46
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, dan berfungsi sebagai tempat manusia melakukan berbagai aktifitas, baik untuk tempat tinggal, kegiatan keagamaan (beribadah), kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus, oleh karena itu suatu gedung harus memiliki ketahanan dan kekuatan untuk menjamin keselamatan bagi orang yang beraktifitas di dalamnya. Hilangnya fungsi bangunan dapat disebabkan karena ulah manusia itu sendiri ataupun karena alam yang terjadi di luar perkiraan sebelumnya. Bencana alam besar yang melanda Indonesia pada akhir tahun 2004 silam, selain mengakibatkan korban jiwa dan harta benda juga menyebabkan tidak berfungsinya prasarana bangunan. Gempa 26 Desember 2004 telah membuat dunia terkejut karena menimbulkan korban terbesar sepanjang sejarah akibat Tsunami. Gempa ini menewaskan sekitar 180.000 orang diberbagai Negara yakni Indonesia (Aceh dan Nias), Sri Langka, India, Thailand, Myanmar dan 1

repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang

menyatu dengan tempat kedudukannya, dan berfungsi sebagai tempat manusia

melakukan berbagai aktifitas, baik untuk tempat tinggal, kegiatan keagamaan

(beribadah), kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus, oleh

karena itu suatu gedung harus memiliki ketahanan dan kekuatan untuk menjamin

keselamatan bagi orang yang beraktifitas di dalamnya. Hilangnya fungsi bangunan

dapat disebabkan karena ulah manusia itu sendiri ataupun karena alam yang terjadi di

luar perkiraan sebelumnya.

Bencana alam besar yang melanda Indonesia pada akhir tahun 2004 silam,

selain mengakibatkan korban jiwa dan harta benda juga menyebabkan tidak

berfungsinya prasarana bangunan. Gempa 26 Desember 2004 telah membuat dunia

terkejut karena menimbulkan korban terbesar sepanjang sejarah akibat Tsunami.

Gempa ini menewaskan sekitar 180.000 orang diberbagai Negara yakni Indonesia

(Aceh dan Nias), Sri Langka, India, Thailand, Myanmar dan Malaysia. Tsunami yang

menerpa kota Banda Aceh dan beberapa wilayah lainnya di Aceh tidak pernah

dibayangkan oleh perancang kota sebelumnya.

Peristiwa ini telah mengakibatkan kerusakan infrastruktur yang sangat

dahsyat, khususnya di daerah pesisir yang terkena hempasan gelombang tsunami.

Pada Gempa dan Tsunami 26 Desember 2004 telah mengakibatkan konstruksi rangka

kayu mengalami kerusakan jauh lebih parah dan hancur, sementara struktur beton

bertulang umumnya mengalami kerusakan struktural.

Kondisi setelah 10 tahun musibah tsunami banyak bangunan konstruksi

beton bertulang mengalami keropos. Ada sebagian bangunan gedung yang sudah

1

Page 2: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

mengalami perubahan bentuk atau deformasi struktur bangunan sehingga sudah

digolongkan dalam katagori rusak berat. Kondisi beton sebagian sudah keropos pada

struktur kolom beton bertulang, dan diprediksi telah mengalami penurunan kekuatan

betonnya.

Penurunan kekuatan beton akibat tsunami pada struktur kolom dapat

mengganggu kekuatan bangunan secara keseluruhan. Hal yang membuat penulis

melakukan analisis terhadap struktur kolom bangunan. Harapan nantinya setiap

gedung yang sudah terkena tsunami juga dilakukan analisis terhadap kekuatan beton

bangunannya agar dapat dipastikan bangunan tersebut aman, kuat, kokoh, andal

sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Pengujian kekuatan beton yang akan penulis lakukan pada beton keras

berupa Non-destructive dengan menggunakan alat Concrete Hammer Test. Alat

tersebut digunakan sebagai indikator untuk menilai kekuatan beton bukan untuk

menentukan mutu beton, indikator tersebut digunakan sebagai perbandingan antara

kekuatan beton yang terkena tsunami dengan beton yang tidak terkena tsunami.

Metode pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban intact (tumbukan) pada

permukaan kolom beton dengan menggunakan suatu massa yang diaktifkan dengan

menggunakan energi yang besarnya tertentu. Jarak pantulan yang timbul dari massa

tersebut pada saat terjadi tumbukan dengan permukaan beton benda uji dapat

memberikan indikasi kekerasan juga setelah dikalibrasi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan kekuatan antara beton yang terkena tsunami

dengan beton yang tidak terkena tsunami ?

2. Berapa besar perbedaan kekuatan beton tersebut ?

2

Page 3: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

1.3. Tujuan dan Manfaat Analisis

Tujuan dari analisis ini adalah:

1. Untuk mengetahui ada perbedaan kekuatan beton

2. Untuk mengetahui berapa besar penurunan kekuatan beton.

3. Memberikan gambaran tentang kelayakan fungsi elemen kolom tersebut.

1.4. Hasil yang Diharapkan

1. Adanya perbandingan kekuatan beton akibat tsunami dan yang tidak

terkena tsunami.

2. Dengan adanya pengujian dapat mengetahui besar penurunan kekuatan

beton pada bangunan yang terkena tsunami.

3. Adanya gambaran tentang kelayakan fungsi kolom bangunan.

1.5 Manfaat

Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya perbedaan

nilai kekuatan pada permukaan kolom beton bangunan yang terkena tsunami dan

yang tidak terkena tsunami. Analisis untuk menguji, dilakukan percobaan pada kolom

bangunan yang terendam sebagian dengan air tsunami agar diketahui besar penurunan

kekuatan beton pada bangunana yang terkena tsunami. Proses pengambilan data

dengan membandingkan hasil keduanya untuk mendapatkan hasil akurasi yang baik

dengan tujuan untuk mengetahui gambaran kelayakan fungsi kolom bangunan yang

terendam tsunami.

1.6 Hasil Penelitian

Hasil pengujian menggunakan concrete hammer test non-destruktive pada

bangunan terjadi penurunan kekuatan antar beton dengan pantulan alat hammer test.

