Huldani - Myelitis

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    1/45

    Referat

    MYELITIS

    Oleh:

    dr. Huldani

    UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    BANJARMASIN

    NOVEMBER, 2012

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    2/45

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL

    DAFTAR ISI

    DAFTAR GAMBAR

    DAFTAR TABEL

    i

    ii

    iii

    iv

    v

    BAB I

    1.1

    1.2

    1.3

    1.4

    BAB II

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Rumusan Masalah

    Tujuan

    Manfaat

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi Myelitis

    2.2 Klasifikasi Myelitis

    2.2.1 Menurut Onset

    2.2.2 Menurut NINDS

    2.2.3 Menurut Lokasi dan Distribusi Myelitis

    2.2.3.1 Acute Transverse Myelitis (ATM)

    A. Definisi

    B. Epidemiologi

    C. Etiologi

    D. Patofisiologi

    E. Tanda dan gejala klinis ATM

    F. Diagnosis Dan Pemeriksaan Penunjang ATM

    G. Penatalaksanaan ATM

    2.2.3.2 Poliomyelitis

    1

    1

    2

    3

    3

    4

    4

    5

    5

    5

    6

    7

    7

    7

    8

    9

    11

    13

    17

    20

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    3/45

    BAB III

    BAB IV

    BAB V

    BAB VI

    A. Definisi Poliomielitis

    B. Epidemiologi Poliomielitis

    C. Klasifikasi Poliomielitis

    D. Etiologi Poliomielitis

    E. Patofisiologi Poliomielitis

    F. Manifestasi Klinis

    G. Penatalaksanaan dan Prognosis Poliomielitis

    Algoritma

    Tabel Komparasi

    Rangkuman/Resume

    Kesimpulan

    Kesan & pesan

    PENUTUP

    20

    20

    21

    24

    25

    26

    28

    30

    32

    34

    40

    42

    43

    DAFTAR PUSTAKA

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    4/45

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    DAFTAR GAMBAR

    BAB II Gambar 1. Gambaran MRI pada kasus ATM

    Gambar 2. Patogenesis poliomielitis

    BAB III ALGORITMA

    15

    26

    30

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    5/45

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    DAFTAR TABEL

    BAB II Tabel 1. Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis penyebab ATM

    BAB IV TABEL KOMPARASI

    16

    32

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    6/45

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1.

    Latar Belakang

    Myelitis adalah kelainan neurologi pada medulla spinalis (myelopati) yang

    disebabkan proses inflamasi (NINDS 2012). Serangan inflamasi pada medulla spinalis

    dapat merusak atau menghancurkan mielin yang merupakan selubung serabut sel saraf.

    Kerusakan ini menyebabkan jaringan parut pada sistem saraf yang menganggu hubungan

    antara saraf pada medulla spinalis dan tubuh. Beberapa literatur sering menyebutnya

    sebagai myelitis transverse atau myelitis transverse akut (1,2).

    Insiden myelitis dari seluruh usia anak hingga dewasa dilaporkan sebanyak 1-8 juta

    orang di Amerika Serikat, sekitar 1400 kasus baru per tahun yang didiagnosis di Amerika

    Serikat. Sebanyak 34000 orang dewasa dan anak-anak menderita gejala sisa myelitis

    berupa cacat sekunder. Sekitar 20 % dari myelitis transversal akut terjadi pada anak-anak.

    Sedangkan insiden myelitis transversa idiopatik sekitar 1,34-4,6 juta per tahun (3).

    Myelitis dapat disebabkan berbagai etiologi seperti infeksi bakteri dan virus,

    penyakit autoimun sistemik, beberapa sclerosis, SLE, Sjogren sindrome, pasca trauma,

    neoplasma, iskemik atau perdarahan saraf tulang belakang dan jarang penyebab iatrogenik.

    Pada kasus dimana penyebab dari myelitis tidak dapat diidentifikasi maka disebut sebagai

    idiopatik (1,4).

    Selama terjadi inflamasi pada saraf tulang belakang, akson yang bermyelin

    mengalami kerusakan yang dapat menyebabkan gejala berupa gejala motorik seperti

    kelumpuhan, disfungsi sensori seperti rasa nyeri dan rasa kebas, dan disfungsi otonom

    seperti retensi urin. Sedangkan prognosis dari myelitis adalah buruk. Prognosis setelah

    serangan myelitis sangat bervariasi antara dewasa dan anak (5).

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    7/45

    Adapun beberapa jenis dari myelitis : 1. Poliomyelitis : penyakit yang disebabkan

    oleh infeksi virus ke gray matter medulla spinalis dengan gejala kelemahan atau

    kelumpuhan otot, 2. Leukomyelitis : lesi di bagian white matter medulla spinalis, 3.

    Transverse myelitis : proses inflamasi pada saraf tulang belakang disebabkan oleh

    demyelinasi aksonal meliputi kedua sisi tulang belakang, 4. Meningococcal myelitis :

    inflamasi pada daerah meningens dan spinal cord (6).

    Dari banyaknya jenis myelitis maka diperlukan diagnosis dan tatalaksana yang tepat

    untuk mencegah progresifitas maupun komplikasi dari penyakit tersebut. Inilah uraian

    singkat dari penyaji yang lebih lengkapnya dapat dibaca di uraian selanjutnya.

    1.2. Rumusan masalah

    Tingginya insidensi jenis penyakit ini di belahan dunia mengharuskan perlunya

    pemahaman yang tinggi bagi tenaga medis sehingga diperlukan pembelajaran agar kasus

    seperti ini dapat ditangani dengan tepat sebagaimana penanganan penyakit lainnya yang

    sering ditemui. Dengan demikian, rumusan masalah pada tinjauan pustaka ini adalah:

    1.

    Apa saja jenis penyakit yang myelitis tersering ?

    2. Bagaimana algoritma diagnosis dan penatalaksanaan penyakit dengan myelitis?

    1.3. Tujuan

    Tinjauan kepustakaan ini bertujuan menjelaskan definisi, klasifikasi, etiologi,

    epidemiologi, patofisiologi, diagnosis, tatalaksana dari myelitis.

    1.4. Manfaat

    Tinjauan pustaka ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada mahasiswa

    kedokteran dan praktisi kesehatan agar dapat menegakkan diagnosis secara dini dan

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    8/45

    memberikan penanganan yang tepat sehingga dapat mencegah progresivitas pada kasus

    myelitis.

    BAB II

    ISI

    2.1. Definisi Myelitis

    Pada abad ke-19, hampir semua penyakit pada medulla spinalis disebut myelitis.

    DalamDercums Of Nervous Diseasespada 1895, Morton Prince seorang ahli neuro pernah

    menulis tentang myelitis traumatik, myelitis kompresif dan sebagainya, yang agak

    memberikan kejelasan tentang arti terminologi tersebut. Dengan bertambah majunya

    pengetahuan neuropatologi, satu persatu penyakit di atas dapat diseleksi hingga yang

    tergolong benar-benar karena radang atau inflmasi saja yang masih tertinggal (7).

    Menurut Plum dan Olsen (1981) serta Banister (1978) myelitis adalah terminologi

    nonspesifik, yang artinya tidak lebih dari radang medulla spinalis. Tetapi Adams dan Victor

    (1985) menulis bahwa myelitis adalah proses radang infektif maupun non-infektif yang

    menyebabkan kerusakan hingga nekrosis pada substansia grisea dan alba (7,8).

    Menurut NINDS (National Institute of Neurological Disorders and Stroke) tahun

    2012, myelitis adalah kelainan neurologi pada medulla spinalis (myelopati) yang disebabkan

    proses inflamasi (1).

    Menurut kamus kedokteran Dorland 2007, myelitis adalah proses inflamasi pada

    medulla spinalis/ spinal cord (9).

    Beberapa literatur sering menyebut beberapa inflamasi yang menyerang medulla

    spinalis sebagai myelitis transverse atau myelitis transverse akut. Bahkan bentuk subakut

    dari myelitis juga disebut sebagai myelitis transverse akut (2).

