Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL
DAN KOMITMEN BERPACARAN
PADA INDIVIDU DEWASA AWAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh:
Prisca Nanda Prasetyaningtyas
169114064
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa! – Roma 12: 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dipersembahkan untuk:
Kedua orang tua, kakak, adik,
Keluarga besar,
Sahabat dan teman-teman,
Yang selalu mendukungku di kala sedih dan senang.
Terima kasih untuk kasih sayang, doa, dan dukungan yang masih diberikan sampai saat ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dari daftar
pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 26 Januari 2021
Penulis,
Prisca Nanda Prasetyaningtyas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KOMITMEN
BERPACARAN PADA INDIVIDU DEWASA AWAL
Prisca Nanda Prasetyaningtyas
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komunikasi interpersonal dan komitmen berpacaran pada individu dewasa awal. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu adanya hubungan positif antara komunikasi interpersonal dan komitmen berpacaran pada individu dewasa awal. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 1.090 individu dewasa awal berusia 18-25 tahun yang sedang berpacaran. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan teknik pengambilan sampel random sampling dan menggunakan metode dua skala Likert, yaitu skala komunikasi interpersonal serta skala komitmen berpacaran. Uji coba skala menghasilkan koefisien reliabilitas pada skala komunikasi interpersonal sebesar 0,947 dan pada skala komitmen berpacaran sebesar 0,748. Data penelitian dianalisis menggunakan teknik korelasi Spearman’s Rho one-tailed karena data tidak tidak terdistribusi normal. Hasil uji korelasi menujukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,645 dan nilai signifikansi (p) = 0,000 (p < 0,01). Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara komunikasi interpersonal dan komitmen berpacaran.
Kata kunci: komunikasi interpersonal, komitmen berpacaran, individu dewasa awal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
RELATION BETWEEN INTERPERSONAL COMMUNICATION AND
RELATIONSHIP COMMITMENT AT EARLY INDIVIDUAL ADULTHOOD
Prisca Nanda Prasetyaningtyas
ABSTRACT
This research intended to know the relation between interpersonal communication and relationship commitment at early individual adulthood. The hypothesis proposed in this research was there is a positive correlation between interpersonal communication and relationship commitment at early individual adulthood. The subjects of this research were 1.090 people in their early individual adulthood age 18 – 25 years old currently in dating. This research was a quantitative research with random sampling method and used two Likert scale method, there are interpersonal communication scale and relationship commitment scale. The scale’s try out resulted
reliability coefficient for interpersonal communication scale is 0,947 and for relationship commitment scales is 0,748. The data was analyzed by Spearman’s Rho
one-tailed correlation method because the data were not distributed normally. The results of correlation test are the correlation coefficient value is 0,645 and the signification value is (p) = 0,000 (p < 0,01). Based on the result, it can be concluded that there is a positive and significant correlation between interpersonal communication and relationship commitment. Keywords: interpersonal communication, relationship commitment, early individual adulthood.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Prisca Nanda Prasetyaningtyas
NIM : 169114064
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, dengan karya ilmiah berjudul:
HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KOMITMEN
BERPACARAN PADA INDIVIDU DEWASA AWAL
Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Sanata Dharma hak untuk
menyimpan dan mengalihkan dalam bentuk media lain, serta mengelolanya di internet
atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royaliti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Dibuat di Yogyakarta,
Pada tanggal 26 Januari 2021
Yang menyatakan
(Prisca Nanda Prasetyaningtyas)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat
dan rahmat-Nya hingga saat ini sehingga penulis bisa menyelesaikan studi dan
menyelesaikan tugas akhir dengan baik dan tepat waktu-Nya. Penulis menyadari
bahwa dalam mengerjakan skripsi ini, dibutuhkan waktu yang cukup lama dan tenaga
yang banyak sehingga masih terdapat kekurangan dalam tulisan ini.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah memberi dukungan dan semangat baik secara langsung ataupun tidak
langsung :
1. Tuhan Yesus sebagai penolong nomor satu ketika penulis berada di titik
terendah dalam proses ini. Pertolongan dari-Nya membuat penulis mampu
melewati setiap proses dengan baik dan indah pada waktu-Nya.
2. Ibu Dr. Titik Kristiyanti, M. Psi., Psi selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Monica E. Madyaningrum, M. App., Ph. D selaku Kepala Program Studi
Psikologi Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu Dr. Maria Laksmi Anantasari, M. Si. selaku dosen pembimbing skripsi.
Terima kasih atas waktu dan tenaga yang sudah Ibu berikan kepada saya.
Selama ini saya menyadari saya memiliki progres yang kurang cukup baik,
namun Ibu tetap memberi saya motivasi dan kesabaran kepada saya. Semoga
Ibu tetap menjadi sosok yang mengayomi anak-anak bimbingan dengan penuh
perhatian dan kesabaran.
5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah
memberi materi dan sharing berbagai hal yang bisa mengantarkan kami menuju
dunia pekerjaan.
6. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang
telah membantu saya baik secara langsung maupun tidak langsung selama saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
berkuliah. Terima kasih atas pelayanan yang diberikan dalam bentuk waktu
maupun materi.
7. Orang tua serta keluarga besar yang selalu mendukung dan memotivasi saya
tanpa pernah lelah meskipun saya berada di titik terendah. Terima kasih atas
segala pengorbanan yang diberikan selama ini. Saya memahami bahwa saya
tidak bisa lulus tepat waktu, namun saya menyukai proses saya selama ini.
8. Responden yang telah mengisi kuesioner saya. Terima kasih untuk antusias
teman-teman telah membantu saya dalam mengisi kuesioner. Semoga
hubungan teman-teman bersama pasangan selalu dalam perlindungan Tuhan
YME.
9. Teman-teman SMP, SMA, kuliah dan berbagai pihak yang telah membantu
dalam menyebar link kuesioner penelitian. Tanpa bantuan kalian, saya tidak
mungkin mendapat banyak responden.
10. Mas Muji dan staf laboratorium Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
yang sudah mengizinkan saya menjadi asisten praktikum tes kognitif selama
dua periode. Terima kasih atas segala bantuan dan pengalaman yang berharga.
11. Eduardus Laras Prasetyo Nuswantoro yang sudah menemani saya berproses
selama lima tahun ini. Terima kasih karena selalu mengajarkan arti semangat
dan berjuang untuk sesuatu yang saya prioritaskan.
12. Sahabat saya Mega, Mei, Dea, Karin, Febby, Anggi, dan Eva yang selalu
mendengarkan keluh kesah dan membangkitkan saya ketika saya patah
semangat. Terima kasih atas segala bentuk dukungan meski berlatar belakang
kuliah yang berbeda-beda.
13. Dhea, Chintya, dan Mbak Yuni selaku teman kos sejak tahun pertama kuliah.
Terima kasih sudah menjadi teman kos yang baik, menjadi pendengar sekaligus
penasihat saat saya sedang berada dalam masalah. Saya bersyukur memiliki
teman kos yang memberi dukungan positif kepada orang lain dan kepada saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
14. Irene, Lucy, Vilia, Angel, dan Vinna yang sudah menjadi teman dekat saya
selama kuliah di psikologi. Terima kasih karena kita saling melengkapi atas
kelebihan dan kekurangan satu sama lain.
15. Mba Bety dan Mba Dina selaku teman curhat saya dalam segala aspek
kehidupan. Terima kasih telah membantu saya pada fase kehidupan yang lebih
dewasa.
16. Teman-teman satu pembimbing skripsi yang selalu mendukung satu sama lain
tanpa membuat tekanan. Terima kasih atas segala bantuan dan semangat yang
selalu diberikan satu sama lain. Semoga nantinya kita bisa lulus dengan usaha
yang sudah kita lakukan.
17. Teman-teman kelas C angkatan 2016 Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma. Terima kasih atas dinamika kelas dan menjadi teman-teman yang baik
dalam segala kondisi.
18. Semua pihak yang telah mendukung dalam proses pembuatan skripsi yang
tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Yogyakarta, 26 Januari 2021
Penulis
Prisca Nanda Prasetyaningtyas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA .................................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................. x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xx
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian....................................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 11
1. Manfaat teoretis .................................................................................... 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2. Manfaat praktis ..................................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 12
A. Komitmen Berpacaran .............................................................................. 12
1. Definisi komitmen berpacaran ............................................................. 12
2. Aspek komitmen berpacaran ............................................................... 13
a. Dedikasi ......................................................................................... 13
b. Pembatas individu dalam mempertahankan hubungan ................. 14
3. Faktor yang mempengaruhi komitmen berpacaran ............................. 17
a. Tingkat kepuasan .......................................................................... 17
b. Kualitas alternatif .......................................................................... 18
c. Ukuran investasi ............................................................................ 18
B. Komunikasi Interpersonal ......................................................................... 19
1. Definisi komunikasi interpersonal ....................................................... 19
2. Aspek komunikasi interpersonal .......................................................... 20
a. Keterbukaan .................................................................................. 20
b. Empati ........................................................................................... 20
c. Sikap mendukung .......................................................................... 21
d. Sikap positif .................................................................................. 21
e. Kesetaraan ..................................................................................... 22
3. Dampak komunikasi interpersonal ........................................................ 22
C. Komitmen Berpacaran pada Individu Dewasa Awal ................................ 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
D. Dinamika Hubungan Komunikasi Interpersonal dan Komitmen Berpacaran
pada Individu Dewasa Awal .................................................................... 27
E. Skema Penelitian ......................................................................................... 34
F. Hipotesis Penelitian ................................................................................... 35
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................................... 36
A. Jenis dan Desain Penelitian ....................................................................... 36
B. Variabel Penelitian .................................................................................... 36
1. Variabel bebas (independent) .............................................................. 36
2. Variabel tergantung (dependent) ......................................................... 36
C. Definisi Operasional .................................................................................. 37
1. Komunikasi interpersonal .................................................................... 37
2. Komitmen berpacaran .......................................................................... 37
D. Subjek Penelitian ...................................................................................... 38
1. Populasi ................................................................................................ 38
2. Subjek penelitian dan teknik pengambilan sampel .............................. 38
E. Prosedur Penelitian .................................................................................... 38
1. Penyusunan item .................................................................................. 38
2. Uji validitas ............................................................................................ 39
3. Penyusunan kuesioner .......................................................................... 40
4. Pra uji coba .......................................................................................... 40
5. Uji coba ................................................................................................ 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
6. Penyebaran data penelitian .................................................................. 40
F. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 41
1. Skala komunikasi interpersonal ............................................................. 41
2. Skala komitmen berpacaran ................................................................... 44
G. Pengujian Alat Ukur Penelitian .................................................................. 45
1. Validitas ................................................................................................. 45
2. Seleksi item ............................................................................................ 46
a. Skala komunikasi interpersonal ...................................................... 47
b. Skala komitmen berpacaran ............................................................ 48
3. Reliabilitas ............................................................................................. 49
H. Teknik Analisis Data ................................................................................... 51
1. Uji asumsi .............................................................................................. 51
a. Uji normalitas .................................................................................. 51
b. Uji linearitas .................................................................................... 51
2. Uji hipotesis ........................................................................................... 52
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 53
A. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................ 53
B. Deskripsi Subjek Penelitian ........................................................................ 53
C. Deskripsi Data Penelitian ............................................................................ 55
D. Analisis Data ............................................................................................... 58
1. Uji normalitas ........................................................................................ 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
2. Uji linearitas ........................................................................................... 59
3. Uji hipotesis ........................................................................................... 60
E. Pembahasan ................................................................................................. 62
F. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 68
A. Kesimpulan ................................................................................................. 68
B. Saran ............................................................................................................ 68
1. Bagi individu dewasa awal yang sedang berpacaran ............................. 68
2. Bagi praktisi ........................................................................................... 69
3. Bagi peneliti selanjutnya ........................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71
LAMPIRAN ........................................................................................................... 88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Skor Skala Komunikasi Interpersonal pada Item Favorable ............ 42
Tabel 2. Skor Skala Komunikasi Interpersonal pada Item Unfavorable ........ 42
Tabel 3. Distribusi Item Skala Komunikasi Interpersonal sebelum Uji Coba ....
......................................................................................................... 43
Tabel 4. Skor Skala Komitmen Berpacaran pada Item Favorable ................. 44
Tabel 5. Skor Skala Komitmen Berpacaran pada Item Unfavorabe ............... 44
Tabel 6. Distribusi Item Skala Komitmen Berpacaran sebelum Uji Coba ..... 45
Tabel 7. Distribusi Item Skala Komunikasi Interpersonal setelah Uji Coba
......................................................................................................... 48
Tabel 8. Distribusi Item Skala Komitmen Berpacaran setelah Uji Coba ....... 49
Tabel 9. Data Demografis Subjek ................................................................... 54
Tabel 10. Hasil Mean Empirik Dan Mean Teoretik ......................................... 56
Tabel 11. Rumus Kategorisasi .......................................................................... 57
Tabel 12. Kategorisasi Komunikasi Interpersonal ........................................... 57
Tabel 13. Kategorisasi Komitmen Berpacaran ................................................. 58
Tabel 14. Hasil Uji Normalitas ......................................................................... 59
Tabel 15. Hasil Uji Linearitas........................................................................... 60
Tabel 16. Kriteria Korelasi ............................................................................... 61
Tabel 17. Hasil Uji Korelasi Spearman’s Rho Komunikasi Interpersonal dan
Komitmen Berpacaran .................................................................... 61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Sampel Data Preliminary Study ................................................. 89
Lampiran 2. Skala Uji Coba Penelitian ........................................................... 91
Lampiran 3. Reliabilitas Skala Komunikasi Interpersonal dan Komitmen
Berpacaran saat Melakukan Uji Coba (Try Out) ................... 100
Lampiran 4. Skala Penelitian ........................................................................ 104
Lampiran 5. Hasil Uji Mean Teoretik dan Mean Empirik ............................ 113
Lampiran 6. Hasil Uji Normalitas ................................................................. 115
Lampiran 7. Hasil Uji Linearitas .................................................................. 118
Lampiran 8. Hasil Uji Hipotesis ................................................................... 120
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Penelitian Hubungan Komunikasi Interpersonal dan
Komitmen Berpacaran pada Individu Dewasa Awal .................... 31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada usia dewasa awal individu semakin diberi kebebasan untuk menentukan
sendiri aspek kehidupan sosial seperti pernikahan, orang tua, agama, pacaran, dan jalur
karier. Arnett (2006) menyatakan bahwa individu yang berada pada tahap dewasa awal
memiliki rentang usia 18 sampai 25 tahun. Seseorang yang telah mencapai usia dewasa
awal diharapkan mencapai kematangan biologis, sosial, dan psikologis. Menurut
Pratiwi dan Lestari (2017), pada usia dewasa awal individu dianggap memiliki
kestabilan untuk mencari keintiman secara emosi dan fisik kepada teman sebaya atau
pasangan romantis. Madsen dan Collins (2008) menuturkan puncak seseorang
merasakan kualitas hubungan yang romantis pada usia 20-21 tahun, di luar
hubungannya dengan orang tua dan teman sebaya.
Papalia, Old, dan Feldman (2008) serta Meeus, Branje, Van deer Valk, dan De
Wied (2007) mengatakan bahwa individu yang digolongkan dalam usia dewasa awal
memiliki tujuan untuk menemukan pasangan hidup melalui hubungan berpacaran.
Hubungan berpacaran ini ditandai dengan kemampuan dalam berempati, kesadaran
diri, penyelesaian konflik, cara mengelola emosi, serta kemampuan mempertahankan
komitmen dengan pasangan. Santrock (2008) menuliskan teori Erikson mengenai
intimacy versus isolation yang mana seseorang membutuhkan komitmen dengan orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
lain untuk menemukan jati diri mereka yang hilang. Beberapa individu mengalami
kebebasan bersamaan dengan hubungan berpacaran yang mereka jalani.
Salah satu fungsi pacaran adalah mencari pasangan hidup serta
mengembangkan komitmen jangka panjang dalam hubungan romantis (Duvall &
Miller, 1985; Santrock, 2007; Shulman & Connolly, 2013). Pacaran juga berfungsi
sebagai bentuk rekreasi dan sumber kesenangan. Fungsi lain dari pacaran sebagai
bentuk sosialisasi memberi kesempatan pada individu untuk saling mengenal satu sama
lain. Selain itu pacaran juga berfungsi untuk memilih pasangan yang akan
mendampingi individu seumur hidup (Lesteri, 2015), untuk itulah sebuah komitmen
sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan komitmen merupakan bagian penting pada
hubungan romantis (Owen, Rhoades, Stanley, & Markman, 2010).
Komitmen yang tinggi akan membuat hubungan menuju tahap yang lebih
serius yaitu pernikahan (Jayanti, 2015). Selain itu, pasangan yang berkomitmen tinggi
cenderung lebih efektif dalam memecahkan permasalahan daripada pasangan yang
berkomitmen rendah (Adam & Jones, 1997). Individu yang berkomitmen tinggi merasa
terhubung dengan pasangan dan memiliki keputusan untuk menjaga cinta itu dalam
jangka panjang (Rusbult & Buunk, 1993; Sternberg, 1998). Pasangan yang
berkomitmen tampak dari adanya niat serius untuk menjalin hubungan ke arah yang
lebih serius, perasaan yang terikat dengan pasangan, memprioritaskan hubungan, serta
menghadapi berbagai ancaman yang dapat membuat hubungan berakhir (Brickman,
Dunkel-Schetter, Abbey et al. dalam Arriaga & Agnew, 2001)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Sebaliknya, rendahnya komitmen menandakan adanya permasalahan yang
berpotensi membuat hubungan berakhir (Knee, Patrick, Vietor, & Neighbors, 2004).
Individu yang berpacaran dengan komitmen rendah tidak akan termotivasi untuk
mempertahankan diri dari tujuan hubungan mereka yang sudah dibuat sebelumnya
(Gagne & Lydon, 2001). Individu yang terlalu banyak menghabiskan waktu menjalin
hubungan romantis dengan banyak orang tanpa berkomitmen, cenderung berdampak
buruk pada penyesuaian diri seperti depresi dan penggunaan obat (Luyckx, Goossens,
& Soenens, 2006).
Hakikatnya, komitmen merupakan salah satu unsur yang penting bagi dua
individu yang terlibat didalamnya (Asriana & Ratnasari, 2012). Begitu pula hubungan
berpacaran individu dewasa awal akan mengarah pada komitmen hubungan jangka
panjang termasuk perasaan keterikatan pada pasangan dan keinginan untuk
mempertahankan hubungan hingga menuju pernikahan (Rusbult & Buunk, 1993;
Shulman & Connolly, 2012). Individu dewasa awal bisa merasakan kebaikan cinta
apabila telah menentukan apa yang diinginkannya (Alwisol, 2009). Seperti halnya
dalam berkomitmen, individu yang memutuskan untuk berkomitmen, maka ia harus
menerima pasangannya tanpa syarat (Marasabessy, 2009).
Pada kenyataannya, masa pacaran yang terjalin tidak selalu berjalan mulus
seperti harapan, salah satunya dikarenakan adanya ketidaksetiaan atau perselingkuhan
(Febriyanti & Juniarly, 2020). Beberapa hubungan juga bertahan meskipun tidak
terlalu memuaskan (Rusbult & Buunk, 1993). Misalnya kasus seorang wanita berusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
22 tahun melakukan upaya bunuh diri dengan cara melompat dari ketinggian lantai
delapan apartemen karena depresi mengetahui pacarnya berselingkuh (Friastuti,
Romadoni, & Hadi dalam Febriyanti & Juniarly, 2020). Penelitian di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa 38 dari 58 pria melakukan perselingkuhan terhadap pasangannya
(Houston dalam Khairatunnisa, 2013). Secara umum, sebanyak 70,9% pria dan 57,4%
wanita dilaporkan tidak jujur terhadap pasangannya (Hansen, 1987). Pada kasus
mahasiswa, sebanyak 65% hingga 75% diantaranya tidak dapat berkomitmen sehingga
terlibat hubungan dengan orang lain di luar hubungan bersama pasangannya
(Shackelford, LeBlanc, & Drass, 2000; Widerman & Hurd, 1999).
Selain temuan di atas, individu dewasa awal memiliki pengembangan
hubungan yang kurang terstruktur (Stanley, Rhoades, & Finchan, 2011), sebab mereka
dihadapkan dengan banyak pilihan dimasa transisi dari masa remaja menuju proses
pertumbuhan yang lebih dewasa, seperti memasuki perguruan tinggi, dunia kerja,
hingga kesiapan hubungan dengan orang lain (Arnett, 2004). Kurang terstrukturnya
pengembangan pada individu dewasa awal membuat mereka belum mampu
menetapkan pilihan dengan penuh keyakinan. Peneliti mengetahui bahwa pasangan
dewasa awal masih ada yang berselingkuh serta sering berganti pasangan dalam waktu
yang singkat. Oleh sebab itu, peneliti melakukan survey melalui media sosial instagram
pada hari Sabtu, 4 Mei 2019. Berdasarkan hasil survey, rasa bosan merupakan salah
satu jawaban terbanyak alasan mengapa pasangan dewasa awal sering mengganti
pasangan dalam waktu yang singkat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa masih terdapat individu
dewasa awal yang tidak memiliki kesetiaan terhadap pasangannya, sehingga terlibat
perselingkuhan dengan orang lain. Selingkuh dari pasangan mampu memberi dampak
negatif bagi kedua pihak serta hubungan itu sendiri, misalnya perpisahan (Sari, 2012).
Oleh karena itu, sangat penting dalam menjaga komitmen dalam sebuah hubungan
berpacaran.
Rusbult (dalam Miller, Perlman, & Brehm 2007) mendefinisikan komitmen
sebagai keadaan yang mengarahkan seseorang untuk mempertahankan suatu hubungan
yang meliputi orientasi jangka panjang, kedekatan, dan keinginan untuk melanjutkan
hubungan bersama pasangannya. Menurut Owen, Rhoades, Stanley, dan Markman
(2010) komitmen merupakan aspek penting dari hubungan romantis dan
perkembangan mereka. Terdapat dua aspek dalam komitmen berpacaran, yaitu
dedikasi dan pembatas individu dalam mempertahankan hubungan (constraint
commitment). Owen, Rhoades, Stanley, & Markman (2010) mengatakan bahwa
dedikasi menggambarkan keinginan intrinsik untuk bisa bersama pasangan, sedangkan
penghambat individu dalam mempertahankan hubungan (constraint commitment)
mengacu pada akibat yang membuat seseorang mempertahankan hubungannya.
