150
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC SYNDROME DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK ANGGOTA KLUB SENAM JANTUNG SEHAT KAMPUS II UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH TAHUN 2013 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) Disusun oleh : MUHAMMAD FAHAD 109101000083 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013 M/1434 H

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC SYNDROME

DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK

ANGGOTA KLUB SENAM JANTUNG SEHAT KAMPUS II

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Disusun oleh :

MUHAMMAD FAHAD

109101000083

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2013 M/1434 H

Page 2: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

i

Page 3: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

ii

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN GIZI

Skripsi, Maret 2013

Muhammad Fahad, NIM : 109101000083

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC SYNDROME DAN

GAMBARAN AKTIVITAS FISIK ANGGOTA KLUB SENAM JANTUNG SEHAT

KAMPUS II UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

TAHUN 2013

xvi + 108 halaman, 27 tabel, 3 bagan, 5 lampiran

Abstrak

Metabolic syndrome merupakan sekumpulan faktor risiko yang mengarah kepada

penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus. Metabolic syndrome diantaranya

dipengaruhi oleh pola makan dan aktivitas fisik. Pola makan tinggi kolesterol dapat

menaikkan kadar kolesterol total > 200mg/dL, yang berdampak pada risiko metabolic

syndrome, sedangkan aktivitas fisik rutin dapat mencegah metabolic syndrome.

Penelitian sebelumnya menyebutkan, pada tahun 2005, 50 % Anggota Klub Senam

Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah memiliki kadar kolesterol total > 200

mg/dl, sehingga diduga jumlah kasus metabolic syndrome cukup tinggi pada popolasi

ini, padahal mereka melakukan senam rutin 3 kali seminggu. Oleh karena itu, penelitian

ini bertujuan mengetahui hubungan pola makan dengan metabolic syndrome dan

gambaran aktivitas fisik Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif

Hidayatullah.

Jenis penelitian ini adalah penelitian epidemiologi analisis observasi dengan desain

cross sectional study. Metode sampling yang digunakan adalah simple random sampling

dengan jumlah sampel 40 orang. Data dianalisis menggunakan uji chi square.

Hasil penelitian ini menunjukan 52,5% responden menderita metabolic syndrome,

dengan kelompok komponen risiko yang dominan yaitu obesitas abdominal, resistensi

insulin dan hipertensi. Tidak ditemukan responden dengan aktivitas fisik dan asupan

karbohidrat berisiko, tetapi ditemukan variabel lain yang berisiko, yaitu asupan kalori

sejumlah 17,5 % responden, asupan protein sejumlah 35 % responden dan asupan lemak

sejumlah 40 % responden. Hasil uji chi square menunjukan asupan kalori dan asupan

lemak berhubungan dengan metabolic syndrome, dengan p value 0,009 dan 0,008.

Simpulan dari penelitian ini adalah pola makan berdasarkan asupan kalori dan asupan

lemak berhubungan dengan kejadian metabolic syndrome, sehingga disarankan bagi

Anggota Klub Senam untuk memperbaiki pola makannya, namun tetap memelihara dan

meningkatkan aktivitas fisiknya.

Kata kunci : Metabolic syndrome, pola makan dan aktivitas fisik.

Daftar bacaan : 59 (1989-2013)

Page 4: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

iii

FACULTY MADICINE AND HEALTH SCIENCES

PUBLIC HEALTH PROGRAM STUDY

NUTRITION

Undergraduate Thesis, May 2013

Muhammad Fahad, NIM : 109101000083

The Relationship of Diet with Metabolic Syndrome and Physical Activity

Description of Healthy Heart Gymnastic Club Members of Kampus II UIN Syarif

Hidayatullah in 2013

xvi + 108 pages, 27 tabels, 3 diagrams, 5 attachments

Abstract

Metabolic syndrome is a complex of interrelated risk factors for cardiovascular

disease (CVD) and diabetes. Metabolic syndrome, of wich, are influenced by diet and

physical activity. A high cholesterol diet can rise total cholesterol levels > 200mg/dL,

wich have an impact on the risk of metabolic syndrome, while regular physical activity

can prevent metabolic syndrome. Previous studies mentioned, in 2005, 50% Healthy

Heart Gymnastics Club Members of Kampus II UIN Syarif Hidayatullah had total

cholesterol levels> 200 mg / dl, so the number of suspected cases of metabolic syndrome

is high in this popolasi, whereas they do routine gymnastics 3 times a week. Therefore,

this study aims to determine the relationship of diet with metabolic syndrome and

physical activity description of Healty Heart Gymnastics Club Members of Kampus II

UIN Syarif Hidayatullah.

This study is observational analytical epidemiological studies, that use cross sectional

study design. The sampling metode used was simple random sampling with a sampel of

40 people. Data were analyzed using chi square test.

The results of this study showed 52.5% of respondents suffer metabolic syndrome,

with a group dominant risk component are abdominal obesity, insulin resistance and

hypertension. It’s not found respondents with physical activity and carbohydrates intake

at risk, but it’s found other variables at risk, those are calorie intake as much as 17.5% of

respondents, total protein intake as much as 35% of respondents and fat intake as much

as 40% of respondents. Chi square test results showed calorie intake and fat intake

associated with metabolic syndrome, with p value 0.009 and 0.008.

The conclusions of this study is a diet based on calorie intake and fat intake is

associated with the incidence of metabolic syndrome, so it is advisable for the

Gymnastics Club Members to improve their diet, while maintaining and increasing their

physical activity.

Keywords : Metabolic syndrome, diet, and physical activity

Reading List : 59 (1989-2013)

Page 5: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

iv

Page 6: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

v

Page 7: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji serta rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi Rabbi Allah SWT karena

atas sifat Rahmaan dan Rahiim-Nya, penulis diberi kesehatan dan kemudahan dalam

menjalankan segala aktivitas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat

serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada Usawatun Hasanah sepanjang zaman,

Nabi Muhammad SAW juga kepada para keluarganya, para shahabatnya, para tabi’ut-

tabi’innya dan kepada para pengikutnya yang senantiasa dalam kebaikan hingga akhir

zaman.

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Rosyad Nurdin dan Eulis Farida yang telah

berikhtiar, sabar, dan tawakal dalam mendidik anaknya dan memberi dukungan

serta selalu mendoakan penulis dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Prof. DR (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

mengabdikan dirinya untuk dunia pendidikan kesehatan.

3. Ibu Ir. Febrianti, M.Si selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

sekaligus Staf Dosen yang telah dengan sabar mendidik dan mengajarkan ilmu

dan pengetahuan yang berguna bagi masa depan penulis..

4. Ibu Minsarnawati, SKM, M.Kes dan dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, selaku

pembimbing I dan pembimbing II yang telah membimbing, mendukung dan

mengizinkan penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Page 8: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

vii

5. Kak Septiana dan Mbak Ai selaku Laboran Gizi dan Laboran Biokimia yang

telah membantu dalam pelaksanaan studi pendahuluan sehingga mendukung

terhadap penyelesaian skripsi ini

6. Rekan-rekan seperjuangan Kesehatan Masyarakat angkatan 2009, khususnya

rekan-rekan peminatan Gizi 2009 yang telah bersama-sama menuntut ilmu,

berdiskusi, memberi dukungan dan masukan terhadap penulisan ini.

7. Rekan-rekan Badan Eksekutif Mahasiwa FKIK periode 2012-2013 yang telah

memberikan dukungannya terhadap penulis untuk menyelesaikan ini disela-sela

berjalannya program kerja dan kegiatan.

8. Nadia tahsinia yang telah mendukung dan mendampingi penulis dalam

penyusunan skripsi ini.

Semoga ilmu dan pengetahuan yang telah diajarkan, bimbingan dan petunjuk

yang telah disampaikan serta dukungan yang telah diberikan dari berbagai pihak

terhadap penulis mendapatkan ganjaran pahala dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan

skripsi ini.

Tangerang Selatan, Mei 2013

Penulis

Page 9: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

viii

CURRICULUM VITAE

A. Data Pribadi

Nama : Muhammad Fahad

TTL : Bandung, 14 Maret 1991

Alamat : Jl. Ciganitri No. 39 001/002 Bojong Soang Bandung

Telp/HP : 0857-23866701

Jenis kelamin : Laki-laki

Kebangsaan : Indonesia

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Email : [email protected]

B. Riwayat Pendidikan

2009-Sekarang : Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

2006-2009 : MA Persis Tarogong Garut

2003-2006 : Mts Persis Tarogong Garut

1997-2003 : SDN Jakapurwa I Bandung

C. Prestasi dan Penghargaan

2009-2013 : Peraih Beasiswa Penuh Program Sarjana - Program

Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) Kementrian Agama

Republik Indonesia.

2011 : Mahasiswa terfavorit Program Studi Kesehatan Masyarakat

pada acara Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Awards UIN Syarif Hidayatullah tahun 2011.

D. Pengalaman Kerja

2011 dan 2012 : Ketua Praktek Belajar Lapangan (PBL) I dan II di Wilayah

Kerja Puskesmas Ciputat Timur.

2013 : Mahasiswa Magang HACCP di PT. Aerofood Indonesia

Divisi Industrial Catering unit RSPI Puri Indah.

Page 10: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

ix

E. Pengalaman Organisasi

2012-2013 : Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan UIN Syaif Hidayatullah Jakarta

2012 : Ketua Departemen Kemahasiswaan Badan Eksekutif

Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Syaif Hidayatullah Jakarta

2010- 2011 : Wakil Ketua Komisariat Dakwah Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syaif Hidayatullah Jakarta

2010-2011 : Staf Departemen Kemahasiswaan Badan Eksekutif

Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN

Syaif Hidayatullah Jakarta

2009-2011 : Anggota Muda Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Arkadia

UIN Syaif Hidayatullah Jakarta

F. Pengalaman Kepanitiaan

2011 : Ketua Umum the 7th

FKIK Anniversary (Rangkaian acara

berlangsung 1 semester).

G. Seminar dan Pelatihan

2011 : Workshop Disaster Management

2011 : Pelatihan Gizi Kedaruratan

2012 : Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X

H. Kemampuan Berbahasa Asing

1. Bahasa Inggris (Oral dan Written)

2. Bahasa Arab (Muhaddatsah dan Kitaabah)

I. Kemampuan Komputer

1. Nutrisurvey

2. Epi data dan SPSS

3. Desain Grafis (Corel Draw, Photoshop, and Ulead Video)

4. Microsoft Office (Word, Excell, Presentation and Project)

Page 11: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. i

ABSTRAK ........................................................................................................... ii

PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii

DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3

C. Pertanyaan Penelitian ........................................................................ 4

1. Pertanyaan Umum ......................................................................... 4

2. Pertanyaan Khusus ........................................................................ 4

D. Tujuan Penelitian................................................................................ 6

1. Tujuan Umum ................................................................................ 6

2. Tujuan Khusus ............................................................................... 6

E. Manfaat Penelitian.............................................................................. 7

1. Manfaat Praktis .............................................................................. 7

2. Manfaat Akademis......................................................................... 7

F. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Metabolic Syndrome .......................................................................... 9

1. Etiologi dan Pathogenesis Metabolic Syndrome ........................... 10

2. Patofisologi Metabolic Syndrome.................................................. 11

3. Prognosis Metabolic Syndrome ..................................................... 12

Page 12: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

xi

4. Pengukuran Komponen Metabolic Syndrome ............................... 13

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Metabolic Syndrome ................ 16

1. Umur .............................................................................................. 16

2. Jenis Kelamin ................................................................................ 18

3. Etnis ............................................................................................... 19

4. Obesitas ......................................................................................... 20

5. Pola Makan .................................................................................... 22

6. Aktivitas Fisik ............................................................................... 25

7. Faktor Genetik ............................................................................... 28

8. Faktor Endokrin ............................................................................. 30

9. Menopause ..................................................................................... 31

C. Zat Gizi .............................................................................................. 33

1. Karbohidrat .................................................................................... 33

2. Serat .............................................................................................. 36

3. Protein............................................................................................ 37

4. Lemak ............................................................................................ 39

5. Vitamin .......................................................................................... 43

6. Mineral .......................................................................................... 44

7. Air .................................................................................................. 45

D. Tingkat Konsumsi dan Angka Kecukupan Gizi ................................. 45

E. Penilaian Konsumsi Pangan Individu ............................................... 47

1. Metode Food Recall ..................................................................... 48

2. Metode Food Frequency Questionaire (FFQ) .............................. 49

F. Pengukuran Aktifitas Fisik Metode International Physical Activity

Questionaire (IPAQ) .......................................................................... 51

G. Kerangka Teori ................................................................................... 53

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangaka Konsep ............................................................................. 54

B. Definisi Operasional .......................................................................... 57

C. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 59

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Page 13: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

xii

A. Jenis dan Desain Penelitian ................................................................ 60

B. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 61

C. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................... 61

D. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian .................................... 63

E. Pengolahan Data ................................................................................. 69

F. Analisis Data ...................................................................................... 70

BAB V HASIL

A. Gambaran Umum Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif

Hidayatullah ....................................................................................... 71

B. Hasil Analisis Univariat ..................................................................... 72

C. Hasil Analisi Bivariat ......................................................................... 82

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 85

B. Kejadian Metabolic Syndrome ........................................................... 86

C. Gambaran Pola Makan Karbohidrat ................................................... 89

D. Gambaran Aktivitas Fisik................................................................... 91

E. Pola Makan Kalori dan Hubungannya dengan Kejadian Metabolic

Syndrome ............................................................................................ 93

F. Pola Makan Protein dan Hubungannya dengan Kejadian Metabolic

Syndrome ............................................................................................ 95

G. Pola Makan Lemak dan Hubungannya dengan Kejadian Metabolic

Syndrome ............................................................................................ 96

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 100

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 104

LAMPIRAN

Page 14: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

2.1 Kriteria Metabolic Syndrome 9

2.2 Zat Gizi Karbohidrat dan Sumber Pangannya 34

2.3 Zat Gizi Protein dan Sumber Pangannya 38

2.4 Jenis Asam Lemak dan Sumber Pangannya 40

2.5 Angka Kecukupan Gizi (AKG) Kelompok Usia Dewasa

Pria

46

2.6 Angka Keccukupan Gizi (AKG) Kelompok Usia Dewasa

Wanita

46

2.7 Jenis Aktifitas Fisik Sedang dan Berat 51

3.1 Definisi Operasional Hubungan Pola Makan dan

Aktivitas Fisik Terhadap Metabolic Syndrome

58

4.1 P1 dan P2 Hubungan Pola Makan terhadap Metabolic

Syndrome

62

4.2 P1 dan P2 Hubungan Aktivitas Fisik terhadap Metabolic

syndrome

62

4.3 Prosedur Pemeriksaan Kadar Kolesterol HDL dalam

Darah

66

4.4 Prosedur Pemeriksaan Kadar Trigliserida dalam Darah 67

5.1 Distibusi Anggota Klub Senam Jantung Sehat

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Berdasarkan Umur

dan Jenis Kelamin

72

5.2 Distribusi Lingkar Perut Anggota Klub Senam Jantung

Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

72

5.3 Distribusi Tekanan Darah Anggota Klub Senam Jantung

Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

73

5.4 Distribusi Kadar Gula Darah Puasa Anggota Klub Senam

Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

74

5.5 Distribusi Kadar Trigliserida Anggota Klub Senam

Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

75

5.6 Distribusi Kadar Kolesterol HDL Anggota Klub Senam

Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

76

5.7 Distribusi Kejadian Metabolic syndrome Anggota Klub

Senam Jantung Sehat UIN Syarif Hidayatullah

76

5.8 Pengelompokan Komponen Metabolic Syndrome 77

5.9 Distribusi Aktifitas Fisik Anggota Klub Senam Jantung

Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

78

5.10 Distribusi Asupan Energi Anggota Klub Senam Jantung

Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

79

5.11 Distribusi Asupan Karbohidrat Anggota Klub Senam

Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

80

Page 15: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

xiv

5.12 Distribusi Asupan Lemak Anggota Klub Senam Jantung

Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

81

5.13 Distribusi Asupan Protein Anggota Klub Senam Jantung

Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

82

5.14 Hubungan Asupan Kalori dengan Kejadian Metabolic

syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

82

5.15 Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Metabolic

syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

83

5.16 Hubungan Asupan Lemak dengan Kejadian Metabolic

syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

84

Page 16: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

xv

DAFTAR BAGAN

Nomor Bagan Halaman

2.1 Kerangka Teori Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Metabolic Syndrome

53

3.1 Kerangka Konsep Hubungan Pola Makan Dan Aktivitas

Fisik Terhadap Metabolic Syndrome.

56

4.1 Desain Penelitian Potong Lintang 60

Page 17: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

I Surat-Surat Perizinan

II Kuesioner Penelitian

III Output-Output Hasil Penelitian di SPSS

IV Hasil Pengukuran

V Hasil Wawancara Aktivitas Fisik

VI Hasil Wawancara Food recall dan FFQ

Page 18: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) (2013) mengemukakan bahwa Non

Communicabable Diseases (NCDs) merupakan tantangan kesehatan terbesar

pada abad ke 21 karena membunuh lebih dari 36 juta orang setiap tahunnya. Dari

seluruh kematian NCDs, jumlah penyakit kardiovaskular atau cardiovascular

disease (CVD) merupakan yang terbesar yaitu 17,3 juta jiwa/ tahun, diikuti

kanker sebanyak 7,6 juta jiwa/ tahun, penyakit pernafasan 4,2 juta jiwa/tahun

dan diabetes sebanyak 1,3 juta jiwa/tahun.

Berkaitan dengan diabetes, pada sebagian besar penderita diabetes tipe

dua atau intoleransi glukosa, didapatkan serangkaian faktor risiko yang muncul

bersamaan dengan faktor risiko CVD. Fenomena ini disebut dengan kejadian

metabolic syndrome.

Metabolic syndrome dipengaruhi oleh pola makan, aktivitas fisik, faktor

genetik, umur, jenis kelamin, etnis, menopause dan faktor endokrin (Christopher

et al., 2005). Pola makan dan aktivitas fisik merupakan faktor risiko yang dapat

diubah. Keduanya sering berkaitan dengan risiko penyakit degeneratif secara

umum. Disamping itu, berkaitan dengan pola makan, beberapa penelitian

mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara pola makan berdasarkan asupan

energi, total protein, total lemak, total karbohidrat, protein hewani, dan

karbohidrat sederhana yang dikonsumsi melebihi Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Page 19: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

2

terhadap kejadian metabolic syndrome (Sudarminingsih et al., 2007; Kasiman,

2011).

Di dunia, prevalensi metabolic syndrome cukup tinggi karena mencapai

10-25 % pada kelompok umur dewasa (IDF, 2006). Di Amerika Serikat,

prevalensi metabolic syndrome sebanyak 22, 8 % terjadi pada pria dan 22, 6 %

terjadi pada wanita. Di Eropa, prevelensi metabolic syndrome meningkat seiring

umur. Pada pria didapatkan sebesar 13,2 % pada kelompok umur 30-39 tahun

dan 42,7 % pada umur 60-69 tahun, sedangkan pada wanita didapatkan sebesar

10,3 % pada kelompok umur 30-39 tahun, dan 45,9 % pada kelompok umur 60 –

69 tahun (Dellios, 2005).

Di tingkat regional, beberapa daerah di Asia Tenggara juga menunjukan

prevalensi metabolic syndrome yang cukup tinggi (Soewondo et al., 2006)

seperti di Malaysia didapatkan prevalensi metabolic syndrome sebesar 49, 4 %

pada umur > 20 tahun (Chan, 2005), di Thailand sebanyak 21,9%

(Deerochanawong, 2000) serta Filipina dan Singapura > 20 % (Deerochanawong,

2000 ; Chan, 2005).

Di Indonesia, belum terdapat data prevalensi metabolic syndrome secara

nasional, meskipun demikian di beberapa daerah telah menunjukan prevalensi

metabolic syndrome yang cukup tinggi : Surabaya sebanyak 34,0% (Pranoto et

al., 2005), Semarang sebanyak 16,6 % (Suhartono et al., 2005), Depok sebanyak

25,3 % (Soewondo, 2005), Jakarta sebanyak 28,4 % (Soewondo et al., 2006),

Bogor sebanyak 36, 2 % (Muherdiyantiningsih et al., 2008) dan Bali sebanyak

18,2 % (Dwipayana et al., 2011).

Page 20: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

3

Kota Tangerang Selatan sebagai salah satu kota di Indonesia, yang pada

tahun 2007 masih bergabung dengan Kota Tangerang, diduga memiliki

prevalensi metabolic syndrome yang cukup tinggi seiring dengan tingginya

kejadian obesitas umum (21,8 %) diatas rata-rata rasional (20 %), obesitas sentral

(22,4%) di atas rata-rata nasional (18,4%), perilaku konsumsi kurang buah sayur

(97,3%) dan perilaku kurang aktivitas fisik (52,8%) (Depkes RI, 2007).

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif

Hidayatullah sebagai lembaga pendidikan kesehatan di wilayah Kota Tangerang

Selatan seyogyanya turut berpartisipasi melakukan upaya kesehatan untuk

menyelesaikan metabolic syndrome di Kota Tengerang Selatan, dimulai dari

lingkungan sekitar kampus. Partisipasi ini sebagai bentuk pengamalan tridarma

perguruan tinggi. Salah satu lingkungan sekitar kampus dan merupakan sarana

yang tepat untuk upaya kesehatan adalah Klub Senam Jantung Sehat Kampus II

UIN Syarif Hidayatullah.

B. Rumusan Masalah

Pelaksanaan senam pada Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN

Syarif Hidayatullah berlangsung 3 kali dalam seminggu. Kegiatan senam rutin

tersebut seharusnya dapat mencegah risiko penyakit degeneratif termasuk

metabolic syndrome (Ilanne-Parikka, 2010). Namun kenyataannya berbeda

dengan apa yang diemukan oleh Mubarak (2005), dimana telah ditemukan 50 %

Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

memiliki kadar kolesterol total > 200 mg/dl, yang berdampak pada risiko untuk

Page 21: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

4

menderita metabolic syndrome (Kamso, 2007). Disamping itu, diketahui bahwa

kadar kolesterol total dipengaruhi oleh pola makan (Ansar et al., 2011).

Pernyataan-pernyataan tersebut mengarah kepada dugaan cukup

tingginya kejadian metabolic syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat

UIN Syarif Hidayatullah. Oleh karena itu, untuk menjawab dugaan tersebut,

perlu dilakukan penelitian terkait hubungan pola makan dengan metabolic

syndrome dan gambaran aktivitas fisik Anggota Klub Senam Kampus II UIN

Syarif Hidayatullah.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Pertanyaan Umum

Bagaimana hubungan pola makan dengan metabolic syndrome dan

gambaran aktivitas fisik Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN

Syarif Hidayatullah tahun 2013?

2. Pertanyaan Khusus

a. Bagaimana gambaran kejadian metabolic syndrome Anggota Klub

Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013?

b. Bagaimana gambaran konsumsi kalori Anggota Klub Senam Jantung

Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013?

c. Bagaimana gambaran konsumsi karbohidrat Anggota Klub Senam

Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013?

d. Bagaimana gambaran konsumsi lemak Anggota Klub Senam Jantung

Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013?

Page 22: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

5

e. Bagaimana gambaran konsumsi protein Anggota Klub Senam Jantung

Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013?

f. Bagaimana gambaran aktivitas fisik Anggota Klub Senam Jantung Sehat

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013?

g. Bagaimana hubungan konsumsi kalori dengan metabolic syndrome pada

Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

tahun 2013?

h. Bagaimana hubungan konsumsi lemak dengan metabolic syndrome pada

Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

tahun 2013?

i. Bagaimana hubungan konsumsi protein dengan metabolic syndrome

pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif

Hidayatullah tahun 2013?

Page 23: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

6

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pola makan dengan metabolic syndrome dan

gambaran aktivitas fisik Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN

Syarif Hidayatullah tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai

berikut:

a. Gambaran kejadian metabolic syndrome Anggota Klub Senam Jantung

Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013.

b. Gambaran konsumsi kalori Anggota Klub Senam Jantung Sehat

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013.

c. Gambaran konsumsi karbohidrat Anggota Klub Senam Jantung Sehat

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013.

d. Gambaran konsumsi lemak Anggota Klub Senam Jantung Sehat

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013.

e. Gambaran konsumsi protein Anggota Klub Senam Jantung Sehat

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013.

f. Gambaran aktivitas fisik Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II

UIN Syarif Hidayatullah tahun 2013.

g. Hubungan konsumsi kalori dengan metabolic syndrome pada Anggota

Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah tahun

2013.

Page 24: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

7

h. Hubungan konsumsi lemak dengan metabolic syndrome pada Anggota

Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah tahun

2013.

i. Hubungan konsumsi protein dengan metabolic syndrome pada Anggota

Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah tahun

2013.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi jumlah kasus metabolic syndrome pada Anggota

Klub Senam Jantung Sehat UIN Syarif Hidayatullah.

b. Menjadi dasar untuk mencegah dan menanggulangi kasus metabolic

syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN

Syarif Hidayatullah.

2. Manfaat Akademis

a. Menambah pengetahuan dan mengembangkan keilmuan gizi, khususnya

terkait epidemiologi gizi dan kesehatan.

b. Menambah khazanah kepustakaan FKIK UIN Syarif Hidayatullah.

Page 25: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

8

F. Ruang Lingkup

Peneliti adalah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Peminatan Gizi FKIK

UIN Syarif Hidayatullah. Penelitian ini berjudul “Hubungan Pola makan dengan

Metabolic Syndrome dan Gambaran Aktivitas Fisik Anggota Klub Senam

Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013” dengan sasaran

adalah Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

tahun 2013. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jumlah kasus metabolic

syndrome pada Klub Senam Jantung Sehat UIN Syarif Hidayatullah, sehingga

menjadi dasar untuk pencegahan dan penanggulangan metabolic syndrome di

populasi tersebut. Penelitan ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2013 di

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah. Penelitian ini berjenis penelitian

epidemiologi analitik observasi, dengan desain penelitian cross sectional study,

metode sampling menggunakan simple random sampling serta analisis data

menggunakan analisis univariat dan analisis bivariat uji chi square.

Page 26: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Metabolic Syndrome

1. Definisi Metabolic Syndrome

Metabolic syndrome merupakan sekumpulan faktor risiko yang saling

berkaitan dan mengarah pada penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus.

Sekumpulan faktor risiko tersebut antara lain obesitas abdominal/sentral,

kenaikan kadar gula darah (hiperglikemik), kenaikan tekanan darah

(hipertensi), kenaikan kadar trigliserida (hipertrigliseridemia), dan

penurunan kadar kolesterol HDL (Alberti et al., 2009). Seseorang dikatakan

menderita metabolic syndrome ketika didapatkan minimal 3 kriteria positif

berisiko diantara 5 kriteria yang diukur, sebagaimana dijelaskan dalam tabel

berikut ini :

Tabel 2.1.

Kriteria Metabolic Syndrome

Faktor Risiko

Obesitas

abdominal

(wilayah Asia)

≥ 90 cm pada laki-laki

≥ 80 cm pada perempuan

Kadar

trigliserida

≥ 150 mg/ dL (1,7 mmol/L) atau pengobatan khusus

terhadap lipid abnormal

Penurunan

kadar

kolesterol

HDL

< 40 mg/dL (1,03 mmol/L) pada laki-laki

< 50 mg/dL (1,29 mmol/L) pada wanita

Atau sedang dalam pengobatan khusus lipid abnormal

Tenakan darah Tekanan darah sistolik ≥130 atau diastolik ≥85 mmHg

atau sedang dalam pengobatan hipertensi.

Gula darah

puasa (GDP)

GDP ≥ 100 mg/dL (5,6 mmol/L), atau sedang dalam

pengobatan hiperglikemik.

Sumber : (Alberti et al., 2009)

Page 27: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

10

2. Etiologi dan Pathogenesis Metabolic Syndrome

Etiologi metabolic syndrome belum diketahui secara pasti, namun

kejadiannya meningkat seiring dengan meningkatnya kejadian obesitas dan

gaya hidup yang buruk (Alberti et al., 2009). Disamping itu, kebanyakan

penderita metabolic syndrome mengalami obesitas abdominal dan resistensi

insulin. Kedua komponen tersebut berpengaruh terhadap perkembangan

komponen metabolic syndrome lainnya (Alberti et al., 2009).