    Makna transversa pada kasus myelitis menggambarkan secara klinis adanya band

    like area horizontal perubahan sensasi di daerah leher atau toraks. Sejak saat itu, sindrom

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    9/45

    paralisis progresif karena inflamasi di medulla spinalis dikenal sebagai myelitis

    transversalis. Inflamasi berarti adanya pengaktifan sistem imun yang ada pada daerah lesi

    dan potensial menimbulkan kerusakan. Jadi tidak ada keterlibatan saraf tulang belakang baik

    dari segi patologi maupun pencitraan, tapi hingga hari ini masih sering literatur yang

    menggunakannya (2).

    2.2. Klasifikasi Myelitis

    2.2.1.Menurut Onset

    Menurut Sema et al (2007) perjalanan klinis antara onset hingga munculnya gejala klinis

    myelitis dibedakan atas (10) :

    2.2.1.1. Akut.

    Gejala berkembang dengan cepat dan mencapai puncaknya dalam waktu beberapa hari

    saja.

    2.2.1.2. Sub Akut.

    Perjalanan klinis penyakit berkembang dalam waktu 2 minggu.

    2.2.1.3.

    Kronik.

    Perjalanan klinis penyakit berkembang dalam waktu lebih dari 2 minggu.

    2.2.2. Menurut NINDS

    Adapun beberapa jenis dari myelitis menurut NINDS 2012 (1,2) :

    2.2.2.1. Myelitis yang disebabkan oleh virus.

    Poliomielitis, group A dan B Coxsackie virus, echovirus.

    Herpes zoster.

    Rabies.

    Virus B2.

    2.2.2.2. Myelitis yang merupakan akibat sekunder dari penyakit pada meningens dan

    medula spinal.

    Myelitis sifilitika

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    10/45

    Meningoradikulitis kronik (tabes dorsalis)

    Meningomielitis kronik

    Myelitis piogenik atau supurativa

    Meningomielitis subakut

    Myelitis tuberkulosa

    Meningomielitis tuberkulosa

    Infeksi parasit dan fungus yang menimbulkan granuloma epidural, meningitis

    lokalisata atau meningomielitis dan abses.

    2.2.2.3. Myelitis (mielopati) yang penyebabnya tidak diketahui.

    Pasca infeksiosa dan pasca vaksinasi.

    Kekambuhan sklerosis multipleks akut dan kronik

    Degeneratif atau nekrotik

    2.2.3. Menurut Lokasi dan Distribusi Myelitis

    2.2.3.1. Myelitis transversa apabila mengenai seluruh potongan melintang medula spinalis

    2.2.3.2. Poliomyelitis apabila mengenai substansia grisea

    2.2.3.3. Leukomyelitis apabila mengenai substansia alba

    Istilah mielopati digunakan bagi proses non inflamasi medulla spinalis misalnya yang

    disebabkan proses toksis, nutrisi, metabolik dan nekrosis (6,8).

    2.2.3.1. ACUTE TRANSVERSE MYELITIS (ATM)

    A. Definisi

    DefinisiAcute Transverse Myelitis(ATM) menurut NINDS ( National Institute of

    Neurological Disorders and stroke) 2012 adalah kelainan neurologi yang disebabkan oleh

    peradangan sepanjang medulla spinalis baik melibatkan satu tingkat atau segmen dari

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    11/45

    medulla spinalis. Istilah mielitis menunjukkan peradangan pada medulla spinalis,

    trasversa menunjukkan posisi dari peradangan sepanjang medulla spinalis (1).

    Beberapa literature sering menyebutnya sebagai myelitis transverse maupun

    myelitis transverse akut. Bahkan bentuk subakut dari myelitis juga disebut sebagai

    myelitis transverse akut. Sebagai hasilnya, makna Acute Transverse Myelitis sering

    tumpang tindih dengan Myelitis Transverse (2).

    Menurut Varina (2012), Acute Transverse Myelitis (ATM) adalah sekumpulan

    kelainan neurologi yang disebabkan oleh proses inflamasi pada saraf tulang belakang dan

    berakibat hilangnya fungsi motorik dan sensorik di bawah tingkat lesi (3).

    B. Epidemiologi

    Insiden ATM dari seluruh usia anak hingga dewasa dilaporkan sebanyak 1-8 juta

    orang di Amerika Serikat, sekitar 1400 kasus baru ATM per tahun yang didiagnosis di

    Amerika Serikat. Sebanyak 34000 orang dewasa dan anak-anak menderita gejala sisa

    ATM berupa cacat sekunder. Sekitar 20 % dari ATM terjadi pada anak-anak (3).

    ATM dapat diderita oleh orang dewasa dan anak anak baik pada semua jenis

    kelamin maupun ras. ATM memiliki puncak insidensi yang berbeda yaitu umur : 10-19

    dan 30-39 tahun. Ini menunjukkan tidak ada faktor predileksi seperti : ras, familial atau

    jenis kelamin pada kasus ATM. Sehingga antara laki-laki dan perempuan mempunyai

    probabilty yang sama untuk menderita ATM. Insiden meningkat menjadi 24,6 juta kasus

    per tahun jika didapatkan penyebab demielinasi yang berhubungan dengan myelitis,

    terutama multiple sclerosis (5,11).

    ATM mungkin timbul dari berbagai penyebab, tetapi paling sering terjadi sebagai

    fenomena autoimun setelah infeksi atau vaksinasi (jumlah 60% kasus pada anak-anak)

    atau karena infeksi langsung, penyakit dasar seperti autoimun sistemik, atau diperoleh

    penyakit demielinasi seperti multiple sclerosis atau spektrum dari gangguan yang

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    12/45

    berhubungan dengan neuromyelitis optica (penyakit Devic, penyakit demielinasi yang

    dikenal sebagai gabungan penyakit myelitis transversa dan neuritis optik) (5).

    C. Etiologi

    ATM terjadi karena berbagai etiologi seperti infeksi langsung oleh virus, bakteri,

    jamur, maupun parasit, human immunodeficiency virus ( HIV ), varicella zoster,

    cytomegalovirus, dan TBC. Namun juga dapat disebabkan oleh proses non - infeksi atau

    melalui jalur inflamasi. ATM sering terjadi setelah infeksi atau setelah vaksinasi. ATM

    dapat juga terjadi sebagai komplikasi dari syphilis, campak, penyakit lyme, dan beberapa

    vaksinasi seperti chikenpox dan rabies (1).

    Faktor etiologi lain yang dikaitkan dengan kejadian ATM adalah penyakit

    autoimmune sistemik (SLE, multiple sklerosis, Sjogrens syndrome), sindrom

    paraneoplastik, penyakit vaskuler, iskemik sumsum tulang belakang meskipun tidak

    jarang tidak ditemukannya faktor penyebab ATM sehingga disebut sebagai "idiopatik"

    (4).

    D. Patofisiologi

    Hingga saat ini, para peneliti tidak dapat menentukan secara pasti penyebab ATM.

    Satu teori utama yang menyebabkan ATM adalah imun memediasi inflamasi sebagai

    hasil akibat terpapar dengan antigen viral (3).

    Pada kasus ATM post infeksi, mekanisme sistem immun baik pada viral atau

    infeksi bakteri tampaknya berperan penting dalam menyebabkan kerusakan saraf spinal.

    Walaupun peneliti belum mengetahui secara tepat mekanisme kerusakan saraf spinal.

    Rangsangan sistem immun sebagai respon terhadap infeksi menunjukkan bahwa suatu

    reaksi autoimun yang bertanggung jawab. Molekuler mimikri dari viral dapat

    menstimulasi generasi antibodi yang dapat memberikan reaksi silang dengan antigennya

    sendiri, menghasilkan formasi imun kompleks dan aktivasi dari complement-mediated

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    13/45

    atau cellmediated yang dapat menimbulkan injury terhadap jaringannya sendiri. Infeksi

    juga dapat menyebabkan kerusakan langsung jaringan saraf tulang belakang (3,11).

    Pada penyakit autoimun, sistem imun yang secara normal melindungi tubuh

    terhadap organisme, melakukan kesalahan dengan menyerang jaringan tubuh sendiri

    yang menyebabkan inflamsi dan pada beberapa kasus merusak mielin medulla spinalis.

    ATM juga terdapat pada beberapa penyakit autoimun seperti systemic lupus

    erythematosus, Sindrom Sjogren's, dan sarcoidosis (11).

    Beberapa kasus ATM disebabkan oleh malformai arteri-vena spinalis (kelainan

    yang merubah aliran darah) atau penyakit vaskuler seperti atherosklerosis yang

    menyebabkan iskemik. Sehingga menurunkan kadar oksigen pada jaringan medulla

    spinalis. Iskemik dapat disebabkan perdarahan (hemorragik) dalam medulla spinalis,

    pembuluh darah yang menyumbat atau sempit, atau faktor lainnya. Pembuluh darah

    membawa oksigen dan nutrisi ke jaringan medulla spinalis dan membuang hasil

    metabolisme. Saat pembuluh darah tersumbat atau menyempit dan tidak dapat membawa

    sejumlah oksigen ke jaringan medulla spinalis. Saat area medulla spinalis menjadi

    kekurangan oksigen atau iskemik. Sel dan serabut saraf mulai mengalami perburukan

    secara cepat. Kerusakan ini menyebabkan inflamasi yang luas kadang - kadang

    menyebabkan ATM (11).

    Ketika TM timbul tanpa penyakit penyerta yang tampak, hal ini diasumsikan untuk

    menjadi idiopatik. TM idiopatik diasumsikan untuk sebagai hasil dari aktivasi abnormal

    sistem imun melawan medulla spinalis (11).

    Makroskopis pada medulla spinalis yang mengalami peradangan akan tampak

    edema, hiperemi dan pada kasus berat terjadi perlunakan (mielomalasia) (3).

    Mikroskopis akan tampak pada leptomening tampak edema, pembuluh pembuluh

    darah yang melebar dengan infiltrasi perivaskuler dan pada medulla spinalis tampak

    pembuluh darah yang melebar dengan infiltrasi perivaskuler (limfosit/leukosit) di

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    14/45

    substansia grisea dan alba. Tampak pula kelainan degeneratif pada sel - sel ganglia, pada

    akson akson dan pada selubung mielin, disamping itu tampak adanya hiperplasia dari

    mikroglia. Traktus traktus panjang disebelah atas atau bawah daripada segemen yang

    sakit dapat memperlihatkan kelainankelainan degeneratif (3).

    E. Tanda dan gejala klinis ATM

    Medula spinalis adalah struktur yang relatif sempit di mana traktus motorik,

    sensorik , dan otonom berada saling berdekatan. Oleh karena itu, lesi di medulla spinalis

    dapat memiliki efek dalam semua modalitas ini. Namun, efek tersebut tidak selalu

    seragam dimana tingkat keparahan atau simetris di seluruh modalitas berbeda.

    Pemeriksaan klinis dengan fokus pada penyelidikan untuk sensorik tulang belakang dan

    tingkat motorik, akan membantu dalam lokalisasi lesi (3).

    ATM terjadi secara akut (terjadi dalam beberapa jam sampai beberapa hari) atau

    subakut (terjadi dalam satu atau dua minggu). Gejala umum yang muncul melibatkan

    gejala motorik, sensorik dan otonom. Beberapa penderita juga melaporkan mengalami

    spasme otot, gelisah, sakit kepala, demam, dan hilangnya selera (1).

    Dari beberapa gejala, muncul empat gejala klasik ATM yaitu kelemahan otot atau

    paralisis kedua lengan atau kaki, nyeri, kehilangan rasa pada kaki dan jari jari kaki,

    disfungsi kandung kemih dan buang air besar (1).

    Gejala sensorik pada ATM (3,5) :

    1) Nyeri adalah gejala utama pada kira- kira sepertiga hingga setengah dari semua

    penderita ATM. Nyeri terlokalisir di pinggang atau perasaan yang menetap seperti

    tertusuk atau tertembak yang menyebar ke kaki, lengan atau badan .

    2) Gejala lainnya berupa parastesia yang mendadak (perasaan yang abnormal seperti

    terbakar, gatal, tertusuk, atau perasaan geli) di kaki, hilangnya sensorik. Penderita juga

    mengalami gangguan sensorik seperti kebas, perasaan geli, kedinginan atau perasaan

    terbakar. Hampir 80 % penderita ATM mengalami kepekaan yang tinggi terhadap

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    15/45

    sentuhan misalnya pada saat perpakaian atau sentuhan ringan dengan jari menyebabkan

    ketidaknyamanan atau nyeri ( disebut allodinia ). Beberapa penderita juga mengalami

    pekaan yang tinggi terhadap perubahan temperatur atau suhu panas atau dingin.

    Gejala motorik pada ATM : Beberapa penderita mengalami tingkatan kelemahan

    yang bervariasi pada kaki dan lengan. Pada awalnya penderita dengan ATM terlihat

    bahwa mereka terasa berat atau menyerat salah satu kakinya atau lengan mereka karena

    terasa lebih berat dari normal. Kekuatan otot dapat mengalami penurunan. Beberapa

    minggu penyakit tersebut secara progresif berkembang menjadi kelemahan kaki secara

    menyeluruh, akhirnya menuntut penderita untuk menggunakan suatu kursi roda. Terjadi

    paraparesis (kelemahan pada sebagian kaki). Paraparesis sering menjadi paraplegia (

    kelemahan pada kedua kaki dan pungung bagian bawah) (1,5).

    Gejala otonom pada ATM berupa gangguan fungsi kandung kemih seperti retensi

    urin dan buang air besar hingga gangguan pasase usus dan disfungsi seksual sering

    terjadi. Tergantung pada segmen medulla spinalis yang terlibat, beberapa penderita

    mengalami masalah dengan sistem respiratori (1,5).

    Pemulihan dapat tidak terjadi, sebagian atau komplit dan secara umum dimulai

    dalam satu sampai tiga bulan. Dan pemulihan tampaknya tidak akan terjadi, jika tidak ada

    perkembangan dalam tiga bulan. ATM biasanya adalah penyakit monofasik dan jarang

    rekuren (5).

    F. Diagnosis Dan Pemeriksaan Penunjang ATM

    ATM memiliki diagnosis diferensial yang luas. Riwayat medis, tinjauan sistem

    medis, sosial serta riwayat perjalanan, dan pemeriksaan fisik secara umum dapat

    memberikan petunjuk saat itu terhadap kemungkinan infeksi maupun penyebab

    paraneoplastik, serta penyebab terkait dengan inflamasi sistemik atau penyakit autoimun

    seperti lupus eritematosus sistemik, Sindrom Sjgre, dan sarkoidosis (5).

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    16/45

    Dari anamnesis didapatkan riwayat kelemahan motorik berupa kelemahan pada

    tubuh seperti paresis pada kedua tungkai yang terdai secara progesif dalam beberapa

    minggu. Kelainan fungsi sensorik berupa rasa nyeri terutama di daerah pinggang, lalu

    perasaan kebas atau seperti terbakar yang terjadi secara mendadak pada tangan maupun

    kaki. Lalu kelainan fungsi otonom seperti retensi urin, urinary urgency maupun

    konstipasi. Kelainan neurologis berupa defisit motorik, sensorik dan otonom adalah suatu

    titik terang untuk diagnosis mielopati. Gejala dan tanda-tanda myelitis biasanya

    berkembang selama jam sampai hari dan biasanya bilateral, namun unilateral atau nyata

    presentasi asimetris dapat terjadi (3,5).

    Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis ATM berupa MRI dan pungsi lumbal.

    MRI direkomendasikan untuk menyingkirkan adanya lesi struktural, terutama yang setuju

    untuk intervensi bedah saraf mendesak. Seluruh saraf tulang belakang harus dicitrakan

    sehingga hasil negatif dapat dihindari (2,5).

    Langkah pertama dalam evaluasi diagnostik ATM untuk menyingkirkan lesi akibat

    compression (penekanan). Jika dicurigai mielopati, MRI spinal cord harus diperoleh

    sesegera mungkin dengan pemakain kontras godalinium. Jika tidak ada lesi struktural

    seperti massa tulang belakang atau spondylolisthesis, maka langkah kedua adalah untuk

    mengidentifikasi ada atau tidaknya peradangan saraf tulang belakang dengan pungsi

    lumbal . Tidak adanya pleositosis akan mengarah pada pertimbangan penyebab

    peradangan dari mielopati seperti arteriovenous malformation (AVM), emboli

    fibrocartilaginous, radiasi. Pungsi lumbal dengan pengambilan sampel cairan

    cerebrospinal (CSF) untuk menentukan adanya peradangan. Analisis isi seluler CSF akan

    menentukan jumlah sel darah putih yang dapat terakumulasi dalam cairan, yang nantinya

    dapat berfungsi sebagai indikator dari besarnya peradangan (2,5).

    Selain neuroimaging dari spinal cord dan laboratorium CSF, darah/ tes serologi

    sering membantu dalam mengesampingkan adanya gangguan sistemik seperti penyakit

    rematologi (misalnya, penyakit Sjogren atau lupus eritematosa sistemik ), gangguan

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    17/45

    metabolisme. Tes laboratorium seperti : indeks IgG, vPCR virus, antibodi lyme dan

    mikoplasma, dan VDRL terjadinya myelitis setelah infeksi atau vaksinasi tidak

    menghalangi kebutuhan untuk evaluasi lebih lanjut dalam menentukan etiologinya seperti

    infeksi sifilis, HIV, campak, rubella dan lainnya, karena infeksi atau imunisasi juga dapat

    memicu serangan myelitis (2,5).

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    18/45

    Gambar 1. Gambaran MRI pada kasus ATM (5)

    Kriteria Diagnostik untuk ATM (12) :

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    19/45

    Tabel 1. Pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis penyebab ATM (5)

    G. Penatalaksanaan ATM

    Ada beberapa literature merujuk pada penatalaksanaan ATM :

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    20/45

    Rujukan Terapi

    1)The new

    England

    Journal of

    Medicine

    (NEJM) 2010 .

    (5)

    Imunoterapi awal

    Hasil terapi pemberian imunoterapi selama fase akutmyelitis adalah menghambat progresif dan permulaan

    resolusi lesi inflamasi sumsum tulang dan mempercepat

    pemulihan klinis. Kortikosteroid merupakan pengobatan

    standard lini pertama. Sekitar 50-70 % mengalamipemulihan sebagian atau lengkap.

    Plasma exchangeTerapi plasma pengganti mungkin menguntungkan bagi

    pasien yang tidak berespon pada pemberian kortikosteroid.

    Hati-hati terhadap pemberian plasma exchange karena dapat

    menyebakan hipotensi, koagulopati, trombositopenia,elektrolit tidak seimbang.

    Penanganan gejala dan komplikasi ATM

    Bantuan pernapasan dan orofaringealMyelitis dapat menyebabkan kegagalan pernafasan dengan

    melibatkan sumsum tulang belakang bagian atas dan batang

    otak stem, sehingga penilaian ulang secara regular fungsipernapasan dan oropharyngeal diperlukan selama proses

    perubahan myelitis. Intubasi untuk ventilasi mekanik

    diperlukan untuk beberapa pasien.

    Kelemahan motorik dan Komplikasi ImobilisasiPemberian heparin berat molekul rendah untuk profilaksis

    terhadap trombosis vena disarankan untuk semua pasiendengan immoblitas. Kolaborasi dengan tim kedokteran fisik

    harus dipertimbangkan sehingga multidisiplin

    neurorehabilitasi dapat dimulai sejak dini.

    Kelainan tonus otot

    Myelitis yang parah dapat berhubungan dengan hipotonia

    pada fase akut (selama syok spinal ), tapi ini biasanya diikutioleh munculnya peningkatan resistensi terhadap gerakan

    (tonik spastisitas), bersama dengan kejang otot tak sadar

    (spastik phasic). Data dari percobaan terkontrol mendukung

    manfaat baclofen, Tizanidine, dan benzodiazepin untukpengobatan pasien dengan spastik yang berhubungan dengan

    gangguan otak dan saraf tulang belakang.

    NyeriNyeri adalah umum selama dan setelah serangan myelitis

    dan dapat disebabkan oleh cedera saraf langsung (nyerineuropatik), faktor ortopedi (misalnya, nyeri karena

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    21/45

    kekacauan postural), spastik atau beberapa kombinasi dari

    faktor-faktor ini. Nyeri neuropatik dapat berespon denganpengobatan agen antikonvulsan, obat antidepresan

    (antidepresan trisiklik dan reuptake inhibitor serotonin dan

    norepinefrin), nonsteroid analgesik dan narkotik.

    Disfungsi kandung kemih dan usus

    Penempatan kateter uretra biasanya diperlukan selama faseakut myelitis karena retensi urin di kandung kemih. Setelah

    fase akut, otot detrusor vesica urinara mengalami

    hyperreflexia yang biasanya berkembang dan ditandai oleh

    frekuensi berkemih, urgensi, urge incontinence. Gejala inibiasanya berkurang dengan pemberian agen antikolinergik

    (misalnya , oxybutynin dan tolterodine).

    NINDS 2012 (1) Sementara tiap kasus berbeda pada semua pasien , berikut ini

    adalah kemungkinan pengobatan pada pasien ATM .Steroid intravena :Pasien dengan ATM diberikan dosis tinggi metilprednisolon

    intravena elama 3-5 hari. Keputusan untuk steroid lanjutan

    atau menambahkan pengobatan baru sering didasarkan padaperjalanan klinis dan penampilan MRI pada hari ke 5 setelah

    pemberian steroid .

    Plasma Exchange

    Hal ini sering digunakan untuk pasien-pasien dengan ATMmoderat dan bentuk agresif yang tidak menunjukkan banyak

    perbaikan setelah dirawat dengan steroid intravena dan oral

    Perawatan lain untuk ATM:

    Bagi pasien yang tidak beresponi baik steroid atau Plex dan

    terus menunjukkan peradangan aktif di saraf tulangbelakang, bentuk lain dari intervensi berbasis kekebalan

    mungkin diperlukan. Penggunaan imunosupresan atau agen

    imunomodulator mungkin diperlukan. Salah satunyapenggunaan siklofosfamid intravena (obat kemoterapi sering

    digunakan untuk limfoma atau leukemia).

    Terapi rehabilitasi (physical therapy, occupational therapy,

    vocational therapy)

    AmericanAcademy of

    Neurology 2011

    (13)

    1)

    Dosis tinggi metilprednisolon ( 1 g IV setiap hariselama 3-7 hari ) biasanya lini pertama treatment pada

    awal serangan ATM. Keputusan untuk memperpanjang

    steroid atau memberikan modalitas pengobatan

    tambahan didasarkan pada perjalanan klinis dan

    gambaran MRI setelah selesai pemberian steroid.

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    22/45

    2) Plasma exchange sering ditambahkan ke rejimen jika

    pasien menunjukkan sedikit perbaikan klinis setelah

    pemberian steroid standar. Plasma exchange dapat

    dianggap sebagai pengobatan awal jika pasien memiliki

    gejala ATM yang sedang sampai parah.

    3) Pilihan terapi lainnya adalah imunomodulator dan obat

    sitotoksik seperti rituxima, azathioprine, dan

    siklofosfamid, meskipun tidak ada bukti literatur yang

    cukup untuk mendukung penggunaanya secara rutin

    4)

    Dalam satu studi retrospektif pada pasien dewasa

    dengan ATM , pasien dengan tingkat yang paling parah

    disertai kecacatan dan mereka yang memiliki riwayatpenyakit autoimun menunjukkan beberapa manfaat

    penggunaan siklofosfamid IV setelah kortikosteroid .

    5) Dalam penelitian yang sama, subkelompok lain di mana

    pasien yang menerima kortikosteroid IV diikuti

    pemberian plasma exchange bernasib lebih baik

    daripada mereka yang menerima IV kortikosteroid saja.

    Selanjutnya lebih mendukung penggunaan steroid

    diikuti oleh plasma exchange sebagai standar terapiyang diterima secara luas.

    2.2.3.2. POLIOMIELITIS

    A. Definisi Poliomielitis

    Poliomielitis merupakan penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus

    dengan predileksinya merusak sel anterior masa kelabu sumsum tulang belakang (anterior

    horn cells of the spinal cord) dan batang otak (brain stem); dengan akibat kelumpuhan

    otot-otot dengan distribusi dan tingkat yang bervariasi serta bersifat permanen (14).

