Upload
vantruc
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
HUBUNGAN KERJA MONOTONI DENGAN
KEJENUHAN KERJA PADA PEKERJA
BAGIAN SPINNING PT. TYFOUNTEX
INDONESIA SUKOHARJO
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan
Janti Alinuari
R. 0208026
PROGRAM DIPLOMA IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah
dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Surakarta, Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
ABSTRAK
Janti Alinuari, R.0208026, 2012. Hubungan Kerja Monotoni dengan Kejenuhan
Kerja Pada Pekerja Bagian Spinning di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo.
Skripsi. Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Fakultas Kedokteran,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Latar Belakang: Bagian spinning adalah bagian yang memintal serat-serat
benang menjadi gulungan benang sebagai bahan baku kain. Dalam kerjanya
pekerja mengawasi mesin pemintal serat-serat benang selama 8 jam. Penelitian ini
bertujuan membuktikan apakah ada hubungan kerja monotoni dengan kejenuhan
kerja pada pekerja di bagian spinning PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo
Metode: Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 42 pekerja di bagian spinning
menggunakan teknik Purposive Sampling. Data kerja monotoni diperoleh dengan
pengamatan dan kuesioner kerja monotoni. Data kejenuhan kerja diperoleh
dengan kuesioner Maslach Burnout Inventory (MBI). Analisis data yang
digunakan adalah uji Spearman Rho dengan menggunakan program computer
SPSS versi 16.0.
Hasil: Hasil penelitian kerja monotoni menunjukkan pekerja mengalami kerja
monoton adalah 23 pekerja (54,76 %) dan pekerja tidak mengalami kerja monoton
adalah 19 pekerja (45,23 %). Hasil penelitian terhadap kejenuhan kerja
menunjukan pekerja yang mengalami kejenuhan kerja ringan ada 14 pekerja
(33,33%), sedang 8 pekerja (19,05 %), berat 17 pekerja (40,48%) dan sangat berat
3 pekerja (7,14%). Hasil uji statistik antara kedua variabel menunjukan nilai p <
0,05 yang berarti ada korelasi bermakna antara kedua variabel tersebut.
Simpulan: Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara kerja monotoni dengan kejenuhan kerja pada pekerja bagian spinning PT.
Tyfountex Indonesia Sukoharjo.
Kata Kunci: Kerja Monotoni, Kejenuhan Kerja, Spinning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRACT
Janti Alinuari, R.0208026, 2012. Correlation Monotony With Job Burnout In
Spinning Employees at PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo. Thesis. Diploma IV
Occupational Safety and Healthy. Faculty of Medicine, Sebelas Maret University,
Surakarta.
Background: The spinning is to spin the yarn fibers into yarn as raw material for
cloth. Supervise his workers in the spinning machine yarn fibers for 8 hours. This
research aims to prove whether there is a monotony of work with job burnout in
workers in the spinning PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo
Methods: This research is an observational cross sectional analytic approach. The
sample in this study amounted to 42 workers in the spinning using purposive
sampling techniques. The data obtained by observation of monotonous work and
monotony of work questionnaire. Job burnout data obtained by questionnaire
Maslach Burnout Inventory (MBI). Analysis of the data used is Spearman Rho
test using SPSS version 16.0 computer program.
Results: The results showed workers who work monotony of work experience is
23 workers (54.76%) and workers who do not experience the monotony of work
are 19 workers (45.23%). The results of research on job burnout showed that
workers experiencing job burnout light, there were 14 workers (33.33%), while 8
workers (19.05%), weight of 17 workers (40.48%) and very heavy 3 workers
(7.14 %). The results of statistical tests between the two variables indicate the
value of p < 0.05 which means there is a significant correlation between two
variables.
Conclusion: It can be concluded that there is a correlation between the monotony
of work with job burnout in spinning employees at PT. Tyfountex Indonesia
Sukoharjo.
Keywords: Monotony Work, Job burnout, Spinning
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan
Bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi degan judul
“Hubungan Kerja Monotoni dengan Kejenuhan Kerja pada Pekerja Bagian
Spinning PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo”.
Skripsi ini bisa selesai karena bantuan dari berbagai pihak, untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof.Dr.Zainal Arifin Adnan, dr.Sp.Pd-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ipop Sjarifah, Dra.,M.Si., selaku Ketua Program Diploma IV Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Tarwaka, PGDip.,Sc.,M.Erg., selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
4. Sigit Fajar Suryanto,S.ST, selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan selama penyusunan skripsi ini.
5. Istar Yuliadi, dr.,M.Si., selaku penguji yang telah memberikan masukan
dalam skripsi ini.
6. Kartono Bsc, selaku Kepala Bagian Personalia PT. Tyfountex Indonesia
Sukoharjo yang telah memberikan banyak bantuan selama proses penelitian.
7. Kedua orang tua dan saudara-saudara yang telah memberikan kasih sayang,
do’a dan dukungan kepada penulis.
8. Sahabat dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Skripsi ini jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca sekalian. Semoga skripsi ini bisa
bermanfaat bagi banyak pihak terutama bagi Program Diploma IV Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta,
untuk menambah wawasan ilmu di bidang keselamatan dan kesehatan kerja.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................... v
PRAKATA ....................................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 3
C. Tujuan penelitian ......................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 3
BAB II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................ 5
B. Kerangka Pemikiran .................................................................... 21
C. Hipotesis ..................................................................................... 22
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 23
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 23
C. Populasi Penelitian ...................................................................... 23
D. Teknik Sampling ......................................................................... 23
E. Sampel Penelitian ........................................................................ 24
F. Desain Penelitian ........................................................................ 25
G. Identifikasi Variabel Penelitian ................................................... 25
H. Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................... 26
I. Alat dan Bahan Penelitian ........................................................... 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Halaman
J. Cara Kerja Penelitian .................................................................. 29
K. Teknik Analisis Data ................................................................... 30
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum ....................................................................... 31
B. Karakteristik Subjek Penelitian ................................................... 32
C. Hasil Pengukuran Kerja Monotoni ............................................. 35
D. Hasil Pengukuran Kejenuhan Kerja ............................................ 37
E. Uji Univariat................................................................................ 39
BAB V. PEMBAHASAN
A. Karakteristik Subjek Penelitian ................................................... 42
B. Analisis Univariat........................................................................ 44
C. Analisis Bivariat Hubungan Kerja Monotoni dengan Kejenuhan
Kerja .......................................................................................... 46
BAB VI.SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .................................................................................... 48
B. Saran ............................................................................................ 48
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 49
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Data umur subjek .......................................................................... 32
Tabel 2. Distribusi umur responden bagian spinning ................................. 33
Tabel 3. Data masa kerja subjek .................................................................. 34
Tabel 4. Distribusi masa kerja responden bagian spinning ......................... 35
Tabel 5. Data kerja monoton subjek ............................................................ 35
Tabel 6. Distribusi kerja monoton responden bagian spinning ................... 37
Tabel 7. Data kejenuhan kerja subjek ......................................................... 37
Tabel 8. Distribusi kejenuhan kerja responden bagian spinning ................. 39
Tabel 9. Korelasi umur dengan kejenuhan kerja ......................................... 39
Tabel 10. Korelasi masa kerja dengan kejenuhan kerja ................................ 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 2. Surat Persetujuan Menjadi Responden Penelitian
Lampiran 3. Kuesioner Kerja Monoton
Lampiran 4. Kuesioner Kejenuhan Kerja
Lampiran 5. Uji normalitas umur responden
Lampiran 6. Uji normalitas masa kerja responden
Lampiran 7. Uji normalitas kerja monotoni responden
Lsmpiran 8. Uji normalitas kejenuhan kerja responden
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejalan dengan pertumbuhan industri sekarang ini jelas memerlukan
kegiatan tenaga kerja sebagai unsur dominan yang mengelola bahan
baku/material, mesin, peralatan dan proses lainnya yang dilakukan ditempat
kerja, guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat.
Oleh karena itu, tenaga kerja mempunyai peranan yang sangat penting
sebagai penggerak roda pembangunan nasional khususnya yang berkaitan
dengan sektor industri. Disamping itu tenaga kerja adalah unsur yang
langsung berhadapan dengan berbagai akibat dari kegiatan industri, sehingga
sudah seharusnya kepada tenaga kerja diberikan perlindungan dan
pemeliharaan kesehatan (Budiono, 2003).
Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan
sehari-hari. Adanya massa otot yang bobotnya hampir separuh dari berat
tubuh, memungkinkan manusia untuk dapat menggerakan tubuh dan
melakukan pekerjaan. Pekerjaan di satu pihak mempunyai arti penting bagi
kemajuan dan peningkatan prestasi, sehingga dapat mencapai kehidupan yang
produktif sebagai salah satu tujuan hidup. Di pihak lain dengan bekerja,
berarti tubuh akan menerima beban dari luar tubuhnya. Dengan kata lain
bahwa setiap pekerja merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban
tersebut dapat berupa beban fisik maupun beban mental (Tarwaka, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima oleh
seseorang harus sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik,
kemampuan kognitif, maupun keterbatasan manusia yang menerima beban
tersebut. Menurut Suma’mur (1984) dalam Tarwaka (2010) bahwa
kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu kepada yang lainnya
dan sangat tergantung dari tingkat keterampilan, kesegaran jasmani, keadaan
gizi, jenis kelamin, usia, dan ukuran tubuh dari pekerja yang bersangkutan.
Dari hasil pengamatan dan wawancara yang telah kami lakukan pada
pekerja bagian spinning PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo didapatkan
bahwa tenaga kerja bekerja selama 6 hari yaitu hari Senin sampai Sabtu.
Setiap harinya harus bekerja selama 8 jam dengan 1 jam istirahat. Tenaga
kerja bagian spinning dalam pabrik tekstil PT Tyfountex Indonesia Sukoharjo
adalah bagian yang memintal serat-serat benang menjadi gulungan benang
sebagai bahan baku kain. Dilakukan pengambilan sampel sebanyak 5 orang
pekerja dengan cara memberikan kuesioner tentang kejenuhan kerja.
Kejenuhan kerja adalah kondisi kelelahan fisik, mental, dan emosional yang
muncul sebagai konsekuensi dari ketidaksesuaian antara kondisi karyawan
dengan pekerjaannya (Gunarsa, 2004). Dari hasil kuesioner tersebut diketahui
bahwa pekerja mengalami kejenuhan karena pekerjaan monoton yang hanya
mengawasi mesin pemintal serat-serat benang.
Berdasarkan gambaran tersebut, maka penulis tertarik melakukan
penelitian apakah memang ada hubungan kerja monotoni dengan kejenuhan
kerja pada pekerja di bagian spinning PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
B. Rumusan Masalah
Adakah hubungan kerja monotoni dengan kejenuhan kerja pada
pekerja bagian spinning di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan kerja monotoni dengan kejenuhan kerja
pada pekerja bagian spinning di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran kerja monotoni bagian spinning.
b. Untuk menilai keadaan kejenuhan kerja pada pekerja bagian
spinning.
c. Untuk mengetahui hubungan kerja monotoni dengan kejenuhan kerja
pada pekerja bagian spinning.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan sebagai pembuktian bahwa kerja monotoni dapat
mempengaruhi kejenuhan kerja pada pekerja.
2. Manfaat Aplikatif
a. Bagi Ilmu Pengetahuan
Menambah wacana kepustakaan keilmuan tentang teori-teori kerja
monotoni dan kejenuhan pekerja khususnya tentang hubungan kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
monotoni dengan kejenuhan pekerja di bagian spinning PT.
Tyfountex Indonesia Sukoharjo.
b. Bagi Peneliti
Meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang hubungan kerja
monotoni dan kejenuhan tenaga kerja.
c. Bagi Program Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Menambah referensi, data dan informasi di kepustakan Program
Diploma IV Keselamatan dan Kesehatan Kerja khususnya hubungan
kerja monotoni dengan kejenuhan kerja pada pekerja bagian
spinning PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo.
d. Bagi perusahaan
Menambah pengetahuan dan pengertian hubungan kerja monotoni
dengan kejenuhan kerja pada pekerja bagian spinning PT.
Tyfountex Indonesia Sukoharjo. Manfaat bagi pekerja agar mereka
tidak mengalami kejenuhan akibat kerja monotoni yang mereka
kerjakan. Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan
masukan bagi perusahaan itu sendiri untuk mengambil langkah
kebijakan dalam menunjang pelaksanaan kesehatan dan keselamatan
kerja dan perusahaan dapat melakukan pencegahan untuk mencegah
timbulnya penyakit atau mengurangi perkembangan penyakit-
penyakit yang telah terjadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kerja Monotoni
a. Pengertian
Monoton adalah sesuatu yang kita lakukan setiap hari dan
terus menerus (Hanjani, 2010). Kerja monoton adalah suatu
pekerjaan yang sifatnya rutin tanpa variasi yang akan menimbulkan
rasa bosan dan berkurangnya motivasi kerja (Mangkunegara, 2005).
Kerja monoton adalah suatu kerja yang berhubungan
dengan hal yang sama dalam periode atau waktu tertentu dan dalam
jangka waktu lama. Di Indonesia dimana sebagian industri dilakukan
dalam kapasitas yang besar dan menengah, jenis pekerjaan monotoni
banyak ditemukan. Namun tidak menutup kemungkinan juga
ditemukan pekerjaan monoton di industri kecil (Budiono dkk.,
2003).
Menurut Papu (2002), para pekerja yang setiap hari hanya
melakukan pekerjaan yang sama dan berulang-ulang serta berada
dalam lingkungan kerja yang relatif sama akan sangat mudah
menjadi bosan setelah menjalani pekerjaan tersebut dalam waktu
tertentu. Selain itu pekerjaan yang dianggap terlalu mudah atau tidak
sesuai dengan tingkatan pengetahuan, kemampuan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
ketrampilan yang dimiliki oleh seseorang juga akan cenderung
membuatnya mengalami kebosanan.
Menurut Djui & Setiasih (2001), kerja monoton adalah
kerja yang hanya kadang-kadang saja memerlukan perhatian dan
tanpa keterampilan akan menjurus kepada kebosanan, yang selalu
bersifat berulang-ulang, yang harus dilaksanakan tanpa
menenggang.
Menurut Djui & Setiasih (2001), saat mengerjakan tugas
yang sifatnya monoton, pada umumnya karyawan mengalami
penurunan semangat kerja dibandingkan pada jenis pekerjaan yang
bervariasi, oleh karena itu pekerjaan yang monoton secara tidak
disadari akan menimbulkan masalah kejenuhan, karyawan menjadi
malas dan merasa cepat lelah.
b. Penyebab Kerja Monotoni
Keadaan monotoni dapat berasal dari pekerjaan maupun
lingkungan kerja. Pekerjaan monoton bersifat berulang-ulang, rutin,
hanya kadang-kadang saja memerlukan perhatian dan lingkungan
kerja tidak menyenangkan baik dari penghuni maupun dari dekorasi
dan penataan ruangan (Papu, 2002).
c. Cara Mengatasi Kerja Monotoni
Menurut Papu (2002), cara mengatasi kerja monotoni dapat
dilakukan dengan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
1) Rotasi pekerjaan
Untuk memberikan kesempatan pada karyawan untuk
menambah kemampuan dan keahliannya.
2) Pembinaan dan pemeliharan semangat karyawan yang pada
akhirnya mempengaruhi komitmen karyawan itu terhadap
perusahaan.
3) Pekerja diberi tanggung jawab untuk mengerjakan beberapa
pekerjaan yang berbeda dengan pekerjaan sebelumnya.
4) Job enlargement atau perluasan kerja
Yaitu desain pekerjaan teknik di mana jumlah tugas yang terkait
dengan pekerjaan meningkat dan pelatihan sesuai yang
disediakan untuk menambahkan variasi yang lebih besar untuk
kegiatan, sehingga mengurangi monoton.
5) Pemberian musik saat bekerja
Pada pekerjaan yang monotoni, musik dapat mempunyai efek
yang merangsang dan meningkatkan prestasi. Irama musik yang
terarah dapat juga mempengaruhi otak untuk kerja bersemangat
dan meningkatkan prestasi.
d. Pengukuran Kerja Monotoni
Pengukuran kerja monotoni dilakukan dengan menggunakan
kuesioner kerja monotoni. Terdapat 10 rangkaian pertanyaan yang
diajukan pada responden. Skoring kuesioner kerja monotoni adalah
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
1) Pertanyaan 1 – 5 : jika jawaban Ya, maka bernilai 2 dan jika
jawaban tidak, maka bernilai 1.