3

Page 4: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Teori-teori yang mendukung permasalahan dalam perencanaan disajikan

dalam pembahasan ini. Teori-teori tersebut dikutip dari materi-materi perkuliahan

yang telah dipalejari dan dari referensi-referensi yang ada.

2.1 Pengertian Kuat Tekan Karakteristik Beton

Menurut Sani (2012), menyatakan bahwa kuat tekan karakteristik beton

adalah suatu besaran atau nilai yang diperoleh dari berbagai variasi nilai kuat tekan

beton dan tidak boleh keluar dari nilai yang diperoleh yakni berada diantara nilai

terendah dan yang tertinggi yang ada.

2.2 Pengertian Tsunami

Menurut Ilyas (2006), menyatakan bahwa tsunami adalah berasal dari bahasa

Jepang yang artinya Tsu berarti pelabuhan dan name berarti gelombang.kata ini

secara mendunia sudah diterima dan secara harfiah yang berarti gelombang

tinggi/besar yang menghantam pantai atau pesisir. Tsunami umumnya terjadi sebagai

akibat gempa bumi di dasar laut, Walaupun tidak setiap gempa bumi disertai tsunami.

Tsunami sendiri terjadi akibat gempa tektonik yang besar dilaut (lebih besar dari 7,5

skala Richter dan kedalaman episentrum lebih kecil dari 70 km) yang mengakibatkan

terjadinya patahan/rekahan vertical memanjang (kasus Aceh patahan mencapai ribuan

kilometer) sehingga air laut terhisap masuk dalam patahan dan kemudian secara

hukum fisika air laut terlempar kembali setelah patahan tadi mencapai keseimbangan.

Kecepatan air/gelombang yang sangat cepat terjadi. Pada kasus Tsunami di Aceh

kecepatannya mencapai ratusan kilometer per jamnya.

4

Page 5: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

2.3 Estimasi Kekuatan Sisa Beton Pasca Tsunami

Menurut Rochman (2006), menyatakan bahwa gedung-gedung yang

mengalami tsunami akan mengalami kerusakan akibat dari tingkat yang paling

ringan, sedang, sampai berat tergantung dari tinggi temperatur dan durasi tsunami.

Untuk melihat seberapa kerusakan yang diakibatkan oleh tsunami, dilakukan

beberapa tahapan penelitian sebagai berikut :

1. Visual Inspection

Mendasarkan pada perubahan secara fisik yang terjadi pada permukaan beton

yaitu :

a. Perubahan warna permukaan beton, untuk mendeteksi temperature

tertinggi yang pernah dialami.

b. Ada atau tidak adanya retak permukaan (surface cracks) pada permukaan

beton, untuk mendeteksi temperature tertinggi yang pernah dialami.

c. Ada atau tidak adanya deformasi plastis elemen struktur, untuk

mendeteksi kekuatan dan kekakuan struktur, maupun temperatur tertinggi

yang pernah dialami,

d. Ada atau tidak adanya pengelupasan/spalling dari selimut beton dari

elemen struktur, untuk mendeteksi temperature tertinggi yang pernah

dialami.

2. Non-destructive test/ uji tidak merusak

Alat ini digunakan untuk pengujian ini adalah Rebound Hammer Test. Cara ini paling

sederhana, ringan dan mudah dilakukan, jarak pantulan suatu massa terkalibrasi (yang

digerakkan oleh pegas) yang mengenai permukaan beton-uji digunakan sebagai

kriteria kekerasan beton. Kemudian kekerasan beton ini dihubungkan dengan kuat-

tekan beton normal, sehingga apabila kekerasan beton tidak relevan dengan kekuatan

tekan beton normal, maka hasil pengujian dengan alat ini perlu dilakukan kalibrasi

tersendiri. Alat ini menganggap bahwa beton cukup homogen, sehingga perubahan

5

Page 6: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

mutu beton di bagian dalam tidak dapat ditunjukkan oleh alat ini. Semakin banyak

titik pengamatan, semakin baik hasil yang diperoleh.

2.4 Faktor Penyebab Kerusakan Bangunan

2.4.1 Mutu beton

Menurut Hartono, (2007) menyatakan bahwa rendahnya mutu beton yang

digunakan pada gedung ini menjadi salah satu penyebab kerusakan pada struktur

bangunan, karena sifat utama dari bahan beton sangat kuat menerima beban tekan,

maka untuk mengetahui mutu beton, pada umumnya ditinjau terhadap kuat beton

tersebut. Mutu beton dibedakan dalam 2 (dua) hal, yaitu :

1. Beton dengan f’c kurang dari 10 MPa, digunakan untuk beton non struktur.

2. Beton dengan f’c = 10 MPa ke atas dan kurang dari 20 MPa biasanya

digunakan untuk beton struktur.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat tekan beton yaitu = faktor air semen,

faktor-faktor sifat agregat, jenis semen, umur beton dan perbandingan campuran

beton. Pengolahan beton merupakan faktor yang perlu diperhatikan, agar mutu beton

tersebut sesuai dengan yang disyaratkan, pengolahan ini meliputi : pengadukan beton,

penganggkutan beton, penuagan beton, pemadatan, peralatan dan perawatan beton.

Kuat tekan beton akan menurun apabila terjadi kerusakan pada beton, seperti retak

(crack). Crack adalah retak pada permukaan beton karena mengalami penyusutan,

lendutan akibat beban hidup (live load)/ beban mati (dead load), akibat gempa bumi

maupun perbedaan temperatur yang tinggi pada waktu proses pengeringan, crack

dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) macam yaitu :

1. Retak kecil dengan lebar retakan kurang dari 0,5 mm.

2. Retak sedang dengan lebar retakan antara 0,5 mm sampai 1,2 mm.

3. Retak besar dengan lebar retakan lebih dari 1,2 mm.

6

Page 7: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

2.4.2 Kerusakan akibat usia bangunan

Menurut Dewi (2013), menyatakan bertambahnya usia suatu bangunan akan

mempengaruhi kemampuan bangunan tersebut dalam menahan beban. Oleh karena

itu, kemunduran kualitas bangunan adalah suatu hal yang tidak bisa dihindari. Akan

tetapi laju kemunduran kualitas tersebut dapat ditekan dengan tindakan pemeliharaan

dan perawatan. Perawatan tersebut dapat meningkatkan keandalan sehingga bangunan

tersebut masih memenuhi jaminan laik bangun. Jaminan baik bangunan merupakan

suatu jaminan dimana bangunan tersebut masih memenuhi persyaratan administrasi

dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan. Sehingga jaminan ini

diperlukan pada bangunan vital yang memiliki kepentingan untuk orang banyak.

