41
HUBUNGAN GIGI GELIGI DALAM RAHANG Disusun Oleh : KHUNTI KAYATI (09/282949/KG/08520) AINI SUNAR KUSNIASTUTI (10/299628/KG/08719) NABILA PUTERI (13/346391/KG/09509) VINESSIA PARADISS (13/346921/KG/09510) ZAHIDA SHINTA LUTFANA G (13/347786/KG/09511) RISTY GITA AMALIA (13/347788/KG/09512) INTAN NUR FAJRI (13/347789/KG/09513) DARA PANGESTIKA DWI A (13/347790/KG/09514) DELSA ROSANA BELLA (13/347791/KG/09515) DIMAS PUTRA N (13/347792/KG/09516) FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

HUBUNGAN GIGI GELIGI DALAM

RAHANG

Disusun Oleh :

KHUNTI KAYATI (09/282949/KG/08520)

AINI SUNAR KUSNIASTUTI (10/299628/KG/08719)

NABILA PUTERI (13/346391/KG/09509)

VINESSIA PARADISS (13/346921/KG/09510)

ZAHIDA SHINTA LUTFANA G (13/347786/KG/09511)

RISTY GITA AMALIA (13/347788/KG/09512)

INTAN NUR FAJRI (13/347789/KG/09513)

DARA PANGESTIKA DWI A (13/347790/KG/09514)

DELSA ROSANA BELLA (13/347791/KG/09515)

DIMAS PUTRA N (13/347792/KG/09516)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2013 / 2014

Page 2: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan

rahmad dan karuniaNyalah akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

HUBUNGAN GIGI GELIGI DALAM RAHANG ini tepat waktu.

Adapun tujuan kami membuat makalah ini yaitu agar kita dapat memahami

susunan gigi dalam rahang, kurve kompensasi, dan sudut inklinasi gigi serta oklusi pada gigi

geligi. Dan harapan kami mudah-mudahan makalah ini dapat membantu teman-teman dalam

proses belajar mengajar.

Akhir kata Tak Ada Gading yang Tak Retak, kritik dan saran dari teman – teman

demi kesempurnaan makalah ini sangat kami harapkan.

Terima kasih.

Yogyakarta, Maret 2014

I

Page 3: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

DAFTAR ISI

KataPengantar………………………………………………………………………I

Daftar Isi .………………………………………………………………………….II

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang……………………………………………….…………….1

1.2 Tujuan ………………………………………………………………….….1

Bab II Pembahasan

2.1 Susunan Gigi Geligi dalam Rahang …………. ……………………………..2

2.2 Kurve Kompensasi Gigi …………………………..………… ……………...3

2.3 Sudut Inklinasi Gigi …………… …………………………………………10

2.4 Oklusi gigi geligi ……………………………………………………………17

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………23

Darftar Pustaka

II

Page 4: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kontak antara gigi geligi akan menghasilkan tekanan vertical dan horizontal.

Tekanan ini akan menyebabkan gigi miring atau rotasi, yang berarti posisi gigi tidak stabil.

Jika kontak interproximal gigi terpelihara dengan baik, maka stabilitas lengkung gigi akan

baik. Sedangkan stabilitas gigi geligi antar rahang diperoleh dari kontak bilateral antara gigi

yang berlawanan pada posisi intercuspal. Sedang inklasi merupakan suatu deviasi dari

horizontal atau vertical atau deviasi sumbu panjang dari garis tegak lurus.

Hubungan oklusi gigi geligi pertama kali diperkenalkan oleh Edward Angle pada

tahun 1899. Untuk memahami hubungan gigi geligi dalam rahang maka dalam kesempatan

kali ini, kita sama-sama akan mempelajari susunan dari gigi tersebut dalam rahang, kurve

kompensasi, sudut inklinasi gigi serta oklusi gigi geligi.

1.2 Tujuan

Mampu mengetahui dan memahami susunan gigi geligi dalam rahang

Mampu mengetahui dan memahami kurve kompensasi gigi

Mampu mengetahui dan memahami sudut inklinasi gigi

Mampu mengetahui dan memahami oklusi gigi geligi

1

Page 5: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Susunan Gigi Geligi dalam Rahang

Gigi manusia umumnya terdiri dari 2 jenis yaitu gigi decidui (gigi susu) dan gigi

permanen (gigi tetap). Setiap manisia memiliki 32 gigi permanen : 16 gigi tertanam pada

rahang atas (maxilla) dan 16 gigi tertanam pada rahang bawah (mandibula). Setiap rahang

terdiri dari 2 kelompok, yaitu gigi depan (anterior teeth) dan gigi belakang (posterior teeth).

