37
ANTI DIABETES MELITUS (DM) 1. Pengertian Diabetes Melitus Menurut Farmakologi Ulasan Bergambar, Hal 335 Diabetes merupakan satu kelompok sindrom yang heterogen yang ditandai oleh peningkatan glukosa darah akibat defisiensi relatif atau absolut insulin. Menurut Farmakologi Dasar dan Klinik, Hal 837 Diabetes melitus didefinisikan sebagai peningkatan glukosa darah yang berkaitan dengan tidak ada atau kurang memadainya sekeresi insuin pankreas, dengan atau tanpa gangguan efek insulin. Menurut Farmakologi dan Terapi, Hal 485-486 Diabetes melitus adalah suatu sindroma klinik yang ditandai oleh poliuri, polidipsi, dan polifagi, disertai peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia (glukosa puasa ≥ 126 mg/dL atau postprandial ≥ 200 mg/dL atau glukosa sewaktu ≥ 200 mg/dL). Bila DM tidak segera di atasi akan terjadi gangguan metabolisme lemak dan DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI 15020130109

HADIS DM

Embed Size (px)

DESCRIPTION

DM

Citation preview

Page 1: HADIS DM

ANTI DIABETES MELITUS (DM)

1. Pengertian Diabetes Melitus

Menurut Farmakologi Ulasan Bergambar, Hal 335

Diabetes merupakan satu kelompok sindrom yang heterogen

yang ditandai oleh peningkatan glukosa darah akibat defisiensi

relatif atau absolut insulin.

Menurut Farmakologi Dasar dan Klinik, Hal 837

Diabetes melitus didefinisikan sebagai peningkatan glukosa

darah yang berkaitan dengan tidak ada atau kurang memadainya

sekeresi insuin pankreas, dengan atau tanpa gangguan efek

insulin.

Menurut Farmakologi dan Terapi, Hal 485-486

Diabetes melitus adalah suatu sindroma klinik yang ditandai

oleh poliuri, polidipsi, dan polifagi, disertai peningkatan kadar

glukosa darah atau hiperglikemia (glukosa puasa ≥ 126 mg/dL

atau postprandial ≥ 200 mg/dL atau glukosa sewaktu ≥ 200

mg/dL). Bila DM tidak segera di atasi akan terjadi gangguan

metabolisme lemak dan protein, dan resiko timbulnya gangguan

mikrovaskular meningkat.

Hiperglisemia timbul akibat berkurangnya insulin sehingga

glukosa darah tidak dapat masuk ke sel-sel otot, jaringan adipose

atau hepar dan metabolismenya juga terganggu. Dalam keadaan

normal, kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami

metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi

DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109

Page 2: HADIS DM

ANTI DIABETES MELITUS (DM)

glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak. Pada DM

semua proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke

sel hingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan

lemak. Sebenarnya hiperglikemia sendiri relatif tidak berbahaya,

kecuali bila hebat sekali hingga darah menjadi hiperosmotik

terhadap cairan intrasel. Yang berbahaya ialah glikosuria yang

timbul, karena glukosa bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis

sangat meningkat disertai hilangnya berbagai elektrolit. Hal inilah

yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit

pada pasien DM yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi, maka

badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia).

Badan kehilangan 4 kalori untuk setiap gram glukosa yang

diekskresi. Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu

makan di hipotalamus oleh kurangnya pemakaian glukosa di

kelenjar itu.

Kesimpulan :

Diabetes melitus adalah peningkatan glukosa darah yang

ditandai oleh poliuri, polidipsia, dan polifagia. Poliuri adalah banyak

berkemih atau sering mengeluarkan urin disebabkan karena pada urin

penderita diabetes melitus air kemih keluar bersama glukosa. Polidipsi

adalah merasa dehidrasi atau kekurangan cairan disebabkan oleh

respon tubuh. Polifagi adalah sering merasa lapar, timbul karena

perangsangan sistem saraf pusat nafsu makan di hipotalamus.

DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109

Page 3: HADIS DM

ANTI DIABETES MELITUS (DM)

Kadar gula darah pada saat puasa atau tidak makan :

Normal = 100 mg/dl

Pra Diabetes = 100-125 mg/dl

DM = ≥ 126 mg/ml

Kadar gula darah pada saat tidak puasa :

Normal = <140 mg/dl

Pra Diabetes = 140-199 mg/dl

DM = ≥ 200 mg/ml

2. Tipe-Tipe Diabetes Melitus

Menurut Farmakologi Ulasan Bergambar, Hal 236-237

a. Diabetes Tipe 1

Diabetes Tipe 1 paling sering mengenai individu dalam

massa pubertas atau dewasa muda, tetapi beberapa bentuk

laten, dapat terjadi di kemudian hari. Penyakit ini ditandai

dengan defisiensi absolut insulin akibat nekrosis sel-β yang

parah. Umumnya kehilangan fungsi sel-β dianggap berasal dari

proses yang diperantarai- otoimun terhadap sel-β, dan hal ini

dapat dipicu oleh invasi virus atau kerja toksin kimiawi. Akibat

DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109

Page 4: HADIS DM

ANTI DIABETES MELITUS (DM)

penghancuran sel-sel ini, pankreas gagal merespon glukosa

dan diabetes Tipe 1 menunjukkan gejala-gejala klasik defisiensi

insulin (polidipsia, polifagia, poliuria dan kehilangan berat

badan), Diabetes Tipe 1 memerlukan insulin eksogen untuk

menghindari status katabolik yang terjadi akibat dari dan

ditandai oleh hiperglikemia dan ketoasidosis yang mengancam

jiwa.

b. Diabetes Tipe 2

Sebagian besar diabetes yang didertia adalah Tipe 2.

Penyakit ini lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik, seperti

penuaan, obesitas dan resistensi insulin perifer dan bukan oleh

proses otoimun atau virus. Perubahan metabolik yang teramati

lebih ringan dibandingkan yang digambarkan oleh tipe 1

(misalnya, secara khas, pasien tipe 2 tidak ketotik) tetapi

dampak klinis jangka panjang sangat merusak (misalnya

komplikasi vaskular dan infeksi lanjutan dapat menyebabkan

amputasi ekstremitas bawah).

Menurut Farmakologi Dasar dan Klinik, Hal 838

a. Diabetes Melitus Tipe 3

Sebutan Tipe 3 merujuk kepada berbagai kasus spesifik lain

peningkatan glukosa darah: pankreatektomi, pankreatitis,

penyakit non-pankreas, pemberian obat,dsb.

b. Diabetes Melitus Tipe 5

DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109

Page 5: HADIS DM

ANTI DIABETES MELITUS (DM)

Diabetes gestasional (gestasional diabetes,GD) didefinisikan

sebagai setiap kelainan dalam kadar glukosa yang diketahui

pertama kalia sewaktu kehamilan. Diabetes gestasional

didiagnosis pada sekitar 7% dari semua kehamilan di AS.

Selama kehamilan, plasenta dan hormon-hormon plasenta

menciptakan suatu resistensi insulin yang paling nyata pada

trimestet terakhir. Penilaian risiko untuk diabetes disaranakan

dimulai sejak kunjungan prantal pertama. Wanita berisiko tinggi

perlu segera menjalain pemeriksaan penyaring. Pemeriksaan

penyaring dapat ditunda bagi wanita berisiko rendah sampai

usian gestasi 24 sampai 28 minggu.

Kesimpulan :

Tipe-tipe DM terdiri atas 4 tipe yaitu

a. Diabetes Melitus Tipe 1 adalah diabetes yang sering terjadi pada

masa pubertas atau dewasa muda, akibat rusaknya sel β

pankreas.

b. Diabetes Melitus Tipe 2 adalah diabetes yang dipengaruhi oleh

faktor-faktor genetik, akibat ketidakmampuan sel β untuk

menghasilkan jumlah insulin yang dibutuhkan.

c. Diabetes Melitus Spesifik lain adalah diabetes melitus akibat dari

komplikasi dari penyakit lain seperti pankreatektomi, pankreatitis,

penyakit non-pankreas dan penyakit jantung.

DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109

Page 6: HADIS DM

ANTI DIABETES MELITUS (DM)

d. Diabetes Melitus Gestasional adalah diabetes melitus yang diderita

oleh ibu hamil.