Menurut Winarsih (2010), menyatakan dengan bertambahnya usia bangunan,

maka bangunan akan mengalami penurunan kualitas dan kemampuannya untuk

menahan beban atau pengaruh luar, bila sepanjang usia hidupnya tidak dilakukan

pemeliharaan secara teratur. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa kerusakan

bangunan tergantung pada waktu (time dependent). Penurunan kualitas bangunan

dapat ditimbulkan oleh pengaruh gaya yang bekerja dari luar atau dari dalam

komponen bangunan itu sendiri. Seperti diketahui bahwa setiap komponen bangunan

akan bekerja gaya dalam (inner force) seperti momen, tegangan maupun regangan

yang terjadi secara terus menerus sepanjang usia bangunan. Pengaruh gaya dalam

tersebut dapat menimbulkan proses rangkak (creep). Getaran yang terjadi secara terus

menerus dapat mengakibatkan kelelahan (fatigue) pada bahan bangunan. Pengaruh

luar, baik secara fisik maupun non fisik dapat mengurangi kualitas bangunan, yaitu

gesekan atau benturan. Pengaruh gesekan yang terjadi secara terus menerus dapat

mengakibatkan aus pada komponen bangunan. Pengaruh radiasi matahari dan hujan

yang silih berganti dapat menyebabkan terjadinya proses dekarbonasi pada bahan

bangunan, yang berakibat pada penurunan kualitas bangunan. Pengaruh gaya gempa

dapat mengakibatkan kerusakan pada komponen non-struktural dan struktural.

7

Page 8: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

2.4.3 Kerusakan akibat terjadinya tsunami

Kerusakan pada struktur akibat terjangan tsunami disebabkan oleh:

1. Adanya gaya hidrostatik dan gaya hidrodinamik yang timbul akibat

adanya genangan air.

2. Puing-puing yang terbawa air membuat massa  tsunami tidak hanya air

saja, tetapi merupakan aliran debris.

3. Debris yang terbawa air adakalanya membawa api atau gas yang

mudah terbakar

4. Scour dan kerusakan fondasi

5. Kekuatan angin yang diinduksi oleh kekuatan gelombang.

2.4.4 Kerusakan elemen struktural bangunan (pondasi, kolom, balok dan pelat

lantai) 

Menurut Fauzan (2010), menyatakan bahwa kolom merupakan elemen jenis

batang tekan yang paling umum. Adapun fungsi dari kolom adalah untuk meneruskan

beban dari sistem lantai ke pondasi. Kerusakan yang terjadi pada kolom merupakan

kerusakan sedang. Kerusakan yang terjadi pada kolom berupa hancurnya beton kolom

serta pembengkokan beberapa tulangan utama kolom. Kerusakan yang terjadi pada

balok merupakan kerusakan sedang, berupa hancurnya beton balok serta lepasnya

ikatan antara kolom dan balok yang menunjukkan buruknya pengerjaan pemasangan

tulangan.

Menurut Ratih (2013), menyatakan bahwa kerusakan bangunan yang terjadi

dinilai dengan menggunakan Indeks Kerusakan (Damage Index). Suatu struktur

bangunan dengan daktilitas tertentu ketika terkena beban gempa dengan periode ulang

tertentu harus mempunyai ketahanan gempa sesuai denga perencanaan, sehingga dapat

diketahui tingkat kerusakannya.

Ada beberapa parameter kerusakan bangunan, yaitu :

Deformasi plastis struktur bangunan.

Dissipasi energi melalui hysteretic behavior pada elemen struktur.

8

Page 9: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

Cyclic fatigue yang rendah pada elemen struktur.

Perubahan parameter dinamika struktur seperti periode natural struktur

bangunan.

2.5 Pengujian tidak Merusak (Non-Destructive Test) pada Beton

2.5 1 Pengertian non destructive testing (NDT)

Menurut Anggraeini (2013), menyatakan bahwa pengujian tidak merusak

adalah aktivitas pengujian atau inspeksi terhadap suatu benda/material untuk

mengetahui adanya cacat, retak atau discontinuity lain tanpa merusak benda yang kita

uji. Pengujian cara non destructive dilakukan tanpa merusak benda uji,

pelaksanaannya dapat dilakukan ditempat kerja (insitu), hasilnya berupa data

kekuatan beton yang bersifat perkiraan. Metode yang dipakai pada pengujian ini

adalah Concrete Hammer Test.

2.5.2 Pengujian dengan concrete hammer test

Menurut Lubis (2003), menyatakan bahwa Concrete Hammer test yaitu suatu

alat pemeriksaan mutu beton tanpa merusak beton, metode ini akan diperoleh cukup

banyak data dalam waktu yang relatif singkat dengan biaya yang murah. Metode

pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban intact (tumbukan) pada

permukaan beton dengan menggunakan suatu massa yang diaktifkan dengan

menggunakan energi yang besarnya tertentu. Jarak pantulan yang timbul dari massa

tersebut pada saat terjadi tumbukan dengan permukaan beton benda uji dapat

memberikan indikasi kekerasan juga setelah dikalibrasi, pengujian ini adalah jenis

"Hammer". Alat ini sangat berguna untuk mengetahui keseragaman material beton

pada struktur. Karena kesederhanaanya, pengujian dengan menggunakan alat ini

sangat cepat, sehingga dapat mencakup area pengujian yang luas dalam waktu yang

singkat.

9

Page 10: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

Secara umum alat ini bisa digunakan untuk :

- Memeriksa keseragaman kwalitas beton pada struktur.

- Mendapatkan perkiraan kuat tekan beton.

Menurut Alkhaly (2013), menyatakan bahwa Concrete Hammer Test juga

merupakan salah satu dari non distructive test sangat cocok bila dipakai untuk

melakukan evaluasi keseragaman dari mutu beton. Alat ini mengandalkan besarnya

nilai pantulan yang diberikan oleh permukaan beton yang dihammer. Semakin keras

permukaan beton yang dihammer, semakin tinggi nilai reaksi dari pantulan(nilai

rebound).

2.5.3 Tata cara pengujian

Menurut Lubis (2003), menyatakan bahwa tata cara pengujian

b. Sentuhan ujung plunger yang terdapat pada ujung alat Concrete hammer

test pada titik-titik yang akan ditembak dengan memegang hammer

sedemikian rupa dengan arah tegak lurus atau miring bidang permukaan

beton yang akan ditest.

c. Plunger ditekan secara perlahan-lahan pada titik tembak dengan tetap

menjaga kestabilan arah dari alat hammer. Pada saat ujung plunger akan

lenyap masuk kesarangnya akan terjadi tembakan oleh plunger terhadap

beton, dan tekan tombol yang terdapat dekat pangkal hammer.

d. Lakukan pengetesan terhadap masing-masing titik tembak yang telah

ditetapkan semula dengan cara yang sama.

e. Tarik garis vertikal dari nilai pantul yang dibaca pada grafik 1 yaitu

hubungan antara nilai pantul dengan kekuatan tekan beton yang terdapat

pada alat hammer sehingga memotong kurva yang sesuai dengan sudut

tembak hammer.

f. Besar kekuatan tekan beton yang ditest dapat dibaca pada sumbu vertikal

yaitu hasil perpotongan garis horizontal dengan sumbu vertikal.

10

Page 11: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

Gambar 2.1 : Concrete Hammer Test

Sumber : Alkhaly, 2013

Gambar 2.2 : Peralatan Concrete Hammer Test dan aplikasi pengujiannya di lapangan.

Sumber : Winarsih, 2010

11

Page 12: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

Gambar 2.3 Hubungan nilai pantul dan kuat tekan beton

Sumber : Bungey dan Millard, 1996

Harga rebound Hammer diambil harga rata-ratanya dari 10 (sepuluh) pengujian.

Selanjutnya harga ini diterjemahkan ke dalam nilai kuat tekan beton dan kriteria nilai

pantul seperti diperlihatkan dalam Gambar 2.3 dan TAbel 2.1.

Angka Pantulan Rata-rata Kualitas Beton> 40 Sangat Baik

30 - 40 Cukup Baik20 - 30 Kurang Baik

< 20 BurukTabel 2.1 Kriteria Penilaian Hasil Hammer Test sumber : Bungey, dan Millard, 1996

Hasil dari kuat pantulan alat hammer test ini dengan nilai yang diperoleh dari

pantulan hammer test akan diambil hasil rata-ratanya pada nilai yang temasuk

kedalam +6 rata-rata dan -6 rata-rata.

2.5.4 Kriteria penilaian kerusakan

12

Com

pres

sion

Cub

e St

reng

th

(Mpa

)

Rebound Hammer

Page 13: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

Menurut Alkhaly (2014), menyatakan bahwa berdasarkan Peraturan Menteri

Pekerjaan Umum Nomor : 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Pemeliharaan dan

Perawatan Bangunan Gedung, kriteria tingkat kerusakan bangunan dapat digolongkan

atas tiga tingkat kerusakan, yaitu :

a. Kerusakan ringan

1. Kerusakan ringan terutama pada komponen non-struktural,seperti penutup

atap, langit-langit, penutup lantai, dan dinding pengisi.

2. Perawatan untuk tingkat kerusakan ringan, biayanya maksimum adalah

sebesar 35% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung

baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.

b. Kerusakan sedang

1. Kerusakan sedang adalah kerusakan pada sebagian komponen non-

struktural, dan atau komponen struktural seperti struktur atap, lantai, dan

lain-lain.

2. Perawatan untuk tingkat kerusakan sedang, biayanya maksimum adalah

sebesar 45% dari harga satuan tertinggi pembangunan bangunan gedung

baru yang berlaku, untuk tipe/klas dan lokasi yang sama.

c. Kerusakan berat

1. Kerusakan berat adalah kerusakan pada sebagian besar komponen

bangunan, baik structural maupun non-struktural yang apabila setelah

diperbaiki masih dapat berfungsi denga baik sebagaimana mestinya.

2. Biayanya maksimum adalah sebesar 65% dari harga satuan tertinggi

pembangunan bangunan gedung baru yang berlaku, untuk type/kelas dan

lokasi yang sama.

Sedangkan untuk keperluan penilaian, kriteria tingkat kerusakan didefinisikan sebagai

berikut :

13

Page 14: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

a. Kerusakan ringan : yaitu elemen struktural atau non struktural hanya mengalami

kerusakan kecil (minor) yang tidak mempengaruhi kinerja secara struktur atau

arsitektur.

b. Kerusakan sedang : yaitu elemen struktural atau non struktural telah mengalami

kerusakan oleh deteriorasi minor, kehilangan luasan, pengelupasan, retak dan

lainnya namun belun atau hanya sedikit mempengaruhi kinerja secara struktur

atau arsitektur.

c. Kerusakan berat : yaitu elemen structural atau non struktural telah mengalami

kerusakan oleh deteriorasi mayor, kehilangan luasan, pengelupasan, retak dan

lainnya yang mempengaruhi kinerja secara struktur atau arsitektur.

