82
1 Hand Out Bahan Kajian : Individu dan Masyarakat, Diferensiasi Sosial dan Stratifikasi Sosial sks : 3 (tiga) Prodi : Pendidikan Sosiologi-Antropologi Fakultas : Ilmu Sosial Minggu ke- : 1 Learning Outcomes (Capaian Pembelajaran) Materi INDIVIDU DAN MASYARAKAT 1. Pengertian individu dan masyarakat 2. Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial Pengantar Mata kuliah hubungan antar sukubangsa merupakan mata kuliah yang penting diajarkan kepada mahasiswa, mengingat keragaman penduduk Indonesia yang sangat luar biasa. Keragaman berasal dari perbedaan kelompok etnis atau sukubangsa dan kebudayaan yang terdapat di Indonesia, perbedaan agama, perbedaan ideologi, perbedaan ras dan kebiasaan-kebiasaan yang berkembang di tengah-tengah kelompok masyarakat yang dapat menimbulkan stereotipe, prasangka dan konflik, yang sering dipicu oleh masalah ketimpangan ekonomi di antara kelompok-kelompok yang berbeda tersebut. Pengenalan terhadap perbedaan-perbedaan kelompok ini seharusnya memberikan pengertian dan saling mengenal yang akan mengurangi dan bahkan mereduksi konflik tersebut sampai 1. Mahasiswa mampu menjelaskan individu dan masyarakat 2. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial

Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

1

Hand Out

Bahan Kajian : Individu dan Masyarakat, Diferensiasi Sosial dan

Stratifikasi Sosial

sks : 3 (tiga)

Prodi : Pendidikan Sosiologi-Antropologi

Fakultas : Ilmu Sosial

Minggu ke- : 1

Learning Outcomes (Capaian Pembelajaran)

Materi

INDIVIDU DAN MASYARAKAT

1. Pengertian individu dan masyarakat

2. Kelompok sosial dalam masyarakat

3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial

Pengantar

Mata kuliah hubungan antar sukubangsa merupakan mata kuliah yang

penting diajarkan kepada mahasiswa, mengingat keragaman penduduk Indonesia

yang sangat luar biasa. Keragaman berasal dari perbedaan kelompok etnis atau

sukubangsa dan kebudayaan yang terdapat di Indonesia, perbedaan agama,

perbedaan ideologi, perbedaan ras dan kebiasaan-kebiasaan yang berkembang di

tengah-tengah kelompok masyarakat yang dapat menimbulkan stereotipe,

prasangka dan konflik, yang sering dipicu oleh masalah ketimpangan ekonomi di

antara kelompok-kelompok yang berbeda tersebut. Pengenalan terhadap

perbedaan-perbedaan kelompok ini seharusnya memberikan pengertian dan saling

mengenal yang akan mengurangi dan bahkan mereduksi konflik tersebut sampai

1. Mahasiswa mampu menjelaskan individu dan masyarakat

2. Mahasiswa mampu menjelaskan konsep diferensiasi sosial dan stratifikasi

sosial

Page 2: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

2

ke titik nadir. Untuk itulah kuliah ini diberikan dalam rangka pengenalan

perbedaan yang terdapat di dalam masyarakat Indonesia yang besar ini. Di dalam

ajaran agama Islam, Allah mengatakan manusia diciptakan berbeda-beda adalah

untuk saling mengenal antara satu dengan lainnya, bukan untuk saling memecah

belah di antara sesamanya (ummat manusia) tersebut. Oleh karena itu sangat baik

mahasiswa dapat mengukuti dan mempelajari Hubungan Antar Sukubangsa,1 ini

dengan sungguh-sungguh.

Pada pertemuan pertama mata kuliah HASB akan diperkenalkan konsep

individu dan masyarakat serta konsep-konsep penting yang menjelaskan

kelompok-kelompok yang terdapat di dalam masyarakat dan ...

Individu

Individu, merupakan konsep yang berasal dari bahasa Latin yaitu

individum yang berarti yang tidak terbagi (individed). Tidak terbagi maksudnya

adalah sebagai satuan makhluk hidup memiliki jiwa dan raga, fisik dan psikis.

“Individu dapat digunakan untuk menunjuk seseorang manusia untuk dapat

dibedakan dengan individu lainnya. Konsep individu berlaku umum, sebagai ganti

menyatakan satu orang. Di dalam bahasa Inggris terdapat konsep person, berarti

seseorang atau pribadi, karena person itulah yang memiliki personality atau

kepribadian. Inilah yang membedakan seorang individu sebagai person dengan

person lainnya. Individu sebagai person inilah di dalam konteks mata kuliah ini

dijelaskan sebagai satuan person, bagian terkecil atau anggota masyarakat.

Keluarga adalah kelompok sosial yang paling penting oleh seorang

individu. Keluarga yang paling kecil disebut dengan keluarga inti, keluarga batih

(somah) atau nuclear family, yang terdiri dari seorang laki-laki (ayah), seorang

perempuan (ibu) dan anak yang belum menikah. Kelompok yang lebih besar

adalah keluarga luas, extended family, yaitu kelompok orang yang terikat

hubungan perkawinan dan garis keturunan yang lebih besar dari keluarga inti.

Kelompok ini bisa berasal dari keluarga inti maupun tidak. Keluarga luas yang

berasal dari keluarga inti apabila terjadi perkawinan dari anak-anak yang telah

1 Selanjutnya di dalam handout ini disingkat dengan HASB saja.

Page 3: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

3

dewasa dan masih menetap bersama suami atau isteri dengan orang tuanya.

Keluarga luas yang tidak berasal dari hasil perkawinan adalah karena keluarga inti

tersebut bertambah keanggotaannya dengan datangnya anggota baru masuk

menjadi anggota keluarga tersebut, misalnya sebagai pembantu rumah tangga,

sopir keluarga dan lain sebagainya.

Menurut Parsudi Suparlan, para ahli antropologi melihat keluarga sebagai

suatu satuan sosial terkecil yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk sosial.

Pendapat ini didasarkan atas kenyataan bahwa sebuah keluarga adalah suatu

kesatuan kekerabatan yang juga merupakan suatu tempat tinggal yang ditandai

oleh adanya kerjasama ekonomi dan mempunyai fungsi untuk berkembang biak,

mensosialisasi dan mendidik anak dan menolong serta melindungi yang lemah

khususnya merawat orang-orang tua mereka yang telah jompo.2

Keluarga inti maupun keluarga luas memiliki fungsi-fungsi yang sama.

Secara tradisional peran keluarga luas lebih dominan dibanding keluarga inti,

karena adanya fungsi kerjasama secara ekonomi yang lebih luas, dalam pengertian

adanya kesatuan komunal dengan kepemilikian dan ekonomi komunal pula.3

Namun seiring dengan perkembangan masyarakat ke dalam masyarakat industri,

keluarga inti menjadi lebih penting, karena keluarga inti menjadi satuan ekonomi

yang penting sebagai pengganti keluarga luas dalam konteks komunal seperti

cara-cara keluarga luas tradisional.

Di dalam sistem kekerabatan, perkembangan dari keluarga inti dan

keluarga luas adalah terbentuknya kelompok keturunan yang disebut dengan

lineage, seperti kaum pada orang Minangkabau. Selanjutnya kelompok keturunan

yang terbesar secara antropologi disebut dengan clan atau klen, seperti suku pada

orang Minangkabau dan Mentawai, atau marga pada orang Batak. Kelompok

keturunan – secara matrilineal, patrilineal atau gabungan keduanya (bilineal) - ini

masih kuat menjadi rujukan dalam pembentukan identitas individu dan kelompok

di dalam satu sukubangsa. Oleh karena itu orang Batak pada umumnya

2 Parsudi Suparlan. 1986. “Keluarga dan Kekerabatan,” dalam A.W.Widjaja (editor) Manusia

Indonesia Individu Keluarga dan Masyarakat. Jakarta: Akademika Pressindo. Hal.96-104. 3 Di dalam banyak sukubangsa di Indonesia dengan sistem mata pencaharian agraris, sawah dan

ladang dimiliki secara komunal dan diolah untuk menunjang hidup keluarga luas secara

komunal.

Page 4: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

4

menambahkan nama marga di belakang namanya. Klen menjadi identitas ketiga

setelah nama sukubangsa dan sebagai orang Indonesia.

Identitas sebagai orang Indonesia adalah identitas yang terbentuk sebagai

warga negara. Identitas ini melebihi identitas kesukubangsaan, identitas sebagai

warga negara. Dikatakan melebihi karena melingkupi banyak sukubangsa yang

ada di Indonesia. Keragaman kesukubangsaan inilah yang pokok persoalan dalam

hubungan antar sukubangsa. Di dalam konteks masyarakat Indonesia yang sangat

beragam kesukubangsaan ini bisa menimbulkan konflik karena saling tidak

mengenal dari banyak sukubangsa yang berbeda tersebut. Perbedaan (diversity)

masih ditambah dengan perbedaan agama dan ideologi yang bisa saja

menimbulkan pandangan stereotipe dan menimbulkan stratifikasi sosial yang

tajam di dalam masyarakat.

Masyarakat

Sebelum menjelaskan lebih jauh, labih baik jelas apa yang dimaksud

dengan masyarakat (society) yang sering dibicarakan dalam hand out ini. Konsep

society berasal dari bahasa Latin socious yang berarti teman atau kawan. Konsep

ini mengindikasikan bahwa yang namanya teman pastilah ada proses interaksi di

antara orang atau person yang berteman tersebut. Konsep masyarakat di dalam

bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab, syaraka yang artinya berkumpul. Di

dalam konsep tersebut dapat dimengerti bahwa di dalam berkumpul tersebut pasti

juga terjadi interaksi antar person yang berkumpul tersebut. Inilah ciri dasar

manusia sebagai makhluk sosial, yang selalu membutuhkan dan adanya saling

ketergantungan sesamanya di dalam suatu kelompok. Kelompok yang saling

berinteraksi yang dapat disebut sebagai masyarakat apabila memiliki rasa identitas

bersama sebagai bagian dari kelompok tersebut. Satu poin lagi dari sebuah

masyarakat adalah wilayah dimana kelompok tersebut menetap. Itulah beberapa

karakteristik dari kelompok manusia yang bisa dikatakan sebagai masyarakat

(society). Identitas kelompok suatu masyarakat tertentu dapat tumbuh apabila

individu-individu di dalamnya telah berinteraksi dalam waktu yang lama di

wilayah tertentu dan membentuk kesadaran sebagai bagian dari kelompok

masyarakat tersebut.

Page 5: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

5

Dalam kehidupan bermasyarakat sekarang kita dihadapkan bertemunya

anggota masyarakat yang berbeda-beda sukubangsa dan kebudayaan. Kehidupan

masyarakat yang semakin terbuka tidak membatasi orang dari berbagai

sukubangsa dan kebudayaan untuk migrasi ke daerah manapun di Indonesia. Di

daerah pedesaan saja telah masuk berbagai sukubangsa yang awalnya karena

pekerjaan yang mengharuskannya masuk ke daerah tersebut dan akhirnya menetap

sebagai warga desa tertentu. Apalagi di daerah perkotaan, kehidupan masyarakat

yang sangat kompleks mengharuskan terjadinya hubungan antar sukubangsa, baik

secara pribadi maupun kelompok. Payung Bangun sudah menggambarkan

hubungan antar sukubangsa di kota Medan,4 berdasarkan hasil penelitian sendiri

dan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Edward Bruner.

Berbagai sukubangsa masuk ke kota untuk mendapat pendidikan dan

pekerjaan, sehingga keragaman kesukubangsaan, kebudayaan, agama dan ideologi

lebih terasa di daerah perkotaan dibanding daerah pedesaan. Kota memiliki daya

tarik yang kuat bagi penduduk untuk beradatangan dan menetap. Inilah yang

kemudian memperlihatkan keragaman yang langsung dirasakan oleh penduduk

kota. Oleh karena itu dapat diasumsikan, semakin maju sebuah kota, semakin

beragam penduduknya. Maka kota-kota yang tumbuh di Indonesia merupakan

wilayah yang menjadi incaran dari berbagai sukubangsa, terutama yang dekat

wilayahnya dengan kota tersebut. Maka jadilah kota sebagai wilayah dengan

corak keragaman dan memperlihatkan hubungan antar sukubangsa.

Diferensiasi Sosial dan Stratifikasi Sosial

Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial merupakan dua konsep dalam

ilmu sosial terutama sosiologi yang memperlihatkan perbedaan-perbedaan yang

terdapat di dalam masyarakat. Konsep diferensiasi menekankan perbedaan-

perbedaan yang terdapat di antara berbagai kelompok sosial. Perbedaan tersebut

dapat berupa perbedaan kesukubangsaan atau etnisitas, perbedaan agama, mata

pencaharian atau pekerjaan, ras, ideologi dan lain sebagainya. Diferensiasi pada

4 Payung Bangun. 1978. “Hubungan Antar Sukubangsa di kota Medan,” dalam Berita Antropologi

Th. X No.34 Maret. Hal.19-27.

Page 6: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

6

prinsipnya merupakan cara pandang yang menekankan perbedaan-perbedaan dari

berbagai kelompok yang berbeda di dalam masyarakat tanpa melihat adanya

kelompok yang lebih tinggi atau lebih rendah.

Stratifikasi sosial atau pelapisan sosial atau jenjang sosial pada sisi lain

juga merupakan cara pandang terhadap kelompok-kelompok yang berbeda di

dalam masyarakat dengan penekanan kepada adanya perbedaan atas lebih tinggi

atau lebih rendah dari berbagai kelompok sosial. Cara pandang yang membedakan

atas strata tersebut sering berdasakan kepada perbedaan secara ekonomi atau

terhadap memiliki atau tidak memiliki. Karl Marx yang terkenal dengan konsep

‘kelas’ yang terdiri dari borjuis dan proletar karena perbedaan atas memiliki atau

tidak memiliki faktor-faktor ekonomi dan alat produksi yang menyebabkan

munculnya eksploitasi dari kelas borjuis terhadap proletar, yang menjadi sumber

konflik. Di dalam agama Hindu juga dikenal adanya stratifikasi berdasarkan

kepada penggolongan orang yang justru didasari oleh agama sehingga adanya

penggolongan orang, tinggi dan lebih rendah. Cara pandang yang menempatkan

mata pencaharian tertentu lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lainnya dengan

sendirinya menciptakan stratifikasi di dalam masyarakat. Departemen Pendidikan

di masa Orde Baru dan setelah Reformasi juga menciptakan cara pandang yang

menganggap pilihan peminatan kelompok mata pelajaran ilmu eksak lebih tinggi

dari mata pelajaran ilmu sosial. Sehingga siswa yang juara di kelasa

dikelompokkan ke dalam kelompok ilmu eksak atau IPA. Di dalam kurikulum

2013 pandangan stratifikasi ini coba dihilangkan dengan mensetarakan ilmu eksak

dengan ilmu sosial dan humaniora. Pilihan siswa adalah berdasarkan keinginan

atau peminatan. Jadi stratifikasi sosial diciptakan di dalam masyarakat atau

perbedaan-perbedaan yang diciptakan masyarakat itu sendiri. Koentjaraningrat

menyatakan,

Di dalam hampir semua masyarakat di dunia baik yang amat

sederhana maupun yang amat kompleks sifatnya, dalam pergaulan

antar individunya, ada pembedaan kedudukan dan derajat (status).

Dalam masyarakat-masyarakat yang kecil dan sederhana biasanya

pembedaan kedudukan dan derajat itu bersifat minimum, karena

warganya sedikit dan individu-individu yang dianggap tinggi juga

tidak banyak macam dan jumlahnya. Dalam masyarakat-masyarakat

yang kompleks biasanya pembedaaan kedudukan dan derajat juga

Page 7: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

7

bersifat kompleks, karena warganya banyak dan individu yang

dianggap tinggi juga banyak macam dan jumlahnya. Pembedaan

kedudukan dan derajat terhadap individu-individu di dalam

masyarakat itulah yang menjadi dasar dan pangkal bagi gejala

pelapisan sosial atau social stratification yang ada dalam hampir

semua masyarakat di dunia.5

Cara pandang diferensiasi dan stratifikasi sosial ini jika tidak diapresiasi

dengan baik juga bisa menjadi pemicu konflik sebagaimana yang dinyatakan Karl

Marx, sebagai empu teoritisi konflik. Inilah yang penting diperhatikan di dalam

melihat hubungan antar sukubangsa di Indonesia, di samping masalah-masalah

keragaman lainnya yang akan diulas dalam tema-tema kuliah selanjutnya.

5 Koentjaraningrat. 1992. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta:Dian Rakyat. Hal.180.

Page 8: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

8

Hand Out

Bahan Kajian : Sukubangsa (Ethnic Groups) dan Etnisitas

sks : 3 (tiga)

Prodi : Pendidikan Sosiologi-Antropologi

Fakultas : Ilmu Sosial

Minggu ke- : 2

Learning Outcomes (Capaian Pembelajaran)

Materi

SUKUBANGSA DAN KESUKUBANGSAAN

1. Pengertian sukubangsa

2. Ciri-Ciri Sukubangsa

3. Pengertian kesukubangsaan

4. Identitas sukubangsa dan solidaritas sukubangsa

Konsep Sukubangsa (Ethnic Groups)

Konsep sukubangsa atau kelompok etnik (ethnic groups) merupakan

konsep yang sudah melekat di dalam antropologi, karena sejak lahirnya

antropologi, para ahlinya sudah bekerja menggali kebudayaan kelompok etnik

atau sukubangsa dari berbagai belahan dunia ini. Para antropolog barat sejak awal

abad keduapuluh sudah bertebaran di muka bumi untuk menggali dan

mendeskripsikan berbagai kelompok etnik yang ribuan jumlahnya. Hasil-hasil

penelitian ini dikumpulkan di dalam ‘ensiklopedi’ yang diberi judul Human

Relation Area Files (HRAF), yang merupakan sebuah lembaga di Yale University

di Amerika Serikat. Awalnya dengan mengungkap sukubangsa yang masih hidup

sederhana dengan kebudayaannya atau struktur sosialnya, kemudian mulai beralih

Mahasiswa mampu menjelaskan konsep sukubangsa (ethnic group) dan

kesukubangsaan (ethnicity)

Page 9: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

9

untuk mengenal kebudayaan berbagai sukubangsa yang sudah mulai maju dan

yang sudah maju, seperti berbagai kebudayaan di Eropa dan Amerika. Penelitian-

penelitian secara wholistic dilakukan untuk mengungkap ‘rahasia tersembunyi’ di

balik kebudayaan manusia yang berbeda di berbagai belahan dunia.

Di dalam buku-buku antropologi seperti yang dideskripsikan oleh Narroll,

kelompok etnik dijelaskan sebagai populasi yang (1) secara biologis mampu

berkembang biak dan bertahan, (2) mempunyai nilai-nilai budaya yang sama dan

sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya, (3) membentuk jaringan

komunikasi dan interaksi sendiri, dan (4) menentukan ciri kelompoknya sendiri

yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi

lain.6 Koentjaraningrat menyatakan sukubangsa sebagai kelompok sosial atau

kesatuan hidup manusia yang mempunyai sistem interaksi, sistem norma yang

mengatur interaksi tersebut, adanya kontinuitas dan rasa identitas yang

mempersatukan semua anggotanya serta memiliki sistem kepemimpinan sendiri.

Sedangkan ahli lain seperti Tumin menyatakan kelompok etnik adalah suatu

kelompok sosial yang berada dalam sesbuah sistem sosial dan kebudayaan yang

lebih besar dan mendasarkan pengelompokkan diri mereka pada status sosial

khusus karena suatu penurunan ciri etnik bawaan yang dianggap ada. Abner

Cohen menyatakan kelompok etnik adalah kesatuan orang-orang yang secara

bersama-sama menjalani pola-pola tingkah laku normatif, atau kebudayaan, dan

yang membentuk suatu bagian dari populasi yang lebih besar, saling berinteraksi

dalam kerangka suatu sistem sosial bersama, seperti negara.7 Oleh Parsudi

Suparlan sukubangsa adalah kategori atau golongan sosial. Sebagai golongan

sosial, sukubangsa adalah golongan sosial yang khusus yaitu askriptif, yaitu

golongan sosial yang didapat begitu saja. Sukubangsa itu ada dan dikenal karena

adanya interaksi dengan sukubangsa lainnya dan melalui adanya interaksi ini ada

pengakuan mengenai keberadaan dan ciri-cirinya yang saling berbeda. Di antara

ciri-ciri sukubangsa sebagai golongan sosial, yang terpenting yang membedakan

sukubangsa dan golongan sosial lainnya adalah ciri-cirinya yang aksriptif yang

6 Fredrik Barth.1988. kelompok Etnik dan Batasannya. Jakarta: UI-Press. Hal.11.

7 Zulyani Hidayah.. 1997. Konsep-konsep Dasar Kesukubangsaan, dalam Ensiklopedi Suku

Bangsa di Indonesia. Jakarta:LP3ES. Hal.xix-xxvii.

Page 10: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

10

mincul dan lestari di dalam interaksi yang menghasilkan pengakuan, atau saling

mengakui dan diakui.8 Selanjutnya Suparlan menyatakan ciri-ciri sukubangsa

sebagai berikut: (1) Sebuah satuan kehidupan yang secara biologi mampu

berkembang biak dan lestari; (2) Mempunyai kebudayaan serta pranata-pranata

yang mereka miliki bersama, yang merupakan pedoman bagi kehidupan mereka,

yang secara umum berbeda dari yang dipunyai oleh kelompok atau masyarakat

sukubangsa lainnya; (3) Keanggotaan dalam sukubangsa yang bercorak aksriptif,

yaitu keanggotaan yang didapat oleh seseorang dengan begitu saja, bersamaan

dengan kelahirannya yang mengacu kepada kesukubangsaan orang tua yang

melahirkannya dan/atau daerah asal tempat kelahiran dan dibesarkannya hingga

dewasa.9

Dari beberapa defenisi tersebut sukubangsa (ethnic group) dapat dilihat

dari beberapa ciri seperti bahasa, garis keturunan, rasa identitas, kebudayaan,

mengaku dan diakui, dan daerah asal. Bahasa memang menjadi ciri yang

menonjol, tetapi orang lain di luar sukubangsa yang bersangkutan bisa saja

memiliki kemampuan berbahasa yang luar biasa. Siapapun dapat belajar bahasa

Inggris dan dapat menjadi fasih seperti orang Eropa atau Amerika berbahasa,

tetapi penampilan fisik yang berbeda ras jelas dapat membedakan. Untuk banyak

sukubangsa di Indonesia yang memiliki penampilan fisik yang tidak jauh berbeda

bisa juga meragukan apabila seseorang dapat menguasai bahasa sukubangsa lain

yang telah dipelajarinya dengan baik. Tetapi penguasaan aturan kebudayaan

dengan nilai-nilai yang tercakup di dalamnya mungkin menjadi pembeda karena

tidak dapat dikuasai sepenuhnya jika tidak hidup lama di kebudayaan sukubangsa

tersebut. Maka cara-cara bertindak yang baik atau tidak baik menurut kebudayaan

sukubangsa tertentu bisa saja berbeda dengan kebudayaan sukubangsa lain.

Sukubangsa bisa diketahui dari bahasa yang sama dari masing-masing

anggota sukubangsa tersebut. Oleh karena itu bahasa menjadi indikator yang

penting, sehingga orang lain dapat mengakui bahwa seseorang atau person

tersebut dapat diakui sebagai anggota dari sukubangsa tertentu. Kesamaan

identitas ini dapat tumbuh jika seseorang dilahirkan dan dibesarkan di dalam

8 Parsudi Suparlan.2005. Sukubangsa dan Hubungan Antar-Sukubangsa. Jakarta:YPKIK. Hal.18.

9 ibid. Hal. 19-20.

Page 11: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

11

kelompok sukubangsa atau lingkungan sosialnya dimana dia dibesarkan.

Pengenalan bahasa yang diajarkan sejak lahir itu sekaligus merupakan pengenalan

terhadap kebudayaan sukubangsa bersangkutan. Bahasa sebagai indikator atau ciri

yang utama dari sebuah sukubangsa. Bahasa juga dapat dipelajari oleh orang dari

kebudayaan yang berbeda sampai menguasai bahasa tersebut dengan fasih.

Persoalannya adalah pada pemaknaan dan penguasaan kebudayaan oleh individu

tersebut.

Penguasaan dan pemaknaan kebudayaan sukubangsa sebenarnya juga

dimiliki oleh seseorang apabila individu tersebut hidup lama di dalam masyarakat

pendukung kebudayaan tersebut, sehingga dia juga mengenal dan dapat

menggunakan simbol-simbol kebudayaan tersebut. Lalu, apa bedanya dengan

individu yang memang pendukung atau bagian dari kebudayaan yang

bersangkutan? Bedanya adalah seseorang yang bukan pendukung atau bagian dari

sukubangsa itu tidak memiliki rasa identitas yang sama dengan pendukung

sukubangsa tersebut. Rasa identitas ini tumbuh dari proses sosialisasi kebudayaan

yang panjang sejak masa bayi dan dibesarkan di dalam lingkungan kebudayaan

sukubangsa tersebut, yang menginternalisasi ke dalam diri setiap individu. Proses

ini menjadi penting sejak individu bayi dan balita, karena pada masa inilah

terbentuknya kepribadian seseorang dan menjadi bagian dari kebudayaan

sukubangsa.

Oleh karena itu jika seseorang yang sudah dewasa masuk ke dalam

sukubangsa tertentu dan mempelajari bahasa serta kebudayaan sukubangsa

tersebut, tetapi rasa kesukubangsaan yang dimilikinya adalah dari sukubangsa

asalnya sejak bayi dan balita. Pada masa bayi dan balita inilah kepribadian dan

pembentukan diri seseorang tumbuh, yang sangat dipengaruhi oleh orang-orang di

sekitarnya, termasuk menjadi anggota sukubangsa dengan kebudayaannya.

Sebuah kasus unik pernah terjadi, seorang pemuda yang ‘berdarah’ Amerika

(kaukasoid), asal Indiana, tetapi tidak bisa berbicara sepatah katapun dalam

bahasa Inggris dan ia jelas merasa bingung dengan cara-cara orang di Amerika.

Sejak bayi, ia yatim piatu dan dibesarkan oleh keluarga Cina di sebuah desa

karena orang tuanya menjadi misionaris ke Cina. Semua orang yang berjumpa

dengannya melihatnya lebih bersifat Cina daripada Amerika. Matanya yang biru

Page 12: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

12

dan rambutnya yang pirang kurang menarik, gaya jalannya seperti gaya jalan

orang Cina, gerakan tangan dan lengan seperti orang Cina, ekspresi wajah seperti

orang Cina, dan cara berfikir Cina. Warisan biologi adalah Amerika, tetapi

pendidikan kebudayaannya adalah Cina. Akhirnya ia kembali ke Cina.10

Jadi sukubangsa dalam hal ini lebih dinilai dari ciri-ciri atau simbol-simbol

kebudayaan dari sukubangsaan tersebut. Inilah yang menjadi ciri askriptif, yang

terbentuk begitu saja di tengah-tengah masyarakat melalui proses sosialisasi yang

panjang, yang dimulai dari masa bayi dan balita sebagai masa awal pembentukan

kepribadian dan sukubangsa seseorang, bukan melalui proses bawaan secara

genetik seperti bentuk tubuh, atau diwariskan oleh orang tua. Satu poin ini yang

menjadi ciri yang berbeda dari apa yang dinyatakan oleh Parsudi Suparlan.

Etnisitas

Etnisitas atau kesukubangsaan oleh Parsudi Suparlan adalah identitas atau

jatidiri sukubangsa yang dipunyai oleh seseorang, yaitu karena seseorang tersebut

mengaku sebagai termasuk dalam sesuatu golongan sukubangsa dan diakui oleh

orang lain yang termasuk sebagai golongan sukubangsa lainnya.11

Kottak

menyatakan ethnicity is based on common cultural traditions – not mainly on

biological features, as race is.12

(Kesukubangsaan didasarkan atas tradisi-tradisi

kebudayaan, bukan oleh bawaan biologis seperti ras). Etnisitas ini muncul di

dalam proses interaksi oleh para pelaku, karena dalam interaksi seseorang akan

memperlihatkan ciri-ciri atau atribut kesukubangsaannya. Seseorang bisa

memiliki beberapa identitas atau jatidiri. Seorang Minangkabau berinteraksi

dengan orang Aceh dia akan menidentifikasikan jatidirinya sebagai orang Minang,

tetapi apabila dia berinteraksi dengan sesama orang Minang lainnya maka dia

akan mengidentifikasikan dirinya sebagai orang Pariaman atau Batusangkar.

Menurut Suparlan, di antara jatidiri yang dipunyai oleh seseorang, jatidiri

sukubangsa adalah jatidiri yang askriptif yang tidak bisa dibuang dan atau diganti

10

Clyde Kluckhon. 1984. ‘Cermin bagi Manusia’ dalam Parsudi Suparlan (editor) Manusia,

Kebudayaan dan Lingkungannya. (Ter.). Jakarta:Rajawali Pers. Hal.69-109. 11

Parsudi Suparlan. 2005. Sukubangsa dan Hubungan Antar-Sukubangsa. Jakarta:YPKIK. Hal.35. 12

Conrad Phillip Kottak. 2002. Anthropology. The Exploration of Human Diversity. Ninth Edition.

Boston: McGraw Hill.

Page 13: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

13

begitu saja oleh jatidiri lainnya, karena jatidiri tersebut menempel pada dirinya

bersama dengan kelahirannya yang didapat dengan mengacu pada asal muasal

orang tua dan/ atau daerah asalnya. Walaupun tidak dapat dibuang dari dirinya

atau diganti begitu sajaoleh jatidiri sukubangsa lainnya atau jatidiri lainnya,

jatidiri sukubangsa atau kesukubangsaan itu dapat disimpan atau tidak digunakan

dalam interaksi bila jatidiri sukubangsa tersebut dianggap tidak perlu atau tidak

relevan.13

Pada bagian lain Suparlan menyatakan kesukubangsaan dapat dilihat

sebagai kekuatan sosial untuk menciptakan terwujudnya kohesi sosial di antara

sesama anggota sukubangsa. Kohesi sosial ini dapat diaktifkan dan diarahkan

sebagai solidaritas sosial yang berkekuatan paksa diberlakukannya suatu

kebijakan politik atau ekonomi, memenangkan persaingan memperebutkan

sumberdaya, atau menghancurkan kelompok sukubangsa lain yang menjadi

lawan. Kesukubangsaan sebagai kekuatan sosial tidak dapat ditawar atau

diremehkan (non negotiable) pada saat terwujud sebagai sebuah solidaritas

sosial.14

13

Parsudi Suparlan. 2005. Sukubangsa dan Hubungan Antar-Sukubangsa. Jakarta:YPKIK. Hal.35. 14

Parsudi Suparlan. 2003. ‘Kesukubangsaan dan Posisi Orang Cina dalam Masyarakat Majemuk

Indonesia,’ dalam Jurnal Antropologi Indonesia. Th.XXVII, No.71 Mei-Agustus 2003. Hal.23-33.

Page 14: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

14

Hand Out

Bahan Kajian : Kebudayaan

sks : 3 (tiga)

Prodi : Pendidikan Sosiologi-Antropologi

Fakultas : Ilmu Sosial

Minggu ke- : 3

Learning Outcomes (Capaian Pembelajaran)

Materi

1. Kebudayaan secara garis besar.

2. Pengenalan kebudayaan dari berbagai perspektif yang berbeda dan

implikasinya di dalam memahami realitas.

Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan merupakan konsep utama di dalam ilmu antropologi,

terutama antropologi budaya. Telah banyak defenisi yang diberikan terhadap

konsep kebudayaan ini. Dari kata asalnya kebudayaan dalam bahasa Inggris

culture berasal dari colere15

yang berarti mengolah, telah menimbulkan polemik

di kalangan antropolog Indonesia tentang cara mendefenisikannya ke dalam

konsep atau istilah Indonesia.16

Secara konseptual dalam tulisan-tulisan atau

pembicaraan para ahli, wartawan atau orang awam sering dijumpai penggunaan

konsep yang berbeda-beda, di antaranya kebudayaan, budaya, kultur atau kulturil.

Perbedaan penggunaan konsep kebudayaan yang merupakan proses me-

15

Lihat Koentjaraningrat 1989. 16

Lihat Marzali 1998, 1999; Suparlan 1999; Ahimsa-Putra 1999; Masinambow

1999.

Mengenalkan konsep kebudayaan (culture) sebagai konsep yang

penting dalam melihat hubungan antar sukubangsa.

Page 15: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

15

Indonesia-kan konsep culture tersebut itulah yang menjadi polemik para

antropolog Indonesia.

Perbedaan pemahaman konsep culture ini juga disebabkan pemahaman

yang berbeda yang sering dijumpai dan kadang salah kaprah di dalam

pembicaraan atau media massa, seperti yang dapat kita lihat berikut ini. Dalam

bahasa atau jargon biologi sering disebut “mengkultur bakteri”, yang berarti

membiakkan sekumpulan bakteri di dalam tabung-tabung test laboratorium.

“Orang itu tidak berbudaya.” Kalimat itu kadang terdengar dari kalangan “kelas

atas” untuk menyebut atau menghina perilaku orang yang tidak sesuai dengan

perilaku yang “halus” atau “terhormat”. Dalam media massa juga sering

ditemukan penggunaan istilah budaya atau kebudayaan untuk menyebut sebuah

masyarakat, seperti “kebudayaan Minangkabau”, “Kebudayaan Mesir”,

“Kebudayaan Cina” dan lain sebagainya. Di kalangan ilmu arkeologi sering

disebut “peninggalan kebudayaan Hindu kuno” untuk menyebut semua produk

atau artefak yang dibuat manusia zaman lampau. Oleh seniman kebudayaan

dimaksudkan sebagai semua hal yang indah-indah, seperti konsep “budayawan”

atau “pameran kebudayaan Asmat”, dan lain sebagainya. Di dalam bidang

pertanian, budaya (budidaya) dimaksudkan sebagai jenis tanaman yang dijinakkan

atau didomestifikasi atau dikembangkan, contoh; “pembudidayaan kelapa sawit di

lahan gambut”.

Dalam antropologi konsep culture diterjemahkan pertama kali oleh

Edward Bernett Tylor pada tahun 1871 dalam bukunya Primitive Culture, sebagai

....is that complex whole which include knowledge, beliefs, arts, morals, law,

cusstom, and any other capabilities and habits acquired by man as a member of

society. Dalam pengertian ini kebudayaan adalah that complex whole

(keseluruhan yang kompleks), yang terdiri dari any capabilities and habits

(banyak kemampuan dan kebiasaan-kebiasaan) manusia yang terdiri dari

knowledge (pengetahuan), kepercayaan-kepercayaan (beliefs), kesenian, moral,

adat istiadat dan lain sebagainya, yang dimiliki manusia sebagai anggota dari

suatu masyarakat. Ini merupakan sebuah defenisi yang umum atau tidak memihak

dalam pengertian telah banyaknya defenisi yang diberikan berdasarkan kepada

Page 16: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

16

latar belakang atau perspektif yang berbeda – beda dari para ahli sesuai dengan

aliran pemikiran atau pendekatan teoritis (paradigma) yang dianutnya.

Kebudayaan inilah yang secara sederhana membedakan manusia dari

binatang. Manusia sejak dari peradaban awal umat manusia telah

mengembangkan kebudayaannya sebagai bentuk proses adaptasinya dengan

lingkungan di mana mereka tingggal dan dalam rangka untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Pada sejarah awal evolusi kebudayaan atau peradaban

manusia – peradaban dalam hal ini tidak dibedakan dengan kebudayaan, tetapi

cenderung dipakai untuk menunjukkan kebudayaan yang menonjol pada satu

masa tertentu – orang baru menggunakan akal fikirannya untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya dari sumber-sumber daya alam berupa makanan dari tumbuh-

tumbuhan yang kemudian diolah dengan menggunakan api. Penemuan api sudah

merupakan satu kemajuan fikiran manusia yang membedakannya dari binatang.

Semakin maju cara berfikir dan dalam rangka pemenuhan kebutuhan

hidupnya, manusia telah semakin kompleks menemukan dan mengembangkan

alat-alat yang dapat dipakai dalam mempermudah dan semakin menyenangkan

kehidupan manusia itu. Kemampuan menemukan dan menciptakan segala sesuatu

itulah yang disebut dengan sistem pemikiran atau kebudayaan manusia. Jadi

dalam hal ini kebudayaan adalah berupa keseluruhan pengetahuan yang dipunyai

manusia sebagai makhluk sosial; yang isinya adalah perangkat-perangkat model-

model pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan untuk memahami dan

menginterpretasikan lingkungan yang dihadapi, dan untuk mendorong dan

menciptakan tindakan-tindakan yang diperlukannya,17

yang diperoleh manusia

dari proses belajar dan dijadikan milik dirinya sebagaimana individu-individu

lainnya di dalam kelompok sosialnya.

2.1. Ciri Kebudayaan.

Untuk pemahaman lebih jauh dapat dikatakan bahwa kebudayaan memiliki

beberapa ciri, di antaranya:

17

Suparlan 1986

Page 17: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

17

1. Culture is learned. Semua makhluk , binatang ataupun manusia belajar dari

situasi dan lingkungan untuk survive. Pada manusia, yang terjadi adalah

“cultural learning”, yaitu kapasitas manusia untuk mempelajari makna

kultural dari simbol dan signal, yang seringkali tidak punya hubungan

alamiah dengan benda yang diwakilinya.

2. Culture is symbolic. Kebudayaan atau kemanusiaan dari satu makhluk

menucul ketika makhluk itu mempunyai kemampuan untuk menyimbolkan.

Simbol adalah segala sesuatu yang bersifat verbal maupun non verbal dalam

sebuah bahasa yang memiliki makna menurut satu kebudayaan tertentu.

Hubungan antara simbol dengan yang disimbolkan (makna) adalah bersifat

arbitrari, konvensional dan hubungan itu tidak perlu natural. Sebagai contoh,

penilaian air atas suci atau tidak suci, warna merah bagi orang Cina dan lain

sebagaimnya.

3. Culture Seizes Nature. Manusia harus makan untuk hidup, ini adalah hal yang

alamiah. Tapi, apa jenis barang yang boleh dimakan, kapan barang itu boleh

dimakan dan bagaimana memakanannya? Ini adalah ajaran kultural. Orang

Islam tidak boleh makan babi, tidak boleh makan pada siang hari di bulan

puasa walaupun lapar.

4. Culture is shared. Budaya adalah sebuah ciri-ciri dari seorang individu.

Namun bukan ciri-ciri individu sebagai seorang individu, tetapi individu

sebagai angota dari seorang anggota masyarakat, satu kelompok suku bangsa,

satu golongan agama, dan sebagainya. Culture ditransmisikan di dalam

masyarakat, oleh karena itu kepercayaan, nilai, memories, cara berfikir, dan

semua unsur kebudayaan lain di dalam masyarakat tersebut dimiliki bersama

oleh seluruh anggota masyarakat. Ayah-ayah Minangkabau sekarang adalah

anak-anak Minangkabau beberapa tahun yang lalu. Mereka tumbuh dalam

kebudayaan Minangkabau, dalam bahasa Minangkabau dan menyerap nilai-

nilai dan kepercayaan-kepercayaan tertentu yang telah diturunkan selama

beberapa generasi.

5. Culture is patterned. Kebudayaan terdiri dari sekumpulan adat, nilai,

kepercayaan, pandangan hidup (world view), makna dari simbol, sikap

mental, pola pikir dan lain-lain. Semua itu terikat, terintegrasi atau terpola

Page 18: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

18

dalam suatu sistem tertentu. Integrasinya disebut dengan istilah ‘logico

meaningful integration’. Jika satu unsur berubah, maka unsur lain akan

terkena imbasnya dan pola integrasi berubah, lalu pola makna kultural jadi

berubah, lalu pola integrasi kultural jadi berubah, pada akhirnya kebudayaan

secara keseluruhan berubah.

6. Culture is adaptive. Sekelompok penduduk membangun hubungan yang

berhasil dengan lingkungan alamnya sedemikian rupa, sehingga kelompok

penduduk tersebut berhasil survive dan berkembang biak. Mereka

menjalankan ini dalam satu proses yang disebut dengan adaptasi. Unsur-unsur

biologis dan kultural yang berperan besar dalam proses adaptasi ini disebut

dengan unsur yang adaptif. Alam telah menyeleksi unsur-unsur biologis dan

pola perilaku simbolik yang adaptif dalam lingkungan tertentu. Namun

demikian dalam kenyataannya banyak juga pola-pola tingkah laku manusia

yang ‘maladaptif’, dalam jangka panjang.18

Banyak defenisi yang telah diberikan terhadap konsep culture ini.

Kroeber dan Kluckhohn pada tahun 1952 telah pernah menerbitkan sebuah

buku yang mengumpulkan sebanyak 160 defenisi kebudayaan, dengan analisa

kritis dan mencoba mengklasifikasikannya. Sekarang diperkirakan mungkin

sudah ratusan tambahan defenisi yang diberikan terhadap konsep kebudayaan

ini. Beberapa di antaranya dikutip di bawah ini untuk memperlihatkan

perbedaan defenisi yang diberikan para ahli dari perspektif yang berbeda.

R. Linton (1940) memberikan defenisi culture:

Culture is some total of knowledge, attitudes and habitual behavior pattern

shared and transmitted by the members of a particular society”.

Kroeber and Kluchohn (1952):

“Culture is pattern, explicit and implicit,of and for behavior acquired and

transmitted by symbols, constututing the distinctive achievement of human

group, including their embodiment in artifact”.

18

Amri Marzali, .....

Page 19: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

19

Defenisi culture juga diberikan berbeda menurut aliran yang berkembang

di dalam ilmu antropologi, sebagai berikut:

Aliran cultural materialism (Leslie A. White 1959):

“Culture is a class of things and event, dependent upon symboling,

considered in an extrasomatic context”.

(Budaya adalah nyata, substansial, hal yang dapat diobservasi, misalnya:

satu ucapan, sebudah kapak batu, susu bayi, doa, dan semacam itu).

Aliran cultural ecology/cultural materialism (Marvin Harris 1968):

“The culture concept comes down to behavior patterns associated with

particular groups of peoples, that to “ custom” or to a people’s ‘way of

life”.

Aliran cultural ecology (Plog; Jolly; and Bates 1976):

“Culture is the system of shared meanings they learn from their societytu

use in interacting with their surrounding, communicating with others, and

coping with their world “.

Aliran Semiotic (Geertz 1973):

“Culture consists of socially established structures of meaning interms of

witch people do such things as signal conspiracies ang join them or

perceive insults and answer them, (it is not)... a psycological phenomenon

or cognitive structure...”.

Culture is the fabric of meaning in terms of which human beings interpret

their experience and guide their action; structure social is the form the

action takes, the actually existing network of social relations. Culture and

social structure are then but different abtractions from the same phenomena

(Geertz 1973:145).

Page 20: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

20

Aliran cognitive anthropology (Goodenough 1961).

“ A society ‘s culture consists of whatever it is one has to know or believe

in order to operate in a manner acceptable to its members. Culture is not a

material phenomenon: it does not consists of things, people. Behavior, or

emotions. It is rather an organization of these things. It is the form of things

that people have in mind, their models for perceiving, and otherwise

interpreting them”.

“Culture..... consists of standars for deciding what to do about it, and.... for

diciding haow to go about doing it”.

Aliran cognitive anthropology (Spradley 1973)

“Culture is acquired knowledge people use to interpret experience and

generate behavior”.

Spradley dan McCurdy (1987:3) memberi defenisi culture is thus the

system of knowledge by which people design their own actions and interpret the

behavior of other.

Aliran Structuralis Perancis (Claude Levi-Strauss 1963)

“Culture is share symbols system that are commulative creations of mind”.

Di samping itu W.A. Haviland (1990) memberikan defenisi yang cukup

moderat, terlepas dari berbagai aliran yang berkembang di dalam ilmu

antropologi, mendefenisikan culture sebagai:

“ Culture is a set of standars shareds y members of a society, which when

acted upon by the members, produce behavior that falls within a range of

variation the members consider proper and acceptable.”

Beberapa defenisi kebudayaan di atas memperlihatkan perbedaan

pendekatan atau paradigma di dalam memahami dan menjelaskan kebudayaan.

Atau dari sudut pandang sebaliknya perbedaan defenisi justru berasal dari

perbedaan paradigma ahli antropologi yang mendefenisikan kebudayaan tersebut.

Tetapi terdapat juga defenisi yang bersifat umum seperti yang yang pertama

ditulis oleh E.B. Tylor maupun oleh Haviland. Defenisi oleh Linton, Kroeber dan

Page 21: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

21

Kluckhon walau belum dikelompokkan ke dalam aliran tertentu tetapi sudah dapat

dikatakan mewakili aliran tersendiri. Linton menyatakan kebudayaan pada sistem

ide dan tindakan sekaligus. Kroeber dan Kluckhon menyatakan kebudayaan dari

simbol-simbol kelakuan baik yang langsung tampak maupun tidak.

Page 22: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

22

Hand Out

Bahan Kajian : Hubungan antar Sukubangsa

sks : 3 (tiga)

Prodi : Pendidikan Sosiologi-Antropologi

Fakultas : Ilmu Sosial

Minggu ke- : 4

Learning Outcomes (Capaian Pembelajaran)

Materi

BENTUK HUBUNGAN ANTAR SUKUBANGSA

1. Kerjasama

2. Persaingan

3. konflik

Sukubangsa dan Kebudayaan

Sukubangsa sebagai golongan sosial aksriptif, yaitu yang diperoleh

melalui garis keturunan, secara matrilinial, patrilineal ataupun matri-patrilineal

(bilineal), menghasilkan garis keturunan secara fisik (genetik biologis) –

walaupun tidak mutlak – yang rata-rata sama dari generasi sebelumnya dan

keturunan secara sosial budaya yang meneruskan nilai-nilai dan perilaku yang

rata-rata sama dengan generasi sebelumnya. Inilah yang kemudian disebut dengan

tradisi, nilai dan prilaku yang tampak yang masih dipertahankan oleh golongan

sosial akriptif yang disebut dengan sukubangsa. Sukubangsa merupakan

kelompok sosial yang dapat dikatakan terbesar dan sekaligus terkecil. Terbesar

apabila jumlahnya mencapai jutaan dan puluhan juta, terkecil karena sukubangsa

terdapat pada kelompok sosial terkecil yaitu keluarga inti. Kelompok terkecil ini

Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk hubungan antara sukubangsa

Page 23: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

23

menjadi dasar terbentuknya masyarakat yang lebih luas, karena setiap keluarga

inti pasti akan menghubungkan keluarga tersebut dengan keluarga atau kelompok

lainnya. Biasanya dari jaringan kekerabatan yang terdekat menurut aturan garis

keturunan, apakah patrilineal, matrilineal atau bilineal.

Keluarga inti (nuclear family) yang merupakan satuan kehidupan terkecil

juga merupakan satu kelompok sukubangsa, karena di dalamnya terdiri dari

individu-individu yang merupakan bagian terkecil dari satuan sukubangsa. Pada

umumnya setiap sukubangsa anggotanya lebih banyak yang menikah sesama

sukubangsa yang sama. Artinya keluarga merupakan wadah atau lembaga untuk

pewarisan nilai-nilai kebudayaan sukubangsa dari satu generasi ke generasi

berikutnya. Di dalam pedesaan dengan kecenderungan masyarakat yang homogen

persoalan-persoalan dalam hubungan antar sukubangsa tidak akan ditemui.

Persoalan baru muncul apabila ada seseorang atau kelompok orang yang berbeda

sukubangsa hidup di tengah-tengah kelompok sukubangsa yang sama. Maka

timbul sikap atau rasa ke-aku-an, kamu atau anda, dia atau mereka. Dalam

kelompok terkecil seperti keluarga inti sikap atau rasa yang sama bisa muncul

apabila suami isteri dan anak-anak tidak dapat meredam persoalan yang

mencakup sentimen kesukubangsaan. Tetapi persoalan menjadi berbeda jika

perkawinan yang terjadi antar sukubangsa (amalgamasi) tersebut sudah

didominasi oleh satu kebudayaan sukubangsa tertentu.

Dominasi kebudayaan sukubangsa tertentu di dalam satu keluarga bisa

terjadi apabila salah satu anggota keluarga senior [ayah/ ibu (fa/ mo)] adalah

individu yang dominan. Kedua, keluarga inti tersebut berada di dalam masyarakat

yang mendominasi kebudayaan salah seorang anggota keluarga senior [ayah/ ibu

(fa/ mo)]. Kebudayaan yang dominan di dalam masyarakat yang sama dengan

kebudayaan ayah atau ibu itulah yang akan menjadi kebudayaan sukubangsa

anak-anak dari kelurga inti yang bersangakutan. Tetapi apabila perkawinan

amalgamasi ini berada di dalam masyarakat yang didominasi oleh kebudayaan

sukubangsa yang berbeda dengan kedua suami isteri ini maka kecenderungannya

adalah kebudayaan yang lebih dominan dari suami atau isteri yang akan menjadi

kebudayaan dan sukubangsa anak. Asumsi ini diberikan berdasarkan pengamatan

terhadap kasus-kasus keluarga amalgamasi. Parsudi Suparlan justru menyatakan

Page 24: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

24

dalam kasus seperti ini akan menghasilkan kekacauan dalam jati diri anak-anak.19

Ini diduga juga baru sebuah asumsi, karena setiap individu sadar atau tidak pasti

akan menidentifikasikan diri kepada salah satu kelompok sosial terdekat

dengannya. Maka pilihan akan identitas diri sejak dini pasti sudah dilakukan.

Di dalam masyarakat yang lebih luas dari masyarakat desa atau nagari di

Sumatera Barat seperti masyarakat kota, kompleksitas masyarakatnya tidak dapat

dihindari, karena masyarakat yang semakin terbuka maka mobilisasi atau migrasi

penduduk karena kebutuhan pendidikan dan mencari kerja atau karena

perpindahan daerah kerja yang terjadi menciptakan keragaman di dalam

masyarakat dengan sukubangsa dan kebudayaan. Maka, siapa saya, anda dan

mereka berlaku karena terdapat perbedaan-perbedaan yang dapat dirasakan.

Hubungan antar sukubangsa dengan demikian lebih terasa di daerah perkotaan.

Maka, individu-individu dengan kebudayaan kesukubangsaannya akan

memandang individu lainnya yang berbeda sukubangsa dengan perpektif

kesukubangsaanya. Maka pandangan negatif dan subjektif akan muncul dari sisi

kesukubangsaan atau disebut juga etnosentrisme.

Dengan demikian akan muncul dan berkembang pengetahuan

kesukubangsaan yang cenderung etnosentris karena saliang tidak mengenal di

antara individu dan kelompok-kelompok sosial berdasarkan kesukubangsaan. Di

samping itu akan muncul pandangan negatif mengenai ciri-ciri individu atau

kelompok dari sugkubangsa lainnya yang dinilai benar secara subjektif dari satu

individu atau kelompok terhadap individu atau kelompok lainnya. Akibat dari

pandangan negatif yang dianggap benar ini adalah munculnya steretip (stereotype)

yang kemudian menjadi prasangka (prejudice). Stereotype menurut Parsudi

Suparlan berisikan sangkaan-sangkaan mengeonai sifat-sifat jelek yang dipunyai

oleh anggota-anggota suatu sukubangsa tersebut.20

Stereotipe diungkapkan

dengan kata-kata yang menjelekkan sukubangsa tertentu atau memberi label yang

merendahkan tertentu tertentu terthadap kelompok etnik tertentu yang belum pasti

kebenarannya. Prejudis muncul apabila sangkaan tersebut sudah menjadi

anggapan yang tidak baik terhadap kelompok sukubangsa lain, artinya sudah tidak

19

Parsudi Suparlan. 2005. Sukubangsa dan Hubungan Antar Sukubangsa. Jakarta:YPKIK. Hal.24 20

Ibid. Hal.26.

Page 25: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

25

ada lagi sisi baik sukubangsa yang diberi label negatif tesebut. Ujung-ujungnya

adalah konflik antar kelompok atau konflik antar sukubangsa.

Ini artinya kelompok sukubangsa yang membentuk dan memberikan

stereotipe ke kelompok sukubangsa lainnya itu menggunakan kebudayaan sebagai

jati diri sukubangsa tersebut yang dilakukan dengan mengaktifkan satu atau

sejumlah unsur kebudayaan yang dipunyai yang dipertentangkan satu atau

sejumlah unsur kebudayaan sukubangsa lainnya. Unsur-unsur kebudayaan

tersebut menjadi simbol-simbol (gejala-gejala yang mempunyai makna menurut

kebudayaan yang bersangkutan) yang digunakan sebagai atribut-atribut atau

tanda-tanda untuk menunjukkan jati diri sukubangsanya.21

Oleh karena itu dalam hubungan antar sukubangsa masalah kecil bisa

menjadi besar dan konflik apabila dilihat dari sudut pandang etnosentris.

Stereotipe, prasangka dan diskriminasi akan muncul sebagai pendahulu konflik

antar sukubangsa. Jadi masalah akan banyak muncul dalam konteks hubungan

antar sukubangsa sepanjang tidak saling memahami dan mengerti di antara

individu dan kelompok-kelompok sukubangsa yang berbeda-beda.

Sumber: Parsudi Suparlan. 2005. Stereotip, Atribut, dan Hubungan Antar-

Sukubangsa dalam Sukubangsa dan Hubungan Antar-Sukubangsa.

Jakarta:YPKIK

21

Ibid.

Page 26: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

26

Hand Out

Bahan Kajian : Stereotip, Atribut dan Hubungan antar Sukubangsa

sks : 3 (tiga)

Prodi : Pendidikan Sosiologi-Antropologi

Fakultas : Ilmu Sosial

Minggu ke- : 5

Learning Outcomes (Capaian Pembelajaran)

Materi

1. Pengertian stereotipe dan atribut

2. Stereotipe dan atribut dalam hubungan antar sukubangsa

Stereotipe

Dalam sebuah masyarakat yang bersukubangsa banyak, kebudayaan dari

masing-masing sukubangsa juga berisikan konsep-konsep mengenai berbagai

sukubangsa yang hidup bersama di dalam masyarakat tersebut. Apa saja yang

tercakup di dslam konsep-konsep kebudayaan tsebut adalah sifat-sifat atau

karakter dari masing-masing sukubangsa tersebut. Isi dari konsep-konsep atau

pengetahuan yang ada dalam kebudayaan dari masing-masing sukubangsa adalah

pengetahuan mengenai diri atau sukubangsa mereka masing-masing, sebagai

pertentangan atau lawan dari sukubangsa-sukubangsa lainnya. Ini dilakukan untuk

memunculkan keberadaan sukubangsa atau kesukubangsaan dalam interaksi antar

anggota sukubangsa yang berbeda.

Konsep-konsep yang ada dalam kebudayaan mengenai sukubangsanaya

dan mengenai sukubangsa-sukubangsa lainnya yang hidup bersama di dalam

Mahasiswa mampu menjelaskan stereotype, atribut dan hubungan antar

sukubangsa

Page 27: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

27

sebuah masyarakat adalaha pengetahuan yang penuh dengan keyakinan-keyakinan

mengenai kebenarannya yang subjektif. Kebenaran subjektif ini mengenai ciri-ciri

sukubangsanya dan sukubangsa-sukubangsa lainnya. Pengetahuan mengenai

sesuatu sukubangsa lain yang ada dalam kebudayaan sesuatu sukubangsa tertentu

adalah konsep-konsep yang seringkali juga digunakan sebagai acuan bertindak

dalam menghadapi sukubangsa lain tersebut, walaupun tidak selalu demikian

adanya dalam perwujudan tindakan-tindakan dari para pelakunya. Konsep-konsep

yang subjektif yang ada dalam kebudayaan tersebut dinamakan stereotip, dan

stereotip dapat berkembang menjadi prasangka.

Sebuah atribut mengenai sesuatu sukubangsa itu muncul dari pengalaman

seseorang atau sejumlah orang yang menjadi anggota sebuah sukubangsa dalam

berhubungan dengan para pelaku dari sesuatu sukubangsa tersebut. Dari sejumlah

pengalaman yang terbatas, yang dipahami dan mengacu pada kebudayaannya,

maka pengalaman tersebut menjadi pengetahuan. Sebagai pengetahuan yang

berulang diafirmasi dan dimantapkan melalui pengalaman-pengalaman yang

secara berulang terjadi dengan anggota-anggota sesuatu sukubangsa tersebut,

maka pengetahuan yang berisi ciri-ciri sesuatu sukubangsa tersebut menjadi

konsep-konsep yang ada dalam kebudayaan yang diyakini kebenarannya. Melalui

berbagai jaringan sosial yang dipunyai oleh seorang pelaku, pengetahuan

kebudayaan mengenai ciri-ciri sesuatu sukubangsa tersebut disebarluaskan kepada

sesama warga masyarakat sukubangsanya. Pengetahuan kebudayaan yang

bercorak stereotip, yaitu mengenai ciri-ciri sesuatu sukubangsa menjadi

pengetahuan yang berlaku umum dalam kebudayaan dari masyarakat tersebut dan

diyakini kebenarannya.

Atribut Sukubangsa

Atribut adalah segala sesuatu yang terseleksi, baik disengaja maupun

tidak, yang dikaitkan dengan dan untuk kegunaannya bagi mengenali identitas

atau jatidiri seseorang atau suatu gejala. Atribut ini bisa berupa ciri-ciri yang

menyolok dari benda atau tubuh orang, sifat-sifat seseorang, pola-pola tindakan,

atau bahasa yang digunakan. Oleh karena itu atribut bisa diberikan kepada

sukubangsa maupun kepada diri seseorang atau pada tingkat individual.

Page 28: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

28

Jatidiri

Identitas atau jatidiri adalah pengenalan atau pengakuan terhadap

seseorang sebagai termauk ke dalam sesuatu golongan yang dilakukan atas

serangkaian ciri-cirinya yang merupakan satu satuan yang bulat dana menyeluruh,

yang menandainya sebagai yang termasuk dalam golongan tersebut. Contohnya,

tentara atau TNI mempunyai ciri-ciri, yang ciri-ciri tersebut merupakan sebuah

satuan yang bulat dan menyeluruh yang meneyebabkan seseorang dengan ciri-ciri

tersebut digolongkan sebagai tentara atau TNI. Bila seseorang tersebut

mempunyai atau memakaikan ciri-ciri tentara pada tubuhnya, tetapi ciri tersebut

tidak lengkap sebagai ciri-ciri tentara maka jatidiri seseorang tersebut sebagai

tentara diragukan kebenarannya, dan biasanya orang tersebut diidentifikasi atau

dikenal sebagai tentara gadungan.

Identitas atau jatidiri itu muncul dan ada dalam interaksi. Interaksi adalah

kenyataan empirik yang berupa antar-tindakan para pelaku yang menandakan

adanya hubungan di antara para pelaku tersebut. Sehingga dapat dikatakan bahwa

identitas atau jatidiri itu muncul dan ada dalam interaksi. Seseorang mempunyai

sesuatu jatidiri tertentu karena diakui keberadaannya oleh orang atau orang-orang

lain dalam suatu hubungan yang berlaku. Sedangkan dalam suatu hubungan yang

lain, yang melihatkan pelaku atau pelaku-pelaku yang lain yang berbeda dari

pelaku-pelaku yang semula, jatidirinya bisa berbeda dari yang semula, sesuai

dengan corak hubungan dan sesuai dengan saling pengakuan mengenai jatidirinya

oleh para pelaku dalam hubungan yang lain tersebut.

Penekanan pada pengakuan orang-orang lain dalam hal keberadaan dan

kelestarian sesuatu jatidiri yang dimiliki oleh seseorang itu menjadi penting untuk

diperhatikan, karena dalsm keasendiriannya yang absolut seseorang tersebut tidak

mempunyai jatidiri. Orang-orang lain yang berada dalam interaksi dengan dirinya

adalah penentu jatidirinya, sehingga orang-orang lain tesebut dapat dilihat sebagai

cermin bagi dirinya. Karena dengan hanya melalui cermin itulah seseorang itu

dapat melihat dan mengenali seperti apa dirinya. Walaupun demikian, jatidiri juga

dapat muncul dan ada dalam sesuatu kesendirian, dimana di pelaku berada dalam

suatu hubungan dengan suatu satuan gaib yang dibayangkan sebagai suatu

kebenaran yang tidak dapat dibantah. Seseorang Islam yang sedang berhubungan

Page 29: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

29

dengan Tuhannya melalui kegiatan sembahyang akan membayangkan dirinya

sebagai hamba Allah, sebagaimana terwujud dalam tindakan-tindakan

bersembahyangnya.

Untuk apakah seseorang itu memerlukan jatidiri? Jatidiri diperlukan untuk

digunakan dalam interaksi. Karena di dalam setiap interaksi setiap pelaku

mengambil sesuatu posisi dan berdasarkan atas posisi tersebut si pelaku si pelaku

menjalankan peranaxn-peranannya sesuai dengan corak atau struktur interaksi

yang berlangsung. Sebuah interaksi mewujudkan adanya struktur dimana masing-

masing pelaku yang terlibat di dalamnya berada dalam suatu hubungan peranan.

Di lain pihak dan pada waktu yang sama, corak yang dilajankan oleh masing-

masing pelaku tersebut tergantung pada corak atau macam struktur interaksi yang

berlaku. Contoh, seseorang dalam sebuah keluarga dipanggil bapak oleh anak-

anaknya. Ddalam keadaan tersebut maka hubungan yang ada antara anak dengan

bapak adalah hubungan peranaan anak – bapak merupakan sebuah struktur

hubungan yang baku dengan berbagai norma dan nilai yang menjadi pedoman

bertindak bagi masing-masing pelaku, sehingga hubungan antara anak bapak

adalah sebuhah hubungan peranan anak – bapak. Jadi berbeda dari dan bukan

merupakan hubungan peranan antara suami – isteri. Begitu juga struktur

hubungan anak – bapak bisa berbeda coraknya antara satu keluarga dengan

keluarga lain, dan berbeda antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lainnya.

Corak hubungan anak – bapak yang terwujud dsalam interaksi anak –

bapak, adalah berbeda dengan corak hubungan antara si bapak pada waktu dia

harus berperan sebagai suami dalam interaksinya dengan isterinya. Setiap orang,

karena itu mempunyai lebih dari satu jatidiri. Semakin banyak peranan yang

dijalankannya dalam kehidupan sosial dan masyarakatnya maka akan semakin

banyak pula jatidiri yang dipunyainya.

Hubungan antar Sukubangsa

Hubungan antar sukubangsa terwujud melalui hubungan-hubungan yang

dilakukan ileh para pelaku yang menjadi warga dari sukubangsa-sukubangsa yang

berbeda. Sukubangsa-sukubangsa tersebut biasanya adalah sukubangsa-

sukubangsa yang saling hidup bertetangga atau yang secara bersama-sama

Page 30: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

30

membentuk terwujudnya sebuah masyarakat yang lebih luas daripada masing-

masing masyarakat sukubangsanya.

Dalam hubungan antar sukubangsa masing-masing sukubangsa tersebut

menciptakan dana memantapkan batas-batas sosial dan budaya, atau batas-batas

sukubangsa. Artinya, berdasarkan batas-batas sukubangsa tersebut mereka

membedakan diri atas saya dari dia yang berbeda, dan menggolongkan sejumlah

orang yang tergolong kami dari satu sukubangsa yang sama yang dibedakan dari

mereka yang tergolong bukan sukubangsa yang sama. Batas-batas sosial ini

berguna dalam menunjukkan perbedaan antara mereka yang tergolong dalam satu

sukubangsa yang sama dengan mereka yang tergolong dalam sukubangsa yang

lain, yaitu yang berbeda sukubangsanya. Melalui batas-batas sukubangsa ini

stereotip yang dipunyai oleh masing-masing sukubangsa mengenai satu sama

lainnya menjadi lestari, karena melalui dan di dalam stereotip inilah perbedaan-

pebedaan sukubangsa yang berbeda itu terwujudkan. Dalan interaksi yang terjadi

di antara warga yang berbeda sukubangsanya, tidak selamanya stereotip yang

mereka punyai masing-masing itu digunakan sebagai acuan dalam sling

berhubungan. Interaksi antar sukubangsa yang seperti ini biasanya terwujud dalam

suatu interaksi dimana masing-masing pihak saling membutuhkan, memperoleh

manfaat dan keuntungan, dan hubungan teqrsebut bersifat sebagai hubungan

komplementer atau hubungan yang simbiotik, yang saling melengkapi

kepentingan-kepentingan masing-masing.

Dalam hubungan di antara warga yang berbeda sukubangsanya, yang

terjalin sebagai hubungan yang saling menguntungkan, sebenarnya mereka ini

telah membuat jembatan penghubung di atas batas-batas sukubangsa tersebut.

Jembatan ini berupa hubungan pribadi yang terwujud sebagai persahabatan

ataupun perkawinan yang terwujud sebagai hubungan sosial, hubungan kerja atau

ekonomi, dadn bubungan politik. Jembatan penghubung ini, yang terwujud

sebagai situasi-situasi dimana interaksi itu berlangsung, atau biasa disebut sebagai

arena-arena interaksi, sebenarnya telah menapikan perbedaan-perbedaan

sukubangsa yang berlaku. Di satu pihak arena-arena interaksi tersebut berisikan

unsur-unsur kebudayaan dari sukubangsa-sukubangsa yang berbeda dan saling

berhubungan, dan di lain pihak arena-arena interaksi teaebut berisikan hasil

Page 31: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

31

perpaduan antara unsur-unsur kebudayaan sukubangsa-sukubangsa yang berbeda

tersebut yang terwujud sebagai kebudayaan yang baru. Melalui dan dengan

menggunai perpaduan kebudayaan mereka atau hasil akulturasi kebudayaan inilah

interaksi di antara warga yang berbeda sukubangsa itu berlangsung, dan karena

kebudayaan yang digunakan tersebut tidak menciptakan batas-batas sukubangsa

maka perbedaan kesukubangsaan di antara mereka dalam dan melalui interaksi

tersebut tidak berlaku. Walaupun telah merka ciptakan jembatan yang

menghubungkan perbedaan-perrbedaan di antara dua sukubangsa yang berbeda

atau lebih, tetapi tidak berarti bahwa perbedaan sukubangsa tersebut lalu hilang

dengan sendirinya. Perbedaan sukubangsa yang mereka punyai, di dalam dan

selama interaksi tersebut sedang berlangsung, disimpan oleh masing-masing

pelakunya, tetapi akan tetap berlanjut dan digunakan sebagai acuan dalam situasi-

situasi atau arena-arna interaksi lainnya.

Dalam hubungan-hubungan sosial di antara mereka yang berbeda

sukubangsanya tanda-tanda dan simbol-simbol yang diseleksi dan diaktifkan oleh

masing-masing pelaku untuk menunjukkan perbedaan sukubangsa atau untuk

menapikan perbedaan sukubangsa tersebut tergantung pada tujuan interaksi yang

dilakukan dan pada situasi atau arena dimana interaksi tersebut berlangsung.

Karena pada dasarnya sukubangsa itu sama dengan kedudukan atau status dari

pelaku, maka hubungan antar sukubangsa itu sebenarnya telah mewujudkan

adanya struktur interaksi yang coraknya tergantung pada sejarah hubungan di

antara sukubangsa-sukubangsa yang bersangkutan. Sebuah interaksi di antara

mereka yang berbeda sukubangsa yang menapikan perbedaan status hubungan

sukubangsa di antara para pelakunya biasanya tewujud dalam bentuk

persahabatan, pengangkatan saudara atau perkawinan. Sedangkan berbagai bentuk

interaksi lainnya yang juga menapikan berbagai perbedaan status dalam hubung

antar sukubangsa adalsh interaksi yang terwujud dalam arena-arena interaksi

dalam sistem nasional Indonesia. Sistem nasional Indonesia berada di atas sistem-

sistem sukubangsa maupun sistem-sistem kehidupan di tempat umum, yang

berlaku setempat-setempat di seluruh wilayah Indonesia.

Sistem nasional menciptakan status-status yang bercorak horizontal

maupun vertikal yang mendominasi berbagai hubungan-hubungan status yang

Page 32: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

32

tercakup dalam sistem tersebut. Status ini diduduki oleh pejabat atau petugas dari

berbagai sukubangsa, yang harus menanggalkan atau menyimpan

kesukubangsaannya dalam interaksi-interaksi yang berlangsaung dalam situasi-

situasi nasional untuk kepentingan nasional. Dalam situasi kesukubangsaan yang

terwujud melalui hubungan-hubungan pribadi atau untuk kepentiangan pribadi

dan sosial, kesungbangsaan terwujud dengan mengaktifkan simbol-simbol

kebudayaan sukubangss para pelaku yang bersangkutan. Situasi sukubangsa dan

kesukubangsaan bisa saja terwujud pada sistem nasional pada saat kepentingan

pribadi atau sosial dari pelaku lebih penting daripada kepentingan dan tujuan

nasional. Ini bisa terwujud karena sukubangsa, secara universal, adalah golongan

sosial yang paling mendasar dan umum bagi jatidiri dalam kehidupan manusia.

Ciri-ciri ini sering kali dinasmakan sifat-sifat primordial atau yang utama dan

pertama, yang universal dalam kehidupan manusia.

Karena itu tidaklah mengherankan bahwa sentimen kesukubangsaan

dengan mudah diaktifkan oleh para pelaku untuk menciptakan suatu solidaritas

sosial yang melibatkan waraga sukubangsanya untuk dipertentangkan dengan

sukubangsa lainnya, pada saat terjadi persaingan untuk memperbutkan sumber-

sumber rezeki dan pengalokasian pendistribusiannya, atau untuk mempertahankan

atau memperjuangkan kehormatan kesukubangsaannya. Dadlam kehidupan

msyarakat dimana terjadi persaingan atas sumber-sumber daya atau pengalokasian

pendistribusiannya biasanya batas-batas sukubangsa menjadi jelas dan tajam,

terwujud dalam bentuk monopoli bidang-bidang ketja atau kegiatan ekonomi dan

politik oleh kelompok-kelompok sukubangsa yang berbeda. Pada saat perbedaan

penguasaan bidang-bidang kegiatan ekonomi dan politik tersebut mewujudkan

adanya saling ketergantungan di antara kelompok-kelompok sukubangsa yang

berbeda di dalam masyarakat tsebut maka hubungan baik di antara kelompok-

kelompok yang Berbeda skan tercipta, dan arena-arena ineraksi yang

menjembatani hubungan antar sukubangsa menjadi mantap dan bahkan

berkembang sehingga potensi-potensi konflik yang terjadi dapat diredam.

Sebaliknya, bila penguasaan atas bidang-bidang ekonomi dan politik serta

pengalokasian pendistribusiannya oleh kelompok-kelompok sukubangsa itu

terwujud sebagai persaingan untuk bidang-bidang yang sama serta menghasilkan

Page 33: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

33

adanya penguasaan atau dominasi oleh satu kelompok sukubangsa atau golongan

sosial tetentu terhadap sumber-sumber daya yang ada, yang dapat diartikan sama

dengan pendominasian oleh satu sukubangsa atau golongan sosial tertentu

terhadap sukubangsa lainnya, maka yang terwujud adalah adanya potensi-potensi

konflik di dalam kehidupan masyarakat tersebut, yang sewaktu-waktu dapat

meledak sebagai konflik antar sukubangsa. Konflik antar sukubangsa juga dapat

meledak sebagai suatu akibat dari rentetan-rentetan perasaan yang diderita oleh

suatu kelompok sukubangsa yang meras direndahkana atau berada dalam

kedudukan terhina oleh perbuatan-perbuatan dari warga suatu kelompok

sukubangsa lainnya. Penderitaan yang berkepanjangan ini fapat menyebabkan

adanya frustrasi sosial yang mendalam yang diderita oleh sesuatu sukubangsa

yang kehidupan sosial, ekonomi, dan politiknya didominasi oleh sesuatu

sukubangsa yang lain. Konflik sukubangsa yang semacam ini biasanya dimulai

oleh mereka yang merasa kehilangan kehormatan oleh perbuatan warga sesuatu

sukubangsa lainnya, dan perasaan kehilangan kehormatan kesukubangsaan ini

biasanya dipicu oleh sesuatu perbuatan yang dianggap oleh sukubangsa yang

bersangkutan sebagi puncak dari kehinaan serta ketidakadilan yang selama ini

mereka derita.

Sumber: Parsudi Suparlan. 2005. ‘Stereotip, Atribut, dan Hubungan Antar-

Sukubangsa’ dalam sukubangsa dan Hubungan Antar-Sukubangsa.

Jakarta:YPKIK

Page 34: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

34

Hand Out

Bahan Kajian : Diferensiasi Sukubangsa dan Kebudayaan

sks : 3 (tiga)

Prodi : Pendidikan Sosiologi-Antropologi

Fakultas : Ilmu Sosial

Minggu ke- : 6

Learning Outcomes (Capaian Pembelajaran)

Materi

1. Pengertian diferensiasi etnik

2. Kebudayaan dan diferensiasi etnik

3. Diferensiasi etnik dan hubungan antar sukubangsa

Diferensiasi Sukubangsa di Indonesia

Indonesia sangat terkenal dengan keragaman (diversity) dan perbedaan-

perbedaan (diferensiasi) sukubangsa. Di dalam Ensiklopedi Sukubangsa di

Indonesia terdapat enam ratus enam puluh dua sukubangsa yang tersebar dari

Sabang sampai Merauke. Para ahli berbeda dalam melihat keragaman dan

perbedaan sukubangsa ini, seperti oleh Clifford Geertz, Hildred Geertz, J.B.P de

Josselin de Jong, Van Vollenhoven, dan B.N.Z ter Haar. Clifford Geertz mencoba

menyederhanakan keragaman dan perbedaan sukubangsa ini dengan

menyederhanakannya ke dalam dua tipe yang berbeda berdasarkan ekosistemnya.

Pertama, kebudayaan-kebudayaan yang berkembang di “Indonesia dalam,”

meliputi pulau Jawa, Madura dan Bali. Kedua, kebudayaan-kebudayaan yang

berkembang di “Indonesia luar,” yaitu di luar pulau Jawa dan Bali.

Kebudayaan yang berkembang di “Indonesia dalam” ditandai oleh

tingginya intensitas pengolahan tanah secara teratur, telah menggunakan sistem

pengairan, dan menghasilkan pangan padi yang ditanam di sawah. Dengan

Mahasiswa mampu menjelaskan diferensiasi etnik dan kebudayaan

Page 35: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

35

demikian, kebudayaan-kebudayaan di Jawa yang menggunakan tenaga kerja

manusia dalam jumalh besar, disertai peralatan yang relatif lebih kompleks itu

merupakan perwujudan upaya manusia yang secara lebih berani mengubah

ekosistemnya untuk kepentingan masyarakat yang bersangkutan. Sementara itu

kebudayaan di luar Jawa, kecuali di sekitar danau Toba, dataran tinggi Sumatera

dan Sulawesi Barat Daya, berkembang atas dasar pertanian perladangan. Ditandai

pula oleh jarangnya penduduk, dan umumnya baru beranjak dari kebiasaan hidup

berburu ke arah pertanian. Oleh karena itu mereka cenderung menyesuaikan diri

mereka dengan ekosistem yang ada, dengan sedikit upaya untuk menguasainya

demi kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan.

Hildred Geertz mengklasifikasikan kebudayaan sukubangsa ke dalam tiga

kategori, yaitu kebudayaan masyarakat petani beririgasi, kebudayaan petani yang

diwarnai kebudayaan Islam, dan kebudayaan masyarakat peladang serta pemburu

yang masih sering berpindah tempat. Adapun yang dimaksud dengan kebudayaan

petani berpengairan itu ialah apa yang berkembang di pulau Jawa dan Bali. Sama

halnya denga apa yang dikemukakan oleh C. Geertz, kebudayaan pertanian

beririgasi berkembang atas dasar pertanian yang sifatnya padat karya di daerah

yang paling padat penduduknya. Hildred Geertz menambahkan bahwa

kebudayaan tersebut sangat dipengaruhi oleh Hinduisme, dimana masyarakatnya

sangat kuat berorientasi kepada status, mengembangkan kesenian yang sangat

tinggi terutama di pusat-pusat kekuasaan (kraton) yang sekaligus merupakan pusat

peradaban pada masa itu. Selanjutnya kebudayaan pertanian di pulau Jawa mulai

mengalami pergeseran, terutama sejak masuknya pengaruh kebudayaan Islam

kemudian disusul dengan perkembangan yang terjadi pada masa penjajahan

Belanda.

Kategori kebudayan pantai ditandai dengan pengaruh Islam yang kuat

serta kegiatan dagang yang menonjol. Kebudayaan tersebut berkembang di

sepanjang pantai Sumatera dan Kalimantan yang didukung oleh orang-orang

Melayu, dan orang-orang Makasar dari Sulawesi Selatan. Oleh karena kegiatan

berdagang, mereka menduduki pusat-pusat pedagangan sepanjang pantai bersama-

sama dengan para pedagang yang berdatangan dari berbagai penjuru dunia.

Mereka mengembangkan kebudayaan yang berorientasi pada perdagangan dan

Page 36: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

36

sangat mengutamakan pendidikan agama dan hukum Islam, serta

mengambangkan bentuk tari, musik dan kesusasteraan sebagai unsur pemersatu

utamanya. Beberapa pusat perdagangan di luar pulau Jawa berkembang menjadi

pusat-pusat kekuasaan dengan sistem pemerintahan yang relatif modern, ditunjang

pula oleh meningkatnya kemajemukan penduduk yang berasal dari berbagai

sukubangsa, maupun mereka yang mempunyai lapangan keahlian yang khusus.

Bentuk kebudayaan kategori ketiga mencakup aneka ragam kebudayaan

yang tidak termasuk ke dalam dua kategori terdahulu. Kategori ketiga ini meliputi

kebudayaan orang Toraja di Sulawesi Selatan, orang Dayak di pedalaman

Kalimantan, orang Halmahera, suku-suku bangsa di pedalaman pulau Seram,

suku-suku bangsa di kepulauan Sunda Kecil, orang Gayo di Aceh, orang Rejang

di Bengkulu dan orang Pasemah di Sumatera Selatan. Pada umumnya kebudayaan

mereka berkembang di atas sistem pencaharian perladangan ataupun penanaman

pada ladang, sagu, jagung, maupun akar-akaran. Dengan demikian kategori

tersebut sesuai dengan apa yang oleh Clifford Geertz digolongkan sebagai

kebudayaan tipe “Indonesia luar” yang merupakan perwujudan kecerdikan

masyarakat menyesuaikan diri dengan ekosistemnya.22

Van Vollenhoven membagi atau menggolongkan berbagai sukubangsa di

Indonesia didasarkan pada sistem lingkaran hukum adat, dengan perspektif

culture area seperti yang dinyatakan oleh Clark Wissler ke dalam sembilan belas

daerah hukum adat, sebagai berikut.

1. Aceh 9. Gorontalo

2. Gayo Alas dan Batak 10. Toraja

2.a. Nias dan Batu 11. Sulawesi Selatan

3. Minangkabau 12. Ternate

4. Sumatera Selatan 13. Ambon Maluku

4.a. Enggano 14. Irian

5. Melayu 15. Timor

6. Bangka dan Biliton 16. Bali dan Lombok

22

Budhisantoso. 1997. ‘Kata Pengantar.’ dalam Zulyani Hidayah, Ensiklopedi Sukubangsa di

Indonesia. Jakarta:LP3ES. Hal.ix-xvii.

Page 37: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

37

7. Kalimantan 17. Jawa Tengah dan Jawa Timur

8. Minahasa 18. Surakarta dan Yogyakarta

8.a Sangir-Talaud 19. Jawa Barat23

Demikian juga dengan B.Z.N ter Haar dalam bukunya yang berjudul

Beginselen en Stelsel van het Adatrecht (1946) menyederhanakan lingkungan

kebudayaan di Indonesia ke dalam 19 rechtskringen. Apa yang dimaksud dengan

lingkungan hukum adat itu tidak berbeda dengan pengertian lingkungan

kebudayaan yang pernah dikembangkan oleh Clark Wissler, yaitu kesatuan

lingkungan kebudayaan dan geografis.24

Satu poin lain yang patut dicatat bahwa peran ekologi (lingkungan) dan

sosial dalam situasi budaya yang dalam banyak hal mirip dengan maasyarakat

polietnik, yaitu kelompok-kelompok masyarakat setempat yang budayanya

berbeda, yang saling tergantung karena berbedanya ekologi tempat tinggal

mereka. Tetapi pada masyarakat polietnik, interaksi dari unit-unitnya tetap

memperlihatkan batas, sebab masing-masing tetap memperlihatkan ciri-ciri etnik

dan perbedaannya sendiri, sehingga hubungan hanya terjadi dalam bentuk-bentuk

tertentu dan tidak secara pribadi.25

Upaya untuk mencari yang sama dari kebudayaan sukubangsa yang

berbeda dengan melihat unsur-unsur kebudayaan yang sama dan dikelompokkan

ke dalam satuan culture area atau daerah kebudayaan adalah usaha untuk

mengurangi perbedaan atau diferensiasi yang sebenarnya tidak dapat dihilangkan

sama sekali. Perbedaan kebudayaan sukubangsa yang luar biasa di Indonesia ini

merupakan potensi keragaman kekayaan kebudayaan dan sekaligus memiliki

potensi konflik apabila di antara sukubangsa-sukubangsa yang banyak tersebut

saling tidak mengenal dan hanya memandang dari sudut pandang kebudayaannya.

23

Koentjaraningrat. 1996. Pengantar Antropologi. Jilid 1.Jakarta:Rineka Cipta. Hal. 193-194. 24

Budhisantoso. 1997. ‘Kata Pengantar.’ dalam Zulyani Hidayah, Ensiklopedi Sukubangsa di

Indonesia. Jakarta:LP3ES. Hal.ix-xvii. 25

Jan-Petter Blom. 1988. ‘Diferensiasi Etnik dan Budaya,’ dalam Fredrik Barth (editor),

Kelompok Etnik dan Batasannya. Jakarta:UI-Press. Hal.79-89.

Page 38: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

38

Hand Out

Bahan Kajian : Masyarakat dan Sukubangsa, Monoetnik, Homogen

sks : 3 (tiga)

Prodi : Pendidikan Sosiologi-Antropologi

Fakultas : Ilmu Sosial

Minggu ke- : 7

Learning Outcomes (Capaian Pembelajaran)

Materi

1. Pengertian monoetnik dan masyarakat homogen

2. Masyarakat homogen dan perubahan

Masyarakat dan Sukubangsa, Monoetnik dan Homogen

Studi awal antropologi seperti yang dikerjakan oleh Malinowski yang

memandang kelompok etnik atau sukubangsa seabagai suatu kesatuan budaya dan

teritorial yang tersusun rapi dan dapat digambarkan ke dalam sebuah peta

etnografi. Setiap kelompok memiliki batas-batas yang jelas (well-defined

boundaries), memisahkan satu kelompok etnik dengan lainnya. Secara de facto

masing-masing kelompok itu memiliki budaya yang padu (cultural homogenity).

Menurutnya satu kelompok etnik dapat dibedakan dengan yang lain baik dalam

organisasi kekerabatan, bahasa, agama (sistem kepercayaan), ekonomi, tradisi

(hukum), maupun pola hubungan antar kelompok etnik, termasuk dalam

pertukaran jasa dan pelayanan.

Atas dasar kajian ini, Malinowski mengembangkan asumsi bahwa

kelompok etnik merupakan prototipe ‘bangsa’ (nation). Dia menegaskan bahwa

batas-batas suatu bangsa dapat dituangkan ke dalam sebuah peta etnografi.

Apabila asumsi Malinowski ini dapat diterima maka batas-batas suatu bangsa

Mahasiswa mampu menjelaskan masyarakat dan sukubangsa: mono etnik dan

masyarakat homogen

Page 39: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

39

akan dapat ditentukan dengan sangat jelas (well-defined boundaries), karena

masing-masing bangsa di samping memiliki batas-batas administrasi teritorial,

juga memiliki batas-batas ‘de facto’ budaya dan keturunan (ras). Sebab itu pula,

suatu bangsa dengan bangsa lain menurut kajian Malinowski ini, tidak hanya

dapat dibedakan dari batas-batas teritorial, tetapi juga dari karakteristik budaya

seperti organisasi sosial, bahasa, agama, sistem kepercayaan, ekonomi, hukum

dan pola kerjasama dengan bangsa lain. Seperti kelompok etnik, menurut

Malinowski, maka bangsa merupakan suatu satuan keturunan atau ras yang padu

(homogen).26

Cara pandang Malinowski ini dalam konteks kehidupan kebangsaan

sekarang perlu dikritik. Ini merupakan penggambaran etnografi lama yang melihat

sebuah kebudayaan sebagai satu kesatuan yang utuh termasuk batasan-batasan

wilayah ekologis. Tetapi cara pandang yang menunjukkan homogenitas

sukubangsa dan kebudayaan ini sekarang tidak hilang begitu saja jika seseorang

sebagai bagian dari satu sukubangsa yang menjadi identitas budayanya, maka jika

dia berfikir dan bertindak di dalam masyarakat yang sesungguhnya tidak homogen

secara kesukubangsaan maka akan menunjukkan sifat-sifat homogen di dalam

masyarakat yang kompleks. Sifat-sifat homogen ini menjadi cara fikir dan

bertindak yang akan mengabaikan individu dan kelompok sukubangsa lainnya.

Sebagaimana dinyatakan oleh Effendi sifat homogen biasanya

tergambarkan dalam pola kehidupan di masyarakat desa melalui penandaan aspek

kekerabatan, kesukuan dan asal usul nenek moyang yang membentuk jalinan

sosial yang erat dari generasi ke generasi. Sifat homogen ini dipersatukan dalam

suatu entitas sosial setingkat desa yang sangat lokal sifatnya, seperti desa di Aceh

disebut gampong, desa di Batak disebut huta, desa di Minangkabau disebut

nagari, desa di Palembang (daerah Lahat) disebut marga, desa di Bali disebu

banjar, di Minahasa disebut puak, atau juga kawanua, di suku daya Panyadu,

Kalimantan Barat, desa disebut bandong, dan lain sebagainya. Sifat homogen

masyarakat desa terutama dikuatkan dengan modal sosial berbasis genealogis.

26

Usman Pelly. 1998.’Masalah Batas-batas Bangsa,’ dalam Jurnal Antropologi Indonesia.

No.54,XII. Hal. 24-37.

Page 40: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

40

Biasanya pada level suku dan kekerabatan, identitas sosial mudah dikenali dari

perwujudan perilaku dan nilai budaya yang dianut.27

Perspektif atau cara pandang seperti ini akan berdampak luas tetapi dengan

pandangan yang sempit, jika dimiliki oleh pengambil kebijakan di tengah-tengah

masyarakat yang beragam. Dengan otonomi daerah kota dan kabupaten setelah

reformasi di Sumatera Barat muncul konsep ‘kembali ke nagari.’ Konsep ini

seperti mengabaikan keragaman sukubangsa dan budaya yang terdapat di

Sumatera Barat. Barangkali ini berangkat dari otonomi daerah yang kemudian

ingin menonjolkan kebudayaan Minangkabau dengan perspektif lokalitas ‘nagari’

sebagai kampung orang Minang dalam perspektif homogenitas kebudayaan

Minangkabau yang kuat.

Akibatnya cara pandang monoetnik atau homogen ini akan mengabaikan

keragaman yang terdapat di dalam masyarakat. Perkembangan setiap daerah

sampai ke pedesaan sekarang ini semakin terbuka dengan masuknya beragam

orang dari berbagai sukubangsa di Indonesia karena mobilitas yang disebabkan

pekerjaan, atau meningkatkan pendidikan sehingga harus berpindah dan menetap

di daerah kota atau desa yang bukan kota atau desa asal individu yang

bersangkutan. Maka, semakin lama kehidupan sosial budaya di tengah-tengah

masyarakat semakin lama semakin kompleks dengan keragaman sukubangsa dan

kebudayaan yang tinggi. Di dalam masyarakat yang kompleks seperti ini cara

pandang monoetnik atau homogen ini hanya akan menciptakan masyarakat

majemuk (plural society), seperti yang dinyatakan Furnivall yaitu masyarakat

yang terdiri dari “dua atau lebih elemen atau tatasan sosial yang hidup

berdampingan, namun tanpa membaur, dalam satu unit politik.”28

Selanjutnya

akan tambah berbahaya jika dilekatkan agama ke dalam sukubangsa, karena

27

Nusyirwan Effendi. 2013. ‘Kearifan Lokal Menuju Penguatan Karakter Sosial: Suatu Tantangan

dari Kemajemukan Budaya di Sumatera Barat (Isu dalam Ilmu-ilmu Sosial),’ makalah yang

disampaikan pada Workshop Internalisasi Nilai Budaya pada Komunitas Remaja oleh Direktorat

Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya Ditjen Kebudayaan Kemendikbud RI berkejasama

dengan Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Padang di The Hill Hotel, Bukittinggi, 15-17

Desember 2013, yang disampaikan kembali pada Senimar dan Rapat Tahunan BKS-PTN Ilmu

Sosial Wilayah Barat 20-22 November 2014 yang diselenggarakan oleh Unimed di Medan. 28

Robert W. Hefner.2007. ‘Pendahuluan: Multikulturalisme dan Kewarganegaraan di Malaysia,

Singapura, dan Indonesia,’ dalam Robert W. Hefner, Politik Multikulturalisme.

Yogyakarta:Impuls-Kanisius. Hal.16.

Page 41: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

41

“sejarah berkali-kali menunjukkan bahwa asosiasi-asosiasi warga negara bisa

diorganisir dengan cara yang konsisten dengan kotak-kotak etnoreligius yang

sudah ada dalam masyarakat. Sejarah juga menunjukkan bahwa daripada

bertindak sebagai modal sosial bagi demokrasi, kadang-kadang kotak-kotak itu

bisa memunculkan persaingan-persaingan sosial yang merugikan, memperlemah,

dan bukannya memperkuat prospek-prospek kepantasan warga negara.” 29

Demikian dinyatakan oleh Robert W. Hefner yang menyebut cara pandang

homogen yang ditambahkan aspek agama dengan kotak-kotak religius yang justru

merugikan terhadap demokratisasi dalam keragaman penduduk.

29

Ibid. Hal.25.

Page 42: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

42

Hand Out

Bahan Kajian : Masyarakat dan Sukubangsa: Polietnik dan

Heterogen, Nation State

sks : 3 (tiga)

Prodi : Pendidikan Sosiologi-Antropologi

Fakultas : Ilmu Sosial

Minggu ke- : 8

Learning Outcomes (Capaian Pembelajaran)

Materi

1. Pengertian polietnik dan masyarakat heterogen dan nation state

2. Polietnik, Masyarakat heterogen dan nation state

Polietnik, Masyarakat Heterogen dan Nation State

Masyarakat Indonesia sebagaimana dinyatakan sebelumnya terdiri dari

enam ratus enam puluh dua sukubangsa yang berbeda, yang tersebar dari Sabang

sampai ke Merauke, atau dari wilayah Barat ke wilayah Timur Indonesia, dengan

bentang wilayah yang sangat luas, merupakan negara kepulauan terbesar di dunia,

dengan total luas wilayah darat dan laut, seluas 5.180.053 km2. Wilayah yang

sangat luas dengan sukubangsa dan kebudayaan yang sangat kompleks dengan

keragamannya.

Sebagaimana diberikan di kuliah sebelumnya, cara pandang monoetnik

yang dapat merugikan dan memperlemah dalam konteks kehidupan bernegara,

maka apakah dengan cara pandang polietnik dan heterogen dalam kehidupan

berbangsa dan bernegara akankah lebih baik? Jawabannya diberikan dalam

penjelasan berikut ini.

Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan antar suku bangsa: polietnik,

masyarakat heterogen dan nation state

Page 43: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

43

Masyarakat heterogen atau budaya heterogen adalah secara relatif berbeda

antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Heterogenitas ini bisa dilihat

apabila sudah mulai masuk ke dalam masyarakat yang lebih luas dan adanya

keragaman penduduk di dalamnya. Keragaman yang terdapat di dalam masyarakat

bisa dilihat secara horizontal (diferensiasi) maupun vertikal (stratifikasi). Menurut

Effendi karakter heterogen ini bisa dilihat di dalam sebuah daerah kabupaten,

seperti dinyatakannya, “bergerak ke tingkat yang lebih luas, setaraf wilayah

kabupaten atau kota, maka karakter masyarakat tak terelakkan akan bersifat

heterogen. Komposisi masyarakat yang bervariasi pada level ini, seperti

perbedaan asal usul, perbedaan strata ekonomi dan pendidikan, penguasaan

property dan sebagainya, telah menyumbang gagasan tentang kompleksitas

karakter sosial. Sifat masyarakat yang heterogen ini memberikan ruang bagi

terciptanya perbedaan kepentingan, orientasi nilai dan gaya hidup yang semakin

diverjen (terbelah) dan berpotensi ekstrim. Tantangan yang terbesar di dalam

masyarakat heterogen ini adalah, pada satu sisi, konflik sosial, dan, di sisi lain,

tuntutan terhadap terwujudnya integrasi sosial (conflict an confirmity). Perbedaan

sukubangsa, ras dan agama adalah isu yang acapkali diketengahkan dalam

berbagai diskusi tentang asal penyebab terjadinya konflik.” 30

Selain masyarakat di wilayah kabupaten, ...masyarakat kota juga tepat

disebut sebagai masyarakat heterogen, sepanjang meskipun mereka berasal dari

latar belakang SARA (sukubangsa, agama, ras, atau pun aliran/golongan-

golongan) yang berbeda, tetapi mereka tidak mengelompok berdasarkan SARA

tersebut. Heterogen lawan dari kondisi yang disebut homogen. Disebut homogen

kalau anggota masyarakat berasal dari SARA yang secara relatif sama. Disebut

heterogen kalau berasal dari SARA yang saling berbeda, namun –sekali lagi–

mereka tidak mengelompok (tersegmentasi) berdasarkan SARA tersebut.31

Dalam masyarakat yang heterogen atau polietnis yang terjadi adalah

bentuk masyarakat majemuk dimana tidak adanya satu kebudayaan yang dominan

atau adanya satu kebudayaan dominan. Hasil penelitian Bruner di Bandung dan

30

Nusyirwan Effendi. 2013.Ibid. 31

Budiono Kusumohamidjoyo. 2004. Kebhinekaan Masyarakat di Indonesia, Suatu Problematik

Filsafat Kebudayaan. Jakarta: PT Grasindo. Hal 45.

Page 44: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

44

Medan menunjukkan kegunaan hipotesis kebudayaan dominan yang dibuatnya

sebagai model analisis. Dalam hipotesis kebudayaan yang dominan tercakup tiga

unsur yang masing-masing berdiri sendiri, tetapi satu sama lain saling

berhubungan, dan menentukan corak kesukubangsaan atau produk dari hubungan

antar sukubangsa yang terjadi. Unsur-unsur tersebut adalah:

1. Demografi sosial yang mencakup rasio populasi dan corak

heterogenitas serta tingkat pencampuran hubungan di antara suku-suku

bangsa yang ada dalam sebuah konteks latar tertentu;

2. Kemanatapan atau dominasi kebudayaan sukubangsa setempat, bila

ada, dan cara-cara yang biasanya dilakukan oleh anggota-anggota

kelompok-kelompok sukubangsa pendatang dalam hubungan suku-

sukubangsa setempat dan penggunaan kebudayaan masing-masing

serta pengartikulasiannya;

3. Keberadaan dari kekuatan sosial dan pendistribusiannya di antara

berbagai kelompok sukubangsa yang hidup dalam konteks latar

tersebut.

Dengan menggunakan model ini Bruner memperbandingkan Bandung dan

Medan. Orang Sunda di Bandung adalah mayoritas dan dominan, yaitu mereka

menetapkan patokan-patokan bagi kelakuan yang layak yang harus ditunjukkan di

tempat-tempat umum; dan, hampir semua pranata perkotaan Bandung

dikendalikan oleh orang Sunda dan beroperasi menurut pola-pola kebudayaan

Sunda. Mereka menduduki posisi-posisi kunci dalam struktur kekuatan kota – dari

jabatan gubernur, wali kota, rektor-rektor universitas setempat, sampai dengan

jabatan-jabatan kepala-kepala kantor wilayah. Sebaliknya, di Medan tidak ada

satu sukubangsa pun yang dominan seperti yang terdapat di Bandung. Orang Jawa

yang merupakan mayoritas di Medan bukanlah kelompok dominan, karena

mereka ini golongan kelas sosial rendah yang tidak mempunyai kekuatan sosial,

ekonomi, dan politik. Karena itu, kebudayaannya tidak merupakan model

kebudayaan dominan bagi kelompok-kelompok sukubangsa lainnya. Masing-

masing sukubangsa mempertahankan kebudayaan dan kesukubangsaannya, hidup

mengelompok di antara sesama sukubangsanya. Kesukubangsaan dan agama

Page 45: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

45

sukubangsa menjadi acuan utama dalam penggolongan di antara warga penduduk

Medan.

Bila para migran di bandung mengambil posisi masing-masing dalam

sistem perkotaan yang mengacu kepada kebudayaan dominan, maka para migran

di Medan mengelompok bersama dengan warga sukubangsanya dan memperkuat

posisi kelompok sukubangsanya dalam hubungan antar sukubangsa dan dalam

bersaing untuk posisi-posisi yang ada dalam struktur kekuasaan kota Medan. Bila

kehidupan sosial di bandung ditandai oleh adanya keteraturan karena para migran

yang bukan Sunda mengadaptasi diri dengan kebudayaan Sunda dan cenderung

menjadi seperti Sunda, sementara itu, di Medan, masing-masing kelompok

sukubangsa menciptakan keteraturan sosial dalam lingkungan kehidupan

sukubangsanya. Tawar menawar kekuatan dalam bentuk konflik atau kerja sama

di antara kelompok-kelompok sukubangsa dalam memenangkan persaingan

menyebabkan corak kesukubangsaan di Medan berbeda dengan yang terdapat di

Bandung.32

Nation State

Nation state atau negara bangsa adalah merupakan bentuk ‘penemuan

baru’ setelah Perang Dunia II, yang muncul dari gerakan kemerdekaan kelompok-

kelompok etnik. ‘Kebetulan’ kelompok-kelompok etnik ini disatukan dalam satu

kesatuan administrasi kolonial (tanpa kemauan mereka), sebelum mereka

memperoleh kemerdekaan. – Nasionalisme Indonesia pada tingkat-tingkat

pertama, merujuk kepada nasionalisme sempit bersifat lokal, kedaerahan dan

kesukuan seperti serikat Ambon, Roekoen Minahasa, Pasoendan, Soematra, Jawa

dan lain-lain. – Pada waktu mereka memproklamirkan kemerdekaan atau ‘diberi’

status kemerdekaan oleh bekas penjajah mereka, maka batas-batas bangsa yang

dinyatakan merdeka itu adalah bekas wilayah kesatuan administratif kolonial tadi.

Oleh karena itu, batas-batas objektif bangsa itu adalah batas-batas historis satuan

wilayah kolonial.

32

Parsudi Suparlan.1999. ‘Kemajemukan, Hipotesis Kebudayaan Dominan dan Kesukubangsaan,’

dalam Jurnal Antropologi Indonesia. Thn.XXIII. No.58. hal.13-20.

Page 46: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

46

Nasionalisme Indonesia, seperti juga negara-negara Asia Tenggara lainnya

mempunyai basis historis pada kolonialisme seperti dinyatakan Kartodirdjo.

Memang, pendirian berbagai ‘nation-state’ pasca Perang Dunia II banyak yang

bersifat arbiter, rekayasa ekstern dan imajiner (Anderson 1991). Banyak

kelompok-kelompok etnik yang memisahkan diri sebelum atau sesudah nation-

state itu diproklamirkan, mungkin karena tidak meras tepat atau betah untuk turut

dalam nation-state itu.33

Dalam beberapa kasus negara-bangsa seperti Indonesia, perasaan

kebangsaan (nationalism) sebagai ‘state of mind’ (Koln), telah lahir jauh sebelum

negaranya (state) diproklamirkan. Ada dua momen politik, pertama ‘Manifesto

Politik’ oleh Perhimpunan Indonesia (PI) yang dicetuskan di Belanda dan Sumpah

Pemuda 1928, yang mengembangkan ‘a sense of belongingness semua kelompok

etnik terhadap kepentingan bangsa yang dilahirkan. Maka berbahaya apabila

perasaan etnosentrisme sukubangsa atau primordialisme menjadi ukuran.

Kebhinekaan entitas etnik baik dari segi agama, bahasa dan budaya merupak aset

yang berharga untuk meningkatkan kreatifitas dan dinamika. Kebhinekaan tidak

akan mengancam kesatuan bangsa, sepanjang mereka mendapat ‘tempat’ dan

perlakuan dengan aturan main yang tidak diskriminatif.34

33

Usman Pelly. Ibid. 34

Ibid.

Page 47: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

47

Hand Out

Bahan Kajian : Hubungan Antar Sukubangsa: Mayoritas-Minoritas,

Dominan Minoritas

sks : 3 (tiga)

Prodi : Pendidikan Sosiologi-Antropologi

Fakultas : Ilmu Sosial

Minggu ke- : 10

Learning Outcomes (Capaian Pembelajaran)

Materi

MAYORITAS-MINORITAS & DOMINAN-MINORITAS DALAM

HUBUNGAN ANTAR SUKUBANGSA

1. Pengertian mayoritas-minoritas dan dominan -minoritas

2. Hubungan antar sukubangsa pada masyarakat mayoritas-minoritas,

dan kebudayaan dominan

Mayoritas, Minoritas dan Dominan

Mayoritas, dominan dan minoritas merupakan konsep-konsep yang umum

digunakan dalam ilmu-ilmu sosial untuk menunjukkan ciri-ciri sesuatu golongan

sosial yang dapat diacu untuk menunjukkan jatidiri seseorang atau sesuatu

kelompok dalam hubungannya dengan jatidiri seseorang lainnya atau sesuatu

kelompok lainnya. Mayoritas mengacu pada pengertian sesuatu golongan sosial

dengan jumlah populasi yang besar dibandingkan dengan minoritas atau sesuatu

golongan sosial lainnya yang kecil jumlah populasinya. Jadi, pengertian mayoritas

dan minoritas mengacu pada ciri utamanya yang menunjukkan jumlah populasi

yang tercakup dalam masing-masing golongan sosial tersebut dan dalam

Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan antar suku bangsa: mayoritas-

minoritas, dominan-minoritas

Page 48: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

48

perbandingan antara satu dengan lainnya. Dengan kata lain konsep mayoritas

selalu digunakan dalam kaitan perbandingannya dengan konsep minoritas.

Konsep mayoritas dan minoritas juga selalu digunakan sebagai acuan untuk

mengidentifikasi sesuatu kelompok dalam perbandingannya dengan kelompok

lainnya, berdasarkan pada jumlah populasi yang menjadi ciri utamanya.

Dominan adalah sebuah konsep yang menunjukkan adanya ciri utama dari

sesuatu golongan yang mempunyai kekuatan yang berlebih atau besar

dibandingkan dengan atau tidak terkalahkan oleh ciri utama dari sesuatu golongan

lainnya yang biasanya dinamakan sebagai golongan minoritas. Konsep dominan

selalu ditandai oleh ciri utamanya yaitu kekuatan berlebih atau besar dari atau

tidak terkalahkan oleh yang lainnya. Sebagai golongan, konsep dominan diacu

untuk mengidentifikasi corak jatidiri seseorang atau sesuatu kelompok dalam

kaitan hubungannya dengan corak jatidiri dari seseorang atau kelompok lainnya,

dalam perspektif hubungan kekuatan.

Golongan minoritas, sebagai sebuah golongan sosial yang lemah kekuatan

sosialnya, mencakup ciri-cirinya yang khusus yang berbeda dan ciri-ciri golongan

sosial lainnya yang lemah muatan kekuatan sosialnya. Louis Wirth telah

mendefenisikan ciri-ciri golongan minoritas sebagai sebuah kelompok, sebagai

berikut. Sebagai sebuah kelompok yang diasingkan dari kehidupan dalam

masyarakat luas dan diperlukan secara berbeda dan direndahkan derajatnya karena

ciri-ciri fisik tubuhnya atau ciri-ciri budayanya, dan mereka merasakannya

sebagai sasaran-sasaran diskriminasi kolektif dari masyarakat luas tersebut. Yang

tergolong minoritas bukan hanya orang asing tetapi juga kelompok sosial dari

masyarakat setempat, yang karena tergolong minoritas maka dianggap dan

diperlakukan sebagai orang luar. Keberadaan golongan minoritas selalu dalam

kaitan hubungannya dengan keberadaan dari kelompok dominan yang menikmati

status sosial yang lebih tinggi dan berbagai kewistimewaan yang lebih besar.

Secara objektif mereka yang terrgolong sebagai minoritas mempunyai

posisi yang tidak menguntungkan dalam masyarakat. Berbeda dengan mereka

yang tergolong sebagai kelompok yang dominan, mereka yang minoritas tidak

diberi kesempatan-kesempatan ekonomi, sosial dan politik. Anggota-anggota

kelompok minoritas digolongkan sebagai berderajat rendah, sasaran penghinaan,

Page 49: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

49

kebencian, olok-olok, dan kekerasan. Secara sosial mereka itu terisolasi, dan

secara spasial nereka itu dipisahkan dalam ruang-ruang kehidupan mereka sendiri.

Posisi subordinasi mereka tercermin dalam akses yang terbatas dalam hal

kesempatan memperoleh pendidikasn sekolah dan pembatasan-pembatasan dalam

jenjang pekerjaan dan profesi.

Menurut Blumer individu-individu yang tegolong sebagai mayoritas

(golongan dominan) mengembangkan perasaan-perasaan penuh prasangka

terhadap mereka yang tergolong minoritas. Prangka-prasangka ini muncul dan

berkembang bersamaan dengan adanya individu-individu yang berasal dari

kelompok-kelompok dan posisi-posisi sosial yang berbeda dan saling berinteraksi

satu dengan lainnya. Prasangka-prsangka tersebut dapat bererubah bila sitem

hubungan-hubungan antar kekuatan sosial yang mengatur ketentuan-ketentuan

interaksi-interaksi tersebut berubah. Perasaan-perasaan penuh prasangka tersebut

mencakup: (1) Perasaan bahwa diri mereka superior, (2) Perasaan bahwa

kelompok subordinasi pada daarnya adalah orang asing, (3) Perasaan bahwa

adalah wajar apabila diri mereka itu mempunyai hak atas berbagai fasilitas dan

keistimewaan sosial, dan (4) Kekhawatiran bahwa kelompok subordinasi ingin

mengambil alih fasilitas-fasilitas dan keistimewaan-keistimewaan sosial yang

mereka punyai sebagai kelompok dominan.

Dalam melihat hubungan antara dominan – minoritas ada dua unsur yang

penting yang patut diperhatikan, yaitu (1) Struktur kekuatan yang mendefenisikan

hubungan antara individu-individu dari berbagai sukubangsa dalam sebuah

lingkungan sosial tertentu, dan (2) Adanya struktur mental dari individu-individu

anggota berbagai sukubangsa dalam lingkungan sosial tertentu yang

menterjemahkan dan memberikan tanggapan terhadap sistem hubungan kekuatan

yang terdefenisikan dan sebagaimana mereka itu mengaktifkan dan menggunakan

kategori-kategori sukubangsa yang ada yang mereka gunakan sebagai sistem-

sistem acuan kesukubangsaan mereka.

Dominan Minoritas

Dalam pembahasan mengenai hubungan diminan minoritas, konsep

mayoritas menjadi tidak relevan, jumlah populasi besar atau mayoritas bisa

Page 50: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

50

dominan atau bisa juga menjadi minoritas dalam hubungannya dengan kelompok

lainnya dalam masyarakat setempat. Begitu juga kelompok minoritas bisa saha

tergolong dominan atau minoritas, tergantung pada posisinya dalam struktur

masyarakat setempat. Kelompok yang dominan dalam sebuah masyarakat

biasanya adalah kelompok minoritas, atau kelompok yang jumlah populasinya

kecil dibandingkan dengan jumlah populasi dari kelompok atau kelompok-

kelompok lainnya dalam masyarakat setempat. Orang Belanda pada zaman

penjajahan Hindia Belanda misalnya, adalah kelompok minoritas tetapi dominan

dalam masyarakat jajahan Hindia Belanda.

Sumber: Parsudi Suparlan. 2005. ‘Mayoritas, Dominan, dan Minoritas.’ Dalam

Sukubangsa dan Hubungan Antar-Sukubangsa. Jakarta:YPKIK

Page 51: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

51

Hand Out

Bahan Kajian : Hubungan Antar Sukubangsa: Kemajemukan

Kebudayaan, Kebudayaan Heterogen

sks : 3 (tiga)

Prodi : Pendidikan Sosiologi-Antropologi

Fakultas : Ilmu Sosial

Minggu ke- : 11

Learning Outcomes (Capaian Pembelajaran)

Materi

MASYARAKAT MAJEMUK DAN KEBUDAYAAN HETEROGEN

1. Pengertian masyarakat majemuk dan kebudayaan heterogen

2. Hubungan antar sukubangsa dalam masyarakat majemuk

3. Masyarakat majemuk Indonesia

A. Pengertian masyarakat majemuk dan kebudayaan heterogen

Istilah masyarakat majemuk atau plural society pertama kali dikemukakan

oleh Furnivall untuk menggambarkan masyarakat Indonesia pada mas Hindia

Belanda. Menurut J.S. Furnivall, masyarakat majemuk merupakan masyarakat

yang terdiri atas dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa adanya

pembauran satu sama lain di dalam satu kesatuan politik (Nasikun, 1993:29).

Masyarakat Indonesia pada era itu dikuasa oleh tiga ras, orang Eropa yang

berkulit putih berjumlah sedikit akan tetapi memiliki kekuasaan yang paling tinggi

dibandingkan ras lainnya, Orang Timur asing seperti Arab, India Dan Cina,

menempatai urutan kedua dan terakhir adalah pribumi yang berada pada tingkatan

Mahasiswa mampu menjelaskan masyarakat majemuk dan kebudayaan

heterogen

Page 52: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

52

yang paling bawah. Orang pribumi memiliki jumlah yang paling besar, namun

dijajah oleh orang Eropah.

Suatu masyarakat, adalah bersifat majemuk sejauh masyarakat tersebut

secara struktural memiliki sub-sub kebudayaan yang bersifat diverse. Masyarakat

ini ditandai dengan kurang berkembangnya sistem nilai atau konsensus yang

disepakati oleh seluruh anggota masyarakat, dengan demikian sering terjadi

konflik dan masyarakat kurang terintegrasi dan saling ketergantungan diantara

kesatuan sosial yang menjadi bagiannya.

Pierre van de Berghe, mengemukakan beberapa karakteristik masyarakat

majemuk sebagai berikut (Nasikun, 1993: 33)

1. Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang mempunyai

kebudayaan, tepatnya subkebudayaan yang berbeda satu dengan lainnya.

2. Memiliki struktur sosial yang terbagi ke dalam lembaga-lembaga yang

bersifat non-komplementer.

3. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggota masyarakat

mengenai nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.

4. Secara relatif, sering terjadi konflik antarkelompok.

5. Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan (coercion) dan

ketergantungan ekonomi.

6. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok-

kelompok lain.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat Indonesia majemuk

yaitu, (1) keadaan geografis Indonesia, faktor letak bangsa Indonesia antara dua

samudera dan dua benua. Letak yang strategis yang menyebabkan muncul

keberagaman budaya dan agama. (2) faktor sejarah perkembangan bangsa

Indonesia yang beragam, begitu juga adanya akulturasi dalam kebudayaan yang

berbeda. (3). adaptasi masyarakat yang berbeda terhadap lingkungan alam dan

sosial yang berbeda.

Page 53: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

53

Nasikun, menyatakan bahwa masyarakat majemuk merupakan suatu

masyarakat yang menganut sistem nilai yang berbeda di antara berbagai kesatuan

sosial yang menjadi anggotanya. Para anggota masyarakat tersebut kurang

memiliki loyalitas terhadap masyarakat sebagai suatu keseluruhan, kurang

memiliki homogenitas kebudayaan, atau bahkan kurang memiliki dasar untuk

mengembangkan sikap saling memahami.

Senada dengan itu, Clifford Geertz, berpendapat bahwa masyarakat

majemuk adalah masyarakat yang terbagi atas subsistem-subsistem yang lebih

kurang berdiri sendiri dan dipersatukan oleh ikatan-ikatan primordial.

Jenis-Jenis Masyarakat Majemuk

Menurut konfigurasi dari komunitas etnisnya, masyarakat majemuk dapat

dibedakan menjadi empat katagori sebagai berikut.

1. Masyarakat majemuk dengan kompetisi seimbang, yaitu masyarakat

majemuk yang terdiri atas sejumlah komunitas atau kelompok etnis yang

memiliki kekuatan kompetitif seimbang.

2. Masyarakat majemuk dengan mayoritas dominan, yaitu masyarakat

majemuk yang terdiri atas sejumlah komunitas atau kelompok etnis yang

kekuatan kompetitip tidak seimbang.

3. Masyarakat majemuk dengan minoritas dominan, yaitu masyarakat yang

antara komunitas atau kelompok etnisnya terdapat kelompok minoritas,

tetapi mempunyai kekuatan kompetitip di atas yang lain, sehingga

mendominasi politik dan ekonomi.

Masyarakat majemuk dengan fragmentasi, yaitu masyarakat yang terdiri atas

sejumlah besar komunitas atau kelompok etnis, dan tidak ada satu kelompok pun

yang mempunyai posisi politik atau ekonomi yang dominan.

Page 54: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

54

Kebudayaan Heterogen

Kebudayaan heterogen dimaksudkan kebudayaan yang beragam, berbeda-

berbeda. Perbedaan kebudayaan dapat dilihat dari pranata kebudayaan yang

berbeda. Perbedaan kebudayaan dilihat baik secara materi, perilaku dan yang

utama adalah kebudayaa ideal atau sistem nilai budaya. Kebudayaan ideal yang

abstrak, menjadi acuan dalam berperilaku oleh masyarakat pendukung

kebudayaan. Orang Minang yang beragama Islam, mewujudkan perilaku yang

sesuai dengan ajaran Islam dan diterima oleh masyarakat Minang. Dalam

masyarakat yang berbeda sukubangsa, berbeda budaya, agama dan bahasa,

perbedaan budaya akan terlihat atas perbedaan benda material, perbedaan

perilaku, perbedan upacara, dan dilandaskan atas perbedaan sistem pengetahuan

dan nilai budaya yang berbeda.

Dalam suatu sukubangsa yang secara kasat mata dapat dilihat homogen

pada kenyataanya pun sebenaranya terdapat ciri heterogenitas dalam

kebudayaannya masing-masing. Orang Minangkabau memiliki ciri budaya yang

berbeda diantara sesama orang Minangkabau berdasarkan lokalitas masing-

masing. Budaya orang Minangkabau yang berasal dari Pariaman berbeda dengan

orang Minang di daerah Payakumbuh. Contohnya dalam upacara perkawinan.

Orang Pariaman, penganten laki-laki dijemput oleg keluarga pihak penganten

perempuan dengan pemberian uang atau barang sebagai penghargaan terhadap

keluarga pihak penganten laki-laki. Berbeda dengan orang Minangkabau di

Payakumbuh, ketika upacara perkawinan, pihak penganten laki-laki harus

menyiapkan sasuduik, berupa pemberian dari pihak keluarga pihak laki-laki

kepada penganten perempuan dengan mencukupi kebutuhan calom penganten

perempuan terutama adalah mengisi seluruh perabot kamar penganten perempuan.

Begitu juga perbedaan dalam kebudayaan Jawa. kebudayaan Jawa di daerah

Pesisiran berbeda dengan kebudayaan di daerah kraton, Yogyakarta dan Solo.

B. Masyarakat Majemuk Indonesia

Indonesia sebagai suatu bangsa memiliki beragam sukubangsa yang

menempati wilayah Indonesia. Sukubangsa yang ada di Indonesia menurt Zulyani

Page 55: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

55

Hidayah dalam bukunya Ensiklopedi Sukubangsa, berjumlah 662 sukubangsa,

yang dibedakan atas dasar perbedaan bahasa. Sukubangsa-sukubangsa telah

menempati wilayah Indonesia secara turun temurun sebelum kemerdekaan bangsa

Indonesia. Masing-masing sukubangsa mengembangkan corak kebudayaan

mereka sendiri sesuai dengan potensi sumber daya dalam lingkungan hidup

masing-masing.

Perbedaan kebudayaan antara satu sukubangsa dengan sukubangsa lainnya

bukan hanya terwujud secara horizontal, tetapi juga dapat dilihat secara vertikal.

Perbedaan secara horizontal yaitu perbedaan sukubangsa, agama dan ras.

Sedangkan perbedaan vertikal yaitu perbedaan kekuatan politik dan ekonomi.

Sukubangsa-sukubangsa di Indonesia dalam masyarakat dalam kenyataan

tidak lah setara atau horizontal. Sukubangsa tertentu memiliki kekuasaan untuk

mendominasi kebudayaan lainnya. Kebudayaan dominan menyebabkan

kebudayaan yang tidak dominan harus melakukan penyesuaian-penyesuaian untuk

tetapi dapat eksis dalam kehidupan masyarakat. seperti kajian Bruner, sukubangsa

Batak yang tinggal di Bandung, di bandung kebudayaan Sunda adalah Dominan di

dalam masyarakat, dengan demikian orang Batak menyesuaikan diri dengan

kebudayaan Sunda yang dominan. Atribut dan simbol-simbol Batak mereka tidak

akan banyak diwujudkandalam ruang-ruang publik di Bandung. Begitu juga di

Minangkabau, kebudayaan Jawa yang datang ke daerah Pasaman terutama di

daerah transmigrasi, melakukan adaptasi-adaptasi tertentu dalam kebudayaannya

sehingga mereka dapat tetap eksis. Eksistensi diri sebagai suatu kelompok

sukubangsa menjadi bagian penting dari identitas sukubangsa. Tari rongeng di

daerah Pasaman, dimainkan oleh laki-laki dan berbeda di daerah asalnya di Jawa,

tari ronggeng yang dimainkan oleh perempuan.

Hubungan antar sukubangsa yang dominan dan tidak dominan dapat

memunculkan konflik, terutama terjadinya penguasaan sumber daya dan

kepentingan ekonomi. Solidaritas kesukubangsaan bisa diaktifkan oleh warganya

untuk bersatu untuk menjatuhkan kelompok sukubangsa lainnya. Kondisi ini

dapat memunculkan konflik. Kondisi ini akan dipertajam oleh adanya ketidak

adilan hukum dan pemerataan ekomomi.

Page 56: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

56

Hand Out

Bahan Kajian : Hubungan Antar Sukubangsa: Batas-batas

Sukubangsa, Prasangka, Kompetisi, Manipulasi

Simbol-simbol

sks : 3 (tiga)

Prodi : Pendidikan Sosiologi-Antropologi

Fakultas : Ilmu Sosial

Minggu ke- : 12

Learning Outcomes (Capaian Pembelajaran)

Materi

BATAS-BATAS SUKUBANGSA, PRASANGKA, KOMPETISI DAN

MANIPULASI SIMBOL-SIMBOL

1. Pengertian dari batas-batas sukubangsa.

2. Pengertian simbol dan manipulasi simbol

3. Batas-batas sukubangsa, prasangka, kompetisi dan manipulasi

simbol

A. Pengertian dari batas-batas sukubangsa.

Suatu masyarakat terdiri dari berbagai macam golongan, yang

dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri yang menyolok, yang bertujuan untuk

membedakan suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Seperti penggolongan

berdasarkan usia masyarakat dapat membedakan berdasarkan ciri-ciri yang

tampak, misalnya anak-anak dilihat dari usia, sikap dan tingkah laku dan

Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan antar suku bangsa: batas-batas

sukubangsa, prasangka, kompetisi, & manipulasi simbol-simbol

Page 57: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

57

kepribadian. Penggolongan lainnya misalnya penggolongan berdasarkan agama,

jenis kelamin, dan juga sukubangsa.

Kategori sukubangsa dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri seperti ciri-ciri

fisik, kepribadian, bahasa, dan kebudayaannya. Sukubangsa merupakan golongan

sosial yang bersifat askriptif, yaitu keanggotaan yang didapat oleh seseorang

bersamaan dengan kelahirannya, yang mengacu kepada asal orang tua yang

melahirkan atau daerah asal tempat kelahirannya. Misalnya seorang Ibu berasal

dari Agam, suatu daerah di Sumatera Barat dan merupakan sukubangsa

Minangkabau, maka anak-anak dari perkawinannya merupakan orang

Minangkabau.

Ciri-ciri yang melekat pada seseorang sebagai anggota suatu kelompok

sukubangsa mendapatkan pengakuan atau diakui oleh anggota kelompok

sukubangsanya. Dengan demikian golongan sukubangsanya menjadi jatidiri dari

anggota masyarakat tersebut sebagai bahagian dari kelompok sukubangsanya.

Menurut Parsudi Suparlan (2005: 23) unsur-unsur kebudayaan sukubangsa yang

sering dijadikan acuan jati diri suatu sukubangsa yaitu:

(1) Kebudayaan material

(2) Bahasa

(3) Mimik muka dan gerakan tubuh

(4) Nilai budaya

Dalam suatu masyarakat yang berbeda sukubangsa, saling berinteraksi,

dan mengenal beragam ciri-ciri atribut sukubangsa sebagai pembeda antar satu

kelompok sukubangsa yang satu dengan yang lainnya. Dalam masyarakat muncul

stereotipe tentang sukubangsa lainnya yang diketahui karena proses interaksi antar

kelompok sukubangsa. Dalam Interaksi antar sukubangsa juga muncul salaing

pengaruh mempengaruhi, secara timbal balik baik tradisi-tradisi atau kebudayaan

yang dimilliki oleh masing-masing kemajemukan anggota yang berinteraksi.

Meskipun dalam kemajemukan, masing-masing sukubangsa masih mempunyai

bata-batas etnisnya. Frederict Barth (1969:10) menunjukkan bahwa batas-batas

etnis tetap ada walaupun terjadi proses saling penetrasi kebudayaan diantara dua

kelompok etnis yang berbeda. Perbedaan etnis secara kategori juga tidak

tergantung pada ada atau tidak ada kontak fisik diantara kelompok-kelompok etnis

Page 58: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

58

atau tergantung pada diterima atau tidak diterimanya interaksi etnis antar

kelompok etnis.

Batas-batas etnis yang terwujud diantara kelompok-kelompok etnis

cenderung untuk tetap dipertahankan melalui ciri-ciri kebudayaan yang nampak.

Lebih lanjut Barth mengatakan bahwa kelompok etnis harusnya dilihat etnis

sebagai sebuah organisasi sosial karena dengan demikian maka ciri-ciri yang

penting dari suatu kelompok akan nampak yaitu: karakteristik dari diri sendiri dan

pengakuan dari orang lain.

Dengen demikian batas-batas sukubangsa, diartikan pada karakteristik dari

suatu kelompok sukubangsa yang menjadi jati diri atau identitas suatu sukubangsa

yang tampak dan juga mendapat pengakuan dari orang lain.

B. Pengertian simbol, prasangka dan kompetisi

Simbol menurut Clifford Geertz dipakai untuk menunjukkan objek,

tindakan, peristiwa, atau relasi yang berlaku sebagai sebuah wahana untuk sebuah

kosep-konsep. Simbol adalah seperangkat rumusan-rumusan yang kelihatan dari

pandangan, abstraksi dari pengalaman yang ditetapkan dalam bentuk yang dapat

diindrai, perwujudan konkret dari gagasan, sikap-sikap, putusan-putusan atau

keyakinan-keyakinan (1992: 6). Simbol dapat berupa sikap, perilaku, benda-

benda, tanda, bahasa, upacara-upacara, ritual dan sebagainya yang tampak dan

bisa diamati.

Suatu kelompok sukubangsa dapat diketahui dari ciri-ciri kelompok

sukubangsa yang menjadi simbol dan identitas sukubangsa. Misalnya orang

Minangkabau memiliki simbol bahasa yang membedakan dengan sukubangsa

lainnya. Orang Minangkabau memiliki simbol berupa warna misalnya jika ada

kematian maka bendera hitam didirikan di dekat rumah yang kemalangan,

sehingga warga masyarakat mengetahui bahwa ada kematian. Orang Minangkabu

memiliki simbol pakaian ketika upacara perkawinan, dan masih banyak lagi yang

menjadi simbol. Simbol menurut Geetz hendaklah dipahami makna yang ada

dibalik simbol tersebut. Makna simbol dipahami menurut pemahaman masyarakat

yang menjadi pemilik kebudayaan (emik).

Page 59: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

59

Prasangka atau prejudice, berarti penilaian atau pendapat yang diberikan

oleh seseorang tanpa melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Prasangka dapat

berupa suatu sikap negatif terhadap kelompok lainnya (Baron dan Graziano,

1991). Prasangka dapat dipengaruhi oleh pola interaksi antar kelompok yang

berbeda. Pada level kognitif, membuat perbandingan antara ingroup dan

outgroup, dapat meningkatkan prasangka. Prasangka tidak hanya di level kognitif

akan tetapi terwujud dalam sikap dan tingkah laku ketika berinteraksi.

Kompetisi atau persaingan dalam diartikan sebagai suatu proses sosial

dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing mencari keuntungan

melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat

perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertajam

prasangkan yang telah ada tanpa menggunakan kekerasan atau ancaman.

Persaingan dapat bersifat pribadi dan bersifat tidak pribadi (antar kelompok).

Persaingan juga dapat disebabkan, persaingan ekonomi, persaingan budaya,

persaingan kedudukan dan peranan (Soemarjan, 1986).

C. Batas-batas sukubangsa, prasangka, kompetisi dan manipulasi simbol

dalam hubungan antar sukubangsa

Interaksi antar sukubangsa memiliki banyak variasi di dalam masyarakat.

Relasi antar sukubangsa dapat menciptakan hubungan yang harmonis, persaingan

dan bahkan juga konflik. Kelompok yang berbeda sukubangsanya memberikan

makna terhadap sukubangsa lainnya melalui simbol-simbol yang diakui sebagai

milik dari suatu kelompok sukubangsa tertentu. Simbol-simbol tertentu menjadi

pembeda terhadap sukubangsa lainnya. Batas-batas sukubangsa yang tampak

melalui simbol, dipahami dalam interaksi yang merupakan prasangka yang belum

tentu jelas kebenarannya. Namun menjadi acuan ketika berinteraksi dengan

sukubangsa lainnya. Misalnya masyarakat Minangkabau memiliki pengetahuan

bahwa orang Jawa memiliki kepribadian yang nrimo dan suku bekerj keras, maka

ketika berinteraksi dengan orang Jawa, seorang Minangkabau akan menggunakan

pengetahuan tersebut dalam berinteraksi dengan orang Jawa, dan bahkan

pengetahuan ini (menjadi prasangka) dijadikan acuan dalam kompetisi dengan

orang Jawa.

Page 60: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

60

Dalam interaksi sukubangsa, persaingan atau kompetisi terhadap sesuatu

yang diperebutkan dan pada umumnya adalah sumber-sumber daya ekonomi.

Kompetisi terkadang terjadi secara tidak seimbang. Misalnya antara kebudayaan

yang dominan dengan kebudayaan yang tidak dominan. Persaingan seperti ini

tentu sulit dimenangkan oleh kebudayaan yang tidak dominan. Persaingan yang

terbuka dan menurut jalur yang masih dapat diterima oleh masyarakat, akan terus

berlaku di dalam masyarakat. biasanya persaingan yang adil dan tidak

menundukkan kelompok lain. Akan tetapi persaingan yang sudah melewati batas-

batas toleransi akan berkembang menjadi konflik.

Dalam konflik, dua kelompok yang bertikai mengembangkan simbol-

simbol baru yang diaktifkan untuk menjatuhkan pihak lawan. Simbol-simbol

dimanipasi melalaui penciptaan stereotipe-stereotipe dan disebarkan kepada

kelompok pendukung yang jelas untuk tujuan memenangkan persaingan ataupun

konflik.

Konflik antar sukubangsa Melayu dan Madura di Sambas, Kalimantan

Barat, orang Melayu selalu mengalah dalam menghadapi orang Madura. Orang

Melayu memiliki pengetahuan untuk selalu menghindari konflik dengan

sukubangsa lain, mereka (orang Melayu) ingin hidup harmonis dan damai. Namun

orang Madura yang menjadi pesaing mengembangkan isu yang kemudian menjadi

stereotipe yang dikenakan kepada orang Melayu, yaitu orang Melayu penakut dan

besar mulut tetapi keropos seperti kerupuk, Sebaliknya orang Melayu

mengembangkan isu tentang orang Madura sebagai preman, bahkan orang

Madura yang haji juga disebut preman, dan oleh sebab itu perlu diberantas

(Suparlan, 2005:54). Isu-isu yang dikembangkan merupakan upaya dalam

memanipulasi simbol dan bertujuan untuk memenangkan persaingan.

Page 61: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

61

Hand Out

Bahan Kajian : Hubungan Antar Sukubangsa: Simbol-simbol

Keagamaan dan Keyakinan Agama

sks : 3 (tiga)

Program Studi : Pendidikan Sosiologi-Antropologi

Fakultas : Ilmu Sosial

Minggu ke : 13

Learning Outcomes (Capaian Pembelajaran)

Materi:

SIMBOL-SIMBOL KEAGAMAAN & KEYAKINAN AGAMA

A. Pengertian agama sebagai budaya

Agama merupakan keyakinan yang dimiliki oleh penganutnya, yang

berisikan ajaran-ajaran, yang menjadi pedoman dalam bertingkah laku, yang

memberikan arahan mengenai kehidupan manusia, baik kehidupan di dunia dan

kehidupan setelah mati. Agama bagi penganutnya diyakini kebenarannya sebagai

suatu yang hakiki dan tidak terbantahkan walaupun agama tidak bisa dikaitkan

dengan rasionalitas manusia.

Banyak ahli telah menjelaskan apa yang dimaksud dengan agama.

Durkheim menyatakan agama (religion) ...is a unfied system of beliefs and

practices relative to sacred things, that is to say, things set apart and forbidden –

beliefs ang practices which unite into one single moral community called a

church, all those to adhare to them (agama adalah kesatuan kepercayaan dan

Mahasiswa mampu menjelaskan hubungan antar sukubangsa: simbol-

simbol keagamaan, & keyakinan agama

Page 62: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

62

praktek-praktek yang berkaitan dengan yang sakral, yaitu hal-hal yang disisihkan

dan terlarang – kepercayaan dan praktek-praktek yang menyatukan seluruh orang

yang menganut dan meyakini hal-hal tersebut ke dalam satu komunitas moral

yang disebut gereja).35 Defenisi ini boleh dikatakan dilihat hanya dari sisi satu

kelompok penganut agama tertentu saja. Namun defenisi ini telah memberikan

beberapa poin penting dari sebuah agama berupa praktek atau aktivitas sakral atau

dianggap suci yang tentu saja dengan keyakinan tertentu serta dilakukan di dalam

kelompok.

Geertz menyatakan agama adalah..(1) a system of symbols which acts to

(2) establish powerful, pervasive, and long-lasting moods and motivations in men

by (3) formulating conceptions of a general order of existence and (4) clothing

this conceptions wiuth such an aura of factuality that (5) the moods and

motivations seen uniquely realistic36 [(1) sebuah sistem simbol-simbol yang (2)

menetapkan suasana hati dan motivasi-motivasi yang kuat, yang meresapi, dan

yang tahan lama dalam diri manusia dengan (3) merumuskan konsep-konsep

mengenai suatu tatanan umum eksistensi dan (4) membungkus konsep-konsep ini

dengan semacam pencaharian faktualitas, sehingga (5) suasana hati dan motivasi-

motivasi itu tampak khas realistis]. Defenisi ini menjelaskan agama dari perlakuan

manusia melalui seperangkat simbol yang merupakan ekspresi dari motivasi dan

suasana hati

Dari beberapa pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa agama

merupakan seperangkat aturan yang dijalankan untuk mengatur kehidupan

manusia sebagai individu dan anggota masyarakat, yang menjadi petunjuk

mengenai kehidupan manusia dan penjelasan akan sesuatu yang dianggap sakral.

Oleh karena adanya petunjuk yang sakral maka juga terdapat pantangan dan

larangan yang diberikan kepada manusia. Di dalam banyak masyarakat agama

memberikan argumentasi religius mengenai asal usul manusia, bagaimana dan

untuk apa hidup di dunia, masa depan yang akan dihadapi dan kemana manusia

setelah kematiannya. Penjelasan-penjelasan inilah yang berupa aturan atau

petunjuk dan sekaligus sebagai larangan yang tidak bisa dibantah.

35

Durkhiem, The Elementary Forms of the Religious Life. 2011.Hal.80. 36

Geertz, The Interpretation of Culture. 1973. Hal.90.

Page 63: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

63

Untuk mendapatkan pengertian yang lebih baik mengenai agama,

penjelasan dari ciri-cirinya seperti yang pernah diberikan oleh Durkheim yang

kemudian juga dipakai oleh Koentjaraningrat dikutip di sini sebagai berikut.

Dalam penjelasan ini agama terdiri dari empat komponen, sebagai berikut.

1. Emosi keagamaan yang menyebabkan manusia itu bersikap religieus;

2. Sistem keyakinan yang mengandung segala keyakinan serta bayangan

manusia tentang sifat-sifat Tuhan, tentang wujud dari alam gaib

(supernatural); serta segala nilai, norma serta ajaran dari religi yang

bersangkutan.

3. Sistem ritus dan upacara yang merupakan usaha manusia untuk

mencari hubungan dengan Tuhan, dewa-dewa, atau makhluk-makhluk

halus yang mendiami alam gaib;

4. Umat atau kesatuan sosial yang menganut sistem keyakinan tersebut

dalam sub 2, dan yang melaksanakan sistem ritus dan upacara tersebut

di dalam sub 3.37

Penjelasan ciri-ciri agama tersebut di dalam tulisan ini masih perlu

ditambahkan satu lagi ciri dari agama yaitu; setiap agama pada umumnya

mengajarkan kebenaran yang suci, karena dengan kebenaran yang suci ini

melahirkan keyakinan yang kuat dari kesatuan sosial/ ummat/ masyarakat/

jamaah/ jemaat/ pengikut dari suatu agama tersebut. Dengan keyakinan inilah

suatu agama bisa bertahan karena diyakini kebenaran yang diajarkan di dalam

agama tersebut kepada pengikutnya. Keyakinan kepada kebenaran yang diajarkan

inilah yang kemudian menjadi dogma yang kuat dan bertahan lama atau pervasif

seperti dinyatakan oleh Geertz.

Umumnya antropolog menyatakan bahwa agama (religion) merupakan

sebuah pranata seperti banyak pranata lainnya di dalam sebuah kebudayaan atau

suatu masyarakat. Bagaimana hal ini dapat dijelaskan, berikut ini penjelasannya.

Agama sebagai pranata tidaklah sama dengan agama sebagai sebuah

keyakinan yang menjadi milik anggota masyarakat. Pranata merupakan suatu

aturan yang digunakan untuk mengatur manusia dalam rangka pemenuhan

37

Koentjaraningrat. 1987. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Hal. 145.

Page 64: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

64

kebutuhan khusus tertentu. Kebutuhan manusia dibagi menjadi tiga oleh

Malinowski, yaitu kebutuhan biologis, psikologis dan adap-integratif. Agama atau

religi sebagai pranata adalah dalam rangka untuk pemenuhan kebutuhan

psikologis, terhadap ketenangan jiwa dan untuk menjelaskan segala sesuatu

dengan keyakinan, yang tidak dapat dijelaskan secara rasional atau oleh akal

manusia.38 Agama yang dipelajari di dalam antropologi adalah fenomena religius

yang ada di tengah-tengah masyarakat. Fenomena religius yang mana? Jawaban

pertanyaan ini mengacu kepada semua fenomena atau aktivitas religius yang

terdapat di dalam masyarakat, apakah yang berasal di dari fenomena agama

tradisional yang dilakukan untuk kepentingan tertentu seperti santet, voodoo,

penyembahan kepada arwah leluhur, agama tradisional seperti arat sabulungan di

Mentawai ataupun fenomena religius yang dilakukan oleh ummat Islam, Katolik

maupun Hindu yang khas di daerah tertentu.

Agama sebagai pranata adalah agama yang diyakini, diajarkan, dijalankan

atau dipraktekkan di tengah-tengah masyarakat. Ini berbeda dengan agama di

dalam teks sucinya atau alkitab seperti Al Qur’an, Injil, Taurat, Zabur atau kitab

Weda, Tripitaka yang sudah dituliskan di dalam agama-agama tradisi besar di

dunia. Teks-teks suci ini diyakini oleh penganut agama tersebut sebagai sebuah

kebenaran yang tidak bisa dibantah, yang berasal dari Tuhan. Kitab-kitab ini

bukanlah produk kebudayaan, bukan pranata. Agama menjadi pranta adalah

agama yang diyakini, dijalankan atau dipraktekkan itu yang bisa berbeda antara

satu masyarakat dengan masyarakat lainnya walaupun masing-masing sama

menganut agama yang sama. Artinya orang Betawi di Jawa bisa mempraktekkan

atau menjalankan agama Islam secara berbeda dengan orang Minangkabau yang

juga Islam. Bahkan, di daerah tertentu di Sumatera Barat saja, praktek agama

Islam bisa berbeda-beda.

B. Agama dan simbol

Kebudayaan dan agama menurut perspektif simbolik adalah berkenaan

dengan pengkajian antropologi mengenai sistem-sistem kognitif dan simbolik.

38

Dalam hal ini, teori keterbatasan akal manusia dari Frazer menjadi relevan untuk menjelaskan

agama sebagai pranata.

Page 65: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

65

Dalam hal ini Clifford Geertz adalah tokoh yang menyatakan “agama merupakan

bagian dari suatu sistem kebudayaan yang lebih meresap dan menyebar luas, dan

bersamaan dengan itu kedudukannya berada dalam suatu hubungan dengan dan

untuk menciptakan serta mengembangkan keteraturan tersebut.”39 Geertz yang

menyatakan agama sebagai suatu sistem simbol... dan seterusnya,40 juga

menyatakan agama sebagai pedoman bagi ketepatan dari kebudayaan, suatu

pedoman yang beroperasi melalui sistem-sistem simbol pada tingkat emosional,

kognitif, subjektif dan individual.41 Menurut Geertz kebudayaan adalah pola dari

pengertian-pengertian atau makna yang terjalin secara menyeluruh dalam simbol-

simbol yang ditransmisikan secara historis suatu sistem mengenai konsepsi-

konsepsi yang diwariskan dalam bentuk-bentuk simbolik yang dengan cara

tersebut manusia berkomunikasi, melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan

dan sikap mereka terhadap kehidupan.42

“Simbol-simbol adalah garis penghubung antara pemikiran manusia

dengan kenyataan yang ada di luar, yang dengan mana pemikiran harus selalu

berhubungan atau berhadapan dan yang dalam hal ini pemikiran manusia dapat

dilihat sebagai (menurut Geertz) ‘suatu sistem lalu lintas dalam bentuk simbol-

simbol yang signifikan.’ Dengan demikian simbol-simbol itu pada hakekatnya ada

dua, yaitu; (1) yang berasal dari kenyataan luar yang terwujud sebagai kenyataan-

kenyataan sosial dan ekonomi; dan (2) yang berasal dari dalam dan yang terwujud

melalui konsepsi-konsepsi dan struktur-struktur sosial. Dalam hal ini simbol-

simbol menjadi dasar dari perwujudan model dari dan model bagi dari sistem-

sistem konsepsi dalam suatu cara yang sama dengan bagaimana agama

mencerminkan dan mewujudkan bentuk-bentuk suatu sistem sosial.”43

Simbol-simbol di dalam agama dan kebudayaan selalu menunjukkan

kebaikan dan keburukan/ kejahatan. Di dalam kebudayaan simbol-simbol

digunakan di dalam proses interaksi di dalam kehidupan sehari-hari di tengah-

tengah masyarakat. Simbol-simbol di dalam agama menunjukkan kesucian atau

39

Suparlan, 1982. 40

Sebagaimana telah dikutip pada bagian sebelumnya. 41

Suparlan, 1982. 42

Geertz, ibid. Hal.89. 43

Suparlan, 1982.

Page 66: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

66

kesakralan dan kejahatan/ keburukan/ sesuatu yang biasa-biasa saja, atau disebut

juga yang sakral (sacré) dan yang profan.

Teori strukturalisme dari Lévi-Strauss yang memandang segala sesuatu

secara binnary opposition sangat relevan di dalam melihat simbol-simbol di dalam

kebudayaan dan keagamaan. Baik-buruk, benar-salah, sorga-neraka adalah dua

perspektif yang selalu terhubung antara satu dengan lainnya, dengan perilaku di

dunia dan konsekuensi yang diterima di akhirat. Oleh karena itu simbol-simbol

yang digunakan di dalam kebudayaan dan agama juga menunjukkan simbol-

simbol kebaikan-kejahatan, benar-salah, atau suci dan tidak suci. Di dalam agama

Islam warna putih sering dipakai oleh para ulama dalam berpakaian untuk

menunjukkan simbol kebaikan atau mendekati ke kesucian, yang dilawankan

dengan warna hitam sebagai simbol kejahatan. Sorga selalu diletakkan di posisi di

atas, neraka selalu diletakkan pada posisi di bawah.

C. Hubungan antar sukubangsa dalam variasi simbol agama

Masing-masing sukubangsa mempunyai kebudayaan sebagai pedoman

bagi kehidupan warga sukubangsanya. Pranata agama menjadi bagian khusus dari

aktivitas warga sukubangsa. Agama sebagai inti dari kebudayaan. Kuat dan

lemahnya posisi agama dalam kebudayaan tergantung kepada hasil interpretasi

atas agama tersebut oleh warga masyarakat bersangkutan. Ungkapan adat

bersandikan adat, syara bersendikan kitabullah, pada sukubangsa Minangkabau

merupakan contoh hasil interpretasi dan pemahaman orang Minangkabau terhadap

agama. Dengan demikian, ketika agama tradisi besal menjadi agama sukubangsa

atau lokal, maka terdapat variasi mengenai posisi agama yang dipeluk masyarakat

tersebut, fungsinya yaitu sebagai pedoman bagi kehidupan sukubangsa itu.

Kebudayaan Islam Minangkabau akan berbeda dengan kebudayaan Islam orang

Betawi.

Dalam hubungan sukubangsa, simbol-simbol agama terlihat dalam

interaksi antar sukubangsa. Agama juga dijadikan simbol dari identitas

sukubangsa. Orang Islam dengan mesjidnya dan orang Kristen dengan gerejanya.

Begitu juga agama lain seperti Hindu dan Budha. Simbol-simbol juga terlihat dari

cara berpakaian, seperti orang Islam bagi perempuan menggunakan jilbab.

Page 67: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

67

Perayaan-perayaan hari besar agama seperti Natal bagi umat Kristen atau hari

Raya Idul Fitri bagi penganut agama Islam, juga menjadi bagian dari simbol

perilaku masyarakat yang dilakukan oleh penganutnya.

Dalam hubungan antar sukubangsa, pengaktifan emosi keagamaan dapat

menjadi pengikat solidaritas sosial antar sukubangsa yang sama agamanya. Dalam

hubungan sukubangsa yang berada dalam agama yang sama, biasanya sukubangsa

lebih cepat dan mudah diterima dibandingkan dengan kelompok sukubangsa yang

berbeda agamanya. Keefektifan solidaritas antar umat yang seagama diperkuat

oleh adanya tokoh-tokoh dan guru agama yang selalu mengingatkan solidaritas

keagamaan tersebut.

Disamping pengikat solidaritas antar sukubangsa yang seagama, isu-isu

agama juga menjadi unsur penyebab konflik antar umat beragama. Konflik

Ambon, yang meletus pada tahun 1999, dimulai dari konflik pendatang Buton-

Bugis-Makassar yang Islam dengan orang Ambon yang Kristen, yang telah

bergeser menjadi konflik antara orang Ambon yang Islam dengan orang Ambon

yang Kristen yang melibatkan seluruh penduduk pulau Ambon dan pulau-pulau

lainnya. Kerusuhan ini terjadi karena adanya isu agama yang beredar bahwa

mesjid Al Fatah di Kota Ambon telah dibakar oleh orang Kristen. Isu ini telah

membangkitkan kemarahan orang Ambon yang Islam yang merasa jati diri

merekaa sebagai umat Islam telah diinjak-injak oleh orang Kristen.

Keyakinan keagaaman yang dimiliki oleh sukubangsa juga menjadikan

salah satu faktor penting, kerusuhan terjadi. Bagi umat Islam ada konsep jihad

yang dilakukan untuk menhancurkan orang-orang yang berbeda agama. Begitu

juga agama Kristen mereka memiliki sejarah perang Salib, dalam menegakkan

agama mereka. Ketika kerusuhan di Sampit. Orang Dayak melakukan upacara

nayau yang sebenarnya adalah dewa petir atau dewa perang dalam agama Hindu

Kahaningan (agama asli nenek moyang Dayak). Orang dayak mengadukan nasib

mereka kepada dewa mereka yang diundang masuk ke dalam tubuh orang-orang

Dayak tertentu yang mau berperang melawan orang-orang Madura untuk

mengusir dan membersihkan polusi atau kotoran wilayah kehidupan mereka

9Suparlan, 2005: 298). Bagi orang Melayu di Sambas, perang melawan orang

Page 68: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

68

madura merupakan perang suci, yaitu melawan kebathilan dan kejahatan orang

Madura yang selama ini menganggu kehidupan mereka.

Sumber Rujukan:

1. Durkhiem, Emile. 2011. The Elementary Forms of the Religious Life.

Yogyakarta: IRCiSoD.

2. Geertz, Clifford. 1992. Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.

3. ......................... 1973. The Interpretation of Culture. New York: Basic

Book, Inc., Publisher.

4. ......................... 1992. Kebudayaan dan Agama. Yogyakarta: Kanisius.

Page 69: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

69

Hand Out

Bahan Kajian : Masyarakat Majemuk dan Konflik

sks : 3 (tiga)

Program Studi : Pendidikan Sosiologi-Antropologi

Fakultas : Ilmu Sosial

Minggu ke : 14

Learning Outcomes (Capaian Pembelajaran)

Materi :

MASYARAKAT MAJEMUK DAN KONFLIK

A. Pengertian Konflik

Konflik berasal dari bahasa latin configere yang bermakna saling

memukul. Konflik adalah suatu proses sosial antara dua orang atau lebih, salah

satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara membuatnya tidak

berdaya. Konflik dapat terjadi karena ada perbedaan ide , pendapat, paham, dan

kepentingan diantara kedua pihak tersebut. Konflik itu bisa berupa konflik fisik

dan non fisik. Konflik fisik bisa berupa pukulan, tendangan, tamparan, dan

kekerasan fisik lainnya. Sedangkan konflik non fisik bisa berupa perang mulut

(bertengkar), perang dingin (tidak saling menyapa), sindiran dan lain sebagainya.

Sedangkan konflik sosial menurut Fisher konflik bisa terjadi karena

hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok), yang memiliki

atau merasa memiliki tujuan-tujuan yang tidak sejalan. Pada dasarnya konflik

akan selalu ada selama masyarakat masih memiliki kepentingan secara kelompok

atau berhubungan dengan yang lain. Penyebab timbulnya konflik karena adanya

perbedaan kemampuan, tujuan, kepentingan, paham, nilai, norma, dan lainnya.

Menurut Robert M.Z. Lawang konflik adalah perjuangan memperoleh status,

Mahasiswa mampu menjelaskan masyarakat majemuk

dan konflik antar sukubangsa

Page 70: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

70

nilai, kekuasaan, dimana tujuan mereka yang berkonflik tidak hanya keuntungan,

tetapi juga menundukkan saingannya.

B. Masyarakat Majemuk dan Konflik

Masyarakat majemuk menurut Furnivall yaitu sebuah masyarakat yang

terdiri atas kumpulan orang-orang atau kelompok-kelompok yang berbaur tapi

tidak menyatu. Masing-masing kelompok memiliki agama, budaya dan bahasa,

dan cara hidup mereka masing-masing. Sebagai individu mereka saling bertemu,

tetapi hanya di pasar. Masyarakat terdiri atas bagian-bagian yang merupakan

komuniti yang hidup saling berdampingan dalam sebuah satuan politik. Mereka

itu sebuah masyarakat yang disatukan secara paksa, tidak karena secara

sukarela.44

Furnivall mengembangkan konsep masyarakat majemuk ketika meneliti

masyarakat Indonesia pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Orang pribumi

Indonesia dijajah oleh Belanda. Secara jumlah penduduk asli sangat banyak akan

tetapi tidak berkuasa atau berada dibawah pengaruh dari pemerintah jajahan yang

jumlahnya sedikit. Pemerintahan jajahan menguasai Indonesia untuk mendapatkan

sumberdaya yang ada di Indonesia, dan untuk memantapkan ekonomi. Sedangkan

orang pribumi Indonesia sebagai pemilih tanah air tidak memperoleh kewenangan

atas tanahnya. Supaya terus berkuasa, Belanda menggunakan kekuasan yang

otoriter dan kekuatan militer untuk melawan orang pribumi yang hendak melawan

pemerintah Belanda.

Setelah Indonesia merdeka kondisi ini tidak jauh berbeda di era Belanda

tersebut. Masyarakat Indonesia terdiri dari beragam sukubangsa dari Sabang

sampai Merauke, bersama mewujudkan diri sebagai suatu bangsa, yaitu bangsa

Indonesia. Hubungan antar sukubangsa yang terwujud menunjukkan ciri

masyarakat majemuk. Sistem Nasional lebih berkuasa atau dominan

dibandingkan dengan sistem sukubangsa. Pemerintah memaksakan keinginannya

terhadap sukubangsa lain yang ada di Indonesia, bahkan seperti meniadakan

pranata sukubangsa lain. Sebagai contoh, negara mengatur mengenai kebudayan

44

Suparlan, 2005: 183.

Page 71: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

71

nasional Indonesia, Kebudayaan nasional Indonesia adalah puncak-puncak dari

kebudayaan daerah. Hal ini seperti memberikan konsep baru yaitu kebudayaan

daerah, yang jelas tidak berakar pada kebudayaan yang sudah ada. Kebudayaan

daerah adalah sama dengan kebudayaan yang ada dalam wilayah propinsi.

Wilayah propinsi merupakan produk dari sistem nasional yang dibuat untuk

kepentingan administrasi nasional dan bukan produk sistem sukubangsa.

Negara mengatur kehidupan beragama masyarakatnya, memberikan

kebebasan kepada warga negara untuk memilih agama yang menurut mereka

cocok dengan keyakinannya. Akan tetapi agama yang diakui negara hanyalah

agama tradisi besar seperti kristen, Islam, Hindu dan Budha yang jelas merupakan

agama yang datang dari luar bumi Indonesia. Sedangkan agama tradisi lokal,

agama sukubangsa yang sudah ada di wilayah Indonesia jauh sebelum Indonesia

merdeka, dan sudah dipraktekkan oleh sukubangsa-sukubangsa sejak lama tidak

mendapat pengakuan dari negara. Seperti agama Arat Sabulungan orang

Mentawai, agama orang Sunda yaitu sunda wiwitan dan masih banyak lagi yang

diyakini oleh sukubangsa di Indonesia sejak lama.

Negara menguasai seluruh sumber daya alam yang ada di Indonesia untuk

kepantingan masyarakat Indonesia. Hanya saja dalam penguasaan sumber-sumber

ekonomi negara tidak memberikan keadilan terhadap masyarakat yang marginal.

Seperti penguasaan lahan oleh pihak-pihak perusahaan perkebunan. Tanah dan

hutan yang merupakan milik masyarakat secara adat tidak mendapat pengakuan

oleh negara, atau terkadang diakui hanya saja harus diserahkan dengan alasan

untuk kepentingan negara. Pemerintah mendapat keuntungan dari penguasaan

lahan rakyat, bekerja sama dengan perusahaan mengambil hasil hutan dan

mengolahnya. Kehidupan masyarakat yang sangat tergantung kepada alam seperti

dicabut dari akarnya. Seperti orang Mentawai yang sejak nenek moyang mereka

hidup dari hasil hutan, atau orang Sakai dan orang Rimbo yang mengantungkan

hidupnya dari alam, mereka hidup dari hutan, namun hutan mereka yang menjadi

rumah mereka diambil oleh penguasa bahkan dengan cara paksa, dengan

menggunakan kekuatan militer.

Page 72: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

72

Kondisi-kondisi perbedaan kepentingan dan tidak adanya pengakuan oleh

penguasa terhadap kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat sukubangsa

menjadi faktor memunculkan konflik.

Konflik antar sukubangsa karena adanya hubungan antra sukubangsa.

Bentuk dari hubungan antara sukubangsa menjadi penentu terjadinya konflik antar

suku bangsa. Dari kasus-kasus konflik antar sukubangsa di Ambon, Poso,

Kalimantan Tengah dan berbagai tempat lain di Indonesia dapat disimpulkan

bahwa konflik antar sukubangsa muncul dari kompetisi untuk memperebutkan

sumber daya setempat yang dilakukan oleh individu yang merupakan anggota

komuniti sukubangsa setempat dengan sukubangsa pendatang. Konflik antar

individu berkembang menjadi konflik antar sukubangsa karena salah satu pihak

mengaktifkan kesukubangsaan untuk solidaritas kelompoknya guna mengalahkan

pihak lainnya sehingga pihak lainnya tersebut mau tidak mau akan harus

mengimbanginya dengan mengaktifkan kesukubangsaannya juga.45

Orang Madura di Kabupaten Sambas

Konflik antara sukubangsa Madura dan orang Melayu di Kabupaten

Sambas telah berlangsung selama 11 kali sejak tahun 1962 yang berakhir ada

tahun 1999. Orang madura merupakan pendatang di Kalimantan Barat sejak tahun

1929-an. Sebelum perang Dunia II, keberadaan mereka secara sosial dan ekonomi

di Kalimantan Barat tidak mempunyai arti penting. Jumlah orang Madura tidak

banyak (minoritas) dan posisi sosial mereka juga rendah, pada umumnya adalah

buruh kasar. Orang Madura hidup hampir di seluruh wilayah Kabupaten Sambas,

baik di desa dan kota. Orang Madura hidup mengelompok diantara sesama orang

Madura, sama sekali terpisah dari orang dayak dan orang Melayu.

Hubungan orang Madura dengan orang Melayu tidak berlangsung secara

harmonis, begitu juga hubungan orang Madura dengan orang Dayak. Hubungan

diantara kedua sukubangsa ini penuh dengan stereotipe, dan prasangka. Dalam

stereotipenya, orang Melayu melihat orang Madura sebagai sama dengan

golongan hewan, yaitu anjing yang tidak bisa dipercayai, pencuri, pemalak, dan

45

Suparlan, 2005:22.

Page 73: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

73

perampok. Sebaliknya orang Madura melihat orang Melayu sebagi penakut, dan

kebanyakan bicara. Sedangkan orang Dayak melihat orang Madura sebagai hama

dan hewan buruan yang rakus, yaitu babi hutan. Sebaliknya orang Madura melihat

orang Dayak sebagai kafir dan makhluk yang terbelakang. Konflik antar individu

yang menghasilkan kerusuhan antar sukubangsa dan terwujud sebagai kkerasan

berdarah sebenarnya dapat dipahami dengan mengacu kepada stereotipe

sukubangsa yang mereka punyai masing-masing yang digunakan untuk

memperlakukan pihak lawan (Suparlan, 2005: 235).

Hipotesa kebudayaan dominan dari Bruner (Koentjaraningrat, 1990: 6-7)

juga dapat dijadikan kajian untuk membahas masalah konflik antara orang

Madura dengan sukubangsa Melayu dan Dayak di Sambas Kalimantan Tengah.

Kebudayaan Melayu di Pantai Barat Kalimantan, tertama di Kabupaten Sambas

adalah kebudayaan dominan. Orang Melayu di Sambas telah mengembangkan

pranata politik yang berbentuk kerajaan atau kesultanan, sedangkan orang Dayak

yang hidup dipedalaman tidak mengembangkannya. Orang Melayu menjadikan

agama Islam sebagai agama sukubangsanya. Sebaliknya orang Dayak menganut

agama tradisi lokal, dan kemudian mengganti agamanya menjadi beragama islam

atau “masuk Islam”. Orang Dayak dalam perkembangan kebudayaannya

kemudian banyak mengadopsi kebudayaan Melayu atau disebut “masuk Melayu”.

Di Kalimantan berkembang dua kebudayaan dominan dengan penguasaan

wilayah yang berbeda. Orang Melayu di di daerah pantai barat dan orang Dayak

di pedalaman. Kedua sukubangsa menyadari keberadaan dan dominasi

kebudayaan sukubangsa di wilayah mereka masing-masing, dan saling

menghormatinya. Dengan demikian hubungan antara kedua sukubangsa relatif

harmonis. Jika terjadi konflik diantar dua sukubangsa ini maka yang muncul

adalah konflik individu.

Berbeda dengan orang Madura di Sambas, mereka hidup tersebar dan

mengelompok sebagai orang Madura. Orang Madura sangat menonjol dalam

penggunaan atribut kesukubangsaannnya. Orang Madura juga membangun

solidaritas antara sesama orang Madura. Sehingga jika ada permasalahan

diselesaikan secara Madura. Orang Madura memiliki kecenderungan

menyelesaikan masalah dengan cara ancaman dan kekerasan. Tanpa disarai semua

Page 74: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

74

anggota sukubangsa yang ada Melayu, Dayak, orang madura telah menjadi

kebudayaan dominan. Corak hubungan antara orang Madura dengan suku bangsa

lain bercorak kekerasan. Sehingga ketika terjadi konflik antar orang Madura

dengan Orang dayak dilawan dengan kekerasan.

Faktor penyebab lainnya dari konflik di Sambas, yaitu ketimpangan dalam

penguasan sumber-sumber ekonomi. Orang Madura sebagai pendatang dapat

menguasaai sunber saya ekonomi yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh orang

Melayu, dengan demikian secara ekonomi orang Madura menjadi kuat secara

ekonomi. Orang Madura juga memiliki karakter melaksanakan keinginannya

dengan segala cara termasuk dengan kekerasan dan kompromi dengan pejabat dan

hukum. Dengan demikian konflik antara orang Melayu dan Madura juga dipicu

oleh adanya penguasaan ekonomi tersebut.

Meredam Konflik

Menurut Parsudi Suparlan, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk

meredam konflik yaitu menegakkan keadilan hukum dan adanya penegak hukum

yang berlaku adil. Polisi dapat bertugas mengayomi masyarakat dan bertindak adil

dalam menegakkan hukum maka kerusuhan atau konflik dapat dicegah.

Kerusuhan di Madura juga disebbakan karena pihak kepolisan lemah dalam

menegakkan hukum. Polisi tidak berani menahan pencuri yang berasal dari etnis

Madura yang mencuri motor orang Melayu.

Upaya lainnya yaitu dengan memberikan pendidikan kepada generasi

muda bahwa perlu adanya toleransi dan saling menghargai antar sukubangsa yang

berbeda. Stereotipe dan prasangka antara sukubangsa perlu dihapuskan dan

diganti dengan prasangka yang lebih baik.

Sumber rujukan:

Parsudi, Suparlan. Hubungan Antar sukubangsa.

Koentjaraningra, Teori Antropologi Jilid 2

Page 75: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

75

Hand Out

Bahan Kajian : Masyarakat Multikultural

sks : 3 (tiga)

Program Studi : Pendidikan Sosiologi-Antropologi

Fakultas : Ilmu Sosial

Minggu ke : 15

Learning Outcomes (Capaian Pembelajaran)

Materi Pokok:

MASYARAKAT MULTIKULTURAL

A. Pengertian Masyarakat Multikultural

Pada masa ini, suatu masyarakat khususnya di kota-kota besar tidak lagi

terdiri dari satu kebudayaan yang homogen. Anggota masyarakat berinteraksi

dengan beragam kebudayaan sukubangsa. Misalnya masyarakat Indonesia, terdiri

dari lebih kurang 700 sukubangsa dan masing-masing sukubangsa itu memiliki

keunikannya masing-masing. Keberagaman sukubangsa dalam ruang geografis

yang sama dengan demikian tidak lagi menjadi suatu hal yang luar biasa untuk

kondisi kekinian. Kota Padang sebagai wilayah geografis didiami oleh penduduk

dengan latar belakang budaya yang beragam seperti: orang Minangkabau, Batak,

Jawa, Nias, Mentawai, Melayu, India, Tionghoa dan sebagainya, dengan jumlah

yang bervariasi. Selain itu juga memiliki keberagamaan agama, ada yang

menganut agama Islam, Kristen, Budha dan Konghucu. Begitu pula

keberagamanan bahasa, teknologi, ekonomi dan aturan adat-istiadat. Dengan

demikian apakah masyarakat sudah multikultural ? untuk menjawab ini perlu

kajian lebih dalam lagi, masyarakat multikultural tidak cukup jika hanya diartikan

sebagai masyarakat dengan memiliki beragam kebudayaan yang tetap eksis.

Mahasiswa mampu menjelaskan konsep

masyarakat multikultural

Page 76: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

76

Namun multikuturalisme merujuk pada jenis kebijakan yang bertujuan untuk

melindungi keanekaragaman budaya.

Konsep multikulturalisme berkembang pada tahun 1950 di Kanada Istilah

ini diderivasi dari kata multicultural yang dipopulerkan surat kabar-surat kabar di

Kanada, yang menggambarkan masyarakat Montreal sebagai masyarakat

multikultural dan multilingual.

C.W. Watson mendefenisikan multikulturalisme sebagai “sebuah ideologi

yang mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan (Watson, 2000).

Keberagaman dalam hal sukubangsa, agama, bahasa, aturan adat istiadat, ekonomi

dan teknologi, baik perbedaan berada dalam tingkat individu maupun dalam

kelompok dalam masyarakat. Multikulturalisme menurut Parsudi Suparlan (2005:

123) menjadi acuan keyakinan untuk terwujudnya pluralisme budaya, dan

terutama memperjuangkan kesamaan hak dan berbagai kalangan minoritas baik

secara hukum maupun sosial. Dalam perjuangan ini multikulturalisme merupakan

acuan yang paling dapat diterima dalam masyarakat yang demokratis karena yang

diperjuangkan oleh pendukung multikulturalisme adalah sejalan dengan

perjuangan para penganut demokrasi.

Dalam model multikulturalisme ini, menurut Reed (Suparlan, 2005: 280)

sebuah masyarakat dilihat sebagai mempunyai sebuah kebudayaan yang berlaku

umum dalam masyarakat tersebut yang coraknya seperti mosaik. Di dalam mosaik

tercakup semua kebudayaan dari masyarakat-masyarakat yang lebih kecil yang

membentuk terwujudnya masyarakat yang lebih besar, yang mempunyai

kebudayaan seperti sebuah mosaik tersebut.

Kesederajatan dipandang dalam hal ini keberagaman kebudayaan, dan

sukubangsa dari anggota masyarakat, namun masing-masing perbedaan tersebut

tidak memunculkan diskriminasi terhadap yang lain. Setiap Individu dan

masyarakat memiliki kedudukan yang sama, sederajat di dalam masyarakat, baik

secara hukum dan sosial, tidak ada yang menaggap kebudayaan lebih dominan,

lebih maju dari yang lain. Dengan demikian, paham atau ideologi

multikulturalisme menjadi semacam gerakan, yang perlu diperjuangkan terhadap

sikap dan perilaku masyarakat dan hukum yang tidak adil dan bijaksana dalam

melihat perbedaan. Ideologi multikulturalisme juga dipandang sebagai alat yang

Page 77: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

77

ampuh untuk meredam konflik yang terjadi di dalam masyarakat yang

dilandaskan atas perbedaan sukubangsa, agama, bahasa, adat, ekonomi, gender

dan sebagainya.

Dalam bahasan ini, perlu dibedakan antara masyarakat majemuk dengan

masyarakat multikultural.

Masyarakat Majemuk Masyarakat Multikultural

Beragam budaya, etnik, bahasa, adat-

istiadat, agama, ekonomi, teknologi,

gender

Beragam budaya, etnik, bahasa, adat-istiadat,

agama, ekonomi, teknologi, gender

Masyarakat beragam kebudayaan

namun terpisah-pisah, tidak

tergabung dalam kesatuan politik

interaksi antar sukubangsa sangat

kurang

Masyarakat beragam kebudayaan namun dapat

berinteraksi dengan intensif

Kurang adanya toleransi kebudayaan

lain, relasi timpang

Toleransi antar budaya cukup tinggi, relasi

sederajat, menghargai perbedaan, merayakan

perbedaan

Konflik antar budaya berbeda sering

terjadi, disintegrasi bangsa

Konflik dapat diredam karena saling

menghargai perbedaan, integrasi bangsa

Pluralisme budaya (cultural pluralisme) merupakan model yang

berkembang dalam kajian masyarakat majemuk. berkembang pada tahun 1970-an.

Menurut Horace Kallen (dalam Usman Pelly, 2005) salah seorang pelopor konsep

pluralisme kebudayaan, menyatakan bahwa kelompok-kelompok etnis atau ras

yang berbeda harus didorong untuk mengembangkan sistem mereka sendiri dalam

kebersamaan, memperkaya kehidupan masyarakat majemuk mereka (Jurnal

Antropologi Sosial Budaya, Jurnal Etnovisi. Vol 1 No 2 Oktober 2005). Dalam

konsep pluralisme budaya negara atau pemerintah melalui kebijakannya dapat

membuat peraturan atau perundangan yang harus menghargai perbedaan-

perbedaan budaya yang merupakan produk sejarah yang berlaku dalam

masyarakat setempat dan pemerintah harus secara nasional harus menjamin

kesamaan derajat diantara mereka. Pluralisme budaya merupakan ideologi yang

secara langsung atau tidak langsung mendasari munculnya multikulturalisme

Page 78: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

78

B. Bentuk masyarakat multikultural

Bhikhu Parekh seorang Profesor dari filsafat politik membedakan atas

lima model multikulturalisme:

1. Multikulturalisme isolasionis, yaitu masyarakat yang berbagai kelompok

kulturalnya menjalankan hidup secara otonom dan terlibat dalam interaksi

minimal satu sama lain.

2. Multikulturalisme akomodatif, yaitu masyarakat yang memiliki kultur

dominan yang membuat penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu

bagi kebutuhan kultur kaum minoritas. Masyarakat ini merumuskan dan

menerapkan undang-undang, hukum, dan ketentuan-ketentuan yang

sensitif secara kultural, dan memberikan kebebasan kepada kaum

minoritas untuk mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan

mereka. Begitupun sebaliknya, kaum minoritas tidak menantang kultur

dominan. Multikulturalisme ini diterapkan di beberapa negara Eropa.

3. Multikulturalisme otonomis, yaitu masyarakat plural yang kelompok-

kelompok kultural utamanya berusaha mewujudkan kesetaraan (equality)

dengan budaya dominan dan meng-inginkan kehidupan otonom dalam

kerangka politik yang secara kolektif bisa diterima. Perhatian pokok

kultural ini adalah untuk mempertahankan cara hidup mereka, yang

memiliki hak yang sama dengan kelompok dominan; mereka menantang

kelompok dominan dan berusaha menciptakan suatu masyarakat yang

semua kelompoknya bisa eksis sebagai mitra sejajar.

4. Multikulturalisme kritikal/interaktif, yakni masyarakat plural yang

kelompok-kelompok kulturalnya tidak terlalu terfokus (concerned) dengan

kehidupan kultural otonom, tetapi lebih membentuk penciptaan kolektif

yang mencerminkan dan menegaskan perspektif-perspektif khas mereka.

Page 79: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

79

5. Multikultural Kosmopolitan, masyarakat plural yang berusaha menghapus

batas-batas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah masyarakat

tempat setiap individu tidak lagi terikat dengan kepada budaya tertentu,

sebaliknya secara bebas terlibat dalam percobaan interkultural dan dan

sekaligus mengembangkan kehidupan kultural masing-masing.46

Selain multikulturalisme deskriptif, menurut Heywood sebetulnya ada lagi

multikulturalisme normatif, yaitu suatu dukungan positif, bahkan perayaan atas

keragaman komunal, yang secara tipikal didasarkan atas hal dari kelompok-

kelompok yang berbeda untuk dihargai dan diakui , atau atas keuntungan-

keuntungan yang bisa diperoleh atas tatanan masyarakat yang lebih luas

keragaman moral dan kulturalnya.47

Multikulturalisme normatif melibatkan

kebijakan sadar, terarah dan terencana dari pemerintah dan elemen masyarakat

untuk mewujudkan multikulturalisme.

Menurut Parekh (2001), ada tiga komponen multikulturalisme, yakni

kebudayaan, pluralitas kebudayaan, dan cara tertentu untuk merespons pluralitas

itu. Multikulturalisme bukanlah doktrin politik pragmatik, melainkan cara

pandang kehidupan manusia. Karena hampir semua negara di dunia tersusun dari

aneka ragam kebudayaan—artinya perbedaan menjadi asasnya—dan gerakan

manusia dari satu tempat ke tempat lain di muka bumi semakin intensif, maka

multikulturalisme itu harus diterjemahkan ke dalam kebijakan multikultural

sebagai politik pengelolaan perbedaan kebudayaan warga negara.

Setidaknya ada tiga model kebijakan multikultural negara untuk

menghadapi realitas pluralitas kebudayaan. Pertama, model yang mengedepankan

nasionalitas. Nasionalitas adalah sosok baru yang dibangun bersama tanpa

memperhatikan aneka ragam suku bangsa, agama, dan bahasa, dan nasionalitas

bekerja sebagai perekat integrasi. Dalam kebijakan ini setiap orang— bukan

kolektif—berhak untuk dilindungi negara sebagai warga negara. Model ini

dipandang sebagai penghancur akar kebudayaan etnik yang menjadi dasar

pembentukan negara dan menjadikannya sebagai masa lampau saja. Model

46

Azra, 2007. 47

Ibid.

Page 80: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

80

kebijakan multikultural ini dikhawatirkan terjerumus ke dalam kekuasaan

otoritarian karena kekuasaan untuk menentukan unsur-unsur integrasi nasional

berada di tangan suatu kelompok elite tertentu.

Kedua, model nasionalitas-etnik yang berdasarkan kesadaran kolektif etnik

yang kuat yang landasannya adalah hubungan darah dan kekerabatan dengan para

pendiri nasional (founders). Selain itu, kesatuan bahasa juga merupakan ciri

nasional-etnik ini. Model ini dianggap sebagai model tertutup karena orang luar

yang tidak memiliki sangkut paut hubungan darah dengan etnis pendiri nasional

akan tersingkir dan diperlakukan sebagai orang asing.

Ketiga, model multikultural-etnik yang mengakui eksistensi dan hak-hak

warga etnik secara kolektif. Dalam model ini, keanekaragaman menjadi realitas

yang harus diakui dan diakomodasi negara, dan identitas dan asal-usul warga

negara diperhatikan. Isu-isu yang muncul karena penerapan kebijakan ini tidak

hanya keanekaragaman kolektif dan etnik, tetapi juga isu mayoritas-minoritas,

dominan-tidak dominan. Persoalannya menjadi lebih kompleks lagi karena

ternyata mayoritas tidak selalu berarti dominan, karena berbagai kasus

menunjukkan bahwa minoritas justru dominan dalam ekonomi. Jika kekuasaan

negara lemah karena prioritas kekuasaan dilimpahkan ke aneka ragam kolektif

sebagai konsekuensi pengakuan negara, negara mungkin diramaikan konflik-

konflik internal berkepanjangan yang pada gilirannya akan melemahkan negara

itu sendiri.

Sampai saat ini pemerintah dan masyarakat Indonesia belum menentukan

secara normatif model multikulturalisme macam apa yang harus diterapkan di

negeri ini. Selain membutuhkan kajian-kajian antropologis yang lebih mendalam,

tampaknya juga diperlukan kajian filosofis terhadap multikulturalisme itu sendiri

sebagai sebuah ideologi. Berbeda dari yang dipahami orang awam, ternyata

multikulturalisme mengandung asumsi-asumsi problematis yang harus sebaiknya

dikenali, diakui sepenuhnya atau direvisi sesuai realitas khas setiap negeri,

sebelum pemerintah dan masyarakat dapat memutuskan apakah akan memeluk

ideologi multikulturalisme dan selanjutnya menormatifkannya.

Page 81: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

81

C. Menciptakan masyarakat multikultural

Multikultural dipandang sebagai suatu paham atau ideologi yang dapat

mengubah dan memperbaiki kehidupan masyarakat yang terdiri dari beragam

sukubangsa. Multikulturalisme sebagai sebuah ideologi yang harus

dikonstruksikan di dalam masyarakat, diciptakan dan diperjuangkan untuk

keberlanjutan suatu bangsa. Dengan demikian diperlukan upaya-upaya terarah dan

terencana supaya masyarakat multikultural yang dicita-citakan dapat tercapai.

Menurut P. James Spradley dan David W.Mc Curdy (1987,9-10). Terdapat tiga

persyaratan yang harus dipenuhi untuk menciptakan masyarakat multikultural.

Pertama, daripada memberangus keragaman budaya melalui pemaksaan

proses asimilasi ke dalam kebudayaan mainstream, justru akan lebih baik jika

mengakui kenyataan bahwa kebudayaan adalah pluralistik atau beragam dan

berbeda.

Kedua, tidak bersifat etnosentris kepada kebudayaan lain, tidak

menggunakan standar nilai kebudayaan sendiri untuk mengukur kebudayaan lain.

Ketiga, mulai belajar drai perilaku yang egosentri dan etnosentris kepada

homosentris. Menciptakan sikap toleransi, penuh rasa hormat, dan kooperatif.

Dalam lingkup yang lebih luas akan selalu terjadi perebutan keperntingan

antara kebutuhan akan pengakuan keragaman (diversity)dengan kesatuan (unity).

Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang mampu menyeimbangkan

antara kedua kepentingan tersebut. Menurut Bhikhu Parekh dalam bukunya yang

berjudul A Comitment to Cultural Pluralism , masyarakat multikultural perlu

menemukan suatu cara yang praktis dan diterima secara kolektif untuk

merekonsiliasikan antara dua tuntutan: kesatuan dan keragaman.

Menurut Parsudi Suparlan upaya yang dapat dilakukan dalam menciptakan

masyarakat multikultural di Indonesia yaitu, pertama, memantapkan ideologi

bhineka tunggal ika yang multikultural. Kedua, melakukan pembenahan terhadap

nilai budaya dan etos, etika dan pembenahan dalam hukum dan penegakan hukum

yang adil. Upaya dapat dimulai dengan pembuatan pedoman etika yang berlatar

multikultural. Acuan yang disetujui oleh pemerintah dan elit masyarakat, sehingga

tidak hanya menjadi wacana akan tetapi dapat dijalankan ditengah-tengah

masyarakat. Keempat, memajukan pendidikan multikultural dari sekolah dasar

Page 82: Hand Outsosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/HUBUNGAN... · 2017-09-28 · Kelompok sosial dalam masyarakat 3. Diferensiasi sosial dan stratifikasi sosial ... kelompok-kelompok

82

sampai perguruan tinggi. Dengan demikian sikap toleransi dan penghargaan

terhadap perbedaan akan tercipta dan integrasi bangsa dapat tetap dipertahankan.

Sumber Rujukan:

Azra, Azyumardi, 2007. “Identitas dan Krisis Budaya, Membangun

Multikulturalisme

Indonesia”,http://www.kongresbud.budpar.go.id/58%20ayyumardi%20azra.

htm.

Lubis, B. Zulkifli, Dari Masyarakat Plural ke Masyarakat Multikultural: Menuju

Optimalisasi Keanekaragaman Budaya Sebagai Aset Bersama.

http://www.academia.edu/5650747/D

Spradley, P. James & David W. Mc. Curdy. 1987. Conformity and Conflict:

Reading in Cultural Anthropology. 7 edition. Boston: Little, Brown and

Company.

Hefner, Robert W. 2007. Politik Multikulturalisme: Menggugat Realitas

Kebangsaan. Yogyakarta: Impulse-Kanisius.

Parsudi, Suparlan. 2005. Sukubangsa dan Hubungan Antar

sukubangsa.Jakarta:YPKIK