Upload
felisia-magdalena
View
27
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
profesional auditor
Citation preview
HUBUNGAN SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR DAN SITUASI AUDIT, ETIKA, PENGALAMAN SERTA KEAHLIAN AUDIT DENGAN
KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR OLEH AKUNTAN PUBLIK
Maghfirah Gusti dan Syahril AliUniversitas Andalas
Abstract
The purpose of this research is to determine the significant level between the auditor’s professional scepticism and audit situation, ethics, experience also audit expertise with the accuracy of audit opinion by public accountant. This research done by survey method to partner and senior auditor in public accountant office in Sumatra.
Data analysis conducted by using multiple regression analysis. Hypothesis testing to determine whether any significant relationship between auditor’s professional scepticism and audit situation, ethics, experience also audit expertise with the accuracy of audit opinion by public accountant. The result of hypothesis testing showed significant relationship between auditor’s professional scepticism and the accuracy of audit opinion by public accountant. Meanwhile, only audit situation has significant relationship with the accuracy of audit opinion by public accountant. Other three variables, which are ethics, experience and audit expertise have no significant relationship with the accuracy of audit opinion by public accountant.
Key words: auditor’s professional scepticism, audit situation, ethics, experience, audit expertise, the accuracy of audit opinion by public accountant.
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Auditing didefinisikan sebagai proses sistematis untuk secara objektif
mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-
kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat
keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan
(Konrath, 2005). Tujuan akhir dari proses auditing ini adalah menghasilkan
laporan audit. Laporan audit inilah yang digunakan oleh auditor untuk
menyampaikan pernyataan atau pendapatnya kepada para pemakai laporan
keuangan sehingga bisa dijadikan acuan bagi pemakai laporan keuangan
dalam membaca sebuah laporan keuangan
Begitu pentingnya opini yang diberikan oleh auditor bagi sebuah
perusahaan, maka seorang auditor harus mempunyai keahlian dan kompetensi
yang baik untuk mengumpulkan dan menganalisa bukti-bukti audit sehingga
bisa memberikan opini yang tepat. Auditor dituntut untuk melaksanakan
skeptisisme profesionalnya sehingga auditor dapat menggunakan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama, karena kemahiran profesional
seorang auditor mempengaruhi ketepatan opini yang diberikannya. Sehingga
tujuan auditor untuk memperoleh bukti kompeten yang cukup dan
memberikan basis yang memadai dalam merumuskan pendapat dapat tercapai
dengan baik.
Skeptisisme berasal dari kata skeptis yang berarti kurang percaya atau
ragu-ragu (KUBI, 1976). Skeptisisme profesional auditor adalah sikap yang
mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi
2
secara skeptis terhadap bukti audit. Auditor diharapkan dapat lebih
mendemonstrasikan tingkat tertinggi dari skeptisisme profesionalnya.
Skeptisisme profesional auditor dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor tersebut antara lain keahlian, pengetahuan, kecakapan,
pengalaman, situasi audit yang dihadapi dan etika.
Audit atas laporan keuangan berdasarkan atas standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia harus direncanakan dan dilaksanakan
dengan sikap skeptisisme profesional (SPAP, 2001). Skeptisisme profesional
dapat dilatih oleh auditor dalam melaksanakan tugas audit dan dalam
mengumpulkan bukti yang cukup untuk mendukung atau membuktikan asersi
manajemen. Sikap skeptis dari auditor ini diharapkan dapat mencerminkan
kemahiran profesional dari seorang auditor. Kemahiran profesional auditor
akan sangat mempengaruhi ketepatan pemberian opini oleh auditor, sehingga
secara tidak langsung skeptisisme profesional auditor ini akan mempengaruhi
ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik. Selain itu, dengan sikap
skeptisisme profesional auditor ini, auditor diharapkan dapat melaksanakan
tugasnya sesuai standar yang telah ditetapkan, menjunjung tinggi kaidah dan
norma agar kualitas audit dan citra profesi auditor tetap terjaga.
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas, dapat dirumuskan
masalah dalam penelitian ini yaitu: apakah ada hubungan skeptisisme
profesional auditor dengan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan
publik dan apakah ada hubungan situasi audit, etika, pengalaman, dan
keahlian audit dengan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik.
3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris dan
menemukan kejelasan fenomena tentang hubungan skeptisime professional
auditor dengan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik dan
hubungan situasi audit, etika, pengalaman dan keahlian audit dengan
ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik.
Bagi dunia akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
untuk mengembangkan ilmu prilaku terutama audit. Untuk praktisi, hasil
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan
keahliannya dalam melakukan audit. Selain itu, bagi masyarakat hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat membantu untuk meningkatkan kepercayaan
masyarakat kepada akuntan publik dalam melaksanakan audit.
2. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
2.1 Skeptisisme Profesional Auditor
Di dalam SPAP (Standar Profesi Akuntan Publik, 2001:230.2),
menyatakan skeptisisme profesional auditor sebagai suatu sikap yang
mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi
secara kritis terhadap bukti audit. Shaub dan Lawrence (1996) mengartikan
skeptisisme profesional auditor sebagai berikut “professional scepticism is a
choice to fulfill the professional auditor’s duty to prevent or reduce or
harmful consequences of another person’s behavior…” . Skeptisisme
profesional digabungkan ke dalam literatur profesional yang membutuhkan
auditor untuk mengevaluasi kemungkinan kecurangan material (Loebbeck, et
al, 1984). Selain itu juga dapat diartikan sebagai pilihan untuk memenuhi
4
tugas audit profesionalnya untuk mencegah dan mengurangi konsekuensi
bahaya dan prilaku orang lain (SPAP 2001 : 230.2)
Kee dan Knox’s (1970) dalam model “Professional Scepticism Auditor”
menyatakan bahwa skeptisisme profesional auditor dipengaruhi oleh beberapa
faktor:
1. Faktor-faktor kecondongan etika
Faktor-faktor kecondongan etika memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap skeptisisme profesional auditor. The American Heritage
Directory menyatakan etika sebagai suatu aturan atau standar yang
menentukan tingkah laku para anggota dari suatu profesi. Pengembangan
kesadaran etis/moral memainkan peranan kunci dalam semua area profesi
akuntan (Louwers, 1997), termasuk dalam melatih sikap skeptisisme
profesional akuntan.
2. Faktor-faktor situasi
Faktor-faktor situasi berperngaruh secara positif terhadap skeptisisme
profesional auditor. Faktor situasi seperti situasi audit yang memiliki
risiko tinggi (situasi irregularities) mempengaruhi auditor untuk
meningkatkan sikap skeptisisme profesionalnya.
3. Pengalaman
Pengalaman yang dimaksudkan disini adalah pengalaman auditor dalam
melakukan pemeriksaan laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu,
maupun banyaknya penugasan yang pernah dilakukan. Butt (1988)
memperlihatkan dalam penelitiannya bahwa auditor yang berpengalaman
akan membuat judgement yang relatif lebih baik dalam tugas-tugas
profesionalnya, daripada auditor yang kurang berpengalaman. Jadi
5
seorang auditor yang lebih berpengalaman akan lebih tinggi tingkat
skeptisisme profesionalnya dibandingkan dengan auditor yang kurang
berpengalaman.
Berkaitan dengan skeptisisme ini, penelitian yang dilakukan Kee &
Knox’s (1970) yang menggambarkan skeptisisme profesional sebagai fungsi
dari disposisi etis, pengalaman dan faktor situasional. Michael K. Shaub dan
Janice E. Lawrence (1996) mengindikasikan bahwa auditor yang menguasai
etika situasi yang kurang lebih terkait dengan etika profesional dan kurang
lebih dapat melaksanakan skeptisisme profesionalnya. Faktor situasional
merupakan faktor yang penting dalam melaksanakan skeptisisme profesional
auditor.
2.2 Pemberian Opini Auditor
Opini auditor merupakan pendapat yang diberikan oleh auditor tentang
kewajaran penyajian lapoaran keuangan perusahaan tempat auditor melakukan
audit. Ikatan Akuntan Indonesia (1994: SA seksi 504, paragraph 01)
menyatakan bahwa: “Laporan audit harus memuat suatu pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan
tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal
jika nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, laporan audit harus
memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan
tingkat tanggung jawab auditor bersangkutan”.
Terdapat lima opini atau pendapat yang mungkin diberikan oleh akuntan
publik atas laporan keuangan yang diauditnya. Pendapat-pendapat tersebut
adalah: Unqualified Opinion (pendapat wajar tanpa pengecualian),
6
Unqualified with Explanatory Paragraph or Modified Wording (pendapat
wajar tanpa pengecualian dengan bahasa yang ditambahkan dalam laporan
audit bentuk baku), Qualified Opinion (pendapat wajar dengan pengecualian),
Adverse Opinion (pendapat tidak wajar), dan Disclaimer of Opinion
(pernyataan tidak memberikan pendapat).
2.3 Hubungan Skeptisisme Profesional Auditor dan Situasi Audit, Etika,
Pengalaman serta Keahlian Audit dengan Ketepatan Pemberian
Opini Auditor oleh Akuntan Publik
Skeptisisme profesional yang dimaksud disini adalah sikap skeptis yang
dimiliki seorang auditor yang selalu mempertanyakan dan meragukan bukti
audit. Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa penggunaan
kemahiran profesional dengan cermat dan seksama menuntut auditor untuk
melaksanakan skeptisisme profesional. Dapat diartikan bahwa skeptisisme
profesional menjadi salah satu faktor dalam menentukan kemahiran
profesional seorang auditor. Kemahiran profesional akan sangat
mempengaruhi ketepatan pemberian opini oleh seorang auditor. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat skeptisisime seorang
auditor dalam melakukan audit, maka diduga akan berpengaruh pada
ketepatan pemberian opini auditor tersebut.
Hubungan antara skeptisisme profesional auditor dengan ketepatan
pemberian opini auditor ini, diperkuat dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi skeptisisme profesional tersebut. Seperti yang telah dipaparkan
sebelumnya bahwa skeptisisme dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
faktor etika, faktor situasi audit, pengalaman dan keahlian audit. Sebagaimana
penelitian Yurniwati (2004) menyatakan bahwa faktor etika, faktor situasi
7
audit, pengalaman dan keahlian audit memiliki hubungan yang positif dan
signifikan terhadap skeptisisme profesional auditor. Faktor-faktor tersebut
yang memperkuat skeptisisme profesional auditor, yang juga akan
berpengaruh terhadap ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi skeptisisme
profesional auditor, memiliki hubungan secara tidak langsung dengan
ketepatan pemberian opini oleh akuntan publik.
2.4 Hipotesa Penelitian
Bertitik tolak dari telaah teoritis dan kerangka pemikiran yang diuraikan
di atas maka dapat dirumuskan hipotesis yaitu:
H1: Skeptisisme profesional auditor mempunyai hubungan yang signifkan
dengan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik.
H2: Faktor etika, faktor situasi audit, pengalaman dan keahlian audit
mempunyai hubungan signifikan dengan ketepatan pemberian opini
auditor oleh akuntan publik.
3. Metode Penelitian
3.1 Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk menentukan hubungan antara
variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y) adalah penelian
survey. Penelitian survey merupakan penelitian lapangan yang dilakukan
terhadap beberapa sampel dari suatu populasi tertentu yang pengumpulan
datanya dilakukan dengan menggunakan kuisioner (Masri S. 1987).
3.2 Variabel Penelitian dan Pengukuran
Dalam operasionalisasi variabel, diperlihatkan indikator yang digunakan
untuk mengukur variabel penelitian baik variabel dependen maupun variabel
8
independen. Sementara skala yang digunakan untuk mengukur instrumen
adalah tipe skala likert.
Variabel independennya adalah:
1. Skeptisisme Profesional Auditor (X)
Untuk mengukurnya digunakan skenario yang dipakai Shaub dan
Lawrence, namun disesuaikan dengan situasi dan kondisi Indonesia.
Indikatornya adalah tingkat keraguan auditor terhadap bukti audit,
banyaknya pemeriksaan tambahan dan konfirmasi langsung. Skala
pengukurannya adalah ordinal.
2. Faktor Situasi Audit (X1)
Variabel ini digambarkan dalam suatu skenario atau kasus, dimana
pengukuran untuk masing-masing situasi dilakukan bersamaan dengan
pengukuran skeptisisme profesional auditor dan skala yang digunakan
adalah skala ordinal.
3. Fakor Etika (X2)
Untuk mengukur variabel ini digunakan instrumen yang digunakan oleh
Cohen et al, (1995) yang dikembangkan oleh Loeb (1971), yaitu dengan
menggunakan skala likert 5 poin. Setiap skema memerlukan respon
responden untuk menunjukkan apakah tindakan yang dinyatakan dalam
skema adalah etis atau tidak dan skala yang digunakan adalah skala
ordinal.
4. Pengalaman (X3)
Variabel ini diukur dengan lamanya waktu atau pengalaman mengaudit
serta banyaknya penugasan yang telah ditangani auditor bersangkutan.
Skala yang digunakan adalah skala ordinal.
9
5. Keahlian Audit (X4)
Variabel ini diukur dengan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
serta tingkat sertifikasi pendidikan atau pengakuan resmi dan skalanya
likert.
Variabel dependen adalah ketepatan pemberian opini audit oleh akuntan
publik. Variabel ini diukur melalui pemberian opini yang sesuai dengan
kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam macam-macam opini. Skala
pengukurannya adalah ordinal.
3.3 Populasi dan Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah partner dan auditor senior yang
bekerja pada Kantor Akuntan Publik yang ada di Sumatera. Oleh karena
jumlah populasi yang sedikit yaitu 89 orang, maka semua populasi dipilih
untuk dijadikan sampel.
3.4 Data dan Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer, yaitu
data yang dikumpulkan langsung kepada objek penelitian dengan mekanisme
kuisioner model tertutup yang memuat daftar pertanyaan yang terkelompok
menurut dimensi-dimensi pengukuran variabel.
Untuk memperoleh data primer, digunakan penelitian lapangan (field
research) dengan teknik pengumpulan data melalui kuisioner yang merupakan
daftar pertanyaan tersruktur yang ditujukan pada responden. Adapun model
kuisioner yang digunakan adalah kuisioner tertutup dan untuk informasi
tertentu yang perlu penjelasan digunakan kuisioner tebuka.
10
3.5 Pengujian Validitas dan Realibilitas Data
Pengujian validitas dan realibilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan pendekatan internal consistency, yaitu pengujian validitas dan
realibilitas instrumen yang dilakukan sekali saja. Menurut Azwar (2001)
pendekatan ini mempunyai nilai praktis dan efisiensi tinggi. Kemudian secara
spesifik akan digunakan tenik Cronbach Alpha. Pengujian ini akan dibantu
dengan program SPSS.
3.6 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis Regresi Linear Berganda. Analisis regresi linear berganda digunakan
dalam menganalisis hubungan antara skeptisisme profesional auditor dan
opini auditor serta untuk menganalisis hubungan antara situasi audit, etika,
pengalaman dan keahlian audit dengan opini auditor.
4. Analisis dan Pembahasan
Dari 89 kuisioner hanya 28 kuisioner yang kembali. Dari jumlah tersebut
5 diantaranya tidak diisi dengan keterangan pindah alamat. Dari jumlah yang
tersisa sebanyak 23 buah, hanya 22 kuisioner yang layak diolah sedangkan
ada 1 kuisioner yang tidak layak olah, karena responden tidak mengisi
kuisioner.
4.1 Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen
Berdasarkan hasil pengujian validitas terhadap masing-masing butir
pertanyaan, tidak semua item pertanyaan adalah valid. Ada beberapa item
pertanyaan yang tidak valid, namun secara umum butir pertanyaan tersebut
valid. Butir pertanyaan yang valid terbukti dengan r hitung lebih besar dari r
tabel, sehingga pengujian dapat dilanjutkan pada pengujian realibilitas. Untuk
11
butir pertanyaan yang tidak valid terbukti dengan r hitung lebih kecil dari r
tabel, sehingga tidak dapat digunakan untuk pengolahan data berikutnya.
Pengujian realibilitas dilakukan menggunakan program SPSS for
Windows 15. Hasil uji realibilitas masing-masing kelompok pertanyaan adalah
reliabel. Terbukti dengan nilai cronbach’s alpha lebih besar dari batas nilai
alpha. Oleh karena hasil uji semua kelompok pertanyaan adalah reliabel, maka
instrument penelitian layak digunakan untuk pengolahan data berikutnya.
4.2 Analisis Hubungan Skeptisisme Profesional Auditor dengan
Ketepatan Pemberian Opini Auditor oleh Akuntan Publik dan
Pengujian Hipotesis
Dari hasil analisis regresi berganda dihasilkan persamaan regresi sebagai
berikut:
Y = 7.554 + 0.596 X
dimana:
Y = Ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik
X = Skeptisisme profesional auditor
Dari persamaan regresi yang dihasilkan dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang positif antara skeptisisme profesional auditor dengan
ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik. Hal ini dapat
ditunjukkan oleh koefisien korelasi parsial yaitu X = 0.596.
Dari hasil analisis regresi juga diperoleh adjusted R-square adalah 0.142.
Hal ini berarti 14.2% variabel dependen ketepatan pemberian opini auditor
oleh akuntan publik dijelaskan oleh variabel independen skeptisisme
profesional auditor, sedangkan sisanya 85.8% dijelaskan oleh variabel lain
diluar variabel yang digunakan.
12
Berdasarkan kerangka konseptual penelitian yang telah dikemukakan
sebelumya, penelitian ini mempunyai hipotesis satu yaitu skeptisisme
profesional auditor mempunyai hubungan yang signifikan dengan ketepatan
pemberian opini auditor oleh akuntan publik. Berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan bahwa H1a dapat diterima jika nilai tingkat probabilitas
(signifikan) kecil dari level of significance yang telah ditetapkan yaitu 0.05.
Dari hasil pengolahan data diperoleh F hitung yaitu 4.478 dan nilai signifikan
0.47. Nilai ini kecil dari 0.05. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai signifikan
kecil dari level of significance yang telah ditetapkan, maka H1a dapat
diterima. Hal ini berarti bahwa skeptisisme profesional auditor mempunyai
hubungan yang signifikan dengan ketepatan pemberian opini auditor oleh
akuntan publik. Nilai positif ini mengartikan bahwa hubungan antara
skeptisisme profesional auditor dengan ketapatan pemberian opini auditor
oleh akuntan publik berbanding lurus, artinya semakin tinggi tingkat skeptis
seorang auditor maka semakin baik juga opini auditor yang akan
diberikannya.
4.3 Analisis Hubungan Variabel Situasi Audit, Etika, Pengalaman dan
Keahlian Audit dengan Ketepatan Pemberian Opini Auditor oleh
Akuntan Publik dan Pengujian Hipotesis
Dari hasil analisis regresi berganda dihasilkan persamaan regresi sebagai
berikut:
Y = 10.243 + 0.100 X1 – 0.059 X2 + 0.016 X3 – 0.022 X4
dimana:
Y = Ketepatan Pemberian Opini Auditor oleh Akuntan Publik
X1 = Interaksi antara skeptisisme dengan situasi
13
X2 = Interaksi antara skeptisisme dengan etika
X3 = Interaksi antara skeptisisme dengan pengalaman
X4 = Interaksi antara skeptisisme dengan keahlian
Dari persamaan regresi yang dihasilkan dapat disimpulkan bahwa ada dua
variabel yaitu situasi dan pengalaman yang memiliki hubungan yang positif
dengan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik. Hal ini dapat
ditunjukkan oleh koefisien korelasi parsial yaitu X 1 = 0.100 dan X3 = 0.016.
Sementara dua variabel lainnya yaitu etika dan keahlian audit memiliki
hubungan yang negatif dengan ketepatan pemberian opini auditor oleh
akuntan publik. Hal ini dapat ditunjukkan oleh koefisien korelasi parsial yaitu
X2 = -0.059 dan X4 = -0.022.
Dari hasil analisis regresi juga diperoleh adjusted R-square sebesar 0.297
atau 29.7%. Hal ini berarti 29.7% variasi opini auditor dapat dijelaskan oleh
variasi keempat variabel independen yaitu interaksi masing-masing variabel
moderating dengan skeptisisme profesional auditor, sedangkan sisanya 70.3%
dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model penelitian.
Dari uji anova dan uji F test, diperoleh nilai F hitung sebesar 3.223
dengan tingkat probabilitas (signifkan) 0.039 (kecil dari 0.05). Maka dapat
dikatakan bahwa keempat variabel situasi audit, etika, pengalaman dan
keahlian audit secara bersama-sama mempunyai hubungan yang dan
siginifikan dengan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik.
4.3.1 Hubungan Masing-masing Variabel Independen terhadap Variabel
Dependen
1. Variabel independen pertama yaitu situasi audit memiliki nilai p-value
0.003 yang berarti kecil dari 0.05. Seperti yang telah dijelaskan
14
sebelumnya, jika nilai signifikan lebih kecil dari level of significance
yang telah ditetapkan yaitu 0.05, maka H2a dapat diterima. Jadi dapat
disimpulkan dari tabel diatas, bahwa H2a untuk variabel situasi audit
dapat diterima. Artinya, situasi audit mempunyai hubungan yang
signifikan dengan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik.
2. Variabel independen kedua yaitu etika memiliki nilai p-value 0.080 yang
berarti besar dari 0.05. Jadi dapat disimpulkan bahwa H2a untuk variabel
etika tidak dapat diterima atau ditolak. Artinya, etika mempunyai
hubungan yang tidak signifikan dengan ketepatan pemberian opini
auditor oleh akuntan publik.
3. Variabel independen ketiga yaitu pengalaman memiliki nilai p-value
0.757 yang berarti besar dari 0.05. Jadi dapat disimpulkan bahwa H2a
untuk variabel pengalaman tidak dapat diterima atau ditolak. Artinya,
pengalaman mempunyai hubungan yang tidak signifikan dengan
ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik.
4. Variabel independen keempat yaitu keahlian memiliki nilai p-value 0.575
yang berarti besar dari 0.05. Jadi dapat disimpulkan bahwa H2a untuk
variabel keahlian tidak dapat diterima atau ditolak. Artinya, keahlian
mempunyai hubungan yang tidak signifikan dengan ketepatan pemberian
opini auditor oleh akuntan publik.
4.4 Analisis Hasil Penelitian, Teori-teori dan Penelitian Sebelumnya
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa antara skeptisisme profesional
auditor dan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik terdapat
hubungan yang signifikan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang
dilakukan Ida Suraida (2005) yang menemukan bahwa terdapat pengaruh yang
15
besar antara skeptisisme profesional auditor terhadap ketepatan pemberian
opini auditor oleh akuntan publik.
Pada analisis hubungan keempat variabel situasi audit, etika, pengalaman
dan keahlian audit dengan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan
publik, yang memiliki hubungan hanya variabel situasi audit. Sementara
ketiga variabel lain memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan
ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik. Hasil penelitian ini
tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Ida Suraida (2005) yang
menemukan bahwa keempat variabel tersebut mempunyai pengaruh terhadap
ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik. Perbedaan ini
mungkin disebabkan oleh karena perbedaan sampel atau responden penelitian
dan metode pengolahan data yang digunakan.
5. Kesimpulan
1. Dari tabel anova diperoleh nilai tingkat probabilitas (signifikan) sebesar
0.047 yang berarti kecil dari 0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa
skeptisisme profesional auditor mempunyai hubungan yang signifikan
dengan ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik. Artinya,
semakin tinggi tingkat skeptis seorang auditor maka semakin baik pula
opini auditor yang akan diberikannya.
2. Dari analisis regresi yang kedua yang menghubungkan variabel situasi
audit, etika, pengalaman dan keahlian audit dengan ketepatan pemberian
opini auditor oleh akuntan publik, hanya variabel situasi audit saja yang
mempunyai hubungan yang signifikan dengan ketepatan pemberian opini
auditor oleh akuntan publik. Tiga variabel lain yaitu etika, pengalaman
16
dan keahlian audit mempunyai hubungan yang tidak signifikan dengan
ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik.
3. Hasil penelitian ini ada yang mendukung penelitian sebelumnya dan ada
juga yang menolak penelitian sebelumnya. Terjadinya perbedaan hasil
penelitian mungkin disebabkan karena perbedaan jumlah sampel atau
responden penelitian dan metode analisis data yang digunakan.
Rekomendasi
Selama melakukan penelitian penulis menemui beberapa kendala yang
menyebabkan penelitian ini memiliki kelemahan. Diantaranya adalah
sedikitnya jumlah responden yang mengembalikan kuisioner. Hal ini mungkin
disebabkan karena kesibukan auditor, sehingga tidak memiliki waktu untuk
mengisi kuisioner yang peneliti kirimkan. Selain itu penelitian ini memiliki
kelemahan lain yaitu kurang tepatnya instrumen penelitian yang digunakan.
Hal ini disebabkan karena peneliti kesulitan untuk menemukan instrument
yang tepat, sehingga peneliti menggunakan instrument yang telah ada
sebelumnya.
Bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian yang
telah dilakukan ini, yaitu dengan meneliti variabel lain seperti independensi
yang diduga juga memiliki hubungan dengan ketepatan pemberian opini
auditor oleh akuntan publik. Selain itu disarankan juga untuk peneliti
selanjutnya supaya bisa memperbanyak jumlah sampel supaya hasil yang
didapatkan lebih baik lagi.
17
DAFTAR PUSTAKA
A. Bhuono, Nugroho. 2005. “Strategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS”. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Arens dan Loebbecke. 1994. “Auditing Pendekatan Terpadu”. Erlangga. Jakarta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasional. 1990. “Kamus Besar Bahasa Indonesia”. Balai Pustaka. Jakarta.
Elfa. 2004. Hubungan Kesadaran Etis dan Situasi Audit dengan Skeptisisme Profesional Auditor”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Andalas.
Fanny, Margaretta dkk. 2005. “Opini Audit Going Concern: Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik (Studi Pada Emiten Bursa Efek Jakarta)”. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo.
Gujarati, Damodar. Terjemahan oleh Samodar Zein. 1997. “Ekonometrika Dasar”. Erlangga. Jakarta.
Ida, Suraida. 2005. “Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko Audit terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik”. Sosiohumaniora, Vol. 7 No. 3, November 2005: 186-202.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. “Standar Profesional Akuntan Publik”. Salemba Empat. Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik. 2007. “Directory 2007”. Graha Akuntan. Jakarta.
Irawati, Yuke dkk. 2005. “Hubungan Karakteristik Personal Auditor Terhadap Tingkat Penerimaan Penyimpangan Perilaku Dalam Audit”. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo.
Kee, H.W. dan R.E. Knox. 1976. “Conceptual and Metoda Logical Considerations in The Study of Trust and Suspicion”. Journal of Conflict Resolution 14, hal 357-366.
Kell, Walter G. et. Al. 2003. “Modern Auditing, Edisi Ketujuh”. Erlangga. Jakarta.
Lelly, Lestari. 2004. “Korelasi Antara Akuntabilitas Manajemen dengan Permintaan Akan Jasa Audit pada Perusahaan-Perusahaan di Provinsi Sumbar, Riau dan Jambi”. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas.
18
M. Theodorus, Tuanakotta. 1977. “Auditing Petunjuk Pemeriksaan Akuntan Publik”. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia. Jakarta.
Manahan, Nasution. 2003. “Akuntansi Guna Usaha (Leasing) Menurut Pernyataan SAK No. 30”. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumetra Utara.
Nazhi, Siregar. 2002. “Benang Kusut Kapitalisme Amerika Enron, Inc.”. Harian Umum Sore Sinar Harapan. http://www.sinarharapan.co.id.
Rossy, Avrini. 2004. “Hubungan Keahlian dan Pengalaman dengan Skeptisisme Profesional Auditor”. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Andalas.
Sekar, Mayangsari. 2003. “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuasiaeksperimen”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol 6, hal 1-22.
Singgih, Santoso. 2006. “Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 14”. PT. Elex Media Computindo. Jakarta.
Shaub, K. Michael dan Jenice E. Lawrence. 1996. “Ethics Experience and Professional Scepticism: A Situational Analysis”. Behavioral Research In Accounting Vol 8, 124-157.
Soekrisno, Agoes. 2004. “Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Akuntan Publik”. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Timbul, Timbul. 2005. “Audit Laporan Keuangan dan Proses Manajemen”. Jurnal Ilmiah Akuntansi Vol 5, hal 40-56.
Umar, Husein. 1999. “Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”. Raja Grafindo. Jakarta.
Wikipedia Ensiklopedia Bebas. http://www.id.wikipedia.org
Yurniwati dan Eka D.P. 2004. “Hubungan Pengalaman Dan Situasi Audit Dengan Skeptisisme Profesional Auditor”. Laporan Penelitian. Fakultas Ekonomi Universitas Andalas.
Yurniwati dan Indah K. 2004. “Hubungan Kesadaran Etis Dan Keaslian Dengan Skeptisisme Profesional Auditor”. Laporan Penelitian. Fakultas Ekonomi Universitas Andalas.
Zulaikha. 2006. “Pengaruh Interaksi Gender, Kompleksitas Tugas dan Pengalaman Auditor terhadap Audit Judgment”. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang.
19
Output Pengujian Statistik
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnov(a) Statistic df Sig.Standardized Residual .172 22 .089
Regression[DataSet0] D:\Ade\Olah Data\Fira\Data Olah.sav
Model Summary(b)
R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2 Sig. F
Change.428(a) .183 .142 1.823 .183 4.478 1 20 .047
a Predictors: (Constant), Skeptisismeb Dependent Variable: Opini
ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.1 Regression 14.875 1 14.875 4.478 .047(a)
Residual 66.443 20 3.322Total 81.318 21
a Predictors: (Constant), Skeptisismeb Dependent Variable: Opini
Coefficients(a)
Model Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.95% Confidence
Interval for BCollinearity Statistics
BStd. Error Beta
Lower Bound
Upper Bound Tolerance VIF
1 (Constant) 7.554 1.947 3.880 .001 3.492 11.615 Skeptisisme .596 .282 .428 2.116 .047 .008 1.184 1.000 1.000
a Dependent Variable: Opini
Observed Value1412108
Expe
cted
Nor
mal
2
1
0
-1
-2
Normal Q-Q Plot of Opini
Regression Standardized Residual210-1-2-3
Reg
ress
ion
Del
eted
(Pre
ss) R
esid
ual
4
2
0
-2
-4
-6
Scatterplot
Dependent Variable: Opini
Tests of Normality
20
Kolmogorov-Smirnov(a) Statistic df Sig.Standardized Residual .118 22 .200(*)
* This is a lower bound of the true significance.a Lilliefors Significance Correction
Regression[DataSet0] D:\Ade\Olah Data\Fira\Data Olah.sav
Model Summary(b)
R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square Change F Change df1 df2 Sig. F
Change1.657(a
) .431 .297 1.649 .431 3.223 4 17 .039
ANOVA(b)
Model Sum of
Squares df Mean Square F Sig.1 Regression 35.069 4 8.767 3.223 .039(a)
Residual 46.249 17 2.721Total 81.318 21
Coefficients(a)
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.95% Confidence
Interval for BCollinearity Statistics
BStd. Error Beta
Lower Bound
Upper Bound Tolerance VIF
1 (Constant) 10.243 1.231 8.324 .000 7.647 12.839 M.Situasi .100 .028 .909 3.527 .003 .040 .160 .503 1.987 M.Etika -.059 .032 -.540 -
1.859 .080 -.127 .008 .397 2.519
M.Pengalaman .016 .052 .080 .314 .757 -.094 .127 .515 1.940 M.Keahlian -.022 .038 -.130 -.572 .575 -.101 .058 .646 1.547
a Dependent Variable: Opini
Observed Cum Prob1.00.80.60.40.20.0
Expe
cted
Cum
Pro
b
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Opini
Regression Standardized Residual1.51.00.50.0-0.5-1.0-1.5
Reg
ress
ion
Del
eted
(Pre
ss) R
esid
ual
4
2
0
-2
-4
Scatterplot
Dependent Variable: Opini
21