9
Hubungan Kerajaan Sriwijaya dengan Kerajaan Colamandala Hubungan kedua kerajaan ini pada awalnya sangat baik. Diawali dengan hubungan dalam bidang agama kemudian meningkat ke bidang ekonomi perdagangan. Pada tahun 1006, Raja Sriwijaya bernama Sanggrama Wijayattunggawarman mendirikan biara di Colamandala untuk tempat tinggal para bhiksu dari Sriwijaya. Akibat adanya persaingan dalam pelayaran dan perdagangan, persahabatan kedua kerajaan itu berubah menjadi permusuhan. Raja Rajendra Cola menyerang Sriwijaya sampai dua kali. Serangan pertama pada tahun 1007 gagal. Serangan kedua pada tahun 1023/1024 berhasil merebut kota dan bandar dagang Sriwijaya. Raja Sanggrama Wijayattunggawarman berhasil ditawan dan baru dibebaskan pada zaman Raja Kulottungga I. Kekayaan Sriwijaya diperoleh dari : 1. bea masuk dan keluar bandar-bandar Sriwijaya, 2. bea cukai semua kapal yang melalui perairan Asia Tenggara, 3. upeti persembahan dari raja-raja negara vasal, dan 4. hasil keuntungan perdagangan. Kehidupan keagamaan Dalam bidang agama, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha yang penting di Asia Tenggara dan Asia Timur. Agama Buddha yang berkembang di Sriwijaya ialah aliran Mahayana dengan salah satu tokohnya yang terkenal ialah Dharmakirti. Arca Buddha dalam langgam Amarawati setinggi 2,77 meter, ditemukan di situs Bukit Seguntang, Palembang, berasal dari abad ke-7 sampai ke-8 Masehi. Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana. Pendeta dari Tiongkok I Tsing melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan studinya di Universitas Nalanda – India pada tahun 671

Hubungan Kerajaan Sriwijaya Dengan Kerajaan Colamandala

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Hubungan antar kerajaan jawa zaman sejarah

Citation preview

Page 1: Hubungan Kerajaan Sriwijaya Dengan Kerajaan Colamandala

Hubungan Kerajaan Sriwijaya dengan Kerajaan Colamandala

Hubungan kedua kerajaan ini pada awalnya sangat baik. Diawali dengan hubungan dalam bidang

agama kemudian meningkat ke bidang ekonomi perdagangan. Pada tahun 1006, Raja Sriwijaya

bernama Sanggrama Wijayattunggawarman mendirikan biara di Colamandala untuk tempat

tinggal para bhiksu dari Sriwijaya. 

Akibat adanya persaingan dalam pelayaran dan perdagangan, persahabatan kedua kerajaan itu

berubah menjadi permusuhan. Raja Rajendra Cola menyerang Sriwijaya sampai dua kali.

Serangan pertama pada tahun 1007 gagal. Serangan kedua pada tahun 1023/1024 berhasil

merebut kota dan bandar dagang Sriwijaya. Raja Sanggrama Wijayattunggawarman berhasil

ditawan dan baru dibebaskan pada zaman Raja Kulottungga I.

Kekayaan Sriwijaya diperoleh dari :

1. bea masuk dan keluar bandar-bandar Sriwijaya,

2. bea cukai semua kapal yang melalui perairan Asia Tenggara,

3. upeti persembahan dari raja-raja negara vasal, dan

4. hasil keuntungan perdagangan.

Kehidupan keagamaan

Dalam bidang agama, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat agama Buddha yang penting di Asia Tenggara dan Asia Timur. Agama Buddha yang berkembang di Sriwijaya ialah aliran Mahayana dengan salah satu tokohnya yang terkenal ialah Dharmakirti.

Arca Buddha dalam langgam Amarawati setinggi 2,77 meter, ditemukan di situs Bukit Seguntang, Palembang, berasal dari abad ke-7 sampai ke-8 Masehi. Sebagai pusat pengajaran Buddha Vajrayana. Pendeta dari Tiongkok I Tsing melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan studinya di Universitas Nalanda – India pada tahun 671 dan 695. I Tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi sarjana Vuddha sehingga menjadi pusat pembelanjaan agama Buddha.

Dinyatakan bahwa terdapat 1000 orang pendeta yang belajar agama Buddha pada Sakyakirti. Sakyakirti adalah seorang pendeta terkenal di Sriwijaya. Selain itu ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana turut berkembang di Sriwijaya. Menjelang akhir abad ke-10. Atisa adalah seorang sarjana Buddha asal Benggala yang berperan dalam mengembangkan Buddha Vajrayana di Tibet.

Page 2: Hubungan Kerajaan Sriwijaya Dengan Kerajaan Colamandala

Kehidupan sosial dan budaya kerajaan sriwijaya

Sebagai kerajaan besar yang menganut agama Budha, di Sriwijaya telah berkembang iklim yang kondusif untuk mengembangkan agama Budha tersebut. Dalam catatan perjalanan I-tsing disebutkan bahwa, pada saat itu, di Sriwijaya terdapat seribu pendeta. Dalam perjalanan pertamanya, I-tsing sempat bermukim selama enam bulan di Sriwijaya untuk mendalami bahasa Sansekerta. I-tsing juga menganjurkan, jika seorang pendeta Cina ingin belajar ke India, sebaiknya belajar dulu setahun atau dua tahun di Fo-shih (Palembang), baru kemudian belajar di India. Sepulangnya dari Nalanda, I-tsing menetap di Sriwijaya selama tujuh tahun (688-695 M) dan menghasilkan dua karya besar yaitu Ta T‘ang si-yu-ku-fa-kao-seng-chuan dan Nan-hai-chi-kuei-nei-fa-chuan (A Record of the Budhist Religion as Practised in India and the Malay Archipelago) yang selesai ditulis pada tahun 692 M. Ini menunjukkan bahwa, Sriwijaya merupakan salah satu pusat agama Budha yang penting pada saat itu.

Sampai awal abad ke-11 M, Kerajaan Sriwijaya masih merupakan pusat studi agama Buddha Mahayana. Dalam relasinya dengan India, raja-raja Sriwijaya membangun bangunan suci agama Budha di India. Fakta ini tercantum dalam dua buah prasasti, yaitu prasasti Raja Dewapaladewa dari Nalanda, yang diperkirakan berasal dari abad ke-9 M; dan prasasti Raja Rajaraja I yang berangka tahun 1044 M dan 1046 M.Prasasti pertama menyebutkan tentang Raja Balaputradewa dari Suwarnadwipa (Sriwijaya) yang membangun sebuah biara; sementara prasasti kedua menyebutkan tentang Raja Kataha dan Sriwijaya, Marawijayayottunggawarman yang memberi hadiah sebuah desa untuk dipersembahkan kepada sang Buddha yang berada dalam biara Cudamaniwarna, Nagipattana, India.

Di bidang perdagangan, Kerajaan Sriwijaya mempunyai hubungan perdagangan yang sangat baik dengan saudagar dari Cina, India, Arab dan Madagaskar. Hal itu bisa dipastikan dari temuan mata uang Cina, mulai dari periode Dinasti Song (960-1279 M) sampai Dinasti Ming (abad 14-17 M). Berkaitan dengan komoditas yang diperdagangkan, berita Arab dari Ibn al-Fakih (902 M), Abu Zayd (916 M) dan Mas‘udi (955 M) menyebutkan beberapa di antaranya, yaitu cengkeh, pala, kapulaga, lada, pinang, kayu gaharu, kayu cendana, kapur barus, gading, timah, emas, perak, kayu hitam, kayu sapan, rempah-rempah, dan penyu. Barang-barang ini dibeli oleh pedagang asing, atau dibarter dengan porselen, kain katun dan kain sutra

Page 3: Hubungan Kerajaan Sriwijaya Dengan Kerajaan Colamandala

MEMBACA ALAT UKUR JANGKA SORONG

A.    JANGKA SORONG

a)    Mengukur Diameter Luar BendaCara Mengukur diameter, lebar atau ketebalan benda:1.    Putarlah pengunci ke kiri

2.    Buka rahang

3.    Masukkan benda ke rahang bawah jangka sorong

4.    Geser rahang agar rahang tepat pada benda

Page 4: Hubungan Kerajaan Sriwijaya Dengan Kerajaan Colamandala

5.    Putar Pengunci ke kanan

 b)    Mengukur Diameter Dalam BendaCara mengukur diameter bagian dalam sebuah pipa atau tabung1.    Putarlah pengunci ke kiri

2.    Masukkan rahang atas kedalam benda

3.    Geser agar rahang tepat pada benda

4.    putar pengunci ke kanan

Page 5: Hubungan Kerajaan Sriwijaya Dengan Kerajaan Colamandala

c)    Mengukur Kedalaman Benda 1.    Putarlah Pengunci ke kiri

2.    Buka rahang sorong hingga ujung lancip menyentuh dasar tabung

3.    Putar Pengunci kekanan

Page 6: Hubungan Kerajaan Sriwijaya Dengan Kerajaan Colamandala

d)    Skala Utama dan Skala NoniusJangka Sorong memiliki batas ketelitian 0,1 mm. Artinya ketepatan pengukuran dengan alat ini sampai 0,1 mm terdekat.Jangka sorong memiliki 2 macam skala yaitu Skala Utama dan Skala Nonius.

e)    Cara Membaca Skala

Mula mula perhatikan skala nonius yang berimpit dengan salah satu skala utama. Hitunglah berapa skala hingga ke angka nol. Pada gambar, skala nonius yang berimpit dengan skala utama adalah 4 skala. Artinya angka tersebut 0,4 mm. Selanjutnya perhatikan skala utama. Pada skala utama, setelah angka nol mundur ke belakang menunjukkan angka 4,7 cm.Sehingga diameter yang diukur sama dengan 4,7 cm + 0,4 mm = 4,74 cm

Page 7: Hubungan Kerajaan Sriwijaya Dengan Kerajaan Colamandala

MIKROMETER SEKRUP

a)    Komponen Mikrometer SekupMikrometer memiliki ketelitian sepuluh kali lebih teliti daripada jangka sorong. Ketelitiannya sampai 0,01 mm

b)    Cara Menggunakan Mikrometer1. Pastikan pengunci dalam keadaan terbuka

2. Bukalah rahang dengan cara memutar kekiri pada skala putar hingga benda dapat dimasukkan ke rahang

3. Letakkan benda yang diukur pada rahang, dan putar kembali sampai tepat

4. Putarlah pengunci sampai skala putar tidak dapat digerakkan dan terdengar bunyi ‘klik’

Page 8: Hubungan Kerajaan Sriwijaya Dengan Kerajaan Colamandala

c)    Skala Mikrometer

Skala pada mikrometer dibagi dua jenis:1. Skala UtamaTerdiri dari skala :1, 2, 3, 4, 5 mm dan seterusnya. Dan nilai tengah : 1,5; 2,5; 3,5; 4,5; 5,5 mm dan seterusnya2. Skala PutarTerdiri dari skala 1 sampai 50

Setiap skala putar berputar mundur 1 putaran maka skala utama bertambah 0,5 mm. Sehingga 1 skala putar = 1/100 mm = 0,01 mm

d)    Pembacaan Skala 

1. Perhatikan skala putar berada pada angka berapa pada skala utamaBenda yang anda pilih memiliki panjang skala utama 4,5 mm2. Perhatikan penunjukan pada skala putar. Angka 39 pada skala putar berimpit dengan garis mendatar pada skala utama.

Maka pembacaan mikrometer tersebut =4.5 + ( 39 x 0.01 )4.5 + 0.39Jadi panjang benda adalah 4.89 mm