Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION
DENGAN SUBJECTIVE VITALITY
PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi
oleh
Junita Arnawati
1511412073
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
ii
HUBUNGAN ANTARA HEALTH ORIENTATION
DENGAN SUBJECTIVE VITALITY
PADA MAHASISWA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi
oleh
Junita Arnawati
1511412073
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
iii
iv
v
MOTTO DAN PERUNTUKAN
Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. (Q.S. As-Syarh:6)
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (Q.S. As-Syarh:7)
…sesungguhnya Allah swt. tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka
mengubah keadaan diri mereka sendiri… (Q.S. Ar-Ra’d:11)
Hidup tanpa ilmu itu buta, hidup tanpa agama itu lumpuh. (Albert Einstein)
PERUNTUKAN:
Penulis peruntukan karya ini dapat:
Ibu dan bapak yang selalu memberikan dukungan dan do’anya.
Adik-adikku yang telah memberikan semangat dan kekuatan.
Universitas Negeri Semarang
vi
KATA PENGANTAR
Alkhamdulillaahirabbil’aalamiin. Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala rahmat, hidayah serta inayahnya, sehingga penulis
mampu menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan antara
health orientation dan subjective vitality pada Mahasiswa Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang” tepat pada waktunya. Penulisan
skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah banyak
membantu, memberi masukan dan saran bagi penulis, oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd, selaku dekan Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang.
2. Drs. Sugeng Hariyadi, S.Psi., M.S. sebagai ketua Jurusan Psikologi Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
3. Dra. Tri Esti Budiningsih, S.Psi, M.A., sebagai dosen penguji utama yang
telah memberikan masukan dan kritik terhadap skripsi ini.
4. Anna Undarwati, S.Psi., M.A., sebagai dosen pembimbing 1 dan penguji 2
yang telah dengan tulus membimbing dan meluangkan waktu untuk penulis
sampai terselesaikannya skripsi ini.
5. Amri Hana Muhammad, S.Psi., M.A., sebagai dosen pembimbing 2 dan
penguji 3 yang telah membimbing dan meluangkan waktu penulis untuk
sampai terselesaikannya skripsi ini.
vii
6. Ibu, Bapak dan keluarga yang memberikan motivasi dan dukungan terhadap
kelancaran studi penulis.
7. Semua dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
8. Semua teman yang telah memberikan bantuan, masukan dan saran bagi
penulis.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan
skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan
menjadi sumbangan ilmu pengetahuan bagi para pembaca.
Semarang, 18 Agustus 2017
Penulis
viii
ABSTRAK
Junita Arnawati. 2017. Hubungan antara health orientation dan subjective vitality pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Skripsi. Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama: Anna Undarwati, S.Psi., M.A., dan Amri Hana Muhammad, S.Psi., M.A.,
Individu yang merasa bergairah, berenergi, dan bersemangat dalam
menjalani setiap aktivitasnya akan mendorong individu untuk meneruskan hidup dan mempertahankan hidupnya serta senantiasa siap siaga untuk menerima tugas yang belum terduga sebelumnya. Hal itu menyebabkan, individu yang merasa bugar mempunyai pandangan untuk senantiasa menjaga kesehatan agar selalu produktif setiap hari dan mempunyai cadangan energi lebih dalam rangka mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui health orientation dengan subjective vitality pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang. Populasi dalam penelitian ini adalah 3449 mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, sampel untuk penelitian ini sebesar 10% dari populasi mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan yaitu berjumlah sebanyak 350 orang. Peneliti menggunakan penentuan responden menggunakan metode insidental sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik product moment yang perhitungannya menggunakan program software analisis data statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien korelasi health orientation dengan subjective vitality adalah sebesar r = 0,607 dengan nilai signifikansi atau p = 0,000. Nilai signifikansi yang kurang dari 0,05 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara variabel X dan Y. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi tersebut, maka hipotesis kerja yang diajukan yaitu ada hubungan antara health orientation dengan subjective vitality pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang maka hipotesis diterima. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan perasaan bugar pada diri setiap orang agar mereka mempunyai arahan perilaku hidup sehat sehingga dapat mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya dan dapat berfungsi secara penuh di segala bidang. Kata kunci: subjective vitality, health orientation.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii
PERNYATAAN ............................................................................................... iii
PENGESAHAN ............................................................................................... iv
MOTTO DAN PERUNTUKAN ...................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xx
BAB ................................................................................................................. 1
1. PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 15
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 16
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 16
1.4.1 Manfaat Teoritis ...................................................................................... 16
1.4.2 Manfaat Praktis ....................................................................................... 16
2. LANDASAN TEORI .................................................................................. 17
2.1 Subjective Vitality....................................................................................... 17
2.1.1 Definisi Subjective Vitality ...................................................................... 17
x
2.1.2 Aspek Subjective Vitality ........................................................................ 20
2.1.3 Faktor-faktor Subjective Vitality ............................................................. 22
2.2 Health Orientation ..................................................................................... 23
2.2.1 Definisi Health Orientation .................................................................... 23
2.2.2 Indikator Perilaku Health Orientation .................................................... 27
2.2.3 Faktor-faktor Health Orientation ............................................................ 28
2.3 Hubungan Health Orientation dan Subjective Vitality............................... 29
2.3.1 Kerangka Berfikir.................................................................................... 33
2.4 Hipotesis ..................................................................................................... 36
3. METODE PENELITIAN ............................................................................. 37
3.1 Jenis Dan Desain Penelitian ....................................................................... 37
3.1.1 Jenis Penelitian ........................................................................................ 37
3.1.2 Desain Penelitian ..................................................................................... 38
3.2 Variabel Penelitian ..................................................................................... 38
3.2.1 Identifikasi Variabel ................................................................................ 38
3.2.2 Definisi Operasional dari Variabel Independen ...................................... 39
3.2.3 Definisi Operasional dari Variabel Dependen ........................................ 39
3.2.4 Hubungan Antar Variabel ....................................................................... 40
3.3 Populasi, Sampel, Dan Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ............... 40
3.4 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 41
3.4.1 Metode Skala ........................................................................................... 41
3.5 Validitas dan Reliabilitas ........................................................................... 44
3.5.1 Validitas .................................................................................................. 44
xi
3.5.1.1 Uji Validitas Skala Health Orientation ................................................ 44
3.5.1.2 Uji Validitas Skala Subjective Vitality ................................................. 45
3.5.2 Reliabilitas .............................................................................................. 47
3.5 Teknik Analisis Data .................................................................................. 48
3.6.1 Uji Asumsi .............................................................................................. 49
3.6.1.1 Uji Normalitas ...................................................................................... 49
3.6.1.2 Uji Linieritas ........................................................................................ 49
3.6.1.3 Uji Hipotesis ........................................................................................ 49
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................... 50
4.1 Persiapan Penelitian ................................................................................... 50
4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian .................................................................... 50
4.1.2 Penyusunan Alat Ukur ............................................................................ 50
4.1.3 Uji Coba Instrumen (Try-Out) ................................................................ 52
4.2 Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 53
4.2.1 Proses Perijinan ....................................................................................... 53
4.2.2 Pengambilan Data ................................................................................... 53
4.2.3 Pelaksanaan Skoring ............................................................................... 54
4.3 Hasil Penelitian .......................................................................................... 55
4.3.1 Gambaran Subjek Penelitian ................................................................... 55
4.3.1.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin .................................... 55
4.3.1.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia .................................................... 56
4.3.1.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Angkatan Mahasiswa ........................ 56
4.3.1.4 Gambaran Subjek Berdasarkan Jurusan ............................................... 57
xii
4.3.2 Analisis Deskriptif .................................................................................. 57
4.3.3 Gambaran Subjective Vitality Mahasiswa Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang .......................................... 58
4.3.3.1 Gambaran Umum Subjective Vitality pada Mahasiswa Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang ............................... 58
4.3.3.2 Gambaran Spesifik Subjective Vitality pada Mahasiswa Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Berdasarkan
Aspek-aspek Subjective Vitality ........................................................... 60
4.3.3.2.1 Gambaran Spesifik Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Merasa
Berenergi ............................................................................................ 60
4.3.3.2.2 Gambaran Spesifik Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Merasa
Hidup Dengan Penuh Semangat ........................................................ 64
4.3.3.2.3 Gambaran Spesifik Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Minat
Untuk Hidup....................................................................................... 66
4.3.3.2.4 Gambaran Spesifik Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Tujuan
Hidup.................................................................................................. 69
4.3.3.2.5 Gambaran Spesifik Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Merasa
Hidup.................................................................................................. 71
4.3.4 Gambaran Health Orientation Mahasiswa Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang .......................................... 75
4.3.4.1 Gambaran Umum Health Orientation Pada Mahasiswa Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang ............................. 76
4.3.4.2 Gambaran Spesifik Health Orientation Pada Mahasiswa Fakultas
xiii
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang Berdasarkan
Indikator-Indikator Health Orientation ............................................. 78
4.3.4.2.1 Gambaran Spesifik Health Orientation Berdasarkan Indikator
Kesadaran Kesehatan ......................................................................... 78
4.3.4.2.2 Gambaran Spesifik Health Orientation Berdasarkan Indikator
Orientasi Informasi Kesehatan ........................................................... 81
4.3.4.2.3 Gambaran Spesifik Health Orientation Berdasarkan Indikator
Keyakinan Berorientasi Kesehatan .................................................... 84
4.3.4.2.4 Gambaran Spesifik Health Orientation Berdasarkan Indikator
Aktivitas Yang Sehat ......................................................................... 86
4.4 Hasil Pengujian Hipotesis .......................................................................... 91
4.4.1 Hasil Uji Asumsi ..................................................................................... 91
