65
i HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUMAH SAKIT MARGA HUSADA WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh: Mulat Hendarwati NIM: ST 13050 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

  • Upload
    vukien

  • View
    233

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

i

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJAPERAWAT DENGAN KINERJA PERAWAT

DI RUMAH SAKIT MARGA HUSADAWONOGIRI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh:

Mulat Hendarwati

NIM: ST 13050

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 2: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

ii

Page 3: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

iii

Page 4: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang

berjudul ” Hubungan Tingkat Stres Perawat dengan Kinerja Perawat di Rumah

Sakit Marga Husada Wonogiri”.

Skripsi ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai

salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari

bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Skripsi ini tidak

diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., M.Kep, selaku Ka.Prodi S-1 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta

3. Edi Mulyono, SST, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah

meluangkan waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.

4. dr. Suhari Affandi, SpOG, selaku direktur Rumah Sakit Marga Husada

Wonogiri yang telah memberi ijin kepada penulis untuk pengambilan data

awal dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah.

5. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas

segala bantuan yang telah diberikan.

6. Seluruh responden yang telah bersedia menjadi subyek penelitian dalam

penulisan skripsi ini.

Page 5: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

v

7. Terima kasih yang dalam pada Eyang Uyut Purwitiyatmi dan Ayahanda

Bapak Suprapto Haryatno dan Umi tercinta ibu Hj. Kasihati yang telah

memberikan support luar biasa dan ketulusan do’a hingga selesai studi ini.

8. Terima kasih yang tak pernah habis pada suami tercinta

Muhammad Julijanto, S. Ag., M. Ag. dan buah cinta kami Muhammad

Hanana Ramadhan kalian sumber inspirasi dan semangatku.

9. Semua teman-teman yang telah membantu dalam penulisan Skripsi.

10. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam

menyelesaikan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini masih banyak

kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi kemajuan

penelitian selanjutnya. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, 25 Agustus 2015

Penulis

Mulat Hendarwati

DAFTAR ISI

Halaman

Page 6: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

vi

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

SURAT PERNYATAAN ................................................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

DAFTAR ISI.................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL............................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xi

ABSTRAK .......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 3

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3

1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 4

1.5 Keaslian Penelitian ...................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori ............................................................................. 6

2.2 Kinerja ......................................................................................... 17

2.3 Keaslian Penelitian ...................................................................... 24

2.4 Kerangka Teori............................................................................. 27

2.5 Kerangka Konsep ........................................................................ 28

2.6 Hipotesis ...................................................................................... 28

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................... 29

Page 7: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

vii

3.2 Populasi dan Sampel................................................................. 29

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 30

3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional

dan Skala Pengukuran ............................................................. 31

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data .......................... 32

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisa Data ...................................... 35

3.7 Etika Penelitian ........................................................................ 38

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Analisis Univariat .................................................................... 41

4.2 Analisis Bivariat ...................................................................... 43

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Tingkat Stres Perawat ................................................................... 44

5.2 Kinerja Perawat ............................................................................. 45

5.3 Hubungan Tingkat Stres dengan Kinerja Perawat ....................... 47

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ................................................................................... 49

6.2 Saran .............................................................................................. 49

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

NomorTabel

Judul Tabel Halaman

Page 8: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

viii

Tabel 2.4 Keaslian Penelitian........................................................................ 19

Tabel 3.1 Definisi Operasional...................................................................... 31

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner Kinerja Perawat ............................................ 33

Table 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur................................... 41

Table 4.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin...................... 41

Table 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan ......................... 42

Table 4.4 Karakteristik responden berdasarkan masa kerja .......................... 42

Table 4.4 Tingkat Stres perawat.................................................................... 42

Table 4.5 Kinerja Perawat ............................................................................. 43

Tabel 4.6 Hubungan Tingkat Stres Perawat Dengan Kinerja Perawat

di Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri ..................................... 43

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

Page 9: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

ix

2.4 Kerangka Konsep 27

2.5 Kerangka Teori 28

DAFTAR LAMPIRAN

NomorLampiran

Page 10: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

x

1. F01 Usulan Topik Penelitian

2. F02 Pengajuan judul Skripsi

3. Fo4 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan

4. F07 Pengajuan ini Penelitian

5. Jadwal Penelitian

6. Surat studi pendahuluan

7. Surat ijin Penelitian

8. Surat Keterangan Balasan Penelitian

9. Lembar Permohonan Responden

10. Lembat persetujuan menjadi Responden

11. Kuesioner

12. Tabulasi hasil penelitian

13. Hasil SPSS

14. Lembar Konsultasi

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATANSTIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2015

Mulat Hendarwati

Page 11: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

xi

Hubungan Tingkat Stres Perawat Dengan Kinerja Perawat Di Rumah SakitMarga Husada Wonogiri

Abstrak

Profesi perawat mempunyai resiko yang sangat tinggi terkena stres, karenaperawat memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat tinggi terhadapkeselamatan nyawa manusia. Kinerja atau performance adalah usaha yangdilakukan dari hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompokorang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabmasing–masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secaralegal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Tujuanpenelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat stres perawat dengankinerja Perawat di Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri.

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode observasional analitikdengan pendekatan cross sectional. Sampel yang akan digunakan semua perawatdi Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri yang berjumlah 40 orang diperolehmenggunakan tehnik total sampling. Penelitian ini dilakukan di Rumah SakitMarga Husada Wonogiri. Analisa data yang digunakan dalam penelitian iniadalah dengan menggunakan korelasi spearman Rho ( ).

Berdasarkan data penelitian didapatkan hasil korelasi spearman ranksebesar 0,618 dengan signifikan 0,000 sehingga dikatakan ada hubungan tingkatstres perawat dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri.Nilai korefisien dalam penelitian sebesar 0,618 sehingga kekuatan hubungantingkat stres perawat dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Marga HusadaWonogiri yaitu kuat. Nilai koefisien bernilai positif sehingga semakin tinggitingkat stres perawat dapa menurunkan kinerja perawat.

Ada hubungan tingkat stres perawat dengan kinerja perawat di RumahSakit Marga Husada Wonogiri dengan nilai korelasi spearman rank sebesar 0,618dengan signifikan 0,000.

Kata Kunci : Stres, Kinerja perawatDafta Pustaka : 27 literatur (2005-2013)

Page 12: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan rumah sakit di Indonesia telah menuju pada era “industri

jasa kesehatan” yang menyangkut permasalahan yang komplek. Makin

cepatnya perubahan pada industri perumahsakitan ini, berakibat pada semakin

tingginya tekanan para pengelola Rumah Sakit di Indonesia, termasuk

manajemen rumah sakit dan para medisnya (Pranowo, 2014).

Kesehatan menjadi kebutuhan semua warga negara tanpa kecuali.

Pembangunan kesehatan yang bermutu akan meningkatkan derajat

kesejahteraan masyarakat. Kinerja pelayanan kesehatan yang merupakan

faktor penting dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan (Pranowo, 2014).

Kinerja atau performance adalah usaha yang dilakukan dari hasil kerja

yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing–masing

dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak

melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika (Usman, 2011).

Perawat menjadi sumber daya yang signifikan dalam pelayanan

kesehatan. Perawat adalah ujung tombak pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Dimana tenaga keperawatan bekerja selama 24 jam mendampingi dan

memonitor kesehatan pasien secara terus menerus dan berkesinambungan

untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan profesional

Page 13: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

2

(Sondang, 2003). Diharapkan perawat bisa menjalankan tugas dengan sebaik-

baiknya.

