22
101 HUBUNGAN KARAKTERISTIK REMAJA DENGAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS X DAN XI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMA AL-ISLAH KOTA CILEGON TAHUN 2017 Tety Rostiyati, Dwi Nur Indah Sari Akademi Kebidanan `Aisyiyah Banten [email protected] ABSTRAK Latar Belakang : Permasalahan kesehatan reproduksi remaja adalah seksualitas, HIV/AIDS dan Napza. Periode tahun 2007 sampai 2012 terjadi peningkatan kasus remaja hubungan seksual pranikah sebanyak 2,3%. Studi pendahuluan di SMA Al-Islah Cilgon tahun 2017 menunjukkan dari 10 siswa, diantaranya 80% siswa pengetahuan tentang kesehatan reproduksi kurang dan 20% siswa memiliki pengetahuan cukup. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin, sumber informasi, pendidikan terakhir ibu dan peran orangtua dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja di SMA Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017. Metode Penelitian survei analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini 103 siswa-siswi kelas X dan XI SMA Al-Islah Cilegon, sampelnya yaitu total populasi sebanyak 103 responden. Tehnik pengambilan data menggunakan lembar angket. Hasil penelitian : analisis univariat menunjukan responden berpengetahuan kurang (38,8%), jenis kelamin laki-laki (28,2%), sumber informasi kurang (66%), pendidikan terakhir ibu rendah (43,7%) dan peran orangtua kurang (34%). Adapun analisis bivariat dengan uji statistik chi square pada α = 0,05 diperoleh tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin (P=0,314) dan hubungan bermakna antara sumber informasi (P=0,000), pendidikan terakhir ibu (P=0,000) dan peran orangtua (P=0,000) dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja. Saran : Pihak sekolah untuk mengadakan program konseling kesehatan reproduksi remaja bekerjasama dengan petugas kesehatan dan melatih konselor sebaya dalam PIK-R untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja.

HUBUNGAN KARAKTERISTIK REMAJA DENGAN …

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN KARAKTERISTIK REMAJA DENGAN …

101

HUBUNGAN KARAKTERISTIK REMAJA DENGAN PENGETAHUAN SISWA

SISWI KELAS X DAN XI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

DI SMA AL-ISLAH KOTA CILEGON

TAHUN 2017

Tety Rostiyati, Dwi Nur Indah Sari

Akademi Kebidanan `Aisyiyah Banten

[email protected]

ABSTRAK Latar Belakang : Permasalahan kesehatan reproduksi remaja adalah seksualitas, HIV/AIDS

dan Napza. Periode tahun 2007 sampai 2012 terjadi peningkatan kasus remaja hubungan

seksual pranikah sebanyak 2,3%. Studi pendahuluan di SMA Al-Islah Cilgon tahun 2017

menunjukkan dari 10 siswa, diantaranya 80% siswa pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi kurang dan 20% siswa memiliki pengetahuan cukup. Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui hubungan antara jenis kelamin, sumber informasi, pendidikan terakhir ibu dan

peran orangtua dengan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja di SMA Al-Islah

Kota Cilegon tahun 2017. Metode Penelitian survei analitik dengan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian

ini 103 siswa-siswi kelas X dan XI SMA Al-Islah Cilegon, sampelnya yaitu total populasi

sebanyak 103 responden. Tehnik pengambilan data menggunakan lembar angket. Hasil penelitian : analisis univariat menunjukan responden berpengetahuan kurang (38,8%),

jenis kelamin laki-laki (28,2%), sumber informasi kurang (66%), pendidikan terakhir ibu

rendah (43,7%) dan peran orangtua kurang (34%). Adapun analisis bivariat dengan uji

statistik chi square pada α = 0,05 diperoleh tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis

kelamin (P=0,314) dan hubungan bermakna antara sumber informasi (P=0,000), pendidikan

terakhir ibu (P=0,000) dan peran orangtua (P=0,000) dengan pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi remaja. Saran : Pihak sekolah untuk mengadakan program konseling kesehatan reproduksi remaja

bekerjasama dengan petugas kesehatan dan melatih konselor sebaya dalam PIK-R untuk

meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja.

Page 2: HUBUNGAN KARAKTERISTIK REMAJA DENGAN …

102

Kata kunci : Pengetahuan kesehatan reproduksi remaja, Jenis kelamin, Sumber informasi,

Pendidikan terakhir ibu, Peran orangtua

Kepustakaan : 37 (2007 – 2016), Buku :20, Jurnal : 10, Website : 7 PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan masa kritis

di mana terjadi perubahan fisik secara cepat

yang tidak seimbang dengan perubahan

mental emosional karena sebagai masa

peralihan dari anak menuju dewasa yang

berjalan antara umur 12 tahun sampai 21

tahun. Usia remaja merupakan usia yang

paling rawan mengalami masalah kesehatan

reproduksi seperti kehamilan usia dini,

aborsi yang tidak aman, infeksi menular

seksual (IMS) termasuk Human

Immunodeficiency Virus (HIV), pelecehan

seksual dan perkosaan. Dengan adanya

pendidikan, diharapkan masalah-masalah

tersebut dapat dicegah. Permasalahan

kesehatan reproduksi remaja di Indonesia

merupakan agenda kelima SDG‟s yaitu

mencapai kesetaraan gender dan

memberdayakan semua perempuan dan

anak perempuan. Untuk mencapai

kesetaraan gender tersebut, salah satu aspek

yang masih perlu mendapat perhatian

adalah aspek kesehatan, antara lain

kesehatan reproduksi (Bappenas, 2016).

Masalah yang menonjol dikalangan

remaja yaitu seputar Tiga Permasalahan

Kesehatan Reproduksi Remaja (TRIAD

KRR) yakni seksualitas, HIV/AIDS serta

Napza.

Permasalahan seksualitas terjadi

karena rendahnya pengetahuan remaja

tentang Kesehatan Reproduksi Remaja

(BKKBN, 2012).

Berdasarkan Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia tahun 2012, Kasus

yang berhubungan dengan kesehatan

reproduksi di Indonesia masih tinggi.

Diantaranya adalah terjadi peningkatan

angka remaja yang pernah melakukan

hubungan seksual pranikah selama periode

tahun 2007 sampai 2012 yaitu sebanyak

2,3%. Pada tahun 2007 hanya sekitar 7%

atau sekitar 3 juta remaja dan tahun 2012

sekitar 9,3% atau sekitar 3,7 juta remaja

yang menyatakan pernah melakukan

hubungan seksual pranikah (BPS, 2013).

Perilaku seks bebas di kalangan

remaja berdampak pada kasus penularan

penyakit kelamin seperti trikomoniasis,

klamidia, sifilis atau gonorrhoe dan

HIV/AIDS yang cenderung berkembang di

Indonesia. Kasus HIV/AIDS tahun 2014

sebesar 65.790 kasus, menurut kelompok

umur menunjukan bahwa sebagian kasus

HIV/AIDS terdapat pada usia remaja (15-

19 tahun) sebesar 3,1% dan 32,9% pada

Page 3: HUBUNGAN KARAKTERISTIK REMAJA DENGAN …

103

kelompok umur 20-29 tahun. HIV/AIDS

ditularkan melalui beberapa cara penularan

yaitu hubungan seksual lawan jenis

(heteroseksual) sebesar 81,3%, hubungan

sejenis (homoseksual/ biseksual) sebesar

6,1%, penularan dari ibu ke anak sebesar

3,5%, penggunaan alat suntik sebesar 3,3%,

transfusi darah sebesar 0,2%, lain-lain

sebesar 0,8% dan tidak diketahui sebesar

4,8% (Ditjen PP dan PL, Kemenkes RI,

2015).

Berdasarkan data Badan Narkotika

Nasional Provinsi Banten (2015) pengguna

narkoba sebanyak Pengguna Narkoba

sebanyak 190.110 orang, Kota Cilegon

merupakan peringkat ke empat dalam kasus

penyalahgunaan NAPZA yaitu sebanyak

1226 pengguna narkoba. Di Provinsi

Banten tahun 2015, jumlah kasus HIV /

AIDS sebanyak 548 orang dan kasus IMS

sebanyak 9.187 orang, Kota Cilegon

menempati urutan ke empat dalam kasus

HIV/AIDS yaitu 56 orang dan kasus IMS

sebanyak 645 orang. Selain itu Badan

Keluarga Berencana Pemberdayaan

Perempuan (BKBPP) Kota Cilegon

mencatat kasus seks bebas di bawah 18

tahun yang menimbulkan kehamilan diluar

nikah sebanyak 238 siswa.

Salah satu penyebab permasalahan

diatas akibat pengetahuan remaja mengenai

Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)

masih kurang dan tidak tepat. Hal ini

didukung oleh hasil penelitian Rosdarni et

al., (2014) yang menyatakan bahwa

rendahnya pengetahuan remaja tentang

kesehatan reproduksi, IMS dan HIV/AIDS,

remaja yang bersikap permisif, dan

rendahnya komunikasi antara orang tua dan

remaja beresiko untuk melakukan

hubungan seksual pranikah. Dengan

demikian diperlukan adanya pendidikan

kesehatan sebagai salah satu upaya untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap, dan

perilaku positif

remaja tentang kesehatan reproduksi

remaja.

Pemberian pendidikan seksual dan

kesehatan reproduksi pada remaja sangat

penting, namun hal ini masih sering

dianggap tabu oleh anggota keluarga

terutama orangtua. Dari hasil penelitian

yang dilakukan oleh Umaroh et al., (2015)

dengan jumlah sampel 19.882 responden,

menunjukkan bahwa peranan orang tua

responden yang tidak baik, cenderung akan

melakukan perilaku seksual pranikah

sebanyak 7.021 responden (70,4%).

Remaja laki-laki dan perempuan

tentunya tidak sama dalam menyikapi

masalah kesehatan reproduksi, sehingga

berpengaruh juga terhadap penerimaan

informasi mengenai kesehatan reproduksi.

Diharapkan remaja lebih bertanggung

jawab pada dirinya sendiri dan lingkungan

sekitarnya. Hal ini didukung oleh penelitian

Wahyuni (2012) yang menyatakan bahwa

sumber informasi dapat mempengaruhi

Page 4: HUBUNGAN KARAKTERISTIK REMAJA DENGAN …

104

tingkat pengetahuan remaja, bila remaja

mendapat informasi yang diperoleh dari

berbagai sumber maka remaja cenderung

memiliki pengetahuan yang lebih luas.

Berdasarkan studi pendahuluan yang

dilakukan di SMA Negeri 1 Cilegon pada

bulan Maret 2017 didapatkan data jumlah

siswa kelas X dan XI sebanyak 440 orang

dan didapatkan hasil wawancara dari 10

orang ternyata hanya 40% (satu siswa dan

tiga siswi) yang mengetahui sepenuhnya

tentang kesehatan reproduksi remaja,

seperti organ reproduksi laki-laki dan

perempuan, kehamilan, perawatan

kebersihan diri, risiko reproduksi, dan

kekerasan seksual sedangkan 60% lainnya

(empat siswa dan dua siswi) pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi masih kurang.

Studi pendahuluan pun dilakukan di SMA

Al-Islah Cilegon pada bulan Maret 2017

didapatkan data jumlah siswa kelas X dan

XI sebanyak 103 orang dengan melakukan

wawancara terhadap 10 siswa tentang

kesehatan reproduksi. Hasil yang diperoleh

diantaranya 80% (tiga siswa dan lima

siswi) pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi masih kurang dan 20% (satu

siswa dan satu siswi) lainnya sudah cukup

memiliki pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi.

Berdasarkan uraian latar belakang

tersebut, dalam penelitian ini penulis

tertarik untuk mengetahui “Hubungan

karakteristik remaja dengan pengetahuan

siswa siswi kelas X dan XI tentang

kesehatan reproduksi remaja di SMA Al-

Islah Kota Cilegon tahun 2017”. Tujuan

penelitian ini adalah Untuk mengetahui

hubungan karakteristik remaja dengan

pengetahuan siswa siswi kelas X dan XI

tentang kesehatan reproduksi remaja di

SMA Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah desain studi Cross

Sectional . Hal ini dilakukan untuk

mengetahui hubungan karakteristik remaja

dengan pengetahuan siswa siswi kelas X

dan XI tentang kesehatan reproduksi

remaja di SMA Al-Islah Kota

Cilegon tahun 2017. Populasi pada

penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X

dan XI di SMA Al-Islah Kota Cilegon

Tahun 2017 yang berjumlah 103 orang.

Teknik pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan total populasi

yaitu dengan cara mengambil semua

populasi yang ada untuk dijadikan sampel.

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Analisa Univariat

Hasil penelitian ini secara umum

menjawab pertanyaan yang tertera pada

tujuan karya tulis ini yaitu mengetahui

hubungan karakteristik remaja dengan

pengetahuan siswa siswi kelas X dan XI

Page 5: HUBUNGAN KARAKTERISTIK REMAJA DENGAN …

105

tentang kesehatan reproduksi remaja di

SMA Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017,

dengan jumlah responden sebanyak 103

orang yang dilakukan pada tanggal 27 Juli

2017. Setelah dilakukan uji statistik

univariat dan bivariat diperoleh hasil

sebagai berikut :

a. Tingkat Pengetahuan

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Siswa-Siswi Kelas

X dan XI Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan

Reproduksi Remaja di SMA Al-Islah Kota Cilegon Tahun 2017

No Pengetahuan F % 1. Kurang 40 38.8 2. Baik 63 61.2

Jumlah 103 100

Dari tabel 4.1 menunjukkan masih

ditemukannya siswa-siswi kelas X dan XI

di SMA Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017

memiliki pengetahuan kurang sebanyak 40

orang (38,8%).Jenis Kelamin

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Siswa-Siswi Kelas X dan XI Berdasarkan Jenis

Kelamin di SMA Al-Islah Kota Cilegon Tahun 2017

No Jenis Kelamin F % 1. Laki-laki 29 28,2 2. Perempuan 74 71,8

Jumlah 103 100

Dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa

masih ditemukannya siswa-siswi kelas X

dan XI di SMA Al-Islah Kota Cilegon

tahun 2017 memiliki jenis kelamin laki-laki

sebanyak 29 orang (28,2%).

b. Sumber Informasi

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Siswa-Siswi Kelas

X dan XI Berdasarkan Sumber Informasi di SMA Al-Islah Kota

Cilegon Tahun 2017

No Sumber Informasi F % 1. Kurang 68 66 2. Cukup 35 34

Jumlah 103 100

Dari tabel 4.3 menunjukkan bahwa

sebagian besar siswa-siswi kelas X dan XI

di SMA Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017

memiliki sumber informasi kurang

sebanyak 68 orang (66%).

c. Pendidikan Terakhir Ibu

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Siswa-Siswi Kelas

X dan XI Berdasarkan Pendidikan Terakhir Ibu di SMA Al-Islah Kota

Cilegon tahun 2017

No Pendidikan Terakhir Ibu F %

1. Rendah 45 43,7 2. Tinggi 58 56,3

Jumlah 103 100

Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa

hampir setengahnya pendidikan terakhir ibu

siswa-siswi kelas X dan XI di SMA Al-

Islah Kota Cilegon tahun 2017 memiliki

pendidikan rendah sebanyak 45 orang

(43,7%).

Page 6: HUBUNGAN KARAKTERISTIK REMAJA DENGAN …

106

d. Peran Orangtua

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Siswa-Siswi Kelas X dan XI Berdasarkan Peran Orangtua

di SMA Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017

Dari tabel 4.5 menunjukkan bahwa

masih ditemukannya siswa-siswi kelas X

dan XI di SMA Al-Islah Kota Cilegon

tahun 2017 memiliki peran orangtua yang

kurang sebanyak 35 orang (34%).

No Peran Orangtua

F %

1. Kurang 35 34 2. Baik 68 66

Jumlah 103 100

2. Analisa Bivariat

a. Hubungan Antar Jenis Kelamin dengan Pengetahuan Tentang Kesehatan

Reproduksi Remaja

Tabel 4.6 Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi

Remaja Siswa Siswi Kelas X dan XI di SMA Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017

No

Jenis

Kelamin

Pengetahuan

P Value

Kurang Baik Total F % F % F %

1 Laki-laki 14 48,3 15 51,7 29 100

0,314 2 Perempuan 26 35,1 48 64,9 74 100

Jumlah 40 38,8 63 61,2 103 100

Pada tabel 4.6 menunjukkan analisis

hubungan antara jenis kelamin dengan

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

remaja siswa-siswi kelas X dan XI di SMA

Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017

didapatkan bahwa siswa berjenis kelamin

laki-laki yang memiliki pengetahuan

kurang sebanyak 14 orang (48,3%)

proporsinya lebih besar dari pada siswa

berjenis kelamin perempuan sebanyak 26

orang (35,1%).

Hasil uji statistik Chi-square α = 0.05

didapatkan nilai P sebesar 0,314 (P > α)

yang menunjukan Ho diterima berarti

secara statistik tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara jenis kelamin dengan

pengetahuan siswa-siswi kelas X dan XI

tentang kesehatan reproduksi remaja di

SMA Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017.

Page 7: HUBUNGAN KARAKTERISTIK REMAJA DENGAN …

107

b. Hubungan Antara Sumber Informasi dengan Pengetahuan Tentang Kesehatan

Reproduksi Remaja

Tabel 4.7 Hubungan Antara Sumber Informasi dengan Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Remaja Siswa Siswi Kelas X dan XI di SMA Al-Islah Kota Cilegon

tahun 2017

No Sumber

Informasi

Pengetahuan P

Value OR

CI 95% Kurang Baik Total F % F % F %

1 Kurang 37 54,4 31 45,6 68 100 0.000

12,731

2 Cukup 3 8,6 32 91,4 35 100 Jumlah 40 38,8 63 61,2 103 100

Pada tabel 4.7 menunjukkan analisis

hubungan antara sumber informasi dengan

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

remaja siswa-siswi kelas X dan XI di SMA

Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017

didapatkan bahwa siswa dengan sumber

informasi kurang yang memiliki

pengetahuan kurang sebanyak 37 orang

(54,4%) proporsinya lebih besar dari pada

siswa dengan sumber informasi cukup

sebanyak 3 orang (8,6%).

Hasil uji statistik Chi-square α =

0.05 didapatkan nilai P sebesar 0,000 (P

≤ α) yang menunjukan Ho ditolak berarti

secara statistik terdapat hubungan yang

bermakna antara sumber informasi dengan

pengetahuan siswa-siswi kelas X dan XI

tentang kesehatan reproduksi remaja di

SMA Al-Islah Cilegon tahun 2017. Nilai

OR = 12,731 artinya responden yang

mendapat sumber informasi kurang

berpeluang 13 kali lebih besar memiliki

pengetahuan kurang tentang kesehatan

reproduksi remaja dibandingkan dengan

responden yang mendapat sumber

informasi cukup.

c. Hubungan Antara Pendidikan Terakhir Ibu dengan Pengetahuan Tentang

Kesehatan Reproduksi Remaja

Tabel 4.8 Hubungan Antara Pendidikan Terakhir Ibu dengan Pengetahuan Tentang Kesehatan

Reproduksi Remaja Siswa Siswi Kelas X dan XI di SMA Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017

No Pendidikan Terakhir Ibu

Pengetahuan P

Value OR

CI 95% Kurang Baik Total F % F % F %

1 Rendah 34 75,6 11 24,4 45 100 0.000

26,788

2 Tinggi 6 10,3 52 89,7 58 100 Jumlah 40 38,8 63 61,2 103 100

Page 8: HUBUNGAN KARAKTERISTIK REMAJA DENGAN …

108

Pada tabel 4.8 menunjukkan analisis

hubungan antara pendidikan terakhir ibu

dengan pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi remaja siswa-siswi kelas X dan

XI di SMA Al-Islah Kota Cilegon tahun

2017 didapatkan bahwa siswa dengan ibu

berpendidikan rendah memiliki

pengetahuan kurang sebanyak 34 (75,6%)

proporsinya lebih besar dari pada siswa

dengan ibu berpendidikan tinggi sebanyak

6 orang (10,3%).

Hasil uji statistik Chi-square α = 0.05

didapatkan nilai P sebesar 0,000 (P ≤ α)

yang menunjukan Ho ditolak berarti secara

statistik terdapat hubungan yang bermakna

antara pendidikan terakhir ibu dengan

pengetahuan siswa-siswi kelas X dan XI

tentang kesehatan reproduksi remaja di

SMA Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017.

Nilai OR = 26,788 artinya responden

yang memiliki ibu dengan pendidikan

rendah berpeluang 27 kali lebih besar

memiliki pengetahuan kurang tentang

kesehatan reproduksi remaja dibandingkan

dengan ibu dengan pendidikan tinggi.

d. Hubungan Antara Peran Orangtua dengan Pengetahuan Tentang Kesehatan

Reproduksi Remaja

Tabel 4.9 Hubungan Antara Peran Orangtua dengan Pengetahuan Tentang Kesehatan

Reproduksi Remaja Siswa Siswi Kelas X dan XI di SMA Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017

No

Peran

Orangtua

Pengetahuan P

Value

OR

CI 95% Kurang Baik Total F % F % F %

1 Kurang 26 74,3 4 25,7 35 100

0.000

11,143 2 Baik 14 20,6 55 79,4 68 100

Jumlah 40 38,8 63 61,2 103 100

Pada tabel 4.9 menunjukkan analisis

hubungan antara peran orangtua dengan

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

remaja siswa-siswi kelas X dan XI di SMA

Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017

didapatkan bahwa siswa dengan peran

orangtua kurang memiliki pengetahuan

kurang sebanyak 26 orang (74,3%)

proporsinya lebih besar dari pada siswa

dengan peran orangtua baik sebanyak 14

orang (20,6%).

Page 9: HUBUNGAN KARAKTERISTIK REMAJA DENGAN …

109

Hasil uji statistik Chi-square α =

0.05 didapatkan nilai P sebesar 0,000 (P

≤ α) yang menunjukan Ho ditolak berarti

secara statistik terdapat hubungan yang

bermakna antara peran orangtua dengan

pengetahuan siswa-siswi kelas X dan XI

tentang kesehatan reproduksi remaja di

SMA Al-Islah Cilegon tahun 2017. Nilai

OR = 11,143 artinya responden dengan

peran orangtua yang kurang berpeluang 11

kali lebih besar memiliki pengetahuan

kurang tentang kesehatan reproduksi

remaja dibandingkan dengan peran

orangtua yang baik

PEMBAHASAN

Setelah peneliti mendapatkan hasil

penelitian dan melalui analisis univariat

dan bivariat, maka peneliti menjabarkan

pembahasan yang mengacu pada tujuan

dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Pengetahuan Tentang Kesehatan

Reproduksi Remaja Pada Siswa Siswi

Kelas X dan XI di SMA Al-Islah Kota

Cilegon tahun 2017

Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan bahwa masih ditemukan

siswa-siswi kelas X dan XI di SMA Al-

Islah Kota Cilegon tahun 2017 memiliki

pengetahuan kurang sebanyak 40 (38,8%).

Berdasarkan data tersebut dapat dijelaskan

bahwa masih ada responden yang belum

memiliki pengetahuan yang baik mengenai

kesehatan reproduksi. Hal ini dikarenakan

sumber informasi yang masih kurang

sebanyak 66 %, pendidikan terakhir ibu

masih rendah (SMP/SD/Tidak sekolah)

sebanyak 43,7% dan peran orangtua yang

kurang sebanyak 34%.

Hal ini didukung oleh teori

Notoatmodjo (2010) bahwa sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui

pendidikan, pengalaman pribadi maupun

orang lain dan lingkungan sekitarnya,

sehingga mempengaruhi terbentuknya

perilaku seseorang. Perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih lama dianut

oleh seseorang dibandingkan dengan

perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

Hal ini sejalan dengan penelitian

Irawan (2015) bahwa gambaran

pengetahuan responden tentang kesehatan

reproduksi adalah 11.5% kurang, 81.3%

sedang, dan 7.3% baik. Dari hasil tersebut

menunjukan bahwa masih banyak

responden belum memiliki pengetahuan

yang baik mengenai kesehatan reproduksi.

Berdasarkan analisa peneliti,

pengetahuan yang kurang paling banyak

pada pertanyaan tentang konsepsi dan

kehamilan. Kurangnya pengetahuan tentang

konsepsi dan kehamilan dapat beresiko

untuk terjadinya kehamilan pada usia

remaja. Kehamilan yang disebabkan karena

pernikahan maupun akibat pergaulan bebas,

yang jika dialami oleh remaja maka akan

memberikan dampak dan pengaruh yang

Page 10: HUBUNGAN KARAKTERISTIK REMAJA DENGAN …

110

besar terhadap fisik, mental, sosial dan

ekonomi.

Menurut peneliti sumber informasi

memberikan pengaruh terhadap

pengetahuan seseorang, akses informasi

yang benar sangat terbatas baik dari

sekolah, media massa maupun orangtua.

Remaja yang memiliki keingintahuan yang

besar terhadap berbagai hal terutama yang

berhubungan dengan masalah pribadi

biasanya diakses responden melalui

internet, yang bisa saja informasi yang

tersedia tidak berasal dari sumber yang

tepat. Jika responden memperoleh

pengetahuan dari sumber informasi yang

terpercaya kebenaran dan berasal dari

sumber yang aktual maka pengetahuan

responden akan semakin baik.

Menurut peneliti, pendidikan ibu

sangat mempengaruhi pengetahuan

responden disebabkan anak biasanya butuh

informasi mengenai hal yang dibutuhkan

terutama masalah yang sifatnya privasi dari

orangtua. Namun kadangkala informasi

yang diberikan orangtua sangat terbatas

disebabkan oleh keterbatasan pendidikan

dan membicarakan masalah kesehatan

reproduksi yang masih dianggap tabu.

Dalam hal ini peneliti mengharapkan

remaja Untuk meningkatkan pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi, kepada pihak

sekolah meningkatkan kualitas

penyampaian, informasi terkait kesehatan

reproduksi remaja serta membuka forum

diskusi terkait hal tersebut sehingga dapat

diperoleh pendapat, komentar ataupun

permasalahan yang kemungkinan dialami

oleh remaja. Bagi Profesi bidan dapat

meningkatkan perannya dalam memberikan

pendidikan kesehatan dan konseling untuk

memberikan pemahaman mengenai

kesehatan reproduksi remaja dalam

kegiatan Pelayanan Kesehatan Peduli

Remaja (PKPR).

2. Hubungan Antara Jenis Kelamin

dengan Pengetahuan Tentang

Kesehatan Reproduksi Remaja Pada

Siswa Siswi Kelas X dan XI di SMA

Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017

Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan analisis hubungan antara

jenis kelamin dengan pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi remaja siswa-siswi

kelas X dan XI di SMA Al-Islah Kota

Cilegon tahun 2017 didapatkan bahwa

siswa berjenis kelamin laki-laki yang

memiliki pengetahuan kurang sebanyak 14

orang (48,3%) proporsinya lebih besar dari

pada siswa berjenis kelamin perempuan

sebanyak 26 orang (35,1%).

Hasil uji statistik Chi-square α = 0.05

didapatkan nilai P sebesar 0,314 (P > α)

yang menunjukan Ho diterima berarti

secara statistik tidak terdapat hubungan

yang bermakna antara jenis kelamin dengan

pengetahuan siswa-siswi kelas X dan XI

Page 11: HUBUNGAN KARAKTERISTIK REMAJA DENGAN …

111

tentang kesehatan reproduksi remaja di

SMA Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017.

Hal ini tidak sejalan dengan teori

Subakti (2011) bahwa konsep jenis kelamin

digunakan untuk membedakan laki-laki dan

perempuan berdasarkan unsur biologis dan

anatomi tubuh. Beberapa orang

beranggapan bahwa pengetahuan seseorang

dipengaruhi oleh jenis kelaminnya. Dan hal

ini sudah tertanam sejak zaman penjajahan.

Namun hal itu di zaman sekarang ini sudah

terbantahkan karena apapun jenis kelamin

seseorang, bila dia masih produktif,

berpendidikan, atau berpengalaman maka

ia akan cenderung mempunyai tingkat

pengetahuan yang tinggi.

Hal ini tidak didukung oleh penelitian

Wisdyana (2013) laki-laki biasanya lebih

merasakan penasaran terhadap informasi

mengenai kesehatan reproduksi sehingga

pengetahuan yang diperoleh lebih banyak,

sedangkan perempuan lebih merasa takut

dan malu dalam membahas masalah

kesehatan reproduksi.

Hal ini juga tidak didukung oleh

penelitian oleh wahyuni (2012)

menunjukkan adanya hubungan antara jenis

kelamin dengan pengetahuan dimana nilai

P = 0,01. Setiap remaja yang berjenis

kelamin berbeda juga memiliki

pengetahuan yang berbeda tentang Penyakit

Menular Seksual.

Menurut peneliti, hubungan tidak

bermakna antara jenis kelamin dengan

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

remaja bisa dikarenakan jumlah responden

perempuan dalam setiap kelas lebih banyak

dibandingkan dengan jumlah responden

laki-laki. Pada penelitian ini proporsi

reponden laki-laki sebanyak 29 orang

(28,2%) sedangkan responden perempuan

sebanyak 74 (71,8%). Tingkat pengetahuan

kesehatan reproduksi remaja berdasarkan

jenis kelamin antara laki-laki dan

perempuan dapat menggambarkan bahwa

sebenarnya saat ini perempuan punya akses

yang sama dengan laki-laki dalam

mendapatkan informasi yang dibutuhkan

tentang kesehatan reproduksi.

Menurut peneliti, pengetahuan dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor,

diantaranya pengalaman, tingkat

pendidikan, fasilitas dan keyakinan.

Remaja laki-laki dan perempuan tentunya

tidak sama dalam menyikapi masalah

kesehatan reproduksi, sehingga

berpengaruh juga terhadap penerimaan

informasi mengenai kesehatan reproduksi.

Selain itu, faktor keyakinan, baik pada

remaja laki-laki maupun perempuan sangat

berbeda. Contohnya, perempuan berisiko

hamil jika melakukan seks bebas. Hal ini

membuat keyakinan perempuan sangat kuat

dalam menjaga kesehatan reproduksinya

dibandingkan laki-laki. Selain itu, laki-laki

biasanya lebih merasakan penasaran

terhadap informasi mengenai kesehatan

reproduksi, sedangkan perempuan lebih

Page 12: HUBUNGAN KARAKTERISTIK REMAJA DENGAN …

112

merasa takut dan malu dalam membahas

masalah kesehatan reproduksi. Hal tersebut

dapat mempengaruhi pengetahuan

kesehatan reproduksi remaja pada laki-laki

dan perempuan.

3. Hubungan Antara Sumber Informasi

dengan Pengetahuan Tentang

Kesehatan Reproduksi Remaja Pada

Siswa Siswi Kelas X dan XI di SMA

Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017

Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan analisis hubungan antara

pendidikan terakhir ibu dengan

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

remaja siswa-siswi kelas X dan XI di SMA

Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017

didapatkan bahwa siswa dengan ibu

berpendidikan rendah memiliki

pengetahuan kurang sebanyak 34 (75,6%)

proporsinya lebih besar dari pada siswa

dengan ibu berpendidikan tinggi sebanyak

6 orang (10,3%).

Hasil uji statistik Chi-square α = 0.05

didapatkan nilai P sebesar 0,000 (P ≤ α)

yang menunjukan Ho ditolak berarti secara

statistik terdapat hubungan yang bermakna

antara sumber informasi dengan

pengetahuan siswa-siswi kelas X dan XI

tentang kesehatan reproduksi remaja di

SMA Al- Islah Kota Cilegon tahun 2017.

Hal ini didukung oleh teori

Notoatmodjo (2010) bahwa sumber

informasi merupakan informasi yang

diperoleh dari berbagai sumber yang akan

mempengaruhi tingkat pengetahuan

seseorang. Bila seseorang banyak

memperolah informasi maka ia cenderung

mempunyai pengetahuan yang lebih luas.

Hal ini sejalan dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Wahyuni

(2012) menunjukkan bahwa ada hubungan

antara antara sumber informasi dengan

pengetahuan remaja tentang Penyakit

menular seksual dengan nilai P= 0,00

(P>0,05). Media massa merupakan

sumber informasi terbanyak yang dipilih

oleh responden yaitu 137 orang (76,7%)

berpengetahuan tinggi, sedangkan teman

merupakan pemberi informasi terendah

dimana hanya 37 (12,8%) orang

berpengetahuan tinggi.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian

Bulahari, Korah dan Lontaan (2015)

menunjukan bahwa ada hubungan antara

faktor informasi dengan pengetahuan

remaja tentang kesehatan reproduksi (p

value = 0,024). Dalam penelitian ini dapat

diketahui bahwa sebagian besar responden

berpengetahuan baik mendapat informasi

yang baik (71,33%).

Menurut peneliti, masih banyak siswa

yang memiliki sumber informasi yang

kurang. Siswa-siswi memperoleh informasi

tentang kesehatan reproduksi lebih banyak

dari internet dan temannya. Remaja

seringkali memperoleh informasi yang

Page 13: HUBUNGAN KARAKTERISTIK REMAJA DENGAN …

113

tidak akurat mengenai kesehatan reproduksi

dari teman-teman mereka, bukan dari

petugas kesehatan, guru atau orangtua.

Teman-teman yang tidak baik berpengaruh

terhadap munculnya permasalahan

kesehatan reproduksi remaja seperti seks

bebas, penyakit menular seksual dan

NAPZA. Sehingga informasi yang baik dan

akurat diperlukan oleh remaja untuk

menghindari pengaruh buruk yang dapat

menimbulkan perilaku seksual yang

menyimpang.

Dalam penelitian ini ada banyak

remaja yang mendapatkan informasi

kesehatan reproduksi dari internet karena

internet merupakan media yang

menyediakan informasi secara bebas tanpa

batas walaupun informasi ada yang positif

dan negatif. Banyak media yang

mengungkap secara fulgar (bebas)

kehidupan seks atau gambar-gambar yang

belum sesuai untuk remaja yang dapat

memberikan dampak yang kurang baik bagi

mereka. Karena pada saat usia remaja

terjadi perubahan psikologis yang

mengakibatkan perubahan sikap dan

tingkah laku. Seperti mulai memperhatikan

penampilan diri, mulai tertarik dengan

lawan jenis, berusaha menarik perhatian

dan muncul perasaan cinta yang kemudian

akan timbul dorongan seksual.

Menurut peneliti, peran orang

terdekat sangat berpengaruh terhadap

informasi yang diberikan dalam

menentukan sikap atau keputusan bertindak

terutama orang tua dan guru yang memiliki

pengetahuan yang lebih dibandingkan

siswa. Hal tersebut berarti sumber

informasi mempengaruhi pengetahuan

siswa tentang kesehatan reproduksi remaja.

Semakin seringnya orang tua, guru, teman,

tenaga kesehatan memberikan informasi

tentang kesehatan reproduksi remaja maka

semakin berkembang pula daya tangkap

dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan

yang diperoleh semakin membaik.

Dalam hal ini peneliti sebagai tenaga

kesehatan mengharapkan para siswa-siswi

mendapat informasi yang tepat tanpa salah

paham agar lebih selektif kembali dari

mana informasi tersebut diperoleh, maka

diupayakan memperoleh informasi dari

sumber yang kompeten dibidangnya salah

satunya yakni guru biologi disekolah. Salah

satu cara yang dapat dilakukan tenaga

kesehatan yaitu bekerja sama dengan pihak

sekolah guna melakukan penyuluhan

melalui kegiatan PIK-R dalam memberikan

informasi mengenai kesehatan reproduksi

remaja.

