39
BAB II ANALISIS POTENSI LONGSORAN DAN KLASIFIKASI MASSA BATUAN 2.1 Dasar Teori 2.1.1 Dasar-dasar Geologi Struktur Struktur Geologi adalah stuktur perubahan lapisan batuan sedimen akibat kerja kekuatan tektonik, sehingga tidak lagi memenuhi hukum superposisi dan terjadi perubahan bentuk pada batuan. Disamping itu sturktur geologi juga merupakan struktur kerak bumi hasil dari deformasi tektonik. Kekuatan tektonik dan orogenik yang membentuk struktur geologi berupa stress (tegangan). Berdasarkan genesanya geologi struktur ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu : a. Stuktur Primer Struktur primer merupakan struktur yang terbentuk bersamaan pada saat terjadinya pembentukan batuan tersebut, misalnya : perlapisan, foliasi, dan laminasi b. Struktur Sekunder Struktur sekunder merupakan struktur yang terbentuk setelah proses pembentukan batuan yang diakibatkan oleh adanya gaya eksternal yang bekerja selama maupun Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 1

gustut kolaka

Embed Size (px)

DESCRIPTION

engineerinf

Citation preview

Page 1: gustut kolaka

BAB II

ANALISIS POTENSI LONGSORAN DAN KLASIFIKASI

MASSA BATUAN

2.1 Dasar Teori

2.1.1 Dasar-dasar Geologi Struktur

Struktur Geologi adalah stuktur perubahan lapisan batuan sedimen akibat kerja

kekuatan tektonik, sehingga tidak lagi memenuhi hukum superposisi dan terjadi

perubahan bentuk pada batuan. Disamping itu sturktur geologi juga merupakan

struktur kerak bumi hasil dari deformasi tektonik. Kekuatan tektonik dan orogenik

yang membentuk struktur geologi berupa stress (tegangan). Berdasarkan

genesanya geologi struktur ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Stuktur Primer

Struktur primer merupakan struktur yang terbentuk bersamaan pada saat

terjadinya pembentukan batuan tersebut, misalnya : perlapisan, foliasi, dan

laminasi

b. Struktur Sekunder

Struktur sekunder merupakan struktur yang terbentuk setelah proses pembentukan

batuan yang diakibatkan oleh adanya gaya eksternal yang bekerja selama maupun

setelah pembentukan batuan, misalnya : kekar, sesar, lipatan.

Pada dasarnya ada dua gaya yang menyebabkan terjadinya deformasi pada

permukaan bumi, yaitu gaya eksogen dan gaya endogen.

Beberapa unsur struktur geologi secara geometri dapat dianggap sebagai struktur

bidang. Struktur geologi itu antara lain adalah bidang perlapisan, bidang kekar,

bidang sesar, bidang foliasi dan sejenisnya. Untuk itu hal-hal yang perlu dipelajari

dalam struktur bidang antara lain, yaitu

Strike (jurus), yaitu merupakan arah dari garis horizontal yang merupakan

perpotongan antara bidang yang bersangkutan dengan bidang horizontal, dimana

besar strike diukur dari arah utara.

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 1

Page 2: gustut kolaka

Dip (kemiringan), yaitu merupakan kemiringan terbesar yang terbentuk oleh

bidang miring yang bersangkutan dengan bidang horizontal dan diukur tegak lurus

strike.

Dip Direction (arah kemiringan), yaitu merupakan arah lurus jurus yang sesuai

dengan arah miringnya bidang yang bersangkutan yang diukur dari arah utara.

Besarnya adalah arah strike ditambah 900.

Apperent Dip (kemiringan semu), yaitu merupakan sudut kemiringan suatu bidang

yang bersangkutan dengan bidang horizontal dan pengukuran dengan arah tidak

tegak lurus strike

2.1.2 Istilah dalam Software Dips

Ada pula hal-hal yang perlu diketahui mengenai istilah yang ada pada software

dips, yaitu :

Deklinasi Magnetik adalah sudut yang dibentuk antara arah utara magnetik

bumi terhadap arah utara geogrrafis.

