81
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG BENAR DENGAN KEJADIAN DIARE PADA LANSIA DI PUSKESMAS NGUNTORONADI I WONOGIRI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan Oleh : PRASETYONINGSIH NIM: ST. 13 053 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGANYANG BENAR DENGAN KEJADIAN DIARE PADA LANSIA

DI PUSKESMAS NGUNTORONADI I WONOGIRI

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan

Oleh :

PRASETYONINGSIH

NIM: ST. 13 053

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATANSTIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA2015

Page 2: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta
Page 3: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta
Page 4: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta alam,

karena berkat rahmat dan petunjuk-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan

skripsi yang berjudul : ”hubungan antara pengetahuan tentang cuci tangan yang

benar dengan kejadian diare pada lansia di Puskesmas Nguntoronadi I Wonogiri”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa tanpa dorongan,

bimbingan dan motivasi-motivasi dari berbagai pihak niscaya penulis tidak akan

mampu menulis skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, penulis menyampaikan

terimakasih yang tak terhingga kepada :

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si., selaku Ketua STIKes Kusuma Husada

Surakarta, yang telah memberi izin penelitian kepada penulis.

2. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep.,Ns.,M.Kes., selaku Ketua Prodi Si

Keperawatan yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada semua

mahasiswanya.

3. Ibu Atiek Murhayati, S.Kep.,N.s.,M.Kep., selaku pembimbing utama yang

telah memberikan bimbingan dan arahan penulis dengan penuh kesabaran

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Ibu Galih Setia Adi, S.Kep.,Ns.,MKep selaku pembimbing pendamping yang

telah memberikan bimbingan dan arahan penulis dengan penuh kesabaran

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Ibu Happy Indri Hapsari, S.Kep.,Ns.,M.Kep., selaku penguji utama skripsi.

Page 5: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

6. Bapak dan Ibu dosen STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah

memberikan segenap ilmu dan pengalamnnya kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Keluargaku yang telah memberikan dukungan, doa, nasihat, kasih sayang dan

semangat bagi penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

8. Semua responden yang telah membantu dalam pengisian kuesioner sehingga

skripsi dapat terselesaikan.

9. Teman-teman ST13 yang telah memberikan dukungan dan bantuannya,

sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Tiada kata yang pantas penulis sampaikan kepada semuanya, kecuali

ucapan terima kasih yang tak terhingga serta iringan doa semoga amal baiknya

mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, 11 Agustus 2015

Prasetyoningsih

NIM.ST.13 053

Page 6: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ............................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... ii

SURAT PERNYATAAN .......................................................................... iii

KATA PENGANTAR .............................................................................. iv

DAFTAR ISI ............................................................................................ vi

DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................ ix

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x

ABSTRAK .............................................................................................. xi

ABSTRACT ............................................................................................... xii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ................................................................. 1

1.2 Rumusan masalah ............................................................. 4

1.3 Tujuan penelitian .............................................................. 5

1.4 Manfaat penelitian ........................................................... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan teori ................................................................... 7

2.2 Keaslian penelitian ........................................................... 35

2.3 Kerangka teori .................................................................. 37

2.4 Kerangka konsep .............................................................. 38

2.5 Hipotesis ........................................................................... 38

Page 7: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan rancangan penelitian ......................................... 39

3.2 Waktu dan tempat penelitian ............................................ 39

3.3 Populasi dan sampel.......................................................... 39

3.4 Variabel, definisi operasional dan skala pengukuran........ 42

3.5 Alat penelitian dan cara pengumpulan data ...................... 43

3.6 Teknik pengolahan data dan analisis data........................ . 48

3.8 Etika penelitian.................................................................. 51

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Analisis Univariat.............................................................. 53

4.2. Analisis Bivariat ............................................................... 55

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden .................................................... 57

5.2. Hasil Analisis Univariat

5.2.1 Tingkat Pengetahuan tentang Cuci tangan yang benar ... .. 59

5.2.2 Kejadian Diare ............................................................... 61

5.3. Hasil Analisis Bivariat ...................................................... 61

BAB VI PENUTUP

6.1. Simpulan ........................................................................... 65

6.2. Saran ................................................................................ 65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 8: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

2.1 Keaslian penelitian .................................................................. 36

3.1 Definisi operasional variabel dan skala pengukuran ............... 42

Page 9: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

2.1 Kerangka teori ......................................................................... 38

2.2 Kerangka konsep...................................................................... 39

Page 10: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari STIKes Kusuma Husada Surakarta

Lampiran 2. Surat Keterangan Penelitian dari Puskesmas Nguntoronadi I

Lampiran 3. Surat Ijin Uji Validitas ke Puskesmas Nguntoronadi II

Lampiran 4. Surat Keterangan Uji Validitas dari Puskesmas Nguntoronadi II

Lampiran 5. Surat pernyataan kesediaan menjadi responden

Lampiran 6. Surat permohonan menjadi responden

Lampiran 7. Kuesioner penelitian

Lampiran 8. Rekapitulasi Data Penelitian

Lampiran 9. Hasil penelitian

Lampiran 10. Hasil Uji Validitas

Lampiran 11. Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 12. Lembar konsultasi

Lampiran 13. Output SPSS

Lampiran 14. Dokumentasi

Page 11: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATANSTIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2015

Prasetyoningsih

Hubungan antara Pengetahuan tentang Cuci Tangan yang Benar denganKejadian Diare pada Lansia di Puskesmas Nguntoronadi I Wonogiri

Abstrak

Kesehatan pada lansia yang menurun secara umum disebabkan karenamenurunnya fungsi organ tubuh, sehingga aktivitas dan metabolisme tubuh jugamenurun, proses alamiah di atas diikuti dengan menurunnya energi dan kapasitaspencernaan yang umum dimulai usia 50 tahun, oleh karena itu diperlukanpengetahuan bagi lansia dalam mencegah terjadinya diare diantaranyapengetahuan tentang cuci tangan yang benar. Tujuan dari penelitian ini untukmenganalisis hubungan antara pengetahuan tentang cuci tangan yang benardengan kejadian diare pada lansia di Puskesmas Nguntoronadi I Wonogiri.

Jenis penelitian ini menggunakan rancangan penelitian diskriptifkorelational, dengan menggunakan pendekatan cross-sectional. Sampel yangdigunakan adalah sebagian dari lansia yang memeriksakan kesehatan diPuskesmas Nguntoronadi I sebanyak 91 orang dengan teknik purposive sampling.Teknik analisis data yang digunakan dengan analisis chi-square dan uji Odd Ratio(OR).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lansia mempunyaipengetahuan cukup yaitu sebanyak 40 orang (44,0%), sebagian besar lansia terjadidiare yaitu sebanyak 57 orang (62,6%), dan terdapat hubungan yang signifikanantara pengetahuan tentang mencuci tangan yang benar dengan kejadian diarepada lansia di Puskesmas Nguntoronadi I Wonogiri (p-value = 0,000), dengannilai odds ratio = 0,118 yang artinya bahwa responden yang mempunyaipengetahuan cukup akan lebih beresiko 0,118 kali lipat terkena diare dari padaresponden yang mempunyai pengetahuan baik.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa terdapathubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang mencuci tangan yang benardengan kejadian diare pada lansia.

Kata kunci: pengetahuan, cuci tangan, kejadian diare.

Daftar Pustaka: 34 (2005 – 2014)

Page 12: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCEKUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA

2015

Prasetyoningsih

Correlation between Knowledgeof Right Hand Washing an DiarrheaIncidence on the Elderly at Community Health CenterNguntoronadi I of

Wonogiri

ABSTRACT

Generally the health decrease of the elderly is caused by the decrease oftheir organs’functions including the digestive organs. Therefore, the knowledgeofappropriate hand washing is requiredby the elderly to prevent diarrhea. Theobjective of the research is to investigate the correlation between the knowledgeofappropriate hand washing and the diarrhea incidence on the elderly at CommunityHealth Center Nguntoronadi I of Wonogiri.

The research used the descriptive correlational design with the cross-sectional approach. The samples of research were 91 elderlies. They were takenby using the purposive sampling technique. The data were analyzed by usingtheChi-square analysis and the Odd Ratio (OR) test.

The research shows that there 40 respondents (44.0%) hadfairknowledgeof appropriate hand washing, and 57 respondents (62.6%) haddiarrhea. Thus, there was a significant correlation between the knowledge ofappropriate hand washing and the diarrhea incidence on the elderly at CommunityHealth Center Nguntoronadi I of Wonogiri, as indicated by the p-value = 0.00,and thevalue of odds ratio = 0.118, meaning the respondents who had fairknowledgewould havethe risk as much as 0.118 times greater than those who hadgood knowledge.

Keywords:Knowledge, hand washing, diarrhea incidence

References: 34 (2005 – 2014)

Page 13: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare merupakan penyakit yang masih menjadi masalah di negara

berkembang. Diare diartikan sebagai suatu kondisi buang air besar tidak

normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer

dengan atau tanpa disertai darah atau lendir akibat dari proses inflamasi pada

lambung atau usus (Muslimah, 2010). Indonesia merupakan salah satu negara

berkembang dengan angka kejadian Diare yang masih tinggi, hal ini dilihat

dari morbiditas dan mortalitasnya. Lima provinsi dengan insiden dan period

prevalen diare tertinggi adalah Papua (6,3% dan 14,7%), Sulawesi Selatan

(5,2% dan 10,2%), Aceh (5,0% dan 9,3%), Sulawesi Barat (4,7% dan 10,1%),

dan Sulawesi Tengah (4,4% dan 8,8%). Berdasarkan karakteristik penduduk,

kelompok umur balita adalah kelompok yang paling tinggi menderita diare,

sementara lansia umur 55-65 tahun sebanyak 1,9% dan 3,2% (Kemenkes, RI.,

2013). Resiko terjadinya diare sebenarnya bisa diminimalkan dengan upaya

pencegahan dan pengobatan. Diare menyerang kelompok usia baik balita,

anak, dewasa bahkan lansia (Murniwaty, 2005).

Menua merupakan proses terus menerus yang alamiah, dimulai sejak

lahir dan dialami hampir semua makhluk hidup. Tahap manusia yaitu bayi,

anak, remaja, tua kemudian lansia (Nugroho, 2000). Bila seseorang bertambah

tua kemampuan fisik dan mentalnya perlahan–lahan mengalami kemunduran.

1

Page 14: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

Semakin bertambahnya jumlah lansia maka semakin banyak pula

masalah yang timbul terutama masalah medis yang mencapai 38%. Masalah

kesehatan pada lansia secara umum disebabkan karena menurunnya fungsi

organ tubuh, sehingga aktivitas dan metabolisme tubuh otomatis menurun.

Sebagai suatu proses alamiah fenomena di atas juga diikuti dengan

menurunnya energi dan kapasitas pencernaan menurun yang umum dimulai

usia 50 tahun (Padila, 2013).

Kesehatan usia lanjut perlu dipelihara oleh karena secara normal akan

mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial. Namun apabila diantisipasi

sebelumnya tidak akan terjadi penurunan yang drastis sehingga mengurangi

penyebab penyakit yang berat atau bahkan kematian. Perilaku sehat dapat

mencegah berbagai penyakit yang mudah terkena pada usia lanjut, walau usila

secara alami mengalami penurunan berbagai fungsi organ sehingga rentan

terhadap penyakit baik akut atau kronis, kecenderungan penyakit metabolik,

infeksi degeneratif dan gangguan psikososial (Nugroho, 2004).

Palancoi (2014) mengadakan penelitian yang menyatakan bahwa,

salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian diare adalah perilaku,

lingkungan dan pengetahuan tentang diare. Perilaku kesehatan merupakan

suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan

sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan

lingkungan (Notoatmodjo, 2010). Salah satu perilaku kesehatan adalah

pengetahuan tentang mencuci tangan, mencuci tangan merupakan suatu

perilaku kesehatan (Syarifah Fazila dkk, 2013).

Page 15: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

Penelitian yang dilakukan oleh Nungky Kustantya (2013) yang

meneliti tentang tingkat pengetahuan lansia yang dihubungkan dengan

perilaku hidup bersih dan sehat pada lansia dimana mencuci tangan

merupakan indikatornya, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan

yang negatif dan signifikan antara tingkat pengetahuan lansia tentang mencuci

tangan dengan kejadian penyakit karena infeksi, semakin kurang tingkat

pengetahuan maka semakin tinggi terkena infeksi penyakit.

