Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Editor : JalaluddinAzwir
Konsep
MANAJEMENMANAJEMENMANAJEMENBERBASIS SEKOLAH
GUNAWAN IBRAHIM SUFRIADI
i |
GUNAWAN IBRAHIM SUFRIADI
Editor:
Jalaluddin
Azwir
Diterbitkan Oleh:
CV. SEFA BUMI PERSADA
2017
KONSEP MENAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Penulis : GUNAWAN
IBRAHIM SUFRIADI
Hak Cipta © 2017 pada Penulis
Editor : Jalaluddin Azwir
Pracetak dan Produksi : CV. Sefa Bumi Persada
Penerbit: SEFA BUMI PERSADA
Jl. Malikussaleh No. 3 Jakarta email: www.sefabumipersada.com Telp. 085260363550 Cetakan I : Mei 2017 ISBN: 978-623-7648-55-0 Halaman. 110 Ukuran 13,5 x 23 cm
Hak Cipta dilindungi undang-undang.Dilarang memperbanyak atau
memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk
apapun, baik secara elektronis maupun mekanis, termasuk
memfotokopi, merekam atau dengan sistem penyimpanan lainnya,
tanpa izin tertulis dari penerbit
i |
Kata Pengantar
Puji syukur kepala Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunianya kami telah mampu menyusun sebuah buku berjudul
Konsep Menajemen Berbasis Sekolah. Peran kepala sekolah
sebagai pemimpin pendidikan pada level desar untuk
menjalankan roda proses belajar mengajar yang baik. Berbagai
kendala sering dialami oleh kepala sekolah dalam upaya
memajukan sekolah tempat dia mengabdi dengan bermacam
ancaman atau skorsing dari atasan mereka. Ada juga kepala
sekolah yang mendapatkan promosi jabatan karena
mempunyai kemampuan, prestasi dan konmunikasi yang baik
pada semua tingkatan dalam memajukan sekolah. Kita semua
tahu bahwa pendidikan merupakan bagian utama dalam
pembangunan suatu bangsa, dapat menentukn kemajuan
pembangunan sebuah negara. Peran pendidikan saat ini
merupakan investasi dalam pembangunan sumber daya
manusia, dimana peningkatan kecakapan dengan arahan
menajemen yang baik. Kehadiran buku ini dapat membatu
guru, kepala sekolah dan praktisi pendidikan agar menajemen
sekolah dapat dijalalankan secara baik. Fenomena sekarang
banyak kepala sekolah dipilih sesuai selera atasan suatu daerah
tetapi dalam aktivitasnya banyak yang tidak mampu atau
bahkan selalu di roker-roker sesuai selera atasan. Kita
mengharap seorang kepala sekolah mampu membangun iklim
dan budaya sekolah yang kondusif agar kualitas pembelajaran
meningkat sesuai dengan harapan masyarakat. Semoga buku ini
dapat dijadikan acuan atau pedoman bagi kepala sekolah, guru,
pengawas dalam menjalankan menajemen sekolah secara baik.
Semoga...!!
Banda Aceh, 20 Mei 2017
Penulis
| ii
D A F T A R ISI
Kata Pengantar ~ i
BAB 1 PENDAHULUAN ~ 1
1. Manajemen Berbasis Sekolah ~ 5
2. Kepemimpinan Sekolah ~ 8
3. Standar Kepemimpinan Efektif ~ 12
BAB II PERANAN KEAPALA SEKOLAH ~ 21
1. Kepala Sekolah Sebagai Pendidik ~ 23
2. Kepala Sekolah Sebagai Administrasi ~ 36
3. Kepala Sekolah Sebagai atasan ~ 39
BAB III KEPALA SEKOLAH SEBAGAI MITRA KERJA ~ 43
1. Penanggung Jawab Utama ~ 43
2. Pembinaan Disiplin ~ 45
3. Pembinaa Komitmen ~ 49
4. Pembinaan kualitas Guru ~ 56
BAB IV KOMUNIKASI KEPALA SEKOLAH ~ 60
1. Dasar Komunikasi internal ~ 60
2. Fungsi Komunikasi ~ 62
3. Etika dalam Komunikasi ~ 65
4. Teknik komunikasi ~ 68
BAB V MENAJEMEN SEKOLAH EFEKTIF ~ 72
1 Pimpinan Sekolah Efektif ~ 72
2. Indikator Kinerja Kepala Sekolah ~ 80
3. Prestasi Sekolah ~ 83
DAFTAR PUSTAKA
Biodata Penulis
1 |
BAB I
PENDAHULUAN
Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat
memberikan harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa
datang, telah mendorong berbagai upaya dan perhatian
seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah
dan perkembangan dunia pendidikan. Pendidikan sebagai
salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup
manusia pada intinya bertujuan untuk memanusiakan
manusia, mendewasakan manusia, merubah perilaku,
membudayakan manusia dan meningkatkan kualitas menjadi
lebih baik. Pada kenyataannya pendidikan bukanlah suatu
upaya yang sederhana, melainkan suatu kegiatan yang
dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan akan selalu
berubah seiring dengan perubahan zaman, setiap saat
pendidikan selalu menjadi fokus utama perhatian dan
bahkan tidak jarang menjadi sasaran ketidak puasan karena
pendidikan menyangkut kepentingan semua orang. Bukan
hanya menyangkut investasi dan kondisi di masa yang
akan datang, melainkan juga menyangkut kondisi dan
sasaran kehidupan saat ini. Itulah sebabnya pendidikan
merupakan wadah tempat proses pendidikan dilakukan,
memiliki sistem yang komplek dan dinamis. Investigasi
berbagai permasalahan pendidikan di Indonesia oleh DBE
pada tahun 2015 merekomendasikan beberapa strategi yang
perlu dicermati meliputi: menejerial sekolah, kurikulum
dasar, metode dan media dalam proses belajar mengajar yang
efektif, dukungan dari lingkungan sekolah, sumber daya yang
berasas pemerataan, standarisasi hal-hal tertentu,
monitoring, evaluasi dan tes. Strategi tersebut harus menyatu
ke dalam lingkup fungsi pengelolaan sekolah yaitu
| 2
:manajemen kepemimpinan, dengan menempatkan kepala
sekolah sebagai manajer instruksional yang kuat, proses
belajar mengajar, sumber daya manusia, administrasi sekolah
dan mengoptimalkan daya dukung masyarakat. Untuk itu
diperlukan struktur organisasi sekolah yang mengakomodir
semua kepentingan pendidikan.
1. Manajemen Berbasis Sekolah
Penerapan manajemen pendidikan dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan secara efektif dan efisien
perlu didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas.
Dalam hal ini, pengembangan sumber daya manusia merupakan
proses peningkatan kemampuan manusia agar mampu bersaing
di era yang kompetitif saat ini. Rumusan tersebut menunjukkan
bahwa pengembangan sumber daya manusia tidak hanya
sekedar meningkatkan kemampuan, tetapi juga menyangkut
pemanfaatan kemampuan tersebut. Dewasa ini keunggulan
suatu bangsa ditandai dengan keunggulan sumber daya
manusia yang berkorelasi positif dengan mutu pendidikan.
Indikasi mutu pendidikan mengikuti syarat dan ketentuan
utama atas komponen yang harus terdapat dalam pendidikan
meliputi administrasi, proses, sumber daya, tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, komitmen kebersamaan
yang tertulis, (Fasli Jalal dan Dedi Supriadi, 2001).
Pengembangan sumber daya manusia termasuk di
dalamnya adalah peningkatan partisipasi manusia melalui
perluasan kesempatan untuk mendapatkan penghasilan,
peluang kerja, dan berusaha. Proses pengembangan sumber
daya manusia tersebut harus menyentuh berbagai bidang
kehidupan yang harus tercermin dalam pribadi para pemimpin,
termasuk para pemimpin pendidikan seperti kepala sekolah.
Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia
terlebih seorang kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan
di sekolah, merupakan suatu tuntutan untuk meningkatkan
kualitas pendidikan. Dalam konteks otonomi daerah dan
3 |
desentralisasi pendidikan, kepala sekolah merupakan salah
satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini karena ada
hubungannya antara keberhasilan mutu pendidikan di sekolah
dengan mutu kepala sekolah. Oleh sebab itu, dikatakan pula
bahwa keberhasilan suatu sekolah adalah sekolah yang
memiliki pemimpin yang berhasil. Sebagaimana pendapat dari
(Ahmad. S, 2014) mengemukakan bahwa kepemimpinan
merupakan salah satu dimensi kompetensi yang sangat
menentukan terhadap kinerja atau keberhasilan organisasi.
Ketercapaian mutu dan tujuan pendidikan sangat bergantung
pada kecakapan dan kebijaksanaan kepemimpinan kepala
sekolah yang merupakan salah satu pemimpin pendidikan.
Banyak pakar pendidikan menyatakan bahwa pemimpin
sekolah adalah mereka yang dilukiskan sebagai orang yang
memiliki harapan tinggi terhadap staf dan para siswa,
pemimpin sekolah adalah mereka yang banyak mengetahui
tentang tugastugas. Berdasarkan pernyataan tersebut, betapa
pentingnya kualitas kepemimpinan kepala sekolah di dalam
mencapai keberhasilan suatu sekolah. Kepala sekolah
merupakan seorang pejabat yang profesional dalam organisasi
sekolah yang bertugas mengatur semua sumber organisasi dan
bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk
mencapai tujuan pendidikan. Dengan keprofesionalan kepala
sekolah ini, pengembangan profesionalisme tenaga
kependidikan mudah dilakukan karena sesuai dengan
fungsinya, kepala sekolah memahami kebutuhan sekolah yang
ia pimpin sehingga kompetensi guru tidak hanya terbatas pada
kompetensi yang ia miliki sebelumnya, melainkan bertambah
dan berkembang dengan baik sehingga profesionalisme guru
akan terwujud. Perilaku kepala sekolah terletak pada
melakukan pekerjaan memimpin (Azhari, U. L., & Kurniady, D.
A. 2016). Sedangkan pola kepemimpinan kepala sekolah pada
hakikatnya adalah usaha kepala sekolah mempengaruhi,
| 4
mendorong, membimbing, mengarahkan dan menggerakkan
guru, siswa, orang tua siswa dan pihak lain yang terkait untuk
berperan serta guna mencapai tujuan sekolah yang telah
ditetapkan.
Dalam melaksanakan kepemimpinannya dituntut untuk
mencapai keberhasilan dalam berbagai hal yang meliputi
keberhasilan dalam mengelola sekolah, keberhasilan dalam
kegiatan 3 pembelajaran, mengelola ketenagaan, mengelola
sarana dan prasarana, mengelola keuangan, mengelola
lingkungan sekolah, serta mengelola hubungan sekolah dengan
masyarakat. Kemudian menurut (Ekosiswoyo, R. 2016)
menyebutkan bahwa kepala sekolah profesional dalam
paradigma baru manajemen pendidikan akan memberikan
dampak positif dan perubahan yang cukup utama dalam
pembaharuan sistem pendidikan di sekolah, Dampak tersebut
antara lain terhadap mutu pendidikan, kepemimpinan sekolah
yang kuat, pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif,
budaya mutu, teamwork yang kompak, cerdas, dan dinamis,
kemandirian, partisipasi warga sekolah dan masyarakat,
transparansi manajemen, kemauan untuk berubah (psikologis
dan fisik), evaluasi dan perbaikan berkelanjutan, responsif dan
antisipatif terhadap kebutuhan, akuntabilitas, dan
sustainabilitas. Tugas kepala sekolah diantaranya adalah
sebagai pendidik dan pemimpin. Dalam melakukan fungsinya
sebagai edukator, kepala sekolah harus memiliki strategi yang
tepat untuk meningkatkan profesionalisme tenaga
kependidikan di sekolahnya. Sedangkan peran kepala sekolah
sebagai pemimpin dalam penyelenggaraan pendidikan
mempunyai posisi sentral dan strategis, khususnya dalam
menjadikan tujuan pendidikan nasional sebagai prioritas utama
yang harus dijangkau secara optimal (Ginting, R., & Haryati, T.
2016).
Segala proses penyelenggaraan tugas-tugas kependidikan
sangat bergantung pada kemampuan kepala sekolah dalam
5 |
melaksanakan fungsinya sebagai seorang pemimpin di sekolah.
Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus
bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kelancaran
pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Oleh
karena itu kepala sekolah mempunyai peranan penting dan
tanggung jawab yang berat, sehingga memerlukan suatu
kecakapan yang tinggi dalam berbagai bidang terutama pada
profesi yang diembannya selaku pemimpin dan pengelola
dalam pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah. Seorang
kepala Sekolah yang mampu menjalankan roda organisasi
secara keseluruhan dinilai dalam kategori sukses, sebab
mampu memenuhi segala kriteria yang ada. Syarat
kepemimpinan kepala sekolah dalam penelitian ini secara
keseluruhan cukup. Semua kepala sekolah sudah memenuhi
syarat pemimpin pendidikan ini. Tipe-tipe kepemimpinan
kepala sekolah secara umum berada pada katagori sedang.
Keterampilan kepemimpinan kepala sekolah hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa syarat pemimpin
pendidikan dikualifikasikan cukup. Sebagai acuan untuk
menjadi lebih baik, menambah wawasan dan pengetahuan.
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau acuan
dalam mengembangkan pola pengelolaan program sekolah.
Meningkatkan kualifikasi seorang kepala sekolah karena ada
keterampilan atas kepemimpinannya dari prestasi sekolah
dengan maksimal kerja para guru. Dalam pandangan
(Ibrahim,Nurahimah Mohd Yusoff & Mohd Isha Awang. 2016)
beliau menyebutkan bahwa ”kepemimpinan kunci keberhasilan
sekolah”. Kalimat itu berarti bahwa peran kepala sekolah
sebagai pemimpin sangat besar terhadap keberhasilan sekolah
mencapai tujuan sekolah yang berhasil apabila mereka
memahami.Keberadaan sekolah sebagai organisasi yang
komplek dan unik, serta mampu melaksanakan peranan kepala
sekolah sebagai seorang yang diberi tanggungjawab untuk
memimpin sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah mempunyai
| 6
peran dan pengaruh di dalam kehidupan sekolah, walaupun
kepala sekolah bukan merupakan seorang pemimpin yang
memiliki kekuasaan mutlak dalam lingkungan kepala
sekolah.Sekarang ini sudah banyak sekolah yang oleh
pimpinannya diberikan instruksi, bahwa semua unsur dalam
suatu lembaga pendidikan adalah pendukung keberhasilan
pengelolaan pembelajaran di lembaga pendidikan
tersebut.Bagaimana juga kepala sekolah merupakan salah satu
kunci penting sukses tidaknya pengelolaan pembelajaran di
dalam suatu sekolah. Guru dalam hal ini mempunyai
tanggungjawab yang besar terhadap pembentukan pribadi
peserta didik, karena guru yang melakukan transfer budaya
didalam kelas, dengan begitu guru merupakan contoh teladan
bagi peserta didiknya.
Pembelajaran dan perkembangannya merupakan bagian
integral dalam bidang manajemen kurikulum dan
penerapannya di sekolah saat ini yang semakin banyak
ditekuni, terutama oleh para ahli ilmu pendidikan, tenaga
professional kependidikan, tenaga peneliti dan para pengelola
pendidikan pada berbagai jenjang pendidikan. Kesadaran
mengenai pentingnya kemampuan dan keahlian dalam bidang
pembelajaran ini sesungguhnya sejalan dengan semakin cepat
dan bertambah kompleksnya perkembangan dunia pendidikan,
yang merupakan implikasi dan konsekuensi logis dari
eksploitasi dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi, sosio-kultural, keberhasilan dalam pengendalian
penduduk dan anspirasi masyarakat yang dimungkinkan oleh
suasana keterbukaan dan komunikasi dua arah secara timbal
balik yang berkembang dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Kepala sekolah dikatakan berhasil
dalam pembelajaran bergantung pada kinerja guru, aktivitas
siswadan faktor faktor tertentu lainnya. Pembelajaran yang
berkualitas dapat diwujudkan oleh guru yang mempunyai
kualitas dan kompetensi yang tinggi dalam melaksanakan
7 |
kewajibannya. Jika pembelajaran yang dilakukan guru
berkualitas, maka lulusan yang dihasilkan akan berkualitas
pula. Sebaliknya, jika pembelajaran yang dilakukan tidak
berkualitas, maka lulusan yang dihasilkan juga tidak akan
berkualitas. Presasi itu akan berdampak pada kemampuan
lulusan dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat di
era globalisasi ini karena orang tua perlu kualitas (Ibrahim &
Jalaluddin, 2016).
Sedangkan dalam pandangan pakar manajemen bagusnya
kinerja guru dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal”.Faktor internal kinerja guru adalah faktor yang
datang dari dalam diri guru yang dapat mempengaruhi
kinerjanya, contohnya ialah gaji, sarana dan prasarana,
lingkungan kerja fisik, dan kepemimpinan. Faktor-faktor
tersebut akan terus menerus memengaruhi guru sehingga akan
lebih dominan dalam menentukan seberapa baik kinerja guru
dalam melaksanakan tugasnya profesional.
Upaya pengembangan kualitas mempunyai tujuan sebagai
berikut: (1) memberi kemudahan bagi guru untuk melanjutkan
pendidikan guna meningkatkan SDM (2) memberi tunjangan
guru yang telah dianggarkan oleh dinas pendidikaan yang
mengajar lebih dari 18 jam/minggu diberi honor tambahan jam
mengajar, (3) memberi dispensasi kepada guru yang mengikuti
pelatihan, seminar, dan jenis pelatihan lainnya yang bertujuan
untuk meningkatkan kualitas guru, (4) memberikan
kemudahan bagi guru yang akan naik pangkat sepanjang telah
memenuhi target angka kredit dan peraturan yang telah
ditetapkan oleh dinas pendidikan, (5) memberikan kemudahan
bagi guru yang akan memperoleh kenaikan gaji atau tunjangan
berkala (Asmarani, N. 2014; Jalaluddin, 2015).
Dalam hal pengembangan SDM guru maka kepala sekolah
memberikan kemudahan dan subsidi anggaran . Hal ini terlihat
apabila ada guru yang ikut pelatihan diberi kesempatan oleh
kepala sekolah, karena hal ini dapat menambah pengetahuan
| 8
guru, sehingga dapat diterapkan dalam proses pembelajaran di
sekolah. Para guru dalam mengikuti pelatihan dan penataran
juga dibiayai oleh sekolah, hal ini adanya perhatian komite
dalam menanggulangi kesulitan dalam hal keuangan yang
dirasakan oleh guru. Semua ini dilakukan demi terwujudnya
kemampuan guru yang lebih baik untuk meningkatkan prestasi
kerja.Kelompok kerja guru dan musyawarah guru mata
pelajaran perlu diaktifkan secara serempak untuk
pengembangan kualitas guru. Program efektivitas kegiatan
musyawarah guru mata pelajaran maka dilakukan diskusi pada
awal semester bisanya kepala sekolah mengundang guru untuk
menbicarakan masalah ini. Musyawarah guru mata pelajaran
masih tetap menjadi salah satu sarana pengembangan mutu
guru atau menjadi pengendali kualitas dalam proses
pembelajaran. Dalam musyawarah itu ada tujuan utama untuk
penyamaan visi dan komitmen untuk perbaikan kualitas
sekolah sesuai dengan arahan pimpinan yang mereka jabarkan
dalam proses belajar mengajar (Hardono, Haryono, A. Y. 2017).
2.Kepemimpinan Sekolah
Definisi dari kepemimpinan sekolah merupakan bagian
terpenting dalam pelaksanaan pengelolaan sekolah.
Pengelolaan sekolah yang dipimpin oleh kepala sekolah akan
tergambar atau tercermin dari hasil belajar siswa. Ada berapa
hal yang dapat mempengaruhi kepemimpinan kepala sekolah
antara lain, (1) harus memiliki pengetahuan tentang
manajemen, (2) memiliki ketahananmalangan dalam
melaksanakan tugas lain, (3) memiliki budaya organisasi.
Komponen yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas
pendidikan adalah tenaga kependidikan dalam hal ini guru yang
mempunyai peran strategis dalam membentuk pengetahuan,
keterampilan dan karakter siswa. karena pemimpin diartikan
sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok
atau individu dan mengarahkannya untuk mencapai tujuan
9 |
tertentu (Yuliandri dan Kristiawan, 2017). Seluruh kegiatan
tersebut dapat dikatakan sebagai usaha mempengaruhi
perasaan, pikiran dan tingkah laku orang lain ke arah
pencapaian suatu tujuan. Kepemimpinan di dalam lembaga
pendidikan berkaitan dengan bagaimana kepala sekolah
mampu untuk mendorong kinerja para guru serta
menunjukkan sifat yang bersahabat, dekat, perhatian, serta
penuh pertimbangan terhadap para guru baik secara kelompok
maupun secara individual.
Selanjutnya pendapat dari (Mahyiddin & Ibrahim, 2017)
bahwa seorang pemimpin diharapkan dapat memengaruhi
kelompok orang atau individu lain agar dapat melakukan tugas
secara sukarela untuk mencapai tujuan tertentu. Berarti
seorang kepala sekolah harus mampu memengaruhi guru dan
staf pegawainya untuk melakukan tugas dengan baik. Jika
kepala sekolah tidak mampu untuk memengaruhi bawahanya,
maka kepemimpinannya termasuk gagal, dan akibatnya
perjalanan didalam tubuh organisasi tersebut tidak dapat
berjalan sebagaimana mestinya.
Bahwa kepemimpinan itu didefinisikan sebagai suatu
proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-
kegiatan dari kelompok anggota yang saling berhubungan
tugasnya. Sedangkan menurut (Aprilana et.al, 2017))
kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi
kelompok menuju pencapaian sasaran. Sedangkan Menurut
Kartini kartono (1982: 34) pemimpin adalah seseorag pribadi
yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan
kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi
orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.
Jadi dari berbagai definisi di atas, dapat ditarik suatu
pengertian bahwa kepemimpinan adalah kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi, menggerakan, dan
| 10
mengarahkan tingkah laku orang lain atau kelompok untuk
mencapai tujuan kelompok.
Menurut (UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi
Akademik dan Profesi Guru, dan Permendiknas No. 13 Tahun
2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah), salah satu
simpul yang sangat strategis dan sejalan dengan tuntutan
pembaharuan sistem manajemen sebagai upaya membangun
standarisasi pendidikan nasional di era global adalah masalah
profesionalisme guru dan kepemimpinan pendidikan. Oleh
karena itu, pendidikan yang berkualitas sangat membutuhkan
guru yang profesional sehingga nantinya akan menghasilkan
lulusan yang lebih berkualitas juga. Menjadi guru yang
profesional tidak akan terwujud begitu saja tanpa ada upaya
untuk meningkatkannya, salah satunya dengan adanya
dukungan dari kepala sekolah yang merupakan pihak yang
mempunyai peran penting dalam hal ini, karena kepala sekolah
berhubungan langsung dengan pelaksanaan program
pendidikan di sekolah. Tujuan pendidikan dapat tercapai
bergantung pada keahlian dan kebijaksanaan kepemimpinan
kepala sekolah secara efektif dalam mengatur semua sumber di
sekolah dalam menjalankan fungsinya di sekolah dan mendidik
siswa. Dengan keefektifan kepala sekolah, pengembangan
profesionalisme guru mudah dilaksanakan karena kepala
sekolah memahami kebutuhan sekolah yang ia pimpin sehingga
kompetensi guru tidak hanya terbatas pada kompetensi yang
mereka punyai sebelumnya, melainkan berkembang dengan
baik sehingga profesionalisme guru akan terwujud. Dalam
laporan Bank Dunia tahun 2016 salah satu penyebab makin
menurunnya mutu pendidikan persekolahan di Indonesia
adalah kurangnya profesionalisme kepala sekolah sebagai
manajer pendidikan di tingkat lapangan (Aprilana, 2017;
Depertemen Pendidikan Nasional, 2014). Aspek pendidikan dan
pelatihan semakin penting dan mendesak dalam meningkatkan
11 |
kualitas guru agar mempunyai kemampuan manajerial dan
teknis fungsional untuk memengaruhi efektivitas pelayanan
publik. Guru profesional tidak hanya menguasai bidang ilmu
dan cara pengajaran, akan tetapi mampu memotivasi siswa dan
membelajarkan siswa secara efektif serta memiliki
keterampilan tinggi dan wawasan luas terhadap dunia
pendidikan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005,
bahwa kompetensi guru sebagai agen pembelajaran meliputi:
1) kompetensi pengetahuan 2) kompetensi kepribadian, 3)
kompetensi profesional dan 4) kompetensi sosial. Profesional
guru didukung oleh cara kepemimpinan kepala sekolah yang
efektif.
Selanjutnya pakar manejemen pendidikan (Sagala Syaiful,
2015) bahwa tipe kepemimpinan merupakan pola perilaku
seorang pemimpin yang khas pada saat mempengaruhi anak
buahnya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan,
cara pemimpin bertindak dalam mempengaruhi anggota
kelompok membentuk gaya kepemimpinannya. Pemaksaan
kehendak oleh atasan mestinya tidak dilakukan. Namun
pemimpin dalam menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat
merupakan tindakan yang bijaksana kepada bawahan, maka
akan terjadi kegagalan dalam pencapaian tujuan organisasi.
Selanjutnya gaya kepemimpinan digunakan dalam berinteraksi
dengan bawahannya, masing-masing memiliki status yang
berbeda. Interaksi dua status berbeda dapat terjadi, jika status
pemimpin dapat memahami situasi bawahannya. Secara umum,
bawahan merasa terlindungi oleh kepemimpinan jika
pemimpin dapat menenangkan hati bawahan terhadap tugas
yang diberikan kepadanya, Bawahan umumnya lebih senang
menerima atasan yang mengayomi bawahan sehingga perasaa
senang akan tugas timbul,bawahan umumnya merasa
dilindungi oleh pimpinan apabila pimpinan dapat menyejukkan
hati bawahan terhadap tugas dibebankan kepadanya. Cara
berinteraksi oleh pimpinan akan mempengaruhi tujuan
| 12
organisasi. Bawahan umumnya lebih senang menerima atasan
yang mengayomi bawahan sehingga perasaa senang akan tugas
timbul, yang pada akhirnya meningkatkan kinerja karyawan.
Banyak para ahli menyebutkan gaya adalah sikap, geak-gerik,
atau lagak yang menandai ciri seseorang. Dalam hal ini
pengertian gaya kepemimpinan bisa bermacam-macam , akan
tetapi pada dasarnya masih mempunyai benang merah yang
sama: (1) Gaya Kepemimpinan adalah sikap, gerak-gerik atau
lagak yang dipilih oleh seorang pemimpin dalam menjalankan
tugasnya. (2) Gaya Kepemimpinan adalah suatu pola perilaku
yangb konsisten yang ditunjukkan pemimpin dan diketahui
pihak lain ketika pemimpin berusaha mempengaruhi kegiatan-
kegiatan orang lain. (3) Gaya Kepemimpinan adalah pola
perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh
seorang pemimpin. Gaya kepemimpinan yang dimaksud adalah
teori kepemimpinan dari pendekatan perilaku pemimpin. Dari
satu aspek pendekatan ini masih fokus lagi pada gaya
kepemimpinan (leadership style), karena gaya kepemimpinan
merupakan bagian dari pendekatan perilaku pemimpin yang
berfokus pada proses dinamika kepemimpinan dalam upaya
mempengaruhi aktivitas individu untuk mencapai tujuan dalam
suatu situasi khusus (Dedi Permadi, 2014).
3. Kepimimpinan Sekolah Efektif
Salah satu persoalan yang sedang dihadapi bangsa
indonesia adalah persoalan tentang krisis kepemimpinan. Krisis
kepemimpinan terutama terjadi di kalangan pejabat
pemerintah. Hal tersebut terjadi ketika sebuah kebijakan yang
pernah dikeluarkan pemerintah, kecenderungan merupakan
hasil dari sebuah kompromi politik. Atas hal tersebut
berpengaruh kepada kebijakan di bidang pendidikan. Berbagai
usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan
nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan
peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat
13 |
pelajaran, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan
meningkatkan mutu manajemen sekolah. Berdasarkan masalah
di atas, maka berbagai pihak mempertayakan apa yang salah
dalam penyelenggaraan pendidikan Indonesia dan
kepemimpinannya.
Pada bidang pendidikan, berbagai pengamat, ahli, dan
pakar, berpendapat ada berbagai faktor yang menyebabkan
mutu pendidikan kita mengelami peningkatan secara merata.
Pertama, kebijakan dan operasi pendidikan nasional
menggunakan pendekatan fungsi produksi pendidikan atau
analisis input-output yang tidak dilakukan secara konsisten.
Pendekatan ini melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi
sebagai pusat produksi yang, jika diisi dengan semua input yang
diperlukan dalam kegiatan produksi, lembaga akan
menghasilkan output yang diinginkan.
Pada bidang pendidikan, berbagai pengamat, ahli, dan
pakar, berpendapat endekatan ini m pengadaan buku dan alat
pelajaran, maka mutu pendidikan secara otomatis akan terjadi
peningkatan. Kedua, pelaksanaan pendidikan nasional
dilakukan secara birokratis secara terpusat, administrasi
pendidikan tergantung pada keputusan birokrasi. Kebijakan
dan keputusan birokrasi sangat panjang dan tidak sesuai
dengan kondisi sekolah setempat. Kemudian akses dari
birokrasi yang panjang dan sentralisasi, sekolah menjadi tidak
mandiri, kurangnya kreativitas dan gairah kerja. Ketiga, tiada
partisipasi masyarakat di sekitar sekolah, terutama orang tua
dalam administrasi pendidikan, partisipasi orang tua sejauh ini
terbatas pada dana pendukung, tetapi tidak terlibat dalam
proses pendidikan seperti membuat keputusan, memantau,
mengevaluasi dan akuntabilitas, sehingga sekolah tidak
memiliki beban dan tanggung jawab atas hasil pelaksanaan
pendidikan kepada masyarakat / orang tua sebagai pemangku
kepentingan yang berkepentingan dengan pendidikan.
Keempat, krisis kepemimpinan, di mana kepala sekolah
| 14
cenderung tidak demokratis, sistem kebijakan topdown baik
dari kepala sekolah terhadap guru atau birokrasi di atas kepala
sekolah ke sekolah. Sekolah adalah salah satu pusat pendidikan
yang dituntut untuk dapat membuat output yang unggul,
mengutip pendapat Gorton tentang sekolah yang ia
berargumen, bahwa sekolah adalah sistem organisasi, di mana
ada sejumlah orang yang bekerja bersama dalam rangka untuk
mencapai tujuan sekolah yang dikenal sebagai tujuan
instruksional (Mulyasa, E. 2008). Seperti yang dikatakan
(Iskandar, U. 2015) bahwa pemimpin juga memainkan peran
penting dalam membantu kelompok organisasi, atau
masyarakat, mencapai tujuan mereka. Namun, kemampuan dan
keterampilan kepemimpinan dalam mengarahkan merupakan
faktor penting dalam efektivitas manajer.
Jika organisasi dapat mengidentifikasi kualitas yang
terkait dengan kepemimpinan dalam kemampuan untuk
mengidentifikasi perilaku dan teknik kepemimpinan yang
efektif. Sebuah. Kepemimpinan dalam bahasa Inggris disebut
kepemimpinan berarti menjadi pemimpin kekuatan memimpin
atau kualitas pemimpin. Dalam bahasa, makna kepemimpinan
adalah kekuatan atau kualitas seorang pemimpin dalam
mengarahkan apa yang ia pimpin untuk mencapai tujuan.
Seperti manajemen, kepemimpinan, atau kepemimpinan telah
ditentukan oleh banyak pakar termasuk ahli hukum yang
berpendapat bahwa "kepemimpinan manajerial dapat
didefinisikan sebagai proses mengarahkan pengaruh pada
kegiatan sekelompok anggota yang terkait dengan tugas
mereka". b. Kepemimpinan adalah bagian penting dari
manajemen, tetapi tidak sama dengan manajemen.
Kepemimpinan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang
untuk memengaruhi orang lain agar bekerja menuju sasaran
dan sasaran mereka.
Manajemen mencakup kepemimpinan tetapi juga
mencakup fungsi-fungsi lain seperti perencanaan,
15 |
pengorganisasian, pemantauan dan evaluasi. c. Kepemimpinan
atau kepemimpinan secara umum menunjukkan proses
kegiatan dalam hal memimpin, membimbing, mengendalikan
perilaku, perasaan dan perilaku terhadap orang lain yang
berada di bawah pengawasan mereka. Model dalam
kepemimpinan adalah perilaku pemimpin yang digunakan
untuk mempengaruhi kegiatan orang-orang yang dipimpin
untuk mencapai tujuan dalam situasi organisasi dapat berubah
bagaimana pemimpin mengembangkan program organisasinya,
menegakkan disiplin yang sejalan 15 dengan tata tertib yang
telah dibuat, memperhatikan bawahannya dengan
meningkatkan kesejahteraanya serta bagaimana pimpinan
berkomunikasi dengan bawahannya (Karweti, E. 2016).
Pemimpin yang bijak biasanya lebih memperhatikan
kondisi bawahan untuk mencapai tujuan organisasi. Gaya yang
digunakan diterima dengan hangat oleh bawahan sehingga
proses mempengaruhi bawahan berjalan dengan baik dan di
satu sisi timbul kesadaran untuk bekerja sama dan bekerja
secara produktif. Berbagai cara untuk mempengaruhi bawahan
ini demi kepentingan pemimpin, yaitu tujuan organisasi.
Pemimpin dalam mencapai tujuan yang ditetapkan dalam tugas
dan fungsi, melalui proses komunikasi dengan bawahan sebagai
dimensi dalam kepemimpinan dan teknik untuk
memaksimalkan pengambilan keputusan. Pola dasar gaya
kepemimpinan lebih mementingkan pelaksanaan tugas oleh
bawahannya, menuntut penyelesaian tugas yang diberikan
kepadanya sesuai dengan keinginan kepemimpinan. Pemimpin
menuntut setiap anggota sebagaimana adanya, memberikan
perhatian besar dan keinginan kuat untuk melaksanakan
tugasnya.
Pemimpin mengasumsikan bahwa jika setiap anggota
melakukan tugasnya secara efektif dan efisien, tentunya hasil
yang diharapkan akan tercapai sebagai kombinasi dari hasil
yang dicapai oleh masing-masing anggota. Dalam pandangan
| 16
(Kasidah, M. A. B, 2017) bahwa gaya kepemimpinan dirancang
untuk memprioritaskan pelaksanaan kerja sama, pemimpin
percaya bahwa dengan kerja sama yang intensif, efektif, dan
efisien, semua tugas dapat dilakukan secara optimal. Eksekusi
dan bagaimana tugas dilakukan berada di luar perhatian
pemimpin, karena yang penting hasilnya adalah bukan
prosesnya.
Tetapi jika hasilnya tidak seperti yang diharapkan, tidak
ada pilihan lain, selain mengubah orang itu terlepas dari siapa
orang itu. Pola dasar ini menggambarkan kecenderungan, jika
di dalam organisasi tidak ada yang mampu, mencari pengganti
dari luar meskipun mereka harus merekrut dan membayar
tinggi. Para pemimpin hanya membuat beberapa keputusan
penting di tingkat tertinggi dengan pemahaman konseptual.
Pemimpin yang efektif dalam organisasi menggunakan
desentralisasi dalam mengambil keputusan
a. Kepemimpinan dalam bahasa inggris disebut
leadership berarti being a leader power of leading atau the
qualities of leader. Secara bahasa, makna kepemimpinan itu
adalah kekuatan atau kualitas seseorang pemimpin dalam
mengarahkan apa yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan.
Seperti halnya manajemen, kepemimpinan atau leadership
telah didefinisikan oleh banyak para ahli antaranya adalah
Stoner mengemukakan bahwa “ kepemimpinan manajerial
dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengarahkan
pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok
anggota yang salain berhubungan dengan tugasnya” .
b. Kepemimpinan adalah bagian penting manajemen,
tetapi tidak sama dengan manajemen. Kepemimpinan
merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk
mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan
sasaran. 13 Manajemen mencakup kepemimpinan tetapi juga
mencakup fungsi-fungsi lainnya seperti perencanaan,
penorganisasian , pengawasan dan evaluasi.
17 |
c. Kepemimpinan atau leadership dalam pengertian
umum menunjukkan suatu proses kegiatan dalam hal
memimpin, membimbing, mengontrol perilaku, perasaan serta
tingkah laku terhadap orang lain yang ada dibawah
pengawasannya. Model dalam kepemimpinan ialah tingkahlaku
pemimpin yang digunakan untuk mempengaruhi aktuivitas
orang-orang yang dipimpin untuk mencapai tujuan dalam suatu
situasi organisasinya dapat berubah bagaimana pemimpin
mengembangkan program organisasinya, menegakkan disiplin
yang sejalan 15 dengan tata tertib yang telah dibuat,
memperhatikan bawahannya dengan meningkatkan
kesejahteraanya serta bagaimana pimpinan berkomunikasi
dengan bawahannya (Karweti, E. 2016).
Pemimpin yang bijaksana umumnya lebih
memperhatikan kondisi bawahan guna pencapaian tujuan
organisasi. Gaya yang akan digunakan mendapat sambutan
hangat oleh bawahan sehingga proses mempengaruhi bawahan
berjalan 16 baik dan disatu sisi timbul kesadaran untuk bekerja
sama dan bekerja produktif. Bermacam-macam cara
mempengaruhi bawahan tersebut guna kepentingan pemimpin
yaitu tujuan organisasi. Pimpinan dalam pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan pada tugas dan fungsi, melalui proses
komunikasi dengan bawahannya sebagai dimensi dalam
kepemimpinan dan teknik-teknik untuk memaksimalkan
pengambilan keputusan.
Pola dasar terhadap gaya kepemimpinan yang lebih
mementingkan pelaksanaan tugas oleh para bawahannya,
menuntut penyelesaian tugas yang dibebankan padanya sesuai
dengan keinginan pimpinan. Pemimpin menuntut setiap
anggota seperti dirinya, menaruh perhatian yang besar dan
keinginan yang kuat dalam melaksanakn tugas-tugasnya.
Pemimpin beranggapan bahwa bila setiap anggota
melaksanakan tugasnya secara efektif dan efisien, pasti akan
| 18
dicapai hasil yang diharapkan sebagai penggabungan hasil yang
dicapai masing-masing anggota.
Dalam pandangan (Kasidah, M. A. B, 2017) bahwa gaya
kepemimpinan yang berpola untuk mementingkan pelaksanaan
kerjasama, pemimpin berkeyakinan bahwa dengan kerjasama
yang intensif, efektif, dan efisien, semua tugas dapat
dilaksanakan secara optimal. Pelaksanakan dan bagaimana
tugas dilaksanakan berada diluar perhatian pemimpin, karena
yang penting adalah hasilnya bukan prosesnya. Namun jika
hasilnya tidak seperti yang diharapkan, tidak ada pilihan lain,
selain mengganti pelaksananya tanpa menghiraukan siapa
orangnya. Pola dasar ini menggambarkan kecenderungan, jika
dalam organisasi tidak ada yang mampu, mencari pengganti
dari luar meskipun harus menyewa serta membayar tinggi.
Pemimpin hanya membuat beberapa keputusan penting pada
tingkat tertinggi dengan pemahaman yang 17 konseptual.
Pemimpin yang efektif dalam organisasi menggunakan
desentralisasi dalam membuat keputusannya. Untuk
memahami gaya kepemimpinan, sedikitnya dapat dikaji dari
tiga pendekatan utama yaitu pendekatan sifat, perilaku, dan
situasioanal.
Sementara itu pakar pendidikan (Katuuk, D. A. 2014)
menyebutkan ada pendekatan dengan sifat mencoba
menerangkan sifat-sifat yang membuat seseorang berhasil.
Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa individu
merupakan pusat kepemimpinan. Penganut pendekatan sifat ini
berusaha mengidentifikasikan sifat-sifat kepribadian yang
dimiliki oleh pemimpin yang berhasil dan yang tidak berhasil.
Proses pendekatan sifat berpendapat bahwa terdapat sifat-sifat
tertentu, seperti kekuatan fisik atau keramahan yang esensial,
pada kepemimpinan yang efektif. Menurut arahan dari
(Krismanda, M. A., & Lukitasari, S. W. 2015) dengan demikian,
ada seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat bawahan yang
membedakannya dari yang bukan pemimpin. Pendekatan ini
19 |
menyarankan beberapa syarat yang harus dimiliki pemimpin :
1) Kekuatan fisik dan susunan syaraf 2) Penghayatan terhadap
arah dan tujuan 3) Antusiasme 4) Keramahtamahan 5)
Integritas 6) Keahlian teknis 7) Kemampuan mengambil
keputusan 18 8) Intelegensia 9) Keterampilan memimpin 10)
Kepercayaan atas pimpinan.
Selanjutnya kepala sekolah memiliki peran yang kuat
dalam koordinasi, memobilisasi dan menyelaraskan semua
pendidikan sumber daya yang tersedia. Kepemimpinan kepala
sekolah adalah salah satu faktor yang dapat mendukung
sekolah untuk dapat merealisasikan visi, misi, tujuan dan tujuan
sekolah. Guru dan Komite sekolah perlu bersama-sama
berkolaborasi dalam melaksanakan kegiatan belajar siswa serta
perencanaan pengajaran dan pembelajaran. Tampaknya bahwa
sekolah, guru, dan Komite Sekolah masih kurang dalam
kemampuan mereka untuk memanfaatkan sumber daya
sekolah. Peran pemimpin sekolah dapat pula meranang
pengembangan partisipasi/peran serta masyarakat di
antaranya: 1) Mengadakan pertemuan rutin dengan orang tua
siswa dalam rangka meningkatkan kerjasama sekolah dengan
masyarakat, 2) Menyusun rencana pertemuan dengan komite
sekolah dan pihak lain yang mendukung kelancaran sekolah.
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun
2003 Komite sekolah dan madrasah berperan meningkatkan
kualitas pelayanan pendidikan melalui: “1) nasihat/solusi, 2)
pengarahan, 3) bantuan personalia, material, dan fasilitas,
maupun pengawasan”. Selanjutnya Iskandar, U. 2015) bahwa
masyarakat diharapkan secara sungguh-sungguh memberikan
masukan yang sesuai dengan kemampuannya demi kemajuan
pendidikan di daerahnya. Peningkatan kualitas sekolah
diperoleh melalui partisipasi masyarakat, pimpinan sekolah
yang efektif, manajemen sekolah yang transparan, ada
peningkatan profesionalisme guru, adanya penghargaan yang
wajar serta sanksi sebagai hukuman yang dapat mnciptakan
| 20
suasana kondusif di sekolah. Setelah pendekatan sifat
kepribadian, perhatian para pakar berbalik dan mengarahkan
studi mereka atas perilaku pemimpin atau kepala sekolah.
21 |
BAB II
PERANAN KEAPALA SEKOLAH
Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru
yang diberi peran untuk tugas memimpin suatu sekolah
dimana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat
dimana terjadi interaksi antara para guru yang memberi
pelajaran dan siswa yang menerima pelajaran (Krismanda, M.
A., & Lukitasari, S. W. 2015). Kepala sekolah adalah seseorang
yang memimpin sekolah. Sukses tidaknya sekolah tergantung
dari kepala sekolah. Banyak model kepemimpinan yang dapat
diterapkan di sekolah. Telah banyak hasil kajian yang dapat
menyimpulkan bahwa kepala sekolah yang memfokuskan
pembelajaran kepada prestasi belajar siswa dengan menajemen
yang baik.
Kepala sekolah bertanggung jawab atas semua kegiatan
sekolah, yang nantinya akan mempengaruhi prestasi belajar
siswa. Istilah kepemimpinan dalam dunia kependidikan
sebenarnya mengandung dua pengertian, dimana kata
“pendidikan” menerangkan di mana kepemimpinan itu
berlangsung, dan sekaligus menjelaskan pula sifat atau ciri-ciri
kepemipinan, yaitu bersifat mendidik, membimbing dan
mengemong.
Kepemimpinan mempunyai banyak batasan dan para
pakar pendidikan memberikan pengertian Kepemimpinan yang
berbedabeda. Untuk lebih memahami makna dari
kepemimpinan, berikut dikemukakan menurut beberapa ahli
pendidikan mengenai pengertian dan definisi tentang
kepemimpinan. Menurut pendapat (Asmarani, N. 2014)
mendefinisikan kepemimpinan sebagai “ Kemampuan untuk
bergerak, mempengaruhi, memotivasi, mengundang,
mengarahkan, menasihati, membimbing, memesan, memesan,
| 22
melarang, dan bahkan menghukum (jika perlu), dan
menumbuhkan dengan maksud bahwa manusia sebagai
manajemen media ingin bekerja dalam rangka untuk mencapai
tujuan administratif secara efektif dan efisien. Ada pula
pandangan dari Kemudian menurut (Brooks, E. C., Ed. 2005 dan
Ibrahim, Jalaluddin, 2017 ) bahwa yang dimaksud dengan
kepemimpinan secara umum, merupakan pengaruh, seni atau
proses mempengaruhi orang lain, sehingga mereka dengan
penuh kemauan berusaha ke arah tercapainya tujuan
organisasi. Pendapat pakar yang memberikan definisi bahwa
kepemimpinan dapat diartikan "Dalam teori kepemimpinan
adalah kebutuhan utama manusia untuk menggerakkan potensi
organisasi, kepemimpinan juga merupakan salah satu
penjelasan paling jamak untuk keberhasilan atau kegagalan
dari tujuan awal organisasi".
Dari pendapat ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa kepemimpinan adalah kemampuan seseorang dalam
menguasai atau mempengaruhi orang lain, bawahan untuk
tunduk kepada keinginan pemimpin dalam rangka mencapai
tujuan organisasi. Organisasi di sini yaitu sekolah yang
merupakan pendidikan formal yang tidak lepas dari
kepemimpinan kepala sekolah.
Jika manajemen pendidikan-berbasis sekolah di
Indonesia dipandang sebagai konsep d a n paradigma baru
dalam pelaksanaannya, maka perlu dimulai dari tahapan-
tahapan aktivitas sekolah. Karena merupakan paradigma
baru, implementasinya perlu memperhatikan kemungkinan-
kemungkinan bagi sekolah untuk mau mengadopsinya.
Maka dalam pelaksanaan manajemen berbasis sekolah dapat
dikategorikan sebagai proses inovasi pendidikan, dimana
keberhasilan pelaksanaan atau implementasinya masih
banyak ditentukan oleh berbagai faktor. Adapun faktor-
faktor tersebut oleh pakar manajemen menurut mengutip dari
23 |
pendapat bermakna keuntungan yang diperoleh sesuai
dengan rencana sekolah (Tedjawati, J. 2017).
1. Kepala Sekolah Sebagai Pendidik
Proses pembelajaran merupakan inti dari keseluruhan
proses pendidikan dengan guru memegang peran utama.
Proses pembelajaran berhasil dan kualitas pendidikan dapat
ditingkatkan jika guru mampu memahami dan menjalani
profesinya serta memiliki pengetahuan dan keterampilan
wawasan sehingga menjadikan proses pembelajaran efektif,
untuk itu guru dituntut untuk dapat menciptakan suatu suasana
belajar yang inovatif, kreatif, dan menyenangkan.
Dalam melaksanakan tugas profesionalnya, guru
dihadapkan pada berbagai pilihan, seperti bagaimana bertindak
dengan cara yang paling tepat, materi pembelajaran apa yang
paling tepat, metode presentasi apa yang paling efektif, alat apa
yang paling cocok, langkah apa yang sumber belajar yang paling
efisien dan paling lengkap, sistem evaluasi apa yang paling
tepat, dan sebagainya. Menurut pendapat (Werang, B. R. 2014)
berarti peningkatan dan evaluasi kemampuan seorang guru,
seolah-olah menjadi hal yang logis untuk dilakukan dalam
menyelesaikan masalah dalam praktik pendidikan, terutama
proses pembelajaran.
Seorang guru yang profesional memiliki kinerja yang
tinggi dalam melaksanakan tugas mengajarnya di kelas, agar
proses pembelajaran berkualitas bagi siswa. Kualitas proses
pembelajaran yang dilaksanakan guru dapat dilihat dari
prestasi belajar yang diperoleh siswa. Apabila prestasi belajar
siswa tinggi, maka dapat dipastikan proses pembelajaran yang
dilaksanakan guru tersebut berkualitas. Prestasi belajar siswa
yang tinggi merupakan salah satu indikator yang
mencerminkan baiknya mutu pendidikan di sekolah tersebut.
Salah satu hal yang perlu dilakukan oleh seorang guru untuk
menjadi guru yang profesional adalah bahwa guru harus terus
| 24
berusaha untuk meningkatkan kualitasnya, terutama dalam
pelaksanaan kinerja, baik dalam proses pembelajaran maupun
dalam administrasi guru sebagai bentuk bukti fisik bahwa ia
benar-benar dikatakan sebagai guru profesional. Kualitas
pendidikan yang tinggi dan rendah sangat ditentukan oleh
layanan pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa.
Pekerjaan guru biasanya dikenal dengan kinerja mengajar guru
yang dapat dinilai dari aspek kemampuan dasar yang harus
dimiliki oleh seorang guru yang lebih dikenal dengan
kompetensi kinerja guru.
Sejalan dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab V. Pasal 10
menyebutkan bahwa kompetensi guru sebagaimana dimaksud
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh
melalui pendidikan profesi. Kinerja mengajar guru dapat dilihat
dan diukur berdasarkan spesifikasi kompetensi yang harus
dimiliki oleh setiap guru. Kinerja mengajar guru yang terkait
dengan kompetesi pedagogik adalah wujud perilaku atau
kegiatan guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana
seorang guru merencanakan pembelajaran, melaksanakan
kegiatan pembelajaran, dan mengevaluasi hasil belajar serta
melaksanakan tugas dan kemampuan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan bersama. Kinerja menjadi tolok ukur
pencapaian tujuan organisasi dan prestasi kerja pegawai yang
berkaitan dengan imbalan jasa.
