28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada lima partisipan selama kurang lebih tiga bulan. Penyajian data hasil penelitian akan peneliti bagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama berisikan gambaran tempat penelitian. Pada bagian kedua peneliti akan memaparkan data demografi partisipan yang meliputi nama, umur, jenis kelamin, dan lama menderita RA. Pada bagian ketiga peneliti akan mengulas hasil penelitian berupa hasil analisa tema yang mencakup deskripsi hasil wawancara mendalam semi terstruktur dan catatan lapangan yang peneliti susun berdasarkan tema-tema yang ditemukan tentang persepsi lansia terhadap faktor-faktor penyebab RA. Hasil penelitian yang telah diperoleh akan peneliti bandingkan dengan teori-teori dan hasil penelitian sebelumnya, yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Peneliti juga membahas keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian yang terkait dengan persepsi lansia terhadap faktor-faktor penyebab RA.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini peneliti akan menguraikan hasil penelitian

dan pembahasan yang telah dilakukan pada lima partisipan

selama kurang lebih tiga bulan. Penyajian data hasil penelitian

akan peneliti bagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama

berisikan gambaran tempat penelitian.

Pada bagian kedua peneliti akan memaparkan data

demografi partisipan yang meliputi nama, umur, jenis kelamin,

dan lama menderita RA. Pada bagian ketiga peneliti akan

mengulas hasil penelitian berupa hasil analisa tema yang

mencakup deskripsi hasil wawancara mendalam semi

terstruktur dan catatan lapangan yang peneliti susun

berdasarkan tema-tema yang ditemukan tentang persepsi

lansia terhadap faktor-faktor penyebab RA.

Hasil penelitian yang telah diperoleh akan peneliti

bandingkan dengan teori-teori dan hasil penelitian sebelumnya,

yang memiliki keterkaitan dengan penelitian ini. Peneliti juga

membahas keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian yang

terkait dengan persepsi lansia terhadap faktor-faktor penyebab

RA.

Page 2: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Wilayah kecamatan Ngablak secara geografis

sebagian besar terletak di lereng gunung Merbabu yang

termasuk dalam wilayah administratif Kabupaten Magelang

yang mempunyai luas wilayah 43,8 km2. Wilayah kecamatan

Ngablak mempunyai batas wilayah sebagai berikut: sebelah

Selatan berbatasan dengan kecamatan Pakis, sebelah Barat

berbatasan dengan kecamatan Grabag, sebelah Timur dan

Utara berbatasan dengan kecamatan Getasan kabupaten

Semarang. Letak geografis kecamatan Ngablak berada pada

110o20’30” -110o26’20” BT dan 07o20’34” - 07o26’30” LS dengan

ketinggian berkisar antara 1000-3000 m dpl. Curah hujan per

tahun berkisar 181 mm dan suhu udara berkisar antara 20-

250C.

Gambar 4.1 Peta Kabupaten Magelang Sumber : www.zimbio.com

Page 3: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

4.2. Karakteristik Partisipan

Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan

P1 P2 P3 P4 P5 Inisial Ny.S Tn.N Tn.T Ny.P Ny.W Jenis Kelamin

P L L P P

Umur 70 70 70 70 65 Lama menderita RA

3 tahun

5 tahun

3 tahun

2 tahun

10 tahun

Selain karakteristik yang telah dipaparkan pada tabel

di atas, partisipan mempunyai karakteristik RA yang

diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh

peneliti. P1 terlihat selalu dirumah. Ia hanya melakukan

pekerjaan yang ringan-ringan saja, seperti mengupas dan

memilih sayuran hasil panen. P2 merupakan partisipan

dengan RA yang terlihat paling parah diantara partisipan

lainnya. Kaki sebelah kiri P2 mengalami atrofi disebabkan

karena RA yang dideritanya sudah sangat kronis. P3 terlihat

sehat. Ia juga masih beraktivitas di ladang. Namun ketika

RA yang ia derita kambuh, ia terlihat kesakitan dan

menghentikan aktivitasnya hingga nyeri RA menghilang.

Seperti P1 dan P2, P4 juga selalu dirumah. Ia hanya

melakukan pekerjaan yang ringan-ringan saja sebab ketika

RA yang ia derita kambuh, ia tidak dapat beraktivitas

Page 4: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

dengan baik. P5 memiliki kesamaan dengan P3 yaitu masih

aktif bekerja di ladang meskipun menderita RA.

Partisipan dalam penelitian ini didapat dari hasil

diskusi yang dilakukan oleh peneliti dengan informan key.

Informan key merupakan seorang warga yang menjadi

pemandu bagi peneliti dalam mencari partisipan yang

sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti.

Semua partisipan bersedia menjadi subyek penelitian.

4.3. Hasil Penelitian

Hasil penelitian berupa hasil analisa tema yang

mencakup deskripsi hasil wawancara mendalam semi

terstruktur dan catatan lapangan yang peneliti susun

berdasarkan tema-tema yang ditemukan tentang persepsi

lansia mengenai faktor-faktor penyebab Rheumatoid

Arthritis (RA).

Dari penelitian ini didapat 4 tema utama dan sub

tema yang menjawab tujuan khusus terkait dengan

persepsi lansia mengenai faktor-faktor penyebab RA.

Tujuan utama dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui

persepsi lansia terhadap faktor-faktor penyebab RA,

sehingga melangkah dari tujuan umum tersebut diawali

tujuan khusus yang pertama, peneliti ingin memperoleh

Page 5: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

gambaran persepsi lansia mengenai pengertian RA. Tujuan

khusus kedua yaitu mengidentifikasi persepsi lansia

mengenai faktor-faktor penyebab RA. Tujuan khusus ketiga

yaitu mengidentifikasi persepsi lansia mengenai cara

menangani RA.

Tujuan khusus 1: memperoleh gambaran persepsi

lansia mengenai pengertian RA.

Pada penelitian ini, peneliti memperoleh adanya

gambaran persepsi lansia mengenai pengertian RA yang

disampaikan oleh partisipan. Semua ungkapan yang

disampaikan oleh partisipan dipengaruhi oleh pengetahuan

masing-masing mengenai pengertian dan gejala RA.

Tujuan khusus 2: mengidentifikasi persepsi lansia

mengenai faktor-faktor penyebab RA.

Meskipun penyebab RA belum dapat dipastikan,

namun peneliti ingin mengetahui untuk kemudian

mengidentifikasi persepsi lansia mengenai faktor-faktor

penyebab RA. Partisipan memberikan berbagai ungkapan

mengenai faktor-faktor penyebab RA berdasarkan apa

yang telah mereka ketahui.

Page 6: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

Tujuan khusus 3: mengidentifikasi persepsi lansia

mengenai cara menangani RA

Setiap partisipan memiliki cara tersendiri untuk

menangani kekambuhan RA. Berbagai cara

penanggulangan diungkapkan oleh partisipan. Kemudian

peneliti mengelompokkan pernyataan para partisipan untuk

dianalisa.

Dibawah ini adalah skema yang menunjukkan

temuan sub tema untuk tujuan khusus 1, 2, dan 3 dari hasil

penelitian.

Page 7: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

Skema 4.1 Tema 1 Pemahaman Lansia Terhadap RA

Kata Kunci Kategori Sub Tema Tema

Penyakit nyeri di kaki

Gejala RA

Pengertian RA

Kekurangan cairan pada

sendi

Usia

Sayuran

Nyeri, panas dan kaku

Penyebab

RA

Pengetahuan lansia

terhadap RA

Persepsi lansia

tentang pengertian dan gejala

RA

Persepsi lansia tentang penyebab RA

Page 8: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

Udara dingin

Jalan-jalan dan senam

lansia

Jaga asupan makanan dan

hati-hati dalam bekerja

Jalan-jalan

Persepsi lansia

tentang cara penanggu

langan RA

Cara penanggu

langan RA

Harus sering bergerak

Page 9: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

Jalan-jalan di pagi hari

Page 10: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

Sub Tema 1.1 Pengetahuan lansia tentang pengertian dan

gejala RA

Semua partisipan dalam penelitian ini merupakan petani

sayur. Namun, saat ini hanya 2 dari 5 partisipan yang masih

menjadi petani aktif. Dalam penelitian ini peneliti menemukan

adanya pengetahuan yang cukup baik dari partisipan tentang

pengertian dan gejala RA berdasarkan pengertian secara teoritis.

Hal tersebut terlihat dari jawaban partisipan yang mendekati teori.

Jawaban tersebut terungkap dari salah satu partisipan.

“nak rematik niku jarene balung’e kroso kemeng ngoten.” (P3) (kalo rematik itu katanya tulangnya terasa nyeri sekali gitu) “Rematik kuwi yo penyakit ning kai sing rasane panas ngono..” (P5) (Rematik itu ya penyakit di kaki yang rasanya panas begitu) “…sendine niku kroso cekit-cekit terus panas.” (P3) (..sendinya terasa cekit-cekit terus panas)

“ kemeng-kemeng terus kaku.” (P4)

Ungkapan diatas menunjukkan bahwa partisipan memliki

pengetahuan yang cukup baik untuk menggambarkan pengertian

dan gejala RA. Hal tersebut dapat dinilai dari kemampuan

partisipan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan dengan

benar.

Page 11: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

Sub Tema 1.2 Pengetahuan lansia tentang penyebab RA

Penyebab pasti dari RA memang masih belum dapat

dipastikan. Namun, peneliti ingin memperoleh persepsi partisipan

sendiri mengenai penyebab RA. Dari hasil penelitian menunjukkan

bahwa partisipan memiliki persepsi yang baik tentang penyebab

RA. Hal tersebut terlihat dari ungkapan partisipan berikut ini.

”Nggih mergo wis tuwo kuwi.” (P2) (penyebabnya ya karena sudah tua) “Niku kan penyakit balung. Nggih mergane balunge eneng sing salah. Balung’e niku kados kekurangan cairan ngoten teng dengkul.” (P3)

(sebabnya karena tulangnya itu seperti kekurangan cairan gitu di dengkulnya(lutut))

Dari 5 partisipan, 2 orang mengatakan bahwa RA disebabkan

karena udara dingin. Hal tersebut terungkap berikut ini.

“..Yo mergo anyep kuw..” (P4) (kalau menurut saya itu karena udara dingin)

“ Yo teges’e ki kulo mboten ngertos. Paling nggih seko anyep kuwi mbak..” (P5)

(Iya pastinya saya tidak tahu. Tapi ya mungkin karena udara dingin mbak).

Sub Tema 1.3 Pengetahuan lansia tentang cara

penanggulangan RA

Partisipan memberikan jawaban yang relatif sama antara satu

dengan yang lain mengenai cara penanggulangan RA, yaitu

Page 12: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

dengan cara banyak bergerak. Menurut partisipan, cara tersebut

dapat mengurangi resiko terkena RA atau kekambuhan RA. Berikut

adalah ungkapan partisipan.

“..Ya jalan-jalan gitu. Terus kan aku ikut PWRI, disitu juga diajari senam lansia gitu. Kalo aku sendiri setiap pagi jalan-jalan, kira-kira habis subuh.” (P1)

“sak ngertine kulo nggih kudu sering gerak. Tapi nak kulo kiyambak niki ajeng gerak mawon kangelan. Nggih pripun meleh.” (P2) (ya setau saya itu harus sering bergerak. Tapi kalo saya sendiri gerak saja susah. Ya mau bagaimana lagi).

Selain banyak bergerak, salah seorang partisipan mengungkapkan

bahwa cara penanggulangan RA yaitu dengan cara lain, seperti

ungkapan partisipan berikut ini.

“Piye yo, yo koyone seko maem kuwi kudu dijogo. Terus nak kerjo ngati-ati. Ora usah ngoyo ngono.” (P3) (Ya bagaimana ya, sepertinya dari makanan itu harus dijaga. Terus kalau bekerja itu harus berhati-hati. Tidak usah terlalu ngoyo begitu).

Dalam penelitian ini, peneliti juga mendalami bagaimana akibat

timbulnya RA terhadap aktivitas sehari-hari. Skema temuan sub

tema terlihat pada skema 4.2 dibawah ini.

Page 13: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

Skema 4.2 Tema 2 RA sebagai stressor

Kata kunci Kategori Sub Tema Tema

Sub Tema 2 RA menghambat aktivitas dalam kehidupan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa RA yang diderita oleh

partisipan menghambat aktivitas kehidupan sehari-hari mereka. Hal

ini terlihat pada ungkapan partisipan berikut ini.

“..nggak ada kerjaan, padahal dulu itu sebelum sakit aku bisa nyari rumput 2-3 kali sehari. Ya rugi sekali gitu.” (P1)

“Kulo nggih mboten saget lungo teng ngalas. Lha wong mlaku saking nggriyo teng mesjid niku kulo kudu leren ngasi ping 3. Padahal mesjid’e teng ngajeng omah. Menawi ajeng teng ngalas kulo kudu di terke nggo honda. Sok-sok nak nembe mlaku niku kulo dawah terus di tulungi kalih uwong-uwong.” (P2) (Ya saya nggak bisa ke ngalas. Lha wong kalau jalan dari rumah ke masjid aja saya harus istirahat sampai 3 kali. Padahal masjidnya cuma di seberang rumah. Kalau mau ke ngalas ya saya harus diantar pakai motor. Kadang-kadang kalau sedang jalan saya itu roboh lalu ditolong sama orang-orang).

Tidak bekerja

RA sebagai stressor

RA menghambat

aktivitas dalam

kehidupan

Aktivitas terganggu

Aktivitas sehari-hari

sulit

Sulit untuk bepergian

Page 14: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

“Jarang nak kulo niku. Saiki paling yo nang omah momong putu wae. Lha wong mlaku wae kangelan kok.” (P4) (sekarang paling ya saya di rumah. Momong cucu saja. Jalan saja saya kesulitan kok).

Dua dari 5 partisipan mengatakan aktivitas mereka tidak terganggu

dengan RA yang mereka derita. Berikut petikan wawancaranya.

“kulo niku bendino ning ngalas. Kabeh aku sing ngerja’ke. Lha wong nak nang omah ora ono kerjaan. Nak ning ngalas kan eneng kerjaan ngono.” (P3) (Saya setiap hari ke ladang. Semua pekerjaan di ladang saya sendiri yang mengerjakan. Lha wong kalau dirumah itu tidak ada kerjaan. Kalau diladang kan ada kesibukan gitu) “Tasih mbak. Nak ora nong ngalas ya aku ora eneng kerjaan. Nak nang omah terus yo bosen mbak..” (P5) (Masih. Kalau tidak ke ladang ya saya tidak ada kerjaan. Kalau di rumah terus ya bosan mbak). Hasil penelitian juga menunjukkan temuan tentang alternatif

menghadapi kekambuhan RA. Selengkapnya temuan tema dapat

dilihat pada skema 4.3 berikut ini.

Page 15: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

Skema 4.3 Tema 3 Manajemen nyeri pada RA

Kata kunci Kategori Sub Tema Tema

Sub Tema 3 Alternatif menghadapi kekambuhan RA

Menurut penuturan partisipan, ada beberapa cara yang

dilakukan untuk menghadapi kekambuhan RA. Masing-masing

partisipan memiliki cara tersendiri untuk meminimalisasi rasa nyeri

akibat kekambuhan RA. Berikut petikan wawancara dengan

partisipan.

“..ya paling kalau kumatnya pas aku lagi selonjor, tak biarkan sambil tak pijit pelan-pelan. Tapi kalau ada waktu ya tak periksakan ke dokter.” (P1)

“Nggih kulo ombeni obat saking dokter mawon..”. (P2) (ya saya cuma minum obat dari dokter aja) “Nggih kulo pijeti kiyambak. Sok-sok kulo ngombe pil kita yo langsung mari.” (P3) (ya saya pijat sendiri. Kadang-kadang saya kasih minum pil kita. Ya langsung sembuh tu).

Dipijit

Cara mengatasi kekambuh

an RA

Dipijat sendiri

Alternatif menghadapi kekambuhan

RA

Minum obat dokter

Manajemen nyeri pada

RA

Diolesi minyak

kayu putih

Page 16: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

“Yo gur tak ke’I minyak putih. Mengko yo mari dewe.” (P5) (hanya saya kasih minyak kayu putih saja. Nanti ya sembuh sendiri). Dibawah ini adalah skema hasil temuan berdasarkan

penelitian terhadap kekambuhan RA.

Skema 4.4 Tema 4 Episode kekambuhan RA

Kata kunci Kategori Sub Tema Tema

Sub Tema 4 Intensitas kekambuhan RA

RA yang diderita oleh partisipan memiliki waktu-waktu

kekambuhan yang tidak menentu. Hal ini tentu saja memberikan

sensasi ketidaknyamanan bagi partisipan. Berikut ungkapan

partisipan.

“..nggak mesti sih. Kadang habis sholat subuh itu kumat. Kadang itu ya pas sholat ashar tadi. Kalo sudah kumat, aku nggak bisa ngapa-ngapain. Lha wong terasa kaku sekali. Lama sekali sembuhnya. Mau ditekuk aja nggak bisa.” (P1)

Episode kekambuh

an RA

Intensitas kekambuhan

RA

Waktu kekambuhan

RA

Saat kedinginan

dan kelelahan

Setiap hari

Tidak tentu

Page 17: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

“Nak kumate niku nggih bendino. Nak mpun kumat niku rasane puanas. Pokok’e mboten wonten wektu-wektu’ne. sak bendino ngoten. Lha wong kados ngeten mawon mpun kroso kemeng. Tapi nggih kulo neng’ke mawon.” (P2) (Kalo kumatnya itu ya setiap hari. Kalo sudah kumat rasanya panas sekali. Pokoknya nggak ada waktu-waktu tertentunya. Lha wong seperti ini saja sudah terasa nyeri-nyeri. Tapi ya tidak saya rasakan)

“ Yo yen kademen opo kekeselen. Nak wis kumat ki suwe marine. Tangan iki rasane ora iso obah. Nak wis lungguh, ngadek’ke kangelan.” (P5) (kalau kedinginan dan kecapekan itu. Kalau sudah kumat itu lama sembuhnya. Tangan ini rasanya kaku tidak bisa digerakkan. Kalau sudah duduk, berdirinya itu lututnya terasa nyeri).

4.4. Pembahasan

4.4.1. Pengetahuan lansia terhadap RA

Pengetahuan lansia terhadap RA di pengaruhi oleh

persepsi kelima partisipan terhadap pengertian dan

gejala, penyebab, serta penanggulangan terhadap RA.

Pada persepsi tentang pengertian dan gejala RA, P1,

P2, P3 dan P4 mengatakan bahwa RA adalah penyakit

nyeri-nyeri di kaki. Sedangkan P5 mengatakan bahwa

RA adalah penyakit di kaki yang rasanya panas.

Menurut Hadikusumo (1996) rematik adalah nyeri sendi.

Lebih lanjut Hadikusumo menuturkan bahwa penyakit

yang menyerang sendi melalui proses peradangan dan

inilah yang disebut arthritis. Peradangan sendiri memiliki

beberapa tahapan yaitu kalor, rubor, dolor, dan functio

Page 18: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

laesa. Pernyataan Hadikusumo sesuai dengan jawaban

yang diberikan oleh partisipan. Kemudian perihal gejala

RA; P1, P2, P3 dan P4 menjawab bahwa gejala RA

adalah tulang atau sendi terasa nyeri dan panas.

Sementara P5 menjawab bahwa gejala RA adalah

terasa nyeri dan kaku. Namun gejala klinis tersebut tidak

muncul secara bersamaan dan bervariasi pada setiap

orang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Setiawan

(2008) yang menyebutkan bahwa ada beberapa

gambaran klinis yang lazim ditemukan pada seseorang

dengan RA. Gambaran klinis ini tidak harus timbul

sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena

penyakit ini memiliki gambaran klinis sangat bervariasi.

Sedangkan mengenai gejala yang telah disebutkan

oleh partisipan, semuanya mendekati gejala yang telah

disebutkan oleh Setiawan walaupun tidak semua gejala

dialami oleh partisipan. Dalam bukunya yang berjudul

Herbal untuk Pengobatan Rematik (2008), Setiawan

menyebutkan bahwa gejala RA di antaranya gejala-

gejala konstitusional, poliartritis simetris terutama pada

sendi perifer, sendi tidak dapat digerakkan, dan

kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam. Semua

gejala ini tidak dirasakan pada setiap partisipan. Setiap

Page 19: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

partisipan memiliki gejala yang berbeda-beda. Menurut

hasil penelitian yang dilakukan oleh Otter, et all (2009)

pasien dengan RA sering menunjukkan gejala nyeri

pada kaki dan kebanyakan terjadi pada wanita. Otter, et

all juga menambahkan gejala tambahan seperti

kekakuan, pembengkakan dan mati rasa.

Kemudian mengenai penyebab RA, partisipan juga

memiliki jawaban yang berbeda. P1 mengatakan bahwa

penyebab RA adalah sayuran. Ia menjelaskan bahwa

sebelum terkena RA, ia juga sering makan sayur-

sayuran seperti kol. Tetapi setelah menderita RA,

keadaannya semakin parah. Selain itu, menurut P1

penyebab RA adalah karena usia lanjut. Sementara P2

mengatakan bahwa penyebab RA adalah karena usia

yang sudah lanjut. P3 menjelaskan bahwa penyebab

terjadinya RA adalah berkurangnya cairan pada sendi.

P4 mengatakan RA disebabkan karena udara dingin dan

karena sudah tua. P4 berpendapat seperti itu karena

ketika muda P4 sering mandi terlalu pagi untuk

beraktivitas di ladang. P5 juga memiliki pendapat yang

sama dengan P4 yaitu penyebab RA adalah karena

udara dingin. Menurut Suratun, Heryati, Manurung &

Raenah (2008) penyebab penyakit Rheumatoid Arthritis

Page 20: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

belum diketahui secara pasti, namun faktor

predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-

antibodi), faktor metabolik, dan infeksi virus. Pendapat

lain dari Handrawan (2010) menyebutkan bahwa

Penyebabnya karena dalam darah ada kelainan

otoimun. Tubuh membuat zat anti untuk merusak tubuh

sendiri. Bisa merusak bagian tubuh mana saja. Pada

RA, zat anti yang diproduksi tubuh merusak bagian

sendi. P1, P2, dan P4 mengatakan bahwa RA

disebabkan karena usia. Pernyataan mereka sesuai

dengan Potter & Perry (2005) yang menyebutkan bahwa

dengan bertambahnya usia, kemampuan sistem imun

untuk bakteri, virus, dan jamur melemah. Artinya

semakin menua, pertahanan fisik manusia semakin

melemah. Hal tersebut menyebabkan mereka mudah

terserang penyakit. Sementara pernyataan P1 yang lain

menyebutkan bahwa RA disebabkan karena sayuran,

seperti yang telah diketahui, RA dapat berawal dari

kelebihan asam urat. Kadar rata-rata asam urat di dalam

darah dan serum tergantung usia dan jenis kelamin.

Asam urat tergolong normal apabila pria dibawah 7

mg/dl dan wanita dibawah 6 mg/dl (Misnadiarly, 2007).

Orang yang menderita kelebihan asam urat dianjurkan

Page 21: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

untuk lebih dapat mengontrol makanan yang masuk ke

dalam tubuh agar asam uratnya tidak meningkat.

Sementara pernyataan P3 yang menyatakan bahwa RA

disebabkan karena berkurangnya cairan pada sendi juga

dapat dihubungkan dengan teori di atas. Ketika beranjak

tua, manusia mengalami serangkaian perubahan pada

anggota geraknya, salah satunya adalah cairan pada

sendi. P5 mengatakan RA disebabkan karena udara

dingin. Lansia yang sudah terkena RA sendinya akan

terasa kaku dan berinteraksi dengan udara dingin atau

air dingin akan membuat sendi terasa ngilu. Oleh sebab

itu, penderita RA disarankan untuk menggunakan air

hangat untuk kebutuhan mandinya.

Untuk penanggulangan RA, partisipan memiliki

jawaban yang berbeda. P1, P2, P4 dan P5 mengatakan

bahwa untuk menanggulangi RA sebaiknya dibiasakan

jalan-jalan atau sering bergerak, seperti jalan-jalan di

pagi hari dengan tidak memakai alas kaki. Sedangkan

P3 mengatakan bahwa untuk menanggulangi RA yaitu

dengan cara menjaga pola makan dan berhati-hati

dalam bekerja. Menurut Purwoastuti (2009) olahraga

ringan seperti jalan kaki ternyata bermanfaat bagi para

penderita rematik karena asam urat. Jalan kaki ini dapat

Page 22: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

membakar kalori, memperkuat otot, dan membangun

tulang yang kuat tanpa mengganggu persendian yang

sakit. Pernyataan ini sesuai dengan pendapat P1, P2,

P4, dan P5. Hal itulah yang juga sering dilakukan oleh

partisipan tersebut setiap harinya. Selain itu Purwoastuti

juga mengatakan bahwa menjaga berat badan ideal

merupakan salah satu langkah bijaksana untuk

mengurangi nyeri di sendi lutut. Setiap kelebihan berat

badan akan membebani sendi lutut serta panggul dan

menambah rasa nyeri karena rematik. Pernyataan

tersebut sesuai dengan pernyataan P3. Menjaga pola

makan yang sehat akan membuat tubuh mendapatkan

berat badan yang ideal sehingga resiko obesitas atau

kelebihan berat badan yang semakin memperparah

rematik dapat diminimalisasi.

4.4.2. RA sebagai stressor

Rheumatoid Arthritis (RA) diketahui sebagai stessor

berdasarkan jawaban yang diberikan oleh partisipan. P1

mengatakan bahwa sejak terkena RA ia tidak bisa lagi

beraktivitas di ladang. P1 juga merasa rugi dengan

keadaannya yang sekarang. Padahal sebelum terkena

RA, ia bisa mencari rumput 2 sampai 3 kali sehari. P2

dan P4 juga merasakan hal yang sama dengan P1.

Page 23: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

Mereka tidak bisa bepergian terlalu jauh atau

beraktivitas terlalu berat disebabkan karena RA yang

mereka derita. Hal ini menyebabkan aktivitas mereka

terganggu dan kualitas hidup mereka pun menurun. Hal

tersebut mendorong terjadinya stress pada beberapa

partisipan. Menurut Maramis (1999 dalam Psikologi

Untuk Keperawatan) penyebab stress psikologis

diantaranya frustasi. Frustasi ada yang bersifat intrinsik

(cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik

(kecelakaan, bencana alam, kematian orang yang

dicintai, kegoncangan ekonomi, pengangguran,

perselingkuhan, dan lain-lain). Dari pernyataan tersebut

terllihat bahwa pengangguran dan cacat badan

merupakan salah satu pemicu stress bagi manusia.

Akibat dari RA yang mereka derita, mereka tidak dapat

bekerja. Untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari,

mereka mengandalkan bantuan dari anak-anak mereka.

Sementara P3 dan P5 masih tetap mengerjakan

aktivitas mereka sehari-hari. Walaupun terkadang RA

yang mereka derita dapat kambuh kapan saja. Namun

mereka masih dapat mengatasinya dengan cara mereka

sendiri. Ini menunjukkan bahwa mereka masih dapat

mengatasi stressor yang disebabkan oleh RA. Lebih

Page 24: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

lanjut P3 dan P5 mengatakan bahwa jika tidak tetap

bekerja di ladang, maka mereka tidak memiliki kegiatan

lain yang dilakukan untuk mengisi waktu.

4.4.3. Manajemen nyeri pada RA

RA yang diderita oleh partisipan selalu kambuh di waktu-

waktu yang tidak dapat diprediksi. Oleh karenanya

peneliti menggali cara menanggulangi nyeri pada RA. P1

mengatakan bahwa jika RA yang dideritanya kambuh ia

akan meluruskan lokasi yang nyeri sembari memijitnya.

P2 mengatakan ia meminum obat yang diberikan oleh

dokter ketika RA yang ia derita kambuh. P3 mengatakan

ia memijit lokasi yang nyeri dan atau meminum obat

pegal-pegal yang dibeli dari warung. P4 juga memiliki

jawaban yang sama dengan P1, P2, P3, dan P4.

Sementara P5 mengatakan bahwa jika RA yang

dideritanya kambuh maka ia akan mengolesinya dengan

minyak kayu putih di area yang terasa nyeri. Tentu saja

nyeri yang mereka derita sangat mengganggu aktivitas

mereka. Menurut Potter and Perry (2005), sekali klien

yang berusia lanjut menderita nyeri, maka ia dapat

mengalami gangguan status fungsi yang serius.

Mobilisasi, aktivitas perawatan diri, sosialisasi di

Page 25: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

lingkungan luar rumah, dan toleransi aktivitas dapat

mengalami penurunan. Lebih lanjut Potter dan Perry

mengatakan bahwa kemampuan individu bekerja secara

serius terancam oleh nyeri. Semakin banyak aktivitas

fisik yang dibutuhkan dalam suatu pekerjaan, maka

semakin besar juga risiko ketidaknyamanan yang

dirasakan apabila nyeri disebabkan oleh perubahan

pada muskuloskeletal dan pada bagian tertentu. Dari

penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa lansia sangat

rentan terhadap nyeri. Nyeri yang diderita oleh lansia

dapat mengakibatkan beberapa hal penting dalam aspek

kehidupan mengalami penurunan diantaranya

produktivitas kerja yang tidak dapat dilakukan dengan

baik. Zautra, et all (2007) dalam penelitiannya

menyebutkan bahwa pasien RA dengan pengalaman

nyeri kronik, lebih rentan terhadap stress yang

berhubungan dengan peningkatan nyeri.

Selain itu, dukungan keluarga juga dapat

mempengaruhi respon nyeri. Hal inilah yang

diungkapkan oleh Muttaqin (2008) yang menyatakan

bahwa faktor lain yang bermakna mempengaruhi

respons nyeri ialah kehadiran orang-orang terdekat dan

bagaimana sikap mereka terhadap klien. klien yang

Page 26: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota

keluarga atau teman dekat untuk memperoleh

dukungan, bantuan, atau perlindungan. Walaupun klien

tetap merasakan nyeri, tetapi kehadiran orang yang

dicintai klien akan meminimalkan kesepian dan

ketakutan. Hal inilah yang dirasakan oleh P4. Akibat RA

yang dideritanya, ia tidak dapat lagi beraktivitas layaknya

orang lain karena seringnya merasakan nyeri pada

persendiannya. Namun ia dapat mengalihkan rasa nyeri

yang dirasakannya dengan menemani cucunya bermain.

4.4.4. Episode kekambuhan RA

RA yang diderita oleh partisipan sering kambuh pada

waktu-waktu tertentu. Bahkan P2 selalu merasakan nyeri

setiap saat meskipun ia tidak melakukan pekerjaan yang

berat. Sementara P1 mengatakan bahwa rematik yang

ia derita kambuh pada waktu-waktu yang tidak

diprediksi. Ia sering mengalami nyeri pada pagi hari dan

pada sore hari. Jika udara mulai terasa dingin,

rematiknya juga dapat mengalami kekambuhan. P3

mengatakan bahwa rematik yang ia derita akan kambuh

ketika ia kelelahan setelah bekerja di ladang. Sedangkan

P4 mengalami hal yang sama seperti yang dialami oleh

P1. Rematiknya kambuh pada saat-saat yang tidak bisa

Page 27: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

ditentukan dan jika udara terasa dingin maka

persendiannya akan terasa nyeri. P5 mengatakan

rematiknya akan kambuh pada saat ia kecapekan dan

pada saat udara terasa dingin. Menurut Anies (2006)

sendi yang meradang biasanya menimbulkan nyeri dan

menjadi kaku, terutama pada saat bangun tidur atau

setelah lama tidak melakukan aktivitas.

Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa

rematik yang diderita oleh partisipan biasanya kambuh

pada pagi hari atau setelah lama tidak beraktivitas. Hal

ini dapat terjadi karena saat tidur atau tidak beraktivitas,

otot tubuh juga beristirahat atau tidak bekerja. Sehingga

ketika bangun tidur atau saat memulai aktivitas,

persendian terasa nyeri. Sebagian partisipan

mengatakan RA yang mereka derita kambuh pada saat

udara dingin. Udara yang dingin akan menyebabkan

sendi menjadi kaku. Terlebih jika sendi mengalami

peradangan. Partisipan tinggal di kaki gunung yang

udaranya dingin. Terlebih ketika pagi dan sore hari. Oleh

sebab itu, rematik yang mereka derita lebih sering

kambuh pada saat bangun tidur. Selain itu, kekambuhan

RA juga sering terjadi pada sore hari dimana setelah

mereka tidak melakukan pekerjaan yang berat.

Page 28: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini peneliti

4.5. Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian terhadap 5 partisipan, peneliti

mengalami beberapa keterbatasan yaitu:

1. Partisipan adalah para lansia yang tidak dapat

berbahasa Indonesia dengan lancar sehingga peneliti

perlu meminta bantuan kepada informan key dalam

berinteraksi dengan partisipan.

2. Hampir tidak adanya penelitian sejenis membuat

peneliti kesulitan untuk membandingkan dengan

penelitian sebelumnya.