107
i HALAMAN JUDUL PENATAAN KELAS YANG RAMAH ANAK DI SEKOLAH DASAR INKLUSI: STUDI DESKRIPTIF SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Oleh: Regina Elsa Manora NIM: 151134194 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN JUDUL PENATAAN KELAS YANG RAMAH ANAK ...repository.usd.ac.id/35506/2/151134194_full.pdfsekolah dasar inklusi Wilayah Kabupaten Yogya Kota dan Kabupaten Sleman. Penelitian ini

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

i

HALAMAN JUDUL

PENATAAN KELAS YANG RAMAH ANAK DI SEKOLAH DASAR

INKLUSI: STUDI DESKRIPTIF

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Regina Elsa Manora

NIM: 151134194

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

PERSEMBAHAN

Dengan hati yang penuh syukur dan pujian skripsi ini peneliti

persembahkan untuk :

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria, atas berkat dan kasihNya yang selalu

melimpah serta Santa Pelindung Regina yang selalu melindungi dalam

keadaaan apapun.

2. Orang tuaku, Almarhum Bapak Agus Pardoyo dan Ibu M.G Siti Purnawanti

yang selalu memberikan doa, kasih sayang, semangat, dan dukungan yang tak

terhingga besar dan waktunya.

3. Sahabat-sahabat terbaikku Ollie, Laode, Yuda, Rintan, Bela, Genni, Larissa,

Bety, Erika, Laras, Apriyanti, Lea, Andre yang setia selalu memberikan

dukungan dan juga motivasi.

4. Teman-temanku satu penelitian Evita, Afrie, Gea, Novi, Tiwi, Zindy, Intan,

Farika yang selalu membantu dan memberi semangat.

5. Keluarga Turah yang telah menemani dan memberi semangat dari semester I.

6. Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

7. Almamaterku tercinta, Universitas Sanata Dharma.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

MOTTO

“Jadilah garam dan terang dunia.”

(Matius 5 : 3)

“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”

(Petrus 5 :7)

“Karena sebuah kemajuan pasti akan melalui rasa sakit terlebih dahulu.”

(Hitam Putih)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 8 Juli 2019

Regina Elsa Manora

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Regina Elsa Manora

Nomor Mahasiswa : 151134194

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“PENATAAN KELAS YANG RAMAH ANAK DI SEKOLAH DASAR

INKLUSI: STUDI DESKRIPTIF”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata

Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 8 Juli 2019

Yang menyatakan

Regina Elsa Manora

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii

ABSTRAK

PENATAAN KELAS YANG RAMAH ANAK DI SEKOLAH DASAR

INKLUSI: STUDI DESKRIPTIF

Regina Elsa Manora

Universitas Sanata Dharma

2019

Penataan kelas yang ramah anak merupakan pengelolaan ruang kelas

tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus

dan anak yang tidak berkebutuhan khusus. Penataan kelas yang baik adalah yang

memperhatikan unsur-unsur yang berkaitan dengan penataan kelas. Tujuan

penelitian ini adalah mendeskripsikan penataan kelas yang ramah anak di empat

sekolah dasar inklusi Wilayah Kabupaten Yogya Kota dan Kabupaten Sleman.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan metode

studi deskriptif. Peneliti mengumpulkan data dengan teknik wawancara,

observasi, dan dokumentasi. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah (1)

pemanfaatan waktu untuk kegiatan pengajaran dan non-pengajaran memanfaatkan

seting kelas penataan kelas yang sudah ada, karena menempatkan anak sesuai

dengan kebutuhan anak, (2) guru mengelompokkan anak-anak dengan

menyamaratakan setiap kelompok dan tidak dibeda-bedakan (jumlah dan

komposisi anggota kelompok) dengan memanfaatkan seting kelas yang ada (3)

unsur fisik kelas yang belum diterapkan dengan baik adalah perpustakaan kelas,

dari keempat sekolah hanya ada satu sekolah yang menyediakan perpustakaan

kelas atau pojok baca.

Kata kunci: penataan kelas, anak berkebutuhan khusus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

ABSTRACT

CHILD-FRIENDLY CLASSROOM ARRANGEMENT AT INCLUSIVE

ELEMENTARY SCHOOL : DESCRIPTIVE STUDY

Regina Elsa Manora

Universitas Sanata Dharma

2019

Child-friendly classroom arrangement was a classroom that currently

carried out learning activities for children with special needs and children

without special needs. A good class arrangement paid attention to many aspects

related to class arrangement. The purpose of this study was describing the

arrangement of child-friendly classes in the inclusive elementary school in the

Yogya City and Sleman Districts.

This research was qualitative research with descriptive study method. The

researcher collected the data using interview, observation, and documentation

techniques. The results obtained in this study were (1) The management for

learning activities and other activities were using the existing class arrangement

(2Teachers devided the students into groups by noticing the number of group

number and group composition, (3) Classroom physical element which was not

exist was classroom library. There was only one school which had classroom

library.

Keywords: classroom arrangement, children with special needs.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan

rahmat, berkat, dan kasihNya yang melimpah, sehingga skripsi yang berjudul

“Penataan Kelas Yang Ramah Anak Di Sekolah Dasar Inklusi: Studi Deskriptif”

dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar. Peneliti menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih

kepada semua pihak yang banyak membantu dan memberikan motivasi dalam

penyusunan skripsi ini sampai selesai karena itu, dengan segenap hati peneliti

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M,.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Ibu Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi, selaku dosen pembimbing I

dan Ibu Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A., selaku dosen pembimbing II

yang telah memberikan kritik, saran, arahan, motivasi, waktu, pikiran, tenaga,

dan bantuan kepada peneliti dengan penuh kesabaran dari awal penyusunan

hingga akhir penyusunan skripsi selesai.

5. Kepala Sekolah Dasar Mekar Jaya, Sekolah Dasar Cinta Kasih, Sekolah

Dasar Pagi Cerah, Sekolah Dasar Harapan Mulia yang telah memberikan ijin

kepada peneliti untuk mengadakan penelitian sehingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi dengan lancar.

6. Guru Sekolah Dasar Mekar Jaya, Sekolah Dasar Cinta Kasih, Sekolah Dasar

Pagi Cerah, Sekolah Dasar Harapan Mulia yang membantu dan bersedia

menjadi narasumber dalam penelitian ini.

7. Kedua orang tuaku, Almarhum Bapak Agus Pardoyo dan Ibu M.G Siti

Purnawanti yang selalu memberiku semangat, perhatian dan kasih sayang

dalam setiap doanya sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xi

8. Evita, Afrie, Gea, Novi, Tiwi, Zindy, Intan, Farika yang bersama-sama

berjuang dan saling menguatkan

9. Ollie, Laode, Yuda, Rintan, Bela, Genni, Larissa, Bety, Erika, Laras,

Apriyanti, Andre, Lea, sahabat yang selalu membantu dan memberikan

semangat.

Peneliti berharap semoga skripsi ini berguna bagi pembaca sekaligus

menjadi sumber belajar bagi peneliti lain yang memiliki tujuan

memperkembangkan pendidikan inklusi.

Yogyakarta, 8 Juli 2019

Peneliti

Regina Elsa Manora

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

ERSETUJUAN PEMBIMBING ............................ Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PENGESAHAN ................................ Error! Bookmark not defined.

PERSEMBAHAN .................................................................................................. iii

MOTTO ................................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ..................................................... vii

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ......... vii

ABSTRAK ........................................................................................................... viii

ABSTRACT ............................................................................................................. ix

KATA PENGANTAR ............................................................................................. x

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xv

DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xvi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

BAB I ....................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 5

C. Tujuan Penelitian 5

D. Manfaat Penelitian 5

E. Asumsi Penelitian 6

F. Definisi Operasional 6

BAB II ...................................................................................................................... 8

LANDASAN TEORI ............................................................................................... 8

A. Kajian Teori 8

1. Anak Berkebutuhan Khusus .......................................................................... 8

2. Pendidikan Inklusi ....................................................................................... 11

3. Sekolah Inklusi ............................................................................................ 13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii

4. Aspek-Aspek Sekolah Inklusi ..................................................................... 14

5. Penataan Kelas yang Ramah Anak ............................................................. 18

B. Penelitian yang Relevan 22

Bagan 2.1 Literature map .................................................................................. 24

C. Kerangka Berpikir 24

BAB III .................................................................................................................. 27

METODE PENELITIAN ....................................................................................... 27

A. Jenis Penelitian 27

B. Setting Penelitian 27

1. Tempat Penelitian........................................................................................ 27

2. Waktu Penelitian ......................................................................................... 27

3. Subjek Penelitian ......................................................................................... 28

4. Objek Penelitian .......................................................................................... 28

C. Desain Penelitian 28

D. Teknik Pengumpulan Data 30

1. Observasi ..................................................................................................... 30

2. Wawancara .................................................................................................. 31

3. Dokumentasi ............................................................................................... 32

E. Instrumen Penelitian 32

Tabel 3.1 kisi-kisi wawancara ........................................................................... 33

Tabel 3.2 pedoman observasi ............................................................................ 34

Tabel 3.3 daftar dokumen .................................................................................. 34

F. Kredibilitas dan Transferabilitas 34

G. Teknik Analisis Data 36

BAB IV .................................................................................................................. 38

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................................... 38

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian 38

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Wawancara SD “Mekar Jaya” .......................... 38

Tabel 4.5 Jadwal Pelaksanaan Observasi .......................................................... 39

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv

B. Hasil Penelitian 39

1. Wawancara .................................................................................................. 39

2. Observasi ..................................................................................................... 47

Tabel 4.3 Daftar Dokumen ................................................................................ 48

C. Pembahasan 49

1. Pemanfaatan Waktu Untuk Kegiatan Pengajaran dan Non-pengajaran ...... 49

2. Rutinitas Ruang Kelas Untuk Kegiatan Akademis Maupun Non-akademis50

3. Pengelolaan Ruang Kelas ............................................................................ 52

BAB V .................................................................................................................... 55

PENUTUP .............................................................................................................. 55

A. Kesimpulan 55

B. Keterbatasan penelitian 56

C. Saran 56

Daftar Pustaka ........................................................................................................ 57

LAMPIRAN ........................................................................................................... 59

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ...................................................................... 60

Lampiran 2. Surat pernyataan telah selesai melakukan penelitian .................... 61

Lampiran 3. Reduksi Hasil Wawancara ............................................................ 62

Lampiran 4. Hasil Reduksi Observasi ............................................................... 84

Lampiran 5. Hasil Reduksi Dokumentasi .......................................................... 86

Lampiran 6. Display Data Wawancara, Observasi, dan Dokumentasi ............. 87

BIODATA PENELITI ........................................................................................... 90

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 kisi-kisi wawancara ........................................................................... 33

Tabel 3.2 pedoman observasi ............................................................................ 34

Tabel 3.3 daftar dokumen .................................................................................. 34

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Wawancara ....................................................... 38

Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Wawancara ....................................................... 38

Tabel 4.3 Jadwal Pelaksanaan Wawancara ....................................................... 38

Tabel 4.4 Jadwal Pelaksanaan Wawancara ....................................................... 38

Tabel 4.5 Jadwal Pelaksanaan Observasi .......................................................... 39

Tabel 4.3 Daftar Dokumen ................................................................................ 48

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Literature map .................................................................................. 24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ...................................................................... 60

Lampiran 2. Surat pernyataan telah selesai melakukan penelitian .................... 61

Lampiran 3. Reduksi Hasil Wawancara ............................................................ 62

Lampiran 4. Hasil Reduksi Observasi ............................................................... 84

Lampiran 5. Hasil Reduksi Dokumentasi .......................................................... 86

Lampiran 6. Display Data Wawancara, Observasi, dan Dokumentasi ............. 87

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan inklusif merupakan suatu strategi untuk mempromosikan

pendidikan universal yang efektif karena dapat menciptakan sekolah yang

responsif terhadap beragam kebutuhan aktual dari anak dan masyarakat. Dengan

demikian pendidikan inklusif menjamin akses dan kualitas. Salah satu tujuan

pendidikan inklusif adalah mendidik anak yang berkebutuhan khusus akibat

kebutuhannya di kelas regular bersama dengan anak-anak lain yang tidak

berkebutuhan khusus, dengan dukungan yang sesuai dengan kebutuhannya, di

sekolah yang dekat dengan lokasi rumahnya (Ilahi, 2016: 23).

Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang

memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan

potensi kecerdasan atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau

pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan

peserta didik pada umumnya. Pada pendidikan dasar, kehadiran pendidikan

inklusi perlu mendapat perhatian lebih. Pendidikan inklusi sebagai layanan

pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus (ABK) belajar

bersama anak yang tidak berkebutuhan khusus usia sebayanya di kelas. Menerima

anak berkebutuhan khusus di Sekolah Dasar terdekat merupakan keinginan semua

orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus (Ilahi, 2016: 25)

Pentingnya pendidikan inklusif memberikan kesempatan untuk

mendapatkan layanan pendidikan berkualitas yang sama kepada semua individu

yang memiliki keberagaman tanpa melihat latar belakang. Penyelenggaraan

pendidikan inklusi membutuhkan berbagai dukungan dari semua pihak, baik

internal maupun eksternal sekolah. Kesuksesan pendidikan inklusif ini akan

membantu menuntaskan pendidikan dasar dan memberikan kesempatan kepada

semua anak tanpa terkecuali untuk mendapatkan pendidikan yang layak (Anafiah

& Andini: 2018).

Illahi (2016:26) menjelaskan bahwa konsep pendidikan inklusi merupakan

konsep pendidikan yang mempresentasikan keseluruhan aspek yang berkaitan

dengan keterbukaan dalam menerima anak berkebutuhan khusus untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

memperoleh hak dasar mereka sebagai warga negara. Sering kali dijumpai kasus-

kasus ABK yang sulit bersosialisasi dengan teman sebayanya, mereka cenderung

menyendiri, menjadi seorang pendiam, sensitif dan minder. Melalui pendidikan

inklusi ini anak berkebutuhan khusus dapat memperoleh fasilitas pendidikan yang

sama dengan anak-anak pada umumnya. Jika sebuah sekolah sudah ditunjuk oleh

pemerintah untuk melaksanakan pendidikan inklusi maka sekolah tersebut harus

mau untuk menerima peserta didik yang memiliki kebutuhan khusus.

Penyelenggaraan pendidikan inklusi berarti membaurkan ABK dengan anak pada

umumnya dan diharapkan supaya pembauran tersebut dapat berdampak positif

bagi seluruh anak, misalnya perasaan saling menghargai membantu antara ABK

dan yang bukan.

Atmaja (2018:1-2) menjelaskan anak berkebutuhan khusus (ABK)

merupakan anak yang memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan anak-anak pada

umumnya, mereka mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan

pekembangannya. anak berkebutuhan khusus merupakan jenis gangguan yang

dapat terjadi pada siapa saja khususnya pada balita sehingga peran orang tua

sangat diperlukan dalam mengamati pertumbuhan dan perkembangan anaknya,

salah satunya, yaitu dengan mengidentifikasi atau mengenali jenis dan

karakteristik anak berkebutuhan khusus.

Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional memberikan warna lain dalam penyediaan

pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Pada penjelasan pasal 15 tentang

pendidikan khusus disebutkan bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan

untuk peserta didik yang berkebutuhan khusus atau peserta didik yang memiliki

kecerdasaan luar biasa yang diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan

pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah. Pasal inilah

yang memungkinkan terobosan bentuk pelayanan pendidikan bagi anak

berkebutuhan khusus berupa penyelenggaraan pendidikan inklusif. Secara lebih

operasional, hal ini diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010

tentang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus.

Anak berkebutuhan khusus sendiri dapat menempuh pendidikannya di

Sekolah Luar Biasa (SLB) atau sekolah inklusi. Sekolah luar biasa merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

salah satu layanan pendidikan yang menempatkan anak berkebutuhan khusus

dalam kelompok yang memiliki karakteristik khusus yang sama. Sekolah inklusi

adalah penyelenggara pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua

peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau

bakat istimewa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dalam satu lingkungan

pendidikan bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.

Sekolah inklusi yang baik harus memenuhi aspek-aspek sekolah inklusi

agar tujuan pendidikan tercapai. Ada 8 aspek sekolah inklusi yaitu, penerimaan

peserta didik baru (PPDB), identifikasi, kurikulum fleksibel, merancang bahan

ajar dan kegiatan pembelajaran yang ramah anak, penataan kelas ramah anak,

asesmen, pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran adaptif, dan penilaian

dan evaluasi pembelajaran. Di beberapa sekolah, aspek-aspek tersebut ada yang

sudah terlaksana dengan baik ada juga yang belum terlaksana dengan maksimal.

Penataan kelas ramah anak adalah salah satu aspek sekolah inklusi.

Penataan kelas ramah anak adalah upaya pengelolaan ruang kelas tempat

berlangsungnya kegiatan pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus dengan

anak tidak berkebutuhan khusus. Dalam pengelolaan ruang kelas dapat meliputi

(a) penataan unsur fisik seperti penggunaan dinding, lebar ruangan, dan

pencahayaan, (b) rutinitas ruang kelas untuk kegiatan akademis maupun non-

akademis, (c) iklim ruang kelas atau sikap terhadap perbedaan individual, (d)

pengelolaan perilaku, seperti peraturan kelas dan pemantauannya, (e) pemanfaatan

waktu untuk kegiatan pengajaran dan non pengajaran (Kustawan 2013: 61).

Fajriyah (2017) menjelaskan penataan kelas di sekolah inklusi

memperhatikan beberapa unsur didalamnya, unsur-unsur tersebut berupa penataan

unsur fisik lebar ruangan yang harus memungkinkan semua peserta didik bergerak

leluasa, tidak saling berdesakan dan mengganggu satu sama lain. Pemanfaatan

waktu untuk kegiatan pengajaran dan non pengajaran dapat meliputi penataan

tempat duduk anak di dalam kelas. Dalam penataan tempat duduk yang terpenting

adalah memungkinkan terjadinya tatap muka, dengan demikian pendidik akan

mudah mengontrol tingkah laku peserta didik. Penataan tempat duduk bisa

dilakukan dengan berderet, pola berjajar, berbaris, maupun berkelompok. Dalam

pola berkelompok peserta didik dapat berkomunikasi dengan mudah satu sama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

lain dan bisa dipindah. Ada pula pola tapal kuda atau U. Pola ini guru berada di

tengah-tengah peserta didik. Pola ini biasa dipakai pada saat pembelajaran yang

memerlukan tanya jawab guru dan peserta didik.

Rutina (2017) menjelaskan pengelolaan kelas di sekolah adalah

keterampilan guru untuk menciptakan kondisi belajar yang optimal di dalam

kelas. Selain ketrampilan, faktor-faktor lain juga dapat mempengaruhi. Faktor-

faktor tersebut diantaranya yaitu faktor fisik yang meliputi ruangan kelas,

ventilasi, dan area penyimpanan. Formasi penataan kelas yang diterapkan bahwa

ada beberapa formasi tempat duduk yang biasa digunakan yaitu, letter U, letter O,

formasi tradisional (konvensional), dan formasi meja pertemuan. Lebih lanjut

dijelaskan bahwa perubahan tempat duduk ini dilakukan setiap minggu dengan

tujuan agar siswa tidak bosan dan lebih semangat dalam mengikuti proses

pembelajaran

Penataan kelas di sekolah inklusi dan reguler menerapkan unsur yang

sama, perbedaan dari penataan kelas tersebut pada saat proses pembelajaran di

kelas inklusi dibantu dengan guru pendamping khusus yang bertugas untuk

membantu anak-anak berkebutuhan dalam proses pembelajaran. Sedangkan di

kelas reguler hanya terdapat satu guru kelas.

Kegiatan pembelajaran yang berkualitas akan muncul dalam suasana dan

iklim kelas yang kondusif, aktif, kreatif, dan menyenangkan. Selain itu adanya

hubungan individu yang sehat sehingga mendorong munculnya perilaku siswa

yang diharapkan untuk mencapai suasana kelas tersebut diperlukan suatu

pengelolaan yang dilakukan guru di kelas (Kustawan 2013 : 61).

Penelitian yang dilakukan oleh Mintarsih (2015) mengenai pengelolaan

kelas di sekolah inklusi, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pemahaman

guru terhadap pengelolaan kelas dan penataan kelas dalam sekolah inklusi. Guru

belum paham benar mengenai perencanaan dan pengelolaan kelas yang ramah

untuk anak inklusi

Berdasarkan penelitian yang sebelumnya, peneliti memfokuskan pada

penerapan kelas yang ramah anak di Wilayah Kabupaten Yogya Kota dan

Kabupaten Sleman Berakar dari latar belakang yang disebutkan di atas, peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

melakukan penelitian dengan judul “Penataan Kelas Yang Ramah Anak di

Sekolah Inklusi : Studi Deskriptif”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang sudah diidentifikasi,

rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana penataan kelas yang ramah

anak di sekolah dasar inklusi?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini mengacu pada rumusan

masalah. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penataan

kelas yang ramah anak di sekolah dasar inklusi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam pendidikan

baik secara langsung maupun tidak langsung. Manfaat penelitian ini antara lain

sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi

tentang penerapan penataan kelas yang ramah anak di SD “Mekar Jaya, SD

Cinta Kasih, SD Pagi Cerah, dan SD Harapan Mulia.”

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Sekolah Dasar Inklusi

Sekolah mendapatkan data tentang penerapan kelas yang ramah anak di

SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, SD Pagi Cerah, dan SD Harapan Mulia

sehingga sekolah tersebut dapat memperbaiki atau menerapkan penataan

yang sesuai.

b. Bagi Guru

Penelitian ini memberikan data penerapan penataan kelas yang ramah anak

sehingga guru bisa mengidentifikasi kesesuaian dengan yang ada dalam

prinsip sekolah inklusi.

c. Bagi Peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

Peneliti dapat mendeskripsikan penerapan penataan kelas yang ramah anak

di sekolah inklusi yang terjadi di SD Mekar Jaya, SD Cinta Kasih, SD Pagi

Cerah, dan SD Harapan Mulia

E. Asumsi Penelitian

Dalam penerapaan penataan kelas sekolah inklusi perlu memperhatikan

unsur-unsur diantaranya, (a) penataan unsur fisik seperti penggunaan dinding,

lebar ruangan, dan pencahayaan, (b) rutinitas ruang kelas untuk kegiatan

akademis maupun non akademis, (c) iklim ruang kelas atau sikap terhadap

perbedaan individual, (d) pengelolaan perilaku, seperti peraturan kelas dan

pemantauannya, (e) pemanfaatan waktu untuk kegiatan pembelajaran dan non

pengajaran. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mintarsih (2015) menunjukkan

bahwa guru belum paham benar mengenai perencanaan dan pengelolaan

kelas/penataan kelas yang ramah anak untuk anak inklusi. 4 Sekolah Dasar

Inklusi di Kabupaten Yogya Kota dan Sleman yaitu SD Mekar Jaya, SD Cinta

Kasih, SD Pagi Cerah, dan SD Harapan Mulia. Peneliti berasumsi bahwa belum

ada penerapan penataan kelas yang ramah anak di keempat SD tersebut.

F. Definisi Operasional

1. Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusi adalah bentuk pelayanan pendidikan yang mengikutsertakan

seluruh anak untuk belajar bersama tanpa mebedakan latar belakang masing-

masing, baik menyangkut kondisi fisik, intelektual, sosial, emosional, dan

kondisi-kondisi lainnya.

2. Sekolah Dasar Inklusi

Sekolah Dasar Inklusi adalah sekolah reguler tingkat dasar yang menerima

anak dengan kebutuhan khusus dan anak tidak berkebutuhan khusus untuk

belajar dalam satu kelas yang sama.

3. Anak Berkebutuhan Khusus

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak-anak yang mengalami

gangguan fisik, mental, inteligensis serta emosi sehingga diharuskan mendapat

pembelajaran secara khusus dan pelayanan yang terkait, jika mereka menyadari

akan potensi penuh kemanusiaan mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

4. Penataan Kelas Yang Ramah Anak

Penataan kelas ramah anak adalah upaya pengelolaan ruang kelas tempat

berlangsungnya kegiatan pembelajaran bagi anak yang memiliki kebutuhan

khusus mislanya; anak dengan kebutuhan low vision, anak slow learner, anak

autis, dan anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus lainnya dengan anak

tidak berkebutuhan khusus. Unsur-unsur penataan kelas meliputi penataan

unsur fisik seperti; penggunaan dinding, lebar ruangan, dan pencahayaan,

rutinitas ruang kelas untuk kegiatan akademis maupun non akademis, iklim

ruang kelas atau sikap terhadap perbedaan individual, pengelolaan perilaku,

seperti peraturan kelas dan pemantaunnya, pemanfaatan waktu untuk kegiatan

pengajaran dan non pengajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Anak Berkebutuhan Khusus

a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Jati (2008:11) mengatakan bahwa anak berkebutuhan khusus

diartikan sebagai anak yang lambat (slow) atau mengalami gangguan

(retarded) yang tidak akan pernah berhasil di sekolah anak-anak pada

umumnya atau sekolah umum. Anak berkebutuhan khusus (ABK) juga

dapat diartikan sebagai anak yang mengalami gangguan fisik, mental,

intellegensi serta emosi sehingga diharuskan mengikuti pembelajaran

secara khusus. Anak berkebutuhan khusus (ABK) dianggap berbeda

dengan anak yang tidak berkebutuhan khusus. Anak berkebutuhan

khusus dianggap anak yang tidak berdaya sehingga perlu dibantu dan

dikasihani. Pandangan ini tidak sepenuhnya benar. Setiap anak

mempunyai kekurangan dan juga kelebihan, kita harus melihat dari segi

kemampuan dan tidak kemampuannya. Anak berkebutuhan khusus

memerlukan perhatian yang lebih, dengan demikian, ia akan dapat

mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.

Anak berkebutuhan khusus adalah individu yang mempunyai

karakteristik yang berbeda dari individu lainnya yang dipandang tidak

memiliki kebutuhan khusus oleh masyarakat pada umumnya. Secara

lebih khusus, anak berkebutuhan khusus menunjukkan karakteristik,

intelektual, dan emosional yang leih rendah atau lebih tinggi dari anak

normal yang berlaku di masyarakat, sehingga mengalami kesulitan dalam

meraih sukses, baik dri segi sosial, personal, maupun aktivitas

pendidikan (Bachri, 2010). Illahi (2013: 138) menjelaskan anak

berkebutuhan khusus adalah mereka yang memiliki kebutuhan khusus

sementara atau permanen sehingga membutuhkan pelayanan pendidikan

yang lebih intens.

Dari pengertian menurut beberapa ahli, anak berkebutuhan

khusus, merupakan anak-anak yang memiliki menyandang ketunaan dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

juga anak potensial berbakat yang membutuhkan sebuah pendidikan

khusus yang disesuaikan dengan hambatannya.

b. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik yang berbeda

antara satu dan lainnya, sehingga Kauffman dan Hallahan (dalam

Delphie, 2006: 15) mengungkapkan ada sepuluh macam anak

berkebutuhan khusus yang paling banyak mendapat perhatian guru

dilihat dari karakteristik yang dimilikinya. Delphie (2006) menjelskan

kesepuluh macam anak berkebutuhan khusus tersebut sebagai berikut:

a) Tunagrahita

Anak-anak yang mengalami tunagrahita (mental retardation) atau

disbeut sebagai dengan anak hendaya perkembangan (child with

development impairment), memiliki kesulitan dalam belajar karena

terhambat perkembangan intelegensi, mental, emosi, sosial, dan fisik.

b) Kesulitan Belajar

Anak yang mengalami kesulitan belajar (learning disabilities) atau

anak yang berprestasi rendah (specific learning disability) memiliki

masalah dalam perkembangan kognitif, emosi dan sosialnya. Anak

memiliki prestasi yang rendah untuk bidang akademik tertentu atau

keseluruhan bidang akademik. Kemampuan kognitif anak kurang mampu

mengadopsi proses informasi. Perkembangan emosi dan sosialnya sangat

memerlukan perhatian.

c) Hyperactive (Attention Deficit Disorder with Hyperactive)

Anak yang mengalami Hyperactive ini memiliki ciri-ciri yang dapat

dilihat antara lain selalu berjalan, tidak mau diam, suka mengganggu

teman, sulit berkonsentrasi, sulit mengikuti perintah, dan bermasalah

dalam belajar.

d) Tunalaras (emotional or behavior disorder)

Anak yang memiliki hambatan emosional atau kelainan perilaku,

karakteristik suka membuat keributan secara berlebihan dan berpotensi

kearah perilaku kriminal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

e) Tunarungu Wicara (communication disorder and deafness)

Anak yang mengalami tunarungu wicara memiliki hambatan

pendengaran dan kesulitan berkomunikasi secara lisan dengan orang lain.

Anak tunarungu wicara mengalami kekurangan atau kehilangan

kemampuan mendengar sebagian atau seluruhnya, diakibatkan karena

tidak berfungisnya sebagian atau seluruh indera pendengaran.

f) Tunanetra (partially seing and legally blind)

Anak yang mengalami hambatan penglihatan. Tunanetra terbagi

menjadi dua golongan yaitu buta total yaitu anak yang tidak mampu

melihat sama sekali dan low vision yaitu anak yang memiliki kelaianan

penglihatan sedemikian rupa, tetapi masih dapat membaca huruf yang

dicetak tebal dan besar baik menggunakan alat bantu penglihatan maupun

tidak.

g) Anak autustik (autistic children)

Anak yang mengalami kelainan berbicara, gangguan kemampuan

intelektual dan fungsi saraf. Kelainan yang dimiliki anak autistik meliputi

kelainan berbicara, kelainan fungsi saraf, intelektual, dan perilaku yang

ganjil. Anak autistik mempunyai kehidupan sosial yang aneh dan terlihat

seperti orang yang selalu sakit, tidak suka bergaul, dan sangat terisolasi

dari lingkungan hidupnya.

h) Tunadaksa (physical disability)

Anak yang memiliki kelainan pada tulang, persendian, dan saraf yang

menggerakan otot-otot tubuhnya.

i) Tunaganda (multiple handicapped)

Anak yang memiliki kelainan perkembangan neurologis yang

disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan kemampuan pada

aspek intelegensi, gerak, bahasa, atau hubungan pribadi masyarakat.

Kelainan perkembangan ganda juga mencakup kelainan perkembangan

fungsi adaptif. Mereka umumnya memerlukan layanan-layanan

pendidikan khusus dengan modifikasi metode secara khusus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

j) Anak berbakat (giftedness and special talents)

Anak yang memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul dalam

segi intelektual, fisik, dan perilaku sosial.

Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009

tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan

dan Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa menjelaskan

peserta didik yang memiliki kelainan berhak mengikuti pendidikan

secara inklusif pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan

dan kemampuannya. Peserta didik tersebut adalah (1) tunanetra, (2)

tunarungu, (3) tunawicara, (4) tunagrahita, (5) tunadaksa, (6) tunalaras,

(7) berkesulitan belajar, (8) lamban belajar, (9) autis, (10) memiliki

gangguan motorik, (11) menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat

terlarang, zat adikitif lainnya, (12) memiliki kelainan lainnya, (13)

tunaganda. Aturan Menteri Pendidikan Nasional ini menunjukkan bahwa

setiap individu berhak memperoleh layanan pendidikan, meskipun

memiliki kelainan atau kebutuhan khusus.

2. Pendidikan Inklusi

a. Pengertian Pendidikan Inklusi

Ilahi (2013:23) berpendapat bahwa pendidikan inklusi merupakan konsep

pendidikan yang tidak membeda-bedakan latar belakang kehidupan anak

karena keterbatasan fisik maupun mental. Ia juga mengungkapkan bahwa

pendidikan inklusi sebagai sistem layanan pendidikan mempersyaratkan agar

semua anak berkelainan mendapat pendidikan bersama-sama anak lainnya

(normal) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Setiap anak berhak

mendapatkan pendidikan yang layak, termasuk anak penyandang disabilitas,

sekolah penyelenggara inklusi diharapkan dapat menerima peserta didik yang

berkebutuhan khusus.

Aphroditta (2016:12) menjelaskan mengenai pendidikan inklusi yaitu

pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus yang dididik bersama

dengan anak pada umumnya untuk mengembangkan ketrampilan yang

dimilikinya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

Kustawan dan Hermawan (2013:10), menambahkan pendidikan inklusi

adalah sebagai strategi untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu agar semua

individu dapat memeperoleh pendidikan (education for all). Pendidikan

tersebut harus memnuhi kebutuhan pendidikan masing-masing individu yang

beragam dalam jalur utama pendidikan (pendidikan reguler). O’Neil (dalam

Ilahi, 2013:27) menjelaskan bahwa pendidikan inklusi adalah sistem layanan

pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di

sekolah-sekolah terdekat, di kelas reguler bersama dengan teman seusianya.

Pendidikan inklusi mengupayakan untuk memberikan kesempatan yang sama

kepada semua anak, termasuk yang berkebutuhan khusus untuk memperoleh

akses yang sama seperti anak tidak berkebutuhan khusus dalam memperoleh

pendidikan.

Dari pengertian yang telah dipaparkan, kesimpulan pendidikan inklusi

adalah suatu sistem pendidikan yang memberikan pelayanan yang sama

kepada semua anak yaitu anak berkebutuhan khusus dan anak yang tidak

berkebutuhan khusus.

b. Tujuan Pendidikan Inklusi

Ilahi (2013:39-40) menjelaskan tujuan pendidikan inklusi sebagai berikut

1) Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik

yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki

potensi kecerdasan atau istimewa untuk memperoleh pendidikan yang

bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

2) Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai

keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi sesemua peserta didik.

Selanjutnya Rosilawati (2013:10) menyatakan bahwa tujuan adanya

pendidikan inklusi di antaranya:

1) Melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk melakukan analisis

situasi pendidikan lokal, mengumpulkan informasi semua anak pada

setiap distrik dan mengidentifikasi alasan mengapa mereka tidak

sekolah.

2) Mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan kelainan fisik, sosial dan

masalah lainnya terhadap akses dan pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

3) Melibatkan masyarakat dalam melakukan perencanaan dan monitoring

mutu pendidikan bagi semua anak.

Dari beberapa penjelasan dari beberapa ahli diatas dapat disimpulkan

bahwa tujuan pendidikan inklusi adalah sebuah layanan pendidikan yang

tanggap terhadap keanekaragaman kondisi anak, melalui pendidikan

inklusi ini anak berkebutuhan khusus dapat memperoleh pendidikan yang

sama dengan anak pada umumnya sehingga diharapkan interaksi dari

keduanya dapat memberikan dampak positif.

3. Sekolah Inklusi

Sekolah dasar inklusi tentu memiliki beberpaa layanan dan fasilitas yang

berbeda dengan sekolah reguler pada umumnya. Untuk mendapatkan label

sekolah inklusi juga diperlukan beberapa persyaratan yang sudah ditentukan. Hal

tersebut tentu berkaitan dengan siswa yang mengikuti kegiatan belajar mengajar

karena sekolah inklusi menggabungkan antara siswa ABK dengan siswa normal

pada umumnya dalam satu kelas.

Ariastuti dan Herawati (2016) menguraikan bahwa sekolah inklusi

menyediakan layanan pendidikan untuk ABK. Sekolah regular dengan orientasi

inklusi adalah lembaga yang paling efektif untuk mengatasi diskriminasi,

menciptakan komunitas yang ramah, dan membangun masyarakat inklusi untuk

mencapai pendidikan untuk semua anak tanpa membeda-bedakan. Rosilawati

(2013) mengatakan bahwa sekolah inklusi merupakan tempat bagi setiap anak

untuk dapat diterima menjadi bagian dari kelas, dapat merespon keberagaman

melalui kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan setiap anak dan dapat bermitra

dengan masyarakat.

Pendapat lain dari Marentek (2007) mengemukakan bahwa pendidikan

inklusi adalah pelayanan pendidikan bagi peserta didik yang mempunyai

kebutuhan pendidikan khusus di sekolah reguler (SD, SMP, SMA atau SMK)

yang tergolong luar biasa baik dalam arti berkelainan, lamban belajar (slow

learner) maupun yang berkesulitan belajar lainnya.

Dari beberapa pengertian sekolah dasar inklusi menurut para ahli di atas,

kesimpulan sekolah dasar inklusi merupakan satuan pendidikan reguler yang

menyelenggarakan pendidikan enam tahun dan memberikan pelayanan pendidikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

bagi peserta didik yang mempunyai kebutuhan khusus dan peserta didik lainnya

pada satu kelas.

4. Aspek-Aspek Sekolah Inklusi

a. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)

Penerimaan peserta didik baru di SD/MI pada setiap tahun pelajaran

perlu mempertimbangkan sumber daya yang tersedia di sekolah. Dalam

pelaksanaan penerimaan peserta didik baru, sekolah membentuk Panitia

Peserta Didik Baru yang dilengkapi dengan tim khusus yang mengetahui

mengenai pendidikan inklusi dan keberagaman karakteristik peserta didik

yang berkebutuhan khusus. Bagi sekolah yang bekerjasama dengan psikolog,

maka psikolog tersebut dapat membantu dalam penerimaan peserta didik

baru. Penyelenggara pendidikan inklusi menerima peserta didik berkebutuhan

khusus dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki sekolah dan

mengalokasikan kursi/kouta yang tersedia dalam sekolah tersebut.

b. Identifikasi

Identifikasi merupakan upaya guru dan tenaga kependidikan lainnya

untuk menemukan dan mengenali anak yang mengalami

hambatan/kelainan/gangguan baik fisik, intelektual, mental, emosional, dan

sosial dalam rangka pemberian layanan pendidikan yang disesuaikan dengan

kebutuhan khususnya. Dalam buku Modul Pelatihan Pendidikan Inklusi

(2012:34) identifikasi dapat diartikan menemukenali. Identifikasi anak

berkebutuhan khusus adalah suatu upaya menemukenali anak berkebutuhan

khusus, dalam hal ini anak berkelainan dengan berbagai gejala-gejala yang

menyertainya.

Kustawan (2013) menjelaskan identifikasi dilakukan untuk lima

keperluan yaitu penjaringan (screening), pengalihtanganan (referal),

klasifikasi (classification), perencanaan pembelajaran (instructional

planning), dan pemantauan kemajuan belajar (monitoring pupil progress).

Guru melaksanakan identifikasi berdsarkan gejala-gejala yang nampak

atau dapat diamati/diobservasi. Gejala-gejala tersebut yaitu gejala fisik, gejala

perilaku dan gejala hasil belajar. Guru melaksanakan identifikasi dengan

tujuan untuk menghimpun informasi atau data apakah seorang anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

mengalami kelaiann/penyimpangan dalam pertumbuhan/perkembangannya

dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya. Hasil identifikasi dijadikan

dasar untuk penyusunan program pembelajaran disesuaikan dengan

kebutuhan khususnya dan/atau untuk menyusun program dan pelaksanaan

yang berkaitan dengan hambatannya.

c. Kurikulum (Kurikulum Fleksibel)

Kustawan dan Hendrawan (2013: 107) menyatakan bahwa kurikulum

fleksibel yakni mengakomodasikan anak dengan berbagai latar bekalang dan

kemampuan, maka kurikulum tingkat satuan pendidikan lebih peka

mempertimbangkan keragaman anak agar pembelajarannya relevan dengan

kemampuan dan kebutuhannya. Sekolah reguler yang menyelenggarakan

pendidikan inklusi ramah anak harus mampu mengembangkan kurikulum

sesuai dengan tingkat, perkembangan, dan karakteristik anak agar lulusan

memiliki kompetensi untuk bekal hidup.

Penyesuaian kurikulum fleksibel seyogyanya dilakukan oleh Tim

Pengembangan Kurikulum di sekolah yang terdiri dari Kepala Sekolah, Guru

Kelas, Guru Mata Pelajaran, Guru Bimbingan dan Konseling (Konselor),

Guru Pembimbing Khusus, Orang Tua, dan Ahli lainnya sesuai kebutuhan

misalnya psikolog dan terapis. Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan

inklusi menyusun kurikulum modifikasi supaya dapat memenuhi kebutuhan

peserta didik termasuk siswa berkebutuhan khusus. Semakin tunggi hambatan

pada peserta didik berkebutuhan khusus, maka akan semakin ekstrim

modifikasi yang dilakukan. Jika hambatannya ringan, maka proses

modifikasinya juga akan ringan.

d. Merancang Bahan Ajar dan Kegiatan Pembelajaran yang Ramah Anak

Bahan ajar diperlukan untuk mencapai tujuan mengajar yang telah

ditentukan. Bahan ajar tersusun atas topik-topik dan sub bahasan tertentu

yang mengandung ide pokok yang relevan dengan tujuan yang ditetapkan

(Ilahi, 2016). Agar perhatian anak didiknya terpusat penuh kepada guru maka

guru perlu melakukan pembelajaran yang interaktif. Guru juga harus

menggunakan metode pembelajaran yang cocok bagi anak didiknya agar

mampu berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Jenis materi pelajaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

digunakan oleh para guru dapat memberikan pengaruh besar terhadap

keberhasilan akademis siswa-siswa penyandang disbilitas (Kustawan,

Hendrawan, dan Phil, 2013)

e. Penataan Kelas yang Ramah Anak

Kondisi ruang kelas anak memiliki peran besar pada proses dan hasil

kegiatan belajar. Friend (2015: 269) mengemukakan bahwa lingkungan ruang

kelas dapat berpengaruh terhadap hal yang dipelajari siswa, keharusan guru

untuk mengidentifikasi dan menganalisis ruang kelas akan memungkinkan

mereka untuk mengantisipasi atau menjelaskan permasalahan yang dialami

oleh seorang siswa. Penataan dalam ruang kelas dan pemanfaatan ruang

kelas, yaitu meliputi area dinding, pencahayaan, area lantai serta

penyimpanan. Pengaturan ruang kelas bisa berdasarkan tujuan pembelajaran,

waktu yang tersedia dan kepentingan pembelajaran yang aktif, inovatif,

kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM) Kustawan dan Hendrawan

(2013: 115).

f. Asesmen

Jamaris (2014) mengatakan bahwa asesmen merupakan proses yang

dilaksanakan secara sistematis untuk menemukan informasi berkaitan dengan

perkembangan dan peningkatan belajar anak yang telah dicapai. Triani (2013

: 25) menjelaskan bahwa asesmen merupakan kegiatan yang dilakukan dalam

asesmen adalah mengumpulkan data dan informasi yang akan digunakan

untuk bahan pertimbangan dan keputusan yang berkaitan dengan pelajaran.

Friend (2015: 210-217) mengatakan bahwa ada 6 tahap dalam asesmen :

1) Screening

Screening meliputi keputusan untuk menentukan jika proses kemajauan

seorang siswa dianggap cukup berbeda dengan teman-teman sekelasnya

sehingga patut untuk menerima perubahan pengajaran, atau pada akhirnya

asesmen yang lebih mendalam untuk menetapkan adanya kondisi disabilitas.

2) Diagnosis

Keputusan besar yang terkait dengan diagnosis menyangkut kelayakan atas

layanan pendidikan khusus, pertimbangan berdasarkan ketentuan hukum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

bahwa siswa dianggap layak untuk dianggap menyandang disabilitas atau

tidak.

3) Penempatan Program

Bagian utama dari keputusan penempatan program berkenaan dengan ranah

yang menjadi tempat berlangsungnya layanan pendidikan khusus yang

diterima siswa, misalnya saja di ruang kelas pendidikan umum, ruang

sumber, atau ruang kelas pendidikan khusus yang terpisah.

4) Penempatan Kurikulum

Penempatan kurikulum meliputi keputusan mengenai level mana yang akan

dipilih untuk memulai pengajaran siswa. Informasi mengenai penempatan

kurikulum tentu juga dapat dijadikan sebagai patokan pengukuran bagi para

guru untuk mengetahui sejauh apa siswa-siswa penyandang disabilitas

mengakses kurikulum pendidikan umum.

5) Evaluasi Pengajaran

Keputusan evaluasi pengajaran meliputi keputusan untuk melanjutkan atau

mengubah prosedur pengajaran yang telah diterapkan kepada siswa.

keputusan ini dibuat dengan memantau kemajuan siswa secara cermat.

6) Evaluasi Program

Keputusan evaluasi program meliputi keputusan untuk menghentikan,

melanjutkan, atau memodifikasi program pendidikan khusus seorang siswa.

g. Pengadaan dan Pemanfaatan Media pemelajaran Adaptif

Pembelajaran bagi anak berkebutuhan khusus memerlukan media yang

tepat sebagai alat bantu dalam menyampaikan pesan atau informasi dari guru

kepada anak berkebutuhan khusus, karena itu diperlukan media pembelajara

yang adaptif atau menyesuaikan. Kustawan (2013: 1117) menjelaskan bahwa

media adaptif adalah media yang disesuaikan dengan hambatan yang dialami

anak berkebutuhan khusus dan kebutuhan khusus anak berkebutuhan khusus.

Media pembelajaran adaptif bagi anak berkebutuhan khusus hakekatnya

adalah media yang dirancang, dibuat, dipilih dan digunakan dalam

pembelajaran sehingga dapat bermanfaat atau berguna dan cocok dalam

kegiatan pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

h. Penilaian dan Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman anak

dengan materi pembelajaran yang telah diberikan oleh guru di sekolah.

Kustawan (2013: 124) menyebutkan beberapa karakteristik evaluasi

pembelajaran diantarannya ialah (1) mengidentifikasi aspek-aspek yang akan

dievaluasi, (2) memfasilitasi pertimbangan-pertimbangan, (3) menyediakan

informasi yang berguna, (4) melaporkan penyimpangan/kelemahan untuk

memperoleh remediasi dari yang dapat diukur saat itu juga.

5. Penataan Kelas yang Ramah Anak

Penataan kelas yang ramah anak dapat diartikan sebagai upaya pengelolaan

ruang kelas tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran bagi anak

berkebutuhan khusus dengan anak tidak berkebutuhan khusus. Everton dan

Weinten (dalam Kutawan dan Hermawan, 2015:218) mengemukakan bahwa

pengelolaan ruang kelas mencakup semua hal yang dilakukan ole para guru demi

mengoptimalkan proses belajar-mengajar yang efektif, mulai dari mengatur siswa-

siswa, ruang, waktu, hingga materi. Pengelolaan ruang kelas dapat meliputi (a)

Penataan unsur fisik seperti penggunaan dinding, lebar ruangan, dan pencahayaan.

(b) Rutinitas ruang kelas untuk kegiatan akademis maupun non-akademis. (c)

Iklim ruang kelas atau sikap terhadap perbedaan individual. (d) Pengelolaan

perilaku, seperti peraturan kelas dan pemantauannya. (e) pemanfaatan waktu

untuk kegiatan pengajaran dan non-pengajaran.

Ruang kelas memberikan pengaruh yang besar terhadap proses dan hasil

belajar peserta didik. Guru perlu mengkodisikan ruang kelas yang mampu

menunjang perkembangan peserta didik secara optimal, karena sebagian besar

waktu yang dihabiskan oleh peserta didik adalah berada di ruang kelas. Ruang

kelas yang nyaman perlu diatur oleh guru sedemikian rupa, sehingga kebosanan

yang dialami oleh peserta didik dapat dihindarkan. Kenyamanan ruang kelas juga

jangan sampai membuat ngantuk, karena jika peserta didik mengantuk dalm

proses belajar dan pembelajaran maka sudah dapat dipastikan bahwa peserta didik

tersebut tidak akan mengalami proses pembelajaran yang optimal. Ruang kelas

yang diciptakan oleh guru perlu memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan

pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

emosional, serta psikologi peserta didik dengan memperhatikan aspek kognitif,

afektif, dan psikomotor. Karwati & Priansa (2014 : 45). Ruang kelas perlu

memiliki standar berkenaan dengan: fungsinya sebagai tempat kegiatan

pembelajaran teori, praktik tanpa atau dengan peralatan khusus; ruang kelas

minimum sama dengan banyak rombongan belajar; kapasitas maksimum ruang

kelas 32 peserta didik; rasio minimum luas ruang kelas 2 m2/peserta didik. Untuk

rombongan belajar dengan peserta didik kurang dai 15 orang, luas minimum

ruang kelas 30 m2. Lebar minimum ruang kelas 5 m. Memiliki fasilitas yang

memungkinkan pencahayaan yang memadai; memiliki pintu yang memadai;

ruang kelas perlu dilengkapi dengan sarana memadai.

Kelas sebagai lingkungan pembelajaran tidak terbatas pada ruang kelas saja.

Anak dapat belajar di dalam dan di luar kelas. Kelas harus dirancang agar

menyenangkan, nyaman dan aman serta dapat menimbulkan gairah atau motivasi

anak untuk giat belajar. Di dalam kelas dan di luar kelas anak dapat belajar sesuai

dengan kebutuhan. Anak dapat belajar aktif dan mempraktekkan apa saja yang

telah dipelajarinya sehingga dapat memperoleh kemampuan atau kompetensi.

Anak-anak dapat bekerjasama dengan bahagia dan belajar bersama dengan penuh

suka. Menyanyi, menari dan berdiskusi dapat di dalam dan di luar kelas. Kelas

juga dapat diatur sehingga dapat digelarkan karpet mereka dapat duduk di karpet

dan belajar sesuai dengan situasi dan kondisi yang diharapkan.

Meja dan kursi seyogyanya dapat diatur dan dengan mudah dapat diatur dan

dengan mudah dapat dipindahkan untuk mempersiapkan kerja kelompok. Papan

tulis bisa disediakan lebih dari satu, ada papan panjang, dan tempat pemajangan

hasil karya anak serta adanya pojok belajar. Kelas memiliki pencahayaan, suhu

dan ventilasi udara yang baik. Kelas dicat dengan warna yang indah, bisa

bermacam-macam warnanya namun tidak menyilaukan.

Kelas juga mempunyai perpustakaan kelas. Perpustakaan kelas dapat dibuat

dengan menggunakan peti atau kotak kardus yang didekorasi, kemudian diisi

dengan buku-buku antara lain buku buatan anak, kliping anak dan tugas-tugas

anak dan buku lainnya.

Penataan unsur fisik yang ada di ruang kelas dapat mempengaruhi kondisi dan

suasana belajar bagi anak yang berkebutuhan khusus dan anak yang tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

berkebutuhan khusus. Kustawan dan Hermawan (2013:115) menjelaskan bahwa

menciptakan suasana belajar yang menggairahkan perlu memperhatikan

pengaturan/penataan ruag kelas/belajar. Penyusunan dan pengaturan ruang belajar

hendaknya memungkinkan anak didik duduk berkelompok dan memudahkan guru

bergerak secara leluasa. Dalam pengaturan ruang belajar, hal-hal yang perlu

diperhatikan :

a) Ukuran dan bentuk kelas

b) Bentuk serta ukuran bangku dan meja anak didik

c) Jumlah anak didik dalam kelas

d) Jumlah anak didik dalam setiap kelompok

e) Jumlah kelompok dalam kelas

f) Komposisi anak didik dalam kelompok (seperti anak didik pandai dengan

anak didik kurang pandai, pria dengan wanita)

Karwati dan Priansa (2014:54) menjelaskan syarat yang perlu diperhatikan

dan diciptakan sebagai upaya untuk mengkondisikan kelas yang nyaman antara

lain sebagai berikut:

1. Tata Ruang Kelas

Metode pembelajaran yang umumnya dipraktikan di kelas adalah metode

pembelajaran dengan sistem klasikal (ceramah). Guru perlu mengembangkan

metode pembelajaran lainnya yang bisa dipadukan penggunaannya dengan

metode pembelajaran klasikal. Terkait dengan metode tersebut, maka tata

ruang kelas perlu disesuaikan. Almari kelas dapat ditempatkan disamping

papan tulis atau disamping meja guru. Jika ada almari kelas tambahan dapat

ditaruh di belakang kelas, sebaiknya almari tersebut terbuat dari kaca untuk

penyimpanan piagam, vandal, dan kepustakaan kelas. Pengaturan tempat

perabot kelas dapat dipindah-pindahkan sesuai dengan keadaan atau kondisi

setempat.

2. Menata Perabot Kelas

Perabot kelas adalah seluruh perlengkapan yang ada dan dibutuhkan di

kelas. Penataan perabot kelas yang terdiri dari papan tulis, meja kursi guru,

meja kursi peserta didik, almari kelas, jadwal pelajaran, papan absensi, daftar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

piket kelas, kalender pendidikan, gambar-gambar, tempat cuci tangan, tempat

sampah, sapu, dan alat pembersih lainnya, dan gambar-gambar alat peraga.

a) Papan tulis

Papan tulis ukurannya perlu disesuaikan dengan keluasan kelas. Papan

tulis ditempatkan di depan yang memiliki penerangan yang cukup.

Penempatannya tidak terlalu tinggi dn tidak terlalu rendah, sehingga

peserta didik yang duduk di belakang masih mampu melihat atau

membaca tulisan yang ditulis paling bawah.

b) Meja Kursi Guru

Meja kursi guru ukurannya disesuaikan dengan standar yang berlaku,

meja guru berlaci dan ada kuncinya. Meja kursi guru ditempatkan di

tempat strategis, misalnya di kanan atau di kiri papan tulis, supaya tidak

menghalangi pandangan peserta didik ke papan tulis.

c) Meja Kursi Peserta Didik

Meja kursi peserta didik ditata sedemikian rupa sehingga dapat

menciptakan kondisi kelas yang menyenangkan, ukuran badan peserta

didik dan dilengkapi dengan tempat tas atau buku sehingga peserta didik

menjadi nyaman untuk duduk.

d) Almari Kelas

Almari kelas dapat ditempatkan di samping papn tulis atau sebelah kiri

atau kanan dinding, dapat juga diletakkan di sebelah meja guru.

e) Jadwal Pelajaran

Jadwal pelajaran ditempatkan di tempat yang mudah dilihat oleh peserta

didik sehingga peserta didik tidak kebingungan.

f) Papan Absensi

Papan absensi ditempatkan di sebelah papan tulis atau di dinding

samping kelas. Guru juga perlu memiliki catatan daftar hadir peserta

didik di buku khusus, karena daftatr hadir di papan diganti setiap hari.

g) Daftar Piket Kelas

Daftar piket kelas ditempatkan di samping papan absensi sehingga

peserta didik mudah untuk melihatnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

h) Kalender Pendidikan

Kalender pendidikan ditempel pada tempat yang mudah dilihat yang

mampu memberikan pengingatan kepada peserta didik tentang kalender

pendidikan yang berlaku di sekolah.

i) Gambar-gambar

Gambar Presiden, Wakil Presiden, dan lambang burung Garuda Pancasila

ditempatkan di depan kelas di atas papan tulis, posisi penempatannya

disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.

j) Tempat Cuci Tangan dan Lap Tangan.

Tempat cuci tangan lap tangan diletakkan di depan kelas dekat pintu

masuk atau di luar pintu masuk dekat teras depan.

k) Tempat Sampah

Tempat sampah diletakkan di sudut kelas. Besar kecilnya tempat sampah

disesuaikan dengan kebutuhan, serta bentuknya disesuaikan dengan

estetika kelas.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan Mintarsih (2015) dengan judul “Pengelolaan

Kelas di Sekolah Inklusi” bertujuan untuk mengetahui gambaran pemahaman guru

tentang pegelolaan kelas dalam sekolah inklusi dan untuk mengetahui

perencanaan yang dilakukan guru dalam pengelolaan di sekolah inklusi tersebut.

Jenis penelitian ini adalah dengan desain studi kasus. Hasil dari penelitian ini

adalah bahwa responden dalam pelaksanaan pengelolaan kelas inklusi, belum

paham benar dalam hal pelaksanaan pengelolaan kelas di sekolah inklusi yang

harus dikembangkan dalam menciptakan lingkungan kondusif.

Penelitian yang selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Anafiah

dan Andini (2018) dengan judul “Pelaksanaan Pendidikan Inklusi di SD Tumbuh

2 Yogyakarta” bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan inklusi di SD

Tumbuh 2 Yogyakarta serta penataan kelas untuk siswa inklusi. Jenis penelitian

ini adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas

kelas direncanakan dengan mempertimbangkan keadaan latar belakang peserta

didik. Aktivitas kelas mendorong peserta didik untuk saling berkomunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

Semua peserta didik diberikan kesempatan oleh guru untuk mengambil bagian

yang sama dalam pembelajaran.

Penelitian yang terakhir dilakukan Jannah (2018) yang berjudul

“Manajemen Kelas Inklusif di SD N Ketintang II Surabaya” bertujuan untuk

menganalisis bagaimana manajemen kelas ditinjau dari manajemen lingkungan

kelas secara fisik. Metode penelitian ini dengan observasi dan wawancara. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa manajemen kelas inklusif dilihat dari manajemen

lingkungan fisik sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari furniture kelas yang diatur

sesuai tempatnya, ventilasi dan pencahayaan kelas yang cukup baik, serta

pengaturan tempat duduk berbentuk lajur, 2 lajur untuk reguler dan 2 lajur untuk

ABK, dan ketika pembelajaran klasik berbentuk U. Namun, dari segi manajemen

kursi siswa, tidak ada pengelompokkan berdasrkan kompetensi ABK. Dengan

kata lain, semua ABK diajarkan oleh GPK (Guru Pendamping Kelas). Manajemen

siswa ABK harus diklasifikasikan berdasarkan kompetensi mereka sehingga akan

memudahkan guru dalam mengajar.

Penelitian yang sudah disebutkan di atas memiliki relevansi dengan

penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian yang pertama

menunjukkan bahwa guru belum paham benar dalam hal pelaksanaan pengelolaan

kelas di sekolah inklusi yang harus dikembangkan dalam menciptakan lingkungan

kondusif. Penelitian yang kedua hasil penelitiannya yaitu aktivitas kelas

direncanakan sesuai dengan keadaan latar belakang para siswa. Penelitian yang

ketiga mendapatkan hasil bahwa manajemen kelas inklusi dilihat dari manajemen

lingkungan yang sudah baik.

Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan guna untuk mengetahui penataan

kelas yang ramah anak untuk siswa inklusi dengan menggunakan penelitian

sebelumnya sebagai pendukung. Penelitian ini akan mengembangkan penelitian-

penelitian sebelumnya dengan perbedaan ruang lingkup penelitian yaitu pada

sekolah dasar yang akan diteliti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

Penelitian yang relevan dapat dilihat pada gambar berikut :

Bagan 2.1 Literature map

C. Kerangka Berpikir

Sekolah dasar (SD) yang menyelenggarakan program pendidikan inklusi

tentunya memberikan layanan prima terbaik terhadap siswa reguler maupun

berkebutuhan khusus. Layanan prima tersebut dapat ditandai dengan

diterapkannya delapan aspek sekolah inklusi. Tentunya dalam pelaksanaannya,

tidak semua dapat berjalan lancar. Ada hambatan atau permasalahan yang terjadi.

Terlebih lagi, pendidikan inklusi yang telah diatur dalam Undang-Undang nomor

20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 15 yang menyatakan

bahwa pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan untuk peserta

didik berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang

Euis Mintarsih

“Pengelolaan Kelas di

Sekolah Inklusi”

Siti Anifah dan Dinar

Westri Andini

“Pelaksanaan Pendidikan

Inklusi di SD Tumbuh 2

Yogyakarta”

Responden belum paham

benar mengenai

perencanaan dan

pengelolaan kelas yang

ramah untuk anak

inklusi.

Ida Miftakhul Jannah

“Manajemen Kelas

Inklusif di SD N

Ketintang II

Surabaya”

Aktivitas kelas

direncanakan dengan

mempertimbangkan

latar belakang para

siswa.

Manajemen kelas inklusif

dilihat dari manajemen

lingkungan fisik sudah

baik

Regina Elsa Manora

“Penerapan Penataan Kelas Yang

ramah Anak di Sekolah Dasar Inklusif:

Studi Deskriptif

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

diselenggarakan secara inklusi atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat

pendidikan dasar dan menengah.

Pemerintah telah menunjuk beberapa sekolah dasar untuk menyelenggarakan

layanan pendidikan inklusi. Penunjukkan menjadi sekolah inklusi ini membuat

pengelola sekolah (kepala sekolah, guru, dan administrator) berupaya

mengakomodasi anak berkebutuhan khusus untuk mendapatkan pendidikan yang

sama dengan anak berkebutuhan khusus. Layanan yang diberikan oleh sekolah

inklusi berbeda dengan sekolah pada umumnya, dimana sekolah berupaya untuk

tidak bersikap diskriminasi dan menerima dengan terbuka siapapun yang akan

menempuh pendidikan di sekolah tersebut.

Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian terdahulu mengenai

“Permasalahan Sekolah Dasar Inklusi Kelas Bawah di SD “Harapan Mulia” yang

dilakukan oleh Wanuri pada tahun 2018. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu,

peneliti melanjutkan penelitian yang difokuskan pada penerapan salah satu aspek

sekolah inklusi yaitu aspek penataan kelas yang ramah anak di sekolah inklusi.

Dalam proses belajar mengajar yang efektif, maka pengelolaan kelas

merupakan prasyarat mutlak. Sebagai peletak dasar serta menyiapkan kondisi bagi

terjadinya proses belajar mengajar yang efektif, pengelolaan kelas menunjuk

kepada pengaturan siswa dan pengaturan fasilitas. Fasilitas disini mencakup

pengaturan tata ruang dan penerangan, tempat duduk, keindahan, kebersihan dan

semua pendukung terciptanya situasi dan kondisi kelas yang dinamis

(menyenangkan). Penataan kelas yang baik dan nyaman untuk anak terutama anak

berkebutuhan khusus juga didasari oleh beberapa prinsip yang mencakup

visibilitas (keluasaan pandang), aksesibilitas (mudah dicapai), fleksibilitas

(keluwesan), serta kenyamanan. Kenyamanan dalam penataan kelas juga dapat

diuraikan sebagai berikut yaitu pencahayaan, suhu udara, akustik, kepadatan

kelas, dan juga keindahan.

Penerapan aspek penataan kelas adalah salah satu aspek penting di sekolah

inklusi. Aspek ini sangat mempengaruhi kondisi siswa belajar di dalam kelas.

Penataan kelas harus mempertimbangkan kondisi anak berkebutuhan, seperti

contohnya anak-anak low vision yang harus diletakan di depan agar ia mampu

untuk membaca tulisan yang ada di papan tulis. Anak yang mengalami slow

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

learner juga harus diletakan sejajar dengan guru agar guru mudah membimbing

anak yang mengalami slow learner. Pengelompokan siswa juga sangat

berpengaruh dalam kegiatan pembelajaran, maka dari itu guru harus bersikap adil

dalam pembagian kelompok. Anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus tidak

boleh disendirikan dalam kelompok karena akan menghambat proses belajar

mereka dan tidak menjadikan anak tersebut tidak percaya diri dan membuat

mereka merasa terasingkan/minder.

Peneliti melakukan wawancara kepada kepala sekolah, guru kelas 1 dan guru

pendamping khusus di 4 SD inklusi di wilayah Kabupaten Yogyakarta.

Pertanyaan wawancara sejumlah 14 butir yang berpedoman dengan aspek

penataan kelas yang ramah anak, karena peneliti memilih wawancara semi

terstruktur sehingga ada kemungkinan pertanyaan yang akan terlontar ketika

melakukan wawancara. Observasi berbentuk catatan anekdot. Observasi dilakukan

di wilayah sekolah, dan kelas dan kepada guru kelas mengenai penataan kelas

yang ramah anak. Sedangkan dokumentasi berupa lembar daftar dokumentasi ada

tidaknya dokumen dalam penataan kelas yang ramah anak.

Hasil dari teknik pengumpulan data kemudian diolah dengan teknik

triangulasi data sehingga dapat disimpulkan bahwa permasalahan sekolah dasar

inklusi aspek sekolah inklusi dan mendeskripsikan penerapan penataan kelas yang

ramah anak di 4 sekolah dasar inklusi tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi

obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti

sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif

lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2014).

Prastowo (2012:24) menjelaskan penelitian kualitatif adalah metode

penelitian yang sistematis yang digunakan untuk mengkaji atau meneliti suatu

obyek pada latar alamiah tanpa ada manipulasi di dalamnya dan tanpa ada

pengujian hipotesis, dengan metode-metode yang alamiah ketika hasil penelitian

yang diharapkan bukanlah generalisasi berdasarkan ukuran-ukuran kuantitas,

namun makna (segi kualitas) dari fenomena yang diamati.

Penelitian kualitatif deskriptif ini menggunakan metode studi kasus. Metode

studi kasus adalah memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan

mendetail. Subyek yang diteliti terdiri dari satu unit (atau kesatuan unit) yang

dipandang sebagai kasus (Surakhmad, 1994:143).

B. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di kelas atau atau sekolah dasar inklusi yang ada di

provinsi DIY dengan nama samaran SD “Mekar Jaya”, SD “Cinta Kasih”, SD

“Pagi Cerah”, SD “Harapan Mulia” . Peneliti memilih melakukan penelitian di

keempat SD ini karena ingin mengetahui penerapan kelas yang ramah anak

untuk anak berkebutuhan khusus.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2019 sampai dengan bulan April

2019. Dalam penelitian ini, hal yang dilakukan oleh peneliti yaitu penyusunan

pedoman wawancara dan observasi dilakukan pada bulan Maret hingga April

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

2019. Pada akhir bulan Maret, peneliti membuat surat pengantar wawancara

dan observasi dilakukan pada bulan Maret hingga April 2019.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah kepala sekolah, guru kelas, dan guru

pendamping khusus.

4. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah sekolah yang telah ditunjuk sebagai sekolah

inklusi di wilayah provinsi DIY yaitu SD “Mekar Jaya”, SD “Pagi Cerah”, SD

“Cinta Kasih”, SD “Harapan Mulia”.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan tahap-

tahap penelitian kualitatif. Emzir (2012) menjelaskan bahwa tahap-tahap

penelitian kualitatif secara umum yaitu,

1) Mengidentifikasi sebuah topik atau fokus: topik atau fokus ditentukan pada

awal studi namun dapat ditulis kembali selama pengumpulan data. Topik

penelitian biasanya diidentifikasi berdsarkan pengalaman, observasi pada

setting penelitian, dan bacaan tentang topik tersebut. Meskipun topik

ditentukan pada awal studi, fokus studi dapat ditulis kembali selama fase

pengumpulan data.

2) Melakukan tinjauan pustaka: tinjauan pustaka sering berlanjut sampai data

terkumpul dan dilakukan untuk menulis pertanyaan penelitian. Peneliti

melakukan tinjauan pustaka untuk mengidentifikasi informasi penting yang

relevan dengan studi dan untuk menulis suatu pernyataan penelitian (rumusan

masalah). Tinjauan pustaka terus berlanjut hingga data terkumpul dan

memungkinkan peneliti mendefinisikan kembali pertanyaan penelitian.

3) Mendefinisikan peran peneliti: peneliti menetapkan tingkat keterlibatannya

dengan partisipan dan peneliti harus menjadi bagian budaya yang akan diteliti.

Peneliti harus menetapkan tingkat keterlibatannyadengan partisipan. Peneliti

harus mampu memahami sudut pandang partisipan dalam memeandang suatu

masalah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

4) Mengelola jalan masuk lapangan dan menjaga hubungan baik di di lapangan.

Peneliti harus menetapkan tempat penelitiannya. Ketika peneliti memasuki

tempat penelitian, dia harus mempersiapkan, memperkenalkan, dirinya kepada

pengelola tempat penelitian dan menceritakan tujuan penelitiannya. Peneliti

juga memerlukan izin dari lembaga dan partisipan dalam melaksanakan

penelitian. Selama berinteraksi dengan pengelola dan partisipan penelitian,

peneliti harus menjaga hubungan baik dengan peka terhadap situasi,

komunikasi yang dilandasi kejujuran, dan interaksi yang tidak mengadili

partisipan.

5) Memilih partisipan: peneliti memilih partisipan yang dapat memberikan

informasi yang dibutuhkan. Pada penelitian ini partisipan memilih 3 partisipan

yang meliputi Kepala Sekolah, Guru Kelas, dan Guru Pendamping Khusus.

6) Menulis pertanyaan-pertanyaan bayangan. Peneliti merancang pertanyaan

bayangan berdasarkan topik yang sudah diidentifikasi oleh peneliti. Pertanyaan

bayangan membantu peneliti untuk tetap fokus mengumpulkan data dan

memungkinkan mengumpulkan data dalam cara sistematis.

7) Pengumpulan data: pengumpulan data secara umum mencakup wawancara,

observasi, dan dokumentasi. Peneliti biasanya menggunakan lebih dari satu

teknik pengumpulan data untuk validasi temuan. Sumber-sumber data yang

berbeda-beda ini kemudian dibandingkan dengan teknik lain dalam suatu

proses yang disebut triangulasi.

8) Analisis data, data dalam penelitian kualitatif dianalisis melalui membaca dan

mereview data (catatan observasi, transkip wawancara) untuk mendeteksi

tema-tema dan pola-pola yang muncul.

9) Interpretasi dan disseminasi hasil yaitu peneliti merangkum dan menjelaskan

tema-tema dalam pola (hasil) dalam bentuk naratif. Interpretasi mungkin juga

melibatkan diskusi tentang bagaimana temuan studi yang berkaitan dengan

temuan-temuan pada studi sebelumnya. Lenih lanjut peneliti membagikan hasil

temuan mereka melui jurnal, laporan website, dan pertemuan formal maupun

informal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

D. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (dalam Prastowo, 2014:208) mengemukakan bahwa teknik

pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian

karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Menurut Poham (dalam

Prastowo, 2014 : 2018) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data adalah cara

yang dipakai untuk mengumpulkan informasi atau fakta-fakta di lapangan.

Penelitian ini menggunakan penelitian semi terstruktur sebagai teknik

pengumpulan data yang lain menggunakan wawancara, observasi dan

dokumentasi.

1. Observasi

Sugiyono (2010:203) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu

proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis

dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses

pengamatan dan ingatan. Sudaryono dkk (2013:38) menjelaskan bahwa

observasi atau pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat

dari dekat kegiatan yang dilakukan. Observasi atau pengamatan merupakan

suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan

pengamatan terhadap kegiatan yang berlangsung.

Observasi digunakan oleh peneliti untuk mencari data dengan melihat,

mengamati, dan ikut merasakan kegiatan atau lingkungan yang ada di SD

Tadika Mesra. Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti adalah mengamati ruang

kelas di SD Tadika Mesra. Yusuf (2014:384) mengungkapkan bahwa ada dua

bentuk observasi yaitu participant observer dan non-participant observer.

a) Participant observer

Pada bentuk observasi ini, pengamat berpartisipasi dan terlibat dalam

kegiatan yang sedang diamati. Dalam kegiatan ini, pengamat berfungsi

ganda yaitu sebagai peneliti dan sebagai anggota kelompok, peneliti

berperan aktif sesuai dengan tugasnya dalam kelompok.

b) Non-participant observer

Pengamat tidak terlibat langsung dalam kegiatan kelompok atau kegiatan

yang diamatinya. Tugas pengamat disini murni observer.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

Bentuk observasi yang peneliti gunakan adalah non-participant observer.

Bentuk observasi ini dipilih karena peneliti hanya bertugas untuk mengamati

lingkungan kelas dan kegiatan pembelajaran tanpa adanya keterlibatan peneliti

dalam kegiatan tersebut.

2. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide

melalui tanya jawab seehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topic

tertentu Sugiyono (dalam Prastowo, 2014:212). Parstowo (2010:145)

menjelaskan pengertian wawancara adalah suatu motede pengumpulan data

yang berupa pertemuan dua orang atau lebih secara langsung untuk bertukar

informasi dan ide tanya jawab secara lisan sehingga dapat dibangun makna

dalam suatu topic tertentu.

Wawancara merupakan suatu kegiatan tanya dan tatap muka (face to face)

anatara pewawancara dan yang diwawancarai tentang masalah yang diteliti,

dimana pewawancara bermaksud memperoleh persepsi, sikap, dan pola pikir

dari yang diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti (Gunawan,

2013:160).

Peneliti menggunakan wawancara semiterstruktur dalam penelitian ini.

Sebelum mengawali wawancara, peneliti melakukan pendekatan yang lebih

intensif dengan informan. Peneliti juga harus mengunjungi sekolah tempat

melakukan pengambilan data. Pada setiap kunjungan, peneliti selalu

menanyakan kesedian, waktu dan tempat mereka untuk diwawancara. Setelah

peneliti mendapatkan kesediaan waktu dan tempat wawancara, barulah

kegiatan wawancara dilangsungkan. Kegiatan wawancara hamper sebagian

besar dilaksanakan di sekolah, dengan terlebih dahulu mendapatkan izin dari

kepala sekolah, wali kelas, dan guru pendamping.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada narasumber didasarkan pada

butir-butir pertanyaan yang telah dibuat peneliti, adakalanya juga pertanyaan

yang diajukan berdasarkan suasana yang sedang berlangsung namun masih

berkait dengan konteks penelitian. Semua hasil wawancara direkam dengan

tape recorder dengan persetujuan narasumber (Hamid 2005 : 83-84).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

3. Dokumentasi

Satori (2011:149) memaparkan bahwa studi dokumentasi yaitu

mengumpulkan dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan

penelitiaan lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan

menambah kepercayaan dan pembuktian suatu kejadian.

Guba dan Lincoln (dalam Djamal 2015:86) memaparkan bahwa dokumen

ialah setiap bahan tertulis atau film yang tidak dipersiapkan karena ada

permintaan seorang peneliti. Dalam melakukan dokumentasi, peneliti hanya

menyiapkan daftar dokumen yang harus dimiliki oleh pihak yang diteliti.

Selanjutnya peneliti akan menanyakan dokumen-dokumen tersebut kepada

pihak yang diteliti. Selanjutnya peneliti akan menanyakan dokumen-dokumen

tersebut kepada pihak yang diteliti. Dokumen merupakan sumber informasi

yang stabil, karena tidak mengalami perubahan yang disebabkan factor-faktor

seperti perubahan tempat maupun perubahan waktu (Djamal, 2015:86).

E. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian merupakan alat bantu peneliti dalam pengumpulan data,

mutu instrument akan menentukan mutu data yang dikumpulkan, sehingga

tepatlah dikatakan bahwa hubungan instrument dengan data adalah sebagai

jantungnya penelitian yang saling terkait (Riduwan, 2013).

Instrument penelitian merupakan alat bagi peneliti yang digunakan untuk

memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian. Instrument penelitian ini

terdiri dari instrument observasi, instrument wawancara, dan instrument

dokumentasi. Dibawah ini dijabarkan tentang kisi-kisi wawancara untuk kepala

sekolah, guru kelas, dan guru pendamping khusus, pedoman observasi dan lembar

daftar dokumentasi.

1. Pedoman Wawancara

Pedomanwawancara yang telah disusun oleh peneliti berfungsi sebagai

pedoman pertanyaan yang diajukan kepada narasumber agar topik pembicaraan

tidak menyimpang dari fokus penelitian. Pedoman wawancara ini berisi

pertanyaan panduan bagi peneliti untuk memperoleh informasi mengenai

permasalahan yang dihadapi sekolah dasar inklusi dalam menerapkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

kedelapan aspek penyelenggaraan pendidikan inklusi. Berikut ini adalah

pedoman wawancara yang digunakan peneliti

Tabel 3.1 kisi-kisi wawancara

Aspek Indikator Pertanyaan pokok

Penataan kelas yang

ramah anak

Mengelola kelas untuk

mengoptimalkan proses

pembelajaran/belajar

mengajar

1. Bagaimana cara guru

untuk mengatur kelas/

manajemen kelas yang

sesuai dengan kebutuhan

siswa?

2. Bagaimana agar anak-

anak nyaman saat mengikuti

proses pembelajaran

berlangsung?

Mengarahkan

pengelompokan siswa

untuk pengajaran di ruang

kelas

3. Bagaimana cara guru

memposisikan anak

berkebebutuhan khusus dan

yang tidak berkebutuhan

khusus di kelas?

4.Apakah pengelompokan

siswa berpengaruh dalam

proses belajar mengajar?

5. Berapakah jumlah setiap

anak dalam kelompok?

6. Bagaimana komposisi

anak dalam setiap kelompok

(misalkan jumlah siswa laki-

laki dan perempuan atau

siswa yang pandai dan

kurang pandai)

Penataan kelas 8. Bagaimana bentuk dan

ukuran ruang kelas?

9. Bagaimana bentuk meja

dan kursi dalam kelas?

10. Berapa jumlah anak

disetiap kelas?

11. Apakah dalam kelas

terdapat tempat untuk

kelompok?

12. Apakah ada

perpustakaan kelas?

13. Bagaimana dengan hasil

karya anak?

14. Apakah ada fasilitas

khusus di dalam kelas untuk

anak berkebutuhan khusus?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

2. Pedoman Observasi

Di bawah ini dijabarkan tentang pedoman observasi yang dalam

pengamatannya akan dituliskan dalam bentuk catatan anekdot . observasi

dilakukan berdasarkan fakta yang ada di lapangan untuk semua aspek dalam

bentuk observasi kelas, lingkungan sekolah, dan dokumen-dokumen.

Tabel 3.2 pedoman observasi

No Indikator Deskripsi Hasil Pengamatan

1. Pengelompokkan siswa

2. Tempat duduk siswa

3. Pendampingan khusus bagi siswa

berkebutuhan khusus

4. Penjelasan guru dalam

menjelaskan pembelajaran

5 Memberi penghargaan dan sanksi

6. Hasil karya siswa

3. Daftar Cek Dokumen

Daftar dokumen akan digunakan untuk mengetahui dokumen yang ada di

kelas. Daftar dokumen berisi tentang dokumen-dokumen tentang penataan kelas

yang ramah anak di sekolah inklusi dan kemudian akan ditunjukan dalam bentuk

ceklis.

Tabel 3.3 daftar dokumen

No Aspek Daftar

dokumen

Ya

(√)

Tidak

(√)

Keterangan

1. Penataan

kelas yang

ramah anak

Papan tulis

Lemari

Jendela

Pintu

Fentilasi

Kipas

Angin

F. Kredibilitas dan Transferabilitas

Sugiyono (2012) mengemukakan bahwa pengujian keabsahan data dalam

penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas interbal), transferability

(validitas eksternal), depenability (reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

1. Pengujian Credibility

Pengujian kredibilitas merupakan uji kepercayaan terhadap hasil data

penelitian. Pengujian ini dapat dapat dilakukan dengan perpanjangan

pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi

dengan teman sejawat, analisis kasus negative, dan membercheck. Sugiyono

(2014:127) menambahkan bahwa triangulasi terbagi menjadi triangulasi

sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Triangulasi sumber

dilakukan engan mengecek data yang telah diperoleh dengan beberapa sumber.

Narasumber pada penelitian ini adalah kepala sekolah, guru kelas 1 dan guru

pendamping khusus. Peneliti melakukan triangulasi sumber dengan mengecek

data yang diperoleh dari salah satu narasumber dan narasumber lainnya. Data

yang diperoleh dari satu narasumber dapat diperkuat dengan data yang

diperoleh narasumber lainnya, namun ketika data yang diperoleh dari

narasumber berbeda, peneliti melakukan triangulasi teknik.

Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber

yang sama dengan teknik yang berbeda. Triangulasi teknik dilakukan dengan

membandingkan data yang diperoleh peneliti dari wawancara, observasi, dan

studi dokumentasi. Apabila hasil dari triangulasi teknik masih menunjukkan

data yang berbeda, peneliti melakukan triangulasi waktu. Triangulasi waktu

dilakukan dengan melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau

teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Peneliti melakukan diskusi

lebih lanjut dari hasil data-data yang telah peneliti peroleh sebelumnya baik

dari triangulasi ini berguna agar data yang diperoleh dapat dipercaya

kebenarannya, dapat dipertanggungjawabkan, dan sesuai dengan kondisi yang

terjadi di lapangan.

2. Pengujian Transferability

Pengujian transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian

kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derejad ketetapan atau dapat

diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil.

3. Pengujian Dependability

Pengujian dependability dalam penelitian kualitattif dilakukan dengan

melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data.

Jika proses penelitian tidak dilakukan tetapi terdapat data, maka penelitian

tersebut tidak reliable atau dependable. Untuk itu pengujian dependability

dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses

penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen, atau pembimbing

untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.

4. Pengujian Konfirmability

Pengujian konfirmability mirip dengan uji dependability, sehingga

pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji konfirmability

berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila

hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka

penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability.

Dalam penelitian ini, keabsahan data dalam penelitian diuji dengan kredabilitas

dan transferbilitas yang dilakukan dengan pengecekan sumber menggunakan teknik

yang berbeda, waktu yang berbeda dan sumber yang berbeda. Teknik yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu, wawancara, observasi dan dokumentasi.

Waktu yang berbeda yaitu ketika pengambilan data. Sumber berbeda yang ditunjuk

untuk melakukan wawancara yaitu kepala sekolah, guru kelas, dan guru

pendamping khusus. Sumber observasi yaitu ruang kelas. Daftar dokumentasi yang

dicermati yaitu tentang ruang kelas, sarana dan prasaran yang ada di dalam kelas.

Peneliti memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya agar

pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian yang dilakukan sehingga dapat

memutuskan dapat atau tidaknya penelitian diaplikasikan di tempat lain.

G. Teknik Analisis Data

Langkah terakhir yang dilakukan peneliti yaitu melakukan analisis data yang

telah diperoleh untuk mendapatkan hasil penelitian. Miles dan Huberman (dalam

Sugiyono, 2012) menyatakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif

dilakukan secra interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,

sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data

display, dan conclusion drawing/verification. Langkah-langkah analisis dapat

dijelaskan sebagai berikut :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Langkah pertama, peneliti melakukan reduksi data dengan cara memilih

data yang penting dan sesuai dengan fokus penelitian. Melakukan reduksi

data dapat diartikan dengan merangkum atau memilih hal-hal pokok serta

memfokuskan diri pada data yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.

Pada kenyataannya, data temuan di lapangan bisa sangat beragam dan

heterogen, sehingga perlu dilakukan pemilahan dan penyusunan secara

sistematis agar diperoleh data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini reduksi

data dilakukan pada hasil observasi dan hasil wawancara. Hasil wawancara

dan dokumentasi direduksi dengan memilih data yang penting dan sesuai

fokus penelitian berdasarkan penataan kelas yang ramah anak di sekolah

inklusi.

2. Data Display

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

Dalam penelitian ini paling sering digunakan untuk menyajikan data adalah

dengan bentuk tabel yang berisikan hasil dari reduksi observasi dan reduksi

wawancara dalam satu tabel berdasarkan aspek yang diamati.

3. Onclusion Drawing/verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Huberman (dalam Sugiyono, 2012:252) adalah penarikan kesimpulan dan

verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan kredibel. Penarikan

kesimpulan dalam penelitian kualitatif bersifat sementara dan akan

berkembang setelah penelitian berada di lapangan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif yang berjudul “

Penataan Kelas yang Ramah Anak di Sekolah Inklusi: Studi Deskriptif” yang

dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2019. Hal pertama yang dilakukan

oleh peneliti yaitu meminta surat izin penelitian ke sekretariat PGSD Universitas

Sanata Dharma. Surat tersebut merupakan surat izin dari kampus untuk

mengadakan penelitian di 4 SD Kabupaten Yogyakarta dan Kabupaten Sleman.

Surat tersebut peneliti bawa kepada Kepala Sekolah SD Mekar Jaya, SD Cinta

Kasih, SD Pagi Cerah, SD Harapan Mulia sebagai syarat penelitian. Setelah

peneliti memberikan surat izin penelitian dan sekolah mengizinkan, maka peneliti

memulai penelitiannya dengan melakukan observasi dan wawancara secara

bertahap. Pengambilan data yang pertama yaitu peneliti melakukan wawancara

terhadap guru pendamping khusus.

Wawancara dilaksanakan mulai tanggal 28 Maret 2019 yaitu dengan guru

pendamping khusus (GPK), lalu wawancara kembali dilaksanakan pada tanggal

12 April 2019 yaitu dengan kepala sekolah dan juga guru kelas 1. Observasi juga

dilaksanakan pada tanggal 12 April 2019 di kelas 4 pada saat jam pembelajaran.

Wawancara yang dilakukan yaitu tentang aspek sekolah inklusi penataan

kelas yang ramah anak yang kemudian diharapkan akan menemukan masalah dari

pengambilan data ini. Pengambilan data selanjutnya yaitu observasi yang

dilakukan pada tanggal 12 April 2019 dan pengambilan data dokumentasi juga

dilakukan pada tanggal 12 April 2019. Jadwal pelaksanaan kegiatan lebih rinci

dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Wawancara SD “Mekar Jaya”

No Hari/Tanggal Subjek Wawancara

1. Jumat/5 April 2019 Guru Pendamping Khusus

2. Jumat/ 12 April 2019 Kepala Sekolah

Guru kelas I

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Wawancara SD “Cinta Kasih”

No Hari/Tanggal Subjek Wawancara

1 Selasa/9 April 2019 Kepala Sekolah

Guru Kelas 1

2 Selasa/11 April 2019 Guru Pendamping Khusus

Guru Kelas 4

Tabel 4.3 Jadwal Pelaksanaan Wawancara SD “Pagi Cerah”

No Hari/Tanggal Subjek Wawancara

1 Jumat/29 Maret 2019 Guru Pendamping Khusus

Guru Kelas 2

2 Sabtu/30 Maret 2019 Kepala Sekolah

Guru Kelas 4

Tabel 4.4 Jadwal Pelaksanaan Wawancara SD “Harapan Mulia”

No Hari/Tanggal Subjek Wawancara

1 Kamis/28 Maret 2019 Guru Kelas 2

2 Selasa/2 April 2019 Guru kelas 6

3 Selasa/ 9 April 2019 Guru Pendamping Khusus

4 Jumat/ 12 April 2019 Kepala Sekolah

Tabel 4.5 Jadwal Pelaksanaan Observasi

No Hari/Tanggal Aspek Yang Diamati

1. Jumat/12 April 2019 Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar

B. Hasil Penelitian

1. Wawancara

Wawancara dilaksanakan dengan menggunakan teknik wawancara semi

terstruktur terhadap beberapa narasumber kunci di keempat SD inklusi wilayah

Kabupaten Sleman dan Kabupaten Yogyakarta. Narasumber yang berhasil

diwawancarai secara intensifyaitu Kepala Sekolah, Guru Pendamping Khusus dan

Guru kelas. Data yang didapat melalui wawancara, dilengkapi dengan data

observasi langsung yang dilakukan rentang waktu pada bulan April. Semua data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

hasil penelitian ini diuraikan berdasarkan fokus pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

1) Narasumber Guru Pendamping Khusus

a. Mengelola Kelas Untuk Mengoptimalkan Proses Pembelajaran/ Belajar

Mengajar

Narasumber SD “Mekar Jaya” menjelaskan bahwa cara guru untuk

mengatur kelas disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pada anak

“Kalau anak low vision diletakkan di depan, untuk anak2 yg memakai kursi

roda yang tunadaksa diletakkan di dekat pintu, kemudian untuk anak2 yg

lambat belajar itu sederet dengan gurunya.” (W1.GKa.05042019.1-6).

Penempatan anak berkebutuhan khusus di depan atau di dekat pintu

bertujuan untuk memudahkan guru untuk membantu keluar dari kelas.

Menurut narasumber dari SD Cinta kasih “Penataan kursi dan meja itu

tidak boleh mengganggu aktivitas anak jadi tidak boleh terlalu rapat, dan

kelas sudah dirancang dengan ukuran seluas ini untuk 28 anak kan sudah

standarnya seperti itu untuk bebas bergerak...” (W1.KSb.942019.1-6). SD

Cinta Kasih juga menata tempat duduk anak berdasarkan dengan masing-

masing kebutuhan anak.

Narasumber dari SD Pagi Cerah menyampaikan bahwa “Penataan kelas itu

kita buat saling berhadap hadapan biar satu teman dengan teman yang

lain itu bisa saling komunikasi gitu lo.” (W1.GPKc.20032019.2-9).

Menurut beliau tatanan kelas seperti itu akan memudahkan anak untuk

mengikuti kegiatan pembelajaran dan juga akan memudahkan guru untuk

menyampaikan materi. Narasumber dari SD Harapan Mulia mengatakan

bahwa penataan kelas akan berubah per minggunya “pengaturan tempat

duduk bisanya perminggu mbak.” (W1.GK2d.28032019.1-8). Beliau

mengatur tempat duduk seperti itu agar anak merasa nyaman dan tidak

bosan.

Narasumber juga menjelaskan agar anak-anak nyaman saat mengikuti

proses pembelajaran berlangsung yaitu tergantung guru kelas dan

kesepakatan bersama “Tergantung guru kelas, biasanya kalau abk duduk

tidak dipisahkan tetapi dicampur. Agar anak-anak tersebut percaya diri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

Dan merasa tidak dibedakan.” (W1.GPK.05042019.6-8). Sekolah juga

menanamkan rasa solidaritas yang tinggi kepada anak agar tujuan

pembelajaran di kelas dapat tercapai dengan saling membantu dalam

pemahaman materi pelajaran.

Menurut narasumber dari SD Cinta Kasih agar anak-anak nyaman saat

mengikuti pembelajaran dengan variasi metode anak-anak diajak untuk

belajar di luar dan lebih mengenal lingkungan “Variasi metode, kadang

keluar kelas kadang-kadang mengamati lingkungan sekitar dikaitkan

dengan teman.” (W1.KSb.942019.7-8). Narasumber lain dari SD Pagi

Cerah menyampaikan bahwa untuk membuat anak-anak nyaman dalam

proses pembelajaran guru harus aktif dan kreatif selain itu guru juga harus

menyiapkan media yang menarik “pada pembelajaran berlangsung itu

nyaman anak senang itu guru menyampaikannya secara aktif, menarik dan

apa ya ada media yang menarik juga.” (W1.GPKc.20032019.11-17)

b. Mengarahkan Pengelompokan Siswa Untuk Pengajaran di Ruang Kelas

Cara guru dalam memposisikan anak berkebutuhan khusus di kelas yaitu

dengan dicampur “Dicampur mbak.. tidak ada yang berbeda kan supaya

bisa membaur. Tapi memang ada anak seperti low vision gitu ditaruh di

depan, tunagrahita juga di depan supaya lebih gampang diperhatikan

guru.” (W1.GPK.05042019.1-8). Namun, tidak semua kelas seperti ini

kadang-kadang juga tergantung dengan gurunya. Pengelompokan anak tidak

berpengaruh karena semua anak dapat bekerjasama di dalam kelompok

masing-masing. “Pengaruh kelompok, tidak ada. Pas kalau kerja kelompok

ada anak berkebutuhan khusus tidak ikut membantu, kadang hanya duduk,

tidak ikut membantu harus gimana. Tetap di dalam kelompok itu. Kalau yg

iqnya bagus dia akan ikut membantu.” (W1.GPK.05042019.8-11). Guru

sebisa mungkin berlaku adil dan tidak membeda-bedakan agar anak yang

memiliki kebutuhan khusus merasa percaya diri. Semua anak yang memiliki

kebutuhan khusus dalam pengelompokan lebih baik dijadikan satu dengan

anak-anak reguler dikarenakan agar mereka (anak-anak reguler) dapat

membantu anak-anak berkebutuhan dalam menyelesaikan tugasnya ataupun

memberikan arahan. Komposisi pengelompokan anak sendiri tergantung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

dengan jumlah siswa yang ada di kelas dan ketentuan dari guru “kalo itu

tergantung jumlah siswa kelasnya mbak.” (W1.GPK.05042019.12-13).

Komposisi anak dalam setiap kelompok dibagi sama rata sesuai dengan

jumlah anak menurut narasumber “biasanya sama rata.”

(W1.GPK.05042019.14). Pengarahan kelompok juga dikatakan narasumber

dari 3 SD inklusi memiliki komposisi yang sama dan juga jumlah anggota

kelompok sesuai dengan jumlah siswa yang ada di kelas dan tergantung

guru kelas yang mengatur pengelompokan tersebut.

c. Penataan Kelas

Bentuk ruangan kelas di SD Mekar Jaya seperti bentuk-bentuk kelas

pada umumnya dan berukuran kurang lebih 10mx10m. “Semua kelas itu

ukurannya sama mbak ya kira-kira 10mx10m.” (W1.GPK.05042019.18-19).

Narasumber dari SD Cinta Kasih juga menjelaskan jika ukuran kelas cukup

untuk 30 siswa “bentuk ruangannya itu ya mbak, persegi kalau luasnya ya

kayanya cukup untuk 30 siswa.”( W1.KSb.942019.13-14). Bentuk meja dan

kursi juga sama dengan meja kursi yang lain, yang terbuat dari kayu. Satu

meja berisi 2 anak dengan masing-masing anak memiliki 1 kursi. Dalam

setiap kelas jumlah anak berbeda-beda “jumlah setiap kelas ada : 1: 14,

2:12, 3:13, 4:18, 5:23, 6:14.”(W1.GPK.05122019.9). Pengelompokan

siswa dalam pembelajaran juga bersifat spontan yang artinya kelompok baru

akan dibentuk pada saat ada tugas kelompok atau pada saat berdiskusi.

Tidak ada tempat khusus untuk kelompok. “tapi biasanya kalo diadakan

diskusi baru dibuat tempat kelompok, tidak ada sarana prasarana khusus

untuk berdiskusi.” (W1.GPK.05042019.10). SD Mekar Jaya belum memiliki

perpustakaan kelas, namun untuk buku-buku pelajaran tersedia di dalam

kelas. “Kalo perpustakaan kelas gak ada mbak, tapi kalo buku2 pelajaran

ada. Tapi untuk pojok bacanya kami belum ada.” (W1.GPK.05042019.11).

Narasumber dari SD Cinta Kasih menjelaskan bahwa SD Cinta Kasih sudah

memiliki perpustakaan di dalam kelas “kami ada mbak perpustakaan kelas

menyediakan buku-buku bacaan dan pengetahuan.”( W2.GPKb.1142019.16-

17). Fasilitas khusus yang dimiliki oleh SD Mekar Jaya hanya kursi roda

untuk anak tunadaksa yang membutuhkan, untuk fasilitas yang lain belum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

tersedia. Narasumber Lala mengatakan fasilitas-fasilitas yang dimiliki kelas

hanya fasilitas yang biasa ada dalam kelas-kelas yang lain “Untuk fasilitas

khusus tidak ada mbak, paling ya kami hanya menyediakan kursi roda untuk

anak tunadaksa. Tapi biasanya anak yang tunadaksa membawa kursi roda

sendiri. Kalau fasilitas di dalam kelasnya ada meja, kursi, papan tulis,

lemari, foto presiden dan wakil, meja guru, kursi guru, tata tertib, kipas

angin, lambang Negara, yang gak ada bendera…”

(W1.GPK.05042019.12). Hasil karya anak-anak SD Mekar Jaya selalu

dipajang di dalam kelas, yang bertujuan untuk mengapresiasi kretifitas

mereka “iya jadi hasil itu diletakkan/dipajang di tembok belakang tempat

duduk mereka…”(W1.GPK.05042019.13).

2) Narasumber Kepala Sekolah

a. Mengelola Kelas Untuk Mengoptimalkan Proses Pembelajaran/Belajar

Mengajar

Narasumber menjelaskan bahwa penataan kelas di SD Mekar Jaya selalu

dijadikan satu tidak ada yang dikelompok-kelompokan sendiri-sendiri

“dicampur mbak.. tidak ada yang berbeda kan supaya bisa membaur. Tapi

memang ada anak seperti low vision gitu ditaruh di depan, tunagrahita juga

di depan supaya lebih gampang diperhatikan guru.” (W2.KS.12042019.1-

3). Berbeda dengan narasumber dari SD Cinta Kasih yang menjelaskan

“penataan kursi dan meja itu tidak boleh mengganggu aktivitas anak jadi

tidak boleh terlalu rapat…” (W1.KSb.942019.1-6) agar tidak mengganggu

aktivitas anak-anak. Berbeda dengan SD Pagi Cerah yang tempat duduknya

dikelompokan “Saya kelompokan, misalnya meja ini untuk berapa anak,

saya pindah-pindah mbak, bosen juga to, kalau yang menghadap-hadap itu

jarang malahan , pokoknya saya kelompokkan…” (W2.KS2c.29032019.2-

9). narasumber dari SD Harapan Mulia menjelaskan bahwa penataan tempat

duduk sesuai dengan kesepakatan bersama “itu kesepakan anak nya mbak ya

ini mau apa posisi nya tempat duduk dengan siapa ya udah, gak usah pake

kursi pak pake tiker ya udah pake tiker, enak to…”

(W2.GK6d.09042019.12).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

b. Mengarahkan Pengelompokan Siswa Untuk Pengajaran di Ruang Kelas

Narasumber menjelaskan bahwa pengelompokan anak yaitu dengan

mencampur semua anak-anak, jika ada anak berkebutuhan yang kesulitan

ada anak yang lain dapat membantu. Menurut narasumber dari SD Cinta

Kasih bahwa anak-anak yang berkebutuhan tidak diperbolehkan dicampur

dengan anak berkebutuhan lainnya “dicampur memang, tidak boleh

disendirikan dan anak ABK tidak boleh duduk dengan anak ABK supaya

bisa saling mengenal yang lain dan saling membantu” (W1.KSb.942019.7-

9). Narasumber dari SD Pagi Cerah menjelaskan “Anak tidak di bedakan

mbak tetapi untuk pembelajaran mungkin cara akademik itu anak yang

berkebutuhan khusus lebih diperhatikan lebih diamati lebih diajari agar

bisa menyesuaikan dengan teman-temannya …” (W1.GPKc.20032019.19-

28). Hal ini dikarenakan agar anak berkebutuhan khusus bisa mengikuti

pembelajaran dan tidak ketinggalan dengan teman-temannya yang lain.

Proses pengelompokan ini berpengaruh dalam proses pembelajaran karena

tidak semua anak dapat bekerja sama dengan baik, sehingga membuat guru

lebih memberikan perhatian agar materi dapat tersampaikan.

c. Penataan Kelas

SD Mekar Jaya memiliki ruangan-ruangan kelas yang bentuk dan

ukurannya sama “kalau bentuk ya seperti kelas-kelas pada umumnya ya

mbak…” (W2.KS.12042019.25-26), beliau juga menjelaskan tatanan meja

dan kursi dalam kelas “meja dan kursinya ya sama saja mbak, meja untuk

berdua kalau kursinya satu-satu.” (W2.KS.12042019.18). Jumlah semua

siswa di SD Mekar Jaya ada 94 anak. Narasumber mengatakan bahwa kelas

belum ada tempat untuk kelompok dan juga belum memiliki perpustakaan

kelas. Untuk fasilitas khusus belum ada namun untuk WC difabel sekolah

tersebut sudah menyediakan “Tapi kalau untuk WC kami sudah ada jadi ada

WC khusus untuk difabel…” (W2.KS.12042019.28). Mengenai hasil karya

anak, semua hasil karya anak dipasang pada dinding-dinding kelas dan hasil

yang kurang baik akan dikembalikan lagi ke anak “hasil karya seni anak-

anak ya ada yang dipajang ada juga yang dibawa pulang mbak.”

(W2.KS.12042019.30-31).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

3) Narasumber Guru Kelas

a. Mengelola Kelas Untuk Mengoptimalkan Proses Pembelajaran/ Belajar

Mengajar

Narasumber menjelaskan penataan kelas yang diterapkan yaitu

“saya menatanya biasa mbak, tapi cuman menatanya semua

menghadap ke depan nggak membentuk lingkaran gini nggak cuman

kadang-kadang dipindah yang tadi di ini.” (W3.GK1.12052019.1-5),

jadi menurut narasumber penataan yang dilakukan setiap seminggu

sekali dirubah agar anak tidak bosan. Lalu menurut narasumber dari SD

Cinta Kasih yaitu dengan menyesuaikan kebutuhan anak “Ya kita

sesuaikan dengan kebutuhan aja mbak.” (W3.GK1b.942019.1-4).

Menurut narasumber dari SD Pagi Cerah yaitu dengan merubah posisi

tempat duduk anak “selalu bergantian teman untuk tempat duduk, yang

kedua terus mengatur selalu setiap 2-3 hari sekali itu merubah tempat

duduk.” (W3.KSc.30032019.2-4). Untuk kenyamanan siswa pada saat

proses pembelajaran narasumber menyampaikan bahwa kenyamanan

anak pada saat berada di kelas dengan menggunakan fasilitas kipas

angin agar anak-anak tidak merasa kepanasan saat mengikuti proses

pembelajaran “Ya untuk tempat karna kalau panas itu ya apa nggak

nyaman, supaya nyaman saya usul kasih kipas angin tidak hanya satu

tapi 2. Tapi untuk kenyamanan tempat duduk ya cuma tak pindah2 itu

tadi” (W3.GK1.12042019.8-9). Membuat siswa nyaman pada saat

proses pembelajaran tergantung dengan bagaimana guru dalam

menyampaikan materi serta menumbuhkan rasa nyaman pada anak.

b. Mengarahkan Pengelompokan Siswa Untuk Pengajaran di Ruang

Kelas

Narasumber memposisikan kelompok dengan merolling

kelompok jadi sebelumnya narasumber sudah menentukan kelompok

tersebut. Narasumber menjelaskan jika posisi anak berkebutuhan

dengan anak reguler dijadikan satu. Narasumber SD Cinta Kasih

menjelaskan bahwa posisi anak berkebutuhan berbeda dengan anak

reguler “cara guru memposisikan ABK dan anak reguler dikelas adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

digabung, supaya anak reguler dapat membantu yang ABK dan bisa

saling menyemangati…” (W2.GPKb.1142019.1-5). Narasumber SD

Pagi Cerah menjelaskan jika anak berkebutuhan harus diberi perhatian

khusus “namun hanya kita lebihkan saja perhatiannya saja untuk

abk…” (W3.KSc.30032019.14-22). Narasumber SD Harapan Mulia

membebaskan anak untuk posisi tempat duduk anak “kamu mau duduk

sama siapa ya bebas asal siswa itu nyaman kalo misal nya anak nya

tidak nyaman, aku tidak suka sama dia di jadikan satu kursi kan gak

mau to” (W2.GK6d.28032019.4-7). Jumlah anak pada kelompok

disesuiakan dengan jumlah siswa perkelas “kalo itu tergantung jumlah

siswa kelasnya mbak…” (W3.GK1.12042019.5). Untuk komposisi anak

dalam kelompok narasumber mengatakan jika setiap kelompok disama

ratakan “ya itu tadi, dalam kelompok saya sama ratakan.”

(W3.GK1.12042019.6)

c. Penataan kelas

Narasumber menjelaskan untuk penataan kelas dengan bentuk

dan ruangan “kalau bentuknya persegi ya mbak, tapi untuk ukuran saya

kurang tahu.. tapi kelasnya lumayan luas mbak…”

(W3.GK1.12042019.25-26) beliau mengatakan jika ukuran kelas cukup

luas untuk jumlah siswa di kelas 1 tersebut. Untuk meja dan kursi “ya

meja biasa saja mbak dan kursi seperti meja kursi sekolah pada

umunya dari kayu”( W3.GK1.12042019.27-28). Jumlah anak setiap

kelas ada “kelas 1 itu 14, kelas 2 12, kelas 3 13, kelas 4, 18, kelas 5 22

apa 23 gitu, kelas 6 14” (W3.GK1.12042019.29-30). Untuk tempat

kelompok narasumber menjelaskan “tidak ada mbak, karena biasanya

kalau saya buat kelompok paling hamya mengubah posisi tempat

duduknya saja.” (W3.GK1.12042019.31-32). Narasumber juga

menjelaskan di SD Mekar Jaya belum memiliki perpustakaan kelas

“perpustakaan kelas tidak ada, adanya hanya perpustakaan sekolah.”

(W3.GK1.12042019.34). Untuk fasilitas khusus di dalam kelas SD

Mekar Jaya belum ada. Narasumber menjelaskan untuk hasil karya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

anak “kalau karya seni itu yang bagus mbak biasanya yang dipajang di

kelas” (W3.GK1.12042019.37).

2. Observasi

a. Pengelompokan Siswa

Pengelompokkan siswa dilakukan pada saat ada tugas kelompok atau

diskusi. Guru membagi siswa dalam kelompok dengan cara menghitung 1,2,3

dan jika siswa yang mendapat nomer sama maka siswa tersebut akan menjadi

satu kelompok. Dalam waktu observasi peneliti juga mengamati bagaimana

cara guru dalam menentukan kelompok serta mengatur para siswa agar masuk

ke dalam kelompok masing-masing.

Kelompok-kelompok yang telah ditentukan oleh guru ada 4 kelompok dan

masing-masing kelompok terdiri dari 3-4 siswa. Semua kelompok tempat

duduknya diatur oleh guru, meja-meja dihadapkan agar mereka lebih mudah

untuk bekerja sama. Setelah itu guru pendamping dan guru kelas berkeliling

untuk membantu di kelompok-kelompok.

b. Tempat Duduk Siswa

Siswa yang berkebutuhan khusus akan diletakkan di depan dengan

pencahayaan yang terang. Anak-anak yang mengalami low vision diletakan di

depan dekat dengan guru, dan anak tunadaksa juga diletakkan di dekat pintu

agar memudahkan untuk keluar masuk. Dalam kelas terdapat 10 meja dan 20

kursi. Satu meja diisi dengan 2 orang siswa. meja dan kursi ditata menghdap ke

depan.

c. Pendampingan Khusus Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus

Pada saat pembelajaran guru pendamping khusus selalu masuk ke dalam

kelas untuk mendampingi anak-anak yang berkebutuhan khusus. Guru

pendamping membantu anak-anak dalam memahami materi dan juga

membantu siswa ketika kesulitan. Peran guru pendamping sangat dibutuhkan

karena anak berkebutuhan khusus membutuhkan perhatian yang ekstra.

d. Penjelasan Guru Dalam menjelaskan Pembelajaran

Pada saat peneliti melakukan observasi di dalam kelas pada saat proses

pembelajaran berlangsung, guru memberikan materi Bahasa Indonesia. Guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

menyampaikan materi kepada siswa dilakukan dengan mengulang beberapa

kali agar materi tersampaikan dengan baik dan siswa mampu menerima.

Guru selalu bertanya apakah masih kurang jelas dengan penyampaian

materi. Guru melakukan tanya jawab untuk memastikan anak-anak sudah

paham atau belum dengan materi yang disampaikan.

e. Memberi Penghargaan dan Sanksi

Ketika anak menjawab pertanyaan dengan benar maka guru akan memberi

penghargaan dengan memberikan pujian atau tanda “Sip” dengan jempol. Jika

ada anak yang melakukan kesalahan atau keributan maka guru akan memberi

sanksi dengan memotong jam istirahat. Siswa yang tidak bisa mematuhi tata

tertib juga akan mendapat sanksi. Guru tidak membeda-bedakan siswa mana

yang akan diberi sanksi atau tidak, termasuk anak bekebutuhan khusus yang

tidak mematuhi tata tertib.

f. Hasil Karya

Peneliti mengamati kelas dan melihat hasil karya anak-anak dipajang di

dinding-dinding kelas. Mulai dari hasil mewarnai, melukis, seni prakarya

terdapat di dalam kelas. Hasil karya yang dipajang adalah hasil karya anak

yang terbaik. Tujuan dipajangnya hasil karya anak untuk mengapresiasi

kreatifitas dan karya anak.

3. Dokumentasi Berikut ini disajikan daftar dokumen berdasarkan aspek penataan kelas

yang ramah anak di SD Mekar Jaya.

Tabel 4.3 Daftar Dokumen

Daftar Dokumentasi Keterangan Deskripsi

Ada tidak

Papan tulis Terdapat satu papan tulis di

dalam kelas

Meja dan Kursi Terdapat 12 meja dan 24

kursi

Meja Guru Terdapat 1 meja guru beserta

kursi

Lemari Terdapat 1 lemari

Perpustakaan kelas Belum ada perpustakaan

kelas

Hasil karya Terdapat banyak hasil karya

yang ditempel pada dinding-

dinding kelas

Gambar presiden dan wakil Terdapat gambar presiden &

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

presiden wakil

Lambang Negara Terdapat lambang negara

Tata tertib Terdapat tata tertib

Tempat sampah Terdapat 1 tempat sampah

Kipas angina Terdapat 2 kipas angina

Jam dinding Terdapat 1 jam dinding

C. Pembahasan

1. Pemanfaatan Waktu Untuk Kegiatan Pengajaran dan Non-pengajaran

Penataan kelas di SD Mekar Jaya termasuk dalam pemanfaatan waktu

untuk kegiatan pengajaran, cara guru untuk mengatur kelas dengan cara

menempatkan anak yang memiliki kebutuhan khusus seperti anak low vision di

depan serta anak tunadaksa di dekat pintu agar mudah akses untuk keluar

masuk ke dalam kelas. Anak-anak yang slow learner akan diletakan sejajar

dengan tempat duduk gurunya, agar memudahkan guru untuk menjelaskan

materi dan membantu anak. Semua tempat duduk menghadap ke depan dengan

penataan yang sejajar. Anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus tidak

dibiarkan duduk sendiri, guru mencampur anak-anak reguler dan anak yang

berkebutuhan agar duduk satu meja. Selain untuk membantu proses belajar

pada anak yang memiliki kebutuhan, menempatkan anak reguler dengan anak

berkebutuhan membuat anak berkebutuhan menjadi percaya diri dan tidak

merasa disendirikan. Kenyamanan anak dalam proses belajar juga sangat

diperhatikan. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Kustawan dan Hermawan

(2013:115) yang menyatakan bahwa menciptakan suasana belajar yang

menggairahkan perlu memperhatikan pengaturan/penataan ruang kelas.

Berbeda dengan SD Harapan Mulia, guru kelas mengatur penataan tempat

duduk mereka berdasarkan kesepakatan bersama. Alasannya agar anak tidak

bosan dan belajar bertanggung jawab untuk pilihannya. Anak dibebaskan untuk

memilih tempat duduk namun guru juga tetap mengawasi dan memberikan

konsekuensi.

Guru harus membuat anak-anak nyaman saat proses belajar mengajar,

salah satunya dengan mengajak anak untuk belajar di luar kelas. Seperti yang

dijelaskan Kustawan dan Hermawan (2013:116) yang menyatakan bahwa kelas

sebagai lingkungan pembelajaran tidak terbatas pada ruang kelas saja. Anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

dapat belajar di dalam dan di luar kelas. Guru dari SD Harapan Mulia

menyatakan sebelum dimulainya proses pembelajaran maka ia akan berdiskusi

dengan anak, akan belajar materi apa dan belajar dimana. Jika siswa ingin

belajar di luar kelas maka hari itu antara guru dengan siswa sepakat untuk

belajar di luar kelas, di halaman misalnya. Jadi tidak selalu siswa selalu

menurut dengan perintah guru namun saling bergantian. Selain dengan belajar

diluar guru juga harus kreatif dan inovtif dalam menyampaikan materi. Dalam

menyampaikan materi guru sebaiknya tidak hanya menggunakan metode

ceramah, namun bisa juga dengan diselingi menyanyi, bermain games, maupun

quiz yang diharapkan akan menambah semangat anak dan juga kenyamanan

dalam mengikuti proses pembelajaran. SD Pagi Cerah menyatakan bahwa

anak-anak mereka bebaskan untuk berbicara namun berbicara dalam konteks

pelajaran pada hari itu, guru tidak terlalu mengekang. Anak-anak dibebaskan

dalam berbicara untuk melatih kepercayaan diri anak-anak tersebut, agar anak-

anak tidak sungkan untuk mengutarakan pendapatnya.

2. Rutinitas Ruang Kelas Untuk Kegiatan Akademis Maupun Non-akademis

Rutinitas ruang kelas dapat meliputi pengelompokan anak dalam

proses pembelajaran. Guru memposisikan anak berkebutuhan khusus dengan

anak yang reguler dengan cara disamakan artinya guru akan membuat anak

reguler dengan anak berkebutuhan menjadi satu kelompok tanpa membanding-

bandingkan. Sutopo (2009:211) menjelaskan dasar-dasar pengelompokan siswa

yaitu berdasarkan kemampuan peserta didiknya diantaranya; 1) friendship

grouping yaitu pengelompokan peserta didik berdasarkan pada kesukaan

memilih teman. 2) achievement grouping yaitu pengelompokan siswa

didasarkan prestasi yang dicapai. 3) aptitude grouping, yaitu pengelompokan

peserta didik didasarkan atas kemampuan dan bakat sesuai yang dimiliki siswa.

Guru mengelompokan anak tidak berdasarkan dengan kesukaan memilih teman

maupun prestasi, namun guru mengelompokan dengan meyamaratakan semua

anak yang ada di dalam kelas. Tujuan dibuat menjadi satu kelompok yaitu agar

anak reguler dapat membantu anak-anak berkebutuhan dalam mengerjakan

tugas yang guru berikan. Guru juga harus adil dalam membuat kelompok, anak

yang pandai tidak boleh dikelompokan dengan anak yang pandai karena hal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

tersebut akan berdampak dalam proses belajar. Komposisi kelompok yang

berisi anak laki-laki dengan laki-laki dan perempuan dengan perempuan juga

tidak diperbolehkan. Jumlah anggota kelompok disesuaikan dengan jumlah

siswa per kelas. Anak-anak harus mampu bekerja dalam kelompok karena guru

ingin menanamkan sikap kerjasama dan solidaritas yang tinggi. Anak

berkebutuhan khusus diharapkan juga mampu bekerja dalam kelompok, kerja

kelompok sangat berguna bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Meskipun ada

beberapa anak yang mau mengerjakan tugas kelompok dan ada yang tidak.

Penataan meja dan kursi dapat diatur dan dengan mudah dipindahkan

untuk mempersiapkan kerja kelompok. Menurut Karwati dan Priansa (2014:

46) penataan meja dan kursi harus diperhatikan yaitu kursi dan meja yang

kuat,stabil, dan mudah dipindahkan oleh peserta didik. Sehingga anak-anak

dapat dengan mudah memindahkan meja dan kursi pada saat ada kegiatan

kelompok. Guru juga mempertimbangkan pengelompokan dalam kelas. Anak-

anak yang diatur dalam kelompok tidak boleh pindah kelompok sesuka hati

mereka. Guru pendamping khusus selalu mendampingi anak-anak pada saat

kerja kelompok, tujuannya agar anak-anak berkebutuhan khusus merasa

terbantu dengan tugas yang diberikan. Ventilasi dan jendela yang cukup untuk

pencahayaan dalam ruang kelas. Membuat kelas tidak sumpek dan pengap.

Serta 2 kipas angin yang dipasang dalam kelas membuat kelas tidak panas.

Anak-anak nyaman belajar di dalam kelas.

Pengelompokan ini sangat membantu anak-anak berkebutuhan untuk

menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Anak-anak reguler yang

menjadi teman kelompok dengan senang hati membantu anak-anak

berkebutuhan tersebut walaupun ada satu atau dua orang anak yang tidak mau

membantu. Guru-guru selalu menanamkan rasa solidaritas yang tinggi terhadap

anak. Dalam kegiatan kelompok ini tidak semua anak berkebutuhan mau

mengerjakan tugas kelompok, ada yang hanya diam dan mengamati. Namun,

jika ada anak berkebutuhan yang memiliki IQ yang tinggi maka ia akan

membantu.

Pada jam pulang sekolah anak-anak mendapat tambahan pelajaran dari

guru pendamping khusus. Guru kelas tidak boleh melakukan tambahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

pelajaran terhadap anak-anak karena peraturan dari dinas. Maka yang dapat

melakukan tambahan pelajaran yaitu guru pendamping khusus. Anak-anak

berkebutuhan didampingi dalam tambahan pelajaran agar anak-anak tidak

ketinggalan pelajaran dan dapat mengikuti pelajaran dengan baik.

Berbeda halnya dengan SD Harapan Mulia, pada saat pengelompokan

anak berkebutuhan cenderung dipisahkan dan tidak dicampur. Alasannya agar

anak reguler tidak mengganggu anak berkebutuhan. Guru memilih untuk

membimbing anak berkebutuhan sendiri atau diberikan tambahan jam pelajaran

pada saat pulang sekolah.

3. Pengelolaan Ruang Kelas

Bentuk dan ukuran kelas di SD Mekar Jaya yaitu sesuai dengan standart

ruangan kelas pada umumnya. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 24 tahun 2007 tentang standar sarana dan prasarana sekolah bahwa ruang

kelas harus memiliki standar kapasitas maksimum ruang kelas 32 peserta didik.

(Karwati & Priansa, 2014: 46). Bentuk kelas di Mekar Jaya yaitu persegi

dengan ukuran sekitar 10mx10m. Ukuran kelas disesuaikan dengan jumlah

siswa, mengingat ada siswa berkebutuhan khusus dalam kelas maka penataan

kelas disusun sebaik mungkin. Hal ini juga dinyatakan oleh Friend dan Bursuck

(2015:288-292) bahwa penataan unsur fisik yang ada di ruang kelas dapat

mempengaruhi kondisi dan suasana belajar bagi anak yang berkebutuhan khusus

dan anak yang tidak berkebutuhan khusus. Untuk itu kelas dibuat senyaman

mungkin agar anak-anak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan

nyaman. Penataan meja kursi yang baik seharusnya berkelompok, karena akan

memudahkan guru dalam menjelaskan materi. Namun mengingat sekolah ini

adalah sekolah inklusi, yang menerima semua anak berkebutuhan khusus

termasuk anak yang low vision maka agak sulit membuat penataan kelas untuk

meja dan kursi yang berkelompok. Idealnya untuk jumlah siswa setiap kelasnya

antara 10-20 anak. Jumlah siswa yang terlalu banyak juga tidak kondusif untuk

pembelajaran, karena banyaknya siswa perhatian dan fokus guru dalam

menyampaikan materi yang kadang tidak tersampaikan dengan baik. SD Mekar

Jaya memiliki 94 siswa, dan rata-rata per kelas jumlah siswa antara 1-20 anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Penataan kelas harus disesuaikan juga dengan kebutuhan anak, salah

satunya tempat untuk kelompok. Narasumber menjelaskan untuk tempat

kelompok belum ada, namun tempat kelompok dibuat hanya pada saat guru

memberikan tugas diskusi/kelompok yang mengharuskan anak-anak menata

meja dan kursi sehingga dapat dijadikan tempat untuk berdiskusi/kerja

kelompok. SD Mekar jaya belum ada perpustakaan kelas, mereka hanya

mempunyai perpustakaan bersama yang dijadikan satu dengan UKS (Unit

Kesehatan Sekolah). Menurut narasumber perpustakaan kelas belum ada namun

untuk buku-buku pelajaran disediakan di dalam almari kelas. Sehingga pada saat

pembelajaran anak-anak dapat menggunakan buku-buku pelajaran tersebut. SD

Cinta Kasih sudah memiliki perpustakaan kelas yang berisikan buku-buku

bacaan dan buku-buku pengetahuan.

Fasilitas yang ada di dalam kelas di SD Mekar Jaya meliputi, pintu,

jendela, papan tulis, meja dan kursi guru, meja dan kursi siswa, tata tertib,

gambar presiden dan wakil presiden, kipas angin, dan lemari. Narasumber

mengatakan bahwa fasilitas kelas kurang bendera negara. Bendera negera tidak

ada dikarenakan bangunan sekolah yang baru dan harus ada proposal yang

diajukan kepada BOSDA jika ingin membeli peralatan/fasilitas baru. Sekolah

belum menyediakan fasilitas khusus di kelas kecuali kursi roda untuk anak

tunadaksa. Namun, sekolah sudah menyediakan WC/toilet untuk anak

berkebutuhan. Narasumber menyebutnya dengan WC difabel. WC tersebut

diperuntukan khusus untuk anak-anak yang berkebutuhan, anak-anak yang

berkebutuhan khusus merasa nyaman saat menggunakan WC tersebut. Berbeda

pada saat belum ada WC karena anak-anak berkebutuhan merasa kesulitan jika

akan buang air.

Hasil karya anak selalu dipajang di dalam kelas, kategori untuk hasil

karya tersebut menurut narasumber yaitu yang mendapat nilai tertinggi dan yang

bagus akan dipajang di dinding-dinding kelas. Banyak hasil prakarya anak-anak

antara lain, hasil melukis, mewarnai, prakarya dan masih banyak yang lainnya.

Hasil karya ini dipajang bertujuan untuk mengapresiasi kreatifitas para siswa.

Penataan kelas yang baik akan berdampak pada kenyamanan anak,

terlebih lagi sekolah ini bukan hanya menerima siswa yang reguler namun juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

siswa yang berkebutuhan khusus. Syarat-syarat kelas yang nyaman menurut

Karwati dan Priansa (201: 54-56) yaitu ruangan kelas harus memperhatikan

beberapa syarat, misalkan tata ruang kelas, menata perabot kelas yang meliputi

papan tulis, meja dan kursi guru, meja dan kursi peserta didik, almari kelas,

jadwal pelajaran, papan absensi, daftar piket kelas, kalender pendidikan,

gambar-gambar, tempat cuci tangan dan lap, serta tempat sampah. Penataan

kelas yang baik serta fasilitas yang cukup mewadahi akan membuat anak-anak

nyaman untuk belajar dan melakukan kegiatan di dalam kelas. Anak-anak juga

bisa dilibatkan dalam penataan kelas agar mereka terlatih untuk bertanggung

jawab.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

BAB V

PENUTUP

Bab V membahas tentang kesimpulan penelitian, keterbatasan penelitian,

dan saran untuk penelitian selanjutnya.

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di keempat SD wilayah

Kabupaten Sleman dan Kabupaten Yogyakarta dapat disimpulkan bahwa dalam

penerapan penataan kelas yang ramah anak di sekolah dasar inklusi pasti menemui

hambatan. Penataan kelas yang ramah anak di keempat SD wilayah Kabupaten

Sleman dan Kabupaten Yogyakarta ada yang sudah diterapkan ada pula yang

belum menerapkan. Penataan kelas yang ramah anak di keempat SD ini dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Mengelola kelas untuk mengoptimalkan proses pembelajaran/ belajar mengajar

sudah diterapkan oleh guru dengan mengatur tempat duduk para siswa sesuai

kebutuhannya masing-masing dan juga merolling setiap seminggu sekali agar

anak-anak tidak bosan. Untuk kenyamanan anak dalam mengikuti proses

pembelajaran anak berkebutuhan dan anak reguler dicampur agar anak

berkebutuhan memiliki rasa percaya diri.

2. Rutinitas ruang kelas pada saat kegiatan akademik dengan mengarahkan

pengelompokan siswa untuk pengajaran di ruang kelas sudah diterapkan guru

dengan guru membuat kelompok belajar dengan menjadikan satu anak yang

berkebutuhan khusus dan anak yang reguler. Jumlah anak disetiap kelompok

antara 3-4 anak. Pengelompokan siswa ini tidak berpengaruh dalam proses

pembelajaran asalkan guru mampu untuk mendampingi dan mengarahkan.

Jumlah dan komposisi kelompok disamaratakan. Guru tidak pilih-pilih dalam

membuat kelompok.

3. Pengelolaan ruang kelas sudah diterapkan dengan cukup baik, melihat fasilitas

kelas dari mulai fentilasi dan pencahayaan yang cukup, ruang kelas yang luas

dan bersih, serta fasilitas pendukung lainnya dan bentuk meja kursi yang sesuai

dengan kebutuhan masing-masing siswa. Kekurangan disini hanya belum

adanya perpustakaan kelas yang penting untuk anak-anak. Perpustakaan kelas/

pojok baca ini sangat penting untuk anak-anak dikarenakan akan membantu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

anak untuk menumbuhkan minat baca dan sumber referensi. Untuk hasil karya

anak dipajang di dinding-dinding kelas yang bertujuan untuk mengapresiasi

kreatifitas anak.

B. Keterbatasan penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat menyampaikan keterbatasan

dalam penelitian sebagai berikut :

1. Pengambilan data yang kurang optimal mengakibatkan peneliti kurang

maksimal dalam melakukan pengambilan data.

2. Waktu yang dipilih narasumber untuk melakukan wawancara pada saat

istirahat menjadikan penelitian tidak maksimal karena berlatar suasana yang

gaduh, sehingga membuat peneliti sulit melakukan vebartim.

C. Saran

Peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya dapat berjalan dengan

lancar, perlu diperhatikan hal-hal berikut :

1. Penelitian selanjutnya, sebaiknya peneliti mampu mengatur waktu dengan

baik agar dapat melakukan penelitian dengan baik dan data yang diperoleh

maksimal.

2. Penelitian selanjutnya, sebaiknya membuat janji jauh-jauh hari dengan

narasumber agar tidak mengulur-ulur waktu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

Daftar Pustaka

Ahmadi, R. (2014). Metodologi penelitian kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Anifah, S. & Andini, D.W. (2017). Pelaksanaan pendidikan inklusi di SD tumbuh

2 yogyakarta.Jurnal Pendidikan Khusus, volume 1, edisi 1, hal 45-46.

Dalam:

http://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/wacanaakademika/article/download/247

9/1518 diakses pada Senin, 11 Februari 2019 Pukul 11.45 WIB

Atmaja, J.R. (2018). Pendidikan dan bimbingan anak berkebutuhan khusus.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Delphie, B. (2006). Pembelajaran anak tunagrahita (suatu pengantar pendidikan

inklusi). Bandung: Refika Aditama.

Djamal, M. (2015). Paradigma penelitian kulitatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Erisa, H. (2018). Permasalahan sekolah dasar inklusi di kelas atas SD “Suka

Ilmu” Wilayah Kabupaten Kulon Progo. Skripsi. PGSD Universitas Sanata

Dharma.

Dalam: http://repository.usd.ac.id/27096/ diakses Pada Rabu, 27 Februari

2019 pukul 08.00 WIB

Emzir. (2012). Metodologi penelitian kualitatif analisis data. Jakarta:

Rajagrafindo Persada.

Fajriyah, L. (2017). Pengelolaan kelas pada sekolah inklusif di sdn sumbersari

malang. Jurnal Pendidikan UIN Malang, volume 5, no 2, hal 47-49.

Dalam: http://etheses.uin-malang.ac.id/9525/1/13140066.pdf diakses pada

Selasa, 23 Juli pukul 19.00 WIB

Hermawan. (2012). Pengelolaan kelas anak berkebutuhan khusus. Surakarta:

UNS Press.

Ilahi, M.T. (2013). Pendidikan inklusif; konsep dan aplikasi. Yogyakarta: Ar-ruzz

Media.

Jannah, I.M. (2018). Manajemen kelas inklusif di SD N Ketintang II Surbaya.

Jurnal Pendidikan Khusus STAIN Kudus, volume 6, no 2, hal 50-51.

Dalam:http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/elementary/article/view/4387

diakses pada Selasa, 12 Februari 2019 Pukul 09.32 WIB

Karwati, E. & Priansa, D. (2014). Manajemen kelas. Bandung: Alfabeta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Kustawan, D. & Hermawan, B. (2013). Model Implementasi Pendidikan Inklusif

Ramah Anak. Jakarta: PT. Luxima Metro Media.

Manab, A. (2015). Penelitian pendidikan pendekatan kualitatif. Yogyakarta:

KALIMEDIA.

Mintarsih E. (2015). Pengelolaan kelas di sekolah inklusi. Jurnal Pendidikan

UNTIRTA, volume 3, no 2, hal 56-70.

Dalam:http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/UNIK/article/download/3548/2629

diakses pada Senin, 18 Februari 2019 Pukul 15.25 WIB

Patilima, H. (2005). Metode penelitian kualitatif. Bandung: ALFABETA.

Prastowo, A. (2014). Metode penelitian kualitatif dalam perspektif rancangan

penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Rutina. (2017). Penerapan model-model pengelolaan kelas yang dilakukan oleh

guru di kelas III sekolah dasar. Jurnal Pendidikan UNY, volume 4, no 1, hal

55-57.

Dalam:http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/pgsd/article/viewFile/70

83/6777 diakses pada Selasa, 23 Juli 2019 pukul 19.00

Sarosa, S. (2012). Penelitian kualitatif: dasar-dasar. Jakarta: PT INDEKS.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:

ALFABETA.

Suruni. (2009). Manajemen Pendidikan. Bandung.ALFABETA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

Lampiran 2. Surat pernyataan telah selesai melakukan penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Lampiran 3. Reduksi Hasil Wawancara

REDUKSI HASIL WAWANCARA

SD “Mekar Jaya”

(SD a)

SD “Cinta Kasih”

(SD b)

SD “Pagi Cerah”

(SD c)

SD “Harapan Mulia”

(SD d)

Narasumber 1

Subjek : Guru Pendamping

Khusus

Hari, tanggal : Jumat, 5 April

2019

Kode Wawancara :

W1.GPKa.05042019.

Narasumber 1

Subjek : Kepala Sekolah

Hari, tanggal : Selasa 9 April

2019

Kode Wawancara :

W1.KSb.942019

Narasumber 1

Subjek : Guru Pendamping

Khusus

Hari, tanggal : Jumat, 29 Maret

2019

Kode Wawancara :

W1.GPKc.20032019.

Narasumber 1

Subjek : Guru Kelas 2

Hari, tanggal : Kamis, 28 Maret

2019

Kode Wawancara :

W1.GK2d.28032019

Narasumber 2

Subjek : Kepala Sekolah

Hari, tanggal : Jumat, 12 April

2019

Kode Wawancara :

W2.KSa.12042019.

Narasumber 2

Subjek : Guru Pendamping

Khusus

Hari, tanggal : Kamis, 11 April

2019

Kode Wawancara :

W2.GPKb.1142019.

Narasumber 2

Subjek : Guru Kelas 2

Hari, tanggal : Jumat, 29 Maret

2019

Kode Wawancara :

W2.GK2c.29032019.

Narasumber 2

Subjek : Guru Kelas 6

Hari, tanggal : Selasa, 2 April

2019

Kode Wawancara :

W2.GK6d.09042019.

Narasumber 3

Subjek : Guru Kelas 1

Hari, tanggal : Jumat, 12 April

2019

Kode Wawancara :

W3.GK1a.12042019.

Narasumber 3

Subjek : Guru Kelas 1

Hari, tanggal : Selasa, 9 April

2019

Kode Wawancara :

W3.GK1b.942019.

Narasumber 3

Subjek : Kepala Sekolah

Hari, tanggal : Sabtu, 30 Maret

2019

Kode Wawancara :

W3.KSc.30032019

Narasumber 3

Subjek : Guru Pendamping

Khusus

Hari, tanggal : Selasa, 9 April

2019

Kode Wawancara :

W3.GPKd.09042019.

Narasumber 4

Subjek : Guru Kelas 4

Hari, tanggal : Kamis, 11 April

2019

Kode Wawancara :

W4.GK4b.1142019.

Narasumber 4

Subjek : Guru Kelas 4

Hari, tanggal : Sabtu, 30 Maret

2019

Kode Wawancara :

W4.GK4c.30032019.

Narasumber 4

Subjek : Kepala Sekolah

Hari, tanggal : Jumat, 12 April

2019

Kode Wawancara :

W4.KSd.12042019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

SD “Mekar Jaya”

No Aspek Penerapan Penataan Kelas

yang Ramah Anak

Jawaban Narasumber Kesimpulan

1.

Mengelola kelas untuk

mengoptimalkan proses

pembelajaran/belajar mengajar

Kalau anak low vision diletakkan di depan, untuk

anak2 yg memakai kursi roda yang tunadaksa

diletakkan di dekat pintu, kemudian untuk anak2

yg lambat belajar itu sederet dengan gurunya.

W1.GPK.05042019.1-6

Tergantung guru kelas, biasanya kalau abk duduk

tidak dipisahkan tetapi dicampur. Agar anak2

tersebut percaya diri. Dan merasa tidak

dibedakan. W1.GPK.05042019.6-8

Dicampur mbak.. tidak ada yang berbeda kan

supaya bisa membaur. Tapi memang ada anak

seperti low vision gitu ditaruh di depan,

tunagrahita juga di depan supaya lebih gampang

diperhatikan guru. Tergantung gurunya juga mbak.

W2.KS.12042019.1-3

Saya menatanya biasa mbak, tapi cuman

menatanya semua menghadap ke depan nggak

membentuk lingkaran gini nggak cuman kadang-

kadang dipindah yang tadi di ini. Kan saya kasih

kelompok 1,2,3,4 misalnya trus ini nanti hari senin

pindah tempatnya kelompok 1 di kelompok 2,

kelompok 2 dikelompok 3, kelompok 3 dikelompok

4 pindah ke 1. W3.GK1.12042019.1-5

Ya untuk tempat karna kalau panas itu ya apa

nggak nyaman, supaya nyaman saya usul kasih

kipas angin tidak hanya satu tapi 2. Tapi untuk

Tempat duduk anak

berkebutuhan dan reguler

dicampur dan tidak dibeda-

bedakan.

Anak-anak yang berkebutuhan

dilibatkan dalam kelompok

agar memiliki rasa percaya

diri.

Tidak ada pengaruh dalam

pengelompokan pada saat

proses belajar mengajar.

Komposisi anak tergantung

jumlah siswa dan guru yang

membuat kelompok.

Bentuk kelas persegi dengan

ukuran 10mx10m.

Jumlah anak setiap kelas 1:

14, kelas 2:12, kelas 3:13,

kelas 4:18, kelas 5:23, kelas

6:14.

Tidak ada tempat untuk

kelompok khusus dan

perpustakaan kelas.

Fasilitas hanya kursi roda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

2.

Mengarahkan pengelompokkan

siswa untuk pengajaran di ruang

kelas

kenyamanan tempat duduk ya cuma tak pindah2

itu tadi. W3.GK1.12042019.8-9

Pas kalau kerja kelompok ada anak berkebutuhan

khusus tidak ikut membantu, kadang hanya duduk,

tidak ikut membantu harus gimana. Tetap di dalam

kelompok itu. Kalau yg iqnya bagus dia akan ikut

membantu. Tidak berpengaruh dalam proses

belajar mengajar. W1.GPK.05042019.8-11

Kalo itu tergantung jumlah siswa kelasnya mbak.

Jadi dalam satu kelas ada berapa nanti guru

kelasnya yang menentukan. W1.GPK.05042019.12-

13

Biasanya sama rata, tidak dibeda-bedakan tapi

hanya ada yang satu jenis tapi biasanya campur

karna kan terkadang guru kelasnya itu memilih

kelompoknya menurut nomor undiannya 1,2,3 1,2,3

1,2,3 gitu komposisinya itu sama.

W1.GPK.05042019.14-16

Ya dibuat satu kelompok, tidak dibeda-bedakan

mbak.. nah kan nanti ada GPK yang mendampingi

biasanya mbak. W2.KS.12042019.1

Saya pikir tidak. Wong disini itu anak-anaknya

baik mbak .. ya ada yang suka bully itu tapi tidak

semua. Kalau kelompokan gitu nanti abk dibantu

sama anak lainnya. W2.KS.12052019.4-5

Itu nanti tergantung jumlah siswa dalam kelas

ada berapa dan gurunya yang membagi mau 3 3

untuk anak tunadaksa.

Karya seni dipajang sebagai

bentuk apresiasi terhdap

kretifitas anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

3.

Penataan Kelas

atau 4 4 itu terserah gurunya.. kalau anak-anak

disuruh membuat kelompok sendiri itu belum bisa.

W2.KS.12052019.7-9

Sama rata ya mbak tidak dibeda-bedakan.

W2.KS.12052019.10

Saya menatanya biasa mbak, tapi cuman menatanya

semua menghadap ke depan nggak membentuk

lingkaran gini nggak cuman kadang-kadang

dipindah yang tadi di ini, kan saya kasih kelompok

1,2,3,4 misalnya trus ini nanti hari senin pindah

tempatnya kelompok 1 di kelompok 2, kelompok 2

dikelompok 3, kelompok 3 dikelompok 4 pindah ke

1. W3.GK1.12052019.1-5

Tidak sih mbak, ya kadang-kadang yang

berkebutuhan itu tidak mau mengerjakan apa-apa

saat saya memberi tugas kelompok. Namanya anak

kan pasti kadang mau kadang tidak.

W3.GK1.12052019.16-17

Biasanya kalau saya itu buat 3-4 mbak.. kan kelas

1 jumlahnya ada 14 siswa. W3.GK1.12052019.5

Yaa itu tadi, dalam kelompok saya sama ratakan.

W3.GK1.12052019.6

Semua kelas itu ukurannya sama mbak ya kira-

kira 10mx10m ya standarnya ukuran kelaslah.

W1.GPK.14052019.18-19

Meja dan kursi bentuknya juga standart dengan

meja kursi siswa pada umumnya mbak, kalau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

mejanya 1 untuk berdua tapi kursinya satu-satu. W1.GPK.14052019.20-21

Jumlah setiap kelas ada : 1: 14, 2:12, 3:13, 4:18,

5:23, 6:14. W1.GPK.14052019.22

Tidak mbak, tapi biasanya kalo diadakan diskusi

baru dibuat tempat kelompok, tidak ada sarana

prasarana khusus untuk berdiskusi.

W1.GPK.14052019.26-28

Kalo perpus kelas gak ada mbak, tapi kalo buku2

pelajaran ada. Tapi untuk pojok bacanya kami

belum ada. W1.GPK.14052019.29-30

Untuk fasilitas khusus tidak ada mbak, paling ya

kami hanya menyediakan kursi roda untuk anak

tunadaksa. Tapi biasanya anak yang tunadaksa

membawa kursi roda sendiri. Kalau fasilitas di

dalam kelasnya ada meja, kursi, papan tulis,

lemari, foto presiden dan wakil, meja guru, kursi

guru, tata tertib, kipas

angin, lambang Negara, yang gak ada bendera.

Dalam kelas kami tidak ada bendera ya karena…

jadi inikan baru mbak kelasnya habis selesai

dibangun, baru itu gak langsung beli jadi harus

disesuaikan dengan anggaran BOS atau BOSDA.

Nah, kalau tidak ada dianggaran ya berarti itu tidak

bisa menggunakan atau membeli barang.

Terkadang kalau ada guru yang ini yang apa…yang

punya ide misalkan kelasnya tidak punya tempat

cuci tangan maka anak2 diminta iuran untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

membeli dan dengan persetujuan orang tua. Ada

juga mbak kan kalo sekolah kita kebanyakan

muslim jadi setiap siang kan sholat dan harus ganti

sandal jadi ada yang iuran untuk membeli rak

sepatu gitu. W1.GPK.14052019.35-41

Iya jadi hasil itu diletakkan/dipajang di tembok

belakang tempat duduk mereka. Nanti setelah

penilaian itu ada yang ditinggal ada juga yang

dibawa pulang. W1.GPK.14052019.34

Kalau bentuk ya seperti kelas-kelas pada

umumnya ya mbak.. persegi, bukan lingkaran atau

segitiga ehehehehe… setiap kelas itu ukurannya

kurang lebih 10mx10m. W2.KS.12042019.15-16

Meja dan kursinya ya sama saja mbak, meja

untuk berdua kalau kursinya satu-satu. W2.KS.12042019.18

Kalau jumlahnya semua ada 94 anak, kalau untuk

perkelas.. hmm sebentar mbak saya sedikit lupa..

eheheheh… oh kalau kelas 1: 14, kelas 2:12, kelas

3:13, kelas 4:18, kelas 5:23, kelas 6: 14. W2.KS.12042019.20-22

Tempat kelompok tidak ada mbak.. ya tempatnya

waktu ada kerja kelompok saja.

W2.KS.12042019.24

Hehehehehe…kami belum ada mbak, tapi kalau

buku-buku pelajaran ada di dalam kelas. W2.KS.12042019.26

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

Untuk fasilitas khusus kami belum ada mbak,

karena sebagian ABK belum memerlukan. Tapi

kalau untuk WC kami sudah ada jadi ada WC

khusus untuk difabel. W2.KS.12042019.28-29

Hasil karya seni anak-anak ya ada yang dipajang

ada juga yang dibawa pulang mbak. Biasanya

yang dipajang itu yang bagus-bagus.

W2.KS.12042019.30-31

Kalau bentuknya persegi ya mbak, tapi untuk

ukuran saya kurang tahu.. tapi kelasnya lumayan

luas mbak. W3.GK1.12042019.25-26

Ya meja biasa saja mbak dan kursi seperti meja

kursi sekolah pada umunya dari kayu.

W3.GK1.12042019.27-28

Waduh..saya lupa e mbak. Sek-sek.. ini kalau tidak

salah ya mbak, kelas 1 itu 14, kelas 2 12, kelas 3

13, kelas 4, 18, kelas 5 22 apa 23 gitu, kelas 6 14.

W3.GK1.12042019.29-30

Tidak ada mbak, karena biasanya kalau saya buat

kelompok paling hamya mengubah posisi tempat

duduknya saja. W3.GK1.12042019.31-32

Perpustakaan kelas tidak ada, adanya hanya

perpustakaan sekolah. W3.GK1.12042019.34

Untuk fasilitas khususnya belum ada mbak, paling

ada itu kursi roda disediakan untuk anak yang

tunadaksa itu saja. W3.GK1.12042019.35-36

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Kalau karya seni itu yang bagus mbak biasanya

yang dipajang di kelas, memajangnya di tembok

belakang tempat duduk atau nggak ya di sekeliling

ruang kelas. W3.GK1.12042019.37-38

SD “Cinta Kasih”

No. Aspek Penerapan Penataan Kelas yang

Ramah Anak

Jawaban Narasumber Kesimpulan

1. Mengelola kelas untuk mengoptimalkan

proses pembelajaran/belajar mengajar Penataan kursi dan meja itu tidak boleh

mengganggu aktivitas anak jadi tidak boleh

terlalu rapat, dan kelas sudah dirancang

dengan ukuran seluas ini untuk 28 anak kan

sudah standarnya seperti itu untuk bebas

bergerak, tergantung tingkat ke-ABK-annya

kalau ABK-nya itu misalnya low vision atau

daya penglihatan rendah khususnya

ditempatkan didepan dan itupun bukan depan

tengah tetapi agak kesamping tetep campur

sama anak yang lain atau yang pada umunya.

W1.KSb.942019.1-6

Variasi metode, kadang keluar kelas kadang-

kadang mengamati lingkungan sekitar

dikaitkan dengan tema. W1.KSb.942019.7-8

Cara guru dalam mengatur kelas sesuai

dengan kebutuhan siswa untuk ABK ditempatkan paling depan jadi kalau ingin

berkomunikasi supaya langsung bertatap

muka dan saat pemberian tugas bisa langsung

dan mudah. W2.GPKb.1142019.1-3

Tempat duduk disesuiakan

dengan kebutuhan siswa.

Pengelompokkan siswa sangat

berpengaruh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

Kesepakatan dibuat agar anak-anak nyaman

saat mengikuti proses pembelajaran di kelas,

kalau seumpama ada anak yang bilang dibuat

lagi kesepakatan supaya anak disiplin, jika

ada yang melanggar ada sanksi khusus.

W2.GPKb.1142019.4-6

Ya kita sesuaikan dengan kebutuhan aja

mbak, kalau anak yang kurang pintar ya

dideketin aja mbak, kalau untuk anak

berkebuthan khusus nanti mejanya dekat

dengan saya sehingga saya nanti bisa

memantau dan untuk membimbing tidak

terlalu jauh. W3.GK1b.942019.1-4

Ya kita buat mereka seneng aja mbak. W3.GK1b.942019.5-6

Yang pinter saya dudukan yang tidak begitu

pintar, saya roling setiap 3 hari sekaling.

Nanti kan keliatan kok deket ini ternyata dia

ribut saya pindah. Untuk anak yang sering

membuat gaduh dikelas ditempatkan paling

depan tengah atau paling belakang saya

kasihkan paling depan depan meja guru tidak,

saya gak begitu dekat jadi saya sesuaikan

dengan papan tulis, kalau berhadapan dengan

guru dia silau jadi saya kasihkan agak tengah.

W4.GK4b.1142019.1-5

Ya kita selingi dengan bernyanyi

kegiatannya apa seperti apa kan nanti

ditema ada mbak, gerakan-gerakan. W4.GK4b.1142019.6-7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

2.

Mengarahkan pengelompokkan siswa

untuk pengajaran di ruang kelas.

Dicampur memang, tidak boleh disendirikan

dan anak ABK tidak boleh duduk dengan

anak ABK supaya bisa saling mengenal

yang lain dan saling membantu.

W1.KSb.942019.7-9

Pengelompokan siswa dapat berpengaruh

juga, karna anak ABK harus kita sebar gak

boleh jadi satu kelompok, misalnya ada tiga

anak ABK ya nanti kita bagi ketiga

kelompok,bisa saling membantu dan

mengajari. W1.KSb.942019.9-10

Jumlah anak setiap kelompok tergantung

guru yang membagi dan jumlah di kelas itu

ada berapa. W1.KSb.942019.11-12

Ya semuanya dicampur tidak dibeda-

bedakan. W1.KSb.942019.12

Cara guru memposisikan ABK dan anak

reguler dikelas adalah digabung, supaya

anak reguler dapat membantu yang ABK

dan bisa saling menyemangati.

W2.GPKb.1142019.1-5

Ya berpengaruh mbak, kalau anak yang

sering nakal dengan anak yang diem juga

mempengaruhi, jadi saya ratakan saja mbak

tidakmembeda-bedakan. W2.GPKb.1142019.6-8

Itu gurunya sih mbak yang biasanya

mengatur dan tergantung jumlah siswa di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

dalam kelas itu sendiri.

W2.GPKb.1142019.10-11

Ya semuanya dicampur anak reguler dan

anak berkebutuhan. W2.GPKb.1142019.11-

12

tidak ada bedanya, diratakan semua, cuma

memang agak lain tapi kan gak kelihatan,

tapi soalnya gini mbak pernah ada

mengistimewakan anak ini karena dia anak

berkebutuhan khusus nanti yang anak pada

umumnya dikira saya pilih kasih jadi saya

meratakan anak berkebutuhan khusus

duduk di dekat meja guru tidak saya campur

mbak jadi ya itu tadi mbak saya sandingkan

dengan anak yang pintar. W3.GK1b.942019.10-14

pengaruh, pengaruh sekali. W3.GK1b.942019.21

Jumlahnya tergantung guru, mau membuat

berapa kelompok dan jumlah siswa dalam

kelas itu sendiri. W3.GK1b.942019.22-23

Komposisi kelompok ya saya campur mbak

tidak saya bedakan jadi samarata. W3.GK1b.942019.23

Tidak ada bedanya, diratakan semua, cuma

memang agak lain tapi kan gak kelihatan.

Anak berkebutuhan khusus duduk di dekat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

3.

Penataan Kelas

meja guru tidak saya campur mbak jadi ya

itu tadi mbak saya sandingkan dengan anak

yang pintar . W4.GK4b.1142019.

pengaruh sekali. W4.GK4b.1142019.4

Jumlah anak dalam kelompok tergantung

guru dan jumlash siswa di dalam kelas.

W4.GK4b.1142019.8-9

Komposisi kelompok semua dicampur antara

anak laki-laki dengan perempuan dan anak

reguler dengan anak berkebutuhan khusus.

W4.GK4b.1142019.10-12

Bentuk ruang kelasnya itu ya mbak, persegi

kalau luasnya ya kayanya cukup untuk 30

siswa. W1.KSb.942019.13-14

kalau meja kursi ya itu biasa yang ada

sandarannya itu. W1.KSb.942019.15

Siswa perkelasnya itu ada yang 20,21,26, 28

ada juga yang cuma 18 mbak. W1.KSb.942019.16

Tempat kelompok itu kaya yang diskusi itu

kan mbak? Ya paling cuma dirubah-rubah

aja tempat duduknya. W1.KSb.942019.17

Perpustakaan kelasnya ada mbak tapi ya

bukunya hanya sedikit untuk anak-anak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

3.

baca pada saat jam istirahat gitu. Bukunya

tidak banyak tapi kebanyakan ya Cuma

buku bacaan untuk anak-anak. W1.KSb.942019.18-19

Fasilitas khusus kami belum ada mbak. W1.KSb.942019.20

Hasil karya anak-anak yang bagus dipajang

di dinding-dinding kelas dan kalau yang

dapat juara dipajang di papan madding

sekolah itu biasanya. W1.KSb.942019.21-22

Bentuk dan ukurannya persegi ya mbak dan

ukurannya cukup kalau untuk 28 anak. W2.GPKb.1142019.13

Kalau meja kursi ya yang bentuknya ada

senderennya itu mbak biar anak-anak

nyaman duduknya. W2.GPKb.1142019.14-

15

Kami ada mbak perpustakaan kelas

menyediakan buku-buku bacaan dan

pengetahuan. W2.GPKb.1142019.16-17

Kalau fasilitas kami belum ada mbak. W2.GPKb.1142019.18

Hasil karya anak-anak kami pajan/temple di

dinding kelas. W2.GPKb.1142019.19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

SD “Pagi Cerah”

No Aspek Penerapan Penataan Kelas Yang Ramah

Anak

Jawaban Narasumber Kesimpulan

1. Mengelola kelas untuk mengoptimalkan proses

pembelajaran/belajar mengajar Penataan kelas itu kita buat saling

berhadap hadapan biar satu teman

dengan teman yang lain itu bisa saling

komunikasi gitu lo, di sini itu dibagi

perkelompok ada, dibagi kalau model

kelas ke depan jaman dulu itu kan kurang

opo yo kurang efektif , tapi karna di kelas

2 ini banyak banget siswa nya itu sampai

gurunya bingung membagi, jadi dibagi

kelompok gini mengalami kesulitan

karena kelas siswanya 31 atau berapa

jadi kan kesulitan gurunya dalam

membuat mendesain kelasnya itu harus

seerti apa tapi diusahakan tetap ada

kelompok-kelompok seperti itu

berhadapan itu ya agar bisa komunikasi

antar teman gitu. Bentuknya ada yang U

ada yang melingkar juga melingkar tapi

apa ya dibagi perkelompok gitu.

W1.GPKc.20032019.2-9

Pada pembelajaran berlangsung itu

nyaman anak senang itu guru

menyampaikannya secara aktif,

menarik dan apa ya ada media yang

menarik juga, kalau nggak ada media

yang menarik nanti anak ahh paling ora

nggatekke ngono, sama anak saya yang

di SLB itu kalau di ajak cerito ki buk

nggawe iki, nggawe iki gitu nanti kita

Penataan kelas setiap bulan

dirolling agar anak-anak tidak

bosan.

Pengelompokkan sangat

berpengaruh.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

ajak mewarnai tapi pakai cat air yang apa

atau pakai cat air apa gitu tergantung

sbdp nya itu mbak kalau sbdp disini

kemaren itu habis buat apa ya? Bunga

dari tissu gitu juga tertarik, jadi macem-

macem jadi kalau di kelas 1 itu buat opo

bingkai foto dari kertas koran yang

dihancurkan itu jadi kan anak itu asik,

melatih motorik anak juga.

W1.GPKc.20032019.11-17

Saya kelompokan, misalnya meja ini

untuk berapa anak, saya pindah-pindah

mbak, bosen juga to, kalau yang

menghadap-hadap itu jarang malahan ,

pokoknya saya kelompokkan, nanti saya

urutkan absen terus buat peraturan kalau

mau pindah dengan temen masuknya

harus pagi-pagi kamu boleh pilih tempat

yang mana dengan teman yang kamu

senangi kalau sini gitu sih mbak.

Duduknya campur abk dengan anak

reguler saya nggak nggak soalnya nanti

tersinggung orangtua juga tersinggung

anaknya merasa dikucilkan nek

didhewekke. W2.GK2c.29032019.2-9

Saya tidak terlalu mengekang anak

untuk diam, saya suruh boleh ngomong

tetapi dengan tema yang kita berikan trus

anak tidak harus eee.. diam trus

kemudian mengerjakan soal ndak, saya

bebaskan dalam artian tidak terlalu gaduh

gitu loo mbak, boleh mencari temenmu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

yang kamu sukai kan untuk berdiskusi itu

saya biarkan seperti itu kemudian boleh

diluar kelas dalam mengerjakan soal

LKS kan ada kemudian ulangan harian

boleh asalkan tidak mencontek saya

bilang begitu anak sudah jalan sendiri.

W2.GK2c.29032019.11-16

Selalu bergantian teman untuk tempat

duduk, yang kedua terus mengatur

selalu setiap 2-3 hari sekali itu merubah

tempat duduk, ee.. secara urut melingkar,

dsb itu disesuaikan, eee.... dengan

metode pembelajarannya.

W3.KSc.30032019.2-4

Ya, untuk anak-anak itu guru selalu

untuk pada awal pembelajaran

itu..memang harus selalu

mengkondisikan siswanya itu agar

tenang agar nyaman maka selalu yang

pertama dan utama itu selalu berdoa itu

harus kita lakukan, teruss anak-anak

yang yang kita lihat misale rame terus

kita sendirikan kita opo kita dekatkan

supaya jangan mengganggu anak yang

lain itu merupakan cara untuk

mengkondisikan anak agar eee dikelas itu

terasa nyaman. W3.KSc.30032019.5-11

Kalau diskusi biasanya kami buat

heterogen, jadi kalau di kelas ku

biasane dalam kelompok itu tak sebar

jadi ada yang pinter, yang sedeng sama

yang berkebutuhan khusus di oplos, jadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

kan nanti ada tutor sebaya kalau ada

materi yang teman temannya sudah

nyandak atau yang belum kalau dalam

kelompok kan bisa diajari.

W4.GK4c.30032019.3-6

Kalau aku dalam pembelajaran itu tak

buat sama e , jadi belajare belajar

bareng, aku tidak sebagai istilahe tidak

selalu memberi tetapi kowe pingine

ngopo, kalau ada materi seperti ini nanti

istilahe kita juga opo yo lebih enak lah,

dia juga carane belajar juga enak, tanya

juga nggak takut terus materi juga

tersampaikan.

W4.GK4c.30032019.9-12

2. Mengarahkan pengelompokkan siswa untuk

pengajaran di ruang kelas Anak tidak di bedakan mbak tetapi

untuk pembelajaran mungkin cara

akademik itu anak yang berkebutuhan

khusus lebih diperhatikan lebih diamati

lebih diajari agar bisa menyesuaikan

dengan teman-temannya. Kalau yang

sudah bisa ya kita lepas kalau yang

nganu ya kita dampingi kita dikasih les

nanti pulangnya, kadang les itu entah

berhitung, entah membaca atau menulis

atau memahami bacaan atau apa gitu kita

usahakan yang abk itu sama dengan yang

normal tapi kalau anaknya itu kalau

sudah ada yang bukan abk tapi kalau

anaknya males itu sudah sulit mbak nek

wes koyo ngono kuwi, anak nya sudah

males itu terus kita nganu. Les nya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

paling lambat 1 jam an tergantung

anaknya nanti dia pengen belajarnya

banyak atau sedikit kadang nek bener-

bener bosen ya sudah, kalau anaknya

sulit itu repot e mbak.

W1.GPKc.20032019.19-28

iyaa, berpengaruh sekali dalam proses

belajar mengajar yaa itu tadi anak bisa

komunikasi bisa aktif dalam

pembelajaran. W1.GPKc.20032019.30-

32

Berpengaruh sekali mbak kadang ada

juga to kelompok itu cuma karena dia

deket tapi semua lambat belajar juga

pernah ada lhaa saya pindah jadi ada

yang pinter ada yang agak pinter ada

yang lambat saya jadikan satu, tapi kalau

pilih-pilihan dengan teman kan (aku

senenge karo iki, aku senenge karo iki)

lalu saya seleksi lagi whaa iki jejer iki

karo iki jadi nanti tahu anak-anaknya.

W2.GK2c.29032019.

Ooya, sebenarnya kalau cara sistem

klasikal disini ya, anak-anak itu untuk

abk dan reguler itu sebenarnya tidak ada

perbedaan tetap kita anggap sama,

namun hanya kita lebihkan saja

perhatiannya saja untuk abk. Namun,

sebelumnya kita harus eeeemm...

menerangkan kepada semua anak agar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

nanti anak yang reguler itu tidk terasa iri,

iyaaa nanti yang diperhatikan yang itu

saja. Sebelumnya kita terangkan anak

yang perlu kita dampingi dan perhatikan

agar kemampuannya itu biar sama

dengan anak-anak yang lain mungkin itu.

Sehingga anak-anak yang reguler itu juga

terus menyadari semakin eee.... ikut juga

ikut juga memperhatikan pada anak yang

memang berkebutuhan khusus.

W3.KSc.30032019.14-22

Untuk pengelompokkan siswa itu ada

pengaruhnya, nek kita kelompokkan

anak-anak yang rame dengan anak yang

rame itu nanti....., tapi kalau kita

dekatkan anak yang rame dengan anak

yang pendiam itu juga tentu saja ada

pengaruhnya. W3.KSc.30032019.24-26

Pengaruh banget. Kalau misalnya yang

berkebutuhan khusus dijadikan satu itu

mungkin juga bisa berjalan cuman kan

butuh waktu yang berlebih karena nanti

saya harus apa istilahe menjelaskan lagi,

mengulangi lagi kalau di kelompo-

kelompokkan nanti temannya yang

menjelaskan. Pertama, temannya jadi

tambah tahu kemudian yang

berkebutuhan khusus juga bisa lebih jelas

nek aku begitu prinsipe.

W4.GK4c.30032019.14-19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

SD “Harapan Mulia”

No Aspek Penerapan Penataan Kelas yang

Ramah Anak

Jawaban Narasumber Kesimpulan

1. Mengelola kelas untuk megoptimalkan

proses pembelajaran/belajar mengajar

Pernah karna saya kan baru di sini baru satu

tahun nahhh saya pernah menjejerkan anak

berkebutuhan khusus karena menurut saya akan

mempermudah saya untuk menjelaskan sesuatu

kepada anak tersebut yang abk yak duduk

dengan abk akan tetapi itu tidak efektif hanya

begitu-begitu terus maka saya campur terus

saya beri tahu teman sebangku nya nanti kalo

dia tidak bisa itu di ajarin jangan di salah-

salahin gitu setelah itu saya acak terus tempat

duduk nya, pengaturan tempat duduk bisanya

perminggu mbak. W1.GK2d.28032019.1-8

Biasanya anak di sini tu biasanya yang

menarik bagi mereka itu lagu-lagu kalo sudah

bosan ya saya tinggal nyanyi-nyanyi ketika

pembelajaran bagi mereka sudah

membosankan lalu saya hidupkan dengan

youtube lagu anak-anak di youtube itu dah

kamu mau glosotan di lantai juga boleh asalkan

kamu gak jalan-jalan keluar kelas gitu mbak.

W1.GK2d.28032019.9-13

Itu kesepakan anak nya mbak ya ini mau apa

posisi nya tempat duduk dengan siapa ya

udah, gak usah pake kursi pak pake tiker ya

udah pake tiker, enak to.

W2.GK6d.09042019.12-

Guru melakukan diskusi

bersama siswa untuk

menentukan tempat duduk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

Ya itu tadi, kalo kamu suka apa yang kamu

kerjakan gimana? Seneng ya iya makanya

saya tadi ngomong apa, kamu hari ini

kepengen belajar apa? Matematika pak ya

sudah, jadi mereka menentukan sendiri, mereka

pengen nya hari ini belajar apa? Matematika,

pasti seneng ya begitu ya kalo di masuk di

nganu ya gak masuk itu model saya itu kayak

sekolah tumbuh, kalo di sini ya model nya

kayak sekolah negeri, sekolah negeri itu eee

jadi sekolah negeri itu kan bebas kan sesuai

dengan karakter anak itu sendiri.

W2.GK6d.09042019.27-32

Kalo penataan kelas kalo aku lo eee ganti-

ganti supaya anak juga tidak bosan, mulai

januari kan aku gak gak pegang kelas karna kan

kemaren kan SK nya kan kemaren pake SK

kota nahh karna usia sudah pensiun menurut

usia kota itu usianya 56 tahun itu pensiun nah

aku kan sudah 56 jadi aku pensiun pegang kelas

dan aku hanya pegang GPK, kalo aku sendiri

biasanya untuk tempat duduk anak setiap senin

di ganti di rubah kalo aku lo kalo di kelas aku

setiap minggu ganti. W3.GPKd.09042019.3-6

2. Mengarahkan pengelompokkan siswa

untuk pengajaran di ruang kelas.

Nah ini mbak saya pernah memberikan

perhatian khusus gitu kepada abk lalu ada anak

protes saya juga belom to buk ya saya tinggal

ke anak abk itu lalu saya sedikit bingung ini

kepie dan akhir nya saya lepas lah anak abk nya

lalu nanti ketika dia butuh bantuan baru lah

saya suruh dekat dengan saya ayo sini duduk di

sini gitu mbak trus saya juga memberikan

pengertian kepada teman-teman yang lain jadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

temen mu itu belum bisa jangan di salah-

salahkan kamu kan sudah bisa temen nya yang

belum bisa di bantu ya itu sering kayak gitu

mbak ahh ini ini ini kayak gitu mbak biasanya

di kelas rendah seperti itu kalo di kelas 4 dan 5

itu teman-teman nya sudah mengerti jadi

sepontan saja teman nya ngajarin gitu mbak.

W1.GK2d.28032019.3

Ya berpengaruh ketika anak abk itu

berkelompok itu dia cenderung keaktifan nya

juga gak meningkat . Cuma begitu terus karena

akan cenderung pasif kita yang guru nya yang

harus aktif keliling tapi biasnaya kalo sudah

dalam satu kelompok kita beritahu anak yang

bukan abk itu ayo di ajari temen nya jangan di

marah-marahin gitu. W1.GK2d.28032019.4

Kamu mau duduk sama siapa ya bebas asal

siswa itu nyaman kalo misal nya anak nya

tidak nyaman, aku tidak suka sama dia di

jadikan satu kursi kan gak mau to, ya jelas

gak mau lah.W2.GK6d.28032019.3

Nah jadi begini, karna di kelas saya itu

banyak bermacam-macam tingkat kognisi nya,

maka ketika belajar kelompok tetep saya bikin

itu yang saya saran kan nggeh, saya sarankan

tetapi setengah memaksa, tetapi mereka tidak

merasa di paksa, tapi trik nya saja supaya ini

harus ada tutor nya satu-satu, ya nanti ada

tutor nya di setiap kelompok.

W2.GK6d.28032019.4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

Lampiran 4. Hasil Reduksi Observasi

REDUKSI HASIL OBSERVASI

SD “Tadika Mesra”

No Sub ASpek Yang

Diamati

Deskripsi Hasil kegiatan Kesimpulan

1. Pengelompokkan

siswa

Pengelompokkan siswa

dilakukan pada saat ada

tugas kelompok atau

diskusi. Guru membagi

siswa dalam kelompok

dengan cara menghitung

1,2,3 dan jika siswa yang

mendapat nomer sama

maka siswa tersebut akan

menjadi satu kelompok.

Siswa dikelompokan

pada saat ada tugas

kelompok maupun

diskusi.

2. Tempat duduk siswa Siswa yang tergolong

anak berkebutuhan

khusus ditempatkan di

depan, dengan

pencahayaan yang

terang. Satu meja diisi

oleh 2 orang siswa.

Anak berkebutuhan

ditempatkan di

depan.

3. Pendampingan khusus

bagi siswa

berkebutuhan khusus

Pada saat jam

pembelajaran guru

pendamping khusus

selalu mendampingi dan

membantu anak

berkebutuhan untuk

mengerjakan soal

maupun mengerjakan

tugas yang diberikan oleh

guru kelas.

Guru pendamping

khusus selalu

mendampingi siswa-

siswa berkebutuhan.

4. Penjelasan guru dalam

menjelaskan

pembelajaran

Penjelasan yang

disampaikan guru jelas

dan guru selalu

mengulangi lagi agar

anak-anak paham dengan

materi yang disampaikan.

Guru selalu

mengulangi materi

yang dipelajari agar

anak-anak paham.

5. Memberi penghargaan

dan sanksi

Ketika anak menjawab

pertanyaan dengan benar

maka guru akan memberi

penghargaan dengan

memberikan pujian atau

tanda “Sip” dengan

jempol. Jika ada anak

yang melakukan

kesalahan atau keributan

maka guru akan memberi

sanksi dengan memotong

Penghargaan dan

sanksi sangat berlaku

dalam kelas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

jam istirahat.

6. Hasil karya siswa Hasil karya anak-anak

dipajamg di dalam kelas,

ada juga yang dibawa

pulang. Jika hasil karya

sudah menumpuk maka

boleh dibawa pulang.

Hasil karya anak

dipajang untuk

memberikan

penghargaan

terhadap kreatifitas

anak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

Lampiran 5. Hasil Reduksi Dokumentasi

HASIL DOKUMENTASI

Daftar Dokumentasi keterangan deskripsi

Ada tidak

Papan tulis Terdapat satu papan tulis di

dalam kelas

Meja dan Kursi Terdapat 12 meja dan 24

kursi

Meja Guru Terdapat 1 meja guru beserta

kursi

Lemari Terdapat 1 lemari

Perpustakaan kelas Belum ada perpustakaan

kelas

Hasil karya Terdapat banyak hasil karya

yang ditempel pada dinding-

dinding kelas

Gambar presiden dan wakil

presiden

Terdapat gambar presiden &

wakil

Lambang negara Terdapat lambang negara

Tata tertib Terdapat tata tertib

Tempat sampah Terdapat 1 tempat sampah

Kipas angin Terdapat 2 kipas angin

Jam dinding Terdapat 1 jam dinding

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

Lampiran 6. Display Data Wawancara, Observasi, dan Dokumentasi

DISPLAY DATA WAWANCARA, OBSERVASI, DAN DOKUMENTASI

SD Tadika Mesra, SD Cinta Kasih, SD Pagi Cerah, SD Harapan Mulia

No Nama SD Indikator Wawancara Observasi Dokumentasi

ya tidak

1. SD Tadika Mesra a. Mengelola kelas

untuk mengoptimalkan

proses pembelajaran/

belajar mengajar

b.Mengarahkan

pengelompokan siswa

untuk pengajaran di

ruang kelas

Penataan tempat duduk anak

berkebutuhan disesuaikan

dengan kebutuhan anak masing-

masing. Seperti anak yang low

vision dan anak tunadaksa

ditempatkan di depan dan dekat

pintu agar mudah dalam

mengikuti proses belajar.

Anak-anak kadang diberi

kebebasan untuk memilih

tempat duduknya, dan juga

setiap minggu diadakan rolling

tempat duduk.

Semua siswa dicampur dan tidak

dikelompokkan sendiri-sendiri

menurut kebutuhannya. Hal ini

dimaksutkan agar siswa lebih

percaya diri dan merasa tidak

dibeda-bedakan.

Pengelompokan siswa tidak

berpengaruh dalam proses

pembelajaran.

Penerapan penataan

kelas sudah sesuai

dengan kebutuhan

siswa masing-

masing.

Pengelompokan

siswa tidak dibeda-

bedakan semua

dicampur sama rata.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

c. Penataan kelas

Bentuk ukuran per kelas rata-

rata sesuai dengan standart.

Semua fasilitas juga terdapat

dalam masing-masing kelas.

Fasilitas di dalam

kelas sudah sesuai

dan juga anak-anak

cukup nyaman

dengan tatanan

kelas.

2. SD Cinta Kasih a. Mengelola kelas

untuk mengoptimalkan

proses

pembelajaran/belajar

mengajar

b.Mengarahkan

pengelompokan siswa

untuk pengajaran di

ruang kelas

Penataan kelas yang ramah anak

akan disesuaikan dengan kondisi

fisik masing-masing anak.

Anak-anak berkebutuhan dengan

anak reguler akan ditempatkan

di tempat duduk yang sama, agar

anak-anak berkebutuhan dapat

berbaur.

Semua anak dicampur dalam

pengelompokan dan sama rata.

Agar anak-anak dapat saling

bekerja sama dan membantu.

3. SD Pagi Cerah a. Mengelola kelas

untuk mengoptimalkan

proses

pembelajaran/belajar

mengajar

b.Mengarahkan

Penempatan tempat duduk

sesuai dengan kesepakatan

bersama, walaupun setiap

minggu akan dirubah sesuai

kesepakatan bersama.

Anak-anak diberi kebebasan

untuk belajar dimana mereka

suka asal tidak mengganggu

kelas yang lain.

Dalam pengelompokan anak-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

pengelompokan anak akan dicampur dan tidak

dibeda-bedakan. Tujuannya agar

anak-anak berkebutuhan dapat

terbantu dan juga dapat berbaur

bersama teman-temannya yang

lain.

Pengelompokan sangat

berpengaruh dalam proses

pembelajaran karena terkadang

anak-anak belum bisa menerima

kelompok yang telah ditentukan

oleh guru.

4. SD Harapan Mulia a. Mengelola kelas

untuk mengoptimalkan

proses

pembelajaran/belajar

mengajar

b.Mengarahkan

pengelompokan

Penataan kelas di SD Harapan

Mulia disesuaikan dengan

kebutuhan masing-masing siswa

dan juga akan dicampur dengan

siswa yang lainnya dalam kelas

tersebut.

Membuat kesepakatan bersama

bahwa pada hari itu akan

dilakukan pembelajaran apa,

agar anak nyaman dan senang

mengikuti proses pembelajaran.

Pengelompokan siswa dicampur

dan tidak dibeda-bedakan agar

semua nyaman dalam proses

pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

BIODATA PENELITI

Regina Elsa Manora lahir di Klaten, 21

Juni 1997. Anak pertama dari dua bersaudara ini

mengawali pendidikan formalnya pada tahun

2003 di SD Kanisius Murukan Wedi (2003-2009),

Pendidikan Menengah Pertama di SMP Pangudi Luhur 1 Klaten (2009-2012),

Pendidikan Menengah Atas di SMA N 2 Klaten (2012-2015). Pada tahun 2015

peneliti menempuh pendidikan tinggi dengan mengambil Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyusun skripsi yang merupakan salah

satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Guru Sekolah Dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan judul : “Penerapan

Penataan Kelas Yang Ramah Anak di Sekolah Dasar Inklusi : Studi Deskriptif”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI