30
ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) PADA JAMU SEDIAAN PADAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS TUGAS AKHIR Oleh: RUT NURHAYATI NIM 162410034 PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2020 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN

HIDROKLORIDA) PADA JAMU SEDIAAN PADAT DENGAN

MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

TUGAS AKHIR

Oleh:

RUT NURHAYATI

NIM 162410034

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Kasih dan

BerkatNya sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik. Tugas

Akhir ini merupakan syarat memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) pada Program

Studi Analis Farmasi Dan Makanan. Dalam rangka memenuhi syarat tersebut, dan

didorong oleh keinginan untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman,

penulis menyusun Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Bahan Kimia Obat

(Yohimbin Hidroklorida) pada Jamu Sediaan Padat dengan Metode Kromatografi

Lapis Tipis”.

Dalam peyusunan Tugas Akhir ini penulis banyak menerima bimbingan

dan, arahan, saran serta dukungan dari berbagai pihak sehingga dengan keikhlasan

dan dengan kerendahan hati pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan

terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

- Prof. Dra. Masfria, M.S., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sumatra Utara.

- Sri Yuliasmi, S.Farm,.,M.Si.,Apt., selaku dosen pembimbing akademik

yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan

Tugas Akhir.

- Popi Patilaya, S.S. M.sc., Apt. Selaku kaprodi Analis Farmasi dan

Makanan.

- Kepada orang tua penulis yang sangat disayangi, abang dan kakak tercinta

yang selalu untuk memberi motivasi, dukungan dan kasih saying.

- Teman-teman seperjuangan Jurusan Analis Farmasi Dan Makanan, yang

selalu memberikan semangat dan doa kepada penulis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

ii

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan Tugas

Akhir ini, dengan segala keterbatasan yang dimiliki maka penulis menerima setiap

saran dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan pada Tugas Akhir

ini. Demikian penyusunan Tugas Akhir ini, akhir kata diucapkan terima kasih,

semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi setiap pembaca.

Medan, Juli 2019

Penulis

Rut Nurhayati

NIM. 162410034

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT(YOHIMBIN HIDROKLORIDA)

DALAM JAMU SEDIAAN PADAT SECARA KROMATOGRAFI LAPIS

TIPIS

ABSTRAK

Latar Belakang : Bahan kimia obat merupakan senyawa kimia obat yang

ditambahkan dengan sengaja kedalam jamu, dengan tujuan agar efek yang

diinginkan tercapai lebih cepat dari biasanya.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ada tidaknya bahan kimia

obat dalam jamu sediaan padat.

Metode : Analisis ini dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis sesuai

dengan prosedur dan alat kromatografi yang digunakan di laboratorium obat

tradisional BPOM Medan.

Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa jamu sediaan padat setelah dianalisis

tidak mengandung bahan kimia obat dan layak untuk dikonsumsi.

Kesimpulan : Sampel jamu sediaan padat memenuhi kualitas mutu obat yaitu

tidak terdapatnya bahan kimia obat.

Kata kunci : bahan kimia obat, jamu, kromatografi lapis tipis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL........................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR....................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2 Tujuan ....................................................................................................... 2

1.3 Manfaat ...................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jamu............................................................................................................ 3

2.2 KLT............................................................................................................. 6

2.2.1 Bahan dan Teknik KLT...................................................................... 7

2.2.2 Fase Gerak pada KLT….................................................................... 7

2.3 Yohimbin..................................................................................................... 8

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat............................................................................................................... 12

3.2 Bahan............................................................................................................ 12

3.3 Baku Pembanding......................................................................................... 12

3.4 Pereaksi......................................................................................................... 12

3.5 Prosedur........................................................................................................ 12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil............................................................................................................. 15

4.2 Pembahasan.................................................................................................. 15

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan.................................................................................................. 17

5.2 Saran........................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 18

LAMPIRAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

iv

DAFTAR TABEL

Tabel

4.1 Hasil Analisis BKO.................................................................................... 15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Logo Jamu........................................................................................ 4