Dalam pandangan (Saleh, Khairul dan Nur Aini, A. 2014)
bahwa kinerja merupakan implementasi dari rencana yang
telah disusun. Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber
daya manusia yang memiliki kemampuan, kompetensi,
motivasi, dan kepentingan”. Organisasi memiliki andil dalam
implementasi kinerja, yaitu bagaimana organisasi menghargai
dan memperlakukan anggotanya akan mempengaruhi sikap
dan perilaku anggotanya dalam menjalankan kinerja. Kinerja
25 |
mengajar guru adalah prestasi yang dapat dicapai oleh seorang
guru berdasarkan kriteria tertentu dan alat ukur dalam
mengajar. Prestasi atau prestasi kerja guru berdasarkan
standar dan standar penilaian yang telah ditetapkan. Standar
dan instrumen pengukuran ini adalah indikator untuk
menentukan apakah seorang guru berkinerja tinggi atau
rendah. Kinerja guru pada dasarnya adalah kinerja yang
dilakukan oleh guru. Guru merupakan perencana, pelaksana
sekaligus sebagai evaluator pembelajaran di kelas yang terlibat
langsung dalam proses untuk mencapai tujuan pendidikan.
Sehubungan dengan kinerja guru dalam pandangan
(Loddin, N. M., Kadir, S. A., & Penddikan, F. 2014)
mengemukakan bahwa performance based (teacher)
membutuhkan penguasaan isi Pengetahuan, keterampilan
perilaku, dan keterampilan hubungan manusia. Isi pengetahuan
adalah penguasaan materi pengetahuan yang akan diajarkan
kepada siswa. Keterampilan perilaku adalah keterampilan
perilaku yang berkaitan dengan penguasaan metodologi yang
bersifat pedagogik dan andragogik. Behavioral skills merupakan
keterampilan awal yang berkaitan dengan penguasaan didaktis
metodologis yang bersifat pedagogis maupun andragogis.
Human relation skills merupakan keterampilan untuk
melakukan hubungan baik dengan unsur manusia yang terlibat
dalam proses pendidikan (tenaga pendidikan).Peningkatan
kinerja mengajar guru tidak terlepas dari peran kepala sekolah.
Kepala sekolah adalah salah satu komponen pendidikan yang
memiliki peran paling besar dalam meningkatkan kualitas
pendidikan. Hal ini wajar karena sudah banyak penelitian yang
menyimpulkan ada hubungan antara keberhasilan kualitas
pendidikan di sekolah dengan kualitas kepala sekolah.
Mereka mengatakan bahwa keberhasilan sebuah sekolah
adalah sekolah yang memiliki pemimpin yang efektif.
Pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada
keterampilan kepemimpinan dan kebijaksanaan kepala sekolah
| 26
yang merupakan salah satu pemimpin pendidikan. Kepala
sekolah adalah pejabat profesional di organisasi sekolah yang
tugasnya mengelola semua sumber daya organisasi dan bekerja
dengan guru dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan
pendidikan. Dengan profesionalisme kepala sekolah,
pengembangan profesionalisme staf pengajar menjadi mudah
karena sesuai dengan fungsinya, kepala sekolah memahami
kebutuhan sekolah yang dipimpinnya sehingga kompetensi
guru tidak hanya berhenti pada kompetensi yang ia miliki
sebelumnya, tetapi meningkat dan berkembang dengan baik
sehingga profesionalisme guru akan terwujud. Dalam
mengembangkan berbagai potensi, diperlukan peningkatan
kemampuan kepala sekolah dalam berbagai aspek agar dapat
mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi yang diemban oleh
sekolah.
Oleh sebab itu kepala sekolah merupakan faktor
terpenting yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan
kegiatan pendidikan di sekolah. Peran seorang kepala sekolah
merupakan faktor terpenting dalam proses pencapaian
keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuannya”. Dengan
demikian, kehadiran kepala sekolah sangat diharapkan
pengaruhnya dalam mengendalikan pendidikan di sekolah yang
dipimpinnya, dan kepala sekolah juga harus mampu mengatur
tenaga pendidik dan kependidikan yang ada di sekolahnya
Kepala sekolah sebagai pengelola sekolah dituntut juga
memiliki kemampuan untuk mengembangkan kinerja personel,
terutama meningkatkan kompetensi profesional guru. Perlu
diketahui bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
profesional di sini, tidak hanya berkaitan dengan penguasaan
materi semata, tetapi mencakup seluruh jenis dan isi
kandungan kompetensi (Jamilah Ahmad, & Yusof Boon, 2017).
Menurut pendapat (Mulyasa 2008; ) alam perspektif
kebijakan pendidikan secara Nasional besar peran utama
kepala sekolah sebagai manajer yaitu Educator, Manajer,
27 |
Administrator, Supervisor, Leader, Inovator, dan Motivator dan
contoh bagi guru. Selanjutnya yang utama sebagai pendidik
kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk
meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan di
sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang kondusif,
memberikan bimbingan kepada guru, karyawan dan juga para
siswa serta warga sekolah lainnya untuk melaksanakan
kegiatan budaya mendidik di sekolah. Sebagai pendidik kepala
sekolah dituntut untuk memberikan contoh suri teladan kepada
guru, karyawan, siswa dan warganya dalam berperilaku yang
baik. Untuk mencapai keberhasilan seorang pemimpin dapat
dilihat dari produktivitas dan prestasi yang telah dicapai dan
dinilai dari kebaikannya sehubungan dengan pelaksanaan
kegiatannya di sekolah, karena itu perlu diciptakan pemimpin
yang efektif dan sopan santun.
Hal tersebut menunjukkan bahwa peranan kepala sekolah
untuk selalu memberikan bimbingan dan tauladan kepada guru,
karyawan, siswa, serta warga sekolah lainnya. Dalam paparan
(Karweti, E. 2010) peran kepala sebagai pendidik harus mampu
menanamkan, memajukan dan meningkatkan setidaknya empat
jenis nilai. Pertama, pembinaan mental terkait dengan peran
kepala sekolah dalam membina staf pendidikan tentang hal-hal
yang berkaitan dengan sikap dan karakter yang baik.
Dalam hal ini kepala sekolah harus mampu menciptakan
iklim yang kondusif sehingga setiap guru/tenaga kependidikan
dapat melaksanakan tugas dengan baik, proporsional dan
profesional. Karena alasan ini, kepala sekolah harus berusaha
melengkapi fasilitas, infrastruktur, dan sumber belajar agar
guru lebih mudah melaksanakan tugas mengajar mereka.
Kedua, bimbingan moral terkait dengan peran kepala sekolah
dalam membina tenaga kependidikan terkait dengan ajaran
baik dan buruk menyangkut tindakan, sikap, dan kewajiban
sesuai dengan tugas masing-masing guru atau tenaga
kependidikan. Kepala sekolah harus berusaha memberikan
| 28
nasehat kepada seluruh warga sekolah dalam setiap pertemuan
rutin misalnya pada saat 6 upacara penaikan bendera. Ketiga,
pembinaan fisik yang terkait dengan kondisi fisik, kesehatan
dan penampilan tenaga kependidikan secara lahiriah. Kepala
sekolah harus mampu memberikan dorongan agar para tenaga
kependidikan terlibat secara aktif dan kreatif dalam berbagai
kegiatan olahraga baik di dalam maupun di luar lingkungan
sekolah. Keempat, pembinaan artistik yaitu membina tenaga
kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kepekaan
manusia terhadap seni dan keindahan. Hal ini biasanya
dilakukan melalui kegiatan karyawisata yang bisa dilaksanakan
setiap akhir tahun pelajaran. Pembinaan artistik harus terkait
atau merupakan pengayaan dari pembelajaran yang telah
dilaksanakan.
Kemampuan terkait dengan pendidikan mencakup
pengetahuan profesional dan pemahaman mengenai proses
pembelajaran yang menginspirasi komitmen dan pencapaian
hasil belajar yang berkualitas (Rosdianti, S. R. I. 2013).
Pola kepemimpinan kepala sekolah menekankan proses
pembelajaran siswa dan bagaimana mencapai potensi belajar
mereka secara optimal. Ada dua karakteristik yang terkait
dengan kepemimpinan pendidikan ini. Pertama, kepala sekolah
mencoba membangkitkan antusiasme untuk belajar dan
percaya bahwa setiap siswa itu penting dan memiliki potensi.
Pemahaman ini mendasari keyakinan kepala sekolah bahwa
layanan pendidikan di sekolahnya dapat memberikan hasil
yang berbeda untuk prestasi belajar siswanya. Kedua, kepala
sekolah dituntut untuk dapat menciptakan lingkungan belajar
yang enak, nyaman dan menyenangkan, mengomunikasikan
optimisme dan kepercayaan diri terhadap potensi anak di
sekolahnya, menciptakan pengharapan yang tinggi, dan
membina komunitas sekolah untuk selalu tertantang untuk
mencapai pengharapan dan standar yang tinggi tersebut.
Menurut temuan dari pakar (Rahawarin, C., & Arikunto, S,
29 |
2015) berpendapat bahwa memahami makna dari pendidik
tidak cukup dengan berpegang pada konotasi yang terkandung
dalam definisi pendidik, melainkan harus dipelajari
keterkaitannya dengan makna pendidikan, sasaran pendidikan,
bagaimana strategi pendidikan dilaksanakan. Arti atau definisi
secara leksikal dari pendidik adalah orang yang mendidik,
sedang mendidik diartikan memberikan latihan (ajaran,
pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran sehingga
pendidikan dapat diartikan sebagai proses pengubahan sikap
dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.
Ada upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja
guru terutama terkait dengan kegiatan pembelajaran dapat
dideskripsikan dalam tiga kegiatan. Pertama, membimbing
guru terutama dalam hal-hal yang berkaitan dengan
perencanaan dan pelaksanaan program pembelajaran,
penilaian hasil belajar peserta didik, analisis hasil penilaian
belajar serta pengembangan program pengayaan dan perbaikan
pembelajaran. Kedua, kemampuan memberi contoh model
pembelajaran yang baik, dengan mengadakan analisis terhadap
materi pelajaran, program tahunan, program semester, dan
program pembelajaran atau satuan pelajaran, serta
mengembangkan daftar nilai peserta didik. Ketiga, kepala
sekolah dituntut untuk memiliki kemampuan memberikan
alternatif model pembelajaran yang efektif dengan
mendayagunakan berbagai metode dan sumber belajar secara
bervariasi. Berdasarkan uraian di atas, seorang kepala sekolah
selaku pendidik harus menjadi teladan bagi guru, staf dan
siswanya.
Sebagai pendidik kepala sekolah berusaha untuk
memanusiakan manusia melalui pembinaan nilai mental dan
moral dalam hal yang berkaitan dengan kedisiplinan, kejujuran,
tanggung jawab, bersahabat, luwes, dan 7 sebagainya.
Disamping itu kepala sekolah juga harus mampu menjadi
| 30
seorang yang memberi contoh, berkepentingan pada kualitas,
dan bekerja dengan landasan hubungan kemanusiaan yang
baik. Kinerja merupakan isu aktual dalam organisasi karena
apapun organisasinya yang efektif, efesien, berhasil sesuai
target.
Kita fahami bahwa sebuah organisasi yang sukses dan
efektif adalah organisasi dengan individu yang memiliki kinerja
baik. Banyak orang yang mampu bekerja tetapi tidak memiliki
motivasi untuk melakukan sesuatu yang tidak menghasilkan
kinerja, sehingga terlalu banyak orang yang termotivasi tetapi
tidak dapat melakukan pekerjaan, maka juga tidak
menghasilkan kinerja apa pun. Kinerja adalah sesuatu yang
dicapai atau kinerja ditunjukkan atau kemampuan untuk
bekerja, dengan kata lain kinerja dapat diartikan sebagai
kinerja kerja. Banyak orang dalam bekerja adalah manifestasi
dari pekerjaan yang dicapai oleh suatu institusi. Ukuran
keberhasilan suatu institusi mencakup seluruh kegiatan setelah
melalui uji tuntas terhadap tujuan usaha yang telah ditetapkan
dan dilaksanakan”. Ada juga kinerja adalah sesuatu yang secara
aktual orang kerjakan dan dapat diobservasi”. Dalam
pengertian ini, kinerja mencakup tindakan-tindakan dan
perilaku yang relevan dengan tujuan dasar.
Argumentasi dari (Septiana, R., Ngadiman, & Ivada, E.
2013) bahwa hasil kerja secara kualitas dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya”. Kinerja adalah merupakan suatu kemampuan kerja
atau prestasi kerja yang diperlihatkan oleh seorang pegawai
untuk memperoleh hasil kerja yang optimal. Senada dengan
pendapat sebelumnya. Hasil sebuah usaha adalah yang
diperoleh oleh suatu organisasi baik organisasi tersebut
bersifat profit dan non profit sesuai jatah waktu. Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kinerja guru adalah
unjuk kerja guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai
31 |
realisasi konkret kompetensi berdasarkan kecakapan,
pengalaman dan kesungguhan.
Berkaitan dengan pengertian kinerja yang melibatkan
kompetensi guru, memiliki tiga kriteria terdiri dari: 1)
Pengetahuan yang merupakan kemampuan intelektual yang
dimiliki oleh seorang guru yang meliputi penguasaan materi
pelajaran, pengetahuan tentang cara mengajar, pengetahuan
tentang belajar dan perilaku individu, pengetahuan tentang
bimbingan dan konseling, pengetahuan masyarakat dan
pengetahuan umum, keterampilan keterampilan adalah
kemampuan guru yang berkaitan dengan berbagai
keterampilan dan perilaku yang meliputi keterampilan
mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantu
mengajar, bergaul dan berkomunikasi dengan siswa, dan
keterampilan dalam mempersiapkan persiapan mengajar atau
perencanaan untuk mengajar. Ada juga kemampuan evaluasi
guru dalam mengukur kemampuan dan kemajuan siswa setelah
mengikuti proses belajar mengajar baik moral maupun nilai-
nilai, sikap. Kinerja mencerminkan keberhasilan suatu
organisasi, sehingga dianggap penting untuk mengukur
karakteristik tenaga kerjanya. Kinerja guru adalah puncak dari
tiga elemen yang saling terkait yaitu keterampilan, upaya
menuju sifat keadaan dan kondisi eksternal. Kinerja mengajar
guru terkait dengan tugas perencanaan, mengelola
pembelajaran, dan mengevaluasi hasil belajar siswa. Sebagai
perencana, guru harus dapat merancang pembelajaran sesuai
dengan kondisi di lapangan.
Sebagai manajer, guru harus mampu menciptakan iklim
belajar yang kondusif sehingga siswa dapat belajar dengan baik,
dan sebagai evaluator, guru harus dapat melakukan penilaian
terhadap proses dan hasil belajar siswa. Sesuai dengan amanat
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, salah satu standar yang harus
dikembangkan adalah standar proses. Standar proses adalah
| 32
standar pendidikan nasional yang terkait dengan pelaksanaan
pembelajaran di unit pendidikan untuk mencapai kompetensi
lulusan.
Standar proses berisi kriteria minimum proses
pembelajaran di unit pendidikan dasar dan menengah di
seluruh wilayah Republik Indonesia. Standar proses mencakup
perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran,
penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran untuk penerapan proses pembelajaran yang
efektif dan efisien (Rosdianti, S. R. I. R. 2013). Sedangkan dalam
pandangan Myers, Dorothy dan Robert Stonehill (2013) bahwa
perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan
keputusan yang menghasilkan pemikiran rasional tentang
tujuan dan sasaran pembelajaran tertentu, yaitu perubahan
perilaku dan serangkaian kegiatan yang harus dilakukan
sebagai upaya untuk mencapai tujuan tersebut. dengan
memanfaatkan semua potensi dan studi sumber daya di sana.
Hasil akhir dari proses pengambilan keputusan adalah
persiapan dokumen yang dapat digunakan sebagai referensi
dan pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Namun ada pula pakar lain menyatakan bahwa, “Perencanaan
pembelajaran atau desain instruksional merupakan usaha
untuk menentukan prosedur instruksional dan mensistematika
proses pengajaran dengan situasi tertentu sedemikian rupa
sehingga perubahan tingkah laku yang diharapkan pada diri
siswa terjadi”.
Perencanaan pembelajaran sebagai kenyataan, adalah ide
pengajaran yang dikembangkan dengan menyediakan
hubungan pengajaran dari waktu ke waktu dalam suatu proses
yang dilakukan perencanaan dengan hati-hati memeriksa
semua kegiatan sesuai dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan
dilakukan secara sistematis dan terukur. Mengenai kinerja
kompetensi guru dalam menyusun rencana pembelajaran di
kelas meliputi: 1) penyusunan Silabus dan 2) Rencana
33 |
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berisi identitas subjek,
Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), indikator
pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, bahan ajar,
alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.
Sedangkan standar oprasional dalam program
perencanaan pembelajaran, yang perlu dilakukan guru adalah:
1) menyusun alokasi waktu, 2) program tahunan, 3) program
semester, 4) silabus dan 5) program harian atau Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta media belajar lainnya.
Sedangkan menurut pendapat dari (Muhammad Kosim, 2017)
mengatakan bahwa penyusunan program pengajaran meliputi:
1) program tahunan pelaksanaan kurikulum, 2) program
semester, 3) progam satuan pelajaran, dan 4) perencanaan
program mengajar.
Pelaksanaan proses pembelajaran adalah pelaksanaan
dari RPP. Berdasarkan Permendiknas Nomor 41 tahun 2007
tentang Standar Proses untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah, pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutupan. Kegiatan
pendahuluan adalah kegiatan awal dalam pertemuan
pembelajaran yang bertujuan untuk membangkitkan motivasi
dan memusatkan perhatian siswa untuk secara aktif
berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Pada tahap awal, guru diharapkan melakukan: 1)
Mempersiapkan siswa secara psikologis dan fisik untuk
berpartisipasi dalam proses pembelajaran, 2) Mengajukan
pertanyaan yang menghubungkan pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari, 3) Menjelaskan tujuan
pembelajaran atau kompetensi dasar untuk dicapai, 4)
Memberikan ruang lingkup materi dan menggambarkan
deskripsi kegiatan sesuai dengan silabus yang berlaku dalam
kontrak pengajaran. Kepala Sekolah sebagai Administrasi
Sesuai dengan Peraturan Menteri No. 19 tahun 2007 tentang
| 34
Standar Manajemen Pendidikan, menjelaskan peran
Kepemimpinan Kepala Madrasah yaitu; merumuskan sasaran
dan target kualitas untuk dicapai, mempertahankan dan
meningkatkan motivasi kerja para pendidik dan tenaga
kependidikan, menciptakan lingkungan belajar yang efektif bagi
siswa, menerapkan dan merumuskan program pengawasan,
dan memanfaatkan hasil pengawasan untuk meningkatkan
kinerja Madrasah, meningkatkan kualitas pendidikan , Kepala
Sekolah Madrasa menjamin manajemen organisasi dan operasi
sumber daya Madrasah untuk menciptakan lingkungan belajar
yang aman, sehat, efisien, dan efektif.
Sedangkan dalam buku (Maris, I. S., Komariah, A., &
Bakar, A. 2016) bahwa terdapat enam fungsi kepala sekolah
Madrasah secara formal antara lain. 1. Kepala Madrasah sebagai
educator (pendidik) 2. Kepala Madrasah sebagai manajer 3.
Kepala Madrasah sebagai administrator 4. Kepala Madrasah
sebagai supervisor 5. Kepala Madrasah sebagai leader
(pemimpin) 6. Kepala Madrasah sebagai inovator dan
motivator Beberapa pedoman administrasi umum dalam tugas
Kepala sekolah tidak menyibukkan diri secara langsung dengan
urusan pelaksanaan administrasi sarana dan fasilitas
kelengkapan sekolah.
Mampu menjalankan sistem perekaman yang tepat
sehingga mudah untuk digunakan dalam katalog umum.
Administrasi peralatan dan perlengkapan mengajar harus
selalu ditinjau dari segi layanan untuk membantu mempercepat
implementasi program pengajaran. Kepala sekolah mencoba
untuk sadar dan berencana untuk menciptakan suasana belajar
dan kegiatan belajar sehingga siswa secara aktif
mengembangkan potensi mereka untuk memiliki kekuatan
spiritual spiritual, kontrol diri, kepribadian, kecerdasan,
karakter yang mulia, dan keterampilan yang dibutuhkan oleh
diri mereka sendiri, masyarakat , bangsa dan Negara. Ini sejalan
dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20
35 |
tahun 2003 Bab II Pasal 3 berbunyi: Pendidikan Nasional
berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
karakter dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam
konteks mendidik orang-orang yang beriman dan takut kepada
Tuhan Yang Maha Esa, memiliki yang mulia, sehat,
berpengetahuan luas, mampu, kreatif , mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Sesuai
dengan tujuan pendidikan Nasional di atas, bahwa guru
bertanggung jawab untuk pengembangan siswa. Guru yang
bekerja secara profesional dalam menjalankan tugasnya
sebagai pendidik dan membimbing siswa dalam kegiatan
belajar
Sejalan dengan maksud pendidikan nasional, kepala
madrasah juga memiliki peran dan fungsi yang sangat besar
untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas
yang menjamin keberlanjutan pembangunan bangsa dan sesuai
dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, apalagi
dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
Teknologi yang diikuti oleh dampak luas dari globalisasi
komunikasi, peran kepala sekolah jauh lebih dominan. Fakta ini
membutuhkan perlunya menguasai kompetensi kepemimpinan
untuk kepala madrasah. Pendidikan adalah faktor utama dalam
pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan
dalam membentuk baik atau buruknya manusia menurut
ukuran normatif. Menyadari hal ini, pemerintah sangat serius
dalam menangani sektor pendidikan, karena dengan sistem
pendidikan yang baik, diharapkan generasi penerus yang
berkualitas dan mampu beradaptasi untuk hidup dalam
masyarakat, bangsa dan negara kita.
Dengan demikian kepala madrasah bertanggung jawab
atas keberhasilan guru dalam mengajar, karena guru sebagai
orang yang terdepan dan langsung bertanggung jawab atas
kemajuan prestasi belajar siswa haruslah ditingkatkan
kemempuan profesionalnya dalam mengajar. Salah satu yang
| 36
dapat mempengaruhi effektivitas pendidikan yaitu ada pada
sarana dan fasilitas di sebuah sekolah merupakan dasar yang
sangat penting dan harus dimengerti oleh setiap lembaga
penyelenggara pendidikan dan pendidiknya. Apabila ingin
meneliti kelemahan yang dimiliki Madrasah, maka salah
satunya dapat dilihat dari segi sarana dan prasaran (Megasari,
R. 2014).
Sarana dan prasarana merupakan dukungan untuk
menambah pengetahuan dalam kegiatan belajar mengajar
sehingga sarana dan prasarana pendidikan harus memadai.
Sebagaimana dijelaskan dalam UU SISDIKNAS No.20 tahun
2003 tentang standar sarana dan prasarana, pasal 42 ayat 1 dan
2 yang menjelaskan setiap satuan pendidikan harus memiliki
fasilitas seperti furnitur, peralatan pendidikan, media
pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya yang diperlukan
untuk mendukung pembelajaran reguler dan berkelanjutan.
Dalam setiap unit pendidikan harus memiliki infrastruktur
yang mencakup tanah, ruang kelas, ruang kepemimpinan untuk
unit pendidikan, ruang pengajaran, ruang administrasi, ruang
perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel, ruang unit
produksi, ruang kantin, tempat latihan dan lain-lain yang
diperlukan untuk mendukung proses pembelajaran. Upaya
memaksimalkan peran dan fungsi sarana dan prasarana
pendidikan adalah dengan memperhatikan kelengkapan sarana
dan prasarana serta pengelolaan sarana dan prasarana dalam
mendukung kegiatan belajar mengajar.
2. Kepala Sekolah Sebagai Administrasi
Sesuai dengan Peraturan Menteri Nomor 19 tahun 2007
tentang Standar pengelolaan Pendidikan, menjelaskan tentang
peran Kepemimpinan Kepala madrasah yaitu; merumuskan
tujuan dan target mutu yang akan dicapai, menjaga dan
meningkatkan motivasi kerja pendidik dan tenaga
kependidikan, menciptakan lingkungan pembelajaran yang
37 |
efektif bagi peserta didik, melaksanakan dan merumuskan
program supervisi, serta memanfaatkan hasil supervisi untuk
meningkatkan kinerja Madrasah, meningkatkan mutu
pendidikan, Kepala madrasah menjamin manajemen organisasi
dan pengoperasian sumber daya Madrasah untuk menciptakan
lingkungan belajar yang aman, sehat, efisien, dan efektif.
Sedangkan dalam buku Maris, I. S., Komariah, A., & Bakar, A.
2016 bahwa terdapat enam fungsi kepala sekolah Madrasah
secara formal antara lain.
1. Kepala Madrasah sebagai educator (pendidik)
2. Kepala Madrasah sebagai manajer
3. Kepala Madrasah sebagai administrator
4. Kepala Madrasah sebagai supervisor
5. Kepala Madrasah sebagai leader (pemimpin)
6. Kepala Madrasah sebagai inovator dan motivator
Beberapa pedoman administrasi umum dalam tugas
Kepala sekolah tidak menyibukkan diri secara langsung dengan
urusan pelaksanaan administrasi peralatan dan perlengkapan
pengajaran atau sarana. Mampu menjalankan sistem
perekaman yang tepat sehingga mudah untuk digunakan dalam
katalog umum. Administrasi peralatan dan perlengkapan
mengajar harus selalu ditinjau dari segi layanan untuk
membantu mempercepat implementasi program pengajaran.
Kepala sekolah mencoba untuk sadar dan berencana untuk
menciptakan suasana belajar dan kegiatan belajar sehingga
siswa secara aktif mengembangkan potensi mereka untuk
memiliki kekuatan spiritual spiritual, kontrol diri, kepribadian,
kecerdasan, karakter yang mulia, dan keterampilan yang
dibutuhkan oleh diri mereka sendiri, masyarakat , bangsa dan
Negara. Ini sejalan dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional No.20 tahun 2003 Bab II Pasal 3 berbunyi: Pendidikan
Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk karakter dan peradaban bangsa yang bermartabat
dalam konteks mendidik orang-orang yang beriman dan takut
| 38
kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki yang mulia, sehat,
berpengetahuan luas, mampu, kreatif , mandiri dan menjadi
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional diatas, bahwasannya
gurulah yang bertanggung jawab atas perkembangan peserta
didik. Guru yang bekerja profesional dalam melakukan
tugasnya sebagai pendidik dan membimbing peserta didik
dalam kegiatan kegiatan pembelajaran.
Seiring dengan tujuan pendidikan nasional, kepala Madrasah
juga memiliki peran fungsi dan tugas yang sangat amat besar
untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas
yang menjamin kesinambungan pembangunan bangsa dan
sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat, terlebih lagi
dipengaruhi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang diikuti meluasnya dampak dari globalisasi
komunikasi maka peran kepala madrasah jauh lebih dominan.
Kenyataan yang demikian mengharuskan makin perlunya
penguasaan kompetensi kepemimpinan bagi seorang kepala
madrasah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam
pembentukan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan
dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia
menurut ukuran normatif. Menyadari akan hal tersebut,
pemerintah sangat serius menangani bidang pendidikan, sebab
dengan sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul
generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu
menyesuaikan diri untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Dengan demikian kepala madrasah bertanggung
jawab atas keberhasilan guru dalam mengajar, karena guru
sebagai orang yang terdepan dan langsung bertanggung jawab
terhadap perkembangan dan kemajuan siswa haruslah
ditingkatkan kemempuan profesionalnya dalam mengajar.
Salah satu yang dapat mempengaruhi effektivitas pendidikan
yaitu Administrasi sarana dan prasarana pendidikan di sekolah
merupakan dasar yang sangat penting dan harus dimengerti
39 |
oleh setiap lembaga penyelenggara pendidikan dan
pendidiknya. Apabila ingin meneliti kelemahan yang dimiliki
Madrasah, maka salah satunya dapat dilihat dari segi sarana
dan prasaran (Megasari, R. 2014).
Sarana dan prasarana adalah penunjang untuk
menambah ilmu pengetahuan dalam kegiatan belajar mengajar
jadi sarana dan prasarana pendidikan harus memadai.
Sebagaimana dijelaskan dalam UU SISDIKNAS No.20 tahun
2003 tentang standar sarana dan prasarana pasal 42 ayat 1 dan
2 yang menjelaskan setiap satuan pendidikan wajib memiliki
sarana seperti perabot, peralatan pendidikan, media
pendidikan, buku dan sumber belajar lain yang diperlukan
untuk menunjang pembelajaran yang teratur dan
berkelanjutan. Dalam setiap unit pendidikan harus memiliki
infrastruktur yang mencakup tanah, ruang kelas, ruang
kepemimpinan untuk unit pendidikan, ruang pengajaran, ruang
administrasi, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang
bengkel, ruang unit produksi, ruang kantin, tempat latihan dan
lain-lain yang diperlukan untuk mendukung proses
pembelajaran. Upaya memaksimalkan peran dan fungsi sarana
dan prasarana pendidikan adalah dengan memperhatikan
kelengkapan sarana dan prasarana serta pengelolaan sarana
dan prasarana dalam mendukung kegiatan belajar mengajar.
3.Kepala Sekolah Sebagai atasan
Peran uata sebagai pemimpin unit kerja sekolah adalah
suatu kekuatan yang menggerakkan perjuangan atau kegiatan
anda menuju sukses. Dalam diri setiap orang terdapat potensi
kepemimpinan, tetapi sayang banyak orang yang tidak
menyadarinya betapa besar kekuatan itu ada padanya.
Kepemimpinan sebagai prilaku seorang pimpinan dalam
mempengaruhi individu dan kelompok orang dapat
berlangsung kapan dan di mana saja. Proses kepemimpinan
berlangsung baik dirumah tangga, di sekolah, di mesjid, di
| 40
berbagai organisasi yang ada di masyarakat. Kepala sekolah
adalah pimpinan bagi guru-guru, pegawai dan murid.
Sedangkan guru-guru adalah pemimpin pendidikan yang
mempengaruhi para siswa-siswi (Kubick, Kathleen, 2008).
Leadership dalam bidang pendidikan mengarah kepada kepala
sekolah, tidak selalu orang yang mampu menjalankan
melainkan lebih pada pemberian kebijakan “stimulus” untuk
menjamin segala kebutuhan yang menjadi bagian dari
keberadaan lembaga yang dia memimpin. tuntutan masyarakat
tentu saja sekolah / lembaga pendidikan mampu mengantarkan
siswanya dengan cepat berkompetisi di dunia masyarakat dan
pekerjaan. Sementara kebutuhan global cenderung
mengarahkan prodak pendidikan untuk dapat bersaing di dunia
kerja secara global.
Dengan adanya kebutuhan ini, kepemimpinan pendidikan
harus bisa bermain "cantik" untuk memainkan keduanya.
Bambang Sumintono mengatakan bahwa: Tantangan revolusi
industri IV harus ditanggapi dengan cepat dan tepat oleh semua
pemangku kepentingan di lingkungan Pendidikan Tinggi agar
dapat meningkatkan daya saing masyarakat Indonesia di
tengah persaingan global. "Kebijakan strategis perlu
dirumuskan dalam berbagai aspek mulai dari lembaga, bidang
studi, kurikulum, sumber daya, serta pengembangan alat
perangkat lunak pusat teknologi, penelitian dan inovasi".
Revolusi Industri 4.0 ditandai oleh kecerdasan buatan,
komputer super, rekayasa genetika, nanoteknologi, mobil
otomatis, dan inovasi dalam dampak yang berkembang pada
kemajuan ekonomi, industri, masyarakat dan budayanya. di era
ini semakin banyak bentuk dunia yang terlihat dengan cepat
mengubah gaya hidup manusia karena efek dari penggunaan
teknologi.
Faktanya, perubahan-perubahan ini tidak hanya
ditemukan dalam skala besar industri tetapi juga berakar di
masyarakat ke desa-desa terpencil, terutama di Indonesia.
41 |
mengingat bahwa dunia pendidikan (sekolah) menurut
pendapat penulis adalah dasar dan atap peradaban. Dari sana,
tentu saja, sektor pendidikan di lapangan menjadi kebijakan
pendidikan / Kepala Sekolah mampu dan menerapkan
manajemen yang transparan. Dalam pandangan (Kunandar,
2015) menjelaskan bagaimana evaluasi awal kesiapan negara
dalam menghadapi revolusi industri 4.0 Indonesia diperkirakan
sebagai negara dengan potensi tinggi dalam kualitas pendidikan
di masa depan.
Berdasrkan pendapat dari (Mahardhani, A. J. (2015)
bahwa dalam peningkatan kualitas sekolah harus diawali dari
pembinaan guru, penataan manajemen sekolah, penyediaan
anggaran, sarana dan fasilitas yang standar. Pengawasan yang
dilakukan oleh sekolah difokuskan pada kesiapan guru dalam
mempersiapkan desain instruksional dan pembelajaran yang
efektif mencakup evaluasi pembelajaran oleh guru setelah
menyelesaikan mengajar siswa. Supervisi ini dapat dianggap
cara pengawasan ang baik untuk mendorong guru bagus dalam
kinerjanya yakni proses pembelajaran. Tujuan supervisi untuk
peningkatan kualitas guru dan partisipasi siswa,
penyederhanaan birokrasi sekolah dan ikut serta orang tua wali
dalam mengevaluasi pelaksanan pendidikan.
Nilai-nilai pribadi yang digunakan memutuskan apa yang
benar, atau apa yang paling tepat, dalam situasi tertentu;
memutuskan apa yang konsisten dengan sistem nilai yang ada
dalam organisasi dan diri pribadi. Etika adalah perilaku
normatif-standar dalam bentuk nilai-nilai moral, norma, dan
hal-hal baik. Dalam kepemimpinan etis diperlukan dalam
mendukung keberlanjutan nilai-nilai. Seorang pemimpin selain
memperhatikan nilai-nilai yang ada juga harus mematuhi etika
yang berlaku di lingkungannya. Dalam setiap tindakan harus
selalu berpikir apakah itu benar dan salah untuk dilakukan.
Memperhatikan apakah tindakanya sesuai dengan nilai yang
berlaku dalam masyarakat dan apakah tindakan itu pantas
| 42
dilakukan untuk seorang pemimpin yang merupakan panutan
untuk guru, pegawai dan siswa. Sealnjutnya dalam pandangan
(Hardono, Haryono, A. Y. 2017) bahwa pembinaan guru oleh
kepala sekolah secara khusus yang termuat dalam Sistem
Pembinaan Profesional yang mengikuti:
a. Meningkatkan sistem supervisi serta pemantauan dan
penilaian pendidikan.
b. Meningkatkan sistem penataran guru dalam kualifikasi
/profesi
c. Meningkatkan kemampuan profesional para pembina
dan pelaksana pendidikan secara berjenjang.
d. Meningkatkan peran seta guru dan pengawas sekolah
dalam perencanaan, pelaksanaan enter prenuership.
e. Mengikut sertakan peran komite dan masyarakat
sekitar agar mau berkontribusi untuk kemajuan
sekolah.
Dengan adanya pembinaan dari atasan tersebut maka
tujuan yang hendak dicapai adalah untuk memperbaiki
efektifitas kerja guru dalam mencapai hasil yang optimal
sehingga dalam proses belajar mengajar dapat berjalan dengan
baik dan guru dapat bekerja profesional dalam melaksanakan
tugasnya. Perbaikan tersebut dilaksanakan melalui kegiatan
pembinaan profesional. Yang melaksanakan pembinaan
profesional adalah kepala sekolah. Sasaran dalam pembinaan
adalah guru atau orang yang kaitannya dengan kegiatan
pembinaan. Selain itu tujuan diadakan pembinaan guru untuk
menumbuh kembangkan kemampuan yang dimiliki oleh
pendidik yang meliputi: pertumbuhan keilmuan, wawasan
berpikir, sikap terhadap pekerjaan dan keterampilan dalam
pelaksanaan tugasnya seharihari sehingga produkrivitas kerja
dapat ditingkatkan.
43 |
BAB III
KEPALA SEKOLAH SEBAGAI MITRA KERJA
1.Penanggung Jawab Utama
Pembinaan merupakan aktivitas peningkatan kualitas
yang multidimensional bersifat pelestarian, perbaikan,
pembaharuan, serta pengembangan progresif. Makna
pembinaan guru yang termuat dalam Sistem Pembinaan
Profesional (SPP) dengan standar gagasan pemanfaatan
pendekatan “dari bawah atau dari siapa yang dapat membantu
pendidik di lapangan” berlangsung dengan baik. memiliki
maksud bahwa bantuan yang diberikan kepada pendidik dalam
meningkatkan mutu belajar mengajar lebih mengoptimalkan
pembinaan antara sesama guru, seperti wadah organisasi
kelompok kerja guru maupun pusat kegiatan guru. Tujuan
pembinaan guru merupakan usaha dalam meningkatkan
prestasi profesi guru terutama dalam proses belajar mengajar
melalui bantuan seperti pelatihan. Dengan adanya pembinaan
guru akan mempermudah pencapaian tujuan kegiatan belajar
mengajar dengan prestasi yang tinggi.
Namun dari pendapat (Handayani, T., & Rasyid, A. 2015)
menyatakan tujuan dari pembinaan guru sebagai berikut (a).
Memperbaiki tujuan khusus mengajar guru dan belajar siswa
semakin bagus kualitasnya (b) Memperbaiki materi ajar dalam
kegiatan pengajaran bagi siswa lebih fokus akan tujuan dari
pembelajaran (c) Memperbaiki metode yaitu dengan cara
mengorganisasikankegiatan belajar mengajar yang sesuai
dengan bahan ajar dan sarana yang ada (d) Memperbaiki
penilaian atas media, metode dan teknis evaluasi yang standar
nasional. (e) Memperbaiki model bimbingan langsung siswa
| 44
yang mengalami problem dalam belajar dengan pendekatan
dari guru.
Kepala sekolah juga punya peran dalam kunjungan kelas
sebagai supervisor atau pembinaan dari atasan kepada
bawahan sebagai teknik yang sangat efektif dalam membantu
kinerja guru. Menggunakan cara observasi langsung dalam
kelas oleh seorang supervisor dapat mengamati secara
langsung, lengkap, dan akurat berbagai kesulitan, kelemahan,
kebutuhan, kemampuan (telent) guru mengelola proses belajar
mengajar. Dalam buku School factors associated karya (Havik,
T., Bru, E., & Ertesvåg, S. K. 2015) mengulas tentang kunjungan
kepala sekolah untuk mengetahui cara pelaksanaan proses
belajar mengajar sebagaimana adanya, maka pemberitahuan
kepada guru tentang pelaksanaan supervisi masih diperlukan.
Tujuan utama kepala sekolah dapat mengevaluasi kemampuan
guru dalam mengelola kelas sesuai dengan petunjuk yang telah
diberikan, atau di siapkan dalam Silabus, Rpp, Sintak, KD, KI
sesuai kurikulum nasional. Maka dari itulah cara supervisi guru
dibedakan menjadi dua macam alat atau teknik sebagai berikut:
a. Teknik yang bersifat personality
Kebanyakan atasan menggunakan teknik perorangan
atau peribadi adalah bantuan yang dilakukan secara sendiri
oleh seorang supervisor, baik terjadi di dalam kelas maupun di
luar kelas. Teknik ini terdiri dari: mengadakan kunjungan kelas,
mengadakan observasi kelas, mengadakan wawancara
perseorangan, atas temuan atau permintaan guru. Kegiatan ini
dilakukan secara sukarela antara guru dengan kepala sekolah
untuk meningkatkan kualitas belajar-mengajar.
b. Teknik kelompok
Model supervisi kelompok terdiri dari: mengadakan
pertemuan atau rapat, mengadakan diskusi kelompok,
mengadakan penataran-penataran, work shop, semiloka atau
seminar. Menurut pendapat (Haase, K., & Miller, S. (2016)
45 |
bahwa teknik supervisi pendidikan yang umum dipakai oleh
kepala sekolah dan pengawas adalah:
1. Teknik yang bersifat personality yakni mencakup:
observasi kelas, percakapan pribadi, saling mengunjungi
kelas, dan menilai diri sendiri atau belajar mandiri untuk
responsif.
2. Teknik yang bersifat kelompok Teknik kelompok meliputi:
pertemuan orientasi guru baru, komite pengorganisasian,
pertemuan guru, studi kelompok di antara guru, diskusi
kelompok, pertukaran pengalaman, lokakarya, meja
bundar, seminar, simposium, pengajaran demonstrasi, baca
di perpustakaan, buletin pengawas, diskusi saja,
Selanjutnya dalam teknik-teknik supervisi aleh pengawas
atau kepala sekolah sebagai saran pembinaan demi kemajuan
dalam peningkatan kemampuan profesional guru untuk tingkat
sekolah. Kedua model bantuan atas kinerja guru sangat
diperlukan secara priodik dapat dilakukan selama satu
semester yang dijalankan secara acak boleh pada awal smester
atau pada akhir semester (Halterman, J. S., Tajon, R., Tremblay,
P., Fagnano, M., Butz, A., Perry, T. T., & McConnochie, K. M.
(2017).
2. Pembinaan Disiplin Guru
Perihal pembinaan yang dilakukan untuk membentuk
kedisiplinan guru dan siswa disekolah seperti memberi
bimbingan, arahan kepada peserta didik, dengan sabar dan
terus menerus sehingga mereka terbiasa dan memahami
peraturan-peraturan dari sekolah. Memilih kaedah
pembelajaran yang menyenangkan dan membina kedekatan
antara guru dan pelajar seperti berkawan dengan rakan, supaya
pelajar merasa yakin dan selesa mengikuti proses pengajaran
dan pembelajaran, sehingga meningkatkan disiplin pelajar,
dalam mengikuti pelajaran. Menjalin kerjasama antara guru dan
ibu bapa. Kerjasama antara guru dan ibu bapa sangat penting
| 46
kerana guru dan ibu bapa mempunyai tanggungjawab yang
sama untuk pembinaan terhadap peserta didik sehingga
peningkatan kedisiplinan peserta didik baik di sekolah maupun
dalam masyarakat (Guilbault, M. 2016).
Pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun
sumber daya manusia yang berkualitas demi kemajuan bangsa
kita. Dengan kata lain, pendidikan adalah aspek yang
menentukan masa depan bangsa agar lebih baik bagi peserta
didik dengan tujuan mengembangkan berbagai potensi diri
yang ada pada diri peserta didik agar peserta didik menjadi
kreatif, berilmu, mandiri, cakap, berakhlak mulia, serta
mempunyai keterampilan sehingga mampu bersaing secara
sehat. Peran guru dalam meningkatkan kedisiplinan peserta
didik tentu sangat besar sekali dimana guru berperan dalam
memberikan bimbingan dan arahan kepada peserta didik untuk
mengenal dan mengikuti aturan di lingkungan sekolah tersebut
dan guru pun menjadi contoh penerapan disiplin.
Modal kedisiplinan guru dan siswa untuk menciptakan
karakter melalui proses dari serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, taat
azas dan ketertiban. Kedisiplinan dalam proses pendidikan
sangat diperlukan karena bukan hanya untuk menjaga kondisi
suasana belajar dan mengajar berjalan dengan lancar, tetapi
juga untuk menciptakan pribadi yang kuat bagi setiap peserta
didik.
Dari pandangan (Geoffrey, V. D. V., & Lesley, W. (2014)
tentang kedisiplinaan guru dan siswa menjadi modal sangat
penting bagi kemajuan sekolah. Disekolah yang tertib akan
selalu menciptakan proses pembelajaran yang baik dan
sebaliknya, pada sekolah yang tidak tertib kondisinya akan
lebih baik. Kedisiplinan sangat menentukan hasil belajar yang
baik dan juga disiplin tinggi boleh menentukan karakter anak-
anak yang juga cerminan masa depan mereka. Andaikan
seorang anak tidak bisa menjaga dan membagi waktu dengan
47 |
baik untuk belajar ketika jam belajar sering terlambat, tidak
masuk serta tidak mau menulis ketika pembelajaran sedang
berlangsung maka jangan harap berprestasi tinggi. Kebanyakan
ciri dari siswa yang tidak disiplin dan pada akhirnya akan
terbawa ketika sudah bekerja dan sampai mereka kembali
dalam masyarakat juga tidak dapat menepati janji (Jalaluddin,
2015).
Berbagai macam bentuk kedisiplinan guru dan siswa
yang penting untuk dipatuhi peserta didik yaitu :
a. Disiplin dalam memakai akan massa mereka dapat
menggunakan dan membagi waktu dengan baik. Karena
waktu amat berharga dan salah satu kunci kesuksesan
adalah mampu memaksimalkan waktu secara tepat.
b. Disiplin dalam beribadah merupakan ikhwal dalam
ibadah dengan peraturanperatuaran yang terdapat
didalamnya. Kedisiplinan dalam beribadah sangat
dibutuhkan pada pribadi muslim Allah SWT senantiasa
menganjurkan manusia untuk disiplin dalam beribadah.
Proses dalam mendidik disiplin mesti jalankan secara
berulang-ulang akan memberikan kebiasaan yang baik bagi
guru dan siswa. Efektif dalam hidup secara disiplin sangat
dirasakan oleh masyarakat disekitar siswa karena fungsi
disiplin itu mennata ummat untuk berbuat sesuai ucapan dgn
perbuatan karena: (a) mampu menata kehidupan bersama/
mengatur tata kehidupan manusia, dalam kelompok tertentu
atau dalam masyarakat. Hubungan antara satu dengan yang
lainnya akan menjadi baik dan lancar dengan adanya disiplin
artunya tanpa dusta dan cela. (b) Membangun kepribadian
berdisiplin baik akan sangat berpengaruh pada kepribadian
seseorang. Apalagi seorang guru kepribadiannya digugu dan
ditiru di lingkungan sekolah dan dalam kehidupan
masyarakat.(c) Kepribadian yang tertib, teratur, taat, dan patuh
perlu dibiasakan serta dilatih dengan sendi agama yang baik
| 48
kepada seseorang untuk mengikuti peraturan-peratuan yang
berlaku selama hidupnya (Saifuddin Sabda, 2010).
Banyak lembaga pendidikan melakuka sanksi bagi
pelanggar disiplin berupa hukuman atau ancaman atau sampai
dikeluarkan dari sekolah jika dilanggar. Salah satu cara untuk
menakut-nakuti atau untuk mengancam supaya siswa tidak
berani berbuat indisipliner. Hukuman atau sanksi sangat
penting karena dapat memberi dorongan dan kekuatan bagi
peserta didik untuk mentaati dan mematuhinya atau takut atas
jera kalau kena hukum. Peraturan sekolah yang dirancang dan
dilaksanakan dengan baik, berdampak pada penciptaan sekolah
sebagai lingkungan pendidikan yang kondusif untuk kegiatan
pembelajaran. Ini merupakan upaya sekolah membentuk
karakter siswa dan guru sebagai tanggung jawab dari kepala
sekolah untuk meningkatkan kualitas sekolah.
Menurut pendapat dari (Kim, S. J., Baek, S. S., & Kang, K. A.
(2017) mengatakan bahwa disiplin mempunyai tujuan ganda
yaitu mengembangkan suatu keteraturan dalam kehidupan
manusia. Kemudian fungsi dari disiplin dapat memberinya
suatu sasaran tertentu yang sekaligus membatasi aktivitas yang
tidak berguna. Jika dilihat dari segi objektif, pelaksanaan
pengembangan disiplin mempunyai dua tujuan, iaitu tujuan
jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan untuk jangka
pendek untuk mendisiplinkan adalah untuk membuat anak-
anak dilatih dan dikawal, dengan mengajar mereka bentuk
tingkah laku yang sesuai atau tidak biasa bagi mereka.
Sedangkan tujuan jangka panjang pembinaan kedisiplinan
adalah perkembangan dari pengendalian diri, mengarahan
potensi diri sendiri kepada target utama tanpa dipengaruhi
oleh lingkungan lain.
Peran kepala sekolah untuk pembinaan yang dilakukan
membentuk disiplin siswa disekolah seperti memberi
bimbingan, arahan kepada siswa dengan sabar dan terus
menerus sehingga mereka terbiasa dan memahami aturan-
49 |
aturan dari sekolah. Pilih kaedah pembelajaran yang
menyenangkan dalam membina kedekatan antara guru dan
pelajar seperti berteman dengan rakan sejawat, supaya pelajar
merasa yakin dan senang mengikuti proses pengajaran dan
pembelajaran, sehingga meningkatkan disiplin pelajar, dalam
mengikuti pelajaran. Menjalin kerjasama antara guru dan wali
siswa sangat penting kerana guru dan ibu bapa mempunyai
tanggungjawab yang sama untuk membimbing pelajar sehingga
dapat meningkatkan disiplin pelajar dapat dicapai (James, J. K.,
& Williams, T. 2017).
3. Pembinaa Komitmen
Komitmen pada suatu lembaga pendidikan ialah mengajak
semua siswa-siswi tidak berhenti untuk belajar atau proses
belajar sepanjang hayat dalam agama kita dinamakan iqkraq.
Kepala sekolah sebagai pengendali terus-menerus belajar
sambil melayani sepanjang tahun kepada guru dan siswa yang
telah dipercayakan masyarakat. Walaupun demikian, mereka
terus belajar dan sejatinya kepala sekolah dan para guru yang
mereka jumpai di sekolah mereka. Dewan guru semua menjadi
model perilaku bagi siswa sekaligus model dalam belajar
sebagai sumber informasi yang menjadi fasilitator utama bagi
semua siswa.
Guru yang baik akan dapat menjadi fasilitator yang baik
bagi para siswa dan menjadi inspirasi bagi mereka, seorang
kepala sekolah dan guru tidak boleh berhenti belajar, baik
belajar manajemen, belajar konten atau isi pelajaran yang
diampu maupun metode, cara atau strategi dalam memberi
atau menyampaikan pelajaran.Juga belajar memahami siswa
dengan berbagai karakternya. Sekolah sebagai institusi
pendidikan ditugaskan untuk mengatur proses pendidikan dan
proses pengajaran dan pembelajaran dalam usaha mendidik
kehidupan negara. Dalam hal ini kepala sekolah sebagai
menajer yang diberi tugas untuk memimpin sekolah,
| 50
bertanggungjawab untuk mencapai tujuan sekolah (Maatoug, J.,
Fredj, S. Ben, Msakni, Z., Dendana, E., Sahli, J., Harrabi, I., …
Ghannem, H. 2017).
Ada perbedaan atas kualitas kepemimpinan kepala
sekolah adalah signifikan bagi keberhasilan sekolah.Kepala
sekolah perlu memiliki kemampuan untuk mem-berdayakan
seluruh sumber daya manusia yang ada untuk mencapai tujuan
sekolah. Secara khass berkaitan dengan kemampuan guru,
kepala sekolah harus memiliki kemampuan lebih untuk
meningkatkan kompetensi kinerja guru melalui pemberdayaan
sumber daya manusia atau dapat melanjutkan pendidikan
magister. Dalam pandangan (Ahmad, S. 2014; Srima, S.,
Wannapiroon, P., & Nilsook, P. 2015) bahwa peran binaan
kepala sekolah dan guru yang hebat dapat mengarahkan para
siswa, membuka cakrawala dengan pola yang menyentuh hati
mereka. Kepala sekolah yang hebat selalu memberi inspirasi
kepada para siswa agar tidak putus asa, tidak mengambil jalan
pintas bahkan tidak mengharapkan siswa tidak berani.