4. Hubungan Antara Pendidikan

Terakhir Ibu dengan Pengetahuan

Tentang Kesehatan Reproduksi

Remaja Pada Siswa Siswi Kelas X dan

XI di SMA Al-Islah Kota Cilegon

tahun 2017

Page 14: HUBUNGAN KARAKTERISTIK REMAJA DENGAN …

114

Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan analisis hubungan antara

pendidikan terakhir ibu dengan

pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

remaja siswa-siswi kelas X dan XI di SMA

Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017

didapatkan bahwa siswa dengan ibu

berpendidikan rendah memiliki

pengetahuan kurang sebanyak 34 (75,6%).

Sedangkan siswa dengan ibu berpendidikan

tinggi memiliki pengetahuan kurang

sebanyak 6 orang (10,3%).

Hasil uji statistik Chi-square α = 0.05

didapatkan nilai P sebesar 0,000 (P ≤ α)

yang menunjukan Ho ditolak berarti secara

statistik terdapat hubungan yang bermakna

antara pendidikan terakhir ibu dengan

pengetahuan siswa-siswi kelas X dan XI

tentang kesehatan reproduksi remaja di

SMA Al- Islah Kota Cilegon tahun 2017.

Hal ini didukung oleh teori Mubarok

(2012), menjelaskan semakin tinggi tingkat

pendidikan ibu semakin mudah

mendapatkan informasi. Pendidikan

seorang ibu yang rendah memungkinkan ia

lambat dalam mengadopsi pengetahuan

baru, khususnya tentang hal – hal yang

berhubungan dengan kesehatan reproduksi

remaja.

Hal ini didukung juga oleh teori

BKKBN (2012) bahwa semakin tinggi

pendidikan orangtua semakin kaya

informasi dan pengetahuan yang bisa

diterapkan untuk remaja. Orangtua wajib

memberikan bimbingan dan arahan kepada

anak-anaknya. Orangtua perlu

menanamkan arti penting dari pendidikan

dan ilmu pengetahuan yang mereka

dapatkan di sekolah, di luar sekolah dan di

dalam keluarga.

Hal ini didukung juga oleh teori

Chandra (2009) Pendidikan yang dijalani

seorang ibu mempunyai pengaruh pada

peningkatan kemampuan berfikir, dengan

kata lain ibu yang berpendidikan lebih

tinggi dapat mengambil keputusan yang

lebih rasional, umumnya terbuka untuk

menerima perubahan atau hal baru

dibandingkan dengan ibu yang

berpendidikan lebih rendah.

Hal ini sejalan dengan penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Febriani

(2014) menunjukkan nilai P = 0,00

(P>0,05) artinya terdapat hubungan yang

bermakna antara pendidikan terakhir ibu

dengan pengetahuan remaja tentang

penyakit menular seksual. Dari penelitian

tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa

yang memiliki ibu dengan tingkat

pendidikan tinggi memiliki pengetahuan

yang tinggi dibandingkan dengan siswa

yang memiliki ibu dengan tingkat

pendidikan rendah.

Menurut peneliti, pengetahuan sangat

erat kaitannya dengan pendidikan dimana

diharapkan seseorang dengan pendidikan

tinggi, maka orang tersebut akan semakin

luas pula pengetahuannya. Namun perlu

Page 15: HUBUNGAN KARAKTERISTIK REMAJA DENGAN …

115

ditekankan bahwa seorang yang

berpendidikan rendah tidak berarti mutlak

berpengetahuan rendah pula. Peningkatan

pengetahuan tidak mutlak diperoleh di

pendidikan formal, akan tetapi juga dapat

diperoleh pada pendidikan non formal.

Berdasarkan hasil penelitian yang

diperoleh berkaitan dengan sumber

informasi dan pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi remaja menunjukkan

adanya kesesuaian antara teori dan hasil

penelitian sebelumnya. Menurut peneliti,

hal tersebut berarti pendidikan terakhir ibu

mempengaruhi pengetahuan siswa tentang

kesehatan reproduksi remaja, dimana pada

umumnya setiap anak akan lebih memilih

ibu dalam konsultasi tentang hal pribadi

termasuk masalah kesehatan reproduksi

remaja, maka semakin tinggi pendidikan

ibu akan lebih bagus pula informasi yang

didapat oleh anaknya karena remaja akan

mencari seseorang yang dianggapnya dekat

untuk bertanya mengenai hal-hal yang

belum ia fahami ataupun di alami, pada

umumnya remaja akan memilih ibu yang

dianggapnya bisa mengerti.

Adapun pendekatan yang dapat

dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam hal

ini yakni bidan adalah dapat memberikan

pendidikan kesehatan reproduksi remaja

melalui penyuluhan-penyuluhan dalam

setiap kegiatan yang diikuti oleh ibu-ibu

seperti, arisan, pengajian dan lain

sebagainya. Melalui penyuluhan ini

diharapkan para ibu dapat mendapatkan

informasi yang tepat mengenai kesehatan

reproduksi remaja, sehingga para ibu dapat

memberikan pendidikan awal kepada putra-

putrinya.

5. Hubungan Antara Peran Orangtua

dengan Pengetahuan Tentang

Kesehatan Reproduksi Remaja Pada

Siswa Siswi Kelas X dan XI di SMA

Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017

Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan analisis hubungan antara

peran orangtua dengan pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi remaja siswa-siswi

kelas X dan XI di SMA Al-Islah Kota

Cilegon tahun 2017 didapatkan bahwa

siswa dengan peran orangtua kurang

memiliki pengetahuan kurang sebanyak 26

orang (74,3%) proporsinya lebih besar dari

pada siswa dengan peran orangtua baik

sebanyak 14 orang (20,6%).

Hasil uji statistik Chi-square α = 0.05

didapatkan nilai P sebesar 0,000 (P ≤ α)

yang menunjukan Ho ditolak berarti secara

statistik secara statistik terdapat hubungan

yang bermakna antara peran orangtua

dengan pengetahuan siswa-siswi kelas X

dan XI tentang kesehatan reproduksi

remaja di SMA Al- Islah Kota Cilegon

tahun 2017.

Hal ini didukung oleh teori Hurlock

(2009) bahwa peranan orang tua yang

kurang dalam memberikan informasi

Page 16: HUBUNGAN KARAKTERISTIK REMAJA DENGAN …

116

kesehatan reproduksi dan seksualitas dapat

menyebabkan rendahnya pengetahuan anak

mengenai kesehatan reproduksi. Apabila

orang tua merasa memiliki pengetahuan

yang cukup mendalam tentang kesehatan

reproduksi, remaja lebih yakin dan tidak

merasa canggung untuk membicarakan

topik yang berhubungan dengan kesehatan

reproduksi.

Hal ini didukung juga oleh teori

Suryani (2008) bahwa peran orang tua

sangat besar pengaruhnya terhadap

remaja dalam memberikan alternative

jawabannya dari hal-hal yang muncul pada

saat remaja pubertas. Orang tua yang bijak

akan memberikan lebih dari satu jawaban

atau alternatif supaya remaja bisa berfikir

lebih jauh dan memilih yang terbaik. Orang

tua yang kaku akan memberikan jawaban

yang tidak bijak membuat remaja bingung.

Hal ini didukung juga oleh teori

Santrock (2009) bahwa remaja dalam

keluarga yang bercerai lebih menunjukkan

penyesuaian dibandingkan dengan keluarga

remaja yang utuh dengan kehadiran orang

tuanya. Orang tua yang sibuk, kualitas

pengasuhan yang buruk, dan perceraian

orang tua, remaja dapat mengalami depresi,

kebingungan, dan ketidakmantapan emosi

yang menghambat mereka untuk tanggap

terhadap kebutuhan remaja sehingga remaja

dapat dengan mudah terjerumus pada

perilaku yang menyimpang karena

kurangnya pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi.

Hal ini sejalan dengan penelitian

Munandari (2012) bahwa ada hubungan

yang signifikan antara peran orang tua

dengan pengetahuan remaja putri tentang

perubahan masa pubertas (Pvalue = 0,042 <

0,05). Orangtua mempunyai peranan

penting dalam mengatur anak-anaknya ke

alam dewasa. Orangtua menjadi sumber

pertama mengenai kesehatan reproduksi

kepada remaja secara benar dan terpercaya.

Menurut Peneliti, peran orang tua dalam

memberikan informasi kesehatan

reproduksi masih kurang, kecilnya peranan

orang tua untuk memberikan informasi

kesehatan reproduksi dan seksualitas

disebabkan oleh rendahnya pengetahuan

orang tua mengenai kesehatan reproduksi

serta masih menganggap tabu

membicarakan tentang kesehatan

reproduksi. Hubungan orang tua yang

harmonis akan menumbuhkan kehidupan

emosional yang optimal terhadap

perkembangan kepribadian remaja dan

sebaliknya, orang tua yang sering

bertengkar akan menghambat komunikasi

dalam keluarga, dan remaja akan melarikan

diri dari keluarga. Keluarga yang tidak

lengkap misalnya karena perceraian,

kematian, dan keluarga dengan keadaan

ekonomi yang kurang, dapat

mempengaruhi perkembangan jiwa remaja.

Page 17: HUBUNGAN KARAKTERISTIK REMAJA DENGAN …

117

Berdasarkan hasil penelitian yang

diperoleh berkaitan dengan peran orangtua

dan pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi remaja menunjukkan adanya

kesesuaian antara teori dan hasil penelitian

sebelumnya. peran antara orang tua dengan

remaja dikatakan berkualitas apabila kedua

belah pihak memiliki hubungan yang baik

dalam arti bisa saling memahami, saling

mengerti, saling mempercayai dan

menyayangi satu sama lain, sedangkan

komunikasi yang kurang berkualitas

mengindikasikan kurangnya perhatian,

pengertian, kepercayaan dan kasih sayang

di antara keduanya. Ketidaktahuan orang

tua tentang kesehatan reproduksi, atau tidak

mengerti konsep pendidikan seks, remaja

dapat mencari informasi di luar rumah yang

justru sering mengarahkan mereka pada

solusi yang menjerumuskan. Keluarga yang

mengabaikan pengawasan terhadap media

informasi, remaja dapat dengan mudah

meniru perilaku-perilaku yang

menyimpang. Peran orang tua sangat

diperlukan dalam memberikan informasi

dan bimbingan tentang kesehatan

reproduksi remaja kepada anak remajanya.

Dalam hal ini peneliti sebagai tenaga

kesehatan mengharapkan siswa- siswi

mampu menjalin komunikasi yang baik

dengan orangtuanya. Orangtua perlu

mengembangkan kepercayaan anak kepada

orangtua sehingga remaja lebih terbuka dan

mau bercerita kepada orangtuanya.

Harapannya orangtua tidak menganggap

seks merupakan hal yang tabu, dapat

memberikan pendidikan kesehatan

reproduksi dan memantau pergaulan anak

remajanya, sehingga tidak menyebabkan

perilaku yang tidak diharapkan.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan

yang dilakukan mengenai hubungan

karakteristik remaja dengan pengetahuan

siswa siswi kelas X dan XI tentang

kesehatan reproduksi remaja di SMA Al-

Islah Kota Cilegon tahun 2017, maka

peneliti dapat mengambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Masih ditemukannya siswa-siswi kelas

X dan XI memiliki pengetahuan

kurang (38,8%) di SMA Al-Islah Kota

Cilegon tahun 2017.

2. Masih ditemukannya siswa-siswi kelas

X dan XI memiliki jenis kelamin laki-

laki (28,2%) di SMA Al-Islah Kota

Cilegon tahun 2017.

3. Sebagian besar siswa-siswi kelas X

dan XI memiliki sumber informasi

kurang (66%) di SMA Al-Islah Kota

Cilegon tahun 2017.

4. Hampir setengahnya siswa-siswi kelas

X dan XI memiliki ibu dengan

pendidikan rendah (43,7%) di SMA

Al-Islah Kota Cilegon tahun 2017.

5. Masih ditemukannya siswa-siswi kelas

Page 18: HUBUNGAN KARAKTERISTIK REMAJA DENGAN …

118

X dan XI memiliki peran orangtua

yang kurang (34%) di SMA Al-Islah

Kota Cilegon tahun 2017.

6. Tidak terdapat hubungan bermakna

antara jenis kelamin dengan

pengetahuan siswa-siswi kelas X dan

XI tentang kesehatan reproduksi

remaja di SMA Al-Islah Kota Cilegon

tahun 2017.

7. Terdapat hubungan yang bermakna

antara sumber informasi dengan

pengetahuan siswa-siswi kelas X dan

XI tentang kesehatan reproduksi

remaja di SMA Al-Islah Kota Cilegon

tahun 2017.

8. Terdapat hubungan yang bermakna

antara pendidikan terakhir ibu dengan

pengetahuan siswa-siswi kelas X dan

XI tentang kesehatan reproduksi

remaja di SMA Al-Islah Kota Cilegon

tahun 2017.

9. Terdapat hubungan yang bermakna

antara peran orangtua dengan

pengetahuan siswa-siswi kelas X dan

XI tentang kesehatan reproduksi

remaja di SMA Al-Islah Kota Cilegon

tahun 2017.

SARAN

Dari kesimpulan di atas, saran yang

ingin penulis sampaikan kepada :

10. SMA Al-Islah Kota Cilegon

Pengetahuan atau materi tentang

kesehatan reproduksi remaja yang telah

ada di dalam kurikulum dapat

disampaikan dengan baik dan menarik.

Peningkatan pengetahuan ini dapat

dilakukan dengan meningkatkan

kinerja PIK-R (Pusat Informasi dan

Konseling Remaja) atau konselor

sebaya dan meningkatkan frekuensi

konseling remaja kepada konselor

sebaya.

11. Institusi Pendidikan

Referensi ini semoga bermanfaat

dalam bertukar pengetahuan tentang

hubungan karakteristik remaja dengan

pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi remaja. Kiranya hasil

penelitian ini dapat di dokumentasikan

dengan baik sehingga menjadi

referensi bagi penelitian selanjutnya.

12. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini hendaknya dapat menjadi

dasar penelitian selanjutnya tentang

hubungan karakteristik remaja

(Lingkungan, sosial budaya,

pekerjaan) dengan pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi remaja dengan

pengembangan teknik penelitian

sehingga hasilnya lebih baik dari yang

ada sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S, 2010, Prosedur Penelitian

Suatu Pendekatan Praktek, Rineka

Cipta, Yogyakarta.

Page 19: HUBUNGAN KARAKTERISTIK REMAJA DENGAN …

119

Azwar, S, 2014. Penyusunan Skala

Psikologi, Edisi 2 Cetakan 5, Pustaka

Pelajar, Yogyakarta.

BKKBN, 2012, Pendalaman Materi

Membantu Remaja Memahami

Dirinya.

Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-

Hak Reproduksi, Jakarta.

BPS Provinsi Banten, 2016, Provinsi

Banten dalam Angka Tahun 2016,

Badan Pusat Statistik Provinsi

Banten, KP3B Serang.

BPS, 2013, Penduduk Indonesia : Hasil

Sensus Penduduk 2010, BPS Statistic

Indonesia,https://www.bps.go.id/web

site/pdf_publikasi/watermark%20_Pe

nduduk%20Indonesia%20Hasil%20S

P%202010.pdf Diakses 21 April

2017.

BPS, 2013, Survei Demografi dan

Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012,

Badan Pusat Statistik Indonesia,

Jakarta.

Bulahari, NB, Korah, HB, & Lontaan, A,

2015, Faktor-faktor yang

mempengaruhi Pengetahuan Remaja

Tentang Kesehatan Reproduksi,

Jurnal Ilmiah Bidan (JIDAN), ISSN

2339-1731, Vol.3, No.2, Juli-

Desember 2015, pp. 15-20.

http://ejurnal.poltekkesmanado.ac.id/index.

php/jib/article/view/294/309.

Chandra, Budiman, 2009, Metodelogi

Penelitian Kesehatan, EGC, Jakarta.

Darmasih, R, Setiyadi, NA, & Gama, A,

2011, Kajian Perilaku Seks Pranikah

Remaja SMA Di Surakarta, Jurnal

Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol.4,

No.2, Desember 2011, pp.111-119.

Febriani, DN, 2014, Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Siswa Siswi Kelas X Dan Xi Tentang

Penyakit Menular Seksual Di SMA N

4 Cilegon Tahun 2014, Skripsi,

Universitas Muhammadiyah

tangerang.

Gunarsa, SD, 2014, Psikologi

Perkembangan Anak dan Remaja,

BPK Gunung Mulia, Jakarta.

Handayani, Sugiarti, 2008, Konsep Dan

Teknik Penelitian Gender, UMM

Press, Malang.

Hastono, SP, 2007, Analisis Data

Kesehatan, Fakultas kesehatan

masyarakat universitas indonesia,

Depok.

Hurlock, EB, Widayanti, I, & Sudjarwo,

2009, Psikologi Perkembangan :

suatu pendekatan sepanjang rentang

kehidupan, Erlangga, Jakarta.

Irawan, E, 2015, Gambaran Pengetahuan

Remaja tentang Kesehatan

Reproduksi di Desa Kertajaya, Jurnal

Ilmu Keperawatan, ISSN, 2338-7246,

Vol. IV, No.1, April 2016, pp. 26-31,

http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.

php/jk/ article/download/313/304.

Page 20: HUBUNGAN KARAKTERISTIK REMAJA DENGAN …

120

Kalsum, Ummi, 2009, Pengantar Audit

Sistem Informasi, Kanisius, Jakarta.

Kemenkes PPN/Bappenas, 2016,

Kesetaraan Genderdan

Pemberdayaan Perempuan,

http://sdgsindonesia.or.id/index.php/s

dgs/itemlist/category/29sdg

s?start=12 diakses 18-04-2017.

Kemenkes RI, 2011, Pedoman Teknik

Konseling Kesehatan Remaja bagi

Konselor Sebaya, Kemenkes RI,

Jakarta.

Kemenkes RI, 2015, Profil Kesehatan

Indonesia Tahun 2014, Kementerian

kesehatan Republik Indonesia,

Jakarta, http://www.kemkes.go.id

Diakses 29 Maret 2017.

Kumalasari, I & Andhyantoro I, 2012,

Kesehatan Reproduksi : Untuk

Mahasiswa Kebidanan dan

Keperawatan, Salemba Medika,

Jakarta.

Makmun, AS, 2016, Psikologi Pendidikan :

Perangkat Sistem Pengejaran Modul, Cetakan 12, PT Rosda Karya, Bandung.

Marmi, 2013, Kesehatan Reproduksi,

Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Monks F.J., Knoers A.M.P., Haditono S.R.,

2015, Psikologi Perkembangan

Pengantar dalam Berbagai

Bagiannya, Edisi 16, Gadjah Mada

University Press Yogyakarta.

Mubarak, WI, 2012, Promosi Kesehatan :

Sebuah Pengantar Proses Belajar

Mengajar Dalam Pendidikan, Graha

Ilmu, Yogyakarta.

Munandari, A, 2012, Hubungan peran

orang tua dengan pengetahuan

tentang perubahan masa pubertas

pada remaja putri di Muntilan,

http://opac.unisayogya.ac.id/757/

Diakses 28 April 2017

Notoatmodjo, S, 2010, Pendidikan dan

Perilaku Kesehatan cetakan I, Rineka

Cipta, Jakarta.

, 2010, Metodologi Penelitian

Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Ramatika, D, 2015, Hubungan

Dukungan Keluarga Dengan Tingkat

Kecemasan

Remaja Putri Dalam Menghadapi

Menarche, JOM, Vol.2, No.2,

Oktober 2015, pp. 1007-1013.

Rosdarni, Dasuki, D, Waluyo, SD, 2014,

Pengaruh Faktor Personal terhadap

Perilaku Seksual Pranikah pada

Remaja, Jurnal Kesehatan

Masyarakat Nasional, Vol. 9, No.3,

Februari 2015, pp. 214-221.

Santrock, JW, 2009. Adolescence :

Perkembangan Remaja, Jilid I Edisi

11, Erlangga, Jakarta.

Subakti, AR, 2011, Sosiologi Teks

Pengantar dan Terapan, Prenada

Media Group, Jakarta.

Sugiyono, 2012, Memahami Penelitian

Kualitatif, Alfabeta, Bandung.

Suryani, E, dkk, 2008. Psikologi Ibu dan

Page 21: HUBUNGAN KARAKTERISTIK REMAJA DENGAN …

121

Anak. Edisi III, Fitramanya,

Yogyakarta.

Umaroh, AK, Kusumawati, Y, & Kasjono,

HS, 2015, Hubungan Antara Faktor

Internal Dan Faktor Eksternal

Dengan Perilaku Seksual Pranikah

Remaja Di Indonesia, Jurnal

Kesehatan Masyarakat Andalas,

Vol.10, No.1, pp.65-75.

Wahyuni, S, 2012, Hubungan Antara

Pengetahuan Remaja Tentang

Penyakit Menular Seksual Dengan

Jenis Kelamin Dan Sumber Informasi

Di SMAN 3 Banda Aceh Tahun

2012, Jurnal Ilmiah STIKES

U‟Budiyah, Vol.1, No.2, Maret 2012,

pp. 38-43.

Widyastuti, Y, dkk, 2009. Kesehatan

Reproduksi, Penerbit Fitramaya,

Yogyakarta.

Wisdyana, SPSW, & Setiowati, T, 2013,

Hubungan Karakteristik Remaja

dengan Pengetahuan Remaja

Mengenai Kesehatan Reproduksi di

Kota Cimahi, Vol.6, 2015, pp. 184-

189

http://jurnal.polban.ac.id/index.php/pr

oceeding/article/view/251/143.

Page 22: HUBUNGAN KARAKTERISTIK REMAJA DENGAN …