14

Page 15: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

BAB III

METODE PENELITIAN

Untuk mengetahui seberapa besar penurunan kekuatan beton dalam menahan

beban yang sudah terpasang dapat dilakukan dengan menggunakan alat salah satunya

Concrete Hammer Test/Palu beton. Oleh karena itu dalam pengujian ini metode

analisis akan dijabarkan dalam setiap langkah-langkah penelitian. Penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan analisis data primer dan data sekunder. Data primer

merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau

informasi yang dikumpulkan terutama untuk tujuan investigasi yang sedang

dilakukan. Data primer berupa test Hammer, ukuran kolom (dimensi), tingginya batas

bangunan yang terkenak tsunami, titik pengujian dan interview. Sedangkan data

sekunder adalah merupakan informasi yang dikumpulkan bukan untuk kepentingan

dasar tetapi data sekunder digunakan sebagai data pendukung data primer, seperti

denah, dokumentasi, dan lain–lain. Untuk langkah lebih jelas dapat dilihat pada

lampiran. A.1.1 halaman 33. Langkah–langkah untuk melakukan pengambilan data,

yaitu :

3.1 Sumber Data

Data-data yang diambil berupa data primer dan data sekunder, pengertian

data primer dan data sekunder sudah dijelaskan diatas. Sistematika pengambilan data

dimulai dari pengujian langsung kelapangan dan pengolahan data.

.3.1.1 Lokasi pengambilan data

Adapun penelitian ini dilakukan pada bangunan Mesjid Paya Peunaga

Kecamatan Mereuboe Kabupaten Aceh Barat Propinsi Aceh. Untuk melihat lebih jelas lokasi proyek dapat dilihat pada lampiran A.3.1halaman

15

Page 16: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

34.3.1.2 Alat dan bahan pengambilan data

Pengujian dilakukan dengan menggunakan Concrete Hammer test untuk

mengetahui kekuatan data dimulai dari pengumpulan data dan pengolahan data. Alat

yang digunakan selain Concrete Hammer test untuk pengambilan data yaitu: palu dan

pahat.

3.1.3 Memasukkan informasi element

Dalam analisis ini bangunan yang terbuat dari struktur beton bertulang yang

terdiri dari sistem rangka pemikul momen dan bangunan mesjid yang berdiri dari dua

lantai ini dapat memasukkan informasi element sebagai berikut:

1. Dimensi kolom 20/20

2. Batasan terkena tsunami 90 cm dari tanah dasar

3.2 Investigasi Visual

Kerusakan bangunan dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti efek air, efek

ternal, efek pembebanan jangka panjang, efek beban siklik, efek kondisi lingkungan

ekstrim, efek mutu material dan pengerjaan yang buruk, efek terkena bahan kimia

berbahaya dan efek lainnya. Pemeriksaan berkala terhadap beton pada suatu

konstruksi sangat diperlukan mengingat masa pelayanannya yang terus bertambah.

Investigasi awal (preliminary investigation) atau investigasi visual (visual

investigation) merupakan langkah awal dalam pemeriksaan bangunan eksiting.

3.3 Investigasi Detail

Tahap selanjutnya dalam melakukan identifikasi kerusakan adalah

pelaksanaan Investigasi lengkap (detailed investigation). Kegiatan ini merupakan

investigasi yang bersifat teknis. Kegiatan ini meliputi :

1. Dokumentasi

16

Page 17: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

2. Observasi kondisi lapangan

Hal-hal yang akan diidentifikasi antara lain :

a. Lebar, panjang, dan kedalaman retak, baik pada bagian struktural maupun

nonstruktural, lokasi dan jenis retak.

b. Pengelupasan (spalling), retakan (cracking), rongga (honeycombing), dan

kerusakan pada permukaan lainnya turut dicatat dan direkam.

c. Korosi pada tulangan, ukuran awal dan ukuran setelah korosi.

3. Pengujian lapangan

Pengujian non-destructive di lapangan untuk mengetahui kekuatan beton.

a. Pembobokan elemen beton.

b. Pengujian Concrete Hammer Test.

Kekerasan beton atau kekuatan beton diuji dengan menggunakan alat yang

diciptakan oleh Ernest Schmids, popular dengan nama Schminds Concrete

Hammer.

Alat yang dipakai dalam investigasi ini adalah : sikat baja, alat

pengukuran/meteran,martil, gerinda, kamera digital, Schminds Hammer tipe N 34, No

127023.

3.4 Langkah Kerja Menggunakan Alat Concrete Hammer Test di Lapangan

3.4.1 Pembobokan elemen beton

Pekerjaan pembobokan yang dilakukan pada kolom bangunan dengan

menggunakan alat pahat beton dan palu, dengan ukuran pembobokan : tinggi 20 cm,

lebar 20 cm dan ketebalan ACI 0,5 cm. Sebelum melakukan pembobokan pada kolom

terlebih dahulu kolom diukur dengan menggunakan meter (m) supaya ukuran

pembobokannya sama dengan kolom yang lain. Proses pembobokan dilakukan

dengan perlahan-lahan agar beton tidak ikut terkelupas dengan selimut beton.

17

Page 18: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

3.4.2 Cara pengujian

Dalam tahapan pengujian metode ini dilakukan dengan beberapa langkah,

yaitu :

a. Menentukan jarak antara titik satu dengan titik yang lainnya berkisar antara

1,5 cm dan 2 cm, pada pengujian bangungan ini dilakukan dengan jarak 2 cm.

b. Sebelum dilakukan pengujian dengan hammer, permukaan beton yang sudah

dibobok diratakan dengan menggunakan batu meratakan permukaan.

c. Tembak ujung plunger yang terdapat pada ujung alat hammer test pada titik-

titik yang dituju dengan posisi hammer test tegak lurus.

d. Ujung Plunger ditekan hinggas ujung plunger masuk kedalam baru terjadi

tembakan pada beton, kemudian tekan tombol yang terdapat dekat pangkal

hammer.

e. Membaca nilai kekuatan tekan beton yang ditest dapat dibaca pada skala yang

ditunjukkan oleh jarum yang terdapat pada hammer.

f. Pengetesan dilakukan sebanyak 12 kali tekan pada masing-masing tempat,

setiap kolom dilakukan pada dua tempat, yaitu pada ketinggian 70 cm dari

lantai ke elemen yang terkena tsunami dan 154 cm jarak ketinggian dari lantai

ke elemen yang tidak terkena tsunami.