Profesi perawat mempunyai resiko yang sangat tinggi terkena stres,

karena perawat memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat tinggi

terhadap keselamatan nyawa manusia. Masalah-masalah yang sering dihadapi

mereka di antaranya: meningkatnya stres kerja, karena dipacu harus selalu

maksimal dalam melayani pasien. Stres kerja karyawan tersebut, jika tidak

segera diatasi dapat berdampak pada perilaku yang tidak diharapkan oleh

pihak organisasi, seperti kepuasan kerja yang rendah serta turunnya komitmen

organisasional para karyawan. Kepuasan kerja akan tercapai bila kebutuhan

karyawan terpenuhi melalui pekerjaan (Karambut, 2012).

Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada Januari 2015 di Rumah

Sakit Marga Husada Wonogiri terdapat banyak stresor yang dihadapi

perawat,yaitu jadwal sift yang padat dan masih adanya perawat yang tukar

shift, jumlah pasien over load. Data perawat di Rumah Sakit Marga Husada

Wonogiri berjumlah 53 terdiri dari perawat dengan pendidikan D III 51 dan

perawat pendidikan SPK sebanyak 2. Pembantu perawat (PP) sebanyak 10

orang (Wiarsih, 2015).

Observasi yang dilakukan peneliti didapatkan data ada perawat dengan

kinerja yang kurang baik, perawat yang kurang disiplin dengan

pendokumentasian, datang terlambat, sering keluar tanpa ijin dan ada juga

perawat yang tetap menunjukkan perfoma kinerja yang baik seperti disiplin.

Page 14: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

3

Fenomena itu membuat peneliti tertarik untuk meneliti hubungan tingkat stres

perawat dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri.

1.2 Rumusan Masalah

Hambatan-hambatan untuk mewujudkan kinerja yang memenuhi

standar profesi baik secara intelektual, teknikal, dan interpersonal seorang

perawat salah satunya adalah stres kerja. Perubahan psikososial dapat

merupakan tekanan mental (stresor psikososial) sehingga bagi sebagian

individu/perawat dapat menimbulkan perubahan dalam kehidupan dan

berusaha beradaptasi untuk menanggulanginya dan stres dapat terjadi apabila

tuntutan atau keinginan diri kita tidak terpenuhi. Berdasarkan permasalahan

tersebut maka dalam penelitian ini dirumuskan permasalahan yaitu:

Bagaimana hubungan tingkat stres perawat dengan kinerja perawat di Rumah

Sakit Marga Husada Wonogiri?

1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat

stres perawat dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Marga Husada

Wonogiri

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mendeskripsikan tingkat stres perawat di Rumah Sakit Marga

Husada Wonogiri

Page 15: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

4

2. Mendeskripsikan kinerja perawat di Rumah Sakit Marga Husada

Wonogiri.

3. Menganalisis hubungan tingkat stres perawat dengan kinerja

perawat di Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri

1.4 Manfaat penelitian

1.4.1 Bagi masyarakat

Manfaat bagi masyarakat diharapkan hasil penelitian ini membuat

masyarakat dapat menerima pelayanan keperawatan profesional yang

lebih baik.

1.4.2 Bagi pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan kepustakaan

untuk memperkaya pustaka yang sudah ada, sehingga dapat

dimanfaatkan oleh peserta didik berikutnya dalam proses pendidikan

di profesi kesehatan.

1.4.3 Bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti

selanjutnya di bidang yang sama di masa yang akan datang.

1.4.4 Bagi peneliti

Sebagai pengalaman belajar dan menambah pengetahuan dalam

penelitian sehingga dapat dijadikan pedoman dalam penelitian dan

sebagai pengalaman yang nyata.

Page 16: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

5

1.4.5 Bagi rumah sakit

Bahan evaluasi untuk rumah sakit untuk melakukan upaya penurunan

stres pada perawat sehingga terjadi peningkatan kinerja perawat yang

berdampak pada peningkatan mutu pelaanan di rumah sakit.

Page 17: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Definisi stres

Stres adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap

setiap tuntutan bebas atasnya. Misalnya bagaimana respon tumbuh

seseorang manakala yang bersangkutan mengalami beban pekerjaan

yang berlebihan. Bila sanggup mengatasinya artinya tidak ada

gangguan pada fungsi organ tubuh, maka dikatakan yang

bersangkutan tidak mengalami stres. Tetapi sebaliknya bila ternyata

mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang

bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya

dengan baik, maka disebut mengalami stres (Hawari, 2011).

2.1.2 Definisi stres kerja

Menurut Ubaidilah (2007) stres kerja dapat dipahami sebagai

suatu keadaan dimana seseorang menghadapi tugas atau pekerjaan

yang tidak bisa atau belum bisa dijangkau oleh kemampuannya.

Menurut Newman (Diahsari, 2001) stres kerja diartikan sebagai

suatu interaksi antara kondisi kerja dengan sifat-sifat pekerja yang

mengubah fungsi fisik maupun fungsi psikis yang normal. Stres kerja

merupakan tuntutan pekerja yang tidak dapat diimbangi oleh

kemampuan karyawan dalam menjalankan tugasnya.

Page 18: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

7

Stres kerja merupakan bentuk respon psikologis dari tubuh

terhadap tekanan-tekanan, tuntutan-tuntutan pekerjaan yang melebihi

kemampuan yang dimiliki, baik berupa tuntutan fisik atau lingkungan

dan situasi sosial yang menggangu pelaksanaan tugas, yang muncul

dari interaksi antara individu dengan pekerjaannya, dan dapat

merubah fungsi fisik serta psikis yang normal, sehingga dinilai

membahayakan dan tidak menyenangkan (Widyasari, 2010).

2.1.3 Tahapan stres

Gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena

perjalanan awal stres timbul secara lambat, menurut Hawari (2011),

tahapan-tahapan stres sebagai berikut:

1. Stres tahap I

Tahap ini merupakan tahapan stres yang paling ringan dan

biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut:

a. Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)

b. Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya

c. Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya,

namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out)

disertai rasa gugup yang berlebihan.

d. Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin

bertambah semangat namun tanpa disadari cadangan energi

semakin menipis.

Page 19: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

8

2. Stres tahap II

Tahapan ini dampak stres yang semula menyenangkan

sebagaimana diuraikan pada tahap I di atas mulai menghilang dan

timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi

tidak lagi cukup sepanjang hari karena tidak cukup waktu untuk

beristirahat. Istirahat antara lain dengan tidur yang cukup

bermanfaat untuk mengisi atau memulihkan cadangan energi yang

mengalami defisit. Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan

oleh seseorang yang berada pada stress tahap II adalah sebagai

berikut:

a. Merasa letih bangun pagi yang seharusnya merasa segar.

b. Merasa mudah lelah sesudah makan siang

c. Lekas merasa capek menjelang sore hari.

d. Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel

discomfort).

e. Detak jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar).

f. Otot punggung dan tengkuk terasa tegang.

g. Tidak bisa santai.

3. Stres tahap III

Bila seseorang tetap memaksakan diri dalam pekerjaannya tanpa

menghiraukan keluhan-keluhan sebagaimana diuraikan pada stres

tahap II tersebut diatas, maka yang bersangkutan akan

Page 20: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

9

menunjukkan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan

mengganggu, yaitu:

a. Gangguan lambung dan usus semakin nyata, misalnya keluhan

maag (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare).

b. Ketegangan otot-otot semakin terasa

c. Perasaan ketidaktenangan dan ketegangan emosional semakin

meningkat.

d. Gangguan pola tidur (insomnia), misalnya sukar untuk mulai

masuk tidur (early insomnia), atau terbangun tengah malam

dan sukar kembali tidur (middle insomnia) atau bangun terlalu

pagi/dini hari dan tidak dapat kembali tidur (late insomnia).

e. Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa

mau pingsan)

Pada tahap ini seseorang sudah harus berkonsultasi pada dokter

untuk memperoleh terapi atau bisa juga beban stres hendaknya

dikurangi dan tubuh memperoleh kesempatan untuk beristirahat

guna menambah suplai energi yang mengalami defisit.

4. Stres tahap IV

Tidak jarang seseorang pada waktu memeriksakan diri ke dokter

sehubungan dengan keluhan-keluhan stres tahap III di atas oleh

dokter dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukan kelainan-

kelainan fisik pada organ tubuhnya. Bila hal ini terjadi dan yang

Page 21: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

10

bersangkutan terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal

istirahat makan gejala stres tahap IV akan muncul, yaitu:

a. Untuk bertahap sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.

b. Aktivitas pekerjaan yang semula tanggap terhadap situasi

membosankan dan terasa lebih sulit

c. Yang semula tanggap terhadap situasi merespon secara

memadai (adequate)

d. Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-

hari.

e. Gangguan pola tiduar disertai daenga mimpi-mimpi yang

menegangkan

f. Seringkali menolak ajakan (negativism karena tiada semangat

dan kegairahan

g. Daya konsetrasi dan daya ingat menurun

h. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat

dijelaskan apa penyebabnya.

5. Stres tahap V

Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres\

tahap V yang ditandai dengan hal-hal berikut:

a. Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical

and psychological exhaution)

b. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari

yang ringan dan sederhana.

Page 22: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

11

c. Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastrointestinal

disorder).

d. Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin

meningkat, mudah tersinggung, mudah bingung dan panik.

6. Stres tahap VI

Tahap ini merupakan tahap klimaks, seseorang mengalami

serangan panik (panic attack) dan perasaan takut mati. Tidak jarang

orang mengalami stres tahap VI ini berulang kali dibawa ke Unit

Gawat Darurat bahkan ke ICCU, meskipun pada akhirnya

dipulangkan karena tidak ditemukan kelainan fisik organ tubuh.

Gambaran stres tahap VI ini adlaah sebagai berikut:

a. Debaran jantung teramat keras

b. Susah bernafas (sesak dan megap-megap)

c. Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran.

d. Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan

e. Pingsan atau kolaps (collaps).

2.1.4 Reaksi tubuh terhadap stres

Menurut Hawari (2011), seseorang yang mengalami stres dapat

dilihat ataupun dirasakan dari perubahan-perubahan yang terjadi pada

tubuhnya, antara lain:

1. Rambut

Warna rambut yang semula hitam pekat, lambat laun mengalami

perubahan warna menjadi kecoklat-coklatan serta kusam. Ubanan

Page 23: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

12

(rambut memutih) terjadi sebelum waktunya, demikian pula

dnegan kerontokan rambut.

2. Mata

Ketajaman mata seringkali terganggu misalnya membaca tidak

jelas karena kabur. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata

mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi

fokus lensa mata.

3. Telinga

Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging

(tinitus).

4. Daya pikir

Kemampuan berfikir dan mengingat serta konsentasi menurun.

Orang menjadi pelupa dan seringkali mengeluh sakit kepala atau

pusing.

5. Ekspresi wajah

Wajah seseorang yang stres nampak tegang, dahi berkerut, mimik

nampak serius tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum atau

tertawa dan kulit muka kedutan (tic facialis).

6. Mulut

Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum.

Selain dari itu pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan

sehingga sukar menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot

Page 24: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

13

lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps)

sehingga serasa tercekik.

7. Kulit

Reaksi kulit bermacam-macam, pada kulit dari sebagian tubuh

terasa panas atau dingin atau keringat berlebihan. Reaksi lain

kelembaban kulit juga berubah, kulit menjadi lebih kering.

8. Sistem pernafasan

Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stress dapat

terganggu nafasnya terasa berat dan sesak disebabkan terjadi

penyempitan pada saluran pernafasan mulai dari hidung,

tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan

berat dikarenakan otot-otot rongga dada mengalami spasme dan

tidak atau kurang elastis.

9. Sistem kardiovaskuler

Sistem jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskuler dapat

terganggu faalnya karena stres

10. Sistem pencernaan

Seseorang yang mengalami stres seringkali mengalami gangguan

pada sistem pencernaan. Pada lambung terasa kembung, mual dan

perih hal ini dikarenakan asam lambung yang berlebihan

(hiperacidity). Selain gangguan lambung dapat terjadi gangguan

pada usus sehingga yang bersangkutan merasakan perutnya mulas,

sulit buang airbesar atau sebaliknya diare.

Page 25: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

14

2.1.5 Tingkat stres perawat

Stres dipengaruhi oleh bagaimana pikiran dan tubuh inidividu

mempersepsikan suatu peristiwa. Penilaian kognitif bersifat individual

difference, yaitu berbeda pada masing-masing individu. Perbedaan

disebabkan oleh persepsi dan respon yang berbeda terhadap stres

tersebut. Penilain kognitif bisa mengubah cara pandang akan stres.

Respon tersebut bisa menghasilkan outcome yang lebih baik bagi

individu bila mempunyai cara pandang yang positif terhadap stres

tersebut.

Potter dan Perry (2005) membagi tingkatan dalam stres menjadi

tiga bagian, antara lain:

1. Situasi stres ringan

Stres ringan merupakan stresor yang dihadapi setiap orang

secara teratur, seperti telalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas

serta kritikan dari atasan. Kondisi ini berlangsung selama beberapa

menit sampai beberapa jam. Stressor ini bukan resiko siginifikan

yang dapat menimbulkan gejala yang muncul akibat stres. Akan

tetapi, stressor ringan dan banyak dalam waktu singkat dapat

meningkatkan risiko penyakit Holmes dan Rabe (1976) dalam

Potter dan Perry (2005).

2. Situasi stres sedang

Kondisi stres sedang berlangsung lebih lama, beberapa jam

sampai beberapa hari. Jenis stressor yang dihadapi misalnya

Page 26: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

15

perselisihan dengan rekan kerja, anak yang sedang sakit, serta

ketidakhadiran anggota keluarga dalam waktu yang lama.

3. Situasi stres berat

Kondisi stres berat merupakan kondisi kronis yang berlangsung

lama diurainya mulai beberapa minggu sampai beberapa tahun.

jenis stressor yang dihadapi misalnya, perselisihan perkawinan,

kesulitan keuangan yang berkepanjangan, serta penyakit kornis.

Semakin sering dan semakin lama situasi stres, makin tinggi

risiko kesehatan yang ditimbulkan Wiebi dan William (1992)

dalam Potter dan Perry (2005).

Profesi perawat mempunyai resiko yang sangat tinggi terkena

stres, karena perawat memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat

tinggi terhadap keselamatan nyawa manusia. Masalah-masalah yang

sering dihadapi mereka di antaranya: meningkatnya stres kerja,

karena dipacu harus selalu maksimal dalam melayani pasien. Orang

yang terkena stres kerja (dengan catatan, tidak bisa

menangulanginya) cenderung tidak produktif, secara tidak sadar

malah menunjukkan kebodohannya, malas-malasan, tidak efektif dan

tidak efisien, ingin pindah tetapi tidak pindah-pindah, dan berbagai

sikap yang dapat merugikan organisasi. Stres kerja karyawan

tersebut, jika tidak segera diatasi dapat berdampak pada perilaku

yang tidak diharapkan oleh pihak organisasi, seperti kepuasan kerja

yang rendah serta turunnya komitmen organisasional para karyawan.

Page 27: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

16

Kepuasan kerja akan tercapai bila kebutuhan karyawan terpenuhi

melalui pekerjaan. Dimana kepuasan kerja merupakan keadaan emosi

yang senang atau emosi positif yang berasal dari penilaian pekerjaan

atau pengalaman seseorang. Dengan kepuasan kerja yang tinggi akan

meningkatkan komitmen organisasional karyawan terhadap

organisasi tempat mereka bekerja.

Stres adalah suatu kondisi dinamik yang di dalamnya seorang

individu dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala

(constraints), atau tuntutan yang dikaitkan dengan apa yang sangat

diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti

dan penting (Robbins: 2006). Stres kerja merupakan perasaan

tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan. Stres

kerja ini tampak dari Simpton, antara lain emosi tidak stabil, perasaan

tidak senang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan,

tidak bisa rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan darah meningkat

serta mengalami gangguan pencernaan.

Menurut Luthans (2006) dalam suatu organisasi, penyebab stres

(job stress) dapat berasal dari berbagai aspek, antara lain:

1. Stressor Ekstra organisasional

2. Stressor Organisasional

3. Stressor Kelompok

4. Stressor lndividu

Page 28: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

17

Stres dalam pekerjaan dapat dicegah timbulnya dan dapat

dihadapi sebelum menimbulkan dampak yang negatif. Manajemen

stres lebih daripada sekedar mengatasinya, yaitu belajar

menanggulanginya secara adaptif dan efektif.

2.2 Kinerja

2.2.1 Pengertian kinerja

Kinerja sebagai hasil–hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang

atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai

faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu

(Tika, 2010). Sedangkan Mangkunegara (2009) Kinerja (prestasi

kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai

seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja atau performance

adalah usaha yang dilakukan dari hasil kerja yang dapat dicapai oleh

seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai

dengan wewenang dan tanggung jawab masing–masing dalam rangka

mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak

melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika (Usman,

2011).

Kinerja juga merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan

suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,

tujuan, misi, dan visi organisasi (Bastian, 2006). Dengan pengukuran

Page 29: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

18

kinerja secara berkelanjutan diharapkan akan memberikan umpan

balik, sehingga individu maupun organisasi dalam hal ini perawat dan

rumah sakit akan mengalami usaha perbaikan terus menerus untuk

mencapai keberhasilan.

Kinerja mengandung dua komponen penting, yaitu: Pertama,

kompetensi berati individu atau organisasi memiliki kemampuan

untuk mengidentifikasi tingkat kinerjanya. Kedua, produktivitas:

kompetensi tersebut diterjemahkan kedalam tindakan atau kegiatan-

kegiatan yang tepat untuk mencapai hasil kinerja (outcome).

Pada dasarnya kinerja menekankan apa yang dihasilkan dari

fungsi-fungsi suatu pekerjaan atau apa yang keluar (outcome). Bila

disimak lebih lanjut dari apa yang terjadi dalam sebuah pekerjaan atau

jabatan adalah suatu proses yang mengolah in-put menjadi out-put

(hasil kerja).

Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di rumah sakit

memegang peranan penting dalam upaya mencapai tujuan

pembangunan kesehatan. Keberhasilan pelayanan kesehatan

bergantung pada partisipasi perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan yang berkualitas bagi pasien (Potter & Perry, 2005).

Hal ini terkait dengan keberadaan perawat yang bertugas selama 24

jam melayani pasien, serta jumlah perawat yang mendominasi tenaga

kesehatan di rumah sakit, yaitu berkisar 40–60%. Oleh karena itu,

rumah sakit haruslah memiliki perawat yang berkinerja baik yang

Page 30: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

19

akan menunjang kinerja rumah sakit sehingga dapat tercapai

kepuasan pelanggan atau pasien (Suroso, 2011).

Kinerja perawat adalah aktivitas perawat dalam

mengimplementasikan sebaik–baiknya suatu wewenang, tugas dan

tanggung jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan tugas pokok

profesi dan terwujudnya tujuan dan sasaran unit organisasi. Kinerja

perawat sebenarnya sama dengan prestasi kerja diperusahaan.

Perawat ingin diukur kinerjanya berdasarkan standar obyektif yang

terbuka dan dapat dikomunikasikan. Jika perawat diperhatikan dan

dihargai sampai penghargaan superior, mereka akan lebih terpacu

untuk mencapai prestasi pada tingkat lebih tinggi (Faizin dan

Winarsih, 2008).

2.2.2 Kinerja pelayanan kesehatan

Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya

oleh manajer perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan

produktivitas (Swanburg 1987 dalam Nursalam 2012, h.287). Proses

penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan

perilaku pegawai dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam

kualitas dan volume yang tinggi. Manajer perawat dapat

menggunakan proses operasional kinerja untuk mengatur arah kerja

dalam memilih, melatih, membimbing perencanaan karier, serta

memberi penghargaan kepada perawat yang berkompeten. Perawat

sebaiknya diberi salinan deskripsi kerja, standar pelaksanaan kerja,

Page 31: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

20

dan bentuk evaluasi kerja untuk peninjauan ulang sebelum pertemuan

evaluasi. Dengan demikian perawat maupun supervisor dapat

mendiskusikan evaluasi dari kinerja yang sama, karena kinerja

perawat yang kompeten dapat memenuhi tingkat kepuasan pasien

(Nursalam 2012).

Kinerja perawat adalah merupakan tenaga profesional yang

mempunyai kemampuan baik intelektual, teknikal, interpersonal dan

moral, bertanggung jawab serta berwenang melaksanakan asuhan

keperawatan pelayanan kesehatan dalam mengimplesentasikan sebaik-

baiknya suatu wewenang dalam rangka pencapaian tujuan tugas pokok

profesi dan terwujudnya tujuan dan sasaran unit organisasi kesehatan

tanpa melihat keadaan dan situasi waktu (Suriana, 2013).

Kinerja perawat dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor

internal maupun eketernal. Menurut hasil penelitian Syah (2004)

bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja perawat dalam

pemberian pelayanan antara lain umur, pendidikan, status

kepegawaian, masa kerja, peralatan, motivasi, kompensasi, dan iklim

kerja. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Lande yang

menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara faktor karakteristik

individu (umur, jenis kelamin, status perkawinan, tingkat pendidikan,

dan masa kerja) dengan kinerja perawat. Namun kinerja berhubungan

dengan imbalan, fasilitas, dan beban kerja perawat

(Mulyaningsih, 2013).

Page 32: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

21

2.2.3 Faktor yang mempengaruhi kinerja

Tika (2010), menyatakan terdapat dua faktor yang

mempengaruhi kinerja, yaitu:

1. Faktor internal, yaitu faktor yang berhubungan dengan kecerdasan,

keterampilan, kestabilan emosi, sifat–sifat seseorang, meliputi

sikap, sifat–sifat kepribadian, sifat fisik, keinginan atau motivasi,

umur, jenis kelamin, pendidikan, pengalaman kerja, latar belakang

budaya dan variabel-variabel personal lainnya.

2. Faktor eksternal yaitu faktor–faktor yang mempengaruhi kinerja

karyawan yang berasal dari lingkungan, meliputi peraturan

ketenagakerjaan, keinginan pelanggan, pesaing, kondisi ekonomi,

kebijakan organisasi, kepemimpinan, tindakan–tindakan rekan

kerja jenis latihan dan pengawasan, sistem upah dan lingkungan

sosial.

Baik buruknya kinerja seorang perawat dapat dipengaruhi oleh

faktor, seperti kepuasaan kerja, motivasi, lingkungan kerja dan budaya

organisasional (Sutrisno, 2009). Sebagai seorang karyawan maka

perawat juga harus dievaluasi atau dinilai kinerjanya.

2.2.4 Penilaian kinerja

Penilaian kinerja disebut juga sebagai performance appraisal,

performance evaluation, development review, performance review and

development. Penilaian kinerja merupakan kegiatan untuk menilai

keberhasilan atau kegagalan seorang pegawai dalam melaksanakan

Page 33: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

22

tugasnya. Oleh karena itu, penilaian kinerja harus berpedoman pada

ukuran–ukuran yang telah disepakati bersama dalam standar kerja

(Usman, 2011).

Penilaian kinerja perawat merupakan mengevaluasi kinerja

perawat sesuai dengan standar praktik professional dan peraturan yang

berlaku. Penilaian kinerja perawat merupakan suatu cara untuk

menjamin tercapainya standar praktek keperawatan. Penilaian kinerja

merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer perawat

dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas. Proses

penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan

perilaku pegawai, dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan

dalam kualitas dan volume yang tinggi. Perawat manajer dapat

menggunakan proses operasional kinerja untuk mengatur arah kerja

dalam memilih, melatih, membimbing perencanaan karier serta

memberi penghargaan kepada perawat yang berkompeten (Nursalam,

2008).

Proses penilaian kinerja dengan langkah–langkah sebagai

berikut: mereview standar kerja, melakukan analisis jabatan,

mengembangkan instrument penilaian, memilih penilai, melatih

penilai, mengukur kinerja, membandingkan kinerja aktual dengan

standar, mengkaji hasil penilaian, memberikan hasil penilaian,

mengaitkan imbalan dengan kinerja, membuat rencana–rencana

Page 34: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

23

pengembangan dengan menyepakati sasaran dan standar–standar

kinerja masa depan (Usman, 2011).

Tujuan penilaian kinerja adalah untuk mengetahui tingkat

efektivitas dan efisiensi atau tingkat keberhasilan atau kegagalan

seorang pekerja/karyawan atau tim kerja dalam melaksanakan

tugas/jabatan yang menjadi tanggung jawabnya (Nawawi, 2006)

Sedangkan menurut Nursalam (2008) manfaat dari penilaian kerja

yaitu:

1. Meningkatkan prestasi kerja staf secara individu atau kelompok

dengan memberikan kesempatan pada mereka untuk memenuhi

kebutuhan aktualisasi diri dalam kerangka pencapaian tujuan

pelayanan di rumah sakit.

2. Peningkatan yang terjadi pada prestasi staf secara perorangan pada

gilirannya akan mempengaruhi atau mendorong sumber daya

manusia secara keseluruhannya.

3. Merangsang minat dalam pengembangan pribadi dengan tujuan

meningkatkan hasil karya dan prestasi dengan cara memberikan

umpan balik kepada mereka tentang prestasinya.

4. Membantu rumah sakit untuk dapat menyusun program

pengembangan dan pelatihan staf yang lebih tepat guna, sehingga

rumah sakit akan mempunyai tenaga yang cakap dan tampil untuk

pengembangan pelayanan keperawatan dimasa depan.

Page 35: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

24

5. Menyediakan alat dan sarana untuk membandingkan prestasi kerja

dengan meningkatkan gajinya atau sistem imbalan yang baik.

6. Memberikan kesempatan kepada pegawai atau staf untuk

mengeluarkan perasaannya tentang pekerjaannya atau hal lain

yang ada kaitannya melalui jalur komunikasi dan dialog, sehingga

dapat mempererat hubungan antara atasan dan bawahan.

2.3 Keaslian Penelitian

Penelitian tentang tingkat stress perawat dengan peningkatan kerja

pelayanan di Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri sebelumnya belum

pernah dilakukan. Adapun penelitian yang sejenis telah dilakukan antara lain:

Tabel 2.3Keaslian Penelitian

Nama Peneliti JudulPenelitian

Metode Penelitian Hasil Penelitian

Yesi Gustian Hubungan StresKerja DenganKinerja PerawatPelaksanaDalamMelaksanakanAsuhanKeperawatan DiRuang RawatInap RSUDPasaman BaratTahun 2010

Korelasi 1. Lebih dariseparoh (67,8%)perawatpelaksana diruang rawat inapRSUD PasamanBaratmengalamitingkat streskerja menengah.2.Lebih dariseparoh (52,5%)perawatpelaksana diruang rawat inapRSUD PasamanBaratmempunyaikinerja dengan

Page 36: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

25

kategori baik.3.Ada hubunganyang bermaknaantara tingkatstress kerjaperawat dengankinerja perawatpelaksana dalammelaksanakanasuhankeperawatan diRuang RawatInap RSUDPasaman Barattahun 2010(p=0,035)

Syamsiar S.Russeng,MutmainnahUsman, Lalu M.Saleh

Stres KerjaPada PerawatInstalasi RawatInap RumahSakit Dr.Tadjudin CholidMakassar

Metodepengambilansampel exhausingsampling.Pengumpulan datamelalui kuisionerdan data sekunder.Analisa datadengan SPSS Versi11.5 dan MicrosoftExcel. Penyajiandata tabel distribusidan tabel silang

Banyak perawatberada padatingkat stressedang. Tingkatstres sedangberdasarkankarakteristikindividu palingbanyak padaperawatberumur 31-40tahun, berjeniskelaminperempuan,masa kerja ≤ 10tahun, dan statuskawin. Selainitu, tingkat stressedang jugalaing banyakpada beban kerjaberat dan bebankerja ringan,shift kerjamenganggu,hubungan kerjayang baik, dantipe kepribadianB.

Page 37: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

26

Jhonana KurniaWidyasari

HubunganAntaraKelelahan Kerjadengan StresKerja PerawatRumah SakitIslam Surakarta

Pendekatan crosssectional.Purposivesampling.Pengukurankelelahan kerja danstres kerja. Datadiolah denganteknik analisiskenall’s tau-b

Dari ujikendall’s tau-bdiperolehkoefisiienkorelasi 0,742dengan nilaiasymp sig 0,00lebih kecil dari0,01 yangberarti adahubungan antarakelelahandengan streskerja.

Page 38: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

27

2.4 Kerangka Teori

Secara skematis kerangka konseptual mengenai tingkat stres perawat

dengan peningkatan kerja pelayanan dir Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri

dapat divisualisasikan sebagai berikut:

Gambar 2.4. Kerangka Konsep Tingkat stres

Stressor Ekstraorganisasional

Stresperawat

Kinerja perawat

Stressor Organisasional

Stressor Kelompok

Stressor lndividuFaktor eksternalFaktor internal

Page 39: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

28

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori, dapat disusun skema (kerangka penelitian

sebagai berikut:

Variabel bebas/Independen Variabel terikat/Dependen

Gambar 2.5 Kerangka teori

2.6 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permsalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto, 2010). Maka berdasarkan penyataan tersebut di atas, penelitian ini

menurunkan hipotesis sebagai berikut:

Hi : Ada hubungan tingkat stres perawat dengan kinerja Perawat di Rumah

Sakit Marga Husada Wonogiri

Ho : Tidak ada hubungan tingkat stres perawat dengan kinerja Perawat di

Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri

Kinerja PerawatTingkat StresPerawat

Page 40: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan rancangan penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif dengan jenis rancangan deskriptif correlation yaitu penelitian yang

dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa

melakukan perubahan tambahan, atau manipulasi terhadap data yang memang

sudah ada. Data-data yang berupa numerikal (angka) akan diolah dengan

metode statistika, yang hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan

hipotesis nihil (Nursalam, 2013).

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah total dari seluruh unit atau elemen dimana peneliti

tertarik. Populasi dapat berupa organisme, orang atau satu kelompok,

masyarakat, organisasi, benda, obyek, peristiwa atau laporan yang

semuanya memiliki ciri dan harus didefinisikan secara spesifik (Silalahi,

2012). Populasi adalah jumlah tenaga perawat di Rumah sakit Marga

Husada Wonogiri Data perawat di Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri

berjumlah 40 terdiri dari perawat

Page 41: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

30

3.2.2 Sampel

Sampel yang akan digunakan semua perawat di Rumah Sakit Marga

Husada Wonogiri yang berjumlah 40 orang diperoleh menggunakan tehnik

total sampling dengan asumsi semakin besar jumlah sampel akan semakin

mengurangi angka kesalahan yang diharapkan.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

3.3.1 Tempat

Lokasi adalah tempat yang digunakan untuk pengambilan data

selama kasus berlangsung (Notoatmodjo, 2012). Penelitian dilaksanakan di

Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri yang berada di Jl. Letjen Sutoyo

Wonogiri.

3.3.2 Waktu

Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis

untuk memperoleh data penelitian yang dilaksanakan

(Notoatmodjo, 2012). Waktu penelitian dilaksanakan bulan Juli 2015.

3.4 Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

3.4.1 Variabel Penelitian

1. Variabel independen (bebas) yaitu variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahan variabel dependen (terikat) (Sugiyono,

2010). Vairabel idenpenden (bebas) dalam penelitian ini yaitu tingkat

stres perawat.

Page 42: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

31

2. variabel dependen (terikat) yaitu variabel yang dipengaruhi variabel

independen (bebas) (Sugiyono, 2010). Variabel terikat dalam penelitian

yaitu kinerja perawat.

3.4.2 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan definsi yang membatasi ruang

lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti

Tabel 3.4.1Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Ukur Skala SkorVariabelbebas/Independen:Tingkat stres

Respon tubuhyang sifatnyanon spesifikterhadap setiaptuntutan bebasatasnya.Misalnyabagaimanarespon tumbuhseseorangmanakala yangbersangkutanmengalamibeban pekerjaanyang berlebihan.

KuesionerYang terdiridari 19pertanyaandenganjawaban TP,KK, SR(skalalikert) yangtelah validdan reliabeldikutip dariSitepu(2006)

Ordinal 1. Ringan : 0 -12

2. Sedang : 13– 25

3. Berat : 26 -38

Variabelterikat/Dependen:Kinerja Perawat

Hasil kerja yangdicapai setiapperawat dalamrangkamelaksanakantanggungjawabdan tugaskerjanyasehingga dapatmemberikankontribusiterhadap rumahsakit

Kuesioner Ordinal 1. Baik : 65 -128

2. Kurangbaik : 0 –64

Page 43: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

32

3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Alat Penelitian

Alat penelitian ini adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut

menjadi sistematis. Instrumen dalam penelitian yaitu kuesioner. Kuesioner

adalah daftar pernyataan yang diberikan kepada orang lain bersedia

memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna

(Riduwan, 2012). Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup.

Kuesioner tertutup adalah daftar pernyataan dimana sudah disediakan

jawabannya (Arikunto, 2010).

1. Kuesioner tingkat stres perawat menggunakan kuesioner yang

berjumlah 19 pertanyaan dengan alternatif jawaban Tidak Pernah (TK)

dengan skor ”0”, Kadang-kadang dengan skor ”1”, dan Sering dengan

skor ”2”. Kuesioner dikutip dari penelitian Sitepu (2006), dan telah

diuji validitas dengan hasil 0,873 dan reliabilitas dengan hasil 0,720.

2. Kuesioner kinerja perawat dalam penelitian ini menggunakan kuesioner

yang berjumlah 32 pertanyaan dengan penilaian 5 point yang terdiri

dari : bila telah dilakukan sepenuhnya dengan tepat nilai ”4”, bila

dilakukan sepenuhnya kurang tepat nilai ”3”, bila dilaksanakan

sebagian nilai ”2”, bila hanya sedikit yang dilakukan diberi nilai ”1”,

bilan tidak dilakukan sama sekali dengan nilai “0”.

Page 44: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

33

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Kuesioner Kinerja Perawat

Variabel Indikator No. Item JumlahKinerja Perawat Pengkajian 1,2,3,4,5 5

Perencanaan 6,7,8, 3Implementasi 9,10,11,12,13 5Evaluasi 14,15,16 3Perilaku bekerja 17,18,19,20,21,22 6Cara berfikir 23,24,25,26 4Perilaku sosial 27,28,29,30,31,32 6

Jumlah 32

Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai

standar adalah alat ukur yang telah memenuhi uji validitas dan reliabilitas

data. Kuesioner untuk penelitian terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan

reliabilitas dengan karakteristik seperti sejenis di luar lokasi penelitian.

1. Uji validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat

kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen (Arikunto, 2010). Sebuah

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

seharusnya hendak diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas

dengan bantuan SPSS for windows versi 16.0 rumus product moment.

Menurut Hidayat (2011), rumus product moment yaitu:

Keterangan:

N : Jumlah responden

rxy : Koefisien korelasi product moment

x : Skor pertanyaan

y : Skor total

}Y-Y{N}XX{

YX.-XY.N2222

Nrxy

Page 45: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

34

xy : Skor pertanyaan dikalikan skor total

Dikatakan valid jika rhitung > rtabel. Pada penelitian ini menggunakan

taraf signifikan 0,05. Berdasarkan penelitian Yesi Gustian (2010),

Dengan nilai validitas kinerja perawat yaitu dalam rentang 0,5006–

0,8607, artinya kuesioner kinerja perawat tersebut valid

2. Uji reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa instrumen

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data

karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan

bersifat tendensius, mengarahkan responden memilih jawaban-jawaban

tertentu. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya,

maka berapa kalipun diambil tetap akan sama hasilnya (Arikunto,

2010). Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan

Alpha Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for

Windows. Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:

t

b

k

kr

2

2

11 11

Keterangan:

r11 = Reliabilitas Instrument

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑σb2 = Jumlah varian butir

σt2 = Varians total

Instrumen dikatakan reliabel bila nilai alpha cronbach’s > rkriteria (0,60)

(Ghozali, 2005). Hasil uji reliabilitas Kinerja perawat hasil uji

Page 46: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

35

reliabilitas kinerja perawat dengan α = 0,9214, artinya kuesioner kinerja

perawat tersebut reliabilitas tinggi karena nilai Alpha Croanbach

melebihi angka kritik dan mendekati nilai 1.

3.5.2 Cara pengumpulan data

Cara pengumpulan data dimulai permohonan izin tempat penelitian

dengan mengajukan permohonan surat izin penelitian kepada pihak

akademis yang digunakan sebagai surat tembusan Rumah Sakit Marga

Husada Wonogiri serta. Tahap Pelaksanaan peneliti membagikan

kuesioner kepada untuk mengisi kuesioner kinerja dan tingkat stress

dibantu peneliti untuk mengisi checklist. Kinerja perawat dalam penelitian

ini menggunakan kuesioner yang berjumlah 32 pertanyaan. Tingkat stres

dengan kuesioner yang berjumlah 19 pertanyaan.

3.6 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.6.1 Teknik pengolahan data

Menurut Notoatmodjo (2012), teknik pengolahan data dan analisa

data adalah langkah terpenting untuk memperoleh hasil atau simpulan dari

masalah yang diteliti. Data yang sudah terkumpul sebelum dianalisis harus

selalu melalui pengolahan data terlebih dahulu. Setelah data terkumpul,

kemudian diadakan pengolahan data dengan cara:

1. Editing (penyuntingan data)

Hasil angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner

perlu disunting (edit) terlebih dahulu, Apabila ada jawaban yang belum

Page 47: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

36

lengkap kalau memungkinkan perlu dilakukan pengambilan data ulang

untuk melengkapi jawaban tersebut, tetapi apabila tidak memungkinkan

maka pertanyaan yang jawabannya tidak lengkap tersebut tidak diolah

atau tidak dimasukkan dalam pengolahan (data missing).

2. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan peng”kode”an atau “coding”, yakni mengubah data

berbentuk kalimat atu huruf menjadi data angka atau bilangan. Coding

atau pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukkan data (data

entry). Dalam penelitian coding meliputi:

a. Usia

26 – 38 : 1

39 - 51 : 2

52 – 61 : 3

b. Jenis kelamin

Perempuan : 1

Laki-laki : 2

c. Pendidikan

SPk : 1

D3 : 2

SI : 3

d. Masa kerja

4 – 12 tahun : 1

13 – 21 tahun : 2

22 – 29 tahun : 3

Page 48: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

37

e. Tingkat stres

Ringan : 1

Sedang : 2

Berat : 3

f. Kinerja

Baik : 1

Tidak baik : 2

3. Memasukkan data (data entry)

Data yakni jawaban dari masing-masing responden yang dalam

bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau

“software” komputer.

4. Pembersihan data (cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden

selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan dan

sebagainya kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.

3.6.2 Analisa Data

1. Analisa univariat

Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk

menganalisis tiap variabel dari hasil penelitian yang disajikan dalam

bentuk distribusi frekuensi yang dinarasikan (Notoatmodjo, 2012).

Dalam penelitian ini tingkat stres perawat dan kinerja perawat yang

Page 49: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

38

disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi yang terdiri dari usia, jenis

kelamin, pendidikan dan masa kerja.

2. Analisa bivariat

Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Analisa data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan korelasi

spearman Rho ( ). Teknik analisis ini digunakan untuk

menyelesaikan kasus dengan skala data ordinal. Rumus yang

digunakan sebagai berikut :

6 ∑ D2

ρ = 1 – –––––––––N (N2 – 1)

Dimana :

ρ = koefisien korelasi tata jenjang

D = Difference adalah beda antara jenjang setiap sampel

N = banyaknya sampel

Dikatakan ada hubungan yang signifikan jika nilai hitung > tabel,

dan nilai signifikan 5%, dan dikatakan tidak ada hubungan yang

signifikan jika hitung < tabel (Riwidikdo, 2013).

3.7. Etika penelitian

Menurut Hidayat (2007), dalam melaksanakan penelitian khususnya

jika yang menjadi subyek penelitian adalah manusia, maka peneliti harus

memahami hak dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam

Page 50: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

39

menentukan dirinya, sehingga penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar

menjunjung tinggi kebebasan manusia, etika penelitian meliputi:

3.2.1 Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuan informed consent adalah agar subyek mengerti maksud dan

tujuan penelitian, mengetahui damapaknya, jika subyek bersedia maka

mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Apabila responden

tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak responden.

Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut

anatara lain partisipasi responden, tujuan dilakukannya tindakan, jenis

data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial

masalah yang akan terjadi, mafaat, kerahasiaan, informasi yang

mudah dihubungi, dan lain-lain.

3.2.2 Anonymity (Tanpa Nama)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan

atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian

yang akan disajikan.

Page 51: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

40

3.2.3 Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-

masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset.

Page 52: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Analisis Univariat

Penelitian mengambil judul hubungan tingkat stres perawat dengan

kinerja Perawat di Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri dengan 40

responden. Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel berikut:

4.1.1 Umur responden

Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan umur

No Umur f %123

26 – 38 tahun39 – 51 tahun52 – 61 tahun

27121

67,530,02,5

Total 40 100Sumber: Data Primer (2015)

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat diketahui umur responden

mayoritas berumur 26 – 38 tahun yaitu sebanyak 27 responden (67,5%).

4.1.2 Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin f %12

Laki-lakiPerempuan

733

17,582,5

Total 40 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui umur responden mayoritas jenis

kelamin perempuan yaitu sebanyak 33 responden (82,5%).

Page 53: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

42

4.1.3 Pendidikan Responden

Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pendidikanNo Pendidikan f %12

D3S1

364

9010

Total 40 100Sumber: Data Primer (2015)

Berdasarkan tabel 4.3 mayoritas responden dengan tingkat pendidikan

D3 yaitu sebanyak 36 responden (90%)

4.1.4 Masa Kerja Responden

Tabel 4.4 Kakateristik responden berdasarkan masa kerja

No Masa Kerja f %123

4 – 12 tahun13 – 21 tahun22 – 29 tahun

22144

55354

Total 40 100Sumber: Data Primer (2015)

Berdasarkan masa kerja responden dapat diketahui mayoritas bekerja

selama 4 – 12 tahun yaitu sebanyak 22 responden (55%)

4.1.5 Tingkat Stres perawat

Tabel 4.4 Tingkat Stres perawatNo Tingkat Stres f %123

BeratSedangRingan

91714

22,542,535,0

Total 40 100Sumber: Data Primer (2015)

Berdasarkan tabel 4.4 mayoritas tingkat stres perawat dengan paritas

multipara yaitu stres sedang sebanyak 17 responden (42,5%) .

Page 54: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

43

4.1.6 Kinerja Perawat

Tabel 4.5 Kinerja PerawatNo Kinerja f %12

BaikKurang Baik

373

92,57,5

Total 40 100Sumber: Data Primer (2015)

Berdasarkan tabel 4.5 mayoritas kinerja perawat yaitu baik sebanyak 37

responden (92,5%).

4.2 Analisa bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi pada penelitian ini dilakukan analisis hubungan

tingkat stres perawat dengan kinerja Perawat di Rumah Sakit Marga Husada

Wonogiri. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan korelasi Spearman

Rank dengan program SPSS dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.6 Hubungan Tingkat Stres Perawat Dengan Kinerja Perawat diRumah Sakit Marga Husada Wonogiri

Keterangan Korelasi Spearman RankHubungan tingkat stres perawat dengankinerja perawat

rs P Value

0,618 0,000

Berdasarkan data penelitian didapatkan hasil korelasi spearman rank

sebesar 0,618 dengan signifikan 0,000 sehingga dikatakan ada hubungan

tingkat stres perawat dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Marga Husada

Wonogiri. Nilai korefisien dalam penelitian sebesar 0,618 sehingga kekuatan

hubungan tingkat stres perawat dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Marga

Page 55: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

44

Husada Wonogiri yaitu kuat. Nilai koefisien bernilai positif sehingga semakin

tinggi tingkat stres perawat dapa menurunkan kinerja perawat.

Page 56: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

45

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian tentang hubungan tingkat stres perawat dengan kinerja perawat di

Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri, pembahasan dalam penelitian ini sebagai

berikut:

5.1 Tingkat stres perawat

Hasil analisis data menunjukkan mayoritas tingkat stres perawat yaitu

stres sedang sebanyak 17 responden (42,5%). Menurut Robbins (2006), stres

adalah suatu kondisi dinamik yang di dalamnya seorang individu

dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala (constraints), atau tuntutan

yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya

dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting. Stres kerja merupakan perasaan

tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan.

Menurut Hawari (2011), stres adalah respon tubuh yang sifatnya non

spesifik terhadap setiap tuntutan bebas atasnya. Misalnya bagaimana respon

tumbuh seseorang manakala yang bersangkutan mengalami beban pekerjaan

yang berlebihan. Bila sanggup mengatasinya artinya tidak ada gangguan pada

fungsi organ tubuh, maka dikatakan yang bersangkutan tidak mengalami stres.

Tetapi sebaliknya bila ternyata mengalami gangguan pada satu atau lebih

organ tubuh sehingga yang bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi

pekerjaannya dengan baik, maka disebut mengalami stres.

Page 57: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

46

Profesi perawat mempunyai resiko yang sangat tinggi terkena stres,

karena perawat memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat tinggi

terhadap keselamatan nyawa manusia. Masalah-masalah yang sering dihadapi

mereka di antaranya: meningkatnya stres kerja, karena dipacu harus selalu

maksimal dalam melayani pasien. Orang yang terkena stres kerja (dengan

catatan, tidak bisa menangulanginya) cenderung tidak produktif, secara tidak

sadar malah menunjukkan kebodohannya, malas-malasan, tidak efektif dan

tidak efisien, ingin pindah tetapi tidak pindah-pindah, dan berbagai sikap yang

dapat merugikan organisasi. Stres kerja karyawan tersebut, jika tidak segera

diatasi dapat berdampak pada perilaku yang tidak diharapkan oleh pihak

organisasi, seperti kepuasan kerja yang rendah serta turunnya komitmen

organisasional para karyawan.

5.2 Kinerja Perawat

Berdasarkan tabel di atas mayoritas kinerja perawat yaitu baik sebanyak

37 responden (92,5%). Kinerja sebagai hasil–hasil fungsi pekerjaan/kegiatan

seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh

berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu

tertentu (Tika, 2010).

Sedangkan menurut Mangkunegara (2009), kinerja (prestasi kerja) adalah

hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya. Kinerja atau performance adalah usaha yang dilakukan dari hasil

kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

Page 58: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

47

organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing–masing

dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak

melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

Kinerja juga merupakan gambaran pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan

visi organisasi (Bastian, 2006). Dengan pengukuran kinerja secara

berkelanjutan diharapkan akan memberikan umpan balik, sehingga individu

maupun organisasi dalam hal ini perawat dan rumah sakit akan mengalami

usaha perbaikan terus menerus untuk mencapai keberhasilan.

Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan di rumah sakit memegang

peranan penting dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan.

Keberhasilan pelayanan kesehatan bergantung pada partisipasi perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas bagi pasien (Potter &

Perry, 2005). Hal ini terkait dengan keberadaan perawat yang bertugas selama

24 jam melayani pasien, serta jumlah perawat yang mendominasi tenaga

kesehatan di rumah sakit, yaitu berkisar 40–60%. Oleh karena itu, rumah sakit

haruslah memiliki perawat yang berkinerja baik yang akan menunjang kinerja

rumah sakit sehingga dapat tercapai kepuasan pelanggan atau pasien (Suroso,

2011).

Kinerja perawat adalah aktivitas perawat dalam mengimplementasikan

sebaik–baiknya suatu wewenang, tugas dan tanggung jawabnya dalam rangka

pencapaian tujuan tugas pokok profesi dan terwujudnya tujuan dan sasaran

unit organisasi. Kinerja perawat sebenarnya sama dengan prestasi kerja

diperusahaan. Perawat ingin diukur kinerjanya berdasarkan standar obyektif

yang terbuka dan dapat dikomunikasikan. Jika perawat diperhatikan dan

Page 59: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

48

dihargai sampai penghargaan superior, mereka akan lebih terpacu untuk

mencapai prestasi pada tingkat lebih tinggi (Faizin dan Winarsih, 2008).

5.3 Hubungan Tingkat Stres Perawat Dengan Kinerja Perawat

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan korelasi Spearman

Rank dengan program SPSS didapatkan hasil korelasi spearman rank sebesar

0,618 dengan signifikan 0,000 sehingga dikatakan ada hubungan tingkat stres

perawat dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri.

Nilai korefisien dalam penelitian sebesar 0,618 sehingga kekuatan hubungan

tingkat stres perawat dengan kinerja perawat di Rumah Sakit Marga Husada

Wonogiri yaitu kuat. Nilai koefisien bernilai positif sehingga semakin tinggi

tingkat stres perawat dapa menurunkan kinerja perawat.

Menurut Sutrisno (2009), baik buruknya kinerja seorang perawat dapat

dipengaruhi oleh faktor, seperti kepuasaan kerja, motivasi, lingkungan kerja

dan budaya organisasional.

Hasil penelitian sesuai dengan penelitian Yesi Gustian (2010),

menyatakan ada hubungan yang bermakna antara tingkat stress kerja perawat

dengan kinerja perawat pelaksana dalam melaksanakan asuhan keperawatan di

Ruang Rawat Inap RSUD Pasaman Barat tahun 2010 (p=0,035).

Menurut Tika (2010), menyatakan terdapat dua faktor yang

mempengaruhi kinerja, yaitu faktor yang berhubungan dengan kecerdasan,

keterampilan, kestabilan emosi, sifat–sifat seseorang, meliputi sikap, sifat–

sifat kepribadian, sifat fisik, keinginan atau motivasi, umur, jenis kelamin,

pendidikan, pengalaman kerja, latar belakang budaya dan variabel-variabel

Page 60: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

49

personal lainnya. Faktor eksternal yaitu faktor–faktor yang mempengaruhi

kinerja karyawan yang berasal dari lingkungan, meliputi peraturan

ketenagakerjaan, keinginan pelanggan, pesaing, kondisi ekonomi, kebijakan

organisasi, kepemimpinan, tindakan–tindakan rekan kerja jenis latihan dan

pengawasan, sistem upah dan lingkungan sosial.

Page 61: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

50

BAB VI

PENUTUP

Penelitian tentang hubungan tingkat stres perawat dengan kinerja Perawat di

Rumah Sakit Marga Husada Wonogiri dapat disimpulkan sebagai berikut:

6.1 Kesimpulan

6.1.1 Mayoritas tingkat stres perawat dengan paritas multipara yaitu stres

sedang sebanyak 17 responden (42,5%).

6.1.2 Mayoritas kinerja perawat yaitu baik sebanyak 37 responden (92,5%).

6.1.3 Ada hubungan tingkat stres perawat dengan kinerja perawat di Rumah

Sakit Marga Husada Wonogiri dengan nilai spearman rank sebesar 0,618

dengan signifikan 0,000.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Masyarakat

Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat sehingga dapat

membuat masyarakat dapat menerima pelayanan keperawatan profesional

yang lebih baik.

6.2.2 Bagi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan kepustakaan untuk

memperkaya pustaka yang sudah ada, sehingga dapat dimanfaatkan oleh

peserta didik berikutnya dalam proses pendidikan di profesi kesehatan.

Page 62: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

51

6.2.3 Bagi Peneliti lain

Diharapkan dapat meningkatkan penelitian yang sama dengan menambah

variabel-variabel yang mempengaruhi

6.2.4 Bagi Rumah Sakit

Diharapkan hasil penelitian dapat menjadikan bahan evaluasi untuk rumah

sakit dalam upaya penurunan stres pada perawat sehingga terjadi

peningkatan kinerja perawat yang berdampak pada peningkatan mutu

pelayanan di rumah sakit.

Page 63: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

52

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS .

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gustian, Yesi. 2010. Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana

Dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap

RSUD Psaman Barat Tahun 2010. Fakultas Keperawatan Padang.

Hawari, D. 2011. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Hidayat A.A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data.

Jakarta: Salemba Medik.

________________, 2011. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa

Data. Jakarta: Salemba Medik.

Ilmi, B. 2003. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Prestasi Kerja.

www//ttp:adln.lib.unair.ac.id.

Karambut, CA dan Noormijati, EA. 2012. “Analisa Pengaruh Kecerdasan

Emosional, Stres Kerja dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitimen

Organisasional (Studi Pada Perawat Unit Rawat Inap RS Panti Waluya

Malang). Jurnal Aplikasi Manajemen, Vol 10 No. 3; 655-668.

Luthans, F. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi Terjemaan, Jakarta: Salemba Empat.

Mangkuneara, AP., 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Page 64: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

53

Nawai, H. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamanteal Keperawatan Konsep, Proses

dan Praktik. Jakarta: EGC.

Pranowo, G. 2014. Pidato Kunci ubernur Jawa Tengah Pada Pembukaan

Rakernas VIII Asosiasi Rumah Sakit Daerah (Arsada) Semarang, 11

Juni 2014.

Riduawan, 2012. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:

Alfabeta.

Riwidikdo, H. 2013. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.

Robbins, PS. 2006. Perilaku Organisasi, Konsep, Kontroversi, Jakarta:

Prenhallindo.

Silalahi, U. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Suroso, J. 2011. Penataan Sistem Jejaring Karir Berdasar Kompetensi Untuk

Meningkatkan Kepuasan Kerja dan Kinerja Perawat di Rumah

Sakit.Ekzplanasi, Vol 6 No. 2 Hal: 123-131.

Sutrisno, E. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Kencana.

Syamsiar S. 2010. Stres Kerja Pada Perawat Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit

Dr. Tadjudin Cholid Makassar.

Tika, P. 2010. Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta:

Bumi Aksara.

Page 65: HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01-gdl-mulathenda... · Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang telah

54

Usman, . 2011. Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Verawati, Sitepu. 2006. Gambaran Stres Kerja Pada Perawat Shift Malam di

Ruang ICU Rumah Sakit Haji Medan FKM-USU. Medan.

Widyasari, Jhonana Kurnia. 2010. Hubunan Antara Kelelaan Kerja denan Stres

Kerja Pada Perawat di Ruma Sakit Islam Yarsis Surakarta. Skripsi

Program Diploma IV Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas

Neeri Sebelas Maret Surakarta.

Yesi ustian 2010. Hubunan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana

Dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap

RSUD Pasaman Barat.