Pada gigi permanaen, gigi anterior terdiri dari 2 gigi seri tengah (incisivus centralis) , 2

gigi seri samping (incisivus lateralis), dan 2 gigi taring (caninus). Sedangkan gigi posterior

terdiri dari 4 gigi geraham kecil (premolar) dan 6 gigi geraham besar (molar).

Pada gigi decidui terdiri dari 20 gigi masing-masing berada di rahang atas (10buah gigi)

dan rahang bawah (10 buah gigi). Gigi decidui terdiri dari gigi incisivus centralis (2 buah

gigi), incisivus lateralis (2 buah gigi), dan caninus (2 buah gigi) pada regio anterior.

Sedangkan pada regio posterior terdiri dari 4 gigi molar.

2

Page 6: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

Manusia memiliki 4 jenis gigi untuk berbagi tugas mengunyah makanan, yaitu:

• Gigi seri: berbentuk pipih dan tajam untuk memotong makanan.

• Gigi taring: ujungnya yang runcing untuk mengiris dan memotong makanan.

• Gigi premolar (geraham depan): bentuknya berlekuk-lekuk untuk memegang dan

menghaluskan makanan.

• Gigi molar (geraham belakang): bentuknya berlekuk-lekuk untuk menghaluskan makanan

2.2 Kurve Kompensasi Gigi

Semua permukaan lengkung gigi sesuai dengan lekukan. Jika dilihat dari aspek

oklusal, setiap lengkung gigi berbentuk huruf U. Tepi insisal dan ujung cusp bukal mengikuti

garis melengkung di sekitar tepi luar dari lengkung gigi; ujung cusp lingual gigi posterior

mengikuti garis melengkung hampir sejajar dengan ujung cusp bukal. Antara cusp bukal dan

lingual adalah alur sulcular, yang berjalan anteroposterior seluruh panjang gigi posterior.

Lengkung mandibula cekung, sementara  dan lengkung rahang atas cembung. Antara satu

lengkungan dengan lengkungan dikompensasi oleh lengkungan lain, maka disebut kurva

kompensasi.

3

Page 7: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

Dalam pemuatan gigi tiruan, bidang oklusal merupakan pedoman yang penting dalam

penyusun gigi posterior dengan tujuan agar mastikasi menjadi efisien.Karena adanya

inklinasi sagital dari gigi-geligi posterior tersebut, maka bidang oklusal akan membentuk

lengkung oklusal. Dari sisi lateral, penyusunan morfologis ini disebut kurva Spee atau disut

juga kurva kompensasi dimulai dari kaninus hingga molar.

Secara fisiologis, terdapat kecenderungan alami bahwa kurva ini akan semakin dalam

pada masa pertumbuhan. Pertumbuhan RB ke arah bawah dan depan terkadang berlangsung

lebih cepat dan lama daripada RA. Jadi, selama masa pertumbuhan , kedalaman kurva Spee

masih akan berubah-ubah hingga kurva menjadi relative stabil pada dewasa muda.

Perubahan Kurva Spee secara patologis dapat menyebabkan berbagai hal. Perubahan

ini terjadi pada beberapa situasi seperti adanya geligi yang rotasi, tipping maupun ekstrusi.

Melakukan rotasi terhadap gigi yang sudah mengalami perubahan pada bidang oklusal dapat

mengakibatkan terjadi gangguan gerak protrusive posterior. Gangguan tersebut selanjutnya

akan memulai terjadinya aktivitas abnormal levator mandibula terutama otot masseter dan

temporal yang selanjutnya dapat menyebabkan keausan, fraktur rotasi dan disfungsi TMJ.

Tiga dimensi lengkung kurva pada gigi manusia:

1. Kurva Spee (kurva anteroposterior dari bidang oklusal)

Graf Von Spee menggambarkan kelengkungan permukaan oklusal gigi dari ujung

caninus mandibula yang berjalan posterior mengikuti cusp bukal gigi posterior

mandibula, mengikuti katub bukal dari gigi premolar dan molar, berlanjut ke perbatasan

4

Page 8: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

anterior ramus atau mengacu pada. Kurva ini berada dalam bidang sagital saja. Efek

dari Kurva Spee ditentukan dengan membandingkan bidang tiap gigi dalam kurva

dengan jalur putaran condycle. Lebih menyimpang bidang tiap gigi dari arah jalur

putaran condycle, semakin besar tinggi puncak. Lebih sejajar bidang tiap gigi dari jalur

putaran condycle, semakin pendek tinggi puncak. Jika garis melengkung terus lebih jauh

ke belakang, itu idealnya akan mengikuti busur melalui kondilus. Kelengkungan busur

akan berhubungan, rata-rata, untuk bagian dari lingkaran dengan 4 - radius inci.