Rusbult (dalam Miller, Perlman, & Brehm 2007), berpendapat adanya tiga
faktor yang memengaruhi komitmen, yaitu (1) tingkat kepuasan (satisfaction level),
berupa pengalaman individu baik secara positif atau negatif sebagai hasil dari
keterlibatan dalam suatu hubungan, (2) kualitas alternatif (quality of alternatives),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
ketertarikan individu terhadap orang lain di luar hubungannya, dan (3) ukuran investasi
(investment size), berupa sumber daya seperti uang, waktu, usaha, dan dukungan yang
terjadi dan terkait dengan hubungan. Tingkat kepuasan (satisfaction level), kualitas
alternatif (quality of alternatives), dan ukuran investasi (investment size) ketiganya
merupakan satu bagian yang disebut investment model. Menurut Van Lange, Drigotas,
Rusbult, Arriaga, Witcher, dan Cox (1997), tingkat kepuasan dan ukuran investasi
berkorelasi secara positif dengan komitmen berpacaran. Akan tetapi kualitas alternatif
memiliki hubungan yang negatif dengan komitmen.
Faktor lain yang memengaruhi komitmen berpacaran adalah komunikasi.
Komunikasi yang baik berkontribusi dalam pengembangan, serta rasa kepuasan
hubungan (Cushman & Cahn, 1985). Hubungan yang kuat dan berkomitmen terbentuk
apabila terdapat komunikasi yang baik, seperti meluangkan waktu untuk
membicarakan tentang kegiatan sehari-hari, memiliki rasa pengertian kepada
pasangan, bercerita mengenai permasalahan pribadi kepada pasangan, serta memiliki
rasa peka terhadap perasaan pasangan (Navran dalam Herdiyanto & Liana, 2017).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rakhmat (2005), komunikasi
dapat menjadi semakin efektif apabila terdapat keterbukaan dalam hubungan
interpersonal sehingga individu tersebut dapat membuka diri. Tannen (2007)
menuliskan bahwa komunikasi merupakan tolak ukur paling penting untuk
pengembangan dalam sebuah hubungan berpasangan. Herdiyano dan Liana (2017)
mengatakan bahwa komunikasi menjadi salah satu faktor penyebab berakhirnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
hubungan pada individu yang berpacaran. Sebagian konflik disebabkan oleh
kesalahpahaman dari komunikasi yang tidak efektif, sehingga kondisi itu yang
menyebabkan seseorang merasa marah.
Komunikasi yang peneliti pilih adalah komunikasi interpersonal. Menurut
Gitosudarmo dan Mulyono (dalam Suranto, 2010), komunikasi interpersonal memiliki
arti sebagai interaksi dua arah baik verbal atau nonverbal serta pertukaran informasi
dengan individu lain. Mulyana (2005) mendefinisikan komunikasi interpersonal
sebagai proses individu menangkap pesan yang disampaikan individu lain baik secara
verbal maupun nonverbal. Syarif (2015) menuliskan bahwa komunikasi interpersonal
memiliki arti sebagai proses memberi dan menerima informasi yang dilakukan dua
orang atau lebih secara langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan paparan di atas,
pengertian komunikasi interpersonal adalah proses interaksi antara individu dengan
individu lain baik secara verbal atau nonverbal. DeVito (2011) menuliskan terdapat
lima aspek dalam komunikasi berpasangan yaitu keterbukaan, empati, perilaku
mendukung, sikap positif, dan kesetaraan.
Komunikasi berfungsi untuk menghubungkan pesan kepada orang lain,
memengaruhi, memberi informasi, serta mengatasi konflik-konflik pribadi (Widiantari
& Herdiyanto, 2013; Yodiq, 2016). Selain itu, komunikasi memiliki fungsi dalam
menyampaikan pesan kepada kelompok seperti melakukan pembagian pekerjaan,
merencanakan strategi dan tindakan, serta melakukan aktivitas kelompok (Hasan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
2005). Komunikasi pada hubungan romantis berfungsi untuk mengenal orang lain
sehingga mampu menciptakan hubungan yang harmonis (Siniwi & Lestari, 2018).
Komunikasi yang berkualitas memerlukan proses dan perkembangannya
bergantung pada waktu. Komunikasi dapat menjadi berkualitas ketika ada kesepakatan
antara kedua pihak yang telah dirundingkan bersama seperti menetapkan agenda atau
berunding mengenai solusi permasalahan (Montgomery, 1981). Akan tetapi, kesibukan
pasangan sebagai pekerja menjadikan komunikasi yang dilakukan hanya sekadarnya
(Adelina & Andromeda, 2014). Sehingga, keberhasilan komunikasi bukan hanya
sekadar kepandaian individu dalam berbicara atau berapa kali komunikasi dilakukan,
namun juga dari komunikasi yang efektif dan berkualitas serta bagaimana komunikasi
itu dilakukan (Rakhmat, 1999).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di negara Amerika Serikat, terdapat
90% pasangan yang memutuskan hubungan dikarenakan kurangnya komunikasi di
antara kedua belah pihak. Penelitian lain yang dilakukan oleh Amato dan Previti (2003)
di Indonesia, kasus pemutusan suatu hubungan pacaran tercatat sebanyak 7,4 persen
yang disebabkan oleh kurangnya komunikasi.
Kebaruan penelitian ini terletak pada teori dan skala komitmen yang berbeda
dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Herdiyanto dan Liana (2017) serta
Adelina dan Andromeda (2014). Penelitian yang dilakukan oleh Herdiyanto dan Liana
(2017) menggunakan teori serta skala yang digunakan untuk mendefinisikan komitmen
berpacaran berasal dari Rusbult. Sedangkan pada penelitian ini, peneliti menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
teori dari Jesse Owen. Pada teori Rusbult (1998) dikatakan bahwa hal yang
menentukan komitmen berpacaran ada tiga yaitu satisfaction, alternatives, dan
investments. Akan tetapi menurut Pope (2014); Ratnasari (2016); Rusbult (1983);
Rusbult, Martz dan Agnew (1998); serta Sprecher (1988), menyatakan bahwa
satisfaction, alternatives, serta investments bukan merupakan aspek dari komitmen
berpacaran, melainkan faktor yang memengaruhi komitmen berpacaran. Menurut
Owen, Rhoades, Stanley, dan Markman (2010) aspek komitmen berpacaran terdiri dari
dua yaitu dedication dan contstraint commitment. Perbedaan teori dari kedua tokoh
akan memengaruhi skala dan memperkaya hasil serta teori penelitian.
Subjek penelitian Herdiyanto dan Liana (2017) ditujukan bagi mahasiswa
Universitas Udayana yang menempuh pendidikan strata 1 yang sedang menjalin
hubungan berpacaran. Berbeda dengan subjek penelitian Adelina dan Andromeda
(2014) ditujukan kepada suami istri yang telah memiliki anak serta usia perkawinan
kurang dari lima tahun. Sedangkan pada penelitian ini, subjek ditujukan bagi individu
dewasa awal berusia 18 hingga 25 tahun yang sedang menjalin hubungan berpacaran.
Skala variabel komitmen yang digunakan penelitian Herdiyanto dan Liana
(2017) ditulis sendiri berdasarkan faktor-faktor yang memengaruhi komitmen menurut
Rusbult. Skala variabel komunikasi pada penelitian Herdiyanto dan Liana (2017)
diambil dan dimodifikasi dari skala Widiantari (2013). Skala variabel komitmen
perkawinan dari penelitian Adelina dan Andromeda (2014) diadaptasi dari skala
Johnson (1999). Sedangkan skala variabel kualitas komunikasi dari penelitian Adelina
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
dan Andromeda (2014) diadaptasi dari skala Devito (1995) dan Sadarjoen (2005).
Skala variabel komunikasi interpersonal pada penelitian ini menggunakan skala
dengan berdasarkan teori dari Devito (2001) melalui aspek keterbukaan, empati, sikap
positif, sikap mendukung, serta kesetaraan. Sedangkan skala variabel komitmen
berpacaran pada penelitian ini menggunakan skala berdasarkan teori dari Owen (2010)
melalui aspek dedication dan constraint commitment. Perbedaan skala dari penelitian
sebelumnya akan memperkaya hasil dan teori pada penelitian ini.
Penelitian ini perlu dilakukan sebagai salah satu usaha untuk membantu
individu dewasa awal memahami pentingnya membangun komunikasi dalam menjalin
sebuah hubungan berpacaran. Individu pada usia dewasa awal seharusnya mengetahui
pentingnya komunikasi dalam hubungan berpacaran. Jika mereka tidak melakukan hal
tersebut dengan baik, maka akan terjadi perselingkuhan, kesalahpahaman, dan juga
kurangnya komitmen dalam hubungan (Knee et al., 2004). Hal ini diperkuat oleh
penelitian Asmayani (2013) bahwa komunikasi yang baik dengan pasangan dapat
memperkecil risiko pasangan dari kesalahpahaman serta kerenggangan dalam
hubungan. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi individu dewasa awal yang
sedang menjalani hubungan berpacaran agar memiliki komitmen lebih dalam lagi.
Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti bagaimana hubungan komunikasi interpersonal
dan komitmen berpacaran pada individu dewasa awal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan yang positif antara komunikasi interpersonal dan
komitmen berpacaran pada individu dewasa awal?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan positif komunikasi
interpersonal dan komitmen berpacaran pada individu dewasa awal.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoretis
Manfaat teoretis penelitian ini untuk memperkaya referensi ilmiah
mengenai komunikasi interpersonal serta komitmen berpacaran untuk menjalin
hubungan yang romantis. Penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan
ilmiah bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti topik permasalahan yang sama,
sehingga mampu menyempurnakan hasil penelitian yang dilakukan. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi individu dewasa awal agar
semakin berkomitmen demi menjaga keutuhan hubungan bersama pasangan.
2. Manfaat praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini adalah untuk memberi informasi bagi
individu dewasa awal mengenai pentingnya menjaga komunikasi dan komitmen
berpacaran agar tercipta hubungan yang romantis. Hasil dari penelitian ini dapat
digunakan sebagai motivasi bagi individu dewasa awal agar semakin berkomitmen
dalam menjaga hubungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komitmen Berpacaran
1. Definisi komitmen berpacaran
Galinsky dan Sonenstein (2013) mendefinisikan komitmen sebagai niat untuk
melanjutkan suatu hubungan ke arah yang lebih serius. Rusbult (dalam Miller,
Perlman, & Brehm 2007) mendefinisikan komitmen sebagai keadaan yang
mengarahkan seseorang untuk mempertahankan suatu hubungan yang meliputi
orientasi jangka panjang, kedekatan, dan keinginan untuk melanjutkan hubungan
bersama pasangannya. Agnew, Rubsult, dan Martz (1998) mengartikan komitmen
sebagai tingkat kebertahanan individu dalam susah dan senang, perasaan atas
keterikatan psikologis, dan pengakuan bahwa individu membutuhkan suatu
hubungan dalam jangka waktu yang panjang. Arriaga dan Agnew (2001), Rusbult
dan Buunk (1993) mendefinisikan komitmen sebagai tanda bahwa individu
memiliki niat untuk bertahan dalam hubungannya, memiliki keterikatan secara
psikologis dengan pasangan, serta memiliki orientasi bahwa hubungannya untuk
jangka panjang. Lestari dan Premaswari (2017) mengartikan komitmen sebagai
keputusan untuk mencintai, menjaga, dan menciptakan keharmonisan dengan
pasangan. Menurut Owen, Rhoades, Stanley, dan Markman (2010), komitmen
merupakan aspek penting dari hubungan romantis dan perkembangan mereka. Jadi,
komitmen berpacaran memiliki arti sebagai keterikatan seseorang secara psikologis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
untuk menjaga keharmonisan serta mempertahankan sebuah hubungan dalam
kondisi susah dan senang dalam jangka waktu yang lama.
2. Aspek komitmen berpacaran
Menurut Owen, Rhoades, Stanley, dan Markman (2010), komitmen
berpacaran melibatkan dua aspek yaitu dedikasi dan kendala komitmen.
a. Dedikasi
Dedikasi menggambarkan keinginan intrinsik untuk bisa bersama pasangan
(Owen et al., 2010). Seseorang yang memiliki dedikasi yang tinggi hanya akan
mengenal kata “kita” dalam hubungannya dengan pasangan (Stanley &
Markman, 1992). Dedikasi memiliki indikator antara lain sebagai berikut:
1) Identitas pasangan
Individu akan menganggap hubungan yang dijalani bukan sebagai
pribadi yang terpisah, akan tetapi sebagai sebuah tim yang berjalan
bersama, sehingga tidak ada yang mengambil keuntungan secara pribadi
(Stanley & Markman, 1992).
2) Memiliki pandangan menjalani hubungan dalam jangka waktu yang
panjang
Salah satu manfaat memiliki pandangan hubungan dalam jangka
waktu yang panjang adalah pasangan dapat mengevaluasi hubungan
berdasarkan periode waktu yang panjang dan bukan berdasarkan saat ini
saja (Rhoades, Stanley, & Whitton, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
3) Memprioritaskan hubungan
Memprioritaskan hubungan memiliki arti bahwa aktivitas individu
yang berkaitan dengan pasangan dan hubungan akan diposisikan pada
posisi pertama (Stanley & Markman, 1992).
4) Kesediaan untuk berkorban
Kesediaan untuk berkorban memiliki definisi sebagai
kecenderungan untuk melepaskan kepentingan pribadi demi meningkatkan
kesejahteraan pasangan (Lange, Rusbult, Drigotas, Arriaga, & Witcher,
1997). Individu akan berkorban dan mendapatkan kepuasan setelah
melakukan hal-hal yang menguntungkan bagi pasangan mereka (Stanley
& Markman, 1992). Pengorbanan yang dilakukan oleh individu memiliki
peran yang kuat dalam mengurangi kecemasan akan kehilangan
hubungannya, sehingga hal tersebut bisa menandakan komitmen di masa
yang akan datang (Stanley et al., 2010).
b. Pembatas individu dalam mempertahankan hubungan (constraint
commitment)
Dalam menjalani sebuah hubungan romantis tidak lepas dari kendala
atau hambatan yang harus dihadapi oleh pasangan. Kendala yang terjadi
membuat seseorang sulit untuk memutuskan hubungan (Owen et al., 2012).
Pembatas individu dalam mempertahankan hubungan (constraint
commitment) bisa menjelaskan mengapa pasangan masih bertahan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
hubungan yang berkualitas rendah, sehingga pasangan akan berpikir secara
matang untuk tetap bertahan atau meninggalkan hubungannya (Stanley,
Rhoades, & Whitton, 2010). Biasanya batasan-batasan ini akan semakin
banyak saat pasangan sudah hidup bersama, sehingga hal ini akan membuat
mereka semakin sulit untuk memutuskan hubungan yang dijalani (Rhoades,
Stanley, & Markman, 2012). Pembatas individu dalam mempertahankan
hubungan memiliki indikator, seperti:
1) Investasi struktural
Investasi struktural merupakan investasi yang terjalin dalam suatu
hubungan mengenai kepemilikan dan investasi keuangan (Stanley &
Markman, 1992). Individu akan lebih banyak berkomitmen dan sedikit
mengalami kendala atau hambatan, karena tidak ingin kehilangan apa
yang sudah diinvestasikan (Lund, 1985; Stanley & Markman, 1992).
Investasi struktural misalnya memiliki akun ponsel bersama, memberi
hadiah ketika pasangan ulang tahun, membeli barang untuk kepentingan
bersama, mengadakan pesta ulang tahun yang megah untuk pasangan,
atau membeli rumah untuk masa depan dengan tabungan masing-masing
(Rhoades et al., 2012). Komitmen dan investasi akan memprediksi
kesinambungan hubungan yang lebih baik daripada cinta dan
penghargaan (Lund, 1985).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
2) Tekanan sosial untuk tetap bersama
Tekanan sosial didapatkan pasangan dari teman dan keluarga yang
menginginkan hubungan mereka untuk tetap dipertahankan (Stanley &
Markman, 1992). Tekanan sosial lebih banyak terjadi dan signifikan pada
pria daripada wanita (Owen, et al., 2010).
3) Kepedulian akan kesejahteraan pasangan
Peduli akan kesejahteraan pasangan adalah keadaan individu
memperhatikan dan peduli dengan kesehatan, keuangan, dan kebahagiaan
pasangannya. Jika individu bisa mempertahankan kesejahteraan diri
sendiri, maka ia juga memiliki potensi untuk peduli kesejahteraan orang
lain, khususnya pasangan (Stanley & Markman, 1992). Kepedulian akan
kesejahteraan pasangan dapat meningkatkan komitmen, karena
kepedulian merupakan salah satu bentuk investasi non-materi kepada
pasangan.
4) Rasa khawatir tidak ada orang lain yang akan cocok dengannya
Jika individu menginginkan suatu hubungan, maka ia akan berusaha
untuk menjaga hubungannya. Akan tetapi jika individu merasa bahwa
tidak ada orang lain yang cocok selain pasangannya, maka ia akan lebih
terikat dengan pasangannya saat ini (Stanley & Markman, 1992).
Berdasarkan paparan teori di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa komitmen
terdiri dari dua aspek yaitu dedikasi dengan indikator identitas pasangan, memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
pandangan hubungan dalam jangka waktu yang lama, memprioritaskan hubungan,
dan kesediaan untuk berkorban serta pembatas individu dalam mempertahankan
hubungan (constraint commitment) dengan indikator investasi struktural, tekanan
sosial untuk tetap bersama, kepedulian kesejahteraan pasangan, dan rasa khawatir
tidak ada orang lain yang cocok dengannya.
3. Faktor yang memengaruhi komitmen berpacaran
Rusbult (dalam Miller, Perlman, & Brehm, 2007), mengatakan bahwa terdapat
tiga faktor yang memengaruhi komitmen berpacaran:
a) Tingkat kepuasan (satisfaction level),
Menurut Rubsult, Martz dan Agnew (1998), tingkat kepuasan diartikan
sebagai pengalaman individu baik secara positif atau negatif sebagai hasil dari
keterlibatan dalam suatu hubungan. Sedangkan menurut Rusbult (1983) tingkat
kepuasan diartikan sebagai perasaan positif tentang pasangan atau
hubungannya. Individu yang berbagi minat yang sama terhadap pasangan,
jarang berdebat, dan tidak menaruh harapan terlalu tinggi terhadap hubungan,
mereka merasa lebih puas dan hubungan mereka akan lebih romantis. Rusbult
et al. (1998) menuliskan individu memiliki kepuasan apabila pasangannya
mampu memenuhi kebutuhan seperti kebutuhan akan kebersamaan, rasa aman
(safety), keintiman (intimacy), serta kebutuhan akan rasa memiliki.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
b) Kualitas alternatif (quality of alternatives),
Kualitas alternatif mengacu pada seberapa besar orang lain di luar
hubungan yang lebih menarik dibandingkan pasangan seperti teman-teman,
keluarga, atau diri sendiri (Rusbult et al., 1998). Tingginya kualitas alternatif
pada individu cenderung membuatnya tidak bergantung pada pasangannya
(Ratnasari, 2016). Padahal, alternatif di luar hubungan merupakan ancaman
besar pada kestabilan hubungan, sehingga hal tersebut secara tidak langsung
akan membentuk komitmen yang rendah (Rusbult, 1983).
c) Ukuran investasi (investment size)
Ukuran investasi mengacu pada sumber daya seperti uang, waktu,
usaha, serta dukungan yang melekat pada hubungan dan akan hilang jika
hubungan itu berakhir (Agnew, Rusbult, & Martz, 1998). Ketika hubungan
bertumbuh, banyak sumber daya terinvestasi secara langsung ke dalam
hubungan mereka dengan harapan hal itu akan meningkatkan hubungan. Dalam
masa berpacaran, ukuran investasi dicontohkan dengan individu yang
meluangkan waktu untuk bertemu, mengobrol, atau pergi bersama pasangan
(Rusbult, 1983). Selain itu, individu juga bisa berbagi pengalaman dan
kenangan bersama dengan teman mereka. Komitmen akan meningkat apabila
individu dan pasangan menginvestasikan sumber daya yang berarti untuk
hubungan mereka (Sacher & Fine, 1996).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Berdasarkan paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat tiga
faktor yang memengaruhi komitmen yaitu tingkat kepuasan, kualitas alternatif, serta
ukuran investasi.
B. Komunikasi Interpersonal
1. Definisi komunikasi interpersonal
Definisi komunikasi menurut Wahyuni (2015) yaitu peristiwa yang terjadi
saat manusia saling berinteraksi dengan yang lain. Devito (2011) mengartikan
komunikasi sebagai tindakan yang dilakukan satu orang atau lebih untuk mengirim
dan menerima pesan yang kemudian diberikan kesempatan untuk melakukan
umpan balik. Rakhmat (1985) mengartikan komunikasi sebagai peristiwa yang
terjadi ketika manusia berinteraksi dengan yang lain. Littlejohn dan Foss (2008)
mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang menghubungkan bagian yang
terputus dari sebuah kehidupan makhluk hidup ke makhluk hidup yang lain. Jika
kedua kata digabung menjadi satu akan memiliki definisi yang lain.
Komunikasi interpersonal merupakan interaksi individu dengan individu
lain dan mendapatkan umpan balik, baik secara verbal atau nonverbal (Mulyana
dalam Dewi & Sudhana, 2013; Pontoh, 2013). Komunikasi interpersonal memiliki
definisi yaitu keterampilan dasar yang harus dimiliki seseorang agar mampu
menyampaikan pesan sekaligus menjalin hubungan dengan orang lain (Suseno,
2009). Komunikasi interpersonal adalah proses timbal balik informasi baik secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
langsung atau kontak pribadi antara dua orang atau lebih (Barus, 2005; Hardjana,
2003).
Berdasarkan paparan di atas, peneliti mengartikan komunikasi interpersonal
sebagai tindakan yang dilakukan individu berupa interaksi umpan balik antara dua
orang atau lebih baik secara langsung atau tidak langsung.
2. Aspek komunikasi interpersonal
DeVito (2011) mengatakan bahwa terdapat lima aspek komunikasi
interpersonal antara lain sebagai berikut:
a. Keterbukaan
Keterbukaan dalam komunikasi interpersonal mengacu pada kesediaan
individu untuk mengungkapkan informasi tentang diri sendiri, mengizinkan
orang lain terbuka terhadap apa yang ingin mereka sampaikan, sekaligus
merespon dengan jujur terhadap pesan orang lain (Devito, 2016). Keterbukaan
memiliki pengaruh yang besar dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal
yang efektif. Hal ini dikarenakan seseorang yang memiliki sikap terbuka akan
menilai pesan secara objesktif, serta mencari informasi dari berbagai sumber.
b. Empati
Empati merupakan kemampuan individu dalam mengetahui, mewakili,
dan merasakan pengalaman, respon emosi, situasi, dan emosi yang dirasakan
orang lain baik secara afektif atau kognitif (Albiero, Matricardi, Speltri, &
Toso, 2009). Empati secara afektif diartikan sebagai kemampuan individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
untuk memiliki respon emosional yang tepat sesuai dengan orang yang dituju
(Carré, Stefaniak, D'Ambrosio, Bensalah, & Besche-Richard, 2013; Jolliffe &
Farrington, 2006). Sedangkan empati secara kognitif didefinisikan sebagai
kemampuan individu untuk memahami perspektif dan pemahaman intelektual
orang lain terkait dengan apa yang dipikirkan orang tersebut (Albiero et al.,
2009; D’Ambrosio, Olivier, Didon, & Besche, 2009). Individu yang memiliki
empati mampu memahami motivasi, pengalaman, perasaan, sikap, harapan,
dan keinginan orang lain untuk masa yang akan datang sehingga lebih mampu
menyesuaikan komunikasinya.
c. Sikap mendukung
Sikap mendukung adalah kemampuan individu dan individu lain untuk
saling memberi dukungan terhadap pesan yang disampaikan. Komunikasi akan
gagal bila individu memiliki sikap defensif, yang lebih banyak melindungi diri
dari ancaman yang ditanggapinya.
d. Sikap positif
Sikap memiliki makna perbuatan yang berdasarkan pada pendirian,
sedangkan positif memiliki makna pasti, tentu, bersifat nyata, atau bersifat
membangun (Abdillah & Prasetya). Jika kata sikap dan positif digabung akan
terbentuk kata sikap positif. Sikap positif memiliki makna perbuatan seseorang
yang bersifat nyata dan membangun dengan cara memberi penghargaan
melalui perilaku yang positif berupa memberikan perhatian, sabar, dan saling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
mendengarkan. Sikap positif diperlukan untuk membangun komunikasi yang
baik sehingga tercipta kenyamanan dan menyenangkan bagi lawan bicara.
e. Kesetaraan
Kesetaraan adalah keadaan yang mana masing-masing pihak yang
terlibat dalam komunikasi, memiliki peran yang sama dan sejajar dalam
menyampaikan ide, opini, termasuk perihal pengambilan keputusan (Nurhajati
& Sepang, 2013). Hal ini dikarenakan masing-masing pihak memiliki
kredibilitas yang sama. Sebaliknya, bila tidak ada kesetaraan dalam hubungan
maka hubungan tersebut akan menjadi rusak.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan aspek komunikasi
interpersonal meliputi keterbukaan, empati, sikap positif, sikap mendukung serta
kesetaraan.
3. Dampak Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal individu dewasa awal dapat dilakukan dengan
baik karena mereka memiliki karakteristik berpikir luas dan kompleks, berpikir
kritis, menjalin relasi berdasarkan nilai dan ikatan yang kuat, menghargai
perbedaan, serta mengambil keputusan bagi orang lain (Simpson, 2010). Individu
dewasa awal diharapkan mampu mempertimbangkan keputusan yang berdampak
bagi orang lain di sekitar, sebab ini salah satu cara menerapkan komunikasi
interpersonal yang efektif dengan orang lain (Suhanti, Puspitasari, & Noorrizki,
2018). Komunikasi interpersonal yang efektif akan memberi dampak positif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
kepada lingkungan dengan cara meminimalisir adanya kesenjangan aturan formal
yang dibuat oleh individu lain (Suhanti, Puspitasari, & Noorrizki, 2018).
Komunikasi interpersonal yang baik dan efektif menyebabkan dua individu
merasa senang, sehingga tumbuh sikap saling terbuka. Sebaliknya, komunkasi
yang buruk dan tidak efektif menimbulkan situasi tegang bagi kedua pihak (Yulia,
Afrianti, & Octaviani, 2015). Komunikasi interpersonal yang kurang baik dalam
jangka panjang dapat menyebabkan hubungan menjadi renggang, rasa hambar serta
perselingkuhan (Asmayani, 2013). Dampak lain dari komunikasi interpersonal
yaitu terciptanya pergaulan yang saling menghormati serta saling percaya (Hidayat,
2017). Selain itu, komunikasi interpersonal yang baik dapat membantu
meningkatkan hubungan serta mengatasi permasalahan, sedangkan komunikasi
interpersonal yang buruk dapat mengganggu hubungan tersebut dan cenderung
mengarah pada konflik yang berkelanjutan (Altaira & Nashori, 2008).
Jadi, komunikasi interpersonal memiliki dampak yang baik dan buruk.
Dampak yang baik dari komunikasi interpersonal yaitu tumbuh keterbukaan,
membuat keputusan yang tepat, serta rasa saling percaya bagi pengirim dan
penerima pesan apabila komunikasi yang dilakukan baik dan efektif. Sedangkan
dampak komunikasi interpersonal yang buruk adalah timbulnya konflik, situasi
tegang, dan kesenjangan bagi kedua pihak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
C. Komitmen Bepacaran pada Individu Dewasa Awal
Dewasa merupakan masa ketika cara berpikir individu sudah matang mengenai
pikiran dan pandangan terhadap sesuatu (Kementrian pendidikan dan kebudayaan
republik Indonesia, 2016). Dewasa awal merupakan masa transisi dari remaja menuju
dewasa atau disebut dengan beranjak dewasa (emerging adulthood) yang terjadi pada
usia 18 hingga 25 tahun (Arnett, 2006). Usia pada dewasa awal merupakan usia yang
tepat untuk mencari pasangan hidup dan menjalin komitmen serta ikatan emosional
dengan orang lain (Berk, 2012; Santrock, 2008). Dalam mencari pasangan dalam
jangka panjang terdapat perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam
mengutamakan ciri-ciri tertentu (Buunk, 2002; Cramer, Schaefer, & Reid, 1996;
Stewart, Stinett, & Rosenfeld, 2000). Perempuan lebih mempertimbangkan mengenai
kecerdasan, ambisi, status keuangan, dan karakter moral. Sementara itu, laki-laki lebih
menyukai pasangan yang lebih muda.
Ciri-ciri dewasa awal menurut Mappiare (1997) yaitu (1) memasuki usia
reproduktif, (2) memasuki usia untuk memantapkan letak kedudukan, (3) mulai
memiliki banyak permasalahan, dan (4) ada ketegangan dalam hal emosi. Arnett
(2006) menyimpulkan terdapat lima ciri pada masa dewasa awal, yaitu (1)
mengeksplorasi identitas terutama dalam hal cinta dan pekerjaan, (2) merasakan
ketidakstabilan pada cinta, pekerjaan, serta pendidikan, (3) memiliki fokus diri dan
otonomi lebih besar kepada diri sendiri daripada orang lain, (4) berada di antara masa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
remaja atau dewasa penuh, dan (5) memiliki kesempatan untuk tranformasi kehidupan
ke arah yang lebih baik.
Komitmen memengaruhi hubungan (Johnson, Caughlin, & Huston, 1999;
Rusbult & Buunk 1993) karena melalui komitmen yang jelas dan konsisten,
memungkinkan individu dan pasangan merasa aman (Stanley, Markman, & Whitton,
2002). Individu yang memiliki komitmen yang tinggi digambarkan sebagai pribadi
yang saling mencintai dan bahagia, sehingga mereka akan bertahan dalam hubungan
tersebut (Iriani, 2003; Rusbult, Martz, & Agnew, 1998). Komitmen sangat menentukan
keberlangsungan sebuah hubungan dari keterlibatan romantis yang bergairah sampai
yang sejati (Berk, 2012). Komitmen seseorang akan terlihat dari tindakan seperti
memberi perhatian, berkorban dan melindungi pasangan untuk menjaga hubungan
mereka tetap langgeng, serta berupaya untuk memperbaiki hubungan saat tidak stabil,
sehingga hal tersebut akan meningkatkan rasa percaya, rasa berharga, rasa diterima,
dan merasa dicintai oleh pasangannya (Rae, 2017; Sarwono & Meinarno, 2009).
Komitmen mewakiliki sejauh mana individu merasakan hubungan dalam jangka
panjang, niat untuk bertahan melalui permasalahan, keterikatan psikologis, dan
mengakui bahwa ia membutuhkan suatu hubungan (Van Lange, Drigotas, Rusbult,
Arriaga, Witcher, & Cox, 1997).
Konflik atau permasalahan dalam hubungan pasti terjadi dan tidak dapat
dihindari. Konflik berpotensi membuat pasangan dapat berpisah, akan tetapi menurut
penelitian Knee, Patrick, Vietor, dan Neighbors (2004) mengungkap bahwa individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
tetap mampu berkomitmen karena dapat menyelesaikan konflik melalui diskusi
bersama pasangan. Sebagai contoh komitmen individu pada pasangannya dapat
berubah setelah bertemu menyebabkan hilangnya kelekatan dan hasrat (Hurlock,
1980). Selama masa sulit tersebut, komitmen menjadi hal penting karena dapat
menjaga keutuhan hubungan pasangan (Brabar, 2015; Marasabessy, 2009). Hal ini
dikarenakan konflik berkaitan dengan komitmen yang rendah terhadap hubungan yang
sedang dijalani, meskipun hal ini tidak terjadi pada semua hubungan (Knee et al.,
2004).
Jika komitmen berpacaran pada tahap dewasa awal dibangun untuk hubungan
jangka panjang, maka berbeda halnya komitmen berpacaran yang terjadi pada tahap
dewasa madya. Komitmen berpacaran pada individu dewasa madya bukan hanya
sekadar untuk menjalin hubungan baru, namun juga ada banyak hal yang perlu
dipikirkan seperti perubahan karier, merawat orang tua, serta menata diri untuk
menjalin relasi dengan pasangan yang baru (Berk, 2012). Komitmen berpacaran pada
individu dewasa madya memiliki tantangan tersendiri bagi individu yang sudah
memiliki anak atau mengalami perceraian (Berk, 2012). Hal ini dikarenakan mereka
telah mengalami perubahan besar dalam hidup mereka, sehingga komitmen berpacaran
bukan satu-satunya hal yang penting untuk mereka prioritaskan (Paramita & Suarya,
2018).
Begitu pula komitmen berpacaran yang terjadi pada individu dewasa akhir
(lansia). Ketika ikatan hubungan mereka selesai, individu dewasa akhir masih memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
hasrat untuk mendekati orang lain (Berk, 2012). Individu dewasa akhir yang pernah
bercerai dan memutuskan untuk berkomitmen dengan orang baru hingga ke jenjang
pernikahan, mereka umumnya merasa sangat puas dengan hubungan baru mereka
(Berk, 2012; Brubaker, 1985). Individu dewasa akhir menilai hubungan mereka lebih
berkualitas, jarang terjadi pertengkaran, serta menyelesaikan perbedaan dalam cara
yang positif dan membangun (Berk, 2012). Hal ini dikarenakan mereka tidak ingin
membiarkan perbedaan berubah menjadi kemarahan dan kebencian (Carstensen,
Isaacowitz, & Charles, 1999; Hatch & Bulcroft, 2004).
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa komitmen berpacaran
pada individu dewasa awal merupakan sesuatu yang penting untuk mempertahankan
hubungan dengan pasangannya, dalam keadaan susah ataupun senang.
D. Dinamika Hubungan Komunikasi Interpersonal dan Komitmen Berpacaran
pada Individu Dewasa Awal
Salah satu tugas perkembangan pada dewasa awal yaitu mengembangkan
hubungan intim dan romantis dengan pasangan (Erikson, dalam Papalia, Olds, &
Feldman, 2007). Hubungan romantis dapat dipenuhi melalui komitmen bersama
dengan pasangan. Komunikasi, konflik, dan komitmen berperan penting dalam
memahami kesehatan hubungan yang berkualitas (Stanley, Markman, & Whitton,
2002). Komitmen yang rendah menunjukkan hubungan berpacaran tidak akan
berlangsung lama (Iriani, 2013), sedangkan komitmen yang tinggi dapat membuat
hubungan menuju tahap yang lebih serius, yaitu pernikahan (Jayanti, 2015). Individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
dengan komitmen yang tinggi cenderung mengungkapkan perasaan puas akan
hubungan yang dijalin dan berpikir untuk melindungi hubungannya daripada berpikir
untuk mencari alternatif pasangan lain (Stanley et al., 2002; Stanley, Lobitz, &
Dickson, 1999).
Menurut Rusbult (dalam Miller, Perlman, & Brehm, 2007) terdapat beberapa
faktor yang memengaruhi komitmen berpacaran yaitu tingkat kepuasan (satisfaction
level), kualitas alternatif (quality of alternatives), dan investasi ukuran (investment
size). Herdiyanto dan Liana (2017) menuliskan faktor lain yang memengaruhi
komitmen berpacaran adalah komunikasi, karena komunikasi menjadi salah satu faktor
penyebab hubungan pada individu berakhir yang disebabkan oleh kesalahpahaman
hingga komunikasi yang tidak efektif.
Komunikasi merupakan tolak ukur paling penting untuk pengembangan dalam
sebuah hubungan berpasangan (Tannen, 2007). Hal ini dikarenakan melalui
komunikasi, individu dan pasangan mampu menciptakan hubungan yang stabil dan
terstruktur (Tannen, 2007). Komunikasi memberi kesempatan kepada individu untuk
mengetahui ambang intoleransi dan kerentanan, area ketidakdewasaan, yang
mengarahkan kita untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap perilaku atau kata-kata
dari pasangan (Adriana-Elena et al., 2013). Komunikasi yang dilakukan secara efektif
dapat memengaruhi kepercayaan, persepsi, dan komitmen dalam sebuah hubungan
(Sharma & Patterson, 1999). Komunikasi memiliki beberapa aspek yaitu keterbukaan,
empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan (DeVito, 2011). Dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
adanya keterbukaan, empati, sikap positif, sikap mendukung serta kesetaraan terhadap
pasangan akan membangun keintiman dan kedekatan dengan pasangan (Paramita &
Suarya, 2018). Kedekatan dan keintiman pasangan yang terjaga menandakan terdapat
proses penyesuaian dalam hubungan berlangsung dengan baik (Litzinger & Gordon,
2005).
Aspek pertama dari komunikasi interpersonal yaitu keterbukaan. Keterbukaan
merupakan tindakan dalam memberi informasi tentang diri kita yang disembunyikan
dari orang lain mengenai nilai, keyakinan, perilaku, karakteristik, dan kualitas diri
(Agustina, 2016). Berbagi informasi tentang diri sendiri dan mengembangkan
pemahaman satu sama lain merupakan cara lain untuk menciptakan keintiman dalam
hubungan sekaligus berfungsi sebagai fondasi hubungan (Omarzu & Harvey, 2012).
Untuk menghindari pengungkapan yang berlebihan, pasangan harus memiliki aturan
untuk bisa mengungkapkan hubungan mereka (Miller, Corrales, & Wackman, 1975).
Semua hubungan memiliki batasan, sehingga untuk menghindari keterbukaan yang
berlebihan, pasangan harus memutuskan untuk membuat prosedur (aturan sederhana)
untuk mengungkapkan keinginan mereka satu sama lain dan juga orang-orang di luar
hubungan mereka (Miller et al., 1975). Individu yang secara langsung mengungkapkan
keinginan dan kebutuhannya memiliki efek komitmen yang baik pada pasangan serta
hubungan mereka (Firestone, Firestone, & Catlett, 2002). Ada waktu dan tempat yang
tepat untuk mengungkapkan berbagai jenis informasi, disebut mode kerja dan non-
kerja (Luft, 1969; Morris, 1973). Mode kerja memfasilitasi negosiasi dalam suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
hubungan. Individu yang menggunakan mode ini kondusif untuk membantu pasangan
dalam melihat pola interaksi yang mereka jalani dan memiliki proses untuk mengatur
diri sendiri dalam hubungannya (Miller et al., 1975). Berbeda halnya dengan mode
non-kerja, mode ini banyak ditandai oleh perilaku yang tidak mencerminkan niat untuk
membicarakan hal-hal mengenai masalah pribadi dan hubungan (Miller et al., 1975).
Kedua mode tetap bisa digunakan untuk menyelesaikan dan membahas permasalahan
seperti sikap, pikiran, kepercayaan, dan perasaan tentang komitmen seperti apa yang
ingin mereka buat (Firestone et al., 2002).
Aspek kedua dari komunikasi interpersonal yaitu empati. Empati memberi
kontribusi penting bagi kualitas hubungan (Cloutier & Peetz, 2016). Inti dari empati
adalah ketika individu memahami peristiwa dari sudut pandang orang lain serta
mengidentifikasi secara emosional (Eisenberg & Miller, 1987; Worthington, 1998).
Empati menggambarkan kemampuan individu untuk menilai adanya emosi dari
komunikasi bersama pasangan secara akurat dan spontan (Omarzu & Harvey, 2012).
Ketika individu memiliki pengalaman yang sama dengan orang lain, tidak sulit untuk
berempati, karena kita melihat apa yang dilihat orang lain sekaligus merasakan apa
yang mereka rasakan (Hybels & Weaver, 2004). Komunikasi yang terbuka dan penuh
dengan sikap empati dapat merefleksikan pikiran serta perasaan orang yang terlibat
didalamnya (Paramita & Suarya, 2018). Kedekatan individu serta komitmen dengan
pasangan dalam sebuah hubungan merupakan hal yang penting bagi individu untuk
berempati (Goss, 2006). Memiliki pasangan yang memahami perasaan pasangannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
untuk menjadi lebih sadar akan perasaan tersebut, memungkinkan adanya kehidupan
yang memuaskan sehingga berdampak juga terhadap kualitas hubungan (Cramer &
Jowett, 2010).
Aspek ketiga dari komunikasi interpersonal yaitu sikap mendukung. Sikap
mendukung dari pasangan dapat mencegah depresi dan konflik dalam hubungan, serta
dapat meningkatkan keintiman emosional dengan memberikan pengalaman positif
(Cramer & Jowett, 2010). Komunikasi dikaitkan dengan keintiman karena keintiman
memberi banyak arti, terutama bagi pasangan itu sendiri (Stefan, 2001, p. 89). Sikap
mendukung ini memiliki dampak beragam terhadap komitmen sesuai dengan
dukungan yang diterima (Wang, Kraut, & Levine, 2012). Individu yang menerima
dukungan yang rendah dari pasangan dan bersamaan dengan konflik dapat
memperburuk hubungan, sedangkan dukungan yang tinggi dari pasangan dapat
mengurangi konflik serta membuat hubungan menjadi lebih romantis. Selain itu,
dukungan yang rendah bisa menandakan adanya hubungan negatif yang sedang terjadi
sehingga dalam hubungan tersebut menghasilkan stres dan berdampak pada individu
dan pasangan (Berscheid, 1994).
Aspek keempat dari komunikasi interpersonal yaitu sikap positif. Setiap
peristiwa yang bermanfaat pada proses komunikasi dengan orang lain maupun
pasangan merupakan hasil dari sifat positif. Ketika individu sedang melakukan sesuatu,
pasangan akan mengidentifikasi perilaku positif yang ada dikeluarkan oleh individu
tersebut. Hal ini terjadi pada masing-masing pihak, baik individu kepada pasangan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
pasangan kepada individu. Adanya sifat positif yang terjadi antara individu dan
pasangan, meminimalisirkan keraguan sehingga terjalin komitmen bagi kedua belah
pihak (Margolin, 1978). Individu yang menafsirkan perilaku pasangannya secara
positif maka ia juga akan berperilaku dan memandang pasangan secara positif,
sedangkan apabila yang ditafsirkan perilaku secara negatif maka individu juga
berperilaku dan memandang pasangan secara negatif (Floyd, 1988). Menjalin
hubungan yang aman dengan teman dekat selama masa remaja diprediksi memiliki
pengalaman emosi yang lebih positif dalam kehidupan sehari-hari dan lebih sedikit
pengaruh negatif dalam menyelesaikan konflik dengan pasangan dimasa dewasa awal
(Dhariwal, Connolly, Paciello, & Caprara, 2009; Simpson, Collins, Tran, & Haydon,
2007). Cara yang baik untuk menyelesaikan konflik adalah mengetahui bagaimana
membuat pasangan kita untuk mengerti bahwa kita melihat sesuatu dari sudut pandang
nya juga. Hal ini memberi kontribusi untuk membentuk perasaan positif pada
hubungan berpasangan (Adriana-Elena et al., 2013).
Aspek kelima dari komunikasi interpersonal yaitu kesetaraan. Kesetaraan
mencakup status yang sama dengan pasangan, hubungan yang saling menguntungkan,
dan perhatian kepada satu sama lain (Knudson, Martin, & Mahoney, 1998, 2005).
Kesetaraan dalam hubungan merupakan landasan penting bagi individu dan pasangan
untuk menyeimbangkan antara pekerjaan dan kehidupan sehari-hari (Haddock,
Zimmerman, Ziemba, & Current, 2001). Kesetaraan bukan dipandang sebagai
pembagian tugas antara individu dan pasangan, melainkan sebagai bentuk kontribusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
yang sama dalam hubungan (Knudson et al., 2005). Individu dan pasangan penting
untuk mengetahui bagaimana mencapai kesetaraan dan menempatkan diri agar setara
dengan pasangan, sehingga mereka tahu apa saja yang membuat hubungan mereka
berhasil (Irawan, 2017; Knudson et al., 2005). Kekuatan yang setara merupakan kunci
untuk mendapatkan hubungan yang positif, terutama karena adanya peningkatan
komunikasi secara langsung dan keintiman, sehingga hal tersebut memacu komitmen
bagi individu dan pasangan (Steil, 1997).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
E. Skema Penelitian
Komitmen berpacaran pada individu dewasa awal usia 18-25 tahun
Komunikasi interpersonal yang baik
- Mampu mengungkapkan keinginan satu sama lain (keterbukaan)
- Berempati kepada pasangan (empati) - Memberi dukungan terhadap pesan yang
disampaikan (sikap mendukung) - Memberi penghargaan melalui perilaku yang
positif (sikap positif) - Memberi kontribusi yang sama dan seimbang
(kesetaraan)
- Berdiskusi tentang komitmen seperti apa yang ingin dibuat
- Konflik berkurang - Memberi dukungan dan perhatian kepada
pasangan - Mengurangi keraguan karena sudah
berkomitmen - Memacu komitmen bagi individu dan pasangan - Memiliki kesempatan berargumen sama rata
Individu memiliki komitmen berpacaran yang tinggi dalam hubungan bersama pasangan
Gambar 1. Skema Teoretis Hubungan Komunikasi Interpersonal dan Komitmen
Berpacaran pada Individu Dewasa Awal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan paparan di atas, hipotesis yang dirumuskan yaitu terdapat
hubungan yang positif antara komunikasi interpersonal dan komitmen berpacaran pada
individu dewasa awal. Semakin baik komunikasi interpersonal antara individu dan
pasangan, maka semakin tinggi komitmen berpacaran pada pasangan. Sebaliknya,
semakin buruk komunikasi interpersonal antara individu dan pasangan, maka semakin
rendah komitmen berpacaran pada pasangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dan desain penelitian
korelasional. Penelitian kuantitatif merupakan penelitan yang menggunakan
pendekatan untuk menguji teori secara obyektif dengan cara memeriksa hubungan
antar variabel (Creswell, 2014). Desain penelitian koreasional merupakan desain yang
mana peneliti mengukur hubungan antara dua atau lebih variabel yang dianalisis secara
statistik (Creswell, 2009).
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent)
Variabel bebas adalah variabel yang memengaruhi hasil (Creswell, 2014).
Variabel bebas disebut juga variabel anteseden, variabel tritmen, variabel
termanipulasikan, atau variabel prediktor (Supratiknya, 2015). Variabel bebas
dalam penelitian ini yaitu komunikasi interpersonal.
2. Variabel tergantung (dependent)
Variabel tergantung adalah hasil dari pengaruh variabel bebas (Creswell,
2014). Nama lain variabel tergantung adalah variabel konsekuen, variabel efek,
variabel hasil, variabel respons, atau variabel kriteria (Creswell, 2014; Supratiknya,
2015). Variabel dalam penelitian ini yaitu komitmen berpacaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
C. Definisi Operasional
1. Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal merupakan kegiatan pengiriman atau pertukaran
pesan antara dua orang atau lebih baik secara langsung atau tidak langsung.
Komunikasi interpersonal diungkap dengan menggunakan skala komunikasi
interpersonal melalui aspek keterbukaan, empati, sikap positif, sikap mendukung,
serta kesetaraan. Skor yang diperoleh menunjukkan keadaan komunikasi
interpersonal yang dilakukan oleh subjek. Skor yang tinggi menunjukkan semakin
baik komunikasi interpersonal yang terjalin pada hubungan berpacaran.
2. Komitmen berpacaran
Komitmen berpacaran memiliki arti yaitu keterikatan seseorang secara
psikologis untuk menjaga keharmonisan serta mempertahankan sebuah hubungan
dalam kondisi susah dan senang untuk jangka waktu yang lama dan ditunjukkan
melalui aspek dari skala komitmen berpacaran yaitu dedikasi dan pembatas
individu dalam mempertahankan hubungan berpacaran (constraint commitment).
Skor yang diperoleh akan menunjukkan tingkatan komitmen pada pasangan. Skor
yang tinggi menunjukkan semakin tinggi pula komitmen berpacaran pada
pasangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
D. Subjek Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari hal yang ingin diteliti (Priyono, 2016).
Populasi dalam penelitian ini yaitu individu dewasa awal yang berusia 18-25 tahun
yang sedang berpacaran dan belum menikah atau bertunangan.
2. Subjek penelitian dan teknik pengambilan sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti (Priyono, 2016).
Pemilihan subjek menggunakan metode purposive sampling karena teknik ini
dapat diterapkan untuk memilih sampel yang akan sesuai dengan kriteria penelitian
(Priyono, 2016). Kriteria subjek dalam penelitian ini yaitu individu dewasa awal
berusia 18-25 tahun yang sedang berpacaran (Arnett, 2006).
E. Prosedur Penelitian
1. Penyusunan item
Peneliti melakukan langkah awal dengan memastikan bahwa aspek dari kedua
variabel tidak saling tumpang tindih. Peneliti kemudian menyusun item skala
komunikasi interpersonal yang mengacu pada aspek keterbukaan, empati, sikap
positif, sikap mendukung, dan kesetaraan. Peneliti juga menyusun item skala
komitmen berpacaran sesuai dengan aspek dedikasi dan pembatas individu dalam
mempertahankan hubungan (constraint commitment) yang sesuai dengan tinjauan
pustaka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
2. Uji validitas
Setelah melakukan penyusunan item, peneliti melakukan uji validitas untuk
mencari validitas isi dari setiap item (IVI-I) dan validitas isi skala (IVI-S). Pertama,
peneliti meminta persetujuan mengenai alat ukur yang telah dibuat serta uji
validitas isi kepada dosen pembimbing sebagai profesional judgement. Kemudian,
peneliti meminta penilaian (peer judgement) kepada sembilan mahasiswa dengan
rincian dua orang sarjana psikologi, satu orang sarjana statistik, dan enam
mahasiswa psikologi terkait keselarasan tiap indikator dan item dari skala yang
sudah disusun.
Menurut Supratiknya (2016), jika peneliti melibatkan 6-10 orang penilai,
maka item dianggap relevan apabila validitas isi pada taraf item (IVI-I) memiliki
skor minimal 0,78. Jika skor IVI-I kurang dari 0,78 maka item perlu diperbaiki atau
digugurkan. Sedangkan validitas isi pada taraf skala (IVI-S/R) dianggap relevan
apabila memiliki nilai minimal 0,90 atau ≥ 0,90.
Pada uji validitas (peer judgement) yang telah peneliti lakukan, diperoleh
hasil perhitungan validitas isi pada taraf item (IVI-I) sebesar 0,888889 sampai 1,00
pada kedua variabel, sehingga peneliti melakukan revisi pada item yang memiliki
skor < 1,00. Sedangkan skor validitas isi pada taraf skala (IVI-S/R), peneliti
memperoleh skor 0,975845 pada variabel tergantung dan skor 0,988215 pada
variabel bebas. Berdasarkan hasil tersebut, item dalam skala dianggap selaras
dengan indikator (Supratiknya, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
3. Penyusunan kuesioner
Peneliti menyusun kuesioner yang berisi skala komunikasi interpersonal dan
komitmen berpacaran. Peneliti juga menyiapkan lembar informed consent yang
akan diisi oleh responden untuk berpartisipasi dalam penelitian dan memberikan
jawaban yang jujur sesuai dengan kondisi subjek yang sebenarnya.
4. Pra uji coba
Peneliti melakukan pra uji coba sebelum menyebarkan kuesioner untuk
mengumpulkan data uji coba (try out). Pra uji coba memiliki tujuan yaitu untuk
mengetahui estimasi waktu yang digunakan untuk mengerjakan kuesioner. Pra uji
coba dilakukan pada dua orang yang sesuai dengan kriteria penelitian. Setelah
dilakukan pra uji coba, waktu yang dibutuhkan untuk mengisi kuesioner ini yaitu
± 10 menit.
5. Uji coba
Peneliti melakukan uji coba skala yang dengan cara menyebarkan kuesioner
secara online melalui google form. Uji coba dilakukan pada hari Kamis, 7 Oktober
2020 dan mendapat 108 responden yang telah mengisi kuesioner sesuai dengan
kriteria penelitian. Setelah data uji coba terkumpul, peneliti melakukan uji
reliabilitas dengan menggunakan program SPSS versi 22.
6. Penyebaran data penelitian
Peneliti membagikan skala kepada subjek yang tidak terlibat dalam uji coba
setelah memastikan bahwa item telah valid dan reliabel. Penyebaran skala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
dilakukan secara online melalui google form pada tanggal 16 hingga 21 Oktober
2020 dengan kriteria subjek berusia 18 hingga 25 tahun yang sedang menjalin
hubungan berpacaran dan belum menikah. Peneliti sudah menyiapkan kolom
rentang usia dari 18 hingga 25 tahun, sehingga subjek sudah dipastikan memenuhi
kriteria penelitian. Skala penelitian disebarkan melalui media sosial seperti
Instagram, Twitter, Line, Askfm, dan WhatsApp dengan durasi waktu selama enam
hari. Setelah durasi waktu selesai, peneliti melakukan analisis data yang akan
dibahas pada bab selanjutnya.
F. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kuesioner berskala
yang lazimnya mengungkap berbagai atribut psikologis seperti sifat, serta aneka jenis
konsep pribadi seperti cara penyesuaian diri, keyakinan, dan sikap (Supratiknya, 2015).
Skala merupakan alat pengumpul data yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan disusun
untuk menyatakan atribut tertentu dengan cara melihat respon subjek terhadap
pertanyaan tersebut (Azwar, 2013). Penelitian ini menggunakan dua skala, untuk
mengukur komunikasi interpersonal dan komitmen berpacaran dengan skala Likert
yang terdiri dari item favorable dan unfavorable.
1. Skala komunikasi interpersonal
Skala komunikasi interpersonal dalam penelitian ini disusun berdasarkan aspek
keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan dari teori
yang dikembangkan oleh DeVito (2011). Jenis skala yang digunakan dalam skala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
ini yaitu skala Likert dengan empat pilihan jawaban, yaitu Sangat Tidak Setuju
(STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Penyajian skala
komunikasi interpersonal menggunakan item favorable dan unfavorable. Peneliti
menggunakan empat pilihan jawaban pada skala Likert untuk menghilangkan
kelemahan pilihan jawaban Netral (N) yang menimbulkan kecenderungan
menjawab di posisi tengah (central tendency effect) bagi responden yang ragu-ragu
dengan jawaban mereka.
Tabel 1.
Skor Skala Komunikasi Interpersonal pada Item Favorable
Tabel 2.
Skor Skala Komunikasi Interpersonal pada Item Unfavorable
Respon Pernyataan Favorable Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Tidak Setuju (TS) 2 Setuju (S) 3 Sangat Setuju (SS) 4
Respon Pernyataan Unfavorable Sangat Tidak Setuju (STS) 4 Tidak Setuju (TS) 3 Setuju (S) 2 Sangat Setuju (SS) 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Tabel 3.
Distribusi Item Skala Komunikasi Interpersonal sebelum Uji Coba No Aspek Indikator Item Jumlah % 1 Keterbukaan Kesediaan individu
mengungkapkan informasi 11, 22, 43, 34 4
18,18% (8) Merespon dengan jujur atas
pernyataan orang lain. 15, 36, 7, 18 4
2 Empati Kemampuan individu berempati secara afektif
29, 10, 21, 32 4 18,18%
(8) Kemampuan individu berempati secara kognitif
3, 44, 25, 6 4
3. Sikap Mendukung
Sejauh mana memberikan dukungan satu sama lain
17, 28, 39, 20, 31, 42, 13, 4
8 18,18% (8)
4 Sikap positif Memberi perhatian 35, 16, 27, 28 4 27,28%
(12) Memiliki kesabaran dalam berkomunikasi
9, 30, 41, 2 4
Saling mendengarkan 23, 14, 5, 26 4 5 Kesetaraan Individu dan individu lain
memiliki peran yang sejajar
37, 8, 19, 40, 1, 12, 33, 24.
8 18,18% (8)
Total 44 44 100%
Tabel 3 menunjukkan bahwa rancangan persebaran item tiap aspek memiliki
jumlah yang berbeda. Hal ini dikarenakan adanya jumlah indikator yang berbeda
pada tiap aspek. Peneliti telah menetapkan jumlah item favorable dan unfavorable
sama banyak pada tiap indikator yang mana pada satu indikator terdapat paling
sedikit dua item favorable dan dua item unfavorable. Pernyataan tersebut didukung
oleh Azwar (2012) yang mengatakan bahwa tabel kisi-kisi dapat dibuat lebih detail
dengan memuat proporsi atau presentase item, kecuali jika sudah ditentukan lebih
dahulu bahwa jumlah item favorable dan unfavorable dibuat kurang lebih sama
banyak pada masing-masing indikator.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
2. Skala komitmen berpacaran
Skala komitmen berpacaran dalam penelitian ini disusun berdasarkan aspek
dedikasi dan pembatas individu dalam mempertahankan hubungan (constraint
commitment) dari teori yang dikembangkan oleh Owen, Rhoades, Stanley, dan
Markman (2010). Jenis skala yang digunakan dalam skala ini yaitu skala Likert
dengan empat pilihan jawaban, yaitu Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju
(TS), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS). Penyajian skala komitmen berpacaran
menggunakan item favorable dan unfavorable. Peneliti menggunakan empat
pilihan jawaban pada skala Likert untuk menghilangkan kelemahan pilihan
jawaban Netral (N) yang menimbulkan kecenderungan menjawab di posisi tengah
(central tendency effect) bagi responden yang ragu-ragu dengan jawaban mereka.
Tabel 4.
Skor Skala Komitmen Berpacaran pada Item Favorable
Tabel 5
Skor Skala Komitmen Berpacaran pada Item Unfavorable
Respon Pernyataan Favorable Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Tidak Setuju (TS) 2 Setuju (S) 3 Sangat Setuju (SS) 4
Respon Pernyataan Unfavorable Sangat Tidak Setuju (STS) 4 Tidak Setuju (TS) 3 Setuju (S) 2 Sangat Setuju (SS) 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Tabel 6.
Distribusi Item Skala Komitmen Berpacaran Sebelum Uji Coba
No. Aspek Dimensi No. Item Jumlah % 1. Dedikasi Intensi untuk menjalin
hubungan dalam jangka waktu yang lama
31, 22, 3, 24 4
50% (16)
Memprioritaskan hubungan
15, 6, 27, 18 4
Identitas dua individu sebagai pasangan
9, 20, 1, 32 4
Kesediaan untuk berkorban
13, 4, 25, 16 4
2. Constraint commitment
Tekanan sosial 7, 28, 19, 30 4
50% (16)
Kekhawatiran tidak akan mendapatkan pasangan yang lebih cocok dibanding pasangan saat ini.
11, 2, 23, 14 4
Peduli akan nasib kesejahteraan pasangan jika ia meninggalkan pasangannya
5, 26, 17, 8 4
Investasi struktural 29, 10, 21, 12 4
Total 32 32 100%
G. Pengujian Alat Ukur Penelitian
1. Validitas
Valid memiliki arti apabila instrumen menguskur apa yang seharusnya
diukur (Sugiyono, 2013). Suatu alat ukur dapat dikatakan memiliki validitas tinggi
apabila alat ukur tersebut bisa memberi hasil sesuai dengan tujuan pengukuran
(Azwar, 2003). Semakin tinggi angka validitas semakin tepat alat ukur tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Semakin rendah angka validitas maka alat ukur tersebut tidak dapat mengukur
sasaran yang akan diukur dengan baik dan tepat.
Peneliti menggunakan validitas isi dan validitas tampang dalam menguji
validitas penelitian ini. Validitas isi merupakan validitas yang di estimasi melalui
uji kelayakan atau relevansi isi tes oleh penilaian para ahli (Hendryadi, 2017).
Validitas isi juga dapat dikatakan sebagai fungsi seberapa baik dimensi dan elemen
sebuah konsep yang sudah digambarkan (Sekaran, 2006). Validitas isi memastikan
bahwa pengukuran item skala mencerminkan beberapa atau keseluruhan item yang
akan diukur (Hendryadi, 2017).
Validitas tampang mengacu pada tampilan tes yang memiliki tujuan untuk
mencapai apresiasi subjek terhadap tes (Azwar, 2013). Peneliti membuat tampilan
kuesioner semenarik mungkin sehingga subjek termotivasi dan nyaman untuk
mengerjakan soal. Peneliti mengumpulkan rancangan kuesioner kepada dosen
pembimbing lalu melakukan uji coba kepada 108 responden yang memenuhi
kriteria kuesioner.
2. Seleksi item
Seleksi item merupakan salah satu metode untuk mendapatkan item yang
memenuhi syarat dalam penyusunan tes. Melalui seleksi item, akan diperoleh item-
item yang akan membentuk sebuah tes yang homogen dan memiliki daya
diskriminasi yang baik. Statistik item-item yang membentuk sebuah tes psikologis
diperiksa melalui analisis item setelah item tersebut diujicobakan pada sekelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
sampel standarisasi (Supratiknya, 2014). Pengujian daya diskriminasi item dapat
dilakukan dengan cara menghitung koefisien korelasi antara distribusi skor item
dengan distribusi skor skala itu sendiri, sehingga akan menghasilkan koefisien
korelasi item total (Azwar, 2012).
Koefisien korelasi item total (rix) bergerak dari 0 sampai 1,00 dengan tanda
positif atau negatif (Azwar, 2012). Koefisien korelasi yang memiliki angka
mendekati 1,00 mencerminkan daya diskriminasi item yang semakin baik. Namun,
koefisien korelasi yang memiliki angka mendekati 0, mencerminkan item tersebut
tidak memiliki daya diskriminasi. Batasan yang digunakan dalam kriteria
pemilihan item berdasar korelasi item total yaitu rix ≥ 0,30. Item dikatakan
memiliki daya diskriminasi yang baik apabila memiliki rix ≥ 0,30. Apabila item <
0,30 maka dianggap memiliki daya diskriminasi yang rendah (Azwar, 2012).
Semakin tinggi nilai koefisien korelasi positif antara skor item dengan skor
skala, maka semakin tinggi daya diskriminasi item tersebut. Begitu pula
sebaliknya, apabila koefisien korelasi rendah atau mendekati nol maka fungsi item
tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur skala dan daya diskriminasi item dikatakan
rendah (Azwar, 2012).
a. Skala komunikasi interpersonal
Skala ini terdiri dari 32 item diantaranya 16 item favorable dan 16 item
unfavorable. Setelah dilakukan uji coba pada 108 responden, peneliti mendapat
korelasi item total berkisar 0,223 sampai 0,752. Item yang baik memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
koefisien korelasi item ≥ 0,30 (Azwar, 2012). Item yang memiliki koefisien
korelasi item ˂ 0,30 akan dinyatakan gugur (Azwar, 2012). Terdapat satu item
yang digugurkan pada skala komunikasi interpersonal karena memiliki
koefisien korelasi total sebesar 0,223 atau < 0,30.
Tabel 7.
Distribusi Item Skala Komunikasi Interpersonal Setelah Uji Coba No Aspek Indikator Item Jumlah % 1 Keterbukaan Kesediaan individu
mengungkapkan informasi 11, 22, 43, 34 4
18,6% (8) Merespon dengan jujur atas
pernyataan orang lain. 15, 36, 7, 18 4
2 Empati Kemampuan individu berempati secara afektif
29, 10, 21, 32 4 16,3%
(7) Kemampuan individu berempati secara kognitif
3, 44, 25, 6* 3
3. Sikap Mendukung
Sejauh mana memberikan dukungan satu sama lain
17, 28, 39, 20, 31, 42, 13, 4
8 18,6% (8)
4 Sikap positif Memberi perhatian 35, 16, 27, 28 4 27,9% (12)
Memiliki kesabaran dalam berkomunikasi
9, 30, 41, 2 4
Saling mendengarkan 23, 14, 5, 26 4 5 Kesetaraan Individu dan individu lain
memiliki peran yang sejajar 37, 8, 19, 40, 1, 12, 33, 24.
8 18,6% (8)
Total 43 43 100% *: Item yang gugur
b. Skala komitmen berpacaran
Skala ini terdiri dari 44 item diantaranya 22 item favorable dan 22 item
unfavorable. Setelah dilakukan uji coba pada 108 responden, peneliti mendapat
korelasi item total berkisar 0,284 sampai 0,755. Item yang baik memiliki
koefisien korelasi item ≥ 0,30 (Azwar, 2012). Item yang memiliki koefisien
korelasi item ˂ 0,30 akan dinyatakan gugur (Azwar, 2012). Dalam penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
ini, terdapat satu item yang digugurkan karena memiliki koefisien korelasi total
sebesar 0,284 atau < 0,30.
Tabel 8.
Distribusi Item Skala Komitmen Berpacaran Setelah Uji Coba No. Aspek Dimensi No. Item Jumlah % 1. Dedikasi Intensi untuk menjalin
hubungan dalam jangka waktu yang lama
31, 22, 3, 24 4
48,38%
(15) Memprioritaskan hubungan 15, 6, 27*, 18 3 Identitas dua individu sebagai pasangan
9, 20, 1, 32 4
Kesediaan untuk berkorban 13, 4, 25, 16 4 2. Constraint
commitment Tekanan sosial 7, 28, 19, 30 4
51,62%
(16)
Kekhawatiran tidak akan mendapatkan pasangan yang lebih cocok dibanding pasangan saat ini.
11, 2, 23, 14 4
Peduli akan nasib kesejahteraan pasangan jika ia meninggalkan pasangannya
5, 26, 17, 8 4
Investasi struktural 29, 10, 21, 12 4 Total 31 31 100%
*: Item yang gugur
3. Reliabilitas
Reliabilitas memiliki arti konsistensi hasil ukur yang mengandung makna
tingkatan kecermatan suatu pengukuran (Azwar, 2012). Salah satu cara
mendapatkan reliabilitas alat ukur dengan menggunakan metode berbasis
kovarians item Alpha Cronbach, sehingga penelitian ini menggunakan metode
koefisien Alpha Cronbach untuk mengestimasi konsistensi internal tiap item.
Reliabilitas secara psikometrik merujuk pada dua ciri, yaitu memiliki konsistensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
antar bagian dalam tes (konsistensi internal) serta konsistensi antar waktu dari hasil
tes (Klein dalam Supratiknya, 2014).
Koefisien reliabilitas (rxx) berada pada rentang angka 0 sampai 1,00.
Koefisien reliabilitas yang semakin tinggi mendekati angka 1,00 memiliki makna
pengukuran semakin reliabel. Sebaliknya, apabila koefisien reliabilitas yang
semakin rendah mendekati angka 0 menunjukkan makin rendahnya reliabilitas
(Azwar, 2012). Koefisien minimum yang dipandang memuaskan untuk reliabilitas
tes yaitu sebesar 0,70 (Supratiknya, 2014). Apabila sebuah penelitian mendapat
koefisien minimun di bawah 0,70, maka sebuah tes menjadi kurang memadai untuk
dibagi perorangan. Hal itu dikarenakan bahwa kesalahan baku skor muncul
sedemikian besar sehingga interpretasi skor menjadi meragukan. Meskipun
reliabilitas merupakan syarat yang perlu untuk sebuah tes, namun hal itu tidaklah
cukup. Hal ini dikarenakan tes yang sungguh baik adanya haruslah menghasilkan
pengukuran yang valid.
Peneliti telah melakukan uji coba skala pada hari Rabu, 07 Oktober 2020
dan mendapat 108 responden. Selanjutnya, peneliti melakukan perhitungan hasil
uji coba dengan menggunakan IBM SPSS Statistic 22 dengan hasil sebagai berikut:
Reliabilitas Alpha Cronbach pada skala komunikasi interpersonal menunjukkan
nilai 0,947 untuk 44 item. Sedangkan reliabilitas Alpha Cronbach pada skala
komitmen berpacaran menunjukkan nilai 0,748 untuk 32 item. Dari hasil tersebut,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
dapat dikatakan bahwa kedua reliabilitas tes tersebut dianggap memuaskan karena
memiliki koefisien reliabilitas ≥ 0,70.
H. Teknik Analisis Data
1. Uji asumsi
a. Uji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabilitas data
terdistribusi normal atau tidak (Suparno, 2016). Uji normalitas pada penelitian
ini menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov karena jumlah subjek penelitian
lebih dari 50 orang (Santoso, 2010). Data dapat dikatakan terdistribusi normal
apabila memiliki taraf signifikansi (p) > 0,05. Data dikatakan tidak terdistribusi
normal apabila memiliki taraf signifikansi (p) < 0,05 (Santoso, 2010). Apabila
persebaran data terdistribusi dengan normal, dapat dilakukan uji hipotesis
menggunakan uji parametrik. Sebaliknya, jika persebaran data menunjukkan
hasil tidak terdistribusi dengan normal, dapat menggunakan teknik analisis uji
non parametrik (Siregar, 2013).
b. Uji linearitas
Uji linearitas digunakan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan
yang linear antara variabel bebas dan variabel tergantung (Priyatno, 2014).
Data dapat dikatakan linear apabila memiliki taraf signifikansi (p) < 0,05,
sedangkan data dapat dikatakan tidak linear jika memiliki taraf signifikansi (p)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
> 0,05 (Santoso, 2010). Uji linearitas pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan test for linearity serta bantuan program SPSS versi 22.
2. Uji hipotesis
Hipotesis penelitian memiliki arti yaitu sebagai jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2007). Analisis data dalam
penelitian ini dilakukan untuk mencari ada atau tidaknya hubungan antara
variabel bebas dengan variabel tergantung. Apabila data dalam penelitian ini
terdistribusi normal maka uji hipotesis dilakukan dengan metode analisis
Pearson Product Moment. Sebaliknya, apabila data dalam penelitian ini tidak
terdistribusi normal maka uji hipotesis dilakukan dengan metode analisis
Spearman Rho Correlation (Santoso, 2015). Uji hipotesis akan diterima jika
taraf signifikan (p) < 0,05, sedangkan uji hipotesis ditolak jika nilai signifikan
(p) > 0,05 (Santoso, 2010). Penelitian ini menggunakan program SPSS versi 22
dalam proses melakukan analisis data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan selama enam hari, pada
tanggal 16 sampai 21 Oktober 2020. Peneliti menyebar kuesioner dalam bentuk online
melalui link pada google form. Kuesioner disebar ke berbagai aplikasi sosial media
seperti WhatsApp, Instagram, Twitter, Line, dan Askfm. Kriteria subjek yang
dibutuhkan dalam penelitian ini sudah tercantum pada halaman awal google form.
Banyaknya data yang terkumpul dalam proses pengambilan data sebanyak
1.091 subjek. Akan tetapi, terdapat satu subjek yang tidak memenuhi kriteria sehingga
data dari satu subjek tersebut digugurkan. Oleh karena itu, data yang digunakan dalam
penelitian ini berjumlah 1.090 subjek.
B. Deskripsi Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa informasi demografis dari subjek
penelitian. Tujuan dari demografis data untuk mengetahui gambaran dari subjek yang
diteliti. Subjek dalam penelitian ini yaitu pria maupun wanita yang berusia 18 hingga
25 tahun dan sedang menjalin hubungan berpacaran dengan lawan jenis. Berikut adalah
gambaran subjek yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Tabel 9.
Data Demografis Subjek
Aspek Kategori Frekuensi (N=1.090)
Presentase
Usia 18 19 20 21 22 23 24 25
37 61
105 220 303 150 113 101
3,4% 5,6% 9,6%
20,2% 27,8% 13,8% 10,3% 9,3%
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
173 917
15,9% 84,1%
Status Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja
371 719
34% 66%
Pendidikan saat ini SMA/ Sederajat Mahasiswa/ Sarjana
Pascasarjana Tidak sedang menempuh
pendidikan
41 837 59 153
3,8% 76,8% 5,4% 14%
Lama berpacaran ≤ 1 tahun 1,1 – 3 tahun 3,1 – 5 tahun 5,1 – 7 tahun
>7 tahun
344 435 191 78 42
31,5% 39%
17,5% 7,2% 3,9%
Tabel 9 memaparkan bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki ragam usia, jenis
kelamin, status pekerjaan, pendidikan saat ini, serta lama berpacaran. Berkaitan dengan
usia subjek, mayoritas subjek pada penelitian ini berusia 22 tahun yaitu sebanyak 303
subjek (27,8%) serta 220 subjek berusia 21 tahun (20,2%).
Terkait dengan jenis kelamin, terdapat 917 subjek yang berjenis kelamin
perempuan (84,1%) dan 173 subjek berjenis kelamin laki-laki (15,9%). Hal ini
menunjukkan bahwa mayoritas subjek dalam penelitian ini berjenis kelamin
perempuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Berdasarkan status pekerjaan, sebanyak 371 subjek memiliki pekerjaan (34%)
sedangkan 719 subjek tidak memiliki atau tidak bekerja (84,1%). Dapat disimpulkan
bahwa mayoritas subjek yang mengisi kuesioner penelitian adalah mereka yang tidak
memiliki pekerjaan atau tidak bekerja.
Jika dilihat dari pendidikan saat ini pada tabel 9, mayoritas subjek dalam penelitian
masih menjadi mahasiswa atau sedang menempuh sarjana yaitu sebanyak 837 subjek
(76,8%) dan 153 subjek yang tidak sedang menempuh pendidikan (14%).
Tabel 9 memperlihatkan keberagaman durasi hubungan berpacaran yang dijalin
oleh subjek. Berdasarkan data yang telah masuk dalam penelitian ini, mayoritas subjek
sebanyak 435 subjek sedang menjalin hubungan berpacaran selama satu tahun satu
bulan hingga tiga tahun lamanya (39%). Selain itu, sebanyak 344 subjek (31,5%) juga
telah menjalin hubungan berpacaran selama atau kurang dari satu tahun.
C. Deskripsi Data Penelitian
Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan gambaran mengenai nilai teoretik
dan nilai empirik dari skala yang akan diteliti melalui analisis deskripsi data penelitian.
Analisis deskriptif memiliki tujuan untuk menganalisis data dengan cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul.
Mean teoretik dan mean empirik memiliki pengertian yang berbeda. Mean
teoretik diartikan sebaga rata-rata skor dalam skala penelitian yang diperoleh dari
perhitungan secara manual berdasarkan skor terendah dan skor tertinggi dalam suatu
penelitian dengan rumus sebagai berikut (Azwar, 2005):
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
MT = (𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚)+(𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑡𝑒𝑚)
2
Mean empirik memiliki definisi rata-rata dari skor yang diperoleh dalam
penelitian, serta perhitungannya diperoleh dari hasil uji One Sample Test dengan
bantuan program SPSS versi 22.
Tabel 10.
Hasil Mean Empirik dan Mean Teoretik
Variabel N Min Maks Mean SD Empirik Teoretik
Komitmen Berpacaran
1.090 31 124 99,66 77,5 13,764
Komunikasi Interpersonal
1.090 43 172 144,95 107,5 15,962
Berdasarkan tabel 10 diketahui bahwa terdapat perbedaan signifikan antara nilai
mean empirik dan mean teoretik pada variabel komitmen berpacaran. Hal ini
dikarenakan variabel komitmen berpacaran memperoleh nilai signifikansi (p) sebesar
0,000 berdasarkan data yang diperoleh dari uji beda mean One Sample Test dengan
bantuan program SPSS versi 22. Variabel komitmen berpacaran mendapat nilai mean
empirik sebesar 99,66 dan mean teoretik sebesar 77,5 dengan standar deviasi sebesar
13,764. Berdasarkan hasil tersebut, nilai mean empirik lebih tinggi dibandingkan nilai
mean teoretik. Artinya, mayoritas subjek dalam penelitian ini memiliki komitmen yang
tinggi terhadap hubungan yang sedang dijalani.
Pada variabel komunikasi interpersonal, telah didapatkan nilai signifikansi sebesar
0,000 yang menandakan bahwa terdapat perebedaan yang signifikan antara mean
emoirik dan mean teoretik. Variabel komunikasi interpersonal mendapatkan nilai mean
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
empirik sebesar 144,95 dan mean teoretik sebesar 107,5 dengan standar deviasi sebesar
15,962. Berdasarkan hasil tersebut, mean empirik memiliki nilai lebih tinggi daripada
mean teoretik. Hal ini menunjukkan bahwa subjek dalam penelitian ini memiliki
komunikasi yang baik dan berkualitas bersama pasangannya.
Perhitungan kategorisasi dalam penelitian ini dilakukan secara manual dengan
panduan rumus kategorisasi seperti pada tabel berikut:
Tabel 11.
Rumus Kategori
Kategori Rumus Rendah X< (Mean hipotetik – 1 x SD hipotetik) Sedang (Mean hipotetik – 1 x SD hipotetik) ≤ X < (Mean hipotetik +
1 x SD hipotetik) Tinggi X ≥ (Mean hipotetik + 1 x SD hipotetik)
Tabel 12.
Kategori Komunikasi Interpersonal
Rentang Kategori Jumlah (%) X ≥ 129 Tinggi 904 82,9%
86 ≤ X < 129 Sedang 184 16,9% X < 86 Rendah 2 0,2%
Total 1.090 100%
Tabel 12 merupakan tabel kategori komunikasi interpersonal subjek. Berdasarkan
hasil tersebut, dari 1.090 subjek terdapat 904 subjek (82,9%) yang memiliki tingkat
komunikasi interpersonal dengan kategori tinggi. Kemudian terdapat 184 subjek
(16,9%) yang memiliki tingkat komunikasi interpersonal dengan kategori sedang.
Selain itu, terdapat 2 subjek (0,2%) yang memiliki tingkat komunikasi dengan kategori
rendah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mayoritas subjek dalam
penelitian ini memiliki tingkat komunikasi interpersonal dengan kategori tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Tabel 13.
Kategorisasi Komitmen Berpacaran
Rentang Kategori Jumlah (%) X ≥ 93 Tinggi 778 71,4%
62 ≤ X < 93 Sedang 301 27,6% X < 62 Rendah 11 1%
Total 1.090 100%
Tabel 13 merupakan tabel kategori komitmen berpacaran subjek. Berdasarkan
hasil tersebut, dari 1.090 subjek terdapat 778 subjek (71,4%) yang memiliki tingkat
komitmen berpacaran dengan kategori tinggi. Kemudian terdapat 301 subjek (27,6%)
yang memiliki tingkat komitmen berpacaran dengan kategori sedang. Selain itu,
terdapat 11 subjek (1%) yang memiliki tingkat komitmen berpacaran dengan kategori
rendah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa mayoritas subjek dalam
penelitian ini memiliki tingkat komitmen berpacaran dengan kategori tinggi.
D. Analisis Data
1. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah data penelitian terdistribusi
dengan normal atau tidak (Siregar, 2013). Dalam penelitian ini, jumlah sampel
yang digunakan > 50, sehingga uji normalitas dilakukan dengan menggunakan
Lilliefors Significance Correction pada Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas
dilakukan pada kedua data variabel komunikasi interpersonal dan komitmen
berpacaran. Data dikatakan terdistribusi normal apabila taraf signifikansi (p) > 0,05
(Santoso, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Tabel 14.
Hasil Uji Normalitas
Tabel 14 menunjukkan hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov.
Dapat diketahui bahwa nilai signifikansi (p) dari komunikasi interpersonal adalah
(p) = 0,000 dan di bawah 0,05. Hal itu menandakan bahwa data dari komunikasi
interpersonal tidak terdistribusi dengan normal. Begitu juga dengan komitmen
berpacaran memiliki nilai signifikansi (p) = 0,000 dan di bawah 0,05. Artinya, data
dari komitmen berpacaran tidak terdistribusi dengan normal. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa data dari variabel komunikasi interpersonal dan
komitmen berpacaran tidak terdistribusi normal, sehingga peneliti akan melakukan
uji hipotesis dengan teknik non-parametrik, yaitu Spearman’s Rho.
2. Uji linearitas
Uji linearitas dalam penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui
hubungan antar variabel yang akan dianalisis apakah memiliki garis lurus atau
tidak, sehingga diketahui adanya peningkatan atau penurunan kuantitas pada satu
variabel dan diikuti oleh peningkatan atau penuruan dari variabel lain secara linear
(Santoso, 2010). Pada penelitian ini, uji linearitas dilakukan menggunakan test for
linearity dengan bantuan program SPSS versi 22. Data dikatakan linear apabila
nilai taraf signifikansi linearity (p) < 0,05. Sebaliknya, apabila nilai signifikansi
Kolomogorov-Smirnov* Ket Statistic Df Sig.
Komunikasi Interpersonal
,079 1.090 ,000 Tidak normal
Komitmen Bepacaran
,051 1.090 ,000 Tidak normal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
linearity (p) > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa data yang didapat tidak linear
(Santoso, 2010).
Tabel 15.
Hasil Uji Linearitas
Sum of Squares
Df Mean Square
F Sig.
Komitmen Berpacaran * Komunikasi Interpersonal
Linearity
83515,381
1
83515,381
797,301
,000
Berdasarkan tabel 15 diketahui variabel komunikasi interpersonal dan
komitmen berpacaran memiliki nilai signifikansi (p) = 0,000 (p < 0,005). Hal ini
menujukkan bahwa terdapat hubungan yang linear antara variabel komunikasi
interpersonal dan komitmen berpacaran.
3. Uji hipotesis
Hasil uji normalitas dan uji linearitas menunjukkan data dalam penelitian
ini tidak terdistribusi normal namun linear, sehingga peneliti melakukan uji
hipotesis dengan teknik korelasi Spearman’s Rho one-tailed. Untuk melakukan uji
hipotesis, peneliti menggunakan program SPSS versi 22 untuk menganalisa data.
Berikut ini kategori koefisien korelasi menurut Siregar (2014) seperti yang tertera
pada tabel 16:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Tabel 16.
Kriteria korelasi
Koefisien Korelasi (r) Kategori Korelasi 0,00 – 0,199 Korelasi sangat lemah 0,20 – 0,399 Korelasi lemah 0,40 – 0,599 Korelasi cukup kuat 0,60 – 0,799 Korelasi kuat 0,80 – 1,00 Korelasi sangat kuat
Berikut ini adalah tabel uji hipotesis dengan menggunakan teknik analisis
korelasi Spearman’s Rho:
Tabel 17.
Hasil Uji Korelasi Spearman’s Rho Komunikasi Interpersonal dan Komitmen
Berpacaran
Komunikasi Interpersonal
Komitmen Berpacaran
Spearman's Rho
Komunikasi Correlation Coefficient
1,000 ,645**
Sig. (1-tailed) . ,000 N 1.090 1.090
Komitmen Correlation Coefficient
,645** 1,000
Sig. (1-tailed) ,000 . N 1.090 1.090
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
Berdasarkan tabel 17 diketahui bahwa nilai signifikan (p) = 0,000 yang
mana p < 0,01. Apabila nilai signifikan (p) < 0,01 dapat dikatakan bahwa uji
korelasi diterima. Koefisien korelasi menunjukkan angka sebesar 0,645 yang mana
angka tersebut masuk dalam kategori korelasi kuat (Siregar, 2014). Hal itu berarti
terdapat hubungan yang positif antara komunikasi interpersonal dan komitmen
berpacaran. Semakin baik komunikasi interpersonal antara individu dan pasangan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
maka semakin tinggi komitmen berpacaran pada pasangan. Sebaliknya, semakin
buruk komunikasi interpersonal antara individu dan pasangan, maka semakin
rendah komitmen berpacaran pada pasangan. Dengan demikian, melalui penjelasan
tersebut membuktikan adanya pembuktian hipotesis adanya hubungan positif
antara komunikasi interpersonal dan komitmen berpacaran pada individu dewasa
awal.
E. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan positif antara komunikasi
interpersonal dan komitmen berpacaran pada individu dewasa awal. Peneliti
menggunakan uji hipotesis non parametrik dengan Spearman’s Rho one tailed karena
dari hasil uji normalitas menujukkan persebaran data yang tidak terdistribusi normal.
Berdasarkan hasil uji hipotesis, diperoleh nilai koefisien korelasi (r) antara komunikasi
interpersonal dan komitmen berpacaran sebesar 0,645 dan signifikansi (p) sebesar
0,000. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis terbukti, yaitu terdapat hubungan positif
antara komunikasi interpersonal dan komitmen berpacaran. Selain itu, nilai koefisien
korelasi (r) pada penelitian ini termasuk dalam kategori kuat (Siregar, 2014). Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin baik komunikasi interpersonal antara
individu dan pasangan, maka semakin tinggi komitmen berpacaran pada pasangan.
Sebaliknya, semakin buruk komunikasi interpersonal antara individu dan pasangan,
maka semakin rendah komitmen berpacaran pada pasangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Tannen
(2007) menegaskan bahwa komunikasi merupakan tolak ukur yang berperan penting
untuk pengembangan dalam sebuah hubungan berpasangan. Menurut Sibley (2010)
komunikasi berperan penting dalam membentuk komitmen karena komunikasi dapat
membantu pasangan untuk mengetahui kecocokan diantara mereka. Selain itu,
menurut Adriana-Elena et al., (2013) komunikasi dapat memberi kesempatan pada
individu untuk mengetahui ambang intoleransi, area ketidakdewasaan, yang
mengarahkan seseorang untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap perilaku atau
kata-kata dari pasangan. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Adelina dan
Andromeda (2014) mengenai komitmen dalam hubungan perkawinan yang
membuktikan bahwa kualitas komunikasi dapat meningkatkan komitmen dalam
sebuah hubungan.
Penelitian tersebut diperkuat dengan hasil penelitian dari Herdiyanto dan Liana
(2017) yang mengatakan bahwa kesalahpahaman dalam komunikasi menyebabkan
berakhirnya hubungan pada individu yang berpacaran. Hal ini dikarenakan sebagian
konflik disebabkan oleh komunikasi yang tidak efektif, sehingga kondisi tersebut
menyebabkan individu mudah merasa marah. Begitu juga penelitian yang dilakukan
oleh LeFebvre dan Carmack (2019) yang menemukan bahwa komunikasi dan
komitmen berpacaran saling memengaruhi perilaku seseorang dalam pengambilan
keputusan. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Friesell (2008) membuktikan
bahwa komunikasi terhadap pasangan memiliki hubungan yang positif dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
komitmen, kepuasan, serta kepercayaan dalam hubungan tersebut. Menurut Shulman
dan Connolly (2013), saat individu memulai hubungan yang baru, maka ia dan
pasangan menentukan minat, perilaku, serta apa yang diinginkan dalam hubungan
mereka agar berjalan dengan baik.
Komunikasi yang dilakukan secara intens akan memberi dampak baik bagi
hubungan seperti keterbukaan, kejujuran, komitmen, serta kepercayaan (Gunarsa,
dalam Herdiyanto & Liana, 2017). Relasi dalam hubungan berpacaran akan terus
berubah dari waktu ke waktu tergantung dari komunikasi yang dilakukan kedua pihak
(Surbakti, 2008). Oleh karena itu, setiap pasangan yang menjalani hubungan
berpacaran harus memiliki komitmen dan komunikasi yang baik, karena komunikasi
merupakan hal penting dalam membangun sebuah hubungan (Weeks & Treat, 2001).
Pasangan yang membangun komunikasi interpersonal yang baik dengan pasangan
dapat menumbuhkan komitmen, rasa kepercayaan, serta kepuasan terhadap
pasangannya (Herdiyanto & Liana, 2017). Komunikasi interpersonal dan
pengembangan hubungan memengaruhi komitmen hubungan berpacaran, dengan cara
meningkatkan sifat pengertian, berdiskusi tentang keseharian serta hobi, serta adanya
empati kepada pasangan (Navran, dalam Herdiyanto & Liana, 2017).
Pernyataan tersebut di dukung oleh penelitian Rakhmat (2005), yang
menuliskan bahwa komunikasi interpersonal menjadi semakin baik dan efektif apabila
terdapat keterbukaan dalam hubungan interpersonal antara individu dan pasangan,
sehingga mereka mampu berproses bersama dalam hal membuka diri. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
penelitian ini, keterbukaan merupakan salah satu aspek komunikasi interpersonal yang
dapat membangun kedekatan dan kelekatan dengan pasangan. Menurut Litzinger dan
Gordon (2005), adanya kedekatan dan keintiman pasangan menandakan proses
penyesuaian dalam hubungan berjalan dengan baik.
Berdasarkan hasil uji statistik, diketahui bahwa komitmen berpacaran memiliki
nilai mean empirik lebih tinggi daripada nilai mean teoretik (ME= 99,66; MT= 77,5).
Selain itu, hasil kategorisasi komitmen berpacaran menunjukkan sebanyak 71,4%
subjek diantaranya termasuk dalam kategori yang tinggi. Artinya, mayoritas subjek
dalam penelitian ini memiliki komitmen berpacaran yang tinggi. Hal ini didukung oleh
penelitian Givertz dan Segrin (2005) menyatakan bahwa individu yang menganggap
hubungan mereka sebagai sumber pengaruh positif, kemungkinan besar terdapat
peningkatan komitmen pada hubungan. Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan Stanley, Markman, dan Whitton (2002); Ho, Chen, Bond, Hui, Chan, dan
Friedman (2012), bahwa individu yang berkomitmen akan memikirkan cara untuk
menjaga dan melindungi hubungan mereka agar kedua pihak tetap merasa aman.
Individu yang memiliki komitmen tinggi dibutuhkan adanya kesiapan (Hadden,
Agnew, & Tan, 2018). Sebab masih terdapat individu dewasa awal yang menganggap
komitmen sebagai salah satu pengalaman negatif (LeFebvre & Carmack, 2019),
sehingga hubungan yang dijalani tidak stabil dan tanpa adanya komitmen (Arnett,
2004). Meskipun demikian, masih ada individu dewasa awal yang menetapkan
komitmen sebagai tujuan yang diinginkan oleh mereka (Beyers & Seiffge-Krenke,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
2010). Oleh karena itu, untuk memulai sebuah hubungan yang baru, salah satunya
melalui kesiapan diri sendiri untuk mau berkomitmen (LeFebvre & Carmack, 2019).
Kesiapan memulai hubungan romantis yang akan dijalani nantinya membentuk sebuah
komunikasi yang baik pada individu dan pasangan (Prochaska & DiClemente, 1983).
Bertolak dari hasil temuan dalam penelitian ini yang membuktikan adanya
hubungan positif yang kuat antara komunikasi interpersonal dan komitmen berpacaran,
maka individu dewasa awal sebaiknya menjaga keharmonisan dan menerapkan
kerjasama yang baik agar tercipta hubungan yang lebih romantis. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan melakukan aktivitas bersama-sama karena cenderung merasa puas
dibandingkan pasangan yang jarang melakukan aktivitas bersama (DeGenova & Rice,
2015). Individu juga dapat menyediakan waktu dan kesediaan membantu pasangan
(Temple dalam Yuniariandini, 2016). Hal ini dikarenakan pasangan yang saling
membutuhkan dapat memperkuat keharmonisan hubungan (Rusman, 2019).
Penelitian ini menggunakan skala yang berbeda dari penelitian sebelumnya,
yang mana tidak mengadaptasi alat ukur dari penelitian sebelumnya, melainkan item-
item pada alat ukur disusun oleh peneliti. Akan tetapi, hasil penelitian ini memiliki
hasil yang sama seperti pada penelitian sebelumnya, yaitu terdapat hubungan positif
antara komunikasi interpersonal dan komitmen berpacaran. Meskipun demikian,
penelitian ini memberi informasi baru mengenai teori komitmen berpacaran yang tidak
dipakai pada penelitian terdahulu. Selain itu, penelitian ini memperkuat hasil dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
penelitian sebelumnya yang mana komunikasi interpersonal dan komitmen berpacaran
memiliki hubungan yang positif pada individu dewasa awal.
Berdasarkan uraian hasil penelitian yang telah disajikan mengenai keterkaitan
antara komunikasi interpersonal dan komitmen berpacaran melalui prosedur penelitian
dan analisis data yang sesuai, tujuan dari penelitian ini telah terpenuhi, yaitu untuk
mengetahui adanya hubungan positif antara komunikasi interpersonal dan komitmen
berpacaran pada individu dewasa awal. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa
semakin baik komunikasi interpersonal antara individu dan pasangan, maka semakin
tinggi komitmen berpacaran pada pasangan. Sebaliknya, semakin buruk komunikasi
antara individu dan pasangan, maka semakin rendah komitmen berpacaran pada
pasangan.
F. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa terdapat keterbatasan dalam penelitian ini.
Keterbatasan peneliti yaitu tidak dapat mengetahui secara langsung terkait kondisi
subjek saat mengisi kuesioner mengingat cukup banyak jumlah item yang tercantum
pada kuesioner penelitian. Peneliti khawatir apabila subjek mengisi kuesioner dengan
tergesa-gesa dan tidak memilih jawaban yang sesuai dengan kondisi subjek saat itu.
Untuk mengatasi hal tersebut, peneliti telah menulis petunjuk pengisian kuesioner
dengan jelas bahwa subjek diminta untuk mengisi kuesioner secara jujur, spontan, dan
yang menggambarkan dirinya. Untuk mengatasi kekhawatiran peneliti, peneliti telah
membagi bagian skala menjadi dua bagian tiap variabelnya dalam link skala penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Hal ini dilakukan untuk mengurangi kebosanan subjek dalam membaca pernyataan
item yang cukup banyak.
Terlepas dari keterbatasan di atas, prosedur pengambilan data melalui google
form memberikan manfaat salah satunya dapat mengumpulkan data dengan jumlah
yang cukup banyak yaitu 1.090 subjek dalam waktu enam hari. Hal ini berdampak pada
metode penelitian yang mana terdapat persebaran subjek pada tiap usia meski
jumlahnya tidak sama rata. Selain itu, dampak positif dari prosedur pengambilan data
secara online yaitu meminimalisirkan pengeluaran untuk mencetak lembar kuesioner
serta waktu pengambilan data yang dibutuhkan tidak berlangsung lama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari penelitian yang telah
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara komunikasi
interpersonal dan komitmen berpacaran pada individu dewasa awal (r = 0,645; p =
0,000). Artinya bahwa semakin baik komunikasi interpersonal antara individu dan
pasangan, maka semakin tinggi komitmen berpacaran pada pasangan. Sebaliknya,
semakin buruk komunikasi interpersonal antara individu dan pasangan, maka semakin
rendah komitmen berpacaran pada pasangan.
Temuan lain dalam penelitian ini yaitu hasil penghitungan kategorisasi
menunjukkan bahwa mayoritas subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat
komunikasi interpersonal yang tinggi (82,9%). Berdasarkan hasil perhitungan
kategorisasi, mayoritas subjek dalam penelitian ini memiliki komitmen berpacaran
yang tinggi (71,4%).
B. Saran
1. Bagi individu dewasa awal yang sedang berpacaran
Bagi individu khususnya dewasa awal yang sedang berpacaran, diharapkan
untuk tetap menjaga komunikasi yang baik dengan pasangan. Menjaga komunikasi
yang baik dengan pasangan merupakan hal penting karena mampu menciptakan
rasa kenyamanan dan keintiman dalam hubungan berpacaran yang romantis. Tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
hanya itu, individu dewasa awal yang sedang berpacaran diharapkan mampu
berkomunikasi dengan pasangan secara terbuka dan berkonotasi positif,
memberikan empati baik secara afektif dan kognitif, memberi dukungan atas apa
yang disampaikan pasangan, serta memberi kontribusi yang sama dalam hubungan.
Hal ini mampu mengembangkan serta menguatkan komitmen yang sudah terjalin.
2. Bagi praktisi
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai referensi untuk membantu pasangan
muda yang sedang menjalin hubungan berpacaran atau yang ingin melanjutkan
hubungan ke jenjang pernikahan, khususnya dalam mengasah komunikasi
interpersonal yang baik dan berkualitas dalam sebuah hubungan. Peneliti
menyarankan kepada praktisi seperti psikolog, psikiater, atau konselor untuk dapat
memanfaatkan temuan penelitian ini mengenai peran komunikasi interpersonal
dalam komitmen berpacaran. Hal ini penting untuk disampaikan mengingat
komunikasi memberi kontribusi yang cukup besar dalam menjalani komitmen pada
individu dewasa awal.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan mampu membuat penelitian dengan
topik yang sama namun menggunakan pendekatan kualitatif agar dapat melihat
hubungan komunikasi interpersonal dan komitmen berpacaran yang terjalin pada
individu dewasa awal secara subjektif dan lebih mendalam. Peneliti selanjutnya
diharapkan untuk bisa membagikan kuesioner dalam bentuk kertas (hard copy).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Hal ini penting dilakukan agar peneliti dapat melakukan observasi secara langsung
terkait dengan kondisi subjek ketika mengisi kuesioner.
Penelitian ini hanya terbatas pada subjek individu dewasa awal yang berusia
18 hingga 25 tahun. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan topik yang
sama, dapat mengubah kriteria usia bagi remaja atau dewasa madya, untuk
mengetahui dinamika komunikasi dan komitmen pada usia yang hendak diteliti.
Selain itu, peneliti selanjutnya yang menggunakan pendekatan kuantitatif dapat
meneliti topik yang sama terkait faktor-faktor lain yang belum pernah dijadikan
variabel bebas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Daftar Pustaka
Abdillah, P., & Prasetya D. Kamus lengkap Bahasa Indonesia. Penerbit Arkola.
Adam. J. M., Jones, W. H. (1997). The conceptualization of marital commitment: An
integrative analysis. Journal of Personality and Social Psychology, 72(5),
1177-1196.
Adelina, R. A. A., & Andromeda. (2014). Pasangan dual karir: Hubungan kualitas
komunikasi dan komitmen perkawinan di Semarang. Jurnal Psikologi, 3(1),
51-58.
Adriana-Elena, T., Maria, O., Ovidiu, G., Cristina, G., Gabriela, B., & Manuela, G.
(2013). The impact of communication in the harmonization of couple
relationships. Social and Behavioral Scienes, 116, 5041-5045.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.01.1070
Agnew C. R., Rubsult, C. E., & Martz, J. M. (1998). The investment model scale:
Measuring commitment level, satisfaction level, quality of alternatives, and
investment size. Chapel Hill: University of North Carolina.
Agustina, Y. (2016). Self disclosure mengenai latar belakang keluarga yang broken
home kepada pasangannya. Journal e-komunikasi, 4(1).
Albiero, P., Matricardi, G., Speltri, D., & Toso, D. (2009). The assessment of empathy
in adolescence: A contribution to the italian validation of the “basic empathy
scale.” Journal of Adolescence, 32(2), 393–408.
https://doi.org/10.1016/j.adolescence.2008.01.001
Altaira, E., & Nashori, F. (2008). Hubungan antara kualitas komunikasi dengan
kepuasan dalam perkawinan pada istri. Skripsi (tidak dipublikasikan),
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia;
Yogyakarta.
Alwisol. (2009). Psikologi kepribadian. UMM Press.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Amato, P. R., & Previti, D. (2003). People’s reasons for divorcing: Gender, social
class, the life course, and adjustmend. Journal of Family Issues, 24(5), 602-
626. https://doi.org/10.1177%2F0192513X03254507
Arnett, J. J. (2004). Emerging adulthood: The winding road from the late teens through
the twenties. Oxford University Press.
Arnett, J. J. (2006). Emerging adulthood: Understanding the new way of coming of
age. American Psychological Association.
Arriaga, X. B., & Agnew, C. R. (2001). Being committed: Affective, cognitive, and
conative components of relationship commitment. Personality and Social
Psychology Bulletin, 27(9), 1190-1203.
https://doi.org/10.1177/0146167201279011
Arriaga, X. B., & Agnew, C. R. (2015). Being committed: Affective, cognitive, and
conative components of relationship commitment. Personality and Social
Psychology Bulletin, 27(9), 1190–1203.
https://doi.org/10.1177%2F0146167201279011
Asmayani, N. (2013). 101 things about married. Pustaka Rama. Asriana, W., & Ratnasari, Y. (2012). Kecemburuan pada laki-laki dan perempuan
dalam menghadapi perselingkuhan pasangan melalui media internet. Jurnal
Psikologi Pitutur, 1(1), 81-94.
Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan validitas. Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2005). Signifikan atau sangat signifikan?. Buletin Psikologi, 13(1), 38-44.
https://doi.org/10.22146/bpsi.13410
Azwar, S. (2012). Penyusunan skala psikologi (ed. ke-2). Pustaka Pelajar.
Azwar, S. (2013). Penyusunan skala psikologi. Pustaka Pelajar.
Barus, G. (2005). Komunikasi interpersonal suami istri menuju keluarga harmonis.
Jurnal Intelektual, 3, 137-152.
Berk, L. E. (2012). Development through the lifespan (5th ed.). Boston.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Berscheid, E. (1994). Interpersonal relationships. Annual Review Psychology, 45, 79-
129.
Beyers, W., & Seiffge-Krenke, I. (2010). Does identity precede intimacy? Testing
Erikson’s theory on romantic development in emerging adults of the 21st
century. Journal of Adolescent Research, 25, 387–415.
https://doi.org/10.1177/0743558410361370
Brabar, O. J. (2015). Perbedaan komponen cinta (intimacy, passion, dan commitment)
ditinjau dari etnis. Skripsi. Universitas Kristen Satya Wacana.
Brubaker, T. (1985). Later life families. Sage.
Buunk, B. P. (2002). Age and gender differences in make selection criteria for various
involvement levels. Personal Relationships, 9(3), 271-278.
https://doi.org/10.1111/1475-6811.00018
Carré, A., Stefaniak, N., D'Ambrosio, F., Bensalah, L., & Besche-Richard, C. (2013).
The basic empathy scale in adults (BES-A): Factor structure of a revised form.
Psychological Assessment, 25(3), 679–691. https://doi.org/10.1037/a0032297
Carstensen, L. L., Isaacowitz, D. M., & Charles, S. T. (1999). Taking time seriously:
A theory of socioemotional selectivity. American Psychology, 54, 165-181.
Cloutier, A., & Peetz, J. (2016). Relationships’ best friend: Links between pet
ownership, empathy, and romantic relationship outcomes. Anthrozoös, 29(3),
395–408. https://doi.org/10.1080/08927936.2016.1181361
Cramer, R. E., Schaefer, J. T., & Reid, S. (1996). Identifying the ideal mate: More
evidence for male-female convergence. Current Psychology, 15(2), 157-166
https://doi.org/10.1007/BF02686948
Cramer, D., & Jowett, S. (2010). Perceived empathy, accurate empathy and
relationship satisfaction in heterosexual couples. Journal of Social and
Personal Relationships, 27(3), 327–349.
https://doi.org/10.1177/0265407509348384
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Creswell, J. W. (2009). Research design: Qualitative, quantitative, and mixed methods
approaches (3rd ed.). Sage.
Creswell, J. W. (2014). Research design: Qualitative, quantitative and mixed methods
approaches (4th ed.). Sage Publications.
Cushman, D. P., & Cahn, D. D. (1985). Communication in interpersonal relationship.
State University of New York Pers.
D’Ambrosio, F., Olivier, M., Didon, D., & Besche, C. (2009). The basic empathy scale:
A French validation of a measure of empathy in youth. Personality and
Individual Differences, 46(2), 160–
165. https://doi.org./10.1016/j.paid.2008.09.020
DeGenova, M. K., & Rice, P. P. (2005). Intimate relationship, marriages, and families.
MC Grow-Hill.
Devito, J. A. (2011). Komunikasi antarmanusia (ed. ke-5). KARISMA Publishing
Group.
Devito, J. A. (2016). The interpersonal communication book (14th ed.). Pearson
Education.
Dewi, N. R., & Sudhana, H. (2013). Hubungan antara komunikasi interpersonal pasutri
dengan keharmonisan dalam pernikahan. Jurnal Psikologi Udayana, 1(1), 22-
31.
Dhariwal, A., Connolly, J., Paciello, M., & Caprara, G. (2009). Adolescent peer
relationships and emerging adult romantic styles. Journal of Adolescent
Research, 24(5), 579–600. https://doi.org/10.1177/0743558409341080
Dharmawijati, R. D. (2016). Komitmen dalam berpacaran jarak jauh pada wanita
dewasa awal. Ejournal Psikologi, 4(2), 237-248.
Duvall, E. M., & Miller, B. C. (1985). Married and family development (6th ed.).
Cambridge Harper and Row Publisher.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Eisenberg, N., & Miller, P. A. (1987). The relation of empathy to prosocial and related
behaviors. Psychological Bulletin, 101(1), 91–119.
https://doi.org/10.1037/0033-2909.101.1.91
Febriyanti, A., & Juniarly, A. (2020). Memaafkan pada dewasa awal yang menjadi
korban perselingkuhan. Psychology Journal of Mental Health, 2(1), 37-48.
Firestone, R. W., Firestone, L. A., & Catlett, J. (2002). Sex and love in intimate
relationship. American Psychological Association.
Floyd, F. J. (1988). Couple’s cognitive/affective reactions to communication
behaviors. Journal of Marriage and Family, 50(2), 523-532.
https://doi.org/10.2307/352017
Friesell, L. B. (2008). Predicting satisfaction and commitment in dating relationships
from communication openness, reciprocity, trust, and touch. ProQuest.
Gagné, F. M., & Lydon, J. E. (2001). Mindset and relationship illusions: The
moderating effects of domain specificity and relationship commitment.
Personality and Social Psychology Bulletin, 27(9), 1144–
1155. https://doi.org/10.1177/0146167201279007 Galinsky, A. M., & Sonenstein, F. L. (2013). Relationship commitment, perceived
equity, and sexual enjoyment among young adults in the United States.
Archives of Sexual Behavior, 42(1), 93-104. doi:
https://doi.org/10.1007/s10508-012-0003-y
Givertz, M., & Segrin, C. (2015). Explaining personal and constraint commitment in
close relationship: The role of satisfaction, conflict responses, and relational
bond. Journal of Social and Personal Relationships, 22(6), 757-775.
https://doi.org/10.1177/0265407505058674
Goss, S. M. (2006). The influence of friendship quality and commitment on the
empathy-forgiveness relationship in children and adolescents. A Dissertation
Faculty of the Graduate College at the Degree of Doctor of Philosophy.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Hadden, B. W., Agnew, C. R., & Tan, K. (2018). Commitment readiness and
relationship formation. Personality and Social Psychological Bulletin, 44,
1242–1257. https://doi.org/10.1177/014616721876466
Haddock, S. A., Zimmerman, T. Z., Ziemba, S. J., & Current, L. R. (2001). Ten
adaptive strategies for work and family balance: Advice from successful
families. Journal of Marital and Family Therapy, 27, 445–458.
https://doi.org/10.1111/j.1752-0606.2001.tb00339.x
Hansen, G. L. (1987). Extradyadic relations during courtship. Journal of Sex Research,
23(3), 382-390. https://doi.org/10.1080/00224498709551376
Hardjana, A. M. (2003). Komunikasi intrapersonal dan interpersonal. Kanisius.
Hasan, E. (2005). Komunikasi pemerintahan. PT. Refika Aditama.
Hatch, L. R., & Bulcroft, K. (2004). Does long-term marriage bring less frequent
disagreements? Journal of Family Issues, 25, 465-495.
Hendryadi. (2017). Validitas isi: Tahap awal pengembangan kuesioner. Jurnal Riset
Manajemen dan Bisnis, 2(2), 169-178. https://doi.org/10.36226/jrmb.v2i2.47
Herdiyanto, Y. K., & Liana, J. A. (2017). Hubungan antara komunikasi interpersonal
dengan komitmen pada pasangan yang menjalani hubungan berpacaran.
Jurnal Psikologi Udayana, 4(1), 84-91.
Hidayat, R. (2017). Perilaku etis dosen dalam perspektif efikasi diri, kepemimpinan,
dan komunikasi interpersonal. Jurnal Ilmiah Pendidikan, 1(1), 37-44.
https://doi.org/10.33751/pedagog.v1i1.220
Ho, M. Y., Chen, S. X., Bond, M. H., Hui, C. M., Chan, C., & Friedman, M.
(2011). Linking adult attachment styles to relationship satisfaction in hong
kong and the united states: The mediating role of personal and structural
commitment. Journal of Happiness Studies, 13(3), 565–
578. https://doi.org/10.1007/s10902-011-9279-1
Hurlock, E. B. (1980). Psikologi perkembangan. Erlangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Hurlock, E. B. (1999). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan (ed. ke-5). Erlangga.
Hybels, S., &Weaver II, R. L. (2004). Communicating Effectively (7th ed.). McGraw
Hil.
Irawan, S. (2017). Pengaruh konsep diri terhadap komunikasi interpersonal
mahasiswa. Scholaria, 7(1), 39-48. https://doi.org/10.24246
Iriani, F. (2003). Perbedaan komitmen berpacaran antara dewasa muda yang memiliki
self-monitoring tinggi dan self-monitoring rendah. Jurnal Psikologi, 1(1), 38-
42.
Jayanti, E. N. (2015). Hubungan antara komitmen berpacaran dengan kualitas
persahabatan pada remaja akhir di Universitas Pendidikan Indonesia. Skripsi.
Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.
Johnson, M. P., Caughlin, J. P., & Huston, T. L. (1999). The tripartite nature of marital
commitment: Personal, moral, and structural reasons to stay married. Journal
of Marriage and the Family, 61(1), 160-177. https://doi.org/10.2307/353891
Jolliffe, D., & Farrington, D. P. (2006). Development and validation of the basic
empathy scale. Journal of Adolescence, 29(4), 589–611.
https://doi.org/10.1016/j.adolescence.2005.08.010
Kementrian pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia. (2016). Kamus besar
bahasa indonesia (kbbi) daring. Diambil pada 18 Desember 2020 dari
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/dewasa
Khairatunnisa, A. K. (2013). Gambaran coping stress pada wanita dewasa awal
sebagai korban perselingkuhan saat berpacaran. Skripsi. Universitas
Padjadjaran.
Knee, C. R., Patrick, H., Vietor, N. A., & Neighbors, C. (2004). Implicit theories of
relationships: Moderators of the link between conflict and commitment.
Personality and Social Psychology Bulletin, 30(5), 617–
628. https://doi.org/10.1177/0146167203262853
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Knudson, C. Martin, & Mahoney, A. R. (1998). Language and processes in the
construction of equality in new marriages. Family Relations, 47(1), 81–91.
https://doi.org/10.2307/584854
Knudson, C., Martin, Mahoney, A. R. (2005). Moving beyond gender: Processes that
create relationship equality. Journal of Marital and Family Therapy, 31(2),
235-258. https://doi.org/10.1111/j.1752-0606.2005.tb01557.x
Lange, P. A. M. V., Rusbults, C. E., Drigotas, S. M., Arriaga, X. B., & Withcer, B. S.
(1997). Willingness to sacrifice in close relationships. Journal of Personality
and Social Psychology, 72(6), 1373-1395. https://doi.org/10.1037/0022-
3514.72.6.1373
LeFebvre, L. E., & Carmack, H. J. (2019). Catching feelings: Exploring commitment
(un)readiness in emerging adulthood. Journal of Socical and Personal
Relationship, 1-20. https://doi.org/10.1177/0265407519857472
Lesteri, T. S. (2015). Perubahan perilaku pacaran remaja sekolah menengah pertama 2
sendawar di Kutai Barat. eJurnal Sosiatri-Sosiologi, 3(4), 11-25.
Lestari, M. D., & Pratiwi, N. M. A. Y. (2017). Perbedaan kualitas komunikasi antara
individu dewasa awal yang berpacaran jarak jauh dan jarak dekat di Denpasar.
Jurnal Psikologi Udayana, 4(1), 130-138.
https://doi.org/10.24843/JPU.2017.v04.i01.p14
Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2008). Theories of human communication (9th ed.).
Thomson Learning Academic.
Litzinger, S., & Gordon, K. C. (2005). Exploring relationships among communication,
sexual satisfaction, and marital satisfaction. Journal of Sex & Marital Therapy,
31(5), 409–424. https://doi.org/10.1080/00926230591006719
Luft, J. (1969). Of human interaction. National Press Books.
Lund, M. (1985). The development of investment and commitment scales for
predicting continuity of personal relationships. Journal of Social and Personal
Relationships, 2(1), 3-23. https://doi.org/10.1177/0265407585021001
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
Luyckx. K., Goossens, L., & Soenens, B. (2006). A developmental contextual
perspective on identity construction in emerging adulthood: Change dynamics
in commitment formation and commitment evaluation. Development
Psychology, 4(2), 366-380. https://doi.org/10.1037/0012-1649.42.2.366
Madsen, S. D., & Collins, W. A. (2008). Brief report: Expressive and collaborative
relationship processes in observations of adolescents’ interactions with parents
and romantic partners. Journal of Adolescence, 31(6), 789–794.
https://doi.org/10.1016/j.adolescence.2007.09.006
Mappiare, A. (1997). Psikologi orang dewasa. Usaha Nasional.
Marasabessy, R. (2009). Perbedaan cinta berdasarkan teori cinta segitiga cinta
sternberg antara wanita dengan pria masa dewasa awal. Universitas
Gunadarma.
Margolin, G. (1978). A multilevel approach to the assessment of communication
positiveness in distressed marital couples. International Journal of Family
Counseling, 6(1), 81–89. https://doi.org/10.1080/01926187808250279
Meeus, W. H. J., Branje, S. J. T., van der Valk, I., & de Wied. M. (2007). Relationships
with intimate partner, bestfriend, and parents in adolescene and early
adulthood: A study of the saliency of the intimate partnership. International
Journal of Behavioral Development, 31(6), 569-580.
https://doi.org/10.1177%2F0165025407080584
Miller, R. S., Perlman, Daniel & Brehm, Sharon S. (2007). Intimate Relationship (4th
ed). Mc Graw Hill Miller, S., Corrales, R., & Wackman, D. B. (1975). Recent Progress in Understanding
and Facilitating Marital Communication. The Family Coordinator, 24(2), 143.
https://doi.org/10.2307/582277
Miller, S., Nunnally, E. W., & Wackman, D. B. (1976). A communication training
program for couples. Social Casework, 57(1), 9-18.
https://doi.org/10.1177/104438947605700102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Montgomery, B. M. (1981). The form and function of quality communication in
marriage. Family Relations, 30(1), 21-30. https://doi.org/10.2307/584231
Morris, J. P. (1973). Development of a transactional measure of couple
communication. A Thesis in Home and Family Life.
Mulyana, D. (2005). Ilmu komunikasi: Suatu pengantar. Remaja Rosdakarya.
Nurhajati, L., Sepang, R. N. (2013). Self disclosure dan peningkatan kualitas
komunikasi di antara lansia (pengabdian masyarakat & studi komunikasi
pribadi di panti sosial tresna werdha budi mulya 4). Jurnal AL-AZHAR
INDONESIA SERI PRANATA SOSIAL, 2(2), 133-143.
Omarzu, J., & Harvey, J. H. (2012). Encyclopedia of human behavior (2nd ed.).
University of California, San Diego, California.
Owen, J., Keller, B., Shuck B., Luebcke, B., Knopp Kayla, & Rhoades, G. K. (2014).
An initial examination of commitment uncertainty in couple therapy. Couple
and Family Psychology: Research and Practice, 3(4), 232-238.
https://doi.org/10.1037/cfp0000030
Owen, J., Rhoades, G. K., Stanley, S. M., & Markman, H. J. (2010). The revised
commitment inventory: Psychometrics and use with unmarried couples.
Journal of Family Issues, 32(6), 820-841.
https://doi.org/10.1177/0192513X10385788
Owen, J., Shuck, B., Stanley, S., Rhoades, G., Fincham, F. D., & Markman, H. (2014).
Commitment uncertainty: A theoretical overview. American Psychological
Association, 3(4), 207-219. https://doi.org/10.1037/cfp0000028
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2007). Human development (10th ed.).
McGraw Hill.
Papalia, D. E., Olds, S. W., & Feldman, R. D. (2008). Human development (terjemahan
A. K. Anwar). Prenada Media Group
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Paramita, N. K. P., & Suarya, L. M. K. S. (2018). Peran komunikasi interpersonal dan
ekspresi emosi terhadap kepuasan perkawinan pada perempuan di usia dewasa
madya. Jurnal Psikologi Udayana, 5(2), 241-253.
Pontoh, W. P. (2013). Peranan komunikasi interpersonal guru dalam meningkatkan
pengetahuan anak. Journal “Acta Diurna”, 1(1), 1-11.
Pope, A. L. (2014). Intimate relationship commitment: An integrated conceptual mdel.
Journal of Couple & Relationship Therapy: Innovations in Clinical and
Educational Interventions, 12(3), 270-289.
https://doi.org/10.1080/15332691.2013.806717
Priyatno, D. (2014). SPSS 22: Pengolahan data terpraktis. CV. Andi Offset.
Priyono. (2016). Metode penelitian kuantitatif. Zifatama Publishing.
Prochaska, J. O., & DiClemente, C. C. (1983). Stages and processes of self-change in
smoking: Toward an integrative model of change. Journal of Consulting and
Clinical Psychology, 51(3), 390–395. https://doi.org10.1037//0022-
006X.51.3.390
Rae, M. O. (2017). Survei tentang kepuasan hubungan dalam pacaran pada pasangan
jarak jauh (long distance relationship). Skripsi. Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Rakhmat, J. (1985). Psikologi komunikasi. Remadja Karya CV Bandung.
Rakhmat, J. (1999). Psikologi komunikasi. Remaja Rosdakarya.
Rakhmat, J. (2005). Psikologi komunikasi. PT Remaja Rosda Karya.
Ratnasari, R. (2016). Gambaran komitmen berpacaran pada pasangan berusia 18-25
tahun yang menjalani long distance relationship. Skripsi. Universitas
Padjajaran.
Rhoades, G. K., Stanley, S. M., & Markman, H. J. (2012). A longitudinal investigation
of commitment dynamics in cohabiting relationships. Journal of Family
Issues, 33(3), 369-390. https://doi.org/10.1177/0192513X11420940
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Rusbult, C. E. (1983). A longitudinal test of the investment model: The development
(and deterioration) of satisfaction and commitment in heterosexual
involvements. Journal of Personality and Social Psychology, 45(1), 101–117.
https://doi.org/10.1037/0022-3514.45.1.101
Rusbult, C. E., Martz J. M., & Agnew, C. R. (1998). The investment model scale:
Measuring commitmen level, satisfaction level, quality of alternatives, and
investment size. Personal Relationship, 5(4), 357-387.
https://doi.org/10.1111/j.1475-6811.1998.tb00177.x
Rusbult, C. E., & Buunk, B. P. (1993). Commitment processes in close relationships:
An interdependence analysis. Journal of Social and Personal Relationships,
10(2), 175-204. https://doi.org/10.1177/026540759301000202
Rusman, F. (2019). Interpersonal relationship and communication between husband
and wife: A case study in batu city. Advance in Social Sciene, Education and
Humanities Research, 349, 202-204. https://doi.org/10.2991/iccd-19.2019.54
Sadarjoen, S. S. (2005). Konflik marital : Pemahaman konseptual, aktual dan alternatif
solusinya. Refika Aditama.
Sacher, A., & Fine, M. A. (1996). Predicting relationship status and satisfaction after
six months among dating couples. Journal of Marriage and Family, 58(1), 21-
32. https://doi.org/10.2307/353374
Santoso, A. (2010). Statistik untuk psikologi dari blog menjadi buku. Universitas
Sanata Dharma.
Santoso, S. (2015). Menguasai statistik non-parametrik: Konsep dasar dan aplikasi
dengan SPSS. PT. Elex Komputindo.
Santrock, J. W. (2007). Remaja edisi 1 jilid 2. Erlangga.
Santrock, J. W. (2008). Life-span development (12th ed.). McGraw Hill.
Santrock, J. W. (2009). Life-span development. McGraw Hil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Sari, G. S. (2012). Hubungan antara empati dengan memaafkan (forgiveness) pada
pasangan yang melakukan perselingkuhan. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Malang.
Sarwono, S. W. & Meinarno, E. A. (2009). Psikologi sosial. Salemba Humanika.
Sekaran, U. (2006). Metode penelitian bisnis. Salemba Empat.
Shackelford, T. K., LeBlanc, G. J., & Drass, E. (2000). Emotional reactions to
infidelity. Cognition and Emotion, 14(5), 643-659.
https://doi.org/10.1080/02699930050117657
Sharma, N., & Patterson, P. G. (1999). The impact of communication effectiveness and
service quality on relationship commitment in consumer, professional
services. Journal of Services Marketing, 13(2), 151–170.
https://doi.org/10.1108/08876049910266059
Shulman, S., & Connolly, J. (2013). The challenge of romantic relationships in
emerging adulthood: Reconceptualization of the field. Society for the Study of
Emerging Adulthood and Sage Publications, 1(1), 27-39.
https://doi.org/10.1177/2167696812467330
Shulman, S., & Connolly, J. (2013). The challenge of romantic relationships in
emerging adulthood. Emerging Adulthood, 1(1), 27–39.
https://doi.org/10.1177/2167696812467330 Sibley, D. S. (2010). An exploration of the construction of commitment leading to
marriage. Utah University.
Simpson, A. R. (2010). Young adult development, what the research tells us. Parenting
Education & Research Massachusetts Institute of Technology. Simpson, J. A., Collins, W. A., Tran, S., & Haydon, K. C. (2007). Attachment and the
experience and expression of emotions in romantic relationships: A
developmental perspective. Journal of Personality and Social Psychology,
92(2), 355–367. https://doi.org/10.1037/0022-3514.92.2.355
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Siniwi, N., & Lestari, S. B. (2018). Proses komunikasi untuk mempertahankan
hubungan berpacaran. Interaksi Online, 7(1), 1-9.
Siregar, S. (2013). Statistik parametrik untuk penelitian kuantitatif. Dilengkapi dengan
perhitungan manual dan aplikasi SPSS versi 17. PT. Bumi Aksara.
Siregar, S. (2014). Statistika deskriptif untuk penelitian: Dilengkapi dengan
perhitungan manual dan aplikasi SPSS versi 17. Rajawali Pers.
Sprecher, S. (1988). Investment model, equity, and social support determinants of
relationship commitment. Social Psychology Quarterly, 51(4), 318-328.
https://doi.org/10.2307/2786759
Stanley, S.M., Lobitz, W. C., & Dickson, F. (1999). Using what we know:
Commitment and cognitions in marital therapy. In W. Jones & J. Adams (Eds),
Handbook of interpersonal commitment and relationship stability (pp. 411-
424). New York: Plenum.
Stanley, S. M., Markman, H. J., & Whitton, S. W. (2002). Communication, conflict,
and commitment: Insights in the foundations of relationship success from a
national survey. Family Process, 41(4), 659-675.
https://doi.org/10.1111/j.1545-5300.2002.00659.x
Stanley, S. M., Rhoades, G. K., & Whitton, S. W. (2010). Commitment: Functions,
formations, and the securing of romantic attachment. Journal of Family
Theory & Review, 243-257. https://doi.org/10.1111/j.1756-
2589.2010.00060.x
Stanley, S. M., Rhoades, G. K., & Fincham, F. D. (2011). Understanding romantic
relationship among emerging adults: The significant roles of cohabitation and
ambiguity. In F. D. Fincham & M. Cui (Eds.), Romantic relationships in
emerging adulthood (pp. 234–251). Cambridge University Press.
Stanley, S. M., Whitton, S. W., & Markman, H. J. (2004). Maybe i do. Journal of
Family Issues, 25(4), 496–519. https://doi.org/10.1177/0192513x03257797
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Stanley, S. M., & Markman, H. J. (1992). Assessing commitment in personal
relationships. Journal of Marriage and Family, 54(3), 595-608.
https://doi.org/10.2307/353245
Stefan, L. (2001). (Impactul diferentelor emoţionale dintre soţi asupra stabilitatii
cuplului). The impact of emotional differences between the married couple on
the couple stability). In Paideia, nr., 1-2, p. 87.
Steil, J. (1997). Marital equality: Its relationship to the well-being of husbands and
wives. Sage Publications.
Sternberg, R. J. (1998). Cupids’s arrow. Cambridge University Press. Stewart, S., Stinnett, H., & Rosenfeld, L. B. (2000). Sex differences in desired
characteristics of short term and long-term relationship partners. Journal of
Social and Personal Relationship, 17(6), 843-853.
https://doi.org/10.1177/0265407500176008
Sugiyono. (2007). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r&d. Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode penelitian pendidikan: Pendekatan kuantitatif, kualitatif,
dan r&d. Penerbit Alfabeta.
Suhanti, I. Y., Puspitasari, D. N., & Noorrizki, R. D. (2018). Keterampilan komunikasi
interpersonal mahasiswa UM. Prosiding Seminar Nasional Psikologi Klinis.
Suparno, P. (2016). Statistika untuk pendidikan dan psikologi. Penerbit Universitas
Sanata Dharma.
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran psikologis. Sanata Dharma University Press.
Supratiknya, A. (2015). Metodologi penelitian kuantitatif & kualitatif dalam psikologi.
Penerbit USD.
Supratiknya, A. (2016). Kuantifikasi validitas isi dalam asesmen psikologis. Sanata
Dharma University Press.
Suranto. (2010). Komunikasi interpersonal. Graha Ilmu.
Surbakti, E. B. (2008). Sudah siapkah menikah. PT Elex Media Komputindo.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Suseno, M. N. (2009). Pengaruh pelatihan komunikasi interpersonal terhadap efikasi
diri sebagai pelatih pada mahasiswa. Jurnal Intervensi Psikologi, 1(1), 93-106.
Syarif, N. (2015). Pengaruh perilaku penggunaan smarthphone terhadap komunikasi
interpersonal siswa SMK TI Airlangga Samarinda. Jurnal Ilmu Komunikasi,
213-227.
Tannen, D. (2007). You just don't understand: Men and women in conversation.
Ballantine Book.
Van Lange, P. A. M., Drigotas, S. M., Rusbult, C. E., Arriaga, X. B., Witcher, B. S.,
& Cox, C. L. (1997). Willingness to sacrifice in close relationships. Journal
of Personality and Social Sychology, 72(6), 1373-1395.
https://psycnet.apa.org/doi/10.1037/0022-3514.72.6.1373
Wahyuni, E. (2015). Hubungan self-efficacy dan keterampilan komunikasi dengan
kecemasan berbicara di depan umum. Jurnal Komunikasi Islam, 5(1), 51-82.
https://doi.org/10.15642/jki.2015.5.1.51-82
Wang, Y. C., Kraut, R., & Levine, J. M. (2012). To stay or leave? The relationship of
emotional and informational support to commitment in online health support
groups. Session: Health: Games and Online Support Groups, 833-842.
https://doi.org/10.1145/2145204.2145329
Weeks, G. R., & Treat, S. R. (2001). Couples in treatment. Brunner-Routledge.
Widerman, M., & Hurd, C. (1999). Extradyadic involvement during dating. Journal of
Social and Personal Relationship, 16(2), 265-274.
https://doi.org/10.1080/02699930050117657
Widiantari, K. S., & Herdiyanto, Y. K. (2013). Perbedaan komunikasi interpersonal
melalui jejaring sosial antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert pada
remaja. Jurnal Psikologi Udayana, 1(1), 1106-115.
https://doi.org/10.24843/JPU.2013.v01.i01.p11
Wood, J. T. (2013). Komunikasi interpersonal interaksi keseharian (ed. ke-6). Penerbit
Salemba Humanika.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Worthington, E. L. (1998). An empathy-humility-commitment model of forgiveness
applied within family dyads. Journal of Family Therapy, 20, 29-76.
https://doi.org/10.1111/1467-6427.00068
Yulia, P. C., Afrianti, H., & Octaviani, V. (2015). Pengaruh komunikasi interpersonal
mahasiswa dan dosen pembimbing skripsi terhadap gejala stres mahasiswa
dalam menyusun skripsi. Jurnal Profesional, 2(1), 61-69.
https://doi.org/10.37676/professional.v2i1.168
Yuniariandini, A. (2016). Kebahagiaan pernikahan: Pertemanan dan komitmen.
Psikovidya, 20(2), 53-58.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
LAMPIRAN 1
SAMPEL DATA PRELIMINARY STUDY
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
No. Menurut Anda, mengapa seseorang sering berganti pasangan dalam waktu yang singkat?
1 Yah itu karena dia belum ada komitmen.
2 Tidak terbiasa sendiri. Buat ngebantu melupakan yang sebelumnya.
3 Dia belum mengenal dirinya seperti apa.
4 Karena belum sepenuhnya memahami dirinya sendiri, jadi belum bisa memahami orang lain.
5 Bosan mungkin, atau tidak menarik lagi.
6 Bosen mungkin
7 Karena mau
8 Takut dikatain “gak laku”
9 Main-main, mencari yang cocok, membuang waktu, nggak ada kerjaan
10 Bosen?
11 Aku belum pernah
12 Banyak yang mau sama aku
13 Trial and error
14 Mau dijadiin koleksi kaya di museum
15 Bosen? Looking for something new?
16 Gampang move on, padahal move on itu susah
17 Karena enggak langgeng
18 Bosen sama yang lama
19 Singkat itu relevan. Pasti dia bosanan dan menganggap bahwa hubungan sebatas permainan.
20 Nggak tau. Aku bukan pelaku, tapi korban
21 Untuk have fun
22 Karena malas sakit hati terlalu lama
23 Bosan
24 Tidak bisa mengendalikan diri untuk tidak sendiri
25 Karena belum pernah sama aku
26 Cari pelampiasan
27 Bosan, kurang komunikasi, banyak cekcok, kurang dewasa, egois
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
LAMPIRAN 2
SKALA UJI COBA PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
I. Skala Penelitian Salam sejahtera. Perkenalkan saya Prisca Nanda Prasetyaningtyas mahasiswi Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta angkatan 2016. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai hubungan berpacaran sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir saya. Saya membutuhkan kriteria responden sebagai berikut: - Berusia 18 – 25 tahun - Sedang menjalin hubungan berpacaran dengan lawan jenis Apabila saudara/i memenuhi kriteria dan berkenan menjadi responen dalam penelitian ini, dipersilakan mengisi kuesioner yang tersedia. Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi kuesioner ini kurang lebih 10-15 menit. Informasi yang Saudara/i beri akan terjaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini saja. Saya sangat mengharapkan bantuan dan kerja sama Saudara/i untuk mengisi seluruh bagian dari kuesioner ini dengan lengkap. Bantuan Saudara/i akan sangat berarti untuk penelitian ini, terima kasih atas perhatiannya. Hormat saya, Prisca Nanda P.
II. Lembar Pernyataan Kesediaan (Informed Consent) Setelah membaca dan memahami informasi terkait penelitian yang dilakukan oleh saudari Prisca Nanda Prasetyaningtyas, saya bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya berpartisipasi secara sukarela tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Jawaban yang saya beri bukan berdasarkan benar atau salah, baik atau buruk. Semua jawaban yang saya berikan dalam skala penelitian ini merupakan jawaban yang jujur, spontan, dan sesuai dengan diri saya. Saya mengizinkan peneliti untuk menggunakan informasi yang saya berikan untuk kepentingan penelitian ini. Jika Anda bersedia, silakan untuk melanjutkan ke bagian berikutnya.
• Ya, saya setuju*
*wajib diisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
III. Identitas Diri
• Nama (inisial)*: • Usia* :
- 18 - 19 - 20 - 21 - 22 - 23 - 24 - 25
• Jenis kelamin* : - Pria - Wanita
• Lama berpacaran (dalam bulan)* : • Nomor Handphone (untuk hadiah berupa
pulsa/ShopeePay/Gopay/Ovo sebesar 20.000 bagi 10 orang yang beruntung).
*wajib diisi
IV. Skala Bagian I Skala ini terdiri dari beberapa pernyataan disertai beberapa alternatif jawaban. Mohon anda berkenan dan memahami setiap pernyataan dengan cermat. Dalam penelitian ini, tidak ada jawaban benar atau salah, baik atau buruk. Anda dimohon untuk mengisi setiap pernyataan yang paling menggambarkan diri Anda, secara jujur, dan spontan, dengan cara memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia. Terdapat empat pilihan jawaban untuk setiap pernyataan, yaitu: 1 – Sangat Tidak Setuju (STS) 2 – Tidak Setuju (TS) 3 – Setuju (S) 4 – Sangat Setuju (SS) Pastikan kembali bahwa Anda telah mengisi setiap pernyataan, sehingga tidak ada pernyataan yang terlewati atau tidak terjawab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
No. Pernyataan STS TS S SS 1 Hubungan saya dan pasangan terbentuk
sebagai satu tim.
2 Tak sulit bagi saya untuk mengakhiri hubungan ini karena dia bukan pasangan ideal bagi saya.
3 Saya ingin menua bersama pasangan saya. 4 Saat banyak tugas, saya berat hati
meluangkan waktu untuk pasangan.
5 Saya khawatir hidup pasangan saya hancur jika saya meninggalkannya.
6 Acara bersama pasangan bukan prioritas utama bagi saya.
7 Keluarga saya ingin hubungan saya bersama pasangan berlanjut ke jenjang yang lebih serius.
8 Apabila saya memutuskan hubungan ini, saya tidak mencemaskan kebahagiaan pasangan saya.
9 Dalam berpasangan, “aku” dan “dia”
berpadu menjadi “kita”.
10 Saya tidak terbiasa melakukan aktivitas bersama pasangan, sehingga cukup mudah bagi saya utuk mengakhiri hubungan ini.
11 Tidak mudah bagi saya untuk mengakhiri hubungan ini karena dia sosok pasangan ideal bagi saya.
12 Meski hubungan saya dengan pasangan sudah terjalin cukup lama, saya tidak perlu berpikir panjang untuk memutuskan hubungan kami.
13 Saya akan meluangkan waktu untuk pasangan di tengah kesibukan saya.
14 Tidak perlu berpikir panjang untuk mengakhiri hubungan kami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
15 Saya bersedia membatalkan acara dengan orang lain demi pasangan saya.
16 Saya memilih tidur lebih awal daripada menunggu kabar dari pasangan saya.
17 Apabila saya memutuskan hubungan ini, saya cemas jika hidup pasangan saya tidak bahagia lagi.
18 Di antara berbagai persoalan, penyelesaian masalah dengan pasangan bukan prioritas utama saya.
19 Teman-teman dekat saya mendukung hubungan saya dengan pasangan.
20 Saya kurang mengenal makna “kita” dalam
hubungan ini.
21 Tidak mudah bagi saya untuk melepaskan pasangan saya karena kami telah menjalin hubungan dalam waktu yang lama.
22 Saya tidak mempunyai rencana jangka panjang terhadap hubungan ini.
23 Saya perlu waktu dan proses panjang untuk memutuskan pasangan.
24 Saat ini, tidak terpikirkan oleh saya untuk menua bersama pasangan.
25 Saya akan menunggu kabar dari pasangan meski harus tidur larut malam.
26 Saya tidak khawatir akan hidup pasangan saya jika saya meninggalkannya.
27 Saya mendahulukan untuk menyelesaikan permasalahan dengan pasangan daripada permasalahan lain.
28 Keluarga saya tidak peduli jika saya mengakhiri hubungan ini.
29 Tidak mudah bagi saya untuk mengakhiri hubungan ini, karena sudah terbiasa melalukan aktivitas bersama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
30 Teman-teman dekat kurang mendukung hubungan saya dengan pasangan.
31 Hubungan saya dengan pasangan merupakan bagian dari rencana masa depan saya.
32 Hubungan saya dan pasangan terbentuk sebagai individu yang berjalan sendiri-sendiri.
V. Skala Bagian II
Skala ini terdiri dari beberapa pernyataan disertai beberapa alternatif jawaban. Mohon anda berkenan dan memahami setiap pernyataan dengan cermat. Dalam penelitian ini, tidak ada jawaban benar atau salah, baik atau buruk. Anda dimohon untuk mengisi setiap pernyataan yang paling menggambarkan diri Anda, secara jujur, dan spontan, dengan cara memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia. Terdapat empat pilihan jawaban untuk setiap pernyataan, yaitu: 1 – Sangat Tidak Setuju (STS) 2 – Tidak Setuju (TS) 3 – Setuju (S) 4 – Sangat Setuju (SS) Pastikan kembali bahwa Anda telah mengisi setiap pernyataan, sehingga tidak ada pernyataan yang terlewati atau tidak terjawab. No. Pernyataan STS TS S SS 1 Saya dan pasangan menanggung beban yang
sama dalam hubungan ini.
2 Saya tidak memiliki kesabaran ketika mendengarkan keluh kesah pasangan saya.
3 Pasangan saya mencoba melihat dari sudut pandang saya ketika kami menghadapi masalah.
4 Pasangan saya tidak mendukung harapan-harapan saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
5 Pasangan saya bersedia menjadi pendengar yang baik untuk saya.
6 Dalam menghadapi permasalahan, saya sulit untuk melihat sudut pandang dari pasangan saya.
7 Pasangan memuji penampilan saya yang menarik.
8 Dalam hubungan ini, salah satu dari kami cenderung mendominasi dalam menyampaikan argumen.
9 Pasangan saya sabar mendengarkan keluh kesah saya.
10 Saya kesulitan untuk memahami apa yang dirasakan oleh pasangan saya.
11 Saya bisa menceritakan berbagai hal kepada pasangan saya.
12 Saya dan pasangan menanggung beban yang berbeda dalam hubungan ini.
13 Pasangan mendukung harapan-harapan saya. 14 Saya berat hati jika menjadi pendengar yang
baik untuk pasangan.
15 Saya memuji pasangan saat ia berpenampilan menarik.
16 Saya tidak menanyakan aktivitas yang dilakukan pasangan saya.
17 Pasangan saya memberi motivasi di tengah keterpurukan saya.
18 Pasangan tidak memuji saya yang berpenampilan menarik.
19 Saya dan pasangan saling terlibat untuk mengambil keputusan bersama dalam hubungan kami.
20 Saya tidak memberi motivasi kepada pasangan saat ia sedang terpuruk.
21 Pasangan saya memahami apa yang sedang saya rasakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
22 Saya merasa tidak nyaman menceritakan berbagai hal kepada pasangan saya.
23 Saya bersedia menjadi pendengar yang baik untuk pasangan.
24 Hanya satu dari kami yang mencari solusi permasalahan yang kami alami.
25 Dalam menghadapi permasalahan, saya mencoba melihat sudut pandang dari pasangan saya.
26 Pasangan saya tidak bersedia menjadi pendengar yang baik untuk saya.
27 Pasangan saya menanyakan aktivitas yang saya lakukan.
28 Saat saya terpuruk, pasangan saya tidak memotivasi saya.
29 Saya memahami apa yang sedang dirasakan oleh pasangan saya.
30 Pasangan saya kurang sabar mendengarkan keluh kesah saya.
31 Saya mendukung harapan-harapan pasangan. 32 Pasangan saya sulit memahami apa yang
sedang saya rasakan.
33 Dalam menghadapi masalah, saya berdiskusi dengan pasangan agar mendapatkan solusi terbaik bagi kedua pihak.
34 Pasangan saya enggan bercerita banyak hal kepada saya.
35 Saya menanyakan aktivitas yang dilakukan pasangan saya.
36 Saya tidak memuji pasangan meski ia berpenampilan menarik.
37 Dalam hubungan ini, saya dan pasangan memiliki kesempatan yang sama untuk menyampaikan argumen.
38 Pasangan saya tidak menanyakan aktivitas yang saya lakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
39 Saya memberi motivasi kepada pasangan saat ia sedang terpuruk.
40 Hanya ada satu pihak yang terlibat saat pengambilan keputusan dalam hubungan kami.
41 Saya tetap sabar mendengarkan keluh kesah pasangan saya.
42 Saya tidak mendukung harapan-harapan pasangan.
43 Pasangan saya mau bercerita apa saja kepada saya.
44 Ketika kami menghadapi masalah, pasangan saya tidak mencoba melihat dari sudut pandang saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
LAMPIRAN 3
RELIABILITAS SKALA KOMUNIKASI INTERPERSONAL
DAN KOMITMEN BERPACARAN SAAT MELAKUKAN
UJI COBA (TRY OUT)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
LAMPIRAN RELIABILITAS SKALA
A. Skala Komunikasi Interpersonal
1. Reliabilitas skala komunikasi interpersonal saat melakukan uji coba (try
out)
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted VAR00001 71.04 265.999 .414 .946 VAR00002 71.35 267.613 .355 .947 VAR00003 70.98 265.495 .444 .946 VAR00004 71.66 263.143 .648 .945 VAR00005 71.66 265.255 .608 .945 VAR00006 70.86 270.308 .223 .948 VAR00007 71.22 260.660 .530 .946 VAR00008 70.57 262.247 .436 .946 VAR00009 71.45 264.362 .550 .945 VAR00010 70.89 261.688 .506 .946 VAR00011 71.57 266.153 .464 .946 VAR00012 70.78 265.165 .349 .947 VAR00013 71.58 260.900 .711 .944 VAR00014 71.60 266.354 .469 .946 VAR00015 71.55 266.680 .436 .946 VAR00016 71.35 265.296 .460 .946 VAR00017 71.65 263.520 .643 .945 VAR00018 71.28 260.315 .547 .945 VAR00019 71.55 262.512 .717 .945 VAR00020 71.62 266.462 .480 .946 VAR00021 71.28 262.969 .613 .945 VAR00022 71.37 266.179 .365 .947 VAR00023 71.64 265.074 .612 .945 VAR00024 71.12 262.724 .550 .945 VAR00025 71.19 268.358 .426 .946 VAR00026 71.48 259.579 .752 .944 VAR00027 71.31 263.246 .518 .946 VAR00028 71.48 260.738 .640 .945
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items .947 44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
VAR00029 71.30 266.902 .509 .946 VAR00030 71.26 257.558 .664 .944 VAR00031 71.69 266.906 .567 .945 VAR00032 71.00 258.879 .626 .945 VAR00033 71.59 266.038 .564 .945 VAR00034 71.11 263.558 .436 .946 VAR00035 71.39 265.399 .493 .946 VAR00036 71.42 263.105 .529 .945 VAR00037 71.52 261.878 .708 .944 VAR00038 71.24 259.530 .676 .944 VAR00039 71.61 265.735 .633 .945 VAR00040 71.30 259.743 .650 .945 VAR00041 71.54 265.989 .602 .945 VAR00042 71.58 265.498 .485 .946 VAR00043 71.31 264.255 .552 .945 VAR00044 71.06 265.829 .384 .947
B. Skala Komitmen Berpacaran
1. Reliabilitas komitmen berpacaran saat melakukan uji coba (try out)
Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items
.748 33
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted Itemno1Komit 113.76 606.334 .415 .743 VAR00048 113.66 594.713 .615 .738 VAR00049 113.92 599.890 .645 .740 VAR00050 113.31 604.588 .383 .743 VAR00051 112.73 603.731 .301 .743 VAR00052 113.21 595.870 .533 .739 VAR00053 113.58 598.133 .566 .740 VAR00054 113.41 602.599 .391 .742 VAR00055 113.93 604.518 .500 .743 VAR00056 113.75 592.881 .709 .737 VAR00057 113.65 595.183 .614 .738 VAR00058 113.69 593.784 .615 .738 VAR00059 113.66 607.910 .352 .744 VAR00060 113.88 600.200 .534 .741 VAR00061 112.77 605.469 .369 .743
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
VAR00062 113.06 593.642 .583 .738 VAR00063 112.73 598.385 .481 .740 VAR00064 113.33 603.551 .433 .742 VAR00065 113.83 609.056 .352 .745 VAR00066 113.58 600.881 .488 .741 VAR00067 113.55 601.727 .401 .742 VAR00068 113.73 592.198 .634 .737 VAR00069 113.69 605.317 .339 .743 VAR00070 113.73 587.768 .755 .735 VAR00071 113.03 597.523 .473 .740 VAR00072 113.29 602.300 .417 .742 VAR00073 112.91 608.160 .284 .745 VAR00074 113.18 596.520 .528 .739 VAR00075 113.65 599.744 .584 .740 VAR00076 113.82 606.483 .388 .744 VAR00077 113.80 594.145 .740 .738 VAR00078 113.55 597.671 .540 .740 TotalKomit 58.43 158.097 .999 .912
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
LAMPIRAN 4
SKALA PENELITIAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
I. Skala Penelitian Salam sejahtera. Perkenalkan saya Prisca Nanda Prasetyaningtyas mahasiswi Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta angkatan 2016. Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan topik relasi sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir saya. Adapun kriteria responden yang diperlukan adalah:
- Berusia 18 – 25 tahun - Sedang menjalin hubungan berpacaran dengan lawan jenis
Apabila saudara/i memenuhi kriteria dan berkenan menjadi responen dalam penelitian ini, dipersilakan mengisi kuesioner yang tersedia. Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi kuesioner ini kurang lebih 10-15 menit. Informasi yang Saudara/i beri akan terjaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini saja. Saya sangat mengharapkan bantuan dan kerja sama Saudara/i untuk mengisi seluruh bagian dari kuesioner ini dengan lengkap. Bantuan Saudara/i akan sangat berarti untuk penelitian ini, terima kasih atas perhatiannya. Hormat saya,
Prisca Nanda P.
II. Lembar Pernyataan Kesediaan
Setelah membaca dan memahami informasi terkait penelitian yang dilakukan oleh saudari Prisca Nanda Prasetyaningtyas, saya bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Saya berpartisipasi secara sukarela tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Jawaban yang saya beri bukan berdasarkan benar atau salah, baik atau buruk. Semua jawaban yang saya berikan dalam skala penelitian ini merupakan jawaban yang jujur, spontan, dan sesuai dengan diri saya. Saya mengizinkan peneliti untuk menggunakan informasi yang saya berikan untuk kepentingan penelitian ini.
Jika Anda bersedia, silakan untuk melanjutkan ke bagian berikutnya.
• Ya, saya setuju*
*wajib diisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
III. Identitas Diri • Nama (inisial)* : • Usia* :
- 18 - 19 - 20 - 21 - 22 - 23 - 24 - 25
• Jenis kelamin* : - Laki-laki - Perempuan
• Status pekerjaan* : - Bekerja - Tidak bekerja
• Pendidikan saat ini* : - SMA/ Sederajat - Mahasiswa/ Sarjana - Pascasarjana - Tidak sedang menempuh pendidikan
• Nomor Handphone (untuk hadiah berupa pulsa/ ShopeePay/ Gopay/ Ovo sebesar 20.000 bagi 10 orang yang beruntung).
*wajib diisi
IV. Relasi dengan Pasangan Bagian ini merupakan pertanyaan terkait relasi antara Anda dengan Pasangan Anda. Relasi yang dimaksud dalam hal ini yaitu menjalin hubungan cinta kasih dengan lawan jenis, tetapi belum terikat perkawinan. Apabila Anda sedang menjalin sebuah relasi dengan seseorang terutama lawan jenis, silakan untuk menjawab pertanyaan di bawah ini lalu melanjutkan ke bagian selanjutnya dan menjawab pernyataan-pernyataan yang tersedia. • Lama berpacaran* :
- ≤ 1 tahun - 1,1 – 3 tahun - 3,1 – 5 tahun - 5,1 – 7 tahun - > 7 tahun
*wajib diisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
V. Skala Bagian I Skala ini terdiri dari beberapa pernyataan disertai beberapa alternatif jawaban. Mohon anda berkenan dan memahami setiap pernyataan dengan cermat. Dalam penelitian ini, tidak ada jawaban benar atau salah, baik atau buruk. Anda dimohon untuk mengisi setiap pernyataan yang paling menggambarkan keadaan Anda dengan pasangan, secara jujur, dan spontan, dengan cara memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia. Terdapat empat pilihan jawaban untuk setiap pernyataan, yaitu: 1 – Sangat Tidak Setuju (STS) 2 – Tidak Setuju (TS) 3 – Setuju (S) 4 – Sangat Setuju (SS) Pastikan kembali bahwa Anda telah mengisi setiap pernyataan, sehingga tidak ada pernyataan yang terlewati atau tidak terjawab. No. Pernyataan STS TS S SS 1 Saya dan pasangan menanggung beban yang sama
dalam hubungan ini.
2 Saya tidak memiliki kesabaran ketika mendengarkan keluh kesah pasangan saya.
3 Pasangan saya mencoba melihat dari sudut pandang saya ketika kami menghadapi masalah.
4 Pasangan saya tidak mendukung harapan-harapan saya.
5 Pasangan saya bersedia menjadi pendengar yang baik untuk saya.
6 Pasangan memuji penampilan saya yang menarik. 7 Dalam hubungan ini, salah satu dari kami
cenderung mendominasi dalam menyampaikan argumen.
8 Pasangan saya sabar mendengarkan keluh kesah saya.
9 Saya kesulitan untuk memahami apa yang dirasakan oleh pasangan saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
10 Saya bisa menceritakan berbagai hal kepada pasangan saya.
11 Saya bisa menceritakan berbagai hal kepada pasangan saya.
12 Pasangan mendukung harapan-harapan saya. 13 Saya berat hati jika menjadi pendengar yang baik
untuk pasangan.
14 Saya memuji pasangan saat ia berpenampilan menarik.
15 Saya tidak menanyakan aktivitas yang dilakukan pasangan saya.
16 Pasangan saya memberi motivasi di tengah keterpurukan saya.
17 Pasangan tidak memuji saya yang berpenampilan menarik.
18 Saya dan pasangan saling terlibat untuk mengambil keputusan bersama dalam hubungan kami.
19 Saya tidak memberi motivasi kepada pasangan saat ia sedang terpuruk.
20 Pasangan saya memahami apa yang sedang saya rasakan.
21 Saya merasa tidak nyaman menceritakan berbagai hal kepada pasangan saya.
22 Saya bersedia menjadi pendengar yang baik untuk pasangan.
23 Hanya satu dari kami yang mencari solusi permasalahan yang kami alami.
24 Dalam menghadapi permasalahan, saya mencoba melihat sudut pandang dari pasangan saya.
25 Pasangan saya tidak bersedia menjadi pendengar yang baik untuk saya.
26 Pasangan saya menanyakan aktivitas yang saya lakukan.
27 Saat saya terpuruk, pasangan saya tidak memotivasi saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
28 Saya memahami apa yang sedang dirasakan oleh pasangan saya.
29 Pasangan saya kurang sabar mendengarkan keluh kesah saya.
30 Saya mendukung harapan-harapan pasangan. 31 Pasangan saya sulit memahami apa yang sedang
saya rasakan.
32 Dalam menghadapi masalah, saya berdiskusi dengan pasangan agar mendapatkan solusi terbaik bagi kedua pihak.
33 Pasangan saya enggan bercerita banyak hal kepada saya.
34 Saya menanyakan aktivitas yang dilakukan pasangan saya.
35 Saya tidak memuji pasangan meski ia berpenampilan menarik.
36 Dalam hubungan ini, saya dan pasangan memiliki kesempatan yang sama untuk menyampaikan argumen.
37 Pasangan saya tidak menanyakan aktivitas yang saya lakukan.
38 Saya memberi motivasi kepada pasangan saat ia sedang terpuruk.
39 Hanya ada satu pihak yang terlibat saat pengambilan keputusan dalam hubungan kami.
40 Saya tetap sabar mendengarkan keluh kesah pasangan saya.
41 Saya tidak mendukung harapan-harapan pasangan.
42 Pasangan saya mau bercerita apa saja kepada saya.
43 Ketika kami menghadapi masalah, pasangan saya tidak mencoba melihat dari sudut pandang saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
VI. Skala Bagian II Skala ini terdiri dari beberapa pernyataan disertai beberapa alternatif jawaban. Mohon anda berkenan dan memahami setiap pernyataan dengan cermat. Dalam penelitian ini, tidak ada jawaban benar atau salah, baik atau buruk. Anda dimohon untuk mengisi setiap pernyataan yang paling menggambarkan diri Anda, secara jujur, dan spontan, dengan cara memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia. Terdapat empat pilihan jawaban untuk setiap pernyataan, yaitu: 1 – Sangat Tidak Setuju (STS) 2 – Tidak Setuju (TS) 3 – Setuju (S) 4 – Sangat Setuju (SS) Pastikan kembali bahwa Anda telah mengisi setiap pernyataan, sehingga tidak ada pernyataan yang terlewati atau tidak terjawab. No. Pernyataan STS TS S SS 1 Hubungan saya dan pasangan terbentuk sebagai
satu tim.
2 Tak sulit bagi saya untuk mengakhiri hubungan ini karena dia bukan pasangan ideal bagi saya.
3 Saya ingin menua bersama pasangan saya. 4 Saat banyak tugas, saya berat hati meluangkan
waktu untuk pasangan.
5 Saya khawatir hidup pasangan saya hancur jika saya meninggalkannya.
6 Acara bersama pasangan bukan prioritas utama bagi saya.
7 Keluarga saya ingin hubungan saya bersama pasangan berlanjut ke jenjang yang lebih serius.
8 Apabila saya memutuskan hubungan ini, saya tidak mencemaskan kebahagiaan pasangan saya.
9 Dalam berpasangan, “aku” dan “dia” berpadu menjadi “kita”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
10 Saya tidak terbiasa melakukan aktivitas bersama pasangan, sehingga cukup mudah bagi saya untuk mengakhiri hubungan ini.
11 Tidak mudah bagi saya untuk mengakhiri hubungan ini karena dia sosok pasangan ideal bagi saya.
12 Meski hubungan saya dengan pasangan sudah terjalin cukup lama, saya tidak perlu berpikir panjang untuk memutuskan hubungan kami.
13 Saya akan meluangkan waktu untuk pasangan di tengah kesibukan saya
14 Tidak perlu berpikir panjang untuk mengakhiri hubungan kami.
15 Saya bersedia membatalkan acara dengan orang lain demi pasangan saya.
16 Saya memilih tidur lebih awal daripada menunggu kabar dari pasangan saya.
17 Apabila saya memutuskan hubungan ini, saya cemas jika hidup pasangan saya tidak bahagia lagi.
18 Di antara berbagai persoalan, penyelesaian masalah dengan pasangan bukan prioritas utama saya.
19 Teman-teman dekat saya mendukung hubungan saya dengan pasangan.
20 Saya kurang mengenal makna “kita” dalam
hubungan ini.
21 Tidak mudah bagi saya untuk melepaskan pasangan saya karena kami telah menjalin hubungan dalam waktu yang lama.
22 Saya tidak mempunyai rencana jangka panjang terhadap hubungan ini.
23 Saya perlu waktu dan proses panjang untuk memutuskan pasangan.
24 Saat ini, tidak terpikirkan oleh saya untuk menua bersama pasangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
25 Saya akan menunggu kabar dari pasangan meski harus tidur larut malam.
26 Saya tidak khawatir akan hidup pasangan saya jika saya meninggalkannya.
27 Keluarga saya tidak peduli jika saya mengakhiri hubungan ini.
28 Tidak mudah bagi saya untuk mengakhiri hubungan ini, karena sudah terbiasa melalukan aktivitas bersama.
29 Teman-teman dekat kurang mendukung hubungan saya dengan pasangan.
30 Hubungan saya dengan pasangan merupakan bagian dari rencana masa depan saya.
31 Hubungan saya dan pasangan terbentuk sebagai individu yang berjalan sendiri-sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
LAMPIRAN 5
HASIL UJI MEAN TEORETIK DAN MEAN EMPIRIK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
HASIL UJI MEAN EMPIRIK DAN MEAN TEORETIK
A. Skala Komunikasi Interpersonal
One-Sample Statistics
N Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean Komunikasi Interpersonal 1090 144.95 15.962 .483
B. Skala Komitmen Berpacaran
One-Sample Test
Test Value = 107.5
t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Komunikasi Interpersonal 77.461 1089 .000 37.450 36.50 38.40
One-Sample Statistics
N Mean Std.
Deviation Std. Error
Mean Komitmen Berpacaran 1090 99.66 13.764 .417
One-Sample Test
Test Value = 77.5
t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper
Komitmen Berpacaran
53.142 1089 .000 22.155 21.34 22.97
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
LAMPIRAN 6
HASIL UJI NORMALITAS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
LAMPIRAN HASIL UJI NORMALITAS
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig. Komunikasi .079 1090 .000 .968 1090 .000 Komitmen .051 1090 .000 .973 1090 .000 a. Lilliefors Significance Correction
A. Histogram Komunikasi Interpersonal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
B. Histogram Komitmen Berpacaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
LAMPIRAN 7
HASIL UJI LINEARITAS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
LAMPIRAN HASIL UJI LINEARITAS
Measures of Association R R Squared Eta Eta Squared Komitmen Berpacaran* Komunikasi Interpersonal
.641 .411 .691 .478
ANOVA Table
Sum of Squares df
Mean Square F
Komitmen * Komunikasi
Between Groups (Combined) 97145.010 75 1295.267 12.366 Linearity 83515.381 1 83515.381 797.301 Deviation from Linearity
13629.629 74 184.184 1.758
Within Groups 106214.076 1014 104.748 Total 203359.086 1089
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
LAMPIRAN 8
HASIL UJI HIPOTESIS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
LAMPIRAN HASIL UJI HIPOTESIS
Correlations
Komunikasi Interpersonal
Komitmen Berpacaran
Spearman's rho Komunikasi Correlation Coefficient
1.000 .645**
Sig. (1-tailed) . .000 N 1090 1090
Komitmen Correlation Coefficient
.645** 1.000
Sig. (1-tailed) .000 . N 1090 1090
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI