Upload
dinhkien
View
253
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROSES
PROBLEM-BASED LEARNING (PBL) TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
(Skripsi)
Oleh:
AULIAN MEDIANSYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROSES
PROBLEM-BASED LEARNING (PBL) TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
Oleh
AULIAN MEDIANSYAH
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
SARJANA KEDOKTERAN
Pada
Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRACT
THE RELATIONS BETWEEN STUDENTS PERCEPTION ABOUT PROBLEM-
BASED LEARNING (PBL) WITH LEARNING MOTIVATION AT FACULTY OF
MEDICINE UNIVERSITY OF LAMPUNG
By
AULIAN MEDIANSYAH
Background: Perception is a process of acceptance by sensory stimuli for their attention so
that the individual is able to determine, interpret and appreciate an event. Students'
perceptions of problem-based learning (PBL) will affect the effectiveness of student learning
behavior, which is one indicator of motivation learning. The good perception that the students
have about PBL learning process allegedly has a relationship with the high motivation of
student learning.
Methods: This study was a descriptive analytic research using observational method with
cross sectional approach. The study uses’ two research instruments were questionnaires about
the students' perceptions of PBL learning process and learning motivation questionnaire,
which will be analyzed using chi square test.
Results: The results showed that 40.1% had high motivation score, 33.9% of students’ had
moderate score, and 27.1% had lower score. Fifty one point eight percent had good
perception, 33.7% of student had moderate perception score, and 14.5% had bad perception
score. There was significant relationship between students' perceptions of PBL learning
process and motivation to learn (p value 0.01).
Conclusion: There was a significant relationship between students' perceptions of PBL
learning process and student learning motivation Faculty of Medicine University of Lampung.
Keywords: faculty of medicine university of lampung, motivation, perception, problem-based
learning (PBL).
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROSES PROBLEM-
BASED LEARNING (PBL) TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Oleh
AULIAN MEDIANSYAH
Latar belakang: Persepsi adalah suatu proses penerimaan rangsang oleh panca indera
karena adanya perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan dan menghayati
suatu kejadian. Persepsi mahasiswa terhadap problem-based learning (PBL) akan
berpengaruh terhadap keefektifan perilaku belajar mahasiswa, yang merupakan salah satu
indikator motivasi belajar. Persepsi baik yang dimiliki mahasiswa tentang proses
pembelajaran PBL diduga memiliki hubungan dengan tingginya motivasi belajar mahasiswa.
Metode penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan
menggunakan metode observasional dengan pendekatan potong melintang. Penelitian ini
menggunakan 2 instrumen penelitian yaitu kuesioner persepsi mahasiswa tentang proses
pembelajaran PBL dan kuesioner motivasi belajar, yang di analisis menggunakan uji chi
square.
Hasil Penelitian: Hasil menunjukan skor motivasi tinggi 40,1%, sedang 33,9%, rendah 27,1
%. Skor persepsi baik 51,8%, sedang 33,7%, dan persepsi buruk 14,5% dan hasil analisis
bivariat terdapat hubungan bermakna antara persepsi mahasiswa tentang proses pembelajaran
PBL terhadap motivasi belajar ( p value 0,01).
Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara persepsi mahasiswa tentang proses
pembelajaran PBL dan motivasi belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung.
Kata kunci: fakultas kedokteran universitas lampung, motivasi, persepsi, problem-based
learning (PBL).
RIWAYAT HIDUP
Nama : Aulian Mediansyah
Tempat, tanggal lahir : Kotabumi, 18 Mei 1995
Nama Orang Tua :
a. Ayah : Pirwansyah, S.H
b. Ibu : Helina, S.E
Riwayat Pendidikan : - TK Nurul Iman Kotabumi (2002-2004)
- SDS Islam Ibnurusyd Kotabumi (2004-
2009)
- SMPN 7 Kotabumi (2009-2011)
- SMAN 1 Kotabumi (2011-2013)
- Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
(2013-sekarang)
Riwayat Kegiatan Kemahasiswaan : - Sekertaris Biro Forum StudI Islam Ibnu Sina
FK Unila (2014-2015)
- Anggota GEN-C FK Unila (2014-2015)
- Asisten Dosen bidang ilmu Fisiologi 2014-
2015
Dengan penuh cinta,
Skripsi ini ku persembahkan untuk Papi, Mami, Utik, Daing,
Paisal, Qomar, Sahabat-sahabatku dan Semua yang kusayangi.
Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Karena itu apabila
engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan
yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.
(Q.S. Al Insyirah 6-8)
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala
kasih, karunia, dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “ Hubungan Persepsi Mahasiswa Tentang Proses Pembelajaran
PBL terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa FK Unila”.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat masukan, bantuan,
dorongan, saran, bimbingan dan kritik dari berbagai pihak. Maka dengan segenap
kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas
Lampung;
2. Dr. dr. Muhartono, S.Ked., M. Kes., Sp. PA., selaku Dekan Fakultas
Kedoketran Universitas Lampung;
3. dr. Oktadoni Saputra, M. Med, Ed yang sempat menjadi pembimbing satu
saya yang telah bersedia membimbing dan mengarahkan saya untuk
menyelesaikan skripsi ini, dan semoga pendidikan spesialisnya cepat
selesai dan sukses.
4. dr. Rika Lisiswanti, M. Med. Ed selaku Pembimbing satu pengganti saya
atas kesediaannya untuk meluangkan banyak waktu, memberikan nasihat,
bimbingan, saran, dan kritik selama menyelesaikan skripsi ini;
5. dr. M. Yusran, M.Sc, Sp. M selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya
untuk meluangkan waktu, memberikan nasihat, bimbingan, saran, dan
kritik yang bermanfaat dalam proses penyelesaian skripsi ini;
6. dr. Dwita Oktaria, M.Pd. Ked selaku Penguji Utama pada Ujian Skripsi,
terima kasih atas waktu, ilmu dan saran-saran yang telah banyak diberikan.
7. Seluruh dosen Fakultas Kedokteran Universitas Lampung atas ilmu,
waktu, dan bimbingan yang telah diberikan dalam proses perkuliahan;
8. Seluruh staf akademik, administrasi, dan tata usaha Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung yang telah sangat membantu, memberikan waktu
dan tenaga serta kesabarannya selama dalam proses penyelesaian
penelitian ini;
9. Terima kasih teruntuk papi Pirwansyah, S.H dan mami Helina, S.E yang
teramat sangat saya cintai dan sayangi atas doa, perhatian, semangat,
kesabaran, kasih sayang, dan dukungan yang selalu mengalir setiap saat.
Terima kasih untuk perjuangannya memberikanku pendidikan yang
terbaik, baik pendidikan akademis maupun nonakademis yang dapat
digunakan untuk bekal dimasa depan;
10. Terimakasih kepada kakak dan adikku tersayang Utik, Daing, Paisal,
Komar serta seluruh keluarga besar atas doa, dukungan, semangat,
keikhlasan, motivasi, kasih sayang, dan bahkan celaan-celaan yang sangat
membangun dan selalu menjadi alasan saya untuk merintis dan berjuang
sampai saat ini;
11. Terimakasih MM11. Cody, Meri, Tika, Rani, Afief, Satya, Mia, Feza, Ica,
Cts telah mewarnai hari hari mahasiswa baruku yang suram;
12. Terimakasih sahabat saya Arli Suryawinata yang selalu memberikan
masukan, sindiran, dukungan dan wacana setiap akan bekerja. Mari kita
capai tujuan kita tanpa ada wacana lagi.
13. Sahabat saya Meriska Cesia Putri telah bersedia mendengarkan semua
keluh kesah selama 3,5 tahun ini.
14. Terimakasih untuk Perteman Sehat, Adlia, Meno, Ayu, Cody yang selalu
menghibur;
15. Teman seperjuangan skripsi Susane, Widi, Mara, dan Diah terimakasih
atas bantuan kalian dalam memperjuangkan skripsi bersama-sama;
16. Teman-teman sejawat angkatan 2013 yang tidak dapat disebutkan satu
persatu. Terimakasih atas kebersamaan, keceriaan, kekompakan
kebahagiaan selama 3,5 tahun perkuliahan ini, semoga kelak kita bisa
menjadi dokter yang amanah dan sukses dunia akhirat;
17. Adik-adik angkatan 2014, 2015, 2016 terimakasih atas dukungan, doa dan
bantuannya dalam satu fakultas kedokteran;
18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat
dan pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya. Terima kasih.
Bandar Lampung, Januari 2017
Penulis
Aulian Mediansyah
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................ i
DAFTAR TABEL ................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... iii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................ 5
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 5
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persepsi ............................................................................................... 7
2.1.1 Proses Terjadinya Persepsi........................................................ 7
2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengarui Persepsi .............................. 8
2.1.3 Persepsi Terhadap Prilaku ......................................................... 10
2.14 Persepsi terhadap PBL ............................................................... 10
2.2 Problem Based Learning .................................................................... 11
2.2.1 Kelebihan dan kekurangan PBL ............................................... 12
2.3 Motivasi .............................................................................................. 14
2.3.1 Motivasi Belajar ........................................................................ 15
2.3.2 Tipe-tipe Motivasi Belajar ........................................................ 16
2.3.2.1 Motivasi Interinsik ........................................................ 17
2.3.2.2 Motivasi Ekstrinsik ....................................................... 18
2.3.2.3 Amotivasi ..................................................................... 20
2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar .......................... 20
2.3.3.1 Minat ............................................................................. 20
2.3.3.2 Cita-cita ........................................................................ 21
2.3.3.3 Kondisi ......................................................................... 21
2.3.3.4 Peran Orang Tua ........................................................... 22
2.3.3.5 Peran Pengajar .............................................................. 22
2.3.3.6 Kondisi Lingkungan ..................................................... 23
iv
2.4 Kerangka Teori.................................................................................... 24
2.5 Kerangka Konsep ................................................................................ 24
2.6 Hipotesis .............................................................................................. 25
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................... 26
3.2 Lokasi Penelitian ................................................................................. 26
3.3 Subyek Penelitian ................................................................................ 26
3.3.1 Populasi .................................................................................... 26
3.3.2 Sampel ...................................................................................... 27
3.4 Teknik Pengambilan Sampel............................................................... 28
3.5 Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................... 29
3.6 Definisi Operasional ........................................................................... 29
3.7 Instrumen Penelitian............................................................................ 30
3.7.1 Variabel Motivasi Belajar ......................................................... 30
3.7.1.1 Hasil Uji Validitas ........................................................ 31
3.7.1.2 Hasil Uji Realiabelitas ................................................. 31
3.7.2 Variabel Persepsi Tentang PBL ................................................ 31
3.7.2.1 Hasil Uji Validitas ........................................................ 32
3.7.2.2 Hasil Uji Realiabelitas ................................................. 32
3.8 Metode Pengambilan Data .................................................................. 32
3.9 Analisis Data ...................................................................................... 33
3.10 Rancangan Penelitian ........................................................................ 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ................................................................................... 35
4.1.1 Analisi Univariat ....................................................................... 35
4.1.1.1 Angkatan ....................................................................... 36
4.1.1.2 Persepsi Mahasiswa FK Unila ...................................... 36
4.1.1.3 Motivasi Belajar Mahasiswa FK Unila ........................ 38
4.1.2 Analisis Bivariat ........................................................................ 39
4.2 Pembahasan ......................................................................................... 41
4.2.1 Persepai Tentang Proses Pembelajaran PBL.................................... 41
4.2.2 Motivasi Belajar ............................................................................... 42
4.2.3 Hubungan Persepsi Tentang PBL dan Motivasi Belajar .................. 47
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ............................................................................................. 49
5.2 Saran .................................................................................................... 49
v
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 51
LAMPIRAN ............................................................................................. 56
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perhitungan Sampel Mahasiswa ............................................................ 29
2. Definisi Operasional ............................................................................. 29
3. Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar .................................................... 30
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Angkatan .................................. 36
5. Distribusi Frekuensi Persepsi Mahasiswa ............................................. 37
6. Distribusi Gambaran Persepsi Mahasiswa Berdasarkan Angkatan ....... 37
7. Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar ................................................... 38
8. Distribusi Frekuensi Belajar Berdasarkan Angkatan ............................. 39
9. Tabulasi Silang Bivariat ........................................................................ 40
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Teori .............................................................................. 24
2. Kerangka Konsep .......................................................................... 24
3. Rancangan Penelitian .................................................................... 34
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Problem-based learning (PBL) adalah sebuah metode instruksional dimana
mahasiswa diberikan beberapa kasus sebagai pemicu belajar yang dapat
membantu dan mendorong mahasiswa untuk mengembangkan pemahaman
konsep mendasar dari masalah tersebut serta berbagai prinsip pengetahuan
lainnya yang relevan. PBL pertama kali digunakan di Fakultas Kedokteran
McMaster Kanada pada tahun 1969. Sejak itu banyak fakultas kedokteran di
seluruh dunia yang mulai menerapkan PBL dengan berbagai variasi yang
disesuaikan dengan kebutuhan institusi masing-masing (Harsono, 2004).
Pada tahun 2008 Fakultas Kedokteran Universitas Lampung memulai
metode pembelajaran PBL. Pelaksanaan PBL yang diterapkan dimulai dari awal
semester satu sampai semester tujuh. Mussal et al. (2004) mengemukakan bahwa
penerapan PBL didasarkan pada pendekatan konsisten pada proses belajar-mengajar
yang konstruktivis. Van Berkel dan Dolmans dalam Harsono (2004) juga
mengemukakan bahwa karakteristik PBL sebagai suatu pendekatan belajar yang
konstruktivis dapat memicu mahasiswa aktif dalam proses pembelajaran,
2
kontekstual dan kolaboratif sehingga mahasiswa menjadi aktif dalam belajar
mandiri untuk menggali informasi terbaru. Pelaksanaan metode belajar ini
bertumpu pada diskusi tutorial. Pada diskusi tutorial, mahasiswa dibagi menjadi
kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 10-14 mahasiswa pada setiap
kelompok diskusi. Pada setiap kelompok diskusi akan diberikan kasus-kasus
autentik yang dapat menjadi bahan pembelajaran yang bermakna bagi
mahasiswa (Harsono, 2004).
Dalam diskusi tutorial terdapat tujuh langkah terstruktur yang dikenal
dengan Seven Jumps Method. Menurut Harsono (2004) dan Wood (2003) tujuh
langkah tersebut terdiri dari; 1) Klarifikasi istilah – istilah asing dari skenario; 2)
Menetapkan masalah; 3) Curah pendapat mengenai penjelasan dan
kemungkinan hipotesa; 4) Menyusun penjelasan masalah; 5) Perumusan
masalah yang belum dapat diselesaikan; 6) Mengumpulkan informasi dan
belajar mandiri; 7) Memadukan antara infomasi yang baru didapat dan informasi
yang telah didapat. Mahasiswa dituntut untuk berpartisipasi dan berperan aktif
selama jalannya proses tutorial.