Seseorang guru/siswa harus belajar terus-menerus, berini
dalam mengembangkan dirinya agar dapat berinteraksi dengan
kualitas yang lebih baik.
Kepala sekolah dan guru yang hebat harus menjadi model
bagi civitas akademika termasuk siswanya agar menjadi contoh
bagaimana mengembangkan diri secara terus menerus dengan
manajemen yang baik dan benar. Beban kepala sekolah
tidaklah kecil karena mereka harus: (1) memiliki wawasan
jangka panjang (visi) dan mengetahui tindakan apa yang harus
diambil (misi) dan memahami cara-cara yang harus diambil
sebagai strategi awal; (2) koordinasi semua sumber terhad
yang tersedia untuk mencapai tujuan atau kemampuan
membuat keputusan dengan mahir (3) mampu menggerakkan
sumberdaya yang ada untuk bekerja maksimal; (4) bersikap
tolerans terhadap hindari dalam perbedaan mencari orang-
orang yang se ide dengannya (5) berkemampuan memerangi
51 |
rasa curiga, tidak berpura-pura, tidak arogansi, tidak kaku,
selaras dalam bersikap dan bertindak sesuai aturan yang
berlaku.
Selanjutnya pendapat (Xu, J., & Wu, H. 2013) dalam
menjalankan misi pemimpin sekolah yang berkomitmen atas
tanggung jawab maka ada ciri-ciri (a) pada umumnya hanya
ingin mengajar dan tidak mahu menjadi kepala, tetapi
kemudian mendapat dorongan dari atasan untuk menjadi
ketua, (b) mempunyai komitmen yang kuat terhadap
pendidikan, (c) agresif dalam mencari keperluan sekolah, (d)
sangat bersemangat dan menerima tanggungjawab sebagai misi
bukan sebagai pekerjaan. (e)memiliki sifat sebagai ahli strategi,
(f) mampu beradaptasi dengan baik, (g) memiliki kemampuan
bekerja sama dengan orang lain, dan (h) menekankan tanggung
jawab terhadap penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi
para siswa (i) selalu menerima kritikan dari bawahan atau ada
kotak saran demi kemajuan bersama. Salah satu tabiat
kepemimpinan di atas merupakan deskripsi umum yang
menjadi karakteristik posisi kepemimpinan. Sifat-sifat tersebut
sesuai dengan posisi kepemimpinan di sekolah, ada tahapan
toleransi yang tinggi untuk tekanan diperlukan untuk
menangani masalah kompleks yang berkaitan dengan
kepemimpinan sekolah, terutama pada tahap pembentukan
awal.
Tabiat harian pengetua adalah interaksi berterusan,
berterusan dari satu tradisi. Kebiasaan soal ini kepala sekolah
adalah salah satu interaksi yang konstan, sambung
menyambung dari satu kejadian ke kejadian yang
menghabiskan banyak tenaga dalam meyakinkan bawahan.
Sikap percaya diri diperlukan untuk memengaruhi orang lain
secara ilmiah dengan konsep berpikir logis, cara berpikir yang
induktif dan juga deduktif, kemampuan analitis, dan pemikiran
yang positif. Mampu mengontrol internal adalah rasa percaya
bahwa apapun yang ada dalam kehidupan seseorang
| 52
ditentukan oleh perilaku/tindakan orang tersebut, bukan oleh
kejadian di luar diri orang tersebut. Pemimpin dengan kontrol
internal yang baik akan bertanggung jawab atas apa yang
dilakukannya dan berlatih banyak dalam mengatasi masalah
sehingga tidak muncul masalah berikutnya. Tidak semua orang
sama dalam kematangan emosional didefinisikan sebagai
penyesuaian dan kewaspadaan terhadap kekuatan dan
kelemahan bawahannya. Kepala sekolah sebagai pemimpin
dalam bidang pendidikan dengan kematangan emosional tinggi
bisasanya peduli terhadap semua guru, staff, siswa, orang tua
mampu mengontrol diri, dan mau menerima kritik saran yang
konstruktif (Arifin, Z. 2016).
Berbicara tentang kesempatan dunia kerja termasuk
lembaga pendidikan komitmen seseorang terhadap
organisasi/sekolah seringkali menjadi isu yang sangat penting.
Persoalan komitmen tersebut, sampai-sampai beberapa
sekolah (termasuk yayasan sekolah swasta) memasukkan
unsur komitmen sebagai salah satu syarat untuk memegang
suatu jabatan/posisi disekolah tersebut. Terdapat pula pula
komitmen ini sudah sangat umum namun tidak jarang
pengelola sekolah maupun guru dan karyawan masih belum
memahami arti komitmen secara benar.
Mengenai hal prestasi adalah keinginan untuk
mempercepat dan mempermudah menuju kesuksesan,
motivasi, orientasi pada prestasi juga bisa berarti positif atau
negatif. Kepala sekolah Pengetua dengan prestasi yang baik
akan memberi kesan yang baik terhadap keberkesanan
kepemimpinan sekiranya orientasi ini digabungkan dengan
keperluan kekuatan yang akan memberi manfaat kepada
sekolah / institusi. Namun seharusnya sebuah komitmen
tersebut sangat penting untuk menciptakan keadaan kerja yang
kondusif agar sekolah dapat mencapai tujuan secara efektif
demi kemajuan bersama. Komitmen adalah ruh atau jiwa yang
melandasi ketercapaian suatu tujuan (goal). Kata tersebut jika
53 |
tanpa dijiwai, maka maknanya tipis dan ringan seolah tak
mengandung konsekuensi apa-apa. Komitmen jika dijiwai
dalam hati pelakunyaakan mengandung tanggungjawab yang
besar untuk mewujudkannya. Begitu juga komitmen untuk
menjadi tenaga kependidikan, mempunyai konsekuensi yang
tidak kecil terhadap setiap tindakan baik terhadap institusi
sekolah, peserta didik, masyarakat luas maupun sebagai pribadi
pendidik (Departemen Pendidikan Nasional, 2013).
Komitmen disini merupakan sifat hubungan antara
individu dengan institusi, dimana individu mempunyai
keyakinan diri terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi kerja,
ada kerelaan untuk menggunakan usaha secara sungguh-
sungguh demi kepentingan organisasi kerja serta mempunyai
keinginan yang kuat untuk tetap menjadi bagian dari
ketecapaian tujuan organisasi. Komitmen dapat disebut pula
sebagai: pemilikan tanggungjawab, kesetiaan atau
pengorbanan seseorang dalam bidang pekerjaannya. Oleh itu
komitmen adalah pemilikan tanggungjawab dan kesetiaan atau
pengorbanan dan pengorbanan yang dipengaruhi oleh persepsi,
moral, motivasi, konsistensi, kepemimpinan, kepuasan kerja,
proses dan budaya organisasi.
1. Proses pembentukan komitmen bisa dikarenakan: (a)
karakteristik organisasi, (b) karakteristik
individu/anggota organisasi, (c) pengalaman kerja
durasi dalam organisasi, (e) proses pertimbangan
dalam keputusan organisasi yang sehat (g) proses
sosialisasi dan orientasi kerja yang transparans (Cut
Morina & Arsye T, 2014). Sejalan dengan upaya
membangun komitmen kepala sekolah, guru, siswa
harus mampu:
2. memulai proses dengan memperlakukan seseorang
secara personal, menyingung beberapa isu kritis yang
bisa saja berkaitan dengan pendidikan, perawatan
| 54
kesehatan, komunitas dan lainnya. Perubahan khusus
yang ada dimulai secara personal.
3. membuat perencanaan yang matang. Arah
perencanaan yang disusun sebaiknya diwarnai oleh visi
dan nilai yang diantut serta budaya yang berkembang
di sekolah. Proses perencanaan agar melihatkan
sebanyak mungkin pihak yang akan
mengimplementasikan program disusun dalam
beberapa tahap/jangka pendek.
4. menggunakan proses penyusunan rencana sebagai
sesuatu yang bermakna secara psikologis maupun fisik
bagi semua warga sekolah yang mengikuti perjalanan
pencapaian tujuan sekolah.
5. memberi kesempatan kepada semua pihak (guru dan
karyawan), kerana semakin banyak latihan akan
menjadi lebih mahir dan lebih pakar. Tetap fokus pada
makna dan komitmen yang diambil dan luangkan masa
yang istimewa untuk mengingatnya.
6. menciptakan sikap sukarela mau menjadi bagian dari
rencana yang dijalankan. Komitmen akan mudah
timbul bila seseorang secara sukarela mau menjadi
bagian dari peristiwa yang sedang berlangsung dan
bertanggung jawab secara penuh
7. menawarkan, menjelaskan serta menunjukkan
keuntungan yang akan didapatkan dari keberhasilan
program sekolah sesuai visi-misi lembaga dalam
rentang satu dasawarsa.
8. Dapat membangkitkan rasa kebesamaan melalui
aktivitas bersama dan informal seperti acara makan
siang bersama diruang guru atau aula yang tersedia
disekolah bermakna sama rasa sama rata.
Melalui peristiwa-peristiwa ini, proses sosialisasi dapat
berjalan dengan lebih semula jadi dan lancar, dan merupakan
media yang kuat untuk mengekalkan hubungan emosi yang
55 |
wujud antara guru dan pekerja sekolah. Dalam meningkatkan
kemampuan memenuhi keuangan sekolah ada beberapa upaya
dari institusi pendukung disekolah ini, yaitu: peranan komite
sekolah, hubungan kerjasama dengan donatur sangat
menentukan aktivitas suatu sekolah. Kepala sekolah berusaha
memberdayakan peranan komite sekolah terutama dalam input
pendanaan untuk sekolah yang terdiri atas tata usaha, orang
tua wali, donatur dalam menyusun anggaran sekolah (BSNP.
(2007).
Masalah dalam keuangan sekolah didapati dari program
anggaran rutin dinas pendidikan yang telah dianggarkan setiap
tahun, tetapi anggaran dimaksud tidak mencukupi selur.
Kemudian program dan anggaran biaya yang telah disusun
tersebut mereka sampaikan dalam rapat komite sekolauh
aktivitas sekolah. Maka pihak sekolah membuat komite sekolah
yang resmi untuk mengelola Aggaran Pendapatandan Belanja
Sekolah yeng bersumber dari wali murid atau donatur yang
tidak terikat (Departemen Pendidikan Nasional. (2015).
Namun segala sarana dan fasilitas pendidikan adalah
peralatan dan peralatan yang digunakan secara langsung dan
menyokong proses pendidikan, terutamanya proses pengajaran
dan pembelajaran seperti bangunan, bilik darjah, meja dan
kerusi serta alat dan media pengajaran. Apa yang dimaksudkan
dengan infrastruktur pendidikan adalah kemudahan yang
secara tidak langsung mendukung perjalanan proses
pendidikan atau pengajaran seperti halaman, taman sekolah
dan jalan menuju sekolah. Pengurusan kemudahan dan
infrastruktur pendidikan ditugaskan untuk mengatur dan
menyelenggara kemudahan dan prasarana pendidikan sehingga
mereka dapat memberikan sumbangan yang optimum dan
bermakna dalam proses proses pendidikan.
Pada hakikatnya pengatuan manajemen sarana dan
prasarana ini meliputi lima hal, yaitu: penentuan kebutuhan,
proses pengadaan, pemakaian, pencatatan/manajemen dan
| 56
pertanggungjawaban. Hal perencanaan, pengadaan,
penggunaan, pemeliharaan dan perbaikan, dilakukan oleh
sekolah, karena sekolah yang paling mengetahui dan sesuai
dengan kebutuhan pelajar.
4. Pembinaan kualitas Guru
Berkenaan dengan kualiti guru setiap sekolah
mempunyai peran penting dalam pencapaian tujuan sekolah.
Sejalan dengan perkembangan evolusi industri peran dan
tanggung jawab guru akan semakin kompleks seiring
berkembangnya zaman, sehingga menuntut guru untuk
senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penguasaan
kompetensi guru. Guru sebagai satu komponen dalam aktiviti
pengajaran dan pembelajaran, mempunyai peranan yang sangat
penting dalam kejayaan pembelajaran, kerana fungsi utama
guru adalah merancang, mengurus, melaksanakan, dan menilai
pembelajaran.
Kedudukan guru dalam aktiviti pengajaran dan
pembelajaran juga sangat strategik dan tegas. Strategik kerana
guru akan menentukan kedalaman dan luasnya isi pelajaran,
sementara itu menentukan kerana guru menyusun dan memilih
bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada pelajar. Semua
itu tidak akan dapat dicapai apabila guru itu sendiri tidak
memiliki kompetensi dalam dirinya (Anies Baswedan, 2017).
Sebagiamana tertuang dalam UU Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen (pasal 1), mengisyaratkan adanya
perubahan sistem pendidikan atau penguasaan kompetensi
guru untuk meningkatkan mutu pendidikan. Berdasarkan
definisi tersebut, guru merupakan suatu pekerja yang
membutuhkan keahlian dan kematangan seorang guru serta
tanggung jawab untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Guru diberikan wewenang, tugas, atau kepercayaan
untuk bekerja pada suatu sekolah yang diharapkan mampu
menunjukkan kinerja yang memuaskan sesuai kompetensi
57 |
kinerja. Harapan kita guru harus lebih dinamis dan kreatif
dalam mengembangkan proses pembelajaran siswa sehingga
ada rasa nyaman dengan aktivitas belajar. Dalam upaya
mendukung terhadap efektifitas pembelajaran yang
dilaksanakannya, sehingga dengan adanya dukungan hasil riset
guru dapat memperbaiki proses pembelajaran. Lewat hasil
penelitian memungkinkan guru memberikan variasi
pembelajaran sehingga proses pembelajaran semakin baik dan
mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat
ini. Guru pada prinsipnya memiliki potensi yang tinggi untuk
berkreasi mengembangkan kinerjanya. Namun potensi yang
dimilikinya tidak selalu berkembang secara lancar disebabkan
adanya pengaruh dari diri guru itu sendiri dan dari luar guru itu
sendiri. Guru dituntut untuk memiliki kinerja yang mampu
mewujudkan keinginan dan harapan semua pihak terutama
masyarakat umum yang telah mempercayai sekolah dalam
membinan peserta didik.
Kehadiran guru dengan kualitas yang baik menjadi
harapan dunia pendidikan, mustahil suatu kelompok manusia
dapat hidup dan berkembang sejalan dengan aspirasi
manusia. Evolusi perkembangan pendidikan Indonesia,
khususnya perkembangan dalam adaptasi lembaga pendidikan
keguruan telah mempersiapkan mahasiswa keguruan untuk
menjadi guru yang benaran. (Teaching competence) dan
bagaimana konsep ini diterjemahkan menjadi program
pendidikan dalam sekolah guru. Untuk menelusuri bagaimana
“profesionalisme” guru dalam mengajar di lembaga pendidikan
dapat berkembang dari masa-ke masa. Lembaga IKIP (Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan) adalah lembaga pendidikan
guru pertama pada jenjang Perguruan Tinggi yang didirikan
oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1954. Dalam
kurun waktu yang lama sistem pendidikan guru Indonesia
mengalami berbagai perubahan, termasuk perubahan dalam
cara bagaimana para mahasiswa dipersiapkan menjadi guru-
| 58
guru yang berkualitas (Anas M. Adam 2016). Sebuah Ekspedisi
untuk penambahan sekolah-sekolah guru di seluruh
Indonesia, mulai dari sekolah Dasar dan sekolah menengah
dalam program wajar 9 tahun. Periode ini berlangsung dari
199 an adalah masa modernisasi pendidikan guru di
Indonesia, dengan memperkenalkan antara lain, metode-
metode pembelajaran terbaru beserta perlengkapan-
perlengkapan teknologinya. Lewat langkah ini pendididkan
guru di Indonesia berusaha mengejar ketinggalannya dari
negara-negara tetangga, terutama Singapura, Malaysia,
Thailand, dan Filippina kawasan Asia Tenggara.
Pengertian dalam peningkatan kualitas guru adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang mandiri
dalam belajar. Peran budaya sebagai masukan bagi
pendidikan ditentukan oleh sistem nilai yang dianut oleh
masyarakat sesuai denga kurikulum dan norma-norma dalam
masyarakat.
Kualitas guru dan pengajaran akan meningkat dengan
menggunakan media belajar yang lengkap menjadi alat bantu
dalam praktikum bagi siswa. Bersama dengan kemajuan iptek
terutama dalam bidang informasi dan inovasi-inovasi baru
didalam teknologi pendidikan memudahkan kerja guru dalam
mencapai tujuan belajar. Meningkatnya kualitas guru dalam
mengajar akan diikuti oleh pengaruh global pendidikan akan
sangat tergantung pada teknologi, yang berdampak
munculnya tradisi serba instan. Kemajuan teknologi juga
semakin terkikisnya kebudayaan bangsa akibat masuknya
budaya dari luar tanpa selektif dalam masyarakat. Globalisasi
yang berlaku dalam dunia pendidikan mampu menjadi
pemikiran liberal untuk berkongsi sektor yang semuanya
termasuk dalam pasaran komoditi. Pengaruh kemajuan
mengakibatkan hilangnya kuasa kawalan pendidikan oleh
59 |
Negara. Rujuk standard international dengan istilah ISO atau
index lainnya (Becerra, S., Munoz, F., & Riquelme, E. 2015).
| 60
BAB IV
KOMUNIKASI KEPALA SEKOLAH
1. Dasar Komunikasi internal
Jenis komunikasi ini berbeda dengan kehadiran atau
ketiadaan peluang bagi komunikan untuk memberikan reaksi
atau responsif/ balasan atas pesan dan informasi yang dikirim
oleh komunikator. Sebagai tambahan kepada jenis dan bentuk
komunikasi yang disebutkan di atas, kita juga akan
mendapatkan model komunikasi internal dan interpersonal.
Dalam proses memahami komunikasi dapat dibahagikan
kepada dua bahagian model, yaitu:
1. Model intrapersonal Communication Skill (kemampuan
komunikasi dengan diri sendiri)
2. Model interpersonal Communication Skill (kemampuan
komunikasi dengan pihak lain)
Mula-mula dari kemampuan memproses komunikasi
dengan diri sendiri (intrapersonal), akan mempengaruhi
kualitas kemahiran komunikasi dengan orang lain. Contohnya,
jika siswa berbicara dengan berfikiran negatif terhadap diri
mereka sendiri mengenai seseorang (contohnya, pemimpin,
pasangan, rakan sekerja, rakan kerja atau rakan dalam bentuk
prasangka, mereka kemungkinan besar akan kehilangan
keselesaan ketika berkomunikasi dengan orang itu. Dari contoh
di atas, sudah pasti komunikasi interpersonal menjadi tidak
berkesan kerana gagal mengawal komunikasi dengan diri
sendiri (intrapersonal).
Sekiranya dikembangkan lebih lanjut dalam setiap proses
komunikasi antara intrapersonal dan interpersonal, maka akan
semakin jelas hubungan antara proses komunikasi (Zamanhuri,
2017). Memahami konsep komunikasi pendidikan akan
menjadi lebih mudah sekiranya kita mengetahui contoh
61 |
komunikasi formal dalam pembelajaran. Bentuk komunikasi
formal ini dianggap mempunyai kesan yang lebih elegan dan
profesional. Dengan menggunakan bentuk komunikasi ini,
seorang guru dapat lebih dihargai dan proses komunikasi
pembelajaran yang berlaku dapat berjalan secara baik. Kunci
utama pembelajaran adalah mengenai bagaimana membangun
strategi komunikasi yang betul. Oleh sebab itu, tidak
mengherankan bahwa komunikasi formal dapat menjadi
pilihan yang tepat untuk melakukan ini.
Komunikasi pada dasarnya mampu mempengaruhi proses
pelaksanaan komunikasi pembelajaran terbagi kepada 2 (dua)
jenis, yaitu faktor internal yang bermaksud semua faktor
berasal dari dalam diri siswa. Seperti kemampuan, motivasi,
perhatian, persepsi, ingatan, dan lain-lain. Sedangkan faktor
lain adalah faktor lingkungan luar, yang bermaksud semua
faktor yang berasal dari luar siswa seperti keadaan proses
pembelajaran, kaedah yang digunakan, guru sebagai tenaga
pengajar disekolah, pegawai admin dan sebagainya.
Pada dasarnya, komunikasi pembelajaran menggunakan 2
(dua) jenis komunikasi, yaitu komunikasi persuasif yang
berkesanan bergantung kepada guru dan siswa/pelajar itu
sendiri. Pada masa sekarang banyak media pembelajaran yang
dapat kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari, karena
komunikasi pembelajaran hari ini tidak hanya terdapat dalam
pembelajaran di sekolah atau di lingkungan pendidik tetapi di
banyak komunikasi yang kita lakukan dalam pembelajaran
dilakukan secara langsung atau tatap muka. Pembelajaran yang
dilakukan secara langsung adalah pembelajaran yang dilakukan
bertemu muka dengan siswa di dalam dan di luar kelas.
Manakala pembelajaran tidak langsung adalah proses
pembelajaran yang dijalankan dengan menggunakan media
hand phone, lap top, televisi digital, media sosial, YouTube,
televisi atau jenis lainnya (Williams, T. 2017). Dalam proses
komunikasi primer umumnya berlaku dalam konteks
| 62
komunikasi interpersonal atau komunikasi personal saja atas
keperluan siswa/guru.
Berdasarkan makna Kamus Besar Bahasa Indonesia
komunikasi secara Online, yang dimaksud dengan telegram,
sms, wathsap berita yang dikirim dengan menggunakan data
jaringan atau vitur lainnya. Dengan demikian, telegram adalah
pesan tertulis yang dikirimkan dengan menggunakan telegraf
dan dimana teks ditulis atau dicetak dan dikirimkan dengan
tangan atau teleprinter. Sebelum telepon genggam dan surat
elektronik berkembang seperti sekarang, telegram sangat
berguna untuk menyampaikan kabar yang mendesak atau
menyampaikan ucapan selamat hari raya. Pada masa kini, kita
hampir tidak lagi melihat telegram, wartel di kantor pos dan
menggunakan layanannya.
2. Fungsi Komunikasi
Bentuk dari komunikasi merupakan sebuah proses dinamis
untuk menciptakan makna melalui berbagai simbol baik verbal
maupun nonverbal. Terkait dengan hal ini tentu kita masih
ingat pengertian komunikasi yang dikemukakan oleh para
pakar ilmu komunikasi Harvad University merupakan sebuah
proses untuk merubah perilaku orang lain lewat sebuah pesan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, tentunya kita harus
mempertimbangkan berbagai faktor-faktor seperti gender,
etnis, sosial budaya, globalisasi, resiko, serta kebebasan
berekspresi. Menurut (Halterman, J. S., Tajon, R., Tremblay, P.,
Fagnano, M., et al, 2017) bahwa yang perlu dipahami adalah
bahwa perubahan perilaku pada komuniksi dapat terjadi hanya
melalui bermacam sistem yang ada. Walaupun organisasi
adalah suatu sistem atau sekumpulan dari individu yang
memiliki tingkatan atau susunan peran dan saling bekerjasama
untuk meraih tujuan bersama, yang kemudian disebut sebagai
tujuan organisasi. Syarat-syarat untuk pembentukan organisasi
hanya dua, iaitu adanya tahap kedudukan yang menunjukkan
63 |
kedudukan dan status setiap posisi dan ada pembahagian tugas,
pekerjaan, atau peranan yang harus dilakukan oleh setiap
individu atau anggota dalam organisasi. Setiap anggota
mempunyai tugas dan peranan masing-masing, bergantung
pada kedudukan dan kedudukan mereka dalam organisasi.
Penghubung atau humas pendidikan menekankan hubungan
sementara komunikasi menekankan bentuk hubungan
penyampaian maklumat. Bentuk komunikasi berbeda dari
komunikasi lisan dan bukan lisan bahkan ada pula dalam bentu
kode saja. Dalam menjalin sebuah komunikasi tentunya
diperlukan adanya sebuah teknik-teknik tertentu , hal ini
dimaksudkan agar di dalam proses komunikasi yang tengah
berlangsung nantinya tidak terjadi kesalahpahaman (miss-
comunikasi) antara si pengirim pesan dan si penerima pesan.
Begitu halnya dalam bidang pendidikan. Dalam bidang
pendidikan komunikasi memegang peranan yang sangat
penting sekali.
Bisa dibayangkan sebuah lembaga atau institusi pendidikan
yang tidak bisa menerapkan komunikasi yang baik maka akan
mustahil akan dicapai hasil atau output yang maksimal.
Komunikasi mempunyai fungsi sebagai penyampai pesan
berupa ilmu pengetahuan, teknologi maupun strategi untuk
memecahkan sebuah permasalahan. Dalam prakteknya
komunikasi yang dilakukan tidak selalu berjalan lancar, hal ini
dikarenakan kemampuan tiap orang untuk menerima dan
memahami isi pesan bidang kehumasan.
Sejalan dengan pendapat dari (James, J. K., & Williams, T.
2017) bahwa penyampaian sebuah pesan dalam komunikasi,
dalam hal ini tentu saja adalah komunikasi pendidikan atau
yang biasa disebut dengan humas pendidikan terkadang sering
dijumpai kesalahpahaman dalam memahami maksud dan isi
sebuah pesan ataupun informasi. Hal ini dikarenakan berbagai
faktor diantaranya: latar belakang budaya dan tingkat
pendidikan seseorang. Interpretasi suatu pesan akan terbentuk
| 64
dari pemikiran seseorang melalui kebiasaannya, sehingga
semakin setara pada latar belakang budaya dan tingkat
pendidikan seseorang antara komunikator dengan komunikan
maka komunikasi semakin efektif. Sayogianya untuk
mengefektifkan proses komunikasi maka diperlukan berbagai
macam model dan media komunikasi yang beragam guna
menghadapi berbagai macam karakteristik orang yang berbeda
di dalam sebuah proses komunikasi dalam dunia pendidikan.
Masalah ini akan sangat penting dilakukan mengingat
kemampuan setiap orang dalam menyerap pesan dari sebuah
informasi yang berbeda-beda. Dari berbagai macam model
komunikasi yang efektif, setidaknya ada tiga jenis model
komunikasi yang utama. Pertama, model komunikasi linier,
model komunikasi ini dikemukakan pakar matematika. Model
linear berasumsi bahwa seseorang hanyalah pengirim atau
penerima saja yang sangat sempit terhadap partisipan-
partisipan dalam proses komunikasi.
Suatu konsep penting dalam model ini adalah gangguan
intro, yakni setiap rangsangan tambahan dan tidak dikehendaki
yang dapat mengganggu kecermatan pesan yang disampaikan.
Gangguan ini selalu ada dalam saluran bersama sebuah pesan
yang diterima oleh penerima. Hal ini biasanya terjadi pada
komunikasi internal antara kepala sekolah dengan para
bawahannya meliputi guru, siswa, admint, komite sekolah.
Komunikasi yang dilakukan melalui telepon seringkali
mengalami gangguan, misalnya sinyal yang kurang baik di
lokasi si penerima pesan sehingga mengakibatkan
penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan tidak
dapat berjalan dengan optimal dan mengakibatkan miss
persepsi (Santibañez, L., Abreu-Lastra, R., & O’Donoghue, J. L.
2014).
65 |
3. Etika dalam Komunikasi
Semua sektor komunikasi membutuhkan etika berbicara
mengenai nilai dan norma, moral manusia, ukuran tingkah laku
yang dipandang baik dalam masyarakat. Kelancaran
komunikasi dengan beretika mempunyai tujuan memantu
manusia mengambil sikap dan tindakan yang betul, bebas tetapi
bertanggungjawab, sehingga dapat mewujudkan tujuannya.
Seperti namanya, etika umum adalah etika yang
membincangkan keadaan asas dan umum tindakan manusia
secara beretika. Standard bertindak secara etika ini kemudian
dijadikan rujukan bagi manusia untuk bertindak dan
berprilaku. Etika umum telah diterapkan sebagai penanda
secara umum dalam menilai tindakan/ucapan yang baik atau
buruk. Beberapa standard yang merangkumi etika umum
adalah adat istiadat, norma masyarakat, norma agama, status
sosial.
Berdasar kan dari catatan (Bowers, B. 2016) bahwa etika
mengajurkan kita akan hubungan baik antara sesama warga
untuk ber komunikasi/tatap muka, orang – orang yang terlibat
dalam proses komunikasi saling bertemu. Dengan begitu setiap
orang dapat melihat langsung lawan bicaranya, termasuk
melihat ekspresi wajah, pancaran mata, atau raut mimik saat
berbicara atau sopan santun. Pembicaraan dengan komunikasi
tatap muka mampu menyelesaikan sesuatu urusan baik bisnis,
pengajaran, hukum atau komunikan lainnya secara terstruktur.
Sedikit terdapat adap dan sikap saat berlangsung
komunikasi dua arah yang perlu etika komunikasi
dikedepankan misalnya:
Bersikap tenang ketika berbicara. boleh menggerakkan
tangan anda dengan lembut untuk mengesahkan
perbualan, tetapi elakkan menggunakan jari telunjuk
untuk menunjuk orang lain.
Pilih tema perbualan yang berguna dan menarik untuk
kedua-dua pihak. Elakkan bercakap tentang perkara yang
| 66
tidak mahu anda bincangkan, atau perkara yang ingin
dilupakan oleh orang lain.
Hindari bergosip mengenai orang lain. Bergosip
mungkin menyenangkan, tetapi itu adalah sifat buruk. Bercerita
masalah kelemahan dan kesalahan orang lain, tanpa mengambil
kira hakikat bahawa anda juga mempunyai banyak kekurangan.
Kita perlu hindari membeli semua perbincangan, beri masa
kepada orang lain untuk bercakap disaat orang lain berbicara,
diamlah. Hargai dan dengar apa yang orang lain katakan dan
jangan mengganggu semasa mereka bercakap. * Sesuaikan
jarak sesuai dengan orang lain, sehingga orang lain merasa
selesa dan dapat mendengar apa yang anda katakan; begitu
juga sebaliknya. Selaraskan dengan volume dan waktu
berkomunikasi (Bowers, B. 2016).
Biasanya sebuah prinsip komunikasi mampu untuk
mengidentifikasi suatu situasi atau kejadian, melibatkan
sekumpulan norma-norma dan nilai-nilai, dan hubungan antara
sesama. Cara saling mempengaruhi, komunikasi merupakan
proses pertukaran informasi yang bertujuan untuk
mempengaruhi sikap, opini, perilaku bahkan kesimpulan dapat
menjadi bias. Menurut (Fattah, Nanang, 2013) bahawa untk
keseimbangan, setiap informasi diterima dari berbagai pihak
agar seimbang sehingga dapat menghasilkan keputusan yang
adil.
Namun privasi, menghormati dan menghargai wilayah
pribadi dari masing-masing orang agar terhindar dari
pelanggaran hak pribadi. Maka ada prinsip- prinsip komunikasi
verbal yang efektif dalam perspektif Islam adalah sebagai
berikut : Intonasi yang lembut. Budaya Islam sangat menggaris
bawahi pentingnya sopan santun dan etika dalam
berkomunikasi, salah satunya adalah dengan menggunakan
intonasi yang lembut. Sebaliknya, menggunakan intonasi yang
keras dapat membuat penerima pesan menjadi tidak nyaman.
Menggunakan kata-kata yang tepat. Untuk mencapai
67 |
komunikasi yang efektif, pemilihan serta penggunaan kata-kata,
frasa dan kalimat yang tepat sangatlah penting agar pesan
dapat tersampaikan dengan baik. Menggunakan suara yang
lemah lembut. Suara yang keras dapat menyebabkan gangguan
dan kerusakan pada alat pendengaran. Suara yang keras
termasuk dalam polusi yang dapat merusak kesehatan. Secara
alamiah, Allah SWT telah menganugerahkan manusia dengan
suara yang sangat dinamis yang dapat digunakan dalam situasi
yang tepat. Karenanya, penggunaan volume suara yang tepat
perlu disesuaikan dengan penerima pesan. Memahami mental
penerima pesan.
Seorang komunikator dalam proses komunikasi Islam
hendaknya memahami bahwa setiap orang memiliki sifat dan
tingkatan mental yang berbeda. Sehingga masing-masing orang
pun memiliki kemampuan yang berbeda dalam menerima dan
menyerap pesan yang dikirimkan oleh komunikator (Nurkolis,
2009). Memahami situasi dan kondisi. Salah satu prinsip kunci
dari komunikasi yang efektif adalah memahami situasi dan
kondisi dimana komunikasi tersebut berlangsung. Dalam artian,
pesan yang disampaikan oleh komunikator disesuaikan dengan
situsi dan kondisi dimana komunikasi tersebut berlangsung.
Menghindari dominasi pembicaraan pada sebuah acara
diskusi, tidak jarang terdapat anggota diskusi yang terlalu
mendominasi pembicaraan dibandingkan dengan yang lain. Hal
ini mengakibatkan anggota diskusi yang lain menjadi bosan.
Adanya dua telinga dan satu mulut dimaksudkan agar sebagai
pengirim pesan hendaknya lebih banyak mendengar
dibandingkan berbicara. Orang bijak selalu mendengarkan apa
yang dikatakan oleh lain dan berbicara dengan sedikit terus
terang “blak-blakan” tanpa mengintimidasi perasaan orang lain.
Sedangkan dalam melindungi etika individu, iaitu etika
khas yang merangkumi standard dan rujukan tentang sikap
manusia/siswa terhadap diri mereka sendiri. Sebagai contoh,
seorang siswa/ guru mesti memahami cara menghormati diri
| 68
sendiri dengan tidak melakukan masalah yang membahayakan
diri sendiri atau orang lain. Etika sosial, yang merupakan etika
khusus yang merangkumi piawaian dan rujukan tentang sikap
manusia terhadap orang lain, persekitaran, dan orang awam
sebagai anggota masyarakat sosial. Misalnya, seorang
siswa/guruMisalnya, seorang siswa/guru harus memahami
bagaimana bersikap toleransi dengan orang lain yang juga
punya kapasitas yang sama dengan kebutuhan kita (Octavia, L.
S., & Savira, S. I. 2017). Kita beretika/berbudaya merupakan
nilai dan norma yang berlaku untuk dijadikan pandangan dan
standar manusia dalam bertindak dan bertingkah laku. Dalam
kaitannya dengan komunikasi, etika komunikasi mencakup
segala nilai dan norma yang menjadi standar dan acuan
manusia dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Etika komunikasi menilai mana tindakan komunikasi
yang baik dan buruk berdasarkan standar yang berlaku secara
jamak oleh banyak pembicara. Selaras dengan alibi yang
dikemukakan oleh (Septiana, R., Ngadiman, & Ivada, E. 2013)
bahwa cara berkomunikasi merupakan salah satu hal yang
krusial dalam kehidupan manusia, maka penting bagi kita
untuk memahami mengenai etika komunikasi. Tanpa adanya
etika komunikasi, dapat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
seperti kesalahpahaman, pertengkaran, perselisihan, dan lain
sebagainya. Andaikan etika komunikasi yang tidak diketahui
dan diterapkan akan menyebabkan hubungan kita dengan
orang lain jadi buruk. Tentunya itu akan berakibat tidak baik,
karena bagaimanapun juga kita adalah makhluk sosial yang
selalu membutuhkan dan dibutuhkan orang lain.
4. Teknik Komunikasi.
Komunikasi adalah salah satu hal yang penting dalam
sebuah organisasi karena dapat berdampak pada hasil kerja
organisasi/lembaga tersebut. Dalam retorika komunikasi
menurut (Wang, J. J. 2016) mengartikan “communication the
69 |
sharing of information between two or more individuals or
groups to reach a common understanding, effective
communication is important in organization because it affects
practically every aspect of organizational behavior”.
Komunikasi di lingkungan sekolah khususnya yang dilakukan
oleh kepala sekolah terhadap guru menjadi hal yang sangat
penting.
Hal ini dikarenakan kepala sekolah memiliki peran yang
sangat penting dalam kemajuan sekolah khususnya
meningkatkan motivasi kerja guru. Jika komunikasi dapat
berjalan efektif maka dipastikan guru memiliki motivasi kerja
yang tinggi sebagai jawaban atau respon yang dinyatakan
dalam diri guru tersebut. Anggota dalam sebuah organisasi
harus dapat memahami kepribadian, perilaku dan nilai-nilai
yang berlaku pada saat berkomunikasi. Dalam hal ini, kepala
sekolah harus dapat mengetahui dasar dari menciptakan
komunikasi yang efektif adalah dengan memahami beberapa
nilai yang harus dipahami pada saat berkomunikasi dengan
guru.
Sejalan dengan itu teknik komunikasi kepala sekolah
harus memahami karakter, kepribadian masing-masing guru
sehingga mudah saat berkomunikasi dapat lebih efektif dan
mudah dimengerti oleh guru sebagai penerima pesan. Jika
komunikasi efektif dapat dilakukan oleh kepala sekolah dengan
baik maka motivasi kerja guru akan meningkat. Komunikasi
memiliki fungsi yang cukup berarti dalam sebuah organisasi.
Ketika berkomunikasi maka ada transfer informasi atau ilmu
yang akan disampaikan oleh pengirim pesan. Dalam
berkomunikasi juga dapat memperlihatkan ekspresi dan emosi
yang dapat dimunculkan dari pengirim pesan kepada penerima
pesan. Selain itu, memberikan motivasi kepada lawan bicara
dapat ditumbuhkan melalui komunikasi yang efektif.
Komunikasi juga menjadi pengendali dalam sebuah tim atau
kelompok organisasi. Dengan menggunakan teknik komunikasi
| 70
yang santun kepala sekolah harus dapat mengendalikan umpa
balik dari audien atau bawahannya.
Menurut (Androniceanu, A., Ristea, B., & Uda, M. M. 2015).
komunikasi terbagi menjadi dua yaitu komunikasi
interpersonal dan komunikasi organisasi. Sedangkan Syarat-
syarat komunikasi antara lain source (orang, lembaga, buku),
saluran, pesan, komunikan dan efek Barnard dalam Luthans
menyatakan bahwa ada tujuh faktor yang penting dalam
berkomunikasi dalam organisasi antara lain:
1. Saluran komunikasi sebaiknya diketahui secara pasti
2. Sebaiknya ada saluran komunikasi formal ada bagi
setiap anggota organisasi
3. Saluran komunikasi sebaiknya berlangsung sesingkat
mungkin
4. Menggunakan saluran komunikasi formal dan lengkap
5. Orang yang bertindak sebagai pusat komunikasi
sebaiknya kompeten
6. Saluran komunikasi sebaiknya tidak terganggu pada
saat organisasi berfungsi
7. Setiap komunikasi sebaiknya diotentikasi
Untuk memahami komunikasi yang efektif baik itu secara
interpersonal maka hal yang harus dipahami adalah jenis arus
komunikasi. Komunikasi kepala sekolah dengan guru termasuk
kedalam komunikasi ke bawah. Komunikasi yang terjadi antara
kepala sekolah dengan guru seperti :
1. Memberi arahan tugas tentang instruksi kerja
2. Memberi informasi mengenai prosedur organisasi
3. Memberi tahu bawahan tentang kinerja mereka
Sebagai hal yang selalu dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari, komunikasi harus dilakukan dengan baik. Berikut
adalah beberapa teknik komunikasi yang baik: Berbicara
dengan sopan /jelas intinya adalah menyampaikan pesan
kepada lawan bicara, dan tugas kita adalah bagaimana agar
pesan tersebut sampai sesuai dengan keinginan kita. Yang
71 |
paling penting adalah bicara apa yang kita maksudkan dengan
jelas, supaya tidak ada kesalahpahaman. Mendengarkan dengan
baik/fahami isi yang telah diulas sebelumnya, mendengarkan
adalah hal yang sangat penting dalam komunikasi. Jikalau kita
tanpa berusaha mendengarkan baik, komunikasi yang terjalin
tidak akan efektif. Kita tidak memperhatikan apa yang
dibicarakan orang lain dan membuat komunikasi jadi
terhambat. Biasanya kita kurang memperhatikan lawan bicara.,
saat berkomunikasi dengan lawan bicara, maka kita harus
perhatikan lawan bicara kita secara serius. Manfaatnya lawan
bicara merasa dihargai dan komunikasi berjalan lebih lancar
akan ada jalinan emosional dengan lawan bicara maka akan
terus terjalin dengan baik.
Konfik interes dalam dalam berkomunikasi, kita tidak
dapat terhindar dari adanya kesalahpahaman. Kesalahpahaman
bisa terjadi karena berbagai hal, misalnya gangguan lingkungan
atau ketidak fokusan kita dalam menyimak. Karena itu, perlu
dikonfirmasikan langsung hal yang disalah pahami guna
meluruskan keadaan atau memang saluran telpon yang rusak.
Seperti yang dibahas sebelumnya, komunikasi bukan hanya
soal bicara atau verbal. Ada juga aspek-aspek komunikasi non-
verbal dan justru peranannya jauh lebih besar dibanding
komunikasi verbal. Contoh dari komunikasi non-verbal adalah
gestur tubuh, mimik wajah, penampilan, tanda baca, dan lain
sebagainya. Etika sebenarnya secara sadar atau tidak sudah
banyak kita pelajari dan pahami sejak kecil berikut adalah
contoh dari etika komunikasi:
Pengunaan bahasa yang baik dan intonasi yang sesuai.
Mengucapkan permisi ketika lewat di depan orang lain.
Mengucapkan tolong ketika minta bantuan.
Mengucapkan terima kasih ketika mendapat bantuan.
Mengucapkan maaf ketika melakukan kesalahan.
Menghormati orang-orang yang lebih tua.
Mengurangi kebiasaan menyela ucapan orang lain.
| 72
BAB V
MANEJEMEN SEKOLAH EFEKTIF
Setiap manusia selalu terkait dengan lingkungan
masyarakat dimana manusia itu berinteraksi. Kepala sekolah,
guru dan personal lainnya disekolah harus berinteraksi baik
dalam internal sekolah maupun dengan eksternal sekolah
seperti lingkungan pemerintah kabupaten/kota dimana sekolah
itu berada, lingkungan masyarakat secara umum diantaranya.
Terampil bekerja sama dengan orang lain berdasarkan prinsip
yang saling menguntungkan dan memberi mamfaat bagi
sekolah. Mempunyai kemapuan berpartisipasi dalam kegiatan
sosial kemasyarakatan dan sekolah serta memiliki kepekaan
sosial terhadap orang lain atau masyarakat umum (Tegegne, T.
K., & Sisay, M. M. 2014).
1. Pimpinan Sekolah Efektif
Kepala sekolah sebagai pimpinan lembaga pendidikan,
merupakan seorang figur yang pengaruhnya besar sekali dalam
proses kehidupan suatu sekolah. Kepemimpinan kepala sekolah
dapat menentukan berkembang atau tidaknya kehidupan
sekolah yang dipimpinnya. Karena itu, kepemimpinan
manajerial kepala sekolah harus didasari pula oleh silat sebagai
“pemimpin” dan bukan hanya sifat sebagai seorang manajer.
Dalam hal ini Depdikbud (1999:3-4) menjelaskan bahwa
sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah harus: mengarahkan
dari pada mendorong atau memaksa; menjalankan kerjasama
dalam setiap aktivitasnya tanpa mengandalkan kekuasaan atau
SK; menanankan kepercayaan kepada para guru dan stafnya;
menunjukan bagaimana cara melakukan sesuatu dibanding
menunjukan bahwa ia mengetahui sesuatu; mengembangkan
73 |
suasana yang bersemangat; senantiasa memperbaiki kesalahan
daripada membebankan kesalahan pada orang lain dan bekerja
dengan sungu h-sungguh, dalam hal in kepala sekolah harus
mampu mengarahkan orang lain tanpa merasa diperintah serta
terus menerus berusaha mencapai tujuan sekolah. Dengan
demikian, tidak semua kepala sekolah dapat dikatakan sebagai
pimpinan, jika ia tidak mampu untuk mengajak, menggerakkan
dan memberdayakan personil sekolah untuk melaksanakan
tugas dan kewajibannya sesuai dengan apa yang diinginkan
oleh oleh dirinya atau lembaga
Sedangkan menurut Michael Fullan (2000),
memberikan gambaran fungsi kepala sekolah sebagai pimpinan
bahwa dalam melaksanakan tugasnya hendaknya
mengedepankan keberhasilan semua siswa, dengan
memfasilitasi, mengembangkan, artikulasi, implementasi, dan
menangani visi belajar yang bersama-sama ditanggung dan
didukung oleh warga sekolah, melakukan pembelaan dan
pengasuhan, serta mendukung program kebudayaan dan
pengajaran di sekolah secara kondusif, mengembangkan proses
belajar siswa dan profesionalisme staf sekolah; memastikan
manajemen organisasi, operasionalisasi, sumbersumber untuk
menclptakan keamananan, efisiensi, dan lingkungana belajar
yang efektif, kolaborasi dengan keluarga dan anggota
masyarakat, menjawab berbagai kepentingan dan kebutuhan
masyarakat serta memobilasi sumber -sumber masyarakat;
bertindak dengan integritas, adil, dan berdasarkan etika yang
berlaku; memahami, menjawab, dan memberikan pengaruhnya
dalam konteks politik, sosial, ekonomi, hukum dana
kebudayaan.
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan dalam
organisasi pendidikan khususnya di tingkat sekolah saat ini.
Maka dituntut pula sikap profesionalisme kepala sekolah dalam
memimpin sekolah guna meningkatkan kinerja sekolah, yaitu
dalam memberikan layanan pendidikan yang bermutu kepada
| 74
siswa, sehingga fungsi sekolah sebagai lembaga pengembang
sumber daya manusia dapat terwujud dengan baik, serta dalam
rangka menyongsong perubahan masa depan sekolah ke arah
yang lebih baik. Hal ini sangat penting dilakukan karena
kepemimpinan kepala sekolah harus selalu berusaha untuk
menyesuaikan situasi dan kondisi perkembangan pendidikan
saat ini. Sekolah dituntut untuk kreatif Penuh inovasi dan
berpandangan luas kedepan agar sekolah yang dipimpinnya
dapat berkompetisi sehat dan positif guna menciptakan
kepemimpinan pendidikan yang efektif, dan sekolah efektif,
sehingga akan berdampak positif terhadap kegiatan belajar dan
pendidikan para siswanya. Tampuk pimpinan yang sedang
dijalankan, kepala sekolah diharapkan mampu memahami dan
mengembangkan potensi para stafnya dan dapat memehami
mereka dengan karakternya, dalam hal ini, kepala sekolah
bertindak sebagai manager dengan menggunakan pendekatan
partisifetif dalam gaya kepeminpinaimya.
Kepala sekolah juga merupakan tenaga profesional yang
memiliki wewenang untuk memajukan dan mengembangkan
sekolahnya, dalam rangka menghadapai suasana kompetitif.
Karena itu, kepala sekolah dituntut untuk memiliki peran
ganda, yaitu sebagai pemikir dan pengembang Razik dan
Swanson (1995:80) menginformasikan tentang kekurangan
yang biasanya ada pada kepemimpinan bidang pendidikan. Inti
dari informan tersebut adalah bahwa seorang pemimpin
pendidikan kurang memiliki : definisi yang baik tentang
kepemimpinannya, program-program rekruitmen
kepemimpinan yang jelas di sekolahnya, kondisi yang baik
antara sekolah dan universitas, profesionalisme yang
berkembang calon kepala sekolah yang berkualitas bagi
persiapan program, rasa nasionalisme dalam mempersiapkan
para administrator sekolah. Lebih lanjut dikemukakan
pendapatnya tentang tiga kemampuan yang harus dimiliki
kepemimpinan pendidikan, yaitu: visi untuk masa depan,
75 |
melihat intensitas bagi yang lainnya dan bertindak secara
efektif.
Di tengah era globalisasi dan pembaharuan saat ini
termasuk juga pembaharuan di dunia pendidikan kepala
sekolah dituntut menipu menangani berbagai hal yang
berkaitan dengan perkembangan sekolahnya sesuat dengan
harapan-harapan dari berbagai kalangan masyarakat yang
berkepentingan dengan dunia pendidikan. Dalam hai ini kepala
sekolah dapat menjalankan usaha-usaha pembaharuan sekolah
untuk mencapai tujuan yang telah diterapkan sekolahnya,
antara lain: menginformasikan: meninjau kembali
operasionalisasi tujuan-tujuan yang telah ditetapkan bagi
kinerja para siswa; bekerja sama dengan para anggota tim
manajemen berbasis sekolah untuk mengidentifikasi sejumlah
perubahan yang diharapkan guna mendukung tercapainya
tujuan-tujuan pendidikan bagi para siswa; mengidentifikasi
berbagai kebutuhan pengembangan staf, guna memungkinkan
kepala sekolah dan pegawai lainya menghasilkan perubahan
yang diharapkan; usaha-usaha menstrukturisasi studi yang
dilaksanakan di tempat lain untuk menggunakan ataupun
mengadaptasi ide-ide dan pendekatannya; mempertimbangkan
faktor kontekstual sekolah, etika melaksanakan restrukturisasi
faktor-faktor seperti sumber yai^ tersedia, pandangan terhadap
insentif dan tanpa insentif, hubungan di dalam sekolah, tujuan
dan kepentingan utama sekoalah, golongan dan tekanan di
antara staf praktek pengajaran terkini, dan warisan inovasi-
inovasi terdahulu.
Mengantisipasi berbagai perubahan yang berlangsung
begitu pesat dalam dunia pendidikan, kepala sekolah
diharapkan memiliki kemampuan, wawasan, dan pengalaman
yang memadai, hal ini harus senantiasa memerlukan
pengembangn diri dan orientasi kepala sekolah- agar mampu
membawa sekolah yang dipimpinnya menuju pada kemajuan
yang berarti dan sesuai dengan harapan masyarakat global
| 76
Selain itu dalam menjalankan roda kepemimpinannya, kepala
sekolah juga harus memperlihatkan gaya-gaya kepemimpinan
yang sesuai dengan si tua» dan kondisi sekolah yang
bersangkutan.
Berkaitan dengan hal tersebut, Lipham dan Rankin (1982)
menggambarkan empat faktor dalam kepeminpman
pendidikan:
pertama, kepemimpinan struktural, meliputi mengambil
langkah cepat terhadap fceputusan-keputusan penting;
memberikan tujuan dan hasilhasil yang dicapai organisasi;
mengembangkan keterpaduan filosofis sekolah sebagai dasar
pembuatan keputusan; memonitor pelaksanaan keputusan
tersebut; serta menetapkan kerja sama yang baik dengan
kantor wilayah dan masyarakat
Kedua kepemimpinan fasilitatif, meliputi mendapatkan
dan memberikan suber-sumbar yang diperlukan, menetapkan
dan memperkuat kebijakan sekolah; meminimalkan urusan
birokrasi; memberikan sarana dalam hal penyelesaian
permasalahan permasalahan pekeijaan; menjadwalkan
aktivitas; serta membantu untuk menyelesaikan tugas-tugas.
Ketiga, kepemimpinan yang sifatnya mendukung,
meliputu; menunjukan rasa semangat dan penghargaan
terhadap usaha-usaha orang lain; bersikap bersahabat dan
mudah didekati; memperlihatkan kebaikan hati terhadap orang
lain; mempercayai orang lain melalui tanggung jawab yang
diberikan padanya; memberikan usaha-usaha individu.
Keempat, kepeminpinan partisifatif meliputi- menggapai
isu-isu dengan pikiran yang jernih; menyadari untuk mengubah
posisi yang telah dipertimbangkan sebelumnya; mencari
masukan dan nasihat yang berkaitan dengan suatu keputusan;
membentu mempertimbangkan kepemimpinan berdasarkan
posisi dan kemunculannya; bekerja secara aktif dengan
berbagai individu kelompok; serta melibatkan orang lain yang
77 |
pantas untuk membuat keputusan (James M. Lipham. Dkk,
1985:61-62).
Namun demikian berbagai studi tentang kepemimpinan di
sekolah (Dunstan,1981: gramenz, I974JCwaleski, 1977: moyle,
1977: James M Lipham) menunjukan bahwa tidak satupun dari
gaya-gaya kepemimpinan tersebut di atas adalah yang terbaik,
akan tetapi, kepuasan staf dan efektifitas pengajaran dapat
ditingkatkan ketika kepala sekolah mampu menyesuaikan
empat gaya kepemimpian tesebut dengan tuntutan situasi di
sekolah. Lebih lanjut James M Upham menjelaskan tentang
peningkatan kepemimpinan kepala sekolah melalui hal-hal:
1. Kepala sekolah harus menyadari bahwa kuatâtes
kepemimpinamya sangatlah penting untuk keberhasilan
sekolah. Bagaimanapun juga, kepemimpin struktural
dan fasilitatif harus dikordinasikan denga kemurtgkittan
situasi yang dapat mengakut bahwa pekerjaan sekolah
dapat diselesaikan leh dan dengan kerja sama, namun
juga, kepemimpinan yang bersifat mendukung dan
partirifhrif tak kalah penting.
2. Kepala sekolah harus mampu memvariasikan gaya-gaya
kepemimpinannya sesuai dengan situasi yang
sebenarnya. Namun sayangnya banyak kepala sekolah
terlalu memadukan gaya kepemimpinannya ke dalam
semua situasi dan kondisi, hanya untuk menemukan;
ketidaksesuaian tugas-tugas organisasi yang
disesuaikan; karakteristik kelompoknya; atupun
kebutuhankebutuhan, motivasi, dan penghargaan bagi
individu.
3. Kepaia sekolah harus memiliki pandangan
kepemimpinan jangka panjang, yang meliputi
pertimbangan terhadap pentahapan, penerimaan,
pengimplementasian.
Kepala sekolah sebagai administrator dan manajer
pendidikan memegang kedudukan yang sangat penting, karena
| 78
merupakan faktor penentu keberhasilan sekolah dalam
menjalankan peran dan fungsinya di masyarakat, ia juga turut
menetukan keberadaan sekolah tersebut di tengah-tengah
masyarakat dan kemampuan dalam merespon kebutuhan-
kebutuhan dan harapan masayarakat Mengingat kedudukan
kepala sekolah begitu penting maka dalam penilaian kinerja
sekolah, kinerja kepala sekolah menjadi salah satu aspek dalam
penilaian kinerja sekolah, karena berkat kepemimpinannya
inilah akan menentukan baik-tidaknya kinerja sekolah yang
dipimpinnya.
Ada beberapa komponen yang bisa diidentifikasi menjadi
indikator kinerja kepala sekolah. Depdiknas telah menetapkan,
yaitu berkaitan dengan komponen:
1. kepala sekolah sebagai pendidik;
2. kepala sekolah sebagai manajer;
3. kepala sekolah administrator;
4. kepala sekolah sebagai penyelia;
5. Kepala sekolah sebagai pemimpin;
6. Kepala sekolah inovator; dan
7. Kepala sekolah sebagai motivator.
Kepala sekolah sebagai pendidik merupakan aspek
pertama yang menjadi indikator kinerja kepala sekolah baik.
Status dan fungsi yang harus dilakukan oleh kepala sekolah
dalam meningkatkan kemampuan profesional seluruh personil
sekolah. Melalui kegiatan diharapkan mereka dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik, terutama dapat
terlaksanakannya proses belajar mengajar yang efektif Idikator
kinerja kepala sekolah sebagai pendidikan dapat dilihat dari
kegiatan: (1) memberikan bimbingan dan mengembangkan
guru, tenaga TU dan laboran, dan kemampuan mengikuti
perkembangan IPTEK, kemampuan memberi contoh mengajar
yang baik. (2) Kepala Sekolah sebagai Manajer - Kemampuan
sebagai manajer, berkaitan dengan kemampuan kepala sekolah
79 |
dalam mengembangkan program-program pendidikan dan
menyusun struktur dan organisasi sekolah sehingga akan
tercipta ketertiban dan keteraturan dalam melaksanakan
program-program pendidikan di sekolah. Kemampuan yang
termasuk dalam aspek ini adalah dalam menggali dan
memberdayakan segenap sumber daya yang ada di sekolah
guna mendukung pelaksanaan program-program pendidikan di
sekolah. (3) Sebagai adm inistrator - Kermampuan sebagai
administrator, berkaitan mengelola seluruh aspek yang terkait
dengan penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Melalui pengelolaan yang baik akan memberikan dampak
terhadap fungsi sekolah sebagaia lembaga pendidikan, yaitu
efektivitas dan efisiensi dalam penyelenggaraana pendidikan.
Kemampuan kepala sekolah sebagai administrator, akan
tampak dalam kemamapuaitnya dalam administrasi MBS dan
BK, kemampuan mengelola administrasi kesiswaaan,
kemampuan mengelola adminsitarst ketenagaan, kemampuan
mengelola administrasi keuangan, administrasi sarana dan
prasarana, dan administrasi perpustakaan (4) Sebagai
supervisor - Kemampuan sebagai supervisor, diwujudkan
dalam kemampuannya mengembangkan kemampuan
profesional guru. Seorang supervisor yang baik akan terlihat
dari kemampuannya dalam penyusunan program supervisi,
melaksanakan program supervisi dan kemampuan
memanfaatkan basil supervisi, yaitu untuk perbaikan dan
pengembaraan guru. (5) Sebagai pemimpin- Kemampuan
kepala sekolah sebagai pimpinan akan terlihat dengan memiliki
kepribadian yang kuat, seperti jujur, percaya diri, bertanggung
jawab, berani mengambil resiko, berjiwa besar, kemampuan
memahami kondisi guru, karyawan dan siswa dengan baik.
Memiliki visi dam» memahami misis sekolah, kemampuan
mengambil kepuiusan, kemampuan berkomunikasi (6) Sebagai
inovator - kemampuan mencari, menemukan dan menerima
gagasan baru yang berasal dari orang lain dan kemampuan
| 80
melaksanakan pembaharuan di sekolah (7) Sebagai m otivator -
kemampuan kepala sekolah sebagai motivator berkaitan
dengan kemampuan mengatur lingkungan kerja (fisik),
mengatur suasana keija (non-fisik) dan kemampuan
menetapkan prinsip penghargaan dan hukuman.
2. Indikator Kinerja Kepala Sekolah.
Kinerja seorang kepala sekolah bertanggungjawab atas
penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah,
pembinaan tenaga kependidikan lainnya, dan pendayagunaan
serta pememliharaan sarana dan prasarana”. Namun kenyataan
dilapangan masih banyak kepala sekolah yang tidak
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pemimpin
pendidikan ini disebabkan karena dalam proses
pengangkatannya tidak ada trasnfaransi, rendahnya mental
kepala sekolah yang ditandai dengan kurangnya motivasi dan
semangat serta kurangnya disiplin dalam melakukan tugas, dan
seringnya datang terlambat serta banyak faktor penghambat
lainnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang
mengimplikasikan rendahnya produktivitas kerja kepala
sekolah yang berimplikasi pada kualitas.
Kondisi persekolahan di Indonesia ada tiga kriteria yakni
sekolah maju, sekolah sedang dan sekolah kurang, dan dari
kategori ini terdapat minimal tiga tingkatan model manajemen
berbasis sekolah, yaitu: (a) sekolah yang dapat melakukan MBS
secara penuh, (b) sekolah dengan MBS tingkat menengah
(sedang), dan (c)sekolah dengan MBS secara minimal. Dari
kondisi seperti ini pelaksanaan MBS di setiap sekolah tentulah
tidak sama, karena ini menyangkut sumber daya yang tersedia.
Dari segi lokasi kondisi sekolah juga menunjukkan tingkat
variasi yang berbeda yakni sekolah yang terletak di perkotaan
dan sekolah yang terletak di daerah terpencil. Menurut
pendapat (Mulyasa 2008) partisipasi orang tua, bervariasi dari
yang partisipasinya tinggi sampai yang kurang, bahkan tidak
81 |
berpartisipasi sama sekali. Oleh karena itu, agar MBS dapat
dilaksanakan secara optimal, perlu adanya strategi
pengelompokkan yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan
manajemen masing-masing dari sekolah.
Kondisi di atas mengisyaratkan bahwa tingkat
kemampuan manajemen sekolah untuk melaksanakan MBS
berbeda satu sama lain. Perbedaan kemampuan manajemenn
mengharuskan perlakuan yang berbeda terhadap setiap
sekolah yang disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing dalam menyerap MBS
sebagai paradigma baru dalam pendidikan. Dalam Dalam
mengatur, MBS memerlukan alat dan strategi dalam
mengaturnya. Sagala menyatakan alat dan strategi SBM, antara
lain: (a) melaksanakan program sekolah berdasarkan visi dan
misi yang sesuai dengan tujuan dan sasaran, (b) memperluas
rakan sekolah dengan sektor lain, seperti pemimpin
masyarakat, dan NGO, (c) mentakrifkan semula hubungan
antara rakan kongsi, (d) bertukar pengalaman dan
memperkukuhkan jaringan antara sistem dan antara sekolah,
(e) memperjelas fungsi dan tugas setiap tingkat dan pelaku
sistem, (f) membuat batas-batas kewenangan dan akuntabilitas
setiap pelaku, (g) menciptakan perangkat-perangkat yang
diperlukan, (h) memenuhi kebutuhan informasi untuk sekolah,
dan (i) mendistribusikan kewenangan, tanggung jawab, dan
sumber daya ke tingkat subordinasi.
Sementara itu kinerja efektif kepala sekolah diperlukan
lima tahapan dalam strategi pelaksanaan MBS yakni:
a. Menciptakan situasi kelas yang kondusif.
b. Menumbuhkan siswa (sikap) aktif, kreatif, kritis, dan
memahami materi ajar
c. Menumbuhkan rasa percaya diri dan saling menghargai
sesama
d. Memotivasi kemampuan siswa untuk menggunakan
media pembelajaran
| 82
e. Siswa memiliki sumber belajar
Selanjutnya Nurkolis menyatakan bahwa tujuan
penerapan MBS efektif oleh sekolah adalah untuk
meningkatkan kualitas pendidikan secara umum baik
menyangkut kualitas pembelajaran, kualitas kurikukulum,
kualitas sumber daya manusia baik guru maupun tenaga
kependidikan lainnya, dan kualitas pelayanan pendidikan
secara umum.
Kepala sekolah efektif dalam melaksanakan
Keterbukaan/Transparan Manajemen Sekolah, dengan cara :
a. Membuat Program latihan yang melibatkan semua warga
sekolah
b. Sosialisasi Program kerja
c. Melaksanakan Program
d. Mengadakan Pembinaan secara kontinue
e. Membuat Laporan hasil pelaksanaan secara periodik
f. Mengadakan rapat Evaluasi secara periodik
Sedangkan menetapkan secara jelas mewujudkan Visi dan
Misi, dengan, cara memberdayakan seluruh komponen
sekolah dalam menyusun Visi sekolah, melibatkan semua
komponen sekolah dalam menjabarkan Visi ke dalam indikator
yang jelas, sesuai flatfon Misi Realistis yang terdiri dari jangka
pendek, menengah untuk mencapai Visi, dengan melibatkan
semua komponen sekolah. Oleh karena itu perlu
melaksanakan pengelolaan tenaga kependidikan secara efektif,
dengan:
a. Memberdayakan disiplin guru dan karyawan
b. Membudayakan pelayanan prima
c. Meningkatkan profesionalisme guru dan karyawan
melalui pelatihan.
d. Meningkatkan kesejahteraan guru dan karyawan
e. Menciptakan iklim kerja yang kondusif dan berkualitas.
83 |
Selanjutnya melaksanakan pengelolaan sumber belajar secara
efektif, dengan:
a. Menginfentarisir semua sumber-sumber belajar, di dalam
dan di luar sekolah
b. Menentukan sumber belajar yang efektif sesuai
kemampuan sekolah
c. Pengadaan sumber-sumber belajar sesuai kemampuan
d. Sosialisasi pemanfaatan semua sumber belajar
e. Merencanakan pemanfaatan sumber belajar
Tentang program kegiatan kesiswaan/ Ekstrakurikuler
secara efektif
3. Prestasi Sekolah
Dalam kampanyee manajemen sekolah menyuarakan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan terutama di daerah,
karena sekolah dan masyarakat tidak perlu menunggu perintah
dari pusat, tetapi dapat mengembangkan suatu visi pendidikan
yang sesuai dengan kondisi daerah dan melaksanakan visi
pendidikan secara mandiri.
Tujuan uatama manajemen berbasis sekolah adalah
untuk memberdayakan sekolah terutama sumber daya
manusianya (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, orangtua
siswa, dan masyarakat sekitar) melalui pemberian
kewenangan, fleksibilitas, dan sumber daya lain untuk
memecahkan persoalan yang dihadapi oleh sekolah yang
bersangkutan. Dengan rekutmen komite sekolah untuk
partisipasi masyarakat dengan menyatakaan manajemen
sekolah bertujuan agar otonomi sekolah dan partisipasi
masyarakat atau pemangku kepentingan mempunyai model-
model keterlibatan yang tinggi (high involment models),
dimana model ini adalah memberikan kerangka dasar bahwa
setiap unsur akan dapat berperan dalam meningkatkan mutu,
efisiensi dan pemerataan kesempatan pendidikan (Ibrahim,
Almukarramah, Nurul Akmal, 2016).
| 84
Untuk meningkatkan kkualitas sekolah dan pestasi siswa
akan ada keuntungan ganda seperti, (a) memungkinkan orang-
orang yang kompeten di sekolah untuk mengambil keputusan
yang dapat memperbaiki pelajaran, (b) memberikan
kesempatan kepada seluruh komunitas sekolah dalam
mengambil keputusan utama, (c) memfokuskan pada tanggung
jawab atas keputusan-keputusan yang diambil, (d)
mengarahkan pada kreativitas dalam merancang program, (e)
mengarahkan kembali sumber-sumber daya guna mendukung
pencapaian tujuan yang dikembangkan oleh masing-masing
sekolah, (f) mengarahkan pada anggaran yang nyata agar para
orang tua dan guru menyadari status keuangan sekolah, batas-
batas pengeluaran dan biaya dari program-program itu, dan (g)
meningkatkan moralitas guru dan memelihara munculnya
pemimpin baru yang lebih energik dan visioner dalam bekerja.
Kondisi saat ini pihak orang tua wali siswa harus
memahami secara lebih baik bagaimana pemerintahan yang
telah didesentralisasikan dan tata kerja manajemen dapat
mendukung pendekatan dalam pembelajaran, bidang
matematika, sains dan studi sosial, untuk menghasilkan
prestasi sekolah yang lebih unggul. Dari beberapa tujuan yang
dikemukakan tersebut, pada dasarnya tujuan MBS bermuara
pada lima hal, yakni: (1) meningkatkan mutu pendidikan dalam
mengelola dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan
memberdayakan sumber daya yang tersedia, (2) meningkatkan
kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan,
(3) meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orangtua,
masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolah, (4)
meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah untuk
pencapaian mutu pendidikan yang diharapkan, dan (5)
memberdayakan potensi sekolah yang ada agar menghasilkan
lulusan yang berhasil guna dan berdaya guna. Berdasarkan
lima tujuan MBS tersebut di atas, dapatlah kita yakini bahwa
85 |
MBS diarahkan pada sekolah bermutu terpadu. Dalam
pandangan (Yahya Don, 2016) mengatakan bahwa kriteria
untuk sekolah berprestasi atau berkualiti ditandai dengan
adanya bimbingan dan arahan dari pihak manajemen sekolah
agar meraih mutu siswa atau sekolah berprestasi. Dalam
sebuah sekolah bermutu, setiap orang menjadi kostumer dan
pemasok sekaligus. Secara khusus kostumer adalah siswa dan
keluarganya. Tanggung jawab sekolah bermutu terpadu adalah
melakukan kerjasama dengan orangtua dalam mengoptimalkan
potensi siswa agar mendapat manfaat dari proses belajar di
sekolah. Sekolah memiliki kostumer internal dan eksternal,
dimana kostumer internal adalah orangtua, siswa, guru,
administrator, staf dan dewan sekolah yang berada di dalam
sistem pendidikan.
Kostumer eksternal adalah masyarakat, keluarga,
ekonom, abri/militer, perusahaan, organisasi lain yang
memanfaatkan output proses pendidikan bertumpu pada
kualitas lulusan. Manurut pendapat (Marwan, Ibrahim, Iwan
Konadi, dan Yusrizal, 2017) bahwa manajemen mutu terpadu
juga merupakan tanggung jawab semua pihak, sehingga
menuntut setiap orang memberi kontribusi bagi upaya mutu.
Untuk mengetahui adanya upaya mutu dalam manajemen,
pengukuran merupakan salah satu bagian yang harus
dilaksanakan secara maksimal, hanya saja sering sekali gagal
dalam pelaksanaannya. Hal ini disebabkan pengukuran mutu
hanya berdasarkan pada keluaran sekolah berdasarkan prestasi
siswa melalui hasil ujian.
Oleh karena itu perlu dilakukan analisis setiap data yang
diperlukan dalam upaya mutu. Hal penting lain dalam
manajemen mutu terpadu adalah komitmen yang dimiliki
sekolah, dalam proses transformasi mutu. Oleh karena itu
setiap orang perlu mendukung upaya mutu. Orang biasanya
sulit untuk mau berubah, tapi manajemen harus mendukung
proses perubahan dengan memberi pendidikan, perangkat,
| 86
sistem dan proses meningkatkan mutu. Bagian penting lainnya
dalam manajemen mutu terpadu adalah melakukan perbaikan
berkelanjutan melalui cara untuk menangani masalah yang
muncul, mencari cara memperbaiki proses yang dikembangkan
dan membuat perbaikan yang diperlukan.
87 |
Daftar Pustaka
Ace Suryadi, (1998). Manajemen Pendidikan Nasional dalam
Kerangka Kemandirian Bangsa. Depdikbud. Jakarta.
Ahmad, S. (2014). Instruksional Kepala Sekolah. Problematika
Kurikulum 2013 Dan Kepemimpinan Instruksional Kepala
Sekolah.
Anas M. Adam. (2016,). Kualiti Guru di Aceh Masih Rendah.
Serambi Indonesia, pp. 9.. http://aceh tribunnews.co. id.
Androniceanu, A., Ristea, B., & Uda, M. M. (2015). Leadership
Competencies for Project Based School Management
Success. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 182,
232–238. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.04.760
Anies Baswedan. (2017). Penguatan Kearifan Lokal dalam
menunjang Kurikulum Karakter di sekolah. Kiprah
Khusus Edukasi.18-19.
Arifin, Z. (2016). Menjadi guru profesional (isu dan tantangan
masa depan). Edutech, 13(1), 132–155.
Asmarani, N. (2014). Peningkatan Kompetensi Profesional Guru
Di Sekolah Dasar. Jurnal Bahana Manajemen Pendidikan.
Azhari, U. L., & Kurniady, D. A. (2016). Manajemen pembiayaan
pendidikan, fasilitas pembelajaran, dan mutu sekolah.
Jurnal Administrasi Pendidikan.
Bako Umar, B., Eric Krauss, S., Abu Samah, A., & Abdul Hamid, J.
(2017). Youth Voice in Nigerian School-based
Management Committees. International Journal of
Education and Literacy Studies, 5(1), 86.
https://doi.org/10.7575/aiac.ijels.v.5n.1p.86.
Becerra, S., Munoz, F., & Riquelme, E. (2015). School Violence
and School Coexistence Management: Unresolved
Challenges. Procedia 156–163. https://doi.org/10.1016/
j.sbspro.
Bedjo Sujanto, (2007). Menejemen Pendidikan Berbasis
Sekolah, Jakarta: Sagung Seto.
| 88
Bowers, B. (2016). Teacher Involvement in Curriculum
Development. 1991, 7(1), 106–107.
Brooks, E. C., Ed. (2005). The routlege falmer reader in teaching
and learning. New York: The Routlege Falmer.
Brooks, E. C., Ed. (2005). The routlege falmer reader in teaching
and learning. New York: The Routlege Falmer.
Brown, H. Douglas. 2016. Teaching by Principles an Interactive
Approach to Language.Pedagogy (3th ed.). New York:
Pearson Education.
BSNP. (2007). Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Repoblik
Indonesia No. 20, Tahun 2007, tentang Standar Penilaian
Pendidikan.
Cheng, E. C. K. (2013). Enhancing school learning capacity by
conducting knowledge management. In Procedia - Social
and Behavioral Sciences (Vol. 93, pp. 281–285).
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.09.190
Curran, T., & Wexler, L. (2017). School-Based Positive Youth
Development: A Systematic Review of the Literature.
Journal of School Health, 87(1), 71–80.
https://doi.org/10.1111/josh.12467.
Cut Morina & Arsye T (2014, May). International Conference on
Methematik, Engenering and Industrial Applications.
(ICoMEIA) Universiti Negeri Malaysia Perlis (UNiMAP).
Penang Malaysia.
Dedi Permadi, (2001). Menejemen Berbasis Sekolah Dan
Kepemimpinan Mandiri Kepala Sekolah. Sara Panca
Karya Nusa, Bandung.
Dedi Permadi, (2014). Manajemen Berbasis Sekolah Dan
Kepemimpinan Mandiri Kepala Sekolah. Sara Panca
Karya Nusa, Bandung.
Dedi, Hamid, (2003). Undang-Undang No. 20 tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Pusat
Bahagia. PUSKUR.
89 |
Dedi, Hamid, (2003). Undang-Undang No. 20 tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Pusat
Bahagia. PUSKUR.
Depag Republik Indonesia , (2001). Perencanaan Pendidikan
Menuju Madrasah Mandiri, Jakarta:Balitbang.
Departemen Pendidikan Nasional (2013). Kurikulum Karakter
dan Implementasinya. Balitbang Depdiknas: Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional (2013). Kurikulum Karakter
dan Implementasinya. Balitbang Depdiknas: Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional, (2001). Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 2. Jakarta.
Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional, (2001). Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 3. Jakarta.
Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional, (2001). Menejemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Buku 2. Jakarta.
Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. (2015). Model silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran sains. Jakarta.
Depertemen Pendidikan Nasional, (2001). Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta. Depdiknas.
Depertemen Pendidikan Nasional, (2001). Menejemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta. Depdiknas.
Dickerson, D. E., & Ackerman, P. J. (2016). Risk-based
Maintenance Management of U.S. Public School Facilities.
In Procedia Engineering (Vol. 145, pp. 685–692).
https://doi.org/10.1016/j.proeng.2016.04.069.
Eklund, K., O’malley, M., & Meyer, L. (2017). Gauging
mindfulness in children and youth: school-based
applications. Psychology in the Schools, 54(1), 101–114.
https://doi.org/10.1002/pits.21983.
Ekosiswoyo, R. (2016). Kepemimpinan Kepala Sekolah yang
Efektif Kunci Pencapaian Kualitas Pendidikan. Jurnal
| 90
Ilmu Pendidikan. https://doi.org/10.17977/jip.v14i2.24
Enco Mulyasa, (2003), Manajemen Berbasis Sekolah, Rosda
Karya, Bandung.
Enco Mulyasa, (2008). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung:
CV. Remaja Rosdakarta.
Enco Mulyasa, (2008). Menejemen Berbasis Sekolah. Bandung:
CV. Remaja Rosdakarta.
Enco Mulyasa. (2004). Menjadi Kepala Sekolah yang
Profesional. Bandung. PT Remaja Rosda Karya.
Farrell, C. C. (2014). Designing School Systems to Encourage
Data Use and Instructional Improvement: Educational
Administration Quarterly, 1–34.
https://doi.org/10.1177/0013161X14539806
Fasli Jalal dan Dedi Supriadi, (2001). Reformasi pendidikan
dalam konteks otonomi Daerah. Yogyakarta: Adicipta.
Fattah, Nanang. (2013) Konsep Manajemen Berbasis Sekolah
dan Dewan Sekolah. Bandung: Bani Quraisy Press.
Ferimeldi. (2005). Perceptions of government officials and
principals implementing school-based management in
Indonesia. ProQuest Dissertations and Theses. Retrieved
from
http://search.proquest.com/docview/305367366?accou
ntid=13771.
Ganimian, A. J. (2016). Why do some school-based management
reforms survive while others are reversed? The cases of
Honduras and Guatemala. International Journal of
Educational Development, 47, 33–46.
https://doi.org/10.1016/j.ijedudev.2015.12.001.
Geoffrey, V. D. V., & Lesley, W. (2014). Assisting School
Management Teams to construct their school
improvement plans: an action learning approach. S. Afr. J.
Educ., 34(3), 1–7. https://doi.org/10.4314/saje.v34i3.
Ginting, R., & Haryati, T. (2016). Kepemimpinan dan Konteks
91 |
Peningkatan Mutu Pendidikan. Jurnal Ilmiah CIVIS.
doi.org/10.21831/jpipfip.v0i0.4629.
Grant, J. (2013). Principles of Curriculum Design. In
Understanding Medical Education: Evidence, Theory and
Practice: Second Edition (pp. 31–46).
https://doi.org/10.1002/9781118472361.ch3
Guilbault, M. (2016). Students as customers in higher
education: The (controversial) debate needs to end.
Journal of Retailing and Consumer Services, (January
2016), 0–1.
https://doi.org/10.1016/j.jretconser.2017.03.006
Haase, K., & Miller, S. (2013). Management of school locations
allowing for free school choice. Omega (United Kingdom),
41(5), 847–855.
https://doi.org/10.1016/j.omega.2012.10.008
Halterman, J. S., Tajon, R., Tremblay, P., Fagnano, M., Butz, A.,
Perry, T. T., & McConnochie, K. M. (2017). Development
of School-Based Asthma Management Programs in
Rochester, New York: Presented in Honor of Dr Robert
Haggerty. Academic Pediatrics.
https://doi.org/10.1016/j.acap.2017.04.008.
Handayani, T., & Rasyid, A. A. (2015). Pengaruh kepemimpinan
kepala sekolah, motivasi guru, dan budaya organisasi
terhadap kinerja guru sma negeri wonosobo. Jurnal
Akuntabilitas Manajemen Pendidikan.
https://doi.org/10.21831/amp. v323.
Hardono, Haryono, A. Y. (2017). Kepemimpinan Kepala Sekolah
, Supervisi Akademik , dan Motivasi. Jurnal Unnes*(2)
203-209.
Harris, A. R., Jennings, P. A., Katz, D. A., Abenavoli, R. M., &
Greenberg, M. T. (2016). Promoting Stress Management
and Wellbeing in Educators: Feasibility and Efficacy of a
| 92
School-Based Yoga and Mindfulness Intervention.
Mindfulness, 7(1), 143–154.
https://doi.org/10.1007/s12671-015-0451-2.
Havik, T., Bru, E., & Ertesvåg, S. K. (2015). School factors
associated with school refusal- and truancy-related
reasons for school non-attendance. Social Psychology of
Education, 18(2), 221–240.
https://doi.org/10.1007/s11218-015-9293-y.
Ibrahim & Jalaluddin, (2016) Pengembangan Kurikulum dan
Menajemen Sekolah pada Sekolah menengah pertama.
Laporan Hasil Penelitian Hibah Bersaing. Dirjen DIKTI
Jakarta.
Ibrahim,Nurahimah Mohd Yusoff & Mohd Isha Awang. (2016).
Teachers ability to identify Islamic values in learning
science biology. International Conference on Special
Education 2016 Consortium of Asia-Pasific Education
Universities (CAPEU), Banda Aceh.
Ibrahim, (2014). Kurikulum karakter dan nilai kearifan lokal
dalam pembelajaran tematik. Disampaikan pada Seminar
Pendidikan Matematika FKIP Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh.
Ibrahim, (2015). Pengembangan kurikulum integratif dalam
pembelajaran karakter. Acheh Institut Learning. Banda
Aceh.
Ibrahim, Azwir & Jalaluddin (2017). Konsep pengelolaan Hutan
kawasan Kabupaten Pidie dari Jarahan pembalak liar .
Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 3(2) 45-58.
Ibrahim, Nurul Akmal, Sanusi, M (2017). Kearifan lokal
terhadap konservasi lahan mangrove di gampong lam
ujong kecamatan baitussalam kabupaten aceh besar.
Proceding Biotik UIN Arraniry. (pp. 179-185).
Ibrahim. (2012). Faktor-faktor yang memepengaruhi
93 |
pelaksananaan kurikulum integratif yang Islami pada
pengajaran dan pembelajaran IPA-Biologi tingkat SMP di
Provinsi Aceh. Jurnal Ragam Ilmu,1(4),46-53.
Iskandar, U. (2015). Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam
Peningkatan Kinerja Guru. Jurnal Visi Ilmu Pendidikan.
Jalal, Fasli dan Dedi Supriadi.( 2001) Reformasi Pendidikan
Dalam Konteks Otonomi Daerah. Yokyakarta: Adicita
Karya.
Jalaluddin, (2015). Menajemen berbasis Sekolah. Yogyakarta.
The Palee Press.
Jalaluddin & Azwir. (2016). Menagement berbasis sekolah pada
SMA dalam Provinsi Aceh (konsep dan aplikasi). Banda
Aceh. Bandar Publishing.
James, J. K., & Williams, T. (2017). School-Based Experiential
Outdoor Education: A Neglected Necessity. Journal of
Experiential Education, 40(1), 58–71.
https://doi.org/10.1177/
Jamilah Ahmad, & Yusof Boon. (2017). Amalan kepimpinan
Sekolah Berprestasi Tinggi (SBT) di Malaysia. Journal of
Edupress. https://doi.org/ 10.1017
/CBO9781107415324.004
Karthe, D., Reeh, T., Walther, M., Niemann, S., & Siegmund, A.
(2016). School-based environmental education in the
context of a research and development project on
integrated water resources management: experiences
from Mongolia. Environmental Earth Sciences, 75(18).
https://doi.org/10.1007/s12665-016-6036-0
Karweti, E. (2010). Pengaruh Kemampuan Manajerial Kepala
Sekolah Dan Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Guru SLB Di Kabupaten Subang.
Journal Penelitian Pendidikan.
https://doi.org/10.21009/JP.022.0501
Karweti, E. (2016). Pengaruh Kemampuan Manajerial Kepala
| 94
Sekolah Dan Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Guru SLB Di Kabupaten Subang.
Journal Penelitian Pendidikan.
https://doi.org/10.9744/jmk.9.1.pp.49-61.
Kasidah, M. A. B. (2017). Kepemimpinan kepala sekolah dalam
meningkatkan kinerja guru pada sekolah dasar luar
biasa negeri banda aceh. Jurnal Administrasi Pendidikan :
Program Pascasarjana Unsyiah.
Katuuk, D. A. (2014). Manajemen implementasi kurikulum:
strategi penguatanimplementasi kurikulum 2013. Jurnal
Cakrawala Pendidikan.
https://doi.org/10.21831/cp.v1i1.1858
Kim, S. J., Baek, S. S., & Kang, K. A. (2017). Development and
exploratory testing of a school-based educational
program for healthy life behaviors among fifth grade
children in South Korea. Japan Journal of Nursing Science,
14(1), 13–26. https://doi.org/10.1111/js.12130.
Krismanda, M. A., & Lukitasari, S. W. (2015). Aplikasi
Pengolahan Data Statistika Dalam Manajemen Personalia
Untuk Pengembangan Guru. Prosiding Ilmu Pendidikan.
Kubick, Kathleen.( 2008) School-Based Management.
Washington DC: ERIC Clearinghouse on Education
Management Eugene OR,
Kubik, M. Y., & Lee, J. (2014). Parent Interest in a School-Based,
School Nurse-Led Weight Management Program. Journal
of School Nursing, 30(1), 68–74.
https://doi.org/10.1177/1059840513485091.
Kunandar. (2015). Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar
Pesrta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013. Jurnal
Evaluasi Pendidikan.
https://doi.org/10.21009/JEP.022.05.
Kurnia, I. (2011). Peningkatan Kinerja Guru Melalui Kegiatan
Supervisi Kepala Sekolah [Performance Through
95 |
Headmaster Supervision Activities]. Jurnal Visi Ilmu
Pendidikan (J-VIP).
ldwell, B. J. (2015). School Management. International
Encyclopedia of Social & Behavioral Sciences (Vol. 21).
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/B978-0-08-
097086-8.92069-5
Loddin, N. M., Kadir, S. A., & Penddikan, F. P. (2014).
Penerimaan Guru Terhadap Pentaksiran Berasaskan
Sekolah ( Pbs ) Dengan Komitmen Guru Dalam
Melaksanakan Pbs Sekolah Rendah. Seminar Pasca
Siswazah Dalam Pendidikan (GREDUC 2013).
Maatoug, J., Fredj, S. Ben, Msakni, Z., Dendana, E., Sahli, J.,
Harrabi, I., … Ghannem, H. (2017). Challenges and results
of a school-based intervention to manage excess weight
among school children in Tunisia 2012-2014.
International Journal of Adolescent Medicine and Health,
29(2). https://doi.org/10.1515/ijamh-2015-0035.
Mahardhani, A. J. (2015). Kepemimpinan ideal kepala sekolah.
Jurnal Dimensi Pendidikan Dan Pembelajaran.
doi.org/110.13170/jp.8.2.215807.
Mahdum, Wan Hasmah Wan Mamat, & Zulfahmi. (2014).
Pendidikan holistik tantangan dan masa depan. Jurnal
Pendidikan Holistik. doi.org/10.13170/jp.8.2.2158.
Maris, I. S., Komariah, A., & Bakar, A. (2016). Kepemimpinan
transformasional kepala sekolah, kinerja guru dan mutu
sekolah. Jurnal Administrasi Pendidikan.2(2)013).
Marwan, Ibrahim, Iwan Konadi & Yusrizal (2017). Manajemen
Pendidikan dan Statistika. Sefa Bumi Persada Jakarta.
Megasari, R. (2014). Peningkatan pengelolaan sarana dan
prasarana pendidikan untuk meningkatan kualitas
pembelajaran di smpn 5 bukittinggi. Administrasi
Pendidikan.
| 96
Mitchell, R. (2017). Democracy or control? The participation of
management, teachers, students and parents in school
leadership in Tigray, Ethiopia. International Journal of
Educational Development, 55, 49–55.
https://doi.org/10.1016/j.ijedudev.2017.05.005.
Mohd Isha bin Awang, & Ibrahim. (2013). Paradigma
pendidikan berbasis kurikulum integratif Islami. Jurnal
An-Najah, 1(1), 23-39
Muhammad Kosim. (2017). Pengaruh Kepemimpinan Kepala
Sekolah terhadap Kinerja Guru untuk Mewujudkan Mutu
Pembelajaran. Tadbir Muwahhid.
https://doi.org/10.30997/jtm.v2i1.1160
Myers, Dorothy and Robert Stonehill (2013). School-Based
Management. Office of Research Education Consumer
Guide.
Nurkolis. (2009) Manajemen Berbasis Sekolah. Teori, Model dan
Aplikasi. Jakarta: Grasindo Ltd.
Octavia, L. S., & Savira, S. I. (2017). Gaya Kepemimpinan Kepala
Sekolah dalam Upaya Meningkatkan Kinerja Guru dan
Tenaga Kependidikan. Jurnal Dinamika Manajemen
Pendidikan. https://doi.org/10.26740/jdmp.v1n1.p7-14
Pbert, L., Druker, S., Barton, B., Schneider, K. L., Olendzki, B.,
Gapinski, M. A., … Osganian, S. (2016). A School-Based
Program for Overweight and Obese Adolescents: A
Randomized Controlled Trial. Journal of School Health,
86(10), 699–708. https://doi.org/10.1111/josh.12428
Pefiffner, L. J., & Haack, L. M. (2014). Behavior Management for
School-Aged Children with ADHD. Child and Adolescent
Psychiatric Clinics of North America.
https://doi.org/10.1016/j.chc.2014.05.014
Prasertcharoensuk, Thanomwan, & Puttarakulwisan, B. (2014).
Relationship between Organization Culture and
Sufficiency School Management. Procedia - Social and
97 |
Behavioral Sciences, 116, 796–801.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.01.300
Radinger, T. (2014). School leader appraisal - A tool to
strengthen school leaders’ pedagogical leadership and
skills for teacher management? European Journal of
Education, 49(3), 378–394.
https://doi.org/10.1111/ejed.12085.
Rahawarin, C., & Arikunto, S. (2015). Pengaruh komunikasi,
iklim organisasi dan gaya kepemimpinan
transformasional kepala sekolah terhadap kinerja guru
SMA. Jurnal Akuntabilitas Manajemen Pendidikan.
https://doi.org/10.21831/amp.v3i2.6334
Raun, L. H., Campos, L. A., Stevenson, E., Ensor, K. B., Johnson, G.,
& Persse, D. (2017). Analyzing Who, When, and Where:
Data for Better Targeting of Resources for School-Based
Asthma Interventions. Journal of School Health, 87(4),
253–261. https://doi.org/10.1111/josh.12494.
Rosdianti, S. R. I. R. (2013). Kepemimpinan Kepala Sekolah
dalam Manajemen Kinerja Guru dan Peningkatan Mutu
Pembelajaran : Studi Deskriptif pada Sekolah Menengah
Kejuruan Swasta di Kota Bandung. Jurnal Kajian
Pendidikan.
Saiti, A. (2015). Conflicts in schools , conflict management styles
and the role of the school leader : A study of Greek
primary school educators. Educational Management
Administration & Leadership, 43(4), 582–609.
https://doi.org/10.1177/174114321423007.
Saleh, Khairul dan Nur Aini, A. (2014). Kepemimpinan Kepala
Sekolah Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan.
Jurnal Fenomena.23(1)109-119.
Santibañez, L., Abreu-Lastra, R., & O’Donoghue, J. L. (2014).
School based management effects: Resources or
governance change? Evidence from Mexico. Economics of
| 98
Education Review, 39, 97–109.
https://doi.org/10.1016/j.econedurev.2013.11.008.
Septiana, R., Ngadiman, & Ivada, E. (2013). Pengaruh
Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Motivasi Kerja
Terhadap Kinerja Guru SMP Negeri Wonosari. Jupel UNS.
6(2)109-11.
Setyati, S. (2014). Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah ,
Motivasi. Jurnal Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan.
doi.org/10.1187/cbe.14-05-0084
Shah, M. (2014). Impact of Management Information Systems
(MIS) on School Administration: What the Literature
Says. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 116,
2799–2804.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.01.659
Shapiro, A. J., Heath, N. L., & Carsley, D. (2016). Pilot Evaluation
of the Feasibility and Acceptability of StressOFF
Strategies: A Single-Session School-Based Stress
Management Program for Adolescents. Advances in
School Mental Health Promotion, 9(1), 12–28.
https://doi.org/10.1080/1754730X.2015.1110494
Srima, S., Wannapiroon, P., & Nilsook, P. (2015). Design of Total
Quality Management Information System (TQMIS) for
Model School on Best Practice. Procedia - Social and
Behavioral Sciences, 174, 2160–2165.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.02.016.
Susanto, H. (2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
guru sekolah menengah kejuruan. Jurnal Pendidikan
Vokasi. https://doi.org/10.21831/jpv.v2i2.1028.
Tedjawati, J. (2017). Peningkatan Kompetensi Guru Melalui
Lesson Study: Kasus Di Kabupaten Bantul. Jurnal
Pendidikan Dan Kebudayaan. https://doi.org/ 10.24832/
jpnk.0923.
Tegegne, T. K., & Sisay, M. M. (2014). Menstrual hygiene
99 |
management and school absenteeism among female
adolescent students in Northeast Ethiopia. BMC Public
Health, 14, 1118. https://doi.org/10.1186/1471-2458-
14-1118.
Vally, G. V. S., & Daud, K. (2015). The Implementation of School
Based Management Policy: An Exploration. Procedia -
Social and Behavioral Sciences, 172, 693–700.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/j.sbspro.201
5.01.421
Walker, T. J., & Reznik, M. (2014). In-school asthma
management and physical activity: Children’s
perspectives. J Asthma, 51(8), 808–13.
https://doi.org/10.3109/02770903.2014 .920875.
Wang, J. J. (2016). Study on the context of school-based disaster
management. International Journal of Disaster Risk
Reduction, 19, 224–234. https://doi.org/10.1016/
j.ijdrr.2016. 08.005.
Werang, B. R. (2014). Pengaruh kepemimpinan
transformasional kepala sekolah, moral kerja guru, dan
kepuasan kerja terhadap kinerja guru sdn di kota
merauke. Jurnal Cakrawala Pendidikan.
https://doi.org/10.21831/cp.v1i1.1869.
Werner-Seidler, A., Perry, Y., Calear, A. L., Christensen, H.
(2017). School-based depression and anxiety prevention
programs for young people: A systematic review and
meta-analysis. Clinical Psychology Review.
https://doi.org/10.1016/j.cpr.2016.10.005.
Xu, J., & Wu, H. (2013). Self-Regulation of Homework Behavior:
Homework Management at the Secondary School Level.
Journal of Educational Research, 106(December 2014),
1–13. https://doi.org/10.1080/00220671.2012.658457.
| 100
N a m a : DR. Drs. Gunawan, M.A. Ph.D
Tempat /Tgl.Lahir : Tiba Mesjid (Beureunuen)
16.Desember .1968
Pekerjaan Pekerjaan :
Dosen & Peneliti Senior pada UIN Ar-Raniry.
Konsultan Bidang Community Development,
Pendidikan, Agama, Filsafat, Gender dan Sosial
Kemasyarakatan (Ilmu-ilmu Humaniora).
E-Mail/Web. Kantor :[email protected] / www.ar-raniry.ac.id
Mobile (HP)/WA : 0812 6916 555
E-Mail: [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1999 – 2004 *Program Doktor (Strata 3) Bidang Filsafat (Philosophical
Doctor/Ph.D) pada Fakultas Filsafat dan Program Doktor
dalam Bidang Sociology (DR by Courses) pada Fakultas
Ethnology,Universitas Georgia Augusta, Goettingen – Germany.
1994 – 1996 * Program Master (S2/ M.A.) bidang Anthropology-Sociology
pada Universitas Leiden, The Netherlands (Belanda).
1987 – 1991 *Program Strata-1 (S1/Drs.) pada Fakultas Tarbiyah (Ilmu
Kependidikan) UIN Ar-Raniry, Jurusan Bahasa Arab.
101 |
Karya-karya tulis ilmiah yang sudah dihasilkan,
diantaranya, ialah :
”Pendidikan Multikultur: suatu keniscayaan di negara
multi ras, etnik dan agama seperti Indonesia”, Journal
Pendidikan Majlis Pendidikan Aceh (MPD), 2012.
”Religion and Poverty”(Agama dan Kemiskinan), sebuah
paper yang dipresentasikan dalam seminar Internasional
dengan thema ”Anthropology and The Poverty Alleviation”
di Kunming, China, tahun 2008.
“Women and The Glorious Qur’an: An Analytical Study on
Women-Related Verses of Surah An-Nisa’ ”. Disertasi
doctor (tahun 2003) yang sudah dijadikan buku dan
dipublikasikan di Jerman & Eropa Barat serta dapat
dipesan via Internet (online).
“Muslim Scholars and Their Role in Developing Natural
Sciences”. Sebuah paper yang dipresentasikan dalam
seminar tentang “ Islam and Science”, di Universitas
Heidelberg, Jerman, August 2001.
“The True Nature of Tauhid and Its Relation to The
Problem of The Muslim in The World”, Sebuah artikel
dimuat di Jurnal Ilmu Filsafat, At-Tafkir,Vol. 4 tahun 2007.
Fakultas Ushuluddin, UIN Jakarta.
“Peaceful Co-Existence and Social Stability”, sebuah artikel
dimuat dalam journal of social sciences, Vol. X. Hamburg,
2002.
“Gott ist immer da”, sebuah artikel dimuat oleh majalah
anak-anak Islamy, Hamburg-Jerman, 2001
| 102
“Women in the Stage of History”, suatu artikel yang dimuat
dalam journal Gender Mainstreaming, University of
California, USA.
“Pendidikan: Modal Utama Pembangunan sebuah Bangsa”,
Paper dipresentasikan dalam Forum Seminar Pendidikan
Nasional di UIN Jakarta, April 1998.
„Pluralisme adalah Sunnatullah“, Artikel yang dimuat di
Journal Philosophia, Vol. V. P3B. Surabaya, 1998.
“Islam & Solidaritas Sosial (Philantrophy)”, paper
disampaikan pada seminar tentang zakat &
pemberdayaan ummat. P2M Jakarta, 1997.
“Al-Qur’an: Lautan Ilmu yang tidak berhujung”, buku saku
yang dipersembahkan sebagai kenang-kenangan buat
jama’ah muslimin Indonesia di Jerman, 2003.
“Islam & Ke-Indonesiaan”, sebuah artikel yang dimuat
dalam jurnal humaniora, Semarang, 2001
“Sha’ir Negeri Makkah dan Madinah: An Account of
Pilgrimage from a Malay World”. Thesis S2 tahun
1996,Universitas Leiden (Belanda) tidak dipublikasikan.
“Al-Bahtsu ‘an al-Ma’ānī fī Sūrah al-Rahmān”, Skripsi S-1,
1991, untuk mendapatkan gelar Doktorandus (Drs.)
dalam Ilmu Pendidikan dan Bhs. Arab pada Fakultas
Tarbiyah, IAIN Ar-Raniry, Banda Aceh.
103 |
Dr. Ibrahim M.Pd lahir pada tanggal 15 Mei 1967 di Gampong
Lang Nibong Sampoyniet Kecamatan Baktya Barat Kabupaten
Aceh Utara. Pendidikan dasar dimulai pada SD Negeri
Sampoyniet, SMP Negeri Sampoyniet, SMA Negeri Panton Labu
Aceh Utara dari 1981 s/d 1987. Sarjana pendidikan Biologi
FKIP Universitas Serambi Mekkah Aceh mulai tahun 1987 s/d
1992. Program S-2 di Universitas Negeri Malang Jawa Timur, S-
3 di Universiti Uatara Malaysia Sintok Kedah. Saat ini masih
aktif sebagai dosen L2DIKTI Wilayah 13 Aceh serta mengajar
pada beberapa universitas swasta di Banda Aceh.
Dr. Sufriadi M.Pd lahir di Tanjong Beuridi Peusangan
Kabupaten Bireun pada tanggal 31 Desember 1967.
Pendidikan dasar s/d Menengah atas selesai di Matang
Geulumpang pada tahun 1986. Untuk pendidikan Sarjana
beliau masuk pada prodi Ilmu pengetahuan sosial pada IAIN-
Ar.Raniry Banda Aceh, Lanjutan pada jenjang magister pada
program manajemen pendidikan FKIP Unsyiah tamat tahun
2010, selanjutnya program Phylosofi of Doctor masuk ke
Universiti Utara Malaysia yang tamat pada tahun 2018. Saat ini
kembali mengajar pada UIN Ar-Raniry yang mengampu
beberapa mata kuliah antara lain Menajemen pendidikan,
Micro leading/kepemimpinan dan Filsafat pendidikan pada
jenjang Strata satu pada almamater sendiri.
KonsepKonsepKonsep
BERBASIS SEKOLAHBERBASIS SEKOLAHBERBASIS SEKOLAHMANAJEMENMANAJEMENMANAJEMEN
ProgramMBSiniakanberjalansuksesperlumemperhatikanbeberapastrategiantaralain:
· teacherswillfeelmorepositivetowardschoolleadersandmorecommittedtoschoolgoalsandobjectives,
· Parents and community members will be more supportive ofschoolsbecausetheyhavemoreofsayoverdecisions.Azasdalammanajemenberbasissekolahharusmenggunakan
pendekatankelompokuntukmengambilkeputusanbersama, guru-guruharus lebihbersikappositif terhadapkepemimpinansekolah.MitrakerjadariMBSberupakomitesekolahorangtuawalisiswadananggota masyarakat sebagai pendukung sekolah, sebab merekamempunyaipemikiran/pendapatyang lebihbaik. Strategi sekolahdalam menerapkan MBS tidak dapat diberlakukan secara seragamkarenalingkunganinternaldaneksternalsekolahyangberbedapadat iap sekolah . Tahapan-tahapan dalam Pelaksanaan MBSmempermudah memahami kebijakan pemerintah yang tertuangdalam UUNo 22 tahun 1999 tentang Pemerintah daerah (otonomidaerah)danjugasejumlahPeraturanPemerintahyangtertuangdalamPPNo.25tahun2000tentangkewenanganPemerintah,ProvinsidanKota/Kabupaten, maka Depdiknas melalui Direktorat SekolahLanjutanTingkatPertamatelahmengeluarkanempatbukupanduandalam pelaksanaanMBS denganmemberikan contoh format dalammerancangkegiatan.
· Principalmustuseateamapproachtodecisionmaking,
SEFA BUMI PERSADAJl. Malikussaleh No. 3 Jakartawww.sefabumipersada.comTelp. 085260363550