59
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Harga diri merupakan suatu nilai yang terhormat atau rasa hormat yang dimiliki seseorang terhadap diri mereka sendiri. Hal ini menjadi suatu ukuran yang berharga bahwa mereka memiliki sesuatu dalam bentuk kemampuan dan patut dipertimbangkan (Townsend, 2005). Harga diri rendah adalah suatu masalah utama untuk kebanyakan orang dan dapat diekspresikan dalam tingkat kecemasan yang tinggi. Harga diri rendah kronik merupakan suatu keadaan yang maladaptif dari konsepdiri, dimana perasaan tentang diri atau evaluasi diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang cukup lama. Termasuk didalam harga diri rendah ini evaluasi diri yang negatif dan dihubungkan dengan perasaan lemah, tidak tertolong, tidak ada harapan, ketakutan, merasa sedih, sensitif, tidak sempurna, rasa bersalah dan tidak adekuat. Harga diri rendah kronik merupakan suatu komponen utama dari depresi yang ditunjukkan dengan perilaku sebagai hukum dan tidak mempunyai rasa (Stuart & Laraia, 2001). Jika individu sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang sering muncul adalah gangguan konsep diri harga diri rendah, yang mana harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, 1

Hdr

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hdr

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Harga diri merupakan suatu nilai yang terhormat atau rasa hormat yang dimiliki

seseorang terhadap diri mereka sendiri. Hal ini menjadi suatu ukuran yang berharga

bahwa mereka memiliki sesuatu dalam bentuk kemampuan dan patut dipertimbangkan

(Townsend, 2005).

Harga diri rendah adalah suatu masalah utama untuk kebanyakan orang dan dapat

diekspresikan dalam tingkat kecemasan yang tinggi. Harga diri rendah kronik

merupakan suatu keadaan yang maladaptif dari konsepdiri, dimana perasaan tentang

diri atau evaluasi diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang cukup lama.

Termasuk didalam harga diri rendah ini evaluasi diri yang negatif dan dihubungkan

dengan perasaan lemah, tidak tertolong, tidak ada harapan, ketakutan, merasa sedih,

sensitif, tidak sempurna, rasa bersalah dan tidak adekuat. Harga diri rendah kronik

merupakan suatu komponen utama dari depresi yang ditunjukkan dengan perilaku

sebagai hukum dan tidak mempunyai rasa (Stuart & Laraia, 2001).

Jika individu sering mengalami kegagalan maka gangguan jiwa yang sering muncul

adalah gangguan konsep diri harga diri rendah, yang mana harga diri rendah

digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

mencapai keinginan (Kelliat, 1999). Perawat akan mengetahui jika perilaku seperti ini

jika tidak segera ditanggulangi sudah tentu berdampak pada gangguan jiwa yang lebih

berat. Beberapa tanda- tanda harga diri rendah yaitu rasa bersalah terhadap diri sendiri,

merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu, gangguan hubungan sosial,

kurang percaya diri kadang sampai mencederai diri sendiri (Townsend, 1998).

Dalam hal ini penulis mengambil kasus harga diri rendah dikarenakan masalah-

masalah kejiwaan bisa muncul lebih serius itu dimulai dari harga diri rendah. Kasus ini

juga dapat memberikan gambaran bagaimana seseorang mengalami gangguan pada

konsep dirinya yaitu harga diri rendah dan dampak apa saja yang bisa ditimbulkan jika

masalah tersebut tidak teratasi.

1

Page 2: Hdr

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui dan memahami serta dapat mengaplikasikan konsep

keperawatan pada lansia dengan masalah harga diri rendah.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu untuk mengetahui dan memahami tujuan perawatan

lansia. 

b. Mahasiswa mampu untuk mengetahui dan memahami konsep harga diri

rendah.

1.3 Rumusan Masalah

a. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tujuan perawatan lansia. 

b. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami konsep harga diri rendah.

2

Page 3: Hdr

BAB II

PEMBAHASAN MATERI

2.1 Konsep Dasar Keperawatan Gerontik

2.1.1 Pengertian Keperawatan Gerontik

Keperawatan Gerontik adalah Praktek perawatan yang berkaitan dengan

penyakit pada proses menua (KOZIER, 1987). Menurut Lueckerotte (2000)

keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada

lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status fungsional,

perencanaan, implementasi serta evaluasi.

Menua (= menjadi tua = aging) adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan – lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri

dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang

diderita (Darmojo, 2004; 3)

Menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU no 13 tahun 1998 dikutip dari

Maryam (2008:32) tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah

seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

Lansia masa dimana proses produktifitas berfikir berakhir, mengingat,

menangkap dan merespon sesuatu sudah mulai mengalami penurunan secara

berkala (Muhamad:15).

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan

manusia menurut Keliat (1999) dikutip dari Maryam (2008:32

2.1.2 Batasan Lanjut Usia

DEPKES RI membagi Lansia sebagai berikut:

1. Kelompok menjelang usia lanjut (45 - 54 th) sebagai masa VIRILITAS

2. Kelompok usia lanjut (55 - 64 th) sebagai masa PRESENIUM

3. Kelompok usia lanjut (65 th > ) sebagai masa SENIUM

Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:

1) Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

3

Page 4: Hdr

2) Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun

3) Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun

4) Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun

2.1.3 Proses Menua

Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti

seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa

dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis

maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara

fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor,

rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan

lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat

dan kurang gairah.

Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak

harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam

hal ini diartikan:

1) Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,

2) Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari,

3) Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat (Rahardjo,

1996)

Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan – perubahan

yang menuntut dirinya untuk menyesuakan diri secara terus – menerus. Apabila

proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbulah

berbagai masalah. Hurlock (1979) seperti dikutip oleh Munandar Ashar Sunyoto

(1994) menyebutkan masalah – masalah yang menyertai lansia yaitu:

1) Ketidakberdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang

lain,

2) Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola

hidupnya,

3) Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah

meninggal atau pindah,

4

Page 5: Hdr

4) Mengembangkan aktifitas baru untuk mengisi waktu luang yang

bertambah banyak dan

5) Belajar memperlakukan anak – anak yang telah tumbuh dewasa. Berkaitan

dengan perubahan fisk, Hurlock mengemukakan bahwa perubahan fisik

yang mendasar adalah perubahan gerak.

Lanjut usia juga mengalami perubahan dalam minat. Pertama minat terhadap

diri makin bertambah. Kedua minat terhadap penampilan semakin berkurang.

