas Dinas Peternakan Kabupaten Lampung Tengah 8 orang,
penyuluh Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perkebunan, Peternakan,
Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Lampung Tengah 12 orang,
penyuluh BP3K beberapa kecamatan Kabupaten Lampung Tengah 10 orang
ketua/anggota Kelompok peternak sekitar 20 orang, Kontak Tani Nelayan
andalan (KTNA) 2 orang. Materi yang disampaikan merupakan hasil litkaji
yang mendukung program swasembada daging sapi dan Kerbau yang telah
disesuaikan dengan permasalahan dan kebutuhan dan telah siap
didiseminasikan. Adapun Materi dan Nara Sumber pelatihan dapat dilihat
pada Tabel 19
Tabel 19. Materi dan Narasumber Sosialisasi teknologi spesifik lokasi di
Kabupaten Lampung Tengah
No Materi Nara Sumber
1 Kebijakan Daerah Mendukung Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK)
Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Lampung Tengah
2 Pemberdayaan Penyuluh Pertanian dalam Mendukung Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK)
BP4K Kabupaten Lampung Tengah
3 Ransum murah untuk budidaya ternak sapi
Dr. Ahmad Prabowo
4 Tata Laksana Reproduksi Ternak Sapi
Reny D. Tambunan, SPt, M.Sc /Dr. Ahmad Prabowo
5 Pengobatan Tradisional penyakit ternak kambing
Ir. Elma Basri/ Dr. Ahmad Prabowo
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 49
Gambar 11. Sosialisasi teknologi di Kabupaten Lampung Tengah
Sosialisasi teknologi spesifik lokasi di Kabupaten Tanggamus
dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2013, bertempat di Hotel Hosanna,
Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus, dengan tema ” Inovasi Teknologi
Pengolahan Hasil Ubi Jalar dan Ubi Kayu dalam Mendukung Diversifikasi
Pangan Berbasis Sumberdaya Lokal”. Acara Sosialisasi dihadiri oleh: Ka.
BPTP Lampung, Ka. BP4K Kabupaten Tanggamus, Ka. Dinas Pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura, Ka. Bidang Konsumsi Kantor Ketahanan
Pangan (KKP) Kabupaten Tanggamus. Peserta sosialisasi berjumlah 50
orang terdiri dari: penyuluh Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian,
Perkebunan, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten
Tanggamus 6 orang, penyuluh BP3K kecamatan Gisting 6 orang, penyuluh
BP3K kecamatan Sumber Rejo 2 orang, ketua/anggota Kelompok wanita
tani dari kecamatan Sumber Rejo dan Kecamatan Gisting sekitar 36 orang.
Materi yang disampaikan merupakan hasil litkaji yang mendukung program
diversifikasi pangan yang telah disesuaikan dengan permasalahan dan
kebutuhan di lapang dan telah siap didiseminasikan. Adapun Materi dan
Nara Sumber pelatihan dapat dilihat pada Tabel 20.
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 50
Tabel 20. Materi dan Narasumber Sosialisasi teknologi spesifik lokasi di
Kabupaten Tanggamus
No Materi Nara Sumber
1 Kebijakan daerah mendukung Program peningkatan diversifikasi pangan
Badan Ketahanan Pangan KabupatenTanggamus
2 Potensi pengembangan tanaman ubijalar dan Ubikayu di kabupaten Tanggamus
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
3 Peran Penyuluh Pertanian dalam Mendukung Diversifikasi pangan
BP4K Kabupaten Tanggamus
4 Teknologi hasil olahan ubi jalar dan ubi kayu
Dr. Ir. Joko Susilo Utomo, MP (Ka. BPTP)
5 Teknologi pengemasan, desain dan pelabelan kemasan produk pangan
Dra. Alvi Yani, M.Si
Gambar 12. Penyampaian materi oleh Ka. BPTP, Ka. Dinas pertanian
Tanaman Pangan dan Hortikultura dan Kabid. Konsumsi Kantor Ketahanan
pangan Kab. Tanggamus
A.3.2. Pembuatan CD Teknologi
Target pembuatan Media Informasi dalam bentuk CD ada 2 paket
teknologi . CD teknologi yang akan dibuat menyatu dengan paket teknologi
untuk siaran TV dengan judul (1) pertanian organik mendukung model
kawasan rumah pangan lestari (M-KRPL) dan dalam proses perbanyakan (2)
teknologi hasil olahan ubikayu dan ubijalar, yang masih dalam proses
pembuatan shooting dan editing
A.3.3. Siaran TV
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 51
Siaran TV dilakukan dalam 2 bentuk yaitu dengan menayangkan
paket teknologi dan siaran TV secara langsung (interaktif). Siaran TV hasil
rekaman berupa paket teknologi ada 2 paket yaitu: (1) satu paket dengan
judul “Pertanian Organik “ telah ditayangkan baik dalam bentuk berita
maupun paket di stasiun TVRI pada tanggal 8 Desember 2013; (2) satu
paket masih dalam proses pembuatan dengan rencana judul “teknologi
olahan ubikayu dan ubijalar” ;
Siaran TV interaktif ada 2 paket yaitu (1) “Pemanfaatan kalender
tanam (katam) terpadu untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim
terhadap kegagalan panen”. Penayangan dilakukan di stasiun TVRI pada
tanggal 14 Juni 2013 dengan narasumber Ir. Andareas Makka Murni; (2)
Pengembangan Unit Pengelolaan Benih Sumber (UPBS) di Lampung, saat ini
masih dalam tahap persiapan.
B. PENDAMPINGAN TEKNOLOGI SL-PTT PADI (Pelaksana: Kiswanto, Yulia Pujiharti, Bambang Wijayanto, Amrizal nazar)
Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT)
Padi di Provinsi Lampung seluas 194.000 ha tersebar di 12 kabupaten. Akan
tetapi yang menjadi target pendampingan oleh BPTP Lampung seluas 84.000
ha, terdiri dari SLPTT Padi Rawa Lebak, Spesifik Lokasi, Padi Sawah dan Padi
Gogo (Tabel 21).
Tabel 21. Lokasi Pendampingan SL PTT Padi BPTP Lampung, Tahun 2013
No. Kabupaten
SLPTT Padi
Jumlah Pasang Surut Lebak Spesifik
Lokasi Padi
sawah Gogo
1 Lampung Selatan - - 1.000 19.000 2.000 22.000
2 Lampung Tengah - 1.000 2.000 23.000 3.000 29.000
3 Lampung Timur - 3.000 1.000 20.000 1.000 25.000
4 Pringsewu - - - 9.000 - 9.000
Jumlah - 4.000 4.000 71.000 5.000 84.000
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 52
Pemilihan lokasi pendampingan SLPTT padi berdasarkan beberapa
pertimbangan antara lain; merupakan sentra produksi padi di Lampung,
aksesibilitas lokasi cukup mendukung serta pemerintah daerah cukup
merespon dan mendukung keberhasilan program SLPTT. Berdasarkan hal
tersebut, maka ditetapkan empat lokasi pendampingan SL PTT padi inbrida di
Kabupaten Lampung Tengah, Lampung Timur, Lampung Selatan dan
Pringsewu.
Display merupakan salah satu metode diseminasi untuk
menyebarluaskan inovasi khususnya teknologi PTT. Lokasi display diletakkan
di dalam SLPTT atau di di luar tetapi berhimpitan dengan SLPTT. Benih padi
untuk display PTT Padi Sawah telah didistribusikan ke kelompok tani
pelaksana di empat kabupaten lokasi pendampingan. Display masing-masing
kabupaten seluas 1 (satu) hektar ditanami dengan 2 varietas (Tabel 4).
Varietas yang ditanam adalah yang memiliki daya adaptabilitas tinggi
berdasarkan hasil uji adaptasi VUB di setiap kabupaten pada musim-musim
sebelumnya atau hasil penelitian dari Balai Penelitian yang memiliki
keunggulan tertentu. Sehubungan dengan itu VUB yang ditanam antara lain
Inpari 7, Inpari 10, Inpari 15. Adapun komponen teknologi yang
diintroduksikan adalah teknologi PTT secara lengkap spesifik lokasi yaitu
penggunaan pupuk organik 2 ton/ha, bibit muda, jumlah bibit 1-3 batang per
lubang, sistem tanam jejer legowo 2:1 atau 4:1, pemupukan berimbang
spesifik lokasi dengan BWD, PUTS, pengendalian OPT secara terpadu,
penyiangan dengan gasrok dan kombinasi dengan herbisida, panen tepat
waktu dan gabah segera dirontok dengan power tresher.
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 53
Tabel 22. Perkembangan Pelaksanaan Display PTT Padi Sawah Irigasi di
Lampung, Tahun 2013
No
Nama Lokasi Demfarm
Luas
display
(ha)
Jenis Inovasi yang Diintroduksikan
Waktu
Pelaksanaan Kabupaten Kecamatan Desa
Nama
Varietas
Jumlah
Benih
(kg)
Komponen
Teknologi PTT
1
Lampung
Tengah
Trimurjo Untoro 1
Inpari 7
Inpari 10
10
10
pupuk organik,
jejer legowo,
pemupukan
berimbang
April – Agustus
2013
2 Lampung
Timur
Pekalon
gan
Sidodadi 1 Inpari 7
Inpari 10
10
10
pupuk organik,
jejer legowo,
pemupukan
berimbang
April – Agustus
2013
3
Lampung
Selatan
Tanjung
Bintang
Jati Baru 1
Inpari 7
Inpari 10
10
10
pupuk organik,
jejer legowo,
pemupukan
berimbang
April – Agustus
2013
4 Pringsewu Gading
Rejo
Wonodadi 1 Inpari 7
Inpari 15
10
10
pupuk organik,
jejer legowo,
pemupukan
berimbang
April – Agustus
2013
Perkembangan pelaksanaan SLPTT padi telah berjalan sejak bulan April 2013,
yaitu semai dilaksanakan minggu I – III April 2013, penanaman minggu IV
April 2013 – minggu II Mei 2013 dan panen pada minggu IV Juli 2013 –
minggu II Agustus 2013. Adapun pertumbuhan vegetatif tanaman sangat
subur dan sehat, yang ditunjukan dengan tinggi tanaman dan jumlah anakan.
Adapun tinggi tanaman dan jumlah anakan maksimal sebagaimana disajikan
pada Tabel 23.
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 54
Tabel 23. Keragaan Pertumbuhan Vegetatif VUB Display PTT di Lampung
pada MT II, Tahun 2013
Kabupaten
Inpari 7 Varietas Inpari 10 Inpari 15 Ciherang
Tinggi
Tan
(cm)
Jmh
Anakan
Produktif
(batang)
Tinggi
Tan
(cm)
Jmh
Anakan
Produktif
(batang)
Tinggi
Tan
(cm)
Jmh
Anakan
Produktif
(batang)
Tinggi
Tan
(cm)
Jmh Anakan
Produktif
(batang)
Lampung
Tengah
104,1 15,1 110 16,3 - - 109,3 11,8
Pringsewu 110,9 18,2 - - 105,9 18,5 - -
Lampung
Timur 107,2 13,4 109,8 15,2 - - - -
Lampung
Selatan
105,7 14,2 110,1 15,6 - - - -
permasalahan yang dihadapi diantaranya serangan hama tikus dan
penyakit blas dengan tingkat serangannya dalam kategori ringan. Upaya
pengendalian hama tikus secara mekanis (gropyokan) dan kimia (tiran,
umpan dengan timex, karbit dll. Varietas yang terserang penyakit blas daun
adalah Ciherang dalam kategori ringan, pengendalian dengan fungisida
Pujiwan dan Filia.
Rata-rata produktivitas tanaman dari ke empat kabupaten yang telah
menerapkan kegiatan display PTT padi sawah irigasi cukup beragam,
sebagaimana disajikan pada Tabel 6. Menyimak Tabel 6, dengan penerapan
komponen PTT (lokasi display) didukung dengan VUB Inpari 7, Inpari 10 dan
Inpari 15, dapat meningkatkan produktivitas padi mencapai 1,18 ton/ha
(26,05 %) dibandingkan dengan teknologi yang biasa diterapkan oleh petani
dengan menggunakan varietas Ciherang. Adapun rata-rata produktivitas
tertinggi dihasilkan dari Kabupaten Pringsewu 6,63 ton/ha GKP, dan
terendah di Kabupaten Lampung Selatan sekitar 5,0 ton/ha.
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 55
Tabe 24. Rata-rata Produktivitas Padi di Lokasi Display PTT SLPTT Padi, Pada
MT II di Lampung , Tahun 2013
Kabupaten
Lokasi Display Display Petani
Varietas Provitas
(ton/ha) Varietas
Proivitas
(ton/ha)
Lampung Tengah Inpari 7 5,77 Ciherang 4,50
Inpari 10 6,29
Rata-Rata 6,03 4,50
Lampung Selatan Inpari 7 4,80 Inpari 13 4,20
Inpari 10 5,60
Rata-Rata 5,20 4,20
Lampung Timur Inpari 7 4,80 Ciherang 4,00
Inpai 10 5,20
Rata-Rata 5,00 4,00
Pringsewu Inpari 7 6,50 Ciherang 5,40
Inpari 15 6,75
Rata-Rata 6,63 5,40
Rata-Rata Provinsi 5,71 4,53
Selanjutnya berdasarkan hasil analisis usahatani, display PTT padi
sawah MT II tahun 2013 dengan menerapkan komponen PTT, di empat
kabupaten memberikan pendapatan bersih rata-rata sebesar Rp.
13.025.666,-/ha, sedangkan display petani dengan teknologi petani
memberikan pendapatan bersih sebesar Rp.9.665.000,-/ha. (Tabel 7).
Dengan demikian pendekatan PTT padi dapat meningkatkan pendapatan
petani Rp. 3.360.666,- (34,77 %). Jika ditelusuri lebih lanjut nilai MBCR
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 56
mencapai 4,34 (>2), maka komponen PTT secara lengkap layak
direkomendasikan untuk dikembangkan dalam skala yang lebih luas (Banta
dan Jayasuriya, 1984). Terkait dengan hal itu petani di sekitar lokasi display
telah merespon dan berminat untuk mencoba menerapkan komponen PTT
padi sawah pada musim selanjutnya, walaupun belum semuanya komponen
PTT diterapkan secara lengkap, dikarenakan sarana dan prasarana yang
dimiliki petani terbatas, seperti pupuk (kimia dan organik), peralatan BWD,
PUTS dll. Namun demikian dalam perjalanan waktu teknologi PTT padi sawah
akan diadopsi dan terdifusi kepada petani lebih luas dan berkesinambungan.
Hal ini karenakan dengan PTT padi sawah secara teknis mudah diterapkan,
secara finansial menguntungkan dan lebih efisien dan tidak bertentangan
dengan budaya masyarakat.
Tabel 25. Analisis Usahatani Display PTT dan Display Petani Padi Sawah di
Lampung, MT II Tahun 2013
No. Uraian Display PTT Display
Petani
Peningkatan
(Rp, kg)
Peningkatan
(%)
1 Biaya Sarana produksi
(Rp) 3.526.167 2.935.000 591.167 20,14
2 Biaya Tenaga Kerja (Rp) 4.575.167 4.161.000 414.167 9,95
3 Jumlah Biaya Produksi
(Rp) 8.101.334 7.096.000 1.005.334 14,17
4 Produksi (kg) 5.710 4.530 1.180 26,05
5 Harga gabah (Rp/kg) 3.700 3.700 0 0
6 Penerimaan (Rp) 21.127.000 16.761.00
0 4.366.000 26,05
7 Pendapatan (Rp) 13.025.666 9.665.000 3.360.666 34,77
8 B/C ratio 1,61 1,36
9 MBCR 4,34
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 57
Temu lapang akan dilakukan menjelang akhir pelaksanaan display,
dengan tujuan untuk menyebarluaskan inovasi yang diperoleh dari hasil
display dan memperoleh umpan baliknya tentang keunggulan dan kelemahan
teknologi yang akan digunakan untuk penyempurnaan pengkajian pada masa
mendatang. Selain itu temu lapang juga bertujuan untuk mengetahui respon
atau tanggapan petani terhadap teknologi yang diterapkan dan memperoleh
umpan balik serta rencana tindak lanjutnya. Kegiatan temu lapang telah
dilaksanakan di empat kabupaten yaitu Lampung Tengah, Lampung Timur,
Lampung Selatan dan Pringsewu dan waktu pelaksanaannya akhir bulan Juli
– pertengahan bulan Agustus 2013. Jumlah peserta temu lapang untuk
masing-masing kabupaten kurang lebih 100 orang, kecuali di Kabupaten
Lampung Tengah sebanyak 300 orang karena kegiatan tersebut bersamaan
dengan temu lapang demfarm penerapan pupuk hayati unggulan nasional
(PHUN). Adapun peserta temu lapang berasal dari Petani, Gapoktan,
Penyuluh Pertanian , Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten, Bakorluh,
BP4K, Pengambil Kebijakan dan Swasta dll dengan Narasumber berasal dari
Puslitbangtan, BBP2TP, BPTP Lampung.
Tabel 26. Perkembangan Temu Lapang Display PTT Mendukung SLPTT Padi
di Lampung, Tahun 2013
No Lokasi Materi/Tema
Peserta
Target
(orang)
Realisasi
(orang) Asal Instansi
1 Lampung
Tengah
Mewujudkan
swasembada beras
berkelanjutan
dengan penerapan
PTT Padi
100 300
Dinas Instansi lingkup
pertanian provinsi dan
Kabupaten Tengah,
penyuluh, petani, swasta
2 Lampung
Timur
Mewujudkan
swasembada beras
berkelanjutan
dengan penerapan
PTT Padi
100 100
Dinas Instansi lingkup
pertanian Kabupaten
Timur, penyuluh, petani,
swasta
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 58
3 Lampung
Selatan
Mewujudkan
swasembada beras
berkelanjutan
dengan penerapan
PTT Padi
100 100
Dinas Instansi lingkup
pertanian Kabupaten
Lampung Selatan,
penyuluh, petani, swasta
4 Pringsewu
Mewujudkan
swasembada beras
berkelanjutan
dengan penerapan
PTT Padi
100 100
Dinas Instansi lingkup
pertanian Kabupaten
Pringsewu, penyuluh,
petani, swasta
Gambar 13. Kegiatan display SL-PTT Padi
Uji Adaptasi Varietas Unggul Baru
Pelaksanaan uji adaptasi varietas unggul baru (VUB) SLPTT Padi di
Lampung diprioritaskan pada komoditas padi Inbrida. Benih padi uji adaptasi
VUB pada musim tanam II (MT II) 2013 telah didistribusi ke kelompok tani
pelaksana SLPTT di empat kabupaten yaitu Lampung Tengah, Lampung
Timur, Lampung Selatan dan Pringsewu. Kegiatan uji adaptasi VUB telah
dilaksanakan pada MT II yaitu April – Agustus 2013. LOkasi uji adaptasi VUB
dilaksanakan dihamparan kelompok tani SLPTT di luar LL. Pelaksanaan uji
adaptasi tiap unit SLPTT padi Inbrida seluas 1,0 ha dengan menguji empat
VUB, masing-masing VUB 5 kg. Setiap kabupaten melaksanakan uji adaptasi
lebih kurang 50 titik tersebar di lokasi SLPTT Padi. Adapun VUB yang
introdukasikan antara lain; Inpari 7, Inpari 10, Inpari 15, Inpari 16, Inpari 18,
Inpari 19, Inpari 20, Inpara 2. Sedangkan varietas pembandingnya sebagian
besar adalah Ciherang. Teknologi yang diterapkan dalam uji adaptasi pada
umumnya dengan pendekatan PTT. Waktu semai dilaksanakan pada minggu
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 59
IV Maret – minggu I Mei 2013, awal tanam dilaksanakan pada minggu II
April – minggu III Mei 2013.
Berdasarkan hasil monitoring dan pengawalan teknologi kondisi
pertanaman padi SLPTT relatih cukup baik, namun beberapa permasalahan
yang dihadapi petani antara lain; hama penggerek batang, tikus, penyakit
blas, hawar daun bakteri dengan tingkat serangan dalam kategori ringan.
Pengendalian terus dilakukan dengan prinsip PHT atau kombinasi cara
mekanis dan kimia. Kekeringan dapat diatasi dengan baik sehingga tidak
menurunkan produktivitas secara signifikan. Namun pada wilayah yang
agroekosistemnya lahan rawa permasalahan yang dihadapi petani adalah
banjir yang mengakibatkan gagal panen.
Tabel 27. Keragaan Produktivitas Uji Adaptasi VUB Padi Inbrida SLPTT di
Lampung, MT II Tahun 2013
No. Varietas
Kabupaten (kg)
Lampung
Selatan
Lampung
Tengah
Lampung
Timur Pringsewu Rata-rata
1 Inpari 15 6.650 6.048 5.419 6.039
2 Inpari 16 6.666 5.978 5.200 5.321 5.791
3 Inpari 18 6.260 5.594 5.290 4.444 5.397
4 Inpari 19 8.200 5.710 5.660 5.801 6.343
5 Inpara 2 6.888 6.888
6 Ciherang* 3.800 5.027 4.550 4.459
7 Mekongga* 5.985 5.985
8 St Bagendit * 6.795 6.795
Keterangan:
a. Adaptabilitas tinggi, jika produktivitas > 4,36
b. Adaptabilitas sedang, jika produktivitas 2,19 – 4,36 c. Adaptabilitas rendah, jika produktivitas < 2,19
*). Varietas pembanding
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 60
Dari Tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata pruduktivitas tertinggi
untuk padi sawah adalah Inpari 19 (6.343 kg/ha) dan terendah Inpari 18
(5.397 kg/ha). Sedangkan produktivitas padi di lahan rawa varietas Inpara 2
mencapai 6.888 kg/ha. Produktivitas rata-rata beberapa VUB padi yang diuji
lebih tinggi jika dibandingkan dengan varietas Ciherang yang digunakan
sebagai varietas pembanding. Sedangkan varietas Mekongga dan Situ
Bagendit yang juga digunakan sebagai pembanding produktivitasnya tidak
berbeda nyata dengan VUB yang digunakan sebagai uji adaptasi varietas.
Adapun rata-rata produktivitas uji adaptasi VUB dan varietas pembanding
sebagaimana disajikan pada Tabel 8. Produktivitas berbagai VUB tersebut
termasuk cukup tinggi untuk MT II, jika dibudidayakan pada MT I
kemungkinan produktivitasnya bisa mencapai 7.000 kg/ha. Dengan demikian
VUB Inpari 15, Inpari 16, Inpari 18, Inpari 19, Inpara 2,varietas Ciherang,
Mekongga dan Situ Bagendit VUB memiliki adaptabilitas cukup tinggi
dikembangkan di Lampung.
Gambar 14. Uji adaptasi vairetas inpari 15
Dukungan Perbenihan
Dukungan perbenihan sangat diperlukan untuk menyukseskan
program kegiatan SLPTT Padi adalah VUB berproduksi tinggi lebih toleran
terhadap hama penyakit dan cekaman lingkungan dengan harapan nantinya
dapat menggantikan varietas yang terbiasa ditanam petani seperti Ciherang,
IR-64, Ciliwung yang disinyalir kurang toleran terhadap hama dan penyakit
serta sulit untuk ditingkatkan produktivitasnya. Benih tersebut digunakan
untuk kegiatan uji adaptasi VUB dan display PTT. Adapun VUB yang
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 61
diintroduksikan bersumber dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi)
dengan kelas benih pokok atau stok Seed (SS) yaitu Inpari 7, Inpari 10,
Inpari 15, Inpari 16, Inpari 18, Inpari 19 dan Inpara 2, sebagaimana disajikan
pada Tabel 28.
Permasalahan yang dihadapi di lapangan, varietas Inpari 15 dan
Inpari 19 telah ditemukan di Kecamatan Pringsewu daya tumbuhnya kurang
dari 20 %. Upaya untuk mengatasinya semai ulang dengan menggunakan
varietas lain seperti Ciherang. Disamping itu Varietas Inpari 10 masa
kedaluwarsanya cukup singkat hanya sampai 15 April 2013, walaupun
demikian setelah disemai daya tumbuhnya masih cukup baik sekitar 90 %.
Berdasarkan pengamatan di lapangan Inpari 16 tidak toleran dengan hama
wereng batang coklat, dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisida.
Tabel 28. Dukungan Perbenihan Pendampingan SLPTT Padi di Provinsi
Lampung, MT II Tahun 2013
No
Benih yang
Dibutuhkan
Realisasi Benih yang
Didistribusikan BB
Padi Keterangan
Nama
Varietas
Volume
(kg)
Nama
Varietas
Volume
(kg)
1 Inpari 7 300 Inpari 7 300 Inpari 10, masa
kedaluwarsanya
cukup singkat yaitu
15 April 2013
2 Inpari 10 300 Inpari 10 300
3 Inpari 15 1.000 Inpari 15 1.000
4 Inpari 16 1.000 Inpari 16 1.000
5 Inpari 18 1.000 Inpari 18 1.000
6 Inpara 19 1.000 Inpara 19 1.000
7 Inpari 20 250 Inpari 20 250
8 Inpara 2 200 Inpara 2 200
Total 5.050 Total 5.050
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 62
Perkembangan Produktivitas
Salah satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan program SLPTT padi adalah
adanya peningkatan produktivitas dan adopsi komponen PTT. Untuk
mengetahui perkembangan produktivitas padi di empat kabupaten lokasi
pendampingan SLPTT padi di Provinsi Lampung telah dilakukan evaluasi
produktivitas rata-rata hasil panen di lokasi LL, SL, non SL dan sebelum SL.
Adapun produktivitas rata-rata sebagaimana disajikan pada Tabel 29.
Tabel 29. Produktivitas Rata-rata SLPTT Padi Inbrida di Provinsi Lampung di
Lokasi LL, SL, Non SL dan Sebelum SL, MT II Tahun 2013
No. Lokasi
Kabupaten
Produktivitas Rata-Rata (kw/ha) Peningkatan Produktivitas
(kw/ha)
Lokasi LL Lokasi SL Lokasi
Non SL
Sebelum
SL
LL thd
SL
SL thd
Non SL
SL thd
sebelum
SL
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)
1
Lampung
Selatan 55,40 53,67 50,25 51,20 1,73 3,42 2,47
2 Lampung
Tengah 57,10 55,61 52,85 52,85 1,49 2,76 2,76
3 Lampung
Timur 59,55 56,80 53,72 54,18 2,75 3,08 2,62
4 Pringsewu 62,75 57,74 55,22 56,58 5,01 2,52 1,16
Rara-rata 58,70 55,96 53,01 53,70 2,75 2,95 2,25
Berdasarkan Tabel 29, menunjukkan bahwa rata-rata produktivitas
tertinggi berada di Kabupaten Pringsewu yaitu di lokasi LL 62,75 ku/ha, SL
57,74 ku/ha, Non SL 55,22 ku/ha, sebelum SL 56,58 ku/ha. Produktivitas Non
SL MT II tahun 2013 lebih rendah dibandingkan produktivitas sebelum SL
pada musim yang sama, hal ini disebabkan oleh serangan hama dan penyakit
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 63
terutama penggerek batang padi, tikus, hawar daun bakteri (HDB) dan blas
yang dapat menurunkan produktivitas. Selanjutnya jika dilihat dari rata-rata
produktivitas provinsi menunjukkan bahwa produktivitas di lokasi LL 58,70
ku/ha, SL 55,96 ku/ha, Non SL 53,01 ku/ha dan sebelum SL 53,70 ku/ha.
Adapun peningkatan produktivitas di lokasi LL lebih tinggi 2,75 ku/ha (4,97
%) dibanding SL, lebih tinggi 2,75 ku/ha (5,56 %) dibanding Non SL dan SL
lebih tinggi 2,25 ku/ha (4,19 %) dibandingkan sebelum SL. Sedangkan yang
berpengaruh paling penting terhadap peningkatan produksi dalam program
kegiatan SLPTT salah satu diantaranya adalah peningkatan produktivitas di
lokasi SL terhadap Non SL. Jika terjadi peningkatan produktivitas di lokasi SL
dan Non SL, maka dampaknya terhadap peningkatan produksi cukup besar
atau sebaliknya, hal ini dikarenakan hamparan terluas dari program SLPTT
berada di lokasi SL dan Non SL. Dalam kegiatan pendampingan teknologi
SLPTT Padi, ternyata peningkatan produktivitas di lokasi SL lebih tinggi 5,56
% dibanding dengan Non SL. Peningkatan produktivitas tersebut sesuai
dengan target peningkatan produksi padi di Lampung setiap tahunya sekitar
5 %. Dengan demikian jika dihitung lebih lanjut, melalui program kegiatan
SLPTT Padi Inbrida di Lampung yang luasnya mencapai 194.000 ha dapat
memberikan dampak terhadap peningkatan produksi padi kurang lebih
53.350 ton. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pendampingan pada
kegiatan SLPTT cukup berpengaruh terhadap keberhasilan peningkatan
produksi padi di Lampung.
Di sisi lain bahwa dalam kegiatan pendampingan SLPTT merupakan
salah satu metoda penyuluhan untuk mempercepat adopsi teknologi PTT
kepada petani. Oleh karenanya keberhasilan program kegiatan SLPTT salah
satunya ditentukan oleh peningkatan adopsi teknologi PTT kepada petani
dengan indikator kesenjangan produktivitas antara LL - SL dan SL - Non SL
relatif rendah atau tidak signifikan. Berdasarkan hasil evaluasi menunjukkan
bahwa, kesenjangan produktivitas antara LL - SL, dan SL - Non SL relatif
rendah masing-masing 4,97 %, dan 5,56 %, berarti teknologi PTT telah
diadopsi dan menyebar di kalangan petani baik peserta SLPTT maupun petani
di sekitarnya.
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 64
Tujuan program SLPTT padi diantaranya untuk meningkatkan
produktivitas dan pendapatan petani. Untuk melihat sejauhmana peningkatan
produktivitas dan pendapatan petani, telah dilakukan survei analisa
pendapatan kepada petani peserta program SLPTT dan Non SLPTT padi,
hasilnya sebagaimana disajikan pada Tabel 16.
Tabel 30. Analisa Pendapatan Usahatani Padi Peserta SLPTT dan Non SLPTT
di Lampung, MT II Tahun 2013
No. Uraian
Pendapatan Usahatani
Padi Peningkatan
(Rp, kg)
Peningkatan
(%) SL PTT Non SL PTT
1 Biaya Sarana
produksi (Rp)
3.726.167 3.535.000 191.167 5,41
2 Biaya Tenaga
Kerja (Rp)
4.275.167 4.161.000 114.167 2,74
3 Jumlah Biaya
Produksi (Rp)
8.001.334 7.696.000 305.334 3,97
4 Produksi (kg) 5.596 5.301 295 5,56
5 Harga Gabah (Rp) 3.700 3.700 0 0
6 Penerimaan (Rp) 20.705.200 19.613.700 1.091.500 5,56
7 Pendapatan
Bersih (Rp)
12.703.866 11.917.700 786.166 6,60
8 B/C ratio 1,59 1,55
Berdasarkan Tabel 30, diketahui bahwa produktiitas padi yang
dihasilkan petani peserta program SLPTT mencapai 5.596 kg/ha dan
pendapatan petani Rp.12.703.866,-/ha. Sedangkan produktivitas padi petani
Non SLPTT 5.301 kg/ha dan pendapatan petani Rp.11.917.700,-/ha. Dengan
demikian melalui program SLPTT padi dapat meningkatkan produktivitas 295
kg/ha (5,56 %) dan pendapatan petani Rp.1.091.500 ,-/ha (5,56%).
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 65
Perkembangan Adopsi PTT
Adopsi dalam proses penyuluhan pertanian pada hakekatnya adalah
proses perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan, sikap maupun
keterampilan pada diri seseorang setelah menerima inovasi yang
disampaikan oleh penyuluh kepada petani/masyarakat sasarannya
(Mardikanto 1991). Beberapa syarat agar teknologi baru cepat diadopsi oleh
petani diantaranya secara financial lebih menguntungkan dibandingkan
dengan teknologi yang biasa digunakan oleh petani, secara teknis mudah
diterapkan, secara ekonomi menggunakan modal relatif murah, dapat
memecahkan permasalahan petani dan resiko yang dihadapi relatif kecil
serta secara sosial tidak bertentangan dengan budaya masyarakat.
Keberhasilan suatu proses adopsi teknologi di bidang pertanian dapat dilihat
dari peningkatan produksi atau produktivitas yang dihasilkan dan pada
akhirnya meningkatkan pendapatan petani. Semakin tinggi tingkat adopsi
teknologi, maka semakin tinggi produkstivitas yang dihasilkan (Mubyarto,
1986).
Berdasarkan hasil evaluasi perkembangan adopsi komponen PTT
menunjukkan bahwa, tingkat adopsi teknologi di lokasi LL 80 %, SL 67 % dan
luar SL 54 %, sebagaimana disajikan pada Tabel 17. Kondisi ini menunjukkan
bahwa tingkat adopsi teknologi di lokasi LL dan SL dalam kategori tinggi,
sedangkan dilokasi Non SL dalam kategori sedang. Namun demikian jika
ditelusuri lebih lanjut dari ketiga lokasi tersebut kesenjangan tingkat adopsi
teknologi relatif rendah yaitu antara LL – SL sebesar 13 % dan antara SL-Non
SL sebesar 13 %. Berkaitan dengan hal tersebut, peningkatan produktivitas
padi antara LL- SL dan SL- Non SL tingkat kesenjangannya relatif rendah
masing-masing 4,97 % dan 5,56 %. Fenomena ini membuktikan bahwa
komponen PTT telah diadopsi dan berkembang di petani secara merata,
namun belum seluruhnya komponen PTT tersebut diadopsi dengan sempurna.
Adapun komponen PTT yang telah diadopsi petani di lokasi SLdan Non
SL dengan tingkat adopsi tinggi diantaranya penggunaan benih bermutu dan
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 66
berlabel, umur bibit <21 hari, jumlah bibit per lubang (1-3 batang),
rekomendasi pemupukan dengan Peremantan 2007/Katam tepadu,
pengendalian hama penyakit terpadu, panen tepat waktu dan gabah segera
dirontok. Sementara ini penggunaan varietas unggul baru masih didominasi
oleh Ciherang mencapai 70 %, sedangkan Inpari 1- 15, Mekongga, Cigeulis,
Situ Bagendit, Cibogo sekitar 25 %, varietas lainnya 5 %. Komponen PTT
lainnya yang telah diadopsi dengan tingkat adopsi tinggi - sedang, kecuali
pemupukan P dan K berdasarkan PUTS masih rendah hanya 4 %, rendahnya
adopsi tersebut disebabkan keterbasan peralatan dan pengetahuan penyuluh
dan petani tentang aplikasi PUTS tersebut. Sistem tanam jejer legowo relatif
lambat diadopsi petani, dikarenakan terbatasnya kemampuan dan kemauan
tenaga tanam walaupun biaya tanam ditingkatkan 20 - 50 % dari sistem
tanam jejer tegel. Oleh karenanya untuk meningkatkan adopsi system tanam
jejer legowo perlu dilakukan pelatihan bagi tenaga tanam atau diperkenalkan
mesin tanam jejer legowo (transplanter) yang mudah dioperasikan dengan
harga terjangkau oleh petani.
Tabel 31. Perkembangan Adopsi Komponen PTT di Lokasi LL, SL dan Non SL
SLPTT Padi Inbrida di Provinsi Lampung, Tahun 2013
No. Komponen Teknologi Adopsi Komponen PTT (%) Rata-rata
LL SL NON SL
1 Luas pesemaian (400
m2/ha) 75 53 43 57
2 Varietas unggul baru
(VUB) 83 68 51 67
3 Benih bermutu dan
berlabel 100 98 67 88
4
Pengaturan populasi
tanaman optimum (jejer
legowo 2:1, 4:1)
83 62 50 65
5 Umur bibit muda (< 21
hari) 90 72 56 72
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 67
6 Jumlah bibit perlubang (1-
3 btg) 95 65 55 72
7 Penggunaan pupuk
organik/ kandang 87 63 52 67
8 Penggunaan Urea dengan
BWD 72 48 43 54
9 Pemupukan P dan K
berdasarkan analisis tanah 5 1 5 4
10 Permentan No.
40/2007/Katam Terpadu 86 84 60 77
11 Pengendalain gulma
(landak/gosrok) 88 76 58 74
12 Pengairan efektif/efisien 70 55 46 57
13 Pengendalian hama
penyakit terpadu 94 91 66 84
14 Panen tepat waktu dan
gabah segera dirontok 100 100 100 100
Rata-rata 80 67 54 67
Keterangan:
Tingkat Adopsi Rendah : 0 – 33,33 %
Tingkat Adopsi Rendah : 33,34 – 66,67% Tingkat Adopsi Tinggi : >66,67%
Berdasarkan fenomena tersebut merupakan suatu peluang untuk
meningkatkan produktivitas padi melalui peningkatan adopsi teknologi
komponen PTT yang tingkat adopsinya dalam kategori rendah – sedang.
Disamping untuk meningkatkan produktivitas dan keamanan produksi padi,
maka penggunaan VUB ( Inpari 1–20, Inpara 1-5) harus ditingkatkan untuk
menggantikan varietas yang biasa ditanam oleh petani (Ciherang, IR-64,
Ciliwung dll) yang disinyalir kurang toleran terhadap hama dan penyakit,
kekeringan, rendaman dan perubahan iklim ekstrim serta produktivitasnya
sulit untuk ditingkatkan. Oleh karenanya upaya untuk meningkatkan
penggunaan VUB, dengan membina penangkar benih lokal untuk
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 68
memproduksi benih VUB, kemudian dipasarkan di kelompok tani/Gapoktan
atau di kios-kios sarana produksi terdekat.
C. PENDAMPINGAN TEKNOLOGI SL-PTT JAGUNG (Pelaksana: Yulia Pujiharti, Kiswanto, Junita Barus, Muchlas, Asropi, Fauziah Y. Adriyani, Andarias Makka Murni, Nina Mulyanti, Endriani, Zahara, Edwin Herdiansyah, Gohan Octora Manurung, Yuli Setyo Rahayu, Sunaryo, Sumarko, Widodo)
Kegiatan pendampingan SLPTT jagung untuk musim kemarau berjalan
sesuai yang direncanakan. Realisasi pendampingan tertera pada Tabel 32.
Tabel 32. Realisasi pendampingan SLPTT jagung di Lampung
No. Kabupaten
Target Pendampingan Realisasi Pendampingan
Unit ha Unit ha
1 Kab. Pesawaran 40 1000 40 1000
2 Kab. Pringsewu 40 1000 40 1000
Jumlah 80 2000 80 2000
Untuk kegiatan SLPTT sendiri pada Kabupaten Pringsewu sudah
berjalan dan sudah panen namun data belum dapat dilaporkan karena masih
dalam taraf pengumpulan data. Untuk Kabupaten Pesawaran kegitan SLPTT
sedang dilaksanakan karena benih BLBU baru diantarkan minggu kedua bulan
Oktober sementara petani tidak mempunyai biaya untuk pengadaan benih
swadaya, sehingga kegiatan dilaksanakan pada musim rendeng. Lokasi
SLPTT tahun 2013 disajikan pada Tabel 33.
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 69
Tabel 33. Lokasi dan Tim Pendamping BPTP Lampung dalam Kegiatan SLPTT
Jagung, Tahun 2013
No Lokasi Pendampingan Nama Tim
Pendamping BPTP
No HP
Kabupaten Kecamatan Desa
1 Pringsewu Pagelaran Pagelaran
Gumuk Mas
Karang Sari
Padang Rejo
Lugu Sari
Bumi ratu
Pasir Ukir
Ir. Kiswanto MP
Ir. Andarias MM
Muclas, SE
Fauziah YA, SP,
MSi
Edwin H, SP
Asropi, SP
Sunaryo
Yuli SR, AMd
Adiluwih Adiluwih
Srikaton
Tunggul Pawenang
Waringin Sari Timur
Sukoharum
Tritunggal Mulyo
Sukoharjo Sukoharjo I
Sukoharjo IV
Panggung Rejo
Siliwangi
Sinar Baru
Pringsewu Bumi Arum
Bumi Ayu
Rejosari
Gading Rejo Tegal sari
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 70
Tulung Agung
2 Pesawaran Tegineneng Trimulyo
Gedung Gumanti
Dr. Ir. Yulia P
Ir. Yunita B, M.Si,
Rahadian, SP.
Dra. Nina M
Endriani, SP
Gohan O.M, SP
Zahara
Sumarko
Widodo
0813794
44270
0813807
52405
0813697
05753
0852693
22678
0812795
19981
0813169
40502
0857898
68936
0812568
1446
0853801
98138
Negeri Katon Tri Rahayu
Sinar Bandung
Pelatihan
Pelatihan PTT jagung dilaksanakan di masing-masing kabupaten
dengan peserta pelatihan adalah petani / ketua Gapoktan dan penyuluh
pendamping (pemandu lapang). Materi pelatihan yang diberikan antara lain
PTT, Filosopi SL-PTT, hama penyakit jagung. Jumlah peserta di masing-
masing kabupaten dan materi pelatihan tersaji pada Tabel 34.
Gambar 15. Pelatihan PTT Jagung
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 71
Tabel 34. Materi pelatihan SLPTT jagung, Tahun 2013
No. Kabupaten
Jenis Pelatihan Jumlah Peserta
(orang) Materi Pelaksanaan
Target Realisasi Tanggal Tempat
1. Kab.
Pesawaran
Pelatihan petani dan
PPL SLPTT jagung
60 60 PTT Jagung,
Filosopi SLPTT
28 Mei 2013 Kantor Camat
Tegineneng
2. Kab.
Pringsewu
Pelatihan Petani dan
PPL SLPTT Jagung
60 60 Komponen PTT
yang akan
diterapkan di
lokasi SLPTT
29 April
2013
Laboratorium
Proteksi
Tanaman
Pangan Gading
Rejo
Uji Adaptasi VUB
Kegiatan uji VUB jagung hibrida dilaksanakan di dua kabupaten
dengan varietas yang diuji terdiri dari Varietas Bima-6, Bima-14 dan STJ 01
(URI-1). Lokasi uji VUB tertera pada Tabel 35.
Tabel 35. Perkembangan Pelaksanaan Uji Adaptasi VUB Jagung Hibrida SLPTT
Jagung di Lampung MT II, Tahun 2013
N
o
Nama Lokasi Agro
Ekosiste
m
VUB
yang
diuji
Varietas
Pembandin
g
(eksisting)
Waktu
Pelaksan
aan
Keterangan
Kabupat
en
Kecamat
an
Desa
1. Pringse
wu
Pagelara
n
Pagelara
n
Lahan
Kering
Bima 6 Bisi 2 Juni -
Oktober
Gagal
panen,
kekeringan
Pringsew
u
Podomo
ro
Lahan
sawah
Bima 6
Bima 14
STJ 01
Bisi 2 Mei -
Septemb
er
1 unit
Sukoharj
o
Bima 6
Bima 14
STJ 01
Pasific 105 Oktober-
Pebruari
1unit
(Belum
Tanam)
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 72
Adiluwih Srikaton Lahan
Kering
Bima 6
Bima 14
STJ 01
Pioner 27 April-
Agustus
2 unit
Gading
Rejo
Tulung
Agung
Lahan
Kering
Bima 14
STJ 01
Bisi 816 Mei-
Septemb
er
1 unit
2. Pesawar
an
Negeri
Katon
Tri
Rahayu
Lahan
sawah
Bima 6
Bima 14
STJ 01
Pioner 27 April-
Agustus
3 unit
Sinar
Bandun
g
Lahan
kering
Bima 6
Bima 14
STJ 01
Pioner 27 Mei-
Septemb
er
2 unit
Teginene
ng
Gedung
Gumanti
Lahan
sawah
Bima 6
Bima 14
STJ 01
NK 22 Mei-
Septemb
er
1 unit
Di Kabupaten Pesawaran Uji VUB belum memberikan hasil yang
memuaskan, karena produksi yang dicapai masih di bawah produksi P27 yang
banyak ditanam petani. Sementara di Kabupaten Pringsewu uji VUB pada
beberapa lokasi memberikan hasil yang baik, dimana varietas yang diuji yaitu
Bima 6, Bima 14, dan STJ01 produksinya lebih tinggi dari produksi jagung
yang banyak ditanam petani, yaitu P21 dan Bisi2 (Tabel 36).
Tabel 36. Rata-rata produktivitas uji adaptasi VUB jagung MT II Tahun 2013
Kecamatan Desa Varietas Produktivitas
(kg/ha)
Keterangan
Tegineneng Gd. Gumanti Bima 6 -
Gagal panen,
kekeringan
Bima 14 -
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 73
STJ 01 -
NK 22* -
Negeri Katon Tri Rahayu Bima 6 5.714
Bima 14 6.309
STJ 01 5.833
Pioner 27* -
Data belum
masuk
Sinar Bandung Bima 6 5.417
Bima 14 5.208
STJ 01 5.104
Pioner 27* 8.050
Gading Rejo Tulung Agung Bima 14 9.820
STJ 01 8.600
Pioner 21* 8.240
Pringsewu Podomoro, Bima 14 9.760 Data Bima 6
dan STJ 01
belum masuk
Bima 6 -
STJ 01 -
Bisi 2* 7.490
Adiluwih Srikaton, Bima 14 7.850 STJ 01
terserang
hama
penggerek
tongkol
Bima 6 8.400
STJ 01 5.800
P.21* 5.860
Pagelaran Pagelaran Bima 6 - Gagal panen
karena
kekeringan
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 74
Sukoharjo Bima 14 - Akan
dilaksanakan
pada musim
rending
2013/2014
Bima 6 -
STJ 01 -
Pada lokasi LL produktivitas padi lebih tinggi dari lokasi SLPTT dan
non SLPTT. Hasil rata-rata menunjukkan bahwa pada tingkat kabupaten dan
provinsi, produktivitas padi lebih tinggi pada LL dibandingkan pada SLPTT
dan non SLPTT. Demikian pula pada lokasi SLPTT, produktivitas jagung di
SLPTT lebih tinggi dibandingkan non SLPTT (Tabel 37).
Tabel 37. Produktivitas jagung pada LL, SL dan non SL di Lampung
No. Propinsi Kabupaten
Pendampingan 2013
Unit Luas
Produktivitas (Ton/Ha)
LL SL Non
SL
Uji
Adaptasi
Sebelu
m SL
Lampung
Pesawaran 40 1000 5,868 5,749 5,615 5,598 5.383
Pringsewu 40 1000 6,275 5,774 5,522 7,783 5.658
Jumlah
/Rata-rata 80 2000 6,071 5,761 5,568 6,691 5.520
Gambar 16. Varietas Jagung
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 75
Display
Display PTT jagung dilaksanakan di Kabupaten Pesawaran dan
Peringsewu (Tabel 38). Di Kabupaten Pringsewu display PTT jagung
dilaksanakan di Desa Pagelaran Kecamatan Pagelaran, dan untuk Kabupaten
Pesawaran Display PTT jagung dilaksanakan di Desa Gedung Gumanti
Kecamatan Tegineneng.
Tabel 38. Perkembangan Pelaksanaan Display PTT Jagung Hibrida, Tahun
2013
No
Nama Lokasi Demfarm
Luas
display
(ha)
Jenis Inovasi yang Diintroduksikan
Produktivitas
(ton/ha) Kabupaten
Kecamata
n Desa
Nama
Varietas
Jumlah
Benih
(kg)
Komponen
Teknologi
PTT lain
1 Pringsewu Pagelaran Pagelaran 1 Bima 14
STJ 01
10
10
pupuk
organik,
pemupukan
berimbang
Bima 14=7,319
STJ01=8,395
Fasific = 6,870
2 Pesawaran Tegineneg Gd.
Gumanti
1 Bima 6
Bima 14
STJ 01
5
5
10
Pupuk
organic,
pemupukan
berimbang,
jarak tanam
75 X 20 cm,
PHT
Bima 6 = 5,250
Bima 14=6,208
STJ01 = 3,333
NK 22 = 9,417
Produktivitas jagung varietas Bima pada display di Kabupaten
Pesawaran hasilnya belum mampu menyaingi produktivitas jagung NK 22
yang menjadi varietas pembanding (Tabel 38), sedangkan di Kabupaten
Pringsewu varietas Bima 14 memberikan harapan untuk dikembangkan
karena mampu bersaing dengan Fasific. Produktivitas Bima 14 mencapai
7,319 ton/ha lebih tinggi dari Fasific (6,870 ton/ha). Demikian pula dngan
STJ 01 pada lokasi display memberikan harapan untuk dikembangkan dengan
produktivitas sebesar 8,395 ton/ha.
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 76
Gambar 17. Varietas Jagung di Kabupaten Pesawaran
D. PENDAMPINGAN PSDSK (Pelaksana: Akhmad Prabowo, Marsudin
Silalahi, Soerachman, Reny Debora Tambunan, Elma Basri, Reli Hevrizen,
Andi Maryanto)
Atas pertimbangan kebutuhan teknologi untuk mendukung PSDSK
dalam kegiatan dinas/instansi terkait di tingkat Kabupaten maupun Provinsi,
disepakati bahwa materi yang disampaikan dalam pelatihan adalah:
1. Strategi pemberian pakan ternak sapi dengan memanfaatkan bahan
pakan lokal.
2. Teknologi pemanfaatan dan pemberian pakan lokal/limbah pertanian
segar dan fermentasi.
3. Formulasi ransum murah.
4. Tatalaksana perkawinan ternak sapi secara alami menggunakan pejantan
dan dengan teknik inseminasi buatan (IB).
5. Penyiapan kondisi (reconditioning) ternak betina untuk dikawinkan,
bunting dan menyusui.
6. Tata-laksana kesehatan reproduksi
7. Pemanfaatan limbah ternak.
Selanjutnya, realisasi pelaksanaan pelatihan di setiap kabupaten
disajikan pada Tabel 39.
Tabel 39. Realisasi Pelaksanaan Pelatihan Kegiatan Pendampingan Teknologi Mendukung PSDSK di Lampung, Tahun 2012
No. Kabupaten Jumlah Peserta*
1. Lampung Timur 50 (+ 6)
2. Pesawaran 50 (+ 4)
Jumlah 100 (+ 10)
*) + Anggota Kelompok Tani
STJ 01 BIMA 6
BIMA 14
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 77
Hasil evaluasi terhadap penerapan teknologi materi pelatihan dalam
praktek penyuluhan yang dilakukan oleh petugas/penyuluh peserta pelatihan
disajikan dalam Tabel 40. Sampai akhir kegiatan sebagian besar (84%)
peserta pelatihan menerapkan teknologi materi pelatihan dalam demplot/
praktek penyuluhan. Petugas/penyuluh peserta pelatihan yang menerapkan
teknologi materi pelatihan dalam demplot/praktek penyuluhan terutama
adalah petugas/penyuluh yang berasal dari wilayah kerja/kecamatan yang
mempunyai program kegiatan peternakan.
Tabel 40. Penerapan teknologi dalam demplot/praktek penyuluhan
No. Kabupaten Jumlah Peserta Pelatihan
Penerapan Teknologi dalam Penyuluhan
1. Lampung Timur 50 43 (86,0 %)
2. Pesawaran 50 41 (82,0 %)
Jumlah 100 84 (84,4 %)
Gambar 18. Pelatihan Teknologi Mendukung PSDSK
E. ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU DAN PENGELOLAAN
TERPADU TANAMAN TEBU PADA LAHAN KERING DI LAMPUNG (Pelaksana: Soraya, Bambang Wijayanto, Andarias Makka Murni, Sunaryo)
Pengkajian akan dilaksanakan di Kabupaten Lampung Tengah pada tahun
2013. Kegiatan ini meliputi : 1) Adaptasi 4 varietas baru tebu, dengan 2
varietas pembanding pada lahan kering. Varietas tebu yang uji adaptasikan
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 78
pada lahan kering di Lampung berasal dari P3GI, yaitu PS 862, PS 851, PSJT
941 dan PSJK 922, sedangkan varietas pembandingnya adalah GP 11 dan
GM 25 yang sering ditanam petani (asal bibit dari GMP). Ke empat varietas
dari P3GI, sebelum ditanam didederkan terlebih dahulu selama 30 hari karena
bibit tebu tersebut asal kultur jaringan, sedangkan varietas GP 11 dan GM 25
langsung ditanam. Sebelum dipindah ke lapangan, pertumbuhan tinggi bibit
empat varietas tersebut diamati (Tabel 41).
Tabel 41. Tinggi tanaman tebu umur 30 hari di pendederan
No. Varietas Tinggi tanaman Rata-rata (cm)
1.
2.
3.
4.
PS 862
PS 851
PSJT 941
PSJK 922
28,79
22,79
30,82
29,94
Pertumbuhan vegetatif tanaman dilakukan pada umur 6 bulan
sesudah tanam (BST) yaitu sampai dengan bulan Desember 2013 yang
meliputi: Tinggi tanaman, Jumlah anakan, Jumlah ruas/batang, diameter
batang, jumlah rumpun/juring/ha. Pertumbuhan vegetatif enam varietas tebu
yang diuji disajikan pada Tabel 42.
Tabel 42. Pertumbuhan vegetatif enam varietas tebu pada umur 6 bulan.
No Varietas Tinggi
Tan. (cm)
Jum. Anakan (btg)
Jum Ruas/btg
Diameter btg (cm)
Jum. Rumpun/J
ur/ ha
1 PS851 157.75 3.05 12.40 1.13 327.76
2 PS862 162.85 3.15 12.50 1.24 316.65
3 PSJT941 170.15 3.20 13.35 1.27 313.88
4 PSJK922 208.45 3.50 13.10 1.31 316.65
5 GM25 139.00 3.60 10.90 1.29 313.88
6 GP11 168.45 3.15 12.40 1.29 316.65
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 79
Hasil uji adaptasi sampai pada umur 6 bulan diperoleh informasi
bahwa varietas yang cenderung memiliki adaptasi terbaik tehadap lahan
kering di Lampung adalah PSJK 922 dan PJST 941. Varietas tersebut memiliki
pertumbuhan yang lebih baik dibanding dua varietas pemabnding GP 11 dan
GM 25.
Gambar 19. Kegiatan Adaptasi VUB Tebu
F. KALENDER TANAM (Pelaksana: Andarias MM, Bambang Wijayanto,
Kiswanto, Yulia Pujiharti, Rahadian M)
Untuk mengantisipasi keragaman dan perubahan iklim yang semakin
tidak menentu tersebut, Badan Litbang Pertanian telah melakukan analisis
secara faktual dan menggunakan data prakiraan Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Analisis tersebut menghasilkan peta
Kalender Tanam dengan empat kemungkinan (skenario) kondisi dan potensi
iklim , yaitu: 1) kondisi eksisting yang biasa dilakukan petani , 2) potensi
pada Tahun Basah (TB), 3) potensi pada Tahun Normal (TN), dan 4) potensi
pada Tahun Kering (TK). Kalender Tanam Terpadu ini menginformasikan
waktu tanam, potensi luas areal tanam pada musim tanam terdekat di setiap
Kecamatan.
Pendekatan yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode
penyampaian kepada pengguna di 6 Kabupaten (Kabupaten Lampung Timur,
Lampung Tengah, Lampung Selatan, Pesawaran, Pringsewu, dan Kabupaten
Tulang Bawang Barat) dan verifikasi pengumpulan data lapang yang
berkaitan dengan pelaksanaan tanam existing di lapang untuk mengetahui
apakah KATAM Terpadu digunakan oleh petani atau tidak.
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 80
Tabel 43. Hasil Sosialisasi Kalender Tanam Terpadu di enam Kabupaten di
Lampung.
No Lokasi Peserta Jumlah
(org) Hasil Sosialisasi
1 Lampung Timur
Penyuluh dari BP4K,
Dinas Pertanian, Ketua
Gapoktan
60
Dimanfaatkan:
1)untuk menyusun
RDKK, 2) Menyusun
rencana tanam
2 Lampung Tengah
Penyuluh dari BP4K,
Dinas Pertanian, Ketua
Gapoktan
60
Dimanfaatkan
untuk menyusun
rencana tanam.
3 Pesawaran
Penyuluh dari BP4K,
Dinas Pertanian, Ketua
Gapoktan
60 Belum
dimanfaatkan
4 Pringsewu
Penyuluh dari BP4K,
Dinas Pertanian, Ketua
Gapoktan
50
Dimanfaatkan:
1) untuk menyusun
rencana tanam dan
2) menyusun RDKK
5 Lampung Selatan
Penyuluh dari BP4K,
Dinas Pertanian, Ketua
Gapoktan
60
Dimanfaatkan:
1) untuk menyusun
rencana tanam, 2)
menyusun RDKK
6 Tulang Bawang
Barat
Penyuluh dari BP4K,
Dinas Pertanian 62
Belum
dimanfaatkan
Setelah dilakukan sosialisasi dilanjutkan dengan verifikasi lapang
Kalender Tanam eksisting untuk MT-2, masing-masing 1) Kabupaten
Lampung Timur, 2) Kabupaten Lampung Tengah, 3) Kabupaten Lampung
Selatan, 4) Kabupaten Pesawaran, dan 5) Kab Pringsewu (Tabel 44).
Sementara verifikasi pada MT-3 dilaksanakan di dua kabupaten yaitu
Lampung Timur dan Lampung Tengah (Tabel 45). Tabel 44 dan Tabel 45
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 81
menunjukkan bahwa terjadi pergeseran waktu tanam eksisting dari 0-3
dasarian.
Tabel 44. Hasil Verifikasi Lapang Waktu tanam Kalender Tanam MT-II 2013
pada lima Kabupaten di Lampung.
Kabupaten/ Kecamatan Hasil Verifikasi
Waktu Tanam
Menurut Katam Penyimpangan
(Dasarian)
Lampung Timur
1. Pekalongan Mei I-II Mei I-II 0
2. Purbolinggo Mei I-II Mei I-II 0
3. Batang Hari Tidak dapat gadu April II-III Palawija
Lampung Tengah
1. Seputih Raman Tidak dapat gadu Maret I-II Palawija
2. Trimurjo Januari III-Feb III Januari III-Feb-I 0
3. Padang Ratu Maret III-Apr I Maret III=Apr I 0
Pesawaran
1. Kedondong Mei I-II Mei I-II 0
2. Way Lima Juni I-II Mei I-II 3
3. Gedung Tataan Apri III-Mei I Mei II-III 2
Pringsewu
1. Pringsewu Mei II-III Mei I-II 1
2. Pagelaran Mei II-III Mei I-II 1
3. Sukoharjo Mei I-II Mei I-II 0
Lampung Selatan
1. Seragi Feb II-III Feb II-III 0
2. Palas Feb II-III Feb II-III 0
3. Penengahan Apri III-Mei I Maret III=Apr I 3
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 82
Tabel 45. Hasil Verifikasi Katam MT-III 2013 di Kabupaten Lampung Timur
dan Lampung Tengah.
Kabupaten/ Kecamatan Hasil Verifikasi
Waktu Tanam
Menurut Katam Penyimpangan
(dasarian)
Lampung Timur
1. Pekalongan Juli II-III Juli II-III 0
2. Purbolinggo Agt-I Juli III-Agt-I 0
3. Batanghari Agustus-III-Sept I Juli II-Agt III 3
Lampung Tengah
1. Seputih Raman Juni I-II Juni II 0
2. Trimurjo Agt II-III Juli II-Agt I 2-3
3. Punggur Agt II-III Juli II-Agt I 2-3
Sejalan dengan verifikasi lapang, dilakukan pengumpulan data luas
baku sawah pada masing-masing Kabupaten yang diverifikasi. Data luas baku
sawah tersebut digunakan untuk update data luas baku sawah yang sudah
diupload ke dalam sistem KATAM Terpadu. Data hasil verifikasi menunjukkan
bahwa luas baku sawah terluas terdapat di Kabupaten Lampung Tengah,
Lampung Timur dan Lampung Selatan (Tabel 46).
Tabel 46. Luas baku sawah pada enam kabupaten yang diverifikasi.
Kabupaten Teknis Setengah
Teknis Sederhana
Desa/
Non PU
Tadah
Hujan Rawa Jumlah
Lampung
selatan 3.110 4.009 726 2.889 33.438 1403 45.575
Lampung
timur 29.110 1.616 2.450 1.636 14.728 10.417 59.957
Lampung
tengah 47.826 3.597 2.910 3.227 10.941 8.158 76.659
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 83
Pesawaran 4.484 3.995 2.133 635 2.947 252 14.446
Pringsewu 3.108 4.089 1.418 1.482 3.431 0 13.528
Tulang
bawang barat 8.347 0 0 0 3.667 0 12.014
Sumber: BPS. Kabupaten Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Tengah,
Pesawaran, Pringsewu, dan Tulang Bawang Barat.
Hasil pengamatan lapang menunjukkan, varietas yang ditanam petani
pada tahun 2013 masih didominasi oleh varietas Ciherang, IR 64, Mekongga,
Cilamaya Muncul dan Cigelis, dan Cimelati, Sementara varietas unggul baru
(VUB) adalah Inpari 3, Inpari 7, Inpari 9, Inpari 10, Inpari 13 dan Inpari 15.
VUB yang paling dominan ditanam adalah Inpari 9, Inpari 10, dan Inpari 7.
Data sebaran verietas padi yang ditanam petani tahun 2013 seperti pada
Tabel 47.
Tabel 47. Sebaran Varietas yang ditanam pada MT-I, MT-II, MT-III. 2013.
No Lokasi/Kabupaten Varietas Dominan Varietas Unggul Baru (VUB)
1 Lampung Selatan Ciherang, Cilamaya Muncul,
Mekongga, IR 64.
Inpari7, Inpari 9, Inpari 10,
Inpari 13, Inpara 15 dan
Inpara 2
2 Lampung Tengah Ciherang, IR 64, Cigelis,
Mekongga, Cilamaya Muncul
Inpari 9, Inpari 10, Inpara
2, dan Inpago 8
3 Lampung Timur
Ciherang, IR 64, Cigelis,
Mekongga, Cilamaya Muncul,
Banyuasin
Inpari 10, Inpari 9, Inpara
2, dan Inpago 8
4 Pringsewu Ciherang, Mekongga, IR 64 Inpari 9, Inpari 10
5 Pesawaran Ciherang, IR 64, Mekongga. Inpari 7, Inpari 9
6 Tulang Bawang
Barat Ciherang, Mekongga, Cimelati Inpari 3, Inpari 9
Penyakit penting pada tanaman padi dan paling sering menginfeksi
tanaman padi di enam Kabupaten survey verifikasi adalah Blas, dan Hawar
Daun Bakteri (HDB), sementara hama yang paling merusak adalah hama
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 84
tikus, keong mas, wereng dan penggerek batang padi, serta ulat grayak
(Tabel 48).
Tabel 48. Tingkat Kerusakan akibat Penyakit dan Hama pada Tanaman Padi
sawah di enam kabupaten di Lampung tahun 2013.
Lokasi/ Kabupaten
Peny 2)
Tkt Ker. Hama2
Blas HDB Ttikus Sundep Wereng Peng.
Btg
Keong
mas
Ulat
Grayak
Lampung Selatan 1.2 2 2.2 2 3 3 - -
Tulang Bawang Barat 1 - 2.1 - 2 1 2.4 -
Tanggamus 1.7 1.9 2 1 - - 2 1.8
Pringsewu 1.7 1 1.8 2 2 2 2 2
Pesawaran 1.5 1
Lampung Tengah 2 2 1.5 - 3 1 1.1 1
Lampung Timur 1.3
2.8 2.4 2 - - -
Keterangan: 1) tingkat serangan hama dan penyakit: skor 1 = rendah, skor 2 = sedang, skor 3
= tinggi.
Gambar 20. Sosialisasi Katam di Kabupaten Lampung Timur dan Selatan
Gambar 21. Sosialisasi Katam di Kabupaten Lampung Tengah dan Pesawaran
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 85
Gambar 22. Sosialisasi Katam di Kabupaten Tulangbawang Barat
G. DEMFARM KEDELAI (Pelasana: Dewi Rumbaina M, Amrizal Nazar, Nina M, Endriani, Dian M, Zahara, Suroso)
Untuk mendukung upaya peningkatan produksi kedelai, Badan Litbang
Pertanian telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi yang sudah siap
untuk diterapkan. Membudiyakan tanaman kedelai yang baik adalah dengan
pendekatan PTT (Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu). Tujuan
penerapan PTT kedelai adalah untuk meningkatkan produktivitas dan
pendapatan petani kedelai serta melestarikan lingkungan produksi melalui
pengelolaan lahan, air, tanaman, OPT dan iklim secara terpadu.
Pemberdayaan petani melalui inovasi teknologi kedelai merupakan salah satu
bentuk nyata dalam upaya memberdayakan petani melalui pendekatan
kelompok tani dengan metode percontohan usahatani kedelai. Kegiatan
dilaksanakan di lahan petani di Desa Bumi Setia, Kecamatan seputih
Mataram, Kabupaten Lampung Tengah. Varietas Kedelai yang digunakan
adalah varietas Anjasmoro dan Tanggamus. Inokulan Rhizobium dilakukan
dengan menggunakan Iletrisoy.
Tabel 49. Rata-rata hasil pengamatan tanaman kedelai umur 10 hari
Varietas Daya tumbuh
(%)
Serangan
lalat bibit
(%)
Serangan
belalang
(%)
Serangan
ulat
grayak
(%)
Anjasmoro 90,00 44,14 11,08 0,93
Tanggamus 92,78 2,02 4,23 6,86
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 86
Daya tumbuh kedelai varietas Anjasmoro rata-rata 90%, sedangkan
varietas Tanggamus daya tumbuhnya lebih tinggi yaitu 92,78%. Serangan
lalat bibit pada varietas Anjasmoro rata-rata 44,14%, sedangkan pada
varietas Tanggamus serangan lalat bibit sangat rendah hanya 2,02%.
Serangan belalang pada varietas Anjasmoro 11,08% dan pada varietas
Tanggamus 4,23%. Serangan ulat grayak pada varietas Anjasmoro 0,93%
dan pada varietas Tanggamus 6,86% (Tabel 50).
Tabel 50. Rata-rata hasil pengamatan tanaman kedelai umur 45 hari
Varietas Serangan ulat
grayak (%)
Serangan
penyakit layu
pucuk (%)
Serangan hama
pelipat daun (%)
Anjasmoro 34,98 1,04 5,68
Tanggamus 15,64 0,00 6,40
Saat tanaman umur 45 hari serangan ulat grayak meningkat pada
varietas Anjasmoro 34,98% dan 15,64% pada varietas Tanggamus. Ada
serangan penyakit layu pucuk pada varietas Anjasmoro tetapi serangannya
sangat rendah hanya 1,04%, sedangkan pada varietas Tanggamus tidak ada
serangan. Serangan pelipat daun pada varietas Anjasmoro 5,68% dan pada
varietas Anjasmoro 6,40% (Tabel 2).
Saat panen dilakukan pengamatan terhadap tinggi tanaman, jumlah
polong, jumlah polong hampa dan jumlah polong terserang penggerek polong
pertanaman, berat biji kering perubinan dan produktivitas. Hasil pengamatan
ditampilkan dalam tabel 51.
Tabel 51. Rata- rata hasil komponen pengamatan saat panen kedelai
Varietas Tinggi
tanaman
(cm)
Jumlah
polong/
tanaman
Polong
hampa
(%)
Polong
terserang
penggerek
(%)
Berat biji
kering/
Ubinan
(kg)
Produktivi
tas
Ton/ha
Bobot 100
butir
(gram)
Anjasmoro 65,01 40,21 9,93 3,74 1,99 1,60 14,88
Tanggamus 55,82 84,09 6,15 3,84 1,91 1,55 11,38
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 87
Gambar 23. Pengolahan lahan kedelai dan kedelai umur 1 minggu
Gambar 24. Kedelai umur 20 dan 40 hari
Gambar 25. Kegiatan saat panen
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 88
H. KOORDINASI PENDAMPINGAN PUAP (Pelaksana : Jamhari Hadipurwanta, Dede Rohayana, Danarsi Diptaningsari, Hestiana Karyati)
Kementerian Pertanian dengan melaksanakan program
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). PUAP merupakan
fasilitasi permodalan kepada petani melalui Gapoktan untuk mengembangkan
usaha produktif dalam mendukung 4 (empat) sukses Kementerian Pertanian
yaitu (1) swasembada dan swasembada berkelanjutan, (2) diversifikasi
pangan, (3) nilai tambah, daya saing, dan ekspor, serta (4) peningkatan
kesejahteraan petani.
Tahun 2013 berdasarkan Surat Direktur Jenderal Prasana dan Sarana
Pertanian, Kementerian Pertanian, Provinsi Lampung mendapat alokasi Daftar
Nominasi Sementara (DNS) PUAP untuk 192 desa/Gapoktan. Setelah
dilakukan validasi oleh Tim Teknis PUAP Kabupaten/Kota, terdapat 29 DNS
Gapoktan tidak dapat diproses penyusunan dokumennya karena nama
kecamatan, nama desa, nama Gapoktan, atau nama pengurus tidak sesuai
dengan fakta dilapangan. Selain itu terdapat beberapa Gapoktan yang
menyatakan belum siap mengelola dana PUAP sehingga tidak memproses
dokumen persyaratan pencairan dana BLM-PUAP. Sedangkan 163 DNS PUAP
dapat dilanjutkan proses penyusunan Rencana Usaha Bersama (RUB) dan
dokumen administrasi pencairan dana BLM-PUAP oleh Gapoktan di lokasi
PUAP 2013. Dokumen yang disusun Gapoktan kemudian diverifikasi Penyelia
Mitra Tani dan Tim Teknis PUAP Kabupaten/Kota, disampaikan kepada Tim
Pembina PUAP Provinsi Lampung untuk diteliti semua kelengkapan dokumen
administrasi pencairan dana BLM-PUAP.
Tabel 52. Daftar Nama Penyelia Mitra Tani (PMT) PUAP 2013 Menurut Wilayah Kerja Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung
No.
Kepmentan No. 1304/Kpts/OT.140/3/2013
Nama PMT Kabupaten/Kota
1 Mudhofir Metro & Lampung Tengah
2 Anom Jatnika Lampung Barat
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 89
3 Aulia Rahman Lampung Barat
4 Mohammad Siholan Jaya Lampung Barat
5 Sucipto Lampung Barat
6 Nopiyadi Lampung Barat
7 Diktri Ariansyah Lampung Selatan
8 Dwiyanto Lampung Selatan
9 Rasim Lampung Selatan
10 Rizani Lampung Selatan
11 Sylvia Lola Lampung Selatan
12 Abdulah Sani Lampung Tengah
13 Diso Rahmanu Suryo Lampung Tengah
14 Lifianti Indah Lestari Lampung Tengah
15 Sarjudin Lampung Tengah
16 Sabiqul Iman Lampung Tengah
17 Hasan Ansori Lampung Timur
18 Julianto Lampung Timur
19 Maulana Arif Barudin Lampung Timur
20 Yuli Panca Hariyana Lampung Timur
21 Slamet Riyadi Lampung Timur
22 Nasrun Lampung Utara
23 Julius Lampung Utara
24 Suldian Arif Lampung Utara
25 Dadang Solihin Mesuji
26 Hariyanto Mesuji
27 Aep Saripudin Pesawaran
28 Sunarto Pesawaran
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 90
29 Tidar Ardiyanto Pesawaran
30 Heni Juwita Pringsewu
31 Mansur Pringsewu
32 Nikmawati Pringsewu
33 Ansori Tanggamus
34 Eka Setiawan Tanggamus
35 Mika Triwandana Tanggamus
36 Nasri Tanggamus
37 Sumini Tanggamus
38 Wediya Endu Gustana Tanggamus
39 Mohammad Fatkurokhmin Tulang Bawang
40 Nanang Fujiyanto Tulang Bawang
41 Suyani Tulang Bawang
42 Imam Agus Salim Tulang Bawang
43 Hendra Saputra Tulang Bawang Barat
44 Jepriandi Tulang Bawang Barat
45 Aripin Akhmad Way Kanan
46 Asmugi Way Kanan
47 David Kurniawan Way Kanan
48 Kemad Raharjo Way Kanan
Hasil verifikasi Tim Pembina PUAP Provinsi Lampung menunjukkan
bahwa 163 dokumen Gapoktan lengkap dan memenuhi syarat untuk diproses
pencairan dana BLM-PUAP 2013. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian,
163 Gapoktan ditetapkan sebagai penerima dana BLM-PUAP tahun 2013
dengan total dana yang disalurkan sebanyak Rp.16.300.000.000,00 (enam
belas milyar tiga ratus juta rupiah). Pemanfaatan dana BLM-PUAP menurut
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 91
RUB Gapoktan 92,72 % digunakan untuk mendukung usaha agribisnis
budidaya tanaman dan ternak, dan 7,28 % untuk mendukung usaha
agribisnis non budidaya. Proporsisi dana BLM-PUAP 2013 untuk mendukung
usaha agribisnis budidaya tanaman pangan 58,38 %, budidaya perkebunan
29,82 %, budidaya peternakan 3,25 %, dan budidaya hortikultura 1,27 %.
Dana BLM-PUAP untuk mendukung kegiatan agribisnis non budidaya meliputi
kegiatan usaha pemasaran hasil pertanian skala rumah tangga sebesar 5,82
%, usaha industri rumah tangga skala kecil 0,85 %, dan mendukung usaha
lain berbasis pertanian sebesar 0,61 %.
I. PENGELOLAAN UPBS BPTP LAMPUNG (Pelaksana: Rr. Ernawati, Joko Susilo Utomo, Robet Asnawi, Yulia Pujiharti, Andarias MM, Bambang Wijayanto, Novilia Santri, Meidaliyantisyah, Dian Meithasari, Sunaryo, Sumarko, Tusrimin, Jumari)
Target produksi benih unggul yang dihasilkan UPBS Tahun 2013 adalah
sebesar 34,94 ton benih padi, terdiri atas : 6 ton benih kelas FS, 15 ton benih
kelas SS, dan 13,94 ton benih kelas ES. Telah dilakukan penangkaran di
empat Kabupaten seluas 30 Ha yang tanam pada Januari-Maret 2013,dan 3
Ha Tanam Mei-Juli 2013. Lokasi dan varietas padi yang ditangkarkan untuk
UPBS BPTP Lampung Tahun 2013 sebagai berikut:
Tabel 53. Lokasi dan Varietas Padi Yang Ditangkarkan
Varietas/Kelas
Benih
Padi Unggul
Lokasi dan Luas Penangkaran (ha)
Lampung
Tengah
Lampung
Timur
Pringsewu Lampung
Selatan
Tanam Jan-Maret
2013 Inpari 10 /FS
Inpari 10/SS
Inpari 14/SS
Inpari 15/SS
Inpara 1/ FS
-
1
1
-
2
2
-
8
2
2
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 92
Inpara 2/FS
Inpara 2/SS
Inpago 4/ES
Inpago 5/ES
Inpago 8/ES
3
1
1
0,5
2
1
1
0,5
2
Tanam Mei-Juli 2013
Inpari 6/FS
Inpari 10/FS
Inpari 13/SS
Inpari 16
Inpari 18
Inpari 19
Inpari 20
0,75
0,25
0,25
0,25
0,25
0,25
0,25
0,25
0,25
0,25
Jumlah (ha) 9 8,5 8 7,5
Penambahan luas penangkaran VUB padi pengembangan adalah untuk
menganti-sipasi permintaan benih oleh petani terutama terhadap VUB-VUB
padi yang belum ada, seperti Inpari 16, Inpari 18, Inpari 19, dan Inpari 20,
sehingga kegiatan penangkaran masih dilakukan untuk pengembangan VUB.
Produksi benih telah melebihi target, untuk tanam Januari-Maret 2013 seperti
yang terlihat pada tabel 54.
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 93
Tabel 54. Produksi Benih
Tabel 55. Produksi benih untuk tanam Mei-Juli 2013
No Varietas Kelas Benih
Masuk
(kg)
Hasil
Prosesing
(kg)
Susut Keterangan
Kg %
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Inpari 10
Inpari 14
Inpari 15
Inpara 2
Inpago 4
Inpago 5
Inpago 8
Inpari 10
Inpara 1
Inpara 2
SS
SS
SS
SS
ES
ES
ES
FS
FS
FS
4448
2491
3505
4907
3767
2320
5202
2103
2562
2250
3335
1792
2758
3855
2960
1560
3290
1141
1571
1420
1113
699
747
1052
807
760
1912
962
991
830
25,02
28.06
21.31
21.44
21.42
32.76
36.75
45,74
38,68
36,89
2000 kg
Sudah
terdistribusi
400 kg sudah
terdistribusi
Jumlah 33.555 23.682 9.873 29,42
No Varietas Kelas Benih
Masuk
(kg)
Hasil
Prosesi
ng (kg)
Susut Keterangan
Kg %
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Inpari 13
Inpari 16
Inpari 18
Inpari 19
Inpari 20
Inpari 10
SS
FS
FS
FS
FS
FS
675
300
300
260
150
150
500
-
175
699
747
1052
807
760
25,92
28.06
21.31
21.44
21.42
32.76
Tidak diproses
karna banyak
CVL(masih di
petani)
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 94
Pelaksanaan distribusi benih produk hasil UPBS merupakan upaya
mendiseminasikan langsung kepada stakeholder/ masyarakat pengguna
sekaligus penyebarluasan benih padi Varietas Unggul Baru (VUB) yang masih
belum banyak berkembang. Hingga laporan akhir tahun 2013 ini yang bisa
dilaporkan adalah bahwa produk benih yang didistribusikan sebagian besar
adalah hasil penangkaran kegiatan UPBS Tahun 2012, dan sebagian lainnya
adalah hasil penangkaran 2013 yang mulai diminati petani (seperti benih padi
Inpago). Bentuk distribusi ada yang berupa komersial sebagai PNBP dan
dalam bentuk bantuan, seperti yang telah dilakukan pada tanggal 20 Maret
2013 BPTP Lampung telah menyerahkan bantuan benih Inpari 13 sebanyak
1800 kg(produk UPBS 2012) untuk para peserta pelatihan agribisnis padi
yang diselenggarakan oleh Balai Pelatihan Pertanian Provinsi Lampung, juga
pada tanggal 10 April 2013 menyumbangkan 600 kg benih varietas Inpari 13
(FS) untuk penangkaran sesuai permintaan Kelompok Petani Penangkar di
Candipuro- Lampung Selatan, dan pada tanggal 19 Juni 2013 dan 24 Juni
2013 telah menyumbangkan 1500 kg varietas Inpago 8, dan 2500 kg benih
berbagai varietas (VUB) sebagai wujud bakti social mendukung program
P2BN pada acara peringatan Hari Krida Pertanian (HKP) ke 41 di Provinsi
Lampung . Tabel 3 Produk UPBS 2013 sebesar 33.555 kg adalah hasil
penangkaran seluas 30 ha ini sebagian besar sudah mendapat sertifikat/label
dan ada yang sudah distribusikan kepada pengguna, sehingga sampai
dengan akhir tahun 2013 ini, penangkaran seluas 30 ha, telah tercapai 100%.
Petani penangkar yang melaksanakan penangkaran benih padi unggul
terutama yang terlibat dalam kegiatan UPBS BPTP Lampung, adalah petani
anggota kelompok tani/gapoktan yang memiliki lahan/sawah untuk
7.
Inpari 6
FS
-
-
-
Jumlah 1.835 1.340 495 26,97
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 95
bekerjasama dalam memproduksi benih padi unggul, sehingga sampai
dengan laporan Tengah Tahun 2013 ini telah melibatkan 10 Kelompok Tani,
masing-masing adalah : di Kabupaten Lampung Tengah, Kelompok Tani
Mekar Utama di Karang Endah dan Kelompok Tani Maju Tama di Kotagajah,
Kelompok Tani Sri Nadi-Rama Dewa, di Kabupaten Lampung Timur,
Kelompok Tani Melati/Gapoktan Suryatani di Labuhan Ratu 7, Kelompok Tani
Sidomaju di Rejo Agung, dan Kelompok Tani Bumi Makmur I di Bumiharjo.
Kelompok Tani Langgeng Asri Taman Asri-Purbolinggo, di Kabupaten
Pringsewu, Kelompok Tani Setiakarya Pagelaran-Pringsewu, dan di Kabupaten
Lampung Selatan Kelompok Tani Sri Makmur Desa Sukapura-Rawa Sragi, dan
Kelompok Tani Harapan Jaya Desa Margasari-Rawa Sragi. Juga dilakukan
pembinaan terhadap petani sekitarnya berupa pendampingan dalam rangka
mensosialisasikan penggunaan benih unggul padi bersertifikat.
J. MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI MENDUKUNG USAHA DIVERSIFIKASI PANGAN DI PROVINSI LAMPUNG (Pelaksana: Alvi Yani, Ratna Wylis Arief, Dewi Rumbaina Mustikawati, Nina Mulyanti, Soraya, Reny Debora Tambunan, Yulia Pujiharti, Junita Barus, Nasriati, Amrizal Nazar Bariot Hafif, Firdausil AB, M Silalahi, Elma Basri dkk)
Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di Provinsi Lampung
dilakukan di 14 Kabupaten/Kota pada 2 Desa. Secara umum kegiatan M-
KRPL yang telah dilaksanakan adalah koordinasi, penentuan lokasi,
sosialisasi, pembentukan kelompok sasaran, pelatihan, pembangunan KBD
dan penataan pekarangan serta beberapa pelatihan teknologi. Lokasi
kegiatan di masing-masing Kabupaten /Kota adalah Kab. Lampung Selatan
(Desa Pancasila, Kec. Natar dan Desa Sukabakti, Kec. Palas), Bandar
Lampung (Kelurahan Rajabasa Jaya, Kecamatan Rajabasa dan Kelurahan
Susunan Baru, Kecamatan Tanjung Karang Barat), Kota Metro (Kelurahan
Margo Rejo, Kecamatan Metro Selatan dan Kelurahan Banjarsari, Kecamatan
Metro Utara), Pringsewu (Desa Gemah Ripah, Kecamatan Pagelaran, dan
Desa Sukoharjo 3, Kecamatan Sukoharjo), Pesawaran (Desa Purworejo,
Kecamatan Negeri Katon dan di Desa Sidodadi, Kecamatan Way Lima),
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 96
Lampung Tengah (Kampung Terbanggi Subing, Kecamatan Gunung Sugih
dan Kampung Rejo Basuki, Kec. Seputih Raman), Kabupaten Tulang Bawang
Barat (Kampung Chandra Kencana RK1, RT 1 dan 2, Kecamatan Tulang
Bawang Tengah dan Kampung Tirta Sari, Dusun Gajah Mati, Kecamatan
Tulang Bawang Udik), Tulang Bawang (Kampung Kagungan Rahayu,
Kecamatan Menggala dan Kampung Panca Mulia, Kecamatan Banjar Baru),
Lampung Utara (Desa Semuli Jaya, Kecamatan Abung Semuli dan Desa Ratu
Abung Kecamatan Abung Selatan), Lampung Timur (Desa Wonosari
Kecamatan Pekalongan dan Desa Tresno Mulyo, Kecamatan Batanghari
Nuban), Kabupaten Tanggamus (Dusun 1a, Desa Purwodadi Kecamatan
Gisting dan Desa Margodadi, Kecamatan Sumber Rejo, Kabupaten Mesuji
(Desa Adi Luhur, Kecamatan Pancajaya dan Desa Simpang Pematang,
Kecamatan Simpang Pematang), Kabupaten Lampung Barat (Desa Sukajaya
dan Desa Sindang Pagar, Kecamatan Sumber Jaya), Way Kanan (Desa
Sidoarjo, Kec. Blambangan Umpu dan Desa Gedong Katon, Kec. Baradatu).
Rata-rata jenis tanaman yang diusahakan untuk jenis sayuran adalah
daun bawang, seledri, cabai, tomat, buncis, kacang panjang , pare, caisim,
terong, kangkung, slada jahe. Untuk tanaman obat keluarga (Toga) yaitu
kunyit, laos, binahong dll, tanaman pangan (ubi kayu, ubi jalar) dan
perikanan (ikan lele, nila). Perkembangan rumah tangga yang menerapkan
M-KRPL berkisar antara 20 – 300%.
Gambar 26. Rumah Contoh M-KRPL
Kisaran Nilai PPH awal 62 - 98,1, tertinggi di Bandar Lampung dan
nilai PPH akhir 71 - 99, tertinggi juga di Bandar Lampung. Penghematan
rumahtangga keluarga kelompok sasaran sejak diimplementasikannya M-
KRPL rata-rata berkisar antara Rp. 5000 – Rp. 25.000/hari. Penghematan
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 97
rumahtangga keluarga sejak diimplementasikannya M-KRPL rata-rata berkisar
antara Rp. 5000 – Rp. 25.000/hari. Kisaran pendapatan keluarga/bulan yaitu
Rp.100.000 – Rp. 1.100.000.
Diversifikasi produk olahan
Gambar 27. Pengisian Kuisioner PPH
dilakukan dalam bentuk pengolahan ubi kayu, ubi jalar dan pengolahan
komoditas pisang, terong, papaya. 75% masyarakat anggota M-KRPL sudah
memasarkan produk sayurannya baik secara in situ maupun ex situ.
Penumbuhan dan penguatan kelembagaan juga diperlukan untuk kegiatan
pengolahan hasil dan pemasaran, khususnya sebagai antisipasi kelebihan
produksi dan rendahnya harga jual.
Gambar 28. Pelatihan Diversifikasi Olahan Pangan
Kendala yang dihadapi dalam pengembangan M-KRPL adalah
ketersediaan air, pemeliharaan ternak yang belum dikandangkan, pemasaran
yang belum stabil, dan keterbatasan tenaga kerja keluarga terutama pada
musim tanam dan panen serta keterbatasan waktu untuk mengelola tanaman
karena sebagian responden bekerja sebagai buruh, pedagang, dan pegawai
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 98
khususnya di daerah perkotaan, kurang aktifnya PPL pendamping melakukan
pembinaan di lapangan dan dukungan pemda setempat belum memadai.
Selain itu, belum seluruh kegiatan M-KRPL di kabupaten/kota
mendapat dukungan dari Pemda setempat. Beberapa kabupaten/kota yang
sudah mendapat dukungan dari Pemda adalah Kota Bandar Lampung berupa
bantuan bibit lada perdu, alat semprot (Hand Sprayer), benih ikan, pupuk
kompos, bibit alpukat, Kabupaten Mesuji berupa bibit jahe dan sumur gali.
Diharapkan ke depan hendaknya kawasan ini dapat dikembangkan oleh dinas
terkait dan kemandirian anggota masyarakat dalam bentuk kegiatan rumah
pangan lestari dalam suatu kawasan yang lebih luas. Kegiatan M-KRPL ini
didukung dengan KBD dan KBI serta pendampingan KRPL.
Kegiatan Kebun Benih Inti (KBI) berlokasi di KP Natar Melakukan
pembenihan sayuran seperti bayam, sawi, cabai rawit dan tomat kecil dan
penyebaran buklet informasi tentang budidaya beberapa macam sayuran ke 6
KBD di prov Lampung. KBD sudah terbentuk di 28 desa di 14 kabupaten di
Lampung. Keberadaan KBI dan KBD dalam kegiatan M-KRPL diharapkan
dapat mendukung kelestarian M-KRPL yang ada di Provinsi Lampung.
Produksi dan suplay benih dari KBI ke KBD, maupun dari KBD ke masyarakat
di 28 Desa di 14 Kabupaten/Kota, diharapkan dapat berjalan lancer dan
maksimal. Kegiatan pendukung dari M-KRPL lainnya yaitu pendampingan
KRPL melalui pelatihan yang dilaksanakan di Kabupaten Tanggamus,
Pesawaran, Pringsewu, Metro, Lampung Timur, Lampung Tengah dan
Lampung Selatan. Materi yang didiseminasikan yaitu : (1) Pengendalian hama
penyakit tanaman sayuran dengan menggunakan pestisida nabati, (2)
Teknologi hasil olahan ubikayu dan ubijalar, (3) Teknologi pembuatan
kompos dan Mikroorganisme lokal (MOL), (4) Teknologi Pengemasan, desain
dan Pelabelan produk pangan, (5) Budidaya sayuran hemat air dan (6)
Teknologi Budidaya Ayam Buras KUB.
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 99
K. MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN MELALUI INOVASI (M-P3MI) (Pelaksana: Firdausil A.B., Akhmad Prabowo, Robet Asnawi, Ratna Wylis Arief, Nasriati, Yulia Pujiharti, Elma Basri, Agung Lasmono, A. Romdhan Fauzi, Muchlas, Amrizal Nazar, M Silalahi, Nina Mulyanti, Rel H, Danarsi)
MP3MI teknologi yang didiseminasikan adalah teknologi budidaya dan
pasca-panen kakao, teknologi budidaya dan pasca panen sayuran serta
tatalaksana pemeliharaan kambing Peranakan Etawah (PE) dan kambing
saburai. Lokasi kegiatan di Kabupaten Pesawaran dan Tanggamus.
Sasarannya adalah petani dan petugas/dinas, medianya berupa pelatihan
serta demplot kakao, sayuran dan kambing. Kabupaten Tanggamus teknologi
yang didiseminasikan adalah budidaya dan pasca panen sayuran dan
tatalaksana pemeliharaan kambing saburai, sedangkan Kabupaten Pesawaran
teknologi budidaya dan pasca panen kakao dan tatalaksana pemeliharaan
kambing Peranakan Etawah (PE). Dalam pelaksanaan kegiatan selama tahun
2013 belum dapat memperlihatkan kemajuan sebagaimana yang diharapkan
sesuai dengan tujuan kegiatan. Penerapan teknologi budidaya kakao belum
sepenuhnya diterapkan oleh petani. Pengelolaan ternak kambing yang
diintegrasikan dengan tanaman kakao berjalan dengan baik terlihat dari
perkembangan baik kesehatan maupun jumlah anakannya. Pola kemitraan
yang dibangun belum dapat berjala seperti yang diharapkan terutama dalan
hal pemasaran kakao fementasi oleh kelompok/Gapoktan.
Kegiatan lebih banyak bersifat pembinaan baik pada petani kakao
maupun pada peternak kambing. Dengan kondisi tanaman yang kurang
terawatt dengan tingginya serangan hama dan penyakit menyebabkan pada
musim panen awal tahun 2013 mengalami penurunan lebih kurang sekitar
50%. Peremajaan yang dilakukan melalui gernas kakao belum dapat
memperbaiki kondisi tanaman. Hal ini disebabkan karena tingkat keberhasilan
penyambungan yang dilakukan oleh kontraktor kurang barhasil. Kelembagaan
Gapoktan belum dapat berfungsi sebagaimana yang diharapkan sebagai
pelaku agribisnis perdesaan, namun kelembagaan kelompok wanita tani
dapat berfungsi dalam pemberdayaan industri rumah tangga yaitu olahan
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 100
buah pala. Tambahan penghasilan yang berpotensi dalam meningkatkan
pendapatan adalah usahatani buah pala, baik dari buah sampai ke limbahnya
memberikan nilai tambah yang cukup signifikan bagi petani.
Kabupaten Tanggamus lokasi kegiatan di Desa Sidokaton. Pola tanam
sayuran di Desa Sidokaton dimulai dari menanam Cabai, tomat, kubis/kol,
buncis dan lain sebagainya. Sedangkan tanaman sawi/petsai sebagai
tanaman sela diantara tanaman cabai, tomat, maupun kubis. Untuk menjaga
kelangsungan usahatani sayuran dan menjaga dari kekurangan air pada
musim kemarau setiap petani umumnya membuat embung (tempat
menampung air) dilahanya dengan ukuran 3 x 7 M. Ternak dikandangkan
dengan sistem kandang koloni dengan ukuran 6 m x 35 m. Ternak kambing
dikumpulkan dalam kandang koloni, dengan pemeliharaan ternak (memberi
makan, menjaga kebersihan dan kesehatan) dikerjakan secara bersama
anggota kelompok yang berjumlah 21 orang dengan mengatur jadwal jaga
kandang. Limbah dari pakan hijauan dan kotoran ternak diproses menjadi
kompos yang dapat digunakan sebagai pupuk untuk tanaman sayuran
anggota kelompok. Kegiatan lebih banyak bersifat pembinaan baik pada
petani kakao maupun pada peternak kambing.
Gambar 29. Kegiatan MP3MI di Kabupaten Pesawaran
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 101
Gambar 30. Kegiatan MP3MI di Kabupaten Tanggamus
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 102
VI. MONITORING
Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) atau pengendalian merupa-
kan salah satu fungsi manajemen dalam bentuk kontrol yang pada dasarnya
dapat dilakukan melalui pendekatan secara langsung dan tidak langsung.
Pendekatan secara langsung dilakukan melalui pemeriksaan kegiatan ke
lokasi tempat kegiatan dilaksanakan dengan melakukan perbandingan antara
rencana yang tertulis dalam dokumen (proposal) dengan realita (seharusnya)
berdasarkan norma dan ketentuan yang berlaku. Pendekatan secara tidak
langsung dilakukan melalui evaluasi/verifikasi atas laporan yang disampaikan
oleh pelaksana baik secara reguler maupun temporer.
Dasar hukum pelaksanaan monitoring dan evaluasi BPTP Lampung
adalah Peraturan Menteri Pertanian No. 31 Tahun 2010 tentang Pedoman
Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pembangunan Pertanian;
Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern, Peraturan Menteri Pertanian No. 20/Permentan/TU.200/3/2008
tentang Pedoman Penyusunan dan Evaluasi Proposal Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Secara garis besar tujuan kegiatan monev adalah untuk melakukan
perbaikan-perbaikan dalam rangka meningkatkan kualitas pelaksanaan litkaji
dan diseminasi hasil litkaji BPTP Lampung. Dengan demikian, kegiatan
evaluasi diperlukan dan dilaksanakan untuk mempertajam dan meningkatkan
kinerja BPTP. Hasil monev akan memfasilitasi keterbukaan dan penyediaan
informasi penting yang dibutuhkan dalam proses pengambilan keputusan
untuk perbaikan program litkaji di BPTP Lampung.
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 103
VII. KENDALA
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian dan
diseminasi tahun 2013 mencakup berbagai aspek sebagai berikut:
(1) Belum optimalnya fasilitas serta belum memadainya sarana dan
prasarana sehingga kualitas hasil beberapa pengkajian dan diseminasi
belum sesuai dengan yang diharapkan,
(2) Sebagian peneliti dan tenaga pendukung teknis belum memenuhi
persyaratan kompetensi. Oleh karenanya diperlukan pelatihan bidang
yang spesifik, khususnya bagi tenaga peneliti pemula,
(3) Ketersediaan anggaran yang masih terbatas sehingga BPTP Lampung
belum mampu menjawab semua permasalahan yang dihadapi stake-
holder.
(4) Iklim (terutama kekeringan/kemarau) dan serangan hama/penyakit
menyebabkan beberapa kegiatan tidak memberikan hasil yang optimal
seperti yang diharapkan.
VIII. PENUTUP
BPTP Lampung sebagai salah satu lembaga penelitian, telah
melakukan berbagai upaya dan kegiatan sebagaimana tugas dan fungsi
yang diemban berdasarkan aturan dan mekanisme kegiatan pada suatu
lembaga penelitian lingkup Kementerian Pertanian. Landasan pelaksanaan
kegiatan dan manajemen institusi dengan berbasis kinerja, senantiasa
menjadi dasar pengambilan keputusan dalam pelaksanaan tupoksi.
Dalam rangka meningkatkan kinerja BPTP Lampung, telah dilakukan
peningkatan kompetensi pegawai sesuai bidang tugas, penataan ke-
lembagaan internal, serta peningkatan sarana dan prasarana. Kerjasama
yang baik dengan berbagai institusi dan lembaga juga telah membuahkan
hasil berupa produk-produk nyata kegiatan pengkajian dan diseminasi yang
bermanfaat bagi pengguna. Penyelenggaraan program-program pertanian
LAPORAN TAHUNAN 2013
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 104
strategis juga cukup mampu menyentuh aspek pemberdayaan petani dan
penumbuhan usaha-usaha produktif yang harapannya dapat meningkatkan
kemandirian dan kesejahteraan petani. Namun demikian, pencapaian keber-
hasilan di berbagai aspek ke depan akan menghadapi tantangan yang lebih
besar. Kondisi ini seharusnya bermanfaat untuk memacu upaya lebih keras ke
depannya, dengan memanfaatkan seluruh sumberdaya yang ada. Oleh
karenanya pelaksanaan kegiatan di BPTP Lampung di masa mendatang di-
harapkan dapat lebih kondusif dan memacu peningkatan kinerjanya.
Bandar Lampung, Februari 2014