Menurut Tjokrodimuljo (2007), uji hammer test juga peka terhadap keadaan

local, misalnya:

a. Adaya butiran agregat besar dibawah permukaan beton yang akan

memperbesar nilai pantulan

b. Adanya pori udara dibawah permukaan beton akan memperkecil nilai

pantulan

c. Pemukulan pada tempat yang sama akan memperbesar nilai pantulan karena

permukaan beton yang sudah dipukul menjadi lebih padat.

18

Page 19: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

3.4.3 Pembacaan hasil

Untuk pembacaan hasil, penulis masukkan data dari hasil analisis yang telah

dilakukan dengan concrete hammer test pada sebuah kolom bangunan yang telah

disimpulkan antara perbandingan dari hasil percobaan keduanya. Hasil rata-rata yang

akan diambil adalah nilai yang termasuk dari +6 rata-rata dan -6 rata-rata, sedangkan

hasil yang rata-rata yang tidak termasuk kedalam +6 rata-rata dan -6 rata-rata maka

nilai tersebut harus dihilangkan. Nilai kuat tekan yang dibaca adalah nilai pantulan

pada alat hammer test, hasil pengujian akan ditampilkan dalam bentuk grafik dan

tabel.

3.5 Analisis

Setelah siap melakukan pengujian, dan informasi data lengkap, kita

masukkan data hasil pengujian pada elemen struktur kolom yang terkena tsunami

yang sudah dipilih barulah kita lakukan analisis terhadap gedung tersebut, namun

setelah itu kita bandingkan antara data keduanya yang telah dilakukan pengujian,

setelah itu barulah kita tahu hasil perbedaannya. Kemudian simpan data dari analisis

yang sudah kita lakukan, untuk selanjutnya kita lakukan pembacaan hasil.

3.6 Pengambilan Kesimpulan

Hasil pengujian dilakukan sebanyak 12 kali uji tembakan pada kolom

bangunan dengan alat hammer test, kemudian akan diambil data-data yang nilainya

masuk kedalam ± 6 dari nilai rata-rata kemudian dari nilai tersebut barulah dihitung

% dari setiap kolom yang telah dilakukan pengujian.

19

Page 20: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini pengolahan data yang dibahas berdasarkan data primer dan

data sekunder yang diperoleh dari pengambilan data dilapangan.

4.1 Hasil dan Pembahasan

4.1.1 Titik pengujian di lapangan

Titik yang dilakukan pengujian dengan alat hammer test dapat dilihat pada

elemen bangunan hasil investigasi dibuat berdasarkan dari denah dibawah ini.

20

Page 21: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

Gambar 4.1 Denah Lantai 1

Sumber : Penulis

Gambar denah lantai 1 mesjid Paya Peunaga lebih jelas dapat diperlihatkan

pada Lampiran A.3.3 halaman 36.

4.1.2 Kondisi beton setelah pembobokan

Dari hasil pembobokan pada elemen beton kondisi tidak terkena tsunami

dan pembobokan pada elemen beton kondisi akibat tsunami, diketahui bahwa warna

matriks beton dari seluruh elemen adalah putih pucat, warna matriks beton seperti

warna pada Gambar 4.2 (a). Hanya elemen yang terdapat pada kolom 2 bagian akibat

tsunami yang memiliki warna matriks beton seperti warna pada Gambar 4.2 (b).

(a) (b)

Gambar 4.2 kondisi beton setelah pembobokan

Sumber: Penulis

4.1.3 Kondisi tulangan setelah pembobokan

Dari hasil pembobokan yang telah di lakukan pada elemen kolom beton

kondisi tidak terkena tsunami dan pembobokan pada elemem kolom beton akibat

tsunami. Kondisi tulangan beton yang tidak terkena tsunami relatif masih baik

walaupun telah tampak korosi ringan, tetapi sebaliknya bagian akibat tsunami kondisi

tulangan beton terlihat sudah mulai korosi parah. Gambar 4.3 dibawah ini

21

Page 22: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

menjelaskan kondisi tulangan bangunan yang telah terendam air tsunami. Gambar a

menunjukkan tulangan yang baru mengalami rusak ringan sedangkan gambar b

menunjukkan tulangan yang sudah keropos. Untuk melihat lebih detail bagian

tulangan dapat dilihat pada lampiran A.4.3 halaman 46.

(a). Sebelum tsunami (b). Sesudah tsunami

gambar 4.3 kondisi tulangan sebelum dan Sesudah Tsunami

Sumber: Penulis

4.2 Pembacaan Hasil dan Analisa Data

Untuk pembacaan hasil, penulis memasukkan data dari hasil yang telah

dilakukan dengan pengujian alat Concrete Hammer Test ke program Micrisoft Excel

untuk melakukan olah data. perbedaan kekuatan akan terlihat jelas pada grafik

perbandingan berdasarkan data yang telah dilakukan pada kolom bangunan tersebut.

Kekuatan beton atau kuat tekan yang dimaksud pada analisa ini adalah kuat pantul

22

Page 23: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

yang dimunculkan oleh alat hammer test bukan kuat tekan beton yang diuji

dilaboratorium.

4.2.1 Pengujian schmids hammer

Berdasarkan hasil hammer test dibeberapa elevasi, terlihat bahwa kekuatan

beton cukup seragam, dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa pengambilan data

menggunakan alat hammer test dapat dilakukan walaupun tidak seluruhnya tetapi

hasilnya dapat mewakili kondisi beton secara keseluruhan.

