9
HIPOFISIS, ADRENAL DAN CHUSING’S SYNDROME BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Seorang wanita umur 32 tahun, dirawat di ruang inap penyakit dalam rumah sakit Dr Moewardi Surakarta dengan keluhan sering pusing. Riwayat penyakit sekarang Lima bulan yang lalu penderita merasakan bahwa pusing kumat- kumatan, badannya kelihatan makin membesar dan lemah. Satu bulan sebelum masuk rumah sakit pusingnya bertambah berat dan badan semakin melemah dan diperiksakan ke dokter dikatakan gejala Cushing’s syndrome. Riwayat penyakit dahulu Penderita sudah tidak menstruasi sejak 4 bulan (amenorhoe) dan tidak hamil Pemeriksaan fisik Keadaan umum lemah, gizi obese, kesadaran compos mentis. Tekanan darah Hipotensi (90/60 mm Hg), muka moon face, tumbuh rambut banyak di dada, striae di abdomen dan kulit seluruh badan hiperpigmentasi. Pemeriksaan penunjang Kadar natrium serum 130 mg/dl, kadar gula darah puasa 70 mg/dl. Two-day low-dose dexamethason test masih menunggu hasil. Penderita telah dilakukan pemeriksaan CT scan doubel kontras kepala ditemukan tumor di hipofise. 2. RUMUSAN MASALAH a) Bagaimana fisiologi dan fungsi kelenjar hipofisis? b) Bagaimana fisiologi dan fungsi kelenjar adrenal? c) Bagaimana kontrol sekresi hormon pada korteks adrenal? d) Apakah yang dimaksud Cushing’s syndrome? e) Bagaimana gejala, diagnosis, dan penatalaksanaan Cushing’s syndrome? 3. TUJUAN

HIPOFISIS

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HIPOFISIS

HIPOFISIS, ADRENAL DAN CHUSING’S SYNDROME

   BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Seorang wanita umur 32 tahun, dirawat di ruang inap penyakit dalam rumah sakit Dr Moewardi Surakarta dengan keluhan sering pusing. Riwayat penyakit sekarang Lima bulan yang lalu penderita merasakan bahwa pusing kumat-kumatan, badannya kelihatan makin membesar dan lemah. Satu bulan sebelum masuk rumah sakit pusingnya bertambah berat dan badan semakin melemah dan diperiksakan ke dokter dikatakan gejala Cushing’s syndrome. Riwayat penyakit dahulu Penderita sudah tidak menstruasi sejak 4 bulan (amenorhoe) dan tidak hamil Pemeriksaan fisik Keadaan umum lemah, gizi obese, kesadaran compos mentis. Tekanan darah Hipotensi (90/60 mm Hg), muka moon face, tumbuh rambut banyak di dada, striae di abdomen dan kulit seluruh badan hiperpigmentasi. Pemeriksaan penunjang Kadar natrium serum 130 mg/dl, kadar gula darah puasa 70 mg/dl. Two-day low-dose dexamethason test masih menunggu hasil. Penderita telah dilakukan pemeriksaan CT scan doubel kontras kepala ditemukan tumor di hipofise.

2. RUMUSAN MASALAH

a) Bagaimana fisiologi dan fungsi kelenjar hipofisis? b) Bagaimana fisiologi dan fungsi kelenjar adrenal? c) Bagaimana kontrol sekresi hormon pada korteks adrenal? d) Apakah yang dimaksud Cushing’s syndrome? e) Bagaimana gejala, diagnosis, dan penatalaksanaan Cushing’s syndrome?

3. TUJUAN

a) Mengetahui fisiologis dan fungsi kelenjar hipofisis. b) Mengetahui fisiologis dan fungsi kelenjar adrenal. c) Mengetahui kontrol sekresi hormon pada korteks adrenal. d) Mengetahui definisi Cushing’s syndrome. e) Mengetahui gejala, diagnosis, dan penatalaksanaan Cushing’s syndrome.

4. MANFAAT

a) Mampu mengetahui gejala dan tanda penyakit yang berhubungan dengan sistem endokrin. b) Mampu memahami kriteria diagnosis dan terapi penyakit endokrin.

5. HIPOTESIS

Page 2: HIPOFISIS

Berdasarkan kasus dalam skenario, diduga wanita tersebut menderita Cushing’s syndrome dependen ACTH.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. FISIOLOGI dan FUNGSI KELENJAR HIPOFISIS Fisiologi Hipofisis

Kelenjar pituitari, atau hipofisis, adalah sebuah kelenjar endokrin kecil yang terletak di rongga bertulang di dasar otak tepat di bawah hipotalamus. Hipofisis dihubungkan ke hipotalamus oleh sebuah tangkai kecil, infundibulum, yang mengandung serat saraf dan pembuluh darah halus. Hipofisis memiliki dua lobus yang secara anatomis dan fungsional berbeda, hipofisis posterior dan hipofisis anterior. Hipofisis posterior, secara embriologis berasal dari pertumbuhan berlebihan otak, terdiri dari jaringan saraf dan disebut juga neurohipofisis. Hipofisis anterior, sebaliknya, terdiri dari jaringan epitel kelenjar yang secara embriologis berasal dari penonjolan atap mulut. Dengan demikian hipofisis anterior juga dikenal sebagai adenohipofisis. Hipofisis anterior dan posterior tidak memiliki persamaan selain lokasi mereka. Hipofisis posterior dihubungkan ke hipotalamus melalui jalur saraf, sementara hipofisis anterior dihubungkan ke hipotalamus melalui pembuluh darah (Sherwood, 2001).

Fungsi

Hipotalamus dan hipofisis posterior membentuk suatu sistem neurosekretorik yang mengeluarkan vasopresin dan oksitosin. Hipofisis anterior mengeluarkan enam hormon yaitu:

•  Hormon pertumbuhan (growth hormone, GH, somatotropin), hormon utama yang       bertanggung jawab mengatur pertumbuhan tubuh secara keseluruhan dan juga penting dalam metabolisme perantara. • Thyroid-stimulating hormone (TSH, tirotropin) merangsang sekresi hormon tiroid         dan pertumbuhan kelenjar tiroid. • Hormon adrenokortikotropik (adrenocorticotropic hormone, ACTH) merangsang     sekresi kortisol oleh korteks adrenal dan meningkatkan pertumbuhan korteks adrenal. • Follicle-stimulating hormone (FSH) memiliki fungsi berbeda pada pria dan wanita. Pada   wanita hormon ini merangsang pertumbuhan dan perkembangan folikel ovarium, tempat         berkembangnya ovum atau telur. Selain itu, FSH mendorong sekresi hormon estrogen oleh     ovarium. Pada pria, FSH diperlukan untuk produksi sperma. • Luteinizing hormone (LH), pada wanita LH bertanggung jawab untuk ovulasi, luteinisasi, dan pengaturan sekresi hormon seks wanita, estrogen dan progesteron, oleh ovarium. Pada     pria, hormon ini merangsang sel interstisium Leydig di testis untuk mengeluarkan hormon       seks pria, testoteron. • Prolaktin (PRL) meningkatkan perkembangan payudara dan pembentukan susu pada           wanita. (Sherwood, 2001).

Page 3: HIPOFISIS

2. FISIOLOGI dan FUNGSI KELENJAR ADRENAL Fisiologi Kelenjar Adrenal

Sekitar 80% kelenjar adrenal terdiri dari korteks, yang tersusun dari tiga lapisan atau zona yang berlainan: zona glomerulosa, lapisan paling luar; zona fasikulata, bagian tengah dan terbesar; dan zona retikularis, bagian paling dalam. Korteks adrenal menghasilkan bermacam- macam hormon adrenokorteks, yang semuanya steroid dan berasal dari molekul prekursor yang sama, kolesterol. Berdasarkan efek primernya, steroid adrenal dapat dibagi menjadi tiga kategori : (1) mineralkortikoid, terutama aldosteron, yang mempengaruhi keseimbangan mineral (elektrolit); (2) glukokortikoid, terutama kortisol yang berperan penting dalam metabolisme karbohidrat, protein, lemak, dan (3) hormon seks( androgen) yang identik atau serupa dengan yang dihasilkan oleh gonad (Sherwood, 2001).

Kontrol Sekresi Kortisol

Sekresi kortisol oleh korteks adrenal diatur oleh sistem umpan balik negatif lengkung panjang yang melibatkan hipotalamus dan hipofisis anterior. Hormon adrenokortikotropik (ACTH) dari hipofisis anterior merangsang korteks untuk mengeluarkan kortisol. ACTH berasal dari sebuah molekul prekursor, propiomelanokortin, yang diproduksi di dalam retikulum endoplasma sel penghasil ACTH hipofisis anterior. Sebelum disekresikan, prekursor besar ini dipotong menjadi ACTH dan beberapa peptide lain yang secara biologis aktif, yaitu melanocyte stimulating hormone (MSH) dan bahan mirip-morfin, β-endorfin. Selanjutnya kontrol sekresi berlangsung seperti pada gambar:

 

  3. CHUSING’S SYNDROME

Page 4: HIPOFISIS

Definisi

Chusing’s syndrome adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh efek metabolik gabungan dari peninggian kadar glukokortikoid dalam darah yang menetap ( Price dan Wilson, 2006).

Penyebab dan Gejala

Penyebab sindrom chusing: 1. Hiperplasia adrenal  Sekunder terhadap kelebihan produksi ACTH hipofisa( disfungsi hipotalamik-hipofisa; mikro dan makroadenoma yang menghasilkan ACTH hipofisa.) Sekunder terhadap tumor nonendokrin yang menghasilkan ACTH atau CRH (karsinoma bronkhogenik, karsinoid thymus, karsinoma pankreas, adenoma bronkhus). 2. Hiperplasia noduler adrenal  3. Neoplasia adrenal ( adenoma dan karsinoma) 4. Penyebab eksogen, iatrogenic      Penggunaan glukokortikoid jangka lama dan penggunaan ACTH jangka lama. Tergantung ACTH ( adenoma hipofisis dan neoplasma non- hipofisis (ACTH ektopik)), Tak tergantung ACTH (Iatrogenik, neoplasma adrenal, hyperplasia nodular adrenal, factitious) (Sjafii dan Chairul, 2006).

Gejala klinik: Obesitas badan, hipertensi, mudah lelah kelemahan, amenorhoe, hirsutisme, striae abdomen berwarna ungu, edema, glukosuria, osteoporosis, moon face, buffalo hump, perubahan emosional, mudah tersinggung dan emosi labil sampai depresi berat, bingung atau psikosis (Sjafii dan Chairul, 2006).

Diagnosis

Diagnosis sindrom Chusing bergantung pada kadar produksi kortisol dan kegagalan menekan sekresi kortisol secara normal bila diberikan deksametason. Untuk skrining awal dilakukan tes supresi deksametason tengah malam. Pada kasus sulit (misal pada pasien obes), pengukuran kortisol bebas 24 jam juga bisa digunakan sebagai tes skrining. Bila kortisol bebas urin lebih tinggi dari 275 nmol/dl (100ug/dl) adalah sugestif sindrom chusing. Diagnosis definitif ditetapkan bila gagal menurunkan kortisol urin menuju ke <>

Penatalaksanaan

Pengobatan sindrom chusing dependen ACTH tidak sama, bergantung pada sumber ACTH apakah hipofisis atau ektopik. Jika dijumpai tumor hipofisis, sebaiknya diusahakan reseksi tumor transfenoidal. Tetapi jika terdapat bukti hiperfungsi hipofisis namun tumor tidak dapat ditemukan, dapat dilakukan radiasi kobalt pada kelenjar hipofisis. Obat-obat kimia yang mampu menyekat (ketokonazol, aminoglutetimid) atau merusak sel-sel korteks adrenal penghasil kortisol (milotane) juga mampu mengontrol kelebihan kortisol. Bila bedah hipofisis, terapi radiasi dan atau terapi medis dengan penghambat adrenal gagal, penyakit ini dapat dikontrol dengan adrenalektomi total, dan diikuti pemberian kortisol dosis fisiologik ( Price dan Wilson, 2006).  

Page 5: HIPOFISIS

BAB III PEMBAHASAN

Pada kasus, wanita usia 32 tahun mengeluhkan sering pusing, hal ini disebabkan oleh efek penekanan massa tumor pada daerah sella tursika. Badannya kelihatan makin membesar dan lemah, muka moon face,striae di abdomen, hal ini disebabkan oleh hipersekresi kortisol( Chusing’s syndrome ) akibat hipersekresi ACTH karena tumor hipofisis, yaitu glukoneogenesis berlebihan sehingga terlalu banyak asam amino yang diubah menjadi glukosa, sehingga tubuh akan mengalami kelebihan glukosa dan kekurangan protein. Untuk alasan yang belum jelas, sebagian glukosa ekstra tersebut diendapkan sebagai lemak tubuh di lokasi-lokasi yang khas pada penyakit ini, biasanya di abdomen, wajah, dan di atas bahu. Distribusi lemak yang abnormal di kedua lokasi terakhir dikenal sebagai moon face dan buffalo hump. Selain efek-efek yang disebabkan oleh produksi glukosa berlebihan, muncul efek lain yang berasal dari mobilisasi luas asam amino dari protein tubuh untuk digunakan sebagai prekursor glukosa. Hilangnya protein di otot menyebabkan otot melemah dan timbul rasa lelah. Kulit abdomen yang kekurangan protein dan menipis akan mengalami peregangan berlebihan oleh endapan lemak di bawahnya. Akibatnya jaringan bawah kulit( subdermis) robek dan menimbulkan garis-garis linear irregular berwarna ungu kemerahan( striae abdomen).

Penderita tidak menstruasi sejak 4 bulan (amenorhoe) dan tumbuh rambut banyak di dada disebabkan hipersekresi androgen adrenal yang juga disebabkan oleh hipersekresi ACTH dari tumor hipofisis, yang menyebabkan, pola pertumbuhan rambut seperti pada pria, dan penekanan androgen pada jalur hipotalamus-hipofisis-ovarium untuk sekresi hormon-hormon seks wanita. Hiperpigmentasi disebabkan oleh hipersekresi dari MSH yang berasal dari prekursor yang sama dengan ACTH yaitu propiomelanokortin yang menyebabkan pembentukan melanin yang berlebih di dalam tubuh.Kadar natrium serum seharusnya meningkat akibat hipersekresi aldosteron, yang menyebabkan retensi Na+ (hipernatremia) dan deplesi K+ (hipokalemia). Biasanya juga terdapat peningkatan tekanan darah, paling tidak sebagian disebabkan oleh retensi cairan dan Na+ yang berlebihan. Kadar gula puasa seharusnya meningkat karena hipersekresi kortisol meningkatkan glukoneogenesis.

Two-day low-dose dexamethason test digunakan untuk uji skrining awal Chusing’s syndrome. Diagnosis Chusing’s syndrome bergantung pada kadar produksi kortisol dan kegagalan menekan sekresi kortisol secara normal bila diberikan deksametason. Untuk penatalaksanaan Chusing’s syndrome pada tumor hipofisis dilakukan reseksi tumor transfenoidal. Selain itu obat-obat kimia yang mampu menyekat (ketokonazol, aminoglutetimid) atau merusak sel-sel korteks adrenal penghasil kortisol (milotane) juga mampu mengontrol kelebihan kortisol. Bila bedah hipofisis, terapi radiasi dan atau terapi medis dengan penghambat adrenal gagal, penyakit ini dapat dikontrol dengan adrenalektomi total, dan diikuti pemberian kortisol dosis fisiologik.

BAB IV SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan  1) Wanita tersebut menderita Chusing’s syndrome dependen ACTH karena hipersekresi kortisol dipengaruhi oleh ACTH berlebih akibat tumor hipofisis.

Page 6: HIPOFISIS

2) Penatalaksanaan untuk tumor hipofisisnya adalah reseksi tumor transfenoidal dan untuk hiperkortisolisnya dengan menggunakan obat-obat seperti ketokonazol, aminoglutetimid, apabila gagal penyakit ini dapat di kontrol dengan adrenalektomi diikuti pemberian kortisol dosis fisiologik.

Saran Sebaiknya pasien mematuhi pengobatan yang telah diberikan oleh dokter agar tidak memperparah penyakitnya.

DAFTAR PUSTAKA

Sjafii dan Chairul. 2006. Insulin: Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme. In: Aru WS, Bambang S.,dkk.(eds). Buku Ajar IPD Jilid III Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, pp: 1979-1983.

Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 (Vol 2). Jakarta: EGC.

Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.