Harli Feryadi (Laktat Asidosis)

Embed Size (px)

Citation preview

MEKANISME PRODUKSI DAN ELIMINASI LAKTAT

Asam laktat atau laktat merupakan hasil akhir dari proses metabolisme. Diperkirakan 1400 mmol asam laktat diproduksi setiap hari. Semua jaringan dapat memproduksi laktat dan asam piruvat dari glukosa. Jalur metabolisme glikolisis merupakan langkah awal metabolisme glukosa dan terjadi pada sitoplasma sel. Produk akhir dari proses ini adalah piruvat, yang selanjutnya berdifusi ke dalam mitokondria dan dimetabolisme menjadi karbondioksida melalui siklus Kreb.Metabolisme glukosa menjadi piruvat juga terjadi sebagai akibat reduksi dari kofaktor enzim yang mengoksigenasi bentuk nicotinic acid dehidrogenase (NAD+) menjadi nicotinic acid dehidrogenase (NADH), bentuk tereduksi.

Laktat diproduksi melalui proses glikolisis dan dibentuk di dalam cytosol yang dikatalisasi oleh enzim lactate dehydrogenase seperti yang diperlihatkan berikut:Piruvat + NADH + H+ = laktat + NAD+NADH/NAD+ merupakan kofaktor pertukaran atom hidrogen yang dilepaskan atau yang dipakai. Oleh karena itu, rasio laktat/piruvat selalu sebanding dengan rasio NADH/NAD+ di cytosol. Konsentrasi laktat yang tinggi juga disertai dengan konsentrasi yang tinggi dari piruvat atau NADH di cytosol, atau keduanya. Ini merupakan reaksi reversibel yang membantu sintesis laktat dengan rasio normal laktat menjadi piruvat adalah 25:1.Sintesis laktat meningkat bila pembentukan piruvat di cytosol melebihi penggunaannya oleh mitokondria.Ini terjadi bila didapati peningkatan metabolik yang cepat atau bila hantaran oksigen ke mitokondria menurun, seperti pada keadaan hipoksia jaringan. Sintesis laktat juga dapat terjadi bila metabolisme glukosa melebihikapasitas oksidatif mitokondria.

Laktat berdifusi keluar dari sel dan dikonversi menjadi piruvat dan selanjutnya dimetabolisme secara aerob menjadi karbondioksida dan ATP. Jantung, hati, dan ginjal menggunakan laktat dengan cara ini. Sebagai alternatif, jaringan hati dan ginjal dapat menggunakan laktat untuk menghasilkan Glukosa melalui jalur lainyakni glukoneogenesis.

Eritrosit berperan dalam membawa hasil glikolisis; meskipun demikian sel ini tidak mempunyai mitokondria dan tidak dapat menggunakan oksigen untuk memproduksi adenosine triphosphate (ATP), oleh karena itu sel darah merah menghasilkan asam laktat melalui regenerasi ATP selama glikolisis anaerobik tetapi tidak dapat menggunakan asam laktat. Semua jaringan lain dapat menggunakan asam laktat untuk memproduksi acetyl-CoA melalui pyruvate dehydrogenase (PDH).

Konsentrasi laktat di arteri tergantung pada produksinya dan penggunaannya oleh berbagai organ. Konsentrasi laktat di darah secara normal dipertahankan < 2 mmol/L. Laktat diproduksi oleh otot skelet, otak, usus, dan eritrosit. Laktat dimetabolisme oleh hati, ginjal, dan jantung. Bila kadar laktat di darah melebihi 4 mmol/L, otot skelet dapat menjadi satu jaringan pengguna laktat.Penurunan transpor oksigen di sel menyebabkan lebih banyak ambilan oksigen dari kapiler darah. Cara ini meredistribusi cardiac output ke organ-organ sesuai dengan kemampuan organ tersebut untuk menerima darah kapiler. Pada keadaan dengan penurunan transpor oksigen yang berat, terjadi peningkatan kompensasi ambilan oksigen untuk menyokong metabolisme aerob. Oleh karena itu sel harus bekerja secara anaerob untuk menghasilkan ATP, yang mengakibatkan pembentukan laktatdan H+.

DiagnosisAsidosis laktat adalah suatu keadaan asidosis metabolik dengan peningkatan asam laktat dan nilai anion gap.Pada pasien sakit berat, nilai asam laktat masih dianggap normaL sampai kurang dari 2 mmoL. Batasan peningkatan kadar asam laktat yang digunakan bervariasi diantara masing-masing peneliti antara 1,3 - 9,0 mmol/L sedangkan nilai pH bervariasi antara 7,37 - 7,20 namun kriteria manapun yang digunakan ternyata tetap didapatkan hubungan bermakna antara semakin tinggiya kadar asam laklat dalam darah dengan angka mortalitas pada pasien yang dirawat di rumah sakit.Anion gap menggambarkan selisih antara nilai anion dan kation serum tak terukur dan bisa dihitung dengan rumus: Anion gap : Na - (Cl + HCo3.). Peningkatan niai anion gap sering terjadi akibat peningkatan anion tak terukur, misal akibat peningkatan anion organik seperti pada kasus asidosis laktat atau ketoasidosis dan nilai normalnya adalah sekitar 8 mM. Nilai anion gap yang meningkat disertai dengan penurunan pH serum lazim digunakan sebagai dasar diagnosis asidosis laktat meskipun pada prakteknya sering dijumpai keadaan dimana kadar asam laktat meningkat dalam serum namun tidak disertai dengan peningkatan nilai anion gap. Iberti dkk menunjukkan bahwa ternyata onion gap bukan merupakan parameter yang sensitif untuk menilai terjadinya asidosis laktat. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Mehta dkk. Nilai pH serum juga kurang sensitif untuk menilai keadaan asidosis laktat karena dalam beberapa kasus bisa didapatkan pH serum nomal pada pasien sakit berat, kemungkinan akibat kompensasi dari pernapasan atau pada saat bersamaan terjadi alkalosis metabolik.Peningkatan asam laktat sering dihubungkan dengan defek pada metabolisme aerob akibat hipoperfusi dan hipoksia atau sebagai petunjuk terapi pasien dalam keadaan gawat. Walaupun demikian tidak semua asidosis laktat disertai hipoksia. Cohen dan Wood kemudian mengklasifikasikan asidosis laktat menjadi 2 kelas, yaitu tipe A yang umumnya disebabkan hipoksia dan tipe B yang bukan disebabkan hipoksia dan masih dibagi lagi menjadi tipe B1 yang disebabkan adanya penyakit dasar tertentu, B2 jika penyebabnya obat-obatan atau intoksikasi dan B3 jika penyebabnya gangguan metabolisme sejak lahir.

Pengukuran Asam Laktat DarahAsam laktat darah telah lama diketahui sebagai indikator beratnya penyakit dan sebagai faktor prediktor prognosis. Asam laktat darah juga dapat digunakan sebagai monitor pengelolaan syok dan sebagai variabel prognosis pada berbagai keadaan akut dan kritis. Misalnya dengan memantau laklat darah pada pasien infark miokard akut dapat diprediksi pasien yang akan jatuh ke dalam syok kardiogenik. Pada sebagian besar pasien yang masuk ke ruang darurat, nilai laktat sangat sensitif dan prediktif untuk menilai angka mortalitas di rumah sakit.Peretz dkk mendapatkan peningkatan angka kematian dari 18 % hngga 73% pada pasien sakit berat dengan nilai asam laktat lebih dari 4,4 mmol/L. Iberti dkk melakukan penelitian terhadap 56 pasien dewasa yang dirawat di ICU dengan kadar asam laktat lebih dari 2,5 mmol/L. Dari penelitian itu didapatkan bahwa peningkatan kadar asam laktat dalam darah tanpa memandang berat ringannya asidosis yang terjadi, berhubungan dengan prognosis pasien yang dirawat di ICU. Broder and Weil mendapatkan 89 % dari pasien syok dengan kadar laktat lebih dari 4 mmol/l meninggal dunia. Pengukuran laktat untuk memprediksi kemungkinan timbulnya syok sepsis maupun gagal organ multipel juga dinilai lebih baik dibanding dengan pengukuran variabel - variabel transpor oksigen.Beberapa penulis mengatakan bahwa pemeriksaan kadar asam laktat secara serial selama pengobatan merupakan parameter yang lebih bermakna untuk menilai prognosis penyakit dibanding pemeriksaan kadar laktat non serial. Dengan memantau nilai laktat serial dapat dibedakan antara pasien yang prognosisnya baik atau buruk. Dari sebuah penelitian didapatkan bahwa pasien yang menderita syok ternyata prognosisnya lebih baik jika didapatkan penurunan kadar lakat (5-10 %) dalam 1 jam setelah mulainya pengobatan.

bel 1. Penyebab asidosis laktat (klasifikasi menurut kohen dan wood)

Type ASyok ( kardiogenik, hipovolemi sepsis

Hipoperfusi setempat (hipoksia mesentrika)

Hipoksemia berat

Peningkatan karbon monoksida

Asma berat

Type B, terdiri dariType B1Diabetes melitus

Gangguan fungsi hati

keganasan

sepsis

Feokromasitoma

Defisiensi thiamin

Type B2Biguanid

Etanol

metanol

Stilen glikol

Fruktosa

Sarbitol

Xilitol

Salisilat

Asetaminofen

Epinefrin

Ritodrin

Terbutalin

Sianida

Nitropusid

Isoniazid

Propilen glikol

Type 3Defisiensi glukosa 6 fosfat

Defisiensi fruktosa-1,6 di fosfatase

Defisiensi piruvat karboksilase

Defisiensi pirufat dehidroenase

Gangguan fosforilase oksidatif

PENATALAKSANAAN

Terapi yang diberikan terutama bertujuan untuk memperbaiki penyakit yang mendasari terjadinya asidosis laktat, mempertahankan jalan napas, dan mengoptimalkan transpor oksigen di jaringan. Kolaps kardiovaskular harus diterapi dengan memberikan cairan pengganti, sebaiknya memberikan cairan isotonis natrium klorida, dan dihindari cairan yang mengandung laktat. Penggunaan obat-obat vasokonstriktor harus dihindari oleh karena dapat mengakibatkan terjadinya eksaserbasi iskemik pada jaringan yang terganggu.

ASIDOSIS LAKTAT TIPE APenatalaksanaan meliputi penanganan shock, memperbaiki sirkulasi cairan, memperbaiki fungsi jantung, dan mengatasi sepsis.

Natrium bikarbonatPemberian natrium bikarbonat masih kontroversi. Hal ini terjadi oleh karena natrium bikarbonat (NaHCO3) akan dipecah menjadi karbondioksida dan air di jaringan, sehingga penderita harus memiliki ventilasi yang efektif untuk mengeliminas karbondioksida.Penelitian yang dilakukan baik pada hewan maupun manusia memberi kesan bahwa terapi alkali hanya dapat meningkatkan konsentrasi bikarbonat plasma yang bersifat sementara.Penelitian yang dilakukan pada hewan dengan asidosis laktat dan diberikan NaHCO3 intravena mengakibatkan terjadinya peningkatan produksi laktat,menurunkan aliran vena porta, menurunkan pH intraseluler di otot dan hati, menurunkan pH arteri, dan mengganggu cardiac output. Sebagian besar klinisi membatasi penggunaan natrium bikarbonat hanya pada penderita dengan asidosis metabolik yang berat (pH arteri < 7,10 - 7,15), dengan tujuan untuk

mempertahankan pH di atas 7,15 sampai proses primer dapat teratasi. Meskipun beberapa Laporan telah menyarankan pemakaian bikarbonat sebagai terapi asidosis laktat, namun pendekatan ini belum dievaluasi secara keseluruhan. Perbaikan yang dicatat pada status hemodinamik mungkin disebabkan oleh mekanisme lain selain koreksi asidosis (contoh: meningkatnya preload, pengaruh tonisitas). pH arteri dapat selalu dikoreksi dengan menurunkan PaCO2 dengan cara meningkatkan ventilasi. Hal ini dapat memperbaiki asidosis intraseluler maupun ekstraseluler. Natrium bikarbonat yang diberikan dapat dihitung dengan rumus.NaHCO3 yang dibutuhkan = (bikarbonat yang diinginkan - bikarbonat yang didapat) x 0,4 x berat badan (Kg)

DichloroacetateDichloroacetate merupakan stimulus yang poten terhadap pyruvate dehydrogenase, enzim untuk oksidasi aerob dari glukosa, piruvat, dan laktat, sehingga meningkatkan aktivitas pyruvate dehydrogenase. Dichloroacetate juga dapat menghambat proses glikolisis dan oleh karena itu menghambat produksi laktat. Obat ini juga mempunyai efek inotropik positif yang dapat memperbaiki pemakaian glukosa miokardial dan produksi posfat. Data dari penelitian yang dilakukan pada hewan percobaan dan satu uji klinis memperlihatkan bahwa dichloroacetate lebih baik bila dibandingkan dengan plasebo dalam memperbaiki keadaan asam basa penderita; meskipun demikian, besarnya perubahan adalah kecil dan tidak memperbaiki hemodinamik penderita yang bertahan hidup. Meskipun dichloroacetate dapat menurunkan kadar laktat dan meningkatkan pH arteri, satu studi kontrol memperlihatkan bahwa efek ini sedikit dan tidak ada ditemukan perbaikan hemodinamik pada penderita yang bertahan hidup.

CarbicarbCarbicarb merupakan buffering agent baru yang potensial terhadap asidosis metabolik. Carbicarb merupakan suatu campuran equimocular natrium bikarbonat (NaHCO3) dengan natrium karbonat (Na2CO3) yang menghasilkan karbonat melalui reaksi:CO32- + H2CO3 = 2 HCO3-Carbicarb mempunyai kapasitas bufer yang mirip dengan natrium bikarbonat tetapi tidak mengakibatkan produksi CO2. Oleh karena itu, komponen karbonat dari carbicarb akan mengurangi kecenderungan untuk terjadinya venous hypercapnia dan asidosis intraseluler. Meskipun demikian, risiko hipernatremia dan hipervolemia mirip dengan natrium bikarbonat.