    B. Epidemiologi Poliomielitis

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    23/45

    Penyakit poliomyelitis tersebar di seluruh dunia. Manusia merupakan satu-

    satunya reservoir penyakit ini. Di negara mempunyai 4 musim, penyakit ini lebih sering

    terjadi di musim panas, sedangkan di negara tropis musim tidak berpengaruh. Sebelum

    tahun 1880 penyakit ini sering terjadi secara sporadis, di mana epidemi yang pertama

    sekali dilaporkan dari Scandinavia dan Eropa Barat lalu Amerika Serikat (14).

    Pada akhir tahun 1940-an dan awal tahun 1950-an epidemi poliomyelitis secara

    teratur ditemukan di AS dengan 15.000-21.000 kasus kelumpuhan setiap tahunnya. Pada

    tahun 1920, 90 % kasus polio terjadi pada anak < 5 tahun, sedangkan di awal tahun

    1950an, kejadian tertinggi adalah pada usia 5-9 tahun, bahkan belakangan ini lebih dari

    sepertiga kasus terjadi pada usia > 15 tahun (14).

    Hingga saat ini kasus poliomyelitis jarang di negara barat, polio masih endemik di

    Asia selatan dan Afrika, terutama Pakistan, dan Nigeria. WHO memperkirakan ada 10-20

    miliar penderita di seluruh dunia. Pada tahun 1997 ada 254000 orang yang tinggal di

    Amerika Serikat yang menderita paralisis akibat polio. Amerika mendeklarasikan bebas

    polio tahun 1994 dan Eropa bebas polio pada tahun 2002 (16).

    Mortalitas tinggi terutama pada poliomyelitis tipe paralitik,disebabkan oleh

    komplikasi berupa kegagalan nafas, sedangkan untuk tipe ringan tidak dilaporkan adanya

    kematian. Walaupun kebanyakan poliomyelitis tidak jelas /inapparent (90-95%), hanya 5-

    10% yang memberikan gejala poliomyelitis (14,15).

    C. Klasifikasi Poliomielitis

    Poliomielitis terbagi menjadi 4 bagian, yaitu: (14,15,17)

    1. Poliomielitis asimtomatis : setelah masa inkubasi 6-20 hari, tidak terdapat gejala

    karena daya tahan tubuh cukup baik, maka tidak terdapat gejala klinik sama sekali.

    2. Poliomielitis abortif: timbul mendadak langsung beberapa jam sampai beberapa hari.

    Gejala berupa infeksi virus seperti malaise, anoreksia, nausea, muntah, nyeri kepala,

    nyeri tenggorokan, konstipasi dan nyeri abdomen.

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    24/45

    3. Poliomielitis non paralitik: gejala klinik hampir sama dengan poliomyelitis abortif ,

    hanya nyeri kepala, nausea dan muntah lebih hebat. Gejala ini timbul 1-2 hari

    kadang-kadang diikuti penyembuhan sementara untuk kemudian remisi demam atau

    masuk kedalam fase ke-2 dengan nyeri otot. Khas untuk penyakit ini dengan

    hipertonia, mungkin disebabkan oleh lesi pada batang otak, ganglion spinal dan

    kolumna posterior.

    4. Poliomielitis paralitik: dibagi menjadi 2 yaitu paralisis spinal dan paralisis bulbar.

    Polio paralisis spinal

    Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk

    anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun

    strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari

    200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan

    terjadi pada kaki. Setelah virus polio menyerang usus, virus ini akan diserap oleh

    pembulu darah kapiler pada dinding usus dan diangkut seluruh tubuh. Virus Polio

    menyerang saraf tulang belakang dan syaraf motorik -- yang mengontrol gerakan

    fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang

    tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang

    seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan

    memengaruhi sistem saraf pusat -- menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan

    berkembang biaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan

    syaraf motorik. Syaraf motorik tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang

    berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf

    pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas, kondisi ini

    disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat

    menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada toraks (dada) dan

    abdomen (perut), disebut quadriplegia.

    Polio bulbar

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    25/45

    Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga batang otak

    ikut terserang. Batang otak mengandung syaraf motorik yang mengatur pernapasan

    dan saraf kranial, yang mengirim sinyal ke berbagai syaraf yang mengontrol

    pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan

    pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur

    pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbagai

    fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal

    ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher.

    Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima

    hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika

    otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi

    kerusakan pada saraf kranial yang bertugas mengirim 'perintah bernapas' ke paru-

    paru. Yang terkena bagian atas nervus cranial (N.III N.VII) dan biasanya dapat

    sembuh. Lalu bagian bawah (N.IX N.XIII ) sehingga terjadi pasase ludah di faring

    terganggu sehingga terjadi pengumpulan air liur,mucus dan dapat menyebabkan

    penyumbatan saluran nafas sehingga penderita memerlukan ventilator.

    Tingkat kematian karena polio bulbar berkisar 2-5% pada anak dan 15-30 %

    pada dewasa (tergantung usia penderita).

    D. Etiologi Poliomielitis

    Penyebab polio adalah virus polio. Virus polio merupakan RNA virus dan

    termasuk famili Picornavirus dari genus Enterovirus. Virus polio tahan terhadap Ph asam

    tetapi mati terhadap bahan panas, formalin, klorin dan sinar ultraviolet. Selain itu,

    penyakit ini mudah berjangkit di lingkungan dengan sanitasi yang buruk, melalui

    peralatan makan, bahkan melalui ludah (15,17).

    Secara serologi virus polio dibagi menjadi 3 tipe, yaitu:

    Tipe I Brunhilde

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    26/45

    Tipe II Lansing dan

    Tipe III Leoninya

    Tipe I yang paling sering menimbulkan epidemi yang luas dan ganas (14).

    Penularan virus terjadi melalui (17) :

    1. Secara langsung dari orang ke orang

    2. Melalui tinja penderita

    3. Melalui percikan ludah penderita

    Resiko terjadinya Polio (15) :

    a) Belum mendapatkan imunisasi

    b) Berpergian ke daerah yang masih sering ditemukan polio

    c) Malnutrisi

    d) Stres atau kelelahan fisik yang luar biasa (karena stress emosi dan fisik dapat

    melemahkan sistem kekebalan tubuh).

    e) Defisiensi imun

    E. Patofisiologi Poliomielitis

    Virus polio masuk melalui mulut dan hidung, berkembang biak di dalam

    tenggorokkan dan saluran pencernaan, diserap dan disebarkan melalui sistem pembuluh

    darah dan getah bening. Virus ini dapat memasuki aliran darah dan dan mengalir ke

    sistem saraf pusat menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis)

    (15).

    Virus hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan syaraf tertentu. Tidak semua

    neuron yang terkena mengalami kerusakan yang sama dan bila ringan sekali dapat terjadi

    penyembuhan fungsi neuron dalam 3-4 minggu sesudah timbul gejala. Daerah yang

    biasanya terkena poliomyelitis ialah medula spinalis terutama kornu anterior, batang otak

    pada nucleus vestibularis dan inti-inti saraf kranial serta formasio retikularis yang

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    27/45

    mengandung pusat vital, serebelum terutama inti-inti vermis, otak tengah midbrain

    terutama gray matter substansi nigra dan kadang-kadang nukleus rubra (15).

