HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN PASIEN DALAM MENGONTROL HALUSINASI DI POLIKLINIK JIWA RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2014.pdf

Embed Size (px)

DESCRIPTION

JURNAL KEPERAWATAN JIWA

Citation preview

  • 1HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN PASIEN DALAM MENGONTROL HALUSINASI DI POLIKLINIK JIWA

    RUMAH SAKIT ERNALDI BAHAR PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN 2014

    1Sutrisno, 2Sri Maryatun, 3Muhammad Bahori1. Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Palembang

    2. Dosen PSIK Fakultas Kedokteran UNSRI sebagai Pembimbing I3. Kepala Ruangan Merpati II Rumah Sakit Ernaldi Bahar sebagai Pembimbing II

    Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Muhammadiyah Palembang, Indonesia

    [email protected]

    ABSTRAK

    Halusinasi adalah salah satu gejala sensori persepsi yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Faktor yang mempengaruhi kekambuhan pasien halusinasi adalah ketidakmapuan pasien mengontrol halusinasi dan tidak dilakukannya perawatan oleh keluarga dirumah. Salah satu jenis respon yang dialami keluarga dalam merawat pasien halusinasi adalah cemas. Data jumlah pasien dalam masalah perawatan utama halusinasi di Poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan tercatat jumlah pasien halusinasi rawat jalan pada tahun 2013 yaitu 129 orang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan keluarga dengan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi. Tehnik pengambilan sampel menggunakan Accidental Sampling dengan jumlah sampel 39 responden dan penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17-31 Maret 2014. Hasil penelitian menunjukan sebanyak 33,3% keluarga mengalami kecemasan ringan, 46,2% kecemasan sedang dan 20,5% mengalami kecemasan berat dan 74,4% pasien mampu mengontrol halusinasi serta 25,6% pasien tidak mampu mengontrol halusinasi. Analisis dilakukan dengan uji Chi-Square didapatkan value 0,028 ( value < 0,05) menunjukan ada hubungan signifikan tingkat kecemasan keluarga dengan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi. Rekomendasi kepada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai intervensi kecemasan keluarga, bagi petugas kesehatan di Poliklinik Jiwa untuk memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara mengurangi kecemasan.

    Kata kunci : Tingkat Kecemasan, Keluarga, Mengontrol, Halusinasi.

    ABSTRACT

    Hallucinations are one of the symptoms of sensory perception experienced by mental patients. Factors affecting recurrence of hallucinations patients is the inability of patients to control hallucinations and didnt care by the family at home. One type of response that is experienced by families in caring for the patient is anxious hallucinations. Data in Polyclinic Ernaldi Bahar Hospital South Sumatra Province recorded the number ofpatients in the outpatient hallucinations are 129 people in 2013. The purpose of this study was to determine the relationship of the family with the level of anxiety in the patient's ability to control hallucinations. Sampling technique using Accidental Sampling with a sample of 39 respondents and the research carried out on march 17 to 31 , 2014. Results showed 33.3 % of families experiencing mild anxiety, anxiety was 46,2 % and 20,5 % had severe anxiety and 74,4 % of patients were able to control hallucinations and 25,6 % of patients are not able to control the hallucinations . The analysis by Chi-Square test obtained value 0,028 ( value < 0,05 ) showed no significant relationship with the family anxiety levels in a patient's ability to control hallucinations. Recommendations for further teams of researchers to conduct research on anxiety intervention families, for health workers in Mental Clinic to provide counseling to families on how to reduce anxiety.

    Keywords : Levels of anxiety, Family, Controlling, Hallucinations.

  • 2A. PENDAHULUAN

    Permasalahan hidup yang berat

    dialami oleh semua kalangan masyarakat

    mulai dari masalah rumah tangga, stress

    di tempat kerja, tingginya tingkat

    pengangguran, sampai sulitnya mencari

    penghasilan, pekerjaan, dapat

    menyebabkan gangguan jiwa seperti

    cemas, stres, depresi, bahkan kasus-kasus

    bunuh diri (Suprajitno, 2004).

    Gangguan jiwa adalah kumpulan dari

    keadaan-keadaan yang tidak normal, baik

    yang berhubungan fisik maupun mental.

    Keabnormalan gangguan jiwa tersebut di

    bagi kedalam dua golongan yaitu:

    gangguan jiwa (neurosa) dan gangguan

    jiwa (psikosa), terlihat dalam berbagai

    macam gejala yang terpenting di

    antaranya adalah: ketegangan, hysteria,

    rasa lemah dan tidak mampu mencapai

    tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk dan

    sebagainya (Yosep, 2007).

    World Health Organization (WHO)

    tahun 2001 menyatakan bahwa sekitar

    450 juta orang di dunia memiliki

    gangguan mental. Fakta lainnya adalah

    25% penduduk diperkirakan akan

    mengalami gangguan jiwa pada usia

    tertentu selama hidupnya (Hawari, 2009).

    Gangguan jiwa mencapai 13% dari

    penyakit di dunia, Sementara itu

    berdasarkan data survei kementrian

    kesehatan, sebanyak 30% dari 235 juta

    jiwa warga Indonesia mengalami

    gangguan jiwa. Data Profil Kesehatan

    Indonesia pada tahun 2008 menunjukkan

    bahwa dari 1000 penduduk terdapat 185

    penduduk mengalami gangguan jiwa

    diantaranya halusinasi (Depkes RI,

    2005).

    Berdasarkan rekam medik Rumah

    Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera

    Selatan Tahun 2009 jumlah kunjungan

    pasien skizofrenia berjumlah 1535, 2010

    berjumlah 2040, 2011 berjumlah 2049

    dan 2012 jumlah kunjungan pasien

    penderita skizofrenia berjumlah 1570

    diantaranya mengalami halusinasi, dan

    pada tahun 2013 data jumlah pasien

    dengan masalah perawatan utama

    halusinasi berjumlah 129 orang (Medical

    Record Rumah Sakit Ernaldi Bahar

    Provinsi Sumatera Selatan, 2014).

    Gangguan jiwa adalah kumpulan dari

    keadaan-keadaan yang tidak normal, baik

    yang berhubungan fisik maupun mental,

    salah satu gangguan jiwa adalah

    halusinasi.

    Halusinasi adalah terganggunya

    persepsi seseorang dimana tidak

    terdapatnya stimulus dari ke lima

    pancaindra, penderita halusinasi pasca

    rawat di rumah sakit dapat kembali

    kambuh apabila pasien tidak dapat

  • 3mengontrol halusinasinya dan tidak

    dilakukannya perawatan oleh keluarga di

    rumah.

    Kemampuan pasien dalam

    mengontrol halusinasi merupakan faktor

    utama yang menentukan keberhasilan

    tindakan medis dan keperawatan dalam

    mengobati pasien dengan halusinasi

    (Maramis, 2004). Penyebab utama

    terjadinya kekambuhan pasien halusinasi

    ketidakmampuan pasien dalam

    mengontrol halusinasi serta keluarga

    yang merasa cemas dengan kondisi

    pasien (Nurdiana, 2010).

    Kecemasan merupakan salah satu

    masalah yang teridentifikasi dialami oleh

    keluarga yang mempuanyai anggota

    keluarga gangguan jiwa dengan

    halusinasi, dalam menghadapi keluarga

    yang cemas ada beberapa cara untuk

    mengatasi cemas tersebut sehingga

    keluarga tidak lagi merasakan kecemasan

    terhadap pasien yang mengalami

    gangguan jiwa (Notosoedirdjo & Latipun,

    2005).

    Penelitian ini juga sejalan dengan

    penelitian Aditya (2012) yang berjudul

    Gambaran tingkat kecemasan keluarga

    dengan Pasien Skizofrenia Residual di

    Poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar

    Palembang, dari 41 keluarga yang

    menjadi responden bahwa 23 responden

    (56,1%) memiliki tingkat kecemasan

    sedang.

    Berdasarkan studi pendahuluan di

    Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang

    dengan menggunakan kuesioner pada 10

    keluarga yang anggota keluarganya

    mengalami halusinasi, didapatkan

    keluarga yang di wawancarai mengatakan

    cemas ringan 6, cemas sedang 4,

    dikarenakan keluarga merasa takut akan

    kekambuhan jika pasien tidak dapat

    mengontrol halusinasi dan biaya

    pengobatan yang cukup mahal bagi

    masyarakat menengah kebawah.

    Berdasarkan uraian diatas, maka

    penulis merumuskan permasalah belum

    diketahuinya Hubungan tingkat

    Kecemasan keluarga dengan kemampuan

    pasien dalam mengontrol halusinasi di

    Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi

    Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun

    2014.

    Tujuan umum penelitian ini adalah

    untuk mengetahui Hubungan Kecemasan

    Keluarga dengan Kemampuan Pasien

    dalam Mengontrol Halusinasi di

    Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi

    Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun

    2014.

    Tujuan khusus penelitian ini

    Diketahuinya tingkat kecemasan keluarga,

    kemampuan pasien dalam mengontrol

    halusinasi, hubungan tingkat kecemasan

    keluarga dengan kemampuan pasien

    dalam mengontrol halusinasi di Poliklinik

    Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

    Sumatera Selatan Tahun 2014.

  • 4Hasil penelitian ini beranfaat sebagai

    masukkan untuk keluarga mengetahui

    tentang gangguan jiwa, cara mengontrol

    halusinasi dan mengurangi perasaan

    cemas keluarga, dan anfaat untuk petugas

    kesehatan dapat menambah

    informasi/data yang berguna dala

    pemberian asuhan keperawatan

    B. METODE PENELITIAN

    Penelitian ini merupakan penelitian

    kuantitatif dengan desain yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah desain survey

    analitik dengan metode cross sectional

    adalah suatu penelitian dimana variabel-

    variabel yang termasuk efek di observasi

    sekaligus pada waktu yang sama

    (Notoatmodjo, 2010). Untuk mengetahui

    hubungan tingkat kecemasan keluarga

    dengan kemampuan pasien dalam

    mengontrol halusinasi di Poliklinik Jiwa

    Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

    Sumatera Selatan tahun 2014.

    Populasi pada penelitian ini adalah

    keluarga inti yang salah satu anggota

    keluarganya yang pernah mengalami

    gangguan jiwa dengan halusinasi yang

    rawat jalan di Poliklinik Jiwa Rumah

    Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera

    Selatan Tahun 2014.

    Sampel dalam penelitian ini diambil

    dengan cara accidental sampling, yaitu

    mengambil kasus atau responden yang

    kebetulan ada dan tersedia di suatu

    tempat sesuai dengan konteks penelitian.

    Responden pada penelitian ini berjumlah

    39 responden.

    Penelitian ini dilaksanakan di

    Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi

    Bahar Sumatera Selatan. Penelitian ini

    dilakukan dengan beberapa rangkaian

    kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal

    17 sapai dengan 31 Maret 2014.

    Tehnik pengumpulan data yaitu data

    primer yang diperoleh melalui

    wawancara dan pengisian lembar

    kuesioner yang telah disiapkan. Lembar

    kuesioner mengacu pada GAD (General

    Anxiety Disorder) yang terdiri dari 7

    pertanyaan yang sudah di uji validitas

    dan redibilitas dan sudah baku oleh

    peneliti (Med, 2006). Kuesioner

    kemampuan pasien terdiri dari 10

    pertanyaan pertanyaan meliputi

    kemampuan pasien dalam mengontrol

    halusinasi diantaranya mengenal

    halusinasi, menghardik halusinasi,

    berinteraksi dengan orang lain atau

    bercakap-cakap dengan orang lain,

    Beraktivitas secara teratur dengan

    menyusun kegiatan harian dan

    menggunakan obat atau teratur minum

    obat (Keliat, 2005).

    Data sekunder terdiri dari data yang

    didapat dari catatan Medical Record

    Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

    Sumatera Selatan Tahun 2014.