Hasil pengujian menggunakan alat Schminds Hammer Test disajikan dalam

tabel berikut:

Tabel 4.1 Nilai pantulan Schminds Hammer pada Beton Tidak Terkena Tsunami

No Hasil Pengujian pada Pada Pantulan Ke Rata-Kolo

m 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 rata

1 32 30 28 26 36 33 28 33 37 42 27 3932,5

8

2 31 27 28 25 33 22 31 32 32 30 29 2628,8

3

3 33 29 36 36 35 31 30 36 29 33 35 3533,1

7

4 31 29 35 31 31 39 37 37 32 35 30 3033,0

8

5 29 31 32 32 33 33 30 34 31 37 39 3833,2

5

6 31 28 27 26 29 24 24 28 31 26 24 2727,0

8

7 21 16 19 18 18 18 23 22 17 20 27 2520,3

3

8 30 35 29 30 27 31 31 33 34 29 30 3030,7

5

Tabel 4.2 Nilai pantulan Schminds Hammer pada Beton Akibat Tsunami

No Hasil Pengujian pada Pada Pantulan Ke Rata-Kolo

m 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12rata

23

Page 24: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

1 23 24 22 23 26 26 26 24 24 28 26 25 24,752 16 13 18 18 15 14 13 16 15 21 15 12 15,53 20 37 29 38 21 30 26 24 26 32 32 35 29,174 31 30 26 27 31 27 30 26 30 29 27 29 28,585 22 28 30 28 30 25 27 29 24 26 27 25 26,756 15 16 15 13 17 16 12 15 20 16 15 14 15,337 29 29 27 30 26 26 22 22 28 30 25 28 26,838 22 25 22 25 28 28 24 24 27 22 24 23 24,5

Berdasarkan Tabel 4.1 dan Tabel 4.2, terlihat perubahan kuat pantulan hasil

alat hammer test setelah beton terkena tsunami. Hasil pengujian antara hubungan nilai

pantul kuat tekan dari tabel diatas dapat digambarkan seperti grafik sebagai berikut:

1 2 3 4 5 6 7 80

5

10

15

20

25

30

35

Tidak terkena tsunami

Akibat tsunami

Has

il U

ji

Kolom

Gambar 4.4 Grafik Nilai Pantul dan Kuat Tekan BetonSumber: Penulis

Hasil hammer test pada kolom bangunan Mesjid Paya Peunaga diperoleh

kuat tekan rata-rata nilai pantulan pada beton memiliki perselisihan antara hasil

24

Page 25: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

perhitungan akibat tsunami dan yang tidak terkena tsunami dapat dilihat pada grafik

diatas.

4.2.2 Analisa data

Dari tabel 4.1 dan 4.2 diatas dapat dilihat beberapa kolom yang hasilnya

error karena nilai rata-rata lebih dari +6 nilai rata-rata dan kurang dari -6 nilai rata-

rata (6 rata-rata + 6), maka nilainya harus dihilangkan. Hasil perhitungan rata-rata

dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.3 Hasil perhitungan rata-rata pada bangunan sebelum tsunami

No Hasil Pengujian pada Pada Pantulan Ke Rata-Kolom 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 rata

1 32 30 28 36 33 28 33 37 27 39 32,32 31 27 28 25 33 31 32 32 30 29 26 29,453 33 29 36 36 35 31 30 36 29 33 35 35 33,174 31 29 35 31 31 39 37 37 32 35 30 30 33,085 29 31 32 32 33 33 30 34 31 37 39 38 33,256 31 28 27 26 29 24 24 28 31 26 24 27 27,0878 30 35 29 30 27 31 31 33 34 29 30 30 30,75

Tabel 4.4 Hasil perhitungan rata-rata pada bangunan sesudah tsunami

No Hasil Pengujian pada Pada Pantulan Ke Rata-Kolom 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 rata

1 23 24 22 23 26 26 26 24 24 28 26 25 24,752 16 13 18 18 15 14 13 16 15 21 15 12 15,53 29 30 26 24 26 32 32 35 29,254 31 30 26 27 31 27 30 26 30 29 27 29 28,585 22 28 30 28 30 25 27 29 24 26 27 25 26,756 15 16 15 13 17 16 12 15 20 16 15 14 15,3378 22 25 22 25 28 28 24 24 27 22 24 23 24,5

25

Page 26: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

Berdasarkan tabel 4.3 dan 4.4 diatas dapat dilihat dengan menghilangkan

nilai yang error,sedangkan pada kolom 7 semua nilan kuat tekan pantulan harus

dihilangkan karena error maka hasil nilai rata-rata juga berubah seperti yang

disajikan dalam tabel diatas. Berdasarkan perhitungan diatas dapat digambarkan

kedalam Grafik seperti dibawah ini:

1 2 3 4 5 6 7 80

5

10

15

20

25

30

35

Tidak terkena tsunami Akibat tsunami

Kolom

Has

il U

ji

Error

Gambar 4.5 Grafik Perhitungan Rata-rataSumber: Penulis

Tabel 4.5 Hasil rata-rata kuat tekan dari setiap kolom.

KolomNILAI KUAT TEKAN PANTULAN Persen

Sebelum Tsunami Sesudah Tsunami (%)1 26 25 4%2 29 15 45%3 33 17 48%4 33 29 12%5 32 26 19%6 28 15 46%

26

Page 27: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

7 8 31 25 19%

∑ rata2 30 22

Dari tabel diatas menunjukkan hasil pengujian alat Hammer Test pada

persentase 4% adalah penurunan pada kolom 1, persentase 45% pada kolom 2,

persentase 48 pada kolom 3, persentase 12% pada kolom 4, persentase 19% pada

kolom 5, persentase 46% pada kolom 6 dan persentase 19 pada kolom 8, sedangkan

pada kolom 7 mendapatkan nilai error maka nilainya dihilangkan. Jadi maksimum

persentase penurunan kekuatan beton dengan uji alat hammer test sebesar 48% pada

kolom 3 dan minimum persentase penurunan kekuatan beton dengan uji alat hammer

test sebesar 4% pada kolom pada kolom 1.

