66
HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ENERGI KRONIS (KEK) PADA WANITA USIA SUBUR (WUS) DI KECAMATAN TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (Skripsi) Oleh: METI DESTRIYANA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2017

HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

  • Upload
    voliem

  • View
    229

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO

KURANG ENERGI KRONIS (KEK) PADA WANITA USIA SUBUR (WUS)

DI KECAMATAN TERBANGGI BESAR

KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

(Skripsi)

Oleh:

METI DESTRIYANA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2017

Page 2: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO

KURANG ENERGI KRONIS (KEK) PADA WANITA USIA SUBUR (WUS)

DI KECAMATAN TERBANGGI BESAR

KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh

Meti Destriyana

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

SARJANA KEDOKTERAN

Pada

Program Studi Pendidikan Dokter

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2017

Page 3: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

ABSTRACT

RELATIONSHIP BETWEEN CULTURAL AND RACE TOWARD

CHRONIC ENERGY MALNUTRITION (CEM) RISK ON WOMEN OF

CHILDBEARING AGE IN TERBANGGI BESAR DISTRICTS CENTRAL

LAMPUNG REGENCY

By

Meti Destriyana

Chronic energy malnutrition (CEM) on women of childbearing age is the high–

risk of health problem (morbidity, mortality, disability). Within wide scale, CEM

could be a threat apply to nation strength and viability. The objective of thi study

was to determine the relationship between cultural perceptions (food taboo,

marriageable age, parity) and race toward CEM risk in Terbanggi Besar, Central

Lampung Regency.

This study used cross sectional design with cluster sampling method in October–

November 2016. The sample came from women of childbearing age (20–45 years

old) in Terbanggi Besar, Central Lampung Regency with total 73 respondents

obtained by independent category analysis formula. Cultural perception variable

was gained by filling questionnaire and CEM risk was measured by upper arm

circumtance (UAC). Data was analyzed by univariate and bivariate using Fisher

test.

The results showed 4.1% of respondents CEM risk; 16,4% food taboo

respondents; 29% high–risk mariageable age respondents; 4.1% high parity

respondents; 74% Java race respondents. Results showed no significant relation

between food taboo, marriageable age, parity, race with CEM risk (p–value = >

0.05). The study conclusion was the absence of significant relationship between

perception of culture and race toward CEM risk on women of childbearing age in

Terbanggi Besar, Central Lampung regency.

Keywords: chronic energy malnutrition, cultural, race, women of childbearing

age

Page 4: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

ABSTRAK

HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO

KURANG ENERGI KRONIS (KEK) PADA WANITA USIA SUBUR (WUS)

DI KECAMATAN TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG

TENGAH

Oleh

Meti Destriyana

Kurang energi kronis (KEK) pada wanita usia subur (WUS) merupakan risiko

timbulnya masalah kesehatan (morbiditas, mortalitas dan disabilitas). Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi budaya (pantang makan,

usia menikah, paritas) dan ras terhadap KEK pada WUS di Kecamatan Terbanggi

Besar, Kabupaten Lampung Tengah.

Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan metode

pengambilan sampel berupa cluster sampling pada bulan Oktober–November

2016. Sampel adalah WUS (20–45 tahun) di Kecamatan Terbanggi Besar,

Kabupaten Lampung Tengah yang berjumlah 73 responden yang didapatkan dari

rumus analitik kategorik tidak berpasangan. Variabel persepsi budaya didapatkan

dengan menggunakan kuesioner dan KEK didapatkan dengan mengukur lingkar

lengan atas (LiLA). Data dianalisis secara univariat dan bivariat menggunakan uji

mutlak Fisher.

Hasil penelitian menunjukkan 4,1% responden KEK; 16,4% responden memiliki

pantang makan; 29% responden menikah pada usia risiko tinggi; 4,1%

responden dengan paritas tinggi; 74% responden dengan ras Jawa. Hasil uji

mutlak Fisher menunjukkan tidak adanya hubungan bermakna antara pantang

makan, usia menikah, paritas, ras dengan KEK (p–value = > 0,05). Kesimpulan

dari penelitian adalah tidak terdapatnya hubungan bermakna antara persepsi

budaya dan ras terhadap KEK pada WUS di Kecamatan Terbanggi Besar,

Kabupaten Lampung Tengah.

Page 5: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

Kata kunci: kek, kurang energi kronis, persepsi budaya, ras, wus

Page 6: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang
Page 7: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang
Page 8: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan pada tanggal 07

Desember 1995, sebagai anak bungsu dari Bapak H. Mezition NS, S.E. dan Ibu

Hj. Susilawati Mursi, Am.Keb., S.ST.Klinik.

Pendidikan peneliti dimulai dari Taman Kanak–kanak (TK) Nurul Jannah

Palembang, diselesaikan pada tahun 2001, sekolah dasar (SD) diselesaikan di SD

Negeri 115 Palembang yang diselesaikan pada tahun 2007, sekolah menengah

pertama (SMP) yang diselesaikan di SMP Negeri 9 Palembang yang diselesaikan

pada tahun 2010 dan sekolah menengah atas (SMA) yang diselesaikan di SMA

Plus Negeri 17 Palembang pada tahun 2013. Pada tahun 2013, peneliti diterima di

Prodi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Peneliti terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)

Undangan. Selama menjadi mahasiswa, peneliti pernah menjadi asisten

praktikum Patologi Anatomi pada tahun 2015–2016.

Peneliti juga pernah menerima beasiswa Dikti PPA periode 2013–2014 dan

beasiswa Yayasan Rachmat A&A Kasih periode 2016–2017. Organisasi yang

pernah peneliti ikuti adalah Forum Studi Islam Ibnu Sina periode 2013─2015

sebagai anggota Bidang Kaderisasi dan Perhimpunan Mahasiswa Pecinta Alam &

Page 9: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

Tanggap Darurat (PMPATD) Pakis Rescue Team periode 2013–2016 sebagai

anggota tetap Divisi Pengabdian Masyarakat.

Page 10: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

i

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam

mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki

kepadamu. Dan akhirat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa” (QS. Thaha: 132)

“No Guilty Pleasure”

Dengan Mengucapkan

Alhamdulillah. . .

Ku persembahkan sebuah

karya kepada

Alm. Kajong Mursi Zen

bin Muhammad Zen (alfatihah)

Papa & Mama

Terima kasih atas doa dan dukungan yang diberikan

selama ini

Terima kasih atas kasih sayang yang diberikan

Terima kasih sudah melahirkan, membesarkan, membimbing,

dan menemani dalam perjuangan hidup ini

Page 11: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

ii

SANWACANA

Puji syukur tak hentinya peneliti ucapkan atas kehadirat Allah swt. karena berkat

rahmat, nikmat, dan karunia–Nya jua peneliti dapat menyelesaikan proposal

skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah pada nabi besar Muhammad

saw. dan keluarga, serta para sahabat yang telah mendahului kita. Semoga kita

semua yang membaca termasuk dalam umatnya yang mendapat syafa’at kelak di

hari akhir, aamin yarabbal’alamin.

Skripsi dengan judul “Hubungan Persepsi Budaya dan Ras terhadap Risiko

Kurang Energi Kronis (KEK) pada Wanita Usia Subur (WUS) di Kecamatan

Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah. Skripsi ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih

kepada wanita usia subur di Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung

Tengah yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini, serta

pengalaman berharga selama penelitian sehingga proses penyusunan skripsi ini

dapat berjalan tepat pada waktu yang telah ditentukan.

Page 12: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

iii

Kepada Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku rektor Universitas Lampung;

Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M.Kes., Sp.PA., selaku dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung; dr. Dian Isti Angraini, S.Ked., M.P.H., selaku pembimbing

utama dan pembimbing akademik; dr. Rika Lisiswanti, S.Ked., M.Med.Ed.,

selaku pembimbing kedua; dr. Rizki Hanriko, S.Ked., Sp.PA., selaku dosen

penguji dan dosen ahli pengampu praktikum Patologi Anatomi; seluruh dosen,

staf, karyawan, dan civitas akademik Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan saran serta

nasihat dalam penyusunan skripsi ini, juga motivasi, ilmu pengetahuan, dan

bantuan selama peneliti menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas

Lampung.

Terima kasih sebanyak-banyaknya kepada Papa, Mama, Udo, Abang, Kaka Cika,

Nakan Gaza, Tamong, Nenek, Keluarga besar Mursi (Pakngah Zuhaidi, Makngah

Minar, Pakwo Mirson, Makwo Nancy, Pakngah Dedi, Makngah Novi, Cek Idir,

Cek Desi, Cek Yus, Cek Ria, Cek Jon, Cek Dilah, Cek Tikno, Cek Nevi, Paksu

Aldi, adik–adik sepupu), dan Abang Hezariman Alvarizi yang selalu ada untuk

memberikan segenap kasih sayang, motivasi, perhatian sepenuh hati, materi, dan

doa yang tak terhingga banyaknya;

Kepada semua sahabatku, Nabilah Nazalika, Naurah Nadzifah, Safitri Mukhlisah,

Deastya Arrini, Winda Pamela, Dea Ivana, Yurico Putri Noveza, Dina Septiana,

Dian Lestari, Analia Refsi Yusnita, Anugerah Indah Sari, Indira Malahayati;

Kuah Ketoprak (Sayyidatun Nisa, Faridah Alatas, Indrani Nur W.P, Nida Nabillah

Nur, Fauziah Lubis, Wahidatur Rohmah, Zahra Wafiyatunisa, Zulfa Labibah,

Page 13: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

iv

Hanifah Hanum, Christine Yohana, Marco Manza A, Firza Syailindra, Fadel

Muhammad, Tito Tri Saputra, dan Fuad Iqbal); teman–teman tim skripsi Wanita

Subur (Meriska Cesia Putri, Mentari Olivia, dan Sutria Nirda Syati); teman–

teman asisten praktikum Patologi Anatomi periode 2015–2016 (Serafina Subagio,

Irfan Silaban, Wulan Noventi, Annisa Mardhiyyah, Dani Kartika Sari, M Agung

Yudistira, dan Nidya Tiaz Putri); BG Family (Kak Diah, Kak Marizka, Kak Indri,

Kak Radita, Ulfa, Bundo, Tipan, Widi, Lala, dan Rani); teman–teman

seperjuangan FK UNILA 2013 juga kepada kakak–kakak 2010–2012 serta adik–

adik angkatan 2014–2016; yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terima

kasih sudah mengajarkan arti persahabatan, saling mendukung dan menemani di

kehidupan peneliti. Semua akan membosankan tanpa kalian! Semoga kita semua

menggapai cita–cita yang diinginkan dan menjadi dokter yang bermanfaat bagi

lingkungan.

Terakhir kepada alamamaterku tercinta (SDN 115 Palembang, SMPN 9

Palembang, SMA Plus N 17 Palembang, dan Universitas Lampung) atas semua

ilmu akademik dan non–akademik yang telah diajarkan selama ini, semoga ilmu

yang telah peneliti miliki dapat diaplikasikan sebaik–baiknya di kemudian hari

dan turut membanggakan nama almamater.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Akan tetapi

peneliti berharap agar skripsi ini dapat digunakan sebaik–baiknya dan dapat

bermanfaat bagi orang banyak.

Bandar Lampung, 18 Januari 2017

Page 14: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

v

Peneliti

Meti Destriyana

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 5

1.3 Tujuan Penelitian 5

1.3.1 Tujuan Umum 5

1.3.2 Tujuan Khusus 6

1.4 Manfaat Penelitian 6

1.4.1 Manfaat Praktis 6

1.4.2 Manfaat Teoritis 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wanita Usia Subur (WUS) 8

2.2 Status Gizi dan Kurang Energi Kronis 10

2.3 Faktor–Faktor yang Memengaruhi KEK pada WUS 13

2.3.1 Persepsi Budaya 16

2.3.2 Ras 19

2.4 Hubungan antara Persepsi Budaya dan Ras terhadap

Risiko KEK pada WUS 19

2.5 Kerangka Teori 27

2.6 Kerangka Konsep 28

2.7 Hipotesis 28

Page 15: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

vi

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian 29

3.2 Desain Penelitian 29

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 29

3.4 Subjek Penelitian 30

3.4.1 Populasi 30

3.4.2 Sampel 30

3.5 Identifikasi Variabel Penelitian 33

3.5.1 Variabel Bebas 33

3.5.2 Variabel Terikat 33

3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian 34

3.7 Instrumen Penelitian dan Metode Pengumpulan Data 35

3.7.1 Instrumen Penelitian 35

3.7.2 Metode Pengumpulan Data 35

3.8 Alur Penelitian 36

3.9 Pengolahan dan Analisis Data 37

3.9.1 Pengolahan Data 37

3.9.2 Analisis Data 37

3.9.2.1 Analisis Univariat 37

3.9.2.2 Analisis Bivariat 38

3.10 Etika Penelitian 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 39

4.1.1 Analisis Univariat 39

4.1.2 Analisis Bivariat 43

4.2 Pembahasan 46

4.2.1 Uji Univariat 46

4.2.1.1 Kurang Energi Kronis 46

4.2.1.2 Pantang Makan 47

4.2.1.3 Usia Menikah 48

4.2.1.4 Paritas 49

4.2.1.5 Ras 49

4.2.2 Uji Bivariat 50

4.2.2.1 Hubungan antara Pantang Makan dan KEK 50

4.2.2.2 Hubungan antara Usia Menikah dan KEK 53

4.2.2.3 Hubungan antara Paritas dan KEK 55

4.2.2.4 Hubungan antara Ras dan KEK 57

4.3 Keterbatasan Penelitian 62

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan 63

5.2 Saran 64

DAFTAR PUSTAKA 65

LAMPIRAN

Page 16: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

vii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Klasifikasi KEK Dewasa berdasarkan IMT 11

2. Definisi Operasional Variabel Penelitian 34

3. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Sosio–Demografi

Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah 39

4. Distribusi Frekuensi Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada

WUS di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah 40

5. Distribusi Frekuensi Pantang Makan pada WUS di Kecamatan

Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah 41

6. Distribusi Frekuensi Usia Menikah WUS di Kecamatan

Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah 41

7. Distribusi Frekuensi Paritas WUS di Kecamatan

Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah 42

8. Distribusi Frekuensi Ras WUS di Kecamatan

Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah 42

9. Hubungan Pantang Makan dengan Risiko Kurang Energi

Kronis (KEK) pada WUS di Kecamatan Terbanggi Besar

Kabupaten Lampung Tengah 43

10. Hubungan Usia Menikah dengan Risiko Kurang Energi

Kronis (KEK) pada WUS di Kecamatan Terbanggi Besar

Kabupaten Lampung Tengah 44

Page 17: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

viii

11. Hubungan Paritas dengan Risiko Kurang Energi

Kronis (KEK) pada WUS di Kecamatan Terbanggi Besar

Kabupaten Lampung Tengah 45

12. Hubungan Ras dengan Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada

WUS di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah 45

Page 18: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Teori Modifikasi Faktor Risiko (Ekologi) terhadap

Status Gizi/KEK 27

2. Kerangka Konsep Hubungan Persepsi Budaya dan Ras

terhadap Risiko KEK pada WUS 28

3. Alur Penelitian 36

Page 19: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Ethical Clearance

2. Surat Izin Penelitian

3. Lembar Informasi & Informed Consent

4. Kuesioner

5. Data Responden

6. Hasil Uji Validitas

7. Hasil Pengolahan Data Komputer

8. Dokumentasi Penelitian

Page 20: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

xi

Page 21: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sejak tahun 1991 hingga 2007

mengalami penurunan dari 390 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup.

Namun, Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) kembali mencatat

kenaikan AKI yang signifikan pada tahun 2012, yakni dari 228 menjadi 359

kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Di samping itu, Angka Kematian

Bayi (AKB) mengalami penurunan sejak tahun 1991 dari 68 per 1.000

kelahiran hidupmenjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007,

sedangkan tahun 2012 mencapai 32 per 1.000 kelahiran hidup. Baik AKI

maupun AKB tidak berhasil mencapai target Millenium Depelopment Goals

(MDGs) pada tahun 2015, yaitu AKI 102 per 100.000 kelahiran hidup dan

AKB 23 per 1.000 kelahiran hidup (Kementerian Perencanaan Pembangunan

Nasional, 2015; Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015; Badan

Pusat Statistik dkk, 2013).

Salah satu penyebab tingginya AKI dan AKB adalah meningkatnya risiko

kurang energi kronis (KEK). KEK merupakan suatu keadaan ibu menderita

kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) sehingga

menimbulkan gangguan kesehatan pada wanita usia subur dan ibu hamil

Page 22: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

2

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002). Sedangkan wanita usia

subur (WUS) merupakan wanita dengan keadaan reproduksinya yang

berfungsi dengan baik antara umur 20–45 tahun (Kementerian Perencanaan

Pembangunan Nasional, 2015).

Kekurangan energi kronis pada WUS sedang menjadi fokus pemerintah dan

tenaga kesehatan sekarang ini. Hal ini dikarenakan seorang WUS memiliki

risiko tinggi untuk melahirkan anak yang akan menderita KEK dikemudian

hari. Selain itu, kekurangan gizi menimbulkan masalah kesehatan

(morbiditas, mortalitas dan disabilitas), juga menurunkan kualitas Sumber

Daya Manusia (SDM) suatu bangsa. Dalam skala yang lebih luas,

kekurangan gizi dapat menjadi ancaman bagi ketahanan dan kelangsungan

hidup suatu bangsa (Mboi, 2013).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 didapatkan angka prevalensi

risiko KEK di Indonesia adalah 31,3% pada wanita hamil dan 20,8% pada

WUS. Di Provinsi Lampung sendiri 21,3% pada wanita hamil dan 17,6%

pada WUS. Sedangkan di Kabupaten Lampung Tengah sendiri risiko KEK

sangat tinggi, bahkan melebihi angka nasional yaitu 52,8% pada wanita hamil

dan 21,3% pada WUS (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013;

Oemiati dkk, 2013). Kecamatan Terbanggi Besar merupakan kecamatan yang

memiliki potensi di bidang pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan.

Terbanggi Besar memiliki wilayah sebesar 208,65 km2

dan penduduk 106.234

jiwa dengan kepadatan 509 jiwa/km2 (Pemerintah Kabupaten Lampung

Tengah, 2012). Kemudian yang menjadi alasan dipilihnya sebagai lokasi

Page 23: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

3

penelitian adalah jumlah WUS terbanyak berdasarkan data sekunder, yaitu

sebanyak 19.506 WUS berusia 15–49 tahun di wilayah Puskesmas Bandar

Jaya, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah. Peneliti

berasumsi akan lebih mudah untuk menjaring responden penelitian di wilayah

tersebut (data sekunder, 2016).

Faktor–faktor yang memengaruhi KEK pada WUS terbagi menjadi dua, yaitu

faktor internal dan eksternal. Internal (individu/keluarga) yaitu genetik,

obstetrik, seks. Sedangkan eksternal adalah gizi, obat–obatan, lingkungan,

dan penyakit (Supariasa dkk, 2012).

Salah satu faktor internal berupa genetik dengan ras termasuk di dalamnya.

Ras merupakan sifat–sifat dan karakteristik yang diturunkan secara genetik

dari generasi ke generasi yang dipercaya menjadi penting oleh orang dengan

dan berpengaruh kuat dalam masyarakat (White, 2012). Sedangkan faktor

eksternal mencakup lingkungan yang secara luas meliputi budaya. Persepsi

budaya adalah pemikiran yang melalui tahapan seleksi, organisasi, dan

interpretasi meliputi nilai–nilai, keyakinan, strategi, harapan berlangsung

secara komprehensif yang menentukan tindakan, sikap dan kebiasaan

seseorang (Kastanakis dan Voyer, 2014).

Penelitian mengenai faktor–faktor yang berhubungan dengan kekurangan

energi kronis (KEK) pada ibu hamil di Kecamatan Kamoning dan

Tambelangan Kabupaten Sampang Provinsi Jawa Timur pada tahun 2013

mendapatkan hasil bahwa 69,2% ibu hamil dengan KEK menikah pada usia

< 20 tahun. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia menikah

Page 24: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

4

dengan kejadian KEK. Namun, hampir semua ibu hamil dengan KEK

menikah pada usia < 20 tahun dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya yang

dimaksud adalah menikah muda (< 16 tahun) dengan alasan takut jadi

perawan tua (Mahirawati, 2014).