    Gambar 2. Patogenesis poliomielitis

    F. Manifestasi Klinis

    Gejala klinis poliomielitis terdiri dari : (14)

    a) Poliomyelitis asimtomatis

    Gejala klinis : setelah masa inkubasi 9-12 hari, tidak terdapat gejala. Kejadian ini

    sulit untuk dideteksi tapi biasanya cukup tinggi terutama di daerah-daerah yang

    standar higienenya jelek. Penyakit ini hanya diketahui dengan menemukan virus di

    tinja atau meningginya titer antibodi.

    b) Poliomyelitis abortif

    Kejadiannya diperkirakan 4-8 % dari jumlah penduduk pada suatu epidemi. Timbul

    mendadak dan berlangsung 1-3 hari dan gejala klinisnya berupa panas dan jarang

    melebihi 39,5oC, sakit tenggorokkan, sakit kepala, mual, muntah, malaise, dan nyeri

    perut. Diagnosis pasti hanya dengan menemukan virus pada biakan jaringan.

    c) Poliomyelitis non paralitik

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    28/45

    Penyakit ini terjadi 1 % dari seluruh infeksi. Gejala klinis hampir sama dengan

    poliomyelitis abortif yang berlangsung 1-2 hari. Setelah itu suhu menjadi normal,

    tetapi lalu naik kembali (dromedary chart) disertai dengan gejala nyeri kepala, mual

    dan muntah lebih berat, dan ditemukan kekakuan pada otot belakang leher, punggung

    dan tungkai, dengan tanda Kernig dan Brudzinsky yang positif. Tanda-tanda lain

    adalah Tripod yaitu bila anak berusaha duduk dari sikap tidur, maka ia akan menekuk

    kedua lututnya ke atas, sedangkan kedua lengan menunjang ke belakang pada tempat

    tidur.

    d) Poliomyelitis paralitik

    Gejala klinisnya sama seperti poliomyelitis non paralitik disertai dengan

    kelemahan satu atau beberapa kelumpuhan otot skelet atau kranial. Gejala ini dapat

    menghilang selama beberapa hari dan kemudian timbul kembali disertai dengan

    kelumpuhan (paralitik) yaitu berupa paralisis flaksid yang biasanya unilateral dan

    simetris.

    Adapun bentuk-bentuk gejalanya antara lain (14) :

    -

    Bentuk spinal : Gejala kelemahan / paralisis atau paresis otot leher, abdomen,

    tubuh, diafragma, thoraks dan terbanyak ekstremitas bawah.

    - Bentuk bulbar : Gangguan motorik satu atau lebih syaraf otak dengan atau tanpa

    gangguan pusat vital yakni pernapasan dan sirkulasi.

    - Bentuk bulbospinal : Didapatkan gejala campuran antara bentuk spinal dan bentuk

    bulbar. Kadang ensepalitik dapat disertai gejala delirium, kesadaran menurun,

    tremor dan kadang kejang.

    G. Penatalaksanaan dan Prognosis Poliomielitis

    Tidak ada pengobatan spesifik terhadap poliomyelitis. Penatalalaksaan bersifat

    simptomatis dan suportif (14) :

    - Infeksi abortif :

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    29/45

    Istirahat sampai beberapa hari setelah temperatur normal. Kalau perlu dapat diberikan

    analgetik, sedatif. Jangan melakukan aktifitas selama 2 minggu. 2 bulan kemudian

    dilakukan pemeriksaan neuro-muskulosketal untuk mengetahui adanya kelainan.

    -

    Non paralitik

    Sama dengan tipe abortif. Pemberian analgetik 15-30 menit setiap 2-4 jam. Fisioterapi

    dilakukan 3-4 hari setelah demam hilang. Fisioterapi bukan mencegah atrofi otot yang

    timbul tapi dapat mengurangi deformitas yang ada.

    - Paralitik

    Harus dirawat di rumah sakit karena sewaktu-waktu dapat terjadi paralisis pernapasan,

    dan untuk ini harus diberikan pernapasan mekanis. Bila rasa sakit telah hilang dapat

    dilakukan fisioterapi pasif dengan menggerakkan kaki/tangan.

    Prognosis

    Prognosis tergantung kepada jenis polio (subklinis, non-paralitik atau paralitik) dan

    bagian tubuh yang terkena. Prognosis jelek pada bentuk bulbar, kematian biasanya

    karena kegagalan fungsi pusat pernapasan atau infeksi sekunder pada jalan napas (14).

    BAB III

    ALGORITMA

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    30/45

    Elliot M. Frohman and Dean M. Wingerchuk. Transverse Myelitis.N Engl J Med. 2010: 363;6.

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    31/45

    Elliot M. Frohman and Dean M. Wingerchuk. Transverse Myelitis.N Engl J Med. 2010: 363;6.

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    32/45

    33

    BAB IV

    Tabel Komparasi

    Pembanding ATM Poliomyelitis

    SAP

    (sensory action potential)

    N/ normal

    MCV

    (motor conduction velocity)

    beberapa kasus /normal

    CMAP(componed motor action

    potential)

    /-

    Denervasi + +

    MRI Normal, tulang belakang

    membengak,

    hiperintensif-difus padaanterior horn cells

    Hiperintensif

    pada anterior

    horn cells

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    33/45

    34

    SKEMA

    Definisi (Hal.4)

    Klasifikasi

    Penyakit (Hal. 5 )Myelitis (hal 4)

    ATM (Hal. 7)

    Poliomyelitis (Hal. 20)

    Algoritma diagnosis

    (Hal. 30)

    Tabel Komparasi (Hal.32)

    Tatalaksana ATM (Hal. 17 )

    Tatalaksana Poliomyelitis (Hal.

    28)

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    34/45

    34

    BAB V

    Rangkuman/ Resume

    Myelitis adalah kelainan neurologi pada medulla spinalis (myelopati)

    yang disebabkan proses inflmasi. Serangan inflamasi pada medulla spinalis

    dapat merusak atau menghancurkan mielin yang merupakan selubung

    serabut sel saraf. Kerusakan ini menyebabkan jaringan parut pada sistem

    saraf yang menganggu hubungan antara saraf pada medulla spinalis dan

    tubuh. Beberapa literatur sering menyebutnya sebagai myelitis transverse

    atau myelitis transverse akut .

    Insiden myelitis dari seluruh usia anak hingga dewasa dilaporkan

    sebanyak 1-8 juta orang di Amerika Serikat, sekitar 1400 kasus baru per

    tahun yang didiagnosis di Amerika Serikat.

    Myelitis dapat disebabkan berbagai etiologi seperti infeksi bakteri dan

    virus, penyakit autoimun sistemik, beberapa sclerosis, SLE, Sjogren

    sindrome, pasca trauma, neoplasma, iskemik atau perdarahan saraf tulang

    belakang dan jarang penyebab iatrogenik. Pada kasus dimana penyebab dari

    myelitis tidak dapat diidentifikasi maka disebut sebagai idiopatik.

    Adapun beberapa jenis dari myelitis : 1. Poliomyelitis : penyakit yang

    disebabkan oleh infeksi virus kegray mattermedulla spinalis dengan gejala

    kelemahan atau kelumpuhan otot, 2. Transverse myelitis : proses inflamasi

    di medulla spinalis disebabkan oleh demyelinasi aksonal meliputi kedua sisi

    tulang belakang.

    Acute Transverse Myelitis (ATM) adalah kelainan neurologi yang

    disebabkan oleh peradangan sepanjang medulla spinalis baik melibatkan

    satu tingkat atau segmen dari medulla spinalis. Istilah mielitis

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    35/45

    35

    menunjukkan peradangan pada medulla spinalis, trasversa menunjukkan

    posisi dari peradangan sepanjang medulla spinalis.

    ATM dapat diderita oleh orang dewasa dan anak anak baik pada

    semua jenis kelamin maupun ras. ATM memiliki puncak insidensi yang

    berbeda yaitu umur : 10-19 dan 30-39 tahun. Ini menunjukkan tidak ada

    faktor predileksi seperti : ras, familial atau jenis kelamin pada kasus ATM.

    Sehingga antara laki-laki dan perempuan mempunyai probabilty yang

    sama untuk menderita ATM.

    ATM terjadi karena berbagai etiologi seperti infeksi langsung oleh

    virus , bakteri, jamur, maupun parasit, human immunodeficiency virus (

    HIV ), varicella zoster, cytomegalovirus, dan TBC. ATM dapat juga

    terjadi sebagai komplikasi dari syphilis, campak, penyakit lyme, dan

    beberapa vaksinasi termasuk chikenpox dan rabies. Faktor etiologi lain

    dari ATM termasuk penyakit autoimmune sistemik (SLE, multiple

    sklerosis, Sjogrens syndrome), sindrom paraneoplastik, penyakit vaskuler,

    iskemik sumsum tulang belakang meskipun tidak jarang tidak

    ditemukannya faktor penyebab ATM sehingga disebut sebagai "idiopatik".

    Hingga saat ini, para peneliti tidak dapat menentukan secara pasti

    penyebab ATM. Satu teori utama yang menyebabkan ATM adalah imun

    memediasi inflamasi sebagai hasil akibat terpapar dengan antigen viral.

    Molekuler mimicri dari viral dapat menstimulasi generasi antibodi yang

    dapat memberikan reaksi silang dengan antigennya sendiri, menghasilkan

    formasi imun kompleks dan aktivasi dari complement-mediated atau

    cellmediated yang dapat menimbulkan injury terhadap jaringannya sendiri.

    Infeksi juga dapat menyebabkan kerusakan langsung jaringan sumsum

    tulang.

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    36/45

    36

    ATM terjadi secara akut ( terjadi dalam beberapa jam sampai

    beberapa hari ) atau subakut ( terjadi dalam satu atau dua minggu ). Gejala

    umum yang muncul melibatkan gejala motorik, sensorik dan otonom.

    Beberapa penderita juga melaporkan mengalami spasme otot, gelisah, sakit

    kepala, demam, dan hilangnya selera.

    Dari beberapa gejala, muncul empat gejala klasik ATM yaitu

    kelemahan otot atau paralisis kedua lengan atau kaki, nyeri, kehilangan

    rasa pada kaki dan jarijari kaki, disfungsi kandung kemih dan buang air

    besar.

    Gejala sensorik pada ATM adalah 1) Nyeri adalah gejala utama

    pada kira- kira sepertiga hingga setengah dari semua penderita ATM.

    Nyeri terlokalisir di pinggang atau perasaan yang menetap seperti tertusuk

    atau tertembak yang menyebar ke kaki, lengan atau badan, 2) Gejala

    lainnya berupa parastesia yang mendadak, hampir 80 % penderita ATM

    mengalami kepekaan yang tinggi terhadap sentuhan misalnya pada saat

    perpakaian atau sentuhan ringan dengan jari menyebabkan

    ketidaknyamanan atau nyeri (disebut allodinia)

    Gejala motorik pada ATM : beberapa penderita mengalami tingkatan

    kelemahan yang bervariasi pada kaki dan lengan. Terjadi paraparesis

    (kelemahan pada sebagian kaki). Paraparesis sering menjadi paraplegia

    ( kelemahan pada kedua kaki dan pungung bagian bawah)

    Gejala otonom pada ATM berupa gangguan fungsi kandung kemih

    seperti retensi urin dan buang air besar hingga gangguan pasase usus dan

    disfungsi seksual sering terjadi.

    Pemulihan dapat tidak terjadi, sebagian atau komplit dan secara

    umum dimulai dalam satu sampai tiga bulan. Dan pemulihan tampaknya

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    37/45

    37

    tidak akan terjadi, jika tidak ada perkembangan dalam tiga bulan. ATM

    biasanya adalah penyakit monofasik dan jarang rekuren.

    ATM memiliki diagnosis diferensial yang luas. Anamnesis berupa

    keluhan, riwayat medis, tinjauan sistem medis, sosial serta riwayat

    perjalanan, dan pemeriksaan fisik secara umum dapat memberikan

    petunjuk kasus ATM terhadap kemungkinan infeksi atau penyebab

    paraneoplastik, serta penyebab terkait dengan inflamasi sistemik atau

    penyakit autoimun.

    Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis ATM berupa MRI dan

    pungsi lumbal. MRI direkomendasikan untuk menyingkirkan adanya lesi

    struktural dan lumbal pungsi untuk mengetahui penyebab inflamasi. Tes

    laboratorium seperti : indeks IgG, vPCR virus, antibodi lyme dan

    mikoplasma, dan VDRL, terjadinya myelitis setelah infeksi atau vaksinasi

    tidak menghalangi kebutuhan untuk evaluasi lebih lanjut, karena infeksi

    atau imunisasi juga dapat memicu serangan myelitis.

    Penatalaksanaan pada kasus ATM pada prinsipnya sama yaitu

    mencegah progesifitas ATM sehingga lini pertama diberikan

    kortikosteroid berupa dexamethason atau prednisolon. Terapi Plasma

    exchange diberikan bagi pasien yang tidak berespon pada pemberian

    kortikosteroid.

    Poliomielitis merupakan penyakit menular akut yang disebabkan

    oleh virus dengan predileksinya merusak sel anterior masa kelabu sumsum

    tulang belakang (anterior horn cells of the spinal cord) dan batang otak

    (brain stem); dengan akibat kelumpuhan otot-otot dengan distribusi dan

    tingkat yang bervariasi serta bersifat permanen.

    Penyakit poliomyelitis tersebar di seluruh dunia. Manusia

    merupakan satu-satunya reservoir penyakit ini. Pada akhir tahun 1940-an

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    38/45

    38

    dan awal tahun 1950-an epidemi poliomyelitis secara teratur ditemukan di

    AS dengan 15.000-21.000 kasus kelumpuhan setiap tahunnya. Hingga saat

    ini kasus poliomyelitis jarang di negara barat, polio masih endemik di Asia

    selatan dan Afrika, terutama Pakistan, dan Nigeria. Amerika

    mendeklarasikan bebas polio tahun 1994 dan Eropa bebas polio pada tahun

    2002. Mortalitas tinggi terutama pada poliomyelitis tipe

    paralitik,disebabkan oleh komplikasi berupa kegagalan nafas.

    Poliomielitis terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:

    1. Poliomielitis asimtomatis

    2. Poliomielitis abortif

    3. Poliomielitis non paralitik

    4. Poliomielitis paralitik : dibagi menjadi 2 yaitu paralisis spinal dan

    paralisis bulbar.

    Penyebab polio adalah virus polio. Virus polio merupakan RNA

    virus dan termasuk famili Picornavirus dari genus Enterovirus. Virus polio

    tahan terhadap Ph asam tetapi mati terhadap bahan panas, formalin, klorin

    dan sinar ultraviolet.

    Penularan virus terjadi melalui secara langsung dari orang ke

    orang, tinja penderita, percikan ludah penderita.

    Virus polio masuk melalui mulut dan hidung, berkembang biak di

    dalam tenggorokkan dan saluran pencernaan, diserap dan disebarkan

    melalui sistem pembuluh darah dan getah bening. Virus ini dapat

    memasuki aliran darah dan dan mengalir ke sistem saraf pusat

    menyebabkan melemahnya otot dan kadang kelumpuhan (paralisis).

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    39/45

    39

    Gejala klinis poliomyelitis

    a)

    Poliomyelitis asimtomatis

    Gejala klinis : setelah masa inkubasi 9-12 hari, tidak terdapat gejala.

    b)

    Poliomyelitis abortif

    Timbul mendadak dan berlangsung 1-3 hari dan gejala klinisnya

    berupa panas dan jarang melebihi 39,5 oC, sakit tenggorokkan, sakit

    kepala, mual, muntah, malaise, dan nyeri perut.

    c)

    Poliomyelitis non paralitik

    Gejala klinis hampir sama dengan poliomyelitis abortif yang

    berlangsung 1-2 hari. Setelah itu suhu menjadi normal, tetapi lalu naik

    kembali (dromedary chart) disertai dengan gejala nyeri kepala, mual

    dan muntah lebih berat, dan ditemukan kekakuan pada otot belakang

    leher, punggung dan tungkai, dengan tand Kernig dan Brudzinsky

    yang positif. Tanda-tanda lain adalah Tripod yaitu bila anak berusaha

    duduk dari sikap tidur, maka ia akan menekuk kedua lututnya ke atas,

    sedangkan kedua lengan menunjang ke belakang pada tempat tidur.

    d) Poliomyelitis paralitik

    Gejala klinisnya sama seperti poliomyelitis non paralitik

    disertai dengan kelemahan satu atau beberapa kelumpuhan otot skelet

    atau kranial. Gejala ini dapat menghilang selama beberapa hari dan

    kemudian timbul kembali disertai dengan kelumpuhan (paralitik) yaitu

    berupa paralisis flaksid yang biasanya unilateral dan simetris.

    Penatalaksanaan Poliomielitis dimana tidak ada pengobatan

    spesifik terhadap poliomyelitis. Penatalalaksaan bersifat simptomatis dan

    suportif.

    Prognosis tergantung kepada jenis polio (subklinis, non-paralitik

    atau paralitik) dan bagian tubuh yang terkena. Prognosis jelek pada bentuk

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    40/45

    40

    bulbar, kematian biasanya karena kegagalan fungsi pusat pernapasan atau

    infeksi sekunder pada jalan napas.

    Kesimpulan

    Myelitis adalah kelainan neurologi pada medulla spinalis (myelopati) yang

    disebabkan proses inflamasi.

    Insiden myelitis dari seluruh usia anak hingga dewasa dilaporkan sebanyak

    1-8 juta orang di Amerika Serikat, sekitar 1400 kasus baru per tahun yangdidiagnosis di Amerika Serikat.

    Myelitis dapat disebabkan berbagai etiologi seperti infeksi bakteri dan virus,

    penyakit autoimun sistemik, beberapa sclerosis, SLE, Sjogren sindrome,

    pasca trauma, neoplasma, iskemik atau perdarahan saraf tulang belakang

    dan jarang penyebab iatrogenik. Pada kasus dimana penyebab dari myelitis

    tidak dapat diidentifikasi maka disebut sebagai idiopatik.

    Adapun beberapa jenis dari myelitis : 1. Poliomyelitis : penyakit yang

    disebabkan oleh infeksi virus kegray mattermedulla spinalis dengan gejala

    kelemahan atau kelumpuhan otot, 2. Transverse myelitis : proses inflamasi

    di medulla spinalis disebabkan oleh demyelinasi aksonal meliputi kedua sisi

    tulang belakang.

    Acute Transverse Myelitis (ATM) adalah kelainan neurologi yang

    disebabkan oleh peradangan sepanjang medulla spinalis baik melibatkan

    satu tingkat atau segmen dari medulla spinalis.

    ATM dapat diderita oleh orang dewasa dan anak anak. ATM memiliki

    puncak insidensi yang berbeda yaitu umur : 10-19 dan 30-39 tahun. Ini

    menunjukkan tidak ada faktor predileksi seperti : ras, familial atau jenis

    kelamin pada kasus ATM.

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    41/45

    41

    ATM terjadi karena berbagai etiologi seperti infeksi langsung oleh virus ,

    bakteri, jamur, maupun parasit, penyakit autoimmune sistemik (SLE,

    multiple sklerosis, Sjogrens syndrome), sindrom paraneoplastik, penyakit

    vaskuler, iskemik sumsum tulang belakang meskipun tidak jarang tidak

    ditemukannya faktor penyebab ATM sehingga disebut sebagai "idiopatik".

    Hingga saat ini, para peneliti tidak dapat menentukan secara pasti penyebab

    ATM. Satu teori utama yang menyebabkan ATM adalah imun memediasi

    inflamasi sebagai hasil akibat terpapar dengan antigen viral.

    ATM terjadi secara akut (terjadi dalam beberapa jam sampai beberapa hari)

    atau subakut (terjadi dalam satu atau dua minggu). Gejala umum yang

    muncul melibatkan gejala motorik, sensorik dan otonom.

    ATM memiliki diagnosis diferensial yang luas. Anamnesis berupa keluhan,

    riwayat medis, tinjauan sistem medis, sosial serta riwayat perjalanan, dan

    pemeriksaan fisik secara umum dapat memberikan petunjuk kasus ATM

    terhadap kemungkinan infeksi atau penyebab paraneoplastik, serta penyebab

    terkait dengan inflamasi sistemik atau penyakit autoimun. Pemeriksaan

    penunjang untuk diagnosis ATM berupa MRI dan pungsi lumbal.

    Penatalaksanaan pada kasus ATM pada prinsipnya sama yaitu mencegah

    progesifitas ATM sehingga lini pertama diberikan kortikosteroid. Terapi

    Plasma exchange diberikan bagi pasien yang tidak berespon pada pemberian

    kortikosteroid.

    Poliomielitis merupakan penyakit menular akut yang disebabkan oleh virus

    dengan predileksinya merusak sel anterior masa kelabu sumsum tulang

    belakang (anterior horn cells of the spinal cord) dan batang otak (brain

    stem); dengan akibat kelumpuhan otot-otot dengan distribusi dan tingkat

    yang bervariasi serta bersifat permanen.

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    42/45

    42

    Poliomielitis terbagi menjadi 4 bagian, yaitu: 1. Poliomielitis asimtomatis,

    2. Poliomielitis abortif, 3. Poliomielitis non paralitik, 4. Poliomielitis

    paralitik : dibagi menjadi 2 yaitu paralisis spinal dan paralisis bulbar.

    Penyebab polio adalah virus polio. Penularan virus terjadi melalui secara

    langsung dari orang ke orang, tinja penderita, percikan ludah penderita.

    Penatalaksanaan Poliomielitis dimana tidak ada pengobatan spesifik

    terhadap poliomyelitis. Penatalalaksaan bersifat simptomatis dan

    suportif.Prognosis tergantung kepada jenis polio (subklinis, non-paralitik

    atau paralitik) dan bagian tubuh yang terkena.

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    43/45

    43

    BAB VI

    PENUTUP

    Saran

    Myelitis merupakan masalah kesehatan penting, dimana salah satunya

    poliomyelitis masih terjadi Indonesia walaupn bukan endemi di Indonesia. Oleh

    karena itu, diperlukan pemahaman yang lebih mendalam dari praktisi kesehatan

    terutama yang berada di lini terdepan untuk mengenali, menyaring, dan

    mendiagnosis secara tetap kasus yang ditemukan di masyarakat agar penanganan

    tepat dan cepat dapat segera dilaksanakan. Masih diperlukan pembahasan lebih

    lanjut dan mendalam mengenai berbagai penyakit lainnya.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Transverse Myelitis fact sheet. National Institute of Neurological Disorders

    and Stroke. 2012.

    2. Timothy W West. Transverse Myelitis- A Review Of The Presentation,

    Diagnosis And Initial Management. 2013.

    3. Varina L. Wolf, Pamela J. Lupo and Timothy E. Lotze. Pediatric Acute

    Transverse Myelitis Overview and Differential Diagnosis. J Child Neurol.

    2012; 27: 1426.

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    44/45

    44

    4.

    Muzaffer Keklik, Leylagul Kaynar, Afra Yildirim, et al. An Acute

    Transverse Myelitis Attack after Total BodyIrradiation: A Rare Case. Case

    Reports in Hematology. 2013.

    5. Elliot M. Frohman and Dean M. Wingerchuk. Transverse Myelitis.N Engl J

    Med. 2010: 363;6.

    6. Anonymous. Diakses dari Wikipedia pada tanggal 22 Oktober 2013.

    7.

    Poser C.M. Notes on the Epidemiology of Transverse Myelitis.

    Neuroepidemiolgy. 1983; 2:266-69.

    8.

    Douglas Kerr. The history of TM : The Origins Of The Name And TheIdentification Of The Disease. The transverse myelitis association. 2013.

    9. Kamus Kedokteran Dorland. 2007.

    10. Sema Y et al. Transverse Myelitis caused by varicella zoster : case

    report.Braz J Infect Dis. 2007 ; 11 : 1.

    11. Amer Awad and olaf Stuve. Idiopathic transverse myelitis and

    neuromyelitis optica : clinical profiles, pathofisiology ang therapeutic

    choices. Current neuropharmacology.2001:9; 417-428.

    12. Transverse Myelitis Consortium Working Group. Proposed diagnostic

    criteria and nosology of acute transverse myelitis. Neurology 2002; 59:

    499505.

    13. T.F. Scott, E.M. Frohman, J. De Seze, et al. Evidence-based guideline:

    Clinical evaluation and treatment of transverse myelitis: Report of the

    Therapeutics and Technology Assessment Subcommittee of the American

    Academy of Neurology.Neurology. 2011;77;2128-2134.

    14.

    Syahril Pasaribu. Aspek Diagnostik Poliomielitis. USU 2005.

    15.

    The late effects of Polio. Information for general practitioners. 2001.

    16. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Our Progress Against

    Polio. 2013.

    17. Atkinson W, Hamborsky J, McIntyre L, Wolfe S. 2009. "Poliomyelitis"

    Epidemiology and Prevention of Vaccine-Preventable Diseases (The Pink

    Book) (11th ed.). Washington DC: Public Health Foundation. pp. 23144.

  • 8/10/2019 Huldani - Myelitis

    45/45