3. Sekresi Insulin

Menurut Farmakologi Ulasan Bergambar, Hal 338

Sekresi insulin diatur tidak hanya oleh kadar glukosa darah,

tetapi juga asam amino tertentu, hormon-hormon lain dan

mediator otonom. Sekresi paling sering dipicu oleh kadar glukosa

darah yang tinggi, yang diambil oleh pengangkut glukosa darah

yang tinggi, yang diambil oleh pengangkut glukosa memasuki sel-

β pankreas. Di lokasi tersebut, glukosa difosforilasi oleh

glukokinase, yang bekerja sebagai sensor glukosa. Produk

metabolisme glukosa memasuki rantai respirasi mitokondria dan

membangkitkan adenosin trifosfat (ATP). Peningkatan kadar ATP

menyebabkan penghambat kanal K+ yang menghasilkan

depolarisasi membran dan pemasukan Ca2+, yang mengakibatkan

eksositosis insulin secara pulsatil. Sufonilurea dan meglitinide

memiliki efek hipoglikemik terhadap penghambatan kanal K+.

DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109

Page 7: HADIS DM

ANTI DIABETES MELITUS (DM)

Menurut At a Glance, Hal 79-80

Pelepasan insulin. Glukosa merupakan stimulus paling kuat

untuk pelepasan insulin dari sel-sel β pulau Langerhans. Terdapat

sekresi basal yang kontinu dengan lonjakan pada waktu makan.

Sel-sel β memiliki kanal K+ yang diatur oleh adenosin trifosfat

(ATP) intraseluler (kanal KATP). Saat glukosa darah meningkat,

lebih banyak glukosa memasuki sel β dan netabolismenya

menyebabkan peningkatan ATP intraseluler yang menutupi kanal

KATP. Depolarisasi sel β yang diakibatkannya mengawali influks ion

Ca2+ melalui kanal Ca2+ yang sensitif tegangan dan ini memicu

pelepasan  insulin.

DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109

Page 8: HADIS DM

ANTI DIABETES MELITUS (DM)

Reseptor insulin. Reseptor insulin adalah glikoprotein

pembentuk membran yang terdiri dari dua subunit α dan dua

subunit β yang terikat secara kovalen oleh ikatan disulfida.

Setelah insulin terikat pada subunit α kompleks insulin-reseptor

memasuki sel, di mana insulin dihancurkan oleh enzim lisosom.

Internalisasi dari kompleks insulin-reseptor mendasari down-

regulation reseptor yang dihasilkan oleh kadar insulin tinggi

(misalnya pada pasien obes). Ikatan insulin pada reseptor

mengaktivasi tirosin kinase subunit β dan memulai suatu rantai

kompleks reaksi-reaksi yang menyebabkan efek insulin.

Kesimpulan :

Saat glukosa darah menurun, kanal K+ akan terbuka, ion K+

akan keluar dari sel dan membuat kanal Ca2+ tertutup sehingga ion

Ca2+ tidak masuk dalam sel menyebabkan insulin yang diproduksi

pankreas jumlahnya sedikit.

Glukosa yang masuk akan dihantar oleh Glut2 (glukosa

transpoter) didalamnya terjadi proses fosforilasi yang mengubah

glukosa menjadi glukosa 6 fosfat oleh bantuan enzim glikokinase.

Setelah itu akan diubah menjadi asam piruvat melalui proses glikolisis

selanjutnya akan diubah menjadi ATP.

Peningkatan ATP akan menyebabkan kanal K+ tertutup dank

anal Ca2+ terbuka sehingga ion Ca2+ masuk kedalam sel, hal ini

menyebabkan peningkatan sekresi insulin. Pada keadaan puasa atau

DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109

Page 9: HADIS DM

ANTI DIABETES MELITUS (DM)

tidak makan terjadi hiperpolarisasi yaitu keadaan dimana kanal K+

akan terbuka dan kanal Ca2+ akan tertutup. Pada saat keadaan tidak

puasa terjadi depolarisasi yaitu keadaan dimana kanal K+ akan

tertutup dan kanal Ca2+ akan terbuka.

.

4. Bentuk Sedian Insulin

Menurut Farmakologi Dasar dan Klinik hal : 841-845

Tersedia empat utama jenis suntika : (1) kerja cepat (rapid-

acting), dengan awitan yang sangat cepat dan masa kerja singkat;

(2) kerja singkat (short-acting), dengan awitan kerja singkat cepat,

(3) kerja sedang (intermediate-acting);dan (4) kerja lama (long-

acting), dengan awitan kerja lambat.

a. Insulin kerja-cepat

Dipasaran, tersedia tiga analog insulin kerja-cepat bentuk

suntikan-insulin lospro, insulin aspart, dan dan insulin glulisin.

Insulin-insulin kerja-cepat memungkinkan kita memberikan

insulin prandial secara lebih fisiologis karena awitan kerja yang

cepat dan efek puncak yang dini yang lebih mirip dengan sekresi

insulin prandial endogen dibandingkan dengan insulin regular,

dan mereka memiliki keunggulan lain, yaitu memungkinkan

pemberian insulin segera sebelum makan tanpa mengorbankan

kontrol glukosa. Masa kerja mereka lebih dari 4-5 jam, yang

mengurangi risiko hipoglikemia setelah makan lanjut.

DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109

Page 10: HADIS DM

ANTI DIABETES MELITUS (DM)

b. Insulin kerja-singkat

Insulin regular adalah insulin seng bentuk Kristal larut yang

bekerja singkat dan kini dibuat dengan teknik DNA rekombinan

untuk menghasilkan molekul yang identik dengan molekul insulin

manusia. Efeknya uncul dalam 30 menit, memuncak antara 2

dan 3 jam setelah penyuntikan subkutis, dan umumnya menetap

5-8 jam.

c. Insulin kerja-sedang dan kerja-lama

1) Insulin NPH (Neutral Protamine Hagedorn, atau Isofan)

Insulin NPH adalah insulin kerja-sedang yang penyerapan

awitan kerjanya diperlambat oleh kombinasi insulin insulin dan

protamin dalam jumlah sesuai sedemikian sehingga tidak ada

yang berada dalam bentuk tidak terikat (“isophane”). Setelah

penyuntikan subkutis, enzim-enzim proteolitik jaringan

menguraikan protamin agar insulin dapat diserap. Insulin NPH

memiliki awitan sekitar 2-5 jam dan masa kerja 4-12 jam.

Obatini biasanya dicampur dengan insulin regular, lispro,

aspart, atau glulisin dan diberikan dua sampai empat kali

sehari untuk teraoi insulin.

2) Insulin glargin

Insulin glargin adalah analog kerja-lama yang larut

dan “peakless” (tanpa kadar puncak, yi. Plateau konsentrasi

plasma yang luas)’. Produk ini dirancang untuk

DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109

Page 11: HADIS DM

ANTI DIABETES MELITUS (DM)

menghasilkan kadar insulin yang andal dan mudah

diberikan.

3) Insulin detemir

Insulin ini adalah analog insulin kerja-lama yang

paling baru dikembangkan. Treonin terminal dikeluarkan dari

posisi B30 dan asam miristat (suatu rantai asam lemak C-14)

dilekatkan kelisin B29 terminal. Modifikasi ini memperlama

ketersediaan analog injeksi ini dengan meningkatkan

agregasi-diri di jaringan subkutis dan pengikatan albumin

reversible.

d. Campuran insulin

Karena insulin NPH kerja-sedang memerlukan beberapa jam

untuk mencapai kadar terapeutik yang adekuat, pemakaiannya

pada pasien diabetes biasanya memerlukan suplemen insulin

kerja-cepat atau singkat sebelum makan. Untuk memudahkan,

insulin – insulin ini sering disatukan dalam tabung suntik yang

sama sebelum diinjeksikan.

Menurut Farmakologi Ulasan Bergambar hal 339

a. Sediaan insulin kerja cepat dan kerja singkat

Empat sediaan insulin masuk dalam kategori ini: insulin regular,

insulin lispro, insulin aspart, dan insulin glulisine. Insulin regular

merupakan zinc insulin berbentuk kristalin yang mudah larut,

kerja singkat. Insulin regular biasanya diberikan subkutan (atau

DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109

Page 12: HADIS DM

ANTI DIABETES MELITUS (DM)

intravena pada kegawatdaruratan), dan dengan cepat

menurunkan kadar glukosa darah. Insulin regular, insulin lispro,

dan insulin aspart merupakan kategori kehamilan B. Insulin

glulisine belum diteliti pada kehamilan. Karena awitan kerja yang

cepat dan durasi kerjanya yang singkat, bentuk lispro, aspart,

dan glulisine digolongkan sebagai insulin kerja cepat. Agen-agen

ini menawarkan regimen terapi yang lebih fleksibel dan dapat

menurunkan resiko hipoglikemia. Insulin lispro dibedakan

dengan insulin reguler dalam hal terbalik lokasi lysine dan proline

pada posisi 28 dan 29 dalam rantai B. Hal ini mengakibatkan

absorpsi yang lebih cepat setelah injeksi subkutan dibandingkan

yang terlihat pada insulin regular;akibatnya, insulin lispro juga

memiliki durasi kerja yang lebih pendek. Insulin aspart dan

insulin glisine memiliki sifat farmakokinetik dan farmakodinamik

yang sama dengan insulin lispro. Obat-obat ini diberikan untuk

menyerupai pelepasan insulin prandial (waktu makan) dan obat-

obat ini biasanya tidak digunakan sendiri melainkan bersama

dengan insulin yang bekerja lebih lama untuk memastikan

pengendalian glukosa yang sesuai. Seperti insulin regular, obat-

obat ini diberikan secara subkutan. Insulin lispro biasanya

diberikan 15 menit sebelum makan atau segera setelah makan,

sedangkan glulisine dapat digunakan 15 menit sebelum makan

atau dalam 20 menit setelah mulai makan. Semua formula kerja

DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109

Page 13: HADIS DM

ANTI DIABETES MELITUS (DM)

cepat tersebut sesuai untuk pemberian intravena, meskipun

insulin regular paling sering digunakan ketika diperlukan rute

intravena. Insulin lispro, insulin aspart, dan insulin glulisine juga

dapat digunakan dalam pompa insulin eksternal.

b. Insulin kerja sedang

Neutral protamine hagedorn (NPH) insulin merupakan suspensi

insulin zinc berbentuk kristalin yang dikombinasikan pada pH netral

dengan polipeptida muatan netral, protamina. [catatan: Nama lain

untuk sediaan ini ialah insulin isophane.]. Durasi kerjanya sedang.

Hal ini disebabkan absorpsi lambat insulin karena konjugasinya

dengan protamin sehingga membentuk kompleks yang kuran larut.

NPH insulin hanya boleh diberikan secara subkutan (tidak pernah

intravena) dan berguna dalam mengobati semua bentuk diabetes,

kecuali diabetes ketoasidosis atau hiperglikemia emergensi. Obat

ini digunakan sebagai kontrol basal dan biasanya diberikan

bersama insulin kerja cepat atau kerja pendek untuk kendali saat

waktu makan. [catatan: Senyawa serupa yang disebut neutral

protamin lispro (NPL) insulin telah tersedia, yang hanya digunakan

dalam kombinasi dengan insulin lispro.

c. Sediaan insulin kerja panjang

1) Insulin glargine: titik isoelektrik insulin glargine lebih rendah

dibandingkan insulin manusia, yang menyebabkan presipitasi

pada lokasi penyuntikan sehingga memperluas kerjanya. Obat

DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109

Page 14: HADIS DM

ANTI DIABETES MELITUS (DM)

ini lebih lambat awitannya dibandingkan NPH insulin dan

memiliki efek hipoglikemik yang panjang dan datar-tidak

memiliki puncak. Seperti insulin lainnya, obat ini harus diberikan

secara subkutan.

2) Insulin detemir: insulin detemir memiliki rantai samping asam

lemak. Tambahan rantai samping asam lemak meningkatkan

kaitan dengan albumin. Disosiasi lambatdari albumin

mengakibatkan sifat kerja lama yang serupa dengan insulin

glargine.

Kesimpulan :

a. Insulin kerja cepat dan kerja singkat

Insulin yang dengan cepat dapat menurunkan kadar glukosa

darah karena memiliki durasi kerja yang lebih pendek. Insulin

kerja cepat dan kerja singkat ini diberikan secara subkutan

(intravena dan kegawat daruratan). Insulin ini dapat menurunkan

resiko hipoglikemia.

b. Insulin kerja sedang

Insulin yang memiliki durasi kerja yang sedang, hal ini

disebabkan absorbsi lambat insulin karena konjugasinya dengan

protamin sehingga membentuk yang kurang larut. Obat ini

diberikan secara subkutan (tidak pernah intravena).

DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109

Page 15: HADIS DM

ANTI DIABETES MELITUS (DM)

c. Insulin kerja panjang

Suatu insulin yang memiliki sifat kerja lama atau memiliki

efek hipogikemik yang panjang.

5. Penggolongan obat dan Mekanisme kerja obat diabetes beserta

contoh

a. Insulin (Farmakologi dan Terapi, hal 483)

Mekanisme kerja : Insulin mempercepat masuknya glukosa

ke sel otot rangka dan adiposa. Insulin masuk ke reseptor α di luar

sel kemudian ke reseptor ß didalam sel. Selanjutnya merangsang

fosforilase intrasel yang kompleks, berakhir dengan pembentukan

transporter glukosa (GLUT4). Kemudian GLUT4 ditranslokasi

kedinding sel, glukosa plasma masuk kesel melalui GLUT4.

Dalam sel digunakan untuk.

Obat-obat yang termasuk dalam golongan ini yaitu Insulin

aspart, insulin detemir, insulin glargin, insulin glulisin, insulin lispro,

NPH insulin suspension, dan regular insulin.

Kesimpulan :

Mekanisme kerja insulin yaitu mempercepat masuknya

glukosa ke sel otot rangka dan adiposa. Contoh obat insulin aspart,

insulin glargine.

DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109

Page 16: HADIS DM

ANTI DIABETES MELITUS (DM)

b. Sulfonilurea (Farmakologi Ulasan Bergambar, Hal 338)

Agen-agen ini diklasifikasikan sebagai perangsang sekresi

insulin (insulin secretagogue) karena agen-agen ini mencetuskan

pelepasan insulin dari sel-sel β pankreas. Obat-obat primer yang

digunakan saat ini adalah tolbutamide dan derivate generasi kedua,

glyburide, glipizide, dan glimepiride.

Mekanisme kerja sulfonilurea : Hal ini meliputi 1) stimulasi

pelepasan insulin oleh sel-sel β pankreas dengan cara

menghambat kanal K+ sensitif-ATP, mengakibatkan depolarissi dan

pemasukan Ca2+; 2) Penurunan produksi glukosa hepatik; dan 3)

peningkatan sensitivitas perifer terhadap insulin.

Kesimpulan :

Obat golongan sulfonilurea memiliki 3 mekanisme kerja yaitu

menstimulasi pelepasan insulin oleh sel-sel β pankreas dengan

cara menghambat kanal K+ yang sensitif terhadap ATP sehingga

mengakibatkan terjadinya depolarisasi dan masukknya Ca2+,

Terjadi penurunan produksi glukosa hepatik dan peningkatan

sensitivitas perifer terhadap insulin.

DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109

Page 17: HADIS DM

ANTI DIABETES MELITUS (DM)

c. Meglitinde (Farmakologi Ulasan Bergambar, Hal 343)

Agen-agen golongan ini meliputi repaglinde dan nateglinde.

Meskipun bukan merupakan sulfonilurea, obat-obat ini memiliki

kerja yang sama.

Seperti sulfonilurea, kerja obat-obat ini bergantung kepada

fungsi-fungsi sel-sel β pankreas. Obat-obat ini berikatan dengan

lokasi yang berbeda pada reseptor sulfonilurea yang terkait kanal

kalium sensitive-ATP; dengan demikian, mengawali serangkaian

reaksi yang puncaknya adalah pelepasan insulin. Namun, berbeda

dengan sulfonilurea, meglitinide memiliki awitan cepat dan durasi

kerja yang pendek. Obat-obat ini terutama efektif dalam pelepasan

dini insulin yang terjadi setelah makan sehingga dikategorikan

sebagai regulator glukosa pascaparandial. Terapi kombinasi agen-

agen ini dengan metformin atau glitazon tampaknya lebih baik dari

pada monoterapi dengan salah satu dari dua agen tersebut dalam

perbaikan control glikemik. Meglitinide tidak boleh digunakan dalam

bentuk kombinasi dengan sulfonylurea karena mekanisme kerjanya

yang tumpah tindih.

Kesimpulan :

Obat Repaglinde dan Nateglinde bekerja dengan

menstimulasi pelepasan insulin, mekanisme kerja obat ini hampir

sama dengan obat golongan sulfonilurea tetapi memiliki onset yang

cepat dan durasi kerja yang pendek.

DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109

Page 18: HADIS DM

ANTI DIABETES MELITUS (DM)

d. Biguanid (Farmakologi Ulasan Bergambar, hal 344-345)

Metformin, satu-satunya biguanid yang saat ini tersedia,

digolongkan sebagai penyensitisasi insulin, obat ini menignkatkan

ambilan glukosa dan penggunaannya oleh jaringan-jaringan terget

sehingga menurunkan resistensi insulin.

Mekanisme kerja utama metformin adalah reduksi keluaran (ouput)

glukosa hepatik, sebagian besar dengan menghambat

glukoneogenesis hepatik . [catatan: Kelebihan glukosa yang

dihasilkan oleh hepar merupakan sumber utama glukosa darah

yang tinggi pada diabetes Tipe 2, yang menyebabkan glukosa

darah yang tinggi pada saat bangun di pagi hari.] Metformin juga

memperlambat absorbs gula oleh usus dan meningkatkan ambillan

dan penggunaan glukosa diperifer. Sifat obat ini yang sangat

penting adalah kemampuannya menurunkan hiperlipidemia dalam

batas sedang (konsentrasi kolestrol lipoprotein berdensitas-rendah

[low-density lipoprotein/LDL] dan lipoprotein berdensitas-sangat

rendah [very low-density lipoprotein/VLDL] menurun, dan kolestrol

lipoprotein berdensitas-tinggi [high-density lipoprotein/HLD]

meningkat). Efek ini dapat tidak muncul hingga 4-6 minggu

penggunaan. Pasien sering mengalami penurunan berat

badankarena kehilangan nafsu makan. Algoritme terapi ADA

merekomendasikan metformin sebagai obat pilihan untuk diabetes

DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109

Page 19: HADIS DM

ANTI DIABETES MELITUS (DM)

Tipe 2 yang baru terdiagnosis. Metformin mungkin digunakan

sendiri atau dalam kombinasi dengan salah satu agen lainnya,

begitu pula dengan insulin. Hipoglikemia terjadi ketika metrofmin

digunakan dalam bentuk kombinasi.

Kesimpulan :

Obat golongan Biguanid bekerja dengan menghambat

terjadinya glukoneogensis yaitu menghambat proses mengubah

glukosa menjadi glukogen didalam hati.

e. Penghambat α-Glukosidase (Farmakologi Ulasan Bergambar,

Hal 347)

Acarbose dan miglitol merupakan obat-obat peroral yang

aktif yang digunakan untuk terapi pasien dengan diabetes Tipe 2.

Obat-obat ini digunakan saat permulaan makan. Obat-obat

ini bekerja menunda pencernaan karbohidrat sehingga

mengakibatkan penurunan kadar glukosa pascaprandial. Kedua

obat ini menghasilkan efek dengan menghambat α-glukosidase

yang terikat membrane secara reversible pada batas vili usus.

Enzim ini bertanggung jawab pada hidrolisis oligosakarida menjadi

glukosa dan gula-gula lainnya. [Catatan : Acarbose juga

menghambat α-amilase pankreas sehingga mengganggu

pemecahan patimenjadi oligosakarida]. Akibatnya, peningkatan

glukosa darah pascaprandial ditumpulkan. Tidak seperti agen-agen

DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109

Page 20: HADIS DM

ANTI DIABETES MELITUS (DM)

hipoglikemik oral lainnya, obat-obat ini tidak merangsang

pelepasan insulin, juga tidak meningkatkan kerja insulin pada

jaringan target. Dengan demikian, sebagai monoterapi, obat-obat

ini tidak menyebabkan hipoglikemia. Namun ketika digunakan

dalam bentuk kombinasi dengan sulfonylurea atau insulin,

hipoglikemia dapat terjadi. [Catatan: Pasien hipoglikemik harus

diobati dengan glukosa dan bukan sukrosa karena sukrase juga

dihambat oleh obat-obat ini].

Kesimpulan :

Obat golongan ini bekerja dengan menghambat absorpsi

glukosa, yaitu enzim-enzim di usus yang membantu penyerapan

absorpsi sehingga tidak membentuk glukosa.

f. Thiazolidinedione / Glitazone

Menurut Farmakologi Ulasan Bergambar, Hal 347

Kelompok lain agen penyensitisasi insulin adalah

thiazolidinedione (TZD) atau lebih akrab disebut glitazone.

Meskipun insulin diperlukan untuk kerja obat-obat ini, obat-obat

ini tidak memicu pelepasan insulin dari sel β pankreas sehingga

tidak terjadi hiperinsulinemia. Troglitazone merupakan agen

pertama dari kelompok ini yang disetujui untuk terapi diabetes

tipe 2.

Meskipun mekanisme pasti TZD menurunkan resistensi

insulin masih diungkap, agen ini diketahui menargetkan reseptor-

DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109

Page 21: HADIS DM

ANTI DIABETES MELITUS (DM)

yang diaktivasi proliferator peroksisom (peroxisome

proliferator activated reseptor-/ PPAR) suatu reseptor hormon

nukleus. Ligan-ligan untuk PPAR mengatur produksi adiposit

dan sekresi asam lemak, serta metabolisme glukosa, yang

mengakibatkan peningkatan sensitivitas insulin pada jaringan

adiposa, hepar dan otot rangka.

Menurut Farmakologo Dasar dan Klinik, Hal 853

Tiazolidinedion (Tzd) bekerja menurunkan resistensi insulin. Tzd

adalah ligan dari peroxisome proliferator-activated receptor

gamma (PPAR-), bagian dari superfamili steroid dan tiroid

reseptor nukleus. Reseptor PPAR ini ditemukan di otot, lemak

dan hati. Reseptor PPAR- memodulasi ekspresi gen-gen yang

berperan dalam metabolisme lemak dan glukosa, transduksi

sinyal insulin, dan diferensiasi adiposit dan jaringan lain.

Kesimpulan :

Obat golongan Tiazolidinedion bekerja dengan cara

menurunkan resistensi insulin dan meningkatkan sensivitas insulin.

g. Penghambat DPP-IV (Farmakologi Ulasan Bergambar, Hal 347)

Sitagliptin merupakan penghambat dipeptidil peptidase-

IV( DPP) yang aktif per oral dan digunakan untuk terapi pasien

dengan diabetes Tipe 2.

DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109

Page 22: HADIS DM

ANTI DIABETES MELITUS (DM)

Sitagliptin menghambat enzim DPP-IV, yang bertanggung

jawab untuk inaktivasi hormon-hormon incretin, seperti peptide-1

mirip-glokagon (glucagon-like peptide-1/GLP-1). Pemanjangan

aktivasi hormon-hormon incretin mengakibatkan peningkatan

pelapasan insulin sebagai reseptor terhadap makan dan reduksi

sekresi glucagon yang tidak sesuai. Sitagliptin dapat digunakan

sebagai monoterapi atau dalam bentuk kombinasi dengan

sulfonilurea, metforin, atau glitazone.

Kesimpulan :

Obat golongan penghambat DPP-IV bekerja dengan

menghambat kerja enzim DPP-IV, diman enzim ini akan

menonaktifkan aktivutas hormon-hormon incretin.

h. Analog Amylin (Farmakologi Dasar dan Klinik, Hal 856 )

Pramlintid,suatu analog sintetik amilin adalah obat

antihiperglikemik suntikan yang memodulasi kadar glukosa pasca-

makan serta telah disetujui untuk digunakan sebelum makan pada

pasien dengan diabetes tipe 1 dan tipe 2. Obat ini diberikan

sebagai tambahan untuk insulin pada mereka yang tidak mampu

mencapai target kadar gula darah pasca makan mereka. Pramlintid

menekan pelepasan glukagon melalui mekanisme yang belum

diketahui, menunda pengosongan lambung, dan memiliki aktivitas

anorektik melalui efek pada susunan saraf pusat.

DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109

Page 23: HADIS DM

ANTI DIABETES MELITUS (DM)

Kesimpulan :

Pramlintid adalah analog dari Amylin, yang dapat

menurunkan berat badan, memperpanjang pengosongan lambung

dan menurunkan penerapan makanan.

i. Incretin Mimetik (Farmakologi dan Terapi, Hal 900 )

Obat ini meningkatkan sekresi insulin setelah pemberian

glukosa per oral dan menekan sekresi glukagon, memperlambat

pengosongan lambung dan mengurangi asupan makanan.

Disamping itu, pada penelitian in vitro dan in vivo pada hewan,

eksenatid dilaporkan dapat meningkatkan prolifersi sel beta

pankreas. Obat ini diberikan secara subkutis dengan dosis 5

sampai 10 mcg 2 kali sehari., dan terbukti secara bermakna

menurunkan glukosa puasa, glukosa posprandial, dan HbA1C.

Berbeda dengan sulfonilurea dan insulin, eksenatid dilaporkan

dapat menurunkan berat badan secara bermakna. Obat ini telah

diakui oleh FDA untuk pemakaian klinis.

Kesimpulan :

Obat golongan incretin mimetik bekerja dengan

meningkatkan produksi insulin yang lebih tinggi setelah pemberian

glukosa oral disbanding dengan pemberian glukosa intravena.

DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109

Page 24: HADIS DM

ANTI DIABETES MELITUS (DM)

DAFTAR PUSTAKA

Ganiswarna, Sulistia. 20012. Farmakologi Dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.

Harvey A. Richard. 2013. Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya

Medica Jakarta.

Katzung, Bertram G.2013. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 12 Vol.12 .EGC : Jakarta.

Neal.MJ. 2005. At a glance farmakologi Medis Edisi kelima. Erlangga Medical Series : Jakarta.

DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109