Variability Cones (kerucut variabilitas) merupakan area berbentuk lingkaran

yang tersedia pada software dips yang melingkupi pole plot dengan populasi

tinggi, yang mewakili beberapa penyimpangan atau standar deviasi dari ketidak

pastian orientasi yang tergantung dari besar standar deviasi yang dipilih.

Daylight Envelope adalah area berbentuk lingkaran yang tersedia pada

software dips yang berfungsi untuk memperkirakan daerah terjadinya

longsoran menuju free face pada analisis longsoran

2.1.3 Jenis – Jenis Longsor dalam Tambang Terbuka

a) Longsor Bidang

Longsor bidang merupakan suatu longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang

luncur ( kekar, rekahan, maupun bidang perlapisan ) yang dianggap rata.

Syarat terjadinya longsor bidang :

Terdapat bidang lincir bebas (daylight), berarti bahwa bidang lurus lebih kecil

daripada kemiringan lereng.

Arah bidang perlapisan (bidang lemah) sejajar atau mendekati dengan arah

lereng (maksimum beda 200).

Kemiringan bidang luncur lebih besar dari sudut geser dalam batuannya.

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 2

Page 3: gustut kolaka

Terdapat bidang geser dan tidak ada penahan gayanya pada kedua sisi

longsoran.

Gambar 2.1Longsoran Bidang

b) Longsor Baji

Longsor baji dapat terjadi pada batuan jika lebih dari suatu bidang lemah yang

bebas dan saling berpotongan. Sudut perpotongan antara bidang lemah tersebut

lebih besar dari sudut geser batuannya, bidang lemah ini dapat berupa sesar,

rekahan maupun perlapisan

Syarat terjadinya longsor Baji :

Permukaan bidang lemah A dan bidang lemah B rata, tetapi kemiringan bidang

lemah B lebih besar daripada bidang lemah A.

Arah penunjaman garis potong harus lebih kecil daripada sudut kemiringan

lereng

Bentuk longsoran dibatasi oleh muka lereng, bagian atas lereng dan kedua

bidang lemah

Gambar 2.2Longsoran Baji

c) Longsor Busur

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 3

Page 4: gustut kolaka

Longsor busur merupakan longsoran yang umum terjadi di alam, terutama pada

batuan yang lunak atau pada tanah. Pada batuan yang cenderung keras longsoran

busur hanya terjadi ketika batuan tersebut sudah mengalami pelapukan dan

mempunyai bidang-bidang lemah yang sangat rapat dan tidak dapat dikenali lagi

kedudukannya. Pada tanah pola strukturnya tidak menentu dan bidang gelincir

bebas mencari posisi yang paling kecil hambatannya. Longsoran busur terjadi

apabila partikel individu pada suatu tanah atau massa batuan sangat kecil dan

tidak saling mengikat. Tanda pertama suatu longsoran busur biasanya berupa

suatu rekahan tarik permukaan atas atau muka lereng, kadang disertai denggan

menurunnya sebagian permukaan atas lereng yang berada disamping rekahan.

Gambar 2.3Longsoran Busur

d) Longsor Toppling (Guling)

Longsoran guling terjadi pada batuan yang keras dan memiliki lereng terjal

dengan bidang-bidang lemah yang tegak lurus atau hampir tegak dan arahnya

berlawanan dengan arah kemiringan lereng. Longsoran ini bias berbentuk blok

atau bertingkat. Kondisi untuk menggelincir atau meluncur ditentukan oleh sudut

geser dalam dan kemiringan bidang luncurnya, tinggi balok dan lebar balok

terletak pada bidang miring.

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 4

Page 5: gustut kolaka

Gambar 2.4Bentuk Longsoran Topling

Kondisi geometri yang diperlukan untuk terjadinya longsoran guling, antara lain :

Balok akan tetap mantap bila < dan b/h > tan .

Balok akan meluncur bila > dan b/h > tan .

Balok akan tergelincir, kemudian mengguling bila > dan b/h < tan .

Balok akan langsung mengguling bila < dan b/h < tan .

Penentuan Parameter Masukan (Input Data)

Adapun parameter yang dibutuhkan dalam penentuan jenis longsoran adalah :

Arah umum bidang lemah dan kemiringannya (Dip/Dipdirection)

Arah umum lereng dan kemiringannya (Dip/Dipdirection)

Sudut geser dalam batuan (φ)

Diketahui data sbb :

Arah dan kemiringan lereng yang terbentuk (dip/dipdirection) = 400/ N1250E

Dari uji sifat mekanik batuan diperoleh sudut geser dalam (φ) = 500

Data pengukuran bidang lemah

Dalam bab ini akan diuraikan bagaimana untuk melakukan analisis stabilitas

terhadap berbagai longsoran seperti longsoran Toppling, Longsoran bidang dan

Longsoran Baji. Untuk latihan ini menggunakan data dari lapangan yang terdapat

pada file excel data memiliki kedudukan 540/ N1750E (Dip/ Dip Direction)

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 5

Page 6: gustut kolaka

Gambar 2.5 Jenis-Jenis Longsoran

2.1.4 Diskontinuitas

Istilah umum untuk setiap diskontinuitas mekanis dalam massa batuan yang

memiliki kekuatan tarik nol atau rendah. Sepuluh parameter yang dipilih untuk

menggambarkan diskontinuitas dan massa batuan didefinisikan di bawah ini:

1. Orientasi Kekar

a. Orientasi diskontinuitas dalam ruang digambarkan oleh kemiringan garis

deklinasi curam diukur dari horisontal, dan oleh arah dip

diukur searah jarum jam dari utara yang sejati. Contoh: dip arah / dip (025 ° /

45 °).

b. Orientasi diskontinuitas relatif terhadap Struktur rekayasa sebagian besar

mengontrol kemungkinan kondisi tidak stabil atau deformasi yang berlebihan

berkembang. Pentingnya orientasi meningkat ketika kondisi lain untuk

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 6

Page 7: gustut kolaka

deformasi yang hadir, seperti geser kekuatan rendah dan dalam jumlah yang

memadai diskontinuitas atau set bersama untuk tergelincir terjadi.

Gambar 2.6Diagram menunjukkan Strike, Dip, Dip Direction dari 3 bidang dengan orientasi

yang berbeda

2. Spasi Kekar

a. Jarak diskontinuitas yang berdekatan sebagian besar mengontrol ukuran blok

individu batu utuh. Set berjarak dekat beberapa cenderung memberikan

kondisi kohesi massa rendah sedangkan mereka yang luas spasi jauh lebih

mungkin untuk menghasilkan kondisi saling. Efek ini tergantung pada masih

adanya diskontinuitas individu.

b. Seperti dalam kasus orientasi, pentingnya jarak meningkat ketika kondisi lain

untuk deformasi yang hadir, yaitu kekuatan geser rendah dan dalam jumlah

yang memadai diskontinuitas atau set gabungan untuk slip terjadi.

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 7

Page 8: gustut kolaka

Tabel 2.1.Deskripsi Spasi

3. KondisiKekar

a. Kemenerusan

Kegigihan menyiratkan

luas areal atau ukuran

diskontinuitas dalam lereng.

Hal ini dapat dihitung

secara kasar dengan mengamati panjang diskontinuitas jejak pada permukaan

bukaan. Ini adalah salah satu parameter massa batuan yang paling penting.

Tabel 2.2.Penggambaran Kemenerusan

Description Persistence

Very low persistence < 1 mLow persistence 1-3 m

Medium persistence 3-10 mHigh persistence 10- 20mVery high persistence >20m

b. Isian

Isian adalah istilah untuk bahan yang memisahkan dinding batuyang berdekatan

diskontinuitas, misalnya kalsit, klorit, tanah liat, lumpur, kesalahan gouge, breksi

dll jarak tegak lurus antara dinding batu yang berdekatan disebut lebar

diskontinuitas diisi, yang bertentangan dengan bukaan dari jenis menganga atau

terbuka. Karena berbagai variasi kejadian, diskontinuitas penuh menampilkan

berbagai perilaku fisik, terutama yang terkait dengan kekuatan geser mereka

deformabilitas dan permeabilitas. Kadar air dalam isian dan Permeabilitas

W1= Bahan pengisi yang sangat konsolidasi dan kering, aliran signifikan

tampaknya tidak mungkin karena permeabilitas sangat rendah.

W2 = Bahan pengisi lembab, tapi tidak ada air bebas.

W3 = Bahan pengisi adalah tetes sesekali air

W4 = Bahan pengisi menunjukkan tanda-tanda aliran air yang mengalir (perkiraan

liter / menit)

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 8

Description SpacingExtremely close spacing <20mmVery close spacing 20-60 mmClose spacing 60-200mmModerate spacing 200-600 mmWide spacing 600-2000 mmVery wide spacing 2000-6000 mmExtremely wide spacing >6000mm

Page 9: gustut kolaka

W5 = Bahan pengisialiran air yang cukup di sepanjang keluar-masuk saluran

(perkiraan liter / menit dan menggambarkan tekanan).

W6 = Bahan pengisi aliran dan tekanan air yang sangat tinggi, terutama pada

bukaan pertama (liter perkiraan/menit dan menggambarkan tekanan)

Tabel 2.3International Society for Rock Mechanics

Tabel 2.4Presentasi Hasil

No. Karakteristik Parameter1 Geometry Width, wall roughness, field sketch2. Filling type Mineralogy, particle size weathering grade, soil

index parameters, swelling potential

3. Filling strength Manual index (S1-S6) shear strength over consolidation ratio displaced/undisplaced

4. Seepage Water content (rating asW1-W6) permeability

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 9

Page 10: gustut kolaka

quantitative data

c. JRC (Join Roughness Coeffisien)

Gambar 2.7Tipe Kekasaran untuk Rentang JRC

d. Lebar Bukaan

Bukaan adalah jarak tegak lurus memisahkan dinding batu yang berdekatan dari

diskontinuitas terbuka, di mana ruang intervensi adalah udara atau diisi air.

Apertures dapat digambarkan melalui syarat-syarat berikut:

Tabel 2.5. Deskripsi Bukaan

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 10

Page 11: gustut kolaka

e. JCS (Joint Compressive Strength)

JCS mewakili kekuatan tekan pada kekar, diukur pada dinding kekar itu sendiri.

JCS dapat diperkirakan dengan:

1. Perbandingan antara derajat perubahan

Tingkat perubahan kekar dibandingkan dengan satu batu. Nilai JCS kemudian

ditentukan dengan cara hubungan dengan kekuatan tekan batu utuh. Tingkat

perubahan permukaan kekar:

-Sama dengan batu: JCS = σc

-Lebih tinggi daripadabatu: JCS = 0,5σc

-Jauh lebih tinggi daripada batu: JCS = 0,1σc

2. The Schmidt Rebound

Palu yang digunakan dalam bidang pengamatan untuk mengevaluasi yang

Kompresi Bersama Kekuatan. Tergantung pada kemiringan palu, mengukur

memungkinkan untuk mengetahui Schmidt kekerasan. Parameter ini

dikombinasikan dengan berat satuan batu untuk mendapatkan nilai JCS.

UCS = 0,308 R1,327(Mpa)

(Singgih Saptono, 2012)

R = Pembacaan nilai pada alat Schmidt Hammer

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 11

Page 12: gustut kolaka

f. Pelapukan

Tabel 2.6Deskripsi Jenis Pelapukan

Istilah Deskripsi KelasFresh Tidak ada tanda yang terlihat dari

bahan pelapukan batuan, mungkin

ada sedikit perubahan warna pada

permukaan diskontinuitas utama

I

Slightly weathered

Perubahan warna menunjukkan

pelapukan bahan batu itu dan

permukaan diskontinuitas. Semua

bahan batu mungkin berubah warna

dengan pelapukan dan mungkin

sedikit lebih lemah dari pada

eksternal dalam kondisisegar.

II

Moderately weathered

Kurang dari setengah dari bahan

batuan membusuk atau hancurke

tanah. Batuan berubah warna hadir

baik sebagai kerangka kerja terus

menerus atau sebagai batu inti.

III

Highly weathered Lebih dari setengah dari bahan batu

yang membusuk atau hancur ke

tanah. Batuan berubah warna hadir

baik sebagai kerangka terputu satau

sebagai batuinti.

IV

Completely weathered

S Semua bahan batu yang membusuk

atau hancu rke tanah. Struktu

rmassa asli masih utuh. Semua

bahan batu diubah menjadi tanah.

Struktur massa dan susunan

material yang dihancurkan

V

Residual soil A Ada perubahan besar dalam volume

,namun tanah belum signifikan VI

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 12

Page 13: gustut kolaka

diangkut.

4. Kondisi Air Tanah

a. Tidak Terisi (Unfilled Discontinuities)

I. Diskontinuitas ini sangat ketat dan kering, aliran air sepanjang itu

tampaknya tidak mungkin.

II. Diskontinuitas adalah kering dengan tidak ada bukti aliran air.

III. Diskontinuitas adalah kering tapi menunjukkan bukti aliran air, yaitu karat

pewarnaan, dll

IV. Diskontinuitas adalah basah tapi tidak ada airbebashadir.

V. Diskontinuitasmenunjukkanrembesan, tetesairsesekali, namun tidak ada

aliran kontinu.

VI. Diskontinuitas menunjukkan aliran air yang kontinu. (Perkiraan 1/min dan

menggambarkan tekanan yaitu rendah, sedang, tinggi).

b. Terisi (Filled Discontinuities)

I. Terisi bahan yang sangat konsolidasi dan kering, aliran signifikan

tampaknya tidak mungkin karena permeabilitas sangat rendah.

II. Bahanpengisilembab, tapi tidak ada air bebas hadir.

III. Bahan pengisi basah, tetessesekaliair.

IV. Bahan pengisi menunjukkan tanda-tanda keluar, aliranair yang kontinu

(perkiraan 1/min).

V. Bahan pengisi dicuci secara lokal, aliran air yang cukup di sepanjang

keluar-masuk saluran (1/min memperkirakan dan menggambarkan tekanan

yaitu rendah, sedang, tinggi).

VI. Bahan pengisi dicuci keluar sepenuhnya, tekanan air yang sangat tinggi,

terutama pada paparan pertama (perkiraan 1/mindan menggambarkan

tekanan).

c. Rock Mass (Misal, Tunnel Wall)

I. Kering dinding dan atap, tidak ada rembesan terdeteksi.

II. Rembesan kecil, tentukan diskontinuitas menetes.

III. Sedang dalam aliran, tentukan diskontinuitas dengan aliran kontinu

(perkiraan 1/min/10m panjang penggalian.).

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 13

Page 14: gustut kolaka

IV. Inflow utama, tentukan diskontinuitas dengan arus yang kuat (perkiraan

l/min/10m panjang penggalian.).

V. Inflow yang sangat tinggi, tentukan sumber arus biasa (memperkirakan

1/min/10m panjang penggalian.).

2.1.4 Klasifikasi Massa Batuan

Klasifikasi massa batuan yang terdiri dari beberapa parameter sangat cocok untuk

mewakili karakteristik massa batuan, khususnya sifat-sifat bidang lemah atau

kekar dan derajat pelapukan massa batuan. Atas dasar ini sudah banyak usulan

atau modifikasi klasifikasi massa batuan yang dapat digunakan untuk merancang

kemantapan lereng. Pada umumnya klasifikasi tersebut mencoba menghubungkan

parameter sudut kemantapan lereng dengan bobot klasifikasi massa batuan untuk

berbagai tinggi lereng. Romana (1985 & 1991) menekankan deskripsi detil dari

kekar untuk melihat potensi kelongsorannya dan pengaruh cara penggalian

terhadap kemantapan lereng. Pada dasarnya pembuatan klasifikasi massa batuan

bertujuan :

•   Mengidentifikasi parameter-parameter penting yang mempengaruhi perilaku

massa batuan.

•   Membagi formasi massa batuan kedalam grup yang mempunyai perilaku sama

menjadi kelas massa batuan.

•   Memberikan dasar-dasar untuk pengertian karakteristik dari setiap kelas massa

batuan.

•  Menghubungkan pengalaman dari kondisi massa batuan di satu lokasi dengan

lokasi lainnya.

•  Mengambil data kuantitatif dan pedoman untuk rancangan rekayasa

(engineering)

•   Memberikan dasar umum untuk kemudahan komunikasi diantara para insinyur

dan geologiwan.

Agar dapat dipergunakan dengan baik dan cepat maka klasifikasi massa batuan

harus mempunyai beberapa sifat seperti berikut :

•   Sederhana, mudah diingat dan dimengerti.

•   Sifat-sifat massa batuan yang penting harus disertakan

•   Parameter dapat diukur dengan mudah dan murah

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 14

Page 15: gustut kolaka

•   Pembobotan dilakukan secara relatif

•   Menyediakan data-data kuantitatif

Dengan menggunakan klasifikasi massa batuan akan diperoleh paling tidak tiga

keuntungan bagi perancangan kemantapan lereng yaitu :

•   Meningkatkan kualitas hasil penyelidikan lapangan dengan data masukan

minimum sebagai parameter klasifikasi.

•   Memberikan informasi/data kuantitatif untuk tujuan rancangan

•   Penilaian rekayasa dapat lebih baik dan komunikasi lebih efektif pada suatu

proyek.

Beberapa klasifikasi massa batuan yang banyak dipakai atau modifikasi untuk

kepentingan kemantapan lereng antara lain :

•     Rock Mass Rating (RMR, Bieniawski, 1973 & 1989)

•     Rock Mass Strength (RMS, Selby, 1980)

•     Slope Mass Rating (SMR, Romana, 1985 & 1991)

ROCK MASS RATING (RMR, Bieniawski)

Rock Mass Rating (RMR) disebut juga Geomechanics Classification dibuat oleh

Bieniawski (1973).Klasifikasi ini sudah dimodifikasi beberapa kali sesuai dengan

adanya data baru agar dapat digunakan untuk berbagai kepentingan dan sesuai

dengan standard Internasional. RMR terdiri dari enam parameter untuk

mengklasifikasi massa batuan (lihat Tabel 1) yaitu, UCS, RQD, jarak kekar

(discontinuity), kondisi kekar, kondisi air tanah dan orientasi kekar.

Tabel 2.7.Parameter klasifikasi dan pembobotannya dalam sistem RMR

ParameterSelang Nilai

1

Kuat

Tekan

Batua

n Utuh

PLI (MPa) >10 4-10 2-4 1-2

Untuk kuat

tekan rendah perlu

UCS

UCS (MPa) >250 100-250 50-100 25-50 5-25 1-5 <1

Bobot 15 12 7 4 2 1 0

2RQD (%) 90-100 75-90 50-75 25-50 <25

Bobot 20 17 13 8 3

3Jarak Diskontinuitis (m) >2 0.6-2 0.2-0.6 0.06-0.2 <0.06

Bobot 20 15 10 8 5

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 15

Page 16: gustut kolaka

4 Kondisi Diskontinuiti

Sangat kasar , tidak

menerus, tidak ada

pemisahan, dinding batu tidak

lapuk

agak kasar,

pemisahan 1 mm, dinding

agak lapuk

Agak kasar, pemisahan <1 mm, dinding sangat lapuk

Slinkensided/tebal gouge <5mm, atau pemisahan 1-5mm, menerus

Gouge lunak tebal >5mm, atau pemisahan >5mm, menerus

Bobot 30 25 20 10 0

5

Air tanah pada kekar

Aliran/10m panjang tunnel (ltr/menit)

None <10 10-25 25-125 >125

Tek. Air pada

kekar/maks

tegangan utama

(MPa)

0 <0.1 0.1-0.2 0.2-0.5 >0.5

Kondisi Umum Kering Lembab Basah Menetes Mengalir

Bobot 15 10 7 4 0

6

Efek Orientasi Jurus

Arah Jurus Memotong Sumbu Terowongan Jurus searah sumbu

terowongan

kemiringan 0⁰-20⁰ tdk perhatikan kemiringan

Maju searah

kemiringan

Maju melawan

kemiringanArah jurus searah sumbu terowongan

45⁰-90⁰ 20⁰-45⁰ 45⁰-90⁰ 20⁰-45⁰ 45⁰-90⁰ 20⁰-45⁰

Sangat

menguntun

gkan

Menguntungkan Sedang

Tidak

menguntun

gkan

Sangat

tidak

menguntun

gkan

Sedang

Tidak

menguntu

ngkan

Bobot

Terowongan

0 -2 -5 -10 -12 -5 -10

Fondasi 0 -2 -7 -15 -25 -7 -15

Lereng 0 -2 -25 -50 -60 -25 -50

Tabel 2.8Penyesuaian Bobot untuk Orientasi Kekar

Tabel 2.9Kelas Massa Batuan untuk Bobot Total

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 16

Page 17: gustut kolaka

Tabel 2.10Klasifikasi Kondisi Kekar

2.1.5 Pengenalan Awal Software DIPS

Dips merupakan program rancangan untuk menganalisis orientasi secara interaktif

berdasarkan data yang berhubungan dengan data struktur geologi. Program ini

dapat diterapkan untuk berbagai aplikasi yang berbeda dan dirancangbagi pemula

untuk dapat mengoperasikan, sehingga diharapkan mampu menganalisis proyeksi

stereografik dari data-data geologi.

Dips memungkinkan pemakai untuk meneliti dan memvisualisasikan data struktur

geologi dengan mengikuti teknik yang sama yang digunakan pada stereonet

manual. Sebagai tambahan, banyak terdapat fitur-fitur komputasi yang tersedia,

seperti statistik kelompok orientasi yang sama, perhitungan orientasi rata-rata dan

analisis atribut kuantitatif Penggunaan aplikasi Dips antara lain untuk geologi,

tambang dan teknik sipil. Pengenalan aplikasi Dips disini terbatas pada

penggunaan DIPS untuk penentuan arah umum diskontinuitas pada struktur

geologi dan potensi jenis longsoran yang terbentuk.

2.2 Langkah Kerja

2.2.1 Langkah Kerja Analisis Longsoran Bidang

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 17

Page 18: gustut kolaka

Analisis longsoran yang digunakan untuk semua jenis longsoran disini

berdasarkan dari Goodman 1980.

1. Buka Program Dips, Kemudian Klik File → New, Kemudian akan muncul

tampilan seperti ini :

Secara default pada program Dips, data masukan berupa Dip/Dip direction.

Kemudian tambahkan baris atau kolom jika tersedia data lapangan yang lebih

lengkap.

2. Klik kanan pada judul kolom paling kanan → add column → ketikkan nama

kolom yang diinginkan. Kemudian tambahkan kolom lain dengan nama JS,

Kemenerusan, Kekasaran, Isian, JRC, Bukaan, JCS, Kekuatan Bidang, Laluan.

3. Klik Setup → Job Control, kemudian pada “Project Title” ketik nama project.

Misal Ida Bagus Ketut Dwija Putra M 112130099

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 18

Page 19: gustut kolaka

4. Klik View Pole Plot

5. Menyesuaikan Penggunaan Stereonet. Klik Setup → Stereonet Option pada

Projection pilih Equal Area, lalu OK

6. Klik kanan Title

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 19

Page 20: gustut kolaka

7. Klik View, lalu pilih Contour Plot

8. Klik kanan, lalu pilih Contour Option, klik Lines

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 20

Page 21: gustut kolaka

9. Pilih Select, lalu pilih  Add Plane .Pada Contour Plot, letakkan kursor bebas,

kemudian klik kiri pada mouse. Kemudian akan muncul dialog Add Plane.

Isikan kolom Label pada Add Plane dialog dengan ( LERENG ).Jika tidak

ingin memunculkan Label pada Pole Plot, hilangkan tanda centang pada ID

dan Pole. Isikan Dip/DipDirection dengan nilai 60º/N 268º E, klik OK.

10. Penentuan sudut geser dalam :Pilih Tools, Add Cone atau pada toolbar klik,

Letakkan pada Contour Plot dan isilah poin-poin. Besarnya sudut geser dalam

(900 – 550) = 350

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 21

Page 22: gustut kolaka

11. Klik Sets, Add Set Window lalu plot pada kontur dengan persentase lebih dari

atau sama dengan 4. Beri nama dengan Joint Set 1 dan Joint Set 2.

12. Analisis Longsoran dari gambar dibawah : Longsor Baji

13. Menampilan Grafik Histogram

Klik Chart pada toolbar, akan muncul tampilan berikut ;

Pilih Data yang ingin ditampilkan, misal JCS.

Pilih Set all pada Set Filter untuk menampilkan kondisi permukaan

keseluruhan

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 22

Page 23: gustut kolaka

Pilih Quantitative jika data ingin ditampilkan dalam jumlah data dan

Qualitative jika data ingin ditampilkan dalam kualitas parameter

Pilih Plot Type, Pilih Histogram

Klik OK, akan muncul tampilan berikut :

Dari diatas didapatkan data mean, standard deviasi dan batas minimum hingga

maksimum, kita pilih data mean sebagai penentuan bobot (lihat tabel 3.7.)

mean= 56.3933 Mpa, bobot = 7

14. Histogram Spasi Kekar

Didapatkan mean= 0.7214 m bobot nilai pada pembacaan grafik JS

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 23

Page 24: gustut kolaka

15. RQD ( Rock Quality Designation). RQD hanya diperlukan mean dari data

spasi yaitu 0.7214. Dengan Rumus :

RQD = 100e-0.1λ (0.1λ+1), dan λ = 1/spasi

= 100e-0.1(1.3861) {0.1(1.3861)+1}

= 99. 12 %. Bobot nilai 20

16. Spasi kekar. Nilai mean spasi kekar= 0.7214 m .Jadi dalam pembacaan tabel

RMR didapatkan nilai spasi kekar 15

17. Histogram Kemenerusan (Presistence).

Didapatkan kualitas kemenerusan dengan H= 5 m yaitu < 0,6 H = < 3 m.

Sehingga dari tabel 2.10 bobot nilai = 4

18. Histogram Bukaan ( aperture)

Didapatkan kualitas bukaan dengan mayoritas cd = closed discontinuity

dengan pengamatan lapangan mayoritas berukuran (< 0,1 mm) berdasar tabel

2.5 Sehingga bobot nilainya = 5

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 24

Page 25: gustut kolaka

19. Histogram Kekasaran (JRC)

Didapatkan kualitas kekasaran (JRC) mayoritas 12-14, pada gambar 2.7

termasuk dalam tipe rough. Sehingga bobot nilainya = 5 (lihat tabel 2.10)

20. Histogram Isian ( Filling).

Didapatkan kualitas isian geometri dengan parameter geo(Width, wall

roughness, field sketch) termasuk none. Sehingga bobot nilai = 6 (Lihat tabel

2.10 )

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 25

Page 26: gustut kolaka

21. Histogram Pelapukan (Wheathered)

Didapatkan kualitas dari pelapukan yang ada yaitu mayoritas f = fresh. Sehingga bobot nilainya = 6 (Lihat tabel 2.10)

22. Histogram Kondisi Air Tanah ( Seepage)

Didapatkan kondisi air tanah yaitu rm2 = minor seepage, specify dripping. Sehingga bobot nilainya = 4

23. Hasil histogram keseluruhan untuk perhitungan RMR.

A. Potensi longsoran : Longsoran Bidang

B. Arah umum longsoran : N 108o E

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 26

Page 27: gustut kolaka

C. Arah peledakan : N 108o E

D. Klasifikasi Massa Batuan (RMR)

1. Bobot nilai JCS (Joint Compressive Streght) = 7

2. Bobot nilai RQD (Rock Quality Designation) = 20

3. Bobot nilai Spasi Kekar = 15

4. Bobot nilai kondisi kekar terdiri dari :

a. Kemenerusan (Persistence) = 4

b. Bukaan (Aperture) = 5

c. Kekasaran (JRC/Joint Roughnes Coefisien) = 5

d. Isian (Filling) = 6

e. Pelapukan (Weathered) = 6

5. Kondisi air tanah (Seepage) = 4 +

Bobot nilai RMR, Total = 72

6. RMR koreksi = RMR + bobot nilai orientasi kekar

Disini bobot nilai orientasi kekar = fair, sehingga bobot nilai orientasi

kekar= -25

RMR koreksi = 72-25 = 47 (Fair Rock)

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 27

Page 28: gustut kolaka

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 28

2.3.

1Pol

e Pl

ot

2.3H

asil

Akh

ir

Page 29: gustut kolaka

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 29

2.3.

2Con

tour

Plo

t

Page 30: gustut kolaka

Analisis Potensi Longsoran dan Klasifikasi Massa Batuan 30

2.3.

3Maj

or P

lane

s Plo

t