20
GIZI KERJA SEBAGAI PRASYARAT BEKERJA MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Keselamatan dan Kesehatan Kerja Yang dibina oleh Ibu Dra. Anny Martiningsih, M.Kes Oleh Muttaqi Azmi 130511605774 Odo Lageri 130511605768 Norman Dwi Wira 130511605784

GIZI KERJA SEBAGAI PRASYARAT BEKERJA.doc

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: GIZI KERJA SEBAGAI PRASYARAT BEKERJA.doc

GIZI KERJA SEBAGAI PRASYARAT BEKERJA

MAKALAHUNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH

Keselamatan dan Kesehatan KerjaYang dibina oleh Ibu Dra. Anny Martiningsih, M.Kes

OlehMuttaqi Azmi 130511605774Odo Lageri 130511605768Norman Dwi Wira 130511605784

UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK MESINNOVEMBER 2013

Page 2: GIZI KERJA SEBAGAI PRASYARAT BEKERJA.doc

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

DAFTAR ISI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

1.2 TUJUAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 GIZI KERJA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

2.2 LANDASAN HUKUM. . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

2.3 GIZI DAN PRODUKTIFITAS KERJA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

2.4 KECUKUPAN GIZI MENURUT KONDISI KHUSUS PEKERJA. . . . . . . . . . . . . 9

2.5 RESIKO LINGKUNGAN KERJA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14

DAFTAR PUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14

Page | 2

Page 3: GIZI KERJA SEBAGAI PRASYARAT BEKERJA.doc

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jumlah angkatan kerja di Indonesia terus meningkat. Saat ini mencapai 113,74 juta

jiwa dan yang bekerja mencapai 104,49 juta jiwa (BPS, 2009).  Pemenuhan kecukupan gizi

pekerja selama bekerja merupakan salah satu bentuk penerapan syarat keselamatan, dan

kesehatan kerja sebagai bagian dari upaya meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Gizi

merupakan salah satu aspek kesehatan kerja yang memiliki peran penting dalam peningkatan

produktivitas kerja.  Hal ini perlu menjadi perhatian semua pihak, terutama pengelola tempat

kerja mengingat para pekerja umumnya menghabiskan waktu sekitar 8 jam setiap harinya di

tempat kerja.

Peningkatan kualitas sumber daya manusia ke arah peningkatan kecerdasan dan

produktivitas kerja. Salah satu upaya yang mempunyai dampak cukup penting terhadap

peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah upaya peningkatan status gizi masyarakat.

Status gizi masyarakat merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hidup dan

produktivitas kerja.

Rendahnya produktivitas kerja dianggap akibat kurangnya motivasi kerja, tanpa

menyadari faktor lainnya seperti gizi pekerja. Perbaikan dan peningkatan gizi mempunyai

makna yang sangat penting dalam upaya mencegah morbiditas, menurunkan angka absensi

serta meningkatkan produktivitas kerja. Berat ringannya beban kerja seseorang ditentukan

oleh lamanya waktu melakukan pekerjaan dan jenis pekerjaan itu sendiri. Semakin berat

beban kerja, sebaiknya semakin pendek waktu kerjanya agar terhindar dari kelelahan dan

gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya.

1.2 Tujuan

a. Mengetahui pentingnya gizi dalam bekerja.

b. Memahami pengertian gizi kerja secara jelas.

c. Mendapat pemahaman tentang fungsi gizi terhadap produktifitas kerja.

Page | 3

Page 4: GIZI KERJA SEBAGAI PRASYARAT BEKERJA.doc

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Gizi Kerja

Zat gizi adalah zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi, mempunyai

nilai yang sangat penting (tergantung dari macam-macam bahan makanannya) untuk

memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari bagi para pekerja. Termasuk

dalam memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yaitu penggantian

sel-sel yang rusak dan sebagai zat pelindung dalam tubuh (dengan cara menjaga

keseimbangan cairan tubuh). Proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang

terpelihara dengan baik akan menunjukkan baiknya kesehatan yang dimiliki seseorang.

Seseorang yang sehat tentunya memiliki daya pikir dan daya kegiatan fisik sehari-hari yang

cukup tinggi (Marsetyo dan Kartasapoetra, 1991).

Gizi kerja adalah nutrisi / kalori yang dibutuhkan tenaga kerja untuk memenuhi

kebutuhan sesuai dengan jenis pekerjaan yang bertujuan untuk mencapai tingkat kesehatan

tenaga kerja dan produktivitas yang setinggi-tingginya.

Tubuh manusia memerlukan sejumlah pangan dan gizi secara tetap, sesuai dengan

standar kecukupan gizi, namun kebutuhan tersebut tidak selalu dapat terpenuhi. Penduduk

yang miskin tidak mendapatkan pangan dan gizi dalam jumlah yang cukup. Mereka

menderita lapar pangan dan gizi, mereka menderita gizi kurang. (Sri Handajani, 1996).

Keadaan gizi seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam jangka waktu

yang cukup lama. Bila kekurangan itu ringan, tidak akan dijumpai penyakit defisiensi yang

nyata, tetapi akan timbul konsekuensi fungsional yang lebih ringan dan kadang-kadang tidak

disadari kalau hal tersebut karena faktor gizi (Ari Agung, 2002).

2.2 Landasan Hukum

1. UU No.1 th 51 dan UU No.12 th 1948, tentang kondisi fisik tenaga kerja, setelah bekerja

terus menerus selama 4 jam harus diberi istirahat.

2. Surat Edaran Menteri TK dan Trans No. 01/Men/1979 tentang Pengadaan Kantin dan

Ruang makan

3. Keputusan Menteri TK dan Trans No. 608/Men/1089 tentang perush yang

memperkerjakan TK sembilan jam sehari wajib menyediakan makan dan minum 1400

kalori

Page | 4

Page 5: GIZI KERJA SEBAGAI PRASYARAT BEKERJA.doc

4. Kep. Menteri Koord Bidang Kesejahteraan Rakyat No. 06/Kep/Menko/Kesra/VIII/1989 ,

Program Pangan dan Gizi yang berhubungan dengan produktivitas kerja, Penanggung

jawabnya dipercayakan kepada Depnaker.

5. Surat Edaran Dirjen Binawas No. 86/BW/1989 tentang Catering Bagi Tenaga Kerja.

6. Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. 03/Men/1999, tentang Peningkatan Pengawasan dan

Penertiban terhadap Pengadaan Kantin dan Toilet di perusahaan.

2.3 Gizi dan Produktifitas Kerja

Berbicara masalah gizi, tidak terlepas dari pembahasan mengenai zat-zat makanan

atau nutrisi yang masuk kedalam tubuh. Makanan yang bergizi adalah makanan yang

mengandung zat-zat nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh agar tubuh dapat melakukan fungsi-

fungsinya dengan sebaik-baiknya. Dengan perkataan lain zat gizi sangat diperlukan oleh

tubuh untuk pertumbuhan, perbaikan jaringan dan pemeliharaan tubuh beserta semua

fungsinya. Sebenarnya, dalam pembahasan gizi salah yang dapat menimbulkan masalah

kesehatan tidaklah semata-mata hanya keadaan kurang gizi, namun kelebihan gizipun dapat

menimbulkan gangguan pada manusia.

Secara umum, permasalahan gizi dan pangan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain faktor demografi seperti pertambahan jumlah penduduk, laju pertumbuhan

penduduk yang tinggi, besarnya proporsi penduduk usia muda, penyebaran penduduk yang

tidak merata, perubahan susunan penduduk, faktor sosial ekonomi dimana terjadinya

peningkatan kesejahteraan masyarakat, meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi yang secara

baik langsung berpengaruh pada pendapatan keluarga. Selain itu, faktor lain yang

berpengaruh pada masalah gizi dan pangan adalah perkembangan IPTEK dimana terjadinya

arus moderenisasi yang membawa banyak perubahan pada pola hidup masyarakat termasuk

pada pola makan. Salah satu dampak dari arus moderenisasi terhadap pola makan adalah

meningkatnya konsumsi lemak. Tidak heran kalau kita lihat bahwa penyakit jantung koroner

cenderung meningkat akhir-akhir ini.

Produktifitas kerja pada hakekatnya ditentukan oleh banyak faktor, faktor manusia dan

faktor di luar diri manusia. Faktor manusia dapat dibagi dalam faktor fisik dan faktor non

fisik, sedangkan faktor di luar diri manusia dapat berupa tekno-struktur yang dipakai dalam

bekerja, sistem manajemen perusahaan, dan lain-lain. Upaya perbaikan kesejahteraan tenaga

kerja secara menyeluruh secara jelas dicakup dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, 1988

pada Kebijaksanaan di bidang perlindungan tenaga kerja yang ditujukan pada perbaikan

upah, syarat kerja, kondisi kerja, hubungan kerja, keselamatan dan kesehatan kerja.

Page | 5

Page 6: GIZI KERJA SEBAGAI PRASYARAT BEKERJA.doc

Dalam kesehatan kerja tercakup tiga aspek penting yaitu mengenai kapasitas kerja, beban

kerja dan lingkungan kerja dimana tujuannya adalah agar masyarakat dapat bekerja secara

sehat tanpa membahayakan dirinya. Gizi dalam hal ini merupakan salah satu faktor penentu

kapasitas kerja. Masukan gizi yang cukup kualitas dan kuantitasnya sangat diperlukan untuk

pertumbuhan dan pembangunan fisik maupun mental. Dari berbagai penelitian yang

dilakukan ternyata bahwa gizi mempunyai kaitan dengan produktifitas kerja. Hal ini terbukti

dari hasil-hasil penelitian yang menunjukkan bahwa secara umum kurang gizi akan

menurunkan daya kerja serta produktifitas kerja. Dalam melakukan pekerjaannya, perlu

disadari bahwa masyarakat pekerja yang sehat akan bekerja dengan giat, tekun, produktif dan

teliti sehingga dapat mencegah kecelakaan yang mungkin terjadi selama bekerja. Dapat

dibayangkan apabila pekerja mengalami kurang gizi, hal ini paling tidak akan mengurangi

konsentrasi bekerja ataupun ketelitiannya dalam melakukan kerja, kondisi ini tentunya sangat

membahayakan keselamatannya apalagi kalau pekerja tersebut bekerja dengan menggunakan

alat-alat yang dalam penggunaannya sangat membutuhkan konsentrasi dan perhatian yang

tinggi karena kalau tidak berhati-hati dapat menimbulkan kecelakaan.

Berbagai penelitian baik yang dilakukan di luar negeri maupun di Indonesia

menunjukkan bahwa keadaan gizi kurang dapat menghambat aktivitas kerja yang akan

menurunkan produktivitas kerja. Hal ini disebabkan karena kemampuan kerja seseorang

sangat dipengaruhi oleh jumlah energi yang tersedia, dimana energi tersebut diperoleh dari

makanan sehari-hari dan bilamana jumlah makanan sehari-hari tak memenuhi kebutuhan

tubuh, maka energi didapat dari cadangan tubuh (Rachmad Soegih dkk, 1987). Pada dasarnya

zat gizi yang dibutuhkan oleh seseorang sangat ditentukan oleh aktifitas yang dilakukannya

sehari-hari.

Makin berat aktifitas yang dilakukan maka kebutuhan zat gizi akan meningkat pula

terutama energi. Dalam hasil penelitiannya Jill dkk. (1987) didapatkan bahwa pekerja pabrik

yang mendapat makanan siang dari kantin pabrik terlihat status gizinya lebih baik dibanding

dengan yang makan siangnya diserahkan pada masing-masing pekerja.

Berat ringannya beban kerja seseorang ditentukan oleh lamanya waktu melakukan

pekerjaan dan jenis pekerjaan itu sendiri. Semakin berat beban kerja, sebaiknya semakin

pendek waktu kerjanya agar terhindar dari kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti

atau sebaliknya.

Pengelompokan aktivitas atau beban kerja (ringan, sedang dan berat) berdasarkan

proporsi waktu kerja dapat dilihat pada tabel berikut:

Page | 6

Page 7: GIZI KERJA SEBAGAI PRASYARAT BEKERJA.doc

 (Sumber : Prosiding WNPG VIII, 2004)

Penilaian status gizi pekerja perlu dilakukan, karena dengan mengetahui status gizi

pekerja dapat ditentukan kebutuhan gizi yang sesuai serta pemberian intervensi gizi bila

diperlukan.  Penilaian status gizi dilakukan melalui beberapa cara antara lain : pemeriksaan

biokimia, pemeriksaan klinis, pemeriksaan biofisik dan antropometri.

Antropometri merupakan metode yang paling sering digunakan dalam penilaian status

gizi.  Metode ini menggunakan parameter berat badan (BB) dan tinggi badan (TB).  Melalui

kedua parameter tersebut, dapat dilakukan penghitungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan 

rumus sebagai berikut :

 

(Sumber: PUGS, 2005)

Page | 7

Page 8: GIZI KERJA SEBAGAI PRASYARAT BEKERJA.doc

Kebutuhan gizi terutama energi dipengaruhi oleh : Usia, Ukuran tubuh, dan Jenis

kelamin. Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu: Jenis pekerjaan atau aktivitas yang

dilakukan sehari-hari, Keadaan fisiologis, Keadaan khusus; seperti pada pemulihan kesehatan

dan anemia, Keadaan lingkungan kerja.  Faktor-faktor tersebut di atas harus menjadi dasar

dalam perhitungan besarnya energi, komposisi zat gizi dan menu untuk konsumsi pekerja.

Tabel 2.  Kebutuhan Gizi Per Hari bagi Pekerja Menurut Umur, Jenis Kelamin dan Aktivitas

Fisik*

(Sumber : berdasarkan AKG 2004)

Koreksi berat badan

Contoh:  seorang perempuan usia 35 tahun,  memiliki berat badan 52 kg dengan aktivitas

sedang, maka kebutuhan energinya adalah:

Page | 8

Page 9: GIZI KERJA SEBAGAI PRASYARAT BEKERJA.doc

Kebutuhan energi selama bekerja (8 Jam) adalah 40-50% dari kebutuhan sehari. Bila

diterjemahkan kedalam menu menjadi kebutuhan untuk 1 kali makan dan 1 kali snack.

Kebutuhan energi dan protein selama bekerja seperti tercantum dalam tabel di bawah ini.

Tabel  Kebutuhan energi dan protein selama bekerja (8 jam)

 

* berdasarkan AKG 2004

Kecukupan Energi (KE) : Berat Badan Ideal (BBI) x jumlah Energi yang di butuhkan

sesuai pekerjaan .

BBI : (tinggi badan-100) x 90 %

BBN <25 th : BBI – 10 %

BBN> 25 th : BBI + 10 %

BBN lebih >25 BBN

Tabel Energi & Aktivitas

Santai : 30 Kal/berat badan per hari

Kerja ringan : 35 Kal/berat badan per hari

Kerja Sedang : 40 Kal/berat badan per hari

2.4 Kecukupan Gizi menurut Kondisi Khusus Pekerja

Skema Kondisi Khusus Pekerja

Page | 9

Page 10: GIZI KERJA SEBAGAI PRASYARAT BEKERJA.doc

Kondisi fisiologis

Selama Kehamilan : untuk perkembangan janin, pekerja perempuan yang hamil

membutuhkan tambahan energi dan zat gizi lainnya seperti zat besi dan asam folat. 

Perempuan yang berstatus gizi baik dengan tingkat aktivitas ringan-sedang membutuhkan

kalori ekstra 180 kkal/hari pada   trimester 1, sedangkan pada trimester 2 dan 3 dibutuhkan

tambahan 300 kkal/ hari.

Selama Menyusui: untuk produksi ASI, pekerja perempuan yg hamil membutuhkan

tambahan energi dan zat gizi lainnya.  Selama enam bulan pertama, seorang ibu menyusui

membutuhkan energi tambahan 500 kkal/ hari dan 550 kkal/hari pada 6 bulan berikutnya.

Kondisi tertentu

Anemia Besi: untuk pekerja anemia gizi besi diberikan suplemen tablet besi dengan dosis 60

mg 2 kali seminggu sampai anemia teratasi.  Selain itu, pekerja dianjurkan mengkonsumsi

makanan bergizi seimbang yang kaya zat besi seperti hati, daging, ikan, ayam, telur dan

sayuran hijau.  Khusus bagi pekerja perempuan, untuk mencegah anemia dianjurkan

pemberian tablet besi dengan dosis 60 mg per minggu selama 16 minggu setiap tahun.

Selama masa haid diberikan 60 mg zat besi tiap hari.

Kelebihan Berat Badan: perlumelakukan perencanaan makan atau diet rendah kalori

seimbang.  Pengaturan pola makan sehat dilakukan dengan mengurangi asupan lemak dan

mencukupi komposisi bahan makanan dengan metode gizi seimbang, yaitu cukup sumber

karbohidrat, protein dan lemak serta cukup vitamin dan mineral. Porsi kalori terbesar

diusahakan dikonsumsi pagi dan siang hari.  Konsumsi sayuran dan buah perlu diperbanyak

karena buah banyak mengandung serat dan vitamin, namun sedikit kandungan kalorinya. 

Makanan selingan sebaiknya diberikan berupa buah-buahan. Susu yang dikonsumsi

sebaiknya  adalah susu rendah lemak. Olahraga secara teratur dan rutin perlu dilakukan. Olah

raga apapun baik namun jenis yang disarankan adalah olahraga aerobik karena dapat

membakar kalori lebih banyak. Sebaiknya olahraga dilakukan 4-5 kali seminggu selama 20-

30 menit karena dengan durasi tersebut pembakaran kalori baru dapat terjadi.

Kondisi di tempat kerja

Lembur dan Shift Kerja : Bagi pekerja yang lembur selama 3 (tiga) jam atau lebih

diberikan makanan dan minuman tambahan, berupa makanan selingan yang padat gizi.  Hal

Page | 10

Page 11: GIZI KERJA SEBAGAI PRASYARAT BEKERJA.doc

ini juga berlaku bagi mereka yang menjalani shift kerja malam, termasuk pekerja perempuan

yang bekerja antara pukul 23.00-07.00.

2.5 Risiko Lingkungan Kerja

Beberapa faktor risiko lingkungan kerja yang menunjukkan pengaruh terhadap gizi kerja

adalah:

1. Suhu: tempat kerja dengan suhu tinggi akan terjadi penguapan yang tinggi sehingga

pekerja mengeluarkan banyak keringat.  Karenanya perlu diperhatikan kebutuhan air dan

mineral sebagai pengganti cairan yang keluar dari tubuh. Untuk mencegah dehidrasi

disarankan untuk minum air, konsumsi sayur dan buah.

2. Pengaruh bahan kimia: Bahan-bahan kimia tertentu dapat menyebabkan keracunan

kronis, akibatnya: menurunnya nafsu makan, terganggunya metabolisme tubuh dan

gangguan fungsi alat pencernaan sehingga menurunkan berat badan. Oleh karena itu

dibutuhkan tambahan zat gizi. Hal ini juga terjadi pada para pekerja yang mengalami

gangguan psikologis.

3. Bahan radiasi mengganggu metabolisme sel sehingga diperlukan tambahan protein

dan antioksidan untuk regenerasi sel.

4. Parasit dan mikroorganisme: Pekerja di daerah pertanian dan pertambangan sering

terserang kecacingan yang dapat mengganggu fungsi alat pencernaan dan kehilangan zat-

zat gizi sehingga dibutuhkan tambahan zat gizi.

Standar Penyediaan Makanan Bagi Pekerja

Setelah mengetahui kebutuhan energi (kalori), perlu dipikirkan cara memenuhi

kebutuhan tersebut dalam menu pekerja sehari-hari.  Karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan

mineral, serta zat-zat lain dalam tubuh perlu diperhatikan proporsinya agar seimbang (WNPG

VIII, 2004), yaitu : Karbohidrat (50-65% dari total energi), Protein (10-20% dari total

energi), Lemak (20-30% dari total energi).

Kebutuhan energi diterjemahkan ke dalam porsi bahan makanan menggunakan daftar

bahan makanan penukar.  Pemberian makanan utama di tempat kerja dilakukan saat istirahat

(4-5 jam setelah kerja) diselingi pemberian kudapan (makanan selingan).

Berikut adalah standar porsi makanan bagi pekerja menurut usia dan kategori aktivitas

fisik :

Page | 11

Page 12: GIZI KERJA SEBAGAI PRASYARAT BEKERJA.doc

Standar porsi makanan pekerja laki-laki dan perempuan selama bekerja (8 jam)

*Jumlah minimum kebutuhan air minum

Catatan:

Berat ini adalah berat bersih bahan mentah yang dapat dimakan, tidak termasuk

tulang, cangkang, kulit, batang dan bagian-bagian lain yang tidak dapat dimakan

Ukuran adalah berdasarkan daftar satuan penukar (Lampiran 3)

Contoh Menu Makanan Bagi Pekerja Selama Bekerja (8 jam)

Page | 12

Page 13: GIZI KERJA SEBAGAI PRASYARAT BEKERJA.doc

Page | 13

Page 14: GIZI KERJA SEBAGAI PRASYARAT BEKERJA.doc

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Peningkatan kualitas sumber daya manusia sangat dibutuhkan guna peningkatan kreatifitas dan produktifitas kerja. Hal ini dapat dicapai dengan mengadakan perbaikan gizi pekerja. Upaya perbaikan gizi pekerja berarti meningkatkan kualitas fisik dalam artian peningkatan daya tahan tubuh, peningkatan kesanggupan kerja juga peningkatan kualitas non fisik seperti kecerdasan, aspirasi yang tinggi dan peningkatan ketrampilan yang selanjutnya dapat meningkatkan tingkat pendapatan pekerja. Makin baik status gizi seseorang semakin baik kualitas fisiknya. Ketahanan dan kemampuan tubuh untuk melakukan pekerjaan dengan produktifitas yang memadai akan lebih dipunyai oleh individu dengan status gizi baik. Jadi dalam hal ini pemenuhan gizi dalam tubuh pekerja sangat berpengaruh terhadap hasil pekerjaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ari Agung, I Gusti Ayu. Pengaruh Perbaikan Gizi Terhadap Produktivitas Kerja. Patria Untag.Surabaya

Gizi Kerja. Online. http://ergonomi-fit.blogspot.com/2012/01/gizi-kerja.html. Diakses pada 25 Oktober 2013

K3 Gizi Kerja. Online. http://industri.ums.ac.id/default/files/materi/k3-9%20gizi%20 kerja.pdf. Diakses pada 30 Oktober 2013

Ratnawati, Ika. Pemenuhan Kecukupan Gizi Bagi Pekerja. Online. http://www.gizikia. depkes.go.id/archives/747. Diakses pada 18 Oktober 2013

Page | 14