4.4.1.1 Hasil Uji Normalitas ............................................................................ 91
4.4.1.2 Hasil Uji Linieritas ............................................................................... 92
4.4.2 Hasil Uji Hipotesis .................................................................................. 92
4.5 Pembahasan ................................................................................................ 93
4.5.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Subjective Vitality dan Health
Orientation .............................................................................................. 93
4.5.1.1 Analisis Deskriptif Subjective Vitality Pada Mahasiswa Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang ............................... 93
4.5.1.2 Analisis Deskriptif Health Orientation Pada Mahasiswa Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang ............................... 96
4.5.2 Pembahasan Analisis Statsitik Inferensial Health Orientation
xiv
dengan Subjective Vitality Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang .......................................... 98
4.6 Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 103
5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 104
5.1 Simpulan .................................................................................................... 104
5.2 Saran ........................................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 106
LAMPIRAN ..................................................................................................... 108
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Blue Print Skala Health Orientation ...................................................... 42
3.2 Blue Print Skala Subjective Vitality ....................................................... 43
3.3 Hasil Uji Coba Skala Health Orientation .............................................. 45
3.4 Sebaran Baru Nomor Item Skala Health Orientation ............................ 45
3.5 Hasil Uji Coba Skala Subjective Vitality ................................................ 46
3.6 Sebaran Baru Nomor Item Skala Subjective Vitality ............................. 46
3.7 Hasil Try Out Uji Reliabilitas Health Orientation ................................. 48
3.8 Hasil Try Out Uji Reliabilitas Subjective Vitality .................................. 48
4.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ...................................... 55
4.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ...................................................... 56
4.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Angkatan Mahasiswa .......................... 56
4.4 Gambaran Subjek Berdasarkan Jurusan ................................................. 57
4.5 Penggolongan Kriteria Analisis Berdasarkan Mean Teoritik ................ 57
4.6 Distribusi Frekuensi Subjective Vitality ................................................. 59
4.7 Hasil Analisis Subjective Vitality ........................................................... 60
4.8 Distribusi Frekuensi Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Merasa
Berenergi ............................................................................................... 62
4.9 Statistik Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Merasa Berenergi ....... 63
4.10 Distribusi Frekuensi Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Merasa
Hidup dengan Penuh Semangat ............................................................ 65
xvi
4.11 Statistik Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Merasa Hidup dengan
Penuh Semangat .................................................................................... 66
4.12 Distribusi Frekuensi Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Minat
Untuk Hidup .......................................................................................... 67
4.13 Statistik Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Minat Untuk Hidup .. 68
4.14 Distribusi Frekuensi Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Tujuan
Hidup ..................................................................................................... 70
4.15 Statistik Subjective VitalityBerdasarkan Aspek Tujuan Hidup ............ 71
4.16 Distribusi Frekuensi Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Merasa
Hidup ..................................................................................................... 72
4.17 Statistik Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Merasa Hidup .......... 73
4.18 Ringakasan Deskriptif Subjective Vitality Tiap Aspek ........................ 74
4.19 Perbandingan Mean Empiris Tiap Aspek Subjective Vitality .............. 75
4.20 Distribusi Frekuensi Health Orientation .............................................. 77
4.21 Hasil Analisis Health Orientation ........................................................ 78
4.22 Distribusi Frekuensi Health Orientation Berdasarkan Indikator
Kesadaran Kesehatan ............................................................................ 79
4.23 Statistik Health Orientation Berdasarkan Indikator Kesadaran
Kesehatan .............................................................................................. 80
4.24 Distribusi Health Orientation Berdasarkan Indikator Orientasi
Informasi Kesehatan ............................................................................. 82
4.25 Statistik Health Orientation Berdasarkan Indikator Orientasi
Informasi Kesehatan ............................................................................. 83
xvii
4.26 Distribusi Frekuensi Health Orientation Berdasarkan Indikator
Keyakinan Berorientasi Kesehatan ....................................................... 85
4.27 Statistik Health Orientation Berdasarkan Indikator Keyakinan
Berorientasi Kesehatan ......................................................................... 86
4.28 Distribusi Health Orientation Berdasarkan Indikator Aktivitas Yang
Sehat ...................................................................................................... 87
4.29 Statistik Health Orientation Berdasarkan Indikator Aktivitas Yang
Sehat ...................................................................................................... 88
4.30 Ringkasan Deskriptif Health Orientation Berdasarkan Tiap Indikator.89
4.31 Perbandingan Mean Empiris Tiap Indikator Health Orientation ........ 90
4.32 Hasil Uji Normalitas ............................................................................ 91
4.33 Hasil Uji Linierias ................................................................................ 92
4.34 Hasil Uji Hipotesis ............................................................................... 93
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Berpikir .................................................................................. 35
3.1 Hubungan Antar Variabel ...................................................................... 40
4.1 Diagram Gambaran Subjective Vitality .................................................. 60
4.2 Diagram Gambaran Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Merasa
Berenergi ................................................................................................. 63
4.3 Diagram Gambaran Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Merasa
Hidup Dengan Penuh Semangat .............................................................. 65
4.4 Diagram Gambaran Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Minat
Untuk Hidup ............................................................................................ 68
4.5 Diagram Gambaran Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Tujuan
Hidup ....................................................................................................... 70
4.6 Diagram Gambaran Subjective Vitality Berdasarkan Aspek Merasa
Hidup ....................................................................................................... 73
4.7 Diagram Ringkasan Deskriptif Subjective Vitality ................................ 74
4.8 Diagram Perbandingan Mean Empiris Tiap Aspek Subjective Vitality . 75
4.9 Diagram Gambaran Health Orientation................................................. 77
4.10 Diagram Gambaran Health Orientation Berdasarkan Indikator
Kesadaran Kesehatan ............................................................................ 80
4.11 Diagram Gambaran Health Orientation Berdasarkan Indikator
Orientasi Informasi Kesehatan .............................................................. 83
xix
4.12 Diagram Gambaran Health Orientation Berdasarkan Indikator
Keyakinan Berorientasi Kesehatan ....................................................... 85
4.13 Diagram Gambaran Health Orientation Berdasarkan Indikator
Aktivitas Yang Sehat ............................................................................ 88
4.14 Diagram Ringkasan Deskriptif Health Orientation ............................. 89
4.15 Diagram Perbandingan Mean Empiris Tiap Indikator Health
Orientation ............................................................................................ 90
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Skala Uji Coba ....................................................................................... 109
2. Tabulasi Data Skor Uji Coba ................................................................. 116
3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Coba ........................................ 125
4. Skala Penelitian ...................................................................................... 136
5. Tabulasi Data Skor Penelitian ................................................................ 142
6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Penelitian ....................................... 171
7. Hasil Uji Hipotesis ................................................................................. 181
8. Surat Izin Penelitian ............................................................................... 187
9. Surat Keterangan Sudah Penelitian ........................................................ 189
10. Surat Olah Data .................................................................................... 191
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Individu lahir ke dunia ini dengan memperoleh berbagai nikmat dari
Tuhan, baik lahiriyah maupun fikriyah dan salah satu dari sekian banyak nikmat
itu adalah nikmat kemampuan untuk meneruskan kehidupan. Kemampuan
individu untuk meneruskan hidupnya mendorong individu untuk melakukan
berbagai aktivitas sehari-hari dalam rangka untuk memenuhi berbagai kebutuhan
hidupnya. Individu dalam menjalani kehidupan ini mendasari perilakunya untuk
terus bertahan hidup, bergerak maju, berkembang, dan bekerja sesuai
kemampuannya. Individu dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari membutuhkan
energi. Energi tersebut akan digunakan individu untuk melakukan segala aktivitas
sehari-hari dalam rangka untuk memenuhi berbagai kebutuhannya hidupnya dan
agar mampu bertahan hidup. Kebutuhan akan energi bagi individu sangat penting
dan sangat diperlukan untuk bertahan hidup serta melanjutkan kehidupan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), kemampuan individu untuk
bertahan hidup dan melanjutkan kehidupan biasanya disebut dengan istilah
vitalitas atau vitality.
Vitalitas merupakan kemampuan individu untuk bertahan hidup dan
melanjutkan kehidupan sehingga individu membutuhkan energi untuk mampu
menjalani aktivitas hidupnya sehari-hari. Vitalitas dapat diartikan sebagai energi
yang berada dalam diri individu, energi ini penting dan mempunyai fungsi yang
2
signifikan dalam mempengaruhi kesehatan dan motivasi individu. Vitalitas
sendiri terbagi menjadi 2 jenis, yaitu: vitalitas positif dan vitalitas negatif.
Pertama, vitalitas positif merupakan suatu keadaan dimana individu cenderung
terdorong untuk senantiasa semangat dalam menjalani segala aktivitasnya dan
tidak dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya. Suatu keadaan yang bebas
konflik, individu merasa tidak terbebani oleh kontrol eksternal, dan merasa
mampu melakukan tindakan yang efektif, kemudian menghasilkan vitalitas yang
positif (Ryan & Frederick, 1997: 530). Individu yang memiliki vitalitas positif,
maka individu akan lebih bugar secara fisik dalam setiap kegiatannya. Individu
tersebut akan merasa lebih hidup dan mampu menyelesaikan segala kegiatan atau
tugas yang diembannya. Individu yang memiliki vitalitas positif biasanya paham
mengenai pentingnya melanjutkan hidup, merasa mampu melakukan tindakan
yang bermanfaat, senantiasa bersemangat menjalani aktivitas kehidupan sehari-
hari, dan individu merasa tidak dikendalikan oleh kekuatan dari luar dirinya.
Kedua, vitalitas negatif cenderung dikendalikan oleh kekuatan dari luar
dirinya yang mendorong individu untuk tidak bersemangat dalam menjalani
segala aktivitasnya dan senantiasa merasa gelisah, cemas, dan tertekan. Merasa
bergairah atau berenergi yang tidak diiringi dengan kontrol diri maka cenderung
membuat individu akan merasa gelisah, cemas, tertekan yang akan menghasilkan
vitalitas negatif (Ryan & Frederick, 1997: 531). Individu yang memiliki vitalitas
negatif maka individu akan merasa kurang bugar secara mental walaupun individu
tersebut dalam kondisi fisik yang sehat. Individu tersebut terlihat kurang produktif
jika dibandingkan dengan individu yang memiliki vitalitas positif yang mampu
3
menyelesaikan segala kegiatan atau tugas yang diembannya. Individu yang
memiliki vitalitas negatif sering merasa gelisah, cemas, dan tertekan oleh
kekuatan dari luar dirinya yang mendorong individu menjadi kurang bersemangat
dalam menjalani aktivitas kehidupan serta menyelesaikan tugas hanya sebatas
menyelesaikan kewajibannya saja tanpa menikmati proses penyelesaian tugas
tersebut.
Kesadaran individu akan adanya vitalitas dalam dirinya mendorong
individu untuk merasa mampu bertahan hidup dan merasa benar-benar hidup.
Perasaan benar-benar hidup atau merasa bugar ini sering disebut dengan istilah
subjective vitality. Menurut Kamus Bahasa Inggris Oxford (2016), subjective
vitality merupakan suatu keadaan dimana individu yang merasa bugar memiliki
semangat dan keaktifan yang menjadikannya sebagai sumber energi kehidupan
serta merupakan gambaran nyata dari kegembiraan yang berasal dari energi yang
memunculkan semangat, antusias, dan spontanitas. Individu dengan perasaan
bugar mendasari segala aktivitas hidupnya dengan penuh semangat sehingga
individu tersebut dapat menyelesaikan tugas yang diembannya dengan penuh
tanggung jawab dan individu memilih cadangan energi lebih untuk menjalani
aktivitasnya tersebut.
Subjective vitality dapat meningkat di suatu waktu dan di lain waktu
perasaan bugar tersebut dapat menurun yang menyebabkan individu merasa tidak
bugar. Merasa benar-benar hidup merupakan aspek berharga berdasarkan
pengalaman individu. Individu merasa hidup atau merasa bugar dalam keadaan
tertentu atau dalam pengalaman tertentu, akan tetapi di lain konteks individu
4
merasa mati atau tidak bugar (Ryan & Frederick, 1997: 530). Individu yang
memiliki pengalaman positif di masa lalu dan memperoleh suatu prestasi yang
membanggakan atau memperoleh penghargaan mendorong individu untuk
senantiasa merasa bugar. Sedangkan individu yang mempunyai pengalaman
negatif di masa lalu seperti memperoleh kegagalan maka akan mendorong
individu untuk tidak bugar dan membuat individu mudah cemas dan gelisah.
Menurut Ryan dan Frederick (1997: 531), menyatakan bahwa subjective
vitality dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor psikologis dan fisik. Faktor
psikologis merupakan faktor yang berasal dari psikologis dasar yang
mempengaruhi subjective vitality. Faktor tersebut meliputi jatuh cinta, tertekan,
depresi, marah, harga diri dan kepuasan yang berpengaruh pada peningkatan serta
penurunan subjective vitality. Sedangkan faktor fisik merupakan faktor yang
berasal dari simtom fisik yang mempengaruhi subjective vitality. Faktor tersebut
meliputi tantangan fisik, terluka, kelelahan, mengidap suatu penyakit, simtom
fisik biasa, keefektifan fungsi tubuh dan simtom dari somatik. Faktor-faktor
tersebut mempengaruhi peningkatan dan penurunan subjective vitality.
Individu dengan subjective vitality positif biasanya memiliki kontrol
pribadi yang lebih baik sehingga individu tersebut mampu mengontrol perasaan
cemas dan gelisah dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapinya.
Sedangkan individu subjective vitality negatif biasanya memiliki kontrol pribadi
yang kurang sehingga ketika dihadapkan pada suatu masalah, individu tersebut
akan mudah cemas dan gelisah. Merasa bugar atau berenergi merupakan kontrol
5
pribadi terhadap perasaan gelisah atau tertekan yang diharapkan tidak
mempengaruhi subjective vitality seseorang (Ryan & Frederick, 1997: 531).
Individu dengan subjective vitality merasa lebih semangat dan merasa
lebih sehat secara mental karena individu tersebut merasa mampu menyelesaikan
tugas yang diembannya berdasarkan beberapa pengalaman positif individu dalam
menggunakan energi positifnya untuk meraih suatu prestasi di masa lalunya,
misalnya individu mempunyai pengalaman pernah memperoleh suatu prestasi di
jenjang pendidikan yang dialaminya pada masa lalu. Konsep pengalaman vitalitas
individu seperti sebuah penerimaan dan tanda fenomena penting dari “kesehatan
dari mental” yang diharapkan menjadi pengaruh psikologis dan faktor somatik
(Ryan & Frederick, 1997: 557).
Fenomena subjective vitality dapat didefinisikan sebagai suatu pengalaman
kesadaran diri bahwa dirinya memiliki energi dan gairah untuk hidup dimana
energi tersebut berasal dari kesehatan fisik dan jasmani sehingga individu merasa
hidup dan siap siaga dalam menyelesaikan berbagai tugas yang diembannya.
Subjective vitality diharapkan dapat menjadi kaitan antara pengalaman individu
yang berasal dari fungsi fisik kesehatan dan jasmani, yang terkait juga dengan
variabel agen, aktualisasi diri, dan kesejahteraan pribadi. Fenomena subjective
vitality didefinisikan sebagai suatu pengalaman kesadaran diri bahwa dirinya
memiliki energi dan gairah untuk hidup (Ryan & Frederick, 1997: 530). Individu
yang memiliki subjective vitality positif biasanya memiliki energi dan gairah yang
lebih untuk hidup serta mampu mencapai suatu prestasi seperti fenomena yang
ditemukan di lapangan bahwa pada bulan Maret 2016 Mahasiswa Unnes mampu
6
memperoleh 2 emas, 1 perak dan 2 perunggu pada ajang kejuaraan karate tingkat
nasional. Berdasarkan fenomena ini menunjukkan bahwa jika individu
mempunyai subjective vitality positif individu bukan hanya mampu melanjutkan
hidup akan tetapi juga mampu meraih prestasi yang membanggakan.
Subjective vitality jika didefinisikan secara khusus merupakan perasaan
positif dari gairah dan energi pribadi yang dapat mempengaruhi aktivitas individu
sehari-hari. Individu akan merasa lebih bugar jika mendasari segala aktvitasnya
berdasarkan motivasi dari dalam diri individu yang mempunyai tujuan untuk
dapat melanjutkan kehidupannya. Menurut penelitian Ryan dan Frederick (1997:
557-558), menyatakan bahwa vitalitas yang lebih besar ketika individu merasa
lebih termotivasi diri oleh diri sendiri, dan kurang vital ketika individu
menganggap diri mereka dikendalikan oleh faktor eksternal seperti perawatan
perlakuan motivasi. Sebaliknya individu akan merasa kurang bugar apabila
mendasari segala kegiatan berdasarkan motivasi dari luar dirinya maka ketika
motivasi dari luar dirinya itu cenderung ke perilaku negatif maka individu itu
tidak berjuang meraih suatu prestasi yang membanggakan dan melakukan
perbuatan negatif yang menyimpang. Contohnya, seperti fenomena yang
ditemukan di media massa liputan6.com yang diunggah pada tanggal 05 Januari
2017 ada mahasiswa tingkat akhir di salah satu perguruan swasta yang berusia 24
tahun. Mahasiswa tersebut membuat sebuah akun di instagram yang isinya
penawaran menjadi model dan jika ada yang berminat diminta menghubungi si
pelaku. Modus penipuannya, peserta yang telah menghubungi tersangka diminta
mengirimkan foto berpakaian rapi, setengah bugil, dan foto bugil. Pelaku juga
7
berjanji tidak akan menyebarluaskan foto-foto tersebut, akan tetapi pelaku hanya
membohongi para korbannya. Sehingga ada 48 korban yang telah tertipu oleh
kata-kata si pelaku, 10 diantaranya sudah diajak ketemuan dan disetubuhi. Pada
03 Januari 2017, pelaku ditangkap polisi dan dijatuhi hukuman penjara selama 5
sampai 15 tahun. Berdasarkan fenomena diatas mahasiswa mengalami subjective
vitality negatif sehingga mahasiswa tersebut tidak menggunakan kemampuannya
untuk meraih prestasi di bidang akademik dan melakukan perbuatan menyimpang
dari nilai moral.
Selain adanya dua jenis subjective vitality diatas, ada faktor lain yang
penting dipelajari dalam mempelajari subjective vitality yaitu pelatihan kesadaran
diri. Pelatihan kesadaran diri ini juga diperlukan agar individu sadar bahwa
dirinya memiliki energi dan gairah untuk hidup serta individu dapat meningkatkan
kualitas dirinya. Pelatihan kesadaran diri dasar merupakan salah satu upaya untuk
menjadikan mahasiswa sehat secara psikologis. Hal ini juga dapat digunakan
untuk meningkatkan kesehatan emosional dan kesejahteraan bagi mahasiswa
termasuk energi dan perasaan bugar, serta dapat digunakan untuk meningkatkan
fungsi adaptif dan prestasi belajar mahasiswa di perguruan tinggi (Buchanan,
2015). Pelatihan kesadaran diri ini sangat berguna jika diberikan kepada
mahasiswa dengan tujuan untuk meningkatkan kesehatan emosional mahasiswa
dan meningkatkan prestasi belajar serta meningkatkan fungsi adaptif mahasiswa
sehingga mahasiswa bukan hanya mampu bertahan hidup dan melanjutkan hidup,
akantetapi juga bermanfaat bagi individu disekitarnya.
8
Pelatihan kesadaran diri tidak hanya berguna bagi mahasiswa saja akan
tetapi dapat juga diberikan kepada dewasa madya yang masih produktif agar
individu tersebut dapat berfungsi penuh dalam menyelesaikan segala tugas yang
diembannya. Moynihan dkk. (2015), mengadakan penelitian mengenai pelatihan
kesadaran diri yang dikaitkan dengan kualitas tidur pada dewasa madya.
Karakteristik tingkat individu, kesadaran diri yang dikaitkan dengan kualitas tidur
yang baik dan perasaan bugar lebih tinggi diantara orang dewasa madya.
Kesadaran diri juga dapat meningkatkan kemampuan seseorang untuk menjaga
kualitas tidurnya dan tidur seefisien mungkin di malam hari yang kemudian dapat
meningkatkan kebugaran fisik, kebugaran mental dan merasa berenergi di siang
hari.
Mahasiswa juga mengalami problem subjective vitality terbukti dari studi
pendahuluan dengan metode wawancara yang diadakan pada tanggal 13-15 Juni
2017, dari hasil studi pendahuluan dengan 12 responden didapatkan beberapa
definisi subjective vitality dan pengalaman individu mengenai subjective vitality
dalam kehidupan sehari-hari. Menurut responden kebugaran fisik adalah bugar
secara fisik, dan sehat secara kognitif. Sedangkan yang dimaksud dengan
kebugaran mental merupakan suatu keadaan dimana individu merasa sehat secara
psikis, mempunyai cara berfikir yang sehat, bisa mengendalikan emosi, tidak ada
pikiran yang membebani individu, mampu berfikir realistis, dan memiliki pikiran
positif. Keadaan fisik individu juga mampu mempengaruhi kesehatan mental
individu. 12 responden tersebut juga menyatakan mengenai perasaannya dalam
menjalani hidupnya seperti merasa senang, enjoy, penuh semangat, sangat
9
menikmati aktivitasnya, cukup optimis, penuh antusias, dan bersyukur atas nikmat
dari Tuhan. Akan tetapi pada suatu waktu individu akan merasakan muncul
beberapa perasaan negatif seperti penuh semangat apabila ada tugas yang harus
segera diselesaikan, mendasari aktivitasnya berdasarkan naik atau turunnya mood,
kadang merasa jenuh, lelah dan ingin menyerah dari suatu masalah yang sedang
dihadapi.
Menurut 12 responden, hidup merupakan suatu pilihan yang mana ketika
kita melakukan sesuatu akan berpengaruh terhadap diri kita sendiri dan sekeliling
kita. hidup ini sangat menarik, banyak hal yang tidak terduga sebelumnya,
dinikmati saja, perlu disyukuri dan dijalani dengan ikhlas. Akan tetapi terkadang
hidup itu terasa aneh, kadang tanpa tujuan sehingga bingung juga mau melakukan
apa. Selain itu, hidup penuh dengan masalah dan cita-cita sehingga memerlukan
beberapa alternatif penyelesaian masalah. 12 responden di atas mempunyai
keinginan untuk menjalani suatu aktivitas yang bermanfaat atau menjalani suatu
profesi sebagaimana yang saat ini sedang diperjuangkan dan dapat bermanfaat
bagi sesama. Individu yang merasa bergairah, berenergi, bersemangat dan
mempunyai cadangan energi lebih akan mendorong individu untuk meneruskan
hidup, mempertahankan hidupnya dan mempunyai usaha untuk mampu
mengoptimalkan segala kemampuannya agar individu mampu meraih sesuatu
yang telah menjadi tujuan hidupnya.
Subjective vitality atau merasa bugar sudah sering disinggung dalam
penelitian terdahulu akan tetapi bahasan tentang subjective vitality secara
mendalam dan pentingnya subjective vitality dalam mempengaruhi kehidupan
10
individu sehari-hari masih perlu dikembangkan lagi. Bahasan subjective vitality
sendiri penting dipelajari lebih mendalam karena perasaan bugar tersebut
merupakan suatu variabel yang tidak terlihat dan perlu kemampuan berfikir secara
mendalam terkait proses mental individu. Subjective vitality secara tidak langsung
dapat mempengaruhi perolehan energi dalam diri individu dan pengeluaran energi
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan segala tugas yang diembannya. Sehingga
individu yang mempunyai perasaan bugar positif dapat menggunakan
kemampuannya secara optimal dan mampu meraih prestasi yang diinginkan
individu tersebut sedangkan individu yang memiliki perasaan bugar negatif
memiliki kecenderungan untuk kurang optimal dalam menggunakan kemampuan
yang dimilikinya dan cenderung mendapat hambatan yang lebih banyak dalam
meraih suatu prestasi yang diinginkannya.
Subjective vitality dibutuhkan oleh seluruh individu di dunia ini untuk
bertahan hidup terutama bagi mahasiswa yang baru belajar untuk hidup mandiri
dan jauh dari orang tua dimana ketika merantau individu akan dihadapkan dengan
banyakanya masalah seputar kehidupan yang tidak jarang akan menimbulkan
menurunnya kemampuan individu untuk mempertahankan hidupnya. Salah satu
problem yang sering dialami mahasiswa yaitu terhambatnya proses individu
dalam meraih prestasi akademiknya yang berasal dari banyaknya masalah yang
dihadapi mahasiswa di dunia kampus. Individu yang merasa bergairah, berenergi,
dan bersemangat dalam menjalani setiap aktivitasnya akan mendorong individu
untuk meneruskan hidup dan mempertahankan hidupnya serta senantiasa siap
siaga untuk menerima tugas yang belum terduga sebelumnya. Individu dengan
11
perasaan bugar mempunyai usaha untuk mampu mengoptimalkan segala
kemampuannya agar individu mampu meraih sesuatu yang telah menjadi tujuan
hidupnya. Individu dengan perasaan bugar mempunyai kesadaran untuk mampu
tampil selalu bergairah dan bersemangat. Hal itu menyebabkan, individu yang
merasa bugar mempunyai pandangan untuk senantiasa menjaga kesehatan agar
selalu produktif setiap hari dan mempunyai cadangan energi lebih dalam rangka
mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya.
Individu yang sadar akan pentingnya merasa bugar setiap hari maka akan
timbul dalam dirinya bagaimana berperilaku untuk hidup sehat hari ini dan hari
selanjutnya. Individu yang mempunyai kesadaran kesehatan maka akan timbul
dalam dirinya untuk menjaga dirinya agar selalu sehat dan terhindar dari penyakit.
Selain itu, individu juga akan mencari informasi kesehatan untuk mendukung pola
hidup sehat. Oleh karena itu, individu dapat memulai dengan pola hidup sehat
melalui makan makanan yang bergizi seimbang, berolahraga rutin, istirahat yang
cukup, tidur yang cukup, menghindari penggunaan zat terlarang dan menghindari
seks bebas dan sebagainya. Berolahraga, label nutrsi pembaca, penggunaan
layanan kesehatan dan mencari informasi kesehatan dapat mencerminkan orientasi
kesehatan umum seseorang (Dutta-Bergmann, 2003). Orientasi kesehatan adalah
variabel motivasi yang menyentuh minat konsumen dalam mempertahankan
kehidupan yang sehat dan mendorong membiasakan perilaku hidup sehat (Dutta-
Bergmann, 2004).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, health orientation merupakan
suatu pandangan yang mendasari pikiran individu dan mempunyai pengaruh
12
terhadap reaksi individu untuk senantiasa menjaga keadaan dirinya agar dalam
keadaan sehat, baik secara fisik maupun mental. Individu cenderung untuk
mencari informasi kesehatan untuk menjaga agar dirinya senantiasa dalam
keadaan sehat agar mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diembannya. Selain
itu, untuk menjaga kesehatan di masa depan juga diperlukan berbagai upaya
seperti berpola hidup sehat, makan makanan bernutrisi seimbang, olahraga rutin,
cukup istirahat dan pencegahan penyakit sejak dini melalui imunisasi. Fenomena
di lapangan yang diambil dari data BPS mengenai persentase balita yang pernah
mendapat imunisasi campak tahun 2015 sebesar 71,36% dari jumlah total balita di
seluruh Indonesia. Berdasarkan fenomena ini menunjukkan bahwa individu yang
paham mengenai pentingnya health orientation maka individu tersebut akan
memiliki kecenderungan untuk berperilaku hidup sehat agar tetap sehat kini dan
nanti. Berdasarkan hasil penelitian milik Dutta-Bergmann (2004) menyatakan
bahwa “pengaruh negatif sebagian besar diberikan televisi pada hasil kesehatan,
dapat dikatakan bahwa individu sadar kesehatan tidak akan melihat media sebagai
sumber daya informasi kesehatan primer”. Individu dengan health orientation
lebih memilih mencari informasi kesehatan melalui sumber informasi yang jelas
seperti konsultasi dengan ahli kesehatan, karena apabila individu mencari
informasi melalui televisi kadang malah mengarahkan individu pada perilaku
konsumtif dan banyak iklan tentang junk food serta produk snack yang kurang
baik jika sering dikonsumsi oleh individu.
Seringkali masalah kesehatan dan frustrasi yang dialami oleh banyak
individu pada satu waktu dalam kehidupan individu merupakan masalah yang
13
berasal dari kecenderungan psikologis yang merusak kesehatan dan kebugaran
fisik (Dutta-Bergmann, 2004). Individu yang memiliki sadar kesehatan yang
tinggi maka akan memiliki orientasi perilaku kesehatan tinggi pula. Akan tetapi
tidak semua individu yang telah memiliki kesadaran untuk menjaga kesehatan
memiliki pola hidup sehat, adapula yang berpola hidup tak sehat karena adanya
faktor seperti stress, gelisah atau merasa tertekan sehingga individu enggan
menjaga pola hidup sehat. Seringkali masalah kesehatan dan frustrasi yang
dialami oleh banyak individu pada satu waktu dalam kehidupan individu
merupakan masalah yang berasal dari kecenderungan psikologis yang merusak
kesehatan dan kebugaran fisik (Dutta-Bergmann, 2004).
Mahasiswa juga mengalami problem health orientation terbukti dari studi
pendahuluan dengan metode wawancara yang diadakan pada tanggal 13-15 Juni
2017, dari hasil studi pendahuluan dengan 12 responden didapatkan beberapa
definisi health orientation dan pengalaman individu mengenai health orientation
dalam kehidupan sehari-hari Menurut 12 responden arti kesehatan itu sangatlah
penting dan berarti. Kesehatan sendiri berasal dari sehat fisik, mental dan
sosialnya. Sadar kesehatan berawal dari diri sendiri baru ke orang lain. Arti sadar
kesehatan merupakan pentingnya kesehatan bagi diri sendiri, suatu hal yang utama
karena dengan sehat kita mampu melakukan aktivitas yang baik/positif dan peduli
terhadap tubuh mereka. Individu yang sadar kesehatan pasti mempertimbangkan
sesuatu sesuai dengan faktor kesehatan, tidak memaksakan diri, tidak membuang-
buang energi untuk hal yang tidak berguna. 12 responden mencari informasi
tentang kesehatan melalui media massa seperti internet, blogspot, media sosial,
14
instagram kesehatan, melihat talkshow kesehatan di TV, buku kesehatan, lewat
media sosial, sharing kesehatan dengan teman, dosen, dan dokter. Akan tetapi ada
beberapa responden yang mencari informasi kesehatan itu bukan berasal dari
keinginannya sendiri akan tetapi karena adanya tugas kuliah yang terkait dengan
kesehatan.
Menurut 12 reponden menjaga kesehatan berawal dari diri sendiri baru ke
orang lain. Menjaga lingkungan yang bersih bertujuan untuk melindungi individu
dari berbagai penyakit. Menjaga pola makan di masa muda akan mempengaruhi
kehidupan di masa tua, karena kalau sakit di masa tua itu cukup merugikan.
Sehingga individu perlu berpola hidup sehat agar mampu menjalani aktivitas
sehari-hari dengan maksimal. Upaya responden dalam menjaga kesehatan melalui
disiplin waktu, pola makan harus ada sayur, setiap hari bergerak, mengatur pola
makan, mengatur pola istirahat, olahraga secukupnya, memperbanyak minum air
putih, memperbanyak senyum, mengurangi hal yang tidak penting, tetap menjaga
kondisi tubuh, menjaga lingkungan tempat tinggal yang bersih dan nyaman.
Selain itu, selalu membersihkan kotoran yang mengganggu kesehatan dan
menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Individu dengan pengetahuan kesehatan yang kurang cenderung
menggunakan zat seperti suplemen ataupun multivitamin dan mengabaikan
asupan gizi seimbang padahal kenyataannya asupan gizi seimbanglah yang lebih
penting dan dibutuhkan oleh tubuh sedangkan suplemen dan multivitamin hanya
sebagai pelengkap nutrisi saja. Menurut penelitian Steger, 2015 melaporkan
bahwa individu yang aktif dan menjaga komitmen untuk menjaga kesehatan
15
mereka, pada kenyataannya individu tampak lebih sehat sedangkan individu yang
memiliki pengetahuan kesehatan yang kurang atau mengabaikan kesehatan
mempunyai kemungkinan besar menggunakan zat tertentu. Sehingga adanya
kesadaran untuk menjaga kesehatan diri maka perlu adanya keyakinan dalam diri
individu agar selalu menjaga pola hidup sehat untuk kehidupan sekarang maupun
untuk kehidupan yang akan datang.
Dari beberapa uraian di atas peneliti ingin mengetahui secara lebih
mendalam mengenai hubungan antara health orientation dengan subjective vitality
pada mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang,
penulis bermaksud mengadakan penelitian mengenai hubungan antara health
orientation dengan subjective vitality pada mahasiswa Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana gambaran dari health orientation pada mahasiswa Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang?
2. Bagaimana gambaran dari subjective vitality pada mahasiswa Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang?
3. Apakah ada hubungan antara health orientation dengan subjective vitality pada
mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang?
16
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan
masalah diatas. Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui gambaran health orientation pada mahasiswa Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
2. Untuk mengetahui gambaran subjective vitality pada mahasiswa Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
3. Menguji hubungan antara health orientation dengan subjective vitality pada
mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1.4.1 Teoritis
1. Bagi pembaca: dapat menambah pengetahuan pembaca tentang hubungan
antara health orientation dengan subjective vitality pada mahasiswa Fakultas
Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
2. Bagi peneliti berikutnya: dapat menjadi referensi penelitian berikutnya.
1.4.2 Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan perasaan bugar pada diri
setiap individu agar individu mempunyai arahan perilaku hidup sehat sehingga
dapat mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya dan dapat berfungsi secara
penuh di segala bidang.
17
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA
2.1 Subjective Vitality
2.1.1 Definisi Subjective Vitality
Istilah vitality secara etimologi berasal dari ide tentang hidup dan
didefinisikan sebagai sebuah kekuatan alamiah atau prinsip hidup (Ryan &
Frederick, 1997: 534). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016),
kemampuan individu untuk bertahan hidup dan melanjutkan kehidupan biasanya
disebut dengan istilah vitalitas atau vitality. Individu dalam melanjutkan
kehidupan mempunyai banyak aktivitas yang perlu untuk segera diselesaikan dan
individu memerlukan energi untuk mampu menyelesaikan tugas-tugas yang
diembannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), subjective vitality
merupakan suatu perasaan individu mengenai suatu hal yang mendasari individu
untuk bertahan hidup dan melanjutkan hidupnya. Individu yang merasa
pentingnya melanjutkan hidup maka individu tersebut memiliki semangat untuk
dapat segera menyelesaikan tugas yang diembannya. Menurut Kamus Bahasa
Inggris Oxford (2016), subjective vitality merupakan suatu keadaan dimana
individu yang merasa bugar memiliki semangat dan keaktifan yang
menjadikannya sebagai sumber energi kehidupan serta merupakan gambaran
nyata dari kegembiraan yang berasal dari energi yang memunculkan semangat,
18
antusias, dan spontanitas. Individu yang merasa bugar mempunyai semangat akan
pentingnya melanjutkan hidup dan menjadikannya sebagai sumber energi yang
cukup untuk menjalani kehidupannya dan mampu mengoptimalkan segala potensi
yang dimilikinya.
Energi sendiri mempunyai beberapa macam definisi, yang diantaranya
disebut dengan chi dalam bahasa China dan ki dalam bahasa Jepang. Chi dalam
bahasa Tionghoa adalah aliran energi atau energi pemula. Aliran chi atau energi
adalah tenaga dari alam dan tubuh individu yang menyatu. Menurut kamus jisho
(2016), ki merupakan gambaran energi dari dalam tubuh yang menghubungkan
antara pikiran, hati, dan kekuatan spiritual. Keselarasan antara energi alam dan
energi dalam tubuh sangat diperlukan individu untuk menghubungkan pikiran,
hati dan kekuatan spiritual individu sehingga individu mampu menjalankan segala
aktivitasnya sehari-hari. Energi chi atau ki dapat juga ditingkatkan dengan dzikir,
meditasi, dan yoga.
Menurut Sarwono (2009: 150), dalam pandangan psikodinamikanya
menyatakan bahwa manusia mempunyai dua insting dasar, yaitu insting hidup
(eros) dan insting mati (thanatos). Insting hidup ini yang mendorong individu
untuk merasa hidup dan mempunyai motivasi untuk meneruskan hidupnya.
Merasa benar-benar hidup merupakan aspek berharga berdasarkan pengalaman
manusia (Ryan & Frederick, 1997: 530). Individu yang mempunyai pengalaman
positif di masa lalu cenderung memiliki perolehan energi yang lebih besar untuk
meneruskan hidup. Perasaan individu yang bebas dari tekanan dan konflik,
mempunyai perolehan energi bebas konflik dari eros, terlebih mereka
19
menunjukkan vitalitas, kreativitas, dan energi dalam Freud 1923/1962 (Ryan &
Frederick, 1997: 531). Insting hidup yang dimiliki individu mendorong individu
untuk tetap hidup dan mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya. Individu merasa hidup atau merasa bugar dalam
keadaan tertentu atau dalam pengalaman tertentu, akantetapi di lain konteks
individu merasa mati atau tidak bugar (Ryan & Frederick, 1997: 530). Individu
terkadang merasa penuh semangat dan berenergi untuk beraktivitas akantetapi
terkadang individu merasa kurang bugar karena dipengaruhi oleh faktor mood dan
suasana hati individu tersebut. Individu yang merasakan gairah positif dan penuh
energi mampu mengarahkan dirinya untuk memiliki sumber energi cadangan
dalam menyelesaikan tugas yang diembannya.
Individu yang merasa vital tidak memerlukan suatu alasan dalam
menjalankan aktivitasnya sehari-hari, dan apabila individu memerlukan suatu
alasan maka individu membutuhkan suatu alasan yang kekal untuk menjaga
mentalnya tetap bugar dan mampu menyelesaikan segala aktivitas yang
diembannya. Laporan khusus vitalitas lebih besar ketika mereka merasa lebih
termotivasi oleh diri sendiri, dan kurang vital ketika mereka merasa dirinya
dikontrol oleh kekuatan dari luar dirinya, seperti diarahkan oleh ukuran dari
motivasi perlakuan dalam dua keadaan (Ryan & Frederick, 1997: 557-558).
Individu yang dikontrol oleh kekuatan dari luar dirinya maka individu tersebut
kurang merasa bugar karena jika kekuatan itu menghilang maka individu akan
kebingungan untuk menemukan pengganti alasan tersebut.
20
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa subjective vitality
adalah perasaan individu mengenai perolehan sumber energi dan perolehan
cadangan energi individu yang berasal dari dalam diri individu yang
menyebabkan individu merasa bergairah, merasa berenergi dan penuh semangat
dalam menjalani segala aktivitasnya sehari-hari.
2.1.2 Aspek Pembentuk Subjective Vitality
Aspek pembentuk subjective vitality menurut Ryan (1997: 539), antara
lain:
1. Merasa berenergi
Individu yang merasa bugar mempunyai cukup energi untuk menjalankan
segala aktivitasnya sehari-hari. Individu tersebut akan merasa berenergi dan
mempunyai cadangan energi lebih untuk mampu menjalankan segala aktivitasnya
sepanjang waktu. Individu tersebut membutuhkan waktu istirahat yang cukup
sedikit untuk memulihkan energinya. Individu tersebut juga senantiasa terlihat
berenergi ketika fisiknya telah merasa lelah. Individu yang merasa berenergi juga
terlihat sangat menikmati aktivitasnya sehari-hari. Individu tersebut juga akan
lebih termotivasi untuk menjalani hidupnya dan mampu menyelesaikan tugas-
tugas yang diembannya. Individu juga akan merasa lebih hidup dalam menjalani
aktivitasnya sehari-hari.
2. Merasa hidup dengan penuh semangat
Individu yang merasa benar-benar hidup akan menyelesaikan tantangan
hidup yang dihadapinya dengan mengerahkan segala potensi yang dimilikiniya
dan pantang menyerah dalam menghadapi tantangan hidup tersebut. Individu
21
tersebut senantiasa merasa lebih hidup, penuh semangat. Individu tersebut juga
akan merasa dirinya bersemangat dan menemukan makna semangat dalam
menjalani aktivitasnya sehari-hari.
3. Memiliki minat dalam hidup.
Individu yang merasa bugar mempunyai keinginan untuk melanjutkan
hidup dan individu tersebut terlihat lebih menikmati hidupnya. Individu
mempunyai minat untuk terus meneruskan hidupnya walaupun kenyataan hidup
kadang tidak sesuai dengan harapan individu. Individu juga menjalankan segala
aktivitasnya dengan penuh makna, bukan hanya menyelesaikan tugasnya sekadar
untuk menyelesaikan tanggung jawabnya saja. Individu juga akan merasa
berfungsi penuh dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari.
4. Tujuan hidup.
Individu yang memiliki perasaan bugar mempunyai tujuan yang ingin
dicapai dalam hidupnya. Tujuan hidup yaitu sesuatu yang menjadi pilihan,
memberi nilai khusus serta dijadikan tujuan yang ingin dicapai dala hidup ini.
Individu juga mempunyai rencana untuk hidup lebih baik di masa mendatang.
Individu tersebut juga akan berusaha untuk memaksimalkan segala potensi yang
dimilikinya agar tercapai apa yang telah direncanakannya.
5. Merasa hidup.
Individu yang memiliki perasaan bugar senantiasa merasa lebih hidup.
Individu yang merasa bugar senantiasa selalu siap menghadapi masalah hidupnya,
individu juga siap menerima tugas baru, merasa siap siaga dan terhindar dari
bosan dan mengantuk ketika menjalankan aktivitasnya. Individu tersebut juga
22
akan menjaga suasana hatinya agar terhindar dari rasa malas dan senantiasa siap
untuk menerima tugas baru yang tidak terduga sebelumnya. Individu juga akan
merasa lebih hidup dalam menjalani aktivitasnya sehari-hari.
2.1.3 Faktor-faktor Subjective Vitality
Menurut Ryan dan Frederick (1997: 531), menyatakan bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi subjective vitality, yaitu:
1. Faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi subjective vitality,
antara lain:
a. Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri individu yang
mempengaruhi subjective vitality individu. Faktor internal tersebut meliputi
perkembangan kepribadian individu, persamaan, persatuan, keselarasan berfikir
dan emosi individu, mempunyai misi atau tujuan yang ingin diraih, kontrol
otonom diri, kemampuan, dan kepuasan. Faktor tersebut dapat juga
mempengaruhi tinggi rendahnya subjective vitality individu.
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor dari luar individu yang mempengaruhi
subjective vitality individu. Faktor tersebut meliputi uang, ketenaran individu,
daya tarik individu terhadap suatu hal, tantangan fisik, terluka, sakit, terkena
bencana dan ingin meraih prestasi akademik yang tinggi. Faktor tersebut dapat
juga mempengaruhi tinggi rendahnya subjective vitality individu.
2. Faktor-faktor fisik dan psikologis yang mempengaruhi subjective vitality,
antara lain:
23
a. Faktor Fisik
Faktor fisik yang mempengaruhi subjective vitality meliputi tantangan
fisik, terluka, kelelahan, mengidap suatu penyakit, simtom fisik biasa, keefektifan
fungsi tubuh, dan simtom dari somatik. Faktor tersebut dapat juga mempengaruhi
tinggi rendahnya subjective vitality individu.
b. Faktor Psikologis
Faktor psikologis dasar yang mempengaruhi subjective vitality meliputi
jatuh cinta, tertekan, depresi, marah, harga diri dan kepuasan yang berpengaruh
pada peningkatan serta penuruan subjective vitality. Faktor tersebut dapat juga
mempengaruhi tinggi rendahnya subjective vitality individu.
2.2 Health Orientation
2.2.1 Definisi Health Orientation
Istilah health orientation berasal dari penjelasan para ahli yang kurang
puas dengan definisi dari health behavior. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu
penjelasan yang lebih terkait penyebab adanya health behavior dan mengapa
individu mempertahankan health behavior maka kemudian muncullah suatu
pandangan yang tidak terkait fisik saja, akantetapi terkait dengan konsep berpikir
individu yang mampu mempengaruhi health behavior dan kemampuan individu
mempertahankan health behavior yang disebut dengan health orientation.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), health orientation
merupakan suatu pandangan yang mendasari pikiran individu dan mempunyai
pengaruh terhadap reaksi individu untuk senantiasa menjaga keadaan dirinya agar
dalam keadaan sehat, baik secara fisik maupun mental. Menurut Kamus Bahasa
24
Inggris Oxford (2016), health orientation merupakan suatu pandangan individu
atau sesuatu yang relatif menjadi pedoman berfikir individu untuk bertingkah laku
yang mengarah pada keadaan individu yang bebas dari luka dan penyakit.
Individu yang memiliki gambaran hidup sehat kini dan nanti biasanya memiliki
kecenderungan untuk mencari informasi kesehatan untuk menjaga agar dirinya
senantiasa dalam keadaan sehat agar mampu menyelesaikan tugas-tugas yang
diembannya. Individu tersebut juga berusahan untuk menghindari luka dan sakit
karena hal tersebut cukup merugikan individu.
Individu yang memiliki orientasi hidup sehat biasanya mempunyai
targetan untuk berpola perilaku hidup sehat yang mendorong individu untuk
memiliki motivasi dalam diri yang kuat untuk menjaga pola berfikir hidup
sehatnya. Individu yang memiliki internal locus of control tinggi memiliki
tanggung jawab terhadap kesehatan pribadi lingkungan, dan self-efficacy tingkat
tinggi, individu yang berorientasi menjaga kesehatan tubuh dan pikiran juga lebih
mungkin untuk terlibat dalam makan sehat (Dutta & Youn, 1999; Rimal, Flora, &
Schooler, 1999). Selain itu, individu juga membutuhkan asupan informasi untuk
mendukung individu berpandangan hidup sehat. Berolahraga, label nutrisi
pembaca, penggunaan layanan kesehatan dan mencari informasi kesehatan dapat
mencerminkan orientasi kesehatan umum individu (Dutta-Bergmann, 2004).
Individu yang memiliki kontrol diri yang besar dalam menjaga agar senantiasa
sehat mengarahkan individu untuk berusaha menjaga kesehatan tubuh dengan
berolahraga, mencari informasi tentang asupan gizi seimbang dan mencari
informasi kesehatan melalui berbagai media massa maupun media sosial. Hal ini
25
dilakukan individu agar individu selalu mempunyai pandangan pentingnya hidup
sehat kini dan nanti.
Para peneliti mendefinisikan kesehatan orientasi sebagai "gairah yang
diarahkan pada tujuan untuk terlibat dalam perilaku kesehatan preventif"
(Moorman & Matulich, 1993, hal. 210). Perilaku kesehatan preventif lebih efektif
dibandingkan perilaku kesehatan kuratif. Perilaku kesehatan preventif lebih
cenderung ke individu yang masih sehat dan mempunyai gambaran untuk terus
menjaga kesehatan sedangkan perilaku kesehatan kuratif lebih cenderung ke
pengobatan dimana individu tersebut telah sakit dan membutuhkan obat untuk
sembuh dan hal ini cukup merugikan individu.
Orientasi kesehatan adalah variabel motivasi yang menyentuh minat
konsumen dalam mempertahankan kehidupan yang sehat dan mendorong
membiasakan perilaku hidup sehat (Dutta-Bergman, 2004). Orientasi kesehatan
memanifestasikan itu diri di sikap, kognitif, dan perilaku alam (Dutta-Bergman,
2004a; 2004b, 2004c, Petty & Cacioppo, 1986). Orientasi kesehatan adalah
konseptualisasi sebagai komitmen terhadap nilai-nilai dan sikap yang menekankan
gaya hidup sehat, hubungan dengan orang lain yang mendorong dan mendukung
perilaku sehat, dan keterlibatan pribadi dalam perilaku meningkatkan kesehatan
(Costa, 1996). Seringkali masalah kesehatan dan frustrasi yang dialami oleh
banyak orang pada satu waktu dalam kehidupan individu merupakan masalah
yang berasal dari kecenderungan psikologis yang merusak kesehatan dan
kebugaran fisik (Dutta-Bergman, 2004). Individu yang memiliki orientasi
kesehatan mengarahkan individu agar mempunyai komitmen sikap yang
26
menekankan pola hidup sehat, mempertahankan hidup sehat, membiasakan hidup
sehat dan meningkatkan kesehatan. Akan tetapi individu tidak bisa terhindar dari
masalah kesehatan seperti frustrasi, dengan penanganan yang kurang tepat
mengakibatkan individu masuk ke taraf stress dimana stress ini bukan hanya
mempengaruhi kesehatan mental akan tetapi mampu mempengaruhi kesehatan
fisik individu.
Individu dengan pengetahuan kesehatan yang kurang cenderung
menggunakan zat seperti suplemen ataupun multivitamin dan mengabaikan
asupan gizi seimbang padahal kenyataannya asupan gizi seimbanglah yang lebih
penting dan dibutuhkan oleh tubuh sedangkan suplemen dan multivitamin hanya
sebagai pelengkap nutrisi saja. Orang-orang yang aktif dan menjaga komitmen
untuk menjaga kesehatan individu, pada kenyataannya individu tampak lebih
sehat sedangkan individu yang memiliki pengetahuan kesehatan yang kurang atau
mengabaikan kesehatan mempunyai kemungkinan besar menggunakan zat
tertentu (Steger, 2015).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa health orientation
merupakan suatu pandangan yang mendasari pikiran individu tentang pentingnya
memiliki gambaran hidup sehat kini dan nanti yang mengarahkan individu agar
menjaga kesehatan dan meningkatkan kesehatan individu sehingga individu
mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diembannya serta terhindar dari luka dan
sakit.
27
2.2.2 Indikator Perilaku Health Orientation
Indikator perilaku health orientation dalam penelitian Dutta-Bergmann
(2004: 275), antara lain:
1. Kesadaran kesehatan.
Kesadaran kesehatan merupakan suatu keadaan dimana individu sadar
akan pentingnya menjaga kesehatan. Individu yang mempunyai kesadaran
kesehatan akan mempunyai gambaran ke depan untuk hidup sehat, mempunyai
sikap positif kesehatan dan berperilaku pola hidup sehat. Pola pikir individu yang
sadar kesehatan akan mendorong individu untuk merencanakan hidup yang sehat
kini dan nanti. Hal tersebut kemudian mempengaruhi aktivitas individu sehari-hari
sehingga individu mempunyai orientasi untuk melakukan pencegahan terhadap
penyakit dengan berolahraga, mengdindarkan diri dari terluka dan sakit serta
berusaha untuk rutin makan makanan yang sehat.
2. Orientasi informasi kesehatan.
Orientasi informasi kesehatan merupakan suatu keadaan dimana individu
senantiasa mencari dan melihat informasi tentang kesehatan. Mencari informasi
kesehatan dapat dilakukan individu melalui majalah, TV, label nutrisi dan artikel-
artikel terkait kesehatan. Hal tersebut akan mempengaruhi individu untuk
mendidik dirinya agar berperilaku hidup sehat sesuai dengan infomasi kesehatan
yang telah diterima oleh individu.
3. Keyakinan orientasi kesehatan.
Keyakinan orientasi kesehatan merupakan suatu keadaan dimana individu
mempunyai keyakinan untuk mengarahkan hidupnya agar senantiasa hidup sehat
28
kini dan nanti. Hal ini terkait dengan keinginan individu untuk pentingnya hidup
sehat di masa sekarang dan merencanakan hidup sehat di masa tuanya nanti.
Keyakinan orientasi kesehatan akan mengarahkan individu untuk mempunyai
perilaku hidup sehat dengan makan makanan sehat, olahraga, dan sebagainya.
4. Aktivitas yang sehat.
Aktivitas yang sehat merupakan suatu keadaan dimana individu
mempunyai perilaku hidup sehat dan mempunyai upaya menjaga dirinya agar
tetap sehat. Contohnya, makan makanan yang bergizi seimbang, berolahraga rutin,
istirahat yang cukup, tidur yang cukup, menghindari penggunaan zat terlarang dan
menghindari seks bebas.
2.2.3 Faktor-faktor Health Orientation
Faktor-faktor yang mempengaruhi health orientation dalam penelitian
Dutta-Bergmann (2004: 285), antara lain:
1. Faktor Intenal
Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri individu yang
mempengaruhi health orientation individu. Faktor internal tersebut meliputi
perkembangan kepribadian individu, kesadaran individu akan pentingnya hidup
sehat, kontrol emosi individu, mempunyai misi atau tujuan yang ingin diraih.
Faktor tersebut dapat juga mempengaruhi tinggi rendahnya health orientation
individu.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor dari luar diri individu yang
mempengaruhi health orientation individu. Faktor eksternal tersebut meliputi
29
mencari informasi kesehatan melalui artikel kesehatan, koran, majalah,
komunikasi dengan ahli kesehatan. Selain itu, faktor kebersihan lingkungan
seperti terkena bencana, mewabahnya penyakit menular juga dapat mempengaruhi
health orientation individu. Faktor eksternal tersebut dapat mempengaruhi tinggi
rendahnya health orientation individu.
2.3 Hubungan Health Orientation dan Subjective Vitality
Individu dalam menjalani kehidupan ini mendasari perilakunya untuk terus
bertahan hidup, bergerak maju, berkembang, dan bekerja sesuai kemampuannya.
Kemampuan individu untuk terus bertahan hidup, individu membutuhkan energi
yang akan digunakan untuk melakukan segala aktivitas sehari-hari dalam rangka
untuk memenuhi berbagai kebutuhannya dan agar mampu bertahan hidup.
Kebutuhan akan energi bagi individu sangat penting dan sangat diperlukan untuk
bertahan hidup serta melanjutkan kehidupan. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2016), kemampuan individu untuk bertahan hidup dan melanjutkan
kehidupan biasanya disebut dengan istilah vitalitas atau vitality.
Subjective vitality adalah perasaan individu tentang adanya gairah, merasa
berenergi, dan penuh semangat yang berasal dari dalam diri individu untuk
menghubungkan pikiran, hati dan kekuatan spiritual individu yang menjadi dasar
perolehan sumber energi individu yang mengarahkan individu untuk merasa
hidup, memiliki sumber energi cadangan dan mempunyai motivasi untuk
melanjutkan kehidupan sehingga individu mampu menyelesaikan tugas-tugas
yang diembannya. Aspek pembentuk subjective vitality yaitu merasa berenergi,
30
merasa hidup dengan penuh semangat, minat untuk hidup, tujuan hidup, dan
merasa hidup.
Individu membutuhkan subjective vitality untuk mendasari kegiatan yang
dilakukan agar senantiasa semangat dalam melakukan segala kegiatan. Subjective
vitality juga merupakan indikator yang unik dan penting untuk dipelajari guna
untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi psikologis dasar kebutuhan
untuk otonomi, kompetensi, dan keterkaitan yang puas. Perasaan positif manusia
dalam melakukan berbagai pekerjaan dapat menjadi energi tersendiri dan individu
akan merasa puas.
Individu yang merasa bergairah, berenergi, dan bersemangat dalam
menjalani setiap aktivitasnya akan mendorong individu untuk meneruskan hidup
dan mempertahankan hidupnya serta senantiasa siap siaga untuk menerima tugas
yang belum terduga sebelumnya. Individu dengan perasaan bugar mempunyai
usaha untuk mampu mengoptimalkan segala kemampuannya agar individu
mampu meraih sesuatu yang telah menjadi tujuan hidupnya. Individu dengan
perasaan bugar mempunyai kesadaran untuk mampu tampil selalu bergairah dan
bersemangat. Pengolahan kesadaran diri tentang pentingnya kualitas tidur untuk
meningkatkan kesejahteraan diri dapat dipengaruhi oleh tingginya subjective
vitality individu (Moynihan, 2015: 729). Individu yang memperhatikan kualitas
tidurnya mendorong individu untuk menjaga kualitas tidurnya dan berpola hidup
sehat agar individu merasa bugar serta memperoleh cadangan energi dalam
menjalankan segala aktivitasnya sehari-hari.
31
Perasaan bugar atau subjective vitality diperlukan individu untuk
memperoleh cadangan energi yang cukup untuk menjalankan segala aktivitas
individu sehari-hari. inidividu yang memiliki subjective vitality tinggi maka akan
merasa lebih energik, sehat mental mampu menyelesaikan masalah dalam
hidupnya. Hidup otentik mempunyai hubungan positif dengan tingginya
subjective vitality sehingga menyebabkan individu merasa lebih energik, sehat
mental, dan mampu membantu individu untuk mengatasi hidup sulit secara lebih
efektif (Akin, 2014: 2047). Individu yang memiliki hidup otentik maka akan
cenderung lebih energik dan bersemangat dalam menjalani segala aktivitas
hidupnya.
Merasa bugar sendiri berasal dari kekuatan yang diperoleh dari dalam
individu karena apabila individu menyadarkan dirinya berdasarkan kekuatan dari
luar dirinya maka individu akan cenderung mudah merasa tidak bugar. Individu
yang memiliki kendali otonom merasa lebih segar dan alami, mempunyai
subjective vitality yang tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak mampu
mengendalikan kendali otonomnya (Golestoneh, 2011: 2994). Kekuatan dari
dalam diri individu pun perlu dikontrol agar memperoleh subjective vitality yang
tinggi sehingga individu dapat memaksimalkan kemampuan yang dimilikinya
untuk menyelesaikan segala aktivitasnya sehari-hari.
Individu yang sadar akan pentingnya merasa bugar setiap hari maka akan
timbul dalam dirinya bagaimana berperilaku untuk hidup sehat hari ini dan hari
selanjutnya. Individu yang mempunyai kesadaran kesehatan maka akan timbul
dalam dirinya untuk menjaga dirinya agar selalu sehat dan terhindar dari penyakit.
32
Selain itu, individu juga akan mencari informasi kesehatan untuk mendukung pola
hidup sehat. Oleh karena itu, individu dapat memulai dengan pola hidup sehat
melalui makan makanan yang bergizi seimbang, berolahraga rutin, istirahat yang
cukup, tidur yang cukup, menghindari penggunaan zat terlarang dan menghindari
seks bebas dan sebagainya. Berolahraga, label nutrsi pembaca, penggunaan
layanan kesehatan dan mencari informasi kesehatan dapat mencerminkan orientasi
kesehatan umum seseorang (Dutta-Bergmann, 2003). Hal itu menyebabkan,
individu yang merasa bugar mempunyai pandangan untuk senantiasa menjaga
kesehatan agar selalu produktif setiap hari dan mempunyai cadangan energi lebih
dalam rangka mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya.
Health orientation merupakan kesatuan antara gambaran pikiran individu
tentang kesehatan di masa depan yang menyebabkan individu memilih untuk
berpola hidup sehat. Individu terdiri dari kesatuan jiwa dan raga atau disebut juga
sebagai “psychosomatic unity” artinya bagian yang satu dengan bagian yang
lainnya saling mempengaruhi (Komarudin, 2013: 1). Telah disebutkan diatas
bahwa pentingnya melakukan aktivitas fisik, yang salah satunya yaitu
berolahraga. Selain itu, olahraga bukan hanya menjaga fisik menjadi sehat
akantetapi juga mampu mempengaruhi kesehatan mental individu. Psikologi
kesehatan dan pengobatan perilaku tidak hanya memerhatikan bagaimana keadaan
psikologi memengaruhi kesehatan, tetapi juga bagaimana kesehatan dan penyakit
dapat memengaruhi pengalaman psikologis individu, termasuk kognitif, stres, dan
kemampuan mengatasi masalah (coping) (King, 2012: 406). Mengatasi masalah
33
psikologis biasanya melalui berbagai terapi psikologis dan terapi perilaku untuk
meningkatkan kesehatan psikologis individu.
Health orientation merupakan suatu pandangan yang mendasari pikiran
individu tentang pentingnya memiliki gambaran hidup sehat kini dan nanti yang
berasal dari diri individu untuk berusaha menjaga kesehatan tubuh dengan
berolahraga, mencari informasi tentang asupan gizi seimbang dan mencari
informasi kesehatan yang mengarahkan individu agar mempunyai komitmen sikap
yang menekankan gaya hidup sehat, mempertahankan hidup sehat, dan
membiasakan hidup sehat untuk menjaga agar dirinya senantiasa dalam keadaan
sehat dan meningkatkan kesehatan individu sehingga individu mampu
menyelesaikan tugas-tugas yang diembannya serta individu yang bebas dari luka
dan penyakit. Indikator-indikator perilaku dari health orientation yaitu kesadaran
kesehatan, orientasi informasi kesehatan, keyakinan berorientasi kesehatan, dan
aktivitas yang sehat.
2.3.1 Kerangka Berfikir
Health orientation merupakan suatu pandangan yang mendasari pikiran
individu tentang pentingnya memiliki gambaran hidup sehat kini dan nanti yang
berasal dari diri individu untuk berusaha menjaga kesehatan tubuh dengan
berolahraga, mencari informasi tentang asupan gizi seimbang dan mencari
informasi kesehatan yang mengarahkan individu agar mempunyai komitmen sikap
yang menekankan gaya hidup sehat, mempertahankan hidup sehat, dan
membiasakan hidup sehat untuk menjaga agar dirinya senantiasa dalam keadaan
sehat dan meningkatkan kesehatan individu sehingga individu mampu
34
menyelesaikan tugas-tugas yang diembannya serta individu yang bebas dari luka
dan penyakit.
Health orientation dipengaruhi oleh beberapa indikator perilaku seperti,
kesdaran kesehatan, orientasi informasi kesehatan, keyakinan orientasi kesehatan,
dan aktivitas yang sehat. Keempat indikator health orientation ini juga
mempengaruhi subjective vitality individu sehingga individu merasa berenergi dan
mempunyai cadangan energi lebih untuk menjalankan segala aktivitasnya sehari-
hari. Hal ini memunculkan adanya hubungan tinggi rendahnya health orientation
individu yang akan mempengaruhi tinggi rendahnya subjective vitality individu.
Individu membutuhkan subjective vitality untuk mendasari kegiatan yang
dilakukan agar senantiasa semangat dalam melakukan segala kegiatan. Subjective
vitality juga merupakan indikator yang unik dan penting untuk dipelajari guna
untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi psikologis dasar kebutuhan
untuk otonomi, kompetensi, dan keterkaitan yang puas. Perasaan positif manusia
dalam melakukan berbagai pekerjaan dapat menjadi energi tersendiri dan merasa
puas.
Individu yang merasa bergairah, berenergi, dan bersemangat dalam
menjalani setiap aktivitasnya akan mendorong individu untuk meneruskan hidup
dan mempertahankan hidupnya serta senantiasa siap siaga untuk menerima tugas
yang belum terduga sebelumnya. Individu dengan perasaan bugar mempunyai
usaha untuk mampu mengoptimalkan segala kemampuannya agar individu
mampu meraih sesuatu yang telah menjadi tujuan hidupnya. Individu dengan
perasaan bugar mempunyai kesadaran untuk mampu tampil selalu bergairah dan
35
Aspek Pembentuk Subjective Vitality:
1. Merasa Berenergi
2. Merasa Hidup dengan Penuh Semangat
3. Minat untuk Hidup
4. Memiliki Tujuan Hidup
5. Merasa Hidup
bersemangat. Hal itu menyebabkan, individu yang merasa bugar mempunyai
pandangan untuk senantiasa menjaga kesehatan agar selalu produktif setiap hari
dan mempunyai cadangan energi lebih dalam rangka mengoptimalkan segala
potensi yang dimilikinya.
2.1 Gambar Kerangka Berfikir
Health Orientation
Indikator Health Orientation:
1. Kesadaran Kesehatan
2. Orientasi Informasi Kesehatan
3. Keyakinan Orientasi Kesehatan
4. Aktivitas yang Sehat
Subjective Vitality
36
2.4 Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka sebagaimana diuraikan di atas, maka hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah: ada hubungan yang signifikan antara
health orientation dengan subjective vitality pada mahasiswa Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
104
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil anlisis data penelitian dan pembahasan yang telah
dilakukan dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Gambaran umum health orientation pada mahasiswa Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang berada pada kategori tinggi.
Health orientation memiliki empat indikator perilaku yang masing-masing
memiliki nilai persentase pada kategori sangat tinggi cenderung tinggi dan
sedang, berikut rinciannya: kesadaran kesehatan berada pada kategori sangat
tinggi, orientasi informasi kesehatan berada pada kategori sedang, keyakinan
berorientasi kesehatan berada pada kategori sangat tinggi, dan aktivitas yang
sehat berada pada kategori tinggi.
2. Gambaran umum subjective vitality pada mahasiswa Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri Semarang berada pada kategori tinggi.
Subjective vitality memiliki 5 aspek yag masing-masing memiliki nilai
persentase pada kategori tinggi dan sedang, berikut rinciannya: merasa
berenergi berada pada kategori tinggi, merasa hidup dengan penuh semangat
berada pada kategori sedang, minat untuk hidup berada pada kategori tinggi,
tujuan hidup berada pada kategori tinggi, dan merasa hidup berada pada
kategori tinggi.
105
3. Ada hubungan positif yang signifikan antara health orientation dengan
subjective vitality pada mahasiswa Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Semarang.
5.2 Saran
1. Bagi mahasiswa:
Bagi mahasiswa diharapkan lebih memahami makna dari health
orientation dan subjective vitality, karena 2 variabel tersebut memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap kesehatan fisik dan mental individu. Apabila mahasiswa
memiliki health orientation dan subjective vitality yang tinggi maka individu juga
cenderung menjadi mahasiswa yang lebih aktif dalam kegiatan positif di kampus
dan dapat mendorong individu untuk meningkatkan prestasi belajarnya di kampus.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan pada peneliti selanjutnya yang hendak meneliti ataupun
hendak mengembangkan penelitian sejenis, untuk mencari referensi secara
mendalam dan mengeksplorasi variabel health orientation dan subjective vitality
secara mendalam. Peneliti selanjutnya juga dapat mengembangkan penelitian ini
dengan metode penelitian kualitatif.
3. Lembaga Terkait
Diharapkan lembaga terkait peduli dengan tingkat health orientation dan
subjective vitality pada mahasiswa serta memberikan arahan kepada mahasiswa
agar individu senantiasa merasa bugar dan memiliki health orientation yang tinggi
sehingga ke depannya mahasiswa dapat memaksimalkan potensi yang dimilikinya
dan meraih prestasi yang membanggakan.
106
DAFTAR PUSTAKA
Akin, U. A. (2014). Investigating the Predictive Role of Authenticity on Subjective Vitality with Structural Equation Modelling. Educational Sciences: Theory & Practice, 2043-2048.
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. (Metode Penelitian). 2001. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. (2012). Validitas dan Reliabilitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Buchanan, N. K. (2015). A Brief Mindfulness Intervention for Healthy College Study and
Its Effects on Psychological Distress, Self-Control, Meta-Mood, and Subjective Vitality. Mindfullness, 1071-1081.
Dutta-Bergmann, M. J. (2004). Primary Sources of Health: Comparisons in the Domain
of Health Attitudes, Healt Cognitions, and Health Behaviors. Health Communication, 273-288.
Dutta-Bergman, Mohan J. 2004. An Alternative Approach to Social Capital: Exploring
the Linkage Between Health Consciousness and Community Participation. Journal Health Communication. Vol. 16, No. 4, 393–409
Dutta-Bergman, Mohan J. 2004. A Descriptive Narrative of Healthy Eating: A Social
Marketing Approach Using Psychographics in Conjunction with Interpersonal, Community, Mass Media and New Media Activities. Journal Health Marketing Quarterly, Vol. 20 No. 3
Emine gocet tekin, b. s. (2014). An Investigation of the Predictive Role of Authenticity
on Subjective Vitality. Education Sciences: Theory & Practice, 2063-2070. Glen A. Nix, R. M. (1999). Revitalization through Self-Regulation: The Effects of
Autonomous and Controlled Motivation on Happiness and Vitality. Journal of Experimental Social Psychology , 266-284.
King, L. A. (2012). Psikologi Umum: Sebuah pandangan apresiatif. Jakarta: Salemba Humanika.
Komarudin. (2013). Psikologi Olahraga. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Moynihan, P. L. (2015). Components of Sleep Quality as Mediators of the Relation
Between Mindfulness and Subjective Vitality Among Older Adults. Mindfulness, 723-731.
Purwanto, E. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif. Semarang: UnnesPress.
107
Richard M. Ryan, C. F. (1997). On Energy, Personality, and Health: Subjective Vitality as a Dynamic Reflection of Well-Being. Journal of Personality, 529-565.
Sarlito W. Sarwono, E. A. (2012). Psikologi Sosial. Jakarta : Salemba Humanika. Sugiyono. (2013). Metode Penenlitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta. Terence J. Bostic, D. M. (2000). A Validation of the Subjective Vitality Scale using
Structural Equation Modeling. Social Indicators Research, 313-324.
Vali Khalkhali, S. M. (2011). Examining the impact of teacher motivational style and competiton result on student' subjective vitality and happines in physical education. Procedia Social and Behavioral Sciences, 2989-2995.
192