    Analisa data yang dilakukan adalah

    analisa univariat dan bivariat. terhadap

    tiap variabel dari hasil penelitian dengan

  • 5maksud untuk mengetahui disribusi

    frekuensi dari variabel-variabel yang

    diteliti adalah variabel mengenai tingkat

    kecemasan keluarga. Penyajian data akan

    ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi

    frekuensi.

    Analisis Univariat bertujuan untuk

    mendeskripsikan masing-masing variabel

    yaitu variabel independen : tingkat

    kecemasan keluarga sedangkan variabel

    dependen : kemampuan pasien dalam

    mengontrol halusinasi.

    Analisis bivariat dilaksanakan untuk

    mendapatkan nilai kemaknaan hubungan

    (korelasi) antara variabel independen

    dengan variabel dependen. Uji statistik

    yang digunakan untuk menguji data

    kategorik pada penelitian ini dilakukan

    dengan uji Chi Square dengan derajat

    kepercayaan 95% atau alpha 0,05.

    Apabila p value 0,05 berarti Ho ditolak, dapat disimpulkan terdapat hubungan

    bermakna antara variabel Independen

    dengan Dependen. Apabila p value >

    0,05 berarti Ho diterima.

    C. HASIL PENELITIAN

    Analisa yang dilakukan untuk

    mengetahui distribusi frekuensi dan

    persentase dari variabel independen

    (tingkat kecemasan keluarga) dan

    variabel dependen (kemampuan pasien

    dalam mengontrol halusinasi) di

    Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi

    Bahar Provinsi Sumatera Selatan Tahun

    2014.

    Tabel 4.1

    Distribusi frekuensi Berdasarkan Tingkat Kecemasan Keluarga di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Sumatera

    Selatan Tahun 2014 (n = 39)

    No Tingkat kecemasan N %

    1 Ringan 13 33,3

    2 Sedang 18 46,2

    3 Berat 8 20,5

    Jumlah 39 100

    Berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat

    dilihat mengenai proporsi tingat kecemasan

    keluarga. Proporsi responden terbanyak

    terdapat pada tingkat kecemasan keluarga

    responden kecemasan sedang 46,2% dan

    proporsi responden terkecil terdapat pada

    responden kecemasan berat sebesar 20,5 %.

    Tabel 4.2

    Distribusi frekuensi Berdasarkan Kemampuan Pasien Dalam Mengontrol

    Halusinasi Responden di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Sumatera

    Selatan Tahun 2014 (n = 39).

    NoKemampuan pasien dalam mengontrol

    halusinasi N %

    1 Mampu 29 74.4

    2 Tidak Mampu 10 25.6

    Jumlah 39 100

    Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat

    dilihat mengenai proporsi kemampuan pasien

    dalam mengontrol halusinasi di Poliklinik

  • 6Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi

    Sumatera Selatan. Proporsi responden

    terbanyak terdapat pada responden pasien

    mampu mengontrol halusinasinya sebesar

    74,4%

    Analisis ini dilakukan untuk

    mengetahui apakah ada hubungan antara

    variabel independen (Tingkat Kecemasan

    Keluarga) dengan variabel dependen

    (Kemampuan Pasien Dalam Mengontrol

    Halusiasi) dengan menggunakan Uji Statistik

    dengan metode Chi Squere dengan

    keputusan bermakna dengan C1 95% atau

    nilai = 0,05.Tabel 41.2

    Hubungan Tingkat Kecemasan Keluarga Dengan Kemampuan Pasien Dalam

    Mengontrol Halusinasi Di Poliklinik Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar Sumatera

    Selatan Tahun 2014 (n = 39).