Obesitas abdominal berpengaruh terhadap insensifitas insulin dan

hiperinsulinemia yang berdampak pada prognosis diabetes mellitus (DM)

tipe II. Berawal dari penumpukan sel lemak viskeral yang meningkatkan

asam lemak bebas dari hasil lipolisis yang berdampak pada penurunan

sensifitas insulin. Di hati, peningkatan asam lemak bebas mendorong

peningkatan glukoneogenesis yang mengakibatkan kadar gula dalam darah

naik dan menurunkan ekstraksi insulin sehingga terjadi hiperinsulinemia.

Kemudian di otot, peningkatan asam lemak bebas berdampak pada

penurunan pemakaian glukosa dan di sel α pankreas berdampak pada

penurunan sekresi insulin (Rohman, 2007).

Obesitas abdominal berpengaruh terhadap resistensi insulin. Hal ini

berkaitan dengan sel lemak bebas hasil lipolisis yang mengeluarkan sitokin

(adipositokin) seperti angiotensin, TNF α, resistin dan leptin yang

berhubungan dengan penurunan resistensi insulin. TNF α menyebabkan

resistensi insulin dengan cara menghambat aktifitas tirosin kinase pada

reseptor insulin dan menurunkan ekspresi glucose transporter-4 (GLUT-4)

Page 28: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

11

di sel lemak dan otot. Resistensi insulin dan hiperinsulinema ini pada

gilirannya akan menyebabkan perubahan metabolik, sehingga timbul

hipertensi dan dislipidemia. Resistensi insulin semakin lama semakin berat

dan sekresi insulin akhirnya menurun, sehingga terjadi hiperglikemia dan

manifestasi DM tipe II (Rohman, 2007).

Hipertensi pada metabolic syndrome diduga terjadi akibat pengaruh

hipersinsulinemia yang meningkatan reabsorsi sodium dan air, sehingga

terjadi ekspansi volume intra-vaskular. Hiperinsulinemia juga meningkatkan

aktifitas chanel Na-K ATP-ase, sehingga terjadi peningkatan natrium dan

kalsium intrasel yang menyebabkan peningkatan kontraksi otot polos

pembuluh darah yang menyebabkan tekanan darah naik (Rohman, 2007).

Dislipidemia pada metabolic syndrome dipengaruhi oleh resistensi

insulin. Resistensi insulin meningkatkan terjadinya lipolisis yang

mengakibatkan peningkatan asam lemak bebas dalam plasma, yang

selanjutnya meningkatkan pengeluaran asam lemak bebas kedalam hati. Ciri

spesifik dislipidemia yang dipengaruhi resistensi insulin adalah peningkatan

trigliserida, penurunan HDL, peningkatan small dense LDL meskipun total

LDL kadang normal (Rohman, 2007).

3. Patofisiologi Metabolic Syndrome

Kerusakan organ target terjadi akibat akumulasi dari masing-masing

mekanisme komponen metabolic syndrome. Sebagai contoh, hipertensi pada

metabolic syndrome meninggalkan hipertropi ventrikular, penyakit arteri

peripheral lanjut, dan disfungsi ginjal (Cuspidi et al., 2008). Selain itu, risiko

Page 29: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

12

kumulatif metabolic syndrome menyebabkan disfungsi mikrovaskular yang

hal ini mejelaskan lebih lanjut kondisi resistensi insulin dan hipertensi

meningkat (Serne et al., 2007).

Metabolic syndrome merupakan penyebab penyakit jantung koroner

melalui serangkaian mekanisme yaitu dengan menaikan trombogenesit pada

sirkulasi darah, menaikan aktivator plasminogen tipe 1 dan tingkat adipokin

yang menyebabkan disfungsi endothelial (di beberapa bagian) (Alessi,

2008). Metabolic syndrome juga mungkin menaikan risiko kardiovaskular

dengan menaikan kekakuan arterial (Stehouwer et al., 2008).

4. Prognosis Metabolic Syndrome

Berdasarkan penelitian-penelitian, komplikasi dari metabolic syndrome

sangat luas. Beberapa komplikasi berkaitan dengan sistem kardiovaskular

antara lain penyakit jantung koroner fibrilasi atrial, gagal jantung dan

stenosis aorta dan struk iskemik (Obunai et al., 2007).

Kekacauan metabolik pada metabolic syndrome telah berdampak pada

perkembangan penyakit perlemakan hati nonalkoholik (Kotronen dan Yki-

Jarvinen, 2008). Asam lemak sendiri memainkan peranan penting dalam

kejadian metabolic syndrome.

Kajian lainnya menyebutkan bahwa metabolic syndrome berdampak pada

penurunan kognitif dan beberapa patofisiologi penyakit yaitu obstruktif sleep

apnea, kanker payudara, kanker kolon, kanker kantung kemih, penyakit

ginjal, dan kelenjar prostat (Hsing et al., 2007). Selain berdampak secara

Page 30: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

13

fisiologis, metabolic syndrome juga berdampak secara psikologis seperti

kondisi marah dan depresi (Goldbacher et al., 2007).

5. Pengukuran Komponen Metabolic Syndrome

1. Lingkar Perut

Pengukuran antropometri lingkar perut menggunakan pita meter.

Adapun langkah-langkah pengukuran sebagai berikut :

1) Menetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah.

2) Menetapkan titk ujung lengkung tulang pangkal panggul.

3) Menetapkan titik tengah antara titik tulang rusuk terakhir, titik

ujung lengkung tulang pangkal panggul dan ditandai titik tengah

tersebut dengan alat tulis.

4) Responden berdiri tegak dan bernafas normal.

5) Menarik pita meter mulai dari titik tengah, kemudian secara sejajar

hizontal melingkari pinggang dan perut kembali menuju titik tengah

diawal pengukuran mendekati 0,1 cm.

6) Bila responden mempunyai perut gendut ke bawah, pita meter

dilingkarkan mulai dari bagian yang paling buncit berakhir sampai

pada titik tengah tersebut (Supariasa et al., 2002).

2. Tekanan Darah

Pengukuran klinis tekanan darah menggunakan stetoskop dan

spygmomanometer. Berikut penjelasan langkah-langkah pengukuran:

1) Responden duduk beristirahat setidaknya 5-15 menit sebelum

pengukuran.

Page 31: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

14

2) Manset dipasang pada lengan atas. Posisi lengan tidak tegang

dengan telapak tangan terbuka ke atas. Ujung bawah mancet

terletak kira-kira 1–2 cm di atas siku. Posisi pipa mancet terletak

sejajar dengan lengan atas responden.

3) Pengukuran dilakukan pada posisi duduk meletakkan lengan kanan

responden di atas meja, sehinga mancet yang sudah terpasang

sejajar dengan jantung responden.

4) Mamometer dipompa sampai tekanan sekitar 180-200 mmHg.

5) Tekanan diturunkan secara perlahan-lahan.

6) Sambil tekanan diturunkan, dengan stetoskop didengarkan suara

degup pada arteri brakhialis di fossa cubiti.

7) Degup pertama yang terdengar, adalah tekanan sistolik dan degup

yang terakhir terdengar, adalah tekanan diastolik (Depkes RI,

2007).

3. Kadar Kolesterol HDL

Untuk mengetahui kandungan kolesterol dalam berbagai bahan

makanan, dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode

pengukuran baik secara kualitatif maupun kuantitatif dari metode yang

sederhana sampai metode yang kompleks.

Pengukuran kadar kolesterol HDL salah satunya menggunakan uji

spektrofotometri. Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa

yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh

suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan

Page 32: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

15

menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor

fototube (Dawiesah, 1989).

4. Kadar Trigliserida

Pengukuran kadar trigliserida dapat dilakukan secara kuantitatif

atapun kualitatif. Salah satu pengukuran kuantitatif yang digunakan

untuk mengukur kadar trigliserida adalah menggunakan uji

spektrofotometri. Bahan dan alat yang diperlukan antara lain : serum,

tabung reaksi dan rak, dispenser 1,0 ml, mikropipet 0,01 (10 µl),

colorimeter dengan gelombang 500 nm (520-546) (Dawiesah, 1989).

5. Kadar Gula Darah

Kadar gula darah dalam penelitian ini menggunakan alat glucometer.

Alat ini bekerja dengan cara membaca elektron yang dihasilkan dari

proses pemecahan glukosa menjadi glukogon. Proses pemecahan ini

dilakukan oleh enzim glukosa oksidase yang terdapat dalam strip

glucometer dengan cara oksidasi. Semakin banyak glukosa dalam darah

yang teroksidasi menjadi glukagon maka semakin banyak elektron yang

dihasilkan sehingga semakin tinggi nilai yang terbaca di alat (Nesco

Multicheck, 2009).

Alat ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Beberapa

kelebihan memakai glucometer adalah waktu untuk mendapatkan hasil

pemeriksaan lebih cepat, bentuk alat yang kecil sehingga mudah dibawa

kemana mana, volume sampel yang dipakai sedikit. Adapun kelemahan

Page 33: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

16

dari alat ini adalah karena range pada alat 20 mg/dl – 600 mg/dl maka

hasil dibawah 20 mg/dl atau di atas 600 mg/dl hasil tidak keluar.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Metabolic Syndrome

1. Umur

Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan

(Soetardjo, 2011). Jenis perhitungan umur terdiri dari umur kronologis, umur

mental dan umur biologis. Adapun periodisasi biologis perkembangan

manusia (Soetardjo, 2011) adalah sebagai berikut :

a. 0-1 tahun : masa bayi, dimana terjadi banyak pertumbuhan dan

perkembangan mulai dari pertumbuhan fisik, pematangan struktur dan

fungsi, perkembangan motorik, serta pembentukan hubungan emosional

dengan ibu dan lingkungan sekitar.

b. 1-6 tahun : masa pra sekolah, dimana laju pertumbuhan menurun bila

dibandingkan masa bayi.

c. 6-10 tahun : masa sekolah, dimana tumbuh perlahan dan menunjukan

pematangan motorik kasar dan halus. Pada masa ini terbentuk sikap

suka atau tidak suka terhadap makanan.

d. 10-20 tahun : masa pubertas, puncak dari tumbuh kembang baik secara

fisiologis, psikologis dan sosial. Pada masa ini pola makan dipengaruhi

oleh pola makan keluarga, pengaruh teman, nafsu makan, pengaruh

body image melalui media dan ketersedian pangan.

Banyak penelitian epidemiologi yang menunjukan bahwa

penyakit CVD dan diabetes telah dimulai pada masa ini (Worthington-

Page 34: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

17

roberts dan Williams, 2000 dalam Soetardjo, 2011). Hal ini disebabkan

sebagian besar remaja mengalami obesitas akibat pola makan tidak

teratur.

e. 20 – 64 tahun : masa dewasa, dimana pertumbuhan dan perkembangan

prkatis tidak terjadi dan zat gizi diperlukan untuk pemeliharaan

kesehatan dan pencegahan penyakit kronis. Pada umur ini beberapa

orang menjadi lebih rentan terkena penyakit, terutama yang memiliki

hipertensi, jantung atau berbadan gemuk baik karena keturunan atau pun

akibat gaya hidup. Saat berada di umur ini harus waspada terhadap

penyakit degeneratif (penyakit akibat bertambahnya umur) seperti

jantung koroner, kolesterol, dan asam urat (Soetardjo, 2011).

f. 65 tahun ke atas : masa lanjut umur (Senium), dimana aktivitas fisik

banyak berkurang, kebutuhan gizi berkurang dan kerusakan sel-sel

banyak terjadi. Penurunan fungsi tubuh banyak terjadi sehingga risiko

terserang penyakit semakin tinggi. Pada umur ini tingkat kesehatan

cenderung sudah menurun, karenanya seseorang rentan terkena

beberapa penyakit seperti artritis, osteoporosis, penyakit jantung,

gangguan memori, stroke, pembesaran prostat dan juga kanker.

Beberapa penelitian menyebutkan prevalensi metabolic syndrome

meningkat sesuai dengan umur. Hal ini karena makin banyaknya faktor

risiko jantung koroner dan makin besar kemungkinan mengalami resistensi

insulin akibat dari gaya hidup yang kurang baik yaitu pola makan buruk dan

aktivitas fisik kurang yang berlangsung lama (Dwipayana et al., 2011).

Page 35: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

18

Disamping itu, pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian National

Health and Nutrition Survey di Amerika Serikat (Ford, Giles, & Mokdad,

2004 dalam Wang, 2012).

Beberapa penelitan menyebutkan pada laki-laki, prevalensi metabolic

syndrome meningkat pada umur 60 tahun sedangkan pada perempuan

meningkat pada umur 50 tahun (Soewondo et al., 2006). Perbedaan ini

disebabkan adanya perbedaan perubahan hormonal seperti wanita

mengalami kehamilan dan menopause.

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi aktivitas

fisik dan pola makan seseorang terutama dimulai pada umur remaja. Pada

umur ini laki-laki lebih memilih melakukan aktifitas fisik motorik kasar

yaitu berolahraga sedang dan berat, sedangkan wanita lebih mengembangkan

diri pada aktifitas motorik halus aktifitas fisik sedang dan ringan. Aktivitas

fisik berat terhindar dari kelebihan energi yang menyebabkan penumpukan

lemak (Soetardjo, 2011).

Pola makan cukup berbeda antara umur remaja laki-laki dengan

perempuan. Hal ini, salah satunya, dipengaruhi oleh citra tubuh (body

image), sehingga laki-laki cenderung menambah porsi makan sedangkan

perempuan cenderung mengurangi porsi makananya untuk mendapatkan

masing masing citra tubuh yang diidamkan (Soetardjo, 2011).

Obesitas sering dihibungkan dengan hiperinsulinemia, khususnya tipe

android. Laki-laki obesitas cenderung mempunyai deposit lemak di daerah

Page 36: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

19

atas tubuh khususnya pada tengkuk, leher, bahu, dan perut yang disebut

obesitas tipe android. Pada perempuan obesitas dijumpai deposit lemak

dengan area yang sama dengan laki-laki, meskipun mereka juga mempunyai

batas area segmen bawah seperti pada bokong dan pinggul yang disebut

obesitas tipe ginekoid .

Penelitian National Health and Nutrition Examination Survey di Amerika

Serikat mengemukakan Prevalensi metabolic syndrome pada pria lebih

tinggi dibandingkan pada wanita (Ford, Giles, & Mokdad, 2004 dalam

Wang, 2012). Pernyataan tersebut serupa dengan penelitian di Eropa (Delios,

2005) tapi berbeda dengan hasil penelitian di Makasar (Jafar, 2011), di Bali

(Dwipayana et al., 2011) dan penelitan terhadap penduduk Amerika

keturunan Arab (Jaber et al., 2004 dalam Wang 2012) yang menyatakan

prevalensi metabolic syndrome pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria.

3. Etnis

Etnis mempengaruhi kejadian metabolic syndrome karena erat kaitannya

dengan fenotip obesitas. Fenotip Obesitas pada beberapa kelompok etnis di

negara sedang berkembang berbeda dengan orang kaukasian putih pada

negara maju.

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa orang Asia memiliki

lemak tubuh yang lebih banyak, utamanya Asia Selatan, dibandingkan

dengan orang kaukasian putih pada nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) yang

sama (Dudeja, 2001; Deurenberg, 2000; Yajnik, 2002 dalam Wang, 2012).

Penelitian lain menunjukkan bahwa pada nilai IMT yang sama, imigran

Page 37: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

20

India memiliki lemak abdominal total dan intraabdominal yang lebih besar

secara signifikan dibandingkan orang Kaukasian putih di Amerika Serikat

(Raji et al., 2001, dalam Wang, 2012).

Orang India memiliki kadar trigliserida hati yang lebih tinggi, yang

dihubungkan dengan kadar insulin yang tinggi dan adiponektin yang rendah

dibandingkan Orang Kaukasian Putih. Kadar trigliserida tersebut

berpengaruh terhadap metabolic syndrome (Raji et al., 2001, dalam Wang,

2012).

Penelitian yang lain menyebutkan kebanyakan negara-negara

berkembang di Asia, Amerika Latin dan Afrika Northern dan Timur Tengah

pada umumnya mengalami perubahan diet berupa peningkatan konsumsi

lemak terutama lemak dari hewani dan gula serta asupan sereal dan serat

yang rendah (Wang, 2012). Ditambah lagi, adanya arus urbanisasi yang

mengubah pola hidup ke arah yang buruk seperti perilaku merokok, perilaku

konsumsi alkohol dan pola konsumsi yang tidak seimbang serta memiliki

gaya hidup sedentari (sedentary life style) atau kurang aktivitas fisik (Misra

et al, 2001; Misra dan Khurana, 2008).

4. Obesitas

Obesitas adalah sebutan untuk orang gemuk dimana status gizinya berada

pada nilai Indeks antropometri IMT > 27, BB/U, TB/U (Supariasa, 2002).

Meningkatnya obesitas yang merupakan komponen utama metabolic

syndrome tak lepas dari berubahnya gaya hidup, seperti perilaku kurang

aktivitas fisik dan pola konsumsi yang tidak seimbang (Alberti et al., 2009).

Page 38: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

21

Research Triangle Institute International menyatakan adanya hubungan

prevalensi obesitas/berat badan lebih dengan jumlah jam yang dipakai anak-

anak untuk nonton TV. Studi ini menunjukan bahwa aktivitas fisik yang

kurang berpengaruh terhadap kejadian obesitas (Arief, 2008 dalam Wang,

2012).

Obeistas terbagi ke dalam 2 tipe yaitu obeistas tipe android dan obesitas

tipe genekoid. Obesitas tipe android sering dialami oleh laki-laki dimana

deposit lemak di daerah atas tubuh khususnya pada tengkuk, leher, bahu,

dan perut sedangkan obesitas tipe ginekoid sering dijumpai pada perempuan

dimana deposit lemak dengan area yang sama dengan laki-laki ditambah

segmen bawah bokong dan pinggul. Pada obesitas tipe android (obesitas

sentral), lemak berakumulasi sebagai lemak viskeral atau lemak subkutan

abdomen. Kelebihan pada daerah ini berisiko mengalami metabolic

syndrome dan penyakit kardiovaskular (Haris et al, 2009).

Obesitas ini memicu terjaidnya resistensi insulin. Berawal dari kadar

adiponektin yang rendah, adanya resistensi leptin, serta berbagai sitokin

yang terlepas dari sel adiposa dan sel inflamasi yang menginfiltrasi jaringan

lemak (misalnya makrofagh) menurunkan ambilan asam lemak bebas oleh

mitokondria pada beberapa jaringan, menurunkan oksidasi asam lemak

bebas, dan menyebabkan akumulasi asam lemak bebas intrasel. Kelebihan

asam lemak bebas intraselular dan metabolik dapat memicu terjadi resistensi

insulin (bahkan hiperisulinemia dan hiperglikemia) (Yogiantoro, 2006).

Page 39: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

22

5. Pola Makan

Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran

mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh

seseorang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok tertentu ( Karjati,

1985 dalam Sulistyoningsih, 2011).

Secara umum pola makan yang baik adalah bila perbandingan komposisi

energi dari karbohidrat, protein dan lemak adalah 50-65% : 10-20% : 20-

30% dalam sehari. Disamping itu ditambah bebera hal sebagai berikut

a. Konsumsi karbohidrat sederhana dianjurkan tidak lebih dari 10 % dari

konsumsi total karbohidrat (WHO, 1990 dalam Gizi & Kesmas UI,

2010).

b. Kecukupan serat sebanyak 19-30 g/kap/hari bagi orang dewasa dan 10-

14 g/1000 kkal bagi anak ≥ 1 tahun. Adapun rasio serat makanan tidak

larut dan serat makanan larut 3 : 1, (WNPG VIII, 2004).

c. Proporsi asam lemak baik asam lemak jenuh, Monounsaturated Fatty

Acid (MUFA) dan Polyunsaturated Fatty Acids (PUFA) maksimal 10

% dari energi total.

d. Proporsi protein hewani minimal seperlima (20%) dari total protein.

e. Konsumsi kolesterol dianjurkan < 300 mg/hari (Guthrie, 1989 dalam

Gizi Kesmas UI, 2010).

Disamping perbandingan proporsi zat gizi perhari, secara kualitatif, pola

makan yang baik adalah pola makan gizi seimbang. Gizi seimbang adalah

susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan

Page 40: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

23

jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip

keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat

badan (BB) ideal (Danone Institute, 2009).

Gizi seimbang divisualisasikan dalam bentuk Tumpeng Gizi Seimbang

(TGS), yang terdiri atas potongan-potongan tumpeng. 1 potongan besar

merupakan golongan makanan karbohidrat, 2 potongan sedang merupakan

golongan sayuran dan buah, 2 potongan kecil di atasnya yang merupakan

golongan protein hewani dan nabati (biji-bijian, telur, ikan, susu, dll.) dan

potongan terkecil di puncak yaitu gula, garam, dan minyak seperlunya

(Danone Institute, 2009).

Luasnya potongan TGS ini menunjukkan porsi konsumsi setiap orang per

hari. Karbohidrat dikonsumsi 3 - 8 porsi, sayuran 3 - 5 porsi, buah 2-3 porsi,

serta protein hewani dan nabati 2 - 3 porsi. Konsumsi ini dibagi untuk makan

pagi, siang, dan malam. Kombinasi makanan per harinya serta minum air

putih yang idealnya dikonsumsi 2 liter atau 8 gelas sehari perlu dilakukan

dilakukan. Disamping makanan, melakukan aktivitas fisik dan rutin

mengontrol berat badan juga perlu dilakukan (Danone Institute, 2009).

Berdasarkan penelitian didapatkan bahwa pola makan berdasarkan

asupan energi, total protein, total lemak dan total karbohidrat yang

dikonsumsi melebihi AKG berhubungan dengan kejadian metabolic

syndrome. Disamping itu, terdapat juga hubungan pola makan berdasarkan

komposisi bahan makanan yaitu protein hewani dan karbohidrat sederhana

Page 41: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

24

yang dikonsumsi melebihi AKG dengan kejadian metabolic syndrome

(Sudarminingsih et al., 2007).

Penelitian diatas menyatakan bahwa pola makan berlebih berdampak

pada distribusi lemak berlebih dan kadar gula darah abnormal yang

menyebabkan penumpukan lemak viskeral dan akhirnya menyebabkan

obesitas abdominal serta intoleransi glukosa. Hal tersebut diperkuat oleh

beberapa penelitian yang menyatakan asupan makanan berpengaruh terhadap

metabolic syndrome, dimana semakin banyak asupan makanan, maka

kejadian metabolic syndrome semakin meningkat. Adapun asupan makanan

yang mempunyai nilai paling tinggi adalah total kalori, diikuti lemak dan

karbohidrat (Kasiman, 2011; Sargowo dan Andarini, 2011; Dewi , 2009).

Selanjutnya beberapa penelitian lain dikemukakan dalam beberapa poin

sebagai berikut :

a. Konsumsi karbohidrat kompleks atau gula dengan pemanis yang rendah

energi direkomendasikan dalam mengurangi asupan energi dan

menurunkan berat badan yang berarti menurunkan angka obesitas

(Vermunt et al, 2003 dalam Jafar, 2011).

b. Konsumsi tinggi serat berkontribusi menurunkan kadar kolesterol yang

berhubungan dengan penyakit degeneratif termasuk metabolic

syndrome. Hal tersebut karena serat larut air mengikat asam empedu

(produk akhir kolesterol) untuk selanjutnya dibuang bersama tinja.

Disamping itu, serat larut air menurunkan konsentrasi CRP yang

merupakan marker inflamasi yang memiliki efek menguntungkan pada

Page 42: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

25

kejadian metabolic syndrome (Ezmaillzadeh et al, 2006 dalam Jafar,

2011).

c. Diet rendah karbohidrat lebih efektif dalam menurunkan kolesterol LDL

dan serum trigliserida, rasio trigliserida/HDL, postprandial lipemia,

glukosa darah, dan juga penurunan berat badan dibandingkan diet

rendah lemak (Sargowo, 2011).

d. Meskipun asupan lemak Indonesia < dari 20 % dengan sebagian besar

berasal dari lemak nabati, namun penyakit jantung koroner di Indonesia

meningkat (Gizi Kesmas UI, 2010). Hal ini dkarenakan terdapat

kontribusi asam lemak trans yang cukup besar dari makanan gorengan

yang mengakibatkan kadar asam lemak jenuh meningkat dan kolesterol

meningkat (Rustika, 2005 dalam Gizi Kesmas UI, 2010).

e. Untuk menghambat terjadinya oksidasi LDL, diperlukan suatu

mekanisme perlindungan melalui zat-zat antioksidan dalam makanan

melalui konsumsi vitamin dan mineral yang cukup (Anshor, 2011).

6. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot

rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Inaktifitas fisik telah

diidentifikasi sebagai faktor risiko terbesar pada urutan ke-4 yang mengarah

kepada kematian di dunia atau sekitar 6 % dari kematian di dunia (WHO,

2013).

Aktivitas fisik orang dewasa biasanya dibagi menjadi tiga golongan yaitu

ringan, sedang dan berat. Semakin berat aktivitas yang dilakukan, semakin

Page 43: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

26

banyak energi yang diperlukan untuk melakukan aktivitas tersebut. Oleh

karena itu, selain untuk mengetahui pengeluaran energi seseorang, aktivitas

fisik juga digunakan untuk menaksir angka kebutuhan energi seseorang

(Khumaidi 1989 dalam Sulvina, 2008).

Adapun faktor-fakrtor yang mempengaruhi aktivitas fisik antara lain :

a. Umur : umur berhubungan dengan jenis aktivitas fisik. Aktivitas fisik

semakin meningkat pada umur remaja sampai dewasa dan mencapai

puncaknya pada umur 25-30 tahun. Selanjutnya, terjadi penurunan

kapasitas fungsional dari seluruh tubuh, kira-kira sebesar 0,8-1% per

tahun, namun hal ini dapat dikurangi dengan rajin berolahraga.

b. Jenis kelamin : Sampai umur pubertas, aktivitas fisik remaja laki-laki

hampir sama dengan remaja perempuan, tapi setelah pubertas remaja

laki-laki biasanya mempunyai nilai yang jauh lebih besar dibandingkan

remaja perempuan.

c. Pola makan : jumlah porsi dan jenis makanan berpengaruh terhadap

aktivitas fisik. Contoh, makan dengan porsi yang besar dan tinggi lemak

berdampak pada tubuh yang mudah lelah dan tidak ingin melakukan

kegiatan seperti olah raga atau aktivitas lainnya.

d. Penyakit/ kelainan pada tubuh : Berpengaruh terhadap aktivitas fisik

karena berkaitan dengan kapasitas jantung paru, postur tubuh, obesitas,

hemoglobin/sel darah dan serat otot.

WHO (2013) menyatakan bahwa intensitas aktifitas fisik sedang seperti

berjalan, bersepeda, atau berpartisipasi dalam olahraga dapat mengurangi

Page 44: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

27

risiko penyakit CVD, diabetes, kanker kolon dan payudara serta depresi.

Disisi lain, tingkat aktifitas fisik yang adekuat akan menurunkan risiko

fraktur pinggang dan membantu mengontrol berat badan.

Aktivitas fisik yang cukup dan teratur dapat menjaga metabolisme

normal. Pengeluaran dan pemakain energi yang dibutuhkan untuk aktivitas

fisik mengurangi adanya penyimpanan glukosa dalam bentuk lemak

terutama lemak di daerah abdominal yang menyebabkan obesitas abdominal

serta membantu menetralkan kadar gula darah karena banyaknya yang

dibakar ketika pengeluaran energi (Soetardjo, 2011).

Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengaruh aktivitas

fisik terhadap kejadian metabolic syndrome. Beberapa hasil penelitian

tersebut antara lain menyatakan bahwa :

a. Peningkatan waktu luang untuk beraktivitas fisik dari aktifitas fisik

sedang menuju ke aktivitas fisik berat berhubungan dengan penurunan

risiko metabolic syndrome (Ilanne-Parikka, 2010).

b. Seseorang berisiko tinggi yang melakukan aktifitas fisik rutin memiliki

risiko yang rendah untuk terserang metabolic syndrome dibandingkan

seseorang yang hanya aktifitas berjalan (Lakksonen et al., 2011).

c. Aktivitas fisik yang dianjurkan lebih menekankan kepada intensitasnya

bukan pada volume atau lamanya dalam sekali beraktivitas (Adam et al.,

2012).

d. Aktivitas fisik teratur pada kelompok orang yang tingkat aktivitas

fisiknya sedang dan berat sangat signifikan menurunkan risiko

Page 45: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

28

metabolic syndrome karena dapat meningkatkan respirasi jantung

dibandingkan mereka yang aktivitas fisiknya ringan (sedentary).

Dimananpun, aktivitas fisik ringan bahkan hanya lebih dari 1 jam

perhari untuk berjalan tidak akan melindungi dari serangan metabolic

syndrome (Adam et al., 2012).

7. Faktor Genetik

Faktor genetik yang dimaksud adalah penyakit genetik atau kelainan

genetik, yaitu penyimpangan dari sifat umum atau sifat rata – rata manusia,

serta merupakan penyakit yang muncul karena tidak berfungsinya faktor –

faktor genetik yang mengatur struktur dan fungsi fisiologi tubuh manusia

(Suryo, 1990). Ciri-ciri penyakit genetika:

a. Tidak dapat disembuhkan, karena ada kelainan dalam substansi

hereditas (gen).

b. Tidak menular pada orang lain.

c. Umumnya dikendalikan oleh gen resesif dan hanya muncul pada

seseorang yang homozigot resesif (Suryo, 1990).

Beberapa penyebab penyakit genetik antara lain:

a. Kelainan jumlah kromosom seperti dalam sindrom down (adanya ekstra

kromosom 21).

b. Mutasi gen berulang yang dapat menyebabkan sindrom X rapuh atau

penyakit Huntington.

c. Gen rusak yang diturunkan dari orang tua. Dalam kasus ini, penyakit

genetik juga dikenal dengan istilah penyakit keturunan (Suryo, 1990).

Page 46: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

29

Penyakit genetik ada yang terpaut kromosom seks dan ada yang terpaut

kromosom autosom. Ruang lingkup penyakitnya diklasifikasikan menjadi 4

macam, antara lain :

a. Kelainan kromosomal, yaitu penyimpangan struktur atau penyimpangan

jumalah kromosom, baik kromosom gonosom contoh : sindrom down,

maupun kromosom autosom contoh kinefelter.

b. Single-gen atau kelainan mendel, yaitu kelainan pada satu gen namun

sudah menimbulkan penyakit, contoh : penyakit hutington.

c. Kelainan multifaktorial, yaitu kelainan yang tidak hanya melibatkan gen

tetapi juga interakasi antara gen dan lingkungan. Seringkali peranan gen

hanya kecil dampaknya terhadap manifestasi suatu penyakit tetapi

ketika ada interaksi dengan lingkungan, manifestasi penyakit menjadi

besar. Kelainan seperti ini sering dijumpai dipopulasi, contoh diabetes

mellitus dan kardiovaskular.

d. Kelainan mitokondrial, terjadi karena ada mutasi pada kromosom

sitoplasma mitokondria (Suryo, 1990).

Faktor genetik berpengaruh terhadap kejadian metabolic syndrome. Hal

tersebut karena setiap komponen metabolic syndrome baik obesitas,

resistensi insulin, hipertensi dan dislipidemia keberadaannya diapat

disebabkan karena faktor genetik. Sebagai contoh pada komponen resisitensi

insulin dipeinteraksi yang komplek antara gen dan lingkungan. Komponen

khusus dari metabolic syndrome dipengaruhi secara kuat oleh lingkungan

dan sebagian lainnya dipengaruhi oleh genetik (Wang, 2012).

Page 47: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

30

8. Faktor Endokrin

Gangguan Endokrin berpengaruh terhadap kejadian metabolic syndrome

khususnya terkait kejadian hiperandrogenemia dan sindrom ovarium

polisistik (Wang, 2012). Hiperandrogenemia atau hiperandrogenisme

merupakan keadaan peningkatan level androgen dalam darah, sedangkan

sindrom ovarium politistik merupakan kumpulan gejala yang terjadi akibat

hiperandrogenemia dan gangguan ovulasi tanpa disertai adanya kelainan

hiperplasia adrenal kongenital, hiperprolaktinemia atau neoplasma yang

mensekresi androgen (Christopher et al., 2005).

Gejala yang timbul dapat bervariasi dari tanpa gejala sama sekali sampai

adanya beberapa gejala. Gejala yang dimaksud seperti infertilitas, anovulasi

kronik yang ditandai dengan amenorea, oligomenorea, gangguan haid atau

perdarahan uterus disfungsional dan hirsutisme (Sloane, 2003)..

Penyebab sindrom ini belum bisa dijelaskan secara pasti, selain

kelainanan endokrin yang berhubungan dengan hiperandrogenemia dan

anovulasi kronik. Meskipun demikian, hal penting adalah sindrom ini

mengakibatkan tubuh tidak dapat merespon kadar insulin normal sehingga

mengakibatkan resistensi insulin (Christopher et al., 2005).

Selain resistensi insulin, wanita penderita sindrom ovarium polikistik

dengan gejala anovulasi, hiperandrogenisme dan resistensi insulin memiliki

gambaran faktor risiko penyakit jantung yang sama dengan pria, seperti

penurunan kadar total HDL dan peningkatan kadar trigliserida, kadar

kolesterol total dan kadar LDL. Kondisi ini memudahkan seorang wanita

Page 48: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

31

dengan sindrom ovarium polikistik mengalami penyempitan pembuluh darah

jantung yang berdampak lebih lanjut pada hipertensi dan penyakit jantung.

Disamping itu, beberapa penelitian di Amerika menemukan bahwa penderita

sindrom ini cenderung menyimpan lemak dalam tubuhnya sehingga mudah

terjadi obesitas (Christopher et al., 2005).

9. Menopause

Definisi menopause menurut WHO adalah masa berhentinya haid yang

permanen akibat dari hilangnya aktivitas folikuler ovairum. Menopause

terjadi sesudah 12 bulan berturut-turut tidak mendapat haid dan tidak ada

penyebab patologi atau fisologi yang nyata . Berdasarkan waktu terjadinya

menopause dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu menopause alami dan

menopause dini (Sloane, 2003).

Menopause alami terjadi seiring dengan bertambahnya umur, dimana

ovarium akan mengalami penurunan fungsi yang berakibat terjadinya

penurunan produksi hormone estrogen dan progesterone. Menopause alami

biasa terjadi pada umur 45-55 tahun (Sloane, 2003).

Menopause dini dapat terjadi karena buatan seperti pada operasi

pengangkatan indung telur atau akibat obat-obatan seperti pada terapi raidasi

maupun kemoterapi untuk pengobatan tumor pada perempuan yang masih

berovulasi atau karena kegagalan ovarium premature pada usai 40 tahun atau

bahkan 20 tahun (Sloane, 2003).

Page 49: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

32

Gejala menopause berkaitan dengan penrunan kadar estrogen dan

progesterone yang mempengaruhi sejumlah sistem organ dan kimia tubuh.

Berikut gejala-gejala tersebut (Sloane, 2003):

a. Jaringan yang didukung estrogen (kelenjar mamae dan organ reproduksi

secara bertahap mengecil.

b. Lapisan vaginal menipis dan sekresi vaginal menjadi semakin basa.

c. Vasodilatasi pembuluh darah dalam kulit yang mengakibatkan sensasi

panas dalam tubuh (hotflash) dan keringat berlebih

d. Beberapa perempuan mengalami sakit kepala, insomnia, irtabilitas,

nyeri sendi dan penurunan keinginan seksual.

e. Beberapa wanita kehilangan masa tulang yang cepat yang dapat

menyebabkan osteoporosis.

f. Perubahan fisik lainnya seperti distribusi lemak yang terkonsentrasi

pada bagian pinggang dan perut, perubahan tekstur kulit, bahakan

beberapa wanita tumbuh rambut pada bagian dagu, bawah hidung, dada,

atau perut akibat diproduksinya sedikit hormone tetosteron.

Menopause mempengaruhi metabolic syndrome karena berkaitan dengan

peningkatan sejumlah lemak viskeral abdominal, tanpa dipengaruhi proses

penuaan. Meskipun demikian, banyak data yang tersedia mengenai pengaruh

menopause terhadap macam-macam pengukuran obesitas sentral

menunjukan hasil yang berbeda (Xue, 2007 dalam Wang, 2012).

Page 50: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

33

C. Zat Gizi

Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan

fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan

serta mengatur proses-proses kehidupan (Almatsier, 2001). Zat gizi terbagi

kedalam zat gizi makro dan zat gizi mikro. Adapun yang termasuk ke dalam zat

gizi makro adalah karbohidrat, protein, lemak dan air, sedangkan yang termasuk

ke dalam zat gizi mikro adalah vitamin dan mineral. Berikut penjelasan dari

masing-masing zat gizi :

1. Karbohidrat

Karbohidrat dibedakan menjadi karbohidrat sederhana dan kabrbohidrat

kompleks. Karbohidrat sederhana terdiri dari 1 sampai < 10 molekul

monosakarida sedangkan karbohidrat kompleks merupakan polimer yang

terbentuk dari 10 unit monosakarida. Karbohidrat sederhana seperti

monosakarida dan oligosakarida dapat mengalami polimerasi membentuk

karbohidrat kompleks yang disebut polisakarida. Berikut pengelompokan

karbohidrat beserta sumber pangannya :

Page 51: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

34

Tabel 2.2.

Zat Gizi Karbohidrat dan Sumber Pangannya

No Kelompok

Karbohidrat Sumber pangan

Karbohidrat sederhana

a. Monosakarida

1) Glukosa Buah-buahan, jagung manis dan madu

2) Fruktosa Madu, buah-buahan, nektar bungan dan sayur-sayuran

3) Galaktosa Hidrolisat gula susu

b. Oligosakarida

c. Disakarida

1) Sukrosa Gula pasir, gula merar, gula kelapa dan gula aren

2) Maltosa Gula malt dari pati dan kecambah/biji-bijian

3) Laktosa Susu sapi dan ASI

4) Trehalosa Jamur dan serangga (seperti rayap dan belalang)

5) Manitol Rumput laut, nanas, asparagus, wortel dan ubi jalar

6) Sorbitol Buah-buahan

7) Inositol Sekam serealia

d. Trisakarida

1) Rafinosa Biji-bijian dan berbagai jenis kacang

2) Stakiosa Biji-bijian dan berbagai jenis kacang

3) Verbaskosa Biji-bijian dan berbagai jenis kacang

4) Fruktan Serealia, asparagus, bawang merah & bawang putih

Karbohidrat Kompleks

a. Pati

1) Pati Padi, umbi-umbian, biji-bijian, pisang dan mangga

2) Dekstrin Bahan pengental dan makanan tabung

3) Glikogen Daging (otot) dan hati

b. Nonpati/Serat

Tidak larut air

1) Selulosa Sayur-sayuran

2) Hemiselulosa Serat serealia

3) Lignin Tangkai sayuran, inti wortel dan biji jambu biji

Larut air

1) Pektin Apel, jambu biji, jeruk, wortel dan anggur

2) Gum Sari pepohonan akasia

3) Mukilase Serealia

4) Algal Bebijian dan akar

Sumber : Tejasari, 2005

Karbohidrat berfungsi sebagai penyedia energi utama dalam tubuh.

Disamping itu, karbohidrat berperan dalam pengaturan metabolisme lemak,

Page 52: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

35

penghematan fungsi protein, pengaturan peristaltik usus dan memberi

muatan pada sisi makanan.

Karbohidrat dapat menyebabkan kadar gula naik. Fenomena ini dikenal

dengan efek glikemik. Efek glikemik merupakan efek makanan terhadap

kadar gula darah seseorang dan respon insulin terhadap efek tersebut yang

berarti seberapa cepat dan seberapa tinggi kenaikan kadar gula darah dan

seberapa cepat respon tubuh mengembalikannya ke keadaan normal (Boyle

& Long, 2010).

Efek glikemik diurut berdasarkan skala yang disebut indeks glikemik.

Indeks glikemik merupakan ranking dari suatu makanan berdasarkan

potensinya untuk menaikkan kadar gula darah seseorang. Makanan dengan

indeks glikemik tinggi adalah makanan yang cepat dicerna dan diserap

sehingga kadar gula darah akan meningkat dengan cepat secara signifikan,

sedangkan makanan dengan indeks glikemik rendah adalah makanan yang

mengalami pencernaan dan penyerapan yang lebih lambat, sehingga

peningkatan kadar glukosa dan insulin dalam darah akan terjadi secara

perlahan-lahan.

Contoh makanan yang memiliki indeks glikemik tinggi adalah gula, roti

putih bertekstur halus, beras (bulir padi putih atau coklat), sereal, wafer,

kentang, madu, soft drink, sele kacang dan kue-kue kering asin. Contoh

makanan berglikemiks sedang melon, krim gandum, bubur gandum, roti

gandum, pisang, nanas, jus jeruk, es krim, popcorn, dan kismis. Contoh

makanan yang mengandung indeks glikemik rendah adalah gandum utuh,

Page 53: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

36

beras putih, sereal bulir padi, apel, jeruk, buah persik, kacang polong, susu

dan kentang manis (Boyle & Long, 2010).

Makanan dengan indeks glikemik rendah telah terbukti memperbaiki

kadar glukosa dan lemak pada pasien-pasien diabetes melitus dan

memperbaiki resistensi insulin. Selain itu, makanan dengan indeks glikemik

rendah juga membantu mengontrol nafsu makan, memperlambat munculnya

rasa lapar sehingga dapat membantu mengontrol berat badan pasien (Boyle

& Long, 2010).

Efek dari indeks glikemik suatu makanan akan berubah jika dikonsumsi

bersamaan dengan makanan lain. Oleh karena itu, seseorang mengonsumsi

makanan dengan indeks glikemik tinggi sebaiknya dikombinasikan dengan

makanan dengan indeks glikemik rendah, sehingga menyeimbangkan efek

terhadap kadar glukosa darah (Boyle & Long, 2010).

2. Serat

Serat terbagi menjadi dua yaitu serat larut air (soulable fibre) dan serat

tidak larut air (insoulable fibre). Serat larut air membentuk gel dalam air.

Bentuk gel ini menyebabkan kecepatan pencernaan melambat dan

mendorong komponen makanan masuk ke usus sehingga keadaan ini

meningkatkan absorbsi zat gizi dan merangsang ekskresi asam empedu ke

dalam usus yang berefek menurunkan kolesterol. Serat tidak larut air

berfungsi untuk meningkatkan motilitas peristaltik gastrointestinal sampai ke

kolon karena kecenderungannya yang menyerap air dan meningkatkan

volume feses (Almatsier, 2001).

Page 54: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

37

3. Protein

Protein dibentuk oleh berbagai asam amino, yang mengandung unsur

karbon (C), hydrogen (H), oksigen (O) melalui ikatan peptida. Asam amino

terbagi menjadi 2, yaitu asam amino essensial dan asam amino non esensial

(Almatsier, 2001).

Asam amino essensial adalah asam amino yang tidak dapat disintesa oleh

tubuh sehingga harus diperoleh dari makanan yang terdiri dari isoleusin,

leusin, lisin, metionin, sistesin, valin, tryptopan, tirosina, fenilalanin dan

treoninaasam. Sebaliknya, asam amino nonessensial adalah asam amino

yang dapat dibentuk oleh tubuh melalui transaminasi, contohnya glutamat,

alanina, aspartat, dan glutamin (Tejasari, 2005).

Pembagian protein berdasarkan kelompok pembentuknya dibagi menjadi

protein sempurna, kurang sempurna dan tidak sempurna. Protein sempurna

adalah protein yang mengandung asam amino essensial dalam jumlah dan

jenis yang lengkap. Protein kurang sempurna adalah protein yang

mengandung asam amino essensial lengkap tetapi beberapa asam amino

berjumlah yang sedikit. Protein tidak sempurna adalah protein yang

mengandung asam amino essensial dalam jumlah sangat sedikit atau

dianggap tidak ada (Tejasari, 2005).

Protein berdasarkan sumbernya terbagi menjadi protein hewani dan

protein nabati. Protein hewani adalah protein yang berasal dari hewan

sedangkan protein nabati adalah protein yang berasal dari tumbuhan

(Tejasari, 2005).

Page 55: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

38

Protein dari segi bentuknya terdiri dari protein serabut, protein globular

dan protein konjugasi. Protein serabut adalah protein yang terdiri atas

beberapa rantai peptida spiral yang terjalin satu sama lain dan sangat kaku.

Protein globular adalah Protein berbentuk bola dan terdapat pada cairan

jaringan tubuh. Protein konjugasi adalah protein sederhana yang bergabung

dengan gugus non asam amino atau disebut gugus prostetik. (Tejasari, 2005).

Tabel 2.3

Zat Gizi Protein dan Sumber Pangannya No Kelompok Protein Sumber Pangan

Kelompok Pembentuk

a. Protein sempurna

1) Kasein Susu

2) Albumin Putih telur dan susu

b. Protein kurang sempurna

1) Legumin Jenis kacangan

2) Gliadin Gandum

c. Protein tidak sempurna

Zein Jagung dan protein nabati lainnya

Sumber Protein

a. Protein hewani Daging, telur, ikan dan udang

b. Protein nabati Kacang-kacangan beras dan jagung

Bentuk Protein

a. Protein Serabut

1) Kolagen Jaringan pengikat dan tulang

2) Elastin Jaringan elastin

3) Keratin Sel epidermis dan lapisan kulit hewan

4) Miosin Serat otot

b. Protein globular

1) Albumin Telur dan susu

2) Globulin Putih telur, daging, biji tumbuhan dan susu

c. Protein konjugasi

1) Nukleoprotein Intisel

2) Lipoprotein Kilomikron, VLDL, LDL, HDL

3) Fosfoprotein : Kasein Susu

4) Metaloprotein : Feritin Hati, mukosa usus, ginjal & sumsum tulang

Sumber : Tejasari, 2005

Protein berfungsi terutama untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan

tubuh. Disamping itu, protein juga berfungsi dalam pengaturan proses

Page 56: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

39

biokimiawi (enzim), keseimbangan air, netralitas tubuh, pertahanan tubuh

(imunoglobulin) pembentukan antibodi, dan penyedia energi setelah

karbohidrat dan lemak, pembentukan essensial tubuh, pengangkutan ikatan

essensial tubuh, dan pengangkutan zat gizi (Almatsier, 2001).

5. Lemak

Lemak merupakan salah satu jenis lipid sederhana. Lipid sederhana

terdiri dari trigliserida, lemak dan lemak campuran. Lemak disusun oleh

gliserol dan asam lemak dalam jumlah dan jenis yang berbeda satu sama

lain. Bila asam lemak yang berikatan dengan gliserol merupakan asam lemak

sejenis, lemaknya disebut trigliserida (Gizi Kesmas UI, 2010).

Pembagian Asam lemak berdasarkan jumlah atom karbon terdiri dari

asam lemak rantai pendek 2-4 atom C, asam lemak rantai sedang 6-12 atom

C dan asam lemak rantai panjang > 12 atom C. Kemudian berdasarkan

tingkat kejenuhannya, asam lemak digolongkan menjadi asam lemak jenuh

dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh memilki ikatan

rangkap dimana terdapat ikatan rangkap tunggal (mono unsaturated fatty

acids /MUFA) dan ikatan rangkap jamak (poly unsaturated fatty acids/

PUFA ) (Gizi Kesmas UI, 2010). Berikut jenis asam lemak dan sumber

pangannya :

Page 57: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

40

Tabel 2.4

Jenis Asam Lemak dan Sumber Pangannya

No Asam Lemak Sumber

Asam Lemak Jenuh

a. Asetat Cuka

b. Butirat Mentega

c. Palmitat Lemak nabati, semua hewani dan minyak zaitun

d. Kaproat Mentega

e. Kaprilat Mentega dan lemak nabati

f. Kaprat Minyak salam dan kelapa sawit

g. Laurat Minyak kelapa, mentega, kayu manis dan kelapa sawit

h. Miristat Minyak nabati (pala, kelapa sawit), lemak ikan dan sapi

i. Stearat Minyak nabati dan lemak sapi

j. Behenat Minyak kacang tanah

k. Lignoserat Kacang tanah

l. Arakhidat Kacang tanah

Asam lemak tak jenuh tunggal (MUFA)

a. Oleat (Omega 9) Semua lemak dan minyak zaitun

b. Eladiat

c. Transheksadekanoat

Asam Lemak Tak Jenuh Jamak (PUFA)

a. Linoleat

(Omega 6)

Alpukat, kacang tanah, lemak ayam, wijen dan kedele

b. Linolenat

(Omega 6)

Hati, lemak babi, kedele, kacang tanah dan semua lemak

c. Arakhidonat

(Omega 6)

Minyak kacang tanah atau sintesis dari asam linoleat

d. EPA

(Omega 3)

Ikan dan tumbuhan laut atau sintesis dari asam linolenat

e. DHA

(Omega 3)

Ikan dan tumbuhan laut atau sintesis dari asam linolenat

Sumber : Tejasari, 2005

Dalam beberapa kondisi, konfigurasi asam lemak tidak jenuh yang

berbentuk cis terisomerisasi menjadi trans, sehingga dikenal dengan asam

lemak trans. Asam lemak trans terjadi akibat suhu proses penggorengan

makanan yang terlalu panas yaitu berkisar antara 163-1690C. Proses

penggorengan model ini dikenal dengan deep frying atau merendam

makanan ke dalam minyak goreng. Kerugian dari pemasakan cara ini, selain

Page 58: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

41

membentuk asam lemak trans adalah merusak vitamin yang larut dalam

lemak (Gizi Kesmas UI, 2010).

Sumber utama asam lemak trans berasal dari minyak nabati yang

terhidrogenasi. Contoh minyak tersebut antara lain margarin, shortening,

minyak sayur dan produk-produk lain yang menggunakan minyak

terhidrogenasi seperti makanan gorengan, produk ruminansia seperti daging

rawon, sop buntut dan beef burger keju dan produk makanan jadi seperti

coklat, biskuit dan croissant (Sartika, 2007 dan Rustika, 2005 dalam Gizi

Kesmas UI, 2010).

Selain lipid sederhana, terdapat lipid majemuk yang merupakan ester

asam lemak alkohol dan gugus lainnya. Contoh lipid majemuk adalah

fosfolipid dan contoh dari fosfolipid adalah lipoprotein. Terdapat empat jenis

lipoprotein yaitu Kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Low

Density Lipoprotein (LDL), High Density Lipoprotein (HDL).

Hidrolisis lipid sederhana dan lipid majemuk menghasilkan turunan lipid

yang dapat berupa asam lemak, gliserol, alkohol, aldehid dan keton, mono,

digliserida dan steroid/sterol. Sterol/steroid bermacam-macam, namun yang

banyak dimanfaatkan dalam gizi adalah ergosterol yang berasal dari nabati

dan kolesterol yang berasal dari hewani (Gizi Kesmas UI, 2010).

Kolesterol merupakan senyawa steroid yang membentuk lipoprotein.

Kadar kolesterol dalam darah dipertahankan < 200mg/dL untuk menghindari

timbulnya aterosklerosis yang berdampak lebih lanjut kepada penyakit

jantung koroner (PJK) (Gizi Kesmas UI, 2010).

Page 59: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

42

Faktor makanan yang berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah adalah

lemak total, asam lemak jenuh, energi total dan asam lemak trans. Dimana

pengaruh tersebut antara lain :

a. Asupan asam lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol total

dan LDL.

b. Asupan MUFA dapat menurunkan LDL dan meningkatkan HDL.

c. Asupan PUFA dapat menurunkan LDL dan HDL.

d. Kolestrol makanan dan asam asam lemak jenuh meningkatkan kadar

LDL.

e. Asupan asam lemak trans dapat meningkatkan LDL, rasio kolesterol

total/HDL, rasio LDL/HDL serta menurunkan HDL (Gizi Kesmas UI,

2010).

Kolesterol dalam makanan terdapat pada pangan hewani, seperti otak,

hati, kuning telur, keju, daging, dan mentega. Untuk Ikan, daging ayam,

daging kambing serta susu murni cair rendah kolesterol (Gizi Kesmas UI,

2010).

Fungsi penting lemak selain sebagai penyedia energi dalam tubuh setelah

karbohidrat yaitu sebagai pelarut vitamin larut lemak, sebagai bagian

komponen membran sel, membantu sekresi asam lambung, sumber asam

lemak essensial (asam linoleat dan linolenat), pembentukan struktur tubuh,

pencegah kehilangan panas tubuh melalui kulit dan memberi tekstur khusus

dan kelezatan dalam makanan (Almatsier, 2001).

Page 60: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

43

6. Vitamin

Vitamin adalah zat organik essensial yang dibutuhkan oleh tubuh dalam

jumlah sedikit. Berdasarkan kelarutannya vitamin dibedakan menjadi

vitamin yang larut lemak dan vitamin larut air (Almatsier, 2001). Vitamin

larut lemak terdiri dari vitamin A (retinol), vitamin D (kalsiferol), vitamin E

(tokoferol), dan vitamin K, sedangkan vitamin larut air terdiri dari vitamin

B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin, vitamin B3 (niasin), Vitamin B5 (asam

pentatonat), vitamin B6 (Piridoksin), vitamin B7 (Biotin), vitamin B9 (

Asam folat), dan vitamin B12 (Sianokobalamin) (Tejasari, 2005).

Vitamin dan mineral banyak terdapat terutama dalam sesayuran dan

buah-buahan. Vitamin B banyak terdapat pada pangan hewani dan nabati,

sedangkan vitamin C hanya terdapat pada pangan nabati kecuali gula dan

beras. Vitamin larut lemak banyak terdapat dalam pangan hewani seperti

ikan, hati, susu, mentega, telur dan keju. Vitamin juga terdapat pada pangan

nabati seperti margarin, wortel, kedele, kopi, sayuran hijau dan teh (Tejasari,

2005).

Vitamin bersama-sama dengan mineral berfungsi sebagai pengatur dan

pemeliharaan fisiologis dan biokimiawi tubuh melalui peran sebagai

koenzim dan kofaktor.

Page 61: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

44

7. Mineral

Mineral adalah unsur kimia yang diperlukan tubuh dan berada dalam

bentuk elektrolit anion atau kation. Mineral dalam bentuk kation terdiri dari

natrium (Na), kalsium (K), kalsium (Ca) dan magnesium (Mg), sebaliknya

mineral dalam bentuk anion klodira (Cl), asam bikarbonat (HCO3), asam

posfat (PO4) dan asam sulfat (SO4) (Almatsier, 2001).

Mineral yang dibutuhkan dalam jumlah besar lebih dari 100 mg

dinamakan makromineral yang terdiri dari kalsium, posfor, sulfur, kalium,

natrium, klor, dan magnesium, sedangkan mineral yang dibutuhkan tubuh

dalam jumlah kecil dinamakan mikromineral yang terdiri dari besi, seng,

tembaga, mangan, flour, selenium, silikon, kromium, jodium, vanadium,

kadmium, timah hitam, mangan, kobalt, bromium dan strontium. Sumber

pangan mineral sangat beragam (Tejasari, 2005).

Kalsium banyak terdapat pada air susu, keju dan jenis kerangan. Fosfor

banyak ditemukan pada makanan kaya protein. Berbagai jenis kacang

menjadi sumber magnesium. Sesayuran, buah-buahan, daging dan susu

menajdi sumber kalium. Untuk natrium dan klor banyak terdapat dalam

bahan makanan olahan dan garam meja serta zat besi banyak terdapat dalam

hati, bayam, kedelai (Tejasari, 2005).

Page 62: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

45

8. Air

Semua pangan mengandung air. Air berasal dari energi zat gizi pangan

selama metabolisme, atom karbon dan atom H bergabung dengan oksigen

menghasilkan CO2 , dan H2O. Air berfungsi sebagai media hampir di semua

reaksi kima dalam tubuh (Tejasari, 2005).

D. Tingkat Konsumsi dan Angka Kecukupan Gizi

Angka kecukupan gizi (AKG) merupakan merupakan nilai yang

menunjukan jumlah zat gizi yang diperlukan tubuh untuk hidup sehat setiap hari

bagi hampir semua populasi menurut kelompok umur, jenis kelamin dan kondisi

fisiologis seperti kehamilan dan menyusui (WNPG, 2004).

AKG berbeda dengan angka kebutuhan gizi. Kebutuhan gizi bergantung

individu masing-masing dan ditentukan oleh banyak faktor antara lain : tingkat

metabolisme basal, tingkat pertumbuhan, aktivitas fisik dan faktor yang bersifat

relatif yaitu gangguan pencernaan, perbedaan daya serap, tingkat penggunaan,

dan perbedaan pengeluaran dan penghancuran dari zat gizi tersebut dalam tubuh

(Supariasa et al., 2002).

AKG orang dewasa merupakan jumlah zat gizi yang diperoleh melalui

konsumsi pangan yang mencukupi kebutuhan tubuh orang dewasa untuk

melakukan kegiatan internal dan eksternal, pemeliharaan tubuh dan

pertumbuhan. Adapun AKG berdasarkan kelompok umur dewasa antara lain :

Page 63: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

46

Tabel 2.5

Angka Keccukupan Gizi (AKG) Kelompok Umur Dewasa Pria Kelompo

k umur

Berat

badan

(kg)

Tinggi

badan

(cm)

Energi

(kkal)

Karbo.

(g)

Lemak

(g)

Protei

n (g)

Vit A

(RE) Vit.

D

(µg

Vit.

E

mg

Vit.

K

(µg)

19-29 56 165 2550 319-383 57-85 60 600 5 15 65

30-49 62 165 2350 294-353 52-78 60 600 5 15 65

50-64 62 165 2250 281-338 50-75 60 600 10 15 65

60 + 62 165 2050 256-308 46-68 60 600 15 15 65

Kelompo

k umur

Vit . C Fe Iodium

(ug)

kalsium

(mg)

B1

(mg) B2

(mg) B3

(mg)

B6

(mg)

B9

(µg) B12

(µg)

19-29 90 13 150 800 1,2 1,3 16 1,3 400 2,4

30-49 90 13 150 800 1,2 1,3 16 1,3 400 2,4

50-64 90 13 150 800 1,2 1,3 16 1,7 400 2,4

60 + 90 13 150 800 1 1,3 16 1,7 400 2,4

Sumber : AKG, 2004

Tabel 2.6

Angka Keccukupan Gizi (AKG) Kelompok Umur Dewasa Wanita Kelompok

umur

Berat

badan

(kg)

Tinggi

badan

(cm)

Energi

(kkal)

Karbo.

(g)

Lemak

(g)

Protein

(g)

Vit A

(RE)

Vit.

D

(µg

Vit.

E

mg

Vit.

K

(µg)

19-29 52 156 1900 238-285 42-63 50 500 5 15 55

30-49 55 156 1800 225-270 40-60 50 500 5 15 55

50-64 55 156 1750 219-263 39-58 50 500 10 15 55

60 + 55 156 1600 200-240 36-53 50 500 15 15 55

Kelompok

umur

Vit . C Fe Iodium

(ug)

kalsium

(mg)

B1

(mg) B2

(mg) B3

(mg)

B6

(mg

)

B9

(µg

)

B12

(µg)

19-29 75 26 150 800 1 1,1 14 1,3 400 2,4

30-49 75 26 150 800 1 1,1 14 1,3 400 2,4

50-64 75 12 150 800 1 1,1 14 1,5 400 2,4

60 + 75 12 150 800 1 1,1 14 1,5 400 2,4

Sumber : AKG, 2004

Angka kecukupan gizi hanya digunakan untuk berbagai keperluan yang

sifatnya menyangkut populasi seperti merencanakan dan menyediakan suplai

pangan untuk penduduk atau kelompok penduduk (Almatsier, 2001). Sehingga

jika akan digunakan untuk penaksiran angka kecukupan individu, untuk energi

dan protein perlu dilakukan koreksi dengan menggunakan berat badan aktual

sehat dengan rumus sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan 1994 dalam

Wardani, 2008) :

Page 64: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

47

AKG koreksi =

x AKG

Penilaian untuk mengetahui tingkat konsumsi zat gizi dilakukan dengan

membandingkan antara konsumsi zat gizi aktual (nyata) dengan kecukupan gizi

yang dianjurkan. Hasil perhitungan kemudian dinyatakan dalam persen. Secara

umum, tingkat konsumsi dirumuskan sebagai berikut (Hardinsyah & Briawan

1994 dalam Wardani, 2008) :

Tingkat konsumsi zat gizi =

x 100%

E. Penilaian Konsumsi Pangan

Penilaian konsumsi pangan bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makan

dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat

kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh

terhadap konsumsi makanan tersebut (Supariasa et al., 2002). Secara garis besar

penilaian konsumsi pangan dibagi menjadi tiga metode yaitu metode kuantitatif,

metode kualitatif dan metode gabungan kualitatif dan kuantitatif (Supariasa et

al., 2002).

Masing-masing metode pengukuran konsumsi mempunyai keunggulan

dan kelemahan, sehingga tidak ada suatu metode yang paling sempurna.

Pemilihan metode yang sesuai ditentukan oleh beberapa faktor antara lain :

tujuan penelitian, jumlah responden yang diteliti, umur dan jenis kelamin

responden, ketersediaan dana dan tenaga, kemampuan tenaga pengumpul data,

pendidikan responden, bahasa yang dipergunakan oleh responden, pertimbangan

logistik pengumpul data (Supariasa et al., 2002).

Page 65: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

48

Berdasarkan hal-hal tersebut, terdapat dua metode yang berkaitan dengan

penelitian ini, antara lain :

1. Metode Food Recall 24 Jam

Prinsip dari metode recall 24 jam adalah melakukan wawancara dan

mencatat jenis dan jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24

jam yang lalu dengan menggunakan alat ukuran rumah tangga (URT) seperti

sendok, piring, gelas, dan lain-lain. Wawancara dilakukan oleh petugas yang

sudah terlatih dengan menggunakan kuesioner terstruktur. (Supariasa et al.,

2002).

Food recall 24 jam dilakukan berulang-ulang minimal 2 kali recall 24

jam tanpa berturut-turut (Sanjur, 1997 dalam Supariasa et al., 2002) untuk

memperoleh data yang representatif untuk menggambarkan kebiasaan

individu. Adapun langkah-langkah pelaksanaan food recall adalah sebagai

berikut :

a. Petugas mencatat semua bahan makanan yang dikonsumsi responden

dalam URT yang kemudian dikonversi ke dalam berat (gram).

b. Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan

Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau program nutrisurvey.

c. Membandingkan hasil dengan AKG (Supariasa et al., 2002).

Metode recall 24 jam sendiri memiliki beberapa kelebihan dan

kekurangan antara lain (Supariasa et al., 2002) :

a. Kelebihan

1) Pelaksanaannya mudah dan tidak terlalu membebani responden.

Page 66: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

49

2) Biaya relatif murah dan cepat

3) Memberikan gambaran nyata intake zat gizi sehari.

b. Kekurangan :

1) Tidak dapat menggambarkan asupan sehari-hari bila dilakukan recall

satu hari dan ketepatannya tergantung pada daya ingat responden.

2) Kadang terjadi The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi

responden yang kurus untuk melaporkan lebih banyak (overestimate)

dan bagi responden yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit

(underestimate).

3) Membutuhkan tenaga atau petugas yang terampil dan terlatih dalam

menggunakan alat bantu URT.

4) Untuk mendapatkan gambaran konsumsi sehari-hari jangan

dilakukan pada saat panen, hari pasar, hari pekan, dll.

2. Metode Food Frequency Questionaire (FFQ)

Metode frekuensi makanan (FFQ) adalah salah satu metode survei

konsumsi yang dilakukan untuk memperoleh data tentang frekuensi

konsumsi sejumlah bahan makanan jadi selama periode tertentu seperti hari,

minggu, bulan, tahun (Supariasa et al., 2002). FFQ cocok digunakan dalam

penelitian epidemiologi gizi karena mampu memperoleh gambaran pola

konsumsi bahan makanan dan membedakan individu berdasarkan rangking

zat gizi (Siagian, 2010).

Untuk melihat sejauh mana FFQ mengukur asupan makanan yang

sebenarnya, evaluasi terhadap kuesioner perlu dilakukan. Beberapa

Page 67: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

50

pendekatan untuk mengevaluasi kuesioner frekuensi makanan antara lain

dengan perbandingan rata-rata, proporsi asupan pangan total,

reproduksibilitas, validitas, perbandingan dengan indikator biokimia,

prediksi respons fisiologis, kemampuan untuk memprediksi penyakit (Willet,

1980 dalam Siagian, 2010).

Adapun Langkah-langkah metode FFQ (Supariasa et al., 2002) antara

lain:

a. Responden memberi tanda pada daftar makanan yang tersedia pada

kuesioner mengenai frekuensi penggunaannya.

b. Petugas melakukan rekapitulasi tentang frekuensi penggunaan jenis-

jenis bahan makanan sumber-sumber zat gizi selama periode tertentu.

Metode FFQ sendiri memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan

sebagai berikut (Supariasa et al., 2002):

a. Kelebihan

1) Relatif murah, sederhana dan dapat dilakukan sendiri oleh

responden

2) Membantu menjelaskan hubungan antara penyakit dan pola makan.

b. Kekurangan

1) Tidak dapat untuk menghitung intake zat gizi sehari

2) Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data

3) Cukup menjemukan bagi pewawancara

4) Perlu membuat percobaan pendahuluan untuk menentukan jenis

bahan makanan yang akan masuk dalam daftar kuesioner.

Page 68: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

51

F. Pengukuran Aktivitas Fisik Metode International Physical Activity

Questionnaire (IPAQ)

International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) merupakan

kuesioner internasional yang dirancang untuk mengukur aktifitas fisik pada

orang dewasa pada 7 hari sebelumnya. Jenis aktifitas fisik lebih spesifiknya

terbagi menjadi aktifitas berjalan, aktifitas sedang, dan aktifitas berat (IPAQ,

2005).

Aktifitas sedang adalah aktifitas yang menggunakan tenaga fisik sedang

sehingga membuat bernafas agak lebih kuat daripada biasanya serta dilakukan

minimal 10 menit. Aktifitas fisik berat adalah aktifitas yang menggunakan tenaga

fisik kuat sehingga nafas jauh lebih cepat dari biasanya dan dilakukan minimal

10 menit. Menurut WHO (2013) beberapa jenis aktifitas sedang dan berat adalah

sebagai berikut :

Tabel 2.7

Jenis Aktifitas Fisik Sedang dan Berat

No Aktifitas Fisik Sedang Aktifitas Fisik Berat

1 Berjalan cepat Berlari

2 Menari Mendaki bukit

3 Berkebun Bersepeda cepat

4 Melakukan pekerjaan rumah

tangga (menyapu, mengepel)

Aerobik

5 Berburu Berenang cepat

6 Bermain dengan anak-anak Bertanding olahraga (sepak bola,

voli, basket)

7 Badminton Menyekop atau menggali parit

8 Membawa / memindahkan

barang (<20 kg)

Membawa / memindahkan beban

(> 20 kg)

Sumber : WHO, 2013

Page 69: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

52

Skor total nilai aktifitas fisik dilihat dalam MET-menit/minggu

berdasarkan penjumlahan dari aktifitas berjalan, aktifitas sedang, dan aktifitas

berat dalam durasi (menit) dan frekuensi (hari). MET merupakan hasil dari

perkalian dari Basal Metabolisme Rate dan MET-menit merupakan hasil dari

dihitung dengan mengalikan skor MET dengan kegiatan yang dilakukan dalam

menit. Nilai MET untuk berjalan adalah 3.3, aktifitas sedang adalah 4.0, dan

aktifitas berat adalah 8.0. Berikut merupakan cara perhitungan aktifitas fisik

menurut IPAQ (2005) :

Total MET-menit/minggu = aktifitas berjalan (METs x durasi x frekuensi)

+aktifitas sedang (METs x durasi x frekuensi)

+ aktifitas berat (METs x durasi x frekuensi).

Klasifikasi aktifitas fisik menurut IPAQ (2005) dibagi kedalam kategori

tinggi, sedang dan rendah. Berikut penjelasan masing-masing kategori :

1. Kategori aktivitas fisik tinggi didapatkan ketika intensitas aktivitas berat

minimal 3 hari sehingga mencapai minimal 1500 MET-menit/minggu, atau

aktivitas fisik lain gabungan berjalan, aktifitas intensitas sedang atau tinggi ≥

7 hari sehingga mencapai minimal 3000 MET-menit/minggu.

2. Kategori aktifitas fisik sedang didapatkan ketika intensitas aktivitas berat

min. 20 menit/hari selama ≥ 3 hari, atau intensitas aktivitas sedang atau

berjalan min. 30 menit/hari selama ≥ 5 hari, atau gabungan dari aktivitas

berjalan, aktivitas sedang atau tinggi selama ≥ 5 hari, sehingga mencapai

minimal 600 MET-menit/minggu.

Page 70: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

53

3. Kategori aktivitas fisik rendah ketika tidak mencapai kategori sedang dan

tinggi.

G. Kerangka Teori

Skema 2.1

Kerangka Teori Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Metabolic Syndrome

Sumber : Christopher et al., 2005

Hiperglikemik

dan

Dislipidemia

Pola makan/Diet

Etnis

Riwayat genetik

Menopause, dan

faktor endokrin,

status kehamilan

Metabolic

Syndrome

Obesitas

Abdominal

dan

Resistensi

Insulin

Aktifitas Fisik

Usia dan Jenis

Kelamin

Page 71: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

54

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DIFINISI OPERASIONAL

B. Kerangka konsep

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan dengan

metababolic syndrome dan gambaran aktivitas fisik Anggota Klub Senam

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian

ini hanya berfokus pada fakor risiko pola makan dan aktivitas fisik yang

merupakan faktor risiko yang dapat diubah dan berpengaruh langsung terhadap

metabolic syndrome. Berdasarkan kerangka teori, selain pola makan dan aktivitas

fisik, metabolic syndrome juga dipengaruhi dan umur, jenis kelamin, faktor

genetik, etnis, menopause dan faktor endokrin.

Pola makan berlebih, khususnya asupan gizi makro berlebih dan

inaktivitas fisik berpengaruh terhadap munculnya metabolic syndrome.

Keduanya menyebabkan kelebihan zat gizi yang akan diubah dalam bentuk

lemak dan disimpan dalam jaringan lemak, khususnya lemak viskeral, sehingga

berdampak pada obesitas abdominal dan resistensi insulin.

Pada penelitian ini, aktivitas fisik dan asupan karbohidrat tidak dianalisis

hubungannya terhadap metabolic syndrome, karena aktivitas fisik dan asupan

karbohidrat pada populasi sasaran, datanya homogen, yaitu tidak ditemukan

aktivitas fisik dan asupan makanan berisiko. Meskipun demikian, pada penelitian

ini dijelaskan gambaran aktivitas fisik dan asupan karbohidrat responden.

Selain pola makan dan aktivitas fisik itu merupakan faktor risiko yang

dapat diubah, faktor-faktor risiko lainnya berpengaruh terhadap metabolic

Page 72: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

55

syndrome ketika berinteraksi dengan pola makan dan aktivitas fisik. Faktor-

faktor risiko tersebut antara lain:

1. Umur : Kebutuhan gizi dan aktivitas fisik masing-masing kelompok umur

berbeda-beda, seusai keadaan fisiologis tubuh. Apabila seseorang tidak

menyesuaikan pola makan dan tingkat aktivitas fisik dengan kelompok

umurnya, maka akan terjadi ketidak seimbangan energi.

2. Jenis Kelamin : Kebutuhan gizi dan aktivitas fisik antara pria dan wanita

berbeda-beda, menyesuaikan aktivitas fisiologis dan sistem hormon. Apabila

seseorang tidak menyesuaikan pola makan dan aktivitas fisik dengan jenis

kelaminnya, maka akan terjadi ketidakseimbangan energi.

3. Faktor Genetik : Beberapa kasus kejadian resistensi insulin, dislipidemia,

obesitas dan hipertensi dipengaruhi oleh faktor genetik, berupa kelainan

genetik jenis kelainan multifaktorial. Kelainan jenis ini tidak hanya

melibatkan gen, tetapi juga interakasi antara gen dan lingkungan.

Lingkungan yang dimaksuda berupa pola makan dan aktivitas fisik.

4. Status menopause : Seseorang yang menopause mengalami

ketidakseimbangan hormon, yang menyebabkan perubahan fisik, seperti

distribusi lemak, yang terkonsentrasi pada bagian pinggang dan perut. Hal

inilah yang menyebabkan obesitas abdominal. Meskipun demikian, dengan

menyesuaikan pola makan dan aktivitas fisik dengan kebutuhan umur

menopause, maka kejadian tersebut dapat dicegah.

5. Faktor endokrin : ganguan endokrin, khususnya hiperandrogenemia dan

sindrom ovarium polisistik, mempengaruhi kejadian metabolic syndrome,

Page 73: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

56

karena gangguan tersebut berpengaruh terhadap resistensi insulin dan

obesitas, sedangkan resistensi insulin dan obesitas dapat dipengaruhi oleh

pola makan dan aktivitas fisik.

6. Etnis : Etnis dalam penelitian ini tidak diukur, karena tidak ada perebedaan

etnis pada responden.

Dengan demikian faktor pola makan dalam hal ini berdasarkan asupan

kalori, karbohidrat, lemak dan protein serta faktor aktivitas fisik menjadi variabel

independen dan metabolic syndrome sebagai variabel dependen.

Skema 3.1

Kerangka Konsep Hubungan Pola Makan dengan Metabolic Syndrome.

Variabel Independen Variabel Dependen

Metabolic

Syndrome

Asupan kalori

Asupan Karbohidrat

Asupan Protein

Asupan Lemak

Page 74: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

57

C. Definisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasional Hubungan Pola Makan dan Aktivitas Fisik Terhadap Metabolic Syndrome

Variablel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Metabolic

Syndrome

Apabila seseorang memenuhi min. 3

kriteria berisiko diantara 5 kriteria yang

diukur:

1. Obesitas abdominal : LP ≥ 90 cm

(laki-laki), ≥ 80 cm (wanita).

2. Kadar gula darah puasa (GDP) : GDP

≥ 100 mg/dL (5,6 mmol/L) atau

sedang pengobatan hiperglikemik.

3. Tekanan darah (TD) sistolik ≥ 130

mmHg atau Diastolik ≥ 85 mmHg

atau sedang pengobatan hipertensi.

4. Kadar triglisrida :

≥ 150 mg/dL (1.7 mmol/L) atau

sedang pengobatan khusus lipid

abnormal.

5. Kadar HDL kolesterol :

< 40 mg/dL atau 1.03 mmol/L (Laki-

laki), < 50 mg/dL atau 1.29 mmol/L

(wanita) Atau sedang pengobatan

khusus lipid abnormal,

a. Obesitas

abdominal :

pita meter.

b. Tekananan

darah :

stetoskop dan

spygnomano-

meter.

c. Kadar Gula

Darah Puasa,

kadar

trigliserida, dan

kadar kolestrol

HDL : Alat tes

sampel darah

metode

spectrometer.

a. Obesitas

abdominal :

antropometri

lingkar perut

b. Tekanan

darah:

mengukur

tekanan darah

nadi lengan.

c. Kadar

trigliserida,

HDL

kolesterol, dan

GDP : metode

sprektometer

1. Metabolic Syndrome : Memenuhi min. 3 kriteria

berisiko.

2. Non Metabolic Syndrome

Tidak memenuhi minimal 3

kriteria berisiko.

(Alberti et al., 2009).

Ordinal

Variablel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Asupan

kalori

Rata – rata asupan energi selama 2 hari. lembar :

Food Recall 2x

24 jam &

Food Frequency

Questinare (FFQ)

Wawancara 1. Berisiko,

Melebihi AKG

berdasarkan umur.

2. Tidak berisiko

Sesuai dengan AKG

berdasarkan umur.

(WNPG VIII, 2004)

Ordinal

Page 75: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

58

Asupan

Karbohid-

rat

Rata-rata asupan karbohidrat selama 2

hari.

lembar :

Food Recall 2x

24 jam

Food Frequency

Questinare (FFQ)

Wawancara 1. Berisiko > 65 % dari energi total

/hari.

2. Tidak berisiko < 65 % dari energi total

/hari. (WNPG VIII, 2004)

Ordinal

Variablel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Asupan

Protein

Rata-rata asupan protein selama 2 hari. lembar Food

Recall 2x 24 jam

dan lembar Food

Frequency

Questinare (FFQ)

Wawancara 1. Berisiko

> 20% dari total

energi/hari

2. Tidak berisiko

< 20%dari total energi/

hari. (WNPG VIII, 2004)

Ordinal

Asupan

lemak total

Rata-rata asupan lemak selama 2 hari. lembar Food

Recall 2x 24 jam

dan lembar Food

Frequency

Questinare (FFQ)

Wawancara 1. Berisiko

> 30 % dari total

energi/hari

2. Tidak berisiko

< 30 % dari total energi

/hari (WNPG VIII, 2004)

Ordinal

Variablel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

Aktivitas

Fisik

Perhitungan total MET menit /minggu,

rumus :

= aktifitas berjalan + aktifitas sedang +

aktifitas berat .

Kuesioner IPAQ Wawancara 1. Berisiko

Aktifitas fisik rendah

2. Tidak berisiko,

Aktivitas fisik tinggi

/sedang (Adam et al.,

2012)

Ordinal

Page 76: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

59

C. Hipotesis Penelitian

1. Terdapat hubungan antara asupan kalori dengan kejadian metabolic

syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif

Hidayatullah tahun 2013.

2. Terdapat hubungan antara asupan lemak dengan kejadian metabolic

syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif

Hidayatullah tahun 2013.

3. Terdapat hubungan antara asupan protein dengan kejadian metabolic

syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif

Hidayatullah tahun 2013.

Page 77: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

60

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian epidemiologi analitik

observasional, yaitu jenis penelitian yang menilai hubungan antara dua variabel

kategorik yang diamati tanpa ada perlakuan (Siagian, 2010).

Desain Penelitian yang digunakan adalah cross-sectional study, yaitu

desain penelitian epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi, maupun

hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status

paparan penyakit atau karakteristik kesehatan lainnya secara serentak pada

individu-individu dari suatu populasi pada saat yang bersamaan (Murti, 2003

dalam Siagian, 2010).

Skema 4.1 Desain Penelitian Cross-Sectional Study

Sumber : (Siagian, 2010)

Efek (-)

(D)

Efek (+)

(D)

Efek (+)

(D)

Efek (-)

(D)

Faktor risiko (+) Faktor risiko (-)

Populasi/ Sampel

Page 78: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

61

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kampus II UIN Syarif Hidayatullah, yang

beralamat di Jalan Kertamukti Kelurahan Pisangan Kecamatan Ciputat Kota

Tangerang Selatan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-April 2012.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah Anggota Klub Senam Jantung Sehat

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah yang aktif, yaitu berjumlah 60 orang.

Anggota aktif tersebut terdiri dari karyawan UIN Syarif Hidayatullah dan

masyarakat umum.

2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah Anggota Klub Senam Jantung Sehat

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah yang terpilih menjadi sampel. Sampel

diambil dengan menggunakan simple random sampling, yang berarti setiap

anggota atau unit populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih

sebagai sampel (Notoatmodjo , 2010).

Adapun besar sampel didapat dengan menggunakan rumus uji hipotesis

estimasi beda 2 proporsi/ analitis kategorik tidak berpasangan. Berikut rumus

estimasi beda 2 proporsi :

n = ( √ √

)

Sumber : Dahlan, MS, 2010

Page 79: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

62

Keterangan :

= Deviat baku alfa,

= Deviat baku beta,

P1 = Proporsi kasus terpajan

P2 = Proporsi kasus tidak terpajan

P = Proporsi total = (P1 + P2)/2

Penelitian terdahulu mengenai hubungan pola makan dan aktivitas fisik

terhadap metabolic syndrome diperoleh nilai P1 dan P2 ssebagai berikut :

Tabel 4.1

P1 dan P2 Hubungan Pola Makan terhadap Metabolic Syndrome No Pola makan P1 P2 Sumber

1 Energi 83,9 % 16,1 % Sudyatami, 2005

Total Karbohidrat 80,6 % 19,4 %

Karbohidrat komplek 80,6 % 19,4 %

Karbohidrat sederhana 80,6 % 19,4 %

Total protein 88,7 % 11,3 %

Protein hewani 93,5 % 6,5 %

Protein nabati 0 % 100 %

Lemak 93, 6 % 6,5 %

2 Pola makan asam lemak

trans

45,16 % 54,84 % Hendrayati, 2010

3 Pola Makan 94,7 % 48,7 % Anshar, 2011

Tabel 4.2

P1 dan P2 Hubungan Aktivitas Fisik terhadap Metabolic Syndrome No Aktivitas Fisik P1 P2 Sumber

1 Aktivitas fisik 19,2 % 42,4 % Sudijanto Kamso

2 Aktivitas fisik 62,5 % 79,9 % Anshar, 2011

P1 dan P2 yang memiliki angka yang paling besar adalah P1 = 94,7 %

dan P2 = 47 % dan dengan Confidence Interval (CI) 95 % atau alfa 5 % dan

kekuatan penelitan (1-β) 80 %, maka perhitungan besar sampel sebagai

berikut :

n = ( √ √

)

n = 14

Page 80: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

63

Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh besar sampel minimal 14

orang, namun karena hasil observasi pada saat pelaksanaan senam dan

wawancara terhadap pengurus klub senam yang menyebutkan terdapat 40

orang yang mengikuti pelakasanan senam rutin 3 kali dalam seminggu dari

jumlah total 60 orang, maka peneliti memutuskan untuk memperbesar sampel

menjadi 40 orang.

D. Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

Data dalam penelitian ini berupa data primer. Data tersebut dikumpulkan

dengan cara dan menggunakan instrument sebagai berikut:

1. Metabolic syndrome, dikumpulkan dengan metode pengukuran yang terdiri

dari :

a. Data lingkar perut, diperoleh dengan mengukur lingkar perut sampel

menggunakan pita meter. Adapun prosedur pemeriksaan lingkar perut

sebagai berikut :

1) Ditetapkan titik batas tepi tulang rusuk paling bawah.

2) Ditetapkan titk ujung lengkung tulang pangkal panggul.

3) Ditetapkan titik tengah antara titik tulang rusuk terakhir, titik ujung

lengkung tulang pangkal panggul dan ditandai titik tengah tersebut

dengan alat tulis.

4) Responden berdiri tegak dan bernafas normal.

5) Ditarik pita meter mulai dari titik tengah, kemudian secara sejajar

hizontal melingkari pinggang dan perut kembali menuju titik tengah

diawal pengukuran mendekati 0,1 cm.

Page 81: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

64

6) Bila responden mempunyai perut gendut ke bawah, pita meter

dilingkarkan mulai dari bagian yang paling buncit berakhir sampai

pada titik tengah tersebut (Depkes RI, 2007).

b. Data tekanan darah, diperoleh dengan mengukur tekanan darah sampel

menggunakan alat stetoskop dan spygmomanometer. Berikut prosedur

pengukuran tekanan darah :

1) Responden duduk beristirahat setidaknya 5-15 menit sebelum

pengukuran. Pegukuran dilakukan sebelum responden senam dan

makan.

2) Manset dipasang pada lengan atas. Posisi lengan tidak tegang dengan

telapak tangan terbuka ke atas. Ujung bawah mancet terletak kira-

kira 1–2 cm di atas siku. Posisi pipa mancet terletak sejajar dengan

lengan atas responden.

3) Pengukuran dilakukan pada posisi duduk meletakkan lengan kanan

responden di atas meja sehinga mancet yang sudah terpasang sejajar

dengan jantung responden.

4) Mamometer dipompa sampai tekanan sekitar 180-200 mmHg.

5) Tekanan diturunkan secara perlahan-lahan.

6) Sambil tekanan diturunkan, didengarkan suara degup dengan

stetoskop pada arteri brakhialis di fossa cubiti.

7) Degup pertama yang terdengar adalah tekanan sistolik dan degup

yang terakhir terdengar adalah tekanan diastolik (Depkes RI, 2007).

Page 82: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

65

2. Data kadar gula darah puasa, diperoleh dengan mengukur kadar gula

darah puasa responden menggunakan alat glucometer. Bahan dan alat

yang diperlukan antara lain: lanset, lancing device, alcohol swab, strip

gula darah dan glucometer. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut

(Nesco Multicheck, 2009):

1) Lanset dipasang pada lancing device

2) Responden diambil darahnya pada ujung jari dengan cara ditusuk

menggunakan lancing device. Sebelumnya ujung jari responden

disuap dengan alcohol swab.

3) Dinyalakan alat terlebih dahulu.

4) Dimasukkan kartu kode (code card) pada tempat memasukkan kode

kartu (code card port).

5) Dimasukkan strip glukosa pada tempat strip glukosa pada gluco

meter (test strip holder).

6) Diteteskan darah pada pada zona reaksi (berbentuk celah). Celah strip

secara otomatis akan menyerap tetes darah kedalam tempat reaksi

dan alat akan mulai bekerja.

7) Ditunggu beberapa detik maka hasil akan keluar.

8) Diambil strip kemudian dibuang.

c. Data kadar kolesterol HDL, diperoleh dengan menggunakan uji

spektrofotometri. Adapun bahan dan alat yang diperlukan antara lain :

Serum, tabung reaksi dan rak, mikro pipet (10 µl, 50 µl, 200 µl),

Page 83: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

66

dispenser 1,0 ml, centrifuge, penanggas 37o C dan Colorimeter dengan

gelombang 492 – 546 nm. Prosedur pemeriksaan sebagai berikut :

1) Pengambilan darah responden: Responden yang telah berpuasa

selama 8-10 jam diambil darahnya sebanyak 3 ml.

2) Pembuatan larutan pengendap : dilarutkan 1 botol reagen dengan 1

botol pelarut.

3) Penambilan serum : sampel darah dimasukkan ke tabung reaksi, lalu

disentrifuge selama 10 menit.

4) Pembuatan supernatan : serum dan larutan pengendap dicampur

sampai rata dan dibiarkan pada suhu kamar 5-20 menit, kemudian

disentrifuge pada 3000 rpm selama 10 menit. Terakhir, supernatan

yang jernih dipisahkan dari campuran.

5) Dilakukan pemeriksaan darah dengan prosedur :

Tabel 4.3

Prosedur Pemeriksaan Kadar Kolesterol HDL dalam Darah Ke dalam

tabung

Blanko Standard Kolesterol

total

Kolesterol

HDL

Supernatan - - - 50 µl

Serum - - 10 µl -

Standard - 10 µl - -

Reagen warna 1.0 ml 1.0 ml 1,0 ml 1,0 ml

6) Dicampur sampai merata dan diinkubasi selama 20 menit pada suhu

kamar.

7) Dibaca absorbance test dan standard terhadap blanko pada

gelombang 492 - 546 nm.

8) Dikalkulasikan dengan rumus :

Page 84: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

67

d. Data kadar triglisserida, diukur menggunakan uji spektrofotometri.

Bahan dan alat yang diperlukan antara lain : serum, tabung reaksi dan

rak, dispenser 1,0 ml, mikropipet 0,01 (10 µl), colorimeter dengan

gelombang 500 nm (520-546). Langkah-langkah pengukuran :

1) Dilarutkan dan dicampur 1 botol enzim dengan pelarut.

2) Dilakukan pemeriksaan darah dengan prosedur :

Tabel 4.4

Prosedur Pemeriksaan Kadar Trigliserida dalam Darah Ke dalam

tabung

Blanko Standard Test

Serum - - 10 µl

Standard - 10 µl -

Reag. warna 1.0 ml 1.0 ml 1,0 ml

3) Dicampur sampai rata dan dibiarkan pada suhu kamar selama 20

menit.

4) Dibaca absorbance test dan standard terhadap blanko pada

gelombang 500 nm (520-560).

e. Data pola makan, dikumpulkan dengan metode wawancara

menggunakan kuesioner food recall 2 x 24 jam untuk asupan makan dan

menggunakan kuesioner Food Frequency Questioner (FFQ) untuk

frekuensi makan. Berikut langkah-langkah wawancara asupan makan :

1) Peneliti mencatat semua bahan yang dikonsumsi Responden dalam

URT menggunakan food recall 24 jam pada wawancara hari pertama

dan begitu juga untuk wawancara hari ke dua.

Page 85: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

68

2) Semua bahan makanan yang dikonsumsi responden kemudian

dikonversi ke dalam berat (gram).

3) Bahan makanan dianalisis ke dalam zat gizi dengan menggunakan

DKBM dan program nutrisurvey.

4) Hasil dibandingkan dengan AKG (Supariasa et al., 2002).

Kemudian langkah-langkah wawancara frekuensi makan:

1) Item-tem pokok makanan hasil food recall pertama dimasukkan ke

dalam kuesioner FFQ, disamping item makanan sumber utama zat

gizi lainnnya.

2) Daftar makanan yang tersedia pada kuesioner, diberi tanda oleh

responden terkait frekuensi penggunaannya.

3) Frekuensi penggunaan jenis-jenis bahan makanan direkapitulasi oleh

peneliti dan dibandingkan dengan hasil food recall.

3. Data aktivitas fisik, dikumpulkan dengan metode wawancara terkait

aktivitas fisik yang dilakukan responden dalam seminggu terakhir.

Wawancara menggunakan kuesioner IPAQ (2005).

Page 86: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

69

E. Pengolahan Data

Pengolahan data akan dilakukan setelah keseluruhan data dikumpulkan.

Pengolahan data akan dilakukan secara bertahap antara lain:

1. Penyuntingan data (Editing)

Penyuntingan data berarti melakukan pengecekan terhadap data yang

telah dikumpulkan baik dari hasil pengukuran maupun wawancara.

Penyuntingan data bertujuan untuk menjaga kelengkapan dan kesinambungan

data.

2. Pemberian kode (Coding)

Seleteh data disunting, data akan diberi kode. Pemberian kode bertujuan

untuk memudahkan proses pengolahan data, terutama untuk proses entry

data.

3. Pemasukan data (Entry)

Pada tahap ini, data akan di-entry menggunakan program SPSS 16 .

Terdapat pengecualian untuk data frekuensi makan dan asupan makan,

dimana data frekuensi makan terlebih dahulu akan di-entry menggunakan

microsoft excel, sedangkan data asupan makan terlebih dahulu di-entry

menggunakan nutrisurvey. Setelah itu keduanya di-entry ke program SPSS.

4. Pembersihan data (Cleaning)

Pembersihan data dilakukan untuk melihat kembali kemungkinan-

kemungkinan terjadinya kesalahan-kesalahan. Adapun cara pembersihan

yang akan digunakan adalah dengan mengetahui data missing, mengetahui

variasi data atau dengan mengetahui konsistensi data.

Page 87: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

70

F. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap

variabel penelitian. Pada penelitian ini, analisis univariat digunakan untuk

mendeskripsikan variabel metabolic syndrome, pola makan yang terdiri dari

asupan kalori, asupan karbohidrat, asupan lemak dan asupan protein serta

aktivitas fisik Anggota Klub Senam Kampus II UIN Syarif Hidayatullah.

Hasil yang diperoleh dari uji univariat, masing-masing variabel ditampilkan

dalam bentuk distribusi frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk menguji hipotesis hubungan masing-

masing variabel independen dengan variabel dependen, yang terdiri dari

menguji asupan kalori dengan metabolic syndrome, asupan protein dengan

metabolic syndrome dan asupan lemak dengan metabolic syndrome. Karena

antara masing-masing variabel independen dengan variabel dependennya

bersifat kategorik, maka uji yang digunakan adalah uji chi square. Uji chi

square dalam penelitian ini menggunakan derajat kepercayaan (CI) 95 %.

Jika p value ≤ 0,05, maka hipotesis penelitian diterima atau ada hubungan

antara variabel independen dengan variabel dependen. Sebaliknya, jika p

value ≥ 0,05, maka hipotesis penelitian ditolak atau ada hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen.

Page 88: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

71

BAB V

HASIL

A. Gambaran Umum Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif

Hidayatullah

Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

merupakan Klub Senam yang berada di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah

yang beranggotakan karyawan dan masyarakat sekitar kampus UIN. Kegiatan

senam dilakukan 3 kali dalam seminggu, yaitu hari Rabu, Jum’at dan Minggu di

halaman Kampus II UIN Syarif Hidayatullah depan Gedung Pasca Sarjana UIN

Syarif Hidayatullah, tepatnya berlokasi di Jl. Kertamukti No. 5 Kel. Pisangan

Barat, Kec. Ciputat Kota Tangerang Selatan.

Anggota aktif Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif

Hidayatullah berjumlah 60 orang, meskipun Jumlah tersebut bertambah banyak

pada pelaksanan senam di hari minggu, karena kegiatan senam pada hari itu tidak

hanya diikuti oleh anggota klub senam tetapi juga oleh masyarakat dan

mahasiswa sekitar kampus. Adapun untuk penelitian ini, Responden/sampel yang

berpartisipasi sebanyak 40 orang. Berikut distribusi responden berdasarkan umur

dan jenis kelamin :

Page 89: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

72

Tabel 5.1

Distribusi Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif

Hidayatullah Tahun 2013Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

n % n % n %

30-64 tahun 3 9,1 % 30 90,9 % 33 100 %

≥ 65 tahun 3 42,9 % 4 57,1 % 7 100 %

Jumlah 6 15 % 34 85 % 40 100 %

Berdasarkan tabel 5.1, diperoleh informasi bahwa sebagian besar (85%)

Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah adalah

perempuan, dengan kelompok umur terbanyak, yaitu 30-64 tahun (90,9 %).

B. Hasil Analisis Univariat

1. Gambaran Lingkar Perut Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus

II UIN Syarif Hidayatullah

Lingkar perut diukur menggunakan pita meter. dengan cara melingkarkan

pita meter pada bagian tengah perut antara tulang pinggul dengan tulang

rusuk yang paling bawah kemudian diukur. Hasil yang didapatkan dicatat dan

dibandingkan dengan standar metabolic syndrome. Berikut gambaran lingkar

perut responden :

Tabel 5.2

Distribusi Lingkar Perut Anggota Klub Senam Jantung Sehat

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013

Kelompok Umur Frekuensi (n) Persentase (%)

Berisiko 35 87,5 %

Tidak berisiko 5 12,5 %

Jumlah 40 100 %

Page 90: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

73

Berdasarkan tabel 5.2, dapat diketahui bahwa sebagian besar (87,5%)

Anggota Klub Senam Kampus II UIN Syarif Hidayatullah mengalami

obesitas abdominal.

2. Gambaran Tekanan Darah Anggota Klub Senam Jantung Sehat

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

Tekanan darah responden diukur menggunakan alat spygnomanometer

dan stetoskop dengan cara mengukur tekanan darah arteri brakhialis di fossa

cubiti. Data hasil pengukuran, dibandingkan dengan data hasil wawancara

responden terkait konsumsi obat hipertensi atau penurun tekanan darah,

untuk melihat pengaruh obat terhadap hasil pengukuran. Berikut gambaran

tekanan darah responden :

Tabel 5.3

Distribusi Tekanan Darah Anggota Klub Senam Jantung Sehat

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013

Tekanan Darah Frekuensi (n) Persentase (%)

Berisiko 18 45 %

Tidak berisiko 22 55 %

Jumlah 40 100 %

Berdasarkan tabel 5.3, diperoleh informasi bahwa 45 % Anggota Klub

Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah memiliki tekanan

darah berisiko.

Page 91: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

74

3. Gambaran Kadar Gula Darah Puasa Anggota Klub Senam Jantung

Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

Kadar gula darah puasa diukur dengan menggunakan test kit gula darah

yang mana sebelum pengukuran dilakukan, responden terlebih dahulu

berpuasa selama 8-10 jam. Data yang didapat dari hasil pengukuran,

dibandingkan dengan data hasil wawancara terkait konsumsi obat

hiperglikemik atau penurun kadar gula darah, untuk melihat pengaruh obat

terhadap hasil pengukuran. Berikut gambaran kadar gula darah puasa

responden :

Tabel 5.4

Distribusi Kadar Gula Darah Puasa Anggota Klub Senam Jantung Sehat

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013

Kadar Gula Darah Frekuensi (n) Persentase (%)

Berisiko 23 57,5 %

Tidak berisiko 17 42,5 %

Jumlah 40 100 %

Berdasarkan tabel 5.4, diperoleh informasi bahwa sebagian besar (57,5

%) Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

memiliki kadar gula darah puasa berisiko.

4. Gambaran Kadar Trigliserida Anggota Klub Senam Jantung Sehat

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

Kadar trigliserida responden diukur dengan metode uji spektrofotometri

di laboratorium. Uji spektrofotometri dilakukan dengan cara mengukur kadar

trigliserida pada serum darah dengan menggunakan alat sprektofotometer.

Sampel darah responden diambil sebanyak 3 mL secara intravena. Sebelum

Page 92: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

75

pengambilan sampel darah, responden terlebih dahulu berpuasa selama 8-10

jam.

Data hasil pengukuran, dibandingkan dengan data hasil wawancara

terkait konsumsi obat dyslipidemia, untuk melihat pengaruh obat terhadap

hasil pengukuran. Berikut gambaran kadar gula darah puasa responden :

Tabel 5.5

Distribusi Kadar Trigliserida Anggota Klub Senam Jantung Sehat

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013

Kadar Trigliserida Frekuensi (n) Persentase (%)

Berisiko 9 22,5 %

Tidak berisiko 31 77,5 %

Jumlah 40 100 %

Berdasarkan tabel 5.5, diperoleh informasi bahwa sebagian kecil (22,5 %)

Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

memiliki kadar trigliserida berisiko.

5. Gambaran Kadar Kolesterol HDL Anggota Klub Senam Jantung Sehat

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

Sama halnya dengan kadar trigliserida, kadar Kolesterol HDL responden

juga diukur dengan metode uji spektrofotometri dengan mengunakan alat

spektrofotmeter. Data yang didapat dari hasil pengukuran, dibandingkan

dengan data hasil wawancara terkait konsumsi obat dislipidemia untuk

melihat pengaruh obat terhadap hasil pengukuran. Berikut gambaran kadar

kolesterol responden :

Page 93: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

76

Tabel 5.6

Distribusi Kadar Kolesterol HDL Anggota Klub Senam Jantung Sehat

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013

Kadar Kolesterol HDL Frekuensi

(n)

Persentase

(%)

Berisiko 13 32,5 %

Tidak berisiko 27 67,5 %

Jumlah 40 100 %

Berdasarkan tabel 5.6, didapatkan informasi bahwa sebagian kecil (32,5

%) Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

memiliki kadar HDL berisiko.

6. Gambaran Kejadian Metabolic Syndrome Anggota Klub Senam Jantung

Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

Seseorang dikategorikan penderita metabolic syndrome ketika hasil

pengukuran didapatkan minimal 3 kriteria positif berisiko diantara 5 kriteria

yang diukur. Berikut gambaran kejadian metabolic syndrome responden :

Tabel 5.7

Distribusi Kejadian Metabolic syndrome Anggota Klub Senam Jantung

Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013

Kasus Frekuensi (n) Persentase (%)

Metabolic syndrome 21 52,5 %

Non metabolic

syndrome

19 47,5 %

Jumlah 40 100 %

Berdasarkan tabel 5.7 diperoleh informasi bahwa sebagian besar (atau

52,5 %) Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif

Hidayatullah menderita metabolic syndrome. Selanjutnya, bila masing

Page 94: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

77

komponen metabolic syndrome yaitu lingkar perut (LP), gula darah puasa

(GDP), trigliserida (TG) , HDL dan tekanan darah (TD) dikelompokkan guna

mengetahui kriteria mana yang paling dominan pada kejadian metabolic

syndrome, maka didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 5.8

Pengelompokan Komponen Metabolic Syndrome yang Dominan pada

Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II

UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013

Komponen LP,

GDP

TD

LP,

GDP

HDL

LP,

GDP

TG

LP,

HDL

TG

LP

TD

TG

HDL

GDP

TD

LP

HDL

TD

GDP

TG

TD

GDP

TG

HDL

Jumlah 10 8 3 1 4 4 6 1 1

Berdasarkan tabel 5.8, dapat diketahui bahwa kelompok komponen

metabolic syndrome yang dominan ditemukan adalah kelompok lingkar

perut, gula darah puasa dan tekanan darah. Hal ini berarti, sebagian besar

responden mengalami metabolic syndrome kareana adanya lingkar perut,

gula darah puasa dan tekanan darah berisiko.

7. Gambaran Aktivitas Fisik Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus

II UIN Syarif Hidayatullah

Aktifitas fisik responden dalam seminggu diukur dengan menggunakan

rumus total MET-menit minggu yaitu dengan menjumlahkan aktifitas

berjalan dengan aktifitas sedang dan aktifitas berat. Kemudian hasil yang

diproleh diklasifikasikan ke dalam aktivitas fisik rendah, aktivitas fisik

sedang dan aktivitas fisik berat berdasarkan kriteria IPAQ (2005). Berikut

gamabaran aktivitas fisik responden :

Page 95: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

78

Tabel 5.9

Distribusi Aktivitas Fisik Anggota Klub Senam Jantung Sehat

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013

Aktivitas Fisik Frekuensi (n) Persentase (%)

Sedang (tidak berisiko) 22 55 %

Berat (tidak berisiko) 18 45 %

Jumlah 40 100 %

Berdasarkan tabel 5.9 dapat diketahui bahwa tidak ada satupun Anggota

Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah yang

memiliki aktivitas fisik ringan atau berisiko. Hal tersebut karena sebagian

besar anggota klub senam termasuk ke dalam kategori aktivitas fisik sedang,

yaitu METs 600-3000. Anggota yang paling rendah nilainya dalam kategori

aktivitas fisik sedang, yaitu 678 METs (Terlampir Aktivitas Fisik), dicapai

dengan cara melakukan aktivitas intensitas berat, yaitu senam jantung sehat 1

kali/minggu, selama 1 jam dan aktivitas intensitas ringan, yaitu berjalan kaki

dari satu tempat ke tempat lain 1 kali/seminggu, selama 1 jam.

Anggota yang paling rendah nilainya dalam kategori aktivitas fisik tinggi,

yaitu 3029 METs (Terlampir Aktivitas Fisik). Nilai tersebut dicapai dengan

cara melakukan aktivitas fisik intensitas berat, yaitu senam jantung sehat 3

kali/ minggu, selama 1 jam, kemudian beraktivitas fisik intensitas sedang,

seperti bersepeda laju sedang atau badminton 2 kali/ minggu, selama 3 jam.

Page 96: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

79

8. Gambaran Asupan Energi Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus

II UIN Syarif Hidayatullah

Data asupan energi diperoleh dari hasil wawancara food recall 2 x 24 jam

pada hari yang berbeda. Untuk penderita metabolic syndrome, data asupan

karbohidrat kemudian dibandingkan dengan AKG berdasarkan umur dan

jenis kelaminnya, sedangkan untuk non penderita dibandingkan dengan

AKG, yang terlebih dahulu dikoreksi dengan berat badan aktual sehatnya.

Berikut gambaran asupan energi responden :

Tabel 5.10

Distribusi Asupan Energi Anggota Klub Senam Jantung Sehat

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013

Asupan Energi Frekuensi (n) Persentase (%)

Berisiko 7 17,5 %

Tidak berisiko 33 82,5 %

Jumlah 40 100 %

Berdasarkan tabel 5.10 dapat diketahui bahwa hanya sebagian kecil (17,5

%) Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

memiliki asupan energi berisiko.

9. Gambaran Asupan Karbohidrat Anggota Klub Senam Jantung Sehat

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

Sama halnya dengan data asupan energi, data asupan karbohidrat

diperoleh dari hasil wawancara food recall 2 x 24 jam yang dilakukan pada

hari yang berbeda. Data hasil wawncara kemudian dibandingkan dengan

AKG berdasarkan umur dan jenis kelaminnya untuk penderita dan dengan

Page 97: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

80

AKG yang terlebih dahulu dikoreksi dengan berat badan aktual sehatnya

untuk non penderita. Berikut gambaran asupan karbohidrat responden :

Tabel 5.11

Distribusi Asupan Karbohidrat Anggota Klub Senam Jantung Sehat

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013

Asupan Karbohidrat Frekuensi (n) Persentase (%)

Berisiko 0 0 %

Tidak berisiko 40 100 %

Jumlah 40 100 %

Berdasarkan tabel 5.11 dapat diketahui bahwa tidak ada satupun Anggota

Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah yang

memiliki asupan karbohidrat berisiko. Hal tersebut karena asupan makan

responden tidak melebihi AKG. Disamping itu responden memiliki porsi

makan karbohidrat yang sesuai dengan gizi seimbang, antara lain :

a. Rata-rata responden mengkonsumsi karbohidrat kompleks yang

bersumber dari makanan pokok sebanyak 6 porsi/hari, dengan sumber

utama didominasi oleh nasi, dengan rata-rata 2,5 porsi/hari. Hal ini

sesuai dengan anjuran gizi seimbang 3-8 porsi.

b. Rata-rata konsumsi karbohidrat sederhana responden, yaitu gula kue dan

biscuit 1 kali/ hari, tetapi hampir jarang untuk minuman softdrink dan

madu. Bika diakumulasikan maka rata-rata konsumsi karbohidrat

sederhana responden hanya 3 kali.

c. Rata-rata konsumsi serat responden, baik yang berasal dari buah-buahan

maupun yang berasal dari sayuran sebanyak 4 porsi. Bila dibandingkan

Page 98: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

81

dengan pedoman gizi seimbang, tentu porsi tersebut telah sesuai, dimana

anjuran sayuran sebanyak 3-5 porsi dan buah-buahan sebanyak 2-3 porsi.

10. Gambaran Asupan Lemak Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus

II UIN Syarif Hidayatullah

Data asupan lemak responden diperoleh dari hasil food recall 2x 24 jam

yang kemudian dibandingkan dengan AKG secara umum untuk penderita

atau kasus dan AKG yang dikoreksi terlebih dahulu untuk orang normal.

Berikut hasilnya :

Tabel 5.12

Distribusi Asupan Lemak Anggota Klub Senam Jantung Sehat

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013

Asupan Lemak Frekuensi (n) Persentase (%)

Berisiko 16 40 %

Tidak berisiko 24 60 %

Jumlah 40 100 %

Berdasarkan tabel 5.12 dapat diketahui bahwa sebagian kecil (40 %)

Asupan Lemak Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif

Hidayatullah memiliki asupan lemak berisiko.

11. Gambaran Asupan Protein Anggota Klub Senam Jantung Sehat

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

Data asupan protein responden diperoleh dari hasil food recall 2x 24 jam

yang kemudian dibandingkan dengan AKG secara umum untuk penderita

atau kasus dan AKG yang dikoreksi terlebih dahulu dengan berat badan

aktual sehat untuk orang normal. Berikut hasilnya :

Page 99: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

82

Tabel 5.13

Distribusi Asupan Protein Anggota Klub Senam Jantung Sehat

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013

Asupan Protein Frekuensi (n) Persentase (%)

Berisiko 14 35 %

Tidak berisiko 26 65 %

Jumlah 40 100 %

Berdasarkan tabel 5.13 dapat diketahui bahwa hanya sebagian kecil (35

% ) Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

memiliki asupan protein berisiko.

C. Hasil Analisis Bivariat

Pada penelitian ini, semua variabel dependen maupun independennya

merupakan variabel kategorik, sehingga uji hubungan antara masing-masing

variabel independen terhadap varibel dependennya menggunakan metode uji chi

square pada alfa 5% dengan CI 95%. Berikut hasil analisis masing-masing

variabel:

1. Hubungan Asupan Kalori dengan Metabolic Syndrome

Tabel 5.14

Hubungan Asupan Kalori dengan Kejadian Metabolic Syndrome

Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II

UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013

Asupan

Kalori

Kasus Non Kasus Jumlah

Pvalue n % n % n %

Berisiko 7 100 % 0 0 % 7 100 %

Tidak

berisiko

14 42,4 % 19 57,6 % 33 100 % 0,009

Jumlah 21 52,5 % 19 47,5 % 40 100 %

Page 100: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

83

Berdasarkan tabel 5.14 didapatkan p value yaitu 0,009 < 0,05 yang

berarti, pada α (alfa) 5 % terdapat hubungan antara asupan kalori dengan

kejadian metabolic syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah.

2. Hubungan Asupan Protein dengan Metabolic Syndrome

Tabel 5.15

Hubungan Asupan Protein dengan Kejadian Metabolic Syndrome

AnggotaKlub Senam Jantung Sehat Kampus II

UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013

Asupan

Protein

Kasus Non Kasus Jumlah

P value n % n % n %

Berisiko 10 76,9% 3 23,1% 13 100 %

Tidak

berisiko

11 40,7 % 16 59,3 % 27 100 % 0,071

Jumlah 21 52,5 % 19 47,5 % 40 100 %

Berdasarkan tabel 5.15 didapatkan p value 0,071 yang berarti > 0,05. Hal

ini menunjukan bahwa pada α (alfa) 5 % tidak terdapat hubungan antara

asupan protein dengan kejadian metabolic syndrome pada Anggota Klub

Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah.

Page 101: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

84

3. Hubungan Asupan Lemak dengan Kejadian Metabolic Syndrome

Tabel 5.16

Hubungan Asupan Lemak dengan Kejadian Metabolic Syndrome Anggota

Klub Senam Jantung Sehat Kampus II

UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2013

Asupan

Lemak

Kasus Non Kasus Total

P value n % N % n %

Berisiko 13 81,2% 3 18,8 % 16 100 %

Tidak

berisiko

8 33,3 % 16 66,7 % 24 100 % 0,008

Total 21 52,5 % 19 47,5 % 40 100 %

Berdasarkan tabel 5.16 didapatkan p value 0,008 yang berarti p value <

0,05. Hal ini menunjukan bahwa pada α (alfa) 5 % terdapat hubungan antara

asupan lemak dengan kejadian metabolic syndrome pada Anggota Klub

Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah.

Page 102: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

85

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini berfokus kepada faktor-faktor risiko yang dapat diubah,

yaitu pola makan dan aktivitas fisik. Adapun fakto-faktor risiko yang tidak

dapat diubah, terutama faktor endokrin, status menopause dan faktor genetik

tidak diteliti pada penelitian ini, oleh karena pengaruh faktor-faktor risiko

terhadap metabolic syndrome erat kaintannya dengan adanya pola makan dan

aktivitas fisik, sehingga dengan fokus pada faktor risiko pola makan dan aktivitas

fisik dapat mewakili pengaruh faktor-faktor risiko yang tidak dapat diubah dan

menjadi dasar yang efektif untuk intervensi masalah metabolic syndrome pada

masyarakat.

Aktivitas fisik dalam penelitian ini tidak dianalisis hubungannya dengan

metabolic syndrome. Hal ini karena pada populasi sasaran tidak ditemukan

adanya aktivitas fisik berisiko atau aktivitas fisiknya homogen. Meskipun

demikian, gambaran aktivitas fisik responden digunakan untuk membantu

menjawab masalah kejadian metabolic syndrome.

Pengumpulan data konsumsi dengan metode food recall 24 jam dalam

penelitian ini memiliki kelemahan, yaitu data yang dikumpulkan bergantung

pada daya ingat responden dan kecenderungan adanya overestimate ataupun

underestimate. Meskipun demikian, pelaksanaan food recall sebanyak 2 kali

pada hari berbeda, ditambah penggunanan metode penilaian lain, yaitu metode

FFQ, dapat menanggulangi kelemahan tersebut dan memberikan data yang

Page 103: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

86

representatif menggambarkan pola makan responden (Sanjur 1997, dalam

Supariasa et al., 2002).

B. Kejadian Metabolic Syndrome

Metabolic syndrome merupakan sekumpulan faktor risiko yang saling

berkaitan dan mengarah pada penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus.

Sekumpulan faktor risiko tersebut antara lain obesitas abdominal/sentral,

kenaikan kadar gula darah, kenaikan tekanan darah, kenaikan kadar trigliserida,

dan penurunan kadar kolesterol HDL (Alberti et al., 2009). Seseorang dikatakan

menderita metabolic syndrome ketika didapatkan minimal 3 kriteria berisiko

diantra 5 kriteria yang diukur.

Hasil penelitian ini, menggambarkan bahwa sebagian besar (52,5%)

Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah

menderita metabolic syndrome (Tabel 5.7). Kemudian berdasarkan

pengelompokan komponen metabolic syndrome (tabel 5.8), diperoleh informasi

bahwa kelompok krtiteria berisiko yang dominan menyebabkan metabolic

syndrome pada sebagian besar anggota klub senam ini adalah obesitas abdominal

dibarengi dengan resistensi insulin atau intoleransi glukosa dan hipertensi.

Obesitas abdominal dan resistensi insulin erat kaitannya dengan konsep

keseimbangan energi. Dimana energi yang diperoleh dari asupan makan harus

seimbang dengan energi yang dikeluarkan untuk beraktivitas fisik. Bila terjadi

ketidak seimbangan, sebagaimana yang mungkin terjadi pada Anggota Klub

Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah , baik berupa asupan

makan berlebih atau pengeluaran energi yang kurang maka akan terjadi

Page 104: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

87

penyimpanan energi dalam bentuk lemak dalam tubuh, terutama tertimbun pada

lemak visceral.

Keberadaan lemak visceral tersebut mempengaruhi proses metabolisme

energi dan merusak sel beta pancreas penghasil hormon insulin. Hormon insulin

berperan dalam mengontrol kadar gula darah, sehingga bila terjadi kerusakan,

maka berdampak pada resistensi insulin dan akhirnya berpengaruh pada organ

tubuh lainnya.

Rahman (2007) menjelaskan bahwa obesitas abdominal terjadi akibat

adanya penumpukan sel lemak visceral yang mendorong peningkatan lipolisis

yang menghasilkan asam lemak bebas dalam jumlah besar. Peningkatan asam

lemak bebas itu, pada organ hati, akan meningkatkan gluconeogenesis,

menurunkan sensitifitas insulin dan mengakibatkan hiperinsulinemia. Selain itu,

pada jaringan otot, peningkatan asam lemak bebas akan menurunkan pemakaian

glukosa, serta pada sel sel β pancreas, penigkatan asam lemak bebas akan

menurunkan sekresi insulin.

Selain itu, Rahman (2007) juga menyebutkan sel lemak pada obesitas

abdominal akan mengeluarkan sitokin (adipositokin) seperti TNF α, yang

menghambat aktifitas tirosin kinase pada reseptor insulin dan menurunkan

ekspresi glucose transporter-4 (GLUT-4) di sel lemak dan otot. Kejadian ini

mengakibatkan resistensi insulin dan hiperinsulinema. Resistensi insulin dan

hiperinsulinema ini, pada gilirannya menyebabkan perubahan metabolik yang

menimbulkan hipertensi dan dislipidemia.

Page 105: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

88

Rahman (2007) juga menegaskan bahwa resistensi insulin berdampak

pada hipertensi karena pengaruh hiperinsulinemia, dimana hiperinsulinemia

yang terjadi berbarengan dengan resistensi insulin akan meningkatkan reabsorsi

sodium dan air yang mengakibatkan terjadinya ekspansi volume intra-vaskular.

Hiperinsulinemia juga meningkatkan aktifitas chanel Na-K ATP-ase, sehingga

terjadi peningkatan Na dan kalsium intrasel yang mengakibatkan peningkatan

kontraksi otot polos pembuluh darah yang berdampak pada tekanan darah naik

Keberadaan obesitas abdominal, resistensi insulin dan hipertensi sebagai

komponen yang dominan ditemukan pada penderita metabolic syndrome, juga

didukung oleh beberapa penelitian di beberapa tempat, meskipun penyebutannya

hanya tidak berdasarkan pengelompokan, sebagaimana diperoleh dalam

penelitian ini. Penelitian-penelitian tersebut antara lain:

1. National Health and Nutrition Survey (NHANES) di Amerika Serikat

dengan kriteria NCEP ATP III menyebutkan metabolic syndrome meningkat

seiring dengan meningkatnya resistensi insulin (Dwipayana et al., 2011).

2. Penelitian di Makasar (Herman A, 2003 dalam Dwipayana et al., 2011),

penelitian penduduk Amerika Keturunan Arab (Jaber et al, 2004) dan

penelitian di Bali (Dwipayana et al., 2011) yang menyebutkan metabolic

syndrome meningkat seiring dengan meningkatnya obesitas abdominal.

3. Penelitian di Jakarta dan Semarang menyebutkan bahwa hipertensi

merupakan kriteria yang sering ditemukan pada penderita laki-laki,

sedangkan obesitas abdominal sering ditemukan pada penderita perempuan

(Soewondo, 2005; Suhartono et al., 2005).

Page 106: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

89

C. Gambaran Pola Makan Karbohidrat

Karbohidrat merupakan zat gizi makro, yang berfungsi sebagai penyedia

energi utama dalam tubuh. Zat gizi ini terdiri dari karbohidrat kompleks dan

karbohidrat sederhana. AKG karbohidrat yang dianjurkan yaitu sebanyak 50-65

% dari total energi (WNPG 8, 2004). Bila didapatkan asupan karbohidrat

melebihi AKG, maka hal ini dapat dikatakan berisiko (WNPG 8, 2004).

Hasil penelitian (tabel 5.11) menggambarkan tidak satupun Anggota Klub

Senam Jatung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah yang memiliki asupan

karbohidrat melebihi AKG. Uji statisitik untuk mengetahui hubungan antara

karbohidrat dengan kejadian metabolic syndrome pun tidak dapat dilakukan,

karena tidak terdapat paparan yang berisiko terhadap kejadian metabolic

syndrome pada responden.

Selain asupan karbohidrat yang tidak melebihi AKG, responden memiliki

porsi makan karbohidrat kompleks yang sesuai dengan gizi seimbang dimana

berdasarkan hasil FFQ rata-rata responden mengkonsumsi karbohidrat kompleks

yang bersumber dari makanan pokok sebanyak 6 porsi, dengan sumber utama

didominasi oleh nasi, dengan rata-rata 2,5 porsi. Meskipun demikian, nasi

merupakan jenis makanan yang indeks glikemiknya tinggi, sehingga bila

asupannya berlebih, hal tersebut akan berisiko bagi penderita diabetes sekaligus

metabolic syndrome. Disamping itu, gula, softdrink, kue dan biskuit yang

merupakan karbohidrat sederhana juga memiliki indeks glikemik tinggi (Boyle &

Long, 2010).

Page 107: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

90

Hasil FFQ (terlampir) juga menggambarkan rata-rata konsumsi gula

responden per hari hanya 1 kali, begitu juga dengan kue dan biskuit, tetapi

hampir jarang untuk minuman softdrink dan madu. Bika diakumulasikan maka

rata-rata konsumsi karbohidrat sederhana responden hanya 3 kali. Meskipun

belum diketahui batas frekuensi asupan karbohidrat sederhana yang berbahaya,

namun asupan karbohidrat sederhana yang melebihi 10 % sangat berhubungan

dengan sensitivitas insulin dan resiko diabetes tipe II, sedangkan makanan

dengan indeks glikemik rendah telah terbukti memperbaiki kadar glukosa dan

lemak pada pasien-pasien diabetes melitus dan memperbaiki resistensi insulin

(Boyle & Long, 2010).

Berkaitan dengan serat, hasil FFQ (terlampir) menggambarkan rata-rata

konsumsi serat responden, baik yang berasal dari buah-buahan maupun yang

berasal dari sayuran sebanyak 4 porsi. Bila dibandingkan dengan pedoman gizi

seimbang, tentu porsi tersebut telah sesuai, dimana anjuran sayuran sebanyak 3-5

porsi dan buah-buahan sebanyak 2-3 porsi. Porsi serat yang tepat dapat

memperbaiki penangan glukosa dalam tubuh (Gizi & Kesmas UI, 2010) sehingga

berkontribusi dalam penurunan angka kejadian metabolic syndrome.

Dalam penelitian ini, meskipun porsi serat sudah tepat, kejadian

metabolic syndrome pada anggota klub masih cukup besar. Hal tersebut mungkin

terjadi karena perbaikan penganan glukosa tubuh oleh serat terhambat dengan

adanya ketidak seimbangan pada asupan makanan lainnya.

Page 108: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

91

D. Gambaran Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot

rangka yang memerlukan pengeluaran energi (WHO, 2013). IPAQ (2005)

mengkategorikan aktivitas fisik ke dalam 3 macam, yaitu aktivitas fisik tinggi,

sedang dan rendah.

Hasil penelitian ini (tabel 5.9) menggambarkan tidak satupun Anggota

Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah yang memiliki

kategori aktivitas fisik rendah, yaitu jumlah aktivitas fisik < 600 MET-

menit/minggu berdasarkan IPAQ (2005). Hal tersebut karena sebagian besar

Anggota Klub memiliki aktivitas fisik sedang, dengan total MET-nya di antara

600-3000 MET-menit/minggu dan sisanya memiliki Aktivitas tinggi, dengan

total MET-nya > 3000 MET-menit/minggu.

Anggota klub dengan nilai terendah pada kategori aktivitas fisik sedang

,yaitu 678 METs (terlampir), dengan cara melakukan aktivitas intensitas berat,

yaitu senam jantung sehat 1 kali/minggu, selama 1 jam dan aktivitas intensitas

ringan, yaitu berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain 1 kali/seminggu,

selama 1 jam. Tidak hanya senam, Anggota klub juga mungkin beraktivitas fisik

lari cepat, sepak bola, berenang dan hal yang membuat nafas terasa berat dan

jantung berdetak lebih kencang. Hal tersebut, sebagaimana disebutkan IPAQ

(2005), termasuk jenis aktivitas fisik intensitas berat.

Anggota klub dengan nilai terendah pada kategori aktivitas fisik tinggi,

yaitu 3029 METs (terlampir), dengan cara melakukan aktivitas fisik intensitas

berat, yaitu senam jantung sehat 3 kali/ minggu, selama 1 jam, kemudian

Page 109: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

92

beraktivitas fisik intensitas sedang, seperti bersepeda laju sedang atau badminton

2 kali/ minggu, selama 3 jam. Aktivitas fisik intensitas sedang juga termasuk

berkebun, melakukan pekerjaan rumah tangga dan bermain-main dengan anak-

anak, sebagaimana disebutkan oleh IPAQ (2005).

Aktivitas fisik yang dilakukan Anggota klub tersebut mampu mengolah

kalori menjadi energi, sehingga tidak ada yang disimpan dalam bentuk sel lemak

yang menumpuk pada jaringan abdominal. Namun, penumpukan tersebut

bergantung pada asupan yang diperoleh, karena bila asupan makan meningkat,

seperti pada pola makan berlebih, sedangkan pengeluaran energinya tidak

ditingkatkan, maka hal itulah yang menyebabkan penumpukan lemak.

Pernyataan ini sesuai dengan Soetardjo (2011) yang menyebutkan bahwa pada

tubuh manusia berlaku konsep keseimbangan energi yang dipengaruhi oleh

umur, jenis kelamin dan kondisi fisiologis tubuh.

Semakin meningkatnya usia, maka kebutuhan aktivitas fisik semakin

menurun, karena fisiologis organ tubuh yang mulai menurun, sehingga frekuensi

dan intensitas aktivitas mulai dikurangi, dan secara otomatis kecukupan gizi pun

mulai berkurang sesuai kelompok umur dan jenis kelamin. Hal ini lah yang

mungkin terjadi pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat, yang sebagian besar

termasuk kelompok dewasa akhir dan lansia, dimana pola makan tidak

diseimbangkan dengan kelompok umur. Pada akhirnya, meskipun aktivitas fisik

rutin, tetap tidak mampu untuk mencegah metabolic syndrome.

Soetardjo (2011) yang menyebutkan, pada usia dewasa seseorang mulai

berisiko menderita penyakit degeneratif dan pada usia lansia, aktivitas fisik dan

Page 110: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

93

kebutuhan gizi semakin banyak berkurang dan kerusakan sel-sel semakin banyak

terjadi. Oleh karena itu penting menyeimbangkan pola makan dengan aktivitas

fisik berdasarkan umur dan jenis kelamin.

E. Pola Makan Kalori dan Hubungannya dengan Kejadian Metabolic

Syndrome

Sumber kalori atau energi didapatkan dari zat gizi makro yaitu

karbohidrat, protein dan lemak. Pola konsumsi kalori yang baik jika

perbandingan komposisi kalori antara karbohidrat, protein dan lemak sebesar 50-

65% : 10-20% : 20-30% (WNPG 8, 2004). Adapun nilai total kalori mengacu

kepada AKG yang diperoleh dari rumus tertentu berdasarkan umur dan jenis

kelamin.

Hasil penelitian (tabel 5.10) menggambarkan hanya sebagian kecil yaitu

sebanyak 17,5 % Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif

Hidayatullah yang memiliki asupan energi melebihi AKG. Bila ditelusuri lebih

lanjut dengan FFQ (terlampir), dapat diketahui bahwa sebagian besar atau

sebanyak 57 % kelebihan energi penderita berasal dari sumber minyak 1,5-3

sendok makan/hari (Kemenkes RI, 2013), dan sebanyak 43 % lainnya memiliki

kelebihan energi yang berasal dari pangan hewani yang melebihi 2-3 porsi/hari.

Kelompok minyak maupun pangan hewani merupakan sumber lemak. 1

gram lemak menghasilkan energi 9 kkal (Tejasari, 2005). Kelompok minyak

dalam FFQ terdiri dari minyak goreng, margarin, mentega dan santan, sedangkan

pangan hewani terdiri dari telur, ayam, ikan segar, udang, daging kambing,

daging sapi, jeroan, sosis, corned dan ikan asin.

Page 111: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

94

Hasil uji statistik antara asupan kalori dengan kejadian metabolic

synrome diperoleh nilai p value 0,009. Dengan demikian, hipotesis penelitian

diterima, yang berarti terdapat hubungan antara total kalori dengan kejadian

metabolic syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN

Syarif Hidayatullah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian

Sudarminingsih et al. (2007), Dewi (2009), Kasiman (2011), Sargowo dan

Andarini (2011) yang menyatakan adanya hubungan asupan kalori dengan

kejadian metabolic syndrome. Disamping itu, disebutkan bahwa semakin banyak

asupan makanan maka kejadian metabolic syndrome semakin meningkat.

Adapun asupan makanan yang mempunyai nilai paling tinggi adalah total kalori

diikuti lemak dan karbohidrat.

Kalori berlebih merangsang VLDL di hati untuk mengahasilkan

peningkatan trigliserida, LDL dan penurunan HDL. Hipertigliseridemia sering

dihubungkan dengan berkurangnya kadar HDL pada Obesitas (Sargowo dan

Andarini, 2011).

Kalori berlebih membentuk asam lemak bebas dan terdistirbusi dalam

jumlah yang banyak didalam tubuh, sehingga menyebabkan penumpukan lemak

visceral dan akhirnya menyebabkan obesitas abdominal. Disamping itu, kalori

berlebih mengakibatkan kadar gula darah naik yang mengakibatkan intoleransi

glukosa dan selanjutnya berdampak resitensi insulin. Baik obesitas abdominal

maupun ressistensi insulin, keduanya merupakan penyebab utama terjadinya

metabolic syndrome (Rohman, 2007).

Page 112: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

95

F. Pola Makan Protein dan Hubungannya dengan Kejadian Metabolic

syndrome

Hasil penelitian (tabel 5.13) menggambarkan sebanyak 35 % responden

memilki asupan protein melebihi AKG, dimana AKG untuk protein tidak boleh

lebih dari 20% dari total energi (WNPG 8, 2004). Asupan protein tersebut

berumber dari protein nabati dan protein hewani.

Bila dilihat dari hasil FFQ ,dapat diketahui bahwa rata-rata asupan

pangan hewani responden sebanyak 4 porsi, sedangkan asupan pangan nabati

sebanyak 3 porsi. Hal tersebut menunjukan bahwa asupan pangan hewani

responden melebihi yang dianjurkan pedoman gizi seimbang, yaitu 2-3 porsi

perhari, sedangkan pangan nabati telah sesuai dengan yang dianjurkan, yaitu 2-3

porsi perhari.

Hasil uji statistik (tabel 5.15) antara asupan protein dengan kejadian

metabolic syndrome diperoleh nilai p value 0,071. Dengan demikian, hipotesis

penelitian ditolak yang berarti tidak terdapat hubungan antara asupan protein

dengan kejadian metabolic syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat

Kampus II UIN Syarif Hidayatullah. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil

penelitian Kasiman (2011) dan Sargowo dan Andarini (2011) namun berbeda

dengan hasil penelitian Sudarminingsih et al. (2007) Dewi (2009) Anshar et al.

(2011). Hasil penelitian mereka menyebutkan adanya hubungan antara asupan

protein dengan metabolic syndrome.

Sebagaimana diketahui bahwa protein berfungsi terutama untuk

pertumbuhan dan perbaikan jaringan. Disamping iu, protein juga berfungsi

Page 113: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

96

menyediakan energi setelah karbohidrat dan lemak. Kelebihan protein dapat

disimpan dalam bentuk sel-sel lemak dan menumpuk dalam jaringan, terutama

jaringan visceral. Penumpukan tersebut mengakibatkan obesitas abdominal yang

kemudian berpengaruh terhadap resistensi insulin (Rohman, 2007).

Berdasarkan hasil FFQ, sumber protein hewani responden, dimana

melebihi porsi yang dianjurkan, ternyata banyak didominasi oleh ikan, ayam dan

telur. Ketiga jenis makanan tersebut selain tinggi protein juga tinggi lemak

(Tejasari, 2005). Hal ini berarti kelebihan protein responden merupakan

kelebihan sumber makanan yang memiliki kadar protein dan lemak yang tinggi.

Berdasarkan hal-hal tersebut, seharusnya ada hubungan antara pola

makan protein dengan kejadian metabolic syndrome sebagaimana hasil penelitian

Sudarminingsih et al. (2007), Dewi (2009), Kasiman (2011) serta Sargowo dan

Andarini (2011). Peneliti menduga jumlah responden yang memiliki asupan

berlebih hanya sedikit, menyebabkan hubungan asupan protein dengan kasus

tidak terdeteksi.

G. Pola Makan Lemak dan Hubungannya dengan Kejadian Metabolic

Syndrome

Hasil penelitian (tabel 5.12) menggambarkan sebanyak 40 % responden

memiliki asupan lemak total melebihi AKG, dimana AKG untuk lemak tidak

boleh lebih dari 30 % dari total energi (WNPG 8, 2004). Lemak dalam makanan

terdiri dari lemak nabati dan lemak hewani. Sumber lemak hewani semua pangan

hewani dan olahannya seperti mentega dan minyak ikan. Kemudian sumber

Page 114: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

97

lemak nabati antara lain minyak goreng (kelapa sawit), minyak kelapa, minyak

kacang tanah dan margarin (Tejasari, 2005).

Hasil uji statistik (tabel 5.16) antara asupan lemak dengan kejadian

metabolic syndrome diperoleh nilai p value 0,008. Dengan demikian hipotesis

penelitian diterima, artinya ada hubungan antara asupan lemak dengan kejadian

metabolic syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN

Syarif Hidayatullah. Hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa penelitian yaitu

Sudarminingsih et al. (2007), Dewi (2009), Kasiman (2011) serta Sargowo dan

Andarini (2011) yang menyebutkan adanya hubungan antara asupan lemak

dengan kejadian metabolic syndrome. Selain itu, nilai asupan lemak berada

setelah total kalori dan semakin banyak asupan lemak semakin meningkatkan

risiko metabolic syndrome.

Berdasarkan hasil FFQ (terlampir), dapat diketahui bahwa rata-rata pola

makan lemak nabati responden yang berasal dari minyak sebanyak 4 porsi dan

pangan nabati sebanyak 3 porsi, sedangkan lemak hewani yang berasal dari

pangan hewani sebanyak 4 porsi. Disamping itu, terdapat asupan lemak

tambahan yang berasal dari biskuit dan kue, masing-masing sebanyak 1 porsi.

Pola pangan hewani dan minyak tersebut melebihi pedoman gizi seimbang yaitu

3 porsi/ hari untuk pangan hewani dan 1,5-3 porsi/hari untuk lemak (Kemenkes

RI, 2013). Hal tersebut yang berkontribusi terhadap kelebihan lemak responden,

selain tambahan lemak dari pangan nabati, biskuit dan kue.

Hasil FFQ (terlampir) juga menyatakan sumber minyak yang

mendominasi yaitu minyak goreng (minyak kelapa sawit), pangan nabati yang

Page 115: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

98

mendominasi yaitu tahu dan tempe serta pangan hewani yang mendominasi yaitu

ikan, ayam dan telur. Sebagai mana kita ketahui bahwa :

1. Minyak kelapa sawit merupakan sumber utama lemak terutama asam lemak

jenuh dan ergosterol (Tejasari, 2005). Disamping itu, ketika minyak kelapa

sawit dan begitu juga minyak nabati lainnya terhidrogenisasi maka minyak

tersebut menjadi sumber utama asam lemak trans. Termasuk produk-produk

yang dimasak menggunakan minyak terhidrogenisasi, seperti biskuit dan kue

juga mengandung asam lemak trans (Gizi Kesmas UI, 2010).

a. Tahu dan tempe berasal dari kacang kedelai yang mengandung asam

lemak jenuh dan PUFA (Tejasari, 2005).

b. Telur terbagi dua bagian putih dan bagian kuning. Bagian putih telur

kaya akan protein albumin sedangkan kuning telur kaya akan kolesterol

(Tejasari, 2005).

c. Ikan (kecuali ikan laut) dan ayam tanpa kulit yang tinggi protein tapi

rendah kolesterol (Tejasari, 2005).

Berdasarkan hal-hal diatas dapat dijelaskan bahwa adanya hubungan

antara asupan lemak berlebih dengan metabolic syndrome pada anggota klub

senam sangat mungkin disebabkan karena adanya peningkatan asam lemak

jenuh, kolesterol dan asam lemak trans.

Sebagaimana diketahui bahwa asam lemak jenuh meningkatkan kadar

kolesterol total dan LDL. Kolesterol total sendiri juga meningkatkan kadar LDL,

sedangkan asam lemak trans selain meningkatkan kadar LDL juga meningkatkan

rasio kolesterol total/HDL, rasio LDL/ HDL serta menurunkan HDL. Lawrence

Page 116: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

99

(2005) dalam Hendrayati (2010) menyebutkan asupan asam lemak trans dan

lemak total berkolerasi positif dengan asam lemak jenuh. Setiap penambahan

asupan lemak jenuh akan menaikkan asupan lemak trans sebesar 0,03% dari

energi total. Setiap peningkatan satu persen asam lemak trans dapat

meningkatkan kadar LDL sebesar 0,04 mmol/L dan menurunkan HDL sebanyak

0,013mmol/L . Kondisi-kondisi tersebut yang mengakibatkan kadar lemak dalam

darah abnormal/displipidemia sehingga meningkatkan resiko metabolic

syndrome.

Page 117: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

100

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik

beberapa simpulan, sebagai berikut :

1. Sebagian besar Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif

Hidayatullah mengalami metabolic syndrome dengan angka kejadian

mencapai 52, 5 %.

2. Terdapat 3 kelompok kriteria yang sering ditemukan pada Anggota Klub

Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif Hidayatullah yaitu Obesitas

abdominal, resitensi insulin dan kenaikan tekanan darah.

3. Terdapat beberapa Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN

Syarif Hidayatullah yang memiliki asupan energi yang melebihi AKG

dengan angka kejadian mencapai 17,5 %.

4. Tidak ada satupun Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN

Syarif Hidayatullah yang memilki asupan karbohidrat yang melebihi AKG.

5. Terdapat beberapa Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN

Syarif Hidayatullah yang memiliki asupan lemak melebihi AKG dengan

angka kejadian mencapai 40 %.

6. Terdapat beberapa Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN

Syarif Hidayatullah yang memiliki asupan protein melebihi AKG dengan

angka kejadian mencapai 35 %.

Page 118: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

101

7. Tidak ada satupun Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN

Syarif Hidayatullah yang berada pada kategori aktivitas fisik rendah,

Sebaliknya, sebagian besar Anggota berada pada kategori aktivitas fisik

sedang.

8. Ada hubungan yang bermakna antara asupan kalori dengan kejadian

metabolic syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II

UIN Syarif Hidayatullah (p value 0,009).

9. Asupan karbohidrat tidak dapat dihubungkan dengan kejadian metabolic

syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif

Hidayatullah.

10. Ada hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan kejadian

metabolic syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II

UIN Syarif Hidayatullah (p value 0,008).

11. Tidak ada hubungan yang bermakna antara asupan protein dengan kejadian

metabolic syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II

UIN Syarif Hidayatullah (p value 0,071).

12. Aktivitas Fisik tidak dapat dihubungkan dengan kejadian metabolic

syndrome pada Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif

Hidayatullah.

Page 119: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

102

B. Saran

1. Bagi Anggota Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif

Hidayatullah

a. Bagi penderita metabolic syndrome perlu dilakukan perubahan pola

makan menjadi pola makan atau diet rendah kalori, diet rendah lemak

atau subsitusi sumber lemak jenuh dengan PUFA. Hal tersebut bertujuan

untuk mengurangi asupan kalori dan asupan lemak berlebih yang

berhubungan dengan metabolic syndrome.

b. Bagi anggota non penderita perlu menerapkan gizi seimbang agar

terhindar dari metabolic syndrome.

c. Bagi semua anggota klub senam perlu untuk mempertahankan kebiasan

aktivitas fisik yang baik, bahkan meningkatkan aktifitas fisik dari

ketegori aktivitas fisik sedang menuju kategori aktivitas fisik berat.

2. Bagi Pengurus Klub Senam Jantung Sehat Kampus II UIN Syarif

Hidayatullah

Pengurus perlu berkontribusi mencegah dampak lebih lanjut dari anggota

Klub senam yang menderita metabolic syndrome serta mencegah anggota

lain dari metabolic syndrome, dengan cara :

a. Melakukan monitoring dan evaluasi kehadiran anggota klub senam

dengan tujuan menjaga konsistensi anggota dalam aktivitas fisik.

b. Bekerja sama dengan instansi kesehatan seperti Puskesmas Pisangan

ataupun FKIK UIN Syarif HIdayatullah untuk memberikan penyuluhan,

konsultasi atau pemeriksaan kesehatan rutin.

Page 120: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

103

3. Bagi Peneliti Lain

a. Penggunaan metode FFQ semi kuantitatif mampu menggabungkan

kelebihan dari food recall dan FFQ kualitatif sehingga menjadi salah satu

pilihan yang baik bagi penelitian lebih lanjut untuk menjawab hubungan

pola makan terhadap metabolic syndrome.

b. Pengukuran variabel-variabel antara lain variabel etnis, umur, jenis

kelamin, riwayat genetik, menopause dan faktor endokrin dapat

memperkaya hasil dan pembahasan penelitian, sehingga penelitian lebih

lanjut terhadap variabel-variabel ini sangat dianjurkan.

Page 121: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

104

DAFTAR PUSTAKA

Adam, H.L., Kristiansen, O.P., Marrot, J.L., et al. 2012. Intensity versus duration of

physical activity: implications for the metabolic syndrome. a prospective cohort

study. BMJ Open, Vol. 2.

Alberti, K.G.M.M., Eckel, R.H., Grundy, M.S., et al. 2009. Harmonizing the metabolic

syndrome. a joint interim statement on International Diabetes Federation,

National Heart, Lung, and Blood Institute, American Heart Association, World

Heart Federation, International Atherosclerosis Society, and International

Association for The Study of Obesity. Circulation: Journal of The American

Heart Association, No.120.

Alessi, M.C., Juhan-Vague, I. 2008. Metabolic syndrome, haemostasis and thrombosis.

Thromb Haemost, Vol. 99, No. 6. Diakses pada 6 Januari 2013, di

http://emedicine.medscape.com/article/165124

Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Anam, MS., Mexitalia, M., Widjanarko, B., et al. 2010. Pengaruh intervensi diet dan

olah raga terhadap indeks massa tubuh, lemak tubuh, dan kesegaran jasmani

pada anak obes. Sari Pediatri, Vol. 12, No. 1.

Ansar, Jafar,N., Citrakesumasari. 2011. Pola makan dan aktifitas fisik dengan kejadian

sindroma metabolik pasien rawat jalan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

Makassar. Media Gizi Masyarakat Indonesia, Vol.1, No.1.

Boyle, AM, & Long, S. 2010. Personal Nutrition 7 Ed. Belmont : Wadswoth Cengange

learning.

Chan, S.P. 2005. Metabolic syndrome. JAFES, Vol 23, No.14.

Christopher, D, Bryne, & Wild, SH . 2005. The Metabolic Syndrome. The Atrium

Southern Gate Chichester West Sussex : Jhon Willey & Sons.

Cuspidi, C., Sala, C., Zanchetti, A. 2008. Metabolic syndrome and target organ damage:

role of blood pressure. Expert Rev Cardiovasc Ther, Vol. 6, No.5. Diakses pada

6 Januari 2013, di http://emedicine.medscape.com/article/165124

Dahlan, M.S. 2010. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian

Kedokteran dan Kesehatan Ed 3. Jakarta : Salemba Medika.

Danone Institute. 2009. Gizi Seimbang. Danone Institute. Dikases pada 2 Mei 2013, di

http://www.danonenutrindo.org/tentang_gizi_seimbang.php.

Page 122: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

105

Dawiesah, I. S. 1989. Petunjuk Laboratorium Penentuan Nutrien Dalam Jaringan dan

Plasma tubuh. Yogyakarta : PAU pangan dan gizi UGM.

Deerochanawong, C. 2005. Metabolic syndrome in the Thai population. JAFES, Vol. 23

No. 15.

Dellios, G. 2005. Epidemiology of metabolic syndrome in Europe. European Society of

Cardiology. Diakses pada 6 Januari 2013, di

http://emedicine.medscape.com/article/165124

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia. 2010. Gizi Dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta :

Rajawali Press.

Depkes RI. 2007. Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta : Litbangkes

Depkes RI.

Dwipayana, M.P., Suastika, K., Saraswati, I.M.R., et al. 2011. Prevalensi metabolic

syndrome pada populasi penduduk Bali, Indonesia. Jurnal Penyakit Dalam, Vol.

12, No.1.

Goldbacher, E.M., Matthews, K.A. 2007. Are psychological characteristics related to

risk of the metabolic syndrome? A review of the literature. Ann Behav Med,

Vol. 34, No. 3. Diakses pada 6 Januari 2013, di

http://emedicine.medscape.com/article/165124

Harits, S., dan Tambunan, T. 2009. Hipertensi pada metabolic syndrome, Sari Pediatri,

Vol. 11, No.4.

Hsing, A.W., Sakoda, L.C., Chua, S.Jr. 2007. Obesity, metabolic syndrome, and prostate

cancer. Am J Clin Nutr, Vol.86, No. 3. Diakses pada 6 Januari 2013, di

http://emedicine.medscape.com/article/165124

Ilanne-Parikka, P., Laaksonen, E.D., Eriksson, J.G., et al. 2010. Leisure-Time Physical

Activity and The Metabolic Syndrome In The Finnish Diabetes Prevention

Study. Diabetes Care, Vol. 33, No. 7.

International Diabetes Federation. 2006. The IDF Consensus Worldwide Definition on

The Metabolic Syndrome. Brussels : International Diabetes federation.

IPAQ. 2005. Guidelines for Data Processing and Analysis of the International Physical

Activity Questionnaire (IPAQ). Diakses pada 04 Februari dari

https://sites.google.com/site/theipaq/scoring-protocol.

Page 123: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

106

Jafar, N. 2011. Metabolic Syndrome. Makasar : Program studi Gizi Universitas

Hasanudin.

Kamso, S. 2007. Body Mass Index, Total Cholesterol, and Ration Total to HDL

Cholesterol were Determinants of Metabolic Syndrome in The Indonesian

Elderly. Med J Indones, Vol. 16, No.3.

Kasiman, S, 2011. Pengaruh Makanan Pada Sindrom Metabolik. Jurnal Kardiologi

Indonesia, Vol.32, No.1.

Kotronen A, Yki-Jarvinen H. 2008. Fatty liver: a novel component of the metabolic

syndrome. Arterioscler Thromb Vasc Biol, Vol. 28, No. 1. Diakses pada 6

Januari 2013, di http://emedicine.medscape.com/article/165124

Laaksonen, D.E., Lakka, H.M., Salonen, J.T., et al. 2002. Low levels of leisure-time

physical activity and cardiorespiratory fitness predict development of the

metabolic syndrome. Diabetes Care, Vol. 25, No. 9.

Mubarak, Rifqy. 2009. Hubungan Antara Kadar Kolesterol Total dengan Hipertensi

Pada Kelompok Olahraga Umur Produktif di Kampus 2 UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta Tahun 2009. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Muherdiyantiningsih, Ernawati, F.,Effendi, R., et al. 2008. Metabolic syndrome pada

orang dewasa gemuk di wilayah Bogor. Panel Gizi Makanan, Vol. 38, No. 2.

Dikases pada 9 Februari 2013, dari

<http://www.pusat2.litbang.depkes.go.id/index.php>.

Nasution, R.I., Setiati, S., Trisnohadi, H.B., et. al. 2006. Insulin resitence and metabolic

syndrome in ederly women living in nursing homes. Acta Med Indones-Indones

J Intern Med, Vol. 38, No. 1.

Nesco Multicheck. 2009. Nesco Multiheck. Diakses pada 22 Juli 2013, dari

http://www.nesco-medlab.com/nesco-multicheck.html

Notoatmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Obunai, K., Jani, S., Dangas G.D. 2007. Cardiovascular morbidity and mortality of the

metabolic syndrome. Med Clin North Am, Vol. 91, No. 6. Diakses pada 6

Januari 2013, di http://emedicine.medscape.com/article/165124

Pranoto, A., Kholili, U., Tjokroprawiro, A., et al. 2005. Metabolic syndrome as observed

in Surabaya. Surabaya: Pusat Diabetes dan Nutrisi Divisi Endokrin Metabolik

Bag-SMF Penyakit Dalam Dr. Soetomo FK Unair.

Page 124: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

107

Rohman, S.M. 2007. Patogenesis dan terapi sindroma metabolik. Jurnal Kardiologi

Indonesia,Vol. 28, No. 2.

Sargowo, D. dan Andarini, S. 2011. The relationship between food intake and

adolescent. Jurnal Kardiologi Indonesia, Vol. 32, No. 1.

Serné, E.H., de Jongh, R.T., Eringa, E.C., et al. 2007. Microvascular dysfunction: a

potential pathophysiological role in the metabolic syndrome. Hypertension, Vol.

50, No.1. Diakses pada 6 Januari 2013, di

http://emedicine.medscape.com/article/165124

Siagian, A. 2010. Epidemiologi Gizi. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Stehouwer, C.D., Henry, R.M., Ferreira, I. 2008. Arterial stiffness in diabetes and the

metabolic syndrome: a pathway to cardiovascular disease. Diabetologia, Vol.

51, No. 4. Diakses pada 6 Januari 2013, di

http://emedicine.medscape.com/article/165124

Soetardjo, S. 2011. Gizi Usia Dewasa in : Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan.

Atmatsier et al (Ed). Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Soewondo, P., Purnamasari, D., Oemardi, M., et al. 2006. Prevalence of metabolic

syndrome using NCEP/ATP III criteria in Jakarta, Indonesia ; The Jakarta

primary non-communicable disease risk factors surveillance 2006. Acta Med

Indones-Indones Jurnal Internal Medicine, Vol. 42, No. 4.

Soewondo, P. 2005. Prevalence of metabolic syndrome as defined by the ATP III, Asian

modification of ATP III, WHO and IDF criteria in Depok population study.

JAFES.

Stern, M.P., Williams, K., Villalpando, C.G. et al. 2004. Does the metabolic syndrome

improve identification of individuals at risk of type 2 diabetes and or

cardiovascular disease?. Diabetes Care. Vol. 27. No. 11.

Sudarminingsih, S., Lestarina, W., Susetyowati. 2007. Hubungan Pola makan dengan

Sindroma Metabolik pada Karyawan PT. Unocal Oil Company di Offshore

Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol. 4,

No.2.

Suhartono, T, et al. 2005. Prevalensi Sindrom Metabolik di Poliklinik Endokrin dan

Poliklinik Jantung RS Dr. Kariadi dan di Pekajangan, Pekalongan. Naskah

lengkap the metabolic syndrome (the MetS) anticipating life style related

disease. Surabaya.

Page 125: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

108

Sulistiyoningsih, H. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta : Graha

Ilmu.

Sulviana, N. 2008. Analisis Hubungan Gaya Hidup dan Pola Makan dengan Kadar Lipid

Darah dan Tekanan Darah pada penderita jantung koroner. Skripsi. Bogor : IPB.

Supariasa, I.D.N., Bakri, B., Fajar, I., et al. 2002. Penlitian Status Gizi. Jakarta : EGC.

Suryo. 1990. Genetika Manusia. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Tejasari. 2005. Nilai Gizi Pangan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Umboh, A., et al. 2007. Hubungan antara resistensi insulin dan tekanan darah pada anak

obese. Sari Pediatri. Vol. 8.

Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era

Otonomi Daerah dan Glonalisasi. Jakarta : LIPI.

Wardani, N. E. J. 2008. Aktivitas Fisik, Status Gizi, dan Produktivitas Kepala Keluarga

Wanita Pemetik Teh di Perkebunan Teh Malabar PTPN VIII Bandung, Jawa

Barat. GMSK IPB : Bogor.

Wang, S.S. 2012. Metabolic syndrome. Eds. Ali, YS. Medscape Reference. Diakses

pada 6 Januari 2013, di http://emedicine.medscape.com/article/165124

WHO. Factsheet : Cardiovascular Diseases. Updated March 2013, diakses pada 6

Maret 2013 dari

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/index.html.

WHO. Factsheet : Diabetes. Updated March 2013, diakses pada 6 Maret 2013 dari

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/index.html.

WHO. Factsheet : Physical Activity. Updated March 2013, diakses pada 6 Maret 2013

dari http://www.who.int/dietphysicalactivity/pa/en/index.html.

Yogiantoro, M. 2006. Hypertension and Insulin Resistance. Dalam: Makalah lengkap

The 6th Jakarta Nephrology & Hypertension course and symposium on

hypertension. Pernefri.

Page 126: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi
Page 127: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

LAMPIRAN II

KUESIONER PENELITIAN

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Saya “Muhammad Fahad” mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang

melakukan penelitian tentang “ Hubungan Pola Makan dan Aktivitas fisik Terhadap

Metabolic Syndrome pada Karyawan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”. Untuk

itu saya memohon kesediaan Bapak /Ibu untuk mengisi kuesioner ini. Kejujuran

ibu/bapak dalam menjawab pertanyaan sangat saya harapkan. Identitas dan jawaban ibu

akan saya rahasiakan. Atas perhatian dan kerja sama ibu, saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pernyataan Persetujuan

Nama responden

Tanda tangan

Diketahui oleh

Penelitti

Tanda tangan

A. Karakteristik Responden :

1. No. Responden : ……………………………………

2. Nama : ……………………………………

3. Jenis kelamin : L/P

4. Alamat : …………………………………….

5. Telepone/Hp : ……………………………………

6. Usia : ………. tahun

7. Pendidikan : ……………………………………

8. Pekerjaan : ……………………………………

Page 128: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

B. Pertanyaan Khusus wanita

1. Apakah pada saat ini anda sedang mengalami masa menopause?

a. Ya b. tidak

C. Pertanyaan Terkait Metabolik Syndrome

1. Apakah anda sedang dalam pengobatan hipertensi ?

a. Ya b. tidak

2. Apakah anda sedang dalam pengobatan hiperglikemik?

a. Ya b. tidak

3. Apakah anda sedang dalam pengobatan dislipidemia?

a. Ya b. tidak

D. Pengukuran Metabolic Syndrome

No Jenis

Karakteristik

Standard Hasil ukur Interpretasi

1 Lingkar perut

(cm)

Beresiko bila:

LP ≥ 90 cm (laki-laki)

LP ≥ 80 cm

(perempuan)

2 Tekanan darah

(mmHg)

a. Sistol

b. Diastol

TD. Sistolik ≥130 atau

TD. 3iastolic ≥85

mmHg atau sedang

dalam pengobatan

hipertensi.

3 Kadar Gula Darah

Puasa (mg/dL)

GDP ≥ 100 mg/dL

atau sedang dalam

pengobatan

hiperglikemik.

4 Kadar Kolesterol

HDL (mg/dL)

< 40 mg/dL (laki-laki)

< 50 mg/dL (wanita)

Atau sedang dalam

pengobatan khusus

lipid abnormal

5 Kadar Trigliserida

(mg/dL)

≥ 150 mg/ dL

atau pengobatan

khusus terhadap lipid

abnormal

Kesimpulan :

Page 129: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

KUESIONER FOOD RECALL 24 JAM

(Tahap I)

Waktu

Makan

Nama

Makanan

Jenis Bahan

Makanan

(termasuk

bumbu)

Jumlah yang dimakan Ketarangan

Ukuran

Rumah

Tangga

(URT)

Berat

(gram)

Tempat beli/

merk

makan,

ukuran

Pagi/jam

Selingan

/jam

Siang/ Jam

Selingan /

jam

Malam/

jam

Page 130: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

KUESIONER FOOD RECALL 24 JAM

(Tahap II)

Waktu

Makan

Nama

Makanan

Jenis Bahan

Makanan

(termasuk

bumbu)

Jumlah yang dimakan Ketarangan

Ukuran

Rumah

Tangga

(URT)

Berat

(gram)

Tempat

beli/ merk

makan,

ukuran

Pagi/jam

Selingan

(sejak pagi

sampai

siang)/jam

Siang/ Jam

Selingan

(Sejak

siang

sampai

malam)/

jam

Malam/

jam

Page 131: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

FOOD FREQUENCY QUESTIONER (FFQ)

N

o Bahan makanan

Sehari Seminggu Sebulan Setahun Tidak

pernah 1 x 2x 3x >3x 1-

3x

4-6x 2-3x 3-4 x 1-3 x

Karbohidrat Kompleks

Nasi

Roti gandum

Kue-kue

Biskuit

Kentang

Roti Putih

Ubi

Singkong

Bihun

Mie Instan

Produk Hewani

Ayam

Ikan

Sarden

Ikan Asin

Corned

Udang

Kambing

Daging Sapi

Sosis

Jeroan

Produk Nabati

K. hijau

K. kedelai

K. merah

K. tanah

Sayuran

Bayam

Buncis

Brokoli

Kol

B. putih

Ketimun

Tomat

Seledri

D. pepaya

Wortel

Kangkung

Page 132: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

N

o Bahan makanan

Sehari Seminggu Sebulan Setahun Tidak

pernah 1 x 2x 3x >3

x

1-3x 4-6x 2-3x 3-4 x 1-3 x

Buah-buahan

Apel

Duku

Anggur

Nanas

Pisang

Pepaya

Alpukat

Melon

Kismis

Mangga

Semangka

Susu

Susu Sapi

SKM

Yoghurt

Keju

Es Krim

Minyak

Minyak Goreng

Margarin

Mentega

Santan

Lain-lain

Garam

Saos

Kecap

Penyedap Rasa

Terasi

Cuka

Kopi

Tea

Soft drink

Madu

Page 133: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

AKTIVITAS FISIK

Pertanyaan dibawah ini berkaitan dengan jumlah waktu yang Bapak/Ibu gunakan

untuk beraktivitas fisik selama 7 hari sebelumnya.

A. Aktivitas fisik berat yang telah Bapak/Ibu lakukan selama 7 hari sebelumya.

Aktivitas fisik berat adalah aktivitas yang menggunakan tenaga fisik kuat

sehingga nafas jauh lebih cepat dari biasanya dan dilakukan sekurang-kurangnya

selama 10 menit.

1. Selama 7 hari sebelumnya, berapa hari Bapak/Ibu melakukan aktivitas fisik

berat, contohnya mengangkat barang berat (> 20 kg), senam aerobik,

bersepeda cepat?

__________hari seminggu

Tidak ada aktivitas berat. Loncat ke soal nomor 3

2. Berapa lama waktu yang Bapak/Ibu gunakan untuk melakukan aktivitas fisik

berat tersebut dalam sehari.

__________jam _______menit sehari

Tidak tahu/tidak pasti

B. Aktivitas fisik sedang yang telah anda lakukan selama 7 hari sebelumnya.

Aktivitas fisik sedang adalah aktivitas yang menggunakan daya fisik yang

sedang sehingga membuat Bapak/ibu bernafas agak lebih kuat daripada biasanya

dan dilakukan sekurang-kurangnya selama 10 menit.

1. Selama 7 hari sebelumnya, berapa hari Bapak/Ibu telah melakukan aktivitas

fisik sedang, contohnya mengangkat beban ringan (< 20 kg), mengepel

lantai, bersepeda laju sedang, atau bermain badminton? (tidak termasuk

berjalan kaki).

__________hari seminggu

Tidak ada aktivitas fisik sedang. Lompat ke soal nomor 5

2. Berapa lama waktu yang Bapak/Ibu gunakan untuk melakukan aktivitas fisik

sedang tersebut dalam sehari?

__________jam________menit sehari

Tidak tahu/tidak pasti.

Page 134: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

C. Berapa lama yang Bapak/Ibu yang telah gunakan untuk berjalan kaki selama 7

hari sebelumnya termasuk juga berjalan kaki di tempat kerja dan di rumah,

berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain, dan berjalan kaki untuk rekreasi,

berolahraga, bersenam, atau berjalan kaki pada waktu senggang.

1. Selama 7 hari sebelumnya, berapa harikah Bapak/Ibu telah berjalan kaki

selama sekurang-kurangnya 10 menit dalam sehari?

_________hari seminggu

Tidak ada berjalan kaki. Lompat ke soal nomor 7

2. Berapa lama waktu yang Bapak/Ibu biasa gunakan untuk berjalan kaki

dalam hari tersebut?

__________jam___________menit sehari

Tidak tahu/ tidak pasti

D. Berapa lama waktu yang telah Bapak/Ibu gunakan untuk duduk pada hari kerja

atau dalam rumah pada 7 hari sebelumnya. Termasuk juga waktu duduk yang

dihabiskan duduk di tempat kerja, di rumah, waktu belajar dan pada waktu

senggang termasuk duduk di meja, mengunjungi teman-teman, membaca, atau

duduk atau berbaring sambil menonton televisi.

1. Selama 7 hari sebelumnya, berapa waktu yang telah Bapak/Ibu gunakan

untuk duduk dalam sehari?

___________jam_________menit sehari

Tidak tahu/tidak pasti

Page 135: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

Lampiran III (Output-Output Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS)

1. Gambaran Umur berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Umur_Kat * jenis kelamin 40 100.0% 0 .0% 40 100.0%

Umur_Kat * jenis kelamin Crosstabulation

jenis kelamin

Total perempuan laki-laki

Umur_Kat 0 Count 30 3 33

% within Umur_Kat 90.9% 9.1% 100.0%

1 Count 4 3 7

% within Umur_Kat 57.1% 42.9% 100.0%

Total Count 34 6 40

% within Umur_Kat 85.0% 15.0% 100.0%

0 = 30-64 th

1= ≥ 64 th

2. Gambaran Lingkar Perut Responden

Statistics

lingkar perut kategorik

N Valid 40

Missing 0

lingkar perut kategorik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid risk 35 87.5 87.5 87.5

no risk 5 12.5 12.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Page 136: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

3. Gambaran Tekanan Darah Responden

Statistics

TD kategorik

N Valid 40

Missing 0

TD kategorik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid risk 18 45.0 45.0 45.0

no risk 22 55.0 55.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

4. Gambaran Gula Darah Puasa Responden

Statistics

GDP kategorik

N Valid 40

Missing 0

GDP kategorik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid risk 23 57.5 57.5 57.5

no risk 17 42.5 42.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

5. Gambaran Kadar HDL Responden

Statistics

HDL kategorik

N Valid 40

Missing 0

Page 137: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

HDL kategorik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid risk 13 32.5 32.5 32.5

no risk 27 67.5 67.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

6. Gambaran Trigliserida Responden

Statistics

Trigliserida kategorik

N Valid 40

Missing 0

Trigliserida kategorik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid risk 9 22.5 22.5 22.5

no risk 31 77.5 77.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

7. Gambaran Metabolic Syndrome Responden

Statistics

sindrom metabolik

N Valid 40

Missing 0

sindrom metabolik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid kasus 21 52.5 52.5 52.5

no kasus 19 47.5 47.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

Page 138: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

8. Gambaran Aktivitas Fisik Responden

Statistics

kategori aktifitas

N Valid 40

Missing 0

kategori aktifitas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid berat 18 45.0 45.0 45.0

sedang 22 55.0 55.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

9. Gambaran Asupan Kalori Responden

Statistics

asupan kalori kategorik

N Valid 40

Missing 0

asupan kalori kategorik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid normal 33 82.5 82.5 82.5

lebih 7 17.5 17.5 100.0

Total 40 100.0 100.0

10. Gambaran Asupan Protein Responden

Statistics

asupan protein kategorik

N Valid 40

Missing 0

Page 139: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

asupan protein kategorik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid normal 26 65.0 65.0 65.0

lebih 14 35.0 35.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

11. Gambaran Asupan Karbohidrat Responden

Statistics

asupan karbohidrat kategorik

N Valid 40

Missing 0

asupan karbohidrat kategorik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid normal 40 100.0 100.0 100.0

12. Gambaran Asupan Lemak Responden

Statistics

asupan lemak kategorik

N Valid 40

Missing 0

asupan lemak kategorik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid normal 24 60.0 60.0 60.0

lebih 16 40.0 40.0 100.0

Total 40 100.0 100.0

Page 140: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

13. Hubungan Asupan Kalori dengan Metabolic Syndrome Responden

asupan kalori kategorik * sindrom metabolik Crosstabulation

sindrom metabolik

Total kasus no kasus

asupan kalori kategorik lebih Count 7 0 7

% within asupan kalori

kategorik 100.0% .0% 100.0%

normal Count 14 19 33

% within asupan kalori

kategorik 42.4% 57.6% 100.0%

Total Count 21 19 40

% within asupan kalori

kategorik 52.5% 47.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 7.677a 1 .006

Continuity Correctionb 5.542 1 .019

Likelihood Ratio 10.365 1 .001

Fisher's Exact Test .009 .006

Linear-by-Linear Association 7.485 1 .006

N of Valid Casesb 40

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.33.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

For cohort sindrom metabolik

= kasus 2.357 1.584 3.508

N of Valid Cases 40

Page 141: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

14. Hubungan Asupan Lemak dengan Metabolic Syndrome Responden

asupan lemak kategorik * sindrom metabolik Crosstabulation

sindrom metabolik

Total

kasus no kasus

asupan lemak kategorik lebih Count 13 3 16

% within asupan lemak kategorik 81.2% 18.8% 100.0%

normal Count 8 16 24

% within asupan lemak kategorik 33.3% 66.7% 100.0%

Total Count 21 19 40

% within asupan lemak kategorik 52.5% 47.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 8.839a 1 .003

Continuity Correctionb 7.022 1 .008

Likelihood Ratio 9.357 1 .002

Fisher's Exact Test

.004 .003

Linear-by-Linear Association 8.618 1 .003

N of Valid Casesb 40

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.60.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for asupan lemak

kategorik (lebih / normal) 8.667 1.904 39.442

For cohort sindrom metabolik =

kasus 2.438 1.321 4.499

For cohort sindrom metabolik =

no kasus .281 .098 .811

N of Valid Cases 40

Page 142: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

15. Hubungan Asupan Protein dengan Metabolic Syndrome Responden

asupan protein kategorik * sindrom metabolik Crosstabulation

sindrom metabolik

Total kasus no kasus

asupan protein kategorik lebih Count 10 3 13

% within asupan protein

kategorik 76.9% 23.1% 100.0%

normal Count 11 16 27

% within asupan protein

kategorik 40.7% 59.3% 100.0%

Total Count 21 19 40

% within asupan protein

kategorik 52.5% 47.5% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 4.607a 1 .032

Continuity Correctionb 3.270 1 .071

Likelihood Ratio 4.808 1 .028

Fisher's Exact Test .046 .034

Linear-by-Linear Association 4.492 1 .034

N of Valid Casesb 40

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.18.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 143: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for asupan

protein kategorik (lebih /

normal)

4.848 1.080 21.758

For cohort sindrom metabolik

= kasus 1.888 1.096 3.252

For cohort sindrom metabolik

= no kasus .389 .138 1.102

N of Valid Cases 40

Page 144: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

LP LP LP LP LP HDL LP GDP GDPGDP GDP GDP HDL TRIG GDP HDL TRIG TRIG

Kat. Kat Kat Kat. Kat. TD HDL TRIG TRIG TD TD TD TD HDL

1 M. 0 59 56.5 149.8 87 66.5 88 47.6 110 70 1 0 0 1 0 0 0 0 0

2 D. S. 0 38 63.5 161.2 88 53.2 88 65.9 90 70 0 0 0 1 0 0 0 0 0

3 S. 0 56 58.8 153.5 95 52.0 89 183.2 130 90 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1

4 R. M. 0 40 53.4 148.0 83 49.5 93 32.7 120 70 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1

5 S. S. 0 60 64.5 157.3 103 53.7 97 80.3 130 85 0 0 0 1 0 0 0 1 0

6 K. 0 60 68.3 161.0 95 56.3 122 193.8 130 90 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1

7 L. B. 0 51 61.2 148.0 84 60.0 91 178.8 100 70 0 0 0 1 0 1 0 0 0

8 E. S. 0 61 54.0 152.0 95 70.2 88 71.2 100 75 0 0 0 1 0 0 0 0 0

9 N. A. 0 52 71.7 166.0 78 49.4 99 154.8 120 80 0 0 0 0 1 1 0 0 0

10 Z. 1 68 64.8 167.0 86 58.8 113 78.4 110 70 0 0 0 0 0 0 1 0 0

11 S. H. 0 53 57.9 155.0 91 52.3 104 71.6 110 70 0 0 0 1 0 0 1 0 0

12 E. S. 1 50 70.8 162.0 85 47.7 124 189.4 120 80 0 0 0 0 0 1 1 0 0

13 U. I. 0 38 63.9 159.0 90 42.4 105 97.6 100 80 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1

14 F. L 0 57 68.0 162.0 97 56.8 97 140.9 130 80 0 0 0 1 0 0 0 1 0

15 H. 0 50 74.6 158.5 89 75.2 111 97.6 120 90 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1

16 S. 0 65 59.0 147.5 96 65.1 97 101.4 130 100 0 0 0 1 0 0 0 1 0

17 E. I. 0 62 37.6 129.5 85 34.6 104 64.9 110 80 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1

18 J. 0 62 52.0 145.0 92 41.7 93 105.3 120 80 0 0 0 1 1 0 0 0 0

19 U. 0 59 61.5 152.0 84 49.1 105 58.2 140 100 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

20 Su. 0 60 69.3 150.2 105 60.6 104 170.7 120 90 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

21 S. I. 0 68 66.9 161.8 103 69.3 129 87.5 130 70 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1

22 S. He. 0 50 65.0 154.9 87 54.0 130 89.4 120 80 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1

23 N. H. 0 47 70.8 157.0 101 48.0 97 83.7 120 80 0 0 0 1 1 0 0 0 0

24 S. 1 76 73.9 175.0 84 35.8 139 129.3 150 100 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1

25 P. P. 0 60 64.5 159.0 90 54.6 96 237.5 140 100 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1

26 N. 0 76 59.3 156.6 87 77.2 140 103.4 150 110 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1

27 A. 0 64 66.8 147.0 96 61.6 113 129.3 130 85 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1

28 E. 0 62 74.3 154.2 105 47.7 80 65.9 150 85 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1

29 S. U. 0 61 47.0 152.0 80 51.7 106 93.8 120 80 0 0 0 1 0 0 1 0 0

30 M. 0 59 55.2 143.5 103 36.7 127 224.0 120 80 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1

31 A. H. 1 76 57.5 145.5 90 30.9 105 146.2 140 100 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

32 As. 0 52 77.1 152.5 109 47.8 125 137.0 110 70 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1

33 E. H. 0 61 78.0 147.0 101 59.7 96 73.6 125 80 0 0 0 1 0 0 0 0 0

34 M. J 1 61 77.6 170.0 100 49.5 109 141.8 140 100 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1

35 V. 0 42 50.8 156.2 84 58.0 88 167.8 120 80 0 0 0 1 0 1 0 0 0

36 S. 0 74 37.8 154.5 79 61.3 113 59.6 110 80 0 0 0 0 0 0 1 0 0

37 N. 0 59 54.9 150.0 82 80.4 96 67.3 120 80 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1

38 A. S. A. 1 53 77.1 165.3 100 38.0 118 68.3 140 90 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1

39 R. Z. 0 51 50.2 153.5 80 53.9 112 51.0 120 80 0 0 0 1 0 0 1 0 0

40 I. 0 55 61.9 150.1 100 65.6 101 146.6 120 80 0 0 0 1 0 0 1 0 0

20 13 5 16 16 21 10 8 3 1 4 4 6 1 1

Keterangan

MSLP HDL Trig. TD GDP

O.K O.G O.H

Jumlah

HDL GDP Trig. TDS TDDNo Nama JK Umur BB TB LP

Page 145: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

JK = Jenis Kelamin

BB = Berat Badan

TB = Tinggi Badan

LP = Lingkar Perut

Trig.= Trigliserida

TDS= Tekanan Darah Sistolik

TDD= Tekanan Darah Diastolik

O.K= Obat Anti Kolesterol

O.G = Obat Anti Gula Darah

O.H = Obat Antri Hipertensi

LP Kat.= Kategorisasi Lingkar Perut

HDL Kat. = Kategorisasi HDL

Trig. Kat = Kategorisasi Trigliserida

GDP Kat.= Kategorisasi Gula Darah Puasa

TD Kat. = Kategorisasi Tekanan Darah

MS = Metabolic Syndrome

Page 146: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

BB Energi Protein Lemak Karbo

AKG koreksi Koreksi Koreksi Koreksi

1 M. 0 59 57 55 1798 806 2 51 21 2 60 29 2 270 115 2

2 D. S. 0 38 63 55 2077 632 2 58 18 2 69 21 2 311 94 2

3 S. 0 56 59 55 1750 1460 2 50 46 2 58 47 2 263 206 2

4 R. M. 0 40 53 55 1800 1907 1 50 59 1 60 70 1 270 269 2

5 S. S. 0 60 64 55 2051 1137 2 59 39 2 68 57 2 308 121 2

6 K. 0 60 68 55 1750 1233 2 50 40 2 58 41 2 263 181 2

7 L. B. 0 51 61 55 1948 947 2 56 34.5 2 65 26 2 293 147 2

8 E. S. 0 61 54 55 1719 1126 2 49 44.4 2 57 32 2 258 163 2

9 N. A. 0 52 72 55 2281 870 2 65 26.1 2 76 21 2 343 146 2

10 Z. 1 68 65 62 2143 1248 2 63 48.0 2 71 43 2 322 157 2

11 S. H. 0 53 58 55 1841 940 2 53 34.9 2 61 35 2 277 124 2

12 E. S. 1 50 71 62 2569 1138 2 69 62.0 2 86 31 2 386 157 2

13 U. I. 0 38 64 55 1800 1210 2 50 35 2 60 36 2 270 173 2

14 F. L 0 57 68 55 2164 1960 2 62 70 1 72 107 1 325 179 2

15 H. 0 50 75 55 1750 1224 2 50 58.1 1 58 68 1 263 102 2

16 S. 0 65 59 55 1717 777 2 54 26.0 2 57 34 2 258 95 2

17 E. I. 0 62 38 55 1750 1239 2 50 41 2 58 34 2 263 191 2

18 J. 0 62 52 55 1655 1147 2 47 38.1 2 55 44 2 249 156 2

19 U. 0 59 62 55 1750 1945 1 50 56 1 58 78 1 263 255 2

20 Su. 0 60 69 55 1750 1733 2 50 69 1 58 58 2 263 251 2

21 S. I. 0 68 67 55 1600 1635 1 50 62 1 53 59 1 240 222 2

22 S. He. 0 50 65 55 1750 1899 1 50 71 1 58 99 1 263 183 2

23 N. H. 0 47 71 55 2315 1319 2 64 51.2 2 77 40 2 347 202 2

24 S. 1 76 74 62 2050 1395 2 60 39 2 68 53 2 308 193 2

25 P. P. 0 60 64 55 1750 1403 2 50 47 2 58 46 2 263 199 2

26 N. 0 76 59 55 1600 1486 2 50 54 1 53 61 1 259 183 2

27 A. 0 64 67 55 1750 1814 1 50 34 2 58 61 1 320 212 2

28 E. 0 62 74 55 1750 1740 2 50 12 2 58 64 1 355 223 2

29 S. U. 0 61 47 55 1495 895 2 43 40.7 2 50 26 2 225 125 2

30 M. 0 59 55 55 1750 1785 1 50 70 1 58 68 1 264 230 2

31 A. H. 1 76 57 62 2050 1514 2 60 46 2 68 60 2 285 205 2

32 As. 0 52 77 55 1750 1537 2 50 48 2 58 71 1 368 178 2

33 E. H. 0 61 78 55 2482 1585 2 71 40.5 2 82 58 2 373 235 2

34 M. J 1 61 78 62 2250 1903 2 60 74 1 75 85 1 423 217 2

35 V. 0 42 51 55 1661 1262 2 46 42.9 2 55 49 2 249 181 2

36 S. 0 74 38 55 1100 1090 2 34 36.0 1 36 37 1 165 158 2

37 N. 0 59 55 55 1750 1776 1 50 71 1 58 71 1 263 218 2

38 A. S. A. 1 53 77 62 2250 1905 2 60 36 2 75 94 1 420 242 2

39 R. Z. 0 51 50 55 1596 1256 2 46 46.3 1 53 26 2 240 209 2

40 I. 0 55 62 55 1970 1244 2 56 43.4 2 65 68 1 296 123 2

KatKatKat Hasil HasilHasil HasilNo Nama JK Umur BB Kat

BB = Berat badan

AKG = Angka Kecukupan Gizi

Kat = Kategorisasi

Keterangan

JK = Jenis Kelamin

Page 147: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

No. Item Makanan R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R 9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 R31 R32 R33 R34 R35 R36 R37 R38 R39 R40

1 Nasi 2 1 3 2 3 1 3 3 2 3 2 3 1 2 2 1 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 32 Roti gandum 1 0.3 0.7 0 0.3 0.3 0.1 0 0.3 2 0.7 0 0.1 0 0.3 0.3 0 0 0.3 0 1 0.1 0.3 2 0.3 1 0.7 0.3 0.1 0 0.1 0.3 0.1 0 0.7 0.3 0.3 0.3 0.3 0.33 Kue 1 0.3 1 1 0.3 0.3 1 0.3 1 2 0.3 0.1 3 0.3 0.3 0.3 1 2 0.1 2 1 0 1 0.3 0.3 3 1 0.3 0.3 0.3 4 1 2 0.3 0.3 0.1 1 0.7 0.1 14 Biskuit 1 0.3 1 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 2 0.1 0 3 0.3 0.1 0 0.3 1 0.1 0 1 0 0.3 0.3 0.3 3 1 0.1 0.3 2 4 0.3 2 0.1 0.3 1 0.1 0.7 0.1 0.15 Kentang 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 1 0.1 0.3 0.3 0.3 0.1 0 0.7 0.3 1 0 0.3 2 0.1 0.7 1 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 1 0.1 0.3 0.3 0.3 0.3 0 0.3 0.3 0.1 0.3 0.7 0.16 Roti Putih 0.3 0.3 1 0.3 0.3 0.3 0.1 0.3 0.3 0.3 0.7 0.3 0.7 0.1 0.1 0.3 0.8 1 0.3 0.3 0.7 0.1 0 1 0.7 0.3 2 0.1 0.3 2 0.3 0.1 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.1 1 0.37 Ubi 0.1 0 1 0 0.1 0.3 0.3 0.3 0.3 0 0.1 0 0.1 0 0.1 0 0 1 0.7 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.1 0.3 0.3 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 2 0.1 0.7 0.3 0.1 0.1 0 0.18 Singkong 0.1 0 0.7 0 0.1 0.3 0.3 0.3 0.3 0 0.1 0 0 0.1 0.1 0 0.3 1 0.7 0.3 0.3 0.3 0 0.3 0.1 0.3 0.3 0.1 0 0.1 0.1 0.1 2 0.1 0.1 0.3 0 0.1 0 09 Bihun 0 0.3 0.1 0 0.3 0.3 0.1 0.3 0.3 0 0.1 0 0.7 0 0.1 0 0.1 0 0.1 0 0.1 0 0.3 0.3 0.1 0.3 0.3 0.1 0 0 0 0.3 2 0 0 0.1 0 0.1 0.3 0

10 Mie Instan 0 0 0.7 0.1 0.3 0.1 0.1 0 0.3 0 0 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0 0.1 0 0 0 0.3 0.3 0.1 0.3 0.7 0.1 0.3 0.3 0.3 0.3 2 0 0.3 0.3 0.3 0.3 0.1 0.3Hasil 6 3 9 4 5 4 5 5 5 10 4 3 9 3 4 2 6 10 5 7 7 4 5 7 5 12 9 4 4 8 12 6 16 4 6 5 5 6 6 5

1 Ayam 0.1 1 1 0.3 0.3 0.3 0.7 0.3 0.3 1 0.7 0.3 0.3 0.1 0.3 0.1 1 1 0.3 0.3 1 1 1 0.3 0 0.3 0.3 0.3 0.7 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0 1 1 02 Ikan 1 0.3 1 3 1 1 0.7 1 0.3 1 0.7 0.3 0.7 0.1 0.3 0.1 0.1 2 0.7 0.3 1 1 1 0.3 0 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.7 1 3 0.7 0.3 0.3 3 1 1 33 Sarden 0 0 0.1 0 0 0 0 0 0 0.3 0.1 0 0 0 0.1 0 0 0 0 0 0 0 0.1 0.1 0.1 0 0.1 0.1 0.1 0.3 0.1 0.3 0.1 0 0.8 0.1 2 0.1 0.1 24 Ikan Asin 0.1 0.3 0.1 0.1 0.1 0.3 0.1 0 0 0 0.7 0.1 0.7 0.1 0 0 0.1 1 0.3 0.3 0 0.3 0.3 0.1 0 0.1 0.3 0 0.3 0.1 0.1 0.1 3 0 0.8 0 0 0.1 0.1 05 Corned 0 0 0 0 0.1 0 0 0 0 0 0.7 0 0.1 0 0 0 0 0 0 0 0.1 0 0 0.1 0 0 0 0 0.1 0 0.1 0 0.1 0 0.8 0.1 0 0 0 06 Udang 0.3 0 0.3 0.1 0.1 0.3 0.1 0.3 0 0.3 0 0 0.1 0 0.1 0 0 1 0.1 0.3 0.7 0.1 0.1 0.1 0 0.3 0.7 0.1 0.3 0.3 0 0 0.1 0.1 0.3 0.3 0.3 0.1 0.3 0.37 Kambing 0.3 0.3 0.1 0 0 0 0.1 0 0 0 0 0 0 0.1 0 0 0 0 0 0 0 0 0.3 0 0 0.3 0 0 0 0.1 0.1 0 0 0 0.1 0.1 0 0.1 0 08 Daging sapi 0.3 0.3 0.3 0.1 0.1 0.1 0.3 0 0 0.1 0 0.3 0.7 0.1 0.3 0 0.1 0 0.1 0 0.7 0.3 0.3 0 0.1 0.3 0.1 0.3 0.1 0.3 0.1 0.3 0.1 0.3 0.3 0.3 0.1 0.1 0.3 0.19 Telur 0.3 0.3 3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.7 0.1 0.1 0.7 1 2 0.1 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 3 1 0.7 0.3 0.7 0.7 0.3 1 0.3 0.3 0.3 0.3 2 0.3 0.3 0.3 1 0.3 0.3 1 0.3

10 Sosis 0 0.3 0.3 0 0 0 0 0 0.1 0 0.8 0 0 0.1 0.3 0 0.1 0 0 0 0.1 0.1 0 0 0 0 0.3 0.3 0.1 0 0 0 0 0 0.3 0.1 0 0.1 0.3 011 Jeroan 0 0 0 0 0.1 0 0 0 0.1 0 0 0 0 0 0.1 0 0 0 0.3 0 0 0 2 0 0 0 0 0.1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.1 0.1 0

Hasil 2 3 6 4 2 2 2 2 1 3 4 2 5 1 2 0 2 5 2 4 5 4 5 2 1 2 3 2 2 2 2 4 7 2 4 3 6 3 4 6

1 Tahu 0.3 0.3 3 3 0.7 1 0.7 2 2 2 1 1 0.7 0.1 0.7 0.3 0.3 2 1 0.3 1 1 1 0.3 0.3 0.7 0.3 0.7 0.3 0.3 2 2 4 0.7 0.7 2 0.3 3 1 0.32 Tempe 0.3 0.3 3 3 0.7 0.3 0.7 2 0.1 2 1 1 0.7 0.1 0.7 0.3 0.3 2 1 0 1 1 1 0.3 0.3 0.7 0.3 0.7 0.3 0.3 2 1 4 0.7 0.7 2 0.3 3 1 0.33 K.hijau 0 0.3 0.3 0.1 0.1 0 0.1 0.1 0.1 0 0.3 0 0.7 0 0.1 0 0.1 0.3 0.3 0.7 0.5 0.1 0.3 0.3 0.3 0.3 0.1 0.1 0 0.1 0.3 0.3 0.3 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.3 0.14 K.merah 0 0 0.3 0 0 0.3 0 0.3 0 0 0.1 0 0 0.1 0.1 0 0 0.3 0 0.3 1 0 0.1 0.1 0 0.1 0 0.1 0 0 0 0 0.3 0 0.3 0 0 0 0.1 05 K.tanah 0 0 0.3 0 0.1 0.3 0.1 0.1 0.3 0 0.1 0 0.7 0.1 0.7 0 0.3 0.3 0.1 0.7 0.1 0 0.3 0.3 0 0.1 0.7 0.7 0.3 0.1 0.1 0.3 3 0.1 0.3 0.1 1 0.3 1 1

Hasil 1 1 7 6 2 2 2 4 2 4 2 2 3 0 2 1 1 5 2 2 4 2 3 1 1 2 1 2 1 1 4 4 12 2 2 4 2 6 3 2

1 Bayam 0.3 0.3 1 0.3 0.3 0.3 0 0.7 0.3 0.3 0.3 0.3 0.7 0.1 0.3 0 0.1 0.3 0.1 0 0.3 0 0 0.1 0.3 0.3 0.3 0.3 0 0 0.3 1 1 0.3 0 0.3 0.3 0.3 0.3 0.32 Buncis 0.3 0.3 1 0.3 0.3 0.1 0.3 0.1 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.1 0.3 0 0.3 2 0.3 0.1 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0 1 0.3 0 0.7 0.3 0.3 0.3 0.33 Brokoli 0.7 0.3 0 0.1 0.1 0.3 0.3 0.7 0.1 0.3 0.1 0.3 0.3 0.1 0.3 0.3 0.1 2 0.1 0.1 0.7 0.3 0.1 0.1 0.3 0.3 0.3 0.3 0.1 0 0.1 0 1 0.1 0 0.3 0.1 0.3 0.3 0.14 Kol 0 0 1 0 0.3 0.1 0.3 0.1 0 0.1 0.3 2 0.7 0.1 0.3 0 0.1 0.3 0.3 0.1 0.3 0.7 0 0.1 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.1 0.1 0 0.3 0.1 0 0.3 0 1 0.3 05 Ketimun 0.3 0 1 0.3 0.3 0.3 0 0.7 0.3 0.3 0.1 0.3 0.3 0.1 0.3 0.3 0.1 0 0 1 1 0.7 0.3 0.3 0.3 0.3 1 0.3 0.3 0.3 0.1 0.3 1 0.7 1 0.7 0.3 0.3 0.3 0.36 Tomat 0.3 0.3 1 1 2 2 0.7 0.7 0.3 2 1 1 3 0.1 1 1 0.1 2 1 2 1 0.7 2 0.3 1 0.3 2 1 3 3 0.1 2 0.3 0.7 0.3 2 3 1 1 37 D.pepaya 0 0.3 0 0 0.3 0.1 0 0.7 0.3 0.1 0.3 0.3 0.7 0 0.3 0 0 0.3 0 0.7 0.3 0.1 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0 0.1 0.1 0.3 1 0.3 0.3 0.1 0.1 0.3 0.3 0.18 Wortel 0.7 0.3 1 0.3 0.7 0.3 0.3 0.7 0.3 0.3 0.7 0.3 0.3 0.3 1 0.3 2 0.3 0.3 1 1 0.7 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 1 0.3 0.1 0.1 2 0.3 0.3 0.3 0.7 0.1 0.3 1 0.19 Toge 0.7 0.1 1 0.7 0.3 0.3 0.1 0.7 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0 0.1 0 0.3 1 0.7 0.7 0.3 0.3 0.1 0.3 0.1 0.3 0.1 0.1 0.1 0.3 1 0.3 0.3 0.7 0.3 0.3 0.3 0.3

10 Kangkung 0.1 0 1 0.7 0 0.3 0.1 0.7 0.3 0.3 0.1 0.3 0.7 0.1 0.3 0 0.1 0 0.3 0 0.7 0.1 0 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0 0 0 0 1 0.7 0.3 0.7 0.3 0.3 0.3 0.3Hasil 3 2 8 4 5 4 2 6 2 4 3 5 7 1 4 2 3 7 3 6 6 4 4 2 3 3 5 4 4 4 1 6 8 4 3 6 5 4 4 5

1 Apel 0.1 0.3 2 0.1 0.1 0.1 0.7 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0 1 0.1 0 1 0.1 3 0.3 0.7 0.3 0.1 0.1 0.1 1 1 0.1 0.1 0.1 0.3 0.3 0.1 0.3 0.1 0.1 0.3 0.3 0.12 Jeruk 0.7 0.3 2 0.1 0.3 0.1 1 0.7 1 0.1 0.3 0.1 0.7 0 0.3 0.3 0.1 1 0.3 3 0.3 0.7 1 1 0.3 0.1 1 0.3 0.3 3 0.1 0.3 2 0.3 0.3 0.1 0.3 0.7 0.3 0.33 Belimbing 0.1 0 0 0 0 0.3 0 0.1 0.3 0 0 0 0.1 0 0.3 0.1 0 0.3 0 0.7 0.3 0.1 1 0 0.1 0 0.3 0.3 0 0 0.1 0.1 2 0.1 0 0.3 0.1 0.3 0.1 0.14 Duku 0.1 0 0 0 0 0 0.1 0.1 0.1 0 0 0 0 0 0 0.1 0 0.3 0 0 0 0.1 0 0.1 0 0 0 0 0 0 0.1 0 0.3 0 0 0 0 0 0 05 Anggur 0 0.3 0.3 0 0 0 0.7 0.1 0.1 0.1 0.1 0 0.1 0 0.3 0.1 0 0.3 0 0 0.1 0.1 0.3 0.1 0 0 0.1 0.3 0 0 0.1 0 0.3 0.1 0 0.1 0.1 0.3 0.1 0.16 Nanas 0.1 0 2 0 0.3 0.3 0 0.1 0.1 0 0 0 0 0 0.1 0.1 0 1 0.3 0 0.7 0.1 0.3 0.1 0.1 0 1 0.1 0 0.7 0.1 0 0.3 0.1 0 0.3 0 0.1 0.1 07 Pisang 0.1 0.1 2 0.7 0.7 0.7 1 0.1 0.1 0.3 0.3 0.1 0.7 0.1 1 0.3 0.1 1 0.3 1 1 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 1 0.3 0.1 0.3 2 1 0.3 0.7 1 0.3 1 0 0.38 Pepaya 0.1 0.3 2 0.7 0.3 0.7 1 0.1 1 0.3 0.3 0.1 0.7 0.1 1 0.3 0.3 0 0.3 3 0.7 0.3 0.3 1 0.3 0.3 1 1 0.1 2 0.1 2 1 0.7 0.7 1 0.3 1 0 0.3

Food Frequency Questionaire Klub Senam Jantung Sehat

Karbohidrat Kompleks

Buah-Buahan

Sayuran

Protein Nabati

Produk Hewani

Page 148: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi

9 Alpukat 0 0.3 0.1 0.7 0 0.1 0.7 0.1 0.3 0 0.1 0.1 0.3 0 0.1 0.3 0 0 0 0 0.7 0.1 0.3 0.1 0.3 0.3 0.3 0.1 0 0 0.1 0.1 0.3 0.3 0 0.1 1 0.3 0 110 Melon 0.1 0.3 0.1 0.7 0.3 1 1 0.1 0.3 0 0.1 0.1 0.7 0 0.3 0.1 0.1 0 0 2 0.7 0.1 0.3 0.1 0.3 0.3 1 0.3 0 0 0.1 0.3 0.3 0.3 0.3 0 0.1 0.3 0 0.111 Kismis 0 0.1 2 0 0.3 0.1 0.1 0.1 0 0 0 0 0 0 0 0 0.1 0 0 0 0 0.1 0.3 0.1 0 0.3 0 0 0.3 0 0.1 0 0 0.1 0 0 0 0 0 012 Mangga 0.1 0.3 0.1 0 0.1 0 0.7 0.1 0 0 0 0.1 0 0 0 0 0 0 0.3 0 0.1 0.7 0 0.1 0 0.3 0 0 0 0 0.1 0.1 0.3 0.3 0 0 0 0 0.1 013 Semangka 0.7 0.1 0.1 0 0.3 0.1 3 0.1 0.1 0.3 0.1 0.1 0.3 0 0.3 0.1 0.1 0.3 0 0 0.7 0.1 0.3 0.1 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0 0.1 0.3 0.3 0.3 0.3 0.1 0 0.3 0.3 014 Salak 0.3 0.1 0.1 0 0.3 0.1 0.1 0.7 0.1 0.3 0.1 0 0.3 0.1 0 0.1 0.1 0.3 0.1 0 0.7 0.7 0.3 1 0.3 0.3 0.1 0 0 0 0.1 0.3 0 0.1 0 0 0.1 0.3 0.3 0.115 Sirsak 0 0.3 2 0 0.3 0.1 3 0.1 1 0 0.1 0 0.3 0 0.1 0.1 0.1 0.3 0 0 0.7 0.1 1 0.1 0 0.3 0 0.1 0 0 0.1 0 0.3 0.1 0 0 0 0.3 0.7 0

Hasil 2 3 15 3 3 4 13 2 4 1 1 1 4 0 5 2 1 6 2 13 7 4 6 4 2 3 6 5 1 6 1 6 9 3 3 3 2 5 2 2

1 Susu sapi 0.1 0.7 0.1 0.7 0.1 0 0 0 0.3 0 1 0.1 0.1 0.7 0.3 0.3 0.5 0.3 0 1 0 0 1 0.3 1 0 0.7 0.3 0.1 0.3 0.1 2 0 1 0 2 1 0 0.3 12 SKM 0 0 0.1 0 0 0 0.7 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.3 0 0.1 0.1 0.1 0 0.1 0.1 0 0.3 0 0 0 0.1 0.3 0 0 0 0 0 3 0.3 03 Yoghurt 0.1 0.3 0.1 0 0 0 0 0 0.3 0 0.1 0 0.1 0.1 0.3 0.1 0 0 0 0 0.1 0.1 0.3 0.1 0.1 0 0 0.3 0 0 0 0 0.7 0.1 0 0.1 0 0.3 0.3 04 Keju 0.1 0.3 0.1 0.7 0.1 0.1 0 0 0 0 0.3 0 0.3 0.1 0 1 0.1 0.3 0.3 1 0.3 0.3 0 0.1 0 0.1 1 0 0 0 0 0.1 0.7 0 0.3 0.3 0 0 0.7 05 Es krim 0.1 0.1 0.1 0.7 0.1 0.1 0 0.3 0.3 0 0 0 0.3 0 0.1 0 0.1 0.3 0.1 1 0 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0 0.1 0 0.3 0.1 0.1 0.7 0.1 0 0.3 0.3 0 0.7 0.3

Hasil 0 1 0 2 0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 3 0 1 1 1 1 0 2 1 0 1 0 2 2 1 0 3 1 3 2 1

1 Minyak Goreng 1 0.3 2 3 3 3 1 3 1 3 2 1 3 2 1 1 2 2 2 1 3 3 3 1 1 1 2 1 1 3 3 2 4 1 1 2 3 3 3 32 Margarin/mentega 0.7 0.3 2 1 3 3 0.1 0.3 0 0.3 1 1 0.7 0.1 0.3 0 0.1 0.3 2 1 1 2 0.1 0.3 0.3 1 1 0.3 0 0.1 0.1 0.1 4 0.1 0.7 2 0.1 0.3 0.3 0.13 Santan 0.7 0.1 2 0 3 3 0.7 0.3 0 0.3 0 0.3 0.1 0.1 0.3 0 0.3 2 0.1 1 0.3 0.1 0.3 0.3 0.3 1 0.7 0.3 0.1 0.3 0.1 0.1 4 0.7 0.3 0.7 0.3 3 1 0.3

Hasil 2.4 0.7 6 4 9 9 1.8 3.6 1 3.6 3 2.3 3.8 2.2 1.6 1 2.4 4.3 4.1 3 4.3 5.1 3.4 1.6 1.6 3 3.7 1.6 1.1 3.4 3.2 2.2 12 1.8 2 4.7 3.4 6.3 4.3 3.4

1 Gula 1 0.3 2 1 0.3 1 1 0.7 1 1 1 1 1 2 1 0.3 1 1 3 1 2 0 3 1 1 3 0.3 1 1 1 2 1 4 1 2 2 2 1 2 22 Garam 1 1 2 1 3 1 1 3 1 3 1 1 3 1 2 1 3 1 3 1 2 3 3 1 1 0 2 2 3 3 3 2 4 1 3 2 3 3 3 33 Saos 0.1 0 2 0.7 0.3 0 0.1 0.3 0 0.3 0.1 0.1 0.7 0.1 0.3 0 0.3 0 0 0 0.7 2 0.3 1 0.3 3 2 0.3 0 0.1 0.1 0 0.1 0.3 0.3 2 0.1 0.3 0 0.14 Kecap 0.3 0.1 2 0.7 1 0.3 0.3 3 1 0.3 0.7 0.3 0 0.3 0.3 0.3 0.3 1 0.3 1 1 2 0.3 1 0.3 3 0.3 0.3 0.1 0.1 0.3 1 0.1 0.3 0.3 2 0.1 1 1 0.15 Penyedap rasa 2 0.3 2 1 2 0.3 1 0.3 1 0 0.7 1 0.7 1 0 0 0.3 1 2 1 0 1 3 1 1 3 2 0 0 0 0.3 1 4 1 0 0.1 3 3 0 36 Terasi 0 0 0 0 0.3 0.3 0.3 0.7 1 0 0.7 1 0.1 0.3 0.3 0.3 0.1 1 2 1 0 0.3 2 0.3 1 3 2 0.3 0.3 0.1 0.1 1 0.1 0.1 0.3 1 0 0.3 0.3 07 Cuka 0.1 0.1 0 0.7 0 0 0.1 0.7 0.3 0 0 0 0.1 0 0.3 0 0 1 0.1 1 0 0 0 0.3 0.3 0 0.1 0.3 0 0 0 0 0.1 0 0.3 0 0 0.1 0.1 08 Kopi 0 0.3 0 0 0.1 0.3 0 0 2 0 0.7 0.3 0.1 0.1 0.3 0 0.1 0 0 0 0 0.3 0.3 1 0 3 0.7 0.3 0 0 2 0 1 0.3 0 0.7 1 0.3 0 19 Teh 0.3 0.3 2 0.7 0.3 0.3 1 0 0.3 1 1 0.3 3 1 2 0.3 1 1 1 1 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 3 0.7 1 0.1 1 1 3 4 0.7 1 0.7 0.3 3 1 0.3

10 Soft Drink 0 0.3 0 0 0.1 0 0 0 0 0 0 0.1 0.3 0 0.3 0 0.1 0 0 1 0 0 0 0.3 0.1 0.3 0 0.3 0 0.1 0 0.1 1 0.1 0 0 0 0.3 0.3 011 Madu 1 0.1 2 0.7 0.1 0 1 0 1 0 1 0.1 0 0.1 0.1 0 0.3 1 0 1 1 0.3 0.3 0.3 0.1 0.1 0.7 0.1 0 0 0 0.1 1 0.3 0.7 1 0.1 1 1 0.1

Hasil 5.8 2.8 14 6.5 7.5 3.5 5.8 8.7 8.6 5.6 6.9 5.1 9 5.9 6.9 2.2 6.4 8 11 9 7 9.2 13 7.5 5.4 21 11 5.9 4.5 5.3 8.8 9.2 19 5.1 7.9 11 9.6 13 8.7 9.6

Minyak

Susu dan Olahannya

Lain-lain

Page 149: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi
Page 150: HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN METABOLIC …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25899/1/MUHAMMAD... · DAN GAMBARAN AKTIVITAS FISIK . ANGGOTA KLUB SENAM ... penulis diberi