Disamping itu, Hidayati (2011) dalam penelitiannya mengenai hubungan

antara pola konsumsi, penyakit infeksi dan pantang makanan terhadap risiko

kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat Kota

Tangerang Selatan tahun 2011 memperoleh hasil bahwa ibu hamil memiliki

pantang makanan selama kehamilan yaitu sebesar 30,6%. Dari hasil analisis

bivariat diperoleh hubungan yang bermakna antara risiko KEK dengan

budaya pantang makanan.

Hasil ini sesuai dengan Rahmaniar (2011) dalam penelitiannya mengenai

faktor–faktor yang berhubungan dengan kejadian kekurangan energi kronis

pada ibu hamil di Puskesmas Tampa Padang Kec. Kalukku Kab. Mamuju

Provinsi Sulawesi Barat tahun 2011 mendapatkan hasil bahwa terdapat

hubungan yang bermakna antara KEK dan pantang makanan. Pantang

makanan juga menjadi variabel paling dominan berdasarkan hasil uji

multivariat. Hasil penelitian kualitatif dari Alwi (2007) mengenai tema

budaya yang melatarbelakangi perilaku ibu–ibu penduduk asli (Suku

Amugme dan Kamoro) dalam pemeliharaan kehamilan dan persalinan di

Kabupaten Mimika pada tahun 2007, mendapatkan hasil bahwa kurang gizi

pada wanita selama kehamilan dan persalinan dipengaruhi oleh budaya–

budaya yang melekat pada suku–suku pedalaman di Timika.

Page 25: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

5

Kesimpulan umum yang ditemukan bersadarkan penelitian–penelitian

terdahulu bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pantang makan,

paritas, ras terhadap risiko KEK, sedangkan untuk usia menikah tidak

memiliki hubungan bermakna dengan risiko KEK meskipun sebagian besar

ibu dengan KEK menikah pada usia muda (< 20 tahun). Oleh karena itu,

peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai Hubungan Persepsi

Budaya dan Ras terhadap Risiko Kurang Energi Kronis (KEK) pada Wanita

Usia Subur (WUS) di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung

Tengah.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara persepsi budaya (pantang makan, usia

menikah, paritas) dan ras terhadap risiko kurang energi kronis (KEK) pada

wanita usia subur (WUS) di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten

Lampung Tengah?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan

tujuan khusus.

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara persepsi budaya (pantang makan, usia

menikah, paritas) dan ras terhadap risiko kurang energi kronis (KEK)

pada wanita usia subur (WUS) di Kecamatan Terbanggi Besar

Kabupaten Lampung Tengah.

Page 26: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

6

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran risiko kurang energi kronis (KEK), persepsi

budaya (pantang makan, usia menikah, paritas), dan ras pada

wanita usia subur (WUS) di Kecamatan Terbanggi Besar

Kabupaten Lampung Tengah.

2. Mengetahui hubungan persepsi budaya (pantang makan, usia

menikah, paritas) terhadap risiko kurang energi kronis (KEK) pada

wanita usia subur (WUS) di Kecamatan Terbanggi Besar

Kabupaten Lampung Tengah.

3. Mengetahui hubungan ras terhadap risiko kurang energi kronis

(KEK) pada wanita usia subur (WUS) di Kecamatan Terbanggi

Besar Kabupaten Lampung Tengah.

1.4 Manfaat

Manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu manfaat praktis dan manfaat

teoritis.

1.4.1 Manfaat Praktis

1. Manfaat bagi peneliti adalah peneliti dapat belajar cara berpikir

ilmiah yang baik dan benar dalam pengerjaan skripsi ini.

2. Bagi instansi pendidikan, diharapakan dapat menjadi sumber

pembelajaran yang valid, meningkatkan kualitas lulusan instansi,

dan menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya.

Page 27: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

7

3. Bagi masayarakat, umumnya masyarakat Indonesia dan terkhusus

bagi masyarakat Kabupaten Lampung Tengah diharapkan untuk

mengubah persepsi budaya dan kepercayaan terkait ras yang salah

mengenai gizi yang dapat menjadi faktor risiko KEK pada WUS.

4. Bagi pemerintah daerah, peneliti berharap agar dapat

merencanakan kebijakan/program yang mempermudah masyarakat

dalam memperoleh pengetahuan tentang gizi seimbang.

1.4.2 Manfaat Teoritis

Bagi ilmu pengetahuan bidang kedokteran khususnya ilmu gizi

diharapkan dapat menjadi landasan pengetahuan bahwa terdapat

hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko KEK.

Page 28: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Wanita Usia Subur (WUS)

Wanita usia subur (WUS) merupakan wanita dengan keadaan reproduksinya

yang berfungsi dengan baik antara umur 20–45 tahun (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2015). Perkembangan fisiologis tubuh pada

wanita usia subur ditandai dengan munculnya tanda seks primer dan

sekunder. Tanda seks primer adalah terjadinya haid pada usia remaja,

sedangkan tanda–tanda seks sekunder meliputi: pinggul melebar,

pertumbuhan rahim dan vagina, payudara membesar, tumbuhnya rambut di

ketiak dan sekitar kemaluan (Bakar, 2014).

Menurut Suparyanto (2011) mengenai tanda–tanda WUS antara lain:

1. Siklus Haid

Wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap bulan biasanya subur.

Putaran haid dimulai dari hari pertama keluar haid hingga sehari sebelum

haid datang kembali, biasanya berlangsung selama 28 hingga 30 hari.

Siklus haid dapat dijadikan indikasi pertama untuk menandai seorang

wanita subur atau tidak. Siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon seks

perempuan yaitu esterogen dan progesteron. Hormon esterogen dan

progesteron menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh perempuan

Page 29: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

9

yang dapat dilihat melalui beberapa indikator klinis seperti, perubahan

suhu basal tubuh, perubahan sekresi lendir leher rahim (serviks),

perubahan pada serviks, panjangnya siklus mestruasi (metode kalender),

dan indikator minor kesuburan seperti nyeri perut dan perubahan payudara.

2. Alat pencatat kesuburan

Ovulation thermometer merupakan alat yang dapat mencatat perubahan

suhu badan saat wanita mengeluarkan benih atau sel telur. Bila benih

keluar, biasanya termometer akan mencatat kenaikan suhu sebanyak 0,20 C

selama 10 hari.

3. Tes darah

Wanita dengan siklus haid tidak teratur, seperti datangnya haid tiga bulan

sekali atau enam bulan sekali, biasanya tidak subur. Jika dalam kondisi

seperti ini, beberapa tes darah perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab

dari tidak lancarnya siklus haid. Tes darah dilakukan untuk mengetahui

kandungan hormon yang berperan pada kesuburan wanita.

4. Pemeriksaan fisik

Untuk mengetahui seorang wanita subur, maka dapat dilihat melalui

perubahan–perubahan pada organ tubuh, seperti buah dada, kelenjar tiroid

pada leher, dan organ reproduksi. Kelenjar tiroid yang mengeluarkan

hormon tiroksin berlebihan akan mengganggu proses pelepasan sel telur.

Pemeriksaan buah dada ditujukan untuk mengetahui hormon prolaktin

dimana kandungan hormon prolaktin yang tinggi akan mengganggu proses

Page 30: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

10

pengeluaran sel telur. Selain itu, pemeriksaan sistem reproduksi juga perlu

dilakukan untuk mengetahui sistem reproduksinya normal atau tidak.

5. Track record

Wanita yang pernah mengalami keguguran, baik disengaja ataupun tidak,

akan berpeluang tinggi untuk terjangkit kuman pada saluran reproduksi.

Kuman ini akan menyebabkan kerusakan dan penyumbatan saluran

reproduksi.

Fungsi reproduksi seorang wanita menjadi tanda bahwa kesuburannya baik

atau tidak, hal ini menjadi pertimbangan penting dalam persiapan pranikah

sebagaimana diatur dalam persiapan pranikah adalah wanita harus cukup

umur, minimal 20 tahun. Usia menikah penting dalam kesehatan reproduksi

karena usia kehamilan yang optimal berada pada rentang usia 20 sampai 35

tahun, sedangkan usia < 20 tahun atau > 35 tahun memiliki risiko tinggi KEK

serta komplikasi lebih lanjut (Mahirawati, 2014; Bakar, 2014).

2.2 Status Gizi dan Kurang Energi Kronis

Status gizi adalah ekspresi atau perwujudan dari nutrisi seseorang dalam

bentuk variabel tertentu. Variabel yang dimaksud berupa angka yang

diinterpretasikan dalam kriteria khusus untuk menentukan status gizi lebih,

baik, atau kurang (Supariasa dkk, 2012; Almatsier, 2009).

Pengertian penilaian status gizi (PSG) menurut Hartriyanti dan Triyanti

(2007) adalah interpretasi dari data yang didapatkan dari berbagai metode

untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang berisiko status gizi buruk.

Metode untuk PSG dibagi ke dalam tiga kelompok. Pertama, metode secara

Page 31: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

11

langsung yang terdiri dari penilaian tanda klinis, tes laboratorium, metode

biofisik, dan antropometri. Kedua, penilaian dengan statistik kesehatan (tidak

langsung). Kelompok terakhir adalah penilaian dengan melihat variabel

ekologi. Dari sekian banyak metode PSG, metode langsung yang paling

sering digunakan adalah antropometri.

Antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi/komposisi tubuh

(Hartriyanti dan Triyanti, 2007; Supariasa dkk, 2012). Indeks antropometri

yang umum digunakan pada orang dewasa (usia 18 tahun ke atas) adalah

indeks massa tubuh (IMT). Indeks massa tubuh merupakan alat sederhana

untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan

kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT tidak dapat digunakan pada

bayi, anak, remaja, ibu hamil, olahragawan, dan orang dengan keadaan

khusus seperti edema, asites, dan hepatomegali (Supariasa dkk, 2012).

