Upload
alfina-faizah
View
169
Download
24
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Kimia Medisinal
Citation preview
TUGAS KIMIA MEDISINAL
‘’ANTI DISFUNGSI EREKSI”
Kelompok V :
Alfina Faizah 1041311169
Rinda Ayu Herawati 1041211182
Sari R. Djahilape 1041211184
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI “YAYASAN PHARMASI”
SEMARANG
2013
BAB IPENDAHULUAN
Salah satu aspek penting yang ikut menentukan kualitas hidup manusia ialah
kehidupan seksual. Karena itu aktivitas seksual menjadi salah satu bagian dalam penilaian
kualitas hidup manusia. Kehidupan seksual yang menyenangkan memberikan pengaruh
positif bagi kualitas hidup. Sebaliknya, kalau kehidupan seksual tidak menyenangkan, maka
kualitas hidup terganggu.
Dalam perkawinan, fungsi seksual mempunyai beberapa peran, yaitu sebagai sarana
untuk reproduksi (memperoleh keturunan), sebagai saranan untuk memperoleh kesenangan
atau rekreasi, serta merupakan ekspresi rasa cinta dan sebagai sarana komunikasi yang
penting bagi pasangan suami-istri. Fungsi seksual merupakan bagian yang turut menentukan
warna, keharmonisan dan kekompakan pasangan suami-istri.
Suatu penelitian di Amerika, pada wanita, dilaporkan 33% mengalami penurunan
hasrat seksual, 19% kesulitan dalam lubrikasi, dan 24% tidak dapat mencapai orgasme.
Statistik pada pria juga bermakna. Kesulitan yang umum dilaporkan pada pria meliputi
ejakulasi dini (29%), kecemasan terhadap kemampuan seksual (17%), dan rendahnya hasrat
seksual (16%). Selain itu 10% dari pria yang disurvei melaporkan kesulitan ereksi bermakna,
angka prevalensi menurut usia-lebih dari 20% pria berusia di atas 50 tahun melaporkan
masalah ereksi.
Disfungsi ereksi atau impotensi adalah ketidakmampuan yang persisten dalam
mencapai atau mempertahankan fungsi ereksi untuk aktivitas seksual yang memuaskan.
Batasan tersebut menunjukkan bahwa proses fungsi seksual laki-laki mempunyai dua
komponen yaitu mencapai keadaan ereksi dan mempertahankannya.
Disfungsi ereksi merupakan salah satu disfungsi seksual pria yang banyak
dijumpai,selain ejakulasi dini. Disfungsi seksual dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu
faktor fisik dan faktor psikis. Yang termasuk dalam faktor fisik adalah semua gangguan atau
penyakit yang berkaitan dengan gangguan hormon, pembuluh darah dan saraf. Faktor fisik
juga berkaitan dengan gaya hidup tidak sehat, efek samping obat, serta akibat operasi
didaerah kelamin pria.Namun, apa pun penyebab disfungsi ereksi, pada akhirnya pria yang
mengalami juga akan merasakan masalah psikis, seperti merasa kecewa, malu, rendah diri,
dan jengkel. Faktor psikis ini selanjutnya semakin memperburuk disfungsi ereksi.
Beberapa contoh penyakit yang dapat mengakibatkan disfungsi ereksi adalah
gangguan fungsi hati, gangguan kelenjar gondok, diabetes, kolesterol tinggi, tekanan darah,
penyakit jantung,dan penyakit ginjal. Gaya hidup tidak sehat justru kerap tidak disadari dapat
mengakibatkan disfungsi ereksi dan disfungsi seksual lainnya. Beberapa contoh gaya hidup
tidak sehat adalah merokok berlebihan,alkohol berlebihan,penyalahgunaan obat, dan kurang
tidur. Sementara itu, faktor spikis mempengaruhi disfungsi ereksi, antara lain meliputi stress,
kecemasan, kejenuhan, kejengkelan, perasaan bersalah, dan kekecewaan.
Sejak dahulu gangguan ereksi ditangani dengan afrodisiaka yakni zat-zat yang dapat
membangkitkan syahwat seksual, seperti obat terkenal yohimbin atau dengan sediaan
androgen, tetapi hasilnya sering kali mengecewakan. Obat kuno atau morfin yang betul-betul
berdaya meningkatkan syahwat semula dianggap tidak cocok digunakan karena efek
sampingnya (mual, muntah-muntah) terlalu hebat. Tetapi dengan munculnya sildenafil dan
meledaknya minat untuk obat-obat ereksi, apomorfin telah dipasarkan lagi.
Pada akhir tahun 80-an mulai digunakan papaverin yang diinjeksikan ke badan
pengembang (corpora cavernosa). Juga dikembangkan cara-cara mekanis berupa pompa
vakum dan implantasi prothesis penis. Namun semua penanganan ini hingga sekarang tidak
begitu banyak dipraktekkan, karena terlalu invasif atau sulit penggunaannya.
Baru akhir 1990-an telah ditemukan suatu obat ampuh, sildenafil yang dipasarkan
untuk indikasi disfungsi ereksi. Obat revolusioner ini dalam waktu singkat menjadi sangat
populer. Dewasa ini beberapa obat ereksi lain telah dipasarkan, antara lain Vardenafil
(Levitra,Nuviva,efek lebih cepat), Tadalafil (Cialis,daya kerja lebih lama), Vasomax dan ICS.
BAB IIISI
Hormon androgen, seperti testosteron dan dihidrotestosteron, terutama dihasilkan oleh
testis, dan dalam jumlah jumlah yang lebih kecil oleh korteks adrenalis dan ovarium. Pada
laki-laki hormon androgen mempunyai beberapa fungsi fisiologis, seperti mengontrol
perkembangan dan pemeliharaan organ kelamin, mempengaruhi kemampuan penampilan
seksual, untuk pertumbuhan tulang rangka dan otot rangka, dan merangsang perkembangan
masa pubertas. Penggunaan utama hormon androgen adalah untuk pengobatan keadaan
ketidakcukupan hormon pada laki-laki (hipogonadisme, hipopituitarisme), impotensi,
osteoporosis, dan tumor payudara. Selain itu, hormon androgen juga digunakan sebagai
anabolik steroid untuk meningkatkan pertumbuhan (pada anak-anak) karena mempercepat
anabolisme protein, dan merangsang hematopoiesis untuk pengobatan anemia. Kadang-
kadang androgen, dalam dosis rendah digunakan untuk pengobatan dismenorhu, menghambat
laktasi dan pengobatan frigiditas pada wanita. Penggunaan hormon androgen sebagai
anabolik sering disalahgunakan, misal untuk doping bagi olahragawan. Efek samping yang
ditimbulkan oleh hormon androgen antara lain kelaki-lakian, tumbuh rambut sekunder, mual,
berjerawat, hiperkalsemia, gangguan fungsi hati, sembab, dan gangguan siklus menstruasi
(pada wanita).
Mekanisme kerja hormon androgen, hormon androgen dapat meningkatkan transkripsi
dan atau translasi ARN khas pada biosintesis protein. Testosteron oleh enzim 5α-reduktase
diubah menjadi 5α-dehidrotestosteron dan bentuk aktif ini dapat mengikat reseptor khas yang
terdapat pada testis, prostat, hipofisis dan hipotalamus. Pengikatan ini menyebabkan
perubahan konformasi dan menimbulkan pengaktifan kompleks androgen-reseptor.
Kompleks akan berpindah dari sitoplasma ke inti sel sasaran, mengikat tempat aseptor pada
inti kromatin dan mengaktifkan proses translasi. Pengaktifan ini merangsang sintesis mARN
khas, dan mARN yang terbentuk meninggalkan inti dan mulai mengatur sintesis protein serta
merangsang pertumbuhan sel.
Berdasarkan aktivitasnya hormon androgen dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
a. Senyawa androgenik, contoh : testosteron, metiltestosteron, fluoksimesteron, mesterolon
dan metanbrostenolon.
b. Senyawa anabolik, contoh : oksimetolon, stanozolon, nandrolon dan etilestrenol.
Hubungan struktur dan aktivitas
a. Pemasukan gugus 3-keto dan 3α-hidroksi dapat meningkatkan aktivitas androgenik.
b. Gugus 17β-hidroksi penting dalam hubungannya dengan pengikatan reseptor, oleh akrena
itu isomer 17β-hidroksi lebih aktif dibanding 17α-hidroksi.
c. Testosteron, tidak dapat diberikan secara oral karena oleh bakteri usus gugus 17β-hidroksi
akan dioksidasi menjadi 17β-keto yang tidak aktif. Sealain itu testisteron mempunyai
waktu paro pendek karena cepat diabsorbsi dalam saluran cerna dan cepat mengalami
degradasi hepatik.
d. Adanya gugus alkil pada C17α mencegah perubahan metabolisme gugus 17β-hidroksi
sehingga senyawa dapat diberikan secara oral. Contoh 17α-metiltestosteron, dapat
diberikan secara oral, walaupun aktivtasnya hanya setengah kali aktivitas testosteron bila
dibandingkan dengan pemberian secara intramuskular. Makin panjang rantai C gugus
alkil makin menurun aktivitas androgenik dan makin meningkat toksisitasnya. Contoh :
17α-metiltestosteron lebih aktif dibanding 17α-etiltestosteron.
e. Esterifikasi pada gugus 17β-hidroksi dapat memperpanjang masa kerja obat. Bentuk ester
bersifat lebih non-polar, lebih mudah larut dalam jaringan lemak dan bila diberikan secara
intramuskular dapat menghasilkan respon sampai ± 2-4 minggu. Contoh : testosteron
propionat, testosteron enantat, testosteron fenilpropionat dan testosteron dekanoat.
Testosteron propionat mempunyai awal kerja cepat dan masa kerja yang lebih pendek
dibanding ester-ester lain.
f. Substitusi atom halogen menurunkan aktivitas androgenik senyawa, kecuali substitusi
pada atom C4 dan C9. Contoh : fluoksimesteron, mempunyai aktivitas androgenik 5-10
kali lebih besar dibanding testosteron. Analog testosteron yang sering digunakan sebagai
androgenik antara lain adalah mesterolon dan metandrostenolon. Metandrostenolon
mempunyai aktivitas androgenik ± sama dengan testosteron.
OH
HO CH3 CH3
CH3
F
O
Gambar 1. Fluoksimesteron
OH
CH3
CH3CH3
O
Gambar 2. Mesterolon
OH
CH3 CH3
CH3
O
Gambar 3. Metandrostenolon
g. Pemasukan atom C terhibridisasi sp2 pada cincin A membuat cincin menjadi lebih planar
dan meningkatkan aktivitas anabolik. Contoh : oksimetolon, mempunyai aktivitas
androgenik : anabolik = 1 : 2,5 dan stanozolol mempunyai aktivitas androgenik : anabolik
= 1 : 5.
Gambar 4. Oksimetolon
Gambar 5. Stanozolol
Gambar 6. Danazol
h. Hilangnya gugus metil pada C19 (19-norandrogen) juga meningkatkan aktivitas anabolik.
Contoh : nandrolon (nortestosteron) dan etilestrenol, mempunyai aktivitas androgenik :
anabolik = 1 : 3.
Gambar 7. Nandrolon
Gambar 8. Etilestrenol
Gambar 9. Tibolon
Nandrolon tidak mempunyai gugus alkil pada atom C17-a, sehingga gugus 17β-OH mudah
dioksidasi oleh bakteri usus menjadi bentuk keto yang tidak aktif. Oleh karena
itunandrolon hanya diberikan secara intramuskular dalam bentuk ester fenilpropionat atau
dekanoat.
i. Adanya ikatan rangkap pada atom C5-C10 (tibolon), akan memperlemah efek androgenik,
demikian pula terhadap efek estrogenik dan progestogenik.
Contoh senyawa androgenik :
a. Metiltestosteron, dalam sediaan sering dikombinasi dengan vitamin (androtol, Neo-
testophos, Hormoviton), untuk pengobatan impotensi pada laki-laki. Dosis oral : 5 mg 3
dd.
b. Testosteron enantat (Testoviron-Depot), merupakan obat terpilih untuk hipogonadisme,
dan untuk mengembangkan atau memelihara karakteristik seksual sekunder pada pria
yang kekurangan androgen. Testosteron enantat merupakan pra-obat dengan masa kerja
panjang. Di tubuh obat terhidrolisis secara perlahan-lahan melepaskan testosteron aktif.
Kadar darah tertinggi dicapai 2-3 hari setelah pemberian intramuscular. Dosis I.M. : 200
mg, tiap 2 minggu atau 400 mg tiap 1 bulan. Testosteron propionat, mempunyai awal
kerja lebih cepat dengan masa kerja yang lebih pendek disbanding ester-ester testosteron
lain. Dosis I.M. : 25 mg 3 kali per minggu.
c. Fluoksimesteron (Halotestin), merupakan androgen dengan aktivitas tinggi, 5-10 kali
lebih aktif disbanding testosteron. Dapat diberikan secara oral, terutama digunakan untuk
pengobatan pria yang kekurangan androgen. Dosis oral : 2-10 mg per hari.
d. Mesterolon (Proviron), merupakan androgen yang dapat digunakan secara oral. Dosis
oral awal : 25 mg 1 dd.
e. Metandrostenolon (Neo Anabolene, Dianabol), merupakan senyawa androgen yang
digunakan untuk pengobatan osteoporosis, terutama pada wanita setelah menopause,
sering pula digunakan sebagai anabolik untuk hewan. Dosis oral : 2,5-5 mg 1 dd.
Contoh senyawa anabolik :
a. Etillestrenol (orgabolin), selain sebagai anabolik juga digunakan untuk pengobatan
penyakit debil yang kronik pada usia lanjut. Dosis oral : 2 mg 1-2 dd.
b. Nandrolon fenilpropionat (durabolin), digunakan untuk anabolik pada anak-anak,
pengobatan osteoporosis dan penyakit debil yang kronik. Dosis I.M. : 25-50 mg, setiap
minggu. Nandrolon dekanoat (deca-durabolin), dosis I.M. : 50-100 mg setiap 2-4
minggu.
c. Stanozolol (Winstrol), merupakan anabolik yang kuat dan dapat diberikan secara oral.
Anabolik ini sering disalahgunakan sebagai doping. Dosis oral : 2 mg 3 dd.
Contoh hormon androgen untuk penggunaan lain-lain :
a. Tibolon (Livial), digunakan untuk pengobatan gejala pasca menopause. Dosis oral : 2,5
mg 1 dd.
b. Danazol (Azol,Danocrine), senyawa androgen dengan efek yang relatif lemah untuk
memperkecil efek samping. Dosis oral untuk pengobatan endometriosis : 200 mg 2 dd.
Karena sediaan androgen hasilnya sering kali mengecewakan, maka ditemukan
adanya obat baru yang lebih efektif untuk pengobatan disfungsi ereksi yaitu sildenafil beserta
derivatnya (vardenavil dan tardanavil) dan apomorfin.
1. Sildenafil
Gambar 10. Sildenafil
Sildenafil sitrat merupakan bahan aktif pertama yang digunakan sebagai terapi
gangguan ereksi peroral Sildenafil sitrat berupa serbuk kristalin berwarna putih sampai
keputihan dengan kelarutan 3,5 mg/ml dalam air.
Obat ini telah mengakibatkan suatu gejolak pada kelompok penderita impotensi di
seluruh dunia. Penjualannya di AS selama 6 bulan pertama (1998) sudah memecahkan
semua rekor obat baru, termasuk obat antidepresi fluoksetin (prozac). Penemuan “pil
ereksi” ini terjadi secara kebetulan oleh Dr. Ian Osterloh, A.S., pada waktu sildenafil
dites sebagai vasodilator koroner untuk terapi angina pectoris. Efek vasodilatasinya
terhadap myocard kurang memuaskan, tetapi ternyata efektif untuk memelihara ereksi
selama beberapa jam. Dengan demikian sildenafil termasuk obat-obat serendipity, yakni
obat yang ditemukan tidak sengaja sewaktu seorang ilmuwan menyelidiki atau mentes
suatu zat mengenai khasiatnya untuk indikasi lain. Contoh terkenal adalah penemuan
penisillin.
Sildenafil bekerja secara kompetitif menghambat enzim PDE 5, sehingga
perombakan cGMP yang terbentuk dengan terlepasnya NO akibat stimulasi seksual akan
terhambat. Dengan demikian akan terjadi relaksasi otot polos korpora kavernosa yang
cukup lama untuk suatu ereksi yang memuaskan. Dengan dosis yang dianjurkan,
sildenafil tidak akan berfungsi bila tidak ada rangsangan seksual. Sildenafil bekerja
selektif terhadap PDE5 dibandingkan terhadap PDE yang lain. Dengan demikian, efek
utamanya adalah terhadap korpus kavernosus di penis, namun karena PDE5 juga terdapat
pada pembuluh darah maka pengaruh sildenafil terhadap pembuluh darah juga tidak bisa
diabaikan. Sildenafil hanya 10 kali lebih kuat untuk PDE 5 dibandingkan PDE 6 yang
banyak terdapat di retina. Biasanya sildenafil mulai bekerja satu jam setelah dikonsumsi
dan ereksi akan terjadi sebagai respon bila terdapat stimulasi seksual. Dosis yang
digunakan 25 – 100 mg dengan dosis maksimal 100 mg dianjurkan hanya untuk
penggunaan sekali sehari. Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan kadar
sildenafil plasma yaitu : umur 65 tahun, gangguan hati seperti sirosis, gangguan ginjal
berat (kreatinin klirens < 30ml / menit), obat- obatan (eritromisin, ketokonazol,
itrakonazol). Oleh karena itu, pada pasien di atas tersebut disarankan hanya diberikan
dosis 25 mg bila memerlukan penggunaan sildenafil.
Resorbsinya dari usus cepat dengan BA 41% dan efeknya sudah tampak setelah k.l.
20 menit. Kadar puncak dicapai setelah 0,5-2 jam, PP-nya diatas 95 %, plasma-t1/2-nya
3-5 jam. Dalam hati di rombak oleh enzim CYP3A4 menjadi N-desmetilsildenafil dengan
aktivitas 50% dan masa paruh 4 jam. Ekskresinya sebagai metabolit terutama dengan tinja
(80%) dan untuk 13% dengan kemih.
Gambar 11. Mekanisme kerja sildenafil
Efek samping umumnya bersifat singkat, tidak begitu serius dan tergantung dari
dosis. Paling sering timbul sakit kepala (10%), muka merah (flushing) dan gangguan
penglihatan (guram sampai melihat segala sesuatu kebiru-biruan, 3%) dan mual. Semua
efek ini berkaitan dengan blokade (‘black out’) akibat turunnya tensi terlalu drastis,
terutama dalam kombinasi dengan nitrogliserin atau antihipertensiva lainnya. Beberapa
kematian dianatra pemakai telah dilaprkan, tetapi tidak ditemukan hubungan kausal
dengan sildenafil. Namun, lansia diatas 60 tahun yang mengindap penyakit jantung,
hipertensi atau diabetes hendaknya berhati-hati menggunakan sildenafil.
Kontraindikasi. Penggunaan bersamaan dengan obat yang juga dirombak oleh enzim
CYP3A4 meningkatkan kadarnya dalam darah, seperti simetidin, ketokonazol,
itrakonazol, eritromisin dan obat anti-HIV penghambat-protease (AZT, DDI, dll).
Ritonavir malah meningkatkan kadar sildenafil dalam darah dengan 300%, maka perlu
ditakarkan 1x25 mg per 48 jam. Dosis : 25-100 mg (sebagai sitrat) 1 jam sebelumnya
aktivitas seksual, maksimal 1xsehari. Bersama obat perintang-enzim diatas selalu dimulai
dengan 25 mg.
a. Vardenafil (levitra) adalah isomer sildenafil (2002) dengan efek dan penggunaan
sama. Pada stimulasi seksual terbentuk NO yang mendorong produksi cGMP, yang
kadarnya meningkat akibat penghambatan PDE-5. Masa paruhnya 4 jam. Efeknya
adalah relaksasi otot polos, peningkatan penyaluran darah dan ereksi dipertahankan
selama 4-6 jam. Dosisnya : 1dd 5-40 mg.
Gambar 12. Vardenafil
b. Tardanafil (tadalafil, Cialis) adalah derivat pula dengan khasiat dan penggunaan sama,
tetapi maa paruhnya lebih panjang, k.l. 17 jam, maka efeknya bertahan sampai 36
jam. Juga hanya bekerja setelah stimulasi seksual. Dosisnya : 1dd 10-20 mg.
2. Apomorfin : Uprima
Gambar 13. Apomorfin
Apomorfin atau 5,6,6a,7-tetrahidro-6-metil-4H-dibenzo(de,g)quinolin-10,11-diol
dengan struktur seperti pada gambar diatas adalah salah satu alkaloid dari golongan
aporfin yaitu suatu alkaloid minor.
Pemanasan morfin dengan asam klorida pada suhu 1400C akan mengakibatkan
hilangnya satu molekul air dan menyebabkan terjadinya penaataan ulang molekul
menghasilkan aporfin katekol atau sering disebut apomorfin (apo, cincin terbuka).
Derivat morfin ini tanpa khasiat opiat adalah agonis dopamin yang digunakan
sebagai obat Parkinson. Disamping itu sejak 1998 juga digunakan sebagai obat disfungsi
ereksi dengan mekanisme kerja yang sama meperti sildenafil, yakni melalui NO. Setelah
penggunaan sublingual kadarnya dalam darah memuncak dalam 40-60 menit dan ereksi
dapat terjadi sesudah 20 menit. Masa-paruhnya 3 jam.
Efek samping utama adalah mual (7%), juga sakit kepala (7%), dan pusing-pusing
(4%). Lebih jarang terjadi perasaan mengantuk, menguap, batuk, pilek dan sakit
tenggorok. Penderita jantung dan hipotensi tidak dianjurkan minum apomorfin. Tetapi
berlainan dengan sildenafil dapat dikombinasi dengan nitrat.
Dosis s.l. 2 mg dilarutkan dibawah lidah k.l 20 menit menjelang aktivitas seksual.
Bila perlu dosis dapat ditingkatkan sampai 3 mg. Dosis kedua baru boleh diminum
setealah 8 jam. Untuk penyakit Parkinson dosisnya lebih tinggi, sampai 4 dd 10 mg.
BAB IIIPENUTUP
A. Kesimpulan
1. Disfungsi ereksi merupakan salah satu disfungsi seksual pria dan disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu faktor fisik dan faktor psikis.
2. Anti disfungsi ereksi yang digunakan adalah obat testosteron, metiltestosteron,
fluoksimesteron, mesterolon dan metanbrostenolon, oksimetolon, stanozolon,
nandrolon, etilestrenol, sildenafil dan apomorfin. Namun yang seringkali digunakan
pada saat ini adalah sildenafil.
3. Struktur dan sifat fisika kimia dari obat anti disfungsi ereksi mempengaruhi aktivitas
suatu obat.
B. Saran
Untuk pasien yang mengidap penyakit jantung, hipertensi atau diabetes hendaknya
berhati-hati dalam menggunakan obat disfungsi ereksi.
DAFTAR PUSTAKA
Siswandono dan Bambang Soekardjo. 1995. Kimia Medisinal 1. Surabaya : Airlangga University Press.
Siswandono dan Bambang Soekardjo. 2000. Kimia Medisinal 2. Surabaya : Airlangga University Press.
Tjay,Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting Edisi VI. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo
http://www.bmodtcenter.com/files/Disfungsi%20Ereksi%20atau%20Impotensi.pdf