Upload
prasdiana-heny
View
11
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
askep hipertensi eklampsia
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS HIPERTENSI EKLAMPSIA
BAB IA. PengertianHipertensi adalah Kenaikan nilai tekanan sistolik sebesar 30 mmHg/lebih atau kenaikan tekanan diastolik 15 mmHg diatas tekanan dasar. Peningkatan MAP > 20 mmHg/ jika tekanan darah sebelumnya tidak diketahui, MAP sebesar 105 mmHg.Eklampsia adalah kelaianan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala preeclampsia (hipertensi, edems, proteinuri). (Wirjoatmodjo, 2000: 49).
Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia memburuk menjadi kejang (helen varney;2007)Eklampsia yaitu terjadinya konvulsi atau koma pada klien disertai tanda dan gejala preeklampsia, Konvulsi atau koma dapat muncul tanpa didahului gangguan neurologis.
Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani dan berarti "halilintar". Kata tersebut dipakai karena seolah-olah gejala-gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda-tanda lain. Diketahui bahwa eklampsia pada umumnya timbul pada wanita hamil atau dalam masa nifas dengan tanda-tanda pre-eklampsia. Pada wanita yang yang menderita eklampsia timbul serangan kejangan yang diikuti oleh koma.Pada penderita pre-eklampsi berat timbul konvulsi bisa diikuti oleh koma.Menurut saat timbulnya dibagi dalam :
a. Eklampsia gravidarum (50%)
b. Eklampsia parturientum (40%)
c. Eklampsia puerperium( 10%)
B. EtiologiSampai saat ini, etiologi pasti dari eklampsia belum diketahui. Ada beberapa teori mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory.
Adapun teori-teori tersebut antara lain :
Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Peran faktor imunologis
Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen pada pre-eklampsi/eklampsi.
Peran faktor genetik /familial
Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsi/ eklampsi pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsi/eklampsi.
Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS)
C. Pathofisiologi Pada eklampsia terjadi spasmus pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasmus yang hebat dari arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasmus, maka tekanan darah dengan sendirinya akan naik sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin disebabkan oleh retensi air dan garam,proteinuria mungkin disebabkan oleh spasmus Arteriola sehingga terjadi perubahan glomerulus.
Perubahan pada organ-organ:
1. Perubahan pada otak
Pada eklampsi, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh darah otak. Edema terjadi pada otak yang dapat menimbulkan kelainan serebral dan kelainan pada visus. Bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.
2. Perubahan pada rahim
Aliran darah menurun ke plasenta menyebabkan gangguan plasenta, sehinggaterjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada pre-eklampsi dan eklampsi sering terjadi bahwa tonus rahim dan kepekaan terhadap rangsangan meningkat maka terjadilah partus prematurus.
3. Perubahan ada ginjal
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal kurang. Hal ini menyebabkan filfrasi natrium melalui glomerulus menurun, sebagai akibatnya terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.
4. Perubahan pada paru-paru
Kematian wanita pada pre-eklampsi dan eklampsi biasanya disebabkan oleh edema paru. Ini disebabkan oleh adanya dekompensasi kordis. Bisa pula karena terjadinya aspires pnemonia. Kadang-kadang ditemukan abses paru.
5. Perubahan pada mata
Dapat ditemukan adanya edema retina spasmus pembuluh darah. Pada eklampsi dapat terjadi ablasio retina disebabkan edema intra-okuler dan hal ini adalah penderita berat yang merupakan salah satu indikasi untuk terminasi kehamilan. Suatu gejala lain yang dapat menunjukkan arah atau tanda dari pre-eklampsi berat akan terjadi eklampsi adalah adanya: skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
6. Perubahan pada keseimbangan air dan elektrolit
Pada pre-eklampsi berat dan pada eklampsi : kadar gula darah naik sementara asam laktat dan asam organik lainnya naik sehingga cadangan alkali akan turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai zat-zat organik dioksidasi sehingga natrium dilepas lalu bereaksi dengan karbonik sehingga terbentuk bikarbonat natrikus. Dengan begitu cadangan alkali dapat kembali pulih normal.
D. Manifestasi Klinis EklampsiaPada umumnya kekejangan didahului oleh makin memburuknya preeklampsia dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan,mual, nyeri epigastrium,hiperrefleksia. Bila keadaan ini tidak dikenal dan tidak segera diobati, akan timbul kejang terutama pada persalinan.
Konvulsi eklampsia dibagi dalam 4 tingkat :
1. Stadium invasi (awal atau aurora)
Mata terpaku dan terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar, kepala dipalingkan kanan atau kiri yang berlangsung kira-kira 30 detik.
2. Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan jadi kaku,wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok ke dalam, pemafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit. Stadium ini berlangsung kira-kira 20-30 detik.
3. Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam waktu yang cepat. Mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit.Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang kronik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas seperti mendengkur.
4. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran (koma) terjadi beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang-kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya wanita tetap dalam keadaan koma. Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu naik sampai 40C.
Komplikasi saat serangan adalah :
Lidah tergigit
Terjadi perlukaan dan fraktur
Gangguan pernafasan
Perdarahan otak
Solutio plasenta
Merangsang persalinan
E. Komplikasi Eklampsia Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama adalah melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre-eklampsia dan eklampsia. Komplikasi di bawah ini biasanya terjadi pada pre-eklampsia berat dan eklampsia.
a. Solusio plasenta.
Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre-eklampsia.
b. Hipofibrirngenemia
c. Hemolisis.
Penderita dengan pre-eklampsi berat kadang-kadang menunjukkan gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus.
d. Perdarahan otak.
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.
e. Kelainan mata.
Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlansung sampai seminggu, dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina hal ini merupakan tanda gawat
akan terjadinya apopleksia serebri.
f. Edema paru-paru.
Hal ini disebabkan karena gagal jantung.
g. Nekrosis hati.
Nekrosis periportal hati pada pre-eklampsia dan eklampsia merupakan akibat vasopasmus arteriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia tetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
h. Sindroma HELLP. Yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.
i. Kelainan ginjal.
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma sel endothelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
j. Kompliknsi lain.
Lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh akibat kejang-kejang pneumonia aspirasi, dan DIC (disseminata intra vascular coogulation),Prematuritas, dismaturitas, dan kematian janin intra-uterin.
F. Pemeriksaan penunjang Urin : Protein, reduksi, bilirubin, sedimen urin.
Darah : Trombosit, ureum, kreatinin, SGOT, LDH dan bilirubin.
USG
G. PenatalaksanaanPrinsip penatalaksanaan eklampsi sama dengan pre-eklampsi berat dengantujuan utama menghentikan berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan Ibu mengizinkan.
1. Penderita eklampsi harus dirawat inap di rumah sakit
2. Saat membawa ibu ke rumah sakit, berikan obat penenang untuk mencegahkejang-kejang selama dalam perjalanan. Dalam hal ini dapat diberikan pethidin 100 mg atau Luminal 200 mg atau Morfin l0 mg.
Tujuan perawatan rumah sakit adalah :
Menghentikan konvulsi
Mengurangi vasospasmus
Meningkatkan dieresis
Mencegah infeksi
Memberikan pengobatan yang tepat dan cepat
Terminasi kehamilan dilakukan setelah 4 jam serangan kejang terakhir dengan tidak memperhitungkan tuanya kehamilan.
3. Sesampai di rumah sakit pertolongan pertama adalah:
Membersihkan dan melapangkan jalan pernafasan
Menghindarkan lidah tergigit
Pemberian oksigen
Pemasangan infus dektrosa atau glukosa 10% - 20%-40%
Menjaga jangan terlalu trauma
Pemasangan kateter tetap (dauer catheter)
4. Observasi ketat penderita :
Dalam karnar isolasi : tenang,lampu redup-tidak terang, jauh dari kebisingan dan rangsangan.
Dibuat daftar catatan yang dicatat selama 30 menit : tensi, nadi, respirasi, suhu badan, refleks, dan diuresis diukur. Juga catat kesadaran dan jumlah kejang.
Pemberian cairan disesuaikan dengan jumlah diuresis,pada umumnya 2 liter dalam 24 jam.
Diperiksa kadar protein urine 24 jam kuantitatif.
BAB III. PENGKAJIANData yang dikaji pada ibu dengan eklampsia adalah :
a. Data subyektif :
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , 35 tahun
Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi kronik, DM.
Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya.
Faktor risiko
Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan.
Psikososial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya
b. Data Obyektif :
Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam.
Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya vital distress.
Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM
( jika refleks + )
Observasi edema: distribusi, derajat & pitting edema
Edema dependen (edema bagian bawah/bagian tubuh yang dependen).
Edema pitting (lekukan kecil akibat tekanan pada bagian yang edema, menetap 10 30 menit).
Refleks Tendon Profunda (RTP)
Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan interval 6 jam
Laboratorim : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine meningkat,serum kreatini meningkat, uriea acid biasanya > 7 mg/100 ml,Hb,Trombosis,enzim hati, glukosa
Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
Tingkat kesadaran : penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
USG : untuk mengetahui keadaan janin
NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
II. Diagnosa Keperawatan yang munkin muncul1. Perubahan perfusi jaringan/organ berhubungan dengan hipertensi,vasospasme siklik, edema serebral, perdarahan.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek pengobatan, edema paru.
3. Penurunan Curah jantung berhubungan dengan terapi anti hipertensi, proses penyakit.
4. Resiko terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ
( vasospasme dan peningkatan tekanan darah )
5. Cemas berhubungan dengan Koping individu/ keluarga tidak efektif.
6. Risiko injuri berhubungan dengan iritabilitas SSP
III. Rencana Asuhan Keperawatan Dengan Kasus Hipertensi Eklampsia Pada Kehamilan1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan hipertensi,vasospasme siklik,edema serebral,perdarahan.
Tujuan : Mempertahankan perfusi jaringan yang adekuat
Intervensi :
Kaji adanya perubahan tanda-tanda vital.Rasional : Data tersebut berguna dalam menentukan perubahan perfusi
Kaji daerah ekstremitas dingin,lembab,dan sianosis
Rasional : Ekstremitas yang dingin,sianosis menunjukan penurunan perfusi jaringan
Catat adanya penurunan haluaran Urin