Upload
vannhi
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUKUM ABO RSI BAGI WANITA KORBAN INSES MENURUT HUKUM
ISLAM DAN UNDANG-UNDANG JENAYAH MALAYSIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
•••TD 111
Disusun Oleh:
dari
l1~L
N.), lnrluk
t. :ifikasi
. ~ ........ oT ................. _ , ............. ::: ............ :: .. F.12 ~::Q : .Q .. U .. 0 .. ;;;; .... !?. ..... :: .• ?.{8" t!J 8, .............................................. ,
MOHAMAD AKRAM BIN MOHD SHARIFF
NIM: 107044103861
KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI AHW AL AL-SYAKHSHIYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SY ARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1430 H/2009M
HUKUM ABO RSI BAGI WANITA KORBAN INCEST MENiURUT HUKUM
ISLAM DAN UNDANG-UNDANG JENA Y AH MALAYSIA
1:::.:cR:...:P:.:;Uc:.S-T_A_KAA_N UT AMA 11
!JIN SYAHID JAKARTI', SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)
Disusun Oleh:
MOHAMAD AKRAM BIN MOHD SHARIFF NIM: 107044103861
'(\! Dr. Hj. Mesrami, M.Ag
NIP : 150326895
Di Bawah Bimbingan :
Pembimbing II
Hotnida Nasution, S.Ag, M.A. NIP: 150282631
KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUD I AHW AL AL-SY AKHSHIY AH
FAKUL T AS SY ARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1430 HI 2009 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi be1judul HUKUM ABORSI BAGI WANITA KORBAN INSES MENURUT HUKUM !SLAM DAN UNDANG-UNDANG JENA Y AH MALAYSIA telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UJN) Syarif Hidayatullah Jakaita pada 8 Disember 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sai:iana Hukum Islam (SHI) pada Program Studi Ahwal Al- Syakhshiyah (SAS).
Jakaita, 8 Disember 2009
uhammad Amin Suma SH,MA,MM NIP. I 95505051982031012
PAN/TIA VJ/AN
I. Ketua : Drs. H.A. Basig Djalil, SH, MA. NIP. 195003061976031001
2. Sekretaris : Kamarusdiana, S.Ag, MH. NIP. 197202241998031003
3. Pembimbing I : Dr. Hi. Mesraini, M.Ag. NIP. 150326895
4. Pembirnbing II : Hotnida Nasution, S.Ag, M.A.
5. Penguji I
6. Pengt\i i II
NIP. 197106301997032002
: Drs. H.A. Basig Djalil, SH, MA. NIP. 195003061976031001
: Kamarusdiana, S.Ag, MI-I. NIP. 197202241998031003
( ..... 11····"-················)
~---( .. /................. ) -
(. .. '(ft~ ) ( .... ~~·~········) ( ... ~ ........... : ........... )
/»--( .... /... . ...... )
LEMBARPERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk mernenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Syari'ah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya eantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlalrn di Universitas Islan1 Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasi 1 karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta,9 Januari 2010 M 21 Muharam 1431 H
Mohamad Akram Bin Mohd Shariff
' ,_j '
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadrat Allah SWT. penulis panjatkan atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah melimpahkan kepada penulis, sehinggga dapat
menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tetap
dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, Rasul paling mulia dan penutup para
Nabi, serta iringan doa untuk keluarga, sahabat dan seluruh pengikut yang setia
sampai akhir zaman.
Alhamdulilah dengan berkat rahmat-Nya, penulisan skripsi ini telah dapat
diselesaikan dengan baik. Untuk itu terima kasih yang tidak terhingga kepada insan
yang dicintai Ayahanda dan lbundaku, Haji Mohd Shariff bin Haji Shaari dan Rajah
Kholizah binti Haji Ngah Shaari, yang sentiasa mengisi di seluruh ruang hatiku
dengan segala pengorbanan mereka telah memberikan didikan, perhatian, kasih
sayang, semangat dan memberikan tunjuk ajar sehingga penulis menyelesaikan
skripsi ini.
Tidak lupa juga proses penyelesaian skripsi ini karena bantuan berbagai
pihak. Oleh itu, penulis ingin ucapkan terima kasih kepada bapak:
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA,MM, selaku Dekan Fakultas
Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta staf-stafuya.
,,, j'
2. Drs. H. A. Basiq Djalil,Sh, MA, dan Ors Kamarusdiana S. Ag, MA, masing
masing selaku ketua sekretaris jurusan Ahwal Syakhshiyyah.
3. Dr. Hj. Mesraini, MA dan Ors Hotnida Nasution, masing-masing selaku
dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan perhatian, bimbingan,
kritik, saran dan banyak meluangkan waktu dengan penuh kesabaran bagi
penulis.
4. Seluruh penghargaan dan penghormatan kepada Ustaz dan Ustazah di APID
Manjung, Perak, Ustaz Eddy, Ustaz Ibrahim, Ustaz Idham, Ustaz Fuzi, Ustaz
Baha, Ustazah Zuraida, dan seluruh warga APID yang memberikan tunjuk
ajar, dorongan, semangat, kesabaran dan bersama dalam pahit dan manis
tidak akan kulupakan kenangan-kenangan yang dilalui semasa di APID.
5. Ayahandaku, Haji Mohd Shariff bin Haji Shaari dim ibundaku, Hajah
Kholizah binti Haji Ngah Shaari yang banyak memberi sokongan dan
dorongan kepada penulis. Tidak lupa juga kepada kakak, kak cik, abang edi,
abang nyah dan abang uda yang banyak member sokongan dan meluangkan
masa bersama penulis.
6. Teman-teman seangkatan 2007/2008 jurusan Ahwal Syakhshiyyah/
Administrasi Keperdataan Islam dan juga Peradilan Agama, Rais, Fami,
Anuar, Daus, Muiz, Hayafizul, Tannizi, Saiful, Mustapa, terima kasih
diucapkan. Dan teman-teman di seluruh Jakarta.
7. Khas buat Habibah Binti Abdullah yang telah banyak memberi semangat dan
dukungan dalam penulisan slu-ipsi ini. Terima kasih atas segala curahan yang
telah diberikan.
8. Semua pihak yang terlibat dan yang telah membantu penulis dalam penulisan
skripsi ini sehingga selesai, dan semua sahabat yang berada di Malaysia.
Demikian, akhimya ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu, semoga Allah SWT membalasnya dengan ganjaran yang setimpal. Dan
segala kritikan akan diterima dengan baik.
Jakmta, 9 Januari 2010M 21Muharam1431H
Penulis
DAFTARISI
KATA PENGANTAR •.•............•...•...•..................................................................... i
DAFT AR ISI ............................................................................................................ iv
BAB 1:
BAB II:
BAB III:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Perbatasan dan Perumusan Masalah ........................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Pen el itian ................................................... 5
D. Review Studi Terdahulu ............................................................... 6
E. Metode Penelitian ........................................................................ 9
F. Sistematika Penulisan .................................................................. 10
PENGERTIAN ABORSI SERTA PERMASAJLAHANNYA
A. Proses Awai Kejadian Manusia Sebelum Lahir. ......................... 13
B. Pengertian Aborsi dan Macam-macamnya ................................. 19
C. Teknik Pelaksanaan Aborsi ......................................................... 25
D. Faktor dan Dampak Terjadinya Aborsi.. ..................................... 29
IDENTIFIKASI UNDANG-UNDANG JENAYAH
MALAYSIA
A. Konsep Jenayah Di Malaysia ...................................................... 34
B. Latar Belakang Akta 574 Kanun Keseksaan Malaysia ............... 36
C. Jenayah Pengguguran dalam Akta 574 Kanun Keseksaan ......... 38
BAB IV:
BABV:
HUKUM ABO RSI BAGI WANITA INSES MENURUT
HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG JENAYAH
MALAYSIA
A. Pengertian Wanita Inses Dalam Jenayah Aborsi ........................ 54
B. Pandangan Imam Mazhab Mengenai Aborsi .............................. 55
C. Pandangan Undang-Undang .Tenayah Malaysia dan
Hukum Islam Terhadap Aborsi Bagi Wanita lnses ..................... 64
D. Analisis Penulis ........................................................................... 70
PENUTUP
A. Kesimpulan ....•........................................................................... 77
B. Saran-saran ................................................................................. 79
DAFT AR PUST AKA ............................................................................................... 81
BABl
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zaman globalisasi kini membuat nilai-nilai agama kurang di
praktekkan di dalam masyarakat. Manusia seakan lupa bahwa kehidupan di
dunia ini hanyalah ujian dan sementara. Firman Allah taala :
( 1 DA :i/ ulyc JI)-!-'~~\~;: '~fi;:;.:uT 3_;.;,;j\ l.:j Artinya "Dan tidaklah kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan yang
memperdayakan".(Q.S ali 'Imran 3 : 185)
Umat Islam sekarang sedang dilanda berbagai masalah, baik dari sudut
ekonomi, politik maupun sosial akibat kelalaian menumti pe1intah Allah.
Masalah sosial yang menimpa umat Islam kini semakin parah, baik itu pada
orang dewasa, remaja maupun anak sekolah. 1
Suatu kenyataan yang tidak dapat di pisahkan bahwa di dalan1
pergaulan hidup manusia, individu maupun kelompok, sering terjadi
penyimpangan terhadap norma-nom1a dalam pergaulan hidupnya. Berbagai
1 Maltjudin, Masai/ul Fiqhiyyah "Berbagai Kasus Yang Dihadapi Hukum Islam Masa Kini''. (Jakarta: Kalam Mulia, 2005) h. 3.
2
benhik penyimpangan yang berlaku dalam masyarakat kemungkinan karena
kurangnya mengamalkan ajaran Islam di dalam kehidupan.
Hasilnya terjadilah jenayah seperti kesalahan pemerkosaan,
homoseksual, perzinaan dan pelbagai lagi bentuk kesa.lahan yang berlaku.
Malah yang lebih parah lagi, pasangan zina itu adalah orang yang mempunyai
kaitan hubungan darah seperti bapak sama anak perempuannya, abang sama
adik perempuannya, ibu sama anak lakinya dan sebagainya lagi.
Kehidupan free sex yang dijadikan acuan dalam kehidupan berdampak
banyak te1jadinya kehan1ilan di luar pemikahan sehingga menimbulkan
kepanikan baik bagi wanita yang bersangkutan maupun keluarganya. Unhik
menghindari rasa malu dan bersalah, maka sebagian mereka ada yang
melakukan aborsi (menggugurkan kandtmgan) sebagai jalan keluar.
Disamping itu praktek aborsi juga dilakukan oleh wanita yang hamil dari
suami yang sah tetapi kehamilan tersebut tidak dikehendaki karena berbagai
alasan.
Data statistik mengenai kasus aborsi di luar negeri yang di kumpulkan
oleh dua badan utama yaitu Federal Centers For Disease Control (CDC) dan
Alan Guttmacher Institute (AGI) menunjukkan bahwa jumlah nyawa yang
dibunuh dalam kasus aborsi khususnya di Amerika yaitu hampir 2 juta jiwa.
Jumlah itu dikatakan melebihi dari jumlah nyawa manusia yang dibunuh di
3
dalam perang mana pun dalam sejarah negara itu. Jika dihitung secara total,
dalam sejarah dunia, jumlah kematian karena aborsi jauh melebihi orang yang
meninggal dalam semua perangjika digabungkan sekaligus.2
Jika kita kembali melihat aturan hukum Islam mengenai hal ini, maka
kita akan mengetahui bahwa hukum Islam tidak mengabaikan masalah yang
terjadi kepada umatnya atau kepada masyarakat lainnya. Agama Islam
melarang praktek aborsi dilakukan. Namun hukum Islam memberikan
keringanan jika adanya uzur (alasan) yang muktabar (dibenarkan). Alasan
yang dibenarkan ini disyaratkan dengan adanya ketentuan dari ahli hukum
Islam. tim medis dan para ilmuan. Di antaranya karena mengalami sakit berat
seperti kanker stadium lanjut, kehamilan yang dapat mengancam nyawa ibu,
janin dideteksi menderita cacat genetic yang kalau lahir kelak sulit
disembuhkan, janin yang disahkan menderita HIV dan pelbagai alasan lagi
yang dibenarkan mengikut ketentuan hukum Islam.
Perbuatan aborsi ini juga dilarang di sebagian negara salah satunya
Malaysia. Di Malaysia, segala bentuk tindakan kesalahan atau jenayal1
diawasi oleh undang-undang jenayah termasuklah tindakan jenayah aborsi.
Aborsi adalah satu perbuatan jenayah yang berat yar1g dapat dikenakan
2 www.aborsi.org/statistik.htm, di akses 10:23, 4 November 2009.
4
hukuman berat. Jenayah aborsi dapat ditetapkan sebagai suatu kesalahan
dalam undang-undang jenayah Malaysia sebagaimana tercantum dalam pasal
312,313,314,315,316,317 dan 318 Akta 574 Kanun Keseksaan (penal code).
Dengan demikian, baik menurut hukum Islam ataupun menurut
undang-undang jenayah di Malaysia, aborsi adalah suatu perbuatan yang
dilarang. Namun, bagaimanakah dengan aborsi bagi wanita yang menjadi
korban inses? Karena di satu sisi perbuatan aborsi ini adalah dilarang karena
melanggar etika, moral dan agama, akan tetapi di sisi lain korban inses tidak
bisa dikawinkan dengan si pelaku untuk menutup masalah kehamilan yang
terjadi. Bahkan resiko yang lebih fatal lagi tentang masa depan si anak yang
dikandung oleh korban inses tersebut. Masa depan si anak jauh lebih suram
dan terzhalimi karena menanggung aib bahwa ayah biologisnya adalah
muhrim dari ibunya sendiri. Oleh karena itu, apakah kehamilan karena korban
inses bisa dijadikan alasan untuk melakukan tindakan aborsi?
Berdasarkan persoalan di atas, penulis tertarik mengangkat masalah
tersebut dalam penulisan skripsi yang berjudul " Hukum Aborsi Bagi
Wanita Korban Iuses Menurut Hokum Islam Dan Undang-Undaug
Jenayah Malaysia".
5
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan di dalam skripsi ini tidak melebar luas dan !ebih
terfokus dan sistematik, maka penulis membatasi ruang lingkup masalah
aborsi bagi wanita inses ini dari sudut hukum Islam dan undang-undang
jenayah Malaysia dalam Akta 574 Kanun Keseksaan khususnya ditinjau
dari perbedaan dan persamaan hukum dan hukumannya.
2. Perumusan Masalah
Semakin banyak wanita menjadi korban inses yang ingin mengakhiri
kehamilannya dengan melakukan aborsi sedangkan aborsi adalah suatu ha!
yang dilarang dalam huknm Islam dan undang-undang jenayal1 di
Malaysia .Berdasarkan latar belakang di atas, pennasalahannya dapat
dirumuskan dalam bentuk pertanyaan seperti berikut:
1. Bagaimana pandangan hukum Islam dan undm1g-undang jenayah
Malaysia terhadap aborsi bagi wanita korban inscs?
2. Bagaimana hukuman yang dikenakan terhadap aborsi bagi wanita
korban inses menurut huknm Islam dan undang-undang jenayah
Malaysia?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
6
I) Untuk mengetahui pandangan hukum Islam dan undang-undang
jenayah Malaysia terhadap aborsi bagi wanita korban inses.
2) Untuk mengetahui hukuman yang dikenakan terhadap aborsi bagi
wanita korban inses menurut hukum Islam dan undang-undang jenayah
Malaysia.
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
I. Memperkaya wawasan intelektualitas bidang hukum dalam masalah
aborsi
2. Untuk memberi sumbangan karya ilmiah dan JUga sumbangan
pemikiran bagi perkembangan ilmu pengatahuan dan Iiterasi pada
Fakultas Syariah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
D. Review Studi Terdahulu
No
1
Beberapa penelitian yang penulis temukan dalam membahas kajian
yang terkait dengan penelitian ini antara lain adalah:
Judul dan Tahun Keterangan Perbedaan
Tinjauan Hukum Penulis membatasi Penul:is lebih
Islam Dan Hukum ruang lingkup mengfokuskan
Positif Tentang penulisan hanya pada permasalahan aborsi
Tindak Pidana masalah tindak pidana terhadap wanita yang
7
Aborsi (Analisis aborsi menurut Hukum menjadi korban inses
Keputusan Islam dan Hukum menurut pandangan
Nomor:694 Positif. Perumusan Hukum Islam dan
PID.B/2003/PN.JKT yang dibabas mengenai Undang-Undang Jenayah
.BAR) 2008. ketentuan tindak pidana di Malaysia. Perumusan
terhadap pelaku aborsi ya11g dibabas lebih
menurut Hukum Islam kepada mengkaji
dan Hukum Positif, persamaan dan perbedaan
persamaan dan dalam keizinan dan
perbedaan antara hukuman yang dikenakan
Hukum Islam dan menurut Hukum Islam
Hukum Positif tentang dan Undang-Undang
pemidanaan tindak Jenayab di Malaysia.
pidana aborsi dan
pandangan Hukum
Islam dan Hukum
Positif terhadap
putusan hakim
Peradilan Negeri
Jakm1a Barat ten tang
2
8
pelaku tindak pidana
aborsi.
Hukum Aborsi Bayi Penulis melakukan Penelitian yang di
Terdeteksi Virus pembatasan serta lakukan oleh penulis
HIV menurut MUI ( membuat perumusan sang at berbeda karena
Majlis Ulama masalah aborsi bagi penelitian penulis lebih
Indonesia) 2009 bayi yang terdeteksi terfolms
virus HIV menurut perbandingan
kepada
an tar a
pandangan
Ulama
Majlis Hukum Islam dan
Indonesia Undang-Undang Jenayah
(MUI). Penulis lebih di Malaysia. Selain itu,
mengkaji fatwa MUI permasalahan lebih
tentang hukum aborsi tertumpu kepada aborsi
bayi yang terdeteksi yang dilakukan oleh
virus HIV. wanita yang menjadi
korban inses.
9
E. Metode Penelitian
Untuk memperoleh hasil yang maksimal dari sebuah karangan atau
penulisan, maka metode pengumpulan dan pengolahan data memainkan
peranan yang penting. Hal ini sangat mempengaruhi tLUtJan penulisan yang
ingin di tuju.
I. Jenis Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan jenis
penelitian yang bercorak kepustakaan (Library Research) yaitu dengan
cara mengumpul, membaca dan mengkaji buku-buku, kitab-kitab dan
kepustakaan lain yang ada hubungan dengan penulisan skripsi ini.
2. Sumber Data
Data yang diperlukan di dalam penulisan ini ada yang bersifat
primer dan sekunder. Untuk data yang bersifat primer penulis merujuk
kepada undang-undang jenayah Malaysia yaitu di dalam Akta 574
Kanun Keseksaan dan kitab-kitab fikih yang berkaitan dengan masalah
yang dibahas. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui artikel
artikel, internet, dan karya iimiah.
3. Metode Pengumpulan Data
Di dalam proses mengumpulkan data, penulis menggunakan
metode studi dokumentasi naskah (studi pustaka) berupa buku , surat
10
kabar, majalah, catatan atau sebagainya yang berkaitan dengan , masalah
yang di bahas.
4. Metode Pengolahan Data
Dalam mengolah · data, penulis menggunalcan teknik kualitatif
yaitu data yang ada diolal1 untuk disusun ulang agar dapat menjadi
bagian yang menyatu dari teks-teks skripsi. Maksudnya data yang telal1
dikumpulkan diolal1 dan disusun agar mudah dibaca dan difahami.
5. Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data yang ada, pe:nulis menggunakan
metode analisis data yang berbentuk komparatif yakni perbandingan
diantara hukum Islam dengan undang-undang jenayah Malaysia dalam
Akta 574 Kanun Keseksaan tersebut.
Adapun teknik penulisan skripsi ini, penulis menggunakan Buku
Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang dikeluarkan oleh
Fakultas Syariah dan Hukum UIN SyarifHidayatullah Jakarta.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini disusun dalam dalam lima bab, di
mana setiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Sistematika penulisan
merupakan uraian ringkas secara garis besar mengenai hal-hal pokok yang
dibahas guna mempermudah dalam memahami dan melihat hubungan satu
11
bab dengan bab yang lainnya. Adapun uraian pada setiap bab adalah seperti
berikut:
BAB I : Dalam bab ini penulis menyajikan gambara:n pendahuluan yang
terdiri da:ri latar belakang ma:salah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, teknik
penulisan dan sistematika penulisan.
BAB II : Dala:m bab ini, penulis membahas ga:mbaran umum mengenai
aborsi bermula da:ri proses awal kejadian ma:nusia sebelum lahir,
pengertian dan maca:m-maca:m bentuk aborsi, teknik pelaksana:an
aborsi serta faktor dan da:mpak aborsi.
BAB III : Pada bab ini akan dibahas mengenai Konsep Undang-Undang
Jenayah di Malaysia, Sejarah kanm1 keseksaan Malaysia, dan
ga:mbaran umum Akta 574 Kanm1 Keseksan.
BAB 1 V : Bab ini menjadi fokus uta:ma dala:m perbahasan skripsi ini. Di
dalam bab ini akan di bahas hukum aborsi se,;ara umum. Setelah
itu penulis akan membahas mengenai hukum aborsi bagi wanita
inses menurut hukum Islam dan m1dang-undang jenayah Malaysia
Perbahasan bermula da:ri pengertian wanita inses dala:m jenayah
aborsi, pandangan imam mazhab terhadap aborsi, pandangan
hukum Islam terhadap aborsi bagi wanita inses, pandangan
12
undang-undang jenayah Malaysia terhadap aborsi bagi wanita
inses dan analisis penulis dalam mencari titik persamaan dan
perbedaan antara hukum Islam dan undang-undang jenayah
Malaysia tentang hukum aborsi bagi wanita inses.
BAB V : Bab ini merupakan penutup dari pembahasan yang berisikan
kesimpulan dari seluruh pembahasan beserta saran-saran dan
harapan penulis.
BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP ABORSI
A. Proses Awai Kejadian Manusia Sebelum Lahir
1. Tahap Pertumbuhan Janin Dalam Rahim
Di dalam al-quran dan hadis ada membicarakan tentang proses
perkembangbiakan (reproduksi) manusia dengan menyebut tempat-tempat
mekanisme yang tepat serta tahap-tahap reproduksi tanpa keliru sedikit pun. 1 Di
dalam sebuah hadis yang masyhur menceritakan kepada kita bagaimana tahapan
pertumbuhanjanin yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud radhiallahu'an.
~~ J.l. 4.S.b 0§.i ~ 4lhi L..J:! ~) <1...i ~ <)· ~ ~ ~..b.I 0]
tj)-! y>},i.J (...9>11 ~ ~ .AWi "'-:!ll J...,.>.J ~~lb~~ 0§.i ~ '(~...9 tj.J~l ol...9.J) ~) ~...9 4..l.c ...9 4.4.i.J <l.Sj.J y:;s., uWS
Artinya: "Sesungguhnya penciptaan kalian dikumpulkan di dalam rahim ibu selama empat puluh hari berupa nuthfah (sperma), lalu menjadi a'laqah (segumpal darah) dalam waktu yang sama, lalu terjadi/ah mudhghah (segumpal daging) dalam jangka waktu yang sama. Kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh dan mencatat empat perkara yang telah ditentukan yaitu, rezeki, ajal, amal dan sengsara atau bahagianya." (Riwayat Bukhari dan Muslim)
1 Saifullah, Aborsi dan permasa/ahannya, suatu kajian hukum Islam, dalam bukunya Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz Ansyary AZ, Prob/ematika Hukum Islam Kontemporer,(Pustaka Firdaus:2002),jilid 2, h. 134.
2 Abi al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisyaburi, Shahih Muslim, jilid ke-2, (Beirut: Dar al-Fikr, 1993), h. 549.
11
r '
14
Untuk menjelaskan lagi tentang kisah di atas, penulis akan coba
membahas semampu yang mungkin mengikut pertahapan.
a. Tahap Nuthfah
Tahap nuthfah yang dimaksudkan dalam konteks ini adalah
setetes air mani yang berasal dari tulang sulbi laki-laki. Maksud ini
dikuatkan lagi dengan firman Allah SWT yang berbunyi:
( ~ ;Vi I .:,L..,.;'J\)
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes air mani yang bercampur (dari pati benih lelaki dan perempuan), yang Kami hendak mengiljinya (dengan perintah dan larangan) karena itu Kami jadikan dia berkeadaan mendengar dan melihat. "(Q.S. al-Insan:76:2)
Dalam ayat lain yang menceritakan bahwa manusia berasal dari
setetes air mani direkam di dalam firman Allah taala :
Artinya : "Bukankah ia berasal dari air mani yang dipancarkan (ke dalam rahim)"(Q.S. al-Qiyamah:75:37)
Artinya: "Maka hendaklah manusia memikirkan dari apakah ia diciptakan?(5) Dia diciptakan dari air (mani) yang memancut (ke dalam rahim)(6) Yang keluar dari tulang
15
sulbi lelaki dan tulang dada perempuan. "(7) (Q.S. atThariq: 86:5-7)
Artinya : "Dari apakah Dia (Allah) menciptakannya?(J8) Dari setetes air mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya." (Q.S. 'abasa: 80 : 18-19)
Sperma yang berasal dari laid-laid akan bertemu dengan ovum
perempuan sehingga terjadi pembuahan dan bersarang di dalam rahim(uterus)
perempuan. Dengan demikian, yang di maksud nuthfah adala11 setetes air mani
yang keluar dari tulang shulbi (tulang belakang) seorang laki-laki lalu bersarang
di <lalam rahim wanita. Seorang anak tidak akan terbentuk kecuali dari kedua
jenis air tersebut.3 Maurice Bucaille meringkas pemyataan··pemyataan dalam al-
Quran yang menggambarkan pekembangan janin pada fase nuthfah sebagai
berikut:4
I) Sejumlah kecil cairan yang dibutuhkan untuk pembuahan
2) Campuran cairan pembuahan
3) Penanaman telur yang telah dibuahi
4) Evolusi embrio
3 Tim Pustaka Ibnu Katsir, Shahih Tafeir lbnu Katsir, (Bogor; Pustaka Ibnu Katsir, 2009, h. 547.
4 Maurice Bucaille, Dari Mana Manusia Berasa/ Antara Sains, Bibel dan Al-Quran, terj. Rahmani Astuti (Bandung: Pustaka Mizan, 1999) h. 215.
16
b. Tahap 'alaqah
Perkembangan janin selaitjutnya adalah pertumbuhan
pembuahan antara sperma dan ovum yang menjadi zat (sesuatu) yang
melekat pada dinding rahim yang di dalain al-quran di sebut 'alaqah.
Firman Allah SWT :
Artinya: "la menciptakan manusia dari segumpal darah. " (Q.S. al'alaq: 96:2)
Artinya : "Kemudian air mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya." (Q.S. alQiyaainah:75:38)
Al-Qurthubi mengatakan bahwa firman Allah "dari segumpal
darah" menggunakan bentuk jainak, karena yang disebut manusia
adalah hasil dari gabungan. 'alaq adalah darah yang lembab, disebut
demikian karena ia mengait ('allaqa) apa yang dilewatinya karena ia
basah.5
c. Tahap Mudhghah
Mudhghah berarti daging yang seukuran kunyahan. Ibnu Katsir
mengatakan mudhghah itu adalah sepotong daging yang tidak memiliki
5 Ahmad bin Rusyd Al-Qurtubi, I 405H, Bidayatul Mujtahid, Beirut: Dar Al-Ma'rifah, dalam bukunya Maria Ulfa Anshor, Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Wanita, (Jakarta; Kompas, 2006) h.103.
-·
17
bentuk dan belum memiliki ukuran.6 Dari penjelasan di atas, janin telah
melewati tiga tahapan yaitu nuthfah, 'alaqah dan mudhghah sebelum
ditiupkan ruh di dalanmya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:
Artinya: "Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari pati (yang berasal) dari tanah; Kernudian Kami jadikan ''pati" itu (setitis) air benih pada penetapan yang kukuh; Kernudian Kami ciptakan air benih itu menjadi sebuah darah beku lalu Kami ciptakan darah beku itu menjadi seketul daging; kemudian Kami ciptakan daging itu menjadi beberapa tulang; kemudian Kami balut tulang-tulang itu dengan daging. Setelah sempurna kejadian itu Kami bentuk dia menjadi makhluk yang lain sifat keadaannya. maka nyatalah kelebihan dan ketinggian Allah sebaik-baik Pencipla. "(Q.S.al-Mukminun:23: 12-14)
Tahapan Hari
Nuthfah 40
'alaqah 40
Mudghah 40
6 Tim Pustaka Ibnu Katsir, Shahih Tafsir Jbnu Katsir, h. 238
18
2. Tahap Peniupan Ruh Ke Janin
Setelah melalui tiga tahapan selama empat bulan tersebut, pertumbuban
janin semakin berkembang dan sempurna dengan ditiupkannya ruh ke
dalamnya. Pemyataan bahwa rnh ditiupkan ke dalam j anin setelah be1U1Uur
empat bulan dikuatkan oleh sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari
Abdullah bin Mas'ud yang terdahulu7• Di dalam al-Quran juga disebutkan dalam
firman Allah Taala :
Artinya : "Kemudian Dia menyempurnakan kejadiannya, serta meniupkan ke dalamnya (tubuh) ruh dan ia menjadikan kepada kamu pendengaran dan penglihatan serta hati (<1kal fikiran), (supaya kamu bersyukur), tetapi amat/ah sedikit kamu bersyukur".(Q.S. al-Sajadah:32:9)
Al-Qmthubi berkata, "para ulama tidak berbeda pendapat bahwa
peniupan ruh pada janin terjadi setelah janin bernsia seratus dua pulub hari,
yaitu empat bulan penub sewaktu masuk ke bulan kelima sebagaimana yang
telah dijelaskan oleh beberapa hadits yang kemudian ditakwilkan sesuai dengan
hukum-hukum yang dibutubkan."8
7 Rujuk teks hadis di halaman 13. ' Ahmad bin Rusyd Al-Qurtubi, I 405H, Bidayatul Mujtahid, Beirut: Dar Al-Ma'rifah,
dalam bukunya Maria Ulfa Anshor, Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Wanita, (Jakarta: Kompas, 2006) h.103.
19
B. Pengcrtian Aborsi dan Macam-macamnya
I. Pengcrtian Aborsi
Dalam kamus istilah GKBN (Gerakan Keluarga Berencana Nasional),
aborsi diartikan sebagai keluarnya basil konsepsi sebagian atau seluruhnya yang
dapat terjadi secara spontan atau sengaja sebelum kebamilan 28 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram.9 Menurut istilah kedoktoran, aborsi berarti
pengakhiran kebamilan sebelum bayi bernmur 28 minggu atau sebelum bayi
mencapai berat 1000 gram. 10
Menurnt Saifullah sebagaimana yang tertulis dalarn buku Problematika
Hukum Islam Kontemporer bahwa yang dimaksud dengart aborsi adalah suatu
perbuatan untuk mengakhiri masa kehamilan atau konsepsi (pembuahan) dengan
mengeluarkan janin dari kandungan sebelun1 tiba masa kelahiran secara
alami. 11 Sardikin Gina Putra dalam buku Masai! Fiqhiyah yang ditulis oleh
Masjfuk Zuhdi mengartikan aborsi sebagai pengakhiran masa kebamilan atau
basil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sedangkan Maryono
Reksodiputra dalam buku yang sama memahami aborsi sebagai pengeluaran basil
konsepsi dari rahim sebelum waktunya ( sebelum dapat lahir secara alamiah).12
9 Anonim,"Abortus", Kamus Istilah Gerakan Keluarga Berencana Nasional, (Jakarta: BKKBN, 1990), h I.
10 Fakhruddin, Ensiklopedia Islam, (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1994) h, 33. 11 Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz Anshary, Problematika Hukum Islam Kontemporer,
jilid 2, h. 129.
12 Masjfuk Zuhdi, Masai/ Fiqhiyah, (Jakarta: Haji Masagung, 1994), h. 78.
20
Lebih umumnya, Abdul Mohsin Ebrahim mengemukakan bahwa maksud
aborsi adalah pengakhiran kehamilan, baik secara tidak sengaja, spontan, atau
akibat penyakit biomedical internal, maupun dengan cara yang di sengaja melalui
• 13 campur tangan manusia.
Jika diteliti dengan lebih baik, aborsi sering diarah kepada suatu tindakan
yang disengaja untuk mengakhiri kehamilan seorang ibu ketika janin sudah ada
tanda-tanda kehidupan di dalam rahim. Kata aborsi dan abortus sering digunakan
masyarakat secara bergantian. Sebenarnya kata abortus digunakan dalan1 istilah
kedokteran dan kata aborsi sering digunakan dalan1 percakapan masyarakat. 14
2. Macam-macam Aborsi
Keguguran bisa terjadi dengan sendirinya ( secara alami) dan juga bisa
terjadi karena campur tangan manusia. Dari penjelasan definisi di atas, secara
umum pengguguran kandungan dapat di bagi dalam lima macam yaitu aborsi
spontan, aborsi karena darurat, aborsi karena khilaf atau tidak sengaja, aborsi
yang menyerupai kesengajaan dan aborsi buatan yang sengaja dan terencana.15
a. Aborsi Spontan (al-isqatlt al-1/zaty)
Aborsi spontan (al-isqath al-dzaty) artinya janin gugur secara
alamiah tanpa adanya pengaruh dari luar atau gugur dengan sendirinya.
13 Abu! Fadl Mohsin Ebrahim, Aborsi, kontrasepsi dan mengatasi kemandulan, (Bandung: Pustaka Mizan, 1997), h. 25.
14 http. www.aborsi.org/definisi.htm, di akses 12: I 0, 5 Novernb•er 2009. 15 Maria Ulfa Anshor, Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Prempuan,
(Jakarta: Kompas, 2006) h. 38.
21
Kebanyakkan aborsi spontan disebabkan oleh kelainan kromoson dan
hanya sebagian kecil disebaban oleh infeksi, kelainan rahim serta kelainan
honnon. 16 Sebagian para ulama mengatakan bahwa pengguguran seperti
ini disebut dengan al-isqath al-'afiv yang berarti penggguguran yang
dimaafkan, karena pengguguran seperti ini tidak menimbulkan akibat
hukum. 17
Di dalam istilah kedokteran, paling tidak, ada empat jenis
keguguran kandungan spontan yang berbeda dapat dikenal yaitu18:
1. Abortus Imminens (threatened abortion), yaitu adanya gejala-gejala
yang mengancam akan terjadinya aborsi. Dalam ha! demikian
kadang-kadang kehamilan masih dapat dilaksanakan.
2. Abortus Incipiens (inevitable abortion) artinya terdapat gejala akan
te1jadinya aborsi, namun buah kehamilan masih berada di dalam
rahim. Dalam ha! demikian kehamilan tidak dapat dipertahankan
lagi.
3. Abortus Incompletus, yaitu apabila sebagian dari buah kehamilan
sudah keluar dan sisanya masih berada di dalarn rahim. Pendarahan
yang te1jadi biasanya cukup banyak, namun tidak fatal dan untuk
pengobatan perlu dilakukan pengosongan rahim secepatnya.
16 Ibid. 17 Huzaimah Tahido Yanggo, Masai/ Fiqhiyah Kajina Hukum Islam Kontemporer,
(Bandung: Angkasa, 2005, Cet.l, h.193.
18 Maria Ulfa Anshor, Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan, h. 36.
22
4. Abortus Completus, yaitu pengeluaran keseluruhan buah kehamilan
dari rahim dimana keadaan demikian biasanya tidak memerlukan
pengobatan.
b. Aborsi karena pengobatan atau karena darurat ( a/-isqatlt al-dltaruryl
al- isqatlt 'ilajiy)
Aborsi karena darnrat atau pengobatan (al-.isqath al-dharury/ al-
isqath al-'ilajiy), misalnya aborsi yang dilakukan karena ada indikasi fisik
yang dapat mengancam nyawa ibu bila kehamilannya dilanjutkan. Dalam
ha! ini yang dianggap lebih ringan risikonya adalah mengorbankan janin,
sehingga aborsi jenis ini menurut agama dibolehkan. Kaidah fikih yang
mendukung dalam masalah ini adalah: "apabila ada dua kerusakan yang
saling berlawanan, maka yang diperhatikan yang lebih besar bahayanya
dengan melakukan yang lebih ringan bahayanya. 19 Misalnya dalam ha!
ini, apabila ibu hamil harus makan obat untuk menyelamatkan nyawanya,
sedangkan obat itu bisa memudharatkan kandungannya, maka yang
diperhatikan adalah nyawa ibu hamil tersebut dengan melakukan yang
lebih ringan bahayanya yaitu memakan obat karena dalam kondisi seperti
ini nyawa ibu adalah yang lebih besar bahayanya di banding
kandungannya.
19 Abdul Karim Zaidan, Al-Wajiz JOO Kaidah Fikih Da/am Kehidupan Sehari-hari, penerjemah Muhyidin Mas Rida, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,2008) h. 126
40.
23
c. Aborsi karena khilaf a tau tidak sengaja (kllata')
Aborsi seperti ini dilakukan karena khilaf atau tidak sengaja
(khata' ), misalnya seorang petugas kepolisian tengab memburu pelaku
tindak kriminal di suatu tempat yang ramai pengunjung. Karena takut
kehilangan jejak, polisi berusaba menembak pe11jahat tersebut, tetapi
pelurunya menyasar kepada tubuh ibu han1il sehingga menyebabkan ia
keguguran.
Hal serupa bisa juga terjadi, ketika seorang polisi hendak
mempcrkarakan tindakan kriminal yang dilakukan oleh seorang wanita
yang sedang hamil, karena ia takut, stres berat dan jiwanya guncang
hingga mengakibat keguguran. Tindakan polisi tersebut tergolong dalam
tindakan aborsi yang tidak sengaja atau khilaf.
d. Aborsi yang menyerupai kesengajaan (syiblt 'amd)
Aborsi dilakukan dengan cara yang menyerupai kesengajaan
( syibh 'amd ). Misalnya seorang suami menyerang istrinya yang sedang
hamil muda hingga mengakibatkan ia keguguran. Dikatakan menyerupai
kesengajaan karena serangan memang tidak ditujukan langsung kepada
janin, tetapi pada ibunya. Kemudian akibat serangan tersebut, janin
terlepas dari tub uh ibunya atau keguguran. 20
'0 Maria Ulfa Anshor, Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan, h.
24
Menurut fikih, pihak penyerang harus diberi hukuman dan
hukuman semakin berat jika janin ketika keluar dad perut ibunya sempat
memberikan tanda-tanda kehidupan misalnya, menangis atau bergerak-
gerak. Kasus seperti ini pernah tejadi di masa Rasulullah SAW, di mana
dua orang perempuan dari Bani Huzhail berduel saling melemparkan batu,
salah satu di antara mereka tengah hamil, karena kepayahan dan kurang
. akh" kur d . I 21 ges1t 1rnya tersung an mernngga .
Sebelum menghembuskan napas yang terakhir, bayi yang
dikandungnya keluar dalam keadaan mati. Nabi mernutuskan bahwa yang
bertanggung jawab dihukum dua denda sekaligus, yakni membayar uang
tebusan berupa 50 ekor unta (diyat kamilah) atas kematian ibunya dan
kompensasi lengkap senilai lima ekor unta (ghurrah kamilah) atas
kematian bayinya. 22
e. Aborsi sengaja dan terencana (al-'amd)
Aborsi yang dilakukan dengan sengaja dan terencana tanpa dasar
indikasi medis misalnya seorang ibu sengaja merninum obat terlarang
dengan maksud agar kandungannya gugur atau ia sengaja menyuruh orang
lain (dokter, dukun dan sebaginya) untuk menggugurkan kandungannya.
Aborsi seperti ini biasanya bertujuan untuk meniadakan hasil hubungan
21 Ibid
22 Ibid
25
seks diluar pemikahan atau untuk mengakhiri kehamilan yang tidak
dikehendaki.
Dalam istilah kedokteran aborsi ini disebut abortus provocatus
criminalis. Aborsi sejenis ini dianggap berdosa dan pelakunya dapat
dipidana karena melakukan perlanggaran terhadap hak anak manusia.
Sanksinya menurut fikih adalah hukuman yang setimpal sesuai usia
kandungan. Termasuk juga dalam abortus provocatus criminalis adalah
menstrual regulalion (pengaturan menstruasi). Pengaturan menstruasi
biasanya dilaksanakan bagi wanita yang merasa terlambat waktu
menstruasi atau datang bulannya dan berdasarkru1 hasil pemeriksaan
laboratorium yang temyata positif dan mulai mengandung. Dalan1 keadaan
demikian, wanita itu meminta kepada doktor w1tuk membereskannya. 23
C. Teknik Pelaksanaan Aborsi
Untuk melakukan pengguguran (abortus) berbagai cara yang dapat
ditempuli. Ada 3 macrun cara aborsi yang dapat dijelaskan di sini :
1. Cara pasif
Maksud dari cara ini adalah seorang ibu enggan melakukan
sesuatu yang penting demi menjruuin keberlangsungan kehamilannya
sehingga dapat mengakibatkan keguguran pada janin yang di kandungnya.
23 Chuzaimah T. Yanggo dan Hafiz Ansyary AZ, Prob/ematika Hukum /slam Kontemporer, jilid 2, h.132
' '
26
Sebagai contoh, seorang ibu yang memiliki indikasi medis ataupun
indikasi lainnya yang mengharuskan mengkomswnsi obat-obatan yang
telah diresepkan doktor untuk keberlangsungan kehamilannya, akan tetapi
si ibu sengaja tidak melakukan anjuran tersebut untuk memberi dampak
yang negatif pada janinnya itu. 24
2. Cara Aktif
Maksud dari cara ini adalah aborsi yang te~jadi karena ada suatu
tindakan atau usaha baik yang dilakukan sendiri atau dengan pertolongan
orang lain. Dalam upaya mengugurkan kandungannya, si ibu sengaja
mengkomsumsi sebarang pi!, jamu dan ramuan yar1g dilarang untuk ibu
hamil dalam dosis yang tinggi. Si ibu akan berusaha menahan sakit jika
te1jadi mual-mual, pusing atau pendarahan yang banyak akibat
mengkomsumsi ramuan yang di larang tadi.25
Ada juga ibu yang pergi menemui dukun 1mtuk menggugurkan
kandungannya. Pengguguran yang dilakukan oleh dukun-dukun yang
tidak memiliki keahlian medis biasanya melaksanakan aborsi dengan cara
yang kasar dan keras seperti mengurut pernt si ibu untuk mengeluarkan
janin dalam kandunganya secara paksa. Pelbagai cara lagi yang di
praktekkan si ibu demi menghentikan keberlangsungan kandungan yang
tidak diinginkannya.
24 Ibid 25 Ibid.
27
3. Cara Medis
Maksud cara medis di sini adalah aborsi yang dilakukan oleh
dokter dengan cara medis. Pengguguran yang dilakukan oleh dokter di
beberapa rumah sakit biasanya menggunakan teknik atau alat-alat
berikut26:
a. Adilatasi dan kuret (dilatation & curettage)
Y aitu dengan cara lubang leher rahim diperbesar, agar lubang leher
rahim dapat di masuki kuret yaitu sepotong alat yang tajam. Kemudian
janin yang hidup itu dicabik kecil-kecil, dilepaskan dari dinding rahim dan
dibuang keluar. Secara umumnya teknik ini banyak mengeluarkan darah
jika tidak di obati dengan baik sehingga menimbulkan infeksi.
b. Kuret dengan cara penyedotan (sunction)
Pada cara ini, lubang leher rahim diperbesarkan juga seperti
dilatation & curettage, kemudian sebuah tabung di masukkan ke dalam
rahim, dan dihubungkan dengan alat penyedot yang kuat sehingga bayi di
dalam rahim itu tercabik-cabik menjadi kepingan-kepingan kecil lalu
disedot masuk ke dalam sebuah botol.
c. Peracunan dengan garam (salt poisoned)
Cara ini biasa di lakukan pada janin yang sud.ah berusia lebih dari
16 minggu (4 bulan) ketika sudah cukup banyak cairan yang terkumpul di
sekitar bayi dalam kantung anak, sebatang jarnm yang panjang di
26 http. www.aborsi.org/definisi.htm, di akses 12:10, 5 November2009.
28
masukkan melalui perut ibu ke dalam kantung bayi', lalu sejumlah cairan
disedot keluar dan larutan garam yang pekat di suntikkan kedalamnya.
Bayi yang malang ini akan menelan garam yang beracun itu dan menderita
di dalam kantungnya. Dengan cara ini, sang bayi akan mati dalam waktu
kira-kira I jam. Dalam waktu 24 jam kemudian, si ibu akan mengalarni
sakit beranak dan melal1irkan bayi yang sudf°WhPUST AKAAN UT AMA
UIN SYAHID JAKARTA d. Histerotomi atau bedah ceaser
Cara ini biasa di lakukan terutama 3 bulan terakhir dari kehamilan.
Rahim dimasuki alat bedah melalui dinding p<~rut. Bayi kecil ini
dikeluarkan dan dibiarkan saja agar mati atau kadang langsung dibunuh. 27
Aborsi yang dilakukan oleh seorang dokter atau bidan atau dukun pada
umunmya dilakukan dalan1 5 tahapan yaitu28 :
I. Bayi atau janin dibw1uh dengan cara ditusuk atau diremukkan di
dalam kandungan.
2. Mayat bayi atau janin dipotong-potong tubuhnya agar mudah
dikeluarkan.
3. Potongan mayat bayi atau janin dikeluarkan satu persatu dari
kandungan.
4. Potongan-potongan di susun kembali tmtuk memastikan lengkap dan
tidak tersisa dalam perut.
5. Potongan-potongan mayat bayi atau janin kemudian dibuang ke
tempat sampah, sungai, di kubur di tanah kosong atau di bakar.
27 www.aborsi.org/teknik.htm, di akses 12: 11, 5 November 2009. 28 www.aborsi.org/tindakan.htm, di akses 12:12, 5 November2009.
29
D. Faktor Dan Dampak Aborsi
1. Faktor-Faktor Aborsi
Aborsi dilakukan oleh seorang wanita yang hamil, baik yang telah
menikah maupun yang belum menikah dengan berbagai alasan. Akan tetapi
alasan yang paling sering dijumpai adalah alasan-alasan yang non-medis. Di
Malaysia contohnya, dianggarkan berlakunya satu aborsi bagi setiap 10 hari dan
setiap tahun berlakunya 100 kasus. 29 Alasan-alasan dilakukannya aborsi adalah
tidak ingin memiliki anak karena khawatir mengganggu karir, sekolah atau
tanggung jawab lain sebanyak 75 persen, tidak memiliH cukup uang untuk
merawat anak 66 persen dan tidak ingin memiliki anak tanpa ayah sebanyak 50
persen.30
Faktor lain yang menjadi latar belakang dari dilakukannya aborsi dari
beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa alasan mengapa melakukan
aborsi, sebagian besar 41,2 persen beralasan karena jumlah anak yang sudah
cukup, 16, 1 persen karena anak yang terakhir masih kecil dan be! um siap puny a
anak 10,2 persen. Sumber lain menyebutkan bahwa aborsi dilakukan dengan
alasan yang menempati jumlah terbesar adalah mereka yang mengalarni
kegagalan pemakaian alat kontrasepsi sekitar 48 persen, sementara alasan
29 www.utusanonline.com, di akses 11.15, 25 November 2009. 30 www.aborsi.org/alasan, di akses 12:13, 5 November 2009.
30
karena masih remaja sekitar 27 persen, sisanya 14 persen karena profesi pekerja
seks komersial dan 9 persen karena kehamilan akibat perkosaan atau inses. 31
Dari data di atas dapat digambarkan bahwa aborsi dilakukan karena
faktor kehamilan yang tidak dikehendaki .yang terjadi kepada perempuan yang
hmnil dalam pernikahan yang sah, hamil di luar nikah atau kehamilan yang
dialami dalam usia yang masih remaja. Dengan penyebab latar belakang
kehamilan bermacam-macam, antara lain disebabkan ada yang normal karena
dilakukan suka sama suka, tetapi tidak menggunakan alat kontrasepsi atau
menggunakan alat kontrasepsi yang gagal, ada yang karena terpaksa melakukan
hubungan seksual di bawah ancan1an, tidak kurang juga yang hamil akibat
pemerkosaan baik karena orang dekat yang memiliki hubungan darah(inses)
maupun orang lain yang sama sekali tidak mempunyai hubungan kekerabatan
apapun.
Dari penjelasan di atas dapat diidentifikasikan beberapa faktor yang
melatarbelakangi seorang wanita untuk melakukan aborsi, antara lain :
45.
a) kehamilan akibat hubungan seks di luar pernikahan yang sah termasuk
pemerkosaan.
b) Kehamilan yang tidak dikehendaki karena jarak kehamilan yang tidak
teratur.
c) Kehamilan yang dapat mengancam jiwa ibu.
31 Maria Ulfa Anshor, Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan, h.
31
d) Behan psikologis yang belum mampu menerirna kehadiran seorang
anak.
e) Secara ekonomis tidak mampu menanggung bcban biaya kehidupan
seorang bayi.
f) Alasan untuk menjaga dan mempertahankan kebugaran dan
kecantikan. 32
2. Dampak Aborsi
Aborsi memiliki resiko yang tinggi terhadap kesehatan maupun
keselamatan seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa jika seseoang
melakukan aborsi ia tidak merasakan apa-apa dan langs1mg boleh pulang. Ini
adalah informasi yang sangat menyesatkan bagi setiap wanita, terutama
mereka yang sedang kebingungan karena tidak menginginkan kehamilan yang
sudah terjadi. Namun ada dua macam resiko kesehatan yang dapat
dikategorika.< terhadap wanita yang melakukan aborsi.33
a. Resiko kesehatan dan keselamatan secara fisik
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada
beberapa resiko yang akan dihadapi seorang wanita yaitu34:
1) kematian mendadak karena pendarahan hebat
2) kematian mendadak karena pembiusan yang gaga!
3) kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
4) rahim yang sobek
32 Maria Ulfa Anshor, ed, Aborsi Dalam Perspektif Fiqh Kontemporer, (Jakarta, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2002) h. 76.
33 www.aborsi.org/resiko.htm., di akses 12:15, 5 November2009. 34 Ibid.
32
5) kerusakan leher rahim yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya
6) kanker payudara (karena ketidakseimbangan hormon estrogen pada
wanita)
7) kanker indung telur
8) kanker leher rahim
9) kanker hati
I 0) kelainan pada placenta/ari-ari yang akan menyebabkan cacat pada
anak beritkunya
11) menjadi mandul dan tidak mampu memiliki keturunan lagi
12) infeksi pada lapisan rahim
b. Resiko kesehatan mental
Proses aborsi bukan saja suatn proses yang memiliki resiko yang
tinggi dari segi kesehatan dan keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi
juga memiliki dampak yang sangat hebat terhadap keadaan mental seorang
wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai "Post Abortion
Syndrome". Pada dasarnya seorang wanita yang melakukan aborsi akan
mengalami hal-hal seperti berikut ini35:
l) kehilangan harga diri (82%)
2) berteriak-teriak histeris (51%)
3) mimpi buruk berkali-kali mengenai bayi (63%)
4) ingin melakukan bunuh diri (28%)
5) mulai menggunakan obat-obat terlarang ( 41%)
35 Ibid.
33
6) tidak bisa lagi menikmati hubungan seksual ( 59%)
Diluar hal-hal tersebut di atas, para wanita yang melakukan aborsi
biasanya akan dipenuhi perasaan bersalah yang tidak hilang selama bertahun
tahun dalam hidupnya.
BAB III
IDENTJFIKASI AKTA 574 KANUN KESEKSAAN
A. Konsep Jenayah Di Malaysia
Dalam undang-undang jenayah, sermg ditemukan kata "jenayah" atau
"kesalahan". Sebenarnya jenayah atau kesalahan merupakan satu kesamaan
perbuatan dalam tindak pidana. Maksudnya, setiap jenayah dan kesalal1an adalah
suah1 perbuatan yang jika dilakukan atau jika ditinggalkan perbuatan tersebut
akan berlawanan dengan undang-undang. Semua perbuatan jenayah merupakan
suaru perbuatan kejahatan dan semua perbuatan kesalalmn merupakan suaru
pelanggaran.1
Secara umum, jenayah merupakan suaru perbuatan yang dilarang dan
membolehkan orang-orang yang melakukan dipertanggungjawabkan untuk
menerima hukuman berdasarkan undang-undang. Jenayah juga merupakan suaru
perbuatan salah yang akibatnya adalah hukuman yang berat dan hukuman itu
dilaksanakan oleh negara. Dengan kata lain, suaru perbuaum dianggap jenayah
jika perbuatan tersebut melanggar ketetapan undang-undang atau meninggalkan
suaru perbuatan yang diperintahkan oleh undang-undang unruk melakukannya.2
1 Ahmad Ibrahim dan Ahilemah Joned, Sistem Undang-Undang Di Malaysia, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1985), h. 21.
2 Mohamad Shariff, Undang-Undang Jenayah Di Malaysia, (Selangor: Pustaka Ihsan,
2008) h. 3 I
' '
35
Dalam pengertian lain, jenayah adalah suatu perbuatan atau kesalahan
yang membahayakan masyarakat dan perbuatan atau tindakannya dapat diancam
dihadapan undang-undang serta orang yang melakukannya dapat menerima
hukuman denda atau penjara. Karena katajenayah pada biasanya digunakan untuk
perbuatan yang dianggap berat misalnya perbuatan mencuri, merampok,
memperkosa, membunuh, peredaran gelap narkoba, peredaran senjata api secara
ilegal dan lain-lainnya yang biasanya dinyatakan dalam Aleta Kanun Keseksaan
(criminal law Malaysia) dan akta yang lain yang berkaitan dengannya seperti
Aleta Senjata Api, Aleta Keselamatan Dalam Negeri dan seurnpamanya.3
Dalam ketetapan undang-undang jenayah kanun keBeksaan, telah tertulis
tentang perbuatan yang harus dilakukan dan ditinggalkan. Bagi perbuatan atau
peninggalan perbuatan selain daripada jenayah di atas ia masuk dalan1 katagori
pelanggaran kecil. Maka biasanya tidak diistilallkan sebagai "jenayah" tetapi
disebut sebagai "kesalahan" atau pelanggaran seperti memarkir kendaraan di
tempat yang dilarang, kesalahan mengendarai sepeda motor tanpa menggunakan
helem dan kesalahan kecil yang lain.
Adapun tindakan yang akan di bicarakan dalam ha! ini adalah tindak
jenayah yang berat yang dapat menghilangkan nyawa atau jenayah tentang
3 Abu Bakar, Pengantar Undang-Undang Di Malaysia, (Selangor: Book Store Enterprise,
1999), cet.2, h. 4.
36
kematian anak yang belum lahir seperti yang ditetapkan dalam nndang-nndang
jenayah Akta 574 Kannn Keseksaan Malaysia.
B. Latar belakang Akta 574 Kanun Keseksaan Malaysia
Kannn keseksaan Malaysia ( Kitab Undang-Undang Hukum Pidana)
merupakan suatu undang-undang yang mengawal dan mcngatur segala tindak
pidana di Malaysia termasuk tindak pidana pembunuhan. Pada awalnya, Kannn
Keseksaan di Malaysia adalah Kannn keseksaan India (1860) yang mana pada
awalnya di tulis oleh Komisi Undang-Undang India yang diketuai oleh Lord
Macaulay sebagai Presidennya. 4
Sebagaimana yang diketahui, sebelum terbentuknya Negara Malaysia,
terdapat tiga bagian kekuasaan di negara ini, yaitu Negeri-Negeri Selat, Negeri
Negeri Melayu Bersekutu dan Negeii-Negeri Melayu Tidalc Bersekutu. Negeii
Negeri Selat terdiri daiipada Pulau Pinang, Melaka dan Singapura sedangkan
Negeii-Negeri Melayu Bersekutu yang terbentuk pada 1895 terdiri daripada
Negeri Sembilan, Pahang, Perak dan Selangor. Sedangkan Johor, Kelantan,
Kedah, Perlis dan Terengganu termasuk di dalam Negeri-Negeri Melayu Tidak
Bersekutu. 5
4 Anita Abdul Rahim, Jenayah Homisid, ( Selangor: Success Printing, 2005) h. I.
5 Negeri bisa dimaksudkan dengan propinsi.
' ,. '
37
Penggunaan Kanun Keseksaan di Malaysia awalnya dimulai dengan
Kanun Keseksaan Negeri-Negeri Selat yang mana kanun ini telah disahkan oleh
Dewan Perundangan Negeri-negeri Selat sekitar tahun 1871 dan diberlakukan
pada 16 September 1872. Kanun Keseksaan Negeri-negeri Selat telah dijadikan
contoh oleh Negeri-Negeri Bersekutu dan Negeri-Negeri Tidak Bersekutu untuk
digunakan di dalan1 pentadbiran masing-masing. 6
Pada tahun 1935 Kanun Keseksaan Negeri-negeri Melayu Bersekutu telah
diwujudkan dan digunakan di setiap Negeri-negeri Melayu Bersekutu. Pada tahun
1948, setelah Perserikatan Tanah Melayu didirikan, Kanun Keseksaan Negeri-
negeri Melayu Bersekutu diterapkan ke seluruh Perserikatan Tanah Melayu
sehingga ke Negeri-negeri Selat dan Negeri-negeri Melayu Tidak Bersekutu.7
Kanun Keseksaan Negeri-negeri Melayu Bersekutu telah dilanjutkan
penggunaannya keseluruh Malaysia dengan disahkan oleh dewan parlemen
melalui Akta 574 Kanun Keseksaan. Oleh karena itu, semua kejahatan dan
kesalahan yang ada di Malaysia, di kawal dan dijaga oleh Akta Kanun Keseksaan
Malaysia di samping undang-undang lain yang dibuat khusus untuk tujuan
mengawal perlakuan jenayah tertentu.
6 Ibid, h.2.
7 !bid, h.2.
' '
38
C. Jenayah Pengguguran dalam Akta 574 Kanun Keseksaai~ Malaysia
I. Jenayah pengguguran dengan sengaja
Menurut ketentuan pasal 312 Kanun Keseksaan:
Barang siapa dengan sengaja menyebabkan seorang perempuan yang hamil. gugur hendaklah diseksa dengan penjara selama tempoh yang boleh sampai tiga tahun, atau denda, atau dengan kedua-duanya, dan jika perempuan itu mengandung anak yang telah bersifat, hendaklah diseksa dengan penjara selama tempoh yang boleh sampai tujuh tahun, dan bolehlah juga dikenakan denda. 8
Seorang perempuan yang menggugurkan kandungannya sendiri maka ia
termasuk dalam pengertian pasal ini. Kata "dengan sengaja menyebabkan
keguguran "sebagaimana kesalahan yang telah disebut di bawah kanun ini adalah
merujuk kepada jenayah pengguguran9• Pasal 312 ini menjadikan pengguguran
sebagai suatu kesalahan dalam dua keadaan:
1. bila seorang perempuan itu hamil.
11. bila seorang perempuan itu mengandung anak yang telah terbentuk.10
Menurut penafsiran hakim, seorang wanita dianggap harnil apabila ia mula
mengandung dan wanita tersebut dianggap mengandung anm\ yang telah bersifat
bila ia bisa merasa anak dalam kandungannya bergerak. Ini bemakna seseorang
hanya akan dikenakan kesalahan dalam pasal ini jika korban yang terlibat itu
8 Lembaga Penyelidikan Undang-Undang, Panduan Undang-Undang Jenayah, ( Kuala
Lumpur: Percetakan Maziza, 2006) h. 403.
9 Anita Abdul Rahim, Jenayah Homisid, h. 119.
10 Anak yang telah bersifat adalah janin yang sudah mempunyai bentuk tub uh seperti tangan, kaki,telinga.
39
hamil atau mengandung, jika korban tidak hamil, maka ke!;alahan ini tidak boleh
dikenakan.
Hukuman yang dikenakan nntnk jenayah menggugurkan anak yang telah
terbentnk anggota badannya adalah lebih berat daripada jenayah menggugurkan
anak yang belum terbentnk anggota badannya. Ternyata kedudnkan jenayah
terhadap anak yang sudah terbentuk anggota tubulmya itu mati dan
menghalanginya untnk Jahir ke mnka bumi ini lebih berat dari jenayah
I · 11 pengguguran yang am.
Namun, ketentuan dalam pasal 312 ini telal1 memberi pengecualian dalam
kesalahan ini, di mana pengguguran yang dilaknkan atas alasan perobatan atau
medis adalah dibolehkan di dalam undang-undang. Alasan utama bagi
pengecualian ini ialah semata-mata untuk menyelamatkan nyawa ibu yang
mengandung itu. Dalam bah pengecualian pasal 312 Kanun Keseksaan dijelaskan:
Pasal ini tidak diperluaskan kepada seorang praktek kedokteran yang didaftarkan di bawah undang-undang perobatan 1971 yang menamatkan kehamilan seorang perempuan jika pengamal perubatan tersebut berpendapat, dengan suci hati, bahwa penerusan kehamilan itu akan melibatkan resika kepada nyawa perempuan yang hamil itu, atau kecederaan kepada kesihatan fizikal atau mental perempuan yang hamil itu, adalah lebih baik sekiranya kehamilan itu ditamatkan. 12
11 Anita Abdul Rahim, Jenayah Homisid, h. 119.
12 Lembaga Penyelidikan Undang-Undang, Panduan Undang-Undang Jenayah,
( Selangor: !LBS, 2006), h. 403.
' y ;
40
Berdasarkan kepada pengecualian di atas, jelas apabila seorang dokter
yang sudah didaftarkan dengan undang-undang kesehatan 1971, dengan suci hati
berpendapat bahwa kandungan terpaksa digugurkan atas sebab-sebab keselamatan
sang ibu, maka dalan1 hal ini dokter yang melakukan pengguguran itu tidak akan
ditetapkan sebagai bersalah. Penggunaan perkataan "suci hati" dalam ketetapan
ini merujuk kepada pasal 52 Kanun Keseksaan ini dalam bab penjelasan yang
menyatakan "Tidaldah boleh dikala dilakukan atau dipercayai dengan suci hati
apa-apa yang dilakukan atau dipercayai dengan tiada waspada atau cermat yang
semestinya". Dengan kata lain, seseorang dianggap melakukan dengau suci hati
atau benar apabila dia telah mengambil segala tindakan dengan hati-hati dan
cermat untuk memastikan bahwa manfaat akan didapatkan oleh mereka yang
berhak. 13
Bagi seorang dokter, segala tindakan yang seharusnya perlu diambil
dengan keal1liannya untuk memastikan bahwa korban berada dalam keadaan
selamat. Maka daripada itu "suci hati" ini merupakan suatu persoalan fakta,
bukannya persoalan undang-undang, di mana ia ditentukan berdasarkan fakta dan
keadaan antara kasus yang satu dengan kasus yang lain. 14
Dalam sebuah kasus, seorang dokter ahli kandungan telah dituduh dengan
jenayah menyebabkan keguguran pada seorang perempuan d'engan sengaja. Pada
13 Anita Abdul Rahim, Jenayah Homisid, 120.
14 Ibid
41
proses akhir kasus ini, pihak penuntut telah berhasil membuktikan bahwa
terdakwa benar-benar bersalah dengan alasan sepe1ii berikut:
(1) perempuan yang keguguran itu benar-benar mengandung.
(2) terdakwa telah secara sengaja menyebabkan perempuan itu keguguran.
(3) keguguran yang disebabkan oleh terdakwa tidak dilakukan dengan
suci hati, yaitu tidak bertujuan untuk menyelamatkan nyawa
perempuan itu.
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa keguguran yang dilakukan itu
adalah karena ingin menyelamatkan nyawa perempuan tersebut dan tidak ada
tanda bahwa, jika kehamilan tersebut diteruskan, nyawa perempuan itu akan
berada dalam keadaan bahaya. Pengadilan telah memutuskan bahwa terdakwa
adalah bersalah melakukan pengguguran yang dilarang sebagaimana yang di
dakwakan. Menurut pengadilan, beban pembuktian berada di pihak penuntut dan
pengadilan mendapati terdakwa gaga! untuk membela dirinya dari dakwaan
tersebut. 15
2. Jenayah pengguguran tanpa kerelaan
Pasal 312 di pakai untuk kasus di mana korban yang mengandung itu rela
untuk menggugurkan kandungan, sedangkan pasal 313 Ka.nun Keseksaan di
pakai untuk kasus di mana perempuan yang mengandung tidak merelakan
15 Ibid
''-' l
42
pengguguran dilakukan tetapi dilakukan oleh pihak lain atau dengan kata lain
dipaksa untuk menggugurkannya.
Menurut pasal 313 Kanun Keseksaan :
Barang siapa melakukan kesalahan yang dimaksudkan dalam pasal 312, dengan tiada kerelaan perempuan itu, sama ada perempuan itu mengandung anak yag telah bersifat atau tidak, hendaklah diseksa dengan peniara yang boleh sampai dua puluh tahun dan bolehlah juga dikenakan denda. 6
Pasal 313 telah menetapkan hukuman yang jauh berbeda dari hukurnan
pada pasal 312, di manajenayah yang mengakibatkan keguguran tanpa kerelaan
korban dituntut dengan hukurnan maksimal penjara dua puluh tahun dan denda.
Dalam kesalahan pasal 313 ini, perempuan yang mengandung itu tidak dihukurn,
sedangkan dalam pasal 312, hukurnan dikenakan terhadap kedua belah pihak
yaitu pelaku yang melakukan pengguguran dan juga perempuan yang merelakan
pengguguran dilakukan pada dirinya. Jenayah pengguguran dalam pasal 313
adalah lebih kejam dan serius dibandingkan jenayah pengguguran dalam pasal
312. 17
Kerelaan yang dimaksudkan dalam pasal ini merujuk kepada kerelaan
sebagaimana yang di jelaskan dalam pasal 90 Akta Kanun Keseksaan. Kerelaan
mestilah kerelaan yang sah , sekiranya kerelaan perempuan yang hamil itu tidak
sah di sisi undang-undang, maka pasal ini tidak dapat di gunakan. Dalam pasal 90
16 Lembaga Penyelidikan Undang-Undang, Panduan Undang-Undang Jenayah,
( Selangor: !LBS, 2006) h. 404.
17 Anita Abdul Rahim, Jenayah Homisid, h. 123.
43
Akta Kanun Keseksaan menyatakan beberapa keadaan yang dapat dikatakan
sebagai kerelaan yang tidak sah menurut kaca mata undang-undang jenayah
seperti kerelaan yang diberi dalam keadaan ancaman, paksaan, kerelaan yang
diberi akib_at salah paham, kerelaan seorang yang tidak sempurna aka! atau dalam
keadaan mabuk dan kerelaan anak-anak yang berumur dibawah dua belas tahun.18
Untuk mengenal pasti kesalahan pada pasal ini, maka hendaklah perkara
tersebut dibuktikan sebagai berikut:
(a) perempuan itu memang benar mengandung, walau kandungannya belum
atau telah terbentuk.
(b) Si terdakwa yang menyebabkan kegugurannya.
( c) Si terdakwa dengan sengaja melakukannya tanpa kerelaan perempuan
terse but.
( d) Pengguguran itu tidak dilakukan dengan suci hati untuk tujuan
menyelamatkan nyawa perempuan tersebut.
3. Korban mati semasa melakukan jenayah penguguran
Dalam pasal 314 Kanun Keseksaan menetapkan sebagaimana berikut:
Barang siapa dengan niat hendak menyebabkan keguguran seorang perempuan yang hamil, melakukan apa-apa perbuatan yang menyebabkan kematian perempuan itu, hendaklah diseksa dengan pe1ifara selama tempoh yang boleh sampai sepuluh tahun dan bolehlah juga dlkenakan denda, dan jika perbuatan itu dilakukan dengan tiada kerelaan perernpuan itu, hendaklah diseksa dengan penjara yang boleh sampai dua puluh tahun. Huraian- Maka
18 Jbid.
44
tiada penting bagi kesalahan ini bahwa pesalah itu ketahui bahwa perbuatan itu mungkin menyebabkan kematian. 19
Bagian penggunaan pasal ini meliputi dua keadaan :
(a) Kematian semasa melakukan pengguguran dengan kerelaan perempuan
itu.
(b) Kematian semasa melakukan pengguguran tanpa kerelaan perempuan itu.
Jika pengguguran dilakukan dengan kerelaan perempuan hamil itu,
hukumannya ialah penjara maksimal sepuluh tahun danjika pengguguran tersebut
tanpa kerelaan perempuan itu hukumannya ialah penjara maksimal dua puluh
tahun. Dalam konteks ini, kerelaan adalah harus dibuktikan untuk meringankan
hukuman yang diterima.
Dalam sebuah kasus yang melibatkan pasal 314 Kanun Keseksaan yaitu
kasus kematian yang disebabkan oleh perbuatan yang dilakukan dengan niat
hendak menyebabkan keguguran. Terdakwa dalan1 kasus ini telah menyebabkan
pengguguran ilegal terhadap seorang wanita dengan memasukkan sebatang kayu
ke dalam rahim wanita tersebut yang bemama Lily Tan. Menurut keterangan
dakwaan, kandungan korban berusia dua bulan dan beliau bertemu terdakwa
untuk menggugurkan kandungannya. Selepas beberapa jam kemudian, korban
mengalami sakit perut yang kuat sehingga demam lalu memakan obat yang
diberikan oleh terdakwa.20
19 Lembaga Penyelidikan Undang-Undang, Panduan Undang-Undang Jenayah, h.404.
20 Anita Abdul Rahim, Jenayah Homisid, h. 127.
45
Namun, demam korban semakin kuat sehingga dokiter menyatakan bahwa
korban mengalami demam kuning (jaundice). Setelah belberapa waktu, korban
akhirnya meninggal dunia. Peradilan telah memutuskan perkara bahwa si
terdakwa bersalah menurut pasal 314 Kanun Keseksaan dan dinyatakan bahwa si
terdakwa telah menyebabkan kematian korban dengan melakukan suatu perbuatan
dengan niat hendak menyebabkan kematian yaitu dengan rnemasukkan sebatang
kayu ke dalam ralllin korban.
Selain daripada ketetapan yang berkaitan pengguguran haram di atas,
undang-undang jenayah juga melarang seseorang melakrnkan suatu perbuatan
yang menghindari anak itu dari dilahirkan atau suatu perbuatan yang
menyebabkan anak itu mati setelah dilahirkan. Ini juga merupakau suatu
perlindungan undang-undang terhadap hak auak yang masih berada dalam rahim
ibunya meskipun anak itu belum lahir ke dunia.
4. Jenayah membunuh auak dalam kandungan supaya ia mati semasa
dilahirkan
Menurut pasal 315 Kanun Keseksaan:
Barang siapa, sebelum seseorang anak dilahirkan, melakukan apa-apa perbuatan dengan niat dengan jalan demikian itu hendak mengelakkan anak itu daripada dilahirkan hidup, atau hendak menyebabkan anak itu mati selepas dilahirkan, dan dengan perbuatan itu mengelakkan anak itu daripada dilahirkan hidup, atau menyebabkan anak itu mati selepas dilahirkan, hendaklah, jika perbuatan itu tidak disebabkan dengan suci hati bagi maksud hendak menyelamatkan nyawa ibunya, diseksa dengan penjara selama tempoh yang boleh sampai sepuluh tahun, atau dengan denda, atau dengan kedua-duanya. 21
21 Lembaga Penyelidikan Undang-Undang, Panduan Undang-Undang Jenayah, h. 404.
46
Untuk menetapkan seseorang pada kesalahan ini, p•erkara-perkara berikut
perlu dibuktikan:
(a) Perempuan itu benar-benar mengandung.
(b) Si terdakwa melakukan suatu perbuatan, sebelurn anak itu dilahirkan
dengan niat untuk menghindari anak itu dilahirkan hidup, atau
menyebabkan anak itu mati setelah dilahirkan.
( c) Disebabkan perbuatan si terdakwa, anak itu dilahirkan dalam keadaan
mati setelah dilahirkan.
( d) Perbuatan itu dilakukan bukan dengan niat untuk menyelamatkan nyawa
ibu anak tersebut.
Sekiranya terbukti niat si terdakwa bukan untuk menghindari anak itu
dilahirkan hidup atau menyebabkan anak itu mati setelah dilahirkan tetapi berniat
untuk mencederakan ibunya dan ibunya tersebut mati, maka perbuatan ini akan
menjadi suatu tindakan jenayah pembunuhan dengan sengaja. Melihat pada
perkataan-perkataan yang digunakan di dalan1 pasal ini, perbuatan atau tindakan
yang dilakukan oleh si terdakwa harus dilakukan semasa anak itu masih berada di
dalam kandungan ibunya, bukan setelah ia dilahirkan karena jika dilakukan
sesuatu setelah anak itu di lahirkan, maka akan menjadi kesalahan membunuh
orang di bawah pasal 300 Kanun Keseksaan. Perkara ini penting untuk di
47
perhatikan karena anak yang berada di dalam kandungan mempunyai status yang
berbeda dari anak yang sudah dilahirkan atau keluar dari rahim ibunya. 22
5. Mematikan anak yang telah bersifat dalam kandungan
Pasal ini adalah berkenaan dengan perbuatan si terdakwa yang tergolong
kepada kesalahan membunuh orang sehingga menyebabkan kematian anak yang
belum lahir tetapi telah terbentuk. Pasal 316 Kanun Keseksaan menetapkan:
Barang siapa melakukan apa-apa perbuatan dalam keadaan yang sedemikian bahwa jika ia dengan jalan demikian itu menyebabkan kematian ia adalah melakukan kesalahan mematikan orang dengan salah, dan dengan perbuatan itu menyebabkan kematian seorang anak yang telah bersifat yang be/um lahir, hendaklah diseksa dengan penjara selama tempoh yang boleh sampai sepuluh tahun, dan bolehlahjuga dikenakan denda. 23
Dapat difahan1i dari pasal ini sebenarnya niat si terdakwa pada mulanya
ialah hendak menyebabkan kematian si ibu, dengan melakukan suatu tindakan
yang mungkin akan menyebabkan kematian sebagaimana kesalahan membunuh
orang. Akibat dari perbuatan tersebut, anak yang telah bersifat dalam kandungan
ibu itu yang mati bukannya ibu itu. Perkara ini diilustrasikan dalarn contoh yang
dinyatakan bersarna dengan pasal 316 berikut24:
A, ( yang dia ketahui bahwa ia mungkin menyebabkan kematian seorang perempuan yang hamil) melakukan sesuatu perbuatan yang tergolong dalam kesalahan mematikan orang dengan salah (jika perbuatan itu menyebabkan kematian perempuan itu). Latu perempuan itu mendapat bencana tetapi tidak mati. Yang mati adalah anak dalam kandungan perempuan itu. Kematian
22 Anita Abdul Rahim, Jenayah Homisid, h. 130.
23 Lembaga Penyelidikan Undang-Undang, Panduan Undang-Vndang Jenayah, h.405.
24 Anita Abdul Rahim, Jenayah Homisid, h. 130.
48
seorang anak yang be/um lahir yang telah bersijat yang ada dalam kandungan perempuan itu tadi adalah disebabkan dengan jalan demikian ( perbuatan A). Maka si A adalah melakukan kesalahan yang dimaksudkan di dalam pasal ini.
Karena itu pasal ini tidak dapat dikenakan apabila perempuan yang hamil
itu yang mati karena situasi tersebut akan tergolong di dalarn jenayah membunuh
orang dengan sengaja, menurut pasal 299 Kanun Keseksaan. Dari semua tindakan
jenayah yang dijelaskan di atas berkaitan dengan kesalahan melibatkan anak yang
belum lahir, yang masih berada dalam kandungan ibunya. Dua lagi pasal yang
ingin dibahas selanjutnya tidak melibatkan anak yang belmn lahir tetapi sudah
dilahirkan. Kesalahan yang dimaksudkan ialah kesalahan membuang bayi dan
kesalahan menyembunyikan kelahiran dengan cara membuang mayat bayi itu
secara sembunyi-sembunyi.25
6. Jenayah menelantarkan dan membuang anak
Kesalahan yang ditetapkan di dalam pasal 317 Kanun Keseksaan hanya
khusus kepada korban anak-anak yang berusia dari bayi yang baru dilahirkan
hingga usia dua be las tahun. Menurut pasal 317:
Barang siapa yang menjadi bapa atau ibu seorang kanak-kanak yang berumur kurang daripada dua be/as tahun, atau yang bertanggungjawab menjaga anak-anak itu, membiarkan atau meninggalkan anak-anak itu dengan niat hendak meninggalkan anak-anak itu sama skali, hendaklah diseksa dengan penjara selama tempoh yang boleh sampai tujuh tahun atau dengan denda atau dengan kedua-duanya. 26
25 Ibid.
26 Lembaga Penyelidikan Undang-Undang, Panduan Undang-Undang Jen ayah, h.405.
49
Tujuan pasal ini dibuat agar orang tua atau orang yang bertanggw1gjawab
terhadap anak itu agar tidak membiarkan anak-anak mereka yang masih di bawah
wnur terancam dari segala bahaya. Tujuan ini jelas Wltuk memberikan
tanggungjawab terhadap orang tua dan penjaga snpaya sepenuhnya
bertanggWlgjawab terhadap anak-anak yang berada di dalam pengawasan mereka.
Perkara penting yang perlu dibuktikan dalam pendakwaan dengan pasal
ini ialah niat Wltnk membuang anak-anak itu dan membiarkan mereka terancam
dalan1 bahaya. Dan si terdakwa bemiat sengaja membiarkan ancaman kepada
anak-anak tersebut atau berniat Wltuk membuangnya, maka terdakwa dapat
dikenakan dengan jenayah ini. Beberapa perkara yang perlu dipertimbangkan
dalam mendakwa kesalahan ini ialah:
(a) terdakwa terdiri dari bapa atau ibu atau siapa saja yang bertanggWlgjawab
menjaga anak-anak yang dibuang tersebut.
(b) Anak-anak yang menjadi korban ialah anak-anak yang berumur dibawah
dua belas tahWl.
(c) Terdakwa bemiat membuang anak itu denga car.a, membiarkan atau
meninggalkan anak-anak di suatu tempat.
Bagaimanakah untuk menentukan seseorang itu bemiat membiarkan atau
meninggalkan anak itu? Secara umwn, apabila seseorang membiarkan anaknya di
suatu tempat yang mengakibatkan anak itu menerima suatu ancaman fisik yang
berbahaya dan anak itu tidak lagi mendapat perhatian, pengawasan dan penjagaan
dari ibu bapa atau penjaganya, perbuatan ini dapat didakwa dengan jenayah
50
pembuangan anak menurut pasal 317 ini. Jika dampak pembiaran atau
peninggalan ibu bapa atau penjaga itu mengaldbatkan anak-anak tidak lagi
mendapat perlindungan sebagaimana seharnsnya dalam usia muda mereka,
umpamanya membiarkannya di luar rnmah dalam keadaan cuaca burnk atau
mendapat gangguan binatang liar, maka ha! ini juga memberi implikasi bahwa
mereka telah berniat untuk membuang anak terse but. 27
Tindakan terdakwa dalam konteks ini akan membawa dua kemungkinan
yaitu anak-anak yang dibuang itu masih hidup atau diternukan dalam keadaan
sudah mati. Permasalahan selanjutnya apalcah terdakwa tersebut akan didakwa
juga dengan kesalahan membunuh jika anak-anak itu mati akibat dibuang?
Penjelasan pasal 317 ini menegaskan :
Pasal ini tidaklah dimaksudkan bagi menjauhi pesalah itu daripada dibicarakan karena kesalahan membunuh orang atau kesalahan mematikan orang dengan salah, mengikut mana yang berkenaan, jilw anak-anak ilu mati oleh sebab pendedahan itu. 28
Berdasarkan penegasan di atas, bennakna si terdakwa boleh di tuduh
dengan kesalahan membw1uh orang apabila sekiranya anak yang dibuang itu mati
aldbat kesalahannya. Ini tergantung kepada kondisi suatu kasus pembuanga11 anak
dan diketahui sebelum ini bahwa untuk menetapkan seseorang dengan kesalahan
membunuh orang dengan salah di bawah pasal 302 atau 304 Kanun Keseksaan,
27 Anita Abdul Rahim, Jenayah Homisid, h. 132.
28 Lembaga Penyelidikan Undang-Undang, Panduan Undang-Undang Jenayah, h.405.
51
perlulah dibuktikan dengan benar tanpa keraguan yang munasabah bahwa
perbuatan terdakwa sebenarnya adalah sun1ber awal dari kematian tersebut.
Tingkat kemungkinan kematian korban juga tergantung kepada perbuatan
terdakwa, sesuai dengan membunuh orang dengan salah.29
Justru itu, perlu dinyatakan bahwa ketentuan menurut pasal 317 ini hanya
memerlukan pembuktian niat dari pelaku untuk membuang anak itu, ia tidak
memerlukan pembuktian bahwa penelantaran atau pembuangan itu akan
mengakibatkan bahaya terhadap nyawa atau kesehatan anak-anak yang dibuang
itu. Waiau tidak ditemukan ancaman nyawa atau kesehatan, jika terbukti niat si
terdakwa untuk membuang anak itu, maka si pelaku boleh dikenakan lmkunian
maksimal penjara paling lama sampai tujuh tahun atau denda atau kedua-duanya.
7. Pembuangan mayat anakyang baru lahir
Jenayah seperti ini sering kita temukan akhir-akhir ini di mana mayat bayi
dijumpai di berbagai tempat seperti di dalam parit, tempat pembuangan sampah,
di dalam tandas dan juga ada yang di samping masjid. Perkara ini merupakan
jenayah yang dianggap serius memperhatikan hak bayi yang dilahirkan ke dunia
telah dilanggar dengan seenaknya oleh golongan yang tidalc berperikemanusian.
Sebagaimana yang kita tahu, bayi juga mempunyai hak untuk hidup dan
perbuatan menyembunyikan kelahirannya dengan membuang mayat bayi itu
29 Anita Abdul Rahim, Jenayah Homisid, h. 133.
52
"' UIN SY~o JAKARi-~A PERPUSTAKAAN UT l
dengan cara tersembunyi telah ditetapkan di dalam undang-undang sebagaiSuatu
. ah30 Jenay .
Pasal 318 Kanun Keseksaan menyebutkan berkenaan jenayah
menyembunyikan kelahiran . dengan jalan membuang mayat dengan cara
tersembunyi.
Rarang siapa dengan sengaja menyembunyikan kelahiran seorang kanakkanak denganjalan mengebumikan atau denganjalan lain membuang mayat kanak-kanak itu dengan sulit, sama ada kanak-kanak itu mati sebelum atau selepas atau dalam waktu ia dilahirkan, hendaklah diseksa dengan penjara selama tempoh yang boleh sampai dua tahun atau dengan denda atau dengan kedua-duanya skali. 31
Ketetapan di dalam pasal 318 ini perlu dibedakan dengan pasal 3 I 7
sebelwn ini. Pasal 3 I 8 ini adalah khusus kepada jenayal1 membuang mayat bayi
yang baru dilahirkan. Manakala pasal 317 ditujukan terhadap kesalahan
pembuangan anak yang berusia kurang daripada dua belas tahun tetapi tidak
semestinya mati. Pasal 318 dikhususkan pada kasus pembuangan bayi yang sudah
mati yaitu bayi yang sudah lengkap dilahirkan oleh ibunya. Tidak semestinya ibu
yang melahirkan anak itu saja yang boleh di dakwa tetapi siapa saja yang terlibat
dalam menyembunyikan kelahiran atau membuang mayat bayi itu juga bisa di
dakwa dengan pasal ini.32
'0 Ibid, h. 134.
31 Lembaga Penyelidikan Undang-Undang, Panduan Undang-Undang Jenayah, h. 406.
32 Anita Abdul Rahim, Jenayah Homisid, h. 133.
L
53
Dalam ketetapan pasal 1ru, terdapat dua unsur utama yang perlu di
perhatikan yaitu:
(a) niat untuk menyembunyikan kelahiran itu.
(b) Mengubur mayat bayi secara tidak sewajamya atau membuang mayat bayi
itu ( bayi itu mati sebeluru atau setelah atau semasa dilahirkan).
Dalam perbuatan terdakwa ini, terdakwa bisa mdakukan dengan cara
mengubur bayi itu secara tersembunyi atau membwmg bayi itu secara
tersembunyi. Jika sala.li. satu daripada dua perbuatan di atas dilakukan, maka
jenayah itu bisa diancam dengan pasal ini di mana ia akan membawa hukuman
penjara paling lama dua tahun atau denda atau dengan kedua-duanya.
BAB IV
HUKUM ABORSI BAGI WANITA KORBAN INSES MjENURUT HUKUM
ISLAM DAN UNDANG-UNDANG JENAYAH MALAYSIA
A. Pengertian Wanita lnses dalam Jenayah Aborsi
Inses adalah hubungan seksual antara dua orang yang bersaudara dekat
yang dianggap melanggar adat, hukum dan agama. 1 Inses juga dikenal sebagai
hubungan sedarah yaitu hubungan saling mencintai yang bersifat seksual yang
dilakukan oleh pasangan yang memiliki ikatan keluarga (kekerabatan) yang dekat
biasanya antara ayah dengan anak perempuannya, ibu dengan anak Iaki-Iakinya
atau antara sesama saudara kandung atau saudara tiri. 2
Kata inses adalah kata dari bahasa indonesia atau di dalam bahasa
inggrisnya incest yang berarti sumbang muhrim atau zina sebaka.3 Dalam undang-
undang syariah di Malaysia, sumbang muhrim adalah persetubuhan haram atau
kelala1an sumbang yang dilakukan antara Iaki-laki dan perempuan di mana
hubungan antara mereka adalah muabbad mengikut hukum syara' dan ia
merupakan suatu kesalahan yang boleh dikenakan sanksi. 4
200.
' Daryanto S.S., Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, (Surabaya; Apollo, 1997) h. 285.
2 http://id.wikipedia.org/wiki/Hubungan_sedarah, di akses IO: 11, 8 November 2009.
3 Joyce M. Hawkins, Kamus Dwibahasa Oxford Fajar, ( Selangor; Fajar Bakti, 2004) h.
4 Badan Perundangan Negeri Perak, Enakmen Undang-Undang Keluarga Negeri Perak, (Negeri Perak; 2004).
55
Adapun maksud penulis dalam pengertian wanita korban inses adalah
wanita yang menjadi korban hubungan seksual yang di lakukan oleh orang yang
mempunyai hubungan sedarah dengan korban seperti ayah atau saudara kandung.
Perlakuan ini haruslah mempunyai unsur keterpaksaan atau tidak rela bagi wanita
yang menjadi mangsa. Hal ini adalal1 penting karena persetubuhan haram yang
dilakukan dengan unsur kerelaan dan kete:rpaksaan adalah dua hal yang berbeda
yang boleh dikenakan saksi yang berbeda.
Justrn itu, bisa dikatakan bahwa wanita yang menjadi korban inses adalah
sama digolongkan dalam tindak pidana pemerkosaan karena persetubuhan haram
atau hubungan seksual yang terjadi biasanya dilakukan atas dasar keterpaksaan
bukan kerelaan. Perbedaannya adalah terletak pada pelaku yang melakukan
perbuatan itu sama ada yang punya hubungan darah atau tidak.
B. Pandangan Imam Mazhab Mengenai aborsi
Perdebatan ahli fikih mengenai aborsi dalam berbagai literatur klasik
berkisar hanya pada sebelum terjadinya penyawaan maksudnya adalah kehamilan
sebelum adanya peniupan ruh ke dalam janin karena kehamilan sesudah peniupan
roh, para ulama sepakat melarangnya kecuali dalam kondisi darurat yang
mengancan1 kehidupan nyawa ibunya. Sehingga dalam hal ini permasalahan yang
menjadi perdebatan adalah aborsi yang dilakukan sebelum terjadi peniupan roh.
56
Para ulama dari mazhab empat mempunyai pendapat yang beragam, ada yang
membolehkan hingga mengharamkan secara mutlak. 5
I . Mazhab Hanafi
Sebagian besar ulama hanafiyah berpendapat bahwa aborsi diperbolehkan
sebelum janin terbentuk. Maksudnya adalah membolehkan aborsi sebelum
peniupan roh, tetapi harus disertai dengan syarat-syarat yang rasional. Di sini
yang perlu diperhatikan adalah syarat yang ditetapkan, sebab apabila kita melihat
pembolehannya tanpa melihat syaratnya, maka orang akan menganggap ringan
masalah pengguguran janin tersebut. 6
Salah seorang ulama hanfiyah yang sangat terkenal pada zamannya yaitu
Ali Al-Qami memakruhkan aborsi. Menurut Ali Al-Qan1i, sebagaimana yang
dikutip oleh Al-Asrusyani, salah seorang ulama hanafiyah juga mengatakan;
pengertian makruh dalam aborsi lebih condong kepada makna dilarang (haram)
dike1jakan, dan apabila dilanggar pelaku dianggap berdosa dan patut diberi
hukuman yang setimpal. Akan tetapi pendapat tersebut ditolak oleh Al-Haskafi,
salah satu pengikut Hanafi yang lain, ketika ditanya: Apakah pengguguran
5 Maria Ulfa Anshor, Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Prempuan, (Jakarta: Kompas, 2006) h. 92.
6 Ibid.
57
kandungan dibolehkan? Beliau menjawab:Ya, sepanjang belum terjadi penciptaan
dan penciptaan itu hanya terjadi sesudah 120 hari kehamilan.7
Ulama yang membolehkan pilihan aborsi umumnya sependapat bila belum
terjadinya peniupan ruh, karena dianggap belum ada kehidupan, sehingga
digugurkan tidak termasuk perbuatan pidana Oinayat). Ibnu Abidin, salah satu
pengikut mazhab Hanafi menyatakan, fuqaha mazhab hanafi memperbolehkan
menggugurkan kandungan selama janin masih dalam bentuk segumpal daging
atau segumpal darah dan belum terbentuk anggota badannya. Mereka
membolehkan aborsi selama waktu itu ( segumpal daging atau darah) karena janin
belum menjadi manusia.8
Na.mum, menurut ulama kontemporer dari kalangan mazhab Hanafi yaitu
Dr. Ramadhan Al-Buthi, aborsi diperbolehkan sebelum memasuki bulan keempat
kehamilan hanya dalam tiga kasus yaitu: pertama, apabila dokter khawatir bahwa
kehidupan ibu akan terancam akibat kehan1ilan; kedua, jika kehamilan
dikhawatirkan akan menimbulkan penyakit pada ibunya; ketiga, apabila
kehamilan yang baru akan menyebabkan terhentinya proses menyusui bayi yang
sudah ada dan kehiduparmya sangat tergantung pada ibunya.9
7 Ibnu Ahmad Al-Asrusyani Al-Hanafi, Jami' Ahkam Al-Shighaar, Dar Al-Fadhilah, Tt. Jilid l dalam buku Maria Ulfa Anshor, Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan,(Jakarta: Kompas, 2006) h. 93.
8 Ibid
9 Muhamad Said Ramadan Al-Buti, Tahdid Al-Nas/, (Damaskus: Maktabah Al-Farabi,
1979) h. 179.
58
Dasar diperbolehkannya pengguguran pada setiap tahap sebelum
terjadinya pemberian nyawa kepada janin adalah bahwa setiap sesuatu yang
belum diberikannya nyawa tidak akan bangkit di hari kiamat. Begitu juga dengan
janin yang belum diberikan nyawa, maka ketika tidak ada larangan baginya, maka
boleh digugurkan.
Terdapat beberapa pandangan terbadap konsekwensi hukuman
pengguguran. Menurut Thanthawi, apabila janin yang digugurkan itu dalam tahap
alaqah atau mudghah, maka pelakunya tidak wajib dikenakan denda, tetapi cukup
dihukum dengan hukuman yang ditentukan oleh hakim (ta'zir). Menurut Al-
Asrusyani pelaku wajib membayar uang kompensisi (ghurrah) bila kehamilan
yang digugurkan telah berusia empat bulan. Namun menurnt Abu Bakar yang di
kutip Al-Asrusyani, pelaku tidak perlu didenda tetapi ia harus bertaubat kepada
Allah atas kecerobohannya merusak calon manusia. 10
2. Mazhab Hanbali
Menurut jumhur ulama Hanabilah, janin boleh digugurkan selama masih
dalam tahap segumpal daging (mudghah), karena belum berbentuk anak manusia
sebagaimana yang ditegaskan oleh lbnu Qudamah dalam kitab Al-Mughni: "
penggnguran terhadap janin yang masih berbentuk mudghah dikenai denda
(ghurrah), bila menurut tim spesialis ahli kandungan janin sudah terlihat
w Ahmad Al-Thanthawi Al-Hanafi, Hasyiyah Thanthawi 'Ala ad-Dural Mukhtar, Beirut: Dar Ma'rifah, Tt. Jilid 4, h. 285 dalam buk:u buku Maria Ulfa Anshor, Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan,(Jakarta: Kompas, 2006) h. 95.
59
bentuknya. Namun apabila baru memasuki tahap pembentukan, dalam ha! ini ada
dua pendapat. Pertama yang paling shahih adalah pembebasan hukuman ghurrah,
karenajanin belum terbentuk misalnya barn bernpa alaqah, Kedua, ghurrah tetap
wajib dikenakan karena janin yang digugurkan memasuki tahap penciptaan anak
manusia." 11
Terdapat juga pendapat ulama lain yang membolehkan aborsi secara
mutlak sebelum peniupan ruh, di antaranya disebutkan Yusuf bin Abdul Hadi;"
Boleh meminum obat untuk menggugurkan janin yang sudah bernpa segumpal
daging". Namun menurut Gama! Serour, pakar kependudukan dari Al-Azhar
membatasinya sebelum kehamilan bernsia 40 hari. 12
Senada dengan pendapat tersebut Al-Zaraksyi dalam Al-Jnshaf yang
dikutip oleh Imam Alauddin, mengatakan " setiap pengguguran kandtmgan yang
janinnya sudah berbentuk sempurna, maka ada ghurrahnya, tetapi jika belum
berbentuk janin yang sempurna maka ghurrahnya dibebaskan. Namun pendapat
yang paling tegas dalam mazhab ini seperti yang dikemukan oleh Ibnu Jauzi yang
menyatakan bahwa aborsi hukumnya haran1 mutlak baik sebelum atau sesudah
penyawaan pada usia 40 hari. Ringkasnya, para fuqaha hanabilah sebagian besar
berpendapat aborsi diperbolehkan sebelum janin bernsia 40 hari. 13
11 Abi Muhamad Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Qudamah, Al-Mughni, ( Cairo: Hajar, 1992) jilid 12 h.62.
12 M. Nu'aim Yasin, Fikih Kedokteran, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001) h. 210.
13 Muhamad Said Ramadan Al-Buti, Tahdid Al-Nast, h. 179.
60
3. Mazhab Syafi'i
Ulama-ulama syafi'iyah berselisih pendapat mengenai aborsi sebelum
120 hari. Ada yang mengharamkam1ya seperti Al-'Imad, ada pula yang
membolehkan selama masih berupa sperma atau sel telur (nuthfah) dan segumpal
darah (alaqah) atau berusia 80 hari sebagaimana yang dikatakan oleh MuI1amad
Abi Sad, namun ulama lain membolehkan sebelum janin berusia 120 hari atau
sebelum janin diberi rah. Namun sebagian besar fuqaha syafi'iyah menyepakati
bahwa aborsi haram sebelum usia kehamilan 40-42 hari. 14
Salah seorang ulama dari mazhab syafi'iyah yang sangat terkenal beraliran
sufi yaitu Imam Ghazali berpendapat, beliau sangat tidak setuju dengan
pemusnahan janin, walaupun barn tahap konsepsi karena kehidupan itu
berkembang dan dimulai secara bertahap demi tahap dan awalnya tahap tersebut
apabila nuthfah dipancarkan ke dalam rahim, lalu bercampur dengan sel telur
perempuan, kemudian setelah itu ia siap menerima kehidupan. 15
Sementara sebagian ulama syafi'iyah yang lain mengatakan bahwa aborsi
diizinkan sepanjang janin belum berbentuk sempurna, yakni belum tampak
bagian-bagian tubuli seperti tangan, kaki, kepala dan bagian tubuh lainnya. Al-
Ramli mengharamkan aborsi setelah peniupan roh secara mutlal' dan
membolehkan sebelumnya. Namun, karena sulit mengatahui kepastian waktu
14 Al-Ghazali, Al-Wajiz, Beirut, Dar Al-Ma'rifuh, Th, ha!. 152, dalam bukunya Maria Ulfa Anshor, Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan, (Jakarta: Kompas, 2006) h. I 02.
15 Ibid
61
peniupan roh tersebut, maka diharanLkan pengguguran seb>elum mendekati waktu
peniupan roh untuk langkah berjaga. 16
Begitu juga Imam Nawawi mengharanLkan aborsi pada tahap mudghah
yang sudah berbentuk wajah a11ak adam (manusia) yakni sudah memiliki mata
telinga, tangan serta lainnya, maka haram dirusak meskipun belum sempurna.
Menurutnya janin pada fasa tersebut bila dirusak ada dendanya (diyat). Sebab
merusak anak dalam perut merupakan suatu tindakan pidana, siapa pun tidak
berhak merampas hak hidupnya.17
Dari pendapat Imam Al-Zarkasyi, Imam Ramli mengemukakan bahwa
aborsi diperbolehkan ketika usia janin dalam proses nuthfah atau alaqah.
Pendapat ini disandarkan pada pernyataan Abu Bakar bin. Abu Sa'id Al-Furati
ketika ditanya oleh Al-Karabisi tentang seorang laki-laki yang memberi min.uman
peluntur padajariyah-nya. Al-Furati menjawab, ha! tersebut diperbole!Lkan selagi
masih berupa nuthfah atau alaqah. lbnu Hajar memberikan keputusan aborsi
diperbolehkan sebelum usia kandungan 42 hari, sedangkan lebih dari hari itu
dilarang. 18
Akibat hukum bagi pelaku pengguguran kandungan setelah terjadi
penyawaan, menurut pendapat mayoritas (jumhur) ulama syafi'iyah sepakat
16 Ibid
17 An-Nawawi, Raudhatuth Tha/ibin, (Dar Kutub Al-Ilmiyah, Tt. Jilid 7) h. 214.
18 Al-Dasuki, Asy Syarkh Al-Kabir Ma'a Al-Dasuki, jilid 2, h. 267 dalam buku Nu'aim Yasin, Fikih Kedokteran, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2001) h. 204
62
pelakunya wajib membayar kompensasi (ghurrah), sebagaimana yang dikatakan
oleh Al-Juzairi: "janin yang digugurkan akibat tindak pidana (jinayah) wajib
diganti dengan uang kompensasi baik terpisah dari tubuh ibunya ketika ibunya
masih hidup atau setelah ibunya menjadi mayat."19
4. Madzhab Maliki
Ulama Malikiyah terkenal sebagai ulama yang tidak memberikan pilihan
san1a sekali dalam menyikapi masalah aborsi. Mereka berpandangan bahwa
kehidupan sudah dimulai sejak terjadi konsepsi. Oleh karena itu, menurut mereka,
aborsi tidak diizinkan bahkan sebelum janin berusia 40 hari. Hal tersebut
ditemukan dalam Hasyiah Al-Dasuki bahwa "tidak diperbolehkan melakukan
aborsi bila air mani telah tersimpan dalam rahim, meskipun belum berumur 40
hari". 20
Begitu juga menurut Al-Laisy, jika rahim telah menangkap air mani, maka
tidak boleh suami-istri ataupun salah satu daripada mereka menggugurkan
janinnya, baik sebelU111 penciptaan maupun sesudah penciptaan.21 Al-Lahkim
19 Abdul Rahman Al-Juzairy, Al-Fiqh Ala-Madzahib Al-Arba;ah, (Beirut: Dar al-Fikr)
jilid 5, h.374
20 Ibid.
21 Al-Laisy, Fath Al-Ali Al-Malik, jilid I h.399 dalam buku Nu'aim Yasin, Fikih Kedokteran, h. 204
63
membolehkan pengguguran kandungan sebelum berusia 40 hari dan tidak hams
mengganti dengan denda apapun.22
Adapun sanksi bagi yang melakukannya adalah jika dilanggar wajib
dikenai hukuman, sesuai dengan usia janinyang digugurkan. Semakin tua usia
janin yang digugurkan semakin besar pula tebusan yang w<\jib dibayarkan kepada
ahli warisnya. Mayoritas Gumhur) ulama malikiyah sepakat untuk memberi
hukuman ta'zir bagi pelaku aborsi pada janin sebelum terjadi penyawaan.
Namun, Al-Qurtubi mewajibkan membayar kompensasi, sebagaimana
pendapat Imam Malik yang dikutip dalam Bidayah Al-Mujtahid yaitu" apa saja
yang terlepas dari rahim ibu hamil, walaupun dalam bentuk mudghah atau
alaqah, apabila ia diyakini sebagai anak dalam kandungan, maka pihak yang
bertanggungjawab wajib menebusnya dengan ghurrah.23
Para ulama yang melarang dilakukannya tindakan aborsi biasanya
argwnent yang dikemukakan karena kehidupan berkembar1g dan dimulai sejak
terjadinya konsepsi. Ulama yang melarang aborsi sebagian besar dari madzhab
Maliki, sedangkan dari madzhab lainnya yang be1pendapat serupa di antaranya
22 Al-Dasuki, Asy Syarkh Al-Kabir Ma'a Al-Dasuki,jilid 2, h. 267 dalam buku Nu'aim
Yasin, Fikih Kedokteran, h.204.
23 lbnu Rusydi, Bidayah Al-Mujtahid, Dar Ma'rifah dalam buku Maria Ulfa Anshor, h. 103.
64
Imam Al-Ghazali dari madzhab Syafi'I, Ibnu Jauzi dari madzhab Hanbali dan
Ibnu Hazm dari madzhab Zhahiri.24
Sedangkan bagi ulama yang mengizinkan aborsi sebagian besar dari
madzhab Hanafi dan Syafi'I yang mempunyai argument sebagai berikut:25
a) Belum terjadi penyawaan, karena dianggap belwn ada kehidupan.
b) Selama janin masih dalam bentuk segwnpal daging atau segwnpal
darah dan belwn terbentuk anggota badannya.
c) J anin boleh digugurkan selama masih dalam fase segun1pal daging,
karena belwn berbentuk anak manusia.
d) Aborsi boleh dilakukan hanya 1mtuk menyelamatkan nyawa ibu.
e) Keringnya air susu ibu yang disebabkan kehamihm.
C. Pandangan Undang-Undang Jenayah dan Hokum Islam Terhadap Aborsi
Bagi Wanita Korban Inses
Tindakan inses atau perkosaan biasanya dilakukan dengan menggunakan
kekerasan dan pemaksaan baik secara fisik maupun disertai ancaman. Tindakan
ini sering kali menimbulkan trauma dan kepedihan yang sangat mendalam kepada
korban. Malah, sebagian korban merasa kengerian itu akan terus membayang-
bayangi hidupnya.
Kejahatan inses atau perkosaan bukan hanya m1!nimbulkan dampak
psikologis yang luar biasa bagi korban, malah memberi kesar1 kepada fisik korban
24 Ibid
25 Ibid
' '
65
sehingga hamil. Kehamila11 seperti ini bukaulah impian bagi seorang wanita.
Behan psikologis yang ditanggung korban sangat berat. Bagi korban yang teguh
hatinya akan menerima segalanya dengan sabar akan tetapi bagi korban yang
luntur hatinya akan mengambil Iangkah mudah bagi menyelesaikan masalah
seperti menggugurkan kandungan.
I. Pandangan Undang-Undang Jenayah
Undang-undang Jenayah mengatur pelbagai bentuk kesalahan yang di
Iakukan oleh masyarakat seperti kesalahan terhadap harta benda, kesalahan
terhadap pemalsuan, kesalahan terhadap jenayah seksual sehingga kepada
kesalahan kecederaan tubuh badan dan pengguguran anak.
Undang-undang Jenayah menganggap anak yang bt!rada di dalam rahim
ibunya bukan seorang manusia, karena itu perbuatan mematikan anak yang ada di
dalam rahim ibunya tidak di diletakkan di dalam bab kesalahan membunuh orang.
Justru undang-undang jenayah menetapkan perbuatan menyebabkan kematian
anak di dalam rahim ibunya sebagai suatu kesalahan yang berasingan daripada
pembunuhan dan mempunyai bab yang tersendiri.26
Adapun mengenai masalah yang ingin diteliti disini yaitu apakah undang-
undang jenayah membenarkan pengguguran janin bagi wanita yang hamil akibat
korban inses? Dalam w1dang-undang jenayah, menggugurkan kandungan dengan
26 Mohamad Shariff, Undang-Undang Jenayah Di Malaysia, (Selangor: Pustaka Ihsan, 2008) h. 30.
66
alasan menjadi korban inses atau perkosaan tidak dituliskan. Hal itu karena
undang-undang tidak membedakan kehamilan yang berlaku sama ada karena
inses, perkosaan atau selaiUllya. Undang-undang jenayah juga tidak menyebutkan
sama ada wanita yang hamil itu basil dari hubungan yang sah atau pun tidak.-
Contohnya di dalam pasal 312 menyebutkan :
Barang siapa dengan sengaja menyebabkan seorang perempuan yang hamil gugur hendaklah disiksa dengan penjara selama tempoh yang boleh sampai tiga tahun, atau denda, at au dengan kedua-duanya , dan jika perempuan itu mengandung anak yang telah bersifat ,hendaklah diseksa dengan penjara selama tempoh yang boleh sampai tujuh tahun, dan bolehlah juga dikenakan denda.
Di dalam pasal ini tidak membedakan kehamilan itu basil dari hubungan
gelap perkosaan atau inses. Namun, dalam ha! maslahat yang diberikan oleh
undang-undang jenayah untuk menggugurkan kandungan, undang-undang hanya
membenarkan aborsi dalam dua keadaan yaitu jika mengancam nyawa atau dapat
menyebabkan kecederaan fisik atau mental perempuan yang hamil tersebut. Hal
ini dapat di lihat dalam penjelasan pasal 312 Kanun Keseksaan.
"Pasal ini tidak diperluaskan kepada seorang pengamal perubatan yang didaflarkan yang di daflarkan menurut undang-undang perubatan 1971 yang menamatkan kehamilan seorang perempuan jika pengamal perubatan tersebut berpendapat, dengan suci hati, bahwa penerusan kehamilan itu akan melibatkan resiko kepada nyawa perempuan yang hamil itu, atau kecederaan kepada kesihatan jlzikal atau mental perempuan yang hamil itu, yang lebih daripada jika kehamilan itu ditamatkan."
Pengguguran yang akan dilakukan atas alasan menyelamatkan nyawa atau
melibatkan resiko fisik atau mental wanita hamil itu harus dilakukan dengan suci
hati atas pertimbangan seorang dokter dengan segala Iangkah yang sepatutnya. Di
67
lihat dari sisi keumuman penjelasan pasal ini, pengguguran janin akibat korban
inses boleh dimasukkan di dalam penjelasan ini karena biasanya sebagian korban
inses atau perkosaan akan mengalami trauma atau stress berat yang dapat
mengancam kesehatan mental korban. Justru itu, jika seorang dokter, dengan suci
hatinya yaitu setelah di ambil pelbagai tindakan seperti konsultasi dengan korban,
merasa korban akan mengalami stress berat sampai ke tahap gangguan k~jiwaan
akibat hamil disebabkan inses atau perkosaaan, maka menurut undang-undang ha!
itu diperbolehkan.
"jika pengamal perubatan terse but berpendapat, dengan suci hati, bahwa penerusan kehamilan itu akan melibatkan resiko kepada nyawa perempuan yang hamil itu, atau kecederaan kepada kesihatan fizikal atau mental perempuan yang hamil itu, yang lebih daripada jika kehamilan itu ditamatkan. "
Dalam ha! sanksi hukumnya, semua kesalahan menggugurkan kandungan
kecuali yang dizinkan diberi sanksi berupa penjara atau denda atau kedua-duanya
sekali. Adapun mengenai tempoh waktu penjara tergantung pada kesalahannya.
Bagi kesalahan menggugurkan janin yang sudah bersifat dan tanpa kerelaan
perempuan tersebut, tempoh waktu penjaranya paling lama 20 tahun penjara dan
dendanya lebih berat. Perkara ini dapat dilihat di dalam pasal 313 Kanun
Keseksaan.
2. Pandangan Hukum Islam
Persoalan aborsi adalah persoalan yang mempunyai akibat kompleks yang
bukan hanya berhubungan dengan nyawa, tetapi juga dengan kondisi kejiwaan
dan keberlangsungan hidup masa depan. Perdebatan ahli fikih mengenai aborsi
68
dalam berbagai literatur klasik berkisar hanya pada sebelum terjadinya
penyawaan ( qabla najkh al-ruh ) maksudnya adalah kehamilan sebelum adanya
peniupan roh ke dalam janin karena kehamilan sesudah pcnyawaan (ba'da nafkh
al-ruh) semua ulama sepakat melarang kecuali dalam kondisi darnrat yang
mengancam kehidupan nyawa ibunya.
Di dalam ha! aborsi akibat inses atau persetubuhan haram, beberapa
ulama memberikan pandangan yang berbeda. Segolongan kecil ulama malikiyah
memberi keringanan (rukhshah) pada kehamilan akibat perbuatan zina yaitu boleh
digugurkan sebelum fase peniupan roh jika takut akan dibunuh jika diketahui
kehamilannya. Namun mayoritas ulama malikiyah membenarkan aborsi
dilakukan hanya untuk menyelamatkan nyawa ibu, selain itu mutlak dilarang
sebagaimana yang ditulis oleh Gan1al Serour yaitu aborsi setelah penyawaan
adalah suatu tindakan yang terkutuk, tidak peduli apakah kehamilan itu hasil dari
pemikahan yang sah ataupun hubungan diluar pernikahan. 27
Seorang pakar hukum Dr. AA Oka Dhermawan, dalam disertasinya
menulis, aborsi akibat perkosaan dimungkinkan untuk dilakukan dengan sifat
terbatas (limitatij) walaupun pada awalnya dilarang. Perempuan korban
pemerkosaan seharnsnya mendapatkan perlindungan hukum apabila melakukan
aborsi, mengingat ia akan mengalami trauma yang panjang baik secara psikis
maupun sosial. Aborsi yang dilakukan akibat korban peme:rkosaan belum tentu
27 Maria Ulfa Anshor, Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Prempuan, h. !03.
69
dianggap suatu kesalahan. Akan tetapi kebenaran yang diberikan bersifat terbatas
sehingga jangan sampai nanti semua orang mengaku diperkosa agar bisa
melakukan aborsi. 28
Menurut fatwa yang di keluarkan oleh Majelis Uliama Indonesia, aborsi
dibolehkan jika terdapat keuzuran, baik yang bersifat darurat maupun hajat.
Keadaan darurat yang dibenarkan aborsi adalah jika perempuan hamil itu
menderita sakit berat seperti kanker stadium lanjut atau sakit fisik berat lainnya
yang ditentukan oleh tim dokter dan dalam keadaan di mana kehamilan
mengancam nyawa si ibu. Manakala kondisi hajat yang <libenarkan aborsi adalah
ketika janin yang dikandung dideteksi menderita cacat genetic dan kehamilan
akibat perkosaan yang ditetapkan oleh tim berwenang. Namun kebolehan aborsi
seperti yang di atas harus dilakukan sebelumjanin berusia 40 hari.29
Syekh Al-Azhar Dr. Muhammad Sayyed Tantawi dalam fatwanya
menyebutkan aborsi akibat perkosaan atau inses diperbolehkan dengan syarat
wanita tersebut mempunyai latar belakang pribadi yang baik dan persetubuhan
yang terjadi di luar keinginarmya.30 Salah seorang anggota Majma' al-Buhust al-
Islamiyah Al-Azhar, Dr. Musthofa Sak'ah, mendukung fatwa Syekh Al-Azhar
tersebut. Menurutnya, diperbolehkannya aborsi dari hasil persetubuhan yang tidak
28 http://www.kapanlagi.comlh/0000064951.html, di akses 11.30, I 1 November 2009.
29 http://www.mui.or.id/konten/hukum-aborsi, di akses 11.40, 11 November 2009.
'0 http://ikba.wordpress.com/2009/05/13/al-azhar-korban-pemeran-boleh-aborsi, di akses
3.50, 26 November 2009.
70
diinginkan oleh pihak wanita (pemerkosaan) karena ianya: bersifat dharurat dan
menurut kaidah Fiqih bahwa dalam kondisi dharurat sesuatu yang dilarang
menjadi diperbolehkan .. 31
Se lain itu, syarat. diperbolehkannya aborsi tersebut .adalah usia kehamilan
akibat pemerkosaan tersebut tidak lebih 120 hari. Jika aborsi dilakukan setelah
batas ini maka terhitw1g sebagai pembunuhan, dan ini tidal<: diperbolehkan dalam
syariat Islam. Dr. Abdul fatah !dries, Kepala Bidang Fiqih Muqarin Kuliah
Syariah AL-Azhar, menyatakan bahwa aborsi bagi wanita korban pemerkosaan
tidak diperbolehkan baik setelah maupun 8ebelum 120 hari. Hal ini menurutnya,
berdasarkan hadis Nabi," Jika sperma telali lewat 42 malam, Allali mengutus
malaikat untuk menyuruhnya membuat daging dan tulang".32
D. Analisis Penulis
Setelali dijelaskan beberapa pendapat baik dari sudut hnkum Islam atau
undang-undang jenayali tentang aborsi bagi wanita korban inses maka tampak
persamaan dan perbedaan dalam melihat masalali ini. Selarrjutnya, penulis akan
menganalisis kedua pendapat tersebut untuk menyelesaikan masalah ini.
I. Persamaan dan Perbedaan antara Hukum Islam dan Undang-Undang Jenayah
Malaysia tentang aborsi bagi wanita korban inses
a. Hnkum melakukar1 aborsi bagi wanita korban inses
31 Ibid
32 Ibid.
j'
71
Jika dilihat dari kebenaran untuk melakukan aborsi bagi wanita yang
menjadi korban inses, menurut undang-undang jenayah di malaysia alasan itu
tidak dinyatakan di dalan1 bah jenayah berkaitan kematian anak yang belum lahir
di dalam undang-undang jenayah. Hal ini karena undang-undang jenayah tidak
membedakan, baik kehamilan yang terjadi karena hasil dairi peruikahan yang sah
ataupun karena hubungan diluar pernikahan. Akan tetapi, jika dilihat dari sisi
tersirat di dalam penjelasan pasal 313, jika menurut seorang dokter dengan segala
upayanya, wanita koban inses itu berkemungkinan akan mendapat kecederaan
fizikal atau mental jika tidak ditamatkan kandungannya, maka undang-undang
membenarkan. Kebenaran melakukan aborsi bukan atas alasan inses tetapi atas
alasan akan mendapatkan kecederaan mental atau fisik.
Selanjutnya jika dilihat dari sisi hukum Islam, kebanyakkan ulama yang
membenarkan aborsi dengan alasan inses atau perkosaan adalah dari kalangan
ulama kontemporer seperti Syekh Al-Azhar Dr. Muhammad Sayyed Tantawi,
Salah seorang anggota Majma' al-Buhust al-Islamiyah Al··Azhar, Dr. Musthofa
Sak' ah. Keizinan yang diberi atas dasar keterpaksaan yang dibenarkan oleh
hukum Islam. Tetapi keizinan yang diberikan harus dengan syarat yang
ditetapkan.
Antara syaratnya adalah perempuan yang menjadi korban itu adalah
perempuan yang mempunyai keperibadian yang baik, baik dari sudut akhlaknya
atau dari sudut auratnya. Selain itu, ha! yang terjadi ( inses) bukanlah atas
kehendaknya dengan erti lain bukan atas kerelaannya melainkan karena dipaksa
72
dengan keras. Selain itu lagi, janin yang akan digugurkan itu haruslah sebelum
ditiupkan ruh ke atasnya. Cuma di sini beberapa ulama berselisih pendapat sama
ada benar-benar sebelum ditiupkan ruh atau sebelum janin itu sudah mempunyai
bentuk manusia seperti telinga, tangan dan selainnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hukum Islam dan undang
undang jenayah di Malaysia san1a-sama membenarkan aborsi yang dilakukan oleh
wanita korban inses. Akan tetapi, antara hukum Islam dan undang-undang
jenayah di Malaysia berbeda dalam memberikan persyaratan kebolehan aborsi
bagi wanita korban inses tersebut. Dalam hukuni Islam, syarat boleh aborsi adalah
wanita yang menjadi korban adalah seorang yang baik kelakuan dan auratnya, ha!
yang terjadi (inses) di luar kerelaannya dan pengguguran yang akan dilakukan
haruslah sebelumjanin ditiupkan ruh ke atasnya sedangkan dalam undang-undang
jenayah di Malaysia, wanita yang menjadi korban mempunyai ancaman berat
terhadap kesehatan fizik dan mental korban.
b. Sanksi hukum bagi pelaku aborsi yang tidak memenuhi syarat
Dilihat dari sisi sanksinya antara hukum Islam dan undang-undang
jenayah di Malaysia, hukum Islan1 memberikan sanksi bernpa denda (ghurrah)
sebagai tebusan atau ganti rugi akibat menggugurkan kandungan yang tidak
berdosa itu. Jumlah denda bervariasi tergantung usia janin yang digugurkan.
Namun semakin dekat usia janin dengan peniupan rul1 ke a1asnya semakin tinggi
denda yang akan dibayar. Untuk denda yang paling maksimal atau paling lengkap
(ghurrah kamilah) adalah senilai 5 ekor unta. Menurut undang-undang jenayah di
73
Malaysia, sanksi hukum akan diberikan berupa penjara atau denda atau kedua
duanya sekali jika di dapati bersalah. Adapun lama penjara tergantw1g pada janin
dan kerelaan perempuan itu. Jika janin yang digugurkan sudah mempunyai
bentuk tubuh badan seperti telinga dan kaki, maka lama penjaranya maksimal
sehingga tujuh tahun penjara dan jika pengguguran yang dilakukan tanpa
persetujuan perempuan hamil itu, bisa diancam dengan perjara maksimal 20
tahun. Hukuman seperti yang sudah dijelaskan di atas akan di kenakan kepada
pelaku yang melakukan pengguguran itu, sama ada wanita korban inses yang
tidak memenuhi syarat itu atau sesiapa yang melakukan pengguguran tanpa
kerelaan perempuan itu.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antara hukum Islam dan
undang-undang jenayah di Malaysia sama-sama memberikim sanksi bagi pelaku
aborsi yang tidak memenuhi syarat. Akan tetapi, antara hukum Islam dan undang
undang jenayah di Malaysia berbeda dalam menentukan jenis dan jumlah
sanksinya. Hukum Islam menyebutkan bahwa sanksinya adalah dalam bentuk
denda yang jumlalmya bervariasi tergantung usia janin yang digugurkan.
Sedangkan undang-w1dang jenayah di Malaysia menyebutkan sanksinya berupa
denda atau penjara atau kedua-duanya. Namun, untuk jurnlah dendanya tidak
dibataskan tetapi tidak boleh berlebihan serta tergantung budi bicara hakim
sedangkan lama penjara maksimal adalah 20 tahun penjara.
74
2. Pendapat Penulis
Dalam memberikan pendapat ini, penulis coba memberikan jawaban dan
masukan yang tebaik bagi menyelesaikan masalah ini tanpa menyampingkan
maslahat yang ada. Perlu kita sedari bahwa kedudukm1 makhluk yang bernama
manusia adalah mulia dibandingkan dengan makhluk-makhluk yang laimwa.
Allah SWT berfirman :
Artinya : Dan sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari baik-baik, dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna. (Q.S. Al-Isra' : 17:70)
Oleh karena setiap manusia berawal dari janin, maka Islam menghormati
dan melindungi janin sejak ada di dalam rahim. Perlu jug.a kita ketahui bahwa
janin adalah makhluk kecil yang bermanfaat, yang sedang bersiap-siap untuk
menjadi manusia atau bakal menjadi seorm1g manusia , maka merusak sesuatu
yang be1manfaat atau merusak sesuatu yang jelas-jelas m1~mbawa faidah maka
hukumnya haram kecuali untuk kemaslahatan yangjelas dan dibenarkan.
Penetapan hukun1 asal, yaitu haram sebelU111 peninpan ruh pada janin,
bahwa dia adalah makhlnk yang bermm1faat, yang sedikit demi sedikit bersiap-
siap untuk menerima rul1 dan mendapatkan sifat dan bentuk kemanusiaan. Akan
tetapi, keharamannya bukanlah sesuatu yang mutlak berdasarkan kaidah
75
keterpaksaan dan kemaslahatan yang ada, karena itu rnenghentikannya tidak
dianggap membunuh manusia melainkan merusak makhluk yang bermanfaat.
Bagaimana pun ha! yang menjadi beban bagi wanita korban inses
sehingga ia harus menggugurkan kandungan tidak bisa terlepas dari faktor
keluarga maupun masyarakat. Pandangan yang salah tentang anak yang tanpa
seorang ayah yang sah diartikan sebagai anak haram sudah memasyarakat.
Sehingga stigma semacam ini menambah beban bagi wanita yang bersangkutan.
Dalam Islam setiap bayi yang dilahirkan dalan1 keadaan suci tidak
mewarisi dosa orang tuanya, maka anak yang lahir tanpa ayah yang sah tetap
sama kedudukannya dengan anak hasil pernikahan yang sah dalam ha!
mendapatkan hak untuk hidup maupun hak lainnya. Diperlukannya pengakuan
terhadap anak yang tanpa ayah ini dari masyarakat merupakan solusi 1mtuk
meringankan beban bagi korban sehingga tidak perlu menggugurkan
kandungannya.
Namun, kebenaran aborsi yang diberikan untuk korban inses menurut
penulis haruslah dengan syarat yang ketat supaya alasan ini tidak dipermain
mainkan. Pertamanya kebenaran harnil akibat inses itu harus ditetapkan oleh tim
berwenang seperti melapor kepada polisi. Kedua, ha! yang terjadi bukan atas
kehendak korban. Maksudnya di sini adalah ha! yang terjadi akibat unsur
keterpaksaan bukan kerelaan korban.
Ketiga, korban mempunyai personaliti yang baik di dalam keluarga.
Contohnya korban bukanlah seorang yang terkenal dengan sikap sengaja
76
menggoda orang lain dengan pakaian yang tipis. Dan terakhir, kebolehan aborsi
sebagaimana maksud di atas harus di lakukan sebelum janin berusia 40 hari
karena pada usia sebegini janin belum mempunyai tanda-tanda organ tubuh dan
belum ditiupkan ruh ke atasnya.
Namun perlu diketahui bahwa keizinan yang diberi bukanlah suatu yang
harus dilakukan karena alasan korban inses ini dalam tahapan keuzuran yang
bersifat hajat. Justru itu, jika korban tidak ingin menggugurkan kandungannya
dan berhajat untnk meneruskannya tidakla11 di larang.
A. Kesimpulan
BABV
PENUTUP
Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran:
1. Secara umum, menurut hukum Islam hukum melakukan aborsi
bagi wanita korban inses dapat di bagi menjadi dua macam.
Pertama, jika wanita korban inses tersebut melakukan aborsi
setelah ruh ditiupkan ke dalam janinnya (kira-kira usia janin sudah
120 hari dari pembuahan), maka seluruh ulama sepakat bahwa
hukum aborsinya adalah haram. Kedua, jika wanita korban inses
tersebut melakukan aborsi sebelum ruh ditiupkan ke dalam
janinnya (sebelum usia janin 120 hari), maka ulama berbeda
pendapat. Sebagian ulama misalnya Imam Malik dan mayoritas
ulama madzhabnya melarang aborsi tersebut. Akan tetapi sebagian
ulama, terutanm ulama kontemporer, sepe11i Dr. Muhammad
Sayyed Tantawi membolehkan aborsi tersebut dengan syarat
perempuan yang menjadi korban itu adalah perempuan yang
mempunyai keperibadian yang baik, baik dari sudut akhlak dan
auratnya, ha! yang te1jadi (inses) bukanlah atas kehendaknya
78
dengan erti lain bukan atas kerelaannya melainkan karena dipaksa
dengan keras dan janin yang akan digugurkant itu haruslah sebelum
ditiupkan ruh ke atasnya. Sedangkan dalam undang-undang
jenayah di Malaysia, pada dasarnya semua aborsi hukumnya
dipandang sama, baik karena kehamilan inse:s ataupun kehamilan
dalam perkahwinan yang sah. Namun, apabila kehamilan itu
mengakibatkan terancamnya nyawa serta kecederaan mental dan
fisik korban, maka aborsi dibolehkan. Ada atau tidak terancamnya
nyawa serta kecederaan fisik dan mental si ibu harus dibuktikan
oleh dokter yang berwenang terlebih dahulu. Sebaliknya jika
kehamilan itu tidak menyebabkan terancamnya nyawa si ibu serta
tidak pula pada kecederaan fisik dan mentalnya, maka aborsi tidak
boleh dilakukan, meskipun bagi wanita korban inses. Hal ini dapat
dipahami dari penjelasan pasal 312 Kanun Keseksaan.
2. Menurut hukum Islam, sanksi hukum bagi pelaku aborsi yang tidak
memenuhi syarat adalah dalan1 bentuk ghurrah. Ghurrah adalah
uang kompensisi atau pembayaran diyat (uang tebusan) atas
keguguran janin dan jumlahnya berviarasi, tergantung pada usia
janin yang digugurkan. Untuk jumlah uang tebusan yang maksimal
(ghurrah kamilah) yang harus dibayar adalah senilai 5 ekor unta.
B. Saran
79
Sedangkan menurut undang-undang jenayah di Malaysia, sanksi
hukum bagi pelaku aborsi yang tidak mernenuhi syarat adalal1
berupa denda atau penjara atau kedua-duanya. Adapun lama
penjara tergantung pada janin dan kerelaan perernpuan itu. Jika
janin yang digugurkan sudah mempunyai bentuk tubuh badan
sepe1ti telinga dan kaki, maka lama penjaranya maksimal sehingga
tujuh tahw1 penjara dan jika pengguguran yang dilakukan tanpa
persetujuan perempuan hamil itu, bisa diancam dengan perjara
maksimal 20 tahun. Namun, untuk jumlah dendanya tidak
dibataskan tetapi tidak boleh berlebihan sf:rta tergant1U1g budi
bicara hakim.
I . Kepastian seorang wanita hamil akibat inses atau perkosaan harus
benar-benar diperiksa oleh pihak berwenang agar masyarakat tidak
mengambil kesempatan dengan menggunakan alasan inses atau
perkosaan untuk menggugurkan kandungan.
2. Pergaulan di dalam keluarga harus dijaga dengan mengamalkan
ajaran Islam sedalanmya bagi meminimalkan atau menghilangkan
kejadian buruk berlaku.
80
3. Pemerintah sebaiknya mengkaji ulang peraturan tentang boleh
tidaknya tindakan aborsi bagi wanita yang rnenjadi korban inses,
dengan melibatkan para pakar dari semua bidang yang terkait.
Diantaranya, ulama-ulama yang mempunyai kapasitas dalam
memberikan hukum atau fatwa, pakar psikolog, pakar medis,
apakar hukum dan sebagainya.
81
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran dan Terjemahannya, Jakarta: Departemen Agama RI, 1987
Anshor, Maria Ulfa ed. Aborsi Dalam Perspektif Fiqh Kontemporer, Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas [ndonesia, 2002.
Abdul Rahim, Anita. Jenayah Homisid, Selangor: Success Printing, 2005.
Bakar, Abu. Pengantar Undang-Undang Di A1alaysia, Selangor: Book Store Enterprise, 1999.
Anshor, Maria Ulfa. Fikih Aborsi Wacana Penguatan Hak Reproduksi Perempuan, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2006.
An-Naisyabul'i, Abi al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyaiti. Shahih Muslim, Beirut: Dar al-Fikr, 1993.
Anonim, "Abortus''. Kamus Istilah Gerakan Keluarga Berencana Nasional, Jakarta: BKKBN, 1990.
Joned, Ahmad Ibrahim dart Ahilemah. Sistem Undang-Undang Di Malaysia, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1995.
Al-Buti, Muhamad Said Ramadan. Tahdid Al-Nasl, Damaskus: Mak:tabah AlFarabi, 1979.
An-Nawawi. Raudhatuth Thalibin, Dar Kutub Al-Ilmiyah,, Tt. Jilid 7.
Bucai!le, Maurice. Dari Mana Manusia Berasal Antara Sains, Bibel Dan AlQuran, terj. Rahmani Astuti, Bandung: P\istaka Mizaii, 1999.
Badan Perundangan Negeti Perak. Enakmen Undang-Undang Keluarga Negeri Perak, Perak: 2004.
Daryanto S.S. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, Surabaya: Apollo, 1997. Ebrahim, Abu! Fad! Mohsin. Aborsi Kontrasepsi Dan Mengatasi
Kemandulan:lsu-lsu Biomedis Dalm Perspektif Islam, Bandung: Pustaka Mizan; 1997.
82
Fakhrliddin,, Ensiklopedia Islam, Jakarta: Ikhtiar Barn Van Hoeve, 1994 Hawkins, Joyce M. Kamus Dwibahasa Oxford Fajar, Selangor: Fajar Nakti,
2004.
Lerribaga Penydidikan Undang-Undang, Panduan Undang-Undang Jenayah, Kuala Lumpur: Percetakan Maziza, 2006.
Qudamah, Abi Muhamad Abdullah Ahmad bin Muhamniad. Al-Mughni,, Cairo: Hajar, 1992.
Shariff, Mohamad. Undang-Undang Jenayah Di .Malaysia, Selangor: Pustaka Ihsan, 2008.
Tim Pustaka Ibnu Katsir. Shahih Tefsir Ibnu Katsir, Bogor: Pustaka Ibnu Katsir, 2009.
Yanggo, Chuzaimah Tahido dan Hafiz Anshary AZ ed. Problematika Hukum Islam Kontemporer, buku kedua, Jakarta: LSIK, 1994.
Yasin, M. Nu'aim, Fikih Kedokteran, Jakarta: Pl1staka Al-Kautsar, 2001.
Zaidan, Abdul Karim. Seratus Kaidah Fikih Dalam Kehidupan Seharian, penerjemah Muhyidin Mas Rida, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008.
Zuhdi, Mafsjnk. Masai! Fiqhiyah, Jakarta: Haji Masagung, 1994.
Wes bite:
llttp://id. wikipedia.ofg/wiki/Hubunga!l _ sedarah
http://www.kapanlagi.com/h/0000064951.html
http://www.mui.or.id/ko!lte!l/hukm!l-aoofsi
http. www.aborsi.org