2.2 Pohon Yohimbin……....................................................................... 11

2.3 Kulit Batang Yohimbin..................................................................... 11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jamu adalah obat yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan,

mineral, sari atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang digunakan dalam

upaya pengobatan berdasarkan pengalaman masyarakat. Jamu telah digunakan

secara luas oleh masyarakat Indonesia. Khasiat jamu sebagai obat selama ini

didasarkan pada pengalaman empirik yang telah berlangsung dalam kurun waktu

yang lama. Salah satu bentuk penyajian jamu yang ada di Indonesia diantaranya

berupa jamu serbuk (Anief, 1991).

Pengujian standarisasi jamu meliputi parameter spesifik dan parameter

nonspesifik. Parameter spesifik ini terdiri dari pemeriksaan makroskopik dan

mikroskopik, penetapan kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol. Sedangkan

parameter nonspesifik terdiri dari penetapan susut pengeringan, penetapan kadar

air dengan destilasi, kadar abu total, abu larut air, abu tidak larut asam, uji

cemaran mikroba dengan metode ALT (Angka Lempeng Total). Untuk kadar air

dilakukan secara destilasi dengan persyaratan yaitu dibawah 10%. Pemeriksaan

lain meliputi analisis kromatografi lapis tipis (KLT), analisis BKO (Bahan Kimia

Obat. Dan untuk jamu sendiri harus tidak mengandung BKO (Depkes, 2000).

Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat tradisional masih selalu digunakan

dimasyarakat terutama didaerah pedesaan yang masih kaya dengan

keanekaragaman tumbuhannya. Sejumlah besar obat baru yang disebarluaskan

dipasaran setiap tahunnya menyebabkan interaksi baru antar obat akan semakin

sering tejadi, salah satu diantaranya adalah yohimbin. Yohimbin ini berasal dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

2

tanaman Pausinystalia Yohimbe yang tumbuh di Afrika. Yohimbin ini telah

digunakan sebagai obat kuat pada pria dan yohimbin ini berinteraksi dengan

obat konvensional. Di Afrika para pribumi telah menggunakannya untuk

meningkatkan daya seksual dan telah digunakan berabad-abad sebagai zat

perangsang. Saat ini yohimbin sering digunakan untuk mengobati impoten pada

pria dan wanita. Saat dicerna, yohimbin ini tercampur dengan aliran darah ke

genital dan bermanfaat bagi pria dan wanita. Selain manfaatnya sebagai zat

perangsang, yohimbin juga dapat digunakan sebagai antioksidan yang kuat.

Yohimbin dapat mencegah penyumbatan pembuluh arteri, meningkatkan libido

dan mampu membantu mencegah serangan jantung (Gitawati, 2008).

1.2 Tujuan

- Untuk mengetahui ada tidaknya bahan kimia obat (yohimbin) dalam

sampel jamu.

- Untuk mengetahui apakah sampel jamu memenuhi syarat atau tidak.

1.3 Manfaat

- Untuk mengetahui ada tidaknya bahan kimia obat (yohimbin) dalam

sampel jamu.

- Untuk mengetahui apakah sampel jamu memenuhi syarat atau tidak.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jamu

Pengobatan dengan menggunakan jamu yang berbahan dasar tanaman obat

memiliki beberapa keuntungan, yaitu relatif aman untuk dikonsumsi dan memiliki

toksisitas yang rendah. Alasan tersebutlah yang menyebabkan penggunaan jamu

pada saat ini cenderung meningkat, baik di Negara maju maupun Negara

berkembang. Berdasarkan Kemenkes-BPPT (2010) sampai saat ini sekitar 80%

populasi penduduk dunia di Negara berkembang masih menggunakan pengobatan

tradisioanl, berupa ramuan bahan herbal yang di Indonesia disebut jamu, untuk

menjaga kesehatan dan kecantikan. Diantara nya jamu serbuk, jamu serbuk yang

telah diedarkan dan telah dikonsumsi oleh masyarakat harus memenuhi standar

kualitas dan keamanannya secara mikrobiologis untuk dikonsumsi. Hal tersebut

didasarkan pada ketentuan BPOM sehingga jamu tersebut sangat perlu diuji dan

dianalisis kelayakan konsumsinya berdasarkan efek penggunaannya (Suharmiati

dan Handayani, 2006).

Obat tradisional adalah ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,

bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan

tersebut yang digunakan secara turun-menurun untuk pengobatan berdasarkan

pengalaman. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, obat

tradisional dilarang menggunakan bahan kimia hasil isolasi atau sintetik yang

sering juga disebut dengan bahan kimia obat (BKO). BKO dalam obat tradisional

inilah yang menjadi titik penjualan produsen. Hal ini disebabkan kurangnya

pengetahuan produsen akan bahaya mengkonsumsi bahan kimia obat tersebut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

4

secara tidak terkontrol, baik dosis maupun cara penggunaannya atau bahkan demi

meningkatkan penjualan dikarnakan konsumen tersebut menyukai produk obat

tradisional yang bereaksi cepat pada tubuh (Yuliarti, 2010).

Gambar 2.1 Logo Jamu (Wasito, 2008).

Bahan kimia obat merupakan senyawa kimia obat yang ditambahkan

dengan sengaja ke dalam jamu, dengan tujuan agar efek yang diinginkan bereaksi

lebih cepat dari biasanya. Salah satu cara yang paling tepat dan sederhana untuk

mendeteksi adanya bahan kimia obat dalam jamu adalah dengan mengamati efek

penyembuhan yang dirasakan oleh konsumen. Jika efek penyembuhan yang

dirasakan cepat maka kemungkinan besar jamu tersebut mengandung bahan kimia

obat dengan dosis yang cukup tinggi (BPOM, 2009).

Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral

maupun zat kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mencegah, mengurangi

rasa sakit, memperlambat proses penyakit dan bahkan menyembuhkan penyakit.

Obat harus sesuai dosis agar efek terapi atau khasiatnya bisa kita dapatkan. Obat

tradisional juga merupakan obat-obatan yang diolah secara tradisional, turun-

temurun, berdasarkan resep nenek moyang, adat-istiadat, kepercayaan, atau

kebiasaan setempat, baik bersifat magic maupun pengetahuan tradisional. Obat-

obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan dan saat ini penggunaannya

cukup mudah dilakukan karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

5

maupun ketersediaannya. Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena

tidak terlalu menyebabkan efek samping, karena masih bisa dicerna oleh tubuh.

Bagian dari obat tradisional yang banyak digunakan atau dimanfaatkan di

masyarakat adalah akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga (Wasito, 2008).

Berdasarkan cara pembuatan serta jenis pada penggunaan dan tingkat

pembuktian khasiat, Obat Bahan Alam Indonesia telah dikelompokkan menjadi 3

kelompok yaitu: (1) Jamu; (2) Obat Herbal Terstandar; (3) Fitofarmaka. Jamu

adalah obat tradisional yang disediakan secara tradisional dalam berbagai bentuk,

misalnya dalam bentuk serbuk seduhan atau cairan yang berisi seluruh bahan

tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut serta digunakan secara tradisional.

Golongan ini tidak terlalu memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis,

tetapi cukup dengan bukti empiris karna memang jamu ini telah digunakan secara

turun-menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin ratusan tahun, dan

telah dibuktikan keamanan dan manfaatnya secara langsung untuk tujuan

kesehatan tertentu (Suryana, 2011).

Berbeda dengan fitofarmaka, jamu bisa diartikan sebagai obat tradisional

yang disediakan secara tradisional, tersedia dalam bentuk seduhan, pil maupun

larutan. Pada umumnya, jamu dibuat berdasarkan resep turun-temurun dan tidak

melalui proses seperti fitofarmaka. Jamu harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu

(Suryana, 2011):

- Aman untuk dikonsumsi

- Khasiatnya harus berdasarkan data empiris (pengalaman).

- Memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. Sebuah ramuan disebut jamu

jika telah digunakan masyaraka melewati 3 generasi. Artinya bila umur

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

6

satu generasi rata-rata 60 tahun, sebuah ramuan disebut jamu jika bertahan

minimal 180 tahun. Inilah yang membedakan dengan fitofarmaka, dimana

pembuktian khasiat tersebut baru sebatas pengalaman, selama belum ada

penelitian ilmiah. Jamu dapat dinaikkan kelasnya menjadi herbal

terstandar atau fitofarmaka dengan syarat bentuk sediaannya berupa

ekstrak dengan bahan dan proses pembuatan yang terstandarisasi dan

memenuhi syarat yang berlaku.

2.2 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi ialah suatu proses pemisahan yang memiliki analit-analit

didalam sampel. Didalam proses pemisahan ini terdapat 2 fase, yaitu fase diam

dan fase gerak. Fase diam dapat berupa bahan padat atau porus dalam bentuk

molekul kecil, atau dalam bentuk cairan yang dilapiskan pada pendukung padat

atau dilapiskan pada dinding kolom. Sedangkan fase gerak dapat berupa gas atau

cairan. Jika dalam penggunaannya gas digunakan sebagai fase gerak, maka

prosesnya dikenal sebagai kromatografi gas. Dalam kromatografi cair dan juga

kromatografi lapis tipis, fase gerak yang digunakan selalu cair. Kromatografi

merupakan teknik analisis yang paling sering digunakan dalam analisis sediaan

farmasetik karna penggunaanya yang sederhana. Reaksi terhadap parameter-

parameter yang terjadi berpengaruh terhadap kinerja kromatografi ini dan akan

meningkatkan sistem kromatografi sehingga akan dicapai suatu pemisahan yang

baik (Rohman, 2008).

Berdasarkan pada alat yang digunakan, kromatografi dapat dibagi atas: (a)

kromatografi kertas; (b) kromatografi lapis tipis; yang keduanya sering disebut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

7

dengan kromatografi planar; (c) kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT); (d)

kromatografi gas (KG). Kromatografi lapis tipis (KLT) bersama-sama dengan

kromatografi kertas (KKr) dengan bermacam variasinya pada umumnya dikenal

sebagai kromatografi planar. Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh

Izmailoff dan Schraiber pada tahun 1938. Pada kromatografi lapis tipis ini, fase

diamnya berupa lapisan yang seragam (uniform) sedangkan pada permukaan

bidang datar didukung oleh lempeng kaca, plat aluminium, atau plat plastik.

Meskipun demikian, kromatografi planar ini dapat juga dikatakan sebagai bentuk

terbuka dari kromatografi kolom. Kromatografi lapis tipis dalam pengerjaannya

lebih mudah dan lebih murah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Karna

peralatan yang digunakan pun lebih sederhana dan dapat dikatakan hampir semua

laboratorium dapat melaksanakan setiap saat secara cepat (Rohman, 2008).

2.2.1 Bahan dan Teknik KLT

1. Penjerap atau fase diam

Fase diam yang paling sering digunakan pada KLT adalah silika dan serbuk

selulosa, sementara mekanisme perpindahan solut dari fase diam ke fase gerak

atau sebaliknya yang utama pada KLT adalah partisi dan adsorbsi. Lapisan tipis

yang digunakan sebagai penjerap juga dapat dibuat dari silika yang telah diubah,

dan digunakan untuk pemisahan. Beberapa penjerap KLT serupa dengan penjerap

yang digunakan pada KCKT. Kebanyakan penjerap harus dikontrol ukuran

partikelnya dan luas permukaannya. Beberapa prosedur dari kromatografi,

terutama pemisahan yang menggunakan larutan pengembang anhidrat,

mensyaratkan adanya kandungan air dalam silika. Syarat kandungan air yang ideal

adalah antara 11-12% b/b. Lempeng silika gel ini dapat diubah untuk membentuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

8

penjerap fase terbalik dengan cara mengolah dan dengan menggunakan parafin

cair, minyak silikon, atau dengan lemak. Lempeng fase terbalik jenis ini juga

dapat digunakan untuk identfikasi jenis-jenis hormon yang mengandung steroid

(Rohman, 2008).

2.2.2 Fase Gerak pada KLT

Fase gerak pada KLT dapat dipilih sesuai penggunaannya, tetapi

lebih sering dengan mencoba-coba karna waktu yang diperlukan pun hanya

sebentar. Sistem yang paling sederhana ialah dengan menggunakan campuran dua

pelarut organik karna daya elusi campuran kedua pelarut ini sangat mudah diatur

sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal. Berikut adalah

beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak (Rohman, 2008):

- Fase gerak yang digunakan harus mempunyai kemurnian yang sangat

tinggi karna KLT merupakan teknik pemisahan yang sensitif.

- Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga R,

solut terletak antara 0,2-0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.

- Untuk teknik pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti

silika gel, polaritas fase gerak akan menentukan kecepatan migrasi solut

yang berarti juga dapat menentukan nilai R. Penambahan pelarut yang

bersifat sedikit polar seperti dietil eter kedalam pelarut non polar seperti

metil benzen akan meningkatkan harga Rf secara signifikan.

- Untuk jenis solut-solut ionik dan solut-solut polar lebih baik digunakan

campuran pelarut sebagai fase geraknya, seperti campuran air dan metanol

dengan perbandingan tertentu, penambahan sedikit asam etonoat atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

9

amonia masing-masing akan meningkatkan elusi solut-solut yang bersifat

basa dan asam.

Kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi kertas dapat dikategorika

“kromatografi planar”. KLT merupakan salah satu metode yang paling sederhana

dan banyak digunakan. Peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk melaksanakan

teknik pemisahan dan analisis sampel dengan metode KLT cukup sederhana yaitu

sebuah bejana tertutup atau sering disebut sebagai chamber yang berisikan pelarut

dan lempeng KLT. Pelaksanaan analisis dengan KLT ini diawali dengan

menotolkan alikuot kecil sampel pada salah satu ujung fase diam (lempeng KLT),

untuk membentuk zona awal pemisahan. Kemudian sampel dikeringkan dan ujung

fase diam yang terdapat pada zona awal tersebut kemudian dicelupkan ke dalam

fase gerak ke dalam chamber. Pada KLT, identifikasi awal suatu senyawa

didasarkan pada perbandingan nilai Rf dengan nilai Rf standar. Nilai Rf

umumnya tidak selalu sama sekalipun pada tempat yang sama bahkan sekalipun

analisis yang berbeda dalam tempat yang sama, sehingga perlu dipertimbangkan

penggunaan Rf relatif yaitu nilai Rf noda senyawa dibandingkan noda senyawa

lain dalam lempeng yang sama. Faktor-faktor yang menyebabkan nilai Rf

bervariasi meliputi dimensi dan jenis ruang, sifat dan ukuran pada lempeng, arah

aliran fase gerak, volume dan komposisi fase gerak bahkan metode persiapan

sampel KLT sebelumnya (Wulandari, 2011).

Pada metode analisis KLT, beberapa persiapan harus dipenuhi untuk

mendapatkan hasil pemisahan sampel yang baik yaitu meliputi preparasi sampel,

penanganan lempeng KLT, penanganan eluen, penanganan chamber tempat elusi,

aplikasi sampel, proses pengembangan sampel dan evaluasi noda. Sebelum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

10

melakukan preparasi sampel terlebih dahulu ditentukan jenis sampel dan sifat

fisika kimia analit yang akan dianalisis. Jenis sampel terbagi menjadi sampel

larutan jernih, sampel larutan keruh, sampel semisolid (setengah padat), bahkan

sampel padat. Sifat fisika kimia yang harus diketahui sebelum melakukan

preparasi sampel adalah kelarutan analit dan stabilitas analit. Penyaringan sampel

juga merupakan tahapan penting pada preparasi sampel. Penyaringan dapat

memperbaiki kromatogram yang dihasilkan dan mempermudah penotolan sampel

karna dapat memisahkan analit dari partikel-partikel yang ada dalam larutan

sampel (Wulandari, 2011).

Lempeng KLT bersifat rapuh dan harus dilakukan dengan benar mulai dari

pembukaan kemasan sampai ketahap dokumentasi. Pendukung sorben yang paling

umum digunakan pada lempeng KLT adalah aluminium foil, film plastik dan

piring kaca. Pendukung sorben yang paling banyak digunakan adalah aluminium

foil. Lempeng yang telah dimurnikan dengan cara pencucian akan memiliki latar

belakang yang lebih bersih dan lebih seragam saat diamati secara visual maupun

dengan lampu deteksi (Wulandari, 2011).

2.3 Yohimbin

2.3.1 Klasifikasi

Famili : Rubiaceae (bedstraw)

Suku : Naucleeae

Genus : Pausinystalia L

Spesies : Pausinystalia yohimbe (K.Schum) Pierre ex beille

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

11

Sinonim : Corynanthe yohimbe, Coeynanthe johimbin (Kuhlmann,

1999).

Yohimin hidroklorida berasal dari alkaloid utama kulit yohimbe, yang

merupakan satu-satunya elemen yang dapat dilakukan identifikasi dan penilaian

bahaya. Efek yohimbin HCL sangat bervariasi dari satu individu ke individu

lainnya. Metode dalam pembuatan yohimbin ini, yaitu kulit kering dari ranting

dan tangkai yohimbe ada yang digunakan secara keseluruhan, dipotong atau

ditumbuk menjadi bubuk untuk digunakan sebagai obat, yohimbin dapat juga

ditawarkan sebagai ekstrak. Yohimbin memiliki komponen utama, yaitu dapat

diperoleh dari kulit kayu atau disintesis secara kimia (Kommission, 1990).

Gambar 2.2 Tanaman pohon Yohimbin (Gitawati, 2008).

Yohimbin, alkaloid utama terjadi pada obat-obatan dan yohimbin HCL

untuk dapat mengobati disfungsi ereksi. Bisa diambil dalam bentuk teh, atau

dalam kapsul dan tablet. Ekstrak kulit Yohimbin pada awalnya digunakan di

Afrika tropis sebagai stimulan dan tonik untuk pria. Sedikit yang diketahui

tentang frekuensi penggunaan, metode konsumsi, jumlah yang dikonsumsi. Saat

ini digunakan untuk mengobati disfungsi seksual dan masalah ereksi dan dapat

dikonsumsi dalam bentuk teh atau kapsul maupun dalam bentuk tablet

(Kuhlmann, 1999).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

12

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat

Adapun alat-alat yang digunakan adalah corong pisah 250 ml, erlenmeyer 125

ml, penangas air, dan seperangkat peralatan KLT.

3.2 Bahan

Adapun bahan yang digunakan adalah lempeng silika gel F254

3.3 Baku Pembanding

Adapun baku pembanding yang digunakan adalahYohimbin Hidroklorida

3.4 Pereaksi

Adapun pereaksi yang digunakan adalah air bebas mineral, metanol, etil

asetat, etanol, sikloheksan, dietilamin, amonia, natrium hidroksida, asam

hidroksida.

3.5 Prosedur

1. Larutan Uji

Penetapan bobot rata-rata terlebih dahulu dilakukan terhadap minimal 10

bungkus/kapsul/tablet. Sejumlah serbuk obat tradisional dihomogenkan kemudian

ditimbang seksama setara dengan satu atau dua dosis, dimasukkan kedalam labu

erlenmeyer 125 ml, ditambah 40 ml air bebas mineral, diasamkan dengan larutan

asam hidroklorida 1 N sampai pH 2, lalu dikocok selama 30 menit. Larutan

disaring dan dimasukkan kedalam corong pisah 250 ml, kemudian dibasakan

dengan penambahan larutan natrium hidroksida 1 N sampai pH 13. Selanjutnya

diekstraksi tiga kali, tiap kali dengan 40 ml etil asetat. Ekstrak etil asetat

dikumpulkan, kemudian diuapkan diatas tangas air atau penguap putar vakum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

13

pada suhu 50oc sampai kering. Residu dilarutkan dengan etanol hinga 5,0 ml dan

disaring bila perlu (Larutan A).

2. Larutan Baku

Sejumlah 5 mg baku yohimbin hidroklorida ditimbang dengan saksama dan

dimasukkan kedalam labu tentukur 5 ml kemudian ditambahkan 2 ml etanol,

disonifikasi hingga larut, dan diencerkan dengan etanol sampai tanda (Larutan B).

3. Larutan Spiked Sample

Dengan cara yang sama seperti pada pembuatan larutan uji, diekstraksi satu

dosis sampel yang ditambah sejumlah 5 mg baku yohimbin hidroklorida yang

ditimang saksama (Larutan C).

4. Cara Penetapan

a. Secara KLT

Larutan A,B dan C ditotolkan secara terpisah dan dilakukan KLT dengan

kondisi sebagai berikut :

Fase diam : Silika gel 60 F254 ukuran 20 x 10 cm atau disesuaikan

Fase gerak :

- Eluen A : Etil asetat – Metanol-Amonia (85 : 10 : 5)

- Eluen B : Toluen – Etil asetat – Dietilamin (70 : 20 : 10)

Aplikasi Sampel :

- Volume. Penotolan : 25 µL

- Tipe penotolan : pita

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

14

Kondisi eluasi :

Automatic Manual

Jarak Rambat 7,5 cm 15 cm

Waktu Penjenuhan 20 Menit Deteksi penjenuhan

dengan kertas saring

Waktu Pengeringan 5 Menit Dikeringkan pada suhu

kamar

Bercak diamati dan direkam. Bercak yang sejajar dengan larutan baku, kemudian

dihitung nila Rf masing-masing.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Untuk hasil Analisis bahan kimia obat (BKO) dengan menggunakan

metode kromatografi lapis tipis pada sediaan jamu padat. Sampel yang dipakai

adalah sampel X dengan fase gerak Eluen :Metanol : Amoniak ( 100 : 1,5) dan

fase diam silika gel254 diperoleh hasil yang dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Perhitungan dapat dilihat di lampiran.

Tabel 4.1 Hasil analisis BKO dengan KLT

Nama Zat Volume

Penotolan

Tinggi

Bercak (cm)

Harga Rf Warna

Yohimbe 25 µl 12,9 0,86 Tidak

berwarna

Sampel X 25 µl 10 0,66 Tidak

berwarna

Analisis bahan kimia obat (Yohimbin) diperoleh hasil yang negatif dan

memenuhi syarat. Didalam jamu sediaan padat tidak mengandung bahan kimia

obat .Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan KLT dan hasil plat nya

diamati dibawah sinar UV untuk Yohimbin tidak berfluorensensi atau tidak

berwarna inilah yang menandakan bahwa jamu tersebut tidak mengandung bahan

kimia obat dan aman untuk dikonsumsi. Harga Rf untuk Yohimbin yaitu 0,86.

Sedangkan harga Rf untuk sampel X yaitu 0,66 dan setelah diamati dibawah sinar

UV tidak menghasilkan warna. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

16

yang berlaku, obat tradisional dilarang menggunakan bahan kimia hasil isolasi

atau sintetik berkhasiat obat yang sering disebut dengan bahan kimia obat (BKO).

Metode pemisahan pada kromatografi sangat tergantung dari jenis fase

diam yang digunakan. Jenis fase diam yang digunakan menentukan interaksi yang

terjadi antara analit fase diam dengan fase gerak. Senyawa terpisah karna

perbedaan polaritas. Analit akan cenderung lebih larut dalam fase dengan polaritas

yang sama. Analit akan berpartisi diantara dua fase yaitu fase padat-cair dan fase

cair-cair. Ketika analit berpartisi diantara fase padat dan cair maka faktor

utamanya adalah pemisahan dengan adsorbsi, sedangkan bila analit berpartisi

diantara fase cair dengan fase cair maka faktor utama pemisahannya adalah

kelarutan. Untuk noda yang berwarna evaluasi noda dapat dilakukan dengan

visualisasi langsung pada lempeng KLT dengan menggunakan cahaya matahari,

atau dapat dibantu dengan menggunakan lampu UV. Untuk noda yang tidak

berwarna, dapat dilakukan dengan penyemprotan atau pencelupan kedalam

pereaksi penampak noda (Wulandari, 2011).

Ada beberapa faktor-faktor yang menentukan harga Rf, yaitu pelarut,

suhu, ukuran dari bejana, kertas, dan sifat dari campuran. Harga Rf biasanya

dinyatakan sebagai fraksi. Perbedaan dalam harga-harga Rf untuk dua senyawa

yang dipisahkan tergantung pada besarnya noda-noda dan panjangnya aliran pada

pelarut. Cara yang paling mudah dalam pengukuran Rf adalah dengan

menggunakan mistar. Dalam penentuan harga Rf ini perlu mengukur dari pusat

pita atau noda (Sastrohamidjojo, 1985).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

17

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

- Analisis bahan kimia obat (BKO) dengan menggunakan metode KLT dalam

jamu sediaan padat sampel X tidak mengandung bahan kimia obat dan layak

untuk dikonsumsi.

- Harga Rf yang diperoleh untuk Yohimbin 0,86 dan sampel X harga Rf nya

adalah 0,66

5.2 Saran

Jamu yang diedarkan dikalangan masyarakat diharapkan dapat dipertahankan

kualitas mutunya agar tidak mengandung bahan kimia obat yang berbahaya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

18

DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. (1991). Ilmu Meracik Obat: Teori dan Praktek, Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press

BPOM . Badan POM RI. (2009). Kumpulan Peraturan Perundang-Undangan di

Bidang Obat Tradisional, Biro Hukum dan Humas. Jakarta: BPOM.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2000). Parameter Standar Umum

Ekstrak Tumbuhan Obat, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.

Gitawati, R. (2008). Interaksi Obat dengan Beberapa Implikasinya.Media Litbang

Kesehatan Volume XVII Nomor 4. Available from.

Kommission, E. (1990). Yohimbe Cortex. Bundesanzeiger 22a.

Kuhlmann, H. (1999). Yohimbin. Potenzkraft von Aquator. Pharmazeutische

Zeitung.

Rohman, A. (2009). Kromatografi untuk Analisis Obat. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Sastrohamidjojo, H. (1985). Kromatografi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Suharmiati dan Handayani, L. (2006). Cara Benar Meracik Obat Tradisional.

Jakarta: Agro Pustaka.

Suryana, A. M. (2011). Kandungan Gizi dan Senyawa Aktif Jamu Tradisional

untuk Kesehatan. Bogor: Fakultas Pertanian Instirur Pertanian Bogor.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

19

Wasito, H. (2011). Obat Tradisonal Kekayaan Indonesia. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Wulandari, L. (2011). Kromatografi Lapis Tipis. Jember: Penerbit PT Taman

Kampus Presindo.

Yuliarti, N. (2010). Sehat, Cantik, dan Bugar dengan Herbal dan Obat Tradisional,

Andi offset. Yogyakarta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT (YOHIMBIN HIDROKLORIDA) …

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA