35
HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DENGAN KEHARMONISAN KELUARGA PADA PARA CALON TENAGA KERJA WANITA OLEH IVANA DAMAYANTI 802011048 TUGAS AKHIR Ditujukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Hubungan antara Penyesuaian Diri dengan Keharmonisan … · 2017. 1. 26. · pasangan suami istri, karena keberhasilan atau kegagalan penyesuaian diri ini dapat mempengaruhi keharmonisan

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DENGAN

    KEHARMONISAN KELUARGA PADA PARA CALON TENAGA

    KERJA WANITA

    OLEH

    IVANA DAMAYANTI

    802011048

    TUGAS AKHIR

    Ditujukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

    Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

    Program Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2015

  • HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN DIRI DENGAN

    KEHARMONISAN KELUARGA PADA PARA CALON TENAGA

    KERJA WANITA

    Ivana Damayanti

    Chr. Hari. Soetjiningsih.

    Program Studi Psikologi

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

    SALATIGA

    2015

  • i

    Abstrak

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penyesuaian diri dengan

    keharmonisan keluarga pada para calon tenaga kerja wanita. Salah satu yang membuat

    ketidakharmonisan dalam keluarga adalah masalah penyesuaian diri, penyesuaian diri

    yang baik akan membuat keluarga harmonis dan penyesuaian diri yang buruk bisa

    menimbulkan konflik yang berujung perceraian. Subjek penelitian adalah 60 orang

    tenaga kerja wanita.Penelitian ini menggunakan Skala Keharmonisan Keluargadan

    Skala Penyesuaian Diri dengan 12 item valid pada Skala Keharmonisan Keluarga dan

    25 item valid pada Skala Penyesuaian Diri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada

    hubungan positif signifikan antara variabel keharmonisan keluarga dengan penyesuaian

    diri yang ditunjukkan dengan skor korelasi rxy = 0,513 dengan p= 0,000 (p

  • ii

    Abstract

    This research aims to knowing relationship between adjustment with family harmony on

    the women workers. One that makes disharmony in family is adjustment problem, good

    adjustment will makes harmony family and bad adjustment can create the conflict led to

    divorce. The subjects of the research is 60 women workers. This research we family

    harmony scale and adjustment scale, with 12 valid aitem in family harmony scale and

    25 valid aitem in adjustment scale. The result indicate that there is a significant

    possitive relationship between variable family harmony with adjustment shown with

    corelation score rxy = 0,513 dengan p= 0,000 (p

  • 1

    PENDAHULUAN

    Menjadi seorang TKW merupakan sebuah fenomena yang biasa terjadi di

    beberapa wilayah di Indonesia khususnya wilayah pedesaan. TKW sendiri adalah

    sebutan untuk wanita yang bekerja di luar negeri (seperti Hongkong, Taiwan,

    Singapura, Malaysia, Arab, dll). Berbagai alasan pun muncul mulai dari ingin

    mendapatkan penghidupan yang layak, tidak memiliki pekerjaan di kampung halaman,

    mencari modal usaha, penghasilan di luar negeri lebih besar dibandingkan di negara

    sendiri, kondisi perekonomian yang terpuruk dan alasan lain yang sering dikemukakan

    adalah ketidakharmonisan hubungan rumah tangga.

    Banyak kasus terjadi akibat bekerjanya istri di luar negeri sebagai TKW, salah

    satunya adalah kasus di Desa Paciran, Lamongan, Jawa Timur yang melaporkan bahwa

    berdasarkan data dari KUA setempat antara tahun 2000 sampai 2003 angka perceraian

    rata-rata bertambah dua kali lipat dibandingkan kurun waktu sebelumnya. Data ini

    menunjukkan, hampir 60 persen kasus perceraian diakibatkan pengaruh TKI yang

    bekerja di luar negeri. Faktor penyebabnya antara lain persoalan ekonomi,

    perselingkuhan, pengaruh dukungan sosial dari pihak luar, atau menikah diam-diam di

    bawah tangan. Kasus tersebut mengungkapkan bahwa hampir 75 persen penyebab

    perceraian pada keluarga TKI/TKW adalah perselingkuhan, suami menikah lagi dengan

    perempuan lain, dan hamil dari suami yang tidak jelas keberadaannya (Republika dalam

    Herien dan Shely, 2011). Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Ahmad

    Fauzi (2014) dalam skripsinya diperoleh kesimpulan tingginya angka perceraian

    pasangan TKI di Kepulauan Kangean Kabupaten Sumenep secara umum disebabkan

    oleh tidak terpenuhinya kebutuhan biologis atau hasrat seksual antara masing - masing

  • 2

    pasangan suami istri selama mereka berjauhan. Tidak terpenuhinya kebutuhan biologis

    tersebut banyak berujung kepada perselingkuhan bagi pasangan yang tidak

    setia.Masalah-masalah atau konflik pernikahan yang tidak selesai biasanya berakhir

    dengan perceraiandan perceraian merupakan gambaran dari ketidakharmonisan dalam

    keluarga.

    Berdasarkan wawancara singkat pada bulan Februari 2015, alasan yang

    dikemukakan oleh beberapa wanita yaitu 3 orang yang memutuskan untuk menjadi

    TKW disalah satu PJTKI di Ungaran adalah karena hubungan keluarganya khususnya

    dengan suami tidak harmonis disebabkan suami memiliki wanita simpanan lain, suami

    tidak menafkahi, dan bahkan suami pergi dari rumah dan berdasarkan wawancara

    singkat dengan salah satu pengurus PJTKI tersebut mengatakan bahwa para calon TKW

    mengalami kesulitan ekonomi dan berbagai permasalahan rumah tangga yang membuat

    para calon TKW harus mencari modal untuk penghidupan yang layak bersama anak-

    anaknya. Daradjat (1994) mengemukakan bahwa keluarga harmonis adalah keluarga

    dimana setiap anggotanya menjalankan hak dan kewajibannya masing-masing, terjalin

    kasih sayang, saling pengertian, komunikasi dan kerjasama yang baik antara anggota

    keluarga.

    Keharmonisan keluarga merupakan dambaan setiap keluarga. Berbagai upaya

    dilakukan oleh anggota keluarga khususnya antara suami dan istri untuk mencapai

    keluarga yang harmonis. Gunarsa dan Gunarsa (2003), menyatakan sebuah keluarga

    disebut harmonis apabila seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh

    berkurangnya ketegangan, kekecewaan, serta puas terhadap seluruh keadaan dan

    keberadaan dirinya (eksistensi atau aktualisasi diri) yang meliputi aspek fisik, mental,

    emosi dan sosial seluruh anggota keluarga. Keharmonisan keluarga berkaitan dengan

  • 3

    suasana hubungan perkawinan yang bahagia dan serasi. Dalam kehidupan nyata, tidak

    semua keluarga dapat tercipta secara harmonis seperti yang dibayangkan banyak orang.

    Banyak keluarga yang tidak harmonis dan juga tidak dapat mempertahankan hubungan

    perkawinan dan berakhir dengan perceraian. Ketidakharmonisan dalam keluarga juga

    menjadi salah satu faktor pendorong para wanita untuk bekerja di luar negeri dan

    menjadi TKW.

    Menurut Lam, dkk.(2012), keharmonisan keluarga adalah situasi dimana antara

    anggota keluarga bahagia, adanya sikap saling peduli, saling mendukung, dan

    kurangnya konflik yang terjadi. Keharmonisan keluarga memerlukan empat komponen:

    komunikasi, waktu bersama keluarga, saling menghormati dankurangnyakonflik.

    Keharmonisan keluarga muncul sebagai elemen inti fungsi keluarga, kontribusi unik

    untuk kebahagiaan keluarga dan kesehatan. Tanpa harmoni tidak mungkin memiliki

    keluarga yang bahagia dan sehat.

    Berbagai permasalahan dalam keluarga akan muncul pada para calon TKW dan

    anggota keluarga lainnya khususnya suami. Sebagai seorang calon TKW, mereka akan

    meninggalkan keluarganya untuk menempuh pendidikan bahasa dan selanjutnya akan

    pergi ke negara tujuannya. Hal tersebut tentu akan menimbulkan konflik dalam keluarga

    dan rumah tangganya. Komunikasi bersama anak apalagi suami menjadi semakin

    berkurang, waktu bersama keluarga pun semakin terbatas bahkan tidak ada lagi. waktu

    bersama keluarga adalah pusat keluarga yang harmonis dan bahagia. Kurangnya waktu

    bersama keluarga menyebabkan komunikasi antar anggota keluarga menurun dan

    memunculkan konflik yang menyebabkan ketidakharmonisan dalam keluarga. Adanya

    permasalahan-permasalahan yang muncul dalam keluarga, membuat calon TKW

    melakukan penyesuaian diri untuk senantiasa membuat keluarganya harmonis.

  • 4

    Penyesuaian diri tersebut meliputi penyesuaian diri terhadap perubahan diri sendiri,

    perubahan diri pada suami maupun istri, dan perubahan-perubahan diluar keluarga yang

    dapat meningkatkan keharmonisan keluarga.

    Harber dan Runyon (1984) menyatakan bahwa penyesuaian diri merupakan

    proses dinamis yang bertujuan untuk mengubah tingkah laku individu agar dari

    pengubahan tingkah laku tersebut dapat terjadi hubungan yang lebih sesuai antara

    individu dan lingkungan. Penyesuaian diri merupakan masalah penting bagi setiap

    pasangan suami istri, karena keberhasilan atau kegagalan penyesuaian diri ini dapat

    mempengaruhi keharmonisan dalam keluarga.

    Schneiders (1960) menyatakan penyesuaian diri adalah usaha yang mencakup

    respon mental dan tingkah laku individu, yaitu individu berusaha keras agar mampu

    mengatasi konflik dan frustrasi karena terhambatnya kebutuhan dalam dirinya, sehingga

    tercapai keselarasan dan keharmonisan dengan diri atau lingkungannya. Konflik dan

    frustrasi muncul karena individu tidak dapat menyesuaikan diri dengan masalah yang

    timbul pada dirinya. Hal tersebut juga diperkuat dalam skripsi Nur Erlinasari (2012)

    bahwa penyesuaian diri yang baik mampu membentuk keharmonisan keluarga dan juga

    dalam skripsi dari Sutiah (2007) yang menyebutkan bahwa kemampuan menyesuaikan

    diri pasutri mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan, semakin tinggi

    kemampuan menyesuaikan diri pasutri maka semakin mudah mencapai keluarga

    sakinah (keluarga bahagia atau harmonis) begitu juga semakin rendah kemampuan

    menyesuaikan diri pasutri semakin sulit mewujudkan keluarga sakinah.

    Banyaknya permasalahan atau konflik yang akan dihadapi oleh pasangan suami

    istri dalam suatu ikatan pernikahan untuk menuju pada keluarga yang sejahtera dan

    harmonis. Menurut Gunarsa (2003), permasalahan dalam rumah tangga yang sering

  • 5

    timbul bersumber pada masalah kesulitan mencapai kesesuaian. Keadaan-keadaan

    maupun pribadi-pribadi terus-menerus mengalami pengolahan yang mengakibatkan

    perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan ini menuntut penyesuaian terus-menerus

    dari pribadi-pribadi. Apabila pribadi-pribadi tidak dapat mengikuti perubahan di luar

    dirinya maka akan terjadi jarak perbedaan yang menimbulkan persoalan-persoalan. Jadi,

    akhirnya banyak permasalahan dapat dikembalikan ke permasalahan pokok yakni

    masalah penyesuaian diri. Dengan teratasinya perbedaan-perbedaan, tinggallah usaha

    penyesuaian diri yang perlu dilaksanakan dari hari ke hari untuk mencapai kesesuaian-

    kesesuaian demi terbinanya kesatuan suami isteri. Apalagi bagi para calon tenaga kerja

    wanita, keputusan untuk bekerja diluar negeri akan menimbulkan perubahan-perubahan

    dan perbedaan-perbedaan yang menimbulkan suatu permasalahan dalam pernikahanya.

    Penyesuaian diri yang berhasil akan menuju kepada keharmonisan keluarga, begitu juga

    sebaliknya pasangan yang tidak berhasil melakukan penyesuaian diri akan timbul

    konflik yang menyebabkan ketidakharmonisan dalam rumah tangganya.

    Penelitian tentang penyesuaian diri dengan keharmonisan keluarga masih belum

    banyak diteliti. Ada penelitian yang serupa tentang penyesuaian diri dengan

    keharmonisan keluarga namun dengan subyek yang berbeda, yaitu siswa.

    Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas maka rumusan masalah

    dalam penelitian ini adalah :

    Apakah ada hubungan antara penyesuaian diri dengan keharmonisan keluarga

    para calon tenaga kerja wanita (TKW)?

  • 6

    Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari penelitian yaitu :

    Mengetahui hubungan antara penyesuaian diri dengan keharmonisan keluarga

    para calon tenaga kerja wanita (TKW).

    Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi

    1. Universitas Kristen Satya Wacana fakultas Psikologi

    Dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan untuk penelitian

    selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pengetahuan

    tentang hubungan antara penyesuaian diri dengan keharmonisan keluarga para

    calon tenaga kerja wanita (TKW).

    2. Bagi para TKW

    Dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan

    keharmonisan keluarga dan penyesuaian diri sebagai TKW.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Keharmonisan Keluarga

    Keharmonisan keluarga adalah situasi dimana antara anggota keluarga bahagia,

    adanya sikap saling peduli, saling mendukung, dan kurangnya konflik yang terjadi (Lam

    dkk.,2012).

  • 7

    1. Aspek – aspek keharmonisan keluarga

    Menurut Lam, dkk.(2012), keharmonisan keluarga memiliki empat komponen

    yaitu:

    a. Komunikasi

    Adanya kesempatan dan keinginan untuk berhubungan atau berkomunikasi antar

    anggota keluarga dan bersikap secara proaktif dalam berkomunikasi satu sama

    lain. Komunikasi, khususnya interaksi antara anggota keluarga melalui waktu

    keluarga dan ekspresi verbal langsung adalah yang secara umum diperlukan

    untuk keharmonisan keluarga. komunikasi yang efektif merupakan elemen

    penting untuk keharmonisan keluarga. ketidakmampuan mereka untuk terlibat

    langsung dalam komunikasi verbal dengan anggota keluarga karena rasa

    kegelisahan tentang memulai percakapan dengan anggota keluarga mereka.

    Juga adanya kenginan untuk saling mengerti atau memahami meski terdapat

    perbedaan pendapat.

    b. Saling menghormati

    Beberapa elemen menunjukkan bahwa timbal balik hubungan saling

    menghormati adalah dasar yang baik dalam hubungan intra-keluarga. Saling

    menghormati juga mempengaruhi keharmonisan keluarga dan kesehatan. Hal ini

    tercipta oleh adanya sikap saling menghormati dengan nilai-nilai atau ketetapan

    yang disepakati bersama. Dalam keluarga harmonis, antar anggota keluarga juga

    perlu bertenggang-rasa satu sama lain dan tidak bersikeras dengan pandangan

    pribadi serta mampu menerima pandangan orang lain.

  • 8

    c. Kurangnya konflik

    saat adanya komunikasi yang baik antar anggota keluarga, kurang atau tidak

    adanya konflik merupakan salah satu faktor penting untuk mempertahankan

    keluarga yang harmonis. Menunjukkan sikap yang peduli antar anggota keluarga

    juga merupakan hal yang perlu dilakukan.

    d. Memiliki waktu untuk keluarga

    salah satu faktor yang penting untuk menciptakan keluarga yang harmonis

    adalah adanya waktu untuk berkumpul dan menghabiskan waktu bersam

    keluarga.Kurangnya waktu bersama keluarga membuat komunikasi antar

    anggota keluarga menurun dan memunculkan konflik yang menyebabkan

    ketidakharmonisan dalam keluarga.

    2. Ciri – ciri keluarga harmonis

    Menurut Sahli (dalam Caritas, 2010), keluarga dikatakan harmonis jika terdapat ciri-

    ciri sebagai berikut :

    a. Iman yang kuat

    Rasa keimanan ini akan menentukan perilaku manusia menuju pada kebaikan,

    yang ditandai adanya ketabahan dan mensyukuri karunia Tuhan. Kekuatan iman

    seseorang tentu berpengaruh terhadap kadar kebahagiaan hidupnya di dalam

    berumah tangga.

    b. Memiliki sikap kedewasaan

    Seseorang yang memiliki sikap kedewasaan dalam menghadapi setiap persoalan

    keluarga selalu menggunakan pertimbangan yang bijaksana, mampu berpikir

    logis, sabar ketika tertimpa bencana, dan mampu mengendalikan diri.

  • 9

    c. Mempunyai rasa tanggung jawab

    Suami istri yang bertanggung jawab tentu akan melaksanakan tugasnya dengan

    baik. Rumah tangga akan berjalan dengan lancar jika keduanya benar–benar

    melaksanakan kewajibannya dengan baik yang didasari oleh rasa tanggung

    jawab.

    d. Adanya saling pengertian

    Persoalan-persoalan yang terjadi dalam keluarga yang biasa menimbulkan

    percekcokan akan dapat teratasi jika keduanya saling menyadari untuk

    menanamkan saling pengertian.

    e. Menerima kenyataan dengan ikhlas

    Dalam keluarga, setiap orang menghendaki hidup yang baik, layak, dan

    tercukupi segalanya. Bila semua itu tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka

    tidak terjadi saling menyalahkan antara satu dengan yang lain, namun mau

    menerima kenyataan tersebut dengan ikhlas.

    f. Saling memaafkan

    Setiap perselisihan yang terjadi dalam keluarga tidak dibiarkan terus berlarut-

    larut, tetapi diselesaikan dengan baik dan saling memaafkan. Dalam hal ini harus

    ada satu yang mengalah.

    3. Faktor – faktor yang mempengaruhi keharmonisan keluarga :

    Menurut Gunarsa dan Gunarsa (2003), ada 7 faktor yang mempengaruhi terciptanya

    keluarga yang harmonis, yaitu:

  • 10

    a. Perhatian

    Perhatian terhadap kejadian dan peristiwa didalam keluarga yang berarti

    mengikuti dan memperhatikan seluruh perkembangan yang terjadi dalamnya.

    b. Pengetahuan

    Dalam keluarga, suami dan istri harus menambah pengetahuan tanpa henti-

    hentinya. Di luar rumah mereka harus dapat menarik pelajaran dan inti dari

    segala yang dilihat dan dialaminya.

    c. Pengenalan diri

    Pengetahuan yang berkembang terus sepanjang hidup dapat mewujudkan usaha

    pengenalan diri. Pengenalan diri yang baik akan memupuk pengertian terhadap

    diri sendiri, pasangan, maupun anggota keluarga yang lainnya.

    d. Pengertian

    Memberi pengertian terhadap setiap anggota keluarga dimaksudkan agar dapat

    lebih cepat mengungkap dan mengatasi masalah dalam keluarga.

    e. Sikap menerima

    Sikap menerima terhadap kekurangan sangat diperlukan agar tidak menimbulkan

    kekesalan. Kekecewaan yang disebabkan kegagalan dan tidak tercapainya

    harapan dapat merusak suasana keluarga.

    f. Peningkatan usaha

    Peningkatan usaha diperlukan supaya tidak terjadi keadaan yang statis dan

    membosankan. Peningkatan usaha disesuaikan dengan setiap kemampuan, baik

    materi dan pribadinya sendiri maupun kondisi lainnya.

  • 11

    g. Penyesuaian diri

    Penyesuaian diri terhadap perubahan diri sendiri, perubahan diri pada suami

    maupun istri, dan perubahan-perubahan diluar keluarga dapat meningkatkan

    keharmonisan keluarga.

    Menurut Freudinger (dalam Hendro, 2010), terwujudnya keluarga harmonis

    dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : komunikasi interpersonal, tingkat ekonomi

    keluarga, pola asuh orang tua dan ukuran keluarga. Sementara itu menurut Mappiare

    (dalam Caritas 2007) berpendapat bahwa ada beberapa faktor-faktor untuk membina

    keluarga yang harmonis, yaitu : latar belakang masa kanak-kanak, usia pada waktu

    menikah, kesiapan jabatan pekerjaan, kematangan emosional, minat-minat dan nilai-

    nilai yang dianut, masa pertunangan.

    Berdasarkan uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor yang

    mempengaruhi keharmonisan keluarga adalah masalah-masalah yang menyangkut

    kematang emosi, perhatian, pengetahuan, masalah sosial, komunikasi interpersonal,

    pola asuh, tingkat ekonomi, usia pada waktu menikah karena usia pada waktu menikah

    ini menyangkut juga dalam masalah pengenalan diri dan penyesuaian diri.

    Penyesuaian Diri

    Schneiders (1960) menyatakan penyesuaian diri adalah usaha yang mencakup

    respon mental dan tingkah laku individu, yaitu individu berusaha keras agar mampu

    mengatasi konflik dan frustrasi karena terhambatnya kebutuhan dalam dirinya, sehingga

    tercapai keselarasan dan keharmonisan dengan diri atau lingkungannya. Konflik dan

    frustrasi muncul karena individu tidak dapat menyesuaikan diri dengan masalah yang

    timbul pada dirinya.

  • 12

    Karakteristik penyesuaian diri menurut Schneiders (1960) adalah:

    a. Ketiadaan emosi yang berlebihan

    Penyesuaian yang normal dapat diidentifikasi dengan tidak ditemukannya emosi

    yang berlebihan. Adanya kontrol emosi membuat individu mampu berpikir

    jernih terhadap masalah yang dihadapinya dan memecahan masalah dengan cara

    yang sesuai. Ketiadaan emosi tidak berarti mengindikasikan abnormalitas tapi

    merupakan kontrol dari emosi.

    b. Ketiadaan mekanisme psikologis.

    Ketika usaha yang dilakukan gagal, individu mengakui kegagalannya dan

    berusaha mendapatkannya lagi merupakan penyesuaian diri yang baik

    dibandingkan melakukan mekanisme seperti rasionalisasi, proyeksi, kompensasi.

    Individu dengan penyesuaian diri yang buruk berusaha melakukan rasionalisasi

    dengan menimpakan kesalahan pada orang lain.

    c. Ketiadaan perasaan frustrasi pribadi

    Penyesuaian yang baik terbebas dari perasaan frustrasi pribadi. Perasaan

    frustrasi membuat sulit bereaksi normal terhadap masalah. Individu yang merasa

    frustrasi akan mengganti reaksi normal dengan mekanisme psikologis atau

    reaksi lain yang sulit dalam menyesuaikan diri seperti sering marah tanpa sebab

    ketika bergaul dengan orang lain.

    d. Pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri (self-direction)

    Karakteristik menonjol dari penyesuaian normal adalah pertimbangan rasional

    dan kemampuan mengarahkan diri. Karakteristik ini dipakai dalam tingkahlaku

    sehari - hari untuk mengatasi masalah ekonomi, hubungan sosial, kesulitan

    perkawinan. Kemampuan individu menghadapi masalah, konflik, frustrasi

  • 13

    menggunakan kemampuan berpikir secara rasional dan mampu mengarahkan

    diri dalam tingkah laku yang sesuai mengakibatkan penyesuaian normal.

    e. Kemampuan untuk belajar

    Penyesuaian normal dikarakteristikkan dengan belajar terus - menerus dalam

    memecahkan masalah yang penuh dengan konflik, frustrasi atau stress.

    f. Kemampuan menggunakan pengalaman masa lalu

    Kemampuan menggunakan pengalaman masa lalu merupakan usaha individu

    untuk belajar dalam menghadapi masalah.

    g. Sikap realistik dan objektif

    Sikap realistik dan objektif berkenaan dengan orientasi individu terhadap

    kenyataaan, mampu menerima kenyataan yang dialami tanpa konflik dan

    melihatnya secara objektif. Sikap realistik dan objektif berdasarkan pada belajar,

    pengalaman masa lalu, pertimbangan rasional, dapat menghargai situasi dan

    masalah.

    Hubungan Antara Penyesuaian Diri Dengan Keharmonisan Keluarga

    Keluarga yang harmonis merupakan dambaan setiap keluarga. Salah satu cara

    untuk mewujudkan keluarga yang harmonis adalah dengan melakukan penyesuaian diri.

    Dalam sebuah keluarga, penyesuaian diri sangatlah penting untuk dilakukan seperti

    penyesuaian terhadap diri sendiri, penyesuaian terhadap perubahan diri pada suami

    maupun istri, dan penyesuaian diri pada perubahan-perubahan diluar keluarga.

    Perceraian merupakan gambaran dari ketidakharmonisan keluarga. Salah satu penyebab

    utama kasus perceraian adalah tidak adanya keharmonisan keluarga karena kurangnya

    penyesuaian diri. Ciri- ciri keluarga yang harmonis menurut Suardiman (1990) yaitu,

    suami istri saling membina perkawinan, masing-masing anggota keluarga selalu dapat

  • 14

    mengendalikan tuntutan yang bersifat egois, adanya kemauan yang kuat untuk belajar

    mengenal hak dan kewajiban. Menurut Suprapti (1999), untuk menjaga keharmonisan

    keluarga memerlukan pengenalan diri yang terlibat didalamnya, yaitu adanya saling

    pengertian, saling mengekspresikan kebutuhan afeksi secara bebas tanpa tekanan atau

    terhambat oleh gengsi, menghargai hak pribadi masing-masing pihak sehingga masing-

    masing pihak tidak berusaha melanggarnya, saling mendukung dan melengkapi akan

    kekuatan dan kemampuan yang dimiliki setiap anggota keluarga, adanya kemandirian

    masing-masing pihak, adanya pemecahan masalah atau solusi terbaik untuk mencapai

    tujuan masing-masing pihak, menyatukan nilai-nilai kehidupan yang dianut masing-

    masing pihak agar tidak menjadi sumber konflik. Sehingga, penyesuaian yang baik akan

    meningkatkan keharmonisan dalam keluarga begitu juga dengan penyesuaian diri yang

    buruk akan menimbulkan banyak konflik dan membuat ketidakharmonisan dalam

    keluarga.

    Hipotesis

    Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif

    signifikan antara penyesuaian diri dengan keharmonisan keluarga pada tenaga kerja

    wanita. Makin tinggi penyesuaian diri yang dilakukan, makin tinggi keharmonisan

    keluarganya.

    METODE PENELITIAN

    Metode Penelitian

    Ada dua metode penelitian yang dapat digunakan untuk mendapatkan data

    penelitian yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Dalam penelitian ini

  • 15

    menggunakan metode kuantitatif yaitu metode yang menggunakan analisis statistik

    berupa angka-angka untuk mengambil keputusan, menginterpretasi data, dan

    mengambil sebuah kesimpulan.

    Variabel Penelitian

    Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu :

    a. Variabel tergantung : keharmonisan keluarga

    b. Variabel bebas : penyesuaian diri

    Definisi Operasional

    Keharmonisan keluarga adalah keharmonisan keluarga adalah situasi dimana

    antara anggota keluarga bahagia, adanya sikap saling peduli, saling mendukung, dan

    kurangnya konflik yang terjadi (Lam dkk., 2012).

    Partisipan penelitian

    Partisipan penelitian dalam hal ini adalah para calon tenaga kerja wanita yang telah

    menikah yang berjumlah 60 orang. Pemilihan sampel diambil berdasarkan hasil survei

    dan wawancara yang memiliki kriteria adalah tenaga kerja wanita yang telah menikah.

    Usia, jumlah anak, lama pernikahan, dan berapa kali menjadi TKW adalah informasi

    yang digunakan sebagai data diri. Teknik pengambilan sampel didapatkan dengan

    menggunakan teknik Snowball Sampling dimana peneliti memperoleh informasi dari

    satu orang yaitu salah satu pegawai yang bekerja di PJTKI, kemudian dari calon TKW

    di salah satu PJTKI ungaran, sehingga didapatkan partisipan dari beberapa calon TKW

    yang belum masuk tempat penampungan, beberapa calon TKW dari salah satu PJTKI

    di Ungaran dan Kendal.

  • 16

    Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

    skala. Skala dalam penelitian ini bersifat tertutup, yaitu subyek diminta memilih satu

    dari beberapa jawaban yang telah ada. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    Skala Keharmonisan Keluarga dan Skala Penyesuaian Diri.

    Skala Keharmonisan Keluarga yang dibuat berdasarkan aspek-aspek

    keharmonisan keluarga dari Lam dkk.(2012), yang terdiri dari aspek komunikasi, saling

    menghormati, kurangnya konflik, dan memiliki waktu untuk keluarga. Skala

    Keharmonisan Keluarga ini disusun dalam 25 aitem pernyataan dalam bentuk skala

    Likert dengan empat pilihan jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS) dengan nilai 4, Sesuai

    (S) dengan nilai 3, Tidak Sesuai (TS) dengan nilai 2, dan Sangat Tidak Sesuai (STS)

    dengan nilai 1. Berdasarkan perhitungan daya beda aitem diketahui bahwa 12 aitem

    bertahan dan 13 aitem gugur. Perhitungan reliabilitas menunjukkan koefisien alpha

    cronbach sebesar 0,802 yang berarti alat ini tergolong reliabel.

    Skala Penyesuaian Diri dimana skala ini dibuat berdasarkan aspek-aspek

    Penyesuaian Diri dari Schneiders (1999) yaitu ketiadaan emosi yang berlebihan,

    ketiadaan mekanisme psikologis, ketiadaan mekanisme psikologis, ketiadaan perasaan

    frustasi pribadi, pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri (self-

    direction), kemampuan untuk belajar, kemampuan menggunakan pengalaman masalalu,

    sikap realistik dan objektif. Skala Penyesuaian Diri ini disusun dalam 40 aitem

    pernyataan dalam bentuk skala Likert dengan empat pilihan jawaban yaitu Sangat

    Sesuai (SS) dengan nilai 4, Sesuai (S) dengan nilai 3, Tidak Sesuai (TS) dengan nilai 2,

    dan Sangat Tidak Sesuai (STS) dengan nilai 1. Berdasarkan perhitungan daya beda

  • 17

    aitem diketahui bahwa 25 aitem bertahan dan 15 aitem gugur. Perhitungan reliabilitas

    menunjukkan koefisien alpha cronbach sebesar 0,871 yang berarti alat ini tergolong

    reliabel.

    Prosedur Pengumpulan Data

    Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan pengumpulan data dimulai

    tanggal 2 Mei 2015 hingga 18 Mei 2015 dengan cara penulis langsung mendatangi

    PJTKI Ungaran dan Kendal serta mencari para tenaga kerja wanita yang telah menikah

    yang belum masuk tempat penampungan. Berdasarkan hasil pengumpulan data

    didapatkan partisispan sebanyak 60 orang calon tenaga kerja wanita. Data yang

    diperoleh dalam penelitian ini kemudian diolah menggunakan bantuan program

    komputer SPSS 16.0 for windows.

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Analisis Deskriptif

    Variabel keharmonisan keluarga mempunyai 25 item dengan 12 item valid

    dengan pemberian skor antara 1 sampai 4, sehingga dalam pembagiannya ditemukan

    adanya skor tertinggi yaitu 47 dan skor terendahnya adalah 32. Sedangkan penyesuaian

    diri mempunyai 40 item dengan 25 item valid dengan pemberian skor antara 1 sampai

    4, sehingga dalam pembagiannya ditemukan adanya skor tertinggi yaitu 97 dan skor

    terendahnya adalah 63.

  • 18

    Dalam penelitian ini akan dibuat sebanyak 4 kategori yaitu sangat tinggi, tinggi,

    rendah, dan sangat rendah. Rumus untuk mencari interval yang digunakan untuk

    menentukan kategori tersebut yaitu:

    Skor total tertinggi – skor total terendah

    Interval =

    4 ( Empat ) Kategori

    Keharmonisan Keluarga

    Berdasarkan jumlah item valid skala keharmonisan keluarga yaitu 12 aitem

    dengan rentang nilai 1 – 4 dan dibuat dalam empat kategori, diperoleh intervalnya 9

    interval, maka kategorisasinya sebagai berikut :

    Table 1.1 Kategorisasi pengukuran Skala Keharmonisan Keluarga

    NO INTERVAL KATEGORI N MEAN PERSENTASE

    1 39 < x ≤ 48 Sangat Tinggi 34 39,92 56,67 %

    2 30 < x ≤ 39 Tinggi 26 43,33 %

    3 21 < x ≤ 30 Rendah 0 0 %

    4 12 < x ≤ 21 Sangat Rendah 0 0 %

    JUMLAH 60 100 %

    Berdasarkan Tabel 1.1 di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja

    wanita (56,67%) keharmonisan keluarganya ada pada kategori sangat tinggi.

    Penyesuaian Diri

    Berdasarkan jumlah item valid skala Penyesuaian Diri yaitu 25 aitem dengan

    rentang nilai 1 – 4 dan dibuat dalam empat kategori diperoleh intervalnya, 18,75

    interval, maka kategorisasinya sebagai berikut :

  • 19

    Table 1.2. Kategorisasi pengukuran Skala Penyesuaian Diri

    NO INTERVAL KATEGORI N MEAN PERSENTASE

    1 81,25 < x ≤ 100 Sangat Tinggi 9 15 %

    2 62,5 < x ≤ 81,25 Tinggi 51 74,72 85 %

    3 43,75 < x ≤ 62,5 Rendah 0 0 %

    4 25 < x ≤ 43,75 Sangat Rendah 0 0 %

    JUMLAH 60 100 %

    Berdasarkan Tabel 1.2 di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kerja

    wanita (85%) penyesuaian dirinya ada pada kategori tinggi.

    Uji Asumsi

    Dari uji normalitas menunjukkan bahwa, variabel keharmonisan keluarga

    memiliki nilai Kolmogorov–Smirnov sebesar 0,597 dengan p atau signifikansi sebesar

    0,869 (p>0.05). Maka distribusi data keharmonisan keluarga berdistribusi normal.

    Demikian juga untuk variabel penyesuaian diri yang memiliki nilai Kolmogorov–

    Smirnov sebesar 1,679 dengan p atau signifikansi sebesar 0,007 (p0,05) yang menunjukkan hubungan antara keharmonisan

    keluarga dengan penyesuaian diri adalah linier.

    Uji Hipotesis

    Uji hipotesis dengan teknik korelasi Pearson Product Moment hasilnya sebagai

    berikut :

    Tabel 1.3:. Hasil Uji Korelasi antara Keharmonisan Keluarga dengan Penyesuaian Diri

  • 20

    Dari hasil analisis data diperoleh nilai koefisien korelasi r xy = 0,513, p = 0,000,

    (p ˂ 0,05). Berdasarkan hasil tersebut berarti hipotesis yang berbunyi “ Ada hubungan

    positif signifikan antara keharmonisan keluarga dengan penyesuaian diri pada para

    calon tenaga kerja wanita“ diterima, yang berarti semakin tinggi penyesuaian diri yang

    dilakukan, semakin tinggi tingkat keharmonisan keluarganya. Sumbangan efektifnya

    26,31%, yang berarti 73,69% yang membuat keharmonisan keluarga lainnya dapat

    disebabkan oleh faktor lain seperti kondisi fisik dan kondisi psikologis, serta kondisi

    lingkungan.

    Pembahasan

    Berdasarkan hasil perhitungan korelasi Pearson Product Moment oleh Karl

    Pearson antara variabel keharmonisan keluarga dengan penyesuaian diri menunjukan

    korelasi r = 0,513 dengan signifikan sebesar 0,000 ( p < 0,05 ) dari perhitungan uji

    korelasi antara variabel keharmonisan keluarga dengan penyesuaian diri, didapatkan

    hasil penelitian yang menunjukan adanya hubungan positif signifikan antara kedua

    variabel tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil skripsi Sutiah (2007) yang menunjukkan

    bahwa kemampuan menyesuaikan diri pasangan suami istri mempunyai pengaruh yang

    Correlations

    KK PD

    KK Pearson Correlation 1 .513**

    Sig. (1-tailed) .000

    N 60 60

    PD Pearson Correlation .513**

    1

    Sig. (1-tailed) .000

    N 60 60

    **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

  • 21

    positif dan signifikan, semakin tinggi kemampuan menyesuaikan diri pasutri maka

    semakin mudah mencapai keluarga sakinah (keluarga bahagia atau harmonis) begitu

    juga semakin rendah kemampuan menyesuaikan diri pasutri semakin sulit mewujudkan

    keluarga sakinah. Hal tersebut juga didukung oleh hasil skripsi Nur Erlinasari (2012),

    bahwa penyesuaian diri yang baik mampu membentuk keharmonisan keluarga.

    Gunarsa dan Gunarsa (2003), menyatakan sebuah keluarga disebut harmonis

    apabila seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya

    ketegangan, kekecewaan, serta puas terhadap seluruh keadaan dan keberadaan dirinya

    (eksistensi atau aktualisasi diri) yang meliputi aspek fisik, mental, emosi dan sosial

    seluruh anggota keluarga. Keharmonisan keluarga berkaitan dengan suasana hubungan

    perkawinan yang bahagia dan serasi. Permasalahan dalam rumah tangga yang sering

    timbul bersumber pada masalah kesulitan mencapai kesesuaian (Gunarsa, 2003).

    Keadaan-keadaan maupun pribadi-pribadi terus-menerus mengalami pengolahan yang

    mengakibatkan perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan ini menuntut penyesuaian

    terus-menerus dari pribadi-pribadi. Apabila pribadi-pribadi tidak dapat mengikuti

    perubahan di luar dirinya maka akan terjadi jarak perbedaan yang menimbulka

    persoalan-persoalan. Jadi, akhirnya banyak permasalahan dapat dikembalikan ke

    permasalahan pokok yakni masalah penyesuaian diri.

    Adanya permasalahan-permasalahan yang muncul dalam keluarga, membuat

    calon TKW melakukan penyesuaian diri untuk senantiasa membuat keluarganya

    harmonis. Masalah-masalah atau konflik pernikahan yang tidak selesai biasanya

    berakhir dengan perceraian dan perceraian merupakan gambaran dari

    ketidakharmonisan dalam keluarga.Begitu juga dengan berita yang di muat di harian

    Joglosemar (dalam Ajeng, 2010) menyebutkan angka perceraian yang di tangani

  • 22

    Pengadilan Agama (PA) kota Sragen sepanjang tahun 2009 meningkat tajam

    dibandingkan tahun 2008. Selama tahun 2009, angka perceraian mencapai 1785 kasus.

    Sedangkan pada tahun 2008 hanya mencapai 1610 kasus. Penyebab utama yang dapat

    mengakibatkan terjadinya kasus perceraian adalah tidak adanya keharmonisan dalam

    rumah tangga karena kurangnya penyesuaian diri yang tercatat sebesar 66% atau sekitar

    907 perkara, penyebab kedua karena tidak adanya tanggung jawab dari suami yang

    tercatat sebesar 30% perkara, dan penyebab ketiga adalah adanya gangguan pihak ketiga

    dan faktor ekonomi yang tercatat sebesar 4% perkara.

    Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa keharmonisan keluarga memiliki

    rata-rata 39,92 dengan standar deviasi 4,114 diketahui ada 26 tenaga kerja wanita

    (43,33%) keharmonisan keluarganya ada pada kategori tinggi dan 34 tenaga kerja

    wanita (56,67%) keharmonisan keluarganya ada pada kategori sangat tinggi.

    Berdasarkan analisis diatas, tenaga kerja wanita dalam penelitian merasa keadaan

    keluarganya baik-baik saja atau harmonis antara lain adanya komunikasi yang baik,

    saling menghormati antar anggota keluarga, berkurangnya konflik, dan memiliki waktu

    yang bersama keluarga. Sehingga dilihat berdasarkan analisis data, para tenaga kerja

    wanita memiliki hubungan yang dekat dengan anggota keluarganya. Sedangkan hasil

    analisis deskriptif menunjukkan bahwa penyesuaian diri memiliki rata-rata 74,72

    dengan standar deviasi 7,647 diketahui ada 51 tenaga kerja wanita (85%) penyesuaian

    diri ada pada kategori tinggi dan 9 tenaga kerja wanita (15%) penyesuaian diri ada pada

    kategori sangat tinggi. Berdasarkan analisis diatas, tenaga kerja wanita dapat

    menyesuaiakan diri dengan baik. Selain itu sumbangan efektif keharmonisan keluarga

    dengan penyesuaian diri sebesar 26,31%, artinya 73,69% keharmonisan keluarga dapat

  • 23

    dibentuk oleh faktor lain seperti, kondisi fisik individu, kondisi psikologis individu, dan

    kondisi lingkungan lain yang mendukung.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

    dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

    1. Terdapat hubungan positif yang signifikan antara variabel dukungan keharmonisan

    keluarga dengan variabel penyesuaian diri pada tenaga kerja wanita, yang berarti

    semakin tinggi penyesuaian diri yang dilakukan oleh tenaga kerja wanita maka

    semakin tinggi keharmonisan keluarganya.

    2. Penyesuaian diri memberikan kontribusi terhadap keharmonisan keluarga sebesar

    26,31% sedangkan 73,69% dipengaruhi oleh faktor lain.

    3. Sebagian tenaga kerja wanita dalam penelitian ini memiliki tingkat keharmonisan

    keluarga yang tergolong sangat tinggi, dan tenaga kerja wanita memiliki tingkat

    penyesuaian diri yang tergolong tinggi.

    Saran

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, serta mengingat masih banyaknya

    keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut :

    1. Saran bagi tenaga kerja wanita

    Bagi tenaga kerja wanita sebaiknya selalu menjaga dan meningkatkan

    keharmonisan keluarga dengan cara melakukan penyesuaian diri dengan baik

  • 24

    mengingat pentingnya peran penyesuaian diri terhadap keharmonisan keluarga.

    Penyesuaian diri yang baik dapat dilakukan dengan meniadakan emosi yang

    berlebihan, meniadakan perasaan frustasi, berfikir secara rasional dan mampu

    mengarahkan diri, mampu belajar dari pengalaman masalalu, serta realistik dan

    objektif.

    2. Saran bagi peneliti selanjutnya

    a. Penelitian ini masih terbatas, karena hanya meneliti penyesuaian diri

    dengan keharmonisan keluarga. Dengan demikian masih ada faktor-faktor

    lain yang turut memberi pengaruh pada keharmonisan keluarga yang

    belum dijelaskan dan diteliti. Sehingga disarankan untuk dapat mengkaji

    lebih dalam lagi faktor-faktor lain yang mempengaruhi keharmonisan

    keluarga agar dapat meningkatkan kualitas penelitian sebelumnya.

    b. Bagi peneliti selanjutnya juga bisa memberikan variasi subjek tidak hanya

    pada tenaga kerja wanita sehingga bila penelitian ini dilakukan pada

    subjek yang berbeda akan menambah kualitas penelitian tersebut.

    c. Bagi peneliti selanjutnya bisa memperluas area penelitian, jumlah yang

    memadai sehingga dapat membedakan calon TKW yang pernah menjadi

    TKW dan calon TKW yang belum penah menjadi TKW sebelumnya.

  • 25

    DAFTAR PUSTAKA

    Annisa, N., & Handayani, A. (2012). Hubungan antara konsep diri dan keluarga suami.

    Jurnal Psikologi Pitutur, Universitas Islam Sultan Agung Semarang.

    Chuang, Y.C. (2005). Effect of interaction pattern on family harmony and well being:

    test of interpersonal theory, relational-models theory, and confucian ethics.

    Asian Journal of Social Psychology 8: 272-291.

    Dinistanti, C.A.D.W. (2007). Perbedaan persepsi istri terhadap keharmonisan keluarga

    ditinjau dari usia pada waktu menikah. Skripsi (diterbitkan). Fakultas Psikologi

    Universitas Khatolik Soegijapranata.

    Erlinasari, N. (2012). Penyesuaian diri dan keharmonisan suami istri pada keluarga

    pernikahan dini. Skripsi (diterbitkan), Jurusan Bimbingan dan Konseling

    fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

    Fahmi, M. (1988). Penyesuaian diri : pengertian dan peranannya dalam kesehatan

    mental. Jakarta : Bulan Bintang.

    Fauzi, A. (2014). Eskalasi perceraian di lingkungan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

    masyarakat Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep (Studi kasus di Pengadilan

    Agama Kangean). Skripsi (diterbitkan), Universitas Islam Negeri Maulana

    Malik Ibrahim Malang.

    Gunarsa, S.D. (2003). Psikologi untuk keluarga. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia.

    Harber & Runyon. 1984. Psychology of adjusment. California: The Dorsey Press.

    Heerden. TJ.V. (2009). The determinants of family harmony in family bussiness.North-

    West University, Potchefstroom Campus.

    Indrawati, E. S & Fauziah, N. (2012).Attachment dan penyesuaian Diri dalam

    Perkawinan. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang.

    Lam, W. W. T., Fielding, R., Mc Dowell, I., Johnston, J., Chan, s., Leung, G. M., &

    Lam, T. G. (2012). Perspective on family health, happiness and harmony

    among Hongkong Chinese people. Journal Health Education Research, 27

    (5), 767-779.

    Puspitawati, H., & Setioningsih, S. (2011). Fungsi pengasuhan dan dnteraksi Dalam

    keluarga terhadap kualitas perkawinan dan kondisi anak pada keluarga Tenaga

    Kerja Wanita (TKW). Jurnal Ilmiah Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi

    Manusia, Institut Pertanian Bogor.

    Saptanto, H. N. (2010). Hubungan antara persepsi terhadap keharmonisan keluarga

    dengan kesepian pada remaja (skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Kristen

    Satya Wacana.

    Schneiders, A.A. (1999). Personal adjustment and mental health. New York: Holt,

    Reinhart and Winston Inc.

  • 26

    Suardiman. (1990). Konseling perkawinan. Yogyakarta : Yayasan Penerbit Fakultas

    Psikologi UGM.

    Suprapti, V. (1999). Meninjau ulang nilai diri, majalah penabur. Surabaya.Yayasan

    Warta Vital.

    Sutiah. (2007). Pengaruh kemampuan menyesuaikan diri pada pasutri terhadap

    pencapaian keluarga sakinah di desa Bulumanis Kidul Kecamatan

    Margoyoso Kabupaten Pati (skripsi). Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga.

    Tadjuddin, A. K. (2010). Hubungan kematangan emosi dengan penyesuaian diri pada

    masa pernikahan awal (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah

    Surakarta.

    Trimingga, D. A. Y. (2008). Penyesuaian diri pada pasangan suami istri usia remaja

    yang hamil sebelum menikah. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.