    NoTingkat Cemas

    Kemampuan Pasien dalam mengontrol

    HalusinasiTotal

    p Value

    MampuTidak

    Mampun % n % n %

    1 Cemas Ringan

    1128,2

    2 5,113

    33,3 0,

    028

    2 Cemas Sedang

    1538,5

    3 7,718

    46,2

    3 CemasBerat

    38,3

    512,8

    820,5

    Jumlah 2910

    39

    100

    Berdasarkan tabel 5.6 di dapat diketahui

    dari 41 responden proporsi responden

    terbanyak adalah reponden mengalami

    kecemasan sedang (46,2%) ternyata pasien

    dapat mengontrol halusinasi sebanyak 15

    orang (38,5%) dan pasien yang tidak dapat

    mengontrol halusinasi sebanyak 3 orang

    (7,7%), sedangkan proporsi sedikit adalah

    responden yang mengalami kecemasan berat

    (20,5%) ternyata pasien yang mampu

    mengontrol halusinasi sebanyak 3 orang

    (8,3%) dan pasien yang tidak dapat

    mengontrol halusinasi sebanyak 5 orang

    (12,8%). Berdasarkan Hasil uji statistik chi-

    square dengan batas kemaknaan = 0,05 diperoleh nilai p value = 0,028. Dengan hasil

    p value < , ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat kecemasan

    keluarga dengan kemampuan pasien dalam

    mengontrol halusinasi. Dengan demikian

    hipotesis menyatakan ada hubungan yang

    bermakna antara tingkat kecemasan keluarga

    dengan kemampuan pasien dalam mengontrol

    halusinasi terbukti secara statistik.

    D. HASIL PEMBAHASAN

    Berdasarkan hasil penelitian yang

    telah dilakukan bahwa, proporsi

    responden yang terbanyak adalah

    kecemasan sedang 46,2% dan proporsi

    responden terkecil terdapat pada

    responden dengan kecemasan berat

    sebesar 20,5 %.

    Penelitian ini juga sejalan dengan

    penelitian yang dilakukan Suci (2013),

    yang berjudul gambaran tingkat

    kecemasan keluarga dalam merawat

    anggota yang mengalami gangguan jiwa

    di poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar

    Palembang tahun 2013, responden yang

    mempunyai tingkat kecemasan sedang

  • 7sebanyak 28 orang (46,67%), dari 60

    Responden. Kecemasan sedang

    memungkinkan seseorang untuk

    memusatkan pada masalah yang penting

    dan mengesampingkan yang lain

    sehingga seseorang mengalami perhatian

    yang selektif, namun dapat melakukan

    sesuatu yang terarah (Videbeck, 2009).

    Kecemasan merupakan respons

    individu terhadap suatu keadaan yang

    tidak menyenangkan dan dialami oleh

    semua makhluk hidup dalam kehidupan

    sehari-hari. Kecemasan dapat dirasakan

    oleh individu ataupun sekelompok orang

    termasuk keluarga, kecemasan meliputi

    keluarga dan mereka sangat terbebani

    dengan kondisi penderita. Bahkan tidak

    sedikit keluarga yang sama sekali tidak

    mengetahui rencana apa yang harus

    mereka lakukan untuk menghadapi

    masalah gangguan jiwa salah satu

    anggota keluarganya. Kecemasan akan

    semakin meningkat tanpa pemahaman

    yang jernih mengenai masalah besar yang

    dihadapi keluarga.

    Keluarga mengalami cemas ketika

    anggota keluarganya mengalami sakit.

    Pasien yang dirawat di Rumah dalam

    waktu yang lama akan lebih membuat

    cemas. Hal ini karena mereka takut

    terjadinya kekambuhan pada pasien, serta

    biaya yang banyak. Semua stresor ini

    menyebabkan keluarga jatuh pada

    kondisi krisis dimana mekanisme koping

    yang digunakan menjadi tidak efektif dan

    perasaan menyerah atau apatis dan

    kecemasan akan mendominasi perilaku

    keluarga.

    Kemampuan Pasien dalam

    Mengontrol Halusinasi

    Berdasarkan hasil penelitian yang

    telah dilakukan, proporsi responden

    terbanyak terdapat pada pasien mampu

    dalam mengontrol halusinasinya sebesar

    74,4% dengan keluarga mengalami

    kecemasan sedang dan proporsi

    responden terkecil terdapat pada

    responden pasien tidak mampu dalam

    mengontrol halusinasi sebesar 25,6 %

    dengan keluarga mengalami kecemasan

    berat.