Ketiga minat terhadap uang semakin meningkat, terakhir minta terhadap kegiatan

– kegiatan rekreasi tak berubah hanya cenderung menyempit. Untuk itu

diperlukan motivasi yang tinggi pada diri usia lanjut untuk selalu menjaga

kebugaran fisiknya agar tetap sehat secara fisik. Motivasi tersebut diperlukan

untuk melakukan latihan fisik secara benar dan teratur untuk meningkatkan

kebugaran fisiknya.

Berkaitan dengan perubahan, kemudian Hurlock (1990) mengatakan bahwa

perubahan yang dialami oleh setiap orang akan mempengaruhi minatnya terhadap

perubahan tersebut dan akhirnya mempengaruhi pola hidupnya. Bagaimana sikap

yang ditunjukkan apakah memuaskan atau tidak memuaskan, hal ini tergantung

dari pengaruh perubahan terhadap peran dan pengalaman pribadinya. Perubahan

ynag diminati oleh para lanjut usia adalah perubahan yang berkaitan dengan

masalah peningkatan kesehatan, ekonomi/pendapatan dan peran sosial (Goldstein,

1992)

Dalam menghadapi perubahan tersebut diperlukan penyesuaian. Ciri – ciri

penyesuaian yang tidak baik dari lansia (Hurlock, 1979, Munandar, 1994) adalah:

1) Minat sempit terhadap kejadian di lingkungannya.

2) Penarikan diri ke dalam dunia fantasi

3) Selalu mengingat kembali masa lalu

4) Selalu khawatir karena pengangguran,

5) Kurang ada motivasi,

6) Rasa kesendirian karena hubungan dengan keluarga kurang baik, dan

7) Tempat tinggal yang tidak diinginkan.

5

Page 6: Hdr

Di lain pihak ciri penyesuaian diri lanjut usia yang baik antara lain adalah:

minat yang kuat, ketidaktergantungan secara ekonomi, kontak sosial luas,

menikmati kerja dan hasil kerja, menikmati kegiatan yang dilkukan saat ini dan

memiliki kekhawatiran minimla trehadap diri dan orang lain.

2.1.4 Teori Proses Menua

1) Teori – Teori Biologi

a) Hayflick Limit Teori (Biological Clock = Genetic Theory = Celluler

Aging)

Tiap spesies di dalam inti sel mempunyai suatu jam genetik yang

telah diputar menurut suatu replikasi Jam ini menghitung mitosis dan

menghentikan replikasi. Jadi menurut konsep ini kita akan meninggal

dunia meskipun tidak disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit

Teori ini didukung oleh kenyataan mengapa beberapa spesies

mempunyai perbedaan umur harapan hidup yang nyata. Secara teoritis

dapat dimungkinkan kita memutar jam ini lagi meski hanya beberapa

waktu dengan pengaruh – pengaruh dari luar berupa peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit dll.

b) The Error Theory

Terjadi mutasi progresif pada DNA sel somatic, akan menyebabkan

terjadinya penurunan kemampuan sel. “Error Catastophe” adalah menua

disebabkan oleh kesalahan – kesalahan beruntun dalam waktu yang lama,

terjadai kesalahan dalam proses transkripsi (DNA RNA maupun dalam

proses translasi RNA protein/ enzim).

Walaupun dalam batas tertentu kesalahan dapat diperbaiki, namun

kemampuan untuk memperbaiki sifatnya terbatas pada kesalahan dalam

proses transkripsi (pembentukan RNA) yang tentu menyebabkan

kesalahan sintesis protein atau enzim yang dapat menghasilkan zat

berbahaya.

c) Wear And Tear Theory

6

Page 7: Hdr

Menurut teori ini meninggal adalah suatu hasil penggunaan jaringan

yang berlebihan karena mereka tidak dapat meremajakan kembali karena

pemakaian secara terus nmenerus dan tak ada habis – habisnya.

Teori ini mewakili kepercayaan bahwa suatu organ atau jaringan

mempunyai program jumlah energi untuk mereka. Menua dapat

dipandang sebagai suatu proses fisiologi yang ditentukan oleh jumlah

pemakaian dan kerusakan yang seorang telah digunakan.

d) Free Radical Theory

Radikal bebas bersifat merusak karena sangat reaktif, sehingga data

bereaksi dengan DNA, protein, asam lemak tak jenuh seperti dalam

membran sel. Radikal bebas dihasilkan sebagai zat antara oleh proses

respirasi mengubah bahan bakar menjadi ATP yang melibatkan oksigen.

Zat tersebut adalah superoksida, peroksida, hidrogen dan radikal

hidroksil.

Walaupun tubuh mempunyai zat penangkal yaitu: superoksida

dismutase (SOD), enzim katalase yang berunsur Fe dalam bentuk Haem,

enzim glutation peroksidase. Rasikal bebas juga dapat dinetralkan

menggunakan senyawa nonenzymatic seperti vitamin C, provitamin A

(beta karoten), Vitamin E. Ada sebagian masih tetap lolos dan makin

lanjut usia makin bertambah banyak sehingga proses pengrusakan terjadi,

kerusakan makin lama makin banyak dan akhirnya sel mati.

e) Immunity Theory

Mutasi yang berulang atau perubahan protein pasca translasi, dapat

menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem imun tubuh mengenali

dirinya sendiri (self recognition). Mutasi menyebabkan terjadinya

kelainan pada antigen permukaan sel, maka hal ini menyebabkan sistem

imun tubuh menganggap sel mengalami perubahan sebagai sel asing dan

menghancurkannya.

7

Page 8: Hdr

Dipihak lain imun tubuh sendiri daya pertahanannya mengalami

penurunan pada proses menua, daya serangnya terhadap sel kanker

menjadi menurun sehingga sel kanker leluasa membelah.

f) Cross Linkage Theory

Yang memisahkan struktur molekuler adalah loncatan bersama

reaksi kimia. Terutama adalah kolagen yang relatif panjang dan lamban

dihasilkan oleh fibroblast. Fiber yang baru terbentuk kemudian ditangkap

fiber yang tua membentuk rantai silang.

Hasil akhir rantai silang adalah peningkatan kepadatan molekul

kolagen yang menyebabkan penurunan kapasitas untuk transport nutrisi

dan untuk mengangkut produk sisa dari sel. Hal ini menyebabkan

penurunan dari fungsi struktur.

Pada lansia terjadi penurunan efisiensi sistem imun pertahanan

tubuh untuk mengankat agen rantai silang. Setelah agen menyerang

seharusnya mitosis terjadi tetapi dalam hal ini tidak, sehingga

menyebabkan rantai silang. Teori ini menjelaskan penyebab utama

arteriosklerosis, penurunan sistem imun dan penurunan elastisitas pada

usia lanjut.

2) Teori Sosiologi

a) Aktivitas atau kegiatan (activity theory)

Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah kegiatan

secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses

adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial.

Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut

usia. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar

tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia

b) Kepribadian berlanjut (continuity theory)

8

Page 9: Hdr

Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.

Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini

menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut

usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.

c) Teori pembebasan (disengagement theory)

Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang

secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya.

Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik

secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan

ganda (triple loss), yakni :

1. kehilangan peran

2. hambatan kontak sosial

3. berkurangnya kontak komitmen

d) Person – Environment Fit Theory

Teori ini menjelaskan hubungan saling ketergantungan antara

kemampuan suatu kelompok dalam masyarakat dan lingkungan sosial

mereka. Setiap orang meliputi: kekuatan ego, tingkat ketrampilan

motorik, kesehatan biologis individu, kognitif dan sensori persepsi.

Lansia mungkin mengalami penurunan kemampuan yang

mempengaruhi kemampuannya untuk berhubungan dengan

lingkungannya. Demikian juga jika menderita penyakit maka kemampuan

akan terbatas. Lingkungan juga menjadi lebih mengancam dan mungkin

tidak mempunyai kemampuan lagi untuk berhubungan dengan

lingkungan.

Respon lansia dari sekarang didasarkan pada kehidupan yang telah

dialami, kepercayaan, dan harapan. Jika mereka memberikan reaksi

terhadap stres, tantangan atau ketakutan untuk melepaskan diri dari

interaksi, pada situasi sekarang sering menghasilkan beberapa respon

karena lansia adalah individual, responnya harus dihormati

9

Page 10: Hdr

3) Teori Psikologi

a) Maslow’s Hierarchy of Human Needs Theory

Menurut teori ini tiap individu mempunyai hirarki kebutuhan dan

semua individu berusaha untuk memenuhinya. Kebutuhan individu

mempunyai prioritas yang berbeda, ketika seseorang telah memenuhi

kebutuhan dasar maka akan mancapai kebutuhan yang lebih tinggi.

Kebutuhan dasar digambarkan dalam segitiga. Seseorang yang berusaha

untuk memenuhi kebutuhan yang paling tinggi aktualisasi diri.

b) Jung’s Theory of Individualism

Teori ini menjelaskan bahwa kepribadian seseorang digambarkan

tidak hanya berorientasi pada dunia luar (Extroved) tetapi juga

pengalaman pribadi (introved) keseimbangan antar keduanya merupakan

faktor yang penting untuk kesehatan mental. Perjalanan proses menua,

kepribadian sering dimulai perubahan dari luar difokuskan dan perhatian

kemandirian dirinya dimasyarakat ke yang lebih dalam seperti individu

mencari jawaban dari dalam diri.

Menua dikatakan sukses ketika seseorang melihat ke dalam dan

menilai dirinya lebih dari kehilangan atau pembatasan fisiknya. Individu

dapat menerima prestasi dan ketrebatsannya.

c) Course of Human Life Theory

Fokus pada teori ini adalah mengidentifikasi dan pencapaian tujuan

kehidupan seseorang menurut lima fase perkembangan. Kunci dari

perkembangan kesehatan adalah pemenuhan kebutuhan diri.

Lima fase perkembangan itu yaitu :

(1) Masa Kanak – kanak: tidak mempunyai tujuan hidup yang

realistis (digambarkan waktu tidak jelas)

10

Page 11: Hdr

(2) Remaja dan dewasa muda: mulai mempunyai konsep yang

spesifik mengenai tujuan hidup

(3) Usia 25 tahun: mulai lebih konkret tentang tujuan hidup dan aktif

bekerja untuk mencapainya

(4) Usia pertengahan: melihat kebelakang kehidupannya,

mengevaluasi apakah mempunyai atau tidak prestasi dan sering

mulai merubah tujuan hidup (rencana untuk selanjutnya)

(5) Fase Terakhir (Usia lanjut): merupakan waktu untuk

menghentikan mencapai cita – cita tujuan hidup

d) Developmental Theory

Setiap individu harus belajar tugas perkembangan yang khusus pada

berbagai tingkat kehidupan, pencapaian tugas perkembangan memberi

kontribusi kebahagian dan perasaan sukses individu.

Tugas perkembangan khusus beberapa sumber yaitu:

(1) Kematangan fisik

(2) Pengharapan budaya masyarakat

(3) Nilai dan aspirasi individual

Tugas perkembangan lansia meliputi:

(1) Pengaturan penurunan kekuatan fisik dan kesehatan

(2) Pengaturan dari pengunduran diri dan penurunan penghasilan

(3) Pengaturan meninggalnya suami / istri

(4) Mendirikan perkumpulan kelompok umur, adaptasi tugas

masyarakat

(5) Membuat perencanaan kehidupan fisik yang memuaskan

2.1.5 Stereotipe Psikologik Orang Lanjut Usai

Biasanya sifst –sifat stereotipe para lansia ini sesuai dengan pembawaannya

pada waktu muda. Beberapa tipe dikenal adalah sebagai berikut:

1) Tipe Konstruktif

11

Page 12: Hdr

Orang ini mempunyai integritas baik, dapat menikmati hidupnya,

mempunyai toleransi tinggi, humoristik, fleksibel (luwes), dan tahu diri.

Biasanya sifat – sifat ini dibawanya sejak muda. Mereka dapat menerima

fakta – fakta proses menua, mengalami masa pensiun dengan tenang, juga

dalam menghadapi masa akhir.

2) Tipe Ketergantungan (Dependent)

Orang lansia ini masih dapat diterima di tengah masyarakat, tetapi selalu

pasif, tak berambisi, masih tahu diri, tak mempunyai inisiatif dan bertindak

tidak praktis. Biasanya orang ini dikuasai oleh istrinya. Ia senang

mengalami pensiun., malahan biasanya banyak makan dan minum, tidak

suka bekerja dan senang untuk berlibur.

3) Tipe Defensif

Orang ini biasanya dulunya mempunyai pekerjaan / jabatan tak stabil.,

bersifat selalu menolak bantuan, sering kali emosinya tak dapat dikontrol,

memegang teguh pada pada kebiasaannya, bersifat kompulsif aktif.

Anehnya mereka takut menghadapi ”menjadai tua” dan tak menyenangi

masa pensiun.

4) Tipe Bermusuhan (Hostility)

Memreka mengannggap orang lain penyebab kegagalannya, selalu

mengeluh, bersifat agresif, curiga. Biasanya pekerjaan waktu dulunya tidak

stabil. Menjadi tua dianggapnya tidak ada hal – hal yang baik, takut mati, iri

hati pada orang yang muda, senang mengadu untung pada pekerjaan –

pekerjaan aktif untuk menghindari masa yang sulit / buruk.

5) Tipe Membenci / Menyalahkan Diri Sendiri (Selfhaters)

Orang ini bersifat kritis terhadap dan menyalahkan diri sendiri, tak

mempunyai ambisi, mengalami penurunan kondisi sosio – ekonomi.

Biasanya mempunyai perkawinan yang tak bahagia, mempunyai sedikit

“hobby”, merasa menjadi korban dari keadaan, namun mereka menerima

fakta pada proses menua, tidak iri hati pada orang yang berusia muda.,

mereka sudah cukup mempunyai apa yang ada. Mereka menganggap

12

Page 13: Hdr

kematian sebagai suatu kejadian yang membebaskannya dari penderitaanya.

Statistik kasus bunuh diri menunjukkan angka yang lebih tinggi

persentasenya pada golongan lansia ini, apalagi pada mereka yang hidup

sendirian.

2.1.6 Permasalahan Yang Terjadi Pada Lansia

Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan pencapaian kesejahteraan

lanjut usia, antara lain:

1) Permasalahan umum

a. Makin besar jumlah lansia yang berada dibawah garis kemiskinan.

b. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang

berusia lanjut kurang diperhatikan , dihargai dan dihormati.

c. Lahirnya kelompok masyarakat industri.

d. Masih rendahnya kuantitas dan kulaitas tenaga profesional pelayanan

lanjut usia.

e. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan

kesejahteraan lansia.

2) Permasalahan khusus :

a. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik

fisik, mental maupun sosial.

b. Berkurangnya integrasi sosial lanjut usia.

c. Rendahnya produktifitas kerja lansia.

d. Banyaknya lansia yang miskin, terlantar dan cacat.

e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan

masyarakat individualistik.

f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat

mengganggu kesehatan fisik lansia

2.1.7 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan

1) Hereditas atau ketuaan genetik

2) Nutrisi atau makanan

13

Page 14: Hdr

3) Status kesehatan

4) Pengalaman hidup

5) Lingkungan

6) Stres

2.1.8 Perubahan – Perubahan Pada Lansia

1. Perubahan Fisik

Berbagai perubahan anatomik / fisiologik akibat proses menua dan akibat

patologiknya

a. Sel

1) Lebih sedikit jumlahnya

2) Lebih besar ukurannya.

3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan

intraseluler.

b. Sistem persyarafan

1) Cepatnya menurun hubungan persarafan.

2) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya

dengan stres.

3) Mengecilnya saraf panca indera.

Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf

pencium dan perasa, lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan

rendahnya ketahanan terhadap dingin.

c. Sistem pendengaran

1) Presbiakus (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan

(daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi

suara/nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti

kata-kata, 50 % terjadi pada usia di atas umur 65 tahun.

2) Membran tympany menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis.

3) Terjadinya pengumpalan serumen dapat mengeras karena

meningkatnya keratin.

d. Sistem penglihatan

1) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar

14

Page 15: Hdr

2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola)

3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)

4) Meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap

kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam kegelapan.

5) Hilangnya daya akomodasi.

6) fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi menurun)

7) Lever (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan

dan berkurangnya tempat aliran darah.

e. Sistem genito urinaria

1) Ginjal

Mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun

sampai 50& fungsi tubulus berkurang akibatnya : kurangnya

kemampuan mengkonsentrasi urine, BJ urine menurun, proteinuria

(biasanya + 1), BUN meningkat sampai 21 mg %, nilai ambang

ginjal terhadap glukosa meningkat.

2) Vesika urinaria (kandung kemih) : otot-otot menjadi lemah,

kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekuensi

buang air seni, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut

usia sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin.

3) Pembesaran prostat ± 75 % dialami oleh pria usia diatas 65 tahun.

4) Vagina : Selaput lendir menjadi kering dan elastisitas jaringan

menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang,

reaksi sifatnya lebih alkali, terjadi perubahan-perubahan warna.

5) Daya seksual : Orang-orang yang makin menua masih juga

membutuhkannya tidak ada batasan umur tertentu dimana fungsi

seseorang berhenti : frekuensi seksual intercourse cenderung

menurun secara bertahap tiap tahun, tetapi kapasitasnya untuk

melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua.

f. Sistem endokrin

1) Produksi dari hampir semua hormon menurun

2) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.

15

Page 16: Hdr

3) Pituitari :

Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya di dalam

pembuluh darah; berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan

LH.

4) Menurunnya aktivitas tiroid,

Menurunnya BMR (basal metababolic rate) dan menurunnya daya

pertukaran zat.

5) Menurunnya produksi aldosteron.

Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya : progesteron,

estrogen dan testeron.

g. Sistem kulit

1) Kulit mengerut/keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

2) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.

3) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.

4) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan

vaskularisasi.

5) Kuku jari menjadi keras dan rapuh.

6) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.

7) Kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya.

h. Sistem muskuloskeletal (musculosceletal system)

1) Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh.

2) Kifosis

3) Pinggang, lutu dan jari-jari pergelangan terbatas.

4) Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya

berkurang).

5) Persendian membesar dan menjadi kaku.

6) Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.

7) Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil) : serabut-serabut

otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban.

16

Page 17: Hdr

2. Perubahan Mental

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental :

a. Pertama-tama perubahan fisik khususnya organ perasa

b. Kesehatan umum

c. Tingkat pendidikan

d. Keturunan (herediter)

e. Lingkungan

Perubahan kepribadian yang drastis.

Keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari

perasaan seseorang ketakutan mungkin oleh faktor lain seperti penyakit.

Kenangan (memori)

Kenangan lama tidak berubah

a. Kenangan jangka panjang

Berjam – jam sampai berhari – hari yang lalu mencakup beberapa

perubahan.

b. Kenangan jangka panjang

0 – 10 menit, kenangan buruk

IQ (intelegency Quation)

a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal

b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor :

terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan –

tekanan dai faktor waktu.

3. Perubahan Psikososial

Perubahan psikosial meliputi:

a. Pensiun: bila seseorang pensiun dia akan kehilangan finansial, status,

teman/relasi, pekerjaan/kegiatan

b. Merasakan/sadar akan kematian

c. Perubahan cara hidup

d. Penyakit kronis dan ketidakmampuan

e. Gangguan saraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian

17

Page 18: Hdr

f. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan gambaran diri,

perubahan konsep diri

4. Perkembangan Spiritual

Perubahan spiritual meliputi:

a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi

b. Semakin matur dalam kehidupan keagamaan

c. Menurut Fowler (1991): perkembangan yang dicapai pada tingkat ini

adalah berpikir dan bertindak dengan cara memberi contoh cara

mencintai dan keadilan.

2.2 Konsep Dasar Harga Diri Rendah (HDR)

2.2.1 Definisi

Harga diri rendah kronis adalah evaluasi diri/perasaan tentang diri atau

kemampuan diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama

(NANDA, 2005). Individu cenderung untuk menilai dirinya negatif dan merasa

lebih rendah dari orang lain (Depkes RI, 2000).

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah

diri yang berkepanjang akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau

kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena

tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998).

Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri, perasaan dan pengalaman

tentang diri atau kemampuan diri yang negatif, yang dapat di ekspresikan secara

langsung maupun tidak langsung. (Towsend, 1998)

Menurut Schult & Videbech (1998), gangguan harga diri rendah adalah

penilaian negatif seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan

secara langsung maupun tidak langsung

Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif

terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa

gagal menapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999).

Harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai

dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri (Stuart dan

Sundeen, 1998 :227)

18

Page 19: Hdr

2.2.2 Etiologi

Penyebab terjadinya harga diri rendah antara lain :

a. Faktor predisposisi ( Stuard and Sudeen, 1998 )

Penolakan orang tua

Harapan orang tua yang tidak realistis

Kegagalan yang berulang kali

Kurang mempunyai tanggung jawab personal

Ketergantungan pada orang lain

Ideal diri tidak realistis

b. Faktor presipitasi ( Stuard and Sudeen, 1998 )

Stresor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan

eksternal seperti ;

1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau

menyaksikan kejadian yang megancam.

2) Ketegangan peran beruhubungan dengan peran atau posisi yang

diharapkan dimana individu mengalami frustrasi.

Ada tiga jenis transisi peran :

Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang

berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap

perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan norma-

norma budaya, nilai-nilai tekanan untuk penyesuaian diri. Setiap

perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada identitas. Setiap

perkembangan harus dilalui individu dengan menjelaskan tugas

perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan stresor

bagi konsep diri.

Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya

anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian. Transisi situasi

terjadi sepanjang daur kehidupan, bertambah atau berkurang orang

yang berarti melalui kelahiran atau kematian, misalnya status

sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua. Perubahan status

menyebabkan perubahan peran yang dapat menimbulkan

19

Page 20: Hdr

ketegangan peran yaitu konflik peran, peran tidak jelas atau peran

berlebihan.

Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan

sehat ke keadaan sakit. Transisi ini mungkin dicetuskan oleh

kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran, bentuk, penampilan

dan fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan keperawatan.

Stresor pada tubuh dapat menyebabkan gangguan gambaran diri

dan berakibat diri dan berakibat perubahan konsep diri. Perubahan

tubuh dapat mempengaruhi semua kompoen konsep diri yaitu

gambaran diri, identitas diri peran dan harga diri. Masalah konsep

diri dapat di cetuskan oleh faktor psikologis, sosiologi atau

fisiologi, namun yang penting adalah persepsi klien terhadap

ancaman.

2.2.3 Tanda dan Gejala

Menurut Keliat (1999) tanda dan gejala yang dapat muncul pda pasien harga

diri rendah adalah :

Perasaan malu terhadap diri sendiri, individu mempunyai perasaan

kurang percaya diri.

Rasa bersalah terhadaap diri sendiri, individu yang selalu gagaal dalaam

meraih sesuatu.

Merendahkan martabat diri sendiri, menganggap dirinya berada dibawah

orang lain.

Gangguan berhubungan social seperti menarik diri, lebih suka

menyendiri dan tidak ingin bertemu orang lain.

Rasa percaya diri kurang , merasa tidak percaya dengan kemampuan yang

dimiliki.

Sukar mengambil keputusan, cenderung bingung dan ragu-ragu dalam

memilih sesuatu.

Menciderai diri sendiri sebagai akibat harga diri yang rendah disertai

harapan yang suram sehingga memungkinkan untuk mengakhiri

kehidupan.

20

Page 21: Hdr

Mudaah tersinggung atau marah yang berlebihan.

Perasaan negatif mengenai tubuhnya sendiri.

Ketegangan peran yang dirasakan.

Pandangan hidup pesimis.

Keluhan fisik

Penolakan terhadap kemampuan personal

Destruktif terhadap diri sendiri

Menarik diri secara social

Penyalahgunaan zat

Menarik diri dari realitas

Khawatir

2.2.4 Mekanisme Koping

a. Pertahanan jangka pendek

Aktifitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas,

misalnya main musik, bekerja keras, menonton televisi

Aktifitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara,

misalnya ikut dalam aktifitas sosial, keagamaan

Aktifitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri, misalnya

olah raga yang kompetitif, pencapaian akademik / belajar giat.

Aktifitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah

identitas menjadi kurang berarti dalam kehidupan individu, misalnya

penyalahgunaan obat.

b. Pertahanan jangka panjang

Penutupan identitas yaitu adapsi identitas pada orang yang menurut klien

penting, tanpa memperhatikan kondisi dirinya.

Identitas negatif yaitu klien beranggapan bahwa identifikasi yang tidak

wajar akan diterima masyarakat.

c. Pertahanan yang berorientasi ego, yang sering disebut sebagai mekanisme

pertahanan mental :

Disosiasi

Isolasi

21

Page 22: Hdr

Proyeksi

Displacement

Sumber-sumber koping :

a. aktifitas olah raga

b. hobi dan kerajinan tangan

c. seni yang ekspresif

d. kesehatan

e. kecerdasan

f. kreativitas

g. hubungan interpersonal

2.2.5 Klasifikasi

Harga diri ada 2 macam: harga diri rendah kronis dan harga diri rendah situasi

(Carpenito, 2001 ).

a. Harga diri rendah kronis adalah suatu kondisi penilaian diri yang negatif

berkepanjangan pada seseorang atas dirinya.

Karakteristiknya antara lain :

Mayor: untuk jangka waktu lama / kronis : Pernyataan negatif atas

dirinya, ekspresi rasa malu/ bersalah, penilaian diri seakan-akan tidak

mampu menghadapi kejadian tertentu, ragu-ragu untuk mencoba

sesuatu yang baru.

Minor: Seringnya menemui kegagalan dalam pekerjaan, tergantung

pada pendapat orang lain, presentasi tubuh buruk, tidak asertif

bimbang,dan sangat ingin mencari ketentraman.

b. Harga diri rendah situasional suatu keadaan dimana seseorang memiliki

perasaan-perasaan yang negatif tentang dirinya dalam berespon terhadap

peristiwa (kehilangan, perubahan).

Karakteristiknya :

Mayor : Kejadian yang berulang / berkala dari penilaian diri yang

negatif dalam berespon terhadap peristiwa yang pernah dilihat secara

positif, menyatakan perasaan negatif tentang dirinya ( putus asa, tidak

berguna).

22

Page 23: Hdr

Minor : Pernyataan negatif atas dirinya, mengekspresikan rasa

mal/bersalah, penilaian diri tidak mampu mengatasi peristiwa/situasi

kesulitan membuat keputusan, mengesolasi diri.

2.2.6 Rentang Respon

Rentang respon harga diri rendah berfluktuasi dari rentang adaptif sampai

rentang maladaftif (Stuard dan Sundeent,1998)

Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma.

Respon adaptif respon maladaptif

a. Respon adaptif meliputi:

Aktualisasi diri

Pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang

pengalaman yang sukses.

Konsep diri positif

Klien mampu pengalaman yang positif perwujudan dirinya, dapat

mengidentifikasi kemampuan dan kelemahan secara jujur dalam

menilai suatu norma-norma sosial dan kebudayaan suatu tempat jika

menyimpang merupakan respon maladaptif.

b. Respon maladptif meliputi:

Harga Diri Rendah

Transisi antara adaptif dan maladptif sehingga individu cenderung

berfikir kearah negatif.

Kekacauan Identitas

Kegagalan individu mengintegrasi aspek-aspek masa kanak-kanak

dalam pematangan aspek psikologis, kepribadian pada masa dewasa

secara harmonis.

Depersionalisasi

23

Aktualisasi diri

Konsep diri +

Harga diri rendah

Kekacauan Identitas

Depersonalisasi

Page 24: Hdr

Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri yang

berhubungan dengan kecemasan, kepanikan, dan tidak dapat

membedakan dirinya dari orang lain sehingga tidak dapat mengenali

dirinya sendiri

2.2.7 Proses

Berdasarkan hasil riset Malhi (2008, dalam http:www.tqm.com) menyimpulkan

bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini

mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan

yang rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya, hal ini

menyebabkan penampilan seseorang yang tidak optimal. Dalam tinjauan life

span history klien, penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa

kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu

mencapai masa remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan

dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan,

atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung

mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.

Dalam Purba (2008), ada empat cara dalam meningkatkan harga diri yaitu:

1) Memberikan kesempatan berhasil

2) Menanamkan gagasan

3) Mendorong aspirasi

4) Membantu membentuk koping

2.2.8 Pohon Masalah

2.2.9 Penatalaksanaan

24

Harga Diri Rendah

Resiko Perilaku Kekerasan

Gangguan konsep diri

Page 25: Hdr

a. Penatalaksanaan Keperawatan

Keliat (1999) menguraikan empat cara untuk meningkatkan harga diri

yaitu :

1) Memberi kesempatan untuk berhasil

2) Menanamkan gagaasan

3) Mendorong aspirasi

4) Membantu membentuk koping

b. Penatalaksanaan Medis

1) Clorpromazine ( CPZ )

Indikasi untuk sindrom psikosis yaitu berat dalam kemampuan menilai

realitas, kesadaran diri terganggu, waham, halusinasi, gangguan      

perasaan dan perilaku aneh, tidak bekerja, hubungan sosial dan

melakukan aktivitas rutin.

Efek saamping : sedasi, gangguan otonomik serta endokrin.

2) Haloperidol ( HPL )

Indikasi : berdaya berat dalam kemampuan menilai realitaas dalaam

fungsi netral serta fungsi kehidupan sehari-hari.

Efek samping : sedasi, gangguan otonomik dan endokrin.

3) Trihexyphenidyl ( THP )

Indikasi : segala jenis penyakit Parkinson, termasuk pascaa enchepalitis

dan idiopatik.

Efeksamping : hypersensitive terhadap trihexyphenidyl, psikosis berat,

psikoneurosis dan obstruksi saluran cerna.

c. Terapi okupasi / rehabilitasi

Terapi yang terarah bagi pasien, fisik maupun mental dengan menggunakan

aktivitas terpilih sebagai media. Aktivitas tersebut berupa kegiatan yang

direncanakan sesuai tujuan ( Seraquel, 2004 )

d. Psikoterapi

Psikoterapi yang dapat membantu penderita adalah psikoterapi suportif dan

individual atau kelompok serta bimbingan yang praktis dengan maksud

untuk mengembalikan penderita ke masyarakat ( Seraquel, 2004 )

25

Page 26: Hdr

e. Terapi psikososial

Kaplan and Sadock ( 1997 ), rewncana pengobatan untuk skizofrenia harus

ditujukan padaa kemampuan daan kekurangan pasien. Selain itu juga perlu

dikembangkan terapi berorientasi keluarga, yang diarahkan untuk strategi

penurunan stress dan mengatasi masalah dan perlibatan kembali pasien

kedalam aktivitas.

2.3 Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah (HDR)

2.3.1 Pengkajian

a. Identitas

a) Klien

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Agama :

Status :

Suku banga :

Pekerjaan :

Pendidikan :

Alamat :

Tanggal masuk :

Tanggal pengkajiaan :

b) Penanggung Jawab

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Agama :

Status :

Suku banga :

Pekerjaan :

Pendidikan :

Alamat :

26

Page 27: Hdr

Hub. Dengan klien :

b. Alasan Masuk Rumah Sakit

c. Riwayat Penyakit

1. Keluhan Utama

2. Riwayat Penyakit Dahulu

3. Riwayat Penyakit Sekarang

4. Riwayat Penyakit Keluarga

d. Pemeriksaan Fisik

1. Penampilam

KU :

Kesadaran :

TTV : TD :

Nadi:

suhu:

RR :

2. Head to Toe

a. Kepala

b. Mata

c. Hidung

d. Mulut

e. Telinga

f. Leher

g. Dada

h. Payudara

i. Abdomen

j. Perineum

k. Ekstremitas

e. Pola-Pola Fungsi Kesehatan

1. Tidur dan Istirahat

27

Page 28: Hdr

2.  Personal Hygiene

3. Nutrisi dan Metabolisme

4. Eliminasi

5. Seksualitas

f. Faktor Predisposisi

1. Riwayat gangguan jiwa dimasa lalu

2. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

3. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

g. Psikososial

1. Genogram

2. Konsep Diri

a) Citra tubuh

b) Identitas

c) Peran

d) Ideal Diri

e) Harga diri

3. Hubungan Sosial

a) Orang yang berarti:

b) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat

c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

4. Spiritual

a) Nilai dan Keyakinan

b) Kegiatan Ibadah:

h. Status Mental

1. Penampilan:

2. Pembicaraan:

3. Aktivitas motorik:

4. Alam perasaan:

5. Afek :

6. Interaksi selama wawancara:

7. Persepsi :

28

Page 29: Hdr

8. Proses berpikir:

9.   Isi pikir:

10. Tingkat kesadaran:

11. Memori:

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung

13. Kemampuan menilai

14. Daya tilik diri

i. Kebutuhan Persiapan Pulang

1. Makan:

2. BAB/BAK:

3. Mandi:

4. Istirahat dan tidur:

5. Penggunaan Obat:

6. Pemeliharaan kesehatan:

7. Aktivitas di dalam rumah

8. Aktivitas di luar

j. Mekanisme Koping

k. Aspek Medik

2.3.2 Masalah keperawatan

a. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan berduka

disfungsional.

2.3.3 Intervensi

a. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

Tujuan umum :

Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal

Tujuan Khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Intervensi

Bina Hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip

komunikasi terapeutik.

29

Page 30: Hdr

Sapa klien dengan ramah.

Perkenalkan diri dengan sopan.

Tanyakan nama lengkap dan panggilan.

Jelaskan tujuan pertemuan dan menepati janji.

Tunjukkan sikap empati.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

Intervensi

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

Hindari penilaian negatif terhadap klien .

Utamakan memberikan pujian yang realistik.

3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

Intervensi

Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat di

gunakan selama sakit.

Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.

4. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang

dimilikinya

Intervensi

Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat di lakukan setipa

hari sesuai kemampuan.

Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi.

Memberi contoh cara pelaksanaan yang telah direncanakan

5. Klien melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.

Intervensi

Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah

direncanakan.

Beri pujian atas keberhasin klien.

Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung ada.

Intervensi

30

Page 31: Hdr

Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat

klien harga diri rendah.

Bantu keluarga dalam membri dukungan.

Beritahu keluarga dalam menyiapkan lingkungan di rumah.

b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan berduka

disfungsional.

Tujuan umum : Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri

rendah/klien akan meningkat harga dirinya.

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Intervensi

Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,

jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat

kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)

Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya

Sediakan waktu untuk mendengarkan klien

Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga

dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Intervensi

Klien dapat menilai kemampuan yang dapat diskusikan kemampuan

dan aspek positif yang dimiliki

Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan

memberi pujian yang realistis

Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

Intervensi

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang

ke rumah

31

Page 32: Hdr

4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki

Intervensi

Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari

sesuai kemampuan

Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan

Intervensi

Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan

Beri pujian atas keberhasilan klien

Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Intervensi

Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.

Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.

Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

3.1 Skenario

Suatu hari Puskesmas X sedang melakukan pemeriksaan kesehatan keliling, ketika

berkunjung disebuah rumah perawat menerima laporan dari Tn. P (25 tahun) yang

mengatakan bahwa ayahnya Tn. M (70 tahun) sering menyendiri dikamar, jarang

berkomunikasi dengan anggota keluarga yang lain dan tetangga disekitar rumah. Istri

Tn. M yaitu Ny. R (65 tahun) mengatakan bahwa suaminya melakukan perilaku seperti

itu sejak pension dari Perusahaan Otomotif sebagai kepala bidang atau manajer 6 bulan

32

Page 33: Hdr

yang lalu. Setelah pension Tn. P hanya diam saja dirumah dan pendapatan keluarga

bergantung dari Tn. P sebagai honorer dan Ny. R yang membuka warung.

Dari hasil pengkajian perawat, ditemukan data: tensi: 130/90 mmHg, Nadi:80

x/menit, Suhu:350C, Respirasi: 18 x/menit, afek tumpul, bicara dengan nada tidak jelas,

kontak mata kurang, sering menunduk. Klien mengatakan bahwa malu dengan istri dan

anaknya karena tidak bisa memberi nafkah seperti dulu ketika masih bekerja sebagai

menejer. Dan merasa hanya membebani keluarganya tanpa bisa melakukan apa-apa.

Klien juga mempunyai riwayat Diabetes Melitus (DM) sehingga membutuhkan susu

khusus penderita DM yang harganya mahal sehingga isteri dan anaknya yang harus

bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhannya. Keluarga klien merasa bingung

harus berbuat bagaimana dengan kondisi klien, bahkan Tn. P mengusulkan agar Tn. M

dimasukkan saja ke panti jompo agar bisa mendapatkan perawatan lebih intensif.

PERTANYAAN

1. Buatlah asuhan keperawatan lansia dengan menggunakan konsep-konsep dasar

keperawatan gerontik dan sesuai dengan langkah-langkah proses keperawatan dari

mulai pengkajian sampai evaluasi!

3.2 Jawaban Skenario

A. Pengkajian

1) Identitas Klien

Nama : Tn. M

Umur : 70 tahun

Alamat : -

Pendidikan : -

Tanggal masuk ke panti : -

Jenis kelamin : laki-laki

Suku : -

Agama : -

Status perkawinan : menikah

Tanggal pengkajian : 3 januari 2013

2) Riwayat kesehatan

33

Page 34: Hdr

a. Riwayat kesehatan sekarang

keluarga mengatakan klien menyendiri dikamar, jarang berkomunikasi

dengan anggota keluarga yang lain dan tetangga disekitar rumah

b. Riwayat kesehatan dahulu

Klien memiliki riwayat penyakit Diabetes Melitus (DM).

c. Riwayat kesehatan keluarga

-

3) Tinjauan sistem (jelaskan tentang kondisi system-system dibawah ini yang

terhadap pada klien) :

a. Keadaan umum : tingkat kesadaran: -

Penampilan:-

TTV: -TD: 130/90 mmHg

- RR: 18 x/menit

- Nadi:80x/menit

- Suhu: 350C

b. Sistem Kardiovaskuler:Frekuensi nadi 80 x/menit, tekanan darah 130/90 mmHg.

c. Sistem PernafasanFrekuensi nafas 18 x/menit.

d. Sistem Integumen-

e. Sistem Perkemihan-

f. Sistem MuskuloSkeletal-

g. Sistem Endokrin-

h. Sistem Gastrointestinal-

i. Sistem Reproduksi-

j. Sistem Persarafan-

k. Sistem Penglihatan-

l. Sistem Pendengaran-

m. Sistem Pengecapan-

34

Page 35: Hdr

5. Pengkajian Psikososial & Spiritual

a. Psikososial

-

b. Identifikasi Masalah Emosional

-

c. Pengkajian Fungsional Klien

-

d. Pengkajian keseimbangan

-

B. Diagnosa Keperawatan

a. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. Ditandai

dengan:

DS : keluarga mengatakan klien menyendiri dikamar, jarang berkomunikasi

dengan anggota keluarga yang lain dan tetangga disekitar rumah

DO : -

b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan ideal diri

tidak realistis. Ditandai dengan:

DS: Klien mengatakan bahwa malu dengan istri dan anaknya karena tidak

bisa memberi nafkah seperti dulu ketika masih bekerja sebagai menejer. Dan

merasa hanya membebani keluarganya tanpa bisa melakukan apa-apa.

DO: -

c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi . Ditandai

dengan:

DS : . Keluarga klien merasa bingung harus berbuat bagaimana dengan

kondisi klien,

DO: -

C. NCP

a. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. Ditandai

dengan:

DS : keluarga mengatakan klien menyendiri dikamar, jarang berkomunikasi

dengan anggota keluarga yang lain dan tetangga disekitar rumah

35

Page 36: Hdr

DO : -

Tujuan umum :

Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal

Tujuan Khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Intervensi

Bina Hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip

komunikasi terapeutik.

Sapa klien dengan ramah.

Perkenalkan diri dengan sopan.

Tanyakan nama lengkap dan panggilan.

Jelaskan tujuan pertemuan dan menepati janji.

Tunjukkan sikap empati.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.

Intervensi

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

Hindari penilaian negatif terhadap klien .

Utamakan memberikan pujian yang realistik.

3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

Intervensi

Diskusikan bersama klien kemampuan yang masih dapat di

gunakan selama sakit.

Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.

4. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang

dimilikinya

Intervensi

Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat di lakukan setipa

hari sesuai kemampuan.

Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi.

Memberi contoh cara pelaksanaan yang telah direncanakan

5. Klien melakukan kegiatan sesuai kemampuannya.

36

Page 37: Hdr

Intervensi

Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah

direncanakan.

Beri pujian atas keberhasin klien.

Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung ada.

Intervensi

Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat

klien harga diri rendah.

Bantu keluarga dalam membri dukungan.

Beritahu keluarga dalam menyiapkan lingkungan di rumah.

b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah berhubungan dengan ideal diri tidak

realistis. Ditandai dengan:

DS: Klien mengatakan bahwa malu dengan istri dan anaknya karena tidak bisa

memberi nafkah seperti dulu ketika masih bekerja sebagai menejer. Dan

merasa hanya membebani keluarganya tanpa bisa melakukan apa-apa.

DO: -

Tujuan umum : Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri

rendah/klien akan meningkat harga dirinya.

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

Intervensi

Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,

jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat

kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)

Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya

Sediakan waktu untuk mendengarkan klien

Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga

dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri.

2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

37

Page 38: Hdr

Intervensi

Klien dapat menilai kemampuan yang dapat diskusikan kemampuan

dan aspek positif yang dimiliki

Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan

memberi pujian yang realistis

Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.

Intervensi

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang

ke rumah

4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki

Intervensi

Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari

sesuai kemampuan

Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan

Intervensi

Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan

Beri pujian atas keberhasilan klien

Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada

Intervensi

Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.

Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.

Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

c. Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurangnya

informasi. Ditandai dengan:

38

Page 39: Hdr

DS : . Keluarga klien merasa bingung harus berbuat bagaimana dengan

kondisi klien,

DO: -

Tujuan : Kurang pengetahuan teratasi.

Kriteria Hasil : Keluarga dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan

gejala, perawatan,

Intervensi :

Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga

beri pendidikan kesehatan (penyuluhan) tentang penyakit,

beri kesempatan klien atau keluarga untuk bertanya

D. Evaluasi

Evaluasi setelah dilakukan intervensi pada klien lansia.

a. Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal

b. Klien akan meningkat harga dirinya

c. Pengetahuan keluarga bertambah.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Harga diri rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilangnya

kepercayaan diri, dan gagal mencapai tujuan yang diekspresikan secara langsung

maupun tidak langsung, penurunan harga diri ini dapat bersifat situasional maupun

kronis atau menahun.

Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor. Awalnya individu berada

pada suatu situasi yang penuh dengan stressor (krisis), individu berusaha

menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak

mampu atau merasa gagal menjalankan fungsi dan peran

39

Page 40: Hdr

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

1. Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta. Egc

2. Towsend, Mary C. 1998. diagnosa keperawatan pada keperawatan psikiatri. Jakarta. Egc

3. Depkes RI. 2000. Keperawatan Jiwa. Jakarta

4. Harrol, Kaplan. 1987. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta. Widya Medika

5. Carpenito, Lynda Juall. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.

6. Keliat, Budi Anna.(1999). Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. EGC: Jakarta

7. Kelompok Keilmuan Keperawatan Jiwa. (2005). Modul Community Mental Health

Nursing

8. NANDA International. (2008). Nursing Diagnoses: Definition and Classification

.Philadelphia:USA.

40