Studi pendahuluan yang dilakukan terhadap beberapa lansia yang

berkunjung ke Puskesmas Nguntoronadi I dengan keluhan diare didapatkan

bahwa pasien mengatakan pernah diare ada juga yang sering, rata–rata tidak

tahu sebabnya, buang air besar di jamban baik cemplung atau leher angsa, ada

airnya tapi tidak mengalir, kadang cuci tangan pakai sabun kadang tidak pakai

sabun kadang justru lupa. Hasil studi pendahuluan dengan wawancara

terhadap 10 lansia dengan keluhan diare di Puskesmas Nguntoronadi I

Wonogiri diketahui bahwa 5 orang diare disebabkan oleh makanan dan yang

lainnya tidak tahu sebabnya apa, mereka yang mengetahui tentang cuci tangan

yang benar hanya sebanyak 4 orang (40,0%) sedangkan yang tidak

mengetahui tentang pengetahuan cuci tangan yang benar sebanyak 6 orang

(60%). Hal yang ditanyakan pada lansia adalah kapan kita perlu cuci tangan,

dengan apa kita cuci tangan dan bagaimana cuci tangan yang benar. Data dari

kunjungan semua pasien melalui simpus puskesmas didapatkan lansia

penderita diare pada tahun 2014 bulan Juni sebanyak 7 orang, bulan Juli

sebanyak 8 orang, bulan Agustus sebanyak 11 orang, bulan September

Page 16: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

sebanyak 12 orang, bulan Oktober sebanyak 13 orang, dan bulan November

2014 meningkat menjadi 15 orang. Sedangkan kunjungan lansia yang berobat

di Puskesmas Nguntoronadi pada bulan Juni – Desember 2014 sebanyak 3.151

orang dengan usia terbanyak adalah 60-70 yaitu sebanyak 1057 orang.

Latar belakang di atas menjadi dasar dalam penelitian ini, sehingga

peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan antara pengetahuan tentang

cuci tangan yang benar dengan kejadian diare pada lansia di Puskesmas

Nguntoronadi I Wonogiri.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah kesehatan pada lansia secara umum disebabkan karena

menurunnya fungsi organ tubuh, sehingga aktivitas dan metabolisme tubuh

juga menurun, proses alamiah di atas diikuti dengan menurunnya energi dan

kapasitas pencernaan yang umum dimulai usia 50 tahun, oleh karena itu

diperlukan pengetahuan bagi lansia dalam mencegah terjadinya diare

diantaranya pengetahuan tentang cuci tangan yang benar.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk

meneliti bagaimana hubungan antara pengetahuan tentang cuci tangan yang

benar dengan kejadian diare pada lansia di Puskesmas Nguntoronadi I

Wonogiri?.

Page 17: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan tentang cuci

tangan yang benar dengan kejadian diare pada lansia di Puskesmas

Nguntoronadi I Wonogiri.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik demografi lansia yang meliputi

umur, pendidikan .

2. Mengidentifikasi pengetahuan tentang cuci tangan yang benar pada

lansia di Puskesmas Nguntoronadi I Wonogiri

3. Mengidentifikasi kejadian diare pada lansia di Puskesmas

Nguntoronadi I Wonogiri

4. Menganalisis hubungan antara pengetahuan tentang cuci tangan

yang benar dengan kejadian diare pada lansia di Puskesmas

Nguntoronadi I Wonogiri

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan

1. Sebagai masukan yang berhubungan dengan pola penerapan

perilaku sehat yang diusahakan dengan meningkatkan program

promosi kesehatan terutama cuci tangan yang benar pada Lansia.

2. Digunakan sebagai gambaran tentang mekanisme penanggulangan

diare pada lansia sesuai dengan standar yang sudah ada.

Page 18: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

1.4.2 Bagi Masyarakat

1. Meningkatkan perilaku hidup sehat dengan pencegahan diare pada

lansia dengan cara cuci tangan yang benar.

2. Menerapkan cuci tangan yang benar dalam keluarga sehingga

dapat mencegah kejadian diare.

1.4.3 Bagi Keperawatan

1. Dijadikan panduan rancangan intervensi keperawatan lansia yang

aplikatif tentang pencegahan diare.

2. Sebagai masukan untuk pola perilaku hidup sehat dengan

meningkatkan penerapan cuci tangan yang benar pada lansia.

3. Bagi praktisi keperawatan gerontik akan menjadi dasar

Perkembangan Intervensi efektif untuk mengurangi kejadian diare

pada lansia.

1.4.4 Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi

penelitian selanjutnya terutama untuk meneliti lebih dalam mengenai

hubungan pengetahuan tentang cuci tangan yang benar dengan

kejadian diare dengan mengambil sampel yang lingkup wilayahnya

lebih luas dan variabel lain yang berhubungan dengan kejadian diare

misalnya variabel sikap dan perilaku.

Page 19: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Lansia

1. PengertianLansia

MenurutUndang-undangNomor 13 Tahun 1998 dalam Bab I

pasal 1 ayat 2 dijelaskanbahwalanjutusiaadalahseseorang yang

mencapaiusia 60 (enampuluh) tahunkeatas (Notoatmodjo, 2010).Lanjut

usia menurut Hardywinoto (2005) terdiri dari 3 kategori,yaitu young

old (70 – 75 tahun), old (75 – 80 tahun) dan very old (di atas 80 tahun).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merumuskan batasan lanjut usia

sebagai berikut:

a. Usia pertengahan (middle age) yaitu antara usia 45 – 59 tahun

b. Lanjut usia (elderly) yaitu antara usia 60 – 74 tahun

c. Lanjut usia tua (old) yaitu antara usia 75 – 90 tahun

d. Usia sangat tua (very old) yaitu di atas usia 90 tahun

Pada penelitian ini menggunakan batasan umur lansia antara 60-70

tahun.

2. Permasalahan Umum pada Lanjut Usia (Lansia)

a. Mudah jatuh. Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan

penderitaatau saksi mata yang melihat kejadian, yang

mengakibatkan seseorangmendadak terbaring/terduduk di lantai

atau tempat yang lebih rendahdengan atau tanpa kehilangan

7

Page 20: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

kesadaran atau luka. Faktor instrinsik yang menyebabkan mudah

jatuh antara lain gangguan jantung dan sirkulasi darah, gangguan

sisitem anggota gerak, gangguan sistem saraf pusat, gangguan

penglihatan dan pendengaran, gangguan psikologis,vertigo dan

penyakit-penyakit sistemik. Sedangkan faktor ekstrinsik penyebab

jatuh antara lain cahaya ruangan yang kurang terang, lantai licin,

tersandung benda-benda, alas kaki kurang pas, tali sepatu, kursi

roda dan turun tangga.

b. Kekacauan mental akut. Kekacauan mental pada lansia dapat

disebabkan oleh keracunan, penyakit infeksi dengan demam tinggi,

alkohol, penyakit metabolisme, dehidrasi, gangguan fungsi otak,

dan gangguan fungsi hati.

c. Mudah lelah, disebabkan oleh faktor psikologis berupa perasaan

bosan, keletihan, dan depresi. Faktor organik yang menyebabkan

kelelahan antara lain anemia, kekurangan vitamin, osteomalasia,

kelainan metabolisme, gangguan pencernaan dan kardiovaskuler.

d. Nyeri dada, dapat disebabkan oleh penyakit jantung koroner,

aneurisme aorta, radang selaput jantung dan gangguan pada sistem

pernafasan.

e. Sesak nafas, terutama saat melakukan aktifitas/kerja fisik, dapat

disebabkan oleh kelemahan jantung, gangguan sistem saluran

nafas, berat badan berlebihan dan anemia.

Page 21: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

f. Palpitasi/jantung berdebar-debar, dapat disebabkan oleh gangguan

irama jantung, keadaan umum badan yang lemah karena penyakit

kronis, dan faktor psikologis.

g. Pembengkakan kaki bagian bawah, dapat disebabkan oleh kaki

yang lama digantung, gagal jantung, bendungan vena, kekurangan

vitamin B1, penyakit hati dan ginjal.

h. Nyeri pinggang atau punggung, dapat disebabkan oleh gangguan

sendi atau susunan sendi pada tulang belakang, gangguan pankreas,

kelainan ginjal, gangguan pada rahim, kelenjar prostat dan otot-otot

badan.

i. Gangguan penglihatan dan pendengaran, dapat disebabkan oleh

presbiop, kelainan lensa mata, glukoma, dan peradangan saraf

mata. Gangguan pendengaran dapat disebabkan oleh kelainan

degeneratif, misalnya osteoklerosis.

j. Sulit tidur, dapat disebabkan oleh faktor ekstrinsik seperti

lingkungan yang kurang tenang, dan faktor intrinsik seperti gatal-

gatal, nyeri, depresi, kecemasan dan iritabilitas.

k. Sukar menahan buang air besar, dapat terjadi karena penggunaan

obat-obatan pencahar, keadaan diare, kelainan usus besar dan

saluran pencernaan.

l. Eneuresis, sukar menahan buang air kecil atau sering ngompol

dapat disebabkan oleh penggunaan obat-obatan, radang kandung

Page 22: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

kemih, kelainan kontrol pada kandung kemih, kelainan persyarafan

kandung kemih serta akibat faktor psikologis.

m. Berat badan menurun, dapat disebabkan oleh nafsu makan

menurun, penyakit kronis, gangguan saluran cerna, dan faktor-

faktor sosioekonomis (Nugroho, 2008).

2.1.2. Diare

1. PengertianDiare

Diare berasal dari kata yunani yaitu kata “diarroia” yang

artinya mengalir terus (Hartanto, 2005). Diare diartikan sebagai suatu

keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara

berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar lebih dari satu

kali dengan bentuk encer atau cair (Suradi, 2007). Menurut Muslimah

(2010) diare merupakan suatu kondisi buang air besar tidak normal

yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer

dengan atau tanpa disertai darah atau lendir akibat dari proses

inflamasi pada lambung atau usus. Diare adalah suatu kondisi dimana

seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan

dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih dari tiga kali dalam satu

hari (DepKes RI, 2011). Dari beberapa pengertian di atas dapat

disimpulkan diare adalah kondisi dimana seseorang buang air besar

dengan konsentrasi tinja lembek sampai cair, dapat disertai lendir atau

tidak dan frekuensinya sering lebih dari tiga kali dalam satu hari.

Page 23: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

Faktor risiko diare dibagi 3 besar yaitu faktor karakteristik

individu, perilaku pencegahan dan lingkungan. Faktor karakteristik

individu meliputi umur lansia, status gizi, dan tingkat pendidikan

keluarga. Faktor perilaku pencegahan meliputi perilaku mencuci

tangan sebelum makan, mencuci peralatan makan sebelum digunakan,

mencuci bahan makanan, mencuci tangan dengan sabun setelah BAB,

merebus air minum. Faktor lingkungan meliputi kepadatan perumahan,

ketesediaan Sarana Air Bersih (SAB), pemanfaatan SAB, kualitas air

bersih (Murniwaty, 2005).

2. KlasifikasiDiare

Inayah (2006) mengklasifikasi diare berdasarkan pada ada atau

tidaknya infeksi menjadi 2 (dua) golongan :

a. Diare infeksi spesifik : tifus abdomen dan paratifus, desentri basil,

enterokiliatis stafilokok.

b. Diare infeksi non spesifik : diare dietetic

Klasifikasi lain diare berdasarkan organ yang terkena infeksi :

a. Diare infeksi enteral atau diare karena infeksi di usus (bakteri, virus,

parasit).

b. Diare infeksi parenteral atau diare infeksi di luar usus (otitis media,

infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran urin dan lainya).

Muslimah (2010) membagi diare berdasar lamanya diare,

menjadi:

a. Diare akut : diare yang terjadi mendadak kurang dari 2 minggu.

Page 24: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

b. Diare kronik : diare yang terjadi lebih dari 2 minggu atau sampai

menahun.

3. Epidemiologi Diare

Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan

kesakitan tertinggi pada anak, terutama pada anak dibawah umur lima

tahun (balita) di dunia sebesar 6 juta anak meninggal tiap tahunnya

karena diare, dimana sebahagian kematian tersebut terjadi di negara

berkembang (Fazlin, dkk, 2013).

Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di

negara berkembang, terutama di Indonesia baik di perkotaan maupun

di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis juga sering muncul

sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan diikuti korban yang tidak

sedikit. Untuk mengatasi penyakit diare dalam masyarakat baik tata

laksana kasus maupun untuk pencegahannya sudah cukup dikuasai.

Akan tetapi permasalahan tentang penyakit diare masih merupakan

masalah yang relatif besar (Suraatmaja, 2010).

Berdasarkan Studi Basic Human Service (BHS) di Indonesia

tahun 2006, perilaku masyarakat dalam mencuci tangan adalah, (i)

setelah buang air besar 12%, (ii) setelah membersihkan tinja bayi dan

balita 9%, (iii) sebelum makan 14 %, (iv) sebelum memberi makan

bayi 7%, dan (v) sebelum menyiapkan makanan 6%. Sementara itu

studi BHS lainnya terhadap perilaku pengelolaan air minum rumah

tangga menunjukan 99,20% merebus air untuk mendapatkan air

Page 25: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

minum, tetapi 47,50% dari air tersebut mengandung Eschericia coli.

Kondisi tersebut berkontribusi terhadap tingginya angkakejadian diare

di Indonesia. Hal ini terlihat dari angka kejadian diare nasional pada

tahun 2006 sebesar 423 per 1.000 penduduk pada semua umur dan 16

propinsi mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan Case

Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52 (Depkes RI, 2010).

Epidemiologi penyakit diare, adalah sebagai berikut (Depkes

RI, 2005).

a. Penyebaran Kuman

Penyebaran kuman yang menyebabkan diare biasanya menyebar

melalui fecal oral antara lain melalui makanan atau minuman yang

tercemar tinja dan atau kontak langsung dengan tinja penderita.

Beberapa perilaku yang dapat menyebabkan penyebaran kuman

enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain tidak

memberikan ASI (Air Susu Ibu) secara penuh 4/6 bulan pada

pertama kehidupan, menggunakan botol susu, menyimpan

makanan masak pada suhu kamar, menggunakan air minum yang

tercemar, tidak mencuci tangan dengan sabun sesudah buang air

besar atau sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan atau

menyuapi anak, dan tidak membuang tinja dengan benar.

b. Faktor Penjamu

Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare.

Beberapa faktor pada penjamu yang dapat meningkatkan beberapa

Page 26: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

penyakit dan lamanya diare yaitu tidak memberikan ASI sampai

dua tahun, kurang gizi, campak, immunodefisiensi, dan secara

proporsional diare lebih banyak terjadi pada golongan balita.

c. Faktor Lingkungan dan Perilaku

Penyakit diare merupakan salah satu penyakit yang berbasis

lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan

pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan

perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena

tercemar kuman diare serta berakumulasi dengan perilaku yang

tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman, maka dapat

menimbulkan kejadian diare.

4. Penyebab Diare

Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan dalam 6

golongan besar yaitu infeksi (disebabkan oleh bakteri, virus atau

investasi parasit), malabsorpsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan

sebab-sebab lainnya. Penyebab yang sering ditemukan di lapangan

ataupun secara klinis adalah diare yang disebabkan infeksi dan

keracunan (Depkes RI, 2011).

Menurut Suharyono (2008), ditinjau dari sudut patofisiologi,

penyebab diare dapat di golongkan menjadi dua golongan yaitu :

a. Diaresekresi (secretory diarrhea) disebabkanoleh:

1) Infeksi virus, kuman-kuman pathogen dan apatogen seperti

a) Escherichia coli

Page 27: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

Produksi enterotoksin oleh E.coli ditemukan sekitar tahun

1970 dari strain yang ada hubungannya dengan penyakit

diare. Penelitian selanjutnya menerangkan strain-strain

enterotoksigenik dari E.coli sebagai satu hal yang bersifat

patogen pada penyakit diare manusia.

b) Salmonella

Beberapa spesies adalah ganas terhadap manusia, diantaranya

S.typhi, S.paratyphi, S.hirshfeldi, S.oranienburg, S.weltevreden,

S.havana, S.javiana. bakteri masuk tubuh manusia melalui

makanan dan minuman yang tercemar tangan, tinja penderita

atau pembawa kuman. Untuk menyebabkan diare pada orang

sehat diperlukan inokulum yang besar.

c) Shigella

Terdapat empat kelompok spesies yang terdiri dari

S.dysenteriae, S.flexneri, S.boydii dan S.sonnei; yang sering

dijumpai di daerah tropis. Shigella adalah sangat ganas bagi

manusia dan terkenal dapat menyebabkan desentri basil yang

sifatnya sangat akut. Sepuluh sampai dua ratus shigella yang

virulen cukup dapat mengakibatkan diare.

d) Vibrio cholera

Angka kejadian tinggi di Negara yang sedang berkembang

karena belum baiknya higene, sanitasi serta penyediaan air

minum. Pada waktu wabah, terutama anak yang sudah besar dan

Page 28: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

orang dewasa diserang karena mobilitasnya yang lebih besar.

Jarang menyerang anak dibawah 2 tahun.

e) Vibrio campylobacter

Kuman di temukan dalam tinja selama penyakit berlangsung dan

menghilang pada saat penyembuhan (Suharyono, 2008).

2) Difensiensi imunologi

Dinding usus mempunyai mekanisme pertahanan yang

baik. Bila terjadi difisiensi ‘S.IgA’ dapat terjadi bakteri tumbuh

lama. Demikian pula defisiensi CMI ‘cell mediated immunity’

dapat menyebabkan tubuh tidak mampu infeksi dan infestasi

parasit dalam usus. Hal ini mengakibatkan bakteri, virus, parasit,

dan jamur yang masuk dalam usus akan berkembang dengan baik

sehingga bakteri tumbuh dan akibat lebih lanjut diare kronik dan

malabsorsi makanan.

b. Diare osmotik (Osmotic diarrhea) disebabkan oleh:

1) Malabsorsi makanan : Malabsorsi karbohidrat, lemak dan protein.

2) Kurang kalori protein.

3) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

Sedangkan menurut Inayah (2006), penyebab diare dapat dibagi

beberapa faktor yaitu:

a. Faktor infeksi

1) Infeksi enteral

Page 29: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi:

infeksi bakteri, infeksi firus (Enteovirus, Poliomyelitis, Virua Echo

Coxsackie, Adeno Virus, Rota Virus, Astrovirus). Infeksiparasit:

cacing (Ascaris, Tricuris, Oxyuris, Strongxloides), protozoa

(Etamoebahistolitica, Giardia lamblia, Trichomonashomunis),

jamur (Canidaalbicous).

2) Infeksi parenteral

Adalah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media

akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringits, bronkopenemonia,

ensefalitis.Keadaan ini terutama terjadi pada bayi dan anak

berumur dibawah dua tahun.

b. Faktor malabsorsi

Penyebab diare yang disebabkan karena malabsorsi makanan dapat

dikelompokkan menjadi 3 yaitu, malabsorsi karbohidrat, lemak, dan

protein. Malabsorsi karbohidrat mengakibatkan beban osmotic (diare

berair) lalu bakteri dalam kolon membentuk gas (abdomen kembung,

tinja berbuih, flatus). Malabsorsi lemak menyebabkan lemak dalam

usus keluar berlebihan dalam tinja. Sedangkan malabsorsi protein

diakibatkan adanya gangguan pada pankreas dan mukosa usus halus.

c. Faktor makanan

Makanan terlalu pedas dan makanan terlalu asam.

d. Faktor psikologis

Bisa terjadi karena stress, cemas, ketakutan dan gugup (Suharyono,

2008).

Page 30: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

4.Gejala klinis

a. Akibat kehilangan cairan tubuh (dehidrasi/defisit volume)

Gejala klinis yang menunjukkan akibat dehidrasi antara lain : turgor

kulit berkurang, nadi lemah atau tidak teraba, takikardi, mata

cekung, ubun-ubun cekung, membran mukosa kering, jari sianosis,

serta akral teraba dingin.

b. Akibat kehilangan elektrolit tubuh (defisit elektrolit)

1) Defisit karbohidrat

a) Muntah

b) Pernafasan cepat dan dalam

c) Cadangan jntung menurun

2) Defisiensi kalium

a) Lemahotot

b) Aritmiajantung

c) Distensi abdomen

3) Hipoglikemia (lebih umum pada anak yang malnutrisi)

Kehilangan cairan akibat diare menyebabkan dehidrasi

yang dapat bersifat ringan, sedang atau berat. Bila defisit kurang

dari 5% berat badan, maka dehidrasinya bersifat ringan dan satu-

satunya gejala yang jelas adalah haus. Bila defisit cairan 5-10%

berat badan maka dehidrasinya sedang, sedangkan bila defisit

cairan 10% atau lebih dari berat badan disebut dehidrasi berat

(Suharyono, 2008).

Page 31: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

5. Pemeriksaan laboratorium

Beberapa pemeriksaan laboratorium biasanya diperlukan pada diare.

Sebagian penderita gastroenteritis dehidrasi yang dirawat di rumah

sakit, tanpa suatu pemeriksaan laboratorium apapun biasa ditolong dan

sembuh. Namun demikian, bila perlengkapan laboratorium, tersedia

sebaiknya dilakukan pemeriksaan laboratorium, yang lengkap, teliti

dan berulang. Berikut ini adalah pemeriksaan laboratorium yang

diperlukan agar pengobatan menyeluruh.

a. Pemeriksaan darah lengkap

Untuk membantu menentukan derajat dehidrasi dan infeksi.

Pemeriksaan Hb dikerjakan sebelum dan sesudah rehidrasi tercapai

untuk menentukan adanya anemia sebagai dasar.

b. Pemeriksaan urin

Ditetapkan volume, berat jenis dan albuminuri. Bila mungkin

diperiksa osmolaritas urin, pH urin karena urin yang asam akan

menunjukan adanya asidosis.

c. Pemeriksaan feses

Dicari penyebab infeksi maupun investasi parasit dan jamur serta

sindrom malabsorpsi (Suharyono, 2008).

6. Pengelolaan diare

Sebagai akibat diare, penderita akan kehilangan cairan

(dehidrasi) dan elektrolit. Tergantung pada banyaknya kehilangan

cairan dan elektrolit atau dengan berapa banyak penurunan berat badan

Page 32: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

akan terjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat. Mengingat diare bila

tidak segera ditangani akan menyebabkan kematian, maka pengobatan

diare paling tepat adalah dengan rehidrasi artinya mengganti cairan

yang hilang akibat diare. Prinsip pengobatan diare yang utama ialah

rehidrasi dini dan pemberian makanan dini yang berupa :

a. Pemberian segera cairan yang mengandung garam (elektrolit) dan

gula selama penderita diare banyak kehilangan melalui feses dan

muntah.

b. Makanan dan susu ibu (bagi anak balita) harus terus diberikan

(Inayah, 2006).

Dehidrasi sedang dan ringan (kehilangan cairan sebanyak

kurang dari 10% berat badan) tidak diperlukan cairan intravena, cukup

per-oral dengan cairan oralit atau sebanyak penderita mau minum.

Larutan rehidrasi oral dari WHO merekomendasikan ORS (oral

rehydration solution, oralit) yang mengandung 3,5 gram/L NaCL, 2,5

gram/L Na bikarbonat, 1,5 gram KCL dan 20 gram glukosa. Cairan

rehidrasi oral (ORS) tersebut dinamakan cairan rehidrasi lengkap,

disamping itu terdapat formula sederhana yang hanya mengandung 2

komponen yaitu NaCL dan glukosa atau penggantinya misal sukrosa

dan merupakan larutan gula garam (LGG). Dalam hal ini tidak ada

oralit, sebagai langkah pertama dengan larutan gula garam dengan

takaran sebagai berikut : masukan 2 sendok teh gula dan ¼ teh garam

dalam 1 gelas(200 ml) yang telah diisi air masak. Setelah diaduk

Page 33: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

hingga larut kemudian minumkan pada penderita. Kontra indikasi

rehidrasi oral yaitu pada :

a. Dehidrasi berat yang disertai gejala penderita tidak dapat minum.

b. Anuri atau oliguria yang melanjut

c. Bayi premature

d. Muntah hebat

e. Malabsorpsi glukosa yang diketahui dari bertambahnya diare atau

kambuh kembali setelah rehidrasi oral (Inayah, 2006).

Keuntungan dari rehidrasi oral di klinik pada diare akut dapat

menghemat cairan intravena. Penggunaan cairan oral (oralit) yang

diberikan mulai di rumah mempunyai keuntungan, diantaranya diare

dapat dicegah secara dini dan kunjungan ke pelayanan kesehatan akan

berkurang. Keuntungan ditemukannya cairan oral glukosa elektrolit

(ORS) yang sederhana, efektif dan murah. Cairan ORS dapat diberikan

secara menyeluruh terhadap penyakit diare (Departemen Kesehatan RI,

2011).

Pengelolaan diare dengan dehidrasi berat kehilangan cairan

sebanyak 15% atau lebih, dilakukan dengan pemberian cairan ringer-

laktat intravena yang cepat, sampai denyut nadi teraba. Dengan

demikian tujuan utama infuse yang cepat dan segera diberikan adalah

mendapatkan perfusi cardiovascular yang adekuat dan mengembalikan

perfusi jaringan serta fungsi pengaturan ginjal yang normal. Selama

rehidrasi perlu diperhatikan terjadinya komplikasi diare (asidosis,

Page 34: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

hipokalemia, hipoglikemia atau lain) dan penyakit lain yang diderita

penderita. Yang perlu diperhatikan adalah berat dan kompensasi

jantung maka rehidrasi cairan dikurangi (Suharyono, 2008).

2.1.3. Pengetahuan

1. PengertianPengetahuan

MenurutSukanto (2005), pengetahuan adalah kesan di dalam

pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda

sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhayul (superstilions) dan

penerangan-penerangan yang keliru (misinformations). Pengetahuan

adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan pengindraan

terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra

manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga

(Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah orang tersebut

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu dan dapat

berkenaan dengan apa yang dipikirkan oleh individu yang bersangkutan.

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan mempunyai 6 (enam)

tingkatan, yaitu:

Page 35: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

a. Tahu (Know). Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan, tingkat ini

adalah mengingat kembali terhadap suatu spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu,

tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang lebih rendah.

b. Memahami (Comprehension). Memahami diartikan sebagai kemam-

puan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan

dapat menginterprestasi materi secara benar. Tentang objek yang

dilakukan dengan menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan dan sebagainya.

c. Aplikasi (Aplication). Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan

untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau

kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya

dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis). Analisis adalah suatu kemampuan untuk

menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen,

tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis). Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan

untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis itu suatu

Page 36: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi

yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation). Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan

untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu kriteria yang

di tentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Menurut Depkes RI (2007), perubahan cara berfikir yang terjadi

pada lansia berdampak pada depresi dimana terganggunya konsentrasi dan

pengambilan keputusan membuat seseorang sulit mempertahankan

memori jangka pendek, dan terkesan sebagai sering lupa. Pikiran negatif

sering menghinggapi pikiran lansia. Lansia menjadi pesimis, percaya diri

rendah, dihinggapi perasaan bersalah yang besar, dan mengkritik diri

sendiri.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya perilaku terbuka (Over behavior) perilaku yang didasari

pengetahuan bersifat langgeng. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

tingkat pengetahuan (Sukanto, 2005) yaitu :

a. Tingkat pendidikan, pendidikan adalah upaya untuk memberikan

pengetahuan sehingga terjadi perubahan perilaku positif yang

meningkat. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang

kepada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami.

Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang

semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya

Page 37: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya, jika

seseorang tingkat pendidikannya rendah, akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan

nilai-nilai baru diperkenalkan.

b. Informasi, seseorang mempunyai sumber informasi lebih akan

mempunyai pengetahuan lebih luas. Kemudahan memperoleh

informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk

memperoleh pengetahuan yang baru.

c. Budaya, tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam

memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.

Kebudayaan lingkungan sekitar, apabila dalam suatu wilayah

mempunyai budaya untuk menjaga kebersihan lingkungan maka

sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk

selalu menjaga kebersihan lingkungan.

d. Pengalaman, sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah

pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal. Ada

kecenderungan pengalaman yang baik seseorang akan berusaha

untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut

menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang

membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.

e. Sosial ekonomi, tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi

kebutuhan hidup. Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi akan

menambah tingkat pengetahuan, hal ini disebabkan oleh sarana

Page 38: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

prasarana serta biaya yang dimiliki untuk mencari ilmu pengetahuan

terpenuhi. Usaha memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun

kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih

mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi

rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder.

Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi

pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.

4. Cara Mendapatkan Pengetahuan

Beberapa cara untuk mendapatkan pengetahuan menurut

Notoatmodjo (2010) adalah :

a. Coba-salah (trial and eror). Cara inidigunakansaat orang

mengalamimasalah, upayapemecahannyaadalahdengancaracoba-

cobasajaataudengankemungkinan–kemungkinan.

b. Cara kekuasaanatauotoritas. Cara inidigunakansecaraturun-temurun,

ataukarenakebiasaansehari-harisertatradisi yang dilakukanoleh orang

tanpamelaluipenalaranapakahhaltersebutbaikatautidak.

c. Pengalaman. Pengalaman artinya berdasarkan pemikiran kritis akan

tetapi pengalaman belum tentu teratur dan bertujuan. Mungkin

pengalaman hanya dicatat saja. Pengalaman yang disusun sistematis

oleh otak maka hasilnya adalah ilmu pengetahuan.

d. Melalui jalan pikiran. Dengan cara induksi dan deduksi. Induksi yaitu

apabila proses pembuatan keputusan itu melalui pernyataan–

Page 39: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

pernyataan khusus kepada yang umum. Deduksi apabila pembuatan

kesimpulan dari pernyataan–pernyataan umum kepada yang khusus.

e. Cara modern. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan pada

dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut

“Metodologi penelitian atau Metode Penelitian Ilmiah”.

5. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui

atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan domain di atas

(Notoatmodjo, 2010).

Tingkat pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpre-

tasikan dengan skala yang bersifat kuantitatif, yaitu: (Riwidikdo, 2009)

a. Pengetahuan Baik, mempunyai nilai 76%-100% dari semua jawaban

b. Pengetahuan Cukup, mempunyai nilai 56%-75% dari semua jawaban

c. Pengetahuan Kurang, mempunyai nilai < 56% dari semua jawaban

Perilaku merupakan intervensi psikologis yang mengkombinasikan

terapi kognitif serta terapi perilaku untuk menangani masalah psikologis.

Perilaku mengajarkan individu untuk mengenali pengaruh pola pikir

tertentu dalam memunculkan penilaian yang salah mengenai pengalaman-

pengalaman yang ditemui, sehingga memunculkan masalah pada perasaan

dan tingkah laku yang tidak adaptif (Rosenvald, Oei dan Schmidt, 2002).

Page 40: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

Prinsip dasar terapi Kognitif-perilaku antara lain : (Westbrook, Kennerly

dan Kirk, 2007).

a. Prinsip kognitif. Masalah psikologis merupakan

hasilinterpretasidari sebuahkejadian, bukan kejadian itu sendiri.

b. Prinsip perilaku: perilaku individu dapat sangat mempengaruhi pikiran

dan emosinya.

c. Prinsip kontinum: gangguan bukanlah suatu proses mental yang

berbeda dengan proses mental normal,melainkan proses mental normal

yang berlebihan hingga menjadi masalah.

d. Prinsip here-and

know:lebihbaikberfokuspadaprosesmasakinidaripadamasalalu.

e. Prinsipsistemyangsalingberinteraksi: melihat masalah sebagai

interaksidaripikiran,emosi,perilaku,fisiologi,danlingkunganyangdimili

kiindividu.

f. Prinsipempiris:pentinguntukmengevaluasiteoridanterapisecaraempiris.

2.1.4. CuciTangan

1. PengertianCuciTangan

Tangan adalah bagian dari tubuh manusia yang sangat sering

menyebarkan infeksi. Tangan terkena kuman sewaktu kita bersentuhan

dengan bagian tubuh sendiri, tubuh orang lain, hewan, atau permukaan

yang tercemar. Walaupun kulit yang utuh akan melindungi tubuh dari

infeksi langsung, kuman tersebut dapat masuk ke tubuh ketika tangan

menyentuh mata, hidung atau mulut. Oleh karena itu sangat penting

Page 41: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

untuk diketahui dan diingat bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun

merupakan perilaku sehat yang sangat efektif untuk mencegah

penyebaran berbagai penyakit menular seperti diare, ISPA dan flu

burung. Diare merupakan penyakit "langganan" yang banyak

berjangkit pada masyarakat terutama usia balita. Survei Kesehatan

Nasional tahun 2006 menempatkan Infeksi Saluran Pernapasan Akut

(ISPA) penyakit pada posisi tertinggi sebagai penyakit paling

berbahaya pada balita. Diare dan ISPA dilaporkan telah membunuh 4

juta anak setiap tahun di negara-negara berkembang. Sementara flu

burung atau yang dikenal juga H5N1 merupakan penyakit mematikan

dan telah memakan cukup banyak korban (Anggrainy R, 2010).

Penyakit-penyakit tersebut di atas juga merupakan masalah

global dan banyak berjangkit di negara-negara berkembang, suatu

wilayah yang didominasi dengan kondisi sanitasi lingkungan yang

buruk, tidak cukup pasokan air bersih, kemiskinan dan pendidikan

yang rendah. Rantai penularan penyakit-penyakit tersebut di atas dapat

diputus "hanya" dengan perilaku cuci tangan pakai sabun yang

merupakan perilaku yang sederhana, mudah dilakukan, tidak perlu

menggunakan banyak waktu dan banyak biaya (Depkes RI, 2011).

Cuci tangan belum menjadi budaya yang dilakukan masyarakat

luas di Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari saja, masih banyak

yang mencuci tangan hanya dengan air sebelum makan, cuci tangan

dengan sabun justru dilakukan setelah makan. Mencuci tangan saja

Page 42: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

adalah salah satu tindakan pencegahan yang menjadi perilaku sehat

dan baru dikenal pada akhir abad ke 19. Mencuci tangan dengan air

saja lebih umum dilakukan, namun hal ini terbukti tidak efektif dalam

menjaga kesehatan dibandingkan dengan mencuci tangan dengan

sabun (Syahputri, 2011).

Menggunakan sabun dalam mencuci tangan sebenarnya

menyebabkan orang harus mengalokasikan waktunya lebih banyak saat

mencuci tangan, namun penggunaan sabun menjadi efektif karena

lemak dan kotoran yang menempel akan terlepas saat tangan digosok

dan bergesek dalam upaya melepasnya. Dalam lemak dan kotoran

yang menempel inilah kuman penyakit hidup. Efek lainnya adalah,

tangan menjadi harum setelah dicuci dengan menggunakan sabun dan

dalam beberapa kasus, tangan yang menjadi wangilah yang membuat

mencuci tangan dengan sabun menjadi menarik untuk dilakukan.

Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia

dan binatang, ataupun cairan tubuh lain (seperti ingus, dan

makanan/minuman yang terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun

dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit pada orang lain yang

tidak sadar bahwa dirinya sedang ditularkan. Lebih sulit mengubah

kebiasaan orang daripada memulai menumbuhkan kebiasaan mencuci

tangan. Salah satu penyakit yang bisa bersarang dalam tubuh bila

mengabaikan cuci tangan yaitu diare (Anggrainy R, 2010).

Page 43: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

Diare dengan mudah memasuki tubuh lewat tangan yang

tercemar kuman, virus, parasit. Baik saat memegang pintu, menekan

tombol lift, bersalaman, memegang uang, kursi atau barang apa saja.

Dari tangan yang tercemar, kuman masuk ke mulut lewat makanan

yang kita pegang. Jadi tangan menjadi perantara tersebarnya kuman

dari kotoran atau tinja ke mulut. Diare, infeksi mata, infeksi saluran

pernapasan atas (ISPA), flu burung dan flu babi, termasuk dalam

penyakit yang menular dengan cepat. Meski demikian, penyakit-

penyakit tersebut sebenarnya bisa dicegah dengan kebiasaan mencuci

tangan dengan benar. Meski mudah dan murah, cuci tangan yang benar

belum menjadi budaya yang dilakukan seluruh masyarakat. Menurut

Bank Dunia, perilaku cuci tangan yang benar dengan sabun menurut

Departemen Kesehatan kurang dipromosikan sebagai tindakan

pencegahan. Departemen Kesehatan RI sendiri sekarang sudah mulai

memasukkan cuci tangan dengan air bersih dan sabun dalam elemen

penting peningkatan kesehatan anak Indonesia (Aditama, 2011).

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan

sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air

bersih dan sabun oleh manusia agar menjadi bersih dan memutuskan

mata rantai kuman. Perilaku Sehat Cuci Tangan Pakai Sabun yang

merupakan salah satu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), saat

ini juga telah menjadi perhatian dunia, hal ini karena masalah

kurangnya praktek perilaku cuci tangan tidak hanya terjadi di negara-

Page 44: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

negara berkembang saja, tetapi ternyata di negara-negara maju pun

kebanyakan masyarakatnya masih lupa untuk melakukan perilaku cuci

tangan (Anggrainy R, 2010).

Perilaku cuci tangan pakai sabun pada umumnya sudah

diperkenalkan kepada anak-anak sejak kecil tidak hanya oleh orang tua

di rumah, bahkan ini menjadi salah satu kegiatan rutin yang diajarkan

para guru di Taman Kanak-Kanak sampai Sekolah Dasar. Tetapi

kenyataannya perilaku sehat ini belum menjadi budaya masyarakat kita

dan biasanya hanya dilakukan sekedarnya. Fasilitas cuci tangan sudah

sangat memenuhi syarat, yaitu air bersih mengalir dilengkapi dengan

sabun cuci tangan cair berkualitas. Sayangnya fasilitas itu belum

digunakan dengan baik, karena biasanya orang hanya mencuci tangan

sekedar menghilangkan bau amis bekas makanan dan lupa atau malas

mencuci tangan dulu sebelum makan (Depkes RI, 2011).

Jika sedikit melirik ke masyarakat pedesaan, pada umumnya

masyarakat desa hanya menggunakan air seadanya dan belum banyak

yang menggunakan sabun untuk mencuci tangan. Beberapa hal di atas

menunjukan kenyataan bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun

sebagai salah satu upaya personal hygiene belum dipahami masyarakat

secara luas dan prakteknya pun belum banyak diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari. Rapat Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa

menetapkan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPS) yang

pertama diselenggarakan pada tanggal 15 Oktober 2008. Ini

Page 45: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

merupakan perwujudan seruan tentang perlunya upaya untuk

meningkatkan praktek personal hygiene dan sanitasi di seluruh dunia.

Fokus HCTPS tahun 2008 ini adalah Anak sekolah sebagai "Agen

Perubahan" dengan simbolisme bersatunya seluruh komponen

keluarga, rumah dan masyarakat dalam merayakan komitmen untuk

perubahan yang lebih baik dalam berperilaku sehat melalui CTPS

(Depkes RI, 2011).

HCTPS yang diperingati oleh banyak negara di dunia,

merupakan upaya untuk meningkatkan budaya CTPS secara global.

Ribuan anak sekolah mencuci tangan pakai sabun pada hari yang sama

pada 20 negara yang berbeda, sedangkan tujuan dari tantangan ini

adalah untuk menciptakan keseragaman kegiatan kunci bagi seluruh

negara yang berpartisipasi, menciptakan kreatifitas, memacu kompetisi

positif antar negara peserta serta membuat HCTPS menjadi sebuah hari

yang menyenangkan. Sehingga penyebaran penyakit yang disebabkan

oleh lingkungan dan perilaku manusia seperti penyakit diare dan

pneumonia, yang dapat berakibat fatal, dapat dikurangi (Sedyaningsih,

2011).

2. Langkah Cuci Tangan yang Baik dan Benar

Menurut Subea (2010) cuci tangan pakai sabun yang baik dan

benar mempunyai langkah-langkah sebagai berikut : dimulai dengan

membasahi tangan dengan air lalu menuangkan sabun secukupnya dan

kemudian meratakan pada kedua telapak tangan, setelah itu

Page 46: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

menggosok punggung tangan dan sela-sela jari dengan tangan kanan

secara bergantian. Selanjutnya menggosok kedua telapak tangan dan

sela-sela jari hingga jari-jari saling mengunci, barulah setelah itu

menggosok ibu jari kiri berputar dengan tangan kanan. Menggosokkan

ujung jari-jari tangan kanan di telapak tangan kiri dengan memutar

secara bergantian. Membilas kedua tangan dengan air dan terakhir

mengeringkan dengan handuk kering.

3. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Cuci Tangan yang Benar

Penggunaan sabun pada saat mencuci tangan menjadi penting

karena sabun sangat membantu menghilangkan kuman yang tidak

tampak minyak/lemak/kotoran di permukaan kulit serta meninggalkan

bau wangi. Kita dapat memperoleh kebersihan yang berpadu dengan

bau wangi dan perasaan segar setelah mencuci tangan pakai sabun, ini

tidak akan kita dapatkan jika kita hanya menggunakan air saja. Tidak

kalah penting untuk diperhatikan adalah waktu-waktu kita harus

melakukan perilaku cuci tangan, di Indonesia diperkenalkan 5 waktu

penting yaitu setelah ke jamban, setelah menceboki anak, sebelum

makan, sebelum memberi makan anak dan sebelum menyiapkan

makanan (Subea, 2010).

Penelitian WHO menunjukkan bahwa mencuci tangan pakai

sabun dengan benar pada lima waktu penting dapat mengurangi angka

kejadian diare sampai 45%. Cuci tangan pakai sabun dengan benar

juga dapat mencegah penyakit diare.

Page 47: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

MenuruthasilRisetKesehatanDasar (Riskesdas) 2007, seperti yang

disampaikanUnited States Agency for International Development

(USAID). Riset menunjukkan bahwa penyebab terbesar meninggalnya

balita dan anak-anak Indonesia adalah penyakit diare dan ISPA. Saat

ini, pemahaman dan kepedulian untuk mempromosikan praktik cuci

tangan pakai sabun dengan benar disejumlah kantor pemerintahan,

LSM, lembaga donor dan sektor swasta semakin meningkat. Yang

lebih penting lagi adalah hubungan yang akan terbentuk antara cuci

tangan pakai sabun dan kegiatan perubahan perilaku higienis lain

dengan proyek-proyek infrastruktur sanitasi skala besar. Masih

dibutuhkan usaha-usaha untuk meningkatkan kepedulian masyarakat

terhadap dampak positif yang akan muncul dari cuci tangan pakai

sabun dengan menggandeng kantor-kantor pemerintah, LSM dan pihak

swasta untuk bersama-sama meng-komunikasikan seruan aksi cuci

tangan pakai sabun sebagai aktifitas sehari-hari semua orang (Depkes

RI, 2011).

2.2. Keaslian Penelitan

Penelitian tentang hubungan antara pengetahuan tentang cuci tangan

yang benar dengan kejadian diare pada lansia di Puskesmas Nguntoronadi I

Wonogiri, sejauh ini belum pernah dilakukan penelitian, tetapi ada beberapa

penelitian yang mendukung penelitian ini, diantaranya adalah:

Page 48: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

Tabel 2.1. Hasil-HasilPenelitianTerdahulu

Page 49: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

No Nama Peneliti Judul Metode Hasil1 Negara, A,J,

dkk (2014).Pengaruh perilakuhidup bersih dansehat terhadapkejadian diare diSDN 003KabupatenPolewali Mandar

Jenis penelitiandeskriptifanalitik denganrancangan crosssectional. Alatanalisisyang digunakanChi-Square(2).

Hasil analisa bivariatmenunjukkan bahwaterdapat pengaruhantara mencuci tangandengan kejadian diare(ρ=0,034), mengkom-sumsi jajanan sehatterhadap kejadian diare(ρ=0,043), mengguna-kan jamban sehat terha-dap kejadian diare(ρ=0,034) dan membu-ang sampah pada tem-patnya terhadap kejadi-an diare (ρ=0,013).

2 Fajar, NA danMirnaniarti(2011).

Hubungan penge-tahuan dan sikapterhadap perilakucuci tangan pakaisabun masyarakatdi Desa SenuroTimur.

Jenis penelitiandeskriptifkorelasionaldenganrancangan crosssectional.Teknik analisisdata yangdiguna-kandengan uji Chi-Square (2).

Hasil penelitianmenye-butkan bahwatidak ada hubunganantara penge-tahuanmasyarakat terhadapperilaku CTPS dengannilai p-value = 0,615,ada hubungan antarasikap masyarakatterhadap perilakuCTPS dengan nilai p-value = 0,0001.

3 Palancoi, NA,(2014).

Hubungan antarapengetahuan danlingkungan dengankejadian diare akutpada anak.

Jenis penelitiandengandeskriptifkorelasionaldenganrancangan crosssectional.Alat analisisyang digunakandengan uji Chi-Square (2).

Berdasarkan analisisbivariat menunjukkanbahwa ada hubunganantara pengetahuandengan kejadian diaresehingga diperlukanpengetahuan danpemahaman yangmendalam sehinggatidak terjadi diare,demikian jugaditunjukkan adanyahubungan yangsignifikan antaralingkungan dankejadian diare.

Page 50: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

Pengetahuan tentangCuci Tangan yang

Benar

Faktoryang Mempengaruhitingkat Pengetahuan :1. Faktor Internal :

a. Umurb. Jeniskelaminc. Intelegensia

2. FaktorEksternal :a. Pendidikanb. Paparan media

massac. Ekonomid. Hubungansosiale. Pengalaman

KejadianDiare

Lansia

1.Kurangnya kesadaranperilakucuci tangan

yang benar2. Tidak ada kemampu

an melakukan cucitangan yang benar.

2.3. Kerangka Teori

Berdasarkan beberapa teori yang telah dikemukakan di muka, maka

dapat dibuat suatu kerangka teori sebagai berikut :

Gambar 2.1 : Kerangka Teori

Sumber: Notoatmodjo (2010), dan Inayah (2006),

Keterangan :: yang tidak diteliti: yang diteliti

Dipengaruhioleh :1. Faktor yang tidak dapat

diubah :a. Umurb. Jenis kelaminc. Keturunan

2. Faktor yang dapat diubah:a. Kegemukanb. Psikososial dan stres

Page 51: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

2.3.1. KerangkaKonsep

Gambar 2.2. KerangkaKonsep

2.3.2. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara yang masih perlu dibuktikan

kebenarannya. Berdasarkan permasalahan yang diajukan dan uraian teori serta

kerangka konsep yang telah disampaikan maka dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang cuci tangan yang benar

dengan kejadian diare pada lansia di Puskesmas Nguntoronadi I

Wonogiri.

Ha : Ada hubungan antara pengetahuan tentang cuci tangan yang benar

dengan kejadian diare pada lansia di Puskesmas Nguntoronadi I

Wonogiri.

Variabel Bebas :

Pengetahuan tentang Cucitangan yang benar

Variabel Terikat :

Kejadian Diare padaLansia

Page 52: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan rancangan penelitian diskriptif

korelational, dengan menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu dengan

melakukan pengukuran sesaat untuk mengetahui hubungan antara

pengetahuan tentang cuci tangan yang benar dengan kejadian diare pada lansia

di Puskesmas Nguntoronadi I Wonogiri. Faktor risiko serta efek tersebut

diukur menurut keadaan atau status pada waktu observasi, jadi tidak ada

tindak lanjut (Setiadi, 2007).

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Nguntoronadi I Kabupaten

Wonogiri.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan 28 Februari sampai dengan 11 Mei

2015.

3.3. Populasi, Sampel, dan Sampling

3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti

(Setiadi, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia yang

yang memeriksakan kesehatannya di Puskesmas Nguntoronadi I Wonogiri

pada bulan Juni s/d Desember 2014 yang berjumlah 1.057 orang.

40

Page 53: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang dapat digunakan

sebagai subyek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Sampel adalah

sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut

(Sugiyono, 2006). Sampel pada penelitian ini adalah seluruh lansia yang

memeriksakan kesehatan di Puskesmas Nguntoronadi I. Sampel minimal yang

dibutuhkan ditentukan dengan menggunakan rumus dari Notoatmodjo (2010)

sebagai berikut:

2dN1

N

n

Dimana :

n : besar sampel.

N : jumlah populasi.

d : tingkat kepercayaan atau ketepatan yang digunakan yaitu sebesar 10

% atau 0,1.

2d1.0571

1.057

n

= 21,01.0571

1.057

=11,57

1.057

= 91,35696 dibulatkan 91 responden.

Berdasarkan perhitungan rumus di atas, diperoleh sampel minimal

sejumlah 91 orang.

Page 54: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

3.3.3. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penentuan sampel dalam

penelitian ini adalah dengan purposive sampling. Teknik penetapan sampel ini

dilakukan dengan cara memilih sampel diantara populasi dengan kriteria sampel,

sehingga setiap populasi mempunyai kesempatan sebagai sampel dan dapat

mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Setiadi, 2007).

Adapun kriteria sampel yang digunakan meliputi:

1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu

populasi, target yang terjangkau yang akan diteliti Kriteria inklusi dalam

penelitian ini adalah :

a. Pendidikan responden minimal Sekolah Dasar

b. Lansia usia 60 - 70 tahun yang memeriksakan ke Puskesmas

Nguntoronadi I

2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu

populasi, target yang tidak terjangkau untuk diteliti.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Pasien yang tidak bisa membaca dan menulis

b. Lansia yang mengalami kepikunan

3.4. Variabel, Definisi Operasional Variabel dan Skala Pengukuran

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua, yaitu variabel bebas adalah

variabel yang menyebabkan berubahnya nilai dari variabel terikat dan merupakan

variabel bebas (Setiadi, 2007), dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang cuci

tangan yang benar. Adapun variabel yang lain yaitu variabel terikat yaitu variabel

Page 55: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

yang diduga nilainya akan berubah karena pengaruh dari variabel bebas (Setiadi,

2007), variabel terikat dalam hal ini adalah kejadian diare pada lansia.

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana

caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehingga definisi

operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain

yang ingin menggunakan variabel yang sama (Setiadi, 2007). Definisi operasional

dalam penelitian ini dapat dikemukakan dalam tabel berikut :

Tabel 3.1. Definisi Operasional Pengetahuan tentang Cuci Tangan yang benar danKejadian Diare.

No Variabel Definisi Operasional Indikator penilaian Skala Alat Ukur

1 Pengetahuancuci tanganyang benar

Pengetahuan cucitangan yang benarmerupakan anggapanlansia tentang cucitangan yang benarsehingga merekaakan dapatmelakukan cucitangan yang benar.

Pertanyaan dalamtingkatpengetahuanjumlah 20 soaldengan kategori:1.Baik

Jumlah Benar:15-20 (76-100%)

2.CukupJumlah Benar:8-14 (56-75% )

3.KurangJumlah Benar:1-7 (<56%)

Ordinal Kuesioner

No Variabel Definisi Operasional Indikator penilaian Skala Alat Ukur2 Kejadian

diare padalansia

Kejadian diare padalansia merupakantimbulnya penyakitdiare yang dialamipara lansia dalam 3bulan terakhir.

1. Diare2. Tidak diare

Nominal LembarKuesioner

3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data

3.5.1 Alat Penelitian

Alat penelitian yang digunakan dalam mendapatkan data yaitu:

Page 56: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

1. Lembar kuesioner

Kuesioner dalam penelitian ini berisi pernyataan-pernyataan

tentang tingkat pengetahuan sejumlah 20 item soal, kuesioner ini

berupa pertanyaan yang sifatnya favorable dengan jumlah soal 16 dan

4 untuk soal unfavorable yaitu soal nomor 10, 12, 14 dan 19. Adapun

pada variabel kejadian diare ada satu pertanyaan terbuka yang hanya

membutuhkan jawaban “Ya” dan “Tidak”, sehingga mampu

menggambarkan responden saat dilakukan penelitian sedang diare atau

tidak.

Sebelum dilakukan analisis data, maka alat atau instrumen yang

digunakan untuk pengumpulan data perlu diujicobakan yang kemudian

dianalisis dengan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dan

reliabilitas instrumen akan dilakukan pada bulan Februari 2015 kepada

pasien lansia yang diindikasi diare di Puskesmas Nguntoronadi II

Wonogiri. Uji validitas dilakukan pada 30 sampel lansia. Adapun uji

validitas ini dilakukan pada variabel pengetahuan tentang cuci tangan

yang benar saja.

a. Uji Validitas

Uji Validitas merupakan tingkat kemampuan suatu instrumen

untuk mengungkapkan sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran

yang dilakukan dengan instrumen tersebut (Suharsimi, 2010). Suatu

instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut mampu mengukur apa

saja yang hendak diukur. Untuk mengetahui validitas tiap item digunakan

Page 57: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

rumus korelasi yang dikemukakan oleh Pearson yang dikenal dengan

rumus korelasi Product Moment yaitu sebagai berikut:

2222 YYNxXN

YXXYNrXY

Keterangan:

rXY = koefesien korelasi antara skor item dengan total item

X = Skor pertanyaan

Y = Skor total

N = jumlah responden (Suharsimi, 2010).

Kriteria pengukuran yaitu dengan membandingkan antara r hitung

denga r tabel. Pengukuran dinyatakan valid jika rhitung> rtable pada taraf

signifikansi 0,05. Perhitungan uji validitas instrumen ini dilakukan dengan

program komputer.

Berdasarkan hasil uji validitas diketahui bahwa nilai validitas

untuk variabel tingkat pengetahuan tentang cuci tangan yang benar nilai

validitas terendah sebesar = 0,327 dengan nilai -value sebesar 0,077 dan

nilai validitas tertinggi sebesar 0,771 dengan nilai -value sebesar 0,000.

Oleh karena nilai rhitung> rtabel (0,361) pada N = 30, dengan nilai -value

0,000 yang nilainya lebih kecil dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa

instrumen tentang tingkat pengetahuan tentang cuci tangan yang benar

yang disebarkan tergolong valid, sehingga diketahui yang valid sebanyak

19 item (item nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 12,13, 14, 15, 16, 17, 18,

19, dan 20) dan instrumen yang tidak valid adalah nomor 9 sehingga item

yang valid digunakan untuk penelitian sedangkan nomor item yang tidak

valid tidak digunakan untuk penelitian (Hasil terlampir).

Page 58: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

b. Uji Reliabilitas

Pengukuran uji reliabilitas kuesioner pengetahuan tentang cuci tangan

yang benar dengan menggunakan rumus alpha cronbach yaitu:

(Suharsimi, 2010)

2

2

)!( t

ii S

S

K

Kr

Keterangan:

ir = koefisien reliabilitas

K = jumlah item pernyataan

2iS = mean kuadrat kesalahan

2tS = varian total

Menurut Sugiyono (2008) dikatakan reliabel apabila angka alpha

cronbach lebih besar dari 0,60.Hasil uji reliabilitas untuk variabel tingkat

pengetahuan tentangcucitangan yang benar diketahui sebesar 0,824. Hal

ini berarti semuainstrumen yang disebarkan reliabel karena nilai

reliabilitasnya lebihbesar dari 0,60 (Hasil terlampir).

2. Alat tulis

Alat tulis yang digunakan bolpoint.

3.5.2 Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah awal dalam mendapatkan data

penelitian. Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan tahap sebagai

berikut:

1. Tahap persiapan

a. Peneliti mengajukan permohonan ijin penelitian kepada Kepala

Puskesmas Nguntoronadi I

b. Peneliti meminta ijin kepada Kepala Puskesmas untuk pengambilan data

di wilayah kerja Puskesmas Nguntoronadi I.

Page 59: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

c. Mengajukan permohonan ijin penelitian kepada Kesbangpol.

2. Tahap pelaksanaan

a. Peneliti menetapkan responden yang sesuai dengan kriteria inklusi

penelitian.

b. Peneliti meminta bantuan pada teman sejawat atau observer yang

sebelumnya dijelaskan maksud dan tujuan serta teknis dalam

pengumpulan data untuk menyamakan persepsi antara peneliti dengan

observer dalam pengumpulan data dari responden

c. Melakukan wawancara atau memberikan lembaran pada responden

tentang kesediaannya menjadi responden.

d. Menjelaskan pada responden tentang tujuan,manfaat dan akibat menjadi

responden.

e. Memberi penjelasan kepada responden tentang kuisioner yang harus

dijawab.

f. Calon responden yang setuju diminta tanda tangan pada lembar surat

pernyataan kesanggupan menjadi responden.

g. Jika calon responden menolak menjadi responden maka maka tidak

diikutkan dalam penelitian ini dan peneliti menghargainya.

h. Memberikan kuesioner pada responden yang harus dijawab sendiri atau

oleh keluarganya.

i. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti meneliti

jawabannya.

k. Melakukan penilaian pada kuisioner yang sudah diisi oleh responden

dengan kode yang telah ditetapkan sebelumnya.

Page 60: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

3. Tahap Pelaporan

Data yang telah selesai dianalisis kemudian disajikan dalam bentuk tabel

dan narasi. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:

a. Membuat tabel sesuai dengan kelompok data yang ada.

b. Mendeskripsikan data secara kuantitatif dari data yang ada.

c. Menginterpretasikan data-data tersebut dengan teori-teori dari

penelusuran kepustakaan yang ada.

3.6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

3.6.1 Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul dalam tahap pengumpulan data perlu

diolah terlebih dahulu. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan

melalui suatu proses dengan tahapan sebagai berikut:

1. Editing

Proses editing dilakukan untuk meneliti kembali apakah isian lembar

kuesioner sudah lengkap atau belum. Editing dilakukan di tempat

pengumpulan data, sehingga apabila ada kekurangan dapat segera di

lengkapi.

2. Coding

Coding adalah usaha mengklasifikasi jawaban-jawaban/hasil-hasil

yang ada menurut macamnya. Klasifikasi dilakukan dengan jalan menandai

masing-masing jawaban dengan kode berupa angka, kemudian dimasukkan

dalam lembaran tabel kerja guna mempermudah membacanya. Hal ini

penting untuk dilakukan karena alat yang digunakan untuk analisa data

dalam komputer melalui program komputer yang memerlukan suatu kode

tertentu.Adapun kode yang dimaksud adalah:

Page 61: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

a. Karakteristik responden

1) Umur : Diambil dari nilai mean (rata-rata) dari

semua responden yang diteliti.

2) Pendidikan akhir : - SR/SD Sederajat = 1

- SLTP sederajat = 2

- SLTA sederajat = 3

- PT = 4

3) Jenis Kelamin : - Laki-laki = 1

- Perempuan = 2

4) Pekerjaan : - Pensiunan = 1

- Petani = 2

- Ibu Rumah Tangga= 3

- Swasta = 3

b. Pengetahuan : - Kurang = 1

- Cukup = 2

- Baik = 3

c. Kejadian diare : - Diare = 1

- Tidak Diare = 2

3. Scoring

Pemberian nilai pada masing-masing jawaban dari pertanyaan yang

diberikan kepada responden sesuai dengan ketentuan penilaian yang telah

ditentukan seperti tampak pada sub scoring di atas.

4. Tabulating

Kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel-tabel sesuai

kriteria sehingga didapatkan jumlah data sesuai dengan kuesioner.

5. Entri data

Page 62: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

Memasukkan data yang sudah diperoleh salama penelitian, dimana telah

disesuaikan dengan pengkodeannya dalam software komputer.

2. Analisis Data

Hasil dari analisis uji validitas dan reliabilitas, kemudian dilakukan

analisis data dengan dua analisis, meliputi :

a. Univariate yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Analisis univariat ini untuk melihat mean (rata-rata) dari usia dan

melihat distribusi frekuensi data dengan mendeskripsikan karakteristik

responden berupa pendidikan dan jenis kelamin dan pekerjaan. Selain itu

juga mendeskripsikan pengetahuan tentang cuci tangan yang benar dan

kejadian diare pada lansia.

b. Bivariate yaitu analisis yang digunakan untuk menerangkan keeratan

hubungan antara dua variabel yang diduga ada hubungan antara pengetahuan

tentang cuci tangan yang benar dengan kejadian diare pada lansia di

Puskesmas Nguntoronadi I Wonogiri. Data yang telah didapat dianalisa

dengan menggunakan komputer.

Hasil pengukuran dari dua variabel yang diteliti dikumpulkan dan diolah

dalam bentuk tabel maupun paparan. Data dengan sampel besar dilakukan uji

hipotesis dengan menggunakan uji Chi-Square (2) yaitu untuk mencari

hubungan antar variabel dengan syarat datanya berbentuk ordinal dan nominal

dengan kriteria lebih dari satu. Untuk menjawab hipotesa yang telah dibuat,

digunakan interprestasi nilai korelasi menurut Sugiyono (2008), adalah:

a. Ho ditolak bila nilai 2hit>2

tab atau nilai < 0.05, yang berarti ada hubungan

antara pengetahuan tentang cuci tangan yang benar dengan kejadian diare

pada lansia di Puskesmas Nguntoronadi I Wonogiri.

Page 63: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

b. Ho diterima bila 2hit ≤ 2

tab atau nilai > 0.05, yang berarti tidak ada

hubungan antara pengetahuan tentang cuci tangan yang benar dengan

kejadian diare pada lansia di Puskesmas Nguntoronadi I Wonogiri.

Setelah diketahui apakah ada hubungan signifikan atau tidak, maka perlu

diketahui pula seberapa kekuatan hubungan tersebut, untuk itu maka dilakukan

uji Odd Ratio (OR). Uji OR bertujuan untuk mengetahui seberapa besar ukuran

kekuatan hubungan antar variabel tersebut (Dahlan, 2014).

3.7. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapatkan rekomendasi dari

institusi tempat penelitian yang dalam penelitian ini adalah di Puskesmas

Nguntoronadi I Wonogiri. Kemudian setelah mendapat persetujuan barulah

melakukan penelitian dengan memperhatikan etika penelitian sebagai berikut :

3.7.1 Informed Concent (Lembar persetujuan menjadi responden)

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian

dengan memberikan lembar persetujuan (Inform concent). Tujuannya adalah

supaya responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian. Setelah objek

bersedia, maka harus menandatangani lembar persetujuan untuk menjadi

responden, sebaliknya subjek yang tidak bersedia menjadi responden penelitian,

maka peneliti harus menghormati haknya.

3.7.2 Anonimity (Tanpa nama)

Page 64: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur,

tetapi hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data berupa angka

sesuai dengan jumlah responden.

3.7.3 Confidentaly (Kerahasiaan)

Peneliti menjamin kerahasiaan dan hasil penelitian baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya, semua informasi yang telah dikumpulkan

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tersebut yang akan

dilaporkan pada hasil riset.

BAB IV

Page 65: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

HASIL PENELITIAN

4.1 Analisis Univariat

4.1.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini membahas tentang

usia, jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan akhir pada lansia di

Puskesmas Nguntoronadi I Wonogiri. Hal ini dapat dikemukakan seperti

tampak pada pembahasan berikut :

1. Umur

Tabel 4.1. KarakteristikRespondenMenurutUmur

Keterangan Mean Minimum Maximum STD

Umur 64,75 60 70 3,76

Tabel 4.1. menunjukkan bahwa rata-rata umur responden 64,75

tahun dengan umur terendah 60 tahun dan umur tertua adalah 70 tahun

dengan standar deviasi sebesar 3,76.

2. JenisKelamin

Tabel 4.2. DistribusiFrekuensiJenisKelaminJenisKelamin Jumlah (%)

Laki-laki 39 42,9Perempuan 52 57,1

Jumlah 91 100,0

Tabel4.2.menunjukkanbahwasebagianbesarrespondenmempun

yaijeniskelaminperempuan(57,1%)dansebagianyang lain

mempunyaijeniskelaminlaki-laki(42,9%).

3. Pendidikanakhir53

Page 66: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

Tabel 4.3. DistribusiFrekuensiPendidikanAkhirPendidikan Jumlah (%)

SDSederajat 51 56,0SLTA Sederajat 40 44,0

Jumlah 91 100,0

Tabel 4.3. menunjukkan bahwa sebagian besar responden

mempunyai tingkat pendidikan SD Sederajat (56,0%) dan sebagian

yang lain mempunyai tingkat pendidikan SLTA Sederajat (44,0%).

4. Pekerjaan

Tabel 4.4. DistribusiFrekuensiPekerjaan

Pekerjaan Jumlah (%)Pensiunan 26 28,6Petani 36 39,6IRT 27 29,7Swasta 2 2,2

Jumlah 91 100,0

Tabel4.4.menunjukkanbahwasebagianbesarrespondenmempun

yaipekerjaansebagaipetaniyaitusebanyak39,6% dansebagiankecil

masihbekerja di sektorswasta(2,2%).

4.1.2Pengetahuan tentang Cuci Tangan yang Benar

Hasil distribusi frekuensi berkaitan dengan pengetahuan tentang

cuci tangan yang benardisajikan dalam tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi PengetahuanPengetahuancucitanganyang benar

Frekuensi Persentase (%)

KurangCukupBaik

284022

30,844,025,3

Jumlah 91 100,0Sumber: Data primer yang diolah, 2015.

Page 67: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

Distribusi data berkaitan dengan pengetahuan tentang cuci tangan

yang benar pada lansia di Puskesmas Nguntoronadi I Wonogirisebagian

besar mempunyai pengetahuan cukup yaitu sebanyak 40 orang

(44,0%),sebagian kecil mempunyai pengetahun baik yaitu sebanyak 23

orang (25,3%), dan sebagian yang lain mempunyai pengetahuan kurang

(30,8%).

4.1.3Kejadian Diare

Hasil distribusi frekuensi tentang kejadian diare pada lansia di

Puskesmas Nguntoronadi I Wonogiri disajikan dalam tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi tentang Kejadian DiareKejadianDiare Frekuensi Persentase (%)DiareTidakDiare

5734

62,637,4

Jumlah 91 100,0Sumber: Data primer yang diolah, 2015.

Distribusi data tentang kejadian diare pada lansia di Puskesmas

Nguntoronadi I Wonogiri sebagian besar terjadi diare yaitu sebanyak 57

orang (62,6%) dan sebagian yang lain tidak terjadi diare yaitu sebanyak

34 pasien (37,4%).

4.2 Analisis Bivariat

Penelitian ini menggunakan analisis Chi-Square (2) untuk mengetahui

hubungan antara pengetahuan tentang cuci tangan yang benar dengan kejadian

diare pada pada lansia di Puskesmas Nguntoronadi I Wonogiri. Berikut hasil

analisis yang telah diuji yang tersajikan dalam tabel 4.6.

Page 68: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

Tabel 4.6 Hasil Analisis Chi-Square (2)

PengetahuanDiare

Total p-value Odds ratio 2

TidakDiare Diare

KurangCount 6 22 28% of Total 6.6% 24.2% 30.8%

CukupCount 11 29 40% of Total 12.1% 31.9% 44.0% 0,000 0,118 17,830

BaikCount 17 6 23% of Total 18.7% 6.6% 25.3%

TotalCount 34 57 91% of Total 37.4% 62.6% 100.0%

Tabel 4.6. diketahui bahwa mayoritas responden mempunyai

pengetahuan cukup dengan kejadian diare yaitu sebanyak 29 (31,9%), dan

berdasarkan hasil analisis Chi-Square (2) diketahui bahwa nilai Chi-

squarehitung sebesar 17,830<2tab (5,991) dengan nilai probabilitas 0,000(p-

value < 0,05), maka Ha diterima dan Ho ditolak, artinya bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang cuci tangan yang benar

dengan kejadian diare pada pada lansia di Puskesmas Nguntoronadi I

Wonogiri. Adapun dilihat dari nilai odds ratio = 0,118 dengan nilai

signifikansi (p) 0,000 yang artinya bahwa responden yang mempunyai

pengetahuan cukup akan lebih beresiko 0,118 kali lipat terkena diare dari pada

responden yang mempunyai pengetahuan baik.

Page 69: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini akan membahas mengenai kriteria-kriteria yang telah

diamati dalam bab IV sebelumnya yang berupa variabel

pengetahuantentangcucitangan yang benardankejadiandiarepadalansia di

PuskesmasNguntoronadi I Wonogiri. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

5.1 KarakteristikResponden

5.1.1 Umur

Penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata umur responden 64,75

tahun dengan umur terendah 60 tahun dan umur tertua adalah 70 tahun.

Sejalan dengan pendapat Nursalam (2007) bahwa semakin cukup umur,

tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam

berpikir dan bekerja. Karena dengan bertambahnya umur seseorang maka

kematangan dalam berpikir semakin baik sehingga akan termotivasi setiap

melakukan pekerjaan dalam melayani pasien secara profesional.Umur

merupakansalahsatuaktorrisikoalami yang mempengaruhikesehatan

(Nilawati, 2008). Haliniterjadi karenaseiringbertambahnya

usiamekanismekerjabagian-

bagiantubuhseseorangakansemakinmenurundan

menyebabkanterjadinyaperubahan di dalamsistemapencernaan dan

dampakpsikologisnyadiantaranyastress, cemas, ketakutan dan gugup

(Suharyono, 2008).

Page 70: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

5.1.2 JenisKelamin

Hasilpenelitiandiketahuibahwasebagian responden

berjeniskelaminerempuan (57,1%). Hal inimerupakan gambaran secara

umumbahwajeniskelamin di daerahpenelitian yang mana

mayoritasmemangmempunyai

jeniskelaminperempuanjikadibandingkandenganjeniskelaminlaki-laki.

Perempuan yang usianyamenuju pada menopause,

resikoterjadinyahipertensimeningkat. Hal ini disebabkan oleh faktor

hormonal. Pada wanita premenopause cenderung sensitif akibat perubahan

bentuk pola tubuh dan penurunan hormon estrogen. Hal ini akan

berdampak pada ketidakstabilan emosional danpsikologis lansia tersebut

sehingga apabila tidak berkurang dampak psikologisnya seperti stress,

kecemasan dan gugup maka akan timbul terjadinya diare pada lansia

tersebut (Suharyono, 2008).

5.1.3 Pendidikan

Berdasarkan penemuan diketahui kebanyakan responden mem-

punyai pendidikan SDSederajat yaitu sebanyak 56,0%. Tingkat pendidikan

lansia dengan rasio akademik lebih tinggi akan memudahkan dalam

menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi. Menurut

Mubarak (2007), pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang

pada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahaminya.

Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang maka

57

Page 71: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

semakin mudah menerima informasi dan akhirnya makin banyak pula

pengetahuan yang dimilikinya dan sebaliknya.

5.1.4 Pekerjaan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar lansia

mempunyai pekerjaan sebagai petani yaitu sebanyak 39,6%. Menurut

Mubarak (2007), lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang

memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun

tidak langsung. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Zuraidah, Yeni Elviani (2013) yang meneliti tentang

hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilaku mencuci tangan dengan

benar yang menunjukkan bahwa dari 50 responden yang mencuci tangan

dengan benar adalah 41 responden (82%), responden dengan pengetahuan

baik adalah 48 responden (96%).

5.2 Hasil Analisis Univariat

5.2.1 Tingkat Pengetahuan tentang Cuci Tangan yang Benar

Hasil penelitian berkaitan dengan pengetahuan tentang cuci tangan

yang benarpada lansia di Puskesmas Nguntoronadi I Wonogiri mayoritas

mempunyai pengetahuan cukup yaitu sebanyak 40 orang (44,0%)dimana

ada kesalahan yang sama dalam menjawab kuesioner yang peneliti buat.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Fajar, NA

dan Mirnaniarti (2011) yang menyimpulkan bahwa pengetahuan tentang

cuci tangan pakai sabun masyarakat mayoritas tergolong pengetahuan cukup

yaitu sebanyak 43,8% dan sebagian kecil termasuk mempunyai pengetahuan

Page 72: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

baik yaitu sebanyak 18 (21,2%). Di samping itu menurut penelitian

Kustantya (2013) bahwa hampir seluruhnya sebanyak 55 responden (91,7%)

lansia memiliki pengetahuan yang cukup dan 76,6% lansia memiliki

pengetahuan yang cukup tentang perilaku hidup bersih dan sehat.

Pada penelitian ini dari 91 responden menurut pengetahuan

sebagian besar tergolong cukup sebanyak 40 responden (44,0%), hal ini

disebabkan karena mereka umumnya mempuyai pendidikan akhir yang

rendah (SD Sederajat), karena menurut Notoatmodjo (2010) bahwa

semakain tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pula

pengetahuan yang dimilikinya, serta semakin banyak informasi yang

dimiliki maka semakin banyak pula yang diketahui sehingga mereka

mempunyai tingkat pengetahuan yang baik.

Padila, (2013) menyebutkan semakin bertambah umur manusia

akan terjadi proses penuaan secara generatif yang berdampak pada

perubahan manusia, salah satunya adalah penurunan fungsi kognitif dimana

aktivitas fisik masuk dalam gangguan fungsi kognitif. Selain itu juga

berhubungan dengan penurunan fungsi otak yang mengakibatkan

kemunduran daya ingat dan kelambanan motorik sederhana, sifat ini sangat

individual dan hal inilah kemungkinan lansia lupa dalam menerapkan

kebiasaan untuk hidup bersih. Berdasar penelitian klinis dan epidemiologi

menunjukkan bahwa faktor Biologi, perilaku, sosial dan lingkungan dapat

berkontribusi terhadap resiko penurunan fungsi kognitif ( Plassman, dkk,

2010).

Page 73: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

5.2.2Kejadian Diare

Hasil penelitian tentang kejadian diare pada lansia di Puskesmas

Nguntoronadi I Wonogiri sebagian besar terjadi diare yaitu sebanyak

59orang (62,1%) dan sebagian yang lain tidak terjadi diare yaitu sebanyak

36 pasien (37,9%).Kejadian diare pada lansia di negara berkembang

utamanya dipengaruhi oleh faktor kontaminasi patogen yang menyebar

melalui jalur fecal-oral.Perubahan kondisi sanitasi lingkungan sangat

berperan dalam menurunkan kejadian diare di negara-negara

berkembang(Subagyo dkk, 2012).Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Dekawati (2014) yang menunjukkan

bahwa dari 43 lansia yang menjadi responden yang mengalami diare 74,4 %

dan 95,3 % menderita ISPA.

Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui

jalur fecal oral penularannya dengan memasukkan ke dalam mulut cairan

atau benda tercemar (terutama kotoran/tinja), misalnya air minum, jari-jari

tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air

tercemar. Kebiasaan perorangan yang berhubungan dengan penularan

kuman penyebab diare adalah kebiasaan mencuci tangan, terutama saat

selesai buang air besar, sesudah membuang kotoran/sampah sebelum

menyiapkan makanan, dan sebelum makan(Depkes RI, 2005).

Page 74: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

Menurut Manual (2009), sebagian besar diare pada orang lansia

adalah diare akut. Hal ini biasanya disebabkan infeksi, intoleransi makanan.

Kurang lebih 34% diare pada lansia disebabkan virus, sedangkan kurang

lebih 14% disebabkan bakteri. Diare yang dikarenakan virus mempunyai

onset lebih pendek sekitar satu sampai lima hari, sedangkan diare yang

disebabkan oleh bakteri lebih sering menyebabkan keluarnya darah pada

feces (Phipps and Steinberg, 2006). Diare pada lansia juga dapat disebabkan

karena infeksi nosokomial. Sebagian besar diare ini disebabkan oleh bakteri

Clostridium difficile. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya collitis dengan

berbagai tingkat keparahan (Calvo, 2008).

5.3 Hasil Analisis Bivariat

Berdasarkan hasil analisis Chi-Square (2) diketahui bahwa nilai Chi-

square sebesar 17,830 dengan nilai probabilitas 0,000(p-value < 0,05),

sehingga Ha diterima dan Ho ditolak, artinya bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan tentang cuci tangan yang benar dengan kejadian

diare pada lansia di Puskesmas Nguntoronadi I Wonogiri, artinya bahwa

semakin baik dan meningkat pengetahuan tentang cuci tangan yang benar

maka semakin menurun angka kejadian diare pada lansia di Puskesmas

Nguntoronadi I Wonogiri.

Menurut Kemenkes RI (2013), bahwa sekitar 30 penelitian terkait

menemukan bahwa cuci tangan yang benar terutama dengan menggunakan

sabun dapat memangkas angka penderita diare hingga separuh. Penyakit diare

seringkali diasosiasikan dengan keadaan air, namun secara akurat sebenarnya

Page 75: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

harus diperhatikan juga penanganan kotoran manusia seperti tinja dan air

kencing, karena kuman-kuman penyakit penyebab diare berasal dari kotoran-

kotoran ini. Kuman-kuman penyakit ini membuat manusia sakit ketika mereka

masuk mulut melalui tangan yang telah menyentuh tinja, air minum yang

terkontaminasi, makanan mentah, dan peralatan makan yang tidak dicuci

terlebih dahulu atau terkontaminasi tempat makannya yang kotor. Tingkat

efektifan mencuci tangan yang benar terutama memakai sabun dalam

penurunan angka penderita diare dalam persen menurut tipe inovasi

pencegahan adalah : Mencuci tangan dengan sabun (44%), penggunaan air

olahan (39%), sanitasi (32%), pendidikan kesehatan (28%), penyediaan air

(25%), dan sumber air yang diolah (11%).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Nungky Kustantya, Mochamad syaiful Anwar (2013) tentang hubungan

pengetahuan dengan perilaku hidup bersih dan sehat pada lansia, yang

menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan lansia

dengan tingkat kejadian diare .

Hal ini juga didukung dengan hasil penelitian oleh Palancoi (2014),

bahwa semakin tinggi pengetahuan tentang cuci tangan maka kejadian diare

akan semakin rendah. Dalam penelitian Asiedu, dkk., (2011) menyatakan

bahwa kebersihan pribadi dan sanitasi yang buruk tetap menjadi perhatian

dalam kesehatan masyarakat di sebagian besar negara. Hasil penelitian ini juga

diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Dekawati (2014),dengan

responden lansia, dari hasil menunjukkan 95,3 % mengalami penyakit infeksi.

Page 76: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

Lansia lebih mudah terkena infeksi hal ini dikarenakan lansia

mengalamipenurunan sistem kekebalan tubuh, juga kurangnya asupan gizi dan

berkurangnya fungsi fisik.Dapat disebabkan adanya gangguan

prosesmetabolisme tubuh termasuk sintesis protein yang bekerja pada

sistemimunitas, maupun penurunan efektivitas penyerapan air pada sistem

cerna.Jika yang terjadi adalah penurunan kekebalan tubuh, diare yang

menyeranglansia sangat dimungkinkan disebabkan oleh adanya infeksi

bakteri. Namunjika penyerapan air yang terganggu, maka jenis makanan

berperan penting di dalam kasus diare pada lansia ini (Soegijanto, 2006).

Page 77: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan

beberapa hal sebagai berikut:

1. Rerata umur responden 64,75 tahun, dengan jenis kelamin perempuan

(57,1%),tingkat pendidikan SD Sederajat (56,0%), dan mempunyai

pekerjaan sebagai petani (39,6%).

2. Sebagian besar lansia mempunyai pengetahuan cukup yaitu sebanyak

40orang (44,0%).

3. Sebagian besar lansia terjadi diare yaitu sebanyak 57 orang (62,6%).

4. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang mencuci

tangan yang benar dengan kejadian diare pada lansia di Puskesmas

Nguntoronadi I Wonogiri (p-value = 0,000).

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat

disimpulkan beberapa saran :

1. Bagi Tenaga Kesehatan

Page 78: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

Perlu lebih aktifnya tenaga kesehatan di daerah untuk memberikan

penyuluhan dan penyampaian informasi tentang kesehatan terutama

penyakit diare baik pada waktu dilaksanakannya acara-acara

kemasyarakatan maupun melalui posyandu.Sehingga diharapkan informasi

mengenaikesehatan tersebut dapat dijangkau keseluruh pelosok daerah,

dimana tidak harusmengandalkan peran serta kader kesehatandi posyandu

tetapi tenaga kesehatan harusjuga aktif terjun ke daerah-daerah.

Dengandemikian diharapkan dapat menurunkanangka kesakitan dan

kematian akibat diaredi wilayah tersebut.

2. Bagipuskesmas

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan untuk penyusunan sop

penyuluhan tentang cuci tangan yang benar pada lansia sehingga dapat

mengurangi kejadian diare yang ada di wilayah Puskesmas Nguntoronadi

I baik oleh Kepala Puskesmas atau pengelola program penyakit menular

dan bekerjasama dengan lintas program yang ada di puskesmas.

3. Bagi lansiadanmasyarakat

Diharapkan lansia dan masyarakat dapat menambah pengetahuan tentang

mencuci yang benar dengan cara banyak membaca buku tentang

pencegahan diare dan mengikuti penyuluhan terkait pencegahan diare

sehingga pihak keluarga bisa mencegah terjadinya diare pada anggota

keluarga dan penyakit diare pada lansia dapat dicegah sedini mungkin.

4. Bagi peneliti berikutnya

65

65

Page 79: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

Peneliti lain bisa menggunakan variabel lain yang belum diteliti,

seperti umur, sikap, pengalaman, lingkungan, fasilitas kesehatan serta

sanitasi lingkunganyang berhubungan dengan kejadian diare, dan sampel

yang lebih banyak atau dengan metode penelitian yang berbeda serta alat

analisis yang berlainan.

DAFTAR PUSTAKA

Anggrainy R. (2010). Cuci Tangan Pakai Sabun Untuk Menurunkan Angka DiareDi Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Program Mendukung PerilakuHidup Bersih. From http://www.perilakuhidupbersih(PHBS).com. Diakses12 November 2014.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Tinjauan Praktek.Jakarta: Rineka Cipta.

Dahlan, Sopiyudin M, (2013) Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta:Salemba Medika.

Dekawati, Wahyu. (2014). Hubungan Status Gizi dengan Kejadian ISPA danDiare pada Lansia di Puskesmas Musuk I Boyolali. Eprint.ums.ac.id.

Depkes. RI. (2005). ProfilKesehatan Indonesia 2004. Jakarta

Depkes. RI. (2011). Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Dirjen PPM danPLP. Jakarta.

Fajar, NA dan Mirnaniarti. (2011).Hubungan pengetahuan dan sikap terhadapPerilaku Cuci Tangan Pakai Sabun Masyarakat di Desa SenuroTimur.Jurnal MKMI, Vol 7 No.1, Januari 2011.

Fazlin, S. Suriadi, dan Sianturi, RN. (2013). Tingkat Pengetahuan Siswa tentangteknik Mencuci Tangan yang benar terhadap Kejadian Diare di SDN 01Pontianak Utara. Jurnal Keperawatan. Sumut: USU.

Hardywinoto. (2005). Panduan Gerontologi: Tinjauan Dari Berbagai Aspek.PT.Cetakan kedua. Jakarta: Gramedia Puataka Utama.

Hartanto, F. (2005). Media Sehat: Mengawal Kehidupan Si Buah Hati. Semarang:PPNI Jawa Tengah.

Page 80: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

Inayah L. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan SistemPencernaan. Jakarta: Salemba Medika.

Kemenkes, RI, (2011). Buku Saku Cuci Tangan Pakai Sabun di Masyarakat untukPetugas/Kader. Jakarta: Kemenkes, RI.

Kustantya, Nungky (2013). Gambaran Karakteristik Keluarga Tentang PerilakuHidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga di DesaKarangasem Wilayah Kerja Puskesmas Tanon II Sragen. Jurnal GASTER,Vol. 8, No. 2

Mirnaniarti, dkk. (2011). Hubungan pengetahuan dan sikap terhadap perilakucuci tangan pakai sabun pada masyarakat di Desa Senuro Timur. FakultasKesehatan Masyarakat: Universitas Airlangga

Mubarak. WI. (2007). Promosi Kesehatan. Jogyakarta: Graha Ilmu.

Muslimah. (2010).Gizi & Pola Hidup Sehat. Yrama Widya : Bandung.

Murniwaty, Sintha. Faktor Risiko Kejadian Diare Akut pada balita (Studi Kasusdi Kabupaten Semarang). Thesis Program Pasca Sarjana. FakultasKesehatan Masyarakat. Universitas Diponegoro. Semarang. 2006

Negara, A,J, dkk (2014).Pengaruh perilaku hidup bersih dan sehat terhadapkejadian diare di SDN 003 Kabupaten Polewali Mandar. Jurnal IlmiahKesehatan Diagnosis. Volume 4 Nomor 6 Tahun 2014. STIKES NaniHasanudin.

Notoatmodjo, Sukidjo. (2010), Metodologi Penelitian Kesehatan, PT RinekaCipta, Jakarta.

__________. (2010). Sikap dan Perilaku Kesehatan, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Nugroho, W. (2000). KeperawatanGeriatrik. Edisi 1. Jakarta : EGC.

_______, W. (2004). Keperawatan Geriatrik. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Nursalam. (2007). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian IlmuKeperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik, dilengkapi aplikasi kasusasuhan keperawatan gerontik, terapi modalitas, dan sesuai kompetensistandar. Yogyakarta: Nuha Medika.

Page 81: HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG CUCI TANGAN YANG …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/31/01...KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan semesta

Palancoi, NA. (2014). Hubungan antara Pengetahuan dan Lingkungan denganKejadian Diare Akut pada Anak di Kelurahan Pabbundukang KecamatanPangkajene Kabupaten Pangkep. Jurnal Kesehatan. Volume VII. No.2/2014.

Plassman, BC, Havlik, RJ, Steffens,DC, et al. (2000). Documented Head Injuryin Early Adulthhood and Risk of Alhzeimer is Disease and OtherDementia,Neurology.

Setiadi, (2007). Konsep dan penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: GrahaIlmu.

Subagyo, dkk, (2012). DiareAkutpadaAnak. Surakarta: Universitas Sebelah MaretPress.

Suharyono. (2008). Diare Akut, Klinik dan Laboratorik. Cetakan Kedua. Jakara:Rineka Cipta.

Sukanto, S. (2005). Teori Sosiologi tentang Perubahan Sosial. Jakarta : GhaliaIndonesia.

Suradi, R. (2007). Bahan Bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta: Perinasia.

Suraatmaja, S., (2010). Diare. In: Suraatmaja Sudaryat., ed. GastroenterologiAnak. Jakarta: Sagung Seto; 1-15.

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

_______. (2008). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, R & D. Bandung:Alfabeta.

Syahputri. (2011). Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Dengan KejadianDiare Pada Balita Usia 1-3 Tahun. From http://www.perilaku hidupbersih (PHBS).com. diakses 13 November 2014.

World Health Organization. (2005). Diarrhoea Treatment Guidelines IncludingNew Recommendations For The Use of ORS and Zinc Supplementation forClinic- Based and Healthcare Workers. USA: MOST The USAIDMicronutrient Program.

Zuraidah, dkk. (2013). Hubungan pengetahuan dan sikap dengan perilakumencuci tangan dengan benar. JurnalFakultasKeperawatan.PoliteknikKesehatan Palembang.