    Penelitian yang dilakukan oleh Qodir

    (2012) yang berjudul hubungan stres

    keluarga dengan kemampuan pasien

    mengontrol halusinasi pada klien

    halusinasi di RSUP Dr. Amino

    Gondohutomo Semarang, pasien yang

    mampu mengontrol halusinasi sebanyak

    36 responden (65,5%) dengan keluarga

    mengalami stres ringan sedangkan pasien

    yang tidak mampu mengontrol halusinasi

    sebanyak 19 responden (24,5%) dengan

    keluarga yang mengalami stres sedang.

    Stres merupakan salah satu gangguan

    kesehatan jiwa, respon dari stres adalah

    cemas atau kecemasan, kecemasan yang

    dialami keluarga berdampak negatif

    terhadap kemampuan pasien dalam

    mengontrol halusinasi. Kemampuan

    adalah kesanggupan, kecakapan,

  • 8kekuatan manusia untuk berusaha dengan

    diri sendiri. Kemampuan pasien dalam

    mengontrol halusinasi merupakan

    kesanggupan (potensi) pasien dalam

    menguasai persepsi sensori secara

    langsung, kemampuan pasien dalam

    mengontrol halusinasi sangat

    mempengaruhi kekambuhan pasien

    halusinasi, jika tidak dapat mengontrol

    halusinasi kecenderungan terjadinya

    kekambuhan akan besar.

    Nurdiana (2007), Penyebab utama

    terjadinya kekambuhan pasien halusinasi

    ketidakmampuan pasien dalam

    mengontrol halusinasi serta keluarga

    yang merasa cemas dengan kondisi

    pasien. Kemampuan dalam mengontrol

    halusinasi pasien dengan halusinasi

    dipengaruhi keadaan individu yang

    mengalami suatu gangguan dalam

    aktivitas mental seperti berpikir sadar.

    Analisa Bivariat

    Hubungan tingkat kecemasan

    keluarga dengan kemampuan pasien

    dalam mengontrol halusinasi.

    Berdasarkan hasil penelitian yang

    dilakukan menunjukan bahwa keluarga

    yang mengalami kecemasan ringan

    sebanyak 18 responden (42,2%) ternyata

    pasien mampu mengontrol halusinasi

    sebanyak (38,5%), pasien yang tidak

    tidak mampu mengontrol halusinasi

    sebanyak (7,7%) dan keluarga yang

    mengalami kecemasan sedang sebanyak

    13 responden (33,3%) ternyata pasien

    mampu mengontrol halusinasi sebanyak

    (28,2%), tidak mampu (5,1%) serta

    keluarga yang mengalami kecemasan

    berat sebanyak 8 responden (20,5)

    ternyata pasien mampu mengontrol

    halusinasi sebanyak (8,3%), tidak mampu

    (12,8%).

    Hasil uji statistik chi-square dengan

    batas kemaknaan = 0,05 diperoleh nilai p value = 0,028. Dengan hasil p

    value < , ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat

    kecemasan keluarga dengan kemampuan

    pasien dalam mengontrol halusinasi.

    Penelitian ini juga diperkuat dengan

    penelitian yang dilakukan oleh Sopyan

    (2008) yang berjudul Hubungan

    Pengetahuan dan Tingkat Kecemasan

    keluarga dengan kemampuan pasien

    mengontrol halusinasi pasca rawat inap di

    Rumah Sakit Jiwa Sumatera Utara

    sebanyak 58 responden 78% keluarga

    dengan pengetahuan kurang baik pasien

    tidak dapat mengontrol halusinasi pasca

    rawat inap dan 64% memiliki kecemasan

    sedang dan pasien tidak dapat mengontrol

    halusinasi.