2) Pertanyaan 6 – 10 : jika jawaban Ya, maka bernilai 1 dan jika
jawaban tidak maka bernilai 2.
Dari hasil penilaian tersebut maka kerja monotoni dibagi menjadi 2
kategori yaitu :
1) Jika jumlah skor 10 – 15 = responden tidak mengalami kerja
monotoni
2) Jika jumlah skor 16 – 20 = responden mengalami kerja
monotoni
2. Job Burnout (Kejenuhan Kerja)
a. Pengertian
Ketidaknyamanan kerja dan tugas rutin berhubungan
dengan kebosanan. Kebosanan yang terjadi di dalam lingkup
pekerjaan disebut juga dengan kebosanan kerja (Simamora, 2004).
Job Burnout adalah kondisi kelelahan fisik, mental, dan
emosional yang muncul sebagai konsekuensi dari ketidaksesuaian
antara kondisi karyawan dengan pekerjaannya (Gunarsa, 2004).
Maslach & Leiter (1997), mendefinisikan job burnout sebagai
keletihan fisik dan mental secara perlahan yang diiringi dengan
hilangnya komitmen kerja serta munculnya sikap sinis kepada rekan
kerja mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Pines dan Aronson (1989) seperti dikutip oleh Sutjipto
(2002) dalam artikelnya yang mendefinisikan job burnout sebagai
kelelahan secara fisik, mental dan emosional. Job Burnout dialami
oleh seseorang yang bekerja menghadapi tuntutan dari
klien/pelanggan, tingkat keberhasilan dari pekerjaan rendah dan
kurangnya penghargaan yang memadai terhadap kinerjanya. Situasi
menghadapi klien ini menggambarkan keadaan yang menuntut
secara emosional (emotionally demanding). Pada akhirnya dalam
jangka panjang seseorang akan mengalami kelelahan, karena ia
berusaha memberikan sesuatu secara maksimal, namun memperoleh
apresiasi yang minimal.
Burnout merupakan sindrom berhubungan dengan kerja
yang paling sering mempengaruhi profesional pelayanan publik
(Togia, 2005). Menurut Poerwandari (2010), job burnout adalah
kondisi seseorang yang terkuras habis dan kehilangan energi psikis
maupun fisik. Biasanya burnout dialami dalam bentuk kelelahan
fisik, mental dan emosional yang terus menerus.
Seorang tenaga kerja yang merasa sangat bosan atau jenuh
dengan pekerjaanya akan dapat muncul suatu ketegangan, rasa
lemah, cepat marah, sulit berkonsentrasi maupun sulit bekerja secara
efektif (Anoraga, 1998).
Suatu pekerjaan agar tidak menimbulkan kebosanan, tidak
hanya ditentukan oleh kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
oleh pekerja atau karyawan saja, tetapi juga dipengaruhi oleh
penguasaan prosedur kerja, uraian kerja (job description) yang jelas,
persyaratan jabatan (job specification) yang jelas untuk mendukung
uraian jabatan tersebut, peralatan yang tepat atau sesuai lingkungan
kerja dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Papu (2002), banyak perusahaan yang melakukan
tindakan pencegahan kebosanan kerja untuk membuat para pekerja
tidak merasa bosan dan jenuh dengan kegiatan yang harus dilakukan
sehari-hari, dengan cara melakukan rotasi kerja, melibatkan pekerja
dalam pengambilan keputusan, melaksanakan company gathering,
memberikan kesempatan untuk melakukan cuti dan masih banyak
lagi hal lainnya.
b. Proses Terjadinya Job Burnout
Proses job burnout dimulai dari adanya ketidakcocokan
antara karakteristik karyawan dengan lingkungan dan desain
pekerjaan ataupun kebijakan organisasi. Kondisi seperti ini
mengakibatkan terjadinya erosi dalam keterlibatan kerja. Tugas-
tugas yang semula tampak menyenangkan dan memberi makna
penting kini mulai dirasakan tidak menyenangkan dan tidak berarti.
Terjadinya erosi dalam keterlibatan kerja biasanya diiringi oleh
munculnya perasaan yang tidak nyaman. Pada tahap ini, perasaan
antusias, dedikasi, kenikmatan bekerja mulai hilang dan berganti
dengan kemarahan dan kecemasan. Pada akhirnya, kondisi tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
menurunkan efisensi dan efektivitas pelaksanaan tugas (Gunarsa,
2004).
c. Gejala Job Burnout
Gejala-gejala job burnout adalah gejala yang tidak biasa
dan sulit untuk dijelaskan (Potter, 2005). Job Burnout adalah
hilangnya gairah dalam bekerja sehingga yang terkena burnout
menjadi tidak mampu bekerja. Job Burnout tidak terjadi dalam
waktu singkat. Ini adalah proses kumulatif, dimulai dengan tanda
peringatan kecil, yang ketika diabaikan bisa berkembang menjadi
kondisi yang serius. Potter (2005) menjelaskan gejala job burnout
meliputi :
1) Emosi Negatif.
Terkadang perasaan marah, depresi, frustasi, ketidakpuasan dan
kegelisahan merupakan bagian normal dari kehidupan dan
bekerja. Akan tetapi pada orang yang terperangkap dalam siklus
burnout emosi negatif ini lebih sering terjadi sehingga lama-
kelamaan menjadi kronis. Dalam tahap-tahap selanjutnya
terlihat kecemasan, rasa bersalah, ketakutan yang kemudian
menjadi depresi.
2) Frustasi
Perasaan frustasi di dunia kerja dalam sebagian besar waktu
bekerja dan dalam melaksanakan tanggung jawab pekerjaan
merupakan gejala awal job burnout. Namun banyak korban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
burnout menyalahkan diri dengan menunjukkan mereka frustasi
atas kegagalan mereka sendiri.
3) Depresi
Perasaan depresi mendalam hampir sama dengan kelelahan
emosional dan spiritual dimana individu merasa seperti
kehabisan energi. Depresi terjadi sebagai respon terhadap situasi
pekerjaan, hal itu dapat menjadi masalah dalam diri individu
yang menyebabkan gangguan kesehatan.
Maslach dan Leiter (1997) mengungkapkan bahwa gejala burnout
dapat dikategorikan dalam tiga gejala, yaitu :
1) Exhaustion
Exhaustion merupakan gejala job burnout yang ditandai oleh
perasaan letih berkepanjangan baik secara fisik, mental dan
emosional. Ketika seseorang mengalami exhaustion, mereka
merasakan energinya seperti terkuras habis dan perasaan
"kosong" yang tidak dapat diatasi lagi.
2) Cynicism
Cynicism mencerminkan adanya sikap yang sinis terhadap
orang-orang yang berada dalam lingkungan pekerjaan dan
kecenderungan menarik diri serta mengurangi keterlibatan diri
dalam bekerja. Perilaku tersebut diperlihatkan sebagai upaya
untuk melindungi diri dari perasaan kecewa, penderitanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
menganggap dengan berperilaku tersebut akan aman dan
terhindar dari ketidakpastian dalam pekerjaan.
3) Ineffectiveness
Ineffectiveness mencerminkan adanya perasaan tidak berdaya,
tidak mampu melakukan tugas dan menganggap tugas yang
dibebankan terlalu berlebihan sehingga tidak sanggup lagi
menerima tugas yang baru. Seiring dengan hal tersebut
penderitanya juga merasakan kehilangan kepercayaan terhadap
orang lain. Mereka merasa ide-idenya tidak memperoleh tempat
lagi sehingga timbul perasaan tidak berguna.
d. Pengukuran Job Burnout
Maslach dan Leiter (1997) mengatakan bahwa job burnout
dapat diukur dengan menggunakan Maslach Burnout Inventory
(MBI). Maslach Burnout Inventory dapat digunakan untuk
mengukur level job burnout pada pekerja unit spinning di PT
Tyfountex Indonesia Sukoharjo dengan meminta mereka memilih
jawaban yang paling mendekati dengan apa yang mereka rasakan
dengan skala 1 – 10 yang berisi tingkat Tidak Setuju (=0) sampai
Setuju (=10).
Rangkaian dua puluh pertanyaan ini diajukan kepada
responden untuk mengetahui frekuensi terjadinya tiga aspek dari
sindrom Burnout sebagaimana yang diidentifikasi oleh Maslach
yaitu kejenuhan fisik, kejenuhan emosional atau Depersonalisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dan Pencapaian Diri/Personal. Berdasarkan perhitungan jumlah nilai
keseluruhan dibagi 20, maka pengukuran tingkat burnout dibagi
menjadi 4 (empat) kategori berdasarkan jumlah angka yang
dihasilkan dari jawaban pertanyaan-pertanyaan diatas, sebagai
berikut :
1) 0 – 2 (Tingkat kejenuhan ringan)
Tingkatan ini menunjukan bahwa seseorang merasa cukup
bahagia. Skor yang rendah adalah skor yang bagus yang
menunjukan bahwa seseorang dapat mengatasi stress dengan baik.
Walaupun seseorang mengalami stress tetapi ia dapat mengelola
stress dengan baik dan dapat membuat hidupnya berimbang.
Orang-orang pada tingkatan skor ini tidak akan mudah naik pitam
dan akan menerima stress yang dialami dalam perjalanan hidup.
2) 3 – 5 (Tingkat kejenuhan sedang)
Tingkatan ini menunjukan perlunya memonitor situasi yang
dihadapi dan pengambilan tindakan jika keadaan yang dihadapi
menjadi lebih buruk. Walaupun tidak perlu diberi peringatan,
namun orang pada tingkatan ini perlu meluangkan waktu untuk
merefleksi tindakan yang telah diambil untuk mempertimbangkan
penyebab stress yang dihadapi, apakah semakin mudah atau
semakin sukar ditangani.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
3) 6 – 8 Sinyal Kuning (Tingkat kejenuhan berat)
Orang-orang pada tingkatan ini cenderung mudah terkena
burnout. Sebaiknya berhenti sejenak dari kegiatan-kegiatannya
untuk menentukan prioritas kegiatan dan menghilangkan
beberapa penyebab stress. Orang pada tingkatan ini perlu
memeriksakan kesehatan, meninjau kembali tujuan hidup,
keseimbangan antara kerja dan hiburan dan sistem dukungan
sosial yang dimilikinya (keluarga, teman dan jaringan sosial
lainnya).
4) 9 – 10 Sinyal Merah (Tingkat kejenuhan sangat berat)
Mereka yang mendapatkan skor pada tingkatan ini sebaiknya
berhenti untuk istirahat. Mereka membutuhkan konsultasi dan
nasihat, baik medis maupun psikologis agar terhindar dari kondisi
kehilangan kendali. Ia memerlukan istirahat serta menilai kembali
hidup dan pekerjaannya. Perolehan skor di tingkatan ini
menunjukkan bahwa ia sedang dalam tekanan stres berlebihan
dalam waktu yang menerus dan sudah cukup lama. Perlu
diwaspadai bahwa manusia mempunyai batas toleransi fisik dan
mental. Diperlukan langkah-langkah konkrit untuk
menanggulangi sinyal-sinyal bahaya yang timbul, misalnya
dengan berkonsultasi intensif dengan profesional dan
mendapatkan dukungan penuh berkesinambungan dari keluarga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
dan jaringan sosial yang dimilikinya untuk mendapatkan masukan
dan kemudian menentukan arahan masa depan hidup selanjutnya.
3. Kinerja Tenaga Kerja
Mangkunegara (2004) mendefinisikan kinerja adalah hasil kerja
yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Sulistiyani dan Rosidah (2003) menyatakan kinerja
seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan
kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Secara definitif
Bernandin dan Russell (1993) dalam Sulistiyani dan Rosidah (2003) juga
mengemukakan kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan, serta waktu.
Kinerja sebagai hasil-hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang
atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai
faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu
(Tika, 2006). Kinerja mengacu pada prestasi karyawan yang diukur
berdasarkan standar atau kriteria yang ditetapkan perusahan. Pengertian
kinerja atau prestasi kerja diberi batasan sebagai kesuksesan seseorang di
dalam melaksanakan suatu pekerjaan (Moh As’ad, 2003). Kinerja adalah
"succesfull role achievement" yang diperoleh seseorang dari perbuatan-
perbuatannya (Moh As’ad, 2003).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Menurut Rivai dan Basri (2005), pengertian kinerja adalah
kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu
kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawab dengan
hasil seperti yang diharapkan.
Menurut Bambang dan Waridin (2005), kinerja merupakan
perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dengan standar
yang telah ditentukan. Sedangkan menurut Hakim (2006) mendefinisikan
kinerja sebagai hasil kerja yang dicapai oleh individu yang disesuaikan
dengan peran atau tugas individu tersebut dalam suatu perusahaan pada
suatu periode waktu tertentu, yang dihubungkan dengan suatu ukuran
nilai atau standar tertentu dari perusahaan dimana individu tersebut
bekerja. Kinerja merupakan perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh
pegawai dengan standar yang telah ditentukan (Masrukhin dan Waridin,
2006).
Sedangkan pengertian dari penilaian kinerja adalah menilai rasio
hasil kerja nyata dari standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan
setiap karyawan (Hasibuan, 2005). Sikula (1998) dalam Hasibuan (2005)
juga menyatakan penilaian kinerja adalah evaluasi yang sistematis
terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan dan ditujukan
untuk pengembangan. Yoder (1999) dalam Hasibuan (2005)
mendefinisikan penilaian kinerja merupakan prosedur yang formal
dilakukan di dalam organisasi untuk mengevaluasi pegawai dan
sumbangan serta kepentingan bagi pegawai. Penilaian Kinerja menurut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Sastrohadiwiryo (2003) adalah suatu kegiatan yang dilakukan
manajemen atau penyelia.
Faktor penyebab menurunnya kinerja menurut Nitisemito (2000)
yaitu :
a. Pencapaian target pekerjaan (Quantity of work)
b. Ketepatan dan ketelitian (Quality of work)
c. Keterampilan pegawai (Job knowledge)
d. Ide atau gagasan pegawai pegawai (Creativeness)
e. Kerjasama pegawai (Cooperation)
f. Dapat dipercaya (Dependability)
g. Semangat dalam mengerjakan tugas & bertanggung jawab
(Initiative)
h. Kepribadian dan keramahtamahan (Personal qualities)
4. Hubungan antara Kerja Monotoni dengan Kejenuhan Kerja
Pekerjaan yang monoton dapat menimbulkan kejenuhan yang
pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kinerja tenaga kerja (Widajati,
2006). Kerja monotoni mempengaruhi kejenuhan kerja secara mental dan
fisik antara lain semangat kerja menurun, kurang fokus dalam bekerja,
penurunan kekuatan kerja dan kelelahan otot (Papu, 2002).
Faktor-faktor penyebab burnout secara lebih rinci, Maslach dan
Leiter (1997) mengungkapkan bahwa sumber atau penyebab terjadinya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
burnout dapat ditelusuri kedalam lima macam bentuk ketidaksesuaian
antara orang dan pekerjaannya, yaitu :
a. Kelebihan beban kerja
b. Kurangnya kontrol
c. Terganggunya komunikasi dengan pekerja lain dalam pekerjaan
d. Hilangnya keadilan dalam organisasi pekerjaan
e. Konflik antar pekerja
Sedangkan faktor-faktor internal penyebab terjadinya burnout
menurut Maslach dan Leiter (1997) antara lain:
a. Umur
b. Jenis kelamin
c. Masa kerja
Menurut Nurjayadi (2004) ada tiga faktor penyebab kejenuhan
kerja secara eksternal :
a. Beban kerja
b. Lingkungan
c. Organisasi
Selain faktor eksternal tersebut, Nurjayadi (2004) juga
mengungkapkan ada tiga kelompok faktor-faktor yang dapat dikaitkan
dengan burnout, yaitu :
d. Faktor situasional atau karakteristik pekerjaan
Ada beberapa faktor situasi kerja yang terbukti berpengaruh, yaitu :
1) Beban kerja fisik secara kuantitatif dan kualitatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2) Kurangnya sumber-sumber pemenuhan tugas (miskinnya
fasilitas kerja)
3) Minimnya dukungan sosial terutama dari atasan
e. Faktor organisasional
Faktor ini menyangkut perlakuan organisasi, proses atau mekanisme
pekerjaan, hierarki posisi dan nilai-nilai organisasi. Schaufeli dan
Buunk (2003) mengungkapkan bahwa ketidakpuasan kerja secara
konsisten memperlihatkan hubungan yang positif dengan kejenuhan
kerja. Tampaknya kepuasan kerja merupakan faktor yang sangat
relevan untuk memprediksi kejenuhan kerja.
f. Faktor individual/ kepribadian
Schaufeli dan Buunk (2003) mengemukakan bahwa faktor
kepribadian yang terkait dengan kejenuhan kerja antara lain adalah :
1) Kurangnya ketangguhan (lack of hardiness)
2) Penempatan kontrol diri yang berorientasi eksternal
3) Perilaku tipe A (cepat, tergesa-gesa dan tidak dapat bekerja
secara pelan)
4) Kurangnya kontrol diri
5) Harga diri yang rendah.
Di samping faktor kepribadian, Schaufeli dan Buunk (2003)
menyatakan bahwa kejenuhan kerja juga dipengaruhi oleh faktor
demografi. Keduanya menyatakan bahwa sindrom burnout di
Amerika banyak dialami oleh mereka yang berada pada usia
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
produktif (30-40 tahun) dengan pengalaman kerja yang relatif
sedikit, namun Schaufeli dan Buunk sendiri merasa belum yakin
dengan temuan tersebut. Pembagian distribusi umur pekerja spinning
pada umur lebih dari 40 tahun, kekuatan fisik biasanya telah
menurun sehingga kegiatan yang dilakukan juga menurun
(Horrington, 2005 dalam Pertiwi, 2010).
Sementara jenis kelamin masih dianggap sebagai prediktor
yang bias. Pada awalnya diasumsikan bahwa burnout akan lebih
banyak dialami oleh wanita mengingat gejala utamanya berkaitan
dengan aspek emosi. Pernyataan ini didukung oleh Ivancevich, dkk
(2005), yang menyatakan bahwa wanita cenderung mengalami
burnout daripada pria, dan pekerja yang tidak menikah lebih
mungkin untuk mengalami burnout daripada pekerja yang menikah.
B. Kerangka Pemikiran
Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Faktor penyebab
eksternal :
1. Beban kerja
2. Lingkungan kerja
3. Organisasi
Kerja monoton
Faktor penyebab internal :
1. Jenis Kelamin
2. Umur
3. Masa kerja
Kejenuhan kerja
Secara fisiologis :
1. Penurunan kekuatan kerja
2. Kelelahan otot
3.
Secara Psikologis :
1. Semangat kerja menurun
2. Kurang fokus dalam
bekerja
3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
C. Hipotesis
Ada hubungan antara kerja monotoni dengan kejenuhan kerja pada
pekerja bagian spinning di PT Tyfountex Indonesia Sukoharjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik
yaitu penelitian yang mencari hubungan antar variabel kemudian dilakukan
analisis terhadap data yang telah terkumpul. Berdasarkan pendekatannya,
maka penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional untuk
mengukur variabel bebas dan variabel terikat secara bersamaan (Chandra,
2008).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo bagian
spinning dimulai pada bulan Mei-Juni 2012. Estimasi durasi penelitian
selama 1 bulan bergantung pada keadaan dan situasi pekerja (kondisional).
C. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subyek yang diteliti (Arikunto, 2002). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja bagian spinning PT. Tyfountex
Indonesia Sukoharjo yang berjumlah 153 pekerja.
D. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pemilihan
sekelompok subjek dengan jumlah yang telah ditentukan terlebih dahulu
berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
E. Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian individu atau wakil populasi yang diteliti. Untuk
menentukan ukuran sampel dari suatu populasi digunakan rumus :
( )
Keterangan :
n = Ukuran sampel
N = Ukuran populasi
d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan 5%
(Notoatmodjo, 2002)
n = 153
1 + 153 (0,12)
= 60
Sampel penelitian yang didapatkan yaitu pekerja sebanyak 60.
Kemudian dilakukan inklusi dengan hasil 42 pekerja, dengan kriteria sebagai
berikut :
1. Kriteria inklusi ialah subjek dimana peneliti menjadikan subjek ini
sebagai sampel, dengan kriteria sebagai berikut :
a. Jenis kelamin : perempuan
b. Umur : 20 – 40 tahun
c. Masa kerja : < 5 tahun dan > 5 tahun
2. Kriteria eksklusi ialah subjek dimana peneliti tidak menjadikan subjek ini
kedalam sampel.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
F. Desain Penelitian
G. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah karakteristik subyek penelitian yang berubah dari
satu subyek ke subyek lainnya (Notoatmodjo, 2002).
Dalam penelitian ini variabel-variabelnya adalah sebagai berikut :
1. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi terhadap segala
sesuatu gejala. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kerja monoton.
2. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang akan dipengaruhi oleh variabel
bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejenuhan kerja.
Populasi
Purposive Sampling
Sampel
Kerja Monotoni
1. Kategori Monoton
2. Kategori Tidak Monoton
Kejenuhan Kerja
1. Kategori Ringan
2. Kategori Sedang
3. Kategori Berat
4. Kategori Sangat Berat
Spearman Rho
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
3. Variabel pengganggu
Variabel pengganggu adalah variabel yang tidak dipakai atau tidak
diteliti. Variabel pengganggu dalam penelitian ini ada dua, yaitu:
a. Variabel pengganggu terkendali : jenis kelamin, umur dan masa kerja.
b. Variabel pengganggu tidak terkendali : beban kerja, lingkungan kerja
dan organisasi.
H. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Kerja Monotoni
Kerja monotoni adalah pekerjaan yang dilakukan setiap hari dan terus
menerus oleh tenaga kerja pada bagian spinning PT. Tyfountex Indonesia
Sukoharjo.
Alat ukur : Kuesioner kerja monotoni
Cara pengukuran : Membagikan kuesioner pada pekerja
yang telah terpilih.
Kategori :
a. Monotoni : skor 16 - 20
b. Tidak monotoni : skor 10 – 15
Skala pengukuran : Interval
2. Kejenuhan kerja
Kejenuhan kerja adalah kondisi kelelahan fisik, mental dan emosional
yang muncul sebagai konsekuensi dari ketidaksesuaian antara kondisi
karyawan dengan pekerjaannya pada pekerja bagian spinning PT.
Tyfountex Indonesia Sukoharjo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Alat ukur : Kuesioner MBI
Cara Pengukuran : Membagikan kuesioner pada pekerja
yang telah terpilih secara acak
Kategori :
c. Ringan : 0 - 2
d. Sedang : 3 - 5
e. Berat : 6 - 8
f. Sangat Berat : 9 - 10
Skala pengukuran : Interval
3. Jenis kelamin
Jenis kelamin adalah identitas seseorang, laki-laki atau perempuan yang
dapat kita lihat secara visual
Alat ukur : kuesioner identitas diri pekerja
Cara pengukuran : pengisian kuesioner penjaringan sampel
dan identitas diri tenaga kerja
Kategori : perempuan
Skala pengukuran : nominal
4. Umur
Umur adalah waktu yang dihitung berdasarkan tahun kelahiran hingga
saat penelitian dilakukan, yang dihitung dalam tahun.
Alat ukur : kuesioner identitas diri pekerja
Cara pengukuran : pengisian kuesioner penjaringan sampel
dan identitas diri tenaga kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Kategori : 20 - 40
Skala pengukuran : nominal
5. Masa kerja
Masa kerja adalah waktu yang dihitung berdasarkan tahun pertama
tenaga kerja mulai bekerja hingga saat penelitian dilakukan, yang
dihitung dalam tahun.
Alat ukur : kuesioner identitas diri pekerja
Cara pengukuran : pengisian kuesioner penjaringan sampel
dan identitas diri tenaga kerja
Kategori : < 5 tahun dan > 5 tahun
Skala pengukuran : nominal
I. Alat dan Bahan Penelitian
1. Lembar Observasi
Lembar observasi untuk melakukan pengamatan dalam rangka
mendapatkan data atau fakta yang terjadi di lapangan, berkaitan dengan
pekerjaan monotoni pada karyawan bagian spinning PT. Tyfountex
Indonesia Sukoharjo.
2. Kuesioner kerja monotoni
3. Kuesioner kejenuhan kerja yaitu Maslach Burnout Inventory (MBI)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
J. Cara Kerja Penelitian
1. Tahap Persiapan
Pembuatan surat ijin dari program studi untuk melakukan penelitian,
melakukan survey awal di perusahaan, pembuatan kuesioner kerja
monotoni dan kejenuhan kerja yaitu Maslach Burnout Inventory (MBI).
Menyusun proposal skripsi dan melaksanakan ujian proposal skripsi.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian ke
pihak perusahaan.
b. Menyerahkan surat ijin untuk melakukan survey awal penelitian
pada perusahaan.
c. Mendapatkan ijin dari perusahaan
d. Melakukan survey awal dengan mengambil sampel 5 orang untuk
mengisi kuesioner penelitian dan wawancara.
e. Dengan mengetahui hasil kuesioner dari sampel penelitian saat
survey awal, maka penelitian dilanjutkan.
f. Menyebarkan kuesioner ke 60 responden
g. Melakukan pengamatan selama proses kerja, yaitu mengamati
responden selama bekerja.
3. Tahap Akhir
a. Pengumpulan kuesioner kemudian memberi skor dan memasukkan
hasil skoring ke dalam kategori yang sudah ditentukan oleh peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
b. Setelah ditentukan skoring masing-masing responden, selanjutnya
dilakukan pengolahan data
c. Analisa data dengan Spearman Rho.
d. Penyusunan laporan skripsi.
K. Teknik Analisis Data
Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik
Spearman Rho dengan menggunakan program komputer SPSS versi 16.0,
dengan interpretasi hasil menurut Sopiyudin (2011) adalah sebagai berikut :
1. Jika p value < 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.
2. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan
Uji korelasi menunjukan arah korelasi :
1. Jika nilai r bertanda + (positif), berarti korelasi searah, maka semakin
besar nilai satu variabel, semakin besar pula nilai variabel yang lain.
2. Jika nilai r bertanda – (negatif), berarti korelasi berlawanan arah, maka
semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil nilai variabel yang lain.
Untuk mengetahui kekuatan hubungan (korelasi) antar kedua variabel dapat
digunakan dasar sebagai berikut :
1. Jika nilai r antara 0,00 – 0, 199 : sangat lemah
2. Jika nilai r antara 0,20 – 0,399 : lemah
3. Jika nilai r antara 0,40 – 0,599 : sedang
4. Jika nilai r antara 0,60 – 0,799 : kuat
5. Jika nilai r antara 0,80 – 1, 000 : sangat kuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum
PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo didirikan pada tahun 1973 dengan
alamat Desa Gumpang Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo Provinsi
Jawa Tengah. PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo merupakan industri tekstil
integrated (pabrik tekstil terpadu) yang memproduksi mulai dari spinning
(pemintalan), weaving (penenunan), dying (pencelupan), sampai garment
(pakaian jadi).
Untuk meningkatkan produktivitas kerja, PT. Tyfountex Indonesia
Sukoharjo telah melakukan upaya seperti memperbaiki kinerja pekerja
melalui rotasi kerja pada saat bekerja agar pekerjaan tidak monotonI dan
menyebabkan kejenuhan, tetapi ditemukan sebagian besar pekerja pada
bagian spinning yang masih mengalami kerja monoton yang pada akhirnya
mengalami kejenuhan kerja.
Pekerjaan yang dirasakan monotonI yang harus dikerjakan setiap hari
dalam bentuk yang sama, berulang–ulang, serta pelaksanaan kegiatan yang
tidak menarik dapat menyebabkan seorang pekerja atau karyawan bersikap
bosan, acuh, dan tidak bergairah melakukan pekerjaannya. Kebosanan
memiliki dampak terhadap produktivitas atau kinerja karyawan, yang pada
akhirnya juga merupakan masalah bagi perusahaan ataupun organisasi.
Apabila tidak ditanggulangi dengan segera, pada awalnya kebosanan dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
mengurangi produktivitas, tetapi lama kelamaan juga dapat berpotensi
mengakibatkan kecelakaan kerja.
B. Karakteristik Subjek Penelitian
1. Umur
Hasil penelitian terhadap pekerja spinning PT.Tyfountex Indonesia
Sukoharjo diperoleh data umur sebagai berikut :
Tabel 1. Data umur subjek
No. Kode Subjek Umur (Tahun)
1. A 32
2. B 29
3. C 39
4. D 21
5. E 22
6. F 40
7. G 38
8. H 32
9. I 24
10. J 22
11. K 33
12. L 20
13. M 22
14. N 27
15. O 35
16. P 39
17. Q 40
18. R 28
19. S 40
20. T 24
21. U 25
22. V 37
23. W 27
24. X 26
25. Y 25
26. Z 40
27. AB 30
28. AC 22
29. AD 34
30. AE 37
Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
31. AF 32
32. AG 37
33. AH 31
34. AI 33
35. AJ 32
36. AK 40
37. AL 39
38. AM 36
39. AN 34
40. AO 34
41. AP 31
42. AQ 38
Rata-rata 32
Standar Deviasi 6,35
Range 20 – 40
Sumber : Data Primer, 2012
Tabel 2. Distribusi Umur Responden Bagian Spinnning
P.T. TYFOUNTEX INDONESIA 2012
Umur (th) Bagian Spinning
Frekuensi Persentase (%)
20 – 25 10 23,8
26 – 30 5 11,9
31 – 35 13 31
36 – 40 14 33,3
Jumlah 42 100
Sumber : Data Primer, 2012
2. Jenis Kelamin
Seluruh sampel jenis kelamin dalam penelitian ini adalah perempuan.
3. Masa Kerja
Hasil penelitian terhadap pekerja spinning PT.Tyfountex Indonesia
Sukoharjo diperoleh data masa kerja sebagai berikut :
Sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Tabel 3. Data masa kerja subjek
No. Kode Subjek Masa kerja (Tahun)
1. A 11
2. B 7
3. C 10
4. D 2
5. E 2
6. F 15
7. G 12
8. H 15
9. I 3
10. J 1
11. K 8
12. L 1
13. M 3
14. N 6
15. O 15
16. P 14
17. Q 15
18. R 8
19. S 14
20. T 2
21. U 6
22. V 13
23. W 6
24. X 5
25. Y 5
26. Z 15
27. AB 9
28. AC 2
29. AD 12
30. AE 14
31. AF 15
32. AG 11
33. AH 10
34. AI 11
35. AJ 13
36. AK 13
37. AL 12
38. AM 14
39. AN 7
40. AO 13
41. AP 8
42. AQ 12
Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Rata-rata 9
Standar deviasi 4,67
Range 2 - 15
Sumber : Data Primer, 2012
Tabel 4. Distribusi Masa Kerja Responden Bagian Spinnning
P.T. TYFOUNTEX INDONESIA 2012
Masa Kerja
(th)
Bagian Spinning
Frekuensi Persentase (%)
<5 9 21,42
>5 33 78,57
Jumlah 42 100
Sumber : Data Primer, 2012
C. Hasil Pengukuran Kerja Monotoni
Pengukuran kerja monotoni dilakukan dengan menggunakan kuesioner
kerja monotoni dengan penilaian :
a. 10 – 15 : Subjek tidak merasakan adanya kerja monoton
b. 16 – 20 : Subjek merasakan adanya kerja monoton
Dari penilain tersebut diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 5. Data kerja monotoni subjek
No. Kode Subjek Skor Kerja
Monoton
Kategori
1. A 17 Monoton
2. B 19 Monoton
3. C 18 Monoton
4. D 11 Tidak monoton
5. E 13 Tidak monoton
6. F 20 Monoton
7. G 16 Monoton
8. H 19 Monoton
9. I 16 Monoton
10. J 14 Tidak monoton
11. K 18 Monoton
12. L 12 Tidak monoton
Bersambung
Sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
13. M 10 Tidak monoton
14. N 15 Tidak monoton
15. O 17 Monoton
16. P 19 Monoton
17. Q 16 Monoton
18. R 18 Monoton
19. S 19 Monoton
20. T 12 Tidak monoton
21. U 13 Tidak monoton
22. V 17 Monoton
23. W 11 Tidak monoton
24. X 19 Monoton
25. Y 14 Tidak monoton
26. Z 20 Monoton
27. AB 14 Tidak monoton
28. AC 12 Tidak monoton
29. AD 13 Tidak monoton
30. AE 11 Tidak monoton
31. AF 12 Tidak monoton
32. AG 12 Tidak monoton
33. AH 14 Tidak monoton
34. AI 17 Monoton
35. AJ 16 Monoton
36. AK 13 Tidak monoton
37. AL 18 Monoton
38. AM 16 Monoton
39. AN 12 Tidak monoton
40. AO 16 Monoton
41. AP 18 Monoton
42. AQ 19 Monoton
Rata-rata 15
Standar deviasi 2,99
Range 10 – 20
Sumber : Data Primer, 2012
Sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Tabel 6. Distribusi Kerja Monoton Responden Bagian Spinnning
P.T. TYFOUNTEX INDONESIA 2012
Kategori
Pekerjaan
Bagian Spinning
Frekuensi Persentase (%)
Monoton 23 54,76
Tidak monoton 19 45,23
Jumlah 42 100
Sumber : Data Primer, 2012
D. Hasil Pengukuran Kejenuhan Kerja
Pengukuran kejenuhan kerja dilakukan dengan menggunakan
kuesioner dengan penilaian sebagai berikut :
1. 0 – 2 = Kategori kejenuhan kerja ringan
2. 3 – 5 = Kategori kejenuhan kerja sedang
3. 6 – 8 = Kategori kejenuhan kerja berat
4. 9 – 10 = Kategori kejenuhan kerja sangat berat
Dari hasil penilaian tersebut diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Responden yang mengalami kejenuhan ringan : 14 orang
2. Responden yang mengalami kejenuhan sedang : 8 orang
3. Responden yang mengalami kejenuhan berat : 17 orang
4. Responden yang mengalami kejenuhan sangat berat : 3 orang
Dari penilaian tersebut diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 7. Data kejenuhan kerja subjek
No. Kode Subjek Total Skor Kategori
1. A 126 Berat
2. B 28 Ringan
3. C 160 Berat
4. D 40 Ringan
5. E 30 Ringan
Bersambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
6. F 145 Berat
7. G 136 Berat
8. H 185 Sangat Berat
9. I 140 Ringan
10. J 35 Ringan
11. K 87 Sedang
12. L 35 Ringan
13. M 40 Ringan
14. N 82 Sedang
15. O 143 Berat
16. P 65 Sedang
17. Q 140 Berat
18. R 80 Sedang
19. S 125 Berat
20. T 25 Ringan
21. U 40 Ringan
22. V 160 Berat
23. W 23 Ringan
24. X 60 Sedang
25. Y 120 Berat
26. Z 145 Berat
27. AB 135 Berat
28. AC 20 Ringan
29. AD 25 Ringan
30. AE 40 Ringan
31. AF 25 Ringan
32. AG 85 Sedang
33. AH 100 Sedang
34. AI 160 Berat
35. AJ 143 Berat
36. AK 63 Sedang
37. AL 126 Berat
38. AM 140 Berat
39. AN 180 Sangat berat
40. AO 190 Sangat Berat
41. AP 125 Berat
42. AQ 160 Berat
Rata-rata 98
Standar deviasi 54,43
Range 20 - 190
Sumber : Data Primer, 2012
Sambungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Tabel 8. Distribusi Kejenuhan Kerja Responden Bagian Spinnning
P.T. TYFOUNTEX INDONESIA 2012
Kategori
Kejenuhan
Kerja
Bagian Spinning
Frekuensi Persentase (%)
Ringan 14 33,33
Sedang 8 19,05
Berat 17 40,48
Sangat berat 3 7,14
Jumlah 42 100
Sumber : Data Primer, 2012
E. Uji Univariat
1. Hubungan Masa Kerja terhadap Kejenuhan Kerja di Bagian Spinning
Tabel 9. Korelasi masa kerja dengan kejenuhan kerja
Correlations
masa kerja
kejenuhan
kerja
Spearman's
rho
masa kerja Correlation Coefficient 1.000 .521**
Sig. (2-tailed) . .000
N 42 42
kejenuhan
kerja
Correlation Coefficient .521** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 42 42
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan analisa dengan menggunakan uji statistik Pearson product
moment diperoleh bahwa hubungan antara umur dengan kejenuhan kerja
adalah signifikan dengan nilai p = 0,000. Sedangkan untuk kekuatan
korelasinya adalah sedang yaitu dengan nilai r = 0,521 dan arah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
korelasinya adalah positif (+) yang berarti searah yaitu semakin lama
masa kerja maka semakin kejenuhan kerja semakin meningkat.
2. Uji Hubungan Kerja Monoton Terhadap Kejenuhan Kerja di Bagian
Spinning
Skala pengukuran dan analisa yang digunakan pada variabel kerja
monotoni maupun variabel kejenuhan kerja adalah interval. Setelah
dilakukan uji normalitas data dengan uji Saphiro Wilk pada variabel kerja
monoton diperoleh nilai p = 0,015, yang berarti < 0,05 sehingga data
tersebut berdistribusi tidak normal. Dan pada uji normalitas data pada
variabel kejenuhan kerja dengan menggunakan uji Saphiro Wilk
diperoleh nilai 0,002. Sehingga data berdistribusi tidak normal maka
dilakukan uji korelasi Non Parametrik yaitu uji Spearman Rho.
Berdasarkan uji korelasi antara kerja monotoni dengan kejenuhan
kerja menggunakan uji korelasi Spearman Rho diperoleh data sebagai
berikut :
Correlations
kerja monoton kejenuhan kerja
Spearman's
rho
kerja monoton Correlation Coefficient 1.000 .544**
Sig. (2-tailed) . .000
N 42 42
kejenuhan kerja Correlation Coefficient .544** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 42 42
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Dari tabel hasil uji korelasi kerja monotoni terhadap kejenuhan
kerja di atas diketahui nilai p = 0.000 kurang dari 0.05 (<0.05), hasil uji
dinyatakan signifikan. Nilai r = 0,544 pada hasil uji tersebut terletak pada
kategori 0,40 – 0,599, oleh karena itu hubungan antara kerja monoton
dengan kejenuhan kerja termasuk kategori sedang. Nilai r bertanda
positif menunjukan korelasi searah sehingga semakin meningkat kerja
monotoni maka semakin meningkat kejenuhan kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB V
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Subjek Penelitian
1. Umur
Subjek penelitian atau sampel yang diambil dalam penelitian di
PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo ini berjumlah 42 orang yang berusia
20 sampai 40 tahun. Dengan rerata (X) SD adalah 32 6,35. Dari hasil
penelitian diketahui bahwa frekuensi distribusi umur subjek yang
berumur 20 – 25 sebanyak 10 orang atau 23,8 %, umur 26 – 30 tahun
sebanyak 5 orang atau 11,9 %, umur 31 - 35 sebanyak 13 orang atau 31
%, dan umur 36 – 40 sebanyak 14 orang atau 33,3 %.
Pembagian distribusi umur pekerja spinning pada umur lebih
dari 40 tahun, kekuatan fisik biasanya telah menurun sehingga kegiatan
yang dilakukan juga menurun (Horrington, 2005 dalam Pertiwi, 2010).
PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia yang profesional, serta
mampu meningkatkan pertumbuhan kompetensi karyawan, produktifitas
dan peningkatan kesejahteraan, dalam rangka peningkatan kualitas
pelayanan perusahaan kepada pemegang polis sehingga usia yang
produktif dapat lebih berperan dalam tujuan tersebut.
2. Masa Kerja
Subjek penelitian yang diambil dalam penelitian ini dengan
masa kerja kurang dari 5 tahun dan lebih dari 5 tahun. Dengan maksud
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
untuk membandingkan tingkat kejenuhan kerja pada pekerja yang
bekerja kurang dari 5 tahun dan lebih dari 5 tahun. Dengan rerata (X)
SD adalah 9 4,67.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa frekuensi distribusi masa
kerja kurang dari 5 tahun sebanyak 9 orang dengan persentase 21,42 %
dan frekuensi distribusi masa kerja lebih dari 5 tahun tahun sebanyak 33
orang dengan persentase 78,57 %. Pekerja dengan masa kerja lebih dari 5
tahun cenderung mengalami kejenuhan kerja Hal ini sesuai dengan
faktor-faktor internal penyebab terjadinya burnout menurut Maslach dan
Leiter (1997).
Berdasarkan persentase tersebut pekerja di PT. Tyfountex
Indonesia Sukoharjo sering mengalami kejenuhan kerja karena pekerjaan
monotoni yang sering mereka kerjakan setiap hari dalam kurun waktu
yang lama.
3. Jenis Kelamin
Jenis kelamin responden yang diambil di PT. Tyfountex
Indonesia Sukoharjo adalah perempuan, karena perempuan lebih mudah
merasakan kejenuhan kerja. Pernyataan ini didukung oleh Ivancevich,
dkk (2005), yang berpendapat bahwa wanita cenderung mengalami
burnout daripada pria dari aspek emosi.
Perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi cara seseorang
dalam menyikapi masalah di lingkungan kerja. Hal itu terjadi karena laki-
laki dan perempuan tumbuh dan dibesarkan dengan cara yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Laki-laki diajarkan untuk bertindak tegas, tegar dan tanpa emosional,
sedangkan perempuan diajarkan untuk berperilaku lemah lembut. Pekerja
yang tidak dapat mengatasi tekanan akan rentan terkena burnout.
B. Analisis Univariat
Analisis Univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap variabel
dari hasil penelitian yang akan menghasilkan distribusi dan persentase dari
tiap variabel (Notoatmodjo, 2002). Analisis univariat dalam penelitian ini
adalah :
1. Jenis Kelamin terhadap Kejenuhan Kerja
Jenis kelamin dalam penelitian ini adalah 100 % perempuan.
Wanita cenderung mengalami burnout daripada pria. Hal ini sesuai
dengan pendapat oleh Ivancevich, dkk (2005).
2. Masa Kerja terhadap Kejenuhan Kerja
Masa kerja pada penelitian dibagi menjadi 2 yaitu masa kerja < 5
tahun dan > 5 tahun. Dengan persentase < 5 tahun sebanyak 21,42 % dan
persentase masa kerja > 5 tahun sebanyak 78,57 %. Pekerja dengan masa
kerja lebih dari 5 tahun cenderung mengalami kejenuhan kerja.
Berdasarkan analisa dengan menggunakan uji statistik Spearman
Rho diperoleh bahwa hubungan antara umur dengan kejenuhan kerja
adalah signifikan dengan nilai p = 0,000. Sedangkan untuk kekuatan
korelasinya adalah sedang yaitu dengan nilai r = 0,521 dan arah
korelasinya adalah positif (+) yang berarti searah yaitu semakin lama
masa kerja maka semakin kejenuhan kerja semakin meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
3. Kerja Monotoni
Dari hasil penelitian kerja monotoni dengan menggunakan
kuesioner kerja monotoni diperoleh hasil rerata 15 yang berarti pekerja
mengalami kerja monoton dalam pekerjaannya. 23 pekerja mengalami
kerja monoton dan 19 pekerja tidak mengalami kerja monoton. Dengan
frekuensi distribusi responden yang mengalami kerja monoton adalah
54,76 % dan frekuensi distribusi responden yang tidak mengalami kerja
monoton yaitu 45,23 %.
Maka sesuai dengan pendapat Djui & Setiasih (2001), saat
mengerjakan tugas yang sifatnya monoton, pada umumnya karyawan
mengalami penurunan semangat kerja dibandingkan pada jenis pekerjaan
yang bervariasi, oleh karena itu pekerjaan yang monotoni secara tidak
disadari akan menimbulkan masalah kejenuhan, karyawan menjadi malas
dan merasa cepat lelah.
Tidak adanya variasi dalam pekerjaan akan menimbulkan
kejenuhan kerja. Kejenuhan ini dapat terjadi karena pekerja melakukan
pekerjaan yang sama setiap harinya. Pekerjaan yang monotoni cukup
berpotensi untuk menyebabkan terjadinya kelelahan kerja. Kebosanan
adalah kelelahan yang bersifat mental yang merupakan komponen
penting dalam psikologis lingkungan kerja yang dikarenakan menghadapi
pekerjaan yang berulang-ulang (repetitive), monotoni dan aktifitas yang
tidak menyenangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
4. Kejenuhan Kerja
Dari hasil penelitian kejenuhan kerja dengan menggunakan
kuesioner kejenuhan kerja diperoleh hasil rerata 5,27 yang berarti pekerja
mengalami kejenuhan tingkat sedang. 11 pekerja mengalami kejenuhan
kerja ringan, 8 pekerja mengalami kejenuhan kerja sedang, 18 pekerja
mengalami kejenuhan kerja berta dan 5 pekerja mengalami kejenuhan
kerja sangat berat. Dengan frekuensi distribusi responden yang
mengalami kejenuhan ringan adalah 30,95%, frekuensi distribusi
responden yang mengalami kejenuhan sedang adalah 21,42%, frekuensi
distribusi responden yang mengalami kejenuhan berat adalah 33,33% dan
frekuensi distribusi responden yang mengalami kejenuhan sangat berat
adalah 14,28%.
Responden yang mengalami kejenuhan berat memiliki persentase
paling besar dapat dikarenakan faktor-faktor penyebab burnout yaitu :
Kelebihan beban kerja, kurangnya kontrol, terganggunya komunikasi
dengan pekerja lain dalam pekerjaan, hilangnya keadilan dalam
organisasi pekerjaan dan konflik antar pekerja. Hal ini sesuai dengan
faktor-faktor penyebab burnout menurut Maslach dan Leiter (1997).
C. Analisis Bivariat Hubungan Kerja Monotoni dengan Kejenuhan Kerja
Analisa Bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabel
bebas dan terikat. Dalam penelitian ini analisis bivariat digunakan untuk
mengetahui hubungan kerja monotoni dengan kejenuhan kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Berdasarkan data yang diperoleh, responden yang bekerja monoton
dengan mengalami kejenuhan ringan sebanyak 2 orang (8,69%), mengalami
kejenuhan sedang sebanyak 4 orang (17,39%), mengalami kejenuhan berat
sebanyak 15 orang (65,21%) dan yang mengalami kejenuhan sangat berat
sebanyak 2 orang (8,69%). Sedangkan responden yang bekerja tidak monoton
yang mengalami kejenuhan ringan sebanyak 12 orang (28,57%), mengalami
kejenuhan sedang sebanyak 4 orang (21,05%), mengalami kejenuhan berat
sebanyak 2 orang (8,69%) dan mengalami kejenuhan sangat berat sebanyak 1
orang (2,38%).
Berdasarkan hasil uji korelasi kerja monoton terhadap kejenuhan kerja
diketahui nilai p = 0.000 kurang dari 0.05 (<0.05), hasil uji dinyatakan
signifikan. Nilai r = 0,544 pada hasil uji tersebut terletak pada kategori 0,40 –
0,599, oleh karena itu hubungan antara kerja monotoni dengan kejenuhan
kerja termasuk kategori sedang. Nilai r bertanda positif menunjukan korelasi
searah sehingga semakin meningkat kerja monotoni maka semakin meningkat
kejenuhan kerja. Sesuai dengan pernyataan bahwa pekerjaan yang monoton
dapat menimbulkan kejenuhan yang pada akhirnya akan berpengaruh
terhadap kinerja tenaga kerja (Widajati, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan
antara kerja monotoni dengan kejenuhan kerja pada pekerja bagian spinning
PT. Tyfountex Indonesia Sukoharjo.
B. Saran
1. Sebaiknya perusahaan melakukan rotasi kerja seperti pergantian tempat
kerja atau area kerja pada pekerja bagian spinning untuk memberikan
kesempatan pada pekerja untuk menambah kemampuan dan keahliannya.
2. Sebaiknya perusahaan memberikan musik yang tidak terlalu keras dan
jenis musik disesuaikan dengan jam kerja untuk meningkatkan gairah
kerja.
3. Sebaiknya perusahaan menciptakan lingkungan kerja dalam perusahaan
yang nyaman, baik tempat bekerja, maupun hubungan antar pekerja dan
hubungan pekerja dengan atasan.