Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
HALAMAN JUDUL
PENATAAN KELAS YANG RAMAH ANAK DI SEKOLAH DASAR
INKLUSI: STUDI DESKRIPTIF
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Regina Elsa Manora
NIM: 151134194
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Dengan hati yang penuh syukur dan pujian skripsi ini peneliti
persembahkan untuk :
1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, atas berkat dan kasihNya yang selalu
melimpah serta Santa Pelindung Regina yang selalu melindungi dalam
keadaaan apapun.
2. Orang tuaku, Almarhum Bapak Agus Pardoyo dan Ibu M.G Siti Purnawanti
yang selalu memberikan doa, kasih sayang, semangat, dan dukungan yang tak
terhingga besar dan waktunya.
3. Sahabat-sahabat terbaikku Ollie, Laode, Yuda, Rintan, Bela, Genni, Larissa,
Bety, Erika, Laras, Apriyanti, Lea, Andre yang setia selalu memberikan
dukungan dan juga motivasi.
4. Teman-temanku satu penelitian Evita, Afrie, Gea, Novi, Tiwi, Zindy, Intan,
Farika yang selalu membantu dan memberi semangat.
5. Keluarga Turah yang telah menemani dan memberi semangat dari semester I.
6. Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
7. Almamaterku tercinta, Universitas Sanata Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
“Jadilah garam dan terang dunia.”
(Matius 5 : 3)
“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”
(Petrus 5 :7)
“Karena sebuah kemajuan pasti akan melalui rasa sakit terlebih dahulu.”
(Hitam Putih)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 8 Juli 2019
Regina Elsa Manora
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Regina Elsa Manora
Nomor Mahasiswa : 151134194
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
“PENATAAN KELAS YANG RAMAH ANAK DI SEKOLAH DASAR
INKLUSI: STUDI DESKRIPTIF”
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 8 Juli 2019
Yang menyatakan
Regina Elsa Manora
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
PENATAAN KELAS YANG RAMAH ANAK DI SEKOLAH DASAR
INKLUSI: STUDI DESKRIPTIF
Regina Elsa Manora
Universitas Sanata Dharma
2019
Penataan kelas yang ramah anak merupakan pengelolaan ruang kelas
tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus
dan anak yang tidak berkebutuhan khusus. Penataan kelas yang baik adalah yang
memperhatikan unsur-unsur yang berkaitan dengan penataan kelas. Tujuan
penelitian ini adalah mendeskripsikan penataan kelas yang ramah anak di empat
sekolah dasar inklusi Wilayah Kabupaten Yogya Kota dan Kabupaten Sleman.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan metode
studi deskriptif. Peneliti mengumpulkan data dengan teknik wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah (1)
pemanfaatan waktu untuk kegiatan pengajaran dan non-pengajaran memanfaatkan
seting kelas penataan kelas yang sudah ada, karena menempatkan anak sesuai
dengan kebutuhan anak, (2) guru mengelompokkan anak-anak dengan
menyamaratakan setiap kelompok dan tidak dibeda-bedakan (jumlah dan
komposisi anggota kelompok) dengan memanfaatkan seting kelas yang ada (3)
unsur fisik kelas yang belum diterapkan dengan baik adalah perpustakaan kelas,
dari keempat sekolah hanya ada satu sekolah yang menyediakan perpustakaan
kelas atau pojok baca.
Kata kunci: penataan kelas, anak berkebutuhan khusus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
CHILD-FRIENDLY CLASSROOM ARRANGEMENT AT INCLUSIVE
ELEMENTARY SCHOOL : DESCRIPTIVE STUDY
Regina Elsa Manora
Universitas Sanata Dharma
2019
Child-friendly classroom arrangement was a classroom that currently
carried out learning activities for children with special needs and children
without special needs. A good class arrangement paid attention to many aspects
related to class arrangement. The purpose of this study was describing the
arrangement of child-friendly classes in the inclusive elementary school in the
Yogya City and Sleman Districts.
This research was qualitative research with descriptive study method. The
researcher collected the data using interview, observation, and documentation
techniques. The results obtained in this study were (1) The management for
learning activities and other activities were using the existing class arrangement
(2Teachers devided the students into groups by noticing the number of group
number and group composition, (3) Classroom physical element which was not
exist was classroom library. There was only one school which had classroom
library.
Keywords: classroom arrangement, children with special needs.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan
rahmat, berkat, dan kasihNya yang melimpah, sehingga skripsi yang berjudul
“Penataan Kelas Yang Ramah Anak Di Sekolah Dasar Inklusi: Studi Deskriptif”
dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru
Sekolah Dasar. Peneliti menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih
kepada semua pihak yang banyak membantu dan memberikan motivasi dalam
penyusunan skripsi ini sampai selesai karena itu, dengan segenap hati peneliti
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M,.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
4. Ibu Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi, selaku dosen pembimbing I
dan Ibu Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A., selaku dosen pembimbing II
yang telah memberikan kritik, saran, arahan, motivasi, waktu, pikiran, tenaga,
dan bantuan kepada peneliti dengan penuh kesabaran dari awal penyusunan
hingga akhir penyusunan skripsi selesai.
5. Kepala Sekolah Dasar Mekar Jaya, Sekolah Dasar Cinta Kasih, Sekolah
Dasar Pagi Cerah, Sekolah Dasar Harapan Mulia yang telah memberikan ijin
kepada peneliti untuk mengadakan penelitian sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi dengan lancar.
6. Guru Sekolah Dasar Mekar Jaya, Sekolah Dasar Cinta Kasih, Sekolah Dasar
Pagi Cerah, Sekolah Dasar Harapan Mulia yang membantu dan bersedia
menjadi narasumber dalam penelitian ini.
7. Kedua orang tuaku, Almarhum Bapak Agus Pardoyo dan Ibu M.G Siti
Purnawanti yang selalu memberiku semangat, perhatian dan kasih sayang
dalam setiap doanya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
8. Evita, Afrie, Gea, Novi, Tiwi, Zindy, Intan, Farika yang bersama-sama
berjuang dan saling menguatkan
9. Ollie, Laode, Yuda, Rintan, Bela, Genni, Larissa, Bety, Erika, Laras,
Apriyanti, Andre, Lea, sahabat yang selalu membantu dan memberikan
semangat.
Peneliti berharap semoga skripsi ini berguna bagi pembaca sekaligus
menjadi sumber belajar bagi peneliti lain yang memiliki tujuan
memperkembangkan pendidikan inklusi.
Yogyakarta, 8 Juli 2019
Peneliti
Regina Elsa Manora
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
ERSETUJUAN PEMBIMBING ............................ Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN ................................ Error! Bookmark not defined.
PERSEMBAHAN .................................................................................................. iii
MOTTO ................................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................... vii
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ......... vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................. x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xv
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I ....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 5
E. Asumsi Penelitian 6
F. Definisi Operasional 6
BAB II ...................................................................................................................... 8
LANDASAN TEORI ............................................................................................... 8
A. Kajian Teori 8
1. Anak Berkebutuhan Khusus .......................................................................... 8
2. Pendidikan Inklusi ....................................................................................... 11
3. Sekolah Inklusi ............................................................................................ 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
4. Aspek-Aspek Sekolah Inklusi ..................................................................... 14
5. Penataan Kelas yang Ramah Anak ............................................................. 18
B. Penelitian yang Relevan 22
Bagan 2.1 Literature map .................................................................................. 24
C. Kerangka Berpikir 24
BAB III .................................................................................................................. 27
METODE PENELITIAN ....................................................................................... 27
A. Jenis Penelitian 27
B. Setting Penelitian 27
1. Tempat Penelitian........................................................................................ 27
2. Waktu Penelitian ......................................................................................... 27
3. Subjek Penelitian ......................................................................................... 28
4. Objek Penelitian .......................................................................................... 28
C. Desain Penelitian 28
D. Teknik Pengumpulan Data 30
1. Observasi ..................................................................................................... 30
2. Wawancara .................................................................................................. 31
3. Dokumentasi ............................................................................................... 32
E. Instrumen Penelitian 32
Tabel 3.1 kisi-kisi wawancara ........................................................................... 33
Tabel 3.2 pedoman observasi ............................................................................ 34
Tabel 3.3 daftar dokumen .................................................................................. 34
F. Kredibilitas dan Transferabilitas 34
G. Teknik Analisis Data 36
BAB IV .................................................................................................................. 38
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................................... 38
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian 38
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Wawancara SD “Mekar Jaya” .......................... 38
Tabel 4.5 Jadwal Pelaksanaan Observasi .......................................................... 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
B. Hasil Penelitian 39
1. Wawancara .................................................................................................. 39
2. Observasi ..................................................................................................... 47
Tabel 4.3 Daftar Dokumen ................................................................................ 48
C. Pembahasan 49
1. Pemanfaatan Waktu Untuk Kegiatan Pengajaran dan Non-pengajaran ...... 49
2. Rutinitas Ruang Kelas Untuk Kegiatan Akademis Maupun Non-akademis50
3. Pengelolaan Ruang Kelas ............................................................................ 52
BAB V .................................................................................................................... 55
PENUTUP .............................................................................................................. 55
A. Kesimpulan 55
B. Keterbatasan penelitian 56
C. Saran 56
Daftar Pustaka ........................................................................................................ 57
LAMPIRAN ........................................................................................................... 59
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ...................................................................... 60
Lampiran 2. Surat pernyataan telah selesai melakukan penelitian .................... 61
Lampiran 3. Reduksi Hasil Wawancara ............................................................ 62
Lampiran 4. Hasil Reduksi Observasi ............................................................... 84
Lampiran 5. Hasil Reduksi Dokumentasi .......................................................... 86
Lampiran 6. Display Data Wawancara, Observasi, dan Dokumentasi ............. 87
BIODATA PENELITI ........................................................................................... 90
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 kisi-kisi wawancara ........................................................................... 33
Tabel 3.2 pedoman observasi ............................................................................ 34
Tabel 3.3 daftar dokumen .................................................................................. 34
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Wawancara ....................................................... 38
Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Wawancara ....................................................... 38
Tabel 4.3 Jadwal Pelaksanaan Wawancara ....................................................... 38
Tabel 4.4 Jadwal Pelaksanaan Wawancara ....................................................... 38
Tabel 4.5 Jadwal Pelaksanaan Observasi .......................................................... 39
Tabel 4.3 Daftar Dokumen ................................................................................ 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Literature map .................................................................................. 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ...................................................................... 60
Lampiran 2. Surat pernyataan telah selesai melakukan penelitian .................... 61
Lampiran 3. Reduksi Hasil Wawancara ............................................................ 62
Lampiran 4. Hasil Reduksi Observasi ............................................................... 84
Lampiran 5. Hasil Reduksi Dokumentasi .......................................................... 86
Lampiran 6. Display Data Wawancara, Observasi, dan Dokumentasi ............. 87
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan inklusif merupakan suatu strategi untuk mempromosikan
pendidikan universal yang efektif karena dapat menciptakan sekolah yang
responsif terhadap beragam kebutuhan aktual dari anak dan masyarakat. Dengan
demikian pendidikan inklusif menjamin akses dan kualitas. Salah satu tujuan
pendidikan inklusif adalah mendidik anak yang berkebutuhan khusus akibat
kebutuhannya di kelas regular bersama dengan anak-anak lain yang tidak
berkebutuhan khusus, dengan dukungan yang sesuai dengan kebutuhannya, di
sekolah yang dekat dengan lokasi rumahnya (Ilahi, 2016: 23).
Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang
memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan
potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau
pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan
peserta didik pada umumnya. Pada pendidikan dasar, kehadiran pendidikan
inklusi perlu mendapat perhatian lebih. Pendidikan inklusi sebagai layanan
pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus (ABK) belajar
bersama anak yang tidak berkebutuhan khusus usia sebayanya di kelas. Menerima
anak berkebutuhan khusus di Sekolah Dasar terdekat merupakan keinginan semua
orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus (Ilahi, 2016: 25)
Pentingnya pendidikan inklusif memberikan kesempatan untuk
mendapatkan layanan pendidikan berkualitas yang sama kepada semua individu
yang memiliki keberagaman tanpa melihat latar belakang. Penyelenggaraan
pendidikan inklusi membutuhkan berbagai dukungan dari semua pihak, baik
internal maupun eksternal sekolah. Kesuksesan pendidikan inklusif ini akan
membantu menuntaskan pendidikan dasar dan memberikan kesempatan kepada
semua anak tanpa terkecuali untuk mendapatkan pendidikan yang layak (Anafiah
& Andini: 2018).
Illahi (2016:26) menjelaskan bahwa konsep pendidikan inklusi merupakan
konsep pendidikan yang mempresentasikan keseluruhan aspek yang berkaitan
dengan keterbukaan dalam menerima anak berkebutuhan khusus untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
memperoleh hak dasar mereka sebagai warga negara. Sering kali dijumpai kasus-
kasus ABK yang sulit bersosialisasi dengan teman sebayanya, mereka cenderung
menyendiri, menjadi seorang pendiam, sensitif dan minder. Melalui pendidikan
inklusi ini anak berkebutuhan khusus dapat memperoleh fasilitas pendidikan yang
sama dengan anak-anak pada umumnya. Jika sebuah sekolah sudah ditunjuk oleh
pemerintah untuk melaksanakan pendidikan inklusi maka sekolah tersebut harus
mau untuk menerima peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus.
Penyelenggaraan pendidikan inklusi berarti membaurkan ABK dengan anak pada
umumnya dan diharapkan supaya pembauran tersebut dapat berdampak positif
bagi seluruh anak, misalnya perasaan saling menghargai membantu antara ABK
dan yang bukan.
Atmaja (2018:1-2) menjelaskan anak berkebutuhan khusus (ABK)
merupakan anak yang memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan anak-anak pada
umumnya, mereka mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan
pekembangannya. anak berkebutuhan khusus merupakan jenis gangguan yang
dapat terjadi pada siapa saja khususnya pada balita sehingga peran orang tua
sangat diperlukan dalam mengamati pertumbuhan dan perkembangan anaknya,
salah satunya, yaitu dengan mengidentifikasi atau mengenali jenis dan
karakteristik anak berkebutuhan khusus.
Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional memberikan warna lain dalam penyediaan
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Pada penjelasan pasal 15 tentang
pendidikan khusus disebutkan bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan
untuk peserta didik yang berkebutuhan khusus atau peserta didik yang memiliki
kecerdasaan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan
pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Pasal inilah
yang memungkinkan terobosan bentuk pelayanan pendidikan bagi anak
berkebutuhan khusus berupa penyelenggaraan pendidikan inklusif. Secara lebih
operasional, hal ini diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus.
Anak berkebutuhan khusus sendiri dapat menempuh pendidikannya di
Sekolah Luar Biasa (SLB) atau sekolah inklusi. Sekolah luar biasa merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
salah satu layanan pendidikan yang menempatkan anak berkebutuhan khusus
dalam kelompok yang memiliki karakteristik khusus yang sama. Sekolah inklusi
adalah penyelenggara pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua
peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau
bakat istimewa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dalam satu lingkungan
pendidikan bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.
Sekolah inklusi yang baik harus memenuhi aspek-aspek sekolah inklusi
agar tujuan pendidikan tercapai. Ada 8 aspek sekolah inklusi yaitu, penerimaan
peserta didik baru (PPDB), identifikasi, kurikulum fleksibel, merancang bahan
ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak, penataan kelas ramah anak,
asesmen, pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif, dan penilaian
dan evaluasi pembelajaran. Di beberapa sekolah, aspek-aspek tersebut ada yang
sudah terlaksana dengan baik ada juga yang belum terlaksana dengan maksimal.
Penataan kelas ramah anak adalah salah satu aspek sekolah inklusi.
Penataan kelas ramah anak adalah upaya pengelolaan ruang kelas tempat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus dengan
anak tidak berkebutuhan khusus. Dalam pengelolaan ruang kelas dapat meliputi
(a) penataan unsur fisik seperti penggunaan dinding, lebar ruangan, dan
pencahayaan, (b) rutinitas ruang kelas untuk kegiatan akademis maupun non-
akademis, (c) iklim ruang kelas atau sikap terhadap perbedaan individual, (d)
pengelolaan perilaku, seperti peraturan kelas dan pemantauannya, (e) pemanfaatan
waktu untuk kegiatan pengajaran dan non pengajaran (Kustawan 2013: 61).
Fajriyah (2017) menjelaskan penataan kelas di sekolah inklusi
memperhatikan beberapa unsur didalamnya, unsur-unsur tersebut berupa penataan
unsur fisik lebar ruangan yang harus memungkinkan semua peserta didik bergerak
leluasa, tidak saling berdesakan dan mengganggu satu sama lain. Pemanfaatan
waktu untuk kegiatan pengajaran dan non pengajaran dapat meliputi penataan
tempat duduk anak di dalam kelas. Dalam penataan tempat duduk yang terpenting
adalah memungkinkan terjadinya tatap muka, dengan demikian pendidik akan
mudah mengontrol tingkah laku peserta didik. Penataan tempat duduk bisa
dilakukan dengan berderet, pola berjajar, berbaris, maupun berkelompok. Dalam
pola berkelompok peserta didik dapat berkomunikasi dengan mudah satu sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
lain dan bisa dipindah. Ada pula pola tapal kuda atau U. Pola ini guru berada di
tengah-tengah peserta didik. Pola ini biasa dipakai pada saat pembelajaran yang
memerlukan tanya jawab guru dan peserta didik.
Rutina (2017) menjelaskan pengelolaan kelas di sekolah adalah
keterampilan guru untuk menciptakan kondisi belajar yang optimal di dalam
kelas. Selain ketrampilan, faktor-faktor lain juga dapat mempengaruhi. Faktor-
faktor tersebut diantaranya yaitu faktor fisik yang meliputi ruangan kelas,
ventilasi, dan area penyimpanan. Formasi penataan kelas yang diterapkan bahwa
ada beberapa formasi tempat duduk yang biasa digunakan yaitu, letter U, letter O,
formasi tradisional (konvensional), dan formasi meja pertemuan. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa perubahan tempat duduk ini dilakukan setiap minggu dengan
tujuan agar siswa tidak bosan dan lebih semangat dalam mengikuti proses
pembelajaran
Penataan kelas di sekolah inklusi dan reguler menerapkan unsur yang
sama, perbedaan dari penataan kelas tersebut pada saat proses pembelajaran di
kelas inklusi dibantu dengan guru pendamping khusus yang bertugas untuk
membantu anak-anak berkebutuhan dalam proses pembelajaran. Sedangkan di
kelas reguler hanya terdapat satu guru kelas.
Kegiatan pembelajaran yang berkualitas akan muncul dalam suasana dan
iklim kelas yang kondusif, aktif, kreatif, dan menyenangkan. Selain itu adanya
hubungan individu yang sehat sehingga mendorong munculnya perilaku siswa
yang diharapkan untuk mencapai suasana kelas tersebut diperlukan suatu
pengelolaan yang dilakukan guru di kelas (Kustawan 2013 : 61).
Penelitian yang dilakukan oleh Mintarsih (2015) mengenai pengelolaan
kelas di sekolah inklusi, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pemahaman
guru terhadap pengelolaan kelas dan penataan kelas dalam sekolah inklusi. Guru
belum paham benar mengenai perencanaan dan pengelolaan kelas yang ramah
untuk anak inklusi
Berdasarkan penelitian yang sebelumnya, peneliti memfokuskan pada
penerapan kelas yang ramah anak di Wilayah Kabupaten Yogya Kota dan
Kabupaten Sleman Berakar dari latar belakang yang disebutkan di atas, peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
melakukan penelitian dengan judul “Penataan Kelas Yang Ramah Anak di
Sekolah Inklusi : Studi Deskriptif”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang sudah diidentifikasi,
rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana penataan kelas yang ramah
anak di sekolah dasar inklusi?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini mengacu pada rumusan
masalah. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penataan
kelas yang ramah anak di sekolah dasar inklusi.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pendidikan
baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat penelitian ini antara lain
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi
tentang penerapan penataan kelas yang ramah anak di SD “Mekar Jaya, SD
Cinta Kasih, SD Pagi Cerah, dan SD Harapan Mulia.”
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah Dasar Inklusi
Sekolah mendapatkan data tentang penerapan kelas yang ramah anak di
SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, SD Pagi Cerah, dan SD Harapan Mulia
sehingga sekolah tersebut dapat memperbaiki atau menerapkan penataan
yang sesuai.
b. Bagi Guru
Penelitian ini memberikan data penerapan penataan kelas yang ramah anak
sehingga guru bisa mengidentifikasi kesesuaian dengan yang ada dalam
prinsip sekolah inklusi.
c. Bagi Peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Peneliti dapat mendeskripsikan penerapan penataan kelas yang ramah anak
di sekolah inklusi yang terjadi di SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, SD Pagi
Cerah, dan SD Harapan Mulia
E. Asumsi Penelitian
Dalam penerapaan penataan kelas sekolah inklusi perlu memperhatikan
unsur-unsur diantaranya, (a) penataan unsur fisik seperti penggunaan dinding,
lebar ruangan, dan pencahayaan, (b) rutinitas ruang kelas untuk kegiatan
akademis maupun non akademis, (c) iklim ruang kelas atau sikap terhadap
perbedaan individual, (d) pengelolaan perilaku, seperti peraturan kelas dan
pemantauannya, (e) pemanfaatan waktu untuk kegiatan pembelajaran dan non
pengajaran. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mintarsih (2015) menunjukkan
bahwa guru belum paham benar mengenai perencanaan dan pengelolaan
kelas/penataan kelas yang ramah anak untuk anak inklusi. 4 Sekolah Dasar
Inklusi di Kabupaten Yogya Kota dan Sleman yaitu SD Mekar Jaya, SD Cinta
Kasih, SD Pagi Cerah, dan SD Harapan Mulia. Peneliti berasumsi bahwa belum
ada penerapan penataan kelas yang ramah anak di keempat SD tersebut.
F. Definisi Operasional
1. Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusi adalah bentuk pelayanan pendidikan yang mengikutsertakan
seluruh anak untuk belajar bersama tanpa mebedakan latar belakang masing-
masing, baik menyangkut kondisi fisik, intelektual, sosial, emosional, dan
kondisi-kondisi lainnya.
2. Sekolah Dasar Inklusi
Sekolah Dasar Inklusi adalah sekolah reguler tingkat dasar yang menerima
anak dengan kebutuhan khusus dan anak tidak berkebutuhan khusus untuk
belajar dalam satu kelas yang sama.
3. Anak Berkebutuhan Khusus
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak-anak yang mengalami
gangguan fisik, mental, inteligensis serta emosi sehingga diharuskan mendapat
pembelajaran secara khusus dan pelayanan yang terkait, jika mereka menyadari
akan potensi penuh kemanusiaan mereka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
4. Penataan Kelas Yang Ramah Anak
Penataan kelas ramah anak adalah upaya pengelolaan ruang kelas tempat
berlangsungnya kegiatan pembelajaran bagi anak yang memiliki kebutuhan
khusus mislanya; anak dengan kebutuhan low vision, anak slow learner, anak
autis, dan anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus lainnya dengan anak
tidak berkebutuhan khusus. Unsur-unsur penataan kelas meliputi penataan
unsur fisik seperti; penggunaan dinding, lebar ruangan, dan pencahayaan,
rutinitas ruang kelas untuk kegiatan akademis maupun non akademis, iklim
ruang kelas atau sikap terhadap perbedaan individual, pengelolaan perilaku,
seperti peraturan kelas dan pemantaunnya, pemanfaatan waktu untuk kegiatan
pengajaran dan non pengajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Anak Berkebutuhan Khusus
a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus
Jati (2008:11) mengatakan bahwa anak berkebutuhan khusus
diartikan sebagai anak yang lambat (slow) atau mengalami gangguan
(retarded) yang tidak akan pernah berhasil di sekolah anak-anak pada
umumnya atau sekolah umum. Anak berkebutuhan khusus (ABK) juga
dapat diartikan sebagai anak yang mengalami gangguan fisik, mental,
intellegensi serta emosi sehingga diharuskan mengikuti pembelajaran
secara khusus. Anak berkebutuhan khusus (ABK) dianggap berbeda
dengan anak yang tidak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan
khusus dianggap anak yang tidak berdaya sehingga perlu dibantu dan
dikasihani. Pandangan ini tidak sepenuhnya benar. Setiap anak
mempunyai kekurangan dan juga kelebihan, kita harus melihat dari segi
kemampuan dan tidak kemampuannya. Anak berkebutuhan khusus
memerlukan perhatian yang lebih, dengan demikian, ia akan dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.
Anak berkebutuhan khusus adalah individu yang mempunyai
karakteristik yang berbeda dari individu lainnya yang dipandang tidak
memiliki kebutuhan khusus oleh masyarakat pada umumnya. Secara
lebih khusus, anak berkebutuhan khusus menunjukkan karakteristik,
intelektual, dan emosional yang leih rendah atau lebih tinggi dari anak
normal yang berlaku di masyarakat, sehingga mengalami kesulitan dalam
meraih sukses, baik dri segi sosial, personal, maupun aktivitas
pendidikan (Bachri, 2010). Illahi (2013: 138) menjelaskan anak
berkebutuhan khusus adalah mereka yang memiliki kebutuhan khusus
sementara atau permanen sehingga membutuhkan pelayanan pendidikan
yang lebih intens.
Dari pengertian menurut beberapa ahli, anak berkebutuhan
khusus, merupakan anak-anak yang memiliki menyandang ketunaan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
juga anak potensial berbakat yang membutuhkan sebuah pendidikan
khusus yang disesuaikan dengan hambatannya.
b. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
Anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik yang berbeda
antara satu dan lainnya, sehingga Kauffman dan Hallahan (dalam
Delphie, 2006: 15) mengungkapkan ada sepuluh macam anak
berkebutuhan khusus yang paling banyak mendapat perhatian guru
dilihat dari karakteristik yang dimilikinya. Delphie (2006) menjelskan
kesepuluh macam anak berkebutuhan khusus tersebut sebagai berikut:
a) Tunagrahita
Anak-anak yang mengalami tunagrahita (mental retardation) atau
disbeut sebagai dengan anak hendaya perkembangan (child with
development impairment), memiliki kesulitan dalam belajar karena
terhambat perkembangan intelegensi, mental, emosi, sosial, dan fisik.
b) Kesulitan Belajar
Anak yang mengalami kesulitan belajar (learning disabilities) atau
anak yang berprestasi rendah (specific learning disability) memiliki
masalah dalam perkembangan kognitif, emosi dan sosialnya. Anak
memiliki prestasi yang rendah untuk bidang akademik tertentu atau
keseluruhan bidang akademik. Kemampuan kognitif anak kurang mampu
mengadopsi proses informasi. Perkembangan emosi dan sosialnya sangat
memerlukan perhatian.
c) Hyperactive (Attention Deficit Disorder with Hyperactive)
Anak yang mengalami Hyperactive ini memiliki ciri-ciri yang dapat
dilihat antara lain selalu berjalan, tidak mau diam, suka mengganggu
teman, sulit berkonsentrasi, sulit mengikuti perintah, dan bermasalah
dalam belajar.
d) Tunalaras (emotional or behavior disorder)
Anak yang memiliki hambatan emosional atau kelainan perilaku,
karakteristik suka membuat keributan secara berlebihan dan berpotensi
kearah perilaku kriminal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
e) Tunarungu Wicara (communication disorder and deafness)
Anak yang mengalami tunarungu wicara memiliki hambatan
pendengaran dan kesulitan berkomunikasi secara lisan dengan orang lain.
Anak tunarungu wicara mengalami kekurangan atau kehilangan
kemampuan mendengar sebagian atau seluruhnya, diakibatkan karena
tidak berfungisnya sebagian atau seluruh indera pendengaran.
f) Tunanetra (partially seing and legally blind)
Anak yang mengalami hambatan penglihatan. Tunanetra terbagi
menjadi dua golongan yaitu buta total yaitu anak yang tidak mampu
melihat sama sekali dan low vision yaitu anak yang memiliki kelaianan
penglihatan sedemikian rupa, tetapi masih dapat membaca huruf yang
dicetak tebal dan besar baik menggunakan alat bantu penglihatan maupun
tidak.
g) Anak autustik (autistic children)
Anak yang mengalami kelainan berbicara, gangguan kemampuan
intelektual dan fungsi saraf. Kelainan yang dimiliki anak autistik meliputi
kelainan berbicara, kelainan fungsi saraf, intelektual, dan perilaku yang
ganjil. Anak autistik mempunyai kehidupan sosial yang aneh dan terlihat
seperti orang yang selalu sakit, tidak suka bergaul, dan sangat terisolasi
dari lingkungan hidupnya.
h) Tunadaksa (physical disability)
Anak yang memiliki kelainan pada tulang, persendian, dan saraf yang
menggerakan otot-otot tubuhnya.
i) Tunaganda (multiple handicapped)
Anak yang memiliki kelainan perkembangan neurologis yang
disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan kemampuan pada
aspek intelegensi, gerak, bahasa, atau hubungan pribadi masyarakat.
Kelainan perkembangan ganda juga mencakup kelainan perkembangan
fungsi adaptif. Mereka umumnya memerlukan layanan-layanan
pendidikan khusus dengan modifikasi metode secara khusus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
j) Anak berbakat (giftedness and special talents)
Anak yang memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul dalam
segi intelektual, fisik, dan perilaku sosial.
Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009
tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan
dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa menjelaskan
peserta didik yang memiliki kelainan berhak mengikuti pendidikan
secara inklusif pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuannya. Peserta didik tersebut adalah (1) tunanetra, (2)
tunarungu, (3) tunawicara, (4) tunagrahita, (5) tunadaksa, (6) tunalaras,
(7) berkesulitan belajar, (8) lamban belajar, (9) autis, (10) memiliki
gangguan motorik, (11) menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat
terlarang, zat adikitif lainnya, (12) memiliki kelainan lainnya, (13)
tunaganda. Aturan Menteri Pendidikan Nasional ini menunjukkan bahwa
setiap individu berhak memperoleh layanan pendidikan, meskipun
memiliki kelainan atau kebutuhan khusus.
2. Pendidikan Inklusi
a. Pengertian Pendidikan Inklusi
Ilahi (2013:23) berpendapat bahwa pendidikan inklusi merupakan konsep
pendidikan yang tidak membeda-bedakan latar belakang kehidupan anak
karena keterbatasan fisik maupun mental. Ia juga mengungkapkan bahwa
pendidikan inklusi sebagai sistem layanan pendidikan mempersyaratkan agar
semua anak berkelainan mendapat pendidikan bersama-sama anak lainnya
(normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Setiap anak berhak
mendapatkan pendidikan yang layak, termasuk anak penyandang disabilitas,
sekolah penyelenggara inklusi diharapkan dapat menerima peserta didik yang
berkebutuhan khusus.
Aphroditta (2016:12) menjelaskan mengenai pendidikan inklusi yaitu
pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang dididik bersama
dengan anak pada umumnya untuk mengembangkan ketrampilan yang
dimilikinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Kustawan dan Hermawan (2013:10), menambahkan pendidikan inklusi
adalah sebagai strategi untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu agar semua
individu dapat memeperoleh pendidikan (education for all). Pendidikan
tersebut harus memnuhi kebutuhan pendidikan masing-masing individu yang
beragam dalam jalur utama pendidikan (pendidikan reguler). O’Neil (dalam
Ilahi, 2013:27) menjelaskan bahwa pendidikan inklusi adalah sistem layanan
pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di
sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama dengan teman seusianya.
Pendidikan inklusi mengupayakan untuk memberikan kesempatan yang sama
kepada semua anak, termasuk yang berkebutuhan khusus untuk memperoleh
akses yang sama seperti anak tidak berkebutuhan khusus dalam memperoleh
pendidikan.
Dari pengertian yang telah dipaparkan, kesimpulan pendidikan inklusi
adalah suatu sistem pendidikan yang memberikan pelayanan yang sama
kepada semua anak yaitu anak berkebutuhan khusus dan anak yang tidak
berkebutuhan khusus.
b. Tujuan Pendidikan Inklusi
Ilahi (2013:39-40) menjelaskan tujuan pendidikan inklusi sebagai berikut
1) Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik
yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki
potensi kecerdasan atau istimewa untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
2) Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai
keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi sesemua peserta didik.
Selanjutnya Rosilawati (2013:10) menyatakan bahwa tujuan adanya
pendidikan inklusi di antaranya:
1) Melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk melakukan analisis
situasi pendidikan lokal, mengumpulkan informasi semua anak pada
setiap distrik dan mengidentifikasi alasan mengapa mereka tidak
sekolah.
2) Mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan kelainan fisik, sosial dan
masalah lainnya terhadap akses dan pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
3) Melibatkan masyarakat dalam melakukan perencanaan dan monitoring
mutu pendidikan bagi semua anak.
Dari beberapa penjelasan dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa tujuan pendidikan inklusi adalah sebuah layanan pendidikan yang
tanggap terhadap keanekaragaman kondisi anak, melalui pendidikan
inklusi ini anak berkebutuhan khusus dapat memperoleh pendidikan yang
sama dengan anak pada umumnya sehingga diharapkan interaksi dari
keduanya dapat memberikan dampak positif.
3. Sekolah Inklusi
Sekolah dasar inklusi tentu memiliki beberpaa layanan dan fasilitas yang
berbeda dengan sekolah reguler pada umumnya. Untuk mendapatkan label
sekolah inklusi juga diperlukan beberapa persyaratan yang sudah ditentukan. Hal
tersebut tentu berkaitan dengan siswa yang mengikuti kegiatan belajar mengajar
karena sekolah inklusi menggabungkan antara siswa ABK dengan siswa normal
pada umumnya dalam satu kelas.
Ariastuti dan Herawati (2016) menguraikan bahwa sekolah inklusi
menyediakan layanan pendidikan untuk ABK. Sekolah regular dengan orientasi
inklusi adalah lembaga yang paling efektif untuk mengatasi diskriminasi,
menciptakan komunitas yang ramah, dan membangun masyarakat inklusi untuk
mencapai pendidikan untuk semua anak tanpa membeda-bedakan. Rosilawati
(2013) mengatakan bahwa sekolah inklusi merupakan tempat bagi setiap anak
untuk dapat diterima menjadi bagian dari kelas, dapat merespon keberagaman
melalui kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan setiap anak dan dapat bermitra
dengan masyarakat.
Pendapat lain dari Marentek (2007) mengemukakan bahwa pendidikan
inklusi adalah pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang mempunyai
kebutuhan pendidikan khusus di sekolah reguler (SD, SMP, SMA atau SMK)
yang tergolong luar biasa baik dalam arti berkelainan, lamban belajar (slow
learner) maupun yang berkesulitan belajar lainnya.
Dari beberapa pengertian sekolah dasar inklusi menurut para ahli di atas,
kesimpulan sekolah dasar inklusi merupakan satuan pendidikan reguler yang
menyelenggarakan pendidikan enam tahun dan memberikan pelayanan pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
bagi peserta didik yang mempunyai kebutuhan khusus dan peserta didik lainnya
pada satu kelas.
4. Aspek-Aspek Sekolah Inklusi
a. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)
Penerimaan peserta didik baru di SD/MI pada setiap tahun pelajaran
perlu mempertimbangkan sumber daya yang tersedia di sekolah. Dalam
pelaksanaan penerimaan peserta didik baru, sekolah membentuk Panitia
Peserta Didik Baru yang dilengkapi dengan tim khusus yang mengetahui
mengenai pendidikan inklusi dan keberagaman karakteristik peserta didik
yang berkebutuhan khusus. Bagi sekolah yang bekerjasama dengan psikolog,
maka psikolog tersebut dapat membantu dalam penerimaan peserta didik
baru. Penyelenggara pendidikan inklusi menerima peserta didik berkebutuhan
khusus dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki sekolah dan
mengalokasikan kursi/kouta yang tersedia dalam sekolah tersebut.
b. Identifikasi
Identifikasi merupakan upaya guru dan tenaga kependidikan lainnya
untuk menemukan dan mengenali anak yang mengalami
hambatan/kelainan/gangguan baik fisik, intelektual, mental, emosional, dan
sosial dalam rangka pemberian layanan pendidikan yang disesuaikan dengan
kebutuhan khususnya. Dalam buku Modul Pelatihan Pendidikan Inklusi
(2012:34) identifikasi dapat diartikan menemukenali. Identifikasi anak
berkebutuhan khusus adalah suatu upaya menemukenali anak berkebutuhan
khusus, dalam hal ini anak berkelainan dengan berbagai gejala-gejala yang
menyertainya.
Kustawan (2013) menjelaskan identifikasi dilakukan untuk lima
keperluan yaitu penjaringan (screening), pengalihtanganan (referal),
klasifikasi (classification), perencanaan pembelajaran (instructional
planning), dan pemantauan kemajuan belajar (monitoring pupil progress).
Guru melaksanakan identifikasi berdsarkan gejala-gejala yang nampak
atau dapat diamati/diobservasi. Gejala-gejala tersebut yaitu gejala fisik, gejala
perilaku dan gejala hasil belajar. Guru melaksanakan identifikasi dengan
tujuan untuk menghimpun informasi atau data apakah seorang anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
mengalami kelaiann/penyimpangan dalam pertumbuhan/perkembangannya
dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya. Hasil identifikasi dijadikan
dasar untuk penyusunan program pembelajaran disesuaikan dengan
kebutuhan khususnya dan/atau untuk menyusun program dan pelaksanaan
yang berkaitan dengan hambatannya.
c. Kurikulum (Kurikulum Fleksibel)
Kustawan dan Hendrawan (2013: 107) menyatakan bahwa kurikulum
fleksibel yakni mengakomodasikan anak dengan berbagai latar bekalang dan
kemampuan, maka kurikulum tingkat satuan pendidikan lebih peka
mempertimbangkan keragaman anak agar pembelajarannya relevan dengan
kemampuan dan kebutuhannya. Sekolah reguler yang menyelenggarakan
pendidikan inklusi ramah anak harus mampu mengembangkan kurikulum
sesuai dengan tingkat, perkembangan, dan karakteristik anak agar lulusan
memiliki kompetensi untuk bekal hidup.
Penyesuaian kurikulum fleksibel seyogyanya dilakukan oleh Tim
Pengembangan Kurikulum di sekolah yang terdiri dari Kepala Sekolah, Guru
Kelas, Guru Mata Pelajaran, Guru Bimbingan dan Konseling (Konselor),
Guru Pembimbing Khusus, Orang Tua, dan Ahli lainnya sesuai kebutuhan
misalnya psikolog dan terapis. Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan
inklusi menyusun kurikulum modifikasi supaya dapat memenuhi kebutuhan
peserta didik termasuk siswa berkebutuhan khusus. Semakin tunggi hambatan
pada peserta didik berkebutuhan khusus, maka akan semakin ekstrim
modifikasi yang dilakukan. Jika hambatannya ringan, maka proses
modifikasinya juga akan ringan.
d. Merancang Bahan Ajar dan Kegiatan Pembelajaran yang Ramah Anak
Bahan ajar diperlukan untuk mencapai tujuan mengajar yang telah
ditentukan. Bahan ajar tersusun atas topik-topik dan sub bahasan tertentu
yang mengandung ide pokok yang relevan dengan tujuan yang ditetapkan
(Ilahi, 2016). Agar perhatian anak didiknya terpusat penuh kepada guru maka
guru perlu melakukan pembelajaran yang interaktif. Guru juga harus
menggunakan metode pembelajaran yang cocok bagi anak didiknya agar
mampu berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Jenis materi pelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
digunakan oleh para guru dapat memberikan pengaruh besar terhadap
keberhasilan akademis siswa-siswa penyandang disbilitas (Kustawan,
Hendrawan, dan Phil, 2013)
e. Penataan Kelas yang Ramah Anak
Kondisi ruang kelas anak memiliki peran besar pada proses dan hasil
kegiatan belajar. Friend (2015: 269) mengemukakan bahwa lingkungan ruang
kelas dapat berpengaruh terhadap hal yang dipelajari siswa, keharusan guru
untuk mengidentifikasi dan menganalisis ruang kelas akan memungkinkan
mereka untuk mengantisipasi atau menjelaskan permasalahan yang dialami
oleh seorang siswa. Penataan dalam ruang kelas dan pemanfaatan ruang
kelas, yaitu meliputi area dinding, pencahayaan, area lantai serta
penyimpanan. Pengaturan ruang kelas bisa berdasarkan tujuan pembelajaran,
waktu yang tersedia dan kepentingan pembelajaran yang aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) Kustawan dan Hendrawan
(2013: 115).
f. Asesmen
Jamaris (2014) mengatakan bahwa asesmen merupakan proses yang
dilaksanakan secara sistematis untuk menemukan informasi berkaitan dengan
perkembangan dan peningkatan belajar anak yang telah dicapai. Triani (2013
: 25) menjelaskan bahwa asesmen merupakan kegiatan yang dilakukan dalam
asesmen adalah mengumpulkan data dan informasi yang akan digunakan
untuk bahan pertimbangan dan keputusan yang berkaitan dengan pelajaran.
Friend (2015: 210-217) mengatakan bahwa ada 6 tahap dalam asesmen :
1) Screening
Screening meliputi keputusan untuk menentukan jika proses kemajauan
seorang siswa dianggap cukup berbeda dengan teman-teman sekelasnya
sehingga patut untuk menerima perubahan pengajaran, atau pada akhirnya
asesmen yang lebih mendalam untuk menetapkan adanya kondisi disabilitas.
2) Diagnosis
Keputusan besar yang terkait dengan diagnosis menyangkut kelayakan atas
layanan pendidikan khusus, pertimbangan berdasarkan ketentuan hukum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
bahwa siswa dianggap layak untuk dianggap menyandang disabilitas atau
tidak.
3) Penempatan Program
Bagian utama dari keputusan penempatan program berkenaan dengan ranah
yang menjadi tempat berlangsungnya layanan pendidikan khusus yang
diterima siswa, misalnya saja di ruang kelas pendidikan umum, ruang
sumber, atau ruang kelas pendidikan khusus yang terpisah.
4) Penempatan Kurikulum
Penempatan kurikulum meliputi keputusan mengenai level mana yang akan
dipilih untuk memulai pengajaran siswa. Informasi mengenai penempatan
kurikulum tentu juga dapat dijadikan sebagai patokan pengukuran bagi para
guru untuk mengetahui sejauh apa siswa-siswa penyandang disabilitas
mengakses kurikulum pendidikan umum.
5) Evaluasi Pengajaran
Keputusan evaluasi pengajaran meliputi keputusan untuk melanjutkan atau
mengubah prosedur pengajaran yang telah diterapkan kepada siswa.
keputusan ini dibuat dengan memantau kemajuan siswa secara cermat.
6) Evaluasi Program
Keputusan evaluasi program meliputi keputusan untuk menghentikan,
melanjutkan, atau memodifikasi program pendidikan khusus seorang siswa.
g. Pengadaan dan Pemanfaatan Media pemelajaran Adaptif
Pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus memerlukan media yang
tepat sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesan atau informasi dari guru
kepada anak berkebutuhan khusus, karena itu diperlukan media pembelajara
yang adaptif atau menyesuaikan. Kustawan (2013: 1117) menjelaskan bahwa
media adaptif adalah media yang disesuaikan dengan hambatan yang dialami
anak berkebutuhan khusus dan kebutuhan khusus anak berkebutuhan khusus.
Media pembelajaran adaptif bagi anak berkebutuhan khusus hakekatnya
adalah media yang dirancang, dibuat, dipilih dan digunakan dalam
pembelajaran sehingga dapat bermanfaat atau berguna dan cocok dalam
kegiatan pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
h. Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman anak
dengan materi pembelajaran yang telah diberikan oleh guru di sekolah.
Kustawan (2013: 124) menyebutkan beberapa karakteristik evaluasi
pembelajaran diantarannya ialah (1) mengidentifikasi aspek-aspek yang akan
dievaluasi, (2) memfasilitasi pertimbangan-pertimbangan, (3) menyediakan
informasi yang berguna, (4) melaporkan penyimpangan/kelemahan untuk
memperoleh remediasi dari yang dapat diukur saat itu juga.
5. Penataan Kelas yang Ramah Anak
Penataan kelas yang ramah anak dapat diartikan sebagai upaya pengelolaan
ruang kelas tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran bagi anak
berkebutuhan khusus dengan anak tidak berkebutuhan khusus. Everton dan
Weinten (dalam Kutawan dan Hermawan, 2015:218) mengemukakan bahwa
pengelolaan ruang kelas mencakup semua hal yang dilakukan ole para guru demi
mengoptimalkan proses belajar-mengajar yang efektif, mulai dari mengatur siswa-
siswa, ruang, waktu, hingga materi. Pengelolaan ruang kelas dapat meliputi (a)
Penataan unsur fisik seperti penggunaan dinding, lebar ruangan, dan pencahayaan.
(b) Rutinitas ruang kelas untuk kegiatan akademis maupun non-akademis. (c)
Iklim ruang kelas atau sikap terhadap perbedaan individual. (d) Pengelolaan
perilaku, seperti peraturan kelas dan pemantauannya. (e) pemanfaatan waktu
untuk kegiatan pengajaran dan non-pengajaran.
Ruang kelas memberikan pengaruh yang besar terhadap proses dan hasil
belajar peserta didik. Guru perlu mengkodisikan ruang kelas yang mampu
menunjang perkembangan peserta didik secara optimal, karena sebagian besar
waktu yang dihabiskan oleh peserta didik adalah berada di ruang kelas. Ruang
kelas yang nyaman perlu diatur oleh guru sedemikian rupa, sehingga kebosanan
yang dialami oleh peserta didik dapat dihindarkan. Kenyamanan ruang kelas juga
jangan sampai membuat ngantuk, karena jika peserta didik mengantuk dalm
proses belajar dan pembelajaran maka sudah dapat dipastikan bahwa peserta didik
tersebut tidak akan mengalami proses pembelajaran yang optimal. Ruang kelas
yang diciptakan oleh guru perlu memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
emosional, serta psikologi peserta didik dengan memperhatikan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor. Karwati & Priansa (2014 : 45). Ruang kelas perlu
memiliki standar berkenaan dengan: fungsinya sebagai tempat kegiatan
pembelajaran teori, praktik tanpa atau dengan peralatan khusus; ruang kelas
minimum sama dengan banyak rombongan belajar; kapasitas maksimum ruang
kelas 32 peserta didik; rasio minimum luas ruang kelas 2 m2/peserta didik. Untuk
rombongan belajar dengan peserta didik kurang dai 15 orang, luas minimum
ruang kelas 30 m2. Lebar minimum ruang kelas 5 m. Memiliki fasilitas yang
memungkinkan pencahayaan yang memadai; memiliki pintu yang memadai;
ruang kelas perlu dilengkapi dengan sarana memadai.
Kelas sebagai lingkungan pembelajaran tidak terbatas pada ruang kelas saja.
Anak dapat belajar di dalam dan di luar kelas. Kelas harus dirancang agar
menyenangkan, nyaman dan aman serta dapat menimbulkan gairah atau motivasi
anak untuk giat belajar. Di dalam kelas dan di luar kelas anak dapat belajar sesuai
dengan kebutuhan. Anak dapat belajar aktif dan mempraktekkan apa saja yang
telah dipelajarinya sehingga dapat memperoleh kemampuan atau kompetensi.
Anak-anak dapat bekerjasama dengan bahagia dan belajar bersama dengan penuh
suka. Menyanyi, menari dan berdiskusi dapat di dalam dan di luar kelas. Kelas
juga dapat diatur sehingga dapat digelarkan karpet mereka dapat duduk di karpet
dan belajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang diharapkan.
Meja dan kursi seyogyanya dapat diatur dan dengan mudah dapat diatur dan
dengan mudah dapat dipindahkan untuk mempersiapkan kerja kelompok. Papan
tulis bisa disediakan lebih dari satu, ada papan panjang, dan tempat pemajangan
hasil karya anak serta adanya pojok belajar. Kelas memiliki pencahayaan, suhu
dan ventilasi udara yang baik. Kelas dicat dengan warna yang indah, bisa
bermacam-macam warnanya namun tidak menyilaukan.
Kelas juga mempunyai perpustakaan kelas. Perpustakaan kelas dapat dibuat
dengan menggunakan peti atau kotak kardus yang didekorasi, kemudian diisi
dengan buku-buku antara lain buku buatan anak, kliping anak dan tugas-tugas
anak dan buku lainnya.
Penataan unsur fisik yang ada di ruang kelas dapat mempengaruhi kondisi dan
suasana belajar bagi anak yang berkebutuhan khusus dan anak yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
berkebutuhan khusus. Kustawan dan Hermawan (2013:115) menjelaskan bahwa
menciptakan suasana belajar yang menggairahkan perlu memperhatikan
pengaturan/penataan ruag kelas/belajar. Penyusunan dan pengaturan ruang belajar
hendaknya memungkinkan anak didik duduk berkelompok dan memudahkan guru
bergerak secara leluasa. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal yang perlu
diperhatikan :
a) Ukuran dan bentuk kelas
b) Bentuk serta ukuran bangku dan meja anak didik
c) Jumlah anak didik dalam kelas
d) Jumlah anak didik dalam setiap kelompok
e) Jumlah kelompok dalam kelas
f) Komposisi anak didik dalam kelompok (seperti anak didik pandai dengan
anak didik kurang pandai, pria dengan wanita)
Karwati dan Priansa (2014:54) menjelaskan syarat yang perlu diperhatikan
dan diciptakan sebagai upaya untuk mengkondisikan kelas yang nyaman antara
lain sebagai berikut:
1. Tata Ruang Kelas
Metode pembelajaran yang umumnya dipraktikan di kelas adalah metode
pembelajaran dengan sistem klasikal (ceramah). Guru perlu mengembangkan
metode pembelajaran lainnya yang bisa dipadukan penggunaannya dengan
metode pembelajaran klasikal. Terkait dengan metode tersebut, maka tata
ruang kelas perlu disesuaikan. Almari kelas dapat ditempatkan disamping
papan tulis atau disamping meja guru. Jika ada almari kelas tambahan dapat
ditaruh di belakang kelas, sebaiknya almari tersebut terbuat dari kaca untuk
penyimpanan piagam, vandal, dan kepustakaan kelas. Pengaturan tempat
perabot kelas dapat dipindah-pindahkan sesuai dengan keadaan atau kondisi
setempat.
2. Menata Perabot Kelas
Perabot kelas adalah seluruh perlengkapan yang ada dan dibutuhkan di
kelas. Penataan perabot kelas yang terdiri dari papan tulis, meja kursi guru,
meja kursi peserta didik, almari kelas, jadwal pelajaran, papan absensi, daftar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
piket kelas, kalender pendidikan, gambar-gambar, tempat cuci tangan, tempat
sampah, sapu, dan alat pembersih lainnya, dan gambar-gambar alat peraga.
a) Papan tulis
Papan tulis ukurannya perlu disesuaikan dengan keluasan kelas. Papan
tulis ditempatkan di depan yang memiliki penerangan yang cukup.
Penempatannya tidak terlalu tinggi dn tidak terlalu rendah, sehingga
peserta didik yang duduk di belakang masih mampu melihat atau
membaca tulisan yang ditulis paling bawah.
b) Meja Kursi Guru
Meja kursi guru ukurannya disesuaikan dengan standar yang berlaku,
meja guru berlaci dan ada kuncinya. Meja kursi guru ditempatkan di
tempat strategis, misalnya di kanan atau di kiri papan tulis, supaya tidak
menghalangi pandangan peserta didik ke papan tulis.
c) Meja Kursi Peserta Didik
Meja kursi peserta didik ditata sedemikian rupa sehingga dapat
menciptakan kondisi kelas yang menyenangkan, ukuran badan peserta
didik dan dilengkapi dengan tempat tas atau buku sehingga peserta didik
menjadi nyaman untuk duduk.
d) Almari Kelas
Almari kelas dapat ditempatkan di samping papn tulis atau sebelah kiri
atau kanan dinding, dapat juga diletakkan di sebelah meja guru.
e) Jadwal Pelajaran
Jadwal pelajaran ditempatkan di tempat yang mudah dilihat oleh peserta
didik sehingga peserta didik tidak kebingungan.
f) Papan Absensi
Papan absensi ditempatkan di sebelah papan tulis atau di dinding
samping kelas. Guru juga perlu memiliki catatan daftar hadir peserta
didik di buku khusus, karena daftatr hadir di papan diganti setiap hari.
g) Daftar Piket Kelas
Daftar piket kelas ditempatkan di samping papan absensi sehingga
peserta didik mudah untuk melihatnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
h) Kalender Pendidikan
Kalender pendidikan ditempel pada tempat yang mudah dilihat yang
mampu memberikan pengingatan kepada peserta didik tentang kalender
pendidikan yang berlaku di sekolah.
i) Gambar-gambar
Gambar Presiden, Wakil Presiden, dan lambang burung Garuda Pancasila
ditempatkan di depan kelas di atas papan tulis, posisi penempatannya
disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
j) Tempat Cuci Tangan dan Lap Tangan.
Tempat cuci tangan lap tangan diletakkan di depan kelas dekat pintu
masuk atau di luar pintu masuk dekat teras depan.
k) Tempat Sampah
Tempat sampah diletakkan di sudut kelas. Besar kecilnya tempat sampah
disesuaikan dengan kebutuhan, serta bentuknya disesuaikan dengan
estetika kelas.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan Mintarsih (2015) dengan judul “Pengelolaan
Kelas di Sekolah Inklusi” bertujuan untuk mengetahui gambaran pemahaman guru
tentang pegelolaan kelas dalam sekolah inklusi dan untuk mengetahui
perencanaan yang dilakukan guru dalam pengelolaan di sekolah inklusi tersebut.
Jenis penelitian ini adalah dengan desain studi kasus. Hasil dari penelitian ini
adalah bahwa responden dalam pelaksanaan pengelolaan kelas inklusi, belum
paham benar dalam hal pelaksanaan pengelolaan kelas di sekolah inklusi yang
harus dikembangkan dalam menciptakan lingkungan kondusif.
Penelitian yang selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Anafiah
dan Andini (2018) dengan judul “Pelaksanaan Pendidikan Inklusi di SD Tumbuh
2 Yogyakarta” bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan inklusi di SD
Tumbuh 2 Yogyakarta serta penataan kelas untuk siswa inklusi. Jenis penelitian
ini adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas
kelas direncanakan dengan mempertimbangkan keadaan latar belakang peserta
didik. Aktivitas kelas mendorong peserta didik untuk saling berkomunikasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Semua peserta didik diberikan kesempatan oleh guru untuk mengambil bagian
yang sama dalam pembelajaran.
Penelitian yang terakhir dilakukan Jannah (2018) yang berjudul
“Manajemen Kelas Inklusif di SD N Ketintang II Surabaya” bertujuan untuk
menganalisis bagaimana manajemen kelas ditinjau dari manajemen lingkungan
kelas secara fisik. Metode penelitian ini dengan observasi dan wawancara. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa manajemen kelas inklusif dilihat dari manajemen
lingkungan fisik sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari furniture kelas yang diatur
sesuai tempatnya, ventilasi dan pencahayaan kelas yang cukup baik, serta
pengaturan tempat duduk berbentuk lajur, 2 lajur untuk reguler dan 2 lajur untuk
ABK, dan ketika pembelajaran klasik berbentuk U. Namun, dari segi manajemen
kursi siswa, tidak ada pengelompokkan berdasrkan kompetensi ABK. Dengan
kata lain, semua ABK diajarkan oleh GPK (Guru Pendamping Kelas). Manajemen
siswa ABK harus diklasifikasikan berdasarkan kompetensi mereka sehingga akan
memudahkan guru dalam mengajar.
Penelitian yang sudah disebutkan di atas memiliki relevansi dengan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian yang pertama
menunjukkan bahwa guru belum paham benar dalam hal pelaksanaan pengelolaan
kelas di sekolah inklusi yang harus dikembangkan dalam menciptakan lingkungan
kondusif. Penelitian yang kedua hasil penelitiannya yaitu aktivitas kelas
direncanakan sesuai dengan keadaan latar belakang para siswa. Penelitian yang
ketiga mendapatkan hasil bahwa manajemen kelas inklusi dilihat dari manajemen
lingkungan yang sudah baik.
Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan guna untuk mengetahui penataan
kelas yang ramah anak untuk siswa inklusi dengan menggunakan penelitian
sebelumnya sebagai pendukung. Penelitian ini akan mengembangkan penelitian-
penelitian sebelumnya dengan perbedaan ruang lingkup penelitian yaitu pada
sekolah dasar yang akan diteliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Penelitian yang relevan dapat dilihat pada gambar berikut :
Bagan 2.1 Literature map
C. Kerangka Berpikir
Sekolah dasar (SD) yang menyelenggarakan program pendidikan inklusi
tentunya memberikan layanan prima terbaik terhadap siswa reguler maupun
berkebutuhan khusus. Layanan prima tersebut dapat ditandai dengan
diterapkannya delapan aspek sekolah inklusi. Tentunya dalam pelaksanaannya,
tidak semua dapat berjalan lancar. Ada hambatan atau permasalahan yang terjadi.
Terlebih lagi, pendidikan inklusi yang telah diatur dalam Undang-Undang nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 15 yang menyatakan
bahwa pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta
didik berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang
Euis Mintarsih
“Pengelolaan Kelas di
Sekolah Inklusi”
Siti Anifah dan Dinar
Westri Andini
“Pelaksanaan Pendidikan
Inklusi di SD Tumbuh 2
Yogyakarta”
Responden belum paham
benar mengenai
perencanaan dan
pengelolaan kelas yang
ramah untuk anak
inklusi.
Ida Miftakhul Jannah
“Manajemen Kelas
Inklusif di SD N
Ketintang II
Surabaya”
Aktivitas kelas
direncanakan dengan
mempertimbangkan
latar belakang para
siswa.
Manajemen kelas inklusif
dilihat dari manajemen
lingkungan fisik sudah
baik
Regina Elsa Manora
“Penerapan Penataan Kelas Yang
ramah Anak di Sekolah Dasar Inklusif:
Studi Deskriptif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
diselenggarakan secara inklusi atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat
pendidikan dasar dan menengah.
Pemerintah telah menunjuk beberapa sekolah dasar untuk menyelenggarakan
layanan pendidikan inklusi. Penunjukkan menjadi sekolah inklusi ini membuat
pengelola sekolah (kepala sekolah, guru, dan administrator) berupaya
mengakomodasi anak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan pendidikan yang
sama dengan anak berkebutuhan khusus. Layanan yang diberikan oleh sekolah
inklusi berbeda dengan sekolah pada umumnya, dimana sekolah berupaya untuk
tidak bersikap diskriminasi dan menerima dengan terbuka siapapun yang akan
menempuh pendidikan di sekolah tersebut.
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian terdahulu mengenai
“Permasalahan Sekolah Dasar Inklusi Kelas Bawah di SD “Harapan Mulia” yang
dilakukan oleh Wanuri pada tahun 2018. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu,
peneliti melanjutkan penelitian yang difokuskan pada penerapan salah satu aspek
sekolah inklusi yaitu aspek penataan kelas yang ramah anak di sekolah inklusi.
Dalam proses belajar mengajar yang efektif, maka pengelolaan kelas
merupakan prasyarat mutlak. Sebagai peletak dasar serta menyiapkan kondisi bagi
terjadinya proses belajar mengajar yang efektif, pengelolaan kelas menunjuk
kepada pengaturan siswa dan pengaturan fasilitas. Fasilitas disini mencakup
pengaturan tata ruang dan penerangan, tempat duduk, keindahan, kebersihan dan
semua pendukung terciptanya situasi dan kondisi kelas yang dinamis
(menyenangkan). Penataan kelas yang baik dan nyaman untuk anak terutama anak
berkebutuhan khusus juga didasari oleh beberapa prinsip yang mencakup
visibilitas (keluasaan pandang), aksesibilitas (mudah dicapai), fleksibilitas
(keluwesan), serta kenyamanan. Kenyamanan dalam penataan kelas juga dapat
diuraikan sebagai berikut yaitu pencahayaan, suhu udara, akustik, kepadatan
kelas, dan juga keindahan.
Penerapan aspek penataan kelas adalah salah satu aspek penting di sekolah
inklusi. Aspek ini sangat mempengaruhi kondisi siswa belajar di dalam kelas.
Penataan kelas harus mempertimbangkan kondisi anak berkebutuhan, seperti
contohnya anak-anak low vision yang harus diletakan di depan agar ia mampu
untuk membaca tulisan yang ada di papan tulis. Anak yang mengalami slow
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
learner juga harus diletakan sejajar dengan guru agar guru mudah membimbing
anak yang mengalami slow learner. Pengelompokan siswa juga sangat
berpengaruh dalam kegiatan pembelajaran, maka dari itu guru harus bersikap adil
dalam pembagian kelompok. Anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus tidak
boleh disendirikan dalam kelompok karena akan menghambat proses belajar
mereka dan tidak menjadikan anak tersebut tidak percaya diri dan membuat
mereka merasa terasingkan/minder.
Peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah, guru kelas 1 dan guru
pendamping khusus di 4 SD inklusi di wilayah Kabupaten Yogyakarta.
Pertanyaan wawancara sejumlah 14 butir yang berpedoman dengan aspek
penataan kelas yang ramah anak, karena peneliti memilih wawancara semi
terstruktur sehingga ada kemungkinan pertanyaan yang akan terlontar ketika
melakukan wawancara. Observasi berbentuk catatan anekdot. Observasi dilakukan
di wilayah sekolah, dan kelas dan kepada guru kelas mengenai penataan kelas
yang ramah anak. Sedangkan dokumentasi berupa lembar daftar dokumentasi ada
tidaknya dokumen dalam penataan kelas yang ramah anak.
Hasil dari teknik pengumpulan data kemudian diolah dengan teknik
triangulasi data sehingga dapat disimpulkan bahwa permasalahan sekolah dasar
inklusi aspek sekolah inklusi dan mendeskripsikan penerapan penataan kelas yang
ramah anak di 4 sekolah dasar inklusi tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi
obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti
sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2014).
Prastowo (2012:24) menjelaskan penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang sistematis yang digunakan untuk mengkaji atau meneliti suatu
obyek pada latar alamiah tanpa ada manipulasi di dalamnya dan tanpa ada
pengujian hipotesis, dengan metode-metode yang alamiah ketika hasil penelitian
yang diharapkan bukanlah generalisasi berdasarkan ukuran-ukuran kuantitas,
namun makna (segi kualitas) dari fenomena yang diamati.
Penelitian kualitatif deskriptif ini menggunakan metode studi kasus. Metode
studi kasus adalah memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan
mendetail. Subyek yang diteliti terdiri dari satu unit (atau kesatuan unit) yang
dipandang sebagai kasus (Surakhmad, 1994:143).
B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di kelas atau atau sekolah dasar inklusi yang ada di
provinsi DIY dengan nama samaran SD “Mekar Jaya”, SD “Cinta Kasih”, SD
“Pagi Cerah”, SD “Harapan Mulia” . Peneliti memilih melakukan penelitian di
keempat SD ini karena ingin mengetahui penerapan kelas yang ramah anak
untuk anak berkebutuhan khusus.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2019 sampai dengan bulan April
2019. Dalam penelitian ini, hal yang dilakukan oleh peneliti yaitu penyusunan
pedoman wawancara dan observasi dilakukan pada bulan Maret hingga April
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
2019. Pada akhir bulan Maret, peneliti membuat surat pengantar wawancara
dan observasi dilakukan pada bulan Maret hingga April 2019.
3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah, guru kelas, dan guru
pendamping khusus.
4. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah sekolah yang telah ditunjuk sebagai sekolah
inklusi di wilayah provinsi DIY yaitu SD “Mekar Jaya”, SD “Pagi Cerah”, SD
“Cinta Kasih”, SD “Harapan Mulia”.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan tahap-
tahap penelitian kualitatif. Emzir (2012) menjelaskan bahwa tahap-tahap
penelitian kualitatif secara umum yaitu,
1) Mengidentifikasi sebuah topik atau fokus: topik atau fokus ditentukan pada
awal studi namun dapat ditulis kembali selama pengumpulan data. Topik
penelitian biasanya diidentifikasi berdsarkan pengalaman, observasi pada
setting penelitian, dan bacaan tentang topik tersebut. Meskipun topik
ditentukan pada awal studi, fokus studi dapat ditulis kembali selama fase
pengumpulan data.
2) Melakukan tinjauan pustaka: tinjauan pustaka sering berlanjut sampai data
terkumpul dan dilakukan untuk menulis pertanyaan penelitian. Peneliti
melakukan tinjauan pustaka untuk mengidentifikasi informasi penting yang
relevan dengan studi dan untuk menulis suatu pernyataan penelitian (rumusan
masalah). Tinjauan pustaka terus berlanjut hingga data terkumpul dan
memungkinkan peneliti mendefinisikan kembali pertanyaan penelitian.
3) Mendefinisikan peran peneliti: peneliti menetapkan tingkat keterlibatannya
dengan partisipan dan peneliti harus menjadi bagian budaya yang akan diteliti.
Peneliti harus menetapkan tingkat keterlibatannyadengan partisipan. Peneliti
harus mampu memahami sudut pandang partisipan dalam memeandang suatu
masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
4) Mengelola jalan masuk lapangan dan menjaga hubungan baik di di lapangan.
Peneliti harus menetapkan tempat penelitiannya. Ketika peneliti memasuki
tempat penelitian, dia harus mempersiapkan, memperkenalkan, dirinya kepada
pengelola tempat penelitian dan menceritakan tujuan penelitiannya. Peneliti
juga memerlukan izin dari lembaga dan partisipan dalam melaksanakan
penelitian. Selama berinteraksi dengan pengelola dan partisipan penelitian,
peneliti harus menjaga hubungan baik dengan peka terhadap situasi,
komunikasi yang dilandasi kejujuran, dan interaksi yang tidak mengadili
partisipan.
5) Memilih partisipan: peneliti memilih partisipan yang dapat memberikan
informasi yang dibutuhkan. Pada penelitian ini partisipan memilih 3 partisipan
yang meliputi Kepala Sekolah, Guru Kelas, dan Guru Pendamping Khusus.
6) Menulis pertanyaan-pertanyaan bayangan. Peneliti merancang pertanyaan
bayangan berdasarkan topik yang sudah diidentifikasi oleh peneliti. Pertanyaan
bayangan membantu peneliti untuk tetap fokus mengumpulkan data dan
memungkinkan mengumpulkan data dalam cara sistematis.
7) Pengumpulan data: pengumpulan data secara umum mencakup wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Peneliti biasanya menggunakan lebih dari satu
teknik pengumpulan data untuk validasi temuan. Sumber-sumber data yang
berbeda-beda ini kemudian dibandingkan dengan teknik lain dalam suatu
proses yang disebut triangulasi.
8) Analisis data, data dalam penelitian kualitatif dianalisis melalui membaca dan
mereview data (catatan observasi, transkip wawancara) untuk mendeteksi
tema-tema dan pola-pola yang muncul.
9) Interpretasi dan disseminasi hasil yaitu peneliti merangkum dan menjelaskan
tema-tema dalam pola (hasil) dalam bentuk naratif. Interpretasi mungkin juga
melibatkan diskusi tentang bagaimana temuan studi yang berkaitan dengan
temuan-temuan pada studi sebelumnya. Lenih lanjut peneliti membagikan hasil
temuan mereka melui jurnal, laporan website, dan pertemuan formal maupun
informal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
D. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (dalam Prastowo, 2014:208) mengemukakan bahwa teknik
pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian
karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Menurut Poham (dalam
Prastowo, 2014 : 2018) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data adalah cara
yang dipakai untuk mengumpulkan informasi atau fakta-fakta di lapangan.
Penelitian ini menggunakan penelitian semi terstruktur sebagai teknik
pengumpulan data yang lain menggunakan wawancara, observasi dan
dokumentasi.
1. Observasi
Sugiyono (2010:203) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu
proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis
dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan. Sudaryono dkk (2013:38) menjelaskan bahwa
observasi atau pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat
dari dekat kegiatan yang dilakukan. Observasi atau pengamatan merupakan
suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan
pengamatan terhadap kegiatan yang berlangsung.
Observasi digunakan oleh peneliti untuk mencari data dengan melihat,
mengamati, dan ikut merasakan kegiatan atau lingkungan yang ada di SD
Tadika Mesra. Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah mengamati ruang
kelas di SD Tadika Mesra. Yusuf (2014:384) mengungkapkan bahwa ada dua
bentuk observasi yaitu participant observer dan non-participant observer.
a) Participant observer
Pada bentuk observasi ini, pengamat berpartisipasi dan terlibat dalam
kegiatan yang sedang diamati. Dalam kegiatan ini, pengamat berfungsi
ganda yaitu sebagai peneliti dan sebagai anggota kelompok, peneliti
berperan aktif sesuai dengan tugasnya dalam kelompok.
b) Non-participant observer
Pengamat tidak terlibat langsung dalam kegiatan kelompok atau kegiatan
yang diamatinya. Tugas pengamat disini murni observer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Bentuk observasi yang peneliti gunakan adalah non-participant observer.
Bentuk observasi ini dipilih karena peneliti hanya bertugas untuk mengamati
lingkungan kelas dan kegiatan pembelajaran tanpa adanya keterlibatan peneliti
dalam kegiatan tersebut.
2. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab seehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic
tertentu Sugiyono (dalam Prastowo, 2014:212). Parstowo (2010:145)
menjelaskan pengertian wawancara adalah suatu motede pengumpulan data
yang berupa pertemuan dua orang atau lebih secara langsung untuk bertukar
informasi dan ide tanya jawab secara lisan sehingga dapat dibangun makna
dalam suatu topic tertentu.
Wawancara merupakan suatu kegiatan tanya dan tatap muka (face to face)
anatara pewawancara dan yang diwawancarai tentang masalah yang diteliti,
dimana pewawancara bermaksud memperoleh persepsi, sikap, dan pola pikir
dari yang diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti (Gunawan,
2013:160).
Peneliti menggunakan wawancara semiterstruktur dalam penelitian ini.
Sebelum mengawali wawancara, peneliti melakukan pendekatan yang lebih
intensif dengan informan. Peneliti juga harus mengunjungi sekolah tempat
melakukan pengambilan data. Pada setiap kunjungan, peneliti selalu
menanyakan kesedian, waktu dan tempat mereka untuk diwawancara. Setelah
peneliti mendapatkan kesediaan waktu dan tempat wawancara, barulah
kegiatan wawancara dilangsungkan. Kegiatan wawancara hamper sebagian
besar dilaksanakan di sekolah, dengan terlebih dahulu mendapatkan izin dari
kepala sekolah, wali kelas, dan guru pendamping.
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada narasumber didasarkan pada
butir-butir pertanyaan yang telah dibuat peneliti, adakalanya juga pertanyaan
yang diajukan berdasarkan suasana yang sedang berlangsung namun masih
berkait dengan konteks penelitian. Semua hasil wawancara direkam dengan
tape recorder dengan persetujuan narasumber (Hamid 2005 : 83-84).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
3. Dokumentasi
Satori (2011:149) memaparkan bahwa studi dokumentasi yaitu
mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan
penelitiaan lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan
menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.
Guba dan Lincoln (dalam Djamal 2015:86) memaparkan bahwa dokumen
ialah setiap bahan tertulis atau film yang tidak dipersiapkan karena ada
permintaan seorang peneliti. Dalam melakukan dokumentasi, peneliti hanya
menyiapkan daftar dokumen yang harus dimiliki oleh pihak yang diteliti.
Selanjutnya peneliti akan menanyakan dokumen-dokumen tersebut kepada
pihak yang diteliti. Selanjutnya peneliti akan menanyakan dokumen-dokumen
tersebut kepada pihak yang diteliti. Dokumen merupakan sumber informasi
yang stabil, karena tidak mengalami perubahan yang disebabkan factor-faktor
seperti perubahan tempat maupun perubahan waktu (Djamal, 2015:86).
E. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian merupakan alat bantu peneliti dalam pengumpulan data,
mutu instrument akan menentukan mutu data yang dikumpulkan, sehingga
tepatlah dikatakan bahwa hubungan instrument dengan data adalah sebagai
jantungnya penelitian yang saling terkait (Riduwan, 2013).
Instrument penelitian merupakan alat bagi peneliti yang digunakan untuk
memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian. Instrument penelitian ini
terdiri dari instrument observasi, instrument wawancara, dan instrument
dokumentasi. Dibawah ini dijabarkan tentang kisi-kisi wawancara untuk kepala
sekolah, guru kelas, dan guru pendamping khusus, pedoman observasi dan lembar
daftar dokumentasi.
1. Pedoman Wawancara
Pedomanwawancara yang telah disusun oleh peneliti berfungsi sebagai
pedoman pertanyaan yang diajukan kepada narasumber agar topik pembicaraan
tidak menyimpang dari fokus penelitian. Pedoman wawancara ini berisi
pertanyaan panduan bagi peneliti untuk memperoleh informasi mengenai
permasalahan yang dihadapi sekolah dasar inklusi dalam menerapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
kedelapan aspek penyelenggaraan pendidikan inklusi. Berikut ini adalah
pedoman wawancara yang digunakan peneliti
Tabel 3.1 kisi-kisi wawancara
Aspek Indikator Pertanyaan pokok
Penataan kelas yang
ramah anak
Mengelola kelas untuk
mengoptimalkan proses
pembelajaran/belajar
mengajar
1. Bagaimana cara guru
untuk mengatur kelas/
manajemen kelas yang
sesuai dengan kebutuhan
siswa?
2. Bagaimana agar anak-
anak nyaman saat mengikuti
proses pembelajaran
berlangsung?
Mengarahkan
pengelompokan siswa
untuk pengajaran di ruang
kelas
3. Bagaimana cara guru
memposisikan anak
berkebebutuhan khusus dan
yang tidak berkebutuhan
khusus di kelas?
4.Apakah pengelompokan
siswa berpengaruh dalam
proses belajar mengajar?
5. Berapakah jumlah setiap
anak dalam kelompok?
6. Bagaimana komposisi
anak dalam setiap kelompok
(misalkan jumlah siswa laki-
laki dan perempuan atau
siswa yang pandai dan
kurang pandai)
Penataan kelas 8. Bagaimana bentuk dan
ukuran ruang kelas?
9. Bagaimana bentuk meja
dan kursi dalam kelas?
10. Berapa jumlah anak
disetiap kelas?
11. Apakah dalam kelas
terdapat tempat untuk
kelompok?
12. Apakah ada
perpustakaan kelas?
13. Bagaimana dengan hasil
karya anak?
14. Apakah ada fasilitas
khusus di dalam kelas untuk
anak berkebutuhan khusus?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
2. Pedoman Observasi
Di bawah ini dijabarkan tentang pedoman observasi yang dalam
pengamatannya akan dituliskan dalam bentuk catatan anekdot . observasi
dilakukan berdasarkan fakta yang ada di lapangan untuk semua aspek dalam
bentuk observasi kelas, lingkungan sekolah, dan dokumen-dokumen.
Tabel 3.2 pedoman observasi
No Indikator Deskripsi Hasil Pengamatan
1. Pengelompokkan siswa
2. Tempat duduk siswa
3. Pendampingan khusus bagi siswa
berkebutuhan khusus
4. Penjelasan guru dalam
menjelaskan pembelajaran
5 Memberi penghargaan dan sanksi
6. Hasil karya siswa
3. Daftar Cek Dokumen
Daftar dokumen akan digunakan untuk mengetahui dokumen yang ada di
kelas. Daftar dokumen berisi tentang dokumen-dokumen tentang penataan kelas
yang ramah anak di sekolah inklusi dan kemudian akan ditunjukan dalam bentuk
ceklis.
Tabel 3.3 daftar dokumen
No Aspek Daftar
dokumen
Ya
(√)
Tidak
(√)
Keterangan
1. Penataan
kelas yang
ramah anak
Papan tulis
Lemari
Jendela
Pintu
Fentilasi
Kipas
Angin
F. Kredibilitas dan Transferabilitas
Sugiyono (2012) mengemukakan bahwa pengujian keabsahan data dalam
penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas interbal), transferability
(validitas eksternal), depenability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
1. Pengujian Credibility
Pengujian kredibilitas merupakan uji kepercayaan terhadap hasil data
penelitian. Pengujian ini dapat dapat dilakukan dengan perpanjangan
pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi
dengan teman sejawat, analisis kasus negative, dan membercheck. Sugiyono
(2014:127) menambahkan bahwa triangulasi terbagi menjadi triangulasi
sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Triangulasi sumber
dilakukan engan mengecek data yang telah diperoleh dengan beberapa sumber.
Narasumber pada penelitian ini adalah kepala sekolah, guru kelas 1 dan guru
pendamping khusus. Peneliti melakukan triangulasi sumber dengan mengecek
data yang diperoleh dari salah satu narasumber dan narasumber lainnya. Data
yang diperoleh dari satu narasumber dapat diperkuat dengan data yang
diperoleh narasumber lainnya, namun ketika data yang diperoleh dari
narasumber berbeda, peneliti melakukan triangulasi teknik.
Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber
yang sama dengan teknik yang berbeda. Triangulasi teknik dilakukan dengan
membandingkan data yang diperoleh peneliti dari wawancara, observasi, dan
studi dokumentasi. Apabila hasil dari triangulasi teknik masih menunjukkan
data yang berbeda, peneliti melakukan triangulasi waktu. Triangulasi waktu
dilakukan dengan melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau
teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Peneliti melakukan diskusi
lebih lanjut dari hasil data-data yang telah peneliti peroleh sebelumnya baik
dari triangulasi ini berguna agar data yang diperoleh dapat dipercaya
kebenarannya, dapat dipertanggungjawabkan, dan sesuai dengan kondisi yang
terjadi di lapangan.
2. Pengujian Transferability
Pengujian transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian
kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derejad ketetapan atau dapat
diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil.
3. Pengujian Dependability
Pengujian dependability dalam penelitian kualitattif dilakukan dengan
melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data.
Jika proses penelitian tidak dilakukan tetapi terdapat data, maka penelitian
tersebut tidak reliable atau dependable. Untuk itu pengujian dependability
dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses
penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen, atau pembimbing
untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.
4. Pengujian Konfirmability
Pengujian konfirmability mirip dengan uji dependability, sehingga
pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji konfirmability
berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila
hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka
penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability.
Dalam penelitian ini, keabsahan data dalam penelitian diuji dengan kredabilitas
dan transferbilitas yang dilakukan dengan pengecekan sumber menggunakan teknik
yang berbeda, waktu yang berbeda dan sumber yang berbeda. Teknik yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu, wawancara, observasi dan dokumentasi.
Waktu yang berbeda yaitu ketika pengambilan data. Sumber berbeda yang ditunjuk
untuk melakukan wawancara yaitu kepala sekolah, guru kelas, dan guru
pendamping khusus. Sumber observasi yaitu ruang kelas. Daftar dokumentasi yang
dicermati yaitu tentang ruang kelas, sarana dan prasaran yang ada di dalam kelas.
Peneliti memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya agar
pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian yang dilakukan sehingga dapat
memutuskan dapat atau tidaknya penelitian diaplikasikan di tempat lain.
G. Teknik Analisis Data
Langkah terakhir yang dilakukan peneliti yaitu melakukan analisis data yang
telah diperoleh untuk mendapatkan hasil penelitian. Miles dan Huberman (dalam
Sugiyono, 2012) menyatakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secra interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data
display, dan conclusion drawing/verification. Langkah-langkah analisis dapat
dijelaskan sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Langkah pertama, peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilih
data yang penting dan sesuai dengan fokus penelitian. Melakukan reduksi
data dapat diartikan dengan merangkum atau memilih hal-hal pokok serta
memfokuskan diri pada data yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.
Pada kenyataannya, data temuan di lapangan bisa sangat beragam dan
heterogen, sehingga perlu dilakukan pemilahan dan penyusunan secara
sistematis agar diperoleh data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini reduksi
data dilakukan pada hasil observasi dan hasil wawancara. Hasil wawancara
dan dokumentasi direduksi dengan memilih data yang penting dan sesuai
fokus penelitian berdasarkan penataan kelas yang ramah anak di sekolah
inklusi.
2. Data Display
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
Dalam penelitian ini paling sering digunakan untuk menyajikan data adalah
dengan bentuk tabel yang berisikan hasil dari reduksi observasi dan reduksi
wawancara dalam satu tabel berdasarkan aspek yang diamati.
3. Onclusion Drawing/verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman (dalam Sugiyono, 2012:252) adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan kredibel. Penarikan
kesimpulan dalam penelitian kualitatif bersifat sementara dan akan
berkembang setelah penelitian berada di lapangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif yang berjudul “
Penataan Kelas yang Ramah Anak di Sekolah Inklusi: Studi Deskriptif” yang
dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2019. Hal pertama yang dilakukan
oleh peneliti yaitu meminta surat izin penelitian ke sekretariat PGSD Universitas
Sanata Dharma. Surat tersebut merupakan surat izin dari kampus untuk
mengadakan penelitian di 4 SD Kabupaten Yogyakarta dan Kabupaten Sleman.
Surat tersebut peneliti bawa kepada Kepala Sekolah SD Mekar Jaya, SD Cinta
Kasih, SD Pagi Cerah, SD Harapan Mulia sebagai syarat penelitian. Setelah
peneliti memberikan surat izin penelitian dan sekolah mengizinkan, maka peneliti
memulai penelitiannya dengan melakukan observasi dan wawancara secara
bertahap. Pengambilan data yang pertama yaitu peneliti melakukan wawancara
terhadap guru pendamping khusus.
Wawancara dilaksanakan mulai tanggal 28 Maret 2019 yaitu dengan guru
pendamping khusus (GPK), lalu wawancara kembali dilaksanakan pada tanggal
12 April 2019 yaitu dengan kepala sekolah dan juga guru kelas 1. Observasi juga
dilaksanakan pada tanggal 12 April 2019 di kelas 4 pada saat jam pembelajaran.
Wawancara yang dilakukan yaitu tentang aspek sekolah inklusi penataan
kelas yang ramah anak yang kemudian diharapkan akan menemukan masalah dari
pengambilan data ini. Pengambilan data selanjutnya yaitu observasi yang
dilakukan pada tanggal 12 April 2019 dan pengambilan data dokumentasi juga
dilakukan pada tanggal 12 April 2019. Jadwal pelaksanaan kegiatan lebih rinci
dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Wawancara SD “Mekar Jaya”
No Hari/Tanggal Subjek Wawancara
1. Jumat/5 April 2019 Guru Pendamping Khusus
2. Jumat/ 12 April 2019 Kepala Sekolah
Guru kelas I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Wawancara SD “Cinta Kasih”
No Hari/Tanggal Subjek Wawancara
1 Selasa/9 April 2019 Kepala Sekolah
Guru Kelas 1
2 Selasa/11 April 2019 Guru Pendamping Khusus
Guru Kelas 4
Tabel 4.3 Jadwal Pelaksanaan Wawancara SD “Pagi Cerah”
No Hari/Tanggal Subjek Wawancara
1 Jumat/29 Maret 2019 Guru Pendamping Khusus
Guru Kelas 2
2 Sabtu/30 Maret 2019 Kepala Sekolah
Guru Kelas 4
Tabel 4.4 Jadwal Pelaksanaan Wawancara SD “Harapan Mulia”
No Hari/Tanggal Subjek Wawancara
1 Kamis/28 Maret 2019 Guru Kelas 2
2 Selasa/2 April 2019 Guru kelas 6
3 Selasa/ 9 April 2019 Guru Pendamping Khusus
4 Jumat/ 12 April 2019 Kepala Sekolah
Tabel 4.5 Jadwal Pelaksanaan Observasi
No Hari/Tanggal Aspek Yang Diamati
1. Jumat/12 April 2019 Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar
B. Hasil Penelitian
1. Wawancara
Wawancara dilaksanakan dengan menggunakan teknik wawancara semi
terstruktur terhadap beberapa narasumber kunci di keempat SD inklusi wilayah
Kabupaten Sleman dan Kabupaten Yogyakarta. Narasumber yang berhasil
diwawancarai secara intensifyaitu Kepala Sekolah, Guru Pendamping Khusus dan
Guru kelas. Data yang didapat melalui wawancara, dilengkapi dengan data
observasi langsung yang dilakukan rentang waktu pada bulan April. Semua data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
hasil penelitian ini diuraikan berdasarkan fokus pertanyaan penelitian sebagai
berikut:
1) Narasumber Guru Pendamping Khusus
a. Mengelola Kelas Untuk Mengoptimalkan Proses Pembelajaran/ Belajar
Mengajar
Narasumber SD “Mekar Jaya” menjelaskan bahwa cara guru untuk
mengatur kelas disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pada anak
“Kalau anak low vision diletakkan di depan, untuk anak2 yg memakai kursi
roda yang tunadaksa diletakkan di dekat pintu, kemudian untuk anak2 yg
lambat belajar itu sederet dengan gurunya.” (W1.GKa.05042019.1-6).
Penempatan anak berkebutuhan khusus di depan atau di dekat pintu
bertujuan untuk memudahkan guru untuk membantu keluar dari kelas.
Menurut narasumber dari SD Cinta kasih “Penataan kursi dan meja itu
tidak boleh mengganggu aktivitas anak jadi tidak boleh terlalu rapat, dan
kelas sudah dirancang dengan ukuran seluas ini untuk 28 anak kan sudah
standarnya seperti itu untuk bebas bergerak...” (W1.KSb.942019.1-6). SD
Cinta Kasih juga menata tempat duduk anak berdasarkan dengan masing-
masing kebutuhan anak.
Narasumber dari SD Pagi Cerah menyampaikan bahwa “Penataan kelas itu
kita buat saling berhadap hadapan biar satu teman dengan teman yang
lain itu bisa saling komunikasi gitu lo.” (W1.GPKc.20032019.2-9).
Menurut beliau tatanan kelas seperti itu akan memudahkan anak untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran dan juga akan memudahkan guru untuk
menyampaikan materi. Narasumber dari SD Harapan Mulia mengatakan
bahwa penataan kelas akan berubah per minggunya “pengaturan tempat
duduk bisanya perminggu mbak.” (W1.GK2d.28032019.1-8). Beliau
mengatur tempat duduk seperti itu agar anak merasa nyaman dan tidak
bosan.
Narasumber juga menjelaskan agar anak-anak nyaman saat mengikuti
proses pembelajaran berlangsung yaitu tergantung guru kelas dan
kesepakatan bersama “Tergantung guru kelas, biasanya kalau abk duduk
tidak dipisahkan tetapi dicampur. Agar anak-anak tersebut percaya diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Dan merasa tidak dibedakan.” (W1.GPK.05042019.6-8). Sekolah juga
menanamkan rasa solidaritas yang tinggi kepada anak agar tujuan
pembelajaran di kelas dapat tercapai dengan saling membantu dalam
pemahaman materi pelajaran.
Menurut narasumber dari SD Cinta Kasih agar anak-anak nyaman saat
mengikuti pembelajaran dengan variasi metode anak-anak diajak untuk
belajar di luar dan lebih mengenal lingkungan “Variasi metode, kadang
keluar kelas kadang-kadang mengamati lingkungan sekitar dikaitkan
dengan teman.” (W1.KSb.942019.7-8). Narasumber lain dari SD Pagi
Cerah menyampaikan bahwa untuk membuat anak-anak nyaman dalam
proses pembelajaran guru harus aktif dan kreatif selain itu guru juga harus
menyiapkan media yang menarik “pada pembelajaran berlangsung itu
nyaman anak senang itu guru menyampaikannya secara aktif, menarik dan
apa ya ada media yang menarik juga.” (W1.GPKc.20032019.11-17)
b. Mengarahkan Pengelompokan Siswa Untuk Pengajaran di Ruang Kelas
Cara guru dalam memposisikan anak berkebutuhan khusus di kelas yaitu
dengan dicampur “Dicampur mbak.. tidak ada yang berbeda kan supaya
bisa membaur. Tapi memang ada anak seperti low vision gitu ditaruh di
depan, tunagrahita juga di depan supaya lebih gampang diperhatikan
guru.” (W1.GPK.05042019.1-8). Namun, tidak semua kelas seperti ini
kadang-kadang juga tergantung dengan gurunya. Pengelompokan anak tidak
berpengaruh karena semua anak dapat bekerjasama di dalam kelompok
masing-masing. “Pengaruh kelompok, tidak ada. Pas kalau kerja kelompok
ada anak berkebutuhan khusus tidak ikut membantu, kadang hanya duduk,
tidak ikut membantu harus gimana. Tetap di dalam kelompok itu. Kalau yg
iqnya bagus dia akan ikut membantu.” (W1.GPK.05042019.8-11). Guru
sebisa mungkin berlaku adil dan tidak membeda-bedakan agar anak yang
memiliki kebutuhan khusus merasa percaya diri. Semua anak yang memiliki
kebutuhan khusus dalam pengelompokan lebih baik dijadikan satu dengan
anak-anak reguler dikarenakan agar mereka (anak-anak reguler) dapat
membantu anak-anak berkebutuhan dalam menyelesaikan tugasnya ataupun
memberikan arahan. Komposisi pengelompokan anak sendiri tergantung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
dengan jumlah siswa yang ada di kelas dan ketentuan dari guru “kalo itu
tergantung jumlah siswa kelasnya mbak.” (W1.GPK.05042019.12-13).
Komposisi anak dalam setiap kelompok dibagi sama rata sesuai dengan
jumlah anak menurut narasumber “biasanya sama rata.”
(W1.GPK.05042019.14). Pengarahan kelompok juga dikatakan narasumber
dari 3 SD inklusi memiliki komposisi yang sama dan juga jumlah anggota
kelompok sesuai dengan jumlah siswa yang ada di kelas dan tergantung
guru kelas yang mengatur pengelompokan tersebut.
c. Penataan Kelas
Bentuk ruangan kelas di SD Mekar Jaya seperti bentuk-bentuk kelas
pada umumnya dan berukuran kurang lebih 10mx10m. “Semua kelas itu
ukurannya sama mbak ya kira-kira 10mx10m.” (W1.GPK.05042019.18-19).
Narasumber dari SD Cinta Kasih juga menjelaskan jika ukuran kelas cukup
untuk 30 siswa “bentuk ruangannya itu ya mbak, persegi kalau luasnya ya
kayanya cukup untuk 30 siswa.”( W1.KSb.942019.13-14). Bentuk meja dan
kursi juga sama dengan meja kursi yang lain, yang terbuat dari kayu. Satu
meja berisi 2 anak dengan masing-masing anak memiliki 1 kursi. Dalam
setiap kelas jumlah anak berbeda-beda “jumlah setiap kelas ada : 1: 14,
2:12, 3:13, 4:18, 5:23, 6:14.”(W1.GPK.05122019.9). Pengelompokan
siswa dalam pembelajaran juga bersifat spontan yang artinya kelompok baru
akan dibentuk pada saat ada tugas kelompok atau pada saat berdiskusi.
Tidak ada tempat khusus untuk kelompok. “tapi biasanya kalo diadakan
diskusi baru dibuat tempat kelompok, tidak ada sarana prasarana khusus
untuk berdiskusi.” (W1.GPK.05042019.10). SD Mekar Jaya belum memiliki
perpustakaan kelas, namun untuk buku-buku pelajaran tersedia di dalam
kelas. “Kalo perpustakaan kelas gak ada mbak, tapi kalo buku2 pelajaran
ada. Tapi untuk pojok bacanya kami belum ada.” (W1.GPK.05042019.11).
Narasumber dari SD Cinta Kasih menjelaskan bahwa SD Cinta Kasih sudah
memiliki perpustakaan di dalam kelas “kami ada mbak perpustakaan kelas
menyediakan buku-buku bacaan dan pengetahuan.”( W2.GPKb.1142019.16-
17). Fasilitas khusus yang dimiliki oleh SD Mekar Jaya hanya kursi roda
untuk anak tunadaksa yang membutuhkan, untuk fasilitas yang lain belum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
tersedia. Narasumber Lala mengatakan fasilitas-fasilitas yang dimiliki kelas
hanya fasilitas yang biasa ada dalam kelas-kelas yang lain “Untuk fasilitas
khusus tidak ada mbak, paling ya kami hanya menyediakan kursi roda untuk
anak tunadaksa. Tapi biasanya anak yang tunadaksa membawa kursi roda
sendiri. Kalau fasilitas di dalam kelasnya ada meja, kursi, papan tulis,
lemari, foto presiden dan wakil, meja guru, kursi guru, tata tertib, kipas
angin, lambang Negara, yang gak ada bendera…”
(W1.GPK.05042019.12). Hasil karya anak-anak SD Mekar Jaya selalu
dipajang di dalam kelas, yang bertujuan untuk mengapresiasi kretifitas
mereka “iya jadi hasil itu diletakkan/dipajang di tembok belakang tempat
duduk mereka…”(W1.GPK.05042019.13).
2) Narasumber Kepala Sekolah
a. Mengelola Kelas Untuk Mengoptimalkan Proses Pembelajaran/Belajar
Mengajar
Narasumber menjelaskan bahwa penataan kelas di SD Mekar Jaya selalu
dijadikan satu tidak ada yang dikelompok-kelompokan sendiri-sendiri
“dicampur mbak.. tidak ada yang berbeda kan supaya bisa membaur. Tapi
memang ada anak seperti low vision gitu ditaruh di depan, tunagrahita juga
di depan supaya lebih gampang diperhatikan guru.” (W2.KS.12042019.1-
3). Berbeda dengan narasumber dari SD Cinta Kasih yang menjelaskan
“penataan kursi dan meja itu tidak boleh mengganggu aktivitas anak jadi
tidak boleh terlalu rapat…” (W1.KSb.942019.1-6) agar tidak mengganggu
aktivitas anak-anak. Berbeda dengan SD Pagi Cerah yang tempat duduknya
dikelompokan “Saya kelompokan, misalnya meja ini untuk berapa anak,
saya pindah-pindah mbak, bosen juga to, kalau yang menghadap-hadap itu
jarang malahan , pokoknya saya kelompokkan…” (W2.KS2c.29032019.2-
9). narasumber dari SD Harapan Mulia menjelaskan bahwa penataan tempat
duduk sesuai dengan kesepakatan bersama “itu kesepakan anak nya mbak ya
ini mau apa posisi nya tempat duduk dengan siapa ya udah, gak usah pake
kursi pak pake tiker ya udah pake tiker, enak to…”
(W2.GK6d.09042019.12).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
b. Mengarahkan Pengelompokan Siswa Untuk Pengajaran di Ruang Kelas
Narasumber menjelaskan bahwa pengelompokan anak yaitu dengan
mencampur semua anak-anak, jika ada anak berkebutuhan yang kesulitan
ada anak yang lain dapat membantu. Menurut narasumber dari SD Cinta
Kasih bahwa anak-anak yang berkebutuhan tidak diperbolehkan dicampur
dengan anak berkebutuhan lainnya “dicampur memang, tidak boleh
disendirikan dan anak ABK tidak boleh duduk dengan anak ABK supaya
bisa saling mengenal yang lain dan saling membantu” (W1.KSb.942019.7-
9). Narasumber dari SD Pagi Cerah menjelaskan “Anak tidak di bedakan
mbak tetapi untuk pembelajaran mungkin cara akademik itu anak yang
berkebutuhan khusus lebih diperhatikan lebih diamati lebih diajari agar
bisa menyesuaikan dengan teman-temannya …” (W1.GPKc.20032019.19-
28). Hal ini dikarenakan agar anak berkebutuhan khusus bisa mengikuti
pembelajaran dan tidak ketinggalan dengan teman-temannya yang lain.
Proses pengelompokan ini berpengaruh dalam proses pembelajaran karena
tidak semua anak dapat bekerja sama dengan baik, sehingga membuat guru
lebih memberikan perhatian agar materi dapat tersampaikan.
c. Penataan Kelas
SD Mekar Jaya memiliki ruangan-ruangan kelas yang bentuk dan
ukurannya sama “kalau bentuk ya seperti kelas-kelas pada umumnya ya
mbak…” (W2.KS.12042019.25-26), beliau juga menjelaskan tatanan meja
dan kursi dalam kelas “meja dan kursinya ya sama saja mbak, meja untuk
berdua kalau kursinya satu-satu.” (W2.KS.12042019.18). Jumlah semua
siswa di SD Mekar Jaya ada 94 anak. Narasumber mengatakan bahwa kelas
belum ada tempat untuk kelompok dan juga belum memiliki perpustakaan
kelas. Untuk fasilitas khusus belum ada namun untuk WC difabel sekolah
tersebut sudah menyediakan “Tapi kalau untuk WC kami sudah ada jadi ada
WC khusus untuk difabel…” (W2.KS.12042019.28). Mengenai hasil karya
anak, semua hasil karya anak dipasang pada dinding-dinding kelas dan hasil
yang kurang baik akan dikembalikan lagi ke anak “hasil karya seni anak-
anak ya ada yang dipajang ada juga yang dibawa pulang mbak.”
(W2.KS.12042019.30-31).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
3) Narasumber Guru Kelas
a. Mengelola Kelas Untuk Mengoptimalkan Proses Pembelajaran/ Belajar
Mengajar
Narasumber menjelaskan penataan kelas yang diterapkan yaitu
“saya menatanya biasa mbak, tapi cuman menatanya semua
menghadap ke depan nggak membentuk lingkaran gini nggak cuman
kadang-kadang dipindah yang tadi di ini.” (W3.GK1.12052019.1-5),
jadi menurut narasumber penataan yang dilakukan setiap seminggu
sekali dirubah agar anak tidak bosan. Lalu menurut narasumber dari SD
Cinta Kasih yaitu dengan menyesuaikan kebutuhan anak “Ya kita
sesuaikan dengan kebutuhan aja mbak.” (W3.GK1b.942019.1-4).
Menurut narasumber dari SD Pagi Cerah yaitu dengan merubah posisi
tempat duduk anak “selalu bergantian teman untuk tempat duduk, yang
kedua terus mengatur selalu setiap 2-3 hari sekali itu merubah tempat
duduk.” (W3.KSc.30032019.2-4). Untuk kenyamanan siswa pada saat
proses pembelajaran narasumber menyampaikan bahwa kenyamanan
anak pada saat berada di kelas dengan menggunakan fasilitas kipas
angin agar anak-anak tidak merasa kepanasan saat mengikuti proses
pembelajaran “Ya untuk tempat karna kalau panas itu ya apa nggak
nyaman, supaya nyaman saya usul kasih kipas angin tidak hanya satu
tapi 2. Tapi untuk kenyamanan tempat duduk ya cuma tak pindah2 itu
tadi” (W3.GK1.12042019.8-9). Membuat siswa nyaman pada saat
proses pembelajaran tergantung dengan bagaimana guru dalam
menyampaikan materi serta menumbuhkan rasa nyaman pada anak.
b. Mengarahkan Pengelompokan Siswa Untuk Pengajaran di Ruang
Kelas
Narasumber memposisikan kelompok dengan merolling
kelompok jadi sebelumnya narasumber sudah menentukan kelompok
tersebut. Narasumber menjelaskan jika posisi anak berkebutuhan
dengan anak reguler dijadikan satu. Narasumber SD Cinta Kasih
menjelaskan bahwa posisi anak berkebutuhan berbeda dengan anak
reguler “cara guru memposisikan ABK dan anak reguler dikelas adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
digabung, supaya anak reguler dapat membantu yang ABK dan bisa
saling menyemangati…” (W2.GPKb.1142019.1-5). Narasumber SD
Pagi Cerah menjelaskan jika anak berkebutuhan harus diberi perhatian
khusus “namun hanya kita lebihkan saja perhatiannya saja untuk
abk…” (W3.KSc.30032019.14-22). Narasumber SD Harapan Mulia
membebaskan anak untuk posisi tempat duduk anak “kamu mau duduk
sama siapa ya bebas asal siswa itu nyaman kalo misal nya anak nya
tidak nyaman, aku tidak suka sama dia di jadikan satu kursi kan gak
mau to” (W2.GK6d.28032019.4-7). Jumlah anak pada kelompok
disesuiakan dengan jumlah siswa perkelas “kalo itu tergantung jumlah
siswa kelasnya mbak…” (W3.GK1.12042019.5). Untuk komposisi anak
dalam kelompok narasumber mengatakan jika setiap kelompok disama
ratakan “ya itu tadi, dalam kelompok saya sama ratakan.”
(W3.GK1.12042019.6)
c. Penataan kelas
Narasumber menjelaskan untuk penataan kelas dengan bentuk
dan ruangan “kalau bentuknya persegi ya mbak, tapi untuk ukuran saya
kurang tahu.. tapi kelasnya lumayan luas mbak…”
(W3.GK1.12042019.25-26) beliau mengatakan jika ukuran kelas cukup
luas untuk jumlah siswa di kelas 1 tersebut. Untuk meja dan kursi “ya
meja biasa saja mbak dan kursi seperti meja kursi sekolah pada
umunya dari kayu”( W3.GK1.12042019.27-28). Jumlah anak setiap
kelas ada “kelas 1 itu 14, kelas 2 12, kelas 3 13, kelas 4, 18, kelas 5 22
apa 23 gitu, kelas 6 14” (W3.GK1.12042019.29-30). Untuk tempat
kelompok narasumber menjelaskan “tidak ada mbak, karena biasanya
kalau saya buat kelompok paling hamya mengubah posisi tempat
duduknya saja.” (W3.GK1.12042019.31-32). Narasumber juga
menjelaskan di SD Mekar Jaya belum memiliki perpustakaan kelas
“perpustakaan kelas tidak ada, adanya hanya perpustakaan sekolah.”
(W3.GK1.12042019.34). Untuk fasilitas khusus di dalam kelas SD
Mekar Jaya belum ada. Narasumber menjelaskan untuk hasil karya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
anak “kalau karya seni itu yang bagus mbak biasanya yang dipajang di
kelas” (W3.GK1.12042019.37).
2. Observasi
a. Pengelompokan Siswa
Pengelompokkan siswa dilakukan pada saat ada tugas kelompok atau
diskusi. Guru membagi siswa dalam kelompok dengan cara menghitung 1,2,3
dan jika siswa yang mendapat nomer sama maka siswa tersebut akan menjadi
satu kelompok. Dalam waktu observasi peneliti juga mengamati bagaimana
cara guru dalam menentukan kelompok serta mengatur para siswa agar masuk
ke dalam kelompok masing-masing.
Kelompok-kelompok yang telah ditentukan oleh guru ada 4 kelompok dan
masing-masing kelompok terdiri dari 3-4 siswa. Semua kelompok tempat
duduknya diatur oleh guru, meja-meja dihadapkan agar mereka lebih mudah
untuk bekerja sama. Setelah itu guru pendamping dan guru kelas berkeliling
untuk membantu di kelompok-kelompok.
b. Tempat Duduk Siswa
Siswa yang berkebutuhan khusus akan diletakkan di depan dengan
pencahayaan yang terang. Anak-anak yang mengalami low vision diletakan di
depan dekat dengan guru, dan anak tunadaksa juga diletakkan di dekat pintu
agar memudahkan untuk keluar masuk. Dalam kelas terdapat 10 meja dan 20
kursi. Satu meja diisi dengan 2 orang siswa. meja dan kursi ditata menghdap ke
depan.
c. Pendampingan Khusus Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus
Pada saat pembelajaran guru pendamping khusus selalu masuk ke dalam
kelas untuk mendampingi anak-anak yang berkebutuhan khusus. Guru
pendamping membantu anak-anak dalam memahami materi dan juga
membantu siswa ketika kesulitan. Peran guru pendamping sangat dibutuhkan
karena anak berkebutuhan khusus membutuhkan perhatian yang ekstra.
d. Penjelasan Guru Dalam menjelaskan Pembelajaran
Pada saat peneliti melakukan observasi di dalam kelas pada saat proses
pembelajaran berlangsung, guru memberikan materi Bahasa Indonesia. Guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
menyampaikan materi kepada siswa dilakukan dengan mengulang beberapa
kali agar materi tersampaikan dengan baik dan siswa mampu menerima.
Guru selalu bertanya apakah masih kurang jelas dengan penyampaian
materi. Guru melakukan tanya jawab untuk memastikan anak-anak sudah
paham atau belum dengan materi yang disampaikan.
e. Memberi Penghargaan dan Sanksi
Ketika anak menjawab pertanyaan dengan benar maka guru akan memberi
penghargaan dengan memberikan pujian atau tanda “Sip” dengan jempol. Jika
ada anak yang melakukan kesalahan atau keributan maka guru akan memberi
sanksi dengan memotong jam istirahat. Siswa yang tidak bisa mematuhi tata
tertib juga akan mendapat sanksi. Guru tidak membeda-bedakan siswa mana
yang akan diberi sanksi atau tidak, termasuk anak bekebutuhan khusus yang
tidak mematuhi tata tertib.
f. Hasil Karya
Peneliti mengamati kelas dan melihat hasil karya anak-anak dipajang di
dinding-dinding kelas. Mulai dari hasil mewarnai, melukis, seni prakarya
terdapat di dalam kelas. Hasil karya yang dipajang adalah hasil karya anak
yang terbaik. Tujuan dipajangnya hasil karya anak untuk mengapresiasi
kreatifitas dan karya anak.
3. Dokumentasi Berikut ini disajikan daftar dokumen berdasarkan aspek penataan kelas
yang ramah anak di SD Mekar Jaya.
Tabel 4.3 Daftar Dokumen
Daftar Dokumentasi Keterangan Deskripsi
Ada tidak
Papan tulis Terdapat satu papan tulis di
dalam kelas
Meja dan Kursi Terdapat 12 meja dan 24
kursi
Meja Guru Terdapat 1 meja guru beserta
kursi
Lemari Terdapat 1 lemari
Perpustakaan kelas Belum ada perpustakaan
kelas
Hasil karya Terdapat banyak hasil karya
yang ditempel pada dinding-
dinding kelas
Gambar presiden dan wakil Terdapat gambar presiden &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
presiden wakil
Lambang Negara Terdapat lambang negara
Tata tertib Terdapat tata tertib
Tempat sampah Terdapat 1 tempat sampah
Kipas angina Terdapat 2 kipas angina
Jam dinding Terdapat 1 jam dinding
C. Pembahasan
1. Pemanfaatan Waktu Untuk Kegiatan Pengajaran dan Non-pengajaran
Penataan kelas di SD Mekar Jaya termasuk dalam pemanfaatan waktu
untuk kegiatan pengajaran, cara guru untuk mengatur kelas dengan cara
menempatkan anak yang memiliki kebutuhan khusus seperti anak low vision di
depan serta anak tunadaksa di dekat pintu agar mudah akses untuk keluar
masuk ke dalam kelas. Anak-anak yang slow learner akan diletakan sejajar
dengan tempat duduk gurunya, agar memudahkan guru untuk menjelaskan
materi dan membantu anak. Semua tempat duduk menghadap ke depan dengan
penataan yang sejajar. Anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus tidak
dibiarkan duduk sendiri, guru mencampur anak-anak reguler dan anak yang
berkebutuhan agar duduk satu meja. Selain untuk membantu proses belajar
pada anak yang memiliki kebutuhan, menempatkan anak reguler dengan anak
berkebutuhan membuat anak berkebutuhan menjadi percaya diri dan tidak
merasa disendirikan. Kenyamanan anak dalam proses belajar juga sangat
diperhatikan. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Kustawan dan Hermawan
(2013:115) yang menyatakan bahwa menciptakan suasana belajar yang
menggairahkan perlu memperhatikan pengaturan/penataan ruang kelas.
Berbeda dengan SD Harapan Mulia, guru kelas mengatur penataan tempat
duduk mereka berdasarkan kesepakatan bersama. Alasannya agar anak tidak
bosan dan belajar bertanggung jawab untuk pilihannya. Anak dibebaskan untuk
memilih tempat duduk namun guru juga tetap mengawasi dan memberikan
konsekuensi.
Guru harus membuat anak-anak nyaman saat proses belajar mengajar,
salah satunya dengan mengajak anak untuk belajar di luar kelas. Seperti yang
dijelaskan Kustawan dan Hermawan (2013:116) yang menyatakan bahwa kelas
sebagai lingkungan pembelajaran tidak terbatas pada ruang kelas saja. Anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
dapat belajar di dalam dan di luar kelas. Guru dari SD Harapan Mulia
menyatakan sebelum dimulainya proses pembelajaran maka ia akan berdiskusi
dengan anak, akan belajar materi apa dan belajar dimana. Jika siswa ingin
belajar di luar kelas maka hari itu antara guru dengan siswa sepakat untuk
belajar di luar kelas, di halaman misalnya. Jadi tidak selalu siswa selalu
menurut dengan perintah guru namun saling bergantian. Selain dengan belajar
diluar guru juga harus kreatif dan inovtif dalam menyampaikan materi. Dalam
menyampaikan materi guru sebaiknya tidak hanya menggunakan metode
ceramah, namun bisa juga dengan diselingi menyanyi, bermain games, maupun
quiz yang diharapkan akan menambah semangat anak dan juga kenyamanan
dalam mengikuti proses pembelajaran. SD Pagi Cerah menyatakan bahwa
anak-anak mereka bebaskan untuk berbicara namun berbicara dalam konteks
pelajaran pada hari itu, guru tidak terlalu mengekang. Anak-anak dibebaskan
dalam berbicara untuk melatih kepercayaan diri anak-anak tersebut, agar anak-
anak tidak sungkan untuk mengutarakan pendapatnya.
2. Rutinitas Ruang Kelas Untuk Kegiatan Akademis Maupun Non-akademis
Rutinitas ruang kelas dapat meliputi pengelompokan anak dalam
proses pembelajaran. Guru memposisikan anak berkebutuhan khusus dengan
anak yang reguler dengan cara disamakan artinya guru akan membuat anak
reguler dengan anak berkebutuhan menjadi satu kelompok tanpa membanding-
bandingkan. Sutopo (2009:211) menjelaskan dasar-dasar pengelompokan siswa
yaitu berdasarkan kemampuan peserta didiknya diantaranya; 1) friendship
grouping yaitu pengelompokan peserta didik berdasarkan pada kesukaan
memilih teman. 2) achievement grouping yaitu pengelompokan siswa
didasarkan prestasi yang dicapai. 3) aptitude grouping, yaitu pengelompokan
peserta didik didasarkan atas kemampuan dan bakat sesuai yang dimiliki siswa.
Guru mengelompokan anak tidak berdasarkan dengan kesukaan memilih teman
maupun prestasi, namun guru mengelompokan dengan meyamaratakan semua
anak yang ada di dalam kelas. Tujuan dibuat menjadi satu kelompok yaitu agar
anak reguler dapat membantu anak-anak berkebutuhan dalam mengerjakan
tugas yang guru berikan. Guru juga harus adil dalam membuat kelompok, anak
yang pandai tidak boleh dikelompokan dengan anak yang pandai karena hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
tersebut akan berdampak dalam proses belajar. Komposisi kelompok yang
berisi anak laki-laki dengan laki-laki dan perempuan dengan perempuan juga
tidak diperbolehkan. Jumlah anggota kelompok disesuaikan dengan jumlah
siswa per kelas. Anak-anak harus mampu bekerja dalam kelompok karena guru
ingin menanamkan sikap kerjasama dan solidaritas yang tinggi. Anak
berkebutuhan khusus diharapkan juga mampu bekerja dalam kelompok, kerja
kelompok sangat berguna bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Meskipun ada
beberapa anak yang mau mengerjakan tugas kelompok dan ada yang tidak.
Penataan meja dan kursi dapat diatur dan dengan mudah dipindahkan
untuk mempersiapkan kerja kelompok. Menurut Karwati dan Priansa (2014:
46) penataan meja dan kursi harus diperhatikan yaitu kursi dan meja yang
kuat,stabil, dan mudah dipindahkan oleh peserta didik. Sehingga anak-anak
dapat dengan mudah memindahkan meja dan kursi pada saat ada kegiatan
kelompok. Guru juga mempertimbangkan pengelompokan dalam kelas. Anak-
anak yang diatur dalam kelompok tidak boleh pindah kelompok sesuka hati
mereka. Guru pendamping khusus selalu mendampingi anak-anak pada saat
kerja kelompok, tujuannya agar anak-anak berkebutuhan khusus merasa
terbantu dengan tugas yang diberikan. Ventilasi dan jendela yang cukup untuk
pencahayaan dalam ruang kelas. Membuat kelas tidak sumpek dan pengap.
Serta 2 kipas angin yang dipasang dalam kelas membuat kelas tidak panas.
Anak-anak nyaman belajar di dalam kelas.
Pengelompokan ini sangat membantu anak-anak berkebutuhan untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Anak-anak reguler yang
menjadi teman kelompok dengan senang hati membantu anak-anak
berkebutuhan tersebut walaupun ada satu atau dua orang anak yang tidak mau
membantu. Guru-guru selalu menanamkan rasa solidaritas yang tinggi terhadap
anak. Dalam kegiatan kelompok ini tidak semua anak berkebutuhan mau
mengerjakan tugas kelompok, ada yang hanya diam dan mengamati. Namun,
jika ada anak berkebutuhan yang memiliki IQ yang tinggi maka ia akan
membantu.
Pada jam pulang sekolah anak-anak mendapat tambahan pelajaran dari
guru pendamping khusus. Guru kelas tidak boleh melakukan tambahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
pelajaran terhadap anak-anak karena peraturan dari dinas. Maka yang dapat
melakukan tambahan pelajaran yaitu guru pendamping khusus. Anak-anak
berkebutuhan didampingi dalam tambahan pelajaran agar anak-anak tidak
ketinggalan pelajaran dan dapat mengikuti pelajaran dengan baik.
Berbeda halnya dengan SD Harapan Mulia, pada saat pengelompokan
anak berkebutuhan cenderung dipisahkan dan tidak dicampur. Alasannya agar
anak reguler tidak mengganggu anak berkebutuhan. Guru memilih untuk
membimbing anak berkebutuhan sendiri atau diberikan tambahan jam pelajaran
pada saat pulang sekolah.
3. Pengelolaan Ruang Kelas
Bentuk dan ukuran kelas di SD Mekar Jaya yaitu sesuai dengan standart
ruangan kelas pada umumnya. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana sekolah bahwa ruang
kelas harus memiliki standar kapasitas maksimum ruang kelas 32 peserta didik.
(Karwati & Priansa, 2014: 46). Bentuk kelas di Mekar Jaya yaitu persegi
dengan ukuran sekitar 10mx10m. Ukuran kelas disesuaikan dengan jumlah
siswa, mengingat ada siswa berkebutuhan khusus dalam kelas maka penataan
kelas disusun sebaik mungkin. Hal ini juga dinyatakan oleh Friend dan Bursuck
(2015:288-292) bahwa penataan unsur fisik yang ada di ruang kelas dapat
mempengaruhi kondisi dan suasana belajar bagi anak yang berkebutuhan khusus
dan anak yang tidak berkebutuhan khusus. Untuk itu kelas dibuat senyaman
mungkin agar anak-anak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan
nyaman. Penataan meja kursi yang baik seharusnya berkelompok, karena akan
memudahkan guru dalam menjelaskan materi. Namun mengingat sekolah ini
adalah sekolah inklusi, yang menerima semua anak berkebutuhan khusus
termasuk anak yang low vision maka agak sulit membuat penataan kelas untuk
meja dan kursi yang berkelompok. Idealnya untuk jumlah siswa setiap kelasnya
antara 10-20 anak. Jumlah siswa yang terlalu banyak juga tidak kondusif untuk
pembelajaran, karena banyaknya siswa perhatian dan fokus guru dalam
menyampaikan materi yang kadang tidak tersampaikan dengan baik. SD Mekar
Jaya memiliki 94 siswa, dan rata-rata per kelas jumlah siswa antara 1-20 anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
Penataan kelas harus disesuaikan juga dengan kebutuhan anak, salah
satunya tempat untuk kelompok. Narasumber menjelaskan untuk tempat
kelompok belum ada, namun tempat kelompok dibuat hanya pada saat guru
memberikan tugas diskusi/kelompok yang mengharuskan anak-anak menata
meja dan kursi sehingga dapat dijadikan tempat untuk berdiskusi/kerja
kelompok. SD Mekar jaya belum ada perpustakaan kelas, mereka hanya
mempunyai perpustakaan bersama yang dijadikan satu dengan UKS (Unit
Kesehatan Sekolah). Menurut narasumber perpustakaan kelas belum ada namun
untuk buku-buku pelajaran disediakan di dalam almari kelas. Sehingga pada saat
pembelajaran anak-anak dapat menggunakan buku-buku pelajaran tersebut. SD
Cinta Kasih sudah memiliki perpustakaan kelas yang berisikan buku-buku
bacaan dan buku-buku pengetahuan.
Fasilitas yang ada di dalam kelas di SD Mekar Jaya meliputi, pintu,
jendela, papan tulis, meja dan kursi guru, meja dan kursi siswa, tata tertib,
gambar presiden dan wakil presiden, kipas angin, dan lemari. Narasumber
mengatakan bahwa fasilitas kelas kurang bendera negara. Bendera negera tidak
ada dikarenakan bangunan sekolah yang baru dan harus ada proposal yang
diajukan kepada BOSDA jika ingin membeli peralatan/fasilitas baru. Sekolah
belum menyediakan fasilitas khusus di kelas kecuali kursi roda untuk anak
tunadaksa. Namun, sekolah sudah menyediakan WC/toilet untuk anak
berkebutuhan. Narasumber menyebutnya dengan WC difabel. WC tersebut
diperuntukan khusus untuk anak-anak yang berkebutuhan, anak-anak yang
berkebutuhan khusus merasa nyaman saat menggunakan WC tersebut. Berbeda
pada saat belum ada WC karena anak-anak berkebutuhan merasa kesulitan jika
akan buang air.
Hasil karya anak selalu dipajang di dalam kelas, kategori untuk hasil
karya tersebut menurut narasumber yaitu yang mendapat nilai tertinggi dan yang
bagus akan dipajang di dinding-dinding kelas. Banyak hasil prakarya anak-anak
antara lain, hasil melukis, mewarnai, prakarya dan masih banyak yang lainnya.
Hasil karya ini dipajang bertujuan untuk mengapresiasi kreatifitas para siswa.
Penataan kelas yang baik akan berdampak pada kenyamanan anak,
terlebih lagi sekolah ini bukan hanya menerima siswa yang reguler namun juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
siswa yang berkebutuhan khusus. Syarat-syarat kelas yang nyaman menurut
Karwati dan Priansa (201: 54-56) yaitu ruangan kelas harus memperhatikan
beberapa syarat, misalkan tata ruang kelas, menata perabot kelas yang meliputi
papan tulis, meja dan kursi guru, meja dan kursi peserta didik, almari kelas,
jadwal pelajaran, papan absensi, daftar piket kelas, kalender pendidikan,
gambar-gambar, tempat cuci tangan dan lap, serta tempat sampah. Penataan
kelas yang baik serta fasilitas yang cukup mewadahi akan membuat anak-anak
nyaman untuk belajar dan melakukan kegiatan di dalam kelas. Anak-anak juga
bisa dilibatkan dalam penataan kelas agar mereka terlatih untuk bertanggung
jawab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
BAB V
PENUTUP
Bab V membahas tentang kesimpulan penelitian, keterbatasan penelitian,
dan saran untuk penelitian selanjutnya.
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di keempat SD wilayah
Kabupaten Sleman dan Kabupaten Yogyakarta dapat disimpulkan bahwa dalam
penerapan penataan kelas yang ramah anak di sekolah dasar inklusi pasti menemui
hambatan. Penataan kelas yang ramah anak di keempat SD wilayah Kabupaten
Sleman dan Kabupaten Yogyakarta ada yang sudah diterapkan ada pula yang
belum menerapkan. Penataan kelas yang ramah anak di keempat SD ini dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Mengelola kelas untuk mengoptimalkan proses pembelajaran/ belajar mengajar
sudah diterapkan oleh guru dengan mengatur tempat duduk para siswa sesuai
kebutuhannya masing-masing dan juga merolling setiap seminggu sekali agar
anak-anak tidak bosan. Untuk kenyamanan anak dalam mengikuti proses
pembelajaran anak berkebutuhan dan anak reguler dicampur agar anak
berkebutuhan memiliki rasa percaya diri.
2. Rutinitas ruang kelas pada saat kegiatan akademik dengan mengarahkan
pengelompokan siswa untuk pengajaran di ruang kelas sudah diterapkan guru
dengan guru membuat kelompok belajar dengan menjadikan satu anak yang
berkebutuhan khusus dan anak yang reguler. Jumlah anak disetiap kelompok
antara 3-4 anak. Pengelompokan siswa ini tidak berpengaruh dalam proses
pembelajaran asalkan guru mampu untuk mendampingi dan mengarahkan.
Jumlah dan komposisi kelompok disamaratakan. Guru tidak pilih-pilih dalam
membuat kelompok.
3. Pengelolaan ruang kelas sudah diterapkan dengan cukup baik, melihat fasilitas
kelas dari mulai fentilasi dan pencahayaan yang cukup, ruang kelas yang luas
dan bersih, serta fasilitas pendukung lainnya dan bentuk meja kursi yang sesuai
dengan kebutuhan masing-masing siswa. Kekurangan disini hanya belum
adanya perpustakaan kelas yang penting untuk anak-anak. Perpustakaan kelas/
pojok baca ini sangat penting untuk anak-anak dikarenakan akan membantu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
anak untuk menumbuhkan minat baca dan sumber referensi. Untuk hasil karya
anak dipajang di dinding-dinding kelas yang bertujuan untuk mengapresiasi
kreatifitas anak.
B. Keterbatasan penelitian
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menyampaikan keterbatasan
dalam penelitian sebagai berikut :
1. Pengambilan data yang kurang optimal mengakibatkan peneliti kurang
maksimal dalam melakukan pengambilan data.
2. Waktu yang dipilih narasumber untuk melakukan wawancara pada saat
istirahat menjadikan penelitian tidak maksimal karena berlatar suasana yang
gaduh, sehingga membuat peneliti sulit melakukan vebartim.
C. Saran
Peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya dapat berjalan dengan
lancar, perlu diperhatikan hal-hal berikut :
1. Penelitian selanjutnya, sebaiknya peneliti mampu mengatur waktu dengan
baik agar dapat melakukan penelitian dengan baik dan data yang diperoleh
maksimal.
2. Penelitian selanjutnya, sebaiknya membuat janji jauh-jauh hari dengan
narasumber agar tidak mengulur-ulur waktu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Daftar Pustaka
Ahmadi, R. (2014). Metodologi penelitian kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Anifah, S. & Andini, D.W. (2017). Pelaksanaan pendidikan inklusi di SD tumbuh
2 yogyakarta.Jurnal Pendidikan Khusus, volume 1, edisi 1, hal 45-46.
Dalam:
http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/wacanaakademika/article/download/247
9/1518 diakses pada Senin, 11 Februari 2019 Pukul 11.45 WIB
Atmaja, J.R. (2018). Pendidikan dan bimbingan anak berkebutuhan khusus.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Delphie, B. (2006). Pembelajaran anak tunagrahita (suatu pengantar pendidikan
inklusi). Bandung: Refika Aditama.
Djamal, M. (2015). Paradigma penelitian kulitatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Erisa, H. (2018). Permasalahan sekolah dasar inklusi di kelas atas SD “Suka
Ilmu” Wilayah Kabupaten Kulon Progo. Skripsi. PGSD Universitas Sanata
Dharma.
Dalam: http://repository.usd.ac.id/27096/ diakses Pada Rabu, 27 Februari
2019 pukul 08.00 WIB
Emzir. (2012). Metodologi penelitian kualitatif analisis data. Jakarta:
Rajagrafindo Persada.
Fajriyah, L. (2017). Pengelolaan kelas pada sekolah inklusif di sdn sumbersari
malang. Jurnal Pendidikan UIN Malang, volume 5, no 2, hal 47-49.
Dalam: http://etheses.uin-malang.ac.id/9525/1/13140066.pdf diakses pada
Selasa, 23 Juli pukul 19.00 WIB
Hermawan. (2012). Pengelolaan kelas anak berkebutuhan khusus. Surakarta:
UNS Press.
Ilahi, M.T. (2013). Pendidikan inklusif; konsep dan aplikasi. Yogyakarta: Ar-ruzz
Media.
Jannah, I.M. (2018). Manajemen kelas inklusif di SD N Ketintang II Surbaya.
Jurnal Pendidikan Khusus STAIN Kudus, volume 6, no 2, hal 50-51.
Dalam:http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/elementary/article/view/4387
diakses pada Selasa, 12 Februari 2019 Pukul 09.32 WIB
Karwati, E. & Priansa, D. (2014). Manajemen kelas. Bandung: Alfabeta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Kustawan, D. & Hermawan, B. (2013). Model Implementasi Pendidikan Inklusif
Ramah Anak. Jakarta: PT. Luxima Metro Media.
Manab, A. (2015). Penelitian pendidikan pendekatan kualitatif. Yogyakarta:
KALIMEDIA.
Mintarsih E. (2015). Pengelolaan kelas di sekolah inklusi. Jurnal Pendidikan
UNTIRTA, volume 3, no 2, hal 56-70.
Dalam:http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/UNIK/article/download/3548/2629
diakses pada Senin, 18 Februari 2019 Pukul 15.25 WIB
Patilima, H. (2005). Metode penelitian kualitatif. Bandung: ALFABETA.
Prastowo, A. (2014). Metode penelitian kualitatif dalam perspektif rancangan
penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Rutina. (2017). Penerapan model-model pengelolaan kelas yang dilakukan oleh
guru di kelas III sekolah dasar. Jurnal Pendidikan UNY, volume 4, no 1, hal
55-57.
Dalam:http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/pgsd/article/viewFile/70
83/6777 diakses pada Selasa, 23 Juli 2019 pukul 19.00
Sarosa, S. (2012). Penelitian kualitatif: dasar-dasar. Jakarta: PT INDEKS.
Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
ALFABETA.
Suruni. (2009). Manajemen Pendidikan. Bandung.ALFABETA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Lampiran 2. Surat pernyataan telah selesai melakukan penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Lampiran 3. Reduksi Hasil Wawancara
REDUKSI HASIL WAWANCARA
SD “Mekar Jaya”
(SD a)
SD “Cinta Kasih”
(SD b)
SD “Pagi Cerah”
(SD c)
SD “Harapan Mulia”
(SD d)
Narasumber 1
Subjek : Guru Pendamping
Khusus
Hari, tanggal : Jumat, 5 April
2019
Kode Wawancara :
W1.GPKa.05042019.
Narasumber 1
Subjek : Kepala Sekolah
Hari, tanggal : Selasa 9 April
2019
Kode Wawancara :
W1.KSb.942019
Narasumber 1
Subjek : Guru Pendamping
Khusus
Hari, tanggal : Jumat, 29 Maret
2019
Kode Wawancara :
W1.GPKc.20032019.
Narasumber 1
Subjek : Guru Kelas 2
Hari, tanggal : Kamis, 28 Maret
2019
Kode Wawancara :
W1.GK2d.28032019
Narasumber 2
Subjek : Kepala Sekolah
Hari, tanggal : Jumat, 12 April
2019
Kode Wawancara :
W2.KSa.12042019.
Narasumber 2
Subjek : Guru Pendamping
Khusus
Hari, tanggal : Kamis, 11 April
2019
Kode Wawancara :
W2.GPKb.1142019.
Narasumber 2
Subjek : Guru Kelas 2
Hari, tanggal : Jumat, 29 Maret
2019
Kode Wawancara :
W2.GK2c.29032019.
Narasumber 2
Subjek : Guru Kelas 6
Hari, tanggal : Selasa, 2 April
2019
Kode Wawancara :
W2.GK6d.09042019.
Narasumber 3
Subjek : Guru Kelas 1
Hari, tanggal : Jumat, 12 April
2019
Kode Wawancara :
W3.GK1a.12042019.
Narasumber 3
Subjek : Guru Kelas 1
Hari, tanggal : Selasa, 9 April
2019
Kode Wawancara :
W3.GK1b.942019.
Narasumber 3
Subjek : Kepala Sekolah
Hari, tanggal : Sabtu, 30 Maret
2019
Kode Wawancara :
W3.KSc.30032019
Narasumber 3
Subjek : Guru Pendamping
Khusus
Hari, tanggal : Selasa, 9 April
2019
Kode Wawancara :
W3.GPKd.09042019.
Narasumber 4
Subjek : Guru Kelas 4
Hari, tanggal : Kamis, 11 April
2019
Kode Wawancara :
W4.GK4b.1142019.
Narasumber 4
Subjek : Guru Kelas 4
Hari, tanggal : Sabtu, 30 Maret
2019
Kode Wawancara :
W4.GK4c.30032019.
Narasumber 4
Subjek : Kepala Sekolah
Hari, tanggal : Jumat, 12 April
2019
Kode Wawancara :
W4.KSd.12042019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
SD “Mekar Jaya”
No Aspek Penerapan Penataan Kelas
yang Ramah Anak
Jawaban Narasumber Kesimpulan
1.
Mengelola kelas untuk
mengoptimalkan proses
pembelajaran/belajar mengajar
Kalau anak low vision diletakkan di depan, untuk
anak2 yg memakai kursi roda yang tunadaksa
diletakkan di dekat pintu, kemudian untuk anak2
yg lambat belajar itu sederet dengan gurunya.
W1.GPK.05042019.1-6
Tergantung guru kelas, biasanya kalau abk duduk
tidak dipisahkan tetapi dicampur. Agar anak2
tersebut percaya diri. Dan merasa tidak
dibedakan. W1.GPK.05042019.6-8
Dicampur mbak.. tidak ada yang berbeda kan
supaya bisa membaur. Tapi memang ada anak
seperti low vision gitu ditaruh di depan,
tunagrahita juga di depan supaya lebih gampang
diperhatikan guru. Tergantung gurunya juga mbak.
W2.KS.12042019.1-3
Saya menatanya biasa mbak, tapi cuman
menatanya semua menghadap ke depan nggak
membentuk lingkaran gini nggak cuman kadang-
kadang dipindah yang tadi di ini. Kan saya kasih
kelompok 1,2,3,4 misalnya trus ini nanti hari senin
pindah tempatnya kelompok 1 di kelompok 2,
kelompok 2 dikelompok 3, kelompok 3 dikelompok
4 pindah ke 1. W3.GK1.12042019.1-5
Ya untuk tempat karna kalau panas itu ya apa
nggak nyaman, supaya nyaman saya usul kasih
kipas angin tidak hanya satu tapi 2. Tapi untuk
Tempat duduk anak
berkebutuhan dan reguler
dicampur dan tidak dibeda-
bedakan.
Anak-anak yang berkebutuhan
dilibatkan dalam kelompok
agar memiliki rasa percaya
diri.
Tidak ada pengaruh dalam
pengelompokan pada saat
proses belajar mengajar.
Komposisi anak tergantung
jumlah siswa dan guru yang
membuat kelompok.
Bentuk kelas persegi dengan
ukuran 10mx10m.
Jumlah anak setiap kelas 1:
14, kelas 2:12, kelas 3:13,
kelas 4:18, kelas 5:23, kelas
6:14.
Tidak ada tempat untuk
kelompok khusus dan
perpustakaan kelas.
Fasilitas hanya kursi roda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
2.
Mengarahkan pengelompokkan
siswa untuk pengajaran di ruang
kelas
kenyamanan tempat duduk ya cuma tak pindah2
itu tadi. W3.GK1.12042019.8-9
Pas kalau kerja kelompok ada anak berkebutuhan
khusus tidak ikut membantu, kadang hanya duduk,
tidak ikut membantu harus gimana. Tetap di dalam
kelompok itu. Kalau yg iqnya bagus dia akan ikut
membantu. Tidak berpengaruh dalam proses
belajar mengajar. W1.GPK.05042019.8-11
Kalo itu tergantung jumlah siswa kelasnya mbak.
Jadi dalam satu kelas ada berapa nanti guru
kelasnya yang menentukan. W1.GPK.05042019.12-
13
Biasanya sama rata, tidak dibeda-bedakan tapi
hanya ada yang satu jenis tapi biasanya campur
karna kan terkadang guru kelasnya itu memilih
kelompoknya menurut nomor undiannya 1,2,3 1,2,3
1,2,3 gitu komposisinya itu sama.
W1.GPK.05042019.14-16
Ya dibuat satu kelompok, tidak dibeda-bedakan
mbak.. nah kan nanti ada GPK yang mendampingi
biasanya mbak. W2.KS.12042019.1
Saya pikir tidak. Wong disini itu anak-anaknya
baik mbak .. ya ada yang suka bully itu tapi tidak
semua. Kalau kelompokan gitu nanti abk dibantu
sama anak lainnya. W2.KS.12052019.4-5
Itu nanti tergantung jumlah siswa dalam kelas
ada berapa dan gurunya yang membagi mau 3 3
untuk anak tunadaksa.
Karya seni dipajang sebagai
bentuk apresiasi terhdap
kretifitas anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
3.
Penataan Kelas
atau 4 4 itu terserah gurunya.. kalau anak-anak
disuruh membuat kelompok sendiri itu belum bisa.
W2.KS.12052019.7-9
Sama rata ya mbak tidak dibeda-bedakan.
W2.KS.12052019.10
Saya menatanya biasa mbak, tapi cuman menatanya
semua menghadap ke depan nggak membentuk
lingkaran gini nggak cuman kadang-kadang
dipindah yang tadi di ini, kan saya kasih kelompok
1,2,3,4 misalnya trus ini nanti hari senin pindah
tempatnya kelompok 1 di kelompok 2, kelompok 2
dikelompok 3, kelompok 3 dikelompok 4 pindah ke
1. W3.GK1.12052019.1-5
Tidak sih mbak, ya kadang-kadang yang
berkebutuhan itu tidak mau mengerjakan apa-apa
saat saya memberi tugas kelompok. Namanya anak
kan pasti kadang mau kadang tidak.
W3.GK1.12052019.16-17
Biasanya kalau saya itu buat 3-4 mbak.. kan kelas
1 jumlahnya ada 14 siswa. W3.GK1.12052019.5
Yaa itu tadi, dalam kelompok saya sama ratakan.
W3.GK1.12052019.6
Semua kelas itu ukurannya sama mbak ya kira-
kira 10mx10m ya standarnya ukuran kelaslah.
W1.GPK.14052019.18-19
Meja dan kursi bentuknya juga standart dengan
meja kursi siswa pada umumnya mbak, kalau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
mejanya 1 untuk berdua tapi kursinya satu-satu. W1.GPK.14052019.20-21
Jumlah setiap kelas ada : 1: 14, 2:12, 3:13, 4:18,
5:23, 6:14. W1.GPK.14052019.22
Tidak mbak, tapi biasanya kalo diadakan diskusi
baru dibuat tempat kelompok, tidak ada sarana
prasarana khusus untuk berdiskusi.
W1.GPK.14052019.26-28
Kalo perpus kelas gak ada mbak, tapi kalo buku2
pelajaran ada. Tapi untuk pojok bacanya kami
belum ada. W1.GPK.14052019.29-30
Untuk fasilitas khusus tidak ada mbak, paling ya
kami hanya menyediakan kursi roda untuk anak
tunadaksa. Tapi biasanya anak yang tunadaksa
membawa kursi roda sendiri. Kalau fasilitas di
dalam kelasnya ada meja, kursi, papan tulis,
lemari, foto presiden dan wakil, meja guru, kursi
guru, tata tertib, kipas
angin, lambang Negara, yang gak ada bendera.
Dalam kelas kami tidak ada bendera ya karena…
jadi inikan baru mbak kelasnya habis selesai
dibangun, baru itu gak langsung beli jadi harus
disesuaikan dengan anggaran BOS atau BOSDA.
Nah, kalau tidak ada dianggaran ya berarti itu tidak
bisa menggunakan atau membeli barang.
Terkadang kalau ada guru yang ini yang apa…yang
punya ide misalkan kelasnya tidak punya tempat
cuci tangan maka anak2 diminta iuran untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
membeli dan dengan persetujuan orang tua. Ada
juga mbak kan kalo sekolah kita kebanyakan
muslim jadi setiap siang kan sholat dan harus ganti
sandal jadi ada yang iuran untuk membeli rak
sepatu gitu. W1.GPK.14052019.35-41
Iya jadi hasil itu diletakkan/dipajang di tembok
belakang tempat duduk mereka. Nanti setelah
penilaian itu ada yang ditinggal ada juga yang
dibawa pulang. W1.GPK.14052019.34
Kalau bentuk ya seperti kelas-kelas pada
umumnya ya mbak.. persegi, bukan lingkaran atau
segitiga ehehehehe… setiap kelas itu ukurannya
kurang lebih 10mx10m. W2.KS.12042019.15-16
Meja dan kursinya ya sama saja mbak, meja
untuk berdua kalau kursinya satu-satu. W2.KS.12042019.18
Kalau jumlahnya semua ada 94 anak, kalau untuk
perkelas.. hmm sebentar mbak saya sedikit lupa..
eheheheh… oh kalau kelas 1: 14, kelas 2:12, kelas
3:13, kelas 4:18, kelas 5:23, kelas 6: 14. W2.KS.12042019.20-22
Tempat kelompok tidak ada mbak.. ya tempatnya
waktu ada kerja kelompok saja.
W2.KS.12042019.24
Hehehehehe…kami belum ada mbak, tapi kalau
buku-buku pelajaran ada di dalam kelas. W2.KS.12042019.26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Untuk fasilitas khusus kami belum ada mbak,
karena sebagian ABK belum memerlukan. Tapi
kalau untuk WC kami sudah ada jadi ada WC
khusus untuk difabel. W2.KS.12042019.28-29
Hasil karya seni anak-anak ya ada yang dipajang
ada juga yang dibawa pulang mbak. Biasanya
yang dipajang itu yang bagus-bagus.
W2.KS.12042019.30-31
Kalau bentuknya persegi ya mbak, tapi untuk
ukuran saya kurang tahu.. tapi kelasnya lumayan
luas mbak. W3.GK1.12042019.25-26
Ya meja biasa saja mbak dan kursi seperti meja
kursi sekolah pada umunya dari kayu.
W3.GK1.12042019.27-28
Waduh..saya lupa e mbak. Sek-sek.. ini kalau tidak
salah ya mbak, kelas 1 itu 14, kelas 2 12, kelas 3
13, kelas 4, 18, kelas 5 22 apa 23 gitu, kelas 6 14.
W3.GK1.12042019.29-30
Tidak ada mbak, karena biasanya kalau saya buat
kelompok paling hamya mengubah posisi tempat
duduknya saja. W3.GK1.12042019.31-32
Perpustakaan kelas tidak ada, adanya hanya
perpustakaan sekolah. W3.GK1.12042019.34
Untuk fasilitas khususnya belum ada mbak, paling
ada itu kursi roda disediakan untuk anak yang
tunadaksa itu saja. W3.GK1.12042019.35-36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Kalau karya seni itu yang bagus mbak biasanya
yang dipajang di kelas, memajangnya di tembok
belakang tempat duduk atau nggak ya di sekeliling
ruang kelas. W3.GK1.12042019.37-38
SD “Cinta Kasih”
No. Aspek Penerapan Penataan Kelas yang
Ramah Anak
Jawaban Narasumber Kesimpulan
1. Mengelola kelas untuk mengoptimalkan
proses pembelajaran/belajar mengajar Penataan kursi dan meja itu tidak boleh
mengganggu aktivitas anak jadi tidak boleh
terlalu rapat, dan kelas sudah dirancang
dengan ukuran seluas ini untuk 28 anak kan
sudah standarnya seperti itu untuk bebas
bergerak, tergantung tingkat ke-ABK-annya
kalau ABK-nya itu misalnya low vision atau
daya penglihatan rendah khususnya
ditempatkan didepan dan itupun bukan depan
tengah tetapi agak kesamping tetep campur
sama anak yang lain atau yang pada umunya.
W1.KSb.942019.1-6
Variasi metode, kadang keluar kelas kadang-
kadang mengamati lingkungan sekitar
dikaitkan dengan tema. W1.KSb.942019.7-8
Cara guru dalam mengatur kelas sesuai
dengan kebutuhan siswa untuk ABK ditempatkan paling depan jadi kalau ingin
berkomunikasi supaya langsung bertatap
muka dan saat pemberian tugas bisa langsung
dan mudah. W2.GPKb.1142019.1-3
Tempat duduk disesuiakan
dengan kebutuhan siswa.
Pengelompokkan siswa sangat
berpengaruh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Kesepakatan dibuat agar anak-anak nyaman
saat mengikuti proses pembelajaran di kelas,
kalau seumpama ada anak yang bilang dibuat
lagi kesepakatan supaya anak disiplin, jika
ada yang melanggar ada sanksi khusus.
W2.GPKb.1142019.4-6
Ya kita sesuaikan dengan kebutuhan aja
mbak, kalau anak yang kurang pintar ya
dideketin aja mbak, kalau untuk anak
berkebuthan khusus nanti mejanya dekat
dengan saya sehingga saya nanti bisa
memantau dan untuk membimbing tidak
terlalu jauh. W3.GK1b.942019.1-4
Ya kita buat mereka seneng aja mbak. W3.GK1b.942019.5-6
Yang pinter saya dudukan yang tidak begitu
pintar, saya roling setiap 3 hari sekaling.
Nanti kan keliatan kok deket ini ternyata dia
ribut saya pindah. Untuk anak yang sering
membuat gaduh dikelas ditempatkan paling
depan tengah atau paling belakang saya
kasihkan paling depan depan meja guru tidak,
saya gak begitu dekat jadi saya sesuaikan
dengan papan tulis, kalau berhadapan dengan
guru dia silau jadi saya kasihkan agak tengah.
W4.GK4b.1142019.1-5
Ya kita selingi dengan bernyanyi
kegiatannya apa seperti apa kan nanti
ditema ada mbak, gerakan-gerakan. W4.GK4b.1142019.6-7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
2.
Mengarahkan pengelompokkan siswa
untuk pengajaran di ruang kelas.
Dicampur memang, tidak boleh disendirikan
dan anak ABK tidak boleh duduk dengan
anak ABK supaya bisa saling mengenal
yang lain dan saling membantu.
W1.KSb.942019.7-9
Pengelompokan siswa dapat berpengaruh
juga, karna anak ABK harus kita sebar gak
boleh jadi satu kelompok, misalnya ada tiga
anak ABK ya nanti kita bagi ketiga
kelompok,bisa saling membantu dan
mengajari. W1.KSb.942019.9-10
Jumlah anak setiap kelompok tergantung
guru yang membagi dan jumlah di kelas itu
ada berapa. W1.KSb.942019.11-12
Ya semuanya dicampur tidak dibeda-
bedakan. W1.KSb.942019.12
Cara guru memposisikan ABK dan anak
reguler dikelas adalah digabung, supaya
anak reguler dapat membantu yang ABK
dan bisa saling menyemangati.
W2.GPKb.1142019.1-5
Ya berpengaruh mbak, kalau anak yang
sering nakal dengan anak yang diem juga
mempengaruhi, jadi saya ratakan saja mbak
tidakmembeda-bedakan. W2.GPKb.1142019.6-8
Itu gurunya sih mbak yang biasanya
mengatur dan tergantung jumlah siswa di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
dalam kelas itu sendiri.
W2.GPKb.1142019.10-11
Ya semuanya dicampur anak reguler dan
anak berkebutuhan. W2.GPKb.1142019.11-
12
tidak ada bedanya, diratakan semua, cuma
memang agak lain tapi kan gak kelihatan,
tapi soalnya gini mbak pernah ada
mengistimewakan anak ini karena dia anak
berkebutuhan khusus nanti yang anak pada
umumnya dikira saya pilih kasih jadi saya
meratakan anak berkebutuhan khusus
duduk di dekat meja guru tidak saya campur
mbak jadi ya itu tadi mbak saya sandingkan
dengan anak yang pintar. W3.GK1b.942019.10-14
pengaruh, pengaruh sekali. W3.GK1b.942019.21
Jumlahnya tergantung guru, mau membuat
berapa kelompok dan jumlah siswa dalam
kelas itu sendiri. W3.GK1b.942019.22-23
Komposisi kelompok ya saya campur mbak
tidak saya bedakan jadi samarata. W3.GK1b.942019.23
Tidak ada bedanya, diratakan semua, cuma
memang agak lain tapi kan gak kelihatan.
Anak berkebutuhan khusus duduk di dekat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
3.
Penataan Kelas
meja guru tidak saya campur mbak jadi ya
itu tadi mbak saya sandingkan dengan anak
yang pintar . W4.GK4b.1142019.
pengaruh sekali. W4.GK4b.1142019.4
Jumlah anak dalam kelompok tergantung
guru dan jumlash siswa di dalam kelas.
W4.GK4b.1142019.8-9
Komposisi kelompok semua dicampur antara
anak laki-laki dengan perempuan dan anak
reguler dengan anak berkebutuhan khusus.
W4.GK4b.1142019.10-12
Bentuk ruang kelasnya itu ya mbak, persegi
kalau luasnya ya kayanya cukup untuk 30
siswa. W1.KSb.942019.13-14
kalau meja kursi ya itu biasa yang ada
sandarannya itu. W1.KSb.942019.15
Siswa perkelasnya itu ada yang 20,21,26, 28
ada juga yang cuma 18 mbak. W1.KSb.942019.16
Tempat kelompok itu kaya yang diskusi itu
kan mbak? Ya paling cuma dirubah-rubah
aja tempat duduknya. W1.KSb.942019.17
Perpustakaan kelasnya ada mbak tapi ya
bukunya hanya sedikit untuk anak-anak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
3.
baca pada saat jam istirahat gitu. Bukunya
tidak banyak tapi kebanyakan ya Cuma
buku bacaan untuk anak-anak. W1.KSb.942019.18-19
Fasilitas khusus kami belum ada mbak. W1.KSb.942019.20
Hasil karya anak-anak yang bagus dipajang
di dinding-dinding kelas dan kalau yang
dapat juara dipajang di papan madding
sekolah itu biasanya. W1.KSb.942019.21-22
Bentuk dan ukurannya persegi ya mbak dan
ukurannya cukup kalau untuk 28 anak. W2.GPKb.1142019.13
Kalau meja kursi ya yang bentuknya ada
senderennya itu mbak biar anak-anak
nyaman duduknya. W2.GPKb.1142019.14-
15
Kami ada mbak perpustakaan kelas
menyediakan buku-buku bacaan dan
pengetahuan. W2.GPKb.1142019.16-17
Kalau fasilitas kami belum ada mbak. W2.GPKb.1142019.18
Hasil karya anak-anak kami pajan/temple di
dinding kelas. W2.GPKb.1142019.19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
SD “Pagi Cerah”
No Aspek Penerapan Penataan Kelas Yang Ramah
Anak
Jawaban Narasumber Kesimpulan
1. Mengelola kelas untuk mengoptimalkan proses
pembelajaran/belajar mengajar Penataan kelas itu kita buat saling
berhadap hadapan biar satu teman
dengan teman yang lain itu bisa saling
komunikasi gitu lo, di sini itu dibagi
perkelompok ada, dibagi kalau model
kelas ke depan jaman dulu itu kan kurang
opo yo kurang efektif , tapi karna di kelas
2 ini banyak banget siswa nya itu sampai
gurunya bingung membagi, jadi dibagi
kelompok gini mengalami kesulitan
karena kelas siswanya 31 atau berapa
jadi kan kesulitan gurunya dalam
membuat mendesain kelasnya itu harus
seerti apa tapi diusahakan tetap ada
kelompok-kelompok seperti itu
berhadapan itu ya agar bisa komunikasi
antar teman gitu. Bentuknya ada yang U
ada yang melingkar juga melingkar tapi
apa ya dibagi perkelompok gitu.
W1.GPKc.20032019.2-9
Pada pembelajaran berlangsung itu
nyaman anak senang itu guru
menyampaikannya secara aktif,
menarik dan apa ya ada media yang
menarik juga, kalau nggak ada media
yang menarik nanti anak ahh paling ora
nggatekke ngono, sama anak saya yang
di SLB itu kalau di ajak cerito ki buk
nggawe iki, nggawe iki gitu nanti kita
Penataan kelas setiap bulan
dirolling agar anak-anak tidak
bosan.
Pengelompokkan sangat
berpengaruh.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
ajak mewarnai tapi pakai cat air yang apa
atau pakai cat air apa gitu tergantung
sbdp nya itu mbak kalau sbdp disini
kemaren itu habis buat apa ya? Bunga
dari tissu gitu juga tertarik, jadi macem-
macem jadi kalau di kelas 1 itu buat opo
bingkai foto dari kertas koran yang
dihancurkan itu jadi kan anak itu asik,
melatih motorik anak juga.
W1.GPKc.20032019.11-17
Saya kelompokan, misalnya meja ini
untuk berapa anak, saya pindah-pindah
mbak, bosen juga to, kalau yang
menghadap-hadap itu jarang malahan ,
pokoknya saya kelompokkan, nanti saya
urutkan absen terus buat peraturan kalau
mau pindah dengan temen masuknya
harus pagi-pagi kamu boleh pilih tempat
yang mana dengan teman yang kamu
senangi kalau sini gitu sih mbak.
Duduknya campur abk dengan anak
reguler saya nggak nggak soalnya nanti
tersinggung orangtua juga tersinggung
anaknya merasa dikucilkan nek
didhewekke. W2.GK2c.29032019.2-9
Saya tidak terlalu mengekang anak
untuk diam, saya suruh boleh ngomong
tetapi dengan tema yang kita berikan trus
anak tidak harus eee.. diam trus
kemudian mengerjakan soal ndak, saya
bebaskan dalam artian tidak terlalu gaduh
gitu loo mbak, boleh mencari temenmu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
yang kamu sukai kan untuk berdiskusi itu
saya biarkan seperti itu kemudian boleh
diluar kelas dalam mengerjakan soal
LKS kan ada kemudian ulangan harian
boleh asalkan tidak mencontek saya
bilang begitu anak sudah jalan sendiri.
W2.GK2c.29032019.11-16
Selalu bergantian teman untuk tempat
duduk, yang kedua terus mengatur
selalu setiap 2-3 hari sekali itu merubah
tempat duduk, ee.. secara urut melingkar,
dsb itu disesuaikan, eee.... dengan
metode pembelajarannya.
W3.KSc.30032019.2-4
Ya, untuk anak-anak itu guru selalu
untuk pada awal pembelajaran
itu..memang harus selalu
mengkondisikan siswanya itu agar
tenang agar nyaman maka selalu yang
pertama dan utama itu selalu berdoa itu
harus kita lakukan, teruss anak-anak
yang yang kita lihat misale rame terus
kita sendirikan kita opo kita dekatkan
supaya jangan mengganggu anak yang
lain itu merupakan cara untuk
mengkondisikan anak agar eee dikelas itu
terasa nyaman. W3.KSc.30032019.5-11
Kalau diskusi biasanya kami buat
heterogen, jadi kalau di kelas ku
biasane dalam kelompok itu tak sebar
jadi ada yang pinter, yang sedeng sama
yang berkebutuhan khusus di oplos, jadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
kan nanti ada tutor sebaya kalau ada
materi yang teman temannya sudah
nyandak atau yang belum kalau dalam
kelompok kan bisa diajari.
W4.GK4c.30032019.3-6
Kalau aku dalam pembelajaran itu tak
buat sama e , jadi belajare belajar
bareng, aku tidak sebagai istilahe tidak
selalu memberi tetapi kowe pingine
ngopo, kalau ada materi seperti ini nanti
istilahe kita juga opo yo lebih enak lah,
dia juga carane belajar juga enak, tanya
juga nggak takut terus materi juga
tersampaikan.
W4.GK4c.30032019.9-12
2. Mengarahkan pengelompokkan siswa untuk
pengajaran di ruang kelas Anak tidak di bedakan mbak tetapi
untuk pembelajaran mungkin cara
akademik itu anak yang berkebutuhan
khusus lebih diperhatikan lebih diamati
lebih diajari agar bisa menyesuaikan
dengan teman-temannya. Kalau yang
sudah bisa ya kita lepas kalau yang
nganu ya kita dampingi kita dikasih les
nanti pulangnya, kadang les itu entah
berhitung, entah membaca atau menulis
atau memahami bacaan atau apa gitu kita
usahakan yang abk itu sama dengan yang
normal tapi kalau anaknya itu kalau
sudah ada yang bukan abk tapi kalau
anaknya males itu sudah sulit mbak nek
wes koyo ngono kuwi, anak nya sudah
males itu terus kita nganu. Les nya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
paling lambat 1 jam an tergantung
anaknya nanti dia pengen belajarnya
banyak atau sedikit kadang nek bener-
bener bosen ya sudah, kalau anaknya
sulit itu repot e mbak.
W1.GPKc.20032019.19-28
iyaa, berpengaruh sekali dalam proses
belajar mengajar yaa itu tadi anak bisa
komunikasi bisa aktif dalam
pembelajaran. W1.GPKc.20032019.30-
32
Berpengaruh sekali mbak kadang ada
juga to kelompok itu cuma karena dia
deket tapi semua lambat belajar juga
pernah ada lhaa saya pindah jadi ada
yang pinter ada yang agak pinter ada
yang lambat saya jadikan satu, tapi kalau
pilih-pilihan dengan teman kan (aku
senenge karo iki, aku senenge karo iki)
lalu saya seleksi lagi whaa iki jejer iki
karo iki jadi nanti tahu anak-anaknya.
W2.GK2c.29032019.
Ooya, sebenarnya kalau cara sistem
klasikal disini ya, anak-anak itu untuk
abk dan reguler itu sebenarnya tidak ada
perbedaan tetap kita anggap sama,
namun hanya kita lebihkan saja
perhatiannya saja untuk abk. Namun,
sebelumnya kita harus eeeemm...
menerangkan kepada semua anak agar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
nanti anak yang reguler itu tidk terasa iri,
iyaaa nanti yang diperhatikan yang itu
saja. Sebelumnya kita terangkan anak
yang perlu kita dampingi dan perhatikan
agar kemampuannya itu biar sama
dengan anak-anak yang lain mungkin itu.
Sehingga anak-anak yang reguler itu juga
terus menyadari semakin eee.... ikut juga
ikut juga memperhatikan pada anak yang
memang berkebutuhan khusus.
W3.KSc.30032019.14-22
Untuk pengelompokkan siswa itu ada
pengaruhnya, nek kita kelompokkan
anak-anak yang rame dengan anak yang
rame itu nanti....., tapi kalau kita
dekatkan anak yang rame dengan anak
yang pendiam itu juga tentu saja ada
pengaruhnya. W3.KSc.30032019.24-26
Pengaruh banget. Kalau misalnya yang
berkebutuhan khusus dijadikan satu itu
mungkin juga bisa berjalan cuman kan
butuh waktu yang berlebih karena nanti
saya harus apa istilahe menjelaskan lagi,
mengulangi lagi kalau di kelompo-
kelompokkan nanti temannya yang
menjelaskan. Pertama, temannya jadi
tambah tahu kemudian yang
berkebutuhan khusus juga bisa lebih jelas
nek aku begitu prinsipe.
W4.GK4c.30032019.14-19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
SD “Harapan Mulia”
No Aspek Penerapan Penataan Kelas yang
Ramah Anak
Jawaban Narasumber Kesimpulan
1. Mengelola kelas untuk megoptimalkan
proses pembelajaran/belajar mengajar
Pernah karna saya kan baru di sini baru satu
tahun nahhh saya pernah menjejerkan anak
berkebutuhan khusus karena menurut saya akan
mempermudah saya untuk menjelaskan sesuatu
kepada anak tersebut yang abk yak duduk
dengan abk akan tetapi itu tidak efektif hanya
begitu-begitu terus maka saya campur terus
saya beri tahu teman sebangku nya nanti kalo
dia tidak bisa itu di ajarin jangan di salah-
salahin gitu setelah itu saya acak terus tempat
duduk nya, pengaturan tempat duduk bisanya
perminggu mbak. W1.GK2d.28032019.1-8
Biasanya anak di sini tu biasanya yang
menarik bagi mereka itu lagu-lagu kalo sudah
bosan ya saya tinggal nyanyi-nyanyi ketika
pembelajaran bagi mereka sudah
membosankan lalu saya hidupkan dengan
youtube lagu anak-anak di youtube itu dah
kamu mau glosotan di lantai juga boleh asalkan
kamu gak jalan-jalan keluar kelas gitu mbak.
W1.GK2d.28032019.9-13
Itu kesepakan anak nya mbak ya ini mau apa
posisi nya tempat duduk dengan siapa ya
udah, gak usah pake kursi pak pake tiker ya
udah pake tiker, enak to.
W2.GK6d.09042019.12-
Guru melakukan diskusi
bersama siswa untuk
menentukan tempat duduk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Ya itu tadi, kalo kamu suka apa yang kamu
kerjakan gimana? Seneng ya iya makanya
saya tadi ngomong apa, kamu hari ini
kepengen belajar apa? Matematika pak ya
sudah, jadi mereka menentukan sendiri, mereka
pengen nya hari ini belajar apa? Matematika,
pasti seneng ya begitu ya kalo di masuk di
nganu ya gak masuk itu model saya itu kayak
sekolah tumbuh, kalo di sini ya model nya
kayak sekolah negeri, sekolah negeri itu eee
jadi sekolah negeri itu kan bebas kan sesuai
dengan karakter anak itu sendiri.
W2.GK6d.09042019.27-32
Kalo penataan kelas kalo aku lo eee ganti-
ganti supaya anak juga tidak bosan, mulai
januari kan aku gak gak pegang kelas karna kan
kemaren kan SK nya kan kemaren pake SK
kota nahh karna usia sudah pensiun menurut
usia kota itu usianya 56 tahun itu pensiun nah
aku kan sudah 56 jadi aku pensiun pegang kelas
dan aku hanya pegang GPK, kalo aku sendiri
biasanya untuk tempat duduk anak setiap senin
di ganti di rubah kalo aku lo kalo di kelas aku
setiap minggu ganti. W3.GPKd.09042019.3-6
2. Mengarahkan pengelompokkan siswa
untuk pengajaran di ruang kelas.
Nah ini mbak saya pernah memberikan
perhatian khusus gitu kepada abk lalu ada anak
protes saya juga belom to buk ya saya tinggal
ke anak abk itu lalu saya sedikit bingung ini
kepie dan akhir nya saya lepas lah anak abk nya
lalu nanti ketika dia butuh bantuan baru lah
saya suruh dekat dengan saya ayo sini duduk di
sini gitu mbak trus saya juga memberikan
pengertian kepada teman-teman yang lain jadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
temen mu itu belum bisa jangan di salah-
salahkan kamu kan sudah bisa temen nya yang
belum bisa di bantu ya itu sering kayak gitu
mbak ahh ini ini ini kayak gitu mbak biasanya
di kelas rendah seperti itu kalo di kelas 4 dan 5
itu teman-teman nya sudah mengerti jadi
sepontan saja teman nya ngajarin gitu mbak.
W1.GK2d.28032019.3
Ya berpengaruh ketika anak abk itu
berkelompok itu dia cenderung keaktifan nya
juga gak meningkat . Cuma begitu terus karena
akan cenderung pasif kita yang guru nya yang
harus aktif keliling tapi biasnaya kalo sudah
dalam satu kelompok kita beritahu anak yang
bukan abk itu ayo di ajari temen nya jangan di
marah-marahin gitu. W1.GK2d.28032019.4
Kamu mau duduk sama siapa ya bebas asal
siswa itu nyaman kalo misal nya anak nya
tidak nyaman, aku tidak suka sama dia di
jadikan satu kursi kan gak mau to, ya jelas
gak mau lah.W2.GK6d.28032019.3
Nah jadi begini, karna di kelas saya itu
banyak bermacam-macam tingkat kognisi nya,
maka ketika belajar kelompok tetep saya bikin
itu yang saya saran kan nggeh, saya sarankan
tetapi setengah memaksa, tetapi mereka tidak
merasa di paksa, tapi trik nya saja supaya ini
harus ada tutor nya satu-satu, ya nanti ada
tutor nya di setiap kelompok.
W2.GK6d.28032019.4
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Lampiran 4. Hasil Reduksi Observasi
REDUKSI HASIL OBSERVASI
SD “Tadika Mesra”
No Sub ASpek Yang
Diamati
Deskripsi Hasil kegiatan Kesimpulan
1. Pengelompokkan
siswa
Pengelompokkan siswa
dilakukan pada saat ada
tugas kelompok atau
diskusi. Guru membagi
siswa dalam kelompok
dengan cara menghitung
1,2,3 dan jika siswa yang
mendapat nomer sama
maka siswa tersebut akan
menjadi satu kelompok.
Siswa dikelompokan
pada saat ada tugas
kelompok maupun
diskusi.
2. Tempat duduk siswa Siswa yang tergolong
anak berkebutuhan
khusus ditempatkan di
depan, dengan
pencahayaan yang
terang. Satu meja diisi
oleh 2 orang siswa.
Anak berkebutuhan
ditempatkan di
depan.
3. Pendampingan khusus
bagi siswa
berkebutuhan khusus
Pada saat jam
pembelajaran guru
pendamping khusus
selalu mendampingi dan
membantu anak
berkebutuhan untuk
mengerjakan soal
maupun mengerjakan
tugas yang diberikan oleh
guru kelas.
Guru pendamping
khusus selalu
mendampingi siswa-
siswa berkebutuhan.
4. Penjelasan guru dalam
menjelaskan
pembelajaran
Penjelasan yang
disampaikan guru jelas
dan guru selalu
mengulangi lagi agar
anak-anak paham dengan
materi yang disampaikan.
Guru selalu
mengulangi materi
yang dipelajari agar
anak-anak paham.
5. Memberi penghargaan
dan sanksi
Ketika anak menjawab
pertanyaan dengan benar
maka guru akan memberi
penghargaan dengan
memberikan pujian atau
tanda “Sip” dengan
jempol. Jika ada anak
yang melakukan
kesalahan atau keributan
maka guru akan memberi
sanksi dengan memotong
Penghargaan dan
sanksi sangat berlaku
dalam kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
jam istirahat.
6. Hasil karya siswa Hasil karya anak-anak
dipajamg di dalam kelas,
ada juga yang dibawa
pulang. Jika hasil karya
sudah menumpuk maka
boleh dibawa pulang.
Hasil karya anak
dipajang untuk
memberikan
penghargaan
terhadap kreatifitas
anak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Lampiran 5. Hasil Reduksi Dokumentasi
HASIL DOKUMENTASI
Daftar Dokumentasi keterangan deskripsi
Ada tidak
Papan tulis Terdapat satu papan tulis di
dalam kelas
Meja dan Kursi Terdapat 12 meja dan 24
kursi
Meja Guru Terdapat 1 meja guru beserta
kursi
Lemari Terdapat 1 lemari
Perpustakaan kelas Belum ada perpustakaan
kelas
Hasil karya Terdapat banyak hasil karya
yang ditempel pada dinding-
dinding kelas
Gambar presiden dan wakil
presiden
Terdapat gambar presiden &
wakil
Lambang negara Terdapat lambang negara
Tata tertib Terdapat tata tertib
Tempat sampah Terdapat 1 tempat sampah
Kipas angin Terdapat 2 kipas angin
Jam dinding Terdapat 1 jam dinding
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Lampiran 6. Display Data Wawancara, Observasi, dan Dokumentasi
DISPLAY DATA WAWANCARA, OBSERVASI, DAN DOKUMENTASI
SD Tadika Mesra, SD Cinta Kasih, SD Pagi Cerah, SD Harapan Mulia
No Nama SD Indikator Wawancara Observasi Dokumentasi
ya tidak
1. SD Tadika Mesra a. Mengelola kelas
untuk mengoptimalkan
proses pembelajaran/
belajar mengajar
b.Mengarahkan
pengelompokan siswa
untuk pengajaran di
ruang kelas
Penataan tempat duduk anak
berkebutuhan disesuaikan
dengan kebutuhan anak masing-
masing. Seperti anak yang low
vision dan anak tunadaksa
ditempatkan di depan dan dekat
pintu agar mudah dalam
mengikuti proses belajar.
Anak-anak kadang diberi
kebebasan untuk memilih
tempat duduknya, dan juga
setiap minggu diadakan rolling
tempat duduk.
Semua siswa dicampur dan tidak
dikelompokkan sendiri-sendiri
menurut kebutuhannya. Hal ini
dimaksutkan agar siswa lebih
percaya diri dan merasa tidak
dibeda-bedakan.
Pengelompokan siswa tidak
berpengaruh dalam proses
pembelajaran.
Penerapan penataan
kelas sudah sesuai
dengan kebutuhan
siswa masing-
masing.
Pengelompokan
siswa tidak dibeda-
bedakan semua
dicampur sama rata.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
c. Penataan kelas
Bentuk ukuran per kelas rata-
rata sesuai dengan standart.
Semua fasilitas juga terdapat
dalam masing-masing kelas.
Fasilitas di dalam
kelas sudah sesuai
dan juga anak-anak
cukup nyaman
dengan tatanan
kelas.
2. SD Cinta Kasih a. Mengelola kelas
untuk mengoptimalkan
proses
pembelajaran/belajar
mengajar
b.Mengarahkan
pengelompokan siswa
untuk pengajaran di
ruang kelas
Penataan kelas yang ramah anak
akan disesuaikan dengan kondisi
fisik masing-masing anak.
Anak-anak berkebutuhan dengan
anak reguler akan ditempatkan
di tempat duduk yang sama, agar
anak-anak berkebutuhan dapat
berbaur.
Semua anak dicampur dalam
pengelompokan dan sama rata.
Agar anak-anak dapat saling
bekerja sama dan membantu.
3. SD Pagi Cerah a. Mengelola kelas
untuk mengoptimalkan
proses
pembelajaran/belajar
mengajar
b.Mengarahkan
Penempatan tempat duduk
sesuai dengan kesepakatan
bersama, walaupun setiap
minggu akan dirubah sesuai
kesepakatan bersama.
Anak-anak diberi kebebasan
untuk belajar dimana mereka
suka asal tidak mengganggu
kelas yang lain.
Dalam pengelompokan anak-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
pengelompokan anak akan dicampur dan tidak
dibeda-bedakan. Tujuannya agar
anak-anak berkebutuhan dapat
terbantu dan juga dapat berbaur
bersama teman-temannya yang
lain.
Pengelompokan sangat
berpengaruh dalam proses
pembelajaran karena terkadang
anak-anak belum bisa menerima
kelompok yang telah ditentukan
oleh guru.
4. SD Harapan Mulia a. Mengelola kelas
untuk mengoptimalkan
proses
pembelajaran/belajar
mengajar
b.Mengarahkan
pengelompokan
Penataan kelas di SD Harapan
Mulia disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing siswa
dan juga akan dicampur dengan
siswa yang lainnya dalam kelas
tersebut.
Membuat kesepakatan bersama
bahwa pada hari itu akan
dilakukan pembelajaran apa,
agar anak nyaman dan senang
mengikuti proses pembelajaran.
Pengelompokan siswa dicampur
dan tidak dibeda-bedakan agar
semua nyaman dalam proses
pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
BIODATA PENELITI
Regina Elsa Manora lahir di Klaten, 21
Juni 1997. Anak pertama dari dua bersaudara ini
mengawali pendidikan formalnya pada tahun
2003 di SD Kanisius Murukan Wedi (2003-2009),
Pendidikan Menengah Pertama di SMP Pangudi Luhur 1 Klaten (2009-2012),
Pendidikan Menengah Atas di SMA N 2 Klaten (2012-2015). Pada tahun 2015
peneliti menempuh pendidikan tinggi dengan mengambil Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyusun skripsi yang merupakan salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan judul : “Penerapan
Penataan Kelas Yang Ramah Anak di Sekolah Dasar Inklusi : Studi Deskriptif”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI