36
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil SD Negeri Gugus Dwija Harapan Kecamatan Mijen Kota Semarang Gugus Dwija Harapan berada dalam pembinaan UPTD Pendidikan Kecamatan Mijen Kota Semarang. Gugus ini terdiri dari tujuh sekolah dasar, empat di antaranya adalah sekolah dasar negeri yang terdiri dari: SD Negeri Jatisari, SD Negeri Wonolopo 01, SD Negeri Wonolopo 02, dan SD Negeri Wonolopo 03. Sekolah dasar swasta yang tergabung dalam gugus ini adalah SDIT Miftahussalam, SD Muhammadiyah Plus dan SD Permatasari. Dalam melaksanakan kegiatan guru dipusatkan di Gedung Pusat Kegiatan Guru (PKG) yang berada di komplek SD Negeri Wonolopo 01 yang sekaligus menjadi sekolah inti. Adapun profil masing-masing sekolah negeri dalam Gugus Dwija Harapan adalah sebagai berikut: 1. Sekolah Dasar Negeri Jatisari, sekolah memiliki NPSN 20329214 dan telah terakreditasi A. Terletak di Jalan RM Hadi Soebeno S, Kecamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Gugus Dwija Harapan … · melaksanakan kegiatan guru dipusatkan di Gedung Pusat Kegiatan Guru (PKG) yang berada di komplek SD Negeri Wonolopo 01 yang

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Profil SD Negeri Gugus Dwija Harapan

Kecamatan Mijen Kota Semarang

Gugus Dwija Harapan berada dalam

pembinaan UPTD Pendidikan Kecamatan Mijen Kota

Semarang. Gugus ini terdiri dari tujuh sekolah dasar,

empat di antaranya adalah sekolah dasar negeri yang

terdiri dari: SD Negeri Jatisari, SD Negeri Wonolopo

01, SD Negeri Wonolopo 02, dan SD Negeri Wonolopo

03. Sekolah dasar swasta yang tergabung dalam

gugus ini adalah SDIT Miftahussalam, SD

Muhammadiyah Plus dan SD Permatasari. Dalam

melaksanakan kegiatan guru dipusatkan di Gedung

Pusat Kegiatan Guru (PKG) yang berada di komplek

SD Negeri Wonolopo 01 yang sekaligus menjadi

sekolah inti.

Adapun profil masing-masing sekolah negeri

dalam Gugus Dwija Harapan adalah sebagai berikut:

1. Sekolah Dasar Negeri Jatisari, sekolah memiliki

NPSN 20329214 dan telah terakreditasi A.

Terletak di Jalan RM Hadi Soebeno S, Kecamatan

Mijen, Kota Semarang. Fasilitas telepon: (024)

70774572 dan Surat Elektronik/email adalah:

[email protected]. Visi yang dimiliki SD

Negeri Jatisari adalah “Mewujudkan Peserta Didik

yang Unggul dalam Prestasi dan Luhur dalam

Budi Pekerti”. Adapun misi SD Negeri Jatisari

adalah: (1) Menghasilkan lulusan yang telah

memiliki pengalaman dan ketrampilan dasar

untuk melanjutkan ke jenjang selanjutnya, (2)

Menghasilkan lulusan yang mampu

mengembangkan dan menerapkan life skill yang

diterimanya, (3) Mengembangkan pengetahuan

dan kreatifitas di bidang IPTEK, bahasa, olahraga

dan seni budaya sesuai degan bakat, minat dan

potensi siswa, (4) Mengembangkan peserta didik

yang berbudi pekerti luhur, beriman dan

bertaqwa di dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara, dan (5) Menjalin

kerjasama yang harmonis antara warga sekolah

dan lingkungan. Fasiltas saarana dan prasarana

boleh dikatakan belum memadai (lihat pada

bagian lampiran tesis ini)

2. Sekolah Dasar Negeri Wonolopo 01, sekolah ini

telah terakreditasi A dan memiliki NPSN

20328611. Sekolah ini beralamat di Jalan

Kemantren KM 0,75 Kelurahan Wonolopo

Kecamatan Mijen Kota Semarang. SD Negeri

Wonolopo 01 telah memiliki situs web dengan

alamat URL: sdnwonolopo01.blogspot.com. Untuk

menghubunginya dapat melalui nomor telepon:

(024) 70796352 dan surat elektronik:

[email protected]. Visi SD Negeri

Wonolopo 01 adalah: Unggul Ilmu, Trampil,

Cerdas Berakhlak Mulia Berwawasan Luas dan

bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa. Adapun

misinya adalah Membangun Interaksi Edukatif

dan Budaya Sekolah yang Berakhlak Mulia

dengan Pembiasaan: (1) Tegur Salam dan Sapa,

(2) Berani tampil dan menjadi juara, (3) Mencintai

budaya bangsa dengan melestarikan kebudayaan

daerah, dan (4) Beribadah sesuai dengan agama

yang dianut setiap siswa. Fasilitas sarana dan

prasarana sekolah ini juga belum memadai (lihat

bagian lampiran tesis ini)

3. Sekolah Dasar Negeri Wonolopo 02, sekolah ini

terletak di Jalan Raya Kuripan RT 01 / RW I

Kelurahan Wonolopo Kecamatan Mijen Kota

Semarang. Sekolah ini memiliki NPSN 20328612

dan telah terakreditasi A. Fasilitas komunikasi

yang ada yaitu surat elektronik/email:

[email protected] dan

nomor telepon (024) 70778115.

Visi SD Negeri Wonolopo 02 adalah: Menjadikan

siswa berprestasi, bertaqwa dan berbudi pekerti

luhur. Adapun misinya adalah: (1) Melakukan

pembiasaan sopan santun di lingkungan sekolah,

(2) Meningkatkan sikap berbudi pekerti luhur

dalam kehidupan sehari-hari, (3) Meningkatkan

ketrampilan dalam bidang IPTEK, (4)

Meningkatkan ketrampilan dalam bidang

kepramukaan, (5) Meningkatkan prestasi

akademik, dan (6) Meningkatkan prestasi non

akademik. Tidak beda jauh dengan SD lain,

sekolah ini fasilitas sarana dan prasarana PJOK

juga belum memadai. Data keadaan sarana

prasarana PJOK sekolah ini dapat dilihat pada

bagian lampiran

4. Sekolah Dasar Negeri Wonolopo 03, sekolah ini

beralamat di Jalan Sumbersari RT.02/RW.X

Kelurahan Wonolopo Kecamatan Mijen Kota

Semarang. Sekolah ini memiliki NPSN 20328622

dan telah terakreditasi A. Untuk menghubungi

sekolah ini dapat melalui nomor telepon: (024)

76672777 dan surat elektronik atau email:

[email protected] atau melalui email

alternatif [email protected]. SD Negeri

Wonolopo 03 memiliki visi: Menjadi generasi yang

cerdas, beriman, berakhlak mulia dan berbudaya.

Misi SD Negeri Wonolopo 03 meliputi: (1)

Melaksanakan proses pembelajaran yang optimal

dan mengembangkan kecerdasan akademik dan

non akademik, (2) Meningkatkan keimanan dan

ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (3)

Menanamkan akidah / norma dan budi pekerti

yang luhur pada peserta didik dalam kehidupan

sehari – hari, dan (4) Mencerdaskan anak bangsa

sebagai generasi muda yang positif dan

berprestasi.

4.1.2 Pengelolaan Sarana dan Prasarana PJOK di

SD Negeri Gugus Dwija Harapan

4.1.2.1 Perencanaan Sarana dan Prasarana PJOK

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh

peneliti tentang kegiatan perencanaan sarpras PJOK

adalah sebagai berikut:

Hasil penelitian tentang perencanaan di SD

Negeri Jatisari, wawancara terhadap kepala sekolah

mengiyakan hal itu, sekolah telah menyusun

perencanaan sarana prasarana PJOK, tetapi belum

tentu pengadaan semua dapat direalisasikan karena

kemampuan dan keadaan. Selanjutnya Kepala SD

Negeri Wonolopo 01 menguatkan bahwa sekolah

setiap tahun tetap menyusun perencanaan tentang

sarana dan prasarana PJOK yang dilakukan melalui

rapat sekolah untuk menginventarisasi

pengadaannya sesuai kebutuhan.

Kepala SD Negeri Wonolopo 02 juga

menyatakan bahwa perencanaan dibuat dengan

inventarisasi masukan dilakukan pada saat akan

menyusun RAPBS/RKAS. Hal itu juga dikuatkan

oleh Kepala SD Negeri Wonolopo 03 yang

menyatakan bahwa usulan pengadaan sarpras

ditampung (untuk) mengiventarisasi kekurangan.

Semua kepala sekolah dasar negeri di Gugus

Dwija Harapan menyusun rencana kebutuhan

sarpras PJOK. Kepala SD Negeri Wonolopo 01

menyatakan bahwa rencana kebutuhan disusun

setiap awal tahun pelajaran. Sedangkan menurut

Kepala SD Negeri Wonolopo 02 disusun pada waktu

rapat penyusunan RAPBS/RKAS. Hal itu berarti

penyusunan rencana kebutuhan sarpras PJOK

dilakukan setiap tahun. Sebagaimana kepala sekolah

yang lain, Kepala SD Negeri Wonolopo 03 juga

menyusun rencana kebutuhan. Berikut ini petikan

pernyataannya:

“Iya, misalnya semester 1 beli bola sepak, bola voli, semester 2 pembenahan lapangan voli, bak lompat.”

Semua kepala sekolah dasar negeri di Gugus

Dwija Harapan memadukan rencana kebutuhan yang

telah disusun dengan sarpras PJOK yang telah

tersedia sebelumnya. Menurut Kepala SD Negeri

Jatisari penambahan hanya dilakukan pada barang-

barang tertentu yang dibutuhkan/ada pemutihan.

Kepala SD Negeri Wonolopo 01 menyatakan bahwa

hal itu dilakukan untuk mencukupi/mengadakan

sesuai dengan kebutuhan dan skala prioritas.

Sedangkan menurut Kepala SD Negeri

Wonolopo 02, melakukan dengan merencanakan

kebutuhan barang yang belum dimiliki. Kepala SD

Negeri Wonolopo 03 juga memastikan hal itu

dilakukan di sekolah yang dipimpinnya. “Ya, rencana

kebutuhan yang disusun pasti melihat sarpras yang

sudah ada,” kata Kepala SD Negeri Wonolopo 03.

Semua kepala sekolah dasar negeri di Gugus

Dwija Harapan memadukan rencana kebutuhan

dengan dana atau anggaran sekolah yang tersedia.

Menurut Kepala SD Negeri Jatisari hal itu

dilakukan supaya tidak mengganggu pos-pos

anggaran kebutuhan lain. Kepala SD Negeri

Wonolopo 01 Ya. Sesuai kebutuhan dan skala

prioritas Kepala SD Negeri Wonolopo 02 Ya, setiap

akan menyusun RAPBS semua guru mendata

barang-barang kebutuhan yang akan dibeli

Kepala SD Negeri Wonolopo 03 Tentu. Kalau

sarpras yang dibutuhkan murah secepatnya

dipenuhi, kalau perlu dana besar tentu perlu waktu

Semua kepala sekolah dasar negeri di Gugus

Dwija Harapan memadukan rencana (daftar)

kebutuhan yang urgen dengan dana atau anggaran

yang tersedia dan melakukan seleksi lagi dengan

melihat skala prioritas. Hal itu dibenarkan oleh

semua kepala sekolah dasar negeri di Gugus Dwija

Harapan. Kepala SD Negeri Wonolopo 02 menyatakan

bahwa pengadaan barang terutama yang sangat

dibutuhkan. Pernyataan itu dikuatkan oleh Kepala

SD Negeri Wonolopo 03, berikut ini:

“Ya. Kalau segera dibutuhkan bak pasir untuk lompat tinggi/jauh, ya didahulukan pembenahan bak pasir.”

Tiga dari empat kepala sekolah dasar negeri di

Gugus Dwija Harapan membuat penetapan rencana

pengadaan akhir. Menurut Kepala SD Negeri

Wonolopo 01 penetapan rencana pengadaan akhir

berdasarkan musyawarah dan mufakat warga

sekolah. Cara berbeda dilakukan di SD Negeri

Wonolopo 02. Menurut Kepala SD Negeri Wonolopo

02 caranya dengan dengan menginventarisasi

barang-barang yang belum terbeli. Kepala SD

Negeri Wonolopo 03 mengiyakan tapi tidak

memberikan keterangan. Sedangkan Kepala SD

Negeri Jatisari menjawab tidak. Alasannya, karena

tuntutan kebutuhan berkembang/ berjalan terus.

Semua kepala sekolah dasar negeri di Gugus

Dwija Harapan menyatakan bahwa dalam proses

perencanaan ini semua personel sekolah ikut

terlibat. Kepala SD Negeri Jatisari mengiyakan

karena pada saat pembuatan RAB melibatkan guru-

guru. Kepala SD Negeri Wonolopo 01 juga

mengiyakan karena berdasarkan rapat sekolah.

Sedangkan Kepala SD Negeri Wonolopo 02

mengiyakan dengan memberi keterangan pada waktu

rapat menyusun RAPBS. Kepala SD Negeri Wonolopo

03 menyebut personil yang terlibat sebagaimana

pernyataan berikut:

“Personil yang terlibat guru PJOK, kepala sekolah, bendahara BOS, sebagian guru kelas.”

4.1.2.2. Pelaksanaan Program

Sesuai dengan program perencanaan

pengembangan sarana dan prasarana yang telah

disusun oleh sekolah adalah kegiatan pelaksanaan

program. Terkait dengan pelaksanaan program

adalah penetapan program berdasarkan prioritas

kebutuhan disesuaikan sumber daya dana.

Hasil penelitian tentang pelaksanaan program,

hampir semua kepala sekolah di gugus Dwija

Harapan Kecamatan Mijen Kota Semarang

mempunyai kesamaan persepsi dan langkah untuk

merealisasikan.

Berikut petikan pernyataan dari kepala sekolah

SD Jatisari yang menyatakan:

“Untuk merealisasi rencana tentang

pengembangan atau pengadaan alat-alat

olah raga sekolah, yang kami lakukan

adalah dengan menggunakan analisis

skala prioritas, mana yang paling

mendesak dibutuhkan dan melihat

ketersediaan dana.”

Hal tersebut juga diperkuat oleh kepala sekolah

SD Wonolopo 01, SD Wonolopo 02, SD Wonolopo 03

yang menyatakan dalam pengadaan fasilitas olah

raga kami menggunakan prioritas kebutuhan dan

anggaran yang ada. Berikut petikan pernyataan dari

kepala SD Wonolopo 02:

“Untuk pengadaan alat-alat olahraga yang digunakan dalam pembelajaran kami mendata alat-alat tersebut. Mana yang masih dapat digunakan dan mana yang sudah tidak dapat digunakan. Kemudian alat-alat yang tidak dapat digunakan atau belum ada kami lakukan upaya pembelian. Adapun sumber dana yang kami gunakan adalah BOS maupun BOSDA. Kadang untuk BOSDA sangat terlambat padahal kami butuh. Ya akhirnya dengan dana BOS, itupun belum tentu dapat terpenuhi semua.”

Pengadaan sarana dan prasarana PJOK di

sekolah dasar negeri Gugus Dwija Harapan

dilakukan dengan sistem droping dari pemerintah.

Jika hal itu tidak memenuhi, pengadaan sarana dan

prasarana PJOK dilakukan dengan cara membeli

menggunakan dana BOS dan atau dana pendamping

BOS (BOSDA). SD Negeri Wonolopo 03 pernah

meminjam lapangan untuk sepak bola dan

menyewa/membayar untuk dapat menggunakan

kolam renang. SD Negeri Jatisari pernah

mendapatkan bantuan perorangan dari wali siswa.

Kepala SD Negeri Jatisari mengiyakan dengan

adanya droping sarana dan prasarana PJOK dari

pemerintah. Hal itu juga dibenarkan oleh Kepala SD

Negeri Wonolopo 02 dan Kepala SD Negeri Wonolopo

03. Menurut Kepala SD Negeri Wonolopo 01 untuk

mendapat droping sarana dan prasarana PJOK harus

mengajukan proposal ke pemerintah, mengawal dan

menindaklanjuti.

Untuk membeli sarana dan prasarana PJOK

yang belum terpenuhi, menurut Kepala SD Negeri

Jatisari dilakukan dengan membeli menggunakan

dana pendampingan BOS. Menurut Kepala SD Negeri

Wonolopo 03, bila ada yang masih kurang membeli

dengan uang BOS. Sedangkan Kepala SD Negeri

Wonolopo 01 membeli dengan anggaran BOS dan

atau anggaran pendampingan BOS. Pernyataan

tersebut dibenarkan oleh Kepala SD Negeri Wonolopo

02. Berikut pernyataannya:

“Membeli dengan menggunakan dana BOS, membeli dengan menggunakan dana pendampingan BOS.”

Semua sekolah dasar negeri di Gugus Dwija

Harapan tidak pernah melakukan pengadaan sarana

dan prasarana PJOK dengan sistem meminta

sumbangan yang tidak mengikat. Menurut Kepala SD

Negeri Jatisari, hal itu tidak pernah dilakukan

karena dilarang memungut. Kepala SD Negeri

Wonolopo 01 juga mengaku tidak pernah. Alasannya,

sekolah mencanangkan sekolah gratis. Sedangkan

Kepala SD Negeri Wonolopo 02 beralasan semua

sarana prasarana dibiayai oleh BOS dan

pendampingan BOS. Kepala SD Negeri Wonolopo 03

Belum pernah

Hanya SD Negeri Wonolopo 03 yang pernah

meminjam lapangan untuk sepak bola dan menyewa

kolam renang. Hal itu dilakukan karena tidak

memilikinya. Tiga sekolah lainnya tidak pernah

menyewa atau meminjam ke tempat lain. Kepala SD

Negeri Jatisari menyatakan tidak pernah karena

semua sudah ada. Hal itu dikuatkan oleh Kepala SD

Negeri Wonolopo 01 yang menyatakan tidak pernah

dengan alasan sekolah sudah mampu mencukupi.

Begitu pula Kepala SD Negeri Wonolopo 02 yang

menyatakan tidak karena tempat sudah mencukupi.

Semua sekolah dasar negeri di Gugus Dwija

Harapan tidak pernah melakukan pengadaan sarana

dan prasarana PJOK dengan sistem tukar menukar

barang yang dimiliki dengan barang lain yang

dimiliki sekolah. Kepala SD Negeri Jatisari, Kepala

SD Negeri Wonolopo 01, Kepala SD Negeri Wonolopo

02 dan Kepala SD Negeri Wonolopo 03 sependapat

dengan menyatakan tidak pernah, belum pernah dan

tidak pernah terjadi.

Pengadaan sarana dan prasarana PJOK dengan

sistem lainnya, yaitu bantuan perorangan dari wali

siswa pernah terjadi di SD Negeri Jatisari. Tiga

sekolah lainnya tidak memberi jawaban. Berikut ini

pernyataan Kepala SD Negeri Jatisari: “Mendapatkan

bantuan perorangan dari wali siswa.”

Penataan merupakan bagian dari pengelolaan,

kegiatan ini meliputi pencatan/inventarisasi,

penempatan dalam rangka perawatan

Berdasarkan hasil penelitian di empat SD

Negeri di gugus Dwija Harapan Kecamatan Mijen

Kota Semarang, ditemukan bahwa penataan sarana

prasana PJOK belum tersistem masih bersifat

manual dan ditempat tidak pada ruang khusus.

4.1.2.3 Tindak Lanjut Pengelolaan Sarpras PJOK

Penataan merupakan bagian dari pengelolaan,

kegiatan ini meliputi pencatan/inventarisasi,

penempatan dalam rangka perawatan.

Berdasarkan hasil penelitian di empat SD

Negeri di gugus Dwija Harapan Kecamatan Mijen

Kota Semarang terkait dengan pelaksanaan tindak

lanjut dari perencanaan dan pelaksanaan adalah

inventarisasi barang, pengawasan dan pemeliharaan.

1. Inventarisasi barang

Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa

seluruh sekolah dasar negeri di Gugus Dwija

Harapan menyatakan belum mencatat sarana

prasarana PJOK dalam buku penerimaan barang,

buku pembelian barang, buku induk inventaris,

buku golongan inventaris, buku bukan

inventaris, buku stok barang. Kepala SD Negeri

Jatisari mengakui bahwa inventarisasi belum

dilaksanakan secara rutin. Kepala SD Negeri

Wonolopo 03 menyatakan belum sepenuhnya

dilaksanakan inventarisasi tersebut. Kepala SD

Negeri Wonolopo 01 menyatakan sarana dan

prasarana PJOK tercatat secara sederhana.

Sementara Kepala SD Negeri Wonolopo 02

menyatakan bahwa sekolah mencatat sarpras

PJOK di buku penerimaan barang, pembelian

barang dan inventaris barang.

Hanya sebagian sekolah dasar negeri di

Gugus Dwija Harapan yang membuat kode

khusus untuk sarana prasarana PJOK yang

tergolong barang inventaris. Kepala SD Negeri

Jatisari mengakui belum membuat. Hal itu juga

diakui oleh Kepala SD Negeri Wonolopo 03.

Sedangkan Kepala SD Negeri Wonolopo 01

menyatakan tidak semua sarana dan prasarana

diberi kode. Beliau menyatakan bahwa tidak

(memberi kode) bagi sarana PJOK habis pakai.

Kepala SD Negeri Wonolopo 02 mengaku telah

memberi kode dan masuk dalam KIB.

Kepala SD Negeri Wonolopo 03 menyatakan

belum melaporkan mutasi sarana prasarana

PJOK secara periodik. Menurut Kepala SD Negeri

Jatisari pelaporan dilakukan secara tidak rutin.

Kepala SD Negeri Wonolopo 01 mengiyakan

telah melaporkan secara periodik yaitu lewat

laporan bulan. Sedangkan Kepala SD Negeri

Wonolopo 02 melakukannya jika secara periodik

dinas terkait memberi sosialisasi inventarisasi

barang dan petugas pengelola barang, maka

segera melaporkan sarpras.

2. Pengawasan dan pemeliharaan

Hasil penelitian ditemukan bahwa semua

sekolah dasar negeri di Gugus Dwija Harapan

telah melakukan pengawasan untuk menjaga

atau memelihara, dan memanfaatkan sarana dan

prasarana PJOK dengan sebaik mungkin.

Namun, Kepala SD Negeri Jatisari

mengakui belum melaksanakannya dengan baik.

Kepala SD Negeri Wonolopo 01 menyatakan telah

melakukannya dengan cara menyediakan tempat

khusus. Hal itu juga dilakukan oleh SD Negeri

Wonolopo 03. Menurut Kepala SD Negeri

Wonolopo 03, sekolah menyediakan ruang dan

almari khusus sarpras PJOK. Kepala SD Negeri

Wonolopo 02 menyatakan telah melakukan

pengawasan dan pemeliharaan. Berikut

pernyataan Kepala SD Negeri Wonolopo 02:

“Ya, dengan cara bila sudah rusak atau hilang segera merencanakan pembelian barang yang rusak/hilang dan merealisasikannya dengan dana BOS.”

Selain hal pengawasan ditemukan juga

bahwa semua sekolah dasar negeri di Gugus

Dwija Harapan telah melakukan pemeliharaan

yang bersifat pengecekan, pencegahan, perbaikan

ringan, dan perbaikan berat. Kepala SD Negeri

Jatisari mengaku melakukannya tetapi tidak

teradministrasi. Kepala SD Negeri Wonolopo 01

melakukannya, khususnya lapangan permainan.

Kepala SD Negeri Wonolopo 03 melakukan hal

itu. Menurutnya, sarpras yang rusak ringan

diperbaiki, yang rusak berat/tidak bisa diperbaiki

dibuang. Berikut ini pernyataan Kepala SD Negeri

Wonolopo 02:

“Iya. Sarana dan prasarana selalu dicek dan dilakukan perbaikan ringan. Bila perlu perbaikan berat koordinasi dengan dinas terkait.”

Kepala sekolah dasar negeri di Gugus Dwija

Harapan melakukan pemeliharaan sehari-hari

(membersihkan ruang dan perlengkapannya), dan

pemeliharaan berkala seperti pengecatan dinding,

pemeriksaan bangku, genteng, dan perabot

lainnya. Kepala SD Negeri Jatisari mengiyakan,

namun sifatnya berkala dan tidak harian.

Kepala SD Negeri Wonolopo 01 menyatakan

bahwa hal itu dilakukan oleh sekolah dengan

memanfaatkan even ”jum’at bersih”. Kepala SD

Negeri Wonolopo 03 menerangkan bahwa sekolah

melakukannya dengan cara ruang penyimpanan

dibersihkan setiap hari dan perlengkapan

disimpan dalam lemari khusus. Penjelasan lebih

rinci diberikan oleh Kepala SD Negeri Wonolopo

02. Berikut kutipannya:

“Ya, kepala sekolah / guru olahraga mengecek sarpras setiap hari, pengecatan, perbaikan bangku meja, mengajukan usulan barang yang sudah rusak untuk diganti yang baru.”

3. Penghapusan sarana dan prasarana Berdasarkan temuan penelitian, tiga dari

empat sekolah dasar negeri di Gugus Dwija

Harapan pernah melakukan penghapusan

terhadap sarana dan prasarana PJOK. Kepala SD

Negeri Jatisari melakukannya jika barang itu

sudah dikategorikan tidak dapat digunakan dan

tidak dapat diperbaiki lagi. Kepala SD Negeri

Wonolopo 01 menyatakan belum pernah karena

secara moril layak pakai kecuali barang habis

pakai. Kepala SD Negeri Wonolopo 02

menyatakan pernah yakni terhadap barang yang

hilang atau rusak berat dan diajukan untuk

penghapusan barang ke Simbada. Kepala SD

Negeri Wonolopo 03 juga pernah melakukannya

terhadap sarpras PJOK yang telah rusak.

Dua dari tiga sekolah dasar negeri di Gugus

Dwija Harapan yang pernah melakukan

penghapusan terhadap sarana dan prasarana

PJOK, menyatakan bahwa penghapusan tersebut

belum sepenuhnya sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku. Kepala SD Negeri

Jatisari menyatakan untuk sementara ini belum

sesuai peraturan perundangan. Kepala SD Negeri

Wonolopo 03 menyatakan akan mengusahakan

pada waktu mendatang. Sedangkan Kepala SD

Negeri Wonolopo 02 menyatakan bahwa

penghapusan telah dilakukan sesuai dengan

peraturan perundangan.

Alasan penghapusan yang dikemukan oleh

tiga sekolah yang pernah melakukan

penghapusan barang yaitu karena barang sudah

tidak dapat diperbaiki, rusak berat, tidak bisa

digunakan dan hilang.

Menurut pendapat Pengawas PJOK, sarana dan

prasarana PJOK di sekolah-sekolah negeri di Gugus

Dwija Harapan yang dibinanya belum mencukupi

dalam segi kuantitas dan kualitas untuk mendukung

pembelajaran PJOK yang efektif. Pernyataan itu

dikuatkan oleh Guru SD Negeri Jatisari yang

menyatakan bahwa kuantitas dan kualitas (sarana

dan prasarana PJOK) belum terpenuhi secara

sempurna. Pernyataan itu juga dibenarkan oleh

Guru PJOK SD Negeri Wonolopo 02. Menurutnya,

belum mencukupi dikarenakan ada cabang olah raga

sarana dan prasarana belum ada. Berikut ini

pernyataan Guru PJOK SD Negeri Wonolopo 03:

“Untuk sarana dan prasarana PJOK di sekolah SDN Wonolopo 03 belum mencukupi dalam segi kuantitas dan kualitas untuk mendukung proses pembelajaran yang efektif. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya kebijaksanaan terkait informasi dan transparansi mengenai prosedur perencanaan dan pengadaan sarpras dan selama ini didasarkan pada kondisional situasi saja.”

Sarana dan prasarana PJOK yang masih

kurang/terbatas di sekolah menurut Guru SD Negeri

Jatisari meliputi sarana dan prasarana PJOK untuk

pembelajaran senam, baik lantai maupun senam-

senam yang lain. Sedangkan menurut Guru PJOK

SD Negeri Wonolopo 01 menyatakan bahwa yang saat

ini masih kurang adalah raket badminton karena

yang saat ini dimiliki gampang kendur. Guru PJOK

SD Negeri Wonolopo 02 menyebutkan sarana dan

prasaran PJOK yang masih kurang antara lain untuk

permainan bola besar seperti basket, bulu tangkis,

takraw, dan tenis meja, bahkan khusus tenis meja

belum ada. Guru PJOK SD Negeri Wonolopo 03

merinci kekurangan sarana dan prasarana PJOK di

sekolahnya sebagaimana kutipan berikut ini:

“Untuk sarana PJOK yang masih kurang di SD Wonolopo 03 antara lain semua peralatan pendukung materi bola besar dan kecil belum memadai seperti bola basket, bola takraw, peralatan atletik seperti lembing, cakram, peluru/atletik kid, peralatan senam ritmik, artistik dan lantai sedangkan prasarana seperti lapangan sudah memadai dengan modifikasi hal tersebut tidak terlepas dari potensi sekolah dan kebutuhan siswa serta manajemen dari guru.”

Ketersediaan sarana dan prasarana yang ideal

berpengaruh terhadap ketercapaian tujuan

pembelajaran PJOK yang efektif. Hal itu sesuai

dengan pernyataan Pengawas PJOK berikut ini:

“Sangat berpengaruh terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran. Alasannya seorang guru mengajar lempar tangkap bola kecil dengan jumlah siswa 40. Sekolah hanya mempunyai 5 bola kecil, sulit kiranya tujuan pembelajaran lempar tangkap bola itu dapat tercapai.”

Meski sulit mencapai tujuan pembelajaran

PJOK secara efektif karena keterbatasan sarana dan

prasarana, guru-guru PJOK di SD Negeri Gugus

Dwija Harapan tetap melaksanakan kegiatan

pembelajaran. Menurut Guru SD Negeri Jatisari

tetap dilaksanakan tetapi menggunakan sarana dan

prasarana yang minimalis dan dengan kreatifitas

guru untuk mengatasinya. Guru PJOK SD Negeri

Wonolopo 01 juga menyatakan hal yang sama.

Menurutnya, sehat jasmani juga sangat penting.

Guru PJOK SD Negeri Wonolopo 02 memberi

keterangan yang cukup jelas berikut ini:

“Tetap melaksanakan dengan cara memodifikasi alat olah raga yang menyerupai alat peraga yang asli. Sehingga siswa tetap dapat melaksanakan aktifitasnya sesuai materi yang di ajarkan.”

Keterangan lebih lengkap disampaikan oleh

Guru PJOK SD Negeri Wonolopo 03 sebagai berikut:

“Pembelajaran PJOK pada dasarnya tidak harus terikat dengan sarpras yang baku untuk itu proses pembelajaran tetap berjalan dengan baik dan semaksimal mungkin dengan mengadakan modifikasi baik dalam proses maupun sarpras guna menunjang tercapainya tujuan pembelajaran sendiri tanpa terlepas dari kaidah-kaidah dan azas-azas penjas itu sendiri terlepas dari sarpras yang kurang memadai.”

Keterbatasan sarana dan prasarana PJOK

berpengaruh terhadap efektifitas pencapaian tujuan

pembelajaran. Menurut Pengawas PJOK, pencapaian

tujuan pembelajaran kurang efektif karena dengan

keterbatasan sarana anak banyak menunggu giliran

dalam melakukan ketrampilan gerak.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

4.2.1 Pengelolaan sarana dan prasarana PJOK di SD Negeri Gugus Dwija Harapan

Perencanaan sarana dan prasarana PJOK di

SDN Gugus Dwija Harapan dilakukan dengan

menampung usulan, memadukan rencana dan

ketersediaan, memadukan rencana dengan dana,

memadukan daftar kebutuhan dengan seleksi skala

prioritas, membuat penetapan rencana pengadaan

dan melibatkan semua personil dalam proses

perencanaan. Semua kepala sekolah dasar negeri di

Gugus Dwija Harapan menampung semua usulan

pengadaan sarpras PJOK dan atau mengevetarisasi

kekurangan sarpras PJOK. Semua kepala sekolah

dasar negeri di Gugus Dwija Harapan memadukan

rencana kebutuhan yang telah disusun dengan

sarpras PJOK yang telah tersedia sebelumnya.

Semua kepala sekolah dasar negeri di Gugus Dwija

Harapan memadukan rencana kebutuhan dengan

dana atau anggaran sekolah yang tersedia. Semua

kepala sekolah dasar negeri di Gugus Dwija Harapan

memadukan rencana (daftar) kebutuhan yang urgen

dengan dana atau anggaran yang tersedia dan

melakukan seleksi lagi dengan melihat skala

prioritas. Tiga dari empat kepala sekolah dasar negeri

di Gugus Dwija Harapan membuat penetapan

rencana pengadaan akhir. Semua kepala sekolah

dasar negeri di Gugus Dwija Harapan menyatakan

bahwa dalam proses perencanaan ini semua personel

sekolah ikut terlibat.

Pengadaan sarana dan prasarana PJOK di

sekolah dasar negeri Gugus Dwija Harapan

dilakukan dengan sistem droping dari pemerintah.

Jika hal itu tidak memenuhi, pengadaan sarana dan

prasarana PJOK dilakukan dengan cara membeli

menggunakan dana BOS dan atau dana pendamping

BOS (BOSDA). SD Negeri Wonolopo 03 pernah

meminjam lapangan untuk sepak bola dan

menyewa/membayar untuk dapat menggunakan

kolam renang. SD Negeri Jatisari pernah

mendapatkan bantuan perorangan dari wali siswa.

Semua sekolah dasar negeri di Gugus Dwija

Harapan tidak pernah melakukan pengadaan sarana

dan prasarana PJOK dengan sistem meminta

sumbangan yang tidak mengikat. Hanya SD Negeri

Wonolopo 03 yang pernah meminjam lapangan

untuk sepak bola dan menyewa kolam renang.

Semua sekolah dasar negeri di Gugus Dwija Harapan

tidak pernah melakukan pengadaan sarana dan

prasarana PJOK dengan sistem tukar menukar

barang yang dimiliki dengan barang lain yang

dimiliki sekolah. Pengadaan sarana dan prasarana

PJOK dengan sistem lainnya, yaitu bantuan

perorangan dari wali siswa pernah terjadi di SD

Negeri Jatisari.

Inventarisasi sarana dan prasarana PJOK di

SDN Gugus Dwija Harapan belum dilakukan secara

sistematis, terutama dalam hal pencatatan dan

pelaporan. Seluruh sekolah dasar negeri di Gugus

Dwija Harapan menyatakan belum mencatat sarana

prasarana PJOK dalam buku penerimaan barang,

buku pembelian barang, buku induk inventaris,

buku golongan inventaris, buku bukan inventaris,

buku stok barang. Hanya sebagian sekolah dasar

negeri di Gugus Dwija Harapan yang membuat kode

khusus untuk sarana prasarana PJOK yang

tergolong barang inventaris. Pelaporan mutasi belum

dilakukan secara rutin.

Sekolah dasar negeri di Gugus Dwija Harapan

telah melakukan pengawasan dan pemeliharaan

sarana dan prasarana PJOK. Semua sekolah dasar

negeri di Gugus Dwija Harapan telah melakukan

pengawasan untuk menjaga atau memelihara, dan

memanfaatkan sarana dan prasarana PJOK dengan

sebaik mungkin. Semua sekolah dasar negeri di

Gugus Dwija Harapan telah melakukan

pemeliharaan yang bersifat pengecekan, pencegahan,

perbaikan ringan, dan perbaikan berat. Semua

sekolah dasar negeri di Gugus Dwija Harapan

melakukan pemeliharaan sehari-hari (membersihkan

ruang dan perlengkapannya), dan pemeliharaan

berkala seperti pengecatan dinding, pemeriksaan

bangku, genteng, dan perabot lainnya.

Tiga dari empat sekolah dasar negeri di Gugus

Dwija Harapan pernah melakukan penghapusan

terhadap sarana dan prasarana PJOK. Dua dari tiga

sekolah dasar negeri di Gugus Dwija Harapan yang

pernah melakukan penghapusan terhadap sarana

dan prasarana PJOK, menyatakan bahwa

penghapusan tersebut belum sepenuhnya sesuai

dengan peraturan perundangan yang berlaku. Alasan

penghapusan yang dikemukan oleh tiga sekolah yang

pernah melakukan penghapusan barang yaitu

karena barang sudah tidak dapat diperbaiki, rusak

berat, tidak bisa digunakan dan hilang.

Menurut pendapat Pengawas PJOK, sarana dan

prasarana PJOK di sekolah-sekolah negeri di Gugus

Dwija Harapan yang dibinanya belum mencukupi

dalam segi kuantitas dan kualitas untuk mendukung

pembelajaran PJOK yang efektif. Meski sulit

mencapai tujuan pembelajaran PJOK secara efektif

karena keterbatasan sarana dan prasarana, guru-

guru PJOK di SD Negeri Gugus Dwija Harapan tetap

melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Konsep pengelolaan atau manajemen sarana

dan prasarana merupakan suatu kegiatan untuk

mengatur dan mengelola sarana dan prasarana

pendidikan secara efisien dan efektif dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Sebagaiman dinyatakan oleh Barnawi dan M. Arifin

(2014: 48), diartikan sebagai segenap proses

pengadaan dan pendayagunaan komponen-

komponen yang secara langsung maupun tidak

langsung menunjang proses pendidikan untuk

mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan

efisien. Proses-proses yang dilakukan dalam upaya

pengadaan dan pendayagunaan, meliputi

perencanaan, pengadaan, pengaturan, penggunaan

dan penghapusan.

Adapun tujuan dari manajemen sarana dan

prasarana pendidikan yaitu agar dapat memberikan

kontribusi yang optimal dan professional (yang

berkaitan dengan sarana dan prasarana) terhadap

proses pendidikan dalam mencapai tujuan

pendidikan yang telah ditetapkan.

Dalam mengelola sarana dan prasarana

pendidikan, terdapat beberapa prinsip yang perlu

diperhatikan agar tujuan bisa tercapai dengan

maksimal harus sesuai dengan prinsip : (1)

pencapaian tujuan, (2) efisiensi, (3) administratif, (4)

kejelasan tanggung jawab, (5) kekohesifan.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan

di atas bahwa pengelolaan sarana prasarana PJOK

bukanlah pada tahapan perencanaan pengadaan

alat, atau pada pembelian bahkan mungkin pada

perawatan, pemeliharaan sampai pada kegiatan

penghapusan. Tetapi lebih pada bagaimana

memanage atau mengelola sarana prasara PJOK itu

sendiri sehingga pembelajaran dapat tercapai tujuan

yang telah ditetapkan. Kendala minimnya sarana

prasarana bukan suatu hambatan. Pengelolaan

sarana prasarana harus lebih diarahkan pada dua

hal, pertama berkaitan dengan pengadaan alat itu

sendiri dan pengembangan dalam pembelajaran.

Pengelolaan sarana prasarana terkait dengan

pembelajaran dapat diupayakan dengan : (1) sistem

barter, disini bukanlah barter sebagaimana kajian

ekonomi, melainkan pendekatan, yaitu dengan saling

tukar pinjam sarana yang ada ketika sekolah satu

tidak punya alat atau srapras PJOK bisa pinjam ke

sekolah lain dan sebaliknya atau menurut penulis

dengan sistem “Joint”.

Manajemen “Joint” yang diterapkan di dalam

organisasi ekonomi, seperti perusahaan-perusahaan,

adalah bagian dari strategi aliansi. Elmuti dan

Kathawala (2001: 205), mendefinisikan aliansi

strategis adalah kerjasama (partnerships) antara dua

atau lebih perusahaan atau unit bisnis yang

bekerjasama untuk mencapai tujuan yang signifikan

secara strategis yang saling menguntungkan. Pada

prinsipnya, aliansi dilakukan oleh perusahaan atau

organisasi untuk saling berbagi biaya, resiko dan

manfaat. Alasan rasional ditempuhnya aliansi

strategi adalah untuk memanfaatkan keunggulan

sesuatu perusahaan dan mengkompensasi

kelemahannya dengan keunggulan yang dimiliki

partnernya (Kuncoro, 1994: 30). Dengan demikian,

masing-masing pihak yang beraliansi saling

memberikan kontribusi dalam pengembangan satu

atau lebih strategi kunci dalam bidang usaha yang

dialiansikan. Jadi, apapun bentuk serta lingkup

kegiatan yang dilakukan, semua pihak menghendaki

suatu keuntungan serta manfaat bersama yang

diciptakan melalui interaksi terpadu.

Sarana dan prasarana PJOK yang dimiliki oleh

masing-masing SD Negeri di Gugus Dwija Harapan

jika diakumulasikan dan dikelola secara terpadu,

maka merupakan asset yang sangat berharga dan

melimpah dalam menunjang pembelajaran PJOK.

Dengan begitu, setiap SD dapat meraup keuntungan

bersama, yakni dalam penyediaan sarana dan

prasarana PJOK yang dapat digunakan dalam

pembelajaran secara efektif. Dengan begitu tujuan

pembelajaran PJOK, peningkatan prestasi siswa

dalam PJOK, dapat dicapai.

Manajemen “Joint” sarana dan prasarana

PJOK di SD Negeri Gugus Dwija Harapan merupakan

inovasi dari aliansi strategi yang selama ini

diterapkan oleh perusahaan-perusahaan ekonomi.

Manajemen ini dimaksudkan untuk mengatasi

keterbatasan sarana dan prasarana PJOK yang

dialami oleh SD Negeri di Gugus Dwija Harapan.

Manajemen “Joint” merupakan wujud dari simbiosis

mutualisme.

Pengelolaan sarana dan prasarana PJOK

dengan sistem “Joint” di SD Negeri Gugus Dwija

Usaha, dilakukan dengan langkah-langkah: (1)

perencanaan, (2) pengorganisasian, (3) pengadaan,

(4) pelaksanaan dan (5) pengawasan. Berikut ini

uraian langkah-langkah tersebut:

1. Perencanaan

Dalam manajemen, perencanaan adalah proses

mendefinisikan tujuan organisasi, membuat

strategi untuk mencapai tujuan itu, dan

mengembangkan rencana aktivitas kerja

organisasi. Menurut Usman (2014: 77)

perencanaan adalah kegiatan yang akan

dilakukan di masa yang akan datang untuk

mencapai tujuan. Perencanaan terdiri dari dua

elemen penting, yaitu sasaran (goals) dan rencana

itu sendiri (plan).

Dalam merencanakan manajamen “Joint”

sarana dan prasarana dilakukan dengan terlebih

dahulu mendata secara riil sarana dan prasarana

PJOK yang tersedia atau dimiliki oleh masing-

masing sekolah. Data riil itu dapat diperoleh

dengan membandingkan antara data inventarisasi

dengan keadaan yang sebenarnya disertai

keterangan mengenai kondisi kelayakannya.

Setelah itu, masing-masing guru PJOK mendata

rencana kebutuhan sarana dan prasarana PJOK

setiap sekolah.

Perencanaan melibatkan semua pihak,

terutama guru PJOK dan kepala sekolah di SD

Negeri Gugus Dwija Harapan. Pelibatan semua

sumber daya tersebut ditunjukkan dengan

diselenggarakannya sebuah rapat koordinasi.

Rapat koordinasi ini dimaksudkan untuk

membuat kesepakatan dan kesepahaman antara

guru-guru PJOK dan kepala sekolah di SD Negeri

Gugus Dwija Harapan dalam pengelolaan sarana

dan prasarana PJOK dengan menggunakan sistem

“Joint”. Rapat koordinasi yang diselenggarakan

tersebut memiliki peran yang sangat penting

dalam membentuk komitmen dan saling percaya

di antara semua sumber daya yang terlibat. Pihak

inisiator harus berupaya untuk mengajak guru-

guru dan kepala sekolah mengedepankan

pentingnya pencapaian tujuan pembelajaran

siswa dalam mata pelajaran PJOK. Peningkatan

prestasi belajar siswa adalah tujuan akhir yang

tidak bisa ditawar-tawar lagi, meski dibayang-

bayangi oleh keterbatasan sarana dan prasarana

PJOK. Manajemen sarana dan prasarana “Joint”

adalah ikhtiar bersama untuk mewujudkan hal

itu.

Jika komitmen dan kesepahaman sudah

terwujud, maka dapat dilakukan perencanaan

yang lebih strategis dan teknis. Rencana strategis

menyangkut sasaran yang akan dilakukan,

sementara rencana teknis berkaitan dengan

pengaturan pemanfaatan sarana dan prasarana

PJOK dengan menggunakan sistem “Joint”.

Sistem ini bertujuan untuk memfasilitasi sekolah-

sekolah di SDN Gugus Dwija Harapan yang

memiliki keterbatasan sarana dan prasarana

PJOK dengan meminimalisasi pengeluaran

anggaran untuk pengadaannya.

Sasaran yang akan dilakukan dalam

mengimplementasikan manajemen sarana dan

prasarana PJOK dengan sistem “Joint” meliputi:

(1) menyusun dan memilih pengelola beserta job

description-nya masing-masing, (2) menyusun

dokumen terintegrasi yang menyajikan

ketersediaan dan kebutuhan sarana dan

prasarana PJOK di masing-masing sekolah, (3)

menyusun mekanisme pelaksanaan peminjaman,

penggunaan dan pengembalian sarana dan

prasarana PJOK, dan (4) menyusun mekanisme

pengawasannya.

Rencana teknis yang dilakukan dalam

mengimplementasikan manajemen sarana dan

prasarana PJOK dengan sistem “Joint” meliputi:

(1) membuat blangko peminjaman sarana PJOK,

(2) membuat blangko pengembalian sarana PJOK,

(3) membuat blangko pemanfaatan prasarana

PJOK, (4) blangko rekapitulasi sarana dan

prasarana PJOK, (5) blangko rekapitulasi

penggunaan sarana dan prasarana PJOK, dan

blangko-blangko lainnya.

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian ialah proses pengelompokan

orang-orang berdasarkan tugas, wewenang dan

tanggung jawabnya (Slameto, 2009:28). Tim

Dosen Administrasi Pendidikan UPI (2013: 94)

mengartikan mengorganisasikan adalah proses

mengatur, mengalokasikan, dan mendistribusikan

pekerjaan, wewenang dan sumber daya di antara

anggota organisasi untuk mencapai tujuan

organisasi. Secara sederhana, dapat disimpulkan

Ketua

Seksi Pengawasan (Suyati, S.Pd.)

Seksi Permainan (Aris Supramono)

Sekretaris (Yamtini, A.Ma.Pd.)

bahwa pengorganisasian dapat diartikan sebagai

pengaturan mengenai sumber daya yang

mengelola beserta uraian tugas dan

tanggungjawab (job description

diemban. Pengorganisasian yang dilakukan dalam

manajemen “Joint” sarana dan prasarana PJOK di

SDN Gugus Dwija Harapan menggunakan

struktur fungsional. Berikut ini disajikan struktur

organisasinya:

Gambar 4.1 Struktur Organisasi “Joint” Aras Gugus Dwija Harapan

Dalam melaksanakan manajemen “Joint”

sarana dan prasarana PJOK di SDN Gugus Dwija

Harapan, ketua bertindak sebagai pemimpin yang

bertugas untuk mengkoordinasikan pembelajaran

PJOK, mengkoordinasikan pembuatan jadwal

Ketua (Tri Martadi, S.Pd.)

Seksi Atletik (Pambuko, S.Pd.)

Seksi Senam (Bukhori, S.Pd.)

Seksi Renang (Suyati, S.Pd.)

Sekretaris (Yamtini, A.Ma.Pd.)

bahwa pengorganisasian dapat diartikan sebagai

ran mengenai sumber daya yang

mengelola beserta uraian tugas dan

job description) yang harus

diemban. Pengorganisasian yang dilakukan dalam

manajemen “Joint” sarana dan prasarana PJOK di

SDN Gugus Dwija Harapan menggunakan

l. Berikut ini disajikan struktur

Gambar 4.1 Struktur Organisasi “Joint” Aras Gugus Dwija Harapan

Dalam melaksanakan manajemen “Joint”

sarana dan prasarana PJOK di SDN Gugus Dwija

Harapan, ketua bertindak sebagai pemimpin yang

bertugas untuk mengkoordinasikan pembelajaran

PJOK, mengkoordinasikan pembuatan jadwal