Berdasarkan tabel diatas, hasil nilai rata-rata pengujian kuat tekan

penggabungan dari semua kolom yang diuji dan besar penurunan persen dapat

digambarkan seperti grafik dibawah ini:

30

22

0.04 0.45 0.48 0.12 0.19 0.46 0.19

Sebelum Tsunami Sesudah Tsunami %

Nila

i Kua

t Pan

-tu

l

Gambar 4.5 Grafik Nilai Rata-rata

Sumber: Penulis

27

Page 28: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

4.3 Pembahasan

4.3.1 Hasil Visual

Menurut hasil penelitian pada bangunan Mesjid Paya Peunaga Kecamatan

Meureubo Kabupaten Aceh Barat kondisi beton sebelum dan sesudah tsunami

mengalami perubahan bentuk, pada beton yang tidak terkena tsunami beton masih

dalam kondisi utuh sedangkan pada beton yang sudah terkena tsunami kondisi beton

sudah mulai keropos, dengan kondisi besi tulangannya sudah terkelupas. Dapat

dilihat pada lampiran A.4.2 halaman 38.

4.3.2 Hasil Uji Alat Hammer Test

Berdasarkan hasil uji alat hammer test sesuai yang dibahas diatas kekuatan

kolom terjadi penurunan kekuatan antar beton, kekuatan tersebut juga dikhawatirkan

berpengaruh pada keandalan bangunan karena sudah tidak bisa dikalibrasikan dengan

grafik yang ada pada alat hammer test. Dapat dilihat pada lampiran A.4.7 halaman 51.

28

Page 29: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan, maka dapat diambil

beberapa kesimpulan sebagai hasil dari analisis ini. Saran dikemukakan dengan

tujuan agar analisis ini dapat dikembangkan dan dilanjutkan lagi dengan sempurna.

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan

pada BAB IV, pengujian dan perhitungan menggunakan metode Concrete Hammer

Test dengan pengujian tidak merusak, ini dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan atau acuan untuk mengetahui penurunan kekuatan beton akibat

tsunami, dan bangunan tersebut layak atau tidak layak untuk digunakan.

Setelah melakukan analisis menggunakan metode Concrete Hammer Test pada

bab 4, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan dari hasil pembobokan kolom bangunan tulangannya

berkorosi sudah dalam rusak parah pada bagian terkena tsunami, sedangkan

pada bagian tidak terkena tsunami tulangannya juga ada yang berkorosi

tetapi tidak termasuk rusak parah.

29

Page 30: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

2. Dari hasil pengujian Concrete Hammer Test Non-Destruktive pada Mesjid

Paya Peunaga Kecamatan Mereubo Kabupaten Aceh Barat besar terjadi

penurunan kekuatan beton dengan pantulan alat Hammer test pengujian

kolom 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8 persentase masing-masing kolom adalah sebagai

berikut: 4%, 45%, 48%, 12%, 19%, 46%, dan 19%.

3. Berdasarkan hasil analisa pengujian penurunan kekuatan beton bangunan

gedung tersebut sudah tergolong kedalam kategori kurang baik.

5.2 Saran

1. Sebaiknya gedung yang telah keropos dan sudah terkena tsunami sebaiknya

jangan lagi digunakan sebagaimana layaknya.

2. Agar nantinya setiap gedung yang sudah mengalami atau terendam air

tsunami, juga melakukan analisis terhadap struktur bangunannya untuk

mengetahuai bangunan aman, kuat, kokoh dan masih layak atau tidak layak.

3. Agar Pemerintah atau Pemda melakukan uji kelayakan bangunan yang

terkena tsunami agar dapat dikeluarkan sertifikat laik fungsi bangunan

gedung sesuai dengan Undang-undang.

30

Page 31: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, S.H., dkk., 2013, Perbandingan Kekuatan Beton Berdasarkan Hasli

Ultrasonic Pulse Velocyty Test Dengan Uji Tekan (020M), Universitas

Sebelas Maret (UNS)-Surakarta.

Alkhaly, R.H,, 2013, Penilaian Kerusakan Pada Gedung Kantor Jasa Raharja

Lhokseumawe, Teras Jurnal.

Dewanti, R., dkk., (2013) Investigasi Indeks Kerusakan Pada Struktur Baja 4 Tingkat

Dengan Menggunakan Analisa Riwayat Waktu.

Dewi, M.S., dkk., 2013, Investigasi Keandalan Struktur Beton Pada Bangunan

Cerobong Menggunakan Destructive Dan Non Destructive Test (Studi Kasus :

Stack Boiler Gresik Unit 1& 2, Jurnal Rekayasa Sipil.

Fauzan, dkk., 2009. Analisa Kerusakan Struktur Bangunan Gedung “A”SMAN 10

Padang Akibat Gempa 30 September 2009.Jurnal

31

Page 32: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

Hartono, H., 2007, Analisa Kerusakan Struktur Bangunan Gedung Bappeda

Wonogiri (The Analysis Of Strukture Fiature At Bappeda Wonogiri Building).

Ilyas, T. A., 2006, Mitigasi Gempa dan Tsunami di Didaerah Perkotaan, Guru Besar

Geotechnik Fakultas Universitas Indonesia.

Lubis, M., 2003, Pengujian Struktur Beton Dengan Metode Hammer Test dan Uji

Pembebanan (Load Test). By USU Digital Library

Rochman, A., 2006, Gedung Pasca Bakar Estimasi Kekuatan Sisa Dan Teknologi

Perbaikannya.

Tjokrodimuljo, dkk, 2007, Teknologi Beton. Yogyakarta: Biro Penerbit.

Triatmaja, R., dkk., 2010, Gaya Gelombang Tsunami Pada Bangunan

Berpenghalang. Surabaya

Winarsih, T., 2010, Asesmen Kekuatan Struktur Bangunan Gedung, Studi Kasus :

Bangunan Gedung Unit Gawat Darurat (UGD) dan Administrasi Rumah Sakit

Umum Daerah (RSUD) Banyudono, Kabupaten Boyolali, Tesis.

32

Page 33: repository.utu.ac.idrepository.utu.ac.id/1410/1/BAB I-IV.docx · Web viewKesimpulan diambil dari hasil pengujian dan pembahasan yang dilakukan pada BAB IV, pengujian dan perhitungan

33