27
HEPARIN DAN ASAM TRANEKSAMAT Astrid Lasmono*, Wahyu Hendarto** ABSTRACT Anticoagulant used to prevent blood clotting by inhibiting the formation or inhibit the function of several blood clotting factors needed to prevent the spread and formed thrombus and embolism, as well as to prevent the freezing of blood in vitro in the laboratory or transfusion. Oral anticoagulants and heparin inhibit fibrin formation and is used prophylactically to reduce the incidence of venous thromboembolism especially. In an already formed thrombus, anticoagulation only prevent the growing thrombus and reduce the possibility of embolism, but does not reduce thrombus. Tranexamic acid is a competitive inhibitor of plasminogen activator and inhibitor of plasmin. Plasmin itself serves destroy fibrinogen, fibrin and other blood clotting factors, therefore tranexamic acid can be used to help overcome excessive bleeding due to fibrinolysis. Key words : anticoagulant, heparin, tranexamic acid 1

Heparin

Embed Size (px)

DESCRIPTION

anestesi

Citation preview

Page 1: Heparin

HEPARIN DAN ASAM TRANEKSAMAT

Astrid Lasmono*, Wahyu Hendarto**

ABSTRACT

Anticoagulant used to prevent blood clotting by inhibiting the formation or inhibit the function of

several blood clotting factors needed to prevent the spread and formed thrombus and embolism,

as well as to prevent the freezing of blood in vitro in the laboratory or transfusion. Oral

anticoagulants and heparin inhibit fibrin formation and is used prophylactically to reduce the

incidence of venous thromboembolism especially. In an already formed thrombus,

anticoagulation only prevent the growing thrombus and reduce the possibility of embolism, but

does not reduce thrombus. Tranexamic acid is a competitive inhibitor of plasminogen activator

and inhibitor of plasmin. Plasmin itself serves destroy fibrinogen, fibrin and other blood clotting

factors, therefore tranexamic acid can be used to help overcome excessive bleeding due to

fibrinolysis.

Key words : anticoagulant, heparin, tranexamic acid

ABSTRAK

Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat

pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah yang diperlukan untuk

mencegah terbentuk dan meluasnya trombus dan emboli, maupun untuk mencegah bekunya

darah in vitro pada pemeriksaan laboratorium atau transfusi. Antikoagulan oral dan heparin

menghambat pembentukan fibrin dan digunakan secara profilaktik untuk mengurangi insidens

1

Page 2: Heparin

tromboemboli terutama pada vena. Pada trombus yang sudah terbentuk, antikoagulan hanya

mencegah membesarnya trombus dan mengurangi kemungkinan terjadinya emboli, tetapi tidak

memperkecil trombus. Asam traneksamat merupakan penghambat kompetitif dari aktivator

plasminogen dan penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan menghancurkan fibrinogen,

fibrin dan faktor pembekuan darah lain, oleh karena itu asam traneksamat dapat digunakan untuk

membantu mengatasi perdarahan akibat fibrinolisis yang berlebihan.

Kata kunci : antikoagulan, heparin, asam traneksamat

*Coassistant Anestesi FK Universitas Tarumanagara periode 4 Maret 2013 – 23 Maret 2013

**Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif BLU RSUD Kota Semarang

2

Page 3: Heparin

PENDAHULUAN

Penggunaan antikoagulan merupakan hal menarik bagi dunia medis sejak masa

Hippocrates (460 – 380 Sebelum Masehi). Hippocrates menganjurkan pemberian anggur putih

untuk membuat darah menjadi encer pada wanita dengan darah menstruasi yang sedikit. Pada

jaman dahulu juga dikenal beberapa ekstrak tanaman dengan istilah pengencer darah. Galen

(131-201 M) berfikir bahwa darah terlalu kental pada beberapa pasiennya, sehingga dia

menyarankan untuk menjadikannya encer dengan cara menimbulkan diare melalui konsumsi

sayuran rhubarb. Pada tahun 1884 Haycraft mengidentifikasi adanya efek antikoagulan pada

saliva lintah, yang dinamakan Hirudin. Namun ekstrak yang dibuatnya masih beracun. Berlanjut

hingga penemuan heparin, salah satu obat tua yang sering digunakan hingga kini. Penemuan

heparin hampir satu abad yang lalu dan membutuhkan waktu bertahun-tahun uji laboratorium ke

manusia.

Tahun 1916, Jay McLean, mahasiswa di Johns Hopkins Medical School, Baltimore,

Amerika Serikat, bekerja pada dosennya, William Henry Howell. Howell menduga cephalin

yang diisolasi dari otak anjing akan menimbulkan aktivasi prothrombin. Ternyata setelah diteliti

oleh McLean, cephalin tidak menimbulkan efek yang diharapkan. Selanjutnya McLean

melanjutkan penelitian menggunakan hepar anjing, yang ternyata menimbulkan perdarahan hebat

pada hewan. Penelitian McLean terhenti karena dia lebih tertarik kembali pada cephalin, yang

menurutnya lebih berguna pada penghentian luka perdarahan pada peperangan. Setelah heparin,

para peneliti memerlukan alternatif antikoagulan yang dapat diberikan peroral.

Pada tahun 1920an, ketika itu banyak sapi dan domba mati karena perdarahan organ

dalam. Penyebabnya adalah konsumsi makanan ternak dari daun dan jerami yang diproses secara

primitif sehingga tumbuh jamur-jamur jenis Penicillium nigricans dan Penicillium jensi. Ternak

3

Page 4: Heparin

terhenti perdarahan jika makanan dihentikan atau mendapat transfusi darah hewan sehat. Para

peneliti dari Wisconsin, Amerika Serikat terus mempelajari hal tersebut. Salah seorang peneliti

bernama Karl Link, saat menjalani perawatan sanatorium, mendapat ide untuk menggunakan

bahan penelitiannya sebagai rodentisida (pembunuh tikus). Pembunuhan tikus berhasil dengan

menimbulkan perdarahan internal. Akhirnya, bahan tersebut diberi nama Warfarin, singkatan

dari Wisconsin Alumni Research Foundation. Penemuan antikoagulan jenis baru membutuhkan

waktu lebih kurang 70 tahun

DEFINISI ANTIKOAGULAN

Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat

pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Atas dasar ini

antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk dan meluasnya trombus dan emboli, maupun

untuk mencegah bekunya darah in vitro pada pemeriksaan laboratorium atau transfusi.

Antikoagulan oral dan heparin menghambat pembentukan fibrin dan digunakan secara

profilaktik untuk mengurangi insidens tromboemboli terutama pada vena. Kedua macam

antikoagulan ini juga bermanfaat untuk pengobatan trombosis arteri karena mempengaruhi

pembentukan fibrin yang diperlukan untuk mempertahankan gumpalan trombosit. Pada trombus

yang sudah terbentuk, antikoagulan hanya mencegah membesarnya trombus dan mengurangi

kemungkinan terjadinya embol, tetapi tidak memperkecil trombus.

Antikoagulan dapat dibagi menjadi 3 kelompok : (1) heparin; (2) antikoagulan oral,

terdiri dari derivat 4-hidroksikumarin misalnya: dikumarol, warfarin, dan derivat-derivat indan-

1,3-dion misalnya: anisindion; (3) antikoagulan yang bekerja dengan mengikat ion kalsium,

salah satu faktor pembekuan darah.

4

Page 5: Heparin

HEPARIN

Heparin endogen merupakan suatu mukopolisakarida yang mengandung sulfat. Zat ini

disintesis di dalam sel mast dan terutama banyak terdapat di paru. Heparin nampaknya

dibutuhkan untuk penyimpanan histamin dan protease tertentu di dalam granul sel mast. Bila

dilepaskan dari sel mast heparin dengan cepat dihancurkan oleh makrofag. Dalam keadaan

normal heparin tidak dapat dideteksi dalam darah, tetapi pada pasien mastositosis sistemik yang

mengalami degranulasi masif sel mast dapat terjadi perpanjangan aPTT (activated partial

thromboplastin time) nampaknya sebagai akibat penglepasan heparin ke dalam sirkulasi.

FARMAKODINAMIK

Mekanisme kerja

Efek antikoagulan heparin timbul karena ikatannya dengan AT-III. AT-III berfungsi

menghambat protease faktor pembekuan termasuk faktor IIa (trombin), Xa dan IXa, dengan cara

membentuk kompleks yang stabil dengan protease faktor pembekuan. Heparin yang terikat

dengan AT-III mempercepat pembentukan kompleks tersebut sampai 1000 kali. Bila kompleks

AT-III-protease sudah terbentuk heparin dilepaskan untuk selanjutnya membentuk ikatan baru

dengan antitrombin.

Hanya sekitar 1/3 molekul heparin yang dapat terikat kuat dengan AT-III. Heparin berat

molekul tinggi (5.000 – 30.000) memiliki afinitas kuat dengan antitrombin dan menghambat

dengan nyata pembekuan darah. Heparin berat molekul rendah efek antikoagulannya terutama

melalui penghambatan faktor Xa oleh antitrombin, karena umumnya molekulnya tidak cukup

panjang untuk mengkatalisis penghambatan trombin.

5

Page 6: Heparin

Terhadap lemak darah, heparin bersifat lipotropik yaitu memperlancar transfer lemak

darah ke dalam depot lemak. Aksi penjernih ini terjadi karena heparin membebaskan enzim-

enzim yang menghidrolisis lemak, salah satu diantaranya ialah lipase lipoprotein ke dalam

sirkulasi serta menstabilkan aktivitasnya. Efek lipotropik ini dapat dihambat oleh protamin.

Fraksi-fraksi berat molekul tinggi High molecular weight (HMW) heparin dengan afinitas

tinggi pada antitrombin secara nyata menghambat pembekuan (koagulasi) darah. Fraksi - fraksi

heparin ini mempunyai MW (berat molekul) berkisar 5.000-30.000. Fraksi-fraksi berat molekul

rendah low molecular weight (LMW) heparin menghambat faktor X yang telah diaktifkan tetapi

mempunyai sedikit efek pada antitrombin dan pada koagulasi, dibandingkan dengan jenis HMW.

Penelitian telah menunjukkan bahwa heparin-heparin LMW, seperti enoxaparin dan delteparin

efektif dalam mencegah terjadinya trombosis vena dalam pada periode pasca operatif. Obat-obat

ini juga telah terbukti efektif dalam pengobatan penyakit tromboembolik vena akut dan

simdroma-sindroma koroner akut

Monitoring terapi

Agar obat efektif mencegah pembekuan dan tidak menimbulkan perdarahan maka

diperlukan penentuan dosis yang tepat, pemeriksaan darah berulang dan tes laboratorium yang

dapat dipercaya hasilnya. Pada saat ini telah terbukti bahwa dosis kecil heparin yang diberikan

subkutan untuk mencegah emboli vena tidak memerlukan pemeriksaan darah berulang. Akan

tetapi karena respons pasien terhadap heparin bervariasi maka mungkin satu atau dua tes untuk

aktivitas heparin diperlukan pada permulaan pengobatan. Monitoring pemeriksaan laboratorium

mungkin diperlukan bila dosis standar heparin diberikan secara intermiten IV atau secara infus

IV. Berbagai tes yang dianjurkan untuk memonitor pengobatan dengan heparin ialah waktu

6

Page 7: Heparin

pembekuan darah (whole blood clotting time), partial thromboplastin time (PT), atau activated

partial thromboplastin time (aPTT). Tes aPTT ialah yang paling banyak dilakukan. Trombosis

umumnya dapat dicegah bila aPTT 1,8 – 2,5 kali nilai normal.

FARMAKOKINETIK

Heparin tidak diabsorpsi secara oral, karena itu diberikan secara subkutan atau intravena.

Pemberian secara subkutan bioavailibilitasnya bervariasi, mula kerjanya lambat 1-2 jam tetapi

masa kerjanya lebih lama. Heparin berat molekul rendah diabsorpsi lebih teratur. Suntikan

intramuskular dapat menyebabkan terjadinya hematom yang besar pada tempat suntikan dan

absorpsinya tidak teratur serta tidak dapat diramalkan. Efek antikoagulan segera timbul pada

pemberian suntikan bolus intravena dengan dosis terapi, dan terjadi kira-kira 20-30 menit setelah

suntikan subkutan. Heparin cepat dimetabolisme terutama di hati. Masa paruhnya tergantung dari

dosis yang digunakan, suntikan IV 100, 400, atau 800 unit/kgBB memperlihatkan masa paruh

masing-masing kira-kira 1, 2,5 dan 5 jam. Masa paruh mungkin memendek pada pasien emboli

paru dan memanjang pada pasien sirosis hepatis atau penyakit ginjal berat.

Heparin berat molekul rendah mempunyai masa paruh yang lebih panjang daripada

heparin standar. Metabolit inaktif diekskresi melalui urin. Heparin diekskresi dalam bentuk utuh

melalui urin hanya bila digunakan dosis besar intravena. Pasien emboli paru memerlukan dosis

heparin yang lebih tinggi karena klirens yang lebih cepat. Terdapat variasi individual dalam efek

antikoagulan yang ditimbulkan maupun dalam kecepatan klirens obat. Heparin tidak melalui

plasenta dan tidak terdapat dalam air susu ibu.

7

Page 8: Heparin

EFEK SAMPING DAN INTOKSIKASI

Bahaya utama pemberian heparin ialah perdarahan. Meskipun dahulu dilaporkan

perdarahan terjadi 1-33% pasien yang mendapat heparin, penelitian akhir-akhir ini pada pasien

tromboemboli vena yang mendapat heparin IV terjadi pada kurang dari 3% pasien. Insidens

perdarahan tidak meningkat pada pasien yang mendapat heparin berat molekul rendah. Jumlah

episode perdarahan nampaknya meningkat dengan meningkatnya dosis total per hari dan dengan

derajat perpanjangan aPTT, meskipun pasien dapat mengalami perdarahan dengan nilai aPTT

dalam kisaran terapeutik. Dalam hal ini perdarahan kadang-kadang disebabkan oleh operasi baru,

adanya trauma, penyakit tukak peptik, atau gangguan fungsi trombosit.

Terjadinya perdarahan dapat dikurangi dengan : (1) mengawasi atau mengatur dosis obat;

(2) menghindari penggunaan bersamaan dengan obat yang mengandung aspirin; (3) seleksi

pasien; dan (4) memperhatikan kontraindikasi pemberian heparin. Selama masa tromboemboli

akut, resistensi atau toleransi terhadap heparin dapat terjadi, dan karena itu efek antikoagulan

harus dimonitor dengan tes pembekuan darah misalnya activated partial thromboplastin time

(aPTT). Perdarahan antara lain dapat berupa perdarahan saluran cerna atau hematuria. Wanita

usia lanjut dan pasien dengan gagal ginjal umumnya lebih mudah mengalami komplikasi

perdarahan. Ekimosis dan hematom pada tempat suntikan dapat terjadi baik setelah pemberian

8

Page 9: Heparin

heparin secara subkutan maupun intramuskular. Perdarahan ringan akibat heparin biasanya

cukup diatasi dengan menghentikan pemberian heparin. Tetapi perdarahan yang cukup berat

perlu dihentikan secara cepat, dengan pemberian protamin sulfat, suatu antagonis heparin, yang

diberikan melalui infus IV secara lambat.

Protamin sulfat ialah suatu basa kuat yang dapat mengikat dan menginaktivasi heparin,

tetapi zat ini juga memiliki efek antikoagulan dan memperpanjang waktu pembekuan karena

protamin juga berinteraksi dengan trombosit, fibrinogen dan protein plasma lainnya. Oleh karena

itu jumlah protamin yang diberikan untuk menetralkan heparin harus eminimal mungkin,

umumnya sekitar 1 mg protamin untuk tiap 100 U heparin. Protamin digunakan secara rutin

untuk melawan efek antikoagulan heparin setelah operasi jantung dan tindakan lain pada

pembuluh darah.

Trombositopenia ringan yang bersifat sementara dapat terjadi pada 25% pasien; dan pada

5% pasien dapat terjadi trombositopenia berat.trombositopenia ringan terjadi akibat agregasi

trombosit yang diinduksi heparin, dan trombositopenia berat akibat terbentuknya antibodi

antiplatelet. Agregasi trombosit yang diinduksi heparin dapat mengakibatkan timbulnya

tromboemboli paradoksal. Bila hal tersebut terjadi maka heparin harus dihentikan pemberiannya,

dan diganti dengan antikoagulan oral bila keadaan klinis memungkinkan. Nekrosis kulit yang

kadang-kadang cukup berat dapat terjadi pada tempat penyuntikan subkutan.

INDIKASI

Heparin diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan trombosis vena dan emboli

paru. Heparin digunakan untuk pengobatan trombosis vena dan emboli paru karena mula

kerjanya cepat. Pada saat permulaan pengobatan biasanya juga diberikan suatu antikoagulan oral,

9

Page 10: Heparin

dan heparin dilanjutkan sekurang-kurangnya 4-5 hari untuk memungkinkan antikoagulan oral

mencapai efek terapeutik. Penggunaan heparin jangka panjang juga bermanfaat bagi pasien yang

mengalami tromboemboli berulang meskipun telah mendapat antikoagulan oral. Heparin

digunakan untuk pengelolaan awal pasien angina tidak stabil atau infark miokard akut, selama

dan sesudah angioplasti koroner atau pemasangan stent, dan selama operasi yang membutuhkan

bypass kardiopulmonar, serta pasien disseminatrd intravascular coagulation (DIC) tertentu.

Preparat heparin berat molekul rendah seperti enoksaparin, dalteparin diindikasikan untuk

pencegahan tromboemboli vena. Selain itu akhir-akhir ini dibuktikan juga efektif untuk

pengobatan trombosis vena, emboli paru, dan angina tidak stabil. Kelebihan heparin berat

molekul rendah dibandingkan heparin standar karena memiliki profil farmakokinetik yang lebih

dapat diprediksi, sehingga memungkinkan penggunaan subkutan dengan dosis berdasarkan berat

badan tanpa memerlukan pemantauan laboratorium yang ketat. Keuntungan lain adalah lebih

rendahnya insiden trombositopenia yang diinduksi heparin, dan kemungkinan lebih rendahnya

risiko perdarahan dan osteopenia, frekuensi pemberian kurang dibandingkan heparin standar (1-2

kali sehari).

KONTRAINDIKASI

Heparin dikontraindikasikan pada pasien yang sedang mengalami perdarahan atau

cenderung mengalami perdarahan misalnya pasien hemofilia, permeabilitas kapiler yang

meningkat, threatened abortion, endokarditis bakterial subakut, perdarahan intrakranial, lesi

ulseratif terutama pada saluran cerna, anestesia lumbal atau regional, hipertensi berat, syok.

Heparin tidak boleh diberikan selama atau setelah operasi mata, otak atau medula spinal, dan

pasien yang mengalami pungsi lumbal atau anestesi blok. Heparin juga dikontraindikasikan pada

10

Page 11: Heparin

pasien yang mendapat dosis besar etanol, peminum alkohol dan pasien yang hipersensitif

terhadap heparin. Meskipun heparin tidak melalui plasenta, obat ini hanya digunakan untuk

wanita hamil bila memang benar-benar diperlukan.

POSOLOGI

Untuk pengobatan tromboemboli vena dimulai dengan satu suntkan bolus 5000 U, diikuti

dengan 1200-1600 U/jam yang diberikan melalui infus IV. Terapi dipantau secara rutin dengan

pemeriksaan aPTT. Kisaran terapeutik heparin standar umumnya dicapai bila kadar heparin

plasma 0,3-0,7 U/mL yang ditentukan dengan suatu assay antifaktor Xa. Umumnya diasumsikan

efek terapeutik tercapai bila waktu pembekuan 1,8-2,5 kali nilai normal aPTT. Pada pasien yang

tidak mencapai kadar terapeutik dalam 24 jam pertama, risiko kekambuhannya tromboemboli

lebih besar. Pada awal pengobatan aPTT perlu diukur dan kecepatan infus disesuaikan tiap 6

jam; penyesuaian dosis dapat dibantu dengan suatu nomogram. Bila dosis mantap sudah dicapai,

cukup dilakukan pemantauan tiap hari.dosis heparin yang sangat tinggi dibutuhkan untuk

mencegah pembekuan selama bypass kardiopulmonal.

Heparin secara subkutan dapat diberikan bagi pasien yang memerlukan pengobatan

antikoagulan jangka panjang tetapi warfarin tidak boleh diberikan (misalnya selama kehamilan).

Dosis total sekitar 35.000 U/hari diberikan sebagai dosis terbagi tiap 8 atau 12 jam biasanya

cukup untuk mencapai nilai aPTT 1,5 kali nilai kontrol. Pemantauan umumnya tidak perlu

dilakukan bila dosis mantap sudah dapat ditentukan. Untuk mencegah trombosis vena dalam dan

tromboemboli pada pasien yang peka, digunakan heparin dosis rendah, disarankan 5000 U

heparin diberikan secara subkutan tiap 8-12 jam. Pemantauan laboratorium tidak dibutuhkan

karena rangkaian pengobatan tersebut tidak memperpanjang aPTT.

11

Page 12: Heparin

Preparat heparin berat molekul rendah (misalnya enoksaparin, dalteparin, ardeparin,

nadroparin) diberikan dengan regimen dosis tetap atau disesuaikandengan berat badan secara

suntikan subkutan, 1 atau 2 kali sehari. Dosis enoksaparin untuk mencegah trombosis vena

dalam setelah operasi pinggul adalah 30 mg dua kali sehari, sedangkan dosis dalteparin yang

dianjurkan 2.500 unit subkutan 1 kali sehari. Karena efek heparin berat molekul rendah minimal

pada tes pembekuan in vitro, pemantauan tidak dilakukan secara rutin. Pasien dengan gagal

ginjal lanjut membutuhkan pemantauan dengan assay anti-faktor Xa karena masa paruh heparin

berat molekul rendah pada keadaan tersebut mungkin memanjang.

HEMOSTATIK

Hemostatik ialah zat atau obat yang digunakan untuk menghentikan perdarahan. Obat-

obat ini diperlukan untuk mengatasi perdarahan yang meliputih daerah yang luas. Pemilihan obat

harus dilakukan secara tepat sesuai dengan patogenesis perdarahan. Bila daerah perdarahan kecil,

tindakan fisik seperti penekanan, pendinginan atau kauterisasi seringkali dapat menghentikan

perdarahan dengan cepat.

Perdarahan dapat disebabkan oleh defisiensi satu faktor pembekuan darah yang bersifat

herediter misalnya defisiensifaktor antihemofilik (faktor VIII), dan dapat pula akibat defisiensi

banyak faktor yang mungkin sulit untuk didiagnosis dan diobati. Defisiensi satu faktor

pembekuan darah dapat diatasi dengan memberikan faktor yang kurang yang berupa konsentrat

darah manusia, misalnya faktor antihemofilik (faktor VIII), cryoprecipitated antihemophilic

factor, kompleks faktor IX (komponen tromboplastin plasma). Perdarahan dapat pula dihentikan

dengan memberikan obat yang dapat meningkatkan pembentukan faktor-faktor pembekuan darah

12

Page 13: Heparin

misalnya vitamin K, atau yang menghambat mekannisme fibrinolitik seperti asam aminokaproat.

Selain hemostatok sistemik diatas terdapat pula hemostatik yang digunakan lokal.

ASAM TRANEKSAMAT

Farmakologi

Asam traneksamat merupakan competitive inhibitor dari aktivator plasminogen dan

penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan menghancurkan fibrinogen, fibrin dan faktor

pembekuan darah lain, oleh karena itu asam traneksamat dapat digunakan untuk membantu

mengatasi perdarahan akibat fibrinolisis yang berlebihan. Oleh karena itu asam traneksamat

dapat membantu mengatasi perdarahan berat akibat fibrinolisis yang berlebihan. Dugaan akan

adanya fibrinolisis yang berlebihan dapat didasarkan atas hasil tes laboratorium berupa TT dan

PT yang memanjang, hipofibrinogenemia atau kadar plasminogen yang menurun.

Asam traneksamat merupakan inhibitor fibrinolitik sintetik bentuk trans dari asam

karboksilat sikloheksana aminometil. Secara in vitro, asam traneksamat 10 kali lebih poten dari

asam aminokaproat. Asam traneksamat cepat diabsorpsi dari saluran cerna. Sampai 40% dari

satu dosis oral dan 90% dari satu dosis IV diekskresi melalui urin dalam 24 jam. Obat ini dapat

melalui sawar uri.

Indikasi

Asam traneksamat digunakan pada fibrinolisis pada menoragia, epistaksis, traumatic

hyphaemia, neoplasma tertentu, komplikasi pada persalinan (obstetric complications) dan

13

Page 14: Heparin

berbagai prosedur operasi termasuk operasi kandung kemih, prostatektomi atau konisasi serviks,

hemofilia pada pencabutan gigi dan profilaksis pada angioedema herediter.

Kontraindikasi

Penderita yang hipersensitif terhadap asam traneksamat.

Penderita perdarahan subarakhnoid.

Penderita dengan riwayat tromboembolik.

Tidak diberikan pada pasien dengan pembekuan intravaskular aktif.

Penderita buta warna.

Dosis

Fibrinolisis lokal : angioneuritik edema herediter; 1 gram (oral) 2-3 x sehari.

Perdarahan abdominal setelah operasi : 1 gram 3 x sehari (injeksi IV pelan-pelan) pada 3

hari pertama, dilanjutkan pemberian oral 1 gram 3-4 x sehari (mulai pada hari ke-4

setelah operasi sampai tidak tampak hematuria secara makroskopis). Untuk mencegah

perdarahan ulang dapat diberikan peroral 1 gram 3-4 x sehari selama 7 hari.

Perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia :

Sesaat sebelum operasi : 10 mg/kgBB (IV).

Setelah operasi : 25 mg/kgBB (oral) 3-4 x sehari selama 2-8 hari.

(pada penderita yang tidak dapat diberikan terapi oral dapat dilakukan terapi parenteral

10 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi 3-4 kali)

14

Page 15: Heparin

Efek samping

Gangguan pada saluran pencernaan (mual, muntah, diare) gejala ini akan hilang bila

dosis dikurangi.

Hipotensi jarang terjadi.

Peringatan dan perhatian :

Hati-hati jika diberikan pada penderita gangguan fungsi ginjal karena risiko akumulasi.

Hati-hati jika diberikan pada penderita hematuria.

Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan menyusui.

Hati-hati pada setiap kondisi yang merupakan predisposisi trombosis.

Hati-hati pemberian pada anak-anak.

15

Page 16: Heparin

KESIMPULAN

Heparin endogen merupakan suatu mukopolisakarida yang mengandung sulfat.

Zat ini disintesis di dalam sel mast dan terutama banyak terdapat di paru. Efek antikoagulan

heparin timbul karena ikatannya dengan AT-III yang berfungsi menghambat protease faktor

pembekuan termasuk faktor IIa (trombin), Xa dan IXa, dengan cara membentuk kompleks yang

stabil dengan protease faktor pembekuan.

Heparin berat molekul tinggi (5.000 – 30.000) memiliki afinitas kuat dengan antitrombin

dan menghambat dengan nyata pembekuan darah. Heparin berat molekul rendah efek

antikoagulannya terutama melalui penghambatan faktor Xa oleh antitrombin, karena umumnya

molekulnya tidak cukup panjang untuk mengkatalisis penghambatan trombin.

Bahaya utama pemberian heparin ialah perdarahan. Insidens perdarahan tidak meningkat

pada pasien yang mendapat heparin berat molekul rendah. Protamin sulfat ialah suatu basa kuat

yang dapat mengikat dan menginaktivasi heparin. Heparin diindikasikan untuk pencegahan dan

pengobatan trombosis vena dan emboli paru. Heparin dikontraindikasikan pada pasien yang

sedang mengalami perdarahan atau cenderung mengalami perdarahan. Untuk pengobatan

tromboemboli vena dimulai dengan satu suntkan bolus 5000 U, diikuti dengan 1200-1600 U/jam

yang diberikan melalui infus IV. Terapi dipantau secara rutin dengan pemeriksaan aPTT.

Asam traneksamat merupakan inhibitor fibrinolitik sintetik bentuk trans dari asam

karboksilat sikloheksana aminometil. Asam traneksamat merupakan competitive inhibitor dari

aktivator plasminogen dan penghambat plasmin. Plasmin sendiri berperan menghancurkan

fibrinogen, fibrin dan faktor pembekuan darah lain, oleh karena itu asam traneksamat dapat

digunakan untuk membantu mengatasi perdarahan akibat fibrinolisis yang berlebihan.

16

Page 17: Heparin

DAFTAR PUSTAKA

1. Anonim. 2008. WHO Model Formulary. Editors : Marc C. Stuart, Maria Kouimtzi,

Suzanne R. Hill. World Health Organization, Geneva. Hal 253, 255

2. Anonim. 2008. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Badan POM. Jakarta. Hal 142,

144, 147, 159.

3. Heparin. Available from : http://www.news-medical.net/health/Heparin-in-Medicine-

(Indonesian).aspx. Diunduh pada tanggal 13 Maret 2013.

4. Bertram KD. Farmakologi dasar dan klinik jilid II. Edisi : 8. Editor :bagian farmakologi

fakultas kedokteran universitas airlangga. Surabaya: Salemba medika. 2002: 393-397

5. Kamil H, Ihsan, dkk. Data Obat di Indonesia. Edisi 10. Jakarta: Grafidian Medipress;

2002: 959-960

6. Rosmiati H. dan Gan VHS. Antikoagulan, Antitrombosit, Trombolitik dan Hemostatik

Dalam : Ganiswata SG editor. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: Bagian

Farmakologi FK-UI ;2008. hal. 804 - 819.

7. Sasisekharan R, Venkataraman G. 2000. Heparin adnd heparan sulfate : biosynthesis,

structure and function. Current Opinion in Chemical Bilogy 4 : 626-31

17