Kurva ideal spee sejajar sehingga kelanjutan dari yang berada memperpanjang

melalui kondilus. Kelengkungan ini berada berkaitan dengan rata-rata 4 - radius inci.

5

Page 9: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

Ada tujuan di belakang desain kurva spee serta lokasi dalam kaitannya dengan

condyle tersebut. Menghasilkan kurva dari variasi dalam keselarasan aksial gigi yang

lebih rendah. Untuk menyelaraskan setiap gigi untuk daya tahan maksimum terhadap

beban fungsional, sumbu panjang setiap gigi yang lebih rendah, sejalan hampir sejajar

dengan lengkungan individu penutupan sekitar sumbu condylar. Hal ini memerlukan

molar terakhir yang berjudul maju pada sudut terbesar dan gigi ke depan pada sudut

setidaknya. Perkembangan ini posisi ujung cusp pada kurva yang secara langsung

berkaitan dengan sumbu condylar dengan serangkaian perkembangan garis singgung.

Hubungan Kurva oklusi dengan sumbu condylar juga berhubungan dengan jalan

condylar dalam tonjolan. Jika bidang oklusal adalah pada busur yang melewati kondilus,

bagian posterior dari bidang oklusal akan selalu datar dan rendah untuk discluded oleh

jalan condylar normal pada eminentia yang curam. Jadi, bahkan dengan bimbingan

anterior nol derajat flat di tonjolan, bidang oklusal pada rendah akan discluded oleh

gerakan maju dari kondilus yang diarahkan ke bawah pada sudut yang lebih curam

daripada bagian posterior dari oklusal.

Hal ini karena desain geometris ini yaitu 4 radius inci dari kurva Monson bekerja

secara efektif jika kondilus digunakan untuk titik survei.

6

Page 10: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

Jika kurva spee busur meluas melalui kondilus, bidang oklusal akan selalu cukup datar di

segmen posterior dipisahkan oleh jalan ke bawah dari kondilus terhadap jalur condylar

biasanya curam. Sehingga ini dengan bimbingan anterior datar.

Kedalaman kurva Spee dan kurva kompensasi merupakan hal yang penting dalam

prosedur perawatan. Kurva Spee dapat dijadikan referensi dalam merekonstruksi oklusal

pada kasus kehilangan gigi posterior sebagian atau seluruhnya. Tujuan utama yang paling

penting adalah dalam hal ini untuk mendapatkan stabilitas gigi tiruan. Perlu diperhatikan

jika pada pasien yang telah mengalami penurunan dimensi vertical, maka pembuatan cusp

gigi yang tajam dengan kurva yang datar adalah kontraindikasi karena dapat mengurangi

freeway space. Pembuatan cups yang tajam, dalam, dan curam yang tidak mengikuti kurva

spee dalam bentuk fisiologis yang sebelumnya mengakibatkan pengaruh traumatik pada

jaringan penyangga sehingga jaringan periodontal dan tulang resopsi, dan kehilangan lebih

lanjut pada gigi sisa.

Pengukuran kedalaman Curve of Spee. Cusp tip ditandai dengan titik-titik hitam.

Page 11: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

72. Kurva Wilson (kurva dari sisi ke sisi)

Kurva wilson adalah kurva imajiner, medio-lateral dalam arah pada setiap sisi

lengkung berisi tips titik puncak pada gigi rahang bawah. dalam oklusi sentrik, gigi

anterior rahang atas tumpang tindih dengan gigi rahang bawah sekitar 2 mm.

Kurva wilson adalah kurva mediolateral bahwa kontak bukal dan ujung cusp

lingual pada setiap sisi dari lengkungan. Ini hasil dari kecenderungan di dalam dari gigi

posterior yang lebih rendah, membuat lingual cusp lebih rendah dari katup bukal pada

lengkung rahang bawah, sedangkan katup bukal lebih tinggi daripada katup lingual pada

lengkung rahang atas karena kecenderungan luar gigi posterior atas.

Ada dua alasan untuk kecenderungan ini gigi posterior. Satu hubungannya

dengan ketahanan terhadap beban, dan yang kedua berkaitan dengan fungsi pengunyahan.