    Hasil penelitian ini sejalan dengan

    teori (Nurdiana, 2010), penyebab utama

    terjadinya kekambuhan pasien halusinasi

    adalah ketidakmampuan pasien dalam

    mengontrol halusinasi. Keluarga yang

    merasa cemas dengan kondisi pasien,

    cemas yang rasakan oleh keluarga dapat

    dirasakan anggota keluarga yang lainnya

  • 9salah satunya adalah pasien dan cemas

    bisa mempengaruhi pola pikir seseorang.

    Kecemasan keluarga terjadi karena

    adanya stresor kurang pengetahuan

    keluarga dalam perawatan keluarga

    dirumah keluarga takut dan merasa cemas

    jika anggota keluarganya yang menderita

    halusinasi tidak dapat mengontrol

    halusinasinya maka akan berdampak

    kekambuhan. Cemas yang dirasakan oleh

    keluarga dapat menular ke anggota

    keluarga salah satunya adalah pasien,

    karena cemas dapat meningkatkan

    hormon yang mempengaruhi proses pola

    fikir (Serotonin dan dopamin) untuk

    mengatasi halusinasi tersebut.

    Kecemasan dapat mempengaruhi proses

    pola pikir seseorang yang ada

    disekitarnya, khususnya orang-orang

    yang lebih dekat pasien seperti keluarga,

    keluarga cemas maka salah satu anggota

    keluarga juga akan dirasaka kecemasan.

    Pada hasil penelitian ini, peneliti

    berpendapat bahwa keluarga yang

    mengalami kecemasan sedang namun

    masih ada pasien yang tidak dapat

    mengontrol halusinasi disebabkan bahwa

    kesemasan sedang juga mempengaruhi

    pola proses berfikir seseorang atau

    individu yang ada disekitar keluarga yang

    mengalami kecemasan, ketika kecemasan

    itu dirasakan oleh keluarga maka anggota

    keluarga yang lain juga mengalami

    kecemasan, hal ini sangat berdampak

    pada kondisi pasien dengan halusinasi,

    ketika ada stresor yang mempengaruhi

    proses pola pikir pasien maka akan

    berdampak terhadap kemampuan pasien

    dalam tindakan, namum masih dalam

    perilaku yang terarah dan sadar. Hal ini

    diperkuat teori Videbeck (2008),

    Kecemasan sedang memungkinkan

    sesorang untuk memusatkan pada

    masalah yang penting dan

    mengesampingkan yang lain sehingga

    seseorang mengalami perhatin yang

    selektif, namun dapat melakukan sesuatu

    yang terarah.

    Menurut peneliti, Kecemasan yang

    dialami oleh anggota keluarga dapat

    mempengaruhi kemampuan pasien dalam

    mengontrol halusinasi, apalagi keluarga

    dengan tingkat kecemasan berat.

    E. KESIMPULAN

    Setelah melakukan penelitian

    mengenai hubungan tingkat kecemasan

    keluarga dengan kemampuan pasien

    dalam mengontrol halusinasi di Poliklinik

    Rumah Sakit Jiwa Ernaldi Bahar Provinsi

    Sumatera Selatan Tahun 2014, maka

    ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut:

    1. Tingkat kecemasan keluarga di

    poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar

    Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2014

    terbanyak terdapat pada tingkat

    kecemasan keluarga responden

    kecemasan sedang sebanyak 18

    responden atau sebesar 46,2%.

  • 10

    2. Proporsi kemampuan pasien dalam

    mengontrol halusinasi di Poliklinik

    Jiwa Rumah Sakit Ernaldi Bahar

    Provinsi Sumatera Selatan terbanyak

    pasien mampu mengontrol

    halusinasinya sebanyak 29 responden

    atau sebesar 74,4%.

    3. Ada hubungan antara tingkat

    kecemasan keluarga dengan

    kemampuan pasien dalam mengontrol

    halusinasi di Poliklinik Jiwa Rumah

    Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera

    Selatan Tahun 2014 dengan p value

    0,028.

    F. SARAN

    Dari kesimpulan diatas, peneliti

    memberikan saran-saran sebagai berikut:

    1. Bagi Rumah Sakit

    Bagi petugas kesehatan Rumah

    Sakit Jiwa Ernaldi Bahar Palembang

    khususnya petugas kesehatan di

    poliklinik jiwa rawat jalan diharapkan

    dapat memberikan penyuluhan tentang

    cara mengurangi kecemasan keluarga

    dalam merawat anggota keluarga yang

    mengalami gangguan jiwa.

    2. Bagi Institusi Pendidikan

    Bagi Sekolah Tinggi Ilmu

    Kesehatan Muhammadiyah

    Palembang diharapkan dapat

    meningkatkan sumber-sumber bacaan

    baik buku keperawatan yang berkaitan

    dengan tingkat kecemasan yang dapat

    digunakan untuk melengkapi dan

    digunakan sebagai bahan referensi

    perpustakaan bagi Mahasiswa

    Program Studi Ilmu Keperawatan

    STIKes Muhammadiyah Palembang

    di masa yang akan datang.

    3. Bagi Keluarga

    Diharapkan keluarga untuk

    meningkatkan pengetahuan tentang

    halusinasi dan cara merawat untuk

    mengurangi tingkat kecemasan

    keluarga serta ebantu partisipasiaktif

    keluarga untuk merawat pasien

    dengan halusinasi .

    4. Bagi Peneliti Selanjutnya

    Bagi peneliti selanjutnya

    diharapkan agar dimasa yang akan

    datang dapat dilakukan penelitian

    lebih lanjut dengan metode dan desain

    berbeda serta melakukan penelitian

    lebih lanjut tentang intervensi pada

    kecemasan keluarga.

    G. DAFTAR REFERENSI

    Aditya. 2012. Gambaran tingkat kecemasan keluarga dengan Pasien Skizofrenia Residual di Poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang. KTI STIKES Muhammadiyah palembang

    Hawari. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizoprenia. Jakarta : Fakultas kedokteran Universitas Indonesi

    Keliat, B. A. 2005. Keperawatan Jiwa(Peran serta keluarga dalam perawatan klien gangguan jiwa). Jakarta: EGC

    Maramis, F. 2004. Ilmu Kedokteran Jiwa (Edisi 9). Surabaya: Univeraitas Airlangga

    Med, A, Robert, S , MD. 2006. The (General Anxiety Disorder) GAD 7 (Http//www. Patient.co.uk)

  • 11

    Medical Record, 2014. Rumah Sakit Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan tahun 2014. Palembang

    Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

    Notosoedirdjo & Latipun. 2005 . Kesehatan Mental, Konsep dan Penerapan. Malang: UMM Press

    Nurdiana. 2007. Peran Serta Keluarga Terhadap Tingkat kekambuhan Klien gangguan jiwa Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, vol.3 no.1

    Qodir, A. 2012. Hubungan stres keluarga engan kemampuan pasien mengontrol halusinasi pada klien halusinasi di RSUP Dr. Amino Gondohutomo Semarang. JNS. Semarang. 3(2). November 14. 2013

    Singgih. 2008. Cara mengurangi ansietas dalam kehidupan keluarga. Bandung: Media kesehatan

    Sopyan. 2008. Hubungan Pengetahuan dan Tingkat Kecemasan Keluarga dengan Kemampuan Pasien Mengontrol Halusinasi Pasca Rawat Inap Rumah Sakit Sumatera tara. JNS. Medan. 9(1). April 03. 2014

    STIKes Muhammadiyah Palembang. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Tahun 2013. Palembang. Desember. 2013

    Stuart & Laraia. 2001. Principles and Practice of Psychiatric Nursing. USA: Mosby

    Suci. R. 2013. Gambaran tingkat kecemasan keluarga dalam merawat anggota yang mengalami gangguan jiwa di poliklinik Rumah Sakit Ernaldi Bahar Palembang tahun 2013. KTI STIKes uhamadiyah Palebang tahun 2013

    Videbeck. 2008. Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

    WHO. 2001. The World Health Report: 2001: Mental Health : New Understanding, New Hope. Diunduh pada 10 Desember 2013 dariwww.who.int/whr/2001/en/

    Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama