Upload
dewi-anriani-munir
View
216
Download
0
Tags:
Embed Size (px)
DESCRIPTION
DM
Citation preview
ANTI DIABETES MELITUS (DM)
1. Pengertian Diabetes Melitus
Menurut Farmakologi Ulasan Bergambar, Hal 335
Diabetes merupakan satu kelompok sindrom yang heterogen
yang ditandai oleh peningkatan glukosa darah akibat defisiensi
relatif atau absolut insulin.
Menurut Farmakologi Dasar dan Klinik, Hal 837
Diabetes melitus didefinisikan sebagai peningkatan glukosa
darah yang berkaitan dengan tidak ada atau kurang memadainya
sekeresi insuin pankreas, dengan atau tanpa gangguan efek
insulin.
Menurut Farmakologi dan Terapi, Hal 485-486
Diabetes melitus adalah suatu sindroma klinik yang ditandai
oleh poliuri, polidipsi, dan polifagi, disertai peningkatan kadar
glukosa darah atau hiperglikemia (glukosa puasa ≥ 126 mg/dL
atau postprandial ≥ 200 mg/dL atau glukosa sewaktu ≥ 200
mg/dL). Bila DM tidak segera di atasi akan terjadi gangguan
metabolisme lemak dan protein, dan resiko timbulnya gangguan
mikrovaskular meningkat.
Hiperglisemia timbul akibat berkurangnya insulin sehingga
glukosa darah tidak dapat masuk ke sel-sel otot, jaringan adipose
atau hepar dan metabolismenya juga terganggu. Dalam keadaan
normal, kira-kira 50% glukosa yang dimakan mengalami
metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 5% diubah menjadi
DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109
ANTI DIABETES MELITUS (DM)
glikogen dan kira-kira 30-40% diubah menjadi lemak. Pada DM
semua proses tersebut terganggu, glukosa tidak dapat masuk ke
sel hingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein dan
lemak. Sebenarnya hiperglikemia sendiri relatif tidak berbahaya,
kecuali bila hebat sekali hingga darah menjadi hiperosmotik
terhadap cairan intrasel. Yang berbahaya ialah glikosuria yang
timbul, karena glukosa bersifat diuretik osmotik, sehingga diuresis
sangat meningkat disertai hilangnya berbagai elektrolit. Hal inilah
yang menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit
pada pasien DM yang tidak diobati. Karena adanya dehidrasi, maka
badan berusaha mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia).
Badan kehilangan 4 kalori untuk setiap gram glukosa yang
diekskresi. Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu
makan di hipotalamus oleh kurangnya pemakaian glukosa di
kelenjar itu.
Kesimpulan :
Diabetes melitus adalah peningkatan glukosa darah yang
ditandai oleh poliuri, polidipsia, dan polifagia. Poliuri adalah banyak
berkemih atau sering mengeluarkan urin disebabkan karena pada urin
penderita diabetes melitus air kemih keluar bersama glukosa. Polidipsi
adalah merasa dehidrasi atau kekurangan cairan disebabkan oleh
respon tubuh. Polifagi adalah sering merasa lapar, timbul karena
perangsangan sistem saraf pusat nafsu makan di hipotalamus.
DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109
ANTI DIABETES MELITUS (DM)
Kadar gula darah pada saat puasa atau tidak makan :
Normal = 100 mg/dl
Pra Diabetes = 100-125 mg/dl
DM = ≥ 126 mg/ml
Kadar gula darah pada saat tidak puasa :
Normal = <140 mg/dl
Pra Diabetes = 140-199 mg/dl
DM = ≥ 200 mg/ml
2. Tipe-Tipe Diabetes Melitus
Menurut Farmakologi Ulasan Bergambar, Hal 236-237
a. Diabetes Tipe 1
Diabetes Tipe 1 paling sering mengenai individu dalam
massa pubertas atau dewasa muda, tetapi beberapa bentuk
laten, dapat terjadi di kemudian hari. Penyakit ini ditandai
dengan defisiensi absolut insulin akibat nekrosis sel-β yang
parah. Umumnya kehilangan fungsi sel-β dianggap berasal dari
proses yang diperantarai- otoimun terhadap sel-β, dan hal ini
dapat dipicu oleh invasi virus atau kerja toksin kimiawi. Akibat
DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109
ANTI DIABETES MELITUS (DM)
penghancuran sel-sel ini, pankreas gagal merespon glukosa
dan diabetes Tipe 1 menunjukkan gejala-gejala klasik defisiensi
insulin (polidipsia, polifagia, poliuria dan kehilangan berat
badan), Diabetes Tipe 1 memerlukan insulin eksogen untuk
menghindari status katabolik yang terjadi akibat dari dan
ditandai oleh hiperglikemia dan ketoasidosis yang mengancam
jiwa.
b. Diabetes Tipe 2
Sebagian besar diabetes yang didertia adalah Tipe 2.
Penyakit ini lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik, seperti
penuaan, obesitas dan resistensi insulin perifer dan bukan oleh
proses otoimun atau virus. Perubahan metabolik yang teramati
lebih ringan dibandingkan yang digambarkan oleh tipe 1
(misalnya, secara khas, pasien tipe 2 tidak ketotik) tetapi
dampak klinis jangka panjang sangat merusak (misalnya
komplikasi vaskular dan infeksi lanjutan dapat menyebabkan
amputasi ekstremitas bawah).
Menurut Farmakologi Dasar dan Klinik, Hal 838
a. Diabetes Melitus Tipe 3
Sebutan Tipe 3 merujuk kepada berbagai kasus spesifik lain
peningkatan glukosa darah: pankreatektomi, pankreatitis,
penyakit non-pankreas, pemberian obat,dsb.
b. Diabetes Melitus Tipe 5
DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109
ANTI DIABETES MELITUS (DM)
Diabetes gestasional (gestasional diabetes,GD) didefinisikan
sebagai setiap kelainan dalam kadar glukosa yang diketahui
pertama kalia sewaktu kehamilan. Diabetes gestasional
didiagnosis pada sekitar 7% dari semua kehamilan di AS.
Selama kehamilan, plasenta dan hormon-hormon plasenta
menciptakan suatu resistensi insulin yang paling nyata pada
trimestet terakhir. Penilaian risiko untuk diabetes disaranakan
dimulai sejak kunjungan prantal pertama. Wanita berisiko tinggi
perlu segera menjalain pemeriksaan penyaring. Pemeriksaan
penyaring dapat ditunda bagi wanita berisiko rendah sampai
usian gestasi 24 sampai 28 minggu.
Kesimpulan :
Tipe-tipe DM terdiri atas 4 tipe yaitu
a. Diabetes Melitus Tipe 1 adalah diabetes yang sering terjadi pada
masa pubertas atau dewasa muda, akibat rusaknya sel β
pankreas.
b. Diabetes Melitus Tipe 2 adalah diabetes yang dipengaruhi oleh
faktor-faktor genetik, akibat ketidakmampuan sel β untuk
menghasilkan jumlah insulin yang dibutuhkan.
c. Diabetes Melitus Spesifik lain adalah diabetes melitus akibat dari
komplikasi dari penyakit lain seperti pankreatektomi, pankreatitis,
penyakit non-pankreas dan penyakit jantung.
DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109
ANTI DIABETES MELITUS (DM)
d. Diabetes Melitus Gestasional adalah diabetes melitus yang diderita
oleh ibu hamil.
3. Sekresi Insulin
Menurut Farmakologi Ulasan Bergambar, Hal 338
Sekresi insulin diatur tidak hanya oleh kadar glukosa darah,
tetapi juga asam amino tertentu, hormon-hormon lain dan
mediator otonom. Sekresi paling sering dipicu oleh kadar glukosa
darah yang tinggi, yang diambil oleh pengangkut glukosa darah
yang tinggi, yang diambil oleh pengangkut glukosa memasuki sel-
β pankreas. Di lokasi tersebut, glukosa difosforilasi oleh
glukokinase, yang bekerja sebagai sensor glukosa. Produk
metabolisme glukosa memasuki rantai respirasi mitokondria dan
membangkitkan adenosin trifosfat (ATP). Peningkatan kadar ATP
menyebabkan penghambat kanal K+ yang menghasilkan
depolarisasi membran dan pemasukan Ca2+, yang mengakibatkan
eksositosis insulin secara pulsatil. Sufonilurea dan meglitinide
memiliki efek hipoglikemik terhadap penghambatan kanal K+.
DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109
ANTI DIABETES MELITUS (DM)
Menurut At a Glance, Hal 79-80
Pelepasan insulin. Glukosa merupakan stimulus paling kuat
untuk pelepasan insulin dari sel-sel β pulau Langerhans. Terdapat
sekresi basal yang kontinu dengan lonjakan pada waktu makan.
Sel-sel β memiliki kanal K+ yang diatur oleh adenosin trifosfat
(ATP) intraseluler (kanal KATP). Saat glukosa darah meningkat,
lebih banyak glukosa memasuki sel β dan netabolismenya
menyebabkan peningkatan ATP intraseluler yang menutupi kanal
KATP. Depolarisasi sel β yang diakibatkannya mengawali influks ion
Ca2+ melalui kanal Ca2+ yang sensitif tegangan dan ini memicu
pelepasan insulin.
DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109
ANTI DIABETES MELITUS (DM)
Reseptor insulin. Reseptor insulin adalah glikoprotein
pembentuk membran yang terdiri dari dua subunit α dan dua
subunit β yang terikat secara kovalen oleh ikatan disulfida.
Setelah insulin terikat pada subunit α kompleks insulin-reseptor
memasuki sel, di mana insulin dihancurkan oleh enzim lisosom.
Internalisasi dari kompleks insulin-reseptor mendasari down-
regulation reseptor yang dihasilkan oleh kadar insulin tinggi
(misalnya pada pasien obes). Ikatan insulin pada reseptor
mengaktivasi tirosin kinase subunit β dan memulai suatu rantai
kompleks reaksi-reaksi yang menyebabkan efek insulin.
Kesimpulan :
Saat glukosa darah menurun, kanal K+ akan terbuka, ion K+
akan keluar dari sel dan membuat kanal Ca2+ tertutup sehingga ion
Ca2+ tidak masuk dalam sel menyebabkan insulin yang diproduksi
pankreas jumlahnya sedikit.
Glukosa yang masuk akan dihantar oleh Glut2 (glukosa
transpoter) didalamnya terjadi proses fosforilasi yang mengubah
glukosa menjadi glukosa 6 fosfat oleh bantuan enzim glikokinase.
Setelah itu akan diubah menjadi asam piruvat melalui proses glikolisis
selanjutnya akan diubah menjadi ATP.
Peningkatan ATP akan menyebabkan kanal K+ tertutup dank
anal Ca2+ terbuka sehingga ion Ca2+ masuk kedalam sel, hal ini
menyebabkan peningkatan sekresi insulin. Pada keadaan puasa atau
DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109
ANTI DIABETES MELITUS (DM)
tidak makan terjadi hiperpolarisasi yaitu keadaan dimana kanal K+
akan terbuka dan kanal Ca2+ akan tertutup. Pada saat keadaan tidak
puasa terjadi depolarisasi yaitu keadaan dimana kanal K+ akan
tertutup dan kanal Ca2+ akan terbuka.
.
4. Bentuk Sedian Insulin
Menurut Farmakologi Dasar dan Klinik hal : 841-845
Tersedia empat utama jenis suntika : (1) kerja cepat (rapid-
acting), dengan awitan yang sangat cepat dan masa kerja singkat;
(2) kerja singkat (short-acting), dengan awitan kerja singkat cepat,
(3) kerja sedang (intermediate-acting);dan (4) kerja lama (long-
acting), dengan awitan kerja lambat.
a. Insulin kerja-cepat
Dipasaran, tersedia tiga analog insulin kerja-cepat bentuk
suntikan-insulin lospro, insulin aspart, dan dan insulin glulisin.
Insulin-insulin kerja-cepat memungkinkan kita memberikan
insulin prandial secara lebih fisiologis karena awitan kerja yang
cepat dan efek puncak yang dini yang lebih mirip dengan sekresi
insulin prandial endogen dibandingkan dengan insulin regular,
dan mereka memiliki keunggulan lain, yaitu memungkinkan
pemberian insulin segera sebelum makan tanpa mengorbankan
kontrol glukosa. Masa kerja mereka lebih dari 4-5 jam, yang
mengurangi risiko hipoglikemia setelah makan lanjut.
DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109
ANTI DIABETES MELITUS (DM)
b. Insulin kerja-singkat
Insulin regular adalah insulin seng bentuk Kristal larut yang
bekerja singkat dan kini dibuat dengan teknik DNA rekombinan
untuk menghasilkan molekul yang identik dengan molekul insulin
manusia. Efeknya uncul dalam 30 menit, memuncak antara 2
dan 3 jam setelah penyuntikan subkutis, dan umumnya menetap
5-8 jam.
c. Insulin kerja-sedang dan kerja-lama
1) Insulin NPH (Neutral Protamine Hagedorn, atau Isofan)
Insulin NPH adalah insulin kerja-sedang yang penyerapan
awitan kerjanya diperlambat oleh kombinasi insulin insulin dan
protamin dalam jumlah sesuai sedemikian sehingga tidak ada
yang berada dalam bentuk tidak terikat (“isophane”). Setelah
penyuntikan subkutis, enzim-enzim proteolitik jaringan
menguraikan protamin agar insulin dapat diserap. Insulin NPH
memiliki awitan sekitar 2-5 jam dan masa kerja 4-12 jam.
Obatini biasanya dicampur dengan insulin regular, lispro,
aspart, atau glulisin dan diberikan dua sampai empat kali
sehari untuk teraoi insulin.
2) Insulin glargin
Insulin glargin adalah analog kerja-lama yang larut
dan “peakless” (tanpa kadar puncak, yi. Plateau konsentrasi
plasma yang luas)’. Produk ini dirancang untuk
DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109
ANTI DIABETES MELITUS (DM)
menghasilkan kadar insulin yang andal dan mudah
diberikan.
3) Insulin detemir
Insulin ini adalah analog insulin kerja-lama yang
paling baru dikembangkan. Treonin terminal dikeluarkan dari
posisi B30 dan asam miristat (suatu rantai asam lemak C-14)
dilekatkan kelisin B29 terminal. Modifikasi ini memperlama
ketersediaan analog injeksi ini dengan meningkatkan
agregasi-diri di jaringan subkutis dan pengikatan albumin
reversible.
d. Campuran insulin
Karena insulin NPH kerja-sedang memerlukan beberapa jam
untuk mencapai kadar terapeutik yang adekuat, pemakaiannya
pada pasien diabetes biasanya memerlukan suplemen insulin
kerja-cepat atau singkat sebelum makan. Untuk memudahkan,
insulin – insulin ini sering disatukan dalam tabung suntik yang
sama sebelum diinjeksikan.
Menurut Farmakologi Ulasan Bergambar hal 339
a. Sediaan insulin kerja cepat dan kerja singkat
Empat sediaan insulin masuk dalam kategori ini: insulin regular,
insulin lispro, insulin aspart, dan insulin glulisine. Insulin regular
merupakan zinc insulin berbentuk kristalin yang mudah larut,
kerja singkat. Insulin regular biasanya diberikan subkutan (atau
DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109
ANTI DIABETES MELITUS (DM)
intravena pada kegawatdaruratan), dan dengan cepat
menurunkan kadar glukosa darah. Insulin regular, insulin lispro,
dan insulin aspart merupakan kategori kehamilan B. Insulin
glulisine belum diteliti pada kehamilan. Karena awitan kerja yang
cepat dan durasi kerjanya yang singkat, bentuk lispro, aspart,
dan glulisine digolongkan sebagai insulin kerja cepat. Agen-agen
ini menawarkan regimen terapi yang lebih fleksibel dan dapat
menurunkan resiko hipoglikemia. Insulin lispro dibedakan
dengan insulin reguler dalam hal terbalik lokasi lysine dan proline
pada posisi 28 dan 29 dalam rantai B. Hal ini mengakibatkan
absorpsi yang lebih cepat setelah injeksi subkutan dibandingkan
yang terlihat pada insulin regular;akibatnya, insulin lispro juga
memiliki durasi kerja yang lebih pendek. Insulin aspart dan
insulin glisine memiliki sifat farmakokinetik dan farmakodinamik
yang sama dengan insulin lispro. Obat-obat ini diberikan untuk
menyerupai pelepasan insulin prandial (waktu makan) dan obat-
obat ini biasanya tidak digunakan sendiri melainkan bersama
dengan insulin yang bekerja lebih lama untuk memastikan
pengendalian glukosa yang sesuai. Seperti insulin regular, obat-
obat ini diberikan secara subkutan. Insulin lispro biasanya
diberikan 15 menit sebelum makan atau segera setelah makan,
sedangkan glulisine dapat digunakan 15 menit sebelum makan
atau dalam 20 menit setelah mulai makan. Semua formula kerja
DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109
ANTI DIABETES MELITUS (DM)
cepat tersebut sesuai untuk pemberian intravena, meskipun
insulin regular paling sering digunakan ketika diperlukan rute
intravena. Insulin lispro, insulin aspart, dan insulin glulisine juga
dapat digunakan dalam pompa insulin eksternal.
b. Insulin kerja sedang
Neutral protamine hagedorn (NPH) insulin merupakan suspensi
insulin zinc berbentuk kristalin yang dikombinasikan pada pH netral
dengan polipeptida muatan netral, protamina. [catatan: Nama lain
untuk sediaan ini ialah insulin isophane.]. Durasi kerjanya sedang.
Hal ini disebabkan absorpsi lambat insulin karena konjugasinya
dengan protamin sehingga membentuk kompleks yang kuran larut.
NPH insulin hanya boleh diberikan secara subkutan (tidak pernah
intravena) dan berguna dalam mengobati semua bentuk diabetes,
kecuali diabetes ketoasidosis atau hiperglikemia emergensi. Obat
ini digunakan sebagai kontrol basal dan biasanya diberikan
bersama insulin kerja cepat atau kerja pendek untuk kendali saat
waktu makan. [catatan: Senyawa serupa yang disebut neutral
protamin lispro (NPL) insulin telah tersedia, yang hanya digunakan
dalam kombinasi dengan insulin lispro.
c. Sediaan insulin kerja panjang
1) Insulin glargine: titik isoelektrik insulin glargine lebih rendah
dibandingkan insulin manusia, yang menyebabkan presipitasi
pada lokasi penyuntikan sehingga memperluas kerjanya. Obat
DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109
ANTI DIABETES MELITUS (DM)
ini lebih lambat awitannya dibandingkan NPH insulin dan
memiliki efek hipoglikemik yang panjang dan datar-tidak
memiliki puncak. Seperti insulin lainnya, obat ini harus diberikan
secara subkutan.
2) Insulin detemir: insulin detemir memiliki rantai samping asam
lemak. Tambahan rantai samping asam lemak meningkatkan
kaitan dengan albumin. Disosiasi lambatdari albumin
mengakibatkan sifat kerja lama yang serupa dengan insulin
glargine.
Kesimpulan :
a. Insulin kerja cepat dan kerja singkat
Insulin yang dengan cepat dapat menurunkan kadar glukosa
darah karena memiliki durasi kerja yang lebih pendek. Insulin
kerja cepat dan kerja singkat ini diberikan secara subkutan
(intravena dan kegawat daruratan). Insulin ini dapat menurunkan
resiko hipoglikemia.
b. Insulin kerja sedang
Insulin yang memiliki durasi kerja yang sedang, hal ini
disebabkan absorbsi lambat insulin karena konjugasinya dengan
protamin sehingga membentuk yang kurang larut. Obat ini
diberikan secara subkutan (tidak pernah intravena).
DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109
ANTI DIABETES MELITUS (DM)
c. Insulin kerja panjang
Suatu insulin yang memiliki sifat kerja lama atau memiliki
efek hipogikemik yang panjang.
5. Penggolongan obat dan Mekanisme kerja obat diabetes beserta
contoh
a. Insulin (Farmakologi dan Terapi, hal 483)
Mekanisme kerja : Insulin mempercepat masuknya glukosa
ke sel otot rangka dan adiposa. Insulin masuk ke reseptor α di luar
sel kemudian ke reseptor ß didalam sel. Selanjutnya merangsang
fosforilase intrasel yang kompleks, berakhir dengan pembentukan
transporter glukosa (GLUT4). Kemudian GLUT4 ditranslokasi
kedinding sel, glukosa plasma masuk kesel melalui GLUT4.
Dalam sel digunakan untuk.
Obat-obat yang termasuk dalam golongan ini yaitu Insulin
aspart, insulin detemir, insulin glargin, insulin glulisin, insulin lispro,
NPH insulin suspension, dan regular insulin.
Kesimpulan :
Mekanisme kerja insulin yaitu mempercepat masuknya
glukosa ke sel otot rangka dan adiposa. Contoh obat insulin aspart,
insulin glargine.
DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109
ANTI DIABETES MELITUS (DM)
b. Sulfonilurea (Farmakologi Ulasan Bergambar, Hal 338)
Agen-agen ini diklasifikasikan sebagai perangsang sekresi
insulin (insulin secretagogue) karena agen-agen ini mencetuskan
pelepasan insulin dari sel-sel β pankreas. Obat-obat primer yang
digunakan saat ini adalah tolbutamide dan derivate generasi kedua,
glyburide, glipizide, dan glimepiride.
Mekanisme kerja sulfonilurea : Hal ini meliputi 1) stimulasi
pelepasan insulin oleh sel-sel β pankreas dengan cara
menghambat kanal K+ sensitif-ATP, mengakibatkan depolarissi dan
pemasukan Ca2+; 2) Penurunan produksi glukosa hepatik; dan 3)
peningkatan sensitivitas perifer terhadap insulin.
Kesimpulan :
Obat golongan sulfonilurea memiliki 3 mekanisme kerja yaitu
menstimulasi pelepasan insulin oleh sel-sel β pankreas dengan
cara menghambat kanal K+ yang sensitif terhadap ATP sehingga
mengakibatkan terjadinya depolarisasi dan masukknya Ca2+,
Terjadi penurunan produksi glukosa hepatik dan peningkatan
sensitivitas perifer terhadap insulin.
DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109
ANTI DIABETES MELITUS (DM)
c. Meglitinde (Farmakologi Ulasan Bergambar, Hal 343)
Agen-agen golongan ini meliputi repaglinde dan nateglinde.
Meskipun bukan merupakan sulfonilurea, obat-obat ini memiliki
kerja yang sama.
Seperti sulfonilurea, kerja obat-obat ini bergantung kepada
fungsi-fungsi sel-sel β pankreas. Obat-obat ini berikatan dengan
lokasi yang berbeda pada reseptor sulfonilurea yang terkait kanal
kalium sensitive-ATP; dengan demikian, mengawali serangkaian
reaksi yang puncaknya adalah pelepasan insulin. Namun, berbeda
dengan sulfonilurea, meglitinide memiliki awitan cepat dan durasi
kerja yang pendek. Obat-obat ini terutama efektif dalam pelepasan
dini insulin yang terjadi setelah makan sehingga dikategorikan
sebagai regulator glukosa pascaparandial. Terapi kombinasi agen-
agen ini dengan metformin atau glitazon tampaknya lebih baik dari
pada monoterapi dengan salah satu dari dua agen tersebut dalam
perbaikan control glikemik. Meglitinide tidak boleh digunakan dalam
bentuk kombinasi dengan sulfonylurea karena mekanisme kerjanya
yang tumpah tindih.
Kesimpulan :
Obat Repaglinde dan Nateglinde bekerja dengan
menstimulasi pelepasan insulin, mekanisme kerja obat ini hampir
sama dengan obat golongan sulfonilurea tetapi memiliki onset yang
cepat dan durasi kerja yang pendek.
DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109
ANTI DIABETES MELITUS (DM)
d. Biguanid (Farmakologi Ulasan Bergambar, hal 344-345)
Metformin, satu-satunya biguanid yang saat ini tersedia,
digolongkan sebagai penyensitisasi insulin, obat ini menignkatkan
ambilan glukosa dan penggunaannya oleh jaringan-jaringan terget
sehingga menurunkan resistensi insulin.
Mekanisme kerja utama metformin adalah reduksi keluaran (ouput)
glukosa hepatik, sebagian besar dengan menghambat
glukoneogenesis hepatik . [catatan: Kelebihan glukosa yang
dihasilkan oleh hepar merupakan sumber utama glukosa darah
yang tinggi pada diabetes Tipe 2, yang menyebabkan glukosa
darah yang tinggi pada saat bangun di pagi hari.] Metformin juga
memperlambat absorbs gula oleh usus dan meningkatkan ambillan
dan penggunaan glukosa diperifer. Sifat obat ini yang sangat
penting adalah kemampuannya menurunkan hiperlipidemia dalam
batas sedang (konsentrasi kolestrol lipoprotein berdensitas-rendah
[low-density lipoprotein/LDL] dan lipoprotein berdensitas-sangat
rendah [very low-density lipoprotein/VLDL] menurun, dan kolestrol
lipoprotein berdensitas-tinggi [high-density lipoprotein/HLD]
meningkat). Efek ini dapat tidak muncul hingga 4-6 minggu
penggunaan. Pasien sering mengalami penurunan berat
badankarena kehilangan nafsu makan. Algoritme terapi ADA
merekomendasikan metformin sebagai obat pilihan untuk diabetes
DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109
ANTI DIABETES MELITUS (DM)
Tipe 2 yang baru terdiagnosis. Metformin mungkin digunakan
sendiri atau dalam kombinasi dengan salah satu agen lainnya,
begitu pula dengan insulin. Hipoglikemia terjadi ketika metrofmin
digunakan dalam bentuk kombinasi.
Kesimpulan :
Obat golongan Biguanid bekerja dengan menghambat
terjadinya glukoneogensis yaitu menghambat proses mengubah
glukosa menjadi glukogen didalam hati.
e. Penghambat α-Glukosidase (Farmakologi Ulasan Bergambar,
Hal 347)
Acarbose dan miglitol merupakan obat-obat peroral yang
aktif yang digunakan untuk terapi pasien dengan diabetes Tipe 2.
Obat-obat ini digunakan saat permulaan makan. Obat-obat
ini bekerja menunda pencernaan karbohidrat sehingga
mengakibatkan penurunan kadar glukosa pascaprandial. Kedua
obat ini menghasilkan efek dengan menghambat α-glukosidase
yang terikat membrane secara reversible pada batas vili usus.
Enzim ini bertanggung jawab pada hidrolisis oligosakarida menjadi
glukosa dan gula-gula lainnya. [Catatan : Acarbose juga
menghambat α-amilase pankreas sehingga mengganggu
pemecahan patimenjadi oligosakarida]. Akibatnya, peningkatan
glukosa darah pascaprandial ditumpulkan. Tidak seperti agen-agen
DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109
ANTI DIABETES MELITUS (DM)
hipoglikemik oral lainnya, obat-obat ini tidak merangsang
pelepasan insulin, juga tidak meningkatkan kerja insulin pada
jaringan target. Dengan demikian, sebagai monoterapi, obat-obat
ini tidak menyebabkan hipoglikemia. Namun ketika digunakan
dalam bentuk kombinasi dengan sulfonylurea atau insulin,
hipoglikemia dapat terjadi. [Catatan: Pasien hipoglikemik harus
diobati dengan glukosa dan bukan sukrosa karena sukrase juga
dihambat oleh obat-obat ini].
Kesimpulan :
Obat golongan ini bekerja dengan menghambat absorpsi
glukosa, yaitu enzim-enzim di usus yang membantu penyerapan
absorpsi sehingga tidak membentuk glukosa.
f. Thiazolidinedione / Glitazone
Menurut Farmakologi Ulasan Bergambar, Hal 347
Kelompok lain agen penyensitisasi insulin adalah
thiazolidinedione (TZD) atau lebih akrab disebut glitazone.
Meskipun insulin diperlukan untuk kerja obat-obat ini, obat-obat
ini tidak memicu pelepasan insulin dari sel β pankreas sehingga
tidak terjadi hiperinsulinemia. Troglitazone merupakan agen
pertama dari kelompok ini yang disetujui untuk terapi diabetes
tipe 2.
Meskipun mekanisme pasti TZD menurunkan resistensi
insulin masih diungkap, agen ini diketahui menargetkan reseptor-
DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109
ANTI DIABETES MELITUS (DM)
yang diaktivasi proliferator peroksisom (peroxisome
proliferator activated reseptor-/ PPAR) suatu reseptor hormon
nukleus. Ligan-ligan untuk PPAR mengatur produksi adiposit
dan sekresi asam lemak, serta metabolisme glukosa, yang
mengakibatkan peningkatan sensitivitas insulin pada jaringan
adiposa, hepar dan otot rangka.
Menurut Farmakologo Dasar dan Klinik, Hal 853
Tiazolidinedion (Tzd) bekerja menurunkan resistensi insulin. Tzd
adalah ligan dari peroxisome proliferator-activated receptor
gamma (PPAR-), bagian dari superfamili steroid dan tiroid
reseptor nukleus. Reseptor PPAR ini ditemukan di otot, lemak
dan hati. Reseptor PPAR- memodulasi ekspresi gen-gen yang
berperan dalam metabolisme lemak dan glukosa, transduksi
sinyal insulin, dan diferensiasi adiposit dan jaringan lain.
Kesimpulan :
Obat golongan Tiazolidinedion bekerja dengan cara
menurunkan resistensi insulin dan meningkatkan sensivitas insulin.
g. Penghambat DPP-IV (Farmakologi Ulasan Bergambar, Hal 347)
Sitagliptin merupakan penghambat dipeptidil peptidase-
IV( DPP) yang aktif per oral dan digunakan untuk terapi pasien
dengan diabetes Tipe 2.
DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109
ANTI DIABETES MELITUS (DM)
Sitagliptin menghambat enzim DPP-IV, yang bertanggung
jawab untuk inaktivasi hormon-hormon incretin, seperti peptide-1
mirip-glokagon (glucagon-like peptide-1/GLP-1). Pemanjangan
aktivasi hormon-hormon incretin mengakibatkan peningkatan
pelapasan insulin sebagai reseptor terhadap makan dan reduksi
sekresi glucagon yang tidak sesuai. Sitagliptin dapat digunakan
sebagai monoterapi atau dalam bentuk kombinasi dengan
sulfonilurea, metforin, atau glitazone.
Kesimpulan :
Obat golongan penghambat DPP-IV bekerja dengan
menghambat kerja enzim DPP-IV, diman enzim ini akan
menonaktifkan aktivutas hormon-hormon incretin.
h. Analog Amylin (Farmakologi Dasar dan Klinik, Hal 856 )
Pramlintid,suatu analog sintetik amilin adalah obat
antihiperglikemik suntikan yang memodulasi kadar glukosa pasca-
makan serta telah disetujui untuk digunakan sebelum makan pada
pasien dengan diabetes tipe 1 dan tipe 2. Obat ini diberikan
sebagai tambahan untuk insulin pada mereka yang tidak mampu
mencapai target kadar gula darah pasca makan mereka. Pramlintid
menekan pelepasan glukagon melalui mekanisme yang belum
diketahui, menunda pengosongan lambung, dan memiliki aktivitas
anorektik melalui efek pada susunan saraf pusat.
DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109
ANTI DIABETES MELITUS (DM)
Kesimpulan :
Pramlintid adalah analog dari Amylin, yang dapat
menurunkan berat badan, memperpanjang pengosongan lambung
dan menurunkan penerapan makanan.
i. Incretin Mimetik (Farmakologi dan Terapi, Hal 900 )
Obat ini meningkatkan sekresi insulin setelah pemberian
glukosa per oral dan menekan sekresi glukagon, memperlambat
pengosongan lambung dan mengurangi asupan makanan.
Disamping itu, pada penelitian in vitro dan in vivo pada hewan,
eksenatid dilaporkan dapat meningkatkan prolifersi sel beta
pankreas. Obat ini diberikan secara subkutis dengan dosis 5
sampai 10 mcg 2 kali sehari., dan terbukti secara bermakna
menurunkan glukosa puasa, glukosa posprandial, dan HbA1C.
Berbeda dengan sulfonilurea dan insulin, eksenatid dilaporkan
dapat menurunkan berat badan secara bermakna. Obat ini telah
diakui oleh FDA untuk pemakaian klinis.
Kesimpulan :
Obat golongan incretin mimetik bekerja dengan
meningkatkan produksi insulin yang lebih tinggi setelah pemberian
glukosa oral disbanding dengan pemberian glukosa intravena.
DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109
ANTI DIABETES MELITUS (DM)
DAFTAR PUSTAKA
Ganiswarna, Sulistia. 20012. Farmakologi Dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.
Harvey A. Richard. 2013. Farmakologi Ulasan Bergambar. Widya
Medica Jakarta.
Katzung, Bertram G.2013. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 12 Vol.12 .EGC : Jakarta.
Neal.MJ. 2005. At a glance farmakologi Medis Edisi kelima. Erlangga Medical Series : Jakarta.
DEWI ANDRIANI MUNIR NURFADILA PIKRI15020130109