Pada pelaksanaan PBL sumber informasi tidak hanya dari dosen akan
tetapi dapat dari berbagai sumber. Keluasan dan keberagaman informasi yang
diperoleh mahasiswa pada saat belajar mandiri menjadikan dosen sebagai
fasilitator selama diskusi tutorial bertujuan untuk mengarahkan mahasiswa agar
tetap fokus pada tujuan pencapaian kompetensi yang diharapkan (Arends,
2008). Hal ini dapat dilihat dari kedalaman dan keluasan diskusi yang dilakukan
mahasiswa selama tutorial pada langkah ketujuh tutorial atau fase pelaporan.
3
Perubahan pola belajar dari teacher-centered ke student-centered learning
di perguruan tinggi merupakan tantangan bagi tenaga pendidik dan mahasiswa.
Semua mahasiswa diharapkan memiliki kerja sama tim yang baik (Harsono,
2004). Hal tersebut merupakan hal yang baru bagi mahasiswa sehingga
mahasiswa membutuhkan waktu untuk beradaptasi pada pola student-centered
learning dalam PBL. Menurut Hastings dalam Arnyana (2004) mengemukakan
PBL dapat memotivasi mahasiswa untuk melakukan investigasi dan pemecahan
masalah pada situasi kehidupan nyata serta dapat memotivasi mahasiswa untuk
menghasilkan sebuah produk atau karya. Problem-based learning membantu
mahasiswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan analisis
dalam memecahkan masalah dan keterampilan intelektual. Sehingga PBL dapat
meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.
Persepsi memiliki arti suatu proses dimana diterimanya rangsang melalui
panca indera yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu
mengetahui, mengartikan dan menghayati tentang hal yang diamati oleh
individu (Sunaryo, 2004). Sehingga, persepsi mahasiswa terhadap PBL akan
berpengaruh terhadap perilaku belajar mahasiswa tersebut. Proses terjadinya
persepsi menurut Sunaryo (2004), terdiri dari tiga proses yaitu: proses fisik,
proses fisiologi, dan proses psikologi. Setelah terbentuknya persepsi maka akan
dinyatakan dalam bentuk sikap yang akan berpengaruh terhadap keefektifan
prilaku belajar mahasiswa. Akibatnya dari pengaruh persepsi tersebut
berdampak dalam meningkatan motivasi belajar pada mahasiswa.
Motivasi juga dibutuhkan dalam proses pembelajaran, karena seseorang
4
yang tidak memiliki motivasi dalam belajar tidak mungkin melakukan aktivitas
belajar. Menurut Purwanto (2002) motivasi adalah suatu perubahan energi pada
diri seseorang yang mendorong untuk tercapainya suatu keinginan. Motivasi
yang kuat akan membangun gairah, semangat, dan perasaan senang untuk
melakukan sesuatu. Sehingga seseorang yang memiliki motivasi belajar yang
tinggi akan menampakkan minat, perhatian, konsentrasi penuh, ketekunan
tinggi, serta berorientasi pada prestasi tanpa mengenal perasaan bosan dalam
proses belajar (Purwanto, 2002).
Dalam penelitian ini, peneliti telah melakukan penelitian pendahuluan
yang dilakukan dengan melakukan wawancara tidak terstruktur terhadap
beberapa mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dan hasil yang
didapatkan sebagian besar mahasiswa mengemukakan persepsi mereka bahwa
proses pembelajaran yang dilaksanakan dalam PBL terasa membosankan
karena harus menulis laporan tutorial, namun ada juga yang mengatakan
menjadi lebih termotivasi untuk belajar dengan mengggunakan proses
pembelajaran PBL.
Berdasarkan dari uraian di atas peneliti melihat persepsi dapat
memengaruhi motivasi sehingga peneliti tertarik untuk melihat hubungan
persepsi mahasiswa tentang proses pembelajaran PBL terhadap motivasi belajar
pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
5
1.2 Perumusan masalah
Dari latar belakang tersebut peneliti ingin melihat apakah terdapat
hubungan antara persepsi mahasiswa tentang proses PBL terhadap motivasi
belajar pada mahasiswa FK Unila.
1.3 Tujuan penelitian
a. Tujuan Umum
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan persepsi mahasiswa tentang proses PBL terhadap motivasi belajar
pada mahasiswa FK Unila.
b. Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui persepsi tentang proses pembelajaran PBL pada mahasiswa
FK Unila angkatan 2013, 2014, 2015, dan 2016.
2. Mengetahui motivasi belajar mahasiswa FK Unila angkatan 2013, 2014,
2015, dan 2016.
1.4 Manfaat penelitian
1. Bagi Institusi
a. Memberikan informasi terhadap pengembangan pendidikan dengan
metode problem-based learning di FK Unila.
6
b. Memberikan informasi mengenai persepsi mahasiswa terhadap proses
pembelajaran PBL.
2. Bagi Mahasiswa
Memberikan informasi untuk dapat memahami motivasi diri sehingga dapat
mencapai tujuan dari PBL.
3. Bagi Peneliti
Menerapkan kemampuan dalam penelitian serta menambah khasanah
penelitian di FK Unila.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persepsi
Persepsi adalah proses dimana seseorang mengorganisasikan pikirannya,
menafsirkan, mengalami, dan mengolah pertanda atau segala sesuatu yang terjadi di
lingkungannya (Adam dan Indrawijaya, 2000). Sedangkan menurut Sunaryo (2004)
persepsi diartikan sebagai proses diterimanya rangsang melalui pancaindera yang
didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan
menghayati tentang hal yang diamati baik yang ada di luar maupun di dalam diri
individu.
2.1.1 Proses Terjadinya Persepsi
Proses terjadinya persepsi menurut Sunaryo (2004) sebagai berikut:
a. Proses fisik
Proses ini ditandai dengan pada saat obyek menimbulkan stimulus
mengenai alat indra atau reseptor.
8
b. Proses fisiologi
Proses ini ditandai dengan stimulus yang diterima indera dilanjutkan
oleh syaraf sensorik ke otak.
c. Proses psikologi
Proses ini ditandai dengan terjadinya proses di otak sehingga individu
menyadari apa yang akan diterima dengan reseptor tersebut sebagai
akibat stimulus yang diterima.
2.1.2 Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Persepsi
Faktor – faktor yang memengaruhi persepsi menurut Adam dan
Indrawijaya (2000) adalah sebagai berikut:
a. Proses input
Proses persepsi dimulai dari tahapan penerimaan rangsang yang
ditentukan oleh faktor luar maupun faktor dari dalam manusia sendiri
yang dikategorikan atas lima hal, yaitu:
1) Faktor lingkungan, secara luas faktor lingkungan ini
dipengaruhi oleh faktor ekonomi, sosial, dan politik sedangkan
secara lebih sempit faktor lingkungan terdiri dari warna, bunyi,
dan sinar.
2) Faktor konsepsi merupakan pendapat dan teori seseorang
tentang manusia dalam segala tindakannya.
3) Faktor yang berkaitan dengan konsep seseorang tentang dirinya
sendiri.
9
4) Faktor yang berhubungan dengan motif dan tujuan yang
berikatan dengan dorongan dan tujuan seseorang menafsirkan
suatu rangsangan.
5) Faktor pengalaman masa lalu.
b. Selektivitas
Manusia dalam menerima rangsangan dari luar sangat terbatas, artinya
manusia tidak mampu memproses seluruh rangsangan dan cenderung
memberikan perhatian pada rangsangan tertentu saja. Oleh sebab itu,
tingkat pentingnya suatu rangsang dapat berbeda antara orang satu
dengan orang lain.
c. Proses penutupan
Proses penutupan adalah proses untuk melengkapi atau menutupi
jurang informasi yang ada. Kecenderungan seseorang merasa sudah
mengetahui keseluruhan merupakan suatu hal yang penting dalam proses
perseptual, karena hal tersebut dapat dipergunakan untuk memperkirakan
hasil akhir proses perseptual. Perilaku ini disebut stereotyping.
d. Konteks
Persepsi terjadi dalam suatu kesatuan dalam suatu konteks. Isi
kesatuan atau konteks ini dapat berupa faktor lingkungan fisik, seperti:
sinar, suara, dan sebagainya dapat juga berupa konteks emosional, atau
segolongan politik juga memengaruhi persepsi seseorang terhadap orang
lain.
10
2.1.3 Persepsi terhadap prilaku
Persepsi dapat memengaruhi tingkah laku seseorang terhadap
objek dan situasi lingkungannya. Sementara tingkah laku seseorang juga
dipengaruhi persepsinya terhadap sesuatu baik benda maupun peristiwa.
Manusia akan selalu dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya, tingkah laku
dan cara berpikir untuk menanggapi sesuatu peristiwa yang terjadi di
lingkungannya. Persepsi akan berarti jika diperlihatkan dalam bentuk
pernyataan, baik lisan maupun perbuatan (Walgito, 2002). Meskipun
demikian, terkadang apa yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan
perilaku yang terlihat belum tentu sesuai dengan persepsi yang asli.
Menurut Walgito (2002) dalam kehidupan sehari-hari perilaku dapat
dibentuk, diperoleh, berubah melalui proses belajar.
2.1.4 Persepsi Terhadap PBL
Sunaryo (2004) menyatakan secara psikologis seseorang yang
telah memersepsikan sesuatu berarti telah menyadari dan menerima
stimulus yang didapatkannya. Mahasiswa tidak memiliki persepsi yang
tidak baik terhadap metode PBL dan faktor yang berhubungan dengan
penerimaan, ini adalah mahasiswa memiliki tujuan dan dorongan yang
jelas karena menganggap metode PBL sebagai sesuatu yang bermanfaat.
Hasil penelitian yang dilakukan Shashidhar (2004) menyatakan bahwa
mahasiswa Fiji School Of Medicine dengan menggunakan proses PBL
memberikan mereka kesempatan dan kebebasan yang lebih baik dalam
11
belajar daripada menggunakan metode pembelajaran konvensional.
Sehingga apabila persepsi mahasiswa tidak baik terhadap PBL maka
dapat memengaruhi proses pembelajaran dalam PBL.
2.2 Problem-based learning (PBL)
PBL adalah suatu proses pembelajaran yang pada titik awalnya
berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata (Zulharman, 2007). Dari masalah
tersebut mahasiswa dirangsang untuk mempelajarinya berdasarkan pengetahuan
dan pengalaman yang telah mereka dimiliki sebelumnya (prior knowledge).
Sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan baru. Sementara
menurut Wood (2003), PBL merupakan suatu proses pembelajaran yang tidak
hanya berfokus pada pemecahan masalah tetapi juga menggunakan
permasalahan tersebut untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan. PBL
dipahami sebagai suatu strategi instruksional dimana mahasiswa
mengidentifikasi pokok bahasan (issues) yang dimunculkan oleh masalah
spesifik. Pokok bahasan tersebut membantu dan mendorong mahasiswa untuk
mengembangkan pemahaman tentang berbagai konsep yang mendasari masalah
serta prinsip pengetahuan lainnya yang relevan (Harsono, 2004). Menurut
Emilia (2006) ciri utama dari PBL adalah pembelajaran berfokus pada
mahasiswa, proses pembelajaran menggunakan diskusi kelompok kecil, dosen
berperan sebagai fasilitator, masalah merupakan cara untuk mengorganisir dan
memicu belajar, masalah digunakan sebagai media untuk mengembangkan
keterampilan dalam pemecahan masalah.
12
2.2.1 Kelebihan dan Kelemahan Problem-based learning
Menurut Harsono (2004) kelebihan dan kekurangan dari PBL
adalah sebagai berikut :
A. Kelebihan PBL
1) Student centered – PBL mendorong active learning, memperbaiki
pemahaman, retensi, dan pengembangan long life learning skills.
2) Generic competencies – PBL memberi kesempatan kepada
mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan umum dan etika
yang diperlukan dalam praktiknya di kemudian hari.
3) Integration – PBL memberi fasilitas tersusunnya integrated core
curriculum.
4) Motivation – PBL cukup menyenangkan bagi mahasiswa dan
fasilitator, dan prosesnya membutuhkan partisipasi seluruh
mahasiswa dalam proses pembelajaran. Lingkungan belajar
memberi stimulasi untuk meningkatkan motivasi
5) Deep learning – PBL mendorong pembelajaran yang mendalam.
Mahasiswa berinteraksi dengan materi belajar, menghubungkan
beberapa konsep dengan aktivitas sehari-hari, dan meningkatkan
pemahaman mereka.
13
6) Constructivist approach – mahasiswa mengaktifkan kembali prior
knowledge dan mengembangkannya pada kerangka pengetahuan
konseptual yang sedang dihadapi.
7) Meningkatkan kolaborasi antara berbagai disiplin ilmu
8) Relevansi – relevansi kurikulum difasilitasi oleh struktur
pembelajaran mahasiswa berdasarkan masalah PBL sehingga dapat
menyeleksi konten-konten yang tidak relevan bagi mahasiswa pada
proses pembelaharan.
9) PBL mengurangi beban kurikulum yang berlebihan bagi
mahasiswa
B. Kelemahan PBL
Harsono (2004) mengatakan kelemahan dari PBL adalah :
1) Tutors who can’t “teach” – fasilitator hanya menyenangi disiplin
ilmunya sendiri, sehingga mengalami kesulitan dalam melakukan
tugasnya dan dapat mengalami frustasi.
2) Human resources - jumlah pengajar yang diperlukan dalam proses
tuorial lebih banyak dari pada sistem konvensional.
3) Other resources – banyak mahasiswa yang ingin mengakses
perpustakaan dan komputer dalam waktu yang bersamaan
4) Role models – mahasiswa dapat terbawa ke dalam situasi
konvensional dimana tutor berubah fungsi menjadi pemberi kuliah
sebagaimana di kelas yang lebih besar.
14
5) Information overload – mahasiswa dapat mengalami kegamangan
sampai seberapa jauh mereka harus melakukan self directed study
dan informasi apa saja yang relevan dan bermanfaat.
6) Metode ini belum tentu cocok untuk setiap mahasiswa. Sehingga
dalam rekrutmen dan seleksi mahasiswa diperlukan kriteria-kriteria
tertentu, sehingga tidak setiap institusi pendidikan kesehatan dapat
menerapkan. Selain itu, mahasiswa memerlukan waktu untuk
beradaptasi karena sebelum masuk ke institusi pendidikan
kesehatan mereka lebih banyak terpapar dengan metode tradisional.
2.3 Motivasi
Motivasi merupakan suatu perubahan energi yang terdapat pada diri
mahasiswa sehingga mendorong mahasiswa pada hal yang ingin dicapai. Selain
itu, dengan adanya motivasi menjadikan mahasiswa tersebut tetap ingin
melakukan dan menyelesaikan tugas-tugas akademik (Woolfolk, 2007). Menurut
Sardiman (2006), motivasi dapat diartikan sebagai upaya yang mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu. Sehingga motivasi dapat dikatakan sebagai
daya penggerak dari dalam subjek untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu
untuk mencapai suatu tujuan. Bahkan motivasi dapat dikatakan sebagai suatu
kondisi intern atau kesiapan. Berawal dari kata motivasi itu, maka motivasi dapat
diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motivasi akan
menjadi aktif pada kondisi-kondisi tertentu, terutama bila kebutuhan untuk
mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak (Sardiman, 2006).
15
Motivasi berasal dari kata motif (motive), yang berarti rangsangan, dorongan
atau pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang, sehingga orang tersebut
memperlihatkan perilaku tertentu. Motivasi merupakan suatu pengertian yang
melengkapi semua penggerak alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri
manusia yang menyebabkan manusia melakukan tindakan tertentu. Semua
tingkah laku manusia pada dasarnya mempunyai motivasi termasuk tingkah laku
secara reflek yang berlangsung secara otomatis memiliki tujuan tertentu,
walaupun tujuan tersebut terkadang tidak disadari oleh manusia (Swanburg,
2000).
Sedangkan menurut Pintrich (2003), kata motivasi berasal dari bahasa Latin
yaitu movere, yang berarti bergerak (move). Motivasi menjelaskan apa yang
membuat seseorang melakukan sesuatu, membuat tetap melakukannya, dan
membantu dalam menyelesaikan tugas-tugas. Hal ini berarti bahwa konsep
motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan berperilaku, arah perilaku
(pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan penyelesaian atau
prestasi yang sesungguhnya.
2.3.1 Motivasi Belajar
Motivasi sangat dibutuhkan mahasiswa untuk menjalani program
perkuliahan yang ada di Fakultas Kedokteran, di samping banyak materi
yang harus dipahami dan dikuasai, mahasiswa dituntut agar dapat
beradaptasi dengan situasi perkuliahan. Motivasi memiliki beberapa fungsi,
yaitu; (1) Mendorong timbulnya tindakan atau suatu perubahan. Tanpa
16
motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar; (2) Sebagai pengarah,
artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan;
(3) Sebagai penggerak yang berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar
kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan
(Hamalik, 2000).
Dari pendapat ini, terkandung makna bahwa motivasi berfungsi
untuk mahasiswa sebagai pendorong timbulnya prilaku dan memengaruhi
serta mengubah prilaku, sebagai pengarah dan sebagai penggerak. Begitu
juga dalam kegiatan atau proses belajar mengajar, motivasi memiliki arti
yang sangat penting. Karena bisa saja mahasiswa tidak belajar sebagaimana
mestinya karena kurang atau lemahnya motivasi belajar (Hamalik, 2000).
Indikator untuk mengukur motivasi belajar mahasiswa pada
penelitian ini meliputi: (1) Ketekunan dalam belajar; (2) Ulet dalam
menghadapi kesulitan; (3) Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar;
(4) Keinginan berhasil dalam belajar; (5) Mandiri dalam belajar; dan (6)
reward/pujian/penghargaan (Sardiman, 2006).
2.3.2 Tipe-tipe motivasi belajar
Orientasi multidimensional motivasi membagi menjadi 3 kelompok
besar tipe motivasi, yaitu motivasi instrinsik, motivasi ekstrinsik, dan
amotivasi. Peneliti terdahulu sudah menggunakan beberapa pendekatan
motivasi. Salah satu pendekatannya adalah Self-Determination Theory
(SDT) yang dikemukakan oleh Deci dan Ryan (2000). SDT adalah sebuah
17
pendekatan motivasi manusia dan kepribadian yang menggunakan metode
tradisional empiris yang menjurus kepada pentingnya motivasi isntrinsik
untuk pengembangan kepribadian dan perilaku regulasi diri (Deci dan
Ryan, 2000). Ketika mengaplikasikan SDT, motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik adalah dua tipe primer dari perilaku motivasi akademik.
2.3.2.1 Motivasi Instrinsik
Deci dan Ryan (2000) mengaplikasikan definisi sempit dari
motivasi instrinsik. Seseorang secara intrinsik termotivasi apabila
sebuah aktivitas dilakukan karena dorongan dari dalam dirinya
sendiri. Perkembangan dari motivasi instrinsik terjadi ketika
kebutuhan dasar psikologis yaitu otonomi, relasi, dan kompetensi
didukung oleh lingkungan sosial. Hasilnya, apabila sebuah perilaku
tidak dibatasi oleh dorongan eksternal, seseorang akan merasakan
aksinya sebagai determinasi diri.
Motivasi instrinsik mengarah kepada melakukan sebuah
aktivitas demi kepuasan diri-sendiri. Kata kunci yang
menggambarkan motivasi instrinsik adalah ketertarikan,
kenyamanan, dan kepuasan dari dalam diri. Setiap individu
merasakan kebebasan beraktivitas dimana individu tersebut
mengalami fenomena ini (Deci dan Ryan, 2000).
Menurut Santrock (2007), terdapat dua jenis motivasi
intrinsik. Motivasi intrinsik berdasarkan determinasi diri dan
18
pengalaman optimal. Dalam pandangan ini, seseorang ingin percaya
bahwa sesuatu dilakukan karena kemauan sendiri, bukan karena
kesuksesan atau imbalan eksternal. Motivasi intrinsik mahasiswa
akan meningkat jika mahasiswa mempunyai pilihan dan peluang
untuk mengambil tanggung jawab personal atas pembelajaran
mahasiswa. Yang kedua, motivasi intrinsik berdasarkan
pengalaman optimal. Pengalaman optimal kebanyakan terjadi ketika
seseorang merasa mampu dan berkonsentrasi penuh saat melakukan
suatu aktivitas serta terlibat dalam tantangan yang dianggap tidak
terlalu sulit tetapi juga tidak terlalu mudah.
2.3.2.2 Motivasi Ekstrinsik
Bertolak belakang dengan motivasi instrinsik, motivasi
ekstrinsik dihubungkan dengan perilaku yang tidak dilakukan
berdasarkan kemauan atau keinginan diri sendiri melainkan untuk
alasan eksternal. Alasan-alasan eksternal tersebut dapat berupa
hadiah atau hukuman. Seseorang bersikap demi mendapatkan
sesuatu semacam hadiah atau upah atau untuk menghindari dari
ancaman hukuman. Semakin regulasi eksternal menjadi bagian
internal maka sebuah aksi dirasakan sebagai otonomi. Salah satu
contohnya adalah determinasi diri (Deci dan Ryan, 2000).
Terdapat beberapa tipe motivasi ekstrinsik, yang pertama
yaitu perilaku yang secara ekstrinsik termotivasi dan paling sedikit
19
sifat otonominya diklasifikasikan sebagai regulasi secara eksternal
(externally regulated). Perilaku ini bertujuan untuk memuaskan
permintaan eksternal atau kemungkinan hadiah maupun imbalan.
Tipe kedua dari motivasi ekstrinsik adalah introjected regulation,
tipe ini berupa regulasi untuk melakukan sesuatu namun tidak
sepenuhnya menerima sebagai keinginannya. Tipe ketiga yang lebih
bersifat otonom dari motivasi ekstrinsik adalah regulasi melalui
identifikasi atau regulation trough identification yang
mencerminkan sebuah kesadaran akan pentingnya tujuan akhir dari
sebuah tindakan yang dilakukan. Terakhir, tipe yang paling bersifat
otonomi dari motivasi ekstrinsik adalah regulasi terintegrasi atau
integrated regulation. Tipe ini terjadi ketika regulasi teridentifikasi
sepenuhnya melekat pada diri seseorang. Karakter aksi dari regulasi
terintegrasi mirip dengan motivasi instrinsik, namun masih
dikategorikan motivasi ekstrinsik karena dilakukan untuk mencapai
sebuah tujuan yang terpisah dibandingkan dengan kenikmatan
pribadi (Deci dan Ryan, 2000).
Terdapat dua kegunaan dari hadiah, yaitu sebagai insentif
agar mau mengerjakan tugas yang dapat mengontrol perilaku
mahasiswa, dan mengandung informasi tentang penguasaan
keahlian (Santrock, 2007).
20
2.3.2.3 Amotivasi
Sedangkan amotivasi adalah suatu keadaan dimana
seseorang kurang memiliki keinginan untuk bertindak. Ketika
teramotivasi, seseorang tidak dapat melakukan tindakan sama sekali
atau beraktivitas namun tanpa tujuan dan hanya mengikuti keadaan.
Amotivasi dapat disebabkan karena tidak menginginkan sebuah
aktivitas, tidak merasa kompeten untuk melakukannya atau tidak
mengharapkan suatu tujuan akhir yang ingin dicapai atau
diinginkan (Deci dan Ryan, 2000).
2.3.3 Faktor – Faktor yang Memengaruhi Motivasi Belajar
Faktor- faktor yang memengaruhi motivasi belajar yang berasal dari
individu itu sendiri (Purwanto, 2002) :
2.3.3.1 Minat
Minat merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu,
dimana minat belajar yang tinggi akan menyebabkan belajar
menjadi lebih mudah dan cepat. Minat berfungsi sebagai daya
penggerak yang mengarahkan seseorang melakukan kegitan tertentu
yang spesifik. Minat merupakan kecenderungan seseorang untuk
merasa pada objek tertentu yang dianggap penting. Dari rasa
ketertarikan terhadap sesuatu akan membentuk motivasi yang
akhirnya teraktualisasi dalam perilaku belajarnya.
21
2.3.3.2 Cita-cita
Cita-cita untuk menjadi seseorang akan memperkuat semangat
belajar. Seseorang dengan kemauan besar serta didukung oleh cita-
cita yang sesuai maka akan menimbulkan semangat dan dorongan
yang besar untuk bisa meraih apa yang diinginkan.
2.3.3.3 Kondisi
Kondisi-kondisi tersebut baik fisik maupun emosi yang
dihadapi oleh peserta didik akan memengaruhi keinginan individu
untuk belajar dan tentunya akan melemahkan dorongan untuk
melakukan sesuatu dalam kegiatan belajar. Kondisi fisik serta
pikiran yang sehat akan menumbuhkan motivasi belajar. Sehat
berarti dalam keadaan baik, baik secara fisik atau terbebas dari
penyakit serta dalam keadaan akal yang sehat. Proses belajar
seseorang akan terganggu jika kesehatan terganggu. Sedangkan
faktor- faktor yang memengaruhi motivasi belajar yang berasal dari
luar individu, adalah:
a) Kecemasan terhadap hukuman
Motivasi dengan pemaksaan (motivating by force) yaitu
memotivasi dengan menggunakan ancaman hukuman atau
kekerasan agar yang dimotivasi dapat melakukan apa yang harus
dilakukan.
22
b) Penghargaan dan pujian
Motivasi bisa muncul jika terdapat penghargaan atau pujian
pada proses pembelajaran.
2.3.3.4 Peran Orang Tua
Lingkungan keluarga sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan belajar. Orang tua adalah sebagai pembuka
kemungkinan terselenggaranya pendidikan serta berperan sebagai
guru bagi anaknya. Orang tua mampu mendidik dengan baik,
berkomunikasi dengan baik, penuh perhatian terhadap anak,
mengetahui kebutuhan dan kesulitan yang dihadapi anak dan
mampu menciptakan hubungan baik dengan anak-anaknya akan
berpengaruh besar terhadap keinginan anak untuk belajar atau
sebaliknya.
2.3.3.5 Peran Pengajar
Peran pengajar bertujuan untuk membangkitkan motivasi
dalam diri peserta didiknya agar makin aktif belajar. Kreativitas
serta aktivitas pengajar harus mampu menjadi inspirasi bagi para
mahasiswa sehingga mahasiswa akan lebih terpacu motivasi untuk
belajar, berkarya dan berkreasi. Peran pengajar untuk mengelola
motivasi belajar sangat penting dan dapat dilakukan melalui
berbagai aktivitas belajar.
23
2.3.3.5 Kondisi lingkungan
Kondisi lingkungan yang sehat turut memengaruhi motivasi
belajar. Karakteristik fisik lingkungan belajar, keterjangkauan dan
ketersediaan sumber daya manusia dan materi dapat memengaruhi
tingkat motivasi seseorang. Selain itu, lingkungan juga dapat
membentuk atau mengurangi kondisi penerimaan pembelajaran.
Lingkungan yang aman, nyaman dan bisa disesuaikan sendiri
dapat menumbuhkan dorongan untuk belajar. Sebaliknya
lingkungan yang kurang menyenangkan seperti kegaduhan,
kekacauan dan tidak adanya privasi dapat mengganggu kapasitas
untuk berkonsentrasi dan menumbuhkan keinginan untuk tidak
belajar.
24
2.4 Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka teori modifikasi Ridya, 2007, Indrawijaya , 2000,
Purwanto, 2002.
2.5 Kerangka Konsep
Gambar 2. Kerangka konsep
Persepsi
Problem-based
learning
Motivasi
Belajar
25
2.6 HIPOTESIS
H0 : Tidak terdapat hubungan antara persepsi mahasiswa tentang proses
PBL terhadap motivasi belajar pada mahasiswa FK Unila.
H1 : Terdapat hubungan antara persepsi mahasiswa tentang proses
PBL terhadap motivasi belajar pada mahasiswa FK Unila.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3. 1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan
rancangan penelitian observasional dengan pendekatan potong lintang. Penelitian
potong lintang merupakan salah satu bentuk penelitian observasional yang paling
sering digunakan karena pengukuran variabelnya dilakukan hanya satu kali pada
waktu yang sama (Ghozali et al., 2008).
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Januari – Februari 2017 di Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
3.3 Subyek Penelitian
3.3.1.Populasi
Mahasiswa program studi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung yang duduk di tahun satu sampai dengan tahun
empat adalah sebanyak 834 orang. Sampel diambil dengan teknik
proportionate stratified random sampling (Arikunto, 2000)
27
3.3.2. Sampel
Sampel penelitian merupakan sebagian yang diambil dari
keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
penelitian (Notoatmojo, 2010). Penentuan jumlah sampel penelitian
dilakukan dengan menggunakan proportionate stratified random sampling.
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini yaitu :
Kriteria Responden
a. Kriteria inklusi
1) Tercatat sebagai mahasiswa aktif FK UNILA
2) Dalam keadaan sehat jasmani dan rohani.
3) Telah mengikuti sistem PBL minimal 1 blok
b. Kriteria eksklusi
1) Tidak bersedia menjadi responden penelitian
28
3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik proportionate stratified
random sampling. Rumus yang digunakan adalah rumus slovin, yaitu:
( )
( )
Keterangan :
n = besar sampel
N = jumlah populasi
d = batas toleransi kesalahan (5% = 0,05)
Jumlah populasi seluruh sebanyak 834 orang, dengan menggunakan presisi
5% maka diperoleh sampel sebanyak 270 orang. Kemudian untuk menentukan
ukuran sampel berstrata memakai rumusan alokasi proporsional dari Riduwan
(2004) sebagai berikut:
Keterangan:
ni = Jumlah sampel menurut angkatan
n = Jumlah sampel seluruhnya
Ni = Jumlah populasi menurut angkatan
N = Jumlah populasi seluruhnya
29
Tabel 1. Perhitungan Sampel Mahasiswa
Angkatan Jumlah mahasiswa Perhitungan Jumlah sampel
2013 175 175 : 834 x 270 57
2014 229 229 : 834 x 270 74
2015 190 190 : 834 x 270 62
2016 240 240 : 834 x 270 77
Total 270
3.5 Identifikasi variabel penelitian
1. Variabel bebas : Persepsi Problem-based learning
2. Variabel terikat : Motivasi Belajar
3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 2. Definisi Operasional Variabel
Variabel Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil Ukur Skala
Variable bebas
Persepsi
terhadap
proses
pembelajaran
PBL
diterimannya
rangsang
melalui panca
indera yang di
dahului oleh
perhatian
sehingga
individu mampu
mengetahui,
mengartikan dan
menghayati
tentang proses
pembelajaran
PBL di FK
Unila
Kuesioner
persepsi
tentang proses
pembelajaran
PBL
Menilai
dari
jawaban
kuesioner
90-≤120 = Persepsi baik
60-≤89= Persepsi sedang
<60 = Persepsi tidak baik
Ordinal
Variable
terikat
Motivasi
belajar
Daya penggerak
dari dalam dan
di dalam subjek
untuk
melakukan
aktifitas-
aktifitas tertentu
demi mencapai
suatu tujuan
Kuesioner
motivasi
belajar
Menilai
dari
jawaban
kuesioner
48-≤64 = Motivasi tinggi
32≤47= Motivasi sedang
<32 = Motivasi rendah
Ordinal
30
3.7 Instrumen Penelitian
3.7.1 Variabel Motivasi Belajar
Alat ukur variabel motivasi belajar dalam penelitian ini adalah
kuesioner yang telah dimodifikasi dari kuesioner Christiyanni pada tahun
2006. Teknik yang dilakukan adalah memberi pertanyaan yang dapat
dijawab sesuai keadaan responden. Pertanyaan disusun dengan
menggunakan skala bertingkat dengan nilai berkisar 1 - 4. Pada pertanyaan
favourable nilai satu diberikan untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS),
nilai dua untuk jawaban tidak sesuai (TS), nilai tiga untuk jawaban sesuai
(S), dan nilai 4 untuk jawaban sangat sesuai (SS). Pada pertanyaan
unfavourable nilai satu diberikan untuk jawaban sangat sesuai (SS), nilai
dua untuk jawaban sesuai (S), nilai tiga untuk jawaban tidak sesuai (TS),
dan nilai empat untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS). Skor motivasi
belajar dikategorikan menurut Azwar (2004) menjadi 3, yaitu rendah,
sedang dan tinggi.
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar
Variabel Komponen Favourable Unfavourable Jumlah
Motivasi Motivasi
Instrinsik
1,4,5,6,7,8,11,14,15 9,10,12,13 12
Motivasi
ekstrinsik
3,16 2 4
Jumlah 11 5 16
31
3.7.1.1 Hasil Uji Validitas
Instrumen pengukuran motivasi belajar yang digunakan
dalam penelitian telah dilakukan uji validitas oleh peneliti dari 16
item pertanyaan dan didapatkan nilai r hitung berkisar 0,504-0,874
dengan nilai r tabel 0,532 sehingga tiap pertanyaan dapat dikatakan
valid.
3.7.1.2 Hasil Uji Reliabilitas
Item pertanyan yang valid selanjutnya diuji nilai reliabilitas
dengan menggunakan teknik cronbach alpha dan didapatkan nilai
cronbach alpha sebesar 0,928. Nilai 0,928 pada uji reliabilitas
memiliki arti pertanyaan pada kuesioner reliabel sehingga kuesioner
dapat digunakan pada penelitian.
3.7.2 Variabel Persepsi Mahasiswa Terhadap Proses Pembelajaran PBL
Alat ukur variabel persepsi dalam penelitian ini adalah kuesioner
denga 30 butir pertanyaan yang mencakup berbagai hal untuk mengukur
persepsi mahasiswa terhadap proses pembelajaran PBL (Ridya, 2007).
Pertanyaan disusun dengan menggunakan skala bertingkat dengan nilai
berkisar 1 - 4. Nilai 1 diberikan untuk jawaban sangat tidak sesuai (STS),
nilai 2 untuk jawaban tidak sesuai (TS), nilai 3 untuk jawaban sesuai (S),
dan nilai 4 untuk jawaban sangat sesuai (SS). Pada persepsi belajar skor
32
dikategorikan menurut Azwar (2004) yang dibagi menjadi 3, yaitu tidak
baik, sedang dan baik.
3.7.2.1 Hasil Uji Validitas
Instrumen pengukuran persepsi tentang proses PBL yang
digunakan dalam penelitian telah dilakukan uji validitas oleh
peneliti dari 30 item pertanyaan dan didapatkan nilai r hitung
berkisar 0,450-0,785 dengan nilai r tabel 0,374 sehingga tiap
pertanyaan dapat dikatakan valid.
3.7.2.2 Hasil Uji Reliabilitas
Item pertanyan yang valid selanjutnya diuji nilai
reliabilitasnya dengan menggunakan teknik cronbach alpha dan
didapatkan nilai cronbach alpha sebesar 0,964. Nilai 0,964 pada uji
reliabilitas memiliki arti pertanyaan pada kuesioner reliabel
sehingga kuesioner dapat digunakan pada penelitian.
3.8 Metode Pengambilan Data
Pengambilan data dari kedua variabel dilakukan di FK Unila pada bulan
Januari – Februari 2017. Peneliti menentukan sampel secara acak pada setiap
angkatan sesuai dengan kriteria responden, kemudian pengisian dilakukan oleh
responden dengan menandatangani lembar persetujuan menjadi responden
terlebih dahulu. Setelah terisi kuesioner dikembalikan kepada peneliti. Kemudian
33
peneliti akan mengecek terlebih dahulu apakah semua item pertanyaan dalam
kuesioner sudah lengkap terisi. Jumlah responden yang diperoleh sebanyak 270
orang.
3.9 Analisis Data
Untuk menguji hubungan persepsi mahasiswa tentang proses pembelajaran
PBL terhadap motivasi belajar pada mahasiswa FK Unila. Analisis data yang
digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji chi square.
34
3.10 Rancangan Penelitian
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian
Populasi mahasiswa Fakultas
Kedokteran UNILA proportionate
stratified random
sampling
Inklusi dan
eksklusi
Sampel penelitian mahasiswa prodi pendidikan dokter FK UNILA
Pada semua responden setiap angkatan akan diberikan lembar berupa
inform consent, identitas responden, kuesioner motivasi belajar, dan kuesioner presepsi terhadap proses pembelajaran PBL
Mahasiswa FK UnilaTahun Satu
sampai Tahun Empat
Motivasi belajar Persepsi tentang PBL
Baik Sedang Buruk Sedang Rendah Tinggi
50
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Terdapat hubungan antara persepsi mahasiswa tentang proses pembelajaran
PBL terhadap motivasi belajar mahasiswa di Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung.
2. Sebagian besar hasil dari pengukuran persepsi mahasiswa tentang proses
pembelajaran PBL memiliki persepsi baik.
3. Pada pengukuran motivasi belajar didapatkan hasil mahasiswa memiliki
motivasi belajar tinggi.
5.2 Saran
1. Penulis dapat menambah pengalaman dan pengetahuan tata cara penulisan
karya ilmiah yang baik dan mengetahui penggaruh penulisan serta hasil
skripsi mahasiswa mengenai hubungan persepsi mahasiswa tentang proses
pembelajaran PBL terhadap motivasi belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran
51
Universitas Lampung.
2. Institusi dapat mengetahui persepsi tentang proses pembelajaran PBL pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, serta mengetahui
motivasi belajar mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
3. Dapat mendukung teori-teori kedokteran yang berhubungan dengan
persepsi tentang proses pembelajaran PBL dan motivasi belajar
mahasiswa.
4. Bagi peneliti selanjutnya dapat mengembangkan dan melengkapi
kekurangan pada penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, Indrawijaya. 2000. Psikologi organisasi. Jakarta. Sinar Baru, Albesindo. Cetakan6.
Agung G, Budiani MS. 2013. Hubungan kecerdasan dan self efficacy dengan tingkat
stres mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi [Skripsi]. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Amelia P, Yeniar I, Jati A. 2012. Hubungan antara persepsiI terhadap metode
pembelajaran kontekstual dengan motivas belajar biologi siswa kelas XI IPA SMAN 1 pangkalan kerinci, RIAU. Jurnal psikologi Undip. 9(1): 92-102
Arends R. I. 2008. Learning to teach (terjemahan belajar untuk mengajar). Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Arikunto S. 2002. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta Penerbit Rineka Cipta. Edisi Revisi V.
Arnyana. 2004. Pengembangan perangkat model belajar berdasarkan masalah
dipandu strategis kooperatif serta pengaruh implementasinya terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar mahasiswa sekolah menengah atas pada pelajaran ekosistem.[thesis] Malang, Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.
Azwar S. 2004. Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bandura A. 1986. Self Efficacy : To ward a uniflying theory of behavioral change,
preview. Psychologycal Journal. 24(84)191-215.
53
Boekaerts M. 2002. Motivation to learn. Diunduh pada tanggal 7 Januari 2017 dari:
http://www.ibe.unesco.org/publications/ EducationalPracticesSeries Pdf
/prac10e.pdf.
Christiyanni Y. 2006. Gambaran faktor internal mahasiswa PSIK A dalam
melaksanakan pembelajaran ketrampilan keperawatan di skills lab PSIK Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta [skripsi]. Yogyakarta: PSIK FK UGM.
Deci, Ryan RM, Edward L. 2000. Self-determination theory and the facilitation of
intrinsic motivation, social development, and well-being. American Psychologist.; 55(1), 68-78.
Djamarah SB. Aswan Z. 2006. Strategi belajar mengajar. Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta.
Emilia O. Suryadi, Tridjko. 2006. Penerapan metode PBL pada pembelajaran di akademi kebidanan jawa tengah dan Jawa Timur, 114 - 118, AIPKI
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang:. Edisi Keempat Harsono. 2004. Pengantar problem-based learning. Media FK UGM: Yogyakarta. Harsono. 2005 Pengantar problem-based learning. Yogyakarta: Medika, Hamalik. 2000. Proses belajar mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Hendry GD, Frommer M, Walker RA. 1999. Constructivismand problem-based
learning. Journal of Further and Higher Education.;23(3):359-70. Herman P, Widyaandana, 2014. Perbandingan tingkat motivasi mahasiswa
yang menempuh kuliah konvensional dengan collaborative learning.
JurnalPendidikan Kedokteran Indonesia, 3(2): 93–9.
54
Ketter C.T, Arnold J. 2003. Implementing contextual teaching and learning: case
study of nancy, a high school science novice teacher. Diunduh pada tanggal
4 Januari 2017 dari http://www.coe.uga.edu/ctl/casestudy/Arnold.pdf Konsil Kedokteran Indonesia, 2006. Standar pendidikan profesi dokter. Jakarta. Lisiswanti R. Sanusi R. Prihatiningsih T.S., 2015. Hubungan motivasi dan hasil
belajar mahasiswa kedokteran. Jurnal Pendidikan Kedokteran Indonesia.
4(1):1–6. Lumsden L. S. 1994. Student motivation to learn. Eric Digest, no 92. Diunduh pada
tanggal 16 Januari 2017 dari http://eric.uoregon.edu/pdf /digests/ digest092.pdf.
Long J, Monoi S, Harper B, Knonlauch D, Murphy P. 2007. Academic motivation
and achievement amongurban adolescents. Urban Education.;42(30):196-221. Musal B, Gursel Y, Taskiran HC, Ozan S, 2004.Tuna A. Perceptions of first and third
years medical student on self study and reporting process of problem-based learning. BMC Medical Education.;4(16).
Oemar H. 2007. Proses belajar mengajar. Bandung: Bumi Aksara. Pintrich P.R. 2000. Multiple goals, multiple pathways: The role of goal orientation in
learning and achievement.;9(3): 544-555 Purwanto. 2002. Prinsip – prinsip dan teknik evaluasi pengajaran. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya Ridya K. 2007. Motivasi belajar dan persepsi mahasiswa tentang proses pembelajaran
PBL di PSIK FK UGM [skripsi]. Yogyakarta: PSIK UGM Riduwan. 2004. Metode dan teknik menyusun tesis. Bandung: Alfabeta. Rucker J. 2012. The relationship between motivation, perceived stress and
academic achievement in students [thesis]. Enschede: University of Twente.
55
Santrock, J.W., 2007. Psikologi Pendidikan. Edisi ke-2. Jakarta: Prenanda Median
Group. Sakamoto, R., 2015. The relationship between motivation, second language Learning,
and stress in international students [thesis]. Missouri: University of Central Missouri.
Sardiman A. M. 2006. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: Penerbit PT
Raja Grafindo Persada. Shashidar V. M. Flear J. Arora N. K. Kishore K. Pawar S. D. 2004. Experience with
broblem based learning in MBBS course at Fiji School of Medicine. Retrieved November 24, 2016, from http://docs.lib.purdue.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1002&context=ijpbl
Sudaryono, Bharata. 2004. Perilaku belajar di perguruan tinggi. [Online Journal]
[diunduh 16 Desember 2016]. Tersedia dari: https://diblokdcma.files.wordpress.com/2009/09/perilaku-belajar-di-perguruan-tinggi.pdf.
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC. Swanburg R.C. 2000, Pengantar kepemimpinan dan manajemen keperawatan untuk
perawat klinis, Alih Bahasa: Samba S., EGC, Jakarta Walgito, B. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Ed. 3. Yogyakarta: Adi; Wood D. 2003. ABC of learning and teaching in medicine., dari www.BMJ.com. Woolfolk A. 2007. Educational psychology. Boston: Pearson. Zulharman. 2007. Inovation of medical education. Diakses pada 24 November 2016,
Dari http://Zulharman79.wordpress.com/2007/07/15-problem-basedlearning/Pbl