Page 12: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

8

Jika kecenderungan buccolingual gigi posterior dianalisis dalam kaitannya dengan arah

dominan dari kekuatan otot, itu akan menjadi jelas apabila keselarasan aksial semua gigi

posterior dalam hampir sejajar dengan tarikan ke dalam yang kuat dari otot-otot

pterygoideus intern. Komponen terkuat fungsi lateral yang terjadi dari luar ke dalam,

hampir sejajar dengan arah otot pterygoideus internal, yang bilateral tarik kondilus

medial untuk menciptakan posisi midmost hubungan sentris. Menyelaraskan baik atas

dan bawah gigi posterior dengan arah utama kontraksi otot menghasilkan resistensi

terbesar terhadap pasukan pengunyahan dan menciptakan inclinantions yang membentuk

kurva wilson.

Ada alasan lain untuk kurva wilson yang berhubungan secara definitif fungsi

pengunyahan. Karena lidah dan kompleks buccinator harus berulang menempatkan setiap

gigitan makanan ke permukaan oklusal untuk pengunyahan, harus ada akses yang mudah

untuk makanan untuk sampai ke meja oklusal. Kecenderungan dalam dari tabel oklusal

rendah dirancang untuk akses langsung dari lingual, tanpa block usia oleh cusp lingual

yang lebih rendah .

Kecenderungan luar dari tabel oklusal atas menyediakan akses dari bukal untuk

makanan yang akan dilempar langsung ke meja oklusal oleh sekumpulan dari otot

buccinator. Semakin lama lingual cusp gigi posterior atas berfungsi sebagai penyekat

untuk makanan melemparkan oleh lidah.

Ketika kurva wilson dibuat terlalu datar, kemudahan fungsi pengunyahan

mungkin terganggu karena peningkatan aktivitas yang dibutuhkan untuk mendapatkan

makanan ke meja oklusal. Semakin besar ketinggian relatif dari katup lingual yang lebih

rendah, semakin besar masalah mengunyah efisiensi dapat menjadi. Kecuali masalah ini

dipahami, mudah terjawab karena keluhan pasien tidak menentukan masalah.

3. Kurva Monson

Monson pada tahun 1920 menghubungkan kurva spee atau kelengkungan di

bidang sagital dengan lekukan kompensasi terkait dalam bidang vertikal dan

mengusulkan bahwa pada rata-rata pada orang dewasa bentuk lengkung mandibula

Page 13: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

9

sesuai sendiri ke suatu bagian dari lingkup 10,16 cm dengan jari-jari tengahnya di

glabella tersebut.

Kurva Monson didasarkan pada teori bola oklusi. itu menunjukkan bahwa gigi

mandibula bergerak di atas permukaan gigi rahang atas seperti pada permukaan

lingkaran dengan diameter 20,32 cm (8 inci).

2.3 Sudut Inklinasi Gigi

Inklinasi masing-masing gigi terhadap bidang oklusal berbeda-beda. Inklinasi masing-masing

gigi meliputi:

- Inklinasi mesiodistal

- Inklinasi bukolingual (bukopalatal)

A. Inklinasi Gigi I1 Rahang Atas

Permukaan mesial dekat dengan garis tengah.

Edge insisal berada pada bidang oklusi.

10

Page 14: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

Pada Inklinasi mesio-distal : poros gigi miring dan membentuk sudut 5o dengan garis

median atau 85o dengan bidang insisal.

Garis servikal pada gigi geligi hampir sama tingginya.

Pada Inklinasi labio-palatal : tepi insisal sedikit masuk ke palatal.

B. Inklinasi Gigi I1 Rahang Bawah

inklinasi mesio-distal long axisnya membuat sudut 85 derajat dengan bidang oklusal

tepi insisal 1-2 mm diatas bidang oklusal

11

Page 15: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

C. Inklinasi Gigi I2 Rahang Atas

Edge insisal terletak 1 – 2 mm di atas bidang oklusi.

Pada Inklinasi mesio-distal : long axisnya membentuk sudut 80o dengan bidang

insisal dan tepi insisal 1 mm di atas bidang insisal.

Pada Inklinasi labio-palatal : bagian servikal condong lebih ke ke palatal serta dilihat

dari bidang insisal tepi insisal terletak di atas linggir rahang.

Garis sevikal lebih rendah dari pada I1.

D. Inklinasi Gigi I2 Rahang Bawah

inklinasi mesio distal : long axisnya membuat sudut 80 derajat dengan bidang oklusal

inklinasi antero posterior : long axisnya tegak lurus bidang oklusal, bagian tepi insisal

dan bagian servikal sama jaraknya,

tepi insisal 1-2 mm diatas bidang oklusal,

dilihat dari bidang oklusal tepi insisal terletak diatas lingir rahang.

12

Page 16: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

E. Inklinasi Gigi Caninus Rahang Atas

Ujung cusp berada sedikit di bawah bidang insisal.

Inklinasi mesio-distal : poros gigi hampir sama dengan I1 atas dan pada bagian distal

tegak lurus dengan bidang insisal.

Inklinasi labio-palatal : bagian servikal tampak lebih menonjol dan ujung cusp lebih

ke palatal.

F. Inklinasi Gigi Caninus Rahang Bawah

inklinasi mesio-distal : long axisnya miring/ paling condong garis luar distalnya

tegak lurus bidang oklusal

13

Page 17: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

G. Inklinasi Gigi P1 Rahang Atas

Inklinasi mesio-distal : long axisnya sejajar garis median dan tegak lurus terhadap

bidang oklusal.

Inklinasi buko-palatal : cusp bukal pada bidang oklusal dan cusp palatal kira-kira 1

mm di atas bidang oklusal.

H. Inklinasi Gigi P1 Rahang Bawah

inklinasi mesio-distal : porosnya tegak lurus bidang oklusal

inklinasi antero-posteriornya : cusp bukalnya berada pada di fosa sentral gigi P-1 dan

C

dilihat dari bidang oklusal : cusp bukalnya berada diatas lingir rahang.

I. Inklinasi Gigi P2 Rahang Atas

inklinasi mesio-distal: porosnya tegak lurus bidang oklusal

Cusp bukal dan cusp palatal terletak pada bidang oklusal

14

dilihat dari bidang oklusal development groove sentralnya terletak diatas lingir

rahang.

Page 18: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

J. Inklinasi Gigi P2 Rahang Bawah

inklinasi mesio-distal: porosnya tegak lurus bidang oklusal

inklinasi antero-posteriornya : cusp bukalnya berada pada di fosa sentral gigi P-1 dan

P-2 atas terlihat adanya overjet dan overbite

dilihat dari bidang oklusal: cusp bukalnya berada diatas lingir rahang.

K. Inklinasi Gigi M1 Rahang Atas

inklinasi mesio-distal: porosnya condong kedistal

inklinasi antero-posterior :cusp-cuspnya terletak pada bidang oblique dari kurva

antero-posterior yaitu cusp mesio-palatal terletak pada bidang oklusi, cusp mesio-

bukal dan disto-palatal sama tinggi kira-kira 1mm diatas bidang oklusi dan cusp

disto-bukal kira-kira 2 mm diatas bidang oklusi

dilihat dari bidang oklusal cusp-cuspnya terletak pada kurva lateral.

15

Page 19: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

L. Inklinasi Gigi M1 Rahang Bawah

inklinasi mesio-distal : cusp mesio-bukal gigi M-1 atas berada digroove mesio-bukal

gigi M-1 bawah.

Inklinasi antero-posterior : cusp bukal gigi M-1 (holding cusp) bawah berada difosa

sentral gigi geraham atas dan terlihat adanya overbite dan overjet

Overjet adalah jarak horisontal antara incisal edge gigi depan Rahang atas  dan

incisal edge gigi-gigi depan rahang bawah.

Overbite  adalah jarak vertikal antara incisal edge gigi depan Rahang atas dengan

incisal edge gigi depan rahang bawah

dilihat dari bidang oklusal cusp bukal gigi geraham bawah berada diatas lingir

rahang.

16

Page 20: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

M. Inklinasi Gigi M2 Rahang Atas

inklinasi mesio-distal: porosnya condong kedistal

inklinasi antero-posterior : cusp-cuspnya terletak pada bidang oblique dari kurva

antero-posterior

dilihat dari bidang oklusal permukaan bukal gigi M-2 atas terletak pada kurva lateral.

N. Inklinasi Gigi M2 Rahang Bawah

dilihat dari bidang oklusal: cusp bukalnya berada diatas lingir rahang.

2.4 Oklusi Gigi Geligi

Oklusi berasal dari kata occludere yang mempunyai arti mendekatkan dua permukaan

yang berhadapan sampai kedua pemukaan tersebut saling kontak. Oklusi dari gigi geligi

dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas dan gigi-gigi pada rahang

bawah bertemu, pada waktu rahang atas dan rahang bawah menutup sebagai akibat

pergerakan rahang bawah.

Oklusi memiliki 2 aspek. Aspek yang pertama adalah statis, yang mengarah pada bentuk,

susunan, dan artikulasi gigi geligi pada dan diantara lengkung gigi, dan hubungan antara gigi

geligi dengan jaringan penyangga. Aspek yang kedua adalah dinamis yang mengarah pada

fungsi sistem stomatognatik yang terdiri dari gigi geligi, jaringan penyangga, sendi

temporomandibula, sistem neuromuskular dan nutrisi.

17

Page 21: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

A. Konsep Dasar Oklusi

1. Oklusi Seimbang

oklusi seimbang (balanced occlusion) yang menyatakan suatu oklusi baik atau normal,

bila hubungan antara kontak geligi bawah dan geligi atas memberikan tekanan yang

seimbang pada kedua rahang, baik dalam kedudukan sentrik maupun eksentrik.

2. Oklusi Morfologis

oklusi morfologik (morphologic occlusion) yang penganutnya menilai baik-buruknya

oklusi melalui hubungan antar geligi bawah dengan lawannya dirahang atas pada saat

geligi tersebut berkontak.

3. Oklusi Dinamis

oklusi dinamik/individual/fungsional (dinamic)/individual/functional occlusion).

Oklusi yang baik atau normal harus dilihat dari segi keserasian antara komponen-

komponen yang berperan dalam proses terjadinya kontak antar geligi tadi. Komponen-

komponen ini antara lain ialah geligi dan jaringan ini antara lain ialah geligi dan

jaringan penyangganya, otot-otot mastikasi dan sistem neuromuskularnya, serta sendi

temporo mandibula. Bila semua struktur tersebut berada dalam keadaan sehat dan

mampu menjalankan fungsinya dengan baik, maka oklusi tersebut dikatakan normal

B. Jenis-Jenis Oklusi

1. Oklusi Ideal

Merupakan konsep teoretis dari struktur oklusal dan hubungan fungsional yang

mencakup prinsip dan karakteristik ideal yang harus dimiliki suatu keadaan oklusi.

Menurut Kamus Kedokteran Gigi, oklusi ideal adalah keadaan beroklusinya semua

gigi, kecuali insisivus central bawah dan molar tiga atas, beroklusi dengan dua gigi

di lengkung antagonisnya dan didasarkan pada bentuk gigi yang tidak mengalami

keausan.

Oklusi statis, mengacu pada posisi dimana gigi-gigi atas dan bawah saling

berkontrak.

18

Page 22: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

Oklusi fungsional, mengacu pada gerak fungsional dan mandibula dan karena

itu gigi geligi bawah berkontrak dengan gigi geligi atas.

2. Oklusi Normal

Menurut Leory Johnson menggambarkan oklusi normal sebagai suatu kondisi

oklusi yang berfungsi secara harmonis dengan proses metabolic untuk

mempertahankan struktur penyangga gigi dan rahang berada dalam keadaan sehat.

Oklusi dikatan normal jika susunan gigi didalam lengkung gigi teratur dengan

baik, gigi dengan kontak proximal, hubungan seimbang antara gigi dan tulang

rahang terhadap cranium dan muscular disekitarnya, kurva spee normal ketika gigi

berada dalam kontak oklusal, terdapat maksimal interdigitasi dan minimal overbite

dan overjet, cusp mesio-bukal molar 1 maksila berada di groove mesio-bukal molar

1 mandibula dan cusp disto-bukal molar 1 maksila berada di embrasure antara molar

1 dan 2 mandibula dan seluruh jaringan periodontal secara harmonis dengan kepala

dan wajah.

Kriteria oklusi normal :

Susunan gigi di dalam lengkungan gigi teratur dengan baik

Gigi dengan kontak proksimal

Hubungan seimbang antara gigi dan tulang rahang terhadap kranium dan

muskular di sekitarnya

Kurva Spee normal

Ketika gigi berada dalam kontak oklusal

Terdapat maksimal interdigitasi dan minimal overbite dan overjet

Cusp mesio-bukal molar 1 maxila berada di groove mesio-bukal molar 1

mandibula dan cusp disto-bukal molar 1 maxila berada di embrassure antara

molar 1 mandibula

Seluruh jaringan secara harmonis dengan kepala dan wajah

19

Page 23: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

3. Oklusi sentrik

Adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligi pada waktu mandibula dalam

keadaan sentrik, yaitu kedua kondisi berada dalam posisi bilateral simetris di dalam

fossanya. Sentris atau tidaknya posisi mandibula ini sangat ditentukan oleh panduan

yang diberikan oleh kontak antara gigi pada saat pertama berkontak. Keadaan ini

akan mudah berubah bila terdapat gigi supra posisi ataupun overhanging restoration.

C. Klasifikasi dari Oklusi Gigi Geligi

Maloklusi merupakan keadaan gigi-gigi yang menyimpang dari oklusi normal antara gigi

dengan gigi dalam satu lengkung gigi atau antara gigi-gigi pada lengkung gigi atas dan

lengkung gigi bawah.

a. Oklusi Kelas 1

Hubungan antero-posterior dengan gigi-gigi yang berada pada posisi yang tepat di

lengkung rahang

20

Page 24: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

b. Oklusi Kelas 2

Lengkung gigi bawah terletak lebih posterior daripada lengkung gigi atas

dibandingkan pada hubungan kelas 1 “hubungan postronormal

Dikelompokan menjadi 2 devisi :

1) Kelas 2 devisi 1

Incisivus sentral atas proklinasi dan overjet lebih besar, incisivus lateral atas juga

proklinasi

2) Kelas 2 devisi 2

Incisivus sentral atas prolinasi dan overbite insisial yang besar, incisivus lateral

atas bisa proklinasi atau retroklinasi

c. Oklusi Kelas 3

Lengkung gigi bawah terletak lebih anterior terhadap lengkung gigi atas

dibandingkan pada hubungan kelas 1 “prenormal”.

21

Page 25: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

D. Hubungan Mandibulla Terhadap Maxilla

Relasi sentrik merupakan hubungan mandibula terhadap maksila, yang menunjukkan

posisi mandibula terletak 1-2 mm lebih kebelakang dari oklusi sentris (mandibula terletak

paling posterior dari maksila) atau kondil terletak paling distal darifossa glenoid, tetapi

masih dimungkinkan adanya gerakan dalam arah lateral. Pada keadaan kontak ini gigi-

geligi dalam keadaan Intercuspal Contact Position (ICP) atau dapat dikatakan bahwa ICP

berada pada posisi RCP.

Jarak Inter-Oklusal (Psycological Rest Position) yaitu jarak antara oklusal premolar

RA dan RB dalam keadaan istirahat, rileks dan posisi tegak lurus. Pada keadaan ini otot-

otot pengunyahan dalam keadaan istirahat, hal ini menunjukkan otot-otot kelompok

elevator dan depressor tonus adan kontraksinya dalam keadaan seimbang, dam kondil

dalam keadaan netral atau tidak tegang. Posisi ini dianggap konstan untuk setiap individu.

22

Page 26: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Gigi manusia umumnya terdiri dari 2 jenis yaitu gigi decidui (gigi susu) dan gigi

permanen (gigi tetap). Setiap manisia memiliki 32 gigi permanen : 16 gigi tertanam pada

rahang atas (maxilla) dan 16 gigi tertanam pada rahang bawah (mandibula). Setiap

rahang terdiri dari 2 kelompok, yaitu gigi depan (anterior teeth) dan gigi belakang

(posterior teeth). Yang mana setiap gigi tersebut mempunyai bentuk dan fungsi yang

berbeda-beda.

Kurve kompensasi gigi terdiri dari Kurva Spee (kurva anteroposterior dari bidang

oklusal, Kurva Wilson (kurva dari sisi ke sisi) dan Kurva Monson Sedang sudut inklinasi

Gigi terhadap bidang oklusal berbeda-beda. Inklinasi masing-masing gigi meliputi:

Inklinasi mesiodistal dan Inklinasi bukolingual (bukopalatal). Inklinasi Gigi I1 Rahang

Atas permukaan mesial dekat dengan garis tengah, pada Inklinasi mesio-distal poros gigi

miring dan membentuk sudut 5o dengan garis median atau 85o dengan bidang insisal,

pada Inklinasi labio-palatal : tepi insisal sedikit masuk ke palatal, Inklinasi Gigi I1 rahang

bawah inklinasi mesio-distal long axisnya membuat sudut 85 derajat dengan bidang

oklusal. Inklinasi Gigi I2 rahang atas pada inklinasi mesio-distal long axisnya

membentuk sudut 80o dengan bidang insisal dan tepi insisal 1 mm di atas bidang insisal.

Pada Inklinasi labio-palatal bagian servikal condong lebih ke ke palatal serta dilihat dari

bidang insisal tepi insisal terletak di atas linggir rahang. Inklinasi Gigi I2 Rahang Bawah

inklinasi mesio distal long axisnya membuat sudut 80 derajat dengan bidang oklusal,

inklinasi antero posterior : long axisnya tegak lurus bidang oklusal, bagian tepi insisal

dan bagian servikal sama jaraknya, Inklinasi Gigi Caninus Rahang Atas Inklinasi mesio-

distal poros gigi hampir sama dengan I1 atas dan pada bagian distal tegak lurus dengan

bidang insisal, Inklinasi labio-palatal : bagian servikal tampak lebih menonjol dan ujung

cusp lebih ke palatal.

23

Page 27: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

Inklinasi Gigi Caninus Rahang Bawah inklinasi mesio-distal long axisnya miring/ paling

condong garis luar distalnya tegak lurus bidang oklusal.

Inklinasi Gigi P1 Rahang Atas Inklinasi mesio-distal long axisnya sejajar garis

median dan tegak lurus terhadap bidang oklusal, Inklinasi buko-palatal cusp bukal pada

bidang oklusal dan cusp palatal kira-kira 1 mm di atas bidang oklusal. Inklinasi Gigi P1

Rahang Bawahinklinasi mesio-distal porosnya tegak lurus bidang oklusal, inklinasi

antero-posteriornya cusp bukalnya berada pada di fosa sentral gigi P-1 dan C . Inklinasi

Gigi P2 Rahang Atas inklinasi mesio-distal porosnya tegak lurus bidang oklusal. Inklinasi

Gigi P2 Rahang Bawah inklinasi mesio-distal: porosnya tegak lurus bidang oklusal,

inklinasi antero-posteriornya cusp bukalnya berada pada di fosa sentral gigi P-1 dan P-2

atas terlihat adanya overjet dan overbite. Inklinasi Gigi M1 Rahang Atas inklinasi mesio-

distal: porosnya condong kedistal, inklinasi antero-posterior cusp-cuspnya terletak pada

bidang oblique dari kurva antero-posterior yaitu cusp mesio-palatal terletak pada bidang

oklusi, cusp mesio-bukal dan disto-palatal sama tinggi kira-kira 1mm diatas bidang oklusi

dan cusp disto-bukal kira-kira 2 mm diatas bidang oklusi. Inklinasi Gigi M1 Rahang

Bawah inklinasi mesio-distal cusp mesio-bukal gigi M-1 atas berada digroove mesio-

bukal gigi M-1 bawah, Inklinasi antero-posterior : cusp bukal gigi M-1 (holding cusp)

bawah berada difosa sentral gigi geraham atas dan terlihat adanya overbite dan overjet.

Inklinasi Gigi M2 Rahang Atas inklinasi mesio-distal: porosnya condong kedistal,

inklinasi antero-posterior : cusp-cuspnya terletak pada bidang oblique dari kurva antero-

posterior. Inklinasi Gigi M2 Rahang Bawah dilihat dari bidang oklusal: cusp bukalnya

berada diatas lingir rahang.

Oklusi berasal dari kata occludere yang mempunyai arti mendekatkan dua

permukaan yang berhadapan sampai kedua pemukaan tersebut saling kontak. Oklusi dari

gigi geligi dapat diartikan sebagai keadaan dimana gigi-gigi pada rahang atas dan gigi-

gigi pada rahang bawah bertemu, pada waktu rahang atas dan rahang bawah menutup

sebagai akibat pergerakan rahang bawah. Konsep dasar oklusi yaitu Oklusi Seimbang,

Oklusi morfologis, Oklusi dinamis. Klasifikasi dari Oklusi Gigi Geligi yaitu Oklusi Kelas

1 dimana Hubungan antero-posterior dengan gigi-gigi yang berada pada posisi yang tepat

24

Page 28: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

di lengkung rahang, Oklusi Kelas 2 dimana Lengkung gigi bawah terletak lebih posterior

daripada lengkung gigi atas dibandingkan pada hubungan kelas 1 “hubungan

postronormal, dan Oklusi Kelas 3 dimana lengkung gigi bawah terletak lebih anterior

terhadap lengkung gigi atas dibandingkan pada hubungan kelas 1 “prenormal”.

25

Page 29: Hubungan Gigi Geligi Dalam Rahang (1)

DAFTAR PUSTAKA

Thomson, Hamish. 2007. Oklusi Edisi 2. Jakarta: EGC

Foster, T.D.1997. Buku Ajar Ortodonsi Edisi III; alih bahasa, Lilian Yuwono. Jakarta :

EGC

Kamus Kedokteran Gigi (F.J. Harty, R. Ogston/penerjemah: Narlan Sumawinata - 1995)

books.google.com

Fiktor Ferdinand., Moekti Ariwibowo. 2007. Praktis Belajar Biologi. Jakarta: Visindo

Media Persada.

S., Suhendriyah, S., Andriana, N., Archadian. 2009..Buku Ajar Dental Anatomi.

Yogyaksrta: bagian ilmu kedokteran gigi dasar fakultas kedokteran gigi

universitas gajah mada

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/126509-R17-PRO-198%20Distribusi%20tiga-

Literatur.pdf ( diakses 28 Maret 2014 )

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21837/3/Chapter%20II.pdf (di akses 28

Maret 2014)