Dalam menghitung IMT digunakan parameter berat badan dan tinggi badan

yang dimasukkan ke dalam rumus berikut:

Berikut ini klasifikasi KEK berdasarkan IMT dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi KEK Dewasa bersadarkan IMT Arisman (2009)

IMT Derajat KEK

> 18,5 Normal

17,0–18,4 Ringan

16,0–16,9 Sedang

< 16,0 Berat

Page 32: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

12

Berdasarkan penelitian di Iran, diketahui bahwa terdapat hubungan yang kuat

antara lingkar lengan atas (LiLA) dengan IMT dalam mendeteksi KEK

(Khadivzadeh, 2002). Pengukuran LiLA dimaksudkan untuk mengetahui

prevalensi wanita usia subur usia 15–45 tahun dan ibu hamil yang menderita

kurang energi kronis (KEK). LiLA diukur dengan menggunakan pita LiLA

sepanjang 33 cm dengan ketelitian 0,1 cm (Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, 2007).

Parameter nasional untuk menilai WUS dengan risiko KEK di Indonesia

adalah LiLA < 23,5 cm (Supariasa dkk, 2012; Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 1996). Bertolak dari pernyataan di atas, penelitian

mengenai validitas ukuran LiLA terhadap IMT dalam mendeteksi risiko

kekurangan energi kronis pada wanita (20–45 tahun) di Indonesia (analisis

data Riskesdas 2007), diperoleh hasil bahwa cut–off LiLA yang paling

optimal berada pada titik 24,95 cm dengan nilai sensitivitas 85% dan

spesifisitas 75%. Nilai ini lebih besar bila dibandingkan dengan cut–off point

LiLA yang digunakan Depkes RI hingga saat ini di Indonesia dalam

mendeteksi risiko KEK, yaitu 23,5 cm (Ariyani, 2012; Ariyani dkk, 2012).

Selain IMT dan LiLA, kriteria lain yang dapat mengindikasikan seorang

WUS berisiko tinggi menderita KEK adalah berat badan (BB) < 42 kg saat

sebelum hamil, BB < 40 kg pada kehamilan trimester I, dan tinggi badan

(TB) < 145 cm karena WUS yang pendek cenderung memiliki ukuran

panggul yang kecil (disprporsi cephalo pelvic), anatomi tubuh yang pendek

akan membatasi ruang maksimal untuk pertumbuhan janin dan risiko ini

Page 33: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

13

bertambah jika kebutuhan gizi WUS selama kehamilan tidak terpenuhi

(Kalanda, 2007; Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1996).

Kurang energi kronis (KEK) merupakan keadaan dimana ibu menderita

kekurangan makanan yang berlangsung menahun (kronis) sehingga

menimbulkan gangguan kesehatan pada WUS dan ibu hamil (Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, 1996). Tanda atau gejala seseorang menderita

KEK antara lain badan lemah, muka pucat, serta perut membuncit akibat

pembesaran hepar (Adriani dan Wirjatmadi, 2012; Podja dan Kelley, 2000).

2.3 Faktor–Faktor yang Memengaruhi KEK pada WUS

Faktor–faktor yang memengaruhi KEK pada WUS terbagi menjadi dua, yaitu

faktor internal dan eksternal. Internal (individu/keluarga) yaitu genetik,

obstetrik, dan seks. Sedangkan eksternal adalah gizi, obat–obatan,

lingkungan, dan penyakit (Supariasa dkk, 2012). Genetik memegang peranan

penting seseorang menderita KEK dikarenakan kekurangan gizi pada ibu

hamil akan melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah (BBLR), jika

sudah begitu anak akan sulit untuk tumbuh dengan status gizi baik,

berdasarkan hasil penelitian bahwa anak BBLR berisiko tinggi untuk

menderita KEK di masa dewasa (Supariasa dkk, 2012; Marlenywati, 2010;

Arisman, 2009).

Obstetrik dalam hal ini usia pernikahan, usia kehamilan, paritas, jarak

kehamilan, dan kesehatan ibu berperan aktif dalam menimbulkan risiko KEK

pada WUS. Usia pernikahan saat remaja maka akan menimbulkan

konsekuensi kehamilan di usia remaja pula. Wanita yang hamil pada usia

Page 34: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

14

< 20 tahun merupakan kelompok paling rawan untuk terjadinya risiko KEK

dikarenakan terjadinya kompetisi nutrisi antara ibu hamil dan janin yang

dikandungnya, hal ini berkaitan dengan proses pertumbuhan ibu hamil yang

masih berlangsung karena usia remaja serta kebutuhan janin dalam

kandungan. Selain itu, paritas tinggi (lebih dari 3 kali) menandakan jarak

kehamilan yang pendek, hal ini berbahaya untuk ibu hamil dikarenakan waktu

pemulihan bagi rahim untuk menyokong janin berikutnya tidak optimal

begitu juga dengan kebutuhan gizi WUS yang terkuras habis selama masa

hamil dan meyusui sehingga jarak kehamilan yang berikutnya dianjurkan saat

usia anak sebelumnya minimal dua tahun (Adriani dan Wirjatmadi 2012;

Wallace et al, 2006 dalam Marlenywati, 2010). Gizi atau asupan makanan

yang kurang, baik dalam hal ketersediaan pangan atau susunan variasi

makanan yang salah serta absorpsi (metabolisme) yang buruk dapat

menyebabkan KEK pada WUS dikarenakan ketidaksesuaian antara kebutuhan

dan pemenuhan nutrisi (Almatsier, 2009).

Jika membahas tentang faktor lingkungan terhadap risiko KEK pada WUS

tentu tidak akan ada habisnya. Karena cakupannya sangatlah luas, meliputi

sosio–ekonomi, ketersediaan pangan (alam), teknologi dan budaya. Sosio–

ekonomi meliputi pendidikan, pekerjaan, dan pengeluaran pangan.

Pendidikan merupakan hal utama dalam peningkatan sumber daya manusia

(Puli, 2014; Arisman, 2009).

Page 35: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

15

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi

kualitas dan kuantitas makanan, karena tingkat pendidikan yang lebih tinggi

diharapkan pengetahuan dan informasi yang dimiliki tentang gizi khususnya

konsumsi makanan yang lebih baik. Kemudian, WUS yang berperan sebagai

ibu rumah tangga (IRT) memiliki tingkat kesehatan yang lebih rendah

dibandingkan wanita yang memiliki pekerjaan dan rutinitas di luar rumah

selain berperan sebagai IRT, seperti wanita karir dan pekerja swasta aktif.

Selain itu, pola pengeluaran rumah tangga dapat mencerminkan tingkat suatu

kehidupan masyarakat, indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat

kesejahteraan adalah komposisi pengeluaran untuk makanan dan non

makanan. Kesejahteraan dikatakan baik jika persentase pengeluaran untuk

makanan semakin kecil dibandingkan dengan total pengeluaran (Puli, 2014).

Menurut Schaible dan Kauffman (2007) dalam Hidayati (2011) mengenai

hubungan antara kurang gizi dengan penyakit infeksi tergantung dari

besarnya dampak yang ditimbulkan terhadap status gizi itu sendiri. Artinya

jika infeksi masih akut dan derajat keparahannya masih rendah, maka tidak

akan terlalu berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Sebaliknya, jika

infeksi sudah kronis dan berlangsung lama akan dapat memengaruhi status

gizi orang tersebut sehingga dengan kata lain penyakit apapun yang bersifat

kronis akan berpengaruh terhadap status gizi seseorang.

Page 36: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

16

Faktor budaya sangat berperan dalam proses terjadinya kebiasaan makan

terhadap jenis makanan tertentu, sehingga tidak jarang menimbulkan berbagai

masalah gizi apabila faktor makanan itu tidak diperhatikan secara baik bagi

yang mengonsumsinya. Faktor sosial budaya memegang peranan penting

dalam memahami sikap dan perilaku dalam menanggapi kehamilan,

kelahiran, serta perawatan bayi dan ibunya. Pandangan budaya tersebut telah

diwariskan turun–temurun dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.

Oleh karena itu, sekalipun petugas kesehatan menemukan bentuk perilaku

atau sikap yang terbukti kurang menguntungkan bagi kesehatan, akan tidak

mudah bagi mereka untuk mengadakan perubahan terhadapnya (Pasaribu,

2005 dalam Rahmaniar, 2011).

2.3.1 Persepsi Budaya

Persepsi budaya adalah pemikiran yang melalui tahapan seleksi,

organisasi, dan interpretasi meliputi nilai–nilai, keyakinan, strategi,

harapan berlangsung secara komprehensif yang menentukan tindakan,

sikap dan kebiasaan seseorang (Kastanakis dan Voyer, 2014).

Indonesia dikenal sebagai bangsa yang memiliki keanekaragaman

budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, dengan latar

belakang etnis, suku, dan tata kehidupan sosial yang berbeda satu

dengan yang lain. Telah banyak penemuan ahli sosiolog dan ahli gizi

menyatakan bahwa faktor budaya sangat berperan dalam proses

terjadinya kebiasaan makan dan menu makanan itu sendiri, sehingga

tidak jarang menimbulkan masalah gizi apabila faktor makanan itu

tidak diperhatikan secara baik oleh masyarakat. Budaya di masyarakat

Page 37: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

17

tidak terlepas dari agama dan kepercayaan yang dianutnya, hal ini turut

memengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi. Sebagai contoh, agama

Islam dan Yahudi Ortodoks mengharamkan daging babi, agama Roma

Katolik melarang makan daging setiap hari, dan Protestan melarang

pemeluknya mengonsumsi teh, kopi atau alkohol (Adriani dan

Wirjatmadi, 2012).

Terkadang faktor budaya turut memengaruhi faktor lain untuk

menimbulkan KEK pada WUS. Faktor–faktor yang dimaksud adalah

faktor obstetrik seperti usia kehamilan, paritas, jarak kehamilan, dan

jumlah anak karena adanya beberapa kepercayaan, seperti tabu

mengonsumsi makanan tertentu oleh kelompok usia tertentu yang

sebenarnya makanan tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh

kelompok usia tersebut, seperti ibu hamil yang tabu mengonsumsi ikan

(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia, 2014; Adriani dan Wirjatmadi,

2012).

Pantangan makan yang salah, tetapi umum terjadi di masyarakat adalah

tidak diperbolehkannya mengonsumsi susu, kopi, atau berpuasa. Hal

ini sungguh keliru karena susu merupakan makanan yang diperlukan

untuk mencukupi kebutuhan tambahan makanan ibu hamil dengan

adanya penambahan nutrisi penting, seperti asam folat, zat besi,

kalsium, dan vitamin. Selain itu, kopi atau makanan lain yang

mengandung kafein (teh dan cokelat) boleh dikonsumsi selama usia

Page 38: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

18

kehamilan > 12 minggu dan terbatas untuk dua cangkir per hari karena

dapat menyebabkan efek samping yang merugikan tubuh. Disamping

itu, berpuasa diperbolehkan bagi ibu hamil di trimester I selama daya

tahan tubuh ibu kuat, begitu juga trimester II dan III dengan tetap

memperhatikan penambahan 300 kkal per harinya. Disamping itu,

terdapat kepercayaan bahwa permintaan ibu hamil yang aneh–aneh

(ngidam) merupakan permintaan anak yang dikandungnya. Bila

permintaan tidak dipenuhi, maka akan terjadi sesuatu yang buruk

terhadap janin yang dikandung. Berbagai bentuk ngidam diantaranya

tidak menyukai rasa dan bau dari benda tertentu seperti alkohol, asap

rokok, kafein, bau masakan, bau parfum, dan lain–lain. Selama

keinginan ngidam tersebut tidak merugikan bagi ibu dan janin yang

dikandung maka tidak ada salahnya untuk dipenuhi (Fathonah, 2016).

Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan, prasangka

buruk terhadap bahan makanan tertentu, adanya kebiasaan/pantangan

yang merugikan, kesukaan berlebihan terhadap jenis makanan tertentu,

keterbatasan penghasilan keluarga, dan jarak kelahiran yang rapat juga

berpengaruh pada pengetahuan tentang gizi di masyarakat Indonesia

(Indra dan Wulandari, 2014). Namun, menurut Wade dan Tavris

(2007) bahwa perubahan budaya merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan peningkatan berat badan di berbagai belahan dunia,

seperti peningkatan jumlah konsumsi makanan cepat saji, tingginya

kesibukan, penggunaan alat praktis seperti remote control,

Page 39: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

19

kecenderungan mengendari mobil, kebiasaan menonton TV, dan lain–

lain.

2.3.2 Ras

Ras merupakan sifat–sifat dan karakteristik yang diturunkan secara

genetik dari generasi ke generasi yang dipercaya menjadi penting oleh

orang dan memiliki pengaruh kuat dalam masyarakat (White, 2012).

Peranan ras terhadap kesukaan makanan akan berbeda dari satu bangsa

ke bangsa lain, dan dari daerah ke daerah, atau suku ke suku lain.

Makanan di negara tropik akan berbeda dengan makanan di negara

empat musim, begitu juga di Eropa, semakin ke selatan maka ciri

makanan semakin berbumbu. Begitu juga di Indonesia, kesukaan

makanan antar daerah/suku sangat beragam. Sudah terkenal jika

makanan Sumatera (khususnya Sumatera Barat) lebih pedas daripada

Jawa (khususnya Jawa Tengah) yang suka makanan manis. Sebaliknya

wilayah Timor selalu menyukai yang asin–asin (Adriani dan

Wirjatmadi, 2012; Almatsier, 2009).

2.4 Hubungan antara Persepsi Budaya dan Ras terhadap Risiko KEK pada

WUS

Penelitian mengenai risiko kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil di

Indonesia tahun 2009 mendapatkan hasil bahwa terdapat korelasi positif

antara prevalensi risiko KEK pada WUS dan ibu hamil, juga antara prevalensi

risiko KEK pada ibu hamil dengan prevalensi BBLR, dan prevalensi risiko

KEK yang lebih tinggi pada ibu hamil di daerah pedesaan. Juga terdapat

Page 40: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

20

korelasi negatif antara usia, tingkat pendidikan, tinggi badan ibu terhadap

risiko KEK (Sandjaja, 2009).

Berdasarkan penelitian Ravishankar mengenai akibat KEK pada WUS (15–49

tahun) terhadap status gizi anak di Tamilnadu mendapatkan hasil bahwa

sebanyak 26,7% WUS dengan KEK. Meskipun begitu, terdapat hasil yang

bermakna dari pengaruh faktor tempat tinggal, pendidikan, agama, kasta, dan

kondisi standar hidup terhadap KEK pada WUS. Hasil yang kontras

ditunjukkan bahwa prevalensi KEK pada wanita kelompok hidup standar

tinggi (36,9%), perempuan Muslim (32,9%), wanita yang berpendidikan

tinggi (32,5%), dan perempuan perkotaan (25,7%). Lebih lanjut, Penelitian

ini sangat mendukung bahwa status gizi ibu bermakna memengaruhi berat

badan bayi saat lahir, yaitu 70% ibu dengan IMT rendah berpotensi untuk

melahirkan bayi dengan BBLR (2000–2500 g) (Ravishankar, 2003).

Serupa dengan penelitian di atas, penelitian Venkaiah mengenai determinan

dan tren malnutrisi pada anak dan orang dewasa di India pada bulan Februari

tahun 2004 menjelaskan bahwa faktor kasta dan suku sangat berpengaruh

terhadap angka kejadian KEK di negara–negara bagian di India terutama

daerah pedesaan, baik pada anak–anak maupun orang dewasa. Proporsi KEK

pada WUS di wilayah Madhya Pradesh, Maharashtra dan Bengal Barat

mencapai > 40%. Pada dasarnya ibu yang menderita KEK akan melahirkan

anak dengan gizi kurang, begitu pula anak yang sejak kecil sudah kurang gizi

akan menjadi orang dewasa dengan KEK. Sejalan dengan hal tersebut, pola

Page 41: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

21

makan yang tidak cukup nutrisi (pola makan spesifik) berhubungan erat

dengan status gizi orang dewasa di India pedesaan (Venkaiah et al, 2011).

Penelitian mengenai pengaruh ibu dengan KEK terhadap status gizi anak pra

sekolah di negara–negara bagian India pada tahun 2012 mendapatkan hasil

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan usia ibu,

tempat tinggal, agama, kasta, pendidikan, pekerjaan, dan indeks kekayaan.

Karakteristik sosial–budaya dan ekonomi berperan penting dalam membentuk

status gizi wanita di India. Kecenderungan proporsi menderita masalah KEK

relatif lebih tinggi pada ibu pedesaan (40,8%) daripada ibu di perkotaan

(22,3%). Namun, agama tidak memainkan peran penting apapun dalam

tingkat prevalensi KEK, kecuali Islam. Semua agama dilaporkan hampir

memiliki proporsi yang sama dari kejadian KEK (sekitar 33%) (Radhakrishna

dan Ravi, 2004).

Hasil penelitian mengenai faktor risiko KEP pada balita di Provinsi

Luangprabang, Laos tahun 2007 mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan

bermakna antara anak etnis Khmu dan kejadian. Hubungan bermakna antara

kurang gizi dan pendidikan ibu yang rendah. Hubungan bermakna antara

kurang gizi dan pengetahuan gizi ibu yang buruk dengan odds ratio sebesar

1,40 (Phengxay et al, 2007).

Di lain pihak, Telake dan Bitew (2010) dalam penelitiannya tentang

kesenjangan antara pedesaan–perkotaan pada wanita dengan KEK di Ethiopia

pada bulan November tahun 2010 mendapatkan hasil bahwa terdapat

hubungan bermakna antara KEK pada WUS dengan faktor usia, paritas,

Page 42: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

22

status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, indeks kesejahteraan, pendidikan

pasangan, pekerjaan pasangan. Hubungan bermakna antara KEK pada WUS

dengan agama (Orthodox, Islam, Protestan, dan lain–lain). WUS usia 15–19

tahun dan 40–49 tahun terutama yang tinggal di pedesaan memiliki risiko

tinggi untuk terkena KEK. Hal ini disebabkan karena ketidaksadaran remaja

perempuan akan kesehatannya. Selain itu, status gizi kurang di antara

perempuan pedesaan dapat dijelaskan sebagian oleh fakta bahwa perempuan

pedesaan usia 15–19 lebih rentan terhadap pernikahan dini dan melahirkan

anak lebih dini dibandingkan dengan perempuan di perkotaan. Disamping

itu, wanita usia 40–49 tahun relatif kurang berpendidikan dibanding wanita

yang lebih muda dan karena itu mungkin memiliki kekuatan yang rendah

dalam pengambilan keputusan sehingga menghambat kontrol mereka atas

pendapatan dan aset rumah tangga. Selain itu, wanita yang lebih tua memiliki

tingkat paritas relatif lebih tinggi yang bisa mewajibkan mereka untuk

merawat anak–anak daripada melindungi kesehatan mereka sendiri dan status

gizi nya.

Penelitian mengenai budaya pantang makan, status ekonomi dan pengetahuan

zat gizi ibu hamil dengan status gizi pada ibu hamil trimester III di

Puskesmas Welahan I Kota Jepara Provinsi Jawa Tengah pada bulan Januari

tahun 2013 mendapatkan hasil bahwa terdapatnya hubungan bermakna antara

budaya pantang makan dengan status gizi ibu hamil trimester III. Namun,

tidak terdapat hubungan bermakna antara status ekonomi dan pengetahuan zat

gizi ibu hamil dengan status gizi pada ibu hamil trimester III (Susanti dkk,

2013).

Page 43: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

23

Penelitian tentang perilaku Suku Paser terhadap pola makan pada ibu hamil

dan menyusui di Desa Lomu Kecamatan Batu Engau Kabupaten Paser

Kalimantan Timur pada bulan Juni–Juli tahun 2013 mendapatkan hasil bahwa

jenis pantangan makanan yang berasal dari makanan hewani adalah ikan

kerapu, telur, daging kambing dan daging kijang. Sedangkan makanan nabati

yang dipantangkan adalah sayur keladi dan lombok. Di satu sisi, pantangan

makanan pada ibu menyusui yang berasal dari makanan hewani adalah ikan

yang diberi es batu selama 44 hari. Sedangkan dari lauk nabati, ibu menyusui

dipantang untuk mengonsumsi kacang panjang, bayam dan buah–buahan,

terutama labu dan semangka. Penyebab lahirnya pantangan dan anjuran

makanan pada ibu hamil dan menyusui adalah karena adanya keyakinan

tentang dampak dari makanan tersebut terhadap kesehatan ibu dan bayinya,

kekhawatiran tentang adanya kutukan dari nenek moyang/leluhur dan juga

kekhawatiran dikucilkan atau digunjingkan oleh keluarga dan masyarakat

(Daniyah, 2014).

Hasil penelitian kualitatif dari Alwi (2007) mengenai tema budaya yang

melatarbelakangi perilaku ibu–ibu penduduk asli (Suku Amugme dan

Kamoro) dalam pemeliharaan kehamilan dan persalinan di Kabupaten

Mimika pada tahun 2007 mendapatkan hasil bahwa perempuan harus lebih

mengutamakan kecukupan makanan untuk laki–laki. Meskipun ibu–ibu

kedua suku ini bekerja sangat keras demi kelanjutan hidup keluarganya, tetapi

tetap dianggap rendah 'sejajar dengan babi' dan memperoleh asupan makanan

'sisa' paling belakangan. Budaya ini sangat merugikan kesehatan ibu dan

janin/bayi karena kuantitas dan kualitas makanan ibu yang sedang hamil atau

Page 44: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

24

sedang menyusui seharusnya ditingkatkan. Ibu dapat mengalami kelelahan

fisik dan kekurangan gizi yang dapat mengakibatkan terjadinya partus lama

dan perdarahan persalinan. Di samping itu, adanya kepercayaan untuk

mematuhi berbagai jenis makanan pantang selama kehamilan. Hampir semua

jenis makanan yang dipantangkan tersebut mengandung protein tinggi

misalnya; ikan belut yang dipercayai dapat menyebabkan bayi cacat, burung

kasuari dapat membuat mata bayi kerjap–kerjap, penyu dapat membuat jari

tangan dan kaki bayi seperti jari kura–kura, dan kelapa putih dapat membuat

tubuh bayi besar. Di satu sisi mereka hanya mau makan jenis makanan yang

biasa dimakan.

Dari hasil penelitian diketahui masih banyak tema budaya penduduk asli

Timika yang merugikan kesehatan ibu karena masih sarat dengan

diskriminasi gender dan mengabaikan hak–hak reproduksi perempuan. Cara–

cara pengobatan tradisional pun kadang bertentangan dengan pengobatan

ilmiah dan perilaku ibu–ibu dalam masa kehamilan, persalinan dan nifas

dilandasi oleh beberapa tema budaya yang sangat diskriminatif dan kurang

mendukung kesehatan ibu (Alwi, 2007).

Penelitian mengenai faktor–faktor yang berhubungan dengan risiko

kekurangan energi kronik pada ibu hamil di Puskesmas Terbanggi Besar

Kabupaten Lampung Tengah pada Desember 2013 hingga Januari 2014

mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan bermakna antara paritas dengan

KEK dan peningkatan risiko terjadi pada paritas sebanyak lebih dari tiga kali,

juga terdapat hubungan bermakna antara usia ibu (< 20 tahun dan > 35

Page 45: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

25

tahun) terhadap risiko KEK. Demikian pula terdapat hubungan bermakna

antara KEK dengan pendapatan. Namun, tidak didapatkan hubungan

bermakna antara KEK dengan tingkat pendidikan ibu (Wasiso, 2014).

Penelitian mengenai faktor–faktor yang berhubungan dengan kekurangan

energi kronis (KEK) pada ibu hamil di Kecamatan Kamoning dan

Tambelangan Kabupaten Sampang Provinsi Jawa Timur pada tahun 2013

mendapatkan hasil bahwa 69,2% ibu hamil dengan KEK menikah pada usia

< 20 tahun. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia menikah

dengan risiko KEK. Namun, hampir semua ibu hamil dengan KEK menikah

pada usia < 20 tahun dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya yang dimaksud

adalah menikah muda (< 16 tahun) dengan alasan takut jadi perawan tua

(Mahirawati, 2014).

Penelitian mengenai analisis faktor risiko kekurangan energi kronis (KEK)

pada wanita prakonsepsi di Kota Makassar pada bulan Maret–Juni tahun 2014

diperoleh hasil bahwa penyakit infeksi memiliki hubungan dan besar risiko

yang bermakna dengan KEK. Pengetahuan gizi memiliki hubungan dan

besar risiko yang bermakna dengan KEK. Variabel yang paling besar

pengaruhnya terhadap risiko KEK adalah penyakit infeksi. Kesimpulan dari

penelitian ini bahwa penyakit infeksi merupakan faktor risiko KEK pada

wanita prakonsepsi dan pengetahuan gizi merupakan faktor protektif KEK

pada wanita prakonsepsi (Hamid dkk, 2014).

Page 46: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

26

Bertentangan dengan penelitian di atas, penelitian mengenai hubungan antara

pola konsumsi, penyakit infeksi dan pantang makanan terhadap risiko kurang

energi kronis (KEK) pada ibu hamil di Puskesmas Ciputat Kota Tangerang

Selatan tahun 2011 diperoleh hasil bahwa ibu hamil memiliki pantang

makanan selama kehamilan yaitu sebesar 30,6%. Dari hasil analisis bivariat

diperoleh variabel yang memiliki hubungan yang bermakna dengan risiko

KEK adalah pola konsumsi makanan pokok, lauk hewani , lauk nabati, dan

pantang makanan. Di samping itu, variabel pola konsumsi sayuran, konsumsi

buah, penyakit tuberculosis, dan penyakit diare tidak terdapat hubungan yang

bermakna dengan risiko KEK (Hidayati, 2011).

Penelitian mengenai hubungan tingkat sosial ekonomi dengan kurang energi

kronis ( KEK ) pada ibu hamil di Kecamatan Sedayu Kabupaten Bantul pada

bulan Maret–Mei tahun 2014 mendapatkan hasil bahwa tidak terdapat

hubungan antara tingkat sosial ekonomi seperti pendidikan, pekerjaan,

pengetahuan ibu dengan risiko KEK pada ibu hamil. Namun, terdapat

hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan ibu hamil

dengan risiko KEK dan tidak KEK (Indriany dkk, 2014).

Page 47: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

27

Keterangan

: terdapat faktor

yang diteliti

2.5 Kerangka Teori

Berdasarkan teori–teori yang dipaparkan di atas, maka peneliti

menggambarkan kerangka teori yang berhubungan pada penelitian ini pada

bagan berikut ini:

Gambar 1. Kerangka Teori Modifikasi Faktor Risiko (Ekologi) terhadap Status

Gizi/KEK (sumber: Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014; Supariasa dkk, 2012;

Arisman, 2009; Brown, 2005).

Mikrosistem

- Keluarga

- Rekan

- Agama

- Yankes

- Sekolah/

pekerjaan

Eksosistem

- Sosial

- Industri

- Media massa

- Politik

- Ekonomi

Makrosistem

Budaya

Individu

- Jenis kelamin

- Usia

- Penyakit

- Obstetri (usia menikah, paritas, jarak kehamilan)

- Ras

- etnis

Persepsi Budaya

Pantangan Makan

KEK pada

WUS

BBLR AKB AKI

Tumbuh

kembang

Produktivitas

Risiko

kehamilan

Mortalitas

Page 48: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

28

2.6 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2. Kerangka Konsep Hubungan Persepsi Budaya dan Ras

terhadap Risiko KEK pada WUS

2.7 Hipotesis

Adapun hipotesis yang peneliti temukan berdasarkan kepustakaan teori yang

telah dipaparkan sebelumnya adalah sebagai berikut:

Ho: tidak terdapat hubungan antara persepsi budaya (pantang makan, usia

menikah, paritas) dan ras terhadap risiko kurang energi kronis (KEK)

pada WUS di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah.

Ha: terdapat hubungan antara persepsi budaya (pantang makan, usia menikah,

paritas) dan ras terhadap risiko kurang energi kronis (KEK) pada WUS di

Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah.

Ras

Persepsi Budaya

(pantang makan,

usia menikah,

paritas) KEK pada

WUS

Page 49: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif observasional dengan

pendekatan studi analitik.

3.2 Desain Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional, yaitu

dengan cara pengumpulan data (pengukuran variabel independen dan

dependen) sekaligus pada suatu waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2012;

Sastroasmoro dan Ismael, 2011). Tujuannya untuk mencari hubungan antara

persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang energi kronis (KEK) pada

wanita usia subur (WUS) di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten

Lampung Tengah.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di enam kelurahan (Nambahdadi, Karang Endah,

Indra Putra Subing, Bandar Jaya Timur, Bandar Jaya Barat, dan Adi Jaya)

yang ada di Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah,

Provinsi Lampung, Indonesia pada bulan Oktober–November 2016.

Page 50: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

3.4 Subjek Penelitian

3.4.1 Populasi

Populasi dalam penelitian adalah sejumlah subjek besar yang

mempunyai karakteristik tertentu. Karakteristik subjek ditentukan

sesuai dengan ranah dan tujuan penelitian. Populasi terjangkau

(accessible population) suatu penelitian adalah bagian dari populasi

yang dapat dijangkau oleh peneliti. Dengan kata lain, populasi

terjangkau adalah bagian populasi yang dibatasi oleh tempat dan waktu

(Sastroasmoro dan Ismael 2007; Budiarto 2003). Populasi terjangkau

untuk penelitian ini adalah semua WUS usia 20–45 tahun yang datang

ke posyandu–posyanduyang ada di wilayah Puskesmas Bandar Jaya,

Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah.

3.4.2 Sampel

Dengan menggunakan teknik tersebut, maka populasi memiliki

kesempatan yang sama untuk dilakukan penelitian yang memenuhi

kriteria inklusi dijadikan sebagai sampel penelitian.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menandatangani informed consent.

2. WUS usia 20–45 tahun.

3. Pernah menikah dan melahirkan anak.

Kriteria eksklusi sebagai berikut:

1. Menopause

Page 51: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

2. Riwayat PTM/kronis (gagal ginjal, DM, hipertensi, keganasan, dan

lain–lain)

3. Riwayat penyakit infeksi (diare, tuberculosis, AIDS, dan lain–lain)

4. Hamil

Menurut Dahlan (2012) bahwa rumus besar sampel untuk penelitian

analitik kategorik tidak berpasangan, adalah:

Keterangan:

n = Besar sampel

Zα = Nilai Z pada derajat kepercayaan α pada uji dua sisi (two

tail), yaitu 95% = 1,96.

Zβ = Nilai Z pada kekuatan uji 1–β, yaitu 80% = 0,842.

P = Proporsi rata–rata = (P1+P2)/2

P1 = 57% (Hidayati, 2011).

P2 = 33% (Hidayati, 2011).

Q = 1-P

Q1 = 1-P1

Q2 = 1-P2

Perhitungan:

Page 52: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

Dari hasil perhitungan diatas, maka diperoleh jumlah sampel minimal

sebanyak 66 orang. Jumlah ini ditambahkan dengan 10% dari sampel

minimal (tujuh orang) untuk meminimalisir sampel drop out atau loss to

follow up sehingga diperoleh sampel sebanyak 73 orang dari perhitungan

sebagai berikut:

Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah probability sampling

yaitu setiap unsur/elemen dalam populasi memiliki kesempatan yang

sama untuk dipilih menjadi sampel penelitian. Metode yang digunakan

adalah cluster sampling method yaitu sampel dipilih secara acak pada

kelompok individu dalam populasi yang terjadi secara alamiah, cara ini

Page 53: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

dinilai sangat efisien bila populasi tersebar luas sehingga tidak

memungkinkan bagi peneliti untuk membuat daftar seluruh populasi

tersebut. Cluster yang diambil berasal dari kelompok–kelompok

Posyandu di bawah naungan Puskesmas Bandar Jaya. Pengambilan

sampel dipilih dengan metode simple random sampling sehingga

dimungkinkan semua subjek dalam populasi mendapat kesempatan yang

sama untuk terpilih menjadi responden sesuai dengan kriteria inklusi dan

eksklusi yang telah ditetapkan dalam penelitian.

3.5 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel bebas adalah variabel yang apabila nilainya berubah akan

memengaruhi variabel yang lain (Sopiyudin, 2012). Variabel terikat adalah

variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel dalam penelitian ini

yaitu:

3.5.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi budaya (pantang

makan, usia menikah, paritas) dan ras.

3.5.2 Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Risiko kurang Energi

Kronis (KEK) pada Wanita Usia Subur (WUS) di Kecamatan

Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah.

Page 54: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Tabel 2. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel Definisi Alat Ukur Cara

Ukur

Hasil Skala

Persepsi Budaya

a. Pantang

Makan

Larangan

tertentu untuk

mengonsumsi

jenis makanan

tertentu karena

ancaman

hukuman

apabila

melanggar.

Kuesioner

Observasi

dan

Wawancara

1 = ada

2 = tidak ada

Nominal

b. Usia

Menikah

Usia WUS

pertama kali

menikah.

Kuesioner

Observasi

dan

Wawancara

1 = risiko tinggi

(< 20 atau

> 35 tahun)

2 = tidak risiko

tinggi (20–

35 tahun)

Nominal

c. Paritas

Jumlah WUS

melahirkan,

baik hidup

maupun

meninggal

Kuesioner

Observasi

dan

Wawancara

1 = tinggi (lebih

dari 3)

2 = rendah (1–

3)

Ordinal

Ras Suku bangsa

yang

diturunkan

dari generasi

ke generasi

Kuesioner Observasi

dan

Wawancara

1 = Lampung

2 = non–Lam

pung

Nominal

Kurang

Energi

Kronis

(KEK)

menderita

kekurangan

makanan yang

berlangsung

menahun

(kronis)

sehingga

menimbulkan

gangguan

kesehatan

Pita LiLA Pengukuran 1 = KEK

(< 23,5

cm)

2 = tidak KEK

(≥ 23,5 cm)

Ordinal

Page 55: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

3.7 Instrumen Penelitian dan Metode Pengumpulan Data

3.7.1 Instrumen Penelitian

a) Alat Tulis

Adalah alat yang digunakan untuk mencatat, melaporkan hasil

penelitian. Alat tersebut adalah pulpen, kertas, pensil dan komputer.

b) Kuesioner Terstruktur

Adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian

yang terdiri dari data demografi responden dan kuesioner pantang

makan yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap 30

responden. Didapatkan delapan butir pertanyaan yang valid (nilai r–

hitung lebih besar dari r–tabel (0,361) dan dinyatakan reliabel

dengan nilai cronbach’s alpha > 0,6 (0,627).

c) Lembar informed consent

Adalah lembar persetujuan untuk menjadi responden penelitian.

d) Alat Ukur

Adalah alat yang digunakan untuk mengukur lingkar lengan atas

(LiLA) menggunakan pita LiLA dengan ketelitian 0,1 cm dan

panjang 33 cm.

3.7.2 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, seluruh data diambil secara langsung dari

responden (data primer) yang meliputi:

a) Penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian

b) Pengisian informed consent

c) Pengisian kuesioner

Page 56: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

d) Pengukuran LiLA (screening KEK)

e) Pencatatan hasil pengukuran pada formulir lembar penelitian. Selain

itu, peneliti juga mengambil data sekunder berupa data demografi

wanita usia subur (WUS) di wilayah Kecamatan Terbanggi Besar.

3.8 Alur Penelitian

Gambar 3. Alur Penelitian

Pemilihan subjek penelitian

yang memenuhi kriteria inklusi

dan eksklusi

Tahap

persiapan

Tahap

pelaksanaan

Tahap

pengolahan

data

Pembuatan proposal,

pengurusan surat izin etik

Pengisian informed consent

Penyebaran dan pengisian

kuesioner persepsi budaya

dan ras

Pengukuran LiLA

untuk deteksi KEK

Pencatatan hasil dan

pengumpulan data

Pengolahan dan analisis data

Analisis univariat dan bivariat

Pembahasan hasil dan

simpulan penelitian

Page 57: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

3.9 Pengolahan dan Analisis Data

3.9.1 Pengolahan Data

Dalam pengolahan data dilakukan beberapa tahap, yaitu sebagai

berikut:

1. Editing yaitu memeriksa kembali kelengkapan data penelitian yang

telah dikumpulkan.

2. Coding adalah proses pemberian kode pada setiap jawaban yang

terdiri variabel risiko KEK, persepsi budaya (pantang makan, usia

menikah, paritas), dan ras sebelum dilakukan input data ke

komputer.

3. Entry yaitu memasukkan data dengan menggunakan komputer untuk

analisa lebih lanjut menggunakan komputer.

3.9.2 Analisis Data

3.9.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menyajikan dan

menggambarkan distribusi frekuensi data demografi, variabel

dependen dan independen yang diteliti dalam bentuk

presentase yang disajikan dalam bentuk tabel. Analisis

univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

gambaran sosio–demografi, variabel kurang energi kronis

(KEK), persepsi budaya (pantang makan, usia menikah,

paritas), dan ras.

Page 58: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

3.9.2.2 Analisis Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk melihat kemungkinan

hubungan antara variabel dependen dengan variabel

independen. Pada analisis ini digunakan Uji multak Fisher

sehingga akan diperoleh nilai P, dimana dalam penelitian ini

digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antara

dua variabel dikatakan berhubungan jika mempunyai nilai p

< 0,05 dan dikatakan tidak berhubungan jika mempunyai nilai

p ≥ 0,05 yang disajikan dalam jenis tabel 2 x 2. Uji multak

Fisher adalah uji hipotesis untuk proporsi dua kelompok

dengan jumlah subyek yang sedikit. Uji ini digunakan bila

pada tabel 2 x 2 didapatkan jumlah n total < 20 atau bila

jumlah n total antara 20–40 dan terdapat nilai expected kurang

dari lima (lebih dari 20%) sehingga syarat uji Chi–Square tidak

terpenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2007).

3.10 Etika Penelitian

Penelitian ini sudah mendapatkan persetujuan dari Komite Etik Penelitian

Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan Nomor Surat:

064/UN26.8/DL/2017, izin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung

Tengah, Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Lampung Tengah,

Puskesmas Bandar Jaya, serta informed consent dari subyek penelitian.

Page 59: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Adapun simpulan yang didapatkan berdasarkan kepustakaan dan hasil

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik WUS di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung

Tengah yaitu yang mengalami KEK sebanyak 4,1%; yang melakukan

pantang makan sebanyak 16,4%; yang menikah pada usia risiko tinggi

sebanyak 26%; yang memiliki paritas tinggi sebanyak 26%; ras terbanyak

adalah Jawa dengan persentase 75,3%.

2. Tidak terdapat hubungan bermakna antara persepsi budaya (pantang

makan, usia menikah, paritas) dengan risiko KEK pada WUS di

Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah.

3. Tidak terdapat hubungan bermakna antara ras dengan risiko KEK pada

WUS di Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah.

Page 60: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

64

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan simpulan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

peneliti dapat memberikan saran kepada beberapa pihak terlibat, sebagai

berikut:

1. Bagi peneliti sendiri, diharapkan penelitian ini dapat menjadi suatu

pembelajaran dalam meneliti yang baik dan benar di kemudian hari. Bagi

peneliti lain, diharap untuk melanjutkan penelitian di skup yang lebih luas

mengingat Kabupaten Lampung Tengah merupakan wilayah yang paling

luas dengan penduduk paling padat di Provinsi Lampung sehingga tidak

menutup kemungkinan akan memberikan hasil yang berbeda.

2. Bagi instansi pendidikan, diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber

pembelajaran yang valid dan menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya.

3. Bagi masayarakat, umumnya wanita usia subur (WUS) untuk

meningkatkan pengetahuan dengan membedakan antara fakta dan mitos

dalam pantang makan serta melaksanakan keluaga berencana (KB) sejak

awal pernikahan untuk mengurangi risiko KEK.

4. Bagi pemerintah daerah, peneliti sangat berharap untuk merencanakan

kebijakan/program yang mempermudah masyarakat dalam memperoleh

pengetahuan tentang gizi seimbang.

Page 61: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

65

DAFTAR PUSTAKA

Adriani M, Wirjatmadi B. 2012. Pengantar gizi masyarakat. Jakarta: Kencana.

Almatsier S. 2009. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Alwi Q. 2007. Tema budaya yang melatarbelakangi perilaku ibu–ibu penduduk

asli dalam pemeliharaan kehamilan dan persalinan di kabupaten

Mimika. Bulletin Penelitian Kesehatan. 35(3):137–147.

Angkupi P. 2015. Formulasi perkawinan adat Lampung dalam bentuk peraturan

daerah dan relevansinya terhadap hak asasi manusia. Jurnal Ilmu

Syari’ah dan Hukum. 49(2):315–327.

Arisman. 2009. Buku ajar ilmu gizi: gizi dalam daur kehidupan ed.2. Jakarta:

EGC.

Ariyani DE. 2012. Validitas ukuran lingkar lengan atas terhadap indeks massa

tubuh dalam mendeteksi risiko kekurangan energi kronis pada wanita

(20–45 tahun) di Indonesia (analisis data Riskesdas 2007) [skripsi].

Jakarta: Universitas Indonesia.

Ariyani DE, Achadi EL, Irawati A. 2012. Validitas lingkar lengan atas mendeteksi

risiko kekurangan energi kronis pada wanita Indonesia. Kesehatan

Masyarakat. 7(2):83–90.

Badan Pusat Statistik, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional,

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Survei demografi

dan kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Bakar SA. 2014. Kesehatan reproduksi dan keluarga berencana (dalam tanya

jawab). Jakarta: Rajawali Pers.

Brown J. 2005. Nutrition through the life cycle ed.2. USA: Thomson Wadsworth.

Budiarto E. 2003. Metodologi penelitian kedokteran: sebuah pengantar. Jakarta:

EGC.

Page 62: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

66

Dahlan S. 2012. Seri 3 evidence based medicine: langkah–langkah membuat

proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan ed.2. Jakarta:

Sagung Seto.

Daniyah. 2014. Perilaku suku Paser terhadap pola makan ibu hamil dan menyusui

di desa Lomu kecamatan Batu Engau kabupaten Paser Kalimantan

Timur [tesis]. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia. 2014. Gizi dan kesehatan masyarakat ed.9.

Jakarta: Rajawali Pers.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1996. Pedoman penanggulangan ibu

hamil kekurangan energi kronis. Jakarta: Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Pedoman pengukuran dan

pemeriksaan. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Ensara T. 2008. Kedudukan Anak Angkat pada Masyarakat Adat Lampung

Pepadun Siwo Migo Buai Subing Studi di Kecamatan Terbanggi Besar

Kabupaten Lampung Tengah Provinsi Lampung [tesis]. Semarang:

Universitas Diponegoro.

Fathonah S. 2016. Gizi dan kesehatan ibu hamil: kajian teori dan aplikasinya.

Jakarta: Erlangga.

Hamid F, Thaha AR, Salam A. 2014. Analisis faktor risiko kekurangan energi

kronik (KEK) pada wanita prakonsepsi di kota Makassar.

Hartriyanti Y, Triyanti. 2007. Penilaian status gizi dalam gizi dan kesehatan

masyarakat. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Haryani FD, Darmono SS, Maya DR. 2013. Hubungan karakteristik, tingkat

konsumsi energi, tingkat konsumsi protein, dan frekuensi periksa

kehamilan dengan pertambahan berat badan ibu hamil trimester II.

Jurnal Kedokteran Muhammadiyah: 1(2):32–41.

Hidayati F. 2011. Hubungan antara pola konsumsi, penyakit infeksi dan pantang

makanan terhadap risiko kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil di

puskesmas Ciputat kota Tangerang Selatan tahun 2011 [skripsi].

Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 63: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

67

Indra D, Wulandari Y. 2014. Prinsip–prinsip dasar ahli gizi. Jakarta: Dunia

Cerdas.

Indriany, Helmyati S, Astria PB. 2014. Tingkat sosial ekonomi tidak

berhubungan dengan kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil.

Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia. 2(3):131–138.

Kalanda B. 2007. Maternal antropometry and weight gain as risk factor for poor

pregnancy outcomes in a rural area of Southern Malawi. Malawi

Medical Journal. 19(4):149–153.

Kartasapoetra, Marsetyo. 2010. Ilmu gizi, korelasi gizi, kesehatan dan

produktivitas kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Kastanakis MN, Voyer BG. 2014. The effect of culture on perception and

cognition : a conceptual framework.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Profil kesehatan Indonesia

2014. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset kesehatan dasar. Jakarta:

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. 2015. Laporan pencapaian

tujuan pembangunan milenium di Indonesia 2014. Jakarta: Kementerian

Perencanaan Pembangunan Nasional.

Khadivzadeh T. 2002. Mid upper arm and calf circumferences as indicators of

nutritional status in women of reproductive age. Eastern Mediterranean

Health Journal. 4–5.

Mahirawati VK. 2014. Faktor–faktor yang berhubungan dengan kekurangan

energi kronis (KEK) pada ibu hamil di kecamatan Kamoning dan

Tambelangan kabupaten Sampang provinsi Jawa Timur. Buletin

Penelitian Sistem Kesehatan. 17(2):193–202.

Marlenywati. 2010. Risiko kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil remaja

(usia 15–19 tahun) di kota Pontianak tahun 2010 [tesis]. Jakarta:

Universitas Indonesia.

Mboi N. 2013. Gizi seimbang atasi masalah gizi ganda. Departemen Kesehatan

Rrepublik Indonesia [Artikel Online] [diunduh 23 Mei 2016]. Tersedia

dari: http://www.depkes.go.id/article/view/2239/gizi–seimbang–atasi–

masalah–gizi–ganda.html.

Page 64: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

68

Notoatmodjo S. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineke Cipta.

Oemiati R, Rini KF, Utami NH, Narendro. 2013. Riskesdas dalam angka 2013

provinsi Lampung. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Pasaribu. 2005. Dalam: Rahmaniar MBA. 2011. Faktor–faktor yang berhubungan

dengan kejadian kekurangan energi kronis pada ibu hamil di puskesmas

Tampa Padang kec. Kalukku kab. Mamuju provinsi Sulawesi Barat

tahun 2011 [tesis]. Makassar: Universitas Hassanudin.

Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah. 2012. Terbanggi Besar. [Artikel

Online] [diunduh 25 Desember 2016]. Tersedia dari:

http://www.lampungtengahkab.go.id.

Phengxay M, Ali M, Yagyu F, Soulivanh P, Kuroiwa C, Ushijima H. 2007. Risk

factors for protein–energy malnutrition in children under 5 years: study

from Luangprabang province, Laos. Pediatric International. (49):260–

265.

Podja K, Kelley L. 2000. International low birth weight: simposium and

workshop. in Low Birth Weight.

Puli T. 2014. Hubungan sosial ekonomi dengan kekurangan energi kronik pada

wanita prakonsepsi di kota Makassar tahun 2014 [skripsi]. Makassar:

Universitas Hassanudin.

Radhakrishna R, Ravi C. 2004. Malnutrition in India trends and determinants.

Economic and Political Weekly. 39(7):671–676.

Rahmaniar MBA. 2011. Faktor–faktor yang berhubungan dengan kejadian

kekurangan energi kronis pada ibu hamil di puskesmas Tampa Padang

kec. Kalukku kab. Mamuju provinsi Sulawesi Barat tahun 2011 [tesis].

Makassar: Universitas Hasanuddin.

Ravishankar AK. 2003. The consequence of chronic energy deficiency (CED) on

children’s nutritional status in Tamilnadu: Evidence from NFHS–II. 1–

26.

Rosmelina. 2008. Sistem Pewarisan pada Masyarakat Lampung Pesisir yang

Tidak Mempunyai Anak Laki-Laki (Studi pada Marga Negara Batin di

Kecamatan Kota Agung Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung

[tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro.

Page 65: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

69

Sandjaja. 2009. Risiko kurang energi kronis (KEK pada ibu hamil di Indonesia.

Gizi Indon. 32(2):128–138.

Saputra LY. 2015. Pernikahan amalgamasi (studi pada pasangan nikah antara

suku Jawa dan Lampung di kecamatan Metro Timur) [skripsi].

Bandarlampung: Universitas Lampung.

Sastroasmoro S, Ismael S. 2007. Dasar–dasar metodologi penelitian klinis,

Jakarta: Binarupa Aksara.

Sastroasmoro S, Ismael S. 2011. Dasar–dasar metodologi penelitian klinis ed.4.

Jakarta: Sagung Seto.

Schaible dan Kauffman. 2007. Dalam: Hidayati F. 2011. Hubungan antara pola

konsumsi, penyakit infeksi dan pantang makanan terhadap risiko

kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil di puskesmas Ciputat kota

Tangerang Selatan tahun 2011 [skripsi]. Jakarta: Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2012. Penilaian status gizi. Jakarta: EGC.

Suparyanto. 2011. Wanita Usia Subur. [Artikel Online] [diunduh 30 Mei 2016].

Tersedia dari: http://www.wordpress.com.

Surasih H. 2006. Faktor–faktor yang berhubungan dengan keadaan kurang energi

kronis (KEK) pada ibu hamil di Kabupaten Banjarnegara tahun 2005

[skripsi]. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Susanti A, Rusnoto, Asiyah N. 2013. Budaya pantang makan, status ekonomi dan

pengetahuan zat gizi ibu hamil pada ibu hamil trimester III dengan

status gizi. JIKK. 4(1):1–9.

Susanti LM. 2014. Kedudukan Istri dalam Perkawinan Jujur pada Masyarakat

Adat Lampung Pepadun di Desa Tiuh Balak di Kecamatan Baradatu

Kabupaten Way Kanan [skripsi]. BandarLampung: Universitas

Lampung

Telake DS, Bitew FH. 2010. Undernutrition among women in Ethiopia: rural–

urban disparity. DHS Working Papers. (77):1–25.

Venkaiah K, Brahmam GNV, Vijayaraghavan K. 2011. Application of factor

analysis to identify dietary patterns and use of factor scores to study

their relationship with nutritional status of adult rural populations.

Journal of Health, Population and Nutrition: 29(4):327–338.

Page 66: HUBUNGAN PERSEPSI BUDAYA DAN RAS TERHADAP RISIKO KURANG ...digilib.unila.ac.id/25237/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · hubungan persepsi budaya dan ras terhadap risiko kurang

70

Wade C, Tavris C. 2007. Psychology ed.9. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Wallace JM et al. 2006. Dalam: Marlenywati. 2010. Risiko kurang energi kronis

(KEK) pada ibu hamil remaja (usia 15–19 tahun) di kota Pontianak

tahun 2010 [tesis]. Jakarta: Universitas Indonesia.

Wasiso DE. 2014. Faktor–faktor yang berhubungan dengan resiko kekurangan

energi kronik pada ibu hamil di puskesmas Gunung Sugih kabupaten

Lampung Tengah [skripsi]. BandarLampung: Universitas Malahayati.

White K. 2012. Pengantar sosiologi kesehatan dan penyakit ed.3. Jakarta:

Rajawali Pers.